pengaruh green accounting, kinerja lingkungan dan ukuran
Post on 22-Feb-2022
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JFAS: Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 3 Nomor 2, Juni 2021
Halaman 72-84
Pengaruh Green Accounting, Kinerja Lingkungan dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Financial performance
(Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2017-2018)
Eka Mutia Anin Dita1*, Deasy Ervina2
1, 2Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Hasyim Asy’ari.
Jl Irian Jaya No.55, Tebuireng, Diwek, Jombang 874684, Jombang, Indonesia.
ekaanindita87@gmail.com
Abstract
The mining sectorial is an industry that directly related to nature so the activities
carried out will have an impact on enviromental sustaibibility around it. If the
company take so much care to enviromental factor maybe there is an impact to
firm’s financial performance. This study aims to examine and anlyze the effect of
green accounting, enviromental performance and firm size on the financial
performance of companies that listed on Indonesian Stock Exchange from 2017-
2018 in mining sector. This research using a purposive sampling methode which
has 34 firm samples. The result show that green accounting has no effect to
financial performance, enviromental performance effects on financial
performance and firm size has no effect to financial performance.
Keywords : Green Accounting; Enviromental Performance; Firm Size; Financial
performance.
Abstrak
Sektor pertambangan merupakan industri yang berhubungan dan berkaitan
langsung dengan alam sehingga kegiatan yang dilakukan akan berdampak
terhadap kelangsungan lingkungan hidup disekitarnya. Apabila faktor alam dan
lingkungan diperhatikan dengan baik maka akan berdampak kepada kinerja
keuangan suatu perusahaan. Studi ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis
pengaruh green accounting, kinerja lingkungan dan ukuran perusahaan terhadap
kinerja keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
periode 2017 – 2018 sektor pertambangan. Penelitian menggunakan metode
purposive sampling yang menghasilkan 34 sampel perusahaan. Dari penilitian
yang dilakukan diperoleh hasil bahwa green accounting tidak berpengaruh
terhadap financial performance, kinerja lingkungan berpengaruh terhadap
financial performance dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
financial performance.
Kata kunci: Green Accounting; Kinerja Lingkungan; Ukuran Perusahaan;
Financial performance.
*Penulis Korespondensi
73 JFAS: Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 3 Nomor 2, Juni 2021
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
PENDAHULUAN
Dunia perindustrian mendukung pembangunan nasional terutama dalam
pertumbuhan ekonomi. Namun disisi lain entitas dianggap memberikan andil
besar terhadap kerusakan lingkungan. Dampak negatif ini dapat berupa limbah
yang berbahaya, polusi, pencemaran dan sebagainya yang disebabkan oleh
eksploitasi sumber daya alam.
Perindustrian saat ini berkembang pesat seiring dengan bertambahnya
populasi manusia dan perkembangan teknologi. Diharapkan perusahaan bukan
hanya berorientasi serta mementingkan pada keuntungan (profit) semata
melainkan harus memperhatikan permasalahan manusia (people) dan lingkungan
hidup (planet). Hal ini sesuai dengan prinsip triple bottom line, yakni profit,
people dan planet. Korporasi juga dituntut untuk memberikan profit yang
maksimal kepada para shareholder, tapi disisi lain perusahaan juga harus
menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya terhadap aspek lainnya, yakni
sosial, masyarakat dan lingkungan.
Menurut Fahmi (2012), Financial performance adalah analisa untuk
mengetahui bagaimana perusahaan telah menerapkan kebijakan finansial secara
bagus dan tepat yang dapat menghasilkan laporan keuangan sesuai SAK (Standar
Akuntansi Keuangan) atau standar GAAP (Prinsip Akuntansi yang Diterima
Umum). Sedangkan definisi financial performance (Gitosudarmo & Basri, 2002)
adalah runtutan kegiatan keuangan dalam kurun waktu tertentu yang disusun
dalam laporan keuangan, termasuk laporan laba rugi serta neraca.
Financial performance masing-masing perusahaan bergantung pada ruang
lingkup usahanya (Angela, 2015). Rasio yang dipilih untuk mengevaluasi kinerja
keuangan oleh peneliti yaitu ROA. ROA mengukur kekuatan emiten dalam
menghasilkan keuntungan dari aset yanggdigunakan oleh emiten.
Cara untuk mengevaluasi kinerja perusahaan adalah dengan melihat financial
performance-nya. Kinerja keuangan mengilustrasikan sejauh mana praktek bisnis
perusahaan dilakukan dan pencapaian apa yang telah dicapai dari kegiatan
tersebut. Kinerja keuangan juga merupakan indikator untuk mengukur
keberhasilan suatu perusahaan dari bidang keuangan. Melalui metrik ini
perusahaan dapat melihat dan mengevaluasi hasil yang diperoleh, sehingga
perusahaan dapat melihat prospek perusahaan pada periode selanjutnya, dan juga
dapat digunakan sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan perusahaan.
Maka, kinerja keuangan adalah faktor yang menentukan kelangsungan hidup
perusahaan. Penelitian memakai return on asset (ROA) untuk menilai kinerja
keuangan, karena dengan informasi ROA tinggi akan membawa nilai positif bagi
investor dikarenakan emiten dapat menghasilkan profit berdasarkan tingkat aset
tertentu. Rasio ini juga dapat mengukur profitabilitas manajemen perusahaan
secara keseluruhan. Oleh karenanya, financial performance merupakan bentuk
tanggung jawab dari emiten. Investor biasanya menggunakan Financial
performance sebagai tolok ukur. Investor melakukan analisis financial
performance saat mengambil keputusan investasi. Financial performance
merupakan hal krusial untuk emiten untuk memperoleh tambahan modal.
Financial performance suatu perusahaan dapat diperngaruhi oleh banyak faktor.
Eka Mutia Anin Dita,Deasy Ervina: Pengaruh Green Accounting, Kinerja
74
4 Lingkungan dan Ukuran Perusahaan terhadap Financial performance (Studi Kasus
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2017-2018)
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
Fokus penlitian ini adalah untuk menggali pengaruh green accounting, kinerja
lingkungan serta ukuran perusahaan terhadap financial performance perusahaan
sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2018.
Green accounting menurut United States Environment Protection Agency
dalam Wulandari (2019), “Green accounting is identifying and measuring the cost
of environmental materials and activities, and using this information for
environmental management decisions. The purpose is to recognize and seek to
mitigate the negative impact of activities and sistyems on the environment”.
Lako (2018) berpendapat green accounting adalah mengidentifikasi, mengukur
nilai, mencatat, meringkas, melaporkan dan mengungkapkan objek, transaksi,
peristiwa yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, sosial dan lingkungan
perusahaan kepada masyarakat, lingkungan dan perusahaan itu sendiri dalam
suatu paket pelaporan. Informasi akuntansi terintegrasi, sehingga berguna bagi
pengguna untuk evaluasi pengambilan keputusa ekonomi dan non-ekonomi.
Sektor pertambangan dalam melakukan kegiatan industri sehari-harinya
melibatkan kontak langsung dengan alam. Dalam upaya pencegahan atau
penanggulangan kerusakan lingkungan akibat dari eksploitasi, penambangan,
penggalian dan limbah yang ditimbulkan, emiten secara sadar akan menanggung
biaya tambahan. Perseroan masih meyakini biaya lingkungan hanya merupakan
tambahan pengeluaran emiten yang dapat menjadi rekening pengurang
keuntungan emiten. Pada kenyataannya pengalokasian biaya untuk pengelolaan
lingkungan menunjukkan adanya konsistensi perusahaan dalam perlindungan
lingkungan, sehingga membangun kepercayaan dan added-value bagi masyarakat
terhadap tanggung jawab perusahaan (Tunggal & Fachrurrozie, 2014). Adanya
biaya lingkungan dapat menjadi investasi jangka panjang bagi emiten, karena
biaya yang dialokasikan pada masa sekarang akan membawa dampak citra yang
baik bagi perusahaan. Pernyataan ini sejalan dengan penelitian Camelia (2016)
bahwa apabila suatu rencana pengembangan lingkungan dikeluarkan (yang akan
mengakibatkan timbulnya biaya lingkungan), maka akan dapat menaikkan
reputasi yang mempengaruhi daya saing dan bisa digunakan sebagai strategi untuk
meningkatkan pendapatan penjualan atau keuntungan perusahaan. Penelitian ini
mengambil hipotesis yaitu:
H0: Green accounting tidak berpengaruh terhadap financial performance
H1: Green accounting berpengaruh terhadap financial performance
Kinerja lingkungan adalah hasil yang dapat diukur dari sistem manajemen
lingkungan, yang berkaitan pengendalian lingkungan dan evaluasi kinerja
lingkungan berdasarkan kebijakan lingkungan, tujuan lingkungan dan sasaran
lingkungan (ISO 14004). Ikhsan (2008) mengatakan bahwa kinerja lingkungan
mengacu pada aktivitas perusahaan yang berhubungan langsung dengan
lingkungan alam sekitarnya. Ari Retno (2010) menyatakan bahwa kinerja
lingkungan merupakan kontribusi dari kinerja korporasi dalam menjaga
lingkungan. Institusi terkait mengevaluasi kinerja lingkungan dengan level
tertentu. Kesimpulannya, kinerja lingkungan merupakan kinerja yang dapat
dibuktikan pelaku industri dengan menunjukkan kinerja program terkait kepada
Kementerian Lingkungan Hidup. Oleh karena itu kinerja lingkungan adalah segala
75 JFAS: Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 3 Nomor 2, Juni 2021
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
aktivitas yang menunjukkan kinerja perusahaan dalam menjaga lingkungan sekitar
dan melaporkan kepada pihak terkait.
PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup) adalah sebuah penilaian ketaatan dan kepatuhan
serta kinerja yang melebihi kepatuhan penanggung jawab usaha atau serta
pengendalian pencemaran atau kerusakan lingkungan dan pengelolaan limbah
bahan berbahaya dan beracun. (Kementerian Lingkungan Hidup). Dengan
PROPER, warna dapat digunakan untuk mengukur kinerja lingkungan
perusahaan, mulai dari emas untuk yang peringkat teratas, hijau, biru, merah
sampai dengan hitam bagi yang terparah, selanjutnya dengan konsisten
mengumumkan warna-warna tersebut kepada publik agar publik dapat memahami
bagaimana kinerja lingkungan perusahaan hanya dengan melihat warnanya.
Peraturan Menteri Negara Ligkungan Hidup Nomor 5 tahun 2011 memuat secara
lengkap kriteria penilaian PROPER. Umumnya tingkat PROPER dibagi menjadi 5
warna, dengan definisi sebagai berikut:
1) Emas; Skor 5 ; Sangat baik
Bagi kegiatan atau aktivitas yang sudah dengan taat melaksanakan
environmental excellency di kegiatan produksi atau jasa dan telah melakukan
aktivitas bisnis dengan etis serta bertanggungjawab secara sosial.
2) Hijau; Skor 4 ; Baik
Bagi pelaku bisnis yangtelah menerapkan pengelolaan lingkungan di luar yang
dipersyaratkan oleh peraturan (beyond compliance) dengan pengaplikasian 4R
4R (Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery) serta melaksanakan usaha
pertanggungjawaban sosial yang baik.
3) Biru; Skor 3 ; Cukup
Bagi perusahaan yang sudah melakukan pekerjaan pengelolaan lingkungan
diperlukan sesuai peraturan yang ditetapkan.
4) Merah; Skor 2 ; Buruk
Pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan tidak memenuhi ketentuan
regulasi dan sedang dalam tahap penerapan sanksi administratif.
5) Hitam; Skor 1 ; Sangat Buruk
Bagi perusahaan atau aktivitas dengan sengaja mengabaikan tindakan yang
menyebabkan pencemaran lingkungan, kerusakan, dan melanggar peraturan
perundang-undangan atau tidak menerapkan sanksi administratif.
Korporasi dianggap sebagai organisasi yang harus mematuhi aturan sosial
untuk memastikan pengakuan sosial sehingga dapat terus eksis. Fitriani (2013)
Djuitaningsih (2011) berpendapat kinerja lingkungan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
H0: Kinerja Lingkungan tidak berpengaruh terhadap Financial performance
H2: Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Financial performance
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2008 mengatur kriteria ukuran
perusahaan. Peraturan tersebut menjelaskan ukuran perusahaan dinilai dari total
penjualan serta total aset yang dipunyai oleh emiten, 4 jenisnya yakni perusahaan
usaha ukuran mikro, perusahaan usaha ukuran kecil, ukuran menengah dan ukuran
besar. Menurut indikator yang mempengaruhi perusahaan, perusahaan dapat
dibedakan menjadi perusahaan besar atau perusahaan kecil. Menurut Edy Suwito
Eka Mutia Anin Dita,Deasy Ervina: Pengaruh Green Accounting, Kinerja
76
4 Lingkungan dan Ukuran Perusahaan terhadap Financial performance (Studi Kasus
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2017-2018)
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
dan Arleen Herawaty (2005), indikator ukuran perusahaan adalah total aset, nilai
pasar saham, total pendapatan, dan sebagainya. Indikator yang dipilih untuk
penelitian ini adalah total aset. Menurut PSAK No. 1 (2007), yang dimaksud
dengan aset adalah: “Semua manfaat ekonomi dengan potensi produktivitas
merupakan bagian dari kegiatan operasi perusahaan, dapat pula dalam beberapa
bentuk, yang dapat diubah menjadi kas atau dikurangi pengeluaran kas. Misalnya,
pengurangan biaya karena proses produksi alternatif. "
Murhadi (2013) mengemukakan ukuran perusahaan dinilai dengan
mengubah total aset perusahaan menjadi logaritma natural. Ukuran perusahaan
yang dihitung oleh Log Natural Total Asset untuk mengurangi fluktuasi data yang
berlebihan. Dengan menggunakan natural log, jumlah aset yang bernilai ratusan
miliar bahkan triliunan rupiah dapat disederhanakan tanpa mengubah rasio total
aset sebenarnya.
Penelitian yang dilakukakan oleh Azzahra (2019) membuktikan ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Penelitian ini
sejalan dengan teori yang menssgatakan faktor ukuran perusahaan yang
digambarkan menggunakan total aset, menampilkan bahwa ukuran kecil besarnya
perusahaan merupakan faktor yang penting untuk dihasilkannya laba . Perusahaan
besar diasumsikan sudah matang, dibandingkan dengan perusahaan kecil,
perusahaan skala besar relatif lebih stabil dan lebih menguntungkan. Semakin
banyak aset, semakin banyak dana yang diinvestasikan, semakin besar tingkat
perputaran modal dan nilai pasar yang akan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan.
H0: Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap financial performance
H3: ukuran perusahaan berpengaruh terhadap financial performance
METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif digunakan untuk
menguraikan keseluruhan fakta dan hubungan antar variabel yang diteliti serta
jalan mengumpulkan, memproses, menganalisa dan mengintrepetasikan data serta
hubungan hubungan antar variabel melalui pengujian hipotesis statistik. Metode
deskriptif dalam penelitian ini dipakai guna menjawab bagaimana green
accounting, kinerja lingkungan, ukuran perusahaan dan fiancial performance pada
perusahaan pertambangan tahun 2017-2018 yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 1. Sampel
No Kriteria Jumlah Perusahaan
1 Perusahaan Sektor Pertambangan periode 2017-2018 44
2 Perusahaan yang tidak mengikuti PROPER (24)
3 Perusahaan yang tidak memiliki data lengkap (3)
4 Jumlah final perusahaan 17
5 Periode Pengamatan 2
6 Jumlah sampel yang digunakan 34
Ukuran Perusahaan = Ln(Total asset)
77 JFAS: Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 3 Nomor 2, Juni 2021
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Statistik Deskriptif
Tabel 2. Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Green accounting 34 0 1 ,65 ,485
Kinerja Lingkungan 34 2 5 3,71 ,836
Ukuran perusahaan 34 11,8607 14,0100 13,165029 ,5361355
Financial
performance 34 -,0328 ,2425 ,061421 ,0662039
Valid N (listwise) 34
Sumber: Output SPSS 25 oleh Peneliti
Berdasarkan tabel diatas hasil analisis dengan menggunakan statisttik
deskriptif dijelaskan sebagai berikut:
Variabel Green accounting (X1) yang diukur menggunakan uji statistik
deskriptif mempunyai nilai minimum 0 serta nilai maksimum 1 (dummy) ,
nilai mean 0,65 sertastandar deviasi 0,485. Dari 34 sampel, terdapat 22
sampel yang telah menggunakan green accounting dengan indikasi telah
mengungkapkan komponen biaya lingkungan, dan 12 lainnya dianggap
tidak menggunakan green accounting karena tidak menunjukkan komponen
biaya lingkungan.
Variabel kinerja lingkungan (X2) yang diuji dengan statistik deskriptif
dan diukur berdasarkan rating PROPER yang dikeluarkan Kementerian
Lingkungan Hidup (KLH) mengasilkan nilai maksimum 5, nilai minimum 2
nilai rata-rata sebesar 3,71 dan standar deviasi 0,836. Nilai tertinggi adalah 5
yang artinya bahwa perusahaan sampel memdapatkan peringkat “emas”
yang menunjukkan perusahaan telah secara konsisten menunjukkan
keunggulan lingkungan dan telah sangat memperhatikan tanggungjwabnya
terhadap lingkungan dalam proses bisnisnya. Perusahaan yang secara
konsiten memperoleh. Sedangkan nilai minum adalah 2 yang berarti bahwa
memiliki rating “merah”, menunjukkan bahwa perusahan tidak melakukan
pengelolaan serta tanggungjawab yang telah dipersyaratkan. Nilai rata-rata
sebesar 3,71 dan apabila dikonversi menjadi kategori rating PROPER maka
berada dalam kriteria “hijau” yang berarti bahwa perusahaan sampel rata-
rata sudah melaksanakan pengelolaan dan tanggungjawab lingkungan lebih
dari yang telah dipersyaratkan oleh pemerintah.
Variabel ukuran perusahaan (X3) menghasilkan nilai rata-rata uji
sebesar 13,160, nilai maksimum 14,010, nilai minum 11,8607 dan nilai
standar deviasi sebesar 0,5361355.
Variabel financial performance yang menggunakan indikator (ROA)
yakni dengan membagi keuntungan bersih sesudah pajak dengan total aset.
Dari uji statistik deskriptif dihasilkan nilai minimum untuk financial
performance adalah -0,0328 , nilai maksimal yang dihasilkan adalah 0,2425,
nilai rata-rata sebesar ,061421.
Eka Mutia Anin Dita,Deasy Ervina: Pengaruh Green Accounting, Kinerja
78
4 Lingkungan dan Ukuran Perusahaan terhadap Financial performance (Studi Kasus
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2017-2018)
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
2. Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Tabel 3. Hasil Analisis Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 34
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation ,05944339
Most Extreme
Differences
Absolute ,132
Positive ,132 Negative -,094
Test Statistic ,132
Asymp. Sig. (2-tailed) ,138c
Sumber: Output SPSS 25 oleh Peneliti Dari tabel diatas, diketahui bahwa nilai Asymp. Sig (2-tailed) 0,138 yang
mengindikasikan bahwa data residual penelitian berdistribusi secara normal
karena nilai Asymp. Sig (2-tailed) > 0,05.
Uji Autokorelasi
Tabel 4. Hasil Analisis Uji Autokorelasi Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -,00776
Cases < Test Value 17
Cases >= Test Value 17
Total Cases 34
Number of Runs 19
Z ,174
Asymp. Sig. (2-tailed) ,862
Sumber: Output SPSS 25 oleh Peneliti
Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan nilai signifikansi Asymp
Sig. (2-tailed) sebesar 0.862 > 0,05 dapat disimpulkan tidak adanya
autokorelasi.
79 JFAS: Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 3 Nomor 2, Juni 2021
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
Uji Heterokedastisitas
Tabel 5. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Correlations
Green
accounting
Kinerja
Lingkungan
Ukuran
Perusahaan
Unstandardize
d Residual
Spearm
an's rho
Green
accounting
Correlation
Coefficient
1,000 -,281 -,320 -,088
Sig. (2-tailed) . ,108 ,065 ,621
N 34 34 34 34
Kinerja
Lingkungan
Correlation
Coefficient
-,281 1,000 ,381* -,014
Sig. (2-tailed) ,108 . ,026 ,937
N 34 34 34 34
Ukuran
Perusahaan
Correlation
Coefficient
-,320 ,381* 1,000 ,029
Sig. (2-tailed) ,065 ,026 . ,870
N 34 34 34 34
Unstandardi
zed
Residual
Correlation
Coefficient
-,088 -,014 ,029 1,000
Sig. (2-tailed) ,621 ,937 ,870 .
N 34 34 34 34
Sumber: Output SPSS 25 oleh Peneliti
Dari tabel tersebut dapat diketahui model regresi yang dihasilkan tidak
terjadi heterokedastisitas, diketahui dari nilai signifikansi atau sig (2-tailed)
variabel green accounting sebesar 0,621 , variabel kinerja lingkungan 0,937
dan variabel ukuran perusahaan sebesar 0,87 sehingga membuktikan tidak
terjadi heterokedastisitas dikarenakan tingkat signifikansinya melebihi 0,05.
Uji Multikolinearitas
Tabel 6. Hasil Analisis Uji Multikoliniearitas
l
Sumber: Output SPSS 25 oleh Peneliti
Bersumber dai tabel diatas menunjukkan bahwa antar variabel dependen
tidak terjadi multikolinearitas, diuraikan sebagai berikut:
- Green accounting : Nilai Tolerance sebesar 0,920 ≥ 0,10 dan nilai VIF sebesar
1,087 ≤ 10 maka tidak terjadi multikoloniaritas
- Kinerja Lingkungan : Nilai Tolerance sebesar 0,831 ≥ 0,10 nilai VIF sebesar
1,203 ≤ 10 maka tidak terjadi multikoloniaritas
Coefficientsa
Mode Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,183 ,277 ,661 ,514
Green accounting ,035 ,023 ,259 1,516 ,140 ,920 1,087 Kinerja Lingkungan ,035 ,014 ,442 2,460 ,020 ,831 1,203 Ukuran Perusahaan -,021 ,022 -,169 -,957 ,346 ,861 1,162
Eka Mutia Anin Dita,Deasy Ervina: Pengaruh Green Accounting, Kinerja
80
4 Lingkungan dan Ukuran Perusahaan terhadap Financial performance (Studi Kasus
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2017-2018)
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
- Ukuran Perusahaan : Nilai Tolerance sebesar 0,861 ≥ 0,10 nilai VIF sebesar
1,162 ≤ 10 maka tidak terjadi multikoloniaritas.
3. Uji Regresi Linear Berganda
Tabel 7. Hasil Analisis Uji Regresi Linier Berganda
l
Sumber: Output SPSS 25 oleh Peneliti
Model regresi linear berganda dirumuskan dengan :
Y=a+b1GA+bKL+bUP+e
Sehingga
Y = 0,183 + 0,035GA + 0,035KL – 0,021 UP
Berdasarkan persamaan model regresi tersebut diuraikan bahwa :
- Konstanta (a) : apabila keseluruhan variabel bebas mempunyai nilai nol (0)
maka nilai variabel beta 0,183
- Green accounting terhadap Financial performance : Nilai koefisien Green
accounting 0,035 serta bertanda positif, menggambarkan bahwa green
accounting memiliki hubungan searah terhadap financial performance.
Artinya setiap naiknya green accounting akan menaikkan pula financial
performance sebesar 0,183
- Kinerja lingkungan terhadap financial performance : nilai koefisien kinerja
lingkungan 0,035 dan bertanda positif, hal ini mengindikasikan bahwa
kinerja lingkungan mempunyai hubungan searah dengan financial
performance. Setiap naiknya kinerja lingkungan akan menaikkan financial
performance sebesar 0,035.
- Ukuran perusahaan terhadap financial performance : nilai koefisien ukuran
perusahaan 0,021 dan bertanda negatif, hal ini diartikan bahwa ukuran
perusahaan mempunyai hubungan yang berlawanan arah terhadap financial
performance. Setiap naiknya ukuran perusahaan maka menurunkan
financial performance sebesar 0,021
4. Uji Hipotesis
Uji Parsial (T)
Tabel 8. Hasil Analisis Uji t
l
Sumber: Output SPSS 25 oleh Peneliti
Berdasarkan tabel dapat disimpulkan, tingkat signifikansi yang didapat oleh
variabel green accounting (X1) adalah sebesar 0,140. menunjukkan bahwa tidak
adanya pengaruh green accounting terhadap financial performance, sehingga H1
ditolak dan H0 diterima. Tingkat signifikansi variabel kinerja lingkungan adalah
Coefficientsa
Mode Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,183 ,277 ,661 ,514 Green accounting ,035 ,023 ,259 1,516 ,140 Kinerja Lingkungan ,035 ,014 ,442 2,460 ,020 Ukuran Perusahaan -,021 ,022 -,169 -,957 ,346
Coefficientsa
Mode Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,183 ,277 ,661 ,514 Green accounting ,035 ,023 ,259 1,516 ,140 Kinerja Lingkungan ,035 ,014 ,442 2,460 ,020 Ukuran Perusahaan -,021 ,022 -,169 -,957 ,346
81 JFAS: Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 3 Nomor 2, Juni 2021
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
sebesar 0,020 . hal ini mengindikasikan bahwa variabel kinerja lingkungan (X2)
berpengaruh terhadap financial performance atau H2 diterima dan H0 ditolak.
Serta untuk variabel ukuran perusahaan yang diperoleh sebesar 0,346 yang
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
financial performance, sehingga H3 ditolak dan H0 diterima. Uji Simultan (F)
Tabel 9. Hasil Analisis Uji F ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression ,028 3 ,009 2,404 ,087b
Residual ,117 30 ,004
Total ,145 33
Sumber: Output SPSS 25 oleh Peneliti
Tabel diatas memperlihatkan nilai F 2,404 dengan taraf probabilitas 0,087
serta apabila dibandingkan dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 maka dapat
disimpulkan secara simultan kinerja green accounting, kinerja lingkungan dan
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap financial performance.
5. Koefisien Determinasi
Tabel 10. Hasil Analisis R2
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,440a ,194 ,113 ,0623448
Sumber: Output SPSS 25 oleh Peneliti
Tabel diatas memperlihatkan nilai R (koefisien korelasi) sebesar 0,440 yang
artinya hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen sebesar
44%. Adjusted R Square 0,113 artinya bahwa 11,3% financial performance
mampu dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu green accounting,
kinerja lingkungan dan ukuran perusahaan, sisanya sebesar 88,7% (100%-11,3%)
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel penelitian.
Pembahasan
1. Pengaruh Green accounting terhadap Financial performance
Green accounting dalam penelitian ini diukur dengan metode dummy,
yakni dengan memberikan skor 1 bagi perusahaan yang mengungkapkan
biaya lingkungan lingkungan di annual reportnya dan memberi skor 0 bagi
yang tidak mengungkapkannya. Dari hasil penelitain yang telah dilakukan,
diperoleh hasil bahwa green accounting tidak berpengaruh terhadap financial
performance.
Beberapa perusahaan telah mengungkapkan dan menyajikan komponen
biaya lingkungan pada annual reportnya, hal ini bertujuan untuk memberikan
informasi kepada stakeholder maupun shareholder yang membutuhkan.
Dengan diungkapkannya komponen biaya lingkungan di annual report dapat
memberikan nilai tambah kepada perusahaan atas tersampaikannya besarnya
tanggung jawab lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan. Namun hal
demikian tidak semerta-merta dapat meningkatkan financial performance.
Biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan dapat mengurangi
profit atau laba dari perusahaan akibat penggunannya untuk penggunaan alat-
alat produksi berbasis lingkungan, konservasi dan pemeliharaan lingkungan.
Eka Mutia Anin Dita,Deasy Ervina: Pengaruh Green Accounting, Kinerja
82
4 Lingkungan dan Ukuran Perusahaan terhadap Financial performance (Studi Kasus
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2017-2018)
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
Biaya lingkungan yang dikeluarkan oleh perusahaan belum tentu dapat
dirasakan langsung dalam periode tersebut. Pengaruhnya dapat terjadi pada
periode selanjutnya atau lebih. Sehingga biaya lingkungan tidak
mempengaruhi financial performance.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Buana
(2017) yang menghasilkan bahwa biaya lingkungan tidak berpengaruh
terhadap financial performance. Namun, tidak sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Permatasari (2017) dan Mayshella (2019) yang menyatakan
bahwa green accounting berpengaruh terhadap financial performance dengan
alasan bahwa semakin baik pengungkapan green accounting yang diukur
dengan biaya lingkungan maka semakin baik pula ROA perusahaan.
2. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Financial performance
Kinerja lingkungan diukur menggunakan indikator dari Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PROPER) yang diterbitkan kementerian lingkungan hidup (KLH).
Perusahaan dalam penelitian ini rata-rata memiliki peringkat hijau yang
artinya perusahaan telah melaksanakan tanggungjawab lingkungan dan sosial
yang baik dan melebihi dari yang dipersyaratkan oleh peraturan pemerintah.
Melalui pengujian hipotesis, diperoleh t hitung 0,020 (<0,05) yang
bermakna bahwa kinerja lingkungan berpengaruh terhadap financial
performance. Hal ini didukung pula oleh dengan analisis deskriptif yang
memperlihatkan bahwa rata-rata PROPER secara keseluruhan mempunyai
nilai 3,71 .
Hal ini memperlihatkan apabila korporasi mempunyai kinerja lingkungan
yang bagus maka menjadi sebuah berita bagus untuk stakeholder dan
masyarakat yang mana akan berpengaruh terhadap financial performancenya.
Perusahaan yang mengikuti kegiatan PROPER dan memiliki peringkat yang
tinggi akan memiliki kepercayaan dan citra yang baik. Semakin tinggi
peringkat PROPER maka semakin berpengaruh pula terhadap financial
performancenya. Dengan citra baik yang dimiliki oleh perusahaan maka
perusahaan akan memiliki harapan untuk meningkatkan penjualan yang
nantinya akan meningkatkan laba dari perusahaan.
Kesimpulan yang dihasilkan selaras dengan penelitian Camilia (2016) dan
Setiawan (2018) yang mendukung bahwa kinerja lingkungan berpengaruh
terhadap financial performance namun bertentangan dengan dengan
penelitian Meiyana (2018) dan Nilasari (2019) yang menyatakan bahwa
kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap financial performance
dikarenakan stakeholder tidak terlalu memperdulikan informasi kinerja
lingkungan yang dikeluarkan oleh Kemenerian Lingkungan Hidup dan
cenderung mempertimbangkan hal lain seperti kualitas produk maupun
pelayanan perusahaan ke konsumen.
3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Financial performance Ukuran perusahaan dengan menggunakan Ln (total aset) yang
menghasilkan t hitung 0,346 (lebih besar dari 0,05) maka H0 diterima yang
artinya bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap financial
83 JFAS: Journal of Finance and Accounting Studies
Volume 3 Nomor 2, Juni 2021
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
performance pada perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia tahun 2017-2018.
Hal ini disebabkan ukuran perusahaan yang besar belum tentu didukung
financial performance yang baik. Ukuran perusahaan tidak dapat dimanfaatkan
untuk jaminan bahwa perusahaan yang besar mempunyai kinerja yang baik.
Sebagai contoh yaitu PT Medco Energi International Tbk, yang memiliki
ukuran perusahaan sebesar 13,843 atau setara total aset Rp
69.740.349.418.918,90 memiliki financial performance (ROA) sebesar 0,008
sedangkan perusahaan yang memiliki ukuran lebih kecil yakni PT Toba Bara
Sejahtera sebesar 12,672 setara total aset Rp. 4.707.270.648.648,65 memiliki
ROA sebesar 0,119. yang mengindikasikan bahwa semakin tinggi ukuran
perusahaan yang diukur dari total aset belum tentu berdampak dengan
meningkat atau menurunnya return on assets (ROA). Ukuran perusahaan yang
secara teori seharusnya berdampak pada ROA menjadi tidak berpengaruh
dikarenakan pada tahun tersebut terdapat faktor lain yang mempengaruhi,
seperti total prnjualan mupun kapitalisasi pasar.
Penelitian ini selaras dengan penelitian Fitriani (2013) dan Isbanah (2015)
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
financial performance dan bertentangan dengan penelitian Setiawan (2018)
dan Azzahra (2019) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap financial performance.
PENUTUP
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh green accounting,
kinerja lingkungan dan ukuran perusahaan terhadap financial performance.
Populasi yang dipakai adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2018 dan mengikuti kegiatan PROPER. Dengan
menggunakan purposive sampling dihasilkan 34 sampel penelitian. Dari
penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa green accounting
(X1) tidak berpengaruh terhadap financial performance, kinerja lingkungan(X2)
berpengaruh terhadap financial performance serta ukuran perusahaan (X3) tidak
berpengaruh terhadap financial performance.
Saran bagi perusahaan adalah diharapkan para emiten mampu
meningkatkan kinerja lingkungannya, bukan hanya memperbaiki lingkungan yang
telah dicemari namun lebih ke tindakan mencegah atau prevention sehingga
perusahaan berupaya juga menjaga dan melestarikan lingkungannya. Bagi
pemerintah diharapkan memiliki peraturan yang lebih ketat terhadap perusahaan
yang melaksanakan aktivitas yang berdampak langsung dengan lingkungan
sehingga dapat meminimalisir pencemaran lingkungan. Serta bagi peneliti
selanjutnya, untuk mengambil varian sampel pada sektor yang berbeda, serta
memperpanjang periode penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arfan Ikhsan. 2008. Akuntansi Lingkungan Dan Penerapannya. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Eka Mutia Anin Dita,Deasy Ervina: Pengaruh Green Accounting, Kinerja
84
4 Lingkungan dan Ukuran Perusahaan terhadap Financial performance (Studi Kasus
Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2017-2018)
https://ejournal.feunhasy.ac.id/index.php/jfas
Azzahra, An Suci & Nasib. 2019. Pengaruh Firm Size & Leverage Ratio terhadap
Kinerja Keuanganpada Perusahaan Pertambangan. JWEM STIE
MIKROSKIL. Vol.9 No 1
Camilia, Ica. 2016. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya Lingkungan
Terhadap Financial performance Perusahaan Manufaktur. Jurnal STIE
Perbanas Surabaya
Djuitaningsih, Tita dan Erista Eka Ristiawati. 2011. Pengaruh Kinerja
Lingkungan dan Kepemilikan Asing Terhadap Kinerja Finansial
Perusahaan. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, Volume 9 No. 2
Desember 2011.
Fitriani. 2013. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Biaya Lingkungan terhadap
Financial performance. Jurnal : Universitas Negeri Surabaya
GitoSudarmo dan Basri. 2002. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE
Isbanah. 2015. Pengaruh ESOP, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap
Kinerja Keuangan di Perusahaan di Bursa Efek Indonesia . Journal of
Research in Economics and Management, Vol, 15 No. 1
Kementerian Lingkungan Hidup. Laporan Hasil Program Penelitian Peringkat
Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.
www.proper.mnlh.go.id.
Lako, Andreas. 2018. Akuntansi Hijau Isu, Teori dan Aplikasi. Jakarta:Salemba
Empat.
Mayshella, Ayu Putri. 2019. Dampak penerapan green accounting dan kinerja
lingkungan terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur di bursa efek
indonesia. Jurnal Riset Ilmiah Riset Akuntansi Universitas Islam Malang.
Vol 8, No. 4
Sari, Mitra., Faridah & Setiawan. 2017. Analisis Penerapanakuntansi Lingkungan
Pada Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makasar. Jurnal. Universitas
Bosowa Makassar.
WSP, Tunggal., Fachrurrozie. 2014. Pengaruh Enviromenal Performance,
Enviromental Cost dan CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
Disclosure Terhadap Financial Performance. Accounting Analysis Journal.
top related