penelitian manda-mute fix
Post on 08-Aug-2015
132 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sering sekali kita melihat orang merokok dimana-mana dalam kehidupan
sehari-hari, di kantor, pasar, maupun tempat-tempat umum lainnya, serta di dalam
rumah tangga sendiri. (Amelia: 2009). Merokok seakan sudah menjadi bagian dari
kehidupan kita sehari-hari. hal ini terbukti dari peningkatan jumlah konsumsi
rokok dunia tiap tahun yang juga disertai dengan peningkatan jumlah perokok di
hampir semua negara, terutama negara berkembang tiap tahunnya. (Anonymous:
2008)
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh World Health Organisation
(WHO), sebuah lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di
bidang kesehatan, pada tahun 2008 sepertiga dari penduduk dunia adalah perokok.
Sekitar 84% dari total perokok tersebut berada di negara berkembang, sedangkan
36% lainnya berada di negara maju. Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran
masyarakat di negara maju tentang bahaya merokok sudah baik. (Anonymous:
2008)
Indonesia sendiri dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada dalam
jajaran lima negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. (Anonymous: 2008)
Sebagai satu-satunya negara di Asia Tenggara yang belum menandatangani dan
meratifikasi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), jumlah
perokok di Indonesia dari tahun ke tahun tidak beranjak turun, justru naik.
(Prabandari: 2009) Menurut data Departeman Kesehatan Republik Indonesia
tahun 2004, Indonesia merupakan konsumen rokok tertinggi kelima di dunia
dengan jumlah rokok yang dikonsumsi sebanyak 215 milyar batang rokok setiap
tahunnya setelah Republik Rakyat Cina (1,643 milyar), Amerika Serikat (451
milyar), Jepang (328 milyar), dan Rusia (258 milyar). (Nasution: 2007)
1
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan,
baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di sekelilingnya. (Amelia: 2009)
Tercatat tidak kurang dari 4000 jenis zat kimia terkandung di dalam sebatang
rokok, dan 60 zat di antaranya bersifat karsinogenik dan adiktif (Loren: 2009)
Bahan kimia ini akan memacu kerja susunan saraf pusat dan susunan saraf
simpatis sehingga megakibatkan tekanan darah meningkat dan denyut jantung
bertambah cepat.(Amelia: 2009)
Perokok aktif memiliki resiko lebih tinggi untuk terkena kanker paru,
kanker mulut dan tenggorokan, kanker esofagus, kanker kandung kemih, serangan
jantung, serta penyakit lainnya seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan
darah tinggi, dan bronkitis kronis. Merokok juga merupakan penyebab terjadinya
kanker paru 90% pada laki-laki dan 70% pada perempuan, 22% dari penyakit
jantung dan pembuluh darah, bahkan kematian. (Loren: 2009) Pada tahun 2001,
tercatat bahwa 22,6% atau 427,948 orang yang memiliki kebiasaan merokok
maninggal dunia akibat penyakit yang timbul dari kebiasaannya merokok.
(Prabandari: 2009) Dalam penelitian yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2002
tercatat bahwa total 4,2 juta penduduk dunia meninggal akibat rokok, dimana 1,8
juta di antaranya adalah laki-laki dan berasal dari negara berkembang.
Kebanyakan meninggal dalam rentang usia 35 hingga 69 tahun. (Anonymous:
2008) Ibu hamil yang merokok selama kehamilannya dapat menyebabkan
kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, kemungkinan lahir dalam keadaan
cacat, gangguan perkembangan, bahkan kematian janin. (Amelia: 2009)
Efek dari rokok tidak hanya dirasakan oleh perokok aktif, tetapi juga dapat
dirasakan oleh perokok pasif. Efek yang timbul antara lain dapat menyebabkan
stroke, kanker sinus nasal, kanker payudara, aterosklerosis, penurunan fungsi
paru, serangan asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) (Prabandari:
2009) Pada anak-anak, partikel rokok yang terhirup dapat menyebabkan
pneumonia, bronkitis, batuk, memperberat gejala asma, gangguan telinga tengah,
dan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah ketika
dewasa. Pada wanita hamil, paparan asap rokok dapat mengakibatkan berat badan
bayi lahir rendah, bahkan kematian bayi setelah dilahirkan atau Sudden Infant
2
Death Syndrome (SIDS). Data kematian pada perokok pasif juga masih cukup
tinggi. Data yang didapatkan dari survei pada 23 negara di Eropa pada tahun 2002
menunjukkan bahwa kematian yang berkaitan dengan perokok pasif sebesar
79.449, dengan rincian sebesar 32.342 kematian karena penyakit jantung iskemik,
28.591 karena stroke, serta kanker paru sebesar 13.241 dan PPOK sebesar
5.275.3(Bruntland: 2002) Data di Amerika menunjukkan sebanyak 38.000
perokok pasif meninggal setiap tahunnya akibat kanker paru dan penyakit jantung.
(MacKay: 2006)
Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif dari merokok, akan
tetapi perilaku merokok bagi kehidupan manusia merupakan fenomena. Artinya,
meskipun sudah diketahui dampak negatif dari merokok akan tetapi jumlah
perokok bukan semakin berkurang, justru semakin meningkat. Sebagian besar dari
kelompok perokok ini adalah remaja pria. Dalam salah satu penelitian yang
dilakukan oleh Nasution pada tahun 2007 dinyatakan bahwa usia pertama kali
merokok pada umumnya berkisar antara 11-13 tahun dan umumnya individu pada
usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Dalam penelitian tersebut juga
disebutkan bahwa 20% dari total perokok di Indonesia adalah remaja dengan
rentang usia antara 15 hingga 21 tahun. (Nasution: 2007) Data WHO menguatkan
temuan ini, dimana 30% dari total perokok yang ada di dunia adalah remaja.
(Anonymous: 2008).
Ada banyak alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok. Menurut
Kurt Lewin perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu.
Artinya, perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor-faktor dari dalam diri
juga disebabkan oleh faktor lingkungan. (Nasution: 2007) Salah satu faktor
lingkungan yang paling berperan adalah pengaruh teman. Penelitian yang
dilakukan oleh komalasari dan Helmi pada tahun 2008 pada remaja yang
merokok, 87% di antaranya memiliki sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat
yang perokok (Komalasari: 2008).
Hal ini juga berlaku pada mahasiswa kedokteran. Dalam penelitian yang
dilakukan di Dokuz Elyul University of Medical School juga didapati bahwa
penyebab tersering dari seorang mahasiswa untuk menjadi perokok adalah
3
pengaruh dari teman-teman sebaya. Dari hasil penelitian tersebut juga didapati
bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa akan bahaya rokok cukup tinggi. Sebanyak
88,5% mahasiswa merasa tidak nyaman akan keberadaan perokok di sekitar
mereka. Namun, hanya 34,6% dari mahasiswa kedokteran yang diteliti yang
menegur bila melihat orang merokok (Itil: 2004)
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada tahun 2009 disebutkan bahwa
75,8% mahasiswa memiliki tingkat pengetahuan yang sedang tentang bahaya
rokok terhadap kesehatan. Namun, dalam penelitian yang sama juga disebutkan
bahwa sebanyak 89,9% mahasiswa memiliki sikap yang baik terhadap perilaku
merokok (Loren: 2009). Penelitian lain yang dilakukan di Fakultas Kedokteran
Universitas Gajah Mada menunjukkan 9,3% mahasiswa laki-laki adalah perokok,
dan mereka tetap merokok meskipun telah menyandang status sebagai mahasiswa
kedokteran (Prabandari: 2009). Kondisi ini sangat memprihatinkan, mengingat
sebagai calon dokter sepantasnya mahasiswa kedokteran memiliki pengetahuan
yang baik tentang bahaya rokok terhadap kesehatan, dan tidak merokok. Hal ini
sejalan dengan adanya pernyataan bahwa dokter dan perawat merupakan simbol
praktek kesehatan yang baik, dan figur dokter yang merokok terlihat sangat
mengganggu simbol panutan kesehatan tersebut (Itil: 2004).
Dalam Tobacco atlas yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2002
disebutkan bahwa hampir di setiap negara dapat kita jumpai sejumlah dokter yang
merokok. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki, namun pada beberapa negara
seperti Bosnia Herzegovina dan Spanyol persentase dokter perempuan yang
merokok juga cukup besar. Negara dengan jumlah dokter perokok yang terbanyak
adalah Bosnia Herzegovina, yaitu sebanyak 55% dari total dokter yang ada di
negara tersebut. Sedangkan India menjadi negara dengan jumlah dokter paling
sedikit merokok, hanya 3%. Indonesia sendiri memiliki total 9% dokter yang
merokok, dengan rincian 8% laki-laki dan 1% wanita (Bruntland: 2002)
Keadaan yang kurang lebih sama juga dijumpai pada komunitas dokter
muda. Mereka, yang telah menamatkan pendidikan sarjana kedokteran dan akan
segera menjadi dokter sepatutnya memiliki pengetahuan yang baik tentang bahaya
4
rokok dan menjauhinya. Dokter muda juga selayaknya memberikan contoh yang
baik kepada masyarakat. Akan tetapi, masih banyak kita jumpai dokter muda yang
merokok.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis ingin
mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku merokok di
kalangan dokter muda di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin Banda
Aceh.
1.3. Pertanyaan Penelitian
1. Apakah faktor pengetahuan berhubungan dengan perilaku merokok pada
dokter muda di RSUDZA Banda Aceh?
2. Apakah faktor psikologis berhubungan dengan perilaku merokok pada
dokter muda di RSUDZA Banda Aceh?
3. Apakah faktor lingkungan berhubungan dengan perilaku merokok pada
dokter muda di RSUDZA Banda Aceh?
4. Apakah faktor teman berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter
muda di RSUDZA Banda Aceh?
5. Apakah faktor peran keluarga berhubungan dengan perilaku merokok pada
dokter muda di RSUDZA Banda Aceh?
6. Apakah faktor iklan berhubungan dengan perilaku merokok pada dokter
muda di RSUDZA Banda Aceh?
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
merokok pada dokter muda di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin
Banda Aceh.
5
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku
merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengetahuan.
2. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku
merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan psikologis.
3. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku
merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengaruh
lingkungan.
4. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku
merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengaruh teman.
5. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku
merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan peran keluarga.
6. Untuk mengetahui distribusi frekwensi faktor penyebab perilaku
merokok pada dokter muda di RSUDZA berdasarkan pengaruh iklan.
1.5. Manfaat Penelitian
Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dalam
menyusun sebuah penelitian.
Bagi Institusi Kesehatan
Sebagai bahan informasi untuk penelitian dan penyuluhan kesehatan
sebagai usaha preventif.
Bagi Pihak-Pihak yang Berwenang
Sebagai bahan masukan terhadap orang tua, masyarakat, dan dokter
pendidikan dalam mendidik calon-calon dokter.
1.6. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada dokter muda yang ada di Rumah Sakit
Umum Daerah dr.Zainoel Abidin, Banda Aceh.
6
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Perilaku Merokok
2.1.1. Perilaku
Skinner (1938) seorang ahli perilaku mengemukakan bahwa perilaku
adalah merupakan hasil hubungan antara perangsangan (stimulus) dan tanggapan
(respon) dan respons. (Notoatmodjo, 2002)
Sarwono (1993) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan
oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Menurut
Morgan (1986) tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu
yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun dipelajari. Walgito (1994)
mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian yang luas yaitu
perilaku yang tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inert
behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas motoris
juga termasuk aktivitas emosional dan koqnitif. Chaplin (1999) memberikan
pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama perilaku dalam arti luas didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang dialami seseorang. Pengertian yang kedua, perilaku
didefinisikan dalam arti sempit yaitu segala sesuatu yang mencakup reaksi yang
dapat diamati. (Nasution, 2007)
Menurut teori Lawrence Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor:
1. Faktor- faktor predisposisi yang terwujud dalam bentuk: umur, gender,
pendidikan, sikap, pengetahuan, nilai dan norma.
2. Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam bentuk: keterjangkauan sumber
daya, fasilitas-fasilitas, dan keterampilan.
3. Faktor-faktor penguat yang terwujud dalam bentuk: peran keluarga, dan peran
masyarakat.(Sari, 2003)
2.1.2. Jenis Perilaku
Skinner membedakan perilaku menjadi dua bagian yaitu :
7
a. perilaku alami ( innate behavior ) yaitu perilaku yang dibawa sejak lahir
berupa refleks dan insting. Contoh dari perilaku ini adalah; gerakan refleks
atau spontan ketika tangan terkena panas api, kedipan mata bila kena cahaya
yang kuat. Perilaku ini secara otomatis digerakkan tanpa melalui pusat
susunan syaraf. Jadi reson akan timbul seketika setiap terkena stimulus
otomatis.
b. perilaku operan (operant behavior) adalah perilaku yang dibentuk melalui
proses belajar. Perilaku jenis ini dikendalikan oleh pusat syaraf atau kesadaran
otak. Pada kaitan ini setelah stimulus diterima, kemudian dilanjutkan ke otak.
Perilaku jenis ini lebih dominan dibanding perilaku alami. (Sosiawan, 2007)
Benyamin Bloom membagi perilaku dalam 3 domain, yaitu:
1) Kognitif ( pengetahuan )
2) Afektif ( sikap )
3) Psikomotor ( tindakan ) (Notoatmodjo, 2002)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan karena
diperlukan beberapa faktor pendukung untuk mencapai suatu tindakan, antara
lain:
1) Persepsi ( perception )
Mengenal dan memilih sebagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil.
2) Respon terpimpin ( guided response )
Artinya bahwa subjek dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
3) Mekanisme ( mecanism )
Artinya apabila seeorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis sehingga sesuatu itu menjadi suatu kebiasaan.
4) Adopsi ( adoption )
Merupakan suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik, tindakan tersebut
sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran dari tindakan tersebut
( Notoatmodjo, 2002 )
Lawrence Green ( 1980 ) mencoba menganalisa perilaku manusia dari
tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi 2 faktor
8
pokok, yakni perilaku ( behavior causes ) dan factor diluar perilaku ( non behavior
causes ). (Notoatmodjo, 2002)
Perilaku kesehatan ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor :
1) Faktor predisposisi ( predisposing factors )
Faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,
antara lain : pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai tradisi.
2) Faktor pendukung ( enabling factors )
Yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
fasilitas atau sarana kesehatan.
3) Faktor pendorong ( reinforcing factors )
Yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lainnya
yang merupakan kelompok referensi dari perilaku pasien. (Notoatmodjo, 2002).
Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:
1. Awwarenes ( kesadaran ), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus.
2. Interest ( merasa tertarik ), terhadap stimulasi atau objek tersebut.
3. Evaluation ( evaluasi ), menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial ( mencoba ), dimana subjek mulai mencoba sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption ( adopsi ), dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus ( Notoatmodjo, 2002)
2.1.3. Pengertian Perilaku Merokok
Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam
menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang
dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada
zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu
ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan
dihisap melalui hidung dan mulut.(Nasution, 2007)
9
Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum
dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas social, status, serta kelompok umur
yang berbeda. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan
dengan mudah dan dapat diperoleh di mana pun juga. Poerwadarmita (1995)
mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri
adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas (Nasution, 2007)
Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh
dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong, 1990). Danusantoso (1991)
mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat
bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahw
aperilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar
dan menghisap serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-
orang disekitarnya (Nasution, 2007)
2.1.4. Tipe Perilaku Merokok
Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly terdapat empat tahap
dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu:
1. Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan
mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau hasil dari bacaan.
Hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang
akan memeruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
3. Tahap becoming a smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok
sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi
perokok.
4. Tahap Maintenance of smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah
satu bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan
untuk memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan. (Komalasari,
2000)
Menurut Tomkins (1991) ada empat tipe perilaku merokok sbb :
10
a. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok,
seseorang merasakan penambahan rasa yang positif. Ditambahkan, ada
tiga sub tipe ini yakni (1) merokok hanya untuk menambah atau
meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah
minum kopi atau makan, (2) merokok hanya dilakukan sekadarnya untuk
menyenangkan perasaan, dan (3) kenikmatan yang diperoleh dengan
memegang rokok.
b. Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Banyak orang
yang menggunakan rokok untuk mengurangi perasaan negatif, misalnya
bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka
menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehingga terhindar
dari perasaan yang lebih tidak enak.
c. Perilaku merokok yang adiktif. Mereka yang sudah adiksi, akan
menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok
yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah
membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau
rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
d. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Mereka menggunakan
rokok sama sekali bukan karena untuk mengendalikan perasaan mereka,
tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaannya rutin. Pada orang-
orang tipe ini, merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat
otomatis, seringkali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan
api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.
(Nasution, 2007)
Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan
menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe pokok tersebut adalah:
1. Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari. (Nasution,
2007)
11
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mu’tadin (2002)
menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi:
1. Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik.
a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol
mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih
menghargai orang lain, karena itu mereka menempatkan diri di
smoking area.
b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang
tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll)
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi.
a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat
seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang
kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan senagai orang yang suka
berfantasi. (Nasution, 2007)
2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab
mengapa sesorang merokok. Menurut Levy (1984) setiap individu mempunyai
kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka
merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa
seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti seperti kebiasaan
budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan. Menurut lewin perilaku
merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya, perilaku
merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan faktor
lingkungan. (Komalasari, 2000)
Mu’tadin (2002) mengemukakan alasan merokok, antara lain:
1. Pengaruh orang tua
Menurut Baer&Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal dari
rumah Remaja yang berasal dari keluarga konservatif akan lebih sulit untuk
12
terlibat dengan rokok maupun obat-obatan dibandingkan dengan keluarga yang
permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya adalah bila orang tua sendiri menjadi
figur contoh yaitu perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk
mencontohnya.
2. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakn banyak remaja merokok maka
semakn besar kemunkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya.
3. Faktor kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan
diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada
pengguna obat-obat(termasuk alcohol)ialah konformitas sosial.
4. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampikan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour. (Mu’tadin, 2002)
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen tentang faktor - faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok, yaitu :
1. Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu
bahan kimia yang berperan penting pada ketergan tungan merokok. Pendapat ini
didukung Aditama(1992) yang mengatakan nikotin dalam darah perokok yang
cukup tinggi.
2. Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa
kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat
memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering
bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sult untuk dihindari.
3. Faktor Lingkungan
Linkungan social berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu
pada perokok. Seseorang akan berperilaku merokok dengan memperhatikan
lingkungan sosialnya.
13
4. Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok di usia dewasa
semakin banyak, akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tudak
terlalu berperan karena baik pria maupun wania sekarang sudah merokok.
5. Faktor Sosiol budaya
Kebiasaan budaya, kelas social, tingkat pendidikan, penghasilan, dan gengsi
pekerjaan
akan mempengaruhi perilaku merokok pada idividu.
6. Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang
bersifat melindungibagi orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan
kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. (Wahyuni,
2008)
2.1.6. Motif Perilaku Merokok
Laventhal & Chearly menyatakan motif seseorang merokok terbagi
menjadi dua motif utama , yaitu :
1. Faktor Psikologi
Pada umumnya faktor-faktor terbagi ke dalam lima bagian, yaitu:
a. Kebiasaan
Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa
adanya motif yang bersifat negative ataupun positif. Seseorang merokok
hanya untuk meneruskan perilakunnya tanpa tujuan tertentu.
b. Reaksi emosi yang positif
Merokok digunakan untuk menghasilkan emosi yang positif, misalnya rasa
senang, relaksasi, dan kenikmatan rasa. Merokok juga dapat menunjukkan
kejantanan (kebanggan diri) dan menunjukkan kedewasaan.
c. Reaksi untuk penurunan emosi
Merokok ditujukan untuk mengurangi rasa tegang, kecemasan biasa, ataupun
kecemasan yang timbul karena adanya interaksi dengan orang lain.
d. Alasan Sosial
14
Merokok ditujukan untuk mengikuti kebiasaan kelompok (umumnya pada
remaja dan anak-anak), identifikasi dengan perokok lain , dan untuk
menentuka image diri seseorang. Merokok pada anak-anak juga dapat
disebabkan adanya paksaan teman-temannya.
e. Kecanduan dan ketagihan
Seseorang merokok karena mengaku telah mengalami kecanduan. Kecanduan
terjadi karena adanya nikotin yang terkandung di dalam rokok. Semula hanya
mencoba-coba rokok, akhirnya tidak dapat menghentikan perilaku tersebut
karena kebutuhan tubuh akan nikotin.
2. Faktor biologis
Faktor ini menekankan pada kandungan nikotin yang ada di dalam rokok yang
dapat mempengaruhi ketergantungan seseorang pada rokok secar biologis.
(Nasution, 2007)
2.2. Rokok
2.2.1. Defenisi Rokok
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa
lebih jantan. Dibalik kegunaan atau manfaat rokok juga terkandung bahaya yang
sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang
bukan perokok. Perilaku merokok dapat dikatakan sebagai kegiatan sewaktu
menghisap tembakau yang dilakukan oleh individu. Perilaku merokok terjadi pada
saat individu berusia remaja, kebiasaan merokok ini akan terus berlanjut sampai
individu memasuki masa dewasa dan biasanya orang merokok untuk mengatasi
masalah emosional. Bagi sekelompok orang, merokok merupakan suatu kegiatan
yang menyenangkan dan sekaligus dapat dijadikan teman dalam menjalankan
kegiatan-kegiatan yang tergolong santai, bahkan ada pula yang beranggapan
bahwa merokok merupakan sebuah bantuan yang sangat dibutuhkan untuk
mengurangi kegelisahan ataupun ketegangan (Rasti, 2008).
Rokok merupakan salah satu bentuk industri dan komoditi internasional
yang menandung sekitar 1.500 bahan kimiawi. Unsur-unsur yang penting antara
lain: tar, nikotin, benzopyrin, metilkloride, aseton, ammonia, dan carbon
15
monoksida. Diantara sekian banyak zat berbahaya ini, ada 3 yang paling penting,
khususnya terhadap kanker, yakni tar, nikotin dan carbon monoksida (Bustan,
2000).
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi
daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya
dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.
Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok
terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin (Kelana,
2008).
2.2.2. Kandungan Zat dalam Rokok
a. Carbon Monoksida
Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen.
b. Nikotin
Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi
darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan.
c. Benzo(a)pyrene
Salah satu jenis hidrokarbon aromatic polisiklik, sejauh ini termasuk bahan
karsinogen yang paling banyak diteliti dan dikenal sebagai agen penyebab
mutasi.
d. Acrolein
Acrolein merupakan zat cair yang tidak berwarna, seperti aldehyde. Zat ini
diperoleh dengan mengambil cairan dari glyceril atau dengan
mengeringkannya. Zat ini sedikit banyaknya mengandung bahan alkohol.
Dengan kata lain, acrolein itu adalah alkohol yang cairannya telah diambil.
Cairan ini sangat mengganggu kesehatan.
e. Ammonia
Ammonia merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen dan
hydrogen. Zat ini sangat tajam baunya dan sangat merangsang. Ammonia ini
16
sangat gampang memasuki sel-sel tubuh. Begitu kerasnya racun yang
terdapat pada ammonia itu, sehingga kalau disuntikkan sedikitpun kepada
peredaran darah akan mengakibatkan seseorang pingsan ataupun koma.
f. Formic Acid
Formic acid adalah jenis cairan tidak berwarna yang bergerak bebas dan
dapat berbuat lepuh. Zat ini sangat tajam dan menusuk baunya. Zat ini dapat
membuat seseorang merasa digigit semut. Bertambahnya jenis acid apapun di
peredaran darah dapat menambah cepatnya pernapasan seseorang.
g. Hydrogen Cyanide
Hydrogen Cyanide adalah jenis zat yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak mempunya rasa. Zat ini merupakan zat yang paling ringan serta mudah
terbakar. Zat ini sangat efisien untuk menghalangi pernapasan. Cyanide
adalah salah satu zat yang mengandung racun yang sangat berbahaya. Sedikit
saja cyanide dimasukkan langsung ke dalam tubuh dapat menyebabkan
kematian.
h. Formaldehyde
Formaldehyde adalah jenis gas yang tidak berwarna dengan bau yang tajam.
Gas ini adalah tergolong pengawet dan pembasmi hama. Salah satu jenis
formaldehyde ini ialah formalin. Formaldehyde ini banyak digunakan sebagai
pengawet di laboratorium.
i. Nitrous oxide
Nitrous oxide adalah jenis gas yang tidak berwarna, dan jika diisap dapat
menyebabkan hilangnya pertimbangan dan mengakibatkan rasa sakit. Nitrous
oxide ini adalah jenis zat yang pada mulanya dapat digunakan sebagai
anestesia (zat pembius) waktu diadakan operasi.
j. Phenol
Phenol adalah campuran yang terdiri dari kristal yang dihasilkan dari distilasi
beberapa zat organik seperti kayu dan arang, dan juga diperoleh dari ter
arang. Bahan ini adalah merupakan zat racun yang sangat membahayakan.
Phenol ini terikat ke protein dan menghalangi aktifitas enzyme.
k. Acetol
17
Acetol adalah dari hasil pemanasan aldehyde sejenis zat yang tidak berwarna
yang bebas bergerak) dan mudah menguap dengan alkohol.
l. Hydrogen Sulfide
Hydrogen sulfide adalah sejenis gas beracun yang gampang terbakar dengan
nau yang keras. Zat ini mengalami oxidasi enzim (zat besi yang berisi
pigmen).
m. Methyl Chloride
Methyl chloride adalah sesuatu dari zat-zat bervalensa satu dimana hidrogen
dan karbon merupakan unsur utama. Zat ini adalah merupakan compound
organis yang sangat beracun. Uapnya dapat berperan sebagai anestesia.
n. Methanol
Methanol adalah jenis cairan ringan yang gampang menguap, dan mudah
terbakar. Cairan ini dapat diperoleh dengan penyulingan bahan kayu atau dari
sintesis karbon monoxyda dan hydrogen. Meminum atau mengisap methanol
mengakibatkan kebutaan bahkan kematian.
o. Tar
Zat ini sejenis cairan kental berwarna coklat tua atau hitam yang diperoleh
dengan distilasi dari kayu atau arang. Tar ini juga didapat dari getah
tembakau. Tar yang terdapat dalam rokok terdiri dari ratusan zat kimia yang
dapat menyebabkan kanker pada manusia. Bilamana zat-zat itu diisap waktu
merokok akan mengakibatkan kanker paru-paru (Nainggolan, 1998).
18
Sumber : Rusdianto, 2007
Gambar 1. Komposisi Rokok
Menurut Fadli (2008), efek jangka panjang dari penggunaan
tembakau adalah timbulnya berbagai penyakit, antara lain:
a. Kecanduan nikotin.
b. Berbagai macam kanker, terutama kanker paru, ginjal, tenggorokan,
leher, payudara, kandung kemih, pankreas dan lambung. Satu dari
enam pria perokok akan menderita kanker paru.
c. Penyakit jantung dan pembuluh darah: stroke dan penyakit pembuluh
darah tepi.
d. Penyakit saluran pernapasan: flu, radang saluran pernapasan
(bronkhitis), penyakit paru obstruktif kronis.
e. Cacat bawaan pada bayi dari ibu yang merokok selama kehamilan.
f. Penyakit Buerger.
g. Katarak.
h. Gangguan kognitif (daya pikir): lebih rentan terhadap Penyakit
Alzheimer (pikun), penyusutan otak.
i. Impotensi.
19
Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan. Para perokok
menggunakan rokok bukan untuk mengendalikan perasaannya, tetapi
karena benar-benar telah menjadi kebiasaan.
2.2.3. Bahaya Rokok
Kerugian yang ditimbulkan rokok sangat banyak bagi kesehatan. Tapi
sayangnya masih saja banyak orang yang tetap memilih untuk menikmatinya.
Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dua
diantaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik.
Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu
terjadinya kanker. Pada awalnya rokok mengandung 8 – 20 mg nikotin dan setelah
di bakar nikotin yang masuk ke dalam sirkulasi darah hanya 25%. Walau
demikian jumlah kecil tersebut memiliki waktu hanya 15 detik untuk sampai ke
otak manusia.
Nikotin itu di terima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik yang kemudian
membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan, perokok
akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok
akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan
rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem
adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan sorotonin.
Meningkatnya sorotonin menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus
keinginan mencari rokok lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit
meninggalkan rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia
berhenti merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang (Prasetya,
2009).
Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200
diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh.
Beberapa zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, carbon monoksida,dan
sebagainya. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan
pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan
pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap
20
melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat
yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet. Seseorang yang
mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok bersifat candu yang sulit
dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok berat akan memilih merokok
daripada makan jika uang yang dimilikinya terbatas. Perokok biasanya akan
mengajak orang lain yang belum merokok untuk merokok agar merasakan
penderitaan yang sama dengannya, yaitu terjebak dalam ketagihan asap rokok
yang jahat. Sebagian perokok juga ada yang secara sengaja merokok di tempat
umum agar asap rokok yang dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga
orang lain akan terkena penyakit kanker. Berdasarkan data demografi Universitas
Indonesia, sebanyak 427.948 orang meninggal di Indonesia rata-rata per tahunnya
akibat berbagai penyakit yang disebabkan rokok ( Depkes, 2008).
2.2.4. Rokok terhadap Susunan Saraf Pusat (Loren, 2009)
Nikotin yang diabsorpsi dapat menimbulkan tremor tangan dan kenaikan
berbagai hormone dan neurohormon dopamine di dalam plasma. Berdasarkan
rangsangannya terhadap chemoreceptors trigger zone dari sumsum tulang
belakang dan stimulasinya dari refleks vagal, nikotin menyebabkan mual dan
muntah.
Dilain pihak, nikotin itu diterima oleh reseptor asetilkolin nikotinik yang
kemudian membaginya ke jalur imbalan dan jalur adrenergik. Pada jalur imbalan,
perokok akan merasakan rasa nikmat, memacu sistem dopaminergik. Hasilnya,
perokok akan merasa lebih tenang, daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu
menekan rasa lapar. Sementara di jalur adrenergik, zat ini akan mengaktifkan
sistem adrenergik pada bagian otak lokus seruleus yang mengeluarkan serotonin,
meningkatnya serotonin menimbulkan rangsangan senang sekaligus mencari
tembakau lagi. Efek dari tembakau memberi stimulasi depredi ringan, gangguan
daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor.
2.2.5. Rokok terhadap Penyakit Kardiovaskuler (Loren, 2009)
21
Pada seseorang yang merokok, asap tembakau akan merusak dinding
pembuluh darah. Kemudian, nikotin yang terkandung dalam asap tembakau akan
merangsang hormon adrenalin yang akibatnya akan mengubah metabolisme
lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga akan menyebabkan
perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah.
Demikian pula faktor stress yang akhirnya melalui jalur hormon adrenalin,
menyebabkan proses penyakit jantung koroner terjadi sebagaimana asap tembakau
tadi. Seseorang yang stress yang kemudian mengambil pelarian dengan jalan
merokok sebenarnyya sama saja dengan menambah resiko terkena jantung
koroner. Sekitar 90% penderita arteritis obliteran pada tingkat III dan IV
umumnya akan terkena penyakit jantung.
Oleh karena proses penyempitan arteri koroner yang memperdarahi otot
jantung, maka ketidakcukupan antara kebutuhan dengan suplai menimbulkan
kekurangan darah (ischemia). Bila melakukan aktifitas fisik atau stress,
kekurangan aliran darah meningkat sehingga menimbulkan sakit dada.
Penyempitan yang berat atau penumbatan dar salah satu atau lebih arteri koroner
berakhir dengan kematian jaringan/komplikasi dari infark miokard termasuk
irama jantung tidak teratur dan jantung berhenti mendadak. Iskemia yang berat
dapat menyebabkan oto jantung kehilangan kemampuannya untuk memompa
sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi maupun penimbunan cairan
di paru-paru.
Orang-orang yang merokok lebih dari 20 batang tembakau/hari memiliki
risiko 6 kali lebih besar terkena infark miokard dibandingkan dengan bukan
perokok. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab utama dari kematian di
negara-negara industri dan berkembang, yaitu sekitar 30% dari semua penyakit
jantung berkaitan dengan tembakau.
2.2.6. Resiko terhadap Arteriosklerosis (Loren, 2009)
Merokok merupakan penyebab utama timbulnya penyakit ini, yaitu
menebal dan mengerasnya pembuluh darah. Arteriosklerosis menyebabkan
pembuluh darah kehilangan elastisitas serta pembuluh darah menyempit.
22
Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh
gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah.
Wanita yang merokok dan menggunakan pil kontrasepsi mempunyai
kemungkinan untuk menderita penggumpalan darah sekitar 10%. Dari 100% yang
menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah (Arteriosklerosis Obliteran), 99
di antaranya adalah perokok:
Ada 4 tingkat gangguan Arteriosklerosis Obliteran, yaitu:
a. Tingkat I: tanpa gejala
b. Tingkat II: kaki sakit saat latihan, misalnya berjalan lebih dari 200m dan
kurang dari 200m dan keluhan hilang saat istirahat
c. Tingkat III: keluhan timbul saat istirahat umumnya saat malam hari dan bila
tungkai ditinggikan
d. Tingkat IV: jaringan mati. Dalam stadium ini tindakan yang mungkin adalah
amputasi. Jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta daerah perut akan
menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya ereksi.
2.2.7. Rokok terhadap Tukak Lambung (Loren, 2009)
Di dalam perut dan usus dua belas jari terjadi keseimbangan antar
pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan.
Temabakau meningkatkan asam lambung sehingga terjadilah tukak lambung dan
usus dua belas jari. Perokok menderita gangguan dua kali lebih tinggi daripada
bukan perokok.
2.2.8. Rokok terhadap Bayi (Loren, 2009)
Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan melahirkan prematur. Jika
kedua orang tuanya perokok mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada tahun
pertama, sehingga akan menderita radang paru-paru maupun bronkhitis dua kali
lipat dibandingkan yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi lain
meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya merokok
menunjukkan perkembangan mental terbelakang.
23
2.2.9. Rokok terhadap Otak dan Daya Ingat (Loren, 2009)
Akibat proses aterosklerosis yaitu penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke
otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen. Kelainan
tersebut dibagi menjadi empat bentuk:
a. Tingkat I: penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan.
b. Tingkat II: defisit neurologis sementara
c. Tingkat III: defisit neurologis yang menghilang disekitar 3 hari atau
frekuensinya meningkat
d. Tingkat IV: terjadinya infark otak lengkap dan menyebabkan defisit
neurologis yang menetap
Studi tentang hubungan tembakau dan daya ingat juga dilakukan baru-baru
ini. Dari hasil analisis otak, peneliti dari Neuripsychiatric Institute University
of California menemukan bahwa jumlah dan tingkat kepadatan sel yang
digunakan untuk berfikir pada orang yang merokok jauh lebih rendah daripada
orang yang tidak merokok.
2.2.10. Rokok terhadap Impotensi (Loren, 2009)
Pada laki-laki berusia 30-40 tahun, merokok dapat meningkatkan disfungsi
ereksi sekitar 50%. Ereksi tidak dapat terjadi bila darah tidak mengalir bebas
ke penis. Oleh karena itu, pembuluh darah harus dalam keadaan baik.
Merokok dapat merusak pembuluh darah, nikotin menyempitkan arteri yang
menuju penis. Efek ini meningkat bersamaan dengan waktu. Masalah ereksi
ini merupakan peringatan awal bahwa tembakau telah merusak area lain dari
tubuh.
2.2.11. Rokok terhadap Kanker (Loren, 2009)
Insidensi kanker paru mempunyai hubungan antar rata-rata jumlah rokok
yang dihisap per hari. Dikatakan bahwa, 1 dari 9 perokok berat akan
menderita kanker paru. Dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa
perokok pasif pun akan beresiko terkena kanker paru. Anak-anak yang
terpapar asap rokok selama 25 tahun pada usia dewasa akan terkena resiko
24
kanker paru dua kali lipat dibandingkan dengan yang tidak terpapar, dan
perempuan yang hidup dengan suami/pasangan perokok juga terkena resiko
kanker paru 2-3 kali lipat. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok
adalah berasal dar perokok pasif (Amin, 2006). Asap tembakau bertanggung
jawab terhadap lebih dari 85% kanker paru-paru dan berhubungan dengan
kanker mulut, faring, laring, esofagus, lambung, pankreas, saluran kencing,
ginjal, ureter, kandung kemih, dan usus.
Tipe kanker mulut yang umumnya terjadi pada petembakau:
a. Kanker kandung kemih
b. Kanker esofagus
c. Kanker pada ginjal
d. Kanker pada pankreas
e. Kanker serviks
f. Kanker payudara
g. Dll
Mekanisme kanker yang disebabkan tembakau yaitu sebagai berikut:
merokok menyebabkan kanker pada berbagai organ, tetapi organ yang
terpengaruh langsung oleh karsinogen adalah saluran nafas. Sebagian besar
karsinogen dalam asap tembakau ditemukan pada fase tar seperti PAH dan fenol
aromatik. Tembakau yang mengandung nitrosamin dan derivat nikotin juga
bersifat karsinogen karena mudah diabsorbsi ke dalam darah. Berkembangnya
pengetahuan tentang karsinogen meningkatkan usaha mengurangi konsentrasi
berbagai senyawa dan kadar tar menurun hampir 3 kali sejak tahun 1955.
Pengurangan kadar senyawa tertentu dalam tembakau akan mengubah pola
merokok untuk memenuhi kebutuhannya.
2.2.12. Rokok terhadap PPOK (Loren, 2009)
Kebiasaan merokok mengubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi
pembersih menghilang, saluran nafas membengkak dan menyempit. Seseorang
yang menunjukkan gejala batuk berat selama paling kurang 3 bulan pasa setiap
25
tahun berjalan selama 2 tahun, dinyatakan mengidap bronkitis kronik. Hal tersebut
terjadi pada separuh perokok di atas umur 40 tahun.
Bronkus yang melemah kolaps sehingga udara tidak bisa disalurkan dan
alveoli melebar menimbulkan empisema paru-paru. Teori hubungan rokok-PPOK
yang saat ini digandrungi adalah peran keseimbangan oksidan-antioksidan dalam
pemeliharaan integritas paru. Oksidan berkemampuan merusak sel perenkim serta
jaringan ikat dari ekstraseluler, melalui sifatnya sebagai bahan kimia yang
elektrofilik reaktif. Asap rokok dapat meningkatkan kadar oksidan melalui
peningkatan sel radang antara lain makrofag alveolar meningkat 2-4 kali, netrofil
meningkat 3-5 kali, hal yang mengakibatkan bertambahnya kadar superoksida dan
hidrogen peroksida. Asap rokok juga bertindak sebagai oksidan serta menekan
aktifitas silia, dan dapat mengakibatkan hipertrofi mukus.
Kerusakan saluran nafas umumnya dan paru-paru khususnya tersebut
dipengaruhi oleh beberapa mekanisme di bawah ini sehingga terjadi penyakit paru
obstruksi kronik.
a. Cedera akibat oksidasi
1. Oksidasi langsung
Fase tar mengandung kuinon, radikal bebas, semikuinon dan hidrokuinon
dalam bentuk matriks polimer. Fase gas mengandung nitric oxide. Senyawa
ini dapat mengubah oksigen menjadi radikal bebas superoksida dan
selanjutnya menjadi radikal bebas hidroksil yang sangat merusak.
2. Oksidasi pada cell-mediated
Asap tembakau mengakibatkan peningkatan jumlah neutrofil dan makrofag
secara nyata pada petembakau yang secara normal tidak terjadi pada bukan
petembakau. Neutrofil yang dirangsang untuk melepaskan protease dan
oksigen dari radikal bebas. Petembakau mengalami penurunan kadar vitamin
E pada cairan alveolar, penurunan konsentrasi vitamin C dalam plasma dan
peningkatan superoksida dismutase (SOD) serta aktivitas katalase dalam
makrofag secara mencolok.
b. Aktivasi imunologik
26
Perokok mengalami peningkatan kadar immunoglobulin E serum. Penyebab
belum diketahui tetapi peningkatan mencapai hampir 2 kali lipat. Toksisitas
dan kerusakan sel akibat oksidasi menimbulkan kerusakan permeabilitas sel
mukosa saluran nafas, sehingga memudahkan alergen untuk merangsang sel
menjadi aktif secara imunologik.
Merokok akan menimbulkan aktivitas subset limfosit T untuk
menghasilkan interleukin-4, suatu sitokin yang merangsang pembentukan
imunoglobulin E. Hubungan kadar imminoglobulin E dan perburukan fungsi
paru sudah terbukti pada asma (penempitan saluran nafas), tetapi hal ini belum
terbukti jelas pada perokok yang tidak mederita asma.
27
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
antara konsep-konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian-penelitian
yang akan dilakukan.
Variabel Independen: pengetahuan, riwayat merokok, psikologis, pengaruh
lingkungan, pengaruh teman, peran keluarga, dan pengaruh iklan.
Variabel dependen: perilaku merokok.
3.2. Definisi Operasional
28
Perilaku Merokok
Pengetahuan
Psikologis
Pengaruh Lingkungan
Pengaruh Teman
Peran Keluarga
Pengaruh Iklan
No Variabel
Dependen
Definisi Alat Ukur Cara
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1 Perilaku
Merokok
Kegiatan
atau
perbuatan
menghisap
rokok
Kuisioner Angket Merokok
Tidak
merokok
Nominal
No Variabel
Independen
Definisi Alat Ukur Cara
Ukur
Hasil
Ukur
Skala
Ukur
1 Pengetahua
n
Mengetahui
bahaya
merokok
Kuisioner Angket Baik
Sedang
Kurang
Ordinal
2 Psikologis Efek yang
diperoleh dari
merokok yang
berupa
keyakinan dan
perasaan yang
menyenangkan
yang dirasakan
subjek.
Kuesioner Angket Ada
kepuasan
psikologis
Tidak ada
kepuasan
psikologis
Rasio
3 Pengaruh
Lingkungan
Pengaruh
masyarakat
terhadap
individu yang
merokok.
Kuisioner Angket Ada
Tidak ada
Rasio
4 Pengaruh
Teman
Sejauh mana
subjek
mempunyai
Kuisioner Angket Ada
Tidak ada
Rasio
29
teman atau
kelompok
teman yang
merokok.
5 Peran
Keluarga
Bagaimana
penerimaan
orang tua
terhadap
perilaku
merokok
Kuisioner Angket Permisif
Tidak
permisif
Rasio
6 Pengaruh
Iklan
Pengaruh dari
media iklan
yang ada
(televisi,
pmflet, koran)
Kuisioner Angket Ada
Tidak ada
Rasio
3.3 Cara Mengukur Variabel
Perilaku merokok
- Merokok : bila responden merokok ≥ 1 batang perhari
- Tidak merokok : bila responden merokok < 1 batang perhari
Pengetahuan
- Baik : bila didapat jawaban
- Sedang : bila didapat jawaban
- Kurang : bila didapat jawaban
Kepuasan Psikologis
- Ada : bila didapat jawaban ≥ median
- Tidak ada : bila didapat jawaban < median
Faktor lingkungan
- Ada : bila didapat jawaban ≥ median
- Tidak ada : bila didapat jawaban < median
30
Pengaruh teman
- Ada : bila didapat jawaban ≥ median
- Tidak ada : bila didapat jawaban < median
Peran keluarga
- Permisif : bila didapat jawaban ≥ median
- Tidak permisif : bila didapat jawaban < median
Pengaruh iklan
- Ada : bila didapat jawaban ≥ median
- Tidak ada : bila didapat jawaban < median
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
31
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan
design Cross Sectional Survey yaitu pengumpulan data pada suatu saat (Point
Time Approach).
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel Abidin
Banda Aceh.
4.2.2. Waktu Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 21-23 Maret 2011.
4.3. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh dokter muda laki-laki yang tercatat
dalam siklus reguler Kepaniteraan Klinik Senior di Rumah Sakit Umum Daerah
dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.
4.4. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian dari seluruh dokter muda laki-laki yang
tercatat dalam siklus reguler Kepaniteraan Klinik Senior di Rumah Sakit Umum
Daerah dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.
4.4.1. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara nonprobalility sampling (quota
sampling). Besarnya sample ditentukan dengan rumus Slovin:
n = 214
1+214(0,1)2 = 214
1+2.14 = 68
Keterangan:
N = besar populasi = 214
n = besar sampel = 68
d = tingkat kepercayaan yang diinginkan (0,1)
32
4.4.2. Kriteria Sampel
Dokter muda laki-laki di RSUDZA Banda Aceh.
Terdaftar dalam siklus reguler Kapaniteraan Klinik Senior.
Sampel diambil secara acak hingga memenuhi quota yang telah
ditetapkan.
4.5. Cara Pengambilan Data
Data yang diambil adalah data primer yang diperoleh melalui angket dan
dilakukan langsung oleh peneliti dengan alat ukur berupa kuisioner.
4.6. Manajemen Data
4.6.1. Editing
Editing yaitu memeriksa kembali data yang diperoleh untuk menghindari
kesalahan data, jaminan data sudah lengkap dan benar(Budiarto: 2002).
4.6.2. Coding
Coding yaitu pemberian kode pada data yang diperoleh untuk
memudahkan pengelolaan data(Budiarto: 2002).
4.6.3. Skoring
Merupakan langkah pemberian nilai atau bobot terhadap jawaban
responden sehingga dapat menghasilkan jawaban dari variabel(Budiarto: 2002).
4.6.4. Tabulating
Tabulating yaitu memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam
tabel(Budiarto: 2002).
4.7. Analisa Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa univariat.
(Notoatmodjo: 2002)
33
DAFTAR PUSTAKA
Amelia, Adisti. 2009. Gambaran Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki. Available from: http://www.repository_usu.ac.id/bitstream/123456789/14536/1/09E00589.pdf
Anonymous. 2008. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic 2008. Available from: http://www.who.int/tobacco/mpower/mpower_report_full_2008.pdf
Bruntland, Gro Harlem. 2002. The Tobacco Atlas. Available from: http://www.who.int/entity/tobacco/media/en/title.pdf
Budiarto Eko. 2002. Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC, Jakarta.
Bustan, 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta.
Depkes, 2003. Konsumsi Tembakau dan Prevalensinya di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Fadlie, 2008. Merokok dan Kesehatan. Available from http://fadlie.web.id/bangfad/dampak-rokok.html
Gondodiputro Sharon. 2007. Bahaya Tembakau dan Bentuk-Bentuk Sediaan Tembakau. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Available from: http://www.resources.unpad.ac.id/unpad-content/uploads/publikasi_dosen/Rokok.pdf
Itil O, Ergor G, & Ceylan E. 2004. Knowledge and Attitudes about Smoking among Students in A Medical Faculty in Turkish Respiratory J 5 (2):p86-91.
Kelana, Indra , 2008. Efek Bahaya Asap Rokok Bagi Kesehatan Tubuh Manusia - Akibat Sebatang Rokok Racun, Ketagihan, Candu, Buang Uang Dan Dosa. Available from http://organisasi.org/efek-bahaya-asap-rokok-bagi-kesehatan-tubuh-manusia-akibat-sebatang-rokok-racun-ketagihan-candu-buang-uang-dan-dosa.
34
Komalasari D, Helmi A.F. 2008. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Marokok pada Remaja. Universitas Gajah Mada Pres. Available from: http://www.avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilaku_merokok_avin.pdf
Loren, Jeff. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara terhadap Rokok. Available from: http://www.repository_usu.ac.id/bitstream /123456789/14273/1/10E01004.pdf
MacKay J, Eriksen M, & Shafey O. The Tobacco Atlas, 2nd ed. The American Cancer Society, Atlanta, USA, 2006
Mu’tadin Z. 2002. Remaja dan Rokok. Available from http://www.e-psikologi.com/remaja.050602.htm
Nainggolan, R., 1998. Anda Mau Berhenti Merokok?. Indonesia Publishing House. Bandung.
Nasution, Indri Kemala. 2007. Perilaku Merokok pada Remaja. Available from: http://www.library.usu.ac.id/download/fk/132316815.pdf
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Prabandari YS, Ng Nawi, dan Padmawati RS. 2009. Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok terhadap Perilaku dan Status Merokok Mahasiswa di Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta dalam Jurnal Pelayanan Kesehatan. Vol 12, No. 4, Desember 2009, h218-225.
Prasetya Y. 2009. Hubungan Faktor Lingkungan Terhadap Prilaku Merokok pada Remaja. Available from http://yudaprasetya.blogspot.com/2009/02/hubungan-faktor-lingkungan-terhadap.html
Rasti, 2008. Bahaya Rokok. Available from http://knoey.dagdigdug.com/2008/05/05/bahaya-merokok/
Rusdianto, 2007. Mengapa Anda Merokok. Available from http://kelompokclover.blogspot.com/2007/09/sekilas-tentanrokok.html
Sari AT, Ramdhani N, Eliza M. 2003. Empati dan Perilaku Merokok di Tempat Umum. Jurnal Psikologi Tahun XXX No.2 halaman 81-90. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
35
Sosiawan EA. 2007. Konsepsi Manusia dan Perilakunya. Available from: www.edwias.com
Wahyuni DS. 2008. Perilaku Merokok pada Remaja. Available from
http://images.luqman1968.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/
SzMbIQooCGsAAD8r0co1/Deni%20Sri%20Wahyuni%202008.doc?
nmid=305949280
36
top related