pengaruh pajak daerah, retribusi jasa umum,...
Post on 28-Feb-2018
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI JASA UMUM, RETRIBUSI JASA
USAHA, RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU, DAN DANA PERIMBANGAN
TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN
BINTAN PERIODE 2010-2014
AVRILIA FITRIYANTI
Fakultas Ekonomi – Jurusan Akuntansi
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang, Agustus 2016
ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi jasa
umum, retribusi jasa usaha, retribusi perizinan tertentu, dan dana perimbangan, 2) menguji
hipotesis terhadap pengaruh pajak daerah, retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi
perizinan tertentu, dan dana perimbangan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah untuk
wilayah kabupaten Bintan dan penelitian ini memiliki periode 5 tahun yaitu dari tahun 2010
s/d 2014. Rancangan penelitian adalah statistik deskriptif, uji asumsi klasik seperti uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas, uji regresi
berganda seperti uji t, uji f, dan koefisien determinasi, serta metode penelitian adalah analisis
kuantitatif.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan: H1) Pajak daerah berpengaruh terhadap
kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten Bintan, H2) Retribusi jasa umum tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten Bintan, H3) Retribusi
jasa usaha tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten Bintan,
H4) Retribusi perizinan tertentu tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah kabupaten Bintan, H5) Dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah kabupaten Bintan, dan H6) Pajak daerah, retribusi jasa umum, retribusi
jasa usaha, retribusi perizinan tertentu, dan dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja
keuangan pemerintah daerah kabupaten Bintan.
Kata kunci: Pajak Daerah, Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Perizinan
Tertentu, Dana Perimbangan, dan Kinerja Keuangan Pemerintah.
2 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara yang telah menjalankan sistem pemerintahannya
dengan baik. Hal ini dapat dilihat pada daerah provinsi maupun kabupaten/kota yang telah
memberlakukan kewenangan daerahnya untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, pemerintah daerah harus memiliki sumber
keuangan yang cukup seperti pajak dan retribusi. Oleh karena itu, pemerintah daerah diberi
wewenang untuk dapat mengatur pajak dan retribusi yang relevan. Meskipun demikian,
pemerintah daerah tidak pernah mampu membiayai dirinya dengan pajak dan retribusi yang ia
pungut. Hal tersebut dikarenakan urusan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah baik
jumlah maupun kualitasnya terus bertambah mengikuti deret ukur, sementara peningkatan
pendapatan melalui pajak dan retribusi hanya bertambah mengikuti deret hitung. Oleh karena
itu, diperlukan dana dari pusat.
Pemerintah pusat berkewajiban membantu daerah melalui subsidi dan dana
perimbangan agar pemerintah daerah dapat menyelenggarakan urusannya tanpa dikurangi
keleluasaan dan kebebasannya. Selain itu, menurut Bastian (2006) dalam kerangka
Otonomisasi Daerah memiliki masalah yang sangat penting yaitu menyangkut
pembagian/perimbangan pusat dan daerah. Perimbangan keuangan antara pusat dan daerah
sangat penting, karena keadilan sesungguhnya harus meliputi dua hal, yaitu keadilan politik
dan keadilan ekonomi. Terdapat salah satu aspek yang diberikan oleh otonomi kepada daerah,
yaitu otonomi ekonomi yang menyangkut kewenangan pengelolaan dan penggalian sumber
daya ekonomi dan keuangan di daerah. Adanya laporan keuangan pemerintah dapat
digunakan oleh kelompok-kelompok yang berkepentingan untuk mengevaluasi apakah
pemerintah telah melakukan distribusi beban biaya secara adil.
Akuntansi Keuangan Pemerintahan Daerah di Indonesia merupakan salah satu bidang
dalam akuntansi sektor publik yang mendapat perhatian besar dari berbagai pihak semenjak
reformasi tahun 1998. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kebijakan baru dari Pemerintah
Republik Indonesia yang mereformasi berbagai hal, termasuk Pengelolaan Keuangan Daerah.
Reformasi tersebut mengganti Undang–Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah menjadi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 1999 tentang Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Di sisi lain tuntutan
transparansi dalam sistem pemerintah semakin meningkat pada era reformasi saat ini, tidak
3 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
terkecuali transparansi dalam pengelolaan keuangan Pemda. Pemda diwajibkan menyusun
laporan pertanggungjawaban yang menggunakan sistem akuntansi yang diatur oleh
Pemerintah Pusat dalam bentuk Undang–Undang dan Peraturan Pemerintah yang bersifat
mengikat seluruh Pemda.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yang merupakan analisis dengan
menggunakan rumus-rumus statistik yang disesuaikan judul penelitian dan rumusan masalah,
untuk perhitungan angka-angka dalam rangka menganalisis data yang diperoleh.
Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda-benda, dan
ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi
perhatian (Suharyadi, dan Purwanto;2009). Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten
Bintan. Untuk populasi penelitian ini yaitu semua penerimaan dari pajak daerah, retribusi jasa
umum, retribusi jasa usaha, retribusi perizinan tertentu, dan dana perimbangan untuk wilayah
kabupaten Bintan dan penelitian ini memiliki periode 5 tahun yaitu dari tahun 2010 s/d 2014.
Sehingga penelitian ini berupa data runtun waktu (time series).
Sampel penelitian ini dapat diperoleh dari laporan realisasi anggaran pemerintah
kabupaten Bintan periode tahun 2010 s/d 2014 yang melalui pemerintah daerah kabupaten
Bintan yaitu di Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD). Dengan
demikian, sampel dalam penelitian ini adalah laporan bulanan dari laporan realisasi anggaran
Pemerintah Daerah kabupaten Bintan yang tersedia tahun 2010 s/d 2014 yaitu sebanyak 60
(enam puluh) sampel.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
dokumentasi yaitu yang dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan data sekunder dari
Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah (DPPKD) laporan realisasi penggunaan
anggaran pemerintah daerah Kabupaten Bintan tahun 2010 sampai dengan 2014.
Penelitian ini akan meneliti dan menguji pengaruh variable independen terhadap
variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pajak Daerah (X1),
Retribusi Jasa Umum (X2), Retribusi Jasa Usaha (X3), Retribusi Perizinan Tertentu (X4), dan
Dana Perimbangan (X5), sedangkan variable dependen adalah Kinerja Keuangan Pemerintah
Daerah (Y) di Kabupaten Bintan. Variabel dependen dalam penelitian ini Kinerja Keuangan
Pemerintah Daerah di Kabupaten Bintan, dimana kinerja keuangan pemerintah daerah adalah
tingkat pencapaian dari suatu hasil kerja dibidang keuangan daerah yang meliputi penerimaan
dan belanja daerah dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu
4 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
kebijakan atau ketentuan perundang-undangan selama satu periode anggaran. Dalam hal ini,
kinerja keuangan pemerintah daerah dapat diukur dengan menggunakan rasio yang dikutip
dari penelitan Florida (2007), yaitu:
Tingkat Desentralisasi Fiskal = Pendapatan Asli Daerah
Total Penerimaan Daerah
Pengujian variabel independen terdiri dari lima variabel yaitu Pajak Daerah (X1), Retribusi
Jasa Umum (X2), Retribusi Jasa Usaha (X3), Retribusi Perizinan Tertentu (X4), dan Dana
Perimbangan (X5).
Pajak Daerah adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Berdasarkan Perda Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 besarnya
pajak daerah dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Pajak Daerah = Pajak Hotel + Pajak Restoran + Pajak Hiburan + Pajak Reklame +
Pajak Penerangan Jalan + Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan +
Pajak Parkir + Pajak Air Tanah + Pajak Sarang Burung Walet + Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan + Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan
Retribusi jasa umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah, untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati
oleh orang pribadi atau badan. Berdasarkan Perda Kabupaten Bintan Nomor 3 Tahun 2011
besarnya retribusi jasa umum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Retribusi Jasa Umum = Retribusi Pelayanan Kesehatan + Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan + Retribusi Penggantian Biaya Cetak
Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil + Retribusi
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum + Retribusi Pelayanan
Pasar + Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor + Retribusi
Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran + Retribusi Penggantian
Biaya Cetak Peta + Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan
Kakus + Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi
Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
5 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
swasta. Berdasarkan Perda Kabupaten Bintan Nomor 4 Tahun 2011 besarnya retribusi jasa
usaha dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Retribusi Jasa Usaha = Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah + Retribusi Pasar Grosir
dan/atau Pertokoan + Retribusi Tempat Pelelangan + Retribusi
Terminal + Retribusi Tempat Khusus Parkir + Retribusi Tempat
Penginapan/Pesanggrahan/Villa + Retribusi Rumah Potong
Hewan + Retribusi Pelayanan Kepelabuhan + Retribusi Tempat
Rekreasi dan Olahraga + Retribusi Penjualan Produksi Usaha
Daerah
Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah
dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang,
penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Berdasarkan Perda
Kabupaten Bintan Nomor 5 Tahun 2011 besarnya retribusi perizinan tertentu dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Retribusi Perizinan Tertentu = Retribusi Izin Mendirikan Bangunan + Retribusi Izin
Tempat Penjualan Minuman Beralkohol + Retribusi Izin
Gangguan + Retribusi Izin Trayek + Retribusi Izin Usaha
Perikanan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi. Berdasarkan PP Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 besarnya dana
perimbangan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dana Perimbangan = Dana Bagi Hasil + Dana Alokasi Umum + Dana Alokasi Khusus
Metode untuk menganalisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan Sotfware
SPSS 20.0 for windows. Untuk menentukan tingkat pengaruh antara variabel independen dan
variabel dependen, penelitian ini menggunakan analisis statistik yang berupa analisis regresi
linier berganda dengan rumus:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Keterangan:
Y = Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah (Variabel dependen)
a = Nilai Konstanta
6 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
b = Koefisien regresi variabel independen
X1 = Pajak Daerah (Variabel independen)
X2 = Retribusi Jasa Umum (Variabel independen)
X3 = Retribusi Jasa Usaha (Variabel independen)
X4 = Retribusi Perizinan Tertentu (Variabel independen)
X5 = Dana Perimbangan (Variabel independen)
e = Error
PEMBAHASAN
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari
nilai terkecil (minimum), terbesar (maximum), rata-rata (mean), dan simpangan baku
(standard deviation). Adapun gambaran statistik deskriptif dari variabel–variabel yang
digunakan dalam penelitian ini dapat ditunjukkan dalam tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pajak.Daerah 60 5828.06 88658.05 11205.8863 10858.69262
R.Jasa.Umum 60 25.81 648.43 126.5370 125.80547
R.Jasa.Usaha 60 29.02 653.00 255.2573 107.45183
R.Periz.Trtentu 60 .94 1661.61 210.9003 330.57209
Dana.Perimbangn 60 9289.97 130132.44 47888.4292 30448.14230
Kinerja.Keu 60 .07 .76 .2347 .13421
Valid N (listwise) 60
Sumber: Data diolah.
Berdasarkan tabel statistik deskriptif di atas, dapat terlihat bahwa:
1. Variabel pajak daerah memiliki nilai terkecil (minimum) 5.828,06 dan terbesar (maximum)
88.658,05 dengan rata-rata (mean) pajak daerah sebesar 11.205,8863 dan simpangan baku
(standard deviation) sebesar 10.858,69262.
2. Variabel retribusi jasa umum memiliki nilai terkecil (minimum) 25,81 dan terbesar
(maximum) 648,43 dengan rata-rata (mean) retribusi jasa umum sebesar 126,5370 dan
simpangan baku (standard deviation) sebesar 125,80547.
7 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
3. Variabel retribusi jasa usaha memiliki nilai terkecil (minimum) 29,02 dan terbesar
(maximum) 653,00 dengan rata-rata (mean) retribusi jasa usaha sebesar 255,2573 dan
simpangan baku (standard deviation) sebesar 107,45183.
4. Variabel retribusi perizinan tertentu memiliki nilai terkecil (minimum) 0,94 dan terbesar
(maximum) 1.661,61 dengan rata-rata (mean) retribusi perizinan tertentu sebesar 210,9003
dan simpangan baku (standard deviation) sebesar 330,57209.
5. Variabel dana perimbangan memiliki nilai terkecil (minimum) 9.289,97 dan terbesar
(maximum) 130.132,44 dengan rata-rata (mean) dana perimbangan sebesar 47.888,4292
dan simpangan baku (standard deviation) sebesar 30.448,14230.
6. Variabel kinerja keuangan memiliki nilai terkecil (minimum) 0,07 dan terbesar (maximum)
0,76 dengan rata-rata (mean) kinerja keuangan sebesar 0,2347 dan simpangan baku
(standard deviation) sebesar 0,13421.
Untuk mencari keterkaitan antara variabel yang tercakup dalam penelitian ini, penulis
menggunakan uji asumsi klasik seperti uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi,
dan uji heteroskedastisitas.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013). Pengujian normalitas
pada penelitian ini dengan menggunakan analisis grafik Histogram, grafik Normal Probability
Plot, dan uji One sample Kolmogorov-Smirnov.
Grafik 4.1
Hasil Uji Normalitas Data
Sumber: Data diolah.
Berdasarkan grafik 4.1 uji normalitas data dengan Histogram, menunjukkan bahwa pola
berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan pada uji
8 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
normalitas data dengan Normal P-P Plot, titik-titik menyebar disekitar garis dan mengikuti
garis diagonal. Hal ini dapat dikatakan bahwa nilai residual pada model regresi tersebut
terdistribusi secara normal.
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas Data dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 60
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std.
Deviation .05354970
Most Extreme
Differences
Absolute .158
Positive .158
Negative -.077
Kolmogorov-Smirnov Z 1.226
Asymp. Sig. (2-tailed) .099
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah.
Pada tabel 4.2 uji normalitas data, dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
(Asymp.Sig.2-tailed) sebesar 0,099. Karena signifikansi lebih dari 0,05 maka residual
terdistribusi dengan normal sehingga dapat digunakan untuk menganalisis regresi linier
berganda.
Uji multikolinearitas digunakan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antar variabel independen. Metode pengujian yang biasa digunakan yaitu dengan
melihat nilai Inflation Factor (VIF) dan Tolerance pada model regresi. Jika nilai VIF kurang
dari 10 dan Tolerance lebih dari 0,1 maka model regresi bebas dari multikolinearitas
(Priyatno, 2011). Berikut ini adalah output pengolahan data dengan menggunakan SPSS V.20.
9 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
Pajak.Daerah .943 1.061
R.Jasa.Umum .915 1.093
R.Jasa.Usaha .876 1.141
R.Periz.Trtentu .882 1.134
Dana.Perimbangn .942 1.062
a. Dependent Variable: Kinerja.Keu
Sumber: Data diolah.
Hasil pengujian pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai Tolerance pajak daerah
adalah sebesar 0,943 > 0,1 dan VIF 1,061 < 10. Tolerance retribusi jasa umum adalah sebesar
0,915 > 0,1 dan VIF 1,093 < 10. Tolerance retribusi jasa usaha adalah sebesar 0,876 > 0,1 dan
VIF 1,141 < 10. Tolerance retribusi perizinan tertentu adalah sebesar 0,882 > 0,1 dan VIF
1,134 < 10. Tolerance dana perimbangan 0,942 > 0,1 dan VIF 1,062 < 10. Dengan demikian,
model regresi tidak terjadi masalah multikolinearitas.
Menurut Santoso (2015) uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui nilai residu yang
ada tidak berkorelasi satu dengan yang lain. Panduan mengenai angka D-W (Durbin-Watson)
untuk mendeteksi autokorelasi bisa dilihat pada tabel D-W, yang bisa dilihat pada buku
statistik yang relevan. Namun demikian, secara umum bisa diambil patokan:
1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
2. Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi.
3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Pada hasil uji autokorelasi pada tabel 4.4 di bawah ini menunjukkan bahwa nilai D-W
(Durbin-Watson) adalah sebesar 1,748. Nilai D-W tersebut terletak diantara -2 sampai +2
maka hal ini berarti model regresi tidak terdapat masalah autokorelasi.
10 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .917a .841 .826 .05597 1.748
a. Predictors: (Constant), Dana.Perimbangn, R.Periz.Trtentu, Pajak.Daerah,
R.Jasa.Umum, R.Jasa.Usaha
b. Dependent Variable: Kinerja.Keu
Sumber: Data diolah.
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi
adanya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatter plot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah
diprediksi, dan sumbu X adalah residual. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2013). Sedangkan untuk uji glejser menurut Gujarati (2003) dalam Ghozali (2013),
yaitu meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Uji glejser ini memiliki
probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Berikut adalah output pengolahan
data dengan menggunakan SPSS V.20.
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Scatterplot
Sumber: Data diolah.
11 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Pada gambar 4.1 tersebut telah menunjukkan bahwa tidak ada membentuk pola yang
jelas, serta titik-titik menyebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .060 .014 4.304 .000
Pajak.Daerah 3.531E-007 .000 .106 .807 .423
R.Jasa.Umum -4.881E-005 .000 -.169 -1.273 .209
R.Jasa.Usaha -2.769E-005 .000 -.082 -.604 .549
R.Periz.Trtentu -1.870E-005 .000 -.170 -1.258 .214
Dana.Perimbangn -1.552E-007 .000 -.130 -.994 .325
a. Dependent Variable: Abres
Sumber: Data diolah.
Selain itu, berdasarkan tabel 4.5 hasil uji heteroskedastisitas menggunakan metode
glejser menunjukkan bahwa signinifikansi variabel pajak daerah terhadap absolut residual
sebesar 0,423 > 0,05, signifikansi variabel retribusi jasa umum terhadap absolut residual
sebesar 0,209 > 0,05, signifikansi variabel retribusi jasa usaha terhadap absolut residual
sebesar 0,549 > 0,05, signifikansi variabel retribusi perizinan tertentu terhadap absolut
residual sebesar 0,214 > 0,05, dan signifikansi variabel dana perimbangan terhadap absolut
residual sebesar 0,325 > 0,05. Dengan demikian, pada model regresi tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
Selain uji asumsi klasik, pengujian hipotesis juga digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh pajak daerah, retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi perizinan
tertentu, dan dana perimbangan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah kabupaten Bintan
periode 2010-2014.
Priyatno (2011) menyatakan bahwa analisis regresi linier berganda digunakan untuk
mengetahui pengaruh antara dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel
dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi. Berikut adalah output
pengolahan data dengan menggunakan SPSS V.20.
12 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Tabel 4.6
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .310 .022
14.126 .000
Pajak.Daerah 6.742E-006 .000 .545 9.753 .000
R.Jasa.Umum -2.536E-005 .000 -.024 -.419 .677
R.Jasa.Usaha -2.616E-005 .000 -.021 -.361 .719
R.Periz.Trtentu 1.142E-005 .000 .028 .486 .629
Dana.Perimbangn -2.988E-006 .000 -.678 -12.113 .000
a. Dependent Variable: Kinerja.Keu
Sumber: Data diolah.
Dari tabel 4.6 di atas dapat dimasukkan ke dalam persamaan regresi berganda yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Y = 0,310 + 6,742000000X1 + (-2,53600000)X2 + (-2,61600000)X3 + 1,14200000X4 + (-
2,988000000)X5 + e
= 0,310 + 6,742000000X1 – 2,53600000X2 – 2,61600000X3 + 1,14200000X4 –
2,988000000X5 + e
Penjelasan persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Konstanta sebesar 0,310; artinya jika Pajak Daerah, Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa
Usaha, Retribusi Perizinan Tertentu, dan Dana Perimbangan nilainya 0, maka Kinerja
Keuangan nilainya sebesar 0,310.
2. Koefisien regresi variabel Pajak Daerah sebesar 6,742000000; artinya jika Pajak Daerah
mengalami kenaikan satu satuan, maka Kinerja Keuangan akan mengalami peningkatan
sebesar 6,742000000 dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.
3. Koefisien regresi variabel Retribusi Jasa Umum sebesar -2,53600000; artinya jika
Retribusi Jasa Umum mengalami kenaikan satu satuan, maka Kinerja Keuangan akan
mengalami penurunan sebesar 2,53600000 dengan asumsi variabel independen lainnya
bernilai tetap.
13 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
4. Koefisien regresi variabel Retribusi Jasa Usaha sebesar -2,61600000; artinya jika Retribusi
Jasa Usaha mengalami kenaikan satu satuan, maka Kinerja Keuangan akan mengalami
penurunan sebesar 2,61600000 dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.
5. Koefisien regresi variabel Retribusi Perizinan Tertentu sebesar 1,14200000; artinya jika
Retribusi Perizinan Tertentu mengalami kenaikan satu satuan, maka Kinerja Keuangan
akan mengalami peningkatan sebesar 1,14200000 dengan asumsi variabel independen
lainnya bernilai tetap.
6. Koefisien regresi variabel Dana Perimbangan sebesar -2,988000000; artinya jika Dana
Perimbangan mengalami kenaikan satu satuan, maka Kinerja Keuangan akan mengalami
penurunan sebesar 2,988000000 dengan asumsi variabel independen lainnya bernilai tetap.
Priyatno (2011) berpendapat bahwa uji t digunakan untuk mengetahui variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah output pengolahan
data dengan menggunakan SPSS V.20.
Tabel 4.7
Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .310 .022 14.126 .000
Pajak.Daerah 6.742E-006 .000 .545 9.753 .000
R.Jasa.Umum -2.536E-005 .000 -.024 -.419 .677
R.Jasa.Usaha -2.616E-005 .000 -.021 -.361 .719
R.Periz.Trtentu 1.142E-005 .000 .028 .486 .629
Dana.Perimbangn -2.988E-006 .000 -.678 -12.113 .000
a. Dependent Variable: Kinerja.Keu
Sumber: Data diolah.
Berdasarkan hasil uji t persamaan regresi untuk model hipotesis (H1, H2, H3, H4, dan
H5) yang ditunjukkan dari tabel 4.6 uji t di atas, menunjukkan bahwa variabel pajak daerah
memiliki nilai signifikansi 0,000, dimana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sedangkan nilai
thitung 9,753 > 2,005 (ttabel α = 5% : 2 = 2,5% dengan derajat kebebasan (df) 60 – 5 – 1 = 54
dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025 hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,005).
Karena nilai t hitung > t tabel (9,753 > 2,005) maka HO ditolak dan H1 diterima, artinya
bahwa pajak daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Nilai t hitung positif, artinya
14 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
pengaruh yang terjadi adalah positif. Pajak daerah yang merupakan salah satu sumber penting
PAD ini akan sangat berpengaruh pada kinerja keuangan pemerintah daerah, sehingga
semakin besar pajak daerah maka semakin meningkatkan kinerja keuangan. Dengan
demikian, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Florida (2007) dan Rukmana
(2013) yang menyatakan bahwa pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja
keuangan.
Variabel retribusi jasa umum memiliki nilai signifikansi 0,677, dimana nilai tersebut
lebih besar dari 0,05 sedangkan -thitung -0,419 > -2,005 (ttabel α = 5% : 2 = 2,5% dengan derajat
kebebasan (df) 60 – 5 – 1 = 54 dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025 hasil diperoleh
untuk t tabel sebesar -2,005). Karena nilai -t hitung > -t tabel (-0,419 > -2,005) maka HO
diterima dan H2 ditolak, artinya bahwa retribusi jasa umum tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan. Retribusi jasa umum merupakan salah satu komponen retribusi daerah yang
juga salah satu sumber penting PAD dan menjadi salah satu indikator penting untuk
mengetahui dan mengevaluasi kinerja keuangan pemerintah daerah. Oleh karena itu, jika
pemerintah daerah kurang mampu menggali sumber-sumber kekayaan asli daerah untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya maka tidak
mempengaruhi terhadap kinerja keuangan daerah tersebut.
Variabel retribusi jasa usaha memiliki nilai signifikansi 0,719, dimana nilai tersebut
lebih besar dari 0,05 sedangkan -thitung -0,361 > -2,005 (ttabel α = 5% : 2 = 2,5% dengan derajat
kebebasan (df) 60 – 5 – 1 = 54 dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025 hasil diperoleh
untuk t tabel sebesar -2,005). Karena nilai –t hitung > -t tabel (-0,361 > -2,005) maka HO
diterima dan H3 ditolak, artinya bahwa retribusi jasa usaha tidak berpengaruh terhadap kinerja
keuangan. Retribusi jasa usaha juga merupakan komponen retribusi daerah yang juga salah
satu sumber penting PAD dan menjadi salah satu indikator penting untuk mengetahui dan
mengevaluasi kinerja keuangan pemerintah daerah. Oleh karena itu, jika pemerintah daerah
kurang mampu menggali sumber-sumber kekayaan asli daerah untuk memenuhi kebutuhan
pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya maka tidak mempengaruhi
terhadap kinerja keuangan daerah tersebut.
Variabel retribusi perizinan tertentu memiliki nilai signifikansi 0,629, dimana nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 sedangkan thitung 0,486 < 2,005 (ttabel α = 5% : 2 = 2,5% dengan
derajat kebebasan (df) 60 – 5 – 1 = 54 dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025 hasil
diperoleh untuk t tabel sebesar 2,005). Karena nilai t hitung < t tabel (0,486 < 2,005) maka HO
diterima dan H4 ditolak, artinya bahwa retribusi perizinan tertentu tidak berpengaruh terhadap
15 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
kinerja keuangan. Retribusi jasa usaha juga merupakan komponen retribusi daerah yang juga
salah satu sumber penting PAD dan menjadi salah satu indikator penting untuk mengetahui
dan mengevaluasi kinerja keuangan pemerintah daerah. Oleh karena itu, jika pemerintah
daerah kurang mampu menggali sumber-sumber kekayaan asli daerah untuk memenuhi
kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya maka tidak
mempengaruhi terhadap kinerja keuangan daerah tersebut.
Variabel dana perimbangan memiliki nilai signifikansi 0,000, dimana nilai tersebut
lebih kecil dari 0,05 sedangkan -thitung -12,113 < -2,005 (ttabel α = 5% : 2 = 2,5% dengan derajat
kebebasan (df) 60 – 5 – 1 = 54 dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025 hasil diperoleh
untuk t tabel sebesar -2,005). Karena nilai -t hitung < -t tabel (-12,113 < -2,005) maka HO
ditolak dan H5 diterima, artinya bahwa dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja
keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Julitawati, dkk (2012),
Rukmana (2013), serta Simanullang (2013) yang menyatakan bahwa dana perimbangan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Dana perimbangan adalah dana yang
bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu
mencukupi anggaran belanja pemerintah daerah. Nilai t hitung negatif, artinya pengaruh yang
terjadi negatif, artinya semakin besar dana perimbangan yang diterima dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah, maka terlihat semakin besar pemerintah daerah bergantung pada
pemerintah pusat untuk mendanai kebutuhan daerahnya. Dengan demikian, hal ini membuat
kinerja keuangan pemerintah daerah menurun.
Menurut Priyatno (2011) uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen
secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Tabel 4.8
Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression .894 5 .179 57.037 .000b
Residual .169 54 .003
Total 1.063 59
a. Dependent Variable: Kinerja.Keu
b. Predictors: (Constant), Dana.Perimbangn, R.Periz.Trtentu, Pajak.Daerah,
R.Jasa.Umum, R.Jasa.Usaha
Sumber: Data diolah.
16 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Berdasarkan tabel 4.7 di atas, menunjukkan bahwa perolehan F hitung sebesar 57,037.
Dengan menggunakan tingkat keyakinan 95%, α = 5%, df 1 (6-1 =5) dan df 2 (60-5-1 =54).
Hasil diperoleh untuk F tabel sebesar 2,386. Karena nilai F hitung > F tabel (57,037 > 2,386),
maka HO ditolak dan H1 diterima, artinya pajak daerah, retribusi jasa umum, retribusi jasa
usaha, retribusi perizinan tertentu, dan dana perimbangan secara terhadap kinerja keuangan.
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013). Berikut ini adalah output pengolahan
data dengan menggunakan SPSS V.20.
Tabel 4.9
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .917a .841 .826 .05597
a. Predictors: (Constant), Dana.Perimbangn, R.Periz.Trtentu, Pajak.Daerah,
R.Jasa.Umum, R.Jasa.Usaha
b. Dependent Variable: Kinerja.Keu
Sumber: Data diolah.
Dari tabel 4.9 di atas, menunjukkan bahwa besarnya koefisien determinasi (adjusted R
Square) adalah 0,826, hal ini berarti 82,6% variasi kinerja keuangan dapat dijelaskan oleh
variasi dari ke lima variabel independen yang meliputi pajak daerah, retribusi jasa umum,
retribusi jasa usaha, retribusi perizinan tertentu, dan dana perimbangan. Sedangkan sisanya
(100% - 82,6% = 17,4%) dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak terdapat dalam
penelitian ini.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pajak daerah, retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi perizinan tertentu, dan dana
perimbangan terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah Kabupaten Bintan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Secara parsial pajak daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah
Kabupaten Bintan.
17 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2. Secara parsial retribusi jasa umum tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah Kabupaten Bintan.
3. Secara parsial retribusi jasa usaha tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah Kabupaten Bintan.
4. Secara parsial retribusi perizinan tertentu tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pemerintah daerah Kabupaten Bintan.
5. Secara parsial dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah
daerah Kabupaten Bintan.
6. Secara simultan pajak daerah, retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, retribusi perizinan
tertentu, dan dana perimbangan berpengaruh terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah
Kabupaten Bintan.
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis juga akan memberikan saran kepada:
1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Bintan, sebaiknya dapat melakukan berbagai upaya
untuk mengoptimalkan, maupun lebih menggali potensi penerimaan asli daerah seperti
pajak daerah, retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu
untuk pengeluaran daerahnya sendiri agar tidak bergantung pada transfer dari pusat yakni
dana perimbangan. Karena semakin besar penerimaan asli daerahnya berarti telah
menunjukkan kualitas kinerja keuangan pemerintah daerahnya.
2. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak keterbatasan, oleh sebab itu
disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dalam ruang lingkup
dan objek penelitian yang lebih luas terutama dalam hal pendapatan asli daerah dan
penerimaan daerah guna untuk mengetahui kualitas kinerja keuangan pemerintah daerah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi H, Salman. (2015) Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Dana
Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah. Artikel Ilmiah. Padang:
Universitas Negeri Padang.
Bastian, Indra. (2006) Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Florida, Asha. (2007) Analisa Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja
Keuangan Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Tesis. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Ghozali, Imam. (2013) Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Universitas Diponegoro.
18 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Julitawati, Ebit, dkk. (2012) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi
Aceh. Jurnal. Aceh: Universitas Syiah Kuala.
Mardiasmo. (2011) Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta: ANDI OFFSET.
Nordiawan, Deddi, dkk. (2007) Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat.
Nurcholis, Hanif. (2007) Teori dan Praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah.
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Umum.
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Retribusi Jasa Usaha.
Peraturan Daerah Kabupaten Bintan Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Retribusi Perizinan
Tertentu.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Priyatno, Dwi. (2011) Buku Saku Analisis Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta:
MediaKom.
Renyowijoyo, Muindro. (2010) Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non Laba. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Rukmana, Wan Vidi. (2013) Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Dana
Perimbangan Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau.
Jurnal. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Samudra, Azhari A. (2005) Perpajakan di Indonesia Keuangan Pajak dan Retribusi. Jakarta:
PT Hecca Mitra Utama.
Santoso, Singgih. (2015) Menguasai Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI.
Satya Azhar, MHD Karya. (2008) Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah. Tesis. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Siahaan, Marihot P. (2006) Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
19 UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
Simanullang, Gideon. (2013) Pengaruh Belanja Modal, Intergovernmental Revenue, dan
Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja Keuangan Daerah Kota dan Kabupaten di
Provinsi Kepulauan Riau 2008-2012. Jurnal. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja
Ali Haji.
Sugiono. (2013) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharyadi, dan Purwanto. SK. (2009) Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba Empat.
Sunyoto, Danang. (2013) Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika Aditama.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.
Wenny, Cherrya Dhia. (2012) Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Kinerja Keuangan pada Pemerintah Kabupaten dan Kota di Propinsi Sumatera
Selatan. Jurnal. Palembang: STIE MDP.
top related