pengaruh biaya operasional pendapatan operasional (bopo...
Post on 20-Jul-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non
Performing Financing (NPF), Financing To Deposit Ratio (FDR) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap Return On Asset (ROA)
(Studi Kasus pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014)
Oleh:
Nuzul Qorifah
NIM : 1112081000147
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
PENGARUH BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL
(BOPO), NON PERFORMING FINANCING (NPF), FINANTING TO
DEPOSIT RATIO (FDR) DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA
SYARIAH (SBIS) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PADA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA
Skripsi:
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Nuzul Qorifah
(NIM : 1112081000147)
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Herni Ali HT, SE., MM Amalia, SE., MSM
NIDN. 0422125902 NIP. 19740821 200901 2 005
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 10 September 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
Nama : Nuzul Qorifah
NIM : 1112081000147
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah
di Indonesia tahun 2010-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ketahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 23 Maret 2016 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa:
Nama : Nuzul Qorifah
NIM : 1112081000147
Jurusan : Manajemen
Judul Skripsi : Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Return On Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah
di Indonesia tahun 2010-2014)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidaytullah Jakarta.
Jakarta, 23 Maret 2016
1. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si
NIP. 19731221 200501 2 002
2. Amalia, SE., MSM
NIP. 19740821 200901 2 005
3. Dr. Herni Ali HT, SE., MM
NIDN. 0422125902
4. Amalia, SE., MSM
NIP. 19740821 200901 2 005
5. Dr. Indoyama Nasarudin, SE.,MAB
NIP. 19741127 200112 1 002
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang Bertanda Tanggan dibawah ini:
Nama : Nuzul Qorifah
No. Induk Mahasiswa : 1112081000147
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Manajemen/MIPS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggung jawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya
siap untuk dikenai sanksi berdasarkan anturan yang berlaku di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 8 Januari 2016
Yang menyatakan,
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Nuzul Qorifah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Februari 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Galunggung 15 Blok C6 No. 14 RT. 006 RW.
010 Kel. Cengkareng Timur Kec. Cengkareng Kota
Jakarta Barat – DKI. Jakarta
No Telepon/HP : -/089630770125
Email : qori2894@gmail.com
Pendidikan Formal
1999-2005 : SD Negeri 09 Pagi Jakarta Barat
2005-2008 : SMP Negeri 108 Jakarta
2008-2011 : MA Negeri 16 Jakarta
2011-2016 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen
Informasi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Anggota PASKIBRA SD Negeri 09 Pagi Jakarta Barat
2. Anggota PASKIBRA SMP Negeri 108 Jakarta
3. Anggota KIR MA Negeri 16 Jakarta
4. Pengurus OSIS MA Negeri 16 Jakarta periode 2009/2010
Keahlian
Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point),
Internet
Bahasa : Bahasa Jepang, Inggris
vi
ABSTRACT
This study aimed to analyze the influence (ROA) Operating Costs
Operating Income, NPF (Non Performing Financing), FDR (Financing to Deposit
Ratio) and SBIS (Bank Indonesia Certificates Sharia) on ROA (Return on Assets)
a case study in Islamic Banks in Indonesia. By taking the data four samples,
namely Islamic Banks, PT. Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mandiri,
PT. Bank BRI Syariah, and PT. Bank Bukopin Syariah.
This research is quantitative. Analyses were performed using secondary
data time series (time series) quarterly documentation obtained from the official
website of each bank in the study period of 2010 through 2014. The analytical
method used is multiple linear regression in SPSS software version 22 and
Microsoft Office Excel 2007 the approach to the science of statistics.
The results showed that the ROA, NPF, FDR and SBIS simultaneously
affect the ROA (Return on Assets). BOPO and FDR partially influence on ROA
(Return on Assets). While the NPF and SBIS no effect on ROA (Return on Assets)
with a confidence level of 95%, the value of Adjusted R-square is generated by
55%, giving meaning that the ROA (Return on Assets) is able to be explained by
the variable ROA, NPF, FDR and SBIS by 55%, and the remaining 45% is
explained by other variables not included in this study, example: CAR, Inflation,
DPK, BI Rate and other.
Keywords: ROA, NPF, FDR, SBIS, ROA
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh (BOPO) Biaya
Operasional Pendapatan Operasional, NPF (Non Performing Financing), FDR
(Financing to Deposit Ratio) dan SBIS (Sertifikat Bank Indonesia Syariah)
terhadap ROA (Return on Asset) studi kasus pada Bank Umum Syariah di
Indonesia. Dengan mengambil data 4 sampel Bank Umum Syariah yaitu, PT.
Bank Muamalat Indonesia, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank BRI Syariah, dan
PT. Bank Bukopin Syariah.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Analisis dilakukan dengan
menggunakan data sekunder runtun waktu (time series) triwulan yang diperoleh
dari dokumentasi website resmi masing-masing bank dalam periode penelitian
tahun 2010 sampai dengan 2014. Metode analisis yang digunakan adalah regresi
linier berganda pada Software SPSS versi 22 dan Microsoft Office Excel 2007
dengan pendekatan ilmu statistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa BOPO, NPF, FDR dan SBIS secara
simultan berpengaruh terhadap ROA (Return on Asset). BOPO dan FDR secara
parsial berpengaruh terhadap ROA (Return on Asset). Sedangkan NPF dan SBIS
tidak berpengaruh terhadap ROA (Return on Asset) dengan confidence level 95%,
nilai Adjusted R-square yang dihasilkan sebesar 55%, memberikan makna bahwa
variabel ROA (Return on Asset) mampu dijelaskan oleh variabel BOPO, NPF,
FDR dan SBIS sebesar 55%, dan sisanya 45% dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak termasuk dalam penelitian ini, contohnya: CAR, Inflasi, DPK, BI Rate dan
lainnya.
Kata Kunci : BOPO, NPF, FDR, SBIS, ROA
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada
hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Karena hanya dengan petunjuk dan bimbingan-Nya, penuli dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul ―Pengaruh Biaya Operasional
Pendaatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) terhadap Return on Asset (ROA) (Studi Kasus pada Bank Umum
Syariah di Indonesia Periode 2010-2014)” dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakkultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya
bantuan dari berbagai pihak, banyak pihak yang telah membantu mendukung, baik
berupa moral, tenaga, masukan dan pengarahan-pengarahan yang sangat penting
bagi penulisan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
tak terhingga dan semoga Allah SWT memberikan pahala atas amal kebaikan
semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya
adalah:
1. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Ngadimin dan
Mama Asriyah yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun
materil, memberikan cinta, kasih sayang dan selalu mendoakan dengan
penuh rasa ikhlas.
ix
2. Adik tersayang Nafisha Rizkya Putri, yang selalu memberikan dukungan
semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Dr. M. Arif Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakkultas Ekonomi
dan Bisnis, Bapak Dr. Amilin, SE.Ak., M.Si selaku Wakil Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, MH selaku
Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dan Bapak Dr. Desmadi
Saharuddin, Lc., MA selaku Wakil Dekan III Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Dr. Herni Ali HT, SE., MM selaku dosen Pembimbing I, yang
senantiasa dengan sabar dan ikhlas meluangkan waktunya untuk
membimbing, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Terima kasih banyak Pak Herni, Semoga Allah SWT selalu
melimpahkan nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat wal‘afiat dan
panjang umur serta kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak.
5. Ibu Amalia, SE., MSM selaku dosen Pembimbing II, yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi,
ilmu serta saran dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
6. Ibu Titi Warninda SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen, dan Ibu Ir.
Ela Patriana, MM selaku Sekretaris Jurusan Manajemen.
7. Bapak Adhitya Ginanjar, SE., M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik
yang telah mengarahkan dan memotivasi penulis selama menuntut ilmu di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.
8. Ibu Dr. Muniati Aisyah, Ir., MM yang telah banyak membantu dan
memberikan jalan bagi kami mahasiswa MIPS
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah
Jakarta, terima kasih telah memberikan curahan ilmu yang bermanfaat
bagi penulis.
x
10. Seluruh karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatulah
Jakarta, yang telah membantu dan memberikan pelayanan dengan baik
demi kelancaran kegiatan perkuliahan kami.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan Jeje, Selvia, Kartini, Sarah, Septi, Lina,
Ayu, Jananti, Indah dan Ulan. Terima kasih atas dukungan, doa,
kebersamaan dan motivasinya selama proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT selalu melindungi kalian dan membalas kebaikan-
kebaikan kalian.
12. Sahabat-sahabat Harki Pahlawati, Siti Galuh H.R.P, Ilmiatul Farihi.
Terima kasih atas dukungan, doa, kebersamaan dan motivasi selama
proses penyesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan perlingan
kepada kalian dan membalas kebaikan kalian dan semoga kita bisa dapat
terus menjaga silaturahmi ini.
13. Teman-teman seperjuangan Manajemen Informasi Perbankan syariah
angkatan 2011, yang telah memberikan rasa kekeluargaan, dukungan, doa
dan motivasi selama masa perkuliahan. Mohon maaf jika tidak disebutkan
satu persatu, namun tetep tidak mengurangi rasa bangga dan rasa
persahabatan diantara kita semua.
14. Teman-teman seperjuangan CCIT FTUI angkatan 2011, terima kasih telah
memberikan banyak kenangan dan pengalaman semoga ilmunya
bermanfaat.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan kritik yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan di masa-masa yang akan
datang.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 10 Januari 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI...................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 15
A. Bank Syariah .............................................................................................. 15
1. Pengertian Bank Syariah ........................................................................ 15
2. Fungsi Perbankan Syariah ...................................................................... 18
3. Jenis Kegiatan Usaha Perbankan Syariah............................................... 20
B. Analisis Rasio Keuangan ........................................................................... 23
1. Return On Asset (ROA) .......................................................................... 23
2. Biaya Operasinal Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) .............. 26
3. Non Performing Financing (NPF) ......................................................... 27
4. Financing to Deposit Ratio (FDR) ......................................................... 28
C. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) ................................................. 31
D. Hubungan Antar Variabel .......................................................................... 39
E. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 43
xii
F. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 48
G. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 51
A. Ruang Lingkup Penilitian .......................................................................... 51
B. Metode Penentuan Sampel ......................................................................... 52
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 53
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 53
1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 54
2. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 54
3. Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................... 60
4. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 61
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 68
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................... 68
1. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia ............................. 68
2. Perkembangan BOPO Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia ............... 70
3. Perkembangan NPF Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia .................. 71
4. Perkembangan FDR Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia .................. 72
5. Perkembangan SBIS Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia ................. 73
B. Analisis dan Pembahasan.............................................................................. 74
1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 74
2. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 77
3. Analisis Regrasi Linier Berganda .............................................................. 90
4. Uji Hipotesis .............................................................................................. 92
C. Interpretasi .................................................................................................... 95
1. Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap
Return on Asset (ROA) .................................................................................. 95
2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on Asset
(ROA) ............................................................................................................ 96
3. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return on Asset
(ROA) ............................................................................................................ 97
xiii
4. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return on
Asset (ROA) ................................................................................................... 97
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 99
A. Kesimpulan ................................................................................................ 99
B. Saran ......................................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xciii
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Jumlah Bank Syariah di Indonesia Periode 2008-2014 ......................... 3
Tabel 1. 2 Komposisi NPF, FDR, BOPO dan SBIS Periode 2010-2014 di
Indonesia ......................................................................................................... 6
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu.............................................................................43
Tabel 3. 1 Rincian Sampel Penelitian....................................................................52
Tabel 3. 2 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson .............. 58
Tabel 4. 1 Analisis Statistik Deskriptif Masing-Masing Variabel.........................75
Tabel 4. 2 Kolmogorov-Smirnov .......................................................................... 81
Tabel 4. 3 Kolmogorov-Smirnov Hasil Ln ........................................................... 82
Tabel 4. 4 Uji Multikolinieritas dengan Model Tolerance dan VIF ..................... 83
Tabel 4. 5 Uji Heteroskedastisitas dengan Model Spearman’s rho ...................... 84
Tabel 4. 6 Uji Heteroskedastisitas dengan Model Spearman’s rho Hasil Ln ....... 85
Tabel 4. 7 Uji Durbin-Watson ............................................................................... 86
Tabel 4. 8 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson.................................................. 89
Tabel 4. 9 Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................ 90
Tabel 4. 10 Uji F ................................................................................................... 92
Tabel 4. 11 Uji T ................................................................................................... 93
Tabel 4. 12 Uji Adjusted R Square ........................................................................ 94
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah Perioded 2010-2014 ........... 5
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran..........................................................................48
Gambar 4. 1 Perkembangan Jumlah Bank Syariah di Indonesia periode 2010-
2014........................................................................................................................69
Gambar 4. 2 Perkembangan BOPO Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
perioded 2010-2014 .............................................................................................. 70
Gambar 4. 3 Perkembangan NPF Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
periode 2010-2014 ................................................................................................ 71
Gambar 4. 4 Perkembangan FDR Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
periode 2010-2014 ................................................................................................ 73
Gambar 4. 5 Perkembangan SBIS Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
periode 2010-2014 ................................................................................................ 74
Gambar 4. 6 Histogram ......................................................................................... 78
Gambar 4. 7 Histogram Hasil Ln .......................................................................... 79
Gambar 4. 8 Grafik P-Plot .................................................................................... 80
Gambar 4. 9 Grafik P-Plot Hasil Ln ..................................................................... 80
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Penelitian, Triwulan I 2010 – Triwulan IV 2014 .................. xcvi
Lampiran 2 : Uji Asumsi Kalsik ......................................................................... xcix
Lampiran 3 : Tabel Summary, Anova dan Coefficients ....................................... cii
Lampiran 4 : Tabel DW ....................................................................................... ciii
Lampiran 5 : F-Tabel ............................................................................................ civ
Lampiran 6 : T-Tabel ............................................................................................. cv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha, yang
meliputi sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa dan
perumahan sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan
transaksi keuangan. Semua sektor usaha maupun individu saat ini dan
masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan bahkan
menjadi kebutuhan dalam menjalankan aktivitas keuangan dalam
mendukung kelancaran usaha. Peran bank bagi masyarakat individu,
maupun masyarakat bisnis sangat penting bahkan bagi suatu negara,
karena bank sebagai suatu lembaga yang sangat berperan dan berpengaruh
dalam perekonomian suatu negara.
Bank mempunyai peran dalam menghimpun dana masyarakat,
karena merupakan lembaga yang dipercaya oleh masyarakat dari berbagai
macam kalangan dalam menempatkan dananya secara aman. Masyarakat
percaya bahwa dana yang ditempatkan di bank keamanannya lebih
terjamin dibandingkan ditempatkan di lembaga lain. Disisi lain bank
berperan dalam menyalurkan dana kepada masyarakat. Bank merupakan
lembaga yang dapat memberikan pinjaman kepada masyarakat yang
membutuhkan dana. Masyarakat dapat secara langsung endapatkapinjaman
dari bank, sepanjang masyarakat pengguna dana tersebut dapat memenuhi
2
persyaratan yang diberikan oleh bank. Dengan demikian, pada dasarnya
bank mempunyai peran dalam dua sisi yaitu, menghimpun dana yang
berasal dari masyarakat yang sedang kelebihan dana, dan menyalurkan
dana kepada masyarakat yang membutuhkan dana untuk memenuhi
kebutuhannya. Dengan fungsi tersebut, yaitu menghimpun dana dari
masyarakat dan sekaligus menyalurkannya, sehingga bank merupakan
lembaga perantara keuangan bagi masyarakat dengan cara menghimpun
dana dari masyarakat yang kelebihan dana, kemudian menyalurkan kepada
masyarakat yang membutuhkan dana (Ismail, 2010).
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimuali tahun 1991
ketika berdirinya bank umum syariah pertama di Indonesia yaitu bank
Muamalat Indonesia. Dalam upaya mempercepat pertumbuhan
perekonomian syariah di Indonesia, pemerintah merubah UU Perbankan
Syariah No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjadi UU No. 10 Tahun
1998 dimana berisi tentang arahan bagi Bank Konvensional dalam
membuka Unit Usaha Syariah (UUS) atau mengkonversi menjadi Bank
Umum Syariah (BUS). Namun, hingga memasuki pertengahan tahun 2000
tidak banyak tercatat berdirinya BUS yang baru, tapi hanya sebatas
membuka UUS, ini dikarenakan para pakar ekonomi berpendapat bahwa
UU No. 10 Tahun 1998 belum sepenuhnya membahas tentang Perbankan
Syariah. Oleh karena itu, pada tanggal 16 Juli 2008 pemerintah berhasil
membuat suatu landasan hukum yang secara penuh dan spesifik mengatur
3
tentang perbankan syariah yaitu UU No, 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Perubahan peraturan UU yang dilakukan oleh pemerintah
memberikan dampak yang positif terhadap perkembangan bank syariah di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya jumlah unit bank
syariah pada tahun 2008 yang memiliki 163 unit, dimana 6 Bank Umum
Syariah, 27 Unit Usaha Syariah, 131 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah,
menjadi 169 unit pada tahun 2009 dimana, 6 Bank Umum Syariah, 25 Unit
Usaha Syariah dan 138 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Pada tahun
2010 Bank Umum Syariah bertambah menjadi 11 unit, 23 Unit Usaha
Syariah dan 150 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dari tahun 2010
hingga 2013 BUS tidak mengalami pertambahan unit namun untuk Unit
Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah bertambah, dimana
pada tahun 2011 terdapat 11 UUS dan 155 BPRS dan, tahun pada 2012
terdapat 11 UUS dan 158 BPRS dan pada tahun 2013 terdapat 23 UUS dan
163 BPRS. Sedangkan pada tahun 2014 terdapat 197 unit Perbankan
Syariah dimana, 12 Bank Umum Syariah, 22 Unit Usaha Syariah dan 163
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Berikut ini data perkembangan jumlah
kantor maupun kantor cabang syariah di Indonesia. (Sumber: OJK,
Laporan Statistik Perbankan Syariah Tahun 2014)
Tabel 1. 1 Jumlah Bank Syariah di Indonesia Periode 2008-2014
Indikator 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Bank Umum Syariah
Jumlah Bank 5 6 11 11 11 11 12
4
Jumlah Kantor 581 711 1215 1401 1745 1998 2151
Unit Usaha Syariah
Jumlah Bank 27 25 23 24 24 23 22
Jumlah Kantor 241 287 262 336 517 590 425
Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah
Jumlah Bank 131 138 150 155 158 163 163
Jumlah Kantor 202 225 286 364 401 402 439
Sumber: Otoritas Jasa Keuanan, Laporan Statistik Perbankan Syariah Tahun
2014
Berdasarkan data diatas perkembangan perbankan syariah dari
2008 hingga tahun 2014 mengalami peningkatan walaupun tidak terlalu
signifikan. Salah satu faktor yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan
perbankan syariah di Indonesia adalah kurangnya dukungan pemerintah
terhadap perbankan syariah. Selain itu perbankan syariah di Indonesia
masih kekurangan sumber daya yang ahli di bidang perbankan syariah dan
para debitur lebih memilih bank konvensional dari pada bank syariah.
Pada intinya yang menyebabkan pertumbuhan bank syariah di Indonesia
lambat adalah dari lingkungannya sendiri yang tidak mendukung untuk
bank syariah maju dan berkembang.
Mengingat pentingnya peranan bank syariah di Indonesia, maka
perlu ditingkatkan kinerja bank syariah agar perbankan dengan prinsip
syariah tetap sehat dan efisien. Profitabilitas merupakan indikator yang
paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank (Sofyan, 2002). Return on
Asset (ROA) digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank
Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dari aset yang dananya berasal
5
dari sebagian besar dana simpanan masyarakat. Perkembangan aset yang
dimilliki perbankan syariah dapat mencerminkan kinerja manajemen
perbankan syariah dalam melakukan kegiatan operasionalnya dengan baik
dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan syariah di
Indonesia. Pata tahun 2010 aset yang di miliki oleh perbankan syariah di
Indonesia sebesar 97,519 Miliar dan terus mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Hingga tahun 2014 aset yang dimiliki oleh perbankan syariah di
Indonesia adalah sebesar 272,344 Miliar. Berikut ini data perkembangan
aset perbankan syariah di Indonesia.
Gambar 1. 1 Perkembangan Aset Perbankan Syariah Perioded 2010-
2014
Sumber: BI, Statistik Perbankan Syariah (diolah)
Berdasarkan gambar 1.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa aset yang
dimiliki perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan di setiap
6
tahunnya dimulai dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Hasil ini
menandakan bahwa kinerja perbankan syariah di Indonesia semakin baik.
Tujuan utama operasional bank adalah mencapai tingkat
profitabilitas yang maksimal. Profitabilitas merupakan kemampuan bank
untuk memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas yang
digunakan adalah ROA karena dapat memperhitungkan kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan.
Berikut ini merupakan data tabel yang menggambarkan secara
umum tentang Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) yang terjadi pada tahun 2010
sampai dengan 2014:
Tabel 1. 2 Komposisi NPF, FDR, BOPO dan SBIS Periode 2010-2014
di Indonesia
Tahun NPF (%) FDR (%) BOPO (%) SBIS (Rp/ Miliar)
2010 3,02 87,60 82,38 5,408
2011 2,52 91,41 81,67 9,244
2012 2,26 120,65 76,35 4,993
2013 2,96 121,46 83,88 6,699
2014 4,33 86,66 81,32 8,130
7
Non Performing Financing (NPF) merupakan istilah yang
digunakan untuk rasio pembiayaan bermasalah dalam perbankan syariah.
NPF adalah pembiayaan yang dalam pelasanaannya belum mencapai atau
memenuhi target yang diinginkan pihak bank (Verthizal, 2007:477).
Berdasarkan tabel 1.2 diatas, terlihat bahwa Non Performing Financing
(NPF) mengalami penurunan, dimana pada tahun 2010 sebesar 3,02%
menurun sebesar 0,76% menjadi 2,26 pada tahun 2012 dan meningkat
sebesar 2,07% menjadi 4,33 pada tahun 2014.. Besar kecil nya NPF dapat
mempengaruhi kinerja perbankan. Bank Indonesia menetapkan besarnya
nilai NPF yang baik adalah di bawah 5%. Dengan nilai NPF yang rendah
membuat kinerja perbankan syariah meningkat karena pembiayaan
bermasalah yang terjadi pada bank syariah hanya sedikit. Apabila nilai
NPF yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap
kerugian bank. Bank harus menangung kerugian dalam kegiatan
operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penuruna laba dan
menurunnya kinerja perbankan tersebut.
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah
kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. FDR
dihitung dari perbandingan antara total pembiayaan yang diberiakn bank
dengan dana pihak ketiga. Dana pihak ketiga yang dimaksud yaitu antara
lain giro, tabungan, dana deposito (Furqan, 2012:4). Pada kolom
Financing to Deposit Ratio (FDR), terlihat bahwa nilai FDR mengalami
peningkatan, dimana pada tahun 2010 sebesar 87,60% meningkat sebesar
8
33,86% menjadi 121,46 pada tahun 2013. FDR tersebut menyatakan
seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana
yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kedit yang diberikan
sebagai likuiditasnya. Semakin besar kerdit maka pendapatan yang
diperolah naik, karena pendapatan naik secara otomatis laba juga akan
mengalami kenaikan.
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional,
semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen tersebut, karena efisiensien dalam menggunakan sumber daya
yang ada di perusahaan (Riyadi, 2006). Pada kolom Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO), nilai tertinggi terjadi pada tahun 2013
sebesar 83,88%. Sedangkan nilai terensah terjadi pada tahun 2012 sebesar
76,35%. Semakin rendah BOPO berarti semakin efisien bank tersebut
dalam mengendalikan biaya operasionalnya, dengan adanya efisiensi biaya
maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar.
Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor
10/11/PBI/2008 yang berisi tentang penyempurnaan instrumen moneter
syariah dengan cara mengganti instrumen SWBI menjadi Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) yang menggunakan akad ju‘alah. Dengan
hadirnya SBIS setidaknya merupakan langkah awal dan sinyal untuk
memantapkan dan meningkatkan industri perbankan syariah dan masalah
penempatan likuiditas. Dengan tingkat pengembalian yang setara atau
9
mendekati bunga Sertifikat Bank Indonesia membuat pilihan instrumen
investasi ini menarik digunakan disaat perbankan syariah mengalami
kelebihan likuiditas. Pada kolom Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
terlihat bahwa nilai tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar 9,244 Miliar.
Sedangkan nilai terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 5,408 Miliar.
Menandakan bahwa bank syariah mengalokasikan dananya bukan hanya
untuk pembiayaan saja namun untuk investasi pada Pasar Uang Antarbank
Syariah (PUAS).
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Edhi Satriyo Wibowo dan
Muhammad Syaichu pada penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh
Suku Bunga , Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank
Syariah pada tahun 2013. Penelitian terdahulu ini menggunakan metode
analisis regresi berganda dimana variabel independen yang digunakan
adalah CAR, BOPO, NPF, Suku Bunga dan Inflasi, sedangkan variabel
dependen yang digunakan adalah ROA. Penelitian terdahulu ini
menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu, CAR, NPF, Inflasi dan Suku
Bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada
perbankan syariah. Variabel BOPO memiliki pengaruh yang signifikan
yang bersifat negatif terhadap ROA. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa semakin tinggu tingkat beban pembiayaan bank maka laba yang
diperoleh bank akan semakin kecil. Tinggi beban biaya operasional bank
yang menjadi tanggungan bank umumnya akan dibebankan pada
pendapatan yang diperoleh dari alokasi pembiayaan. Beban atau biaya
10
kredit yang semakin tinggi akan mengurangi permodalan dan laba yang
dimiliki bank.
Menurut Shahzad Anwar dan Usman Ali yang melakukan
penelitian yang berjudul Capital Strucutre and Profitability : A
Comparative Study Of Cementand Auto Sectors Of Pakistan. Penelitian
terdahulu ini menggunakan metode OLS (Ordinary Linier Square),
dimana data yang digunakan data panel dan teknik penentuan sampel yang
digunakan adalah random sampling. Penelitian ini dilakukan untuk
menunjukan variabel yang dapat mempengaruhi profitablitas. Variable
dependen yang digunakan adalah Return on Asset (ROA) dan variabel
independen yang digunakan adalah Sale Growth, Short Term Debt Ratio
(STDR), Long Term Debt Ratio (LTDR), Funded Capital Ratio (FCR),
Funded Debt Ratio (FDR), Current Debt Ratio (CDR) dan Funded Assets
Ratio (FAR). Penelitian terdahulu ini menghasilkan beberapa kesimpulan
yaitu, variabel STDR, LTDR, FCR, FDR, CDR dan FAR memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap ROA sedangkan Sale Growth tidak
memiliki pengaruh yang signirikan terhadap ROA.
Dengan adanya persamaan penelitian terdahulu yang telah
dipaparkan diatas, maka penulis tertarik untuk mencoba menguji kembali
apa yang dapat dijadikan permasalahan dalam penelitian kali ini, yakni
mengenai pengaruh BOPO, NPF, FDR dan SBIS terhadap ROA,
permasalahan ini juga bisa diperkuat dengan melihat data empiris yang
tertera pada gambar 1.1. Dari penjelasan yang telah dikemukakan, muncul
11
ketertarikan untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai rasio ROA di Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia karena itu, penulis mengambil judul :
"Pengaruh Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing To Deposit
Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Terhadap
Return on Asset (ROA) (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2010-2014)".
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diata rumusan
masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh Biaya Operasinal Pendapatan Operasional
(BOPO) secara parsial terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank
Umum Syariah (BUS) di Indonesia?
2. Apakah terdapat pengaruh Non Performing Financing (NPF) secara
parsial terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia?
3. Apakah terdapat pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) secara
parsial terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia?
4. Apakah terdapat pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
secara parsial terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia?
12
5. Apakah terdapat pengaruh Biaya Operasinal Pendapatan Operasional
(BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit
Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara
simultan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat di jelaskan tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh Biaya Operasinal Pendapatan
Operasional (BOPO) secara parsial terhadap Return on Asset (ROA)
pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh Non Performing Financing (NPF)
secara parsial terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR)
secara parsial terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBI)
secara parsial terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia.
5. Untuk mennganalisis pengaruh Biaya Operasinal Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to
13
Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
secara simultan terhadap Return 0n Asset (ROA) pada Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis
Penelitian ini memberikan kesempatan untuk menambah wawasan dan
kreatifitas berpikir, serta dapat di jadikan sebagai sarana
pembandingan dalam penerapan ilmu pengetahuan yang diperoleh di
bangku kuliah dengan penerapan di dunia kerja.
2. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi bank-bank
syariah di Indonesia. Hasil penelitian ini merupakan salah satu upaya
lebih memahami apa dan bagaimana bank syariah dan melihat apakah
Biaya Operasinal Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh secara signifikan
terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia. Penelitian ini dapat digunakan sabagai bahan kajian
perbankan syariah dalam meningkatkan manajeman dananya.
3. Bagi Praktisi
14
Bagi pihak perbankan syariah, hasil ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang dapat digunakan sebagai bahan dalam mengevaluasi
dan menentukan kebijakan perbankan yang harus dikembangkan guna
meningkatkan pertisipasi muslim dalam menyimpan dananya.
4. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi untuk penelitian
sejenis, pemasyarakatan ilmu eknonomi syariah dan memacu metivasi
untuk melakukan penelitian sejenis sehingga menghasilkan penelitian
yang lebih baik.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Bank Syariah
1. Pengertian Bank Syariah
Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga
fungsi, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan
memberikan jasa pengiriman uang. Di dalam sejarah perekonomian
umat Islam, pembiayaan yang di lakukan dengan akad yang sesuai
syariah telah menjadi bagian dari tradisi umat Islam sejak zaman
Rasulullah SAW. Praktik-praktik seperti menerima titipan harta,
meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan
bisnis, serta melakukan pengiriman uang, telah lazim dilakukan sejak
zaman Rasulullah SAW. Dengan demikian fungsi-fungsi utama
perbankan modern telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
kehidupan umat Islam, bahkan sejak zaman Rasulullah SAW (Karim,
2004:18).
Menurut Suyanto (2005:153) bank merupakan suatu bentuk
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidup rakyat. Melalui perkreditan dan berbagai
jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan pembiayaan serta
melancarkan mekanisme sistem bagi semua sektor perekonomian,
16
bank melancarkan arus barang atau jasa dari produsen kepada
konsumen.
Menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008
menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Bank syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank
pembiayaan rakyat syariah.
Bank Islam atau di Indonesia disebut Bank Syariah merupakan
lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi
di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli, atau
lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian
berdasarkan hukum islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah yang bersifat
makro maupun mikro. Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah
keadilan, maslahah, sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari
kegiatan spekulatif dan yang non produktif seperti perjudian (maysir),
bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari
hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil) dan penggunaan uang
sebagai alat tukar. Sementara itu, nilai-nilai mikro yang harus di miliki
17
oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu shidiq, amanah, tablig dan
fatonah (Ascarya, 2007:30).
Perbankan syariah merupakan bank yang menerapkan nilai-
nilai syariah, salah satu diantaranya pelarangan unsur riba, seperti
dijelaskan oleh ayat Al-Qur‘an di bawah ini:
Surat An-Nisaa‘ ayat 161 yang memiliki makna:
―Dan, disebabkan mereka memakan riba (bunga) padahal
sesungguhnya mereka telah dilarang darinya, dan karena mereka
memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Kami telah
menyediakan bagi orang-orang kafir di antar mereka itu azab
yang pedih‖.
Surat Al-Baqarah ayat 276 yang memiliki makna:
―Allah SWT memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah dan
Allah SWT tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam
kekafiran‖.
Dalam amanat terkhirnya pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10
Hijriah, Rasulullah SAW, masih menekankan sikap islam yang
melarang riba (Antonio, 2001:51).
―Ingatlah bahwa kamu akan menghadap Tuhanmu dan Dia pasti
akan menghitung amalanmu. Allah telah melarang kamu
mengambil riba. Oleh karena itu, utang akibat riba harus
18
dihapuskan. Modal (uang pokok) kamu adalah hak kamu. Kamu
tidak akan menderita ataupun mengalami ketidakadilan‖.
Prinsip syariah menurut Pasal 1 angka 13 Undang-undang
No.10 Tahun 1998 adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam
antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau
pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainya yang dinyatakan
sesuai dengan syariah, antara lain :
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah)
b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah)
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah)
d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarah)
e. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa.
Bank berdasarkan prinsip syariah dalam penentuan harga
pokoknya sangat jauh berbeda dengan bank yang berdasarkan prinsip
konvensional. Bank berdasarkan prinsip syariah adalah aturan
perjanjian berdasarkan hukum islam antara bank dengan pihak lain
untuk menyimpan dana atau pembiayaan usaha atau kegiatan
perbankan lainnya.
2. Fungsi Perbankan Syariah
Berdasarkan Pasal 4 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan
syariah, bank syariah diwajibkan untuk menjalankan fungsi menghimpun
19
dan menyalurkan dana dari masyarakat. Di samping itu bank syariah juga
dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitulmal dan
pengelola wakaf. Berikut fungsi bank syariah (Kautsar,2012:70) :
a. Fungsi Manajer Investasi
Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana
(shahibul maal) dalam hal dana tersebut harus dapat disalurkan pada
penyaluran yang produktif, sehingga dana yang dihimpun dapat
menghasilkan keuntungan yang akan dibagihasilkan antara bank dan
pemilik dana.
b. Fungsi Investor
Dalam penyaluran dana, bank syariah berfungsi sebagai investor
(pemilik dana). Penanaman dana yang dilakukan bank syariah harus
dilakukan pada sektor-sektor yang produktif dengan resiko yang
minim dan tidak melanggar ketentuan syariah. Produk investasi yang
sesuai syariah meliputi akad jual beli (murabahah, salam dan istishna),
akad investasi (mudharabah dan musyarakah), akad sewa-menyewa
(ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik) dan akad lainnya yang
dibolehkan oleh syariah.
c. Fungsi Sosial
Ada dua instrument yang digunakan oleh bank syariah dalam
menjalankan fungsi sosialnya, yaitu Zakat, Infak, sedekah dan Wakaf
(ZISWAF) dan ardhul Hasan. Ziswaf berfungsi untuk menghimpun
ziswaf dari masyarakat, ardhul hasan berfungsi menghimpun dana dari
20
penerimaan yang tidak memenuhi criteria halal serta dana infak dan
sedekah yang tidak ditentukan peruntukkannya.
d. Fungsi Jasa Keuangan
Fungsi jasa keuangan meliputi layanan kliring, transfer, inkaso,
pembayaran gaji, letter of guarantee, letter of credit, dan lain
sebagainya dengan tetap menggunakan skema yang sesuai dengan
prinsip syariah.
3. Jenis Kegiatan Usaha Perbankan Syariah
Menurut Sudarsono (2003:63), secara umum piranti-piranti yang
digunakan bank syariah terdiri atas tiga kategori, yaitu:
a. Penyaluran Dana
Penyaluran dana bank syariah dilakukan dengan berbagai metode,
seperti jual-beli, bagi hasil, pembiayaan, pinjaman dan investasi
khusus. Dalam penyaluran dana pada nasabah, secara garis besar
produk pembiayaan terbagi kedalam tiga kategori, yaitu :
1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang
berdasarkan prinsip jual-beli.
2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa
berdasarkan prinsip sewa.
3) Transaksi pembiayaan untuk usaha kerjasama yang ditujukan guna
mendapatkan sekaligus barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.
Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan banyak
ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang dan atau
21
jasa yang dijual. Produk yang termasuk dalam kelompok ini adalah
produk yang menggunakan prinsip jual-beli seperti murabahah, salam,
dan istishna serta produk yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah.
Sedangkan pada kategori ketiga, tingkat keuntunan bank ditentukan
dari besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi hasil. Pada
produk bagi hasil keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang
disepakati di muka. Produk perbankan yang termasuk kedalam
kelompok ini adalah musyarakah dan mudharabah.
b. Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank
syariah dilakukan dengan menggunakan instrument tabungan,
deposito dan giro yang secara total biasa disebut dana pihak ketiga.
Berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), prinsip
penghimpunan dana yang digunakan dalam bank syariah ada dua,
yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah.
1) Wadiah
Dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal :
19 Ayat 1 huruf a dinyatakan, yang dimaksud dengan akad
Wadiah adalah akad penitipan barang atau uang antara pihak yang
mempunyai barang atau uang dan pihak yang diberi kepercayaan
dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta
keutuhan baranga atau uang. Wadiah dibagi atas dua, yaitu wadiah
Yad adh- Dhamanah (Guarantee Depository) dan wadiah Yad Al-
22
Amanah (Trustee Depository). Wadiah Yad adh-Dhamanah adalah
titipan yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat
dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil
pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan, maka seluruhnya
menjadi hak penerima titipan. Prinsip titipan wadiah yad al-
amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang
titipan tersebut sampai si penitip mengambil kembali titipannya.
2) Mudharabah
Istilah mudharabah berasal dari kata ‗dharaba‘ yang artinya
melakukan perjalanan yang umumnya untuk berniaga.
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha
yang dalam hal ini pihak pertama menyediakan dana dan pihak
kedua bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Pihak yang
menyediakan dana biasa disebut dengan istilah shahibul maal,
sedang pihak yang mengelola usaha biasa disebut dengan istilah
mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah
bagi hasil yang disepakati bersama sejak awal. Akan tetapi, jika
terjadi kerugian, shahibul maal akan menanggung kerugian
tersebut sedangkan mudharib tidak dengan dasar kerugian bukan
terjadi karena kelalaian mudharib. Namun jika terjadi kerugian
berdasarkan kelalaian mudharib maka kerugian ditanggung
mudharib (Yaya dkk., 2009:122).
23
c. Jasa Perbankan
Bank syariah dapat melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan
kepada nasabah dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau
keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa sharf
(perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya), safe deposit
box (menyewakan kontan simpanan), dan jasa tata laksana
administrasi dokumen (custodian).
B. Analisis Rasio Keuangan
Laporan keuangan berisi informasi untuk masyarakat, pemerintah,
pemasok dan kreditur, pemilik perusahaan atau pemegang saham,
manajemen perusahaan, investor, pelanggan dan karyawan, yang
diperlukan secara tetap untuk mengukur kondisi dan efisiensi operasi
perusahaan. Analisa dari laporan keuangan bersifat relati karena
didasarkan pengetahuan dan menggunakan rasio atau nilai relatif. Analisa
rasio adalah suatu metode perhitungan dan interpretasi rasio keuangan
untuk menilai kinerja dan status suatu perusahaan (Rodoni dan Ali,
2014:191).
1. Return On Asset (ROA)
Profitabilitas merupakan hal yang penting untuk mengetahui
perkembangan suatu perusahaan karena dengan profitabilitas
manajemen dapat mengukur kemampuan dan kesuksesan perusahaan
dalam menggunakan aktivanya. Bank yang sehat adalah bank yang
24
diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat diatas
standar yang ditetapkan. Profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memperoleh pendapatan diatas biaya-biaya yang
diperhitungkan. Menurut Gitman (2003) pada buku yang berjudul
Principal of Managerial Finance menjelaskan bahwa:
“Profitability is the relationship between revenues and cost
generated by using the firm’s asset- both current and fixed- in
productive activities”.
Menurut Rodoni dan Ali (2014:192) profitabilitas perusahaan
akan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
pembiayaan dari luar. Profitabilitas atau rentabilitas bank adalah alat
untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Berikut ini
akan diuraikan beberapa pengertian Profitabilitas menurut beberapa ahli
keuangan:
Menurut Sutrisno (2009:222), rasio keuntungan digunakan
untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat
diperoleh perusahaan, dimana semakin besar tingkat keuntungan
menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan.
Sedangkan menurut Slamet Riyadi (2006:155), rasio profitabilitas
adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal (modal inti)
atau laba (sebelum pajak) dengan total aset yang dimiliki bank pada
25
periode tertentu. Menurut Gibson (2001) menjelaskan bahwa Return on
Asset (ROA) adalah sebagai berikut:
“Return On assets measures the firm’s ability to utilize it’s assets
to create profits by comparing profit with the assets that generate
the profits”.
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan.
Semakin besar Return on Asset (ROA) suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2003).
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional
bank sebelum pajak. Total asset yang digunakan untuk mengukur
Return on Asset (ROA) adalah jumlah keseluruhan dari asset yang
dimiliki oleh bank yang bersangkutan. Semakin besar Return on Asset
(ROA) menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena
tingkat kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia Selaku
Pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai
profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang perolehan
dananya sebagian besar dari masyarakat (Siamat, 2005).
26
2. Biaya Operasinal Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank
pada prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun
dan menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan
operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga. Setiap
peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba
sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau
profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan. Rasio Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004 Lampiran 1d, Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO) diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
Semakin kecil rasio, semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank
dalam kondisi bermasalah semakin kecil.
Biaya operasional
BOPO = x 100%
Pendapatan operasional
27
3. Non Performing Financing (NPF)
Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing
(NPF) adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiayaan
yang berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan
menurut Sudarsono (2007:123), pembiayaan non lancar atau yang juga
dikenal dengan istilah Non Performing Financing (NPF) dalam
perbankan syariah adalah jumlah kredit yang tergolong lancar yaitu
dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia tentang aktiva produktif.
Menurut Veitzal (2007:477), yang dimaksud dengan Non
Performing Financing (NPF) atau pembiayaan bermasalah adalah
pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau
memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti: pengembalian
pokok atau bagi hasil yang bermasalah.; pembiayaan yang memiliki
kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank;
pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus, diragukan dan
macet serta golongan lancar berpotensi terjadi penunggakan dalam
pengembalian.
Rasio Non Performing Financing (NPF) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Pembiayaan bermasalah
NPF = x 100%
Total Pembiayaan
28
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001 Lampiran 14, Non Performing Financing (NPF) diukur dari rasio
perbandingan antara kredit bermasalah terhadap total kredit yang
diberikan. Non Performing Financing (NPF) yang tinggi akan
memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.
Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank
yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar. Oleh
karena itu, bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan
operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA)
yang diperoleh bank. Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan
kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit
bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar (KL),
diragukan (D) dan macet (M). Sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia, besarnya Non Performing Financing
(NPF) yang baik adalah di bawah 5%.
4. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Perbankan syariah yang dalam aktifitasnya menggunakan
prinsip-prinsip islami tidak mengenal kredit (loan) dalam fungsinya
sebagai penyalur dana yang dihimpunnya. Oleh karena itu, aktifitas
penyaluran dana yang dilakukan bank syariah lebih mengarah kepada
pembiayaan (financing).
Menurut Muhammad (2005:17), penyaluran pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investigasi yang
29
direncanakan. Variabel ini diwakili oleh Financing to Deposit Ratio
(FDR). Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan perbandingan
antara pembiayaan yang diberikan dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun perbankan syariah.
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) menggambarkan
sejauh mana simpanan digunakan untuk pemberian pinjaman. Rasio ini
juga dapat mengukur likuiditas. Tinggi rendahnya rasio ini
menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut. Sehingga semakin tinggi
angka Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank, berarti
digambarkan sebagai bank yang kurang likuid dibanding dengan bank
yang nilai FDRnya lebih kecil.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP
tanggal 2 Mei 1993, besarnya Financing to Deposit Ratio (FDR)
ditetapkan oleah Bank Indonesia tidak boleh melebihi 110%. Itu artinya
bank boleh memberikan kredit atau pembiayaan melebihi jumlah dana
pihak ketiga yang berhasil dihimpun asalkan tidak melebihi 110%. Jadi,
besarnya FDR yang diijinkan adalah 80% < FDR < 110%, artinya
minimum FDR adalah 80% dan Maksimum adalah 110% (A. Riawan
Amin, 2009:41).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbS
tanggal 30 Oktober 2007, rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
30
Financing to Deposit Ratio (FDR) dihitung dari perbandingan
antara total pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga.
Total pembiayaan yang dimaksud adalah pembiayaan yang diberiakan
kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Dana
pihak ketiga yang dimaksud yaitu antara lain giro, tabungan, dana
deposito (tidak termasuk antarbank) (Furqan, 2012:4)
Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukan sejauh mana
kemampuan Bank Syariah dalam membayar kembali penarikan dana
yang telah dilakukannya kepada nasabah deposan. Pembayaran yang
dilakukan oleh Bank Syariah kepada Nasabah deposan dilakukan
dengan mengandalkan pembiayaan yang telah diberikan oleh Bank
Syariah tersebut. Dengan kata lain, Financing to Deposit Ratio (FDR)
ini digunakan untuk melihat seberapa jauh pembiayaan kepada nasabah
dapat mengimbangi kewajiban untuk segera memenuhi hutang jangka
pendeknya kepada nasabah deposan yang ingin menarik kembali
uangnya yang telah digunakan untuk melihat kemampuan dan
kerawanan dari suatu Bank Syariah.
Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat pula digunakan untuk
menilai stategi suatu bank. Manajeman bank konservatif biasanya
cenderung memiliki Financing to Deposit Ratio (FDR) yang relatif
Pembiayaan Yang Diberikan
FDR = x 100%
Total Dana Pihak Ketiga
31
rendah. Sebaliknya bila Financing to Deposit Ratio (FDR) melebihi
batas toleransi dapat dikatakan manajemen bank yang bersangkutan
sangat ekspansif atau agresif (siamat, 2001:32). Rasio ini juga dapat
digunakan untuk memberi isyarat apakah suatu pinjaman masih dapat
mengalami ekspansi atau sebaliknya dibatasi. Jika bank syariah
memiliki Financing to Deposit Ratio (FDR) yang terlalu kecil maka
bank akan kesulitasn untuk menutup simpanan nasabah dengan jumlah
pembiayaan yangada. Jika bank memiliki Financing to Deposit Ratio
(FDR) yang sangat tinggi maka bank akan mempunyai resiko tidak
tertagihnya pinjaman yang tinggi dan pada titik tertentu bank akan
mengalami kerugian (Susilo, 1999:24)
C. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sebelumnya Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dikenal
sebagai Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Syariah (SWBI), menurut
Wirdyaningsih (2005:149) Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)
merupakan isntrumen kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi
kesulitan kelebihan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia N0. 2/9/PBI/2000, yang
dimaksud dengan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah
Sertifikat yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai bukti penitipan dana
berjangka pendek dengan prinsip wadiah (Pasal 1 Ayat 4). Sedangkan
32
yang dimaksud dengan wadiah disini adalah perjanjian penitipan dana
anara pemilik dana dengan pihak penerima titipan yang dipercayakan
untuk menjaga dana tersebut (Pasal 1 Ayat 3).
Selanjutnya perubahan perundangan-undangan tentang pencabutan
Sertifikat Wadia Bank Indonesia (SWBI) menjadi Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), berdasarkan PBI Nomoe 10/11/PBI/2008,
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) diterbitkan sebagai salah satu instrumen operasi pasar
terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan
prinsip syariah dengan menggunakan akad ju’alah (Peraturan Bank
Indonesia 2008).
Ju’alah adalah suatu kontrak dimana pihak pertama menjanjikan
imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas atau
pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak
pertama (Arifin, 2009:36). Instrumen ini menjadi masukan yang positif
bagi perbankan syariah. Pasalnya sebelum diterbitkannya Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) ini sebelumnya menggunakan Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia (SWBI) dimana jika dibandingkan dengan SBI
konvensional memiliki perbedaan bonus atau return yang sangat berbeda.
Untuk itu Bank Indonesia menerbitkan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) sebagai ganti Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) setelah
33
mendapat izin dari Dewan Syariah Nasional (DSN). Dalam peraturan
Bank Indonesia SBI Syariah diterbitkan melalui mekanime lelang. Pihak
yang berhak mengikuti lelang adalah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit
Usaha Syariah (UUS) baru dapat mengikuti lelang Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) jika memenuhi persyaratan Financing to Deposit
Ratio (FDR) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagaimana
terdapat pada Pasal 7 Ayat (1): Bank Umum Syariah (BUS) atau Unit
Usaha Syariah (UUS) dapat memiliki Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) melalui penjualan pembelian SBIS secara langsung atau melalui
perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing.
Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Menggunakan akad Ju’alah
Satuan unit sebesar Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12
(dua belas) bulan
Diterbitkan tanpa warkat
Dapat digunakan pada Bank Indonesia, dan
Tidak dapat diperdagangkan dipasar sekunder.
1. Mekanisme dan Penyelesaian Transaksi Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS)
Dalam transaki SBIS yang menggunakan akad Ju’alah terdapat
mekanime-mekanime yang harus diikuti dan dipatuhi oleh Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) didalam
34
menjalankan mekanime lelang SBIS, adapun mekanisme yang harus
dijalankan sebagai berikut:
a. Mekanisme Lelang SBIS
1. Bank Indonesia (BI) mengumumkan rencana lelang SBIS
paling lambat pada 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan
lelang SBIS, antara lain meliputi:
(a) BUS dan UUS yang dapat mengikuti lelang SBIS (FDR
> 80% dan tidak sedang dikenakan sanki pemberhentian
sementara untuk mengikuti lelang SBIS);
(b) Jangka waktu SBIS;
(c) Tingkat imbal, yang mengacu kepada tingkat diskonto
hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka
waktu sama yang diterbitkan bersama dengan
penerbitan SBIS dengan ketentuan sebagai berikut:
Dalam hal lelang SBIS menggunakan metode fixed
rate tender, maka imbalan SBIS ditetapkan sama
dengan rata-rata tertimbang tingkat diskonto hasil
lelang SBI.
Dalam hal lelang SBI menggunakan metode variabel rate
tender, maka imbalan SBIS ditetapkan sama dengan rata-
rata tertimbang tingkat diskonto hasil lelang SBI.
(d) Tanggal transaki, dan
(e) Tanggal setelmen.
35
b. Pada hari pelaksanaan lelang SBIS (hari Rabu pukul 10.00 –
12.00), BUS, UUS, Pialang mengajukan penawaran kuantitas
SBIS yang dibeli kepada Bank Indonesia cq Derektorat
Pengawasan Moneter kepada Biro Operasional Moneter (BI cq.
DPM – BopM) melalui BI-SSSS.
c. BI cq DPM-BopM mengumumkan hasil lelang SBIS setelah
window time SBIS ditutup pada hari pelasanaan lelang, secara
individual kepada pemegang lelang melalui BI-SSSS dan secara
keseluruhan memalui BI-SSSS dan sistem Laporan Harian Bank
Umum (LHBU).
d. BI menetapkan kualitas pemegang lelang SBIS berdasarkan
jumlah penawaran kualitas yang diterima atau berdasarkan
jumlah penawaran kualitas yang diterima atau berdasarkan
perhitungan kualitas secara proporsional.
e. BI cq. DPM-PTPM melakukan penyelesaian hasil lelang SBIS
pada hari kerja yang sama dengan hari pelaksanaan lelang SBIS,
dengan cara sebagai berikut:
(a) Mendebet rekening giro pemegang lelang dalam rangka
penyelesaian dana; dan
(b) Mengkredit rekening surat berharga pemenang lelang dalam
rangka penyelesaian surat berharga; masing-masing sebesar
hasil nominal SBIS yang dimenangkan.
36
f. Dalam hal BUS dan UUS tidak memiliki saldo rekening giro yang
mencukupi untuk menutup seluruh kewajiban penyelesaian dana
sebagaimana dimaksud pada butir 1.a sampai dengan cut-off
warning Sistem BI-RTGS, maka hasil lelang SBIS yang
dimenangkan BUS atau UUS yang bersangkutan dinyatakan
batal.
g. BI juga dapat membatalkan hasil lelang SBIS antara lain dalam
hal penawaran yang masuk dinilai berada di luar kewajaran dari
pemikiran potensi likuiditas. Pembatalan tersebut diumumkan
oleh BI setelah window time ditutup pada hari pelaksanaan lelang
melalui BI-SSSS dan secara keseuruhan melalui BI-SSSS dan
sisten LHBU.
Adapun pengertian BI-SSSS adalah Bank Indonesia-Scripless
Scurities Settlement Sistem yaitu sistem yang menghubungkan secara
langsung secara elektronik antara peserta, penyelengara dan sistem
Bank Indonesia, sedangkan BI-RTGS adalah Real Time Gross
Settlement menurut PBI Nomor 10/6/PBI/2008 tentang RTGS ialah
suatu sistem transfer dana elektronik antara peserta dalam mata uang
rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika pertransaksi
secara individu.
2. Sanksi
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) akan
dikenakan sanksi jika transaksi Sertifikat Bank Indonesia Syariah
37
(SBIS) oleh BUS atau UUS dinyatakan batal karena dua hal.
Pertama, tidak memiliki saldo rekening giro yang cukup unruk
memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi pembelian SBIS. Yang
kedua, tidak memiliki rekening surat berharga dan saldo rekening
giro yang cukup untuk menyelesaikan transaksi pembelian SBIS.
Sanksi yang akan dikenakan adalah sebagai berikut:
a. Terdapat pembatalan hasil lelang SBIS karena saldo rekening
giro yang tidak mencukupi, BUS dan UUS dikenakan sanksi
berupa teguran tertulis dan kewajiban membayar sebesar 1/1000
(satu per seribu) dari nominal SBIS yang dibatalkan atau paling
banyak sebesar Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliyar rupiah) untuk
setiap pembatalan.
b. Apabila dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, BUS dan UUS telah
mendapatkan teguran tertulis sebanyak 3 (tiga) kali, maka selain
mendapatkan sanksi terguran tertulis dan kewajiban membayar,
BUS dan UUS juga dikenakan sanksi pemberhentian sementara
untuk mengikuti lelang SBIS sampai dengan lelang minggu
berikutnya dan larangan mengajukan Repo SBIS selama 5 (lima)
hari kerja berturut-turut (Peraturan Bank Indonesia, 2008)
3. Mekanisme Repo Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Selain mekanisme lelang SBIS juga terdapat mekanisme Repo SBIS
dimana BUS dan UUS dapat merepokan SBIS miliknya kepada
Bank Indonesia dengan terlebih dahulu menandatangani perjanjian
38
penggunaan SBIS dalam rangka Repo SBIS. Terdapat Repo SBIS,
Bank Indonesia akan mengenakan biaya kepada BUS atau UUS.
Adapun mekanisme Repo SBIS adalah sebagai berikut:
a. Bank Indonesia (BI) cq. DPM-Bop mengumumkan biata Repo
SBIS dan jangka waktu Repo.
b. BUS dan UUS yang sebelumnya telah menandatangani
Perjanjian Penggunaan SBIS dalam jangka Repo dan tidak
sedang dalam pengenaan sanksi.
c. Terhadap Repo SBIS, dikenakan biaya Repo SBIS.
d. BI cq. DPM-PTPM melakukan penyelesaian Surat Berharga dan
penyelesaian dalam rangka Repo SBIS yaitu pada waktu
pelaksanaannya (Bank Indonesia, 2008).
4. Perbedaan Antara Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sebagaimana peraturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia
dalam Peraturan Bank Indonesia No. 10/11/PBI/2008 tentang
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mengantikan kebijakan
peraturan sebelumnya yaitu peraturan Bank Indonesia No.
6/7/PBI/2004 tentang Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).
Dengan keluarnya peraturan baru ini maka Peraturan Bank Indonesia
No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang SWBI dicabut
dan telah dinyatakan tidak berlaku (Bank Indonesia, 2008).
39
Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang dalam prekteknya
menggunakan akad Ju’alah yaitu mekanismenya dalam bentuk
lelang dan lelang tersebut akan dimenangkan oleh salah satu BUS
dan UUS yang mengikuti lelang dan ridak sedang kena sanksi.
Sedangkan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia memakai akad wadiah
yang berarti titipan yang bonusnya ditetapkan oleh Bank Indonesia
(Bank Indonesia, 2008).
D. Hubungan Antar Variabel
1. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dengan Return on
Asset (ROA)
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional,
semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja
manajemen tersebut, karena efisiensien dalam menggunakan sumber
daya yang ada di perusahaan (Riyadi, 2006). Logikanya jika pendapatan
operasional lebih besar dari biaya operasionalnya, berarti rasio BOPO
kecil, sehingga dapat dikatakan bank dalam mengelola uahanya
semakin efisien. Tingat efisien bank berpengaruh terhadapt tingkat
pendapatan yang dihasilkan oleh bank. Semakin kecil BOPO maka
akan semakin meningkat profitabilitas (ROA) bank.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Edhi Satriyo
Wibowo dan Muhammad Syaichu (2013), Fitri Zulfiah dan Joni
40
Susilowibowo (2013) dan Saiful Bachri, Suhadak dan Muhamad Saifi
(2013) menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh terhadap Return on
Asset (ROA). Tingginya rasio BOPO menunjukkan bahwa bank tidak
dapat mengelola sumber dana dan aktiva yang dimiliki untuk
memperoleh laba. Hal ini dikarenakan laba yang diperoleh digunakan
untuk menutupi kerugian yang timbul akibat biaya operasional bank
yang besar. Tingginya rasio BOPO tersebut dapat mengikis modal bank
sehingga dapat mengganggu kesehatan bank. Sehingga hal tersebut juga
sejalan dengan teori yang ada, dimana semakin kecil rasio BOPO yang
dihasilkan maka semakin besar keuntungan yang didapat oleh bank
tersebut.
2. Non Performing Financing (NPF) dengan Return on Asset (ROA)
Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan yang
bermasalah yang terdiri dari pembiayaan yang berklarifikasi kurang
lancar, diragukan dan macet (Kamus Bank Indonesia). NPF yang tinggi
akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank.
Semakin tinggi resiko ini maka akan semakin buruk kualitas kredit
bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar dan
mengakibatkan laba yang diperoleh bank menurun.
Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak
ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain. Kredit bermasalah adalah
kredit dengan kualitas kurang lancar (KL), diragukan (D), dan Macet
(M). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Siti Rahmi Nur
41
Utami (2014), dan Fitri Zulfiah dan Joni Susilowobowo (2013)
menunjukkan bahwa NPF berpengaruh terhadap Return on Asset
(ROA). Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank,
mengingat fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan
terbesar bagi bank syariah. Adanya pembiayaan bermasalah yang besar
dapat mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh
pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga mempengaruhi
perolehan laba dan berpengaruh buruk pada ROA. Dengan demikian
semakin besar NPF akan mengakibatkan menurunnya ROA. Tingginya
NPF menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.
3. Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan Retunr on Asset (ROA)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah pendanaan yang
dikeluarkan untuk mendukung investasi yang direncanakan
(Muhammad, 2005). FDR mencerminkan seberapa jauh kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini, memberikan indikasi semakin
rendahnya likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan
jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit/pembiayaan
semakin besar (Dendawijaya, 2009).
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Mohamad
Hidayatu, Nunung Nurhayati dan Siti Fadilah (2015) menunjukkan
bahwa FDR berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Peningkatan
42
FDR dapat berarti penyaluran dana ke pembiayaan semakin besar,
sehingga laba akan meningka. Peningkatan laba tersebut
mengakibatkan kinerja bank yang diukur dengan ROA semakin baik.
Oleh karena itu pihak manajemen harus dapat mengelola dana yang
dihimpun dari masyarakat untuk kemudian disalurkan kembali dalam
bentuk pembiayaan yang nantinya dapat menambah pendapatan bank
baik dalam bentuk bonus maupun bagi hasil, yang berarti profit bank
syariah juga akan meningkat.
4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Return on Asset
(ROA)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat berharga
berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang
rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Menurut Rivai dan Arifin
(2010: 561) menjelaskan bahwa tujuan utama bank dalam membeli
surat berharga ada dua macam, yaitu untuk menjaga likuiditas bank dan
menambah income. Sehingga nilai SBIS yang tinggi akan membuat
pendapatan bank tinggi dan berdampak pada laba yang diperoleh bank
akan naik.
Pergantian instrumen dari SWBI menjadi SBIS berdampak pada
meningkatnya tingkat imbalan yang akan diterima oleh bank syariah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirma (2009),
menunjukan bahwa outstanding (penempatan) pada instrumen SBI
berdampak positif terhadap profitabilitas bank konvensional. Hal
43
tersebut terjadi karena setiap melakukan penempatan dana pada SBI,
bank dipastikan akan memperoleh return sesuai kesepakatan saat lelang
sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi pihak bank.
Adanya penempatan dana pada SBIS akan membuat tingkat
pembiayaan bermasalah berkurang karena kelebihan dana terebut
dialihkan ke SBIS, berkurannya pembiayaan bermasalah ini akan
meningkatkan bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana dan
meningkatkan keuntungan/laba (ROA) pada bank syariah.
E. Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Variabel dan
Metode
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Keterangan
1 Edhi Satrio
Wibowo dan
Muhammad
Syaichu
(2013)
Analisis
Pengaruh Suku
Bunga, inflasi,
CAR, BOPO,
NPF Terhadap
Profitabilitas
Bank Syariah
Dependen:
ROA
Independen:
Suku Bunga
Inflasi
CAR
BOPO
NPF
Metode:
Regresi
Berganda
Terdapat 3
Variabel
yang sama
yaitu ROA,
BOPO dan
NPF
Tidak
terdapat
variabel
FDR dan
SBIS
CAR tidak
berpangaruh
singnifikan
terhadap ROA
pada Bank
Syariah
BOPO
berpengaruh
signifikan dan
mempunyai
hubungan negatif
terhadap ROA
pada Bank
Syariah
NPF tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
pada Bank
Syariah
Inflasi tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
pada Bank
Syariah
44
No. Peneliti Judul Variabel dan
Metode
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Keterangan
Bunga bank tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
pada Bank
Syariah
2 Saiful Bachri,
Suhadak dan
Muhammad
Saifi (2013)
Pengaruh Rasio
Keuangan
Terhadap
Kinerja
Keuangan Bank
Syariah
Dependen:
ROA
Independen:
CAR
NPF
OER
FDR
Metode:
OLS
(Ordinary
Least
Square)
Terdapat 4
variabel
yang sama
yaitu ROA,
NPF,
BOPO/OER
dan FDR
Tidak
terdapat
variabel
SBIS
CAR tidak
berpangaruh
signifikan
terhadap ROA
pada Bank
Syariah
NPF tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
pada Bank
Syariah
OER berpengaruh
signifikan dan
mempunyai
hubungan negatif
terhadap ROA
pada Bank
Syariah
FDR tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
pada Bank
Syariah
3 Fitri Zulfiah
dan Joni
Susilowibowo
(2013)
Pengaruh
Inflasi, BI Rate,
CAR, NPF dan
BOPO Terhadap
Profitabilitas
Bank Umum
Syariah Periode
2008-2012
Dependen:
ROA
Independen:
Inflasi
BI Rate
CAR
NPF
BOPO
Metode:
Regresi
Berganda
Terdapat 3
variabel
yang sama
yaitu ROA,
NPF dan
BOPO
Tidak
terdapat
FDR dan
SBIS
CAR
berpengaruh
positif terhadap
ROA pada BUS
di Indonesia
NPF berpengaruh
positif terhadap
ROA pada BUS
di Indonesia
BI rate
berpengaruh
negatif terhadap
ROA pada BUS
di Indonesia
BOPO
berpengaruh
negatif terhadap
ROA pada BUS
di Indonesia
Inflasi tidak
berpengaruh
45
No. Peneliti Judul Variabel dan
Metode
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Keterangan
terhadap ROA
pada BUS di
Indonesia
4 Mohammed T.
Abusharba,
Iwan
Triyuwono,
Munawar
Ismail dan
Aulia F.
Rahman
(2013)
Determinants Of
Capital
Adequacy Ratio
(CAR) in
Indonesia
Islamic
Commercial
Banks.
Dependen:
CAR
Independen:
ROA
FDR
NPF
DEP
OEIO
Metode:
Regresi
Berganda
Terdapat 3
variabel
yang sama
yaitu ROA,
FDR dan
NPF
Tidak
terdapat
variabel
BOPO dan
SBIS
ROA
berpengaruh
signifikan dan
mempunyai
hubungan positif
terhadap CAR
pada BUS di
Indonesia
NPF berpengaruh
signifikan dan
mempunyai
hubungan negatif
terhadap CAR
pada BUS di
Indonesia
Deposito
berpengaruh
signifikan
terhadap CAR
pada BUS di
Indonesia
FDR berpengaruh
signifikan dan
mempunyai
hubungan positif
terhadap CAR
pada BUS di
Indonesia
BOPO tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap CAR
pada BUS di
Indonesia
5 Siti Rahmi
Nur Utami
(2014)
Pengaruh DPK,
SBIS, CAR dan
NPF Terhadap
FDR pada Bank
Umum Syariah
di Indonesia
Dependen:
FDR
Independen:
DPK
SBIS
CAR
NPF
Metode:
Regresi
Berganda
Terdapat 3
variabel
yang sama
yaitu, FDR,
SBIS dan
NPF
Tidak
terdapat
variabel
BOPO dan
ROA
Variabel
dependen
yang
digunakan
DPK berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap FDR
pada BUS di
Indonesia
SBIS
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap FDR
pada BUS di
Indonesia
CAR
berpengaruh
46
No. Peneliti Judul Variabel dan
Metode
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Keterangan
negatif dan tidak
signifikan
terhadap FDR
pada BUS di
Indonesia
NPF berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap FDR
pada BUS di
Indonesia.
6 Yoppy Palupi
Purbaningsih
(2014)
The Effect Of
Liquidity Risk
and Non
Performing
Financing Ratio
to Commercial
Sharia Bank
Profitability in
Indonesia
(2014)
Dependen:
ROA
Independen:
FDR
NPF
Metode:
Regresi
Berganda
Terdapat 3
variabel
yang sama
yaitu ROA,
FDR dan
NPF
Tidak
terdapat
variabel
BOPO dan
SBIS
FDR tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas pada
Bank Syariah di
Indonesia
NPF tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
Profitabilitas
pada Bank
Syariah di
Indonesia
7 Mohamad
Hidayat,
Nunung
Nurhayati dan
Sri Fadilah
(2015)
Pengaruh
Capital
Adequacy Ratio
dan Financing
to Deposit Ratio
Terhadap
Profitabilitas
Pada Bank
Syariah Mandiri
Periode 2008-
2013.
Dependen:
ROA
Independen:
CAR
FDR
Metode:
Regresi
Berganda
Terdapat 3
variabel
yang sama
yaitu ROA,
CAR dan
FDR
Tidak
terdapat
variabel
NPF, BOPO
dan SBIS
CAR
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
pada Bank
Syariah Mandiri
FDR berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
Bank Syariah
Mandiri
8 Naroh
Kawiryawan
(2015)
Pengaruh
Tingkat Return
Sertifikat Bank
Indonesia
(SBIS)
Terhadap
Penempatan
Pada SBIS Dan
ROA Bank
Umum Syariah
di Indonesia
Dependen:
Tingkat
Imbalan
SBIS
Independen:
ROA
Intervening:
Penempatan
Dana pada
SBIS
Metode:
Analisis
Jalur (Path
Terdapat
variabel
ROA
Metode yang
digunakan Tingkat imbalan
SBIS
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
penempatan dana
pada SBIS
Penempatan dana
pada SBIS
berpengaruh
positif tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas pada
Bank Umum
47
No. Peneliti Judul Variabel dan
Metode
Persamaan
Penelitian
Perbedaan
Penelitian
Keterangan
Analisy) Syariah
Tingkat imbalam
SBIS
berpengaruh
negatif tidak
signifikan
terhadap
profitabilitas
BUS.
9 Diana
Puspitasari
(2009)
Analisis
Pengaruh CAR,
NPL, PDN,
NIM, BOPO,
LDR Dan Suku
Bunga SBI
Terhadap ROA
Dependen:
ROA
Independen:
CAR
NPL
PDN
NIM
BOPO
LDR
Suku Bunga
SBI
Metode:
Regresi
Berganda
Metode
penelitian
yang
digunakan.
Terdapat
variabel
yang sama
yaituNPL/N
PF, BOPO,
LDR/FDR.
Obek
penelitian.
Tidak
terdapat
variabel
SBIS.
PDN tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap ROA
Suku Bunga SBI
tidak berpengaruh
signifikan
terhadap ROA.
CAR
berpengaruh
signifikan dan
bersifat positif
terhadap ROA
NIM berpengaruh
signifikan dan
bersifat positif
terhadap ROA
LDR berpengaruh
signifikan dan
bersifat positif
terhadap ROA
NPL berpengaruh
signifikan dan
bersifat negatif
terhadap ROA
BOPO
berpengaruh
signifikan dan
bersifat negatif
terhadap ROA
Sumber: Kumpulan Penelitian Terdahulu
48
F. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
49
G. Hipotesis Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan pengaruh veriabel independent
terhadap variabel dependent. Penjelasan pengaruh variabel independent
terhadap variabel dependent memberikan kesimpulan dalam bentuk
perumusan hipotesis, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)(X1)
H0 : Tidak terdapat pengaruh Biaya Operasional Pendapatan
Operasional terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
H1 : Terdapat pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional
terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
2. Variabel Non Performing Financing (NPF)(X2)
H0 : Tidak terdapat pengaruh Non Performing Financing (NPF)
terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
H1 : Terdapat pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Variabel Financing To Deposit Ratio (FDR)(X3)
H0 : Tidak terdapat pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR)
terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
50
H1 : Terdapat pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) terhadap
Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
4. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)(X4)
H0 : Tidak terdapat pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah
terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
H1 : Terdapat pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah terhadap
Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
5. Variabel Secara Simultan
H0 : Tidak terdapat pengaruh Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing
To Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
secara simultan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
H1 : Terdapat pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing To Deposit
Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) secara
simultan terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah
di Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penilitian
Penelitian ini memfokuskan untuk menganalisis peangaruh
variabel independent yaitu Biaya Operasional Pendapatan Operasional
(BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap variabel
dependent yaitu Return on Asset (ROA).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaitf, yang menggunakan
data sekunder yang bersifat data panel. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan berupa data neraca dan data rasio
keuangan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh dari Bank Indonesia dalam laporan Statistik Perbankan
Syariah (SPS), Statistik Perbankan Indonesia (SPI) dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), laporan keuangan triwulan pertama tahun 2010 sampai
dengan triwulan keempat tahun 2014 dari Bank Umum Syariah (BUS).
Laporan keuangan triwulan dapat diperoleh dari website masing-masing
Bank Umum Syariah (BUS). Sumber penunjang lainnya berupa jurnal
yang diperlukan dan sumber-sumber lain yang dapat digunakan dalam
penelitian ini.
52
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah kelompok bank yang termasuk
dalam Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia yang terdiri dari 12 bank.
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh
penulis adalah metode judgement sampling. Metode judgement sampling
atau purposive adalah penarikan sample dengan pertimbangan tertentu,
pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian
(Suryadi dan Purwanto, 2009:17). Adapun sampel dalam penelitian ini,
dipilih dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Bank syariah merupakan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
2. Bank syariah tersebut membuat laporan keuangan triwulan I 2010
hingga triwulan IV 2014 secara konsisten dan telah dipublikasi di
Bank Indonesia, OJK dan pada website masing-masing bank tersebut.
3. Bank syariah memiliki data yang dibutuhkan terkait pengukuran
variabel-variabel yang digunakan untuk penelitian selama periode
triwulan I 2010 hingga triwulan IV 2014.
Tabel 3. 1 Rincian Sampel Penelitian
Kriteria Jumlah
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia 12
Bank yang tidak berturut-turut mengeluarkan laporan
triwulan dari periode 2010-2014
(8)
Jumlah Bank Umum Syariah (BUS) yang memenuhi
kriteria
4
Total sampel dari tahun 2010-2014 (5 tahun) 80
53
Berdasarkan kriteria diatas terdapat 4 Bank Umum Syariah (BUS)
yang digunakan dalam penelitian adalah Bank Muamalat Indonesia, Bank
Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara:
1. Data sekunder, yaitu merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
sacara tidak langsung melalui media perantara (Supomo dan Indriantoro,
2002). Data sekunder yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah data
histori, laporan keuangan, anggaran dan lain sebagainya. Pada penelitian
ini menggunakan data panel berupa laporan keuangan selama periode
triwulan I 2010 hingga triwulan IV 2014 yang diperoleh pada website
bank syariah, website Bank Indonesia dan website OJK.
2. Studi kepustakaan, yaitu memperolah berbagai data dari literatur, jurnal-
jurnal yang dipublikasi, laporan-laporan penelitian sebelumnya, serta
berbagai sumber lainnya.
D. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis linier berganda.
Analisis linier berganda adalah kecenderungan satu variabel, variabel tidak
bebas, pada satu atau lebih variabel lain, variabel yang menjelaskan.
Analisis regresi berganda digunakan untuk menaksir dan atau meramalkan
54
nilai rata-rata hitung atau nilai rata-rata variabel tidak bebas atas dasar
nilai tetap variabel yang menjelaskan diketahui (Damodar Gujarati, 2003).
Untuk membantu penelitian, peneliti akan menggunakan software
pengolah data statistik, SPSS for Windows version 22.0. SPSS merupakan
software yang berfungsi untuk menganalisis data, melakukan perhitungan
statistik baik untuk statistik parametrik maupun non-parametrik. Berikut
adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian
ini:
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range dan skewness (Ghozali, 2013).
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi datanya terdistribusi normal atau tidak, model
regresi yang baik jika distribusi datanya mengikuti distribusi
normal atau mendekati normal. Ada berbagai cara untuk
mengetahui atau mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau
tidak salah satunya dengan cara analisis grafik yaitu grafik
histogram dan P-Plot. Cara lain untuk melihat apakah data
terdistribusi dengan normap atau tidak dengan cara analisis satistik
yaitu uji Kolmogorov-Smirnov. Dalam penelitian ini, uji
55
normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis grafik dan
analisis statistik.
Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik
dilakukan dengan menggunakan histogram dengan
menggambarkan variabel dependen sebagai sumbu vertikal
sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai
sumbu horizontal. Jika Histogram Standardized Regression
Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual
tersebut dinyatakan normal. Cara lain untuk menguji normalitas
dengan pendekatan grafik adalah menggunakan Normal
Probability P-Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal digambarkan dengan sebuah
garis diagonal lurus dari kiri bawah ke kanan atas (Suliyanto,
2011:69).
Selain itu untuk menguji normalitas menggunakan uji
statistik dengan uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu dari tabel One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh angka probabilitas
atau Asym. Sig. (2-tailed). Nilai ini dibandingkan dengan 0,05
untuk pengambilan keputusan dengan pedoman (Ghozali, 2013):
1. Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa data tidak terdistribusi secara
normal.
56
2. Nilai Sig. atau signifikansi atau probabilitas > 0,05, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa data terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan unutuk mengetahui ada
tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan
variabel independen lainnya dalam suatu model regresi, atau untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi diantara sesama variabel
independen. Uji multikolinearitas dilakukan dengan
membandingkan nilai toleransi (tolerance value) dan nilai VIF
(variance inflation factor) dengan nilai yang disyaratkan. Nilai
yang disyaratkan bagi nilai toleransi adalah lebih besar dari 0,01
dan untuk nilai VIF kurang dari 10 (Ghozali: 2006)
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah
dalam sebuh model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari
residual pada suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians
dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homokedastisitas. Jika varians berbeda, maka disebut
heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung
situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar)
(Ghozali:2013). Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas
dilakukan dengan metode spearman’s rho.
57
Metode uji heteroskedastisitas dengan korelasi Spearman;s
rho yaitu mengkorelasikan variabel independen dengan nilai
unstandardized residual (Duwi Priyanto: 2013). Pengujian
menggunakan tingkat signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika
korelasi antar variabel independen dengan residual di dapat
signifikan lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
modal regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
(residual) pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada
problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi bebas
dari autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan
uji statistik melalui Uji Durbin-Watson dan Run Test (Imam
Ghozali, 2012:111).
1) Uji Durbin-Watson (DW test)
Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi
tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan
adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada
variabel lag di antara variabel indepeden. Hipotesis yang akan
diuji adalah:
58
Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
Tabel 3. 2 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-
Watson
Indikator Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dlddu
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl<d<4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-dud4-dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau
negatif
Tidak
ditolak
du<d<4-du
Sumber: Buku Ghozali 2013
2) Mendeteksi Autokorelasi dengan Run Test
Run test sebagai bagian dari statistik non-parametrik
dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual
terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat
hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak
atau random. Run test digunakan untuk melihat data residual
terjadi secara random atau tidak (sistematis).
H0 : residual (res_1) random (acak)
Ha : residual (res_1) tidak random
Menurut Imam Ghozali (2012:121), jika pada model regresi terjadi
autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya antara lain:
1) Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure
autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model
59
regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan
spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak
dimasukkan kedalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi
persamaan regresi tidak benar.
2) Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi
autokorelasi adalah dengan mentranformasi model awal menjadi
model difference. Misalkan model regresi dengan dua variabel
sebagai berikut:
Yt = β1 + β2Xt + μt
Dan diasumsikan bahwa residual atau error mengikuti
autoregressive AR(1) sebagai berikut:
μt = ρμt – 1 + εt -1 < ρ < 1
Asumsi ρ tidak diketahui nilainya
Nilai ρ diestimasi berdasarkan Durbin-Watson d statistic Secara
sederhana nilai ρ dapat diestimasi dengan menggunakan d statistik
dengan rumus seperti di bawah ini:
Keterangan: d = durbin-watson
Pada kasus dengan jumlah sampel kecil, Theil dan Nagar
mengajukan rumus untuk menghitung nilai ρ sebagai berikut:
60
Keterangan: n = jumlah observasi; k = jumlah variabel bebas
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Dalam penelitian ini untuk menguji hipotesis penelitian
menggunakan analisis regresi linier berganda yaitu melihat pengaruh
BOPO, NPF, FDR dan SBIS terhadap ROA pada BUS di Indonesia,
persamaan matematis analisis regresi linier berganda dituliskan sebagai
berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Dimana:
Y = profitabilitas a = konstanta
X1 = BOPO b1-b4 = koefisien regresi
X2 = NPF e = error
X3 = FDR
X4 = SBIS
Analisis regresi linier berganda meliputi uji Koefisien
Determinasi (R2) bertujuan untuk melihat sumbangan efektif Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) dalam menjelaskan Return on Asset
(ROA) pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia, uji F bertujuan
melihat pengaruh secara simultan Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF), Financing to
Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
61
terhadap Return on Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia dan uji T untuk melihat pengaruh secara parsial Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return on Asset (ROA) pada
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia.
4. Pengujian Hipotesis
a. Uji T
Uji T dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel independen secara parsial terhadap variabel
dependen. Uji T dilakukan dengan membandingkan t hitung
terhadap t tabel dengan ketentuan sebagai berikut (Ghozali,2009) :
1) H0 : b = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen.
2) H1 : b ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen secara
parsial.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau taraf
signifikan 5% (α = 0,05) dengan kriteria sebagai berikut :
1) Jika t hitung > t tabel dan probabilitas (nilai signifikan) <
tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) maka H1 diterima dan H0
ditolak berarti ada pengaruh yang signifikan dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen.
62
2) Jika t hitung < t tabel dan probabilitas (nilai signifikansi) >
tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) maka H0 diterima dan H1
ditolak berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari masing-
masing variabel independen terhadap variabel dependen.
Dimana t tabel ditentukan dengan mencari derajat bebasnya
yaitu df = N-k.
b. Uji F (Uji Simultan)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen secara bersama-sama (simultan) dapat
berpengaruh terhadap variabel dependen. Cara yang digunakan
adalah dengan membandingkan nilai f hitung dengan f tabel
dengan ketentuan sebagai berikut (Ghozali, 2009):
1) H0 : b1 = b2 = ...= bk = 0, berarti tidak ada pengaruh signifikan
dari variabel independen terhadap variabel dependen secara
simultan.
2) H1 : b1 ≠ b2 ≠...≠ bk ≠ 0,berarti ada pengaruh yang signifikan
dari variabel independen terhadap variabel dependen secara
simultan.
Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% atau
taraf signifikan 5% (α = 0,05) dengan kriteria sebagai berikut :
1) Jika f hitung > f tabel dan probabilitas (nilai signifikan) <
tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) maka H1 diterima dan H0
ditolak berarti ada variabel independen secara bersama-sama
63
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
2) Jika f hitung < f tabel dan probabilitas (nilai signifikansi) >
tingkat signifikansi 5% (α = 0,05) maka H0 diterima dan H1
ditolak berarti ada variabel independen secara bersama-sama
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen. Dimana f tabel ditentukan dengan mencari derajat
bebasnya yaitu df1=k-1 dan df2=N-k, dimana N = jumlah
sampel dan k = jumlah variabel.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa
jauh kemampuan variabel penjelas yaitu Biaya Operasional
Pendapatan Operasional BOPO (X1), Non Performing Financing
(NPF) (X2), Financing to Deposit Ratio (FDR) (X3) dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) (X4) dalam menerangkan variasi
variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA) pada Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara
umum koefisien determinasi untuk data silang (cross section)
64
relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-
masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time
series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi
(Ghozali, 2009). Kelemahan mendasar penggunaan koefisien
determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel
independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan
nilai Adjusted R2 (Adjusted R Square) pada saat mengevaluasi
mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R
2
dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2009).
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel yang mendahuluinya. Dalam mengukur kinerja perbankan
syariah rasio yang digunakan adalah rasio Profitabilitas. Dimana rasio
profitabilitas merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja
keuangan bank dan digunakan untuk melihat kemampuan bank dalam
menghasilkan pendapatan. Dalam penelitian ini variabel dependen
yang digunakan adalah ROA (Return on Asset). ROA adalah rasio
65
yang menunjukan kemampuan dari keseluruhan aktivitas yang ada dan
digunakan untuk menghasilkan keuntungan.
2. Variabel Independent
a. Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)(X1)
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah
rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin
rendah rasio ini berarti semakin efisien biaya opersional yang
dikeluarkan bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi
bermasalah semakin kecil, sebaliknya keuntungan yang diperoleh
semakin besar.
b. Non Performing Financing (NPF)(X2)
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin
tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
Laba sebelum pajak
ROA = x 100%
Total aset
Biaya operasional
BOPO = x 100%
Pendapatan operasional
66
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
c. Financing to Deposit Ratio (FDR)(X3)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam pembiayaan
dengan menggunakan dana yang dihimpun dari pihak ketiga.
Semakin tinggi rasio ini, likuiditas semakin menurun karena
jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan juga semakin
banyak dan keuntungan yang diperoleh juga semakin besar.
d. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)(X4)
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) adalah surat
berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek
dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh bank indonesia
(Bank Indonesia, 2008). Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) yang digunakan adalah data laporan keuangan per triwulan
periode triwulan I 2010 hinggan triwulan IV 2014. Data tersebut di
Pembiayaan bermasalah
NPF = x 100%
Total Pembiayaan
Pembiayaan Yang Diberikan
FDR = x 100%
Dana pihak ketiga
67
peroleh dari situs website Bank Indonesia (www.bi.go.id), website
bank syariah dan website OJK (www.ojk.go.id).
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia
Di Indonesia, bank Islam pertama, Bank Mu‘amalat Indonesia
(BMI) baru bisa didirikan pada tahun 1992, padahal pemikiran
mengenai hal ini sudah terjadi sejak dasawarsa ‘70-an. Walaupun
perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan negara-
negara Muslim lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus
berkembang (Karim, 2007:25).
Bila pada periode tahun 1992-1998 hanya ada satu unit Bank
Umum Syariah, maka pada tahun 2010, jumlah bank syariah di
Indonesia telah mengalami peningkatan dimana telah bertambah
menjadi 184 unit, yaitu 11 unit Bank Umum Syariah, 23 unit Unit
Usaha Syariah dan 150 unit Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Sedangkan pada tahun 2014 jumlah bank syariah di Indonesia telah
mengalami peningkatan yang cukup baik dimana jumlah bank syariah
di Indonesia bertambah menjadi 197 unit, yaitu 12 unit Bank Umum
Syariah, 22 unit Unit Usaha Syariah dan 163 unit Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah. Perkembangan jumlah unit Bank Umum Syariah, Unit
Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dapat dilihat pada
gambar 4.1 dibawah ini:
69
Gambar 4. 1 Perkembangan Jumlah Bank Syariah di Indonesia periode
2010-2014
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (diolah)
Berdasarkan gambar 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa
perkembangan bank syariah di Indonesia semakin baik. Seiring
berkembangnya bank syariah di Indonesai tentunya harus di imbangin
oleh sumber daya insani yang memadai, baik dari segi kualitas maupun
kuantitasnya. Salah satu faktor yang memghambat perkembangan bank
syariah di Indonesia adalah masih banyaknya institusi syariah yang
melibatkan sumber daya insani yang tidak memiliki pengalaman
akademis maupun praktis dalam Islamic Banking. Kondisi ini cukup
signifikan mempengaruhi produktifitas dan profesionalisme perbankan
syariah itu sendiri. Oleh karena itu, ada baiknya perbankan syariah atau
pemerintah memberikan perhatian lebih agar dapat mencetak sumber
70
daya insani yang mampu mengamalkan ekonomi syariah disemua lini
agar perbankan syariah di Indonesia menjadi lebih baik lagi.
2. Perkembangan BOPO Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin rendah rasio ini
berarti semakin efisien biaya opersional yang dikeluarkan bank
sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin
kecil, sebaliknya keuntungan yang diperoleh semakin besar. Berikut
adalah perkembangan BOPO Bank Umum Syariah di Indonesia tahun
2010-2014:
Gambar 4. 2 Perkembangan BOPO Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia perioded 2010-2014
Sember: Statisrik Perbankan Indonesia (diolah)
71
Berdasarkan gambar 4.2 diatas, dapat disimpulkan bahwa nilai
BOPO mengalami perkembangan yang cukup baik, dimana BOPO
mencapai titik tertinggi sebesar 90,91% pada Maret 2014 dan berada
pada titik terendah sebesar 76,35% pada Desember 2012.
3. Perkembangan NPF Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
Non Performing Financing (NPF), merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi
rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
Berikut ini adalah perkembangan NPF Bank Umum Syariah di
Indonesia periode 2010-2014:
Gambar 4. 3 Perkembangan NPF Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia periode 2010-2014
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (diolah)
72
Berdasarkan gambar 4.3 diatas, dapat disimpulkan bahwa NPF
mencapai titik tertinggi sebesar 4,67% pada September 2014
sedangkan berada pada titik terendah sebesar 2,26% pada Desember
2012. NPF mengalami perkembangan yang naik-turun dimana setelah
mencapain titik terendah pada Desember 2012 NPF cenderung
mengalami peningkatan hingga September 2014, setelah itu
mengalami penurunan pada Desember 2014. Semakin tinggi nilai NPF
suatu bank dapat mencerminkan buruknya kuliatas kedit bank yang
menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar maka
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar.
4. Perkembangan FDR Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
Financing to Deposit Ratio (FDR), merupakan rasio digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam pembiayaan dengan
menggunakan dana yang dihimpun dari pihak ketiga. Semakin tinggi
rasio ini, likuiditas semakin menurun karena jumlah dana yang
diperlukan untuk pembiayaan juga semakin banyak dan keuntungan
yang diperoleh juga semakin besar. Berikut ini adalah perkembangan
FDR Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2014:
73
Gambar 4. 4 Perkembangan FDR Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia periode 2010-2014
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (diolah)
Berdasarkan gambar 4.4 diatas, dapat disimpulkan bahwa FDR
mencapai titik tertinggi sebesar 121,71% pada Juni 2013 dan
mencapai titik terendak sebesar 86,66% pada Desember 2014.
Tingginya nilai FDR mencerminkan rendahnya kemampuan likuiditas
suatu bank. Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan
untuk membiayai pembiayaan menjadi semakin besar.
5. Perkembangan SBIS Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), merupakan surat
berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam
mata uang rupiah yang diterbitkan oleh bank indonesia. Berikut ini
adalah perkembangan SBIS Bank Umum Syariah di Indonesia periode
2010-2014:
74
Gambar 4. 5 Perkembangan SBIS Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia periode 2010-2014
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (diolah)
Berdasarkan gambar 4.5 diatas, dapat disimpulkan bahwa
SBIS mengalami perkembangan yang cukup baik dimana mencapai
titik terendah sebesar 2,310 Miliar pada September 2010 dan
mengalami peningkatan hingga mencapai titik tertinggi sebesar 9,244
Miliar pada Desember 2011. Hal ini membuktikan bahwa BUS mulai
percaya untuk menempatkan dananya bukan hanya pada pembiayaan
saja namun juga pada investasi surat berharga syariah.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif igunakan untuk menggambarkan suatu data
secara statistik. Untuk menginterpretasikan hasil statistik deskriptif dari
75
ROA, BOPO, NPF, FDR, dan SBIS dapat dilihat dari tabel 4.1 sebagai
berikut:
Tabel 4. 1 Analisis Statistik Deskriptif Masing-Masing Variabel
Sumber: Hasil Olah Data
Berasarkan hasil perhitunan pada tabel 4.1 diatas, dapat diketahui
bahwa n atau jumlah total data pada setiap variabel yaitu 80 buah yang
berasal dari 4 sampel bank umum syariah periode tahun 2010 sampai
tahun 2014. Variabel Return on Asset (ROA) mempunyai nilai minumum -
8,11% dan maksimum -2,30%. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai
mean dari 80 data adalah -4,7671% dengan standar deviasi sebesar
0,94578. Nilai range merupakan selisih nilai maksimum dan minimum
yaitu sebesar 5,81% dan nilai sum merupakan penjumlahan dari 80 data
yaitu sebesar -381,36%.
Pada tabel 4.1 diatas, variabel Biaya Operasional Pendapatan
Operasional (BOPO) mempunyai nilai minimum -0,37% dan nilai
maksimum sebesar 0,01%. Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai mean
dari 80 data adalah -0,1276% dengan standar deviasi sebesar 0,10241.
76
Nilai range merupakan selisih nilai maksimum dan minimum yaitu sebesar
0,38% dan nilai sum merupakan penjumlahan dari 80 data yaitu sebesar -
10,21%.
Variabel Non Performin Financin (NPF) mempunyai nilai
minimum -4,33% dan nilai maksimum sebesar -2,68%. Dari tabel 4.1
dapat dilihat bahwa nilai mean dari 80 data adalah -3,3796% dengan
standar deviasi sebesar 0,35703. Nilai range merupakan selisih nilai
maksimum dan minimum yaitu sebesar 1,65% dan nilai sum merupakan
penjumlahan dari 80 data yaitu sebesar -270,37%.
Financing to Deposit Ratio (FDR) mempunyai nilai minimum -
0,21% dan nilai maksimum sebesar 0,09%. Dari tabel 4.1 dapat dilihat
bahwa nilai mean dari 80 data adalah -0,0525% dengan standar deviasi
sebesar 0,07191. Nilai range merupakan selisih nilai maksimum dan
minimum yaitu sebesar 0,29% dan nilai sum merupakan penjumlahan dari
80 data yaitu sebesar -4,20%.
Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai
nilai minimum 9,84 Miliar dan nilai maksimum sebesar 16,08 Miliar. Dari
tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai mean dari 80 data adalah 13,7030 Miliar
dengan standar deviasi sebesar 1,50460. Nilai range merupakan selisih
nilai maksimum dan minimum yaitu sebesar 6,24 Miliar dan nilai sum
merupakan penjumlahan dari 80 data yaitu sebesar 1096,24 Miliar.
77
2. Uji Asumsi Klasik
Variabel dependent yang dihunakan adalah Return on Asset
(ROA). Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non
Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah nilai
residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi
normal atau tidak. Dalam uji normalitas peneliti menggunakan analisis
grafik dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal
dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya dan analisis
statistik dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-
S). Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2012:112) adalah:
1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya tidak
menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
78
Uji normalitas dengan analisis statistik dengan menggunakan
uji statistik non—parametrik Kolmogorov-Smirnov dan uji analisis
grafik dalam penelitian ini di olah dengan bantuan SPSS 22. Berikut
adalah hasil dari uji normalitas:
1) Analisis Grafik Histogram
Gambar 4. 6 Histogram
Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa sebaran data
residual secara umum tidak membentuk lonceng, sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai residual tidak mendekati normal atau data
tidak berdistribusi normal. Oleh karena itu agar mendapatkan data
yang normal peneliti melakukan Ln, sehingga didapat hasil sebagai
berikut:
79
Gambar 4. 7 Histogram Hasil Ln
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa sebaran data
residual secara umum hampir berbentuk lonceng, sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai residual mendekati normal atau data
berdistribusi normal.
2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-Plot)
80
Gambar 4. 8 Grafik P-Plot
Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan gambar diatas, terliha bahwa penyebaran data
(titik) tidak menyebar disekitar garis diagonal dan tidak mengikuti
arah garis diagonal yang berarti bahwa data tidak berdistribusi
normal. Oleh karena itu peneliti melakukan Ln agar mendapatkan
data yang normal. Hasil dari Ln adalah sebagai berikut:
81
Gambar 4. 9 Grafik P-Plot Hasil Ln
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa penyebaran data
(titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal.
3) Analisis Statistik dengan Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4. 2 Kolmogorov-Smirnov
Sumber: Hasil Olah Data
82
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil Kolmogorov-
Smirnov adalah 0,349 dan signifikan pada 0,000 hal ini berarti Ha
diterima yang berarti data residual tidak berdistribusi normal. Olah
karena itu peneliti melakukan Ln agar dapat menghasilkan data
yang normal. Hasil dari Ln adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 3 Kolmogorov-Smirnov Hasil Ln
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel diatas, didapatkan hasil Kolmogorov-
Smirnov adalah 1,065 dan signifikan pada 0,207 hal ini berarti H0
diterima yang berarti data residual berdistribusi normal atau model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinieritas yaitu adanya
hubungan linier atau variabel independent dalam model regresi.
Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak
83
adanya multikolinieritas. Pada pembahasan ini akan dilakukan uji
multikolinieritas dengan melihat nilai inflation factor (VIF) pada
model regresi. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama
dengan VIF <10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala
multikolinieritas. Berikut ini adalah hasil dari uji multikolinieritas:
Tabel 4. 4 Uji Multikolinieritas dengan Model Tolerance dan VIF
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan output pada Coefficient diatas, terlihat bahwa nilai
Tolerance variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO sebesar 0,675, Non Performing Financing (NPF)
sebesar 0,922, Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 0,883 dan
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 0,690. Sedangkan
nilai VIF variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) sebesar 1,481, Non Performing Financing (NPF) sebesar
1,084, Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 1,133 dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 1,449. Dari hasil diata dapat
84
disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala
multikolinieritas, karena nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10.
c. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada
model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi
adalah tidak adanya gejala heteroskedastisitas. Yang diharapkan pada
model regresi adalah homoskedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji
heteroskedastisitas:
Tabel 4. 5 Uji Heteroskedastisitas dengan Model Spearman’s rho
Sumber: Hasil Olah Data
85
Berdasarkan hasil diatas, dapat diketahui bahwa nilai
korelai 2 (dua) variabel independent dengan Unstandardized
Residual memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05. Karena
signifikan lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variabel
BOPO dan NPF tidak signifikan sehingga dapat disimpulkan
bahwa terjadi heterokedastisitas. Oleh karena itu peneliti
melakukan Ln, sehingga didapat hail sebagai berikut:
Tabel 4. 6 Uji Heteroskedastisitas dengan Model Spearman’s rho Hasil
Ln
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan output diatas, dapat diketahui bahwa nilai
korelai ke 4 (empat) variabel independent dengan Unstandardized
Residual memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05. Karena
86
signifikan lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan yang lain
pada model regresi. Prasyarat yang harus terpenuhi adalah tidak
adanya autokorelasi dalam model regresi. Uji Durbin-Watson (Uji D-
W) merupakan uji yang sangat popular untuk menguji ada-tidaknya
masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Berikut
adalah hasil dari uji autokorelasi:
Tabel 4. 7 Uji Durbin-Watson
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel diatas, didapat nilai Durbin-Watson
sebesar 1,565. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson
dengan (n) = 80 dan jumlah variabel independent (k=4) diperolah
nilai tabel dL (lower) = 1,53 dan dU (upper) = 1,74, sehingga nilai
4-dU sebesar 4-1,74 = 2,26 sedangkan nilai 4-dL sebesar 4-1,53 =
87
2,47. Nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 1,565 berada dibawah dU
=1,74 maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
a. Pengobatan Autokorelasi
Oleh karena hasil dari Durbin-Watson tidak dapat
disimpulkan maka nilai standard error (SE) dan nilai t-
statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan.
Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai yang dapat
diestimasi dengan beberapa cara seperti dibawah ini (Imam
Ghozali, 2012:130):
a. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d
b. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d
Langkah Analisis:
1. Dapatkan nilai la satu residual (Ut_1) dengan perintah
Transform dan Compute. Isikan pada target variabel Ut_1
dan isikan pada kotak Numeric Expression Lag(Res_1).
2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze, kemudian submenu
Regression¸ lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan
variabel Res_1 (Ut) dan pada kotak independent isikan
variabel Ut_1 (Lag satu dari Ut). Abaikan yang lain dan
pilih OK.
88
Berdasarkan hasil output SPSS diperolah hasil nilai
sebesar 0,214 (yaitu nilai koefisien variabel Ut_1).
Berdasarkan pada perhitungan diatas diperolah nilai
menurut berbagai metode seperti terllihat pada tabel dibawah ini:
Metode Nilai
Durbin-Watson d 0,2175
Theil-Nagar d 0,2208
Cochrane-Orcutt Step 1 0,214
Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai yang hampir
sama. Untuk itu penulis memilih metode Theil_nagar d unrtuk
mentransformasikan persamaan regresi.
Langkah Analisis:
1. Membentuk variabel ROAt_1, BOPOt_1, NPFt_1, FDRt_1
dan SBISt_1 dengan perintah Transform dan Compute. Pada
kotak Target Variable diisilan ROAt_1, dan pada kotak
Numeric Expression diisikan LnROA-0,2208*Lag(LnROA).
Lakukan hal yang sama untuk semua variabel X.
89
2. Dari menu utama SPSS pilih Analyze, kenudian Regression,
lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel
ROAt_1, serta pada kotak independent isikan variabel
BOPOt_1, NPFt_1, FDRt_1 dan SBISt_1.
3. Pilih Statistik dan aktifkan Durbin_Watson (untuk menguji
apakan masih terjadi autokorelasi). Abaikan lainnya dan pilih
OK.
4. Hasil output SPSS.
Tabel 4. 8 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson
Sumbe: Hasil olah data
Membandingkan hasil regresi persamaan awal sebelum
dilakukan pengobatan dan hasil regresi setelah pengobatan ternyata
dapat dibandingkan (comparable). Perbedaan tersebut terletak pada
nilai Durbin-Watson. Pada persamaan awal nilai Durbin-Watson
sebesar 1,545 dan hasil tidak dapat disimpulkan, sedangkan dengan
persamaan regresi setelah dilakukan pengobatan nilai Durbin-Watson
menjadi sebesar 2,040. Karena nilai Durbin-Watso (2,040) terletah
antara dU dengan 4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa model
90
persamaan regresi tersebut sudah tidak mengandung masalah
autokorelasi.
2. Analisis Regrasi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel diatas,
selanjutnya akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS versi 22.0 untuk
mengetahui besarnya pengaruh BOPO, NPF, FDR dan SBIS terhadap
ROA. Hasil pengolahan data dengan SPSS dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
Tabel 4. 9 Analisis Regresi Linier Berganda
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel diatas, maka diperolah model persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = -5,328 -7,364LnBOPO + 0,014LnNPF + 2,177LnFDR –
0,016LnSBIS
Keterangan:
Y = Return on Asset (ROA)
LnBOPO = Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
91
LnNPF = Non Performing Financing (NPF)
LnFDR = Financing to Depoit Ratio (FDR)
LnSBIS = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Berdasarkan hasil dari tabel diatas dapat diketahui bahwa variabel
yang dapat dimasukan kedalam perssamaan model regresi adalah variabel
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dan Financing to
Deposit Ratio (FDR). Adapun interpretasi statistik penulis pada model
persamaan regresi diatas adalah sebagai berikut:
1. Konstanta yang diperoleh adalah sebesar -5,328 menyatakan jika nilai
BOPO, NPF, FDR dan SBIS sama dengan 0, maka akan menyebabkan
nilai Return on Asset (ROA) adalah menurun sebesar 5,328%.
2. BOPO = -7,364 maksudnya adalah jika setiap kenaikan BOPO sebesar
1% sedangkan FDR teteap akan menyebabkann nilai Return on Asset
(ROA) menurun sebesar 7,364%, dengan catatan variabel lain
dianggap konstan.
3. FDR = 2,177 maksudnya adalah jika setiap kenaikan FDR sebesar 1%
sedangkan BOPO tetap akan menyebabkan nilai Return on Asset
(ROA) meningkat atau naik sebesar 2,177%, dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
92
3. Uji Hipotesis
a. Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel
independen dalam model regresi mempunyai pengaruh secara
simultan (bersama-sama) terhadap variabel dependen.
Tabel 4. 10 Uji F
Sumber: Hasil olah data
Dari hasil uji F atau uji ANOVA dengan melihat tabel diatas
didapat nilai f hitung sebesar 25,135 dengan probabilitas 0,000.
Karena nilai f hitung > nilai f tabel sebesar 2,49 yang diperoleh
dengan melihat tabel f untuk derajat df1 = k-1 (5-1) dan df2 = n-k (80-
5) dan nilai probabilitasnya jauh < 0,05 maka model regresi ini dapat
digunakan untuk memprediksi pengembalian aset (ROA). Ini berarti
H0 ditolak dan H1 diterima. Atau dapat dikatakan bahwa variabel
independen berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap
Return on Asset (ROA).
93
b. Uji T
Uji T adalah uji untuk mengtahui apakah masing-masing
variabel independen mempunyai variabel dependen secara segnifikan.
Tabel 4. 11 Uji T
Sumber: Hasil olah data
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa:
1. Variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
memiliki nilai t hitung sebesar -8,680 > nilai t tabel sebesar
1,665 dan tingkat signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Ini
berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti secara
parsial variabel Biaya Operasional Pendapatan Operasional
berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
2. Variabel Non Performing Financing (NPF) memiliki nilai t
hitung sebesar 0,068 < nilai t tabel sebesar 1,665 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,946 > 0,05. Ini berarti H0 diterima dan
H1 ditolak. Hal ini berarti secara parsial variabel Non
94
Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap
Return on Asset (ROA).
3. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki nilai t
hitung sebesar 2,061 > nilai t tabel sebesar 1,665 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,043 < 0,05. Ini berarti H0 ditolak dan
H1 diterima. Hal ini berarti secara parsial Financing to
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap Return on Asset
(ROA).
4. Variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) memiliki t
hitung -0,277 < nilai t tabel sebesar 1,665 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,783 > 0,05. Ini berarti H0 diterima dan
H1 ditolak. Hal ini berarti secara parsial variabel Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBI) tidak berpengaruh terhadap
Return on Asset (ROA).
c. Uji Adjusted R Square
Diunakan untuk menetahui seberapa besar peran atau
kontribusi variabel independent yang terdapat dalam persamaan
regresi dalam menjelaskan nilai variabel dependent.
Tabel 4. 12 Uji Adjusted R Square
95
Sumber: Hasil olah data
Berdasarkan tabel diatas didapat nilai Adjusted R Square
sebesar 0,550 atau 55%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap Return on Asset (ROA)
adalah sebesar 55%. Sedangkan sisanya sebesar 45% (100% -
55%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain diluar model regresi
dalam penelitian ini.
C. Interpretasi
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan pengaruh antara
variabel independent terhadap variabel dependent, antara lain:
1. Pengaruh Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap Return on Asset (ROA)
Berdasarkan pada Tabel. 4.11 diatas, variabel Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) mempunyai nilai koefisien sebesar
-7,364 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini berarti
menolak H0 atau menerima H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa
variabel BOPO memiliki pengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Fitri Zulfiah dan Joni Susilowibowo (2013), yang
menyatakan bahwa BOPO mempunyai pengaruh yang signifikan
96
terhadap Return on Asset (ROA). Peningkatan BOPO akan
menyebabkan penurunan pada Return on Asset (ROA). Hal ini
mengindikasikan bahwa apabila BOPO meningkat maka ROA yang
diperoleh akan menurun. Sehingga apabila manajemen memampu
menekan BOPO yang berarti efisiensi meningkat akan sangat signifikan
terhadap kenaikan keuntungan yang dapat dilihat pada besarnya ROA.
Sehingga hal tersebut juga sejalan dengan teori yang ada, dimana
semakin kecil rasio BOPO yang dihasilkan maka semakin besar
keuntungan yang didapat oleh bank tersebut.
2. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return on
Asset (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.11 diatas, variabel Non Performing
Financing (NPF) mempunyai nilai koefisein sebesar 0,014 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,946. Hal ini berarti menerima H0 atau menolak
H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel NPF tidak memiliki
pengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Edhi Satriyo (2013), yang menyatakan bahwa NPF tidak
berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). Hal ini mengindikasikan
bahwa kondisi NPF yang lebih besar dalam suatu periode tidak secara
langsung memberikan penurunan laba pada periode yang sama. Hal ini
dikarenakan pengaruh yang signifikan dari NPF terhadap ROA adalah
berkaitan dengan penentuan tingkat kemacetan pembiayaan yang
97
diberikan oleh suatu bank. Disisi lain adanya nilai NPF yang tinggi
akan dapat menggangu perputaran modal kerja dari bank.
3. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return on
Asset (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.11 diatas, variabel Financing to
Deposit Ratio (FDR) mempunyai nilai koefisien sebesar 2,177 dan
tingkat signifikansi sebesar 0,043. Hal ini berarti menolak H0 atau
menerima H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel FDR
memiliki pengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Mohamad Hidayat (2015), yang menyatakan bahwa
FDR berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Hal ini
mengindikasikan bahwa apabila FDR meningkat maka ROA yang
diperoleh akan meningkat. Dimana semakin besar nilai FDR
menyatakan bahwa bank lebih banyak menekankan keuangannya pada
penyaluran pembiayaan yang lebih banyak. Semakin kecil FDR
semakin baik likuiditas bank tersebut.
4. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap
Return on Asset (ROA)
Berdasarkan pada tabel 4.11 diatas, variabel Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) mempunyai nilai koefisien sebesar -0,016
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,783. Hal ini berarti menerima H0
98
atau menolak H1, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel SBIS
tidak memiliki pengaruh terhadap Return on Asset (ROA).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Diana Puspitasari (2009), yang menyatakan bahwa Suku
Bungan SBI tidak berpengaruh terhadap ROA. Kenaikan Suku Bunga
SBI akan meningkatkan suku bunga kredit pinjaman dan meningkatkan
juga biaya bunga kreditnya, tetapi selisih peningkatan bunga kreditnya
dengan pendapatan bunga kreditnya kecil, dan fluktuasi per tahunnya
juga kecil atau rendah. Hal dari penelitian Diana Puspitasari ini dapat
dikaitkan dengan SBIS pada perbankan syariah, dapat dijelaskan bahwa
peningkatan SBIS akan meningkatkan pembiayaan dan meningkatkan
pula tingkat bagi hasil, tetapi selisih peningkatan pembiayaan dengan
tingkat bagi hasil, serta fluktuasinya yang per tahunnya juga tidak
terlalu besar membuat SBIS tidak terlalu memiliki pengaruh yang besar
terhadap peningkatan ROA.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap pengaruh Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing
(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) terhadap Return on Asset (ROA), menggunakan data time
series pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode 2010-2014.
Dari pembahasan yang telah diuraikan diatas maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Secara simultan, uji F yang dilakukan menunjukkan hasil yang
signifikan, hal ini menandakan bahwa secara bersama-sama variabel
independen yang diteliti yaitu, BOPO, NPF, FDR dan SBIS
berpengaruh secara simultan terhadap Return on Asset (ROA) pada
Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2014.
2. Secara parsial, uji t yang dilakukan menunjukkan bahwa Biaya
Operasional Pendapatan Operasional pengaruh terhadap Return on
Asset (ROA) pada Bank Umum syariah di Indonesia periode 2010-
2014.
3. Secara parsial, uji t yang dilakukan menunjukkan bahwa Non
Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap Return on
Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-
2014.
100
4. Secara parsial, uji t yang dilakukan menunjukkan bahwa Financing to
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA)
pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2014.
5. Secara parsial, uji t yang dilakukan menunjukkan bahwa Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) tidak berpengaruh terhadap Return on
Asset (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-
2014.
6. Nilai koefisien determinasi (Adjusted R square) yang didapat pada
penelitian ini adalah sebesar 0,550, hal ini menandakan bahwa
variabel independen yaitu, BOPO, NPF, FDR dan SBIS mampu
menjelaskan variabel dependen yaitu, Return on Asset (ROA) sebesar
55%, sedangkan sisanya yaitu sebesar 45% dijelaskan oleh faktor lain
diluar variabel yang diteliti seperti CAR, Inflasi, DPK, BI rate dan
lainnya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan saran yang mungkin bermanfaat diantaranya:
1. Bagi Industri Perbankan Syariah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk mempertahankan kinerja yang sudah baik dan terus
meningkatkan dengan upaya seperti, meningkatkan penyaluran
pembiayaan secara efektif, mengembangkan produk-produk dengan
tetap memperhatikan prinsip syariah, meningkatkan layanan jasa
101
perbankan dan kegiatan operasional nya sehingga dapat meningkatkan
keuntungan.
2. Bagi nasabah Perbankan Syariah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi nasabah agar
dapat mengamati kinerja keuangan perbankan syariah dalam membuat
keputusan untuk mengajukan pembiayaan atau menginvestasikan
dananya di bank syariah sehingga mendapat return yang optimal.
3. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya, dengan menambahkan variabel-variabel lain yang
mungkin dapat mempengaruhi Return on Asset (ROA). Demi
perkembangan ilmu pengetahuan pada sektor syariah khususnya yang
masih berkemban saat ini.
xciii
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Thamrin. Bank dan Lembaga Keuangan. Cetakan Pertama. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
Al-Qur‘an
Amin, A. Riawan. Satanic Finance: True Conspiracies Cet Pertama. Jakarta:
Celestial Publishing, 2007.
Antonio, M. S. Bank Syariah dari Teori Ke Praktek. Jakarta: Gema Insani Pers-
Tazkia, 2001.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: AlvaBet, 2009.
Arthesa, Ade, and Edia Handiman. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank.
Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia, 2006.
Ascarya. Akad dan Produk Bank syariah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2011.
Awde, Ali. The Effect Of Capital Requirements On Banking Risk. Internasional
Research Journal Of Finance and Ecomoics, 2011.
Bachri, Saiful, etc. all. Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan
Bank Syariah. Malang, 2013.
Dendawijaya, L. Manajemen Perbankan Edisi Kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia,
2003
Dendawijaya, L. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Gitman,Lawrance.J. Principle of Managerial Finance, Ten edition, Pearson
education, inc.,United states, 2003.
Ghozali, I. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2012.
Ghozali, I. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 edisi 7.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2013.
Gujarati, Damodar. Dasar – Dasar Ekonometrika Jilid 2. Jakarta: Erlangga, 2007
Hamid, Abdul. Buku Panduan Penulisan Skripsi. Jakarta: FEIS UIN Press, 2007.
Hanafi, Mamduh. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE,
2008
Hidayat, Mohamad, etc. all. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
Financing to DepositRatio(FDR) Terhadap Profitabilitas (ROA) Pada Bank
Syariah Mandiri Periode 2008-2014. Prosiding Penelitian SPeSIA, 2015.
Husnan, Suad dan Endang Pujiastuti. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2002.
Indonesia, B. Statistik Perbankan Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia, 2014
Indonesia, B. Statistik Perbankan Syariah. Jakarta: Bank Indonesia, 2014
Indriantoro dan Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE UGM,
2002.
Ismail. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menjuju Aplikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2011.
xciv
Kalengkongan, Glenda. Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Pengaruhnya Terhadap
Return On Assest(ROA) Pada Industri Perbankan Yang Go Public Di Bursa
Efek Indonesia, 2012.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007.
Karunia, Clorinda. Analisis Pengaruh Rasio Capital, Assets Quality dan Liquidity
Terhadap Kinerja Keuangan Pada Sektor Perbankan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya volume 2 No 1, Surabaya, 2013.
Kasmir. Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2012.
Kautsar, Riza salman. Akuntansi Perbankan syariah : Berbasis PSAK syariah.
Jakarta: Akademia Permata, 2012.
Kawiryawan, Naroh. Pengaruh Tingkat Return Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS) Terhadap Penempatan Pada SBIS dan ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia. 2015
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta, 2005.
Palupi, Yoppy Purbaningsih. The Effect Of Liquidity Risk and Non Performing
Financing Ratio To Commercial Sharia Bank Profitability in Indonesia.
2014
Peraturan Bank Indonesia (PBI Nomor 6/7/PBI/2004 Tentang Pencabutan (SWBI)
Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 10/11/PBI/2008 Tentang SBIS (Sertifikat
Bank Indonesia Syariah)
Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 2/9/PBI/2000 Tentang SWBI (Sertifikat
Wadiah Bank Indonesia).
Priyanto, D. Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakom, 2013.
Puspitasari, Diana. Analisis Pengaruh CAR, NPL, PDN, NIM, BOPO, LDR, Dan
Suku Bunga SBI Terhadap ROA (Studi Pada Bank Devisa di Indonesia
Periode 2003-2007), Tesis Sarjana Magister Manajemen, Universitas
Diponegoro, 2009.
Rahmi, Siti Nur Utami. Pengaruh DPK, SBIS, CAR dan NPF Terhadap FDR
pada Bank Umum Syariah di Indonesia. 2014.
Rivai, Veithzal, and Arviyan Arifin. Islamic Banking : Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Riyadi, S. Banking Asset And Liability Management. Depok: Lembaga Penerbit
FEUI, 2006.
Rodoni, Ahmad, and Herni Ali. Managemen Keuangan Modern. Jakarrta: Mitra
Wacana Media, 2014.
Satrio, Edhi Wibowo dan Muhammad Syaichu. Analisis Pengaruh Suku Bunga,
Inflasi, CAR, BOPO, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Syariah,
Diponegoro Journal Of Managemet Volume 2 No 2, Semarang, 2013.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan; Kebijakan Moneter dan
Perbankan. Edisi 5. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2005.
xcv
Sofyan, Sofriza. Pengaruh Struktur Pasar terhadap Kinerja Perbankan
diIndonesia. Media Riset Bisnis & Manajemen, Vol.2, No3, Desember,
pp.194-219, 2002.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Ekonisia,
2008.
Sudarsono, Heri. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi Dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia, 2003.
Suliyanto. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:
Andi, 2011.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 26/5/BPPD/1993 Tentang Financing To
Deposit Ratio
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP/2001 Tentang Non Performing
Financing
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP/2004 Tentang Biaya
Operasional Pendapatan Operasional.
Suryadi dan Purwanto S.K. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Moderen.
Jakarta: Salemba Empat, 2009
Susilo, Sri. Y, dkk. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat,
2000
Sutrisno. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia, 2002
Suyanto, Thomas. Kelembagaan Perbankan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia,
2005.
T, Mohammed Abusharba, Iwan Triyuwono dkk. Determinants Of Capital
Adequacy Ratio (CAR) in Indonesia Islamic Commercial Bank. 2013.
Veithzal, Rivai. Bank and Financial Institution Management Conventional and
Sharia System. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Wirdyaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2005.
Wirma, Rizky. Pengaruh SBI-to-total-asset, Foreign Currecies, Deposits-to-total-
asset, Spread Antara Tingkat Suku Bunga SBI dengan Tingkat Suku Bunga
Deposito, dan Ukuran Bank Terhadap Profitabilitas. Skripsi, 2009.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
Yaya, R. A. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: Salemba empat, 2009.
Zulfiah, Fitri dan Joni Susilowibowo. Pengaruh Inflasi, BI Rate, CAR, NPF dan
BOPO Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah periode 2008-2012.
2013
xcvi
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Penelitian, Triwulan I 2010 – Triwulan IV 2014
No. Nama Bank Tahun Kuartal ROA BOPO NPF FDR SBIS
1 Bank
Muamalat
2010 I 0,0148 0,8758 0,0659 0,9947 531000
II 0,0107 0,9052 0,0472 1,0371 170000
III 0,0081 0,8933 0,0420 0,9968 1070000
IV 0,0136 0,8738 0,0432 0,9152 2497000
2011 I 0,0138 0,8472 0,0471 0,9582 1055000
II 0,0174 0,8516 0,0432 0,9571 1073000
III 0,0155 0,8654 0,0453 0,9245 1345000
IV 0,0152 0,8552 0,0260 0,8518 5988000
2012 I 0,0151 0,8566 0,0283 0,9708 2514000
II 0,0161 0,8456 0,0273 0,9985 1744529
III 0,0162 0,8400 0,0221 0,9996 2142645
IV 0,0154 0,8448 0,0209 0,9415 5300000
2013 I 0,0172 0,8207 0,0202 1,0202 4768000
II 0,0166 0,8279 0,0219 1,0644 2360000
III 0,0168 0,8267 0,0217 1,0340 2248000
IV 0,0050 0,9386 0,0135 0,9999 2850000
2014 I 0,0144 0,8555 0,0211 1,0540 2003000
II 0,0103 0,8911 0,0228 0,9678 2393701
III 0,1000 0,9832 0,0596 0,9881 2099701
IV 0,0017 0,9733 0,0643 0,8414 6029701
2 Bank Syariah
Mandiri
2010 I 0,0204 0,7466 0,0408 0,8393 2434000
II 0,0222 0,7315 0,0413 0,8516 2300000
III 0,0230 0,7184 0,0417 0,8631 1759000
IV 0,0221 0,7497 0,0352 0,8254 3412000
2011 I 0,0222 0,7307 0,0330 0,8406 3898000
II 0,0212 0,7402 0,0349 0,8852 2577000
III 0,0203 0,7385 0,0321 0,8986 3090000
IV 0,0195 0,7644 0,0242 0,8603 4850000
2012 I 0,0217 0,7047 0,0252 0,8725 4340000
II 0,0225 0,7011 0,0304 0,9221 2650000
III 0,0222 0,7114 0,0310 0,9390 2404000
IV 0,0225 0,7300 0,0282 0,9440 3125000
2013 I 0,0256 0,6924 0,0344 0,9561 2840000
II 0,0179 0,8163 0,0290 0,9422 2853000
III 0,0151 0,8753 0,0340 0,9129 4405000
xcvii
IV 0,0153 0,8403 0,0432 0,8937 5500000
2014 I 0,0177 0,8199 0,0488 0,9034 5135000
II 0,0066 0,9303 0,0646 0,8991 4844015
III 0,0080 0,9302 0,0676 0,8568 7501180
IV 0,0017 0,9846 0,0684 0,8213 9605330
3 Bank BRI
Syariah
2010 I 0,0112 0,9288 0,0348 1,0838 215000
II 0,0097 0,9482 0,0339 0,9123 50000
III 0,0024 0,9874 0,0337 1,0217 75000
IV 0,0035 0,9877 0,0319 0,9582 200000
2011 I 0,0023 1,0138 0,0243 0,9744 200000
II 0,0020 1,0030 0,0340 0,9334 400000
III 0,0040 0,9856 0,0280 0,9558 325000
IV 0,0020 0,9956 0,0277 0,9055 400000
2012 I 0,0017 0,9915 0,0331 1,0176 471500
II 0,0121 0,9116 0,0288 1,0277 782000
III 0,0134 0,8995 0,0287 0,9999 450000
IV 0,0119 0,8663 0,0300 1,0307 1676000
2013 I 0,0171 0,8554 0,0304 1,0090 2011000
II 0,0141 0,8755 0,0289 1,0367 1869000
III 0,0136 0,8080 0,0298 1,0561 1710500
IV 0,0115 0,9524 0,0406 1,0270 1947500
2014 I 0,0046 0,9243 0,0404 1,0213 2149000
II 0,0003 0,9984 0,0438 0,9514 2083000
III 0,0020 0,9735 0,0479 0,9485 1755645
IV 0,0008 0,9914 0,0460 0,9390 2487645
4 Bank Bukopin
Syariah
2010 I 0,0065 0,9334 0,0432 0,9270 71487
II 0,0059 0,9403 0,0384 1,0891 18700
III 0,0063 0,9467 0,0420 1,0290 108600
IV 0,0074 0,9357 0,0380 0,9937 68600
2011 I 0,0062 0,9372 0,0157 0,9518 77832
II 0,0065 0,9443 0,0132 0,9345 32900
III 0,0051 0,9396 0,0167 0,8112 203800
IV 0,0052 0,9386 0,0174 0,8366 201000
2012 I 0,0054 0,9445 0,0312 0,9034 46500
II 0,0052 0,9405 0,0268 0,9356 191000
III 0,0061 0,9334 0,0474 0,9933 240500
IV 0,0055 0,9159 0,0457 0,9229 321200
2013 I 0,0108 0,8867 0,0462 0,8780 256600
II 0,0104 0,8882 0,0432 0,9243 199500
xcviii
III 0,0079 0,9150 0,0445 0,9515 167800
IV 0,0069 0,9229 0,0427 1,0029 171400
2014 I 0,0022 0,9733 0,0461 0,9714 287200
II 0,0027 0,9683 0,0431 1,0284 226300
III 0,0023 0,9708 0,0427 1,0366 361200
IV 0,0027 0,9673 0,0407 0,9289 590100
xcix
Lampiran 2 : Uji Asumsi Kalsik
1. Hasil Uji Normalitas
c
2. Hasil Uji Multikolinieritas
3. Hasil Uji Heteroskedastisitas
ci
4. Hasil Uji Autokorelasi
a. Uji Durbin Watson Awal
b. Uji Durbin Watson setelah penngobatan
cii
Lampiran 3 : Tabel Summary, Anova dan Coefficients
ciii
Lampiran 4 : Tabel DW
civ
Lampiran 5 : F-Tabel
cv
Lampiran 6 : T-Tabel
top related