penebalan dinding sel dan pembelahan sel
Post on 14-Dec-2014
1.711 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laporan Praktikum
Anatomi Perkembangan Tumbuhan
PENEBALAN DINDING SEL DAN PEMBELAHAN SEL
Nama : Elya Agustina
Nim : 1210702021
Kelompok : 3
Tanggal Praktikum : 23 Maret 2012
Tanggal Pengumpulan : 30 Maret 2012
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2012
PENEBALAN DINDING SEL DAN PEMBELAHAN SEL
1. Tujuan
- Melihat dan mengenal adanya penebalan pada dinding sel
- Mengamati pembelahan sel pada akar Allium cepa
2. Dasar Teori
Dinding sel merupakan bagian sel yang bersifat mati. Dinding sel
menentukan bentuk sel serta tekstur jaringan, berfungsi sebagai penguat dan
melindungi protoplas. Dinding sel pada tumbuhan mempunyai tebal yang
bermacam-macam tergantung pada umur dan tipe sel. Berdasarkan
perkembangannya dan strukturnya dibedakan menjadi tiga bagian pokok
yaitu lamela tengah, dinding primer dan dinding sekunder. Semua sel
mempunyai lamela tengah dan dinding primer sedangkan adanya dinding
sekunder hanya terdapat pada sel-sel tertentu (Sitompul, 1995). Penebalan
dinding sel dapat dibedakan berdasarkan arah penebalannya, yaitu penebalan
sentrifugal (penebalan ke arah luar. dan penebalan sentripetal (penebalan
kearah dalam) (Woelaningsih, 1984).
Jaringan sklerenkim adalah jaringan yang terjadi dari sel-sel dengan
penebalan dinding sekunder, yang berlignin atau tidak berlignin dan bersifat
elastis. Sklerenkim merupakan jaringan penguat dengan dinding yang tebal.
Umumnya terdiri dari zat lignin. Pada umumnya sel sklerenkim tidak lagi
mengandung protoplas atau dengan kata lain sel-selnya telah mati dengan
dinding sel yang tebal sehingga jaringan sklerenkim hanya dijumpai pada
organ tumbuhan yang tidak lagi mengadakan pertumbuhan dan
perkembangan. Jaringan sklerenkim terdiri dari serat dan sklereid (sel-sel
batu). Bentuk sklereid terbagi menjadi 5 yaitu:
1. Brakisklereid (sel batu); bentuknya isodiometrik atau membulat,
biasanya terdapat pada floem, korteks dan kulit batang serta dalam
daging buah beberpa jenis tumbuhan seperti Pyrus communis
2. Makrosklereid, berbentuk seperti batang/tongkat, sering membentuk
suatu lapisan kontinyu dalam testa biji Leguminosae yang keras.
3. Osteosklereid, sklereid berbentuk kumparan atau tulang, ujungnya
membesar, bercuping dan kadang-kadang bahkan bercabang, terdapat
pada kulit biji dan mesofil daun dikotiledon tertentu
4. Asterosklereid, mempunyai percabangan beragam dan sering kali
berbentuk bintang, terutama terdapat pada daun
5. Trikosklereid, sklereid ini memanjang, agak seperti rambut dan biasanya
berupa sklereid dengan suatu percabangan yang teratur, terdapat di
mesofil daun.
Proses pembelahan sel terjadi secara mitosis dan meiosis. Tumbuhan
pada masa awal perkembangan mengalami pertumbuhan sangat banyak,
tumbuhan mengalami pembelahan sel secara tidak langsung yang disebut
juga dengan mitosis (Setjo, 2004). Mitosis merupakan periode pembelahan
sel yang berlangsung pada jaringan titik tumbuh (meristem), seperti pada
ujung akar atau pucuk tanaman. Proses mitosis terjadi dalam empat fase,
yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Fase mitosis tersebut terjadi
pada sel tumbuhan maupun hewan. Terdapat perbedaan mendasar antara
mitosis pada hewan dan tumbuhan (Hasnunidah, 2009). Terjadi pada ujung
akar, yang mengalami pembelahan awal, mitosis terjadi dalam sel somatik
yang bersifat meristematik, yaitu sel-sel yang hidup terutama yang sedang
tumbuh (ujung akar dan ujung batang), mitosis pada tumbuhan terjadi selama
mulai dari 30 menit sampai beberapa jam dan merupakan bagian dari suatu
proses yang berputar dan terus menerus (Suryo, 2008).
Proses mitosis ini terjadi bersama dengan pembelahan sitoplasma dan
bahan-bahan di luar inti sel. Pada mitosis setiap induk yang diploid (2n) akan
menghasilkan dua buah sel anakan yang masing-masing tetap diploid serta
memiliki sifat keturunan yang sama dengan sel induknya (Campbell, 2008).
3. Alat Dan Bahan
Alat
Mikroskop
Pipet tetes
Kaca objek
Kuas halus
Kaca objek
Kaca penutup
Jarum preparat
Silet
Cutter
Beaker glass
4. Prosedur Kerja
a. Penebalan dinding sel
a. Pembelahan Sel
Membuat preparat irisan endokarpium
Cocos nucifera
Membuat preparat irisan endokarpium Allium sepa
Alat Dan Bahan
Bahan
Endokarpium Cocos nucifera
Tangkai Solanum nigrum (Leunca)
Akar Alium cepa
Air
Penebalan dinding sel
Pembelahan Sel
irisan endokarpium
Mengamati saluran noktah pada
dinding sel dan lumen (ruang sel)
Mengamati noktah
Membuat preparat irisan Allium sepa
Mengamati dan mencari seerta menggambar semua fase pembelahan mitosis pada
preparat tersebut
Cocos nucifera (kelapa)
Leunca)
Mengamati noktah buta
Mengamati dan mencari seerta menggambar semua fase pembelahan mitosis pada
preparat tersebut
5. Hasil Pengamatan
brankhisklereid
Gambar 2. Penampang melintang
tangkai Solanum nigrum
Perbesaran 16 x 10
Gambar 2. Sel tangkai
Perbesaran 40 x 16
Hasil Pengamatan
Gambar 1. Sel endokarpium Cocos nucifera
Perbesaran 40 x 10
lumen
brankhisklereid
Saluran noktah
Epidermis
sklerenkim
korteks
brankhisklereid
Gambar 2. Penampang melintang
Solanum nigrum
Perbesaran 16 x 10
tangkai Solanum nigrum
Perbesaran 40 x 16
noktah
lumen
korteks
6. Pembahasan
Pada praktikum mengenai penebalan pada dinding sel bahan spesimen
yang diamati menggunakan
kelapa disayat setipis mungkin agar bentuk selnya terlihat dengan jelas ketika
diamati di bawah mikroskop. Perbesaran mikroskop yang digunakan dengan
perbesaran 40 x 10, sehingga dapa
Fahn (1991), sklerenkim pada tempurung kelapa ini merupakan bentuk
sklereid. Sklereidnya berbentuk seperti bulat tidak beraturan dan di dalamnya
Gambar 2. Akar
Perbesaran 16 x 10
Gambar 2. Preparat
Perbesaran 16 x 10
praktikum mengenai penebalan pada dinding sel bahan spesimen
yang diamati menggunakan endokarpium kelapa (Cocos nucifera
kelapa disayat setipis mungkin agar bentuk selnya terlihat dengan jelas ketika
diamati di bawah mikroskop. Perbesaran mikroskop yang digunakan dengan
perbesaran 40 x 10, sehingga dapat terlihat jaringan sklerenkim.
klerenkim pada tempurung kelapa ini merupakan bentuk
sklereid. Sklereidnya berbentuk seperti bulat tidak beraturan dan di dalamnya
kromosom
Akar Allium cepa
Perbesaran 16 x 10
reparat Akar Allium cepa
Perbesaran 16 x 10
praktikum mengenai penebalan pada dinding sel bahan spesimen
Cocos nucifera), tempurung
kelapa disayat setipis mungkin agar bentuk selnya terlihat dengan jelas ketika
diamati di bawah mikroskop. Perbesaran mikroskop yang digunakan dengan
terlihat jaringan sklerenkim. Menurut
klerenkim pada tempurung kelapa ini merupakan bentuk
sklereid. Sklereidnya berbentuk seperti bulat tidak beraturan dan di dalamnya
terdapat garis-garis. Garis-garis ini disebut noktah. Sklereid juga dapat
disebut sel batu. Sklereid pada endokarpium Cocos nucifera (tempurung
kelapa) termasuk kedalam tipe Brakisklereid. Brakisklereid ini dimana
bentuknya membulat biasanya terdapat di floem, korteks dan kulit batang
serta daging buah beberapa jenis tumbuhan. Sel ini dikatakan sel-sel batu
karena karena sel-sel sklereid tidak bercabang, tidak mempunyai bentuk yang
ekstrim bersifat soliter atau berkumpul. Mempunyai lumen sel yang sangat
sempit sehubungan dengan terbentuknya penebalan-penebalan dinding yang
bersifat sentrifugal. Sedangkan noktah buta tidak terlihat begitu jelas di
perbesaran 40 x 10, noktah buta yaitu noktah yang bermuara pada ruang antar
sel.
Pengamatan selanjutnya yaitu pada tangkai leunca yang diamati
dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran 16 x 10. Pada tangkai
leunca terlihat bentuk kolenkimnya yaitu segi enam tidak beraturan atau
heksagonal. Disudut selnya mengalami penebalan memanjang. Susunan
selnya tidak teratur, rapat, dan tanpa ruang antar sel. Bentuk kolenkim ini
termasuk tipe anguler. Menurut Woelaningsih (1987), pada kolenkim tipe
anguler ini penebalan dinding sel penebalan dinding sel terdapat disudut sel-
sel. Jaringan kolenkim ini terletak langsung dibawah epidermis. Penebalan
sudut terlihat ditempat pertemuan tiga sel atau lebih. Penebalan ini terjadi
pada saat sel masih tumbuh membesar dan bersifat plastis sehingga mampu
meluas. Tetapi penebalan ini tidak meliputi seluruh dinding selnya atau tidak
menjadikan keseluruhan dinding selnya ikut menebal. Penebalan pada
dinding sel ini memberi kekuatan yang seimbang pada organ-organ tumbuhan
yang masih muda dan yang masih mengadakan pertumbuhan dan
perkembangan, sehingga tumbuhan dapat tumbuh dengan baik. Jaringan
kolenkim ini selnya hidup dan terdapat protoplasma.
Pada pengamatan pembelahan sel, spesimen bahan yang digunakan
adalah akar dari bawang merah. Pengamatan dilakukan dengan perbesaran 16
x 10 di bawah mikroskop. Akar bawang digunakan untuk mempelajari
mitosis dengan alasan karena akar bawang memiliki kromosom yang besar,
jumlah kromosomnya tidak terlalu banyak, sehingga lebih memungkinkan
untuk mendapatkan hasil percobaan yang lebih baik , mudah didapatkan , dan
mudah dilakukan (membuat preparat dan meneliti jaringannya) dan karena
akar merupakan salah satu jaringan yang sel-sel penyusunnya adalah sel-sel
somatik, khusus pada ujung akar terdiri dari sel-sel yang bersifat
meristematik, yaitu sel-selnya selalu aktif membelah, sehingga diharapkan
fase-fase mitosis dapat diamati secara lengkap.
Akar bawang yang kami amati tidak terlihat proses pembelahan sel, ini
dimungkinkan terjadi karena pada bagian akar yang diamati tidak
menggunakan pewarnaan sehingga sulit membedakan proses pembelahan sel
dari akar bawang ini. Sehingga spesimen bahan yang digunakan untuk
pengamatan menggunakan preparat akar bawang (Allium cepa) yang telah
jadi, terlihat kromosom dengan bentuk memanjang berwarna merah.
Menurut Campbell, pembelahan sel pada akar bawang mengalami
pembelahan mitosis selama 5 fase yaitu: 1) Interfase, Inti sel Nampak keruh
dan tampak benang- benang kromatin yang halus, kromosom yang
diduplikasi pada fase S belum bisa terlihat secara individual karena belum
terkondensasi. 2) Profase, benang- benang kromatin memendek dan menebal,
terbentuklah kromosom. Gelendong mitotik mulai terbentuk, setiap
kromosom terduplikasi tampak sebagai kromatid identik yang tersambung
pada sentromernya dan sepanjang lengannya oleh kohesin (kohesi kromatid
saudara). 3) Metaphase, merupakan tahap mitosis yang paling lama, sering
kali berlangsung sekitar 20 menit . Kromosom- kromosom menempatkan diri
di bidang tengah dari sel. 4) Anafase, merupakan tahap pembelahan yang
paling singkat terjadi, biasanya hanya beberapa menit. Sentromer membelah
dan kedua kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju kutub dari sel
yang berlawanan. Tiap kromatid hasil pembelahan itu memiliki sifat yang
sama dengan sel induknya, sejak saat itu kromatid-kromatid tersebut menjadi
kromosom baru. 5) Telofase, di tiap kutub sel terbentuk stel kromosom yang
identik. Selaput gelendong inti lenyap dan dinding inti terbentuk lagi.
Kemudian plasma sel terbagi lagi menjadi dua bagian, proses tersebut dikenal
sebagai sitokinesis. Pada sel tumbuhan sitokinesis ditandai dengan
terbentuknya dinding pemisah di tengah- tengah sel.
interfase profase metafase anafase telofase
7. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa pada endokarpium kelapa
dan tangkai leunca terdapat jaringan sklerenkim. Jaringan sklerenkim
merupakan jaringan penguat dengan dinding yang tebal.
Jaringan sklerenkim terdiri dari serat dan sklereid (sel-sel batu). Sklereid pada
endokarpium Cocos nucifera (tempurung kelapa) termasuk kedalam tipe
Brakisklereid, mempunyai lumen sel yang sangat sempit. Sedangkan noktah
buta tidak terlihat begitu jelas di perbesaran 40 x 10, noktah buta yaitu noktah
yang bermuara pada ruang antar sel. Pada Solanum nigrum (Leunca)
kolenkimnya yaitu segi enam tidak beraturan atau heksagonal. Susunan
selnya tidak teratur, rapat, dan tanpa ruang antar sel. Bentuk kolenkim ini
termasuk tipe anguler.
Berdasarkan hasil pengamatan akar Allium cepa pada perbesaran 16 x
10 tidak terlihat pembelahan sel, karena tidak dilakukan pewarnaan pada
preparat. Adapun preparat awetan akar Allium cepa yang sudah jadi hanya
ditemukan kromosom. Pembelahan sel mitosis pada akar Allium cepa
mengalami 5 fase yaitu: interfase, profase, metaphase, anaphase dan telofase.
Daftar Pustaka
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2008. Biologi. Terjemah oleh
Damaring Tyas Wulandari S.Si. Jakarta: Erlangga
Fahn A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Hasnunidah, neni. 2009. Struktur Dan Perkembangan Tumbuhan. Bandar
Lampung: Universitas Lampung
Kertasapoetra, A. G. 1991. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan (Tentang Sel
dan Jaringan). Jakarta: Rineka Cipta.
Setjo, Susetyoadi. 2004. Anatomi Tumbuhan. Malang: JICA.
Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Suryo. 2008. Genetika Strata I. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Woelaningsih, Sri. 1987. Anatomi Tumbuhan. Jakarta: Universitas Terbuka.
top related