pemerintah kabupaten parigi...
Post on 19-Mar-2019
234 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
1 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
NOMOR 4 TAHUN 2005
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PARIGI MOUTONG,
Menimbang :
Mengingat :
a. bahwa untuk mengendalikan pembangunan agar sesuai
dengan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Parigi Moutong perlu
dilakukan pengendalian pemanfaatan ruang;
b. bahwa agar bangunan gedung dapat menjamin keselamatan
penghuni dan lingkungannya harus diselenggarakan secara
tertib, diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta
dipenuhinya persyaratan administrasi dan teknis bangunan
gedung;
c. bahwa agar bangunan gedung dapat terselenggara secara
tertib dan terwujud sesuai dengan fungsinya, diperlukan
peran masyarakat dan upaya pembinaan;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung;
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2043);
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
2 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3186);
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209);
4. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah
Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3318);
5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan
Dan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3469);
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar
Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3470);
7. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992
Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3501);
8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3699);
9. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3833);
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
3 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
10. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Parigi Moutong Di Provinsi
Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4185);
11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4247);
12. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
13. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437);
14. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4438);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3258);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin
Usaha Industri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1987 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3352);
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
4 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
17. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha
Dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 63, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3955);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3957);
19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1993
tentang Izin Mendirikan Bangunan Dan Undang-Undang
Gangguan Bagi Perusahaan Industri;
20. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 66/PRT/1993
tentang Teknis Penyelenggaraan Bangunan Industri Dalam
Rangka Penanaman Modal;
21. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 441/KPTS/1998
tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
22. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KPTS/1998
tentang Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan
Gedung Dan Lingkungan;
23. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 10/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya
Kebakaran Pada Bangunan Gedung;
24. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000
tentang Ketentuan Teknis Manajemen Terhadap Bahaya
Kebakaran Di Perkotaan;
25. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 1 Tahun
2004 tentang Kewenangan Kabupaten Parigi Moutong
Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Tahun 2004
Nomor 4 Seri E Nomor 3).
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
5 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
dan
BUPATI PARIGI MOUTONG
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah yang dimaksud dengan :
1. Daerah Otonom selanjutnya disebut Daerah adalah Kesatuan masyarakat
umum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dan sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai Unsur
Penyelenggara Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong.
4. Kabupaten adalah Kabupaten Parigi Moutong.
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Parigi Moutong yang selanjutnya
disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
6. Dinas adalah Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah Kabupaten Parigi
Moutong.
7. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah
Kabupaten Parigi Moutong.
8. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau diletakkan atau
melayang dalam suatu lingkungan secara tetap sebagian atau seluruhnya
terletak diatas atau dibawah permukaan tanah dan atau perairan yang berupa
bangunan gedung dan atau bukan gedung .
9. Bangunan Gedung Negara adalah Bangunan Gedung untuk keperluan dinas
yang menjadi atau akan menjadi kekayaan Negara dan dibangun dengan dana
yang bersumber dari APBN atau APBD atau sumber pembiayaan lainnya yang
diatur sesuai peraturan yang berlaku .
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
6 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
10. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukanya, sebagian atau seluruhnya berada di
atas dan/atau di dalam tanah dan/atau perairan yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatan baik untuk hunian atau tempat tinggal,
kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, kegiatan budaya
maupun kegiatan khusus .
11. Bangunan Permanen adalah bangunan yang didalam peninjauannya dari segi
konstruksi dan umur bangunan tersebut dapat dipergunakan atau dinyatakan
lebih dari 15 (lima belas) tahun.
12. Bangunan Semi Permanen adalah bangunan yang dalam peninjauannya dari
segi konstruksi dan umur bangunan tersebut dapat dipergunakan atau
dinyatakan antara 5 (lima) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun.
13. Bangunan Sementara/Darurat adalah bangunan yang dalam peninjauannya
dari segi konstruksi dan umur bangunan tersebut dapat dipergunakan atau
dinyatakan kurang dari 5 (lima) tahun .
14. Kapling/Pekarangan adalah suatu perpetakan tanah, yang menurut
pertimbangan pemerintah Propinsi/Kabupaten Parigi Moutong dapat
dipergunakan untuk tempat mendirikan bangunan .
15. Mendirikan Bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya
atau sebagian termaksud pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan
tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan .
16. Merubah Bangunan adalah pekerjaan mengganti dan/atau menambah bagian
bangunan yang ada termasuk pekerjaan membongkar yang berhubungan
dengan pekerjaan mengganti dan/ atau menambah bagian bangunan tersebut .
17. Merobohkan Bangunan adalah pekerjaan meniadakan sebagian atau seluruh
bagian bangunan ditinjau dari segi fungsi bangunan dan/atau konstruksi .
18. Garis Sempadan adalah garis pada halaman pekarangan perumahan yang
ditarik sejajar dengan garis as jalan, tepi sungai atau as pagar, dan merupakan
batas antara kapling/pekarangan yang tidak dibolehkan dibangun bangunan .
19. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah bilangan pokok atas perbandingan
antara luas lantai dasar bangunan dengan luas kapling/pekarangan .
20. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah bilangan pokok atas perbandingan
antara luas keseluruhan lantai bangunan dengan luas kapling/pekarangan .
21. Koefisien Daerah Hijau (KDH) adalah bilangan pokok atas perbandingan antara
luas daerah hijau dengan luas kapling/pekarangan.
22. Daerah Hijau Bangunan adalah Ruang Terbuka pada bangunan yang
dimanfatkan untuk penghijauan.
23. Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari permukaan tanah, dimana
bangunan tersebut didirikan, sampai dengan titik puncak bangunan .
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
7 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
24. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah Izin yang diberikan dalam mendirikan
bangunan.
25. Izin Perubahan Bangunan (IPB) adalah Izin yang diberikan untuk mengubah
bangunan sesuai dengan fungsi bangunan yang tertera dalam IMB.
26. Izin Penghapusan Bangunan (IHB) adalah Izin yang diberikan untuk
menghapus/ merobohkan bangunan secara total baik secara fisik maupun
secara fungsi, sesuai dengan fungsi bangunan yang tertera dalam IMB.
27. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan beserta sarana
dan prasarananya agar selalu layak fungsi.
28. Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan atau mengganti bagian
bangunan, komponen, bahan bangunan dan atau sarana dan prasarana agar
bangunan tersebut tetap layak fungsi .
29. Pelestarian adalah kegiatan perawatan, pemugaran serta pemeliharaan
bangunan dan lingkungannya untuk mengembalikan keandalan tersebut
sesuai dengan aslinya menurut periode yang ditetapkan.
30. Pengkaji Teknis adalah orang perorangan, atau badan hukum yang mempunyai
sertifikat keahlian untuk melaksanakan pengkajian teknis atas kelayakan
fungsi bangunan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
31. Prasarana dan Sarana Bangunan Gedung adalah fasilitas kelengkapan didalam
dan diluar bangunan gedung yang mendukung pemenuhan terselenggaranya
fungsi bangunan gedung tersebut .
32. Pengguna Bangunan adalah pemilik bangunan gedung dan atau bukan pemilik
bangunan gedung berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung
yang menggunakan dan atau mengelola bangunan gedung atau bagian
bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan.
33. Masyarakat adalah perorangan, kelompok, badan, kelompok dan lembaga atau
organisasi yang kegiatannnya dibidang bangunan gedung termasuk
masyarakat hukum adat dan masyarakat ahli, yang berkepentingan dengan
penyelengaraan bangunan gedung.
34. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan
mengolah data atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan,
pemenuhan kewajiban berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.
35. Penyidikan Tindak Pidana adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik, untuk
mencari serta mengumpulkan bukti, yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
8 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
BAB II
AZAS, TUJUAN DAN LINGKUP BANGUNAN GEDUNG
Pasal 2
Untuk penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung yang akan atau
dilaksanakan di daerah Kabupaten adalah berlandaskan pada asas pemanfaatan,
keselamatan, keseimbangan, keserasian, serta kesinambungan bangunan gedung
dengan tata wilayah lingkungannya.
Pasal 3
Tujuan bangunan gedung adalah :
a. untuk mewujudkan bangunan gedung yang berfungsi sesuai dengan tata
bangunan gedung yang serasi, selaras, dan seimbang dengan lingkungannya;
b. untuk mewujudkan ketertiban penyelenggaraan bangunan gedung yang
terjamin keandalan teknis bangunannya dari aspek keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan, serta efisien dalam penggunaan sumberdaya
sesuai dengan tata lingkungannya;
c. untuk mewujudkan kepastian hukum di dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan pembangunan bangunan gedung.
Pasal 4
Di dalam penyelenggaraan pengaturan tentang bangunan gedung di Kabupaten ini
adalah juga meliputi beberapa aspek diantaranya penyelenggaraan, persyaratan,
peran masyarakat, pembinaan sanksi hukum serta hal lain yang menyangkut
keselamatan dan kesehatan, kenyamanan dan kemudahan bangunan yang
dimaksud.
BAB III
FUNGSI, KLASIFIKASI DAN PERIZINAN BANGUNAN GEDUNG
Pasal 5
Fungsi bangunan gedung adalah sebagai berikut :
a. sebagai fungsi hunian, keagamaan, usaha, sosial dan budaya, serta fungsi
khusus;
b. hunian meliputi tempat tinggal, bangunan tinggal utama, rumah tinggal deret,
rumah susun, serta rumah tinggal sementara;
c. fungsi keagamaan adalah meliputi masjid, gereja, pura wihara, kelenteng serta
bangunan fungsi agama yang diatur berdasarkan peraturan yang berlaku;
d. bangunan dengan fungsi sosial budaya adalah untuk pendidikan,
kebudayaan, pelayanan kesehatan, laboratorium dan pelayanan umum lainnya;
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
9 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
e. bangunan dengan fungsi usaha adalah perdagangan, perindustrian, perhotelan
wisata, rekreasi, terminal dan usaha lainnya sesuai peruntukannya;
f. bangunan dengan fungsi khusus adalah instalasi pertahanan, keamanan
Negara, reactor nuklir serta yang diputuskan oleh kebijakan tertentu untuk
bangunan dimaksud;
g. perubahan fungsi yang ditetapkan harus mendapat persetujuan dan penetapan
kembali oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 6
Klasifikasi bangunan gedung terdiri dari :
a. Menurut fungsinya, bangunan di wilayah Kabupaten Parigi Moutong
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. bangunan Rumah Tinggal dan semacamnya;
2. bangunan Pelayanan Umum;
3. bangunan Perdagangan dan Jasa;
4. bangunan Industri;
5. bangunan Pergudangan;
6. bangunan Perkantoran;
7. bangunan Transportasi;
8. bangunan Khusus;
9. bangunan Keagamaan.
b. Menurut umurnya, bangunan dalam wilayah Kabupaten, diklasifikasikan atas
1. bangunan permanent;
2. bangunan semi permanen;
3. bangunan sementara.
c. Menurut wilayahnya bangunan dalam wilayah Kabupaten, diklasifikasikan atas
1. bangunan di kawasan Perkotaan;
2. bangunan di kawasan Pedesaan;
3. bangunan di Kawasan Khusus / Tertentu.
d. Menurut Lokasinya bangunan dalam wilayah Kabupaten, diklasfisikasikan atas
1. bangunan di tepi jalan arteri;
2. bangunan di tepi jalan kolektor;
3. bangunan di tepi jalan antar lingkungan (lokal);
4. bangunan di tepi jalan lingkungan;
5. bangunan di tepi jalan desa;
6. bangunan di tepi jalan setapak.
e. Menurut ketinggiannya, bangunan dalam wilayah Kabupaten, diklasfisikasikan
atas
1. bangunan bertingkat rendah (Satu sampai dengan Dua Lantai);
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
10 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
2. bangunan bertingkat sedang (Tiga sampai dengan Lima Lantai);
3. bangunan bertingkat tinggi (Enam Lantai keatas).
f. Menurut luasnya, bangunan dalam wilayah Kabupaten, diklasfisikasikan atas
1. bangunan dengan luas kurang dari 100 M²;
2. bangunan dengan luas antara 100 - 500 M²;
3. bangunan dengan luas antara 500 - 1000 M²;
4. bangunan dengan luas diatas 1000 M².
g. Menurut statusnya, bangunan dalam wilayah Kabupaten, diklasfisikasikan
atas
1. bangunan Pemerintah;
2. bangunan Swasta.
Pasal 7
(1) Setiap orang, badan/lembaga sebelum membangun bangunan gedung di
wilayah Kabupaten, diharuskan memiliki IMB dari Bupati.
(2) Setiap orang, badan/lembaga sebelum merubah bangunan gedung di wilayah
Kabupaten, diharuskan memiliki IPB dari Bupati.
(3) Setiap orang, badan/lembaga sebelum merobohkan bangunan gedung di
wilayah Kabupaten, diharuskan memiliki IHB dari Bupati.
BAB IV
PERSYARATAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Bagian Pertama
Persyaratan Umum
Pasal 8
(1) Setiap bangunan harus memenuhi persyaratan teknis, persyaratan
lingkungan, persyaratan hukum dan administrasi agar bangunan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan .
(2) Fungsi bangunan yang didirikan harus sesuai dengan peruntukan lokasi yang
telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang .
(3) Perletakan bangunan pada lokasi harus di gambar dalam gambar situasi .
(4) Gambar situasi bangunan yang telah disetujui Dinas menjadi kelengkapan
IMB .
(5) Gambar situasi perletakan bangunan memuat penjelasan tentang :
a. bentuk Kapling/Pekarangan yang sesuai dengan Peta Badan Pertanahan
Nasional;
b. fungsi bangunan;
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
11 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
c. nama jalan menuju kapling dan sekeliling kapling;
d. peruntukan bangunan sekeliling kapling;
e. letak bangunan di atas kapling;
f. koefisien hijau bangunan;
g. koefisien dasar bangunan;
h. garis sempadan bangunan;
i. arah angin rata-rata;
j. skala gambar.
Bagian Kedua
Persyaratan Bangunan
Paragraf 1
Garis Sempadan
Pasal 9
(1) Garis Sempadan Pondasi Bangunan terluar yang sejajar dengan as jalan
(rencana jalan)/ tepi sungai/tepi pantai ditentukan berdasarkan lebar
jalan/rencana jalan lebar sungai/ kondisi pantai, fungsi jalan dan peruntukan
kapling/kawasan .
(2) Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), apabila tidak ditentukan lain adalah setengah lebar daerah milik
jalan (DMJ) dihitung dari tepi jalan/pagar .
(3) Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), untuk daerah pantai apabila tidak ditentukan lain adalah 100 meter
dari garis pasang tertinggi pada pantai yang bersangkutan .
(4) Untuk lebar jalan/sungai yang kurang dari 5 meter, letak garis sempadan
adalah 2,5 meter dihitung dari tepi jalan/sungai.
(5) Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian samping yang
berbatasan dengan tetangga apabila tidak ditentukan lain adalah minimal 2
meter dari batas kapling, atau atas dasar kesepakatan dengan tetangga yang
saling berbatasan .
(6) Letak garis sempadan pondasi bangunan terluar pada bagian belakang yang
berbatasan dengan tetangga apabila tidak ditentukan lain adalah minimal 2
meter dari batas kapling, atau dasar kesepakatan dengan tetangga yang saling
berbatasan.
Pasal 10
(1) Garis Sempadan Pagar terluar yang berbatasan dengan jalan ditentukan
berhimpit dengan batas terluar milik jalan.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
12 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
(2) Garis Pagar disudut persimpangan jalan ditentukan dengan
serongan/tikungan atas dasar fungsi dan peranan jalan.
(3) Tiang pagar yang berbatasan dengan jalan ditentukan maksimum 1,5 meter
dari permukaan halaman/trotoar dengan bentuk transparan atau tembus
pandang dan tidak membahayakan
Pasal 11
(1) Garis sempadan jalan masuk ke kapling apabila tidak ditentukan lain adalah
berhimpit dengan batas terluar garis pagar.
(2) Pembuatan jalan masuk harus mendapat Izin dari Kepala Dinas.
Pasal 12
(1) Teras/Balkon tidak dibenarkan diberi dinding sebagai ruang tertutup.
(2) Balkon bangunan tidak dibenarkan mengarah/menghadap ke kapling
tetangga.
(3) Garis terluar balkon bangunan tidak dibenarkan melewati batas pekarangan
yang berbatasan dengan tetangga.
Pasal 13
(1) Garis terluar suatu tritis/overstock yang menghadap ke arah tetangga tidak
dibenarkan melewati batas pekarangan yang berbatasan dengan tetangga.
(2) Apabila garis sempadan bangunan yang ditetapkan berhimpit dengan garis
sempadan pagar, cucuran atap suatu tritis/overstock harus diberi talang dan
pipa talang harus disalurkan sampai ke tanah.
(3) Dilarang menempatkan lubang angin/ventilasi/jendela pada dinding yang
berbatasan dengan tetangga.
Paragraf 2
Garis Sempadan Pantai / Danau / Sungai
Pasal 14
(1) Garis sempadan untuk bangunan gedung yang dibangun ditepi
pantai/danau/sungai, apabila tidak ditetapkan lain adalah sebesar 100 meter
dari garis pasang tertinggi untuk bangunan gedung di tepi pantai, dan 50
meter untuk bangunan gedung di tepi danau/ sungai.
(2) Untuk bangunan dan kawasan tertentu besarnya garis sempadan
pantai/danau/sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
peraturan Bupati setelah mendapat pertimbangan dari para ahli.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
13 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Paragraf 3
Jarak Antara Bangunan
Pasal 15
(1) Jarak antara masa/blok bangunan satu lantai ujung yang satu dengan
lainnya dalam satu kapling atau antara kapling minimum 4 meter .
(2) Setiap bangunan umum harus mempunyai jarak masa/blok bangunan
dengan bangunan di sekitarnya minimum 6 meter dan 3 meter dengan batas
kapling .
(3) Untuk bangunan bertingkat, setiap kenaikan satu lantai jarak antara
masa/blok bangunan yang satu dengan yang lainnya di tambah dengan 0,5
meter .
(4) Untuk bangunan tertentu, ketentuan sebagaimana yang dimaksud pada ayat
(1), ayat (2), dan ayat (3) dikecualikan.
Paragraf 4
Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
Pasal 16
(1) Koefisien Dasar Bangunan (KDB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian
lingkungan/resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya
kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi bangunan,
keselamatan dan kenyamanan bangunan .
(2) Ketentuan besarnya KDB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan Rencana Tata Ruang Daerah atau sesuai dengan ketentuan Per Undang-
undangan .
(3) Setiap bangunan umum, apabila tidak ditentukan lain, ditetapkan KDB
maksimum 60 % (enam puluh perseratus).
(4) Setiap bangunan gedung yang dibangun dan dimanfaatkan harus memenuhi
kepadatan bangunan yang diatur dalam KDB sesuai yang ditetapkan untuk lokasi
yang bersangkutan.
Paragraf 5
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
Pasal 17
(1) Koefisien Lantai Banguinan (KLB) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian
lingkungan/resapan air permukaan tanah dan pencegahan terhadap bahaya
kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi bangunan, keselamatan dan
kenyamanan umum .
(2) Ketentuan besarnya KLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan Rencana Tata Ruang Daerah atau sesuai dengan ketentuan Perundang-
undangan .
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
14 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Paragraf 6
Koefisien Daerah Hijau (KDH)
Pasal 18
(1) Koefisien Daerah Hijau (KDH) ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian
lingkungan/ resapan air permukaan tanah .
(2) Ketentuan besarnya KDH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan rencana tata ruang daerah atau sesuai dengan ketentuan Perundang-
undangan.
(3) Setiap bangunan umum, apabila tidak ditentukan lain, ditetapkan KDH
maksimum 30 % (tiga puluh perseratus).
Paragraf 7
Ketinggian Bangunan
Pasal 19
(1) Ketinggian bangunan ditentukan sesuai dengan rencana tata ruang.
(2) Untuk masing-masing lokasi yang belum dibuat tata ruangnya, ketinggian
maksimum bangunan ditetapkan oleh Kepala Dinas dengan
mempertimbangkan lebar jalan, fungsi bangunan, keselamatan bangunan,
serta keserasian dengan lingkungan.
(3) Ketinggian bangunan deret maksimum 4 (empat) lantai dan selebihnya harus
berjarak dengan persil tetangga minimal 5 (lima) m2.
Bagian Ketiga
Persyaratan Lingkungan
Paragraf 1
Keserasian Lingkungan
Pasal 20
(1) Setiap bangunan tidak diperbolehkan menghalangi pandangan lalu lintas.
(2) Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan
mengganggu atau menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan umum,
keseimbangan/pelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan.
(3) Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan dibangun
/ berada di atas sungai/saluran/selokan/parit pengairan.
Paragraf 2
Pengendalian Dampak Lingkungan
Pasal 21
(1) Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan hanya berlaku bagi
bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak besar terhadap lingkungan.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
15 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
(2) Setiap pemohon yang mengajukan permohonan mendirikan bangunan yang
mempunyai usaha atau jenis kegiatan bangunan sama atau lebih dari 5
hektar, diwajibkan untuk melengkapi persyaratan Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun
1991 pasal 2 ayat (1) dan pasal 3 serta KC. 11/MENLH/3/94.
(3) Untuk kawasan industri, perhotelan, perumahan, real estate, pariwisata,
gedung bertingkat yang mempunyai ketinggian 60 meter atau lebih,
pelabuhan diwajibkan melengkapi persyaratan Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL).
(4) Bagi pemohon Izin Mendirikan Bangunan kurang dari 5 hektar dalam
mengajukan permohonannya harus disertai rekomendasi dari Dinas
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Paragraf 3
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)
Pasal 22
(1) Persyaratan untuk suatu kawasan lebih lanjut akan disusun dan ditetapkan
dalam RTBL.
(2) Dalam Penyusunan RTBL tersebut dapat mengikutsertakan masyarakat,
pengusaha dan para ahli sesuai dengan kondisi dan kawasan masyarakat
setempat.
(3) RTBL yang telah disusun dan ditetapkan akan ditinjau kembali setiap 3
tahun.
(4) Pemanfaatan RTBL dalam rangka meningkatkan kualitas bangunan gedung
dan lingkungan yang berkelanjutan harus sesuai dengan aspek fungsional,
ekonomi, sosial termasuk ekologi dari bangunan gedung dimaksud.
BAB V
PERSYARATAN KEANDALAN BANGUNAN
Bagian Pertama
Persyaratan Arsitektur
Pasal 23
(1) Setiap bangunan harus mempertimbangkan perletakan ruang sesuai dengan
fungsi ruang dan hubungan ruang di dalamnya.
(2) Setiap bangunan harus mempertimbangkan faktor keindahan, kandungan
lokal, dan sosial budaya setempat.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
16 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
(3) Setiap bangunan harus mempertimbangkan segi-segi pengembangan konsepsi
arsitektur bangunan tradisional, hingga secara estetika dapat mencerminkan
perwujudan corak budaya setempat.
Bagian Kedua
Persyaratan Struktur
Paragraf 1
Bangunan Satu Lantai
Pasal 24
(1) Bangunan satu lantai adalah bangunan yang berdiri langsung di atas pondasi
pada bangunan dan tidak terdapat pemanfaatan lain selain pada lantai
dasarnya.
(2) Bangunan satu lantai temporer tidak diperkenankan dibangun di pinggir jalan
utama/ arteri kota kecuali dengan Izin Bupati dan Unsur Bangunan
dinyatakan tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
(3) Bangunan satu lantai semi permanen tidak diperkenankan dibangun di
pinggir jalan utama/arteri kota.
(4) Bangunan satu lantai semi permanen dapat diubah menjadi permanen setelah
diperiksa oleh Dinas dan dinyatakan memenuhi syarat.
Paragraf 2
Bangunan Bertingkat
Pasal 25
Yang dimaksud dengan bangunan bertingkat adalah :
b. bangunan bertingkat pemanen dengan ketinggian dua sampai lima lantai.
c. bangunan bertingkat semi permanen dengan ketinggian dua lantai.
Pasal 26
(1) Bangunan bertingkat semi permanen tidak diperkenankan dibangun di jalan
utama.
(2) Bangunan bertingkat semi permanen tidak dapat dibangun menjadi bangunan
permanen.
Paragraf 3
Bangunan Tinggi
Pasal 27
(1) Yang termasuk kelompok ini adalah Bangunan tinggi permanen dengan
jumlah lantai lebih dari 5 (lima) .
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
17 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
(2) Untuk bangunan dengan jumlah lantai lebih dari 8 (delapan), perencanaan
dan pelaksanaannya harus mendapat rekomendasi teknis dari Menteri
Pekerjaan Umum.
Paragraf 4
Ketahanan Konstruksi
Pasal 28
(1) Setiap bangunan harus dibangun dengan mempertimbangkan kekuatan,
kekakuan dan kestabilan dari segi struktur.
(2) Peraturan/standar tehnis yang harus dipakai ialah peraturan atau standar
tehnis yang berlaku di Indonesia yang meliputi SNI (Standar Nasional
Indonesia) tentang tata cara, spesifikasi, dan metode uji yang berkaitan
dengan bangunan gedung.
(3) Setiap bangunan dan bagian konstruksinya harus diperhitungkan terhadap
beban sendiri, beban yang dipikul, beban angin, getaran dan gaya gempa
sesuai dengan peraturan pembebanan yang berlaku.
(4) Setiap bangunan dan bagian konstruksinya yang dinyatakan mempunyai
tingkat gaya angin atau gaya gempa yang cukup besar harus direncanakan
dengan konstruksi yang sesuai dengan ketentuan teknis yang berlaku.
(5) Setiap bangunan bertingkat lebih dari dua lantai, dalam pengajuan perIzinan
mendirikan bangunan harus menyertakan perhitungan strukturnya.
(6) Dinas yang mempunyai kewajiban dan wewenang untuk memeriksa konstruksi
bangunan yang dibangun atau akan dibangun, baik dalam rancangan
bangunannya maupun pada masa pelaksanaan pembangunan terutama untuk
ketahanan terhadap gempa.
Bagian Ketiga
Persyaratan Bahan Bangunan
Pasal 29
(1) Penggunaan bahan bangunan diupayakan semaksimal mungkin menggunakan
bahan bangunan produk dalam negeri/setempat, dengan kandungan lokal
minimal 60% (enam puluh perseratus).
(2) Penggunaan bahan bangunan harus mempertimbangkan keawetan dan kesehatan
dalam pemanfaatan bangunan.
(3) Bahan bangunan yang dipergunakan harus memenuhi syarat-syarat teknis sesuai
dengan fungsinya seperti yang di persyaratkan dalam standard Nasional Indonesia
(SNI) tentang spesifikasi bahan bangunan yang berlaku.
(4) Penggunaan bahan bangunan yang mengandung racun atau bahan kimia yang
berbahaya, harus mendapat rekomendasi dari instansi terkait dan dilaksanakan
oleh ahlinya.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
18 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
(5) Pengecualian dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mendapat rekomendasi dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
Bagian Keempat
Persyaratan Utilitas
Paragraf 1
Jaringan Air Bersih
Pasal 30
(1) Jenis, mutu, sifat bahan, dan peralatan instalasi air bersih harus memenuhi
standar dan ketentuan teknis yang berlaku.
(2) Pemilihan sistim dan penempatan instalasi air minum harus disesuaikan dan
aman terhadap sistim lingkungan, bangunan-bangunan lain, bagian-bagian
lain dari bangunan dan instalasi-instalasi lain sehingga tidak saling
membahayakan, menggangu dan merugikan serta memudahkan pengamatan
dan pemeliharaan.
(3) Pengadaan sumber air minum diambil dari PDAM atau sumber lain yang
dibenarkan secara resmi oleh yang berwenang.
Paragraf 2
Jaringan Air Hujan
Pasal 31
(1) Pada dasarnya air hujan harus dibuang atau dialihkan kesaluran umum kota.
(2) Jika hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak memungkinkan, berhubung
belum tersedianya saluran umum kota ataupun sebab-sebab lain yang dapat
diterima oleh yang berwenang, maka pembuangan air hujan harus dilakukan
melalui proses peresapan ataupun cara-cara lain yang ditentukan oleh Dinas.
(3) Saluran Air Hujan:
a. Dalam tiap-tiap pekarangan harus dibuat saluran pembuangan air hujan.
b. Saluran dimaksud harus mempunyai ukuran cukup besar dan kemiringan
yang cukup untuk dapat mengalirkan seluruh air hujan dengan baik.
c. Air hujan yang jatuh di atas atap harus segera disalurkan ke saluran di atas
permukaan tanah dengan pipa atau saluran pasangan terbuka.
d. Saluran harus dibuat sesuai dengan Ketentuan Perundang-undangan.
Paragraf 3
Jaringan air kotor
Pasal 32
(1) Semua air kotor yang asalnya dari dapur, Kamar mandi, wc, dan tempat cuci,
pembuangan harus melalui pipa-pipa tertutup dan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
19 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
(2) Pembuangan air kotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diolah
melalui proses penyaringan sebelum dialirkan ke saluran umum.
(3) Jika hal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak memungkinkan,
berhubung belum tersedianya saluran umum ataupun sebab-sebab lain yang
dapat diterima oleh yang berwenang, maka pembuangan air hujan harus
dilakukan melalui proses peresapan ataupun cara-cara lain yang ditentukan
oleh Dinas.
(4) Letak sumur-sumur peresapan berjarak minimal 10 (sepuluh) meter dari
sumber air minum atau air bersih terdekat dan/atau tidak berada dibagian
atas kemiringan tanah terhadap letak sumber air minum atau bersih,
sepanjang tidak ada ketentuan lain yang disyaratkan atau diakibatkan oleh
suatu kondisi tanah.
Paragraf 4
Tempat Pembuangan Sampah
Pasal 33
(1) Setiap pembuangan baru dan/atau perluasan suatu bangunan yang
diperuntukkan sebagai tempat kediaman diharuskan memperlengkapi dengan
tempat atau kotak atau lubang pembuangan sampah yang ditempatkan dan
dibuat sedemikian rupa sehingga kesehatan umum terjamin.
(2) Dalam hal di daerah lingkungan perkotaan yang tersedia kotak-kotak sampah
induk, maka sampah dapat ditampung untuk diangkut oleh petugas.
(3) Dalam hal jauh dari kotak sampah induk maka sampah-sampah dapat
dibakar dengan cara-cara yang aman atau dengan cara lainnya.
Bagian Kelima
Persyaratan Kelengkapan Prasarana dan Sarana
Pasal 34
(1) Setiap bangunan harus memiliki prasarana dan sarana bangunan yanag
mencukupi agar dapat terselenggaranya fungsi bangunan yang telah di
tetapkan.
(2) Setiap bangunan umum harus memiliki kelengkapan prasarana dan sarana
bangunan yang memadai,seperti:
a. sarana pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran .
b. tempat parkir .
c. sarana transportasi vertikal .
d. sarana tata udara .
e. fasilitas penyandang cacat .
f. sarana penyelamatan.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
20 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Pasal 35
(1) Setiap bangunan harus memiliki cara, sarana dan alat/perlengkapan
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang bersumber dari
listrik, gas, api, dan sejenisnya sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam:
a. Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 10/KPTS/2000, tentang
Ketentuan Teknis Pengamanan Terhadap Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
b. Standar Nasional Indonesia (SNI).
c. Ketentuan atau Standar lain yang berlaku .
(2) Setiap Bangunan umum harus dilengkapi petunjuk secara jelas tentang:
a. Cara pencegahan dari bahaya kebakaran .
b. Cara penanggulangan bahaya kebakaran.
c. Cara penyelematan dari bahaya kebakaran.
d. Cara pendeteksian sumber kebakaran.
e. Tanda-tanda penunjuk arah jalan keluar yang jelas.
Bagian Keenam
Persyaratan Kenyamanan dan Kesehatan Dalam Bangunan
Pasal 36
(1) Setiap bangunan yang dibangun harus mempertimbangkan faktor kenyamanan
dan kesehatan bagi pengguna / penghuni yang berada di dalam dan disekitar
bangunan .
(2) Dalam merencanakan bangunan harus memperhatikan :
a. Sirkulasi udara di dalam bangunan, dan setiap ruang harus mendapatkan
udara segar yang cukup;
b. Jumlah sinar/penerangan yang cukup sesuai dengan fungsi ruangnya;
c. Tingkat kebisingan yang dapat di terima .
BAB VI
PERIZINAN DAN PENGAWASAN BANGUNAN
Bagian Pertama
Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Paragraf 1
Arah Perencanaan
Pasal 37
Sebelum mengajukan permohonan IMB, pemohon harus meminta keterangan
tentang arahan perencanaan Kepada Dinas tentang rencana-rencana mendirikan
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
21 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
bangunan yang terdiri atas :
a. Jenis / Peruntukan Bangunan;
b. Luas lantai bangunan yang diIzinkan;
c. Jumlah lantai / lapis bangunan di atas / di bawah permukaan tanah yang
diizinkan;
d. Garis Sempadan yang berlaku;
e. KDB, KLB, dan KDH yang diIzinkan;
f. Persyaratan-persyaratan bangunan;
g. Persyaratan Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan Bangunan;
h. Hal-hal yang dipandang perlu;
Paragraf 2
Perencanaan Bangunan
Pasal 38
(1) Perencanaan bangunan rumah tinggal satu lantai dengan luas kurang dari 50
M² dapat dilakukan oleh orang yang ahli atau berpengalaman dengan tingkat
pendidikan serendah-rendahnya SLTA.
(2) Perencanaan bangunan sampai dengan dua lantai dapat dilakukan oleh orang
yang ahli dengan tingkat pendidikan serendah-rendahnya D3 (Sarjana Muda
Teknik Arsitek)
(3) Perencanaan bangunan lebih dari dua lantai atau bangunan umum atau
bangunan spesifik harus dilakukan oleh Badan Hukum yang telah mendapat
kualifikasi sesuai bidangnya.
(4) Perencana bertanggung jawab bahwa bangunan yang direncanakannya telah
memenuhi persyaratan teknis dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
(5) Ketentuan ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) tidak berlaku bagi perencanaan:
a. Bangunan yang sifatnya sementara dengan syarat bahwa luas dan
tingginya tidak bertentangan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Dinas.
b. Pekerjaan pemeliharaan / perbaikan bangunan, yaitu :
1. Memperbaiki bangunan dengan tidak mengubah konstruksi dan luas
lantai bangunan;
2. Pekerjaan memplester, memperbaiki petak bangunan dan lapis lantai
bangunan;
3. Memperbaiki penutup atap tanpa mengubah konstruksinya;
4. Memperbaiki lobang cahaya / udara tidak melebihi dari 1 M²;
5. Membuat pemisah halaman tanpa konstruksi;
6. Memperbaiki langit-langit tanpa mengubah jaringan lain;
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
22 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Pasal 39
Perencanaan bangunan terdiri atas :
a. Perencanaan Arsitektur;
b. Perencanaan Konstruksi;
c. Perencanaan Utilitas.
Paragraf 3
Tata Cara Mengajukan
Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (PIMB)
Pasal 40
(1) PIMB harus diajukan sendiri secara tertulis oleh Pemohon kepada Bupati atau
Dinas yang berwenang.
(2) Lembar isian PIMB tersebut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dengan Surat keputusan Bupati .
(3) PIMB harus dilampiri dengan :
a. Foto Copy Bukti Pemilikan Tanah;
b. Foto Copy KTP;
c. Foto Copy Bukti Pembayaran PBB;
d.. Satu Set Gambar Bangunan;
e. Perhitungan Struktur Untuk Bangunan Bertingkat;
f. Persetujuan atau Izin pemilik tanah untuk bangunan yang didirikan di
atas tanah yang bukan miliknya;
g. Untuk badan usaha yang bermohon harus melampirkan Bukti Tanda
Lunas Pajak (Fiskal).
Pasal 41
(1) Dinas mengadakan penelitian PIMB yang diajukan sesuai dengan syarat-syarat
administrasi bangunan gedung dan tehnis menurut ketentuan dari peraturan
yang berlaku.
(2) Dinas memberikan tanda terima PIMB apabila semua persyaratan administrasi
telah terpenuhi .
(3) Dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja setelah permohonan diterima
sebagaimana dimaksud pada ayat (2). Dinas menetapkan besarnya retribusi yang
wajib dibayarkan berdasarkan ketentuan yang berlaku, atau menolak PIMB yang
diajukan karena tidak memenuhi persyaratan tehnis.
(4) Pemohon membayar retribusi berdasarkan penetapan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) untuk PIMB yang memenuhi persyaratan teknik .
(5) Setelah pemohon melunasi retribusi yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4). Dinas memberikan Izin sementara untuk melaksanakan
pembangunan fisik .
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
23 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
(6) Untuk PIMB yang ditolak, harus diperbaiki mengikuti ketentuan yang berlaku
atau petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Dinas, kemudian untuk diajukan
kembali.
(7) Besarnya Retribusi akan diatur dalam Peraturan Daerah.
Paragraf 4
Keputusan Izin Mendirikan Bangunan
Pasal 42
(1) Izin Mendirikan Bangunan diberikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah
dikeluarkannya Izin Sementara .
(2) Izin Mendirikan Bangunan ditanda tangani oleh Bupati atau Dinas yang
berwenang yang ditunjuk olehnya .
(3) Izin Mendirikan Bangunan hanya berlaku kepada nama yang tercantum dalam
surat permohonan Izin Mendirikan Bangunan .
(4) Pemohon yang selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah berlakunya Izin
Mendirikan Bangunan belum memulai pelaksanaan pekerjaannya maka Surat
Izin Mendirikan Bangunan batal dengan sendirinya.
(5) Perubahan nama pada Surat Izin Mendirikan bangunan dikenakan bea balik
nama sesuai dengan ketentuan yang berlaku .
(6) Izin Mendirikan Bangunan dapat bersifat sementara kalau dipandang perlu
oleh Bupati dan diberikan jangka waktu selama-lamanya 1 (satu) tahun .
Pasal 43
Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (PIMB) ditolak apabila :
a. Bangunan yang akan didirikan dinilai tidak memenuhi persyaratan teknik
bangunan;
b. Tidak memenuhi persyaratan/ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 38
Peraturan Daerah ini tidak terpenuhi;
c. Bangunan yang akan didirikan diatas lokasi/tanah yang penggunaannya tidak
sesuai dengan rencana Kota yang sudah diterapkan dalam Rencana Umum
Tata Ruang Wilayah;
d. Bangunan mengganggu atau memperburuk lingkungan sekitarnya;
e. Bangunan akan mengganggu lalu lintas, aliran air (air hujan), cahaya atau
bangunan-bangunan yang telah ada;
f. sifat bangunan tidak sesuai dengan sekitarnya;
g. Tanah bangunan untuk kesehatan tidak mengIzinkan;
h. Rencana bangunan tersebut menyebabkan terganggunya jalan yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah;
i. Apabila adanya keberatan yang diajukan dan dibebankan oleh Pemerintah Daerah;
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
24 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
j. Apabila pada lokasi tersebut sudah ada rencana pemerintah;
k. Apabila bertentangan dengan undang-undang, Peraturan Daerah Propinsi atau
peraturan lainnya yang tingkatnya lebih tinggi dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 44
Izin mendirikan bangunan tidak diperlakukan dalam hal:
a. Membuat lubang-lubang Ventilasi, penerangan dan sebagainya yang luasnya
tidak lebih dari 1 m² dengan sisi terpanjang mendatar tidak lebih dari 2 (dua)
meter;
b. Membongkar bangunan yang menurut pertimbangan Dinas yang berwenang
tidak membahayakan;
c. Pemeliharaan/perbaikan bangunan dengan tidak merubah denah, konstruksi
maupun arsitektur dari bangunan semula;
d. Mendirikan bangunan yang tidak permanen untuk memelihara binatang jinak
atau taman-taman, dengan persyaratan :
1. Di tempatkan di halaman belakang;
2. Luas tidak melebihi 10 (sepuluh) m² dan tingginya tidak melebihi 1½
meter.
e. Membuat kolam hias, taman dan patung-patung, tiang bendera di halaman
pekarangan rumah;
f. Membongkar bangunan yang termasuk dalam kelas tidak permanent;
g. Mendirikan bangunan sementara yang pendiriannya telah memperoleh Izin
dari Bupati untuk paling lama 1 (satu) bulan;
h. Mendirikan perlengkapan bangunan yang pendiriannya telah diperoleh Izin
selama mendirikan suatu bangunan.
Pasal 45
Dilarang mendirikan, merubah dan merobohkan bangunan apabila :
a. Tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan, Izin Merubah Bangunan dan Izin
Merobohkan Bangunan;
b. Menyimpang dari ketentuan-ketentuan atau syarat-syarat lebih lanjut dari Izin
mendirikan, merubah dan merobohkan bangunan;
c. Menyimpang dari rencana pembangunan yang menjadi dasar pemberian Izin
Mendirikan, Merubah dan Merobohkan bangunan;
d. Menyimpang dari peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam
peraturan daerah ini;
e. Mendirikan bangunan, Merubah bangunan dan Merobohkan bangunan di atas
tanah orang lain tanpa Izin pemiliknya atau kuasanya yang sah.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
25 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Pasal 46
(1) Bupati dapat mencabut Surat Mendirikan, Merubah dan Merobohkan
Bangunan, apabila:
a. Dalam waktu 6 (enam) bulan setelah tanggal Izin di berikan pemegang Izin
masih belum melakukan pekerjaan yang sungguh-sungguh dan
meyakinkan;
b. Pekerjaan-pekerjaan itu terhenti selama 3 (tiga) bulan dan ternyata tidak
akan dilanjutkan;
c. Izin yang telah diberikan, kemudian ternyata di dasarkan pada
keterangan-keterangan yang keliru;
d. Pembangunan itu kemudian ternyata menyimpang dari rencana dan
syarat-syarat yang di sahkan.
(2) Pencabutan Izin Mendirikan, Merubah dan Merobohkan Bangunan diberikan
dalam bentuk Surat Keputusan Bupati kepada pemegang Izin di sertai
dengan alasan-alasannya.
(3) Sebelum keputusan sebagaiman dimaksud pada ayat (2) dikeluarkan,
pemegang Izin terlebih dahulu diberitahu dan diberi peringatan secara
tertulis dan kepadanya diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan-
keberatannya.
Pasal 47
(1) Pemohon Izin Mendirikan Bangunan wajib memberitahukan secara tertulis
kepada Dinas tentang :
a. Saat akan dimulainya pekerjaan mendirikan bangunan tersebut
sebagaimana yang tercantum dalam Izin Mendirikan Bangunan,
sekurang-kurangnya 24 jam sebelum pekerjaan dimulai;
b. Saat akan dimulainya bagian-bagian pekerjaan mendirikan bangunan,
sepanjang hal itu dipersyaratkan dalam IMB, sekurang-kurangnya 24
jam sebelum bagian itu selesai di kerjakan.
(2) Pekerjaan mendirikan bangunan dalam IMB baru dapat mulai di kerjakan
setelah Dinas menetapkan garis sempadan pagar, garis sempadan bangunan,
serta ketinggian permukaan tanah pekarangan tempat bangunan akan
didirikan sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan dalam IMB .
(3) Selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah diterima pemberitahuan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1), Dinas tidak melaksanakan
tugasnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka pemohon dapat
memulai pekerjaannya .
(4) Pekerjaan mendirikan bangunan harus dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang diajukan dan ditetapkan dalam IMB.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
26 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Pasal 48
(1) Selama pekerjaan mendirikan bangunan dilaksanakan, pemohon IMB dapat
diwajibkan untuk menutup lokasi tempat mendirikan bangunan dengan pagar
pengaman yang mengelilingi dengan pintu rapat .
(2) Bilamana terdapat sarana kota yang mengganggu atau terkena rencana
pembangunan, maka pelaksanaan pemindahan / pengamanan harus di
kerjakan oleh pihak berwenang, atas biaya pemilik IMB.
Pasal 49
(1) Pelaksana pekerjaan mendirikan bangunan sampai dua lantai dapat
dilakukan oleh pelaksana perorangan yang ahli atau berpengalaman dengan
tingkat pendidikan serendah-rendahnya SLTA.
(2) Pelaksanaan pekerjaan mendirikan bangunan dengan luas lebih dari 500 M²
atau bertingkat lebih dari dua lantai atau bangunan spesifik harus dilakukan
oleh pelaksana yang berbadan hukum yang memiliki kualifikasi sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
Paragraf 5
Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan
Pasal 50
(1) Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan dapat dilakukan oleh Pengawas yang
sudah mendapat Izin .
(2) Selama pekerjaan mendirikan bangunan dilakukan, pemohon IMB diwajibkan
agar menempatkan salinan gambar IMB beserta lampirannya di lokasi
pekerjaan untuk kepentingan pemeriksaan oleh petugas.
(3) Petugas Dinas berwenang untuk :
a. Memasuki dan memeriksa tempat pelaksanaan pekerjaan mendirikan
bangunan setiap saat pada jam kerja;
b. Memeriksa apakah bahan bangunan yang digunakan sesuai dengan
Persyaratan Umum Bahan Bangunan (PUBB) dan Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS);
c. Memerintahkan menyingkirkan bahan bangunan yang tidak memenuhi
syarat, demikian pula alat-alat yang dianggap berbahaya serta merugikan
keselamatan/kesehatan umum;
d. Memerintahkan membongkar atau menghentikan segera pekerjaan
mendirikan bangunan, sebagian atau seluruhnya untuk sementara waktu,
apabila :
1. Pelaksanaan mendirikan bangunan menyiimpang dari Izin yang telah
diberikan atau syarat-syarat yang telah di tetapkan;
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
27 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
2. Peringatan tertulis dari Dinas tidak dipenuhi dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan.
Paragraf 6
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 51
(1) Pelaksanaan mendirikan bangunan harus mengikuti ketentuan-ketentuan
peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku .
(2) Pemegang Izin mendirikan bangunan diwajibkan untuk selalu berusaha
menyediakan air bersih yang memenuhi kesehatan lingkungan tempat
pekerjaan di tempatkan sedemikian rupa sehingga mudah dicapai oleh para
pekerja yang membutuhkannya .
(3) Pemegang Izin mendirikan bangunan diwajibkan selalu berupaya
menyediakan perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan lengkap
dan banyaknya sesuai dengan jumlah orang yang dipekerjakan, ditempatkan
sedemikian rupa di dalam lingkungan pekerjaan sehingga mudah dicapai bila
diperlukan
(4) Pemegang Izin mendirikan bangunan diwajibkan sedikit-dikitnya menyediakan
satu MCK (Mandi Cuci Kakus) sementara, bila mempekerjakan sampai dengan
20 orang pekerja, untuk 10 orang berikutnya setiap kelipatan disediakan
tambahan masing-masing 1 (satu) MCK lagi .
Bagian Kedua
Izin Perubahan bangunan (IPB)
Paragraf 1
Izin Perubahan Bangunan (IPB)
Pasal 52
Apabila terjadi perubahan bangunan sesuai yang telah ditetapkan dalam IMB,
pemilik IMB di wajibkan mengajukan permohonan yang baru kepada Bupati.
Paragraf 2
Tata Cara Pengajuan IPB
Pasal 53
(1) Permohonan Izin Perubahan Bangunan (PIPB) diajukan secara tertulis kepada
Bupati oleh perorangan, badan / lembaga melalui Dinas dengan mengisi
formulir yang disediakan.
(2) Formulir isian PIPB sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) akan diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
28 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Paragraf 3
Penerbitan IPB
Pasal 54
(1) Dinas melakukan Penelitian atas PIPB yang diajukan mengenai syarat-syarat
administrasi, teknik dan lingkungan menurut peraturan yang berlaku pada saat
PIPB diajukan.
(2) Dinas memberikan tanda terima PIPB apabila persyaratan administrasi telah
terpenuhi.
(3) Dinas memberikan Izin apabila bangunan yang diajukan IPBnya telah memenuhi
persyaratan tehnis dan lingkungan.
(4) Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah diterbitkannya Izin
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3), Dinas menetapkan besarnya retribusi
yang wajib dibayar oleh pemohon sesuai dengan peraturan yang berlaku .
(5) Berdasarkan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemohon wajib
membayar retribusi .
(6) Dalam jangka waktu paling lama 30(tiga puluh) hari kerja setelah retribusi di
lunasi, Bupati mengeluarkan Izin Perubahan Bangunan untuk bangunan yang
bersangkutan kepada pemohon IPB.
(7) Besarnya Retribusi akan diatur dalam Peraturan Daerah.
Paragraf 4
Pengawasan IPB
Pasal 55
(1) Dalam rangka pengawasan perubahan bangunan, petugas dinas dapat meminta
kepada pemilik bangunan untuk memperlihatkan IPB beserta lampirannya.
(2) Dinas dapat menghentikan pekerjaan mengubah bangunan apabila perubahannya
tidak sesuai dengan IPB.
(3) Dalam hal terjadi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka setelah diberikan
peringatan tertulis serta apabila dalam waktu yang ditetapkan penghuni tetap
tidak memenuhi ketentuan seperti yang ditetapkan dalam IPB, Bupati akan
mencabut IPB yang telah diterbitkan.
Bagian Ketiga
Izin Merobohkan Bangunan (IHB)
Paragraf 1
Petunjuk Merobohkan Bangunan
Pasal 56
(1) Bupati dapat memerintahkan kepada pemilik untuk merobohkan bangunan
yang dinyatakan :
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
29 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
a. Rapuh .
b. Membahayakan keselamatan umum.
c. Tidak sesuai dengan tata ruang kota dan ketentuan lain yang berlaku.
(2) Pemilik bangunan dapat mengajukan permohonan untuk merobohkan
bangunannya.
(3) Sebelum mengajukan permohonan Izin merobohkan bangunan pemohon
harus terlebih dahulu meminta petunjuk tentang rencana merobohkan
bangunan kepada Dinas yang meliputi .
a. Tujuan atau alasan merobohkan bangunan.
b. Persyaratan merobohkan bangunan.
c. Cara merobohkan bangunan.
d. Hal-hal lain yang dianggap perlu.
Paragraf 2
Perencanaan Merobohkan Bangunan
Pasal 57
(1) Rencana merobohkan bangunan dibuat oleh perencana bangunan.
(2) Pengecualian ayat (1) tidak berlaku bagi :
a. Bangunan sederhana.
b. Bangunan tidak bertingkat.
(3) Perencanaan merobohkan bangunan meliputi .
a. Sistem merobohkan bangunan
b. Pengendalian pelaksanaan merobohkan bangunan.
Paragraf 3
Tata Cara Mengajukan
Permohonan Izin Merobohkan Bangunan (PIHB)
Pasal 58
(1) PIHB harus diajukan sendiri secara tertulis kepada Bupati oleh perorangan
atau badan / lembaga dengan mengisi formulir yang disediakan oleh Dinas.
(2) Formulir isian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan
Bupati
Paragraf 4
Penerbitan IHB
Pasal 59
(1) Dinas mengadakan penelitian atas PIHB yang diajukan mengenai syarat-
syarat administrasi, teknik dan lingkungan menurut peraturan yang berlaku
pada saat PIHB diajukan.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
30 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
(2) Dinas memberikan tanda terima PIHB apabila persyaratan administrasi
telah terpenuhi.
(3) Dinas memberikan rekomendasi aman atas rencana merobohkan bangunan
apabila perencanaan merobohkan bangunan yang diajukan IHBnya telah
memenuhi persyaratan keamanan teknis dan keselamatan lingkungan.
(4) Dalam waktu lima hari kerja setelah diterbitkannya rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Dinas menetapkan besarnya retribusi yang wajib
dibayar oleh pemohon sesuai dengan peraturan yang berlaku
(5) Berdasarkan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), pemohon wajib
membayar retribusi.
(6) Dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah retribusi
dilunasi, Bupati mengeluarkan Izin merobohkan bangunan untuk bangunan
yang bersangkutan kepada pemohon IHB.
(7) Besarnya Retribusi akan diatur dalam Peraturan Daerah.
Paragraf 5
Pelaksanaan Merobohkan Bangunan
Pasal 60
(1) Pekerjaan merobohkan bangunan baru dapat dimulai sekurang-kurangnya 5
(lima) hari kerja setelah IHB diterima .
(2) Pekerjaan merobohkan bangunan dilaksanakan berdasarkan tata cara dan
rencana yang di sahkan dalam IHB .
paragraf 6
Pegawasan Pelaksanan Merobohkan Bangunan
Pasal 61
(1) Selama pekerjaan merobohkan bangunan dilaksanakan, pemilik IHB harus
menempatkan salinan IHB beserta lampirannya di lokasi pekerjaan untuk
kepentingan pemeriksaan petugas
(2) Petugas berwenang :
a. Memasuki dan memeriksa tempat pelaksanaan pekerjaan merobohkan
bangunan .
b. Memeriksa apakah perlengkapan dan peralatan yang digunakan untuk
merobohkan bangunan atau bagian-bagian bangunan yang dirobohkan
sesuai dengan persyaratan yang disahkan dalam IHB;
c. Melarang perlengkapan, peralatan dan cara yang digunakan untuk
merobohkan bangunan yang berbahaya bagi pekerja, masyarakat sekitar
dan lingkungan, serta memerintahkan mentaati cara-cara yang telah
disahkan dalam IHB.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
31 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
BAB VII
SANKSI ADMINISTRASI
PASAL 62
Setiap pemilik dan/atau pengguna yang tidak memenuhi kewajiban pemenuhan
fungsi, dan/atau penyelenggaraan bangunan gedung sebagaimana dimaksud
dalam pasal 7, pasal 9, pasal 12, pasal 13, pasal 14, pasal 15, pasal 20, pasal 21,
pasal 51 dan pasal 52 dikenai sanksi administrasi dan/atau sanksi pidana.
PASAL 63
(1) Sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 62 dapat berupa :
a. Peringatan Tertulis;
b. Pembatasan kegiatan pembangunan;
c. Penghentian sementara atau tetap pada pekerjaan pelaksanaan
pembangunan;
d. Penghentian sementara atau tetap pada pemanfaatan bangunan gedung;
e. Pembekuan izin mendirikan bangunan;
f. Pencabutan izin mendirikan bangunan;
g. Pembekuan sertifikat layak fungsi bangunan gedung;
h. Pencabutan sertifikat layak fungsi bangunan gedung; atau
i. Perintah pembongkaran bangunan gedung.
(2) Selain pengenaan sanksi administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenakan sanksi denda paling banyak 10% dari nilai bangunan yang
sedang atau telah dibangun.
BAB VIII
PENYIDIKAN
PASAL 64
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi
wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak
pidana terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah ini, sebagaimana dimaksud
dalam Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan
berkenan dengan tindak pidana pelanggaran Perturan Daerah ini agar
keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.;
b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi
atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan
dengan tindak pidana;
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
32 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
c. Memintah keterangans dan bahan bukti dari orang pribadi atau adan
sehubungan dengan tindak pidanas;
d. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,
pencatatan, dan dokumen –dokumen lain, serta melakukan penyitaan
terhadap bahan buktii tersebut;
e. Memintah bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidakan tindak pidana;
f. Menyuruh berhenti dan/atau, melarang sesorang meninggalkan ruangan
atau tempatt pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa
identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana yang di
maksud pada huruf c;
g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana;
h. Memanggil seseorang yang berkaitan dengan tindak ptdana;
i. Menghentikan penyidikan;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak
pidana menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan;
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum
melaui Penyidik Pejabat Polisi negara Republik Indonesia , sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana.
BAB IX
KETENTUAN PIDANA
PASAL 64
(1) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang tidak memenuhi
ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, diancam dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak 10% dari nilai bangunan
jika mengakibatkan kerugian harta benda orang lain.
(2) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung dipidana penjara paling
lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak 15% dari nilai bangunan
gedung jika mengakibatkan cacat seumur hidup.
(3) Setiap pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung dipidana penjara paling
lama 4 (empat) tahun dan atau denda paling banyak 20% dari nilai bangunan
gedung jika mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.
(4) Dalam proses peradilan atas tindakan pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3)
hakim memperhatikan pertimbangan dari tim ahli bangunan gedung.
(5) Pelaksanaan pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),
dan ayat (3) sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
33 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 65
(1) Bangunan yang telah memperoleh Izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah
sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini dinyatakan masih tetap berlaku.
(2) Bagi bangunan yang telah ada sebelum Peraturan Daerah ini berlaku yang
belum memiliki surat Izin Mendirikan Bangunan dalam tempo 6 (enam) bulan
terhitung sejak tanggal Perundangan Peraturan Daerah ini diwajibkan untuk
memiliki Izin Mendirikan Bangunan. Penyesuaian bangunan tersebut dengan
syarat-syarat tercantum dalam Peraturan Daerah ini diberikan tenggang
waktu 2 (dua) tahun .
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 66
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi
Moutong.
Ditetapkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005
Diundangkan di Parigi Pada tanggal 25 Juli 2005
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN PARIGI MOUTONG
Drs. TASWIN BORMAN, M.Si Pembina Utama Muda
NIP. 010 081 665
LEMBARAN DAERAH TAHUN 2005 NOMOR 5 SERI E NOMOR 7
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
34 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
NOMOR 4 TAHUN 2005
TENTANG
BANGUNAN GEDUNG
I. UMUM
Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya,
mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak,
perwujudan produktivitas, dan jati diri manusia. Oleh karena itu penyelenggaraan
bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan
kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan
bangunan gedung yang fungsional, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi dan
selaras dengan lingkungannya.
Bangunan gedung merupakan salah satu wujud fisik pemanfaatan ruang.
Oleh karena itu dalam pengaturan bangunan gedung tetap mengacu pada
pengaturan tata ruang. Untuk menjamin kepastian dan ketertiban hokum dalam
penyelenggaraan bangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi
persyaratan administrasi dan tehnis bangunan gedung, serta harus
diselenggarakan secara tertib.
Keseluruhan maksud dan tujuan pengaturan bangunan gedung dilandasi
oleh asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan dan keserasian bangunan
gedung dengan lingkungannya bagi kepentingan masyarakat yang
berperikemanusiaan dan keadilan.
Dengan diberlakukannya semua penyelenggaraan bangunan gedung
baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah Kabupaten
Parigi Moutong yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat serta oleh
pihak asing, wajib mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam Peraturan
daerah ini. Pengaturan dalam Peraturan Daerah ini juga memberikan ketentuan
pertimbangan kondisi social, ekonomi dan budaya masyarakat. Berkaitan dengan
hal tersebut, pemerintah terus mendorong, memberdayakan dan meningkatkan
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
35 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalam peraturan
daerah ini secara bertahap sehingga jaminan keamanan, keselamatan dan
kesehatan masyarakat dalam menyelenggarakan bangunan gedung dan
lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak secara adil dan dijiwai dengan
pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
huruf a
angka 1
Bangunan Rumah Tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat ini
adalah Bangunan yang peruntukannya untuk ditinggali secara tetap.
angka 2
Bangunan Pelayanan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat ini
adalah Bangunan gedung dengan fungsi utama untuk bangunan
pendidikan, bangunan pelayanan kesehatan, bangunan peribadatan
dan bangunan kebudayaan.
angka 3
Bangunan Perdagangan dan Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat
ini adalah Bangunan gedung dengan fungsi utama untuk bangunan
pertokoan, pusat perbelanjaan, mal, dan pasar.
angka 4
Bangunan Industri sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah
Bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai industri kecil,
industri sedang dan industri besar/berat.
angka 5
Bangunan Pergudangan sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah
Bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat penyimpanan.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
36 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
angka 6
Bangunan Perkantoran sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah
Bangunan gedung dengan fungsi utama untuk tujuan-tujuan usaha
profesional baik itu perkantoran pemerintah maupun swasta.
angka 7
Bangunan Transportasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah
Bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai terminal, stasiun bis,
stasiun kereta api, halte bus, bandar udara, dan pelabuhan laut.
angka 8
Bangunan Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah
meliputi bangunan gedung dengan tingkat kerahasian tinggi atau
tingkat resiko bahaya tinggi seperti bangunan kemiliteran.
angka 9
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Angka 1
Kawasan perkotaan sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah
kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotan,
pemusatan dan distribusi jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan
ekonomi.
Angka 2
awasan pedesaan sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah
kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan
sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa
pemerintahan, pelayanan sosial dan ekonomi.
Angka 3
Kawasan khusus/tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat ini
adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai
strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan.
Huruf d
Angka 1
Bangunan di tepi jalan arteri adalah jalan yang melayani angkutan
umum dengan cirri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata
tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
37 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Angka 2
Bangunan tepi jalan kolektor adalah jalan yang melayani angkutan
pengumpulan / pembagian dengan cirri-ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah masuk dibatasi.
Angka 3
Bangunan tepi jalan antar lingkungan (lokal) adalah jalan yang
melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jauh dekat
kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalam masuk tidak di batasi.
Angka 4
Cukup jelas
Angka 5
Bangunan tepi jalan desa adalah jalan yang memiliki lebar badan
jalan kurang dari 7 meter samapi dengan 3 meter
Angka 6
Bangunan tepi jalan setapak adalah jalan yang memiliki lebar badan
jalan kurang dari 2 meter
Huruf e
Cukup Jelas
Huruf f
Cukup Jelas
Huruf g
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
38 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Pasal 15
ayat (1)
Cukup Jelas
ayat (2)
Cukup Jelas
ayat (3)
Cukup Jelas
ayat (4)
Untuk bangunan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah
bangunan-bangunan pada kompleks pertokoan dan/atau pergudangan.
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
39 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
ayat (1)
Cukup Jelas
ayat (2)
huruf a
Cukup Jelas
huruf b
Cukup Jelas
huruf c
Untuk transportasi vertical sebagaimana dimaksud pada ayat ini
adalah tangga, baik tangga manual maupun escalator atau lift.
huruf d
Cukup Jelas
huruf e
Cukup Jelas
huruf f
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
ayat (1)
Orang ahli atau berpengalaman dengan tingkat pendidikan serendah-
rendahnya SLTA sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah STM
jurusan Bangunan Gedung.
ayat (2)
Orang ahli atau berpengalaman sebagaimana dimaksud pada ayat ini
adalah D3 Jurusan Arsitek.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
40 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
ayat (3)
Cukup Jelas
ayat (4)
Cukup Jelas
ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 39
huruf a
Cukup Jelas
huruf b
Cukup Jelas
huruf c
Utilitas sebagaimana dimaksud pada pasal ini adalah sarana penunjang
yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
sosial, ekonomi dan budaya.
Pasal 40
ayat (1)
Cukup Jelas
ayat (2)
Cukup Jelas
ayat (3)
huruf a
Bukti Pemilikan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah
sertifikat atau akte tanah.
huruf b
Cukup Jelas
huruf c
Cukup Jelas
huruf d
Cukup Jelas
huruf e
Cukup Jelas
huruf f
Persetujuan atau Izin pemilik tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat ini adalah pernyataan dengan menandatangani pernyataan
persetujuan tetangga.
huruf g
Cukup Jelas
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
41 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
ayat (1)
Cukup Jelas
ayat (2)
Cukup Jelas
ayat (3)
Cukup Jelas
ayat (4)
Cukup Jelas
ayat (5)
Cukup Jelas
ayat (6)
Izin bangunan dapat bersifat sementara sebagaimana dimaksud pada
ayat ini adalah pemberian Izin berupa Surat Keterangan IMB.
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Cukup Jelas
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Perubahan Bangunan yang dimaksud pada pasal ini adalah:
1. Perubahan Fungsi Bangunan,
2. Perubahan Bentuk Bangunan.
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
42 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH NOMOR 24
PERDA NOMOR 4 TAHUN 2005
43 G:\Perda211\Baru\Kab. Parigi Moutong\2005\Bangunan Gedung.doc
top related