penerapan atap sunda pada rancangan kantor dinas …
Post on 18-Nov-2021
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur © Jurusan Arsitektur Itenas | No. 13 | Vol. 4
Februari 2020
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 1
Penerapan Atap Sunda pada Rancangan Kantor Dinas
Kesehatan Kota Bandung dan PMI
Widya Ardianti Rudiana
Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Itenas, Bandung
Email: widyardiantiru19@gmail.com
ABSTRAK
Kota Bandung sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Barat, memiliki perkembangan yang begitu pesat
dan selalu berupaya meningkatkan fasilitas infrastuktur untuk meningkatkan roda perekonomian
demi mencapai kehidupan yang lebih baik. Sebagai upaya meningkatkan fasilitas infrastruktur
maka direncanakan Gedung Perkantoran berupa Gedung Kantor Dinas Kesehatan dan PMI.
Gedung Kantor Dinas Kesehatan dan PMI ini berada di daerah strategis karena tidak jauh dari
pusat Kota Bandung. Lokasi Gedung Perkantoran ini berada di Jl. Citarum No. 34 Kota Bandung,
Jawa Barat. Untuk menginterpretasikan kearifan lokal Budaya Sunda Gedung Dinas Kesehatan
dan PMI, dirancang dengan tema Arsitektur Tradisional Sunda. Pemilihan tema Arsitektur
Tradisional Sunda adalah untuk mengangkat dan melestarikan Budaya Sunda pada bidang
arsitektur. Penerapan tema Arsitektur Tradisional Sunda pada Kantor Dinas Kesehatan dan PMI
sebagai pendukung upaya pemerintah dalam melestarikan budaya Sunda di era serba modern
pada saat ini dan untuk memperkuat karakter Kantor Dinas Kesehatan dan PMI yang berada di
tatar Sunda khususnya kota Bandung sebagai Ibu Kota Jawa Barat. Tema Arsitektur Tradisional
Sunda pada bangunan diterapkan pada atap bangunan Gedung Dinas Kesehatan dan PMI. Jenis
atap sunda yang dipilih adalah Julang Ngapak, karena bentukanya yang simetris terkesan formal
dan megah.
Kata kunci: Arsitektur Tradisional Sunda, Atap Sunda, Gedung Perkantoran.
ABSTRACT
Bandung City as the Capital of West Java Province, has developed so rapidly and is always
working to improve infrastructure facilities to improve the economy in order to achieve a better
life. As an effort to improve infrastructure facilities, Office Buildings are planned to be in the form
of Health Office Offices and PMI. The Health Office and PMI office building is in a strategic area
because it is not far from the center of Bandung. The location of this office building is located at
Jl. Citarum No. 34 Bandung City, West Java. To interpret the local wisdom of the Sundanese
Culture Health Office Building and PMI, designed with the theme of Traditional Sundanese
Architecture. The selection of Sundanese Traditional Architecture theme is to elevate and preserve
Sundanese Culture in the field of architecture. The application of the theme of Traditional
Sundanese Architecture in the Office of Health and PMI as a supporter of the government's efforts
in preserving Sundanese culture in the modern era at this time and to strengthen the character of
the Office of Health and PMI in the Sunda tatar, especially in the city of Bandung as the capital of
West Java. The Sundanese Traditional Architecture theme of the building was applied to the roof
of the Health Office Building and PMI. Sundanese roof type chosen is Julang Ngapak, because the
symmetrical shape is formal and majestic.
Keywords: Sundanese Traditional Architecture, Roof Sundanese, Building Office,
Widya Ardianti Rudiana
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 2
1. PENDAHULUAN
Gedung perkantoran merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan fasilitas infrastruktur dalam
meningkatan roda perekonomian yang lebih baik. Pekerjaan utama dalam perkantoran adalah kegiatan
penanganan informasi dan kegiatan manajemen ataupun pengambilan keputusan berdasarkan
informasi yang telah tersedia. Maka dari itu hal tesebut akan menjadikan variasi ukuran kantor yang
berbeda-beda berdasarkan manajemen, struktur organisasi dan teknologinya. Sehingga dalam
merencanakan bangunan gedung perkantoran ini perlu perencanaan yang baik dan matang ditinjau dari
segi keamanan, biaya, kegunaan, bentuk, arsitektural, struktural ataupun jasa yang tersedia. Pada
umumnya ruang kerja pada bangunan gedung perkantoran tidak dapat berpindah-pindah karena telah
dilengkapi dengan ruang-ruang fasilitas penunjang seperti ruang mesin, ruang arsip, kantin dan ruang
fasilitas penunjang lainnya. Maka dari itu keamanan dan kenyamanan dalam bangunan gedung
perkantoran ini perlu diperhatikan dengan baik.
Lokasi juga dapat memengaruhi gaya atau tema dari kantor yang akan dibangun. Bangunan kantor
pemerintahan harus terletak pada lokasi yang strategis keberadaanya dan berada di area yang aman
dan memiliki kemudahan akses. Kebanyakan kantor dibangun pada lokasi yang akan mengalami
kemajuan. Lokasi yang strategis, dekat dengan pusat pemerintahan, pusat bisnis, dan fasilitas publik
lainnya dapat memberikan kemudahan tamu dalam mengakses aktivitas lain di luar kantor.
Perencanaan gedung perkantoran dibuat karena perkembangan Kota Bandung yang begitu pesat dan
juga diikuti dengan banyaknya investai yang masuk baik dari dalam maupun dari luar negeri.
Sehingga dibutuhkan ruang kerja yang layak dan memadai, sementara itu kebutuhan ruang kerja
semakin banyak yang tidak diimbangi dengan lahan yang tersedia di Kota Bandung, sehingga
mengakibatkan perlunya direncanakan tata ruang kerja secara vertikal guna melaksanakan kegiatan
aktivitas perekonomian di Kota Bandung.
2. EKSPLORASI DAN PROSES RANCANGAN
2.1 Metode Pendekatan Perancangan
Metoda yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan adalah deskiptif analisis, yaitu dengan
mengumpulkan, menganalisis dan menyimpulkan data yang diperlukan dan berkaitan dengan masalah.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan yang
diangkat. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder.
Pemecahan yang digunakan dalam merancang bangunan kantor ini adalah dengan cara:
a. Memahami karakteristik, potensi, dan kendala yang ada pada tapak sehingga desain bersifat solutif
bagi permasalahan ataupun potensi yang ada pada tapak;
b. Studi banding, dengan mempelajari bangunan lain yang kurang lebih memiliki jenis fungsi yang
sama;
c. Memahami kondisi kawasan site lokasi sehingga dapat diketahui kendala-kendala dan potensi yang
dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk memperoleh solusi yang terbaik dan menciptakan suatu
perpaduan yang harmonis tanpa mengurangi nilai-nilai yang berlaku di dalamnya;
d. Penerapan zoning (privat, semi-privat, publik, semi-publik, servis) berdasarkan kebutuhan,
sirkulasi, dan konsep ruang dengan ditunjang dari beberapa teori yang terkait.
2.2 Identifikasi Lokasi
Nama Proyek : Kantor Dinas Kesehatan dan Kantor PMI
Sifat Proyek : Fiktif
Pemilik : Pemerintah dan Swasta
Rancangan Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung dan PMI dengan Penerapan Atap Sunda
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 3
Sumber Dana : Pemerintah dan Swasta
Lokasi : Jl. Citarum No. 34, Cihapit, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa
Barat 40114
KDB : 70%
KLB : 1,4
KDH (minimum) : 20%
GSB : Jalan utama 12m
Berdasarkan Gambar 1. Peta diatas lokasi tapak termasuk kedalam Zona Perdagangan dan Jasa
menurut Perda RDTR Kota Bandung tahun 2011-2035. Dengan persebaran area–area pemukiman
padat penduduk di sekeliling lokasi tapak.
3. HASIL RANCANGAN
3.1 Elaborasi Tema
Tema Perancangan yang diterapkan yaitu Arsitektur Tradisional Sunda. Menurut Marcos Pollio
Vitruvius, Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas,
arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level
makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu
desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses
perancangan tersebut [1].
Budaya Sunda adalah budaya yang tumbuh dan hidup dalam masyarakat Sunda. Jadi tema yang
dimaksud adalah sebuah proses merancang bangunan dengan menerapkan nilai–nilai budaya Sunda
kedalam desain Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung. Penerapan Arsitektur Tradisional Sunda pada
bangunan dapat dilihat pada Gambar 2.
Suku Sunda memiliki ragam jenis rumah adat yang secara garis besar berjumlah enam. Nama rumah
adat suku sunda diambil dari nama-nama atap sunda. Macam-macam rumah adat Suku Sunda yaitu
rumah adat Jolopong, rumah adat Parahu Kumureb, rumah adat Julang Ngapak, rumah adat Tagog
Anjing, rumah adat Capit Gunting, dan rumah adat Badak Heuay. Setiap nama dari Rumah Adat
Sunda diambil dari bahasa suku tersebut dan sebagian besar berkaitan dengan bentuk dari desain
rumah adatnya. Contohnya, rumah adat Badak Heuay dimana kata ‘badak’ berarti hewan badak dan
‘heuay’ artinya menguap, nama rumah adat tersebut terinspirasi dari bentuknya yang menyerupai
badak yang sedang menguap [2].
Gambar 1. Peta peruntukan lahan
Sumber : Peta RTRW/RDTR Kota Bandung 2011 - 2035
Widya Ardianti Rudiana
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 4
Publik
Privat
e
Servis
ce
3.2 Zoning dan Sirkulasi Tapak
Secara garis besar, tapak dibagi menjadi 3 massa bangunan yaitu bangunan Dinas Kesehatan, PMI dan
Penunjang (Masjid dan Kantin). Zona pada site dibagi menjadi 3 zona yaitu zona publik, zona private
dan zona servis. Pembagian zona pada tapak bertujuan untuk mempermudah penentuan area pada
tapak yang akan dibangun. Gambar 3.
3.3 Zoning Bangunan
Pembagian zona dalam bangunan Dinas Kesehatan dibagi menjadi tiga zona yang meliputi : Zona
publik, zona servis, dan zona privat. Pada lantai semi basement Dinas Kesehatan hanya dibagi 2 zona
yaitu zona publik berupa parkir mobil dan juga zona servis berupa ruangan genset, reservoar bawah,
ruang pompa dan ruang panel. Pada lantai 1 Dinas Kesehatan dibagi menjadi 3 zona yaitu zona publik
yang terdiri dari lobby, receptionist, lounge, dan perpustakaan. Lalu pada zona private terdiri dari
ruang kerja staf, ruang dharmawanita, ruang koperasi, gudang obat, ruang logistik, ruang photocopy
dan gudang arsip utama. Zona servis terdiri dari toilet, ruang panel, pantry dan ruang office boy.
Pengelompokan zona ini dibedakan dengan keterangan warna yang berbeda–beda tiap jenis zonanya.
Gambar 2. Elaborasi Tema
Gambar 3. Pembagian zona dan sistem sirkulasi dalam tapak
Rancangan Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung dan PMI dengan Penerapan Atap Sunda
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 5
Zona publik ditandai dengan warna biru, zona servis ditandai dengan warna kuning, dan zona privat
ditandai dengan warna merah.
Bangunan Kantor Dinas Kesehatan dirancang 4 lantai dengan 1 lantai semi basement. Lantai dasar
merupakan lantai yang didominasi oleh zona yang bersifat publik karena ditempatkan fasilitas
pendukung berupa perpustakaan, dapat dilihat Gambar 4.
Berbeda dengan lantai lainnya pada lantai 2 pembagian zona bersifat lebih privat karena terdapat
ruang kerja Kepala Dinas Kesehatan, ruang kerja Sekretaris Dinas Kesehatan dan kantor staf. Pada
lantai 3 Dinas Kesehatan terdapat zona privat yang terdiri dari ruang sidang pleno, dan ruang staf.
Zona publik pada lantai 3 terdiri dari coffe break, dan aula. dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 6. Zoning dalam bangunan PMI
Zona sevis
Zona privat
Zona publik
`
`
Gambar 4. Zoning dalam bangunan Dinas Kesehatan
Gambar 5. Zoning dalam bangunan Dinas Kesehatan
Zona sevis
Zona privat
Zona publik
Widya Ardianti Rudiana
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 6
Selain bangunan Dinas Kesehatan terdapat pula bangunan PMI yang terdiri dari 2 lantai. Lantai
pertama di dominasi oleh zona publik yang terdiri dari ruang pusat pelayanan donor darah, ruang
pemulihan, ruang dokter, ruang periksa Hb, dan ruang tunggu. Pada lantai 2 bangunan PMI terdapat
zona yang bersifat lebih privat karena terdapat Kantor kepala PMI, dan kantor staf selain itu, terdapat
pula aula dan ruang diklat yang berada di lantai kedua, dapat dilihat pada Gambar 6.
3.4 Fasad Bangunan
Desain fasad bangunan kantor ini dipengaruhi oleh analisa tapak yang langsung berkaitan dengan
standar bangunan Kantor Pemerintahan. Fasad utama dihadapkan ke arah utara sebagaiman hasil dari
analisa tapak terkait view yang langsung menghadap ke jalan utama, dapat dilihat pada Gambar 7.
Pada fasad bagian depan bangunan terdapatsecondary skin yang berbentuk vertikal berjajar yang
berfungsi sebagai penangkal cahaya matahari. Bagian depan bangunan juga dicat berwarna abu agar
terkesan lebih formal. Dapat dilihat pada Gambar 8.
3.5 Eksterior Bangunan
Pada eksterior, terdapat dua massa bangunan utama yaitu bangunan Kantor Dinas Kesehatan yang
diletakkan di sebelah kiri site dan Kantor PMI yang diletakkan disebelah kanan site yang dihubungkan
oleh bangunan penunjang berupa masjid dan kantin yang diletakkan di antara massa bangunan Dinas
Kesehatan dan massa bangunan PMI. Bangunan Dinas Kesehatan dibuat simetris dengan penerapan
atap Julang Ngapak, atap bagian tengah bangunan Dinas Kesehatan dibuat lebih tinggi dan formal
Gambar 8. Detail fasad bangunan
Gambar 7. Fasad bangunan
Rancangan Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung dan PMI dengan Penerapan Atap Sunda
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 7
karena merupakan bangunan utama yang didalamnya terdapat lobby, dan ruang tunggu di lantai 1
kemudian ruang Kantor Kepala Dinas Kesehatan, ruang sekretaris Dinas Kesehatan di lantai 2, dan
ruang rapat pleno di lantai 3. Dapat dilihat pada Gambar 9.
Pada bagian belakang bangunan Dinas Kesehatan terdapat area lapangan upacara yang sifatnya publik
dan berdekatan dengan fasilitas penunjang yaitu masjid dan kantin, dapat dilihat pada Gambar 10.
Terdapat pula fasilitas pendukung pada site yang disediakan untuk pengunjung Kantor Dinas
Kesehatan maupun PMI berupa ruang terbuka hijau dan taman dapat dilihat pada Gambar 11.
3.6 Rancangan Struktur
Penggunaan struktur pada bangunan ini menyesuaikan dengan kecepatan memasang dan kemudahan
dalam pengadaan ke lapangan. Berikut adalah beberapa ketentuan yang ditetapkan dalam desain
Kantor Dinas Kesehatan. Memiliki struktur kolom beton berukuran 55 cm x 55 cm, balok induk beton
Gambar 10. Lapangan upacara, masjid dan kantin
Gambar 11. Area ruang terbuka hijau
Gambar 9. Eksterior bangunan
Widya Ardianti Rudiana
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 8
berukuran 50 cm / 70 cm, balok anak beton berukuran 35 cm / 50 cm, plat lantai beton dengan
ketebalan 12 cm, pondasi yang digunakan adalah pondasi bor pile, serta struktur atap yang digunakan
yaitu truss. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.
4. SIMPULAN
Perancangan Gedung Dinas harus memiliki sifat formal yang ditunjukan dari gubahan yang simetris
dan akses ruang dalam mempermudah pegawai bekerja di dalamnya. Kantor Dinas Kesehatan dan
Kantor PMI yang dirancang dengan penerapan atap sunda diatas lahan dengan luas 11.082 m2 dengan
KDB 40%, KLB 1.6, KDH 25% mampu memenuhi 320 orang pegawai, namun pada ruang sidang
pleno kantor Dinas Kesehatan mampu menampung 90 orang. Kantor Dinas Kesehatan ini difasilitasi
dengan adanya ruang perpustakaan, dan ruang dharma wanita. Sebagai aktivitas penunjang Kantor
Gambar 12. Isometri struktur Dinas Kesehatan
Gambar 13. Isometri struktur PMI
Rancangan Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung dan PMI dengan Penerapan Atap Sunda
Repository Jurnal Tugas Akhir Arsitektur – 9
Dinas Kesehatan dan Kantor PMI terdapat pula masjid dan kantin di bagian luar masing-masing
bangunan. Untuk fasad bangunan yang monumental dikombinasikan dengan atap sunda sebagai ciri
identitas lokal Jawa Barat dengan material rangka atap baja dengan penutup atap Bitumen. Kantor
Dinas Kesehatan dan kantor PMI ini diharapkan dapat mencirikan bangunan yang khas dari daerah
Jawa Barat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak
yang terlibat dalam penulisan dan pelaksanaan Tugas Akhir ini khususnya kepada pembimbing Bapak
Irfan Sabarilah H. S.T., dan Ibu Utami Ir.M.T., yang telah membantu penulis dalam proses
perancangan. Juga kepada seluruh pihak Kantor Dinas Kesehatan Kota Bandung dan PMI.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Vitrovius Pollio, Marcus. (1486). De Architectura. Roma
[2] https://polarumah.com/rumah-adat-sunda/
top related