pengaruh dpk, financing to deposit ratio dan non...
Post on 17-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PENGARUH DPK, FINANCING TO DEPOSIT RATIO DAN NON
PERFORMING FINANCING TERHADAP PEMBIAYAAN UKM
PERBANKAN SYARIAH
(Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2015)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
ACHMAD SYAHRUL AMINULLOH
NIM: 1111046100122
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/ 2016 M
ii
PENGARUH DPK, FINANCING TO DEPOSIT RATIO DAN NON
PERFORMING FINANCING TERHADAP PEMBIAYAAN UKM
PERBANKAN SYARIAH
(Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2015)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh:
ACHMAD SYAHRUL AMINULLOH
NIM: 1111046100122
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1437 H/ 2016 M
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Achmad Syahrul Aminulloh
Nomor Induk Mahasiswa : 1111046100122
Fakultas : Syariah dan Hukum
Jurusan : Muamalat/Perbankan Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya ilmiah orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa menyebut pemilik karya
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan
bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 23 Desember 2015
Achmad Syahrul Aminulloh
v
PENGARUH DPK, FINANCING TO DEPOSIT RATIO DAN NON
PERFORMING FINANCING TERHADAP PEMBIAYAAN UKM
PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menguji hipotesis
pengaruh DPK, financing to deposit ratio, dan non performing financing terhadap
pembiayaan UKM perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang diperoleh dari www.bi.go.id dan www.ojk.go.id dengan menggunakan
data statistik perbankan syariah dari tahun 2010 – Juni 2015. Populasi dalam
penelitian ini adalah perbankan syariah yang beroperasi di Indonesia. Data dianalisis
menggunakan metode path analysis dengan menggunakan software SPSS versi 22.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa (1) DPK berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan UKM, (2) financing to deposit ratio berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan UKM, (3) non performing financing berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan UKM, (4) DPK, financing to deposit ratio dan non performing
financing berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan UKM.
Kata Kunci: DPK, financing to deposit ratio, non performing financing dan
pembiayaan UKM Bank Syariah.
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmairrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh DPK, Financing To Deposit Ratio dan Non Performing Financing
terhadap Pembiayaan UKM perbankan syariah (Studi Kasus Pada Perbankan Syariah
di Indonesia Periode 2010-2015)”. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sang teladan yang telah membawa
kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus di selesaikan sebagai syarat
guna meraih gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak
yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, puji
syukur Alhamdullilah penulis ucapkan atas kekuatan Allah SWT yang telah
dianugerahkan. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta Almarhum Papa H. Muhammad Syahlani dan
Almarhumah Mama Hj. Siti Tauhidah. Terimaksih atas segala kasih sayang
dan do`a agar penulis menjadi anak yang berguna bagi Agama, Nusa dan
Bangsa. Semoga Allah SWT mengampuni sega kesalahan, menerima segala
amal kebaikan dan ditempatkan kepada golongan orang-orang sholeh.
2. Bapak Dr. Asep Saepuddin Jahar, M.A, selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A, selaku Ketua Jurusan Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak H. Abdurrauf, Lc., M.A, selaku Sekertaris Jurusan Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Bapak Dr. Muhammad Maksum, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah bersedia meluangkan waktunya, memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas ilmu yang tidak
terhingga yang telah diberikan selama ini, semoga segala kebaikan dan
ketulusan yang Bapak berikan menjadi amal shaleh.
6. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukun Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
vii
7. Seluruh Staf Tata Usaha serta karyawan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
peneliti dalam mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
8. Ir. Aripan Saipulloh dan Nunung Komariah, S.Ag. Kakak dan Kakak Iparku
yang selalu memberikan semangat, bantuan, do`a dan motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Febrina Rizka Zaibah yang selalu memberikan kasih sayangnya, mensupport
dan membantu penulis dalam mengerjakan skripsi.
10. Keponakanku tersayang Asya Nawar Karimah, Adzka Kamila Tauhidah
dan Aida Qurrotu`ayun Khadijah yang selalu memberikan do`a terbaik
untuk penulis.
11. Seluruh teman Muamalat/Perbankan Syariah D. teman seperjuangan yang
telah memberikan bantuan kepada penulis.
12. Semua teman Muamalat/Perbankan Syariah 2011.
13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 23 Desember 2015
viii
DAFTAR ISI
COVER i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ii
LEMBAR PENGESAHAN MUNAQASYAH iii
LEMBAR PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 8
C. Batasan Masalah 9
D. Rumusan Masalah 9
E. Tujuan dan Manfaaf Penelitian 10
F. Review Studi Terdahulu 11
G. Sistematika Penulisan 19
BAB II LANDASAN TEORI 21
A. Pembiayaan Bank Syariah 21
1. Pengertian Pembiayaan 21
2. Tujuan Pembiayaan 22
ix
3. Syarat-Syarat Pembiayaan 23
B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 27
1. Pengertian UMKM 27
2. Kriterian UMKM 28
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan UKM 29
1. Kondisi Makro dan Mikro Ekonomi 29
2. Dana Pihak Ketiga (DPK) 32
3. Financing to Deposit Ratio (FDR) 34
4. Non Performing Financing (NPF) 37
D. Kerangka Pemikiran 42
BAB III METODE PENELITIAN 45
A. Metode Penelitian 45
B. Ruang Lingkup Penelitian 45
C. Populasi Penelitian 46
D. Metode Analisis Data 48
1. Variabel Endogen 49
2. Variabel Eksogen 50
E. Hipotesis 50
F. Model-Model dalam Path Analysis 58
G. Langkah Analisis Path 62
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 65
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 65
B. Analisis Deskriptif 69
C. Uji Asumsi Klasik 77
D. Analisis Jalur 82
1. Menguji dan Memaknai Struktur 83
x
a. Analisis Struktur 83
b. Hipotesis Struktur 83
c. Koefisien Determinasi Struktur 84
d. Koefisien Jalur Persamaan 85
2. Perhitungan Pengaruh 87
a. Pengaruh Langsung 98
b. Pengaruh Total 98
E. Interpretasi Hasil Penelitian 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 104
A. Kesimpulan 104
B. Saran 106
DAFTAR PUSTAKA 108
LAMPIRAN 110
xi
DAFTAR TABEL
1) Tabel 1.1 Total DPK dan Rekening DPK BUS dan UUS Tahun 2010-
2015
2) Tabel 1.2 Review Studi Terdahulu
3) Tabel 2.1 Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM
4) Tabel 2.2 Kesehatan NPF Bank Syariah
5) Tabel 3.1 Interpretasi Koefisien Nilai r
6) Tabel 4.1 Jumlah BUS dan UUS Perbankan Syariah di Indonesia
7) Tabel 4.2 Uji Multikolinieritas
8) Tabel 4.3 Hasil Uji Autokorelasi
9) Tabel 4.3 Koefisien Determinasi Struktur
10) Tabel 4.4 Koefisien Jalur Persamaan
11) Tabel 4.5 Koefisien Jalur DPK ke Pembiayaan UKM
12) Tabel 4.6 Koefisien Jalur FDR ke Pembiayaan UKM
13) Tabel 4.7 Koefisien Jalur NPF ke Pembiayaan UKM
14) Tabel 4.8 Analisis Varian (Anova)
15) Tabel 4.9 Koefisien Jalur
16) Tabel 4.10 Koefisien Korelasi
17) Tabel 4.11 Perhitungan Pengaruh Langsung dan Total
DAFTAR GAMBAR
1) Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2) Gambar 3.1 Struktur Jalur
3) Gambar 3.2 Path Analysis Model Regresi Berganda
4) Gambar 3.3 Path Analysis Model Mediasi
5) Gambar 3.4 Path Analysis Model Gabungan Antara Regresi Linier
Berganda dengan Mediasi
6) Gambar 3.5 Path Analysis Model Kompleks
7) Gambar 4.1 Normal Probability Plot
8) Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
9) Gambar 4.3 Diagram Jalur X1 X2 X3 dan Y
10) Gambar 4.4 Struktur
11) Gambar 4.5 Hubungan Kausal X1, X2 dan X3 ke Y
12) Gambar 4.6 Hasil Struktur
DAFTAR GRAFIK
1) Grafik 1.1 Data Penduduk Dunia yang Menggunakan Sektor Keuangan
Tahun 2010
2) Grafik 1.2 Data Tabungan, Pinjaman, Penduduk di Indonesia yang
Menggunakan Sektor Keuangan Tahun 2010
3) Grafik 1.3 Jumlah UMKM yang Terakses Pembiayaan oleh BUS dan
UUS
xii
4) Grafik 4.1 Dana Pihak Ketiga (DPK)
5) Grafik 4.2 Financing to Deposit Ratio (FDR)
6) Grafik 4.3 Non Performing Financing (NPF)
7) Grafik 4.4 Pembiayaan UKM
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank Syariah bertugas memfasilitasi seluruh jasa-jasa perbankan dan
melayani segenap masyarakat, baik masyarakat perorangan maupun lembaga-
lembaga lainnya, dari pihak yang kelebihan dana (surplus) kepada pihak yang
kekurangan dana (deficit). Bank Syariah dalam kegiatan operasionalnya
diketahui tidak menggunakan bunga, bunga dalam perbankan syariah digantikan
dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil ini awalnya ada kesepakatan antara
kedua belah pihak (pemberi modal dan pengelola modal) untuk sama-sama
mendapatkan keuntungan atau kerugian (profit and loss sharing).
Untuk mewujudkan sistem keuangan yang adil dan efisien, maka setiap
tipe dan lapisan masyarakat harus terwadahi keinginannya dalam berinvestasi
dan berusaha, sesuai dengan kemampuan dan keinginan mereka. Sistem
keuangan Islam harus memfasilitasi hal tersebut. Hal ini sesuai dengan ajaran
Islam yang diperuntukkan untuk sekalian alam (rahmatan lil `alamin), dan
prinsip bekerja sesuai dengan kemampuan.1
1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2008),
hlm.7
2
Sistem keuangan merupakan tatanan perekonomian dalam suatu negara
yang berperan dan melakukan aktivitas dalam berbagai jasa keuangan yang
diselenggarakan oleh lembaga keuangan. Tugas utama sistem keuangan adalah
mengalihkan dana yang tersedia (loanable founds) dari penabung kepada
pengguna dana untuk kemudian digunakan membeli barang dan jasa-jasa untuk
investasi sehingga ekonomi dapat tumbuh dan meningkatkan standar kehidupan.2
Grafik 1.1
Data Penduduk Dunia yang Menggunakan Sektor Keuangan Tahun
2010
Total Penduduk Dunia,
13743888754
Penduduk Dunia Tidak Memiliki Akses Kredit, asuransi dan
tabungan, 2700000000
Sumber: Kementerian Keuangan Tahun 2014
Sebagian besar masyarakat di dunia, khususnya kelompok miskin dan
rentan, tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan (financial services).
2 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2009), hlm. 17
3
Sebanyak 2,7 milyar penduduk dunia tidak memiliki akses kredit, asuransi, dan
tabungan (CGAP dan Bank Dunia, 2010). 3
Grafik 1.2
Data Tabungan, Pinjaman, Penduduk di Indonesia yang
Menggunakan Sektor Keuangan Tahun 2010
Sumber: Kementerian Keuangan Tahun 2014
Di Indonesia, menurut Bank Dunia (2010) dari total penduduk Indonesia
sebesar 241.631.126, secara nasional akses ke sistem keuangan formal hanya
menjangkau sekitar 52% dari total jumlah penduduk. Di sisi lain, terdapat 31%
penduduk mengakses keuangan informal dan 17% penduduk yang mengalami
keuangan eksklusif (tidak mengakses sistem keuangan). Sebanyak 50%
3 Rakhmindyarto dan Syaifullah, Keuangan Inklusif dan Pengentasan Kemiskinan, 2014,
diakses dari http://www.kemenkeu.go.id/Artikel/keuangan-inklusif-dan-pengentasan-kemiskinan pada
tanggal 31 Januari 2015
4
penabung menyimpan uangnya di sektor keuangan formal bank, sedangkan 18%
penabung menyimpan di sektor informal seperti arisan, klub tabungan, dan
kelompok dana bergulir, sementara 32% lainnya tidak memiliki tabungan. Dalam
hal pinjaman, sebanyak 33% masyarakat cenderung memilih menggunakan
sektor keuangan informal, seperti teman, keluarga, tetangga, majikan dan rentenir
dibandingkan dengan sektor keuangan formal, yakni sebesar 17%.4 Ironisnya,
dari total penduduk Indonesia sekitar 40% atau 96.645.250 penduduk tidak
memiliki akses kredit/pinjaman terhadap produk dan jasa keuangan baik formal
maupun informal.
Pada Pasal 1 ayat (2) UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah
bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.5 Jadi, bank
mampu memobilisasi tabungan atau DPK dan menyalurkannya kepada pihak-
pihak yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan atau kredit. Jika yang
disalurkan merupakan kredit usaha maka akan meningkatkan investasi pada
sektor riil dan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
4 Rakhmindyarto dan Syaifullah, Keuangan Inklusif dan Pengentasan Kemiskinan, diakses
dari http://www.kemenkeu.go.id/Artikel/keuangan-inklusif-dan-pengentasan-kemiskinan pada tanggal
31 Januari 2015 5 Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah.
5
Tabel 1.1
Total DPK dan Rekening DPK BUS dan UUS Tahun 2010-2015
Tahun
Total DPK (dalam
triliun rupiah)
Jumlah Rekening
DPK
2010 76,036 6.053.658
2011 115,415 8.187.428
2012 147,512 10.847.862
2013 183,534 12.724.187
2014 217,858 14.444.146
Juni 2015 215,339 14.810.700 Sumber: Statistik Perbankan Syariah Tahun 2015
Secara oprasional, model bisnis Bank Syariah mencakup aspek bisnis dan
non bisnis (seperti aspek syariah/sosial) dari beragam aktifitas ekonomi dan
sosial masyarakat. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia semakin meningkat
dari tahun ke tahun, perkembangan ini dapat dilihat dari total dana pihak ketiga
(DPK) dan jumlah rekening dana pihak ketiga yang dihimpun bank umum
syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS). Peningkatan DPK terjadi sepanjang
tahun 2010 sampai 2014, memasuki Januari 2015 terjadi penurunan akibat
adanya January effect. Akan tetapi, peningkatan mulai stabil kembali pada bulan
Februari 2015 sampai dengan Juni 2015 dengan total DPK pada bulan Juni 2015
sebesar Rp. 215,339 triliun. Dari sisi jumlah rekening DPK, juga terjadi
peningkatan yang signifikan, peningkatan tersebut terjadi sepanjang tahun 2010
sampai dengan Juni 2015, jumlah rekening DPK yang dikelola BUS dan UUS
per Juni 2015 mencapai 14,8 juta rekening DPK. Perkembangan tersebut
6
menunjukkan dukungan kuat perbankan syariah dalam meningkatkan akses
keuangan masyarakat. Peningkatan akses dan preferensi nasabah atas produk dan
layanan perbankan syariah senantiasa menjadi sasaran yang terus diupayakan
pencapaiannya oleh Bank Indonesia.6
Rasio pembiayaan terhadap pendanaan (financing to deposit ratio)
perbankan syariah dinilai akan efektif untuk mendukung perolehan imbal hasil
tinggi jika berada pada kisaran 95%-98%. Hal itu berarti dari 100% dana yang
terkumpul dari masyarakat, sebanyak 95%-98% diantaranya disalurkan dalam
bentuk pembiayaan.7 Berdasarkan statistik perbankan syariah, FDR perbankan
syariah (Bank Umum Syariah/Unit Usaha Syariah) pada tahun 2013 tercatat
sebesar 100,32 %. Meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu
sebesar 100,00 %. Peningkatan FDR perbankan syariah ini tak terlepas dari
masih terbatasnya instrumen pasar uang syariah, sehingga perbankan syariah
menyalurkan dana yang dimiliki ke sektor rill.
Salah satu rasio keuangan yang berkaitan dengan risiko kredit adalah Non
Performing Financing (NPF). Rasio Non Performing Financing pada Bank
Syariah dan Non Performing Loan pada bank konvesional karena pada Bank
Syariah tidak mengenal adanya pinjaman (kredit) tetapi menggunakan istilah
6 “Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2012” diakses dari
http://www.bi.go.id/id/publikasi/perbankan-dan-
stabilitas/syariah/Documents/e62979903c40404095ba3c224baef8b3LPS_2013.pdf pada tanggal 30
Januari 2015 7 “Rasio Pembiayaan (FDR) Bank Syariah yang Ideal Adalah 98%” diakses dari
http://syariah.bisnis.com/read/20140314/232/210856/rasio-pembiayaan-fdr-bank-syariah-yang-ideal-
98 pada tanggal 7 Desember 2015
7
pembiayaan. Non Performing Financing adalah perbandingan antara total
pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang diberikan kepada debitur.
Jadi, NPF mencerminkan risiko pembiayaan, semakin kecil NPF semakin
kecil pula risiko pembiayaan yang ditanggung oleh Bank Syariah dan sebaliknya,
jika risiko pembiayaan yang ditanggung bank semakin tinggi, profitabilitas akan
menurun.
Grafik 1.3
Jumlah UMKM yang Terakses Pembiayaan oleh BUS dan UUS
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Tahun 2014
8
Dari total DPK yang ada pada BUS dan UUS, jumlah pembiayaan yang
disalurkan kesektor UKM pada tahun 2012 sebesar 90.8 triliun.8 Berdasarkan
data jumlah pembiayaan ini bisa dilihat persentase DPK disalurkan kepada sektor
UKM sebesar 16 %. Total UKM yang ada yaitu 56.485.594 atau pangsa pasarnya
sebesar 99.9 %.9 Hal ini berarti hanya sekitar 9.037.695 UKM yang terakses
oleh BUS dan UUS.
Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan-permasalahan yang diuraikan
diatas, penulis merasa penting untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Pengaruh DPK, Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing
terhadap Pembiayaan UKM Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus
Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2015)”.
B. Identifikasi Masalah
Identifikas masalah diperlukan untuk memaparkan permasalahan yang
ada pada objek yang akan diteliti sebelum dibuat pembatasan dan perumusan
masalahnya, antara lain:
1. Rendahnya jumlah penduduk Indonesia yang terakses pembiayaan sektor
keuangan formal.
2. Tingginya tingkat penduduk Indonesia yang tidak memiliki tabungan.
8 “Statistik Perbankan Syariah 2014” diakses dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-
dan-statistik/statistik-perbankan-syariah/Pages/statistik-perbankan-syariah-desember-2014.aspx pada
tanggal 31 Januari 2015 9 “Sandingan Data UMKM 2011-2012” diakses dari
http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_phocadownload&view=category&id=109:data-
umkm-2012&Itemid=93 pada tanggal 31 Januari 2015
9
3. Rendahnya tingkat pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah
ke sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
4. Rendahnya tingkat Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang terakses ke
perbankan syariah.
C. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penulisan dan memudahkan analisa, maka penulis
perlu membuat batasan-batasan masalah. Batasan-batasan dalam penulisan ini
adalah:
1. Hanya menggunakan data pembiayaan UKM dan jumlah DPK pada
perbankan syariah di Indonesia.
2. Hanya menggunakan rasio FDR dan NPF.
3. Data yang digunakan adalah data dengan jangka waktu dari tahun 2010
sampai Juni 2015 pada perbankan syariah di Indonesia. Karena, pada tahun
2010 sampai Juni 2015 terdapat peningkatan jumlah DPK yang cukup
signifikan. Rasio FDR dan NPF perbankan syariah juga mengalami
peningkatan dan penurunan pada tahun 2010 sampai Juni 2015. Pembiayaan
UKM mulai didukung penuh oleh pemerintah dan perbankan syariah pada
tahun 2010.
D. Rumusan Masalah
Adapun secara spesifik rumusan masalah yang akan diteliti dan dikaji
dalam penelitian ini adalah:
10
1. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF) secara parsial berpengaruh terhadap
Pembiayaan UKM ?
2. Apakah Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF) secara simultan berpengaruh terhadap
Pembiayaan UKM ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah :
1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Performing Financing (NPF)
secara parsial berpengaruh terhadap Pembiayaan UKM.
2. Untuk menganalisis Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Non Performing Financing (NPF) secara simultan berpengaruh
terhadap Pembiayaan UKM
Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:
1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para praktisi
yang bergerak di bidang perbankan untuk memperbaiki layanan
pembiayaan di sektor UKM.
2. Diharapkan dapat menjadi masukan bagi para stakeholders dalam rangka
peningkatan peran Bank Syariah untuk menunjang pembiayan di sektor
UKM.
11
3. Memberikan sumbangan literatur bagi masyarakat baik dari kalangan
akademisi maupun praktisi yang peduli terhadap laju pertumbuhan Bank
Syariah di Indonesia.
F. Review Studi Terdahulu
Dalam penulisan atau pembuatan skripsi, terkadang ada tema yang
berkaitan dengan penelitian yang dijalankan sekalipun arah dan tujuan yang diteliti
berbeda. Dari penelitian ini, peneliti menemukan beberapa sumber kajian lain yang
telah terlebih dahulu mambahas terkait analisis DPK, financing to deposit ratio
(FDR), dan non performing financing (NPF) terhadap pembiayaan UKM :
Tabel 1.2
Review Studi Terdahulu
NO Nama
Penulis/Judul/Tahun
Substansi Perbedaan dengan Penulis
1 Regina Mutiara
Tika/Pengaruh CAR,
LDR, NPL, Tingkat
Inflasi, dan Kebijakan
Perubahan Aturan
Definisi UMKM
terhadap Share
Penyaluran Kredit
UMKM oleh
Perbankan di
Pada penelitian ini
diketahui ketika
suatu bank di
Indonesia memiliki
tambahan modal
yang berarti rasio
kecukupan modal
bertambah, maka
bank tersebut
Penulis meneliti pada Bank
Syariah di Indonesia, dengan
melihat DPK, Financing to
Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF)
sebagai variabel independen
dan Pembiayaan UKM
sebagai variabel dependen.
Penulis menggunakan
12
Indonesia/Jurnal
Ilmiah/Fakultas
Ekonomi dan Bisnis
Universitas
Brawijaya, 2015
memiliki
kecenderungan
untuk meningkatkan
penyaluran kredit
UMKM kepada
masyarakat
sehingga share
penyaluran kredit
UMKM di bank ini
akan meningkat.
Bertambahnya
persentase rasio
LDR membawa
dampak semakin
besar pula
profitabilitas yang
dimiliki oleh suatu
bank. Rasio NPL
yang semakin
bertambah yang
menandakan risiko
kredit macet
juga bertambah,
menyebabkan
kelompok BPD
lebih memilih untuk
mengurangi
metode kuantitatif.
13
penyaluran kredit
UMKM kepada
masyarakat. Ketika
tingkat inflasi di
Indonesia
meningkat, bank
tertentu di Indonesia
tidak meningkatkan
porsi kreditnya di
sektor manapun
termasuk di sektor
UMKM sehingga
kegiatan investasi
atau
pengembangan
usaha di sektor
UMKM menjadi
melambat.
Perubahan kebijakan
pemerintah yang
semula menetapkan
aturan definisi
UMKM terdiri dari
kredit konsumsi,
kredit modal kerja,
maupun kredit
14
investasi menjadi
hanya kredit modal
kerja dan
kredit investasi
menyebabkan
penurunan share
penyaluran kredit
UMKM oleh
perbankan di
Indonesia. Metode
Kualitatif dengan
menggunakan
analisis deskriptif.
2 Wida Purwidianti dan
Arini Hidayah/
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Alokasi Pembiayaan
Perbankan Syariah
Untuk Usaha Mikro
Kecil dan Menengah
di Indonesia/ Jurnal
Ilmiah/ Fakultas
Ekonomi, Universitas
Muhammadiyah
Purwokerto, 2014
Pada penelitian ini
dapat diketahui
bahwa dana pihak
ketiga mempunyai
pengaruh positif
signifikan terhadap
pembiayaan
perbankan syariah
untuk UMKM,
Capital Adequacy
Ratio (CAR) tidak
mempunyai
pengaruh positif
terhadap
Variabel dependen
pembiayaan UKM dan
variabel independen adalah
dana pihak ketiga, CAR,
NPF, ROA dan tingkat
inflasi. Sedangkan penulis
menambahkan variabel
Financing to Deposit Ratio
(FDR) dalam variabel
independen, sehingga
variabel independennya
menjadi DPK, Financing to
Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF)
15
pembiayaan
perbankan syariah,
non performing
financing
mempunyai
pengaruh positif
terhadap
pembiayaan
perbankan syariah
untuk UMKM,
Return on Asset
(ROA) tidak
mempunyai
pengaruh positif
terhadap
pembiayaan
perbankan syariah
untuk UMKM, dan
tingkat inflasi
mempunyai
pengaruh positif
terhadap
pembiayaan
perbankan syariah
untuk UMKM. Hasil
uji F
memperlihatkan
kelima variabel
dan Pembiayaan UKM
sebagai variabel dependen.
16
independen tersebut
di atas secara
bersama-sama
mempunyai
pengaruh signifikan
terhadap
pembiayaan untuk
UMKM. Metode
analisis regresi.
3 Cahya Masturina
Citra/ Pengaruh NPF,
DPK dan Inflasi
terhadap Penyaluran
Pembiayaan Usaha
Kecil dan Menengah
(UKM) pada BPRS di
Indonesia/ Fakultas
Syariah dan Hukum,
Universitas Islam
Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta,
2013.
Pada penelitian ini
diketahui bahwa
secara parsial
variabel independen
NPF, DPK dan
Inflasi berpengaruh
terhadap
pembiayaan UKM.
Secara simultan,
DPK berpengaruh
positif dan
signifikan terhadap
penyaluran
pembiayaan UKM.
NPF berpengaruh
negatif terhadap
penyaluran
pembiayaan UKM.
Sedangkan inflasi
Variabel dependen
pembiayaan UKM, variabel
independen NPF, DPK dan
Inflasi. Sedangkan penulis
menambahkan variabel
independennya menjadi
DPK, Financing to Deposit
Ratio (FDR), Non
Performing Financing
(NPF). Objek penelitian
pada BPRS di Indonesia,
sementara penulis objek
penelitiannya adalah Bank
Syariah di Indonesia.
17
tidak berpengaruh
terhadap
pembiayaan UKM.
Metode analisis
regresi.
4 Wahyu Devi Susanti/
Pengaruh Faktor
Internal dan Eksternal
Sebagai Penentu
Fungsi Intermediasi
Perbankan (Studi
Pada Bank Syariah
dan Bank Umum
Konvensional)/ Jurnal
Ilmiah/ Fakultas
Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Brawijaya
Malang, 2014.
Pada penelitian ini
Faktor internal
yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga
(DPK), Non
Performing
Financing
(NPF) Bank Syariah
dan Non Performing
Loan (NPL) bank
konvensional.
Sedangkan faktor
eksternal yang
digunakan adalah
bonus Sertifikat
Bank Indonesia
Syariah (SBIS) dan
suku bunga
Sertifikat Bank
Variabel dependen FDR
pada Bank Syariah dan LDR
pada bank umum
konvensional. Variabel
independen DPK, NPF pada
Bank Syariah dan NPL pada
bank umum konvensional,
Inflasi, bonus sertifikat bank
Indonesia syariah (SBIS)
dan suku bunga sertifikat
bank Indonesia (SBI).
Sedangkan penulis variabel
dependennya pembiayaan
ukm. Sedangkan Financing
to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF)
menjadi variabel
independen.
18
Indonesia (SBI)
serta tingkat inflasi.
variabel
pertumbuhan DPK
memiliki pengaruh
positif dan lebih
berpengaruh
terhadap fungsi
intermediasi Bank
Syariah. Variabel
NPF dan NPL serta
tingkat inflasi
berpengaruh
negatif dan lebih
direspon oleh fungsi
intermediasi bank
konvensional.
Sedangkan variabel
bonus SBIS dan
suku
bunga SBI lebih
berpengaruh
terhadap fungsi
intermediasi Bank
Syariah namun tidak
signifikan. Dan
19
disimpulkan
bahwa kemampuan
Bank Syariah dalam
menghadapi
ketidakstabilan
ekonomi tidak lebih
baik daripada bank
konvensional.
Metode analisis
regresi.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini merujuk pada Buku Pedoman
Penulisan Skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Fakultas Syariah dan Hukum tahun 2012. Untuk mengetahui gambaran secara
keseluruhan isi penulisan dalam penelitian ini, penyusun menguraikan secara
singkat sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan tentang masalah-masalah yang akan diteliti,
yakni mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review
studi terdahulu dan sistematika penulisan.
20
BAB II: LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan penjelasan mengenai telaah pustaka tentang Pembiayaan
Bank Syariah, Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Kondisi Makro dan Mikro
Ekonomi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Financing to Deposit Ratio (FDR), Non
Performing Financing (NPF)
BAB III: METODE PENELITIAN
Pada bab ini dikemukakan data penelitian dan metode yang digunakan untuk
melakukan penelitian dan hipotesis penelitian.
BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dikemukakan tentang analisis data, pengujian hipotesis serta analisis
hasil penelitian.
BAB V. PENUTUP
Pada bab ini dikemukakan tentang kesimpulan dari pembahasan dan saran-saran
yang dikemukakan dari pembahasan.
21
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Bank Syariah
1. Pengertian Pembiayaan Bank Syariah
Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk akad mudharabah dan
musyarakah, transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk
piutang murabahah, salam dan istishna`, transaksi pinjam meminjam dalam
bentuk piutang qardh dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah
untuk transaksi multijasa.10
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang
merupakan deficit unit. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dibagi
menjadi pembiayaan produktif dan konsumtif.
10
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
22
1) Pembiayaan produktif
Pembiayaan yang ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan produksi
dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi,
perdagangan maupun investasi.
2) Pembiayaan konsumtif
Pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang
akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.11
Perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank konvensional
dengan pembiayaan yang diberikan oleh Bank Syariah adalah terletak pada
keuntungan, bagi bank konvensional keuntungan diperoleh melalui bunga.
Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah melalui bagi hasil dan
perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian pembiayaan beserta
persyaratannya.
2. Tujuan Pembiayaan
Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari
pembiayaan, yaitu:
1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan
berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha
yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan
11
Muhammad Syafi`i Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Kepraktik, (Jakarta: Gema Insani,
2001), hlm.160
23
menyalurkan pembiayaan kepada usaha- usaha nasabah yang diyakini
mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya.
2. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-
benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai
tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini
dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang
atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan
(profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.12
3. Syarat-Syarat Pembiayaan
Bank sebelum memberikan pembiayaan memiliki syarat-syarat kepada
nasabah yang akan mengajukan pembiayaan. Bank akan menganalisis
kelayakan pembiayaan tersebut. Analisis dilakukan guna meminimalkan
terjadinya pembiayaan bermasalah. Ada beberapa syarat-syarat penilaian
pembiayaan yang sering dilakukan oleh bank, yaitu dengan analisis 5 C,
analisis 7 P dan studi kelayakan, yaitu sebagai berikut:
1. Character (sifat atau watak nasabah)
Analisis ini untuk mengetahui sifat atau watak seorang nasabah
pemohon kredit (pembiayaan), apakah memiliki watak atau sifat yang
bertanggung jawab terhadap kredit (pembiayaan) yang diambilnya. Watak
12
Veithzal Rivai , Islamic Financial Management, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2008), hlm.5
24
atau sifat ini akan dapat dilihat dari masa lalu nasabah melalui pengamatan,
pengalaman, riwayat hidup, maupun hasil wawancara dengan nasabah.
2. Capacity
Analisis yang dilakukan untuk melihat kemampuan nasabah dalam
membayar kredit (pembiayaan). Kemampuan ini dapat dilihat dari
penghasilan pribadi untuk kredit (pembiayaan) konsumtif dan usaha yang
dibiayai untuk kredit (pembiayaan) perdagangan/produktif. Untuk menilai
kemampuan nasabah dapat dinilai dari dokumen yang dimiliki, hasil
konfirmasi dengan pihak yang memiliki kewenangan mengeluarkan surat
tertentu (misalnya penghasilan seseorang), hasil wawancara atau melalui
rasio keuangan.
3. Capital (modal)
Untuk menilai modal yang dimiliki oleh nasabah untuk membiayai
kredit (pembiayaan). Hal ini penting karena bank tidak akan memberikan
kredit (pembiayaan) tersebut 100%. Artinya harus ada modal dari nasabah.
Tujuannya adalah jika nasabah juga ikut memiliki modal yang ditanamkan
pada kegiatan tersebut, nasabah juga akan merasa memiliki sehingga
termotivasi untuk bekerja sungguh-sungguh agar usaha tersebut berhasil
dan mampu untuk membayar kewajiban kreditnya (pembiayaannya).
4. Collateral (jaminan)
Merupkan jaminan yang diberikan nasabah kepada bank dalam rangka
pembiayaan kredit yang diajukannya. Jaminan ini digunakan sebagai
25
alternatif terakhir bagi bank untuk berjaga-jaga kalau terjadi kemacetan
terhadap kredit (pembiayaan) yang dibiayai.
5. Condition of Economy
Kondisi umum saat ini dan yang akan datang tentunya. Kondisi yang
akan dinilai terutama kondisi ekonomi saat ini, apakah layak untuk
membiayai kredit (pembiayaan) untuk sektor tertentu.
Sedangkan penilaian dengan 7 P pembiayaan adalah sebagai berikut:
1. Personality
Kepribadian merupakan penilaian yang digunakan untuk
mengetahui kepribadian calon nasabah. Dalam menilai kepribadian yang
dilakukan bank, hampir sama dengan character atau sifat atau watak
nasabah. Hanya saja hal-hal personality lebih ditekankan kepada orangnya,
sedangkan character termasuk kepada keluarganya.
2. Purpose
Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil pembiayaan,
termasuk jenis kredit yang diingkan nasabah. Tujuan pengambilan
pembiayaan bermacam-macam apakah tujuan untuk konsumtif atau tujuan
produktif atau tujuan untuk perdagangan.
3. Party
Dalam menyalurkan kredit (pembiayaan), bank memilah-milah
menjadi beberapa golongan. Hal ini dilakukan agar bank lebih fokus untuk
menangani kredit (pembiayaan) tersebut. Misalnya, kredit untuk usaha
26
kecil, menengah atau besar. Atau dapat juga dipilah berdasarkan wilayah,
misalnya daerah pedesaan, perkotaan, atau berdasarkan sektor usaha,
misalnya peternakan, industri atau sektor lainnya.
4. Prospect
Untuk menilai harapan kedepan terutama terhadap objek kredit
(pembiayaan) yang dibiayaai. Tentunya harapan yang diinginkan adalah
memberikan harapan yang baik atau cerah. Usaha yang tidak mengandung
prospek cerah sebaiknya ditunda karena akan menyulitkan nasabah dan
bank nantinya, misalnya usaha yang sudah memasuki titik jenuh.
5. Payment
Cara pembayaran kredit (pembiayaan) oleh nasabah. Penilaian yang
dilakukan untuk menilai cara nasabah dalam mambayar kredit
(pembiayaan), apakah dari penghasilan (gaji) atau dari sumber objek yang
dibiayai. Dari penilaian ini akan terlihat kemampuan nasabah dalam
membayar kredit (pembiayaan).
6. Profitability
Kredit (pembiayaan) yang dilakukan oleh bank akan memberikan
keuntungan bagi kedua belah pihak, baik bank ataupun nasabah. Jika tidak,
sebaiknya jangan diberikan. Keuntungan bagi bank tentunya adalah berupa
balas jasa yang diberikan nasabah dari bunga atau bagi hasil. Sebaliknya
bagi nasabah adalah berkembangnya usaha yang dibiayai yang pada
akhirnya adalah keuntungan dan adanya tambahan modal baginya.
27
7. Protection
Perlindungan terhadap objek kredit (pembiayaan) yang dibiayai.
Perlindungan tidak sebatas jaminan fisik yang diberikan, akan tetapi lebih
dari itu, yaitu jaminan si pengambil kredit (pembiayaan), seperti asuransi
kematian dan jaminan perlindungan terhadap jaminan fisik yang diberikan
dari kehilangan, kerusakan atau lainnya.13
B. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah:
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
13
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers,2015), hlm.286-289
28
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini.
2. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Banyaknya jumlah pelaku usaha di Indonesia, maka lembaga
keuangan telah memiliki uraian dan kriteria untuk mengelompokkan para
pelaku usaha, uraian dan pengelompokkan para pelaku usaha dapat dilihat
pada tabel di bawah ini .14
Tabel 2.1
Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM
No
URAIAN
KRITERIA
ASSET OMZET
1 USAHA MIKRO Max 50 jt Max 300 jt
2 USAHA KECIL 50 jt- 500 jt 300 jt – 2,5 M
3 USAHA MENENGAH 500 jt – 10 M 2,5 M – 50 M
14
Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
29
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang tergolong usaha mikro
yaitu usaha yang memiliki kriteria jumlah asset maksimum sebesar 50 jt
dan memiliki omzet maksimum sebesar 300 jt. Usaha kecil yaitu usaha
yang memiliki kriteria jumlah asset lebih dari 50 jt sampai dengan 500 jt
dan memiliki omzet lebih dari 300 jt sampai dengan 2,5 M. Usaha
menengah yaitu usaha yang memiliki kriteria jumlah asset lebih dari 500
jt sampai dengan 10 M dan memiliki omzet lebih dari 2,5 M sampai
dengan 50 M.
C. Faktor –Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan UKM
1. Kondisi Makro dan Mikro Ekonomi
Ekonomi makro atau macroeconomics adalah studi tentang
ekonomi secara keseluruhan. Dalam makro ekonomi yang diperhatikan
adalah tindakan konsumen secara keseluruhan, kegiatan-kegiatan
keseluruhan pengusaha dan perubahan-perubahan keseluruhan kegiatan
ekonomi.15
Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi
secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain :
pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah
uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca
pembayaran internasional.16
15
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi : Teori Pengantar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2010), hlm. 4 16
Yuli Afriandi, Kondisi Perekonomian Indonesia dalam Pengaruh Ekonomi Global dan
Ekonomi Islam, diakses dari
30
Ilmu ekonomi makro mempelajari masalah-masalah ekonomi
utama sebagai berikut :
1) Sejauh mana berbagai sumber daya telah dimanfaatkan di dalam
kegiatan ekonomi. Apabila seluruh sumber daya telah dimanfaatkan
keadaan ini disebut full employment. Sebaliknya bila masih ada
sumber daya yang belum dimanfaatkan berarti perekonomian dalam
keadaan under employment atau terdapat pengangguran/belum berada
pada posisi kesempatan kerja penuh.
2) Sejauh mana perekonomian dalam keadaan stabil khususnya
stabilitas di bidang moneter. Apabila nilai uang cenderung menurun
dalam jangka panjang berarti terjadi inflasi. Sebaliknya terjadi
deflasi.
3) Sejauh mana perekonomian mengalami pertumbuhan dan
pertumbuhan tersebut disertai dengan distribusi pendapatan yang
membaik antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan dalam
distribusi pendapatan terdapat trade off maksudnya bila yang satu
membaik yang lainnya cenderung memburuk.17
http://www.academia.edu/3282729/Kondisi_Perekonomian_Indonesia_dalam_Pengaruh_Ekonomi_Gl
obal_dan_Ekonomi_Islam pada tanggal 17 Desember 2015 17
Yuli Afriandi, Kondisi Perekonomian Indonesia dalam Pengaruh Ekonomi Global dan
Ekonomi Islam, diakses dari
http://www.academia.edu/3282729/Kondisi_Perekonomian_Indonesia_dalam_Pengaruh_Ekonomi_Gl
obal_dan_Ekonomi_Islam pada tanggal 17 Desember 2015
31
Ekonomi mikro atau microeconomics adalah satu bidang studi
ekonomi yang menganalisis mengenai bagian-bagian kecil dari
keseluruhan kegiatan perekonomian.18
Salah satu tujuan ekonomi mikro adalah menganalisa pasar beserta
mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa,
serta alokasi dari sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif.
Ekonomi mikro menganalisa kegagalan pasar, yaitu ketika pasar gagal
dalam memproduksi hasil yang efisien serta menjelaskan berbagai kondisi
teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidang-
bidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro meliputi
pembahasan mengenai keseimbangan umum (general equilibrium),
keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi
ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga
mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam
sistem pasar.19
Dukungan dari Bank Syariah dalam bentuk pembiayaan sangat
penting untuk pendayagunaan pelaku dan produk usaha mikro harus
didorong dan dioptimalkan secara utuh. UKM memiliki peranan yang
18
Sadono Sukirno, Mikro Ekonomi : Teori Pengantar, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2008), hlm. 21 19
Yuli Afriandi, Kondisi Perekonomian Indonesia dalam Pengaruh Ekonomi Global dan
Ekonomi Islam, diakses dari
http://www.academia.edu/3282729/Kondisi_Perekonomian_Indonesia_dalam_Pengaruh_Ekonomi_Gl
obal_dan_Ekonomi_Islam pada tanggal 17 Desember 2015
32
cukup penting dalam pembangunan nasional di sektor ekonomi, meskipun
terkesan sederhana namun disisi lain dapat memperluas lapangan
pekerjaan. Selain itu UKM memiliki potensi yang besar untuk menjadi
stabilitas perekonomian di Indonesia, peningkatan jumlah lapangan kerja,
penambahan jumlah devisa, meningkatkan PDB, mengembangkan dunia
usaha, dan berkontribusi dalam pajak.
2. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Penghimpunan dana dari Bank Syariah dapat berbentuk giro,
tabungan dan deposito.20
Dalam arti dana yang dihimpun dari masyarakat
sebagai individu, perusahaan, pemerintah, rumah tangga, koperasi,
yayasan, dan lain-lain. Dana yang dihimpun berupa mata uang rupiah
maupun dalam valuta asing.
Sumber dana dalam sistem perbankan merupakan hal yang
esensial yang harus terpenuhi dan terpolakan. Pola penarikan dana
bersumber dari masyararakat atau pihak ketiga dapat dilakukan dengan
cara-cara sebagai berikut:21
1. Titipan (Wadi`ah)
Simpanan dijamin keamanan dan pengembaliannya (guaranteed
deposit), tetapi tidak memperoleh imbalan atau keuntungan.
20
Adiwarman A. Karim, Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali pers,
2011), hlm 107-108 21
Ismail Nawawi, Ekonomi Kelembagaan Syariah dalam Pusaran Ekonomi Global sebuah
tuntutan dan Realitas, (Surabaya: Putra Media Nusantara, 2009), hlm. 71-72
33
2. Partisipasi modal masyarakat berbagi hasil dan resiko (non guaranteed
account) untuk investasi umum (general investment
account/mudharabah mutlaqah)
Bank akan membayar bagian keuntungan secara proporsional dengan
portofolio yang didanai dengan modal tersebut.
3. Investasi khusus (special nvestment account/mudharabah
muqayyadah)
Bank hanya bertindak sebagai manajer investasi yang memperoleh fee
(upah).
Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan
syariah (Pasal 1) disebutkan bahwa,”Simpanan adalah dana yang
dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS
berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Giro, Tabungan, atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu”. Dana-dana masyarakat yang
disimpan dalam bank merupakan sumber dana terbesar yang paling
diandalkan bank yang terdiri dari 3 jenis, yaitu: dalam bentuk giro,
deposito, dan tabungan.22
Dana pihak ketiga merupakan sumber dana terpenting dalam
kegiatan operasi perbankan. Dana pihak ketiga merupakan ukuran
keberhasilan bank jika mampu membiayai kegiatan operasinya dari
22
“Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah”
34
sumber dana ini. Semakin besar atau banyak jumlah dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun oleh bank, maka akan semakin besar pula jumlah
pembiayaan yang akan disalurkan oleh bank.
Pengaruh DPK Terhadap Pembiayaan
Kenaikan Dana pihak ketiga akan meningkatkan jumlah
pembiayan perbankan syariah, dana pihak ketiga memiliki pengaruh
signifikan positif terhadap pembiayaan. DPK dan variabel lainnya
berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan murabahah dan DPK
terbukti sebagai variabel dominan yang berpengaruh terhadap
pembiayaan murabahah. Dana pihak ketiga berpengaruh signifikan dan
mempunyai hubungan positif terhadap penyaluran pembiayaan. DPK
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan musyarakah ,
peningkatan DPK berpengaruh terhadap besarnya penyaluran pembiayaan
musyarakah.23
3. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio yang sering digunakan untuk menilai tingkat likuiditas dan
melihat fungsi intermediasi perbankan adalah Financing to Deposit Ratio
(FDR). Rasio ini memberikan gambaran mengenai jumlah dana pihak
ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit/pembiayaan. Pada aspek
likuiditas ini penilaian didasarkan atas kemampuan bank dalam
23
Atika Ranianti dan Nirdukita Ratnawati. “Pengaruh Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga dan
Non Performing Financing terhadap Return On Assets Perbankan Syariah di Indonesia 2009-2013 :
Penerapan Model Simultan.” Jurnal Ekonomi Pembangunan. No.2 (Februari 2014): hlm. 113
35
membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro
dan deposito pada saat ditagih dan dapat memenuhi semua permohonan
kredit yang layak untuk disetujui.
Pada bank konvensional Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal
sendiri yang digunakan.24
Rumus untuk mencari Loan to Deposit Ratio (LDR) sebagai berikut:
Nilai ekuitas (Equity) diperoleh dari penjumlahan:
1) Modal disetor
2) Dana setoran modal
3) Cadangan umum
4) Cadangan lainnya
5) Sisal laba tahun lalu
6) Laba tahun berjalan
24
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers,2015), hlm. 225-226
36
Pada perbankan syariah tidak menggunakan istilah kredit (loan)
dalam menyalurkan dananya. Tetapi pada perbankan syariah istilah kredit
(loan) diganti dengan pembiayaan (financing). Maka rumusnya menjadi :
Besarnya nilai FDR menurut peraturan pemerintah maksimum
adalah 110%.25
Apabila nilai FDR sebesar 90%, berarti bank tersebut
menyalurkan 90% dari dana yang telah dihimpun. Ini berarti bank telah
menjalankan fungsinya dengan baik. Namun, jika nilai FDR lebih besar
dari 110% berarti bank tersebut menyalurkan pembiayaan melebihi dana
yang dihimpun. sehingga dalam hal ini bank dikatakan tidak menjalankan
fungsinya dengan baik. Karena batas yang aman dari nilai FDR antara
85%-110%.
Pengaruh FDR terhadap Pembiayaan
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendaknya dan dapat membayar
kembali semua deposannya serta dapat memenuhi permintaan kredit yang
diajukan tanpa terjadi panangguhan. Dengan likuidnya bank, maka akan
mengakibatkan terjadinya pembiayaan yang terus-menerus tanpa adanya
penangguhan penyaluran pembiayaan dari bank.
25
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers,2015), hlm. 225-226
37
4. Non Performing Finance (NPF)
Salah satu resiko yang sering dihadapi oleh bank adalah resiko
tidak terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering disebut
resiko pembiayaan. Resiko pembiayaan umumnya timbul dari berbagai
pembiayaan yang masuk dalam kategori bermasalah atau non performing
financing.
NPF adalah pembiayaan bermasalah atau tidak perform yang
disebabkan oleh faktor manajemen/pengelolaan, kondisi ekonomi,
maupun faktor-faktor lain.
Pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan, dimana
ada suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali pembiayaan
yang menyebabkan kelambatan dalam pengembalian atau diperlukan
tindakan yuridis dalam pengembalian atau kemungkinan potensial loss.
Faktor penyebab munculnya NPF adalah default payment
(kegagalan pembayaran yang dilakukan debitur kepada pemilik dana
(kreditur). NPF jika tidak diantisipasi dengan manajemen pengelolaan
pembiayaan yang optimal dengan menerapkan kehati-hatian akan
membahayakan bagi bank, yaitu berkurangnya dana yang dimiliki
sehingga akan berakibat pada bangkrutnya bank tersebut.
a. Kategori pembiayaan bermasalah
Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan
pada risiko atau kemungkinan menurut lembaga keuangan syariah
38
terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah dalam memenuhi kewajiban-
kewajiban untuk membayar bagi hasil, mengangsur serta melunasi
pinjamannnya kepada bank. Jadi unsur utama dalam menentukan
kualitas tersebut oleh waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran
angsuran, maupun pelunasan pokok pinjaman.
Ketidak lancaran nasabah membayar angsuran maupun bagi
hasil/profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektibilitas
pembiayaan, secara umum kolektibilitas pembiayaan dikategorikan
menjadi lima macam, yaitu:
1. Lancar
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan
lancar apabila memenuhi kriteria antara lain:
a. Pembayaran angsuran pokok dan atau bagi hasil tepat waktu.
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif.
c. Bagian dari kredit yang dijamin dengan jaminan tunai (cash
collateral).
2. Dalam perhatian khusus
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan
dalam perhatian khusus apabila memenuhi kriteria antara lain:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau pembiayaan
yang belum melampui 90 hari.
39
b. Kadang kadang terjadi cerukan (overdraft) yaitu jumlah
penarikan yang melebihi dana yang tersedia pada akun giro.
c. Mutasi rekening relatif aktif.
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang
diperjanjikan.
e. Didukung oleh pinjaman baru.
3. Kurang lancar
Pembiayaan yang digolongkan kurang lancar apabila
memenuhi kriteria antara lain:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi hasil yang
telah melampui 90 hari.
b. Sering terjadi cerukan (overdraft) yaitu jumlah penarikan
yang melebihi dana yang tersedia pada akun giro.
c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah.
d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
lebih dari 90 hari.
e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah.
f. Dokumentasi pinjaman yang lemah.
4. Diragukan
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan
diragukan apabila memenuhi kriteria antara lain:
40
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang
telah melampaui seratus delapan puluh hari.
b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen.
c. Terjadi wanprestasi lebih dari seratus delapan puluh hari.
d. Terjadi kapitalisasi bagi hasil.
e. Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian
pembiayaan maupun pengikatan jaminan.
5. Macet
Pembiayaan yang digolongkan ke dalam pembiayaan
macet apabila memenuhi kriteria antara lain:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bagi hasil yang
telah melampaui 270 hari.
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru.
c. Dari segi hukum maupun kondisi pasar , jaminan tidak dapat
dicairkan pada nilai wajar.26
Rasio NPF ditujukan untuk mengukur tingkat permasalahan
pembiayaan yang dihadapi Bank Syariah. Dimana semakin tinggi rasio ini
menunjukkan kualitas pembiayaan bank syari’ah semakin buruk. Nilai
26
Veithzal Rivai dan Andria Permata, credit management handbook: teori, konsep, prosedur,
dan aplikasi panduan praktis mahasiswa, bankir dan nasabah, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada,
2008), hal 42-47
41
rasio ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF bank
syari’ah yang ditetapkan oleh Bank Indonesia seperti yang tertera dalam
tabel di bawah ini:
Tabel 2.2
Kesehatan NPF Bank Syariah
No Nilai NPF Predikat
1 NPF = 2% Sehat
2 2% ≤ NPF < 5% Sehat
3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Sehat
4 8% ≤ NPF < 2% Kurang Sehat
5 NPF ≥ 12% Tidak Sehat
Sumber: SE BI No 9/24/Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007
Demikian juga Bank Indonesia menginstruksi Non Performing
Financing dalam laporan tahunan perbankan nasional sesuai SE BI No.
9/24/DPBS Tanggal 30 Oktober 2007 tentang sistem penilaian kesehatan
bank berdasarkan prinsip syari’ah yang dirumuskan sebagai berikut:
NPF x 100%
42
Pengaruh NPF terhadap Pembiayaan
NPF memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan.27
Hal ini
berarti NPF akan mempengaruhi tingkat pembiayaan yang dilakukan oleh
bank. Semakin tinggi nilai NPF, maka akan menurunkan tingkat
pembiayaan yang dilakukan oleh bank.
D. Kerangka Pemikiran
Bank Syariah bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kepada masyarakat, semakin banyak dana pihak ketiga yang
dihimpun dari masyarakat maka semakin bersar tingkat pembiayaan UKM
yang akan diberikan oleh Bank Syariah. Bank Syariah juga berfungsi sebagai
lembaga intermediasi, fungsi intermediasi Bank Syariah dilihat dari nilai
Financing to Deposit Ratio (FDR), semakin besar nilai FDR berarti semakin
besar ekspansi pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah kepada UKM. Bank
Syariah dalam rangka kegiatan penyaluran pembiayaan bertujuan untuk
memperoleh laba/keuntungan meskipun terkandung resiko-resiko yang
dihadapi. Resiko pembiayaan timbul dari berbagai pembiayaan yang masuk
dalam kategori pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) yang
dapat mengganggu tingkat kesehatan Bank Syariah. Apabila tingkat kesehatan
27
Atika Ranianti dan Nirdukita Ratnawati. “Pengaruh Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga dan
Non Performing Financing terhadap Return On Assets Perbankan Syariah di Indonesia 2009-2013 :
Penerapan Model Simultan.” Jurnal Ekonomi Pembangunan. No.2 (Februari 2014): hlm. 113
43
Bank Syariah terganggu (NPF tinggi) maka tingkat pembiayaan yang
disalurkan ke UKM akan terganggu (Menurun).
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dibuat suatu skema kerangka
pemikiran sebagai berikut:
44
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Teori Pembiayaan dan Teori Rasio Keuangan Bank
ρx1y
rx1x2
rx1x3 ρx2y
rx2x3
ρx3y
Analisis Jalur
Hasil dan Interpretasi Penelitian
Non Performing Finance
(X3)
Pembiayan
UKM
(Y)
Financing to Deposit
Ratio (X2)
Pengaruh DPK, Financing to Deposit Ratio dan Non Performing
Financing terhadap Pembiayaan UKM Perbankan Syariah di
Indonesia Periode tahun 2010- Juni 2015
DPK (X1)
Kesimpulan dan Saran
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang
mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu
pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Dengan
demikian, metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.
Untuk memperoleh data-data yang digunakan penulis akan mengkaji
Perbankan Syariah Indonesia dengan metode kuantitatif yaitu penulis
melakukan pendekatan-pendekatan terhadap kajian empiris untuk
mengumpulkan, menganalisa, dan menampilkan data dalam bentuk numerik
daripada naratif.
B. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian penjelasan (explanatory research )
yaitu bagaimana variabel-variabel yang diteliti itu menjelaskan objek yang
diteliti melalui data yang terkumpul.
46
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Dana Pihak Ketiga (DPK) data DPK ini diperoleh dari statistik
perbankan syariah yang diambil dari tahun 2010 sampai Juni 2015.
2. Financing to Deposit Ratio (FDR) data penelitian ini diperoleh dari
statistik perbankan syariah yang diambil dari tahun 2010 sampai Juni
2015 dengan menggunakan data FDR Perbankan Syariah di Indonesia.
3. Non Performing Financing (NPF) data penelitian ini diperoleh dari
statistik perbankan syariah yang diambil dari tahun 2010 sampai Juni
2015 dengan menggunakan data NPF Perbankan Syariah di Indonesia.
4. Pembiayaan UKM data penelitian ini diperoleh dari statistik
perbankan syariah yang diambil dari tahun 2010 sampai Juni 2015
dengan menggunakan data pembiayaan yang disalurkan perbankan
syariah ke sektor UKM.
C. Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah jumlah Bank Umum Syariah di
Indonesia berjumlah 12 dan jumlah Unit Usaha Syariah di Indonesia
berjumlah 22, berdasarkan pada statistik perbankan syariah yang dikeluarkan
oleh OJK pada Juni 2015.28
28
“Statistik Perbankan Syariah Juni 2015” diakses dari
www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/syariah/Documents/SPS%20Juni%202015.pdf pada tanggal 7
Desember 2015
47
Sample penelitian ini adalah semua jumlah Bank Umum Syariah dan
Unit-Usaha Syariah di Indonesia. Adapun kriteria-kriteria sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bank Indonesia selama periode
2010 sampai dengan Juni 2015.
2. Perusahaan perbankan yang menyajikan laporan tahunan jumlah DPK
dan jumlah pembiayaan ke sektor UKM dalam website Bank Indonesia
selama periode 2010 sampai dengan Juni 2015.
3. Perusahaan yang menyajikan laporan rasio keuangan dalam website Bank
Indonesia selama periode 2010 sampai dengan Juni 2015.
4. Perusahaan perbankan yang memiliki kelengkapan data untuk seluruh
tahun pengamatan.
Data penelitian menggunakan:
1. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dapat diperoleh dari pihak lain
(sudah tersedia) atau diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber internal
maupun eksternal.
a. Laporan Keuangan Bank Syariah tentang penyaluran pembiayaan
yang dipublikasikan oleh BI dan OJK
b. Daftar rasio keuangan yang dipublikasikan oleh BI dan OJK.
48
2. Library Research
Merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi pula dengan
membaca dan mempelajari serta menganalisis literatur yang bersumber dari
buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini
dilakukan untuk mendapat landasan teori dan konsep yang tersusun.
Peneliti melakukan penelitian dengan membaca, mengutip bahan-bahan
yang berkenaan dengan penelitian.
D. Metode Analisis Data
Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan
pertama tahun 1920-an oleh seorang ahli genetika yaitu Sewaal Wright.
Model path analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antara
variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat
(endogen).29
Analisis jalur merupakan pengembangan dari analisis regresi,
sehingga analisis regresi dapat dikatakan sebagai bentuk khusus dari analisis
jalur ( regression is special case of path analysis ). Analisis jalur digunakan
untuk melukiskan dan menguji model hubungan antara variabel yang
berbentuk sebagai akibat (bukan hubungan interaktif). Dengan demikian
29
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, Cara Mudah Menggunakan dan Memaknai Path
Analysis (Analisis Jalur), (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm.1-2
49
dalam model hubungan antar variabel tersebut variabel eksogen (exogeneus),
dan variabel dependen yang disebut variabel endogen (endogeneus)30
Analsis jalur merupakan pengembangan dari model regresi yang
digunakan untuk menguji kesesuaian (fit) dari matrik korelasi dari dua atau
lebih model yang dibandingkan oleh si peneliti. Model biasanya digambarkan
dengan lingkaran dan anak panah yang menunjukkan hubungan kausalitas.
Regresi dilakukan untuk setiap variabel model dibandingkan dengan matrik
korelasi hasil observasi variabel dan nilai goodness of fit dihitung. Model
terbaik dipilih berdasarkan goodness of fit.31
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya
sebagai berikut:
a. Variabel Endogen
Variabel endogen (endogenous variable) yaitu variabel yang menjadi
pusat perhatian dalam penelitian atau variabel yang ditentukan didalam
model dan diamati variasinya. Adapun variabel yang menjadi variabel
endogen dalam penelitian ini yaitu Pembiayaan UKM (Y).
30
Prof. Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi delengkapi dengan Metode R&D.
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 297 31
Dr. Imam Ghozali , M.Com,Akt . Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
(Semarang: BP Undip, 2013), hlm.21
50
b. Variabel Eksogen
Variabel eksogen (exogenous variable) adalah variabel yang secara
bebas berpengaruh terhadap variabel endogen dalam suatu model. Adapun
variabel yang menjadi variabel eksogen dalam penelitian ini yaitu DPK
(X1), Financing to Deposit Ratio (X2) dan Non Performing Financing
(X3).
Melalui analisis jalur ini akan ditemukan jalur mana yang paling tepat
dan singkat suatu variabel independen menuju variabel dependen.
Penggunaan analisi jalur dalam analisis data penelitian didasarkan
pada beberapa asumsi berikut, yaitu:
1) Hubungan antar variabel yang akan dianalisis berbentuk linear, aditif
dan kalusal.
2) Variabel-variabel residual tidak berkorelasi dengan variabel yang
mendahuluinya, dan juga tidak berkorelasi dengan variabel lain.
3) Dalam model hubungan variabel hanya terdapat jalur kausal/ sebab –
akibat searah.
4) Data setiap variabel yang dianalisis adalah data interval yang berasal
dari sumber yang sama.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang sifatnya masih sementara atau
peryataan berdasarkan pada pengetahuan tertentu yang masih lemah dan harus
dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian hipotesis merupakan dugaan
51
sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan kebenarannya melalui
analisa data.
1. Uji Hipotesis Penelitian Model
a. Pengujian Hipotesis Model Secara Keseluruhan
Dalam pengujian secara keseluruhan ini akan diuji secara
simultan seberapa besar pengaruh variabel DPK (X1), FDR (X2) dan
NPF (X3) terhadap Pembiayaan UKM (Y) sehingga menghasilkan
rumusan sebagai berikut:
1. H0 : DPK tidak berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan
UKM
Ha : DPK berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan UKM
2. H0 : FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan
UKM
Ha : FDR berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan UKM
3. H0 : NPF tidak berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan
UKM
Ha : NPF berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan UKM
4. H0 : DPK, FDR dan NPF tidak berpengaruh signifikan
terhadap Pembiayaan UKM
Ha : DPK, FDR dan NPF berpengaruh signifikan terhadap
Pembiayaan UKM
52
Dari rumusan hipotesis diatas, maka diketahui persamaan
struktural model nilai pengaruh (ρ) dari variabel independen
terhadap variabel dependen diperoleh dari nilai beta ( β ) pada
analisis yang dilakukan sehingga membentuk struktur persamaan
model seperti dibawah ini:
Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 + ρx3y X3 + ρy ε
Gambar 3.1
Struktur Jalur
Keterangan:
ρx1y : Standarized coefficients, koefesien jalur pengaruh langsung X1
terhadap Y
ρx2y: Standarized coeffecients, koefesien jalur pengaruh langsung X2
terhadap Y
ρx3y : Standarized coeffecients, koefesien jalur pengaruh langsung X3
terhadap Y
ρx1y ρy ε
rx1x2
ρx2y
rx1x3
rx2x3 ρx3y
Dana Pihak
Ketiga (X1)
Non Performing
financing (X3)
Pembiayaan
UKM (Y)
Financing to
Deposit Ratio
(X2)
53
ρy ε : Besarnya pengaruh variable lain
X1 : Variabel eksogen DPK
X2 : Variabel eksogen Financing to Deposit Ratio (FDR)
X3 : Variabel eksogen Non Performing Financing (NPF)
Y : Variabel endogen Pembiayaan UKM
Hubungan langsung terjadi jika satu variabel mempengaruhi
variabel lainnya tanpa ada variabel ketiga yang memediasi
(intervening) hubungan kedua variabel tadi. Hubungan tidak langsung
adalah jika ada variabel ketiga yang memediasi hubungan kedua
variabel ini. Kemudian pada setiap variabel dependen (endogen
variable) akan ada anak panah yang menuju variabel ini dan ini
berfungsi untuk menjelaskan jumlah varians yang tidak dapat
dijelaskan (unexplained variance) oleh variabel itu.32
Berdasarkan
diagram jalur diatas dibuat persamaan struktural:
Persamaan :
Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 + ρx3y X3 + ρy ε
b. Koefesien determinasi
Koefesien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan variabel independen terhadap variabel dependen
32
Dr. Imam Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. (Semarang: BP
Undip, 2013), hlm.211
54
serta seberapa besar pengaruh dari faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian. Nilai koefesien dterminasi (R2) adalah antara nol dan
satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemempuan-kemampuan variabel
independen dalam menjalankan variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang hampir mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.33
Dalam penentuan pengaruh variabel penelitian secara
keseluruhan didapat nilai koefesien jalur dari penjumlahan variabel
eksogen terhadap variabel endogen. Koefesien jalur adalah koefesien
regresi yang distandarkan yaitu koefesien regresi yang dihitung dari
basis data yang telah di set dalam angka baku. Koefesien jalur yang
distandarkan (standarized path coeffecients) ini digunakan untuk
menjelaskan besarnya pengaruh variabel bebas (eksogen) terhadap
variabel lain yang diberlakukan sebagai variabel terikat.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi yang
normal. Untuk menguji normalitas yaitu dengan analisis grafik dengan
melihat grafik histogram.
33
Dr. Imam Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. (Semarang: BP
Undip, 2013), hlm. 97
55
b. Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui apakah model regresi terdapat korelasi antar
variabel bebas (Independen) maka diperlukan sebuah uji, yaitu uji
multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat
dari perhitungan nilai tolerance serta Variance Inflation Factor (VIF).
Suatu model regresi disimpulkan tidak ada masalah multikolinieritas
adalah apabila memiliki tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai
Variance Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10.34
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan bertujuan untuk menguji apakah
dalam regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan uji
Durbin-Watson (DW test).
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
34 Dr. Imam Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. (Semarang: BP
Undip, 2013), hlm.106
56
satu pengamatan dengan pengamatan yang lainnya. Peneliti
menggunakan grafik scatterplot.
e. Uji Korelasi
Dalam metode analisis jalur untuk mengetaui derajat hubungan
antar variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen)
Untuk menafsirkan angka, digunakan kriteria korelasi yaitu35
:
Tabel 3.1
Interpretasi Koefisien Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0.80- 1.00
0.60- 0.799
0.40-0.599
0.20-0.399
0.00- 0.199
Sangat kuat
Kuat
Cukup Kuat
Rendah
Sangat Rendah
f. Uji Statsistik t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini
35
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, Cara Mudah Menggunakan dan Memaknai Path
Analysis (Analisis Jalur), (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm. 62
57
digunakan statistik t dengan kriteria pengambilan keputusan adalah
sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya tidak signifikan.
2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai
probabilitas Sig atau (0,05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya signifikan.
g. Uji Statistik F
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh
secara bersama sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian
secara keseluruhan dapat dilihat dari tabel anova yang nantinya akan
diperoleh nilai F dan didapat hasil probabilitas (sig). Jika nilai sig
0,05, maka keputusannya adalah H0 ditolak dan Ha diterima artinya
signifikan.36
36
Dr. Imam Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
(Semarang: BP Undip,2013), hlm. 98
58
F. Model – Model dalam Path Analysis
Berikut ini model-model yang terdapat pada path analisis:37
a. Model Regresi Linier Berganda
Model path analysis ini sebenarnya merupakan pengembangan dari
teknik analisis regresi linier berganda dengan menggunakan lebih dari satu
variabel independen exogenous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel
dependen endogenous Y. Model tersebut mempunyai diagram jalur seperti
di bawah ini:
Gambar 3.2
Path Analysis Model Regresi Berganda
Dimana:
X1 adalah variabel independen exogenous pertama
X2 adalah variabel independen exogenous kedua
Y adalah variabel dependen endogenous
37
Jonathan Sarwono. Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis, (Yogyakarta: Andi, 2010),
hlm. 6-7
59
b. Model Mediasi
Model kedua path analysis ini adalah model mediasi atau perantara
(intervening variable) dimana kehadiran variabel Y sebagai variabel
perantara akan mengubah pengaruh variabel X terhadap variabel Z.
Pengaruh ini dapat menurun ataupun meningkat. Model kedua ini diagram
jalurnya seperti di bawah ini:
Gambar 3.3
Path Analysis Model Mediasi
Dimana:
X adalah variabel independen exogenous
Y adalah variabel endogenous perantara
Z adalah variabel dependen endogenous
c. Model Gabungan antara Regresi Berganda dan Mediasi
Model ketiga dalam path anlysis merupakan penggabungan antara
model regresi linier berganda dengan model mediasi, yaitu variabel X
berpengaruh terhadap variabel Z secara langsung (direct effect) dan secara
tidak langsung (indirect effect) mempengaruhi juga variabel Z melalui
variabel perantara Y.
60
Dalam model ini dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Variabel X berfungsi sebagai variabel independen exogenous
terhadap variabel Y dan Z
2. Variabel Y mempunyai dua fungsi:
Fungsi pertama ialah sebagai variabel endogenous terhadap
variabel exogenous X
Fungsi kedua ialah sebagai variabel endogenous perantara
untuk pengaruh X terhadap Z melalui Y
Variabel Z merupakan variabel dependen endogenous. Model
ini mempunyai diagram jalur seperti di bawah ini:
Gambar 3.4
Path Analysis Model Gabungan Antara Regresi Linier Berganda
dengan Mediasi
Dimana:
X adalah variabel independen exogenous
Y adalah variabel endogenous dan sebagai variabel perantara
Z adalah variabel dependen endogenous
61
d. Model Kompleks
Model keempat dalam path analysis ini merupakan model yang
kompleks, yaitu variabel X1 secara langsung mempengaruhi Y2 dan
melalui variabel X2 secara tidak langsung mempengaruhi Y2, sementara
itu variabel Y2 juga dipengaruhi oleh variabel Y1.
Dalam model ini dapat diterangkan sebagai berikut:
1. Variabel X1 berfungsi sebagai variabel independen exogenous
2. Variabel X2 mempunyai dua fungsi:
Fungsi pertama ialah sebagai variabel endogenous terhadap
variabel exogenous X1
Fungsi kedua ialah sebagai variabel endogenous perantara
untuk melihat pengaruh X1 terhadap Y2 melalui X2
3. Variabel Y2 merupakan variabel dependen endogenous
4. Variabel Y1 merupakan variabel independen exogenous
Model ini mempunyai diagram jalur seperti di bawah ini:
Gambar 3.5
Path Analysis Model Kompleks
62
Dimana:
X1 adalah variabel independen exogenous
X2 adalah variabel endogenous dan sebagai variabel perantara
Y1 adalah variabel independen exogenous
Y2 adalah variabel endogenous
G. Langkah Analisis Path
Proses analisis path mencakup beberapa langkah yang harus dilakukan
yaitu:
a. Konseptual Model
Tahap ini berhubungan dengan pengembangan hipotesis berdasarkan
teori sebagai dasar dalam menghubungkan variabel eksogen dengan
variabel eksogen lainnya, dan juga dengan variabel endogen. Teori dalam
konseptualisasi model bukan hanya berasal dari akademisi, tetapi juga
dapat berasal dari pengalaman dan praktek yang diperoleh dari para
praktisi. Pada tahap konseptualisasi model mengharuskan dua hal yang
dilakukan. Pertama, hubungan hipotesis antara variabel eksogen harus
63
ditentukan. Tahap pengembangan model ini berfokus pada model
struktural dan harus mempresentasikan variabel eksogen yang relavan
terhadap model. Kedua, menentukan hubungan arah ( positif atau negatif )
dan jumlah hubungan antara variabel exogeneous dan variabel
endogeneous yang sesuai dengan kajian teori dan hasil penelitian.
b. Penyusunan Diagram Jalur
Model path diagram merupakan representasi grafis mengenai
bagaimana beberapa variabel pada suatu model berhubungan satu sama
lain, yang memberikan pandangan menyeluruh mengenai struktur model.
Representasi grafis membantu kita dalam memahami hipotesis yang telah
dibentuk
c. Validitas Model
Terdapat dua indikator validitas model di dalam anlisis jalur yaitu
koefisien determinasi total dan theory trimming.
1) Koefisien determinasi total. Total keragaman data yang dapat
dijelaskan oleh model.
2) Theory trimming Uji validasi koefisien jalur pada setiap jalur untuk
pengaruh langsung adalah sama dengan pada analisis regresi,
menggunakan nilai p (p-value) dari uji t yaitu pengujian koefisien
regresi variabel yang dibakukan secara parsial. Berdasarkan theory
trimming, maka jalur yang non signifikan dibuang sehingga diperoleh
64
model yang didukung oleh data empiris kecuali model tertentu yang
didukung oleh data empiris.
d. Penilaian Model
Interpretasi hasil analisis langkah terakhir di dalam analisis jalur
adalah melakukan interprestasi hasil analisis yaitu menentukan jalur-jalur
pengaruh yang signifikan dan mengidentifikasi jalur yang pengaruhnya
lebih kuat yaitu dengan membandingkan besarya koefisien jalur yang
terstandar. Dalam analisis jalur koefisien beta dinamakan koefisien jalur
yang merupakan pengaruh langsung. Pengaruh total dihitung dengan
mengkuadratkan pengaruh langsung..
65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha
Syariah sebagai objek penelitian. Kata bank dari kata banque dalam bahasa
Prancis, dan dari kata banco dalam bahasa Italia, yang berarti peti/lemari atau
bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan
benda-benda berharga, seperti peti emas, peti berlian, peti uang dan
sebagainya. Dalam Al-Qur`an, istilah bank tidak disebutkan secara eksplisit.
Tetapi jika yang dimaksud adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti
struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban, maka semua itu disebutkan
dengan jelas, seperti zakat, shadaqah, ghanimah (rampasan perang), ba`i (jual
beli), dayn (hutang dagang), maal (harta) dan sebagainya, yang memiliki
fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu dalam kegiatan ekonomi. 38
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
38
Hery Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2005),
hlm 27
66
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif jasa
perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara
bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara
sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian
nasional. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan
dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai
kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan
spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam
produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan
yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan
yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia
tanpa terkecuali.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin memiliki
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya secara
67
lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif, yang
mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima
tahun terakhir, maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam
mendukung perekonomian nasional akan semakin signifikan.39
Berdasarkan pada statistik perbankan syariah yang dikeluarkan oleh OJK
Pada Juni 2015, jumlah Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia berjumlah
12. Sementara itu, jumlah Unit Usaha Syariah (UUS) di Indonesia berjumlah
22.40
Tabel 4.1
Jumlah BUS dan UUS Perbankan Syariah di Indonesia
BANK UMUM SYARIAH (BUS) UNIT USAHA SYARIAH (UUS)
1. PT. Bank Muamalat Indonesia
2. PT. Bank Victoria Syariah
3. Bank BRISyariah
4. B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
5. Bank BNI Syariah
6. Bank Syariah Mandiri
7. Bank Syariah Mega Indonesia
1. PT. Bank Danamon Indonesia
Tbk
2. PT. Bank Permata Tbk
3. PT. Bank Internasional
Indonesia Tbk
4. PT. Bank CIMB Niaga Tbk
5. PT. Bank OCBC Nisp Tbk
39
“Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia” diakses dari
www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Contents/Default.aspx pada tanggal 15 Desember 2015 40
“Statistik Perbankan Syariah Juni 2015” diakses dari
www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/syariah/Documents/SPS%20Juni%202015.pdf pada tanggal 7
Desember 2015
68
8. Bank Panin Syariah
9. PT Bank Syariah Bukopin
10. PT. BCA Syariah
11. PT. MayBank Syariah Indonesia
12. PT. Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Syariah
6. PT. BPD DKI
7. BPD Yogyakarta
8. PT. BPD Jawa Tengah
9. PT. BPD Jawa Timur
10. PT. BPD Jambi
11. PT. Bank Bpd Aceh
12. PT Bpd Sumatera Utara
13. BPD Sumatera Barat
14. PT Bank Pembangunan
Daerah Riau
15. PT BPD Sumatera Selatan Dan
Bangka Belitung
16. PT BPD Kalimantan Selatan
17. PT BPD Kalimantan Barat
18. BPD Kalimantan Timur
19. PT BPD Sulawesi Selatan Dan
Sulawesi Barat
20. PT BPD Nusa Tenggara Barat
21. PT Bank Sinarmas
22. PT Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk.
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Juni 2015
69
B. Analisis Deskriptif
Pengelolaan data pada skripsi ini dilakukan menggunakan sofware
Microsoft Excel 2010 dan SPSS 22 untuk dapat mengoalah data dan
memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel
eksogen: DPK, financing to deposit ratio (FDR) dan non performing
financing (NPF). Sedangkan variabel endogen: Pembiayaan UKM.
a. Analisis Deskriptif Dana Pihak Ketiga (DPK)
Penghimpunan dana yang dilakukan oleh Bank Syariah diperoleh dari
masyarakat berupa titipan (Wadiah), partisipasi modal berbagi hasil dan
berbagi resiko (non guaranteed account) untuk investasi umum (general
investment account/ mudharabah mutlaqah) dimana bank akan membayar
bagian keuntungan secara proporsional dengan porofolio yang didanai
dengan modal tersebut, dan investasi khusus (special investment account/
mudharabah muqayyadah) di mana bank bertindak sebagai manajer
investasi untuk memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut berinvestasi
sedangkan investor sepenuhnya mengambil resiko atas investasi.
Data DPK yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perbulan
pada Perbankan Syariah Indonesia Indonesia periode 2010 sampai Juni
2015. DPK tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan komposisi Giro iB
(Akad Wadiah), tabungan iB (Akad Wadiah dan Mudharabah) dan
70
deposito iB (Akad Mudharabah). Data tersebut diperoleh dari statistik
Perbankan Syariah Indonesia yang dipublikasikan dalam situs
www.bi.go.id dan www.ojk.go.id pada tanggal 09 November 2015.
Grafik 4.1
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat
pertumbuhan DPK dari Januari 2010 sampai Juni 2015 terus
meningkat. Pada tahun 2010 DPK diposisi terendah karena
keterbatasannya jumlah Bank Syariah di Indonesia dan masih
sedikitnya masyakat yang menggunakan produk layanan perbankan
syariah.
0
50000
100000
150000
200000
250000
Jan
-10
Ma
y-1
0
Se
p-1
0
Jan
-11
Ma
y-1
1
Se
p-1
1
Jan
-12
Ma
y-1
2
Se
p-1
2
Jan
-13
Ma
y-1
3
Se
p-1
3
Jan
-14
Ma
y-1
4
Se
p-1
4
Jan
-15
Ma
y-1
5
Da
lam
Milia
r R
up
iah
DPK
DPK
71
b. Analisis Deskriptif Financing to Deposit Ratio (FDR)
FDR menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang telah dilakukan nasabah (deposan) dengan
mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya
(Kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya terutama kewajiban
jangka pendek). Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian pembiayaan
kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang
telah digunakan oleh bank untuk memberikan pembiayaan.
72
Grafik 4.2
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat FDR dari
Januari 2010- Juni 2015 cukup berfluktuasi dengan nilai rata-rata sebesar
97.02%. Dengan tingkat rata-rata FDR sebesar 97.02% maka Bank
Syariah dapat menjalani fungsi intermediasinya dengan baik, karena
hampir seluruh dana pihka ketiga yang berhasil dikumpulkan dapat
disalurkan kembali menjadi pembiayaan. Akan tetapi, dapat dilihat ada
beberapa periode tingkat FDR Bank Syariah > 100%, hal ini berarti Bank
Syariah mengalami tingkat likuiditas yang cukup ketat. Dengan kata lain,
Bank Syariah memiliki tingkat risiko likuiditas yang cukup tinggi pada
periode tersebut.
0
20
40
60
80
100
120Ja
n-1
0
Ma
y-1
0
Se
p-1
0
Jan
-11
Ma
y-1
1
Se
p-1
1
Jan
-12
Ma
y-1
2
Se
p-1
2
Jan
-13
Ma
y-1
3
Se
p-1
3
Jan
-14
Ma
y-1
4
Se
p-1
4
Jan
-15
Ma
y-1
5
Dala
m P
ers
en
tase (%
)FDR
FDR
73
c. Analisis Deskriptif Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu indikator
penting perbankan syariah yang mempengaruhi tingkat profitabilitas.
Dimana rasio ini digunakan oleh bank dalam menutupi risiko dari dana
pembiayaan oleh nasabah debitur. Apabila semakin rendah NPF maka
bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan, sebaliknya bila
tingkat NPF tinggi, bank tersebut akan mengalami kerugian yang
diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.
Kredit atau pembiayaan yang disalurkan dikatakan bermasalah jika
pengembaliaannya terlambat dibanding jadwal yang direncanakan, bahkan
tidak dikembalikan sama sekali. Dalam konteks Indonesia, kredit atau
pembiayaan bermasalah dapat dikelompokkan menjadi kredit tak lancar
dan macet41
. Kredit tak lancar adalah kredit yang masih dilakukan
pembayarannya, tetapi lebih lambat dari jadwal yang seharusnya. Kredit
tak lancar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: kredit kurang lancar,
diragukan, dan macet.
41 Mandala Manurung dan Prathama Rahardja. Teori ekonomi mikro : suatu
pengantar. (Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2004), hlm.196
74
Grafik 4.3
Non Performing Financing (NPF)
0
1
2
3
4
5
6Ja
n-1
0
May
-10
Sep
-10
Jan
-11
May
-11
Sep
-11
Jan
-12
May
-12
Sep
-12
Jan
-13
May
-13
Sep
-13
Jan
-14
May
-14
Sep
-14
Jan
-15
May
-15
Dal
am P
erse
nta
se (
%)
NPF
NPF
Dari Grafik diatas dapat dilihat bahwa NPF perbankan Syariah di
Indonesia cenderung fluktuatif. Terlihat paling tinggi tingkat NPF Bank
Syariah pada tahun 2015 dan paling rendah pada tahun 2013. Jika dilihat
secara umum, NPF perbankan syariah memiliki nilai rata-rata sebesar
3.55%, ini berarti Bank Syariah apabila dilihat dari nilai rata-rata NPF nya
dikategorikan sehat, akan tetapi ada beberapa periode yang mengalami
peningkatan yang cukup mengkhawatirkan. Sebaiknya perbankan syariah
Indonesia harus mengembangkan dan membenahi sitem risk control, agar
memperkecil NPF pada perbankan syariah karena semakin kecil NPF
semakin kecil pula risiko pembiayaan yang ditanggung oleh Bank Syariah
75
semakin tinggi tingkat NPF maka profitabilitas Bank Syariah semakin
rendah.
d. Analisis Deskriptif Pembiayaan UKM
Berdasarkan undang-undang nomor 20 tahun 2008 mendorong Bank
Syariah untuk meningkatkan penyaluran pembiayaan kepada Usaha
Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM) yang sekaligus akan mampu
mendorong peningkatan akses UMKM ke sektor perbankan.
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 14/22/2014 kewajiban
bank menyalurkan dananya dalam bentuk kredit/pembiayaan kepada
UMKM dengan pangsa sebesar 20% secara bertahap yang diikuti dengan
penerapan insentif/disentif.42
42
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012
76
Grafik 4.4
Pembiayaan UKM
0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
Jan
-10
Jun
-10
No
v-10
Ap
r-1
1
Sep
-11
Feb
-12
Jul-
12
Dec
-12
May
-13
Oct
-13
Mar
-14
Au
g-14
Jan
-15
Jun
-15
Dal
am M
ilia
r R
upia
h
Pembiayaan UKM
Pembiayaan UKM
Berdasarkan grafik diatas menunjukkan bahwa pembiayaan UKM
pada Bank Syariah mengalami fluktuasi. Peningkatan terjadi pada januari
2010 sampai dengan april 2014. Akan tetapi, pembiayaan UKM pada
Bank Syariah mengalami penurunan di bulan Mei 2014, penurunan ini
diakibatkan karena Bank Indonesia memerintahkan kepada perbankan
untuk mengurangi jumlah pembiayaan yang disalurkan, karena masih
belum stabilnya perekonomian global yang diakibatkan oleh krisis yang
dialami oleh negara-negara di Eropa. Selain itu, di Indonesia juga akan
dilaksanakan pemilihan presiden, Bank Syariah mengurangi pembiayaan
untuk mengantisipasi kebiijakan pemerintahan yang baru.
77
C. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian analisis jalur (path analysis),
sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang bertujuan
untuk memastikan bahwa hasil tersebut dapat digunakan. Uji asumsi
klasik yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji normalitas,
multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas.
1. Uji Normalitas
a. Analisis Grafik
Uji normalitas dengan analisi grafik dilakukan dengan
Probability Plot (P-Plot). Hasil pengujian normalitas dari
penelitian ini dapat dilihat pada grafik 4.10 berikut ini.
Gambar 4.1
Normal Probability Plot
Sumber: Data Skunder Diolah
78
Gambar diatas menunjukkan hasil uji normalitas dengan
variabel dependen pembiayaan UKM dan variabel independen DPK,
Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing pada
gambar 4.1 titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Maka dapat
disimpulkan bahwa model analisis jalur (path analysis) dalam
penelitian ini telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Multikolinieritas
Untuk mengetahui apakah model jalur (path analysis), terdapat
korelasi antar variabel bebas (Independen) maka diperlukan sebuah uji,
yaitu uji multikolinieritas. Model path yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari
perhitungan nilai tolerance serta Variance Inflation Factor (VIF). Suatu
model path disimpulkan tidak ada masalah multikolinieritas adalah
apabila memiliki tolerance lebih besar dari 0,10 dan nilai Variance
Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari 10. Selengkapnya hasil pengujian
asumsi klasik multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.2.
79
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
Dpk .814 1.228
Fdr .752 1.330
Npf .864 1.158
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
Berdasarkan pada tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa semua
variabel independen memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10 yang
berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih
dari 95%.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan bertujuan untuk menguji apakah dalam
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi, peneliti menggunakan uji Durbin-Watson (DW
test). Hasil dari uji Durbin-Watson dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .923a .852 .845 8853.914 1.868
80
a. Predictors: (Constant), npf, dpk, fdr
b. Dependent Variable: pembiayaanUKM
Sumber : Data Sekunder Diolah
Berdasarkan dari hasil tabel 4.3 dapat diketahui nilai Durbin-
Watson sebesar 1,868. Selanjutnya hasil tersebut dibandingkan dengan
nilai tabel dengan tingkat signifikansi 5%, jumlah sampel 66 (n=66), dan
variabel independen sebanyak 3 (n=3). Dari nilai tabel diperoleh nilai
batas bawah (dl) sebesar 1.5079 dan nilai batas atas (du) sebesar 1,6974.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat masalah
autokorelasi karena nilai D-W sebesar 1,868 lebih besar daripada nilai
tabel sebesar 1,5079. dan nilainya kurang dari 4-1,6974 (4 – du).
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah
model jalur (path analysis) terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari
satu pengamatan dengan pengamatan yang lainnya. Peneliti menggunakan
gambar scatterplot untuk mendeteksi heteroskedastisitas. Hasil dari uji
tersebut disajikan pada gambar 4.2.
81
Gambar 4.2
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data Sekunder Diolah
Gambar uji scatterplot pada grafik 4.11 menunjukkan bahwa data
sampel tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu.
Data tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak
terjadi masalah heteroskedastisitas. Sehingga model regresi layak dipakai
untuk kemudian dilanjutkan ke pengujian hipotesis.
82
D. Analisis Jalur ( Path Analysis)
Teknik pengelolaan data dalam menyelesaikan penelitian ini
adalah dengan menggunakan analisis jalur (path analisis), dimana analisis
jalur ini berfungsi untuk menganalisis pola hubungan antar variabel
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak
langsung seperangkat variabel bebas (eksogen) terhadap variabel terikat
(endogen).43
Gambar 4.3
Diagram Jalur X1 X2 X3 dan Y
43
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, Cara Mudah Menggunakan dan Memaknai Path
Analysis (Analisis Jalur), (Bandung : Alfabeta, 2014), hlm. 2
Non
Performing
Financing
(X3)
Financing to
Deposit Ratio
(X2)
DPK (X1)
Pembiayan
UKM (Y)
83
1. Menguji dan Memaknai Struktur
a. Analisis Struktur
Persamaan Struktur Y = ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + ρyx3 X3+ ρy ε
Gambar 4.4
Struktur
ε
ρyx1 ρy ε
ρyx2
ρyx3
b. Hipotesis Struktur
a. H0 : β1 = 0 (DPK tidak berpengaruh terhadap pembiayaan
UKM)
Ha : β1 ≠ 0 (DPK berpengaruh terhadap pembiayaan UKM)
b. H0 : β2 = 0 (financing to deposit ratio tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan UKM)
Ha : β2 ≠ 0 (financing to deposit ratio berpengaruh terhadap
pembiayaan UKM)
c. H0 : β3 = 0 (non performing financing tidak berpengaruh
terhadap pembiayaan UKM)
DPK (X1)
Financing to
Deposit Ratio
(X2)
Non
Performing
Financing
(X3)
Pembiayaan
UKM (Y)
84
Ha : β3 ≠ 0 (non performing financing berpengaruh terhadap
pembiayaan UKM)
c. Koefisien Determinasi Struktur
Untuk melihat pengaruh variabel DPK, financing to deposit
ratio dan non performing financing terhadap pembiayaan UKM
ditunjukkan oleh tabel summary, khususnya pada angka adjusted R
square dibawah ini:
Tabel 4.3
Koefisien Determinasi Struktur
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1
.923a .852 .845 8853.914
a. Predictors: (Constant), npf, dpk, fdr
Besarnya angka adjusted R square adalah 0.845 angka ini
digunakan untuk melihat besarnya pengaruh yang dimiliki DPK,
financing to deposit ratio dan non performing financing terhadap
pembiayaan UKM caranya adalah dengan menghitung Koefisien
Determinasi dengan rumus:
KD = adjusted r2
x 100%
KD = 0.845 x 100%
85
KD = 84.5%
Angka tersebut memiliki arti bahwa kontribusi nilai DPK,
financing to deposit ratio dan non performing financing terhadap
pembiayaan UKM sebesar 84.5% sedangkan sisanya 15.5%
dipengaruhi oleh faktor lain atau variabel lain yang tidak diteliti
dalam penelitian ini seperti, capital adequacy ratio, inflasi, SBIS
dan lain-lain
d. Koefisien Jalur Persamaan
Dalam penentuan pengaruh variabel penelitian secara
keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan seluruh
variabel eksogen terhadap variabel endogen. Nilai koefisien jalur
(berdasarkan estimate) variabel DPK, financing to deposit ratio dan
non performing financing terhadap pembiayaan UKM diolah dengan
menggunakan bantuan software SPSS 22. Berikut adalah hasil
pengelolaannya.
86
Tabel 4.4
Koefisien Jalur Persamaan
Coefficientsa
Model
Standardized Coefficients
Beta
1 (Constant)
Dpk .436
Fdr .269
Npf -.675
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
Jadi persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 - ρx3y X3 +ρy ε1
Y= 0.436 X1 + 0.269 X2 - 0.675 X3 + 0.148 ε
Angka koefisien residu sebesar 0.148 didapat dari 1-R2
= 1 - 0.852=
0.148= 14,8%
ρx1y X1 = 0.436
ρx2y X2 = 0.269
ρx3y X3 = -0.675
87
1) Melihat Pengaruh DPK (X1), Financing to Deposit ratio (X2), Non
Performing Financing (X3) secara Parsial Terhadap Pembiayaan
UKM (Y)
Pengujian hipotesis secara parsial dimaksudkan untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh variabel bebas secara parsial
terhadap variabel terikat. Hasil hipotesis dalam pengujian ini adalah:
Hasil Uji Parsial (T-Test) Struktur
a. Menguji signifikan koefisien X1 (DPK) terhadap Y (Pembiayaan
UKM)
Tabel 4.5
Koefisien Jalur DPK ke Pembiayaan UKM
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 45307.208 6679.666 6.783 .000
Dpk .196 .046 .469 4.243 .000
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
H0 : β1=0 (DPK tidak berpengaruh terhadap pembiayaan UKM)
Ha : β1≠0 (DPK berpengaruh terhadap pembiayaan UKM)
88
Membandingkan nilai thitung dengan ttabel44
Jika nilai thitung > nilai ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika nilai thitung < nilai ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak
Dari perhitungan didapat nilai thitung untuk koefisien DPK adalah
4.243. Dan dengan ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05,
karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel , nilai α
dibagi dua menjadi 0,025, dan df= 64 (didapat dari rumus n-2, dimana
n adalah jumlah data, 66-2= 64) didapat ttabel adalah 2.000.
Oleh karena thitung > nilai ttabel (4,243 > 2,000 ), maka H0 ditolak
dan Ha diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan
nilai signifikan 0.000 < 0.005, bahwa DPK berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan UKM.
44
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2013), hlm 43
89
b. Menguji signifikansi koefisien X2 (financing to deposit ratio)
terhadap Y (pembiayaan UKM)
Tabel 4.6
Koefisien Jalur FDR ke Pembiayaan UKM
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -227558.526 46340.467 -4.911 .000
Fdr 3083.986 477.116 .628 6.464 .000
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
H0 : β2=0 (financing to deposit ratio tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan UKM).
Ha : β2≠0 (financing to deposit ratio berpengaruh terhadap
pembiayaan UKM).
Membandingkan nilai thitung dengan ttabel45
Jika nilai thitung > nilai ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
45
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2013), hlm. 43
90
Jika nilai thitung < nilai ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak
Dari perhitungan didapat nilai thitung untuk koefisien financing
to deposit ratio adalah 6.464. Dan dengan ttabel bisa dihitung pada
tabel t-test, dengan α = 0,05, karena digunakan hipotesis dua arah,
ketika mencari ttabel , nilai α dibagi dua menjadi 0,025, dan df = 64
(didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 66-2) didapat
ttabel adalah 2,000
Oleh karena thitung > nilai ttabel ( 6,464 > 2,000 ), maka H0
ditolak dan Ha diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama
dengan uji t yaitu financing to deposit ratio berpengaruh signifikan
terhadap pembiayaan UKM.
c. Menguji signifikansi koefisien X3 (non performing financing)
terhadap Y (pembiayaan UKM)
Tabel 4.7
Koefisien Jalur NPF ke Pembiayaan UKM
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant
) 142689.401 9018.062 15.823 .000
Npf -20015.831 2479.797 -.710 -8.072 .000
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
91
H0 : β3=0 (non performing financing tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan UKM)
Ha : β3≠0 (non performing financing berpengaruh terhadap pembiayan
UKM)
Membandingkan nilai thitung dengan ttabel46
Jika nilai thitung > nilai ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika nilai thitung < nilai ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak
Dari perhitungan didapat nilai thitung untuk koefisien non
performing financing adalah 8.072. Dan dengan ttabel bisa dihitung
pada tabel t-test, dengan α = 0,05, karena digunakan hipotesis dua
arah, ketika mencari ttabel , nilai α dibagi dua menjadi 0,025, dan df= 64
(didapat dari rumus n-2, dimana n adalah jumlah data, 66-2= 64)
didapat ttabel adalah 2,000
Oleh karena thitung > nilai ttabel ( 8,072 > 2,000 ), maka H0 ditolak
dan Ha diterima, sehingga mempunyai kesimpulan yang sama dengan
uji t yaitu non performing financing berpengaruh signifikan terhadap
pembiayaan UKM.
d. Menguji signifikansi koefisien X1 (DPK) X2 (financing to
deposit ratio), X3 (non performing financing) terhadap Y
(pembiayaan UKM)
46
Agus Widarjono, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2013), hlm. 43
92
Y = ρx1y X1 + ρx2y X2 - ρx3y X3 + ρy ε
Tabel 4.8
Analisis Varian (Anova)
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 28048955067.087 3 9349651689.029 119.268 .000b
Residual 4860291402.185 62 78391796.809
Total 32909246469.273 65
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
Pada tabel diatas analsis varian (Anova) ditampilkan hasil uji F
yang dapat dipergunakan untuk menguji model apakah variabel DPK,
financing to deposit ratio dan non performing financing secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan UKM.
Pengujian dilakukan dengan uji F, hipotesis yang diajukan:
H0 : β1, β2, β3 = 0 DPK, financing to deposit ratio dan non performing
financing tidak berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan
UKM.
Ha : β1, β2, β3 ≠ 0 DPK, financing to deposit ratio dan non performing
financing berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan UKM.
Jika Fhitung > Ftabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak
93
Dari perhitungan didapat nilai Fhitung sebesar 119.268 dengan
tingkat signifikansi sebesar 5 % dan df1 = 3 dan df2 = 62, didapat Ftabel
= 2.75 karena nilai Fhitung 119.268 > nilai Ftabel 2.75 maka H0 ditolak
Ha diterima atau terdapat kecocokan antara model dengan data.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa aspek varibel DPK, financing to
deposit ratio dan non performing financing berpengaruh secara
simultan terhadap pembiayaan UKM. Sehingga model analisis jalur
yang didapatkan layak digunakan untuk memprediksi. Atau jika dilihat
pada nilai dengan menggunakan nilai signifikansi, diketahui bahwa
nilai sig (0,000 < 0,005) sehingga memiliki kesimpulan yang sama
dengan uji F yaitu terdapat kecocokan data.
Gambar 4.5
Hubungan Kausal X1, X2 dan X3 ke Y
0.148 ε
0.436
0.269
-0.675
DPK
(X1)
Financinmg to
deposit ratio
(X2)
Non
Performing
Financing
(X3)
Pembiayaan
UKM (Y)
94
Tabel 4.9
Koefisien Jalur
dpk fdr Npf
pembiayaan
UKM
Dpk Pearson Correlation 1 .372**
.099 .469**
Sig. (2-tailed) .002 .427 .000
N 66 66 66 66
Fdr Pearson Correlation .372**
1 -.293* .628
**
Sig. (2-tailed) .002 .017 .000
N 66 66 66 66
Npf Pearson Correlation .099 -.293* 1 -.710
**
Sig. (2-tailed) .427 .017 .000
N 66 66 66 66
pembiayaan
UKM
Pearson Correlation .469**
.628**
-.710**
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000
N 66 66 66 66
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui nilai korelasi antara
variabel. Angka koefisien korelasi positif (+) menunjukkan bahwa
hubungan antara kedua variabel tersebut bersifat positif terbalik,
artinya peningkatan satu variabel akan diikuti oleh peningkatan
variabel lain. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y
akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif (-), maka
kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel
X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan berlaku
sebaliknya:
95
0 : Tidak ada korelasi antara dua variabel
>0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
>0,25 – 0,5 : Korelasi cukup
>0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
>0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat
1 : Korelasi sempurna
Untuk pengujian lebih lanjut, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel
Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel
Pengujian berdasarkan uji probabilitas akan diterima apabila
nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka H0 diterima dan jika nilai
probabilitas kurang dari 0,05 maka H0 ditolak.
Tabel 4.10
Koefisien Korelasi
Hubungan Kofisien
korelasi
Kategori Nilai sig. Kesimpulan
DPK (X1) dengan
pembiayaanUKM (Y)
0.469 Cukup 0.000 Signifikan
Financing to deposit ratio (
X2 ) dengan
pembiayaanUKM (Y )
0.628 Kuat 0.000 Signifikan
96
Berdasarkan hasil pengujian diatas, diketahui bahwa hanya 2
variabel yang memiliki hubungan yang tidak signifikan yaitu
hubungan antara DPK ( X1 ) dengan non performing financing (X3 )
dan Financing to deposit ratio ( X2 ) dengan Non Performing
Financing ( X3 ) karena nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05
sedangkan hubungan antar variabel yang lainnya signifikan karena
memiliki nilai probabilitasnya lebih kecil 0,05 .
Non performing financing (
X3 ) dengan pembiayaan
UKM( Y )
-0.710 Kuat 0.000 Signifikan
DPK ( X1 ) dengan non
performing financing (X3 )
0.099 Sangat
Lemah
0.427 Tidak
Signifikan
Financing to deposit ratio (
X2 ) dengan Non
Performing Financing ( X3 )
-0.293 Cukup 0.017 Tidak
Signifikan
DPK (X1 ) dengan financing
to deposit ratio ( X2 )
0.372 Cukup 0.002
Signifikan
97
2) Perhitungan Pengaruh
Koefisien jalur, pengaruh langsung, pengaruh total dan
pengaruh bersama DPK (X1), financing to deposit ratio (X2) dan Non
Performing Financing (X3) terhadap pembiayaan UKM.
Tabel 4.11
Perhitungan Pengaruh Langsung dan Total
a. Pengaruh langsung
Untuk menghitung pengaruh langsung berdasarkan tabel 4.11
dilihat dari nilai koefisien jalur, digunakan formula sebagai berikut:
Pengaruh Langsung = (Koefisien Jalur)2 x 100%
1. Pengaruh DPK terhadap pembiayaan UKM
X1 Y = 0.4362
= 0.190 = 19%
2. Pengaruh financing to deposit ratio terhadap pembiayaan UKM
X2 Y = 0.2692
= 0.072 = 7.2%
Variabel
Koefisien
Jalur
Pengaruh Pengaruh
Simultan (R2
Yxk)
Langsung Total
X1 0.436 0.436 0.4362
= 0.190 =
19%
-
X2 0.269 0.269 0.2692
= 0.072 =
7.2%
-
X3 -0.675 -0.675 -0.6752
= 0.456
= 45.6%
-
Ε 0.148 0.148 0.148 = 14.8% -
X1, X2 dan X3 - - - 0.852 = 85.2%
98
3. Pengaruh non performing financing terhadap pembiayaan UKM
X3 Y = 0.6752
= 0.456 = 45.6%
b. Pengaruh total
Pengaruh DPK, financing to deposit ratio, non performing
financing terhadap pembiayaan UKM berdasarkan pada tabel 4.11
dilihat dari nilai R2, yaitu sebagai berikut:
X1 X2 X3 Y = 0.852 = 85.2%
Gambar 4.6
Hasil Struktur
Penjelasan tabel 4.11 dan gambar 4.4:
0.436 ε
0.372 0.148
0.269
0.099
-0.293
-0.675
DPK (X1)
FDR (X2)
NPF (X3)
Pembiayaan
UKM (Y)
99
1. DPK (X1) yang diukur oleh pembiayaan UKM memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya pembiayaan UKM. Dengan
demikian, tinggi rendahnya pembiayaan UKM dijelaskan oleh DPK. Besarnya
pengaruh DPK yang secara langsung berpengaruh terhadap pembiayaan UKM
sebesar 0.436. Ini berarti setiap kenaikan satu jumlah DPK pada periode
tertentu, akan menaikkan jumlah pembiayaan sebesar 0.436.
2. FDR (X2) yang diukur oleh pembiayaan UKM memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya pembiayaan UKM . Dengan
demikian, tinggi rendahnya pembiayaan UKM dijelaskan oleh FDR. Besarnya
pengaruh FDR yang secara langsung berkontribusi terhadap pembiayaan
UKM sebesar 0.269. Ini berarti setiap kenaikan satu jumlah FDR pada periode
tertentu, akan menaikkan jumlah pembiayaan sebesar 0.269.
3. NPF (X3) yang diukur oleh pembiayaan UKM memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya pembiayaan UKM . Dengan
demikian, tinggi rendahnya pembiayaan UKM dijelaskan oleh NPF. Besarnya
pengaruh NPF yang secara langsung berkontribusi terhadap pembiayaan
UKM sebesar -0.675. Ini berarti setiap kenaikan satu jumlah NPF pada
periode tertentu, akan menurunkan jumlah pembiayaan sebesar -0.675.
4. Secara simultan DPK (X1), FDR (X2) dan NPF (X3) berpengaruh secara
signifikan terhadap pembiayaan UKM (Y) sebesar 0.852. Sisanya yaitu
sebesar 0.148 merupakan pengaruh yang datang dari faktor-faktor lain.
Misalnya: inflasi, suku bunga, CAR, SBIS dan lain-lain.
100
5. Diketahui koefisien korelasi DPK ( X1 ) dengan NPF (X3 ) sebesar 0.099, ini
dikategorikan sangat lemah. FDR ( X2 ) dengan NPF ( X3 ) sebesar -0.293
dikategorikan cukup. DPK ( X1 ) dengan FDR ( X2 ) sebesar 0.372
dikategorikan cukup.
E. Interpretasi Hasil Penelitian
Temuan penelitian menunjukkan bahwa DPK yang diukur oleh
pembiayaan UKM memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
tinggi rendahnya pembiayaan UKM. Artinya tinggi rendahnya pembiayan
UKM dijelaskan oleh DPK. Besarnya pengaruh DPK yang secara langsung
berpengaruh terhadap pembiayaan UKM sebesar 19%. Oleh karena itu untuk
mengoptimalkan pembiayaan UKM harus diupayakan meningkatkan DPK,
Sehingga diantaranya dapat memberikan peluang bagi bank untuk
memperluas pembiayaan UKM. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyebutkan bahwa peningkatan jumlah DPK akan meningkatkan
pembiayaan bank.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa Financing to Deposit Ratio
yang diukur oleh pembiayaan UKM memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap tinggi rendahnya pembiayaan UKM. Artinya tinggi
rendahnya pembiayaan UKM dijelaskan oleh Financing to Deposit Ratio.
Besarnya pengaruh Financing to Deposit Ratio yang secara langsung
berpengaruh terhadap pembiayaan UKM sebesar 7.2%. Oleh karena itu untuk
101
mengoptimalkan pembiayaan UKM harus diupayakan meningkatkan
Financing to Deposit Ratio. Dengan meningkatkan tingkat Financing to
Deposit Ratio berarti bank meningkatkan pembiayaan ke sektor UKM. Hal ini
sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa, semakin tinggi nilai Financing
to Deposit Ratio maka semakin tinggi tingkat pembiayaan. Akantetapi,
dengan nilai Financing to Deposit Ratio yang tinggi menandakan bahwa bank
syariah telah menyalurkan sebagian besar dananya untuk pembiayaan. Oleh
karena itu, bank syariah juga harus menjaga kecukupan dana yang tersedia
untuk memenuhi hutang-hutang jangka pendek.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa Non Performing Financing
yang diukur oleh pembiayaan UKM memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap tinggi rendahnya pembiayaan UKM. Artinya tinggi
rendahnya pembiayaan UKM dijelaskan oleh Non Performing Financing.
Besarnya pengaruh Non Performing Financing yang secara langsung
berpengaruh terhadap pembiayaan UKM sebesar 45.6%. Terdapat tanda
negatif pada Non Performing Financing, tanda negatif untuk mengoptimalkan
pembiayaan UKM harus diupayakan menurunkan tingkat Non Performing
Financing. Dengan menurunnya tingkat Non Performing Financing, berarti
bank meningkatkan pembiayaan ke sektor UKM. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyebutkan bahwa, semakin tinggi nilai Non Performing Financing
maka semakin rendah tingkat pembiayaan. Dengan tingginya nilai Non
102
Performing Financing bank syariah harus lebih meningkatkan prinsip kehati-
hatian sehingga dapat meminimalkan nilai Non Performing Financing.
Secara simultan DPK, Financing to Deposit Ratio dan Non Performing
Financing berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan UKM sebesar
85.2%. Artinya, DPK, Financing to Deposit Ratio dan Non Performing
Financing dapat menjelaskan pembiayaan UKM sebesar 85.2%. Sisanya yaitu
sebesar 14.8% merupakan pengaruh yang datang dari faktor-faktor lain.
Misalnya inflasi, tingkat suku bunga, SBIS dan lain-lain.
104
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati penyaluran pembiayaan ke
sektor UKM oleh Bank Syariah sebagai lembaga intermediaries
institution. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dari penelitian ini dapat diambil
kesimpulan, dimana hal ini merupakan jawaban dari rumusan masalah,
yaitu sebagai berikut:
1. Nilai koefisien jalur DPK terhadap pembiayaan UKM bertanda positif
(+) sebesar 0.436. Artinya peningkatan satu variabel akan diikuti oleh
peningkatan variabel lain. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan DPK
pada suatu periode akan meningkatkan pula penyaluran pembiayaan ke
sektor UKM oleh Bank Syariah. Sebaliknya, penurunan DPK akan
menurunkan tingkat penyaluran pembiayaan Bank Syariah ke sektor
UKM. Variabel financing to deposit ratio (FDR) berpengaruh
signifikan terhadap Pembiayaan UKM. Nilai koefisien jalur FDR
terhadap pembiayaan UKM bertanda positif (+) sebesar 0.269. Hal ini
berarti bahwa setiap kenaikan FDR pada suatu periode akan
105
meningkatkan pula penyaluran pembiayaan ke sektor UKM oleh Bank
Syariah. Sebaliknya, penurunan FDR akan menurunkan tingkat
penyaluran pembiayaan Bank Syariah ke sektor UKM. Variabel non
performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan terhadap
Pembiayaan UKM. Nilai koefisien jalur NPF terhadap pembiayaan
UKM bertanda negatif(-). Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan NPF
pada suatu periode akan menurunkan penyaluran pembiayaan ke sektor
UKM oleh Bank Syariah. Sebaliknya, penurunan NPF akan
meningkatkan tingkat penyaluran pembiayaan Bank Syariah ke sektor
UKM.
2. Dari perhitungan didapat nilai Fhitung sebesar 119.268 dengan tingkat
signifikansi sebesar 5 % dan df1 = 3 dan df2 = 62, didapat Ftabel = 2.75
karena nilai Fhitung 119.268 > nilai Ftabel 2.75 maka H0 ditolak Ha
diterima atau terdapat kecocokan antara model dengan data. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa aspek varibel DPK, financing to deposit
ratio dan non performing financing berpengaruh secara simultan
terhadap pembiayaan UKM.
106
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan diatas, maka saran dari penelitian ini
adalah:
1. Nilai DPK Bank Syariah dari tahun ketahun terus mengalami
peningkatan. Hal ini berarti Bank Syariah telah berhasil dalam
menjalankan fungsi Bank Syariah sebagai lembaga penghimpun dana
dari masyarakat. Nilai DPK yang semakin meningkat harus
dimanfaatkan oleh Bank Syariah untuk menyalurkan pembiayaan
kepada masyarakat, hal ini tentunya akan meningkatkan keuntungan
yang diperoleh Bank Syariah sendiri.
2. Dalam periode pengamatan, yaitu Januari 2013 hingga maret 2014
terlihat nilai FDR lebih dari 100% (FDR > 100%). Bank Syariah harus
lebih berhati-hati dan memonitor tingkat FDR agar selalu dalam
keadaan aman. Memang dengan nilai FDR yang tinggi menandakan
bahwa Bank Syariah telah menyalurkan sebagian besar dananya untuk
pembiayaan, akan tetapi Bank Syariah juga harus menjaga kecukupan
dana yang tersedia untuk memenuhi hutang-hutang jangka pendek.
3. Bagi Bank Syariah harus lebih meningkatkan prinsip kehati-hatian
sehingga dapat meminimalisasi nilai NPF sehingga dapat menyalurkan
pembiayaan ke sektor UKM secara maksimal. Pihak perbankan syariah
harus mampu melakukan monitoring yang lebih kuat terhadap
107
pembiayaan-pembiayaan yang diberikan/disalurkan, agar nilai NPF
berada pada keadaan batas aman.
4. Penelitian ini hanya memasukkan faktor-faktor internal Bank Syariah
sebagai variabel penelitian pembiayaan UKM Bank Syariah. Bagi
pihak lain yang ingin melakukan penelitian selanjutnya maka
penelitian dapat ditambahkan dengan faktor-faktor eksternal Bank
Syariah, seperti inflasi, tingkat suku bunga, dan SBIS. Pada penelitian
lain dapat diarahkan atau menambahkan kepada objek yang diteliti
agar dapat ditambah dengan menambah data dari BPR syariah. Agar
data serta hasil penelitian lebih akurat dan lebih baik.
108
DAFTAR PUSTAKA
Afriandi, Yuli, Kondisi Perekonomian Indonesia dalam Pengaruh Ekonomi Global
dan Ekonomi Islam. http://www.academia.edu pada tanggal 17 Desember
2015
Antonio, Muhammad Syafi`i, 2001. Bank Syariah: Dari Teori Kepraktik. Jakarta:
Gema Insani.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: BP Undip.
Karim, Adiwarman, 2011. Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
Rajawali pers.
Kasmir, 2015. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Laporan Perkembangan Perbankan Syariah 2012. http://www.bi.go.id pada tanggal
30 Januari 2015.
Manurung, Mandala dan Prathama Rahardja, 2004. Teori ekonomi mikro : suatu
pengantar. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Nawawi, Ismail, 2009. Ekonomi Kelembagaan Syariah dalam Pusaran Ekonomi
Global sebuah tuntutan dan Realitas. Surabaya: Putra Media Nusantara.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012.
Rakhmindyarto dan Syaifullah, Keuangan Inklusif dan Pengentasan Kemiskinan.
http://www.kemenkeu.go.id pada tanggal 31 Januari 2015.
Rasio Pembiayaan Bank Syariah yang Ideal Adalah 98%. http://syariah.bisnis.com
pada tanggal 7 Desember 2015.
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro, 2014. Cara Mudah Menggunakan dan
Memaknai Path Analysis (Analisis Jalur). Bandung : Alfabeta.
Rivai,Veithzal, 2008. Islamic Financial Management. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
109
Sandingan Data UMKM 2011-2012. http://www.depkop.go.id pada tanggal 31
Januari 2015.
Sarwono, Jonathan, 2010. Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi.
Sekilas Perbankan Syariah di Indonesia. http://ww.bi.go.id pada tanggal 15 Desember
2015.
Soemitra, Andri, 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Kencana.
Statistik Perbankan Syariah 2014. http://www.ojk.go.id pada tanggal 31 Januari 2015.
Sudarsono, Heri, 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta:
Ekonisia.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Administrasi delengkapi dengan Metode R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono, 2008. Mikro Ekonomi : Teori Pengantar. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Sukirno, Sadono, 2010. Makro Ekonomi : Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah.
Widarjono, Agus, 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta: UPP
STIM YKPN.
110
LAMPIRAN
JALUR
1. DPK KE PEMBIYAAN UKM
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 dpkb . Enter
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
b. All requested variables entered.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
pembiayaanUKM 71648.36 22501.024 66
Dpk 134593.56 53872.288 66
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Chang
e df1 df2
Sig. F
Change
1 .469a .220 .207 20032.704 .220 18.005 1 64 .000
a. Predictors: (Constant), dpk
b. Dependent Variable: pembiayaanUKM
111
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7225456708.92
7 1
7225456708.92
7 18.005 .000
b
Residual 25683789760.3
45 64 401309215.005
Total 32909246469.2
73 65
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
b. Predictors: (Constant), dpk
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 45307.208 6679.666 6.783 .000
Dpk .196 .046 .469 4.243 .000
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
112
2. FDR KE PEMBIYAAN UKM
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 fdrb . Enter
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
b. All requested variables entered.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
pembiayaanUKM 71648.36 22501.024 66
Fdr 97.0195 4.58538 66
113
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .628a .395 .386 17638.252 .395 41.781 1 64 .000
a. Predictors: (Constant), fdr
b. Dependent Variable: pembiayaanUKM
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 12998337933.0
99 1
12998337933.0
99 41.781 .000
b
Residual 19910908536.1
74 64 311107945.878
Total 32909246469.2
73 65
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
b. Predictors: (Constant), fdr
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -227558.526 46340.467 -4.911 .000
Fdr 3083.986 477.116 .628 6.464 .000
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
114
115
3. NPF KE PEMBIAYAAN UKM
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 npfb . Enter
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
b. All requested variables entered.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
pembiayaanUKM 71648.36 22501.024 66
Npf 3.5492 .79843 66
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Chang
e
1 .710a .504 .497 15962.892 .504 65.150 1 64 .000
a. Predictors: (Constant), npf
b. Dependent Variable: pembiayaanUKM
116
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16601155209.4
65 1
16601155209.4
65 65.150 .000
b
Residual 16308091259.8
07 64 254813925.934
Total 32909246469.2
73 65
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
b. Predictors: (Constant), npf
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 142689.401 9018.062 15.823 .000
Npf -20015.831 2479.797 -.710 -8.072 .000
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
117
4. DPK, FDR DAN NPF KE PEMBIAYAAN UKM
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 npf, dpk, fdrb . Enter
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
b. All requested variables entered.
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
pembiayaanUKM 71648.36 22501.024 66
Dpk 134593.56 53872.288 66
Fdr 97.0195 4.58538 66
Npf 3.5492 .79843 66
118
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .923a .852 .845 8853.914 .852 119.268 3 62 .000
a. Predictors: (Constant), npf, dpk, fdr
b. Dependent Variable: pembiayaanUKM
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 28048955067.0
87 3 9349651689.029 119.268 .000
b
Residual 4860291402.18
5 62 78391796.809
Total 32909246469.2
73 65
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
b. Predictors: (Constant), npf, dpk, fdr
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -13230.557 27941.737 -.474 .638
Dpk .182 .023 .436 8.056 .000
Fdr 1318.108 276.247 .269 4.771 .000
Npf -19018.274 1480.003 -.675 -12.850 .000
a. Dependent Variable: pembiayaanUKM
119
120
Tahun DPK FDR NPF
PEMBIAYAAN
UKM
Jan-10 53163 88.67 4.36 36093
Feb-10 53299 90.96 4.75 37631
Mar-10 52811 95.07 4.53 39127
Apr-10 54043 95.57 4.47 40609
May-10 55067 96.65 4.77 41697
Jun-10 58078 96.08 3.89 43989
Jul-10 60462 95.32 4.14 45479
Aug-10 60972 98.86 4.10 45227
Sep-10 63912 95.4 3.95 45902
Oct-10 66478 94.76 3.95 49589
Nov-10 69086 95.45 3.99 52002
Dec-10 76036 89.67 3.02 52570
Jan-11 75814 91.97 3.28 52519
Feb-11 75085 95.16 3.66 52411
Mar-11 79651 93.22 3.60 54641
Apr-11 79567 95.17 3.79 56085
May-11 82861 94.88 3.76 57913
Jun-11 87025 94.93 3.55 60695
Jul-11 89786 94.18 3.75 61962
Aug-11 92021 98.39 3.53 64925
Sep-11 97756 94.97 3.50 66517
Oct-11 101811 95.24 3.11 68840
Nov-11 105330 94.4 2.74 69197
Dec-11 115415 88.94 2.52 71810
Jan-12 116518 82.27 2.68 72524
Feb-12 114616 90.49 2.82 73392
Mar-12 114318 87.13 2.76 76941
Apr-12 114018 95.39 2.85 75339
May-12 115206 97.95 2.93 78120
Jun-12 119279 98.59 2.88 81218
Jul-12 121018 99.91 2.92 83471
Aug-12 123673 101.03 2.78 76304
Sep-12 127678 102.1 2.74 80456
Oct-12 134453 100.84 2.58 83092
Nov-12 138671 101.19 2.50 86218
Dec-12 147512 100 2.22 90860
121
Jan-13 148731 100.63 2.49 92572
Feb-13 150795 102.17 2.72 96493
Mar-13 156964 102.62 2.75 100793
Apr-13 158519 103.08 2.85 102206
May-13 163858 102.08 2.92 103489
Jun-13 163966 104.43 2.64 103816
Jul-13 166453 104.83 2.75 108932
Aug-13 170222 102.53 3.01 104727
Sep-13 171701 103.27 2.80 106577
Oct-13 174018 103.03 2.96 107500
Nov-13 176292 102.58 3.08 108311
Dec-13 183534 100.32 2.62 110086
Jan-14 177930 100.07 3.01 108138
Feb-14 178154 102.03 3.53 107080
Mar-14 180945 102.22 3.22 108327
Apr-14 185508 95.5 3.48 109506
May-14 190783 99.43 4.02 63747
Jun-14 191594 100.8 3.90 63835
Jul-14 194299 99.89 4.31 62747
Aug-14 195959 98.99 4.58 65862
Sep-14 197141 99.71 4.67 53606
Oct-14 207121 98.99 4.58 64980
Nov-14 209644 94.62 4.86 59148
Dec-14 217858 91.5 4.33 59806
Jan-15 210761 93.6 4.87 58142
Feb-15 210297 93.94 5.10 57780
Mar-15 212988 94.24 4.81 57203
Apr-15 213973 94.18 4.62 54812
May-15 215339 94.69 4.67 51603
Jun-15 215339 96.52 4.73 51603
top related