pengaruh modal, bahan baku, dan tenaga kerja …
Post on 07-Nov-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH MODAL, BAHAN BAKU, DAN TENAGA
KERJA TERHADAP OMZET PELAKU UMKM
SEBELUM DAN SAAT PANDEMI COVID-19 (STUDI
KASUS PADA ANGGOTA KOPSYAH
BAITUTTAMKIN NTB UNIT AIKMEL LOMBOK
TIMUR)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh:
LINTANG KINASIH
17502050711006
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
Pengaruh Modal, Bahan Baku, dan Tenaga Kerja terhadap Omzet Pelaku
UMKM sebelum dan saat Pandemi Covid-19 (Studi Kasus pada Anggota
Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel Lombok Timur)
Lintang Kinasih
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Email: lintangkinas@gmail.com
ABSTRAK
Mewabahnya Pandemi COVID-19 sejak awal tahun 2020 di Indonesia telah memberikan
banyak dampak negatif, tidak hanya di dunia kesehatan, namun juga pada sektor ekonomi. Salah
satu sektor ekonomi yang paling merasakan dampak pandemi ini adalah UMKM. Berdasarkan
survei terdahulu oleh ILO dan SIBERC, diketahui bahwa mayoritas pelaku UMKM di seluruh
Indonesia mengalami permasalahan arus kas dan penurunan pendapatan hingga 50%. Mengacu
kepada fakta tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi pengaruh faktor
produksi: modal, bahan baku, dan tenaga kerja terhadap omzet, serta perbedaan laba sebelum dan saat pandemi dengan studi kasus pada pelaku UMKM anggota Kopsyah Baituttamkin NTB
Unit Aikmel Lombok Timur. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobabilitas
(purposive sampling) guna menetapkan 35 responden dari 401 populasi. Data diolah lewat
analisis regresi linear berganda dengan variabel dummy untuk membedakan keterangan waktu
sebelum dan saat pandemi serta paired sample t test. Dari hasil regresi diketahui bahwa secara
simultan dan parsial, modal, bahan baku, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan
terhadap omzet. Artinya, setiap terjadi kenaikkan variabel bebas, baik dalam keadaan sebelum
atau saat pandemi, omzet akan ikut meningkat, dengan catatan keadaan pandemi memiliki
proporsi peningkatan lebih kecil dari keadaan sebelum pandemi. Kemudian dari hasil paired
sample t test, diketahui bahwa terdapat perbedaan laba sebelum dan saat pandemi, di mana laba
saat pandemi lebih kecil. Hasil tersebut menegaskan bahwa pandemi COVID-19 memberikan
dampak terhadap laba yang diterima oleh para responden.
Kata kunci: Omzet dan laba, Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja, Pandemi COVID-19.
A. PENDAHULUAN
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu aspek yang berperan besar
dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bentuk sektor riil ini sendiri telah terbukti mampu
bertahan dalam kondisi semacam krisis moneter, seperti yang terjadi sepanjang tahun 1997 hingga
1998. Terjadinya hal tersebut tidak luput dari sumber modal UMKM yang kebanyakan tidak
berasal dari pinjaman bank, serta dipengaruhi pula oleh jenis barang dan jasa yang diproduksi,
dimana tergolong dalam elastisitas permintaan yang rendah, sehingga perubahan jumlah
pendapatan konsumen tidak berpengaruh besar (Kementerian Keuangan, 2020).
Namun, pertahanan UMKM seperti yang ditunjukkan dua dekade lalu nyatanya tidak cukup
kuat menghadapi kesulitan ekonomi di tengah Pandemi COVID-19. UMKM justru menghadirkan
situasi yang berkebalikan dengan fakta sebelumnya, dimana sepanjang lebih kurang satu semester
pertama tahun 2020, sektor UMKM diketahui mulai mengalami kelumpuhan akibat kemungkinan krisis yang disebabkan oleh mewabahnya Virus Corona (COVID-19) di Indonesia (Kementerian
Keuangan, 2020).
Bersumber dari survei yang telah dilaksanakan oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
atas 571 pelaku usaha di seluruh Indonesia, yang dirilis pada bulan Mei 2020, diketahui bahwa
lebih dari satu perempat perusahaan yang disurvei mengaku kehilangan lebih dari separuh
pendapatan mereka. Secara rinci, 52% perusahaan mengaku kehilangan pendapatan hingga lebih
dari 50%, dan 90% perusahaan juga mengaku mengalami permasalahan pada arus kas (ILO,
2020).
Realita yang terjadi sebagaimana disebutkan sebelumnya dapat dipicu oleh berbagai alasan,
satu di antaranya ialah penerapan kebijakan pemerintah (ILO, 2020). Dengan misi utama untuk
memutus rantai penyebaran Virus Corona, pemerintah menginisiasi berbagai macam kebijakan,
salah satunya adalah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Pada keputusan Kementerian Kesehatan tersebut, dinyatakan bahwasanya terdapat beberapa
anjuran pencegahan penyebar luasan Virus Corona, seperti penerapan social distancing yang termasuk ke dalam jenis pembatasan gerak dan aktivitas (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020). Kebijakan atau regulasi ini kemudian diwujudkan dengan munculnya larangan
penerbangan antar negara sejak bulan Februari 2020, serta pembatasan jumlah kerumunan massa
dan gerakan stay at home sejak bulan April 2020 (Thaha, 2020).
Berbagai bentuk pembatasan dalam upaya pencegahan dan semacamnya kemudian
menimbulkan akibat negatif terhadap berbagai macam hal, termasuk yang berkaitan dengan usaha
dan perekonomian masyarakat, di mana para pelaku usaha tidak dapat melakukan aktivitas
sebagaimana mestinya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Dampak-dampak negatif yang dirasakan oleh berbagai bidang usaha ini selanjutnya dapat
menghadirkan efek domino kepada usaha lain yang terkait. Sebagai contoh, dilansir dari kajian
singkat DPR, diketahui bahwasannya industri pariwisata menjadi salah satu bidang usaha yang paling awal merasakan dampak COVID-19. Lumpuhnya industri pariwisata baik dari segi
perhotelan, destinasi wisata, dan lain-lain kemudian memberikan penurunan terhadap UMKM
yang bergerak dalam usaha makanan, minuman, hingga kerajinan tangan (Bahtiar & Saragih,
2020). Hal ini tentu disebabkan oleh kuatnya keterkaitan antar bidang usaha.
Lebih lanjut, diketahui pula berdasarkan penelitian Abdurrahman Firdaus Thaha, bahwasannya
pembatasan gerak dan aktivitas di masa Pandemi COVID-19 ini telah menggangu rantai pasokan
yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan faktor-faktor produksi, dan menimbulkan penurunan
permintaan, yang tentunya sangat mempengaruhi keberlangsungan usaha (Thaha, 2020).
Terkait dengan permasalahan ini, kemudian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah melakukan semacam survei, dan menemukan bahwa setidaknya terdapat lima hal yang
dikeluhkan para pelaku usaha atas kebijakan di masa pandemi, hal-hal tersebut antara lain meliputi:
1. Penjualan yang menurun
2. Kendala bahan baku
3. Terhambatnya distribusi
4. Kesulitan permodalan
5. Terhambatnya produksi (Catriana, 2020).
Melihat dari fenomena tersebut, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui seperti apa
pengaruh efek-efek kebijakan di masa pandemi terhadap penurunan pendapatan pelaku UMKM.
Penelitian yang dilakukan akan menganalisis keluhan-keluhan pelaku usaha di atas ke dalam tiga
variabel bebas, yakni variabel bebas modal, bahan baku, dan tenaga kerja terhadap variabel terikat
omzet dengan pendapatan (total revenue) sebagai indikatornya, serta telaah mengenai perbedaan
laba yang diperoleh pelaku UMKM sebelum dan saat pandemi terjadi. Secara lebih spesifik, penelitian akan menggunakan studi kasus pada pelaku UMKM yang juga
merupakan anggota Koperasi Syariah Baituttamkin NTB Unit Aikmel Lombok Timur. Penentuan
studi kasus ini didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur, yang menetapkan
Kecamatan Aikmel sebagai kawasan strategis untuk berbagai jenis produksi (Pemerintah
Kabupaten Lombok Timur, 2019), serta keanggotaan Koperasi Syariah Baituttamkin yang
menjamin bahwasannya setiap pelaku usaha hanya memproduksi dan menjual barang yang
sifatnya sesuai dengan syari’at.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pengaruh modal, bahan baku, dan tenaga kerja terhadap omzet pelaku
UMKM anggota Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel sebelum dan saat pandemi?
2. Apakah terdapat perbedaan antara laba per-UMKM anggota Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel sebelum dan saat pandemi?
B. KAJIAN PUSTAKA
Teori Produksi
Produksi ialah suatu bentuk aktivitas dengan maksud untuk meningkatkan manfaat guna dari
sebuah barang, ataupun untuk menciptakan barang maupun jasa baru agar dapat memberi manfaat
lebih dalam memenuhi kebutuhan. Benda hasil produksi sejatinya merupakan penggabungan atau
kombinasi dari beberapa faktor produksi atau input. Sedangkan, proses penggabungan input untuk
menjadi barang hasil olahan yang disebut sebagai output dinamakan dengan proses produksi
(Alam, 2007).
Fungsi Produksi
Fungsi suatu produksi memperlihatkan bagaimana koneksi antara beberapa faktor (input) dan output yang mungkin dihasilkan oleh kombinasi input tersebut. Kombinasi jumlah input yang
berbeda pada suatu produksi akan berpengaruh terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kombinasi
dari input produksi ini tentunya juga sangat ditentukan dari jenis barang yang akan diproduksi.
Semakin kompleks suatu barang yang ingin dihasilkan, maka semakin kompleks pula input yang
dibutuhkan, begitu pun sebaliknya (Alam, 2007).
Secara matematis, fungsi produksi dapat dituliskan sebagai berikut:
Q = f (C, L, R, T) (1)
Keterangan:
Q = Output barang atau jasa yang dihasilkan
f = Function (Simbol persamaan fungsional)
C = Capital (Modal) L = Labor (Tenaga Kerja)
R = Raw Material (Bahan baku)
T = Technology (Teknologi)
Fungsi produksi seperti dinyatakan dalam persamaan matematis di atas bermakna bahwasannya
output (hasil yang berbentuk barang serta jasa) merupakan reaksi dari pengolahan input. Apabila
satu dari sekian komposisi input diubah, maka hasil atau outputnya akan berubah pula. Perubahan
output akan terjadi secara proporsional mengikuti besar kecilnya alterasi input (Alam, 2007).
Faktor-Faktor Produksi dalam Penelitian
Berdasarkan latar belakang, terdapat beberapa faktor produksi yang mempengaruhi perubahan
pendapatan pelaku UMKM menurut keluhan pengusah, antara lain sebagai berikut.
1. Modal 2. Bahan Baku
3. Tenaga Kerja
Teori Produksi dalam Perspektif Islam
Al Ghazali dalam Hoetoro menyatakan bahwa kegiatan ekonomi dapat dipandang sebagai salah
satu bentuk ibadah individu, sedangkan produksi dipandang sebagai kewajiban sosial yang bersifat
fard al-kifayah (Hoetoro, 2018).
Selanjutnya Al-Ghazali juga menyatakan bahwasannya pengklasifikasian produksi dalam
perspektif Islam sama dengan produksi dalam ekonomi modern, yaitu:
1. Produksi barang primer (contohnya: produksi barang pertanian)
2. Produksi barang sekunder (contohnya: kecukupan produksi barang manufaktur)
3. Produksi barang tersier atau jasa.
Sementara, doktrin Islam mengenai produksi sendiri tidak dijelaskan secara rinci, tetapi tetap menekankan bahwasannya produksi merupakan urusan duniawi untuk memenuhi hajat hidup
manusia yang harus berbentuk barang atau jasa yang halal (Hoetoro, 2018).
Omzet
Omzet yakni sejumlah nilai atau pendapatan total (total revenue) yang didapatkan dari hasil
penjualan produk pada suatu kurun waktu tertentu. Omzet pada definisinya dapat dipadankan
dengan pendapatan kotor, hal tersebut dikarenakan pendapatan pada tahap ini belum dikurangi
dengan modal, seperti biaya untuk memproduksi, gaji pekerja, serta biaya operasional lainnya
(Wahyuni dkk, 2020).
Omzet atau pendapatan kotor dapat dicari menggunakan rumus berikut:
𝑇𝑅 = 𝑃 × 𝑄 (2)
Keterangan:
𝑇𝑅 = Total Revenue (Pendapatan Total)
𝑃 = Price (Harga)
𝑄 = Quantity (Kuantitas)
Laba
Laba atau profit mengacu kepada nilai jual sebuah produk setelah dikurangi dengan modal
yang digunakan. Nilai ini dapat dikategorikan sebagai profit ketika sudah dikurangi dengan
komponen-komponen biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam kegiatan produksi maupun
pemasaran produk tersebut (Wahyuni dkk, 2020).
Rumus untuk mencari profit atau laba dapat dijelaskan sebagai berikut:
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 (3)
Keterangan:
𝜋 = Profit atau Laba
𝑇𝑅 = Pendapatan Total (Total Revenue)
𝑇𝐶 = Biaya Total (Total Cost), berasal dari penjumlahan Biaya Tetap (FC, yakni Fixed Cost)
dan Biaya Variabel (VC, yakni Variable Cost)
Koperasi Syariah
Koperasi memiliki pengertian sebagai suatu badan usaha yang beranggotakan orang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan sebagaimana dimaksud dalam
peraturan perundang-undangan perkoperasian (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah , 2015). Sementara, koperasi syariah pada dasarnya memiliki pengertian serupa dengan tambahan
dimana setiap kegiatan dan mekanismenya dilandaskan pada syari’at Islam (Darmawan & Fasa,
2020).
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha Mikro, Kecil, dan, Menengah memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari
institusi atau badan yang memberikan pengertian. Berikut merupakan salah satu pengertian
UMKM menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008:
a. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:
Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).
c. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut:
Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh
miliar rupiah) (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2012).
Pandemi Virus Corona (COVID-19)
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Corona Virus 2 (SARS-CoV-2). Penyakit ini mulai merebak pada
penghujung tahun 2019, dan telah ditetapkan sebagi global pandemic oleh World Health
Organization (WHO) (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Di Indonesia penyakit ini telah dikategorikan sebagai jenis penyakit yang menimbulkan
kedaruratan kesehatan masyarakat serta bencana nonalam, yang menimbulkan kematian hingga
kerugian ekonomi, yang kemudian menyebabkan pemerintah mengeluarkan berbagai macam
kebijakan, baik yang bersifat nasional maupun regional (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Keterkaitan Antar Variabel
1. Modal, Bahan Baku, dan Tenaga Kerja terhadap Omzet Modal, Bahan Baku, dan Tenaga Kerja merupakan faktor-faktor produksi. Sebagaimana
dijelaskan dalam teori produksi, faktor-faktor produksi akan mempengaruhi output
(produksi atau pendapatan) yang dihasilkan. Perubahan proporsi dari satu atau beberapa
faktor produksi akan selaras dengan perubahan output yang terjadi. Hal ini juga telah
dibuktikan dari beberapa penelitian terdahulu yang mengatakan bahwa modal, bahan
baku, dan tenaga kerja memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan
(Nayaka & Kartika, 2018). 2. Modal, Bahan Baku, Tenaga Kerja, Omzet dan Laba
Laba dapat dicari apabila omzet (total revenue) dan besaran biaya total (total cost)
diketahui. Biaya total dalam penelitian ini merupakan penjumlahan atas faktor-faktor
produksi yang digunakan, yaitu modal, bahan baku, dan tenaga kerja. Besar kecilnya laba
tergantung dari perubahan proporsi atas omzet dan juga total biaya yang digunakan.
Kerangka Pikir Penelitian
Sumber: Penulis, 2020
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan data primer dan melibatkan 35 orang responden sebagai sampel
dari 401 populasi. Responden-responden terlibat merupakan anggota Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel yang berprofesi sebagai pelaku UMKM. Penetapan responden penelitian sendiri
didasarkan atas teknik nonprobabilitas dengan jenis purposive sampling melalui 5 macam kriteria,
yaitu:
1. Pelaku UMKM memiliki catatan sederhana atas laporan keuangan usahanya
2. Pelaku UMKM memiliki karyawan setidaknya 2 orang
3. Pelaku UMKM melakukan pemasaran atas produknya
4. Cakupan pemasaran produk UMKM minimal sekecamatan Aikmel, Lombok Timur
5. Sifat barang adalah homemade product.
Kuesioner yang digunakan merupakan hasil pengembangan dari kuesioner BPS, yakni
Kuesioner Survei Dampak COVID-19 terhadap Pelaku Usaha Jilid 1 dan 2. Maka itu, uji
instrumen dalam penelitian tidak dilakukan. Selanjutnya, perlu diketahui pula bahwa data dalam penelitian telah ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma natural (Ln), dengan tujuan agar data
dapat memenuhi asumsi klasik dalam regresi.
Metode analisis yang digunakan menjawab rumusan masalah pertama adalah regresi linear
berganda, dengan uji F dan uji t sebagai uji hipotesis. Sedangkan, untuk mengetahui jawaban dari
rumusan masalah kedua digunakan paired sample t test atau uji t berpasangan. Persamaan serta
rumus yang digunakan dari kedua metode ini adalah sebagai berikut:
Persamaan Regresi
Ln Y1 = α + β1 Ln X1 t + β2 LnX2 + β3 LnX3+ β4Di + e (4)
Rumus untuk Menemukan Laba
Y2 = Y1 - Cost (X1 + X2 + X3) (5)
Modal (X1)
Bahan Baku
(X2)
Tenaga Kerja
(X3)
Omzet (Y1)
H1
H2
H3
Laba (Y2) = Y1 - Cost (X1+X2+X3)
H4
Keterangan:
Y1 = Omzet penjualan
Y2 = Laba atau profit UMKM
Ln = Logaritma Natural
α = Konstanta
β1, β2, β3, β4 = Koefisien
X1 = Modal
X2 = Bahan baku
X3 = Tenaga kerja
Di = Variabel dummy (0= sebelum mewabahnya COVID-19 (Maret 2020-September 2020), 1= saat mewabahnya COVID-19 (September 2019-Maret
2020))
e = error
Cost = Biaya total
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik Regresi
1. Uji Normalitas
Gambar 1. Hasil Uji Normalitas
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021 Berdasarkan gambar PP Plot di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa titik-titik atau data
berada di dekat dan mengikuti garis diagonalnya, sehingga dapat dikatakan bahwa data
berdistribusi normal atau telah memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 2. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021
Merujuk kepada hasil uji heteroskedastisitas yang dilakukan dengan Scatterplot
sebagaimana pada gambar, diketahui bahwa titik-titik atau data menyebar di atas, di bawah,
dan di sekitar angka 0. Terlihat pula bahwa data pada penelitian ini tidak hanya berkumpul
pada suatu titik tertentu, tidak membentuk pola bergelombang, melebar, menyempit lalu
melebar kembali, serta tidak membentuk suatu pola khusus. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa data tidak mengalami masalah heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Tabel 1. Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
X1_Modal .205 4.872
X2_BB .214 4.679
X3_TK .716 1.396
Dummy .744 1.344
a. Dependent Variable: Y1_Omzet
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021 Metode Variance Inflation Factor (VIF) yang digunakan untuk mendeteksi gejala
multikolinearitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa setiap variabel bebas, yakni Modal
(X1), Bahan Baku (X2), Tenaga Kerja (X3), dan Variabel Dummy terbebas dari gejala
multikolinearitas. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai VIF untuk setiap variabel yang tidak
melebihi angka 10.
Secara rinci sebagaimana terlihat pada tabel, variabel Modal (X1) memiliki nilai VIF
4.872, variabel Bahan Baku (X2) memiliki nilai VIF sebesar 4.679, diikuti dengan variabel
Tenaga Kerja (X3) dengan nilai VIF sebesar 1.396 dan variabel dummy (periode waktu
COVID-19) dengan nilai VIF sebesar 1.344.
4. Uji Autokorelasi
Tabel 2. Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .890a .792 .779 .23275 2.296
a. Predictors: (Constant), Dummy, X1_Modal, X3_TK, X2_BB
b. Dependent Variable: Y1_Omzet
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021 Mengacu kepada hasil estimasi, didapati bahwa 70 data dalam penelitian menunjukkan
nilai Durbin-Watson sebesar 2.296. Dimana berdasarkan tabel DW dengan jumlah variabel
bebas (k) sebanyak 4, diketahui bahwa nilai dU adalah 1.7351 dengan nilai 4-dU sebesar
2.2649, dan nilai dL adalah sebesar 1.4943. Berikut adalah posisi nilai DW dari hasil estimasi.
Tidak
dapat
disim
pulkan
Tidak
dapat
disim
pulkan
Tidak ada autokorelasi
Autoko
relasi
positif
Autoko
relasi
negatif
0 dL
1.4943
dU
1.7351
4-dU
2.2649
4-dL
2.5057
2.296
4
Dikarenakan nilai DW berada pada posisi antara 4-dU dan 4-dL, maka ada atau tidaknya
autokorelasi tidak dapat disimpulkan. Oleh karenanya, untuk mengatasi masalah ini, perlu
dilakukan uji runs.
Tabel 3. Hasil Uji Runs
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.00444
Cases < Test Value 35
Cases >= Test Value 35
Total Cases 70
Number of Runs 38
Z .482
Asymp. Sig. (2-tailed) .630
a. Median
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.
Berdasarkan hasil asymptotic significance 2 tailed pada output Runs Test, yakni sebesar
0.630 > α (0.05), dapat disimpulkan bahwa permasalahan autokorelasi telah teratasi, dan dapat
dinyatakan pula bahwa data tidak lagi mengandung autokorelasi.
Uji Asumsi Klasik Paired Sample T Test 1. Uji Normalitas Shapiro-Wilk Tabel 4. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Periode_Waktu
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Y2_Laba Sebelum Pandemi .968 35 .384
Saat Pandemi .957 35 .185
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.
Terlihat pada tabel bahwasannya kedua periode waktu sebelum dan saat pandemi memiliki nilai signifikansi lebih besar dari α (0.05), yaitu 0.384 dan 0.185. Sehingga, dapat dikatakan
bahwa data laba (Y2) telah berdistribusi normal.
Hasil Uji F (Uji Simultan)
Tabel 5. Hasil Uji F (Tabel ANOVA)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 13.400 4 3.350 61.840 .000b
Residual 3.521 65 .054
Total 16.921 69
a. Dependent Variable: Y1_Omzet
b. Predictors: (Constant), Dummy, X1_Modal, X3_TK, X2_BB
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.
Pengujian pengaruh simultan atau pengaruh keseluruhan variabel ditentukan melalui output F
hitung dan nilai signifikansi. F hitung harus lebih besar dari F tabel agar bisa dikatakan memiliki
pengaruh secara simultan. Selain itu, nilai signifikansi juga harus kurang dari α (0.05). Nilai F
tabel untuk penelitian dengan 4 variabel bebas (k) dan 70 data (n-k=66) adalah 2.51. Kemudian, F
hitung pada penelitian ini sebagaimana dapat dilihat pada tabel adalah sebesar 61.840 dengan nilai
signifikansi 0.000. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa F hitung (61.840) > F tabel (2.51),
dan nilai signifikansi 0.000 < 0.05, berarti bahwa variabel-variabel pada penelitian memiliki
pengaruh positif dan signifikan secara simultan.
Hasil Uji t (Uji Parsial)
Tabel 6. Hasil Uji t (Tabel Coefficients)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.506 1.312 2.672 .010
X1_Modal .456 .131 .435 3.486 .001
X2_BB .220 .095 .283 2.315 .024
X3_TK .179 .063 .191 2.861 .006
Dummy -.180 .064 -.183 -2.787 .007
a. Dependent Variable: Y1_Omzet
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.
Untuk pengaruh pervariabel atau pengaruh parsial, penelitian ini menggunakan acuan
perbandingan t hitung dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel, maka secara parsial variabel-variabel
bebas memiliki pengaruh. Nilai t tabel (df= 66) untuk 70 data (n) dengan 4 variabel bebas (k) melalui uji dua sisi dengan tingkat kepercayaan 5% (0.05) adalah 1.99656.
Berdasarkan hasil pengujian SPSS untuk t hitung sebagaimana terdapat pada tabel, dapat
disimpulkan bahwa setiap variabel bebas, yaitu modal (t hitung= 3.486), bahan baku (t hitung=
2.315), tenaga kerja (t hitung= 2.861), dan variabel dummy untuk periode waktu (t hitung= -2.787)
memiliki nilai yang positif untuk X1, X2, dan X3 serta negatif untuk dummy waktu, dan masing-
masing t hitungnya adalah lebih besar dari nilai t tabel.
Di samping itu, signifikansi dari masing-masing variabel bebas, yakni variabel modal (sig.=
0.001), bahan baku (sig.= 0.024), tenaga kerja (sig.= 0.006), dan variabel dummy untuk periode
waktu (sig.= 0.007) memiliki nilai yang lebih kecil dari α=0.05. Sehingga, dapat dinyatakan bahwa
secara parsial variabel bebas modal (X1), bahan baku (X2), dan tenaga kerja (X3) memiliki
pengaruh positif signifikan, sementara variabel dummy waktu memiliki pengaruh negatif signifikan atas omzet. Oleh karenanya H0 ditolak, dan H1, H2, serta H3 diterima.
Hasil Paired Sample T Test
Tabel 7. Paired Samples Statistics
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Normal 17.3533 35 .80135 .13545
Pandemi 16.5859 35 .91310 .15434
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.
Bila dilihat dari hasil perhitungan nilai rata-rata (mean) laba keadaan normal (sebelum
pandemi) dengan laba keadaan saat pandemi, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan. Laba
keadaan normal memiliki rata-rata lebih tinggi dari keadaan pandemi, yakni sebesar 17.3533 >
16.5859.
Tabel 8. Paired Samples Correlations
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Normal &
Pandemi
35 .910 .000
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.
Berikutnya, diketahui dari tabel di atas bahwa nilai korelasi laba keadaan normal dan pandemi
adalah 0.910, dengan sig. 0.000 < α (0.05). Hasil tersebut mengindikasikan terdapatnya korelasi
atau hubungan di antara kedua laba yang diuji.
Tabel 9. Hasil Paired Sample Test
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Normal -
Pandemi
.76740 .38031 .06428 .63675 .89804 11.937 34 .000
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS, 2021.
Selanjutnya, sebagai output terakhir dalam pengujian ini, tabel 9 menunjukkan bagian paling
krusial pada Paired Sample T Test. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai sig. (2 tailed)
adalah 0.000 < α (0.05). Sehingga, dapat disimpulkan terdapat perbedaan rata-rata antara laba yang
didapatkan pada keadaan normal dengan laba yang didapatkan pada saat pandemi. Di mana, laba
keadaan normal adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan keadaan pandemi, berarti bahwa
telah terjadi penurunan atas laba yang diperoleh. Lebih lanjut, dapat diartikan pula terdapat
pengaruh dari terjadinya pandemi Virus Corona terhadap laba atau profit para pelaku UMKM
(laba pandemi lebih kecil dari keadaan normal).
Di samping itu, tabel tersebut juga menjelaskan tentang Mean Paired Differences, yakni sebesar 0.76740. Nilai tersebut menunjukkan selisih rata-rata laba dalam keadaan normal dan saat
pandemi.
Selain melalui perbandingan nilai signifikansi dengan tingkat kepercayaan, hasil t hitung juga
dapat digunakan untuk menjawab hipotesis atas laba, dengan cara membandingkan nilai tersebut
dengan t tabel. Nilai t hitung diketahui sebesar 11.937 lebih besar dari nilai t tabel 2.03224.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan H4 diterima.
Pembahasan
1. Omzet Pelaku UMKM Anggota Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel Lombok Timur
sebelum dan saat Pandemi COVID-19
Berdasarkan hasil survei di lapangan, diketahui bahwasannya secara umum para pelaku usaha
mengalami penurunan omzet sekitar 40% dibandingkan dengan keadaan sebelum pandemi.
Penurunan omzet ini merupakan efek atas perwujudan pembatasan berbagai aktivitas sebagaimana diatur dalam kebijakan pemerintah di masa pandemi yang berakibat pada pengurangan proporsi
faktor-faktor produksi.
Gambar 3. Grafik Rata-rata Omzet Pelaku UMKM Sebelum dan Saat Pandemi COVID-19
Sumber: Data Primer, 2021.
2. Pengaruh Modal terhadap Omzet Pelaku UMKM Anggota Kopsyah Baituttamkin NTB
Unit Aikmel Lombok Timur sebelum dan saat Pandemi COVID-19
Nilai koefisien untuk modal dalam bentuk logaritma natural sebagaimana terdapat pada output
SPSS adalah 0.456. Hasil output positif tersebut bermakna bahwa setiap adanya penambahan
modal, maka omzet dari pelaku UMKM akan meningkat elastis. Secara lebih spesifik, setiap
terjadinya penambahan 1% tingkat modal (X1) dalam keadaan normal, maka omzet (Y1) akan
bertambah atau meningkat sebesar 0.456 (dummy 0). Dengan kata lain, elastisitas modal untuk
0
20,000,000
40,000,000
60,000,000
80,000,000
100,000,000
120,000,000
140,000,000
Sebelum
Pandemi
Saat Pandemi
Ju
ta R
up
iah
(R
p)
Rata-rata
Omzet
omzet adalah sebesar 0.456 (elastis). Hal yang sama juga berlaku pada keadaan pandemi, ketika
modal dalam keadaan pandemi mengalami kenaikkan 1%, maka omzet dari pelaku UMKM pun
akan meningkat sebesar 0.276 (koefisien modal dikurangi dengan koefisien dummy).
Selain berpengaruh positif, berdasarkan nilai signifikansinya, modal juga memiliki pengaruh
yang signifikan. Diketahui bahwa modal memiliki nilai signifikansi sebesar 0.001 lebih kecil dari
α (0.05). Hasil positif signifikan modal dalam dua periode waktu (sebelum dan saat Pandemi Virus
Corona) sendiri telah membuktikan bahwa modal sebagai salah satu faktor produksi tetap
memberikan pengaruh terhadap omzet, hanya saja jumlah modal yang digunakan selama masa
pandemi jauh lebih sedikit dibandingkan dengan keadaan normal.
3. Pengaruh Bahan Baku terhadap Omzet Pelaku UMKM Anggota Kopsyah Baituttamkin
NTB Unit Aikmel Lombok Timur sebelum dan saat Pandemi COVID-19
Mengacu kepada ouput SPSS, diketahui bahwa nilai koefisien bahan baku dalam bentuk
logaritma natural adalah sebesar 0.220. Sama halnya dengan modal, koefisien positif tersebut
menandakan bahwa 1% penambahan bahan baku dalam keadaan sebelum pandemi akan
meningkatkan omzet dari para pelaku UMKM sebesar 0.220, berarti bahwa elastisitas bahan baku
berdasarkan koefisiennya adalah 0.220 (elastis). Begitu pula pada keadaan pandemi, ketika bahan
baku mengalami penambahan sebesar 1%, maka omzet akan meningkat sebesar 0.04 (pengurangan
koefisien bahan baku dengan dummy).
Output koefisien positif bahan baku pada penelitian ini memiliki tingkat signifikansi sebesar
0.024 lebih kecil dari α (0.05). Maka itu, dapat disimpulkan bahwa variabel bebas bahan baku
memiliki pengaruh positif dan signifikan, baik dalam keadaan normal maupun pandemi. Bahan baku pada kedua periode waktu yang diteliti tetap menunjukkan impak terhadap omzet yang
diperoleh, pembedanya hanya jumlah atau proporsi bahan baku dalam keadaan pandemi lebih
sedikit.
4. Pengaruh Tenaga Kerja terhadap Omzet Pelaku UMKM Anggota Kopsyah Baituttamkin
NTB Unit Aikmel Lombok Timur sebelum dan saat Pandemi COVID-19
Variabel tenaga kerja dalam bentuk logaritma natural ini memiliki nilai koefisien sebesar
0.179. Seperti halnya variabel bebas modal dan bahan baku, nilai koefisien tenaga kerja juga
positif. Berarti bahwa setiap kenaikan 1% dari variabel ini pada keadaan normal akan
meningkatkan omzet sebesar 0.179. Dengan begitu, dapat dinyatakan bahwa elastisitas tenaga
kerja berdasarkan koefisiennya adalah 0.179 (elastis). Demikian pula pada keadaan pandemi,
ketika tenaga kerja mengalami kenaikkan sebesar 1%, maka omzet yang diperoleh akan naik sebesar -0.001 (hasil pengurangan dari koefisien tenaga kerja dengan dummy). Tanda negatif pada
kondisi penambahan tenaga kerja tersebut berarti bahwa setiap adanya penambahan satu orang
tenaga kerja tambahan, pengusaha akan mengalami kerugian (tidak untung), dikarenakan total
revenue < total cost.
Merujuk kepada tabel Coefficients dalam output SPSS, diketahui bahwa variabel tenaga kerja
selain berpengaruh positif, juga berpengaruh signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai
signifikansi tenaga kerja sebasar 0.006 lebih kecil dari α (0.05). Oleh karenanya, dapat
disimpulkan tenaga kerja memiliki pengaruh positif signifikan terhadap omzet.
5. Laba Pelaku UMKM Anggota Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel Lombok Timur
sebelum dan saat Pandemi COVID-19
Laba dalam kondisi sebelum maupun saat pandemi baik yang telah diuji melalui perhitungan
paired sample t test, maupun dari hasil perolehan kuesioner memiliki satu kesimpulan yang sama. Diketahui bahwa laba keadaan pandemi telah mengalami penurunan dari laba sebelum pandemi.
Laba keadaan pandemi yang lebih kecil ini disebabkan oleh perbedaan proporsi input atau faktor
produksi yang digunakan, serta harga bahan baku untuk beberapa jenis usaha yang naik hingga dua
kali lipat dari keadaan normal. Berdasarkan perbandingan rata-rata laba dalam kedua kondisi ini,
ditemukan bahwa laba telah mengalami penurunan hingga 50%. Perbedaan persentase penurunan
laba dan omzet dalam penelitian ini disebabkan oleh perbedaan harga bahan baku yang digunakan
dari kedua kondisi waktu.
Gambar 4. Grafik Rata-rata Omzet Pelaku UMKM sebelum dan saat Pandemi COVID-19
Sumber: Data Primer, 2021
6. Dummy Waktu sebelum dan saat Pandemi COVID-19 atas Modal, Bahan Baku, dan
Tenaga Kerja terhadap Omzet Variabel dummy untuk memperjelas keterangan waktu atau periode data dalam penelitian ini
pada dasarnya dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan pengaruh setiap variabel bebas terhadap
terikatnya dalam masing-masing kondisi waktu, yakni sebelum dan saat Pandemi COVID-19.
Mengacu kepada penjabaran dalam bab-bab sebelumnya, diketahui bahwa terdapat dua periode
waktu dalam bentuk dummy, yakni sebelum Pandemi Virus Corona yang dilambangkan dengan
angka 0, dan saat Pandemi Virus Corona yang dilambangkan dengan angka 1. Lebih lanjut,
didapati dari perhitungan statistik bahwa koefisien dari variabel dummy ini adalah -0.180. Hasil
koefisien tersebut selanjutnya dapat dipergunakan untuk menjelaskan keadaan variabel-variabel
bebas atas omzet—seperti telah disinggung dalam pembahasan hasil temuan—dengan cara
mengalikan angka atau simbol dari masing-masing periode waktu (0 dan 1) dengan nilai
koefisiennya. Berikut merupakan poin-poin penjelasan dari masing-masing variabel: a. Sebelum Pandemi COVID-19 (0 × -0.180 = 0, dummy tidak berpengaruh pada omzet):
Setiap terjadinya kenaikkan modal sebesar 1%, maka omzet akan meningkat sebesar
0.456
Setiap terjadinya kenaikkan bahan baku sebesar 1%, maka omzet akan meningkat sebesar
0.220
Setiap terjadinya kenaikkan tenaga kerja sebesar 1%, maka omzet akan meningkat
sebesar 0.179
b. Saat Pandemi COVID-19 (1 × -0.180 = -0.180, dummy berpengaruh pada omzet):
Setiap terjadinya kenaikkan modal sebesar 1%, maka omzet akan meningkat sebesar
0.456-0.180= 0.276
Setiap terjadinya kenaikkan bahan baku sebesar 1%, maka omzet akan meningkat sebesar 0.220-0.180= 0.04
Setiap terjadinya kenaikkan tenaga kerja sebesar 1%, maka omzet akan meningkat
sebesar 0.179-0.180= -0.001.
Sebagai deduksi dari bagian pembahasan hasil temuan, diketahui bahwa modal, bahan, baku,
dan tenaga kerja tetap mempengaruhi omzet baik dalam keadaan sebelum maupun saat Pandemi
COVID-19, seperti ditunjukkan dalam hasil statistik yang positif dan signifikan. Hal yang menjadi
pembeda dari variabel-variabel bebas dalam kedua keadaan ini atas pengaruhnya terhadap omzet
adalah jumlah atau proporsi faktor produksi yang digunakan.
Pada keadaan pandemi, proporsi setiap faktor produksi diketahui berkurang, sebagaimana
dijelaskan dalam dummy keadaan pandemi. Hasil dummy yang negatif sendiri bukan berarti
bahwa modal, bahan baku, dan tenaga kerja tidak memberikan pengaruh dalam keadaan pandemi, tanda negatif tersebut justru menjelaskan bahwa memang terbukti terjadi penurunan jumlah atau
proporsi pada setiap variabel bebas dalam keadaan pandemi. Penurunan proporsi ini sendiri tidak
lain disebabkan oleh penerapan kebijakan pemerintah yang membatasi berbagai kegiatan produksi.
0
10,000,000
20,000,000
30,000,000
40,000,000
50,000,000
SebelumPandemi
Saat Pandemi
Juta
Ru
pia
h (R
p)
Rata-rata
Laba
E. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. UMKM sebagai sektor yang digadang-gadang mampu bertahan dalam kondisi krisis justru
mengalami kemunduran di tengah Pandemi COVID-19. Berdasarkan beberapa survei
terdahulu, diketahui bahwa pelaku UMKM mengeluhkan banyaknya dampak negatif yang
berkaitan dengan faktor-faktor produksi akibat penerapan kebijakan pemerintah guna
mencegah penyebar luasan wabah ini. 2. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa faktor-faktor produksi (modal, bahan baku, dan tenaga
kerja) baik dalam keadaan sebelum dan saat pandemi tetap mempengaruhi output atau omzet
yang diterima para pelaku UMKM secara positif dan signifikan, hanya saja proporsi untuk keadaan pandemi lebih kecil. Dalam keadaan pandemi, modal memiliki koefisien sebesar
0.456, bahan baku memiliki koefisien 0.220, dan tenaga kerja memiliki koefisien 0.179.
Sementara, untuk keadaan saat pandemi, modal memilki koefisien 0.276, bahan baku dengan
0.004, dan tenaga kerja dengan -0.001. Hasil-hasil tersebut berarti bahwa setiap adanya
kenaikkan 1% dari masing-masing faktor produksi dalam keadaan sebelum atau saat pandemi,
omzet yang diterima akan naik pula sesuai dengan besaran koefisien dari masing-masing
keadaan. 3. Diketahui pula bahwa laba yang diterima para pelaku UMKM untuk kedua kondisi waktu
(sebelum dan saat pandemi) berbeda. Di mana, laba keadaan normal adalah lebih tinggi
daripada laba kedaan pandemi. Saran 1. Mengingat berakhirnya masa pandemi belum dapat diprediksi dengan pasti, para pelaku
UMKM sebaiknya dapat berupaya untuk melakukan alternatif dalam menjual barang hasil
usahanya, agar dapat meningkatkan omzet.
2. Instansi terkait dalam hal ini Kopsyah Baituttamkin sebaiknya melakukan upaya khusus untuk
membantu para anggotanya yang merasakan dampak pandemi. Upaya dapat berupa solusi di
luar ketetapan pokok dalam proses simpan pinjam.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel-variabel lain yang berkaitan
dengan faktor produksi, misalnya variabel bebas teknologi dan lain-lain.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih diucapkan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan penelitian ini,
antara lain para responden anggota Kopsyah Baituttamkin, segenap karyawan dan petinggi Kopsyah Baituttamkin NTB Unit Aikmel, dan secara khusus kepada dosen pembimbing, beserta
Asosiasi Dosen Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya, dan pihak Jurusan Ilmu Ekonomi atas
kesempatan yang diberikan sehingga jurnal ini dapat terbit.
DAFTAR PUSTAKA
Alam, S. (2007). Ekonomi Untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Esis.
Bahtiar, R. A., & Saragih, J. P. (2020). DAMPAK COVID-19 TERHADAP PERLAMBATAN
EKONOMI SEKTOR UMKM. DKI Jakarta: DPR.
Catriana, E. (2020, Maret 27). Kompas. Retrieved November 13, 2020, from Terpukul Corona, Ini
5 Keluhan Para Pelaku UMKM:
https://money.kompas.com/read/2020/03/27/190000026/terpukul-corona-ini-5-keluhan-
para-pelaku-umkm
Darmawan, & Fasa, M. I. (2020). MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH. Yogyakarta:
UNY Press.
Hoetoro, A. (2018). Ekonomi Mikro islam Pendekatan Integratif. Malang: UB Press.
ILO. (2020). Ketahanan hidup perusahaan hampir habis, pekerjaan semakin terancam (Temuan-
temuan utama survei usaha terdampak COVID-19 dari program ILO-SCORE Indonesia).
Jakarta: International Labor Organization (ILO).
KBBI. (2019). Kamus Besar Bahasa Indonesia Versi Daring Edisi Kelima. Retrieved November 1,
2020, from https://kbbi.web.id
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2020, Juli). KEPUTUSAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/413/2020.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/413/2020 TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN CORONAVIRUS DISEASE 2019 (COVID-19). Jakarta, DKI Jakarta,
Indonesia: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Keuangan. (2020). Media Keuangan Transparansi Informasi Kebijakan Fiskal
Bertumbuh Bersama UMKM. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2012). KEMENTERIAN KEUANGAN KEBIJAKAN
ANTISIPASI KRISIS TAHUN 2012 MELALUI PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT.
Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia.
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah . (2015). Peraturan Menteri Koperasi
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 16 /Per/M.KUKM/IX/2015.
Peraturan Menteri Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 16
/Per/M.KUKM/IX/2015. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.
Nayaka, K. W., & Kartika, I. N. (2018). PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA DAN
BAHAN BAKU TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA INDUSTRI SANGGAH
DI KECAMATAN MENGWI. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 7.8 ,
1927-1956.
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. (2019). Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur
Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun
2018-2023. Selong, Nusa Tenggara Barat, Lombok Timur: Pemerintah Daerah Kabupaten
Lombok Timur.
Suprihanto, J., Harsiwi, A. M., & Hadi, P. (2003). Perilaku Organisasional. Yogyakarta: STIE
KPN.
Suroto. (2000). Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Thaha, A. F. (2020). DAMPAK COVID-19 TERHADAP UMKM DI INDONESIA. JURNAL
BRAND, Volume 2 No. 1, 147-153.
Wahyuni dkk. (2020). Panduan Pendirian Usaha Minyak Bangle dan Balsem Bangle. Bandung:
Media Sains Indonesia.
top related