pengaruh audit tenure, pergantian dewan komisaris, audit...
Post on 25-Apr-2019
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH AUDIT TENURE, PERGANTIAN DEWAN KOMISARIS, AUDIT
DELAY, DAN PERSENTASE PERUBAHAN ROA TERHADAP AUDITOR
SWITCHING PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE & PROPERTY YANG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014.
Juhartin
Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Kepulauan Riau
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh audit tenure, pergantian dewan
komisaris, audit delay, dan persentase perubahan ROA terhadap auditor switching.
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai auditor switching memperlihatkan hasil-
hasil yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian lain perlu dilakukan untuk menguji
ulang tentang auditor switching.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan real estate and property yang tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2014. Berdasarkan metode purposive
sampling dalam proses pengumpulan data, diperoleh 11 perusahaan sebagai sampel.
Variabel penelitian yang digunakan adalah Audit Tenure (TENURE), Pergantian
Dewan Komisaris (PDK), Audit Delay (AD), Persentase Perubahan ROA (ROA), dan
Auditor Switching (SWITCH). Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis regresi
logistik menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi
22.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan terhadap
auditor switching, sedangkan pergantian dewan komisaris, audit delay dan persentase
perubahan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan perusahaan untuk
melakukan auditor switching.
Kata kunci: Audit tenure, pergantian dewan komisaris, audit delay, dan persentase
perubahan ROA, dan auditor switching
PENDAHULUAN
Perusahaan publik mempunyai kewajiban untuk melaporkan laporan
keuangan perusahaannya dan telah diaudit oleh akuntan publik, sehingga jasa akuntan
publik sangat dibutuhkan bagi perusahaan. Susan & Trisnawati (2011: 132)
menyatakan bahwa meningkatnya kebutuhan jasa akuntan publik maka semakin
banyak pula Kantor Akuntan Publik (KAP) yang beroperasi, dan hal ini menimbulkan
sebuah pilihan bagi perusahaan.
Menurut Mahantara (2013), Auditor switching merupakan perpindahan
auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien baik secara voluntary ataupun
mandatory. Auditor switching perlu dilakukan untuk mencegah hilangnya
independensi seorang auditor, karena auditor diharapkan tidak memiliki hubungan
yang lebih dalam hal pekerjaan yang dapat berpengaruh pada pemberian opini audit
(Rahmawati, 2011). Di Indonesia sendiri, peraturan yang membatasi masa perikatan
audit adalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3. Peraturan tersebut mengatur
bahwa pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan
oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
akuntan publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Pada tahun 2015, peraturan mengenai auditor switching di Indonesia diatur
kembali dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 2015 tentang
“Praktik Akuntan Publik”. Auditor switching terjadi secara voluntary bisa
menimbulkan pertanyaan bahkan kecurigaan mengenai faktor apa yang menyebabkan
perusahaan melakukan penggantian KAP tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan oleh peraturan, sedangkan Auditor switching yang dilakukan secara
mandatory yaitu sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Auditor Switching
Menurut Mahantara (2013), Auditor switching merupakan perpindahan
auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien. Susan & Trisnawati (2011) juga
menyatakan bahwa Auditor Switching merupakan perpindahan auditor (KAP) yang
terjadi pada suatu perusahaan. Pergantian KAP dibedakan menjadi dua jenis yaitu
pergantian yang bersifat peraturan wajib (mandatory) dan yang bersifat sukarela
(voluntary).
Teori Agency
Menurut Jensen dan Meckling (1976) untuk mengatasi konflik agensi
diperlukannya auditor independen. DeFond (1992) dalam (Abdillah, 2013)
menambahkan bahwa manajer sangat mempertimbangkan pergantian auditor sebagai
cara dalam mengatasi konflik agensi. Chariri (2014) juga mengemukakan bahwa
diperlukannya pihak ketiga yang bersifat independen sebagai penengah kedua belah
pihak antara prinsipal dan agen. Pihak ketiga berfungsi untuk memonitor perilaku
manajemen apakah sudah melakukan tindakan sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Audit Tenure
Audit tenure adalah masa perikatan audit dari KAP dalam memberikan jasa
auditnya terhadap perusahaan klien Shockley (1981) dalam (Astrini & Muid, 2013).
Di Indonesia, Pemerintah telah mengatur kewajiban pergantian Kantor Akuntan
Publik dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
Nomor 17/PMK.01/2008 dengan masa penugasan audit KAP diperpanjang menjadi
enam tahun, sedangkan untuk seorang Akuntan Publik selama tiga tahun.
Peraturan ini kemudian diperbaharui kembali dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 20 tahun 2015 tentang “Praktik Akuntan Publik” pasal 11,
yaitu pemberian jasa audit atas laporan keuangan historis terhadap suatu entitas oleh
seorang Akuntan Publik dibatasi paling lama untuk 5 (lima) tahun buku berturut-
turut. Penelitian ini menggunakan dasar Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3, karena
penelitian ini adalah tahun 2010-2014.
Pergantian Dewan Komisaris
Rifai (2009) menyatakan bahwa Dewan komisaris merupakan lembaga
pengawasan yang semata-mata bertugas untuk kepentingan perseroan. Menurut
Meryani & Mimba (2012), dalam hal melakukan tugasnya sebagai pengawas untuk
kepentingan perseroan, Dewan Komisaris juga berkewenangan untuk menunjuk suatu
KAP melalui rekomendasi dari komite audit yang nantinya akan diusulkan dalam
RUPS.
Audit Delay
Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang
diukur dari tanggal tutup buku tahun perusahaan yaitu 31 Desember sampai tanggal
ditandatanganinya laporan audit (Robbitasari & Wiratmaja, 2013).
Persentase Perubahan ROA (Return On Asset)
Menurut Hery (2015: 228), ROA (Return On Asset) merupakan rasio yang
menunjukkan hasil atas penggunaan asset perusahaan dalam menciptakan laba bersih.
Susan dan Estralita (2011) juga berpendapat bahwa ROA (Return on Assets)
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang telah
digunakan, sehingga dapat diketahui apakah perusahaan secara efisien menggunakan
asetnya dalam melakukan kegiatan usahanya. Mahantara (2013) berpendapat bahwa
peningkatan dari persentase ROA menunjukkan terjadinya peningkatan efektivitas
dari perusahaan untuk menghasilkan laba dari aset yang dimiliki, akan tetapi ketika
terjadi penurunan dari persentase ROA, hal tersebut menunjukkan terjadinya
penurunan efektivitas dari perusahaan tersebut.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Audit Tenure terhadap Auditor Switching
Audit tenure adalah masa perikatan audit dari KAP dalam memberikan jasa
auditnya terhadap perusahaan klien Shockley (1981) dalam (Astrini & Muid, 2013).
Audit tenure yang panjang dapat menyebabkan kualitas dan kompetensi kerja auditor
cenderung menurun secara signifikan dari waktu ke waktu dan dapat menimbulkan
persepsi bahwa auditor sulit untuk bersikap independen, karena kemungkinan adanya
keterikatan yang bersifat pribadi yang dinilai dapat mengganggu independensi auditor
(Astrini & Muid, 2013). Kedekatan yang muncul antara KAP dan klien akibat adanya
hubungan yang cukup panjang akan mempengaruhi independensi KAP dan
mengurangi kualitas audit (Chariri, 2014).
Pengaruh Pergantian Dewan Komisaris terhadap Auditor Switching
Rifai (2009) menyatakan bahwa Dewan komisaris merupakan lembaga
pengawasan yang semata-mata bertugas untuk kepentingan perseroan. Menurut
Meryani & Mimba (2012), dalam hal melakukan tugasnya sebagai pengawas untuk
kepentingan perseroan, Dewan Komisaris juga berkewenangan untuk menunjuk suatu
KAP melalui rekomendasi dari komite audit yang nantinya akan diusulkan dalam
RUPS. Oleh karena dewan komisaris berkewenangan untuk mengangkat KAP,
sehingga apabila terjadi pergantian dalam keanggotaan dewan komisaris maka diikuti
juga dengan perubahan kebijakan perusahaan termasuk dalam penunjukkan KAP.
Pengaruh audit delay terhadap auditor switching
Audit delay didefinisikan sebagai lamanya waktu penyelesaian audit yang
diukur dari tanggal tutup buku tahun perusahaan yaitu 31 Desember sampai tanggal
ditandatanganinya laporan audit (Robbitasari & Wiratmaja, 2013). Apabila waktu
yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan auditnya terlalu lama, menyebabkan
perusahaan terlambat menyampaikan laporan keuangan ke pasar modal dapat
berpengaruh terhadap pergantian KAP Stocken (2000) dalam (Srimindarti, 2006).
Robbitasari & Wiratmaja (2013) juga menyatakan keterlambatan dalam
mempublikasikan laporan keuangan dapat menimbulkan kecurigaan bagi pengguna
laporan keuangan, dan tentu saja perusahaan tidak ingin keterlambatan publikasi
laporan keuangan yang disebabkan oleh audit delay terjadi lagi di tahun berikutnya,
sehingga memungkinkan perusahaan untuk melakukan pergantian KAP.
Pengaruh Persentase Perubahan ROA terhadap Auditor Switching
Menurut Mahantara (2013) peningkatan dari persentase ROA menunjukkan
terjadinya peningkatan efektivitas dari perusahaan untuk menghasilkan laba dari aset
yang dimiliki perusahaan, akan tetapi ketika terjadi penurunan dari persentase ROA,
maka hal tersebut menunjukkan terjadinya penurunan efektivitas dari perusahaan
tersebut.
Menurut Budi, Arifati, & Oemar (2015), perusahaan yang memiliki nilai
persentase perubahan ROA rendah cenderung mengganti auditornya karena
mengalami penurunan kinerja sehingga kondisi keuangan perusahaan menurun, hal
tersebut akan mendorong manajemen untuk mengganti auditornya dengan harapan
akan mendapatkan auditor yang mampu untuk menyembunyikan penurunan
persentase ROA tersebut.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini adalah laporan keuangan auditan perusahaan jasa sektor
real estate and property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Dependen
Variabel dependen penelitian ini adalah Auditor switching. Auditor
Switching merupakan pergantian auditor (KAP) yang dilakukan oleh perusahaan klien
karena beberapa faktor (Mahantara, 2013). Variabel auditor switching disini
menggunakan variabel dummy, yaitu nilai 1 menunjukan adanya pergantian KAP
yang dilakukan oleh perusahaan klien, dan nilai 0 bila tidak ada pergantian KAP yang
dilakukan oleh perusahaan klien. Jika terjadi pergantian salah satu partner atau lebih,
dimaksudkan sebagai rotasi partner dan bukan pergantian KAP.
Variabel Independen
Audit Tenure
Menurut Astrini & Muid (2013), Audit tenure adalah masa perikatan audit
dari Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya
dan variabel audit tenure dihitung dengan menjumlah total panjang masa perikatan
audit sebelum auditor berpindah, tahun pertama perikatan dimulai dengan angka 1
dan ditambah dengan satu untuk tahun-tahun berikutnya.
Pergantian Dewan Komisaris
Variabel pergantian dewan komisaris menggunakan variabel dummy. Jika
perusahaan klien mengganti anggota dewan komisaris akan diberikan nilai 1,
sedangkan jika perusahaan klien tidak mengganti anggota dewan komisaris, maka
diberikan nilai 0. Pergantian komisaris disini memiliki arti pergantian salah satu atau
keseluruhan dari dewan komisaris.
Audit Delay
Variabel audit delay diukur dengan melihat jumlah hari tanggal tutup buku
tahun perusahaan 31 Desember sampai tanggal penandatanganan laporan audit yang
tertera pada laporan auditor independen Pawitri & Yadnyana (2015).
Persentase Perubahan ROA
Dalam penelitian ini variabel persentase perubahan ROA dihitung dengan
menggunakan cara yang dilakukan oleh Damayanti dan Sudarma (2007), yaitu
dengan rumus:
Keterangan:
∆ROA = persentase perubahan ROA periode t dari periode t-1
ROAt = ROA pada periode t
ROAt-1 = ROA pada periode t-1
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
Jasa Sektor Real Estate and Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2010-2014. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
metode purposive, yaitu pemilihan sampel dengan kriteria tertentu. Adapun kriteria
dalam pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan Real Estate and Property yang terdaftar di BEI periode 2010 – 2014
2. Perusahaan yang tidak melakukan auditor switching secara mandatory periode
2010-2014
∆𝑅𝑂𝐴 =𝑅𝑂𝐴𝑡 − 𝑅𝑂𝐴𝑡−1
𝑅𝑂𝐴𝑡−1𝑥100%
3. Perusahaan yang menyajikan informasi yang dibutuhkan selama penelitian periode
2010-2014.
Metode Analisis
Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, digunakan
metode analisis regresi logistik, karena variabel dependennya bersifat dikotomi
(melakukan auditor switching dan tidak melakukan auditor switching). Selain itu,
variabel independen merupakan campuran antara variabel kontinyu (data metrik) dan
kategorial (data non metrik), sehingga Asumsi multivariate normal distribution tidak
dapat dipenuhi (Ghozali, 2011). Dalam hal ini dapat dianalisis dengan regresi logistik
(logistic regression) karena tidak perlu asumsi normalitas data pada variabel
bebasnya.
Adapun model regresi logistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
SWITCHt = α + 𝛽1TENURE + 𝛽2PDK + 𝛽3𝐴𝐷 + 𝛽4ROA + ε
Keterangan:
SWITCHt : Auditor switching
α : Konstanta
𝛽1 – 𝛽4 : Koefisien Regresi
TENURE : Audit Tenure
PDK : Pergantian Dewan Komisaris
AD : Audit Delay
ROA : Persentase Perubahan ROA
ε : Error
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata (mean), nilai standar deviasi data yang digunakan dalam
penelitian. Berdasarkan hasil output pengujian statistik deskriptif dengan SPSS Ver.
22 pada tabel 4.2, dapat diketahui bahwa
1. Variabel audit tenure (TENURE) menunjukkan nilai terendah 1dan nilai tertinggi
5, dengan kata lain panjang masa perikatan KAP dengan suatu perusahaan paling
singkat adalah 1 tahun dan paling lama adalah 5 tahun. Sedangkan nilai mean dan
standar deviasi yang dimiliki variabel ini adalah 2,40 dan 1,342.
2. Variabel audit delay (AD) menunjukkan nilai terendah 24 dan nilai tertinggi 199.
Sedangkan Rata-rata audit delay perusahaan real estate and property periode
2010-2014 selama 76 hari dan standar deviasi nya adalah 27.279.
3. Variabel persentase perubahan roa (ROA) menunjukkan nilai terendah -0,92 dan
nilai tertinggi 13,28, sedangkan nilai rata-rata (mean) 0,6105 dan standar deviasi
variabel ini adalah 2,15743.
Statistik Frekuensi
Berdasarkan hasil output pengujian statistik deskriptif dengan SPSS Ver. 22
pada tabel 4.3, dapat diketahui bahwa variabel auditor switching (SWITCH) diukur
dengan menggunakan variabel dummy, yaitu bernilai 0 jika tidak terjadi pergantian
KAP dan bernilai 1 jika terjadi pergantian KAP. Perusahaan yang tidak melakukan
pergantian KAP sebanyak 70,9% sedangkan perusahaan yang melakukan pergantian
KAP sebanyak 29,1%.
Berdasarkan hasil output pengujian statistik deskriptif dengan SPSS Ver. 22
pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa variabel pergantian dewan komisaris (PDK)
diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu bernilai 0 jika tidak terjadi
pergantian dewan komisaris dan bernilai 1 jika terjadi pergantian dewan komisaris.
Perusahaan yang tidak melakukan pergantian dewan komisaris sebanyak 45,5%
sedangkan perusahaan yang melakukan pergantian dewan komisaris sebanyak
54,5%.
Pengujian Hipotesis Penelitian
Oleh karena variabel dependen bersifat dikotomi (melakukan auditor
switching dan tidak melakukan auditor switching) maka pengujian terhadap hipotesis
dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Selain itu, variabel independen
merupakan campuran antara variabel kontinyu (data metrik) dan kategorial (data non
metrik), sehingga Asumsi multivariate normal distribution tidak dapat dipenuhi
(Ghozali, 2011). Tahapan dalam pengujian dengan menggunakan uji regresi logistik
dapat dijelaskan sebagai berikut (Ghozali, 2011: 333) :
Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Berdasarkan tabel 4.5, Nilai -2LL awal tanpa variabel sebesar 66,326 dan
setelah dimasukkan empat variabel independen, maka diperoleh nilai –2 log
likelihood sebesar 22,414. Setelah dimasukkan keempat variabel independen, maka
nilai -2LL akhir mengalami penurunan sebesar 43,912. Penurunan Likelihood (-2LL)
ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang
dihipotesiskan fit dengan
data. Hasil uji keseluruhan model dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Menilai Keseluruhan Model
Iteration Historya,b,c,d
Iteration -2 Log likelihood
Coefficients
Constant TENURE PDK DELAY ROA
Step 1 1 37.108 3.156 -.939 -.349 -.021 .124
2 27.626 5.519 -1.668 -.524 -.038 .191
3 23.847 7.491 -2.445 -.703 -.048 .196
4 22.612 8.638 -3.159 -.820 -.050 .168
5 22.420 9.057 -3.553 -.850 -.049 .153
6 22.414 9.138 -3.635 -.854 -.049 .151
7 22.414 9.141 -3.638 -.854 -.049 .151
8 22.414 9.141 -3.638 -.854 -.049 .151
Initial -2 Log Likelihood: 66.326
Data sekunder yang diolah, 2016
Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Besarnya nilai koefesien determinasi pada model regresi logistik
ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R Square. Nilai Nagelkerke R Square adalah
sebesar 0,785 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
variabel independen adalah sebesar 78,5%, sedangkan sisanya sebesar 21,5%
dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Hasil pengujian
ditampilkan dalam table 4.6 :
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 22.414a .550 .785
Data sekunder yang diolah, 2016
Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian menunjukkan nilai Chi-square sebesar
1,058 dengan signifikansi (p) sebesar 0,994. Berdasarkan hasil tersebut, karena nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka model dapat disimpulkan mampu
memprediksi nilai observasinya. Hasil uji kelayakan model regresi disajikan pada
tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Menguji Kelayakan Model Regresi
Data sekunder yang diolah, 2016
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1.058 7 .994
Matriks klasifikasi
Hasil pengujian ditampilkan dalam tabel 4.8 :
Tabel 4.8
Matriks Klasifikasi
Data sekunder yang diolah, 2016
Matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk
memprediksi kemungkinan auditor switching yang dilakukan oleh perusahaan.
Berdasarkan hasil pengujian, kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi
kemungkinan perusahaan melakukan auditor switching adalah sebesar 93,8 %. Hal
ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi terdapat sebanyak 15
perusahaan yang diprediksi akan melakukan auditor switching dari total 16
perusahaan yang melakukan auditor switching. Dapat disimpulkan bahwa kekuatan
prediksi dari model regresi sebesar 92,7%.
Classification Tablea
Observed
Predicted
Y
Percentage
Correct
tidak ada
Pergantian KAP Pergantian KAP
Step 1 Y tidak ada Pergantian
KAP 36 3 92.3
Pergantian KAP 1 15 93.8
Overall Percentage 92.7
Model Regresi Logistik
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Logistik
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a TENURE (X1) -3.638 1.192 9.309 1 .002 .026
PDK (X2) -.854 1.173 .529 1 .467 .426
DELAY (X3) -.049 .036 1.862 1 .172 .952
ROA (X4) .151 .234 .417 1 .518 1.163
Constant 9.141 3.354 7.426 1 .006 9334.607
a. Variable(s) entered on step 1: TENURE, PDK, DELAY, ROA.
Data sekunder yang diolah, 2016
Berdasarkan Tabel 4.9, persamaan regresi logistik dalam penelitian ini dapat
dinyatakan dengan:
SWITCHt = 9,141 – 3,638TENURE – 0,854PDK – 0,049AD+ 0,151ROA+ ε
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Audit Tenure (TENURE) terhadap Auditor Switching (SWITCH)
Variabel audit tenure menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,002.
Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari α = 5%, maka hipotesis pertama (H1)
diterima. Hal ini berarti bahwa penelitian ini berhasil membuktikan adanya pengaruh
audit tenure terhadap auditor switching secara voluntary. Penelitian ini mendukung
hasil penelitian yang dilakukan oleh Astrini & Muid (2013) dan Abdillah (2013),
akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian dari Olivia (2014)
yang menemukan bahwa audit tenure tidak berpengaruh terhadap auditor switching.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari peraturan pemerintah
yang membatasi perikatan audit agar tidak terjadinya hubungan yang cukup panjang
antara KAP dan klien untuk mempertahankan tingkat independensi KAP dan kualitas
audit. Sehingga semakin lama masa perikatan audit, maka semakin besar
kecenderungan perusahaan klien untuk melakukan pergantian KAP. Hal ini karena
adanya peraturan yang membatasinya.
Pengaruh Pergantian Dewan Komisaris (PDK) terhadap Auditor Switching
(SWITCH)
Variabel pergantian dewan komisaris menunjukkan tingkat signifikansi
sebesar 0,467. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis
kedua (H2) tidak berhasil didukung. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak
berhasil membuktikan bahwa pergantian dewan komisaris berpengaruh terhadap
auditor switching. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Meryani & Mimba (2012), namun hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rahmawati (2011) dan Sihombing (2012).
Dalam hal ini kebijakan perusahaan dapat diselaraskan dengan kebijakan
dalam penunjukkan KAP. Oleh karena itu pergantian dalam keanggotaan dewan
komisaris tidak menjamin perusahaan akan mengganti KAP dan kebijakan dalam
penunjukkan pergantian KAP juga memerlukan adanya persetujuan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS), sehingga keinginan dewan komisaris baru bisa
jadi tidak terpenuhi dalam RUPS.
Pengaruh Audit Delay (DELAY) terhadap Auditor Switching (SWITCH)
Variabel audit delay menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,172.
Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis ketiga (H3) tidak
berhasil didukung. Penelitian ini tidak berhasil membuktikan bahwa audit delay
berpengaruh signifikan terhadap auditor switching. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Pawitri & Yadnyana (2015), namun hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wenny (2014) yang
menyatakan bahwa audit delay tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor
switching.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan masih memiliki pertimbangan
untuk tetap mempertahankan KAP lama demi menjaga reputasi mereka di mata
investor maupun calon investornya dan apabila perusahaan mengganti KAPnya, maka
KAP baru perlu melakukan pemahaman atas bisnis perusahaan dan risiko yang
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan jika perusahaan tetap menggunakan
KAP yang lama.
Pengaruh Persentase Perubahan ROA (ROA) terhadap Auditor Switching
(SWITCH)
Variabel persentase perubahan ROA menunjukkan tingkat signifikansi
sebesar 0,518. Karena tingkat signifikansi lebih besar dari α = 5%, maka hipotesis
keempat (H4) tidak berhasil didukung dan ini menunjukkan bahwa penelitian ini tidak
berhasil membuktikan bahwa persentase perubahan roa berpengaruh signifikan
terhadap auditor switching secara voluntary. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Biantoro (2015), namun hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Susan, & Trisnawati (2011) dan Mahantara
(2013) yang menyatakan bahwa persentase perubahan ROA tidak berpengaruh
signifikan terhadap auditor switching.
Hal ini menunjukkan bahwa ketika terjadi penurunan persentase ROA,
perusahaan tidak serta merta melakukan penggantian KAP. Hal ini terjadi karena
perusahaan lebih mementingkan untuk mempertahankan reputasinya dimata para
stakeholder dengan cara mempertahankan untuk menggunakan jasa KAP yang lama.
Reputasi dari sebuah perusahaan akan dipertanyakan ketika terjadi kecenderungan
perusahaan untuk mengganti KAP ketika terjadi penurunan kinerja keuangan dalam
perusahaan tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh audit tenure, pergantian dewan
komisaris, audit delay dan persentase perubahan roa terhadap auditor switching pada
perusahaan real estate and property yang terdaftar di BEI periode 2010–2014..
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik dengan program
Statistical Package for Social Science (SPSS). Sampel yang digunakan adalah 11
perusahaan dengan periode 5 tahun yaitu sebanyak 55 data.
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan yang dijelaskan pada bagian
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik dalam penelitian
menunjukkan bahwa audit tenure berpengaruh signifikan terhadap auditor
switching pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di BEI periode
2010-2014.
2. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik dalam penelitian
menunjukkan bahwa pergantian dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan
terhadap auditor switching pada perusahaan real estate and property yang
terdaftar di BEI periode 2010-2014.
3. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik dalam penelitian
menunjukkan bahwa audit delay tidak berpengaruh signifikan terhadap auditor
switching pada perusahaan real estate and property yang terdaftar di BEI periode
2010-2014.
4. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik dalam penelitian
menunjukkan bahwa persentase perubahan ROA tidak berpengaruh signifikan
terhadap auditor switching pada perusahaan real estate and property yang
terdaftar di BEI periode 2010-2014.
Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian selanjutnya, yaitu :
1. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan menggunaan jenis industri yang
berbeda sehingga dapat dilakukan perbandingan antar jenis industri.
2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan menggunakan variabel
independen lain yang mungkin mempengaruhi auditor switching untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai auditor switching di Indonesia.
3. Penelitian selanjutnya hendaknya memperhatikan auditor switching pada tingkat
akuntan publik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, T. B. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergantian KAP.
Semarang: Universitas Diponegoro. Skripsi
Astrini, N. R., & Muid, D. (2013). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perusahaan Melakukan Auditor Switching Secara Voluntary. Diponegoro
Journal Of Accounting, Volume 2, Nomor 3 ( ISSN: 2337-3806).
Biantoro, F. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Di
Indonesia Melakukan Auditor Switching. Naskah Publikasi Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Budi, S., Arifati, R., & Oemar, A. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perusahaan Berpindah KAP Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
Bei Tahun 2009-2013. Universitas Pandanaran Semarang, Vol. 1, No 1.
Chariri, A. (2014). Pengaruh Tenure, Ukuran KAP dan Spesialisasi Auditor Terhadap
Kualitas Audit. Diponegoro Journal Of Accounting, Volume 3, Nomor 3
(ISSN : 2337-3806).
Damayanti, S., & Sudarma, M. (2007). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perusahaan Berpindah Kantor Akuntan Publik. Seminar Nasional Akuntansi
XI, Pontianak.
Divianto. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Melakukan
Auditor Switch. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS), Vol. 1
No. 2.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: CAPS (Center for Acdemic
Publishing Service).
Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:
Salemba Empat
Jensen, M.C. dan Meckling W.H. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol.
3.
Mahantara, A. G. (2013). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pergantian Kantor
Akuntan Publik Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Udayana. Tesis.
Martono, N. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakata: PT. Raja Grafindo.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. 2007. Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Meryani, L. H., & Mimba, N. P. (2012). Pengaruh Financial Distress, Going Concern
Opinion, dan Management Changes Pada Voluntary Auditor Switching.
Universitas Udayana, Vol. 2, No. 3.
Olivia. (2014). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Switching Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei. Makassar: Universitas
Hasanuddin. Skripsi
Pawitri, N. M., & Yadnyana, K. (2015). Pengaruh Audit Delay, Opini Audit,
Reputasi Auditor Dan Pergantian Manajemen Pada Voluntary Auditor
Switching. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, volume 10, nomor 1
(ISSN : 2302-8578), 214-228.
PMK Nomor 17 Tahun 2008 (2008). Peraturan Menteri Keuangan No. 17 Tahun
2008 tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta: Menteri Keuangan.
PP Nomor 20 Tahun 2015 (2015). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20
Tahun 2015 tentang Praktik Akuntan Publik. Jakarta: Departemen Keuangan.
Rahmawati, F. (2011). Faktor yang Mempengaruhi Perusahaan yang Terdaftar di
BEI Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik. Semarang: Universitas
Diponegoro. Skripsi.
Rifai, Badriyah. (2009). Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good
Corporate Governance di Perusahaan Publik. Jurnal Hukum. Vol. 16, No. 3:
396-412.
Robbitasari, A. P., & Wiratmaja, I. D. (2013). Pengaruh Opini Audit Going Concern,
Kepemilikan Institusional dan Audit Delay pada Voluntary Auditor
Switching. E-jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Volume 5, nomor 3
(ISSN : 2302-8556).
Sihombing, M. M. (2012). Analisis Hubungan Auditor – Klien : Faktor – Faktor yang
mempengaruhi Auditor Switching. Semarang: Universitas Diponegoro.
Skripsi.
Srimindarti, C. (2006). Opini Audit Dan Pergantian Auditor: Kajian Berdasarkan
Resiko, Kemampuan Perusahaan Dan Kinerja Auditor. Fokus Ekonomi , Vol.
5 No.1.
Suarjana, I. W., & Widhiyani, N. L. (2015). Faktor Klien Yang Memengaruhi
Pergantian Kantor Akuntan Publik Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana,Vol.10, No.1, 78-90 (ISSN: 2302-8556).
Susan, & Trisnawati, E. (2011). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perusahaan
Melakukan Auditor Switch. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, vol. 13 no. 2 , 131-
144.
Wenny, C. D. (2014). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Auditor Changes. Jurnal
Ilmiah STIE MDP , Vol. 4 No. 1.
top related