pengaruh inflasi, perolehan dana pihak ketiga,...
Post on 12-May-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH INFLASI, PEROLEHAN DANA PIHAK KETIGA, DAN
TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PEMBIAYAAN BERMASALAH
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PROFITABILITAS PADA BPRS DI
INDONESIA JANUARI 2013- JULI 2016
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (S.E)
Oleh:
Fitri Listianingrum
NIM: 1113046000120
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/ 2017 M
i
438 H/ 2017 M
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Fitri Listianingrum
Alamat : Jl. H. Pi’ih No. 11 Parung Tengah RT 004/003
Kel. Duren Mekar, Kec. Bojongsari, Depok, Jawa Barat
Telepon : 0896 5353 2237
Email : listianingrumfitri@gmail.com
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 Agustus 1994
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
B. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Kota Tahun
TK TK Kartika XI-5 Jakarta Timur 2000
SD SDN Sudimara 6 Tangerang 2000-2006
SMP SMP Islam Al-
Hasanah
Tangerang 2006-2009
SMA SMAN 12 Tangerang Tangerang 2009-2012
Perguruan Tinggi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Tangerang
Selatan
2013-2017
v
C. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/ Institusi Tahun
Anggota ROHIS SMAN 12 Tangerang
2011
Anggota Paskibra SMAN 12 Tangerang 2012
Staf Divisi Minat dan Bakat HMPS Muamat Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2013
Staf Divisi Pengembangan Ekonomi Komda Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014-2015
Staf Divisi Keilmuan LiSEnSi (Lingkar Studi Ekonomi
Syariah) KSEI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2015-2016
D. PENGALAMAN KERJA
Staf Administrasi di PT. Kelana Tour & Travel Cabang Fatmawati
Mengajar les matematika paruh waktu di Bimbel SINAU Pamulang
E. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Adi Suseno
Tempat, Tanggal Lahir : Tuban, 12 Juli 1965
Pendidikan Terakhir : Diploma
Ibu : Yuliati
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 5 Juli 1969
Pendidikan Terakhir : SLTA
vi
ABSTRACT
Fitri Listianingrum, 1113046000120, Inflation Influence, Third Party Fund
Acquisition, and Interest Rate on Troubled Financing and Its Implication on
Profitability at BPRS in Indonesia Period from January 2013 to July 2016.
Syariah Syariah Economics Faculty of Economics and Business Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1438 H / 2017 M.
This study aims to analyze the effect of inflation, the acquisition of third party
funds and interest rate on Non Performing Financing (NPF) in BPRS in
Indonesia directly and to analyze the effect of inflation, interest rate, and Non
Performing Financing (NPF) on Return On Asset (ROA) to BPRS in Indonesia
directly and indirectly. Endogenous variables in this study is Return On Assets
(ROA) which is a proxy of profitability and Non Performing Financing (NPF).
Exogenous variables include inflation, interest rates, and third party funds. The
analytical method used is path analysis or path analysis with the help of Microsoft
Excel 2010 and SPSS version 20.0. The data used in this study data series (time
series) monthly from January 2013 - July 2016.
The results suggest that direct inflation has a significant negative effect and
third party funds interest rates have a positive effect on Non Performing
Financing (NPF). While directly to the Return On Assets (ROA) inflation has a
significant positive effect and interest rates and Non Performing Financing (NPF)
has a significant negative effect. Indirectly inflation has a negative effect and
interest rates have a positive effect on Return On Assets (ROA).
Keywords: inflation, third party funds, interest rate, Non Performing Financing
(NPF), Return On Assets (ROA), path analysis.
Advisor: Ir. RR. Tini Anggraini, ST., M. Si
References: 1992-2014
vii
ABSTRAK
Fitri Listianingrum, 1113046000120, Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak
Ketiga, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta
Implikasinya terhadap Profitabilitas pada BPRS di Indonesia Periode Januari
2013- Juli 2016. Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1438 H/ 2017 M.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh inflasi, perolehan dana
pihak ketiga dan tingkat suku bunga terhadap Non Performing Financing (NPF)
pada BPRS di Indonesia secara langsung dan untuk menganalisis pengaruh inflasi,
tingkat suku bunga, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On
Asset (ROA) pada BPRS di Indonesia secara langsung dan tidak langsung.
Variabel endogen dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA) yang
merupakan proksi dari profitabilitas dan Non Performing Financing (NPF).
Sedangkan variabel eksogen adalah inflasi, tingkat suku bunga, dan dana pihak
ketiga. Metode analisis yang digunakan adalah path analysis atau analisis jalur
dengan bantuan software Microsoft Excel 2010 dan SPSS version 20.0. Data yang
digunakan dalam penelitian ini data runtun (time series) bulanan dari Januari 2013
– Juli 2016.
Hasil penelitian menyatakan bahwa secara langsung inflasi memiliki pengaruh
negatif yang signifikan dan dana pihak ketiga tingkat suku bunga memiliki
pengaruh positif terhadap Non Performing Financing (NPF). Sedangkan secara
langsung terhadap Return On Asset (ROA) inflasi memiliki pengaruh yang positif
yang signifikan dan tingkat suku bunga serta Non Performing Financing (NPF)
memiliki pengaruh negatif yang signifikan. Secara tidak langsung inflasi
berpengaruh negatif dan tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap Return
On Asset (ROA).
Kata Kunci: inflasi, dana pihak ketiga, tingkat suku bunga, Non Performing
Financing (NPF), Return On Asset (ROA), path analysis.
Pembimbing: Ir. RR. Tini Anggraini, ST., M. Si
Daftar Pustaka: 1992-2014
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan
juga sahabat-sahabatnya.
Atas kehendak dan rahmat Allah SWT penulus dapat menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat
Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap
Profitabilitas pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013 – Juli 2016” ditujukan
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi starata 1 (S-1) dan
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
orang-orang atau pihak-pihak yang telah banyak membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Ungkapan terimakasih penulis tujukan kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, Bapak Adi Suseno dan Ibu Yuliati
serta kakak dan adik tercinta, Mba Fina, Mas Avic, dan Ninis yang selalu
mendo’akan dan mendukung dalam kondisi apapun baik moril maupun
materil serta telah menjadi motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini.
2. Keluarga besar penulis yang terus mendukung penulis dalam menyelesaikan
studi ini.
3. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M. Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah dan Ibu Endra Kasni Laila, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
ix
5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A selaku Tim
Task Force Passing Out Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Ir. RR. Tini Anggraini, ST., M.Si., selaku dosen pembimbing penulis yang
telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan kepada
penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Atep Abdurofiq, M.Si., selaku penasehat akademik penulis yang telah
membimbing selama perkuliahan.
8. Seluruh dosen yang selama ini telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini
dengan baik, dan tak lupa kepada para staf akademik, karyawan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kepada Naya sahabat tercinta pertama kali penulis kenal dari OPAK sampai
sekarang dan sahabat tercinta yang lain Nisa, Ica, dan Dea yang selalu
menemani baik suka maupun duka selama kuliah, selalu memberikan
motivasi, dan memberikan suasana kekeluargaan bagi penulis. Semoga
silaturahim kita tetap terjaga sampai seterusnya.
10. Teman-teman Muamalat C terimakasih atas waktu dan kebersamaannya yang
telah kita mulai sejak awal perkuliahan.
11. Teman-teman Muamalat 2013 dan Keluarga Besar Muamalat terimakasih
untuk segala pengalaman yang telah dilalui bersama, kerjasama dan ilmu yang
telah diberikan. Semoga semua yang sudah dilakukan dapat bermanfaat saat
ini dan seterusnya.
12. Kepada Ka Rahmi kakak kelimuan LiSEnSI 2015 terimakasih untuk diskusi
dan memberikan semangat, motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini
13. Teman-teman Keilmuan Squad LiSEnSI 2016 Naya, Erna, Idil, Elgi, Sela, dan
Ilham terimakasih untuk motivasi, cerita, diskusi, canda tawa dan nasihat
untuk terus selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.
14. Teman-teman seperjuangan di Kelompok Studi Ekonomi Islam (KSEI)
Lingkar Studi Ekonomi Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016/2017
x
dan terutama keluarga Keilmuan. MPL LiSEnSI 2015/2016. KBL (1 dan 2)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terimakasih atas dukungan, diskusi, ilmu dan
nasihat untuk selalu berada di jalan yang di Ridhoi Allah SWT.
15. Teman-teman KKN PEMANAH terimakasih atas kerjasama dan saling
pengertian dalam menjalankan kegiatan KKN dan buku laporan KKN serta
penalaman berharga penuh dengan cerita yang belum didapatkan sebelumnya.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hal itu tidak akan
mengurangi rasa terimakasih atas do’a dan dukungannya. Semoga semua
kebaikan yang diberikan Allah SWT dibalas dengan berlipat ganda.
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah .......................................................... 10
C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 11
E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS ........................................................................... 14
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah ............................................................... 14
B. Profitabilitas ................................................................................................. 17
C. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing/NPF) ....................... 20
D. Inflasi............................................................................................................ 24
E. Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................................................................ 29
F. Tingkat Suku Bunga (BI Rate) ..................................................................... 39
G. Hubungan antara Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga dan Tingkat Suku
Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah .................................................... 43
H. Hubungan Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Pembiayaan Bermasalah
terhadap Profitabilitas .................................................................................. 46
I. Review Studi Terdahulu ............................................................................... 49
J. Kerangka Penelitian ..................................................................................... 57
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 58
xii
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................ 58
B. Jenis Penelitian ............................................................................................. 58
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 59
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 59
E. Teknik Analisis Data .................................................................................... 60
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 61
2. Analisis Jalur (Path Analysis) .................................................................. 64
3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 65
F. Operasional Variabel Penelitian ................................................................... 68
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ......................................................... 71
A. Gambaran Umum ......................................................................................... 71
B. Asumsi Klasik .............................................................................................. 76
1. Uji Normalitas ......................................................................................... 76
2. Uji Autokorelasi ...................................................................................... 77
3. Uji Multikolinearitas................................................................................ 78
4. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................ 79
C. Analisis Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat Suku
Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap
Profitabilitas Pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013-Juli 2016 ...... 80
1. Uji Statistik Struktural I ........................................................................... 80
2. Uji Statistik Struktural II ......................................................................... 86
3. Analisis Korelasi...................................................................................... 91
4. Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung ........................... 94
D. Interpretasi Hasil .......................................................................................... 96
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 101
A. Kesimpulan ................................................................................................ 101
B. Saran .......................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 104
LAMPIRAN ........................................................................................................ 111
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Tabungan Mudharabah dan Wadiah .................................. 36
Tabel 2.2 Review Studi Terdahulu ....................................................................... 49
Tabel 4.1 Uji Normalitas ....................................................................................... 76
Tabel 4.2 Uji Autokorelasi Sebelum Transformasi .............................................. 77
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi ................................................ 77
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas ............................................................................ 78
Tabel 4.5 Uji F (Struktural I) ............................................................................... 81
Tabel 4.6 Uji t (Struktural I) ................................................................................ 82
Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi (Struktural I) ............................................. 84
Tabel 4.8 Koefisien Jalur Persamaan Struktur I ................................................... 85
Tabel 4.9 Uji F (Struktural II) .............................................................................. 86
Tabel 4.10 Uji t (Struktural II) ............................................................................. 87
Tabel 4.11 Korelasi Antar Variabel ..................................................................... 89
Tabel 4.12 Koefisien Jalur Persamaan Struktur II ............................................... 90
Tabel 4.13 Korelasi Antar Variabel ..................................................................... 91
Tabel 4.14 Koefisien Korelasi .............................................................................. 93
Tabel 4.15 Perhitungan Perngaruh Langsung, Tidak Langsung, danTotal .......... 94
xiv
DAFTAR GAMBAR
Grafik 1.1 Jumlah Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
Januari 2013-Juli 2016 ............................................................................................ 5
Grafik 1.2 Pertumbuhan Inflasi, BI Rate, DPK,NPF, dan ROA ........................ 7
Grafik 4.1 Perkembangan Inflasi di Indonesia Januari 2013-Juli 2016 ............ 71
Grafik 4.2 Perkembangan DPK pada BPRS di Indonesia Januari 2013-Juli 2016
............................................................................................................................... 72
Grafik 4.3 Perkembangan BI Rate di Indonesia Januari 2013-Juli 2016 .......... 73
Grafik 4.4 Perkembangan Non Performing Financing (NPF) BPRS di Indonesia
Januari 2013-Juli 2016 ......................................................................................... 74
Grafik 4.5 Perkembangan Return On Asset (ROA) BPRS di Indonesia Januari
2013-Juli 2016 ....................................................................................................... 75
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 57
Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas ...................................................................... 79
Gambar 4.2 Stuktural I ........................................................................................ 80
Gambar 4.3 Struktural II ..................................................................................... 86
Gambar 4.4 Skema Struktural I dan II ................................................................. 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan perekonomian di dunia sampai saat ini tidak dapat dipisahkan
dari dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian di dunia maupun
di Indonesia menggunakan perbankan sebagai lembaga keuangan yang dapat
membantu berjalannya usaha tersebut. Bank dapat berperan sebagai penyedia
dana dengan memberi pinjaman berupa alternatif yang banyak dipilih untuk
memenuhi kebutuhan dunia termasuk perekonomian.
Di Indonesia aset perbankan syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) tercatat sebesar Rp248,1 triliun pada tahun 2013 atau tumbuh 24,2%
(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya (34,0%,
yoy). Pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan tercatat menurun dari 15,8%
(yoy) tahun 2012 menjadi 13,6% (yoy) pada tahun 2013. Dana pihak ketiga
(DPK) yang dihimpun BUS dan UUS sepanjang tahun 2013 tercatat tumbuh
sebesar 24,4% (yoy), sedangkan pada BPRS mencapai 24,8% dan melambat
dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 27,8% (yoy), walaupun masih lebih
tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK perbankan nasional.1
1 Laporan Perkembangan Perbankan Syariah tahun 2013, diakses pada 27 September 2016
pukul 10.12 WIB, http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/info-
terkini/Pages/laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013-lpks.aspx.
2
Dalam Islam, manusia diwajibkan untuk berusaha agar ia mendapatkan
rezeki guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk memulai usaha diperlukan
modal, seberapapun kecilnya. Ada saatnya orang mendapatkan modal dari
simpanannya atau dari keluarganya dan ada pula yang meminjam kepada
rekannya. Jika tidak tersedia, peran institusi keuangan menjadi sangat penting
karena dapat menyediakan modal bagi orang yang ingin membuka usaha.2
Institusi keuangan khususnya dalam sektor perbankan, baik bank
konvensional maupun bank syariah, dalam melakukan kegiatan usahanya
memerlukan dana dari masyarakat, dan kemudian dana tersebut dioperasikan
kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan yang pada akhirnya
akan menghasilkan pendapatan.3
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan,
disebutkan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak. Dengan kata lain, bank dalam menjalankan
aktivitasnya berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan atau financial
intermediary antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang
kekurangan dana.4 Terdapat dua jenis bank yang ada di Indonesia, di
2Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani,
2001), hal. 169. 3Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Ed.IV (Jakarta: FE UI, 1995), hal. 88.
4Ismail, Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi, Ed. 1 Cet. 2 (Jakarta: Kencana,
2011), hal. 3-11.
3
antaranya bank konvensional dan bank syari’ah.5 Lahirnya Undang-Undang
Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, telah menyadarkan semua pihak
bahwa perbankan dengan sistem konvensional bukan merupakan satu-satunya
sistem yang dapat diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang jauh
lebih unggul karena menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu
perbankan syariah.
Undang-undang nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
menjelaskan bahwa bank syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah
adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran6. Sedangkan, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Syariah
adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran.7
Banyaknya lembaga keuangan yang terus berkembang di Indonesia, Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) merupakan salah satu lembaga keuangan
yang masih diminati oleh masyarakat di Indonesia, khususnya di pedesaan.
Berdirinya BPRS di Indonesia selain didasari oleh tuntutan bermuamalah
dalam Islam, juga sebagai langkah aktif dalam rangka rekstukturisasi
perkenomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan
keuangan, moneter, dan perbankan. Secara khusus adalah mengisi peluang
5Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hal. 21.
6Pasal 1 angka 8, UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
7Pasal 1 angka 9, UU Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
4
terhadap kebijaksanaan yang membebaskan bank dalam penetapan tingkat
suku bunga (Rate Interest), yang kemudian dikenal dengan bank tanpa bunga.8
BPR Syariah telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia 6/17/PBI/2004
tanggal 1 Juli 2004 tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip
Syariah. Ketentuan ini merupakan penyempurnaan dari ketentuan lama yang
telah dicabut, yaitu meliputi Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 32/4/UPPB
tanggal 12 Mei 1999 dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
32/36/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999.9
Pertumbuhan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dari tahun 2013
sampai Juli 2016 terus mengalami peningkatan yang cukup pesat, ini
dikarenakan persyaratan pendirian yang relatif lebih ringan, dan dengan
melayani operasi perbankan lokal, jumlah BPRS meningkat relatif cepat
dibandingkan dengan bank syariah maupun unit usaha syariah. Dapat dilihat
perkembangan dari jumlah kantor BPRS di Indonesia pada tahun 2010 sampai
Juli 2016 di bawah ini:
8Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait (BMUI &
Takaful) di Indonesia, Cet. 1(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 111. 9Wiroso, Perbankan Syariah Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah
(Jakarta: PT Grasindo, 2005), hal. 1.
5
Grafik 1. 1 : Jumlah Kantor Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia tahun 2010-Juli 2016
Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)
Dari grafik 1. 1 diatas dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dari tahun 2010 sampai dengan Juli 2016
mengalami peningkatan yang cukup baik dari tahun ke tahun mulai tahun
2010 berjumlah 286 kantor dan 150 bank, sampai dengan bulan Juli 2016
berjumlah 435 kantor dan 165 bank. Hal tersebut menunjukkan bahwa Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) terus mengalami pertumbuhan yang baik
di masyarakat dilihat dari jumlah kantor yang terus meningkat, meskipun di
tahun 2015 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah mengalami penurunan jumlah
kantor yaitu menjadi 428 kantor yang dari tahun sebelumnya berjumlah 439
kantor.
Pertumbuhan pembiayaan Non Performing Financing BPRS pada
periode laporan mencapai 32,0% (yoy), atau melebihi pertumbuhan
pembiayaan BPRS dalam periode yang sama. Dengan demikian, sebagaimana
pada BUS dan UUS, rasio NPF (gross) BPRS juga mengalami peningkatan
150 155 158 163 163 165 165
286
364 401 402
439 428 435
0
100
200
300
400
500
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Juli2016
Jumlah Bank
Jumlah Kantor
6
dari 6.1% pada tahun 2012 menjadi 6.5% pada tahun 2013. Rasio NPF BPRS
tersebut lebih tinggi dibandingkan rasio NPL industry BPR secara nasional
pada posisi yang sama (4,4%), akan tetapi masih berada pada posisi yang
relatif baik bila dibandingkan kriteria kualitas aset maksimal 7%10
pada
penilaian tingkat kesehatan BPRS yang tergolong sehat. 11
Faktor penyebab tingginya Non Performing Financing atau pembiayaan
bermasalah dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari internal bank
maupun eksternal bank. Pada faktor internal Ernawati Puspitasari12
mengatakan bahwa dana pihak ketiga mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap pembiayaan bermasalah.
Jika dilihat, perbankan syariah bukan tidak memiliki permasalahan
dengan kondisi makroekonomi. Perbankan syariah juga memiliki pola-pola
terhadap variabel makroekonomi terutama inflasi dan BI Rate. Hal ini dapat
dilihat pada grafik berikut:
10
Pasal 47 ayat 2, Salinan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 3/POJK. 03/2016 tentang
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
11Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2013, diakses pada
27 September 2016
pukul 10.12 WIB dari http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/info-
terkini/Pages/laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013-lpks.aspx.
12Ernawati Puspitasari, Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank Terhadap Risiko
Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2009, (Skripsi S1
UIN Sunan Kalijaga, 2012), hal. ii.
7
Grafik 1.2: Pertumbuhan Inflasi, BI Rate, DPK, NPF, dan ROA
Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otorittas Jasa Keuangan)
Pergerakan tingkat inflasi dari tahun 2010 hingga Juli 2016 bergerak
fluktuatif. Inflasi tertinggi terjadi di tahun 2013 sebesar 8.38% disebabkan
oleh naiknya harga BBM dan rokok sehingga diikuti pula dengan kenaikan
harga komoditas lainnya.13
Dalam kondisi perekonomian yang demikian,
peran Bank Indonesia sebagai bank sentral sangatlah dibutuhkan.14
Bank
Indonesia mengartikan inflasi sebagai kondisi meningkatnya harga-harga
secara umum dan terus-menerus.15
Kenaikan harga-harga ini memberikan tekanan pada ekonomi
masyarakat terutama bagi mereka yang menjadi debitur (mudharib) perbankan
syariah. Jika inflasi terjadi pada saat pendapatan masyarakat tetap atau
13
http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2456664/ini-penyebab-meroketnya-inflasi-
2013-dari-bbm-hingga-rokok-kretek diakses pada 8 Maret 2017 pukul 22.05 WIB.
14Frida Dwi Rustika, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar Rupiah dan
Gross Domestic Product(GDP) Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah” (Skripsi
S1 FE UNY,2016), hal.5.
15http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx diakses pada 8
Maret 2017pukul 22.07 WIB.
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
16.00%
18.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2015 Juli 2016
Inflasi
BI Rate
ROA
NPF
DPK
8
menurun, maka hal ini dapat memperparah risiko pembiayaan yang dihadapi
perbankan syariah, sebab kemampuan pengembalian pembiayaan oleh debitur
akan menurun sehingga terjadi pembiayaan bermasalah.16
Irman Firmansyah17
Ach Yasin18
mengungkapkan bahwa inflasi mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap NPF Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia.
Sebaliknya, Daisy Firmansari19
dan Ahmad Tabrizi20
mengatakan inflasi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPF baik pada BUS maupun
UUS di Indonesia.
Meningkatnya pembiayaan bermasalah akan berdampak juga pada
tingkat profitabilitas bank syariah yaitu Return On Asset (ROA) akan
mengalami penurunan.21
Begitupun sebaliknya, ini dibuktikan dengan
16
Frida Dwi Rustika, “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar Rupiah dan
Gross Domestic Product (GDP) Terhadap Non Performing Financing perbankan Syariah” (Skripsi
S1 FE UNY,2016), hal.5.
17Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in
Indonesia” Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 17 No. 2, Oktober 2014, hal. 247.
18Ach Yasin, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing (NPF)
di Industri Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah di Indonesia”. Jurnal Akuntansi, e-ISSN:
2502-6380, 2014, hal. 193.
19Daisy Firmansari dan Noven Suprayogi. “ Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Variabel
Spesifik Bank terhadap Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia Periode 2003-2014”. JESTT, Vol. 2 No. 6, Juni 2015, hal. 517.
20Ahmad Tabrizi, “Analisis Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing Financing
Bank Umum Syariah di Indonesia Perode Tahun 2005-2013”.(Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 96.
21Imam Rifky Saputra, “Pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan yang Disalurkan
(PYD) serta Implikasinya pada ROA (Studi pada 3 BUS di Indonesia Periode 2010-2013)”,
(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 87-88.
9
penelitian Fitri Zulifiah bahwa Non Performing Financing (NPF) mempunyai
pengaruh yang positif terhadap Return On Asset (ROA).22
Selain inflasi, BI Rate turut memberikan pengaruh terhadap Non
Performing Financing (NPF). Pergerakan BI Rate ini umumnya diikuti oleh
peningkatan suku bunga deposito dan pada gilirannya suku bunga kredit
perbankan ikut meninggi. Suku bunga yang tinggi justru membahayakan
kegiatan perbankan karena pembiayaan bermasalah juga akan membesar. 23
Secara teoritis bank sentral akan menggunakan BI rate untuk menstabilkan
(menahan) laju inflasi.24
Bank syariah merupakan bank yang sangat mengedepankan prinsip
Islam tanpa adanya bunga. Namun, dalam penetapan dan penyesuaian margin
keuntungannya, selama ini bank syariah di Indonesia masih menggunakan
acuan tingkat suku bunga BI Rate yang juga digunakan oleh bank
konvensional.25
Dengan demikian, besarnya tingkat suku bunga (BI Rate)
akan mempengaruhi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank sehingga
22
Fitri Zulifiah dan Joni Susilowibowo, “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Finance (NPF), Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Periode 2008-2012” (Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 2
No. 3 Juli 2014), hal. 766.
23Trinandari PN, “Penurunan BI Rate dan Suku Bnga Perbankan” dari
https://dosen.perbanas.id/penurunan-bi-rate-dan-suku-bunga-perbankan/ diakses pada 8 Maret
2017 pukul 22.15 WIB.
24Sony Hendra Permana, ”Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan (BI Rate)”, (Vol. VI, No.
22/II/P3DI/November/2014), hal. 15, diakses dari
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-22-II-P3DI-November-2014-
59.pdf pada 9 Maret 2017 pukul 10.39 WIB.
25Rudi Bambang Trisilo, “Spread Margin Keuntungan Bank Syariah di Indonesia Periode
2005-2011”, (Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol. 2 No. 1, 2012, ISSN: 2088-6365), hal. 1.
11
dana yang dihimpun akan meningkat, pembiayaan yang disalurkan juga
meningkat dan angka profutabilitas otomatis juga akan meningkat. Tetapi
dengan meningkatnya pembiayaan yang disalurkan juga akan menimbulkan
risiko pembiayaan bermasalah dan profitabilitas bank juga ikut menurun.26
Ani Nurmuliyani27
dan Rika Lidyah28
menunjukkan bahwa BI Rate
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembiayaan bermasalah.
Memperhatikan hal-hal yang telah diidentifikasi atas, mendorong minat
penulis untuk mengangkatnya menjadi bahan dan judul skripsi. Atas dasar
itulah penulis memilih judul “Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak
Ketiga dan Tingkat Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta
Implikasinya terhadap Profitabilitas pada BPRS di Indonesia Periode
Januari 2013- Juli 2016”
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah-
masalah sebagai berikut:
1. Terjadi fluktuasi tingkat profitabilitas yang dilihat dari rasio Return On
Asset (ROA) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia.
26
Febrina Dwijayanthy dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai
Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”, (Jurnal Karisma, Vol. 3 (2):
87-89, 2009), hal.88.
27Ani Nurmuliyani, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing
pada BPRS di Indonesia Periode Tahun 2010-2015”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), hal. 67.
28Rika Lidyah. “ Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol. 2, No.1 Juli 2016, hal.7.
11
2. Peningkatan rasio Non Performing Financing (NPF) pada tahun 2013 dari
tahun-tahun sebelumnya.
3. Inflasi pada tahun 2013 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya
4. BI Rate pada tahun 2013 meningkat dari tahun-tahun sebelumnya
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan penulis membatasi
masalah yang akan diteliti yaitu penulis hanya fokus untuk meneliti
profitabilitas dilihat dari rasio Return On Asset (ROA) yang
mengimplikasikan terhadap pembiayaan bermasalah dilihat dari rasio Non
Performing Financing (NPF) serta pengaruhnya dari Inflasi, Perolehan Dana
Pihak Ketiga (DPK), dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate).
C. Rumusan Masalah
Melalui pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah penulis
skirpsi ini, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
Bagaimana pengaruh inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat
Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap
Profitabilitas pada BPRS di Indonesia?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh inflasi, DPK, dan BI rate terhadap Non
Performing Financing (NPF) pada BPRS di Indonesia periode Januari
2013-Juli 2016 secara langsung.
b. Untuk menganalisis pengaruh inflasi, BI Rate, dan Non Performing
Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) pada BPRS di
12
Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016 secara langsung dan tidak
langsung.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Penulis, dapat meningkatkan pengetahuan serta pemahaman
penulis yang didapatkan saat perkuliahan sehingga dapat
menginterpretasikan teori ke dalam kasus-kasus yang ada dalam bank
syariah.
b. Bagi Akademis, sebagai bahan informasi untuk penelitian selanjutnya
dan sebagai bahan masukan dalam pengembangan penelitian
selanjutnya.
c. Bagi pihak praktisi, dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
bagi pengembangan dan peningkatan penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan.
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi dan pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini akan dijelaskan teori terkait pengertian Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS), Profitabilitas, Pembiayaan Bermasalah, Inflasi,
Dana Pihak Ketiga (DPK), Tingkat Suku Bunga (BI Rate), Hubungan antar
13
Variabel, dan Review Penelitian Terdahulu serta kerangka konsep.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Teori dari penjelasan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis penelitian, jenis
dan sumber data, teknik pengumpulan dan analisis data, serta operasional
variabel penelitian.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dikemukakan tentang analisis data dan pembahasan yang
menjelaskan analisis pengaruh inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), Tingkat
Suku Bunga (BI Rate) terhadap Pembiayaan Bermasalah serta
implikasinya terhadap Profitabilitas pada Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) di Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016 melalui
metode analisis jalur yang kemudian dilanjutkan dengan pembahasan
penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan
permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.
14
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998 BPR adalah
lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensioanal atau bedasarkan prinsip syariah.29
Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) mulai dikenal istilahnya dalam UU Nomor 21 Tahun 2008
tentang perbankan syariah. Sebelumnya, BPRS lebih dikenal sebagai Bank
Pengkreditan Rakyat Syariah. Oleh karena istilah “kredit” tidak dikenal dalam
kegiatan perbankan syariah, maka istilah ini diganti menjadi istilah
“pembiayaan”.30
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia tentang
perbankan syariah Nomor 21 tahun 2008 menyebutkan Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
29
Lukman Hakim dan Muhammad Solahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kontemporer (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2008), hal. 109.
30Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah
(Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hal. 49.
15
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sebagai salah satu lembaga
keuangan perbankan syariah, yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-
prinsip syariah maupun muamalah. BPR Syariah merupakan langkah aktif
dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam
berbagai paket kebijakan keuangan, moneter, dan perbankan secara umum,
dan secara khusus mengisu peluang terhadap bank konvensional dalam
penetapan tingkat suku bunga.31
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak dapat dikonversi menjadi
Bank Pengkreditan Rakyat. Berbeda dengan Bank Umum Syariah, Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak diizinkan untuk membuka kantor
cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor lainnya di luar negeri.32
Adapun tujuan didirikannya BPRS dalah sebagai berikut:33
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah yang pada umumnya berada di pedesaan.
b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat Kecamatan, sehingga
mengurangi arus urbanisasi.
31
Revalia Ayunda, “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Mudharabah, Pembiyaan Musyarakah,
Pembiayaan Murabahah, dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Kinerja Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), hal. 16.
32Burhanuddin S., Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), hal. 45.
33Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK Syariah
(Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hal. 49.
16
c. Membina semangat Ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi dalam
rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang
memadai.
Berkaitan dengan BPRS, sebagaimana terlihat dalam Pasal 21 UU
Perbankan Syariah, kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh lembaga ini
adalah:34
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
tabungan berdasarkan akad wadi’ah dan investasi berupa deposito atau
tabungan berdasarkan akad mudharabah
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan bagi
hasil berdasarkan akad mudharabah, musyarakah; pembiayaan jual-beli
berdasarkan akad murabahah, salam, istishna’, akad qardh, ijarah atau
ijarah muntahiya bittamlik, hiwalah.
c. Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad wadiah atau investasi berdasarkan akad mudharabah
d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yang ada di BUS, BUK
dan UUS.
e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah
lainnya.
34
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), hal. 86-87.
17
Di sisi lain BPRS juga dapat melakukan penghimpunan dana dengan
mengumpulkan dan menerima dana zakat, infaq, dan shodaqoh sebagai
implementasi Baitul Mal. Dana lain yang dapat dihimpun sebagai bentuk
kreativitas BPRS dalam upaya penghimpunan dana adalah dengan tabungan
haji, kurban, aqiqah, kepemilikan kendaraan dan rumah, bahkan dapat
digunakan sarana penitipan dana-dana masjid, dan bentuk-bentuk tabungan
lain yang pada prinsipnya dapat menarik dana dari masyarakat.35
B. Profitabilitas
Pada umumnya bank syariah dalam mencapai tingkat profitabilitas yang
optimal, pasti akan dihadapkan oleh berbagai macam risiko yaitu salah
satunya adalah risiko pembiayaan.36
Risiko pembiayaan merupakan risiko
utama dari perbankan karena sebagian besar kegiatan utamanya adalah
melakukan penyaluran pembiayaan di berbagai macam sektor. Setiap
pembiayaan yang disalurkan memiliki risiko terjadinya pembiayaan
bermasalah, jika terjadi pembiayaan bermasalah yang melampaui batas maka
akan menjadi masalah serius yang akan mengganggu tingkat profitabilitas
bank itu.37
35
Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi PSAK
Syariah,(Yogyakarta: P3EI Press, 2008), hal. 50.
36Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah di Indonesia” (Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), hal.
62.
37Irman Firmansyah, “Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic Bank in
Indonesia” (Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol. 17 No.2 Oktober 2014), hal. 242.
18
Profitabilitas memiliki tujuan untuk mengukur kemampuan bank dalam
memperoleh laba yang berhubungan dengan aset maupun modal. Tingkat
profiitabilitas biasanya dinyatakan dalam persentase menggunakan rasio, rasio
profitabilitas merupakan salah satu metode untuk menilai kondisi keuangan
bank berdasarkan perhitungan rasio berdasarkan analisis kuantitatif yang
menunjukkan hubungan antar unsur dalam laporan laba rugi dan neraca. Salah
satu rasio profitabilitas yang digunakan bank adalah Return On Asset
(ROA).38
Semakin besar Return On Asset (ROA) suatu bank maka semakin besar
keuntungan bank dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan
asset. ROA adalah indikator yang akan menunjukkan bahwa apabila rasio ini
meningkat, maka aktiva bank telah digunakan dengan optimal untuk
memperoleh pendapatan.
Dalam perhitungan Return On Asset (ROA) menunjukkan perbandingan
antara laba sebelum pajak dengan total asset bank/ total aktiva. Laba sebelum
pajak adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam periode berjalan sebelum
dikurangi pajak. Sedangkan total aktiva merupakan komponen yang terdiri
dari kas, giro pada BI, penempatan pada bank lain, piutang, pembiayaan
38
Rahmi Rahmawati, “Pengaruh Faktor Makroekonomi terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah di Indonesia” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2016), hal. 32.
19
dengan prinsip bagi hasil, pembiayaan dengan prinsip jual-beli, sewa,
pinjaman qardh, aktiva tetap, dan lain-lain.39
Pada profitabilitas bank, bidang moneterpun turut serta memengaruhi
aktivitas bank dalam menghasilkan profitabilitas. Diantaranya laju inflasi yang
tinggi akan menimbulkan ketidakpastian dalam berusaha sehingga akan
mengganggu kegiatan operasional perbankan seperti pembuatan anggaran
belanja dan perencanaan kredit yang akan memengaruhi keadaan keuangan
termasuk kinerja keuangannya akan menurun.40
Selain itu, dana pihak ketigapun ikut turut serta dalam menghasilkan
profitabilitas di perbankan. Seperti kita ketahui, sebagai lembaga intermediasi
perbankan selama ini menyalurkan kredit dengan sumber dana antara lain
dana yang dihimpun dari masyarakat. Di saat masyarakat menyimpan
sebagian pendapatannya di lembaga keuangan khususnya perbankan, maka
pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari dana masyarakat atau dana
pihak ketiga (DPK) akan mengalami peningkatan yang akhirnya menaikkan
tingkat profitabilitas bank.41
Dengan berkembangnya tingkat suku bunga yang tidak wajar secara
langsung dapat mengganggu perkembangan perbankan. Di satu sisi, ketika
39
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005),
hal. 22.
40Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter ndonesia (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Ed. 1,
2008) hal. 52
41Ibid, hal. 52.
20
suku bunga tinggi akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk
menginvestasikan dananya sehingga profitabilitas perbankan akan meningkat.
Di sisi lain suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang
dikeluarkan oleh dunia usaha, sehingga beban bunga yang mereka tanggung
lebih tinggi dan dunia usaha cenderung mencari alternatif pendanaan yang
lebih murah yang akhirnya peluang bank untuk mendapatkan profitabilitas
akan menurun.42
C. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing/NPF)
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu dari risiko dalam suatu
pelaksanaan pembiayaan. Risiko pembiayaan merupakan risiko yang
disebabkan oleh adanya counterparty dalam memenuhi kewajbannya.
Dalam bank syariah, risiko pembiayaan mencakup risiko terkait produk
dan risiko terkait dengan pembiayaan korporasi.43
Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam
pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan
pihak bank seperti pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah;
pembiayaan yang temasuk golongan perhatian khusus, diragukan, dan
42
Ibid, hal. 54.
43Adiwarman A. Karim, Bank Islam Anlisis Fikih dan keuangan (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2010), hal. 260.
21
macet serta golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakkan dalam
pengembalian.44
Pembiayaan bermasalah merupakan salah satu risiko yang pasti
dihadapi oleh setiap bank karena risiko ini sering juga disebut dengan
resiko kredit. Risiko kredit adalah eksposur yang timbul sebagai akibat
kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Disatu
sisi risiko ini dapat bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank
seperti penyaluran pinjaman, kegiatan tresuri dan investasi, dan kegiatan
jasa pembiayaan perdagangan, yang tercatat dalam buku bank. Disisi lain
risiko ini timbul karena kinerja satu atau lebih debitur yang buruk. Kinerja
debitur yang buruk ini dapat berupa ketidakmampuan atau ketidakmauan
debitur untuk memenuhi sebagian atau seluruh perjanjian kredit yang telah
disepakati bersama sebelumnya. Dalam hal ini yang menjadi perhatian
bank bukan hanya kondisi keuangan dan nilai pasar dari jaminan kredit
termasuk collateral tetapi juga karakter dari debitur.45
2. Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Pada umumnya pembiayaan bermasalah selalu disebabkan oleh
kesalahan debitur, dari kondisi eksternal, bahkan dari bank yang
memberikan pembiayaannya tersebut.
44
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit management handbook: teori, konsep,
prosedur, dan aplikasi: panduan praktis mahasiswa, bankir, dan nasabah (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2006), hal. 457.
45Robert Tampubolon, Risk Management: Pendekatakan Kualitatif Untuk Bank Komersial
(Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2004), hlm. 24.
22
Kesalahan bank yang dapat mengakibatkan pembiayaan bermasalah
berawal dari tahap perencanaan, analisis, dan pengawasan. Berikut
penyebab pembiayaan bermasalah baik dari faktor internal maupun faktor
eksternal, yaitu:46
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam bank itu sendiri,
dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial.
Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan bank yang disebabkan oleh
faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan
dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan
biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat,
penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap, dan permodalan yang
tidak cukup. Faktor internal bank yang menyebabkan terjadinya
pembiayaan bermasalah:47
1) Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang
akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu pembiayaan.
Misalnya, pembiayaan yang diberikan tidak sesuai dengan
kebutuhan, sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran
yang melebihi kemampuan.
46
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cet.4 (Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006), hal. 222.
47Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplkasi, Ed.1, Cet. 2 (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010), hal. 124.
23
2) Keterbatasan pengetahuan pejabat bank terhadap jenis usaha
debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan
akurat.
3) Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait, misalnya komisaris,
direktur bank sehingga petugas tidak independen dalam
memutuskan kredit.
4) Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit
debitur.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada di luar kekuasaan
manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan
dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan teknologi,
dan lain-lain. Selain itu, faktor eksternal juga sangat terkait dengan
kegiatan usaha debitur yang menyebabkan terjadinya pembiayaan
bermasalah antara lain terdiri dari:
1) Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya suku bunga kredit
Penurunan kegiatan ekonomi dapat disebabkan oleh adanya
kebijakan penyejukan ekonomi atau akibat kebijakan pengetatan
uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang menyebabkan
tingkat bunga naik dan pada gilirannya debitur tidak lagi mampu
membayar cicilan pokok dan bunga kredit.
24
2) Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh
debitur
Dalam kondisi persaingan yang tajam, sering bank menjadi
tidak rasional dalam pemberian kredit dan akan diperburuk dengan
keterbatasan kemampuan teknis dan pengalaman petugas bank
dalam pengelolaan kredit.
3) Kegagalan usaha debitur
Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debitur
yang sensitif terhadap pengaruh eksternal, misalnya kegagalan
dalam pemasaran produk karena perubahan harga di pasar, adanya
perubahan pola konsumen, dan pengaruh perekonomian nasional.
4) Debitur mengalami musibah
Musibah bisa saja terjadi pada debitur, misalnya meninggal
dunia, lokasi usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan
sementara usaha debitur tidak dilindungi dengan asuransi
D. Inflasi
”Inflation is always and everywhere a monetary phenomenon”. So wrote
Milton Friedmen, the great economist who won the Nobel Prize for economics
in 1976.48
Inflasi merupakan fenomena kenaikan tingkat harga secara umum
dari barang/komoditas dan jasa dalam waktu periode tertentu yang disebabkan
48
N. Gregory Mankiw, Macroeconomics,Sixth edition, hal. 92.
25
karena terjadiya penurunan nilai unit peghitungan moneter terhadap suatu
komoditas.49
Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit
perhitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan jasa didefinisikan
sebagai deflasi.
Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah
Indeks Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu
menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi
masyarakat. 50
Rumus perhitungan inflasi:
Inflasi =
Inflasi dapat disebabkan karena beberapa hal diantaranya:
1. Natural Inflation dan Human Eror Inflation, yang artinya terjadi karena
sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam
mencegahnya. Sedangkan human eror inflation adalah inflasi yang terjadi
karena kesalahan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.
2. Actual/ Anticipated/ Expected Inflation dan Unanticipated/Unexpected
Inflation. Expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama
dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi, sedangkan
unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman belum atau tidak
merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi.
49
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed.2 (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2006), hal. 135.
50http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Default.aspx diakses pada
tanggal27 Februari 2017 pukul 09.39 WIB.
26
3. Demand pull dan cost push inflation. Demand pull inflation diakibatkan
oleh perubahan yang terjadi pada sisi permintaan agregat dari barang dan
jasa suatu perekonomian. Sedangkan cost push inflation terjadi karena
adanya perubahan pada sisi penawaran agregat dari barang dan jasa pada
suatu perekonomian.
4. Spiralling inflation. Inflasi yang diakibatkan oleh inflasi yang terjadi
sebelumnya yang mana inflasi sebelumnya terjadi sebagai akibat dari
inflasi yang terjadi sebelumnya lagi.
5. Imported inflation dan domestic inflation. Imported inflation adalah inflasi
yang terjadi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu Negara karena
harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional.
Sedangkan domestic inflation yaitu inflasi yang terjadi di dalam negeri
pada suatu Negara yang tidak begitu mempengaruhi negara-negara
lainnya.
Jika diprediksikan inflasi tidak terlalu berbahaya karena setiap orang akan
mempertimbangkan prospek harga yang lebih tinggi di masa yang akan datang
dalam pengambilan keputusan. Di dalam kenyataannya, inflasi tidak bisa
diprediksikan, berarti orang-orang seringkali dikagetkan dengan kenaikan
harga. Hal ini mengurangi efisiensi ekonomi karena orang akan mengambil
risiko yang lebih sedikit untuk meminimalkan peluang kerugian akibat kejutan
harga. Semakin cepat kenaikan inflasi semakin sulit untuk memprediksikan
27
inflasi di masa yang akan datang. Kebanyakan ekonomi berpendapat bahwa
perekonomian berjalan efisien apabila inflasi rendah.51
Inflasi atau kenaikan harga yang tinggi dan terus menerus menimbulkan
beberapa dampak buruk kepada individu dan masyarakat, nasabah,
kreditur/debitur, ataupun pada perekonomian secara keseluruhan. Dampak
inflasi terhadap individu dan masyarakat:52
1. Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Inflasi menyebabkan daya
beli masyarakat berkurang, apalagi untuk masyarakat yang mempunyai
pendapatan tetap, kenaikan upah tidak secepat kenaikan harga maka inflasi
akan menurunkan nilai upah riil setiap individu yang berpendapat tetap.
2. Memperburuk distribusi pendapatan. Bagi masyarakat yang memiliki
pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan nilai riil dari
pendapatannya dan pemilik kekayaan dalam bentuk uang akan mengalami
penurunan juga akan tetapi, bagi masyarakat yang memiliki kekayaan nilai
tetap seperti tanah maka dapat mempertahankan atau menambah nilai riil.
Dampak lainnya dirasakan juga oleh nasabah yaitu nasabah enggan untuk
menabung karena nilai mata uang semakin menurun, bagi debitur justru ini
akan menguntungkan karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur nilai
uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam sebaliknya bagi kreditur
51
Nurul Huda, Ekonoi Makro Islam: Pendekatan Teoritis (Jakarta: KENCANA PRENADA
MEDIA GROUP, 2008), hal.176.
52Pratahama Rahardja dan Mandala Manurung, Pengantar Ilmu Ekonomi
(Mikroekonomi&Makroekonomi), (Jakarta: LP FE Universitas Indonesia, 2008), hal. 371-372.
28
mengalami kerugian uang yang dikembalikan memiliki nilai lebih rendah
dibandingkan saat peminjaman. Sedangkan bagi perekonomian secara
keseluruhan, misalnya prospek pembangunan ekonomi jangka panjang akan
semakin memburuk, inflasi mengganggu stabilitas ekonomi dengan merusak
rencana jangka panjang para pelaku ekonomi.
Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang yang dipakai
adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai yang stabil dan
dibenarkan dalam Islam. Penurunan nilai dinar dan dirham memang masih
mungkin terjadi, ketika nilai emas yang menopang nilai nominal dinar itu
mengalami penurunan. Kondisi defisit pernah terjadi di masa Rasulullah
sebelum Perang Hunain terjadi. Walaupun demikian, AlMaqrizi membagi
inflasi menjadi 2 macam, yaitu inflasi akibat berkurangnya persediaan barang.
Inflasi tersebut terjadi pada zaman Rasulullah dan masa khulafaur Rasyidin,
yaitu karena kekeringan dan peperangan. Kedua akibat kesalahan manusia,
seperti korupsi, admisnistrasi yang buruk, pajak yang memberatkan, dan
jumlah uang yang berlebihan.53
Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena:54
53
Ibid, hal. 189-190.
54Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, Cet.5 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2012), hal. 139.
29
1. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan, fungsi dari pembayaran di muka dan fungsi dari unit
penghitungan.
2. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari
masyarakat
3. Meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja teruatama untuk non
primer dan barang-barang mewah
4. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non produktif yaitu
penumpukkan kekayaan.
E. Dana Pihak Ketiga (DPK)
Dana adalah uang tunai yang dimiliki atau dikuasai oleh bank dalam
bentuk tunai atau aktiva lain yang dapat segera diubah menjadi uang tunai.
Uang tunai yang dimiliki atau dikuasai bank tidak hanya berasal dari pemilik
bank itu sendiri, tetapi berasal dari titipan atau penyertaan dana orang lain atau
pihak lain yang sewaktu-waktu atau pada saat tertentu akan ditarik kembali,
baik sekaligus atau secara berangsur-angsur.
Sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari
masyarakat. Perolehan dana ini tergantung dari bank itu sendiri, apakah dari
simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya.55
Secara garis besar sumber
dana bank dapat diperoleh dari:56
55
Kasmir, Manajemen Perbankan (Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA, 2007). Hal.
45.
56Ibid, hal. 46.
30
1. Sumber dana dari bank itu sendiri
2. Sumber dana dari masyarakat luas (dana pihak ketiga)
3. Sumber dana dari lembaga lainnya
Sumber dana dari masyarakat luas atau dana pihak ketiga merupakan
sumber dana yang terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan
ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber
dana ini.57
Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat
menggunakan tiga macam jenis simpanan. Masing-masing jenis simpanan
memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank harus pandai dalam menyiasati
pemilihan sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Simpanan Giro.
Giro dalam Fatwa DSN No. 01/DSN-MUI/IV/2000 adalah simpanan
dana yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan penggunaan
cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya, atau dengan
pemindahbukuan. Dalam pelaksanaan tata usaha giro dilakukan melalui
suatu rekening yang disebut rekening koran. Rekening ini digunakan untuk
menatausahakan kredit yang juga diberikan melalui rekening koran.
Perkembangan rekening giro pada bank tidak hanya semata-mata
untuk kepentingan bank juga kepentingan masyarakat modern, karena giro
adalah uang giral yang dipergunakan sebagai alat pembayaran,yaitu
57
Ibid, hal. 48.
31
melalui penggunaan cek.58
Dalam dunia bisnis rekening giro merupakan
hal yang mutlak untuk dimiliki demi lancarnya urusan pembayaran bisnis.
59 Giro yang dibenarkan dalam syariah menggunakan prinsip wadiah dan
mudharabah.60
Giro wadiah adalah giro yang dijalankan berdasarkan akad wadiah,
yakni titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika pemiliknya
menghendaki. Dalam konsep wadiah yad dhamanah, pihak yang
menerima titipan boleh menggunakan/ memanfaatkan uang atau barang
yang dititipkan. Sedangkan wadiah yad amananah pihak yang menerima
titipan tidak boleh menggunakan/ memanfaatkan uang atau barang yang
dititipkan.
Bank syariah pada dasarnya menerapkan prinsip wadiah yad
dhamanah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak
kepada bank syariah untuk menggunakan uang atau barang titipannya,
sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi untuk
mengelola dana titipan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi
hasil dari keuntungan pengelolaan dana tersebut. Namun, bank syariah
58
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Ed. 2 (Jakarta: Bumi Aksara, 1992),
hal.88.
59Ibid, hal. 89.
60Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet.1 (Jakarta: KENCANA
PRENAMEDIA GROUP, 2009), hal. 75.
32
diperkenankan memberikan bonus dengan tidak dijanjikan di awal akad.61
Karakteristik dari giro wadiah antara lain, sebagai berikut:62
a. Harus dikembalikan utuh seperti semula sejumlah barang yang
dititipkan sehingga tidak boleh overdraft
b. Dapat dikenakan biaya titipan
c. Dapat diberikan syarat tertentu untuk keselamatan barang titipan
misalnya dengan cara menetapkan saldo minimum
d. Penarikan giro wadiah dilakukan dengan cek dan bilyet giro sesuai
ketentuan yang berlaku
e. Jenis dan kelompok rekening sesuai ketentuan yang berlaku dalam
kegiatan usaha bank sepanjang tidak bertentangan dengan syariah
f. Dana wadiah hanya dapat digunakan seijin nasabah.
Giro mudharabah merupakan giro yang dijalankan berdasarkan prinsip
mudharabah. Akad mudharabah dalam bank syariah terdiri dari mudharib
dan sahibul maal.
2. Simpanan Tabungan.
Sesuai dengan perkembangan zaman, dewasa ini kegiatan menabung
sudah beralih dari rumah ke lembaga keuangan seperti bank. Menabung di
bank bukan saja menghindarkan dari risiko kehilangan atau kerusakan,
61
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Ed.3 (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 291-292.
62Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Cet.1 (Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP, 2010), hal.24.
33
akan tetapi juga memperoleh penghasilan dari bunga. Dengan demikian
jumlah uang akan bertambah dari waktu ke waktu meskipun uang tidak
ditambah.63
Namun, dalam bank syariah bunga tidak diperbolehkan karena
memiliki unsur riba, tabungan yang diperbolehkan dalam bank syariah
menggunakan prinsip bagi hasil.
Tabungan merupakan jenis simpanan yang dilakukan oleh pihak ketiga
yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat tertentu sesuai
perjanjian antara bank dan pihak nasabah. Dalam perkembangannya
penarikan tabungan dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan
sarana penarikan berupa slip penarikan, ATM, surat kuasa, dan sarana
lainnya yang dipersamakan dengan itu.64
Menurut Fatwa DSN No.
02/DSN-MUI/IV/2000, tabungan adalah simpanan dana yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang
telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau
alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Tabungan dalam bank syariah
dibagi menjadi 2 kelompok akad yaitu akad wadiah dan mudharabah.
Tabungan dengan prinsip wadiah merupakan simpanan sementara
untuk menentukan pilihan apakah untuk investasi atau untuk konsumsi
63
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. I ( Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 83.
64Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Cet.1 (Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP, 2010), hal. 44.
34
yang dapat ditarik setiap saat. Dalam Fatwa DSN-MUI mengenai tabungan
wadiah ditetapkan beberapa ketentuan, diantaranya:65
a. Bersifat sementara
b. Simpanan dapat diambil kapan saja atau berdasarkan kesepakatan
c. Tidak ada imbalan yang dipersyaratkan kecuali dalam bentuk
pemberian yang bersifat sukarela.
Berdasarkan Fatwa DSN-MUI No. 2 tentang tabungan mudharabah
terdapat beberapa ketentuan, diantaranya sebagai berikut:
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai sahibul maal,
sedangkan bank sebagai mudharib atau pengelola dana
b. Mudharib dapat melakukan berbagai macam usaha selama tidak
bertentangan dengan syariah
c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai bukan
piutang.
d. Pembagian keuntungan dalam bentuk nisbah bagi hasil dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah nasabah tanpa ada
kesepakatan
65
Wiroso, Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah (Jakarta: PT.
Grasindo, 2005), hal. 27.
35
Tabungan yang disebutkan diatas merupakan ketentuan dari
mudharabah mutlaqah dimana pengelolaan dana investasi diserahkan
sepenuhnya kepada mudharib. Tabungan mudharabah merupakan
tabungan dengan akad mudharabah dimana pemilik dana (sahibul maal)
mempercayakan dananya untuk dikelola bank (mudharib) dengan nisbah
bagi hasil yang disepakati di awal. Tabungan ini tidak dapat diambil
sewaktu-waktu sesuai dengan prinsip yang digunakan yaitu investasi yang
diharapkan akan menghasilkan keuntungan, oleh karena itu modal yang
diserahkan kepada mudharib tidak boleh ditarik sebelum akad tersebut
berakhir. Di lain pihak, tabungan yang dapat ditarik setiap saat akan
mengakibatkan risiko likuiditas yang cukup tinggi bagi bank syariah,
karena jika jangka waktu setoran dan penarikan sangat pendek sehingga
bank syariah tidak dapat menginvestasikan dana tersebut yang pada
akhirnya tidak dapat memperoleh pendapatan atau hasil usaha.66
Pembagian keuntungan didasarkan pada nisbah yang disepakati di
awal kontrak antara mudharib dan sahibul maal dan harus dituangkan
pada perjanjian tertulis. Berikut perbedaan tabungan mudharabah dan
wadiah:67
66
Ibid, hal. 49-50.
67Ibid, hal. 52.
36
Tabel 2.1 Perbedaan Tabungan Mudharabah dan Wadiah
No
Tabungan
Mudharabah
Tabungan Wadiah
1. Sifat dana Investasi Titipan
2. Penarikan Dapat dilakukan pada
periode tertentu
Dapat dilakukan
sewaktu-waktu
3. Intensif Bagi Hasil Bonus
4. Pengambilan
dana
Tidak dijamin
dikembalikan semua
Dijamin dikembalikan
semua
3. Simpanan Deposito.
Deposito merupakan simpanan dana berjangka yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank berdasarkan prinsip mudharabah. Pemilik
deposito disebut deposan. Keuntungan bagi bank dengan menghimpun
dana lewat deposito adalah uang yang tersimpan relatif lebih lama,
mengingat deposito memiliki jangka waktu yang relatif panjang dan
frekuensi penarikan juga jarang. Dengan demikian bank dapat dengan
leluasa untuk menggunakan dananya kembali untuk penyaluran
pembiayaan.68
Menurut Undang-undang No. 21 tahun 2008, deposito adalah investasi
dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
68
Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Cet. I ( Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2002), hal. 93.
37
bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah
penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS. Penarikan hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu maksudnya adalah jika nasabah deposan
menyimpan uangnya untuk jangka waktu 3 bulan, maka uang tersebut
dapat dicairkan setelah jangka waktu tersebut berakhir dan sering disebut
tanggal jatuh tempo.
Sarana/ alat untuk menarik uang yang disimpan di deposito sangat
tergantung dari jenis depositonya. Artinya setiap jenis deposito
mengandung beberapa perbedaan sehingga diperlukan yang berbeda pula.
Contohnya deposito berjangka penarikannya menggunakan bilyet
deposito, sedangkan untuk sertifikat deposito menggunakan sertifikat
deposito.
Mudrajat Kuncoro dan Suharjono, Deposito adalah simpanan
berjangka yang dikeluarkan oleh bank yang penarikannya hanya dapat
dilakukan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan jangka waktu yang
telah diperjuangkan sebelumnya. Deposito dibedakan menjadi 3 jenis
yaitu:69
a. Deposito Berjangka. Deposito berjangka merupakan simpanan
berjangka yang dapat dicairkan sesuai dengan jangka waktu yang
disepakati. Pemegang deposito berjangka akan mendapatkan bilyet
69
Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Cet.1 (Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP, 2010), hal. 45-46.
38
deposito sebagai bukti hak kepemilikkannya. Deposito berjangka tidak
dapat diperjualbelikan dan pembayaran bagi hasil dilakukan setiap
tanggal valuta, tanggal dimana deposito tersebut dibuka.
b. Sertifikat deposito. Sertifikat deposito merupakan simpanan berjangka
yang diterbitkan dengan menggunakan sertifikat sebagai bukti
kepemilikkan oleh pemegang haknya. Sertifikat deposito dapat
dicairkan oleh siapapun yang membawa dan menunjukkan kepada
bank yang menerbitkan dan dapat diperjualbelikan. Pembayaran bagi
hasil dilakukan pada saat pembelian atau dibayar dimuka.
c. Deposit On Call. Deposit on call adalah jenis simpanan berjangka
yang penarikannya perlu memberitahukannya terlebih dahulu kepada
bank penerbit deposit on call. Deposit ini tidak dapat diperjualbelikan
dan diterbitkan atas nama serta bagi hasil dibayarkan pada saat
pencairan.
Deposito mudharabah merupakan simpanan dana dengan akad
mudharabah dimana pemilik dana mempercayakan dananya untuk
dikelola dengan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati sejak
awal. Semua permintaan pembukaan deposito mudharabah harus
dilengkapi dengan akad/perjanjian yang berisi, antara lain nama dan
alamat sahibul maal, jumlah deposito, jangka waktu, nisbah pembagian
keuntungan, cara pembayaran bagi hasil dan pokok pada saat jatuh tempo
serta syarat-syarat lain yang deposito mudharabah butuhkan.
39
Setiap tanggal jatuh tempo deposito, pemilik dana akan mendapatkan
bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Dalam syariat Islam
jika bagi hasil ditambahkan ke pokoknya untuk diinvestasikan kembali
diperbolehkan. Periode penyimpanan dana ditentukan berdasarkan periode
bulanan. Bank dapat memberikan sertifikat atau tanda penyimpanan
deposito kepada pemilik dana. Deposito mudharabah hanya dapat ditarik
sesuai dengan jangka waktu yang disepakati.70
F. Tingkat Suku Bunga (BI Rate)
BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau
stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan
diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank
Indonesia setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada
operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan
likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran
operasional kebijakan moneter.71
Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian,
Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke
depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank
Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan
berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.
70
Ibid, hal. 57.
71http://www.bi.go.id/id/moneter/bi-rate/penjelasan/Contents/Default.aspx diakses pada
tanggal 27 Februari 2017 pukul 11.12 WIB.
40
Suku bunga (BI Rate) merupakan faktor yang utama dalam aktifitas bank,
baik suku bunga kredit maupun suku bunga simpanan. Apabila suku bunga
simpanan naik maka kemungkinan besar suku bunga kredit juga ikut akan
naik, begitupun sebaliknya. Adanya keterkaitan antara suku bunga simpanan
dan kredit, terdapat beberapa faktor yang mempengaruh besar kecilnya suku
bunga, antara lain:72
1. Kebutuhan dana. Apabila pihak yang membutuhkan dana pada kondisi
sangat memerlukan maka akan berpengaruh pada tingkat bunga, dan pihak
kreditur dapat meminjamkan dananya dengan bunga yang lebih tinggi.
2. Persaingan antarbank. Bank tidak dapat menentukan suku bunga sesuai
dengan keinginannya tetapi harus sesuai dengan suku bunga di pasar.
3. Kebijakan pemerintah. Bank harus mengikuti kebijakan pemerintah dalam
menentukan tingkat suku bunga.
4. Jangka Waktu. Semakin lama jangka waktu yang dijanjikan akan semakin
besar kemungkinan adanya fluktuasi bunga dalam market share, sehingga
semakin lama jangka waktunya akan semakin besar tingkat bunganya.
5. Kualitas jaminan. Dalam menentukannya besar suku bunga kredit, bank
melihat agunan/ jaminan. Apabila jaminan tersebut marketable mudah
diperjualbelikan, nilainya stabil dan meningkat, maka bank dapat
memberikan bunga kredit yang lebih rendah.
6. Reputasi nasabah. Bank akan lebih aman dalam memberikan kredit kepada
debitur yang memiliki reputasi usaha yang baik, Karena jaminan
72Ismail, Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi, Ed.1 Cet.2 (Jakarta: Kencana
Media Group, 2011), hal. 133-135.
41
pembayaran atas kredit yang diberikan akan lebih besar. Oleh karena itu,
bank sebgai kreditur tidak dapat memeberikan bunga sesuai dengan pasar,
akan tetapi lebih rendah dengan bunga di pasar.
7. Produk. Produk yang ditawarkan bank bervariasi, sehingga bunga yang
akan diberikan kepada nasabah tergantung jenis produknya. Semakin
banyak fasilitas yang diberikan dalam produk tertentu akan semakin
menarik bunga yang ditawarkan.
8. Hubungan bank. Hubungan antara bank dengan nasabah juga
mempengaruhi tingkat suku bunga, apabila nasabah yang telah memiliki
hubungan baik dengan bank bertahun tahun tidak pernah melakukan wan
prestasi, maka bank akan memberikan bunga lebih rendah.
9. Risiko. Risiko merupakan faktor penting yang digunakan oleh bank untuk
menentukan besar kecilnya suku bunga.
Dalam menentukan besarnya suku bunga kredit, bank akan
memeperhatikan beberapa unsur bunga kredit antara lain:73
1. Cost of loanable fund (COLF)
Cost of loanable fund adalah biaya yang akan dikeluarkan bank dalam
rangka menghimpun dana pihak ketiga. Sumber dana yang dimiliki oleh
setiap bank berasal dari giro, deposito, dan tabungan. Bagi bank yang
memiliki kontribusi dana giro terbesar maka biaya dana bank akan
rendah, sehingga bank dapat menentukan besarnya bunga kredit lebih
rendah dari bank lain. Sebaliknya, apabila bank memiliki dana deposito
73
Ibid, hal. 136-139.
42
yang paling banyak, dan bunga deposito merupakan bunga yang paling
tinggi dibanding bunga giro dan tabungan, maka bank juga akan
menetapkan bunga lebih besar.
2. Biaya Overhead
Biaya overhead merupakan komponen biaya yang berasal dari seluruh
biaya yang dikeluarkan oleh bank selain biaya dana. Biaya ini terdiri dari
biaya pegawai, administrasi & umum, penyusutan, dan lain-lain yang
digunakan untuk mendukung kelancaran aktivitas operasional bank.
3. Biaya Risiko
Biaya risiko merupakan biaya yang dikeluarkan dalam rangka
antisipasi adanya kemungkinan biaya yang ditimbulkan karena terjadinya
kredit bermasalah. Setiap bank, diwajibkan untuk membentuk cadangan
terhadap kredit yang telah disalurkan sesuai dengan kualitas kredit
masing-masing. Biaya cadangan ini akan dibebankan terhadap besarnya
bunga kredit.
4. Laba yang diinginkan
Laba yang diinginkan atau spread merupakan keuntungan yang
diharapkan dari kredit yang disalurkan bank. Oleh karena itu, dalam
menetapkan besarnya suku bunga kredit bank akan menghitung berapa
keuntungan yang diharapkan.
43
5. Pajak
Pajak merupakan unsur penting dalam menetapkan suku bunga kredit.
Pajak dapat dibebankan secara keseluruhan, maupun sebagian karena pada
umumnya bank mengharapkan keuntungan bersih setelah dikurangi
perkiraan pajak.
G. Hubungan antara Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga dan Tingkat
Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah
1. Inflasi
Ketika terjadi inflasi dimana kenaikan harga terjadi secara terus-
menerus, daya beli masyarakat akan menurun karena nilai uang terus
tergerus inflasi. Hal ini menyebabkan turunnya penjualan dan kondisi
dunia usaha atau bisnispun melemah. Kondisi tersebut menyebabkan
nasabah mengalami kesulitan untuk mengembangkan pembiayaannya,
sehingga pembiayaan bermasalah akan meningkat.74
Hal ini sesuai dengan
teori yang berlaku umum bahwa inflasi menyebabkan naiknya biaya
produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen
enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan
produksinya untuk sementara waktu. Bahan bila tidak sanggup mengikuti
laju inflasi, usaha produsen akan bangkrut.
74
Agus, Arijanto, Dosa-dosa Orang Tua terhadap Anak dalam Hal Finansial (Jakrta: PT. Elex
Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2010), hal. 82.
44
Hal ini dibuktikan oleh penelitian Ach. Yasin75
bahwa semakin tinggi
nilai inflasi maka akan semakin meningkat pembiayaan bermasalah yang
terjadi di bank syariah.
2. Perolehan Dana Pihak Ketiga
Bank syariah merupakan lembaga intermediasi dimana tugas utamanya
adalah menghimpun dana dari masyarakat yang disebut dana pihak ketiga.
Ketika dana pihak ketiga yang diperoleh bank syariah meningkat maka
bank syariah akan meningkatkan penyaluran pembiayaannya pula dan
risikoakan terjadinya pembiayaan bermasalah pada bank tersebut juga
akan terjadi.76
Begitupun sebaliknya, ketika keadaan dimana kemampuan
bank dalam menghimpun dananya sangat rendah juga akan mengurangi
kemampuan perbankan untuk mengurangi kredit/ pembiayaan yang diikuti
juga dengan menurunnya kredit macet.77
Hal tersebut didukung oleh penelitian Ayu Yunita Sahara78
bahwa
semakin besar dana pihak ketiga yang dihimpun bank syariah maka
75
Ach Yasin, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing (NPF)
di Industri Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah di Indonesia”. Jurnal Akuntansi, e-ISSN:
2502-6380, 2014, hal. 193
76Hery Hardjanto, Analisis Pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan yang Disalurkan
serta Implikasinya pada Retun On Asset di Bank Muamalat Indonesia (Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, 2010), hal. 66
77Aulia Pohan, Potret Kebijakan Moneter Indonesia, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Ed.
1, 2008), hal. 52.
78Ayu Yanita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik Bruto
terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1
No.1, Januari 2013. hal. 154.
45
pembiayaan yang disalurkan juga akan meningkat sehingga pembiayaan
bermasalah yang dialami bank tersebut akan meningkat.
3. Tingkat Suku Bunga
Saat BI Rate naik, terjadi peningkatan daya saing bank syariah dimana
nisbah bagi hasil bank syariah mampu bersaing dari tingkat bunga
pinjaman bank konvensional yang meningkat. Dengan adanya peningkatan
BI Rate, produk pembiayaan oleh bank syariah akan semakin kompetitif.
Margin/ nisbah bagi hasil bank syariah yang ditentukan oleh kaasitas
usaha atau laba/ rugi debitur tidak dapat naik begitu saja, maka margin
tersebut akan lebih bersaing terhadap suku bung kredit bank konvensional.
Debitur akan cenderung mencari bunga yang lebih rendah saat melakukan
pinjaman, maka saat suku bnga kredit bank konvensioanl naik akibat
naiknya BI Rate makan debitur akan memilih opsi lain yakni melakukan
pinjaman pada bank syariah yang biaya dananya dianggap lebih rendah
dari bunga bank konvensional. Pada kondisi yang demikian pembiayaan
yang disalurkan bank syariah akan meningkat dan risiko akan terjadinya
pembiayaan bermasalah akan meningkat juga (Febrianti, 2015).
Teori diatas didukung oleh penelitian Lidyah79
dan Ani Nurmuliyani80
yang mengatakan bahwa semakin tinggi nilai BI Rate maka akan semakin
79
Rika Lidyah, “Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol. 2, No.1 Juli 2016, hal. 7. 80
Ani Nurmuliyani, “Analisis Fktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing Financing
pada BPRS di Indonesia Periode Tahun 2010-2015”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), hal. 67.
46
besar juga risiko pembiayaan bermasalah terjadi di bank syariah,
begitupun sebaliknya semakin menurun BI Rate maka risiko pembiayaan
bermasalah akan menurun juga.
H. Hubungan Inflasi, Tingkat Suku Bunga, dan Pembiayaan Bermasalah
terhadap Profitabilitas
1. Inflasi
Sebagai lembaga intermediasi bank sangat rentan dengan risiko terkait
dengan mobilitas dananya. Apabila dalam suatu Negara mengalami inflasi
yang tinggi akan menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai
mata uang yang ditabung semakin menurun. Penabung akan mampu
menghasilkan bunga atau bagi hasil, tetapi jika tingkat inflasi terjadi mash
di atas tingkat bunga yang diterima oleh penabung, tetap saja nilai mata
uang yang diterima penabung akan menurun.81
Sehingga jumlah dana yang
dikumpulkan berkurang, sehingga nantinya akan mempengaruhi kinerja
bank syariah dalam menghasilkan profitabilitasnya yang diproksikan pada
return on asset.82
81
M. Nur Rianto Al Arif. Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis. (Bandung:
Alfabeta, 2010), hal. 93.
82Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, Ed. 1 Cet. 14 (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2002), hal. 308.
47
Teori tesebut dibuktikan dengan penelitian Febrina Dwijayanthy dan
Prima Naomi83
yang mengatakan bahwa semakin tinggi nilai inflasi maka
akan semakin menurun nilai return on asset dari bank syariah.
2. Tingkat Suku Bunga
BI Rete juga mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu bank, ketika BI
Rate naik maka akan diikuti oleh naiknya suku bunga deposito yang
berakibat langsung pada penurunan sumber dana pihak ketiga. Penurunan
dana pihak ketiga sebagai akibat dari pemindahan dana masyarakat ke
bank konvensional untuk mendapatkan imbalan bunga yang lebih tinggi.
Apabila dana pihak ketiga turun maka profitabilitas bank syariah yang
salah satunya diproksikan pada return on asset akan mengalami penurunan
juga.84
Hal ini didukung oleh penelitian dari Ayu Yanita Sahara85
Syahirul
Alim86
yang mengatakan bahwa semakin besar nilai BI Rate maka akan
semakin menurun profitabilitas yang diperoleh suatu bank syariah.
83
Febrina Dwijayanthi dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan Nilai Tukar
Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”. Jurnal Karisma, Vol. 3 (2), 2009,
hal. 89
84Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed. 1 Cet. 5 (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2012), hal. 55.
85 Ayu Yanita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik
Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.
1 No.1, Januari 2013. h. 154.
86Syahirul Alim, “Analisis Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Return On Asset (ROA)
Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Modernisasi Vol. 10 No. 3, OKtober 2014, hal. 209-210.
48
3. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah terjadi akibat adanya kredit macet di suatu
bank yang dikategorikan kurang lancar, diragukan, dan macet dimana
nasabah tidak sanggup untuk melunasi pembiayaaannya dan berakibat
pada profitabilitas bank syariah yang menurun.87
Teori tesebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Imam Rifky
Saputra88
, Amrina Rosyada89
, dan Fernando Africano90
bahwa semakin
besar pembiayaan bermasalah terjadi di suatu bank syariah maka kinerja
bank tersebut akan menurun pada tingkat profitabilitasnya, begitupun
sebalinya jika pembiayaan bermasalah menurun maka profitabilitas bank
akan meningkat.
87
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), hal. 137.
88 Imam Rifky Saputra, “Pengaruh DPK dan NPF terhdapPembiayaan yang Disalurkan (PYD)
serta Implikasinya pada ROA (Studi pada 3 BUS di Indonesia Periode 2010-2013)”, (Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), hal. 74.
89Amrina Rosyada, “Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Non Performing Financing
terhadap Return On Asset Perbankan Syariah”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), hal. 40.
90Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), hal.
62
49
I. Review Studi Terdahulu
Tabel 2.2 Review Studi Tedahulu
No. Substansi
1. Identitas Jurnal Muthia Roza Linda, Megawati, dan Deflinawati.
Journal of Economic Education Vo. 3 No. 2,
ISSN 2302-1590 yang berjudul “Pengaruh
Inflasi, Kurs, dan Tingkat Suku Bunga terhadap
Non Performing Loan pada PT. BANK
TABUNGAN NEGARA (Persero) Tbk Cabang
Padang”.
Hasil Penelitian Pada penelitian tersebut secara simultan variabel
inflasi, kurs, dan tingkat suku bunga
berpengaruh signifikan terhadap Non
Performing Loan yang dimiliki oleh PT. Bank
Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Padang.
Sedangkan, secara parsial inflasi berpengaruh
signifikan terhadap Non Performing Loan yang
dimiliki oleh PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk Cabang Padang, pada kurs tidak
berpengaruh signifikan Terhadap Non
Performing Loan yang dimiliki oleh PT. Bank
50
Tabungan Negara (Persero) Tbk Cabang Padang,
dan variabel suku bunga berpengaruh signifikan
terhadap Non Performing Loan yang dimiliki
oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
Cabang Padang.
Perbedaan 1. Variabel independen yang digunakan pada
penelitian tersebut yaitu inflasi, kurs, dan
tingkat suku bunga serta variabel
dependennya non peforming loan.
Sedangkan penulis menggunakan variabel
independen (eksogenus) berupa inflasi,
DPK, dan BI Rate serta variabel endogenus
perantaranya yaitu non performing
financing, variabel dependen (eksogenus
tergantung) yaitu ROA.
2. Objek yang dgunakan pada penelitian
tersebut adalah PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Tbk Cabang Padang periode 2008-
2013. Sedangkan penulis menggunakan
objek Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016.
3. Metode analisis yang digunakan pada
51
penelitian terdahulu adalah regresi linear
berganda, sedangkan penulis menggunakan
analisis jalur.
2. Identitas Jurnal Ayu Yanita Sahara. Jurnal Ilmu Manajemen
Volume 1 Nomor 1 Januari 2013 yang berjudul
“Anlisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan
Produk Domestik Bruto terhadap Return On
Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”
Hasil Penelitian Pada penelitian tersebut secara simultan inflasi,
suku bunga BI, dan Produk Domestik Bruto
berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.
Sedangkan, secara parsial inflasi dan Produk
Domestik Bruto memiliki pengaruh positif
terhadap ROA dan suku bunga BI berpengaruh
negarif terhadap ROA.
Perbedaan 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah inflasi, suku bunga BI, PDB
sebagai variabel independen serta ROA
sebagai variabel dependen. Penulis juga
menggunakan variabel eksogenus yang
52
sama yaitu inflasi dan BI Rate yang berbeda
hanya satu variabel yaitu DPK dan variabel
endogenus perantaranya NPF serta variabel
eksogenus tergantungnya adalah ROA.
2. Objek yang dilakukan peneliti terdahulu
adalah Bank Syariah di Indonesia dalam
kurun waktu 3 tahun dari 2008-2010,
sedangkan peneliti sekarang adalah Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di
Indonesia kurun waktu 3 tahun 7 bulan yaitu
Januari 2013- Juli 2016.
3. Identitas Jurnal Syahirul Alim. Jurnal Modernisasi Volume 10
Nomor 3, Oktober 2014 yang berjudul
“Analisis Pengaruh Indflasi dan BI Rate
terhadap return On Asset (ROA) Bank Syariah
di Indonesia”
Hasil Penelitian Secara bersama-sama inflasi dan BI Rate tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap Return
On Asset (ROA), tetapi secara parsial inflasi
memiki pengaruh positif yang tidak signifikan
terhadap terhadap Return On Asset (ROA) dan
53
BI Rate memiliki pengaruh negatif yang tidak
signifikan pula terhadap terhadap Return On
Asset (ROA).
Perbedaan Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian diatas terdiri dari 2, yaitu inflasi dan
BI Rate serta variabel dependennya adalah
Return On Asset (ROA). Sedangkan penulis
variabeksogennya yang membedakan hanya 1
yaitu DPK, dan salah satu variabel endogennya
yang berbeda adalah Non Performing Financing.
Objek yang dilakukan pada penelitian diatas
pada Bank Syariah di Indonesia periode Oktober
2008-Oktober 2013, sedangkan penulis pada
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia
periode Januari 2013-Juli 2016.
4. Identitas Jurnal Fawad Ahmad dan Taqadus Bashir. World
Applied Science Journal 22 (2):243-255, 2013.
ISSN1818-4952, “Explanatory Power of
Macroeconomics Variables as Determinants of
Non-Performing Loans: Evidence from
Pakistan”
54
Hasil Penelitian Pertumbuhan GDP, tingkat suku bunga, tingkat
inflasi,indeks harga konsumen, ekspor dan
produksi industry mempunyai pengaruh positif
yang signifikan terhadap NPL. Sedangkan untuk
variabel tingkat pengangguran dan nilai tukar
efektif mempunyai pengaruh yang negative
terhadap NPL.
Perbedaan 1. Penelitian tersebut menggunakan 9 variabel
independen yaitu pertumbuhan GDP,
tingkat pengangguran, tingkat suku bunga,
tingkat inflasi, nilai tukar efektif, indeks
harga konsumen,ekspor, nilai investasi dan
produksi industry, serta variabel
dependennya NPL. Sedangkan penulis
menggunakan variabel eksogenus yang
sama yaitu inflasi, yang berbeda terdapat 2
variabel yaitu BI Rate dan DPK, serta
variabel endogenus perantaranya NPF,
variabel eksogenus tergantungnya adalah
ROA.
2. Penelitian sebelumnya menggunakan
metode regresi OLS, sedangkan penulis
55
menggunakan metode analisis jalur.
5. Identitas Skripsi Novi Lailatul Khoirunnisa Skripsi S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul
“Determinan Non Performing Financing
(NPF) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) di Indonesia Tahun 2011-2015”
Hasil Penelitian Secara parsial GDP berpengaruh positif
secara signifikan terhadap NPF, Inflasi
berpengaruh positif secara tidak signifikan
terhadap NPF, FDR berpengaruh positif
secara signifikan terhadap NPF dan CAR
juga berpengaruh secara positif signifikan
terhadap NPF BPRS di Indonesia.
Perbedaan 1. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian diatas, yaitu GDP, inflasi, FDR,
dan CAR serta variabel dependennya adalah
Non Performing Financing (NPF).
Sedangkan penulis menggunakan variabel
eksogenus yang sama yaitu inflasi, yang
56
berbeda terdapat 2 variabel yaitu BI Rate
dan DPK, serta variabel endogenus
perantaranya NPF, variabel eksogenus
tergantungnya adalah ROA.
2. Objek yang dilakukan pada penelitian diatas
periode Januari 2011-Desember 2015,
sedangkan penulis periode Januari 2013-Juli
2016.
3. Pada penelitian sebelumnya menggunakan
analisis regresi linear berganda metode OLS,
sedangkan penulis menggunakan metode
analisis jalur.
57
J. Kerangka Penelitian
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian
Inflasi
DPK
BI Rate
NPF ROA
Bank
Pembiayaan
Rakyat Syariah
(BPRS) di
Uji Asumsi Klasik:
1. Uji Normalitas
2. Uji Utokorelasi
3. Uji Multikolinearitas
4. Uji Heterkedastisitas
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Interpretasi Hasil
PATH ANALYSIS
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada Return On Asset (ROA)
dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel endogen, sedangkan
Inflsi, DPK, dan BI Rate sebagai variabel eksogen. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan secara langsung ataupun tidak langsung antara
variabel Inflasi, Perolehan DPK, dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) terhadap
Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya terhadap profitabilitas.
Penelitian ini dilakukan pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
di seluruh Indonesia. Adapun periode yang diambil dalam penelitian ini
adalah bulan Januari 2013 sampai dengan bulan Juli 2016. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data statistik perbankan syariah yang
diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu merupakan
salah satu jenis kegiatan penelitian yang menggunakan rancangan terstruktur,
formal, dan spesifik, serta mempunyai rancangan operasional yang
59
mendetail.91
Metode ini disebut metode penelitian kuantitatif karena data
penelitian berupa angka-angka dan analisis mengguanakan statistik.92
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu data yang bersifat numerik dimana skala pengukuran variabelnya dapat
berupa interval dan rasio.93
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Data sekunder yang bersifat time series, yakni data yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain. Data sekunder yang diambil umumnya berupa bukti,
catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter
yang dipublikasikan.94
Data dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari laporan statistik perbankan syariah bulanan yang dipublikasikan oleh
Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia dari Januari 2013-Juli 2016.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu hal yang penting dalam
penelitian, karena metode ini merupakan strategi untuk mendapatkan data
yang diperlukan. Keberhasilan penelitian sebagian besar tergantung pada
91
A. Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Pnelitian Gabungan (Jakarta:
KENCANA, 2014), hal. 58.
92Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. III (Bandung:
ALFABETA, 2007), hal. 7
93Heryanto dan Lukman, Statistik Ekonomi (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2008), hal. 8.
94Nur Indrianto dan Bambang Supomo, Metode Penelitian Bisnis (Yogyakarta: BPFE, 2002),
hal. 147.
60
teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan data dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan,
kenyataan-kenyataan, dan informasi yang dapat dipercaya.95
Pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini melalui berbagai cara, diantaranya
sebagai berikut:
1. Studi Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap dan asli. Metode
ini hanya mengambil data yang sudah tersedia dan terpublikasi. Misalnya:
Inflasi, BI Rate, jumlah penghimpunan dana pihak ketiga, NPF dan ROA
pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Data tersebut didapatkan dari
website Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI).
2. Studi Kepustakaan
Metode ini merupakan pengumpulan data mengenai hal-hal yang
diperoleh dengan cara membuka buku-buku, skripsi, tesis, jurnal, maupun
surat kabar yang berhubungan dengan tema penelitian yang penulis
angkat. Metode ini digunakan untuk dapat memperoleh landasan dan
konsep penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis
regresi linear berganda dengan metode path analysis. Metode analisis tersebut
95
Ibid, hal. 143.
61
sesuai untuk menggambarkan atau mendeskripsikan keterkaitan antara
beberapa variabel baik secara ;angsung maupun tidak langsung. Untuk
membantu penelitian ini, penulis akan menggunakan software pengolah
data statistik, Microsoft Excel 2010 dan IBM SPSS Statistic version 20.0.
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji nomalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah
nilai-nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara
normal atau tidak.96
Model regresi yang baik adalah memiliki nilai
residual yang terdistribusi secara normal.
Metode uji normalitas, yaitu dengan melihat penyebaran data pada
sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of regression
standarized residual yaitu dengan cara melihat grafik data dapat
dikatakan berdistribusi normal jika titik pada grafik menyebar di garis
diagonal. Sebaliknya data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal
apabila titik-titik yang berada dalam garis diagonal pada grafik tidak
menyebar.
Cara lain untuk melihat data berdistribusi normal atau tidak dengan
uji One Sample Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan melihat nilai
Asymp. Sig. Jika nilai Asymp. Sig > 0.05 data dapat dikatakan
96
Duwi Priyatno, SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2014),
hal. 90.
62
berdistribusi dengan normal, sebaliknya jika data tidak berdistribusi
normal nilai Asymp. Sig < 0.05.
b. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di anatara
variabel independen.97
Cara untuk menentukan apakah model memiliki
gejala multikolinearitas atau tidak, salah satunya dengan melihat nilai
VIF dan Tolerance pada tabel coefficients.
(1) Jika nilai VIF < 10.00 dan nilai Tolerance > 0.1, maka tidak terjadi
multikolinearitas.
(2) Jika nilai VIF > 10.00 dan nilai Tolerance < 0.1, maka terjadi
multikolinearitas
c. Uji Heterokesdastisitas
Uji heterokesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu penelitian ke
penelitian yang lain. 98
Berikut beberapa cara dalam mendeteksi adanya heterokedastisitas:
(1) Metode Grafik Scatterplot
97
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.4 (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2006), hal. 95.
98Ibid, hal. 125.
63
Jika terdapat pola tertentu pada grafik scatterplot, seperti titik-titik
yang membentuk pola teratur (bergelombang) maka terjadi
heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-titik
menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak
terjadi heterokedastisitas.
(2) Uji Glejser
Pada uji Glejser ini suatu variabel mengalami heterokedastisitas
jika nilai signifikansinya < 0.05 dan jika variabel itu tidak
mengalami heterokedastisitas nilai signifikansinya > 0.05.
d. Uji Autokorelasi
Autokoelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari
residual untuk pengamatan satu dengan yang lain disusun menurut
runtun waktu. Model regresi yang baik mengisyartkan tidak adanya
masalah autokorelasi. Dampak yang diakibatkan dengan adanya
autokorelasi yaitu dengan adanya varian sampel tidak menggambarkan
varian populasinya. Dalam mendeteksi autokorelasi pada sebuah data
kita dapat mengetahuinya melalui uji Durbin Watson yaitu apabila: 99
(1) Jika 0 < dw < dl maka terjadi autokorelai positif
(2) Jika 4-dl < dw < 4 maka terjadi autokorelasi negatif
(3) Jika du < dw < 4-du, maka tidak terjadi autokorelasi positif dan
negatif
99
Damodar N. Gujarat dan Dawn C.Porter, Dasar-dasar Ekonometrika (Jakarta: Salemba
Empat, 2012), hal. 37.
64
(4) Jika dl ≤ dw ≤ du atau 4-du ≤ dw ≤ 4-dl, maka tidak dapat
didefinisikan.
2. Analisis Jalur (Path Analysis)
Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis jalur atau
path analysis. Analisis jalur merupakan pengembangan dari regresi linear
berganda itu sendiri100
atau dapat disebut juga sebagai model sebab-
akibat.101
Analisis jalur adalah suatu teknik untuk mengukur sebab akibat
dari regresi linear berganda jika variabel bebasnya mempengaruhi variabel
tergantung tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung.
Path analysis ini digunakan untuk menguji pengaruh Inflasi, DPK, dan
BI Rate terhadap NPF serta pengaruhnya secara langsung ataupun tidak
langsung terhadap ROA dengan persamaan sebagai berikut:
Y = b1YX1 + b2YX2 + b3YX3 + e
Z = b1ZX1 + b2ZX2 + b3ZX3 + e
Dimana:
X1 = Inflasi di Indonesia periode Januari 2013-Juli 2016
X2 = Dana Pihak Ketiga (DPK) BPRS di Indonesia Januari 2013-Juli 2016
X3 = Tingkat Suku Bunga (BI Rate) di Indonesia periode Januari 2013-Juli
2016
100
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, Cet. 14 (Bandung: ALFABETA, 2009), hal. 297.
101Jonathan Sarwono, Analisis Jalur untuk Riset Binis dengan SPSS (Yogyakarta: Andi, Ed.1,
2007), hal. 1.
65
Y = Non Performing Financing (NPF) BPRS di Indonesia Januari 2013-
Juli 2016
Z = Return On Asset (ROA) BPRS di Indonesia Januari 2013-Juli 2016
e = standard error
3. Uji Hipotesis
a. Uji Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semua variabel
independennya yang dimaksudkan dalam regresi secara simultan
terhadap variabel dependen yang diuji. Pengujian ini menggunakan uji
F yaitu dengan membandingkan F hitung dengan F tabel. Uji ini
dilakukan dengan cara:
(1) Jika F hitung < F tabel, maka variabel-variabel independen secara
simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
(2) Jika F hitung > F tabel, maka variabel-variabel independen secara
simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan nilai
signifikansi F pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini
menggunakan tingkat α sebesar 5%). Analisis didasarkan pada
pembandingan antara nilai signifikansi F dengan nilai signifikansi
0.05, dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :
(1) Jika signifikansi F < 0.05, maka variabel-variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
66
(2) Jika signifikansi F > 0.05, maka variabel-variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji Parsial (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen yang diuji. Pengujian dilakukan dengan uji t atau t-
test, yaitu membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel. Uji ini
dilakukan dengan cara :
(1) Jika t tabel > t hitung, maka variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
(2) Jika t tabel < t hitung, maka variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian juga dapat dilakukan melalui pengamatan nilai
signifikansi t pada tingkat α yang digunakan (penelitian ini
menggunakan tingkat α sebesar 5%). Analisis didasarkan pada
perbandingan antara nilai signifikansi t dengan nilai signifikansi 0.05,
dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :
(1) Jika signifikansi t < 0.05 maka variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
(2) Jika signifikansi t > 0.05 maka variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
67
c. Uji Koefisien Determinasi (R Square)
Uji koefisen determinasi bertujuan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang
dilihat melalui Adjusted R Square. Adjusted R Square ini digunakan
karena variabel independen dalam penelitian ini lebih dari dua. Nilai
dari Adjusted R Square terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang
diperoleh > 0.5, maka model yang digunakan dianggap cukup kuat
dalam membuat estimasi.
d. Uji Korelasi
Pada metode analisis jalur (path analysis) untuk mengukur
kekuatan (hubungan) linear antara 2 variabel yaitu variabel bebas
dengan variabel terikat102
diperlukan kriteria khusus dalam
pengukurannya, berikut kriterianya:103
(1) Jika 0.9 < r < 1.00 atau -1.00 < r < -0.9; artinya memiliki hubungan
yang sangat kuat.
(2) Jika 0.7 < r < 0.9 atau -0.9 < r < -0.7; artinya memiliki hubungan
yang kuat.
(3) Jika 0.5 < r < 0.7 atau -0.7 < r < -0.5; artinya memiliki hubungan
yang moderat.
102
Imam Ghazali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.I (Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2001), hal. 86.
103Boediono dan Wayan Koster, Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas Sederhana,
Lugas, dan Mudah Dimengerti, Cet. I (Bandung: PT. REMAJA ROSDAKARYA, 2001), 184-185.
68
(4) Jika 0.3 < r < 0.5 atau -0.5 < r < -0.3; artinya memiliki hubungan
yang lemah.
(5) Jika 0.0 < r < 0.3 atau -0.3 < r < 0.0; artinya memiliki hubungan
yang sangat lemah.
F. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel merupakan suatu aspek dalam penelitian yang
memberikan informasi cara pengukuran mengenai variabel yang akan
digunakan dalam penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Endogen
a. Return On Asset / ROA
Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampan bank di dalam memperoleh laba dan efisiensi
secara keseluruhan. Semakin besar ROA maka semakin besar
keuntungan yang dihasilkan suatu bank dan semakin baik pula
posisi bank dalam penggunaan asetnya. Rasio Return On Asset
dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA =
x 100%
b. Non Performing Financing / NPF
Pembiayaan bermasalah atau biasa disebut dengan NPF adalah
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dimana nasabah
dalam pembayarannya mengalami kredit macet. Pembiayaan yang
dikategorikan sebagai pembiayaan bermasalah berdasarkan
69
ketentuan Bank Indonesia adalah kurang lancar, diragukan, dan
macet. Non Performing Financing (NPF) dapat diperoleh dari:
NPF =
x 100%
2. Variabel Eksogen
a. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik
secara umum dan terus menerus. Inflasi yang tinggi akan
mengakibatkan daya beli masyarakat menurun dan kenaikan
tingkat bunga. Besar kecilnya laju inflasi akan mempengaruhi suku
bunga dan kinerja keuangan perusahaan khususnya dari sisi
profitabilitas.
Inflasi =
b. Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang yang dihimpun
oleh bank syariah yang berasal dari masyarakat dalam bentuk
tabungan, giro, dan deposito. Dana pihak ketiga merupakan dana
yang memiliki kontribusi terbesar untuk penyaluran pembiayaan.
Sehingga semakin besardana yang dihimpun semakin besar pula
pembiayaan yang disalurkan.
c. Tingkat Suku Bunga (BI Rate)
BI Rate merupakan indikasi suku bunga jangka pendek yang
diinginkan Bank Indonesia dalam upaya mencapai target inflasi. BI
70
Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk
mengarahkan agar suku bunga SBI 1 bulan hasil operasi pasar
terbuka berada disekitar BI Rate. Selanjutnya suku bunga BI
diharapkan mempengaruhi PUAB, suku bunga simpanan, dan suku
bunga lainya dalam jangka panjang. Perubahan BI Rate
dilaksanakan secara konsisten dan bertahap dengan kelipatan 25
basis points.
71
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data yang sudah terkumpul. Data
yang terkumpul diantaranya terdapat variabel eksogen atau independen yaitu
inflasi, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate),
variabel endogen perantara yaitu Non performing Financing (NPF),
sedangkan variabel endogen tergantung atau independen yaitu Return On
Asset (ROA). Berikut ini akan dijelaskan mengenai perkembangan dari
variabel-variabel yang sudah disebutkan diatas yaitu:
Grafik 4.1: Perkembangan Inflasi di Indonesia Januari 2013-Juli 2016
Sumber: Data diolah (Bank Indonesia)
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
Inflasi
Inflasi
72
Pada grafik diatas dapat dijelaskan bahwa inflasi yang terjadi di Indonesia
dari tahun 2013 sampai dengan Juli 2016 mengalami fluktuatif. Pada dasarnya
inflasi terjadi tidak jauh dari kenaikan harga-harga baik harga BBM,
hargapangan, harga tembakau dan harga komoditas lainnya. Inflasi tertinggi
dialami Indonesia pada bulan Agustus 2013 dengan angka 8.79% yang
disebabkan oleh naiknya harga BBM 104
dan Juli 2016 inflasi berada di titik
paling terendah selama 5 tahun terakhir ini105
yaitu 3.21%.
Grafik 4.2: Perkembangan DPK pada BPRS di Indonesia Januari 2013 -
Juli 2016
Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)
104
http://www.analisaforex.com/22/12/2013/berita-ekonomi-terpenting-tahun-2013/4078.html
diakses pada 26 Maret 2017 pukul 09.13 WIB.
105http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/3265802/bps-inflasi-juli-2016-terendah-
dalam-5-tahun-terakhir diakses pada 26 Maret 2017 pukul 09.21 WIB.
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
Dana Pihak Ketiga (dalam jutaan rupiah)
DanaPihakKetiga
73
Berdasarkan grafik yang ditunjukkan diatas bahwa dana yang dihimpun
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia mengalami
peningkatan terus-menerus. Meskipun di bulan Juli 2014 dana yang dihimpun
mengalami penurunan yaitu sebesar Rp 3.591.644 juta dari bulan sebelumnya
tetapi beberapa bulan kemudian mengalami peningkatan kembali. Hal ini
menunjukkan dana yang dihimpun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di
Indonesia sepanjang tahun 2013 hingga Juli 2016 semakin baik meskipun
fluktuatif.
Grafik 4.3: Perkembangan BI Rate di Indonesia Januari 2013 – Juli 2016
Sumber: data diolah (Bank Indonesia)
Pada grafik perkembangan BI Rate di Indonesia dapat dijelaskan bahwa
tiap tahunnya BI Rate hampir mengalami kestabilan. Hanya saja di bulan Juni
2013 sampai November 2013 BI Rate meningkat, dan Desember 2014 Rate
mencapai titik tertinggi yaitu 7.75%, angka tersebut merupakan angka
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
BI Rate
BI Rate
74
tertinggi selama lima tahun terakhir. Dengan angka 7.75% ini masih dianggap
dapat mengatasi tekanan inflasi yang disebabkan kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) bersubsidi.106
Grafik 4.4: Perkembangan Non Performing Financing (NPF) BPRS di
Indonesia Januari 2013 – Juli 2016
Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)
Dari grafik rasio Non Performing Financing (NPF) Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah di Indonesia sepanjang tahun 2013 sampai dengan Juli 2016
mengalami fluktuatif. Rasio pembiayaan bermasalah mencapai titik tertinggi
pada bulan Maret 2016 dengan angka 10.36% dan angka terendah pada bulan
Desember 2013 sebesar 6.5%. Jika rasio pembiayaan bermasalah tinggi akan
mengakibatkan tingkat profitabilitas dari bank syariah mengalami penurunan.
106
Paul Sutaryono, “Arah Suku Bunga Kredit” dari
http://koran.bisnis.com/read/20141215/251/382544/arah-suku-bunga-kredit diakses pada 26 Maret
2017 pukul 09.40 WIB.
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
NPF
NPF
75
Grafik 4.5: Perkembangan Return On Asset (ROA) BPRS di Indonesia
Januari 2013 – Juli 2016
Sumber: data diolah (Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan)
Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa tingkat profitabilitas
yang diukur melalui pengembalian laba terhadap aset dari Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia sepanjang Januari 2013-Juli 2016
mengalami fluktuatif. Semakin besar tingkat pengembalian laba terhadap aset
atau biasa disebut dengan ROA semakin besar keuntungan yang didapatkan,
begitupun sebaliknya. Di tahun 2013 ROA tertinggi terjadi pada bulan April,
tahun 2014 di bulan Juni sedangkan 2015 pada bulan Agustus dan yang
terakhir di bulan Januari 2016.
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
ROA
ROA
76
B. Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Tabel 4.1 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 43
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation .58381174
Most Extreme
Differences
Absolute .096
Positive .076
Negative -.096
Kolmogorov-Smirnov Z .627
Asymp. Sig. (2-tailed) .826
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Jika dapat dilihat dari tabel diatas nilai signifikansi pada Kolmogorov
Smirnov yaitu 0.826 > 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut
berdisribusi dengan normal.
77
2. Uji Autokorelasi
Tabel 4.2 Uji Autokorelasi Sebelum Tranformasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .816a .666 .641 .60585 1.001
a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK
b. Dependent Variable: NPF
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson sebesar
1.001 dimana n= 43 dan k=5 didapatkan nilai du 1.2660 dan nilai dl
1.7794. Maka dapat dikatakan data tersebut mengalami autokorelasi positif
dikarenakan 0 < dw < dl yaitu 0 < 1.001 < 1.7794.
Untuk mengatasi gejala autokorelasi pada data diatas maka data akan
di transformasi terlebih dahulu menggunakan uji cochrane orcutt. Berikut
hasil data durbin watson setelah ditransformasi.
Tabel 4.3 Uji Autokorelasi Setelah Transformasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .587a .344 .293 .52869 2.082
a. Predictors: (Constant), Lag_BIRATE, Lag_DPK, Lag_INFLASI
b. Dependent Variable: Lag_NPF
Setelah data ditranformasi didapatkan nilai durbin watson yang baru
yaitu 2.082 dengan n= 43 dan k=5 sehingga nilai du 1.2660 dan nilai dl
78
1.7794. Maka dapat dikatakan bahwa data diatas sudah tidak mengalami
autokorelasi karena du < dw < 4-du yaitu 1.2660 < 2.082 < 2.734.
3. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.4 Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Stand
ardize
d
Coeff
icient
s
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolerance VIF
1
(Constant
) -61.560 12.913
-4.767 .000
Inflasi -.077 .079 -.128 -.965 .001 .483 2.070
Ln_DPK 4.516 .885 .683 5.104 .000 .477 2.094
BIRate .281 .202 .175 1.390 .023 .542 1.844
a. Dependent Variable: NPF
Berdasarkan variabel diatas dapat diketahui bahwa:
a. Variabel inflasi memiliki nilai tolerance 0.483 > 0.1 dan nilai VIF
2.070 < 10.00, menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak mengalami
gejala multikolinearitas.
79
b. Variabel Ln_DPK memiliki nilai tolerance 0.477 > 0.1 dan nilai VIF
2.094 < 10.00, menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak mengalami
gejala multikolinearitas.
c. Variabel BI Rate memiliki nilai tolerance 0.542 > 0.1 dan nilai VIF
1.844 < 10.00, menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak mengalami
gejala multikolinearitas.
4. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas
Pada scatterplot diatas kita dapat melihat bahwa titik-titik menyebar diatas
maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan
bawa data tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
81
C. Analisis Pengaruh Inflasi, Perolehan Dana Pihak Ketiga, dan Tingkat
Suku Bunga terhadap Pembiayaan Bermasalah serta Implikasinya
terhadap Profitabilitas Pada BPRS di Indonesia Periode Januari 2013-
Juli 2016
Analisis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua substruktural.
Substrutural pertama menganalisis pengaruh Inflasi, Dana Pihak Ketiga
(DPK), dan Tingkat Suku Bunga (BI Rate) sebagai variabel eksogen terhadap
Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel endogen. Sedangkan
substruktural kedua menganalisis pengaruh Inflasi, tingkat suku bunga (BI
Rate), dan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel eksogen
terhadap Return On Asset (ROA) sebagai variabel endogen.
1. Uji Statistik Struktural I
Persamaan struktur I
Gambar 4.2 Struktural I
Y = b𝒙𝟏𝒚 X1 + b𝒙𝟐𝒚 X2 + b𝒙𝟑𝒚 X3 + b𝒚 e1
Inflasi
DPK
BI Rate
NPF
81
a. Uji F (Uji Simultan)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Inflasi, DPK, dan BI Rate tidak berpengaruh terhadap Non
Performing Financing (NPF))
Ha : β1 ≠ 0 (Inflasi, DPK, dan BI Rate berpengaruh terhadap Non
Performing Financing (NPF))
Tabel 4.5 Uji F (Struktural I)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 28.569 3 9.523 25.944 .000b
Residual 14.315 39 .367
Total 42.884 42
a. Dependent Variable: NPF
b. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa df1 adalah 5 dan
df2 adalah 43-5= 38, maka Ftabel sebesar 2.46. dengan demikian Fhitung
25.944 > Ftabel 2.36 dengan taraf signifikan 0.000 < 0.05. maka dapat
dikatakan bahwa variabel Inflasi, DPK, dan BI Rate secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Non Performing Financing (NPF).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
82
b. Uji t (Uji Parsial)
Tabel 4.6 Uji t (Struktural I)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Constant) -61.560 12.913 -4.767 .000
Inflasi -.077 .079 -.128 -.965 .001
Ln_DPK 4.516 .885 .683 5.104 .000
BIRate .281 .202 .175 1.390 .023
a. Dependent Variable: NPF
Hipotesis:
(1) H0 : β2 = 0 (Inflasi tidak berpengaruh terhadap Non Performing
Financing (NPF))
Ha : β2 ≠ 0 (Inflasi berpengaruh terhadap Non Performing
Financing (NPF))
(2) H0 : β3 = 0 (DPK tidak berpengaruh terhadap Non Performing
Financing (NPF))
Ha : β3 ≠ 0 (DPK berpengaruh terhadap Non Performing
Financing (NPF))
(3) H0 : β4 = 0 (BI Rate tidak berpengaruh terhadap Non Performing
Financing (NPF))
83
Ha : β4 ≠ 0 (BI Rate berpengaruh terhadap Non Performing
Financing (NPF))
Pengolahan uji t dilakukan pengujian secara parsial masing-masing
variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Pengaruh
secara parsial dapat dlihat dari perbandingan nilai probabilitas t hitung
terhadap taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0.05.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan, bahwa:
(1) Pengaruh Inflasi terhadap Non Performing Financing (NPF)
Dari hasil uji t diatas untuk variabel inflasi dengan menggunakan
uji dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38,
sehingga didapatkan nilai thitung 0.965 < ttabel 2.024. Secara statistik
variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
Non Performing Financing (NPF) dengan nilai signifikansi (<
0.05) yaitu 0.01. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima.
(2) Pengaruh DPK terhadap Non Performing Financing (NPF)
Dari hasil uji t untuk variabel DPK dengan menggunakan uji dua
arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38, sehingga
didapatkan nilat thitung 5.104 > ttabel 2.024. Secara statistik variabel
ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Non
Performing Financing (NPF) dengan nilai signifikansi (< 0.05)
yaitu 0.000. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima.
84
(3) Pengaruh BI Rate terhadap Non Performing Financing (NPF)
Dari hasil uji t untuk variabel BI Rrate dengan menggunakan uji
dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38,
sehingga didapatkan nilat thitung 1.394 < ttabel 2.024. Secara statistik
variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
Non Performing Financing (NPF) dengan nilai signifikansi (<
0.05) yaitu 0.023. Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Inflasi, DPK, dan BI
Rate terhadap Non Performing Financing (NPF), dapat dilihat hasil
perhitungannya dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinasi (Struktural I)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .816a .666 .641 .60585
a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK
b. Dependent Variable: NPF
Berdasarkan tabel di atas, besarnya angka Adjusted R Square
adalah 0.641, angka ini digunakan untuk mlihat besarnya pengaruh
yang dimiliki Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non Performing
Financing (NPF). Angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh
Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non Performing Financing (NPF)
85
sebesar 64.1%, sedangkan sisanya 25.9% dipengaruhi oleh variabel
lain di luar model ini.
d. Koefisien Jalur Persamaan Struktur I
Dalam menentukan pengaruh variabel penelitian secara
keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan seluruh
variabel eksogen terhadap variabel endogen. Berikut merupakan nilai
koefisien jalur variabel Inflasi, DPK, dan BI Rate terhadap Non
Performing Financing (NPF) dengan menggunakan SPSS 20.0:
Tabel 4.8 Koefisien Jalur Persamaan Struktur I
Coefficientsa
Model Standardized
Coefficients
Beta
1
(Constant)
Inflasi -.128
Ln_DPK .683
BIRate .175
a. Dependent Variable: NPF
Koefisien Jalur b X1 = -0.128
Koefisien Jalur b X2 = 0.683
Koefisien Jalur b X3 = 0.175
Jadi Persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Y = b𝒙𝟏𝒚 X1 + b𝒙𝟐𝒚 X2 + b𝒙𝟑𝒚 X3 + b𝒚 e1
Y = – 0.128 X1 + 0.683 X2 + 0.175 X3 + 0.334 e1
86
Angka koefisien residu sebesar 0.334 didapat dari √1-R2 = √1-0.666 =
0.334
2. Uji Statistik Struktural II
Persamaan struktur II
Gambar 4.3 Struktural II
a. Uji F (Uji Simultan)
Hipotesis:
H0 : β1 = 0 (Inflasi, BI Rate dan NPF tidak berpengaruh terhadap
Return On Asset (ROA))
Ha : β1 ≠ 0 (Inflasi, BI Rate dan NPF berpengaruh terhadap Return On
Asset (ROA))
Tabel 4.9 Uji F (Struktural II)
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 4.100 3 1.367 88.887 .000b
Residual .600 39 .015
Total 4.699 42
a. Dependent Variable: ROA
Z = b𝒙𝟏𝒛 X1 + b𝒙𝟑𝒛 X3 + b𝒚𝒛 Y + b𝒚 e2
Inflasi
BI Rate
NPF
ROA
87
b. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan hasil bahwa df1 adalah 5 dan
df2 adalah 43-5= 38, maka Ftabel sebesar 2.46. dengan demikian Fhitung
88.887 > Ftabel 2.36 dengan taraf signifikan 0.000 < 0.05. maka dapat
dikatakan bahwa variabel Inflasi, BI Rate, dan NPF secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
b. Uji t (Uji Parsial)
Tabel 4.10 Uji t (Struktural II)
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 5.604 .241 23.208 .000
Inflasi .047 .015 .236 3.126 .003
BIRate -.230 .040 -.431 -5.740 .000
NPF -.206 .025 -.621 -8.101 .000
a. Dependent Variable: ROA
Hipotesis:
(1) H0 : β2 = 0 (Inflasi tidak berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA))
Ha : β2 ≠ 0 (Inflasi berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA))
(2) H0 : β3 = 0 (BI Rate tidak berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA))
88
Ha : β3 ≠ 0 (BI Rate berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA))
(3) H0 : β4 = 0 (NPF tidak berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA))
Ha : β4 ≠ 0 (NPF berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA))
Pengolahan uji t dilakukan pengujian secara parsial masing-masing
variabel bebas yang dapat mempengaruhi variabel terikat. Pengaruh
secara parsial dapat dlihat dari perbandingan nilai probabilitas t hitung
terhadap taraf signifikan yang telah ditentukan yaitu 0.05.
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan, bahwa:
(1) Pengaruh Inflasi terhadap Return On Asset (ROA)
Dari hasil uji t diatas untuk variabel inflasi dengan menggunakan
uji dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38,
sehingga didapatkan nilai thitung 3.126 > ttabel 2.024. Secara statistik
variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Return
On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.03. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
(2) Pengaruh BI Rate terhadap Return On Asset (ROA)
Dari hasil uji t untuk variabel BI Rate dengan menggunakan uji
dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38,
sehingga didapatkan nilat thitung 5.740 > ttabel 2.024. Secara statistik
variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Return
89
On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.000.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
(3) Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On
Asset (ROA)
Dari hasil uji t untuk variabel BI Rrate dengan menggunakan uji
dua arah α/2 = 0.05/2 = 0.025 dimana df2 = n-5 = 43-5 = 38,
sehingga didapatkan nilat thitung 8.101 > ttabel 2.024. Secara statistik
variabel ini berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Return
On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi (< 0.05) yaitu 0.000.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Inflasi, DPK, dan BI
Rate terhadap Non Performing Financing (NPF), dapat dilihat hasil
perhitungannya dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi (Struktural II)
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .934a .872 .863 .12399
a. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi
b. Dependent Variable: ROA
Berdasarkan tabel di atas, besarnya angka Adjusted R Square
adalah 0.863, angka ini digunakan untuk mlihat besarnya pengaruh
91
yang dimiliki Inflasi, BI Rate dan NPF terhadap Return On Asset
(ROA). Angka tersebut menunjukkan bahwa pengaruh Inflasi, DPK,
BI Rate, dan NPF terhadap Return On Asset (ROA) sebesar 86.3%,
sedangkan sisanya 3.7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar model
ini.
d. Koefisien Jalur Persamaan Struktur II
Dalam menentukan pengaruh variabel penelitian secara
keseluruhan didapat nilai koefisien jalur dari penjumlahan seluruh
variabel eksogen terhadap variabel endogen. Berikut merupakan nilai
koefisien jalur variabel Inflasi, BI Rate, dan NPF terhadap Return On
Asset (ROA) dengan menggunakan SPSS 20.0:
Tabel 4.12 Koefisien Jalur Persamaan Struktur II
Coefficientsa
Model Standardized
Coefficients
Beta
1
(Constant)
Inflasi .236
BIRate -.431
NPF -.621
a. Dependent Variable: ROA
91
Koefisien Jalur b X1 = 0.236
Koefisien Jalur b X3 = -0.431
Koefisien Jalur b Y = -0.621
Jadi Persamaan analisis jalur yang terbentuk adalah sebagai berikut:
Angka koefisien residu sebesar 0.128 didapat dari √1-R2 = √1-0.872 =
0.128
3. Analisis Korelasi
Tabel 4.13 Korelasi Antar Variabel
Correlations
Ln_DPK Inflasi BIRate ROA NPF
Ln_DP
K
Pearson
Correlation 1 -.471
** .355
* -.841
** .806
**
Sig. (2-tailed) .001 .019 .000 .000
N 43 43 43 43 43
Inflasi
Pearson
Correlation -.471
** 1 .340
* .332
* -.391
**
Sig. (2-tailed) .001 .026 .029 .010
N 43 43 43 43 43
BIRate
Pearson
Correlation .355
* .340
* 1 -.582
** .374
*
Sig. (2-tailed) .019 .026 .000 .014
N 43 43 43 43 43
Z = b𝒙𝟏𝒛 X1 + b𝒙𝟑𝒛 X3 + b𝒚𝒛 Y + b𝒛 e2
Z = 0.236 X1 -0.431 X3 -0.621 Y + 0.128 e2
92
ROA
Pearson
Correlation
-.841**
.332* -.582
** 1 -.874
**
Sig. (2-tailed) .000 .029 .000 .000
N 43 43 43 43 43
NPF
Pearson
Correlation .806
** -.391
** .374
* -.874
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .010 .014 .000
N 43 43 43 43 43
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai korelasi yang
positif (+) menunjukkan bahwa hubungan antara kedua variabel bersifat
positif terbalik yang memiliki arti peningkatan suatu variabel diikuti oleh
peningkatan variabel lain. Artinya, jika nilai variabel X tinggi, maka nilai
variabel Y juga akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefisien korelasinya
negative (-), maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya
jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah dan
berlaku sebaliknya.
Berikut merupakan arti dari nilai koefisien r
a. Jika 0.9 < r < 1.00 atau -1.00 < r < -0.9; artinya sangat kuat.
b. Jika 0.7 < r < 0.9 atau -0.9 < r < -0.7; artinya kuat.
c. Jika 0.5 < r < 0.7 atau -0.7 < r < -0.5; artinya moderat.
d. Jika 0.3 < r < 0.5 atau -0.5 < r < -0.3; artinya lemah.
e. Jika 0.0 < r < 0.3 atau -0.3 < r < 0.0; artinya sangat lemah.
93
Untuk pengujian lebih lanjut, maka dapat diajukan hipotesisnya sebagai
berikut:
H0 : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel
Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel
Pengujian berdasarkan uji probabilitas dapat diterima apabila nilai
probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan jika nilai , 0.05 maka H0 ditolak.
Tabel 4.14 Koefisien Korelasi
Hubungan
Koefisien
korelasi
Kategori
Nilai
Sig.
Kesimpulan
Inflasi dengan NPF 0.391 Lemah 0.010 Signifikan
DPK dengan NPF 0.806 Kuat 0.000 Signifikan
BI Rate dengan NPF 0.374 Lemah 0.014 Signifikan
Inflasi dengan ROA 0.332 Lemah 0.029 Signifikan
BI Rate dengan
ROA
0.582 Moderat 0.000 Signifikan
NPF dengan ROA 0.874 Kuat 0.000 Signifikan
94
4. Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung
Gambar 4.4 Skema Struktural I dan II
Tabel 4.15 Perhitungan Pengaruh Langsung, Tidak Langsung, dan
Total
Pengaruh
Variabel
Koesisen
korelasi
Pengaruh
Total
Langsung
Tidak langsung
melalui Y
Inflasi (X1)
ke NPF (Y)
-0.128 -0.128 - -0.128
DPK (X2) ke
NPF (Y)
0.683 0.683 - 0.683
BI Rate (X3)
ke NPF (Y)
0.175 0.175 - 0.175
Inflasi (X1) 0.236 0.236 -0.147 0.089
inflasi
DPK
BI Rate
NPF ROA
-0.471
0.3
40
0.355
0.683 -0.621
0.128e2 0.334e1
95
ke ROA (Z)
BI Rate (X3)
ke ROA (Z)
-0.431 -0.431 0.268 -0.163
NPF (Y) Ke
ROA (Z)
-0.621 -0.621 - -
e1 0.334
0.3342 =
0.11156
e2 0.128
0.1282 =
0.016384
a) Pengaruh Langsung
Inflasi terhadap NPF
X1 → Y = -0.1282 = 1.64%
DPK terhadap NPF
X2 → Y = 0.6832 = 46.65%
BI Rate terhadap NPF
X3 → Y = 0.1752 = 3.06%
Inflasi terhadap ROA
X1 → Z =0.2362 = 5.57%
Bi Rate terhadap ROA
X3 → Z = -0.4312 = 18.58%
NPF terhadap ROA
Y → Z = -0.6212 = 38.56%
96
Y = – 0.128 Inflasi + 0.683 DPK + 0.175 BI Rate + 0.334 e1
b) Pengaruh Tidak Langsung
Inflasi terhadap ROA
X1 → Y → Z = (0.236) x (-0.621) = -0.147
BI Rate terhadap ROA
X3 → Y → Z = (-0.431) x (-0.621) = 0.268
D. Interpretasi Hasil
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat, berikut penjelasan mengenai
persamaan substruktural I yaitu:
1. Persamaan Substruktural I
Berdasarkan hasil analisis di atas menerangkan bahwa secara simultan
atau bersama-sama variabel inflasi, DPK, dan BI Rate memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap NonPerforming Financing (NPF) dengan nilai
signifikansi 0.000.
Berdasarkan pengujian statistik parsial, variabel inflasi memiliki
pengaruh negatif yang signifikan sebesar 0.128 terhadap Non Performing
Financing (NPF). Jadi, apabila terjadi kenaikan harga barang-barang
secara terus menerus yang dinamakan inflasi maka pembiayaan
97
bermasalah yang dialami bank syariah akan mengalami penurunan Daisy
Firmansari.107
Berdasarkan uji statistic parsial pada variabel Dana Pihak Ketiga
(DPK) memiliki pengaruh positif yang signifikan sebesar 0.683 terhadap
Non Performing Financing (NPF). Jadi, dana pihak ketiga (DPK)
merupakan sumber dana masyarakat yang dihimpun oleh bank dan
disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan. Hal ini
dibuktikan dalam penelitian Ermawati Puspitasari108
dan Ayu Yunita
Sahara109
semakin besar dana yang dihimpun, semakin besar pembiayaan
yang disalurkan bank kepada masyarakat dan semakin besar pula risiko
bank mengalami pembiayaan bermasalah atau dinamakan Non Performing
Financng (NPF).
Selain dana pihak ketiga (DPK), terdapat variabel lain yaitu BI Rate
memiliki pengaruh positif yang signifikan sebesar 0.175 terhadap Non
Performing Financing (NPF). Jadi, dengan adanya peningkatan BI Rate,
produk pembiayaan oleh bank syariah akan semakin kompetitif. Margin
107
Daisy Firmansari dan Noven Suprayogi. “ Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Variabel
Spesifik Bank terhadap Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia Periode 2003-2014”. JESTT, Vol. 2 No. 6, Juni 2015, hal.517.
108Ernawati Puspitasari, Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Bank Terhadap Risiko
Pembiayaan Bermasalah pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2009, (Skripsi S1
UIN Sunan Kalijaga, 2012), hal. ii.
109Ayu Yanita Sahara, “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk Domestik
Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.
1 No.1, Januari 2013. hal. 154.
98
ROA = 0.236 Inflasi -0.431 BI Rate -0.621 NPF + 0.128 e2
atau nisbah bagi hasil bank syariah yang ditentukan oleh kapasitas usaha
atau laba/rugi debitur tidak dapat naik begitu saja, maka margin
pembiayaan harus lebih bersaing terhadap suku bunga kredit bank
konvensional. Debitur akan cenderung mencari bunga yang lebih rendah
saat melakukan pinjaman, maka saat suku bunga kredit bank konvensional
naik akibat kenaikan BI Rate maka debitur akan memilih opsi lain yakni
melakukan pinjaman atau pembiayaan pada bank syariah yang biaya
dananya dianggap lebih rendah dibandingkan bunga bank konvensional
yang sedang meningkat. Pada kondisi yang demikian, jumlah pembiayaan
yang diberikan bank syariah mengalami peningkatan sehingga risiko
pembiayaan yang dihadapi perbankan syariah juga mengalami
peningkatan Rika Lidyah.110
2. Persamaan Struktural II
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat dijelaskan bahwa secara
simultan atau bersamaan variabel inflasi, BI Rate, dan NPF memiliki
pengaruh terhadap Return On Asset (ROA) dengan nilai signifikansi
0.000.
Berdasarkan hasil uji statistic parsial variabel Inflasi memiliki
pengaruh positif yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) sebesar
110
Rika Lidyah, “Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing Financing (NPF) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol. 2, No.1 Juli 2016, hal. 7.
99
0.236. Artinya semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin tinggi pula
Return On Assset (ROA) pada suatu bank.111
Sebab kenaikan inflasi akan
diikuti dengan kenaikan asset dari dana pihak ketiga suatu bank syariah
yang akan meningkatkan profitabilitas bank dari segi ROA nya.
Berdasarkan hasil uji statistic parsial variabel BI Rate bahwa variabel
tersebut berpengaruh negatif secara signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) sebesar 0.431 dengan nilai signifikansi 0.000. Artinya,
meningkatnya suku bunga BI akan diikuti dengan naiknya suku bunga
tabungan konvensional yang menyebabkan nasabah memindahkan
dananya dari bank syariah ke bank konvensional. Selain itu, naiknya suku
bunga bank konvensional akan memengaruhi kegiatan operasional bank
syariah dalam hal pembiayaan dan penyaluran dana, sehingga pendapatan
dan profit bank syariah akan menurun.112
Berdasarkan hasil uji statistic parsial Non Performing Financing (NPF)
memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap Return On Asset
(ROA) sebesar 0.621 dengan nilai signifikansi 0.000. Jadi, semakin besar
Non Performing Financing (NPF), akan mengakibatkan Return On Asset
(ROA) mengalami penurunan, yang juga berarti kinerja keuangan bank
yang menurun karena resiko kredit semakin besar. Begitu pula sebaliknya,
111
Edhi Satriyo Wibowo, Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, CAR, BOPO, NPF terhadap
Profitabilitas Bank Syariah,(Skripsi S1 Universitas Diponegoro, 2012), hal. 35.
112Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami, Ed. 1 Cet. 5 (Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2012), hal.55.
111
jika Non Performing Financing (NPF) turun, maka Return On Asset
(ROA) akan semakin meningkat, sehingga kinerja keuangan bank dapat
dikatakan semakin baik Fernando Africano.113
113
Fernando Africano, “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmiah STIE MDP Vol. 6 No.1 September 2016), hal.
62.
111
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengaruh Langsung
a. Terhadap Non Performing Financing (NPF)
Variabel inflasi mempunyai pengaruh secara langsung sebesar -
0.128 dengan nilai signifikansi 0.001 terhadap Non Performing
Financing (NPF). Variabel DPK mempunyai pengaruh secara
langsung sebesar 0.683 dengan nilai signifikansi 0.000 dan variabel BI
Rate juga mempunyai pengaruh secara langsung 0.175 dengan nilai
signifikansi 0.023 terhadap Non Performing Financing (NPF).
b. Terhadap Return On Asset (ROA)
Variabel inflasi mempunyai pengaruh secara langsung sebesar
0.236 terhadap variabel Return On Asset (ROA) dengan nilai
signifikansi 0.03. Sedangkan variabel BI Rate juga mempunyai
pengaruh sebesar -0.431 terhadap Return On Asset (ROA) dengan nilai
signifikansi 0.000 dan variabel Non Performing Financing (NPF)
mempunyai pengaruh sebesar -0.621 terhadap Return On Asset (ROA)
dengan nilai signifikansi 0.000.
102
2. Pengaruh Tidak Langsung terhadap Return On Asset (ROA)
Variabel inflasi berpengaruh secara tidak langsung terhadap Return On
Asset (ROA) sebesar -0.147 dan variabel BI Rate berpengaruh secara tidak
langsung sebesar 0.268 terhadap variabel Return On Asset (ROA).
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menambahkan jumlah variabel
ataupun jumlah data runtun waktu yang akan diteliti sehingga akan
mendapatkan hasil yang lebih terpercaya atau akurat. Serta diharapkan
dalam pengambilan data lebih baik menggunakan data tiap BPRS yang ada
di Indonesia barulah data tersebut digabungkan menjadi satu.
2. Bagi pemerintah diharapkan turut berkontribusi dalam pembangunan
ekonomi syariah jangka panjang melalui Bank Syariah yang ada di
Indonesia. Hal ini penting karena dengan adanya pembangunan ekonomi
syariah insha Allah ekonomi di Indonesia akan tetap stabil terutama dalam
hal inflasi.
3. Bagi Praktisi Bank Syariah dalam hal penghimpunan dana diharapkan
untuk lebih meningkatkan strategi marketing misalnya pada produk
tabungan, dengan cara kerjasama antara pihak bank dengan lembaga
pendidikan baik dari sekolah umum maupun lingkungan pesantren. Jika
dari produk giro itu sendiri bank syariah dapat melakukannya dengan
sosialisasi ke perusahaan-perusahaan dan UMKM untuk dapat
menghimpun dananya sebab giro merupakan sebagai lalu lintas
103
pembayaran operasional bagi perusahaan. Sedangkan, dalam hal
menyalurkan pembiayaan diharapkan untuk lebih mengedepankan prinsip
kehati-hatian dalam memberikan pembiayaan kepada nasabah agar kredit
macet tidak lebih dari 5%. Diantaranya dengan cara harus meningkatkan
kompetensi SDM terutama harus memiliki pengetahuan early warning
system tentang pembiayaan syariah dan memonitoring nasabah dalam
sektor industri yang terkena dampak perlambatan ekonomi secara umum.
114
DAFTAR PUSTAKA
Al Arif M. Nur Rianto. Teori Makroekonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis.
Bandung: Alfabeta. 2010.
Africano, Fernando. “Pengaruh NPF terhadap CAR serta Dampaknya terhadap
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”. Jurnal Ilmiah STIE MDP
Vol. 6 No.1 September 2016), h. 62.
Alim, Syahirul. “Analisis Pengaruh Inflasi dan BI Rate terhadap Return On Asset
(ROA) Bank Syariah di Indonesia”. Jurnal Modernisasi, Vol. 10 No. 3
Oktober 2014, h. 208.
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah dari Teori ke Praktek. Jakarta: Gema
Insani. 2001.
Arifin, Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka Alvabet.
2006.
Arijanto, Agus. Dosa-dosa Orang Tua terhadap Anak dalam Hal Finansial.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. 2010.
Ayunda, Revalia. “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan Mudharabah, Pembiyaan
Musyarakah, Pembiayaan Murabahah, dan Non Performing Financing
(NPF) terhadap Kinerja Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia”.
Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2015.
Basir, Cik. Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan
Mahkamah Syariah. Edisi Pertama.Jakarta: KENCANA PRENADA
MEDIA GROUP. 2009.
Boediono dan Wayan Koster. Teori dan Aplikasi Statistik dan Probabilitas
Sederhana, Lugas, dan Mudah Dimengerti, Cet. I. Bandung: PT.
REMAJA ROSDAKARYA. 2001.
105
Dwijayanthy, Febrina dan Prima Naomi, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate, dan
Nilai Tukar Mata Uang terhadap Profitabilitas Bank Periode 2003-2007”.
Jurnal Karisma, Vol. 3 (2), 2009.
Firmansari, Daisy dan Noven Suprayogi. “ Pengaruh Variabel Makroekonomi dan
Variabel Spesifik Bank terhadap Non Performing Financing pada Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Periode 2003-2014”.
JESTT, Vol. 2 No. 6, Juni 2015, h.517.
Firmansyah, Irman. Determinant of Non Performing Loan: The Case of Islamic
Bank in Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 17 No.
2, Oktober 2014, h. 247.
Ghazali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.I.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2001.
Ghozali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cet.4.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2006.
Gujarat, Damodar N dan Dawn C.Porter. Dasar-dasar Ekonometrika. Jakarta:
Salemba Empat. 2012.
Hakim, Lukman dan Muhammad Solahuddin. Lembaga Ekonomi dan Keuangan
Syariah Kontemporer. Surakarta: Muhammadiyah University Press. 2008.
Hardjanto, Hery. “Analisis Pengaruh DPK dan NPF terhadap Pembiayaan yang
Disalurkan serta Implikasinya pada Retun On Asset di Bank Muamalat
Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam.
Jakarta: Rajawali Pers. 2009.
Heryanto dan Lukman. Statistik Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2008.
106
http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2456664/ini-penyebab-
meroketnya-inflasi-2013-dari-bbm-hingga-rokok-kretek diakses pada 8
Maret 2017 pukul 22.05 WIB.
Huda, Nurul. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP. 2008.
Idrianto, Nur dan Bambang Supomo. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta:
BPFE. 2002.
Ismail. Manajemen Perbankan dari Teori Menuju Aplikasi. Jakarta: KENCANA
PRENADA MEDIA GROUP. 2010.
. Manajemen Perbankan: Dari Teori Menuju Aplikasi. Edisi Kesatu.
Jakarta: Kencana. 2011.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam Anlisis Fikih dan keuangan. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. 2010.
. Ekonomi Makro Islami, Ed. 1 Cet. 5. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2012.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2008.
Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada. 2002.
Manajemen Perbankan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2007.
Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.
Laporan Perkembangan Keuangan Syariah tahun 2013, diakses pada 27
September 2016 pukul 10.12 WIB dari
http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/info-
terkini/Pages/laporan-perkembangan-keuangan-syariah-2013-lpks.aspx.
107
Lidyah, Rika. “ Dampak Inflasi, BI Rate, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Non Performing
Financing (NPF) pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. I-Finance Vol.
2, No.1 Juli 2016, h.7.
Mankiw, N. Gregory. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. 2007.
Muhammad, Rifqi. Akuntansi Keuangan Syariah: Konsep dan Implementasi
PSAK Syariah. Yogyakarta: P3EI Press. 2008.
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta: Akademi
Manajemen Perusahaan YKPN. 2005.
Nurmuliyani, Ani. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing
Financing pada BPRS di Indonesia Periode Tahun 2010-2015”. Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2016.
Permana, Sony Hendra. Dampak Kenaikan Suku Bunga Acuan (BI Rate). Diakses:
9 Maret 2017 pada pukul 10.39 WIB.
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-VI-22-II-
P3DI-November-2014-59.pdf
Pohan, Aulia. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada. 2008
Priyatno, Duwi. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: CV. Andi
Offset. 2014.
Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal. Credit management handbook:
teori, konsep, prosedur, dan aplikasi: panduan praktis mahasiswa, bankir,
dan nasabah. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2006.
Rosyada, Amrina. “Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif dan Non Performing
Financing terhadap Return On Asset Perbankan Syariah”. S1 Fakultas
108
Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015.
Rustika , Frida Dwi. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Acuan (BI Rate), Nilai Tukar
Rupiah dan Gross Domestic Product (GDP) terhadap Non Performing
Financing perbankan Syariah”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Uiversitas
Negeri Yogyakarta, 2016.
S, Burhanuddin. Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: Graha
Ilmu. 2010.
Sahara, Ayu Yanita. “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk
Domestik Bruto terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah di
Indonesia”. Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1 No.1, Januari 2013. h. 154.
Saputra, Imam Rifky. “Pengaruh DPK dan NPF terhdapPembiayaan yang
Disalurkan (PYD) serta Implikasinya pada ROA (Studi pada 3 BUS di
Indonesia Periode 2010-2013)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Sarwono, Jonathan. Analisis Jalur untuk Riset Binis dengan SPSS, Edisi Kesatu.
Yogyakarta: Andi. 2007.
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Kelima. Jakarta: FE UI.
1995.
Sinungan, Muchdarsyah. Manajemen Dana Bank. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
2000.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: KENCANA
PRENAMEDIA GROUP. 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet. III. Bandung:
ALFABETA. 2007.
109
Statistika Untuk Penelitian, Cet. 14. Bandung: ALFABETA. 2009.
Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi, Edisi 1 Cet. 14. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada. 2002.
Sumitro, Warkum. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait
(BMUI & Takaful) di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996.
Tabrizi, Ahmad. “Analisis Pengaruh Variabel Makro terhadap Non Performing
Financing Bank Umum Syariah di Indonesia Perode Tahun 2005-2013”.
Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2014.
Tampubolon, Robert. Risk Management: Pendekatan Kualitatif Untuk Bank
Komersial. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2004.
Trinandari PN, Penurunan BI Rate dan Suku Bunga Perbankan. Diakses: 8 Maret
2017 pada pukul 22.15 WIB. https://dosen.perbanas.id/penurunan-bi-rate-
dan-suku-bunga-perbankan/
Trisilo , Rudi Bambang. “Spread Margin Keuntungan Bank Syariah di Indonesia
Periode 2005-2011”. Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Volume 2 Nomor
1, 2012, ISSN: 2088-6365, h. 1.
Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah.
Wiroso. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta:
PT. Grasindo. 2005.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id
110
Yasin, Ach. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Non Performing
Financing (NPF) di Industri Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Syariah di
Indonesia”. Jurnal Akuntansi, e-ISSN: 2502-6380, 2014, h. 193.
Yusuf, A. Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Pnelitian
Gabungan. Jakarta: KENCANA. 2014.
Zulifiah, Fitri dan Joni Susilowibowo, “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Finance (NPF), Biaya
Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Profitabilitas
Bank Umum Syariah Periode 2008-2012” Jurnal Ilmu Manajemen
Volume 2, Nomor 3, (Juli, 2014), h. 766.
s
111
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1: DATA PENELITIAN INFLASI DAN BI RATE DI INDONESA
Tahun Bulan Inflasi (%) BI Rate (%)
2013
Januari 4.57 5.75
Februari 5.31 5.75
Maret 5.9 5.75
April 5.57 5.75
Mei 5.47 5.75
Juni 5.9 6
Juli 8.61 6.5
Agustus 8.79 7
September 8.4 7.25
Oktober 8.32 7.25
November 8.37 7.5
Desember 8.38 7.5
2014
Januari 8.22 7.5
Februari 7.75 7.5
Maret 7.32 7.5
April 7.25 7.5
Mei 7.32 7.5
Juni 6.7 7.5
Juli 4.53 7.5
Agustus 3.99 7.5
September 4.53 7.5
Oktober 4.83 7.5
November 6.23 7.5
Desember 8.36 7.75
112
2015
Januari 6.96 7.75
Februari 6.29 7.5
Maret 6.38 7.5
April 6.79 7.5
Mei 7.15 7.5
Juni 7.26 7.5
Juli 7.26 7.5
Agustus 7.18 7.5
September 6.83 7.5
Oktober 6.25 7.5
November 4.89 7.5
Desember 3.35 7.5
2016
Januari 4.14 7.25
Februari 4.42 7
Maret 4.45 6.75
April 3.6 6.75
Mei 3.33 6.75
Juni 3.45 6.5
Juli 3.21 6.5
LAMPIRAN 2: DATA PENELITIAN DANA PIHAK KETIGA (DPK), NON
PERFORMING FINANCING (NPF), DAN RETURN ON ASSET (ROA) BPRS DI
INDONESIA
Tahun Bulan DPK (jutaan
rupiah)
Ln_DPK
(%) NPF (%)
ROA
(%)
2013
Januari 2984272 14.91 6.91 3.07
Februari 3061863 14.93 7.33 3.05
Maret 3132989 14.96 7.21 3.06
April 3176886 14.97 7.32 3.14
113
Mei 3215790 14.98 7.69 3.10
Juni 3209453 14.98 7.25 2.98
Juli 3240056 14.99 7.35 2.87
Agustus 3340032 15.02 7.89 2.63
September 3411188 15.04 7.58 2.85
Oktober 3457890 15.06 7.48 2.90
November 3538801 15.08 7.34 2.89
Desember 3666174 15.11 6.5 2.79
2014
Januari 3669308 15.12 7.77 2.78
Februari 3710588 15.13 7.71 2.81
Maret 3765463 15.14 7.74 2.71
April 3734325 15.13 8 2.56
Mei 3681411 15.12 8.23 2.47
Juni 3598842 15.10 8.18 2.77
Juli 3591644 15.09 8.62 2.45
Agustus 3728581 15.13 8.83 2.49
September 3752963 15.14 8.68 2.26
Oktober 3801904 15.15 8.94 2.18
November 3852613 15.16 8.81 2.21
Desember 4028415 15.21 7.89 2.26
2015
Januari 4052117 15.21 8.97 2.31
Februari 4082765 15.22 9.11 2.23
Maret 4152997 15.24 10.36 2.07
April 4204807 15.25 9.33 2.19
Mei 4193194 15.25 9.38 2.17
Juni 4099039 15.23 9.25 2.30
Juli 4192498 15.25 9.8 2.28
Agustus 4309645 15.28 9.74 2.34
September 4380037 15.29 9.87 2.22
Oktober 4467490 15.31 10.01 2.20
114
November 4569375 15.33 9.69 2.15
Desember 4801888 15.38 8.2 2.20
2016
Januari 4485309 15.32 9.08 2.32
Februari 4884414 15.40 9.41 2.32
Maret 4965547 15.42 9.44 2.25
April 5045786 15.43 9.51 2.25
Mei 5059287 15.44 9.6 2.16
Juni 4997238 15.42 9.18 2.18
Juli 5281377 15.48 9.97 2.21
LAMPIRAN 3: GRAFIK PERKEMBANGAN INFLASI DI INDONESIA
JANUARI 2013-JULI 2016
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
10.00%
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
Inflasi
Inflasi
115
LAMPIRAN 4: GRAFIK PERKEMBANGAN DANA PIHAK KETIGA (DPK)
BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013-JULI 2016
LAMPIRAN 5: GRAFIK PERKEMBANGAN BI RATE DI INDONESIA
JANUARI 2013-JULI 2016
0
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
Dana Pihak Ketiga (dalam jutaan rupiah)
Dana Pihak Ketiga
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
8.00%
9.00%
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
BI Rate
BI Rate
116
LAMPIRAN 6: GRAFIK PERKEMBANGAN NON PERFORMING
FINANCING (NPF) BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013-JULI 2016
LAMPIRAN 7: GRAFIK PERKEMBANGAN RETURN ON ASSET (ROA)
BPRS DI INDONESIA JANUARI 2013-JULU 2016
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
NPF
NPF
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
Jan
-13
Ap
r-1
3
Jul-
13
Oct
-13
Jan
-14
Ap
r-1
4
Jul-
14
Oct
-14
Jan
-15
Ap
r-1
5
Jul-
15
Oct
-15
Jan
-16
Ap
r-1
6
Jul-
16
ROA
ROA
117
LAMPIRAN 8: HASIL UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 43
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation .58381174
Most Extreme
Differences
Absolute .096
Positive .076
Negative -.096
Kolmogorov-Smirnov Z .627
Asymp. Sig. (2-tailed) .826
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
LAMIRAN 9: HASIL UJI AUTOKORELASI SEBELUM TRANSFORMASI
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .816a .666 .641 .60585 1.001
a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK
b. Dependent Variable: NPF
LAMPIRAN 10: HASIL UJI AUTOKORELASI SETELAH TRANSFORMASI
Model Summaryb
Mode
l
R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .587a .344 .293 .52869 2.082
a. Predictors: (Constant), Lag_BIRATE, Lag_DPK, Lag_INFLASI
b. Dependent Variable: Lag_NPF
118
LAMPIRAN 11: HASIL UJI MULIKOLINEARITAS
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standard
ized
Coefficie
nts
t Sig. Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Toler
ance
VIF
1
(Constant) -61.560 12.913 -
4.767 .000
Inflasi -.077 .079 -.128 -.965 .001 .483 2.070
Ln_DPK 4.516 .885 .683 5.104 .000 .477 2.094
BIRate .281 .202 .175 1.390 .023 .542 1.844
a. Dependent Variable: NPF
LAMPIRAN 12: HASIL UJI HETEROKEDASTISITAS
119
LAMPIRAN 13: HASIL UJI F STRUKTURAL I
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regressi
on 28.569 3 9.523 25.944 .000
b
Residual 14.315 39 .367
Total 42.884 42
a. Dependent Variable: NPF
b. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK
LAMPIRAN 14: HASIL UJI T STRUKTURAL I
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std.
Error
Beta
1
(Consta
nt) -61.560 12.913
-4.767 .000
Inflasi -.077 .079 -.128 -.965 .001
Ln_DP
K 4.516 .885 .683 5.104 .000
BIRate .281 .202 .175 1.390 .023
a. Dependent Variable: NPF
120
LAMPIRAN 15: HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI STUKTURAL I
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .816a .666 .641 .60585
a. Predictors: (Constant), BIRate, Inflasi, Ln_DPK
b. Dependent Variable: NPF
LAMPIRAN 16: KOEFISIEN JALUR PERSAMAAN STRUKTURAL I
Coefficientsa
Model Standardized
Coefficients
Beta
1
(Constant)
Inflasi -.128
Ln_DPK .683
BIRate .175
a. Dependent Variable: NPF
LAMPIRAN 17: HASIL UJI F STRUKTURAL II
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 4.100 3 1.367 88.887 .000b
Residual .600 39 .015
Total 4.699 42
a. Dependent Variable: ROA
b. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi
121
LAMPIRAN 18: HASIL UJI T STRUKTURAL II
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Consta
nt) 5.604 .241
23.208 .000
Inflasi .047 .015 .236 3.126 .003
BIRate -.230 .040 -.431 -5.740 .000
NPF -.206 .025 -.621 -8.101 .000
a. Dependent Variable: ROA
LAMPIRAN 19: HASIL UJI KOEFISIEN DETERMINASI STUKTURAL II
Model Summaryb
Mod
el
R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .934a .872 .863 .12399
a. Predictors: (Constant), NPF, BIRate, Inflasi
b. Dependent Variable: ROA
LAMPIRAN 20: KOEFISIEN JALUR PERSAMAAN STRUKTURAL II
Coefficientsa
Model Standardized
Coefficients
Beta
1
(Constant)
Inflasi .236
BIRate -.431
122
NPF -.621
a. Dependent Variable: ROA
LAMPIRAN 21: HASIL KORELASI ANTAR VARIABEL
Correlations
Ln_DP
K
Inflasi BIRate ROA NPF
Ln_DP
K
Pearson
Correlation 1 -.471
** .355
* -.841
** .806
**
Sig. (2-tailed) .001 .019 .000 .000
N 43 43 43 43 43
Inflasi
Pearson
Correlation -.471
** 1 .340
* .332
* -.391
**
Sig. (2-tailed) .001 .026 .029 .010
N 43 43 43 43 43
BIRate
Pearson
Correlation .355
* .340
* 1 -.582
** .374
*
Sig. (2-tailed) .019 .026 .000 .014
N 43 43 43 43 43
ROA
Pearson
Correlation -.841
** .332
* -.582
** 1 -.874
**
Sig. (2-tailed) .000 .029 .000 .000
N 43 43 43 43 43
NPF
Pearson
Correlation .806
** -.391
** .374
* -.874
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .010 .014 .000
N 43 43 43 43 43
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
top related