pengaruh komposisi dan waktu penggantian ...digilib.unila.ac.id/55187/3/skripsi tanpa bab...
Post on 26-Nov-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH KOMPOSISI DAN WAKTU PENGGANTIAN LARUTAN
PENGAWET TERHADAP KESEGARAN BUNGA POTONG
SEDAP MALAM (Polianthus tuberosa L)
‘WONOTIRTO’
(Skripsi)
Oleh
RANI OKTAVIA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
PENGARUH KOMPOSISI DAN WAKTU PENGGANTIAN LARUTAN
PENGAWET TERHADAP KESEGARAN BUNGA POTONG
SEDAP MALAM (Polianthus tuberosa L.)
‘WONOTIRTO’
Oleh
RANI OKTAVIA
Sedap malam (Polianthus tuberosa L.) merupakan bunga yang banyak diminati
oleh masyarakat Indonesia. Untuk mempertahankan kesegaran bunga, dapat
dilakukan dengan menggunakan larutan pengawet. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh komposisi larutan, waktu penggantian larutan, dan
interaksinya keduanya terhadap kesegaran bunga potong sedap malam
‘Wonotirto’.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen Hortikultura Fakultas
Pertanian Universitas Lampung pada Oktober- November 2016. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial
yang diulang 3 kali. Faktor pertama adalah komposisi larutan dan faktor kedua
adalah waktu penggantian larutan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi larutan berpengaruh nyata
terhadap jumlah bunga mekar per tangkai, jumlah bunga layu per tangkai, jumlah
bunga rontok per tangkai, dan masa kesegaran bunga. Waktu penggantian larutan
tidak berepngaruh terhadap semua variabel pengamatan. Interaksi antara
komposisi larutan pengawet dengan waktu penggantian larutan juga tidak
berpengaruh terhadap semua variabel pengamatan.
Kata kunci: Bunga sedap malam, daun sirih, larutan pengawet.
PENGARUH KOMPOSISI DAN WAKTU PENGGANTIAN LARUTAN
PENGAWET TERHADAP KESEGARAN BUNGA POTONG
SEDAP MALAM (Polianthus tuberosa L)
‘WONOTIRTO’
Oleh
RANI OKTAVIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
hl Slripsi
I{mr Mahasiswa
I{o. Pokok Matrasiswa
fuisan
F&rhas
PENGARUI KOMFOSISI DAN WAKTUPENGGAI\TTIAN LARUTAN PENGAWETTNRI{ADAP KESEGARAN BT]NGA POTONGSEDAP MALAM (Pollonthus tuberusaL).WONOTIRTO'
RAI\n OIffAYIA
t2l4l2lt75
Agroteknologi
Pertanian
MENYETUJTN
1. Komisi Pembimbing
In Rugayah, M.P.NIP l96t 1107 1986$ 2 0A2
2. Ketua Junrsan Agroteknologi
Prof. Dn Ir. Sri Yusnainio ll{.Si.NIP 19630508 198811 2 001
96812t21992031 004
MENGESAIIKAII
Ferrysji
fitus : Ir. Setyo Widagdo' M.Si"
: In Rugayth, M.P.
'.Irryan Snkri Banuwa, M.St020 198603'1 002
Pengujihftan Pembimbing : Prof. Dn In Soesiladi Esti Widodo, M.Sc.
Fakultas Pertanian
-a
-i_.___
7Q11- |
:*rcfrs"
s'iTT,1
Tanggat Lulus Ujian Slripsi: 29 Juni 201t
SI]RAT PERNYATAANI
bertmdatangan di bawah ini menyatakan bahwa skripsi saya yang
"Pcrgeruh Konposiri dan Waktu Penggantian Larutan
tcrtedap Kesegann Bunge Potong Sedap Malam (Polionthus
L) 'Wonotirto' merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan
lrSoorang lain. Semua hasil yang tertuang dalam skripsi ini telatr
kaidah penulisan karya iltniah Universitas Lamprmg. Apabila di
mi tertu*ti bahwa skripsi ini merupakan hasil safinan atau dibuat
:
Samg lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai denga
hru akademik yang berlaku.
;i
hd- Iampung, 29 Juni 2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 25 Oktober 1994 di Kota Agung, Lampung. Penulis
adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Ibu Halimah dan Bapak
Karno.
Penulis mulai mengikuti pendidikan formal pada 2000 di Sekolah Dasar Negeri 4
Labuhan Ratu (2000-2006); Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Bandar
Lampung (2006-2009); kemudian dilanjutkan di Sekolah Menengah Atas Negeri
3 Bandar Lampung (2009-2012). Penulis diterima sebagai mahasiswa di Jurusan
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur ujian masuk
lokal (UML) perguruan tinggi negeri pada (2012-2018).
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Pengurus Persatuan
Mahasiswa Agroteknologi (Perma AGT), yaitu sebagai Pengurus Bidang
Penelitian dan Pengembangan (Litbang) (2013/2014).
Penulis memilih Hortikultura sebagai konsentrasi perkuliahan. Pada tahun 2015,
penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Balai Penelitian Tanaman Sayuran
Lembang, Jawa Barat. Pada tahun 2016 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Bawang Tirto Mulyo, Kabupaten Tulang Bawang.
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT,
Kupersembahkan karyaku ini untuk
Keluargaku tercinta,
Ibu Halimah yang tak pernah usai menguntai doa untukku; Bapak Karno yang
peluhnya tak pernah berhenti mengalir demi keberhasilanku;
Kakak-kakakku Linda Hartati, Elaina Wati, dan Juli Yanti, S.Kom
yang telah mendukung, memotivasi, memberi semangat serta nasihat, dan
mendoakan selama ini; serta
Almamater tercinta,
Universitas Lampung.
Jika kamu bersungguh-sungguh, kesungguhan itu untuk kebaikanmu sendiri
(Q.S. Al-Ankabut: 6)
“Perubahan tidak akan pernah terjadi
jika kita terus menunggu waktu atau orang yang tepat.
Kita adalah perubahan itu sendiri”
(Barack Obama)
SANWACANA
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Pengaruh Komposisi dan Waktu Penggantian Larutan Pengawet terhadap
Masa Kesegaran Bunga Potong Sedap Malam (Polianthes tuberosa L.)
‘Wonotirto’. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Pertanian pada Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa semua ini dapat terlaksana dengan baik
karena bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai
wujud rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., sebagai Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
3. Ir. Setyo Widagdo, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pertama, yang selama ini
telah memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, arahan, dan saran selama
penelitian dan penulisan skripsi.
4. Ir. Rugayah, M.P., sebagai Dosen Pembimbing Kedua, yang telah
membimbing dan memberikan ilmu selama penulisan skripsi.
5. Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc., sebagai Penguji, yang telah
memberi masukan dan saran kepada penulis.
6. Prof. Dr. Ir. Yusnita, M.Sc., selaku dosen Pembimbing Akademik atas
arahan dan bimbingan kepada penulis selama menjadi mahasiswa.
7. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Agroteknologi yang telah membekali penulis
dengan berbagai ilmu yang bermanfaat.
8. Kedua orang tua, bapak Karno dan Ibu Halimah tercinta yang senantiasa terima
memberikan doa, dukungan, semangat, perhatian, dan semua pengorbanan
terhadap penulis selama ini
9. Kakak penulis, Linda Hartati, Elaina Wati, dan Juli Yanti yang telah
memberikan doa, dukungan, dan motivasi kepada penulis.
10. Sahabat-sahabat Agroteknologi 2012, yang ikut membantu kelancaran selama
penelitian dan penulisan skripsi.
Hanya ucapan terima kasih dan doa yang bisa penulis berikan. Semoga Allah
SWT membalas semua amal baik yang telah dilakukan dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat. Aamiin.
Bandar Lampung, Juni 2018
Rani Oktavia
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang dan Masalah ....................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.3 Kerangka Pemikirian .................................................................. 5
1.4 Hipotesis ...................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunga Potong Sedap Malam ....................................................... 9
2.1.1 Ciri Tanaman Sedap Malam ‘Wonotirto’ ........................ 10
2.1.2 Panen Bunga Sedap Malam ‘Wonotirto’ .......................... 11
2.2 Larutan Pengawet (Holding) ...................................................... 12
2.2.1 Perak Nitrat (AgNO3) ....................................................... 12
2.2.2 Sukrosa .............................................................................. 13
2.2.3 Asam Sitrat ....................................................................... 13
2.2.4 Tanaman Sirih .................................................................. 14
2.2.5 Vitamin C ......................................................................... 14
2.3 Teknik Memperpanjang Kesegaran Bunga ................................. 15
2.4 Waktu Penggantian Larutan ........................................................ 15
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat ... ................................................................ 17
3.2 Bahan dan Alat ......................................................................... 17
3.3 Metode ..................................................................................... 17
3.4 Pelaksanaan .............................................................................. 18
3.4.1 Penentuan bunga potong yang diberi perlakuan ........... 18
3.4.2 Pemanenan ...................................................................... 19
3.4.3 Pengemasan .................................................................... 20
3.4.4 Pengangkutan .................................................................. 20
3.4.5 Pembuatan larutan perendam ......................................... 20
3.4.6 Perendaman .................................................................... 23
3.4.7 Pemotongan tangkai bunga dan penggantian larutan .... 24
3.5 Variabel Pengamatan ............................................................... 24
3.5.1 Pengamatan Awal ........................................................... 24
3.5.2 Pengamatan Akhir ........................................................... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ......................................................................................... 27
4.2 Pembahasan .............................................................................. 28
4.1.1 Jumlah bunga mekar per tangkai ................................... 28
4.1.2 Jumlah bunga layu per tangkai ...................................... 31
4.1.3 Jumlah bunga rontok per tangkai ................................... 33
4.1.4 Vase life ........................................................................... 35
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan .................................................................................. 39
5.2 Saran ......................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 40
LAMPIRAN ............................................................................................ 42
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Koefisien perbandingan orthogonal dan pengaruh komposisi
dan penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran bunga
potong sedap malam ‘Wonotirto’ ........................................................ 19
2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh komposisi dan
waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran bunga
potong sedap malam ‘Wonotirto’ .................................................... .. 28
3. Nilai Uji kontras pengaruh komposisi dan waktu penggantian
larutan pengawet terhadap jumlah bunga mekar hari ke-9
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 30
4. Nilai Uji kontras pengaruh komposisi dan waktu penggantian
larutan pengawet terhadap jumlah bunga layu hari ke-12
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 32
5. Nilai Uji kontras pengaruh komposisi dan waktu penggantian
larutan pengawet terhadap jumlah bunga rontok hari ke-6
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 34
6. Nilai Uji kontras pengaruh komposisi dan waktu penggantian
larutan pengawet terhadap vase life bunga potong
sedap malam ‘Wonotirto’..................................................................... 36
7. Hasil pengamatan bunga mekar hari ke-6 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 43
8. Hasil uji bartlett bunga mekar hari ke-6 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 44
9. Hasil analisis ragam bunga mekar hari ke-6 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 44
iv
10. Hasil uji lanjut polinomial kontras bunga mekar hari ke-6
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............ 45
11. Hasil pengamatan bunga mekar hari ke-9 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 46
12. Hasil uji bartlett bunga mekar hari ke-9 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 46
13. Hasil analisis ragam bunga mekar hari ke-9 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 46
14. Hasil uji lanjut polinomial kontras bunga mekar hari ke-9
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............ 47
15. Hasil pengamatan bunga mekar hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 48
16. Hasil uji bartlett bunga mekar hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 49
17. Hasil analisis ragam bunga mekar hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 50
18. Hasil pengamatan bunga layu hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 50
19. Hasil uji bartlett bunga layu hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 51
20. Hasil analisis ragam bunga layu hari ke-6 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 52
21. Hasil pengamatan bunga layu hari ke-6 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 53
iv
22. Hasil uji bartlett bunga layu hari ke-6 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 54
23. Hasil analisis ragam bunga layu hari ke-6 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 54
24. Hasil uji lanjut polinomial kontras bunga layu hari ke-6
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............ 55
25. Hasil pengamatan bunga layu hari ke-9 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............................................. 56
26. Hasil data transformasi pengamatan bunga layu hari ke-9
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............. 57
27. Hasil uji bartlett bunga layu hari ke-9 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 58
28. Hasil analisis ragam bunga layu hari ke-9 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................ 58
29. Hasil uji lanjut polinomial kontras bunga layu hari ke-9
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............ 59
30. Hasil pengamatan bunga layu hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................ 60
31. Hasil uji bartlett bunga layu hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 61
32. Hasil analisis ragam bunga layu hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................ 61
33. Hasil uji lanjut polinomial kontras bunga layu hari ke-12
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............ 62
iv
34. Hasil pengamatan bunga rontok hari ke-6 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................ 63
35. Hasil data transformasi pengamatan bunga rontok hari ke-6
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............. 64
36. Hasil uji bartlett bunga rontok hari ke-6 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 65
37. Hasil analisis ragam bunga rontok hari ke-6 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................ 65
38. Hasil uji lanjut polinomial kontras bunga rontok hari ke-6
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............ 66
39. Hasil pengamatan bunga rontok hari ke-9 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................ 67
40. Hasil uji bartlett bunga rontok hari ke-9 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 68
41. Hasil analisis ragam bunga rontok hari ke-9 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................ 68
42. Hasil uji lanjut polinomial kontras bunga rontok hari ke-9
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............ 69
43. Hasil pengamatan bunga rontok hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................ 70
44. Hasil data transformasi pengamatan bunga rontok hari ke-12
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam‘Wonotirto’ ............. 71
45. Hasil uji bartlett bunga rontok hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 72
iv
46. Hasil analisis ragam bunga rontok hari ke-12 pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................ 72
47. Hasil uji lanjut polinomial kontras bunga rontok hari ke-12
pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap kesegaran bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............ 73
48. Hasil pengamatan vase life pengaruh komposisi dan waktu
penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran bunga potong
sedap malam ‘Wonotirto’ ................................................................... 74
49. Hasil uji bartlett vase life pengaruh komposisi dan waktu
penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran bunga potong
sedap malam ‘Wonotirto’ .................................................................... 75
50. Hasil analisis ragam vase life pengaruh komposisi dan waktu
penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran bunga potong
sedap malam ‘Wonotirto’ .................................................................... 75
51. Hasil uji lanjut polinomial kontras vase life pengaruh komposisi
dan waktu penggantian larutan pengawet terhadap kesegaran
bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’ ............................................. 76
52. Hasil uji pengaruh komposisi dan waktu penggantian larutan pengawet
terhadap nilai rata-rata vase life kesegaran bunga potong
sedap malam ‘Wonotirto’ .................................................................... 76
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bunga sedap malam ‘Wonotirto’ ........................................................ 10
2. Larutan pulshing untuk merendam bunga potong sedap malam
‘Wonotirto’ yang sudah dipanen ........................................................ 12
3. Perbedaan warna masing-masing larutan pengawet .......................... 23
4. Bunga potong sedap malam yang telah dilakukan perendaman
larutan pengawet ................................................................................ 23
5. Bunga potong sedap malam ditimbang bobot basahnya .................... 24
6. Bagian-bagian bunga potong sedap malam ........................................ 25
7. Kriteria bunga mekar yang diamati ..................................................... 26
8. Kriteria bunga rontok yang diamati ................................................... 27
9. Penampilan bunga mekar pengamatan hari ke-6 pada
berbagai perlakuan .............................................................................. 29
10. Penampilan bunga layu pengamatan hari ke-12 pada
berbagai perlakuan .............................................................................. 35
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bunga sedap malam (Polianthus tuberosa L.) digunakan secara luas di
masyarakat Indonesia untuk kebutuhan bunga potong di hari-hari besar, misalnya
Idul fitri, Natal, dan tahun baru. Selain sering digunakan sebagai bunga tabur,
bunga ini sering digunakan dalam bentuk bunga segar dan bunga kering sebagai
campuran makanan, misalnya tekwan. Sedap malam juga memiliki kandungan
minyak atsiri yang dapat digunakan untuk bahan kosmetik dan bahan kecantikan
(Rukmana, 2002).
Bunga sedap malam tergolong bunga potong yang laku dipasaran. Bunga ini
menduduki peringkat nomor tiga setelah bunga krisan dan bunga mawar dalam
urutan banyaknya penjualan di pasar bunga Indonesia. Panen sedap malam di
Indonesia dari 2008 hingga 2012 meningkat sebesar 4,94 %. Peningkatan
produktivitas sedap malam dalam kurun waktu tersebut adalah 54,24%
(Promosiana, 2014).
Bunga potong sedap malam banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Bunga
sedap malam yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga sedap malam
‘Wonotirto’ berasal dari Tanggamus, Lampung. Hal tersebut adalah untuk
memperkenalkan tanaman potensi daerah. Selain itu, terlalu jauh jika bahan
2
tanaman diambil dari luar Lampung yang beresiko mengakibatkan kerusakan fisik
bunga akibat pengangkutan. Bunga sedap malam ‘Wonotirto’ ini memiliki
karakteristik menarik yang berbeda dengan bunga potong sedap malam lainnya,
antara lain sususan helia mahkota bunga bertingkat (berlapis), tebal, harum,
terdapat semburat merah pada kuncup bunga sebelum mekar, dan bunga tahan 5-7
hari setelah panen.
Masalah yang sering dihadapi oleh pengusaha dan konsumen bunga potong adalah
cara mempertahankan kualitas bunga. Kualitas bunga meliputi kesegaran bunga
dan daya simpan (vase life) bunga. Masa kesegaran dan daya simpan bunga
potong sedap malam yang direndam dengan air relatif singkat, yaitu hanya
bertahan 2-3 hari (Suyanti, 2002).
Faktor penyebab singkatnya masa kesegaran dan daya tahan bunga potong sedap
malam adalah berkurangnya sumber energi, pH, dan busuknya pangkal tangkai
bunga akibat pemotongan saat panen (Suyanti, 2002). Salah satu upaya yang
dilakukan untuk mencegah hal tersebut adalah perendaman menggunakan larutan
pengawet.
Pengawetan bunga sedap malam dapat dilakukan dengan cara pulsing dan
holding. Pulsing adalah larutan pengawet tempat dicelupkannya bunga segera
setelah panen dalam jangka waktu pendek sebelum pengiriman. Holding
adalahlarutan pengawet sebagai perendam tangkai bunga sejak dari panen hingga
bunga sampai ke tangan konsumen (Halevy dan Mayak, 1979).
3
Pengawetan dengan cara holding umumnya menggunakan bahan-bahan larutan,
misalnya perak nitrat (AgNO3), sukrosa, dan asam sitrat. Perak nitrat (AgNO3)
adalah bahan kimia yang dapat berperan mencegah pertumbuhan bakteri peyebab
kebusukan tangkai bunga (Suyanti, 2002). Bahan komponen pengawet lainnya
adalah asam sitrat. Asam sitrat sering digunakan sebagai antietilen, karena
senyawa kimia ini berperan meningkatkan efesiensi dan efektifitas penyerapan
bahan pengawet ke dalam bunga potong sedap malam.
Penggunaan perak nitrat (AgNO3) memiliki banyak kekurangan antara lain susah
didapat karena tidak dijual bebas di pasaran, dan harga relatif mahal. Bahan
alternatif yang lebih murah, dan bersifat alami adalah daun sirih dan vitamin C.
Rebusan daun sirih adalah salah satu bahan alternatif yang dapat digunakan
sebagai pengganti perak nitrat (AgNO3). Rebusan daun sirih memiliki minyak
atsiri yang mengandung chavicol (Atin, 2008). Chavicol mempunyai daya
mematikan terhadap kuman, sehingga diharapkan akan menghentikan luka pada
tangkai bunga potong sedap malam setelah dipanen.
Asam sitrat berfungsi sebagai penurun pH untuk proses penyerapan bahan
pengawet bunga potong sedap malam. Bunga menyerap air dengan maksimum
pada pH berkisar 3,5- 4,5 (Arisanti dan Setiari, 2012). Selain penurun pH, asam
sitrat juga berfungsi sebagai antioksidan. Namun untuk mendapatkan bahan yang
bersifat alami maka diperlukan bahan alternatif. Bahan alternatif pengganti asam
sitrat sebagai antioksidan alami adalah vitamin C. Antioksidan merupakan zat
yang dapat menghambat atau memperlambat laju oksidasi dari bahan yang mudah
teroksidasi (Deni, 2008). Vitamin C (L-asam askorbat) bekerja sebagai
4
antioksidan alami dengan kelarutan yang tinggi dalam air (Song and Wei, 2002).
Namun konsentrasi vitamin C harus sesuai dengan kebutuhan bunga potong sedap
malam. Konsentrasi vitamin C yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat
menghambat proses penyerapan nutrisi oleh tangkai bunga (Arisanti dan Setiari,
2012). Pada bunga potong, tangkai bunga yang terhambat dalam penyerapan
nutrisinya akan menyebabkan kelayuan.
Faktor yang juga harus diperhatikan selain komposisi bahan larutan pengawet
adalah kepekatan dan kejernihan larutan. Kepekatan larutan dipengaruhi oleh
konsentrasi larutan, dan kejernihan larutan dipengaruhi oleh adanya endapan
bahan larutan, misalnya AgNO3, vitamin C, asam sitrat, atau bahan lain misalnya
debu dan kotoran. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan penggantian
larutan secara berkala selama peragaan bunga potong sedap malam ‘Wonotirto’.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
(1) Pengaruh komposisi larutan terhadap kesegaran bunga potong sedap malam;
(2) Pengaruh waktu penggantian larutan terhadap kesegaran bunga potong sedap
malam;
(3) Pengaruh interaksi antara komposisi larutan danwaktu penggantian larutan
pengawet terhadap kesegaran bunga potong sedap malam.
5
1.3 Kerangka pemikiran
Tanaman hias sedap malam merupakan produk yang bermanfaat sebagai bunga
potong yang dapat dinikmati keindahan bunganya. Nilai keindahan bunga potong
sedap malam dapat dilihat dari bunganya yang tidak mudah rontok, memiliki
tangkai bunga yang panjang, memiliki floret yang banyak.
Proses pascapanen bunga sedap malam yang baik berpengaruh pada kualitas
bunga potong, antara lain umur panen yang tepat. Selain itu, bunga telah
memenuhi kriteria panen. Kriteria panen yang tepat adalah bunga telah mekar 1-2
kuntum dan bunga potong yang dipilih adalah yang memiliki tangkai yang lurus,
utuh, sehat, dan tidak cacat. Selain kriteria panen, hal yang perlu diperhatikan
untuk mempertahankan kualitas bunga potong sedap malam adalah pulsing dan
holding. Kualitas bunga akan mempengaruhi minat beli konsumen. Agar kualitas
bunga tetap prima sampai ke tangan konsumen, maka bunga perlu diberi nutrisi
holding.
Larutan holding adalah larutan pengawet sebagai perendam tangkai bunga sejak
panen hingga bunga sampai ke tangan konsumen (Haley dan Mayak, 1979).
Bahan-bahan yang digunakan dalam larutan holding adalah bakterisida, asam
sitrat, dan gula. Bahan-bahan tersebut diperlukan oleh bunga untuk melakukan
aktivitas hidupnya, menghambat kelayuan, dan menambah kemekaran bunga.
Larutan holding dimungkinkan dapat mempertahankan kesegaran (vase life)
bunga potong sedap malam.Bunga potong sedap malam dapat direndam dengan
larutan holdingyang mengandung nutrisi, bakterisida, asam sitrat, dan sukrosa.
6
Gula yang digunakan sebagai sumber energi bunga potong sedap malam dalam
larutan pengawet adalah sukrosa. Gula merupakan sumber energi bunga potong
sedap malam untuk tetap menjalankan proses metabolisme setelah dipanen.
Sukrosa adalah bahan alternatif dari gula yang relatif murah dan mudah
didapatkan.
Bahan komponen larutan pengawet lainnya adalah bakterisida. Bakterisida yang
umumnya digunakan adalah perak nitrat (AgNO3). Namun perak nitrat memiliki
kelemahan antara lain sulit didapat dan harga relatif mahal. Bahan alternatif lain
yang dapat digunakan untuk mempermudah, mengurangi biaya, serta ramah
lingkungan adalah rebusan daun sirih. Rebusan daun sirih juga mempunyai
berbagai macam senyawa yang berfungsi sebagai bakterisida dan antifungi
(Pradhan, 2013). Rebusan daun sirih yang paling optimum dalam larutan
pengawet untuk mempertahankan kesegaran bunga adalah konsentrasi 30%
(Hidayah, 2012).
Bahan pengawet larutan holding lainnnya adalah asam sitrat yang berfungsi
sebagai penurun pH. Bunga menyerap air dengan maksimum pada pH berkisar
3,5- 4,5 (Arisanti dan Setiari, 2012). Selain penurun pH, asam sitrat juga
berfungsi sebagai antioksidan. Namun untuk mendapatkan bahan yang bersifat
alami maka diperlukan bahan alternatif. Bahan alternatif pengganti asam sitrat
sebagai antioksidan alami adalah vitamin C. Antioksidan merupakan zat yang
dapat menghambat laju oksidasi dari bahan yang mudah teroksidasi (Deni, 2008).
Vitamin C (L-asam askorbat) bekerja sebagai antioksidan alami dengan kelarutan
yang tinggi dalam air ( Song and Wei, 2002). Namun konsentrasi vitamin C harus
7
Sesuai dengan kebutuhan bunga potong sedap malam. Konsentrasi vitamin C
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menghambat proses penyerapan
nutrisi oleh tangkai bunga (Arisanti dan Setiari, 2012). Pada bunga potong,
tangkai bunga yang terhambat dalam penyerapan nutrisinya akan menyebabkan
kelayuan.
Waktu penggantian larutan secara berkala perlu dilakukan untuk meningkatkan
masa simpan bunga. Penggantian larutan dapat mempengaruhi kejernihan larutan.
Larutan pengawet harus dapat diserap oleh jaringan pembuluh bunga potong.
Faktor yang mempengaruhinya antara lain kepekatan dan kejernihan larutan.
Kepekatan larutan dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, sedangkan kejernihan
larutan dipengaruhi oleh adanya pengendapan bahan lain dalam larutan. Untuk
mempertahankan kejernihan larutan, perlu dilakukanpenggantianlarutan secara
berkala selama peragaan. Dengan menggunakan bahan-bahan larutan pengawet
seperti bakterisida, penurun pH, dan sumber energi yang dilakukan penggantian
larutan secara berkala, diharapkan vase life kesegaran bunga potong sedap malam
dapat diperpanjang.
1.4 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
(1) Komposisi larutan pengawet berpengaruh terhadap kesegaran bunga potong
sedap malam;
(2) Waktu penggantian larutan berpengaruh terhadap kesegaran bunga potong
sedap malam;
8
(3) Terdapat interaksi antara komposisi dan waktu penggantian larutan terhadap
kesegaran bunga potong sedap malam.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bunga Potong Sedap Malam
Sedap malam (Polyanthus tuberosa L.) merupakan tanaman bunga potong yang
telah lama dikembangkan dan dikenal, serta mempunyai peluang besar untuk
meningkatkan taraf hidup petani karena bernilai ekonomi yang tinggi. Bunga
sedap malam ini berasal dari Mexico yang telah menyebar di Indonesia, di daerah
beriklim panas (Prihadini dan Yuniarti, 2002).
Taksonomi bunga sedap malam menurut Tjitrosoepomo (2005) adalah sebagai
berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Magnoliophyta, Kelas: Liliopsida, Ordo:
Asparagales, Famili: Agavaceae, Genus: Polianthes, Spesies: Polianthus tuberosa
Bunga sedap malam merupakan tanaman berumbi, mempunyai batang beruas-ruas
dan rangkaian bewarna putih, berbunga terus menerus sepanjang tahun dan
mempunyai ciri khusus, yaitu aroma harum sepanjang malam.
Tanaman bunga sedap malam siap berbunga setelah berumur 5-8 bulan setelah
tanam, tergantung ketinggian tempat. Sedap malam dapat hidup di dataran rendah
dengan kisaran ketinggian tempat 0 - 1500 m dpl, namun tumbuh optimal pada
ketinggian 100-900 m dpl. Tanaman sedap malam sudah siap dipanen apabila
setiap tangkai bunga telah mekar 2-3 kuntum bunga. Setiap tangkai bunga
melekat sekitar 5-12 kuntum bunga ini tidak mekar bersamaan (Sihombing, 2008).
10
Bunga sedap malam dapat diperbanyak dengan cara pemisahan anakan.
Walaupun terdapat biji, tetapi untuk tanaman sedap malam biji jarang dipakai
untuk perbanyakan. Standar bunga sedap malam sebagai bunga potong untuk
panjang tangkai bunga sedap malam sebagai berikut: kelas super > 95 cm,
panjang 75-90 cm, medium 60-74 cm, pendek 50-59 cm, mini 30-49 cm
(Rismunandar, 1995).
2.1.1 Ciri Tanaman Sedap Malam‘Wonotirto’
Ciri tanaman sedap malam ‘Wonotirto’ menurut Keputusan Menteri Pertanian
No.535/kpts/pd.210/110/2013 adalahmemiliki kuntum bunga banyak dengan
susunan rapat, diameter kuntum lebar, aroma kuat, mekar malai bunga lama,
produksi cukup tinggi, dan memenuhi standar ekspor. Bunga sedap malam
‘Wonotirto’merupakan bunga yang dikembangkandi Pekon Wonotirto,
Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, Lampung (Gambar 1).
Gambar 1. Bunga sedap malam‘Wonotirto’: (a) bunga siap panen;
(b) bunga yang telah dipanen
floret
Tangkai bunga
a b
11
2.1.2 Panen Bunga Sedap Malam
Bunga sedap malam mulai berbunga umur 115-284 hari setelah ditanam (Sharga,
1982) dan bunga mulai dipanen saat 1-2 kuntum bunga telah mekar. Mutu bunga
dianggap baik apabila sepertiga bagian kuntum bunga dalam setiap malainya
mekar. Namun, bunga dengan tingkat kemekaran yang banyak tidak tahan selama
dalam pengangkutan, karena bunga yang telah mekar memiliki sepal yang rapuh.
Panen bunga yang tepat untuk pengangkutan jarak jauh adalah apabila 1-2 kuntum
bunga dalam setiap malainya mekar. Bunga yang masih kuncup akan mekar
selama dalam peragaan. Cara pemanenan yang tepat dilakukan dengan mencabut
atau memotong tangkai bunga. Bunga yang telah dipanen kemudian dikumpulkan
untuk disortasi dan di grading sesuai dengan ukuran malainya.
2.2 Larutan Pengawet Pulsing dan Holding
Larutan pulsing berisi 15 % gula. Larutan pulsing adalah larutan pengawet
tempat dicelupkannya bunga segera setelah panen dalam jangka waktu pendek
sebelum pengiriman, sedangkan larutan holding adalah larutan pengawet sebagai
perendam tangkai bunga sejak dari panen hinga bunga sampai ke tangan
konsumen (Halevy dan Mayak, 1979). Dalam larutan pengawet pulsing, bahan
yang digunakan adalah aquades dan sukrosa. Larutan pulsing untuk merendam
bunga potong yang sudah dipanen ditampilkan pada Gambar 2.
Energi yang tersisa pada bunga potong setelah dipanen hanya mampu
mempertahankan kesegaran bunga untuk waktu yang singkat, sehingga diperlukan
adanya penambahan energi pada larutan pengawet untuk memperpanjang masa
12
kesegaran bunga. Energi yang dibutuhkan, yaitu sukrosa, dapat mempengaruhi
kemekaran bunga dan menunda kelayuan bunga potong.
Kandungan larutan holding juga diperlukan bahan untuk menurunkan pH, yaitu
vitamin C (Arisanti dan Setiari, 2012). Larutan pengawet jugaharus mengandung
desinfektan yang berfungsi sebagai antibakteri agar bunga potong selama
peragaan terhindar dari mikroorganisme penyebab busuk tangkai bunga.
Gambar 2. Larutan pulsing yang siap digunakan untuk merendam bunga potong
sedap malam ‘Wonotirto’ yang sudah dipanen
2.2.1 Perak nitrat (AgNO3)
Perak nitrat merupakan sebuah senyawa anorganik dengan rumus kimia AgNO3.
Senyawa ini adalah senyawa paling serbaguna diantara senyawa perak lainnya,
senyawa ini juga bisa digunakan untuk membuat beberapa pereaksi dasar. AgNO3
adalah bakterisida yang efektif dalam larutan pengawet bunga potong, dan
berperan sebagai antagonis etilen (penghambat munculnya gas etilen). Perak
nitrat (AgNO3) dapat mengurangi kecepatan penurunan pemasukan air dalam
Anthurium (Hutchinson, 2003). Ion perak jugabergabung dengan sisi pengikatan
13
etilen, jadi mencegah rintangan fisiologis tangkai potong. Namun perak nitrat
(AgNO3) sangat jarang digunakan, karena harganya relatif mahal serta tidak
ramah lingkungan.
2.2.2 Sukrosa
Pascapanen bunga potong sedap malammengalami proses masuk dan keluarnya
air oleh bunga potong yang berfluktuasi secara siklik dan cenderung mengalami
kemundurankesegaran bunga (Nofrianti, 2005). Defisit air disebabkan oleh
pengurangan kapasitas memegang air jaringan bunga kibat perubahan fisiologis
yang berhubungan dengan penuaaan di tingkat sel.
Sukrosa ditambahkan untuk bahan nutrisi pada proses pascapanen bunga potong
sedap malam agar dapat mempertahankankesegaran bunga (Kurniawan, 2008).
Penelitian Talukdar dan Barooah (2012) memperlihatkan bahwa pemberian 4%
sukrosa, 2% asam sitrat, dan 20 ppm perak nitrat (AgNO3) efektif dalam
memperpanjang vase life bunga sedap malam cv. Calcutta Double pada suhu
ruang 26-350C hingga 10 hari. Penelitian Hutchinson (2003) bahwa konsentrasi
gula yang rendah 2 – 4 % selama pemajangan,sudah dapat membantu mengurangi
celah stomata dalam daun bunga potong mawar dan mengurangi kehilangan air.
2.2.3 Asam sitrat
Asam sitrat merupakan sebuah senyawa anorganik dengan rumus kimia C6H8O7
yang diperoleh dari ekstrak buah-buahan terutama jeruk. Senyawa ini digunakan
sebagai pengatur pH larutan (Tisnawati, 2005). Asam sitrat berfungsi untuk
meningkatkan kesimbangan air dan mengurangi penyumbatan pada batang
14
(Halevy dan Mayak, 1979). Dalam penghambat respirasi digunakan asam sitrat,
yang banyak digunakan sebagai komponen bahan pengawet, karena senyawa ini
berperan meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyerapan bahan pengawet ke
dalam bunga potong dengan cara menurunkan pH.
2.2.4 Tanaman sirih
Tanaman sirih (Piper betle) sudah dikenal sebagai tanaman obat, yang sekaligus
dapat ditanam sebagai tanaman hias. Tanaman sirih ini memiliki manfaat sebagai
obat diantaranya untuk mengobati mimisan, keputihan, sakit jantung, alergi, diare,
sakit gigi berlubang, batuk, menurunkan kolesterol, bau mulut, dan gusi bengkak.
Selain daunnya dimanfaatkan sebagai obat, pada tanaman sirih terdapat minyak
atsiri yang mengandung minyak terbang (beklephenol), seskuiterpen, diatase,
gula, zat samak, antioksidan, fungisida, dan chavicol (Atin, 2008). Kandungan
chavicol mempunyai daya mematikan kuman, sehingga diharapkan akan
mempercepat penyembuhan luka pada tangkai bunga potong sedap malam setelah
dipanen.
2.2.5 Vitamin C
Secara umum penyerapan larutan oleh bunga sangat penting dalam
mempertahankan kesegaran bunga potong. Salah satu faktor yang mempengaruhi
penyerapan larutan oleh bunga adalah pH larutan. Keasaman larutan yang baik
untuk penyerapan larutan oleh tangkai bunga adalah 3,5-4,5 (Arisanti dan Setiari,
2012).
15
Bahan alternatif yang digunakan untuk larutan pengawet adalah vitamin C.
Vitamin C juga dapat menurunkan pH larutan dan berpengaruh terhadap
kesegaran bunga potong krisan. Namun pada konsentrasi yang tinggi, vitamin C
dapat menyebabkan perbedaan tekanan osmotik pada larutan mengakibatkan
bunga potong mengalami plasmolisis (Arisanti dan Setiari, 2012). Penelitian
Astita (2016) menyatakan bahwa penggunaan vitamin C 50 ppm masih rendah
sehingga belum mampu menunda kelayuan bunga sebaik asam sitrat 2%.
2.3 Teknik Memperpanjang Kesegaran Bunga
Bunga sedap malam (Polyanthus tuberosa L.) yang telah dipotong tetap
menjalankan aktivitas hidupnya. Penyusunan formula nutrisi dan pengawet
dibedakan berdasarkan tujuan pengguanaan yaitu, larutan pulsing adalah larutan
yang digunakan untuk merendam tangkai bunga segera setelah panen, sebelum
dikemas.
Pulsing dilakukan dalam jangka waktu pendek sebelum pengiriman. Larutan
holding adalah larutan pengawet tempat dicelupkannya bunga sejak dari panen
hingga bunga sampai ke tangan konsumen. Penggunaan teknik holding
diharapkan mampu menjaga kesegaran bunga potong sedap malam sampai pada
konsumen (Nowak dan Rudnicki, 1990).
2.4 Waktu Penggantian Larutan
Waktu penggantian larutan juga perlu dilakukan secara berkala, karena dapat
mempengaruhi kejernihan suatu larutan pengawet. Faktor yangmempengaruhinya
antara lain kepekatan larutan dan kejernihan larutan.
16
Kepekatan larutan dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, sedangkan kejernihan
larutan dipengaruhi oleh adanya pengendapan bahan lain dalam larutan. Untuk
mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan waktu penggantian larutan secara berkala
selama peragaan.
17
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini berlangsung pada Oktober– November 2016, yang dilaksanakan di
Laboratorium Pascapanen Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga potong sedap
malam (Polianthus tuberosa L) ‘Wonotirto’ yang dipanen langsung dari petani
Pekon Wonotirto Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus, vitamin C (ipi
150 ppm), daun sirih 30%, asam sitrat (Citrun acid 2%), AgNO3 (perak nitrat
murni 20 ppm), gula pasir 4%, dan air.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, botol bening (sebagai
vas), gelas ukur 100 ml, gelas piala 1000ml, pH meter, kertas label, kamera,
timbangan, gunting setek, kapas, gabus, plastik, tali, dan rak.
3.3 Metode
Penelitian ini disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dan
diulang 3 kali. Faktor pertama adalah komposisi larutan pengawet (K), meliputi:
K0,K1, K2, K3, dan K4.
18
K0 : Air (kontrol)
K1 : Air + Sukrosa 4% + Asam Sitrat 2% + AgNO3 20 ppm
K2 : Air + Sukrosa 4% + Vitamin C 150 ppm + AgNO3 20 ppm
K3 : Sukrosa 4% + Asam sitrat 2% + Rebusan daun sirih
K4 : Sukrosa 4 % + Vitamin C 150 ppm + Rebusan daun sirih
Faktor kedua adalah penggantian larutan (P) meliputi:
P0 : (tanpa penggantian larutan),
P1 : (penggantian larutan setiap enam hari sekali)
Homogenitas keragaman diuji dangan uji Bartlett dan kemenambahan data diuji
dengan uji Tukey, kemudian dianalisis dengan sidik ragam. Hasil pengujian yang
berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Orthogonal Kontras. Setiap pengujian
dilakukan pada taraf 5%. Koefisien perbandingan orthogonal penelitian
ini disajikan dalam Tabel 1.
3.4 Pelaksanaan
3.4.1 Penentuan bunga potong yang akan diberi perlakuan
Bunga potong yang akan diberi perlakuan adalah bunga potong sedap malam
siap panen. Bunga dipanen pada pagi hari di Pekon Wonotirto Kecamatan
Sumberejo Kabupaten Tanggamus. Panen dilakukan pada bunga potong yang
telah mekar 1-2 kuntum dan bunga potong yang dipilih adalah yang memiliki
tangkai lurus, utuh, sehat, dan tidak cacat.
19
Tabel 1. Koefisien perbandingan orthogonal pengaruh komposisi dan penggantian
larutan pengawet terhadap masa kesegaran bunga potong sedap
malam ‘Wonotirto’
Perbandingan Tidak diganti (P0) Diganti (P1)
K0 K1 K2 K3 K4 K0 K1 K2 K3 K4
K (Komposisi larutan)
P1 : K0 vs K1, K2, K3, K4 -4 +1 +1 +1 +1 -4 +1 +1 +1 +1
P2 : K1, K2 vs K3, K4 0 -1 -1 +1 +1 0 -1 -1 +1 +1
P3 : K1vs K2 0 -1 +1 0 0 0 -1 +1 0 0
P4 : K3vs K4 0 0 0 -1 +1 0 0 0 -1 +1
P (Penggantian larutan)
P5: P0 vs P1 -1 -1 -1 -1 -1 +1 +1 +1 +1 +1
P x K (interaksi)
P6 : P1 x P5 +4 -1 -1 -1 -1 -4 +1 +1 +1 +1
P7 : P2 x P5 0 +1 +1 -1 -1 0 -1 -1 +1 +1
P8 : P3 x P5 0 +1 -1 0 0 0 -1 +1 0 0
P9 : P4 x P5 0 0 0 +1 -1 0 0 0 -1 +1
Keterangan :
K0 : Air (kontrol)
K1 : Air + Sukrosa 4% + Asam Sitrat 2% + AgNO3 20 ppm
K2 : Air + Sukrosa 4% + Vitamin C 150 ppm + AgNO3 20 ppm
K3 : Rebusan daun sirih + Sukrosa 4 % + Asam sitrat 2%
K4 : Rebusan daun sirih + Sukrosa 4% + Vitamin C 150 ppm
P0 : Tanpa penggantian larutan
P1 : Penggantian larutan setiap enam hari sekali
3.4.2 Pemanenan
Pemanenan bunga sedap malam dilakukan pada pukul 7-8 pagi. Pemanenan
dilakukan dengan cara menarik pangkal tangkai bunga dengan posisi miring.
Pemanenan bunga sedap malam dengan menggunakan pemotong baik pisau atau
gunting untuk mengurangi hambatan aliran pembuluh pada tanaman.
20
3.4.3 Pengemasan
Setelah dipanen, panjang tangkai bunga diukur. Tangkai bunga yang panjangnya
lebih dari 70 cm dipotong, sehingga diperoleh tangkai bunga yang panjangnya
seragam. Setelah itu, floret bunga dibungkus plastik secara perlahan untuk
mengurangi resiko teluka, sedangkan bagian bawah direndam dengan larutan
pulsing berupa larutan sukrosa 15%.
3.4.4 Pengangkutan
Pengangkutan dari lokasi panen menuju tempat penelitian membutuhkan waktu
dua jam. Selama pengangkutan, bunga tetap direndam dalam larutan pulsing.
3.4.5 Pembuatan larutan perendam
Sebelum bunga potong direndam pada larutan pengawet, larutan yang akan dibuat
harus dihitung terlebih dahulu. Kemudian bahan ditimbang sesuai dengan
konsentrasi masing-masing bahan. Perhitungan bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat larutan pengawet.
a. Sukrosa 4%
Konsentrasi sukrosa yang digunakan untuk membuat larutan pengawet adalah 4%.
Konsentarsi tersebut diperoleh dengan cara :
4 x 1000 = 40 g/l 100
Jumlah larutan yang dibutuhkan adalah 300 ml per sampel, dan sampel yang
digunakan sebaanyak 30 sampel. Maka jumlah larutan yang dibutuhkan selama
21
pengawetan adalah 300 ml x 30= 9000 ml. Dengan demikian gula yang diberikan
adalah sebanyak 40 x 9000 ml = 360 g/9l air.
b. Asam sitrat 2 %
Konsentrasi asam sitrat yang digunakan untuk membuat larutan pengawet adalah
2 %. Konsentrasi tersebut di peroleh dengan cara :
2 x 1000 = 20 g/l
100
Jumlah larutan yang dibutuhkan adalah 300 ml per sampel, dan sampel yang
digunakan sebanyak 30 sampel. Maka jumlah larutan yang dibutuhkan selama
pengawetan adalah 300 ml x 30 = 9000 ml. Dengan demikian, asam sitrat yang
diberikan adalah sebanyak 20 x 9000 ml = 180 g/9l air.
c. Perak nitrat 20 ppm
Konsentrasi perak nitrat yang digunakan untuk membuat larutan pengawet adalah
20 ppm. Konsentrasi tersebut di peroleh dengan cara :
20 x 1000 = 0,02 g/l
1000000
Jumlah larutan yang dibutuhkan adalah 300 ml per sampel, dan sampel yang
digunakan sebanyak 30 sampel. Maka jumlah larutan yang dibutuhkan selama
pengawetan adalah 300 ml x 30 = 9000 ml. Dengan demikian, perak nitrat yang
diberikan adalah sebanyak 0,02 x 9000 ml = 0,18 g/9l air.
22
d. Vitamin C 150 ppm
Konsentrasi vitamin C yang digunakan untuk membuat larutan pengawet adalah
150 ppm. Konsentrasi tersebut di peroleh dengan cara :
150 x 1000 = 0,15 g/l
1000000
Jumlah larutan yang dibutuhkan adalah 300 ml per sampel, dan sampel yang
digunakan sebanyak 30 sampel. Maka jumlah larutan yang dibutuhkan selama
pengawetan adalah 300 ml x 30 = 9000 ml. Dengan demikian, vitamin C yang
diberikan adalah sebanyak 0,15 x 9000 ml = 1,35 g/9l air.
e. Daun sirih 30%
Kriteria daun sirih yang diambil untuk dibuat larutan pengawet adalah daun sirih
yang telah membuka penuh dan berkembang secara sempurna. Konsentrasi daun
sirih yang digunakan untuk membuat larutan pengawet adalah 30%. Konsentrasi
tersebut di peroleh dengan cara :
30 x 1000 = 300 g/l
100
Jumlah larutan yang dibutuhkan adalah 300 ml per sampel, dan sampel yang
digunakan sebanyak 30 sampel. Maka jumlah larutan yang dibutuhkan selama
pengawetan adalah 300 ml x 30 = 9000 ml. Dengan demikian, daun sirih yang
diberikan adalah sebanyak 300 x 9000 ml = 2700 g/9l air.
Semua jenis larutan perendam yang telah disiapkan menunjukkan warna yang
berbeda kejernihannya (Gambar 3).
23
Gambar 3. Perbedaan warna masing-masing larutan pengawet
Keterangan:
K0 : Air (kontrol)
K1 : Air + Sukrosa 4% + Asam Sitrat 2% + AgNO3 20 ppm
K2 : Air + Sukrosa 4% + Vitamin C 150 ppm + AgNO3 20 ppm
K3 : Rebusan daun sirih 30% + Sukrosa 4 % + Asam sitrat 2%
K4 : Rebusan daun sirih 30% + Sukrosa 4% + Vitamin C 150 ppm
3.4.6 Perendaman
Setiap tangkai bunga direndam dalam botol yang telah diisi 300 ml larutan
holding. Bunga sedap malam yang siap dilakukan perendaman larutan holding
ditampilkan pada Gambar 4. Bagian tangkai bunga yang terendam dalam larutan
holding panjangnya 10cm. Mulut botol ditutup dengan gabus untuk menghindari
penguapan.
Gambar 4. Bunga potong sedap malam yang dilakukan
perendaman larutan pengawet (holding)
K0 K1 K2 K3 K4
24
3.4.7 Pemotongan tangkai bunga dan penggantian larutan
Tangkai bunga dipotong bagian bawahnya sepanjang 1 cm dengan kemiringan 450
setiap hari. Tujuan pemotongan adalah untuk menghindari terjadinya
pembusukan.
3.5 Pengamatan
3.5.1 Pengamatan awal
Pengamatan awal dilaksanakan sebelum bunga potong diberi perlakuan.
Pengamatan ini merupakan pengambilan data awal bunga potong yang bertujuan
untuk mengetahui tingkat keseragaman bunga. Data yang diamati antara lain
bobot basah bunga, panjang tangkai bunga, panjang floret, dan jumlah
bunga yang sudah mekar.
(1) Bobot basah bunga (g)
Bobot basah bunga diukur dengan cara menimbang bunga sebelum diberi
perlakuan. Bobot basah bunga potong meliputi seluruh bagian bunga
(Gambar 5).
Gambar 5. Bunga potong sedap malam ditimbang bobot basahnya
25
(2) Panjang tangkai bunga (cm)
Panjang tangkai bunga diukur menggunakan meteran. Panjang tangkai bunga
meliputi seluruh bagian bunga (Gambar 6).
Gambar 6. Bagian-bagian bunga potong sedap malam
(3) Panjang floret (cm)
Panjang floret diukur menggunakan meteran dari pangkal floret hingga ujung
bunga.
(4) Jumlah bunga yang sudah mekar (kuntum)
Jumlah bunga mekar dihitung secara manual. Bunga mekar ditandai dengan
terbukanya kelopak bunga maksimal 900
terhadap garis vertikal.
(5) Total jumlah floret per tangkai
Jumlah floret per tangkai dihitung mulai pangkal hingga ujung floret.
3.5.2 Pengamatan akhir
Pengamatan dilakukan terhadap setiap variabel persentase bunga mekar,
persentase bunga layu, masa kesegaran kuntum bunga, dan masa kesegaran total.
Floret
Tangkai bunga
26
Variabel pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: jumlah kuntum
bunga mekar; jumlah bunga layu per tangkai; jumlah bunga rontok per tangkai;
dan masa kesegaran bunga.
(1) Jumlah kuntum bunga mekar
Jumlah bunga dihitung bila sepal bunga telah membuka 50%, diamati setiap
hari dengan menghitung jumlah bunga mekar (Gambar 7).
Gambar 7. Kriteria bunga mekar yang diamati
(2) Jumlah bunga layu per tangkai
Jumlah bunga layu diamati setiap hari dengan ciri sepal bunga mengkerut,
dengan warna kecoklatan.
(3) Jumlah bunga rontok per tangkai
Jumlah bunga rontok diamati setiap hari dengan kriteria bunga bewarna
kecoklatan, dan lepas dari tangkai bunga. Bunga rontok per tangkai
ditampilkan pada Gambar 8.
27
Gambar 8. Kriteria bunga rontok yang diamati selama penelitian:
a) bunga segar rontok; b) bunga kuncup rontok; dan
c) bunga layu rontok
(4) Masa kesegaran bunga
Masa kesegaran bunga dalam satuan hari dihitung sejak awal holding hingga
hari pada saat jumlah bunga layu >50%.
c b a
39
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan dari hasil penelitian ini adalah:
(1) Komposisi larutan berpengaruh terhadap variabel jumlah bunga mekar,
jumlah bunga rontok, dan masa kesegaran bunga potong sedap malam.
(2) Waktu penggantian larutan tidak berpengaruh terhadap semua variabel
pengamatan bunga potong sedap malam.
(3) Interaksi antara komposisi larutan dengan waktu penggantian larutan tidak
berpengaruh terhadap semua variabel pengamatan bunga potong sedap
malam.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan beragam konsentrasi bahan larutan
alternatif dalam upaya mempertahankan masa kesegaran bunga potong sedap
malam.
40
DAFTAR PUSTAKA
Arisanti, D. dan N. Setiari. 2012. Pengaruh pemberian vitamin C (asam askorbat)
terhadap kesegaran bunga krisan (Chrysanthenum sp.) pada kawasan
sentra penghasil di pekon ngasem, kecamatan Jetis, Bandungan, Jawa
Tengah. Buletin Anatomi dan Fisiologi 20(1): 37-46.
Astita, A., F. 2016. Pengaruh jenis dan penggantian larutan peraga (holding)
terhadap masa kesegaran bunga potongsedap malam (Polianthes tuberosa
L.) varietas wonotirto. (Skripsi). Universitas Lampung. Lampung
Atin, S. 2008. Apotek Hidup Dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias, dan
Tanaman Liar. Yrama Widya. Bandung.
Halevy, A.H., dan S. Mayak. 1979. Senesence and postharvest physiology of cut
flowers. J.Hortic. Rev 1:204-236.
Hidayah, A., F., D. Sofa. 2012. Pengaruh rebusan daun sirih (Piper betle) pada
larutan perendam terhadap kesegaran bunga potong krisan
(Chrysanthemum indicum L.) (Skripsi) Universitas Jember. Jawa Timur
Hutchinson, M.J., D.K. Chebet, and V.E. Emongor. 2003. Effect of accel, sucrose
and silver thiosulphate on the water relation and post harvest physiology of
cut tuberose flowers. African Crop Science Journal, 11(4): 279-287.
Kurniawan, A., A.2008. Pengaruh komposisi larutan perendam dalam
memperpanjang kesegaran anggrek potong dendrobium. (Skripsi)
Universitas Brawijaya. Malang
Lakitan. 1995. Hortikultura Teori Budidaya dan Pascapanen. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Nofrianti, D. 2006. Kajian sistem pengemasan bunga mawar potong (Rosa
hybrida) selama penyimpanan untuk memperpanjang masa pajangan.
(Skripsi). Institut Pertanian Bogor.
Nowak, J. dan M, R Rudnicki. 1990. Postharvest handling and stronge of cut
flower, florist greens and potted Plant. Timber Press. Portland Oregon.
Pradhan, D. 2013. “Golden heart of the nature: Piper Betle L ‘Journal Of
Pharmacognosy and Phytochemistry. 1(6): 147-167.
41
Prihardini dan Yuniarti. 2002. Pengenalan Varietas Sedap Malam (Varietas Roro
Anteng) Jawa Timur. Http: www.bptp-jatimdeptan.go.id/baru-sedap-
malam.htm/. Diakses tanggal 29 Maret 2016 pukul 15.00 WIB.
Promosiana, A. 2014. Statistik Produksi Hortikultura Tahun 2013. Direktorat
Jendral Hortikultura. Kementrian Pertanian
Rukmana, R. 2002. Sedap Malam. Kanisius . Yogyakarta. 36 hlm.
Sharga, A.N. 1982. Effect of bulb size on vegetatif growth and floral character
tuberose (Polianthes tuberose L). J. Horti. 14(4): 258-260.
Sihombing, D. 2008. “Dian Arum” varietasbaru sedap malam balithi. Warta
Plasma Nutfah Indonesia (20):1-3.
Suyanti. 2002. Teknologi pascapanen bunga sedap malam. Jurnal Litbang
Pertanian 21(1):24-25
Talukdar, M.C. dan L. Barooah. 2011. Effect of pulsing anf different holding
solution on flower quality and vese life of tuberosa (Polianthes tuberosa
Linn) cv Calcuta double. J. Indian Journal of Hill Farming 24(1): 31-33
Tisnawati. 2005. Teknik memperpanjang masa simpan bunga potong Alpinia.
Buletin Teknik Pertanian. 10(1):39-42
Tjitrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan: Dasar-Dasar Taksonomi
Tumbuhan Cetakan Ketiga. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 216 P
top related