pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni...
Post on 27-Jan-2020
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENDIDIKAN KARAKTER ANAK
DALAM KELUARGA DISHARMONI
(STUDI KASUS DI DESA KECANDRAN SALATIGA 2017)
SKRIPSI
Disusun guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
NUR ZUMROTUS SHOLIHAH
Nim : 111 14 055
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
vii
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya dalam menyelesaikan karya ini.
Kupersembahkan karya ini kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Slamet Amin dan Ibu Istiqomah). Terima
kasih atas kasih sayang, cinta, dorongan, kepercayaan, kesabaran, jerih payah
serta pengorbanan tanpa pamrih.
2. Saudara-saudara sepupuku (Khotijah, Nur Khasanah, Siti Aisyah) yang telah
memberikan semangat untuk mengerjakan skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai ilmu
kepadaku.
4. Ibu Dr. Muna Erawati, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing yang selalu
memberikan motivasi dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Sahabat-sahabatku (Siti Maunah, Alfinalia Maulani Islamiyah, Titik
Solikhati, Ardhi Suryaningtyas, Novia Ananda P dan Makrifatul Mustaniroh)
yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi
ini.
6. Semua teman seperjuanganku prodi PAI angkatan 2014 khususnya PAI B.
7. Semua teman- teman PPL di MAN Suruh Kab. Semarang (Farida, Nafiatun
Khasanah, Anis Azza, Zulfa Amaliyah, Siti Choiriyah, Mamik Kusrini,
Yuniar dan Anida) dan semua teman-teman KKN di Dusun Tanjungsari Desa
viii
Kedungrejo (Wahidatul Sofiah, Khasanah L, Wahyu H, Siti Nailatul dan Nur
Hayati) yang saya cintai.
8. Kepala Desa Kecandran Salatiga yang telah mengizinkan melakukan
peneltian di Kecandran Salatiga.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu penulis hingga dapat diselesaikan penyusunan skripsi ini.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya yang tidak terhitung banyaknya. Salawat
dan salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, yang
telah menuntun manusia kepada jalan yang lurus untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai berkat motivasi, bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi M.Pd, Ketua Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Ibu Hj. Siti Rukhayati M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
4. Dosen pembimbing Ibu Dr. Muna Erawati, S.Psi, M.Si yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta pengorbanan waktunya
dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Dosen Pembimbing Akademik Almarhum Bapak Prof. Dr. M. Zulfa, M.Ag.
yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.
6. Kepada bapak dan ibu dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu dan
pengalaman dengan penuh kesabaran.
x
7. Karyawan-karyawan IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta
bantuan.
Semoga amal baik dari beliau mendapatkan pahala dari Allah SWT dan
mendapatkan ridho Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pembacanya.
Salatiga,10 Maret 2018
Penulis
Nur Zumrotus Sholihah
NIM. 111-14-055
xi
ABSTRAK
Sholihah, Nur Zumrotus. 2018. Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga
Disharmoni (Studi Kasus Di Desa Kecandran Salatiga 2017). Skripsi.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati,
M.Si.
Kata kunci: pendidikan karakter, keluarga disharmoni
Keluarga berperan penting dalam pembentukan karakter anak. Keutuhan
keluarga mempengaruhi proses pembentukan karakter anak. Tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi dan kendala
pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga
tahun 2017. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1)
Bagaimana strategi pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa
Kecandran Salatiga ? (2) Bagaimana kendala atau hambatan pendidikan karakter
anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga ?
Pendekatan yang digunakan dalam penelitan ini adalah pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
mendalam dan dokumentasi. Keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan
informan dan sumber data lainnya di sini diperlukan, sedangkan langkah analisis
data dilakukan dengan display data, reduksi data dan verifikasi data. Karakteristik
informan yang diteliti adalah orang tua baik ayah maupun ibu dari anak yang
mengalami disharmonisasi akibat perceraian dan anak dalam keluarga disharmoni.
Usia putra-putri berkisar antara 6 sampai 12 tahun, dan mereka tinggal di Desa
Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Informan yang terlibat dalam
penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari orang tua dan anak dalam 3
keluarga disharmoni.
Hasil peneltian mengenai strategi pembentukan karakter anak dapat
diklasifkasikan berdasarkan 4 aspek yaitu tujuan, hal-hal yang diajarkan, cara
menanamkan pendidikan karakter pada anak dan evaluasinya. Berdasarkan
penelitan diketahui bahwa, masing-masing keluarga memiliki perbedaan tujuan, hal-
hal yang diajarkan dan cara dalam pembentukan karakter anak. Semua informan
menggunakan cara evaluasi yang sama dalam pembentukan karakter anak yaitu
dengan cara menyuruh anak membeli sesuatu ke warung. Berdasarkan penelitian
diketahui bahwa setiap keluarga disharmoni Desa Kecandran Salatiga memiliki
kendala-kendala yang berbeda-beda dalam membentuk karakter anak.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL .................................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................. ii
JUDUL ...................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................ iv
PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................... vi
MOTTO ..................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
ABSTRAK ................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Fokus Penelitian .................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 6
E. Penegasan Istilah .................................................................................. 7
F. Telaah Pustaka ...................................................................................... 10
G. Metode Penelitian ................................................................................. 14
H. Sistematika Penulisan Skripsi ............................................................... 21
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 22
A. Pendidikan Karakter ............................................................................. 22
1. Pengertian Pendidikan Karakter ............................................................ 22
2. Tujuan Pendidikan Karakter .................................................................. 25
3. Fungsi Pendidikan Karakter .................................................................. 26
4. Landasan Pendidikan Karakter ............................................................. 26
5. Nilai-Nilai Karakter .............................................................................. 28
6. Pendidikan Karakter dalam Keluarga .................................................. 32
B. Keluarga Disharmoni ........................................................................... 39
1. Pengertian Keluarga Disharmoni ......................................................... 39
2. Faktor Penyebab Keluarga Disharmoni ............................................... 42
3. Dampak Keluarga Disharmoni ............................................................. 43
4. Fungsi Keluarga ................................................................................... 43
5. Komunikasi dalam Keluarga ............................................................... 45
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ........... 47
A. Profil Desa Kecandran Salatiga ........................................................... 47.
B. Profil Subyek Penelitian ....................................................................... 55
1. Profil Keluarga Bapak SF………………………………….................. 55
2. Profil Keluarga Ibu NR......................................................................... 56
3. Profil Keluarga Ibu MF.......................................................................... 58
xiii
C.Temuan Penelitian ……………......………………............................... 59
1. Stategi Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga Disharmoni.......... 60
2. Kendala Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga Disharmoni........ 80
BAB IV ANALISIS DATA .................................................................. 82
A. Stategi Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga Disharmoni........ 82
1. Tujuan Orang Tua Dalam Mendidik Karakter anak ............................ 82
2. Materi yang Diajarkan Orang Tua dalam Pendidikan Karakter....... 86
3. Cara Mendidik Anak Sesuai Dengan 16 Nilai Karakter....................... 87
4. Evaluasi Pendidikan Karakter Anak..................................................... 97
B. Kendala Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga Disharmoni...... 98
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 100
A. Kesimpulan .......................................................................................... 100
B. Saran .................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 104
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Total Berdasarkan Jenis Kelamin........................... 47
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia........................................................... 48
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Agama....................................................... 49
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan................................................ 50
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian....................................... 51
Tabel 3.6 Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin............................ 53
Tabel 3.7 Daftar Informan Keluarga Disharmoni.................................................... 54
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 4 Surat Keterangan Setelah Penelitian
Lampiran 5 Pedoman Wawancara
Lampiran 6 Verbatim Wawancara
Lampiran 7 Dokumentasi
Lampiran 8 Daftar Nilai SKK
Lampiran 9 Riwayat Hidup Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
terutama untuk anak. Anaklah yang akan menjadi generasi penerus bagi
keluarga, teman dan bangsa. Pendidikan merupakan faktor utama dalam
membentuk pribadi manusia, memperbaiki masyarakat serta membangun
bangsa yang beradap. Sistem pendidikan yang baik diharapkan akan
memunculkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu
menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaan.
Pendidikan berkenaan dengan perkembangan dan perubahan kelakuan anak
didik. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga
mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia (Hasbullah, 2012:6).
Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan mendasar.
Karakter merupakan mustika hidup yang membedakan manusia dengan
binatang. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang.
Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial
ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.
2
Penguatan pendidikan karakter dalam konteks sekarang sangat relevan
untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di negara kita. Diakui atau
tidak diakui saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam
masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga yaitu anak-
anak. Krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas,
maraknya angka kekerasan, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja,
kebiasaan menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan yang hingga saat ini
belum dapat diatasi secara tuntas.
Pendidikan karakter sebaiknya dimulai dari dalam keluarga karena
anak mulai berinteraksi dengan orang lain pertama kali terjadi dalam
lingkungan keluarga. Pendidikan karakter sebaiknya diterapkan sejak usia
kanak-kanak, karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak
dalam mengembangkan potensinya. Pembentukan karakter merupakan salah
satu tujuan pendidikan nasional. Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan
bahwa tujuan pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta
didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia (Zuchdi,
2011: 29).
Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang
mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan
pengembangan etik para siswa. Pendidikan karakter dapat didefinisikan
sebagai pendidikan yang mengembangkan karakter yang mulia (good
character) dari peserta didik dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-
3
nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungannya
dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya
(Samani dan Hariyanto, 2013: 44).
Persoalan karakter atau moral memang tidak sepenuhnya terabaikan
oleh lembaga pendidikan, akan tetapi dengan fakta-fakta seputar kemerosotan
karakter menunjukkan bahwa ada kegagalan pada institusi pendidikan dalam
menumbuhkan manusia yang berkarakter dan berakhlak mulia. Kemerosotan
karakter dan moral yang terjadi menegaskan bahwa peran guru yang mengajar
mata pelajaran apa pun harus memiliki perhatian dan menekankan pentingnya
pendidikan karakter pada para siswa.
Selain itu, dalam masa-masa penuh persoalan seperti sekarang ini,
orang tua perlu berusaha keras dalam ikut mendidik karakter ataupun moral
anak-anaknya agar mereka bisa berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai
dengan norma-norma moralitas. Pendidikan karakter perlu dimulai dengan
penanaman pengetahuan dan kesadaran kepada anak akan bagaimana
bertindak sesuai nilai-nilai moralitas, sebab jika anak tidak tahu bagaimana
bertindak, perkembangan moral mereka akan terganggu.
Keluarga sebagai basis pendidikan karakter, maka tidak salah kalau
krisis karakter yang terjadi di Indonesia sekarang ini dapat dilihat sebagai
salah satu cerminan gagalnya pendidikan di keluarga. Anak memerlukan figur
ibu dan figur ayah secara komplementatif bagi pengembangan karakternya.
Hal ini karena ada peran-peran ayah yang khas yang sulit tergantikan oleh
4
perempuan, meskipun perempuan ini adalah single parent yang berperan
sebagai ayah-ibu sekaligus. Peran ayah ini diperlukan, baik bagi anak laki-laki
maupun anak perempuan. Pola pengasuhan ibu yang cenderung hati-hati akan
diseimbangkan oleh ayah. Umumnya ayah bersikap lebih santai, lugas dan
banyak memberikan kebebasan pada anak untuk bereksplorasi (Zubaedi,
2011: 144-148).
Berkaitan dengan pengembangan karakter anak, semua anggota
keluarga dapat memberikan pengaruh yang berarti. Pengembangan karakter
dapat terjadi melalui berbagai cara, yang paling sering dan mudah terjadi
adalah melalui peniruan yaitu dengan melihat dan mencontoh perilaku orang
di sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua sebagai acuan pertama anak dalam
membentuk karakter perlu dibekali pengetahuan mengenai perkembangan
anak dengan melihat harapan sosial pada usia tertentu, sehingga anak akan
tumbuh sebagai pribadi yang berkarakter.
Pendidikan dalam keluarga pasti punya tujuan yaitu untuk membina
dan membentuk anggota keluarga (anak) yang beriman kepada Allah,
berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat, bertanggung jawab sehingga ia dapat
melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Tujuan orang tua dalam mendidik karakter atau akhlak yaitu agar anak
menjadi saleh dan salehah (Zubaedi, 2011: 155).
Berbagai masalah yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam
keluarga seperti persoalan ekonomi, perbedaan pendapat dan persoalan
5
prinsip hidup yang berbeda berpengaruh dalam pembentukan karakter anak,
apalagi dengan kondisi keluarga disharmoni, yaitu terjadi disfungsi peran
orang tua akibat kesibukan bekerja, karena keluarga yang tidak utuh, maupun
akibat komunikasi yang tidak berjalan dengan baik dalam keluarga sehingga
mengakibatkan anak kurang mendapatkan pengawasan dan bimbingan dari
orang tua. Hal ini juga sering terjadi di desa yang terletak di perbatasan antara
kota Salatiga dan Kabupaten Semarang yaitu Desa Kecandran Salatiga.
Bahkan ada juga orang tua yang memilih jalan untuk bercerai,
akibatnya anaklah yang menjadi korban. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya kasus pertikaian dalam keluarga yang berakhir dengan perceraian.
Peristiwa perceraian itu menimbulkan berbagai akibat terhadap orang tua dan
anak antara lain anak mengalami kurang kasih sayang, anak mengalami
permasalahan moral, anak mudah mendapat pengaruh buruk dari
lingkungannya dan anak tidak berprestasi. Tercipta perasaan yang tidak
menentu, sejak saat ini ayah dan ibu tidak berperan efektif sebagai orang tua.
Mereka tidak lagi memperlihatkan tanggung jawab penuh dalam mengasuh
anak (Dagun, 1990: 150).
Di desa Kecandran terdapat seorang anak yang di anggap tidak baik
oleh masyarakat sekitar dan mengalami masalah tentang belajarnya yaitu sulit
memahami pelajaran serta mengalami masalah dalam pergaulannya.
Berdasarkan informasi yang penulis peroleh, anak tersebut mengalami
disharmonisasi keluarga akibat perceraian di Desa Kecandran Salatiga.
6
Dengan adanya fenomena tersebut dan melihat pentingnya pendidikan
karakter bagi anak, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di desa
Kecandran Salatiga dengan mengangkat judul “PENDIDIKAN
KARAKTER ANAK DALAM KELUARGA DISHARMONI (STUDI
KASUS DI DESA KECANDRAN SALATIGA 2017).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni
di Desa Kecandran Salatiga ?
2. Bagaimana kendala atau hambatan pendidikan karakter anak dalam
keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat penulis rumuskan
tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui strategi pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni
di Desa Kecandran Salatiga.
2. Mengetahui kendala atau hambatan pendidikan karakter anak dalam
keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Dalam sub bab kegunaan penelitian, berisi tentang manfaat dalam
penelitian. Dalam penelitian ini memuat dua manfaat, yaitu secara teoretis dan
secara praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
7
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khazanah
pengetahuan pada kajian pendidikan karakter dan mengenai keluarga
disharmoni.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi
keluarga yang disharmoni dalam program pendidikan karakter.
E. Penegasan Istilah
Untuk memudahkan dalam memahami, maka perlu diberikan
penegasan istilah yang dianggap penting dalam penafsiran. Adapun istilah
yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Karakter
Menurut Ki Hajar Dewantara (Hasbullah, 2012: 4) menjelaskan
bahwa pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak,
adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai
sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti. Karakter adalah cara
berpikir, bersikap, dan bertindak yang menjadi ciri khas seseorang yang
menjadi kebiasaan yang ditampilkan dalam kehidupan bermasyarakat
(Zuchdi, 2011: 28).
8
Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal
positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter
siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah
pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial,
pengembangan emosional, dan pengembangan etik para siswa. Pendidikan
karakter menurut Burke (2001) semata-mata merupakan bagian yang
fundamental dari pendidikan yang baik .
Menurut Lickona (Samani dan Hariyanto, 2013: 44)
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh
untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan
landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana, Linckona (2004)
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara
sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa.
Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk
menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir,
raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai
pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan
watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan
mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh
hati.
9
Nilai-nilai karakter yang dimaksud dalam skripsi ini yaitu nilai-
nilai pendidikan karakter dalam keluarga. Menurut Aziz (2015: 143) nilai-
nilai pendidikan karakter dalam keluarga yang harus dikembangkan
semenjak anak usia dini memuat nilai agama, sosial dan budaya yang
terurai menjadi 16 poin antara lain yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, menghargai
prestasi, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab.
2. Keluarga Disharmoni
Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata
yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota.
Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian tanpa pamrih
demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamnya.
Pengertian keluarga secara realitas adalah sekelompok orang yang terdiri
dari kepala keluarga dan anggotanya dalam ikatan nikah ataupun nasab
yang hidup dalam satu tempat tinggal, memiliki aturan yang ditaati secara
bersama dan mampu mempengaruhi antar anggotanya serta memiliki
tujuan dan program yang jelas. Keluarga terdiri atas ayah, ibu, anak,
saudara dan kerabat lainnya. Adapun keluarga batin biasanya terdiri dari
seorang ayah, ibu dan anak. Keluarga ini dapat dikatakan sebagai keluarga
kecil (Aziz, 2015: 16-17).
10
Keharmonisan suatu keluarga terutama kedua orang tua sangat
berperan dalam mendidik seorang anak untuk tumbuh dan berkembang,
dan juga dapat berinteraksi dengan baik dengan lingkungan sosial di
sekitarnya. Banyak keluarga yang mengalami disharmonisasi, ini ditandai
dengan hubungan orang tua yang tidak harmonis dan matinya komunikasi
antara orang tua dan anak. Disharmoni dapat diartikan sebagai keadaan
keluarga yang tidak harmonis atau tidak bahagia (Astorini, 2014: 188).
Keluarga disharmoni sering diistilahkan sebagai keluarga broken
home. Menurut kamus Inggris Indonesia (1992) kata broken home berasal
dari dua kata yaitu broken dan home. Broken yang artinya memecahkan
atau merusakkan sedangkan home artinya rumah. Keluarga disharmoni
yang dimaksud dalam skripsi ini yaitu keluarga yang mengalami
disharmonisasi akibat perceraian sehingga orang tua sudah tidak berfungsi
sebagaimana fungsinya.
F. Telaah Pustaka
Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan,
melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain
dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian
terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkasn
pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dari
perbedaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam
11
melakukan pembahasan tema yang hampir serupa. Berikut ini penelitian yang
mempunyai topik atau tema yang hampir serupa dengan skripsi ini:
1. Skripsi yang ditulis oleh Syarif Anam Muhammad, Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga 2013 yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan
Karakter dalam Kegiatan Ekstra Kurikuler Siswa di Man Salatiga Tahun
2013”. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti terletak
pada subyek penelitiannya yaitu dalam skripsi ini subyek penelitiannya
adalah kegiatan eksta kulikuler siswa di Man Salatiga, sedangkan
persamaan skripsi penulis dengan skripsi ini terletak pada fokus
penelitiannya yaitu sama-sama mengkaji pendidikan karakter.
2. Skripsi yang yang ditulis oleh Wahid Tri Mustofa, Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga 2012 berjudul “Penerapan Pendidikan Karakter
di SMPIT Nurul Islam Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2011/2012”.
Perbedaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti yaitu terletak pada
subyek penelitiannya sedangkan persamaannya yaitu sama-sama mengkaji
tentang pendidikan karakter.
3. Skripsi yang yang ditulis oleh Putra Arief Perdana, Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga 2016
yang berjudul “Nilai-Nilai Pendidikan Karakter yang Terkandung dalam
Buku Muhammad Al-Fatih 1453 Karya Felix Y. Siauw”. Perbedaan
12
skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti yaitu terletak pada metode
penelitiannya yaitu dalam skripsi ini menggunakan metode literatur
sedangkan skripsi yang penulis teliti menggunakan metode kualitatif.
Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti sama-sama
mengkaji tentang pendidikan karakter.
4. Skripsi yang ditulis oleh Nasimatun Ni’mah, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Salatiga 2016 yang
berjudul “Manajemen Pendidikan Karakter Siswa di MTsN Susukan
Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2016/2017”. Perbedaan skripsi ini
dengan skripsi yang penulis teliti terletak pada subyek penelitiannya yaitu
pada skripsi ini subyek penelitiannya adalah MTsN Susukan sedangkan
persamaan skripsi ini dengan skripsi penulis yaitu sama-sama
menggunakan metode kualitatif.
5. Skripsi yang ditulis oleh Lu’luul Khasanah, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, IAIN Salatiga 2016 yang
berjudul “Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama
Anak Studi Kasus Pada Tiga Keluarga di Kelurahan Lodoyong
Kecamatan Ambarawa Tahun 2017”. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi
yang penulis teliti terletak pada obyek penelitiannya yaitu dalam skripsi
ini obyek penelitiannya pendidikan agama anak sedangkan skripsi yang
penulis teliti obyek penelitiannya yaitu pendidikan karakter. Persamaan
13
skripsi ini dengan skripsi yang penulis teliti yaitu terletak pada subyek
penelitiannya yang sama-sama meneliti keluarga bercerai.
6. Jurnal Syahrini Alhusin yang berjudul “Strategi Pembinaan Anak-anak
Broken Home di Panti Asuhan Pengamatan Kasus di Panti Asuhan
Yayasan Amal Bakti Sudjono dan Taruno Bakti Sukoharjo”. Persamaan
jurnal ini dengan skripsi yang penulis teliti yaitu terletak pada subyek
penelitiannya yang sama-sama meneliti anak-anak broken home,
sedangkan perbedaannya terletak pada obyek penelitiannya yaitu pada
jurnal ini meneliti tentang strategi pembinaan anak dan skripsi yang
penulis teliti meneliti tentang pendidikan karakter.
7. Jurnal Kusmaya Sari, yang berjudul “Dinamika Psikologis Anak Amplang
dengan Disharmoni Keluarga: Sebuah Autobiografi”. Tujuan penelitian ini
ialah untuk memahami dinamika psikologis yang terjadi pada anak
amplang yang memiliki disharmoni keluarga serta mencari tahu konflik
yang terjadi baik dari segi eksternal maupun internal pada diri anak
amplang lalu pemaknaan dan penerimaan atas pengalamannya. Persamaan
jurnal ini dengan skripsi yang penulis teliti terletak pada subyek
penelitiannya yaitu sama-sama meneliti tentang keluarga disharmoni
sedangkan perbedaan jurnal ini dengan skripsi yang penulis teliti terletak
pada obyek penelitiannya.
8. Jurnal Endang Astorini, yang berjudul “Hubungan antara Keluarga
Disharmonis dan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas X Dan XI SMA
14
Negeri 1 Kutorejo Mojokerto Tahun Ajaran 2012/2013”. Dari hasil
penelitian menerangkan bahwa ada hubungan yang negatif dan signifikan
antara keluarga disharmonis dengan prestasi belajar siswa. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keluarga
disharmonis dan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa.
Persamaan jurnal ini dengan skripsi yang penuis teliti yaitu terletak pada
subyek penelitiannya yang sama-sama meneliti kuluarga disharmoni
sedangkan perbedaannya terletak pada metode penelitiannya yaitu pada
jurnal ini menggunakan metode kuantitatif.
Demikian beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
penulis hanya menemukan empat penelitian dengan fokus yang sama
yaitu sama-sama menangani keluarga disharnoni. Adapun empat
penelitian lainnya juga memiliki persamaan dengan penelitian penulis
yaitu terletak pada obyek penelitian yang sama-sama menagkaji tentang
pendidikan karakter. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut terdapat
perbedaan dengan penelitian penulis yaitu terletak pada pendekatan
penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif serta obyek
yang dikaji oleh penulis yaitu pendidikan karakter dan subyeknya yaitu
anak dalam keluarga disharmoni.
15
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.
Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang lebih fleksibel
dalam artian langkah selanjutnya akan ditentukan oleh temuan selama
proses penelitian (Sarosa, 2012: 9).
Laporan penelitian ini menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan
gambaran penyajian laporan secara jelas. Peneliti akan mengkaji
permasalahan secara langsung dengan sepenuhnya melibatkan diri pada
situasi yang diteliti dan mengkaji buku-buku yang berhubungan dengan
permasalahan pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni.
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini yaitu orang tua baik ayah maupun ibu dari
anak yang mengalami disharmonisasi akibat perceraian dan anak dalam
keluarga disharmoni. Usia putra-putri berkisar antara 6 sampai 12 tahun,
dan mereka tinggal di Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota
Salatiga.
Pada penelitian ini, Teknik sampel yang digunakan adalah
purposive sampling atau teknik sampel yang didasarkan atas tujuan dan
pertimbangan tertentu dari peneliti. Informan yang terlibat dalam
16
penelitian ini berjumlah 6 orang yang terdiri dari orang tua dan anak
dalam 3 keluarga disharmoni. Adapun daftar nama mereka yaitu SF
dengan putranya RZ, NR dengan putranya RH dan MF dengan putranya
MR.
3. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data
dan sebagai instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data-data di
lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain yaitu
manusia dan berbagai bentuk alat-alat bantu serta dokumen-dokumen
lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil
penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung, oleh karena itu
kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur
keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan
peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan sumber data
lainnya di sini mutlak diperlukan.
4. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti
Kota Salatiga. Adapun peneliti memilih lokasi di Desa Kecandran
Kecamatan Sidomukti ini karena fenomena di tempat ini belum pernah
diteliti sebelumnya oleh peneliti sehingga peneliti tertarik dan ingin
meneliti lebih jauh lagi.
5. Sumber Data
17
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan
atau tempat penelitian. Kata-kata atau tindakan merupakan sumber
data yang diperoleh dari lapangan dengan mewawancarai. Peneliti
menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi secara langsung
tentang pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa
Kecandran Salatiga. Adapun sumber data langsung peneliti dapatkan
dari orang tua yang anaknya dalam keluarga disharmoni.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan
dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari jumlah
penduduk dan dokumen-dokumen lainnya dari Desa. Peneliti
menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil temuan dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara.
6. Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah alat dan cara untuk
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa
teknik yaitu:
a. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
18
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu (Mulyana, 2010: 180).
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam
(wawancara tak terstruktur) yang diarahkan pada masalah tertentu
dengan para informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data
yang diperlukan yaitu keluarga disharmoni di Desa Kecandran
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Teknik wawancara yang
digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak
melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada informan
agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang
berbagai aspek dalam penelitian ini.
b. Dokumentasi
Sejumlah besar fakta dan data yang tersimpan dalam bahan
yang berbentuk dokumentasi yang berkaitan dengan pendidikan
karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Dokumen yang dimaksud
adalah data kelurahan yang berbentuk catatan baik yang berbentuk
catatan dalam kertas maupun elektronik.
7. Analisis Data
Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis
dalam penelitian. Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan
data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis.
19
Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan
menggunakan pola induktif dengan menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. Display data yaitu peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya
dalam bentuk uraian atau laporan terperinci.
b. Reduksi data yaitu peneliti momotong data-data yang tidak perlu untuk
dibuang.
c. Verifikasi data yaitu sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari
makna data yang dikumpulkan, kemudian disimpulkan untuk
menjawab tujuan penelitian.
8. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik pengujian validitas data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan suatu yang lain dari data
tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri.
Teknik triagulasi yang paling banyak digunakan ialah melalui sumber
lainnya. Ada tiga macam triagulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu
sumber, metode, dan teori. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik triagulasi sumber yang dilakukan dengan cara
membandingkan hasil wawancara apa yang dikatakan orang di depan
umum.
9. Tahap-Tahap Penelitian
20
Pelaksanaan penelitian ada empat tahap yaitu: tahap sebelum ke
lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan
laporan. Dalam penelitian ini tahap yang ditempuh adalah sebagai
berikut:
a. Tahap Sebelum Ke Lapangan
Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian
paragigma dengan teori, penjajakan alat peneliti, mencakup observasi
lapangan dan permohonan ijin kepada obyek yang diteliti, konsultasi
fokus penelitian, penyusunan usulan penelitian.
b. Tahap Pengerjaan Lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan
dengan pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa
Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Data tersebut
diperoleh dengan wawancara dan dokumentasi.
c. Tahap Analisis Data
Tahap analisis data, meliputi analisis data baik yang diperoleh
melalui dokumen maupun wawancara mendalam tentang pendidikan
karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Kemudian dilakukan penafsiran
data sesuai dengan konteks permasalahan yang diteliti selanjutnya
melakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek sumber
data yang di dapat dan metode perolehan data sehingga data benar-
21
benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data
yang merupakan proses penentuan dalam memahami kontens
penelitian yang sedang diteliti.
d. Tahap Penulisan Laporan
Tahap ini meliputi: kegiatan penyusunan hasil penelitian dari
semua rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pemberian
makna data. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan
dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi
kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindak lanjuti hasil bimbingan
tersebut oleh penulis skripsi. Langkah terakhir melakukan
penyususnan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman skripsi ini, maka akan dikemukakan
sistematika hasil penelitian yang secara garis besar dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan
istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan.
2. Bab II adalah kajian pustaka, yang berisi tentang penjelasan pendidikan
karakter dan penjelasan keluarga disharmoni.
22
3. Bab III adalah profil subyek penelitian dan temuan penelitian mengenai
pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga.
4. Bab IV adalah pembahasan yang berisi tentang analisis mengenai
pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni.
5. Bab V adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
23
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter secara bahasa berarti watak, sifat-sifat kejiwaan. Ratna
Megawangi menyatakan bahwa karakter berasal dari kata charassein
yakni to engrave yang artinya mengukir hingga terbentuk sebuah pola.
Dari asal kata tersebut dapat dipahami bahwa mendidik anak agar
memiliki karekter yang mulia diperlukan proses mengukir yakni
pengasuhan dan pendidikan yang tepat (Aziz, 2015:129).
Wynne mengemukakan bahwa karakter berasal dari Bahasa
Yunani yang berarti “to mark” (memadai) dan memfokuskan pada
bagaimana menerapkan nilai-nilai kebaikan dalam tindakan nyata atau
perilaku sehari-hari (Mulyasa, 2014: 3). Oleh sebab itu, seseorang yang
berperilaku tidak jujur, curang, kejam dan rakus dikatakan sebagai orang
yang memiliki karakter jelek, sedangkan yang berperilaku baik, jujur, dan
suka menolong dikatakan sebagai orang yang memiliki karakter
baik/mulia.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa karekter merupakan
nilai perilaku seseorang yang cakupannya tidak hanya menyangkut
hubungan dengan sesama manusia semata, namun juga berhubungan
24
dengan Tuhan dan lingkungan yang tersaji melalui pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Dari definisi karekter tersebut, lahirlah konsep pendidikan
karakter (character education) sebagaimana dikemukakan oleh beberapa
ahli diantaranya Ratna Megawangi yang mendifinisikan pendidikan
karakter sebagai sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil
keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-
hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada
lingkungannya (Aziz, 2015: 131).
Pendidikan karakter menurut Fakry Gaffar yaitu sebuah proses
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan
orang itu. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting yaitu proses
transformasi nilai-nilai, ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan
menjadi satu dalam perilaku (Kesuma, dkk 2012: 5).
Pendidikan karakter juga dapat diartikan membentuk tabiat,
perangkai, watak, dan kepribadian seseorang dengan cara menanamkan
nilai-nilai luhur, sehingga nilai-nilai tersebut mendarah daging, menyatu
dalam hati, pikiran, ucapan dan perbuatan, dan menampakkan
pengaruhnya dalam realitas kehidupan secara mudah, atas kemauan
sendiri dan karena ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Penanaman dan
25
pembentukan kepribadian tersebut dilakukan bukan hanya dengan cara
memberikan pengertian dan mengubah pola pikir dan pola pandang
seseorang tentang sesuatu yang baik dan benar, melainkan nilai-nilai
kebaikan tersebut dibiasakan, dilatihkan, dicontohkan, dilakukan secara
terus menerus dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari (Nata,
2013:400).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter
pada hakikatnya merupakan sebuah proses pendidikan yang dilakukan
untuk membentuk perilaku atau watak seseorang sehingga seseorang
mampu memahami, merasakan, membedakan sekaligus menerapkan
perbuatan atau sikap yang baik dan buruk tersebut dalam segala aspek
kehidupan.
Dalam perspektif Islam, pendidikan karakter secara teoretik
sebenarnya telah ada sejak Islam diturunkan di dunia, seiring diutusnya
Nabi Muhammad SAW untuk memperbaiki atau menyempurnakan akhlak
(karakter) manusia. Ajaran Islam sendiri mengandung sistematika ajaran
yang tidak hanya menekankan pada aspek keimanan, ibadah dan
mu’amalah, tetapi juga akhlak. Pengamalan ajaran Islam secara utuh
(kaffah) merupakan model karakter seorang muslim, bahkan
dipersonifikasikan dengan model karakter Nabi Muhammad SAW, yang
memiliki sifat shidiq, tabligh, amanah, fathonah (Mulyasa, 2014: 5).
26
2. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan
akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai
dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui
pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan
akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Mulyasa,
2014: 9).
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan
nasional. Dalam UU Sisdiknas tahun 2003 dinyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional antara lain mengembangkan potensi peserta didik
untuk memilih kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia (Zuchdi, 2011:
29).
Menurut Triatna,dkk (2012: 9-10), tujuan pendidikan karakter
yang pertama adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-
nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses
sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).
Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengkoreksi perilaku peserta
didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh
27
sekolah. Tujuan ketiga dalam pendidikan karakter adalah mengembangkan
koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.
3. Fungsi Pendidikan Karakter
Berdasarkan pendapat Kesuma, dkk bahwa pendidikan karakter
memiliki tiga fungsi yaitu:
a. Mengembangkan kemampuan yaitu berbagai kemampuan yang akan
menjadikan manusia sebagai mahluk yang berketuhanan (tunduk patuh
pada konsep ketuhanan) dan mengemban amanah sebagai pemimpin
dunia.
b. Membentuk watak mengandung makna bahwa pendidikan nasional
harus diarahkan pada pembentukan watak.
c. Peradaban bangsa, dengan kata lain bangsa yang beradab merupakan
dampak dari pendidikan yang menghasilkan manusia terdidik
(Kesuma, dkk, 2012: 8).
4. Landasan Pendidikan Karakter
Secara filosofis, pendidikan karakter sebagaimana dikemukakan
Muchlas Samani, harus berlandasan falsafah pancasila (Aziz, 2015: 134).
Setiap aspek karakter harus dijiwai oleh kelima sila Pancasila secara utuh
dan komprehensif yaitu:
a. Karakter bangsa yang berketuhanan yang maha esa teraplikasi dalam
sikap saling hormat menghormati, bekerja sama, dan berkebebasan
28
menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya, tidak
memaksakan agama dan kepercayaan kepada orang lain, serta tidak
melecehkan kepercayaan agama seseorang.
b. Bangsa yang menjunjung tinggi kemanusiaan yang adil dan beradab.
Perihal ini diwujudkan dalam perilaku hormat menghormati antar
warga dalam masyarakat sehingga timbul suasana kewargaan (civic)
yang saling bertanggung jawab, juga adanya saling hormat
menghormati antar warga bangsa sehingga timbul keyakinan dan
perilaku sebagai warga negara yang baik, adil dan beradab dan pada
gilirannya karakter citizenship (perilaku sebagai warga negara yang
baik) ini akan memunculkan perasaan hormat dari bangsa lain.
c. Bangsa yang mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa. Hal ini
berarti memiliki komitmen dan perilaku yang selalu mengutamakan
persatuan dan kesatuan Indonesia di atas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan.
d. Bangsa yang demokratis dan menjunjung tinggi hukum dan hak asasi
manusia. Karakter kerakyataan tercerminkan dari sikap bersahaja,
tenggang rasa terhadap rakyat kecil yang menderita, selalu
mengutamakan kepentingan masyarakat dan negara, mengutamakan
musyawarah untuk mufakat dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
29
e. Bangsa yang mengedepankan keadilan dan kesejahteraan. Adapun
karakter berkeadilan sosial tercermin dalam perbuatan yang menjaga
adanya kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan.
Sedangkan secara yuridis, pendidikan karakter pada hakikatnya
menjadi tujuan utama dari muatan UUD 1945 No. 2 Tahun 1989 yang
menjelaskan bahwa pendidikan secara substantif bertujuan mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia secara utuh.
Adapun landasan secara spiritual, pendidikan karakter merupakan misi
setiap ajaran agama yakni menciptakan perilaku terhadap sesama manusia
secara harmonis (Aziz, 2015: 136).
5. Nilai-Nilai Karakter
Berkaitan dengan dirasakan semakin mendesaknya implementasi
pendidikan karakter di Indonesia tersebut, Pusat Kurikulum Badan
Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam
publikasinya berjudul Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter (2011)
menyatakan bahwa pendidikan karakter pada intinya bertujuan
membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh
iman dan taqwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila.
Dalam kaitannya itu telah diidentifikasi sejumlah nilai pembentuk
karakter yang meupakan hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Menurut
30
Samani dan Hariyanto (2013: 52) nilai-nilai yang bersumber dari agama,
pancasila, budaya dan tujuan pendidikan pendidikan nasional tersebut
adalah:
1) Religius
2) Jujur
3) Toleransi
4) Disiplin
5) Kerja keras
6) Kreatif
7) Mandiri
8) Demokratis
9) Rasa ingin tahu
10) Semangat kebangsaan
11) Cinta tanah air
12) Menghargai prestasi
13) Bersahabat/komunikatif
14) Cinta damai
15) Gemar membaca
16) Peduli lingkungan
17) Peduli sosial
18) Tanggung jawab
31
Menurut Aziz (2015: 143-144) nilai-nilai pendidikan karakter
dalam keluarga yang harus dikembangkan semenjak anak usia dini
memuat nilai agama, sosial dan budaya yang terurai menjadi 16 poin
antara lain yaitu:
1) Religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, serta hidup rukun baik dengan sesama maupun pemeluk
agama lain.
2) Jujur yaitu dapat dipercaya dalam lingkup perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
3) Toleransi adalah sikap dan tindakan untuk senantiasa menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain
yang berbeda dari dirinya.
4) Disiplin yakni patuh terhadap aturan dalam keluarga.
5) Kerja keras yaitu bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
apapun yang menjadi tanggung jawabnya.
6) Kreatif yakni bepikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis, berarti memiliki pola pikir, sikap, dan berperilaku yang
menilai sama hak dan kewajibannya dari orang lain.
32
9) Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat dan didengar.
10) Menghargai prestasi yakni sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat
dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
11) Bersahabat atau komunikatif berarti tindakan yang memperlihatkan
rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
12) Cinta damai yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
13) Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
14) Peduli lingkungan yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang sudah terjadi.
15) Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan
bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
16) iTanggung jawab ialah sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan
yang maha esa.
33
6. Pendidikan Karakter dalam Keluarga
a. Manfaat dan Tujuan Pendidikan Karakter dalam Keluarga
Pendidikan karakter dalam keluarga pada hakikatnya menjadi
sebuah keniscayaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga merupakan
basis pendidikan pertama dalam kehidupan setiap manusia. Pendidikan
secara formal baik pada lembaga pendidikan umum ataupun Islam
tampaknya kering dalam menyentuh ruang lingkup karakter. Oleh karena
itu, keluarga bermanfaat menjadi institusi pengembang pendidikan
karakter yang pertama bagi anggotanya, sehingga ketika pendidikan
karakter dirasa lemah dan kurang terealisasi pada jenjang pendidikan
formal, keluarga secara otomatis sudah memberikan dasar pendidikan
karakter secara utuh, realistis dan membentengi setiap anak dari gejolak
nafsu yang menggodanya (Aziz, 2015: 137).
Adapun tujuan pendidikan karakter dalam keluarga antara lain
memberikan bekal akhlak yang baik kepada setiap anak untuk mampu
berperilaku dan bersikap sesuai dengan aturan serta norma etika yang
berlaku. Tujuan pendidikan karakter dalam keluarga secara khusus adalah
membina dan mengarahkan anak-anak agar memiliki karakter yang baik
atau akhlak yang terpuji, sedangkan secara umum bertujuan untuk
menyiapkan agar dapat hidup secara optimal dan bermanfaat, baik bagi
dirinya, keluarganya, masyarakat, maupun agama dan bangsanya
(Syarbini, 2016: 12).
34
Pendidikan dalam keluarga pasti punya tujuan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Rehani dalam (Zubaedi, 2011: 155) bahwa tujuan
pendidikan keluarga adalah untuk membina dan membentuk anggota
keluarga (anak) yang beriman, kepada Allah, berakhlak mulia, cerdas,
terampil, sehat, bertanggung jawab, sehingga ia dapat melaksanakan
fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Tujuan orang tua dalam mendidik karakter atau akhlak yaitu agar
anak menjadi sholeh dan sholikhah. Tujuan yang diharapkan orang tua ini
sejalan dengan harapan Luqman Hakim dalam wasiat kepada anaknya,
seperti firman Allah dalam kitab suci al-Quran surat Luqman ayat 13-14
واذ قال لقمان البىه وهو يعظه يابىى ال تشرك باهلل اوشرك لظلم عظيم.
ه وهىا على وهه وفصاله فى ) ١٣( يىا األوسان بوالديه حملته أم ووص
)١١ (كالى المصير لدي ٲعاميه أن اشكرلى ولو
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata keapada anaknya,
ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “ Wahai anakku !
Janganlah engkau mempersekutukkan Allah, sesungguhnya
mempersembahkan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar”. Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat
baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Ayat di atas mengajarkan untuk senantiasa mengajak anak-anak
untuk senantiasa taat dan patuh kepada Allah, tidak menyekutukan Allah.
35
Hendaknya anak-anak dididik untuk senantiasa berbuat baik kepada orang
tua karena meraka yang sudah mengasuh kita dan menyusui kita sampai
dua tahun. Anak-anak juga dididik untuk bisa berbuat baik terhadap
sesama manusia, menjauhi sifat sombong, angkuh, dan membanggakan
diri.
Atas dasar itu, tujuan pendidikan karakter yang paling utama
adalah membuat anak-anak semakin taat dan patuh kepada Allah,
sehingga ia mampu menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi
segala larangannya dalam setiap kehidupannya. Hal itu tampak dari upaya
keluarga dalam bentuk pemberian nasihat, pembiasaan dan contoh teladan
dari orang tua terhadap anak-anaknya dalam bertakarub kepada Allah
(Zubaedi, 2011: 156).
b. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter dalam Keluarga
Menurut Aziz (2015: 140-141) secara umum prinsip-prinsip
pendidikan karakter dalam rangka melakukan hubungan dalam keluarga
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Dalam konteks menjalin hubungan dengan orang tua dapat dipahami
senantiasa memperlakukan kedua orang tua secara istimewa sebab
orang tua memiliki kedudukan istimewa sehingga seorang anak harus
senantiasa berbakti dan mengistimewakan kedudukannya.
2) Karakter yang berhubungan dengan orang yang lebih tua pada
prinsipnya dapat dilakukan dengan sikap hampir sama dengan
36
memperlakukan kedua orang tua selagi orang yang bersangkutan
pantas mendapat penghormatan.
3) Membangun dan mengembangkan karakter terhadap orang yang
lebih muda berarti memberikan kasih sayang dengan ikut
membimbing dan mendidiknya serta membantu apabila mereka
memerlukan bantuan kita.
4) Membangun dan mengembangkan karakter dengan teman sebaya
dapat dilakukan dengan saling menghormati, menghargai, toleransi,
menemani dan bergaul secara tepat.
5) Prinsip karakter yang harus dikembangkan terhadap lawan jenis
diantaranya tidak melakukan pergaulan bebas, menghargai, tidak
membeda-bedakan status.
6) Membangun dan mengembangkan karakter dengan pasangan hidup
pada prinsipnya dapat dilakukan dengan mengembangkan sikap
ketenangan dan kasih sayang secara lahir maupun batin.
c. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Keluarga
Anggapan umum menyatakan bahwa keluarga merupakan
pendidik moral yang utama bagi anak-anak. Orang tua adalah guru moral
pertama bagi anak-anak, pemberi pengaruh yang paling dapat bertahan
lama. Hubungan orang tua dan anak juga mengandung signifikasi
emosional khusus, yang bisa menyebabkan anak-anak merasa dicintai dan
tidak berharga (Lickona, 1991: 42).
37
Pendidikan karakter bagi anak dalam keluarga pada dasarnya
diberikan sedini mungkin agar terpatri perilaku berkarakter dalam
kehidupan sehari-harinya. Pendidikan karakter ini dilakukan dilakukan
dari kebiasaan paling sederhana hingga bersifat komplek. Adapun
pendidikan karakter ini efektifnya diberikan melalui pembiasaan. Metode
pendidikan anak dengan menumbuhkan kasih sayang kepadanya kini
diyakini ketepatannya di dunia modern. Hal itu ternyata telah diterapkan
oleh teladan umat Islam, Rasulullah SAW (Syarifuddin, 2004:101).
Implementasi pendidikan karakter dalam keluarga juga dapat
dilakukan dengan keteladanan dari tiap keluarga yang bersangkutan, baik
keteladanan dari kedua orang tua, saudara ataupun kerabat lainnya. Hal
ini secara fisiologi dan psikologi anak khususnya usia dini hanya mampu
berpikir inderawi. Artinya seorang anak pada usia dini hanya mampu
memahami perihal yang bersifat maknawi. Maka dari itu pendidikan
karakter baik yang menyangkut aspek afektif maupun psikomotorik lebih
memerlukan contoh, keteladananm pembiasaan dan latihan dalam
keluarga secara terus-menerus (Aziz, 2015: 147).
Adapun bentuk implementasi pendidikan karakter dalam keluarga
dapat dilakukan melalui:
a) Manajemen marah
Setiap orang semenjak kecil hingga dewasa tampaknya pernah
mengalami amarah atas sesuatu yang menimpa atau merugikan dirinya.
38
Terlepas amarah itu sebagai naluri atau watak seseorang, amarah pada
hakikatnya dapat dikelola dengan baik dan dikendalikan semenjak kecil
pada kehidupan anak.
Bentuk pembiasaan ini dapat dimulai dari kedua orang tua dalam
menahan amarah ketika seorang anak melakukan kesalahan kepada
keduanya, kemudian kedua orang tua tersebut menasihatinya atas sikap
sabar yang dilakukannya. Nasihat mengelola amarah melalui kesabaran
hati juga berhubungan dengan pendidikan spiritual, yaitu Allah SWT
memberikan balasan pahala tanpa batas bagi setiap orang yang bersabar
dan mampu mengelola amarahnya.
Dalam ajaran Islam, terdapat tips mengelola amarah tanpa
merugikan orang lain dan lingkungan sekitarnya, yaitu dengan cara
berwudhu. Perihal ini karena amarah berasal dari syetan yang berasal dari
api. Dengan demikian, amarah dalam kehidupan keluarga dapat dikelola
dengan baik melalui penanaman kebiasaan untuk tidak marah, penanaman
kebiasaan untuk tidak marah, penanaman kebiasaan hidup sabar, serta
penguatan pendidikan spiritual yang teraplikasi dalam penghayatan
terhadap nilai-nilai agama.
b) Manajemen amanah
Secara sederhana amanah dapat diartikan dengan sikap dapat
dipercaya. Manajemen amanah pada hakikatnya dapat diimplementasikan
pertama kali dalam lingkungan keluarga. Amanah ini secara terus
39
menerus diberikan orang tua kepada anak-anaknya semenjak usia dini
melalui pemberian tugas dan tanggung jawab.
c) Manajemen kejujuran
Secara psikologi, selain sebagai sesuatu yang diajarkan, perilaku
jujur merupakan kebiasaan hidup seseorang. untuk itu pengelolaan
kejujuran dalam keluarga harus dilakukan melalui pembiasaan dan
keteladanan dari berbagai unsur dalam keluarga. Bentuk kejujuran ini
tidak sebatas mencakup sesuatu yang tidak enak semata, namun sesuatu
yang enak dan nyaman juga perlu diungkapkan secara jujur.
d. Tantangan Pendidikan Karakter dalam Keluarga
Sebuah upaya menciptakan perbaikan dan pengembangan sistem
pastinya terdapat berbagai kendala dan tantangan. Begitu pula dengan
tantangan pelaksanaan pendidikan karakter dalam keluarga terbagi atas
beberapa hal diantaranya:
1) Keluarga modern dizaman sekarang kurang begitu memahami
pentingnya pendidikan karakter.
2) Manusia modern lebih sibuk dalam pencapaian karir.
3) Kurangnya komunikasi dan diskusi baik antara ayah dengan ibu
ataupun antar keluarga dalam konteks pendidikan karakter.
4) Jarangnya kekompakan antara suami dengan istri dalam
mengimplementasikan pendidikan karakter dalam keluarga. Kondisi
keluarga Indonesia sangat bervariasi, tidak sedikit pasangan orang tua
40
yang bekerja meninggalkan rumah sehingga pengasuhan anak
digantikan oleh orang lain yang dikenal dengan baby sister (Zubaedi,
2011: 155).
B. Keluarga Disharmoni
1. Pengertian Keluarga Disharmoni
Banyak ahli mengemukakan bahwa keluarga memiliki definisi
yang sangat komplek. Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri
dari dua kata yaitu kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga
adalah anggota. Artinya kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian
tanpa pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di
dalamnya (Aziz, 2015: 15).
Secara normatif, keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang
karena terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan merasa
berdiri sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh
gabungan itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman semua
anggota yang ada di dalam keluarga tersebut. Keluarga adalah jiwa
masyarakat dan tulang punggungnya. Kesejahteraan lahir dan batin yang
dinikmati oleh suatu bangsa, atau sebaliknya, kebodohan dan
keterbelakangannya, adalah cerminan dari keadaan keluarga-keluarga yang
hidup pada masyarakat bangsa tersebut (Ahid, 2010: 76).
Menurut Rohman (2013: 198) keluarga adalah pusat pendidikan
yang pertama dan utama yang dialami oleh anak. sejak adanya
41
kemanusiaan sampai sekarang ini kehidupan keluarga selalu
mempengaruhi perkembangan budi pekerti setiap manusia. Oleh karenanya
manusia akan selalu mendidik keturunannya dengan sebaik-baiknya
menyangkut aspek jasmani dan rohani. Hakekat keluarga itu adalah
semata-mata pusat pendidikan, meskipun terkadang berlangsung secara
amat sederhana dan tanpa disadari, tetapi jelas bahwa keluarga memiliki
andil yang terlibat dalam pendidikan anak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian keluarga
adalah sekelompok orang yang terdiri dari kepala keluarga dan anggotanya
dalam ikatan nikah ataupun nasab yang hidup dalam satu tempat tinggal,
memiliki aturan yang ditaati secara bersama dan mampu mempengaruhi
antar anggotanya serta memiliki tujuan, program yang jelas dan berfungsi
sebagai pusat pendidikan yang pertama dan utama yang dialami oleh anak.
Keharmonisan keluarga memiliki peranan yang penting dalam
tumbuh kembang seseorang. Keluarga yang harmonis menjadi tempat
yang baik bagi tumbuh kembang seorang anak, sehingga mampu menjadi
individu yang sejahtera. Keluarga yang harmonis merupakan keluarga
dimana terdapat kasih sayang, saling hidup rukun dan saling menghormati
sehingga tercipta perasaan tentram dan damai yang lebih lanjut diharapkan
dapat mengurangi masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat
(Arintina dan Fauziah, 2015: 210).
42
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007: 268), kata
disharmoni dapat diarikan sebagai kejanggalan atau ketidakselarasan.
Disharmoni keluarga yaitu kondisi dimana keluarga tidak dapat
menjalankan fungsi dan perannya sehingga masing-masing anggota
keluarga gagal menjalankan kewajiban peran mereka (Sari, 2013: 3). Jadi,
dapat disimpulkan bahwa keluarga disharmoni adalah kehidupan keluarga
yang struktur anggotanya masih lengkap tetapi didalam anggota keluarga
tersebut kurang adanya perhatian, kurangnya komunikasi, anggota
keluarga mempunyai kesibukan masing-masing dan pertengkaran terus
menerus antara ayah dan ibu yang bisa membawa perceraian keluarga.
Keluarga disharmoni sering diistilahkan sebagai keluarga broken
home. Menurut kamus Inggris Indonesia (1992) kata broken home berasal
dari dua kata yaitu broken dan home. Broken yang artinya memecahkan
atau merusakkan sedangkan home artinya rumah. Jadi, yang dimaksud
keluarga broken home adalah keluarga yang mengalami disharmonisasi
akibat perceraian, keributan sehingga orang tua sudah tidak berfungsi
sebagaimana fungsinya.
Menurut prespektif Islam, perceraian adalah berakhirnya akad
(kontrak) nikah karena satu sebab dari berbagai sebab yang mengharuskan
perkawinan itu berakhir (Mathlub, 2005: 305) Talak menurut bahasa arab
adalah “melepaskan ikatan”, yang dimakud di sini ialah melepaskan ikatan
pernikahan. Apabila pergaulan kedua suami istri tidak dapat mencapai
43
tujuan-tujuan pernikahan, maa hal itu akan mengakibatkan berpisahnya
dua keluarga. Apalagi bila perselisihan suami istri itu menimbulkan
permusuhan, mananam bibit kebencian antara keduanya atau terhadap
kaum kerabat mereka, sehingga tidak ada jalan lain, sedangkan ikhtiar
untuk perdamaian tidak dapat disambung lagi, maka talak (perceraian)
itulah jalan satu-satunya yang menjadi pemisah antara mereka (Rasjid,
2009: 401).
2. Faktor Penyebab Keluarga Disharmoni
Perceraian dalam keluarga biasanya berawal dengan suatu konflik
antara anggota keluarga. Bila konflik ini sampai titik kritis maka peristiwa
perceraian itu berada di ambang pintu. Banyak faktor yang menyebabkan
terjadinya kasus pertikaian dalam keluarga yang berakhir dengan
perceraian. Menurut Dagun (1990: 146) faktor-faktor ini antara lain:
a. Persoalan ekonomi.
b. Perbedaan usia yang besar.
c. Persoalan prinsip hidup yang berbeda.
d. Perbedaan penekanan dan cara mendidik anak, juga pengaruh dukungan
sosial dari pihak luar, tetangga, sanak saudara, sahabat dan situasi
masyarakat yang terkondisi.
3. Dampak Keluarga Disharmoni
Setiap tingkat usia anak dalam menyesuaikan diri dengan situasi
baru ini memperlihatkan cara dan penyelesaian berbeda. Anak ini sering
44
dibayangi rasa cemas, selalu ingin mencari ketenangan (Dagun, 1990:
148).Anak yang orang tuanya bercerai, kepercayaan dirinya terganggu. Ia
merasa seperti kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya (Baiquni,
2016: 114).
Kondisi keluarga disharmoni akibat perceraian akan menyebabkan
anak mengalami tekanan jiwa, pola perilaku anak kurang tertata dengan
baik, emosi tidak terkontrol, dan lebih senang menyendiri. Salah satu
dampak yang menonjol akibat disharmoni yaitu anak mempunyai
kepribadian yang menyimpang. Hal itu menyebabkan anak sulit untuk
bersosialisasi dalam memilih teman di dalam masyarakat. Misalnya, dalam
sebuah perceraian, anak ikut suami, maka terkadang suami mengajak anak
untuk membenci ibunya, menceritakan dia untuk tidak menyambung
silaturahmi dan tidak mendengarkan perkataan ibunya (Baiquni, 2016:115).
4. Fungsi Keluarga
Menurut Aziz (2015: 17) dilihat dari sisi fungsi, setiap keluarga
pada hakikatnya memiliki berbagai macam fungsi antara lain :
a. Fungsi ekonomi berarti keluarga menjadi tulang punggung memperoleh
sekaligus mengelola kegiatan ekonomi secara profesional.
b. Fungsi sosial adalah keluarga merupakan sarana pertama dalam proses
interaksi sosial dan menjalin hubungan yang erat baik dalam satu
keluarga ataupun secara luas. Fungsi sosial ini dapat dimaknai pula
45
bahwa keluarga adalah sumber inspirasi pertama dalam membangun
komunikasi melalui proses bicara secara sopan dan tepat.
c. Fungsi psikologis yaitu bahwa keluarga memiliki pengaruh yang besar
terhadap perkembangan dan kematangan psikologis anggotanya.
d. Fungsi reproduksi, tanpa adanya ikatan yang sah dalam sebuah keluarga
tidak akan menghasilkan keturunan yang sah pula.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa secara substantif
keluarga memiliki fungsi yang saling terkait antara fungsi satu dengan
fungsi yang lainnya. Keterikatan itu pada prinsipnya sebagai wahana untuk
mengembangkan seluruh potensi anggotanya agar dapat menjalankan
fungsinya di masyarakat dengan baik serta memberikan kepuasan dan
lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera.
5. Komunikasi dalam Keluarga
Komunikasi adalah hubungan kontak antara manusia, baik
individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau
tidak komunikasi adalah bagian dari kehidupan manusia. Sebab setiap
orang semenjak bangun sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat
dalam komunikasi. Komunikasi dalam keluarga selain didasarkan pada
unsur kebutuhan interaksi juga didasarkan pada sikap saling menyayangi,
saling menghormati, saling menghargai, saling empati, serta keluarga
dianggap sebagai bagian yang paling tepat untuk diajak berkomunikasi.
46
Seiring dengan tata cara komunikasi yang baik sebagaimana telah
disinggung di atas, pemahaman pola komunikasi dalam keluarga juga
menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan. Syaiful Bahri
menyatakan terdapat tiga pola komunikasi dalam keluarga antara lain
model stimulus-respon, model ABX, dan model interaksional (Aziz, 2015:
237).
Pola atau model Stimulus-Respon (S-R) dapat dipahami sebagai
proses komunikasi aksi-reaksi dengan asumsi bahwa kata-kata verbal
(lisan-tulisan, isyarat-isyarat nonverbal, gambar-gambar, dan tindakan-
tindakan tertentu akan dapat merangsang orang lain untuk memberikan
respon dengan cara tertentu. Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai
pertukaran atau pemindahan informasi atau gagasan.
Pola komunikasi ABX merupakan pola komunikasi yang
menggambarkan bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada
seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu (X). Apabila A dan B mempunyai
sikap positif terhadap satu sama lain dan terhapap X (orang, gagasan atau
benda) hubungan itu merupakan simetri. Contohnya yaitu ketika
pembicaraan kedua orang tua itu berlangsung, anak sama sekali tidak
terlibat dalam pembicaraan itu. Sebagai obyek yang dibicarakan, anak
hanya menunggu hasilnya dan mungkin melaksanakannya sebatas
kemampuannya.
47
Pola interaksional ini berlawan dengan S-R. Model S-R
mengasumsikan manusia adalah pasif, sedangkan model interaksional
menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi digambarkan sebagai
pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku orang lain
oleh para peserta komunikasi. Dalam keluarga, interaksi terjadi dalam
macam-macam bentuk, dan yang mengawali interaksi tidak mesti dari
orang tua kepada anak, tetapi bisa juga sebaliknya dari anak kepada orang
tua, atau dari anak kepada anak (Aziz, 2015:239).
Beberapa pola komunikasi pada hakikatnya dapat diterapkan
sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang terjadi dalam keluarga.
Akan tetapi yang perlu menjadi prinsip dalam proses komunikasi dalam
keluarga hendaknya bersifat humanis, kasih sayang, toleran, dengan
menggunaka perkataan-perkataan yang baik, lembut, jujur dan tidak
menyinggung perasaan orang yang diajak berkomunikasi
48
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Profil Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga
1. Letak dan Keadaan Geografis
Desa Kecandran adalah sebuah desa di Kecamatan Sidomukti Kota
Salatiga. Batas-batas Desa Kecandran yaitu sebelah utara berbatasan
dengan Kelurahan Pulutan, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
Mangunsari, dan sebelah selatan dan barat berbatasan dengan Kelurahan
Dukuh dan Kelurahan Gedangan.
Dilihat dari kondisi tanahnya, Desa Kecandran mempunyai tanah
yang cukup subur. Hal ini dilihat dari banyaknya perkebunan di sekitar
Desa Kecandran. Penduduk Kecandran biasanya menanam salak, duku
dan pohon sengon area perkebunannya.
2. Keadaan Penduduk
Adapun keadaan penduduk Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti
Kota Salatiga dapat di lihat dari data Monografi pada bulan November
2017 dibawah ini yang sudah dapat di pahami dengan tabel-tabel sebagai
berikut:
49
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Total Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk Laki-Laki Jumlah Penduduk Perempuan
3320 3264
Jumlah Total Penduduk 6584
(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017
Desa Kecandran)
Berdasarkan data pada tabel 3.1 jumlah penduduk Desa Kecandran
yaitu total 6584 jiwa diantaranya yaitu 3320 jiwa penduduk laki-laki dan
3264 jiwa penduduk perempuan.
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk menurut Usia
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
0-4 387 393 780
5-9 311 262 573
10-14 223 228 451
15-19 233 214 447
20-24 259 284 543
25-29 285 282 567
30-34 310 290 600
50
35-39 290 275 565
40-44 231 216 447
45-49 204 220 424
50-54 168 149 317
55-59 147 143 290
60-64 94 93 187
65-69 54 72 126
70-74 44 50 94
>74 77 90 167
(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa
Kecandran)
Berdasarkan data pada tabel 3.2 bahwa jumlah penduduk paling
banyak terdapat pada kelompok umur 0-4 tahun yaitu 780 jiwa, sedangkan
jumlah penduduk paling sedikit terdapat pada kelompok umur 70-74 tahun
yaitu hanya 94 jiwa.
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Keterangan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Islam 3264 3214 6476
2 Kristen 29 20 49
3 Katholik 22 23 45
51
4 Hindu 0 0 0
5 Budha 2 2 4
6 Kong Hu Chu 0 0 0
7 Kepercayaan 0 0 0
(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa
Kecandran)
Mayoritas penduduk desa Kecandran beragama Islam yaitu 6476
jiwa. Kristen dan Katholik menempati urutan kedua dan ketiga dengan
jumlah 49 jiwa dan 45 jiwa, walaupun terjadi perbedaan agama, dalam
kehidupan sehari-hari penduduk desa Kecandran Kecamatan Sidomukti
tidak menggambarkan adanya perpecahan ataupun konflik akibat
perbedaan keyakinan. Bagi pemeluk agama Islam sebagai pemeluk
mayoritas sangat menghormati pemeluk agama lain serta toleransi dan
tidak membeda-bedakan satu dengan yang lain.
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
No Keterangan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Tidak/Belum Sekolah 672 748 1420
2 Belum Tamat
SD/Sederajat
367 322 689
3 Tamat SD/ Sederajat 886 862 1748
52
4 SLTP/Sederajat 528 515 1043
5 SLTA/Sederajat 633 546 1179
6 Diploma I/II 13 17 30
7 Akademi/Diploma III
Sarjana Muda
41 62 103
8 Diploma IV/ Strata I 117 132 249
9 Stata II 15 8 23
10 Strata III 1 0 1
(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa
Kecandran)
Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa cukup banyak
penduduk yang menempuh pendidikan diatas SLTA diantaranya yaitu
Diploma I/II dengan jumlah 30 jiwa, Akademi/Diploma III/ Sarjana Muda
dengan jumlah 103 jiwa, Diploma IV/ Strata I dengan jumlah 249 jiwa,
Strata II dengan jumlah 23 jiwa dan Strata III dengan jumlah 1jiwa.
Mayoritas tingkat pendidikan di Desa Kecandran hanya tamat SD dengan
jumlah 1748 jiwa, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan di Desa
Kecandran sudah cukup baik terbukti dengan banyaknya jiwa yang
menempuh pendidikan diatas SLTA.
Tabel 3.5
Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
53
No Keterangan Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Belum/Tidak bekerja 650 657 1307
2 Mengurus Rumah Tangga 0 823 823
3 Pelajar/Mahasiswa 577 519 1096
4 Pensiunan 33 13 46
5 PNS 73 60 133
6 TNI 31 0 31
7 POLRI 18 0 18
8 Perdagangan 20 13 33
9 Petani/Pekebun 90 58 148
10 Peternak 3 0 3
11 Transportasi 5 0 5
12 Karyawan Swasta 366 314 680
13 Karyawan BUMN 2 3 5
14 Karyawan BUMD 0 2 2
15 Karyawan Honorer 13 6 19
16 Buruh Harian Lepas 795 394 1189
17 Buruh Tani/Perkebunan 75 43 118
18 Buruh Peternakan 1 1 2
19 Pembantu Rumah Tangga 0 22 22
20 Tukang Cukur 4 0 4
54
21 Tukang Listrik 1 0 1
22 Tukang Batu 38 0 38
23 Tukang Kayu 24 0 24
24 Tukang Sol Sepatu 2 0 2
25 Tukang Las 1 0 1
26 Tukang Jahit 0 16 16
27 Tukang Gigi 1 0 1
28 Penata Rias 0 3 3
29 Penata Rambut 1 0 1
30 Mekanik 9 0 9
31 Seniman 2 0 2
32 Imam Masjid 1 0 1
33 Juru Masak 1 0 1
34 Dosen 4 3 7
35 Guru 9 47 56
36 Arsitek 1 0 1
37 Konsultan 1 0 1
38 Dokter 1 0 1
39 Bidan 0 3 3
40 Perawat 2 1 3
41 Penyiar Radio 0 1 1
55
42 Pelaut 1 0 1
43 Sopir 50 0 50
44 Pedagang 38 44 82
45 Wiraswasta 260 122 382
(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa
Kecandran)
Berdasarkan pada tabel 3.5 mayoritas penduduk Desa Kecandran
berprofesi sebagai buruh harian lepas dengan jumlah 1189 jiwa,
sedangkan penduduk yang belum atau tidak bekerja sebanyak 1307 jiwa
diantaranya 650 penduduk laki-laki dan 657 penduduk perempuan.
Tabel 3.6
Jumlah Kepala Keluarga Berdasarkan Jenis Kelamin
Kepala Keluarga Laki-Laki Kepala Keluarga Perempuan
1794 274
Jumlah Total Kepala Keluarga 2068
(Sumber: diambil dari data Monografi Bulan November 2017 Desa
Kecandran)
Berdasarkan data pada tabel 3.6 jumlah kepala keluarga di Desa
Kecandran berjumlah 2068 kepala keluarga, diantaranya 1794 kepala
keluarga laki-laki dan 274 kepala keluarga perempuan.
56
3. Data Informan
Karakteristik informan yang diteliti adalah orang tua baik ayah
maupun ibu dari anak yang mengalami disharmonisasi akibat perceraian
dan anak dalam keluarga disharmoni. Usia putra-putri berkisar antara 6
sampai 12 tahun, dan mereka tinggal di Desa Kecandran Kecamatan
Sidomukti Kota Salatiga.
Informan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 6 orang
yang terdiri dari orang tua dan anak dalam 3 keluarga disharmoni adapun
daftar nama mereka adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Daftar Informan Keluarga Disharmoni
No Nama Usia Hubungan dalam keluarga
1 SF 34 tahun Ayah
2 RZ 10 tahun Anak
3 NR 26 tahun Ibu
4 RH 6 tahun Anak
5 MF 32 tahun Ibu
6 MR 7 tahun Anak
57
B. Profil Subyek Penelitian
1. Profil Keluarga Bapak SF
SF adalah seorang ayah dari RZ yang tinggal di Dusun Winong
RT 03 RW 01 Kelurahan Kecandran. SF dikaruniai seorang anak laki-laki
yang bernama RZ. Usia SF yaitu 34 tahun, SF bercerai dengan istrinya
sejak RZ berusia 2 tahun. SF memiliki usaha konter di depan rumahnya
dan mengelola konter tersebut sendiri. Setiap harinya SF bisa mengawasi
keseharian RZ, karena SF hanya bekerja di lingkungan depan rumahnya.
Di Dusun Winong SF tergolong orang yang tingkat ekonominya mapan
terbukti di rumahnya ia mempunyai usaha konter dan mempunyai mobil.
Menurut penelitian, hubungannya SF dengan mantan istri tidak
baik, meskipun awal-awal perceraian masih beberapa kali menemui RZ,
akan tetapi sekarang sudah tidak pernah sama sekali. Mantan istri SF
sekarang sudah menikah lagi dan sudah mempunyai anak lagi serta sudah
pindah agama menjadi non Islam ikut agama suami baru (W2 SF 50)
SF melarang RZ bertemu dengan mantan istrinya dikarenakan
istrinya sudah pindah agama lain dan mempunyai keluarga baru, SF
khawatir kalau RZ dipengaruhi oleh mantan istrinya dan masuk agama
selain Islam. Hak asuh RZ jatuh kepada SF dan setiap hari SF yang
merawat RZ dibantu oleh nenek, kakek RZ dan tante RZ.
Penyebab perpisahan SF dan mantan istrinya dikarenakan
perbedaan pendapat dan keegoisan masing-masing, dan mereka
58
memutuskan untuk berpisah. SF belum memiliki istri lagi tetapi SF berniat
untuk mencari istri lagi agar bisa merawat RZ. RZ dulunya sering
menanyakan ibunya akan tetapi sekarang sudah tidak pernah lagi
menanyakan ibunya karena akan dimarahi ayahnya jika RZ menanyakan
ibunya.
RZ tinggal bersama dengan beberapa anggota keluarga yang lain
yaitu nenek, kakek, dan tantenya. Dalam kehidupan sehari-hari RZ
merupakan anak yang tidak manja karena sebagai orang tua tunggal, SF
merupakan ayah yang tegas dan ditakuti oleh RZ. RZ sekolah di MI
Maarif Pulutan dan berangkat sekolahnya dulunya bersepeda sendiri,
sekarang diantar oleh tantenya karena jalan yang semakin ramai. Tujuan
SF dalam mendidik RZ yaitu agar RZ tetap pada ajaran agama Islam dan
bisa menghormati pemeluk agama lain (W2 SF 79).
2. Profil Keluarga Ibu NR
NR beralamat di Dusun Ngaliyan RT 01 RW 05 Kelurahan
Kecandran. NR merupakan seorang ibu, keluarga NR dikaruniai seorang
putra bernama RH. RH merupakan anak tunggal dari NR dan mantan
suaminya. RH berusia 6 tahun dan masih duduk di tingkat TK yaitu TK
Besar. RH bersekolah di TK Candra Puspita Kecandran. Pada waktu
berangkat sekolah, RH biasanya diantar oleh neneknya.
Setiap harinya NR bekerja sebagai buruh di pabrik susu. Setiap
NR bekerja, RH diasuh oleh neneknya. RH tinggal bersama NR,
59
neneknya, kakeknya dan adik NR dan dalam membesarkan RH dibantu
oleh anggota keluarga lain ketika NR bekerja di pabrik susu. NR
merupakan seorang ibu muda yang masih berusia 26 tahun. NR
memutuskan untuk menikah pada usia muda yaitu 19 tahun. NR belum
mempunyai keinginan untuk menikah lagi karena usia perceraian yang
dialaminya baru 1 tahun dan masih ingin mengurus putranya sendiri.
Pada waktu NR bercerai dengan mantan suaminya, RH masih
berusia 5 tahun dan baru 1 tahun bercerai. Hubungan NR dengan mantan
suaminya tidak begitu baik. Mantan suami NR pada waktu awal-awal
perceraian masih sering menengok RH, akan tetapi sekarang sudah tidak
pernah lagi datang ke rumah untuk sekedar menengok RH (W2 NR 28).
Pemicu perceraian antara NR dan mantan suaminya yaitu faktor
ekonomi dan perbedaan pendapat antar keduanya. Pemicu yang kedua
yaitu faktor usia NR yang masih muda dan memutuskan untuk segera
menikah menyebabkan banyaknya perselisihan antar keduanya serta
keegoisan masing-masing kemudian memicu terjadinya perceraian (W2
NR 39).
RH apabila meminta sesuatu harus dituruti. NR merupakan ibu
yang tegas dan sering memarahi RH. Tujuan NR dalam mendidik
putranya yaitu berharap RH kelak menjadi anak yang soleh, berbakti dan
yang terpenting tidak boleh menjadi anak yang nakal (W2 NR 46).
60
Setiap harinya RH mengahabiskan waktu dirumah untuk
menonton TV dan bermain dengan teman-temannya. Dalam belajar RH
masih sangat sulit dan harus diingatkan oleh ibunya. Dalam mengerjakan
PR juga harus dibantu oleh ibunya, bahkan PR nya sering dikerjakan oleh
ibunya apabila tidak, RH akan marah.
3. Profil Keluarga Ibu MF
MF merupakan seorang ibu yang mempunyai seorang anak laki-
laki yang bernama MR. MF beralamat di Dusun Gedongan RT 01 RW 02
Kelurahan Kecandran. MF sekarang berusia 32 tahun dan putranya
berusaia 7 tahun. MR sekolah di MI Dukuh dan setiap harinya diantar oleh
pakde atau omnya karena letak sekolahnya yang jauh dari tempat
tinggalnya.
Setiap harinya MF bekerja sebagai keliling gosok atau keliling
menyetrika. MF bercerai ketika MR berusia 4 tahun. Dalam membesarkan
MR, MF dibantu oleh anggota keluarga lain dirumahnya. RH tinggal
bersama nenek, kakek dan adik perempuan MF. Merekalah yang
membantu dalam mengasuh MR ketika MF berkerja.
Hubungan antara MF dengan mantan suaminya terlihat tidak
begitu baik, karena dari terakhir bercerai sudah tidak lagi mengunjungi
MR. MR masih sering menanyakan ayahnya akan tetapi ayahnya sudah
tidak pernah sama sekali mengunjungi MR, beruntung di rumah MR
61
mempunyai nenek, kakek dan tantenya yang selalu menghibur MR (W2
MF 26).
Penyebab perceraian MF dan mantan suami yaitu dikarenakan
faktor ekonomi yang memicu terjadinya perselisihan-perselisihan yang
mengakibatkan perceraian keduanya. MF sekarang harus berjuang sendiri
untuk memenuhi kebutuhan MR dengan bekerja sebagai keliling
menyetrika di rumah-rumah, dikarenakan ayah MR sudah tidak
memberikan nafkah lagi untuk membesarkan MR. MF belum memiliki
niat untuk menikah lagi dan masih ingin fokus membesarkan putranya
sendiri.
MR adalah anak yang penurut, dan dalam belajar masih agak sulit,
akan tetapi MR merupakan anak yang pintar dan nilai-nilainya bagus
karena MR merupakan anak yang aktif di sekolah (W3 MF 68). Harapan
dan cita-cita MF dalam mendidik MR yaitu MF berharap pendidikan MR
sukses bisa sampai perguruan tinggi dan ilmunya bisa bermanfaat bagi
kehidupan MR kelak (W2 MF 44).
C. Temuan Penelitian
Setelah dilakukan wawancara terhadap keluarga disharmoni di
Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga ditemukan pendidikan
karakter anak dalam keluarga disharmoni sebagai berikut:
1. Strategi pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di
Desa Kecandran Salatiga
62
a. Tujuan orang tua dalam mendidik karakter anak dalam keluarga
disharmoni
Data yang berhasil dihimpun oleh penulis dapatkan melalui
wawancara kepada sumber yang bersangkutan harapan atau tujuan
orang tua yaitu sebagai berikut:
SF menuturkan,
“Ya misalkan yang paling inti aja masuk rumah harus
salam, dengan orang tua harus cium tangan yang pasti
pengennya anak saya tetep pada ajaran Islam, bukan
memaksakan, tapi nanti kalau dia udah gede juga dia bebas
mau pilih agama apa yang jelas sekarang ditekankan agama
Islam itu seperti ini mengajarkan kebaikan, kedamaian.
Kadang bertanya “agama lain juga gitu pah” saya menjawab
iya sama dan dia juga harus tahu kenapa harus memilih
Islam, dengan pengaruh-pengaruh TV kan ada yang bilang
orang kafir halal dibunuh itu tidak boleh dan tidak benar.
Ya kalau bertemu dengan orang beragama lain juga harus
baik. Apalagi dengan tamu harus baik itu kan berkah buat
kita,bocahe juga gak manja RZ itu mba, jadi enak” (W2 SF
79).
NR menuturkan,
“Ya banyak ya dek pengene ya jadi anak soleh,
tau agama dan terpenting mboten pareng nakal, manut sama
orang tua” (W2 NR 46).
MF menuturkan
“Harapane banyak mba yang pertama pengennya
pendidikannya sukses bisa sampe perguruan tinggi juga RH
agar RH punya bekal ilmu yang berrmanfaat bagi
kehidupannya dia kelak, ya intinya pengen pendidikannya
sukses mba pengen RH nurut juga sama saya” (W2 MF 44).
63
Tujuan orang tua kepada anaknya berbeda-beda setiap
keluarga, hal ini dipengaruhi oleh faktor pemicu perceraian yang
dialami oleh orang tua. Penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari
ketiga keluarga disharmoni yaitu sama-sama baik dan ingin anaknya
sukses dan patuh kepada orang tua.
Keluarga bapak SF bertujuan agar anaknya tetap dalam ajaran
Isalam dan bisa menghormati agama lain dikarenakan mantan istri SF
sudah pindah agama lain dan SF tidak ingin anaknya terpengaruh dan
ikut agama ibunya. Keluarga ibu NR bertujuan agar anaknya jadi anak
yang soleh dan tidak nakal atau bandel dikarenakan usia anak masih 6
tahun. Kelurga ibu MF bertujuan agar anaknya bisa mendapatkan
pendidikan yang sukses sampai perguruan tinggi dan ilmunya bisa
bermanfaat.
b. Materi yang diajarkan orang tua dalam pendidikan karakter
anak
Materi-materi yang sering diberikan orang tua terkait pendidikan
karakter meliputi nasihat-nasihat orang tua kepada anaknya agar dapat
mewujudkan harapan-harapan orang tua.
SF menuturkan,
“Ya sesuai dengan ajaran Islam dan tetap pada ajaran
Islam, karena agamanya kan sekarang Islam. harus
mengucap salam kalau masuk rumah, harus memuliakan
tamu” ( W2 SF 90).
64
NR menuturkan,
“Ya itu dek rapareng nakal, kan bocahe takut nek sama
aku dek jadi, hal-hal yang diajarkan kepada anak seng umur
segitu ya itu rapareng nakal terus dinasihati seng apik-apik.
Hehe” (W2 NR 55).
MF menuturkan,
“Kadang saya nasehati mba supaya nurut saya orang
tua, saya nasihati juga agar MR gak jadi orang nakal mba
agar gak nakali temene juga mba” ( W2
MF 52)
Hal-hal yang ajarkan orang tua yaitu berhubungan dengan harapan
yang diinginkan oleh orang tua. Keluarga SF lebih menekankan ajaran
agama Islam dan harus menghormati orang lain, sedangkan keluarga
NR yaitu nasihat agar tidak nakal karena anaknya cukup takut dengan
ibunya dan keluarga MF lebih menekankan agar anaknya patuh dan
patuh pada ibunya.
c. Cara mendidik anak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan
karakter dalam keluarga yang terurai menjadi 16 poin
1) Religius
SF menuturkan bahwa RZ dulunya belajar agama di TPQ,
tetapi sekarang sudah sulit untuk disuruh berangkat TPQ.
“Dulu TPQ sekarang sudah tidak, saiki ora gelem
sok wegah kalau disuruh TPQ dan kadang-kadang
ngajinya sekarang sama saya. Kalau mengenai solat ya
namanya anak kecil kalau gak diingetke lupa dan harus
saya ingetke, tapi solat maghrib yang selalu solat” (W3
SF 33).
65
RZ menuturkan,
“TPQ Maarif, dulu TPQ tapi sekarang udah gak,
solate mahrib aja (sambil malu-malu) ( W1 RZ 15)
NR menuturkan bahwa RH disuruh TPQ dan sering mencontoh
apabila NR ibadah solat.
“Kalo masih 6 tahun agak susah, tapi tetap
taksuruh TPQ, solatnya juga masih meniru saya kalo
saya solat bocahe ngikut gitu dek” (W2 NR 85).
RH menuturkan,
“TPQ di mesjid mba, kalo ibuk solat, ikut solat
juga kadang-kadang” (W1 RH 15).
MF menuturkan menuturkan bahwa MR belajar agama di TPQ
dan solatnya juga masih mencontoh ibunya.
“TPQ mba, di Mesjid deket RA Ma’arif, kalau
solat itu dia mahrib, isya mba soalnya tak ajak ke mesjid
anaknya. Caranya ya sering diajak ke masjid aja mba
mencontohkan langsung seperti itu” (W3 MF 21).
MR menuturkan,
“TPQ di Maarif mba, solatnya mahrib, isya di
masjid” ( W1 MR 23).
Dari hasil wawancara dengan orang tua dan anak dapat
disimpulkan cara menanamkan agar ada rasa takut apabila tidak
beribadah dengan cara menasehati, menyuruh dan teladan atau
memberikan contoh kepada anaknya. Pada usia 6-12 tahun biasanya
orang tua memasukkan anaknya ke TPQ agar anak mengetahui ilmu
66
agama, pada ibadah solat ketiganya masih belum sempurna dan
masih mencontoh orang tuanya. RZ sekarang tidak mau TPQ
karena sekarang sulit kalau disuruh berangkat TPQ, tetapi dulunya
RZ ikut TPQ dan ngajinya kadang dengan ayahnya sedangkan RH
dan MR masih berangkat TPQ sampai saat ini.
2) Jujur
SF menuturkan agar RZ takut berbohong dan terbuka dengan
ayahnya dengan cara ditanya-tanya dan diawasi.
“Carane di tanya-tanya istilah jawane didedes,
diawasi. Saya cukup tegas mba jadi orang tua, “kalau
kamu gak terbuka sering bohong, nanti tak kasike ke
mamamu ben ikut agamane mamamu “ gitu mba. Dia
udah takut” (W3 SF 31).
RZ menuturkan,
“Pernah dulu tapi sekarang udah gak , takut sama
papa” (W1 RZ 20).
NR menuturkan,
“Bocahe takut sama ibue dek, ya kalo anak kecil
masih polos nurut, jujur, banyak cerita juga. Carane ya
dinasehati agar gak bohong dek” (W2 NR 92).
RH menuturkan,
“Pernah, sering cerita mba” (W1 RH 19)
MF menuturkan,
“Anaknya cukup terbuka sih mba suka cerita-
cerita juga sama ibunya, suka ngajak bercanda ibunya
juga, kalau caranya cukup ditanya-tanya diajak cerita
mba”( W3 MF 30).
MR menuturkan,
67
“Pernah, sering mba,” ( W1 MR 28).
Dapat disimpulkan bahwa cara orang tua menanamkan agar
ada rasa takut berbohong dan anak terbuka pada orang tua yaitu
dengan cara diawasi dan diajak ngobrol. Dari ketiga keluarga yang
penulis teliti ada dua anak yang takut berbohong dikarenakan rasa
takut dengan orang tuanya yaitu RZ dan RH. Pada keluarga MF,
cara menanamkan agar anak terbuka yaitu dengan diajak bercerita
dan MF mendidik MR dengan lembut dan penuh kasih sayang. Dari
3 anak yang penulis teliti ketiganya menuturkan pernah berbohong
kepada orang tuanya, akan tetapi RZ sekarang sudah tidak pernah
berbohong karena takut dengan ayahnya SF.
3) Toleransi
Toleransi yang dimaksud yaitu cara menanamkan agar anak
bisa menghargai anggota keluarga lain baik sikap maupun
pendapat dalam keluarga.
SF menuturkan kadang sering ada kendala dan RZ juga sering
marah dengan neneknya.
“Kadang ada halangan, kan serumah ini sama
neneke, kadang neneke kan sering marahin dia. Tapi
kalo udah gitu tak suruh pergi aja RZ mungkin main
atau kerumah temene. Namanya neneke udah pikun,
udah sepuh juga. Saya mengajarkan untuk menghormati
sama orang tua” (W3 SF 43).
RZ menuturkan,
68
“Pernah, neneknya galak soalnya, gara-gara
menyalakan musik keras-keras”( W1 RZ 25).
NR menuturkan,
“Pernah, namanya juga anak kecil dek. Kalo
toleransi belum mudeng sih bocahe tapi kadang tak
suruh ngalah neneke ben bocahe gak rewel juga”(W2
NR 102).
RH menuturkan,
“Pernah, soalnya gak dibeliin mainan”(W1 RH
22).
MF menuturkan,
“Pernah mba sama neneknya, kadang anake saya
suruh minta maaf sama neneknya kalau lagi marah tapi
juga mbujuknya agak susah kemudian dia mau minta
maaf gitu mba” (W3 MF 38)
MR menuturkan,
“Pernah, soalnya gak boleh main hp”(W1
MR 33).
Dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti terdapat
perbedaan cara menanamkan agar anak bisa menghargai orang lain,
baik sikap, pendapat di dalam keluarga. SF mengajarkan kepada
puteranya agar menghormati neneknya dan apabila neneknya
sedang marah menyuruh RZ pergi bermain. NR mengajarkan
kepada RH yang belum mengerti toleransi apabila neneknya marah
NR menyuruh neneknya untuk mengalah. MF mengajarkan MR
untuk meminta maaf apabila neneknya marah kepada MR. Dari
ketiga anak yang penulis teliti menuturkan bahwa ketiganya pernah
69
marah baik kepada ibu maupun neneknya. RH belum memiliki rasa
toleransi terhadap anggota keluarga lain.
4) Disiplin
SF menuturkan,
“Kalo masalah bangun ya tak bangunin tapi
susah, kalo sekolah aja kadang suka telat karena
bangune kesiangan, kalo dalam bermain sih saya tegas
harus pulang jam 4 mandi gitu mba” (W3 SF 53).
RZ menuturkan,
“Jam 6 lebih kadang suka telat datang ke sekolah”
(W1 RZ 27).
NR menuturkan,
“Bangune sulit dek kadang telat, ya takbangunke
wong masih mak-maken tidure we sama ibue”(W2 NR
107).
RH menuturkan,
“Jam 7 lebih kadang suka telat berangkat ke TK”
(W1 RH 25).
MF menuturkan,
“Bangunnya tepat waktu sih mba kadang jam 6
kan sekolahnya jauh jadi harus bangun awal. Dukuh kan
sekolahnya tapi gak pernah terlambat kalau datang ke
sekolah” (W3 MF 46).
MR menuturkan,
“Jam setengah 6 lebih sedikit”(W1 MR 36).
Dapat disimpulkan bahwa cara menanamkan agar anak patuh
pada aturan dalam keluarga kadang terdapat kendala-kendala. SF
memberikan aturan agar pulang tepat waktu yaitu jam 4 ketika RZ
70
bermain. Ketiga anak dalam keluarga disharmoni RZ,RH maupun
MR, ketika bangun tidur harus dibangunkan, akan tetapi diantara
tiga anak tersebut MR yang paling tepat waktu bangunnya dan tidak
pernah terlambat datang ke sekolah. Berbeda dengan RZ dan RH
yang sering terlambat datang ke sekolah karena bangunnya
kesiangan.
5) Kerja keras
SF menuturkan,
“Susah orange mba, dalam belajar dia masih
susah. Ya caranya saya ingetke ada PR gak yang harus
dikerjakan gitu aja mba sama belajarnya sama saya kalo
gak sama tantenya mba, gak saya leskan juga mba”(W3
SF 65).
RZ menuturkan,
“Ngerjain kadang-kadang kalo dimarahin papa”
(W1 RZ 31).
NR menuturkan,
“Ya itu to masih males-malesan belum ada kerja
kerase masih sulit dan perlu dinasihati”(W2 NR 116)
RH menuturkan,
“Gak pernah belajar, PR nya dibuatin ibuk” (W1
RH 30).
MF menuturkan,
“Belajarnya kadang sama saya, kadang juga sulit
disuruh belajar, anaknya sukanya malah mainan hp
terus dirumah ki, sama sukanya nonton tv, kalau ada
71
temene dia mau belajar kalau gak ya masih susah”(W3
MF 60).
Dengan keterangan diatas penulis masih menanyakan lagi
mengenai nilai yang diperoleh MR disekolah. Kemudian MF
menuturkan,
“Nilainya bagus sih mba, anaknya juga aktif kalau
disekolah, walaupun dia jarang belajar tapi kurang tau
ya mba nilainya bagus, anaknya nyantelan mba, hehe”
(W3 MF 68).
MR menuturkan,
“Belajar kalau ada PR”(W1 MR 43).
Cara menanamkan agar ada rasa sungguh-sungguh dalam
mengejar impian, sebagai pelajar RZ, RH dan MR harus
bersungguh-sungguh dalam belajar. Ketiga orang tua menamankan
agar anak giat belajar yaitu dengan cara dinasehati dan diingatkan
ada PR atau tidak. RZ, RH dan MR belum memiliki nilai karakter
kerja keras yang tinggi akan tetapi untuk masalah nilai atau prestasi
MR yang paling memperoleh nilai bagus disekolahnya, karena MR
anaknya memang aktif walaupun jarang belajar.
6) Kreatif
SF menuturkan bahwa belum ada rasa kreatif RZ akan tetapi
rasa ingin tahunya tinggi.
72
“Belum ada, tapi dia rasa ingin tahunya tinggi kan
disini ada komputer ya dia sukane kan ngegame mainan
perang-perangan dan sering tanya-tanya “ itu alat
perang negara mana pah” seperti itu mba. Bocahe
sekarang juga gak tak pegangin hp mba. Pokoe ada rasa
ingin tahu tentang Bahasa Inggris. Carane ya diberitahu
untuk memperbaiki gitu aja” (W3 SF 77).
RZ menuturkan bahwa ia tidak pernah memperbaiki mainan,
“Gak pernah, sukanya perang-perangan dan
pengen tahu game itu” (W1 RZ 36).
NR menuturkan bahwa RH cukup mempunyai kreatifitas,
“Paling ngotak-atik mainan dek.. walaupun
kadang mainane malah dirusak. Cara menanamkannya
ya diberi tahu untuk memperbaiki.” (W2 NR 120).
RH juga menuturkan,
“Pernah memperbaiki mainan, sukanya sama
mobil-mobilan”(W1 RH 35).
MF menuturkan bahwa MR juga memiliki kreatifitas yang
tinggi yaitu MR sering memperbaiki mainanya dan sepeda seperti
yang dituturkan MF dibawah ini:
“Kalau memperbaiki barang kadang-kadang
ngotak-atik mainanya mobil-mobilan, kalau gak
sepedanya biasanya diotak-atik, cara menanamkannya
ya cukup diberi tahu buat memperbaiki dicoba dulu gitu
mba” (W3 MF 74)
MR juga menuturkan hal yang sama bahwa dia juga sering
memperbaiki mobil-mobilan dan sepedanya. Dapat disimpulkan
bahwa RZ belum memiliki kreatifitas dalam dirinya sedangkan RH
dan MR memiliki kreatifitas yang tinggi dengan memperbaiki
73
mainanya atau sepeda sedangkan RZ rasa ingin tahunya tinggi dan
sering bertanya kepada ayahnya tentang hal yang dia sukai
Jadi dapat disimpulkan bahwa SF, NR dan MF menanamkan
agar anak mereka mempunyai ide baru untuk menyelesaikan atau
memperbaiki sesuatu yaitu dengan cara memberi tahu atau
mengingatkan untuk memperbaiki barang yang menjadi
kesukaannya.
7) Mandiri
SF dalam menanamkan agar anak tidak manja dan tidak
bergantung dengan anggota keluarga lain dengan cara RZ dilatih
menjadi anak yang mandiri. Dulunya ketika berangkat sekolah RZ
mengendarai sepeda tetapi karena jalan semakin ramai SF khawatir
dan sekarang RZ diantar oleh tantenya (W3 SF 97)
NR belum bisa menanamkan agar RH menjadi anak yang
mandiri karena NR tetap menuruti setiap permintaan RH dan
sekolahnya juga masih diantar neneknya seperti yang dituturkan NR
berikut ini:
“Harus diturutin dek kalo minta mainan ya harus
cepet dibelikan, ya kalo sekolah dianter neneknya” (W2
NR 127).
MF menuturkan bahwa sekolah MR harus diantar oleh
pakdenya karena letak sekolahnya yang jauh dari tempat tinggal
MR.
74
“Kalau berangkat sekolah diantar kan jauh
sekolahnya, biasanya diantar pakdenya kalau gak
omnya mba”(W3MF 52).
Jadi dapat disimpulkan bahwa RZ, RH dan MR memerlukan
bantuan anggota keluarga lain dalam kegiatan sehari-hari seperti
berangkat sekolah. Diantara ketiga anak tersebut RZ yang
mempunyai nilai karakter mandiri karena usianya juga lebih besar.
8) Demokratis
SF mengajarkan kepada RZ untuk tidak membeda-bedakan
teman dan terbuka kepada temannya. NR juga mengajarkan hal
yang sama untuk tidak membeda-bedakan teman dan RH dinasihati
agar tidak nakal dengan temannya seperti penuturan NR berikut ini:
“Ya dinasehati kalo temenan sama siapa aja yang
penting gak sama anak yang nakal” gitu aja dek” (W2
NR 134).
MF mengajarkan kepada putranya MR untuk menghargai
temannya dan berteman dengan siapa saja serta tidak boleh nakal.
Jadi ketiganya mengajarkan kepada putranya untuk berteman
dengan siapa saja dan tidak memilih-milih teman. RZ, RH maupun
MR memiliki teman yang banyak.
9) Rasa ingin tahu
SF menuturkan bahwa RZ memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
tentang Bahasa Inggris dan permainan kesukaannya, sedangkan
cara menanamkan agar RZ memiliki rasa ingin tahu lebih
75
mendalam tentang hal-hal yang baru dengan cara diajarkan hal-hal
yang baru dan diajak cerita seperti yang dituturkan SF berikut ini:
“Caranya diajarkan tentang hal-hal yang baru dan
diajak ngobrol juga tentang hal-hal yang ia sukai gitu
biasanya mba” (W3 SF 83).
NR juga menuturkan bahwa RH juga memiliki rasa keingin
tahuan yang tinggi seperti yang dituturkan NR berikut ini:
“Iya sering kan dia suka nonton TV kadang suka
nanyain itu kartun apa gitu dan pengen tahu sampe beli
mainan kartun-kartun, kalo cara menanamkannya ya
diajak ngobrol dek” (W2 NR 141).
MF juga menuturkan bahwa MR memiliki rasa keingin tahuan
yang tinggi yaitu keingin tahuan mengenai hal yang MR sukai.
Berikut ini penuturan MF:
“Sering kadang tanya-tanya tentang hp mba, kan
dia tak pegangin hp biar buat mainan mba” (W3 MF
89).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa RZ, RH dan MR memiliki
rasa keingintahuan yang tinggi mengenai hal-hal yang mereka
sukai. Cara SF, NR maupun MF menanamkan agar anak mereka
memiliki rasa ingin tahu yaitu dengan cara diajak cerita dan
diajarkan hal-hal yang baru.
10) Menghargai prestasi
SF menanamkan agar RZ mempunyai rasa menghargai
keberhasilan orang lain dengan cara dinasihati dan diberikan contoh
76
langsung, sedangkan NR menanamkan agar RH agar mempunyai
rasa menghargai keberhasilan orang lain dengan memberi tahu agar
menghargai orang lain tetapi RH belum paham tentang bagaimana
menghargai prestasi orang lain seperti yang dituturkan NR berikut
ini:
“Belum mengerti, kalo masalah itu kadang juga
tak bilangin harus menghargai sekedar mengucapkan,
tapi anaknya belum sampe situ” (W2 NR 147).
MF menanamkan agar MR mempunyai rasa menghargai
keberhasilan orang lain dengan cara menyuruhnya agar bisa
menghargai prestasi orang lain. Dari ketiganya RH yang belum
memiliki rasa menghargai prestasi orang lain, sedangkan RZ dan
MR memiliki rasa menghargai prestasi orang lain.
11) Bersahabat atau komunikatif
SF menanamkan agar RZ mudah bergaul dan bekerjasama
dengan anggota keluarga lain maupun dengan orang lain dengan
cara menasihati agar tidak pilih-pilih teman dan tidak membeda-
bedakan teman. NR mananamkan agar RH mudah bergaul dengan
cara tidak menyakiti orang lain dan menasihatinya agar tidak nakal
seperti yang dituturkan NR berikut ini:
“Gampang, dinasehati gak boleh bicara saru
kasar, gak boleh nakal intine” (W2 NR 158)
.
77
MF juga menekankan hal yang sama kepada MR seperti yang
dituturkan MF berikut ini:
“Dirumah sini temene lumayan sih, banyak juga.
Kadang saya nasihati agar berteman dengan siapa saja
dan gak boleh nakali temannya juga” (W3 MF 82).
Dari ketiga anak yang penulis teliti memiliki teman yang banyak
dan semuanya bersahabat atau komunikatif.
12) Cinta damai
SF menanamkan agar RZ mempunyai rasa ingin
menyenangkan orang lain dengan cara menjaga lisan, mengalah
dan kadang apabila RZ dijahili temannya SF menyuruhnya untuk
membalas seperti yang dituturkan SF berikut ini:
“Ya misalkan omonganya harus baik, kalo
dinakali kadang tak suruh bales kalo dinakaline parah,
kalo tidak ya di diemin aja. Tadi kan pas lagi dimarahin
neneknya juga tak suruh pergi maen apa kemana gitu
mba.” ( W3 SF 142).
NR menanamkan agar RH mempunyai rasa ingin
menyenangkan orang lain dengan cara menasihatinya agar tidak
nakal dan menyakiti orang lain, sedangkan MF juga menekankan
hal yang sama yaitu tidak boleh membeda-bedakan teman dan
tidak boleh nakal. Ketiga anak yang penulis teliti memiliki rasa
cinta damai RZ lebih suka mengalah, RH lebih suka menangis dan
membiarkan saja serta MR memilih untuk meminta maaf, karena
disuruh ibunya.
78
13) Gemar membaca
SF menanamkan agar RZ mempunyai rasa senang terhadap
buku dengan cara menyuruhnya membaca, tetapi RZ jarang
menurutinya membaca buku, seperti yang dituturkan SF berikut
ini:
“Jarang mba dalam belajar dan baca-baca masih
susah anakku itu, ya seperti tadi cukup diingetin dulu
aja, tapi tertariknya dengan bacaan perang-perang soale
game nya perang, kalau prestasi ya lumayan” (W3 SF
107).
NR menanamkan agar RH mempunyai rasa senang terhadap
buku dengan cara mengingatkan ada PR apa tidak agar memacu
RH mau membuka buku, tetapi masih sulit untuk disuruh
membaca. MF juga menanamkan agar MR mau membaca buku
dengan menyuruhnya membaca buku pelajaran, tetapi MR mau
membaca apabila ada temannya seperti yang dituturkan MF
berikut ini:
“Kalau ada temennya biasanya gampang disuruh
baca-baca buku pelajaran, kalau gak ya sulit. Namanya
juga anak kecil mba”(W3 MF 114).
Dari ketiga anak yang penulis teliti penulis dapat
menyimpulkan bahwa RZ, RH maupun MR tidak memiliki nilai
karakter gemar membaca, tetapi prestasi RZ dan RH sedang dan
prestasi MR bagus dikarenakan MR merupakan siswa yang aktif
disekolah.
79
14) Peduli lingkungan
SF menanamkan agar RZ mencintai lingkungan dengan cara
tidak boleh membuang sampah sembarangan seperti yang
dituturkan SF berikut ini:
“Kalo membantu menyapu belum soale cowo
juga masih kecil juga, saya mengajarkannya gak boleh
buang sampah sembarang itu udah mewakili, kemaren
kan pergi sampahe gak tak suruh buang dijalan tetap
bawa aja ditempat sampah mobil dan kemaren juga ada
orang lewat di depan rumah buang sampah dijalan, tak
suruh ambilin RZ” (W3 SF 155).
NR menanamkan agar RH mencintai lingkungan dengan
cara menasihatinya tetapi RH belum memiliki rasa peduli
lingkungan sekitarnya seperti yang dituturkan NR berikut ini:
“Gak pernah dek belum mudeng sampe situ, gak
pernah nyapu juga, tapi kadang tak nasehati kalo pulang
sekolah sepatunya taruh di rak gitu” (W2 NR 174).
MF menanamkan agar MR mencintai lingkungan dengan
cara menyuruhnya menyapu sebentar agar melatih MR mencintai
lingkungan. Dari tiga anank yang penulis teliti RZ dan MR
memiliki nilai peduli lingkungan yang tinggi, sedangkan RH
belum memahami pentingnya peduli lingkungan.
15) Peduli Sosial
SF menanamkan agar RZ mempunyai rasa tolong menolong
dengan cara mengajarkannya langsung seperti yang dituturkan SF
berikut ini:
80
“Ya sering mba dia saya ajarkan untuk saling
tolong-menolong karena hidup itu kan butuh orang lain
juga, kalo dirumah gampang kalo disuruh mau,
dipanggil langsung dateng” (W3 SF 131).
RZ juga menuturkan hal yang sama bahwa dia memiliki rasa
tolong-menolong yang tinggi seperti yang dituturkan RZ berikut
ini:
“Suka, kemaren ada yang jatoh dari sepeda tak
bantu” (W1 RZ 61).
NR menuturkan bahwa RH belum begitu paham bagaimana
tolong-menolong dan membantu anggota keluarga lain, seperti
yang dituturkan NR berikut ini”
“Gak pernah dek belum mudeng sampe situ, gak
pernah nyapu juga, tapi kadang tak nasehati kalo pulang
sekolah sepatunya taruh di rak gitu” (W2 NR 174).
MF menanamkan agar MR memiliki rasa tolong menolong
dengan cara menyuruhnya membantu pekerjaan rumah dengan
menyapu. Dari ketiga anak yang penulis teliti yang memiliki rasa
peduli sosial tinggi yaitu RZ dan MR sedangkan RH belum
memahami tolong-menolong.
16) Tanggung jawab
SF menanamkan kepad RZ agar ada rasa untuk selalu
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar dengan cara
mengingatkan apabila ada PR seperti yang dituturkan SF berikut
ini:
81
“Saya ingetin harus ngerjain PR, saya bilangin
kalau gak mau ngerjain PR sampai saya dipanggil ke
sekolah saya gak mau dateng nanti dia tetep ngerjain
PR” (W3 SF 164).
NR menturkan bahwa RH belum memiliki rasa tanggung
jawab, seperti yang dituturkan NR berikut ini:
“Tanggung jawabnya belum timbul soale masih
males-malesan belajar maunya di TV terus, bermain
terus.. gitu dek” (W2 NR 181).
MF menuturkan apabila MR memperoleh PR dari sekolah,
MF selalu bertanya kepada MR, seperti yang dituturkan MF
berikut ini:
“Kalau ada PR dari sekolahnya pasti saya tanya-
tanya dan saya suruh mengerjakan. Tapi kalau PR dia
selalu mengerjakan karena saya suruh terus tapi kalau
belajar setiap hari belum mba, belajarnya kalau waktu ada
PR saja dan saya yang nyuruh”(W3 MF 134).
Dari ketiga anak yang penulis teliti RZ dan MR memiliki
tanggung jawab dengan pekerjaan rumahnya apabila mereka
disuruh mengerjakan oleh ayah maupun ibunya, sedangkan RH
masih belum memiliki tanggung jawab dengan pekerjaan
rumahnya karena masih malas-malasan.
d. Evaluasi pendidikan karakter dalam keluarga disharmoni
Evaluasi merupakan pengujian terhadap karakter anaknya,
biasanya dilakukan oleh orang tua yang ingin mengetahui tingkat
karakter anaknya.
82
SF menuturkan,
“Iya pernah, anakku tak kasih uang untuk beli teh
botol, berarti anakku boleh beli satu lagi dan harus bilang
“pah ini tak beliin ini uange tadi sisa segini dan tak beliin ini
satu” dan yang pasti harus bilang jujur pada papanya” (W2
SF 101).
NR menuturkan,
“Pernah bocahe manut sih dek takut sama ibue, jadi
mau yen disuruh-suruh dan jujur juga” (W2 NR 63).
MF menuturkan,
“Pernah mba, mesti uange dikembalikan mba, Kalau
pengen apa-apa ya bilang dulu sama saya” (W2 MF 65).
Biasanya orang tua memberikan evaluasi atau pengujian karakter
anaknya dengan cara menguji kejujuran anaknya dengan cara
menyuruhnya untuk membelikan sesuatu, dengan cara seperti itu orang
tua akan mengetahui tingkat kejujuran anaknya. Rata-rata pada tiga
keluarga disharmoni yang saya teliti di Desa Kecandran Kecamatan
Sidomukti Kota Salatiga pernah memberikan evaluasi kepada putranya
dengan catatan harus jujur kepada orang tuanya.
2. Kendala atau hambatan pendidikan karakter anak dalam keluarga
disharmoni di Desa Kecandran Salatiga
Sebagai orang tua tunggal, dalam membesarkan putra maupun
putrinya tentu ada kendala atau hambatan seperti yang dituturkan oleh SF
83
yang harus selalu mengingatkan RZ, karena RZ merupakan anak yang
pelupa, seperti yang dituturkan SF berikut ini:
“Anakku pelupa orange, jadi kendala-kendalane itu,
masih kecil tapi harus selalu diingetke, belajarnya agak
susah masuk kalau gak diingetke gak belajar. jan anake
lalinan mba. Prestasinya dalam sekolah sedang soalnya
anaknya pelupa, dan saya cuek saja kalau udah tak ingetin
gak mau yasudah. Yang penting diingetin dan tidak saya
leskan juga. Belajarnya sama saya, kalau gak sama
tantenya” (W2 SF 118).
NR menuturkan bahwa kendala-kendala dalam membesarkan RH
yaitu anaknya masih malas dalam belajar dan kalau minta sesuatu harus
dituruti, seperti yang dituturkan NR berikut ini:
“Ya kendalanya tetap ada ya soale kan masih kecil
juga, ya kadang bocahe masih sering nanyake bapake, kalo
belajar males-malesan pengene nonton tv terus tapi ya tetep
tak konkon belajar, tapi bocahe tetep angel terus kalo minta
apa-apa harus cepet diturutin kalo gak rewel”(W2 NR 76).
MF menuturkan bahwa kendala-kendala dalam membesarkan MR
yaitu MR masih sering menanyakan ayahnya dan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari MR, seperti yang dituturkan MF berikut ini:
“Kendala-kendala pasti ada namanya sendiri ya mba,
kaki aja dua ya mba kalau 1 kaki saja juga pasti ada kedala
dalam berjalan sama mba sama kaya saya kadang MR suka
nanyain ayahnya, tapi ayahnya sudah gak pernah kesini
kadang saya juga mikir mba kasian MR, kadang kalau
pengen apa-apa saya juga harus memenuhi kebutuhan MR
sendirian juga. Kadang kalau dinasehati MR suka sulit,
kalau ada temene dia kadang mau” (W2 MF 90).
84
Dari tiga keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga yang
penulis teliti memiliki kendala-kendala yang berbeda yaitu pada keluarga
SF memiliki kendala yang harus diingatkan dalam belajar karena putranya
pelupa, pada keluarga NR memiliki kendala masih sulit dalam belajar dan
harus dituruti apabila menginginkan sesuatu sedangkan pada keluarga MF
memiliki kendala yaitu putranya masih sering menanyakan ayahnya dan
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari putranya.
85
BAB IV
ANALISIS DATA
Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan pada bab III, maka pada bab
ini akan dilakukan analisis data. Adapun hal-hal yang dianalisis yaitu strategi
pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga
yang meliputi tujuan orang tua dalam mendidik karakter, hal-hal yang diajarkan
orang tua, cara mendidik anak sesuai dengan nilai pendidikan karakter, evaluasi
pendidikan karakter anak dan dan kendala-kendala pendidikan karakter anak dalam
keluarga disharmoni Desa Kecandran Salatiga. Analisis ini berdasarkan pada data-
data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yang menggambarkan pendidikan
karakter anak dalam keluarga disharmoni Desa Kecandran Salatiga.
A. Strategi Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga Disharmoni Di Desa
Kecandran Salatiga
1. Tujuan Orang Tua dalam Mendidik Karakter Anak
Berdasarkan penelitian terhadap keluarga disharmoni di Desa
Kecandran Salatiga ada tiga tujuan orang tua dalam mendidik karakter anak.
Pertama, agar anaknya tetap dalam ajaran Islam dan bisa menghormati agama
lain dikarenakan mantan istri sudah pindah agama serta berharap agar anak
dapat memuliakan tamu. Pada keluarga ini bertujuan agar anaknya memiliki
sikap toleransi dan menghargai pemeluk agama lain. Menurut Aziz (2015:143)
86
toleransi adalah sikap dan tindakan untuk senantiasa menghargai perbedaan
agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari
dirinya. Hal ini terdapat dalam Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa tidak boleh
menyembah Tuhan satu dengan Tuhan yang lain dan hendaknya bertoleransi
dengan cara bagimu agamamu, dan bagiku agamaku seperi firman Allah surat
Al-Kafirun berikut ini:
)ك ل ٱأ يه اي قل ١فرون ات ع أ ع (ل )بدم ٢بدون ل ا بدع أ نتم (و م )بدأ ع ون
٣ ل ابدأ ن ا (و ب دتم ع ع ا ٤)م ل ا ع أ نتم (و م ل كم ٥بد)أ ع بدون دينكم (
دين) لي (٦و
Artinya: "Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku
sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu
sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku". (QS
al-Kafiruun: 1-6).
Kedua, yaitu bertujuan agar anaknya menjadi anak yang sholeh, patuh
kepada orang tua dan tidak nakal atau bandel dikarenakan usia anak masih 6
tahun. Tujuan orang tua dalam mendidik karakter atau akhlak yaitu agar anak
menjadi sholeh dan sholikhah dengan cara tidak mempersekutukan Allah,
berbuat baik kepada orang tua terutama kepada ibunya karena ibu telah
mengandung dalam keadaan lemah dan menyapihnya. Tujuan yang
diharapkan orang tua ini sejalan dengan harapan Luqman Hakim dalam wasiat
87
kepada anaknya, seperti firman Allah dalam kitab suci al-Quran surat Luqman
ayat 13-14
واذ قال لقمان البىه وهو يعظه يابىى ال تشرك باهلل اوشرك لظلم عظيم.
يىا األوسا) ١٣( ه وهىا على وهه وفصاله فى ووص ن بوالديه حملته أم
)١١ (كالى المصير لدي ٲعاميه أن اشكرلى ولو
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata keapada anaknya,
ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “ Wahai anakku !
Janganlah engkau mempersekutukkan Allah, sesungguhnya
mempersembahkan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang
besar”. Dan kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat
baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Anak-anak juga dididik untuk bisa berbuat baik terhadap sesama
manusia, menjauhi sifat sombong, angkuh, dan membanggakan diri. Atas
dasar itu, tujuan pendidikan karakter yang paling utama adalah membuat
anak-anak semakin taat dan patuh kepada Allah, sehingga ia mampu
menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi segala larangannya dalam
setiap kehidupannya. Hal itu tampak dari upaya keluarga dalam bentuk
pemberian nasihat, pembiasaan dan contoh teladan dari orang tua terhadap
anak-anaknya dalam bertakarub kepada Allah (Zubaedi, 2011: 156). Ketiga,
bertujuan agar anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang sukses sampai
88
perguruan tinggi dan ilmunya bisa bermanfaat serta orang tua berharap agar
anaknya patuh kepada orang tua.
Dengan demikian maka ketiga orang tua dalam keluarga disharmoni di
Desa Kecandra Salatiga mempunyai tujuan yang berbeda-beda kepada
anaknya. Tujuan dan harapan orang tua kepada anaknya selalu baik dan
menginginkan anaknya menjadi pribadi yang baik, taat beragama dan bisa
menghargai pemeluk agama lain. Tujuan dari ketiga keluarga disharmoni di
Desa Kecandran Salatiga yaitu sama-sama baik dan ingin anaknya sukses dan
patuh kepada orang tua.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rahani dalam
(Zubaedi, 2011: 155) bahwa tujuan pendidikan keluarga adalah untuk
membina dan membentuk anggota keluarga (anak) yang beriman, kepada
Allah, berakhlak mulia, cerdas, terampil, sehat, bertanggung jawab, sehingga
ia dapat melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka
bumi.
Dalam hal ini, dapat digaris bawah betapa pentingnya pengaruh pola
asuh orang tua terhadap keberhasilan pendidikan karakter anak-anaknya di
lingkungan rumah tangga. Keberhasilan lembaga informal (keluarga) dalam
mendidik karakter anak-anaknya dipengaruhi oleh bagaimana pola asuh yang
dipilihnya dan kualitas asuhan, bimbingan dan kasih sayang yang diberikan.
Orang tua harus memilih pola asuh yang tepat bagi anak-anaknya agar bisa
berpengaruh positif terhadap pembentukan karakternya.
89
Menurut Muslich (2011: 98) menyatakan bahwa keluarga merupakan
wahana pertama dan utama bagi pendidikan karakter anak. Apabila keluarga
gagal melakukan pendidikan karakter pada anak-anaknya, maka akan sulit bagi
institusi-institusi lain di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk
memperbaikiknya. Kegagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan
berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh sebab itu,
setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat
tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.
2. Materi yang diajarkan orang tua dalam pendidikan karakter anak
Materi yang diajarkan orang tua terkait pendidikan karakter anak
dalam keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga meliputi nasihat-
nasihat orang tua kepada anaknya agar dapat mewujudkan harapan-harapan
orang tua. Pertama, mengajarkan dengan tegas kepada anaknya agar patuh
pada ajaran Islam dan harus memuliakan tamu melalui nasihat. Kedua,
mengajarkan anaknya untuk tidak nakal, apabila putranya tidak patuh kadang
mencubitnya, hal ini dikarenakan NR memiliki emosi yang kurang stabil dan
senantiasa memberikan nasihat yang baik kepada putranya. Ketiga,
mengajarkan anaknya agar patuh kepada orang tua dan memberi nasihat agar
tidak mengganggu temannya.
Dengan demikian hal-hal yang ajarkan orang tua yaitu berhubungan
dengan harapan yang diinginkan oleh orang tua. Keluarga SF lebih
menekankan ajaran agama Islam dan harus menghormati orang lain, sedangkan
90
keluarga NR yaitu nasihat agar tidak nakal karena anaknya cukup takut dengan
ibunya dan keluarga MF lebih menekankan agar anaknya patuh dan patuh pada
ibunya.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zubaedi
(2011: 157) yang mengatakan bahwa orang tua senantiasa memberikan
bimbingan dalam bentuk perintah untuk membaca dan mengafal doa-doa
ibadah shalat dan ibadah mahdhoh lainnya. Untuk penanaman rasa hormat
kepada orang tua diupayakan melalui penjelasan dan nasihat mengenai
pentingnya nilai-nilai akhlakul karimah. Penanaman akhlakul karimah melalui
pembiasaan dan contoh teladan dilakukan orang tua melalui ucapan, sikap dan
penampilan orang tua dalam kehidupan sehari-hari yang secara langsung bisa
diamati dan bisa dirasakan oleh anak-anak.
3. Cara mendidik anak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter dalam
keluarga yang terurai menjadi 16 poin
Setelah dilakukan wawancara terhadap keluarga disharmoni di Desa
Kecandran Salatiga, penulis menyimpulkan cara mendidik anak sesuai dengan
nilai-nilai pendidikan karakter menurut Aziz (2015: 143) yang terurai menjadi
16 poin sebagai berikut:
1) Religius
Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan
ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain, serta hidup rukun baik dengan sesama maupun pemeluk agama lain.
91
Dari hasil wawancara dengan orang tua dan anak dalam keluarga
disharmoni di Desa Kecandran Salatiga dapat disimpulkan cara
menanamkan agar ada rasa takut apabila tidak beribadah dengan cara
menasehati, menyuruh dan teladan atau memberikan contoh kepada
anaknya. Pada usia 6-12 tahun biasanya orang tua memasukkan anaknya ke
TPQ agar anak mengetahui ilmu agama, pada ibadah solat ketiganya masih
belum sempurna dan masih mencontoh orang tuanya. RZ sekarang tidak mau
TPQ, tetapi dulunya RZ ikut TPQ dan ngajinya kadang dengan ayahnya
sedangkan RH dan MR masih berangkat TPQ sampai saat ini.
2) Jujur
Jujur yaitu dapat dipercaya dalam lingkup perkataan, tindakan dan
pekerjaan. Cara orang tua menanamkan agar ada rasa takut berbohong dan
anak terbuka pada orang tua yaitu dengan cara diawasi dan diajak ngobrol.
Pada keluarga SF, apabila putranya dinasihati untuk tidak berbohong tidak
patuh maka langkah terakhir dengan memberi hukuman dengan memberikan
hak asuh kepada mantan isrtrinya. Dari ketiga keluarga yang penulis teliti
ada dua anak yang takut berbohong dikarenakan rasa takut dengan orang
tuanya yaitu RZ dan RH. Pada keluarga MF, cara menanamkan agar anak
terbuka yaitu dengan diajak bercerita dan MF mendidik MR dengan lembut
dan penuh kasih sayang. Dari 3 anak yang penulis teliti ketiganya
menuturkan pernah berbohong kepada orang tuanya, akan tetapi RZ
sekarang sudah tidak pernah berbohong karena takut dengan ayahnya SF.
92
3) Toleransi
Toleransi yang dimaksud disini yaitu cara menanamkan agar anak bisa
menghargai anggota keluarga lain baik sikap maupun pendapat dalam
keluarga.
Dari hasil wawancara yang diperoleh peneliti terdapat perbedaan cara
menanamkan agar anak bisa menghargai orang lain, baik sikap, pendapat di
dalam keluarga. SF mengajarkan kepada puteranya agar menghormati
neneknya dan apabila neneknya sedang marah menyuruh RZ pergi bermain.
NR mengajarkan kepada RH yang belum mengerti toleransi apabila
neneknya marah NR menyuruh neneknya untuk mengalah. MF mengajarkan
MR untuk meminta maaf apabila neneknya marah kepada MR. Dari ketiga
anak yang penulis teliti menuturkan bahwa ketiganya pernah marah baik
kepada ibu maupun neneknya. RH belum memiliki rasa toleransi terhadap
anggota keluarga lain karena usianya masih kecil.
4) Disiplin
Disiplin yaitu patuh terhadap aturan dalam keluarga. Cara
menanamkan agar anak patuh pada aturan yaitu dengan cara memberikan
aturan kepada anak harus bangun jam berapa dan harus pulang jam berapa
ketika bermain, tetapi pelaksanaannya masih terdapat kendala-kendala yaitu
anak kadang harus dibangunkan setiap harinya. Ketiga anak dalam keluarga
disharmoni RZ, RH maupun MR, ketika bangun tidur harus dibangunkan,
akan tetapi diantara tiga anak tersebut MR yang paling tepat waktu
93
bangunnya dan tidak pernah terlambat datang ke sekolah. Berbeda dengan
RZ dan RH yang sering terlambat datang ke sekolah karena bangunnya
kesiangan.
5) Kerja keras
Kerja keras yaitu bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas
apapun yang menjadi tanggung jawabnya seperti belajar. Cara menanamkan
agar ada rasa sungguh-sungguh dalam mengejar impian yaitu dengan cara
dinasehati dan diingatkan ada PR atau tidak. RZ, RH dan MR belum
memiliki nilai karakter kerja keras yang tinggi akan tetapi untuk masalah
nilai atau prestasi MR yang paling memperoleh nilai bagus disekolahnya,
karena MR anaknya memang aktif walaupun jarang belajar.
6) Kreatif
Kreatif yaitu bepikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Menurut hasil penelitian, RZ
belum memiliki kreatifitas dalam dirinya sedangkan RH dan MR memiliki
kreatifitas yang tinggi dengan memperbaiki mainanya. Cara SF, NR dan MF
menanamkan agar anak mereka mempunyai ide baru untuk menyelesaikan
atau memperbaiki sesuatu yaitu dengan cara memberi tahu atau
mengingatkan untuk memperbaiki barang yang menjadi kesukaannya.
7) Mandiri
Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. SF dalam menanamkan agar
94
anak tidak manja dan tidak bergantung dengan anggota keluarga lain dengan
cara RZ dilatih menjadi anak yang mandiri. Dulunya ketika berangkat
sekolah RZ mengendarai sepeda tetapi karena jalan semakin ramai SF
khawatir dan sekarang RZ diantar oleh tantenya. NR belum bisa
menanamkan agar RH menjadi anak yang mandiri karena NR tetap menuruti
setiap permintaan RH dan sekolahnya juga masih diantar neneknya, MF juga
menuturkan hal yang sama. Diantara ketiga anak tersebut RZ yang
mempunyai nilai karakter mandiri karena usianya juga lebih besar.
8) Demokratis
Demokratis berarti memiliki pola pikir, sikap, dan berperilaku yang
menilai sama hak dan kewajibannya dari orang lain. SF mengajarkan kepada
RZ untuk tidak membeda-bedakan teman dan terbuka kepada temannya, NR
dan MF juga mengajarkan hal yang sama. Jadi ketiganya mengajarkan
kepada putranya untuk berteman dengan siapa saja dan tidak memilih-milih
teman. RZ, RH maupun MR memiliki teman yang banyak.
9) Rasa ingin tahu
Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat dan didengar. RZ, RH dan MR memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi mengenai hal-hal yang mereka sukai. Cara SF, NR maupun MF
menanamkan agar anak mereka memiliki rasa ingin tahu yaitu dengan cara
diajak cerita dan diajarkan hal-hal yang baru.
95
10) Menghargai prestasi
Menghargai prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya
untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui
serta menghormati keberhasilan orang lain. SF menanamkan agar RZ
mempunyai rasa menghargai keberhasilan orang lain dengan cara dinasihati
dan diberikan contoh langsung, sedangkan NR menanamkan agar RH agar
mempunyai rasa menghargai keberhasilan orang lain dengan memberi tahu
agar menghargai orang lain tetapi RH belum paham tentang bagaimana
menghargai prestasi orang lain. MF menanamkan agar MR mempunyai rasa
menghargai keberhasilan orang lain dengan cara menyuruhnya agar bisa
menghargai prestasi orang lain. Dari ketiganya RH yang belum memiliki
rasa menghargai prestasi orang lain, sedangkan RZ dan MR memiliki rasa
menghargai prestasi orang lain.
11) Bersahabat atau komunikatif
Bersahabat atau komunikatif berarti tindakan yang memperlihatkan
rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. SF
menanamkan agar RZ mudah bergaul dan bekerjasama dengan anggota
keluarga lain maupun dengan orang lain dengan cara menasihati agar tidak
pilih-pilih teman dan tidak membeda-bedakan teman. NR mananamkan agar
RH mudah bergaul dengan cara tidak menyakiti orang lain dan
menasihatinya agar tidak nakal dan MF juga menekankan hal yang sama
96
kepada MR. Dari ketiga anak yang penulis teliti memiliki teman yang
banyak dan semuanya bersahabat atau komunikatif.
12) Cinta damai
Cinta damai yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan
orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. SF menanamkan
agar RZ mempunyai rasa ingin menyenangkan orang lain dengan cara
menjaga lisan, mengalah dan kadang apabila RZ dijahili temannya SF
menyuruhnya untuk membalas. NR menanamkan agar RH mempunyai rasa
ingin menyenangkan orang lain dengan cara menasihatinya agar tidak nakal
dan menyakiti orang lain, sedangkan MF juga menekankan hal yang sama
yaitu tidak boleh membeda-bedakan teman dan tidak boleh nakal. Ketiga
anak yang penulis teliti memiliki rasa cinta damai RZ lebih suka mengalah,
RH lebih suka menangis dan membiarkan saja serta MR memilih untuk
meminta maaf, karena disuruh ibunya.
13) Gemar membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. SF
menanamkan agar RZ mempunyai rasa senang terhadap buku dengan cara
menyuruhnya membaca, tetapi RZ jarang menurutinya membaca buku. NR
menanamkan dengan cara mengingatkan ada PR apa tidak agar memacu RH
mau membuka buku, tetapi hal itu masih belum dilakukan putranya. MF juga
97
menanamkan agar MR mau membaca buku dengan menyuruhnya membaca
buku pelajaran, tetapi MR mau membaca apabila ada temannya.
Dari ketiga anak yang penulis teliti penulis dapat menyimpulkan
bahwa RZ, RH maupun MR tidak memiliki nilai karakter gemar membaca,
tetapi prestasi RZ dan RH sedang dan prestasi MR bagus dikarenakan MR
merupakan siswa yang aktif disekolah.
14) Peduli lingkungan
Peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan pada lingkungan alam disekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang
sudah terjadi. SF menanamkan agar RZ mencintai lingkungan dengan cara
tidak boleh membuang sampah sembarangan. NR menanamkan agar RH
mencintai lingkungan dengan cara menasihatinya tetapi RH belum memiliki
rasa peduli lingkungan. MF menanamkan agar MR mencintai lingkungan
dengan cara menyuruhnya menyapu sebentar agar melatih MR mencintai
lingkungan. Dari tiga anank yang penulis teliti RZ dan MR memiliki nilai
peduli lingkungan yang tinggi, sedangkan RH belum memahami pentingnya
peduli lingkungan.
15) Peduli sosial
Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan
bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. SF
menanamkan agar RZ mempunyai rasa tolong menolong dengan cara
98
mengajarkannya langsung. NR menuturkan bahwa RH belum begitu paham
bagaimana tolong-menolong dan membantu anggota keluarga lain. MF
menanamkan agar MR memiliki rasa tolong menolong dengan cara
menyuruhnya membantu pekerjaan rumah dengan menyapu. Dari ketiga
anak yang penulis teliti yang memiliki rasa peduli sosial tinggi yaitu RZ dan
MR sedangkan RH belum memahami tolong-menolong.
16) Tanggung jawab
Tanggung jawab ialah sikap dan perilaku untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan yang
maha esa. SF menanamkan kepad RZ agar ada rasa untuk selalu
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar dengan cara
mengingatkan apabila ada PR. NR menturkan bahwa RH belum memiliki
rasa tanggung jawab. MF menuturkan apabila MR memperoleh PR dari
sekolah, MF selalu bertanya kepada MR. Dari ketiga anak yang penulis teliti
RZ dan MR memiliki tanggung jawab dengan pekerjaan rumahnya apabila
mereka disuruh mengerjakan oleh ayah maupun ibunya, sedangkan RH
masih belum memiliki tanggung jawab dengan pekerjaan rumahnya karena
masih malas-malasan.
Jadi cara orang tua mendidik karakter anak sesuai dengan 16 nilai
karakter diatas adalah sebagai berikut:
a. Keteladanan
99
Para informan lebih sering menggunakan keteladanan dengan cara
memberikan contoh langsung karena pada usia 6-12 tahun anak masih
sering meniru perilaku orang tuanya, orang tua menggunakan
keteladanan agar anak meniru perilaku positif yang diberikan orang tua
b. Pemberiaan nasihat
Orang tua lebih sering menasihati anaknya apabila anak berperilaku
menyimpang, karena pada usia 6-12 tahun anak masih perlu bimbingan
dan arahan orang tua, apalagi dengan keadaan keluarga disaharmoni.
c. Mengajak anak bercerita
Orang tua lebih sering mengajak anak bercerita karena para informan
menyadari bahwa membangun komunikasi dengan anak sangat penting
agar anak terbuka kepada orang tua, apalagi sebagai orang tua tunggal
yang harus tetap memberikan perhatian kepada anak.
d. Memberi hukuman
Apabila dalam memberi nasihat tidak terlaksana, maka langkah terakhir
yaitu memberikan hukuman kepada anak, tujuannya agar anak jera
dalam berperilaku tidak baik.
Adapun bentuk implementasi pendidikan karakter dalam
keluarga dapat dilakukan melalui manajemen marah, manajemen
amanah dan manajemen kejujuran. Hal ini sejalan dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Aziz ( 2015: 146-147) yang mengatakan bahwa
implementasi pendidikan karakter dalam keluarga juga dapat dilakukan
100
dengan keteladanan dari tiap keluarga yang bersangkutan, baik
keteladanan dari kedua orang tua, saudara ataupun kerabat lainnya.
4. Evaluasi pendidikan karakter dalam keluarga disharmoni
Evaluasi merupakan pengujian terhadap karakter anaknya, biasanya
dilakukan oleh orang tua yang ingin mengetahui tingkat karakter anaknya.
Evaluasi pendidikan karakter dalam keluarga disharmoni Desa Kecandran
Salatiga dilakukan dengan cara menguji kejujuran anaknya, dengan evaluasi
orang tua dapat mengetahui apakah anaknya cukup jujur atau tidak. SF
memberikan evaluasi kepada anaknya dengan cara anaknya disuruh
membelikan sesuatu maka anak tersebut dapat membeli apa diinginkan
anaknya dan kemudian bilang kepada ayahnya. NR memberikan evaluasi
dengan cara menyuruh anaknya untuk membeli sesuatu, NR menekankan
bahwa yang penting anaknya mau ketika disuruh karena usianya juga masih 6
tahun. MF juga menekankan hal yang sama, apabila anaknya ingin sesuatu
harus bilang terlebih dahulu dengan ibunya.
Dengan demikian orang tua biasanya memberikan evaluasi atau
pengujian karakter anaknya dengan cara menguji kejujuran anaknya dengan
cara menyuruhnya untuk membelikan sesuatu, dengan cara seperti itu orang tua
akan mengetahui tingkat kejujuran anaknya. Rata-rata pada tiga keluarga
disharmoni yang saya teliti di Desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Kota
Salatiga pernah memberikan evaluasi kepada putranya dan kejujuran tidak
101
begitu penting dalam keluarga disharmoni terbukti dengan cara SF yang
membolehkan anaknya membeli sesuatu sebelum meminta izin kepada
ayahnya.
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Aziz (2015: 149)
yang mengatakan bahwa pengelolaan kejujuran dalam keluarga pada
hakikarnya akan membawa pelakunya menuju kebaikan, dan setiap kebaikan
yang dilakukan akan mengantarkan pelakunya menuju surga. Dengan demikian,
selah satu kunci memperoleh kebahagiaan surga adalah bersikap jujur terhadap
diri sendiri dan orang lain.
Sementara itu pendapat Samani dan Hariyanto (2013: 51) mengatakan
bahwa jujur merupakan sikap yang menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten
antara apa yang dikatakan dan dilakukan (berintegritas), berani karena benar,
dapat dipercaya (amanah) dan tidak curang.
B. Kendala atau hambatan pendidikan karakter anak dalam keluarga
disharmoni di Desa Kecandran Salatiga
Kendala-kendala pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni
ada tiga kendala. Pertama, orang tua harus selalu mengingatkan putranya karena
putranya merupakan anak pelupa dan memiliki masalah dalam belajarnya yaitu
sulit dalam menangkap materi pelajaran. Kedua, yaitu anaknya masih malas
dalam belajar dan apabila meminta sesuatu harus segera dituruti. Ketiga, yaitu
102
anaknya masih sering menanyakan ayahnya sedangkan ibunya harus bekerja
sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari anaknya, akibatnya anak menjadi
kurang perhatian.
Dari tiga keluarga disharmoni di Desa Kecandran Salatiga yang
penulis teliti memiliki kendala-kendala yang berbeda yaitu pada keluarga SF
memiliki kendala yang harus diingatkan dalam belajar karena putranya pelupa,
pada keluarga NR memiliki kendala masih sulit dalam belajar dan harus dituruti
apabila menginginkan sesuatu sedangkan pada keluarga MF memiliki kendala
yaitu putranya masih sering menanyakan ayahnya dan dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari putranya.
Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Aziz (2015:
149) yang mengatakan bahwa Sebuah upaya menciptakan perbaikan dan
pengembangan sistem pastinya terdapat berbagai kendala dan tantangan. Begitu
pula dengan tantangan pelaksanaan pendidikan karakter dalam keluarga terbagi
atas beberapa hal diantaranya yaitu keluarga modern dizaman sekarang kurang
begitu memahami pentingnya pendidikan karakter, manusia modern lebih sibuk
dalam pencapaian karir.
Apalagi dengan keadaan keluarga disharmoni yang pasti memiliki
kendala dan hambatan dalam menanamkan karakter pada anak seperti yang
dikemukakan oleh Dagun (1990: 148) yang mengemukakan bahwa dampak
103
keluarga disharmoni yaitu setiap tingkat usia anak dalam menyesuaikan diri
dengan situasi baru ini memperlihatkan cara dan penyelesaian berbeda.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang mengacu pada rumusan masalah, peneliti
jabarkan pada bab III dan peneliti analisis dalam bab IV guna menjawab
pokok permasalahan dalam penelitian yang dilakukan, maka ada beberapa hal
yang menjadi titik tekan sebagai kesimpulan skripsi ini, yaitu:
1. Berikut ini strategi pendidikan karakter dalam keluarga disharmoni di
Desa Kecandran Salatiga:
a. Tujuan pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di Desa
Kecandran Salatiga berbeda-beda. Tujuan dan harapan orang tua
kepada anaknya selalu baik dan menginginkan anaknya menjadi
pribadi yang baik, taat beragama dan bisa menghargai pemeluk agama
lain.
b. Materi yang ajarkan orang tua yaitu berhubungan dengan harapan
yang diinginkan oleh orang tua. Pertama, lebih menekankan ajaran
agama Islam dan harus menghormati orang lain. Kedua, yaitu nasihat
agar tidak nakal karena anaknya cukup takut dengan ibunya dan
ketiga, lebih menekankan agar anaknya patuh dan patuh pada ibunya.
105
c. Cara mendidik anak sesuai dengan nilai-nilai pendidikan karakter
dalam keluarga yang terurai menjadi 16 poin diantaranya yaitu
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat atau
komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial dan tanggung jawab. Cara orang tua menanamkan pendidikan
karakter sesuai dengan 16 nilai tersebut melalui keteladanan,
pemberian nasihat, mengajak anak bercerita dan memberi hukuman
dapat diimplementasikan melalui manajemen marah, manajemen
amanah dan manajemen kejujuran.
d. Evaluasi atau pengujian karakter dilakukan dengan cara menguji
kejujuran anaknya dengan cara menyuruhnya untuk membelikan
sesuatu, dengan cara seperti itu orang tua akan mengetahui tingkat
kejujuran anaknya.
2. Kendala-kendala pendidikan karakter anak dalam keluarga disharmoni di
Desa Kecandran Salatiga berbeda-beda. Pertama, orang tua harus selalu
mengingatkan putranya karena putranya memiliki sifat pelupa dan
memiliki masalah dalam belajarnya yaitu sulit dalam menangkap materi
pelajaran. Kedua, yaitu anaknya masih susah dalam belajar dan apabila
meminta sesuatu harus segera dituruti. Ketiga, yaitu anaknya masih sering
menanyakan ayahnya. Kendala lainnya yaitu sikap salah satu nenek dari
106
anak dalam keluarga disharmoni sering marah jadi dapat mempengaruhi
perkembangan karakter anak.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian dan menganalisa hasil yang didapatkan
melalui wawancara, penulis bermaksud memberikan saran bagi orang tua
dalam keluarga disharmoni, anak dalam keluarga disharmoni dan peneliti
selanjutnya yaitu sebagai berikut:
a. Bagi orang tua dalam keluarga disharmoni
Dalam menanamkan pendidikan karakter kepada anak hendaknya
diimbangi dengan perilaku yang baik sehingga menjadi teladan yang baik
bagi anak, meskipun menjadi orang tua tunggal yang berjuang mencari
nafkah seorang diri, luangkanlah waktu untuk memperhatikan anak dan
tetap menjaga komunikasi dengan anak.
b. Bagi anak dalam keluarga disharmoni
Anak hendaknya tetap patuh kepada nasihat orang tua, karena kondisi
keluarga disharmoni bukan menjadi alasan untuk tidak memiliki nilai-nilai
pendidikan karakter yang baik.
c. Bagi masyarakat
Masyarakat hendaknya tidak menganggap anak dalam keluarga
disharmoni tidak baik atas kondisi keluarga tersebut, karena masyarakat
juga ikut berperan dalam membimbing dan mengarahkan anak dengan
107
membantu memberikan pendidikan karakter pada anak agar terbentuk
generasi muda yang berkarakter.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi kontribusi bagi peneliti
selanjutnya, untuk meneliti dan mengembangkan penelitian ini dengan
fokus yang berbeda agar lebih kreatif dan inovatif sekaligus menambah
khazanah wawasan serta pengetahuan bagi masyarakat.
108
DAFTAR PUSTAKA
Ahid, Nur. 2010. Pendidikan Keluarga dalam Prespektif Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Astorini, Endang. 2014. Hubungan Antara Keluarga Disharmonis Dan Motivasi
Belajar Dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X dan XI SMA N 1
Kutorejo. Jurnal BK UNESA, 4: 187-193.
Aziz, Safrudin. 2015. Pendidikan Keluarga: Konsep Dan Strategi. Yogyakarta:
Gava Media.
Baiquni, Ahmad Nizar. 2016. Jika Salah Mengasuh Dan Mendidik Anak.
Yogyakarta: Sabil.
Dagun, Save M. 1990. Psikologi Keluarga (Peranan Ayah Dalam Keluarga).
Jakarta: Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Echols, John M, Hasan Shadily.1992. Kamus Inggris Indonesia: An English-
Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Gramedia.
Fauziah, Nailul, Yolanda Candra A. 2015. Keharmonisan Keluarga Dan
Kecenderungan Berperilaku Agresif Pada Siswa SMK. Jurnal Empati, 4:
208-212.
Hasbullah. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Kesuma, Dharma, dkk. 2012. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Lickona, Thomas. 1991. Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa
Menjadi Pintar dan Baik. Terjemahan oleh Lita S. 2013. Bandung: Nusa
Media.
Mathlub, Abdul Majid M. 2005. Panduan Hukum Keluarga Sakinah. Solo: Era
Intermedia.
109
Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Nata, Abuddin. 2013. Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-Isu Kontemporer
Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Rasjid, Sulaiman. 2009. Fiqh Islam: Hukum Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Rohman, Arif. 2013. Memahami Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: CV Aswaja
Pressindo.
Samani, Muchlas, Hariyanto. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Sari, Kusmaya. 2013. Dinamika Psikologis Anak Amplang Dengan Disharmoni
Keluarga: Sebuah Autobiografi. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas
Surabaya, 2: 1-9.
Sarosa, Samiaji. 2012. Penelitian Kualitatif: Dasar-Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Syarbini, Amirullah. 2016. Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga: Studi Tentang
Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga Berbasis Islam. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Syarifuddin, Ahmad. 2004. Mendidik Anak: Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-
Quran. Jakarta. Gema Insani Press.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam
Lembaga Pendidikan Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Prespektif Dan Teori
Praktik. Yogyakarta: UNY Press.
110
DOKUMENTASI
Gambar 1. Mengurus ijin penelitian dengan Kepala Desa Kecandran Salatiga
Bapak Hari Bejono, SH
Gambar 2. Wawancara dengan informan SF
112
Gambar 5. Wawancara dengan informan RH (baju biru garis-garis)
Gambar 6. Wawancara dengan informan MF
114
PEDOMAN WAWANCARA
A. Narasumber : orang tua dari anak dalam keluarga disharmoni
1. Salah satu tujuan orang tua dalam mendidik karakter yaitu agar anak menjadi
saleh dan salehah sesuai dengan firman Allah surat Luqman ayat 13 dan 14.
Apa tujuan atau harapan anda menanamkan karakter pada anak?
2. Materi-materi apa saja yang anda berikan kepada anak terkait pendidikan
karakter dalam keluarga?
3. Apakah anda pernah memberikan evaluasi terkait pendidikan karakter kepada
anak anda, misalnya dengan mengujinya? Apabila pernah, bagaimana caranya?
4. Apa kendala-kendala atau hambatan dalam mendidik karakter anak sebagai
single parent atau orang tua tunggal akibat dari disharmoni keluarga serta
bagaimana solusinya?
5. Bagaimana cara mendidik anak sesuai dengan nilai pendidikan karakter dalam
keluarga yang dikemukakan oleh Aziz (2015:143) yang terurai menjadi 16
poin?
No Nilai-Nilai Karakter Pertanyaan Indikator
1. Religius Bagaimana cara
menanamkan agar ada
rasa takut apabila tidak
beribadah?
Ibadah meliputi
solat 5 waktu,
mengaji, TPQ.
2. Jujur Bagaimana cara Tdak berbohong,
115
menanankan ada rasa
takut bila berbohong dan
terbuka pada orang tua?
tidak berbohong
dan terbuka mau
bercerita pada
keluarga.
3. Toleransi Bagaimana cara
menanamkan agar anak
bisa menghargai orang
lain baik sikap, pendapat
dalam keluarga?
Menghargai
sikap dan
pendapat, tidak
marah dengan
anggota keluarga
4. Disiplin Bagaimana cara
menanamkan agar anak
patuh pada aturan dalam
keluarga?
Aturan-aturan
keluarga seperti
bangun pagi.
5. Kerja keras Bagaimana cara
menanamkan agar ada
rasa sungguh-sungguh
dalam mengejar impian?
Bersungguh-
sungguh
misalnya dengan
giat belajar.
6. Kreatif Bagaimana cara
menanamkan agar anak
mempunyai ide baru
untuk menyelesaikan atau
Memperbaiki
barang yang
telah rusak.
116
memperbaiki sesuatu?
7. Mandiri Bagaimana cara
menanamkan agar anak
tidak manja dan
bergantung dengan
anggota keluarga lain?
Tidak manja dan
bergantung pada
anggota keluarga
lain.
8. Demokratis Bagaimana cara
menanamkan agar anak
memiliki sikap atau
perilaku yang tidak
membeda-bedakan orang
lain?
Tidak membeda-
bedakan orang
lain dan
berteman dengan
siapa saja.
9. Rasa ingin tahu Bagaimana cara
menanamkan agar anak
memiliki rasa ingin tahu
lebih mendalam tentang
apa yang dipelajarinya?
Belajar dengan
sungguh-
sungguh.
10. Menghargai prestasi Bagaimana cara
menanamkan agar punya
rasa menghargai
keberhasilan orang lain?
Menghargai
keberhasilan
orang lain
misalnya prestasi
117
akademik.
11. Bersahabat atau
komunikatif
Bagaimana cara
menanamkan agar anak
mudah bergaul dan
bekerjasama dengan
anggota keluarga atau
orang lain?
Bergaul dengan
teman dan tidak
memilih-milih
teman.
12. Cinta damai Bagaimana agar anak
punya rasa ingin
menyenangkan orang lain
dan tidak menyakiti orang
lain?
Menyenangkan
orang lain
misalnya tidak
berkata kasar.
13. Gemar membaca Bagaimana agar anak
mempunyai rasa senang
terhadap buku?
Membaca buku
baik novel,
komik dll.
14. Peduli lingkungan Bagaimana cara
menanamkan agar ada
rasa cinta lingkungan?
Cinta lingkungan
seperti
membantu orang
tua menyapu.
15. Peduli sosial Bagaimana cara
menanamkan agar ada
Tolong
menolong pada
118
rasa tolong-menolong
pada anak?
orang lain atau
anggota keluarga
misalnya
membantu
pekerjaan rumah.
16. Tanggung jawab Bagaimana cara
menanamkan agara ada
rasa untuk selalu
melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagai
pelajar?
Tugas dan
kewajibannya
sebagai pelajar
yaitu belajar
yang rajin.
B. Narasumber : Anak dalam keluarga disharmoni
NO Nilai-Nilai Karakter Pertanyaan Indikator
1. Religius Apakah anda selalu rajin
pergi TPQ atau ngaji?
Ibadah
2. Jujur Apakah anda pernah
bohong kepada ibu/ayah
dan terbuka pada
ibu/ayah?
Bohong dan
terbuka misalnya
cerita dengan
orang tua
3. Toleransi Bagaimana anda
menghargai pendapat
Pendapat anggota
keluarga
119
anggota keluarga lain? lain/tidak marah.
4. Disiplin Jam berapa anda bangun
apakah masih
dibangunkan atau bangun
sendiri?
Bangun pagi
5. Kerja keras Apakah anda selalu
belajar sungguh-sungguh
untuk mendapatkan
rangking dikelas?
Belajar sungguh-
sungguh
6. Kreatif Apakah anda selalu
memperbaiki barang adek
yang rusak?
Memperbaiki
barang
7. Mandiri Apakah anda kalau
sekolah diantar atau
berangkat sendiri?
Diantar sekolah
8. Demokratis Apakah anda berteman
dengan siapa saja?
Pertemanan
9. Rasa ingin tahu Apakah anda mempunyai
rasa ingin tahu terhadap
hal yang baru?
Hal yang baru
(inovasi baru)
10. Menghargai prestasi Bagaimana ketika ada Mendapatkan
120
teman anda yang berhasil
menandapatkan
rangking?
rangking
11. Bersahabat atau
komunikatif
Apakah anda selalu
berbagi makanan dengan
temannya?
Berbagi makanan
12. Cinta damai Apakah teman-teman
anda senang ketika anda
ikut bermain?
Merasa senang
atas kehadiran
dirinya
13. Gemar membaca Apakah anda suka
membaca buku
pelajaran?
Membaca buku
14. Peduli lingkungan Apakah anda selalu
membantu orang tua
membersihkan rumah?
Membantu orang
tua
membersihkan
rumah
15. Peduli sosial Bagaimana ketika ada
teman yang butuh
pertolongan?
Tolong-
menolong
16. Tanggung jawab Apakah anda selalu
mengerjakan PR dengan
Mengerjakan PR
122
VERBATIM WAWANCARA
Kode : W1 SF
Hari/Tanggal : Kamis, 2 November 2017
Tempat : Konter depan rumah SF
Pukul : 14.26
Informan : SF
Keterangan : 1. SF adalah ayah dari anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/Topik Baris Dialog Interprestasi
Meminta ijin
melakukan
penelitian
1
14
P: Assalamualaikum pak, nyuwun sewu
pak..niki saya Nur Zumrotus dari IAIN
Salatiga, ini tadi saya dari kelurahan
dapet data kalo panjenengan termasuk
subyek dari penelitian saya, niki saya kan
lagi menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pendidikan Karakter Anak Dalam
Keluarga Disharmoni”, saya minta tolong
sekali pak dengan kerelaan hati
panjenengan kira-kira panjenengan
purun saya wawancara pak? (sambil
menperlihatkan surat penellitian dari
kampus)
I: Wahh gimana ya mba, sebenarnya saya
juga mau membantu tapi sekarang lagi gak
selo mbak lagi nata dagangan mba.. (sambil
membaca surat penelitian dari kampus)
P: Mboten napa-napa pak, ini saja juga
tidak kesusu, saya nunggu panjengan selo
mawon pak, bagaimana? I: Waduh mba, yasudah besok saja kesini
lagi mba..
P: Njih pak, matursuwun saestu pak,
mohon maaf sebelumnya kira-kira besuk
jam berapa njih?
Menanggapi
dengan
respon baik,
artinya bapak
SF setuju
dengan
penelitian
yang akan
saya lakukan.
123
27
I: Ya kira-kira jam setengah 2nan aja mba..
P: Oh injih pak, besuk saya kesini lagi pak
sebelumnya matursuwun pak. Mangga..
124
Kode : W2 SF
Hari/Tanggal : Jumat, 3 November 2017
Tempat : Konter depan rumah SF
Pukul : 13. 37
Informan : SF
Keterangan :1. SF adalah ayah dari anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/ Topik Baris Dialog Interpretasi
Peneliti
bertemu lagi
dengan bapak
SF dikonter
depan
rumahnya
(melakukan
wawancara
depth
interview)
Penelilti
menanyakan
Riwayat
6
18
25
P: Assalamualaikum pak, ini saya
yang kemarin ajeng wawancara,
kira-kira bapak nembe sibuk
mboten?
I: Iya mba, oke kalau boleh tahu
wawancara apa ya mba?
P: Ini pak pertanyaannya seputar
budi pekerti adeknya, bagaimana
bapak menanamkannya seperti
itu kira-kira pak, soalnya saya
bener-bener butuh informasi
mendalam dari panjenengan pak.
(sambil memperlihatkan
pedoman wawancara kepada
informan)
I: Owalaa. Iya mba.. bertanya aja
gak papa nanti lagsung saya jawab.
P: Langsung saja njih pak
nyuwun sewu, bapak itu umurnya
berapa? ini sambil saya rekam ya
pak soalnya takut ada yang lupa
hehe, dan saya catat juga.
I: Saya 34 mba.
P: Kalau adeknya namanya siapa
pak? Dan kelas berapa?
I: Namanya RZ mba sekarang kelas
Menanyakan
lagi apakah SF
bersedia untuk
wawancara.
Menjelaskan
pertanyaan
wawancara
yaitu terkait
budi pekerti
anak.
125
Hidup?
Tujuan/Harapan
orang tua
kepada putra?
30
50
4 MI Pulutan mba.
P: njih pak, jadi kira-kira
umurnya 10 tahunan njih pak.
nyuwun sewu, dek RZ kadang-
kadang ndak masih nanyain ibue
pak dan waktu bapak pisah
dengan ibue, adek RZ umur
berapa pak?
I: Dulu iya, tapi sekarang udah gak
pernah, saya larang soalnya kan
ibunya juga udah menikah lagi,
udah pindah agama juga gak Islam.
Nanti takute kalau ikut ibue pindah
agama lain dan sekarang juga udah
gak pernah kesini juga kan udah
sibuk dengan keluarganya yang
baru. Lha kan dulu pisahnya juga
gara-gara perbedaan pendapat dan
sering cek-cok juga dengan ibunya.
Umur RZ waktu saya pisah dia
masih kecil masih 2 tahun.
P: Masuk pada inti njih pak,
tujuan/ harapan panjenengan
dateng putranipun itu apa ya pak?
I: Ya misalkan yang paling inti aja
masuk rumah harus salam, dengan
orang tua harus cium tangan yang
pasti pengennya anak saya tetep
pada ajaran Islam, bukan
memaksakan, tapi nanti kalau dia
udah gede juga dia bebas mau pilih
agama apa yang jelas sekarang
ditekankan agama Islam itu seperti
ini mengajarkan kebaikan,
kedamaian. Kadang bertanya
“agama lain juga gitu pah” saya
menjawab iya sama dan dia juga
harus tahu kenapa harus memilih
Islam, dengan pengaruh-pengaruh
TV kan ada yang bilang orang kafir
halal dibunuh itu tidak boleh dan
tidak benar. Ya kalau bertemu
Disekolahkan di
MI yaitu salah
satu sekolah
tingkat SD
berbasis Islam.
Dilarang
bertemu ibunya,
karena ibunya
sudah menikah
lagi dan punya
anak serta sudah
pindah agama
non Islam.
Harapan tetap
pada ajaran
Islam yang
mengajarkan
kebaikan dan
kedamaian.
126
Materi-materi
apa saya yang
diberikan orang
tua kepada
putranya?
Memberikan
evaluasi terkait
budi pekerti?
Kendala-
kendala yang
79
90
101
dengan orang beragama lain juga
harus baik. Apalagi dengan tamu
harus baik itu kan berkah buat
kita,bocahe juga gak manja RZ itu
mba, jadi enak.
P: njih pak jadi intinya tetap
pada ajaran Islam, lha kalau
materi-materi apa saja yang
panjenengan berikan terkait
dengan budi pekerti?
I: Ya sesuai dengan ajaran Islam
dan tetap pada ajaran Islam, karena
agamanya kan sekarang Islam.
harus mengucap salam kalau masuk
rumah, harus memuliakan tamu.
P: Apakah panjenengan pernah
memberikan evaluasi, misale di
tes ketika disuruh membelikan
sesuatu gitu pak?
I: iya pernah, anakku tak kasih uang
untuk beli teh botol, berarti anakku
boleh beli satu lagi dan harus bilang
“pah ini tak beliin ini uange tadi sisa
segini dan tak beliin ini satu” dan
yang pasti harus bilang jujur pada
papanya.
P: owh njih pak, kalau kendala-
kendala dalam menanamkan budi
pekerti pada anak apa, kan
sebagai orang tua tunggal pasti
ada hehe
I: Anakku pelupa orange, jadi
kendala-kendalane itu, masih kecil
tapi harus selalu diingetke,
belajarnya agak susah masuk kalau
gak diingetke gak belajar. jan anake
lalinan mba. Prestasinya dalam
sekolah sedang soalnya anaknya
pelupa, dan saya cuek saja kalau
udah tak ingetin gak mau yasudah.
Yang penting diingetin dan tidak
saya leskan juga. Belajarnya sama
Sesuai dengan
ajaran Islam,
harus mengucap
salam dan harus
memulilakan
tamu yang
datang.
Pernah
memberikan
evaluasi dan
kalau pengen
jajan harus jujur
dan bilang
papanya.
Anaknya pelupa
dan harus selalu
di ingetkan,
belajarnya juga
agak susah
masuk dan
prestasinya juga
sedang.
127
dihadapi?
Menyampaikan
keinginan
peneliti untuk
wawancara lagi
dengan SF dan
putranya.
118
saya, kalau gak sama tantenya.
P: Ngaten pak, matursuwun
sanget pak informasinya. Kapan-
kapan saya kesini lagi buat
wawancara sama adeknya dan
wawancara sama bapak terkait
nilai-nilai budi pekerti.
Berterimakasih
dan
menyampaikan
niat untuk
wawancara lagi
dengan SF dan
putranya.
128
Kode : W3 SF
Hari/Tanggal : Minggu, 5 November 2017
Tempat : Konter depan rumah SF
Pukul : 10.33
Informan : SF
Keterangan : 1. SF adalah ayah dari anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/Topik Baris Dialog Interpretasi
Nilai
karakter
religius
Nilai
22
P: Assalamualaikum pak, nembe sibuk
mboten pak. nyuwun sewu bade
wawancara lagi pak? kira-kira bisa
pak?
I: iya mba, mau tanya apa lagi??
P: ini pak mau tanya-tanya tentang
nilai-nilai budi pekerti, adek RZ
dirumah kan pak, kan hari minggu
hehe niatnya juga mau tanya-tanya
sama adenya mumpung libur sekolah..
I: iya dirumah, itu lagi mandi Rznya..
P: njih pak, langsung saja dek RZ itu
ikut TPQ mboten pak? solat e gimana
bolong-bolong mboten?
I: Dulu TPQ sekarang sudah tidak, saiki
ora gelem sok wegah kalau disuruh TPQ
dan kadang-kadang ngajinya sekarang
sama saya. Kalau mengenai solat ya
namanya anak kecil kalau gak diingetke
lupa dan harus saya ingetke, tapi solat
mahghrib yang selalu solat.
P: ohh njih pak, kalau agar anak itu
terbuka dan gak berani bohong itu
bagaimana caranya pak?
I: Carane di tanya-tanya istilah jawane
didedes, diawasi. Saya cukup tegas mba
Dulunya TPQ,
tapi sekarang
tidak dan
ngajinya kadang
sama papahnya.
Caranya
129
karakter
jujur
Nilai
karakter
toleransi.
Nilai
karakter
disiplin.
Nilai
karakter
kerja keras.
31
43
53
65
jadi orang tua, “kalau kamu gak terbuka
sering bohong, nanti tak kasike ke
mamamu ben ikut agamane mamamu “
gitu mba. Dia udah takut..
P: ngaten, yang ketiga itu bagaimana
caranya agar anak panjenengan saget
menghargai anggota keluarga lain pak?
I:Kadang ada halangan, kan serumah ini
sama neneke, kadang neneke kan sering
marahin dia. Tapi kalo udah gitu tak suruh
pergi aja RZ mungkin main atau kerumah
temene. Namanya neneke udah pikun,
udah sepuh juga. Saya mengajarkan untuk
menghormati sama orang tua.
P: Njih pak, kalau tentang disiplin
bagaimana pak carane mungkin
bangune harus jam berapa gitu pak dan
kalo bermain harus pulang jam berapa?
I: Kalo masalah bangun ya tak bangunin
tapi susah, kalo sekolah aja kadang suka
telat karena bangune kesiangan, kalo
dalam bermain sih saya tegas harus pulang
jam 4 mandi gitu mba.
P: Kalo boleh tahu dek RZ itu dalam
mengejar suatu itu kerja kerasnya
bagaimana pak kan sekarang masih
siswa jadi tugase cuman belajar njih
dan carane jenengan menenamkan agar
mau kerja keras pripun pak?
I: Susah orange mba, dalam belajar dia
masih susah. Ya caranya saya ingetke ada
PR gak yang harus dikerjakan gitu aja mba
sama belajarnya sama saya kalo gak sama
tantenya mba, gak saya leskan juga mba.
P: Adeke niku kreatif mboten pak
sering ngutek-utek mainane gitu mboten
pak? agar dek RZ kreatif niku carane
gimana pak?
I: Belum ada, tapi dia rasa ingin tahunya
tinggi kan disini ada komputer ya dia
sukane kan ngegame mainan perang-
perangan dan sering tanya-tanya “ itu alat
diawawsi dan
ditanya-tanya
mendalam agar
tidak bohong.
Mengajarkan
untuk mengalah
dengan neneknya
dan
menghormatinya.
Belum bisa
disiplin karena
masih susah
dibangunkan dan
masih terlambat
berangkat
sekolah.
Susah orangnya
dalam belajar dia
masih susah.
130
Nilai
karakter
kreatif dan
rasa ingin
tahu.
Nilai
karakter
komunikatif
dan
demokratis.
Nilai
karakter
mandiri.
Nilai
karakter
gemar
membaca.
77
83
87
97
107
perang negara mana pah” seperti itu mba.
Bocahe sekarang juga gak tak pegangin hp
mba. Pokoe ada rasa ingin tahu tentang
bahasa inggris. Carane ya diberitahu untuk
memperbaiki gitu aja.
P: Kalau cara agar RZ memiliki
keingintahuan yang tinggi bagaimana
pak?
I: Caranya diajarkan tentang hal-hal yang
baru dan diajak ngobrol juga tentang hal-
hal yang ia sukai gitu biasanya mba..
P: Adeke itu temene banyak pak,
panjenengan caranya gimana agar
adeke gak beda-bedain temen, terus dia
itu sukane lagu bahasa inggris. I: Temene banyak mba dia, bocae
gampang terbuka sama temen-temene, pas
mbae kemarin kesini kan dia juga banyak
temene seng kesini. Ya saya ngajarin agar
dia gak beda-bedain temen, semua kan
tetep temene.
P: Owh njih pak, jadi orange
komunikatif dan demokratis njih pak
adeke. Kalau sekolah masih dianter apa
berangkat sendiri pak?
I: Dulu berangkat sendiri pake sepeda, tapi
jalan kan rame sekarang nyebrang jalan
raya juga. Jadi sekarang dianter. Dia
termasuk anak gak manja mbk soalnya
saya latih untuk gak manja.
P: Adeke itu termasuk orang yang
gemar membaca mboten pak dirumah,
panjenengan carane gimana pak agar
anak itu mau membaca misale buku
pelajaran dan prestasinya gimana pak?
I: Jarang mba dalam belajar dan baca-baca
masih susah anakku itu, ya seperti tadi
cukup diingetin dulu aja, tapi tertariknya
dengan bacaan perang-perang soale game
nya perang, kalau prestasi ya lumayan..
P: Owalah njih pak, dia kalau ada
temene rangking 1 gitu sering ngucapin
Belum ada
kreatifnya tetapi
rasa ingin
tahunya tinggi.
Anaknya
bersahabat dan
temannya banyak
serta tidak
membeda-
bedakan teman.
Cukup mandiri
akan tetapi
karena jalan
yang rame maka
sekarang
berangkat
sekolahnya
diantar.
Jarang dalam
membaca akan
tetapi lebih
tertarik dengan
bacaan perang-
perang.
131
Nilai
karakter
menghargai
prestasi.
Nilai
karakter
peduli
sosial.
Nilai
karakter
cinta damai.
Nilai
karakter
peduli
lingkungan.
117
131
142
155
gak pak? dan carane jenengan gimana
pak agar anak mau menghargai prestasi
temen?
I: Kalau disekolah saya kurang tahu, yang
pasti ya mungkin ada. Ya saya nasehati
untuk menghargai orang lain dengan saya
contohi.
P: Temene kan tadi banyak ya pak,
adeke itu sering nolongin temen gak pak
kira-kira. Bagaimana carane jenengan
menanamkan tolong-menolong kepada
adeke tolong menolong kepada anggota
keluarga juga?
I: Ya sering mba dia saya ajarkan untuk
saling tolong-menolong karena hidup itu
kan butuh orang lain juga, kalo dirumah
gampang kalo disuruh mau, dipanggil
langsung dateng.
P: Carane gimana pak agar adeke itu
punya rasa ingin menyenangkan orang
lain dan tidak menyakiti orang lain?
I: Ya misalkan omonganya harus baik,
kalo dinakali kadang tak suruh bales kalo
dinakaline parah, kalo tidak ya di diemin
aja. Tadi kan pas lagi dimarahin neneknya
juga tak suruh pergi maen apa kemana gitu
mba.
P: Bagaimana carane agar anak itu
resikan dan tidak jorok pak misale
membantu menyapu gitu pak?
I: Kalo membantu menyapu belum soale
cowo juga masih kecil juga, saya
mengajarkannya gak boleh buang sampah
sembarang itu udah mewakili, kemaren
kan pergi sampahe gak tak suruh buang
dijalan tetap bawa aja ditempat sampah
mobil dan kemaren juga ada orang lewat
di depan rumah buang sampah dijalan, tak
suruh ambilin RZ
P: Yang terakhir ini pak, bagaimana
cara menanamkan agar mau
mengerjakan PR dan tanggung jawab
Tetap diajarkan
untuk
menghargai
orang lain
dengan contoh.
Kalau disuruh
anggota keluarga
mau, dipanggil
juga datang.
Orangnya harus
baik kalau
dimarahin diem.
Tidak boleh
membuang
sampah
sembaranga
132
Nilai
karakter
tanggung
jawab
164
pada belajarnya?
I: Saya ingetin harus ngerjain PR, saya
bilangin kalau gak mau ngerjain PR
sampai saya dipanggil ke sekolah saya gak
mau dateng nanti dia tetep ngerjain PR.
P: njih pak matursuwun saestu pak
informasinya, habis ini saya mau tanya-
tanya sama dek RZ njih pak.
I: Oh iya saya panggilkan (menuju rumah
dan memanggil dek RZ)
Tetap diingatkan
untuk
mengerjakan PR
tetapi masih
susah.
133
Kode : W1 RZ
Hari/Tanggal : Minggu, 5 November 2017
Tempat : Konter depan rumah SF
Pukul : 11.02
Informan : RZ
Keterangan : 1. RZ adalah anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/ Topik Baris Dialog Interpretasi
Perkenalan
dan
menanyakan
apakah mau
ditanya-
tanya.
Religius
Jujur
Toleransi
15
20
25
P: Hay dek kenalan dulu namaku
mbak zum, adek namane siapa?
I: RZ hehe (sambil malu-malu)
P: Adek kelas berapa?
I: Kelas 4..
P: Sekolahnya dimana?
I: MI Pulutan..
P: Dek, ini saya mau tanya-tanya
sama adek boleh gak?
I: Tanya apa? Boleh..
P: kamu TPQ nya dimana? Kalo
solat sering bolong-bolong gak?
I: TPQ Maarif, dulu TPQ tapi
sekarang udah gak, solate mahrib
aja (sambil malu-malu)
P: Oh iya dek, pernah bohong gak
sama papa?
I: Pernah dulu tapi sekarang udah
gak , takut sama papa.
P: Adek pernah gak marah sama
nenek, dan marah gara-gara apa?
I: Pernah, neneknya galak soalnya,
gara-gara menyalakan musik keras-
keras.
P: Adek kalo bangun jam berapa?
I: Jam 6 lebih kadang suka telat
Bersedia untuk
ditanya-tanya.
Takut berbohong
Toleransinya agak
kurang
Kurang disiplin
134
Disiplin
Kerja Keras
Kreatif
Rasa ingin
tahu
Mandiri
Komunikatif
Demokratis
Menghargai
prestasi
Cinta Damai
Gemar
membaca
Peduli
Lingkungan
Peduli sosial
Tanggung
jawab
27
31
36
40
43
46
51
53
57
61
65
datang kesekolah..
P: Adek belajare gimana sering
ngerjain PR gak?
I: Ngerjain kadang-kadang kalo
dimarahin papa.
P: Psernah memperbaiki mainan
yang rusak dek? Sukanya sama
mainan apa
I: Gak pernah, sukanya perang-
perangan dan pengen tahu game itu
P:Kalau sekolah dianterin apa
berangkat sendiri dek?
I: Di anterin tante.
P: Disekolah gimana dek temene
banyak gak?
I: Banyak..
P: Kalo ada temene yang
rangking 1, kamu ngucapin gak?
I: Kadang-kadang ngucapin..
P: Kamu kalo dimarahin nenek
gimana? Kalo di nakali teman
bales gak?
I: Gak bales..
I: Disuruh papa pergi main..
P: Kamu suka membaca gak?
I: Gak suka, sukanya ngegame
P: Kamu gimana kalo buang
sampah?
I: Ya ditempat sampah, dimarahin
papa kalo dibuang sembarangan..
P: Kamu suka nolongin temen
gak?
I: Suka, kemaren ada yang jatoh
dari sepeda tak bantu..
P: Kamu kalo ada PR dikerjain
gak?
I: Kadang-kadang kalo dimarahin
papa..
suka terlambat
Kurang
mempunyai rasa
kerja keras
Belum timbul rasa
kreatif tapi
keingin tahuannya
tinggi.
Masih bergantung
Mempunyai
banyak teman
Cukup
menghargai
prestasi
Lebih suka
mengalah
Tidak suka
membaca
Selalu membuang
sampah pada
tempatnya
Suka menolong
orang lain
Dalam belajar
kurang
bertanggung
jawab
135
Kode : W1 NR
Hari/Tanggal : Rabu, 1 November 2017
Tempat : Ruang tamu rumah NR
Pukul : 16.07
Informan : NR
Keterangan : 1. NR adalah ibu dari anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/Topik Baris Dialog Interprestasi
Meminta ijin
melakukan
penelitian
1
12
20
P: Assalamualaikum mba, nyuwun
sewu mba ini tadi saya dari
kelurahan dapet data kalau
panjenengan termasuk subyek dari
penelitian saya, niki saya kan lagi
menyelesaikan skripsi dengan judul
“Pendidikan Karakter Anak Dalam
Keluarga Disharmoni”, saya minta
tolong sekali mba NR saget bantu
mba? Panjenengan ndak mba NR
temene mbaku ponaan pas SD?
I: Heeh dek, lha mbamu kerja mana
sekarang? Pie ya dek mbok ojo aku..
hehe
P: Kerja di pabrik kayu mba, kalau
mba NR kerja dimana? Lho mba, plis
to mba bantuin saya.. hehe
I: Kerja di pabrik susu saya, tapi saya
gak iso jawab dek, kan lama gak buka
Menanggapi
dengan respon
baik dan setuju
untuk wawancara
hari berikutnya.
136
buku, wes sui gak sekolah.. hehe
P: Mboten napa napa mba jawabe sak
isoe mba NR.. lha RH yang ngasuh
siapa mba kalau jenegan kerja?
I: Ya, neneknya to..Yawes besuk neh
kesini lagi dek..
P: Oke mba, kira-kira jam berapa?
I: Ya, jam semene pas saya pulang
kerja..
P: Njih mba matursuwun mba
137
Kode : W2 NR
Hari/Tanggal : Kamis, 2 November 2017
Tempat : Ruang tamu rumah NR
Pukul : 16.12
Informan : NR
Keterangan :1. NR adalah ibu dari anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/Topik Baris Dialog Interpretasi
Meminta ijin
apakah bisa
wawancara
atau tidak
NR setuju
untuk
wawancara
Menanyakan
riwayat
hidup NR
10
15
23
P: Assalamualaikum mba,
panjenengan kira-kira sakniki sibuk
gak mba? Kalau wawancara ne
sekarang kira-kira bagaimana mba?
I: Wawancara tentang apa to dek?
P: Wawancara tentang budi
pekertine adek e mba, bagaimana
cara menanamkan budi pekerti baik
kepada anak..
I: Tapi aku raiso jawab dek, salah nek
neng goaku.. udah lama gak buka
buku dek..
P: Njih dijawab saja mba sak-sake
jenengan hehe
I: Yaudah teko tak jawab ya..
P: Njih mba. Langsung aja ya mba,
nek umure jenengan kan saya udah
tau mba. Kira-kira sama kaya
mbakku, adeke namane siapa mba
sama umurnya berapa?
I: Namane RH, bocahe umurnya
masih 6tahun kalo sekolahnya masih
TK besar..
P: nyuwun sewu ya mba lha bapake
RH masih sering kesini untuk
nengokin RH mba?
Menanggapi
dan bersedia
untuk
wawancara
Ayah RH
dulunya sering
mengunjungi
RH, namun
sekarang
138
dan RH
Menanyakan
kapan pisah
Dan
alasannya
Harapan NR
kepada RH
Materi yang
diberikan NR
kepada RH
Menanyakan
evaluasi budi
pekerti RH
Kendala-
kendala
dalam
mendidik RH
28
33
39
46
55
63
I: Dulu waktu awal-awal pisah masih
sering kesini untuk nengokin RH.
P: Kalau boleh tahu waktu RH
umur berapa mba NR pisah itu?
I: Pas pisah RH masih 5 tahun, jadi
baru 1 tahu pisahannya, maklum kalo
masih sering nanyain bapaknya..
P: Oh begitu mba, nyuwun sewu
kalau boleh tahu gara-gara apa ya
mba pisahnya?
I: Ya kan nikahe masih muda saya, lha
gara-gara perbedaan pendapat dan
masih tinggi egoisnya kira-kira gitu,
P: Oh ngaten mba kira-kira
harapane mba NR kepada RH itu
apa mba?
I: Ya banyak ya dek pengene ya jadi
anak soleh, tau agama dan terpenting
mboten pareng nakal, manut sama
orang tua.
P: Njih mba, intinya manut ya mba,
terus nasehat-nasehat atau materi
yang mba NR berikan kepada RH
biasane materi apa mba?
I: Ya itu dek rapareng nakal, kan
bocahe takut nek sama aku dek jadi,
materi untuk anak seng umur segitu ya
itu rapareng nakal terus dinasihati
seng apik-apik. hehe
P: Jadi ngaten mba, terkait dengan
evaluasi, panjenengan pernah
mboten mba memberikan evaluasi
misale jenengan suruh ke warung
adeke jujur mboten adeke..
I: Pernah bocahe manut sih dek takut
sama ibue, jadi mau yen disurh-suruh
dan jujur juga.
P: Jadi pernah njih mba intinya,
kendala-kendala atau hambatan
panjenengan apa mba kan nyuwun
sewu sebagai orang tua tunggal buat
adeknya, kendala-kendalanya apa?
sudah tidak
pernah
Pisahnya pada
waktu usia RH
5 tahun dan
dikarenakan
perbedaan
pendapat
Harapannya
yaitu manut
sama orang
tua dan tidak
boleh nakal
Materinya
yaitu tidak
boleh nakal
dan dinasihati
terus
RH takut sama
ibunya dan
nurut sama
ibunya
Kendalanya
kadang masih
139
Nilai
karakter
religius
Nilai
karakter jujur
Nilai
karakter
toleransi
Nilai
karakter
disiplin
Nilai
karakter
76
85
92
102
107
I: Ya kendalanya tetap ada ya soale
kan masih kecil juga, ya kadang
bocahe masih sering nanyake bapake,
kalo belajar males-malesan pengene
nonton tv terus tapi ya tetep tak
konkon belajar, tapi bocahe tetep
angel terus kalo minta apa-apa harus
cepet diturutin kalo gak rewel,
P: Njih mba, sekarang caranya
panjenengan menanamkan budi
pekerti baik kepada putranya
gimana mba kalo tentang ibadah-
ibadah agar putranya mau ibadah?
I: Kalo masih 6 tahun agak susah, tapi
tetap taksuruh TPQ, solatnya juga
masih meniru saya kalo saya solat
bocahe ngikut gitu dek..
P: Kalau tentang kejujuran ya mba,
gimana carane jenengan agar anake
jenengan jujur, terbuka mba?
I: Bocahe takut sama ibue dek, ya kalo
anak kecil masih polos nurut, jujur,
banyak cerita juga. Carane ya
dinasehati agar gak bohong dek.
P: Jadi tetep disuruh TPQ ya mba,
kalo adeke pernah marah gak mba
sama neneke atau kakeke dirumah
ini lha terus bagaimana carane
jenengan menanamkan agar adeke
bisa bertoleransi mba?
I: Pernah, namanya juga anak kecil
dek. Kalo toleransi belum mudeng sih
bocahe tapi kadang tak suruh ngalah
neneke ben bocahe gak rewel juga.
P: Adeke kalo bangun jam berapa
mba, jenengan suka bangunke apa
gak mba?
I: Bangune sulit dek kadang telat, ya
takbangunke wong masih mak-maken
tidure we sama ibue..
P: Jadi masih dibangunin ya mba,
kalo belajar tadi masih malas-
sering
menanyakan
ayahnya dan
masih males-
malesan dalam
belajar
RH belajar
ngaji di TPQ
dan solatnya
masih
mencontoh
ibunya
RH takut sama
ibunya dan
jujur soalnya
masih kecil
Belum
mudeng
toleransi
Bangunnya
tidak tepat
waktu dan
masih
dibangunkan
140
kerja keras
Nilai
karakter
kreatif
Nilai
karakter
mandiri
Nilai
karakter
demokratis
Nilai
karakter rasa
ingin tahu
Nilai
karakter
menghargai
prestasi
Nilai
116
120
127
134
141
147
malasan ya mba, kalo kerja
kerasnya adeke gimana mba dalam
belajar? (Menanggapi pernyataan
NR tadi)
I: Ya itu to masih males-malesan
belum ada kerja kerase masih sulit dan
perlu dinasihati..
P: Kalo adeke suka memperbaiki
sesuatu apa gak mba?
I: Paling ngotak-atik mainan dek..
walaupun kadang mainane malah
dirusak. Cara menanamkannya ya
diberi tahu untuk memperbaiki.
P: Njih berarti cukup kreatif mba,
adeke kalo minta apa-apa harus
diturutin gak mba sama kalo ke
sekolah masih dianter apa gak mba?
I: Harus diturutin dek kalo minta
mainan ya harus cepet dibelikan, ya
kalo sekolah dianter neneknya.
P: Kalau adeknya itu temene
banyak gak mba di sekolah, carane
jenengan agar adeke gak milih-milih
temen gimana mba?
I: Ya dinasehati “ kalo temenan sama
siapa aja yang penting gak sama anak
yang nakal” gitu aja dek..
P: Kalau rasa ingin tahuannya
gimana mba, sering nanyain tentang
apa gitu adeknya?
I: Iya sering kan dia suka nonton TV
kadang suka nanyain itu kartun apa
gitu dan pengen tahu sampe beli
mainan kartun-kartun, kalo cara
menanamkannya ya diajak ngobrol
dek,
P: Kalau ada temene yang
berprestasi gimana mba adeke?
I: Belum mengerti, kalo masalah itu
kadang juga tak bilangin harus
menghargai sekedar mengucapkan,
tapi anaknya belum sampe situ..
Belum ada
rasa kerja
keras dalam
belajarnya
Kreatif dengan
memperbaiki
mainan
Harus
diturutin kalau
minta sesuatu
Dinasehati
ibunya agar
tidak memilih-
milih teman
Suka bertanya
tentang kartun
kesukaannya
Belum ada
rasa
menghargai
prestasi
Temannya
141
karakter
komunikatif
dan cinta
damai
Nilai
karakter
gemar
membaca
Nilai
karakter
peduli sosial
dan peduli
lingkungan
Nilai
karakter
tanggung
jawab
Berterima
kasih kepada
NR dan NR
memanggil
151
158
165
174
181
187
P: Dirumah sini temene banyak mba
adeke?
I: Ya banyak itu temene juga kan lagi
maen bocahe.
P: Njih mba jadi cukup komunikatif
adeke, kalo menanamkan agar
adeke tidak boleh menyakiti orang
lain gitu gimana mba?
I: Gampang, dinasehati gak boleh
bicara saru kasar, gak boleh nakal
intine..
P: Adeke ndak suka baca mba?
Gimana carane jenengan
menanamkan agar adeke suka baca
mba?
I: Kandani angel, maune nonton tv ya
carane diingetke terus ada PR apa gak
gitu..
P: Oh njih mba adeke nda sering
bantu-bantu jenengan dirumah
misale bantu nyapu atau kalo
pulang sekolah merapikan sepatu,
tasnya?
I: Gak pernah dek belum mudeng
sampe situ, gak pernah nyapu juga,
tapi kadang tak nasehati kalo pulang
sekolah sepatunya taruh di rak gitu..
P: Oh njih mba kalo tanggung
jawabnya adek tadi mba kan pelajar
jadi belajar gimana mba?
I: Tanggung jawabnya belum timbul
soale masih males-malesan belajar
maunya di TV terus, bermain terus..
gitu dek..
P: Jadi belum ada njih tanggung
jawabnya mba, tapi tetep diingatkan
ya mba seperti yang mba bilang tadi,
hehe
I: Iya dek harus gitu..
P: Cukup itu mba pertanyaanya,
matursuwun saestu mba NR udah
bantu saya, kalo boleh saya mau
banyak dan
cukup
komunikatif
Masih sulit
disuruh
membaca
Tidak pernah
membantu
ibunya dan
belum bisa
peduli
lingkungan
Belum ada
rasa tanggung
jawab dan
inginnya
nonton TV
dan bermain
142
RH
194 tanya-tanya juga sama adeknya,
kira-kira bagaimana mba?
I: Iya dek, tak panggilke RH dulu ya..
N: Njih mba matursuwun..
143
Kode : W1 RH
Hari/Tanggal : Kamis, 2 November 2017
Tempat : Ruang tamu rumah NR
Pukul : 16.35
Informan : RH
Keterangan : 1. RH adalah anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/ Topik Baris Dialog Interpretasi
Perkenalan
dan
menanyakan
apakah mau
ditanya-
tanya.
Religius
Jujur
Toleransi
Disiplin
15
19
22
25
P: Hallo dek kenalan dulu
namaku mbak zum, adek namane
siapa?
I: RH hehe (sambil tersenyum)
P: Adek kelas berapa?
I: Kelas TK besar
P: Sekolahnya dimana?
I: TK Candra Puspita
P: Dek, ini mba mau tanya-tanya
sama adek boleh enggak?
I: Iya mba tanya apa? Boleh..
P: kamu TPQ nya dimana? Kalo
solat sering bolong-bolong gak?
I: TPQ di mesjid mba, kalo ibuk
solat, ikut solat juga kadang-kadang.
P: Oh iya dek, pernah bohong gak
sama ibue? Sering cerita-cerita
gak sama ibue?
I: Pernah, sering mba,
P: Adek pernah gak marah sama
ibu dan marahnya gara-gara apa?
I: Pernah, soalnya gak dibeliin
mainan..
P: Adek kalo bangun jam berapa?
I: Jam 7 lebih kadang suka telat
berangkat ke TK
Bersedia untuk
ditanya-tanya.
TPQ di masjid dan
suka mencontoh
orang tua
Pernah berbohong
dan terbuka
Manja dan kurang
bertoleransi
Bangunnya
kesiangan
144
Kerja Keras
Kreatif
Mandiri
Komunikatif
Demokratis
Menghargai
prestasi
Cinta Damai
Gemar
membaca
Peduli
Lingkungan
Peduli sosial
Tanggung
jawab
Rasa ingin
tahu
30
35
38
41
44
48
50
53
56
59
63
P: Adek belajare gimana sering
ngerjain PR gak?
I: Gak pernah belajar, PR nya
dibuatin ibuk
P: Pernah memperbaiki mainan
yang rusak dek? Sukanya sama
mainan apa
I: Pernah memperbaiki mainan,
sukanya sama mobil-mobilan
P:Kalau sekolah dianterin apa
berangkat sendiri dek?
I: Di anterin ibuk kalo gak nenek
P: Disekolah gimana dek temene
banyak gak?
I: Banyak..
P: Kalo ada temene yang
rangking 1, kamu ngucapin gak?
I: Gak pernah..
P: Kamu kalo dimarahin ibu
gimana? Kalo di nakali teman
bales gak?
I: Nangis, gak bales
P: Kamu suka membaca gak?
I: Gak suka, sukanya nonton TV
P: Kamu gimana kalo buang
sampah?
I: Ya langsung dibuang aja..
P: Kamu suka nolongin temen
gak?
I: Suka..
P: Kamu kalo ada PR dikerjain
gak?
I: PR nya dikerjain ibuk.
P: Adek kalau nonton TV suka
tanya-tanya gak sama ibue?
I: Suka tanya kartun mobil-
mobilan..
P: Oke dek makasih ya, salaman
dulu pinter ngaji sama sekolah ya..
(sambil bersalaman)
Masih malas
untuk belajar
Sukanya mobil-
mobilan
Berangkat sekolah
diantar
Belum punya rasa
menghargai
prestasi
Mengalah dan
menangis
Kurang peduli
dengan
lingkungan
Suka menolong
Tidak pernah
mengerjakan PR
Rasa ingin tahu
tentang mobil-
mobilan
145
Kode : W1 MF
Hari/Tanggal : Senin,6 November 2017
Tempat : Ruang tamu rumah MF
Pukul : 16.20
Informan : MF
Keterangan : 1. MF adalah ibu dari anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/Topik Baris Dialog Interpretasi
Meminta ijin
melakukan
penelitian
MF bersedia
15
24
P: Assalamualaikum, maaf
mengganggu apakah ini benar
rumahnya ibu MF? Nyuwun sewu,
saya kan dari kelurahan dapat data
kalau panjenengan salah satu dari
subyek penelitian saya, ini kan saya
lagi skripsi dengan judul
“Pendidikan Karakter Anak Dalam
Keluarga Disharmoni”, kira-kira
ibuk purun mboten saya
wawancara? (Sambil
memperlihatkan surat penelitian
dari kampus)
I: Njih, saya sendiri MF, kira-kira
wawancara apa ya?
P: Ini bu, mau tanya-tanya tentang
carane panjenengan menenamkan
budi pekerti baik kepada anaknya,
kira-kira ibu mau membantu saya?
Soalnya saya butuh sekali informasi
mendalam tentang budi pekerti
anaknya..
I: Jadi nanti saya ditanya-tanya apa
saya yang nanya-nanya?
P: Iya buk, panjenengan yang saya
tanya-tanya mengenai budi pekerti
Bersedia untuk
wawancara dan
146
di wawancara
dan
menanggapi
dengan baik
Mengucapkan
terima kasih
karena sudah
di ijinkan
30
35
adeke, ngaten..hehe
I: Oh ngaten, njih tapi sekarang lagi
mau menyelesaikan gosokan mba,
gimana?
P: Iya buk, gak harus sekarang
besuk juga gapapa buk, kira-kira
ibue bersedia mboten saya tanya-
tanya?
I: Iya mba, besuk saja kesini lagi,
P: Kalau boleh sekalian juga mau
tanya-tanya sama adeknya buk,
I: Iya mba
P: Matursuwun buk atas
bantuannya,
I: Iya sama-sama mba
menaggapi
dengan respon
positif
Peneliti
berterima kasih
kepada MF
karena mau
membantunya
147
Kode : W2 MF
Hari/Tanggal : Selasa,7 November 2017
Tempat : Ruang tamu rumah MF
Pukul : 14.30
Informan : MF
Keterangan : 1. RH adalah ibu dari anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/Topik Baris Dialog Interpretasi
Peneliti
datang
kerumah
MF lagi
untuk
wawancara
Menanyakan
Riwayat
hidup
Menanyakan
pisahnya
pada waktu
MR umur
berapa
15
P: Assalamualaikum buk, ini saya
yang kemarin mau wawancara, kira-
kira ibuk sibuk mboten njih?
I: Iya mba silahkan langsung tanya-tanya
saja..
P: iya buk, mohon maaf ibuk itu
umurnya berapa kalau boleh tahu..
hehe
I: Saya 32 tahun mba,
P: Kalau boleh tahu adeknya namanya
siapa ya buk?
I: Namanya MR,
P: Kira-kira umurnya berapa buk
MR, berapa saudara MR itu buk?
I: Umur MR kira-kira 7 tahun, Cuma satu
mba anak saya.
P: Kalau sekolahnya MR dimana buk?
I: MR sekolah di MI Dukuh mba
P: Mohon maaf buk, pas jenengan
pisah, MR itu umurnya berapa bu?
Sekarang masih sering nanya-nanya
tentang bapake?
I: MR umurnya lagi 4 tahun pas pisah, ya
namanya anak kecil ya mba kadang suka
nanyain ayahnya, tapi untung disini
banyak saudaranya jadi bisa terhibur..
Subyek setuju
dengan respon
positif
Masih sering
menanyakan
ayahnya
148
Tinggalnya
sekarang
dengan
saudara
Harapan
orang tua
Materi yang
diberikan
orang tua
Evaluasi
budi pekerti
26
31
44
52
65
P: Disini tinggal sama siapa saja buk
panjenengan?
I: Disini sama saya, neneknya, adek saya
jadi rame mba disini banyak yang
nemenin MR juga, banyak yang jagain.
P: MR itu berapa bersaudara buk?
I: Hanya 1 mba, Cuma 1 dia saja.
P: Oh njih buk, harapane panjenegan
kepada MR itu bagaimana buk,
pengene MR itu gimana, cita-citane
panjenengan apa buk?
I: Harapane banyak mba yang pertama
pengennya pendidikannya sukses bisa
sampe perguruan tinggi juga RH agar RH
punya bekal ilmu yang berrmanfaat bagi
kehidupannya dia kelak, ya intinya
pengen pendidikannya sukses mba
pengen RH nurut juga sama saya.
P: Jadi pengen pendidikan dek RH itu
maju ya buk intinya, kalau materi-
materi atau nasehat apa yang sering
ibu berikan kepada RH?
I: Kadang saya nasehati mba supaya
nurut saya orang tua, saya nasihati juga
agar MR gak jadi orang nakal mba agar
gak nakali temene juga mba
P: Iya buk, Jadi intinya dinasihati agar
nurut dan gak nakal, kalau evaluasi
panjenengan pernah memberikan
evaluasi kepada MR gak buk?
I: Evaluasi gimana ya mba maksude?
(sambil merasa binggung)
P: Evaluasi begini buk, misale
jenengan suruh ke warung MR sisa
uangnya dikembalikan atau tidak?
I: Pernah mba, mesti uange dikembalikan
mba, Kalau pengen apa-apa ya bilang
dulu sama saya..
P: Jenengan penah marah buk sama
MR? Kayae panjenengan itu orange
kok penuh kasih sayang lembut gitu
hehe
Tinggal
bersama
saudara-
saudara dan
banuyak yang
menjaga MR
Dinasihati
agar tidak
nakal, nurut
sama orang
tua
Pernah
memberikan
evaluasi dan
anaknya jujur
149
Kendala-
kendala
yang
dihadapi
Meminta
ijin untuk
bertanya
kepada MR
Berterima
kasih
90
I: Ya namanya orang tua marah wajar ya
mba, tapi saya juga sayang sama MR
kalau apa-apa harus diturutin mba
anaknya maklum belum punya saudara
lain dan perhatian saya cuma besarin dia
dulu mba.
P: Njih buk, kalau mengenai kendala-
kendala panjenengan membesarkan
MR apa buk?
I: Kendala-kendala pasti ada namanya
sendiri ya mba, kaki aja dua ya mba kalau
1 kaki saja juga pasti ada kedala dalam
berjalan sama mba sama kaya saya
kadang MR suka nanyain ayahnya, tapi
ayahnya sudah gak pernah kesini kadang
saya juga mikir mba kasian MR, kadang
kalau pengen apa-apa saya juga harus
memenuhi kebutuhan MR sendirian juga.
Kadang kalau dinasehati MR suka sulit,
kalau ada temene dia kadang mau.
P: Mohon maaf ibu kerjanya dimana
njih? (sambil bergurau)
I: Saya kerjanya keliling gosok mba
nyetrika hehe
P: MR sekarang gak dirumah ya buk?
Kalau dirumah mau sekalian tanya-
tanya sama MR juga,
I: Gak dirumah lagi main mba
P: Kira-kira pulang sekolahnya jam
berapa buk besuk?
I: Pulangnya biasanya jam setengah 2
kalau gak ya jam 2.
P: Iya buk, saya besuk insaAllah kesini
lagi untuk lanjut tanya-tanya sama ibu
dan MR kalau sudah pulan dirumah..
I: Iya mba,
P: Terimakasih buk, atas waktunya
bisa bantu saya terimakasih sekali
buk,
I: Iya sama-sama mba..
Mendidik
dengan kasih
sayang
Sendiri, pasti
ada kendala
anaknya sering
susah di
nasihati
Merespon
dengan baik
dan
mengijinkan
MR untuk di
wawancara
Mengucapkan
terima kasih
151
Kode : W3 MF
Hari/Tanggal : Rabu,8 November 2017
Tempat : Ruang tamu rumah MF
Pukul : 14.05
Informan : MF
Keterangan : 1. MF adalah ibu dari anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/Topik Baris Dialog Interpretasi
Peneliti
bertanya
apakah MR
sudah
pulang
sekolah atau
belum
Nilai
karakter
religius
Nilai
karakter
5
21
P: Assalamualaikum buk, dek MR
nya ada apakah sudah pulang
sekolah atau belum buk?
I: Masuk dulu mba, MR di dalam lagi
nonton TV mba, masuk aja..
P: Njih buk, terimakasih ini saya mau
tanya-tanya lagi sama ibu dan MR
kira-kira ibuk lagi sibuk mboten?
I: Iya mba silahkan, lagi gak sibuk juga
mba,
P:MR itu solate gimana buk, sama
dia TPQ apa gak? Caranya
panjenengan agar MR mau
beribadah itu pripun buk?
I: TPQ mba, di Mesjid deket RA
Ma’arif, kalau solat itu dia mahrib, isya
mba soalnya tak ajak ke mesjid
anaknya. Caranya ya sering diajak ke
masjid aja mba mencontohkan langsung
seperti itu,
P: Jadi dicontohkan langsung njih
buk, kalau caranya menanamkan
agar putranipun mau terbuka gitu
gimana buk?
I: Anaknya cukup terbuka sih mba suka
cerita-cerita juga sama ibunya, suka
MR TPQ di
TPQ Maarif,
dan solatnya
harus diberi
contoh oleh
ibunya
Anaknya
terbuka dan
152
jujur
Nilai
karakter
toleransi
Nilai
karakter
disiplin
Nilai
karakter
mandiri
Nilai
karakter
kerja keras
Nilai
30
38
46
52
60
68
ngajak bercanda ibunya juga.kalau
caranya cukup ditanya-tanya diajak
cerita mba.
P: Adeknya pernah marah mboten
buk, sama jenengan apa sama
neneknya?
I: Pernah mba sama neneknya, kadang
anake saya suruh minta maaf sama
neneknya kalau lagi marah tapi juga
mbujuknya agak susah kemudian dia
mau minta maaf gitu mba.
P: Jadi disuruh minta maaf ya buk
sama neneknya, adeknya kalau
bangun jam berapa buk?
I: Bangunnya tepat waktu sih mba
kadang jam 6 kan sekolahnya jauh jadi
harus bangun awal. Dukuh kan
sekolahnya tapi gak pernah terlambat
kalau datang kesekolah..
P: Jadi karena sekolahnya jauh harus
bangun pagi ya buk, kalau sekolah
biasanya di antar siapa buk?
I: Kalau berangkat sekolah diantar kan
jauh sekolahnya, biasanya diantar
pakdenya kalau gak omnya mba,
P: Kalau belajarnya gimana buk
MR?
I: Belajarnya kadang sama saya, kadang
juga sulit disuruh belajar, anaknya
sukanya malah mainan hp terus
dirumah ki, sama sukanya nonton tv,
kalau ada temene dia mau belajar kalau
gak ya masih susah.
P: Jadi belajarnya masih agak susah
ya buk, tapi nilainya gimana buk
kalau disekolah?
I: Nilainya bagus sih mba, anaknya juga
aktif kalau disekolah, walaupun dia
jarang belajar tapi kurang tau ya mba
nilainya bagus, anaknya nyantelan mba,
hehe
P: Adeknya suka memperbaiki
sering cerita-
cerita
Kalau marah
sama neneknya
disuruh ibunya
minta maaf
Bangunnya
tepat waktu
karena letak
sekolahnya
yang jauh
Sekolahnya
diantar
pakdenya
Belajarnya
masih agak sulit
akan tetapi MR
tergolong anak
yang pintar
karena anaknya
nyantelan dan
nilai-nilai
disekolahnya
juga bagus
153
karakter
kreatif
Nilai
karakter
komunikatif,
demokratis
dan cinta
damai
Nilai
karakter rasa
ingin tahu
Nilai
karakter
menghargai
prestasi
Nilai
karakter
gemar
membaca
74
82
89
94
101
106
sesuatu barang apa tidak buk?
I: Kalau memperbaiki barang kadang-
kadang ngotak-atik mainanya mobil-
mobilan, kalau gak sepedanya biasanya
di otak-atik, cara menanamkannya ya
cukup diberi tahu buat memperbaiki
dicoba dulu gitu mba..
P: Adeknya kalau dirumah temene
banyak buk? Bagaimana caranya
jenengan agar adeknya gak milih-
milih teman buk?
I:Dirumah sini temene lumayan sih,
banyak juga. Kadang saya nasihati agar
berteman dengan siapa saja dan gak
boleh nakali temannya juga..
P: Kalau rasa ingin tahunya sendiri
bagaimana buk, sering tanya-tanya
sama panjenengan tentang apa gitu?
I: Sering kadang tanya-tanya tentang hp
mba, kan dia tak pegangin hp biar buat
mainan mba..
P: Caranya jenengan menumbuhkan
rasa ingin tahu anaknya gimana buk?
I: Biasanya saya ajak cerita-cerita
melatih dia biar terbuka juga mba,
P: Jadi diajak cerita-cerita ya buk,
Kalau caranya panjenengan
menanamkan agar anaknya
mempunyai rasa menghargai prestasi
bagaimana buk?
I: Caranya ya disuruh aja mba agar bisa
menghargai orang lain juga.
P: Kalau di ada temannya yang
rangking 1 biasanya adeknya
ngucapin atau gak buk?
I: Kurang tahu saya mba, tapi biasanya
cerita dan tak suruh ngucapin gitu,
P: Adeknya itu suka baca-baca atau
tidak buk? Bagaimana caranya
panjenengan agar adeknya itu gemar
membaca?
I: Kalau ada temennya biasanya
Kadang suka
memperbaiki
mobil-mobilan
Temannya
banyak dan
tidak milih-
milih teman
Rasa ingin
tahunya tinggi
dan sering
bertanya pada
ibunya
Kadang disuruh
untuk
menghargai
prestasi orang
lain
Kalau ada
temannya MR
mau membaca
154
Nilai
karakter
peduli
lingkungan
dan peduli
sosial
Nilai
karakter
tanggung
jawab
114
123
134
140
gampang disuruh baca-baca buku
pelajaran, kalau gak ya sulit. Namanya
juga anak kecil mba,
P: Baca buku pelajaran ya buk
biasanya, kalau adeknya itu suka
bantu-bantu dirumah atau gak buk
misale bantu jenengan menyapu gitu?
I: Kalau saya suruh kadang dia mau
nyapu sebentar, buat melatih dia juga
biar bisa mencintai lingkungan mba,
dan menjadi orang yang bersih.
P: Kalau mengenai tanggung
jawabnya sendiri bagaimana buk kan
sebagai pelajar tanggung jawabnya
masih belajar?
I: Kalau ada PR dari sekolahnya pasti
saya tanya-tanya dan saya suruh
mengerjakan. Tapi kalau PR dia selalu
mengerjakan karena saya suruh terus
tapi kalau belajar setiap hari belum
mba, belajarnya kalau waktu ada PR
saja dan saya yang nyuruh.
P: Jadi belajarnya kalau ada PR ya
buk, tapi harus disuruh ya buk.. ya
sudah buk, terimakasih banyak buk
atas waktunya. Sekarang saya akan
tanya-tanya sama MR gimana buk?
I: Iya mba silahkan tanya-tanya..
Kadang mau
membantu
menyapu rumah
Tanggung
jawabnya
kurang, karena
kalau ada PR
saja MR mau
belajar
MF
mengizinkan
peneliti untuk
bertanya-tanya
dengan MR
155
Kode : W1 MR
Hari/Tanggal : Rabu, 8 November 2017
Tempat : Ruang tamu rumah MF
Pukul : 14.30
Informan : MR
Keterangan : 1. MR adalah anak dalam keluarga disharmoni
2. Peneliti (P)
3. Informan (I)
Tema/ Topik Baris Dialog Interpretasi
Perkenalan
dan
menanyakan
apakah mau
ditanya-
tanya.
Religius
Jujur
8
13
17
23
P: Assalamualaikum dek,
lagi nonton apa? kenalan
dulu namaku mbak zum,
adek namane siapa?
(Menanggapi MR yang
sedang menonton TV)
I: Namaku MR (sambil
tersenyum)
P: Adek kelas berapa?
I: Kelas 1 SD
P: Adek sekolahnya
dimana?
I: Sekolahnya di MI Dukuh
P: Dek MR, ini mba mau
tanya-tanya sama adek
boleh enggak?
I: Iya mba boleh..
P: kamu TPQ nya
dimana? Kalo solat sering
bolong-bolong gak?
I: TPQ di Maarif mba,
solatnya mahrib, isya di
masjid..
P: Oh iya dek, pernah
bohong gak sama ibue?
Sering cerita-cerita gak
Bersedia untuk
ditanya-tanya.
TPQ di
TPQ Maarif dan
solatnya
mencontontoh ibunya
Pernah berbohong
dan sering cerita
156
Toleransi
Disiplin
Kerja Keras
Kreatif
Mandiri
Komunikatif
Demokratis
Menghargai
prestasi
Cinta Damai
Gemar
membaca
28
33
36
40
43
48
53
56
60
65
sama ibue?
I: Pernah, sering cerita mba,
P: Adek pernah gak
marah sama ibu dan
marahnya gara-gara apa?
I: Pernah, soalnya gak boleh
main hp.
P: Adek kalo bangun jam
berapa?
I: Jam setengah 6 lebih
sedikit.
P: Kalau berangkat
sekolah suka telat apa
gak?
I: Gak pernah telat mba
P: Adek belajare gimana
sering ngerjain PR gak?
I: Belajar kalau ada PR..
P: Pernah memperbaiki
mainan yang rusak dek?
Sukanya sama mainan apa
I: Pernah memperbaiki
mobil-mobilan dan sepeda.
P:Kalau sekolah dianterin
apa berangkat sendiri
dek?
I: Di anterin pakde kalau
gak dianter om..
P: Disini gimana dek
temene banyak gak?
I: Banyak..
P: Kalo ada temene yang
rangking 1, kamu
ngucapin gak?
I: iya disuruh ngucapin
P: Kamu kalo dimarahin
ibu gimana? Kalo di
nakali teman bales gak?
I: Minta maaf sama ibuk,
tidak bales biarin aja..
P: Kamu suka membaca
gak?
Manja dan kurang
bertoleransi
Bangunnya tepat
waktu
Tidak pernah
terlambat
Belajar kalau ada PR
Pernah memperbaiki
mainan dan sepeda
Sekolahnya diantar
pakde dan om
Temannya banyak
Cukup menghargai
prestasi
Kalau marah
kemudian meminta
maaf
Tidak suka membaca
157
Peduli
Lingkungan
Peduli sosial
Tanggung
jawab
Rasa ingin
tahu
69
72
75
79
83
I: Gak suka, sukanya nonton
TV sama mainan hp..
P: Kamu pernah bantu
ibu nyapu gak?
I: Ya pernah,
P: Kamu suka nolongin
temen gak?
I: Suka..
P: Kamu kalo ada PR
dikerjain gak?
I: PR nya dikerjain kan
disuruh ibuk
P: Adek kalau nonton
mainan hp sering tanya-
tanya sama ibue gak?
I: Suka tanya mainan di hp
P: Oke dek makasih ya,
salaman dulu sama mba
(Sambil bersalaman
dengan MR)
Membantu menyapu
Kadang suka
menolong teman
Kurang tanggung
jawab karena
belajarnya pada waktu
ada PR saja
Sering bertanya
tentang mainan
kesukaannya
166
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Nur Zumrotus Sholihah
2. Tempat, tanggal lahir : Salatiga, 18 April 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Kewarganegaraan : Indonesia
6. Alamat : Candirejo Kalipanggang RT 01, RW 10 Kec.
Tuntang Kab. Semarang
7. HP : 085713631625
8. Latar Belakang Pendidikan Formal
a. TK Candra Puspita Lulus Tahun 2002
b. SD Negeri Kecandran 01 Lulus Tahun 2008
c. SMP N 4 Salatiga Lulus Tahun 2011
d. SMK N 1 Salatiga Lulus Tahun 2014
e. IAIN Salatiga Lulus Tahun 2018
Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya,
Salatiga, 10 Maret 2017
Nur Zumrotus Sholihah (111-14-055)
top related