pengaruh earnings power, laba rugi selisih kurs … · dalam pembukuan transaksi, ... laba selisih...
Post on 06-Mar-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH EARNINGS POWER, LABA RUGI SELISIH KURS PADA
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG DAN LABA OPERASI TERHADAP
PRAKTIK MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2016)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Disusun Oleh:
TITO HARI PAMUNGKAS
B 200 130 165
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH EARNINGS POWER, LABA RUGI SELISIH KURS PADA
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG DAN LABA OPERASI TERHADAP
PRAKTIK MANJEMEN LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2016)
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh:
TITO HARI PAMUNGKAS
B 200 130 165
Telah diperiksa dan disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. Noer Sasongko, S.E., M.Si., Ak., CA
NIDN. 0612056501
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH EARNINGS POWER, LABA RUGI SELISIH KURS PADA
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG DAN LABA OPERASI TERHADAP
PRAKTIK MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2016)
Yang ditulis oleh
TITO HARI PAMUNGKAS
B 200 130 165
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Kamis, 05 April 2018
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Dr. Noer Sasongko, S.E., M.Si., AK., CA ( ) (Ketua Dewan Penguji)
2. Dr. Fatchan Achyani, S.e., M.Si ( ) (Anggota I Dewan Penguji)
3. Drs. Agus Endro Suwarno, M.Si ( ) (Anggota II Dewan Penguji)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
(Dr. Syamsudin, MM.)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan
orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya
pertanggungjawabkan sepenuhnya.
.
Surakarta, 5 April 2018
Penulis
TITO HARI PAMUNGKAS
B 200 130 165
1
PENGARUH EARNINGS POWER, LABA RUGI SELISIH KURS PADA
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG DAN LABA OPERASI TERHADAP
PRAKTIK MANAJEMEN LABA
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2016)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh laba rugi selisih kurs
pada kewajiban jangka panjang, laba rugi selisih kurs pada laba operasi dan earnings power
terhadap praktik manajemen laba. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Populasi penelitian
ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 2013-2016
sebanyak 268 perusahaan. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa laba rugi selisih kurs pada kewajiban
jangka panjang, laba rugi selisih kurs pada laba operasi dan earnings power berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Kata Kunci: kewajiban jangka panjang, laba operasi, earnings power, manajemen laba.
Abstract
This study aimed to analyze the influence of foreign exchange gain or loss on long-term
liabilities, foreign exchange gain or loss on operating income, and earnings power towards
practice of earnings management. This is a quantitative research. The population of this
research is the manufacture company that listed in Indonesia Stock Exchange during 2013-
2016, sample of this research is 268 company data were selected with purposive sampling
technique. In this study, the hypothesis was tested using multiple linear regression. The
results showed that foreign exchange gain or loss on long-term liabilities, foreign exchange
gain or loss on operating income, and earnings power affected towards practice of earnings
management.
Keywords: long-term liabilities, operating income, earnings power, earnings management.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan dalam dunia usaha diiringi dengan peranan peningkatan laporan keuangan
yang didalamnya merupakan catatan semua aktivitas dan kondisi perusahaan, sekaligus
menjadi bahan pertimbangan untuk membuat suatu keputusan. Laporan keuangan berguna
untuk pihak eksternal perusahaan terutama bagi para investor dan juga kreditor. Agar dapat
dijadikan sebagai salah satu alat pengambil keputusan yang bermanfaat, sebuah laporan
keuangan harus memiliki kandungan informasi yang bernilai bagi investor. Suatu laporan
keuangan mengandung salah satu informasi akuntansi mengenai rugi laba selisih nilai mata
uang atau kurs. Selisih kurs masih mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun
adanya selisih kurs dipandang oleh investor sebagai sebuah konsekuensi atas strategi
2
perusahaan dalam mengelola keuangannya dan mengatur transaksi-transaksinya, sekaligus
menunjukkan pemahaman perusahaan terhadap kecenderungan-kecenderungan kondisi
ekonomi internasional. Oleh karena itulah rugi laba selisih kurs tetap dipandang penting
sebagai bagian dari informasi akuntansi yang diungkapkan oleh laporan keuangan
perusahaan.
Dalam pembukuan transaksi, mata uang fungsional berperan sebagai original currency
atau mata uang dasar dalam menentukan nilai tukar suatu transaksi atau dalam perhitungan
selisih kurs. Pengukuran ulang transaksi yang terjadi dalam mata uang non-fungsional akan
mengakibatkan selisih pengukuran ulang yang disebabkan oleh perbedaan nilai mata uang
fungsional dengan mata uang non-fungsional. Apabila terjadi perbedaan kurs antara tanggal
transaksi dengan tanggal neraca maka selisih tersebut harus dicatat pada akun laba atau rugi
akibat selisih kurs.
Tekhnik pengelolaan laba bisa juga disebut dengan istilah manajemen laba, hal semacam
itu bukanlah lagi hal yang asing lagi bagi para pembuat laporan keuangan. Manajer
perusahaan melakukannya guna menjaga nilai perusahaan dimata investor dan pihak
eksternal lainnya. Sejak dibuktikannya bonus plan hypothesis dari teori akuntansi positif oleh
Healy (1985), studi tentang manajemen laba menarik banyak peneliti. Scott (2012)
mengidentifikasi dua bentuk manajemen laba yaitu manajemen laba dengan memanfaatkan
pilihan kebijakan akuntansi dan manajemen laba dengan aktivitas riil. Manajemen laba
dengan memanfaatkan pilihan kebijakan akuntansi dideteksi dengan proxy abnormal accrual
atau discretionary accrual (L. E. DeAngelo, 1986; Dechow, Sloan dan Sweeney, 1995;
Healy, 1985; Jones, 1991).
Penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa hampir semua pos dalam laporan laba
rugi bisa menjadi obyek dilakukannya manajemen laba. Pos-pos tersebut, antara lain:
discretionary revenue (Stubben, 2010), abnormal non-operating expenses pada rumah sakit
(Eldenburg, Gunny, Hee dan Soderstrom, 2011), abnormal cash flow from operating,
abnormal production cost dan discretionary expenses (Roychowdhury, 2006), cadangan
piutang tidak tertagih (L. DeAngelo, 1988; McNichols dan Wilson, 1988), penjualan aset
(Herrmann, et al., 2003) serta saat pengakuan pendapatan dari disposal aset tetap dan
investasi, terutama untuk aset dengan biaya perolehan yang rendah (Bartov, 1993). Manajer
3
juga terbukti menurunkan pengeluaran advertising untuk menghindari kerugian atau
penurunan laba (Cohen et al., 2009).
Penelitian ini bertujuan meneliti fenomena apakah manajemen melakukan manajemen
laba melalui pos “laba rugi selisih kurs” untuk mencapai angka penghasilan (laba) bersih
yang diharapkan. Bagi perusahaan di Indonesia, fenomena laba rugi selisih kurs menarik
untuk dikaji. Hal ini disebabkan karena laba rugi selisih kurs memberikan tekanan bagi
perusahaan yang memiliki kewajiban moneter yang lebih besar dibanding aset moneter
dalam mata uang asing di saat kurs rupiah melemah dibanding mata uang asing.
Depresiasi mata uang Rupiah menyebabkan perusahaan yang memiliki kewajiban dalam
mata uang asing, khususnya USD, harus mengakui rugi selisih kurs dalam laporan laba rugi
sesuai yang diatur dalam PSAK No. 10. Selanjutnya selisih penjabaran pos aset dan
kewajiban moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang
timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba
rugi periode berjalan (IAI, 2007). Pada kondisi rupiah yang melemah terhadap mata uang
asing, dan manajemen tetap ingin mencapai target laba tertentu, manajemen dapat menaikkan
laba selisih kurs dengan cara memperbesar pos aset moneter, misalnya memperbesar kas dan
setara kas dalam mata uang asing, meningkatkan penjualan dalam mata uang asing.
Manajemen dapat juga menurunkan rugi selisih kurs dengan cara melunasi kewajiban
moneter, seperti: utang usaha, utang bank baik jangka pendek atau jangka panjang.
Manajemen laba dengan rugi selisih kurs dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan
kebijakan akuntansi yang diatur dalam PSAK No. 26 Biaya Pinjaman yang menyatakan
bahwa biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan,
konstruksi atau produksi suatu Aset Tertentu harus dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya
perolehan Aset Tertentu tersebut (IAI, 2007).
Translasi mata uang asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata
uang ke mata uang lainnya. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan
laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi mengenai
operasional perusahaan secara global, dengan memperhitungkan laporan keuangan mata
uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing induk perusahaan. Tiga alasan
tambahan dilakukannya translasi mata uang asing, yaitu: 1) mencatat transaksi mata uang
4
asing, 2) memperhitungkan efeknya perusahaan terhadap translasi mata uang, 3)
berkomunikasi dengan peminat saham asing.
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008) menyatakan transaksi dalam mata uang
asing dijabarkan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs laporan (penutupan) yang
ditetapkan oleh bank indonesia, yaitu kurs tengah yang merupakan rata-rata kurs beli dan
kurs jual berdasarkan reuters pada pukul 16.00 WIB setiap hari. Dalam melakukan
pencatatan transaksi mata uang asing terdapat dua metode yang dapat digunakan yaitu Single
currency (satu jenis mata uang) dan Multi currency (lebih dari satu jenis mata uang).
PSAK No. 10 (IAI 2012:10.3) tentang Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing, mata uang
Fungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi utama di mana entitas beroperasi.
Lingkungan ekonomi utama yang dimaksud adalah lingkungan entitas tersebut utamanya
menghasilkan dan mengeluarkan kas. Faktor-faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan mata uang fungsional adalah sebagai berikut:
a. Mata uang:
1) Yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa (mata uang ini seringkali
menjadi mata uang yang harga jual barang dan jasa didenominasikan)
2) Dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya sebagian besar menentukan
harga jual barang dan jasa entitas.
b. Mata uang yang paling mempengaruhi biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain
dari pengadaan barang atau jasa.
Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat pengembalian
yang semakin tinggi. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik
produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan
meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Earnings power merupakan gambaran
tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Semakin
bervariasinya besar earnings power mendorong manajemen untuk melakukan manajemen
laba. Perusahaan manufaktur dalam kegiatan operasinya cenderung tidak stabil karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hal inilah yang mendorong untuk terjadinya variasi laba
yang tinggi. Tinggi rendahnya Earning Power dapat ditentukan oleh beberapa faktor yang
bisa dilihat berdasarkan rasio keuangan. Menurut Riyanto (2008:37) “Earnings Power adalah
5
kemampuan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya dalam
menghasilkan laba”. Investor sendiri berasumsi bahwa Earnings Power yang tinggi mampu
memberi jaminan pengembalian investasi serta akan memberikan keuntungan yang layak
atau sepadan, oleh karena itu perusahaan harus menampilkan kinerja manajemen yang baik
sehingga Earnings Power perusahaan dapat dilihat maksimal. Menurut Riyanto (2008:37)
menyatakan bahwa: “Perhitungan Earnings Power atas dasar suatu sistem analisa yang
dimaksudkan untuk menunjukkan efisiensi perusahaan yang digunakan oleh para pengguna
laporan keuangan baik pengguna internal maupun eksternal”.
Terdapat beberapa penelitian mengenai Earnings Power, diantaranya adalah penelitian
yang dilakukan oleh Doerjat (2009), Shanti (2012), Andriani (2009), Purnomo dan Pratiwi
(2009). Menurut Doerjat (2009), menunjukan bahwa perusahaan perlu melakukan analisis
Earnings Power yang tepat, karena kekuatan pendapatan memiliki dampak positif yang
signifikan terhadap praktek manajemen laba. Shanti (2012) menyatakan bahwa Net Profit
Margin (NPM) yakni salah satu indikator Earnings Power sebagai proksi berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Sementara Andriani (2009) menyimpulkan hasil penelitian dan
mengungkapkan bahwa pengaruh Earnings Power berdasarkan ROA terhadap Praktik
Manajemen Laba mempunyai hubungan (korelasi) yang erat serta searah atau positif hal ini
berarti apabila terjadi kenaikan pada Earnings Power perusahaan maka akan diikuti dengan
kenaikan nilai Discretionary Accrual (DAC), begitu pula sebaliknya jika terjadi penurunan
Earnings Power akan terjadi penurunan DAC pula”. Namun penelitian yang dilakukan oleh
Purnomo & Pratiwi (2009) menyatakan bahwa kemampuan menghasilkan laba suatu
perusahaan dapat mendorong pihak manajemen untuk melakukan modifikasi laba baik
dengan meningkatkan Income Accrual ataupun menurunkan Income Accrual, namun
pengaruh tersebut cenderung lemah.
2. METODE PENELITIAN
2.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2013 sampai 2016. Pada penelitian
ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel
6
atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang
ditentukan.
Adapun kriteria pemilihan sampel sebagai berikut:
a. Perusahaan bukan bagian dari perusahaan keuangan (perbankan dan institusi
keuangan) karena perusahaan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dari
perusahaan lain pada umumnya.
b. Perusahaan yang melaporkan mata uang asing dalam kurs Rupiah.
c. Perusahaan melaporkan total aktiva, utang jangka panjang, laba operasi dan laba
(rugi) selisih kurs.
d. Perusahaan memiliki laporan keuangan yang lengkap pada tahun 2010 sampai 2016
di BEI.
2.2 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
2.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
2.3.1 Variable Dependen
Manajemen laba dengan dasar akrual dan aktivitas riil diproxykan dengan menggunakan
abnormal accrual atau aktivitas riil. Maka dalam peneltian ini manajemen laba pada pos
laba rugi selisih kurs diproxykan dengan menggunakan abnormal laba rugi selisih kurs.
Dasar pemikiran yang digunakan adalah bahwa dalam laba rugi selisih kurs terdapat
komponen laba rugi selisih kurs yang normal dan abnormal. Dengan mengetahui normal
laba rugi selisih kurs maka dapat diketahui abnormal laba rugi selisih kurs yang
merupakan proxy dari manajemen laba pada pos laba rugi selisih kurs. Dalam penelitian
ini normal laba rugi selisih kurs diukur dengan rata-rata laba rugi selisih kurs 4-5 tahun
sebelumnya. (Dechow et al. (2002) dan Peasnell et al. (2006) dalam Christiawan dan
Rahmiati, 2014). Penjelasan ini dapat ditulis dalam persamaan matematis:
MLLRSK = Total LRSK – Normal LRSK
7
Keterangan:
MLLRSK : Manajemen Laba pada Laba Rugi Selisih Kurs
Total LRSK : Jumlah Laba Rugi Selisih Kurs Tahun ke-t
Normal LRSK : Rata-Rata dari Laba Rugi Selisih Kurs
2.3.2 Variabel Independen
2.3.2.1 Kewajban Jangka Panjang
Variabel kewajiban jangka panjang diukur dengan total aktiva dikurangi jumlah
kewajiban lancar dikurangi modal. Total kewajiban jangka panjang yang dimaksud adalah
kewajiban jangka panjang ditambah dengan bagian kewajiban jangka pendek yang jatuh
tempo dalam satu tahun yang disajikan dalam kewajiban lancar (Christiawan, 2016).
Kewajiban Jangka Panjang = Total Aktiva – Kewajiban Lancar – Modal
2.3.2.2 Laba Operasi
Variabel Laba Operasi diukur dengan laba kotor perusahaan setelah dikurangi dengan
beban operasional (Christiawan, 2016).
Laba Operasi = penjualan – HPP – beban operasi
2.3.2.3 Earnings Power
ROA dijadikan sebagai indikator proksi perhitungan earnings power dimana ROA adalah
salah satu rasio keuangan yang seringkali dipergunakan oleh calon pemodal. Hal ini
disebabkan alasan sebagian pemodal berinvestasi adalah mencari kentungan, dan juga
ROA dianggap mewakili efektifitas perusahaan yang mencerminkan kinerja manajemen
dalam menghasilkan laba, maka dari itu para pengguna laporan keuangan dalam melihat
earnings power perusahaan menggunakan variabel Return On Assets (ROA) adalah
sebagai berikut : (Ismaya, 2006).
ROA = Earning After Tax : Total Assets
Keterangan:
Earnings After Tax: Pendapatan Setelah Pajak (Laba Bersih)
Total Assets : Jumlah Aset
2.4 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi ini dapat digunakan
untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antar variable
8
dependen dan independen secara menyeluruh baik secara simultan atau parsial. Sebelum
melakukan uji regresi linier berganda, metode mensyaratkan untuk melakukan uji asumsi
klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heterokedastisitas. Selanjutnya
dilakukan uji ketetapan uji f, uji determinasi (R2) dan uji t guna mendapakan hasil terbaik
(Ghozali, 2011). Setelah uji asumsi klasik dan uji ketetapan maka selanjutnya dilakukan
uji hipotesis. Karena terdapat perbedaan jumlah satuan yang sangat banyak serta
perbedaan satuan dalam perhitungan menyebabkan asumsi normalitas data residual tidak
terpenuhi, peneliti menggunakan logaritma natural untuk mengatasi hal tersebut dengan
tujuan untuk meratakan data supaya tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan. Sehingga
dalam penelitian ini menggunakan model persamaan regresi yang akan diuji dalam
penelitian ini adalah:
LN_ML = α+ β1 LN_KJP+ β2 LN_LO+ β3 LN_EP +e
Keterangan:
LN : Logaritma Natural
ML : Manajemen Laba pada pos Laba Rugi Selisih Kurs
α : Nilai konstanta
β1-β3 : Koefisien Regresi
KJP : Kewajiban Jangka Panjang
LO : Laba Oprasi
EP : Earnings Power
e : Error
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2013-2106. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling. Berikut
merupakan rincian dari kriteria pengambilan sampel pada penelitian ini:
9
Tabel 1
Penentuan Jumlah Sampel
Sumber: www.idx.co.id.
3.2 Statistik Deskriptif
Tabel di bawah menunjukkan hasil dari pengujian statistik deskriptif dari variabel-
variabel dalam penelitian ini:
Tabel 2
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
LN_ML 268 16,35 27,60 22,7989 1,96604
LN_KJP 268 21,59 30,15 25,6389 2,10339
LN_LO 268 19,44 29,82 25,0755 2,16399
LN_EP 268 -7,82 -0,79 -2,9365 1,23507
Valid N
(listwise)
268
Sumber: Output SPSS, 2018.
Hasil analisis statistik deskriptif yang disajikan pada tabel 2 diintepretasikan sebagai
berikut:
1. Nilai minimum LN_ML (Manajemen Laba pada Pos Laba Rugi Selisih Kurs) sebesar
16,35 yang diperoleh PT Jakarta Kyoei Steel Works Tbk pada tahun 2015 yang berarti
Kriteria Jumlah yang
sesuai
Perusahan yang terdaftar di Bursa Efek Indonsia tahun
2016.
Perusahaan selain manufaktur
566
(423)
Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata
uang selain Rupiah
Perusahaan yang tidak terdaftar secara berturut-turut di BEI
dari 2013-2016.
Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan tidak sesuai
dengan variabel penelitian
Perusahaan yang IPO lebih dari Tahun 2009
(25)
(17)
(8)
(26)
Jumlah Sampel 67
Tahun Penelitian 4
Total sampel (N) 268
10
bahwa perusahaan tersebut mempunyai nilai laba rugi selisih kurs paling rendah
dibanding perusahaan lain sedangkan nilai maksimum LN_ML (Manajemen Laba pada
Pos Laba Rugi Selisih Kurs) sebesar 27,60 diperoleh PT Gajah Tunggal Tbk pada tahun
2013 yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai nilai laba rugi selisih kurs
paling tinggi dibanding perusahaan lain. Nilai rata-rata LN_ML (Manajemen Laba
pada Pos Laba Rugi Selisih Kurs) perusahaan tahun 2013-2016 sebesar 22,7989
dengan standar deviasi sebesar 1,96604. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa tingkat
manajemen laba pada pos laba rugi selisih kurs mereka tergolong tinggi yaitu sebesar
2279,89%.
2. Nilai minimum LN_KJP (Kewajiban Jangka Panjang) sebesar 21,59 yang diperoleh PT
Betonjaya Manunggal Tbk pada tahun 2013 yang berarti bahwa perusahaan tersebut
mempunyai nilai kewajiban jangka panjang paling rendah dibanding perusahaan lain
sedangkan nilai maksimum LN_KJP (Kewajiban Jangka Panjang) sebesar 30,15
diperoleh PT Bentoel Internasional Investama Tbk pada tahun 2014 yang berarti bahwa
perusahaan tersebut mempunyai nilai kewajiban jangka panjang paling tinggi
dibanding perusahaan lain. Nilai rata-rata LN_KJP (Kewajiban Jangka Panjang)
perusahaan tahun 2013-2016 sebesar 25,6389 dengan standar deviasi 2,10339. Nilai
tersebut dapat diartikan bahwa tingkat kewajiban jangka panjang mereka tergolong
rendah yaitu sebesar 2563,89%.
3. Nilai minimum LN_LO (Laba Operasi) sebesar 19,44 yang diperoleh PT Alakasa
Industrindo Tbk pada tahun 2016 yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai
nilai laba operasi paling rendah dibanding perusahaan lain sedangkan nilai maksimum
LN_LO (Laba Operasi) sebesar 29,82 diperoleh PT Gudang Garam Tbk tahun 2016
yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai nilai laba operasi paling tinggi
dibanding perusahaan lain. Nilai rata-rata LN_LO (Laba Operasi) perusahaan tahun
2013-2016 sebesar 25,0755 dengan standar deviasi 2,16399. Nilai tersebut dapat
diartikan bahwa tingkat laba operasi mereka tergolong tinggi yaitu sebesar 2507,55%.
4. Nilai minimum LN_EP (Earning Powers) sebesar -7,82 yang diperoleh PT Alakasa
Industrindo Tbk pada tahun 2015 yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai
nilai earning powers paling rendah dibanding perusahaan lain sedangkan nilai
11
maksimum LN_EP (Earning Powers) sebesar -0,79 yang diperoleh PT Unilever
Indonesia Tbk tahun 2013 yang berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai nilai
earning powers paling tinggi dibanding perusahaan lain. Nilai rata-rata LN_EP
(Earning Powers) sebesar -2,9365 dengan standar deviasi sebesar 1,23507. Nilai
tersebut dapat diartikan bahwa tingkat earning powers mereka tergolong tinggi yaitu
sebesar -293,65% .
3.3 Uji Asumsi Klasik
Tabel 3
Hasil Uji Asumsi Klasik
Keterangan Uji Normalitas
Uji
Multikolinearitas
Uji
Heteroskedastisitas
Uji
Autokorelasi
Z Tolerance VIF Sig.
Unstandardized
Residual 0,925 0,359
LN_KJP 0,556 1,799 0,117
LN_LO 0,389 2,570 0,144
LN_EP 0,612 1,633 0,128
Durbin-Watson 1,902
Sumber: Output SPSS, 2018.
Hasil uji normalitas memiliki nilai probabilitas 0,359 > 0,05 sehingga menunjukkan bahwa
distribusi data dalam penelitian ini adalah normal. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan
bahwa seluruh variabel independen memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1
sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan linier diantara variabel-variabel bebas dalam
model regresi tidak terjadi multikoliniearitas. Hasil uji heteroskedastisitas yang disajikan
menunjukkan bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel independen lebih besar dari
0,05 sehingga menunjukkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengujian autokolerasi yang sudah dilakukan dapat
diketahui nilai Durbin-Watson yaitu 1,902 nilai DW terletak di antara (-2< DW < +2) maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini tidak ada masalah autokorelasi.
12
3.4 Regresi Linear Berganda
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan persamaan regresi linear berganda,
sebagai berikut:
Tabel 4
Analisis Regresi Berganda
Variabel Nilai
Koefisien t hitung Sig Keterangan
Konstanta 5,147 6,464 0,000
LN_KJP 0,395 3,770 0,000** Signifikan
LN_LO 0,268 -2,801 0,005** Signifikan
LN_EP -0,278 6,464 0,000** Signifikan
R Square 0,373
Adj R Square 0,366
F Hitung 52,336
Sig 0,000a
Sumber: Output SPSS, 2018.
* : Menunjukan signifikan pada taraf 1%
** : Menunjukan signifikan pada taraf 5%
***: Menunjukan signifikan pada taraf 10%
3.5 Pembahasan
3.5.1 Laba rugi selisih kurs pada kewajiban jangka panjang berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Hipotesis pertama (H1) menyatakan bahwa kewajiban jangka panjang pada pos laba
rugi selisih kurs berpengaruh terhadap manajemen laba. Hipotesis ini diterima karena hasil
pengujian menunjukkan nilai thitung 6,464 > 1,969 dengan p value = 0,000 < 0,05. Sehingga
laba rugi selisih kurs pada kewajiban jangka panjang berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Kewajiban jangka panjang merupakan utang yang harus diselesaikan
oleh perusahaan lebih dari satu periode akuntansi. Selain itu kewajiban jangka panjang
juga memiliki nilai nominal yang materiil. Hal ini mengakibatkan perusahaan mengalami
tekanan untuk menyelesaikan kewajiban jangka panjang tersebut. Adanya tekanan
kewajiban jangka panjang tersebut mengindikasikan adanya tekanan keuangan bagi
13
perusahaan. Tekanan ini akan mendorong manajemen untuk melakukan manajemen laba
dengan meningkatkan nilai laba rugi selisih kurs. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Christiawan dan Rahmiati (2014) yang menyatakan kewajiban jangka panjang
berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
3.5.2 Laba rugi selisih kurs pada laba operasi berpengaruh terhadap manajemen
laba.
Hipotesis kedua (H2) menyatakan laba rugi selisih kurs pada laba operasi
berpengaruh terhadap manajemen laba. Hipotesis ini diterima karena hasil pengujian
menunjukkan nilai thitung 3,770 > 1,969 dengan p value = 0,000 < 0,05. Sehingga laba rugi
selisih kurs pada laba operasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Laba
operasi merupakan hasil dari operasi perusahaan selama satu periode. Laba operasi dapat
mencerminkan kinerja suatu perusahaan. Diduga perusahaan dengan kondisi laba
operasional yang menurun dibanding tahun sebelumnya akan melakukan manajemen laba
agar diperoleh laba bersih yang tinggi, sehingga tetap bisa memenuhi target laba yang
diinginkan atau untuk menghindari pelaporan kerugian atau penurunan laba. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Christiawan (2016) yang
menyatakan laba operasi berpengaruh terhadap manajemen laba.
3.5.3 Earnings Power Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba.
Hipotesis ketiga (H3) menyatakan earnings power berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Hipotesis ini diterima karena hasil pengujian menunjukkan nilai thitung -
2,801 < 1,969 dengan p value = 0,005 < 0,05. Sehingga earnings power berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Earning power adalah kemampuan untuk
mengetahui efesiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya dalam menghasilkan
laba. Investor beranggapan bahwa earnings power yang tinggi akan menjamin
pengembalian investasi serta akan memberikan keuntungan yang layak, oleh karena itu
perusahaan harus menampilkan kinerja menejemen yang baik sehingga earnings power
perusahaan dapat dilihat maksimal. Kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan
dapat mendorong pihak manajemen untuk melakukan modifikasi laba baik dengan
meningkatkan Income Accrual ataupun menurunkan Income Accrual, namun pengaruh
tersebut cenderung lemah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
14
oleh Surya, dkk (2016) yang menyatakan bahwa earnings power dapat mempengaruhi
manajemen laba.
4. PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, untuk mengetahui pengaruh kewajiban
jangka panjang pada pos laba rugi selisih kurs, laba operasi pada pos laba rugi selisih kurs
dan earnings power terhadap manajemen laba. Ada beberapa simpulan yang dapat diambil
dari penelitian ini adalah:
1. Laba rugi selisih kurs pada kewajiban jangka panjang berpengaruh secara statistik
signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini terbukti dari nilai thitung 6,464 > 1,969
dengan p value = 0,000 < 0,05, sehingga H1 diterima.
2. Laba rugi selisih kurs pada laba operasi berpengaruh secara statistik signifikan terhadap
manajemen laba. Hal ini terbukti dari nilai thitung 3,770 > 1,969 dengan p value = 0,000
< 0,05, sehingga H2 diterima.
3. Earnings power berpengaruh secara statistik signifikan terhadap manajemen laba. Hal
ini terbukti dari nilai thitung -2,801 < 1,969 dengan p value = 0,005 < 0,05, sehingga H3
diterima.
4.2 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan, sehingga perlu diperhatikan bagi peneliti-peneliti
selanjutnya. Adapun keterbatasan penelitian yang ada adalah sebagai berikut:
1. Sampel yang digunakan hanya sebatas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
pada tahun 2013-2016 sehingga hasil penelitian belum bisa tergeneralisasi.
2. Peneliti menggunakan variabel yang sudah digunakan oleh peneliti terdahulu, sehingga
belum bisa membuktikan ada variabel lain yang memiliki pengaruh lebih terhadap
manajemen laba selain variabel yang telah dijelaskan.
4.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan tersebut, maka peneliti memberikan saran sebagai
berikut:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel perusahaan yang lebih luas
agar hasil penelitian bisa tergeneralisasi.
15
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah faktor-faktor lain di luar penelitian ini yang
diduga mempengaruhi manajemen laba.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Agus R., dan Muchlas, Zainul. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kurs
Rupiah Terhadap Dollar Amerika Pasca Krisis (2000-2010). Jurnal JIBEKA Vol. 9
No.1, 76-86.
Aljifri, K. 2007. Measurement and Motivations of Earnings Management: A Critical
Perspective. Journal of Accounting Business & Management, No. 14, 75-95.
Bayuandika, M. 2012. Pengaruh Laba/Rugi Selisih Kurs Terhadap Laba Bersih Perusahaan
Yang Tergabung Dalam LQ-45 (2006-2008). Universitas Gunadarma.
Christiawan, Y. J. 2016. Laba Rugi Selisih Kurs dan Manajemen Laba. Lampung.
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XIX.
Christiawan, Y. J., dan Rahmiati, Alfa. 2014. Earning Management of Firms Reporting Long
Term Debt: An Alternative Method. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. 16(2), 113-120.
Dechow, P. M. & Ilia, D. D. (2002). The Quality of Accrual and Earnings: The Role of
Accrual Estimation Errors. The Accounting Review: Supplement 2002. 77(s-1), pp. 35-
59.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 19.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. ISBN 979.740.015.1.
Haq, Akhsanul., dan Muniroh, Andir. 2015. Analisis Pengelolaan Valuta Asing Terhadap
Profitabilitas PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas
Ekonomi (JIAFE) Vol. 1 No. 2, 77-84. E-ISSN 2502-4159.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Pengaruh Asimetry Informasi Terhadap Praktik
Manajemen Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 7, No2, Mei 2004.
Insani, Khairatul. 2017. Pengaruh Earnings Power dan Ukuran Perusahaan terhadap
Manajemen Laba. Universitas Negeri Padang. Sumatra Barat.
Peasnell, K., et al. 2006. Do Outside Directors Limit Earnings Management?. Corporate
Finance Review, Vol. 10 No. 5, 5-9.
16
Pratiwi, Puji. 2008. Pengaruh Earning Power Terhadap Praktek Manajemen Laba (Earning
Management). Fakultas Ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Ricky, Sihombing. 2014. Pengaruh Hutang Terhadap Laba Usaha Pada Perusahaan
Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Universitas Sumatera Utara.
Roring, A. K., Morasa, J., dan Pusung, R. 2014. Analisis Penerapan PSAK No. 10 Tahun
2012 Terhadap Laporan Keuangan PT. Banl Central Asia (BCA) Tbk. Manado. Jurnal
EMBA Vol. 2 No. 4, 343-353. ISSN 2303-1174.
Suriyani, P. P., Yuaniarta, G. A., dan Ananta Wikrama T. A. 2015. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Periode Tahun 2008-2013). Singaraja. E-journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha Jurusan Akuntansi Program S1 Vol. 3 No. 1.
Surya, Sarjito., Soetama, Dedi R., dan Ruliana, Ruly. 2016. Pengaruh Earnings Power
terhadap Earning Management. Jurnal Ilmu Akuntansi. P-ISSN: 1979-858X. E-ISSN:
2461-1190. DOI: 10.15408/Akt.v9i1.3587
Taco, Clarissa., dan Ilat, Ventje. 2016. Pengaruh Earnings Power, Komisaris Independen,
Dewan Direksi, Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Manado. Jurnal
EMBA Vol. 4 No. 4, 873-884. ISSN: 2303-1174.
Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Watts, R. L., dan Zimmerman, J. L. 1990. Positive Accounting Theory: A Ten Year
Perspective. The Accounting Review, Vol. 65 No. 1, 131-156.
top related