pendekatan ekonomi rumah tangga · – dampak bencana: hasil perkebunan mengalami dampak yang...
Post on 20-Jun-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pendekatan Ekonomi Rumah Tangga
Tiga Zona Sumber PenghidupanPerkebunan Dataran Tinggi
Pertanian IrigasiPerikanan
Maret - April 2019
Tahapan / Tugas Lapangan
• Pelatihan Baseline HEA online untuk anggota tim: sebelum 20 Maret• Pelatihan dalam kelas untuk anggota tim: 20-22 Maret• Tugas Lapangan di 3 zona sumber penghidupan: 23-27 Maret; 30 Maret-6
April• 5 desa/kelurahan di setiap zona sumber penghidupan dikunjungi• 3 wawancara pada tingkatan tokoh/pemimpin masyarakat di setiap
desa.• Produksi, rantai ekonomi, layanan umum, kegiatan ekonomi• Kalender musim, rentang waktu, pembagian kerja• Pembagian tingkatan ekonomi masyarakat, intervensi
• 4 wawancara pada setiap tingkat ekonomi masyarakat (Pra-sejahtera; Menengah Bawah; Menengah Atas; Sejahtera) di setiap desa / kelurahan
• Sumber Makanan, Sumber Pendapatan, Pola Pengeluaran• Situasi terkini
• 4-6 orang per wawancara• Pengumpulan data harga pasar dari beberapa lokasi
• Analisa Data: 28-29 Maret, 6-10 April
Tah
ap
an
Ringkasan Zona Sumber Penghidupan
• Tiga Zona sumber penghidupan yang diambil dari desa-desa yang merupakan lokasi kerja YSTC dan YFH, diputuskan melalui diskusi di antara para anggota tim pada pelatihan baseline HEA. Tiga zona tersebut adalah:
1. Zona Pertanian Irigasi– Desa yang Dikunjungi: Labuan, Lero Tatari, Lolu, Sibalaya Utara, Pombewe.
(ketika di satu desa juga ditemukan zona sumber penghidupan perikanan, tim hanya mengunjungi Dusun yang dominan dengan bidang pertanian saja.)
– Karakteristik: sumber penghidupan utama adalah pertanian irigasi. Memiliki beberapa musim produksi padi, jagung, dan sayuran yang sangat bervariasi.Kepemilikan lahan dan hasil panen sangat berpengaruh pada tingkat perekonomian rumah tangga. Ada kelompok rumah tangga yang tergolong sebagai buruh tani bukan pemilik tanah (KM), dan juga kelompok rumah tangga yang merupakan kelompok pemilik lahan besar (penduduk/non) yang sayangnya sulit untuk ditemui karena kesibukan mereka.
– Dampak bencana: lokasi pertanian yang sangat bergantung pada sistem irigasi yang rusak karena bencana adalah yang sangat terdampak. Bahkan pada lokasi pertanian yang sisptem irigasinya tidak rusak (atau cepat diperbaiki), para petani umumnya juga kehilangan satu musim produksi/panen. Banyak rumah yang mengalami kerusakan di beberapa Desa.
Zo
na
Su
mb
er
Pe
ng
hid
up
an
Ringkasan Zona Sumber Penghidupan2. Zona Perikanan Pesisir
– Desa yang dikunjungi: Tompe, Tanjung Padang, Labean, Walandano, dan Manimbaya(ketika di satu desa juga ditemukan zona sumber penghidupan pertanian, team hanya mengunjungi Dusun dengan bidang perikanan saja.)
– Karakteristik: sumber penghidupan yang dominan adalah nelayan, yang terkadang juga ditunjang dengan bidang perdagangan dan buruh tukang.
– Dampak bencana: banyak nelayan kehilangan perahu, perlengkapan melaut, rumah dan harta benda akibat tsunami yang terjadi setelah gempa bumi. Penjualan ikan jatuh drastis, dan lokasi-lokasi yang biasanya banyak ikan berubah.
3. Zona Perkebunan Dataran Tinggi– Desa yang dikunjungi: Salua, Boladangko, Tangkulowi, Sungku, Namo (semua di Kec.
Kulawi)– Karakteristik: sumber penghidupan utama adalah perkebunan kakao dan durian, yang
ditunjang juga dengan pertanian padi bagi beberapa rumah tangga. Pekerjaan sebagai Buruh (baik buruh pertanian, maupun non-pertanian) adalah salah satu sumberpenghidupan yang penting bagi kelompok rumah tangga pra-sejahtera.
– Dampak bencana: hasil perkebunan mengalami dampak yang saling berbeda, namun para petani kebun umumnya meninggalkan pohon dan kebun mereka selama beberapa bulan setelah bencana. Di beberapa desa, tanah longsor juga berpengaruh dalam berkurangnya luas lahan kebun mereka. Di beberapa desa, banyak rumah yang rusak karena gempa.
Zo
na
Su
mb
er
Pe
ng
hid
up
an
Keterbatasan Studi• Jangkauan Geografis yang terbatas dalam setiap zona sumber penghidupan.
Terbatas pada daerah-daerah intervensi YSTC dan FH yang tergolong kecil.
• Beberapa perbedaan dalam zona sumber penghidupan baik dalam hal situasi pra-bencana (terkait dengan akses pada pasar dan lahan) maupun pada situasi paska-bencana (dampak). Proses penentuan zona sumber penghidupan tidaklah lengkap.
• Kurangnya partisipasi dari kelompok yang tergolong Sejahtera (di semua zona, khususnya di zona perikanan) dan kaum perempuan (di zona perikanan dan pertanian irigasi). Ini berdampak pada sulitnya memperoleh pemahaman tentang pola belanja dan akan siapa yang mempekerjakan para buruh.
• Terbatasnya waktu untuk wawancara dengan para pedagang Besar.
• Perbedaan dengan Baseline HEA yang komprehensif:– Pelatihan hanya dilaksanakan dalam 3 hari, dan bukan selama 5-6 hari– Terbatas 5 desa yang dikunjungi dalam setiap zona, dan tidak 8-12 desa– Analisa baseline dilaksanakan dalam 1,5 hari, dan bukan selama 2-3 hari.– Analisa perubahan dilaksanakan dalam 0,5 hari, daripada selama 1-2 hari.
Ke
terb
ata
san
Stu
di
• Dalam HEA, informasi baseline hanya dikumpulkan dalam kurun waktu tahun acuan, yang merupakan periode konsumsi, yang dimulai dengan masa produksi utama atau tepat setelah musim lapar/paceklik. Konsep akan ‘musim paceklik’ tidak ditemukan di tiga zona sumber penghidupan ini.
• Periode konsumsi untuk Zona Pertanian Padi sulit untuk dijelaskan karena terdapat beberapa masa panen di sepanjang tahun, dan tidak ada masa paceklik. Tim kemudian memutuskan untuk menggunakan periode 12 bulan tepat sebelum bencana sebagai tahun acuannya (Oktober 2017 sampai September 2018). Periode ini dinilai di atas tahun rata-rata.
• Periode konsumsi untuk Zona Perikanan Pesisir dimulai sejak awal dari puncak musim melaut di bulan Maret. Tahun acuan yang diambil kemudian adalah satu tahun periode konsumsi sebelum bencana: Maret 2017 sampai Februari 2018. Periode ini dinilai di atas tahun rata-rata.
• Periode konsumsi untuk Zona Perkebunan Dataran Tinggi diawali dengan masa panen dari jenis perkebunan utama (kakao) di bulan April. Tahun acuan kemudian adalah satu tahun periode konsumsi sebelum bencana: April 2017 sampai Maret 2018. Periode ini dinilai di atas tahun rata-rata.
Tahun AcuanTa
hu
nA
cu
an
Tahun AcuanGrafik di bawah ini memperlihatkan tahun acuan dari masing-masing Zona sumber penghidupan terkait dengan waktu bencana dan saat dilaksanakannya pengkajian HEA.
Tah
un
Ac
ua
n
Ambang BatasBatas Survival adalah total pendapatan uang dan makanan yang diperlukan
untuk memenuhi:
A) 100% dari kebutuhan energi makanan minimum (2100 kilo kalori per orang)
– termasuk beras, minyak goreng (75%), telur (75%), ikan segar (50%), tahu
(50%), tempe (50%), mie (50%), gula(50%), sayur mayur (50%) dalam jenis
bahan makanan pokok
B) Biaya-biaya lain yang tergolong dalam kebutuhan pokok rumah tangga –
seperti garam, sabun mandi, listrik, dan gas LPG.
C) Kebutuhan-kebutuhan hidup lainnya
Batas Aman Perlindungan Sumber Penghidupan menggambarkan total
pendapatan uang dan makanan yang diperlukan untuk dapat mempertahankan
sumber penghidupan. Ini berarti total kebutuhan untuk:
A) Menjamin kebutuhan survival dasar (lihat di atas),
B) Akses pada pelayanan-pelayanan dasar (kebutuhan pendidikan dan
kesehatan),
C) Mempertahankan sumber penghidupan jangka panjang (semua bahan
produksi, termasuk biaya transport (100%) dan telephone (75%));
D) Memenuhi kebutuhan standar hidup (perlengkapan kebersihan (100%),
pakaian (25%), minuman (kopi dan teh) dan bumbu masakan (50%))
Am
ba
ng
Ba
tas
Zona Perkebunan Dataran Tinggi
Zo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Deskripsi Zona
• Zona ini terletak di dataran tinggi di kabupaten Sigi dimana perkebunan sangat dominan dan sebagian besar rumah tangga merupakan pemilik kebun.
• Dulunya merupakan perkebunan yang dominan dengan komoditas kopi, namun akhir-akhir ini kakao adalah komoditas utamanya. Para petani sekarang mulai merasa bahwa kakao juga sudah mulai menurun (dikarenakan oleh usia tanaman, perawatan kurang optimal, dan beragam penyakit tanaman) dan mulai beralih untuk menanam durian. Beberapa rumah tangga juga menanam padi di dataran rendah dimana sistem irigasi/sumber air masih berfungsi, namun sebagian besar hanya untuk konsumsi sendiri.
• Hanya sebagian kecil yang memelihara hewan ternak. Ada beberapa rumah tangga di lingkungan non-muslim juga memelihara babi.
•Tipe pekerjaan utama yang umumnya dilakukan adalah sebagai buruh tani atau buruh bangunan. Wiraswasta juga termasuk berdagang, kios, warung makan, ojek, penjualan pasir dan batu. Menyadap getah pinus (damar) juga merupakan salah satu pencaharaian utama di salah satu desa yang dikunjungi.
• Zona ini jaraknya cukup jauh dari pusat perdagangan kakao dan durian di Palu, dan tanah longsor sering terjadi di jalan.
Zo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Kalender Musim
Catatan:
•Musim panen untuk padi tidak sama di setiap desa, tanpa ada pola yang jelas. Umumnya padi dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun.
•Panen durian juga terjadi di sepanjang tahun, tergantung dari jenisnya.
•Kemiri dapat dipanen setiap saat, sementara Kelapa umumnya dipanen hanya 3 atau 4 kali dalam setahun.
•Pekerjaan sebagai buruh tani juga tersedia sepanjang tahun.
Zo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
• Pembagian kelas ekonomi di zona ini adalah luas lahan perkebunan, dan tipe pencaharian di luar perkebunan (orang-orang dengan gaji tetap umumnya berada di golongan Sejahtera).
• Luas lahan yang dimiliki umumnya lebih besar daripada lahan perkebunan. Hanya ada segelintir rumah tangga saja yang tidak memiliki lahan, namun ini sepertinya bukanlah hal yang umum.
• Hewan ternak umumnya hanya sedikit saja, dan sebagian besar keluarga hanya memelihara ayam. Ternak babi umumnya hanya kelompok keluarga menengah saja.
Pembagian Kelas EkonomiZo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Masyarakat umumnya membeli makanannya di pasar. Keluarga Menengah Atas dan Sejahtera lebih umum menanam padi. Hanya sebagian kecil saja makanan yang berasal dari bantuan dan hasil ternak.
Sumber Pangan (2017-18)%
min
imum
ke
bu
tuhan
ka
lori r
um
ah
ta
ngga
pe
r-ta
hu
n
Zo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Sumber pendapatan umumnya berasal dari di tahun acuan umumnya berasal dari perkebunan, buruh, wiraswasta, gaji pegawai, dan ternak. Pendapatan dari keluarga Sejahtera hampir 2,5 – 3 kali lebih besar dari keluarga yang tergolong Pra-sejahtera.
Sumber Pendapatan (2017-2018)S
um
be
r p
en
da
pata
n ta
hu
na
n r
um
ah ta
ng
ga
Zo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Proporsi belanja makanan menurun dalam kelompok ekonomi, dimana kelompok pra-sejahtera menghabiskan hampir 50%, sementara kelompok menengah atas dan sejahtera kurang dari 30%.
‘Kebutuhan Rumah Tangga’ seperti garam, sabun, listrik, dll. ‘Pelayanan Sosial’ termasuk pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan. ‘Bahan Produksi’ termasuk bibit, peralatan, buruh, pupuk, transport, dll. ‘Lain-Lain’ termasuk zakat, sumbangan, kosmetik, tabungan, dll.
Pola Pengeluaran (2017-2018)%
po
la p
en
ge
lua
ran r
um
ah
ta
ng
ga
pe
r-ta
hu
n
Zo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Skenario Tahun Bencana
Perkebunan:•Sebagian besar kakao telah panen tepat sebelum gempa, dan penurunan hasil panen pada tahun gempa diperkirakan sebesar 25%.•Satu musim tanam padi tidak dilakukan.•Panen durian turun 10% dan kemiri turun 25%. Panen jenis perkebunan lain sebagian besar tidak terpengaruh (pisang, kelapa, sayuran).
Buruh/wiraswasta/lain-lain:•Buruh perkebunan menurun 35-40% (hampir tidak ada di bulan Okt-Des dan menurun drastis di Jan-Mar).•Buruh bangunan menurun 40% (serupa dengan buruh perkebunan). •Wiraswasta menurun 25% (penurunan drastis Okt-Des dan sedikit pulih di Jan-Mar). •Usaha-usaha besar menurun 20%.•Analisa untuk pendapatan dari ternak babi tidak dilakukan.
Zo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Harga-Harga Pasar:•Setelah mengalami gangguan, harga-harga berangsur kembali pada kondisi sebelum bencana.
Bantuan:•Hal ini beragam dari setiap desa.•Diperkirakan bantuan pangan cukup untuk 3 bulan dan alat-alat mandi untuk 4 bulan.•Diperkirakan keluarga pra-sejahtera dan menengah bawah menerima BNT Rp3.000.000, dan menegah atas Rp2.000.000.
Catatan:•Skenario ini masih dapat direvisi dan asumsi lain dapat dibentuk sesuai permintaan.
Skenario Tahun BencanaZo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
• Dalam skenario ini, rumah tangga mengalami penurunan drastis dalam
segi pendapatan, namun telah berhasil ditunjang dengan banyaknya
bantuan yang ada.
• Sebagian besar masih mampu bertahan di atas batas aman perlindungan
sumber penghidupan, tetapi kelompok pra-sejahtera sepertinya hampir
tidak dapat mencapai batas tersebut tanpa adanya bantuan.
Skenario Tahun BencanaZo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
• Dalam grafik ini, biaya pembangunan hunian semi-permanen seluas 18m2
(+/- Rp14.000.000) ditambahkan pada batas aman perlindungan sumber
penghidupan. Hal ini hanya relevan untuk mereka yang kehilangan
rumahnya, dan tidak dapat dicapai oleh sebagian besar kelompok
ekonomi dalam masa tahun bencana.
Skenario Tahun Bencana dengan Biaya HunianZo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Skenario Tahun Terkini
Produksi Perkebunan:•Kebun terbengkalai selama beberapa bulan setelah bencana, dan para petani hanya baru-baru ini memulai berkebun. Penurunan hasil produksi kakao ini diperkirakan sebesar 30%.•Untuk padi, sebagian besar sistem irigasi/sumber air sudah berfungsi kembali, namun beberapa permasalahan masih terjadi, dan kurangnya modal untuk input juga masih dirasakan. Penurunan produksi di musim panen pertama sebesar 50%, dan di musim ke dua sebesar 25%.•Jenis komoditas perkebunan lain terlihat telah kembali normal.
Buruh/wiraswasta/lain-lain:•Buruh pertanian berkurang 50% (akibat kurangnya modal). •Buruh bangunan meningkat 25% (karena banyaknya kegiatan rekonstruksi).•Wiraswasta/pegawai/usaha sebagian besar telah kembali normal.•Peternakan babi tidak dapat dilanjutkan lagi (karena kurangnya modal untuk mulai kembali).
Zo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Harga-Harga Pasar:•Tidak ada perubahan harga pasar yang signifikan dibandingkan dengan pada masa tahun acuan.
Bantuan:•Bantuan makanan dan dana tidak dimasukkan dalam skenario ini (dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan bantuan yang diperlukan).
Catatan:•Skenario ini dapat direvisi dan asumsi lain dapat dibentuk sesuai permintaan.
Skenario Tahun TerkiniZo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
• Dampak dari bencana alam terlihat lebih besar dalam skenario ini, dimana bantuan
makanan/dana tidak ditampilkan.
• Keluarga pra-sejahtera secara khusus terlihat akan sangat bergumul untuk
mencapai batas aman perlindungan sumber penghidupan (defisit = +/-
Rp3.600.000). Mereka sangat bergantung dari pekerjaan sebagai buruh tani pada
masa tahun acuan.
• Penurunan drastis pada keluarga menengah atas dikarenakan tidak adanya
penghasilan dari ternak babi.
Skenario Tahun TerkiniZo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Skenario Tahun Terkini dengan Biaya Hunian
• Dalam grafik ini, biaya pembangunan hunian semi-permanen seluas
18m2 (+/- Rp14.000.000) ditambahkan pada batas aman perlindungan
sumber penghidupan. Hal ini hanya relevan bagi rumah tangga yang
kehilangan tempat tinggalnya, dan tidak dapat dipenuhi oleh kebanyakan
kelompok ekonomi.
Zo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
• Hunian – banyak keluarga yang masih tinggal dalam Hunian Sementara
• Sumber penghidupan• Modal untuk pertanian/perkebunan, wiraswasta/usaha.• Dukungan untuk pemulihan pertanian – perbaikan sistem irigasi, jalan
menuju lahan, bahan pertanian, dan modal untuk input.• Peningkatan produksi kebun – peningkatan kapasitas dalam bidang
produksi/perawatan kakao (isu jangka panjang), bibit yang berkualitas, pengaktifan kembali kelompok-kelompok tani.
• Peningkatan produksi peternakan.• Kelompok simpan pinjam.
• Bantuan Kemanusiaan• Kelompok Sangat Miskin menghadapi kekurangan untuk mencapai
batas aman perlindungan sumber penghidupan sebesar Rp3.600.000 (atau +/- 2 kali BNT)
• Pendidikan anak – perbaikan gedung, dan perlengkapan sekolah• Peningkatan sistem komunikasi (jaringan telephone)
Prioritas PemulihanZo
na
Pe
rke
bu
na
n D
ata
ran
Tin
gg
i
Zona Perikanan Pesisir
Zo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
Deskripsi Zona• Zona ini terletak di daerah pesisir Kabupaten Donggala dimana perikanan merupakan sumber penghasilan utama.
• Tingkat perekonomian ditentukan oleh tipe perahu, mesin, dan perlengkapan melaut lainnya. Kelompok Rumah Tangga ‘Sejahtera’ (pemilik dari kapal-kapal besar) hanyalah sebagian kecil saja dari populasi dan tidak dapat ditemui oleh tim.
• Sebagian Rumah Tangga juga memiliki lahan kebun, tapi hasil perkebunan tidaklah umum di tahun acuan. Beberapa orang sudah mulai menanam cengkeh beberapa tahun yang lalu, dan diperkirakan akan mulai panen dalam waktu singkat.
• Hanya sedikit hewan ternak yang dipelihara, kecuali ayam.
• Pekerjaan sebagai buruh umumnya adalah sebagai buruh tani dan buruh bangunan.
• Akses pada pasar beragam dari desa-desa yang dikunjungi, beberapa dekat dengan jalan utama, sedang beberapa tergolong jauh.
Zo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
Kalender Musim
Catatan:
•Musim melaut dimulai dari Januari – Oktober, dengan puncaknya di bulan April - Juni. November and Desember adalah musim yang rendah dikarenakan cuaca (hujan, angin, dan gelombang tinggi).
•Pekerjaan buruh tani di desa dan dusun tetangga umumnya terkait pada puncak musim padi, kelapa, dan cengkeh.
Zo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
• Tingkat perekonomian ditentukan dari jenis perahu, mesin, dan perlengkapan melaut lainnya. Mereka yang tidak memiliki perahu umumnya berbagi pakai, sementara yang lain lagi bekerja sebagai buruh kapal (dengan cara bagi hasil).
• Beberapa rumah tangga juga memiliki lahan kebun, namun hasil perkebunan tidaklah umum di masa tahun acuan.
• Hanya sedikit hewan ternak yang dipelihara, dan kebanyakan hanya memelihara ayam.
Pembagian Kelompok Ekonomi (2017-2018)Zo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
Sumber makanan umumnya berasal dari belanja di pasar.Konsumsi ikan dari tangkapan +/- 1 kg per keluarga per hari. Sumber makanan dari program Raskin Bulog relatif sangat kecil.
Sumber Makanan (2017-2018)%
min
imu
m k
ebu
tuh
an k
alo
ri r
um
ah
ta
ng
ga
per-
tahu
n
Zo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
Sumber penghasilan berasal dari perikanan, bekerja sebagai buruh (dalam beberapa kasus juga bercampur dengan wiraswasta), penjualan ayam, dan bantuan PKH pada tahun acuan. Penghasilan dari kelompok menegah atas diperkirakan dua kali lipat daripada dari penghasilan kelompok yang pra-sejahtera
Sumber pendapatan (2017-18)
Su
mb
er
pe
nd
ap
ata
n ta
hu
na
n r
um
ah
ta
ng
ga
Zo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
Proporsi pengeluaran untuk makanan menurun dengan tingkat perekonomian, kelompok pra-sejahtera menghabiskan lebih dari 40% dan kelompok menengah atas kurang dari 30% dari penghasilannya.
‘Kebutuhan Rumah Tangga’ termasuk pengeluaran untuk garam, sabun, listrik, dll.‘Pelayanan Sosial’ termasuk pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan. ‘Bahan Produksi’ termasuk perlengkapan melaut (perbaikan perahu dan jaring, buruh, dan transport). ‘Lain-lain’ termasuk zakat, sumbangan, tabungan, dll.
Pola Pengeluaran (2017-2018)%
pe
nge
luara
n ta
hu
nan r
um
ah
ta
ngga
Zo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
Skenario Tahun Bencana
Perikanan:•Puncak kegiatan perikanan terjadi sebelum bencana dan penurunan produksi di tahun bencana diperkirakan bsebesar 15%.
Buruh/wiraswasta/lain-lain:•Buruh tani menurun 20% (karena sebagian besar pekerjaan muncul sebelum bencana alam). •Buruh bangunan menurun 50%.
Harga-harga pasar:•Setelah terganggu sebentar, harga-harga telah berangsur kembali ke harga sebelum bencana.
Bantuan:•Bantuan makanan tersedia sekitar 2 bulan, dan perlengkapan kebersihan selama sekitar 3 bulan di semua kelompok ekonomi.•Diperkirakan +/- Rp2.000.000 untuk kelompok pra-sejahtera dan menengah bawah, dan Rp1.000.000 untuk kelompok menengah atas.
Zo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
• Dalam skenario ini, rumah tangga mengalami penurunan drastis dalam
penghasilan, namun bisa ditunjang dengan banyak bantuan yang tersedia.
• Kelompok-kelompok ini sepertinya masih dapat bertahan di atas batas aman
perlindungan sumber penghidupan, namun kelompok pra-sejahtera berada di
garis batas tanpa bantuan.
Skenario Tahun BencanaZo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
Dalam grafik ini, biaya pembangunan hunian semi-permanen seluas 18m2 (+/-
Rp14.000.000) dan perahu (+/- Rp5.000.000 – Rp7.000.000) ditambahkan pada batas
aman perlindungan sumber penghidupan. Hal ini relevan hanya untuk mereka yang
kehilangan tempat tinggal/perahu, dan tidak dapat dipenuhi oleh seluruh kelompok
ekonomi.
Skenario Tahun Bencana dengan biaya Hunian + PerahuZo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
Skenario Tahun Terkini
Perikanan:•Kehilangan perahu mendekati 70% di desa-desa yang lebih terdampak, namun sudah saling berbagi pakai. Penurunan penghasilan tahun ini diperkirakan sebesar 55%.
Buruh/wiraswasta/lain-lain:•Buruh tani berangsur normal (atau dapat meningkat karena banyak kebun cengkeh yang mulai berbunga). •Buruh bangunan meningkat 25% (karena banyaknya kegiatan pembangunan).
Harga-harga Pasar:•Tidak ada lonjakan harga pasar yang signifikan dibandingkan dengan periode tahun acuan.
Bantuan:•Bantuan makanan dan dana tidak diperlihatkan dalam skenario ini (untuk memperkirakan kebutuhan bantuan yang masih diperlukan).
Zo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
• Dampak bencana dalam skenario ini lebih terlihat, karena tidak diperlihatkannya bantuan
makanan/dana.
• Keluarga pra-sejahtera dan menengah bawah terlihat kesulitan untuk mencapai batas aman
perlindungan sumber penghidupan (masing-masing defisit = +/- Rp3.300.000 dan
Rp1.000.000).
• Keluarga menengah atas terlihat mengalami penurunan penghasilan yang sangat drastis.
Skenario Tahun TerkiniZo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
Skenario Tahun Terkini dengan biaya Hunian + Perahu
• Dalam grafik ini, biaya pembangunan hunian semi-permanen seluas 18m2 (+/-
Rp14.000.000) dan perahu (+/- Rp5.000.000 – Rp7.000.000) ditambahkan dalam
batas aman perlindungan sumber penghidupan. Hal ini hanya relevan untuk mereka
yang kehilangan tempat tinggal/perahu, dan tetap tidak terjangkau bagi semua (3)
kelompok ekonomi.
Zo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
• Hunian – sebagian besar keluarga masih tinggal di Hunian Sementara
• Sumber penghidupan• Modal; atau bantuan perlengkapan berupa perahu, mesin, perlengkapan
melaut, perbaikan• Tidak ada minat untuk saling berbagi aset. Beberapa bahkan
memperlihatkan bahwa bantuan yang menggunakan kriteria/targeting menimbulkan penolakan dalam masyarakat desa.
• Pelatihan pertukangan kayu dan perlengkapan untuk pembangunan dan pembuatan/perbaikan perahu.
• Bantuan Kemanusiaan• Rumah tangga pra-sejahtera menghadapi defisit Rp3.300.000 (atau +/- 2
kali BNT); Rumah tangga menengah bawah mengalami defisit hampir sebesar 1 kali BNT.
• Pendidikan Anak – pembangunan gedung, perlengkapan sekolah, dan biaya-biaya lainnya.
• Program pengurangan resiko bencana (PRB).
Prioritas PemulihanZo
na
Pe
rik
an
an
Pe
sisi
r
Zona Pertanian Irigasi
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Deskripsi Zona• Zona ini berada di dataran rendah dimana pertanian irigasi merupakan sumber penghidupan utamanya.
• Produksi utama adalah Padi, Jagung, Sayuran, dan Kelapa. Hewan ternak yang ada umumnya Sapi, Kambing, dan ayam.
• Pekerjaan buruh yang ada umumnya sebagai buruh tani dan bangunan. Kegiatan wiraswasta meliputi perdagangan, kios, warung makan, ojek.
• Kebanyakan petani menjual hasil panen dan ternaknya langsung pada pedagang/pengumpul di desa. Akses pasar zona-zona ini umumnya cukup baik, karena relatif dekat dengan Palu.
• Masyarakat umumnya tidak mengkonsumsi hasil panennya sendiri, dan membeli sebagian besar bahan makanannya, termasuk beras, ikan (segar dan kering), minyak goreng, gula, sayuran, tahu, tempe, mie.
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Kalender MusimZo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
• Tingkat Perekonomian zona ini dibagi berdasarkan pada luas sawah. Keluarga yang tergolong pra-sejahtera adalah para kelompok buruh tani.
• Kepemilikan lahan sangatlah terbatas, dan di beberapa desa, sebagian besar lahan bahkan dimiliki oleh mereka yang bukan merupakan penduduk desa tersebut.
• Bagi Hasil dan sewa lahan – dengan perjanjian tertentu – adalah hal yang wajar. • Sapi, Kambing dan ayam adalah hewan ternak yang umumnya mereka pelihara, namun
biasanya hanya dalam jumlah kecil.
Pembagian Kelompok EkonomiZo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Rumah tangga umumnya mendapatkan makanan mereka dari belanja di pasar dan hasil panen sendiri. Sumber makanan lain seperti bagian pembayaran (makanan sebagai bagian dari upah kerja), hadiah, bantuan (raskin) dan hewan ternak. Kelompok sejahtera menjual hasil produksi mereka daripada mengkonsumsinya sendiri.
% k
eb
utu
han m
inim
um
ka
lori r
um
ah
ta
ngga
pe
r ta
hu
n
Sumber Makanan (2017-2018)Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Sumber penghasilan adalah dari penjualan hasil panen, ternak, buruh lepas, wiraswasta, bantuan dana, dan pinjaman di periode tahun acuan. Total pendapatan untuk kelompok sejahtera adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok pra-sejahtera.
Sumber Penghasilan (2017-2018)S
um
be
r p
en
dapa
tan ta
hu
nan
rum
ah
ta
ngga
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Penghasilan yang didapat setelah dikurangi biaya pengeluaran bahan produksi hanyalah sedikit berbeda dari tiap-tiap kelompok ekonomi. Penghasilan kelompok sejahtera hampir dua kali dari kelompok yang pra-sejahtera.
Sumber Penghasilan (2017-2018)S
um
be
r p
en
gh
asila
n ta
hu
na
n r
um
ah
ta
ng
ga
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Proporsi pembelanjaan makanan menurun dengan tingkat perekonomian, dimana kelompok pra-sejahtera menghabiskan lebih dari 40% dari penghasilannya, sementara kelompok yang sejahtera hanya sekitar 20%.
‘Kebutuhan Rumah Tangga’ termasuk garam, sabun, listrik, LPG, dll. ‘Pelayanan Social’ termasuk pendidikan dan kesehatan. ‘Bahan Produksi’ termasuk bahan pertanian (bibit, perlengkapan, buruh, pupuk, sewa tanah). ‘Lain-lain’ termasuk zakat, sumbangan, tabungan, dll.
Pola Pengeluaran (2017-2018)%
of annual household
expenditure
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Skenario Tahun Terkini: area lebih terdampak
Panen / Produksi peternakan:•‘Lebih terdampak’ disini mengacu pada kerusakan sistem irigasi.•Dua musim padi gagal panen.•Musim panen pertama dari jagung dan sayuran gagal, namun mulai berangsur pulih di musim ke 2 dan 3.•Produksi hewan ternak secara umum tidak terpengaruh.
Buruh / wiraswasta:•Buruh tani menurun 75%. •Buruh bangunan meningkat 25%. Kelompok ekonomi pra-sejahtera beralih dari buruh tani ke buruh bangunan.•Kelompok sejahtera menggunakan tabungannya untuk berwiraswasta.•Perdagangan kecil meningkat 20%.
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Skenario Tahun Terkini: area lebih terdampak
Harga-harga Pasar:•Setelah periode setelah gangguan, harga-harga berangsur pulih seperti masa sebelum bencana.
Bantuan:•Sekitar 2 bulan bantuan makanan tersedia untuk semua kelompok ekonomi dan 3 bulan bantuan kebersihan.•Sekitar Rp3.000.000 untuk hampir semua rumah tangga
Catatan:•Skenario ini dapat direvisi dan asumsi lain bisa dibentuk sesuai permintaan.
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Skenario Tahun Terkini: area lebih terdampak
• Dalam skenario ini, semua kelompok ekonomi mengalami penurunan penghasilan
yang drastis di bawah batas aman perlindungan sumber penghidupan, namun telah
dapat ditunjang dengan banyaknya bantuan yang diterima.
• Dengan banyaknya bantuan, mereka seakan sudah berada di atas batas aman
perlindungan sumber penghidupan, tetapi ini juga bergantung pada meluasnya
lapangan kerja buruh bangunan. Ketersediaan pekerjaan konstruksi perlu terus
dimonitor.
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Skenario Tahun Terkini: area lebih terdampakdengan biaya hunian
• Dalam grafik ini, biaya pembangunan hunian semi-permanen seluas 18m2
(+/- Rp14.000.000) ditambahkan pada batas aman perlindungan sumber penghidupan. Hal ini hanya relevan bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal, dan tidak dapat disanggupi dalam semua kelompok ekonomi.
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Skenario Tahun Terkini: area kurang terdampak
Panen / Produksi peternakan:•‘kurang terdampak’ mengacu pada kondisi kerusakan sistem irigasi. •Musim padi pertama gagal panen; musim kedua hanya 50%•Musim jagung dan sayuran pertama gagal panen, namun berangsur pulih di musim ke 2 dan 3.•Produksi hewan ternak secara umum tidak terpengaruh.
Buruh / wiraswasta:•Buruh tani menurun 50%. •Buruh bangunan meningkat 25%. Kelompok ekonomi pra-sejahtera beralih dari buruh tani ke buruh bangunan.•Perdagangan meningkat 20%.
Lain-lain:•Serupa dengan skenario ‘lebih terdampak’.
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Skenario Tahun Terkini: area kurang terdampak
• Dalam skenario ini, rumah tangga mengalami penurunan dalam segi penghasilan, namun dapat ditunjang oleh banyaknya bantuan yang diterima.
• Mereka sepertinya masih sanggup bertahan di atas batas aman perlindungan sumber penghidupan.
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
Skenario Tahun Terkini: area kurang terdampakDengan biaya Hunian
Dalam grafik ini, biaya pembangunan hunian semi-permanen seluas 18m2 (+/-Rp14.000.000) ditambahkan dalam batas aman perlindungan sumber penghidupan.Hal ini hanya relevan bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal dan masih tidak dapat dipenuhi oleh sebagian besar rumah tangga.
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
• Hunian – banyak keluarga yang masih tinggal di Hunian Sementara
• sumber penghidupan• Modal dan bahan pertanian.• Kebutuhan mendesak untuk perbaikan sistem irigasi, bahkan
jika hanya dengan alternatif kecil sementara, dan perataan lahan yang terpengaruh bencana.
• Peningkatan hasil produksi – peningkatan kapasitas, bibit berkualitas, pengaktifan kembali kelompok-kelompok pertanian.
• Peningkatan produksi peternakan.• Fasilitas pinjaman dengan bunga ringan.
• Pendidikan anak – perbaikan gedung dan perlengkapan sekolah, pengurangan pengeluaran rumah tangga.
Prioritas Pemulihan
Zo
na
Pe
rta
nia
nIr
iga
si
top related