“pengaruh fidusia online terhadap eksistensi … filejaminan fidusia adalah salah satu bentuk...
Post on 02-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
“PENGARUH FIDUSIA ONLINE TERHADAP EKSISTENSI
UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN
FIDUSIA”
Oleh :
Liana Endah Susanti
Universitas Soerjo Ngawi
ABSTRACT
Along with the economic development, the necessary of fund become
increase in the trading sectors. There are kinds of guarantee object that used for
civil law such as pawn, mortgage and fiducia guarantee. Fiducia as an institute
of guarantee is ruled by UU No. 42, 1999.
But in the implementation, there are some weakness from UU No. 42,
1999 is ruled fiducia guarantee so the Government tries to make a new
regulation for it. It is the regulation of Minister of Finance of Republic
Indonesia No. 130/PMK.010/2012.
The legislated of that regulation make a better change to business sector.
The regulation gives more guarantee of law certainty between the parties.
Because of it to increase the quality service effectively and efficiently the
Government develops the online system of fiducia guarantee registration.
The purpose of the research is to know about the impact of online system
of fiducia guarantee registration with the existence of UU No. 42, 1999 is ruled
fiducia guarantee.
The research method used is juridical empiric whereas the data collecting
technique is bibliography study. Then the data is analyzed qualitatively.
From the analysis of data, it can be figured out and obtained that the UU
No. 42, 1990 is ruled fiducia guarantee and the implementation about the online
system of fiducia guarantee registration is not quite synchronize. Then the
positive side of the online system of fiducia guarantee registration can be enjoy
generally, by the register and by functionary official of fiducia guarantee but the
negative side comes from the application program of fiducia guarantee
registration and the internet connection network in Indonesia.
Keywords : Fiducia Guarantee, The Online System of Fiducia Guarantee
Registration
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kebutuhan akan dana yang
besar dan terus meningkat bagi
dunia usaha, perlu diimbangi
dengan adanya ketentuan hukum
yang mengatur mengenai lembaga
penjaminan secara jelas dan
lengkap. Jaminan fidusia adalah
salah satu bentuk lembaga pen-
jaminan yang awal terbentuknya
masih didasarkan oleh yurispru-
103
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
densi dan belum diatur dalam
peraturan perundang-undangan
secara jelas dan komprehensif.
Kebutuhan hukum harus senantiasa
terpenuhi untuk semakin memacu
pembangunan nasional dan untuk
lebih menjamin kepastian hukum
serta perlindungan hukum bagi para
pihak yang berkepentingan. Untuk
itu perlu dibentuk Undang-Undang
yang mengatur secara lengkap dan
jelas mengenai jaminan fidusia dan
didaftarkan pada Kantor Pendaf-
taran Fidusia. Berdasarkan pertim-
bangan tersebut maka lahirlah
Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia.
Seiring dengan berjalannya
Undang-Undang tersebut, dunia
jaminan fidusia semakin berkem-
bang pesat di kalangan pelaku
bisnis pembiayaan dan dunia
perbankan. Undang-Undang ter-
sebut diharapkan mampu memberi-
kan perlindungan hukum dan
kepastian hukum bagi para pihak
yang berkepentingan, karena
sebelumnya hanya diatur
berdasarkan yurisprudensi yang
kurang memberikan kepastian
hukum.
Namun pada praktiknya
masih banyak kendala-kendala yang
timbul dari pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999,
yakni menunjukkan kurangnya
penegakan hukum dalam pelak-
sanaannya. Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia masih banyak mengandung
kelemahan-kelemahan, antara lain :
a. Tidak diatur jangka waktu
pendaftaran akta jaminan
fidusia sehingga memunculkan
banyak konflik;
b. Tidak ada keseragaman
penggunaan Data Base di
Kantor Pendaftaran Jaminan
Fidusia sehingga memung-
kinan terjadinya fidusia ulang;
c. Tidak ada sanksi yang tegas
atas jaminan fidusia yang
dilakukan dibawah tangan;
d. Kurang memberikan rasa
keadilan bagi debitur karena
tidak ada sanksi yang tegas
terhadap penggunaan “Kuasa
Jual’ yang jelas-jelas berten-
tangan dengan cara eksekusi
sesuai Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia; dan
e. Banyaknya jaminan fidusia
yang dilakukan dibawah
tangan menimbulkan konflik
mengenai keabsahan tanda
tangan dalam kuasa tersebut,
kecuali dilegalisasi oleh notaris
atau dibuat kuasa notarial.
Adanya kelemahan dari
Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia
tersebut mengharuskan Pemerintah
mengeluarkan Peraturan setingkat
Menteri untuk mengatasi kelemahan
dalam pelaksanaan Undang-Undang
tersebut. Untuk itu lahirlah
Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor
130/PMK.010/2012 yang mengatur
lebih lanjut mengenai pelaksanaan
jaminan fidusia. Dalam Peraturan
Menteri Keuangan tersebut telah
diatur hal-hal yang sebelumnya
belum diatur dalam Undang-
Undang sebelumnya, antara lain :
104
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
a. Mewajibkan mendaftarkan
jaminan fidusia di Kantor
Pendaftaran Fidusia;
b. Menegaskan jangka waktu
pendaftaran untuk menjamin
kepastian hukum;
c. Mengatur masalah tata cara
penarikan benda jaminan
fidusia sehingga tidak
bertentangan dengan rasa
keadilan;
d. Diperlukan sanksi yang tegas
terhadap pelanggaran keten-
tuan dalam pelaksanaan
pendaftaran jaminan fidusia;
dan
e. Memberikan rasa keadilan
dengan melaksanakan pendaf-
taran obyek jaminan fidusia,
apabila debitur wanprestasi
akan ditempuh cara-cara
eksekusi sesuai Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia.
Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 130/PMK.010/2012 tersebut
membawa perubahan yang lebih
baik bagi para pebisnis. Karena
lebih memberi jaminan kepastian
hukum antara para pihak. Pelayanan
yang prima, efektif dan efisien juga
sangat dibutuhkan. Oleh karena itu,
sistem pendaftaran jaminan fidusia
saat ini telah dikembangkan secara
online.
Peluncuran sistem pelayanan
pendaftaran jaminan fidusia online
tersebut merupakan terobosan baru
di dunia penjaminan dalam
memberikan pelayanan yang terbaik
bagi masyarakat. Diharapkan
dengan adanya fidusia online ini
pelayanan di bidang fidusia dapat
berjalan dengan cepat, akurat dan
bebas dari pungutan liar.
Namun seiring waktu dengan
diluncurkannya pendaftaran fidusia
online, ada hal-hal yang perlu
disikapi oleh para pihak terkait yang
peduli dengan kepastian hukum
agar tidak terjadi permasalahan
yang timbul di kemudian hari.
Dalam sistemnya, fidusia online
memang sangat bagus tetapi dalam
kajian yuridis ada beberapa hal
yang dapat dikritisi agar lebih
memberikan kepastian hukum. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk
mengkaji dan menganalisis tentang
: “Pengaruh Fidusia Online
terhadap Eksistensi Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999
tentang Jaminan Fidusia”
2. Permasalahan
Berdasarkan hal-hal yang
telah diuraikan pada latar belakang
tersebut diatas, maka peneliti
merumuskan permasalahan sebagai
berikut :
a. Bagaimana implementasi
pendaftaran jaminan fidusia
online sesuai Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia ?
b. Apakah kelebihan dan
kelemahan dari pelaksanaan
pendaftaran fidusia online di
Indonesia ?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui implement-
tasi pendaftaran fidusia online
sesuai Undang-Undang Nomor
105
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
42 tahun 1999 tentang jaminan
fidusia.
b. Untuk mengetahui kelebihan
dan kelemahan dari
pelaksanaan pendaftaran
jaminan fidusia online di
Indonesia.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang
ingin dicapai adalah sebagai berikut
a. Sebagai bahan kajian lebih
lanjut yang bertitik tolak dari
permasalahan penelitian.
b. Untuk melatih dan meng-
aplikasikan suatu teori ke
dalam praktik serta untuk
menambah pengetahuan dan
wawasan bagi peneliti.
c. Memberikan sumbangan pemi-
kiran atau informasi kepada
masyarakat khususnya kepada
perusahaan pembiayaan.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum Tentang
Lembaga Keuangan
Lembaga keuangan dibagi
menjadi dua yaitu lembaga
depository dan non depository.
Lembaga keuangan depository
diberikan kewenangan untuk
menerima simpanan dari masya-
rakat dan memberikan pinjaman
secara langsung kepada masyarakat.
Lembaga keuangan depository
dibagi menjadi tiga kategori yakni
bank, simpan pinjam dan lembaga
keuangan mikro. Sedangkan
lembaga keuangan non depository
merupakan lembaga keuangan non
bank yang tidak diberikan
kewenangan menerima simpanan
dari masyarakat. Lembaga
keuangan non depository terdiri atas
pasar modal, perusahaan asuransi,
pegadaian, leasing, lembaga
pembiayaan, modal ventura dan
pembiayaan infrastruktur.
Lebih lanjut akan dibahas
tentang lembaga pembiayaan.
Lembaga pembiayaan adalah badan
usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk
penyediaan dana atau barang modal.
Menurut Peraturan Presiden Nomor
9 Tahun 2009 Tentang Lembaga
Pembiayaan Pasal 9 “Lembaga
pembiayaan dilarang menarik dana
secara langsung dari masyarakat
dalam bentuk giro, deposito dan
tabungan.
Macam-macam lembaga
pembiayaan terdiri dari :
a. Perusahaan pembiayaan adalah
lembaga pembiayaan yang
terdiri dari leasing, factoring,
usaha kartu kredit dan
pembiayaan konsumen;
b. Perusahaan modal ventura
adalah badan usaha yang
melakukan pembiayaan atau
penyertaan modal perusahaan
untuk jangka waktu tertentu
dalam bentuk penyertaan
saham, obligasi, konversi,
pembagian atas hasil usaha;
dan
c. Perusahaan pembiayaan
infrastruktur.
Perkembangan perusahaan
pembiayaan di Indonesia dapat
berkembang dengan baik dibanding
perusahaan yang lain. Berikut ini
pengertian dari macam-macam
perusahaan pembiayaan yang
berhubungan dengan pendaftaran
fidusia online.
106
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
Pembiayaan konsumen ada-
lah pembiayaan untuk pengadaan
barang berdasarkan kebutuhan
konsumen dengan pembayaran
secara angsuran.
Ciri–ciri pembiayaan konsu-
men adalah sebagai berikut :
a. Bentuk pembiayaan bukan
pinjaman tunai;
b. Barang yang dipinjamkan
adalah barang konsumsi bukan
barang modal;
c. Hak kepemilikan barang ada
pada nasabah;
d. Kemungkinan melibatkan tiga
belah pihak yaitu : bank,
perusahaan pembiayaan dan
nasabah. Tetapi bank tidak
bertindak sendiri, yang
bertindak yaitu affiliated
company dari bank dan
perusahaan pembiayaan yang
mandiri; dan
e. Pembayaran angsuran
didasarkan atas harga barang
bukan harga sewa barang.
Leasing adalah pembiayaan
perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik
dengan hak opsi (finance lease) atau
tanpa hak opsi (operating lease)
untuk jangka waktu tertentu dengan
pembayaran secara angsuran.
Ciri–ciri leasing adalah
sebagai berikut :
a. Bentuk pembiayaan bukan
pinjaman seperti halnya kredit
bank;
b. Barang yang dipinjam adalah
barang modal;
c. Hak milik atas barang ada pada
lessor atau bisa ada pada
leassee (penyewa); dan
d. Pembayaran angsuran bisa
didasarkan atas harga barang
maupun harga sewa barang.
2. Tinjauan Umum Tentang
Jaminan
Rumusan atau definisi yang
tegas tentang jaminan dalam Kitab
Undang-Undang tidak ditemukan.
Diberbagai literatur digunakan
istilah “zekerheid” untuk jaminan
dan “zekerheidsrecht” untuk hukum
jaminan atau hak jaminan
tergantung pada bunyi atau maksud
kalimat yang bersangkutan, sebab
“recht” dalam bahasa Belanda dapat
berarti hukum, hak atau keadilan,
sedangkan hukum menurut Bahasa
Inggris adalah law dan hak berarti
right.1
Namun jika disimak, istilah
hukum jaminan ternyata mem-
punyai makna yang lebih luas dan
umum serta bersifat mengatur
dibandingkan dengan hak jaminan
seperti halnya hukum kebendaan
yang mempunyai ruang lingkup
yang lebih luas dan mempunyai
sifat mengatur daripada hak
kebendaan.
Petunjuk yang dapat dipakai
untuk menentukan rumusan jaminan
adalah Pasal 1131 dan 1132 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
yang mensyaratkan bahwa tanpa
diperjanjikan seluruh harta
kekayaan debitur merupakan
jaminan bagi pelunasan hutangnya.
1 Frieda Husni Hasbullah, Hukum
Kebendaan Perdata – Hak-Hak
Yang Memberi Jaminan, Ind Hill,
Jakarta, 2009, h.6.
107
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
Perjanjian jaminan mempu-
nyai sifat accesoir, yaitu perjanjian
tambahan yang tergantung pada
perjanjian pokoknya. Perjanjian
pokok adalah perjanjian pinjam
meminjam atau utang piutang yang
diikuti dengan perjanjian tambahan
sebagai jaminan. Perjanjian
tambahan tersebut dimaksudkan
agar keamanan kreditur telah
terjamin dan bentuknya dapat
berupa jaminan perorangan maupun
jaminan kebendaan.
Jaminan perorangan dapat
dilakukan dengan perjanjian
penangggungan misalnya borgtocht,
garansi dan lain-lain. Sedangkan
jaminan kebendaan dapat dilakukan
melalui gadai, fidusia, hipotik dan
hak tanggungan.
a. Jaminan Perorangan
Menurut Subekti,
jaminan perorangan adalah
suatu perjanjian antara seorang
berpiutang atau kreditur
dengan seorang ketiga yang
menjamin dipenuhinya
kewajiban-kewajiban si
berhutang atau debitur.2
Dengan demikian
jaminan perorangan merupakan
jaminan yang menimbulkan
hubungan langsung dengan
orang tertentu atau pihak ketiga
artinya tidak memberikan hak
untuk didahulukan pada benda-
benda tertentu, karena harta
kekayaan pihak ketiga tersebut
hanyalah merupakan jaminan
2 Subekti, Jaminan-Jaminan untuk
Pemberian Kredit Menurut Hukum
Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1989, h.15
bagi terselenggaranya suatu
perikatan seperti borgtocht.
Selanjutnya Pasal 1822 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
menyatakan :
1) Seorang penanggung tidak
dapat mengikatkan diri untuk
lebih, maupun dengan syarat-
syarat yang lebih berat,
daripada perikatan si berutang;
dan
2) Adapun penanggungan boleh
diadakan untuk hanya sebagian
saja dari utangnya, atau dengan
syarat-syarat yang kurang. Jika
penanggungan diadakan untuk
lebih dari utangnya, atau
dengan syarat-syarat yang
lebih berat, maka perikatan itu
tidak sama sekali batal,
melainkan ia adalah hanya
untuk apa yang diliput oleh
perikatan pokoknya.
b. Jaminan Kebendaan
Jaminan kebendaan ada-
lah jaminan yang memberikan
kepada kreditur atas suatu
kebendaan milik debitur hak
untuk memanfaatkan benda
tersebut jika debitur melakukan
wanprestasi. Benda milik
debitur yang dijaminkan dapat
berupa benda bergerak maupun
benda tidak bergerak. Untuk
benda bergerak dapat dijamin-
kan dengan gadai (pand) dan
fidusia, sedangkan untuk benda
tidak bergerak, setelah
berlakunya Undang-Undang
Hak Tanggungan hanya dapat
dibebankan dengan hipotik atas
kapal laut dengan bobot 20 M3
ke atas dan pesawat terbang
108
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
serta helikopter. Sedangkan
untuk tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan
tanah dapat dibebankan dengan
hak tanggungan.
Jika debitur melakukan
wanprestasi maka dalam
jaminan kebendaan kreditur
mempunyai hak didahulukan
(preferent) dalam pemenuhan
piutangnya di antara kreditur-
kreditur lainnya dari hasil
penjualan harta benda milik
debitur. Dengan demikian
jaminan kebendaan mempu-
nyai ciri-ciri yang berbeda dari
jaminan perorangan. Ciri-ciri
yang dimaksud adalah sebagai
berikut:
1) Merupakan hak mutlak
(absolut) atas suatu benda;
2) Kreditur mempunyai hu-
bungan langsung dengan
benda-benda tertentu milik
debitur;
3) Dapat dipertahankan ter-
hadap tuntutan oleh
siapapun;
4) Selalu mengikuti bendanya
di tangan siapapun benda
itu berada (droit desuite /
zaaksgevolg);
5) Mengandung asas prioritas,
yaitu hak kebendaan yang
lebih dulu terjadi akan lebih
diutamakan daripada yang
terjadi kemudian (droit de
preference);
6) Dapat diperalihkan seperti
hipotik; dan
7) Bersifat perjanjian tambah-
an (accesoir).
3. Tinjauan Umum Tentang
Jaminan Fidusia
Subekti mengatakan bahwa
dalam fidusia terkandung kata
“fides” berarti kepercayaan, pihak
berutang percaya bahwa pihak
berpiutang memiliki barangnya itu
hanya untuk jaminan. Dalam
bukunya yang lain Subekti
menjelaskan arti kata “fiduciair”
adalah kepercayaan yang diberikan
secara bertimbal balik oleh satu
pihak kepada yang lain, bahwa apa
yang keluar ditampakkan sebagai
pemindahan milik, sebenarnya
hanya suatu jaminan saja untuk
suatu utang.3
Pada dasarnya fidusia adalah
suatu perjanjian accesoir antara
debitur dan kreditur yang isinya
pernyataan penyerahan hak milik
secara kepercayaan atas benda-
benda bergerak milik debitur
kepada kreditur namun benda-benda
tersebut masih tetap dikuasai oleh
debitur sebagai peminjam pakai dan
bertujuan hanya untuk jaminan atas
pembayaran kembali uang
pinjaman. Untuk penyerahannya
dilakukan secara constitutum
possessorium (verklaring van
houderschap) artinya, penyerahan
dengan melanjutkan penguasaan
atas benda-benda yang
bersangkutan karena benda-benda
tersebut memang masih berada di
tangan debitur.
Dengan demikian jika
disimak dalam perjanjian dengan
jaminan fidusia ini dalam suatu
momentum telah terjadi suatu
perjanjian dengan dua perbuatan
3 Ibid
109
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
sekaligus yaitu di satu pihak debitur
menyerahkan hak milik atas benda-
bendanya secara kepercayaan
kepada kreditur artinya benda-
benda tersebut secara fisik tidak
diserahkan tetapi hanya hak
miliknya saja. Dilain pihak pada
saat yang sama kreditur selaku
pemilik baru benda-benda itu
meminjamkannya benda-benda
yang bersangkutan secara keper-
cayaan kepada debitur untuk
dipakai atau digunakan oleh debitur
tanpa kreditur harus menyerah-
kannya karena memang masih
dalam penguasaan debitur.
Perjanjian jaminan fidusia
adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari perjanjian kredit
telah ditentukan hal-hal yang
disepakati oleh debitur dan kreditur,
antara lain debitur memberikan
jaminan fidusia. Kesepakatan
tersebut berlaku sebagai undang-
undang bagi para pihak. Apabila
debitur wanprestasi, kreditur dapat
melaksanakan haknya sesuai
dengan isi perjanjian. Pelaksanaan
perjanjian tersebut adalah
perwujudan asas dari asas kekuatan
mengikat perjanjian jaminan
fidusia.4
Memang ada persamaan
antara fidusia dengan gadai, namun
antara keduanya juga terdapat
perbedaan prinsip yang membe-
dakan kedua lembaga jaminan
4 Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai
Jaminan Unsur-Unsur Perikatan,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985,
h.36
tersebut. Prinsip utama dari jaminan
fidusia adalah :5
a. Bahwa secara riil, pemegang
fidusia hanya berfungsi sebagai
pemegang jaminan saja, bukan
sebagai pemilik yang
sebenarnya;
b. Hak pemegang fidusia untuk
mengeksekusi barang jaminan
baru ada jika ada wanprestasi
dari pihak debitur;
c. Apabila hutang sudah dilunasi,
maka obyek jaminan fidusia
harus dikembalikan kepada
pihak pemberi fidusia; dan
d. Jika hasil penjualan (eksekusi)
barang fidusia melebihi jumlah
hutangnya, maka sisa hasil
penjualan harus dikembalikan
kepada pemberi fidusia.
Manfaat lembaga jaminan
fidusia ini terutama dirasakan oleh
pemberi fidusia atau debitur yang
disatu sisi memerlukan dana untuk
meneruskan atau mengembangkan
usahanya dan disisi lain juga tetap
memerlukan barang yang
dijaminkan dalam fidusia tersebut
untuk menunjang usahanya.
Jaminan fidusia sebagai salah satu
lembaga jaminan sekarang ini turut
serta memegang peranan penting
dalam pembangunan ekonomi
Indonesia, khususnya di bidang
perbankan sebagai lembaga yang
menyalurkan kredit dalam
memenuhi kebutuhan modal.
Karena perkembangan ekonomi dan
perdagangan akan diikuti oleh
perkembangan kebutuhan akan
5 Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Cet.
II, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, h.4.
110
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
kredit dan pemberian fasilitas kredit
ini memerlukan jaminan demi
keamanan pemberian kredit
tersebut.6
4. Sejarah Terbentuknya Per-
aturan Perundang-undangan
tentang Jaminan Fidusia
Pada masa Romawi, fidusia
dikenal dengan Fidusia Cum
Creditore dan Fidusia Cum Amico.
Fidusia Cum Creditore yaitu
dimana barang-barang debitur
diserahkan miliknya kepada
kreditur hanya sebagai jaminan
hutang, tetapi dalam Fidusia Cum
Amico hanya dimaksudkan sebagai
pengangkatan seorang wakil untuk
memelihara kepentingan, jadi tidak
ada penyerahan hak milik atau
jaminan hutang sebagaimana
dilakukan dalam pengikatan fidusia
saat ini.7
Selanjutnya lembaga fidusia
ini dikenal dalam berbagai nama.
Asser van Oven menyebutnya
sebagai “zekerheid-eigendom” (hak
milik sebagai jaminan), Blom
menyebutnya “bezitloos
zekerheidsrecht” (hak jaminan
tanpa penguasaan), Kahrel memberi
nama “verruimd Pandbegrip”
(pengertian gadai yang diperluas)
dan A. Veenhoven menamakannya
“eigendomoverdracht tot zekerheid”
6 Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,
Hukum Jaminan Di Indonesia
Pokok-Pokok Hukum Jaminan Dan
Jaminan Perorangan, Liberty,
Yogyakarta,1980, h.1 7 Munir Fuady, Op.Cit., h.8.
(penyerahan hak milik sebagai
jaminan).8
Keberadaan jaminan fidusia
di Indonesia tidak terlepas dari
kedudukan Indonesia sebagai
daerah jajahan Belanda, dimana
Belanda menerapkan hukum yang
sama dengan yang berlaku di negeri
Belanda. Sehingga dengan
sendirinya jaminan fidusia yang ada
di hukum perdata Belanda juga
berlaku dan dipakai di Indonesia.
Di negara Belanda lembaga
jaminan fidusia tidak diatur dalam
Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata) karena
pada waktu meresepsi hukum
Romawi ke dalam hukum Belanda,
lembaga jaminan fidusia sudah
hilang terdesak oleh lembaga
jaminan gadai dan hipotik.
Lembaga jaminan yang diatur
dalam BW Belanda hanya gadai
untuk barang bergerak dan hipotik
untuk barang tetap. Dengan
sendirinya Kitab Udang-Undang
Hukum Perdata Indonesia
berdasarkan asas konkordansi juga
tidak mengatur lembaga jaminan
fidusia.
Di negeri Belanda sendiri
pemberlakuan hukum fidusia
berdasarkan keputusan Hakim Hoge
Raad : Bierbrouwerij Arrest tanggal
25 Januari 1929. Pemberlakuan
fidusia di Hindia Belanda pada
waktu itu juga hanya berdasarkan
8 Mariam Darus Badrulzaman, Bab-
Bab Tentang Creditverband, Gadai
& Fiducia, Alumni, Bandung, 1987,
h.89-90.
111
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
yurisprudensi dan belum ada aturan
khususnya.9
Setelah lembaga Jaminan
Fidusia memperolah pengakuan di
Belanda melalui Bierbrouwerij
Arrest, maka di Indonesia keber-
adaan Lembaga Jaminan Fidusia
diakui melalui yurisprudensi untuk
pertama kali dalam keputusan
Hooggerechtshof (HGH) tanggal 18
Agustus 1932 dalam perkara yang
lebih dikenal BPM-Clignett. Pada
tanggal 16 Februari 1933 keluar
arrest kedua, yang menetapkan
bahwa hak grant (grantrecht) dapat
digunakan sebagai jaminan utang
dengan menggunakan lembaga
fidusia yang kemudian dicatat
dalam register yang bersangkutan.
Saat ini ketentuan peraturan
perundang-undangan yang khusus
mengatur jaminan fidusia adalah
Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia,
yang diundangkan pada tanggal 30
September 1999 LN.168, TLN.3889
dan berlaku pada saat diundangkan,
berikut peraturan pelaksanaannya.
Namun Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 mengandung banyak
kelemahan sehingga dikeluarkan
kebijakan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia
Nomor 130/PMK.010/2012.
Peraturan tersebut membawa
perubahan yang lebih baik dalam
dunia jaminan fidusia karena lebih
mewajibkan pendaftaran jaminan
fidusia dan memberikan rasa
keadilan antara para pihak apabila
9 Bachtiar Sibarani, “Soal Undang-
Undang Fidusia”, volume 10, Jurnal
Hukum Bisnis, Jakarta, 2000, h.36.
terjadi wanprestasi. Seiring dengan
berkembangnya waktu banyak
pihak yang ikut serta mendaftarkan
jaminan fidusia tersebut. Agar lebih
memudahkan cara pendaftaran
jaminan fidusia maka dikembang-
kanlah program fidusia online
seperti sekarang ini.
5. Obyek Jaminan Fidusia Pada awalnya obyek jaminan
fidusia hanya benda bergerak saja.
Hal ini dapat dilihat dari Keputusan
Pengadilan Tinggi Surabaya Nomor
158/1950/Pdt tanggal 22 Maret
1950 dan Keputusan Mahkamah
Agung Nomor 372 K/Sip/1970
tanggal 1 September 1971, yang
menyatakan bahwa fidusia hanya
sah sepanjang mengenai barang-
barang bergerak. Dalam perkem-
bangannya, obyek fidusia tidak
hanya benda bergerak saja, tetapi
juga meliputi benda tidak bergerak.
Ketentuan ini sebagaimana
dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2)
dan ayat (4) Undang-Undang
Fidusia, bahwa obyek jaminan
fidusia adalah benda bergerak baik
yang berwujud maupun yang tidak
berwujud, yang terdaftar maupun
yang tidak terdaftar dan benda tidak
bergerak yang tidak dapat dibebani
hak tanggungan maupun hipotik.
Sedangkan menurut J. Satrio
benda yang dapat menjadi obyek
Jaminan Fidusia sekarang ini
meliputi Benda Bergerak dan Benda
Tetap Tertentu yaitu benda tetap
yang tidak bisa dijaminkan melalui
lembaga jaminan hak tanggungan
atau hipotik dan dengan syarat
112
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
benda tetap tersebut dapat dimiliki
dan dapat dialihkan.10
Lebih lanjut dalam ketentuan
Pasal 3 Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 tentang Jaminan
Fidusia menyatakan, bahwa
Jaminan Fidusia tidak berlaku
terhadap :
a. Hak tanggungan yang
berkaitan dengan tanah dan
bangunan, sepanjang peraturan
perundang-undangan yang
berlaku menentukan jaminan
atas benda-benda tersebut
wajib didaftar;
b. Hipotek atas kapal yang
terdaftar dengan isi kotor
berukuran 20 (dua puluh) M3
atau lebih;
c. Hipotek atas pesawat terbang;
dan
d. Gadai.
Dengan demikian, obyek
jaminan fidusia adalah benda
bergerak dan benda tidak bergerak,
khususnya bangunan yang tidak
bisa dibebani dengan hak
tanggungan. Akan tetapi dalam
praktiknya, kebanyakan jaminan
fidusia berupa benda bergerak,
antara lain kendaraan bermotor,
stok barang dagangan (inventory).
Sedangkan jaminan fidusia berupa
benda tidak bergerak seperti kios
jarang digunakan. Hal ini berkaitan
dengan tempat pendaftaran yang
dirasakan kurang menjamin
kepastian hukum terhadap kreditur,
dan kemungkinan menghadapi
10
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak
Jaminan Kebendaan Fidusia, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002,
h.179
kesulitan lebih besar dibandingkan
dengan benda bergerak dalam
eksekusi benda jaminan dikemudian
hari. Sehingga secara praktis obyek
jaminan fidusia hanya berupa benda
bergerak saja.
6. Proses Pembebanan Jaminan
Fidusia dan Pendaftaran
Jaminan Fidusia secara online
Dalam fidusia, pendaftaran
merupakan syarat mutlak yang
harus dipenuhi sebagai syarat
lahirnya jaminan fidusia untuk
memenuhi asas publisitas. Ini sesuai
dengan ketentuan yang terdapat
dalam Pasal 11 ayat (1) Undang-
Undang Fidusia yang berbunyi :
“benda yang dibebani dengan
jaminan fidusia wajib didaftarkan”.
Pendaftaran tersebut memili-
ki arti yuridis sebagai suatu
rangkaian yang tidak terpisah dari
proses terjadinya perjanjian jaminan
fidusia, dan selain itu pendaftaran
jaminan fidusia merupakan
perwujudan dari asas publisitas dan
kepastian hukum.11
Hal ini sesuai juga dengan
ketentuan dalam Pasal 14 ayat (3)
Undang-Undang Fidusia, bahwa
jaminan fidusia lahir pada tanggal
yang sama dengan tanggal
dicatatnya Jaminan Fidusia dalam
Buku Daftar Fidusia. Hak jaminan
fidusia dapat terjadi melalui proses
atau tahap – tahap sebagai berikut:
11
Tan Kamelo, Hukum Jaminan
Fidusia Suatu Kebutuhan Yang
Didambakan, Edisi Pertama,
Cetakan Kedua, Alumni, Bandung,
2006, h.213.
113
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
a. Antara pemberi fidusia dan
penerima fidusia dilakukan
janji untuk serah terima benda
sebagai jaminan fidusia yang
dicantumkan dalam perjanjian
pinjam meminjam uang
sebagai perjanjian pokok;
b. Kemudian dilakukan perjanjian
pembebanan atau pemberian
jaminan fidusia. Pembebanan
benda dengan jaminan fidusia
dibuat dengan akta jaminan
fidusia. Dalam Akta jaminan
fidusia selalu dicantumkan hari
dan tanggal juga dicantumkan
mengenai waktu (jam)
pembuatan akta tersebut; dan
c. Sebagai tahapan terakhir
dilakukan pendaftaran benda
yang dibebani dengan jaminan
fidusia secara online oleh pihak
notaris dengan masuk situs
website Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia dengan
alamat
www.kemenkumham.com.
Setelah proses pendaftaran
melalui online selesai, Pemohon
bisa langsung mencetak sendiri
sertifikat jaminan fidusia segera
setelah pembayaran pendaftaran di
Bank Persepsi dilakukan.
Di dalam Sertifikat Jaminan
Fidusia tercantum kata-kata “Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa” pada tanggal yang
sama dengan tanggal permohonan
pendaftaran sesuai dalam pasal 14
ayat 1 Undang-Undang Nomor 42
Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia. Sertifikat tersebut memuat
catatan tentang hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
yaitu:12
a. Identitas pihak pemberi dan
penerima fidusia;
b. Tanggal, nomor akta jaminan
fidusia, nama dan tempat
kedudukan notaris yang
membuat akta jaminan fidusia;
c. Data perjanjian pokok yang
dijamin fidusia;
d. Uraian mengenai benda yang
menjadi objek jaminan fidusia;
dan
e. Nilai benda yang menjadi
objek jaminan fidusia.
7. Eksekusi dalam Jaminan
Fidusia
Di dalam Sertifikat Jaminan
Fidusia dicantumkan kata-kata
“Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Dicantumkannya kalimat tersebut
menandakan bahwa Sertifikat
Jaminan Fidusia mempunyai
kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum
tetap artinya eksekutorial langsung
dapat dilaksanakan tanpa melalui
Pengadilan dan bersifat final serta
mengikat para pihak untuk
melaksanakan putusan tersebut.
Demikian juga apabila debitur
cidera janji (wanprestasi), maka
penerima fidusia mempunyai hak
untuk menjual benda yang menjadi
12
Sekretariat Negara Republik
Indonesia, Undang-Undang Nomor
42 Tahun 1999 Tentang Jaminan
Fidusia, LN. 168 Tahun 2004, TLN
Nomor 3889, Sekretariat Negara,
Jakarta, 2004.
114
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
objek jaminan fidusia atas kekuasa-
annya sendiri.
Cara melakukan eksekusi
Jaminan Fidusia dinyatakan dalam
pasal 29 ayat (1), apabila debitur
atau pemberi Fidusia Cidera Janji
Eksekusi terhadap benda yang
menjadi obyek jaminan Fidusia
dapat dilakukan dengan cara:13
a. Pelaksanaan Titel Eksekutorial
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (2) oleh
Penerima Fidusia;
b. Penjualan benda yang menjadi
obyek jaminan fidusia atas
kekuasaan penerima fidusia
sendiri melalui pelelangan
umum serta mengambil
pelunasan piutang dari hasil
penjualan; dan
c. Penjualan dibawah tangan
yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan pemberi dan
penerima fidusia jika dengan
cara demikian dapat diperoleh
harga tinggi yang
menguntungkan para pihak.
8. Hapusnya Jaminan Fidusia
Jaminan fidusia hapus karena
beberapa hal, yaitu :
a. Hapusnya hutang yang dijamin
dengan fidusia;
b. Adanya pelepasan hak atas
jaminan fidusia oleh penerima
fidusia; dan
c. Musnahnya benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia.
Dalam hal benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia
musnah dan apabila terdapat
jaminan asuransinya maka klaim
13
Ibid.
asuransi tersebut menjadi hak dari
penerima fidusia. Penerima fidusia
mempunyai kewajiban untuk
memberitahukan kepada Kantor
Pendaftaran Fidusia mengenai
hapusnya jaminan fidusia, dengan
melampirkan pernyataan mengenai
hapusnya hutang, pelepasan hak
atau musnahnya benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia.
Dengan hapusnya jaminan fidusia,
Kantor Pendaftaran Fidusia akan
menerbitkan surat keterangan yang
menyatakan sertifikat jaminan
fidusia yang bersangkutan tidak
berlaku lagi.
C. METODE PENELITIAN
Metode berarti cara yang
tepat untuk melakukan sesuatu,
sedangkan penelitian berarti suatu
kegiatan untuk mencari, mencatat,
merumuskan dan menganalisa
sampai menyusun laporannya.14
Sedangkan menurut Soerjono
Seokanto, metode adalah proses,
prinsip-prinsip dan tata cara
memecahkan suatu masalah,
sedangkan penelitian adalah
pemeriksaan secara hati-hati.15
Dengan menggunakan metode
seseorang diharapkan mampu untuk
menemukan dan menganalisa
masalah tertentu sehingga dapat
mengungkapkan suatu kebenaran,
karena metode memberikan
pedoman tentang cara bagaimana
seorang ilmuwan mempelajari,
14
Cholid Narbuko dan H. Abu
Achmadi, Metodologi Penelitian,
PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2002, h.1 15
Soerjono Soekanto, Pengantar
Penelitian Hukum, Universitas
Indonesia Press, Jakarta, 1984, h.6.
115
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
memahami dan menganalisa
permasalahan yang dihadapi.
Menurut Sutrisno Hadi,
penelitian atau riset adalah usaha
untuk menemukan, mengembang-
kan dan menguji kebenaran suatu
pengetahuan, usaha mana dilakukan
dengan metode-metode ilmiah.16
Dengan demikian penelitian yang
dilaksanakan tidak lain adalah
untuk memperoleh data yang teruji
kebenaran ilmiahnya. Namun untuk
mencapai kebenaran tersebut ada
dua pola pikir yang dipakai, yaitu
berpikir secara rasional dan berpikir
secara empiris. Sesuai dengan
penelitian hukum ini yang memakai
penelitian bersifat yuridis empiris,
dimana penelitian yuridis dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka
yang merupakan data sekunder
yang juga disebut penelitian
kepustakaan. Sedangkan penelitian
empirisnya dilakukan dengan cara
meneliti apa yang terjadi di
lapangan yang merupakan data
primer.
1. Metode Pendekatan
Berdasarkan rumusan
masalah dan tujuan penelitian, maka
metode pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah
pendekatan yuridis empiris.
Pendekatan secara yuridis empiris
merupakan pendekatan dari segi
peraturan perundang-undangan dan
norma-norma hukum sesuai dengan
permasalahan yang ada dengan
jalan langsung terjun ke obyeknya.
16
Sutrisno Hadi, Metodologi
Research, Jilid I, Andi, Yogyakarta,
2000, h.4
Pemilihan metode pendekat-
an yuridis empiris dirasa sangat
cocok dengan penelitian ini
mengingat permasalahan yang
dikaji adalah Pengaruh Fidusia
Online Terhadap Eksistensi
Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang jaminan Fidusia di
Indonesia.
2. Sumber Data
Sumber data adalah asal dari
data yang diperlukan dalam
penelitian. Adapun sumber data
dalam penelitian ini adalah sumber
bahan hukum sekunder, yang
berkaitan dengan jaminan fidusia,
khususnya tentang pendaftaran
jaminan fidusia secara online.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah studi kepustakaan, yakni
penelitian terhadap data yang
berkaitan dengan obyek
penelitian.17
4. Analisis Data
Analisis data yaitu meng-
analisis data secara kualitatif
dengan menggunakan metode
deduktif dan induktif. Metode
deduktif yaitu metode dengan cara
berpikir yang berasal dari
pengetahuan yang bersifat umum
dan bertitik tolak dari pengetahuan
yang umum ke khusus. Sedangkan
induktif yaitu cara berpikir yang
berasal dari fakta-fakta atau
17
Ronny Hanitijo Soemitro,
Metodologi Penelitian Hukum dan
Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta,
1990, h.52
116
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
peristiwa-peristiwa yang khusus ke
umum.18
Dalam penelitian ini metode
analisis yang digunakan adalah
secara kualitatif dengan metode
induktif, dengan menelaah data
yang diperoleh dari bahan hukum
sekunder.
D. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
1. Implementasi Pendaftaran
Fidusia Online Sesuai Undang-
Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia
Pendaftaran fidusia online
yang ada di Indonesia saat ini masih
merupakan hal yang baru, tetapi
telah banyak yang memanfaatkan
sistem tersebut dikarenakan
memberikan berbagai kemudahan
dalam proses pendaftarannya.
Menurut pemberitaan di
republika Online, sebelum fidusia
online diberlakukan, pendaftaran
fidusia di seluruh kantor cabang
banyak mengalami hambatan.
Diantaranya besarnya lonjakan
permohonan pendaftaran fidusia
yang melampaui kemampuan
sumber daya manusia dan
infrastruktur yang minim. Hal ter-
sebut membuat kepastian penerbitan
sertifikat jaminan menjadi rancu.
Sertifikat fidusia baru bisa
didapatkan setelah 2 sampai 4
minggu setelah pendaftaran. Biaya
pendaftaran pun tidak sesuai dengan
yang tertera di dalam aturan.
Untuk nilai penjaminan
sampai Rp 50 juta biayanya Rp
25.000,00. Sedangkan kenyataan-
18
Ibid., h.46
nya bisa mencapai Rp 300 ribu.
Salah satu penyebabnya adalah
akses yang harus ditempuh untuk
mendaftar cukup jauh sehingga
memakan biaya yang cukup tinggi.
Ditambah lagi pendaftaran hanya
dilakukan di 33 kantor cabang.19
Kehadiran fidusia online
diharapkan dapat mengurangi beban
biaya pendaftaran dan biaya
akomodasi lainnya. Pemohon bisa
langsung mendaftar jaminan fidusia
melalui jaringan internet tanpa
harus mendatangi Kantor
Pendaftaran Jaminan Fidusia,
disamping itu tidak memerlukan
pengiriman berkas secara fisik.
Sertifikat fidusia yang dikeluarkan
secara online dijamin keabsahannya
oleh Kementerian hukum dan
HAM.
Prosedur pendaftaran jaminan
fidusia secara online adalah sebagai
berikut:
a. Masuk ke situs
www.kemenkumham.com;
b. Masuk menu login dan mengisi
username dan password yang
telah diberikan oleh dirjen
AHU lalu klik tombol submit;
c. Masuk menu pemohon lalu
dalam menu pemohon akan
terlihat tiga pilihan menu yang
tersedia yaitu :
1) Menu pendaftaran diguna-
kan untuk pengisian for-
mulir jaminan fidusia;
19
Nidia Zuraya, APPI : Fidusia
Online Diharapkan Permudah
Perolehan Sertifikat,
http://republika.co.id (10 Juli 2013
Pukul 10.03).
117
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
2) Menu perubahan digunakan
untuk melakukan perubahan
terhadap sertifikat jaminan
fidusia;
3) Menu daftar transaksi
digunakan untuk melihat
daftar transaksi yang telah
dilakukan;
d. Klik menu pendaftaran, maka
akan muncul formulir
pendaftaran;
e. Isikan setiap informasi secara
bertahap :
1) Pemohon mengisi identitas
pemberi dan penerima
fidusia;
2) Pemohon mengisi akta
notaris berupa nomor akta
jaminan fidusia, tanggal,
nama dan tempat
kedudukan notaris yang
membuat akta jaminan
fidusia;
3) Pemohon mengisikan data
perjanjian pokok yang
dijamin fidusia;
4) Pemohon mengisi uraian
mengenai benda yang
menjadi obyek jaminan
fidusia;
5) Pemohon mengisi nilai
penjaminan;
f. Pemohon melanjutkan akses
dengan menyetujui ketentuan
peringatan yang terdapat pada
formulir isian dengan cara
menandai pernyataan;
g. Pemohon mengklik Proses
untuk menyimpan ke dalam
basis data dan melanjutkan
proses berikutnya atau
menekan tombol Ulangi untuk
kembali ke proses sebelumnya;
h. Setelah melakukan Submit
maka akan muncul konfirmasi
bahwa data berhasil diproses,
lalu klik Ok;
i. Pemohon mencetak bukti
permohonan pendaftaran untuk
melakukan pembayaran di
bank Persepsi. Permohonan
akan dihapus dari database
apabila tidak melakukan
pembayaran selama 3 hari
setelah pendaftaran secara
online; dan
j. Pemohon dapat mencetak
pernyataan pendaftaran fidusia
dan sertifikat jaminan fidusia.
Tombol sertifikat akan muncul
jika pemohon telah melakukan
pembayaran pendaftaran
jaminan fidusia.
Proses pendaftaran fidusia
secara online tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
118
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
Tabel 1. Tampilan Menu login
PEMOHON
DATA
LENGKAP
PENGISIAN DATA
PRINT BUKTI
PENDAFTARAN
BANKPERSEPSI MENERIMA
PEMBAYARAN PNBP
PRINT VALIDASI BUKTI
PEMBAYARAN
PNBP
PRINT SERTIFIKAT JAMINAN
FIDUSIA
Tidak
Ya
KANWIL TTD ELEKTRONIK
Cetak
119
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
Tabel 2. Tampilan Halaman Menu Pemohon
Tabel 3. Tampilan Menu Pendaftaran
Pemberi Fidusia
120
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
121
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
Tabel 4. Tampilan Bukti Pendaftaran Fidusia
Tabel 5. Tampilan Pernyataan Pendaftaran Jaminan Fidusia
122
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
Tabel 6. Tampilan Sertifikat Fidusia
Dari penjelasan mengenai
proses pendaftaran fidusia online
dan melihat tampilan aplikasi diatas
dapat diketahui bahwa dalam
praktiknya terdapat hal-hal yang
kurang sinkron dengan ketentuan
yang ada pada Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 Tentang
Jaminan Fidusia.
Berikut tabel perbandingan
antara beberapa ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 Tentang Jaminan Fidusia
dengan praktik di lapangan :
Tabel 7. Perbandingan Ketentuan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia dan Praktik di Lapangan
No. Undang-Undang Praktiknya
1. Pasal 12
“Pendaftaran jaminan fidusia
dilakukan di Kantor Pendaftaran
jaminan fidusia”
Pendaftaran dilakukan di masing-
masing kantor Notaris secara
online
123
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
No. Undang-Undang Praktiknya
2. Pasal 13
Ayat (1) : “Permohonan
pendaftaran jaminan fidusia
dilakukan oleh penerima
fidusia, kuasa atau wakilnya
dengan melampirkan pernyataan
pendaftaran jaminan fidusia”
Ayat (2) : “Pernyataan
pendaftaran sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1)
memuat :
1) Identitas pihak pemberi dan
penerima fidusia;
2) Tanggal, nomor akta jaminan
fidusia, nama dan tempat
kedudukan notaris yang
membuat akta jaminan
fidusia;
3) Data perjanjian pokok yang
dijamin fidusia;
4) Uraian mengenai benda yang
menjadi obyek jaminan
fidusia;
5) Nilai penjaminan; dan
6) Nilai benda yang menjadi
obyek jaminan fidusia.”
Dengan pendaftaran jaminan
fidusia secara online, tidak ada
penyerahan data fisik pada kantor
pendaftaran jaminan fidusia
Dengan pendaftaran fidusia secara
online, tidak ada kolom untuk
memasukkan data mengenai
uraian benda dan nilai benda yang
menjadi obyek jaminan fidusia,
hanya “SESUAI AKTA
NOTARIS”
3. Pasal 14 ayat (2)
“Sertifikat jaminan fidusia yang
merupakan salinan dari Buku
Daftar Fidusia memuat catatan
tentang hal-hal sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 ayat
(2)”
Dengan berlakunya fidusia online,
sertifikat jaminan fidusia tidak
memuat catatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 13 ayat (2)
tersebut diatas, hanya “SESUAI
AKTA NOTARIS”
4. Pasal 16 ayat (1)
“Apabila terjadi perubahan
mengenai hal-hal yang tercantum
dalam sertifikat jaminan fidusia
sebagaimana dimaksud dalam
pasal 14 ayat (2), penerima
Di dalam fidusia online, masalah
perubahan masih tetap manual
124
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
No. Undang-Undang Praktiknya
fidusia wajib mengajukan
permohonan pendaftaran atas
perubahan tersebut kepada kantor
pendaftaran jaminan fidusia”
5. Pasal 25 ayat (3)
“Penerima fidusia
memberitahukan kepada kantor
pendaftaran fidusia mengenai
hapusnya jaminan fidusia
sebagaimana dalam ayat (1)
dengan melampirkan pernyataan
mengenai hapusnya hutang,
pelepasan hak atau musnahnya
benda yang menjadi obyek
jaminan fidusia tersebut.”
Masalah roya dilakukan secara
manual kembali
2. Kelebihan dan Kelemahan
Dari Pelaksanaan Pendaftaran
Jaminan Fidusia Online Di
Indonesia
Pelaksanaan sistem pendaf-
taran jaminan fidusia online di
Indonesia memiliki berbagai
dampak. Hal tersebut memberikan
dampak secara positif dan
berdampak secara negatif. Pendaf-
taran fidusia secara online
memudahkan para pihak terkait
khususnya pihak perbankan dalam
mengurus kepentingannya.
Kelebihan sistem pendaftaran
fidusia online adalah sebagai
berikut :
a. Secara Umum :
1) Proses pendaftaran ter-
bilang cepat;
2) Pembayaran biaya pendaf-
taran jelas dan terang
sehingga bebas pungutan
liar; dan
3) Pendaftaran dapat dilaku-
kan di kantor notaris,
sehingga memudahkan bagi
daerah-daerah pelosok yang
akan mendaftarkan jaminan
fidusia.
b. Bagi Pemohon tidak lagi
melengkapi berkas untuk
dibawa, seperti :
1) Pernyataan pendaftaran;
2) Salinan akta notaris;
3) Surat kuasa atas surat
pendelegasian wewenang
untuk melakukan pendaf-
taran jaminan fidusia;
4) Tidak mengisi formulir; dan
5) Bukti pembayaran.
c. Bagi Pejabat kantor pendaf-
taran fidusia :
1) Tidak lagi memeriksa dan
menerima secara fisik
kelengkapan persyaratan
permohonan;
125
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
2) Tidak melakukan pengem-
balian berkas pendaftaran
jaminan fidusia kepada
pemohon;
3) Tidak lagi mencatat
jaminan fidusia dalam buku
daftar, karena sudah
terwakili dengan bentuk
buku daftar fidusia
elektronik; dan
4) Penerbitan sertifikat dan
penyerahannya kepada
pemohon dapat dilakukan
pada tanggal yang sama
dengan tanggal pencatatan
secara elektronik terhadap
permohonan pendaftaran
jaminan fidusia.
Kelemahan dari sistem
pendaftaran fidusia online adalah
sebagai berikut :
a. Dari sisi program yang tersedia
1) Belum tersedianya uraian
mengenai nilai obyek
jaminan fidusia, hanya
terdapat kata-kata sebagai-
mana tertuang dalam isi
akta Notaris;
2) Belum tersedia informasi
debitur, karena hanya ada
pemberi fidusia yang
terkadang pemberi fidusia
belum tentu debitur;
3) Belum tersedia kolom untuk
input data-data apabila
terdapat lebih dari satu
perjanjian kredit yang
jaminannya tanggung
renteng;
4) Belum tersedianya pilihan
nilai obyek jaminan fidusia
dengan mata uang asing,
hanya tersedia dalam mata
uang Rupiah;
5) Perubahan sertifikat
jaminan fidusia dan roya
masih tetap secara manual;
6) Rawan terjadi fidusia ulang
dan konflik sengketa; dan
7) Dalam hal kesalahan
pengisian formulir isian
setelah pemohon melaku-
kan pembayaran Penerima-
an Negara Bukan Pajak,
maka pemohon harus
mengajukan permohonan
baru dan membayar PNBP
kembali (unsur kehati-
hatian dan ketelitian).
b. Dari sisi jaringan internet
Jaringan internet di
Indonesia masih terbilang
lambat bahkan sering terjadi
error pada servernya di waktu
jam kerja. Banyaknya
pengakses internet untuk
melakukan pendaftaran
jaminan fidusia semakin
menghambat akses untuk
masuk situs tersebut.
E. PENUTUP
1. Kesimpulan
Terdapat hal-hal yang kurang
sinkron dengan ketentuan yang ada
pada pasal-pasal dalam Undang-
Undang Nomor 42 tahun 1999
tentang jaminan fidusia.
Beberapa kelebihan yang
didapat dari pendaftaran jaminan
fidusia secara online adalah :
a. Secara Umum :
1) Proses pendaftaran ter-
bilang cepat;
2) Pembayaran biaya pendaf-
taran jelas dan terang
sehingga bebas pungutan
liar; dan
126
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
3) Pendaftaran dapat dilaku-
kan di kantor notaris,
sehingga memudahkan bagi
daerah-daerah pelosok yang
akan mendaftarkan jaminan
fidusia.
b. Pemohon tidak lagi
melengkapi berkas untuk
dibawa:
1) Pernyataan pendaftaran;
2) Salinan akta notaris;
3) Surat kuasa atas surat
pendelegasian wewenang
untuk melakukan pendaf-
taran jaminan fidusia;
4) Tidak mengisi formulir; dan
5) Bukti pembayaran.
c. Pejabat kantor pendaftaran
fidusia :
1) Tak lagi memeriksa dan
menerima secara fisik
kelengkapan persyaratan
permohonan;
2) Tidak ada lagi pengem-
balian berkas;
3) Tidak lagi mencatat
jaminan fidusia dalam buku
daftar, karena sudah
terwakili dengan bentuk
buku daftar fidusia
elektronik; dan
4) Penerbitan sertifikat dan
penyerahannya kepada
pemohon dapat dilakukan
pada tanggal yang sama
dengan tanggal pencatatan
secara elektronik terhadap
permohonan pendaftaran
jaminan fidusia.
Sedangkan kelemahan dari
sistem pendaftaran Fidusia secara
Online dapat dilihat dari beberapa
sisi, yakni :
a. Sisi Program yang tersedia
didalamnya yang perlu
dibenahi :
1) Obyek jaminan fidusia yang
telah didaftar tidak dapat
diakses melalui sistem
online karena hanya sesuai
dengan akta notaris saja,
sehingga besar kemung-
kinan terjadinya fidusia
ulang yang efek jangka
panjangnya menimbulkan
berbagai konflik;
2) Belum tersedia informasi
debitur, karena hanya ada
pemberi fidusia yang
terkadang pemberi fidusia
belum tentu debitur;
3) Belum tersedianya uraian
mengenai nilai obyek
jaminan fidusia, hanya
terdapat kata-kata sebagai-
mana tertuang dalam isi
akta Notaris;
4) Belum tersedia kolom untuk
input data-data apabila
terdapat lebih dari satu
perjanjian kredit yang
jaminannya tanggung
renteng;
5) Belum tersedianya pilihan
nilai obyek jaminan fidusia
dengan mata uang asing,
hanya tersedia dalam mata
uang Rupiah;
6) Perubahan sertifikat
jaminan fidusia dan roya
masih tetap secara manual;
dan
7) Dalam hal kesalahan
pengisian formulir isian
setelah pemohon melaku-
kan pembayaran Penerima-
an Negara Bukan Pajak,
127
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
maka pemohon harus
mengajukan permohonan
baru dan membayar PNBP
kembali (unsur kehati-
hatian dan ketelitian).
b. Sisi jaringan internet
Jaringan internet di
Indonesia masih terbilang
lambat bahkan sering terjadi
error pada servernya di waktu
jam kerja. Banyaknya
pengakses internet untuk
melakukan pendaftaran
jaminan fidusia semakin
menghambat akses untuk
masuk situs tersebut.
2. Saran
Terjadinya banyak kendala
mengenai pendaftaran fidusia secara
online berpotensi terhadap
timbulnya permasalahan di
kemudian hari. Untuk itu diperlukan
perlindungan hukum bagi kreditur
khususnya perkreditan perbankan
dan perusahaan pembiayaan di
Indonesia. Sehingga produk yang
dihasilkan dapat memberikan
kepastian hukum, keadilan dan
kemanfaatan.
Solusi dari adanya kendala-
kendala tersebut adalah:
a. Agar segera dilakukan
amandemen Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 tentang
jaminan fidusia;
b. Penyempurnaan sistem
pendaftaran baik dari segi
sumber daya manusia maupun
infrastruktur didalamnya
termasuk revisi aplikasi yang
terdapat didalam proses
pendaftaran fidusia online; dan
c. Perbaikan server dan jaringan
internet di Indonesia.
F. DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar Sibarani, “Soal Undang-
Undang Fidusia”, volume 10,
Jurnal Hukum Bisnis,
Jakarta, 2000.
Cholid Narbuko dan H. Abu
Achmadi, Metodologi
Penelitian, PT. Bumi Aksara,
Jakarta, 2002.
Direktorat Jenderal Administrasi
Hukum Umum Kementerian
Hukum Dan Hak Asasi
Manusia, Petunjuk Proses
Pendaftaran Jaminan Fidusia
Online, Direktorat Perdata,
Jakarta, 2013.
Dyah Sulistyani Muladi,
Perkembangan Fidusia
Online dan Kajian Yuridis
Fidusia Online dalam Politik
Hukum UU No.42 Tahun
1999 Tentang Jaminan
Fidusia, Jakarta, 2013.
Frieda Husni Hasbullah, Hukum
Kebendaan Perdata – Hak-
Hak Yang Memberi Jaminan,
Ind Hill, Jakarta, 2009.
J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak
Jaminan Kebendaan Fidusia,
PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002.
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-
Bab Tentang Creditverband,
Gadai & Fiducia, Alumni,
Bandung, 1987.
Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Cet
II, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003.
Nidia Zuraya, APPI: Fidusia Online
Diharapkan Permudah
Perolehan Sertifikat,
128
Liana Endah Susanti , Pengaruh fidusia online terhadap eksistensi Undang-
undang nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia
MEDIA SOERJO Vol. 16 No 1 April 2015 ISSN 1978 – 6239
http://republika.co.id.,
Jakarta, 2013
Oey Hoey Tiong, Fidusia Sebagai
Jaminan Unsur-Unsur
Perikatan, Ghalia Indonesia,
Jakarta, 1985.
Ronny Hanitijo Soemitro,
Metodologi Penelitian
Hukum dan Jurimetri, Ghalia
Indonesia, Jakarta, 1990.
Sekretariat Negara Republik
Indonsia, Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia,
LN. 168 Tahun 2004, TLN
Nomor 3889, Sekretariat
Negara, Jakarta, 2004.
Sobirin, “Kajian Hukum Terhadap
Pendaftaran Jaminan Fidusia
Di Kantor Pendaftaran
Fidusia Daerah Khusus
Ibukota Jakarta”, Tesis
Magister Kenotariatan
Universitas Diponegoro,
Semarang, 2008.
Soerjono Soekanto, Pengantar
Penelitian Hukum, Jakarta,
Universitas Indonesia Press,
1984.
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan,
Hukum Jaminan Di Indonesia
Pokok-Pokok Hukum
Jaminan Dan Jaminan
Perorangan, Liberty,
Yogyakarta, 1980.
Subekti, Jaminan-Jaminan untuk
Pemberian Kredit Menurut
Hukum Indonesia, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1989.
Sutrisno Hadi, Metodologi
Research, Jilid I, Andi,
Yogyakarta, 2000.
Tan Kamelo, Hukum Jaminan
Fidusia Suatu Kebutuhan
Yang Didambakan, Edisi
Pertama, Cetakan Kedua,
Alumni, Bandung, 2006.
129
top related