pendekatan struktural a. j. greimas dalam …
Post on 23-Oct-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
65
PENDEKATAN STRUKTURAL A. J. GREIMAS DALAM ANALISIS
HIKAYAT ISKANDAR DZULKARNAIN
Rama Wijaya A. Rozak
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia
rama07megelli@yahoo.com
. ABSTRAK
Hikayat merupakan jenis karya sastra lama. Dari segi bahasa dan budaya
pada kala itu sangat berbeda dengan penggunaan bahasa dan budaya dengan jenis
karya sastra sekarang. Meskipun demikian, suatu karya sastra tidak lekang oleh
waktu. Karya sastra dapat menembus ruang dan waktu untuk diapresiasi dan
dianalisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural Greimas dalam
menganalisis hikayat Iskandar Dzulkarnain. Pendekatan struktural Greimas tidak
seperti pendekatan struktural pada umumnya, yaitu menganalisis tokoh, penokohan,
alur, setting, dan lain-lain. Dalam pendekatan Greimas memfokuskan analisis pada
fungsi setiap unsur pembangun karya sastra tersebut. Fungsi-fungsi tersebut
dikelompokkan ke dalam enam skema aktan. Setelah itu dianalisis menggunakan
struktur fungsional. Dengan menggunakan dua pola analisis tersebut akan
tergambarkan fungsi tiap aktan dan alur cerita karya sastra.
Kata kunci: Pendekatan Struktural Greimas, Analisis Hikayat, Analisis Hikayat
Iskandar Dzulkarnain
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
66
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Bahasa memiliki peran sebagai
alat ekspresi budaya bangsa. Bahasa
Indonesia sebagai alat ekspresi telah
terbukti mampu mempersatukan dan
memelihara eksistensi bangsa Indonesia.
dengan sikap berbahasa yang positif akan
membangun ekspresi budaya yang positif
juga. Sastra memiliki fungsi utama
sebagai penghalus budi, peningkatan
kepekaan rasa kemanusiaan, dan
kepedulian sosial. Penumbuhan apresiasi
budaya dan penyaluran gagasan,
imajinasi dan ekspresi secara kreatif dan
konstruktif. Melalui sastra, siswa diajak
untuk memahami, menikmati, dan
menghayati karya sastra. Pengetahuan
tentang sastra hanyalah sebagai
penunjang dalam mengapresiasi karya
sastra. Sekait dengan hal tersebut,
pembelajaran sastra memiliki peranan
penting dalam membentuk watak dan
kepribadian siswa. Dengan pembelajaran
sastra, siswa dapat mengenal, menikmati,
dan mengaplikasikan nilai-nilai yang
terdapat dalam karya sastra ke dalam
kehidupan sehari-hari.
Sastra merupakan prasasti
kehidupan. Sastra mempunyai hubungan
dalam kehidupan dunia nyata dan dapat
meningkatkan pengetahuan budaya.
Seorang sastrawan adalah individu yang
aura intelektualnya senantiasa bergesekan
dengan problematika internal dirinya atau
persoalan psikologis. Sastra yang
bermediakan bahasa, merupakan sebuah
„fenomena‟ tersendiri. Bahasa sastra
adalah bahasa yang sangat egois, tak
peduli dengan regulasi bahasa yang
melingkupinya. Oleh sebab itu, bahasa
sastra senantiasa konotatif, multi
interpretatif, serta tidak memiliki
keajegan makna/ambigu dalam konteks
semantik yang baku.
Karya sastra merupakan gambaran
hasrat pengarangnya, melaluinya
sastrawan membiarkan dirinya dipenuhi
khayalan yang merupakan gambaran
hasrat yang terwujudkan, proses ini
disebut dengan istilah mimpi mata
terbuka. Karya sastra yang diciptakan
seorang sastrawan pasti memiliki latar
belakang psikologis tertentu yang
membidani kelahirannya. Demikian pula
dapat dipastikan bahwa karya sastra
melibatkan esensi pemikiran „psikologis‟
sang penulisnya. Berangkat dari
pengalaman jiwa, pengalaman sosial,
bahkan mungkin spiritual. Dengan
demikian maka sastra memang sebuah
wujud yang kompleks secara unsur.
Unsur yang dimaksud adalah unsur
pembangun dirinya. Salah satu bentuk
karya sastra yaitu hikayat.
Karya sastra banyak jenisnya,
begitu pula dengan cara mengapresiasi
karya sastra tersebut. Jenis karya sastra
yang akan dibahas dalam penelitian ini
yaitu hikayat. Hikayat merupakan karya
sastra lama (Melayu) berbentuk prosa
yang berisi cerita, undang-undang, silsilah
yang bersifat rekaan, keagamaan, atau
gabungan sifat-sifat tersebut untuk dibaca
sebagai pelipur lara, pembangkit semangat
juang, atau sekadar untuk meramaikan
pesta pada masa lalu. Berdasarkan
Wikipedia (www.wikipedia.org)
menjelaskan bahwa “Hikayat adalah salah
satu bentuk sastra prosa, terutama dalam
bahasa Melayu yang berisikan tentang
kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya
mengisahkan tentang kehebatan maupun
kepahlawanan seseorang lengkap dengan
keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
67
utama”. Berdasarkan pemaparan tersebut
dapat diketahui bahwa karya sastra
hikayat merupakan karya sastra lama
yang menggunakan bahasa Melayu
berbentuk prosa yang menceritakan
kehebatan, kepahlawanan, dan kesaktian
tokoh-tokohnya yang bersifat fiksi.
Dalam penelitian ini digunakan
cara atau pendekatan struktural Greimas
yang dipopulerkan oleh Algirdas Julius
Greimas (1917-1992). Pendekatan
struktural Greimas tidak terfokus pada
faktor pembangun teks tersebut, tetapi
mengkaji sastra melalui karya sastra itu
sendiri, yaitu melalui teks. Dengan
demikian, peneliti tidak harus
menghubungkan karya sastra tersebut
dengan kehidupan pengarangnya dan
faktor-fakor yang membangun karya
sastra tersebut dapat tercipta. Karena pada
dasarnya sebuah karya sastra tidak
terbatas oleh ruang dan waktu, tetapi
sebaliknya suatu karya sastra dapat
menembus ruang dan waktu.
Suatu karya sastra, terutama jenis
karya sastra lama akan penuh dengan
nilai-nilai kehidupan yang dapat digali
dari teks sastranya. Karya sastra selalu
memberikan pesan-pesan kehidupan yang
dapat mengubah cara pandang, cara
berpikir pembaca ke arah yang lebih
positif. Atas dasar tersebut karya sastra
dapat memperhalus karakter dan
memperhalus budi penikmatnya. Hal
tersebut dapat dikategorikan faktor atau
unsur ekstrinsik sebuah karya sastra yang
mengandung amanah atau nasihat.
Melalui pendekatan struktural
Greimas, peneliti tidak dihadapkan pada
unsur (ekstrinsik) tersebut. Bukan pula
pada unsur intrinsik pada umumnya
(penokohan, alur, setting, dan sebagainya),
tapi menitikberatkan pada fungsi-fungsi
setiap item yang terdapat dalam kisah, yang
disebut Greimas adalah aktan. Greimas
mengelompokkan fungsi tersebut ke dalam
enam aktan, yaitu aktan pengirim, objek,
penerima, subjek, penolong, dan
penentang. Berdasarkan aktan-aktan
tersebut yang disusun ke dalam sebuah
skema, akan terlihat alur sebuah cerita dan
fungsi-fungsinya. Selain skema aktan,
Greimas juga mengenalkan struktur
fungsional suatu karya sastra. Greimas
membagi struktur fungsional ini ke dalam
tiga bagian yaitu situasi awal, transformasi,
dan situasi akhir. “Struktur fungsional ini
berfungsi untuk menguraikan peran subjek
dalam melaksanakan tugas dari pengirim
yang terdapat dalam fungsi aktan (Taum,
2011, hlm. 146)”. Berdasarkan pemaparan
tersebut, penelitian hikayat dengan judul
Iskandar Dzulkarnain dianalisis dengan
menggunakan pendekatan struktural
Greimas.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan dalam
latar belakang masalah tersebut, dalam
penelitian ini terdapat beberapa rumusan
masalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah penerapan pendekatan
struktural skema aktan Greimas dari
hikayat yang berjudul Iskandar
Dzulkarnain?
2. Bagaimanakah struktur fungsional
Greimas dari hikayat yang berjudul
Iskandar Dzulkarnain?
C. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif
analisis yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta-fakta yang
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
68
kemudian disusul dengan analisis (Ratna,
2004: 53). Analisis yang dimaksud berupa
interpretasi atau penafsiran seperti halnya
penelitian heurmeuntika, yaitu metode
yang disejajarkan dengan interpretasi atau
penafsiran terhadap bahan kajian yaitu
karya sastra yang merupakan konstruksi
makna kompleks yang bermedium bahasa
untuk pencapaian makna optimal (Ratna,
2004: 45-46).
D. SUMBER DATA DAN DATA
Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hikayat yang
berjudul Iskandar Dzulkarnain yang
diedit oleh van Leeuwen, sedangkan data
penelitiannya yaitu tokoh-tokoh yang
dianalisis dari segi fungsinya dalam
hikayat tersebut, kemudian
dikelompokkan dalam skema aktansial.
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi pustaka, yaitu
kegiatan menelaah buku-buku dan
berbagai litelatur lain untuk
mendapatkan teori yang berkaitan erat
dengan masalah penelitian serta teori
dasar tentang pendekatan struktural
Greimas dalam bentuk skema aktansial
dan struktur fungsional berdasarkan pada
cerita tersebut.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang
dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Membaca berulang-ulang korpus yang
menjadi bahan kajian agar mendapat
pemahaman yang utuh. Membatasi
permasalahan dan dan merumuskan
sebagai arah kajian dalam penelitian.
2. Menerapkan teori struktural Greimas
terhadap karya sastra dengan cara
mengkaji struktur hikayat.
a. Langkah pertama yang dikerjakan
adalah merepresentasikan ulang isi
cerita hikayat yang berjudul
Iskandar Dzulkarnain dengan
sistematis sesuai aslinya.
b. Langkah kedua adalah mencatat
setiap aktan (seseorang atau
sesuatu) dan fungsi-fungsinya yang
terdapat di dalam cerita. Aktan-
aktan yang ditemukan dalam cerita
dimasukkan ke dalam skema sesuai
dengan skema aktan Greimas.
Setelah setiap skema terisi dengan
fungsi-fungsi pembangun cerita,
kemudian dijelaskan ulang maksud
dari setiap skema aktan yang
dibuat.
c. Langkah ketiga dalam analisis
tersebut yaitu menyusun struktur
fungsional Greimas yang dibagi ke
dalam tiga bagian yaitu bagian
awal, transformasi, dan bagian
akhir.
G. ANALISIS STRUKTUR SKEMA
AKTAN DAN STRUKTUR
FUNGSIONAL HIKAYAT
ISKANDAR DZULKARNAIN
1. Hikayat Iskandar Dzulkarnain
Pada bagian ini akan disajikan
cerita hikayat Iskandar Dzulkarnain secara
lengkap dan sistematis.
(1) Pada suatu hari, Raja Kidi Hindi pergi
bersama sepuluh pengawalnya untuk
menemui Nabi Khidir. Setelah
bertemu, Nabi Khidir mengutarakan
keinginan Raja Iskandar kepada Raja
Kidi Hindi. Pada hari itu, Raja Kidi
Hindi menginap di kemah Nabi
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
69
Khidir. Esok harinya, pergilah
keduanya menemui Raja Iskandar.
Setelah sampai, Nabi Khidir masuk
terlebih dahulu menemui Raja
Iskandar, sedangkan Raja Kidi Hindi
menunggu di depan pintu. Nabi Khidir
mengucapkan salam, seraya Raja
Iskandar pun membalas salam
tersebut. Kemudian Nabi Khidir
memberitahukan bahwa Raja Kidi
Hindi menunggu di depan pintu.
Seraya Raja Iskandar menyuruh
petugasnya untuk mempersilahkan
Raja Kidi Hindi masuk dan bergabung
bersama mereka. Pada saat yang
bersamaan, masuk pula tiga raja
lainnya yaitu Raja Raziya, Raja Salam,
dan Raja Ni‟mat menghadap Raja
Iskandar.
(2) Setelah semuanya berkumpul di dalam
kemah Raja Iskandar. Nabi Khidir
memulai khotbah nikah Raja Iskandar
dengan anak dari Raja Kidi Hindi.
Nabi Khidir bertanya kepada Raja Kidi
Hindi “Wahai Raja, atas izin Allah
ta‟ala apakah Raja menerima Raja
kami (Raja Iskandar) untuk menjadi
menantu?”. Raja Kidi Hindi menjawab
“Saya menerima lamaran ini, dengan
saksi raja-raja yang berada dalam
ruangan ini, dan nabi Allah (Nabi
Khidir) sebagai wali saya dan anak
saya Putri Badru‟l Qamariya”. Setelah
proses pelamaran tersebut, Raja Kidi
Hindi berjabat tangan dengan semua
raja yang hadir. Setelah diberikan
amanah untuk menjadi wali Raja Kidi
Hindi, Nabi Khidir pun berkata pada
Raja Iskandar “Mas kawin dari putri
adalah tiga ratus ribu dinar atau setara
dengan lima miskal batang emas yang
merah. Apakah Raja bersedia?”. Maka
Raja Iskandar pun menjawab “Saya
bersedia dengan hal itu”.
(3) Setelah proses pernikahan Raja
Iskandar dengan Putri Badru‟l
Qamariya selesai, maka berdirilah
semua raja dan orang penting yang
hadir dalam pernikahan tersebut.
Kemudian Nabi Khidir memanjatkan
doa kepada Allah ta‟ala untuk Raja
Iskandar dan semua raja mengatakan
“amin”. Esok harinya, Raja Kidi Hindi
dan anaknya datang menemui Raja
Iskandar pada sore hari. Kemudian
diantarlah mereka oleh pengawal
untuk bertemu dengan Raja Iskandar.
Raja Iskandar terpesona melihat
kecantikan yang dimiliki oleh Putri
Badru‟l Qamariya. Dalam hati ia
berkata “Kusangka anak Raja Darinus
yang paling rupawan. Tetapi putri ini
lebih rupawan lagi dari semua
manusia, hal ini nyata dan tidak dapat
dipungkiri”. Raja Iskandar bersuka cita
sebab mendapatkan istri yang sangat
cantik. Keesokan harinya, Raja
Iskandar memerintahkan untuk
membuatkan kemah bagi Putri Badru‟l
Qamariya sama seperti kemah anak
Raja Darinus, Putri Ruqaiyatu‟l Kubra,
dan anak Raja Tibus. Maka demikian,
Raja Iskandar memiliki tiga orang istri
yang sangat cantik.
(4) Raja Iskandar pergi menemui para raja
yang telah berkumpul. Dan Raja
Iskandar meminta Raja Kidi Hindi
untuk segera bergabung dengan
mereka. Semuanya duduk di atas kursi
tahta raja yang berhiaskan emas.
Setelah semua berkumpul, dibukalah
ratusan hidangan yang telah disiapkan.
Raja Iskandar, Nabi Khidir dan semua
raja bersantap dengan hidangan yang
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
70
lezat tersebut. Dalam kesempatan itu
digunakan pula proses pengakraban
dengan bercanda-gurau. Setelah selesai
acara bersantap tersebut, Raja Iskandar
berkata kepada Nabi Khidir “Ya nabi
Allah, beri tahu semua raja dan para
menteri, suruh mereka beritahu kepada
semua tentaranya. Insya Allah tiga hari
dari sekarang, kita akan menemui Raja
Puz Hindi, dan dimana ada negeri
kafir, kita akan berperang atas nama
Allah”.
(5) Pada keesokan harinya, ditabuhlah
genderang, ditiuplah nafiri, burgo, dan
alat bunyi tradisional kerajaan lainnya
pada saat Raja Iskandar akan
berangkat. Raja Iskandar berkata “Ya
nabi Allah, tanyai Raja P.tuh, negeri
mana yang ada dihadapan kita ini
berbatasan antara kita dan Cina?”.
Maka dikatakanlah oleh Nabi Khidir
kepada Raja P.tuh. Maka sahutnya
“Tidak ada negeri lain, melainkan ada
sebuah negeri bernama Tiridun yang
berada antara Cina dan negeri ini.
Adapun orang negeri Tiridun itu
semuanya hukama, mereka tidak bisa
berperang, semuanya bertelanjang dan
tidak berumah. Mereka tinggal di
dalam gua”. Maka berangkatlah Raja
Iskandar ke negeri Tiridun. Setelah
hampir sampai ke negeri tersebut,
kabar kedatangan Raja Iskandar
terdengar oleh semua rakyat negeri itu.
Mereka terkejut akan kedatangan Raja
Iskandar ke negeri mereka.
Berkumpullah para petinggi negeri
tersebut, setelah mufakat, mereka
mengirimkan surat kepada Raja
Iskandar.
(6) Adapun isi dari surat tersebut “Jikalau
raja datang ini hendak berperang
dengan kami, maka janganlah
bersusahpayah. Raja tidak akan
memeroleh apapun dari kami, yang
raja kehendaki tidak ada pada diri
kami ini. Kami tidak memiliki apapun
kecuali ilmu hikmat yang kami miliki.
Hal itupun tidak akan langsung raja
peroleh dari kami seperti perolehan
perang dengan yang lain. Umpamanya
dengan karunia Allah ta‟ala akan raja
kerajaan dunia dan demikian karunia
kami akan ilmu hikmat”. Setelah surat
tersebut diterima oleh raja, maka
dibacalah surat tersebut oleh Raja
Iskandar. Raja Iskandar pun berkata
“Demi Allah, tidak ada niatku untuk
berperang dengan mereka, melainkan
kudengar kelakuannya. Maka saya
ingin melihat akan hal tersebut”.
(7) Setelah hampir sampai di negeri
Tiridun. Dia (Raja Iskandar) melihat
pada para tentaranya yang bersama
dengan Nabi Khidir, dan mereka
bermusyawarah tentang surat yang
diterima itu. Maka Nabi Khidir
menganjurkan agar para tentara
mendirikan kemah, Kemudian
meminta Raja Iskandar untuk memilih
orang-orang terbaiknya sebagai
pengawal untuk menemui orang negeri
Tiridun. Orang-orang pilihan itupun
telah dipilih, dan Nabi Khidir ikut
dalam perjalanan menemui orang
negeri Tiridun. Setelah bertemu
dengan kaum Barham (orang Tiridun),
raja melihat makhluk ciptaan Allah itu
antara laki-laki dan perempuan
bertelanjang seperti domba di padang
rumput. Dalam percakapan mereka
tersirat bahwa kaum mereka lebih
banyak yang meninggal daripada
hidup, karena kerasnya kehidupan.
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
71
Raja Iskandar memberikan permintaan
kepada kaum Barham, dan mereka
menginginkan tidak pernah mati.
Sekalipun Raja Iskandar sangat
berkuasa, raja tidak bisa mengabulkan
permintaan tersebut. Karena suatu hari
Raja Iskandar juga pasti merasakan
kematian. Karena kehidupan di dunia
hanyalah untuk sementara, sedangkan
kehidupan yang kekal abadi adalah di
akhirat nanti. Setelah bertemu dan
berkomunikasi dengan kaum Barham,
Raja Iskandar, Nabi Khidir dan
pengawalnya berjalan pulang menuju
perkemahan yang telah didirikan oleh
para tentara. Tetapi diperjalanan
pulang, Raja Iskandar tersesat
diperjalanan atas kuasa Allah ta‟ala.
Raja melihat berbagai hal yang aneh
dan ajaib. Hal ini rupanya pelajaran
bagi Raja Iskandar karena takabbur.
Bahwa tidak ada pekerjaan apapun
yang dikerjakan atas izin dan kuasa
Allah ta‟ala.
(8) Berangkatlah Raja Iskandar dan
balatentaranya selama beberapa hari.
Sampailah mereka pada sebuah jalan
di tepi laut, tibalah mereka di sebuah
negeri yang disebut negeri Sindi dan
Hindi. Mereka berjalan di atas bumi
yang tidak ada seorang pun. Nabi
Khidir pun berkata bahwa tidak ada
seorang pun di sekitar mereka,
melainkan bumi yang bersungai dan
laut. Seraya mendengar hal tersebut,
raja memerintahkan tentaranya untuk
mendirikan tenda. Setelah pagi hari,
pergilah Raja Iskandar dan Nabi
Khidir ke tepi laut. Raja Iskandar
melihat sosok laki-laki muda di tepi
laut, ternyata laki-laki tersebut adalah
malaikat utusan Allah ta‟ala, Malaikat
Mikail. Malaikat Mikail yang
menurunkan hujan dari langit ke bumi
atas izin Allah ta‟ala. Kemudian ada
malaikat lainnya yaitu, malaikat yang
diperintahkan oleh Allah untuk
menurunkan kilat dan petir pada siang
dan malam di atas bumi. Dan laki-laki
yang terakhir adalah malaikat yang
bertugas untuk menurunkan angin
ribut kesegala penjuru dunia atas kuasa
dan izin Allah ta‟ala.
(9) Setelah itu, kembalilah keduanya ke
perkemahan. Esok harinya, Raja
Iskandar dan semua tentaranya mulai
bergerak mengikuti jalan di tepi laut
selama tiga hari tiga malam. Selama
perjalanan tidak terlihat seorang
manusiapun, burung atau sebatang
pohon. Kemudian Raja Iskandar tetap
melanjutkan perjalanan di tepi laut
tersebut selama dua bulan. Raja berniat
untuk melihat ujung dari laut tersebut.
Namun, selama dua bulan perjalanan
belum nampak ujung dari laut tersebut.
Pada saat mereka beristirahat,
terdengar suara yang sangat besar
bunyinya. Raja Iskandar pun terkejut
dan bertanya kepada Nabi Khidir, “Ya
nabi Allah, suara apakah ini?”. Nabi
Khidir menjawab, “Ini adalah suara
dari Durdur, itulah tempat segala mata
air yang ada di muka bumi ini”. Raja
Iskandar penasaran dengan perkataan
Nabi Khidir tentang Durdur. Ia pun
minta diceritakan tentang Durdur,
namun Nabi Khidir menjawab bahwa
Durdur itu sangat sulit untuk
digambarkan atau dijelaskan. “Jika
masih diberikan umur, besok kita akan
sampai di sana” kata Nabi Khidir.
(10) Hari berikutnya, berangkatlah Raja
Iskandar dengan para pengawalnya,
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
72
berikut Nabi Khidir. Mereka berjalan
untuk melihat Durdur, pada sore hari
tibalah mereka di tempat tujuan. Raja
Iskandar melihat semua mata air yang
ada di dunia berkumpul disatu tempat.
Dengan seraya Raja Iskandar
mengucap rasa syukur kehadirat Allah
ta‟ala. Raja Iskandar sangat takjub
melihat kuasa Allah tersebut, ia akan
menceritakan apa yang dilihatnya
kepada semua raja dan orang-orang
penting. Raja Iskandar berniat untuk
pergi ke dasar Durdur dengan kuasa
Allah ta‟ala dan meminta tolong
kepada Nabi Khidir untuk menyiapkan
sebuah peti untuknya tumpangi.
Kemudian Raja Iskandar membuat
sebuah surat wasiat bilamana ia tidak
dapat kembali lagi. Surat wasiat itu
menerangkan bahwa jika Raja
Iskandar berhasil kembali lagi dengan
selamat setelah perjalanan ke dasar
Durdur, maka ia yang akan tetap
memimpin dan menjadi raja. Tetapi,
bila Allah ta‟ala berkehendak lain,
Raja Iskandar tidak selamat dan tidak
kembali. Maka yang menjadi
pemimpin dan raja adalah Nabi Khidir.
Siapapun harus mematuhi setiap
permintaan dan perkataan dari Nabi
Khidir. Dan surat wasiat tersebut
disahkan dengan materai atau cap
kerjaan.
(11) Atas karunia Allah ta‟ala mengirim
seorang malaikat untuk menemui Nabi
Khidir. Malaikat tersebut
menyampaikan firman Allah bahwa
Nabi Khidir jangan melarang Raja
Iskandar untuk pergi ke dalam Durdur.
Setelah mendapatkan firman tersebut,
Nabi Khidir pun mempersilahkan Raja
Iskandar untuk segera pergi ke dalam
Durdur seperti keinginannya. Raja
Iskandar pun pergi dengan
menggunakan sebuah peti, dan raja
masuk kedalamnya. Atas kuasa Allah,
hanyutlah peti tersebut ke dalam
Durdur. Atas izin Allah ta‟ala,
datanglah sebuah ikan raksasa yang
bernama Nun, dan menelan peti yang
ditumpangi oleh Raja Iskandar. Sangat
ajaib bahwa kulit ikan tersebut
bagaikan sebuah kaca yang bening,
sehingga Raja Iskandar dapat melihat
semua isi Durdur tersebut dari dalam
tubuh ikan raksasa. Raja Iskandar tak
henti-hentinya mengucap rasa syukur
dan menyebut nama Allah ta‟ala.
Sekali lagi, ia sangat takjub akan kuasa
Allah ta‟ala.
(12) Seraya Raja Iskandar takjub akan
keajaiban yang dikuasakan kepada
dirinya. Sampailah ia di Durdur,
tempat segala mata air yang ada di
dunia berkumpul. Lalu ikan yang
bernama Nun tersebut memuntahkan
peti Raja Iskandar di suatu tempat di
atas batu. Di sana ada seorang
penunggu yang keheranan karena ke
datangan seseorang, bahwa ia sudah
seribu tahun bahkan lebih telah
menjaga tempat itu, dan baru ada
seseorang yang bisa ke tempat
tersebut. Kemudian Raja Iskandar
menjelaskan bahwa ia datang atas
kuasa dan kehendak Allah ta‟ala, dan
ia juga merupakan kawan dari Nabi
Khidir, rosul Allah. Penunggu tempat
tersebut ternyata adalah seorang
malaikat, kemudia ia melarang Raja
Iskandar untuk pergi lebih jauh lagi.
Seraya hal tersebut, terdengarlah suara
dari atas, tetapi tidak ada pemilik suara
tersebut. Isi perkataan tersebut adalah
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
73
bahwa malaikat jangan melarang Raja
Iskandar kemanapun ia hendak pergi.
(13) Setelah mendengar perkataan tersebut,
Raja Iskandar pergi melanjutkan untuk
melihat-lihat tempat malaikat tersebut.
Setelah itu, ia kembali lagi ke dalam
petinya hendak kembali pulang ke
tempat asalnya. Raja Iskandar pun
berdoa kepada Allah ta‟ala agar ia
dikaruniai dan diridhoi dalam
perjalanan pulang. Maka datanglah
kembali ikan Nun yang mengantarkan
Raja Iskandar, dalam perjalanan
pulang ia terus mengucapkan rasa
syukur kehadirat Allah ta‟ala. Maka
sampailah Raja Iskandar ke tempat
dimana Nabi Khidir dan para
pengawalnya menunggu di tempat
semula. Raja Iskandar mengucap
beribu-ribu syukurnya kepada Allah
ta‟ala karena telah diizinkan melihat
keindahan yang diciptakan-Nya.
Setelah itu, kembalilah Raja Iskandar
dan pengawalnya ke kemah. Di sana ia
menceritakan semua pengalaman yang
baru ia alami selama perjalanan pergi
dan kembali ke dalam Durdur.
2. Skema Aktan A. J. Greimas
a. Skema Aktan A. J. Greimas pada Hikayat Iskandar Dzulkarnain (Bagian 1)
PENGIRIM OBJEK PENERIMA
PEMBANTU PENENTANG
SUBJEK
Raja Iskandar Raja Iskandar Putri Badru’l
Qamariya
Nabi Khidir
Raja Kidi Hindi Penentang
(Nihil)
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
74
Sesuai dengan skema aktan
tersebut, diketahui bahwa Raja Iskandar
menduduki peran sebagai pengirim yang
menginginkan Putri dari Raja Kidi Hindi
(Penolong) yaitu Putri Badru‟l Qamariya
(Objek) untuk menikah dengannya (Raja
Iskandar). Raja Iskandar (merupakan raja
dari raja atau maharaja) meminta bantuan
Nabi Khidir untuk membantu dirinya
dalam melamar dan mempersunting Putri
Badru‟l Qamariya. Atas bantuan Nabi
Khidir, maka menikahlah Raja Iskandar
dengan Putri Badru‟l Qamariya, dengan
wali nikah Nabi Khidir yang ditunjuk
langsung oleh Raja Kidi Hindi. Dalam
skema tersebut ada aktan yang tidak terisi
yaitu aktan penentang, karena memang
tidak ada sesuatu hal yang menentang
pernikahan antara Raja Iskandar dan Putri
Badru‟l Qamariya.
b. Skema Aktan A. J. Greimas pada Hikayat Iskandar Dzulkarnain (Bagian 2)
Berdasarkan skema aktan tersebut,
terlihat alur cerita yaitu Raja Iskandar
bertindak sebagai aktan pengirim. Raja
Iskandar meminta Nabi Khidir yang
didukung dan mendapatkan bantuan dari
para raja untuk menaklukan negeri-negeri
kafir yang mereka temukan selama dalam
perjalanan. Raja Iskandar merupakan
maharaja dan bertindak sebagai penguasa
yang menganut agama muslim. Dalam
alur cerita ini tidak terlihat adanya
penentang.
c. Skema Aktan A. J. Greimas pada Hikayat Iskandar Dzulkarnain (Bagian 3)
Raja Iskandar Nabi Khidir Negeri Kafir
Nabi Khidir
Raja-Raja
Penentang
(Nihil)
Raja Iskandar Raja Iskandar Negeri Taridun
Kaum Barham
Nabi Khidir
Nabi Khidir
Para Pengawal Takabbur hati
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
75
Raja Iskandar berkeinginan pergi
menemui negeri Taridun yang merupakan
negara atau wilayah yang berada di antara
negeri Raja Iskandar dengan negara Cina.
Sesampainya di negeri tersebut (negeri
Taridun), Raja Iskandar disambut oleh
kaum Barham (kaum Brahmana) yang
merupakan penduduk asli negeri Taridun.
Raja Iskandar pergi dengan Nabi Khidir
dan para pengawalnya. Mereka keheranan
melihat kaum Barham yang bertelanjang
seperti domba-domba di padang rumput.
Raja pun berkomunikasi dengan mereka,
kemudian raja memberikan sebuah
permintaan kepada kaum Barham
tersebut. Mereka meminta sebuah
keinginan yaitu, mereka tidak ingin mati
atau dengan kata lain mereka ingin hidup
abadi tidak pernah mati. Raja Iskandar
merasa tinggi hati karena selalu
mendapatkan apa yang diinginkannya.
Mendengar permintaan tersebut, Raja
Iskandar tidak dapat mengabulkan
permintaan kaum Barham tersebut.
Namun, dalam cerita dikisahkan bahwa
Raja Iskandar mendapatkan teguran dari
Allah ta‟ala supaya tidak takabbur hati.
d. Skema Aktan A. J. Greimas pada Hikayat Iskandar Dzulkarnain (Bagian 4)
Berdasarkan skema aktan tersebut
yang merupakan skema aktan terakhir
dalam hikayat Iskandar Dzulkarnain.
Dapat dijelaskan yaitu Raja Iskandar
berkeinginan mendapatkan objek
(Durdur) dengan meminta bantuan dari
Nabi Khidir. Dalam proses mendapatkan
keinginannya itu, Raja Iskandar
mendapatkan pertolongan dan bantuan
dari malaikat, ikan raksasa yang bernama
ikan Nun, dan tentunya kuasa Allah
ta‟ala. Dalam perjalanan mendapatkan
keinginannya, Raja Iskandar
mendapatkan izin dari Allah ta‟ala
melalui firmannya yang disampaikan
pada malaikat-Nya. Firman tersebut
kemudian disampaikan pada Nabi Khidir,
setelah itu pergilah Raja Iskandar ke
dasar Durdur. Atas kuasa Allah ta‟ala,
keajaiban terjadi yaitu muncullan ikan
raksasa yang bernama Nun, menelan peti
yang ditumpangi Raja Iskandar.
Keajaiban selanjutnya yaitu, kulit ikan
Nun tersebut bagaikan kaca, jadi Raja
Iskandar dapat melihat segala kekuasaan
Allah dari dalam tubuh ikan Nun. Dengan
izin Allah ta‟ala, maka selamatlah Raja
Iskandar dari perjalannya ke dasar Durdur
yang merupakan tempat segala macam
berkumpulnya mata air yang ada di dunia.
Raja Iskandar Raja Iskandar Durdur
Dasar Laut
Nabi Khidir
Malaikat
Ikan Nun
Kuasa Allah ta’ala
(Nihil)
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
76
3. Struktur Fungsional Hikayat
Iskandar Dzulkarnain
a. Situasi Awal
Situasi awal yang diceritakan di
dalam hikaat adalah rencana pelamaran
Raja Iskandar terhadap putri dari Raja
Kidi Hindi yang bernama Putri Badru‟l
Qamariya. Dalam rencana tersebut, Raja
Iskandar meminta pertolongan kepada
Nabi Khidir untuk menyampaikan
maksudnya tersebut kepada Raja Kidi
Hindi. Kemudian Nabi Khidir dan Raja
Kidi Hindi pergi menemui Raja Iskandar.
Melalui Nabi Khidir, Raja Iskandar
melakukan pelamaran terhadap Putri
Badru‟l Qamariya, dan melalui Nabi
Khidir pula Raja Kidi Hindi
menunjuknya sebagai wali nikah. Nabi
Khidir menikahkan Raja Iskandar dan
Putri Badru‟l Qanariya dengan mahar
sebesar tiga ratus ribu dinar. Raja
Iskandar pun menyetujui banyaknya
mahar tersebut, dan Raja Kidi Hindi
menyetujui Raja Iskandar menjadi
menantunya. Maka menikahlah Raja
Iskandar dengan Putri Badru‟l Qamariya.
Raja Iskandar sangat terpesona oleh
kecantikan yang dimiliki oleh Putri
Badru‟l Qamariya, ia merupakan wanita
tercantik di antara manusia yang ada di
dunia. Dengan demikian, Raja Iskandar
memilik tiga orang istri yang cantik dan
semuanya merupakan anak raja. Raja
Iskandar membuatkan kemah untuk Putri
Badru‟l Qamariya sama dengan kemah
dua istrinya yang lain. Keesokan harinya,
semua raja berkumpul termasuk Raja
Iskandar berikut Nabi Khidir. Setelah
tamu undangan para orang penting negara
berkumpul, dimulailah acara bersantap
dengan ratusan hidangan lezat yang telah
disiapkan. Mereka menyantap hidangan
tersebut dengan lahap dan diselingi
dengan canda-gurau akrab.
b. Transformasi
Keesokan pagi dimulailah
perjalanan Raja Iskandar dengan semua
tentaranya ke suatu negeri yang berada di
antara negeri Raja Iskandar dengan negeri
Cina. Negeri tersebut merupakan negeri
Tiridun yang masyarakatnya dikenal
dengan kaum Barham. Kaum Barham
tersebut semuanya bertelanjang bagaikan
sekumpulan kambing di sebuah padang
rumput. Raja Iskandar pergi ke negeri
tersebut bukan hendak berperang, tetapi
hanya untuk melihat kebenaran yang
terjadi tentang kaum Barham tersebut.
Dalam kunjungannya ke negeri
tersebut, Raja Iskandar hanya ditemani
oleh Nabi Khidir dan para pengawal
terbaik yang dipilih. Semua tentaranya
mendirikan kemah di daerah sebelum
negeri Tiridun. Raja Iskandar disambut
oleh kaum Barham dan menyaksikan
kebenaran yang terjadi. Raja Iskandar
memberikan sebuah permintaan kepada
kaum Barham tersebut. Hal tersebut
dilakukan karena selama ini apa yang
diinginkan oleh Raja Iskandar selalu
terpenuhi, dengan kata lain Raja Iskandar
memiliki sifat tinggi hati pada saat itu.
Atas sifatnya tersebut, Raja Iskandar
mendapatkan teguran dari Allah ta‟ala
yaitu dengan beberapa kejadian aneh yang
menimpa Raja Iskandar selama perjalanan
menuju kemah selepas dari negeri Tiridun.
Dengan kejadian tersebut, Raja Iskandar
kembali tersadar dan cepat-cepat
mengucap pujian kepada Allah ta‟ala.
Besok harinya, Raja Iskandar dan
semua pengikutnya memulai kembali
perjalanan. Setelah tiga hari perjalanan,
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
77
tibalah mereka di tepi laut yang tidak ada
kehidupan sama sekali, tidak ada orang,
burung, bahkan sebatang pohon. Mereka
pun melanjutkan perjalanan sampai tiga
bulan lamanya. Dalam waktu istirahat,
Raja Iskandar mendengar suara gemuruh
yang sangat keras, lantas ia bertanya pada
Nabi Khidir tentang hal itu. Nabi Khidir
menjelaskan bahwa suara tersebut berasal
dari Durdur, yaitu tempat berkumpulnya
semua mata air yang ada di dunia. Raja
Iskandar penasaran dengan tempat
tersebut dan meminta untuk dijelaskan
bagaimana gambaran dari Durdur itu. Nabi
Khidir menolak untuk menjelaskannya,
karena memang Durdur sangat sulit untuk
dijelaskan dengan kata-kata. Jika mereka
masih diberi umur, mereka akan tiba di
Durdur pada esok hari.
Hari selanjutnya mereka tiba di
tepi Durdur pada petang hari. Raja
Iskandar berkehendak ingin pergi melihat
ke dalam Durdur. Maka ia pun pergi atas
pertimbangan Nabi Khidir dan kuasa
Allah ta‟ala. Maka ia pun pergi dengan
menggunakan sebuah peti. Atas kuasa
Allah ta‟ala muncullah seekor ikan
raksasa yang menelan peti tersebut. Ikan
tersebut dikenal dengan nama Nun.
Keajaiban selanjutnya yaitu, kulit ikan
tersebut sangat bening, sebening kaca,
sehingga Raja Iskandar dapat melihat isi
dari Durdur dari dalam perut ikan Nun.
Raja Iskandar tak henti-hentinya
mengucap syukur dan memuji Allah
ta‟ala.
c. Situasi Akhir
Atas kuasa dan izin Allah ta‟ala
sampailah Raja Iskandar di dalam
Durdur. Raja Iskandar terus mengucap
syukur kepada Allah. Setibanya di sana,
ada seorang penjaga yang terlihat.
Penjaga tersebut sangat terkejut karena
selama 1000 tahun lebih ia menjaga pusat
sumber mata air tersebut, baru ia
kedatangan seorang manusia. Ternyata
penjaga tersebut adalah seorang malaikat
yang bertugas menjaga Durdur. Ia pun
melarang Raja Iskandar untuk melanjutkan
perjalanannya melihar Durdur, seraya
terdengarlah suara dari atas langit bahwa
janganlah ia (malaikat) melarang-larang
Raja Iskandar untuk melanjutkan
perjalanan. Mendengar suara tersebut,
maka malaikat pun mempersilahkan Raja
Iskandar untuk melanjutkan
perjalanannya. Atas kuasa Allah ta‟ala dan
bantuan dari ikan Nun, Raja Iskandar
berhasil kembali dengan selamat ke
tempat semula di mana semua orang sudah
menunggunya dengan cemas.
Sesampainya ia di kemah, dia pun
menceritakan semua pengalaman yang
ajaib yang baru ia alami. Dan tidak semua
orang dapat melakukan pengalaman yang
sama, dan Raja Iskandar merupakan orang
yang diridho Allah untuk mengalami
semua hal menakjubkan tersebut.
H. PEMBAHASAN HASIL ANALISIS
Pendekatan struktural Greimas
tidak sama dengan pendekatan struktural
pada umumnya. Pendekatan struktural
biasanya membahas tentang tokoh,
penokohan, alur, setting, latar, dan lain-
lain. Pendekatan struktural Greimas
memfokuskan kajian pada fungsi setiap
komponen (manusia dan sesuatu) yang
berada di dalam cerita. Fungsi-fungsi
setiap komponen tersebut merupakan
suatu penggerak yang menyebabkan
terjadinya sebuah cerita. Fungsinya terbagi
atas enam aktan yaitu (1) pengirim, (2)
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
78
objek, (3) subjek, (4) penerima, (5)
penolong/pembantu, dan (6)
penentang/penghalang. Setiap fungsi yang
berada di dalam cerita dapat mengisi slot
aktan-aktan yang dirancang oleh Greimas.
Namun, tidak semua aktan dapat diisi jika
memang di dalam cerita tidak tersedia
fungsi aktan tersebut. Kemudian, setiap
aktan dapat menempati beberapa fungsi
aktan contohnya terdapat pada skema
aktan 1 hikayat Iskandar Dzulkarnain.
Dalam skema aktan 1 yang disusun
terlihat bahwa Raja Iskandar menempati
dua fungsi aktan, yaitu aktan pengirim dan
aktan penerima. Hal tersebut terjadi karena
Raja Iskandar berperan sebagai pengirim
dalam upaya mendapatkan objek Putri
Badru‟l Qamariya yang hendak ia nikahi
dengan meminta bantuan kepada Nabi
Khidir yang berfungsi sebagai aktan
subjek. Dengan demikian, aktan penerima
sudah dapat diprediksi yaitu Raja Iskandar
sendiri, karena pada intinya Raja Iskandar
yang akan mendapatkan putri tersebut atas
bantuan berbagai pihak. Namun, pada
fungsi aktan penentang tidak terisi oleh
apapun (seseorang atau sesuatu) karena
memang di dalam cerita tidak terdapat
gangguan atau halangan niatan Raja
Iskandar untuk memperistri Putri Badru‟l
Qamariya.
Begitu juga dengan skema aktan 2
yang telah disusun. Nabi Khidir yang
berfungsi sebagai subjek berfungsi pula
sebagai aktan penerima. Dikaitkan dengan
isi cerita maka akan tampak bahwa Raja
Iskandar tetap berfungsi sebagai aktan
pengirim yang memerintahkan
balatentaranya untuk memerangi negeri-
negeri kafir. Dalam isi cerita ini Raja
Iskandar mendapatkan bantuan dari raja-
raja yang lainnya dalam mengusahakan
tercapainya tujuan untuk mendapatkan
objek yang diisi “negeri kafir”. Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa Nabi Khidir
mengisi dua fungsi aktan yaitu subjek dan
penerima. Hal tersebut dengan asumsi
bahwa jika dihancurkannya negeri-negeri
kafir, maka Nabi Khidir dapat
menegakkan agama Islam.
Dalam skema aktan 3 ada yang
berbeda yaitu terisinya fungsi aktan
penentang. Jika dua skema aktan
sebelumnya fungsi ini tidak terisi, di
skema aktan 3, fungsi aktan ini terisi oleh
bentuk bukan benda. Fungsi aktan ini terisi
oleh “takabbur hati” dari Raja Iskandar.
Raja Iskandar merupakan maharaja, dia
berkedudukan di atas raja-raja yang
lainnya. Dalam isi cerita ini juga Raja
Iskandar mengisi dua fungsi aktan yaitu
aktan pengirim dan penerima. Raja
Iskandar yang merupakan maharaja sudah
barang tentu selalu mendapatkan
keinginanya. Hal tersebut yang membuat
dirinya menjadi takbbur hati sehingga
mendapatkan sebuah teguran dari maha
pencipta.
Dengan menggunakan pendekatan
analisis Greimas akan nampak sebuah
cerita berdasarkan rancangan skema yang
diisi oleh fungsi-fungsi aktan yang pada
hakikatnya membangun cerita tersebut.
Kemudian skema aktan ini mampu
memberikan informasi umum mengenai
jalannya cerita berdasarkan fungsi aktan
yang digambarkan. Selain itu, setiap
dirancang sebuah skema aktan maka akan
terdapat deskripsi dari skema aktan
tersebut. Hal ini juga memungkinkan
pembaca memahami sebuah cerita hanya
dengan membaca skema aktan. Setelah
dirancangnya skema aktan,
dideskripsikan, kemudian disusun sebuah
DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA |
79
struktur fungsional. Dalam struktur
fungsional dibagi atas tiga komponen
yaitu (1) situasi awal, (2) transformasi,
dan (3) situasi akhir. Struktur fungsional
pada dasarnya menjelaskan sebuah cerita
berdasarkan gambaran umum. Terlihat
dari pembagian isi struktur fungsional
yang diawali dengan situasi awal sampai
pada situasi akhir. Hal ini menjelaskan
bahwa menggambarkan sebuah cerita
dengan representasi umumnya.
I. SIMPULAN
Hikayat Iskandar Zulkarnain
berisi mengenai akivitas Raja Iskandar
dalam menyikapi hidup dengan
didampingi Nabi Khidir. Diceritakan
dalam hikayat bahwa Raja Iskandar
adalah maharaja, ia memimpin para raja.
Meskipun ia sangat berkuasa, tetapi ia
tetap taat terhadap agamanya (Islam),
menaati perkataan nabiNya, dan terutama
kepada Allah ta‟ala.
Dalam hikayat dikisahkan bahwa
Raja Iskandar berperang menegakkan
agama Islam, dan selalu ditemani oleh
Nabi Khidir yang secara tersurat menjadi
penasihat pribadi dari Raja Iskandar. Nabi
Khidir selalu mendampingi Raja Iskandar
di setiap kesempatan, bahkan diawal
cerita dikisahkan Raja Iskandar
memercayakan urusan pernikahannya
kepada Nabi Khidir. Setiap akan
mengerjakan sesuatu, Raja Iskandar
selalu meminta pertimbangan dari Nabi
Khidir. Oleh karena mengisahkan
perjalanan raja Iskandar dengan nabi
Chidir, maka wajar ketika hikayat ini
kaya dengan pesan moral, khususnya
pesan moral yang mengarahkan pada
pembentukan karakter shaleh secara
agama (Islam). Pembentukan karakter
yang mengangkat hubungan manusia
dengan Tuhan, alam, diri sendiri, dan
manusia lain.
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam menganalisis hikayat Iskandar
Dzulkarnain dimulai dengan
menceritakan ulang isi cerita dengan
menggunakan bahasa (ejaan, makna, alur)
yang mudah dipahami oleh pembaca. Hal
ini berhubungan dengan hikayat itu
sendiri yang menggunakan bahasa
melayu yang sangat berbeda struktur
bahasanya dengan bahasa Indonesia
(EYD) sekarang ini. Setelah melakukan
tahap penceritaan ulang, ditetapkan
aktan-aktan yang akan mengisi setiap
fungsi aktan di dalam skema Greimas.
Dalam penelitian ini disusun sebanyak
empat skema aktan berdasarkan fungsi
dan setting cerita yang berubah-ubah.
Tahap selanjutnya dalam pendekatan
Greimas yaitu menjelaskan struktur
fungsional cerita/hikayat yang
disesuaikan dengan pedoman pendekatan
struktural Greimas,
Raja Iskandar merupakan tokoh
utama dalam hikayat “Iskandar
Dzulkarnain” hal ini tampak pada fungsi
aktan yang selalu ditempati. Raja
Iskandar selalu menempati fungsi aktan
pengirim, bahkan mengisi fungsi aktan
yang lainnya yaitu penerima. Dengan
melihat skema aktan yang dijelaskan
dalam analisis data di bab IV, pembaca
dapat mendapatkan gambaran isi cerita
dengan membaca skema aktan yang
dirancang. Dalam empat skema aktan
yang dirancang, Raja Iskandar menempati
fungsi aktan pengirim sebanyak empat
kali. Hal ini juga mengindikasikan bahwa
Raja Iskandar adalah penggerak cerita.
Kemudian, Nabi Khidir selalu mengisi
| DEIKSIS - JURNAL PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
80
fungsi aktan subjek. Hal ini menandakan
bahwa Nabi Khidir merupakan utusan
khusus yang selalu dimintai
pertolongannya oleh pengirim yang diisi
oleh Raja Iskandar. Nabi Khidir
merupakan tokoh yang berpengaruh
dalam cerita, karena perannya sangat
dibutuhkan oleh Raja Iskandar. Dapat
dikatakan bahwa dimana ada Raja
Iskandar disitu ada Nabi Khidir, begitu
juga sebaliknya. Ini membuktikan bahwa
Raja Iskandar dan Nabi Khidir
merupakan tokoh pembangun cerita, dan
merupakan tokoh utama.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, A. C. (2009). Pokoknya
Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.
Hasiem dan Azies. 2010. Menganalisis
Fiksi. Bogor: Penerbit Ghalia
Indonesia
Nyoman, K. R. (2003). Teori, mode dan
penelitian sastra. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori
Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Syamsuddin dan Vismaia. (2009). Metode
Penelitian Pendidikan Bahasa.
Tarigan, H. G.(2008). Menulis. Bandung:
Angkasa.
Taum, Y. Y. (2011). Studi sastra lisan.
Yogyakarta: Lamalera.
Wiyatmi. (2009). Pengantar Kajian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
www.wikipedia.org. (24 November 2013,
pukul 05.33 WIB). Hikayat.
[Online]. Diakses tanggal 16
Desember 2015, pukul 00.36
WIB.
top related