p:emet aan . terintegrasi kepurbakalaan ......peta 1 peta 1ckasi daerah banten girang, bantcn lama...
Post on 21-Nov-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PNOro<1~AM.f1.6"T~ 1
rU·-1 ~··
f, "-'
/
/( /
..
P:EMET AAN . TERINTEGRASI KEPURBAKALAAN.
BANTEN DAN JEPARA
i (
...
.. I BADAN KOORDINASI
SlHtYEY DAN PEMETAAN NASIONAL
JAKARTA
JJLID I
.,. I ... : •'---( .. f
• .i
• •
\ ••
' ', Ul\TIVERSlTAS GADJAH MADA:
FAKULTAS GEOG'RAFI
YOGYAKART!A
' I I I \
1 ·' I
l i I I
j
1 l I j
' .·.\
i
KATA PENGANTAR
I.aparan "Penginderaan Jauh untuk Penetaan Terintegrasi Kepurba
kalaan Daerah Banten dan Jepara" ini disusun atas dasar kerjasana
antara Proyek Inventarisasi dan Eva1uasi Suther Daya Nasiona1 Matra
Darat pada Badan Koordinasi Survey dan Penetaan Nasional (BAKOSURI'A
NAL) dengan Fakultas Geografi UG! yang tertuang dalam Surat Perjan
jian Kerjasama Namor : 087 A.U/De.II/!V/83 tanggal 11 April 1983.
Penyusunan laporan ini didasarkan atas inte:i:pretasi foto udara . ", . skala 1: 30 000 tahun pemotretan 1981 yang diperbeSar menjadi skala
1:7 500 dan skala 1:3 750, dan pen:;JUjian lapangan. Pengujian lapang-" .
" '
an terhadap hasi1 interpretasi foto udara tersebut did~UD:J den:]an
~i geo1istri.k dan gecnagnetik. Laporan ini terdiri dari dua ji
lid, Jilld I untuk Daerah Banten dan Jilld II unt\lk Daerah Jepara.
Pekerjaan interpretasi foto \Xiara, pengujian lapangan, survai
geo1istrik dan geanagnetik di1aksanakan oleh Tim Staf Pengajar Fakul
tas Geografi UG1 dan seorang asisten Fakultas Sastra Jurusan Arkeo-
Dengan tersusunnya 1aporan ini karni mengucapkan terina kasih
kepada :
1. Ketua BAI<CSURI'PNAL
2. Prof.Drs. Kardono Darrroyuwono, Pirnpinan Proyek Inventarisasi dan
Eva1uasi Smber Daya Nasiona1 Matra Darat pada Badan Koordinasi
survey dan Pemataan Nasional (lW<OSURl'ANAL) yang rrerrberi.kan keper
. cayaan untuk nelaksanakan peket-jaan ini.
3. Direktur Jendera1 Kebudayaan, yang m31l"berikan. pe1uang untuk diada
kan peneli tian pada cbyek kepurbakalaan Daerah Ban ten dan Jepara.
··--- ------------ ···-.
4. Pimpinan Proyek Pemugaran dan Peneliharaan Peninggalan Sejarah
dan Purbakala Ban ten.
5. Tim pelaksana pekerjaan interpretasi dan lapangan.
ii
Serroga lai;Oran ini dapa.t rrencapai sasararmya dan berguna bagi
penbangunan negara dan bangsa rrelalui penelusuran kenbali situs
situs kepU.rbakalaan.
ta, Januari 1984
UG1
-. PIDF. DR3. SURAS'IOPO HADISt.JM.l\mO
SUST)JNAN TIM PFNELITI DAN PEMBUAT LAPORJ\N
Penang~ jawab
K e t u a
Anggota
Konsultan
~kan Fakul tas Geograf i
Universitas Gadjah Mada
Dr. Sutikno I
1. Drs. Janulyo
2. ~vidya Nayati, B.A.
Prof .Drs. Surastop::> Hadi
surmrno
iii
DAFTAR IS!
KATA PENGANTAR i
DAFTAR IS! iii
DAFI'AR GAr-BAR vi
viii
DAFTAR PETA i.x
I I.1
A. Pengerti.an Pengin::leraan Jauh I .1
B. Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh dalam Studi I<epurbakalaan I. 2
c. Tujuan Survai I .6
D. Data dan Metode I. 7
1. Data I. 7
a. Citra Penginderaan ..; <-1uh I • 7
b. Peta Topografi I .a
c. Peta Gecm::>rfologi I . 8
d. Peta Tanah I. 8
2. t-EtOOe I. 9
a. Konsep Dasar I. 9
b. Interpretasi Citra Penginderaan Jauh I. 9
c. Pcngujiun MJcbn dan Pcrni.lihun lk10mh Srunpe1 untuk Survai G:!olistrik dan Gcxxragnet I .11
d. Survai Geo1istrik dan G9CJ'I'agnet pada Daerah Sampe1 I .12
II II.1
A. Lingkungan Alam II.1
1. Daerah Perbuki tan .Iend.ah II.l
2. Daerah Dataran Rendah
B. Sejarah Banten
1. Banten M:mjelang Abad 16
2. Banten Abad 16 - 18
III INTERPRETASI CITRA PENGrNIEJWIN JAW DAN HASIL PFNGUJIAN M!:DAN
A. Banten Girang
1. Keadaan Bentuklahan, Batuan dan Tanah
2. Kepurbakalaan
a. Gua di Tebing Sungai
b. Fondasi
c. Artefak Berupa Pecahan Keramik di Daerah Teras atas Sungai
B. Ban ten I.am:l
1. Keadaan Bentuklahan dan Tanah
2. Keadaan Tata Air
3. Kepurbakalaan
a. Parit
b. Bangunan Seperti Ikan Pari di Tarrbak
c. Dennaga
d. Galangan Perahu
e. J e.rrhatan Rantai
f. Tasikardi
g. Koopleks I<eraton Suroscwan
h. I<omp1eks Masj id Agung
i. Masjid Pecinan Tinggi
j . Ka1p1eks Keraton Kaibon
iv
II. 7
II. 9
II. 9
II.lO
III.1
III.l
III.3
III.4
III.S
III.S
III.8
III.8
III.S
III.9
III.9
III.lO
III.14
III.l7
III.l7
III.20
III .. 20
III •. 22
III.25
III.25
III .26
k. Beteng Spee1wijk
1. Kclcnteng Cina
C. Tirtayasa
1. l\eadaan Bentuk1ahan dan Tanah
2. Keadaan Tata Air
3. Kepurbakalaan
a. Kaiboo
b. Tirtayasa
1. Karpleks Pennkarmn Tirtayasa
2. Kranggan
IV HASIL SURVAI rnc>USTRIK r:wl ~IT DAEJ.Wi SAMPEL
A. Pengukuran Geolistrik
B. Pengukuran Geanagni t
V RANGKUW\N
A. Banten Girang
B. Ban ten Lama
C. Tirtayasa
REFERENSI
LAMPIRAN PETA
v
III.28
III.Jl
III.31
III.31
III.32
III.33
III.31
III.33
III. 35
III. 36
IV.l
IV.l
IV.lO
V.1
V.1
V.2
V.3
vi
DAFI'AR GAt-BAR
Garrbar 1 : Porrlasi di atas tebing sur¥Jai Ci Banten yang tersusun atas batu tuff yang dibentuk, di situs Banten Giran::J III.?
Gant>ar 2 Foto trlara saluran air (A) dan bangunan penjernihan air dari danau Tasi.kardi (B) untuk penyediaan air kratan Sw:osQolal'l III.l2
Garrbar 3 Foto udara ::;.i.tus Banten Larra yang menun-jukkan parit (A) yang rrengelilingi kraton Surosowan (B) III.l3
Glmbar 4 Foto udara dataran pantai Banten Lama yang rrenunjukkan bangunan berbentuk ikan pari di daerah arpang (A) dan (B) lckasi dike-tanukan pondasi pada Foto 6 III.l6
Gambar 5 Kenampakan yang diperkirakan dentaga pada zarran kerajaan Banten Lana (A) , Galangan Perahu (B) , Benteng Speelwijk (C) dan Kelenteng (D) III.l8
Gambar 6 Foto udara yang nenunjukkan lckasi Jerrbatan Rantai (A), Kalpleks Masjid Agung Banten (B) , Kattpleks Kratort (C) dan p;u-it (D) III.2l
GalTbar 7 Skets lapangan bentuk Jenbatan Rantai eli sebelah utara Masj id Agung Ban ten Lana III. 21
Garrbar 8 Foto udara Tasikardi (A) , Taman di tengah Tasi.kardi (B), Saluran air yang masuk ke Tasikardi (C) , dan (D) saluran yang keluar dari Tasikardi III.23
Ganbar 9 Foto udara yang nenunjukkan lokasi Masjid Pecinan Tinggi (A) , (B) nenara, dan (C) michroo masjid III. 27
Ganbar 10 : F'oto u1ara yang nenunjukkan situs Kaibon (A) dan bekas saluran air yang berasal dari Ci Banten Lama (B) III. 29
Garrbar 11 Foto u:!ara yang rrenunjukkan Benteng Speelwijk (A) , saluran air yang nengeli-lingi (B), dan Kel.enteng Cina (C) III. 30
Ganbar 12 Foto udara yang nenunjukkan situs Kaibon eli Banten Tirtayasa (A) dan jalan desa yang cliperkirakan jalan lama yang menghu-
III. 35 bungkan Pontang dan Tirtayasa (B)
vii
Garrbar 13 Foto udara yang nenunjukkan situs Banten -Tirtayasa (A) dan Kranggan (B) III.36
Ganbar 14 Profi1 distribusi tahanan jenis di 1okasi 1 sebelah utara Masjid Pecinan Tinggi IV.2
Ganbar 15 Profi1 distribusi tahanan jenis di lokasi 2 sebe1ah utara Masjid Pecinan Tinggi IV. 3
Glrrbar 16 Profi1 distribusi tahanan jenis di 1okasi 3 sebelah timur Beteng Spee1wijk IV. 7
Ganbar 17 Profi1 distribusi tahanan jenis di lokasi 4 sebelah tilnur Beteng Speelwijk IV • 8
Gurbar 18 Pola pagar tenbok keliling siku-biku {zig-zag) di sebelah tinur Beteng Speelwijk IV. 9
Ganbar 19 Profil distribusi tahanan jenis di lokasi Tirtayasa IV.ll
Garrbar 20 Profil memanjang intensitas magnetik di lokasi scbelah tenggara Kai.bon, nclalui KL dan AM, dan hasil interpretasi IV .13
Ganbar 21 Profi1 ne1intang intensitas nagnetik di lakasi sebelah tenggara Kaibon melalui GI, EF, rn, dan AB; dan hasi1 interpretasi IV.l4
'Garcbar 22 ·profi1 naranjang intensitas nagnetik di sebelah barat Bet.eng Spee1wijk rrelalui AB, CD, EF, dan GI; dan hasi1 interpretasi IV .16
Ganbar 23 Profi1 rrelintang intensitas nagnetik di sebe1ah barat Beteng Speelwijk melalui BJ, KL, lvN, <P, dan AQ; dan basil i.nterpretasi IV .18
DAFI'AR FUfO
Foto 1 Gua di tebing sungai dengan pintu len:Jkung bagian atas di situs Banten Girang
Foto 2 Pon:lasi di atas tebing sungai Ci Banten. Pondasi tertutup I"llllpJt-runputan tetapi nasih t:anpak alumya, temapat di situs Banten Giranj
Foto 3 Bentangalam yang menunjukkan jalur saluran air dari Tasikardi (A) dengan bangunan penjernihan (B)
Foto 4 Saluran air y.:.mg Irel'\gelilingi Kraton SurosONan ·
Foto 5 Lanjutan bekas saluran air yang nengelilingi Kraton SuroSONan, lckasi di sebelah barat !aut ~1asjid Banten
Foto 6 Pondasi yang terdapat di bekas bangunan yang berbentuk ikan pari di daerah enpang ( lokasi B pada Garrbar 4)
Foto 7 Porx:lasi yang diket.errukan pada bekas dernaga ( lokasi A pada Garrbar 5}
Foto 8 Gapura yang dipe.rkirakan nenghubungkan Kratan SuroSONan dengan galangan perahu
Foto 9 Danau Tasikat:di dengan taman di bagian tengah. Sebagian besar ditunbuhi ruap1t rawa, yang lain tergenang air
Foto 10 Benteng yang nengelilingi Kraton Surosowan yang tersusun atas batuganping yang d.ibentuk (A) dan batubata (B) (lckasi lihat Ganbar 6)
Foto 11 Katpleks Masj id hJUng Ban ten Lalla, pada foto tanpak masj id (A) , serarrbi nasj id dan Tinayah (B) serta rrenara (C) (lakasi lihat Gambar 6)
Foto 12 Bekas pcndasi, mihxab dan nenara rrasjid Pecinan Tinggi (lokasi 1ihat Garrbar 9)
Foto 13 Gapura dari bekas koop1eks Ka:ihcn (lo~si 1ihat Garrbar 10)
viii
III.6
III.6
III.l2
III.13
III.l4
III.16
III.18
III.19
III .2 3
III .2 4
III .26
III.27
III.29
Foto 14 Benteng Spee1wijk dengan gardu pengintai, cl.i.ming benteng tersusun o1eh batuganping yang dibentuk ( lokasi lihat Ganbar ll)
Foto 15 Be.kas un;>ak tiang bangunan yang diketenukan di situs Ban ten Tirtayasa
Foto 16 Fondasi clan tege1 bata yang diperkirakan pagar tenOOk ke1i1ing. Hasi1 ga1ian ooba yang 1okasinya di tentukan dengan pengukuran geo1istri.k pada profi1 1.
Foto 17 Fondasi bata yang diperkirakan pagar tenbok ke1i1ing. Hasi1 gall cooa. yang 1ckasinya ditentukan dengan pe.ngukuran geo1istrik pada profi1 2.
l:lAFl'AR PETA
Peta 1 Peta 1ckasi daerah Banten Girang, Bantcn Lama dan Banten Tirtayasa; skala skala 1:200 000
Peta 2 Peta qeo1ogi Tinjau Daerah Banten dan Sekitamya skalc"\ 1: 500 000
Peta 3 Peta Georrorfo1ogi Daerah. Ban ten dan Sekitarnya skala 1: 500 000
Peta 4 Peta Tanah Tentatif Daerah Banten dan Sekitarnya skala 1: 500 000
Peta 5 Peta Ikhtisar Kepurbakalaan Banten Girang skala 1: 7 500
Peta 6 Peta Ikhtisar Kepurbaka1aan Banten I...am3. skala 1:7~500
Peta 7 Peta Ikhtisar Kepurbaka1aan Banten Lana. ska1a 1:3 750
Peta 8 Peta Ikhtisar Kepurbakalaan Banten Tirtayasa skala 1: U 000
Peta 9 Peta Banten pada tahun 1624
ix
III.JO
III.36
IV.5
IV.5
II.2
II.3
II.4
II.6
III.2
III .• 34
I.l
I. PENDAHUWl\N
A. Pengertian Penginderaan Jauh
Sejak awal abad ke 20, pem:>tretan suatu wilayah dari udara
telah lll.llai dikenbangkan. Pada potret udara itu dapat dilihat obyek
obyek alamiah yang ada eli pe:mukaan buni seperti pegunungan, perbu
kitan, dataran, sungai, delta, hutan, dan cbyek-cbyek buatan rranusia
scperti sawah, jenbatan, jalan, candi, dan lain sebagainya. Sejak
awal tahun 1940-an t.eknik peiOOtretan atau perekarran permukaan bumi.
dari udara berkerrbang dengan pesat.
Penotretan dari udara nengenai suatu wilayah di pe:rrrukaan bumi
disebut pula penginderaan jauh. Pengiooeraan jauh adalah suatu cara
untuk IT'C1'!pCroleh inforrmsi tentang suatu cbyek di penrukaan bumi.
dengan cara pengukuran dari jarak tertentu tanpa rrenyentuh cbyek i tu.
wahana yang digunakan dapat berupa pesawat terbang, balm ataupun
satelit. Ini berarti, balwa dengan teknik penginderaan jauh akan
1renperluas lingkup penglihatan manusia, karena lingkup p:mglihatan
rnanusia sangat terbatas.
Pengenalan cbyek eli lapangan nerupakan bagian t:enting dalam
interpretasi citra penginderaan jauh. Tanpa nengetahui sifat-sifat
cbyek yang terekam pada foto udara, interpretasi citra p:mginderaan
jauh ticbk dapat di.lakukan. Dalam ncngerjukan intcrp.rct.:.u!.;i fot:o
udara harus diperhati.kan hal-hal sebagai berikut: (1) rona dan war
na, (2) tekstur, (3) bayangan, (4) bentulc, (5) pola, (6) letak.,
(7) pengukuran cbyek, dan (8) kaitan suatu cbyek dengan c.byek lain.
Dalam penginderaan jauh ada dua aspek penting, yaitu aspck
pcngunpulnn data, dan uspck un.:tlisis data. Citra pcngindcru.:m jauh
1.2
dapat berwuju:l foto udara, foto balon; dan foto satelit.
B. Perranfaatan Teknik Penginderaan Jauh dalam stu:li Kepurbakalaan
Interpretasi foto udara sangat berguna untuk studi arkeologi,
yai tu untuk nengetahui lakasi dan keadaan situs arkeologi.
Kegunaan foto u:lara bagi arkeolCXJi
Interpretasi foto udara nerupakan suatu kegiatan pra survai yang
sangat efisien bila digunakan dalam rangkaian kegiatan penelitian
arkeologi, sehingga pada kegiatan survai diusahakan rrerxlapat data
tarrbahan yang sebelunnya tidak terinterpretasi. Lain daripada itu,
daerah luas yang akan disurvai rrenjadi lebih dikenal rrelalui inter
pretasi foto udara, sehingga pekerjaan nenjadi lebih efisien.
Dengan menggunakan foto u:lara nerah-infra-tenral, dapat dide
teksi obyek yang berada beberapa rreter di bawah pennukaan tanah.
Hal-hal yang tidak tarrpak oleh rrata pada waktu survai lapangan teta
pi terl.ihat gejalanya pada foto. u:lara, dapat diuji kebenarannya di
rredan. Bila m:mang gejala tersebut nerupakan benda purbakala yang
t.erpermm, rraka ahli arkeologi atau peneliti akan Itatperoleh data
dan infornasi tarcbahan.
Hasil penelitian disiplin lain seperti keadaan geologi dan geo
nnrfologi daerah seterrpat, tentang keadaan tanah dan tentang keadaan
pcr~'-!Il tunhuhiUl di dilcruh itu, dup.:1t diguni.lk.im f:>cbag.::.d d.:lt.:1 pou-
banding. Foto udara ncnunjukkan kcudaan scbcnarnya eli la{Xlngan, f:>C-
hingga foto u::lara dapa t digunakan sebagai pedcnan yang berguna pada
kegiatan survai dan pengujian lapangan, terutama bila daerah terse
but bell.lll dikenal. Manfaat lain ialah dihematnya waktu dan tenaga.
Penggunaan foto udara untuk peneli tian arkeo1ogi
1. Di luar Indonesia
!.3
Interpretasi foto udara sangat berguna pada disiplin Arkeologi.
Salah satu kegunaannya ialah dapat manentukan lakasi dan keadaan
situs arkeologi.
Foto trlara yang pertama dibuat o1eh Daguerra dan Niepse pcrla
tahun 1839 dengan nenggunakan balon. Pada tahun 1840, di Perancis
foto udara sudah digunakan untuk nerbuat peta topografi. Foto u:la
ra yang pertama dibuat dari pesawat teJ:bang terjadi tanggal 24 April
1909 di Ita1ia, yang dilakukan oleh perierbang Wilbur Wright.
Di Inggris, sebe1um Perang Dlmia I, foto trlara telah digunakan
untuk studi arkeo1ogi Zaman Perunggu. Setelah Perang Dunia II,
penggunaan foto udara dalam studi arkeo1ogi se.nakin neningkat.
Granford misalnya pada tahun 1922 nenggunakannya untuk studi arkeo
logi Zam:m Perunggu. Ide tersebut kem.xlian berkenbang dan diguna
kan dalam rangkaian kegiatan penelitian arkeologi lainnya. Tetapi
keterangan penggunaan foto udara dalam arkeo1ogi tidak secara 1eng
kap dipero1eh. Jikapun ada, keterangannya tidak terperinci. Kete
rangan tentang penggunaan foto udara dalam stooi arkeologi yang da
pat dihimpun antara lain dari Amerika Serikat, Arrerika Selatan, be
berapa negara di Eropa, Afrika, dan Pasifik.
Di Arrerika Serikat, foto uiara pemah digunakan pada situs pra
sejarah di Loussinia dan tebing Claco, pada situs pemukiman di se
pajang Sungai Missouri, dan pada situs perdagangan di Dakota (Peeves,
1939, h.l999). Di Amarika Selatan foto udara digunakan di Bolivia
dan di situs Nasca Lines yang terletak di Peru, dengan hasil berupa
I.4
dit.enukan jalan ktmO sepanjang delapan kilareter (Lillesond et al,
1979, h.l66) I
Di Italia ditenukan ~ondasi bangunan dan jalan air di kota ku
no Spina malalui inte:r:pretasi foto udara, berdasarkan perbedaan rona
· turbuhan yang tanpak pada foto trlara. Di 5\o.edia foto \.rlara diguna
kan di situs Bjorko (Sjostodt,H, 1974) • Penggunaan di Inggris anta
ra lain pada situs Ditchly C'engan temuan beberapa teSTbok. dan parit
(Reeves, 1939, h,2012). Sedang kastil-kastil sepanjang pantai Eropa
Barat t.enmgkap juga nelalui interpretasi foto udara. Di Afrika foto
u:lara pernah digunakan di Tanzania, Kenya, Algeria, dan Mesir (Reeves,
1939, h.2046). Di Fiji pada situs Rewa Delta penggunaan foto udara
rronghasilk.an data tentang situs penuki.nan kuno yang mampunyai p:trit
dan beteng (Parry, 1978, h.l575). Sedang keterangan penggunaan foto
udara di Asia sanpai saat ini belurn diperoleh.
2 • Di Indonesia
Penerapan teknik penginderaan jauh telah dilak.ukan di berbagai
disiplin il.mu termasuk Arkeologi. Fhusus untuk Arkeologi penggunaan
teknik penginderaan jauh sebagai sal.ah satu alat untuk narperoleh
data dan informasi ke};UI'bakalaan suatu terrpat, belum digunakan seca
ra luas di Indonesia. Bel:::erapa situs yang pernah rrenggunak.an foto
u:lara sebagai alat peneli tian an tara lain carrli Bord::>u:lur, Candi
Prrurbanan, Palcnbang, TrONUlan, dan Plered.
Di Candi Borc:b1 .. nur, foto udara cUgunakan sd)agai penunjang ke
giatan penugaran untuk rremperoleh data dan inforrrasi tentang benda•
beOOa purbakala yang ada di lingkungan Candi Borcbudur. Hasil yang
diperoleh ialah ditemukannya benda-benda purbak.ala relalui pengujian
I.S
1apangan berupa pengga1ian, dan di.ketahui bahwa bentuk arupadatu
candi Boroowur beroentuk bulat te1ur. Sedang penelitian oleh Dinas
Purbakala tahun 1954 eli situs bekas kerajaan Sriwijaya, digunakan
foto udara untuk rrengawali kegiatan survai. Peneli tian ini berdasar
kan hasi1 pene1itian pel:Xenbangan garis pantai Sriwijaya dan rrencari
situs-situs CU'keo1ogi dalarn rangka rekoostruksi kota Sriwijaya (Soek
nono, 1979, h.75).
Di Trowulan, penginderaan jauh diteruskan dengan tujuan untuk
rrengungkapkan 1etak, bentuk, dan struktur bekas i.bukota kerajaan Ma-
. japahit (Kardono Darrroyuwooo, 1981). Foto udara yang eligunakan da
lam penc1i tian di situs ini ialah ( 1) foto udara hi tam-putih pankro
natik berskala 1:25 000 yang di1akukan pada tahun 1973, (2) foto
uclara infra-n'e!'ah warna semu dengan skala 1: 10 000, ( 3) foto udara
multispectral, dan (4) scanning infra-rrerah-ternal. Sedang rretodc
yang digunakan ialah rretode terintegra1 dengan nenggunakan penginde
raan jauh, rretode geofisikal dan nencocd<kan dengan catatan sejarah
dan peningga1an pw:bak.ala yang ada eli museun TrCNIU1an dan museum
Pusat Jakarta. Penelitian ini rrerupakan kerjasama antara Badan Koor
dinasi Survai dan Penetaan Nasiooal (BA.KOSURI'.ANAL), Direktorat Seju
rah dan Purbak.ala, Direktorat Jenderal Kebudayaan I:epa.rt.em3n Per):li
dikan dan Kebudayaan, Universitas Gadjah Mada, Institut T0knolO<Ji
U.:llll.h.UI<J, 1lm lcuba~J.a Pl"JK.:rb<.Ul<J~UI u~1 1\ntarllt!.>a N<t::ilcn. .. ,l (lJ\J>fiN).
llusi1 interprct:asi foto lrlara hitam-putih pankn.)Imtik di '1'.rowu-
1an, rrengungkaPtan adanya pola garis potoog- m?JTOtong tegak lurus
dengan arah utara-selatan geografis, dan arah utara-barat ge(XJrafis,
1.6
sclcb<.tr 20-25 rrct.cr. Diduga pola tcrsebut rre~upakan s~lu.ran ~ir Ir~<..ts~
lalu. Int.crprcbsi foto mara infra-mcrcl-1 warna scmu ncuberikilll du-
kungan tentang pola-pola jalur yang terinterpretasi pada foto udara
hitam-putih pankrooatik, dan diketahui bahwa jalur tersebut berhu
bungan dengan sungai Gunting (sungai anak Brantas). Di bagian uta
ra jalur yang berakhir pada sungai Gunting terdapat daerah yang le
bih tinggi dari daerah seki tarnya 1 dan rrerupakan peninggian bua tan.
r:aerah tersebut sekarang rrerupakan daerah pernukirnan dengan ba tas ti
nur adalah Candi Bajang Ratu 1 sedang batas sebelah barat yai tu desa
Parrlean. Lapangan Bubat diinterpretasikan terletak di kanpleks Iru-
scum TrONUlan.
llasil pengujian lapangan di Trowulan dengan survui geoclcktrik
dan gearagnetik terhadap pola jalur yang diduga jalan rrasa lalu,
ternyata jalur tersebut Irerupakan saluran air nasa lalu. Selain
itu hasil penggalian rrenemukan bekas pemuld.nan berupa fondasi runuh,
suwr 1 dan jalan yang diperkeras derlg'an batu selebar lcbih-kurang
1, 5 meter.
I<eberh<1~ilnn pcnggunaan foto trlara tidak t.crlcrx1s dari kcwli
ti.:m m::uY:Jinterprctusiki.ln foto ldlra dan pcncJal.:ulun dalarn ncncJk~i tk..:tn
imtara msil int.c:rpretasi terhadap keadaan lafUilC:Jun. Interprcl: .. :wi
foto udaru di suatu kawruxm tidak selalu cocok dcngan yang diduga,
se.hingga perqujian lapangan tetap Irutluk dilakul<.--:m untuk ncncJuj i
kcbenari.Jll interpretasi foto yang telah dilakukan.
C. Tujuan Survai
Seperti t.clah dijelaskan di nuka, interpretasi foto udara seba
gai salah. satu kegiatan penginderaan jauh sangat berguna illltuk studi
1.7
kepurbakalaan, yai tu untuk rrengetahui 1okasi dan keadaan situs ke
purbaka1aan. Survai ini bertujuan untuk roongenbangkan penorapan
teknik penginderaan jauh untuk pemetaan terintegrasi kepurbakalaan.
Pemetaan terintegrasi yang dirraks\.Xlkan di sini ada1ah perretaan ke
purba.kalaan yang didulrung o1eh berbagai unsur dari disiplin ilmu
yang lain seperti bentuklahan (larrlfonn), batuan, tana.h, dan tata.
air. Infonrasi yang terdapat pada peta kepurbakalaan sebagian besar
dipero1eh dari foto udara yang di1engkapi dengan i.nfonrasi yang di
pcro1eh dari peta t.enatik yang tersedia seperti peta topcgrafi, pct:..::J.
kepurbakalaan, peta gearorfo1ogi, dan peta tanah. Tiap-tiap peta
kcpurh."lk.:.tL:um disertai diskripsi yang sifatnya t.erinU..>grasi, yaitu
diskripsi yang ter1ihat dari berbagai disiplin ilrnu.
D. Data dan Metode
l. Data
a. Citra penginderaan jauh
(1) Citra Landsat
Citra ini bcrska1a 1: 500 000 dengan tuhun pe.rekanun 19 7 3.
Citra ini digunakan untuk menunjukkan 1c:kasi t:ampuk (situs) B.:tn
ten Girang, Banten Lama, dan Tirtayasa.
(2) Foto udara Infrarrerah warna seru
Foto udara ini berska1a 1: 30 000, dengan tahun ,pemotrctan
1981. Foto uclara ini diperbesar anpat ka1i dan delapan kali,
sehingga masing-masing berSkala 1:7 500 dan 1:3 750, dicetak 1~
"Branide Paper" yang be.r\-rujud foto lrlara hi tam putih. PL.ldi:l foto
1.8
u::lara dengan dua jenis skala ini dilakukan interpretasi arkeo1o
gi, gearnorfo1ogi, dan tanah.
b. Peta Topografi
Peta topografi yang digunakan dalam survai ini berska1a
1:50 000 yang terdiri dari IBtbar Pontang (4224 I) dan I.enbar
Se:rang (4224 IV) • Se1ain itu digunakan pula peta topcgrafi ber
skala 1:25 000 yang terdiri dari Lenbar 35/XXXVII/a; 35/XXXVII/b;
35/XXXVII/e; dan 35/XXXVII/f. Peta ini diterbitkan o1eh U3 Army
Map Se:rvice tahun 1962 dengan rrenggunakan data sebe1um Perang Dunia
II. Peta topograf i ini digunakan sebagai peta dasar da1am survni
ini.
c. Peta Gearorfo1'9i
Peta gearorfo1ogi berskala 1:1 000 000 yang dibuat o1eh
Pannekoek (1949) digunakan sebagai rujukan bagi narbicurakan gearor
f01'9i daerah survai. Bentuklahan (landform) yang 1ebih terperinci
ditafsirkan dari foto udara. Bentuk1ahan digunakan bagi r-etunjuk
rrcncari lokasi tapak kepurbakalaan.
d. Peta Tanah
Peta tanah yang digunakan berskala 1: 500 000, dibuat berdasur
kan interpretasi citra Landsat be:rwarna ska1a 1: 500 000 dengan n-c
rujuk kep.xla peta t:.anilh yang diterbitl<an oleh Pusat Penclitian Tanuh,
bcrskal.a 1:1 000 000, tahun 1960. Dalarn sl.irvai ini ~t.:l t4.mah digu
mkan untuk rremperkirakan daerah pertanian pada nasa sil.am.
1.9
2. ~tode
a. Konsep Dasar:
Survai ini rnenggunakan teknik peDjinderaan jauh untuk survai
kepurbakal.aan, yai tu ootuk mengetahui lakasi dan keadaan situs
kepurbakalaan. SUIVai ini dapat pula dipandang sebagai pengguna
an teknik penginderaan jauh untuk sUIVai Geografi Sejarah. Geo
grafi Sejarah adalah suatu studi geografi tentang nasa larrq;:.au yang
sedikit banyak berurutan waktunya, yang berkenaan dengilll peristi
wa-peristiwa nanusia, terut:ana mengenai aspek keruangannya.
Foto udara dapat nenggarnbarr.an keadaan pennukaan bum.i yang
relatif luas. Pcrbedaan refleksi gelarbang elektramgnctik c.byek
di permukaan bum.i, nenunjukkan perbedaan obyek di pennukaan bumi.
Selain sifat spektral ini, foto udara juga 1TI2Illpunyai sifat spacie1l.
Ini berarti bahwa foto udara dapat nenunjukkan lokasi suatu obyek •
di pennukaan bumi terhadap d:>yek yang lain di pennukaan bumi.
Sifat-sifat itu yang r-enye~a."::>kan foto U:ara nampu rrenunjuJ&..an lo-
kasi dan keadaan situs arkeolcqi. Dalam teknik peng.i.rrleraan jauh,
interpretasi citra dan pengujian roodan rrerupakan satu rangkaian
kegiatan yang tidak dapat dipisahkan. Pada pengujian nman dila
k.ukan pengujian dari berbagai disiplin ilrnu yang dapat rrcndukung
survai arkeolcqi scpcrti disiplin yang rrenpol.:ljari bcntukl.:ul<Ul
(lu.ndform) , batuun, tanah, diln tata air.
b. Interpretasi Citra PP.nginderaan Jauh
rntarpretasi citra penginderaan jauh dirrakstrlkan untuk nencntu
kan lokasi dan keadaan situs kepu:rbakalaan. Se~rti teliili disebut
kan di muka, citra penginderaan jauh yang digunak<m adalah foto lrla-
I.lO
ra bewarna skala 1: 30 000. Untuk rrerrperbesar dan rrenperjelas situs
kepurllakalaan, foto udara tersebut dipe:rbesar nenjadi berskala •,
1: 7 500 dan 1: 3 750. Interpretasi terhadap foto udara skala
1: 30 000 dilakukan pada ken~ tiga di.Irensi ~ngan xrenggunakan
stereoskop. '1\ljuannya adalah rrencari daerah yang diduga rrengandung
situs kepurbakalaan. Hal ini dilakukan dengan neru~uk kepada in
fonnasi kepurbakalaan dan sejarah. Pendekatan yang dipergunakan
untuk rrengadakan interpretasi cbyek kepurbakalaan dari foto udara
adalah dengan rrempelajari variasi karakteristik citra yang rreliputi
rona, tekstur, struktur, bentuk, bayangan, ukuran, pola dan situs.
Semua karakteristik citra tersebut diperhatikan dalam interpretasi
lakasi dan keadaan peninggalan kepurbakalaan, tetapi ada satu atau
lebih karakteristik citra yang lebih ditekankan karena karakteris-
tik citra tersebut dapat Irerrberikan infonnasi yang lebih jelas.
Pola, bentuk dan situs merupakan karakteristik yang selalu dipertim-
bangkan untuk interpretasi di daerah Banten I.arm. Cengan alasan
bahwa benda kepurhakalaan di Banten Lama masih jelas bentuk dan lo-
kasinya, sedangkan untuk daerah Banten Girang dan Tirtayasa yang
infonrosi pcninggalan kepurbakalaan S<.U1gat sediki t karukteristik citra
peningga.I.ari kepurbakalaan pasti berkaitan dengan kegiatcm nnnusia dan
uda kcmndcrungan bahwa sunua kcgiatan nunusia di pcnHL1Y..aan bumi nc-
ni.rrbulkan pola tertcntu serta rranilih tempat tertentu yang ncngun
tungkan. Basil interpretasi foto mara skala 1:30 000 aclaluh sat\.l."ID
delineasi daerah yang diperkirakan rrempunyai cbyek kepuroakal<1an dan
gar is besar keadaan cbyek kepurbakalaan tersebut.
I.ll
Keadaan yang lebih detail dari d:>yek kepurbakalaan tcrsebut di
peroleh dari interpretasi foto udara yang telah dipei:besar. Inter
pretasi foto udara pada skala yang diperbesar tersebut dil.akukan de
ngan kaca penbesar. Kri teria interpretasi yang dipergunakan sana
dengan sewaktu interpretasi dengan nenggunakan stereoskop. Hasil
interpretasi foto udara skala 1:7 500 da 1:3 750 tersebut adalah lo
kasi dan keodaan cbyek kepurbakalaan sarentara yang didukung oleh
data sekunder naupun kenampakan/gejala yang baru, hasil interpretasi.
c. Pengujian tredan dan pemilihan daerah sarrq::el· untuk survai geolis·
trik dan geamgnet
Te:rhadap hasil interpretasi foto udara skala 1:7 500 dan 1: 3 7 50
yang tergarnbarkan pada peta dasar, diadakan pengujian rredan. Tujuan
pengujian tredan adalah IOOnCOCckkan dan rrerrbetulkan hasil interpretasi
dan nelengkapi peta dasar dengan ooyak-abyek yanq dij\.lrllfXli di rredan
yang belum diinterpretasi pada foto u:lara. · Selain itu dalarn penguji
an medan tersebut juga dikunpulkan data yang lebih aktual rrengenai
ooyek kepurbakalaan yang telah diinterpretasikan pada foto u±rra;
misalnya pengukuran panjang dan lebar suatu ooyek, pengeboran tan.:m,
dan penganatan terhadap benda-benda kepurbakalaan. Survai geolistrik
perlu dilal<ukan tertladap kenampakan/gejala kepurbakalaan yang dapat
dikenal dari foto udara, tetapi lxmtuk, pola, dan pcnydx1ru.rmya di
nu1:m tid.:lk d.:.ip:.tt di.:.umti dengiln jelas olch karcna tcrtutup old1
t.a.nuh.
Pemiliha.n daerah sampel untuk survai geolistrik dan gearo<Jnit
ditentuka.n atas dasar kenampakan hasil interpretasi foto uda.ril dan
uji rredan yang nasih rreragukan kebenarannya dan kenampaka.n yang ter-
1.12
garrbarkan pada peta lama tetapi tidak dapat diketemukan da1arn inter-
pretasi dari foto udara dan pengujian Iredan. Daer<lh yang dipilih
untuk cliadakan survai geolistrik dan geanagni t adalah daerah seki tar
Beteng Speeh1ijk, ~sjid Pecinan Tinggi, dan Ka.i.bon, yaitu untuk rre-
lacak ketbali tercbok keliling yang trengi tari kota Banten lama.
d. Survai geolistrik dan geamgnit pada daerah sarrp=l
.tvEtode geolistrik adalah suatu cara untuk rrengetahui perlapisan
batuan, tanah, atau material di bawah permukaan bumi atas dasar ta-
hanan jenis (resistivity}. Hal ini didasarkan pada anggafXin bahwa
setiap lapisan batuan, tanah atau material yang lain nanpunyai tahanan
yang berbeda-beda yang disebut dengan tahanan jenis. Metode geolis
trik ini rrenggunakan arus listrik searah yang dialirkan ke dalum ta-
nah rrelalui dua buah elektroda. Petbedaa:n potensial yang ditirrbul-
kan oleh arus listrik tersebut diukur di pe:rrn.lk.aan bumi pada dua
buah elektroda potcnsial. Atas dasar susunan elektrcxlanya, car a
geolistrik dibedakan rrenjadi dua, yaitu cara Schlurrberger dan cara
Wenner.
Susunan elektroda cara Sch1unberger ada1ah 1/2 a (scten9ah ja-
rak elektroda potensia1} kurang dari atau sarra dengan 1/5 x 1/2 L
(L adalah jarak an tara dua elektroda arus} . Tahanan jenis di tentu-
kan dengan rumus:
AV p = c (1)
I
ful.arn hal ini
' p = tahanan jenis terukur (Ohrn-retcr)
1.13
C = koostante yang besarnya tergantung jarak d:t.n
susman elektroda
AV = perubahan potensial yang terukur (dalum m:ili
volt)
I = kuat arus yang dialirkan ke dalarn tanah (dalarn
mili amper) •
Susunan elektroda cara Wenner adalah:
dalrun hal ini
~ = L/3 (1 adalah jarak elektr<Xla potcnsial clan L
adalah jarak antara dua elektrcrla arus) . Tahanan
jenis diperhi tungkan dengan rumus:
AV p =2a-
l . . . . . . . . . . .
p = tahanan jenis (OhnHret.er)
(2)
a = jarak antara dua elektrcx'la ,I?Otensial (n>ctcr}
AV = penanbahan potensial (rnili volt)
I = kuat arus (rnili volt)
Cara Schlllrl'berger digunakan untuk rrengetahui penyebaran lapisan
tanah ke arah vertikal. Cara li\Jermer digunakan untuk lll2ngetahui per-
bcdaan lapisan tanah ke arah tertentu pada kedalarran tertentu. Cara
Wenner dipilih untuk pcnclitian di cl.:lerah r-enclitian m:~nqinqut Sill><U"-
an yang akan ditentukan adalah fondasi yang terpendam tanah tidak
terlampau dalarn dan penycbaran ke arah horisontal bclum dikctahui.
Jarak elektroda yang digunakan adalah R. = 2 rreter. Dengan cura de
mikian dapat diketahui tahanan jenis lapisan tanah/ll'aterial penutup
1.14
pcnnukaan sedalam 2 rreter pada setiap jarak 2 rreter. Data tahonan
jenis hasil pengukuran di lapangan yang dihitung dengun runUJS (2)
tersebut di atas, karn.xlian diganbarkan sebagai profil rramnjang
yang rrenggrurbarkan penyebaran tahanan jenis sepanjang garis lintasan.
Atas dasar variasi dan besamya tahanan jenis sepanjang garis lin
tasan tersebut diadakan pengecekan lapisan tanah dengan cara panbor
an maupun penggalian tanah.
Penggunaan rretoda geamgnetik dalam peneli tian ini d.inaksu:lkan
untuk rrendeteksi benda kepurba~alaan yang tert.ilrbun oleh tanah dengan
rrempelajari ancrrali magnetiknya. Ananali magnetik dapat diketahui
dari p;mgukuran intensitas madan magnet yang d.i.nyatukan dc.ngan grunna
dengan alat "Portable Protcn ~~gnitareter". Pemilihan daerah sarnpel
yang diukur intensitas rocdan nagnitnya ditentukan dari hasH inter
pretasi foto udara dan uji Iredan. Titik pengukuran ditentukan dengan
sistem grid. Pada daerah sampel yang akan diukur intensitas nl3dan
itagnitnya dibuat errpat persegi panjang yang ukuran dan arah sisi-si
sinya disesuaikan clengan tujuan penelitian dun keadaan rrcdan. O.llam
empat persegi panjang tersebut dibuat garis-garis yang sejajar dengan
sisi empat persegi panjang dengan jarak tertentu. Titik-titik perpo
tongan antara garis-garis sejajar tersebut rrerupakan titik-titik pe
pengukuran intensitas rredan magnit. Pada prakteknya titik pengukur
an tersebut dapat ditentukan dengan cara nenggeser pita ukur sejajar
den;Jan sisi empat perseg.i sanula pada jarak tertentu.
Data hasil pengukuran diplot pada kertas yang rrenggarrbarkan
sistan grid dari titik pengukuran yang diskalakan untuk rrerrbuat kon
tur m:::rlan magnitnya. B('rdasarkan kontur rredan nugnit ini dibuat
profil yang rrenggarrbarkan ancrrali nagnetik. Profil tersebut kemudian
I.l5
diinterpretasi untuk menentukan gejala arkeologi berdasarkan tipe
anamali megnetiknya.
Proton rragnet.cxreter sanga t sensi tif, sehingga kalau digunak.an
pada daerah pemuld.nan yang banyak material roognetiknya akan terjadi
gangguan-gangguan. Daerah peneli tian nerupakan daerah pe.muki.rran dan
daerah sanpel yang di tentukan terletak pula di daerah perrukinan.
~gan demi.kian kem.mgkinan besar hasil dari rretcrla rragnetik ini ba
nyak penyinpangannya. Oleh sebab itu untuk treroeteksi peninggalan
peninggalan yang tertutup tanah dalam ~elitian ini lebih rrenguta
makan rretoda geolistrik.
II.l
II. LINGKlNGAN AU\M DAN SEJARAH BliNTEN
A. Linokungan Alam
Uraian di bawah ini menekankan pada 1ingkungan a1arn yang :me.m
penJaruhi tata kehidupan m:musia saat Sekarang, dan diperkirakan
berpenJaruh terhada.p kehidupan manusia pada nasa l.arTFtu. Lingkung-
an a1am Yan:J dinak.sw ne1iputi bentuklahan, batuan, ik1im, tanah,
tata air dan vegetasi/penggunaan laban. I:aerah penelitian yang rran
bentang dari Te1uk Banten. hin;ga perbukitan di sebelah se1atan kota
Serang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
daerah perbukitan reOOah dan daerah dataran rerrlah (1.i.hat Peta 1 dan 3).
1. Daerah Perbuki tan Rendah
Daerah penelitian yang tennasuk perbukitan reOOah hanya neliputi
daerah yang scmpit saja, yaitu dari kota Seran:J bagian se1atan ke
arah selatan. Ketinggian berkisar antara 25 - 100 rreter di atas
muka air laut, dan rrerupakan perbukitan rerrlah. Lereng utara daerah
perbukitzu1 rerrlah ini marnpunyai kemiringan 2 - 5%. Daerah r:erbukit
an ini IrerUpukan ujung bawah dari kaki gunungapi Danau. Perbukit.:m
eli bagiill1 utara tersusun o1eh endapan vo1kilnik yang l.x:rupa tuff an
desitik, yang o1eh Bernre1en (1949) disebut dengan tuff Bantam. Pada
bagian selatan dari perbukitan, selain tuff andesitik dij\lll'lfBi pula
cnc1:tp:m l.:thar (Pct.a 2) •
Ikl i.Jn di tl.:tcrah pcrbuldtun diciril<.."ln olch curah hujim t·.:1t.:t-r.:ltil
tahunan scbesar 1840 rnn, temperatur rata-rata tahunan berki s.1r anta
ra 26° - 27°C, ke1e.mbab..liJ udara 70 - 80 %. Tipe iklirn rrenurut Kop~n
udah1h m, dan tipc curah hujan nenurut Schmitt & FcrCJusson a.da1ah
tipe c.
PETA LOKASI
OAERAH BANTEN GIRANG BANTEN LAMA
BANTEN TIRTAYASA
-- _____ \ ----·------------------ -····-----u
~fC.(IlDA
~ ';;..;J- JUhUI
Jal"n 1\.A
·;,.--· ~ w n ~ u 1 .. , Ia Ilk tan!,l~l
II.2
PE TA 1
U I""'""' .... ·-·------...1
~~·.:...._.______ ;:
PETA GEOLOGI TINJAU
OAERAH BANTEN DAN SEKITARNYA
.. .· ·········
,• ·· ..
v :' p>: ... :··~ ' '
,) t . . . ... '
l:, _.-·· -</· ,/ :, J'••. "'-:·· ..... . . ·... . . . . . . . . . . ~ . . . . : .· ..
• .. ,···· ...
A
A
·-- _____ [2~·· .I V
-------- -------------·-· -----------·-------
l._~_] "'"••wm r~=~~J HQicuul ~~IIHlOI•
r=TI &hJiuQn Sc"imC'n ftluo~•cn [.~~ Ut.aluun Sc'-lunen Mlo,cn
p
M
~UIII~~· ', 'c IIU.I L Wtt~hUI II ~Ill( II Ultil" ••"hi I; ~VUU. II·I~IJ
ti. 3
PETA 2
u
~
/ '.oiVII'J'II l t.~\llw~h.fll foolldhue 111161' ~o~f ftt•fltl &l•udrp
WC'•I J~,u •uJIC' I UJO WV ( t'~o~l•ll'- "'"'''
HCI-"'1' 1~11)
l hit C. UlhAIIJ ""''lhJ J: JU.uo0
~----.---~----------------~----~----------------------------------------~
- ------------
II. 4
PE TA 3 n=--=--==----..,--,,=-:-======-=-=:om=-:===--=-""-=· -· =-============="'\l
U li IT c; fOt•OOfOLOC.I AlioUI VU&cQI)III
C!::J ~~~~~.:In lcokokt• ~~"' ["i] Vf.llkllu tctluku • .,t''-'Ong
C.Q Cckuo9Uil 1'11101 ~othUol
.. lOt l>ll~kiUI<II
~ l'c~unungon tcuuk15 kuat
Q~ t'crlluhltun tcrkUd• ~tclkln»
t'~ ~IILHo~luhm ICI"t~ 1 -. IIU~~~~
A ••U t IU'thll
l .. ' .. J Ou,,,,uo "'""'ul
Ci~J OUhUIJh ~IW'fNI t-&.IUhlt
PETA GEOMORFOL~I
OAERAH BANTEN DAN SEKITARNYA
llcliny l'ontol
{8;:: llipo• "'~"ul .. QIOIIUI\
:..urt.l.Cf. I t.llh4 ,,.,,,,.,,, Uui•IC'II Ut.uu
•"'"'''"' I •..,l.IJOUU II, lllJ
'1.. t;,cu•uW•~IIviV:JJ' Ut~llo' vi U'-'l•&cu
Wt~t )U1f'_. Ct*"Lh •6.1111 tCtJ.tUIIa 1>1111 I
J, hUCI &.ffJUUI t.tuUU I: JfJ.IJW
II.5
Jenis tunah Yill1<J terdapat di daerah perbukitan udalah l.atosol
dan podsolik rrerah kuning (lihat Peta 4). Latosol berasal dari ba
tuan induk rraterial volkanik andesitik bersifat inte.rrrediet hingga
agak asam. Karakteristik latosol di daerah penelitian adalah: solum
tanah dalam, tek.stur geluh berlemp\ID:] (clay loam), struktur gunpal,
pH berkisar an tara 5, 5 - 6, 5, kesuburan sedang hingga agak tinggi.
Pcdsolik rrerah kuriing berasal dari material abu volkanik asam, dan
manpunyai karakteristik: solum tanah dalarn, tekstur lanpung berpa
sir (sarrly clay), struktur gumpal, konsistensi sangat lekat bil.a. ba
sah, pH berkisar antara 4, 5 - 5, 5; kesuburan rerrlah hingga sedang.
Dacrah perbukitan dilalui oleh Ci Banten • Sungai ini bcrnuta
air di gunungapi Karat¥J. Berdasarkan pen:;Janatan lapangan dan ana
lisis foto udara dan peta, lerrbah Ci Banten di daerah perbuki tan
cukup dalam dengan tebing curam. Lerrbah dalam dengan tebing curClll\
itu mungkin diakibatkan oleh nateri penyusun tuff an::lesitik yang cu
kup t:ebal dan kuran:r resisten tethadap erosi air sungai. Pola alir
an Ci Ban ten adalah derrlri tik dan pola saluran di daerah perbuki tan
adalah berliku-liku. Pola berliku-liku ini didukung oleh gradien
sungai yang relatif kecil: 0,45%. Air Ci Banten nengalir sepanjang
tahun dan pada nusim penghujan diduga debit sungai cukup besar.
Di beberapa t.einfOt terdap3.t bekas lerrbah sungai, yang ditinggal.k.:ln
seperti yang terdap3.t di sebelah sclatan kota Scn:mg. Potensi u.ir
tanah diperkirakan cukup baik, naterial perrbentuk akuifer rrerupakan
material volkanik. Kedalaman IlUlka air tanah cukup dalam, terutama
pada daerah dekat sungai.
II .G
fETA 4 ~======-·=-==~~-=-=-=-=-=-==-~-=~=-=-=-=-==-=-=-==-=-~~~=--=--=---=~~=-==~====~
t
PETA TANAH TENTATIF DAERAH BANTEN DAN SEKITARNYA
0 5 10 1!. 20. 2$Km ......_.,..;.;.:::::~·.:.:..--.:.:.":·~
..... · ·... \
· ..... · ... :
··· ....
Pod•ou~ Ncoah llwnin~
LOI"ti"l dOtl butuwn lict." 4,1~n &IIQIUCin lniCitnf&Uef
LOI0\~1 oluoj IIOIIIUR be~~ O•llm
Cl···· ..... oao1cn Lllma
·· ... · ........................... .
s
':. .....
u
~
Suwl#ct• \.futw Ltlll~•ul .. ..Ju\cu whuu, ~ .. ui., I· "AJU\)IJU lh 1:111
l .. C'I&.I hlfh,lt Ju .... UUhll -.. ll. Ul'-' I~ IWU Ui.IU, ~u•l
t~c""'""'"h Ccntct, l~titU
l.f"'" Wuoa •kUiol I: •u. uoo
&;,..;·.;:-=;-;;,..;.;··.;.··...;·;;;;---;;..·:.;.··c.:..·'-'-';...;..;.;...=;..-_____ ... .__
II.7
. Penggunaan lahan yang terdar:a t di daerah r:erbuki tan adalah te-
galan, pemuk:inan, dan perkebunan. Tananan yang t:e.rdapat pada tegal-
an antara lain ketela pdlon, jagung, kedelai dan kilcang tanah, se
dangkan pada pekarangan antara lain kelapa, pisang 1 dan buah-buahan.
Di lenbah bekas sungai yang di tinggalkan di turrbuhi turrbuhan sejenis
nipah, misalnya di desa Sayabulu di lc:kasi Banten Girang.
2. Daerah Dataran Rend.ill
Daerah dataran ren:lah ini rrerupakan dataran aluvial p.mtai yang
nanpunyai ketinggian antara o - 25 m dari permukaan laut, kaniringan
lereng kurang dari 2 %, relief datar hingga landai dan beberapa dae
rah JrerUpakan dataran berrawa. Batuan terdiri dari endapan lempung
baru (recent) 1 yaitu di daerah-daerah dekat garis pantai dan dataran
banjir sungai, dan endapan umur relief tua (subrecent) 1 yaitu di
daerah-daerah yang letaknya relatif jauh dari garis pantai dan di
daerah dataran banjir sungai lama (Peta 3).
Dacrah penelitian yang te:rnasuk dataran aluvial adalah daerah
Bantan Lana dan Tirtayasa. Bentuklahan yang terdapat pada dataran
aluvial ini adalah dataran banjir, tanggul alam, sungai 1 jalur su-
n:Jai yang ditinggalkan, beting pantai (beach redges) dan dataran
a! uvial pantai. Tanggul alam dan beting pantai umurnnya lcbih ting-
qi 1 bila dilx..nilincJ dcnjdn bcntul<lah:m lain [Xttb cbt~tran aJuvi,tl.
Oh~1 ~LU..tb itu L.tr~<.J<JUl al\..Uu d:m l..ll!Li.n<J p:mL<ti jdl"dll<J u~nJcJtdlt<J old1
air bunjir yang sering melanda dataran aluvial ini.
Batuan J:enyusun dataran aluvial adalah endapan aluvial. Enclap
an aluvial pada tiap-tiap bentuklahan seperti tersebut di atas rrem
punyai nateri yang bert>eda-beda. Materi }?enyusun pada tanggul alam
II.8
dan beting pantai adalah lerrp~ berpasir dan pasir halus, sedang
kan pada bentuklahan yang lain terut:ana eroapan lanpung. Errlapan
aluvial yang terletak jauh dari garis pantai ben1nur lebih tua.
Iklirn di daerah dataran rendah rnerrp.myai ciri curah hujan ra
ta-rata tahunan 1840 nm, suhu rata-rata harian antara 26 - 27°C,
kelerrbaban udara rata-r . ta 70 - 80 %, tipe iklirn m::murut Koppen
yaitu tipe hN dan tipe curah hujan xrenurut Schmidt & Fergusson yai
tu tipe c.
Jenis tanah yang ada meliputi tanah aluvial kelabu, Aluvial
hidrarorf, dan Gleihtm.lS. Aluvial kelabu berasal dari bahan induk
endapan lerrpung di daerah dataran banjir sungai, dataran aluvial
dan larbah-lerrbah bekas sungai. Tanah aluvial hidrarorf dari bahan
Wuk endap:m lanpun:;J tel:dapat di dataran aluvial yang hanpir sela
lu tergenang air sepanjang tahun. Kedalaman air tanah dangkal, ku
rang dari 0, 5 m. Penyebaran di daerah daratan bcrawu dan dataran
rendah yang tergenang air, sekarang digunakan untuk 1ahan errpang.
Tanah Gleihunrus rerrlah ten:lapat di daerah dataran aluvial berawa
yang diturrbuhi rumput-rumput rawa, dan eli lerrbah-lerrbah bekas su
ngai lana yang sebagian masih tergenang air seperti di daerah Pen
tang dan Kasenan.
Dataran aluvial clilalui oleh sungai yaitu sungai Ci Banten dan
Ci Ujung, dan bc?berapa sungai kecil lainnya. Gradiermya scmgat ke
cil bahkru1 rrcndckati 0%, dasar sungai sangat dangkal dun bany.::tk rrem
bentuk liku-liku sungai, sehingga pada waktu musirn hujan sering ter
jadi banjir. Beberapa daerah yang sering terkena bencana banjir ya:
i tu di claerah Pontang, Karangantu dan Tirtayasa. Air tanahnya sanga t
dangkal yaitu berkisar antara 0,5 - 3 m. Di dataran aluvial dekat
II .10
1ah selatan pusat kota Serang, yaitu di desa Sayabulu, dekat desa
Sempu. Banten Girang ter1etak 106°9 130!' BT, 6°5 130" IS pada 1itntan
yang re1" bh yang dila1ui o1eh Ci Banten. Diduga bahwa perahu-perahu
dapat rrencapai Banten Girang nelalui Ci Banten.
2. Ban ten .Abed ke 16 - 18
Banten Girang dipindahkan ke daerah pantai dengan a1asan agar
hubungan antara daerah pesisir utara Jawa dan pesisir Surratera 1ewat
Se1at Malaka dan Sa.m.rlera India nenjadi nu:lah (Mundarjito dkk, 1978: 1) •
Situasi ini berkaitan dengan situasi po1itik Asia Tenggara pada waktu
itu, tatkala Malaka jatuh ke tangan Portugis, sehingga pedagang-peda
gang yang enggan berllubtmgan dengan Portugis nenga1ihkan perllatiarmya
ke Banten.
I<ota Banten sebagai ibukota kerajaan suiah nenpunyai pagar tem
bok yang terbuat dari batubata sebagai pagar t:errbok ke1i1ing kota
(Rouffoer, 1929: 104-106). Peta voc tahun 1624 menggambarkan tembok
sekeliling kota. Di daerah yang dikeli1ingi tembok itu antara lain
terdapat Kraton SurOSCMan, Masjid At:Jtmg, Alun-A1un, dan pasar kecil.
Perkampungan Cina teroapat di sebelah bar at pagar teabok, dan pasar
besar terdapat di sebelah tinur laut pagar tenbaK, yai. tu di t:cpi
pantai.
'
III.l
III. INTER?mTASI CITRA PENGINDERAAN JAIJI DAN' HASIL PENGUJIJ\N
MEDJ.\N
A. Banten Girang
Infornasi kepustakaan mengenai Banten Girang sangat kurang.
salah satu infornasi yang dapat digunakan untuk. dasar interpretasi
citra pengiOOeraan. jauh untuk kepurbakalaan Banten Girang adalah
laporan yang ditulis oleh Hasan Muarif Arrbary (1977) yang rrenyebut
kan bahwa : "Banten Girang terletak 5 kil.areter ke arah selatan da
ri kota SerClnJ, dan menurut Babad Banten merupakan tempat paro .. .1Jd.m.m
pert.am:.l yang menganut ajaran Islam; Banten Girang dilalui sungai
rrelingkar yarq dapat berfungsi sebagai pert:ahanan dan jalur kanuni
kusi yang b:lik" • Atas dasar in.farnasi tersebut intcrprc tusi foto
udara ditujukan txtda daerah sepanjang Ci Ba.nten yang lcbih kurang
berjarak 5 km arah ke selatan kota Serang. Pada waktu dilakukan
interpretasi foto uda.ra ada beberapa tenpat yang diduga rrerup:lkan
situs Banten Girang, tetapi setelah diadakan perqujian rredan didu:Ja
bahwa situs kepurbakalaan Banten Girang terletak di sekitar aliran
Ci Banten lebih kurang berjarak 5 km dari kota Serang yaitu di dcsa
5ayabulu sebelah barat desa Sempu (lihat Peta 5) •
Keadaan lin;:Jkungan a lam dan fenarena kepurba.kalaan Ban ten Gi
r4:l.O:J l.l)"-Hl (.]iuru.iJ<4ll1 berUa!.>l.lrJ"-tn intc . .:.rprel::<.l:c;i foto u.'br.1 <.kill J.ll'l1lJUj i
an no:.bn. Lint]kUilCJun al4Un yang diuralkiln ncliputi l<utli~>Ul ))0ntuk
lahan, batuan, ~' dan tata air, sedangkan urali1.n m.:m:Jemi feno
nena kepurbakal.aan rreliputi : Gua di tebing sungai Banten, fon:lasi
dan artefak bcrwujud pecahan keramik di permukaan tanuh.
III .2
---·--------···--.. ·----------------------- ·-------- ---·--------------·----- --------.----------- -·- --------- --
PETA IKHTISAR KEPURSAKALAAN
BANTEN- GIRANG, SERANG
0 IS lUm '---- "'- ·: ..•. :&....-:..;.....::.·~-::..:.;.::J
u
L i CO £II II A
Jo ao n Ltc ,.J,
Jolon <Juu
l~fQI •wn~wl
~ Sung6.11 f.Uiftbf'l~ fo1G U0..10 \lo.U'G 1 ; :10.00\)
dlpet&,c~"' '""" don &lulo.~ '""u•~~ou
III .3
1. Keadaan Bentuklahan, Ba tuan, dan Tanah
Situs kepurbakalaan Banten Girang merupakan daerah antar sungai
Cantara Ci Banten dan anak sungainya) yang terletak pada daerah per
bukitan rendah. Top:xJrafi bagian atas relatif datar, kemiringan
kurang dari 2%, dan ket:in:Jgiannya sekitar 40 m di atas petm.lkaan air
laut. Ci Banten pada situs Banten Girang mempunyai lerbah yang da
lam, berdirrling terjal 1 . dan rnE!'Ipllnyai pola saluran ber liku-liku.
Hasil perhitungan di peta t.op:>grafi skala 1:50 000 nenunjukkan bahwa
gradien sungai Ci Banten adalah rendah, yaitu sebesar 0,45% 0 • Anak
sungai Ci Banten yang terdapat di situs Banten Girang rrenunjukkan ke
nanpakan teras-teras sungai. Pada saat penelitian1 alur anal< sungai
tersebut diturrbuhi sejenis nipah. Jika turrbuhan tersebut m::mmg ni
pah, maka berarti bahwa air anak sungai bersifat payau. D:mgan dani.
kian t.iltbul suatu kenll.ll"¥:Jkinan bahNa pasang air laut dapat rrencapai
situs Banten Girang. Adanya teras-teras sungai pada anak sungai ter
sebut Ill..Jn3kin diak.ibatkan oleh dua hal, yaitu (1) adanya pengangkat
an, dan (2) pengikisan terlladap naterial yang tererrlapkan di sepan
jang saluran anak sungai tersebut. Material yang terendapkan terse
but nungkin rrerupakan eroapan volkanik hasil erupsi dari gunungapi
di se.belah selatarmya 1 yai tu gun~api Danau.
Dipandang dari scgi geolCXJi 1 d:lerah sckit.:lr situc; Hanten Giran<J
n'Crupak.:m baf:Jiilll dari struktur volkan. Batuannya tcrsusl.U1 duri cn
d.:l£.ll11 volk.:mik yung lx!rupa tuff andesitik, lahar dan ,tuff agloncrat.
Tuff arrlesitik dan tuff aglarerat banyak. tersingkap puda tebing su-
ngai Ci Banten (Peta 2) •
Jenis tanah yang terdapat di situs Banten Girang adllah latosol
coklat. I.atosol ~rsebut rrempunyai sifat sebagai berikut: tanah su-
III .4
dah berkerrbang, sa1uran tanah agak tebal, tekstur geluh berlempung
(clay loam), struktur gunpal., kO'lSiStensi gatbur hingga teguh, dan
1ekat bila basah, pH berkisar antara 5,5 - 6 dan kesuburan sedang
hingga agak subur.
I Air slUlgai Ci Ban ten yang rrelalui situs Banten Girang rrengalir
sepanjang tahun. Air sungai be.twarna coklat kekuningan, yang rrenun
jukkan bahwa mua~ suspensinya til:ggi. Surqai Banten lTS1lf:OllYai
gradien yang kecil, pola salurannya ber1iku-liku dan 1ebar slUlgai
1ebih kuran:J 10 m. Dengan keadaan slUlgai seperti itu naka dapat di
perkirakan baffi.1a pada nasa silam sungai.-sungai itu dapat diperguna
J<.an sebagai sarana lalu lintas air dan perlindungan atau pcrtahanan
terhadap serangan IIllSuh.
Berdasarkan keadaan lingkungan alam yang rreliputi bentuklahan,
batuan, tanah, dan tata air tersebut, naka situs Banten Girang rna
nang nerungkinkan sebagai pusat panuldnan pada rrasa lanpau.
Hal ini disebabkan pada hal-hal sebagai berikut:
(1) teras sungai atas nerpinyai topografi &tar dan terdiri dari
naterial endapan volkanik yang relatif subur, yai tu terdiri da
ri tanah latosol yang rrarpunyai kesuburan sedang hingga subur.
(2) terhindar dari bahaya banjir mengingat sungai yang nengalir di
daerah itu nanpunyai tebing yang terjal dan dalam.
(3) pcrsooiac:m air Jn.i.nwn yang cukup dan rmrl:lh dicl.:lpat.
2 • Kepurbakalaan
Peninggalan kcpurbakr1laan yang dijunpai. di Bantcn Girang ad:tlcll:
Gua di tebing sungai Ci Banten, fondasi di atas tcbing sungai dan
artefak (pecahan keramik) di daerah teras sungai atas.
III.S
a. Gua eli tebing sungai
Gua ter1etak di tebing sungai 1ebih kurang 3 rreter di atas
dasar sungai sekarang. Pintu masuk gua Ire!\l)unyai bentuk dasar rata,
dindi.ng tegak dan bagian atas lengkUNJ. Ukuran pintu rrasuk 1ebih
kuran:J 60 an dan tinggi lebih kurang 150 em. Bentuk dan ukuran pin
tu gua datat diperhatikan dari Foto 1. lwtmurut pmjelasan perd\.rluk
seterrp:it bentuk bagian · dalam gua bulat menanjang dan rcenjorck ke da
larn s~i mancatai t:enpat di bawah fa1dasi. Gua i tu clibuat tada
batu pasir bertuff (tuffaceous sands tale) yang karpak.
Fungsi gua, berdasarkan diskusi di lapangan dengan Pinpinan
Proyek Penugaran dan Pe.ne1.iharaan Peninggal.an Sejarah dan Purbakala
Banten, ada beberapa dugaan yaitu (1) sehagai tempat p:mjagaan dan
J?ertahanan, (2) sebagai gu:iang t:el"lpat barang yang dip3rjual-belikan,
dan (3) sebagai tempat lewatnya raja atau J?ejabat kerajaan sewaktu
rrenjalankan perjalanan rrelalui sungai. Slrlah barang tentu dugaan
tersebut pe.rlu pengkajian lebih lanjut.
Selain di Banten Girang, gua di tebing sungai juga dijurrpai di
hu1u sungai Ci Ujung. Posisi gua terhadap sungai mirip defBan gua
di Banten Girang. Ada dua tipe bentuk pintu gua di tebing hulu su
ngai Ci Ujung ini, yaitu errq;:at persegi dan lingkaran. M=nurut pc:nje
lasan Pi.rrpinan Proyek Penugaran Banten Lama, gua ini dip;~rkirakan
sel.llll.lr dengan kerajaan Padjadjaran yang beragarra Hindu. Ini berarti
lebih tua jika dibandingkan dengan gua eli tebing sungai Ci Banten di
Ban ten Girang.
b. Ft>ndasi
Fondasi terletak lebih ku:rang 100 m arah ke hulu dari gua di te-
III .6
; : ..
- ---···--------···· --- ··--------·---------------- ------· - ..
Foto 1 : Gua di tebing sungai dengan pintu lengkung bagian atas di situs Ban ten Girang
•
Foto 2 : Fondasi di utas tebing sungai Ci Ban ten. pondasi tcrtutup rumput-rurrputan, tetapi nasih t.ruT1[Uk ulumya, tcrilip.:1t di situs Ban ten Girang
III. 7
bing smgai Ci Banten dan berac.a eli atas tebing sungai. Fondasi ter
letak pada bagian atas dari gundukan tanah yang tingginya lebih ku
rang 2 m di atas pernukaan tanah di sekitarnya. Fondasi terdiri dari
3 teras (trap) yang tersusun atas balok batu pasir bertuff (tuffaceous
sandstone) 1 dengan ukuran 15 x 30 x 37 em. ·Ukuran fondasi tingk.at
atas 1ebili kurang 4175 x 51 15 m1 sedangkan tingkat di bawahnya
5195 x 6135 m (G:mbar 11 Foto 2).
Garrbar 1 Fondasi eli atas tebing sungai Ci Banten yang tersusun atas batu tuff yang dibentuk 1 di situs Ban ten Girang.
Batuan penyusun fondasi sana dengan batuan pada gUa di tebing sungai,
yai tu batupasir bertuff. Berdasarkan lckasinya yang lebih tinggi
temadap daerah eli sekitamya 1 terletak di pinggir sungai, rrak.a ke-
mmgkinan fa1dasi tersebut rrerupakan bagian dari singgasana atau
tempat penjagaan. Kepastian fungsi fondasi tersebut perlu pengkajian
lebih lanjut.
III.B
c. Artefak berupa e-.:.cahan keramik di daerah teras atas sungai --
Artefak yang L<.myak diketal1ukan eli ~aan tanah adalah pe
cahan keram.ik. Kebanyakan pecahan kerarnik itu berasal dari Cina ja
man Dinasti Onmg dan Ming yang m=ncapai 99%1 sedangkan yang 1% ber
tipe Eropa (pendapat 1isan Ha1wany Midlrcb 1 Ketua Proyek Penugaran
dan Pene1iharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Banten) • Per1u
dijelaskan bahwa hasi1 :penggalian di Banten Girang (Hasan Maarif
Anbary1 1977: 23) m=nenuk.an keramik Cina dari Dinasti Clung 19%,
Ming 32%1 Annan 5%1 Sing 42%1 Yuan dan lima dinasti yang lain 0, 6%
c1:m tipe Eropa dan Jepang hanya 115% 1 tetapi 1akasi IS'lggaliannya
tidak. d.isebut:kan.
B. Dan ten Lama
Bantcn Lama t.cr1etak eli daerah pantai, berjarak 1ebih kurang
8 km arah ke utara dari kota Serang dan jarak dari garis pantai 1e-
bih kurang 3 Jan.
1. Keadaan Bentuk1ahan dan Tanah
Secara gearorfologi .Banten Lama terletak eli dataran pantai yang
tercliri dari (a) dataran a1uvia1 pantai tergenang air yang digunakan
untuk ta:nt>ak/e.n\)ang 1 (b) jalur beting pantai (hooch ridges) yung m:.m1-
punyai clcv.u.;i lcbih tinggi darip.xl.:t c1..LCrah di Eckitarny.:, diyLUl<.tk<.~n
untuk pusat-pusat pcmuk.iman, (c) datnrcm aluvial bek.:Ls lagoon yang
sebagian masih te:rgenang air ~tuk rcwa-rawa, dan sebagian yang
lain telah digunakan untuk persawahan1 dan (4) dataran banjir sungai
sebagian besar untuk persawahan dan jalur tanggul alam sungai yang
dipergunakan ll!ltuk pemukinan (Peta 3).
III.9
Jenis-jenis tanah yang ada yaitu: (a) Aluvial hidrarorf terle
tak di daerah dataran aluvial sepanjang pantai yang tergenang air
dan di daerah dataran rawa, (b) A«:Josiasi aluvial kelabp tua dan
GleihUitllS rendah di daerah dataran rawa bekas lagoon dan lerrbah-.
lenbah bekas aliran sungai1 (c) Aluvial kelabu terletak eli daerah
dataran aluvial pantai clan aluvial sungai (Peta 4) .
2. Keadaan Tata Air
Sungai yang rrengalir melewati Banten Lama yaitu Ci Banten1 dan '-
sungaf-sungai kecil yang lain. Sungai-sungai itu senukin nerx:lekati
muara senakin lebar. Disanping sungai -sungai yang masih nengalir
kan air hingga sekarang di kota Banten Lama terdapat pula alur-alur
dan jalur-jalur aliran sungai 1arra. Jalur-jalur sungai (pari t) ini
tanpak jelas pada foto udara. Parit ini diduga dahulu rrerupakan
jalur transp:>rtasi air serrasa Banten Larra rrenjadi salah satu pusat
kerajaan Islam pada abad 16 - 19 (Peta 6 dan 7).
Air tanah Sangat dangkal 1 sai tU berkisar an tara Q 1 5 - 3 ffi1 bah
kan beberapa daerah pada waktu nusirn hujan air tanah naik sarrpai
pennukaan tanah dan daerah tersebut tergenang air. Air tanah di da
erah dataran pantai scjauh 3 krn nasih terpengaruh pasang air !aut,
sehingga bersifat payau.
3 . Kepurbakalaan
Dari hasil inte.rpretasi foto udara, hasil pengujian rredan, dan
rrerujuk. pcrla data sekunder 1 naka. dapat diuraikan beberapa fenmena
kepurbakalaan di situs Banten Larta, yaitu parit, bangunan sep2rti
bentuk. ikan pari di tamb: ·~, dennaga1 galangan perahu, jerrbatan ran
tai, Tasikaroi1 kcrtpleks kraton Surasa.van, kmplek t-1asjid Agung,
III .10
koop1ek Masjid Pecinan Tinggi, kraton Kaibon, ncten9 Speelwijk clan
Kelenteng Cina. Penyebaran dari pminggalan kepurbakalaan tersebut
di atas ditunjukkru'l pada Peta 5.
a. Parit
Hasil interprctasi foto udara skala 1:7 500 dan 1:3 750 tahun
panotretan 1981 manunjukkan pola parit yang sangat jelas. Berbanding
dengan peta-peta Ban ten Lama yang te1ah ada seperti:
a. Peta VOC (Gehei.ne Atlas van de \UC, tahun 1624)
b. Peta Ikhtisar Ban ten Lana tahun 1900
c. Kaart van de Hoofd stad Vegorijen in Rnvirons van Bantan,
t.:mun 1826, po1a parit yang diperoleh dari hasi1 intetpretasi
foto u:lara jauh lebih lengkap. Meskipun sebagian parit itu eli la
pangan pada waktu ini tidak lagi t;anpak, akan tetapi hasi1 interpre
tasi foto udara rrenunjukkan bahwa di daerah itu pernah ada parit.
Pari t pada foto udara di.cirikan oleh rona gelap hingga abu-abu,
tekstur ha1us-sedang, pola 1urus, ukuran bervariasi dari senpit hing
ga sedang. J:<enanpakan parit pada foto udara yang di.cirikan o1eh ro
na gelap dan tekstur ha1us ada1ah pari t yang berair dan tanpa turrbuh
an air. Sedangkan kenampakan parit pada foto u:lara yang dicirikan
o1eh rona abu-abu dan tekstur sedang adalah pari t yang tidak terisi
air, utitu tcrisi. air tct.."lpi ain1ya tcrla1u d~U1gkal <lm at:.1u keruh.
Parit yang ditl.Ulbuhi oleh t\.llbuhan air puda foto udara nanpak ber
tckstur sedang.
Secara kese1uruhan parit di Banten Lama dapc1t cl.ibagi rrenjudi
3 kelCll\)Ok yaitu (a) f.al:J.t eli sebelah selatan kratan Suroso.van, (b)
parit di kanplek.s kraton SurOSONan, dan (c) parit eli kCXTpleks Beteng
Sr:eelwijk. Parit yang terletak di scbelah ~latc:m kraton Suroso.vun
III.ll
marupakan saluran air yang nenghubungkan danau Tasikardi ke koopleks
kraton surosavan. Saluran ini merupakan saluran air untuk penyedi
aan air minum di katpleks kraton Surosavan, dan mmgkin kanpleks yang
lain. Pada foto lrlara saluran ini berona abu-abu <:::~.:rah, berpola lu
rus dan sepanjang saluran tersebut terdapat 3 penyaringan air. Pe
nyaringan ini pada foto udara nanpak bercna abu-abu ceran, dan ber
bentuk enpat persegi panjang dan nercpunyai bayangan dengan rona ge
lap ( Garrbar 2' Foto 3) •
Parit di katpleks kraton Surosavan nerupakan suatu sistem parit
dengan intake pada sungai Ci Banten di sebelah selatan kraton, dan
outletnya di dekat muara sungai Ci Banten dan sungai di dekat De
teng Speelwijk. Parit ini berpola lurus dan nengelilingi kraton
Surosavan. Parit yang nengelilingi kraton SurosCMan bagian selatan
dan bar at lebih lebar dibanding dengan pada bagian yang lain. Didu
ga parit di karpleks kratc:n Surosavan ini berfungsi untuk ID2IrpCrta
hankan suatu bangunan dari serangan musuh dan sebagai sarana trans-
portasi (Garrha.r 3, Foto 4). Parit c:lari kcnpleks kraton SurosONan ke
karpleks ~teng Speelwijk dihubungkan oleh parit paralel yang lebih
kur~ seara~ dengan garis pantai. . Sebagian besar dari p."l)~i t Y(ll1(]
ny.o...nghubuncJkan katpleks kraton Suroso.-mn clengan parit di kanplck~ Be
teng Speelwijk pada saat ini tinggal nerupakan sisa parit saja (Gam
bar 3, F'oto 5) •
Parit di kClllpleks bote.ng Spcehlijk ini juya berpola lurus clan
rrengelilingi beteng. Parit yeng rrengelilingi Beteng Speelwijk ini
pada foto ud.ara narrpak berona gelap dengan tekstur halus. Parit ini
pada bagian selatan berhubungan dengan parit yang herasal dari }~raton
Sura;o...ran dan pada. bagian utara dan barat berhubungan dengan Sl.lllyui
yang rennuara ke Teluk Banten (lihat Peta 6 dan 7) ·
• ,_
III.l2
Garrbar 2 :
Foto udara saluran air (A} dan barigunan penjernihan air dari danau Tasikardi. (B) untuk penyediaan air kraton SuroSOdan.
Foto 3 Bentangalam yang nenunjukkan jalur saluran air. · dari Tasikardi (A) dengan bangunan r.enjernihan (B)
III.U
Garrbar 3 : Foto udara situs Banten Lama yang rrenunjukkan parit (A) yang mangelilingi kraton Surosa-~an (B)
Foto 4 Saluran air yang mengelilingi kraton Surosowan
Foto 5 Lanjutan bekas sa1uran air yang m=ngeli1ingi kraton SurosONan, 1akasi di sebelah barat 1aut Masjid Banten
b) Bar1gunan seperti ikan pari di tarrbak
III .14
Dari foto udara skala 1:30 000 tahun perrotretan 1981 yang telah
diperlJesar rrenjadi skala 1:7 500 dan 1:3 750 dapat diketahui bahwa
di daerah tarrbak ada tanbak yang polanya m=nyerupai bentuk ik.an pari.
Bagian luar dari tanbak. yang nenyerupai iknn pari tersebut dikcli-
lingi oleh parit yang pc;¥:1a foto udara heron<' gclilp .:u.:m-ubu 9clup.
13agian dalam tanbak. tersebut rrenunjukkan pola sejajar berseliiDg-
seling antara parit yang be:rona gelap abu-abu gelap dan penawng
pcmatang tanbak, berona abu-abu terang. Ternyata di daerah ini di
ketemukan sisa bangunan yang bel:bentuk fcndasi bangunan. Fond:.-1.si
bangunan itu tersusun atas batu karang, batu batu dengan un.sur
III ,l S
pengikat kapur 1 pasir dan semm rrerah ( Ganbar 4 1 Poto 6) • Diduga
bangunan ini ke arah laut c:lihubungkan dengan dua .[Xtrit lurus dan se
jajar dan diantara dua parit itu terisi oleh tanah urugan yang didu
ga diarrbil dari te.npat lain. Tanah di daerah tanb.nk ini adalc:lh jc:
nis tanah Aluvia1 Hid.rarorf dari endapan lenpung berdebu malunpur
be:rwarna kelabu. Sedangkan tanah yang di.anbi1 dari tenpat lain ya
itu jenis tanah latosol1 dengan sifat warna ooklat kenerahan-1 teks
tur geluh ber1empung dan sangat lekat bila basah. Tanah ini diarrbil
dari tempat lain y~ berl:>eda 1ingkungcin peni:)entukannya. Diduga ada
dua kemmgki.nan lokasi asal penganbi1an tanah tersebut1 yaitu: (1)
dari lercng bcwah gunungapi Gede 1 yang diangkut dengan perahu-perahu
malalu.i laut1 dan (2) dari daerah perbukitan di sebelah selatan kota
Serang sekarang1 yaitu lereng bcwah gunungapi Danau, dan diangkut "
pcrc:lhu nc lalu.i sun<.Jai a tau ~"lri t.
Berdasarkan gali coba yang d.ilak.sanakan oleh Proyek Pcmugaran
dan Perreliharaan Peninggalan Sejhah dan Pw:baka1a Banten pada situs
bangunan di tanbak. diketemukan (Ha1wany Michrob, 198 3) *:
a) l:xmerapa artefuk logam, clengan unit tungku, krak. 1 ko.vi (erosible) ,
bata bakar hi tam dan artefak logam be.rupa fragrren fUrang.
b) kerami.k using; Mi.ng 60%, Ching 10%, Htai 10~, dan loknl 20'L
c) batubata ada errpat tipe: bata kasar 1 bata scc1:mg, bata t.ipis, clan
bata potangan.
d) adukan forrlasi kapur dan pasir (belum ada penelitian luboratorium) •
Dercbsarkan tcnunn tersebut di u.tas situs l.Kmgl..lll.:ln di t.:.llrd.uk ydny
rrenyerupai ikan pari tersebut diduga bekas penruk.im.'ln, mungkin b.-:n.lp~
--------------------* I<anunikasi lisan di lapangan dan surat rrcnyurat.
III.l 6
Garrbar 4 : Foto udara dataran pantai Banten Lana yang rnenunjukkan bangunan berbentuk ikan pari di daerah atpmg (A) dan (B) lol~si cliketemukan fondasi pada Foto 6.
f'oto 6 : pondasi yang terdapat di bekas bangunan yang berbentuk ikan pari di daerah empang ( lokasi B p;tda Garnbar 4) .
-~----------~--------- ---·-----·-·----··
rrr.l7
pasar, darnuga atau bekas bangunan perbetengan. Untuk lc.bih 11"13111£)Cr
jelas situs bangunan di tanbak tersebut perlu' diadakan penelitian
lebih lanjut.
c) De:rriaga
Kenarrq_:akan yarg diduga dernaga dari foto lrlara t.ampak sebagui
jalur yang menjarok ke arah barat dari sungai sekarang dan berona
gelap dan tekstur hal us. saluran yaiXJ berhubungan dengan sungai
yang sekarang selebar lebih kuran:; 8 rn; lebar saluran dernuga pada
bagian tengah 16 rn dan panjangnya lebih kuran:] 75 rn dari sungai se-
1cara:r¥J. Kenyataan yang dij\.ll"ll)ai di lapanJan adalah fondasi bangun
an yang tersusun atas batubata del¥jan adukan kapur, pasir dan I1'1Llr¥]
kin saren rrerah (Gal/rbar 5, Foto 7). Menurut perrllrluk seterrpat dan
seorang juru kurx::i pada saluran SUI¥Jai yang berdekatan dergan der
rnaga tersebut pernah diketemukan sisa-sisa perahu.
d) Galangan perahu
Kenarrpa.kan yang diduga· gal.an3'an perahu terletak di sebelah ba
rat dari I<elenteng Cina, dan sekararg rrerupakan tambak. Padu foto
udara kenampakan yang diduga galanJan tersebut narpunyai rona gd..:-1p,
tekstur halus, bentuk enpat persegi panjang dan kcrlu1ukannya le.bih
ncnjarok ke arah daratan dibandirx]kan dengan tarrb."''k di sckitr~.rnya.
Kedtrlukan ujl.lr¥:J galanJan lcbih kurang lurus ke ara.h barat dari jalur
yang nelintasi bag ian tengah ~teng Speelwijk. Pam daerah terse
but terdapat "gap.rra" yang diduga n"CrUpakan pintu yancJ IrcnghubunglC4ln
galaa:.~an perahu dengan :EP.reng Speeh1ijk atau Kraton Suroso.-Jan (G<un-
bar 5, Foto 8) •
·1'1' . •
Garrbar 5 : Kenarcp:lkan yang diperkirakan clentaga pada zarran Kerajaan Banten Iama (A), Galangan Perahu (B), Beteng Speelwijk (C) dan Kelenteng (D)
_________ "_" __ , ___ , _____ _ Foto 7 Forrlasi yang diketenukan "pada. bekas dernaga
(lokasi A pada. Garrbar 5)
III.18
III .19
Foto 8 Gapura yang diperkirclkan ~Jhubungkan Kraton Surosavan dengan galangan perahu
Di sebelah selatan "gapura" ini terdapa.t bekas karpleks ba.ngtm
an yang foodasinya rrasih nampak jelas. Daerah tersebut kemungkinan
besar merupakan katpleks yang clisebut dengan Pcurarican, yaitu tern
pat penggilingan mrica. Selain fondasi bekas bangunan lana yang
terdapa.t di Parrarican juga terdapat bekas gilingan mrica yang ter
buat dari batu andesit. Bekas gilingan mrica tersebut berbentuk •
lingkaran dengan diarreter lebih kurang satu rreter dengan tebal batu
lebih kurang 7 ern. Jadi fungsi "gap..1ra" tadi selain di:pergunakan
untuk lintasan ke galangan juga dapat berfungsi sebagai pintu ger-
bang dari dernaga ke Parrarican.
III. 20
Di sebelah timur Karan:)antu terdapat ju:Ja kenarrplkan yang mirip de
ngan kenampakan yang diduga gal.an;Jan :[:erahu tersebut. Temuan yang
dijunp:d di daerah yang diduga galan:Jan perahu di sebelah t...arat Ke-
1enteng Cina adalah artefak kerami.k dal.arn junlah yang relatif sedi
kit. SedaJ'vaka.n t.emJan yanq dijwpd di daerah yang diduga galangan
di sebe1ah timur Karangantu adalah sisa-sisa fondasi kuno (Ha1wany
Michrob, 1983) •
e) Jenbatan Rantai
Jenbatan rantai dari foto \Dara skala 1:3 750 Ire.ripunyai rona
cerah abu-abu, pola 1urus, tekstur sedang, lokasinya melintang ter
hadap pari t yang berona gelap - abu-abu gelap. Jembatan rantai ini
ter1etak di sebe1ah utara kraton SuroSCMan, arahnya 1urus ke arah
la~t. Jerrbatan rantai ini ITetFunyai ukuran panjang 35,40 m, 1ebar
4,4 m, tinggi jernbatan dari dasar saluran 1ebih kurang 2,5 m.
Konstruksi jembatan terbuat dari batukarang dan batubata, dan seba-
gai pengikat pasir, kapur dan m.mgkin seman Irerah. Jerrbatan terse-
but konon dapat diangkat sewaktu ada kapa1 1ewat dan di turunkan kem
ba1i da1am keadaan no.rna1. Jadi dapat diduga bahwa fungsi jrobabn
rantai itu selain untuk la1ulintas darat juga agar tidak m=ngganggu
1a1u1intas air di oowahnya. Kapa1/perahu berukuran lebar nuksinum
9 m daput lcwat (C'.;:mhar 6 dan. C'.auix1r 7) •
f) 'J'.:a~ikardi
'rilSikardi dari foto udara nampuk dari bentuknya crnJ:Alt perscgi
' panjang; bagian sisi errq;:at parsegi panjang tcrsebut tranpunyni ron<l
abu-abu cerah, bagian tengah nempunyai rona abu-abu CJelap - abu-abu
Gambar 6
Garrbar 7
III. 21
Foto udara yang Irenunjukkan lakasi Jembatan Rantai (A) ; Katpleks l-1asjid Agung Banten (B), Kanpleks Kraton (C) dan parit (D)
.SCl lu re1l"l
.3G.oc..,
Skets lapangan bentuk Jembatan Rantai di sebelah utara Masjid Agung Banten I..arra
III.22
cerah, bagian tengah rnenpmyai rona abu-abu gelap - abu-abu cerah
dan pada bagian pusat dari bentuk en-pat persegi p:mjang tersebut
terda};at kenampakan empat persegi panjang yang ~ebih kecil dengan
rona abu-abu gelap dengan tekstur kasar. Di sekeli ling Tasikardi.
tersebut terdapat persawahan yang pada foto udara beronc~ abu-abu
cerah - abu-abu gelap, dengan :pola berpetak-petak., tekstur kasar
hingga J ~<:tlus. Pada sisi bagian se~tan dan utara tanpak . jalur lurus
yang berona abu-abu gelap.
Kenyataan eli lapa.ngan nenunjukkan bahwa 'lasil<ardi diba tasi oleh
terrbok yang terbuat dari batukarang dan batubata dengan perekat pa-
sir, kapur dan seman rrerah. Danau tersebut pada saat ini diturrbuhi
rurnput dan di tanpat tertentu terdapat genangan air. Pada bagian
pusa t Tasikardi terdapat ta.rran yang di b.mbuhi oleh pohon-pchonan dan
dilengkapi suatu bangunan.
Tasikru::di dibangun pada abad ke 16 oleh Sultan r1au1ana Yusuf.
Fungsi dari Tasika.rdi adalah sebagai reservoir air untuk: kepentingan
penyediaan air bersih kraton Suroscwan. Saluran air dari Tasikardi
ke katpleks Kraton surosowan tarrpak jelas dari foto u:iara; demik:ian
juga halnya dengan saluran air yang lrel'X}hubungkan Tasikarcli dengan
surrber airnya ( Gambar 8, Foto 9) •
g) K.cxnplcks Kraton SurosONtm
Interpretasi foto u:iara skala 1:3 750 rrenunjukkim bahv1.:1 di I3an
ten Lama terdapat kcmpleks bangunan yang karakteristik fotonya adalah
sebagai berikut: :pola enpat persegi panjang dan pada ercpat suiutnya
berbentuk lancip keluar; pada bagian tengah dari sisi selatan terda
pat bentuk: lengkung, rona pada sisi enpat persegi l_:anjang abu-abu
--------------
III.23
Garrbar 8 :
Foto u::lara Tasikardi (A), Tamm eli tengah Tasikardi (B) 1 Saluran air yang masuk ke Tasikardi (C) 1
dan (D) saluran yang keluar dari Tasikardi
Foto 9 Danau Tasikardi dengan tarran di bagian tengah, Sebagian besar ditunbuhi .rllllplt rc:Ma, yang lain terganc-mg air.
III,24
cerah, pada bagian dalam rona terang abu-abu, tekstur sedang sam
pai kasar; pada bagian tepi tampak bayangan den;Jan rona gelap; di
sek.elilin;J bentuk empat persegi panjang tersebut dikelilingi oleh
parit yang bemna gelap - abu-abu gelap. ·
Kenyataan di lapan:Jan rrenunjukkan bahwa bentuk anpat persegi
panjan:J tersebut adalah karpleks kraton Surosavan. Kanpleks terse
but dikeli1in;Ji o1eh :':eteng tembok yang na!p.U'lyai U!-::uran tin:jgi 1e-
bih kuran:J 2 rn, 1ebar tanbok 1ebih kuran:J 8 rn. Pada ke atpat pojck
beteng tersebut dibuat bcm:]unan yang rrenonjo1 ke1uar dan 1ebih ting
gi. Panjang beten:J lebih kurang 86 rn dan lebamya 27 4 rn. Konstruk
si ~ tersebut dari batukaran; dan batubata. Pada bagian te
ngah kraton SurOSCMan terdapat berbagai sisa f on::!asi kanar, sehin:jga
pada foto u:lara tarnpak bertekstur kasar. Beteng !:raton Surosavan
dike1i1ingi oleh parit. Diduga fUn;Jsi dari parit tersebut sebagai
pertahanan dan sarana transportasi (Gmtlar 6 (D), Foto 10).
Foto 10 Beten:J Yan:J rrengeli1.i.rl<ji kraton Surosavan yang tersusun atas batu:.:Jarnping yang dilientuk (A) dan batubata (B) (lo:Jr...asi lihat Garnbar 6).
III. 25
h) K?TJ?1eks t1asj:i,d Aguz:q
Kanp1eks Masjid Agung ter1etak di sebelah barat 1aut dari kan
p1eks kraton Surosa.van. Kenampakan kanp1eks ini pada foto udara
menunjukkan rona cerah - abu-abu gelap; tekstur ha1us - kasar, bcm
tuk empat persegi panjan:.J dan berpuncak; menunjukkan pola bangunan
dengan arah timur - barat, dan bayangan yang ditun.jukkan derY3an rona
gelap nanpak je1as ke arah barat.
Kenyataan eli 1apangan kahp1eks masjid ini terdiri dari bangunan
utama. masjid, seranbi, tinayah dan nenara. M:lsjid ini berdenn.:.1 an
pat persegi panjang, berforoasi tinggi, beratap tUilpiDCJ dengan jum
lah 1irra buah. Atap masjid yang be.rt:umpar¥;J 1irra ini dari foto u:iara
dapat dikena1 dari pc:)la para1e1 yang terdapat pada kenaztqJakan bangun
an masjid. Ba~ tima:.'ilh dahulu berfungsi sebagai tanpat rrusyawa
rah eli bida.n:J keagamaan. Ba~ :ini berarsitektur Erq,::a, dan seka
rang dipergunakan untuk museum. Menara masjid ter1etak di sebelah
tenggara rrasj id. Menara ini berbentuk rrercusuar.
Pada katp1eks Masjid Agung tersebut terdapat makam raja dan ke-
1uarganya yaitu di Sera.rrbi masjid dan di sebelah timur laut nusjid.
Di sebelah selatan bangunan tirnayah terdapat dua bangunan tambahnn
yang berf~si sebagai kantor sebuah yayasan dan sebuah lagi scl)<lgai
museum sanentara. Kenampakan kanp1eks Masjid Agung ini dapat di1ihat
f.eda Garrbar 6 (B) dan Foto 11.
i) Masjid Pecinan Tinggi
Masjid Pecinan Tinggi terletak. di sebelah barat Masjid Agung dan
di sebe1ah selatan Beteng Speelwijk. Pada foto udara skala 1:3 750,
kanpleks na.sjid ini relatif sempit; bentuk kanpleks ini anpat persecJi
Feto 11 Kanp1eks Masjid Agung Banten I.arra, pada fete ~ masjid (A} , seranbi rrasjid dan timayah (B) serta nenara (C) (1okasi 1ihat pada Ganbar 6} •
panjan:J; rona cerah - gelap; tekstur ha1us - menengah.
III. 26
Ban;}unan yang tersisa pada karp1eks masjid Pecinan Tinggi ini
adalah fondasi bangunan i.rrluk masjid, rn.i.hrab rrasjid serta nenara
ma.sjid. Sisa-sisa bangunan tersebut masih dapat diarrati dari feto
u1ara. Pada saat ini rrenara masjid Pecinan Tinggi ini sedang dipu-
gar (Ganbar 9 Feto 12} • Di sebelah tirour dari nusjid ini terdaput
sisa "gapura", yang juga tampak pada feto u::lara skala 1:3 750.
Fungsi gapura tersebut be1um diketahui.
j} Kat]?leks Kraton Kaibon
Kanpleks kraton Kai.bon terletak di sebelah tenggara kraton Suro
so.van. Kenarrpakan pada fete udara ska1a 1:3 750 rrempunyai rona abu-
III.27
Garrbar 9 :
Foto udara yang nemmjukkan lokasi masjid Pecinan Tinggi (A) ; (B) nenara, dan (C)
mihroo masj id.
Foto 12 : Bekas fOndasi, mihrcb dan rrenara masjid Pecinan Tinggi (I..okasi lihat Garrbar 9)
III. 28
abu gelap, tx>la lurus, tekstur halus - kasar, bayangan heron.:> hi
tam. Di sebelah barat dan ten:Jgara kcn;>leks ini terdapat saluran
sungai Larta, saluran sun;Jai di sebelah tenggara n-erupakan sungai Ci
Banten Lana dan saluran sungai eli sebelah barat berhubungan den;an
sistem parit eli kcn;>leks kraton SurosONan.
Kenyataan di lap:mgan menunjukkan bahwa kCllpleks kraton T<aibon
ini hanya tinggal puing bangunan yang terbuat dari batubata. Bagian
yang agak utuh adalah deretan pintu gerbang di sisi barat, serta se
buah gapura beJ::bentuk pasrraksa yang ada eli tengah kraton dan saat se
sekarang sedang dipugar. ( Gambar 10 dan Foto 13) •
k) Betenq. Speelwijk
Beteng Speelwijk terletak di sebelah barat daya kraton Suroso
\van, letaknya di muara sungai Ci Banten Barat. Kenampakan pada foto
udara skala 1:3 750 mempunyai rona abu-abu cerah - gelap, J;X>la bangun
an segi empat dan pada J;X>jak selatan dan timur berbentuk lancip dan
Jrel'X)njol kelua.r, dikelilingi oleh parit yang mempunyai rona gelap;
eli bagian tengah terdapat tx>la lurus dan tarnpak adanya bayangan yang
bc.roJ~a gelap.
Kenyataan eli lapangan menunjukkan bahwa ~eteng Speeh;ijk terbu
at dari terrbok yang tersustm atas batubata dan batukarang. 9eteng
tersebut dikelilingi oleh parit. Saat ini eli ten:Jah 'Jeteng ini eli
lintasi ·jalan beraspal menuju ke Karangantu. Pada setiap pojok be
teng terdapat teropat berjaga/rrengintai dengan ketinggian lebih kurang
3 m. Ketinggian heteng dari permukaan tanah l,ebih kurang 7 m. Ba
gian dalarn benteng sebelah utara lebih tinggi dari bagian selatan.
Bagian barat ~teng berbatasan dengan saluran sungai Ci Banten I..arra
Barat (Ganbar 11 dan Foto 14) .
III. 29
--------~---~---------
Garrbar 10 : Foto trlara yang n~mmjukkan situs Kaibon (A) dan bekas saluran air yang bcrasal duri Ci 13antcn Lilllu (13)
Foto 13 Gapura dari bekas katpleks Kaibon. (Iokasi lih<lt Ganbar 10)
III.30
Gaitbar 11:
Foto mara yang rrenunjukkan Beteng Speelwijk (A), saluran air yang mengelilingi (B) dan Kelenteng Cina (C)
Foto 14 Beteng Speelwijk dengan gardu pengintai, dinding beteng tersusun oleh batuganping yang dibentuk ( lokasi lihat Ganbar 11)
III. 3 1
1) Kclenteng Cina
Kelenteng Cina terletak di sebelah barat Beteng Speel~jk.
Kenampakan l,Xlda foto udara netpmyai rona abu-abu - gelap; tekstur
halus - kasar; pola lurus dan berbentuk anpat persegi panjang, ba.
yangan tampak jelas.
I<enampakan eli lapangan rrerupakan Kelenteng Cina dengan pagar
yang rrengelilingi koopleks tersebut. Katq:>leks Kelenteng Cina terse-·
but terdiri dari beberapa bangunan dan pada karpleks tersebut ju;a
tampak .pohon-pohon yang pada foto udara rrerrpmyai rona gelap. Ba
ngunan kelenteng tersebut sudah terpetakan pada peta tahun 1827
{Garrbar 11} •
c. Tirtayasa
Tirtayasa terletak ci daerah dataran pantai eli sebelah timur
Banten Lana, dari kota Serang berjarak lebih kurang 22 km ke arah
t:.i.nrur laut, dan jarak dari pantai lebih kurang 3 km.
1. Keadaan Bentuklahan, dan Tanah
Keadaan bentuklahan dan tanah daerah Tirtayasa mirip dengan ke
adaan bentuklahan dan tanah daerah Ban ten Lana, karena ter let.ak pada
satuan gearorfologi yang sana, yai tu &tar an IAmt.:li. Bcntuk l ahan
yang dij\.li'l'{)Crl di daerah Tirtayasa adalah a) dataran aluvial pantai,
yang saat sekarang tergenan.3' air dan digunakan untuk tanbak, b) ba
ting pantai {beach ridges) , relatif lebih tinggi darip.:lda dacrah. sa
ki tamya dan Ullli..ItU1ya digunakan sebagai perrruld.rnun dan persmv-c:lhun,
c) dataran aluvial bekas lagoon, relatif lebih ren::'iah daripada seki
tarnya yang sebagian masih tergenang air rrembentuk rawa-rawa dan se-
III. 32
bagian besar digunakan untuk perS'a\-lahan, d) dataran bunjir 1 yang se
bagian besar digunak'm untuk persaw£lhan, dan e) tanggul alam Sl.ll1(Jui
digunakan untuk J?Gllllk.inan. Di daerah Tirtayasa ini banytlk dijl.liTijXli
pula sisa sungai larm yang ditinggalkan.
Jenis tanah yang ada yaitu : a) Aluvial hidrCXTOrf terdap.:tt di
daerah dataran aluvial sepanjang pantai yang tergenang air dan di
dataran aluvial berrawa, b) Aluvial coklat yang terdiri dari endapan
pilsir pantai terdapat di daerah jalur beting pantai tua 1 c) Aluvial
kelabu terdapat di daerah dataran aluvial pantai dan aluvial sungai,
d) Asosiasi aluvial kelabu tua dan gleihurus mn::'iah ~ daerah datar
an berawa dan lenbah bekas sungai lana yang di tumbuhi oleh rlJl'll)Ut
rawa dan nipah.
2. Keadaan Tata Air
Daerah Tirtayasa dilalui oleh sungal Ci Ujung dan sungai-sungai
kecil lainnya. Saluran sungai Ci Ujung trengalami pen:iangkalan yang
cep:1t sebagai akibat erosi yang terjadi di daerah hulu. Pada mus.im
penghujan sungai ini sering rrenilrbulkan banjir. Bekas jalur sungai
lama yang kebanyakan rrempunyai pola berliku-liku sebagian besar rra-
sih bcrair dan diturrbuhi oleh nlilplt rawa dan nipah. Di sarnping tcr
dapat jalur sungai yang berliku-liku, terdapat juga beberapa jalur
lurus yang di~rkiraknn rrerupukan bckas jalur ~ungai buatan.
Air tanah sangat dangkal berkisar antara 0 1 5 m - 3 m di bawah ~nnu
kaan. tanah. Di beberapa tempat pada nusim penghujan air tanah naik ,, .
sampai ke pennukaan tanal1.
III .33
3 Kepurbakalaan
Infornasi kepurbakalaan Tirtayasa sangat kurang, meskipun se
jarah kepahlawanan Sultan Agung Tirtayasa sangat terkenal, se~rti
sejarah yang ditulis dalam Sultan Agung Tirtayasa Musuh Besar Kan
peni BeJ.anda (Uka Tjandrasasrnita, 1967) • Hasil interpretasi foto
t.rlara yang IrerUjuk kepada data sekunder yang sangat kurang dan ha
sil ~ngujian ll'edan, fenatena kepurbakalaan yang didapat adalah situs
Kaibon, dan Kanpleks Pemakam:m Tirtayasa (lihat Peta 8).
a) Kai.boo
Kai.bon terletak lebih kurang 2 krn arah ke timur dari Pontang.
Dari topc:nim I<aibcn berarti terrpat kaum iliu dan menurut ceri ta rak
yat setenpat bahwa Ka.ihon tersebut pada waktu dulu merupakan tempat
tinggal kaum iliu pcrla zaman Sultan Tirtayasa (Halwany Michrcb, 1983).
Kenanpakan p:1da foto u:iara daerah I<a.i.bm rrerrpunyai rona abu-abu cerah
hingga abu-abu gelap, teks tur halus hingga kasar dan pola rrem:mjalY:J
aliran sungai. Secara geamrfolCXJis Kaibcn terletak pada tanggul
alam sungai Ci Ujung Tlla (Ganbar 12).
Peninggalan kepurbakalaan yang terdapat di daerah Kaibon sangat
sedikit. 'L'cmuan yang diperoleh adalah ternuan p:tda perrnukaan yang
herupa artefak lCXJam dan keramik lokal. Di sanping i tu di daerah
yun<J tcrycnung nir d.:m d.ikclilinyi pohon-pd100M c.U du<Jd J~crds <id<t
nya bek.as bangunan lana. Untuk nellUStikc:m r:;eninggulun tcrscbut per
lu diadakan pengkajian lebih lanjut.
b) Tirtayasa
Tirtayasa terletak lebih kurang 4 krn arah ke tinur dar i Pont:;mg.
Secara gecm:>rfologis terletak pada beting pantai. Kenanpakan pada
_,..-...,/ /
L c c. r. u 0 ""
LD S•lu\. lirtoyo-.a
liJ Situ• Kronggon
[I] t(QIDIIO
b Saturan oir
Ci~ ,.o.,oh
cu·J 01'\C.
~ bel u~or
.,.c:::. Jolon ._:, ...........
~YO!;'Ii
III. 34
PETA 8
PETA IKHTISAR KEPURBAKALAAI~
BANiEN TIRTAYASA
0 ;t•n1 h. *'I E;;:j
u
~ f I ;tf/ ~
S"'lhbl'h I. fuiO WdOIQ tnffQ m.-roh •kOtO 1;,)0.00~ tohun lt*l
l K•r jn IO!>On!j
----- -·--· ---· ~~· --·-·· _....:.:..... __ .. ___ :..:..:._ -·-. ----- __ .;:;.;.;_;;,.:;;..· ...:;-::;:.··;.:.·..;·..;.·;;;.·..:.·...;....~=-=::.:.::..:;.;:.....:.:.====;;.;;;.;....:...:.___;c::_;;.:;:;,;;:;:.;;c.;.:.:;.;;•
. ----------------------
III. 35
Garrbar 12 :
Foto udara yang m:munjukkan situs- Kaibon eli Banten Tirtayasa (A) 1 dan jalan desa yang diperkirakan jalan luitu yang rrenghubungk.::m Pontang dan Tirtayasa (B).
foto 'OOa.ra daerah Tirtayasa ini nsrpunyai rona abu-a'bu cerah - abu
abu gelap I tekstur hal us hingga sedang, pola menanjang aliran sungai.
Di lokasi ini terletak pemukirnan ·kuno, yang diduga nerupukan pusat
kcrajaan Banten scwaktu perrerintahan Sultan Tirtayasa (Ganrer 13) .
Fenorrena kepurbakalaan yang dijumpai crlalah karpleks pcnakanan Tir-
tayasa dan Krunggan.
1} Ka11pleks Pemakaman Tirtayasa
Di daerah ini banyak diketenukan artefak pecahan keramik dari
Dinasti Ming - Ching; artefak uang logam (coin) bertahun 1690, tnTl-
pal( tiang yang terbuat dari batuan andesi t yang dik13tenll1Y..un po.:;nduduk
dan sekarang disimpan oleh pendwuk set:.ezlFat (li.hat Foto 15) • Scl.:l.-
Ill. 36
Gambar 13 :
Foto u:lara yang rrenunjuld~an situs Banten Tirtayasa (A) dan Kranggan (B).
Foto 15 Bekas l.ll11fXlk tiang bangunan yang dikctemukan di situs B~nten Tirtayasa.
III. 37
in i tu juga diketenu.lJ~ jalur sisa fordasi lana yang terbuat dari
batubata dan batukarang. Jalur fondasi ini diduga marupakan be.kas
banguna.n lama. Pada pojok dari fondasi yang diperkirakan bekas ba
ngunan lama tadi terdapat buki t kecil yang lebih tinggi dari daerah
sekitarnya yang sekarang diturbuhi pohm asam. Bukit kecil terse
but diperkirakan sebagai terrpat pengintai.an.
2) Kranggan
Kranggan ter letak lebih kurang setengah kilaooter arah ke tirnur
dari Tirtayasa. TelTpat ini rrenpmyai elevasi lebih tinggi dari dae
rah sekelilingnya dan diduga dikelilingi oleh jalur parit bekas !em
bah sungai lama dan parit bua.tan. I<enanpakan pada foto udara Kcrnpleks
Kranggan ini manunjukkan rona abu-abu cerah - abu-abu gelap, tekstur
halus - menengah dan p:>la relingkar (Ganbar 13). Fenaoona di Krang
gan tersebut diduga mer1.l}JC.lkan suatu pernukiman lana yang dikelilingi
oleh suatu parit atau jalut.: f-.ungai. Peninggalan ke:pJrbakalaan yang
sering dijl..mpai manurut ket.erangan penduduk seterrpat adalah pecahan
keris, tarbak, perhiasan mas.
IV.l
IV. HASIL SURVAI ffiOUSTRIK DAN GE~IT PADA D.l\ERAH SAl<li?EL
A. Pengukuran Geolistr.ik
Pendut;aan geolistrik yang digunakan pada penelitian ini seperti
telah clije1askan pada Sub Bab I .0.2 .c. adalah c:a:ra Wenner. Pengu
kuran geo1istrik di1ak.sanakan pada tiga 1okasi, yai tu:
1) di claerah sekitar MasjJd Pecinan Ti1, Jgi dengan tujuan W1tuk rre
ngetahui bekas fondasi pagar taTbok kelili.ng J;;ota Banten Larra
dan peninggalan lain yang ~..ndam (Peta 7);
2) eli daerah sebe1ah t:imur Beteng Speelwijk, dengan tujuan W'ltuk
nengetahui bekas fondasi pagar terctx:k keliling kota Banten I.arra
di bag ian yang be.rbatasan dengan laut. (Peta 7) :
3) di daerah Tirtayasa, dengan tujuan W'ltuk nengetahui bekas fon::iasi
bangunan di Tirtayasa yang diduga ~pakan bekas kraton Sultan
.AgUng Tirtcyasa (Peta 8) •
Di daerah sekitar Masjid Pecinan dilakukan dua pengukuran geo
listri.k dengan arah pengukuran masing-masing N 65° E. Uasil pengu
kuran tersebut cligarrbarkan pada profil clistribusi taha.nan jenis sc
perti tertera pada Ganbar 14 dan 15. Hasil pengukuran rrenW'ljukkan
bahwa tahanan jenis di daerah sekitar .Masjid Pecinan berkisar antara
13 - 36 Ohm-rreter pada 1okasi 1 dan 12 - 26 Ohm-rreter pada lokasi 2.
Pada kedua-dua ja1ur r;engukuran tersebut cliadakan ga1i cd)a, yai tu
pada ti ti.k-ti tik yang rrerrpW1yai tahanan jenis t.erendah, rrcnengah,
dan tertinggi yang secara berturutan sebesar 13, 20, dun 26 Ohm
rreter. Hasil gali croa rrenW'ljukkan hal-hal berikut ini.
- Pada titik dengan tahanan jenis tereOOah 13 o~ter perlapiSaJI
tanahnya adalah sebagai berikut: paoa kedalam:m 0 - 25 ern tanah
. ~ • •m ·: .,, • _::._ ._. )! s • '!P:_ 'f"'"' ~~~'~.~(~- j~~ :_: , _ -~ ~ -~~"~1':-~}:- J_":_~--~~-~--~ :~·:-· · -··. !
30
20_
1()
0_
-i . .. . ------ ------ - ---- -----------
•
------------------------------------------------- > {~~~-N--6S~E:~- ~ ~~:-, ~,_:_ ~:~::
. ----------- -------------
----- --- ---:-::-:--,-----~ -- -----
~
- ---. . . ---------------------------- _____ :_,_ ___ . _________ ~~---~· ---· ::·· ::...::i· :. ;· .::: --==-~:-~:::'::~:: .. :
---------------------- -- -----·--------·--------·-_;..··..;_ __ ;_ ____ _ .... -----. -- --""'- - - - -- ·-- ·---
--- -~---
4 Q_
----------
R
---------. ---. -----~----- ----------- ·-- -
10 __ 2Q- 3()-~-
= - - Jariik &lam- meter_:_=-:__:_: ------- ::· ---·!:.
Garr.t.ar 14. Profil distribusi tahar.an jenis eli lokasi 1 (sebe~-ut.ara J-asjid Pacir..in Tinggi)
--------------------------- . --------- --- ----- -- -----~------
(r.ara pen::u;aan t·!er.ner_ i = 2 r:-ete.r)
_..:.._;_ ______ .. : __ ---
-~- -~----- _-_
~ . ""
.;
l ~ ~--- 30--5
~- -·
r 0 .. 20 ::! -· . [} ., ~
a a ],o_ 3 -1
0
---·-- .... ::-~- ~.:_.,:· _--.-:-:----~-~~~:-~-: "..:~ .. ..:...~--- :~--
·- ---,~:-7"----------. -.. --'----- --------------. - .. . ------- ---------- -----------. ..
. - - .. . -·--------------------------- -~----------------------------------
, -----
~--------
------- ----
-------.---:--.--.--.--.. -.-.------.. --:--:--.--:-:-:----.-.-.-·--:--.---::·----------. •·
-- . - ... - .. -------------------------·-----. --------- ·-· -------. - . .
--------:-----------------.---------· --------------------------~
_ _ . . ·~~~_N:6~~-·!• ~:·: .__._ . _ .. __ __ -- . . .. .. . . ··-· . ---- •· . .... .. - --· . ·- -- - . - .. . --- - --· ·----· ---- ---· ----- ---=~:.:_:_~_- --. ____:_·_- ;__: __________ .. ··---·· ! .
:·:. . .:::.... -·- :- =~ ··:. .. . .. ; :::-:::..:.. ;:···· .t .. . . .. . ... . . . ·-· ~------------··· •· . :
: _______ ----·- --· .... ----~----
---------------- -----------------------------------
. . . . . - . . . - .. . ------------------------------. ! . --------------------------- ----------- ---- ~-----·- ---+---- -- -------------·- -------- ----·---·----- -------- -· -----··- ·-. . . .. ..
. I. ! . -- ·- -- -- .. -;· ---tit-·-- ~:.... -· - --· -----.--
.. . ------------------ ---- ----·------~ -. •. -1-
-_in•. ·:to: -·- -- -:t -- ~.]~_-. ___ . ._. ------------
30__. .. -· __ ___._ ________ __
C'x:::ba.i--15: ... !?rc-fil distrib;.:sl -&~.a.-1 ·je:'ri.s c.l. la.~s{- 2 (se!::.elah utara !:C.Sjid re:.cinan Ti;·1ggi)
- - ...
(("':.r-a-per.i'\..."ga::Ut·- • :)'e..7£r - ~ -= 2 ~ter} - . . ·- ... - - ,__ .. ·---- -- -
40.'"
H < w
-50.:. -
-·--·----------------------·
IV.4
lenpmgan benvarna kehitaman; kedalairan 25 ,... 45 an lerrpungan de
ngan pecahan bata; kedalana.n 45 - 80 an 1enpungan berdebu; pada
keddlanan 80 an telah diketawkan air tanah; 80 - 200 en 1\:IT'fPUI'
kehitanan dengan pecahan bata dengan ukuran kecil. Daerah pada
titik dengan tahanan jenis terendah ini rn.mgkin rrerupakan bekas
saluran.
- Pada titik dengan tahanan jenis menengah (20 Ohm-Ireter) 1 perlapis
an tanahnya adalah sebagai berikut: pada keda1arran 0 - 40 em ta
nah 1enpungan bercanpur pecahan bata1 keealanan 40 - 70 an lem
pung be.rdebu dan kedal.am:m 70 em- 150 em l.enpmg pekat berwama
put ih ke-abu-abuan. D. :crah ini nn.mgkin daerah a1uvial y<lng tertu
tup atau ditirobuni oleh pecahan bata atau bekas pemukinan.
- Pada titik dengan tahana1 jenis tertinggi (26 OhnHreter) perlapis
an tan.:thnya adalah se-Jagai berikut: pada keda1aman 20 - 40 em di
kete-.111Ukan bekas foooasi bata dan bekas 1antai dengan tegel bata.
Apabila titik dengan tahanan jenis 26 Oh.rn-ireter pada ja1ur pengu
kuran 1 dan 2 dihubl.ll1gl<an naka fa'ldasi-foooasi tersebut diduga
rrerupakan satu farlasi dengan arah N 0° E (Foto 16 dan 17) . Fcn
dasi tersebut diperkirakan Dondasi pagar t.errbck keliling D<lnten
Lana. Hal ini didukurg o1eh faktor 1akasi 1 cli.na.na pada peta Ban
ten Lama tahun 1624 yang dibuat \OC1 MasJid P~cinan terletak di
luar pagar tenbok kaliling1 yaitu di sebelah baratnya. Foodasi
yang diketanukan di padas ten'plt pengukuran geolistrik letaknya
di sebe1ah t:i.uur Masjid ·P&cinan Tinggi.
,
Foto 16. Fondasi dan tegel bata yang diperkirakan pagar t.crrbok keliling. I-Iasil galian ccba yang lok.:lsinya ditent~ln dengan pengukuran geolistrik p.xlu ~)rofi l l .
'I· ··I
IV.S
r·-oto 17. f'oncasi b.::tta y<mg diperkirakan paqar trnbok keliling. Jl.l!_;il (Jd1 i cob.:..t y<..ulq lok<l.sinya cU.u:~ntukLln dt....·nym pcngukur2.n yeo lis t.d.k pacl.:l prof il 2.
lV.G
Di daerah sebelah timur Beteng Spee1wijk dilakukan dua pengu
kuran geolistrik dengan arah ~uran N 0° E. Hasil pengukuran
memmjukkan bahwa tahanan jenis berkisar antara 0 1 11 - 12 1 33 Ohm
meter pada 1okasi 3 dan 0168 - 2 101 Ohm-lreter pada lokasi 4 1 sefer
ti digan"barkan o1eh Ganbar 16 dan 17. Pada lokasi pengukuran 3 di
adakan ga1i c00a der¥;Jan bor tanah pada titik dengan tahan jenis
8196 Ohn-meter. Hasil perrix>ran nenunjukl<an bahwa pada keda.1aman
60 an diketenukan fcn:lasi dengan material karang, bata deD:Jan pen;i
kat (spesi) • Pada arah N 75° E dari titik ~eboran tersebut 1 pada
jarak 25 meter diketemukan forms! yang terdiri dari susunan batu
karang Yar¥J dibentuk. Untuk mengetahui apakah fc:::rX!asi tersebut sa
li.ng bersarrbungan1 diadakan pengeboran pada jarak 20 meter dari ti
tik pengeboran pertama. Temyata pada kedalaman 60 an diketem.lkan
juga formsi yang terdiri dari susunan batu karang dengan pengikat.
Pada lokasi 4 tahanan jenis rendah karena terletak pada dataran
a1uvia1 pantai den;Jan tanah a1uvia1 dan air tanahnya sanga t dangkal.
Pada jarak 46 meter dari titik awal terdapat ta.han.."m jenis 1 1 07 Ohm
meter yang relatif lebih besar daripada hasil pengukuran pada titik
pengukuran yang berdekatan. Temyata pmgebaran pada titik tersebut
man::lapatkan susunan batu karang dengan pengi.kat~ Hasil fX.mC.Jukuran
tahanan jenis dan pengujian nedan menunjukkan bahwa fondas:l yang di
kct.uuukiln p;1da 1okasi 3 d.:m 4 adal..:lh fcn:lasi pag..tr tem!X)k kcliling
Banten Lana. fwa'lurut peta Banten !..ana yang di.buat o1eh \GC1 tahun
1624 1 pagar tattx:k keli1inq tersebut berpol.a siku-biku (zig-zag). / .
Pola pagar tembok keliling siku-biku ini pada beberapa tempat ITBSih
dapat dikena1i dari singkapan fondasi y .• ng terli.hat di permlkaan ta
nah1 misalnya seperti yang terdapat pada lokasi 4 pengukuran geolis-
~ ii
J r.
~ :220 Ill
·.-4
§ •I""\
110 ~-
G
~ Arah N 0°E-
!.!) -·- .. -- -----· -
30
.Jarak eal.ar.l :retJ:!t·_ ~------
G...~ar 16. P:::ofH distribusi t.aha.".en jer-.iS-di ld<asi-3_:. sebelah tir.T.Jr Beteng S:;eelwi.jk)
;c.ara f.e."X!".:.;aan ~ \-;en.-;er ;:. = 2 ::-cter)
40.
- : ... ::..__~ ... --,._,. .... -- ---~ .._ ..... _ ......... k ... ·---- .......... '-'·- .......... _____ ~--......,_ .... ~-------•-...-,;,;..... __ ,. ____ -· ., ......... .._ --
SO-
~ -..J
•oA._ ......... _ _.__,. •
I I
I j
~...
0 0
z ,s;'
i'' ~
l
0 N
------·----- ..... __ •o o
Cl ·-4
0 (')
.~ ~ r: nl
d
·~l ~ti tJ ..-,
C>
"'
b ....
JV.H
.., -~
~ -a B ~· ;tj •;.)
:..: U) r'l
··:j ,\~ II ~ ·n .. ·~
......
~ ~. ~1 rd u. '• 'b
,, ~· .<lJ
·'-
··I jlJ ~~ c:
f.1 "I H " jl ( IJ· .. , -~ Jl ·;.! •rJ ;•;, .r.. :j :r~ Ill
'H W ~.
~-~·~ ,•q ~~ .
I.
~· ttl
·P: 3
-- - .... ----·---·--· --····--·--·------·----- --····
IV.9
trik. Di lokasi 4 terscbut terdapat singkapan fondasi yang arahnya
berganti-ganti; fondasi pertana merrpunyai arah N 30° E, fondasi ke
dua N 115° E, dan fondasi ketiga N 70° E. Panjang fondasi pert.arPa
3 m, panjang fondasi kcdua 7 m, dan fondasi kctiga se[XU'ljang 3 m.
Fondasi ketiga terpotong o1eh ja1ur 4 pengukuran geolistrik pada
titik ke 23 atau pa.da jarak 46 m dari titik awal pengukuran. Apabi-•
la pola siku-biku pagar ternbok keli1ing di lokasi tersebut digani::lar-
kan akan tanp:lk seperti pada Garrbar 18 •
22
Garrbar 18. Pola pagar tanbok keliling siku-biku (zig-zag) di sebe1ah timur Beteng Spee1wijk
1, 2, 3 = ja1ur fondasi pagar keliling
22, 23 , 24 = ti tik pengukuran g(.!()listrik
Atas dasar pengukuran geolistrik di daerah sekitar M:lsjid Paci-
nan Tinggi dan di sel::e1ah Timur Beteng Spee1wijk dapat dinyatakan
bi.ihwa forrlasi pagar terrbak kcliling Bantcn Lunu nusih d.:1put dilacak
kenba1i. Tentu saja: untuk m::rootakan forrlasi pagar terrbak keliling
tersebut secara 1engkap per1u penelitian lebih lanjut.
Di daerah Tirtayasa diadakan satu pengukuran geolistrik dengan
jalur pengukuran arah utara (N 0° E) • llasi1 penguk:uran menunjukkan
bahwa tahanan jenis terukur berkisar antara 1,46 - 3,61 Ohm-rooter
IV.lO
(G<lfl"bar 19). Pada titik-titik pengukuran yang rrcropLmyai tahan je
nis lebih besar dari ti tik yang lain diadakan perboran, yai tu pada
titik dengan tahanan jenis 3,61 dan 3,4 Ohm-neter. Hasil penboran
rrenunjukkan bahwa pada kedalam:m 0 - 40 an terdapat lapisan tanah
penutup; 40 - 120 em batu karang, batu bata, berselang-seling dan
Jrengandung pengikat; 120 - 130 em· terdapat pasir dan di bawahnya
lempung. Data hasil pengukuran geolistrik yang kem.Xiian diceh de
ngan penboran ITSli:>uktikan bahwa pada titik tersebut rrerupakan bekas
fondasi. Di lapangan titik-titik yang mirip dengan titik yang diu-
kur tahanan jenis dan clibor tadi nerpunyai pola enq:at persegi pan
jang. Hal ini dapat lebih rreyakinkan bahwa di Tirtayasa terdapat
bekas bangunan lana yang forrlasinya telah tertinbun. Bekas bangunan
tersebut diperkirakan rrerupakan bekas kraton Banten-Tirtayasa.
Untuk rnernbuktikannya perlu peneli tian yang lebih rrendalam.
B. Pengukuran Gecnagni t
Pengukuran gcarugnit dilakukan pada dua t:an[:ot, yaitu di scbc
l.ah tenggara Kaibon dan di sebelah barat Beteng Speelwijk (lihat
Peta 7). Tujuan pengukuran geooagnit pada kedua tempat tersebut
adalah untuk rnenentukan fondasi pagar taTbok keliling Banten Lama.
Pengukuran geare.gnit di sebelah tenggara Kaibon banyak gangguan yang
dijlllll[:Oi karen .. , clt~kat clcnqan panukim:m p.:nduduk. c.:m<j(JU.:m itu lx.:ru-
pa pcnyi.mpc:mgan hasil p::!lllbacaan intensitas rnagnctik, kare.na rnagncto
rreter proton (proton rnagnetareter) yang digunakan sangat sensitif
terhadap benda rmgnetik dan besi. Benda-benda rnagnetik dan besi
terscbut banyak digunak.an di daerah pemukirnan. Selain i tu lintasan
' p2ngukuran gearagnetik juga terhalang oleh rapatnya pcrurrahan.
-------~----------·-- -- -----------------
141' (J
0
z
·~ AI;
f
j <) ________ ___;..._ ...... ~
d
"''
~
.. f~
0 ...
I
~ ~ ·~
] f. ~~ ''J
i
IV.ll
cd :Q
~· 11"1
' .....
~ 'i: .... jl i1 ~ ·~ N
&i II ·n ,.,
~ ~ J"' :~ 19 .... ·~ " ~ ~ !J ~)·
.I Ul 1·~ :a ..,
"· .... ··l n) .... ~J ,@ u
0'1 rl
~ ~ Ci
l I
I
.. -·· -··- ---------------- ------- -----------------
IV.l2
Pcngukuran geamgni t di daerah sebelah tenggara Kaibon dilaku
kan pada daerah yang berbentuk empat perscgi p.:mjang dengan ukuran
35 x 20 m, dengan jarak pengukuran setiap 5 m. Arah numnjang dari
anpat persegi panjang tersebut adalah N 70° E dan arah rrelebarnya
N 160° E. Perrbacaan .intensitas magnetik pada "proton magnetareter"
selalu dilakukan pada arah utara (N 0° E) • Hasil pengukuran m::mun
jukk.an bahwa .intensitas magnetik di claerah sebelah tcnggara Kaibon
berkisar antara 442 - 774 gamna *). Hasil pengukuran pada titik-ti
tik pengukuran diplot pada peta jaring-jaring titik pengukuran untuk
dibuat kontur intensitas magnetiknya (Garrbar 19) . Dari pcta kon-
tur intcnsitas magnetik tersebut kenu::lian dibuat profil nananjang
maupun rrelintang untuk m:mentukan ana1uli madan magnet. Profil rre-
nanjang yang dibuat rreliputi profil KL dan AM (Garrbar 20} dan profil
rrel.intang meliputi profil AB, CD, EF dan GH (Garrbar 2],) • Profil me-
manjang dan profil rrel.intang intensitas magnetik tersebut kcnudian
diinterpretasi secara kualitatif. Agar interpretasi profil intensi-
tas magnetik tersebut dapat lebih rrengenai sasarannya, rroka dicari
kesesuaian antara profil intensitas magnetik dengan keadaan lap:mgan.
Dcllrun hal ini profil intensitas magnetik yang dapat dipcrgllilc"l.Y.an sc-
bagai kunci adalah profil KL (Garrbar 20) • Profil ~re~mnjang KL yang
rrenunjukkan grafik yang naik dan cerrbung pada jarak 5 hingga 30 m
drri titik awal [X!n<Jukuran tcrny<:t~"l di 1;:1iXm<J.:l!t aLbl<.th bd~as p.:KJ .. u-
t.embok yang nusih jelas. Atas dasar kcsesuaian yang terjadi pada
profil KL tersebut diadakJn iriterpretasi untuk profil-profil yang
lu.in, yancJ hasil intcrprctasinya diganbark.:m di baw.:.~.h SLUtbu horison-
--------------*) gaimu : adalah sa tuan uJ:uran intensi tas rrcdan rregnetik ·
1 gaimB = 10-5 gauss.
i
l I
l
i I
i l
·------·------~--- ---- --------------·- ---·--·--·----··
----------------------......
H
J
L
M
Skala 1 : 250
E c
E
c
Gombar 19. PETA KOTUR INTENSITAS MAGi~ETIK
Skotat:-zso
:::J _...-='!
..__ __ .... - -·· -· - . -- •...
1 Ooerah ubetah ten~garo Kaibon
'2 Oaerah sebetah barot Beteng Speelwijk
C.orili AB, CD: garis profit garili inten Iii to5 mogneti k
--· ________________ ___,
'l ~:.I .LLO
i I ! ···T·;··-r·:··j
. I I . I : . I I
i
... -··-· .
...
Jll
.. ..,
-------M--------- --- --- " --------------------
llJ
·+·· ~ I i
lu
1or · · ui i
1V.l3
• I I
i I
j I
-·· .. l.. .
/lJ
l
I I
..
~ !
IU ' i
''·
_.,,
•''
' . t••··--·; ..
I I I
f:, ~~ ~i.IU
~· ~ 5UO '"' H-. . a 6Ci0
+oi s: ~
·'~'
: ~\ .;~
~ :fi, SI,;O
, I J
"'
!
i I I
i i . 51',0 I i . 4 ) . ... , ... " , .. ,E. :.~21.JO:'~-.fo'--+-- }I l!J :!1 Ill ' · C \??717~ )7/))/i",Viz:!!:n""nN.""'m. ,__,.;;.:.;j I ' · 1 r · ~ 1 · ("'~·-·, 9
7()0 : ' ' : !
tiiW
640
Gro -
1 ·····:-·
600
.. ~ 540 .f;
u
IV.l4
l ' i i
-- ·-·--·-·-----------··-----
IV.l5
tal pada masing-nasing profil. Pada profil AM (Ganbar 20) hasil
intcrpretasi 100nunjukkan pada jarak 5 - 12 1 5 m dan r::lada jm-ak 16 -
2715 m dari titik A terdapat fondasi. Hasil pengecekan lapangan ju
ga manunjukkan ad.:mya fondasi. Pada profil Gt 1 EF 1 CD dan 1\B jug.:1
dapat diinterpretasikan adanya fcn:lasi. Pengecekan lapangan dilaku-
kan pada profil G-1 pada jarak. 5 m dari titik G pada kedalaman 5 em
di bawah pennukaan terdapat batu bata. Pada profil CD pada jarak
715 m dari titik C juga terdapat batu bata pada kcdalruran 5 em di
bawah pemukaan tanah.
Atas dasar pengukuran gearagni t dan pengecekan l.c.1panyan ternya-
til di daerah sebelah tenggara Kai.bon terdapat fondasi bekas dari su-
atu bangunan. Kapasitas tentang fungsi dari bangunan tersebut masih
rrerrerlukan pengkajian lebih lanjut.
Pengukuran gearagnit di sebelah h.cat Beteng Speelwijk dilaku-
kan pada daerah berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 30 x
20 m. Arah rrenanjang dari empat persegi panjang tersebut N 0° E
(ke arah utara) dan arah maranjang N 90° E (ke arah timur) . J.::trak
titik-titik pengukuran ke arah utara-selatan 5 m dan ke arah t.irrur-
barat 2 1 5 m. Perrbacaan int.ensitas magnetik pada "proton magnetare
ter" selalu dilakukan pada arah utara (N 0° E) • Basil pengukuran
rrcnunjukk:an bahwa intcnsitas magnetik di daerah s~lah barat £3ctcng
Spcelwijk berkisar antara 429 - 501 garma. Basil pengukuran inten
sitas rragnetik diplot pada peta jaring-jaring titik pengukuran untuk
d.ibuat kontur intensitas rregnet.iknya (lihat Garrbar 19) • Dari peta
kontur intensitas Il\3.gnetik dibuat profil rrananjang dan profil rrolin
tang untuk rrenentukan ana. :li rredan rragnitnya.. Profil rrenanjang in
tensitas rrcgnetik diliu.'lt nelalui N3 1 CD, EF dan Ql (Go:.l!lb.:u- 22), dan
. -4J
... ~ H
i . . .. -···-.- --· ...
I'
!
.I I
I j
·i I i
i !
1(
W7?-r7~~~ . '· , ~ . ! ! . I I I
r j
i . 'I
' l
f'~·fon~c;i i . I : I ., '
. I i
i m .,. ..-t·-:·· I ... :
I i '
. ~~·~~,.r 221 · Profil ~lCSnlTJ1Ang! int.c;:ru;. ·i.t...u.~ liUQ~t.~ <il ' : · ~· 1 .sebelah: ba.r:·c Bc~g stn~l-~Hijk 1 ucl<jtlui .
1 : Aar · GD, r-.:.F, ~m qr; drm h·~'i.ii l int:.t~npr~.~t.:u•.l. I ' ' I ! I I
I
! . •.. .. . '. ·--·-- .. -- ··-·-.. ··· -··-······ . ~--· ..... . !
i .... --,.-··:-·· -·· ......
I
' .. i: '
I
. ··- ---------------------------~-----------
IV. 17
. profil rrelintang rrelalui BJ, Ia.., r.N, 1:1? dan N:J (Ganbar 23) . Intcr
pretasi kuantitatif terhadap profil intensitas nagnetik diganbarkan
di bawah garis surnbu hirisontal pada nasing-ma.sing profil. Penge
cekan lapangan dilakukan sepanjang profil AB dan KL. Temyata pada
jarak 5 m, 15 m dan 25 m dari titik A terdapat fondasi bata pac1a ke
dalanan 30 em di bcrwah pennukaan tanah. Pada profil KL juga dikete
mukan fondasi pada jarak 10 m dari titik K.
Pen9ukuran geolistrik dan pengecek.an lapangan mmunjukkan bahwa
di da.erah sebelah barat Beteng Speelwijk diketern..lkan forrlasi batu
bata. Forrlasi batu bata di sebelah barat Beteng Speelwijk tersebut
juga tersingkap pada tebing sungai Ci Banten dengan pola biku-siku
(zig-zag). Fondasi tersebut diperkirakun bagian dari fondc.lsi pagar
ta1bok koliling &~ten Luma.
Hasil pengukuran geolistrik dan geanagnit rrenunjukkan bahwa
fondasi pagar terrbok keliling Banten Larra rrasih dapat dikcteJrukan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk zoning situs Banten Lama.
i
,,
I '• I
'"
It>
/U
I 1
i
I
I I i i
I
I ! I i I i i
I
!
...... i ............ .
~J
~ Jl. ::i ~·· N . ~ ~J
~
1: ~ ij, ~ +-'
. .:: ':'1
!I •
'" ...
~00
9VO
i60
110 5 20 4:0
r~nr, spu.~ i 1 i' .
I I
·~ I
4UO i
I I
' 4(iP.
1
440
2()
p
....... · ~·,-· ~ ......_ .............. _,, . . l.---._ i .. .., ' '
__ ..... -~ I l ' : f I ' '
. I ~'rodl "a:.:J .. ~nt:...~ng· illt:.us.:>~l.lb lfu<Jl~<:.!t.l··· r. di ::;.~ ..... )~1 b;u-,.tt ~t.I!II'J Sp.!~lwiJkl
~~~n~l~;.;; '"· ""f•.f<J; r ! :
IV.l8
."d
L
V.l
V. RANGKUI>WJ
A. Banten Girang
Ocrdasarkan kcadaan lingkungan alam dari peninggalan kepurbuka
laan· yang ditemukan; maka situs Banten Girang nen:mg rrarungkinkan
sebagai pusat pernukirran pada mas a lampau.
Keadaan lingkungan alarn yang ~ukung adalah:
1) Lokasinya yang terletak pada teras atas sungai rrempunyai topo
grafi datar, dan tersusun oleh material en:lapan volkanis yang
relatif subur.
2) Terhindar bahaya banjir wengingat sungai yang rrengalir di daerah
itu ncrnpunyui tcbiny t:crjal dan cblam.
3) C'..radicn sunyai rcndah, schingya. n-cJru.ngkink.:m tu1tuk ncn<J<Junakilll
sa.rana tra.nspxtasi air.
4) Persediaa.n air minum yang cukup dan nudah didapat.
Peninggalan kepw:bakalaan yang dijumpai di Banten Girang adalah:
Gua di tebing sungai Ci Banten, pondasi di atas tebing sungai dan ar
tefak keramik. Gua di tebing sungai dan bekas pondasi oi atas te
bing sungai tidak tarrpak dari foto trlara. Artefak pxahan keramik
yang banya.k dikctemuka.n eli fCrmukaa.n tanah juga tid.:lk ta.rrq:uk, t.ctapi
daera.h pcnyebarannya dapat diketahui dari foto trlara dengan lxllk.
~nginga t IXminggalan kepurbakalaan yang d:i.kct..c>.muk<m di n.:mt.Cn
Girang ini masih sedikit dan mas~ sanar-sarrar, rnaka penelitian lebih
lanjut perlu diadakan. Penelitian lanjutan yang diperlukan untuk rre
nunjang hasil peneli tian ini adalah:
V.2
- Gearetri gua dan penyebaran gua ke arah dalam beserta historis gua.
- Penggalian-penggalian di daerah sekitar bekas fOlldasi di atas te-
bing sungai dan pada tempa.t-tempa.t di teras sungai atas yang rrenun
jukkan relief rnikro seperti relief pada bekas [XXldasi.
- Penggalian-penggalian pada teras-teras sungai di situs Banten Gi
rang, untuk rrerrperoleh garrbaran yang lebih lengkap tentang artefak.
keramik dan artefak yang lain.
B. Banten I..ana
Banten I.arra terletak di dataran pantai Ya.D3' terdiri dari ben-
tuklahan: dataran allNial pantai, betir:g pantai, dataran aluvial be
kas lagoon, dataran banjir sungai dan tanggul. alam s1..11¥:Jai. Di an
tara bentuklahan tersebut yang banyak digunakan sebagai pusat perru
kimm Banten L:ura pada masa l.anlJ;au adalah beting pantai dan tan:jgul
alam sungai. Hal ini terbukti oleh peninggalan-peninggalan Ya!B ter
dapat pada beting pantai dan tanggul alam sungai, misalnya kraton
SurosONall terletak pada beting pantai, Kaibon terletak pada tanggul
a lam sungai.
Banten I..ana dilalui oleh sungai Ci Banten dan sungai kecil Yan:J
lain. Selain dilaltii oleh sungai alami, Banten I..arra. dilalui pula
oleh parit buatan. Sungai Ci Banten dengan sistcm paritnya diduga
merupakan jalur lintas air dan pertahana.n pada masa perrcrintah kera
jaan Ban ten.
Peninggalan kepurbakalaan Yan:J terdapat di situs B nten I.rura
adal.ah: parit, bangunan seperti bentuk ikan pari di tambak, denraga,
galan:jan perahu, jembatan rantai, Tasi.kardi, kraton SurosONan, kcxn
pleks Masjid Ag\.1IY3', kanpleks t-1asjid Pecinan Tinggi, kraton Kaibon,
V.3
Beteng Speelwijk, Kclenteng Cina, ·dan pagar teni::x:>k keliling Banten
Lanu. Peninggalan tcrsebut tampak jelas pada foto udara skala
1:3 750, kecuali kat¥?leks Masjid Pecinan Tinggi, karena ukurannya
yang relatif kecil. Di antara peninggalan kepurbakalaan tersebut
yang belum tercatat atau terpetakan pada referensi yang tel<lh ada
ialah bangunan berbentuk i.kan pari di tarrbak, dan bangunan yang di
perkirakan sebagai galangan p:!rahu. Pola parit yang diperoleh dari
hasil interpretasi foto ud:lra jauh lebih lengkap dibanding dengan
peta-~ta yang telah ada. Pagar te1Tbak keliling Ban ten Lama yang
dari foto udara kurang tampak jelas dengan pengukuran geolistrik
dan geamgnit dapat dilacak kerrbali pada beberapa daerah sarrpel.
Penclitian lebih lanjut yang diperlukan untuk ncnclukung peneli
tian ini adalah: I;enclitian materi penyusun parit, pcnelitiiln pada
bangunan seperti ikan pari, bangunan yang diduga galangan r;erahu,
dan pagar te:rn}:x)k keliling Banten Lama. Penelitian pada bangunan
seperti ikan pari di tekunkan pada pola penyebaran fondasi, tanah
urugan dan artcfak yang dijumpai pa.da bagian d:llam bangunan dan p:l
da saluran air yang nengelilinginya. i<elanjutan dctri jarbatan ran
till. kc arah lu.ut juga {X!rlu ditcliti lebih lanjut. Selaln itu pu
gur tembok keliling Banten Lama secara keseluruhan perlu dipetak.:.m
dan ditcliti 10bih lanjut.
C. TirL.'"lyasa
Keadaan lingkungan alam daerah Tirtayasa sarra dengan dacrah
Banten I..arl\:l, Bentukl.ahan yang dipergunakan sebagai pusat p:mukiroan
pada nasa larrpau dan juga masih tercerm.:i.n pada penl.lkinun saat seka
rang ad:tlah ooting pantai dan tanggul a lam scpunjang saluran sungai.
v. a
Sungai diperkirakan rrerupa.kan jalur lalulintas air yang penting pa-
da "Jtasa lampau. Disanping lalulintas rcelalui sungai, lalulintas da-
rat juga telah dikenal. Jalan desa yang diduga rrerupakan jalur da-
rat pada rnasa l.anpau, zanan Sultan Agung 'firtayasa terletak pada be-
ting pantai, yaitu yang m :1ghubungkan Tirtayasa dengan Pontang.
Peninggalan kepw:::bakalaan di daerah Tirtayasa yang diketahui
dari penelitian ini yang irendasarkan pada data kepustakaan, inter
pretasi foto udara dan uji lapangan adal.ah situs Kaibon, kanpleks
~ak.:umn Tirtayasa dan Kranggan. Tetapi inforrrusi kepurbakaluan
yang diperoleh pada situs tersebut belum begitu jelas dan r:;erlu I
pengkajian lebih lanjut. Berdasarkan pengukuran ~"'listrik di Tir-
tayasa da[Xlt diketal1ui bahwa pada Tirtayasa diketcm.lk<.m fondasi yang
terpendam. Fondasi yang terperrlam tersebut diperkirakan ncrupakan
fondasi ci"lri Kraton Banten Tirtayasa. Peneli tian lcbih lanjut lcbih
di tekankan pada daerah-daerah yang dicurigai berdasarkan interpreta-
si foto udara, yaitu di Kaibon, Tirtayasa, Krahggan dan daerah dian-
tara Tirtayasa hingga Pulokencana.
~~~--~--~------~~-.--~-·---~-----~.~----·------·- ~~···-·· -----------
REFERENSI
1. Bhattacharya P.K. ch HP. Patra. 1968. Direct CUrrent Geoelectric SolU1ding. Principles and Interpretation. Elsevier Publishing Canpany. Amsterdam. 'Ihe Netherlands.
2. Benne len R. W. van. 194 9 . 'Ihe Geology of Indonesia. The Hague: Goverrurent Printing Off ice.
3. Djajadiningrat, Husein. 1983. Tinjauan Kritis Tentang Sejarah Banten. Jakarta: J enbatan.
4. Halwany Michrcb. 1982. Pemugaran dan Penelitian Arkeologi sebagai Sumban9an Data PE'.rkerrbangan Sejarah Banten. Seminar Majlis Ulama Jabar di Baooung.
5. Hasan Maarif Arrbary. 1977. A Preliminary Ref?9rt of the Excavation on the Urban Sites in Banten (West Java) . Jakarta: Pusat Penel1han Purbakala dan Peninggalan Nasional. r.:epartena1 P dan p dan I<.
6. Kardono Danroyuwono. 1981. Penerapan Teknik Pengirrleraan Jauh lll1-
tuk Inventarisasi dan Penetaan Peninqqalan Purba.Y.ala Daerah Tro.vulan. Lap::>ran Hasil Penggunaan Foto Udara di TrONUlan. Jakarta: BAKCSURI'ANAL.
'f" 7. Lillesond, T.M. and Kieter, R.W. 1979. Perrote Sensing Inuge and Interpretation. New York: John Wiley & Sons. p.l66.
8. Mamik Harkatiningsih, .Maria 'Iheresia. 1981. Catatan Singkat tentang Masyarakat dan Kot:l Banten Lamil Abad ke 16 - 19. M:ljalah Ilmu-Ilmu Sastra Indonesia Jilid X No. 1. JlU1i 198i7I'982. Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
9. Ml.l11darjito, dkk. 1978. Laf.?ran Penelitian Arkcoloqi &mten 1976. Jakarta: Pusat Penel1tian Arkeologi Nasional.
1 ) 10. Pannekoek, A.J. 1949. An Outline of the Gearorphology of Javel . . ./ Tijdschr. Kon. Ned. Aardr. Gen. 66,3.
11. Parry. 1978. Ring ditch Fortification in the Rewa I.:elta Fiji: Archeology from Air Using Panchrrnutic, Infr.:::u-cd .:mel Color Photograp1ic. Procccdinqs of 'lwclfth Int.crn.:.t~lonal :iY11ll.JO!.ilum on lbtotc Scnsinq of Environncnt. Mid1ig<:m: EnvirOfutcntal Research Institute of l-lich1gan. p.l575.
· : 12. Reeves, R.G. 1939. People: Past and Present, Manlldl of Ibrote ./ Sensing Vol.II. Virginia: Arrerican Society of Phot(X.Jru.phy.
p.l999-2041.
13. Rouffaer, G.P. dan J.W. Ijzerrran. 1915. De F.:erste Schipvaart der Nederlanders naar Oost Indie on der Comelis de Hout:IPan 1595-7. D'eerste hoek van Wilem I..ode.vycksz. ~n Haag: 's Gravenhage Martinus Nijhoft.
~') 14. Sj;stedt Hilwig. 1975. Archaeological Photo Interpretation.~f Viking Age Near Stockholm. ITC Journal. 4 p.400 .
.3 15. Sukria'lo. 1963. Gecm:>.qilology and the Location of Criwidjaja.
.'·-1 16.
MIS!. Jilid I. No.I (April 1963) h.81.
___ • 1979. Sekali lagi tentang Id<asi Sriwidjaja. Pra SeJninar Pen3litian Sriwidjaja. Jakarta: P.T. Pcra Karya. h.75.
J!; 17. Sunarso Sinun. 1980. Penelitian Geolistrik di Bekas Kerajaan r-bjopahit TrCMUlan Jawa Tinur. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. • ·~
18. Ten Dam H. 1957. Verkeningen Rendon Padjadjaran Inoonesia.
19. Uka Tjandrasasmi ta. 1967. Su1 tan Agung Tir&®iasa Musuh Desar Katp:ni Be1anda. Jakarta: Yayasan Keb · yaan "Nusalarang".
tj) 20. Widya Nayati. 1982. Keletakan Bekas Kota P1ered di Kabupaten Ba.ntul Daerah IStlll\;...'"'Wa Yogy<;tkarta. Skripsi Sarjuna. Mu::la Fakultas Sastra Unhersitas Gadjah Mada.
\
top related