penerapan prinsip kelayakan pembiayaan micro and …
Post on 15-Oct-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN PRINSIP KELAYAKAN PEMBIAYAAN
MICRO AND SMALL DI BANK MEGA SYARIAH
CABANG SEMARANG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan
Syariah
Oleh :
TSANIA RIZA ZAHROH
NIM 122503110
PROGAM STUDI (D3) PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN WALISONGO SEMARANG
2015
ii
iii
iv
MOTTO
Artinya :
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan ( Al-Qur’an 94 : 6 )”
v
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT, Tugas Akhir ini
dipersembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan do’a, motivasi, dukungan, serta
kasih sayang dan pengorbanan yang tidak ternilai dan terbalas.
2. Saudara-saudaraku yang selalu mendoakan kesuksesan buat penulis selama
menempuh pendidikan sampai selesai.
3. Segenap guru yang telah membagi ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
4. Teman-teman kuliah Prodi Perbankan Syariah yang bersama-sama berjuang
meraih cita-cita.
5. Para pegawai Bank Mega Syariah cabang Semarang yang telah banyak
membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis.
Semoga Allah SWT selalu memberi limpahan rahmat dan hidayah serta
kesabaran dan ketabahan dalam menjalani kehidupan ini. Amiiin.
vi
vii
ABSTRAK
Dalam dunia bisnis, peningkatan kegiatan usaha sering menghadapi masalah
pelik. Salah satu masalah yang dihadapi pemilik usaha ialah menyediakan modal
kerja yang diperlukan untuk kegiatan perusahaan. Solusi dari kurangnya modal kerja
pada perusahaan dapat diatasi dengan jalan mengajukan pembiayaan ke bank syariah.
Seperti yang kita ketahui, setiap nasabah yang hendak mengajukan pembiayaan akan
dikenai beberapa persyaratan. Selain itu, petugas analyst juga harus melakukan kajian
kelayakan pembiayaan. Jika nasabah tidak memenuhi standar kelayakan pembiayaan,
maka pengajuan pinjaman akan ditolak. Oleh karena itu, informasi mengenai
penerapan prinsip kelayakan pembiayaan patut diangkat dan dikaji secara
komprehensif dalam tugas akhir ini atau rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: 1) Bagaimana penerapan prinsip kelayakan pembiayaan micro and small di
BMS cabang semarang dan 2) Bagaimana kesesuaian prinsip kelayakan pembiayaan
micro and small di BMS cabang Semarang dengan peraturan BI. Tujuan dalam
penelitian ini adalah mengkaji penerapan prinsip kelayakan pembiayaan micro and
small di Bank Mega Syari’ah Cabang Semarang serta mengetahui kesesuaian
penerapan prinsip kelayakan pembiayaan micro and small di Bank Mega Syari’ah
Cabang Semarang dengan peraturan Bank Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang meneliti tentang
penerapan prinsip kelayakan pembiayaan Micro and Small di Bank Mega Syariah
Cabang Semarang serta kesesuaian antara kebijakan pembiayaan Micro and Small di
Bank Mega Syariah Cabang Semarang dengan peraturan Bank Indonesia. Data
penelitian ini terdiri atas data primer yang diperoleh melalui observasi, dokumentasi,
dan wawancara. Sedangkan data sekunder berupa buku-buku kepustakaan yang
terkait dengan penelitian serta tugas akhir yang dibuat oleh mahasiswa Prodi D3
Perbankan Syari’ah UIN Walisongo Semarang. Seluruh data yang diperoleh
kemudian di analisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif.
Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan. Pertama, dalam melakukan
kajian kelayakan pembiayaan Micro BMS hanya menerapkan prinsip kelayakan
pembiayaan 3C (character, capacity, collateral). Sedangkan dalam analisis kelayakan
pembiayaan Small, Bank Mega Syariah Cabang Semarang telah menerapkan prinsip
5C (character, capacity, capital, condition, dan collateral) dari calon nasabah.
Petugas analyst juga wajib melakukan analisis risiko dan mitigasi risiko lainnya yang
mungkin timbul dari internal maupun eksternal nasabah. Kedua, analisis kelayakan
pembiayaan Micro belum sesuai dengan peraturan Bank Indonesia sedangkan
pembiayaan Small di Bank Mega Syariah Cabang Semarang telah sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia, khususnya dalam Undang-Undang Bank Indonesia Nomor
21 Tahun 2008, Pasal 23 Ayat 2.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia berupa kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini
dengan baik. Tugas akhir ini tersusun berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang
2. Dr. H. Imam Yahya, M. Ag. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang yang telah memberikan
izin penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir ini
3. Johan Arifin, S. Ag., MM., selaku Ketua Jurusan D3 Perbankan Syariah
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang yang telah memberikan izin
penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir ini
4. Taufik Hidayat, Lc., MIS., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan dan motivasi dalam penyusunan tugas akhir ini
5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis
6. Arman Hermansyah selaku Kepala Cabang Bank Mega Syariah Cabang
Semarang yang telah memberikan izin penelitian
7. Caroko selaku Analyst Pembiayaan Bank Mega Syariah Cabang Semarang
yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian
8. Arifatul Khulwa dan Edo Kisworo selaku pembimbing dari Lembaga
Keuangan Bank Mega Syariah Cabang Semarang
9. Orang tua dan saudara-saudaraku yang dengan segenap jiwa dan raga selalu
memberikan dukungan kepada penulis.
10. Segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini yang
tidak dapat penulis sebut satu persatu.
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN MOTTO iv
HALAMAN PERSEMBAHAN v
HALAMAN DEKLARASI vi
HALAMAN ABSTRAK vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Tinjauan Pustaka 6
F. Kerangka Teori 7
G. Metodologi Penelitian 8
H. Sistematika Penulisan 10
BAB II PEMBAHASAN UMUM TENTANG PRINSIP KELAYAKAN
PEMBIAYAAN
A. Pembiayaan di Bank Syariah 12
1. Pengertian Pembiayaan 12
2. Dasar Hukum Pembiayaan 13
3. Klasifikasi Pembiayaan 15
B. Prinsip Kelayakan Pembiayaan di Bank Syariah 16
xi
BAB III GAMBARAN UMUM BANK MEGA SYARIAH CABANG
SEMARANG
A. Sejarah Bank Mega Syariah 23
B. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai 25
C. Wilayah Keja 25
D. Struktur Organisasi 26
E. Produk Bank Mega Syariah 27
F. Pembiayaan Micro and Small di Bank Mega Syariah 40
1. Segmentasi Nasabah 40
2. Persyaratan Umum Pembiayaan 41
3. Tingkat dan Wewenang Pejabat Pembiayaan 43
4. Pengajuan Usulan Pembiayaan 43
5. Kajian Kelayakan Pembiayaan 47
6. Akad dan Realisasi Pembiayaan 52
BAB IV ANALISIS PENERAPAN PRINSIP KELAYAKAN
PEMBIAYAAN MICRO AND SMALL DI BANK MEGA
SYARIAH CABANG SEMARANG
A. Analisis Penerapan Prinsip Kelayakan Pembiayaan Micro and
Small di Bank Mega Syariah Cabang Semarang 56
B. Analisis Kesesuaian Prinsip Kelayakan Pembiayaan Micro and
Small di Bank Mega Syariah Cabang Semarang dengan Peraturan
Bank Indonesia 63
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 67
B. Saran 68
C. Penutup 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Segmentasi Nasabah 40
Tabel 2 Persyaratan Umum Pembiayaan Micro and Small
Bank Mega Syariah 41
Tabel 3 Tingkat dan Wewenang Pejabat Pembiayaan 44
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tanggal 8 agustus 1967 Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan
Thailand, sepakat membentuk sebuah organisasi geo-politik dan ekonomi yang
dikenal dengan nama ASEAN. Organisasi tersebut memiliki tujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan budaya
negara-negara anggotanya serta memajukan perdamaian di tingkat regionalnya.
Demi mewujudkan pertumbuhan ekonomi, ASEAN mendirikan ASEAN Economic
Community (AEC) sebagai bentuk integrasi ekonomi. Pada tahun 2015, dengan
adanya AEC tersebut maka ASEAN akan menjadi pasar tunggal dan berbasis
produksi tunggal di mana terjadi arus barang, jasa, investasi, sumber daya
manusia, serta arus modal yang lebih bebas di antara negara ASEAN, atau yang
lebih dikenal dengan sebutan pasar bebas. Tujuan dari pemberlakuan pasar bebas
ASEAN di antaranya guna meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis
produksi dalam pasar dunia melalui pengahapusan bea dan halangan non-bea
dalam ASEAN dan menarik investasi asing.1
Indonesia tercatat sebagai negara yang memiliki kekayaan alam melimpah
dengan luas dan populasi terbesar di antara negara-negara ASEAN yang lain,
meskipun demikian menurut Mantan Wakil Presiden Boediono, Indonesia masih
memiliki banyak pekerjaan rumah (PR) dalam menghadapi pasar bebas di tahun
2015 tersebut. Indonesia masih belum punya banyak investor lokal dan belum
memiliki kemajuan akan adanya penambahan investor. Ditambah pula, ASEAN
Single Window (ASW), yakni peningkatan kinerja penanganan atas lalu lintas
barang antar negara anggota ASEAN, untuk mendorong percepatan proses
customs clearance dan cargo release belum terjadi. Oleh karena itu, walaupun
Indonesia telah menyatakan siap menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN,
sebenarnya masih ada banyak hal yang harus dilakukan. Selanjutnya Boediono
1 Masmun, “Artikel Pasar Bebas 2015 ITB Insight Festival”,
https://itbinsight/posts/586156484781832, diakses 23 Maret 2015
2
mengusulkan dua langkah strategis agar Indonesia lebih siap dalam menghadapi
MEA 2015. Pertama, pemerintah Indonesia harus menginventarisasi keputusan
secara komprehensif, yakni mampu melihat dan memutuskan dengan tepat sektor
mana saja yang dapat dikelola dengan baik. Kedua, harus terdapat langkah-
langkah diplomasi untuk menjelaskan sektor mana yang dapat dikelola dan mana
yang tidak. Penentuan sektor tersebut harus dilakukan oleh tim yang independen,
agar tidak terjadi pemihakan pada sektor-sektor tertentu.2
Keberadaan ASEAN Free Trade Area (AFTA)3, membuat Indonesia
dihadapkan pada serangkaian tantangan yang cukup kompleks. Pasar bebas
membuat produk-produk ASEAN akan membanjiri pasar tanah air, sehingga
dikhawatirkan produk Indonesia kalah bersaing dengan produk dari negara lain.
Menghadapi fenomena tersebut, dibutuhkan peran para pengusaha dalam
menciptakan peluang bagi masyarakat di sekitarnya. Berikut adalah beberapa cara
yang dapat dilakukan pengusaha dalam menghadapi MEA 2015:4
1. Meningkatkan kualitas diri, keterampilan yang harus dipenuhi oleh seorang
pengusaha agar dapat bersaing, yaitu: kemampuan berkomunikasi secara
verbal, kolaborasi, profesional di bidangnnya, mampu menulis dengan baik,
serta memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah. Penguasaan
terhadap bahasa asing seperti bahasa Inggris dan Mandarin juga dapat
memudahkan komunikasi yang bersifat global.
2. Meningkatkan kualitas produk, pengusaha harus mengedepankan prinsip
“Lebih baik menjual produk mahal yang berkualitas daripada menjual produk
murah namun merugikan orang lain”.
3. Membangun infrastruktur, masalah infrastruktur merupakan pekerjaan rumah
pemerintah yang harus diselesaikan sesegera mungkin dalam menghadapi
2 Prabowo, “Pesan Boediono untuk Pasar Bebas 2015”,
http://economy.okezone.com/read/2015/03/23/20/1122903/pesan-boediono-untuk-pasar-bebas-
2015, diakses 23 Maret 2015 3 ASEAN Free Trade Area (AFTA) merupakan wujud dari kesepakatan negara-negara asean
untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing
ekonomi kawasan regional asean dengan menjadikan asean sebagai basis produksi dunia, serta
menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya. 4 Muhammad Ilham, “5 Tips Pengusaha Mengahadapi AFTA”,
http://zahiraaccounting.com/id/blog/5-tips-pengusaha-menghadapi-afta/, diakses 23 Maret 2015
3
MEA 2015. Infrastruktur yang memadai dapat memperlancar sirkulasi produk
serta memiliki pengaruh besar terhadap daya saing produk dalam negeri.
4. Mental yang tangguh, mental yang seharusnya dimiliki oleh pengusaha
adalah mental mencari peluang, mau terus belajar, berpikir kreatif untuk
mencari ide-ide positif yang dapat dikembangkan, serta tidak putus asa dalam
menghadapi persaingan di era global.
5. Mengedukasi untuk mencintai produk dalam negeri, masyarakat perlu
diedukasi agar lebih bangga menggunakan produk dalam negeri dibanding
dengan produk impor. Jika masyarakat lebih bangga menggunakan produk
dalam negeri, maka industri lokal akan terus bertahan. Tentu saja pengusaha
harus senantiasa meningkatkan mutu dan kualitas produk dalam negeri agar
tetap dicintai warga Indonesia serta mampu bersaing di era masyarakat
ekonomi ASEAN.
Pemerintah juga memiliki tugas untuk memfasilitasi para pengusaha lokal
agar dapat bersaing di negeri sendiri maupun di negara-negara lain saat AFTA
diberlakukan. Arah pembangunan nasional hendaknya difokuskan pada industri
pertanian dan manufaktur. Pemerintah juga harus melindungi sektor-sektor
tertentu yang berkaitan langsung dengan ketahanan ekonomi nasional saat
perjanjian perdagangan bebas AFTA diberlakukan.
Dalam dunia usaha, peningkatan kegiatan usaha sering menghadapi
masalah pelik. Salah satu masalah utama yang dihadapi oleh pemilik usaha ialah
menyediakan modal kerja yang diperlukan untuk kegiatan-kegiatan perusahaan.
Modal kerja adalah dana yang dipergunakan untuk biaya operasional perusahaan
yang berupa kas, surat berharga yang mudah diuangkan, piutang dagang dan
persediaan.5 Solusi dari kurangnya modal kerja pada perusahaan dapat diatasi
dengan jalan mengajukan pembiayaan ke lembaga keuangan, seperti bank
syari’ah. Berbeda dari mekanisme operasional bank konvensional yang
menerapkan mekanisme jasa pengembalian tetap (fixed return) dalam bentuk
5 Lani muklim, “pengaruh pengubahan modal kerja terhadap peningkatan likuiditas”,
https://lannymuklim.wordpress.com/modal-kerja-terhadap-peningkatan-likuiditas/, diakses 23
maret 2015
4
bunga (interest/usury), perbankan syari’ah menggunakan prinsip bagi hasil yang
bepegang teguh pada prinsip transaksi yang beretika dengan menjunjung keadilan,
keseimbangan, pemerataan dan kejujuran.6 Pemberian pinjaman oleh bank
konvensional kepada pihak kedua (debitor) disyaratkan adanya balas jasa tetap
berdasarkan jumlah pinjaman dan disandarkan atas waktu atau tempo perjanjian
hutang piutang tersebut. Hal ini menimbulkan interpretasi hukum oleh kalangan
ulama’ muslim, karena konsep dan praktik tersebut dianggap riba dan diharamkan
oleh syariat agama Islam. Riba dilarang dalam agama Islam karena tidak sesuai
dengan prinsip keadilan dan keseimbangan, karena terdapat pihak yang
menanggung beban berat akibat bunga (interest) yang diberlakukan, sedangakan
pihak lain mengalami penambahan keuntungan yang signifikan. Berdasarkan
keadaan tersebut, nasabah akan lebih diuntungkan jika mengajukan pinjaman di
bank syariah yang menggunakan sistem bagi hasil, dibandingkan dengan bank
konvensional yang memberlakukan balas jasa tetap.
Seperti halnya yang kita ketahui, setiap nasabah yang hendak mengajukan
pinjaman akan dikenai beberapa persyaratan. Seperti batas minimum dan
maksimum usia nasabah, jarak tempuh antar tempat usaha dengan bank syariah,
kesediaan membuka rekening di bank syariah, identitas usaha atau industri
nasabah serta ketentuan agunan. Selain persyaratan-persyaratan tersebut, petugas
analyst juga harus melakukan kajian kelayakan pembiayaan. Jika nasabah tidak
memenuhi standar kelayakan pembiayaan, maka pengajuan pinjaman akan
ditolak. Oleh karena itu, informasi mengenai prinsip kelayakan pembiayaan patut
diangkat dan dikaji secara komprehensif dalam tugas akhir peneliti yang berjudul
“PENERAPAN PRINSIP KELAYAKAN PEMBIAYAAN MICRO AND
SMALL DI BANK MEGA SYARIAH CABANG SEMARANG”.
6 Undang-undang no.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah bab I
5
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana penerapan prinsip kelayakan pembiayaan micro and small di
Bank Mega Syari’ah Cabang Semarang?
2. Bagaimana kesesuaian prinsip kelayakan pembiayaan micro and small di
Bank Mega Syari’ah Cabang Semarang dengan peraturan Bank Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Mengkaji penerapan prinsip kelayakan pembiayaan micro and small di Bank
Mega Syari’ah Cabang Semarang.
2. Mengetahui kesesuaian penerapan prinsip kelayakan pembiayaan micro and
small di Bank Mega Syari’ah Cabang Semarang dengan peraturan Bank
Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perguruan Tinggi
Ikut serta dalam mengimplimentasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2. Bagi Program Studi
Menjadi bahan rujukan dan informasi penelitian tugas akhir bagi peneliti
selanjutnya.
3. Bagi Bank Mega Syariah Cabang Semarang
Dapat menjadi bahan rujukan atau pertimbangan mengenai prinsip kelayakan
pembiayaan Micro and Small.
4. Bagi Penulis
Memberikan pemahaman teknis tentang penerapan prinsip kelayakan
pembiayaan Micro and Small di bank syari’ah secara umum, dan Bank Mega
Syari’ah Cabang Semarang secara khusus.
6
E. Tinjauan Pustaka
Nasabah yang akan mengajukan pembiayaan di lembaga keuangan bank
syari’ah, harus memenuhi seluruh standar kelayakan pembiayaan. Hal tersebut
juga diterapkan di BPR Syari’ah As’ad Alif Sukorejo, dalam penelitian Danang
Sudarmadi (2007) yang berjudul “Mekanisme dan Operasionalisasi Pembiayaan
Murobahah pada UKM Mikro di BPR Syari’ah As’ad Alif Sukorejo” standar
kelayakan pembiayaan digunakan untuk menganalisis kemampuan membayar
nasabah pembiayaan murobahah7. Sedangkan Siti Bisrokhatul Jamilah (2007)
dalam penelitiannya yang berjudul “Mekanisme Pembiayaan Musyarakah di
BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi” menerapkan prinsip kelayakan
pembiayaan agar memperoleh keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan
bermanfaat dan maslahat bagi kedua belah pihak.8
Sementara itu, penelitian Rini Hariyati yang berjudul “Implementasi
Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah di BMT Fastabiq Pati” memaparkan
bahwa prinsip 5C (Character, Capital, Capacity, Condition, Collateral) digunakan
untuk mengantisipasi risiko-risiko pembiayaan Murabahah di BMT Fastabiq Pati.
Dalam tahapan ini, strategi yang digunakan oleh BMT Fastabiq Pati adaah dengan
melakukan analisis terhadap jaminan yang digunakan anggota pada saat
melakukan pembiayaan, karena jaminan yang digunakan menentukan pemberian
jumlah pembiayaan yang akan diberikan oleh pihak BMT Fastabiq Pati.9
Ning Kiswati dalam penelitiannya yang berjudul “Mekanisme Pembiayaan
Pemilikan Tanah dengan Akad Murobahah di BPRS Ben Salamah Abadi
Purwodadi” menyatakan bahwa prinsip 5C digunakan sebagai salah satu landasan
dalam melakukan cross check terhadap kelayaka calon debitur sehingga diperoleh
informasi yang memadai untuk memutuskan layak tidaknya calon debitur
menerima pembiayaan murobahah. Selain melakukan cross check sesuai prinsip
5C, pihak BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi juga melakukan evaluasi guna
7 Danang Sudarmadi, Mekanisme dan Operasionalisasi Pembiayaan Murabahah pada
UKM Mikro di BPRS As’ad Alif Sukorejo, Semarang: Fakultas Syariah IAIN Walisongo, h. 35 8 Siti Bisrokhatul Jamilah, Mekanisme Pembiayaan Musyarakah di BPRS Ben Salamah
Abadi Purwodadi, Semarang: Fakultas Syariah Iain Walisongo, h. 36 9 Rini Haryati, Implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah di BMT Fastabiq
Pati, Semarang: Fakultas Syariah Dan Bisnis Islam IAIN Walisongo, h. 83
7
meneliti kelayakan calon debitur melalui wawancara dan pendekatan kunjungan
(credit investigation).10
Adapun Waginem dalam penelitiannya yang berjdul “Analisis Pembiayaan
Akad Murobahah sebagai Produk Unggulan di BPRS Artha Amanah Ummat
Ungaran” menjelaskan bahwa prinsip 5C dijadikan sebagai prinsip penilaian
pembiayaan serta menjadi dasar bagi pihak BPRS Artha Amanah Ummat untuk
memutuskan apakah pembiayaan yang akan diajukan tersebut layak direalisasikan
atau tidak.11
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun lembaga
keuangan yang memberikan pembiayaan serta jenis pembiayaan yang dilakukan
berbeda, namun semua lembaga keuangan syariah tersebut menggunakan standar
kelayakan pembiayaan yang sama guna memvalidasi pengajuan pembiayaan
nasabahnya.
F. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan penjabaran singkat mengenai teori yang
digunakan sebagai landasan dalam tugas akhir ini. Dalam penelitian ini, teori yang
dijadikan acuan adalah Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Dalam Bab I Pasal 1 Ayat 25, pembiayaan adalah
penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah,
2. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiyah bittamlik,
3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’,
4. Transaksi pinjam meminjam dalam nbentuk piutang qardh, dan
5. Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa,
10
Ning Kiswati, Mekanisme Pembiayaan Pemilikan Tanah dengan Akad Murobahah di
BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi, Semarang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN
Walisongo, h.25. 11
Waginem, Analisis Pembiayaan Akad Murobahah sebagai Produk Unggulan di BPRS
Artha Amanah Ummat Ungaran, Semarang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Walisongo,
h. 50.
8
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan atau
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas
dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
Adapun landasan teori mengenai prinsip kelayakan pembiayaan mengacu
pada Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah Bab IV bagian kedua mengenai kelayakan penyaluran dana. Dalam Pasal
23 ayat 2, untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Bank Syariah dan atau UUS wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon Nasabah
Penerima Fasilitas.
Berdasarkan undang-undang tersebut, sebelum pihak Bank Syariah
memberikan pembiayaan kepada nasabah, pihak Bank Syariah diwajibkan
melakukan penilaian terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek
usaha dari nasabah. Kelima aspek tersebut lebih dikenal dengan istilah Character,
Capacity, Capital, Collateral, dan Condition (5C). Mengacu pada penjelasan
tersebut, penilaian menggunakan prinsip kelayakan pembiayaan 5C merupakan
suatu keharusan bagi Bank Syariah karena merupakan perintah undang-undang
(legal mandatory) yang wajib ditaati.
G. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif yaitu
prosedur penelitian yang mengahasilkan data deskriptif berupa kata tertulis/ lisan
dari orang-orang dan perilaku yang diamati.12
12
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2009, h. 4.
9
2. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber utama baik dari
individu maupun kelompok, seperti hasil wawancara atau pengisian kuisioner.13
Dengan data ini peneliti mendapatkan gambaran umum.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain.14
Dengan data
tersebut peneliti mendapatkan data lampiran yang mendukung.
3. Metode Pengumpulan Data
Agar data yang dikumpulkan akurat, komperenhensif dan relevan, peneliti
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut.
a. Observasi
Metode pengumpulan data dengan cara mengamati langsung terhadap
objek tertentu di lapangan yang menjadi focus penelitian dan mengetahui sistem
kerja tentang penerapan prinsip kelayakan pembiayaan micro and small di Bank
Mega Syari’ah Cabang Semarang.
b. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal
atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat, agenda, dan sebagainya.15
Dengan metode ini peneliti mendapatkan data
mengenai penerapan prinsip kelayakan pembiayaan micro and small di Bank
Mega Syari’ah Cabang Semarang.
c. Wawancara
Metode wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
13
Husein Umar, Research Methodes in Finance and Banking, Jakarta: PT Grafindo Pustaka
Utama, 2002, h. 82. 14
Ibid, h. 46 15
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta, 1993, h. 202.
10
pertanyaan itu.16
Wawancara tersebut dilakukan dengan cara tanya jawab kepada
kepala cabang dan analyst pembiayaan Bank Mega Syari’ah Cabang Semarang.
Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan mengenai permasalahan
yang diangkat.
4. Analisis Data
Dari data-data yang terkumpul, peneliti berusaha menganalisis data
tersebut. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis
deskriptif yaitu data-data yang diperoleh kemudian dituangkan dalam bentuk kata-
kata maupun gambar, kemudian dideskripsikan sehingga dapat memberikan
kejelasan yang realistis. Metode ini bertujuan menjawab pertanyaan yang
menyangkut sesuatu pada saat berlangsungnya proses penelitian.17
H. Sistematika Penulisan
Untuk member kemudahan dalam memahami tugas akhir, maka penulis
menguraikan susunan penulisan secara sistematis, adalah sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti berupaya menguraikan Latar Belakang, Rumusan
Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Tinjauan Pustaka, Kerangka
Teori, Metodelogi Penelitian, dan Sistematika Penulisan tugas akhir yang
mengangkat judul “PENERAPAN PRINSIP KELAYAKAN PEMBIAYAAN
MICRO AND SMALL DI BANK MEGA SYARIAH CABANG
SEMARANG”.
BAB II: PEMBAHASAN UMUM TENTANG TOPIK ATAU POKOK
BAHASAN
Pada bab kedua ini, peneliti memberikan pembahasan umum mengenai
definisi pembiayaan, dasar hukum pembiayaan, klasifikasi pembiayaan, serta
penjelasan tentang prinsip kelayakan pembiayaan di bank syari’ah.
16
Lexy J. Moleong, Op Cit, h. 186 17
Ibid, h.47
11
BAB III: GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Dalam bab ini peneliti memberikan penjelasan tentang gambaran umum
Bank Mega Syariah Cabang Semarang, hal tersebut terdiri atas: Sejarah, Visi,
Misi, dan Nilai-nilai, Wilayah Kerja, Struktur Organisasi, Produk-Produk, serta
pembiayaan micro and small di Bank Mega Syariah Cabang Semarang.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab hasil penelitian dan pembahasan ini, peneliti menganalisis objek
penelitian dengan menggunakan metodelogi penulisan dan sumber referensi yang
relevan dan kredibel. sehingga tugas akhir ini diharapkan mampu memberikan
hasil penulisan yang maksimal dan ilmiah.
BAB V: PENUTUP
Bab terakhir merupakan Simpulan hasil penelitian, Saran atau
Rekomendasi, dan Penutup yang sifatnya ilmiah dan sistematis. Diharapkan saran
tersebut memberikan hasil dan manfaat yang positif bagi semua pihak.
12
BAB II
PEMBAHASAN UMUM TENTANG PRINSIP KELAYAKAN
PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH
A. Pembiayaan di Bank Syariah
Pada bagian ini dipaparkan mengenai pengertian pembiayaan, dasar hukum
pembiayaan, dan klasifikasi pembiayaan di Bank Syariah.
1. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit,
pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh
lembaga pembiayaan, seperti Bank Syariah kepada nasabah.1
Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Nomor
91 Tahun 2004 (Kepmen No 91/kep/IV/KUKM/DV2004), pembiayaan adalah
kegiataan penyediaan dana untuk investasi atau kerja sama permodalan antara
koperasi dengan anggota, calon anggota koperasi lain, dan atau anggotanya, yang
mewajibkan penerima pembiayaan itu untuk melunasi poko pembiayaan yang
diterima kepada pihak koperasi sesuai akad disertai dengan pembayaran sejumlah
bagi hasil dari pendapatan atau laba dari kegiatan yang dibiayai atau penggunaan
dana pembiayaan tersebut.2
Sementara itu, menurut Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:
a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah,
b. transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiyah bittamlik,
c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’,
1 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN, h. 260
2 Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
35.2/Per/M.KUKM/X/2007, Jakarta: 2011, h.4.
13
d. transaksi pinjam meminjam dalam nbentuk piutang qardh, dan
e. transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan atau UUS
dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas dana
untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.3
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan, pembiayaan
adalah pendanaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan (misalnya Bank
Syariah) kepada nasabah, yang mewajibkan pelunasan pembiayaan dalam jangka
waktu tertentu, sesuai perjanjian disertai dengan pembayaran bagi hasil.
2. Dasar Hukum Pembiayaan
Ketentuan hukum syariah dalam kegiatan ekonomi terkait erat dengan adanya
larangan riba dan melakukan transaksi dengan cara yang bathil, di dalam Al-
Quran dan Al-Hadits, berikut merupakan surat Al-Quran yang menjelaskan
larangan riba dan larangan melakukan transaksi dengan cara yang bathil.
Surah Al-Baqarah ayat 275
3 Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Bab
I Pasal 1 Ayat 25
14
“Orang-orang yang memakan (mengambil) riba (bunga) tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kesurupan setan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu dikarenakan mereka
berkata (berpendapat): “sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba”. Padahal
Allah telah mnghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang ang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya lalu berhenti (tidak mengambil
riba), maka baginyalah apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang
larangan dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali
(mengambil riba) maka ia adalah penghuni neraka; ia kekal di dalamnya.”
Surah Al-Baqarah ayat 188
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang
lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.”
Beberapa hadits nabi juga mengemukakan mengenai larangan riba. Berikut
adalah hadits yang dijadikan dasar para ulama untuk menrangkan riba.
Diriwayatkan oleh Umar bin Al Kattab: Rasulullah SAW pernah bersabda, “Emas
dilunasi dengan emas itu riba, kecuali bila seimbang, gandum dengan gandum
juga riba, kecuali bila seimbang pula.” Dari Jabir r.a., Rasulullah SAW bersabda,
“Terkutuklah orang orang-orang yang menerima dan membayar riba (bunga),
orang yang menulisnya, dan dua orang saksi yang menyaksikan transaksi itu.”
Beliau lalu bersabda, “Mereka semua sama(dalam berbuat dosa).” (Muslim, kitab
Al-Musaqat, Bab La’ni Akili ar-Riba wa Mu’kilihi: juga diriwayatkan oleh
Tirmidzi dan Musnad Ahmad).
15
3. Klasifikasi Pembiayaan
Mengacu pada Undang-Undang Bank Indonesia No. 21 Tahun 2008 Pasal 1
Ayat 25, klasifikasi pembiayaan berupa Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan
Musyarakah, Pembiayaan Ijarah, Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik,
Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Salam, Pembiayaan Istishna’, dan
Pembiayaan atas dasar Qardh(pinjam meminjam).
Pembiayaan Mudharabah adalah penanaman dana (shahibul maal) kepada
pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan
pembagian menggunakan metode bagi untung (profit sharing) atau metode bagi
pendapatan (net revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah
yang telah disepakati.4
Pembiayaan Musyarakah, yaitu merupakan perkongsian antara dua orang atau
lebih dengan membagi keuntungan dan kerugian berdasarkan perjanjian yang
telah disepakati oleh para pihak sehingga dalam pembiayaan musyarakah yang
diberikan bank dengan cara membiayai sebagian dari modal perusahaan dan bank
dapat ikut serta dalam manajemen perusahaan tersebut, maka perlu adanya
perjanjian untuk memberikan kepastian.5
Pembiayaan Ijarah atau sewa murni adalah sewa-menyewa barang antara
pemberi sewa (muaajir) dengan penyewa (mustajir), setelah masa sewa berakhir
barang sewaan dikembalikan kepada muaajir.6
Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik merupakan pembiayaan yang
menggabungkan antara sewa-menyewa (ijarah) dan jual beli atau hibah diakhir
masa sewa. Dalam Ijarah Muntahiya Bittamlik pemindahan hak milik barang
terjadi dengan salah satu dari dua cara berikut ini.
a. Pihak yang menyewakan berjanji akan menjual barang yang disewakan
tersebut pada akhir masa sewa.
4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 Tanggal 5 Oktober 2006 tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah,
Pasal 1 Ayat (5). 5 Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad, Transaksi Bank Syariah, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2013,h.19. 6 Trisadini Prasastinah Usanti, Tinjauan Yuridis Pembiayaan Ijarah oleh Bank Syariah,
Amrta, Vol.1, No. 2, September 1999, h. 139.
16
b. Pihak yang menyewakan berjanji akan menghibahkan barang yang
disewakan tersebut pada akhir masa sewa.7
Pembiayaan Murabahah adalah jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk
transaksi jual beli dengan cicilan. Pada perjanjian murabahah atau mark up, bank
membiayai pembelian barang atau aset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan
membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada
nasabah tersebut dengan menambahkan suatu mark up atau keuntungan.8
Pembiayaan Salam atau Pembiayaan Bai’salam adalah jasa pembiayaan yang
berkaitan dengan jual beli barang dengan pembayaran dilakukan di muka sebelum
barang diserahkan kepada pembeli, jual beli bukan dilakukan berdasarkan fee,
melainkan berdasarkan keuntungan (margin).9
Pembiayaan Istishna’ adalah pembiayaan berupa talangan dana yang
dibutuhkan nasabah untuk membeli suatau barang atau jasa dengan pembayaran di
muka, dicicil, atau tangguh bayar. Perbedaan dengan murabahah dan bai’salam,
pembiayaan istishna’ untuk pembelian barang dengan spesifikasi khusus dan
harus dipesan terlebih dahulu.10
Pembiayaan atas dasar Qardh (pinjam meminjam), pinjam-meminjam adalah
memberikan sesuatu yang halal kepada orang lain untuk diambil manfaatnya
dengan tidak merusak zatnya, dan akan mengembalikan barang yang dipinjamnya
tadi dalam keadaan utuh.11
B. Prinsip Kelayakan Pembiayaan di Bank Syariah
Pengertian prinsip kelayakan pembiayaan pada penelitian ini didasarkan pada
Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah Pasal 23 ayat 2 yang mewajibkan Bank Syariah melakukan penilaian
terhadap watak(Character), kemampuan(Capacity), modal(Capital),
7 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2007, h. 116 8 Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti,1999, h. 135 9 Ibid. h. 68.
10 Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad,Op.cit., h. 31.
11 Adiwarman Karim, Op.cit., h. 123
17
agunan(Collateral), dan prospek usaha (Condtion) dari calon Nasabah Penerima
Fasilitas atau lebih dikenal dengan prinsip 5C.
Dalam hukum islam prinsip kelayakan pembiayaan tersebut juga dikuatkan
dengan berbagai dalil Al-Qur’an dan Al-Hadits, dalil-dalil tersebut adalah sebagai
berikut.
1. Penilaian terhadap watak atau character dapat didasarkan pada dalil
Al- Qur’an surah Al-Anfal ayat 27.
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan
Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-
amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu Mengetahui.”
2. Penilaian terhadap modal atau capital dapat didasarkan pada dalil
Al- Qur’an surah An-Nisa ayat 29.
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”
18
3. Penilaian terhadap jaminan atau collateral dapat didasarkan pada
Al- Qur’an surah Al-Baqarah 283.
Artinya :
“Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)
sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada
barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi
jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah
yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia
bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)
menyembunyikan persaksian. dan barangsiapa yang
menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa
hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
4. Penilaian terhadap prospek usaha atau condition dapat didasarkan pada
Al- Qur’an surah As-Shaad ayat 24.
19
Artinya :
“Daud berkata: "Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim kepadamu
dengan meminta kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya.
dan Sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu
sebahagian mereka berbuat zalim kepada sebahagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh; dan amat
sedikitlah mereka ini". dan Daud mengetahui bahwa kami mengujinya;
Maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan
bertaubat.”
5. Penilaian terhadap kemampuan atau capacity dapat didasarkan pada
Al- Qur’an surah An-Nisa ayat 5.
Artinya :
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum
Sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan
Pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata
yang baik.”
Teori lain yang membahas mengenai prinsip kelayakan pembiayaan
tercantum dalam beberapa sumber berikut ini. Trisadini Prasastinah Usanti dan Abd.
Shomad dalam buku “Transaksi Bank Syariah” mengemukakan bahwa kelayakan
pembiayaan merupakan hal terpenting dalam pengambilan keputusan pembiayaan
karena sangat menentukan kualitas pembiayaan dan kelancaraan pembayaran.
Sebelum memberikan pembiayaan kepada nasabah, Bank Syariah melakukan
20
upaya pencegahan dengan melakukan analisis 5C. Berikut adalah penjelasan
mengenai kelima prinsip tersebut.12
1) Character, penilaian karakter nasabah adalah untuk mengetahui iktikad baik
nasabah dalam memenuhi kewajibannya (willingness to pay) dan untuk
mengetahui moral, watak, maupun sifat-sifat pribadi yang positif dan
kooperatif. Gambaran tentang karakter calon nasabah dapat diperoleh dengan
upaya antara lain: meneliti riwayat hidup calon nasabah, verifikasi data
dengan melakukan wawancara, meneliti reputasi calon nasabah tersebut di
lingkungan usahanya, Bank Indonesia checking dan meminta informasi
antarbank, Trade checking kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon
nasabah berada, dan mencari informasi tentang gaya hidup dan hobi calon
nasabah.
2) Capacity, yaitu kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha guna
memperoleh laba yang diharapkan sehingga dapat mengembalikan
pembiayaan yang diterima. Pengukuran capacity dilakukan melalui berbagai
pendekatan. Berikut merupakan beberapa pendekatan yang digunakan dalam
pengukuran capacity nasabah.
a) Pendekatan historis, yakni menilai past performance apakah menunjukkan
perkembangan dari waktu ke waktu (minimal 2 tahun terakhir).
b) Pendekatan profesi, yakni menilai latar belakang pendidikan direksi
perusahaan nasabah.
c) Pendekatan yuridis, yakni secara yuridis apakah calon nasabah mempunyai
kapasitas untuk mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk
mengadakan perjanjian pembiayaan dengan bank.
d) Pendekatan manajerial, yakni menilai kemampuan dan keterampilan
nasabah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin
perusahaan.
e) Pendekatan teknis, yakni menilai kemampuan nasabah mengelola faktor-
faktor produksi, seperti: tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan,
12 Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad,Op.cit., h.67.
21
administrasi keuangan, industry relation, hingga kemampuan merebut
pasar.
3) Capital, adalah menilai jumlah modal sendiri yang diinvestasikan oleh
nasabah dalam usahanya termasuk kemampuan untuk menambah modal
apabila diperlukan sejalan dengan perkembangan usahanya.
4) Condition, yaitu kondisi usaha nasabah yang dipengaruhi oleh situasi sosial
dan ekonomi, seperti: peraturan pemerintah, situasi politik dan perekonomian
dunia, kondisi ekonomi yang mempengaruhi pemasaran, produk dan
keuangan.
5) Collateral, yaitu aset atau benda yang diserahkan nasabah sebagai agunan
atau jaminan terhadap pmbiayaan yang diterimanya. Penilaian terhadap
jaminan, meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya.
Penilaian terhadap collateral dapat ditinjau dari dua segi, yakni:
a) Segi ekonomi, yakni nilai ekonomis dari benda yang akan diagunkan.
b) Segi yuridis, adalah menilai apakah agunan tersebut memenuhi syarat-
syarat yuridis untuk dipakai sebagai agunan.
Adapun Malayu Hasibuan (2006) menjelaskan bahwa penilaian pembiayaan
harus mematuhi prinsip 5C (Character, Capacity, Capital, Condition, dan
Collateral). Berikut merupakan pemaparan terhadap prinsip-prinsip tersebut.13
1) Character, merupakan penilaian terhadap sifat atau watak calon nasabah.
Tujuannya adalah untuk memberikan kepercayaan kepada bank bahwa sifat
atau watak dari calon nasabah dimaksud dapat dipercaya. Karakter
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku seseorang.
2) Capacity, kemampuan calon nasabah dalam membayar kewajibannya
dihubungkan dengan kemampuan nasabah dalam mengelola bisnisnya untuk
memperoleh laba atau menghasilkan out put produk.
3) Capital, adalah besarnya modal yang diperlukan oleh nasabah atas rencana
yang akan dibiayai bank. Pihak bank perlu mengetahui besar modal yang
dibutuhkan agar penyaluran pembiayaan sesuai dengan modal yang
13
Malayu Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006, h. 106.
22
diinginkan oleh nasabah sehingga tidak ada kesalahan dalam pemberian
pembiayaan.
4) Condition, merupakan penilaian kondisi ekonomi sekarang dan prediksi masa
datang sesuai sektor atau sub sektor usaha masing-masing.
5) Collateral, jaminan yang diberikan calon nasabah pada bank sebagai
perwujudan dari iktikad baik nasabah untuk mempertanggungjawabkan dana
yang diterimanya. Nilai jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan
yang akan diberikan, juga harus diteliti keabsahannya, penguasaan
dokumennya dan hal lainnya harus diteliti secara cermat.
BAB III
GAMBARAN UMUM BANK MEGA SYARIAH CABANG SEMARANG
A. Sejarah Bank Mega Syariah1
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank umum yang didirikan
pada 14 Juli 1990 tersebut diakuisisi CT Corpora (d/h Para Group) melalui Mega
Corpora (d/h PT Para Global Investindo) dan PT Para Rekan Investama pada 2001.
Sejak awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank umum
konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan tersebut terlaksana ketika
Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu dikonversi menjadi PT Bank Syariah Mega
Indonesia (BSMI) pada 27 Juli 2004. Pengonversian tersebut dicatat dalam sejarah
perbankan Indonesia sebagai upaya pertama pengonversian bank umum konvensional
menjadi bank umum syariah.
Pada 25 Agustus 2004, BSMI resmi beroperasi. Hampir tiga tahun kemudian,
pada 7 November 2007, pemegang saham memutuskan perubahan bentuk logo BSMI
ke bentuk logo bank umum konvensional yang menjadi sister company-nya, yakni PT
Bank Mega, Tbk., tetapi berbeda warna. Sejak 2 November 2010 sampai dengan
sekarang, bank ini berganti nama menjadi PT Bank Mega Syariah.
Untuk mewujudkan visi “Bank Syariah Kebanggaan Bangsa”, CT Corpora
sebagai pemegang saham mayoritas memiliki komitmen dan tanggung jawab penuh
untuk menjadikan Bank Mega Syariah sebagai Bank Umum Syariah terbaik di
industri perbankan syariah nasional. Komitmen tersebut dibuktikan dengan terus
memperkuat modal bank. Dengan demikian, Bank Mega Syariah akan mampu
memberikan pelayanan terbaik dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan
kompetitif di industri perbankan nasional. Misalnya, pada 2010, sejalan dengan
perkembangan bisnis, melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), pemegang
1 Sekilas Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
24
23
26
saham meningkatkan modal dasar dari Rp400 miliar menjadi Rp 1,2 triliun dan
modal disetor bertambah dari Rp 150,060 miliar menjadi Rp 318,864 miliar. Saat ini,
modal disetor telah mencapai Rp 769,814 miliar.
Di sisi lain, pemegang saham bersama seluruh jajaran manajemen Bank Mega
Syariah senantiasa bekerja keras, memegang teguh prinsip kehati-hatian, serta
menjunjung tinggi asas keterbukaan dan profesionalisme dalam melakukan kegiatan
usahanya. Beragam produk juga terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat serta didukung infrastruktur layanan perbankan yang semakin lengkap
dan luas, termasuk dukungan 393 jaringan di seluruh Indonesia.
Untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sekaligus mengukuhkan
semboyan “Untuk Kita Semua”, pada 2008, Bank Mega Syariah mulai memasuki
pasar perbankan mikro dan gadai. Strategi tersebut ditempuh karena ingin berperan
lebih besar dalam peningkatan perekonomian umat yang mayoritas memang berbisnis
di sektor usaha mikro dan kecil.
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi Bank Devisa.
Dengan status tersebut, bank ini dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat dalam
perdagangan internasional. Artinya, status itu juga telah memperluas jangkauan bisnis
bank ini, sehingga tidak hanya menjangkau ranah domestik, tetapi juga ranah
internasional. Strategi perluasan pasar dan status bank devisa itu akhirnya semakin
memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah satu bank umum syariah
terbaik di Indonesia.
Selain itu, pada 8 April 2009, Bank Mega Syariah memperoleh izin dari
Departemen Agama Republik Indonesia (Depag RI) sebagai bank penerima setoran
biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH). Dengan demikian, bank ini menjadi
bank umum kedelapan sebagai BPS BPIH yang tersambung secara online dengan
Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Depag RI. Izin itu tentu menjadi
landasan baru bagi Bank Mega Syariah untuk semakin melengkapi kebutuhan
perbankan syariah umat Indonesia.
25
23
26
B. Visi, Misi, dan Nilai-Nilai
Berikut akan dipaparkan visi, misi dan nilai-nilai Bank Mega Syariah.2
Visi
Bank syariah yang tumbuh dan sejahtera bersama bangsa.
Misi
1. Bertekad mengembangkan perekonomian syariah melalui sinergi dengan
semua pemangku kepentingan.
2. Menebarkan nilai-nilai kebaikan yang islami dan manfaat bersama sebagai
wujud komitmen dalam berkarya dan beramal.
3. Senantiasa meningkatkan kecakapan diri dan berinovasi mengembangkan
produk serta layanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Nilai-Nilai
Integrity, Synergy, Excellence.
C. Wilayah Kerja3
Wilayah kerja area Semarang adalah Kantor Cabang Semarang, Kantor Cabang
Pembantu Ungaran, Kantor Cabang Pembantu Kendal, Kantor Cabang Pembantu
Ambarawa, dan Kantor Cabang Pembantu Rembang.
2 Wawancara dengan Marketing Funding BMS, Ibu Arifatul Khulwa. pada tanggal 27 April 2015 di
BMS
3 Wawancara dengan customer service BMS, Bapak Eri Edo Kisworo. pada tanggal 27 April 2015 di
BMS
23
26
D. Struktur Organisasi4
4 Wawancara dengan Customer Service BMS,Bapak Eri Edo Kisworo. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
Branch Manager
Sub Branch Manager
Operation Manager Business Manager
Operation Supervisor
Teller
CS
BO Staff
Security
Account Officer
Business Supervisor
Funding Officer
OB
E. Produk Bank Mega Syariah
Dalam menjalankan usahanya, Bank Mega Syariah mempunyai beberapa
produk yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, baik berupa
produk funding dan financing. Berikut merupakan produk-produk funding Bank
Mega Syariah.
1. Tabungan Utama5
Simpanan wadiah yang memungkinkan investasi sesuai syariah sekaligus
memperoleh kemudahan mengelola dana selayaknya tabungan. Keunggulan produk
ini adalah sebagai berikut ini.
a. Investasi sesuai prinsip syariah,
b. bonus menarik,
c. fasilitas debit card,
d. online real time di seluruh cabang,
e. biaya administrasi ringan,
f. dapat digunakan dilebih dari 12.000 jaringan ATM Prima (BCA) dan lebih dari
16.000 jaringan ATM Bersama.
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. setoran awal Rp 100.000,-
b. saldo minimal Rp 50.000,-
c. biaya admnistrasi Rp 3.500,- untuk saldo rata-rata di bawah Rp 5.000.000,-
d. free biaya administrasi jika saldo rata-rata di atas Rp 5.000.000,-
e. biaya penutupan rekening Rp 50.000,-
Syarat pembukaan rekening Tabungan Utama di Bank Mega Syariah adalah
bukti identitas (KTP) dan mengisi form akad wadiah.
5 Wawancara dengan Marketing Funding BMS, Ibu Arifatul Khulwa. pada tanggal 27 April 2015 di
BMS
28
23
26
2. Tabungan Mitra6
Produk simpanan likuid jangka pendek sampai menengah dengan mekanisme
titipan yang dapat membantu nasabah melakukan transaksi pembayaran pembiayaan
di Bank Mega Syariah. Akad yang digunakan ialah wadiah (pemberian bonus tidak
diperjanjikan di awal). Keunggulan produk ini adalah sebagai berikut ini.
a. Investasi sesuai prinsip syariah,
b. Biaya admnistrasi ringan,
c. Transaksi pembayaran pembiayaan.
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Setoran awal Rp 50.000,-
b. Saldo minimal Rp 50.000,-
c. Biaya administrasi Rp 5.000,-
d. Biaya penutupan rekening Rp 50.000,-
Syarat pembukaan rekening Tabungan Mitra di Bank Mega Syariah adalah
bukti identitas (KTP) dan mengisi form akad wadiah.
3. Tabungan Rencana7
Produk tabungan perencanaan yang memiliki fleksibilitas tinggi yang dapat
digunakan untuk merencanakan semua kegiatan sesuai keinginan nasabah. Akad yang
digunakan ialah mudharabah muttlaqah. Keunggulan produk ini adalah sebagai
berikut.
a. Fleksibel, saat awal pembukaan tabungan nasabah dapat menentukan pilihan
jenis setoran Rutin atau Nonrutin.
6 Tabungan Mitra Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
7 Tabungan Rencana Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April
2015
29
23
26
Rutin, pilihan ini menjadikan nasabah lebih disiplin dalam merealisasikan
perencanaan nasabah. Nasabah dapat melakukan setoran tambahan di luar
setoran bulanan untuk mendapatkan hasil yang lebih besar. Misalnya, nasabah
melakukan setoran awal sebesar Rp 200.000,- dengan jangka waktu 6 bulan,
maka selama pada bulan-bulan berikutnya nasabah harus membayar Rp
200.000,- tiap bulannya. Jika nasabah tabungan rencana mengajukan tabungan 6
bulan, namun sebelum waktu 6 bulan nasabah telah mengambil tabungan, maka
bagi hasil hanya diberikan sebagian. Misal, nasabah mengambil pada bulan
kelima tanggal kelima, maka hanya bagi hasil bulan kesatu sampai bulan
keempat saja yang diberikan.8
Nonrutin, pilihan ini memberikan nasabah kebebasan dalam melakukan setoran
dan menjadikan nasabah dapat mengatur cash flow keuangan nasabah.
b. Bebas biaya administrasi
c. Perlindungan asuransi dengan premi gratis. Saat awal pembukaan tabungan,
nasabah dapat memilih jenis setoran rutin(di-cover gratis maksimal uang
pertanggungan Rp 500.000.000,- uang duka 20x angsuran bulanan) atau
nonrutin(di-cover gratis maksimal uang pertanggungan 200% saldo rata-rata
mengendap.
d. Setoran rutin: Rp 100.000,- sampai dengan Rp 5.000.000,- per bulan.
e. Setoran nonrutin: Rp 300.000,- untuk setoran awal selanjutnya bebas.
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Jangka waktu perencanaan 6 bulan sampai dengan 216 bulan (18 tahun).
b. Gratis biaya administrasi.
c. Biaya administrasi jika breakable Rp 100.000,-.
8 Wawancara dengan Marketing Funding BMS,Ibu Arifatul Khulwa. pada tanggal 27 April 2015 di
BMS
30
23
26
Syarat pembukaan rekening Tabungan Rencana di Bank Mega Syariah adalah
bukti identitas (KTP) dan mengisi form akad mudharabah.
4. Tabungan Plus9
Produk tabungan yang memberikan nisbah setingkat deposito berjangka.
Akad yang digunakan dalam produk ini adalah akad mudharabah. Keunggulan
produk ini adalah sebagai berikut.
a. Gratis biaya administrasi
b. Dapat digunakan di lebih dari 12.000 jaringan ATM Prima (BCA) dan lebih dari
16.000 jaringan ATM Bersama
c. Banyak hadiah menarik
d. Nisbah (bagi hasil) yang kompetitif
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Setoran awal Rp 10.000.000,-
b. Saldo minimal Rp 10.000.000,-
c. Gratis biaya administrasi
d. Biaya penutupan rekening Rp 50.000,-
Syarat pembukaan rekening Tabungan Plus di Bank Mega Syariah adalah
bukti identitas (KTP) dan mengisi form akad mudharabah.
5. Tabungan Investasya10
Produk tabungan dengan akad mudharabah dengan jumlah setoran awal
tertentu yang telah disepakati di mana akan menerima nisbah berjenjang. Semakin
9 Wawancara dengan Marketing Funding BMS, Ibu Arifatul Khulwa. pada tanggal 27 April 2015 di
BMS
10 Tabungan Investasya Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April
2015
31
23
26
tinggi dana investasi, semakin tinggi bagi hasil yang diberikan. Akad yang digunakan
dalam produk ini adalah akad mudharabah. Keunggulan produk ini adalah sebagai
berikut.
a. Online real time
b. Gratis biaya administrasi
c. Dapat digunakan di lebih dari 12.000 jaringan ATM Prima (BCA) dan lebih dari
16.000 jaringan ATM Bersama
d. Bebas transfer ke bank lain melalui SKN, RTGS atau ATM (syarat dan ketentuan
berlaku).
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Setoran awal Rp 25.000.000,-
b. Saldo minimal Rp 1.000.000,-
c. Gratis biaya administrasi
d. Biaya penutupan rekening Rp 100.000,-
Syarat pembukaan rekening Tabungan Investasya di Bank Mega Syariah
adalah sebagai berikut ini.
a. bukti identitas (KTP)
b. NPWP
c. Akte pendirian perusahaan, dan
d. Perubahan terakhir SIUP/ TDP(untuk nasabah korporasi).
6. Tabungan Haji11
Produk tabungan yang ditujukan untuk nasabah yang akan menjalankan
ibadah haji. Tabungan haji Mega Syariah penuh kebaikan dan barokah serta memiliki
berbagai fasilitas. Akad yang digunakan pada produk ini adalah akad mudharabah.
Keunggulan produk ini adalah sebagai berikut.
11
Tabungan Haji Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
32
23
26
a. Bagi hasil yang kompetitif
b. Fasilitas SISKOHAT
c. Setoran fleksibel
d. Gratis biaya administrasi
e. Online real time di seluruh cabang
f. Fasilitas auto debit untuk setoran bulanan
g. Notifikasi melalui SMS
h. Souvenir menarik
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Nasabah tabungan perorangan
b. Setoran awal Rp 200.000,-
c. Gratis biaya administrasi
d. Biaya penutupan rekening Rp 100.000,-
Syarat pembukaan rekening Tabungan Haji di Bank Mega Syariah adalah
bukti identitas (KTP) dan mengisi form akad mudharabah. Alur pendaftaran haji ialah
mula-mula nasabah(calon jamaah haji) ke bank terlebih dahulu, setelah itu pihak bank
dalam hal ini Bank Mega Syariah akan menemani nasabah dan mendaftarkan ke
Kemenag. Selepas dari Kemenag, nasabah akan mendapatkan nomor porsi haji
sehingga nasabah dapat mengetahui kapan dapat menunaikan ibadah suci ke
Baitullah. Nasabah hanya dapat memperoleh porsi jika saldo yang dimiliki telah
mencapai angka Rp 25.000.000,- dengan demikian nasabah telah terdaftar di
SISKOHAT sebagai calon jamaah haji.12
12
Wawancara dengan Marketing Funding BMS, Ibu Arifatul Khulwa. pada tanggal 27 April 2015 di
BMS
33
23
26
7. Tabungan Utama Dolar13
Produk simpanan dalam bentuk valuta asing yang dapat digunakan setiap saat
dengan setoran dan penarikan yang dapat menggunakan media yang disediakan oleh
bank. Akad yang digunakan adalah akad wadiah(bonus tidak diperjanjikan di awal).
Keunggulan produk ini adalah sebagai berikut.
a. Investasi sesuai prinsip syariah
b. Bonus menarik
c. Online real time di seluruh cabang
d. Biaya administrasi ringan
e. Penyetoran bisa dalam rupiah atau dolar US
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Setoran awal $ 100,-
b. Saldo minimal $ 100,-
c. Biaya administrasi $ 0.50,- untuk saldo rata-rata di bawah $ 100,-
d. Biaya administrasi $ 0.25,- untuk saldo rata-rata di atas $ 100,-
e. Biaya penutupan rekening $ 5,-
Syarat pembukaan rekening Tabungan Dolar Utama di Bank Mega Syariah
adalah bukti identitas (KTP) dan mengisi form akad mudharabah.
8. Giro Utama14
Rekening koran wadiah yang kemungkinan anda mengelola dana dengan
nyaman sesuai kebutuhan. Akad yang digunakan ialah wadiah. Keunggulan produk
ini adalah sebagai berikut ini.
13
Tabungan Utama Dolar Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11
April 2015
14 Wawancara dengan Marketing Funding BMS, Ibu Arifatul Khulwa. pada tanggal 27 April 2015 di
BMS
34
23
26
a. Investasi sesuai prinsip syariah
b. Online real time di seluruh cabang
c. Bonus menarik
d. Biaya administrasi ringan
e. Laporan rekening secara berkala
f. Transaksi dengan cek atau BG
g. ATM (untuk nasabah perorangan)
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Setoran awal Rp 1.000.000,-
b. Saldo minimal Rp 500.000,-
c. Biaya penutupan rekening Rp 100.000,-
Syarat pembukaan rekening Giro Utama di Bank Mega Syariah adalah
sebagai berikut.
a. bukti identitas (KTP)
b. NPWP
c. Akte pendirian perusahaan, dan
d. Perubahan terakhir SIUP/ TDP(untuk nasabah korporasi).
9. Giro Dolar15
Produk simpanan dalam bentuk valuta asing yang dapat digunakan setiap saat
yang setoran dan penarikannya dapat menggunakan media yang disediakan bank.
Akad yang digunakan adalah akad wadiah. Keunggulan produk ini adalah sebagai
berikut.
a. Investasi sesuai prinsip syariah
b. Online real time di seluruh cabang
c. Bonus menarik
15
Giro Dolar Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
35
23
26
d. Biaya administrasi ringan
e. Laporan rekening secara berkala
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Setoran awal $ 500,-
b. Saldo minimal $ 500,-
c. Biaya penutupan rekening $ 10,-
Syarat pembukaan rekening Giro Dolar di Bank Mega Syariah adalah sebagai
berikut.
a. bukti identitas (KTP)
b. NPWP
c. Akte pendirian perusahaan, dan
d. Perubahan terakhir SIUP/ TDP(untuk nasabah korporasi).
10. Giro Optima16
Produk simpanan likuid jangka pendek sampai menengah dengan mekanisme
titipan yang dapat diambil sewaktu-waktu oleh nasabah dengan tiering bonus yang
optimal. Akad yang digunakan ialah wadiah. Keunggulan produk ini adalah sebagai
berikut ini.
a. Investasi sesuai prinsip syariah
b. Online real time di seluruh cabang
c. Bonus menarik dalam bentuk tiering sesuai saldo rata-rata
d. Biaya administrasi ringan
e. Laporan rekening secara berkala
f. Transaksi dengan cek atau BG
g. ATM (untuk nasabah perorangan)
16
Giro Optima Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
36
23
26
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Setoran awal Rp 1.000.000,-
b. Saldo minimal Rp 500.000,-
c. Biaya penutupan rekening Rp 100.000,-
Syarat pembukaan rekening Giro Optima di Bank Mega Syariah adalah
sebagai berikut.
a. bukti identitas (KTP)
b. NPWP
c. Akte pendirian perusahaan, dan
d. Perubahan terakhir SIUP/ TDP(untuk nasabah korporasi).
11. Deposito Plus17
Produk simpanan berjangka mudharabah yang bukan hanya memberikan
nisbah (bagi hasil) yang relatif tinggi, tetapi juga dapat dijadikan fasilitas jaminan
untuk kebutuhan pembiayaan nasabah. Akad yang digunakan adalah akad
mudharabah. Keunggulan produk ini adalah sebagai berikut.
a. Investasi sesuai prinsip syariah
b. Optimalisasi sesuai kebutuhan
c. Bagi hasil lebih tinggi
d. Perpanjangan jangka waktu deposito dengan cara automatic roll-over (perjanjian
di awal) atau konfirmasi saat jatuh tempo.
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Penempatan minimal Rp 10.000.000,-
b. Jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan
17
Wawancara dengan Marketing Funding BMS, Ibu Arifatul Khulwa. pada tanggal 27 April 2015 di
BMS
37
23
26
c. Gratis biaya administrasi
Syarat pembukaan rekening Deposito Plus di Bank Mega Syariah adalah
sebagai berikut.
a. bukti identitas (KTP)
b. NPWP
c. Akte pendirian perusahaan, dan
d. Perubahan terakhir SIUP/ TDP(untuk nasabah korporasi).
Cara menghitung deposito ialah sebagai berikut ini.18
Nisbah yang diberikan
oleh Bank Mega Syariah beragam berdasarkan jangka waktu nasabah mendepositkan
uangnya. Ketentuan nisbah Counter Rate per bulan April 2015 dalam jangka waktu
satu bulan nisbah yang diberikan 5,75 %, Sedangkan untuk saldo rata-rata
Rp.100.000.000,- sampai 2 Miliyar diberikan 7,75 % per tahun. Saldo penempatan
diatas 2 Miliyar diberi nisbah 9 % per tahun. Misalkan nasabah mendepositkan uang
sebesar Rp 10.000.000,- dengan nisbah dari bank 5,75% dalam jangka waktu 1bulan
(31hari) berapa bagi hasil yang diperoleh?
Rumus Nominal deposito x rate x jangka waktu(hari)
X 80% 365 (hari dalam 1 tahun)
10 juta x 5,75% x 31 X 80% = Rp 39.068,-
365
12. Deposito Dolar19
Produk simpanan berjangka dalam mata uang asing (USD) yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian dengan bank. Akad
18
Wawancara dengan Marketing Funding BMS, Ibu Arifatul Khulwa. pada tanggal 27 April 2015 di
BMS
19 Deposito Dolar Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
38
23
26
yang digunakan adalah akad mudharabah. Keunggulan produk ini adalah sebagai
berikut.
a. Investasi sesuai prinsip syariah
b. Optimalisasi sesuai kebutuhan
c. Bagi hasil lebih tinggi
d. Biaya administrasi ringan
e. Perpanjangan jangka waktu deposito dengan cara automatic roll-over (perjanjian
di awal) atau konfirmasi saat jatuh tempo
Fitur dan ketentuan yang dibebankan kepada nasabah adalah sebagai berikut
ini.
a. Penempatan minimal $ 1.000,-
b. Jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan
c. Gratis biaya penempatan
Syarat pembukaan rekening Deposito Dolar di Bank Mega Syariah adalah
sebagai berikut.
a. bukti identitas (KTP)
b. NPWP
c. Akte pendirian perusahaan, dan
d. Perubahan terakhir SIUP/ TDP(untuk nasabah korporasi).
Berikut merupakan produk-produk financing Bank Mega Syariah.
1. Micro Business20
MP 500 adalah produk pembiayaan berakad murabahah untuk kebutuhan
modal kerja dan investasi bagi industri mikro dan kecil dengan jumlah pembiayaan
mulai dari Rp 100.000.000,- dan maksimal Rp 500.000.000,-
20
Micro Business Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
39
23
26
Cara menghitung angsuran pembiayaan micro di Bank Mega Syariah.
Misalkan pinjaman yang diajukan nasabah adalah 200 juta, margin dari BMS 1%
sedangkan jangka waktu pembayaran 60 bulan. Terlebih dahulu kita hitung margin
per bulan, 1% x 200 juta = 2 juta. Selanjutnya hitung angsuran pokok per bulan, 200
juta : 60 = 3,3 juta. Dengan demikian, nasabah tiap bulannya dikenakan pembayaran
angsuran 5,3 juta.21
2. SM Invest22
SM Invest adalah produk pembiayaan berakad mudharabah untuk kebutuhan
pembelian atau pengadaan barang investasi berupa ruko, mesin, alat berat dan
sebagainya.
3. SM Multi23
SM Multi adalah produk pembiayaan berakad murabahah yang ditujukan
kepada nasabah perorangan untuk keperluan pembelian barang konsumtif.
4. Multijasa iB24
Multijasa iB adalah produk pembiayaan berakad ijarah yang ditujukan kepada
nasabah perorangan untuk pembiayaan atas manfaat jasa.
5. Implant Banking Program25
Implant Banking Program adalah program pembiayaan pembelian barang
untuk tujuan konsumtif secara langsung kepada pegawai perusahaan sebagai end user
melalui kerja sama antara perusahaan tersebut dan Bank Mega Syariah.
21
Wawancara dengan analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
22 SM Invest Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
23 SM Multi Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
24 Multi jasa IB Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
25 Implant Banking Produk Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April 2015
40
23
26
F. Pembiayaan Micro and Small di Bank Mega Syariah Cabang Semarang
Pembiayaan Micro and Small merupakan bagian dari produk financing Bank
Mega Syariah yang menggunakan akad murabahah untuk kebutuhan modal kerja
maupun investasi bagi industri mikro dan kecil dengan jumlah pembiayaan yang telah
ditentukan oleh Bank Mega Syariah.
1. Segmentasi Nasabah
Dengan mempertimbangkan perkembangan bisnis Bank Mega Syariah,
karakteristik jenis nasabah, skala usaha dan risiko pembiayaan yang melekat, maka
ditetapkan pengembangan segmen pembiayaan Bank Mega Syariah(BMS)
diantaranya sebagai berikut.26
Segmentasi Nasabah Pembiayaan Micro and Small BMS
Segmen
Pembiayaan Pangsa Pasar
Eksposur (one obligor)
Pembiayaan
oleh BMS
Total Pembiayaan/
Pinjaman Nasabah
Micro Nasabah perorangan
wiraswasta, dan/atau pekerja
profesional yang memiliki
usaha
Rp
100.000.000,-
sampai dengan
Rp
500.000.000,-
Tidak melebihi Rp
5 Milyar
Nasabah perorangan yang
memiliki dan mengendalikan
UD, Firma, atau CV
Small Nasabah perorangan
wiraswasta dan/atau pekerja
profesional yang memiliki
usaha, atau nasabah
perorangan yang memiliki dan
mengendalikan UD, Firma,
atau CV
Rp
500.000.000,-
sampai dengan
Rp 2 Milyar.
Tidak melebihi Rp
10 Milyar
Nasabah perusahaan (PMDN/
PMA) dengan bentuk Firma,
CV dan PT.
26
Kebijakan milik PT Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan
Micro & Small, mulai berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 1
41
23
26
2. Persyaratan Umum Pembiayaan Micro and Small
Persyaratan umum dalam pemberian pembiayaan Micro and Small, adalah
sebagai berikut.27
Persyaratan Umum Pembiayaan Micro and Small Bank Mega Syariah
No. Items Persyaratan
1. Usia Nasabah Minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia di antara 18-21
tahun
Maksimal 65 tahun pada saat akhir jangka waktu pembayaran
2. Jarak Tempuh Radius tempat usaha nasabah maksimum 10 KM dari kantor
BMS yang memberikan pembiayaan.
3. Rekening Nasabah bersedia membuka rekening di BMS dan melakukan
transaksi keuangannya melalui rekening BMS
4. Lama Usaha Minimal 2 tahun terhadap bidang usaha yang menjadi sumber
pembayaran pembiayaan
5. Jenis usaha dan
industri yang
dihindari
a. Usaha yang bertentangan dengan hukum positif, norma-
norma setempat, dan prinsip syariah
b. Usaha pembiayaan, baik formal maupun informal
c. Usaha yang penerimaan pendapatannya melampaui 1bulan
sekali
d. Industri kayu logging/ penebangan hutan
e. Makelar/ agen yang tidak memiliki persediaan
f. Profesi tertentu yang dapat menyulitkan BMS dalam
penyelesaian pembiayaan
6. Karakter Tidak ada temuan informasi negatif mengenai nasabah beserta
pasangannya, sebagai pribadi maupun terkait usahanya.
7. Informasi
Keuangan
Nasabah dan pasangannya (jika perorangan) tidak terdapat dalam
Daftar Hitam Nasional(DHN).
Bukan merupakan nasabah menunggak (kolektibilitas 2-5) pada
Bank/BPRS/Koperasi/Lembaga Keuangan lainnya melalui BI
Checking atau temuan informal dengan ketentuan mengacu
kepada ketentuan BI Checking pada kebijakan ini.
8. Status tempat
tinggal dan
usaha(nasabah
perorangan)
Jika agunan adalah barang bergerak (kendaraan bermotor), maka
minimal salah satu dari tempat tinggal atau tempat usaha adalah
milik nasabah / pasangan nasabah / orang tua nasabah.
9 Skema pembiayaan Sesuai dengan ketentuan produk yang berlaku
10 Manfaat / tujuan
pembiayaan
Sesuai dengan ketentuan produk yang berlaku. Tidak
diperkenankan untuk tujuan pembelian agunan bermasalah di
BMS
27
Kebijakan milik PT Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan
Micro & Small, mulai berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 1
42
23
26
11 Jangka waktu
(tenor)
pembiayaan
Sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan nasabah dengan
maksimum jangka waktu pembiayaan 5 tahun
12 Jenis agunan Deposito BMS, Tanah, Tanah dan Bangunan, Kendaraan
Bermotor, dan Kios / Los pada pasar yang analisis pasarnya
telah di setujui dan masih berlaku, sesuai dengan kebijakan
agunan dan taksasi yang berlaku.
13 Lokasi agunan Sesuai dengan kebijakan agunan dan taksasi yang berlaku.
Menghindari jaminan dari hal-hal yang berbahaya,
misalnya tanah dekat sungai, dekat SUTET(minimal 50
meter), atau dekat kuburan(minimal 100 meter).28
14 Rasio
pembiayaan
dengan agunan
(FTV)
Sesuai dengan kebijakan agunan dan taksasi yang berlaku.
Jika agunan adalah tanah kosong bersertifikat SHGB
market yang diberikan oleh bank adalah 60%. Jika agunan
adalah tanah dan bangunan market yang diberikan adalah
80%. Jika agunan merupakan sawah, market sebesar
70%.29
15 Syarat dokumen
nasabah
Sesuai dengan kebijakan dokumentasi pembiayaan yang
berlaku.
16 Akad
pembiayaan
Sesuai dengan kebijakan dokumentasi pembiayaan yang
berlaku.
17 Pengikatan
agunan
Sesuai dengan kebijakan agunan dan taksasi yang berlaku.
18 Asuransi Asuransi jiwa nasabah perorangan wajib dipasang selama
masa pembiayaan.
Untuk segmentasi pembiayaan small asuransi kebakaran
terhadap agunan bangunan(kecuali agunan aset pasar)
wajib dipasang selama masa pembiayaan, dengan nilai
pertanggungan:
a. Jika pembiayaan lebih besar dari taksasi nilai market
bangunan agunan maka pertanggungan minimal sebesar
nilai market agunan.
b. Jika taksasi nilai market bangunan lebih besar dari
pembiayaan, maka pertanggungan minimal sebesar
pembiayaan
Asuransi kendaraan terhadap agunan kendaraan bermotor
wajib dipasang selama masa pembiayaan, dengan nilai
28
Wawancara dengan analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
29 Wawancara dengan analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
43
23
26
pertanggungan minimal sebesar nilai market kendaraan
atau sesuai list harga dari asuransi rekanan.
19. Metode realisasi
pembiayaan
Wajib melalui rekening BMS milik nasabah dan tidak
diperkenankan melalui transaksi tunai. Jika pembiayaan
digunakan untuk pembelian kendaraan bermotor, pihak
bank hanya berkewajiban membayarkan harga kendaraan
bermotor, sedangkan administrasi dan biaya lainnya
dibebankan seluruhnya kepada nasabah.30
20. Jenis dan metode
pembayaran
Angsuran tetap bulanan
Pembayaran angsuran melalui auto debit(pendebitan
langsung oleh sistem) dari rekening BMS milik nasabah
Metode cash pick up(CPU) angsuran tidak diperbolehkan,
kecuali terhadap strategi penanganan pembiayaan
bermasalah yang disetujui pejabat berwenang
21 Denda
keterlambatan
(Ta’zir)
Perhitungan denda per hari adalah: margin efektif p.a/
(dibagi) 360 hari x Total angsuran per bulan x 1 hari.
Dana yang berasal dari denda wajib diperuntukkan sebagai
dana sosial
22. Pelunasan
sebagian
dipercepat
Tidak diperbolehkan
23. Pelunasan
dipercepat
Diperbolehkan sesuai dengan ketentuan pelunasan yang
berlaku.
3. Tingkat dan Wewenang Pejabat Pembiayaan
Tingkat dan wewenang pejabat pembiayaan di Bank Mega Syariah adalah
sebagai berikut ini.31
a. Setiap proses pembiayaan, mulai dari inisiasi pembiayaan, kajian pembiayaan,
keputusan pembiayaan, pengikatan pembiayaan, dan realisasi pembiayaan
dilakukan oleh pejabat tertentu sesuai dengan kewenangannya.
b. Tingkat dan wewenang pejabat pada proses pembiayaan micro and small
ditetapkan sebagai berikut:
30
Wawancara dengan analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
31 Kebijakan milik PT Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan
Micro & Small, mulai berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 4
44
23
26
Tingkat INISIASI (Risk Taking Unit)
Segmen Plafond
(Rp Juta) Kantor
Kunjungan Usaha, Rumah &
Agunan Data dan
Dokumen
Usulan & Analisis
Pembiayaan Micro A 100-300 unit Prospek Positif
Micro B >300-
500 distrik
AO SBM AO SBM
AO & SBM BM/ AM AO/ SBM SBM
Small A >500-
1000 region AO & SBM
BM/ AM/
RH AO/ SBM BM
Small B >1000-
2000 region AO & SBM RH AO/ SBM BM
Tingkat dan Wewenang Pejabat Pembiayaan
MITIGASI (FOUR EYES PRINCIPLE) Persetujuan
Pemeriksaan
DHN&BIC
Pemeriksaan Investigasi&Kajian
Kelayakan* Pejabat
Pemegang
BWMP Marker Checker Taksasi
Agunan
Yuridis
PT
Maker Approval
AO OM Apraiser/A
nalyst
Legal
Officer AFA AFAM BM**
AO OM Apraiser/A
nalyst
Legal
Officer
AFA/
AFAM RFAM RH**
AO OM Apraiser/A
FAM
Legal
Officer RFA
Analyst
KP Direktur**
AO OM Apraiser/A
FAM
Legal
Officer RFAM
Analyst
Head
Komite
Pembiayaan**
TINGKAT PENGIKATAN PENCAIRAN
Segmen Plafond
(Rp
Juta)
Kantor Pembuat
SPP
Drafting Akad
Akad Pembiayaan
PRP
Maker Checker
Maker Checker
Micro A 100-300 Unit AFAM AFA AFAM SBM+
OM/
AFA***
AO/
SBM OM
Micro B >300-
500
Distrik RFAM AFA AFAM
BM+
OM/
AFAM**
*
AO/
SBM OM
Small A >500-
1000
Region RFAM AFA AFAM BM+
ROM/
RFA***
AO/
SBM OM
Small B >1000-
2000
Region Analyst
kantor
pusat
AFA AFAM RH+
ROM/
RFAM**
*
AO/
SBM OM
45
23
26
Keterangan:
* wajib kunjungan/ on the spot visit
**Sesuai kewenangan BWMP yang dimiliki
***Atau dapat dilakukan oleh Pejabat lainnya sesuai ketentuan yang berlaku.
#Nama jabatan dapat berubah sesuai struktur organisasi yang berlaku, dengan fungsi
dan tugas yang sama.32
c. Plafond pada tabel di atas dimaksudkan bukan sebagai kewenangan Pejabat
BWMP, namun batasan dari besarnya pengajuan pembiayaan nasabah dihitung
dari total pembiayaan nasabah (exisiting yang sedang diajukan). Contoh:
1) Pengajuan pembiayaan Rp 300.000.000,- maka kunjungan usaha wajib
dilakukan oleh Account Officer (AO) dan Sub Branch Manager (SBM),
pengumpulan data dan dokumen wajib dilakukan oleh AO, usulan
pembiayaan dan analisis pembiayaan wajib dilakukan oleh SBM, dan
investigasi & kajian kelayakan pembiayaan dilakukan oleh Area Financing
Analyst (AFA) serta diperiksa & direkomendasikan oleh Area Financing
Analyst Manager (AFAM). Pembuatan Surat Penawaran Pembiayaan (SPP)
wajib dilakukan oleh AFAM (setelah pembiayaan disetujui).
2) Pengajuan pembiayaan Rp 600.000.000,- maka kunjungan usaha wajib
dilakukan oleh Account Officer (AO), Sub Branch Manager (SBM), dan
Branch Manager/ Area Manager/ Distric Manager (BM/AM/DM),
pengumpulan data dan dokumen wajib dilakukan oleh AO/ SBM, usulan
pembiayaan dan analisis pembiayaan wajib dilakukan oleh BM/ AM/ DM,
dan investigasi & kajian kelayakan pembiayaan dilakukan oleh Regional
Financing Analyst (RFA) serta diperiksa & direkomendasikan oleh Analyst
Kantor Pusat(KP). Pembuatan Surat Penawaran Pembiayaan (SPP) wajib
32
Kebijakan milik PT Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan
Micro & Small, mulai berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 4
46
23
26
dilakukan oleh Regional Financing Analyst Manager(RFAM) setelah
pembiayaan disetujui.
d. Ketentuan mengenai Pejabat BWMP mengacu kepada kebijakan yang berlaku
terkait Keputusan Pembiayaan dan BWMP.
4. Pengajuan Usulan Pembiayaan
Pengajuan usulan pembiayaan harus didasarkan pada kebijakan berikut ini.33
a. Jika berdasarkan analisis kelayakan pembiayaan yang telah dilakukan oleh AO /
SBM, nasabah layak untuk di biayai, maka AO membuat Formulir Usulan
Pembiayaan (FUP). Jika nasabah tidak layak untuk dibiayai, maka pembiayaan
wajib di tolak.
b. AO / SBM menyerahkan FUP beserta seluruh dokumen kepada BM / Area
Manager (AM) / Regiona Head (RH) untuk dilakukan registrasi dan pemeriksaan
kelayakan pembiayaan. Jika berdasarkan pemeriksaan BM / AM / RH, analisis
kelayakan pembiayaan sudah baik dan dapat direkomendasikan, kemudian BM /
AM / RH menyerahkan FUP beserta seluruh dokumen kepada AFA / AFAM /
Regional Financing Analyst (RFA) / Regional Financing Analyst Manager
(RFAM) untuk dilakukan kajian pembiayaan, sesuai kewenangan masing-masing
yang diatur pada ketentuan sub bab nomor 3 sebelumnya (Tingkat dan
Wewenang Pejabat Pembiayaan).
c. Dalam melakukan kajian pembiayaan, AFA / AFAM / RFA / RFAM wajib
melakukan investigasi on the spot ketempat usaha dan tempat tinggal nasabah,
dan lokasi lain yang diperlukan, sesuai kewenangan masing-masing yang diatur
pada ketentuan sub bab nomor 3 sebelumnya (Tingkat dan Wewenang Pejabat
Pembiayaan).
33
Kebijakan milik PT Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan
Micro & Small, mulai berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 23
47
23
26
5. Kajian Kelayakan Pembiayaan Bank Mega Syariah
Bank Mega Syariah telah memenuhi peraturan Bank Indonesia khususnya
pasal 23 ayat 2 Tentang Perbankan Syariah. Dalam peratuiran Bank Indonesia
tersebut dijelaskan bahwa Bank Syariah wajib melakukan penilaian terhadap watak,
kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah yang mengajukan
pembiayaan. Dalam melakukan kajian kelayakan pembiayaan, pejabat atau petugas
analyst melakukan validasi minimal terhadap hal-hal berikut ini.34
1) DHN dan BI checking. Jika dirasa perlu AFA dapat mengajukan BI checking
ulang atau tambahan kepada petugas terkait untuk lebih menguatkan analisis
pembiayaan.
2) Tujuan pembiayaan. Verifikasi dilakukan dengan memeriksa kebutuhan
nasabah dan pengujian kebutuhan WI (khusus modal kerja). Apabila dalam
proses verifikasi terdapat perbedaan tujuan pembiayaan, maka AFA atau
petugas lainnya wajib melakukan observasi lebih lanjut untuk mencegah side
streaming.
3) Karakter nasabah. Dengan melakukan pengecekan ke ingkungan sekitar
nasabah (tetangga nasabah, ketua RT/RW setempat, karyawan nasabah,
supplier, buyer, dan lain-lain) apakah terdapat informasi negatif terhadap
nasabah atau pasangannya sebagai pribadi maupun usahanya.
4) Keberadaan dan prospek usaha nasabah. Verifikasi dilakukan untuk menguji
kebenaran lokasi usaha nasabah, aktivitas usaha nasabah, manajemen atau tata
kelola usaha nasabah, key person usaha nasabah, mendapatkan gambaran
prospek usaha nasabah kedepan, strategi nasabah dalam meningkatkan atau
mengembangkan usaha, dan upaya dalam persaingan dengan kompetitor yang
ada.
34
Kebijakan milik PT Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan
Micro & Small, mulai berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 24
48
23
26
5) Kapasitas usaha. Verifikasi dilakukan untuk menguji analisis keuangan usaha
nasabah, permodalan usaha nasabah, perhitungan IDIR, dan kapasitas atau
kemampuan nasabah dalam membayar angsuran pembiayaan.
6) Kecukupan agunan nasabah. Wajib dipastikan kecukupan agunan terhadap
pembiayaan calon nasabah (FTV) sesuai ketentuan yang berlaku.
7) Analisis resiko dan mitigasi risiko lainnya yang mungkin timbul dari internal
nasabah maupun eksternal.
Adapun berdasarkan wawancara penulis terhadap Analyst Pembiayaan Bank
Mega Syariah, yaitu Bapak Caroko. Pemberian pembiayaan sebelumnya harus
melewati prosedur Internal Control sesuai dengan prinsip-prinsip berikut ini:
Character, Capacity, Condition, Collateral, dan Capital. Tujuan Internal Control
tersebut adalah mengecek alur usulan pembiayaan Micro and Small apakah sesuai
dengan identitas diri (ID) nasabah atau tidak.35
Hal tersebut dilakukan guna
menghindari kekeliruan pemberian pembiayaan. Untuk mewujudkan hal tersebut,
Bank Mega Syariah berusaha menerapkan prinsip-prinsip tersebut dengan baik.
Pertama, petugas analyst melakukan validasi ulang Formulir Usulan Pembiayaan
(FUP) dan investigasi on the spot ke minimal lokasi usaha dan tempat tinggal
nasabah dan lokasi lain yang diperlukan. Kedua, sebelum melakukan kajian
kelayakan pembiayaan, petugas analyst telah mengantongi FUP, Hasil Taksasi
Agunan, dokumen-dokumen pembiayaan dari Sub Branch Manager serta Opini
Kajian Yuridis (jika ada). Ketiga, apabila diperlukan pejabat atau petugas analyst
wajib mengusulkan covenants untuk memperkuat posisi Bank Mega Syariah,
mengontrol kebenaran transaksi pembiayaan, dan/ atau mitigasi tambahan lain,
dengan tetap memperhatikan kelayakan pemenuhan covenants tersebut. Covenants
yang berlebihan atau tidak dapat dikontrol pemenuhannya oleh Bank Mega Syariah
wajib dihindari.
35
Wawancara dengan analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
49
23
26
Selain kebijakan yang telah dipaparkan di atas, terdapat beberapa ketentuan
lain yang harus dipatuhi oleh petugas analyst Bank Mega Syariah. Ketentuan tersebut
adalah sebagai berikut ini.36
a. Hasil kajian kelayakan pembiayaan dituangkan pejabat atau petugas analyst yang
melakukan validasi ulang dan kunjungan / on the spot visit dalam Memorandum
keputusan pembiayaan dengan menjelaskan kelayakan usaha, kelayakan
kapasitas nasabah, risiko-risiko yang timbul dari usaha dan pembiayaan kepada
nasabah, dan menyebutkan mitigasi-mitigasi risiko atau persyaratan-persyaratan
yang wajib dilakukan.
b. Berdasarkan hasil kajian kelayakan pembiayaan, pejabat atau petugas analyst
memberikan keputusan sebagai pembiayaan yang dapat direkomendasikan,
direkomendasikan dengan persyaratan, atau tidak direkomendasikan dengan
mencantumkan penjelasannya.
c. Kajian kelayakan pembiayaan, wajib diserahkan kepada pejabat / petugas analyst
yang bertugas untuk memeriksa dan mengesahkan kajian kelayakan pembiayaan,
sesuai kewenangan masing-masing yang diatur pada ketentuan sub bab nomor 3
sebelumnya. Pejabat atau petugas analyst yang mengesahkan kajian kelayakan
pembiayaan bertanggungjawab penuh terhadap pelaksanaan validasi dan
kunjungan / on the spot visit.
d. Jika pembiayaan tidak direkomendasikan oleh pejabat atau petugas analyst yang
mengesahkan kajian kelayakan pembiayaan, maka pembiayaan wajib ditolak.
Jika pembiayaan direkomendasikan, FUP, MKP, LPA, opini kajian yuridis (jika
ada), dan dokumen lainnya kemudian diserahkan kepada pejabat BWMP untuk
diberikan keputusan pembiayaan, sesuai kewenangan masing-masing yang diatur
pada ketentuan sub bab nomor 3 sebelumnya.
36
Kebijakan milik PT Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan
Micro & Small, mulai berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 23
50
23
26
Contoh kasus pembiayaan di Bank Mega Syariah adalah sebagai berikut ini.37
Seorang pengusaha mebel mengajukan pembiayaan di Bank Mega Syariah sebesar
Rp 200 juta, namun sebelumnya pengusaha tersebut juga telah mempunyai angsuran
pembiayaan di bank lain dengan jumlah angsuran per bulan sebesar Rp 5.000.000,-.
Guna menentukan apakah pengusaha mebel tersebut layak dibiayai atau tidak, analyst
Bank Mega Syariah harus melakukan analisis terlebih dahulu.
Berikut merupakan paparan dari analisis pembiayaan dari kasus tersebut.
Omset pengusaha mebel tersebut per bulannya Rp 150.000.000,- . Tiap bulannya
pengusaha tersebut harus mengeluarkan biaya untuk membayar HPP Rp 120 juta,
biaya listrik dan PAM Rp 500.000,-, gaji karyawan Rp 2.500.000,-, transport Rp
750.000,-, dan lain-lain Rp 100.000,-. Selain biaya untuk perusahaan, pengusaha
tersebut harus memenuhi kebutuhan rumah tangganya sebesar Rp 2.000.000,-, biaya
sekolah Rp 500.000,-, listrik dan telepon Rp 500.000,- dan lain-lain sebesar Rp
500.000,-.
Cara menghitung angsuran pembiayaan pengusaha mebel tersebut di Bank
Mega Syariah. Pinjaman yang diajukan nasabah adalah 200 juta, margin dari BMS
1% sedangkan jangka waktu pembayaran 60 bulan. Terlebih dahulu kita hitung
margin per bulan, 1% x 200 juta = 2 juta. Selanjutnya hitung angsuran pokok per
bulan, 200 juta : 60 = 3,3 juta. Dengan demikian, nasabah tiap bulannya dikenakan
pembayaran angsuran 5,3 juta. Analisis pembiayaan pengusaha mebel tersebut adalah
sebagai berikut.
Omset Rp 150.000.000,-
HPP Rp 120.000.000,-
Listrik + PAM Rp 500.000,-
Gaji Karyawan Rp 2.500.000,-
Transportasi Rp 750.000,-
Lain-lain Rp 100.000,-
37
Wawancara dengan analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
51
23
26
Rp 123.850.000,-
Rp 123.850.000,-
Keuntungan Usaha Rp 26.150.000,-
Kebutuhan Rumah Tangga Rp 2.000.000,-
Biaya Sekolah Rp 500.000,-
Biaya Listrik+Telepon Rp 500.000,-
Lain-lain Rp 500.000,-
Rp 3.500.000,-
Rp 22.650.000,-
Angsuran Per Bulan Pembiayaan di Bank lain Rp 5.000.000,-
Rp 17.650.000,-
Angsuran di Bank Mega Syariah Rp 5.333.000,-
Penghasilan bersih/ Dispossible Income Rp 12.317.000,-
IDIR38
=
Angsuran/ Pembiayaan lain + Rencana Angsuran di BMS x 100%
Dispossible Income
5 juta + 5,333 juta x 100% = 83,89 %
Rp 12.317.000,-
Dengan demikian, pengajuan pembiayaan oleh pengusaha mebel tersebut tidak
layak untuk dibiayai karena IDIR melebihi dari ketentuan IDIR Bank Mega Syariah.
38
IDIR: Perbandingan antara seluruh kewajiban angsuran pinjaman nasabah terhadap Dispossible
Income. Hasil perhitungan IDIR tidak diperkenankan adalah maksimum 80% IDIR (Kebijakan milik PT
Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan Micro & Small, mulai
berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 18)
52
23
26
6. Akad dan Realisasi Pembiayaan
Akad dan realisasi pembiayaan Micro and Small harus didasarkan pada
kebijakan berikut ini.39
a. Terhadap pembiayaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat BWMP
berwenang, maka AFAM/ RFAM/Analyst KP (sesuai kewenangan masing-
masing yang diatur pada ketentuan sub bab nomor 3 sebelumnya) melakukan
drafting surat penawaran pembiayaan (SPP) berdasarkan MKP.
b. Kemudian, SPP dikirimkan kepada Operation Supervisor (OS) untuk dilakukan
pencetakan dan penandatanganan SPP. SPP yang telah dicetak dan
ditandatangani kemudian dikirimkan kepada SBM atau BM untuk
ditandatangani. SPP yang telah lengkap ditandatangani, kemudian diserahkan
kepada calon nasabah oleh AO untuk mendapatkan persetujuan nasabah.
c. Jika nasabah menyetujui, maka calon nasabah diminta untuk menandatangani
SPP. Jika nasabah tidak menyetujui atau terdapat permohonan perubahan dari
nasabah, maka wajib dibuatkan surat permohonan perubahan SPP yang
ditandatangani oleh nasabah.
d. Terhadap permohonan perubahan SPP oleh nasabah, wajib dilakukan persetujuan
kembali dengan kondisi:
1) Jika permohonan perubahan SPP hanya terkait faktor bisnis(margin, biaya
administrasi, atau biaya lainnya), wajib dimintakan persetujuan kepada
pejabat BWMP yang berwenang.
2) Jika permohonan perubahan SPP terkait faktor risiko (covenants, tenor,
plafond pembiayaan, atau persyaratan lainnya), wajib dilakukan kajian
kelayakan pembiayaan ulang oleh pejabat/ petugas analyst sesuai kewenangan
dan persetujuan ulang pembiayaan oleh pejabat BWMP.
39
Kebijakan milik PT Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan
Micro & Small, mulai berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 27
53
23
26
3) Perubahan SPP yang telah disetujui oleh pejabat BWMP, kemudian dibuatkan
SPP ulang oleh pejabat berwenang, sesuai keadaan perubahan yang telah
disetujui, dan dikirimkan ulang kepada nasabah untuk disetujui dan
ditandatangani.
e. AO mengirimkan SPP yang telah disetujui oleh calon nasabah kepada AFA
untuk kemudian dilakukan drafting akad pembiayaan sesuai dengan MKP dan
SPP yang telahditandatangani oleh nasabah.
f. AFA wajib melakukan pemeriksaan draf akad pembiayaan yang telah dibuat oleh
AFA apakah telah sesuai dengan MKP dan SPP.
g. Jika draf akad pembiayaan telah sesuai, maka AFA mengirimkan kepada pejabat
yang memiliki kuasa penandatanganan akad pembiayaan sesuai ketentuan yang
berlaku, untuk dilakukan akad pembiayaan dan agunan bersama nasabah, serta
memberitahukan kepada SBM/ BM/AM/RH bahwa akad pembiayaan dapat
dilaksanakan.
h. AO atau SBM bertanggung jawab untuk melakukan koordinasi waktu
pelaksanaan akad pembiayaan kepada nasabah dan notaris rekanan, dan
melakukan order asuransi jiwa dan agunan (jika ada) kepada asuransi rekanan
(menggunakan media yang telah ditentukan oleh pihak asuransi rekanan).
i. Pelaksanaan akad pembiayaan dan pengikatan agunan wajib dilakukan secara
notariil di hadapan notaris rekanan BMS yang ditunjuk. Terkait akad wakalah
dan qardh (untuk take over) dapat dilakukan secara unnotariil (bawah tangan)
atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan rekomendasi dari BLD dan
notaris rekanan.
j. Pada saat pelaksanaan akad pembiayaan, nasabah berhak mendapatkan
penjelasan yang sejelas-jelasnya terhadap pembiayaan yang diterimanya sebelum
akad ditandatangani oleh petugas BMS, dan wajib menerima salinan akad
pembiayaan yang telah diselesaikan notaris rekanan. AO/ SBM bertugas untuk
memberikan salinan akad pembiayaan dengan tanda terima yang wajib
ditandatangani oleh nasabah. Tanda terima tersebut wajib dilekatkan pada salinan
54
23
26
akad pembiayaan yang disimpan BMS. Ketentuan penyimpanan dokumen akad
pembiayaan dan dokumen lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
k. Pada saat yang bersamaan dengan akad pembiayaan dan pengikatan agunan,
wajib dilakukan penerimaan asli dokumen agunan atau covemote dari notaris
rekanan bahwa kepemilikan agunan dalam proses pengurusan.
l. Pelaksanaan akad pembiayaan wajib difoto dan pada foto tampak jelas: Notaris,
Pejabat BMS, Nasabah dan Pasangan, Pemilik Agunan dan Pasangan, Penjual
dan Pasangan (dalam hal pembiayaan untuk transaksi pembelian properti).
m. Setelah akad pembiayaan dilaksanakan, AO melakukan pembuatan perintah
realisasi pembiayaan (PRP) sesuai dengan persetujuan dan akad pembiayaan.
PRP wajib disetujui oleh SBM.
n. PRP dikirimkan ke OM untuk dilakukan pemeriksaan terhadap PRP,
kelengkapan dokumen pembiayaan, dan pemenuhan pre-disbursement
covenants(jika ada).
o. Jika PRP benar, OM mengirimkan PRP kepada OS untuk dilakukan Test Key
pada sistem dan mengirimkan PRP ke National Processing Center(NPC)
Department di kantor pusat.
p. Realisasi pembiayaan dilakukan secara sentralisasi di NPC. Sebelum dilakukan
realisasi pembiayaan, NPC wajib melakukan pemeriksaan ulang terhadap
kebenaran dan keabsahan PRP.
q. Dana realisasi pembiayaan wajib dikreditkan ke rekening milik nasabah pada
BMS, sesuai dengan akad pembiayaan.
r. AO dan SBM bertanggung jawab penuh terhadap pengamanan akad pembiayaan,
dokumen kepemilikan agunan, dan dokumen terkait pembiayaan lainnya
(termasuk foto-foto kunjungan dan akad, sampai diserahterimakan kepada satuan
kerja operasional sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk dilakukan
penyimpanan dalam khasanah oleh Document & Custody Unit (DCU).
s. Penyimpanan, peminjaman, dan pengembalian dokumen oleh Satuan Kerja
terkait mengikuti ketentuan dan prosedur yang berlaku.
55
23
26
7. Pelunasan Pembiayaan40
a. Pembiayaan dinyatakan telah lunas jika telah disertai oleh laporan dari satuan
kerja operasional dengan tanda tangan pejabat yang berwenang yang
menyatakan seluruh kewajiban nasabah sudah lunas.
b. Setiap pembiayaan yang dinyatakan lunas akan dikeluarkan Surat Keterangan
Lunas (SKL), yang dibuat oleh AO dan ditandatangani oleh OS dan SBM,
apabila seluruh pembayaran kewajiban nasabah telah dibayar oleh nasabah.
c. Berdasarkan surat keterangan lunas tersebut, agunan dapat dikembalikan
kepada nasabah, dengan mengikuti ketentuan dan prosedur serah terima
dokumen agunan yang berlaku.
d. Agunan harus diterima kembali oleh nasabah atau pihak yang berwenang
mewakili nasabah pada saat penyerahan agunan.
e. Bukti tanda terima kembali agunan wajib didapat dan diarsipkan bersama
arsip lunas pembiayaan yang terkait.
f. Persyaratan pelunasan dipercepat diatur terpisah melalui panduan produk
yang disetujui oleh Direksi.
40
Kebijakan milik PT Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan
Micro & Small, mulai berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 32
56
BAB IV
ANALISIS PENERAPAN PRINSIP KELAYAKAN PEMBIAYAAN
MICRO AND SMALL DI BANK MEGA SYARIAH
CABANG SEMARANG
A. Analisis Penerapan Prinsip Kelayakan Pembiayaan Micro and Small di
Bank Mega Syariah Cabang Semarang
Kelayakan pembiayaan merupakan hal terpenting dalam pengambilan
keputusan pembiayaan karena sangat menentukan kualitas pembiayaan dan
kelancaran pembayaran. Dalam melakukan kajian kelayakan pembiayaan, Bank
Syariah diwajibkan melakukan penilaian pembiayaan terhadap nasabahnya. Tentu hal
tersebut juga berlaku bagi Bank Mega Syariah Cabang Semarang sebagai lembaga
keuangan syariah yang merupakan bagian dari sistem perbankan syariah nasional
yang memegang peran penting dalam memobilisasi sumber-sumber dana masyarakat
untuk menggerakkan sektor riil dan pembiayaan pembangunan nasional.
Bank Mega Syariah sebagai lembaga keuangan syariah yang menghimpun
dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan perlu menerapkan
prinsip kelayakan pembiayaan dengan baik agar tidak salah sasaran dalam
memberikan pembiayaan yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan bank. Dalam
melakukan kajian kelayakan pembiayaan, khususnya pembiayaan Micro and Small
Bank Mega Syariah Cabang Semarang mempunyai aturan atau standar pemberian
pembiayaan kepada nasabah sesuai dengan kebijakan Bank Mega Syariah. Dalam
melakukan kajian kelayakan pembiayaan, pejabat atau petugas analyst di Bank Mega
Syariah Cabang Semarang harus melakukan validasi minimal terhadap hal-hal berikut
ini.1
1 Kebijakan milik PT Bank Mega Syariah sesuai Surat Edaran Nomor SE.076/DIRBMS/14 Tentang Pembiayaan
Micro & Small, mulai berlaku sejak 13 Oktober 2014, hal. 24
57
1) DHN dan BI checking. Jika dirasa perlu AFA dapat mengajukan BI checking
ulang atau tambahan kepada petugas terkait untuk lebih menguatkan analisis
pembiayaan.
2) Tujuan pembiayaan. Verifikasi dilakukan dengan memeriksa kebutuhan
nasabah dan pengujian kebutuhan WI (khusus modal kerja). Apabila dalam
proses verifikasi terdapat perbedaan tujuan pembiayaan, maka AFA atau
petugas lainnya wajib melakukan observasi lebih lanjut untuk mencegah side
streaming.
3) Karakter nasabah. Dengan melakukan pengecekan ke ingkungan sekitar
nasabah (tetangga nasabah, ketua RT/RW setempat, karyawan nasabah,
supplier, buyer, dan lain-lain) apakah terdapat informasi negatif terhadap
nasabah atau pasangannya sebagai pribadi maupun usahanya.
4) Keberadaan dan prospek usaha nasabah. Verifikasi dilakukan untuk menguji
kebenaran lokasi usaha nasabah, aktivitas usaha nasabah, manajemen atau tata
kelola usaha nasabah, key person usaha nasabah, mendapatkan gambaran
prospek usaha nasabah kedepan, strategi nasabah dalam meningkatkan atau
mengembangkan usaha, dan upaya dalam petrsaingan dengan kompetitor yang
ada.
5) Kapasitas usaha. Verifikasi dilakukan untuk menguji analisis keuangan usaha
nasabah, permodalan usaha nasabah, perhitungan IDIR, dan kapasitas atau
kemampuan nasabah dalam membayar angsuran pembiayaan.
6) Kecukupan agunan nasabah. Wajib dipastikan kecukupan agunan terhadap
pembiayaan calon nasabah (FTV) sesuai ketentuan yang berlaku.
7) Analisis resiko dan mitigasi risiko lainnya yang mungkin timbul dari internal
nasabah maupun eksternal.
Berdasarkan peraturan kebijakan Bank Mega Syariah di atas telah
menerapkan prinsip 5C dan analisis lain yang diperlukan atau dianggap bisa
membantu Bank Mega Syariah Cabang Semarang untuk dapat menganalisis
pembiayaan Micro and Small kepada calon nasabah. Meskipun dalam kebijakan Bank
58
Mega Syariah Cabang Semarang telah menerapkan 5C, terkadang praktik di lapangan
berbeda dengan kebijakan yang sudah ada.guna mengamati hal tersebut dengan lebih
seksama, peneliti juga melakukan wawancara dengan tim analyst Bank Mega Syariah
Cabang Semarang. Berikut hasil dari wawancara dengan salah satu tim analyst Bank
Mega Syariah Cabang Semarang.
Pertama, dalam melakukan kajian kelayakan pembiayaan Micro, Bank Mega
Syariah Cabang Semarang belum sepenuhnya mengaplikasikan prinsip 5C pada calon
nasabah. Dalam analisisnya, tim analyst Bank Mega Syariah Cabang Semarang hanya
mengkaji prinsip 3C (character, collateral, dan capacity), nota-nota pun tidak harus
dicantumkan dalam administrasi yang tertib. Misalnya pengusaha toko perlengkapan
rumah tangga, apabila pemilik toko tersebut mempunyai keinginan mengajukan
pembiayaan Micro di Bank Mega Syariah Cabang Semarang tidak harus mempunyai
nota atau administrasi pembukuan yang tertib, tetapi dengan mempunyai pembukuan
atau nota-nota yang kurang tertata dengan rapi namun lengkap maka sudah dapat
mewakili tim analyst untuk menganalisa pengajuan pembiayaan Micro di Bank Mega
Syariah Cabang Semarang. Prinsip kelayakan pembiayaan Micro 3C yang telah
digunakan di Bank Mega Syariah Cabang Semarang ialah sebagai berikut. 2
1. Character (karakter/ watak nasabah), penilaian karakter nasabah adalah untuk
mengetahui iktikad baik nasabah dalam memenuhi kewajibannya (willingness to
pay) dan untuk mengetahui moral, watak, maupun sifat-sifat pribadi yang positif
dan kooperatif. Gambaran tentang karakter calon nasabah dapat diperoleh dengan
upaya antara lain: meneliti riwayat hidup calon nasabah, verifikasi data dengan
melakukan wawancara, meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan
usahanya, Bank Indonesia checking dan meminta informasi antarbank, Trade
checking kepada asosiasi-asosiasi usaha di mana calon nasabah berada, dan
mencari informasi tentang gaya hidup dan hobi calon nasabah.
2 Wawancara dengan analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
59
Pada tahap ini, Bank Mega Syariah melakukan pengecekan ke lingkungan nasabah
meliputi tetangga nasabah, RT/RW setempat, karyawan nasabah dan lain-lain. Jika
dirasa perlu, Area Financing Analyst (AFA) dapat melakukan pengecekan Daftar
Hitam Nasional (DHN) atau mengajukan BI Checking ulang / tambahan kepada
petugas guna menguatkan analisis pembiayaan. Hal tersebut dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat informasi negatif terkait dengan nasabah maupun
pasangannya.
2. Collateral (agunan), adalah jaminan yang diberikan calon nasabah pada bank
sebagai perwujudan dari iktikad baik nasabah untuk mempertanggungjawabkan
dana yang diterimanya. Nilai jaminan hendaknya melebihi jumlah pembiayaan
yang akan diberikan, juga harus diteliti keabsahannya, penguasaan dokumennya
dan hal lainnya harus diteliti secara cermat.
Pada tahapan ini, petugas analyst wajib memastikan kecukupan agunan terhadap
pembiayaan calon nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Capacity (kemampuan), yaitu kemampuan calon nasabah dalam membayar
kewajibannya dihubungkan dengan kemampuan nasabah dalam mengelola
bisnisnya untuk memperoleh laba atau menghasilkan output produk.
Pada tahapan ini, verifikasi dilakukan untuk menguji analisis keuangan nasabah,
perhitungan IDIR, dan kemampuan nasabah dalam membayar angsuran
pembiayaan.
Ketiga prinsip kelayakaan pembiayaan tersebut sudah dianggap cukup oleh
pihak Bank Mega Syariah Cabang Semarang atau tim analyst sebagai syarat nasabah
dalam mengajukan pembiayaan Micro di Bank Mega Syariah Cabang Semarang.
Dalam melakukan Internal control pembiayaan Micro, tim analyst Bank Mega
Syariah melakukan audit terhadap Character, Collateral, Capacity yang dimiliki
nasabah. Ketiganya menentukan apakah nasabah tersebut layak atau tidak untuk
60
diberi pembiayaan. Tujuan dari internal control adalah mengecek alur pembiayaan itu
sesuai dengan ID(identitas diri) atau tidak.3
Kedua, dalam melakukan analisis pembiayaan Small, Bank Mega Syariah
Cabang Semarang menerapkan prinsip kelayakan pembiayaan 5C sebagai berikut
ini.4
1. Character (karakter/ watak nasabah), merupakan penilaian terhadap sifat atau
watak calon nasabah. Tujuannya adalah untuk memberikan kepercayaan kepada
bank bahwa sifat atau watak dari calon nasabah dimaksud dapat dipercaya.
Karakter merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Bank Mega Syariah melakukan pengecekan ke lingkungan nasabah meliputi
tetangga nasabah, RT/RW setempat, karyawan nasabah dan lain-lain. Jika dirasa
perlu, Area Financing Analyst (AFA) dapat melakukan pengecekan Daftar Hitam
Nasional(DHN) atau mengajukan BI Checking ulang/ tambahan kepada petugas
guna menguatkan analisis pembiayaan. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat informasi negatif terkait dengan nasabah maupun pasangannya.
2. Capacity (kemampuan), kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha guna
memperoleh laba yang diharapkan sehingga dapat mengembalikan pembiayaan
yang diterima. Pengukuran capacity dilakukan melalui berbagai pendekatan.
Pada tahapan ini, verifikasi dilakukan untuk menguji analisis keuangan nasabah,
perhitungan IDIR, dan kemampuan nasabah dalam membayar angsuran
pembiayaan.
3. Capital (modal), ialah besarnya modal yang diperlukan oleh nasabah atas
rencana yang akan dibiayai bank. Pihak bank perlu mengetahui besar modal yang
dibutuhkan agar penyaluran pembiayaan sesuai dengan modal yang diinginkan
oleh nasabah sehingga tidak ada kesalahan dalam pemberian pembiayaan.
3 Wawancara dengan analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
4 Wawancara dengan analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
61
Tahapan ini dilakukan untuk mengetahui sumber pendapatan yang dimiliki
nasabah atas rencana yang akan dibiayai Bank Mega Syariah. Apabila dalam
proses verifikasi terdapat perbedaan tujuan pembiayaan, maka AFA atau petugas
lain wajib melakukan observasi lebih lanjut untuk mencegah side streaming.
4. Collateral (agunan), yaitu aset atau benda yang diserahkan nasabah sebagai
agunan atau jaminan terhadap pmbiayaan yang diterimanya. Penilaian terhadap
jaminan, meliputi jenis, lokasi, bukti kepemilikan, dan status hukumnya.
Penilaian terhadap collateral dapat ditinjau dari dua segi: 1) segi ekonomi, yakni
nilai ekonomis dari benda yang akan diagunkan. 2) segi yuridis, adalah menilai
apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis untuk dipakai sebagai
agunan.
Petugas analyst Bank Mega Syariah wajib memastikan kecukupan agunan
terhadap pembiayaan calon nasabah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5. Condition (prospek usaha nasabah), yaitu kondisi usaha nasabah yang
dipengaruhi oleh situasi sosial dan ekonomi, seperti: peraturan pemerintah,
situasi politik dan perekonomian dunia, kondisi ekonomi yang mempengaruhi
pemasaran, produk dan keuangan.
Pada tahapan ini, petugas analyst Bank Mega Syariah melakukan verifikasi guna
menguji kebenaran lokasi usaha nasabah, aktivitas usaha nasabah, manajemen
usaha nasabah, dan key person usaha nasabah. Hal tersebut dilakukan untuk
mendapatkan gambaran prospek usaha nasabah ke depan, strategi nasabah dalam
mengembangkan usaha serta upaya dalam persaingan dengan competitor yang
ada.
Selain kelima prinsip tersebut, pejabat/ petugas analyst juga wajib melakukan
analisis risiko dan mitigasi risiko lainnya yang mungkin timbul dari internal maupun
eksternal nasabah dan persyaratan administrasi harus tertib. Setelah didapatkan hasil
kajian kelayakan pembiayaan, pejabat/ petugas analyst akan memberikan keputusan
sebagai berikut:
1. Pembiayaan yang dapat direkomendasikan.
62
2. Direkomendasikan dengan persyaratan.
3. Tidak direkomendasikan dengan mencantumkan penjelasan.
Dalam melakukan proses internal control pembiayaan Small di Bank Mega
Syariah, tim analyst melakukan kajian kelayakan terhadap Character, Collateral,
Capacity, Capital, Condition nasabah. Prinsip-prinsip tersebut dijadikan acuan
apakah nasabah layak atau tidak layak untuk diberikan pembiayaan Small. Tujuan
dari internal control adalah mengecek alur pembiayaan itu sesuai dengan ID(identitas
diri) atau tidak. 5
Dalam melakukan kajian kelayakan pembiayaan Micro, Bank Mega Syariah
Cabang Semarang belum sepenuhnya menerapkan prinsip 5C pada calon nasabah.
Dalam analisisnya, tim analyst Bank Mega Syariah Cabang Semarang hanya
mengkaji prinsip 3C yaitu character, capacity, dan collateral. Ketiga prinsip
kelayakan pembiayaan tersebut dianggap sudah cukup oleh pihak Bank Mega Syariah
Cabang Semarang atau tim analyst sebagai syarat nasabah dalam pengajuan
pembiayaan Micro di Bank Mega Syariah Cabang Semarang. Sedangkan dalam
melakukan kajian kelayakan pembiayaan Small, tim analyst telah menerapkan prinsip
5C (character, capacity, capital, condition, dan collateral) pada calon nasabahnya.
Selain kelima prinsip tersebut, petugas analyst juga melakukan analisis risiko
dan mitigasi risiko lainnya yang mungkin timbul dari internal maupun eksternal
nasabah. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam melakukan analisis pembiayaan
Micro pihak Bank Mega Syariah Cabang Semarang tidak menerapkan prinsip
kelayakan pembiayaan yang sesuai dengan aturan yang berlaku, sedangkan dalam
analisis pembiayaan Small tim analyst telah menerapkan prinsip kelayakan
pembiayaan dari kebijakan Bank Mega Syariah Cabang Semarang.
Seharusnya Bank Mega Syariah Cabang Semarang menerapkan prinsip
kelayakan pembiayaan yang sudah diatur dalam buku kebijakan Bank Mega Syariah.
Dengan melakukan hal tersebut, tim analyst Bank Mega Syariah Cabang Semarang
5 Wawancara dengan analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di BMS
63
dapat meminimalisir pembiayaan bermasalah dan akan memberi pengaruh baik bagi
kesehatan Bank Mega Syariah Cabang Semarang.
B. Analisis Kesesuaian Prinsip Kelayakan Pembiayaan Micro and Small di
Bank Mega Syariah Cabang Semarang dengan Peraturan Bank Indonesia
Guna melihat kesesuaian antara prinsip kelayakan pembiayaan micro and
small di Bank Mega Syariah dengan Peraturan Bank Indonesia, paling tidak dapat
diketahui pada penjelasan berikut ini. Undang-undang No. 21 tahun 2008 Pasal 23
ayat 1 dan 2 tentang Perbankan Syariah yang mengatur mengenai kelayakan
penyaluran dana. Adapun bunyi pasal tersebut adalah sebagai berikut.
Pasal 23
(1) Bank Syariah dan/ atau UUS harus mempunyai keyakinan atas kemauan dan
kemampuan calon Nasabah Penerima Fasilitas untuk melunasi seluruh
kewajiban pada waktunya, sebelum Bank Syariah dan/ atau UUS menyalurkan
dana kepada Nasabah Penerima Fasilitas.
(2) Untuk memperoleh keyakinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank
Syariah dan/ atau UUS wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari calon Nasabah
Penerima Fasilitas.
Kewajiban bank syariah dalam penilaian pembiayaan, meliputi penilaian
terhadap watak (Character), kemampuan (Capacity), modal (Capital), agunan
(Collateral), dan prospek usaha (Condtion) dari calon Nasabah Penerima Fasilitas
atau lebih dikenal dengan prinsip 5C. Sebagaimana amanah Undang-undang No.21
tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, disebutkan pada pasal 23 ayat 2 mengenai
kelayakan penyaluran dana, petugas analyst maupun direksi Bank Mega Syariah
Cabang Semarang selalu berupaya untuk menerapkan prinsip kelayakan pembiayaan
khususnya pembiayaan Micro and Small di Bank Mega Syariah Cabang Semarang
64
dengan menjadikan undang-undang negara dan Peraturan Bank Indonesia sebagai
peraturan dan pedoman perusahaan dalam melakukan kelayakan pembiayaan.
Berbeda dengan teori yang dijelaskan sebelumnya, pada praktik di lapangan
Bank Mega Syariah Cabang Semarang hanya menerapkan prinsip character,
collateral, dan capacity dalam melakukan analisis kelayakan pembiayaanm Micro.
Hal tersebut tentu saja tidak sesuai dengan peraturan Bank Indonesia karena hanya
menerapkan prinsip kelayakan pembiayaan 3C.
1. Character (watak)
Dengan melakukan pengecekan ke lingkungan sekitar nasabah (tetangga
nasabah, ketua RT/RW setempat, karyawan nasabah, supplier, buyer, dan lain-lain)
apakah terdapat informasi negatif terhadap nasabah atau pasangannya sebagai
pribadi maupun usahanya.
2. Collateral (agunan)
Wajib dipastikan kecukupan agunan terhadap pembiayaan calon nasabah
(FTV) sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Capacity (kemampuan)
Kapasitas usaha. Verifikasi dilakukan untuk menguji analisis keuangan usaha
nasabah, permodalan usaha nasabah, perhitungan IDIR, dan kapasitas atau
kemampuan nasabah dalam membayar angsuran pembiayaan.
Ketiga prinsip tersebut sudah dianggap cukup oleh pihak Bank Mega Syariah
Cabang Semarang atau tim analyst sebagai syarat nasabah dalam mengajukan
pembiayaan Micro di Bank Mega Syariah Cabang Semarang. Seharusnya prinsip
capital dan condition juga turut disertakan dalam analisis pembiayaan Micro, karena
kesatuan prinsip tersebut dapat menghindarkan Bank Mega Syariah dari pembiayaan
bermasalah yang dapat mengganggu kesehatan bank. Sedangkan penerapan prinsip
kelayakan pembiayaan Small di Bank Mega Syariah Cabang Semarang telah sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia yaitu menerapkan prinsip kelayakan pembiayaan
5C, yakni:
65
1. Character
Karakter nasabah. Dengan melakukan pengecekan ke lingkungan sekitar
nasabah (tetangga nasabah, ketua RT/RW setempat, karyawan nasabah, supplier,
buyer, dan lain-lain) apakah terdapat informasi negatif terhadap nasabah atau
pasangannya sebagai pribadi maupun usahanya.
2. Capacity (kapasitas)
Kemampuan Kapasitas usaha. Verifikasi dilakukan untuk menguji analisis
keuangan usaha nasabah, permodalan usaha nasabah, perhitungan IDIR, dan
kapasitas atau kemampuan nasabah dalam membayar angsuran pembiayaan.
3. Capital (modal)
dilakukan untuk mengetahui sumber pendapatan yang dimiliki nasabah atas
rencana yang akan dibiayai Bank Mega Syariah. Apabila dalam proses verifikasi
terdapat perbedaan tujuan pembiayaan, maka AFA atau petugas lain wajib
melakukan observasi lebih lanjut untuk mencegah side streaming.
4. Collateral (agunan)
Kecukupan agunan nasabah. Wajib dipastikan kecukupan agunan terhadap
pembiayaan calon nasabah (FTV) sesuai ketentuan yang berlaku.
5. Condition (prospek usaha dari calon Nasabah Penerima Fasilitas)
Keberadaan dan prospek usaha nasabah. Verifikasi dilakukan untuk menguji
kebenaran lokasi usaha nasabah, aktivitas usaha nasabah, manajemen atau tata
kelola usaha nasabah, key person usaha nasabah, mendapatkan gambaran prospek
usaha nasabah kedepan, strategi nasabah dalam meningkatkan atau
mengembangkan usaha, dan upaya dalam petrsaingan dengan kompetitor yang
ada.
Selain kelima prinsip tersebut, pejabat/ petugas analyst juga wajib melakukan
analisis risiko dan mitigasi risiko lainnya yang mungkin timbul dari internal
maupun eksternal nasabah dan persyaratan administrasi harus tertib. Setelah
66
didapatkan hasil kajian kelayakan pembiayaan, pejabat/ petugas analyst akan
memberikan keputusan
Berdasarkan penjelasan tersebut, Bank Mega Syariah dalam memberikan
pembiayaan Small telah menerapkan prinsip kelayakan pembiayaan sesuai dengan
peraturan Bank Indonesia yaitu Undang-undang No. 21 tahun 2008 Pasal 23 ayat 1
dan 2 tentang Perbankan Syariah yang mengatur mengenai kelayakan penyaluran
dana.
67
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan
sebagai berikut ini.
1. Dalam melakukan kajian kelayakan pembiayaan Micro, Bank Mega Syariah
Cabang Semarang tidak menerapkan prinsip kelayakan pembiayaan sesuai
dengan kebijakan Bank Mega Syariah Cabang Semarang. Dalam analisisnya, tim
analyst Bank Mega Syariah Cabang Semarang hanya mengkaji prinsip 3C yaitu
character, capacity, dan collateral. Ketiga prinsip kelayakan pembiayaan
tersebut dianggap sudah cukup oleh pihak Bank Mega Syariah Cabang Semarang
atau tim analyst sebagai syarat nasabah dalam pengajuan pembiayaan Micro di
Bank Mega Syariah Cabang Semarang. Sedangkan dalam melakukan kajian
kelayakan pembiayaan Small, Bank Mega Syariah Cabang Semarang sudah
menerapkan prinsip kelayakan pembiayaan sesuai dengan kebijakan Bank Mega
Syariah Cabang Semarang. Yakni, character, capital, collateral, capacity, dan
condition.
2. Berdasarkan Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 21 Tahun 2008, khususnya
pasal 23 ayat 2 dijelaskan bahwa Bank Syariah wajib melakukan penilaian
terhadap watak(Character), kemampuan(Capacity), modal(Capital),
agunan(Collateral), dan prospek usaha (Condition) dari calon Nasabah Penerima
Fasilitas atau lebih dikenal dengan prinsip 5C. Namun yang terjadi di lapangan
Bank Mega Syariah Cabang Semarang dalam mengkaji prinsip kelayakan
pembiayaan micro hanya didasarkan pada prinsip 3C yaitu character, capacity,
dan collateral. Ketiga prinsip tersebut telah dianggap cukup oleh tim analyst
Bank Mega Syariah. Dengan demikian, tim analyst Bank Mega Syariah Cabang
Semarang belum menerapkan prinsip kelayakan pembiayaan yang diatur dalam
68
peraturan Bank Indonesia. Sedangkan pembiayaan Small di Bank Mega Syariah
Cabang Semarang dalam menerapkan prinsip kelayakan pembiayaan sudah
sesuai dengan peraturan Bank Indonesia, yakni character, capital, collateral,
capacity, dan condition.
B. Saran
Adapun saran yang dapat dijadikan masukan bagi pihak Bank Mega Syariah
atau calon nasabah pembiayaan Micro and Small adalah sebagai berikut.
1. Bagi Bank Mega Syariah, dalam melakukan kajian kelayakan pembiayaan Micro
sebaiknya tim analyst menerapkan prinsip kelayakan pembiayaan yang sudah
diatur dalam kebijakan Bank Mega Syariah dan peraturan Bank Indonesia, yakni
prinsip 5C. Selain itu Bank Mega Syariah sebaiknya juga meningkatkan jumlah
unit kantor cabang agar memudahkan nasabah dalam menjangkau keberadaan
bank syariah guna melakukan transaksi keuangan, khususnya pembiayaan Micro
and Small.
2. Bagi calon nasabah pembiayaan Micro and Small, sebaiknya mengkaji prinsip
kelayakan pembiayaan yang dimiliki Bank Mega Syariah agar pengajuan
pembiayaan dapat diterima oleh pihak bank.
C. Penutup
Alhamdulillah segala puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya berupa kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini dengan baik. Penulis juga mengharapkan
saran serta kritik yang membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang.
Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan dapat diambil hikmah
bagi semua pihak yang mengkaji. Aamiin Ya Robbal’alamin.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, Yogyakarta: Rineka Cipta, 1993.
Hasibuan, Malayu, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006.
Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007.
Moleong, Lexy. J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2009.
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Sjahdeni, Sutan Remy, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalamTata Hukum
Perbankan Indonesia, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1999.
Umar, Husein, Research Methodes in Finance and Banking, Jakarta: PT Grafindo
Pustaka Utama, 2002.
Usanti, P dan Abd. Shomad. Transaksi Bank Syariah, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Wangsawidjaja, A, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012.
KARYA ILMIAH (Jurnal, Tugas Akhir dan Skripsi)
Haryati, Rini, implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah di BMT
Fastabiq Pati, Skripsi Fakultas dan Ekonomi Islam IAIN Semarang, 2013.
Jamilah, Siti Bisrokhatul, Mekanisme Pembiayaan Musyarakah di BPRS Ben
Salamah Abadi Purwodadi, Tugas Akhir Fakultas Syariah IAIN Walisongo
Semarang, 2007.
Kiswati, Ning, Mekanisme Pembiayaan Pemilikan Tanah dengan Akad Murabahah
di BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi, Tugas Akhir Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam IAIN Walisongo, 2014.
Sudarmadi, Danang, Mekanisme dan Operasionalisasi Pembiayaan Murabahah pada
UKM Mikro di BPRS As’ad Alif Sukorejo, Tugas Akhir Fakultas Syariah
IAIN Walisongo Semarang, 2007.
Usanti, Trisadini Prasastinah, ─Tinjauan Yuridis Pembiayaan Ijarah oleh Bank
Syariah║, Jurnal Amrta, Vol. 1 No. 2 (139), 1999.
Waginem, Analisis Pembiayaan Akad Murabahah sebagai Produk Unggulan di
BPRS Artha Amanah Ummat Ungaran, Tugas Akhir Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam, 2014.
PERATURAN DAN UNDANG-UNDANG
BMS, Kebijakan Pembiayaan Micro and Small, Jakarta: PT Bank Mega Syariah,
2014.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 Tanggal 5 Oktober 2006 Tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha
Berdasarkan Prinsip Syariah, Pasal 1 Ayat (5).
Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Nomor
35.2/per/M.KUKM/X/2007, Jakarta, 2011.
Undang-Undang Bank Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.
WEBSITE
Ilham, Muhammad, 5 Tips Pengusaha Menghadapi AFTA,
http://zahiraaccounting.com/id/blog/5-tips-pengusaha-mengahadapi-afta/,
diakses 23 Maret 2015.
Laman Resmi Bank Mega Syariah, http://www.megasyariah.co.id, diakses 11 April
2015.
Masmun, Artikel Pasar Bebas 2015 ITB Insight Festival,
http://itbinsight/posts/586156484781832, diakses 23 Maret 2015.
Muklim, Lani, Pengaruh Pengubahan Modal Kerja terhadap Peningkatan Likuiditas,
http://lannymuklim.wordpress.com/modal-kerja-terhadap-peningkatan-
likuiditas/, diakses 23 Maret 2015.
Prabowo, Pesan Boediono untuk Pasar Bebas 2015,
http://economy.okezone.com/read/2015/03/23/20/1122903/pesan-boediono-
untuk-pasar-bebas-2015, diakses 23 Maret 2015.
WAWANCARA
Wawancara dengan Marketing Funding BMS, Ibu Arifatul Khulwa. pada tanggal 27
April 2015 di BMS.
Wawancara dengan customer service BMS, Bapak Eri Edo Kisworo. pada tanggal 27
April 2015 di BMS.
Wawancara dengan tim Analyst BMS, Bapak Caroko. pada tanggal 27 April 2015 di
BMS.
PANDUAN WAWANCARA
Judul Penelitian : Penerapan Prinsip Kelayakan Pembiayaan Micro and Small di
Bank Mega Syariah Cabang Semarang
Penanya : Tsania Riza Zahroh (Peneliti)
Narasumber : Bapak Caroko (Analyst pembiayaan Bank Mega
Syariah Cabang Semarang)
Daftar Kuisioner
Tanya : Apa saja sektor atau sasaran yang diberi pembiayaan oleh BMS?
Jawab : Sektor industri seperti para pengusaha, Bank Mega Syariah lebih
mengutamakan para pekerja swasta dibandingkan dengan pegawai
negeri sipil.
Tanya :Kegiatan usaha seperti apa yang diberikan pembiayaan oleh BMS?
Jawab : Seperti yang saya jelaskan tadi, Bank Mega Syariah lebih
mengutamakan pekerja swasta, seperti usaha mebel dan usaha
swasta lain yang memiliki skala besar.
Tanya :Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh nasabah untuk
mengajukan pembiayaan di BMS?
Jawab : Nasabah harus menyerahkan fotokopi KTP, usaha nasabah
minimal 2 tahun, jarak tempuh tempat usaha maksimal 10 KM dari
BMS, dan persyaratan-persyaratan lain yang tertera pada Formulir
Usulan Pembiayaan (FUP).
Tanya :Bagaimanakah cara BMS mengetahui apakah nasabah layak
diberikan pembiayaan atau tidak?
Jawab : Tim analyst melakukan kajian terhadap prinsip kelayakan sesuai
dengan kebijakan BMS
Tanya :Apa saja prinsip kelayakan pembiayaan micro di BMS?
Jawab : Prinsip kelayakan (pembiayaan) micro berupa prinsip 3C
(character, collateral, capacity).
Tanya : Mengapa hanya menggunakan prinsip 3C?
Jawab : Karena ketiga prinsip itu sudah cukup untuk menganalisis
kelayakan nasabah. Kemudian setelah menganalisis ketiga prinsip
tersebut, tim analyst akan melakukan internal control untuk
mengecek alur pembiayaan apakah sesuai identitas atau tidak.
Tanya : Bagaimana cara menghitung angsuran pembiayaan micro tiap
bulannya?
Jawab : Misalkan pinjaman yang diajukan nasabah 200 juta, margin dari
BMS 1% sedangkan jangka waktu pembayaran 60 bulan. Terlebih
dahulu kita hitung margin per bulan, 1% x 200 juta = 2 juta.
Selanjutnya hitung angsuran pokok per bulan, 200 juta : 60 = 3,3
juta. Dengan demikian, nasabah tiap bulannya dikenakan
pembayaran angsuran 5,3 juta
Tanya :Apa saja prinsip kelayakan pembiayaan small di BMS?
Jawab : Dalam pembiayaan small prinsip kelayakan yang digunakan ialah
prinsip 5C (character, capacity, capital, condition, collateral)
selain itu tim analyst juga melakukan pengecekan Daftar Hitam
Nasional(DHN) atau BI Checking dan analisis resiko serta mitigasi
resiko lainnya.
Tanya : Apakah ada ketentuan lain terkait pembiayaan micro dan small
selain dari apa yang telah Bapak jelaskan tadi?
Jawab : Ada beberapa ketentuan lain seperti pembiayaan kendaraan
bermotor, pihak bank hanya berkewajiban membayarkan harga
kendaraan bermotor, sedangkan administrasi dan biaya lainnya
dibebankan seluruhnya kepada nasabah. Mengenai jaminan
(collateral), BMS menghindari jaminan dari hal-hal yang dianggap
merugikan, misalnya: tanah dekat sungai, tanah minimal berjarak
50 meter dari SUTET, tanah minimal berjarak 100 meter dari
kuburan.
Tanya : Berapa rasio pembiayaan dengan agunan yang diterapkan oleh
BMS?
Jawab : Jika agunan adalah tanah kosong bersertifikat SHGB market yang
diberikan oleh bank adalah 60%. Jika agunan adalah tanah dan
bangunan market yang diberikan adalah 80%. Jika agunan
merupakan sawah, market sebesar 70%.
Tanya : Bagaimana contoh analisis pembiayaan micro dan small
berdasarkan prinsip kelayakan pembiayaan?
Jawab : Misalkan seorang pengusaha mebel mengajukan pembiayaan
micro sebesar 200 juta, padahal dia sudah punya angsuran di bank
lain per bulan Rp 5.000.000,-Omset pengusaha mebel per bulannya
Rp 150.000.000,- . Tiap bulannya pengusaha tersebut harus
mengeluarkan biaya untuk membayar HPP Rp 120 juta, biaya
listrik dan PAM Rp 500.000,-, gaji karyawan Rp 2.500.000,-,
transport Rp 750.000,-, dan lain-lain Rp 100.000,-. Selain biaya
untuk perusahaan, pengusaha tersebut harus memenuhi kebutuhan
rumah tangganya sebesar Rp 2.000.000,-, biaya sekolah Rp
500.000,-, listrik dan telepon Rp 500.000,- dan lain-lain sebesar Rp
500.000,-.
Cara menghitung angsuran pembiayaan pengusaha mebel tersebut
di Bank Mega Syariah. Pinjaman yang diajukan nasabah adalah
200 juta, margin dari BMS 1% sedangkan jangka waktu
pembayaran 60 bulan. Terlebih dahulu kita hitung margin per
bulan, 1% x 200 juta = 2 juta. Selanjutnya hitung angsuran pokok
per bulan, 200 juta : 60 = 3,3 juta. Dengan demikian, nasabah tiap
bulannya dikenakan pembayaran angsuran 5,3 juta. Dispossible
Income pengusaha mebel adalah Rp 12.317.000,-.
IDIR =
Angsuran/ Pembiayaan lain + Rencana Angsuran di
BMS
x 100%
Dispossible Income
5 juta + 5,333 juta x 100% = 83,89 %
Rp 12.317.000,-
BIODATA LENGKAP
Data Pribadi
Nama : Tsania Riza Zahroh
NIM : 122503110
Jurusan : Perbankan Syariah D3
Tempat, tanggal lahir : Demak, 03 Agustus 1994
AlamatAsal : Desa Pasir RT/ RW 06/ VI Kec. Mijen Kab. Demak
Kode Pos 59583
Judul Tugas Akhir : Penerapan Prinsip Kelayakan Pembiayaan Micro and
Small di Bank Mega Syariah Cabang Semarang
Telp/ Nomor HP : 085 640 881 585
Email : Tsania94@yahoo.co.id
Data Keluarga
Nama Ayah : Mufid
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Nama Ibu : Lilis Suryani alias Amriyah
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Alamat Orang Tua : Desa Pasir RT/ RW 06/ VI Kec. Mijen Kab. Demak
Kode Pos 59583
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk digunakan
sebagai dasar pembuatan ijazah dan transkrip serta data lain yang diperlukan
terkait dengan persiapan wisuda.
Semarang, 18 Mei 2015
(Tsania Riza Zahroh)
top related