pemisahan perak dari limbah fixer dengan cara elektrolisis · sumber informasi yang berasal atau...
Post on 04-Mar-2019
250 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PEMISAHAN PERAK DARI LIMBAH FIXER DENGAN CARA ELEKTROLISIS
SUPRATNO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
2
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pemisahan Perak(Ag) dari Limbah Fixer dengan cara Elektrolisis adalah karya saya dengan arahan dari Komisi Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2011
Supratno NRP G451090211
i
ABSTRACT
SUPRATNO. The Isolation of Silver (Ag) from Fixer Sludge with Electrolysis methode. Under direction of ZAINAL ALIM MAS’UD and ETI ROHAETI.
The isolation of silver with electrolysis methode on sludge silver was tried with the variations concentration, electrode of carbon, and voltages. The aim of research are looking for the easiest and eficient electrolysis. Among of 272.79 ppm of silver (impurities) could be produced from electrolysis fixer which used 300 times maintain the film. For 400, 500, and 600 times electrolysis were produced recently 49.42, 137.04, and 55.22 ppm. Futhermore, it was increased to 220.00 ppm from 700 times. These were possible because of density the solutions. From the electrode of carbon, 68.2222 g Ag (impurities) could be processed from size 14 cm x 3 cm x 3 cm. The next results 41.2050 g and 43.7559 g from the sizes 16 cm x 3 cm x 3 cm and 18 cm x 3 cm x 3 cm. The reasoned of this part any faster reaction on the most litle electrode. By the way, from voltages variation, the processed showed that 47.4575 g of Ag (impurities) could be produced from 11 volt. It’s caused the bigest voltages are also the bigest kinetics power on the reactions. Sampel and product were analized by AAS. Consentration has potential to be indicator, because of the used 700 times was given trend high Ag (impurities) became increase optimally at 11 volt, and much sediment that is 47.4575 g. The best rendemen is 13.33%. The other finding is that the strength of the time and the voltages strongly enfluence the electrolysis shown by the bigger result on F(calculation) than that of the F(table). Keywords: isolation, silver, electrolysis, fixer.
ii
RINGKASAN
SUPRATNO. Pemisahan Perak (Ag) dari Limbah Fixer dengan cara Elektrolisis. Dibimbing oleh ZAINAL ALIM MAS’UD dan ETI ROHAETI.
Perak terletak di golongan IB dan periode 5. Unsur bernomor atom 47 ini memiliki massa atom 107.870 g/mol, termasuk logam yang berkarakter fisik keras dan unik diantara logam-logam lainnya. Perak memiliki titik leleh 961.93 ˚C dan titik didih 2212 ˚C. Perak berada dalam keadaan terikat sebagai Ag2S (argentit), AgCl, dan dalam bijih tembaga-nikel. Unsur logam transisi ini berwarna putih mengkilap, dapat ditempa, sedikit lebih keras dari emas, konduktivitasnya paling tinggi di antara semua logam, tahan terhadap udara murni dan air, tetapi tidak tahan terhadap udara yang mengandung belerang (timbul bercak hitam kemudian menjadi kusam) dan kurang reaktif dibandingkan dengan tembaga.
Pengambilan kembali ion perak dari limbah film foto ronsen telah dilakukan melalui proses pengendapan elektrolitik langsung, namun hasilnya masih kurang memuaskan. Rendemen pengendapan ion logam baru mencapai ±57.10%. Sementara itu, endapan masih belum semengkilap yang diharapkan. Warna endapan bervariasi dari abu-abu hingga kecokelatan yang mencerminkan bahwa produk perak belum mencapai tingkat kemurnian yang tinggi. Endapan merupakan campuran antara logam perak dengan oksida, hidroksida, dan sulfidanya. Uji spektrofotometrik menunjukkan bahwa kemurnian endapan perak menghasilkan 83.44%. Selain itu, pemakaian energi listrik untuk mengendapkan logam merupakan pemborosan cukup besar.
Digunakan metode daur ulang perak dari jenis limbah berdasarkan transisi dari perak ke dalam larutan, yaitu bentuk ionik dan kemudian dengan elektrolisis memproduksi logam perak. Proses produksi perak dari film dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mekanik dan kimia yang dapat dikaitkan dengan pembentukkan pembawa gelatin asam oksalat dan melarutkan perak.
Usaha untuk mendapatkan perak telah diteliti dan dicoba, tetapi yang menjadi raw materialnya adalah foto klise. Perak yang terkandung dalam film fotografi diperkirakan antara 0.7-1%. Sebanyak 100 Kg film foto bekas dapat menghasilkan logam perak maksimal 700-1000 g. Pemisahan perak dari limbah fixer dengan metode elektrolisis diuji dengan menggunakan elektrode plat seng-plat stainless. Reaktor dioperasikan dengan variasi tegangan listrik, waktu, dan jarak elektroda. Pengujian menunjukkan bahwa pasangan elektroda seng-stainless yang terbaik memisahkan konsentrasi perak lebih banyak yaitu 2%. Pada variasi tegangan terhadap waktu efisiensi terbesar diperoleh pada rentang tegangan 3-5 volt dan pada waktu 30-60 menit dengan besar efisiensi 74%-92%. Pada variasi jarak efisiensi optimal diperoleh pada jarak 2 dan 4 cm dengan nilai efisiensi 74% dan 88%.
Penelitian untuk memperoleh perak dari limbah cair fotografi pernah dilakukan dengan dan tanpa penambahan KCN 1 M, kemudian digunakan elektroda Pt dengan variasi waktu elektrolisis 30, 60, 90, dan 120 menit. Penelitian dilakukan melalui empat tahap, yaitu penentuan konsentrasi Ag sampel, penentuan potensial elektrodeposisi, elektrolisis pada potensial tetap, dan analisis SSA. Kemurnian endapan Ag maksimal pada elektrolisis 30 menit 36.06% tanpa pengompleks dan 37.44% dengan pengompleks KCN 1 M.
iii
Tiga percobaan telah dilakukan menggunakan variasi konsentrasi limbah fixer, elektroda karbon, dan tegangan. Elektrolisis dilakukan pada suhu kamar, dengan menggunakan metode yang dimodifikasi dari Tobing & Nathan (2003). Percobaan pertama dirancang untuk mengamati konsentrasi manakah yang terbanyak menghasilkan endapan, kemudian dilakukan ekstraksi, penyaringan, penggodogan, penambahan NaCl, dan pemurnian. Hasil endapan sebanyak 77.0742 g diperoleh dari fixer 800x pemakaian. Endapan elektrolisis limbah 300x pemakaian dianalisis dengan SSA dan hasilnya menunjukkan bahwa kadar Ag sebesar 272.79 ppm. Adapun fixer 700x pemakaian menunjukkan kadar Ag sebesar 220.00 ppm. Variasi konsentrasi memiliki potensi indikator karena semakin banyak pencelupan film terjadi tren peningkatan endapan.
Percobaan kedua dirancang untuk mengamati hasil penggunaan 3 ukuran elektrode karbon, yaitu 18 cm x 3 cm x 3 cm, 16 cm x 3 cm x 3 cm, dan 14 cm x 3 cm x 3 cm. Limbah dari pemakaian 800x celup diektrolisis selama 4 jam. Endapan yang diperoleh diolah seperti elektrolis pertama. Hasil elektrolisis terbanyak fase ini sejumlah 68.2222 g, yang diperoleh dari ukuran elektroda karbon terkecil. Hal ini disebabkan karena dengan elektroda tersebut terjadi akumulasi endapan di katode paling banyak. Pemeriksaan dengan SSA menunjukkan kadar Ag sebesar 1177.97 ppm.
Percobaan ketiga dirancang untuk mengamati hasil elektrolisis dengan menggunakan 6 varian tegangan, yaitu 3, 4.5, 6, 7.5, 9, dan 11 volt. Proses dilanjutkan dengan perlakuan seperti elektrolis pertama. Dengan variasi tegangan diperoleh endapan terbanyak sejumlah 47.4575 g dari 11 volt. Hal ini disebabkan karena dari tegangan tersebut terjadi efek reaksi terbesar yang menghasilkan endapan. Rendemen terbaik sebesar 13.33%. Ditemukan dengan perhitungan ANNOVA bahwa bila waktu dan voltase elektrolisis diperbesar Fhitung > Ftabel
(pada α= 0.025) pada fixer encer dan fixer pekat.
Kata kunci: pemisahan, perak, elektrolisis, fixer.
iv
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.
5
PEMISAHAN PERAK DARI LIMBAH FIXER DENGAN CARA ELEKTROLISIS
SUPRATNO
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Studi Kimia
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2011
1
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Sri Sugiarti, Ph.D
2
Judul Tesis : Pemisahan Perak dari Limbah Fixer dengan cara Elektrolisis
Nama Mahasiswa : Supratno NRP : G451090211
Disetujui
Komisi Pembimbing
Ketua Dr. Zainal Alim Mas’ud, DEA.
Anggota Dr. Eti Rohaeti, MS.
Diketahui
Ketua Program Studi Kimia
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Dra. Purwantiningsih Sugita, MS.
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian: 16 Agustus 2011 Tanggal Lulus:
3
PRAKATA
Seraya mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia yang dilimpahkan sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pemisahan Perak dari Limbah Fixer dengan cara Elektrolisis, yang dimulai sejak bulan Desember 2010.
Pada kesempatan ini ucapan terima kasih dan penghargaan saya sampaikan kepada Bapak Dr. Zainal Alim Mas’ud, DEA. selaku ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Eti Rohaeti, MS. selaku anggota Komisi Pembimbing, tenaga penunjang di lingkungan Departemen Kimia, FMIPA IPB, khususnya Ibu Nunung Nuryanti, Ibu Nurhayati, Bapak Eman Suherman, Bapak Wawan dan Eko yang berpartisipasi membantu kami dalam pelayanan penelitian, administrasi maupun bantuan lainnya. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada rekan-rekan seangkatan pascasarjana Kimia 2009. Rekan-rekan guru Madrasah Aliyah Raudlatul ‘Ulum Anyer, (Alm) Ayahanda Soeadji, (Almh) Ibunda Sudjinah, istriku Rr. Dwi Legstyanti, Ahmad Nico Fitriadi, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2011
Supratno
4
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Demak pada tanggal 7 April 1965 sebagai anak ke-12 dari pasangan Bapak Soeadji (Alm) dan Ibu Sudjinah (Almh).
Tahun 1983 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Abdi Negara Grogol Demak dan pada tahun yang sama lulus seleksi SIPENMARU di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Semarang. Penulis mengambil Program Studi D3 Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus tahun 1987. Tahun 2000 lulus dari Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Terbuka Jakarta. Pada tahun 2009 penulis diterima pada Program Studi Kimia, Sekolah Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Kementerian Agama Republik Indonesia, dengan program Beasiswa Utusan Daerah (BUD), perwakilan Provinsi Banten.
Penulis bekerja sebagai staf pengajar bidang Kimia di Madrasah Aliyah Raudlatul Ulum Anyer, Kabupaten Serang, Provinsi Banten dari tahun 1992- sekarang. Selain itu, penulis sebagai staf pengajar tidak tetap untuk mata kuliah Kimia Dasar di Universitas Indraprasta Jakarta, kelas jauh di Anyer, Kabupaten Serang, Banten dari tahun 2008-sekarang.
5
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .. .............................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xv
PENDAHULUAN ............................................................................... 1 Latar Belakang ............................................................................ 1 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3 Manfaat Penelitian ...................................................................... 3 Hipotesis Penelitian .................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4 Perak(Ag) ................................................................................... 4 Fixer ........................................................................................... 8 Elektrolisis .................................................................................. 9 Pengolahan Limbah Cair ............................................................. 13 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) ....................................... 15 BAHAN DAN METODE .................................................................... 17 Waktu dan Tempat ..................................................................... 17 Alat dan Bahan ........................................................................... 17 Prosedur Penelitian ..................................................................... 18 Penyiapan Sampel .............................................................. 18 Pemeriksaan SSA Sampel dan Hasil .................................. 18 Penyiapan Reagen .............................................................. 18 Pelaksanaan Elektrolisis dan Pemurnian ............................. 18 Perhitungan Rendemen ...................................................... 19 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 21 Pengamatan Umum ..................................................................... 21 Hubungan Variasi Waktu dengan Voltase ................................... 25 Produk Elektrolisis dengan Variasi Konsentrasi .......................... 27 Produk Elektrolisis dengan Variasi Elektroda Karbon ................. 28 Produk Elektrolisis dengan Variasi Voltase ................................. 28 Analisis Komprehensif Manfaat Elektrolisis Fixer ..................... 29
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 30 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 31
LAMPIRAN ........................................................................................ 35
6
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Kandungan perak dalam material ................................................... 5
2 Beberapa metode perolehan perak dari limbah fixer ....................... 10
3 Hasil elektrolisis dengan variasi konsentrasi dari pemakaian film ... 21
4 Hasil elektrolisis kedua dengan menggunakan elektroda karbon ..... 23
5 Hasil elektrolisis ketiga dengan variasi voltase ............................... 24
6 Hasil penimbangan massa endapan elektrolisis keempat limbah encer .............................................................................................. 25 7 Hasil penimbangan massa endapan elektrolisis limbah pekat .......... 26
8 Hasil analisis rancangan acak kelompok limbah encer dan pekat .... 26
9 Pengolahan ANNOVA limbah fixer encer ...................................... 27
10 Pengolahan ANNOVA limbah fixer pekat ...................................... 27
7
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Perak kristal dan hiasan kerudung .................................................. 4
2 Sel elektrolisis daur ulang perak ..................................................... 12
3 Hirarki manajemen limbah ............................................................. 13
4 Diagram SSA ................................................................................. 15
5 Peralatan elektrolisis ...................................................................... 17
6 Diagram alir elektrolisis pertama .................................................... 19
7 Diagram alir elektrolisis limbah fixer encer dan pekat .................... 20
8 Hasil pemeriksaan SSA endapan elektrolisis pertama ..................... 22
9 Hasil pemeriksaan SSA endapan elektrolisis kedua ....................... 23
10 Hasil pemeriksaan SSA .................................................................. 24
11 Kristal Ag hasil elektrolisis dengan variasi konsentrasi ................... 28
12 Kristal Ag hasil elektrolisis dengan variasi ukuran elektroda karbon ............................................................................................ 28
13 Kristal Ag hasil elektrolisis dengan variasi voltase ......................... 29
8
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Uji SSA sampel .............................................................................. 36
2 Uji SSA endapan dengan variasi konsentrasi .................................. 37
3 Uji SSA endapan dengan variasi ukuran elektrode karbon .............. 39
4 Uji SSA endapan dengan variasi voltase ......................................... 40
5 Diagram alir elektrolisis ke-2 ......................................................... 41
6 Diagram alir elektrolisis ke-3 ......................................................... 42
7 Perhitungan rendemen hasil elektrolisis variasi konsentrasi ............ 43
8 Perhitungan rendemen hasil elektrolisis variasi elektrode karbon .... 43
9 Perhitungan rendemen hasil elektrolisis elektrode tegangan ............ 43
10 Pengolahan ANNOVA lengkap limbah fixer encer ......................... 44
11 Pengolahan ANNOVA lengkap limbah fixer pekat ......................... 45
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia memiliki sumber daya mineral yang variatif, baik jenis dan wujud
materialnya. Beberapa jenis yang telah populer diantaranya emas, perak, tembaga,
aluminium. Sebagai bahan tambang tidak dapat diperbaharui mineral seharusnya
dikelola dengan baik, profesional dan multifungsional sehingga bermanfaat jangka
panjang sebagai elemen pembangunan.
Perkembangan ilmu dan teknologi fotografi telah mendatangkan banyak
manfaat, walaupun disisi lain menghasilkan limbah. Menurut Aryadi & Suryawan
(2006), kemajuan teknologi industri fotografi begitu pesat sehingga produksi
limbah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut sudah sangat membahayakan
apabila tidak ditangani secara serius.
Komposisi cairan fixer selama pencucian film kaya dengan logam Ag,
Tobing & Nathan (2003) melaporkan bahwa jumlah perak yang terdapat dalam
klise film kira-kira 1%, sedangkan menurut Khunprasert et al. (2006), jumlah
perak sekitar 2%, akan menjadi upaya bernilai ekonomi bila dilakukan recovery
disamping meminimalkan efek radioaktif limbah buangannya.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan, di antaranya Mattuschka et al.
(1996) melaporkan bahwa Pseudomonas stutzeri Ag-259 dan Streptomyces albus
telah digunakan untuk mempelajari akumulasi perak. Akumulasi perak dari
campuran logam sebanyak 142 µmol/gram. Tobing & Nathan (2003) berhasil
melakukan pemisahan perak sebanyak 0.7 kg dari 100 kg limbah film radiologi
dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut HNO3
Suyati et al. (2003) melakukan pengambilan kembali perak ionik dari
limbah film melalui proses pengendapan elektrolit langsung, namun rendemen
pengendapan metalik baru mencapai 57.10%, sementara endapan masih belum
mengkilap seperti yang diharapkan. Uji spektrofotometrik menunjukkan bahwa
kemurnian endapan perak hanya 83.44%. Selain itu pemakaian energi listrik untuk
mengendapkan logam merupakan pemborosan cukup besar. Widya et al. (Tanpa
Tahun) melakukan elektrolisis pemurnian endapan Ag yang maksimal pada durasi
, kemudian dilakukan
penyaringan, penggodogan, penambahan NaCl, dan pemurnian.
2
30 menit 36.06% tanpa menggunakan elektroda platina dengan variasi waktu 30,
60, 90, dan 120 menit. Dalam pengujiannya dilakukan melalui tahapan berikut;
penentuan konsentrasi Ag sampel dengan SSA, penentuan potensial
elektrodeposisi dan elektrolisis pada potensial tetap.
Donal (2007) melakukan pemisahan perak dari limbah cair fixer film
dengan menggunakan metode elektrolisis. Dalam pengujiannya digunakan
elektrode plat seng dan stainless. Reaktor dioperasikan dengan variasi tegangan
listrik, waktu, dan jarak elektroda. Pengujian terbaik menunjukkan bahwa
pasangan elektroda seng-stainless memisahkan konsentrasi perak lebih banyak
yaitu 52%. Pada variasi tegangan terhadap waktu, efisiensi terbesar diperoleh
pada rentang tegangan 3-5 volt dan pada waktu 30-60 menit dengan efisiensi
74%-92%. Pada variasi jarak efisiensi optimal diperoleh pada jarak 2 dan 4 cm
dengan efisiensi 74% dan 88%. Proses produksi perak dari film dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu mekanik dan kimia yang dapat dikaitkan dengan
pembentukan pembawa gelatin asam oksalat dan melarutkan perak (Marinkovic et
al. 2006). Mufid (2008) melaporkan elektrolisis terhadap limbah fixer, sehingga
diperoleh pengendapan Ag2
S dari larutan encer dan pekat. Arus 5 A selama 8 jam
menghasilkan 26.03 g (sebelum pengenceran) dan 29.70 g (sesudah pengenceran),
kuat arus maupun konsentrasi sangat berpengaruh pada elektrolisis. Tomonari et
al. (2008) juga melaporkan bahwa Ag yang berukuran nano dapat disintesis
dengan mengkondisikan sistem preparasi menggunakan proses kering 3-
mercapto-propionic acid.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memperoleh informasi ilmiah berkaitan dengan
proses memisahkan perak (Ag) dari limbah fixer dengan metode elektrolisis
menggunakan elektrode karbon.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif cara pemisahan perak
dari segi efisiensi proses kimia.
3
Hipotesis Penelitian
1. Limbah fixer pekat (banyak terpakai untuk mencelup film), akan
menghasilkan perak semakin banyak.
2. Ukuran elektrode relatif kecil berakibat elektrolisis berlangsung cepat,
sehingga produk perak dapat terbentuk secara maksimal.
3. Voltase tertentu akan menghasilkan produk perak secara maksimal.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Perak(Ag)
Dalam sistem periodik unsur, perak terletak pada golongan IB dan periode
5. Unsur tersebut bernomor atom 47 dan memiliki massa atom 107.870 g/mol
termasuk logam yang berkarakter fisik keras dan unik di antara logam-logam
lainnya. Perak memiliki titik leleh 961.93 ˚C dan titik didih 2212 ˚C. Perak berada
dalam keadaan terikat sebagai Ag2
S (argentit), AgCl, dan dalam bijih tembaga-
nikel. Unsur bersifat logam transisi ini berwarna putih mengkilap, dapat ditempa,
sedikit lebih keras dari emas, konduktivitasnya paling tinggi diantara semua
logam, tahan terhadap udara murni dan air, tetapi tidak tahan terhadap udara yang
mengandung belerang (timbul bercak hitam, menjadi kusam), dan kurang reaktif
dibandingkan dengan tembaga. Sifat-sifat fisik dan kimia tersebut menjadikan
perak mudah diolah (Gambar 1a), dan dibuat menjadi produk komersil
(Gambar1b).
(a) (b)
Gambar 1 Perak kristal (a) dan hiasan kerudung (b) (http://www.collection of Quanesha.com)
Tobing & Nathan (2003) melaporkan bahwa sifat kimia perak antara lain
tidak larut dalam asam klorida, asam sulfat, dan asam nitrat encer. Dalam larutan
asam nitrat lebih pekat atau dalam asam sulfat pekat panas melarut, dengan reaksi
sebagai berikut:
5
Ag(s) + 2HNO3(l) AgNO3 (l) + NO2 (g) + H2
2Ag
O(aq) + (aq) + SO4
2-(aq) Ag2SO4
Perak juga dapat larut dalam senyawa alkali sianida (NaCN/KCN), asam
organik tiourea, dan tiosulfat membentuk garam kompleks perak, dengan reaksi
sebagai berikut:
(s)
4Ag(s) + 8 NaCN(l) + O2(g) +2H2O(aq) 4Na(Ag(CN)2
Ag(s) + 2CS(NH
)(l) + 4 NaOH(l)
2)2 (l) + Fe3+ Ag(CS (NH2)2+ (l) + Fe
Beberapa penelitian berkaitan dengan sifat Ag, di antaranya Meng et al.
(2004), melaporkan bahwa tiosulfat menunjukkan potensi yang besar dalam
recovery perak dari limbahnya. Senyawa perak halida sangat peka terhadap
cahaya. Perak halida akan tereduksi menjadi perak dan gas hidrogen saat disinari
oleh gelombang ultraviolet, misalnya sinar matahari. Perak klorida berwarna putih
kapur dan garam yang tidak larut dalam air. Larutan perak nitrat saat dicampur
dengan alkali halogen, misalnya NaCl akan terbentuk endapan perak klorida,
dengan reaksi sebagai berikut:
2+
AgNO3(l) + NaCl(l) AgCl (s) + NaNO3
Selanjutnya AgCl jika disinari matahari terurai menjadi Ag dan gas klor
(l)
2AgCl(s) uv Ag (s) + Cl2
Menurut Khunprasert et al. (2004), kandungan perak cukup berbeda tajam
antara film sinar-X asli, film sinar-X terpakai, dan larutan (Tabel 1).
(g) (Tobing & Nathan 2003)
Tabel 1 Kandungan perak dalam material
Material Kandungan perak per unit material (g Ag/m2
Total perak ) (Kg)
Film sinar-X asli
Film sinar-X terpakai
Larutan (fixer+developer)
4-6
3.0-3.5
a
Sekitar 2000-6000 mg/L
a
12700
b
6980-8320
c d
a sampel yang ditambah HNO3 dan diterminasi dengan SSA b larutan yang diukur dengan SSA langsung c total Ag terestimasi dari 2 % Ag dalam sejumlah film sinar X pada 2004 d
total Ag terestimasi dari 1,1 % s.d 1,3 % dalam sejumlah film sinar-X pada 2004
Perak telah lama digunakan dalam dunia fotografi karena disebabkan
kepekaannya terhadap sinar ultraviolet. Di samping fotografi, perak juga
digunakan pada industri percetakan sebagai bahan peka. Seiring dengan
perkembangan teknologi dan kreativitas manusia, perak saat ini telah
6
dimanfaatkan dalam banyak bidang, antara lain peralatan rumah tangga, medali,
serta asesoris seperti jam tangan, bros maupun hiasan pada kerudung, pada plastik
master, dan dunia kedokteran (bahan untuk ronsen).
Pengambilan perak dari limbah cuci cetak dapat dilakukan dengan metode
membran cair berpendukung (SLM), sebagai membran pendukung digunakan
polytetrafluoroethylen (PTFE) yang direndam selama 2 jam dalam senyawa
pembawa asam Bis(2-etil heksil)fosfat (D2EHPA) 1 M dengan pelarut kerosen
dan dilakukan pengadukan selama 6 jam. Untuk mengetahui kondisi optimum
dalam recovery perak dilakukan variasi pH larutan umpan 1, 1.5, 2, 2.5, 3, 3.5, 4,
larutan penerima HCl, HCl-EDTA, HNO3, HNO3-EDTA, H3PO4, H3PO4
Teresa et al. (1993) melaporkan bahwa perak sulfida memiliki kelarutan
yang sangat rendah (Ksp 6 X 10
-EDTA,
serta konsentrasi larutan limbah pemekatan ½ kali, pengenceran 0 kali,
pengenceran 10 kali. Dari penelitian ini diperoleh % transpor perak dari limbah
fotografi dengan variasi pH larutan umpan memberikan % transpor perak
optimum pada pH 2,5 yaitu 96.44% dengan larutan penerima HCl, sedangkan
untuk % transpor perak pada fasa penerima dengan variasi larutan penerima
memberikan hasil optimum pada larutan penerima (HCl-EDTA) yaitu 63.85%
dan untuk variasi konsentrasi larutan umpan memberikan hasil optimum pada
pengenceran 10 kali.
-50
Berbagai teknik pengambilan perak telah dilakukan untuk digunakan
kembali ke dalam proses oksidasi elektrokimia dengan tujuan penggunaan secara
optimum, ekonomis dan mereduksi perak yang dibuang ke lingkungan (Mertz et
al. 1996). Beberapa teknologi pertukaran ion juga digunakan untuk memperoleh
kembali perak terutama dari fotografi bilas air. Jansen et al. (1997) memperoleh
senyawa pemulihan perak yang terdiri atas pertukaran anion basa kuat. Riveros &
). Oleh karena itu, presipitasi dapat digunakan
untuk memisahkan perak dari limbah. Kondisi optimum untuk proses
pengambilan perak darI limbah fotografi yaitu pH larutan umpan 2.5 dengan
larutan penerima HCl. Sedangkan pada variasi larutan penerima diperoleh hasil
optimum pada larutan penerima EDTA-HCl dan pada variasi konsentrasi limbah
fotografi, konsentrasi paling encer memberikan hasil optimum dalam proses
pengambilan perak dari limbah fotografi (Anwar).
7
Cooper ( 1985) memeriksa dua kategori pertukaran ion, yaitu basa lemah dan basa
kuat anionik. Mereka melaporkan bahwa hanya resin basa kuat dimuat sejumlah
besar perak tetapi mereka lebih sulit mengelusi. Hubicki & Hubicka (1996) telah
menguji selektif enam pertukaran ion, termasuk kelompok fungsional tiol, tiourea,
isotiourea, dan polifenol. Penukar ion gugus fungsi -SH pada kerangka kopolimer
stirena dengan divinilbensena menunjukkan faktor pemulihan perak tertinggi.
Menurut Beyzari et al. (1996), proses untuk menemukan perak dengan
pengapungan dari sisa ekstrak basah seng telah berhasil menghasilkan perak lebih
dari 89.5%. Teknologi lain yang memberi harapan untuk memperoleh perak
adalah berdasarkan proses biologi. Mattuschka et al. (1996) melaporkan bahwa
telah digunakan Pseudomonas stutzeri Ag-259 dan Streptomyces albus untuk
mempelajari akumulasi perak. Akumulasi perak dari campuran logam adalah 142
µmol/g.
Proses untuk memperoleh Ag biasanya elektrolisis, tidak mudah atau
bahkan tidak mungkin untuk meramalkan produk-produk apa yang akan
dihasilkan bila suatu arus listrik dilewatkan suatu larutan elektrolit. Di samping
ion-ion yang berasal dari elektrolit itu, terdapat juga molekul air dan ion-ion air
(H+ dan OH-
Untuk mempersempit daftar variabel bisa dipilih elektroda lamban, dimana
ion logam lebih mudah direduksi daripada ion H
) yang dapat berperan serta dalam reaksi elektrokimia. Produk
elektroda yang diperoleh dari larutan pekat seringkali berbeda dari yang diperoleh
dari larutan encer.
+. Elektrolisis larutan air dari
garam-garamnya akan mengakibatkan terbentuknya logam pada katode. Misalnya,
jika suatu larutan air dari CuCl2, AgNO3, atau HgCl2
Menurut Mufid (2008), elektrolisis dapat menghancurkan elektrolit dengan
aliran listrik, elektrolisis dapat digunakan untuk pengambilan logam perak, dan
kuat arus maupun konsentrasi sangat berpengaruh pada elektrolisis yang
ditunjukkan dengan F(hitung) lebih besar dari F(tabel).
dielektrolisis akan terbentuk
masing-masing Cu, Ag, dan Hg.
8
Fixer
Fixer adalah zat kimia berupa cairan pekat yang biasa dipakai untuk
mencuci film dalam fotografi atau ronsen. Menurut Legsdyarso (wawancara
tanggal 4 Desember 2010), fixer yang akan digunakan untuk mencuci film adalah
larutan, yaitu campuran 5 L fixer dan 15 L air.
Komposisi fixer biasanya menggunakan tiosulfat untuk melarutkan perak halida
dalam emulsi dengan reaksi sebagai berikut:
2AgCl + H2S2O3 Ag2(S2O3
Na
) + 2HCl (Tobing & Nathan 2003)
2S2O3 + AgBr Na2Ag(S2O3)2
Fixer juga mengandung sulfit biasanya Na-sulfit, untuk mengasamkan
tiosulfat, pH bufer, asam asetat biasanya untuk fixer asam, hardener, pengeras
tawas, lumpur inhibitor biasanya dipakai asam borat, tetapi asam polikarboksilat
juga bisa digunakan (
+ NaBr (Jauhari 2010)
http://www.digitaltruth.com/store/silvergrainfixandwash-
..html). Limbah cair fotografi mengandung logam berat perak (Ag) yang sangat
berbahaya bagi kesehatan (Jumari et al. 2006).
Jenis-jenis Fixer
Secara umum fixer dapat dibagi menjadi tiga yakni; fixer netral,fixer asam
dan fixer basa.
1. Fixer netral
Jenis fixer ini dulu sangat sering digunakan, tetapi karena waktu fixing yang
dibutuhkan lebih lama, penggunaannya dewasa ini mulai jarang. Hanya orang
tertentu yang fanatik dan untuk penggunaan khusus yang masih mau
menggunakan fixer jenis ini. Fixer jenis ini tidak dijual dalam bentuk
kemasan jadi, untuk membuat fixer ini harus meracik sendiri. Untungnya
bahan yang digunakan sangat sederhana yaitu natrium tiosulfat sebanyak 500
g dicampur dengan air 1 L pada suhu sekitar 32 ˚C. Fixer jenis ini disebut
netral karena memiliki pH mendekati normal meskipun natrium tiosulfat
sendiri tergolong asam.
2. Fixer asam
Sesuai dengan namanya fixer ini tergolong asam. Pada dasarnya fixer asam
adalah fixer netral yang diberi tambahan asam. Jenis asam yang paling sering
9
digunakan adalah asam asetat. Dewasa ini sebagian besar fixer yang dijual
umum merupakan fixer asam. Penggunaan fixer asam yang begitu luas
mungkin disebabkan jaminan dari fixer asam yang lebih baik dibanding fixer
jenis lain.
3. Fixer basa
Fixer basa banyak disebut sebagai fixer yang paling bagus, karena sifatnya
yang alkali fixer ini mudah hilang (lepas) dari paper/film pada saat proses
wash terutama paper jenis fibre base.
Elektrolisis
Elektrolisis adalah peristiwa penguraian zat elektrolit oleh arus listrik
searah. Elektroda positif (+) yang disebut juga anoda, sedangkan elektroda negatif
(-) disebut katoda.
Beberapa kegunaan sel elektrolisis adalah :
1. Penyepuhan, adalah proses pelapisan suatu logam dengan logam lain. Logam
yang akan dilapisi digunakan sebagai katoda, sedangkan logam pelapis
sebagai anoda.
2. Pembuatan beberapa senyawa. Elektrolisis terdiri dari dua wadah proses,
misalnya reaksi sebagai berikut (memerlukan jembatan garam):
Anoda Zn Katoda Cu
Zn Zn 2+ + 2e Cu 2+
Rx total: Zn(s) + Cu
Cu + 2e 2+ Cu(s) + Zn
Reaksi sel di atas dapat dituliskan sebagai diagram sel:
2+
Zn/ZnSO4(xM)//CuSO4
Anoda katoda
(yM)/Cu
dengan artinya perubahan keadaan/fasa,
artinya sambungan antar setengah sel
x, y = konsentrasi larutan elektrolit
Potensial elektrode dapat dihitung dengan Persamaan Nerst
E = Eo
– (0,059/n) log [hasil reaksi]/[pereaksi]
10
Dalam penyelidikan mengenai reaksi didalam larutan berkenaan dengan
pengukuran listriknya dipakai sel elektrokimia. Peralatan dasarnya adalah
sel elektrokimia. Sel ini berupa konduktor logam yang dicelupkan ke dalam
elektrolit konduktor ion (yang dapat berupa larutan, cairan atau padatan).
Elektroda dan elektrolitnya membentuk kompartemen elektroda. Kedua
elektroda dapat menempati kompartemen yang sama. Jika elektrolitnya berbeda,
kedua elektrolitnya dapat dihubungkan dengan jembatan garam, yaitu larutan
elektrolit yang melengkapi sirkuit listrik dan memungkinkan sel itu berfungsi
(Irma 1999). Menurut Mufid (2008) bahan elektrode yang umum digunakan
sebagai katode adalah Pt, Pb, Ni, grafit/golongan C, polimer, steel, stainless steel,
bahan yang punya potensial berlebih (misal Ni,Al/Ni, Ni/Zn), lapisan Ni-Mo-Fe,
atau Ni-Mo-Cr, TiO4. Adapun sebagai anode adalah Pt, Pt/Ti, Ir/Ti, Pt/Ir, Ti,
grafit bentuk lain golongan C, Ni dalam alkali, campuran Ru/Ti, oksida Ti untuk
Cl2, IrO2 dalam Ti untuk O2, magnetit (Fe3O4), konduktor keramik Ti4O7.
Tabel 2 Beberapa metode perolehan perak dari limbah fixer
Beberapa metode perolehan perak dari limbah fixer ( Tabel 2).
Metode Reagen dipakai Temperatur Metode pemurnian kimia
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Kimia
NaCN+H2O
Ce(SO4)2
NaClO 2
FeCl
HNO3
3
RCONH2 + HNO
urea nitrat(15-20%) 3
NaOH+highshear
KOH (saturated)+KCl
H2C2O4
NaOH (inethanol)
1% (b/v)
suhu kamar
-
suhu kamar
35-40 ˚C
suhu kamar
60-100 ˚C
90-95 ˚C
60-95 ˚C
80 ˚C
97 ˚C
Boilingsolution
elektrolisis
elektrolisis
elektrolisis
elektrolisis
elektrolisis
(dalam 8% sianida)
pemanasan
pemanasan
tidak dilaporkan
tidak dilaporkan
pemanasan
pemanasan
11
(lanjutan)
Metode
12
13
B
1
2
3
Reagen yang dipakai
NaOH/KOH+Nadinaphtyl
methanesulfonate(5g/L)
Air panas
Mikrobiologi
Pseudomonas B- 132
Streptomycesrimosus
oxytetracycline
Gelatin-decomposing
Temperatur
70-80 ˚C
45 ˚C
15-70 ˚C
40.50-60.85 ˚C
Metode pemurnian
kimia
pemanasan
elektrolisis
pemanasan
pemanasan
pemanasan
(Nakiboglu et al. 2001)
Aplikasi Elektrokimia
Aplikasi lain yang tidak kalah pentingnya dari metode elektrokimia dan
sekarang sedang marak dikembangkan oleh para peneliti adalah elektrosintesis.
Teknik elektrosintesis adalah suatu cara untuk mensintesis suatu bahan yang
didasarkan pada teknik elektrokimia. Pada metode ini terjadi perubahan
unsur/senyawa kimia menjadi senyawa yang diinginkan.
Penggunaan metode ini oleh para peneliti dalam mensintesis bahan
didasarkan oleh berbagai keuntungan yang ditawarkan seperti peralatan yang
diperlukan sangat sederhana, yakni terdiri dari dua/tiga batang elektroda yang
dihubungkan dengan sumber arus listrik, potensial elektroda dan rapat arusnya
dapat diatur sehingga selektivitas dan kecepatan reaksinya dapat ditempatkan pada
batas batas yang diinginkan melalui pengaturan besarnya potensial listrik serta
tingkat polusi sangat rendah dan mudah dikontrol. Dari keuntungan yang
ditawarkan menyebabkan teknik elektrosintesis lebih menguntungkan daripada
metode sintesis secara konvensional, yang sangat dipengaruhi oleh tekanan, suhu,
katalis, dan konsentrasi. Selain itu, proses elektrosintesis juga dimungkinkan
dilakukan pada tekanan atmosfer dan pada suhu antara 100-900 ˚C terutama untuk
sintesis senyawa organik, sehingga memungkinkan penggunaan materi yang
murah. Secara skematik daur ulang perak tersaji pada Gambar 2.
12
Gambar 2 Sel elektrolisis daur ulang perak (Eastman Kodak Company 1999).
Adapun reaksi-reaksi yang terjadi sebagai berikut,
Katode: Ag(S2O3)23- + e Ag + 2 (S2O3)2-
Perak tiosulfat + e logam perak + tiosulfat
atau
Anode: SO32- + H2O SO4
2- + 2H+
Sulfit + air ion H
+ 2e atau +
Suzuki et al. (2000) melaporkan bahwa teknik elektrokimia ini sangat aman,
efektif dan efisien, namun masih diusahakan untuk meningkatkan efisiensinya
dengan cara melakukan pengambilan perak untuk digunakan kembali.
+ elektron
Pada akhirnya mengutip tulisan Eastern and Smelting Corp Refining (1997),
bahwa praktek-praktek pemulihan perak telah memberikan beberapa hasil yang
bermanfaat, seperti manfaat ekonomi dari pemulihan perak, sumber daya tak
terbarukan dari daur ulang perak, dan pengurangan secara signifikan limbah
berbahaya yang dibuang.
Prinsip Elektrosintesis
Prinsip dari metode elektrosintesis didasarkan pada penerapan teori
elektrokimia. Baik teknik elektrosintesis maupun metode sintesis secara
konvensional, mempunyai variabel yang sama seperti suhu, pelarut, pH,
konsentrasi reaktan, metode pencampuran, dan waktu. Perbedaannya jika di
elektrosintesis mempunyai variabel tambahan yakni variabel listrik dan fisik
seperti elektroda, jenis elektrolit, lapisan listrik ganda, materi/jenis elektroda, jenis
sel elektrolisis yang digunakan, media elektrolisis dan derajat pengadukan.
13
Sebagai contoh adalah proses elektrometalurgi, yang merupakan metode
elektrolitik untuk mengekstrak logam dari mineral logam asal. Menurut Cambell
et al. (1994), teknik ini didasarkan pada reaksi redoks yang terjadi pada
permukaan elektroda yang meliputi tiga langkah, yaitu pertama penciptaan
konsentrasi karena arus secara gradien, kedua transfer elektron untuk ion logam
dan membentuk atom logam, ketiga difusi permukaan teradsorbsi atom di kisi
kristal yang tumbuh dari deposit logam.
Pengolahan Limbah Cair
Tujuan utama pengolahan limbah adalah mereduksi volume dan
mengkondisikan limbah, agar dalam penanganan selanjutnya pekerja radiasi,
anggota masyarakat, dan lingkungan hidup aman dari paparan radiasi dan
kontaminasi (Lubis 2010). Lasut (2006) menggambarkan hirarki manajemen
limbah yang tersaji pada Gambar 3.
Gambar 3 Hirarki manajemen limbah (UIUC Waste Management Guide 2006).
Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara
kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik
maupun industri yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh
masyarakat setempat. Limbah suatu industri bila kurang sempurna pengolahannya
dan langsung dibuang ke lingkungan sekitar akan mengakibatkan pencemaran di
14
daerah sekitarnya (Giyatmi et al. 2008). Menurut Sugikawa et al. (2000), limbah
padat maupun cair organik terkontaminasi alfa perlu dikelola sampai mencapai
batas aman untuk dibuang ke lingkungan atau didaur ulang.
Teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan
teknologi masyarakat yang bersangkutan. Berbagai teknik pengolahan air buangan
untuk menyisihkan bahan polutannya telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara
umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan, yaitu pengolahan secara fisika,
pengolahan secara kimia, dan pengolahan secara biologi. Untuk suatu jenis air
buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara
sendiri-sendiri atau secara gabungan.
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan, diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang
mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu.
Penyaringan merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan
tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap
dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain
yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel
dan waktu detensi hidrolisis di dalam bak pengendap. Pemisahan cair-padatan
dapat dilakukan dengan cara penapisan, pengendapan, penyaringan, pengapungan,
filter membran, dan filtrasi lambat. Menurut Lubis (2010), untuk limbah
radioaktif strategi pembuangan umumnya dibagi kedalam 2 konsep pendekatan,
yaitu “encerkan dan sebarkan” (EDS) atau “pekatkan dan tahan” (PDT).
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Teori SSA
Metode spektrofotometri serapan atom (SSA) dikembangkan oleh Wals
Akamende & Melatz yang digunakan untuk menganalisis logam renik dalam
sampel. Prinsip dasar SSA adalah interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan
sampel. SSA merupakan metode yang sangat tepat untuk analisis unsur pada
konsentrasi rendah (Khopkar 1990).
15
Cara kerja SSA berdasarkan penguapan larutan sampel, kemudian logam
yang terkandung didalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut
mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katode
(Hollow Catode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan.
Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu
menurut jenis logamnya (Darmono 1995).
Instrumentasi SSA
Alat SSA terdiri dari rangkaian tersaji pada Gambar 4.
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 4 Diagram SSA yang terdiri dari sumber sinar (1), pemilah/copper (2), nyala (3), monokromator (4), detektor (5), amplifier (6), dan meter/recorder (7) (Daulat 2009).
Menurut Daulat (2009), komponen-komponen dan fungsinya adalah sebagai
berikut:
1. Sumber sinar, adalah Hallow Cathode Lamp (HCL). Setiap pengukuran SSA
harus menggunakan HCL, misalnya menentukan tembaga dalam suatu
cuplikan maka harus memakai Hallow Chatode khusus. Hallow Cathode ini
akan memancarkan energi radiasi khusus sesuai untuk transisi elektron atom.
2. Sumber atomisasi, ada 2 yaitu sistem nyala dan tanpa nyala. Kebanyakan
instrumen adalah sistem nyala, dan sampel diintroduksikan dalam bentuk
larutan. Sampel masuk ke nyala dalam bentuk aerosol. Dengan nyala itu
kondisi untuk analit dapat ditentukan dengan metode emisi, absorbsi atau
fluorosensi.
3. Monokromator, alat untuk memisahkan radiasi yang tidak diperlukan.
4. Detektor, alat yang digunakan untuk mengubah energi cahaya menjadi energi
listrik, yang memberikan isyarat listrik berhubungan dengan radiasi yang
diserap oleh permukaan yang peka.
16
5. Sistem pengolah, untuk mengolah kuat arus dari detektor menjadi besaran
daya serap atom transmisi yang selanjutnya diubah menjadi data sistem
pembacaan.
6. Sistem pembacaan, merupakan bagian yang menampilkan angka/gambar
yang dapat dibaca oleh mata.
Adapun kelebihan dari SSA antara lain proses analisisnya cepat,
ketelitiannya sampai tingkat runut, dan tidak memerlukan pemisahan
pendahuluan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu larutan sampel
diusahakan seencer mungkin( konsentrasi ppm/ppb). Kadar unsur yang dianalisis
dibawah 5% dalam pelarut yang sesuai. Hindari pemakaian pelarut
aromatik/halogenida. Pelarut umum yang digunakan adalah keto, ester, dan etil
asetat. Pelarut yang digunakan adalah pelarut untuk analisis (p.a).
17
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Juni
2011, di Cilegon-Provinsi Banten, Laboratorium Bersama dan Laboratorium
Analitik Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB).
Alat dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan antara lain sirkuit alat elektrolisis (Gambar 5),
beker glass, erlenmeyer, corong, batang pengaduk, kaki tiga, asbes, termometer,
statif, bunsen/kompor kecil, kain parasit, kertas saring, neraca analitik, dan
peralatan SSA.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain limbah fixer
yang diperoleh dari RSUD Cilegon-Banten, air, HNO3
dan NaCl.
Gambar 5 Peralatan elektrolisis.
18
Prosedur Penelitian
Penyiapan Sampel
Limbah fixer (cairan yang terpakai mencelup film berturut-turut 300x, 400x,
500x, 600x, 700x, dan 800x) dikumpulkan dari Unit Radiologi Rumah Sakit
setiap hari. Waktu rata-rata untuk menyiapkan sampel tahap ini 2 minggu, kecuali
limbah dari pencelupan 600x, 700x, dan 800x diperlukan waktu 3-4 minggu.
Percobaan pertama disiapkan 6 wadah @10 L. Percobaan kedua sebanyak 3
wadah @10 L dan percobaan ketiga sebanyak 6 wadah @10 L. Pada percobaan
keempat disiapkan 24 wadah fixer @10 L, sebanyak 12 wadah limbah fixer encer
dan 12 wadah limbah fixer pekat.
Pemeriksaan SSA Sampel dan Hasil
Pemeriksaan kadar Ag dilakukan dengan analisis SSA pada limbah yang
terpakai mencelup film 800x (sampel) dan pada endapan elektrolisis 1-3.
Penyiapan Reagen
Asam nitrat pekat. Reagen ini dibuat dari asam nitrat pekat yang ada dengan
metode pengenceran. Disiapkan asam nitrat 1 M dari asam nitrat 2 M, selanjutnya
untuk tiga kali elektrolisis masing-masing memerlukan asam nitrat 1 M @40 mL.
Natrium Klorida. Reagen NaCl 1 M dibuat dari NaCl kristal dan aquades
dengan perhitungan molaritas. Disiapkan NaCl 1 M selanjutnya untuk tiga kali
elektrolisis masing-masing memerlukan NaCl 1 M @40 mL.
Pelaksanaan Elektrolisis dan Pemurnian
Penelitian dimulai dari percobaan pertama elektrolisis limbah fixer dengan
variasi konsentrasi dari pencelupan film berturut-turut 300x (A), 400x (B), 500x
(C), 600x (D), 700x (E), dan 800x(F) (Gambar 6), digunakan tegangan 11 volt.
Elektrolisis kedua dengan variasi elektroda karbon berukuran panjang x lebar x
tebal, yaitu 18 cm x 3 cm x 3 cm (A), 16 cm x 3 cm x 3 cm (B), dan 14 cm x 3
cm x 3 cm (C) digunakan tegangan 11 volt @4 jam. Elektrolisis ketiga
menggunakan 6 varian tegangan, yaitu 3(B pot A), 4.5(B pot B), 6(B pot C),
7.5(B pot D), 9(B pot E), dan 11 volt(B pot F) @4 jam.
19
Hasil dari semua elektrolisis ditimbang dan bobot endapan terbanyak
diekstraksi, difiltrasi, diuapkan, direaksikan dengan NaCl, dan dimurnikan dengan
air. Percobaan keempat mengelektrolisis limbah fixer encer dan fixer pekat.
Masing-masing dengan variasi voltase 3, 7.5, dan 9 volt. Percobaan dilakukan 4
kali pada durasi 1, 2, 3, dan 4 jam @10 L. Selanjutnya endapan hasil ditimbang 2
kali kemudian dihitung rata-ratanya. Pada tahap akhir diolah dengan ANNOVA
untuk mengetahui pengaruh voltase dan waktu terhadap pengendapan Ag
(Gambar 7).
Perhitungan Rendemen
Perhitungan rendemen dilakukan pada ketiga elektrolisis yang menunjukkan
hasil analisis SSA tertinggi dengan rumus sebagai berikut:
kadar Ag hasil kadar Ag awal
x 100 %
Diagram Alir Elektrolisis Limbah Fixer A, B, C, D, E, F -------------- Uji SSA Elektrolisis)* Endapan terpilih Endapan lain Ekstraksi (+ HNO3
) Penyaringan Penggodogan
Penjemuran dibawah sinar matahari Pemurnian (air t=100 ˚C) + NaCl Gambar 6 Diagram alir elektrolisis pertama (Modifikasi Tobing & Nathan 2003).
)* Elektrolisis ke-2: Lampiran 5 )* Elektrolisis ke-3; Lampiran 6
20
elektrolisis Limbah fixer encer endapan
elektrolisis Penimbangan massa 2x Limbah fixer pekat endapan Hitung rata- rata (masing2) Pengolahan data ANNOVA Gambar 7 Diagram alir elektrolisis limbah fixer encer dan pekat (Modifikasi
Mufid 2008).
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Umum
Hasil pemeriksaan SSA sampel (limbah fixer) memiliki kadar Ag sebesar
6000.365 ppm. Kadar Ag tersebut apabila dikonversi setara dengan 0.6%
(Khunprasert et al. 2004). Sampel diambil dari limbah pencelupan 800x film.
Berdasarkan hasil elektrolisis dengan variasi konsentrasi, elektrolisis
pertama (Tabel 4), elektrolisis kedua (Tabel 5), dan elektrolisis ketiga (Tabel 6)
menunjukkan bahwa elektrolisis berlangsung lancar dan menampakkan hasil
berupa endapan berbentuk kristal. Bobot endapan berbanding lurus dengan
semakin tinggi frekuensi pemakaian film (Tobing & Nathan 2003; Mufid 2008).
Hal ini terlihat dari bobot kristal endapan yang meningkat dari hasil elektrolisis
limbah fixer A-F.
Hasil elektrolisis pertama, limbah fixer dapat digolongkan atas dua
kategori yaitu limbah encer (sampai 500x celup) dan limbah pekat (diatas 500-
800x celup). Penggolongan didasarkan atas perolehan hasil elektrolisis (Tabel 3)
dan hasil pemeriksaan SSA yang ekstrim (Gambar 8), maksudnya dari 6x
pemeriksaan SSA terdapat tiga hasil yang berkadar Ag tinggi dan tiga hasil yang
berkadar Ag rendah. Hasil elektrolis ke-1 dapat dibuat persamaan matematika,
y= 0,115x - 16,07, dengan x= banyaknya pencelupan,
r= (koefisien korelasi) = 0,9969.
Tabel 3 Hasil elektrolisis dengan variasi konsentrasi dari pemakaian film
Fixer Bobot endapan (g)
300x 17.4770
400x 32.5065
500x 40.1097
600x 52.6550
700x 63.1119
800x 77.0742
Keterangan: elektrolisis dilaksanakan selama 4 jam, pada suhu kamar dan
tegangan 11 volt.
22
Gambar 8 Hasil pemeriksaan SSA endapan elektrolisis pertama (A) 17.4770 g,
(B) 32.5065 g, (C) 40.1097 g, (D) 52.6550 g, (E) 63.1119 g, dan (F) 77.0742 g.
Berdasarkan Gambar 8 terlihat bahwa endapan A (17.4770 g) menunjukkan
kadar 272.79 ppm, dan endapan E (63.1119 gram) menunjukkan kadar 220.00
ppm. Hal ini disebabkan pada limbah tersebut terjadi proses pelarutan Ag
terbanyak, artinya film-film sedikit terkena sinar-X (Tobing & Nathan 2003),
sedangkan endapan lainnya banyak pengotor bisa berupa Ag2
Reaksi yang terjadi adalah,
S, oksida kalium,
oksida aluminium atau garam lainnya. Dalam dunia fotografi bagian yang tersinari
berubah menjadi hitam, sedangkan bagian yang tertutup tetap berbentuk senyawa
halida perak (AgCl). Film selanjutnya difiksasi menggunakan asam tiosulfat
membentuk garam kompleks garam tiosulfat.
2AgCl + H2S2O3 Ag2[S2O3
Katode= Ag(S
] + 2HCl
2O3)23- +e Ag + 2 (S2O3)2-
Perak tiosulfat +e logam perak + tiosulfat
atau
Anode= SO32- + H2O SO4
2- + 2H+
Sulfit + air ion H
+ 2e atau
+ + elektron.
272,79
49,42
137,04
55,22
220,00
37,20
A B C D E F
Kad
ar A
g (p
pm)
Fixer
23
Limbah fixer A menghasilkan endapan sedikit tetapi menunjukkan kadar
Ag tertinggi disebabkan Ag sebagai garam halida yang tertempel di film larut
dalam jumlah besar sebagai garam kompleks perak tiosulfat.
Hasil elektrolis ke-2 dapat dibuat persamaan matematika,
y = -6,116x + 148,9 , dengan x= ukuran elektrode karbon
r= (koefisien korelasi)= 0,8197.
Percobaan ini masih memerlukan uji lanjutan dengan variasi ukuran elektrode
karbon lebih banyak agar menghasilkan R2
Tabel 4 Hasil elektrolisis kedua dengan menggunakan elektroda karbon
yang lebih valid. Hasil elektrolisis
kedua dan hasil pemeriksaan SSA terhadap endapannya tersaji pada Tabel 4 dan
Gambar 9.
Elektroda C Bobot endapan (g)
18 cm x 3 cm x 3 cm 43.7559
16 cm x 3 cm x 3 cm 41.2050
14 cm x 3 cm x 3 cm 68.2222
Keterangan: elektrolisis dilaksanakan selama 4 jam, pada suhu kamar dan
tegangan 11 volt.
Gambar 9 Hasil pemeriksaan SSA endapan elektrolisis kedua (1) 43.7559 g, (2)
41.2050 g, dan (3) 68.2222 g.
Tabel 4 menunjukkan bahwa data bobot endapan semakin banyak dengan
semakin kecil ukuran elektrode karbon yang digunakan. Hal ini kemungkinan
92,69 11,00
1177,97
1 2 3
Kad
ar A
g (p
pm)
Elektroda
24
disebabkan pada elektroda terkecil laju reaksi berlangsung cepat, sehingga terjadi
akumulasi endapan yang tinggi pada katode. Endapan yang banyak di katode juga
disebabkan ukuran anode yang kecil dimana permukaan anode sebagai kutub
positif menstimulasi elektron, sehingga reduksi Ag terjadi dan menghasilkan
penumpukan endapan. Hasil analisis SSA menunjukkan bahwa kadar Ag yang
tertinggi berasal dari endapan sejumlah 68,2222 g (elektrolisis dengan ukuran
elektrode terkecil). Hasil elektrolisis ketiga dan hasil pemeriksaan SSA terhadap
endapannya tersaji pada Tabel 5 dan Gambar 10.
Tabel 5 Hasil elektrolisis ketiga dengan variasi voltase
Voltase (volt)
Bobot endapan (g)
3 16.7134
4.5 27.3983
6 26.4612
7.5 35.3709
9 46.1097
11 47.4575
Keterangan: elektrolisis dilaksanakan pada suhu kamar selama 4 jam.
Gambar 10 Hasil pemeriksaan SSA (kiri ke kanan): 16.7134, 27.3983, 26.4612,
35.3709, dan 46.1097 gram.
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa semakin tinggi voltase ternyata hasil
endapan semakin banyak, tetapi tidak serta merta dengan hasil analisis SSA. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa terdapat beberapa variabel yang berpengaruh terhadap
26,05 5,04 1,98
92,64 108,50
-3 volt 4,5 volt 6 volt 7,5 volt 9 volt 11 volt
Kad
ar A
g (p
pm)
Voltase
25
suatu proses elektrolisis, diantaranya listrik, elektroda, media elektrolisis dan
pengadukan (Sindy 2006). Endapan sejumlah 47.4575 g tidak mengandung Ag.
Hal ini disebabkan oleh 2 hal, pertama endapan tersebut seluruhnya adalah
pengotor, kedua terjadi tegangan berlebih (over potensial) sehingga butir-butir Ag
lepas tidak menempel di katoda. Limbah fixer A menghasilkan endapan sedikit
tetapi menunjukkan kadar Ag tertinggi disebabkan Ag sebagai garam halida yang
tertempel di film larut dalam jumlah besar sebagai garam kompleks perak
tiosulfat. Selanjutnya data elektrolisis ke-2 dan hasil pemeriksaan SSA terhadap
endapannya tersaji pada Tabel 4 dan Gambar 9.
Hasil elektrolis ke-3 dapat dibuat persamaan matematika,
y = 3,950 x + 6,258 , dengan x= variasi voltase
r= ( koefisien korelasi) = 0,9654.
Hubungan Variasi Waktu dengan Voltase
Berdasarkan ketiga percobaan awal terpilih 2 jenis limbah fixer yaitu limbah
encer dan limbah pekat, diperoleh ukuran elektroda karbon efisien 14 x 3 x 3
cm, serta voltase terpilih 3 , 7,5 , dan 9 volt. Untuk mengetahui hubungan antara
variasi waktu dan voltase terhadap endapan, dilakukan percobaan keempat
(Gambar 7). Hasil penimbangan massa endapan elektrolisis keempat dari limbah
encer tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil penimbangan massa endapan elektrolisis keempat limbah encer
Waktu
(jam)
Bobot endapan (g)
3 volt 7.5 volt 9 volt
1
2
3
4
3.0581 4.0001
7.7768 7.7668
13.5038 13.4112
16.6028 16.5997
5.3553 5.3099
11.3862 11.3778
18.9049 18.9006
24.2408 23.9849
7.5910 7.5226
15.9423 16.0995
27.3452 27.3118
34.5779 34.5698
Pada Tabel 6 tampak jelas bahwa peningkatan waktu dan voltase berakibat
endapan semakin banyak. Hal ini disebabkan akumulasi endapan yang tinggi
26
terkumpul di katode pada elektrolisis selama 4 jam dan tegangan 9 volt. Hasil
penimbangan massa endapan elektrolisis limbah pekat tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil penimbangan massa endapan elektrolisis limbah pekat
Waktu
(jam)
Bobot endapan (g)
3 volt 7.5 volt 9 volt
1
2
3
4
7.0171 6.8377
9.0054 9.0721
13.2221 13.2009
15.6242 16.8026
8.5864 8.5864
15.4371 15.4300
19.8623 19.8027
28.5512 28.2454
10.9458 10,9463
16.1697 15.9099
28.5210 27.9819
34.6131 34.1287
Berdasarkan Tabel 6 dan 7 menunjukkan bahwa elektrolisis limbah pekat
secara umum menghasilkan endapan lebih banyak, kecuali durasi 4 jam pada
tegangan 3 volt. Hal ini disebabkan pada limbah pekat terjadi pelarutan Ag lebih
banyak atau akumulasi pengotor yang menempel pada katode yang lebih banyak.
Bobot endapan yang dihasilkan (lihat Tabel 6 dan 7) bila kita cermati tampak
bahwa dengan peningkatan waktu terjadi pengurangan. Hal ini sesuai dengan
kaidah umum dalam kimia bahwa dalam reaksi yang searah produk reaksi akan
mencapai hasil maksimal tetapi akan berkurang seiring dengan pertambahan
waktu. Hasil dari Tabel 6 dan 7 selanjutnya dianalisis rancak seperti tersaji pada
Tabel 8.
Tabel 8 Hasil analisis rancangan acak kelompok limbah encer dan pekat
Perlakuan/ konsentrasi
Voltase (volt)
Kelompok waktu (jam) Total
1 2 3 4
I
II
Total
3
7.5
9
3
7.5
9
3.5291
5.3326
7.5568
6.9274
8.5864
10.9460
42.8783
7.7718
11.3820
16.0209
9.0387
15.4335
16.0398
75.6867
13.4575
18.9027
27.3285
13.2112
19.8325
28.2514
120.9838
11.6017
24.1128
34.5738
16.2134
28.3983
34.3709
138.8192
41.3596
59.7301
85.4800
45.3907
72.2507
89.6081
393.8192
27
Perhitungan terakhir adalah pengolahan ANNOVA limbah fixer encer dan pekat
(Tabel 9 dan 10).
Tabel 9 Pengolahan ANNOVA limbah fixer encer
Sumber variasi Varians Derajat kebebasan
F Fhitung tabel
Faktor waktu SS 3 A 23.652 6.60 (α = 0.025)
Faktor voltase SS 2 B 12.840 7.26 (α = 0.025)
Residual SS 6 R
Total SS 11 total
Diperoleh FA > FtabelDiperoleh F
waktu berpengaruh terhadap banyaknya endapan. B > Ftabel
voltase berpengaruh terhadap banyaknya endapan.
Tabel 10 Pengolahan ANNOVA limbah fixer pekat
Sumber variasi Varians Derajat kebebasan
F Fhitung tabel
Faktor waktu SS 3 A 14.208 6.60 (α = 0.025)
Faktor voltase SS 2 B 9.925 7.26 (α = 0.025)
Residual SS 6 R
Total SS 11 total
Diperoleh FA > FtabelDiperoleh F
waktu berpengaruh terhadap banyaknya endapan. B > Ftabel
voltase berpengaruh terhadap banyaknya endapan.
Produk Elektrolisis dengan Variasi Konsentrasi
Perolehan endapan terbanyak elektrolisis tahap ini sebanyak 77.0742 gram,
dihasilkan oleh limbah fixer pemakaian 800x. Hasilnya mula-mula berbentuk
kristal, berwarna hitam dan berlapis Ag, setelah ekstraksi, disaring, diuapkan,
direaksikan dengan NaCl, pemurnian dengan pembilasan air (t = 100 ˚C),
digunakan air yang panas untuk melarutkan pengotor PbCl2, dan dijemur di bawah
sinar matahari kristal berwarna keperakan (Gambar 11). Hasil ini sesuai dengan
yang dilaporkan Tobing & Nathan (2003). Kadar Ag tertinggi elektrolisis variasi
konsentrasi sebesar 272.79 ppm. Hasil endapan yang berwarna hitam
menunjukkan terjadi proses sulfidasi selama proses elektrolisis, sebab larutan
mengandung kadar Ag rendah. Dianjurkan elektrolisis dilakukan pada larutan
28
yang mengandung kadar perak minimal 2 gram/liter. Faktor lain penyebab terjadi
sulfidasi adalah konsentrasi sulfit dan pH fixer; konsentrasi sulfit yang rendah
dan pH yang tinggi menyebabkan sulfidasi berlangsung. Upaya yang dapat
dilakukan adalah memberikan agitasi yang lebih besar apabila arus listrik semakin
tinggi selama elektrolisis.
Gambar 11 Kristal Ag hasil elektrolisis dengan variasi konsentrasi.
Produk Elektrolisis dengan Variasi Elektroda Karbon
E Perolehan endapan terbanyak elektrolisis tahap ini sebanyak 68.2222 gram
dari ukuran elektrode 14 cm x 3 cm x 3 cm. Produk pada tahap ini berupa kristal
hitam tetapi agak kecil, setelah ekstraksi 2 jam, disaring dengan kain parasit untuk
memisahkan larutan dari endapannya, diuapkan, direaksikan dengan NaCl,
pemurnian dengan pembilasan air t = 100 ˚C dan dijemur di bawah sinar matahari
kristal hasil berwarna keperakan agak buram (Gambar 12). Kadar Ag tertinggi
elektrolisis variasi elektrode karbon sebesar 1177.97 ppm.
Gambar 12 Kristal Ag hasil elektrolisis dengan variasi ukuran elektroda karbon.
Produk Elektrolisis Variasi Voltase
Produk elektrolisis variasi voltase (Gambar 13) berupa kristal hitam-berlapis
Ag. Endapan diekstraksi/direaksikan dengan HNO3 2 M agar Ag larut, kemudian
disaring untuk diambil filtratnya, diuapkan untuk menghilangkan pengaruh asam
29
nitrat, direaksikan dengan NaCl agar terbentuk AgCl, pemurnian dengan
pembilasan air (t = 100 ˚C), dan dijemur di bawah sinar matahari, hasilnya kristal
berwarna keperakan. uv
Reaksi=2 AgCl (s) 2 Ag + Cl2
(Tobing & Nathan 2003)
Kadar Ag tertinggi elektrolisis variasi voltase sebesar 108.50 ppm.
Gambar 13 Kristal Ag hasil elektrolisis dengan variasi voltase.
Analisis Komprehensif Manfaat Elektrolisis Fixer
Pemisahan perak berbahan baku limbah fixer dalam penelitian ini sejalan
dengan program pemerintah dalam rangka penyelamatan lingkungan, seperti “go
green” atau program” langit biru”. Fixer dari limbah radiologi ditampung dan
diolah, kegiatan ini sangat bermanfaat, yaitu pertama menghindarkan bahaya
akibat pencemaran lingkungan dan kedua pembukaan lahan pekerjaan. Ditinjau
dari peralatan, bahan, dan metode, percobaan ini cukup simpel, limbah fixer
mudah diperoleh dan reagen-reagen hanya memerlukan air, HNO3
Berdasarkan ketiga variasi yang digunakan maka elektrolisis limbah fixer
akan berlangsung efisien bila ditunjang beberapa faktor (1) konsentrasi limbah
fixer yang pekat dan pemeriksaan sampel dengan SSA yang tinggi, (2) ukuran
elektrode karbon yang tepat, dan (3) pemilihan voltase secara tepat agar kinetika
reaksi elektrolisis optimal.
, dan NaCl.
30
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini maka dapat
disimpulkan bahwa elektrolisis berbahan baku limbah fixer untuk memisahkan
logam Ag cukup efisien. Endapan elektrolisis limbah pemakaian 300x celup
menunjukkan kadar Ag sebesar 272.79 ppm, endapan elektrolisis dari ukuran
elektrode C; 14 cm x 3 cm x 3 cm menunjukkan kadar Ag sebesar 1177.97 ppm
dan endapan elektrolisis dari tegangan 9 volt menunjukkan kadar Ag sebesar
108.50 ppm. Rendemen Ag tertinggi sebesar 13.33% .
Saran
Mengingat penambahan asam nitrat beresiko terhadap gagalnya pengenda
pan Ag maka penguapan/penggodogan hendaklah berhati-hati. Riset lebih lanjut
dapat mencari alternatif lain untuk menghilangkan kandungan asam.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anwar S. (Tanpa Tahun). Recovery perak dari limbah fotografi melalui membran cair berpendukung dengan senyawa pembawa asam di-2-etil heksil fosfat (D2EHPA). Foxit.
Aryadi, Suryawan I. 2006. Pengaruh berat membran zeolit pada penurunan kadar Ag dalam limbah fotografi di PTAPB-BATAN secara elektrodialisis. Yogyakarta, 19 September 2006. Yogyakarta: Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan.
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika Jilid 1. Ed ke-4. Kartohadiprojo I, penerjemah. Jakarta: Erlangga Press.
Beyzari AN, Dittmann H, Rosenstock F. 1996. Process for the recovery of silver by floatation from the residue from the wet extraction of zinc. US Patent 5482535.
Brierley JA, Brierley CL, Gayak GM. 1996. Amt-Bioclaimtm – a new wastewater treatment and metal recovery technology. Di dalam: Lawrence RW, Bianion RMR, Ebner HG, editor. Fundamental and applied biohydrometallurgy. Elsevier Phantom.
Cambell DA, Dalrymple IM, Sunderland JG, Tilston D. 1994. The Electrochemical recovery of metals from effluent and process streams. Resources, Conservation and Recycling.
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press.
Day RA, Underwood Jr. 1986. Analisa Kimia Kualitatif. Soendoro R, editor. Bagian Kimia Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya. Erlangga Press.
[EKC] Eastman Kodak Company. 2000. Material Safety Data Sheets (MSDS) KODAK GBX Fixer. http://www.kodak.com/cgi-bin/web Ca. [15 Juni 2000].
[EKC] Eastman Kodak Company. 2000. Facilities. Kodak Publication No. J -212 CAT No. 8102436, ROCHESTER, NY 14650.
[ESR] Eastern Smelting Corp. 1997. Recovery from fixer waste of radiology. http://www.eastern-smelting.com/html. [15 Juni 2010].
Giyatmi K, Zaenul M, Damajati. 2008. Penurunan kadar Cu, Cr, dan Ag dalam limbah cair, industri perak Kotagede setelah diabsorbsi dengan tanah liat dari daerah Godean. Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN.
32
Haris MCDA. 2003. Pemisahan logam berat menggunakan membran cair berpendukung dengan variabel konsentrasi ion logam dan pH fase umpan. Laboratorium Kimia Analitik, FMIPA, Universitas Diponegoro Semarang, JKSA Volume 6.
Hubicki Z, Hubicka H. 1996. Studies on the separation of silver (i) microquantities from macroquantities of salts of other elements on selective ion-exchangers. Hyrometallurgy 41:287.
Jansen B, Michiels F, Wynckel MVD. 1997. Silver Recovery Device and Process. US Patent 5605632.
Khopkar SM. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptoraharjo, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari Basic Concept of Analytical Chemistry.
Khunprasert P, Grisdanurak N, Traveesri J, Danutra V, Puttitatorn W. 2004. Radiographic Film Waste Management in Thailand and Cleaner Technology for Silver Leaching. Pusat Riset Nasional bagi Lingkungan dan Hazardous Waste Management, Universitas Chulalongkorn, Bangkok, 10330, Thailand.
Lasut R. 2006. Implementasi manajemen bahan kimia dan limbah laboratorium kimia (Studi kasus di laboratorium PT. Pupuk Kaltim, Tbk) [tesis]. Semarang: Program Magister Ilmu Lingkungan, Program Pasca Sarjana UNDIP.
Lubis E. 2010. Pengolahan Limbah Radioaktif. http://puskaradim.blogspot/. [05 Juli 2011].
Marinković J, Korac M, Kamberovic Z, Matic I. 2006. Recycling of silver from exposed x-ray films. Acta Metallurgia 12:262-268.
Maria T, Albert N. 2003. Prosessing of Copper, Gold, and Siver. PIMTI, JABABEKA Bekasi. http://www.pimti-indo.com [10
Marta D. 2007. Studi efisiensi pemisahan perak dari limbah cair fixer film dengan metode elektrolisis [skripsi]. Bandung: Departemen of Civil Engineering, Faculty of Civil and Enviromental Engineering ITB.
September 2010].
Mattuschka B, Straube G, Trevors JT. 1994. Silver, copper, lead and zinc accumulation by pseudomonas stutzeri ag259 and streptomyces albus: electron microscopy and energy dispersive x-ray studies. BioMetals 201-208.
Meng LK, Sadikitr AN, Othman N, Kimarudil LSN, Mat HB. 2004. Selective Leaching of Silver from Selected Semiconductor Waste. Advanced Process Engineeing Research Group (AIEN), Faculty of Chemical & National Resources Engneering. Univelsiti Teknologi Malaysia, 81310 Skudai, Johor, Malaysia. Conesponding author.
33
Mertz C, Chamberlain DB, Chen L, Corner C, Vandergrift. 1999. Decontamination of Actinide and Fission Product from stainless Steel Surfaces. ANL, Argon Illionis, Chicago USA.
Mufid. 2008. Proses pengendapan isolasi logam perak dari limbah fixer film dengan elektrolisis. Jurnal Teknologi Separasi 1.
Nakibognu, Toscali D, G¨urel N. 2001. A novel siver recovery methode from waste photographic film with NaOH Stripping, alakesir University of Scienceand Arts, Chemistry Department, Balkesir-TURKEY.
Riveros PA, Cooper WC. 1985. The extraction of silver from cyanide solution with ion exchange resins. Solv Extr Ion Exch.
Sindy EP. 2006. Elektrosintesis, metode elektrokimia untuk memproduksi senyawa kimia: pagi Tawaha. Departemen Ilmu Tanaman, Universitas Mc Gill, Kampus Mc Donald, 21111 Lakeshore., Ste-Anne-de-Belevue, 3 V9H9XQC, Canada.
Siregar D. 2009. Penggunaan nanokitosan sebagai penyalut karbon aktif untuk menyerap logam stannum dengan spektrofotometri serapan atom [tesis]. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara.
Sugikawa S, Umeda M. 2000. Alpha bearing waste treatment by electrochemical oxidation technique. Conferention on Safewaste.
Suyati L, Gunawan, Rahmanto H. 2003. Pengambilan kembali perak buangan berdasarkan metode reduksi kimiawi. Laporan Penelitian. Semarang: FMIPA UNDIP.
Suzuki Y, Maeda A, Sugikawa S, Takesita I. 2000. Waste management in NUCEF. Conference on Atlanta, Avignon, France.
Teresa M, Reis A, Carvalho JMR. 1993. Recovery of zinc from an industrial effluent by emulsion liquid membrane. J Membrane Sci.
Tomonari M, Ida K, Imanishi H, Yonezawa T, Mori K, Yamashita H.2006. Effect of preparation condition on the synthesis of nano-sized Ag metal particles by the wet –process using 3-mercapto-propionic acid. Division of Materials and Manufacturing Science, Graduate school of Engineering, Osaka University, 2-1 Yamada-Oka, Suita, Osaka 565-0871, Japan.
Tobing M, Nathan A. 2003. Prosessing of copper, gold, and siver. PIMTI, JABABEKA Bekasi. http://www.pimti-indo.com. [10
Widya P, Hastuti R, Haris A. (tanpa tahun). Pengaruh ligan KCN pada proses elektrolisis untuk pengambilan logam perak dari limbah cair fotografi, Jurusan Kimia FMIPA UNDIP.
September 2010].
34
______.2010. Limbah cair rumah sakit. http://affan-enviro.com/home. [4 Oktober 2010]
______.(tanpa tahun). Fixer. http://www.digitaltruth.com/store/silvergrainfixand wash.html. [2 Januari 2011].
_______.2010. Fixer. http://www.fotograper.net/isi/artikel(http://www. collection
_______.(tanpa tahun). Elektrokimia.
of Quanesha.com.2010. bros, peniti, juntai. [19 Januari 2011].
http://www.scribd.com/doc/6919740/ elektrokimia. [24 Januari 2011].
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1 Uji SSA sampel
Action Sample ppm Cons (ppm) Abs. BG WF VF DF Actual
cons.
Actual Con. unit
% Rsd
BLK-1 BLK -0.0005 -0.002 BLK-2 BLK -0.0005 -0.0033 BLK-3 BLK -0.0004 -0.0045 BLK-AV BLK -0.0005 -0.0033 12.4
STD-1 Standar 1 1 1.0006 0.1829 -0.0063 STD-2 Standar 1 1 0.9945 0.182 -0.0074 STD-3 Standar 1 1 1.0019 0.1831 -0.0079 STD-AV Standar 1 1 0.9992 0.1827 -0.0072 0.32
STD-1 Standar 2 2 2.0353 0.3361 -0.0082 STD-2 Standar 2 2 2.0347 0.336 -0.0092 STD-3 Standar 2 2 2.0266 0.3348 -0.0096 STD-AV Standar 2 2 2.032 0.3356 -0.009 0.22
STD-1 Standar 3 3 3.0161 0.4813 -0.0095 STD-2 Standar 3 3 3.01 0.4804 -0.01 STD-3 Standar 3 3 2.9925 0.4778 -0.0103 STD-AV Standar 3 3 3.006 0.4798 -0.0099 0.38
STD-1 Standar 4 4 3.9118 0.6139 -0.0108 STD-2 Standar 4 4 3.9178 0.6148 -0.011 STD-3 Standar 4 4 3.9246 0.6158 -0.0109 STD-AV Standar 4 4 3.9178 0.6148 -0.0109 0.15
STD-1 Standar 5 5.5 5.5443 0.8556 -0.0097 STD-2 Standar 5 5.5 5.5572 0.8575 -0.01 STD-3 Standar 5 5.5 5.5329 0.8539 -0.0098 STD-AV Standar 5 5.5 5.545 0.8557 -0.0098 0.21
UNK1-1 BLK -
0.2254 0.0014 -0.0052 1 1 1 -0.2254 ppm
UNK1-2 BLK -0.222 0.0019 -0.0069 1 1 1 -0.222 ppm
UNK1-3 BLK -0.22 0.0022 -0.0083 1 1 1 -0.22 ppm
UNK1-AV BLK -
0.2227 0.0018 -0.0068 1 1 1 -0.2227 ppm 22
UNK2-1
Sampel Fixer 2.6615 0.4288 -0.0221 1 1 2500 6000.737 ppm
UNK2-2
Sampel Fixer 2.6689 0.4299 -0.0225 1 1 2500 6000.312 ppm
UNK2-3
Sampel Fixer 2.6608 0.4287 -0.0224 1 1 2500 6000.048 ppm
UNK2-AV
Sampel Fixer 2.6635 0.4291 -0.0223 1 1 2500 6000.365 ppm 0.16
37
Lampiran 2 Uji SSA endapan dengan variasi konsentrasi
Action Sample True value (ppm)
Konsentrasi (ppm) Abs. BG WF VF DF Actual
cons.
Actual cons. unit
% Rsd
BLK-1 BLK -0.0005 -0.002 BLK-2 BLK -0.0005 -0.0033 BLK-3 BLK -0.0004 -0.0045 BLK-AV BLK -0.0005 -0.0033 12.4
STD-1 Standar 1 1 1.0006 0.1829 -0.0063 STD-2 Standar 1 1 0.9945 0.182 -0.0074 STD-3 Standar 1 1 1.0019 0.1831 -0.0079 STD-AV Standar 1 1 0.9992 0.1827 -0.0072 0.32
STD-1 Standar 2 2 2.0353 0.3361 -0.0082 STD-2 Standar 2 2 2.0347 0.336 -0.0092 STD-3 Standar 2 2 2.0266 0.3348 -0.0096 STD-AV Standar 2 2 2.032 0.3356 -0.009 0.22
STD-1 Standar 3 3 3.0161 0.4813 -0.0095 STD-2 Standar 3 3 3.01 0.4804 -0.01 STD-3 Standar 3 3 2.9925 0.4778 -0.0103 STD-AV Standar 3 3 3.006 0.4798 -0.0099 0.38
STD-1 Standar 4 4 3.9118 0.6139 -0.0108 STD-2 Standar 4 4 3.9178 0.6148 -0.011 STD-3 Standar 4 4 3.9246 0.6158 -0.0109 STD-AV Standar 4 4 3.9178 0.6148 -0.0109 0.15
STD-1 Standar 5 5.5 5.5443 0.8556 -0.0097 STD-2 Standar 5 5.5 5.5572 0.8575 -0.01 STD-3 Standar 5 5.5 5.5329 0.8539 -0.0098 STD-AV Standar 5 5.5 5.545 0.8557 -0.0098 0.21
UNK1-1 BLK -0.2024 0.0048 -0.004 1 1 1 -0.2024 ppm UNK1-2 BLK -0.2018 0.0049 -0.0051 1 1 1 -0.2018 ppm UNK1-3 BLK -0.195 0.0059 -0.0064 1 1 1 -0.195 ppm UNK1-AV BLK -0.1997 0.0052 -0.0052 1 1 1 -0.1997 ppm 11.7
UNK2-1 300 1.6287 0.2759 -0.0074 0.6 100 1 270.5522 ppm UNK2-2 300 1.674 0.2826 -0.0082 0.6 100 1 278.0697 ppm UNK2-3 300 1.6233 0.2751 -0.0085 0.6 100 1 269.6545 ppm UNK2-AV 300 1.6422 0.2779 -0.008 0.6 100 1 272.7962 ppm 1.48
UNK3-1 400 0.2751 0.0755 -0.0142 0.57 100 1 48.4694 ppm UNK3-2 400 0.2852 0.077 -0.015 0.57 100 1 50.2544 ppm UNK3-3 400 0.2812 0.0764 -0.0158 0.57 100 1 49.5404 ppm UNK3-AV 400 0.2805 0.0763 -0.015 0.57 100 1 49.4214 ppm 0.99
UNK4-1 500 0.7473 0.1454 -0.0155 0.55 100 1 136.1865 ppm UNK4-2 500 0.7648 0.148 -0.0165 0.55 100 1 139.3871 ppm
38
Lampiran 2 (lanjutan)
Action Sample True value (ppm)
Konsentrasi (ppm) Abs. BG WF VF DF Actual
cons.
Actual cons. unit
% Rsd
UNK4-3 500 0.7432 0.1448 -0.0155 0.55 100 1 135.4479 ppm UNK4-AV 500 0.752 0.1461 -0.0158 0.55 100 1 137.0482 ppm 1.16 UNK5-1 600 0.3785 0.0908 -0.019 0.66 100 1 56.9536 ppm UNK5-2 600 0.3649 0.0888 -0.0184 0.66 100 1 54.9207 ppm UNK5-3 600 0.3582 0.0878 -0.0177 0.66 100 1 53.9042 ppm UNK5-AV 600 0.367 0.0891 -0.0184 0.66 100 1 55.2256 ppm 1.71 UNK6-1 700 1.9732 0.3269 -0.0171 0.9 100 1 218.8803 ppm UNK6-2 700 1.9698 0.3264 -0.0167 0.9 100 1 218.5057 ppm UNK6-3 700 2.0063 0.3318 -0.0167 0.9 100 1 222.5517 ppm UNK6-AV 700 1.9833 0.3284 -0.0168 0.9 100 1 220.0042 ppm 0.91 UNK7-1 800 0.2386 0.0701 -0.0203 0.65 100 1 36.9924 ppm UNK7-2 800 0.2434 0.0708 -0.0201 0.65 100 1 37.7253 ppm UNK7-3 800 0.2373 0.0699 -0.0199 0.65 100 1 36.7829 ppm UNK7-AV 800 0.24 0.0703 -0.0201 0.65 100 1 37.2018 ppm 0.67
39
Lampiran 3 Uji SSA endapan dengan variasi ukuran elektrode karbon
Action Sample True value (ppm)
Cons (ppm) Abs. BG WF VF DF. Actual
cons
Actual Cons. (ppm)
% Rsd
BLK-1 BLK -0.0005 -0.002 BLK-2 BLK -0.0005 -0.003 BLK-3 BLK -0.0004 -0.005 BLK-AV BLK -0.0005 -0.003 12.37 STD-1 Standar 1 1 1.0006 0.1829 -0.006 STD-2 Standar 1 1 0.9945 0.182 -0.007 STD-3 Standar 1 1 1.0019 0.1831 -0.008 STD-AV Standar 1 1 0.9992 0.1827 -0.007 0.32 STD-1 Standar 2 2 2.0353 0.3361 -0.008 STD-2 Standar 2 2 2.0347 0.336 -0.009 STD-3 Standar 2 2 2.0266 0.3348 -0.01 STD-AV Standar 2 2 2.032 0.3356 -0.009 0.22 STD-1 Standar 3 3 3.0161 0.4813 -0.01 STD-2 Standar 3 3 3.01 0.4804 -0.01 STD-3 Standar 3 3 2.9925 0.4778 -0.01 STD-AV Standar 3 3 3.006 0.4798 -0.01 0.38 STD-1 Standar 4 4 3.9118 0.6139 -0.011 STD-2 Standar 4 4 3.9178 0.6148 -0.011 STD-3 Standar 4 4 3.9246 0.6158 -0.011 STD-AV Standar 4 4 3.9178 0.6148 -0.011 0.15 STD-1 Standar 5 5.5 5.5443 0.8556 -0.01 STD-2 Standar 5 5.5 5.5572 0.8575 -0.01 STD-3 Standar 5 5.5 5.5329 0.8539 -0.01 STD-AV Standar 5 5.5 5.545 0.8557 -0.01 0.21 UNK1-1 BLK -0.191 0.0065 -0.004 1 1 1 -0.191 ppm UNK1-2 BLK -0.191 0.0065 -0.005 1 1 1 -0.191 ppm UNK1-3 BLK -0.1876 0.007 -0.006 1 1 1 -0.1876 ppm UNK1-AV BLK -0.1896 0.0067 -0.005 1 1 1 -0.1896 ppm 4.33 UNK2-1 Sampel A 1.8672 0.3112 -0.005 2.007 100 1 93.0324 ppm UNK2-2 Sampel A 1.8537 0.3092 -0.005 2.007 100 1 92.3593 ppm UNK2-3 Sampel A 1.8604 0.3102 -0.006 2.007 100 1 92.6958 ppm UNK2-AV Sampel A 1.8604 0.3102 -0.005 2.007 100 1 92.6958 ppm 0.32 UNK3-1 Sampel B 0.2224 0.0677 -0.01 2.003 100 1 11.1047 ppm UNK3-2 Sampel B 0.2109 0.066 -0.011 2.003 100 1 10.5314 ppm UNK3-3 Sampel B 0.2285 0.0686 -0.011 2.003 100 1 11.4082 ppm UNK3-AV Sampel B 0.2204 0.0674 -0.011 2.003 100 1 11.0035 ppm 1.96 UNK4-1 0 10.912 1.6502 0.0036 2.007 100 1 543.672 ppm UNK4-2 0 10.893 1.6475 0.003 2.007 100 1 542.764 ppm UNK4-3 0 10.914 1.6506 0.0031 2.007 100 1 543.807 ppm UNK4-AV 0 2.007 100 1 ppm UNK5-1 Sampel C 4.7419 0.7368 -0.008 2.007 100 5 1181.34 ppm UNK5-2 Sampel C 4.7324 0.7354 -0.009 2.007 100 5 1178.98 ppm UNK5-3 Sampel C 4.7101 0.7321 -0.008 2.007 100 5 1173.43 ppm UNK5-AV Sampel C 4.7284 0.7348 -0.008 2.007 100 5 1177.97 ppm 0.33
40
Lampiran 4 Uji SSA endapan dengan variasi voltase
Action Sample True value
Cons. (ppm) Abs BG WF VF DF Actual
cons
Act. Con unit
% Rsd
UNK8-AV Electrolisis C - 1 0.5298 0.1132 0.0104 2.03 100 1 26.058 ppm 3.04 UNK9-1 Electrolisis C - 2 0.1083 0.0508 0.0103 2.13 100 1 5.0786 ppm
UNK9-2 Electrolisis C - 2 0.1056 0.0504 0.0106 2.13 100 1 4.9518 ppm UNK9-3 Electrolisis C - 2 0.1083 0.0508 0.0105 2.13 100 1 5.0786 ppm
UNK9-AV Electrolisis C - 2 0.1076 0.0507 0.0105 2.13 100 1 5.0469 ppm 0.46 UNK10-1 Electrolisis C - 3 0.0441 0.0413 0.0117 2.15 100 1 2.0486 ppm
UNK10-2 Electrolisis C - 3 0.0428 0.0411 0.0112 2.15 100 1 1.9859 ppm UNK10-3 Electrolisis C - 3 0.0414 0.0409 0.0108 2.15 100 1 1.9231 ppm
UNK10-AV Electrolisis C - 3 0.0428 0.0411 0.0112 2.15 100 1 1.9859 ppm 0.49 UNK11-1 Electrolisis C - 4 2.1866 0.3585 0.0147 2.3 100 1 94.989 ppm
UNK11-2 Electrolisis C - 4 2.1042 0.3463 0.015 2.3 100 1 91.409 ppm UNK11-3 Electrolisis C - 4 2.1063 0.3466 0.015 2.3 100 1 91.497 ppm
UNK11-AV Electrolisis C - 4 2.1326 0.3505 0.0149 2.3 100 1 92.642 ppm 1.99 UNK11-AV Electrolisis C - 4 2.1326 0.3505 0.0149 2.3 100 1 92.642 ppm 1.99
UNK12-1 Electrolisis C - 5 2.4102 0.3916 0.0156 2.25 100 1 107.12 ppm UNK12-2 Electrolisis C - 5 2.4123 0.3919 0.0152 2.25 100 1 107.21 ppm
UNK12-3 Electrolisis C - 5 2.5014 0.4051 0.0153 2.25 100 1 111.17 ppm UNK12-AV Electrolisis C - 5 2.4413 0.3962 0.0154 2.25 100 1 108.5 ppm 1.95
41
Lampiran 5 Diagram alir elektrolisis ke-2
Elektrolisis
A = 68.4422 g
AgCl masih bercampur dengan pengotor maka dibilas
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
Dgn kain paracut, diambil filtratnya
+HNO3 pekat 2 jam, lalu panasi dgn api kecil (60 ˚C). Stop saat keluar uap putih.
Fixer dgn elektroda B
Fixer dgn elektroda C
Fixer dgn elektroda A
Sampel terpilih Ekstraksi
Penyaringan/ pemerasan
Penambahan NaCl
Dijemur di bawah Matahari
Penggodogan larutan
Sampel lain
Suhu 70 ˚C, 1 jam
Pemurnian + H2O t = 100 ˚C
Gas klor lepas pada
tahap ini. Menghasilkan Ag
42
Lampiran 6 Diagram alir elektrolisis ke-3
Elektrolisis
F= 47.4575 gram
Fixer B Pot A
Sampel terpilih Ekstraksi
Penambahan NaCl
Penggodogan larutan
Fixer B Pot B
Fixer B Pot C
Fixer B Pot E
Fixer B Pot F
Fixer B Pot D
Pemurnian + H2O t = 100 ˚C
Sampel lain +HNO3 pekat 2 jam, lalu panasi dgn api kecil (60 ˚C). Stop saat keluar uap putih.
Penyaringan/ pemerasan
Dgn kain paracut, diambil filtratnya
Suhu 70 ˚C, 1 jam
AgNO3 + NaCl AgCl + NaNO3
AgCl masih bercampur dengan pengotor maka dibilas
Dijemur di bawah Matahari
Gas klor lepas pada tahap ini. Menghasilkan Ag
43
Lampiran 7 Perhitungan rendemen hasil elektrolisis variasi konsentrasi
Kadar Ag awal = 6000 mg/L X 10 liter = 60000 mg (60 gram)
Kadar Ag akhir= 272.7 mg/L X 0.1 liter=27.27 mg
27.27 mg dalam 1000 mg sampel (1 gram)
1 gram
27.27 mg X bobot endapan
27.27 mg X 17.47 g
1 gram
= 476.40 mg (0.476 gram)
Jadi rendemen= hasil/awal X 100 = 0.476/60 X 100= 0.79%.
Lampiran 8 Perhitungan rendemen hasil elektrolisis variasi elektrode karbon
Kadar Ag awal = 6000 mg/L X 10 liter = 60000 mg (60 gram)
Kadar Ag akhir= 1177 mg/L X 0.11 = 117.7 mg
117.7 mg dalam 1000 mg sampel (1 gram)
1 gram
117.7 mg X bobot endapan
117.7 mg X 68.2 g
1 gram
= 8027 mg (8 gram)
Jadi rendemen= hasil/awal X 100 = 8/60 X 100 = 13.33%
Lampiran 9 Perhitungan rendemen hasil elektrolisis elektrode tegangan
Kadar Ag awal = 6000 mg/LX 10 liter = 60000 mg (60 gram)
Kadar Ag akhir =108.5 mg/L X 0.1 liter = 10.85 mg
10.85 mg dalam 1000 mg sampel (1 gram)
1 gram
10.85 mg X bobot endapan
10.85 mg X 46.1 g
1 gram
= 500 mg (0.5 gram)
Jadi rendemen = hasil/awal X 100 = 0.5/60 X 100 = 0.8%
44
Lampiran 10 Pengolahan ANNOVA lengkap limbah fixer encer
Voltase (volt)
Waktu (Jam) Kuadrat 1 2 3 4 S
3 3.53 7.77 13.46 16.60 41.36 1710.66 7.5 5.33 11.38 18.90 24.11 59.3 3567.68 9 7.56 16.02 27.33 34.57 85.48 7306.83
16.42 35.17 59.69 75.29 186.57 12585.17
Kuadrat 269.567 1237.26 3562.74 5668.3281 10737.9
Q 3 P 4 N 12
1 2 3 4 12.45 60.40 181.10 275.62 28.44 129.55 357.31 581.43 57.11 256.67 746.85 1195.35 98.0 446.6 1285.3 2052.4 3882,3
A 3579.30
SS 678.59527 A A - B B 2900.70
SS 245.58999 B C - B
C 3146.29
SS 57.38238 R (D + B) - (A + C) D 3882.27
SS 981.56764 total SSA + SSB + SSR
A =(10737.9/3)
B =(186.57)2
/12
C =(12585.17/4) D =3882.3
FF
tabel 23.652 A 6.60
F 12.840 B 7.26
45
Lampiran 11 Pengolahan ANNOVA lengkap limbah fixer pekat
Voltase (volt)
Waktu (Jam) Kuadrat 1 2 3 4 S
3 6.93 9.04 13.21 16.21 45.39 2060.32 7.5 8.59 15.43 19.83 28.40 72.25 5220.16 9 10.95 16.04 28.25 34.37 89.61 8029.61
26.46 40.51 61.30 78.98 207.25 15310.09
Kuadrat 700.121 1641.22 3757.09 6238.2511 12336.7
1 2 3 4 47.99 81.70 174.54 262.87
73.73 238.19 393.33 806.46
q 3
119.81 257.28 798.14 1181.36
p 4
241.5 577.2 1366.0 2250.7 4435.4 N 12
A 4112.23 SSA 532.86491 A - B
B 3579.36 SSB 248.15978 C - B
C 3827.52
SS 75.01064 R (D + B) - (A + C) D 4435.40
SS 856.03533 total SSA + SSB + SSR
A =(10737.9/3) B =(186.57)2
C /12
=(12585.17/4) D =3882.3
F
tabel F 14.208 A 6.60 (α = 0.025)
F 9.925 B 7.26 (α = 0.025)
top related