pengaruh pemikiran muhammad asad dalam …
Post on 22-Oct-2021
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PEMIKIRAN MUHAMMAD ASAD DALAM
PEMBENTUKAN NEGARA ISLAM : STUDI TENTANG
TERBENTUKNYA NEGARA PAKISTAN
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Tadzkira Nadiya Tsauri
1112112000063
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
l
l
l.
2.
3.
PER}$YATAAI$ BEBAS PLAGIARI S}IE
Skripci yang berjudul:
PENGART}H PEMIKIRAN MUIIAMMAD ASAD DA,LAMPEMBENTUKAITI NEGARA ISLAM : STUDI TENTAI{G
TERBDNTUKNYA NEGARA PAKISTAN
Merupakan karya asli sa5ra yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri rufN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jika di kemudian hari diternrkan bahwa karya saya ini bukan hasil karya
asli saya atau merupakan hasil jiplakart tlari karya o_rang lain,'maka saya.;a;.,
bersedia menerirna sanksi yangberlalo di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, lAMei2017
Tad*iraNadiya Tsauri
PERSSTUJUAI\I PEMtsIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembirnbing Skrips rneqratakan bahwa mahasiswa:
Nasra
NIM
Program Studi
: Tdzkira }ladiya Tsa_uri
:112112m0063
: Ihnu Politik
Telah menyelesaikan penulisan *ripsi yangberjudut:
PENGARUII PEMIKIRAN MUIIAM}IADPEMBENTUKAN NEGARA ISLAM :
ASAD DALAMSTUDI TENTANG
TERBENTUIfi{YA NEGARA PAKISTAFI
dan telah dilalcukan pengpjian.
a
J*ertq 10 Mei 2017
Menggtahui
Kepala Program Strrdi
Menyetujui
Ponbimbing
Dr. Iding Ro.s\rjdin M.$jNrP. 19701 01 3200501 1003
ill
Dr. Sya'ban MulramrrxldNIP. I 962081 920ml2l 00r
PENGESAHAN PANITIA UJIAI\T SKRIPSI
Skripsi
PENGARUII PEMIKIRAN MUHAMMAD A$AD DALAMPEMBENTUKAN NEGARA ISLAM : STUDI TENTANG
TERBENTUIG.IYA NE GARA PAKISTAN
Oleh:
Tadzkira Nadiya Tsaurit112112000063
Telatr dipertahankan dalam sidurg ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 25 April2017. Skripsi ini diterima sebag3i salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Sosial (S. Sos) pada Program Studi Ilmu Politik.
Kepala Sekretaris
'-Jk, fl,,'Dr. Iding Rosyidin Hasan
NrP. 1970101 3200501 1003
Penguji I,
Dr. Sirajpddin Aly. MANIP. I 9540605200r r 21001
Suryani. M Si
NIP. l 9770424200? 1 02003
Pengqii,II,
NIP. 197201052001 121 003
Diterima dan dinyatakan mememuhi syarat kelulusan pada tanggal 25 April2OlT
Kepala Program Studi Ilmu PolitikFISIP UIN Jakarta
\-7fr-Dr. Iding Rosyidin Hasan
NIP. I 9701 0r 320050r r 003
tv
i
ABSTRAKSI
Skripsi ini mendeskripsikan pemikiran pemikir Islam modern bernama
Muhammad Asad seorang Yahudi yang kemudian menjadi pemeluk Agama
Islam. Perjalanan hidup Asad dengan berbagai pembelajaran dari pemikirannya
merupakan sebuah proses yang panjang yang kemudian menempatkan yang
bersangkutan melahirkan pemikiran tentang Negara Islam. Pemikiran Asad begitu
modern namun tetap menekankan bahwa perlunya basis. Asad juga menjadi salah
satu tokoh yang ikut serta dalam penyusunan konsep Negara Islam dalam
pembentukan ideologi Islam di Pakistan.
Metodologi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan metode kualitatif yang mengutamakan kepada pendekatan
penelitian analisis. Pendekatan penelitian analisis kualitatif ini dimaksudkan agar
dapat memperoleh gambaran secara menyeluruh, jelas dan mendalam. Adapun
teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi dokumen dan
sumber dan jenis data dari penelitian didapatkan melalui studi kepustakaan
melalui buku, jurnal, artikel serta website.
Muhammad Asad dan pemikirannya mengenai Negara Islam menerapkan
dan mengedepankan prinsip moral yang telah di ajarkan dalam Al-Quran dan
Sunnah. Islam memberikan jalan bagi kita untuk kembali dan mengacu pada
sumber asli syari’at Islam yaitu Al-Quran dan Hadist. Karena akhir dari semua
yang dilakukan oleh manusia adalah ketaatan kepada penciptanya, sama seperti
halnya manusia yang mencoba menegakan sistem Islam dalam negara, tujuan
akhir dari penegakan sistem pemerintahan tersebut adalah ketaatan kepada
pencipta. Meskipun pada akhirnya Asad mengakui bahwa gagasan ide-ide yang
telah di susun dan diberikan kepada Pakistan mengenai Negara Islam hanya
diletakan pada Pembukaan konstitusi Republik Islam Pakistan. Selanjutnya
konstitusi yang digunakan tersebut tidak berlaku lagi, karena dalam sejarahnya
Negara Pakistan telah berkali-kali mengganti konstitusi
Kata kunci: Muhammad Asad, Negara Islam, Pakistan.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur diucapkan pada Allah SWT atas segala rahmat dan karunianya-
Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “PENGARUH PEMIKIRAN
MUHAMMAD ASAD DALAM PEMBENTUKAN NEGARA ISLAM : STUDI
TENTANG TERBENTUKNYA NEGARA PAKISTAN” dapat selesai. Skripsi
ini disusun selain dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, juga sebagai
kesempatan untuk menuangkan pengetahuan yang telah didapatkan selama
menempuh pendidikan Sarjana Strata 1 (S1). Proses penyusunan skripsi ini tidak
terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
diucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Zulkifli, MA., selaku Dekan FISIP UIN Syarif Hidayatullah
Jakata.
2. Dr. Iding Rosyidin, M.Si. dan Suryani, M.Si., selaku Ketua Prodi dan
Sekertaris Prodi Ilmu Politik, FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Sya’ban, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
pemahaman dan pengarahan demi hasil yang terbaik pada penulisan
skripsi.
4. Dra. Gefarina Djohan, MA., yang telah mengarahkan saya dalam
memahami tata cara penulisan skripsi yang benar dan sistematis.
iii
5. Prof. Dr. Idzam Fautanu, MA. dan Drs. M. Tabah Rosyadi, MA., yang
telah memberikan inspirasi kepada saya dalam pembuatan skripsi ini.
6. Jajaran Dosen dan Staff di Prodi Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu
dan pengalaman yang bermanfaat selama pelaksanaan studi S1.
7. Ayah, Ibu, Ayu, Teteh, Auvi, Kak Dekur, De Jusuf dan keluarga besar
lainnya yang telah memberikan dukungan moral dan doa untuk kelancaran
penulis dalam menyelesaikan skripsi.
8. Alan Bastian Sianturi yang telah memberikan semangat dan dukungan
yang besar kepada saya.
9. Pihak yang terlibat dari awal hingga penulisan skripsi selesai, mulai dari
sahabat saya Putri Mulyaningsih dan Hervi Nindya Destiana yang terus
mendorong saya agar cepat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Teman selama perkuliahan, Denayu Swami, Robiatul Adawiyah, Putri
Nurafifah, Putri Lalla Tanjung, Fajar Fachrian, Rizki Ahmad Zainuri,
Irsan Ardiyansah, Eko Aji, Sofyan Hadi, Rizki Ramadhan, Syahrizal
Ahmad, Ahmad Setiadi, Rahmat Saputra, Alridho Satria dan teman-teman
Ilmu Politik A dan B tahun 2012 lainnya yang senantiasa menjadi teman
berbagi cerita dan ilmu pengetahuan.
11. Kakak-kakak dan teman-teman dari HMI KOMFISIP, Kak Sopian, Kak
Oye, Kak Fadhil, Kak Dona, Kak Hijri, Kak Gerry, Kak Afdal, Kak
Panda, Kak Roni, Kak Haiqal, Galih, sebagai teman bertukar pikiran.
12. Adik-Adik dari HMI KOMFISIP, Eza, Najem, Yasser, Harumbi, Hammar,
Bimo, Indra, Fahmil, Hendri, Syahid, dan adik-adik lainnya.
iv
13. Untuk teman-teman, Rifkoh, Nur, Chandra, Rifqi Dwi, Fenny, Oktarina,
Teh IIn, dan teman-teman lainnya yang telah menyemangati saya dalam
menyelesaikan skripsi serta pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Akhir kata, diharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sebagai bentuk
dukungan kedepannya mengingat dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kesalahan serta kekurangan.
Jakarta, 10 Mei 2017
Penulis
Tadzkira Nadiya Tsauri
v
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Pernyataan Masalah .................................................................... 1
B. Pertanyaan Masalah .................................................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 10
I. Tujuan Penelitian ............................................................... 10
II. Manfaat Penelitian ............................................................. 10
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 11
E. Metode Penelitian ..................................................................... 12
I. Pendekatan Penelitian ........................................................ 12
II. Teknik Analisa Data .......................................................... 13
III. Sumber dan Jenis Data....................................................... 13
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 14
BAB II TEORI DAN KONSEP ................................................................. 16
A. Teori Negara ............................................................................16
B. Teori Terbentuknya Negara ...................................................... 20
C. Konsep Negara Islam ................................................................ 22
I. Konsep Negara Islam Menurut Abu al-A’la
al-Maududi ......................................................................... 26
II. Konsep Negara Islam Menurut Muhammad Iqbal ............ 29
BAB III BIOGRAFI MUHAMMAD ASAD DAN AWAL MULA
BERDIRINYA NEGARA DAN PEMERINTAHAN ISLAM
PAKISTAN ..................................................................................... 31
A. Biografi Muhammad Asad ....................................................... 31
B. Persentuhan Pemikiran Asad dan Iqbal .................................... 39
C. Berdirinya Negara Pakistan ...................................................... 46
D. Sistem Pemerintahan Di Awal Terbentuknya Pakistan ............ 52
BAB IV MUHAMMAD ASAD DAN KONTRIBUSINYA PADA
PEMBENTUKAN NEGARA ISLAM PAKISTAN .................... 60
A. Pemikiran Asad Tentang Negara Islam Pakistan ...................... 60
B. Negara dan Pemerintahan Islam Menurut Muhammad Asad .. 65
I. Asas-Asas Untuk Membentuk Suatu Pemerintahan
Islam ........................................................................... 70
II. Sumber Kedaulatan Dalam Negara Islam.......................... 74
III. Kepala Negara Dalam Pemerintahan Islam ....................... 75
IV. Kepala Negara Berasal Dari Muslim ................................. 76
V. Penyebutan Untuk Kepala Negara ..................................... 77
vi
VI. Asas Musyawarah dan Majelis Perwakilan Dalam
Pemerintahan Islam ........................................................... 78
VII. Konstitusi Islam ................................................................. 81
VIII. Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif.................................... 83
IX. Masyarakat dan Pemerintahan ........................................... 86
C. Pengaruh Asad Pada Konsep Negara Islam di Awal
Terbentuknya Pakistan. ............................................................. 89
D. Gagalnya Penegakan Hukum Islam Di Negara Pakistan .......... 94
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 100
A. Kesimpulan ......................................................................... 100
B. Saran ......................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 103
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Islam merupakan agama rahmatan lil’alamin artinya Islam hadir sebagai
agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi setiap umatnya. Rahmat
dari agama Islam yang disebarkan di dunia ini mencangkup seluruh aspek
kehidupan, salah satunya adalah kehidupan politik. Kehidupan politik telah
dimulai sejak masa Nabi Muhammad dengan diterapkannya piagam Madinah.
Piagam Madinah dibuat sebagai peraturan dari kebijakan-kebijakan atas
kesepakatan para penduduk yang bertempat tinggal di kawasan Madinah agar
tetap terjalin perdamaian walaupun terdapat perbedaan diantara kalangan
masyarakat. Kehadiran piagam Madinah ini sampai sekarang masih menjadi
sejarah perpolitikan Islam yang sangat baik yang di susun oleh Nabi Muhammad.
Setelah masa Nabi Muhammad ternyata politik Islam tidak berhenti atau
stagnan begitu saja, tetapi semakin berkembang dan dikembangkan oleh para
pengikut nabi Muhammad. Seiring berkembangnya peradaban Islam yang
semakin meluas, politik Islampun semakin dipergunakan dan dikembangkan
hingga Islam pernah mencapai masa kejayaannya. Penyebaran perluasan wilayah
peradaban Islampun mencapai masa kejayaannya yang dicatat sejarah dengan
sebutan The Golden Of Age. Di masa ini Islam mempunyai pengaruh besar di
segala bidang baik ekonomi, sosial budaya dan politik, bahkan masa keemasan
2
Islam inipun mempunyai pengaruh terhadap tercapainya kemajuan dan peradaban
modern di Barat sekarang. Christoper Dawson juga mengungkapkan bahwa
periode keemajuan Islam bersamaan masanya dengan abad kegelapan Barat.1
Meskipun demikian Islam juga akhirnya mengalami pasang surut
kemunduran dan kejayaannya. Pada periode pertengahan sekitar tahun 1250-1800
pintu ijtihad di tutup.2 Dalam praktek para Sahabat pengertian ijtihad adalah
penelitian dan pemikiran agar mendapatkan sesuatu penafsiran yang paling dekat
dengan kitab Allah dan Sunnah Rasul S.A.W., baik dengan cara nash atau qiyas
maupun melalui maslahat.3 Namun kenyataannya di masa kemunduran Islam ini
ijtihad mulai tidak dikembangkan lagi. Pemikiran bertumpu kepada para ulama
dan tidak munculnya kembali sosok dari masarakat yang mencoba menafsirkan
kembali Al-Quran dan Sunnah. Di masa itu pemikiran Islam stagnan dan hanya
hidup dalam pemikiran ulama terdahulu tanpa berusaha membuka pemikiran baru
untuk Islam agar dapat sesuai dengan perkembangan zaman. Masa kejayaan
Islampun mengalami kemunduran yang cukup mengecewakan jika dibandingkan
dengan masa kejayaannya dulu.
Pada fase terakhir tahun 1700-1800, Islam mengalami kemunduran dalam
segala aspek. Kekuatan politik dan militer umat Islam menurun, begitupun dengan
perdagangan dan ekonomi umat Islam dengan hilangnya monopoli dagang antara
Timur dengan Barat dari tangan umat Islam. Selain itu perkembangan ilmu
1 Fadil SJ, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Malang: UIN
MALANG PRESS, 2008), iv. 2 Fadil, Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah, iv.
3 Haidar Bagir dan Syafiq Basri, Ijtihad Dalam Sorotan (Bandung: Mizan, 1996),
23.
3
pengetahuan dalam Islam mengalami stagnasi. Tarikat-Tarikat diliputi oleh
suasana khurafat dan superstisi. Umat Islam dipengaruhi oleh sikap fatalistis dan
dunia Islam pun dalam keadaan mundur dan statsis. Berbanding terbalik pada
keadaan Barat dengan kekayaan-kekayaan yang diangkut dari Amerika dan laba
yang timbul dari dagang langsung dengan Timur. Akhirnya Eropa jauh bertambah
kaya dan maju. Islam semakin terpuruk dan pada akhirnya Napoleon dapat
menduduki salah satu pusat Islam yaitu Mesir pada tahun 1798 M.4
Kemunduran Islam justru beriringan dengan kemajuan Barat dari segala
bidang baik ekonomi, sosial maupun budaya yang pada akhirnya menyadarkan
umat Islam bahwa di Barat telah muncul peradaban yang lebih tinggi dari
peradaban Islam dan akan menjadi ancaman bagi kehidupan umat Islam.5 Islam
berusaha mengejar ketertinggalannya dengan cara membuka kembali pintu ijtihad
bagi para pemikir Islam. Pada dasarnya sumber hukum Islam laksana air yang tak
pernah kering, apabila umat muslim dapat membuat trobosan-trobosan baru
dengan membukanya pintu ijtihad seluas-luasnya untuk setiap muslim sesuai
dengan kesanggupannya maka Al-Quran dan Sunnah sanggup menghadapi
tantagan zaman dan seluruh bentuk kebutuhan manusia secara global.6 Zaman
modern sekarang ini telah memberikan sejumlah persoalan besar kehadapan umat
4 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek (Jakarta: UI-Press, 1919),
85. 5 Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek, 85.
6 Zufran Rahman, Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Hukum Islam (
Jawaban Terhadap Aliran Ingkar Sunnah) (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1995), 202.
4
Islam dan umat Islampun perlu sadar bahwa Al-Quran dan Sunnah memberikan
landasan kongkrit dimana jawaban atas persoalan tersebut dapat ditemukan.7
Tahun 1800 M para pemuka Islam terutama di Turki dan Mesir mulai
berfikir dan mencari jalan kembali agar dapat mengembalikan keseimbangaan
bagi kemunduran umat Islam. Dimasa ini Islam mulai membuka diri untuk belajar
dari Barat. Ketika itu bermunculannya pemikiran dan aliran pembaharuan atau
modernisasi dalam Islam yang mencoba belajar dari kemajuan Barat. Para
pembaharu ini mulai berfikir bagaimana caranya agar Islam dapat maju kembali
seperti sediakala, masa inipun dikenal dengan Zaman Kebangkitan Islam.8
Pada masa kebangkitan Islam ini munculah tokoh-tokoh Islam, seperti
pembaharu Islam kontemporer yang mementingkan pemikiran rasional seperti
Muhammad Abduh dan Jamaluddin Al-Afghani. Dalam pandangan Muhammad
Abduh mengenai tertutupnya pintu Ijtihad mengatakan bahwa : “kita tidak
menemukan manfaat apa pun dari penutupan pintu ijtihad.” Bahkan penutupan
pintu ijtihad ini membahayakan umat Islam karena membuat terbengkalainya
akal, terputusnya penyeimbangan ilmu dan terhalangnya umat Islam dari
kemajuan berfikir. Umat Muslim terpuruk karena meninggalkan Ijtihad sehingga
mengalami fase kemunduran.9
7 Ahmad Hasan, Pintu Ijtihad Sebelum Tertutup (Bandung: PUSTAKA, 1984),
211. 8 Harun Nasution, Ditinjau Dari Berbagai Aspek, 86.
9 Jalaluddin Rakhmat, “Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah,” [artikel
on-line]; tersedia di
luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Paramadina/Konteks/SejarahFiqh06.html; Internet; diunduh
pada 24 Februari 2016.
5
Selain kedua tokoh tersebut muncul juga tokoh baru Islam sekitar abad 19
bernama Muhammad Asad yang merupakan seorang dari keluarga Yahudi dan
keluarganya telah turun temurun menjadi pemuka Yahudi, kecuali ayahnya yang
menjadi seorang pengacara. Karena berkat pengembaraannya di Timur Tengah
pada tahun 1926 akhirnya Asad memeluk ajaran Islam.10
Asad lantas mengatakan
mengenai Islam :
Dalam pandangan saya, Islam terlihat seperti sebuah hasil arsitektur yang
sempurna. Semua elemen di dalamnya secara harmonis saling melengkapi dan
mendukung; tidak ada yang berlebihan dan tidak ada yang kurang, hasilnya adalah
sebuah struktur dengan keseimbangan sempurna dan komposisi yang kuat.11
Muahmmad Asad memperhatikan konsepsi kehidupan umat Islam
merupakan konsepsi kehidupan yang lebih damai dibandingkan dengan mode
hidup yang tergesa-gesa dan mekanis seperti bangsa Eropa. Ketertarikan
Muhammad Asad terhadap Islam membawanya kepada rasa simpati terhadap
kemunduran umat Islam baginya kemunduran sosio-kultural Umat Islam
dikarenakan kaum muslimin secara berangsur-angsur melalaikan jiwa ajaran-
ajaran dalam Islam. Islam masih ada pada diri umat muslim namun tinggal jasad
tanpa jiwanya. Islam yang dahulunya dibangun kokoh berdiri tegak atas
permulaan dasar agamawi kini Islam sendirilah yang menjadi sebab
10
Muhammad Yasin, “Road To Mecca,” Republikaonline, 2009 [artikel on-line];
tersedia di http://muallaf-online.blogspot.co.id/2009/06/road-to-mecca.html; Internet;
diunduh pada 25 Februari 2016. 11
Yasin, “Road To Mecca,” Republikaonline, 2009 [artikel on-line]; tersedia di
http://muallaf-online.blogspot.co.id/2009/06/road-to-mecca.html; Internet; diunduh pada
25 Februari 2016.
6
kelemahannya dan kelemahan itu melemahkan struktur kultural dan bahkan
mungkin akan menyebabkan kemusnahan.12
Ketertarikan Asad kepada Islam inilah yang membuat Asad memeluk
Islam, yang membuatnya menjadi salah satu tokoh pemuka Islam dengan karya-
karyanya yang terkenal diantaranya Islam in the Cross Roads dan Road to Mecca.
Selain itu Muhammad Asad juga menerjemahkan Al-Quran secara modern
dengan judul The Massage of the Qur’an.
Dari pengembaraannya di Timur Tengah membuat Asad pada akhirnya
memiliki pemikiran yang luas mengenai Islam. Selain itu pemikiran-pemikiran
Asad mengenai Islam membuat Asad menjadi salah satu konseptor politik Islam.
Asad dipanggil oleh Muhammad Iqbal untuk membantu masuarakat muslim di
India dalam pembentukan Negara Pakistan. Iqballah yang akhirnya membujuk
Assad untuk mengurungkan diri dari rencana awalnya yang ingin melakukan
perjalanan ke Turkestan Timur, Cina dan Indonesia. Iqbal menganjurkan agar
Assad tinggal di India membantu memperteguh dasar-dasar pemikiran bagi hari
depan Negara Islam.13
Dengan berpedoman terhadap Al-Quran, Sunnah dan Ijtihad, Asad pada
akhirnya memberikan gambaran secara terperinci mengenai konsep Negara Islam
dan sistem pemerintahan Islam yang baik. Islam sangat mengedepankan moral
sehingga Asad mengambil kesimpulan, seperti yang tercantum dalam surat Ali
Imran ayat 103-104 sebagai tujuan negara menurut Islam. Karena menurut
12
Muhammad Asad, Islam at the Crossroads (Bandung: Pustaka, 1981), 3. 13
Muhammad Asad, Jalan Ke Makkah (Bandung: Mizan, 1993), 12.
7
Muhammad Asad inti dari negara menurut Islam adalah menyiapkan perangkat
politik bagi terwujudnya persatuan dan tolong-menolong di kalanagan
masyarakat. Kedua ayat ini telah menjelaskan bahwa masyarakat seharusnya
mengamalkan kebajikan dan menghindarkan kebatilan dan dapat hidup sesuai
dengan hukum fitrah dari Allah SWT.14
Ketika Assad ikut serta dalam pembentukan Negara Pakistan. Assad
melihat fenomerna yang terjadi bahwa satu kesatuan politik rakyat yang bersatu
ketika itu bukan karena mempunyai leluhur yang sama akan tetapi karena telah
menganut ideologi yang sama yaitu ideologi Islam.15
Negara Pakistan merupakan
negara yang sebelumnya bersatu dengan India, namun Islam kini menjadi kaum
minoritas di India. Islam di India dulunya pernah menjadi kekuatan politik sejak
abad 16 hingga abad 19 dengan berdirinya Kerajaan Mughal yang didirikan oleh
Zahiruddin Babur atau Babur Syah tahun 1526.16
Kesuskesan Islam di India
ketika itu ternyata tidak dapat terus menguasai Negara India yang pada akhirnya
kekuasaaan Negara India dikuasai oleh mayoritas pemeluk agama Hindu.
Walaupun Hindu dan Islam hidup berdampingan namun kultur dari agama
diantara keduanya sangatlah berbeda inilah penyebab munculnya pemikiran untuk
memisahkan perbedaan kedua kultur tersebut.
Perbedaan kultur yang menonjol antara Hindu dan Muslim adalah
perbedaan konsep theologi, Hindu memiliki banyak Tuhan sedangkan Muslim
14
Muhammad Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam
(Bandug: Pustaka, 1985), 59-60. 15
Asad, Jalan Ke Makkah, h. 12. 16
Idzam Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara
Islam Muhammad Asad (Jakarta: Gaung Press, 2012 ), 171.
8
hanya satu. Hindu menetapkan sistem kasta sedangkan Islam memproklamasikan
adanya persamaan dan persaudaraan. Hindu menyembah sapi sedangkan Muslim
memakannya.17
Kultur yang berbeda inilah yang pada akhirnya tidak terjalin
persaudaraan antar kedua agama ini walaupun Hindu dan Muslim hidup
berdampingan di satu negara.
Dengan jatuhnya kerajaan Mughal akhirnya Islam menjadi kaum
minoritas. Setelah India merdeka dari jajahan Negara Inggris akhirnya Islam
memfokuskan mengenai posisinya di India. Namun pada akhirnya Islam tidak
menemukan jalan agar terus berdampingan dengan Hindu, yang ketika itu di
pimpin oleh Ali Jinna dan Liga Muslim lainnya, karena banyak faktor yang tidak
memungkinkan antara Hindu dan Muslim bersatu pada akhirnya Mountbatten
(Gubernur Jendral Inggris atau Viceroy di India saat itu) merekomendasikan
pemisahan.18
Sehingga terbagilah India menjadi dua negara yaitu India dan
Pakistan.
Terbentuknya Negara Pakistan dengan beberapa tokoh besar Islam
membuat Negara Pakistan terbentuk atas dasar konsep Negara Islam. Muhammad
Iqbal dan Muhammad Ali Jina merupakan tokoh-tokoh besar Islam yang sangat
dikenal karena kontribusinya dalam pembentukan Negara Pakistan. Selain kedua
tokoh tersebut ada salah satu tokoh intelektual yang turut serta diminta untuk
17
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 173. 18
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 174-175.
9
membantu menuangkan pemikirannya mengenai konsep Negara Islam demi
terciptanya Negara Pakistan.
Asad dari keturunan Yahudi yang bersimpati kepada Islam pada akhirnya
memutuskan untuk memeluk agama Islam. Tidak hanya mencari tahu mengenai
Islam Asadpun lama melakukan perjalanan di Timur Tengah, sehingga membuat
pemikirannya mengenai Islam semakin matang. Muhammad Asad ikut
berkontribusi dalam pembentukan Negara Pakistan dengan pemikirannya
mengenai sistem negara dan pemerintaan dalam Islam. Inilah yang menjadi
ketertarikan bagi peneliti untuk mengkaji penelitian yang berjudul “PERAN
MUHAMMAD ASAD DALAM PEMBENTUKAN NEGARA ISLAM :
STUDI TENTANG TERBENTUKNYA NEGARA PAKISTAN”
B. Pertanyaan Masalah
Penulisan skripsi ini secara umum ingin memberikan analisa mengenai
Peran Muhammad Asad Dalam Pembentukan Negara Islam Studi Tentang
Terbentuknya Negara Pakistan. Oleh karena itu penulis menyimpulkan dalam dua
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana pemikiran Muhammad Asad mengenai sistem negara dan
pemerintahan sesuai konsep Islam?
2. Bagaimana kontribusi Muhammad Asad terhadap terbentuknya Negara
Pakistan?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
mengungkap hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pemikiran Muhammad Asad
mengenai sistem negara dan pemerintahan sesuai konsep Islam.
2. Untuk mengetahui kontribusi pemikiran politik Muhammad Asad
bagi terbentuknya Negara Pakistan
II. Manfaat Penelitian
Sebagai sebuah penelitian yang berorientasi atas asas manfaat, penulis
membagi manfaat penelitian kedalam beberapa aspek.
1. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah
pengetahuan studi mengenai terbentuknya negara, khususnya
pembentukan negara Pakistan yang menerapkan syariat islam.
2. Secara Praktis
Penulis mengharapkan dari hasil penelitian yang penulis kaji dapat
menjadi sebuah sumbangan pemikiran dalam khasanah keilmuan
pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
11
D. Tinjauan Pustaka
Sebelum melaksanakan penelitian ini, penulis terlebih dahulu melakukan
studi kepustakaan terhadap beberapa referensi skirpsi yang mempunyai hubungan
dengan judul skripsi yang penulis susun. Skrpisi yang berjudul Pakistan Di bawah
kepemimpinan Zia Ul-Haq (Analisis Terhadap Reformasi Politik dan Hukum
Islam di Pakistan) disusun oleh Noer Azizah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Usuluddin dan Filsafat Jurusan Pemikiran Politik Islam.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang di tulis oleh Noer Azizah adalah
pembahsaan mengenai Negara Islam Pakistan. Penelitian ini lebih membahas
kepada pembentukan negara menurut teori politik yang ada yang diaplikasikan
pada terbentuknya Negara Islam di Pakistan. Selain itu penelitian ini juga lebih
fokus kepada salah satu tokoh yang merumuskan Negara Pakistan yaitu
Muhammad Assad, berbeda dengan skrpisi Noer Azizah yang memfokuskan
penelitiannya kepada tokoh Zia Ul-Haq.
Skrpisi lainnya berjudul Peran Muhammad Ali Jinna Dalam Mendirikan
Negara Republik Islam Pakistan yang disusun oleh Musyrifa mahasiswi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta fakultas Usuluddin dan Filsafat Jurusan Pemikiran
Politik Islam. Skripsi yang ditulis oleh Musyrifa sama-sama membahas mengenai
pendirian Negara Pakistan namun penelitian ini lebih mengangkat tokoh
Muhammad Ali Jinna yang berperan aktif dalam pendirian Negara Pakistan,
sedangkan penelitian tokoh yang ingin peneliti angkat dalam skripsi ini adalah
Muhammad Assad yang juga salah satu tokoh akademis yang tidak sedikit
12
membicarakan mengenai politik yang pada akhirnya ikut berperan dalam
penyusunan pendirian Negara Pakistan.
E. Metode Penelitian
I. Pendekatan Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan teknik analisis kualitatif. Pendekatan analisis
kualitatif dimaksudkan agar dapat memperoleh gambaran secara
menyeluruh, jelas dan mendalam mengenai hal-hal yang diteliti. Penelitian
kualitatif ini juga digunakan agar mengetahui makna dibalik fenomena
yang ada.
Penelitian kualitatif yaitu penelitian dengan mengungkap gejala
holistik-kontekstual menjadi pengumpulan data dengan memanfaatkan
peneliti sebagai kunci utama dari pengumpulan data. Penelitian kualitatif
ini bersifat deskriptif dan lebih menonjolkan proses dan makna,
pendekatan yang digunakan juga cenderung pendekatan induktif. Ciri
pendekatan kualitatif.Ciri penulisan dalam metode kualitatif disusun dalam
bentuk narasi sehingga menunjukkan nilai otentik.19
Maksud dari holistic dari penelitian kualitatif ini adalah
menyeluruh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Sehingga fokus penelitian
tidak hanya menetapkan penelitiannya berdasarkan variabel penelitian,
19
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat., Metodologi Penelitian (Bandung: CV.
Mandar Maju, 2011), 200.
13
melainkan juga fokus penelitian ini akan secara keseluruhan situasi sosial
yang diteliti meliputi aspek tempat (place), pelaku (aktor), dan aktivitas
(activity) yang berinteraksi secara sinergis.20
II. Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang akan digunakan penulis adalah observasi
dokumen. Menurut Sutrisno Hadi observasi merupakan suatu proses yang
kompleks, yang tersusun dari berbagai peroses seperti proses biologis dan
psikologis dan yang terpenting diantaranya adalah proses pengamatan dan
ingatan.21
Berbeda dengan teknik wawancara dan kuesioner karena ruang
lingkup obesrvasi yang tidak terbatas, tidak hanya dengan manusia tetapi
juga dengan alam-alam yang ada di sekitarnya.
III. Sumber dan Jenis Data
Sumber dan jenis data yang diperoleh oleh peneliti yaitu melalui
Studi Kepustakaan (Library Research). Studi Kepustakaan merupakan
proses pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian
yang akan diteliti. Pengumpulan data dan informasi ini dikumpulkan
melalui literatur-literatur kepustakaan, buku, majalah, koran, artikel,
jurnal, serta website.22
Tujuan Studi Kepustakaan adalah untuk
20
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta
Bandung, 2006), 233. 21
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D, 162. 22
Muhammad al-Banna, Ali Syari’ati Tentang Islam dan Modernitas (Ciputat:
UIN Syarif Hidayatullah, 2010), 8.
14
memperoleh data melalui sumber bacaan yang meliputi buku, majalah,
koran, artikel, jurnal, serta website mengenai Muhammad Asad.23
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian skripsi ini peneliti akan menyusun pembahsan yang
menjadi beberapa bagian dari sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, Dalam bab ini peneliti akan memaparkan
permasalahan yang melatarbelakangi pembahasan dan perumusan masalah serta
tujuan terkait dalam penelitian tentang Peran Muhammad Assad Dalam
Pembentukan Negara Islam Studi Tentang Terbentuknya Negara Pakistan.
BAB II : Dalam bab ini akan difokuskan pada teori dan konsep.
Membahas tori-teori negara, ideologi negara hingga terbentuknya Negara Islam
menurut pemikir politik lainnya. Selain itu bab ini juga akan membahas konsep-
konsep tentang Negara Islam yang juga dibahas dan dikemukakan oleh para
pemikir politik Islam lainnya.
BAB III : Dalam bab ini akan difokuskan pada biografi muhammad asad
dan awal mula berdirinya negara dan pemerintahan islam pakistan. Biografi
Muhammad Asad, tentunya tidak lepas dari ketertarikannya terhadap Islam
sehingga seorang keturunan Yahudi ini menetapkan dirinya sebagai Muslim
dengan karya-karyanya mengenai Islam yang sangat menarik perhatian tokoh
Islam di Pakistan dan membuat Asad dipercaya dalam pembuatan konsep Negara
23
Rif’at, Pemikiran Politik Islam Fachry Ali (Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah,
2011), 4.
15
Pakistan. Kemudian sejarah terbentuknya Negara Pakistan yang berpisah dari
Negara India. Serta sistem pemerintahan dan undang-undang yang berlaku pada
awal pemerintahan berdirinya Negara Pakistan.
BAB IV : Bab ini merupakan bagian yang berisi tentang Muhammad Asad
dan kontribusinya pada pembentukan Negara Pakistan. Secara rinci bab ini akan
menjelaskan mengenai pemikiran Muhammad Asad mengenai Negara Islam
Pakistan. Pengaruh Asad pada konsep Negara Islam Pakistan, karena pada
dasarnya bab ini menjadi pembanding ada atau tidaknya serta digunakan atau
tidaknya sistem politik Islam dalam pemikiran Muhammad Asad dengan sistem
politik yang telah diterapkan dalam Negara Pakistan, ketika negara tersebut
berdiri. Selain itu bab ini juga akan memaparkan kegagalan penegakan hukum
Islam di Negara Pakistan dan Pemikiran Asad.
BAB V : Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan mengenai
skripsi ini, sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan Peran
Muhammad Asad Dalam Pembentukan Negara Islam Studi Tentang Terbentuknya
Negara Pakistan.
16
BAB II
TEORI DAN KONSEP
A. Teori Negara
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, negara merupakan alat
dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan antar
manusia dalam masyarakat, serta menertibkan gejala kekuasaan yang ada dalam
masyarakat.24
Dalam satu negara rakyat diperintah oleh sejumlah pejabat yang
berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-
undangan melalui kontrol monopolitis dari kekuasaan yang sah.25
Thomas Aquinas seorang pemikir klasik mendefiniskan negara sebagai
lembaga sosial manusia yang paling tinggi dan luas, yang fungsinya adalah
menjamin manusia untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiknya yang
melampaui kemampuan lingkungan sosial yang lebih kecil seperti desa dan kota.26
Manusia bergantung pada manusia lainnya, tidak mungkin manusia dapat
mencapai kebahagiaan hidup tanpa manusia lain, ini merupakan hukum alamiah
dari setiap manusia. Menurut Thomas Aquinas hukum alam inilah yang mendasari
manusia berfikir untuk membentuk suatau negara. Hukum alam menurut Thomas
Aquinas merupakan partisipasi mahluk rasional dalam hukum abadi. Menurut
24
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,
2010), 47. 25
Efriza, Ilmu Politik Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan (Bandung:
Alvabeta, 2013), 48. 26
Efriza, Ilmu Politik Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, 42
17
Aquinas manusia merupakan satu-satunya mahkhluk rasional yang dianugerahi
Tuhan penalaran, intelegensia dan akal budi, sehingga ekstitensi negara
bersumber dari sifat alami manusia. Menurut Aquinas salah satu sifat alamiah
manusia adalah wataknya yang bersifat sosial dan politis.27
Al-Mawardi merupakan pemikir Islam berpendapat bahwa asal mula
negara terjadi karena perbedaan bakat dalam diri manusialah yang pada akhirnya
mendorong sesamanya untuk saling membantu. Karena pada dasarnya manusia
mempunyai kelemahan, sehingga untuk memenuhi semua kebutuhan umat
manusia maka perlu adanya persatuan dan saling membantu, hingga akhirnya
terdapat kesepakatan untuk mendirikan negara. Al-Mawardi mengemukakakan
bahwa negara terjadi juga karena kontrak sosial, dengan perjanjian dasar sukarela.
Ketika Al-Mawardi mengemukakakn teori kontrak sosialnya pada abad sebelas, di
Eropa teori kontrak sosial muncul untuk pertama kalinya pada abad ke enam
belas.28
Menurut Hobbes yang merupakan seorang filsuf zaman modern
berpendapat bahwa asal mula terbentuknya negara atau kedaulatan pada
hakikatnya merupakan sebuah kontrak atau perjanjian sosial, dikenal dalam istilah
covenant. Dalam perjanjian ini manusia ataupun individu secara sukarela
27
Kabul Budiyono, Teori dan Filsafat Ilmu Politik (Bandung: Alfabeta, 2012),
120-122. 28
Ni’matul Huda, Ilmu Negara (Jakarta: PT RadzjaGrafindo Persada, 2010), 49-
50.
18
menyerahkan hak-haknya serta kebebasan kepada seorang penguasa negara atau
semacam dewan rakyat.29
Dalam pandangan Hobbes kondisi alamiah manusia pada awalnya bukan
merupakan keadaan yang aman dan adil, namun kondisi manusia sangatlah kacau.
Keadaan kacau ini mengakibatkan manusia selalu dalam keadaan bermusuhan dan
merasa terancam oleh sesamanya yang mengakibatkan terjadinya perang antar
sesama, dikenal dengan kondisi homo homini lupus dan bellum omnium contra
omnes. Kondisi ini terjadi dikarenakan belum adanya hukum dan pemerintahan
yang dibuat oleh manusia, manusia hidup tanpa adanya ikatan sosial antar
individu. Makadari itu demi terciptanya kedamaian, ketertiban dan adanya
kebebasan seseorang untuk mempertahankan haknya maka perlu dihapuskannya
benih-benih penyebab kekacauan terjadi, yaitu dengan dilakukannya perjanjian
bersama. Perjanjian bersama yang dilakukan secara sadar oleh manusia inilah
yang pada akhirnya memunculkan keadaan dalam bernegara, karena setiap
individu pada akhirnya berjanji melepaskan hak-hak kodart dan menyerahkan
pada seseorang atau sebuah badan yang berada di luar dan di atas para anggotanya
dan dianggap dapat menjamin tata kehidupan bersama.30
Negara hadir sebagai satu organisasi kekuasaan, dan dengan
kehadiraannya negara menjadi suatu alat untuk mengatur tingkah laku manusia
secara terikat dalam peraturan. Peraturan-peraturan dan kehidupan manusiapun
dipengaruhi atau ditentukan oleh kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh negara.
29
Efriza, Ilmu Politik Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, 42. 30
Budiyono, Teori dan Filsafat Ilmu Politik, 93-94.
19
Negara menyusun sejumlah aturan-aturan dan memaksa setiap orang mematuhi
peraturan tersebut yang telah disusun menurut sudut pandang negara itu sendiri.31
Negara berdasarkan strukturnya dapat dibedakan menjadi suprastruktur
politik dan infrastruktur politik. Pengertian suprastruktur politik adalah segala
sesuatu yang bersangkutan dengan alat kelengakapan negara, termasuk
diantaranya berhubungan dengan hal mengenai kedudukan, kekuasaan,
wewenang, tugas pembentukan, hal-hal tersebut berhubungan satu sama lainnya.
Ketentuan dalam suprastruktur politik tersebut diatur dalam Undang-Undang
Dasar (UUD). Sedangkan Infrastruktur politik merupakan hal-hal yang
berhubungan dengan partai, golongan kepentingan, kelompok penekan,
komunikasi politik, pemilu dan sebagainya. Antara suprastruktur dan infrastruktur
mempunyai hubungan timbale balik, yang artinya suprastruktur dapat mengatur
segala ketentuan yang ada di dalam infrastruktur dan infrastruktur dapat
mempengaruhi serta menentukan berjalannya suprastruktur.32
31
P. Anthonius Sitepu, Studi Ilmu Politik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 109-
110. 32
Efriza, Ilmu Politik Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, 47-48.
20
B. Teori Terbentuknya Negara
Negara terbentuk tidak terjadi begitu saja, namun negara terbentuk dengan
adanya tujuan, unsur dan konsep yang mendasari negara tersebut hadir. Dengan
adanya tujuan, unsur dan konsep tersebut negara akan hadir menjadi negara yang
mencapai kesempurnaan. Jika ketentuan terbentuknya negara terpenuhi maka
negara tersebut akan hadir tanpa adanya keraguan dan dalam pandangan
politikpun tidak diragukan.
Negara terbentuk memiliki tujuannya masing-masing, namun secara
umum tujuan terbentuknya negara menurut Wilford Garner terbagi menjadi tiga,
pertama, tujuan asli atau tujuan utama yaitu untuk melakukan pemeliharaan,
ketertiban, keamanan, dan keadilan. Tujuan ini mengutamakan kebahagiaan
individu, maka jika tujuan ini tidak dipenuhi maka hadirnya negara tidak
dibenarkan. Kedua, tujuan sekunder, mengutamakan kesejahteraan kepentingan
bersama dari seluruh individu. Ketiga, tujuan negara dalam bidang peradaban,
maksud tujuan ini adalah memajukan peradaban dan meningkatkan kemajuan
negara.33
Terbentuknya negara berdasarkan unsur-unsur yang dipenuhi diantaranya :
1. Adanya wilayah, kekuasaan negara tersebut berlaku harus memiliki batas
wilayah.
2. Adanya rakyat, sekumpulan orang yang telah menempati suatu tempat dan
telah sadar untuk bernegara.
33
Rudi Salam Sinaga, Pengantar Ilmu Politik (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013),
13-14.
21
3. Adanya pemerintah (unsur primer), suatu badan yang dibentuk untuk
mengurus dan memimpin Negara
4. Adanya kedaulatan (unsur primer), kekuasaan tertinggi yang berwenang
membuat UU dan melaksanakannya dengan semua cara termasuk secara
paksa.
5. Adanya pengakuan (unsur sekunder), unsur tambahan yang menguatkan
keberadaan sebuah negara. Pengakuan dari dalam dan luar negeri,
pengakuan dari dalam negeri yaitu kerelaan warga negara untuk diperintah
oleh pemerintah yang sah, pengakuan dari luar negeri yaitu pengakuan
ekstitensi sebuah pemerintahan yang sah dan berdaulat dari negara
tetangga.34
Negara terbentuk biasanya mempunyai konsep ideologi yang berbeda atau
sesuai dari kesepakatan negara tersebut. Ideologi hadir sebagai pemersatu rakyat
di suatu negara dan ideologi juga merupakan satu pedoman untuk memilih
kebijakan dan perilaku politik sehingga masyarakat yang menerapkan ideologi
tertentu yakin akan arti keberadaannya dan tujuan tindakannya. Kaberhasilan
suatu ideologi merupakan masalah kepercayaan rasional yang lahir dari setiap
individu.35
Ideologi merupakan suatu sistem nilai atau kepercayaan yang diterima
sebagai suatau fakta atau kebenaran oleh kelompok tertentu. Ideologi yang
merupakan satu sistem inilah maka ideologi merupakan hasil pemikiran yang
34
Efriza, Ilmu Politik Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, 50-51. 35
Carlton Clymer Rodee, dkk., Pengantar Ilmu Politik (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2009), 105.
22
matang yang mungkn berasal dari pemikiran seseorang ataupun pemikiran dari
sekelompok orang.36
Ideologi menurut Ramlan Subakti:
Suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam
tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh suatu masyarakat, dan
mengenai cara-cara yang paling dianggap baik untuk mencapai tujuan.
Tujuan dan cara itu sebagai moral dianggap paling baik dan adil bagi
penghayatannya untuk mengatur perilaku sosial warga masyarakat dalam
berbagai segi kehidupan ini.37
Ada banyak ideologi yang digunakan di beberapa negara diantaranya:
nasionalisme, liberalism, konservatisme, sosialisme, komunisme, kapitalisme,
radikalisme, fasisme, demokrasi, dan islam.38
Dalam hal ini Negara Pakistan
berdiri sebagai negara yang berideologi Islam, dan Pakistan juga dikenal sebagai
Negara Islam dengan nama Republik Islam Pakistan.
C. Konsep Negara Islam
Negara Islam merupakan negara yang hidup dengan tujuan membawa
nama Allah, yaitu memiliki rakyat yang manusiawi serta tanah air yang harus di
lindungi sebagai amanat yang harus dijaga. Hukumnya merata didalam satu
undang-undang. Hak diberikan menurut ketentuan begitupun kewajiban yang
dilakukan dengan penuh perhatian. Segala sesuatu juga diatur atas dasar
musyawarah para ahli dan cendikiawan, jujur memikirkan nasib bersama.39
Negara Islam ditegakkan dalam hukum dan peraturan yang ditumbuhkan
atas sendi akidah Islam, sehingga Negara Islam bukanlah negara yang dibatasi
36
Sitepu, Studi Ilmu Politik, 50. 37
Efriza, Ilmu Politik Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, 85. 38
Efriza, Ilmu Politik Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan, 89. 39
Fuad Mohd. Fachruddin, Pemikiran Politik Islam (Jakarta: CV Pedoman Ilmu
Jaya, 1988), 217.
23
dengan kedaerahan seperti ras atau suku. Begitupun dengan tujuan negara yang
ada didalamnya, selama negara didirikan atas dasar Islam maka secara alami
tujuan-tujuannya adalah tujuan dari Islam.40
Dalam kajian dan konsep Islam ada beberapa istilah negara, yang hampir
semua istilahnya pernah dipraktikan oleh umat Islam, diantaranya:
1. Daulah, merupakan kelompok sosial yang menetap pada suatu wilayah
tertentu dan diorganisasi oleh suatu pemerintah yang mengatur
kepentingan dan kemaslahatan. Istilah ini pertama kali digunakan ketika
masa kekhalifahan dinasti Abbasiyah pada pertengahan abad ke 8.
2. Khalifah, dalam perspektif politik sunni, khalifah didasarkan pada dua
rukun yaitu consensus elite politik (ijma) dan pemberian legitimasi
(bay’ah). Menurut Bernard Lewis stilah ini dipergunakan pertama kali
muncul di Arabia pra-Islam dalam suatu prasasti arab abad ke-6 Masehi.
3. Hukumah, hukumah berbeda dengan konsep khalifah dan imamah, sebab
kedua konsep ini lebih berhubungan dengan format politik atau kekuasaan,
sedangkan hukumah lebih berhubungan dengan sistem pemerintahan.
4. Imamah, menurut Al-Mawardi imamah adalah khalifah, raja, sultan atau
kepala negara.
5. Kesultanan, diartikan sebagai wewenang. Menurut Lewis kata ini muncul
berkali-kali di dalam Al-Quran dengan arti kekuasaan, bukti, dan yang
lebih khusus lagi adalah kekuasaan yang efektif.41
40
Abd. Aziz, Masalah Kenegaraan dalam Pandangan Islam (Jakarta: Yayasan
AL AMIN, 1984), 13-14.
24
Negara Islam menurut Hasan al-Banna adalah negara yang merdeka, tegak diatas
syariat Islam, bekerja dalam rangka menerapkan sistem sosialnya,
memproklamasikan prinsip-prinsip yang lurus, dan melakukan dakwah yang bijak
ke segenap umat manusia. Negara Islam berbentuk khalifah. Khalifah adalah
kekuasaan umum yang paling tinggi dalam agama Islam. Khalifah Islam didahului
oleh berdirinya pemerintahan Islam di Negara Islam.42
Negara Islam menurut Fazlur Rahman adalah organisasi yang dibentuk
oleh masyarakat muslim dalam rangka memenuhi keinginan mereka dan tidak
untuk kepentingan lain. Maksud dari kepentingan mereka disini adalah untuk
melaksanakan kehendak Allah yang telah tecantum di dalam wahyu Allah. Jadi
Negara Islam ini didirikan oleh umat Islam dalam rangka memenuhi keinginan
umat Islam untuk melaksanakan perintah Allah melalui wahyu-Nya.43
Terbentuknya Negara Islam menurut Hasan al-Banna yaitu bersumber dari
prinsip dasar ajaran Islam sendiri, yaitu Al-Quran dan Sunnah. Hasan al-Banna
menegaskan bahwa Islam merupakan tata aturan yang sangat lengkap karena satu
sama lainnya saling melengkapi, seperti halnya moral dan kekuasaan, rahmat dan
keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu pengetahuan dan hukum, materi
41
Huda, Ilmu Negara, 13-16. 42
Iman Munandar, “Agama dan Politik, Islam dan Negara,” Wordpress, 2013
[artikel on-line]; tersedia di https://imannumberone.wordpress.com/2013/06/19/islam-
dan-negara/; Internet; diunduh pada 14 November 2016. 43
Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman (Yogyakarta:
UII Press, 2000), 83-84.
25
atau kerja dan harta, kekuatan senjata dan konsep, yang dapat menyempurnakan
kehidupan bernegara.44
Dalam Islam, negara didirikan atas prinsip yang di tetapkan oleh Al-
Quran dan Sunnah nabi Muhammad. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya, pertama
ialah bahwa seluruh kekuasaan di alam semesta ada pada Allah karena Allahlah
yang telah menciptakannya. Menurut keimanan umat Muslim hanya Allah yang
dapat ditaati bila Allah memerintahkannya. Prinsip kedua adalah bahwa hukum
Islam ditetapkan oleh Allah dalam Al-Quran dan Sunnah nabi, sedangkan Sunnah
nabi merupakan penjelasan otoritatif tentang Al-Quran yang di turunkan kepada
Nabi Muhammad untuk membimbing umat manusia. Allah juga menempatkan
pengetahuan mengenai kebaikan dan keburukan dalam sifat manusia dan lalu
menjelaskannya dalam Al-Quran.45
Jika dilihat secara seksama istilah negara sebenarnya memang tidak
disinggung dalam Quran maupun sunah, namun unsur-unsur esensial yang
menjadi dasar negara dapat ditemukan didalam kitab suci. Sepertihalnya
menjelaskan seperangkat prinsip atau fungsi yang dapat diterjemahkan dengan
adanya tata tertib sosio politik untuk komponen-komponen yang dibutuhkan bagi
44
Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari
Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer (Jakarta: Perdana Media Group, 2010), 198. 45
Mumtaz Ahmad, Masalah-Masalah Teori Politik Islam (Bandung: Mizan,
1996), 57.
26
tegaknya sebuah negara misalnya keadilan, persaudaraan, ketahanan, kepatuhan
dan kehakiman.46
Menurut pandangan Islam pada dasarnya Negara Sekuler tidak bisa
memberi keputusan yang kuat jika ada pertentangan pikiran yang bertentantangan
dengan konsepsi masyarakat. Karena sesungguhnya konsep kemanusiaan tidak
dapat diselesaikan dengan paham sekuler yang hakekatnya sekuler merelatifkan
semua pandangan hidup. Sehingga sekuler tidak akan memberikan dasar yang
kuat bagi kehidupan masyarakat, malah sebaliknya akan menggoyahkan sendi-
sendi hidup orang dan masyarakat.47
I. Konsep Negara Islam Menurut Abu al-A’la al-
Maududi
Negara Islam menurut Abu al-A’la al-Maududi memempunyai
sistem tersendiri yang pada hakikatnya jika dilihat dari segi karakteristik
maupun tujuannya sangatlah berbeda dengan Negara Sekuler, karena
Islam merupakan antitesis dari demokrasi Barat yang memberikan
kekuasaan sepenuhnya kepada rakyat dalam penentuan norma-norma dan
prilaku dalam satu negara. Menurut al-Maududi Islam memberikan
kedaulatan yang terbatas kepada rakyat.48
46
Khalid Ibrahim Jindan, Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), 49. 47
Natsir, Agama dan Negara dalam Perspektif Islam (Jakarta: Media Da’wah,
2001), 212-213. 48
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 176-177.
27
Konsep negara al-Maududi yaitu negara terbentuk dari misi Islam
yang agung dan membangun negara merupakan suatu kewajiban agama.
Al-Maududi mengungkapkan bahwa Negara Islam yang berlandaskan
syariah harus berlandaskan kepada empat prinsip yaitu: mengakui
kedaulatan Tuhan, menerima otoritas Nabi Muhammad, memiliki wakil
tuhan, dan menerapkan prinsip musyawarah konsep dasar dari Negara
Islam bahwa kedaulatan berada ditangan Tuhan, bukan seperti konsepsi
Barat yang menganggap bahwa kedaulatan berada di tangan Rakyat.49
Menurut al-Maududi asas terpenting dalam Islam adalah tauhid,
karena dalam ajarannya tauhid mempunyai pengaruh yang besar dalam
mengubah tata sosial, tata politik, tata ekonomi. Tauhid akan selalu
menentang tirani dan kekuasaan yang tidak adil. Asas utama tauhid inilah
yang pada akhirnya memunculkan konsep negara yang dikenal dengan
theokrasi. Perlu ditekankan konsep theokrasi ini berbeda dengan konsep
Eropa yang mengunggulkan sekelompok masyarakat dan mendominasi
yaitu kelompok pendeta. Menurut al-Maududi konsep theokrasi yang
dibangun Islam tidak dikuasai oleh kelompok keagamaan tetapi seluruh
masyarakat Islam yang menyelenggarakan pemerintahan sejalan dengan
49
“Konsep Negara Menurut Al-Maududi dan Ali Abdul Raziq,” Wordpress, 2012
[artikel on-line]; tersedia di https://lembarannalar.files.wordpress.com/2012/10/konsep-
negara-menurut-al-maududi-dan-ali-abdul-raziq.pdf; Internet; diunduh pada 14
November 2016.
28
Al-Quran dan Sunnah Rasul. Konsep Theokrasi digunkan al-Maududi
dengan nama Teo-demokrasi, yaitu sistem pemerintahan demokrasi Ilahi.50
Menurut Al-Maududi Negara Islam harus berlandaskan ideologi
dan bertujuan untuk menegakan ideologi tersebut, dengan demikian hanya
masyarakat yang meyakini ideologi itulah yang diperkenankan untuk
mempimpin. Akan tetapi prinsip ini tidak bermaksud untuk membedakan
golongan Muslim dan non-Muslim. Karena sesungguhnya Negara Islam
memberikan jaminan perlindungan, kehidupan, kebudayaan, keimanan dan
martabat warga non muslim.51
Selain itu Maududi juga menjelaskan upaya-upaya yang harus
dicapai atau syarat-syarat dari Negara Islam yang telah diisyaratkan dalam
Al-Quran adalah sebagai berikut:
1. Tidak adanya eksploitasi antar manusia, antar kelompok atau
kelas dalam masyarakat.
2. Memelihara kebebasan dalam ekonomi, politik, pendidikan dan
agama bagi para warga serta melindunginya dari invasi bangsa
asing.
3. Menegakkan sistem keadilan yang seimbang seusai dengan Al-
Quran.
50
“Konsep Negara Menurut Al-Maududi dan Ali Abdul Raziq,” Wordpress, 2012
[artikel on-line]; tersedia di https://lembarannalar.files.wordpress.com/2012/10/konsep-
negara-menurut-al-maududi-dan-ali-abdul-raziq.pdf; Internet; diunduh pada 14
November 2016. 51
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 179-180.
29
4. Memberantas kejahatan dan mengedepankan kebajikan sesuai
ajaran Al-Quran.
5. Sebagai tempat tinggal yang dapat mengayomi setiap warga
negaranya dengan menegakkan hukum tanpa diskriminasi.52
II. Konsep Negara Islam Menurut Muhammad Iqbal
Hampir sama dengan al-Maududi Konsep kenegaraan yang
dikemukakan oleh Muhammad Iqbal yaitu dasar utama pembentukan
negara berdasarkan konsep tauhid. Prinsip tauhid akan melahirkan rasa
kebangsaan dan kesetiaan kepada saudara seakidah tanpa adanya ikatan
keluarga. Negara Islam menurut Iqbal berorientasikan kepada Tuhan yang
menjadi sumber utama kehidupan. negara sebagai refleksi dari kedaulatan
Tuhan yang berpedoman kepada Al-Quran. Syariat Islam sebagai sumber
hukum dan etika, sehingga pemimpin dan rakyat memiliki kedudukan
yang sama di hadapan hukum. Kebebasan setiap individu menurut Iqbal
diatur berdasarkan hukum sehingga memunculkan prinsip toleransi setiap
golongan dan kelompok.53
Bagi Iqbal tidak ada pemisahan antara spiritual dan matertil,
begitupun dengan agama dan negara. Iqbal menyimpulkan bahwa
demokrasi merupakan cita-cita politik Islam. Ada lima prinsip dasar atas
52
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 180. 53
Abdullah Firdaus,“Konsep Negara Islam Dalam Pemikiran Politik Muhammad
Iqbal,” Media Akademika, vol.29 no.1, 2014 [jurnal on-line]; tersedia di
http://portalgaruda.org/article.php/article=321578&val=6803&title=Konsep%20Negara%
20IslaI%20dalam%20Pemikiran%20Politik%20Muhammad%20Iqbal; Internet; diunduh
pada 14 November 2016.
30
konsep demokrasi dalam pandangan Iqbal yaitu: Pertama, asas utama
adalah tauhid adapun kekuasaan kepala negara hanyalah melaksanakan
kehendak Tuhan. Kedua, kepatuhan kepada hukum yang telah
disempurnakan oleh Nabi Muhammad. Ketiga, toleransi. Keempat,
demokrasi Islam yang tidak dibatasi oleh wilayah geografis, ras, ataupun
warna kulit. Kelima, diadakannya pengembangan hukum Tuhan melalui
Ijtihad.54
Perlu diingat bahwa demokrasi yang ditanamkan Iqbal berdasarkan
prinsip tauhid dan kenabian Muhammad. Iqbal sangat menentang
demokrasi Barat, karena menurutnya demokrasi Barat tidak mempunyai
landasan spiritual. Baginya gagasan dan institusi masyarakat yang tidak
didukung oleh semangat moral dan spiritual akan menghancurkan
kehidupan sosial itu sendiri.55
54
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer,101-103. 55
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 99.
31
BAB III
BIOGRAFI MUHAMMAD ASAD DAN AWAL MULA BERDIRINYA
NEGARA DAN PEMERINTAHAN ISLAM PAKISTAN
A. Biografi Muhammad Asad
Pada musim panas tahun 1900 Muhammad Asad lahir, di Livow Eropa
Tengah sebuah kota di Polandia.56
Asad lahir dengan nama Leopold Weiss.57
Nama Muhammad Asad merupakan nama yang digunakan setelah Asad memeluk
Agama Islam.58
Pada awalnya ayahnya menginginkan Asad menjadi ahli ilmu
pengetahuan namun gagal dikarenakan Asad tidak terkarik menjadi seorang ahli
ilmu pengetahuan. Ayahnypun akhirnya harus menerima kenyataan bahwa Asad
lebih menyukai sastra dan sejarah. Guru-guru Asad merasa sangat puas karena
kecerdasan Asad dibidang tersebut. Sesuai tradisi dari keluarga Asad,
pembelajaran dilakukan di rumah dengan menerima guru-guru pribadi di rumah.
Guru-guru pribadi tersebut juga mengajarkan seluruh dasar kebiasaan Yahudi.59
Asad telah mempelajari bahasa Jerman dari ayahnya dan juga bahasa
Polandia dari Ibunya. Karena kegemarannya membaca pada usia tiga belas tahun
Asad telah selesai membaca karya-karya besar dalam bahasa Jerman dan Polandia
seperti karya Sienkiewics, Karl Marx, Nietzsche dan Rilke. Kecermelangannya
56
Asad, Jalan Ke Makkah, 71-72. 57
“Pendapat Muhammad Asad Tentang Negara Islam,” Walisongo Library,
[artikel on-line]; tersedia di http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-
gdl-s1-2006-denyfresya-824-BAB3_210-2.pdf; Internet; diunduh pada 29 November
2016. 58
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 158. 59
Asad, Jalan Ke Makkah, 72-73.
32
dalam berbahasa inilah yang pada akhirnya menjadi modal awal Asad lebih
mudah mempelajari Bahasa dan Sastra Arab.60
Diusia ke empat belas bertepatan dengan perang Eropa di akhir tahun
1914, karena postur tubuhnya yang tinggi menjadikan Asad mudah memasuki
angkatan darat Austria dengan menggunakan nama palsu. Setelah sepekan
Ayahnya dengan bantuan polisi menggiringnya pulang ke Wina. Asad tetap
bertekad menjadi anggota angkatan perang, empat tahun berlangsung Asad
mencoba kembali ke angkatan perang Austria, namun impiannya harus lenyap
karena pada akhirnya revolusi meletus dan perang berakhir dengan tenggelamnya
kekaisaran Austria.61
Dua tahun setelah perang berakhir Asad memulai belajar di fakultas
sejarah dan falsafah Universitas di Wina.62
Namun pada usia sembilan belas tahun
Asad akhirnya memutuskan untuk meninggalkan studinya di bidang tersebut.
Keputusan dalam hal ini Asad katakan kepada ayahnya, namun pada akhirnya
Asad memutuskan untuk memulai hidupnya sendiri dengan terjun ke dunia
teater.63
Perjalanan hidup Asad mengalami pasang surut, akan tetapi ada saat
keberuntungan bermula, di tahun 1921 saat kisah tragis Uni Soviet yang diserang
becana kelaparan yang belum pernah terjadi sehebat ini. Asad dengan
60
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 20. 61
Asad, Jalan Ke Makkah, 74. 62
Asad, Jalan Ke Makkah, 74-75. 63
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 158.
33
bermodalkan informasi temannya, Asad akhirnya dapat mewawancarai istri dari
Maxim Gorky seorang kepala di daerah tersebut. Ketika wartawan Eropa sibuk
mencari tahu keadaan bencana tersebut, Asad yang mampu menggambarkan
bencana tersebut melalui wawancara ekslusifnya. Wawancara tersebut dituliskan
kembali oleh Asad, dan segera dikirimkan ke segenap langganan. Berkat
kepiawaianmya dalam menulis, berita tersebut tanpa penyaringan lolos di muat di
surat kabar dan tersebar luas, Asad akhirnya diangkat menjadi wartawan.
Keinginanan Asad selama ini tercapai. Pada akhirnya Asad sekarang menjadi
seorang jurnalis.64
Pekerjaannya sebagai jurnalis di United Telegraph membuka jalan Asad
kearah karir yang lebih luas. Penguasannya dalam berbahasa menjadikannya
sebagai pembantu redaksi dinas pekabaran untuk pers Skandinavia. Pada musim
semi tahun 1922 Dorian paman dari Muhammad Asad mengirimkan sepucuk surat
yang mengajak Asad agar dapat berkunjung ke daerah Timur dan menetap disana
selama sepekan. Asad menyetujui dan akhirnya secepatnya mengambil cuti agar
segera berangkat ke Timur. Selama perjalanannya ke Palestina kekaguman Asad
kepada bangsa Arab mulai tumbuh. Asad menghabiskan waktunya di rumah
Paman Dorin di Yarussalem.65
Disini kemudian Asad tertarik dengan Islam dan
memutuskan untuk bermukim.
Asad memutuskan untuk melepaskan pekerjaannya sebagai wartawan di
United Telegraph dan mencoba menjadi wartawan luar negeri. Akhir tahun 1922
64
Asad, Jalan Ke Makkah, 83-86. 65
Asad, Jalan Ke Makkah, 94-109.
34
Asad menuliskan artikel dan mengirimkannya ke surat kabar yang berada di
Jerman. Surat kabar Frankfurter Zeitung akhirnya menerima dan menunjuk Asad
sebagai wartawan keliling istimewa untuk daerah Timur.66
Pada usia dua puluh
dua tahun Asad resmi menjadi koresponden harian surat kabar Frankfurter
Zeitung yang merupakan surat kabar harian Jerman terkenal pada masa itu.67
Perhatian Asad kepada Islam awalnya hanya sebagai perhatian orang asing
yang sedang bertugas di Timur Tengah. Tetapi lambat laun Asad melihat
masyarakat Islam dengan tata masyarakat yang secara fundamental berbeda
dengan pandangan hidup Eropa. Rasa simpati Asad muncul karena kehidupan
Islam yang lebih insani dan konsepsi hidup yang lebih damai dibandingkan
dengan hidup yang tergesa-gesa dan mekanis di Eropa. Rasa simpat ini
berangsur-angsur membawa Asad untuk mencari tahu sebab-sebeb perbedaan
mode hidup semacam itu.68
Asad memulai mencari tahu Islam melalui buku-buku dan menelitinya
dengan cara mengunjungi Mesir dan mencari tahunya sendiri. Asad melakukan
banyak perjalanan dan bertemu dengan banyak guru dan tokoh di sana. Dari
banyak perjalanan dan perkenalan yang Asad alami di daerah Timur Tengah
membuat Asad semakin tertarik dengan Islam dan peradabannya.
66
Asad, Jalan Ke Makkah, 120-122. 67
“Pendapat Muhammad Asad Tentang Negara Islam,” Walisongo Library,
[artikel on-line]; tersedia di http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-
gdl-s1-2006-denyfresya-824-BAB3_210-2.pdf; Internet; diunduh pada 29 November
2016. 68
Muhammad Asad, Islam at the Crossroads, 2-3.
35
Pada musim bunga tahun 1924 Frankfuter Zeitung mengutus kembali
Asad untuk melakukan perjalanan kembali ke Timur Tengah,69
Perjalanan
keduakalinya ini ke Timur Tengah dengan Islam yang mulai tertanam dalam
pikirannya. Asad menyadari bahwa kali ini Asad menghabiskan waktu di Timur
Tengah selama dua tahun bukan hanya tugas sebagai seorang wartawan, namun
perjalannya kali ini Asad sedang mengadakan perjalanan mengejar suatu
penemuan.
Asad mengakui kehendaknya semakin kuat untuk memeluk agama Islam
muncul pada tahun 1925 di musim semi daerah pegunungan Afghanistan. Dalam
persinggahannya di daerah tersebut, seorang gubernur provinsi berkata kepada
Asad “tetapi anda adalah seorang muslim, hanya anda sendiri tidak
mengetahuinya”. Asad mangatakan bahwa Asad bukanlah seorang muslim
namun Asad mulai menampak kebesaran Islam. Akan tetapi perkataan gubernur
tersebut membuat Asad terkejut dan berdiam diri.70
Di tahun 1926 menjelang akhir musim dingin Asad kembali ke Eropa
meninggalkan Herat. Nama Asad menjadi tenar dan telah di anggap sebagai
wartawan yang paling terkemuka di seluruh Eropa Tengah. Beberapa artikelnya
diperbanyak dan telah dicetak ulang hampir tiga puluh kali yaitu artikel mengenai
psikologi agama yang ruwet dari bangsa Iran. Artikel Asad menjadi perhatian
sarjana-sarjana orientalis terkemuka dan memperoleh lebih daripada sekedar
pengakuan kuliah-kuliah pada akademi Geopolitik di Berlin namun dikatakan
69
Asad, Jalan Ke Makkah, 224. 70
Asad, Islam at the Crossroads, 3.
36
pula bahwa belum ada sebelumnya orang seusia Asad mempunyai ketegasan
seperti itu.71
Kembalinya ke Eropa Asad menikah dengan Elsa. Karena pertanyaannya
mengenai Islam semakin besar akhirnya Asad mulai tidak tertarik untuk menulis
di Frankfurter Zeitung. Asad mengundurkan diri dan pindah ke Berlin dengan
Isterinya. Di berlin Asad melakukan persetujuan dengan tiga surat kabar harian
yaitu Neuen Zurrher Zeitung di Zurich, Telegraf di Amsterdam, dan Kolnische
Zeitung di Cologne. Asad juga mulai menyempurnakan serentetan kuliah pada
akademi Geopolitik melanjutkan studi-studi mengenai Islam.72
Asad semakin
sering memikirkan Islam, pemikiran Asad terus diselimuti rasa ingin tahu
mengenai Islam. Asad sadar bahwa Asad bukan hanya tertarik kepada Islam
namun Asad ingin memeluk agama Islam. Keinginan itu masih Asad urungkan,
karena ada konsekuensi yang harus dijalani jika Asad memeluk Islam yaitu
memutuskan hubungan dengan tempat Asad dibesarkan.
Tahun 1926 di bulan September, Asad mulai memantapkan diri untuk
memeluk agama Islam. Ketika itu Asad pergi dengan istrinya menggunakan
kereta. Asad melihat seorang lelaki kaya, namun kekayaannya tidak dapat
menutupi ketidakbahagiaan di wajahnya. Elsapun menyetujui apa yang telah
dilihat Asad. Setibanya di rumah Asad melirik Al-Quran dalam keadaan terbuka
di atas meja. Asad mengambilnya dan hendak menutupnya namun Asad terdiam
di bagian yang sedang terbuka. Asadpun membacanya “Bermegah-megahan telah
71
Asad, Jalan Ke Makkah, 353-354. 72
Asad, Jalan Ke Makkah, 361.
37
melalaikan kamu, sampai kamu masuk kedalam kubur. Janganlah begitu kelak
kamu akan mengetahui (akibat dari perbuatanmu)”. Asad terpaku dan gemetar,
ternyata itulah jawaban dari segala keraguannya. Asad akhirnya mengakui bahwa
Asad insaf, karena yang sedang Asad pegang adalah wahyu Tuhan. Kitab ini telah
diletakkan di hadapan manusia lebih dari seribu tiga ratus tahun silam, namun
dengan jelas menyinggung sesuatu yang sebenarnya hanya dapat di jawab oleh
kebenaran zaman sekarang yang di penuhi dengan mesin.73
Asad menyadari
bahwa satu-satunya konsekuensi yang logis dari sikapnya yaitu memeluk agama
Islam.74
Asad mencari seorang sahabat Muslim India yang memimpin masyarakat
kecil Muslimin di kota Berlin. Asad mengatakan kepadanya bahwa ingin
memeluk agama Islam. Kemudian Asad mulai berjabat tangan sambil
mengucapkan dua kalimat syahadat. Beberapa pekan kemudian Elsa juga
melakukan hal yang sama. Asad menerangkan kepada ayahnya bahwa Asad telah
menjadi seorang muslim. Beberapa bulan kemudian balasan tersebut mengatakan
bahwa menganggap Asad telah mati. Assad membalas penerimaan Islam Asad
tidak akan merubah sikap Asad kepada ayahnya karena Islam mewajibkan
umatnya untuk mencintai dan menghormati orang tua melebihi orang lain. Di
tahun 1927, Asad bersama Istri dan anak tirinya melakukan perjalanan haji.
Dalam perjalanan haji tersebut istrinya meninggal, kemudian dimakamkan di
Makkah, di tahun 1935 melalui surat akhirnya Asad mulai melakukan hubungan
kembali dengan ayahnya. Hubungan itu berakhir tahun 1942 ketika Ayah dan
73
Asad, Jalan Ke Makkah, 363-365. 74
Asad, Islam at the Crossroads, 4.
38
saudaranya dikeluarkan dari Wina oleh kaum Nazi dan sesudah itu meninggal
dalam sebuah kamp konsentrasi.75
Muhammad Asad tinggal di Hejaz dan Najd Saudi Arabia dari tahun 1926
sampai tahun 1932, dalam perjalanannya di wilayah negeri Islam Asad
bersahabat dengan tokoh-tokoh Islam, termasuk Raja Abdul Aziz, Ibnu Saud.76
Di
tahun 1947 Asad diberikan kepercayaan untuk memimpin sebuah departemen
Rekontruksi Islam oleh Pemerintah Pakistan.77
Asad menjabat sebagai pembantu
menteri luar negeri untuk urusan Timur Dekat dan Asad dikirim ke New York
sebagai perwakilan tetap Pakistan di PBB. Muhammad Asad juga mengepalai
bagian Timur Tengah Kementrian Luar Negeri Pakistan dan menjadi duta tetap
untuk PBB. Asad diangkat sebagai warga negara kehormatan di berbagai negeri
Islam, dan terakhir di Maroko.78
Akhir tahun 1952 Asad meletakkan jabatan dinas
luar negeri Pakistan dan mulai menulis buku yang berjudul Road To Mecca.79
Buku-buku lainnya juga ditulis oleh Asad dan menjadi pengaruh Umat
Islam ketika itu yaitu buku The Massage Of Quran, merupakan buku tafsir Al-
Quran yang berpengaruh pada akhir 1920. Buku Islam at the Crossroads
merupakan buku yang menceritakan nasib umat Islam di tengah peradaban barat.
75
Asad, Jalan Ke Makkah, 366-367. 76
“Pendapat Muhammad Asad Tentang Negara Islam,” Walisongo Library
[artikel on-line]; tersedia di http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-
gdl-s1-2006-denyfresya-824-BAB3_210-2.pdf; Internet; diunduh pada 29 November
2016. 77
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer,159. 78
“Pendapat Muhammad Asad Tentang Negara Islam,” Walisongo Library,
[artikel on-line]; tersedia di http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-
gdl-s1-2006-denyfresya-824-BAB3_210-2.pdf; Internet; diunduh pada 29 November
2016. 79
Asad, Jalan Ke Makkah, 19.
39
Asad juga mengumpulkan beberapa hadist Nabi dan dikutip dalam bukunya yaitu
Terjemahan Shahih al-Bukhari. Selain itu buku yang berpengaruh dalam
kenegaran dan lengkap membahas mengenai konsep Negara Islam yaitu berjudul
The Principels of State and Government in Islam, buku ini kemudian
dikembangkan dengan judul Minhaj al-Islam fi al-Hukm. Asad meninggal dunia
pada usia delapan puluh tahun tepatnya pada tahun 1900.80
B. Persentuhan Pemikiran Asad dan Iqbal
Muhammad Asad merupakan seorang penulis, dari karya-karyanya Asad
menjadi penulis yang dikenal oleh banyak kalangan. Asad beragama Yahudi dan
menetapkan dirinya untuk mencari tahu banyak mengenai Islam dan peradaban
Islam di Timur. Asad yang awalnya hanya ditugaskan oleh salah satu media berita
yang terkemuka di Eropa, tetapi pada akhirnya Asad malah tertarik dengan
kehidupan yang berada di Timur sehingga menetapkan dirinya untuk tinggal lebih
lama di Arab. Keingintahuan Asad mengenai Islam membuatnya mempelajari
banyak hal tentang Islam, hingga akhirnya Asad memutuskan untuk memeluk
agama Islam.
Setelah masuk Islam Asad memutuskan untuk menetap lebih lama dan
melakukan banyak perjalanan ke beberapa Negara Muslim, mulai dari Afrika
Utara sampai Afganistan, dan Asad juga bersahabat dengan tokoh-tokoh Islam
terkemuka di Mesir dan Timur Tengah.81
Dalam perjalanan panjangnya ketika
80
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 158-160. 81
Tabah Rosyadi, Akal dan Wahyu Perspektif Muhammad Asad (Jakarta: Iris
Press, 2011), 30.
40
sedang berada di Madinnah Asad mendapatkan beberapa surat diantaranya dari
para sahabatnya di Madinnah, surat dari penerbit Neue Zuecher Zeitung di Swiss,
sepucuk surat dari Teheran sahabat karibnya Ali Agha, dan yang terakhir adalah
surat dari India yang mendesak agar Asad datang kesana dan berkecimpung dalam
masyarakat kaum Muslimin terbesar di dunia.82
Pada akhirnya Asad memutuskan
untuk berkunjung ke India untuk bertemu dengan Muhamamd Iqbal.
Iqbal merupakan tokoh perumusan baru modern itikad Islam,,
pemikirannya lain dari kaum modern terdahulu. Iqbal mengambil alih pelajaran
dari Ilmu pengetahuan Barat modern dan melanjutkan warisan perdabannya
sendiri. Dasar-dasar Islam ilmu ketuhanan Iqbal diambil dari filsafat Sufi. Iqbal
juga merupakan seorang penulis, yang pada akhirnya filsafat Iqbal sendiri
dituangkannya dalam serangakian syair Persia dan Urdu. Dari syair-syairnya
tersebut akhirnya Iqbal menjadi penyumbang timbulnya Pakistan sebagai suatu
negara Islam merdeka di tahun 1947.83
Menurut Wilfred Cantwell Smith ada tiga hal yang turut mempengaruhi
perkembangan pemikiran keislaman Muhammad Iqbal ketika masih berada di
Eropa. Pemikiran ini pada akhirnya semakin mempengaruhinya dalam aktivitas
dan gerakannya setelah Iqbal kembali ke India, agar menyadarkan umat Islam
yang sedang terlena. Pertama, vitalitas dan aktivitas kehidupan orang Eropa yang
luar biasa; kedua, masih berhubungan dengan yang pertama Iqbal menangkap visi
yang dapat dikembangkan dalam kehidupan bangsa Timur yaitu potensi diri yang
82
Asad, Jalan Ke Makkah, 302. 83
Hamilton, Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta: Bhratara Karya Aksara,
1983), 136.
41
begitu luas dikembangkan oleh orang Barat; ketiga, adalah kehidupan Barat di
bagian tertentu yang melahirkan manusia yang terpecah kepribadiannya. Iqbal
dalam hal ini menerima vitalitas dan dinamika masyarakatnya yang begitu tinggi
dalam menjalankan kehidupan, karena baginya ini tidak bertentangan dengan
Islam. Akan tetapi hal-hal selain itu menurutnya bertentangan dengan semangat
ajaran Islam dan Iqbal sangat mengecamnya.84
Menurut Iqbal kehidupan Barat sangatlah jauh dari nilai spiritual
keagamaan. Iqbal mengungkapkan bahwa peradaban Barat sebenarnya merupakan
lembah kegelapan, karena kehidupan Barat terlalu menumpukkan segala
permasalahan pada akal rasio dan lebih kepada materi, sehingga semangat
spiritual dalam kehidupan Barat menghilang.85
Dalam pandangan Muhammad
Asad sebelum masuk Islam, menyadari hal yang demikian serupa. Ketika Asad
ditugaskan menjadi wartawan Timur Tengah, Asad melihat bahwa kehidupan
orang-orang Arab mempunyai pertalian hidup organik antara pikiran dan perasaan
yang menurut Asad telah lama lenyap dari orang-orang Eropa. Keadaan orang
Arab dan keamanan emosional yang terjadi pada rakyat Arab telah menjadi suatu
panggilan pribadi dengan semakin bertambah sadarnya akan adanya sesuatu
kehendak yang ingin diketahui Asad karena demikian berlainannya dengan
Bangsa Eropa.86
84
Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari
Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, 89-90. 85
Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari
Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer, 90. 86
Asad, Jalan Ke Makkah, 124-125.
42
Pemikiran Iqbal dan Muhammad Asad pada intinya memiliki pemikiran
yang sama dalam membandingkan peradaban Barat dan Timur. Bagi keduanya
kehidupan di peradaban Barat dan Timur begitu berbeda. Kehidupan di Timur
mempunyai semangat spiritual yang tinggi dan hal ini sangat berbeda dengan
peradaban Barat yang tidak milikinya. Kehidupan di peradaban Barat hanya fokus
kepada pengayaan materi tanpa adanya ketenangan hati yang dibentengi dengan
agama.
Beberapa pemikiran Iqbal dipengaruhi oleh pemikiran Barat, karena dalam
pendidikannya Iqbal pernah sempat meneruskan studinya di Inggris, namun
pemikiran Barat yang Iqbal ambil tidak semata-mata dituangkan langsung
kedalam pemikirannya. Iqbal menuangkan pemikirannya terhadap peradaban
Islam atas dasar ilmu-ilmu ketuhanan, sehingga Iqbal menjadi pemikir Islam
modern dan pemikirannya dituangkan kedalam tulisan-tulisannya. Sama halnya
dengan Muhammad Asad yang merupakan seorang Yahudi dan banyak
menjalanni kehidupan dan pendidikannya di Barat, namun karena kecerdasannya
dalam menulis pada akhirnya membuat Asad menjadi wartawan Timur Tengah
selama bertahun-tahun dan membuatnya tertarik dengan Islam hingga akhirnya
Asad memutuskan untuk memeluk Islam. Pemikirannya mengenai Islam Asad
tuangkan pula dalam tulisan-tulisannya, sehingga Asad juga menjadi pemikir
Islam modern.
Walaupun pemikiran Iqbal dipengaruhi oleh pemikiran Barat, namun
dalam konsep ideologi negara yang di ciptakan oleh Barat, seperti halnya
demokrasi Barat atau nasionalisme sangatlah tidak disukai olehnya. Menurut Iqbal
43
demokrasi Barat tidak mempunyai landasan spiritual. Baginya gagasan dan
institusi masyarakat yang tidak didukung oleh semangat moral dan spiritual akan
menghancurkan kehidupan sosial itu sendiri.87
Ideologi-ideologi yang dirumuskan oleh Barat memiliki konsep yang
tidak berlandaskan moral agama bagi Iqbal sangat tidak sesuai dengan peradaban
Islam yang harus memasukan sendi-sendi agama di dalam politik. Respond Iqbal
dalam menolak ideologi Barat sama dengan pemikiran Muhammad Asad yang
sangat tidak menyetujui ideologi-ideologi Barat. Bagi Asad ideologi yang
dirumusakan semata-mata hanya untuk mengatur tata kehidupan masyarakat agar
sedikit lebih tertata dari sebelumnya.
Iqbal percaya bahwa pada dasarnya Barat tidak memiliki suatu ideologi
yang luas bagi umat manusia. Akan tetapi Iqbal sangat percaya bahwa kaum
muslimin telah dianugerahi ideologi semacam itu, untuk itu Iqbal menyatakan
bahwa kaum muslimin agar mengelakkan diri dari kecenderungan isme-isme dari
Barat.88
Asadpun berpandangan demikian, dari istilah-istilah yang sering
dipergunakan pada konsep Negara Barat yaitu Negara yang dibangun atas asas
ekonomi liberal, komunisme, sosialis-nasionalisme, sosialis demokratis, maupun
sistem lainnya yang ditemukan, pada dasarnya memiliki konsep yang berbeda
dengan kosep Islam. Dikemukakan oleh Asad bahwa istilah-istilah Barat yang
diterapkan akan memunculkan kekaburan karena hanya merupakan permainan
87
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 99. 88
Ali Khameni, Ali Syariati, dan Muthahhari, Muhammad Iqbal Dalam
Pandangan Para Pemikir Syi’ah (Jakarta: Islamic Center Jakarta, 2002), 29-30.
44
istilah belaka. Kosepsi Islam memiliki satu sistem sosial khusus yang berbeda
dengan semua sistem yang berlaku di Barat.89
Dalam merumuskan konsep negara, Iqbal memiliki pandangan bahwa
akan lebih teratur dan memiliki moral jika dilandaskan dengan Al-Quran dan
Sunnah. Pemikiran ini juga merupakan pemikiran yang sama dengan Muhammad
Asad yang melihat bahwa tujuan akhir manusia adalah untuk beribadah kepada
Allah untuk itu dalam kehidupan bernegara perlu pengaturan yang baik yang
berlandaskan Al-Quran dan Sunah.
Konsep demokrasi yang disebutkan oleh Muhammad Iqbal dalam
pemikirannya sebagai tokoh modernis merupakan aplikasi dari konsep ijtihad.90
Persentuhan pemikiran Iqbal dan Asad juga dapat terlihat dalam pemikiran antar
keduanya yang membuka peluang bagi konsep Ijtihad. Bagi keduanya sistem
pemerintahan selain diatur berdasarkan Al-Quran dan Sunnah juga setelahnya
akan diatur seusai dengan kesepakatan bersama yang pastinya telah diijtihadkan.
Beberapa pemikiran Iqbal dan Asad yang memiliki kesamaan pada
akhirnya mempersatukan keduanya dalam suatu kondisi yaitu mendirikan Negara
Islam di Pakistan. Iqbal yang merupakan tokoh Islam di India mengundang Asad
untuk Ikut serta dan membantunya dalam mendirikan negara Islam di Pakistan.
Pada tahun 1933 dalam kunjungan Asad ke India, Asad berjumpa dengan
Muhammad Iqbal yang merupakan seorang filusuf dan bapak spiritual Islam di
89
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 40-43. 90
Yusril Ihza Mahendra, Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam
(Jakarta: Paramadina, 1999), 16.
45
India. Iqbal memunyai gagasan untuk memisahkan diri dan membentuk
komunitas muslim yang independen dan terpisah dari komunitas Hindu di anak
benua India. Sejak pertemuannya dengan Muhammad Iqbal, Asad memang sudah
dikenal di dunia Islam sebagai seorang pemikir , penulis, dan diplomat yang
menonjol di pertengahan abad ke 20. Petualangan Asad dan keterlibatannya
dengan budaya Islam merupakan petualangan yang melelebihi jangkauan
geografis, akan tetapi juga spiritual.91
Setelah pertemuan antara Asad dan Iqbal, pada akhirnya Iqbal membujuk
Asad untuk mengurungkan diri dari rencana awalnya yang ingin melakukan
perjalanan ke Turkestan Timur, Cina dan Indonesia. Iqbal menganjurkan agar
Asad tinggal di India membantu memperteguh dasar-dasar pemikiran bagi hari
depan Negara Islam. Asadpun akhirnya memutuskan untuk menetap di India dan
mengabdikan diri dengan belajar, menulis serta meberikan kuliah-kuliah yang
selama itu memberikan penafsiran hukum dan kebudayaan Islam.92
Setelah Asad diajak oleh Muhammad Iqbal untuk berkontribusi dalam
pembuatan Negara Pakistan Asad mulai memperdalam pengetahuannya mengenai
politik Islam. Pemikiran Asad yang begitu luas karena latar belakangnya seorang
wartawan dan pengalamannya yang sudah berkelana di berbagai Negara Islam
membuat Asad menjadi sosok intelektual dengan pemikiran politiknya yang
berasaskan Al-Quran, Sunnah dan Ijtihad.
91
Rosyadi, Akal dan Wahyu Perspektif Muhammad Asad, 31. 92
Asad, Jalan Ke Makkah, 12.
46
C. Berdirinya Negara Pakistan
Pakistan berdiri tahun 14 Agustus 1947, Pakistan muncul sebagai Negara
Islam yang baru di bagian anak benua Asia setelah kurang lebih seratus sampai
dua ratus tahun lamanya berada di bawah kekuasaan Inggris. Nama Pakistan
berarti tanah yang murni.93
Jika ditelusuri dalam kasus politik di Asia Selatan,
lahirnya Negara Pakistan pada dasarnya merupakan kegagalan bangsa India dalam
mewujudkan integrasi nasional. Kegagalan integrasi ini memunculkan keinginan
kalangan Muslim di India untuk memisahkan diri dan membentuk negara baru
yang bernama Pakistan dengan sistem pemerintahan yang berasaskan Islam.94
Sebelum menjadi Negara Pakistan, Islam awalnya merupakan agama yang
masuk di wilayah India berawal dari saudagar-saudagar dan pelajar Arab yang
telah berabad-abad lamanya kenal dengan pelabuhan-pelabuhan di India Barat.
Selain itu Islam di India juga datang dari Utara India, melalui penyerangan yang
di lakukan umat muslim bertujuan untuk daerah kekuasaan dan menegakkan
Islam. Kedatangan Islam di India menjadi karunia untuk beberapa rakyat di India.
Islam mengajarkan persamaan dan tidak menerapkan sistem kasta seperti Hindu.
Sehingga sebagian orang-orang seperti nelayan, perompak, pembajak tanah yang
berasal dari kasta rendah rela memeluk agama Islam.95
93
Noer Azizah, “Pakistan Dibawah Kepemimpinan Zia Ul Haq (Analisis
Terhadap Reformasi Politik dan Hukum Islam di Pakistan),” (Skripsi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2006), 7. 94
Dhurorudin Mashad, Agama Dalam Kemelut Politik (Dilema Sekulerisme di
India) (Jakarta: PT Pustaka CIDESINDO, 1999), 1. 95
Richard Symonds, Pembinaan Pakistan (Jakarta: P.N. Balai Pustaka, 1964),
17-19.
47
Walaupun muslim di India tidak cukup banyak bahkan kurang dari dua
puluh lima persen dari jumlah penduduk di India namun Islam telah mampu
mendirikan kesultanan Moghul pada abad ke 15 Masehi. Di masa itu hindu dan
muslim berjalan harmonis. Agama diterapkan sebagai falsafah hidup personal
sambil mengembangkan toleransi dari berbagai keyakinan yang berlainan untuk
hidup berdampingan secara damai. Hingga tahun 1857, pada peristiwa perang
untuk kemerdekaan India yang dikenal dengan sepoy. Gerakan nasionalis India
yang beranggotakan rakyat hindu berperan aktif mendukung gerakan yang
dikomandani penguasa Moghul untuk melawan kolonial Inggris. Namun akhirnya
kolonial Inggris dapat menindas Moghul dengan menjadikan Moghul sebagai
kelompok yang harus bertanggung jawab atas meletusnya gerakan nasionalisme.
Akibatnya pasca perang sepoy Moghul dilucuti dan merosot tajam, Inggris
semakin kuat di bidang sosio ekonomi dan menanamkan budayanya termasuk
nilai demokrasi yang berasaskan suara mayoritas. Muslim yang minoritas
akhirnya semakin tersisih.96
Selain itu konflik antara Hindu dan Muslim pada akhirnya dijadikan
Inggris sebagai narasi utama kepentingan Inggris untuk memecah belah
keduanya.97
Inggris dengan gencarnya berusaha menyapu bersih pemerintahan
muslim, dilihat dari jabatan-jabatan pemerintahan dari tahun 1852-1869 dari dua
96
Dhurorudin Mashad, Agama Dalam Kemelut Politik (Dilema Sekulerisme di
India) (Jakarta: PT Pustaka CIDESINDO, 1999), 43-44. 97
Ashutosh Varshney, Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil (Jakarta:
Departemen Agama, 2009), 41.
48
ratus empat puluh penduduk muslim yang dimasukan dalam jabatan pengadilan
tinggi hanya ada satu dari kaum muslim yang di terima.98
Ketidakcocokan antara Hindu dan Islam bukan hanya dalam agama,
namun tata aturan dalam kehidupan keduanyapun berbeda. Hindu menyembah
sapi, sementara Islam memakannya. Hindu menyembah banyak Tuhan, sementara
Islam hanya menyembah satu Tuhan. Selain itu sistem kasta yang sangat terlihat
dalam kebudayaan Hindu, sedangkan Muslim sangat mengedepankan asas
persamaan dan persaudaraaan. Secara ekonomis para borjuis muslim di Indiapun
selalu berada di bawah imperialisme Hindu.99
Demi keberlangsungan proses politik di India gagasan sekulerisme mulai
dibangun, namun itupun tidak membuahkan hasil. Partai Kongers yang di bentuk
sejak 1887 akhirnya dipenuhi oleh kelompok Hindu sehingga secara jelas nampak
hasil kebijakan-kebijakan akhirnya diwarnai aspirasi Hindu yang kental. Islam
yang merasa termarginalkan akhirnya mencoba untuk menuntut diberikannya hak
yang sama dengan mengutus perwakilan terpisah untuk muslim di parlemen yang
di pelopori oleh Syed Ahmad Khan. 100
Pada tahun 1906 muslim di India membentuk Liga Muslim India agar
dapat mengimbangi Partai Kongres India. Liga Muslim juga dibentuk untuk
menuntut jika kolonial Inggris telah meninggalkan India maka umat Hindu dan
98
Sitti Sjamsijah, Perdjuangan Suatu Bangsa Menudju Republik Islam Pakistan
(Solo: Foreign Ministery Government of Pakistan, 1956), 10. 99
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 173-175. 100
Mashad, Agama Dalam Kemelut Politik (Dilema Sekulerisme di India), 41-45.
49
Muslim dapat memimpin negara dengan hak yang sama. Pengajuan Muslim
akhirnya di tolak oleh mayoritas Hindu, sehingga tuntutan Muslim semakin besar,
yaitu menuntut negara merdeka terpisah dari India. Tuntutan tersebut dipelopori
oleh Mohamad Iqbal dan dilanjutkan oleh Mohamad Ali Jinnah.101
Berdirinya Negara Pakistan sebenarnya melalui proses yang amat panjang
sederetan tokoh sebagai pelopor berdirinya Negara Pakistan muncul. Dimulai dari
Sayyid Ahmad Khan dengan pengamatannya di India yang memiliki tiga
kelompok besar yaitu Islam sebagai kaum minoritas, Hindu sebagai mayoritas,
dan Inggris yang mempunyai kekuatan politik dan ilmu pengetahuan. Menurut
Ahmad Khan Islam sebagai kaum minoritas perlu membentuk satu kelompok
yang berdiri sendiri. Pada akhirnya umat Islam membuat perumusan sendiri dalam
artian sebuah negara sendiri yang berasaskan Islam yang pada awal mula di
cetuskan oleh Muhammad Iqbal dalam pidatonya pada sidang tahunan Liga
Muslim India tahun 1930. Iqbal berkata “saya ingin melihat Punjab, Profinsi
Perbatasan Barat Laut, Sind, dan Baluchistan digabung menjadi satu negara.”
Negara Pakistan yang dicetuskan oleh Iqbal kemudian direalisasikan oleh
Muhammad Ali Jinnah.102
Pada tahun 1937 Nehru menyatakan bahwa di India hanya ada dua
golongan Pemerintah Inggris dan Kongres yang sebagian besar dikuasai oleh
Hindu. Pernyataan inilah yang membuat masyarakat muslim di bawah pimpinan
Muhammad Ali Jinnah yang ketika itu menjabat sebagai presiden dari Liga
101
Mashad, Agama Dalam Kemelut Politik (Dilema Sekulerisme di India), 45. 102
Ensiklopedi Islam Jilid 4 (Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1994), 72.
50
Muslim akhirnya bersatu. Hingga pada Maret 1040 ketika rapat Liga di Lahore
resolusi Pakistan bersejarah diterima yang menuntut pembagian India.103
Pemisahan ini berasaskan sistem pemerintahan yang berbeda. India berdiri
sebagai Negara Sekuler walaupun mayoritas Hindu namun Hindu mengakui
pemerintahan tidak berasaskan Hindu. Sedangakan Pakistan dibangun atas dasar
keagamaan demikian pula sistem pemerintahan yang berasaskan Islam.104
Pembentukan Pakistan tidak lain merupakan satu ungkapan keagamaan dan
politik yang utama dengan kebangkitan Islam melalui seruan gerakan Pakistan
untuk tanah air yang terpisah bagi umat Islam. Tuntutan Pakistan adalah sebagai
bangsa yang berdiri sendiri dengan memungkinkan masyarakatnya hidup secara
individual maupun kolektif yang tidak terganggu dengan mayoritas Hindu.105
Pada 15 Agustus 1947 kemerdekaan Pakistan akhirnya dikumandangkan.
Pada saat itulah Pakistan diperbolehkan mengembangkan politik, ekonomi dan
kebudayaannya menurut konsepsi sendiri sebagai negara modern yang
demokratis. Akhirnya Pakistan dapat memiliki ekonomi industri yang seimbang
dan menghasilakan taraf kehidupan yang tinggi bagi kehidupan penduduk yang
ketika itu sebanyak tujuh puluh lima juta jiwa.106
Meskipun kemerdekaan Pakistan baru di peroleh pada tahun 1947 namun
Pakistan telah lama dipopulerkan oleh Pekumuplan Mahasiswa Muslim India di
103
Sjamsijah, Perdjuangan Suatu Bangsa Menudju Republik Islam Pakistan, 41. 104
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 175. 105
Azizah, Pakistan Dibawah Kepemimpinan Zia Ul Haq (Analisis Terhadap
Reformasi Politik dan Hukum Islam di Pakistan), 12. 106
Sjamsijah, Perdjuangan Suatu Bangsa Menudju Republik Islam Pakistan, 60.
51
Inggris sejak tahun 1933, yang dikepalai oleh Khaudri Rahmat Ali. Ada satu versi
yang mengatakan bahwa nama Pakistan adalah singkatan dari Punjab, Afghan,
Kasmir, Sind, dan Baulchistan. Versi lain juga menyebutkan bahwa nama
Pakistan bukan hanya sekedar singkatan melainkan berasal dari bahasa Parsi
yang terbagi dari dua kata yaitu Pak dan Stan, Pak yang berarti suci dan Stan yang
berarti negara.107
Negara Pakistan berbatasan dengan Uni Soviet di bagian Utara, Cina di
bagian Timur laut, India di Timur, di Selatan Berbatasan dengan laut Arab, Iran
di Barat, dan di Barat Laut berbatasan dengan Afghanistan. Ibukota Pakistan
berada di Islamabad yang merupakan kota kecil dengan penduduk kurang lebih
dua juta jiwa sedangkan kota terbesar Pakistan dengan penduduk kurang lebih
sebanyak lima juta dua ratus ribu jiwa berada di Kharaci.108
Pakistan memproklamasikan dirinya sebagai Republik Pakistan dan Ibu
kota yang diberi nama Islambad. Hal ini dimaksudkan agar sesuai dengan ajaran
dan tuntutan Islam sebagaimana yang telah dikemukakan dalam kitab suci Al-
Quran dan Sunnah yang menyatakan bahwa kekuasaan atas seluruh alam semesta
berada di tangan Allah SWT, sehingga Pakistan melaksanakan kekuasaan hanya
sesuai batas-batas yang telah di tentukan.109
107
Ensiklopedi Islam Jilid 4, 70. 108
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 7(Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1989),
39. 109
Azizah, Pakistan Dibawah Kepemimpinan Zia Ul Haq (Analisis Terhadap
Reformasi Politik dan Hukum Islam di Pakistan), 8-9.
52
Pakistan merupakan negara modern pertama yang berdiri dan dibangun
atas dasar agama. Para pendiri Pakistan yakin bahwa Islam yang akan
diimplementasikan di Negara Pakistan merupakan Islam yang berdiri dengan
semangat di zaman modern. Meskipun para pemimpin muslim tradisionlais-
fundamentalis memberikan persepsi bahwa pendirian sitem pemerintahan Islam di
Pakistan berorientasi ke belakang dalam rumusan-rumusan Islam Sejarah.110
Konsep mengenai pemerintahan yang berasaskan Islam dicoba terus
menerus untuk direalisasikan. Dari masyarakat muslim sampai para pemikir baik
yang berlatar belakang ilmuan Barat maupun para ulama terus memperdebatkan
persoalan sistem negara terbaik yang berasaskan Islam. Sistem pemerintahan
akhirnya diajukan oleh majelis nasional dengan pedoman rancangan undang-
undang dari hasil sidang Liga Muslim yang berasaskan Al-Quran dan Hadist pada
Maret tahun 1940. Dalam interaksi agama dan politik sangatlah unik, sebab
hubungan mengenai gagasan tanah air di Pakistan sangat terpisah bagi umat Islam
India yang muncul pada akhir tahun 1930. Namun perkembangan politiknya
bagaimanapun dipengaruhi oleh Islam.111
D. Sistem Pemerintahan Di Awal Terbentuknya Pakistan
Sistem pemerintahan sangatlah dibutuhkan dalam satu negara. Sistem
pemerintahan dibuat dengan tujuan agar kestabilan dalam negara tetap terjaga
secara luas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan,
110
Azizah, Pakistan Dibawah Kepemimpinan Zia Ul Haq (Analisis Terhadap
Reformasi Politik dan Hukum Islam di Pakistan), 10. 111
Azizah, Pakistan Dibawah Kepemimpinan Zia Ul Haq (Analisis Terhadap
Reformasi Politik dan Hukum Islam di Pakistan), 9-10.
53
ekonomi dan keamanan. Selain itu sistem pemerintahan dalam suatu negara
dibuat pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan negara tersebut.112
Contoh seperti halnya Negara Pakistan yang berpisah dari India karena mencita-
citakan sistem pemerintahan atas dasar syariah Islam. Maka disusunlah sistem
negara atas dasar konsep Islam.
Menurut Pasal 8 Undang-Undang Kemerdekaan India yang menjadi
konstitusi yang digunakan di Pakistan, yang ditetapkan dengan beberapa
perubahan. Majelis Konstituante merupakan majelis yang berfungsi sebagai
pembuat Undang-Undang dan juga sebagai Majelis Perwakilan Federal atau
Parlemen hingga konstitusi terwujud. Gubernur Jendral yang merupakan kepala
negara secara formil diangkat oleh raja, namun juga ditunjuk oleh Kabinet
Pakistan.113
Ketua atau presiden dari Majelis konstituante yang terpilih adalah
Muhammad Ali Jinnah yang tidak hanya sebagai presiden majelis konstituante
tetapi juga merupakan gubernur jenderal dan presiden dari liga muslim. Namun,
dalam waktu kurang dari tigabelas bulan kekuasaannya Muhammad Ali Jinnah
meninggal.114
Pada tanggal 12 Maret 1949 dibentuklah komite yang bertugas membuat
asas Negara Pakistan. Untuk pertamakalinya pada tanggal 28 September 1950
112
Sumardi, “Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Tentang Sistem
Pemerintahan Indonesia,” Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Administrasi 2 (April 2013):
176-177. 113
Symonds, Pembinaan Pakistan, 103. 114
Ian Stephens, Pakistan Old Country New Nation (England: Penguin Books,
1964), 279.
54
komite mengeluarkan pernyataan agar Pakistan dipertimbangkan untuk menjadi
federasi dengan legislatif bikameral. Di majelis tinggi, semua provinsi yang ada
harus diberi perlakuan yang sama, sementara di majelis rendah para calon
mewakili daerahnya berdasarkan penduduk, sedangkan untuk legislatif provinsi
diplihlah sistem unikameral. Kekuatan legislatif dibagi antara pusat dan provinsi
tetapi kekuatan sepenuhnya berada di pusat.115
Setiap provinsi terdiri atas beberapa bagian, yang selanjutnya dibagi atas
beberapa distrik, dimana kepala komisi bagian (divisional commissioner) dan
magistraat district (district magistrate) yang juga disebut deputy commissioner
atau collector. Keduanya memiliki fungsi menyimpan penghasilan negara dan
kehakiman. Pemerintahan setempat berjalan di bawah urusan distrik dan
kotapradja. Berbagai sistem dan lembaga demokrasi juga sedang dimasukkan
kedalam negara-negara yang sudah masuk Pakistan.116
Negara Pakistan memulai sistem pemerintahannya dengan sistem
parelementar. Sistem ini merupakan sistem pemerintahan dari Negara Inggirs,
karena India dan Pakistan merupakan negara jajahan Inggris.117
Negara Inggris
merupakan negara yang pertama kali menerapkan model sistem parlementer,
bahkan Negara Inggris dianggap sebagai tipe ideal dari negara yang menganut
115
Ten Years Of Pakistan: 1947-1957, 14-15. 116
B. Rangkuti, Pakistan Dalam Angka Dan Tulisan (Jakarta: Kedutaan Pakistan,
t.th), 24. 117
Safrina Nina, “Sistem Pemerintahan Pakistan,” Docslide, 2015 [artikel on-
line]; tersedia di http://documents.tips/documents/sistem-pemerintahan-pakistan-
56245d0daf0d4.html; Internet; diunduh pada 15 November 2016.
55
sistem pemerintahan parlemen, dan disebut sebagai Mother of Parliaments (induk
parlemen).118
Pemerintahan Pakistan dijalankan oleh kabinet yang bertanggung jawab
secara kolektif kepada Majelis Konstituante dengan perantaraan perdana mentri.
Perdana mentri ditunjuk oleh kepala negara sedangkan para mentri yang lain
diangkat atas nasehat dari perdana mentri. Urusan pemerintahan dibagi dalam
kementrian-kementrian, yaitu : Pertahanan, Luar Negeri dan Hubungan
Commonwealth, Keuangan dan Ekonomi, Perdagangan dan Pendidikan, Makanan
Pertanian Kesehatan Hukum dan Buruh, Dalam Negeri Penerangan dan Penyiaran
Radio, Urusan Kashmir, Perindustrian, Hubungan dan Pekerjaan Umum, Negara-
Negara dan daerah-daerah Tapal Batas (Frontiers), Kaum Pengungsi dan
Rehabilitasi.119
Gubernur Jendral tidak mempunyai kekuasaan sendiri namun tak
selamanya harus bertindak atas nasehat menteri-menteri, gubernur jendral boleh
mengeluarkan aturan-aturan dan aturan tersebut dapat dibatalkan oleh Majelis
Konstituante. Pengadilan pusat terdiri dari Mahkamah Federal Pakistan yang
berkewajiban untuk mengadili, menimbang dan memberikan nasihat. Hakimnya
diangkat oleh Gubernur Jendral.120
118
Sumardi, “Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Tentang Sistem
Pemerintahan Indonesia,” Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Administrasi 2 (April 2013):
180. 119
Rangkuti, Pakistan Dalam Angka Dan Tulisan, 23. 120
Symonds, Pembinaan Pakistan, 103-104.
56
Sejarah Pakistan menyebutkan bahwa pemerintahan Pakistan pertama kali
dipimpin oleh Perdana Menteri Liaquat Ali Khan bersama dengan Muhammad Ali
Jinnah yang menjadi gubernur jenderal hingga meninggal pada 1948.
Pemerintahan Pakistan dari tahun 1947 hingga 1951, berada dalam kondisi tidak
stabil. Setelah Liaquat terbunuh pada 1951, Khwaja Nazimuddin dari Pakistan
Timur menggantikannya sebagai perdana menteri.121
Pada Desember 1952, Perdana Menteri Khwaja Nazimuddin
mengeluarkan pernyataan yang memperkenalkan prinsip persamaan antara dua
sayap Pakistan, dimana yang dipertimbangkan adalah pusat legislatif bikameral.122
Untuk setiap unit telah disediakan unikameral legislatif.123
Selanjutnya adalah
legislatif harus memberlakukan beberapa aturan yang sesuai dengan Al-Quran dan
Sunnah. Ditambah lagi dewan yang terdiri dari 5 orang, bertugas untuk memberi
121
Septian Eko Susilo, “Sejarah Negara Pakistan,” Blogspot, 2014 [artikel on-
line]; tersedia di http://septianpieterz.blogspot.co.id/2014/03/sejarah-lengkap-negara-
pakistan.html; Internet; diunduh pada 11 Januari 2017. 122
Menurut Arend Lijphart, bikameralisme merupakan suatu dikotomi dari
kategori sistem parlemen di dunia yang ditandai oleh adanya dua kamar (chambers) yang
memiliki nama masing-masing. Kamar pertama atau biasa disebut majelis rendah (lower
house) biasanya lebih pentig dari kamar kedua atau majelis tinggi (upper house). Hal ini
dikatakan Toni Andrianus., dkk, Mengenl Teori-Teori Politik : Dari Sistem Politik
Sampai Korupsi (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013), 118. Di Pakistan sendiri
diantaranya terdapat majelis tinggi yang terdiri dari 120 anggota, 60 dari setiap sayap,
sementara majelis rendah terdiri dari 400 anggota 200 terpilih dari Pakistan Timur
melalui anggota tunggal daerah pemilihan dan 200 lainnya terpilih dari Pakistan Barat.
Ten Years Of Pakistan: 1947-1957, 15-16. 123
Menurut jimly Asshidiqie, dalam struktur parlemen tipe unikameral atau satu
kamar tidak dikenal adanya dua badan yang terpisah seperti adanya Senat dan DPR,
ataupun majelis tinggi dan majelis rendah. Andrianus., dkk, Mengenl Teori-Teori Politik,
114. Di Pakistan sendiri orang-orang yang terpilih untuk mengisi struktur anggota dalam
lembaga ini ialah terdiri dari anggota yang terpilih melalui pemilihan langsung. Ten Years
Of Pakistan: 1947-1957, 15-16.
57
saran kepada kepala negara apakah undang-undang sudah sesuai dengan Islam,
demikiran untuk selanjutnya berlaku juga di tingkat Provinsi.124
Pada tahun 1956 Pakistan dideklarasikan namanya menjadi Republik
Islam Pakistan dengan 234 pasal yang menetapkan konsistensi ideologi Pakistan
dari awal kemunculannya. Juga sebagai negara demokarsi dan negara modern
yang maju secara bertahap. Selain itu juga menunjukan sebagai negara federal
yang dapat mengalokasi subyek antara pusat dan provinsi, konsisten dengan
kebijakan membuat provinsi otonom. Pakistan juga memberikan pengamanan
hak-hak dasar dan kelompok, memegang teguh integritas dan solidaritas terhadap
negara.125
Ketika Pakistan di deklarasikan sebagai Republik Islam Paksitan,
Iskander Mirza diangkat menjadi presiden pertama, sementara Huseyn Shaheed
Suhrawardy menjadi perdana menteri kelima.126
Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Islam Pakistan, didahului
dengan pernyataan “Bismillahirrahmanirrohim” dan dinyatakan dengan tegas
bahwa Negara Pakistan sangatlah memperhatikan prinsip demokrasi, kebebasan,
keamanan , toleransi dan keadilan sosial yang wajib di jalankan semua orang
sesuai ajaran agama Islam. Masyarakat juga memiliki kebebasan menyatakan
pendapat, kebebasan menganut agama atau kepercayaan dan kebebasan berserikat
124
Ten Years Of Pakistan: 1947-1957, 15-16. 125
Ten Years Of Pakistan: 1947-1957, 27 126
Septian Eko Susilo, “Sejarah Negara Pakistan,” Blogspot, 2014 [artikel on-
line]; tersedia di http://septianpieterz.blogspot.co.id/2014/03/sejarah-lengkap-negara-
pakistan.html; Internet; diunduh pada 11 Januari 2017.
58
serta keadilan sosial, ekonomi, dan politik, serta semua manusia mempunyai hak
yang sama di hadapan hukum.127
Pemerintahan Pakistan yang dimulai dengan sistem pemerintahan
parelementer pada akhirnya pada masa pemerintahan Presiden Mohammad Ayub
Khan merubah konstitusi pada tanggal 1 Maret 1962. Konstitusi diumumkan
berdasarkan mandat yang diberikan padanya oleh rakyat Pakistan, dengan
ketentuan suatu susunan legislatif unikameral dan federal serta satu bentuk
pemerintahan presidensil.128
Undang-Undang dasar tahun 1962 memerintahkan
pembentukan dua lembaga yaitu Dewan Penasihat tentang Ideologi Islam dan
Lembaga Penelitian Islam. Tugas Dewan Penasihat tentang Ideologi Islam adalah
memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada pemerintaah mengenai cara
mendorong agar umat Islam dapat mengikuti pola hidup yang sesuai dengan
ajaran Islam, memberikan nasihat kepada pemerintah apakah satu rancangan
undang-undang itu bertentangan atau tidak dengan Islam. Status kedua lembaga
tersebut adalah sebagai dewan penasihat, sehingga ketentuannya tidak harus
diikuti oleh pemerintah. Dua lembaga tersebut di bentuk namun kata Islam
dihapuskan, tetapi karena desakan kata Islam kembali digunakan.129
Penerapan sistem presidensil berlaku sampai tahun 1969. Dalam UUD yag
berlaku, badan eksekutif terdiri atas presiden yang beragama islam beserta materi-
127
Roibin, “Perbandingan Perundang-Undangan Di Negara Islam,” UIN Malang,
2012 [artikel on-line]; tersedia di http://syariah.uin-
malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-fakultas/entry/perbandingan-perundang-
undangan-di-negara-negara-islam; Internet; diunduh pada 15 November 2016. 128
Symonds, Pembinaan Pakistan, 265. 129
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran
(Jakarta: UI Press, 1990), 228.
59
materi. Para menteri adalah pembantu presiden yang tidak boleh merangkap
anggota legislatif. Presiden mempunyai wewenang untuk menjatuhkan veto atas
rancangan UU yang telah diterima oleh badan legislatif. Namun veto dapat
dibatalkan, jika rancangan UU tersebut diterima oleh mayoritas 2/3 suara.
Presiden menjalankan pemerintahan bersama dengan perdana menteri, dengan
peran dan pembagian tugas masing-masing yaitu presiden yang mengelola urusan
luar negeri dan perdana menteri yang mengurus persoalan dalam negeri.130
130
Septian Eko Susilo, “Sejarah Negara Pakistan,” Blogspot, 2014 [artikel on-
line]; tersedia di http://septianpieterz.blogspot.co.id/2014/03/sejarah-lengkap-negara-
pakistan.html; Internet; diunduh pada 11 Januari 2017.
60
BAB IV
MUHAMMAD ASAD DAN KONTRIBUSINYA PADA PEMBENTUKAN
NEGARA ISLAM PAKISTAN
A. Pemikiran Asad Tentang Negara Islam Pakistan
Pada dasarnya keterkaitan antara Islam dan politik sudah berlangsung
sejak masa awal Islam. Pertama kali Islam didakwahkan kehadiran politik sudah
turut menyertai perjalanan bagi agama yang sedang dibawa Nabi Muhammad.131
Walaupun banyak perdebatan tentang Islam dan politik mengenai keterkaitan
antara keduanya, yang salah satunya menyebutkan bahwa agama seharusnya tidak
dibawa dalam ranah politik. Akan tetapi ada beberapa pemikir politik Islam
lainnya juga mencoba merealisasikan sistem politik berjalan sejajar dengan
perintah agama. Para intelektual tersebut salah satunya adalah Muhammad Asad.
Asad mempelajari banyak mengenai politik dan Islam melalui perkelanaannya di
berbagai Negara Islam, hingga akhirnya Asadpun ikut berontribusi dalam
pembentukan Negara Islam dengan maskud untuk mencapai tujuan yang baik.
Salah satu teori negara menyatakan bahwa negara hadir dengan berbagai
peraturan yang telah ditetapkan oleh negara dan disusun dalam satu undang-
undang, yang tujuannya adalah untuk mengatur tingkah laku manusia agar
mematuhi peraturan tersebut.132
Dalam pandangan Asad negara hadir sebagai
131
Bahtiar Effendy, Jalan Tengah Politik Islam (Kaitan Islam, Demokrasi, dan
Negara yang Tidak Mudah) (Jakarta: Ushul Press, 2005), 3. 132
Sitepu, Studi Ilmu Politik, 109-110.
61
pengatur aspek kehidupan manusia agar masyarakat dapat hidup dalam
keharmonisan, kedamaian, keseraisan. Untuk itu dalam mewujudkan negara
tersebut maka perlu adanya moral yang mengatur muat manusia. Menurut Asad
agama merupakan salah satu jawaban yang dapat memunculkan moral di
kehidupan manusia, sehingga manusia dapat membedakan baik dan buruk dalam
kehidupan individu dan kehidupan bermasyarakat.
Pada dasarnya inti dari teori tentang Negara Islam adalah penegakan
hukum yang dibuat berdasarkan Al-Quran dan Sunnah dengan tujuan membawa
nama Allah.133
Dalam hali ini Asad juga memiliki pandangan yang sama, bahwa
Negara Islam memberikan jalan bagi kita untuk kembali mengacu pada Al-Quran
dan Sunnah yang merupakan sumber asli syariat Islam.134
Menurut pendapat Asad, negara yang sebagian besar penduduknya atau
bahkan seluruhnya memeluk agama Islam bukan berarti otomatis identik dengan
Negara Islam, dan menurutnya suatu negara dapat dikatakan sebagai Negara Islam
apabila kehidupan sosial politik dalam satu wilayah secara sadar telah dibangun
diatas asas dan prinsip-prinsip Islam yang dituangkan dalam dustur negaranya.135
Karena pada dasarnya negara terbentuk memiliki tujuannya masing-masing.
Menurut Wilford Garner beberapa tujuan penting dalam terbentuknya negara
133
Fachruddin, Pemikiran Politik Islam, 217. 134
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, xii. 135
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 2.
62
adalah untuk kebahagiaan masyarakat dengan mengutamakan kesejahteraan dan
kepentingan bersama serta memajukan peradaban.136
Ketika Assad ikut serta dalam pembentukan Negara Pakistan. Asad
melihat fenomena yang terjadi bahwa satu kesatuan politik rakyat yang bersatu
ketika itu bukan karena mempunyai leluhur yang sama akan tetapi karena
masyarakat tersebut menganut ideologi yang sama.137
Persamaan ideologi pada
akhirnya menjadikan kaum musilm memiliki hasrat untuk membentuk satu
kesatuan. Idelogi tersebut merupakan ideologi Islam, ketika itu masyarakat Islam
di India ingin bersatu dan mempunyai tujuan kemerdekaan bersama demi
penerapan sistem pemerintahan Islam.
Negara Pakistan menurut Asad yang merupakan terjadi karena
kesepakatan untuk membuat negara berdasarkan idologi yang sama yaitu
keislaman. Menurut Asad Negara Islam tidak dapat terbentuk apabila masyarakat
tidak memiliki keinginan secara sadar untuk membentuk Negara Islam, sehingga
perlu adanya kesepakatan dan perjanjian bersama antar masyarakat untuk
membentuk Negara Islam dan secara sadar mengaplikasikan unsur-unsur moral
keislaman dalam bermasyarakat. Teori asal mula negara menurut pandangan Al-
Mawardi dan Tomas Hobbes asal mula negara juga terbentuk karena adanya
perjanjian dalam satu wilayah yang dikenal dengan kontrak sosial.
Menurut Hobbes commonwealth terbentuk manakala semua orang
mengadakan perjanjian masyarakat dan secara sadar menyerahkan hak untuk
136
Sinaga, Pengantar Ilmu Politik , 13-14. 137
Asad, Jalan Ke Makkah, 12.
63
memerintah diri sendiri kepada penguasa. Struktur dasar yang sesungguhnya
adalah masyarakat yang menyepakati isi dari kontrak sosial dalam satu bentuk
kekuasaan.138
Perjanjian tersebut menurut Al-Mawardi merupakan perjanjian atas
dasar sukarela dalam suatu kontrak atau persetujuan sehingga melahirkan
kewajiban dan hak bagi masyarakat dan kepala negara.139
Menuntut kemerdekaan Pakistan menurut Asad adalah hal yang wajar
karena baginya:
Ketika kita menuntut sebuah negara dimana bangsa muslim dapat
membangun secara bebas menurut tradisinya sendiri, kita menuntut tidak
lebih daripada bagian adil dari bumi Tuhan; kita meminta tidak lebih
daripada untuk diizinkan hidup dalam perdamaian, membangun sebuah
commonwealth dimana jenius Islam secara bebas dapat mengembangkan
cahaya dan kebahagiaan tidak hanya bagi umat Islam tetapi juga bagi
semua orang dari komunitas lain yang mungkin memilih untuk hidup di
sekeliling kita.140
Bagi Asad wakil Tuhan di dunia ini merupakan pengertian theologis dari
negara, dan ini merupakan pandangan rasionalisasi Asad dalam melihat tututan
kemerdekaan Pakistan. Dengan adanya kebersamaan dalam akidah dan Ideologi
maka hal tersebut menjadi satu kesatuan yang seirama dan mampu
mengedepankan kaidah yang sesuai dengan tuntutan kemanusiaan agar
terbentuknya suatu negara yang diinginkan Islam.141
Jika dalam satu negara telah terjadi kemufakatan untuk membentuk sistem
negara sesuai dengan hukum syura, maka dapat terbentuk Negara Islam. Namun
138
Pudja Pramana, Ilmu Negara (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), 141. 139
Huda, Ilmu Negara, 50. 140
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 116. 141
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 115.
64
terbentuknya Negara Islam menurut Asad tidak hanya satu, tetapi banyak Negara
Islam, dan terbentuk sesuai dengan komunitas Islam untuk menentukan bentuk
Negara Islam yang disepakati. Dengan itu Asad sangat menolak bentuk tunggal
Negara Islam.142
Sama halnya dengan Negara Pakistan yang terbentuk sesuai
dengan kesepakatan rakyat muslim India pada masa itu, namun Pakistan hadir
bukan sebagai Negara Islam dalam bentuk tunggal, tetapi ada Negara Islam
lainnya yang terbentuk.
Dengan tercapainya kemerdekaan di beberapa Negara Muslim menurut
Asad umat Islam memiliki kemungkinan untuk merealisasikan sebuah negara
Islam. Ketika Pakistan menginginkan hal tersebut Asad melihat berbagai
fenomena yang ada, sebagian kalangan di negri Pakistan sungguh-sungguh
menginginkan berdirinya negara Islam, namun ada pula usaha yang begitu kuat
yang sedang berusaha menggagalkan masyarakat untuk mencapai cita-cita Islam.
Kelompok ini menginginkan Pakistan menjadi negara yang sekuler, sesuai dengan
pendapat yang diinginkan oleh orang-orang yang bukan Islam. Dalam pandangan
kelompok ini cita-cita Islam sebagai hal yang telah keluar dari usaha-usaha untuk
mencapai kemajuan, dan disebutnya sebagai cita-cita yang mustahil. Asad
memangdang ini hanyalah sebagai pemikiran yang telah dipengaruhi oleh
Barat.143
142
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 163. 143
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 235-236.
65
Walaupun banyak perdebatan antar kelompok dalam cita-cita untuk
mendirikan Negara Pakistan, namun Asad pada akhirnya mencoba berfikir agar
dapat menjadi penengah antara kelompok-kelompok tersebut. Bagi Asad Pakistan
sedang memerlukan ide dan gagasan baru karena Pakistan ketika itu sedang
dihadapkan kepada pilihan nasib yang akan menentukan Pakistan untuk
kedepannya. Asad mengakui bahwa begitu jarang kemerdekaan dalam sejarah
sebuah bangsa namun Pakistan dengan beraninya memiliki pandangan bahwa
Islamlah sumber kebangsannya. Untuk itu Asad berkesimpulan bahwa Pakistan
harus disiapkan dengan konseptual yang memuaskan, dimana negara baru
Pakistan harus dibangun dengan salah satu jalan yang masih terbuka yaitu dengan
kembali kepada asli hukum Islam Al-Quran dan Sunnah.144
B. Negara dan Pemerintahan Islam Menurut Muhammad Asad
Hubungan yang erat antara agama dan politik menurut Asad telah
dibuktikan dalam satu ciri yaitu sejarah perkembangan Islam. Namun sejarah
perkembangan Islam ini lebih banyak tidak diterima oleh kaum terpelajar Islam
yang mendapatkan pendidikan Barat Modern. Kaum pelajar tersebut sudah biasa
memandang soal-soal kepercayaan dan kehidupan praktis sebagai dua bidang
yang sama sekali terpisah. Asad menganggap bahwa semua umat Islam pasti
mengetahui bahwa ajaran-ajaran Islam bukan saja melukiskan hubungan manusia
dengan Tuhan tetapi juga meletakkan suatu kerangka dasar tertentu bagi kelakuan
144
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 237-238.
66
sosial yang harus diterima dan dijalankan sebagai akibat dari hubungan
tersebut.145
Asad mengemukakan Negara Islam dapat menjadi Negara Islam yang
seutuhnya hanya dengan mengaplikasikan secara sadar ajaran-ajaran Islam
tentang sosial dan politik dalam kehidupan, dan dengan dimasukannya ajaran-
ajaran tersebut kedalam undang-undang yang berlaku di negara tersebut. Menurut
Al-Quran dan Sunah, Negara Islam memiliki satu himpunan undang-undang yang
lengkap yaitu syari’ah, yang meliputi semua aspek kehidupan manusia seperti
kerohanian, kebendaan, individu, sosial, ekonomi dan politik. Selain itu Negara
Islam dapat terbentuk jika masyarakat sekitarnya juga dapat menyetujui untuk
melakukan urusan-urusan praktis dengan pola pikir Islami.146
Muhammad Asad dalam pemikirannya mengenai Negara Islam
menerapkan dan mengedepankan prinsip moral yang telah di ajarkan dalam Al-
Quran dan Sunnah. Islam memberikan jalan bagi kita untuk kembali dan mengacu
pada sumber asli syari’at Islam yaitu Al-Quran dan Hadist.147
Karena akhir dari
semua yang dilakukan oleh manusia adalah ketaatan kepada penciptanya, sama
seperti halnya manusia yang mencoba menegakan sistem Islam dalam negara,
tujuan akhir dari penegakan sistem pemerintahan tersebut adalah ketaatan kepada
pencipta.
145
Salim Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam (Bandung: Mizan,
1990), 70. 146
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 117. 147
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, xii.
67
Kajian kenegaraan yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunah menurut
Asad merupakan hal yang nyata. Keduanya telah menggariskan metodologi
politik yang sejalan dengan kondisi dan waktu.148
Agar rencana kenegaraan dapat
diwujudkan di segala zaman dan dalam semua keadaan maka rencana tersebut
diberikan dalam garis besarnya saja di dalam Al-Quran dan Sunnah. Syariah tidak
mencoba melakukan hal yang mustahil karena merupakan hukum Allah, maka
sudah semestinya dapat menduga perkembangan sejarah dan menghadapkan umat
muslim kepada sejumlah prinsip-prinsip politik yang luas. Kegiatan membuat
konstitusi diserahkan kepada ijtihad suatu masa yang bersangkutan mengenai
cara-cara memerintah dan membuat undang-undang sesuai di zamannya.149
Sesungguhnya Islam pantas menjadi basis bagi suatu tatanan politik,
karena Asad memandang Islam sebagai ajaran yang lengkap dan tujuan dari Islam
adalah kepatuhan kepada Pencipta yaitu dengan menyelaraskan kehendak dan
tingkah laku manusia secara sadar dengan berbagai peraturan kehidupan yang
telah diperintahkan oleh Maha Pencipta.150
Agama memunculkan moral sehingga
manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk disebut
dengan Amar ma’ruf nahy munkar.151
Amar ma’ruf nahy munkar dalam pandangan Asad dapat menciptakan dan
memelihara sistem sosial yang baik agar anggota masyarakat dapat hidup dalam
148
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 163. 149
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, 73. 150
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 47-48. 151
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 5-7.
68
keserasian, kebebasan dan kehormatan.152
Selain itu istilah amar ma’ruf nahi
munkar merupakan pengertian dari persaudaraan yang dijelmakan dalam tindakan
sosial yang positif dengan kerjasama antar manusia secara sadar yang menyuruh
orang berbuat baik dan melarang perbuatan yang salah.153
Hal ini sesuai dengan
isi surat Ali-Imran, yang berupaya menciptakan satu kondisi sosial yang memberi
kemungkinan anggota masyarakatnya untuk hidup sesuai dengan hukum fitrah
yang datang dari Allah SWT baik dalam aspek spiritual maupun material.154
Ayat
tersebut berbunyi :
Berpengang teguhlah kamu sekalian pada tali nikmat Allah dan jangan
bercerai berai. Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu sekalian
masih bermusuh-musuhan, lalu dengan nikmat-Nya disatukannya hati
kamu sekalian sehingga menjadi bersaudara, dan ketika kamu sekalian
sudah berada di tubir neraka, lalu kalian semua diselamatkan-Nya.
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
mendapat petunjuk. Hendaknya ada diantaramu satu umat yang menyeru
pada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah yang
munkar, dan mereka itulah orang-orang yang akan memperoleh
kemenangan. (QS, Ali Imaran, 3 : 103-104).155
Mencegah keadzaliman dam menegakan keadilan adalah tujuan dari
kemasyarakatan. Pemerintahan Islam bagi Asad merupakan alat untuk mencapai
tujuan tersebut, yaitu agar tercapainya pertumbuhan umat manusia yang membela
persamaan dan keadilan. Umat manusia bekerja untuk menciptakan dan
memelihara keadaan-keadaan sosial yang memberi kemungkinan sebanyak-
152
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 5-7. 153
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, 71. 154
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 59-60. 155
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 59.
69
banyaknya kepada manusia untuk hidup dengan hukum alamiah yang berlaku dari
Allah yaitu Islam.156
Asad memandang kebersamaan dalam akidah dan ideologi Islam inilah
merupakan satu-satunya yang mampu mengedepankan kaidah-kadiah seriama
dengan tuntutan kemanusiaan agar terbentuknya suatu negara yang diinginkan
Islam. Syari’at Islam dijadikan sebagai undang-undang yang harus ditaati setiap
orang dalam semua aspek kehidupan, sehingga munculnya keadilan, kebenaran,
dan kebajikan, demikian juga dengan hubungan sosial ekonomi yang terorganisir.
Individu juga dapat menikmati kebebasan, ketentraman dan kehormatan, serta
berusaha mengembangkan kepribadian masing-masing dengan sedikit mungkin
menemui rintangan dan sebanyak mungkin memperoleh dorongan untuk
mengembangakan keberanian, memberikan kesempatan kepada setiap muslim
baik pria maupun wanita untuk merealisasikan cita-cita moral Islam tidak saja
dalam akidah tapi juga dalam aspek amaliah praktis. Tidak lupa memberi jaminan
khusus kepada warganergara non muslim untuk memegang akidah dan hak-hak
bernegara. Berdasarkan ini Asad mengutip dalam Al-Quran: “Kamu sekalian
adalah sebaik-baiknya umat yang pernah diturunkan Allah kepada umat manusia
agar kamu menyuruh yang makruf, mencegah yang munkar dan beriman kepada
Allah SWT” (Ali Imran, 3:10).157
Asad sangat menentang sistem dalam istilah-istilah yang sering
dipergunakan pada konsep Negara Barat. Dalam pandangan Asad Sistem Barat
156
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, 74. 157
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 62-64.
70
ditemukan hanya sekedar suatu kaidah yang mampu mengatasi segala kekacauan
menjadi sedikit lebih teratur. Ideologi barat berusaha mengkaji sosio politik
namun tidak dibawah kaidah moral yang memiliki nilai absolut. Sebagi gantinya
untuk menemukan nilai-nilai absolut itu masing-masing sistem justru membuat
cerita sendiri-sendiri tentang keadilan dan kezhaliman berdasar inters masing-
masing kelompok, aliran atau bangsa sendiri. Sehingga sistem yang dibuat
hanyalah material belaka satu tuntutan selamanya mengalami perubahan dan tidak
pernah mapan barang sekejappun.158
Pemikiran Asad mengenai hukum-hukum kenegaraan, dapat dikatakan
sempurna apabila sesuai dengan bentuk pemerintahan pada masa Khulafa al-
Rasyiddin, karena bagi Asad pemerintahan yang dijalankan di masa tersebut
merupakan wujud konkret Negara Islam yang sesungguhnya jika dilihat dari
perangkat administrasinya maupun sistem pemerintahan.159
Beberapa spesifikasi penerapan sistem pemerintahan Islam yang baik
menurut Asad:
I. Asas-Asas Untuk Membentuk Suatu Pemerintahan Islam
Dari sudut syar’i Asad berpandangan bahwa sahnya suatu pemerintahan
Islam harus disertai dengan ketaatan masyarakat kepada sistem pemerintahan
yang diterapkan berdasarkan asas agama. Ini merupakan syahnya kesetiaan dan
158
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 11. 159
Iqbal dan Nasution, Pemikiran Politik Islam Dari Masa Klasik Hingga
Indonesia Kontemporer, 163.
71
ketaatan seorang Islam terhadap tuntutan keagamaan. Dalam hal ini Asad
mengutip firman Allah yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman!taatilah Allah serta taatilah Rasul dan Ulil
Amri (pemimpin) diantaramu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan
Rasul (Sunah-Nya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian, Tang kemudian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya” (Annisa, 4: 59) 160
Pendapat Asad berdasakan ayat tersebut Al-Quran telah meletakan beberapa asas-
asas penting yang berkenaan mengenai ciri satu pemerintahan dalam Islam yaitu:
Pertama, diwajibkannya pemerintahan tersebut dilaksanakan sesuai
dengan hukum syara. Dalam Al-Quran dipertegas : “Dan barangsiapa yang tidak
melaksanakan hukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah
orang-orang fasik” (Al-Maidah, 5: 47).
161
Pengertian syariat Islam otoritasnya dalam sumber nilai dan norma terbagi
menjadi dua bagian :
a. Pengertian secara khusus, syariat Islam adalah norma hukum yang secara
tegas berasal dari Al-Quran dan hadist.
b. Pengertian secara umum, syariat Islam mencakup segala apa yang telah
dibukukan oleh para ahli hukum tentang masalah yang terjadi atau tentang
160
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, 75. 161
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 65.
72
perhitungan para ahli yang akan terjadi. Dalam hal ini kita dihadapkan
kepada kitab-kitab fikih yang pernah ditulis oleh ahli hukum.162
Mewajibkan hukum syara dalam pemerintahan Islam merupakan dasar
yang wajib di ikuti, karena menurut Asad tidak dapat disebut Negara Islam
apabila dustur asasiyah (Undang-Undang Dasar) tidak berdasarkan hukum syara
dalam berbagai masalah yang umum. Maksud dari masalah umum disini adalah
persoalan-persoalan kehidupan sosial manusia yang berkaitan dengan hukum dan
prinsip-prinsip yang berkenaan dengan masalah kemasyarakatan.163
Dalam
pandangan Asad, semua orang yang hidup dalam masyarakat akan membutuhkan
pedoman yang jelas mengenai yang salah dan yang benar. Nilai inilah harus
bersifat objektif, untuk itu nilai tersebut bukan dibuat oleh manusia, melainkan
dibuat Allah yang tidak mempunyai kepentingan apapun dan semata-mata untuk
kebaikan manusia.164
Kedua, walaupun hukum syara merupakan hukum yang wajib diterapkan
dalam undang-undang dan menjadi asas pemerintahan Islam, namun bukan berarti
hukum syara dapat menjangkau seluruh permasalahan pemerintahan. Maka
hukum syara juga perlu ditopang dengan konstitusi yang disusun sendiri sesuai
dengan kondisi waktu dan persoalan yang dihadapi, dengan syarat hukum yang
dibuat tidak bertentangan dengan syariat Islam. Karena apabila konstitusi
bertentangan dengan hukum syara maka ketentuannya tidak akan berlaku.
162
Abdul Qadir Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam (Surabaya: PT.
Bina Ilmu offset, 1995), 134-135. 163
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 65-66. 164
Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, 134.
73
Dipertegas dalam Al-Quran: “Tidak dibenarkan bagi seorang muslim baik pria
maupun wanita, bila mana Allah dan Rasulnya telah menetapkan suatu perkara,
untuk memilih cara mereka sendiri” (Al-Azhab, 33: 36).
165
Ketiga, Perintah Al-Quran untuk mentaati Allah dan Rasulnya dan Ulil
Amri di antaramu. Dijelaskan oleh Asad maksud dari Ulil Amri disini adalah
kewajiban untuk taat kepada pemerintah yang di bentuk melalui ketentuan syara,
dengan syarat Ulil Amri itu juga patuh kepada Allah dan Rasulnya. Apabila
pemerintahan berasal dari luar lingkungan masyarakat dan tidak sesuai dengan
ketentuan syara maka tidak mesti untuk ditaati. Sebagaimana yang telah di
nashkan oleh hadist nabi : ” Patuh dan taat itu wajib bagi setiap muslim, baik suka
maupun tidak suka, sepanjang ia tidak di perintahkan dalam hal yang maksiat.
Apabila ia diperintahkan untuk melakukan kemaksiatan, maka tidak ada
keharusan patuh dan taat sedikitpun baginya.”166
Keempat, persetujuan masyarakat merupakan asas yang terpenting dengan
ditetapkannya sistem pemilihan. Penjelasan Ulil Amri diantaramu telah
menggambarkan bahwa masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Untuk itu menurut
Asad syariat Islam dalam pemerintahan agar dapat terealisasikan dengan baik
maka kepala negara harus di tetapkan beradasarkan sistem pemilihan.167
Suatu
perolehan kekuasaan apabila ditetapkan dengan sistem lain contoh berdasarkan
hak kelahiran seperti di negeri yang rajanya diangkat secara turun temurun, maka
pemerintahan tersebut menjadi tidak sah, meskipun pemimpin tersebut adalah
165
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 66. 166
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 66-67. 167
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 68.
74
orang muslim. Karena hal itu merupakan suatu pemaksaan kekuasaan dalam
pemerintahan.168
II. Sumber Kedaulatan Dalam Negara Islam
Dalam artikel pertama Asad mengenai konstitusi Negara Islam Asad
mengatakan: “Negara memegang kekuasaan secara amanat dari Tuhan dengan
begitu rakyat dapat hidup menurut undang-undang Islam.”169
Sesungguhnya
sumber kedaulatan yang hakiki bagi Negara Islam adalah kehendak Ilahi seperti
yang telah dinyatakan dalam syari’at Islam. Kedaulatan rakyat tidak lain adalah
sebagai suatu amanat dari Allah. Jika negara dijalankan berdasarkan hukum syara,
maka sesungguhnya negara tersebut memiliki kedaulatan dari Allah. 170
Allah
berfirman:
Katakanlah: Ya Allah Raja Segala Raja, engkau anugerahkan kekuasaan
kepada siapa saja yang engkau kehendaki dan engaku ambil kekuasaan itu
dari siapa saja yang engkau kehendaki pula. Jika engkau kehendaki
engkau bisa meninggikan seseorang, dan bisa pula Engkau rendahkan
siapa saja yang Engkau kehendaki. Ditangan-Mulah segala kebajkan,
karena sesungguhnya Engkaulah Yang Menguasai segala sesuatu (Ali
Imran, 3:26)171
Perlu diingat bahwa kedaulatan yang bersumber dari Allah dalam sistem
Negara Islam bukanlah kedaulatan yang sama dengan konsep theokrasi dunia
Barat yang menjelaskan bahwa raja yang memerintah itu adalah berangkat
dengan karunia Tuhan. Tidak ada ketentuan-ketentuan yang bisa dipedomani
dalam mengatur kekuasaan raja adalah karunia Tuhan, sebab akan mudah sekali
168
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, 78-79. 169
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 122. 170
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 72-73. 171
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 73.
75
timbul kedzaliman dan kesewenang-wenangan apabila kekuasaan
mengatasnamakan kekuasaanTuhan. Kedaulatan Tuhan dalam persepsi Islam,
kekuasaan yang diberikan oleh Tuhan itu jelas sebagaimana telah tertuang dalam
Al-Quran dan Hadist SAW.172
Asad menyimpulkan bahwa kedaulatan dalam pemerintahan Islam
merupakan kedaulatan yang berasal dari Allah. Jadi, apabila sebagaian terbesar
dari umat telah menyerahkan tempuk kepemimpinan kepada seorang pemimpin
maka tiap warganegara Islam harus menganggap dirinya sebagi moral yang terkait
oleh keputusan itu.173
III. Kepala Negara Dalam Pemerintahan Islam
Dalam padangan Asad mengenai sistem negara yang berada dibawah
pengaruh Politik modern Barat, pastinya ada perbedaan berdasarkan akidah
keagamaan yang muncul menjadi satu persoalan yang sulit diterima oleh umat
Muslim. Oleh sebab itu perlu dipahami secara seksama bahwa jika tidak ada
persoalan pembelahan antara muslim dan non muslim maka tidak akan ada
sesuatu yang menyebabkan kita harus bercita-cita menegakan negara seperti yang
dikehendaki oleh Al-Quran dan Sunnah Rasul. Namun bukan berarti hal ini
diartikan sebagai tindakan diskriminatif terhadap non muslim. Yang benar justru
sebaliknya negara berkewajiban memberikan perlindungan dan kemerdekaan
penuh kepada masyarakat.174
172
Djaelani, Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam, 115-116. 173
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, 79-81. 174
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 75.
76
IV. Kepala Negara Berasal Dari Muslim
Praktik dan Implementasi Negara Islam semata-mata adalah untuk
melaksanakan syariat Islam sebagai sistem pemerintahan bagi seluruh aspek
kehidupan manusia. Sehingga kepala negara tidak mungkin menerapkan
kekuasaannya kecuali pada orang-orang yang mengimani syariat dan sumber
hukum Ilahi. Manakala masyarakat sudah benar-benar siap menjadikan Islam
sebagai jalan hidup yang harus dipatuhi, maka orang-orang yang memegang
urusan penting dalam pemerintahan memang harus berasal dari kalangan
masyarakat tersebut. Masyarakat harus memiliki keberanian moral untuk
memproklamasikan bahwa mereka tidak mau dijerumuskan masa depannya
kedalam liberlisme yang tidak mau melirik keyakinan agama. Karena
sesungguhnya agama telah menjelaskan bahwa kepala Negara Islam haruslah
seorang muslim. Dijelaskan dalam Al-Quran : “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orangyang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.” (Al-Hujurat, 49:13).175
Asad mengusulkan untuk di tuliskan di dalam konstitusi Negara Islam
bahwa kepala negara harus dari seorang muslim, melalui mekanisme pemilihan.
Kepala negara harus menyatakan bahwa akan menjalankan pemerintahan dengan
patuh kepada undang-undang Islam. Keyakinan Asad dalam hal ini juga di
175
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 73-77.
77
jelaskan dengan pembanding konstitusi di Amerika Serikat. Tidak mungkin ada
seorangpun yang berhak menduduki kursi presiden andai kata jika tidak dilahirkan
di Amerika, maka hal ini memang sudah menjadi produk alamiah dalam
pemerintahan.176
V. Penyebutan Untuk Kepala Negara
Dalam penyebutan kepala negara Asad lebih memilih panggilan “Amir”
yang memiliki arti pemimpin, panglima dan pemegang otoritas karena menurut
Asad istilah ini pernah di gunakan oleh Nabi Muhammad untuk kepala komunitas
Islam. Asad juga berpandangan bahwa penyebutan Amir menunjukan Negara
Islam yang bersifat demokratis, bukan berdasarkan keturunan. Namun bukan
berarti Asad mengharuskan penyebutan kepala negara dengan sebutan Amir,
karena Asad sesungguhnya menyerahkan masalah mengenai penyebutan kepala
negara kepada konstituen.177
1) Masa Berkuasa
Masa jabatan menurut Asad memang tidak di jelaskan secara terperici
dalam Al-Quran. Masyarakat harus menentukan sendiri persoalan-persoalan yang
bersifat rincian, seperti berapa lama masa jabatan Amir itu, dan bagaimana pula
mekanisme dipilih kembali untuk usia seseorang menjadi amir, dan sejak usia
berapa harus dengan sukarela mengundurkan diri dari jabatannya. Masyarakat
juga tidak disalahkan jika amir tersebut ditetapkan untuk menjabat seumur hidup.
176
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 138-139. 177
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 140-141.
78
Akan tetapi apabila amir telah merasa dirinya sudah tidak patut lagi menjabat
kedudukannya karena kemampuan berfikirnya berkurang maka hendaklah
mengundurkan diri dengan ikhlas.178
VI. Asas Musyawarah dan Majelis Perwakilan Dalam
Pemerintahan Islam
Pada dasarnya kebutuhan hidup dalam kemasyarakatan berubah-ubah,
sehingga dengan sendirinya perlu disediakan undang-undang duniawi mengenai
masalah pemerintahan yang tidak disinggung dalam syariah Islam. Syariah Islam
memberikan asas-asas umum namun bukan undang-undang yang sudah terperinci.
Sehingga masyarakat perlu membuat undang-udang yang cocok dan terperici
melalui ijtihad.179
Pengertian ijtihad menurut istilah ialah mencurahkan pikiran dan tenaga
untuk menetapkan sebuah hukum. Sumber hukum ketiga setelah Al-Quran adalah
Ijtihad. Ijtihad hadir untuk menetapkan hukum Islam yang belum ditetapkan
dalam hukum syura. Diadakannya ijtihad berfungsi untuk mendapatkan solusi
hukum dari suatu masalah yang tidak dapat ditemukan solusinya di dalam Al-
Quran dan Hadist. Dalam fungsi ini ijtihad mendapatkan kedudukan legalitas
dalam Islam.180
178
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 78. 179
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, 82. 180
“Pengertian Ijtihad, Definisi, Fungsi, Bentuk dan Contoh,” [artikel on-line];
tersedia di http://pengertiandefinisi.com/pengertian-ijtihad-definisi-fungsi-bentuk-dan-
contoh/; Internet; diunduh pada 20 Oktober 2016.
79
Menurut Asad ijtihad yang dibuat adalah demi kepentingan bersama
sehingga hal-hal yang diijtihadkan dari segi kehidupan masyarakat tidak boleh
diputuskan oleh beberapa orang saja. Melainkan harus berdasarkan ijma’ dari
seluruh jamaah.181
Namun pembuatan undang-undang dapat dipastikan tidak
mungkin seluruh jamaah berhimpun dalam satu persidangan untuk membuat
undang-undang. Karena itu perlu adanya seorang atau sejumlah orang yang
kepadanya jamaah menyerahkan keputusan legislatifnya dan pastinya keputusan
tersebut harus bersifat mengikat. Dalam Al-Quran dijelaskan: “Urusan
kemsayarakatan (amr) mereka (orang-orang yang beriman) harus (diselesaikan)
dengan musyawarah diantara mereka.” (As-Syura:38).182
Kata “amr” dalam ayat diatas menjelaskan bahwa semua urusan yang
bersifat kemasyarakatn agar dapat diselesaikan perlu ditunjuk perwakilan dari
masyarakat yang dipilih oleh masyarakat. Kemudian ungakapan “diantara
mereka” dalam Al-Quran menjelaskan bahwa mereka adalah seluruh jamaah.
Karena itu majelis perundang-undangan atau dewan legislatif, yang dikenal dalam
Islam adalah Majelis Asy-syura mesti mewakili seluruh jamaah baik pria maupun
wanita. Legislatif dipilih oleh masyarakat melalui pemilihan yang bebas dan
umum. Namun mekanisme pemilihan tidak diterapkan dalam syariah melainkan
jamaahlah yang harus menentukannya sendiri. Anggota mejlis harus memiliki
pengertian mendalam mengenai nash di dalam Al-Quran dan Sunnah (ulul albab),
181
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, 82. 182
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, 82-83.
80
anggota majelis harus menyadari betul tuntutan sosiologis masyarakat dan urusan
keduniaan pada umumnya.183
Majelis mungkin akan memiliki kesepakatan yang berbeda pada setiap
persoalan yang disodorkan umat kepada para majelis. Maka menurut Asad
perbedaan pendapat merupakan hal yang sangat wajar karena perbedaan tradisi,
kondisi sosial, pengalaman dan latar belakang. Seperti yang telah di kemukaan
oleh Rasulullah SAW: Perbedaan pendapat dikalangan umatku adalah rahmat.
(HR Abu Dawud, At Tirmidzi, dan Ibnu Majah). 184
Maka dari itu baiknya yang kita harapkan dalam hal ini ialah apabila
majelis terdiri dari orang-orang yang berfikiran sehat dalam memperbincangkan
suatu masalah, kemudian sebagian besar diantara kalangan majelis sepakat dengan
kesepakatan yang sama mengenai satu keputusan, maka keputusan tersebut dapat
kita yakini sebagi keputusan yang tepat. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
Ikutilah kelompok yang paling besar (HR Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar).185
Asas-asas dalam musyawarah dan terbentuknya Majlis Syura menurut
Asad perlu dicantumkan bahwa:
Kekuasaan legislatif dan negara terketak pada Majlis Syura. Para anggota
itu akan dipilih dengan secara merdeka oleh rakyat. Majlis diwajibkan
mengadakan udang-undang dalam segala hal yang tidak dibuat oleh
syari’ah, dan akan diketuai oleh amir atau oleh seorang wakil yang
dipilihnya dari kalangan Majlis yang terikat dengan eksekutif.186
183
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, 83-84. 184
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 88-89. 185
Azzam, Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam, h. 85-86. 186
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 151.
81
VII. Konstitusi Islam
Dalam menetapkan hukum, Assad berkaca kepada sistem hukum yang
telah digunakan di masa khulafa’ al-rasyidin. Konstitusi itu terdiri dari: pertama,
undang-undang dalam syara yang berhubungan dengan sosial kenegaraan, kedua,
hukum yang diundangkan sesuai pada masanya dan dengan menginterpretasikan
pada spirit Al-Quran dan Sunnah atau melalui ijtihad yang sesuai dengan sosial
kehidupan, ketiga, hukum administrasi yang diambil secara langsung dari Al-
Quran dan Sunnah tetapi dipertimbangkan melalui akal sehat yang murni tentang
pemerintahan dan kehidupan sosial.187
Perlu digaris bawahi hukum lain selain syariah dapat diamandemen karena
hukum tersebut tidak untuk sepanjang masa melainkan hanya untuk
menyesuaikan kondisi sosial dan perkembangan manusia. Semua perubahan harus
berada diluar syariah sebab syariah adalah undang-undang Tuhan sehingga tidak
memerlukan perubahan.188
Asad juga menegaskan bahwa “undang-undang mengenai keduniaan,
mandat ataupun perizinan akan dianggap tidak sah apabila didapati bertentangan
187
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 130. 188
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 132.
82
dengan konsep syariah.”189
Asad mengusulkan langkah dalam penyusunan hukum
untuk Negara Islam sebagai berikut:
a) Majelis Syura, terdiri dari para ahli yang berfungsi sebagai tim
merumuskan hukum dari Al-Quran dan Sunnah berupa 1. Nash yang
zhahir, yaitu tidak diperlukannya pernafsiran lain, 2. Perintah atau
larangan, 3. Mempunyai jawaban langsung yang sesuai dengan prilaku dan
tindakan sosial manusia.
b) Kemudian hadist-hadist diuji kesahihannya, selama hadist tidak
bertentangan dengan Al-Quran dan Hadist yang sahih.
c) Setelah semuanya teruji perlu diselaraskan dengan hukum syariah
sehingga menjadi hukum integral.
d) Kemudian dilakukan penulisan hukum yang terperinci dengan diatur
menggunakan pasal-pasal.
e) Sebelum disahkan sebagai undang-undang dasar perlu adanya pembahasan
di dalam majelis syura.190
Asad sangat menekankan ijtihad bagi keberlangsungan sistem
pemerintahan yang baik. Prinsip ijtihad Asad ini menjadi pemikiran yang
menafsirkan Al-Quran lebih kepada pemikiran yang modern, tidak fundamental.
189
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 135-136. 190
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 135-136.
83
VIII. Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif
Telah dijelaskan bahwa Negara Islam berdiri dengan tegaknya hukum
yang berlandaskan syariat Islam. Namun prinsip Negara Islam yang tunduk dalam
syariat Islam tidak menjadikan terjadinya pemisahan yang penuh antara kekuasaan
badan eksekutif dan legislatif. Ini yang merupakan prinsip terpenting yang
disumbangkan Islam kepada Ilmu Politik.191
Asad mencoba mengambil jalan tengah antara sistem yang diterapkan
dalam sistem demokrasi Barat yang memisahkan kekuasaan antara eksekutif dan
legislatif, dengan pemerintahan Islam sekarang ini yang cenderung otrokasi. Jalan
tengah yang diambil yaitu dengan memadukan dua kekuasaan antara eksekutif
dan legislatif. Hal ini bertujuan untuk menghindari keburukan yang ada pada
kedua sistem tersebut. Jika ditelusuri kekuasaan dengan memadukan dua
kekuasaan tersebut harus diterima sebagai kenyataan bahwa semua ketentuan
yang ditetapkan oleh suara terbanyak dari majelis permusyawaratan bukanlah hal
yang boleh atau tidak diterima oleh dewan eksekutif, tetapi ini merupakan
keputusan undang-undang yang bersifat mengikat. Asad yakin kegiatan eksekutif
maupun legislatif akan seimbang apabila ditegakan atas asas musyawarah untuk
mewakili aspirasi umat. 192
Negara Islam tidak bisa tidak harus ditegakkan diatas musyawarah, berarti
kerjasama antara dua pusat kekuasaan legislatif dan eksekutif kedua-duanya
berpusat pada diri seorang amir. Namun syariat Islam juga mengikat kepada
191
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 93-94. 192
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 94-96.
84
seorang amir untuk melaksanakan undang-undang yang ditetapkan oleh majelis
permusyawaratan.193
Berpegang pula dari prinsip syara bahwa kepala negara harus memegang
semua kekuasaan secara ril. Terikat oleh Majlis Syura bertugas membuat hukum
yang menjadi dasar negara, memberi keputusan tentang kebijakan-kebijakan
umum yang harus dicapai, serta mengawasi aktivitas pemerintah. Walaupun amir
terikat oleh tugas Majlis Syura, namun tidak berhak bagi legislatif untuk ikut
campur dalam mengatur cara menerjemahkan keputusan dan perintah ke dalam
administrasi sehari-hari, karena itu menjadi kewenangan sepenuhnya bagi
eksekutif. Berlandaskan pada ucapan Nabi, Asad menegaskan bahwa konsentrasi
semua tanggung jawab eksekutif berada ditangan satu orang yang lebih cocok
untuk tujuan pemerintahan Islam.194
Asad tidak mempermasalahkan lembaga eksekutif dibantu oleh para
mentri. Ditegaskan kembali oleh Asad bahwa para mentri tidak lebih hanya
sekedar pembantu administratif yang diangkat atas kebijaksanaan amir sendiri,
dan bertanggung jawab kepada amir pula. Maka sesungguhnya hanya kepada amir
kekuasaan eksekutif diserahkan, dan hanya amirlah yang dapat
mempertanggungjawabkan kebijaksanaannya di depan majelis.195
Dalam sistem pemerintahan negara modern kita mengetahui bahwa ada
dua sistem yaitu persidensial dan parlementer. Badan eksekutif dan badan
193
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 104-106. 194
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 154-155. 195
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 112.
85
legislatif dalam sistem parlementer memiliki ketergantungan satu sama lain,
sehingga kekuatan politik dari badan legislatif memiliki kekuatan yang
mendukung untuk badan eksekutif.196
Sistem presidensial menujukan bahwa
keberlangsungan hidup badan eksekutif tidak tergantung pada badan legislatif,
sehingga eksekutif memiliki kedudukan yang lebih kuat dibandingkan badan
legislatif.197
Sistem pemerintahan yang terbaik menurut Asad adalah sistem
pemerintahan Presidensial.
Didalam sistem negara modern kita tahu bahwa selain eksekutif dan
legislatif juga telah di bentuk komisi khusus yang bertugas untuk memecahkan
berbagai problema pemerintahan seperti komisi luar negeri, komisi pertahanan
nasional, komisi hukum dan lainnya.198
Hal ini juga membuat Asad berfikir
demikian, menurut Asad walaupun telah dibentuknya dua lembaga kekuasaan
yang merupakan penjelmaan dari suara rakyat. Namun jika kedua belah pihak
tidak bersepakat dalam suatu masalah maka diperlukannya pembentukan badan
arbitrator. Legistimasi pembentukan badan arbitrator dikutip olehnya berdasarkan
firman Allah yang berbunyi: “Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan orang-
orang yang mempunyai otoritas diantara kamu, maka jika kamu tidak bersepakat
dalam sesuatu, maka kembalikanlah urusan itu kepada Allah dan Rasul-Nya,”
(An-Nisa 4: 59).199
196
Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik , 297. 197
Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik , 303. 198
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 117-118. 199
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 156.
86
Asad menjelaskan bahwa kesepakatan yang berasal dari Mahkamah
merupakan keputusan yang dianggap final dan mengikat bagi semua pihak yang
terlibat dalam negara. Untuk itu mekanisme yang perlu diperhatikan oleh anggota
mahkamah diantaranya: pertama, penyeleksian anggota mahkamah bisa melalui
pihak eksekutif maupun pihak legislatif. Kedua, apabila terpilih maka terikat
pekerjaan seumur hidup, jadi walaupun ditentukan masa jabatan dalam sistem
pemerintahan namun statusnya akan tetap digaji hingga akhir hidupnya, dan harus
tetap aktif kecuali mengalami kecacatan mental atau melakukan kesalahan.
Ketiga, harus terbebas dan melepaskan diri dari semua jabatan atau kedudukan
dalam negara.200
IX. Masyarakat dan Pemerintahan
Masyarakat adalah keseluruhan antara hubungan antar manusia Robert M.
Mclver mengatakan: “Masyarakat adalah suatu sistem hubungan-hubungan yang
ditata.”201
Untuk itu dalam kehidupan bermasyarakat Asad memastikan perlu
adanya hak serta kewajiban yang perlu dijalankan masyarakat, diantaranya:
a. Mematuhi Kepala Negara
Hubungan antara masyarakat menurut Asad dengan adanya kontrak sosial,
dimaksudkan untuk mengikat umatnya menerima cita-cita yaitu bersama dalam
pendirian hukum Islam. Ketika seorang Amir terpilih maka semua rakyat baik
yang memilih ataupun yang tidak memilih harus setia kepada amir tersebut. Ini
200
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 157. 201
Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik , 46.
87
merupakan kesepakatan menurut Muhammad Asad. Apabila amir tersebut
melakukan kekufuran yang tidak seusai dengan syariah Islam maka gugurlah
otoritasnya yang diputuskan oleh majlis syura sebagai representasi rakyat.202
Telah diwajibkan bagi rakyat untuk mematuhi perintah amir apabila amir
tersebut telah dipilih oleh rakyat. Jika pemerintahan tersebut dijalankan seirama
dengan prinsip memerlihara ukhuwah berasaskan Al-Quran dan Sunnah , maka
upaya apapun yang mencoba mengacaukannya mesti dianggap sebagai kejahatan
besar.203
b. Prinsip Ekonomi
Selain kewajiban zakat yang telah ditentukan oleh prinsip syara, Negara
juga berhak menetapkan pajak tambahan sebagai batas tertentu demi berjalannya
kepentingan rakyat. Karena bagi pemerintahan Islam dari prinsip syara, hak bagi
negara untuk memiliki harta dan jiwa masyarakatnya apabila itu merupakan
kepentingan tuntutan keamananan.204
Negara harus benar-benar mengatur semua
urusan masyarakat sehingga baik laki-laki maupun perempuan memiliki jaminan
dari segi ekonomi dan dapat menikmati kesejahteraan.205
c. Jihad Bagi Masyarakat
202
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 159-160. 203
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 134. 204
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 126. 205
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 166.
88
Menurut Asad bila Jihad dikaitkan dengan peperangan dalam Al-Quran,
maka jihad semata-mata memberi isyarat perang dalam rangka mempertahankan
kemerdekaan beragama. Karena sesungguhnya Islam sama sekali tidak
memerkenankan agresi militer yang dilancarkan pada penganutnya kepada pihak
lain. Dengan kata lain jika maksud dari peperangan tersebut bertujuan syariat
Islam atau agama dan politik negaranya terancam, maka Islam mewajibkan
kepada setiap warganegaranya yang sehat jasmaniah untuk ikut berperang.206
d. Perlindungan Bagi Masyarakat
Negara wajib memberikan perlindungan bagi warganegaranya. Menurut
Asad negara harus menjamin hak warganegaranya yang tak diganggu gugat
mengenai harta, kehidupan dan martabat. Karena sesungguhnya negara harus
memiliki prosedur yang jelas jika ingin melakukan aktivitas yang menggagu
rakyatnya. Asad mengutip Hadist: “Jiwamu dan hak milikmu akan aman
diantaramu bagaikan amannya di hari haji ini.”207
e. Kebebasan Berpendapat
Kita mengetahui bahwa konsep ijtihad dalam Islam tidak akan pernah
berhenti dan akan terus-menerus dipergunakan bahakan menjadi suatu kewajiban
bagi sosial dan keagamaan, manakala muncul kebutuhan terhadap pengkajian
berbagai persoalan yang menyangkut kehidupan berbangsa. Tokoh intelektual
masyarakat dalam hal ini perlu mengemukakan pemikirannya dan gagasan baru
206
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 127-130. 207
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 162-163.
89
sehingga mampu melahirkan kemajuan dan kebangkitan masyarakat. Perlu diingat
kemerdekaan berpikir dalam hal ini bukan berarti dipergunakan untuk melawan
pemerintahan yang jelas sah menjalankan syariat Islam.208
f. Program Wajib Belajar
Menurut Asad kewajiban bagi pemerintah untuk mempunyai sistem
pendidikan yang dapat membuat pengetahuan yang dapat diakses dan dipelajari
bagi setiap orang, ini merupakan hak bagi warganergara agar mendapatkan
pendidikan yang maju baik laki-laki maupun perempuan. Karena dengan
pendidikan warga dapat mengawasi pemerintahan agar mengarah kepada
kemajuan.209
C. Pengaruh Asad Pada Konsep Negara Islam di Awal Terbentuknya
Pakistan.
Pada saat Pakistan menyatakan diri untuk membentuk satu negara yang
berasaskan Islam, sesungguhnya masih terjadi perdebatan di internal kelompok-
kelompok pendahulunya, sebagian kelompok setuju berasaskan Islam tetapi
sebagian masih belum sepenuhnya bisa menerima. Dalam hal ini Muhammad
Asad yang bukan merupakan penduduk asli dari Pakistan dipanggil oleh
Muhammad Iqbal untuk berkontribusi dalam merumuskan konsep Negara Islam
Pakistan. Bagi Asad sendiri perbedaan pendapat tersebut bukan sesuatu yang sulit
208
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 144-145. 209
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 164-165.
90
untuk dicarikan jalan tengah yaitu dengan mengarahkan agar menuju kepada Al-
Quran, Sunnah dan Ijtihad demi terciptanya Negara Islam.
Asad menyelesaikan polemik yang terjadi antara beberapa pandangan
yang berbeda kelompok konservatif yang menginginkan negara Pakistan betul-
betul islami dengan bentuk kekhalifhaan dengan kelompok yang lebih realistik
yang menginginkan pembangunan Pakistan harus sejalan dengan apa yang
dianggap sah dan masuk akal seperti sistem pemerintahan dalam bentuk
demokrasi parlementer Barat modern. Dalam hal ini Asad mencoba menjembatani
kedua kelompok tersebut dengan menawarkan semacam outline konstitusi yang
islami dan cocok dengan zamannya. Baginya konsepsi-konsepsi mengenai negara
Islam yang telah lalu hanya cocok untuk zaman sebelumnya dan tidak lagi sesuai
dengan kebutuhan Negara Islam pada abad ke 20.210
Walaupun Asad merupakan pemikir yang selalu berhati-hati dalam
mengajukan program pembaharu yang dibangun atas landasan syariah, namun
Asad meyakini bahwa perlunya kelahiran kembali keimanan yang lebih baik,
daripada hanya membangga-banggakan zaman keemasan masa lalu dan hanya
menyebut kejayaan leluhur tanpa melakukan perubahan.211
Islamic Constitution Making merupakan ide yang dituangkan oleh Asad
dalam pembuatan konstitusi Pakistan yang berdasar kepada sumber asli hukum
Islam yaitu Al-Quran dan Sunnah. Ide-ide tersebut menurut Asad memang
210
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 236-238 211
Rosyadi, Akal dan Wahyu Perspektif Muhammad Asad, 42.
91
ditunjukkan untuk memberikan rancangan solusi bagi konstitusi Negara Pakistan,
karena dalam kondisi tersebut Asad melihat bahwa Pakistan memang sedang
memerlukan ide-ide politik Islam yang baru yang cocok pada zamannya dengan
memberikan keyakinan bahwa Islam memberikan jawaban terhadap semua
zaman. Ketika itu Pakistan memang sedang dihadapkan pada pilihan nasib yang
menentukan hari depannya.212
Pada bulan Juli tahun 1947 tepatnya satu bulan sebelum Pakistan merdeka
Asad menyampaikan Towards the Islamic Constitution yang berisikan draft
konstitusi Islam Pakistan kepada Pemerintah.213
Dengan menyatakan bahwa
Pakistan berdiri atas dasar kehendak masyarakat untuk membangun eksitensi
sosial politik yang berdasarkan Islam. Sehingga tidak dapat dipungkiri Bahwa
Islamlah yang merupakan satu-satunya yang dapat menjadi basis ideologi Negara
Pakistan, basis itulah yang menurut Muhammad Asad perlu dituliskan dalam
bentuk konstitusi yang pada akhirnya tulisan tersebut diserahkan olehnya kepada
pemerintah Islam.214
Ketika Pakistan berdiri tahun 1947, Asad ditunjuk untuk
mengorganisasikan dan mengepalai sebuah departemen rekontruksi Islam yang
tugasnya adalah meneliti konsep-konsep ideologi Islam dalam bidang kenegaraan
dan kemasyarakatan yang menjadi dasar membangun organisasi politik negara
yang baru lahir. Setelah dua tahun Asad dipindahkan ke dinas luar negeri Pakistan
212
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 237-238. 213
Rosyadi, Akal dan Wahyu Perspektif Muhammad Asad, 32. 214
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 240.
92
dan di tunjuk sebagai kepala bagian Timur Tengah pada Kementrian Luar negri,
tempat Asad mengabdikan diri untuk memperkuat ikatan Pakistan dengan bagian
dunia Muslim lainnya.215
Akhirnya pada tahun 1952 pada usianya ke 52 tahun
Asad mencapai puncak karirnya dengan memegang tugas sebagai diplomat dan
menjadi Duta Besar yang berkuasa penuh atas Pakistan untuk Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Kedudukannya sebagai ketua komisi wilayah-wilayah yang tidak
berpemerinahan sendiri (Commission of Non-Selfgoverned Territories), Asad
ketika itu berhasil memperjuangkan kemerdekaan bagi Tunisia.216
Muhammad Iqbal merupakan pencetus pertama agar diadakannya
pemisahan antara Pakistan dan India, namun pada dasarnya pemisahan Pakistan
dari India adalah dibawah pimpinan Muhammad Ali Jinnah. Ali Jinnah
merupakan tokoh nasionalis yang akhirnya bergabung dengan Liga Muslim
hingga terpilih menjadi presiden Liga Muslim. Pemikiran Muhammad Ali Jinnah
yang merupakan tokoh nasionalis membuatnya menjadi sosok yang pada mulanya
mencoba untuk mempersatukan India dan Pakistan, namun kegagalan untuk
mempersatukan keduanya membuat Ali Jinnah pada akhirnya menyatakan agar
berpisahnya India dan Pakistan. Nasionalisme Ali Jinnah tidak hilang begitu saja,
walaupun Negara Pakistan berdiri atas dasar Islam. Ali Jinnah tetap berusaha agar
tetap terjalinnya hubungan yang baik antar kedua negara. Untuk itu dalam sistem
pemerintahan Negara Pakistan di awal terbentuknya masih mengadopsi beberapa
sistem yang digunakan di India.
215
Asad, Jalan Ke Makkah, 12. 216
Rosyadi, Akal dan Wahyu Perspektif Muhammad Asad, 32.
93
Dapat dilihat dalam sistem pemerintahan yang pertama kali digunakan
oleh Negara Pakistan yaitu sistem pemerintahan parlementer.217
Pemikiran
Muhamamd Asad yang sangat terinspirasi pada sistem pemerintahan di masa
Khulafa Ar-Rasyiddin menjadikan Asad memiliki pandangan bahwa sistem
pemerintahan presidensial yang diterapkan di Amerika Srikat memiliki kebutuhan
yang dapat memenuhi sistem pemerintahan Islam dibandingan sistem
pemerintahan parlementer Eropa.218
Sebab telah dijelaskan sebelumnya bahwa
kepala negara merupakan kekuasaan tertinggi yang dipilih rakyat sehingga dalam
pemerintahan eksekutif memliki kekuasaan yang besar. Bagi Asad apabila
kekuasaan negara telah ditetapkan kepada satu pemimpin maka kekuasaan
tertinggi berada di pemimpin tersebut. Tidak patuh kepada pemimpin hanya dapat
dilakukan jika pemimpin tersebut melenceng dan tidak sesuai dengan ajaran
Islam.
Pada akhirnya Asad mengakui bahwa gagasan ide-ide yang telah di susun
dan diberikan kepada Pakistan mengenai Negara Islam hanya diletakan pada
Pembukaan konstitusi Republik Islam Pakistan yang diambil oleh Majelis
Konstituen pada 1949. Selanjutnya konstitusi yang digunakan tersebut tidak
berlaku lagi, karena dalam sejarahnya Negara Pakistan telah berkali-kali
mengganti konstitusi. Tetapi Asad tetap yakin bahwa diskusinya mengeai
konstitusi Negara Islam akan tetap bergunadan dapat memberikan pemahaman
yang baik kepada Barat dan non-muslim mengenai Ideologi Islam. Pada akhirnya
217
Safrina Nina, “Sistem Pemerintahan Pakistan,” [artikel on-line]; tersedia di
https://www.scribd.com/doc/306902589/Sistem-Pemerintahan-Pakistan; Internet;
diunduh pada 18 Januari 2018. 218
Asad, Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam, 111-112.
94
risalah kostitusi tersebut pada akhirnya dielaborasikan menjadi sebuah buku
dengan judul The Principels of State and Government in Islam. Selain itu Asad
juga menerbitkan jurnal yang bernama Arafat, yang menunjukan bahwa Asad
betul-betul terlibat secara Intens dalam perdebatan tentang negara Islam Pakistan.
Dalam jurnalnya Asad menuliskan bahwa Pakistan merupakan tolak ukur bagi
peerkembangan baru umat Islam untuk mendirikan negara yang Islami.219
Asad memang bukanlah seorang aktifis dalam terminology postmodern,
Asad juga tidak melakukan gerakan, namun Asad telah mencoba
menginterpretasikan teks Al-Quran dan Sunnah sehingga dengan interpretasinyya
telah membuat pemikiran pembaharu dalam membentuk negara Islam. Upaya
Asad dalam hal tersebut adalah dengan menghubungkan antara konsep ideal Islam
dengan apa yang dihadapi oleh Pakistan dalam teori ketatanegaraan. Asad telah
berperan dalam mencoba menghubungkan antara hukum yang ada dengan politik
Pakistan. Upaya ini telah membuat umat Islam Pakistan merasa adanya legitimasi
moral dalam kehidupan bernegara.220
D. Gagalnya Penegakan Hukum Islam Di Negara Pakistan
Teori tentang Negara Islam pada intinya memiliki pandangan bahwa
Negara Islam berdiri atas dasar ketaatan kepada Allah, untuk itu perlu
dibentuknya tatanan hukum yang seusai dengan akidah yang telah ditentukan
berdasarkan syariat Islam. Pada akhirnya Negara Pakistan mencoba menjadi
219
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 238-239. 220
Idzam Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara
Islam Muhammad Asad, 251.
95
Negara dengan Ideologi Islam dan mencoba meletakkan hukum Al-Quran dan
Sunnah didalam konstitusi negaranya, namun hal ini ternyata tidak sejalan dengan
idealisme yang telah dibentuk, realitanya kehidupan dan sistem pemerintahan di
Negara Pakistan sama seperti negara non Islam lainnya.
Sebelum Pakistan terbentuk beberapa para tokoh Muslim di Pakistan telah
mencoba menawarkan konsep yang lengkap megenai sistem kenegaraan di
Pakistan, diantaranya Muhammad Iqbal, Muhammad Ali Jinnah, Abul A’la al-
Maududi dan Muhammad Asad. Ternyata ide dan gagasan politik tokoh tersebut
nampaknya telah terjadi kesenjangan yang cukup lebar antara ide dan gagasan
Negara Islam yang telah tertuang dalam konsep kenegaraan dengan realitas politik
yang ada di Pakistan. Sehingga pergulatan politik yang masih berlangsung hingga
sekarang memunculkan penilaian beberapa ahli bahwa penerapan sistem Negara
Islam yang ada di Negara Pakistan sebenaranya telah gagal.221
Sejarah menuliskan bahwa sistem pemerintahan Pakistan telah dirumuskan
oleh Liga Muslim tahun 1940 dan disahkan menjadi konstitusi tahun 1956. Dalam
konstitusi itu negara bernama “Republik Islam Pakistan”. Akan tetapi negara
mengalami kesulitan dalam mendefinisikan keislamannya. Muncullah perdebatan
dalam majelis Konstituante, demikian pula hasil-hasil kompromi antara kubu
tradisionalis dan modernis yang terjelma dalam konstitusi tahun 1956, dalam
221
Idzam Fautanu, “Pergulatan Pemikiran Tentang Islam Dan Negara Di
Pakistan”: 2.
96
konstitusi ini negara bernama “Republik Islam Pakistan”, namun amandemen-
amandemennya tidak memuaskan semua pihak.222
Kata Islam dalam Republik Islam Pakistan sebelumnya pernah dihilangkan
dimasa pemerinthan Ayub Khan ditahun 1962, dan akhirnya kembali digunakan
atas desakan dari kaum tradisionalis di Majelis Nasional.223
Akan tetapi kata-kata
Al-Quran dan Sunnah yang telah tercantum dalam pasal 198 konstitusi tersebut
dibuang. Dalam konstitusi tahun 1962 menyatakan tidak ada ketentunan untuk
membawa undang-undang negara sesuai dengan hukum Islam. Salah satu yang
tidak dihilangkan yakni penetapan kepala negara yang harus tetap dari kalangan
muslim.224
Sejarah Pakistan inilah merupakan salah satu dari beberapa hal yang
yang membuktikan bahwa betapa sulitnya Pakistan mendefinisakn Islam yang
ingin diterapakan dalam sistem pemerintahan di Negaranya.
Pada dasarnya Paksitan merupakan salah satu wilayah yang mayoritas
Muslim, masyarakatnya juga memiliki loyalitas yang tinggi terhadap agamanya
sehingga berupaya untuk menjadikan Islam sebagai ideologi Negara Pakistan,
akan tetapi upaya yang telah dilakukan untuk memasukkan ide-ide Islam ternyata
cukup sulit, masyarakat tidak dapat sempurna dalam melaksanakan keimanan
secara seluruhnya. Pengaruh Barat juga menjadi penyebab Negara Islam yang
dicita-citakan Pakistan pada akhirnya mengalami kesulitan dalam
222
Aisyah A., “Nasionalisme dan Pembentukan Negara Islam Pakistan, “ Jurnal
Politik Profetik volume 4, ( 2014): 85-86. 223
Majelis Nasional adalah majelis rendah dari Parlemen Pakistan, yang juga
terdiri dari Presiden Pakistan dan Senat (majelis tinggi). Majelis Nasional dan Senat
sama-sama bersidang di gedung Parlemen, Islamabad. Majelis Nasional merupakan
lembaga yang terpilih secara demokratis yang beranggotakan 342 orang. 224
Fautanu, “Pergulatan Pemikiran Tentang Islam Dan Negara Di Pakistan”: 4.
97
mengimplementasikannya, sehingga inspirasi politik dan kenegaraan yang
didapatkan akhirnya berasal dari kalangan Barat bukan dari Islam.225
Ketika Pakistan terbentuk perdebatan penerapan konstitusi Pakistan
diantara berbagai kelompok masih terus berlanjut hingga Pakistan telah ditetapkan
sebagai Negara Islam, begitupun dengan sulitnya menerjemahkan hukum Islam
yang akan diterapkan. Kesulitan ini dialami terutama oleh Lembaga Penelitian
Islam Pakistan dan Dewan Penasehat Ideologi Pakistan itu sendiri. Bagi modernis,
hukum Islam bisa diterapkan jika dimodernisasi selaras dengan perkembangan
dan kebutuhan zaman. Sementara kaum tradisional menuntut bahwa fiqih yang
dihasilkan para mujtahid lewat deduksi dan derivasi dari Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi, harus diberlakukan tanpa kecuali.226
Islam merupakan agama yang progresif sehingga ketika Pakistan
mengingginkan kemunculan negara yang berideologi Islam, salah satu kelompok
memberikan gagasan agar sistem Islam yang akan dibuat dapat disesuaikan
dimasa sekarang ini. Di Pakistan kelompok pemikir yang menggagas hal tersebut
dikenal sebagai kelompok modernis, salah satunya adalah Muhammad Assad.
Asad dengan model pemikiranya ternyata berdampak pada penerapan sistem
hukum yang diterapkan oleh Pakistan sekarang ini.
Muhammad Asad merupakan pemikir modernis yang mempunyai gagasan
bahwa masa depan umat Islam mempunyai fleksibelitas yang dapat
dipertanggungjawabkan secara kreatif yaitu melalui ijtihad. Islam harus dapat
225
Fautanu, “Pergulatan Pemikiran Tentang Islam Dan Negara Di Pakistan”: 2. 226
Aisyah A., “Nasionalisme dan Pembentukan Negara Islam Pakistan“: 86.
98
mengimbangi tantangan-tantangan yang datang di dalam tradisi dunia yang selalu
berubah, tepati tidak lupa dengan mengaitkan dua sumber fundamental hukum
Islam yaitu Al-Quran dan Sunnah. Tuhan dengan kebijaksanaannya menurut Asad
memberikan hak dan tugas kepada manusia untuk menggunakan akal dalam
memberikan keputusan yang sesuai di setiap zamannya dengan jalan konsultasi
atau musyawarah.227
Pemikiran Asad sangat mengutamakan konsep ijtihad dalam Islam.
Menurut Asad Negara Islam ada berdasarkan ketuhanan dan wahyu namun tidak
berarti ijtihad tidak dipergunakan. Ijtihad menjadi landasan yang dipergunakan
setelah Negara Islam yang di cita-citakan oleh umat Islam di satu daerah
terbentuk. Ijtihad wajib menjadi salah satu konsep negara setelah syariat Islam di
pergunakan, karena menurut Asad theologi dan pemikiran manusia tidak bisa
dipisahkan dan harus sejalan.
Beberapa contoh diantara pemikiran Asad yang terkesan modernis
misalnya pada saat Asad menengahi kontroversi mengenai Hukum Islam yang
terjadi di Pakistan, yaitu kontroversi tentang pemikiran riba dan bunga bank dan
hukum mengenai qhisas.228
Dalam hal ini Asad mempunyai pandangan yang
berbeda dengan para tokoh pemikir Islam fundamental. Asad berpandangan
bahwa sesuatu dapat dikatakan riba jika adanya eksploitasi antara pihak ekonomi
yang bermodal dengan pihak ekonomi lemah. Dengan mengutip surat Al-Baqarah
ayat 275, Asad menjelaskan bahwa riba terjadi melalui peminjaman dari pemilik
227
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 234. 228
Aisyah A., “Nasionalisme dan Pembentukan Negara Islam Pakistan“: 86.
99
modal yang secara kontrak tetap memiliki kepemilikan modal yang ia pinjamkan
dengan keuntungan yang lebih tanpa memperhatikan kerugian peminjam yang
menderita karena transaksi ini.229
Selanjutnya pada posisi yang lain Asad mengijtihadkan kembali hukum
qhisas yang tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat 178. Bagi Asad qhisas dalam
ijtihad Asad bukan harus setimpal seperti halnya tangan dibalas dengan tangan
begitupun hal lainnya, tetapi memang harus diganti dengan hukuman. Hukuman
tersebut terbentuk dari kesepakatan hidup bersama dalam suatu negara.230
Pada
akhirnya jika dilihat dari segi pemikirannya yang cenderung mederat, pemikiran
Muhammad Asad masih berpengaruh di Negara Pakistan.
229
Fautanu, Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara Islam
Muhammad Asad, 256. 230
Muhammad Asad, The Massage of The Qur’an (Austrian: Dar Al-Andalus,
1980), 37.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad Asad adalah seorang muallaf dari Yahudi, akan tetapi sejarah
kemudian membuktikan bahwa seorang Asad mengalami lompatan pemikiran
yang justru menempatkannya sebagai seorang pemikir Islam yang tidak bisa
dianggap sederhana. Pendalamannya terhadap kajian Al-Quran dan Sunnah Nabi
telah memberi inspirasi yang luar biasa dalam bentuk kontribusi yang sangat
berharga bagi terbentuknya Negara Islam Pakistan.
Asad adalah pemikir Islam moderat, usulannya mengenai Negara Islam
yang dimaksud adalah Negara yang Islami. Untuk itu Asad sangat
mengedepankan konsep ijtihad agar digunakan dalam konsep Negara Islam,
karena menurut Asad theologi dan pemikiran manusia tidak dapat dipisahkan dan
harus sejalan seiring dengan perkembangan zaman yang terus berkembang.
Menurut Asad kebangkitan Islam moderat harus dibangun tidak lagi
menggukanan fiqih dan theologi diabad pertengahan, melainkan akal manusia
juga harus dikedepankan. Jadi, walaupun semua yang dibangun harus berdasarkan
konsep ketuhanan tapi ijtihad dalam hal ini juga harus dikembangkan. Salah satu
contoh ijtihad Asad yang pada akhirnya digunakan dalam hukum Islam di
Pakistan dewasa ini adalah hukum mengenai qhisas yang tidak mengharuskan
pembalasan yang sama akan tetapi diadakan pelaksanaan hukuman yang telah
101
disepakati di dalam negara tersebut. Dalam hal ini Asad telah mengghadirkan
konsep theology yang rasional.
Muhammad Asad dalam pemikirannya mengenai Negara Islam
menerapkan dan mengedepankan prinsip moral yang telah di ajarkan dalam Al-
Quran dan Sunnah. Islam memberikan jalan bagi kita untuk kembali dan mengacu
pada sumber asli syari’at Islam yaitu Al-Quran dan Hadist. Karena akhir dari
semua yang dilakukan oleh manusia adalah ketaatan kepada penciptanya, sama
seperti halnya manusia yang mencoba menegakan sistem Islam dalam negara,
tujuan akhir dari penegakan sistem pemerintahan tersebut adalah ketaatan kepada
pencipta.
Kajian kenegaraan yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunah menurut
Asad merupakan hal yang nyata. Keduanya telah menggariskan metodologi
politik yang sejalan dengan kondisi dan waktu. Dalam pandangan Asad kehidupan
manusia harus diatur oleh sebuah kesatuan organisasi salah satunya adalah Negara
Islam. Maka dari itu ketika satu kesatuan masyarakat telah menentukan jalan
kehidupan bagi kelompoknya yaitu mendirikan negara dengan ideologi Islam,
maka Negara Islam merupakan keharusan dan menjadi bentuk organisasi yang
mengatur semua aspek kehidupan dalam satu wilayah tersebut. Dasar inilah yang
dilihat oleh Asad dalam terbentuknya Negara Pakistan.
Islamic Constitution Making merupakan kontribusi ide Muhammad Asad
yang dituangkan oleh dalam pembuatan konstitusi Pakistan yang berdasar kepada
sumber asli hukum Islam yaitu Al-Quran dan Sunnah. Ide-ide tersebut menurut
102
Asad memang ditunjukkan untuk memberikan rancangan solusi bagi konstitusi
Negara Pakistan, karena dalam kondisi tersebut Asad melihat bahwa Pakistan
memang sedang memerlukan ide-ide politik Islam yang baru yang cocok pada
zamannya dengan memberikan keyakinan bahwa Islam memberikan jawaban
terhadap semua zaman. Meskipun pada akhirnya Asad mengakui bahwa gagasan
ide-ide yang telah di susun dan diberikan kepada Pakistan mengenai Negara Islam
hanya diletakan pada Pembukaan konstitusi Republik Islam Pakistan yang diambil
oleh Majelis Konstituen pada 1949. Selanjutnya konstitusi yang digunakan
tersebut tidak berlaku lagi, karena dalam sejarahnya Negara Pakistan telah
berkali-kali mengganti konstitusi.
B. Saran
Sebagai sebuah penelitian yang membahas kontribusi tokoh muslim dalam
pembentukan negara islam yang dalam hal ini kontribusi Muhammad Asad dalam
pembentukan negara Pakistan. Penulis meyakini penelitian yang diangkat masih
belum memuaskan, penulis juga menyadari penelitian yang penulis angkat dinilai
masih sangat sedikit sehingga penggunaan referensi yang digunakan tidak banyak.
Oleh karenanya penulis menyarankan penelitian kedepannya dengan:
1. Memperdalam analisis mengenai perubahan-perubahan konstitusi
yang terjadi di negara pakistan. dan
2. Lebih memperdalam kontribusi tokoh muslim dalam pembentukan
suatu negara. Baik suatu negara yang berlandaskan dengan
keagamaan maupun negara modern.
103
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ahmad, Mumtaz. Masalah-Masalah Teori Politik Islam. Bandung: Mizan, 1996.
al-Banna, Muhammad. Ali Syari’ati Tentang Islam dan Modernitas. Ciputat: UIN
Syarif Hidayatullah, 2010.
Amiruddin, Hasbi. Konsep Negara Islam Menurut Fazlur Rahman. Yogyakarta:
UII Press, 2000.
Asad, Muhammad. Islam at the Crossroads. Bandung: Pustaka, 1981.
Asad, Muhammad. Jalan Ke Makkah. Bandung: Mizan, 1993.
Asad, Muhammad. Sebuah Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Islam. Bandug:
Pustaka, 1985.
Asad, Muhammad. The Massage of The Qur’an. Austrian: Dar Al-Andalus, 1980.
Aziz, Abd. Masalah Kenegaraan dalam Pandangan Islam. Jakarta: Yayasan AL
AMIN, 1984.
Azizah, Noer. “Pakistan Dibawah Kepemimpinan Zia Ul Haq (Analisis Terhadap
Reformasi Politik dan Hukum Islam di Pakistan).” Skripsi S1 Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2006.
Azzam, Salim. Beberapa Pandangan Pemerintahan Islam. Bandung: Mizan,
1990.
Bagir, Haidar, dan Syafiq Basri. Ijtihad Dalam Sorotan. Bandung: Mizan, 1996.
Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi,
2010.
Budiyono, Kabul. Teori dan Filsafat Ilmu Politik. Bandung: Alfabeta, 2012.
Djaelani, Abdul Qadir. Negara Ideal Menurut Konsepsi Islam. Surabaya: PT.
Bina Ilmu offset, 1995.
Effendy, Bahtiar. Jalan Tengah Politik Islam (Kaitan Islam, Demokrasi, dan
Negara yang Tidak Mudah). Jakarta: Ushul Press, 2005.
Efriza. Ilmu Politik Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan. Bandung:
Alvabeta, 2013.
104
Ensiklopedi Islam Jilid 4. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve, 1994.
Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 7. Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka.
Fachruddin, Fuad Mohd. Pemikiran Politik Islam. Jakarta: CV Pedoman Ilmu
Jaya, 1988.
Fautanu, Idzam. Pemikiran Politik Islam Modern Aktualisasi Konsep Negara
Islam Muhammad Asad. Jakarta: Gaung Press, 2012.
Hamilton. Islam dalam Lintasan Sejarah. Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1983.
Hasan, Ahmad. Pintu Ijtihad Sebelum Tertutup. Bandung: PUSTAKA, 1984.
Huda, Ni’matul. Ilmu Negara. Jakarta: PT RadzjaGrafindo Persada, 2010.
Iqbal, Muhammad, dan Amin Husein Nasution. Pemikiran Politik Islam Dari
Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Perdana Media
Group, 2010.
Jindan, Khalid Ibrahim. Teori Pemerintahan Islam Menurut Ibnu Taimiyah.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994.
Khameni, Ali, Ali Syariati, dan Muthahhari. Muhammad Iqbal Dalam Pandangan
Para Pemikir Syi’ah. Jakarta: Islamic Center Jakarta, 2002.
Mahendra, Yusril Ihza. Modernisme dan Fundamentalisme dalam Politik Islam.
Jakarta: Paramadina, 1999.
Mashad, Dhurorudin. Agama Dalam Kemelut Politik (Dilema Sekulerisme di
India). Jakarta: PT Pustaka CIDESINDO, 1999.
Nasution, Harun. Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspek. Jakarta: UI-Press, 1919.
Natsir. Agama dan Negara dalam Perspektif Islam. Jakarta: Media Da’wah, 2001.
Pramana, Pudja. Ilmu Negara. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Rahman, Zufran. Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber Hukum Islam (
Jawaban Terhadap Aliran Ingkar Sunnah). Jakarta: CV Pedoman Ilmu
Jaya, 1995.
Rangkuti, B. Pakistan Dalam Angka Dan Tulisan. Jakarta: Kedutaan Pakistan,
t.th.
Rif’at. Pemikiran Politik Islam Fachry Ali. Ciputat: UIN Syarif Hidayatullah,
2011.
Rodee, Carlton Clymer, dkk. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2009.
105
Rosyadi, Tabah. Akal dan Wahyu Perspektif Muhammad Asad. Jakarta: Iris Press,
2011.
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian. Bandung: CV.
Mandar Maju, 2011.
Sinaga, Rudi Salam. Pengantar Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Sitepu, P. Anthonius. Studi Ilmu Politik. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
SJ, Fadil. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Malang: UIN
MALANG PRESS, 2008.
Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran.
Jakarta: UI Press, 1990.
Sjamsijah, Sitti. Perdjuangan Suatu Bangsa Menudju Republik Islam Pakistan.
Solo: Foreign Ministery Government of Pakistan, 1956.
Stephens, Ian. Pakistan Old Country New Nation. England: Penguin Books, 1964.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Bandung,
2006.
Symonds, Richard. Pembinaan Pakistan. Jakarta: P.N. Balai Pustaka, 1964.
Ten Years Of Pakistan: 1947-1957. Karachi: Pakistan Publications, 1957.
Varshney, Ashutosh. Konflik Etnis dan Peran Masyarakat Sipil. Jakarta:
Departemen Agama, 2009.
Jurnal
A, Aisyah. “Nasionalisme dan Pembentukan Negara Islam Pakistan. “ Jurnal
Politik Profetik volume 4, 2014.
Fautanu, Idzam. “Pergulatan Pemikiran Tentang Islam Dan Negara Di Pakistan.”
Sumardi. “Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Tentang Sistem Pemerintahan
Indonesia.” Jurnal Ilmu Pemerintahan dan Administrasi 2, April 2013.
Dokumen Elektronik
“Konsep Negara Menurut Al-Maududi dan Ali Abdul Raziq,” Wordpress, 2012
[artikel on-line]; tersedia di
https://lembarannalar.files.wordpress.com/2012/10/konsep-negara-
106
menurut-al-maududi-dan-ali-abdul-raziq.pdf; Internet; diunduh pada 14
November 2016.
“Pendapat Muhammad Asad Tentang Negara Islam,” Walisongo Library, [artikel
on-line]; tersedia di
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/17/jtptiain-gdl-s1-2006-
denyfresya-824-BAB3_210-2.pdf; Internet; diunduh pada 29 November
2016.
“Pengertian Ijtihad, Definisi, Fungsi, Bentuk dan Contoh.” Diunduh 20 Oktober
2016 (http://pengertiandefinisi.com/pengertian-ijtihad-definisi-fungsi-
bentuk-dan-contoh/).
Firdaus, Abdullah, “Konsep Negara Islam Dalam Pemikiran Politik Muhammad
Iqbal,” Media Akademika, vol.29 no.1, 2014 [jurnal on-line]; tersedia di
http://portalgaruda.org/article.php/article=321578&val=6803&title=Konse
p%20Negara%20IslaI%20dalam%20Pemikiran%20Politik%20Muhamma
d%20Iqbal; Internet; diunduh pada 14 November 2016.
Munandar, Iman, “Agama dan Politik, Islam dan Negara,” Wordpress, 2013
[artikel on-line]; tersedia di
https://imannumberone.wordpress.com/2013/06/19/islam-dan-negara/;
Internet; diunduh pada 14 November 2016.
Nina, Safrina, “Sistem Pemerintahan Pakistan,” [artikel on-line]; tersedia di
https://www.scribd.com/doc/306902589/Sistem-Pemerintahan-Pakistan;
Internet; diunduh pada 18 Januari 2018.
Nina, Safrina, “Sistem Pemerintahan Pakistan,” Docslide, 2015 [artikel on-line];
tersedia di http://documents.tips/documents/sistem-pemerintahan-
pakistan-56245d0daf0d4.html; Internet; diunduh pada 15 November 2016.
Rakhmat, Jalaluddin, “Kontekstualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah,” [artikel
on-line]; tersedia di
luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Paramadina/Konteks/SejarahFiqh06.html;
Internet; diunduh pada 24 Februari 2016.
Roibin, “Perbandingan Perundang-Undangan Di Negara Islam,” UIN Malang,
2012 [artikel on-line]; tersedia di
http://syariah.uin-malang.ac.id/index.php/komunitas/blog-
fakultas/entry/perbandingan-perundang-undangan-di-negara-negara-islam;
Internet; diunduh pada 15 November 2016.
Susilo, Septian Eko, “Sejarah Negara Pakistan,” Blogspot, 2014 [artikel on-line];
tersedia di http://septianpieterz.blogspot.co.id/2014/03/sejarah-lengkap-
negara-pakistan.html; Internet; diunduh pada 11 Januari 2017.
107
Yasin, Muhammad, “Road To Mecca,” Republikaonline, 2009 [artikel on-line];
tersedia di http://muallaf-online.blogspot.co.id/2009/06/road-to-
mecca.html; Internet; diunduh pada 25 Februari 2016
top related