pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit
Post on 09-Dec-2016
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT DEGENERATIF
TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DALAM KEGIATAN DI POSYANDU
LANSIA KRIDA DHARMA WREDA KELURAHAN JEBRES
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
€
PUTRI WAHYU WIGATI R1110017
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
ABSTRAK
Putri Wahyu Wigati. R1110017. 2011. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres. Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan keaktifan lansia yaitu dilakukan pendidikan kesehatan, terutama menyangkut berbagai penyakit degeneratif dan upaya pencegahan yang harus dilakukan. Tujuan penelitian Mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres. Metode Penelitian Menggunakan Quasi Eksperiment dengan rancangan Two Group Postest Only. Teknik sampling yang digunakan adalah dengan menggunakan “Purposive Sampling” dengan jumlah sampel 85. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dengan alat bantu berupa cheklist. Uji analisis pada penelitian ini adalah Chi-Square dengan menggunakan SPSS versi 17. Hasil penelitian : Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan c2
hitung 6,904 dengan signifikasi (p) sebesar (0,009). Pengujian dilakukan dengan derajat kebebasan (df) sebesar 1 pada taraf signifikasi 0,05 sehingga diperoleh nilai kritis distribusi chi square (c2
tabel) sebesar 3,841. Sehingga diperoleh c2hitung > c2
tabel (6,904 > 3,841) atau p<0,05 maka di putuskan H0 di tolak atau Ha di terima. Kesimpulan Ada pengaruh keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu lansia antara kelompok yang diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres Kata Kunci : Pendidikan kesehatan, Penyakit degeneratif, Keaktifan lansia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Putri Wahyu Wigati. R1110017. 2011. The effect of health education on degenerative disease to old-human activity in the program of health centre of Krida Dharma Wreda Jebres. DIV Midwivery Program Study of Medical Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. 2011 Background : One of the effort to increase the activity of the elder people is holding a health education, especially related to generative diseases and the preventive thet has to be done Objective : This research aims to analyze The effect of health education on degenerative disease to old-human activity in the program of health centre of Krida Dharma Wreda Jebres. Method: This research employed a Quasi-Experimental using Two Group Postest Only. The sampling technique used was Purposive Sampling, with the sample number of 85. Data collection techniques using the method of observation with a checklist tool. The analysis test in this research was done using Chi-square with SPSS help. Results: Based on calculations obtained done with degrees of freedom (df) of 1 at the 0.05 significance level in order to obtain the critical value of chi square distribution c2
table of 3.841. So that obtained c2atitmatich > c2
table (6.904> 3.841) or p <0.05 then the disconnect Ha, H0 is rejected or accepted. Conclusion There are differences in the activity elderly posyandu activities between groups are given health education on degenerative diseases and are not given health education about degenerative disease to old-human activity in the program of health centre of Krida Dharma Wreda Jebres. Keywords: Health education, degenerative disease, old-human activity
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul ” Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang
Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu
Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres”. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan
guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Saint Terapan pada
Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan serta saran dari berbagai pihak, maka dari itu penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Prof Ravik Karsidi, Dr. M.S, Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Zainal Arifin Adnan, Dr.dr. SpPD-KR-FINASIH, dekan Fakultas
Kedokteran.
3. Bapak H. Tri Budi Wiryanto, dr, Sp. OG(K), Ketua Prodi Program Studi D IV
Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Erindra Budi C. S.Kep.Ns, M.Kes Ketua Tim KTI sekaligus sekertaris
penguji Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Sebelas Maret.
5. Ibu Ropitasari, S.SiT, M. Kes, pembimbing pertama yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan banyak bimbingan,
motivasi, arahan, masukan dan kepercayaan kepada penulis dari awal hingga
akhir penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Ibu Endang Listyaningsih S.,dr, M.Kes, pembimbing kedua yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, bimbingan dan dorongan
semangat agar penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
7. S. Bambang Widjokongko.,dr, PHK, M.Pd Ked penguji utama Karya Tulis
Ilmiah, terima kasih telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
memberikan bimbingan dan masukan demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
8. Kepala PusKesMas dr. Nur Hastuti, Ketua posyandu lansia Krida Dharma
Wreda kelurahan Jebres bu Narwi beserta kader yang telah memberikan ijin
dan memfasilitasi penulis dalam melakukan penelitian.
9. Seluruh staf D-IV Kebidanan yang telah membantu administrasi dalam
penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah ini
10. Bapak dan ibu serta kakak-kakakku yang selalu memberikan doa dan
dukungan moril, spiritual, dan materil dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
11. Semua rekan mahasiswa D IV Transfer Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini,
dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
membantu terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
belum sempurna, oleh karena itu kritik dan saran serta masukan dari semua pihak
sangat penulis harapkan.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb
Surakarta, 10 Agustus 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN VALIDASI ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... x
DAFTAR BAGAN...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ….................................................................. 1
B. Rumusan Masalah…............................................................... 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian….............................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.................................................................... 6
1. Pendidikan Kesehatan...................................................... 6
2. Penyakit Degeneratif....................................................... 10
3. Lansia (Lanjut Usia).......................................................... 11
4. Posyandu Lansia................................................................ 13
5. Kegiatan Posyandu Lansia.................................................. 17
6. Keaktifan Lansia……………………………….………………… 19
B. Kerangka Konsep .................................................................. 20
C. Hipotesis ............................................................................... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................... 23
B. Tempat dan Waktu Penelitian ….......................................... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling, Kriteria Restriksi,
Pengalokasian Subjek Penelitian............................................ 23
D. Definisi Operasional Variabel ............................................... 26
E. Intervensi dan Instrumentasi.................................................. 27
F. Rencana Pengolahan dan Analisis Data................................ 31
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Grafikan Umum Tempat penelitian..................................... 32
B. Grafikan Karakteristik Responden........................................... 33
1. Berdasarkan Umur Responden....................................... 34
2. Berdasarkan Pendidikan Responden...................................... 35
3. Berdasarkan Pekerjaan Responden......................................
4. Berdasarkan Jenis Kelamin Responden.............................. 36
C. Hasil Penelitian........................................................................... 37
BAB V PEMBAHASAN
A. Keaktifan Lansia pada Kelompok Eksperimen........ 38
B. Keaktifan Lansia pada Kelompok Kontrol................... 42
C. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap Keaktifan Lansia 44
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ............................................................................ 45
B. Saran................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur …….… 32 Grafik 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan…. 32 Grafik 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan….. 33 Grafik 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin… 34 Grafik 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keaktifan Lansia
Dalam Kegiatan di Posyandu pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol.......................................................................………… 37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Penelitian…………………………… 21
Bagan 3.2 Cara Kerja Penelitian…………………………………… 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Pernyataan .................................................................
Lampiran 2. Permohonan Izin Penelitian dan Penganbilan Data ............
Lampiran 3. Jawaban Ijin penelitian dan Pengambilan Data ..................
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .............
Lampiran 5. Permohonan Menjadi Responden .......................................
Lampiran 6. Persetujuan Menjadi Responden ........................................
Lampiran 7. Lembar Observasi ...............................................................
Lampiran 8. Data Karakteristik Responden .............................................
Lampiran 9. Data Skor dan Kategori Keaktifan Responden ...................
Lampiran 10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Karakteristik Demografis ...................................................
Lampiran 11. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keaktifan
Lansia Dalam Kegiatan di Posyadu Lansia .......................
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )…………..
Lampiran 13. Materi Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Degeneratif
Lampiran 14. Leaflet Pendidikan Kesehatan Tentang Penyakit Degeneratif.
Lampiran 15. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah………………...
Lampiran 16. Jadwal Penelitian ................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan di Indonesia telah berhasil menurunkan
angka kematian ibu, bayi, dan angka fertilitas serta menghasilkan perbaikan
gizi masyarakat. Dampak positif dari pembangunan kesehatan adalah
meningkatnya angka harapan hidup yang terlihat dari meningkatnya jumlah
populasi penduduk usia lanjut atau lansia. Umur harapan hidup Indonesia
pada tahun 2000 - 2005 yaitu 67,8 tahun dan meningkat menjadi 73,6 tahun
pada periode tahun 2020 – 2025 (Statistik Indonesia, 2007). Proyeksi Biro
Pusat Statistik di tahun 2010, jumlah usia lanjut mencapai 19 juta (8,5%)
dari jumlah seluruh penduduk sedangkan tahun 2025 mencapai 14,4%
(Depkes RI, 2010). Jumlah yang demikian besar ini sebenarnya tidak
menjadi permasalahan jika diikuti dengan kondisi lansia yang sehat.
Sedangkan kebanyakan lansia mengalami berbagai macam penyakit
degeneratif seperti penyakit diabetes mellitus, hipertensi, stroke,
jantung.(Depkes RI, 2010)
Data menurut DepKes RI, mengenai angka kesakitan pada lansia,
yaitu angka kesakitan usia 55 tahun ke atas 25,7%, usia 45-59 tahun 11,6%
dan usia di atas 60 tahun 9,2%. Menurut WHO tahun 2002 dalam kurun
waktu 10 tahun penyakit jantung dengan prevalensi 1,1/100 penduduk
menjadi penyebab utama lansia meninggal.(Cengkunek, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas,
kemunduran organ dan berbagai kelemahan fisik. Secara biologis lansia
mengalami kemunduran dalam proses pertumbuhan organ. Secara mental
lansia mengalami kemunduran perkembangan mental seperti penurunan
daya ingat, kecerdasan dan kemampuan berpikir. Secara sosial ekonomi
lansia mengalami kemunduran sumber pendapatan dari hasil kerja karena
tidak mampu melaksanakan pekerjaan seperti ketika masih usia muda
(Depkes RI, 2007).
Peran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk membantu lansia.
Disamping keluarga, pemerintah juga perlu memberikan intervensi untuk
membantu lansia tetap mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima.
Pemerintah dalam pembinaan kesehatan usia lanjut perlu tetap melibatkan
berbagai sektor baik Depkes, Depsos, organisasi profesi ataupun lembaga
swadaya masyarakat serta lintas program terkait (Depkes RI, 2007) yang
secara teknis dilaksanakan melalui pembinaan ketenagaan, berupa
peningkatan kemampuan teknis dan manajemen bagi para pengelola dan
pelaksana termasuk kader kesehatan. Hal ini menjadi salah satu strategi
untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut melalui
kegiatan yang di adakan di posyandu lansia.
Berdasarkan studi pendahuluan di posyandu lansia Krida Dharma
Wreda kelurahan Jebres Kecamatan Jebres dilakukan untuk mengetahui
keaktifan lansia dan jenis penyakit degeneratif yang paling banyak di derita
oleh lansia di posyandu tersebut. Dari sasaran 230 lansia hanya 50 lansia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang aktif mengikuti setiap kegiatan yang dilaksanakan posyandu dan dari
10 orang 6 di antaranya memiliki riwayat penyakit darah tinggi atau
hipertensi. Masih belum aktifnya lansia ini di karena pengetahuan yang
kurang akan penyakit degeneratif sehingga lansia juga kurang aktif dalam
mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di posyandu lansia padahal kegiatan
yang dilaksanakan oleh posyandu lansia sangat bermanfaat guna
meningkatkan derajat kesehatan lansia. Untuk meningkatkan keaktifan
lansia ini maka perlu dilakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan
kepada lansia terutama menyangkut berbagai penyakit degeneratif dan
upaya pencegahan yang harus dilakukan. Penelitian terdahulu oleh Eni
Kusyati (2006) dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan tentang
posyandu Usila terhadap keaktifan kader kesehatan yang menyatakan bahwa
ada perbedaan tentang keaktifan kader posyandu lansia sebelum dan
sesudah perlakuan yaitu pemberian pendidikan kesehatan tentang posyandu
Usila. Dengan hasil penelitian, bahwa keaktifanya menjadi lebih baik
setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang posyandu Usila.
Berdasarkan kajian pada latar belakang di atas maka peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul penelitian : "Pengaruh
Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan
Lansia dalam Kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan
Jebres ".
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Rumusan Masalah
“Adakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif
terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma
Wreda Kelurahan Jebres?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang
Penyakit Degeneratif terhadap Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di
Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perbedaan keaktifan lansia dalam kegiatan posyandu
lansia setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit degeneratif di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda
Kelurahan Jebres.
b. Menganalisis pengaruh setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di
Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Memberi sumbangan pemikiran kepada praktisi di bidang
kesehatan tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit
degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di Posyandu Lansia.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Institusi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana kepustakaan dan
informasi ilmiah akan pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit
degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia.
b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan Grafikan tentang manfaat
dari mengetahui penyakit degeneratif sehingga dapat memotivasi lansia
untuk meningkatkan keaktifannya di posyandu lansia.
c. Tenaga Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan diskripsif tentang manfaat
dari mengetahui penyakit degeneratif sehingga dapat memotivasi Tenaga
Kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit
degeneratif secara periodik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendidikan Kesehatan
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
dalam bidang kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan proses belajar
pada individu, kelompok atau masyarakat dari yang tidak tahu menjadi
tahu, dari tidak dapat mengerjakan menjadi dapat mengerjakan. Sehingga
pendidikan kesehatan menjadi dapat di definisikan sebagai usaha atau
kegiatan untuk membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam
meningkatkan kemampuan (perilaku) untuk mencapai kesehatan secara
optimal (Notoatmojo, 2007).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Tujuan pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk mengubah
perilaku individu atau masyarakat dalam bidang kesehatan. Selain hal
tersebut, tujuan pendidikan kesehatan ialah:
a) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.
b) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada.
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
d) Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar
pada kesehatan (dirinya).
e) Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah
terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan
mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitas cacat yang
disebabkan oleh penyakit.
f) Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang eksistensi
perubahan–perubahan sistem, cara memanfaatkannya dengan efisien
dan efektif.
g) Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan
bagaimana caranya tanpa selalu meminta pertolongan kepada sistem
pelayanan kesehatan yang formal.
(Notoatmodjo, 2003)
3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan
a) Dimensi Sasaran
1) Pendididkan kesehatan individual dengan sasaran individu.
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok.
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat
b) Dimensi Tempat Pelaksanaannya.
1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan
sasaran murid yang pelaksanaannya diintegrasikan dengan Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di Pusat
Kesehatan Masyarakat, Balai Kesehatan, Rumah Sakit Umum
maupun khusus dengan sasaran pasien dan keluarga pasien.
3) Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan.
4. Metode Pembelajaran dalam pendidikan Kesehatan
a) Metode ceramah
Ceramah ialah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan
atau penjelasan langsung pada sekelompok peserta didik.
b) Metode diskusi kelompok
Diskusi kelompok ialah percakapan yang direncanakan atau
dipersiapkan diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu
dengan seorang pemimpin, untuk memecahkan suatu permasalahan
serta membuat suatu keputusan.
c) Metode panel
Panel adalah pembicara yang sudah direncanakan di depan pengunjung
tentang sebuah topik dan diperlukan tiga panelis atau lebih serta
diperlukan seorang pemimpin. Dalam diskusi panel audiens tidak
terlibat secara langsung, tetapi berperan sebagai peninjau para panelis
yang sedang berdiskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
d) Metode forum panel
Forum panel adalah panel yang didalamnya pengunjung berpartisipasi
dalam diskusi, misalnya audiens disuruh untuk merumuskan hasil
pembahasan dalam diskusi.
e) Metode permainan peran
Bermain peran adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari
simulasi yang diarahkan untuk mengkreasikan peristiwa sejarah,
mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang
mungkin muncul pada masa mendatang.
f) Metode simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan
dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Setelah
para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas,
maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan.
g) Metode demonstrasi
Metode Demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik tentang
suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekadar tiruan.
(Sanjaya, 2008)
5. Media atau Alat Bantu Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan
Alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran dan biasanya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
menggunakan alat peraga pengajaran. Alat peraga pada dasarnya dapat
membantu sasaran pendidik untuk menerima pelajaran dengan
menggunakan panca inderanya. Semakin banyak indera yang digunakan
dalam menerima pelajaran semakin baik penerimaan pelajaran (Suliha,
2002).
Macam-macam media atau alat bantu tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media
yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak
mengandung unsur suara, seperti film slide, foto, transparansi, lukisan,
Grafik, dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis.
c) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur
suara juga mengandung unsur Grafik yang bisa dilihat, misalnya
rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara. Kemampuan media
ini dianggap lebih baik dan lebih menarik.
d) Media atau alat bantu berdasarkan pembuatannya yaitu,
1) Alat bantu elektronik yang rumit, contohnya: film, film slide,
transparansi. Jenis media ini memerlukan alat proyeksi khusus
seperti film projector, slide projector, operhead projector (OHP).
2) Alat bantu sederhana, contohnya: leaflet, model buku berGrafik,
benda-benda nyata (sayuran, buah-buahan), papan tulis, film chart,
poster, boneka, phanthom, spanduk. Ciri-ciri alat bantu sederhana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
adalah mudah dibuat, mudah memperoleh bahan-bahan, ditulis atau
diGrafik dengan sederhana, memenuhi kebutuhan pengajar, mudah
dimengerti serta tidak menimbulkan salah persepsi.
(Sanjaya, 2008, Suliha, 2002)
B. Penyakit Degeneratif
Penyakit degeneratif adalah penyakit yang timbul akibat ada perubahan
atau kerusakan tingkat seluler yang meluas karena jaringan yang sama/
penyakit yang terjadi akibat degenerasi (penuaan) sel-sel organ system dalam
tubuh kita. Penyakit ini timbul bersamaan dengan bertambahnya usia.
Terutama memasuki usia 40 tahun ke atas dan atau orang-orang yang
mempunyai faktor resiko tinggi. Perilaku beresiko atau perubahan pada pola
makan berperan dalam peningakatan penyakit degeneratif. Ada banyak jenis
penyakit degeneratif yaitu jantung, diabetes militus (kencing manis),
hipertensi atau tekanan darah tinggi. ( Tapan Erik, 2005). Pada penelitian ini
penyakit degeneratif yang diteliti yaitu penyaikit jantung dan tekanan darah
tinggi.
1. Penyakit Jantung
Penyakit jantung adalah penyakit yang menggangu sistem pembuluh
darah, dalam hal ini adalah jantung dan urat-urat dalam darah.
a. Gejala-Gejala Dari Serangan Jantung
1) Rasa nyeri atau nyeri dada
2) Merasa tertekan di tengah dada selama 30 detik sampai 5 menit
3) Keluar keringat dingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
4) Mudah terkejut dan jantung berdebar – debar
5) Pusing
6) Merasa akan pingsan
7) Napas tersengal – sengal pada saat berolahraga
(Sutanto, 2010)
b. Ada empat faktor utama penyebab penyakit jantung, yaitu :
1) Merokok terlalu berlebihan selama bertahun-tahun
2) Kadar lemak darah (kolesterol) yang tinggi
3) Tekanan darah tinggi
4) Penyakit kencing manis
(Alissa Putri, 2009)
c. Mencegah Penyakit Jantung dengan Pola Hidup Sehat
Upaya pencegahan untuk menghindari penyakit jantung dan
stroke dimulai dengan memperbaiki gaya hidup dan mengendalikan
faktor risiko sehingga mengurangi peluang terkena penyakit tersebut.
Untuk pencegahan penyakit jantung & stroke hindari
obesitas/kegemukan dan kolesterol tinggi. Berikut ini adalah pola hidup
sehat untuk mencegah penyakit jantung:
1) Perbanyak konsumsi sayuran, buah-buahan, padi-padian, makanan
berserat lainnya dan ikan. Kurangi daging, makanan kecil (cemilan),
dan makanan yang berkalori tinggi dan banyak mengandung lemak
jenuh lainnya.
2) Tidak merokok dan menghindari asap rokok dari lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3) Tidak minum minuman beralkohol.
4) Olahraga/aktivitas fisik.
5) Kendalikan tekanan darah tinggi dan kadar gula darah. Hipertensi
merupakan faktor utama terkena stroke dan juga penyakit jantung
koroner
6) Hindari penggunaan obat-obat terlarang seperti heroin, kokain, amfe-
tamin
(Mansjoer,2005)
2. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah keadaan tekanan darah
sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolic ≥ 90 mmHg (Mansjoer,2005)
a. Kategori Hipertensi: 1) Rendah : 140/90 mmHg
2) Sedang : 160/100 mmHg
3) Parah : > 180/110 mmHg
b. Gejala-gejala penyakit Hipertensi
1) Sakit kepala
2) Pandangan kabur
3) Nyeri dada (sebelah kiri)
4) Sering buang air kecil pada malam hari
(Ismawati dkk, 2010).
c. Faktor-faktor penyebab Hipertensi
1) Genetika (keturunan)
2) Obesitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
3) Stress lingkungan
4) Jenis kelamin (gender)
5) Pertambahan usia
6) Asupan garam berlebih
7) Gaya hidup yang kurang sehat
8) Obat-obatan
9) Akibat penyakit lain
( Sutanto, 2010)
d. Mencegah Penyakit Hipertensi dengan Pola Hidup Sehat
Faktor dominan yang menyebabkan hipertensi adalah pola makan
dan aktivitas tubuh. Akibat dua hal seiring bertambahnya usia semakin
meningkatkan resiko kemunculan penyakit. Pengendalian hipertensi
antara lain yaitu:
1) Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan maksimal 2 gram
garam dapur untuk diet setiap hari.
2) Menghindari kegemukan (obesitas)
Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat
badan normal.
3) Membatasi konsumsi lemak.
4) Olah raga teratur
5) Makan buah dan sayuran segar.
6) Tidak merokok dan tidak minum alcohol.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
7) Latihan relaksasi mediasi.
8) Berusaha dan membina hidup yang positif.
(Alissa Putri, 2009)
C. Lansia (Lanjut Usia)
Pengertian Lanjut Usia (Lansia)Kelompok lanjut usia disini adalah
kelompok penduduk yang berusia 45 tahun ke atas. Pada lanjut usia akan
terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi. Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang
menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode terminal.
(Ismawati dkk, 2010).
1. Pengelompokan Lansia:
a) Kelompok pra usia lanjut (45 – 59 tahun).
b) Kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas).
c) Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi, yaitu lansia yang berusia
lebih dari 70 tahun. (DepKes RI, 2010)
D. Posyandu Lansia
1. Pengertian
Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan progam
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan kesehatan
bagi posyandu lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
serta masyarakat usia lanjut, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi
social dalam penyelenggaraannya, dalam upaya peningkatan tingkat
kesehatan secara optimal. Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu
untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatka pelayanan kesehatan. (Ismawati dkk, 2010).
2. Tujuan Pembentukan Posyandu Lansia
a) Tujuan umum
(1) Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan
usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berdaya guna bagi keluarga.
(2) Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran seta masyarakat
dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan
komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
b) Tujuan khusus
(1) Meningkatkan kesadaran pada lansia
(2) Membina kesehatan dirinya sendiri
(3) Meningkatkan mutu kesehatan lansia
(4) Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia
(Ismawati dkk, 2010).
c) Penyelenggaraan Posyandu lansia
(1) Pelaksanaan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi kader kesehatan di
bawah bimbingan Puskesmas.
(2) Pengelola
Pengurus yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal
maupun nonformal.
(DepKes RI, 2010)
E. Kegiatan Posyandu Lansia
1. Kegiatan pelayanan bagi usia lanjut meliputi :
a. Promotif
Yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya pendidikan perilaku
hidup sehat, olahraga senam lansia, jalan santai dalam upaya
peningkatan kesegaran jasmani.
b. Preventif
Yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya penyakit
dengan menggunakan KMS yang meliputi kegiatan mengukur tekanan
darah, pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan.
c. Kuratif
Yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita
d. Rehabilitatif
Yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada lansia.
(Depkes RI, 2003)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2. Peran serta lansia
a. Berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
b. Olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan
c. Menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala
d. Menjalani pengobatan
e. Meningkatkan upaya kemandirian dan pemenuhan kebutuhan pribadi
(Ismawati dkk, 2010).
F. Keaktifan Lansia
1. Keaktifan mempunyai arti sama dengan aktivitas yaitu banyak sedikitnya
orang yang menyatakan diri, menjelmakan perasaan-perasaan dan pikiran-
pikirannya dalam tindakan yang spontan. Selain itu, keaktifan juga dapat
berarti suatu kegiatan atau kesibukan (Depdiknas, 2008).
Terdapat 2 golongan dari aktivitas :
a. Golongan yang aktif
Yaitu golongan yang karena alasan yang lemah saja telah berbuat, sifat-
sifat golongan ini antara lain suka bergerak, sibuk, gembira, dengan
kuat menentang penghalang, mudah dimengerti, praktis, pandangan luas
(Sobur, 2003).Selain hal tersebut, indikator aktif secara kualitatif
terbagi menjadi 3 ranah yaitu :
1) Pengetahuan (Knowledge) merupakan hal domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang dengan cara
penginderaan.
2) Sikap (Attitide) merupakan reaksi positif yang masih tertutup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
sebelum tindakan atau adanya kesediaan untuk bertindak.
3) Tindakan (Practice) merupakan tindakan setelah mengetahui dan
menilai bahwa apa yang telah diterimanya adalah baik
(Notoadmojo, 2007)
b. Golongan yang tidak aktif
Yaitu golongan yang walaupun ada alasan-alasan yang kuat belum juga
mau bertindak, sifat-sifat golongan ini antara lain lekas mengalah, lekas
putus asa, semua masalah dianggap berat, tidak praktis, pandangan
sempit (Suryabrata, 2006).
2. Keaktifan Lansia dalam kegiatan di posyandu Lansia
Keaktifan lansia dapat diasumsikan bahwa lansia yang aktif
mengikuti setiap kegiatan yang di laksanakan oleh posyandu lansia.
Seperti Olahraga senam lansia, kegiatan pendidikan, Jalan santai,
Menjalani pengobatan, Pemeriksaan kesehatan secara berkala, Pemberian
Makanan Tambahan, maka lansia tersebut termasuk dalam kategori yang
aktif (Ismawati dkk, 2010). Namun, apabila lansia tidak menguti setiap
kegiatan yang di laksanakan oleh posyandu lansia maka mereka tergolong
yang tidak aktif. Keaktifan lansia dalam mengikuti setiap kegiatan yang
dilaksanakan posyandu lansia diharapkan akan membantu keberhasilan
program posyandu lansia dan dapat menurunkan angka kesakitan pada
lansia(DepKes RI, 2007).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Kendala pelaksanaan posyandu lansia menurut (Ismawati dkk, 2010)
adalah:
1) Pengetahuan
2) Jarak
3) Kurangnya dukungan keluarga
4) Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
5) Sarana dan prasarana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
I. Kerangka Konsep
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
(Notoatmodjo, 2007)
Grafik 2.1.Skema Kerangka Konsep
Faktor yang mempengaruhi keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia:
1. Pengetahuan (Pendidikan)
2. Jarak 3. Dukungan keluarga 4. Sikap 5. Sarana dan
prasarana
Pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif
Aktif
Postest Keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia
Tidak Aktif
Tujuan Posyandu Lansia
Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
pelayanan kesehatan usia lanjut
perubahan pengetahuan
perubahan sikap ( motivasi)
perubahan perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
II. Hipotesis
Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap
keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia Krida Dharma Wreda
kelurahan Jebres.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah keseluruhan dan perencanaan untuk menjawab
penelitian dan mengantisipasi kesulitan yang mungkin akan timbul selama
penelitian (Notoatmodjo, 2005)
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu (quasi
eksperiment designs) yang dipandang sebagai eksperimen yang tidak
sebenarnya. Eksperimen semu belum merupakan eksperimen sungguh-
sungguh karena masih terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap
terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil ekserimen yang merupakan
variabel dependen itu bukan semata-mata depengaruhi oleh variabel
independen (Sugiono, 2009). Penelitian ini menggunakan model rancangan
berupa Postest Only two group. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh atau perbedaan keaktifan lansia pada kelompok yang diberi
pendidikan tentang penyakit degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit degeneratif.
Adapun skema rancangannya sebagai berikut :
Eksperimen Postes
Grafik 3.1 Skema Rancangan Penelitian
E ( X ) O1
P O2
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Keterangan:
O1 : Pengamatan setelah intervensi kelompok eksperimen
O2 : Pengamatan setelah intervensi kelompok pembanding
X : Intervensi
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu lansia Krida Dharma Wreda
kelurahan Jebres kecamatan Jebres kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan
pada bulan Februari – Juli 2011
C. Populasi Penelitian
1. Populasi Target
Populasi yang menjadi sasaran aktif yang parameternya akan
diketahui melalui penelitian (Taufiqurrahman, 2008). Pada penelitian ini
populasi target yang digunakan adalah seluruh lansia yang tinggal di
posyandu lansia Krida Dharma Wreda kelurahan Jebres kecamatan Jebres
Kota Surakarta yang terdiri dari 4 (empat) RT dan 1 (satu) RW. Untuk RT
01 jumlah populasinya 98 lansia, RT 02 populasinya 47 lansia, RT 03
populasinya 47 lansia dan RT 04 populasinya 38 lansia. Sehingga populasi
targetnya adalah 230 lansia.
2. Populasi Aktual
Merupakan populasi yang lebih kecil yang diambil dari populasi
target dengan pertimbangan kepraktisan (Taufiqurrahman, 2008). Pada
penelitian ini populasi aktual yang digunakan adalah lansia yang tinggal di
posyandu Krida Dharma Wreda RT 03 RW 36 berjumlah 47 dan lansia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
yang tinggal di RT 04 RW 36 berjumlah 38 di kelurahan Jebres
kecamatan Jebres kota Surakarta.
D. Sampel dan Teknik Sampling
1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di RT 03
RW 36 dan RT 04 RW 36 di posyandu Krida Dharma Wreda kelurahan
Jebres kecamatan Jebres yang ada saat penelitian serta memenuhi kriteria
inklusi. Peneliti mengambil sampel RT 03 dan RT 04 karena berdasarkan
daftar kehadiran RT 03 dan RT 04 memiliki kesamaan yaitu rendahnya
atau kurangnya keaktifan dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia.
Sebagai kelompok eksperimen yaitu RT 03 RW 36 dengan jumlah
responden lebih besar yaitu 47 dan RT 04 RW 36 sebagai kelompok
kontrol dengan jumlah responden lebih kecil yaitu 38 lansia. ( Sugiyono,
2007 )
2. Teknik sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah “Purposive Sampling” yaitu
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2009).
Pertimbangan peneliti yaitu karena keterbatasan waktu penelitian, biaya,
dan sumber daya manusia, bahkan kadang penelitian yang dilakukan
terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi serta pada
penelitian ini yang menjadi kriteria dalam pemilihan sampel adalah
kesamaan kurang aktifnya lansia dalam mengikuti kegiatan di posyandu
lansia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
E. Kriteria Retriksi
1. Kriteria inklusi :
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Bersedia menjadi subjek penelitian
2. Kriteria eksklusi :
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah lansia yang tidak
bersedia menjadi responden dan yang tidak hadir pada waktu penelitian
dilakukan.
F. Definisi Operasional
1. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Pendidikan
Kesehatan Tentang Penyakit Degeneratif.
a. Definisi : Kegiatan atau usaha menyampaikan pesan dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok tentang penyakit
degeneratif.
b. Indikator : Pendidikan kesehatan dilakukan dalam waktu tertentu
dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif
meliputi pengertian, gejala, faktor penyebab, pencegahan terhadap
penyakit degeneratif.
c. Konsep pendidikan kesehatan: metode yang digunakan adalah ceramah,
media yang digunakan adalah leaflet, yang memberikan pendidikan
kesehatan adalah peneliti sendiri.
d. Skala: Nominal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Keaktifan
Lansia dalam kegiatan di posyandu lansia.
a. Definisi oprasional : Keaktifan lansia dalam penelitian disini dapat
diasumsikan bahwa pra lansia,lansia dan lansia resiko tinggi yang aktif
mengikuti setiap kegiatan yang di laksanakan oleh posyandu lansia.
Nilai kuantitatif responden yang aktif yaitu responden yang
mendapatkan skor di atas rata-rata(≥ Mean) dan lansia yang tidak aktif
adalah lansia yang tidak mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh
posyandu lansia secara rutin. Nilai kuantitatif responden yang tidak
aktif yaitu responden yang mendapatkan skor dibawah rata-rata
(≥ Mean). Penentuan skor didapatkan dari rumus :
Me = ∑ xi
N
Dimana: Me = Mean (rata-rata)
∑ = Epsilon (Jumlah)
Xi = Nilai x ke i sampai n
N = Jumlah Individu
b. Indikator : Macam-macam kegiatan yang dilaksanakan di posyandu
lansia.( pemeriksaan kesehatan, senam lansia, jalan santai, kegiatan
penyuluhan)
c. Skala : skala nominal
d. Alat ukur : Lembar Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
G. Cara Kerja
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian data untuk mendapatkan data yang diperlukan
menggunakan Lembar Observasi. Lembar Observasi dibuat dan diadopsi
dari macam-macam kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu lansia
Krida Dharma Wreda dengan refrensi Pedoman Program Pembinaan Usia
Lanjut dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta.
a. Keaktifan lansia
Untuk mengukur keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan di
posyandu lansia menggunakan metode observasi dengan menggunakan
Lembar Observasi. Keaktifan lansia dalam penelitian disini dapat
diasumsikan bahwa pra lansia,lansia dan lansia risiko tinggi yang aktif
mengikuti setiap kegiatan yang di laksanakan oleh posyandu lansia.
Nilai kuantitatif responden yang aktif yaitu responden yang
mendapatkan skor di atas rata-rata(≥ Mean) dan lansia yang tidak aktif
adalah lansia yang tidak mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh
posyandu lansia secara rutin. Nilai kuantitatif responden yang tidak
aktif yaitu responden yang mendapatkan skor dibawah rata-rata (≥
Mean).
b. Pendidikan kesehatan
Sedangkan alat untuk melakukan pendidikan kesehatan adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), leaflet dan materi tentang penyakit
degeneratif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2. Cara pengambilan data
a. Melakukan peninjauan atau survey tempat penelitian di Posyandu lansia
Krida Dharma Wreda kelurahan Jebers
b. Menghitung populasi.
c. Menetapkan sampel sesuai dengan kriteria peneliti.
d. Responden yang telah dipilih sebagai sampel eksperimen diberi
undangan untuk mengikuti pendidikan kesehatan tentang penyakit
degeneratif.
e. Pengamatan dilakukan selama 1 bulan, untuk kelompok kontrol
langsung di observasi keaktifannya tanpa diberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit degeneratif sedangkan untuk kelompok
eksperimen setelah dilakukan eksperimen pendidikan kesehatan dengan
peyuluhan tentang penyakit degeneratif kemudian di observasi
keaktifannya melalui Lembar Observasi.
f. Antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen di observasi
keaktifannya dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia.
g. Data terkumpul dan dilakukan pengolahan data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Skema Cara Kerja Peneliti
Peneliti
Lembar Observasi dibuat dan diadopsi dari macam-macam kegiatan yang
dilaksanakan oleh posyandu lansia Krida Dharma Wreda dengan refrensi
Pedoman Program Pembinaan Usia Lanjut dari Dinas Kesehatan Kota
Surakarta.
Renponden
Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
Eksperimen (Pendidikan
kesehatan tentang penyakit
Degeneratif)
Tanpa Eksperimen (Tanpa Pendidikan kesehatan tentang
penyakit Degeneratif)
Post tes di observasi keaktifannya dengan
menggunakan lembar observasi selama satu bulan
penelitian
Hasil di Olah Hasil di Olah Di analisis
dengan Uji Chi kuadrat (X
2) dua sampel
Post tes di observasi keaktifannya dengan
menggunakan lembar observasi selama satu bulan
penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
H. Rencana Analisis Data
1. Rencana Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan
data. Proses pengolahan data penelitian adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan data (editing) yaitu memeriksa data yang telah
dikumpulkan untuk mengecek kelengkapan dan kebenaran data.
b. Pemberian kode (coding) untuk mempermudah pengolahan dengan
memberikan kode pada semua variabel terutama data klasifikasi.
c. Menyusun data (tabulating) merupakan pengorganisasian data
sedemikian rupa agar dengan mudah dapat dijumlahkan, disusun dan
ditata untuk disajikan dan dianalisis (Budiarto, 2002)
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Yaitu menganalisis tiap-tiap variabel dari hasil penelitian
(Notoatmodjo, 2007). Analisis ini dilakukan secara deskriptif dengan
menghitung distribusi frekuensinya. Hasilnya disajikan dalam
bentuktabel distribusi frekuensi dan narasi. Variabel yang dianalisis
secara univariat dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.
b. Analisis bivariat yaitu menganalisis variabel-variabel penelitian guna
menguji hipotesis penelitian serta untuk melihat Grafikan hubungan
antara variabel penelitian (Notoatmodjo, 2007). Analisis ini untuk
membandingkan nilai variabel terikat berdasarkan variabel bebas yaitu
perbandingan antara yang di beri pendidikan kesehatan dan yang tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
diberi pendidikan kesehatan. Uji statistik yang digunakan disesuaikan
dengan skala yang dipakai. Dalam hal ini variabel data berskala
nominal dan nominal sehingga digunakan rumus chi kuadrat (c2) dua
sampel. Hipotesis H0 diterima jika c2 hitung < c2 tabel, berarti tidak ada
hubungan yang bermakna dan H0 ditolak jika c2 hitung >c2tabel, berarti
ada hubungan atau pengaruh (Sopiyudin, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan untuk mengamati pengaruh pendidikan kesehatan
tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di
Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres Surakarta.
A. Karakteristik Responden
1. Umur Lansia
Karakteristik responden berdasarkan umur pada kelompok eksperimen dan
kontrol dapat dilihat pada Grafik 4.1 berikut ini:
Grafik 4.1 Distribusi Responden berdasarkan Umur
Sumber: data primer, 2011
Grafik 4.1 menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan umur. Pada kelompok eksperimen, yang mempunyai
distribusi frekuensi terbanyak yaitu pada golongan umur Pra lansia 45 – 59
91,5%
8,5%0,0%
81,6%
13,2%5,3%
05
101520253035404550
Pra Lansia 45-59 tahun Lansia ≥ 60 tahun Lansia Resti ≥ 70 tahun
Frek
uens
i
Umur
Eksperimen Kontrol
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tahun yaitu tahun (91,5%) dan yang mempunyai distribusi frekuensi
terendah yaitu pada golongan umur lansia ≥ 60 tahun (8,5%).
Pada kelompok kontrol, yang mempunyai distribusi frekuensi
terbanyak yaitu pada golongan umur pra lansia ≥ 60 tahun (81,6%) dan
yang memiliki distribusi frekuensi terendah yaitu pada golongan umur
lansia resti ≥ 70 tahun (0,00)
2. Pendidikan Lansia
Grafik 4.2 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan
Sumber: data primer, 2011
Grafik 4.2 menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan pendidikan. Pada kelompok eksperimen, yang mempunyai
distribusi frekuensi terbanyak yaitu pada pendidikan Sekolah Dasar
(80,9%) dan yang mempunyai distribusi frekuensi terendah yaitu pada
pendidikan Perguruan Tinggi (2,1%)
80,9%
6,4%10,6%
2,1%
68,4%
10,5% 10,5% 10,5%
0
5
10
15
20
25
30
35
40
SD SLTP SLTA PT
Frek
uens
i
Pendidikan
Eksperimen Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pada kelompok kontrol, yang mempunyai distribusi frekuensi
terbanyak yaitu pada pendidikan Sekolah Dasar (68,4%) dan yang
memiliki distribusi frekuensi terendah yaitu pada pendidikan Perguruan
Tinggi (5,9%).
3. Pekerjaan Lansia
Grafik 4.3 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan
Sumber: data primer, 2011
Grafik 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan pekerjaan. Pada kelompok eksperimen, yang mempunyai
distribusi frekuensi pekerjaan terbanyak yaitu swasta (59,6%) dan yang
mempunyai distribusi frekuensi terendah yaitu petani (2,1%).
Pada kelompok kontrol, yang mempunyai distribusi frekuensi
pekerjaan terbanyak yaitu pada swasta (60,5%) dan yang memiliki
distribusi frekuensi terendah yaitu pada petani (00,0%).
2,1%6,4%
59,6%
31,9%
0,0%
13,2%
60,5%
26,3%
0
5
10
15
20
25
30
Petani PNS Swasta Tidak Bekerja
Frek
uens
i
Pekerjaan
Eksperimen Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4. Jenis Kelamin
Grafik 4.4 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: data primer, 2011
Grafik 4.4 menunjukkan distribusi frekuensi responden
berdasarkan jenis kelamin. Pada kelompok eksperimen, yang mempunyai
distribusi frekuensi terbanyak yaitu pada jenis kelamin perempuan (51,1%)
dan yang laki-laki mempunyai distribusi frekuensi (48,9%)
Pada kelompok kontrol, yang mempunyai distribusi frekuensi
terbanyak yaitu pada jenis kelamin perempuan (52,6%) dan yang laki-laki
mempunyai distribusi frekuensi (47,4%)
48,9% 51,1%
47,4%52,6%
0
5
10
15
20
25
30
Laki-Laki Perempuan
Frek
uens
i
Jenis Kelamin
Eksperimen Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
B. Hasil Penelitian
Grafik 4.5
Distribusi Responden berdasarkan Keaktifan Sesudah Pendidikan Kesehatan tentang penyakit degeneratif
Berdasarkan Grafik 4.5 diketahui bahwa pada kelompok
eksperimen hampir sebagian besar responden aktif dalam mengikuti
kegiatan yang dilaksanakan posyandu lansia yaitu sebanyak 27 orang
(57,4%) dan hampir setengah responden tidak aktif dalam mengikuti
kegiatan yang dilaksanakan posyandu lansia yaitu 20 orang (42,6%) dari
total 47 responden.
Berdasarkan tabel 4.5 juga diketahui bahwa pada kelompok kontrol
sebagian besar responden tidak aktif dalam mengikuti kegiatan yang
dilaksanakan posyandu lansia yaitu sebanyak 27 orang (71,1%) dan
hampir setengah responden aktif dalam mengikuti kegiatan yang
dilaksanakan posyandu lansia yaitu 11 orang (28,9%) dari total 38
responden.
42,6%
57,4%71,1%
28,9%
0
5
10
15
20
25
30
Tidak Aktif Aktif
Frek
uens
i
Keaktifan ke Posyandu
Eksperimen Kontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
C. Hasil Analisis Bivariat
Untuk membuktikan signifikansi perbedaan diantara kedua kelompok
dilakukan pengujian sebagai berikut.
Tabel 4.6 Rekap Hasil Uji Chi Square
Perbandingan Keaktifan ke
Posyandu Lansia
Aktif ke
Posyandu
Nilai c2 Df p-value
Eksperimen –
Kontrol
27 (57,4) –
11 (28,9)
6,904 1 0,009
Sumber: data primer, 2011
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan c2hitung 6,904 dengan
signifikasi (p) sebesar (0,009). Pengujian dilakukan dengan derajat kebebasan
(df) sebesar 1 pada taraf signifikasi 0,05 sehingga diperoleh nilai kritis
distribusi chi square (c2tabel) sebesar 3,841. Sehingga diperoleh c2
hitung > c2tabel
(6,904 > 3,841) atau p<0,05 maka di putuskan H0 di tolak atau Ha di terima.
Dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan keaktifan lansia yang signifikan
dalam kegiatan posyandu lansia antara kelompok diberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan
kesehatan tentang penyakit degeneratif di Posyandu Lansia Krida Dharma
Wreda Kelurahan Jebres Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang karakteristik responden, Pengaruh
pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia
dalam kegiatan di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres.
Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa dari 4 variabel yang dianalisis
terdiri umur, pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin Dalam melakukan
penelitian tidak ada kendala yang dialami oleh peneliti, namun dalam hal
melakukan observasi responden peneliti dibantu oleh observer lain yang sudah
diberi pengarahan terlebih dulu.
A. Karakteristik Responden
Peneliti mengendalikan beberapa faktor luar yang dapat mempengaruhi
pengetahuan responden, diantaranya adalah faktor umur, pendidikan, dan
pekerjaan responden sehingga keaktifan yang didapat benar-benar merupakan
hasil dari pendidikan kesehatan yang diberikan oleh peneliti. Faktor-faktor yang
dapat dikendalikan tersebut dapat dinilai karakteristiknya sebagaimana dibahas
dibawah ini.
Hasil penelitian ini didapatkan hasil kelompok usia terbanyak baik pada
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol, terdapat pada responden pra
lansia dengan rentang usia antara 45 sampai dengan 59 tahun. Bertambahnya usia
seseorang, memberikan konsekuensi berupa terjadinya perubahan pada aspek fisik
dan psikologis sehingga taraf berfikir seseorang yang semakin matang dan
dewasa. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia
madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial
serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri
menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan
waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini
(Mubarak 2007; Sunaryo 2005).
Berdasarkan distribusi jenjang pendidikan terakhir responden dari
kelompok eksperimen maupun kontrol, didapatkan hasil, mayoritas responden
berpendidikan terakhir SD (Sekolah Dasar). Tingkat pendidikan responden
merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pengetahuan
responden yang diteliti.
Semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin mudah pula mereka
menerima informasi. Perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah
tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada
pendidikan non formal, dalam hal ini penyuluhan kesehatan juga dapat
digolongkan dalam pendidikan non formal (Sanjaya, 2008). Penelitian Hartanti
(2010) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan hanya memberikan kontribusi
sebesar 15,5% dalam penambahan pengetahuan seseorang karena 84,5% nya
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain (Mubarak 2007; Sunaryo 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Berdasarkan tingkat pekerjaan responden, didapatkan hasil bahwa
responden pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol bekerja
swasta. Pekerjaan berkaitan erat dengan status ekonomi, pada status ekonomi
dalam keluarga mempengaruhi daya beli keluarga dalam memenuhi kebutuhan,
semakin tinggi pendapatan keluarga akan lebih mudah mendapatkan informasi
tentang penyakit degeneratif misalkan mengikuti seminar atau membeli buku
tentang penyakit degeneratif dibanding dengan status ekonomi rendah
(Notoatmodjo, 2007). Pekerjaan merupakan kegiatan utama yang dilakukan
untuk mencari nafkah. Lingkungan pekerjaan dapat digunakan sebagai sarana
dalam mendapatkan informasi yaitu dengan bertukar pikiran dengan teman-
teman di lingkungan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuncoroningrat
yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001) yaitu lingkungan adalah seluruh
kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dan dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
B. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Penyakit Degeneratif terhadap
Keaktifan Lansia dalam Kegiatan di Posyandu
Berdasarkan hasil analisis data penelitian uji statistik chi square
menghasilkan p-value sebesar 0,009 < 0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak.
Dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan keaktifan lansia dalam kegiatan
posyandu lansia antara kelompok diberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit degeneratif dan yang tidak diberikan pendidikan kesehatan tentang
penyakit degeneratif di Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan
Jebres. Hal ini sesuai dengan ceramah atau kuliah merupakan metode belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
tradisional dimana bahan disajikan oleh penmbicara secara monologue
sehingga pembicaraan lebih bersifat satu arah. Peran penyuluh lebih banyak
dalam hal keaktifannya untuk memberikan materi penyuluh, sementara peserta
penceramah atau klien mendengarkan dengan teliti serta mempraktikkan
pokok-pokok dari pernyataan yang dikemukakan oleh pembicara (Dharma,
2008).
Tarigan (2010) metode ceramah memiliki beberapa keterbatasan maka
dalam penggunaannya metode ceramah dapat digabung dengan metode-metode
yang lain sehingga disebut sebagai metode ceramah bervariasi.
Menurut Notoatmojo (2005), metode diskusi dalam konseling
digunakan sebagai peningkatan metode ceramah. Dimana dalam memberikan
informasi-informasi kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah.
Dengan demikian maka pengetahuan-pengetahuan kesehatan sebagai dasar
perilaku diperoleh secara mantap dan lebih mendalam.
Menurut penelitian Tarigan (2010) pendidikan kesehatan dengan
metode diskusi rata-rata peningkatan pengetahuan yang lebih tinggi
dibandingkan konseling dengan metode ceramah karena pada waktu berdiskusi
peserta konseling lebih berperan aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri. Berdasarkan penelitian tersebut peneliti berasumsi bahwa dengan
adanya penggabungan metode diskusi dan ceramah yang ditunjang dengan
media leaflet diharapkan hasil dari konseling lebih maksimal, karena dengan
diskusi dan ceramah yang ditunjang media leaflet bukan hanya indra
pendengaran saja yang digunakan responden untuk menerima informasi baru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
melainkan juga indra penglihatan, disamping itu responden juga berpartisipasi
langsung dalam membentuk pengetahuannya sehingga bukan hanya sebagai
penerima pasif informasi saja. Selain Hal tersebut kemudian dibuktikan dengan
selisih hasil post test antara kelompok eksperimen dan kontrol yang mengalami
perbedaan signifikan.
Berdasar uraian diatas dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini,
dimana pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan diskusi yang
ditunjang media leaflet, berpengaruh terhadap perubahan tingkat prektik
keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh posyandu
lansia. Sebagaimana tujuan dari suatu pendidikan kesehatan adalah untuk
tercapainya perubahan perilaku dan terbentuknya perilaku sehat dimana salah
satu indikator perubahan perilaku tersebut dapat dinilai dari perubahan tingkat
pengetahuan (Fitriani, 2011). Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil
penelitian Eni Kusyati (2006) yang menyatakan bahwa ada perbedaan tentang
keaktifan kader posyandu lansia sebelum dan sesudah perlakuan yaitu
pemberian pendidikan kesehatan tentang posyandu Usila. Namun keaktifan
lansia dalam mengikuti kegiatan yang dialksanakan posyandu lansia tidak
semata mata di pengaruhi oleh pendidiakan kesehatan. Banyak faktor yang
mempengaruhi keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan yang dilaksanakan
oleh posyandu lansia diantaranya adalah jarak, kurangnya dukungan keluarga,
sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu serta sarana dan prasarana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang penyakit degeneratif
terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia Krida Dharma
Wreda kelurahan Jebres.(X2) dengan p-value 0,009 < 0,05 maka Ha diterima
dan H0 ditolak
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pendidikan kesehatan
tentang penyakit degeneratif terhadap keaktifan lansia dalam kegiatan di
Posyandu Lansia Krida Dharma Wreda Kelurahan Jebres, disarankan :
1. Untuk masyarakat
Diharapkan masyarakat khususnya lansia lebih meningkatkan pengetahuan
melalui aktif mengikuti pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan
sehingga timbul sikap positif terhadap kegiatan posyandu lansia.
2. Untuk Institusi Pendidikan
Diharapkan akivitas akademik ikut berperan serta di dalam
memasyarakatkan program posyandu lansia melalui kegiatan pengabdian
masyarakat dengan kegiatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
pada umumnya dan lansia khususnya mengenai tujuan dan manfaat
posyandu lansia.
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan diharapkan dalam memberikan pendidikan
tentang penyakit degeneratif dilakukan secara periodik untuk mengurangi
angka kesakitan lansia akibat penyakit degeneratif. Selain itu perlunya
menambah kegiatan yang menarik seperti pemeriksaan laborat untuk
meningkatkan keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia.
4. Bagi Peneliti
Bagi peneliti lebih lanjut dharapkan meneliti pretes dan postes
penegtahuan tentang penyakit degeneratif sebelum mengobservasi
keaktifan lansia dalam kegiatan di posyandu lansia.
45
top related