penerapan metode eksperimen terhadap hasil belajar … · 2018. 9. 18. · penerapan metode...
Post on 28-Jan-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
MURID KELAS V SDN 119 BELALANG KECAMATAN ANGGERAJA
KABUPATEN ENREKANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Rusna Juada
10540 9163 14
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2018
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SURAT PERNYATAAN
Nama : Rusna Juada
NIM : 10540 9163 14
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul : Penerapan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA
Murid Kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang
Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri,
bukan hasil ciplakan atau dibuatkan oleh orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, 31 Agutus 2018
Yang Membuat Perjanjian
Rusna Juada
-
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Rusna Juada
NIM : 10540 9163 14
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Judul : Penerapan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA
Murid Kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang
menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini yang selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbingan yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2 dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran
Makassar, 31 Agustus 2018
Yang Membuat Perjanjian
Rusna Juada
-
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Pengalaman adalah guru terbaik.
Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali
tampak mustahil; kita baru yakin kalau
kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
-
Evelyn Underhil
Karya ini kupersembahkan untuk
1. Ayah dan Ibuku Tercinta
2. Saudara-saudariku tercinta
3. Keluarga besarku
4. Sahabat-sahabatku
Terima kasih atas dukungan dan doa nya.
-
KATA PENGANTAR
Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada
detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang
Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederetan berkah-Mu.
Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang
kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan
fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai
pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati. Demikian
juga tulisan ini, kehendak hati mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis
dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya telah penulis kerahkan untuk membuat
tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiayah Makassar.
Selanjutnya penghargaan yang setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya penulis sampaikan dengan hormat kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahman Rahim SE.,MM Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar
2. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
-
3. Bapak Aliem Bahri, S.Pd., M. Ketua Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar.
4. Seluruh dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiayah Makassar
5. Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang senantiasa
memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Hilmi Hambali, S.Pd., M.Kes. selaku pembimbing II yang senantiasa
memberikan arahan dan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini
7. Kedua orang tua Ayahanda dan Ibunda yang senantiasa mendoakan penulis
dalam proses menimba ilmu.
8. Anak Basecamp dan PGSD 14 E terima kasih atas segala kebersamaan,
motivasi, saran, dan bantuannya kepada penulis yang telah memberi warna
selama berkuliah Di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT jualah penulis berdoa semoga segala
bantuan, pengorbanan serta perhatiannya dapat bernilai ibadah. Aamiin.
Makassar, Agustus 2018
Penulis
-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ....................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN .......................................................................................... v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi
ABSTRAK .............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS ...........
A. Kajian Pustaka ................................................................................................ 7
1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ........................................................ 7
-
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) .................................................................. 10
3. Faktor yang Memenuhi Hasil Belajar ....................................................... 14
4. Metode Eksperimen .................................................................................. 17
5. Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar ............................ 22
6. Hasil Penelitian Relevan ........................................................................... 24
B. Kerangka Pikir .............................................................................................. 25
C. Hipotesis Tindakan ....................................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian .................................................................................... 27
B. Populasi dan Sampel ..................................................................................... 28
C. Defenisi Operasional Variabel ...................................................................... 29
D. Instrumen Penilaian ..................................................................................... 30
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 31
F. Teknik Analisis Data .................................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ............................................................................................. 37
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................ 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................... 50
B. Saran ............................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
-
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1.Desain Penelitian........................................................................................ 28
Table 3.2.Ketegori Standar Hasil Belajar .................................................................. 33
Tabel 3.3 Kategori Standar Ketuntasan ..................................................................... 33
Tabel 4.1 Statstik Skor Hasil Belajar IPA Murid Sebelum Diberikan Perlakuan
(Pretest) Dan Sesudah Diberikan Perlakuan (Posttest) ............................. 37
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Sebelum Diterapkan
Metode Eksperimen ................................................................................... 38
Tabel 4.3 Analisis Statistik Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Sesudah Diterapkan
Metode Eksperimen ................................................................................... 38
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil belajar IPA
MuridSebelumDiberikanPerlakuan (Pretest) ............................................ 39
Tabel 4.5 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA Murid Sebelum Diberikan Perlakuan
(Pretest) ..................................................................................................... 40
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPA Murid Setelah
Diberikan Perlakuan (Posttest) .................................................................. 41
Tabel4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA Murid Setelah Diberikan Perlakuan
(Posttest) .................................................................................................... 41
-
Tabel 4.8 Perbandingan Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPA
Murid belum dan Setelah Diberikan Perlakuan ......................................... 42
Tabel 4.9 Perbandingan Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA ...................................... 43
-
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir ............................................................................ 25
Gambar 4.1 Perbandingan Distribusi Persentase Skor Hasil Belajar IPA Murid
Sebelum Dan Setelah Diberikan Perlakuan .......................................... 43
Gambar 4.2 Perbandingan Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA................................... 44
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor penting yang menentukan tingkat kemajuan suatu
bangsa. Pendidikan yang bermutu tentunya akan mencetak sumber daya manusia
yang berkualitas unggul, sehingga kelak generasi penerus bangsa akan mampu
bersaing di era globalisasi. Akan tetapi sebaliknya apabila hasil dari proses
pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana suatu bangsa dapat mencapai
kemajuan. Perbaikan dan peningkatan selalu diupayakan di setiap jenjang pendidikan
sekolah mulai dari SD, SMP dan SMA.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ini telah
merumuskan secara tegas mengenai dasar, fungsi, dan tujuan Pendidikan Nasional
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang memuat dasar pendidikan Nasional, yaitu berdasar Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, sedang fungsinya yaitu mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam
dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia. Pendidikan IPA diharapkan
dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
-
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPA yang menarik bukan hanya pengetahuan berupa fakta, konsep, dan
teori yang dijelaskan begitu saja kepada murid, namun lebih dari itu pembelajaran
tersebut haruslah bermakna, menantang, dan merangsang keingintahuan murid
dengan menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan
kreatif. Murid diharapkan mampu menunjukkan sikap tersebut di bawah bimbingan
guru dengan cara memecahkan masalah sederhana yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari. Dengan berpikir logis, kritis, dan kreatif murid akan mampu
merubah cara pikirnya menjadi lebih cinta terhadap lingkungannya sendiri dan
penciptanya.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran dibutuhkan kreativitas guru dalam
membelajarkan muridnya. Guru harus memiliki kemampuan dalam menelaah
kurikulum, menyusun silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
menggunakan strategi, metode, dan media yang tepat, serta mengelola kelas yang
menyenangkan. Sebagaimana dijelaskan Nana (2004: 25) bahwa, proses
pembelajaran yang efektif memerlukan strategi dan metode/teknologi pendidikan
yang tepat. Guru sebaiknya memperhatikan dalam pemilihan dan penentuan metode
sebelum kegiatan belajar dilaksanakan. Maka dari itu kemampuan guru dalam
merancang strategi, metode, dan media mutlak dibutuhkan. Tidak semua metode
cocok untuk sebuah pembelajaran. Ada metode yang cocok dengan pembelajaran
tertentu, dan ada pula yang kurang sesuai.
-
Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan pondasi awal dalam menciptakan
murid-murid yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah.
Pembelajaran IPA harus mengarahkan murid untuk mencari tahu tentang alam cara
sistematis. Hal ini dilakukan karena pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses
pendidikan dan juga perkembangan teknologi. IPA dapat membangkitkan minat dan
kemampuan manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum
terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat
dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru.
Pembelajaran IPA akan sangat bermakna ketika proses pembelajaran itu dimengerti
dan dipahami oleh murid. Pemahaman murid terhadap konsep-konsep IPA,
fenomena, dan peristiwa-peristiwa alam dapat dilakukan dengan cara pengamatan di
lingkungan sekitar melalui proses percobaan.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa proses pembelajaran
IPA yang dilaksanakan belumlah seperti yang diharapkan. Dari hasil observasi yang
peneliti lakukan, dapat diketahui bahwa selama ini pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar baik dari kelas I-VI cenderung lebih bersifat teroritis dan terkesan terpisah dari
kehidupan nyata murid. Guru hanya menitik beratkan pada bagaimana menghabiskan
materi pelajaran dari buku teks, tanpa memperhatikan tingkat pemahaman murid
secara keseluruhan.
Pembelajaran belum menggunakan metode yang bervariasi dan inovatif, terutama
dalam mata pelajaran IPA. Guru cenderung menggunakan metode ceramah dan
-
metode hafalan, sehingga murid menjadi pasif dalam proses pembelajaran. Mereka
hanya mendengar, menulis, dan menghafal apa yang diterangkan dan diperintahkan
oleh gurunya. Kegiatan pembelajaran seperti mengakibatkan murid menjadi bosan
dalam belajar.
Dengan metode yang konvensional murid merasa tidak bersemangat dalam belajar,
apalagi beberapa guru sering memberi catatan materi dalam jumlah banyak. Saat
mendengarkan penjelasan guru murid juga terkadang hanya melamun, berbicara
sendiri, tertidur di kelas, dan ada juga yang asyik bermain yang tidak ada
hubungannya dengan pelajaran untuk menghilangkan rasa bosan. Sikap kerjasama
dan saling terbuka tidak terlihat pada proses pembelajaran. Murid jarang diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan terlibat aktif dalam melakukan
diskusi kelompok. Kegiatan belajar mengajar seperti ini sangat membosankan bagi
murid. Murid kurang antusias dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga
menyebabkan hasil belajar afektif murid menjadi rendah.
Terdapat masalah terkait proses pembelajaran yang belum dapat teratasi, diantaranya
adalah fasilitas pembelajaran yang kurang memadai, media pembelajaran tidak
tersedia, kurangnya motivasi murid, dan juga guru masih belum dapat menentukan
metode pembelajaran yang paling tepat di tengah segala keterbatasan yang ada.
Upaya yang telah dilakukan guru untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas
adalah dengan menerapkan metode demonstrasi. Namun, ternyata cara itu belum
mampu memperbaiki proses pembelajaran karena masih berpusat pada guru, dan
-
penggunaan metode eksperimen untuk meningkatkan hasil belajar murid belum
pernah dilakukan sebelumnya.
Metode eksperimen sebagai suatu metode pengembangan ilmu akan mampu
merangsang sikap ilmiah murid melalui percobaan sendiri secara sederhana, dan
membuktikan kebenaran kata-kata yang selama ini diketahuinya tapi kurang difahami
maknanya. Karena itu metode eksperimen merupakan salah satu metode yang cocok
dilakukan di SD dalam bentuk eksperimen sederhana. Seperti yang dijelaskan oleh
Moedjiono (1992: 77) bahwa, “sebagai suatu metode pengembangan ilmu, metode
eksperimen patut diterapkan di sekolah-sekolah dasar agar mampu melaksanakan
eksperimen sederhana”.
Metode eksperimen akan memberi kesempatan pada peserta didik agar dapat
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu
objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang suatu
objek, keadaan atau proses sesuatu. Metode eksperimen juga dapat menumbuhkan
cara berfikir rasional dan ilmiah. Penggunaan metode eksperimen yang memberikan
pengalaman nyata bagi murid dalam pembelajaran IPA merupakan salah satu solusi
yang diharapkan dapat meningkatkan hasil pembelajaran IPA murid.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memilih untuk mengadakan
penilitian dengan judul: “Penerapan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar
IPA Murid Kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang”.
-
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dikemukakan rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan metode eksperimen terhadap
hasil belajar IPA murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang?”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk
mengetahui penerapan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA murid kelas V
SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritik
Memberikan wawasan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dibidang
pendidikan. Diharapkan metode eksperimen dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif pilihan metode pembelajaran yang tepat dalam menarik minat anak untuk
menggali lebih banyak lagi Ilmu Pengetahuan Alam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Murid, memberi kemudahan dalam memahami pelajaran melalui
metode-metode yang inovatif dan menumbuhkan cara berfikir rasional dan
ilmiah.
-
b. Bagi Peneliti, yaitu mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah,
dapat dijadikan refleksi untuk terus mencari dan mengembangkan inovasi
dalam pembelajaran dan mendapatkan pengalaman melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen yang mampu
meningkatkan hasil belajar IPA.
c. Bagi Guru, metode eksperimen dapt menjadi alternatif bagi guru dalam
penggunaan metode pembelajaran IPA.
d. Bagi Sekolah, digunakan sebagai bahan informasi dan kajian untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode eksperimen dalam
kegiatan pembelajaran.
-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik
menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,
belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Sardiman (1986 : 20)
Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus
menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak
mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia
lainnya. Thobroni (2016 : 15)
Pengertian belajar menurut bahasa adalah berusaha memperoleh
kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingka laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. Menurut Winkel (Nurochim, 2013:6) menyatakan
belajar adalah aktivitas mental mental atau psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.
-
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh
suatu tingkat perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam reaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor.
b. Pengertian Hasil Belajar
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar murid adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar
itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Susanto
(2013:5)
“Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari suatu proses setelah
melakukan kegiatan belajar yang diukur dengan menggunakan tes guna melihat
kemajuan murid” Menurut Slameto (2008:7). Lebih lanjut Slameto (2008:8)
mengemukakan bahwa “hasil belajar diukur dengan menggunakan rata-rata hasil
tes yang diberikan dan tes hasil belajar itu sendiri adalah sekelompok pertanyaan
atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan atau yang diselesaikan
oleh murid dengan tujuan mengukur kemajuan murid”.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa
yang telah dipelajari selama proses belajar itu. Proses penilaian terhadap hasil
belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan murid dalam
upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Dari informasi
-
tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan murid lebih
lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar dapat berupa
dampak pengajaran dan dampak pengiring. Bloom merumuskan hasil belajar
sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi domain (ranah) kognitif, ranah
afektif, dan ranah psikomotor Winkel (2004: 272).
Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh
hasil belajar yang dicapai murid. Winkel (2004: 59) menyatakan bahwa hasil
belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan
tingkah lakunya. Agus Suprijono (2010: 5) menyatakan bahwa hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Menurut Anni (2004: 4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Fauziansyah (2008:
14) mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah suatu gambaran hasil dari
tujuan-tujuan yang harus dicapai dalam suatu pembelajaran”. Senada dengan
pengertian hasil belajar menurut Fauziansyah tersebut, Purwanto (2011: 54)
mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah hasil yang dicapai dari proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan”.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan para ahli, bahwa hasil
belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan perilaku murid dalam bakat
pengalaman dan pelatihan. Artinya tujuan kegiatan belajar mengajar ialah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan,
sikap, bahkan meliputi segenap aspek pribadi. Perubahan perilaku hasil belajar
-
itu merupakan perubahan perilaku yang relevan dengan tujuan pengajaran. Oleh
karenanya hasil dapat berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan
psikomotor tergantung dari tujuan pengajaran.
2. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian IPA
Menurut Hendro Darmojo (Usman Samatowa, 2006: 2), IPA adalah
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala
isinya. Menurut Patta Bundu (2006: 9), IPA adalah ilmu pengetahuan tentang
alam atau yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Menurut
Trowbridge & Bybee (1990:48), IPA merupakan perwujudan dari suatu
hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama, yaitu: IPA sebagai suatu
proses dan metode (methods and processes), IPA sebagai produk-produk
pengetahuan (body of scientific knowledge), dan IPA sebagai nilai-nilai (values).
IPA sebagai proses/metode penyelidikan (inquiry methods) meliputi cara
berpikir, sikap, dan langkah-langkah kegiatan saintis untuk memperoleh produk-
produk IPA atau ilmu pengetahuan ilmiah, misalnya observasi, pengukuran,
merumuskan dan menguji hipotesis, mengumpulkan data, bereksperimen, dan
prediksi. Jadi IPA adalah sejumlah proses kegiatan mengumpulkan informasi
secara sistematik tentang dunia sekitar. Pengetahuan diperoleh melalui proses
kegiatan tertentu.
1) IPA sebagai produk
-
Berisi fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan
teoriteori yang dapat menjelaskan dan memahami alam dan berbagai
fenomena yang terjadi di dalamnya (Maslichah Asy’ari, 2006: 9). Fakta
diperoleh dari hasil observasi secara intensif dan kontinu. Konsep dalam IPA
dinyatakan sebagai abstraksi tentang benda atau peristiwa alam. Prinsip
adalah generalisasi tentang hubungan antara konsep-konsep yang berkaitan.
Hukum adalah prinsip yang bersifat spesifik. Teori adalah generalisasi tentang
berbagai prinsip yang dapat menjelaskan dan meramalkan fenomena alam.
Untuk mendapatkan produk IPA seperti tersebut di atas, para ilmuwan
melakukan kegiatan yang dikenal dengan proses IPA. Oleh karena itu IPA
sebagai suatu produk tidak bisa lepas dari IPA sebagai suatu proses.
2) IPA sebagai proses
Disebut juga keterampilan proses IPA atau disingkat saja dengan
proses IPA. Proses IPA adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji
fenomena alam dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan
pengembangan ilmu itu selanjutnya. Dengan keterampilan proses murid dapat
mempelajari IPA sesuai dengan apa yang para ahli IPA lakukan, yakni
melalui pengamatan, klasifikasi, inferensi, merumuskan, hipotesis, dan
melakukan eksperimen.
Disarankan agar proses IPA difokuskan pada alat/cara untuk
menemukan produk IPA. Penguasaan proses IPA adalah perubahan dalam
dimensi afektif psikomotor yakni sejauh mana murid mengalami kemajuan
-
dalam proses IPA yang antara lain meliputi kemampuan observasi, klasifikasi,
kuantifikasi, inferensi, komunikasi, dan proses IPA lainnya. Pada tingkat
sekolah dasar, Rezba et. Al (Patta Bundu, 2006: 12) menyarankan untuk
menguasai keterampilan dasar proses IPA (Basic Science Process Skils) yang
meliputi keterampilan mengamati (observing), mengelompokkan
(classifying), mengukur (measuring), mengkomunikasikan (communicating),
meramalkan (predicting), dan menyimpulkan (inferring).
3) IPA sebagai sikap ilmiah
IPA sebagai sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki para ilmuwan
dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru, misalnya objektif
terhadap fakta, hati-hati, bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu ingin
meneliti, dan sebagainya. Dalam penelitian ini sikap ilmiah murid selama
mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas maupun sewaktu murid di luar
kelas.
b. Hasil Belajar IPA di Sekolah Dasar
Hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan pendidikan IPA yang
telah dicantumkan dalam garis-garis besar program pengajaran IPA di sekolah
dengan tidak melupakan hakikat IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA SD adalah
segenap perubahan tingkah laku yang terjadi pada murid dalam bidang IPA
sebagai hasil mengikuti proses pembelajaran IPA. Menurut Elli Herliani &
Indrawati (2009: 11), hasil belajar ranah kognitif biasanya diukur dengan
berbagai tipe tes kemudian dinyatakan dengan skor yang diperoleh dari hasil tes.
-
Hasil belajar ranah afektif dan psikomotor diperoleh dari pengamatan guru
terhadap sikap dan keterampilan murid selama proses pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan dimensi hasil belajar IPA yang terdiri atas dimensi isi (produk),
dimensi kinerja (proses), dan dimensi sikap (Patta Bundu, 2006: 18).
Menurut Muhibbin Syah (1997: 91-92) dan Patta Bundu (2006:18), hasil
belajar IPA menghasilkan kesan yang lama, tidak mudah dilupa, dan akan dapat
digunakan sebagai dasar untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Selanjutnya dikatakan bahwa hasil belajar IPA SD
hendaknya mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Penguasaan produk ilmiah atau produk IPA yang mengacu pada seberapa
besar murid mengalami perubahan dalam pengetahuan dan pemahaman
tentang IPA baik berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, maupun teori.
Aspek produk IPA dalam pembelajaran di sekolah dikembangkan dalam
pokok-pokok bahasan yang menjadi target program pembelajaran yang
harus dikuasai. Aspek produk seperti fakta, konsep, prinsip, hukum,
maupun teori sering disajikan dalam bentuk pengetahuan yang sudah jadi.
2) Penguasaan proses ilmiah atau proses IPA mengacu pada sejauh mana
murid mengalami perubahan dalam kemampuan proses keilmuan yang
terdiri atas keterampilan proses IPA dasar dan keterampilan proses IPA
terintegrasi. Untuk tingkat SD maka penguasaan IPA difokuskan pada
keterampilan proses IPA dasar yang meliputi keterampilan mengamati
(observasi), menggolongkan (klasifikasi), menghitung (kuantitatif),
-
meramalkan (prediksi), menyimpulkan (inferensi), dan
mengkomunikasikan (komunikasi).
3) Penguasaan sikap ilmiah atau sikap IPA merujuk pada sejauh mana murid
mengalami perubahan sikap dalam sikap dan sistem nilai dalam proses
keilmuwan.
Gega (Patta Bundu, 2006: 20) menyatakan aspek-aspek sikap ilmiah ada
empat sikap yang perlu dikembangkan, yakni sikap ingin tahu, penemuan,
berpikir kritis, dan teguh pendirian. Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi. Sikap
ilmiah adalah sikap yang melekat dalam diri seseorang setelah mempelajari sains.
Sikap ingin tahu mendorong akan penemuan sesuatu yang baru yang dengan
berpikir kritis akan meneguhkan pendirian dan berani untuk berbeda pendapat.
Hasil belajar ranah afektif berkenaan dengan sikap murid selama
mengikuti proses pembelajaran dan sikap murid ketika berada di lingkungan
murid tinggal. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pada sikap ingin tahu dan
sikap berpikiran terbuka serta kerjasama. Sikap tersebut belum terlihat pada
pembelajaran sebelumnya sehingga peneliti menyusun membatasi sikap ingin
tahu dan berpikiran terbuka serta kerjasama.
Hasil belajar ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan-
keterampilan murid ketika proses pembelajaran dan di luar proses pembelajaran.
-
Keterampilan murid ketika mencatat materi yang diperoleh dari guru.
Keterampilan murid membuat kesimpulan. Keterampilan murid menggunakan
alat pada saat proses praktikum. Semua keterampilan pada aspek psikomotor
belum tentu dapat diterapkan pada setiap pembelajaran IPA.
3. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Sri Anitah W (2008), keberhasilan belajar sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu faktor dari luar individu dan faktor dari dalam.
a. Faktor dari luar (ekstern)
Faktor dari luar diri murid yang mempengaruhi hasil belajar dia antaranya
adalah lingkungan fisik dan non fisik (termasuk suasana kelas dalam belajar,
seperti riang gembira, menyenangkan), lingkungan social budaya, lingkungan
keluarga, program seklah, guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.
Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil
belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. Oleh karena
itu guru dituntut agar mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan, aktif dan menantang.
b. Faktor dari dalam (intern)
Faktor dari dalam diri murid yang berpengaruh terhadap hasil belajar
diantaranya motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri (Djaali,
2008: 101).
1) Motivasi
-
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu. Menurut Purwanto (1997: 60).
2) Sikap
Sikap dapat didefinisikan dengan berbagai cara dan setiap definisi
berbeda satu sama lain. Djaali (2008: 114) menyampaikan pendapat dari
beberapa ahli tentang definisi sikap, diantaranya Trow mendefinisikan sikap
sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan
pada situasi yang tepat.
3) Minat
Minat adalah salah satu aktivitas manusia yang berhubungan dengan
aspek psikis dan fisik, yang disadari dengan segera direalisir pada aktivitas
nyata dengan sengaja disertai dengan perasaan senang dan seseorang merasa
lebih berharga dengan aktivitas tersebut.
4) Kebiasaan belajar
Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar
secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat
otomatis. Perbuatan kebiasaan tidak memerlukan konsentrasi perhatian dan
pikiran dalam melakukannya (Djaali, 2008: 128).
5) Konsep Diri
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang
menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya isi pikiran
-
dan perasaanya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh pada orang
lain (Anant Pai dalam Djaali, 2008: 129).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan
faktor yang sangat penting dan menentukan dalam pencapaian hasil yang
dikehendaki. Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban menyediakan
lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan belajar anak didik di kelas.
Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah pemilihan dan
penentuan metode untuk mencapai tujuan pengajaran. Pemilihan dan penentuan
metode ini didasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk
mencapai tujuan tertentu. Kegagalan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran
akan terjadi jika pemilihan dan penentuan metode tidak dilakukan dengan
pengenalan terhadap karakteristik dari masing-masing metode pengajaran. Oleh
karena itu, dengan pemilihan metode yang tepat maka akan menciptakan suasana
pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
4. Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen ialah metode yang memberikan kesempatan kepada
murid untuk melatih melakukan proses secara mandiri, sehingga murid
sepenuhnya terlibat untuk menemukan masalah, mengumpulkan data,
mengendalikan variabel, merencanakan eksperimen dan memecahkan masalah
yang dihadapi secara nyata. Melalui eksperimen murid tidak menelan begitu saja
sejumlah informasi yang diperolehnya tetapi akan berusaha untuk mengelola
-
perolehannya dengan membandingkan tahap fakta yang diperolehnya dalam
eksperimen yang dilakukan (Abilyudi, 2009: 2)
Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana murid
melakukan suatu percobaan tentanng sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru. Teknik ini bertujuan agar murid mampu mencari
dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri serta melatih cara berfikir
ilmiah. Roestiyah (2001: 80),
Metode eksperimen merupakan suatu bentuk pembelajaran yang
melibatkan peserta didik bekerja dengan benda-benda, bahan-bahan dan
peralatan laboratorium baik secara maupun kelompok. E. Mulyasa (2011: 110).
Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, di mana murid melakukan
percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu dan membuktikan sendiri sesuatu
yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode eksperimen,
murid diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri,
mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan
menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.
Dengan demikian, murid dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran,
atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan dari
proses yang dialaminya itu. Syaiful Bahri Djamarah (2010: 84).
-
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa metode
eksperimen merupakan kegiatan interaksi belajar mengajar yang melibatkan
logika untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban suatu pertanyaan dengan
menyimpulkan pengamatan terhadap proses dan hasil percobaan yang dilakukan
yang selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan.
Menurut Roestiyah (2008: 81), prosedur yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan eksperimen adalah :
1) Perlu dijelaskan kepada murid tentang tujuan eksperimen, mereka harus
memahami masalah yang akan dibuktikan melalui eksprimen.
2) Memberi penjelasan kepada murid tentang alat-alat serta bahan-bahan
yang akan dipergunakan dalam eksperimen, hal-hal yang harus dikontrol
dengan ketat, urutan eksperimen, hal-hal yang perlu dicatat.
3) Selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan murid.
Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan
jalannya eksperimen.
4) Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian
murid, mendiskusikan di kelas, dan mengevaluasi dengan tes atau tanya
jawab.
b. Langkah-langkah Metode Eksperimen
Moedjiono dan Dimyati (1993:78) mengungkapkan bahwa langkah-
langkah yang harus ditempuh dalam prosedur pemakaian metode eksperimen
adalah:
-
a) Persiapan
1) Menetapkan kesesuaian metode eksperimen terhadap tujuan yang akan
dicapai.
2) Menetapkan kebutuhan peralatan, bahan, dan sarana lain yang
dibutuhkan.
3) Mengadakan uji coba terlebih dahulu sebelum diberikan kepada murid
(guru mengadakan proses percobaan sendiri untuk menguji ketepatan
proses dan hasilnya).
4) Menyiapkan peralatan, bahan, dan sarana lain yang dibutuhkan untuk
percobaan.
5) Menyediakan lembar kerja.
b) Pelaksanaan percobaan
1) Mendiskusikan bersama murid mengenai prosedur, peralatan dan bahan
yang digunakan serta hal-hal yang perlu diamati dan dicatat.
2) Membantu, membimbing, dan mengawasi selama percobaan
berlangsung.
3) Murid membuat kesimpulan dan laporan tentang percobaan.
c) Tindak lanjut dari kegiatan percobaan
1) Mendiskusikan hambatan-hambatan dan hasil-hasil percobaan
2) Membersihkan dan menyimpan peralatan, bahan, atau sarana lainnya.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa prosedur pelaksanaan metode
eksperimen adalah persiapan, pelaksanaan percobaan, dan tindak lanjut dari
-
kegiatan percobaan. Melihat prosedur dari metode eksperimen yang cukup
banyak, guru perlu memperhatikan kelebihan dan kekurangan metode
eksperimen sebelum menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut Roestiyah (2001: 80), keunggulan metode percobaan sebagai
berikut:
1) Murid berlatih menggunakan metode ilmiah dalam menghadapi
masalah.
2) Murid menjadi lebih aktif dalam berpikir dan berbuat.
3) Murid dapat membuktikan sendiri kebenaran suatu teori.
4) Murid dapat menemukan pengalaman praktis serta keterampilan dalam
menggunakan alat percobaan.
c. Keunggulan dan Kekurangan Metode Eksperimen
Menurut Moedjiono dan Moh. Dimyati (1991: 77), keunggulan dan
kekurangan metode eksperimen adalah sebagai berikut:
1) Keunggulan dari metode eksperimen
a) Murid secara aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi atau data
yang diperlukannya melalui percobaan yang dilakukan.
b) Murid memperoleh kesempatan untuk membuktikan kebenaran secara
teoritis, sehingga murid terlatih membuktikan ilmu secara ilmiah.
c) Murid berkesempatan untuk melaksanakan prosedur ilmiah, dalam
rangka menguji kebenaran hipotesis-hipotesisnya.
2) Kekurangan dari metode eksperimen
-
a) Memerlukan peralatan, bahan dan sarana-sarana eksperimen bagi
setiap murid atau sekelompok murid, hal ini perlu dipenuhi karena
akan mengurangi kesempatan murid bereksperimen jika tidak tersedia.
b) Jika eksperimen memerlukan waktu yang lama, akan mengakibatkan
berkurangnya kecepatan laju pembelajaran.
c) Kegagalan atau kesalahan dalam eksperimen akan mengakibatkan
perolehan hasil belajar (berupa informasi, fakta atau data) yang salah
atau menyimpang.
Menurut Djamarah (2010: 84), metode eksperimen memiliki kelebihan
dan kekurangan sebagai berikut :
1) Kelebihan metode eksperimen
a) Membuat murid lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan
berdasarkan percobaannya.
b) Dapat membina murid untuk membuat terobosan-terobosan baru
dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi
kehidupan manusia.
c) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia.
2) Kekurangan metode eksperimen
a) Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
-
b) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang
tidak selalu mudah diperoleh dan mahal.
c) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
d) Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar
jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Berdasarkan beberapa keunggulan di atas dapat diketahui bahwa
dengan metode eksperimen murid mencoba mangerjakan sesuatu serta
mengamati proses dan hasil pekerjaannya. Peranan guru dalam penerapan
metode eksperimen ini adalah sebagai fasilitator. Metode eksperimen lebih
menekankan kepada keaktifan murid untuk memproses pemerolehan
belajarnya sendiri, dari pada keaktifan guru dalam menyajikan isi pelajaran.
5. Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar
Metode eksperimen merupakan salah satu metode pembelajaran yang
melibatkan murid secara langsung dalam proses pembelajaran melalui percobaan.
Metode eksperimen memberikan peluang pada murid untuk memperoleh dan
menemukan fakta dengan pengalaman murid melalui percobaan. Menurut J. Bruner
(Sri Sulistyorini, 2007: 10) terdapat empat alasan menggunakan metode eksperimen
dalam menemukan fakta pada proses belajar murid yaitu:
a. Dapat mengembangkan kemampuan intelektual murid
b. Mendapatkan motivasi intrinsik
-
c. Menghayati bagaimana ilmu itu diperoleh
d. Memperoleh daya ingat yang lebih lama retensinya
Kegiatan eksperimen yang dilakukan peserta didik usia SD merupakan
kesempatan mereka melakukan suatu eksplorasi. Murid akan memperoleh
pengalaman meneliti yang mendorong mereka mengkontruksi pengetahuan mereka
sendiri, berpikir ilmiah dan rasional sehingga hasil belajar menjadi kepemilikan
peserta didik yang bertalian lama. Mulyani Sumantri dan Johar Permana (1998:
157)
Berdasarkan pendapat di atas maka disimpulkan bahwa metode eksperimen
dapat mengembangkan kemampuan afektif dan kognitif murid. Pada ranah afektif
metode eksperimen dapat meningkatkan rasa ingin tahu murid saat mereka antusias
dalam melakukan percobaan. Metode ini juga dapat melatih murid untuk berpikiran
terbuka dengan lebih menghargai pendapat teman, menerima saran, dan juga
mampu bekerjasama dengan selalu berpartisipasi aktif dalam kelompok.
Pada ranah kognitif metode eksperimen tidak hanya menekankan pada ingatan
saja, tetapi juga dapat meningkatkan pemahaman dan penghayatan murid pada
materi pembelajaran. Murid secara langsung terlibat dalam proses pembelajaran
melalui percobaan, sehingga mereka mengkontruksi pengetahuan mereka sendiri.
Melalui penggunaan metode eksperimen murid dapat mengembangkan kemampuan
intelektual mereka dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari
-
sehingga pembelajaran menjadi lebih berguna. Dengan demikian diharapkan hasil
belajar murid baik pada ranah afektif maupun kognitif menjadi lebih baik.
6. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahaya Safitri Ningsih menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar
melalui metode eksperimen dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran
konvensional. Nilai rata-rata yang diperoleh antara siswa yang belajar melalui model
pembelajaran berbasis masalah yaitu sebesar 77,48 dan siswa yang belajar melalui
pembelajaran konvensional yaitu sebesar 69,78. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas
VI SDN Puro Pakualaman tahun pelajaran 2014/2015.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Menik Meliyana menemukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan mengenai hasil belajar IPA antara siswa yang
diajar dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang diajar menggunakan
pembelajaran konvensional. Jadi, metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil
belajar IPA materi energi panas dan bunyi pada siswa kelas IV SD 1 Sidorekso
Kecamatan Kaliwungu Kudus tahun pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa metode eksperimen
memberikan pengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Metode ekperimen menjadi
salah satu metode yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran yang
disesuaikan dengan materi ajar yang akan dipelajari.
-
B. Kerangka Pikir
SKEMA KERANGKA PIKIR
Gambar 2.1. Skema Kerangka Pikir
Proses
Pembelajaran
Belum menerapkan
metode eksperimen
Sesudah menerapkan
metode eksperimen
Pretest
Hasil Belajar
Uji Tes Dengan Pretest dan Posttest
Analisis Data Hasil uji tes yang
tidak
menerapkan
motode
eksperimen
Hasil uji tes yang
menggunakan
metode
eksperimen
Posttest
-
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
yang dirumuskan adalah: “Penerapan Metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil
belajar IPA murid kelas V SDN 119 Belalang”.
Ada dua cara dalam menyatakan hipotesis-hipotesis, yakni hipotesis nol (H0)
dan hipotesis alternatif (H1).
Adapun Hipotesis statistik dirumuskan:
H0: Tidak terdapat pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA
murid kelas V SDN 119 Belalang Kec. Anggeraja Kab. Enrekang.
H1: Terdapat pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA murid
kelas V SDN 119 Belalang Kec. Anggeraja Kab. Enrekang.
-
BAB III
METODE PENELITAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Pre-
Experimental Design, yang mengkaji penerapan Metode Eksperimen dalam proses
pembelajaran di Kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 119 Belalang Jln. Buntu Kiki
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
3. Variabel Penelitian
Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu :
a. Variabel bebas/mempengaruhi (independen) yaitu metode eksperimen(X)
b. Variabel terikat/dipengruhi (dependen) yaitu hasil belajar IPA (Y)
4. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yaitu jenis One-Group
Pretest-Posttest Design. Desain penelitian ini terdapat pretest sebelum diberi
perlakuan dan postest setelah diberi perlakuan. Dalam penelitian ini hasil perlakuan
-
(treatment) akan dibandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan
(treatment).
Tabel 3.1. Desain Penelitian (Sugiyono, 2011: 75)
Keterangan: = nilai pretes (sebelum diberi perlakuan)
= nilai posttest (setelah diberi perlakuan)
X = perlakuan atau treatment (metode Eksperimen)
Kegiatan dalam penelitian ini meliputi tiga langkah, yaitu :
1) Memberikan pre-test untuk mengukur variabel terikat (hasil belajar)
sebelum perlakuan dilakukan.
2) Memberikan perlakuan kepada kelas subyek penelitian yaitu diajar dengan
menggunakan metode eksperimen
3) Memberikan post-test untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan
dilakukan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2011: 80) menyatakan bahwa: “populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya”. Hal ini berarti populasi penelitian meliputi semua
-
objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ingin diteliti guna
menjawab permasalahan penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
murid kelas V SDN 119 Belalang kec. Anggeraja Kab. Enrekang.
2. Sampel
Sugiyono (2011: 81) menyatakan bahwa: “sampel adalah bagian dari jumlah
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu”. Untuk itu sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representative. Adapun sampel dalam
penelitian ini adalah murid kelas V SDN 119 Belalang kec. Anggeraja Kab.
Enrekang yang berjumlah 26 orang. Teknik dalam pengambilan sampel ini
dinamakan total sampling atau sampel jenuh. Sampel jenuh adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
C. Defenisi Operasional Variabel
Menurut (Sugiyono, 2011:38), variabel penelitian pada dasarnya adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Terdapat dua variabel dalam penelitian. Variabel-variabel tersebut yaitu:
1. Variabel Independen (Bebas)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2011:39). Variabel independen atau
variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode eksperimen. Metode
-
tersebut merupakan salah satu metode yang dapat mendorong murid agar mampu
mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang
dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri.
2. Variabel Dependen (Terikat)
Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen.
Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas (Sugiyono, 2011: 39). Variabel dependen atau variable terikat dalam
penelitian ini adalah hasil belajar. Hasil belajar adalah hasil akhir atau tolok ukur
untuk mengetahui keberhasilan seseorang yang dicapai setelah mengalami proses
belajar yang dapat dibuktikan melalui hasil tes. Tes dilakukan untuk mengetahui
nilai yang diperoleh murid. Tes digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar.
Hasil belajarnya berupa tes dalam bentuk pilihan ganda pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
D. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian ini digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
diteliti, dibutuhkan instrument penelitian sebagai alat untuk memperoleh data
penelitian, instrument yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), kisi-kisi soal, soal-soal tes, lembar jawab, kunci
jawaban tes, dan pedoman penilaian.
1. Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)
-
Rencanapelaksanaanpembelajaran (RPP) adalah program perencanaan
yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap kegiatan
proses pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat sebelum
peneliti melakukan penelitiannya. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dibuat dengan melihat silabus kelas V yang kemudian oleh peneliti dikembangkan.
Ada dua macam RPP yang dibuat, yaitu RPP yang dibuat menggunakan metode
eksperimen dan RPP yang dibuat menggunakan metode pembelajaran langsung.
2. Soal-Soal Tes
Soal yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu soal isian sebanyak 10
butir, tapi untuk kepentingan uji coba soal dibuat parallel yang setara baik
cakupan materi maupun tingkat kesulitannya, sehingga jumlah butir soal sebanyak
20 butir.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber
dan berbagai cara. Dalam pengumpulan data terdapat dua macam sumber yaitu
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada objek penelitian, dan sumber sekunder adalah
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dengan
demikian peneliti menggunakan sumber primer dalam pengumpulan data yaitu :
1. Observasi
-
Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam
penelitian ini teknik observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas belajar
murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang,
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menerapkan metode
konvensional (pembelajaran langsung) kemudian menggunakan metode eksperimen.
2. Tes
Jenis tes yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah pretest dan post-
test. Jenis tes tersebut digunakan untuk mengukur pencapaian murid setelah
mempelajari materi pembelajaran IPA sehingga dapat diketahui perbedaan hasil
belajar murid antara sebelum memberikan perlakuan dengan teknik pembelajaran
konvensional dan setelah memberikan perlakuan dengan menggunakan metode
eksperimen.
3. Dokumentasi
Study documenter merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,
maupun elektronik. Pada penelitian ini dokumen tertulis yang dikumpulkan berupa
silabus, data nama-nama murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang baik sebelum maupun setelah menggunakan metode
eksperimen, daftar nilai tes hasil belajar mata pelajaran IPA serta dokumentasi
berupa foto pada saat proses pembelajaran.
-
F. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian akan digunakan
analisis statistik deskriptif dan inferensial. Data yang terkumpul berupa nilai pretest
dan nilai posttest kemudian dibandingkan. Membandingkan kedua nilai tersebut
dengan mengajukkan pertanyaan apakah ada perbedaan antara nilai yang didapatkan
antara nilai pretest dengan nilai Posttest. Pengujian perbedaan nilai hanya dilakukan
terhadap rerata kedua nilai saja, dan untuk keperluan itu digunakan teknik yang
disebut dengan uji-t (t-test). Dengan demikian langkah-langkah analisis data
eksperimen dengan metode eksperimen dengan One Group Pretest Posttest Design
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Hasil belajar murid dianalisis dengan menggunakan analisis statistika
deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar IPA yang diperoleh
murid guna mendapatkan gambaran yang jelas tentang hasil belajar IPA murid yang
dikelompokkan kedalam 5 kategori: sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat
rendah. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar IPA adalah
menurut standar kategori dari Departemen Pendidikan Nasional.
Tabel 3.2 Kategori Standar Hasil Belajar
Skor Kategori
-
0-54
55-64
65-79
80-89
90-100
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
Sumber :Departemen Pendidikan Nasional(2013)
Data hasil belajar murid dianalisis berdasarkan kriteria ketentuan hasil belajar
murid yang telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan
oleh sekolah yaitu 65 dari skor idealnya 100.
Tabel 3.3 Kategori Standar Ketuntasan
Skor Kategorisasi Ketuntasan Hasil Belajar
65 - 100
0 - 64
Tuntas
Tidak Tuntas
Sumber: SDN 119 Belalang
Berdasarkan tabel 3.3 diatas bahwa murid memperoleh nilai pada interval 65-
100 dinyatakan tuntas dalam mengikuti proses belajar mengajar dan murid yang
memperoleh nilai pada interval 0-64 maka murid dinyatakan tidak tuntas dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sedangkan pembelajaran yang dilakukan
dikatakan tuntas secara klasikal jika minimal 85% murid mencapai ketuntasan.
Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan rumus berikut:
Ketuntasan belajar klasikal =
a. Range (rentangan) adalah data tertinggi dikurangi data terendah
b. Mean skor
-
Skor rata-rata atau mean dapat diartikan sebagai kelompok data dibagi
dengan nilai jumlah responden.
Rumus rata-rata adalah:
∑
∑
Keterangan:
X : Nilai
∑ : jumlah banyaknya murid ∑ : jumlah nilai
2. Teknik Analisis Statistik Inferensial
Sugiyono (2016: 209), menyatakanbahwa “statistik inferensial adalah teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan
untuk populasi. Teknik ini dimaksudkan untuk pengujian hipotesis penelitian.
Analisis inferensial merupakan statistik yang menyediakan aturan atau cara yang
dapat dipergunakan sebagai alat dalam rangka mencoba menarik kesimpulan yang
bersifat umum, dari kesimpulan data yang telah disusun dan diolah.
Hipotesis
Teknik analisis inferensial digunakan untuk menarik kesimpulan tentang
populasi dari sampel yang ditarik dari populasinya. Pengujian yang digunakan adalah
uji signifikan (uji-t) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membuat tabel penolong untuk mencari nilai t
-
2. Menghitung nilai mean dari perbedaan pretest dengan posttest, dengan
persamaan :
md = ∑
Keterangan :
md : Mean dari perbedaan pretest dan posttest
∑ : Jumlah dari gain (posttest-pretest) n : Subjek pada sampel
3. Menghitung jumlah kuadrat deviasi dengan persamaan:
∑ = ∑ – ∑
Keterangan :
∑ : Jumlah kuadrat deviasi ∑ : Jumlah kuadrat masing-masing subjek
n : Subjek pada sampel
4. Menghitung nilai db, dengan persamaan:
db = n – 1
Keterangan :
n : Subjek pada sampel
5. Menentukan nilai dari test untuk mengetahui perbedaan antara posttest
dan pretest dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
t =
√∑
Keterangan :
md : mean dari perbedaan antara test akhir dan test awal
xd : deviasi masing-masing subjek (d-md)
n : subjek pada sampel
-
db : ditentukan dengan n-1
6. Membuat kesimpulan hasil penelitian
diterima apabila
diterima apabila <
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Bagian ini mengemukakan data hasil penelitian yang telah dilakukan tentang
pengaruh penggunaan motode eksperimen terhadap hasil belajar IPA murid kelas V
SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang
1. Hasil Analisis Deskriptif
Berdasarkan hasil tes yang diberikan kepada murid pada saat pretest dan
posttest maka diperoleh analisis deskriptif untuk mata pelajaran IPA pada murid
kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Statistik Skor Hasil Belajar IPA Murid Sebelum Diberikan
Perlakuan (Pretest) Dan Sesudah Diberikan Perlakuan (Posttest)
Statistik
Nilai Statistik
Pretest Posttest
Subjek 26 26
Skor Ideal 100 100
Skor Maksimum 70 90
Skor Minimum 30 70
Rentang Skor 40 20
-
Skor Rata-rata 52,30 76,15
Sumber : Oleh Data Pretest dan Posttest
Data Hasil Pretest
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Sebelum
Diterapkan Metode Eksperimen
No.
Nilai
Pretest (xi)
Banyaknya
Murid (fi) fi.xi xi2 fi.xi2
1 30 1 30 900 900
2 40 7 280 1600 11200
3 50 6 300 2500 15000
4 60 9 540 3600 32400
5 70 3 210 4900 14700
Jumlah ∑ 250 ∑ 26 ∑ 1360 ∑ 13500 ∑ 74200
Data Hasil Posttest
Tabel 4.3 Analisis Statistik Deskriptif Skor Hasil Belajar IPA Sesudah
Diterapkan Metode Eksperimen
No.
Nilai
Posttest (xi)
Banyaknya
Murid (fi) fi.xi xi2 fi.xi2
1 70 13 910 4900 63700
2 80 10 800 6400 64000
3 90 3 270 8100 24300
Jumlah ∑ 240 ∑ 26 ∑ 1980 ∑ 19400 ∑ 152000
a. Data hasil pretest
-
Berdasarkan analisis data hasil belajar IPA pada murid kelas V SDN 119
Belalang sebelum menggunakan metode Eksperimen dengan jumlah diperoleh
gambaran, yaitu tidak ada murid yang memperoleh skor 100 sebagai jumlah skor
keseluruhan. Skor tertinggi yaitu 70 yang diperoleh oleh 3 orang dan skor terendah
adalah 30 sebanyak 1 orang.
Apabila skor hasil belajar IPA murid dikelompokkan kedalam lima kelas
interval skor, maka diperoleh distribusi dan frekuensi skor hasil belajar IPA
sebelum diberi perlakuan seperti ditunjukkan tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil belajar IPA Murid
Sebelum Diberikan Perlakuan (Pretest)
No Interval
Skor
Kategori Frekuensi Persentase
(%)
1 0-54 Sangat
Rendah
14 54
2 55-64 Rendah 9 35
3 65-79 Sedang 3 11
4 80-89 Tinggi 0 -
5 90-100 Sangat Tinggi 0 -
Jumlah 26 100
Sumber :Departemen Pendidikan Nasional(2013)
Berdasarkan Tabel 4.4. menunjukkan bahwa dari hasil belajar pretest tidak
ada murid yang berada pada kategori sangat tinggi dan kategori tinggi, pada
-
kategori sedang memiliki persentase 11% dengan jumlah 3 orang, pada kategori
rendah memiliki presentase 35% jumlah dengan 9 orang, pada kategori sangat
rendah memiliki presentase 54% dengan jumlah 14 orang. Hal ini dapat pula
dilihat pada tabel 4.5. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil pretest
berdasarkan data yang telah diolah berada dalam kategori sangat rendah.
Tabel 4.5 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA Murid Sebelum Diberikan
Perlakuan (Pretest)
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase(%)
65 – 100 Tuntas 3 12
0 – 64 Tidak Tuntas 23 88
Jumlah 26 100
Sumber: SDN 119 Belalang
Berdasarkan tabel 4.5 digambarkan bahwa kriteria seorang murid
dikatakan tuntas belajar apabila memperoleh skor paling rendah 65. Dari tabel
tersebut terlihat bahwa jumlah murid yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan
individu adalah sebanyak 23 orang atau 88% dari jumlah keseluruhan murid.
Sedangkan murid yang memenuhi kriteria ketuntasan individu adalah sebanyak 3
atau 12% dari jumlah keseluruhan murid. Berdasarkan deskripsi di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA murid kelas V SDN 119 Belalang
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang sebelum diterapkan metode
-
eksperimen masih banyak murid yang tidak mencapai tingkat ketuntasan belajar
karena belum memenuhi kriteria KKM.
b. Data Hasil Posttest
Berdasarkan analisis deskriptif terhadap hasil belajar IPA murid kelas V
SDN 119 Belalang menggunakan metode Eksperimen dengan jumlah murid 26
orang, diperoleh gambaran sebanyak 3 murid yang memperoleh skor 90 sebagai
skor maksimal dan skor terendah adalah 70. Lebih jelasnya gambaran dari hasil
belajar IPA murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang setelah diberi perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar IPA Murid
Setelah Diberikan Perlakuan (Posttest)
No Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase(%)
1 0-54 Sangat Rendah 0 -
2 55-64 Rendah 0 -
3 65-79 Sedang 13 50
4 80-89 Tinggi 10 38
5 90-100 Sangat Tinggi 3 12
Jumlah 26 100
Sumber : Departemen Pendidikan Nasional (2013)
Berdasarkan Tabel 4.6. menunjukkan bahwa dari hasil belajar posttest
setelah diberikan perlakuan, kategori sangat tinggi memiliki presentase 12% dengan
jumlah 3 orang, pada kategori tinggi memiliki persentase 38% dengan jumlah 10
-
orang, pada kategori sedang memiliki persentase 50% dengan jumlah 13 orang, dan
tidak ada yang termasuk kategori rendah maupun sangat rendah. Hal ini dapat pula
dilihat pada tabel 4.6. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil posttest
berdasarkan data yang telah diolah berada dalam kategori sangat tinggi karena nilai
hasil belajar murid berada diatas kriteria KKM.
Tabel 4.7 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA Murid Setelah Diberikan
Perlakuan (Posttest)
Interval Skor Kategori Frekuensi Persentase(%)
65 – 100 Tuntas 26 100
0 – 64 Tidak Tuntas 0 -
Jumlah 26 100
Sumber: SDN 119 Belalang
Berdasarkan tabel 4.7 digambarkan bahwa kriteria seorang murid dikatakan
tuntas belajar apabila memperoleh skor paling rendah 65. Dari tabel terlihat bahwa
semua murid telah memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Berdasarkan deskripsi
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA murid kelas V SDN 119
Belalang setelah diterapkan metode eksperimen yaitu semua murid memenuhi
kriteria ketuntasan belajar.
c. Perbandingan data hasil pretest dan posttest
Berdasarkan analisis deskriptif terhadap hasil belajar IPA murid kelas V
SDN 119 Belalang menggunakan metode eksperimen dengan jumlah murid 26
-
orang, diperoleh gambaran adanya berubahan yang signifikan. Lebih jelasnya
gambaran dari hasil belajar IPA sebelum dan setelah diberi perlakuan murid kelas V
SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 4.8 Perbandingan Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Hasil Belajar
IPA Murid sebelum dan setelah Diberikan Perlakuan
No Interval
Skor
Kategori Pre-test Posttest
Frekuensi persentase Frekuensi Persentase
1 0-54 Sangat Rendah 14 54% 0 -
2 55-64 Rendah 9 35% 0 -
3 65-79 Sedang 3 11% 13 50%
4 80-89 Tinggi 0 - 10 38%
5 90-100 Sangat Tinggi 0 - 3 12%
Jumlah 26 100% 26 100%
Gambar 4.1 Perbandingan Distribusi Persentase Skor Hasil Belajar IPA
Murid sebelum dan setelah Diberikan Perlakuan
-
Berdasarkan tabel 4.8 perbandingan di atas dapat dilihat adanya peningkatan
yang siknifikan sebelum dan sesudah diterapkan model dari 26 orang kategori
sangat tinggi 0% menjadi 12% dengan jumlah 3 orang, dari kategori tinggi dari 0%
menjadi 10% dengan jumlah 10 orang, dari kategori sedang 11% dengan jumlah 3
orang menjadi 50% dengan jumlah 13 orang, dari kategori rendah dari 35% dengan
jumlah 3 orang berkurang menjadi 0% dan kategori sangat rendah dari 54% dengan
jumlah 14 orang berkurang menjadi 0%.
Tabel 4.9 Perbandingan Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA
Interval Skor Kategori Pre-test Postest
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
65 - 100 Tuntas 3 12% 26 100%
0 - 64 Tidak
Tuntas
23 88% 0 0%
Jumlah 26 100% 26 100%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
SangatRendah
Rendah Sedang Tinggi SangatTinggi
Pretest
Posttest
-
Gambar 4.2 Perbandingan Deskripsi Ketuntasan Belajar IPA
Berdasarkan tabel 4.9 di atas maka dapat disimpulkan perbandingan sebelum
dan setelah menggunakan metode eksperimen berpengaruh terhadap hasil belajar
murid terlihat bahwa sebelum diberikan perlakuan dari 26 murid, kategori tidak
tuntas dengan persentase 88% dengan jumlah 23 orang menjadi 0% dan kategori
tuntas dari persentase 12% dengan jumlah 3 orang menjadi 100% dengan jumlah 26
orang.
2. Hasil Analisis Inferensial
Analisis statistika inferensial pada bagian ini digunakan untuk menguji
hipotesis yang telah dikemukakan pada BAB III yakni metode eksperimen efektif
digunakan dalam pembelajaran IPA pada murid kelas V SDN 119 Belalang
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Untuk keperluan penyajian statistiknya
maka hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Tuntas Tidak Tuntas
Pretest
Posttest
-
: ≥ lawan : ≤
Keterangan
: Parameter skor rata-rata hasil belajar IPA murid sebelum diterapkan metode
eksperimen yang diperoleh melalui pretest.
: Parameter skor rata-rata hasil belajar IPA murid setelah diterapkan metode
eksperimen yang diperoleh melalui posttest.
Uji Hipotesis
Salah satu cara untuk mengetahui metode eksperimen efektif atau tidak
digunakan dalam pembelajaran IPA pada murid kelas V SDN 119 Belalang
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang ditinjau dari aspek ketuntasan hasil
belajar, maka dilakukan uji-t pada data yang telah diperoleh.
Langkah pertama membuat tabel penolong untuk mencari nilai t berada pada
lampiran belakang.
Langkah selanjutnya yaitu:
1. Mencari nilai mean dari perbedaan posttest dan pretest dengan rumus:
md = 23,84
2. Mencari nilai kuadrat deviasa dengan dengan menggunakan rumus :
∑ = 3415,39
3. Mencari nilai db dengan menggunakan rumus : db = 25
4. Mencari nilai t dengan rumus sebagai berikut :
.
√∑
-
= 10,41
Berdasarkan hasil analisis data yang diuraikan, terlihat bahwa nilai
berpengaruh tidaknya hasil belajar IPA pada murid kelas V SDN 119 Belalang
sebesar 10,41. Berdasarkan nilai t hitung tersebut dapat dibandingkan dengan nilai t
tabel, db = n-1 → 26 – 1 = 25. Jadi, db 26 – 1 = 19 dan t 0,05 (tabel terlampir).
Sementara t hitung = 10,41 dan t tabel = 1,708. Dengan demikian, t hitung ≥ t tabel.
Hipotesis yang diuji dengan statistik uji t (tes signifikan untuk desain 1)
yaitu metode eksperimen berpengaruh atau efektif digunakan dalam pembelajaran
IPA murid kelas V SDN 119 Belalang (H1). Dalam penelitian ini, terungkap bahwa
hasil belajar IPA dengan menggunakan metode eksperimen lebih baik digunakan
dibandingkan dengan nilai murid yang tidak menggunakan metode eksperimen.
Dalam pengujian statistik, hipotesis ini dinyatakan sebagai berikut:
Setelah diadakan perhitungan berdasarkan hasil statistik inferensial jenis uji
t desain 2 diperoleh nilai t hitung 10,41. Kriteria pengujiannya adalah H0 diterima
jika t hitung < t tabel dan H0 ditolak jika t hitung > t tabel. Nilai t tabel = db = 26 –
1 = 25(angka 25 inilah yang dilihat dalam tabel). Pada taraf signifikan 0,05
diperoleh 1,708 dan ternyata t hitung > t tabel.
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka H1 diterima dan H0 ditolak.
Dengan demikian penggunaan metode eksperimen, dikatakan berpengaruh atau
-
efektif digunakan dalam pembelajaran IPA pada murid kelas V SDN 119 Belalang
Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada penelitian pra-eksperimental ini, peneliti melakukan penelitian pada
kelas V SDN 119 Belalang sebagai kelas eksperimen dengan jumlah murid 26 orang
yang terdiri dari 14 murid laki-laki dan 12 murid perempuan. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah one group pretest-postest design, yang hanya
melibatkan satu kelompok yaitu kelompok eksperimen, dimana diberikan tes awal
berupa prettest sebelum diberikan perlakuan (treatment) dan pada akhir pembelajaran
diberikan (tes akhir) berupa posttest.
Berdasarkan observasi dan data yang diperoleh dari guru kelas diperoleh data
adanya perbedaan mulai dari keantusiasan murid dalam proses belajar mengajar,
kerjasama antar murid dan aktivitas pada pembelajaran IPA. Sebelum menerapkan
model pembelajaran hanya beberapa murid yang aktif didalam kelas dan setelah
menerapkan model pembelajaran murid yang sebelumnya pasif mulai menjadi aktif
dengan mengikuti kegiatan yang berlangsung. Pemberian tes dengan cara
memberikan perlakuan (treatment) terlebih dahulu dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode eksperimen pada kelas eksperimen. Untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh, diberikan perlakuan terhadap hasil belajar IPA murid pada kelas
eksperimen yaitu melalui hasil tes (pretest dan posttest) yang diberikan sebelum dan
sesudah perlakuan diberikan, yang kemudian dianalisis menggunakan perhitungan
manual.
-
Hasil analisis statistik deskriptif hanya memperlihatkan atau menunjukkan
nilai pada pretest dan posttest yang diberikan hanya pada satu kelas eksperimen yaitu
kelas V SDN 119 Belalang yang diberikan perlakuan penerapan metode eksperimen
dan bukan untuk menguji hipotesis. Statistik deskriptif hanya menyajikan statistik
yang dihitung pada sampel, tetapi apabila statistik deskriptif digunakan untuk
menguji hipotesis (dugaan sementara yang harus masih diuji kebenarannya) maka hal
tersebut sudah memasuki kawasan statistik inferensial. Ini berarti bahwa statistika
deskriptif berupayakan melukiskan dan menganalisis kelompok yang diberikan tanpa
membuat atau menarik kesimpulan tentang populasi atau kelompok yang lebih besar.
Statistika inferensial berhubungan dengan kondisi dan situasi perampatan
(generalization) atau pengambilan keputusan. Satistika inferensial berdasarkan pada
statistika deskriptif.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan statistika inferensial menunjukkan
adanya pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA murid kelas V SDN
119 Belalang sebelum (pretest) dan setelah diberikan perlakuan (posttest). Darihasil
pretest menunjukkan skor rata-rata murid sebesar 52,30 sedangkan skor rata-rata
posttest murid adalah 76,15 setelah diterapkan metode eksperimen ternyata terdapat
peningkatan hasil belajar murid. Sedangkan dengan menggunakan uji-t diketahui
bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan, perbedaan antara hasil pretest
dan posttest signifikan. Hal ini terlihat dimana > = 10,41>1,708
sehingga disimpulkan bahwa ditolak dan diterima, ini berarti bahwa hipotesis
-
dalam penelitian ini diterima. Metode eksperimen efektif digunakan dalam
pembelajaran IPA pada murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja
Kabupaten Enrekang.
Pembelajaran metode eksperimen merupakan suatu pembelajaran dengan
menekankan pada proses pembelajaran murid dan aspek sosial. Murid belajar
bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain, kelas
disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 murid dengan kemampuan yang
heterogen kemudian melakukan percobaan dan pengamatan.
Metode eksperimen memiliki kelebihan antara lain : (1) Meningkatkan
kualitas pembelajaran dan pencapaian akademik murid. (2) Meningkatkan keaktifan
belajar murid dengan dilakukannya percobaan dan pengamatan. (3) Menambah
kepuasan murid terhadap pengalaman belajarnya. (4) Membantu murid
mengembangkan keterampilan bekerja sama dengan teman kelompoknya.
Peneliti menyimpulkan beberapa kelemahan pada penerapan metode
eksperimen. Kelemahan tersebut yaitu: (1) Metode eksperimen memerlukan
peralatan, bahan dan sarana-sarana eksperimen bagi setiap murid atau sekelompok
murid, hal ini perlu dipenuhi karena akan mengurangi kesempatan murid
bereksperimen jika tidak tersedia. (2) Memerlukan waktu yang lama, akan
mengakibatkan berkurangnya kecepatan laju pembelajaran. (3) Kegagalan atau
kesalahan dalam eksperimen akan mengakibatkan perolehan hasil belajar (berupa
informasi, fakta atau data) yang salah atau menyimpang.
-
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti menyimpulkan
adanya perubahan yang signifikan yaitu skor rata-rata murid dari 53,30 menjadi
76,15. Murid yang memenuhi kriteria ketuntan dari 12% bertambah menjadi 100%
dan kategori yang tidak memenuhi krateria ketuntasan dari 88% menjadi 0%.
Analisis data berdasarkan hasil statistik inferensial jenis uji t diperoleh nilai t hitung
10,41 > t tabel 1,708 maka dinyatakan metode eksperimen berpengaruh terhadap
hasil belajar murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang.
-
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
di simpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar murid sebelum diterapkan metode eksperimen pada murid kelas
V SDN 119 Belalang secara klasikal belum terpenuhi Karena nilai rata-rata
diperoleh sebesar 52,30 berada dalam kategori rendah dari 26 murid hanya 3
orang atau 12% yang memenuhi KKM.
2. Hasil belajar murid setelah diterapkan metode eksperimen secara klasikal
sudah terpenuhi yaitu nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 76,15 berada
dalam kategori tinggi 26 murid atau 100% telah memenuhi KKM.
3. Penggunaan metode eksperimen dapat berpengaruh terhadap hasil belajar
IPA murid kelas V SDN 119 Belalang Kecamatan Anggeraja Kabupaten
Enrekang, hal ini dapat dilihat dari hasil pretest dari 26 murid hanya 3 atau
12% murid yang memenuhi KKM dan setelah diadakanya metode
eksperimen kemudian melihat hasil posttest maka murid yang memenuhi
KKM bertambah menjadi 26 atau 100% murid yang memenuhi KKM.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian ini, maka penulis mengajukan saran :
-
1. Kepada pihak sekolah diharapkan dapat menerapkan pembelajaran IPA
melalui metode eksperimen terhadap proses pembelajaran untuk lebih
meningkatkan hasil belajar murid terhadap mata pelajaran IPA.
2. Disaran kepada guru yang ingin menerapkan pembelajaran melalui metode
eksperimen agar mempertimbangkan materi dan kondisi murid sehingga
dapat terlaksana dengan efektif.
3. Diharapkan di masa yang akan datang dapat digunakan sebagai salah satu
sumber data untuk peneliti selanjutnya dan dilakukan peneliti lebih lanjut
berdasarkan factor lainnya, variabel yang berbeda, jumlah sampel yang lebih
banyak, tempat yang berbeda, dan desain yang lebih tepat.
4. Bagi para murid untuk membiasakan diri secara aktif dalam proses
pemebelajaran, aktif bertanya, menyampaikan pendapat dan menerima
pendapat orang lain, bekerja sama dengan baik, berani tampil didepan teman-
temannya, dan menemukan sendiri jawaban dari setiap permasalahan yang
ditemukan dalam pembelajaran.
-
DAFTAR PUSTAKA
Abilyudi. 2009. Metode Eksperimen. http://abilyudi.wordpress.com/2009/10/30/
metode-eksperimen/. 27 Januari 2018.
Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Elli Herliani & Indrawati. 2009. Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).
Hendro Darmodjo & Jenny R.E. Kaligis. 1991. Pendidikan IPA II. Jakarta:
Depdikbud.
Meliyana, Menik. 2014. Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA Meteri
Energi Panas Dan Bunyi Pada Siswa Kelas IV SD 1 Sidorekso Kecamatan
Kaliwungu Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014. Skripsi (Online. Diakses
Minggu, Februari 2018).
Moedjiono dan Dimyati. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud.
Muhibbin Syah. 1997. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mulyani Sumantri & Johar Permana. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Depdikbud.
Mustaqim. 2001. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nana Sudjana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Ngalin Purwanto. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Karya.
Ningsi, Cahaya Safitri. 2015. Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas VI SDN Puro Pakualaman Tahun Pelajaran 2014/2015. Sripsi
(Online. Diakses Minggu, Februari 2018).
Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Ketenagaan.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://abilyudi.wordpress.com/2009/10/30/
-
Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Sri Anitah W. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sri Sulistyorini. 2007. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan
R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta:
Depdikbud.
Winkel. 2004. Pengertian Hasil Belajar. Jakarta: Media Utama.
-
L
A
M
P
I
R
A
N
-
LAMPIRAN A RPP Sebelum diberi perlakuan
RPP setelah diberi perlakuan
Materi Ajar
Lembar Kerja Murid (LKM)
-
Lampiran RPP Sebelum diberi Perlakuan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Satuan pendidikan : SDN 119 Belalang
Kelas/semester : V/1
Tema 2 : Udara Bersi Bagi Kesehatan
Sub Tema 1 : Cara Tubuh Mengelola Udara Bersih
Pembelajaran Ke : 2
Alokasi Waktu : 1 Pertemuan (2 x 35 menit)
A. Kompetensi Inti (KI)
top related