pengaruh peran orang tua terhadap keputusan mengambil pendidikan lanjutan bagi siswa slta
Post on 31-Oct-2015
177 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENGARUH PERANAN ORANGTUA TERHADAP
KEPUTUSAN UNTUK MENGAMBIL PENDIDIKAN
LANJUTAN BAGI SISWA SLTA
( Studi Pada Siswa SMUN 3 Kediri )
Oleh :
A. Faiz Fadl Lulloh, S.Sos
UNIVERSITAS PAWYATAN DAHA
K E D I R I
2006
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, terutama
dalam proses pendewasaan, proses pembentukan karakter, kepribadian dan wawasan
seseorang. Dalam konsepsi Islam disebutkan bahwa setiap muslim diharuskan untuk
mendidik dirinya terus-menerus dengan cara mencari ilmu tanpa mengenal batasan-
batasan tertentu seperti kelas, umur, gelar, tingkatan dan lain sebagainya. Berkaitan
dengan hal tersebut Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang artinya “ Carilah
ilmu mulai kamu dalam gendongan ibumu sampai kamu masuk keliang lahat”. Hal
tersebut menekankan bahwa pendidikan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan
dalam kehidupan manusia.
Keluarga (disamping sekolah dan masyarakat) memegang peranan yang
sangat penting dalam proses pendidikan anak. Karena keluarga merupakan tempat
pertumbuhan anak yang pertama, dimana anak mendapatkan pengaruh dari anggota-
anggota keluarga pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam fase
pertumbuhannya. Orangtua dalam menjalankan perannya dalam pendidikan, perlu
dengan terus-menerus untuk mendorong, membimbing, memotivasi dan
memfasilitasi demi tercapainya pendidikan anak yang baik.
Bagi sisi anak, selain mendapatkan pendidikan yang tidak formal didalam
keluarga dan masyarakat juga mendapatkan pendidikan formal disekolah yang
jenjangnya bisa mulai dari Taman Kanak Kanak sampai ke jenjang kuliah. Pada
dasarnya siswa yang melanjutkan pendidikan kejenjang lanjutan (kuliah) dengan
harapan mempunyai ilmu, wawasan, pengalaman dan daya analisis yang lebih bila
dibanding dengan jenjang dibawahnya (SLTA) yang tentu muaranya adalah pekerjaan
yang lebih baik pula. Untuk mengambil pendidikan lanjutan (kuliah) harus
memperhatikan masalah peminatan dan kemampuan. Peminatan artinya sesuai
dengan keinginan diri sendiri dan kualifikasi lulusannya bekerja pada sector apa saja.
Sedangkan kemampuan adalah seberapa besar kesiapannya mengikuti materi-materi
pelajaran yang akan diikutinya. Disamping itu ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi keputusan siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi, termasuk faktor dukungan atau peranan orangtua.
Akan tetapi seringkali terjadi pihak orangtua tidak menyadari bahwa besar-
kecilnya dukungan yang diberikan akan membawa anak pada keputusan tertentu.
Atau sebaliknya, ketika anak memutuskan sesuatu tidak memperhatikan terlebih
dahulu faktor dukungan orangtuanya sehingga keputusan yang diambil bukanlah
merupakan keputusan yang paling baik.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menentukan penelitian dengan
judul “ Pengaruh Peranan Orangtua Terhadap Keputusan Untuk Mengambil
Pendidikan Lanjutan Bagi Siswa SLTA “.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam Latar Belakang Masalah, maka dapat diambil
suatu rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah peranan orangtua mempunyai hubungan/korelasi yang signifikan dengan
keputusan siswa SLTA untuk mengambil pendidikan lanjutan ?
2. Berapa besar pengaruh peranan orangtua terhadap keputusan siswa SLTA untuk
mengambil pendidikan lanjutan ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui hubungan/korelasi yang signifikan antara peranan orang tua
dengan keputusan siswa SLTA untuk mengambil pendidikan lanjutan.
2. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh peranan orangtua terhadap keputusan
siswa SLTA untuk mengambil pendidikan lanjutan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara praktis diharapkan mampu mewujudkan dokumen rekomendasi yang tepat
sebagai bahan pertimbangan bagi pembuat keputusan terhadap permasalahan
yang terjadi
2. Secara teoritis diharapkan mampu mewujudkan karya ilmiah yang akurat terhadap
masalah yang diteliti sehingga dapat dijadikan bahan acuan bagi penelitian
selanjutnya.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Peran Keluarga dan Orangtua Dalam Pendidikan
Tidak diragukan lagi bahwa sejak manusia ada didunia, telah ada dilakukan
usaha-usaha pendidikan, manusia telah berusaha mendidik anak-anaknya, meskipun
dalam cara yang sangat sederhana. Demikian pula sejak manusia saling bergaul, telah
ada usaha-usaha dari orang yang lebih mampu dalam hal-hal tertentu untuk
mempengaruhi orang-orang lain teman bergaul mereka, untuk kepentingan kemajuan
orang-orang bersangkutan itu.
Barnadib (1983:136) menyatakan bahwa “Pendidikan adalah suatu kegiatan
universal dalam kehidupan manusia dan bertujuan pembentukan kepribadian manusia
sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila dan makhluk keagamaan”.
Pembentukan kepribadian sebagai makhluk individu terutama sekali diarahkan pada
pengembangan kawasan (domain) kognitif, afektif dan psikomotor. Pengembangan
pada kawasan-kawasan ini mempunyai tujuan agar orang dapat memiliki pola tingkah
laku yang lebih tinggi daripada sekedar instingtif. Pengembangan manusia sebagai
makhluk social adalah menyangkut eksistensi manusia sebagai warga masyarakat dan
yang perlu selalu berinteraksi dengan sesamanya. Pendidikan berusaha agar manusia
memeiliki pola tingkah laku yang seimbang antara sebagai individu dan sebagai
warga masyarakat. Manusia menghayati norma dan nilai-nilai dalam kehidupannya.
Dengan demikian tiap manusia berada ditengah-tengahnya dan perlu mengenal,
menghayati dan mendukung norma dan nilai susila. Maka pendidikan mempunyai
tugas untuk menjadikan manusia pendukung norma dan nilai-nilai susila yang
dijunjung tinggi oleh masyarakat. Manusia sebagai makhluk keagamaan adalah
keberadaan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
hubungan ini terlebih-lebih dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, tiap
individu perlu menghayati dan mengamalkan ajaran keagamaan yang dianutnya,
terhadap sesma manusia maupun lingkungan lain.
Berkaitan dengan masalah pendidikan tersebut, Suryabrata (1990:243)
menyatakan bahwa “ masalah belajar (dan mengajar) dapat dikatakan sebagai tindak
pelaksanaan usaha pendidikan “, selanjutnya masih menurut Suryabrata (1990:248)
dijelaskan dari definisi belajar didapatkan hal-hal pokok sebagai berikut :
1. Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual
maupun potensial)
2. Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru
3. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha.
Suryabrata (1990:249) juga menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar itu adalah banyak sekali macamnya, yang secara garis besar
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar
2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri sipelajar
Keluarga adalah salah satu pusat pendidikan, ialah suatu kelembagaan yang
menjadi ajang berlangsungnya pendidikan. Jadi dalam suatu keluarga diharapkan
adanya keberlangsungan pendidikan yang berfungsi pembentukan kepribadian
sebagai makhluk individu, makhluk social, makhluk susila dan makhluk keagamaan.
Hal ini dikarenakan keluarga adalah pusat pendidikan yang paling alamiah
dibandingkan dengan pusat-pusat pendidikan yang lain seperti sekolah atau
organisasi-organisasi, pendidikan diperkirakan dapat berlangsung dengan penuh
kewajaran dan dapat mencapai hasil yang wajar pula.
Barnadib (1983:130) menyatakan bahwa “ dalam keluarga, ayah dan ibu
adalah pendidik alamiah – bukan pendidik jabatan – maka, merekalah yang secara
alamiah dapat selalu dekat dengan anak-anaknya, dan karenanya diperkirakan pula
dapat menumbuhkan suasana pendidikan yang harmonis, yang dilandasi oleh rasa
cinta yang mendalam serta penuh kewibawaan”.
Tiap pusat pendidikan terdiri dari manusia-manusia dan karenanya
berlangsunglah proses interaksi antar manusia, maka terjadi proses pendidikan yang
juga disebut sosialisasi. Keluarga adalah kelembagaan masyarakat yang memegang
peranan kunci dalam sosialisasi tersebut. Jadi peranan orangtua dan seluruh anggota
keluarga adalah demikian penting dalam proses pembentukan dan pengembangan
pribadi. Keluarga bekerja sama dengan penyelenggara pendidikan yang lain saling
mengisi proses pendidikan yang berlangsung dimasyarakat secara luas. Misalkan
dalam hal pengembangan kognitif, dalam arti pengenalan, penguasaan dan
pemahaman pengetahuan dan ilmu secara akademik, keluarga kurang seimbang
kemampuannya bila dibandingkan dengan lingkungan sosialisasi yang lain seperti
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
Untuk itu dapatlah diperkirakan bahwa keluarga yang manapun mempunyai
kemungkinan untuk memfungsikan pendidikan sebagaimana mestinya, akan tetapi hal
tersebut tidak terlepas dari kondisi keluarga itu sendiri, misalkan bagaimana tingkat
kesejahteraan ekonomi keluarga tersebut. Oleh karena orangtua merupakan pendidik
alamiah, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga semakin kuat pula peran
dan kedudukan orangtua sebagai pendidik Bila pangan, sandang dan papan tidak lagi
menjadi masalah bagi keluarga, maka keluarga itu perlu dijadikan peka terhadap
adanya tambahan pendidikan. Dengan kata lain bahwa pendidikan akan menjadi
perhatian utama bagi orangtua bila kebutuhan pokok keluarga telah terpenuhi, karena
tentunya orangtualah yang mempunyai kewajiban pertama untuk membiayai
terjadinya proses pendidikan.
Selain hal tersebut diatas, terdapat beberapa peranan lain dari orangtua yang
mempengaruhi proses pendidikan dan pembentukan karakter anak. Seperti yang
dijelaskan oleh Noesjirwan (1979:18) bahwa pengaruh ini terjadi melalui tiga hal
yaitu :
i. Orangtua adalah teladan utama bagi si anak. Teladan atau contoh yang diberikan orangtua dalam cara mereka memperlakukan anaknya dan cara mereka memperlakukan masing-masing yang satu terhadap yang lain.
ii. Orangtua berfungsi pula sebagai pemberi feedback utama yang memberitahukan kepada anak bagaimana efek tingkah lakunya pada orang lain.
iii. Orangtua adalah penilai utama dari tingkah laku anak.
B. Pengambilan Keputusan
Siagian (1981:83) menyatakan bahwa “ Pada hakekatnya, pengambilan
keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah,
pengumpulan fakta-fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang
dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan
yang paling tepat”.
Siagian (1981:90) juga berpendapat bahwa “ sesuatu keputusan diambil
untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Kiranya
telah disadari bahwa pelaksanaan keputusan tidak pernah terjadi dalam suasana
kekosongan. Artinya ada tiga kekuatan yang selalu mempengaruhi sesuatu keputusan
yang diambil itu. Ketiga kekuatan itu adalah :
1. Dinamika daripada individu
2. Dinamika daripada kelompok orang
3. Dinamika daripada lingkungan. “.
Dari pendapat Siagian tersebut, jika dikaitkan dengan keputusan anak dalam
keluarga, maka ketika si anak akan membuat keputusan tertentu akan dipengaruhi
oleh faktor dinamika pribadinya sendiri, faktor dinamika keluarganya dan faktor
dinamika lingkungan.
Supranto (1991:2) menyatakan bahwa “ Pada umumnya suatu keputusan
dibuat dalam rangka untuk memecahkan permasalahan atau persoalan (problem
solving), setiap keputusan yang dibuat pasti ada tujuan yang akan dicapai”.
Masih menurut pendapat Supranto (1991:1) bahwa “ Secara popular dapat
dikatakan bahwa mengambil atau membuat keputusan berarti memilih satu diantara
sekian banyak alternatif ”. Misalkan seorang karyawan suatu perusahaan memutuskan
masuk kantor atau tidak setelah mengetahui awan tebal yang merupakan tanda akan
turun hujan yang sangat lebat, seorang yang baru menerima gaji akan memutuskan
menghabiskan gaji yang baru diperoleh atau akan menghematnya, seorang siswa
SLTA memutuskan akan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi
(kuliah) atau tidak setelah lulus nanti, misalkan dia memutuskan untuk melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi jurusan yang diambil apakah jurusan
kedokteran atau jurusan yang lain, dan lain sebagainya.
Dari contoh-contoh diatas terlihat adanya alternatif-alternatif, seperti
karyawan masuk kantor atau tidak, seseorang akan menghabiskan gajinya atau
menghematnya, siswa SLTA melanjutkan pendidikan kejenjang kuliah atau tidak,
lulusan SLTA memilih jurusan kedokteran atau jurusan yang lain. Minimal ada dua
alternatif yang akan diambil sebagai suatu keputusan, meski seringkali pada
praktiknya seringkali alternatif yang ada bisa lebih dari dua.
Ketika ada beberapa alternatif-alternatif yang akan diambil salah satunya
sebagai keputusan, tentu ada pendekatan yang dilakukan oleh pengambil keputusan.
Ada enam cara pendekatan yang dilakukan oleh manusia, hal ini diutarakan oleh
Siagian (1981:94). Ke enam cara pendekatan itu ialah :
1. Appeal kepada kekuatan gaib, yang berarti bahwa jika seseorang menghadapi kesulitan dalam mengambil keputusan dia akan cenderung mencari bantuan dari kekuatan-kekuatan yang diketahuinya sepertiny berdoa kepada Tuhan. Menoleh
kepada petunjuk perbintangan dan hal-hal lain yang dianggapnya sebagai sumber kekuatan gaib.
2. Appeal kepada kekuatan duniawi, yang berarti mencari bantuan dan atau petuah serta bimbingan dari orang-orang tua, alim ulama dan sebangsanya karena mereka itu dianggap dan dipandang lebih bijaksana.
3. Menggunakan intuisi, yang dalam menggunakan cara ini seseorang akan cenderung untuk mendengarkan bisikan hati nuraninya dan bertindak sesuai dengan keyakinan dan perasaannya.
4. Penggunaan akal sehat, yang dalam praktiknya penggunaan cara ini cukup banyak digunakan. Dengan perkataan lain dia menggantungkan keputusannya kepada pengetahuannya, kemampuannya dan mengikuti apa yang menurut pendapatnya merupakan keputusan yang tepat dengan tidak terlalu memikirkan pentingnya pendapat orang lain.
5. Logika murni, yang berarti bahwa menggunakan cara ini dalam pengambilan keputusan berarti bahwa akal sehat yang telah dikembangkan dengan baik digunakan dalam mengadakan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Masalah yang dapat timbul dalam hubungan ini ialah bahwa kenyataan, logika murni tidak cukup untuk digunakan dalam mengambil keputusan. Logika akan bersikap kaku terhadap faktor-faktor yang abstrak yang dalam tata kehidupan modern tidak kurang pentingnya untuk diperhatikan
6. Metode ilmiah. Proses pengambilan keputusan dewasa ini, jika dilakukan dengan baik, kiranya perlu mempergunakan metode ilmiah.
C. Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori maka dapat diajukan
hipotesa sebagai berikut :
1. Peran orangtua mempunyai hubungan/korelasi yang signifikan dengan
keputusan siswa SLTA untuk mengambil pendidikan lanjutan
2. Peran orangtua berpengaruh secara kuat/dominan terhadap keputusan
siswa SLTA untuk mengambil pendidikan lanjutan
BAB IIIMETODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif yang berbentuk kausal.
Sugiyono (1997:18) mengatakan bahwa “ Penelitian asosiatif merupakan suatu
penelitian yang mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain dan
bentuk kausal bersifat sebab-akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel
yang dipengaruhi) dan dependen (dipengaruhi)”.
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Umum Negeri ( SMUN )
3 Kediri. Dipilihnya SMUN 3 Kediri sebagai lokasi penelitian karena :
1. SMUN 3 Kediri adalah salah satu sekolah formal yang banyak
diminati oleh masyarakat
2. Untuk lebih mudah memperoleh responden
c. Populasi Dan Sampel
a. Populasi
Sugiyono (1997:57) berpendapat bahwa “ Populasi adalah wilayah
generalisasi yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
Usman dan Akbar (2003:43) juga mengatakan bahwa “Populasi ialah semua
nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif,
daripada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas”.
Berdasarkan dari pendapat diatas, maka ditentukan bahwa populasi dari
penelitian ini adalah seluruh siswa SMUN 3 Kediri yang berjumlah 1114 anak
dengan perincian sebagai berikut :
- Kelas 1 = 368 anak
- Kelas 2 = 399 anak
- Kelas 3 = 347 anak
Jumlah = 1114 anak
b. Sampel
Sugiyono (1997:57) menyatakan “Sampel adalah sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Sedangkan Usman dan Akbar (2003:44) menyatakan bahwa “Sampel
(contoh) ialah sebagian anggota populasi yang diambil dengan menggunakan teknik
tertentu yang disebut dengan teknik sampling”.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportional stratified
random sampling (teknik sampling acak bertingkat proporsional). Dikatakan oleh
Usman dan Akbar (2003:45) bahwa “Teknik sampling ini disebut juga dengan istilah
teknik sampling berlapis, berjenjang dan petala. Teknik ini digunakan apabila
populasinya heterogen atau terdiri dari kelompok-kelompok yang bertingkat.
Penentuan tingkat berdasarkan karakteristik tertentu misalnya : menurut usia,
pendidikan,golongan/pangkat, dan sebagainya,dimana setiap tingkat diwakili oleh
jumlah yang sebanding”. Dengan menggunakan teknik sampling ini maka anggota
sampel yang diperoleh akan lebih representatif, karena masing-masing kelas akan
diwakili oleh jumlah yang proporsional.
Adapun untuk menentukan jumlah sampel yang diambil, penulis
menggunakan Nomogram Harry King. Besarnya sampel dengan jumlah populasi
sebanyak 1114, bila dikehendaki kepercayaan sampel terhadap populasi sebesar 95%
atau tingkat kesalahan 5%, maka diperoleh sampel sejumlah : 9 % X 1114 = 100.
Jadi jumlah proporsional sampel untuk :
- Kelas 1 =
3681114
×100=33
- Kelas 2 =
3991114
×100=36
- Kelas 3 =
3471114
×100=31
Jumlah = 100
d. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket /
kuisioner yang bersifat tertutup, artinya responden tinggal memilih alternatif-
alternatif jawaban yang telah tersedia. Kuisioner yang dipakai menggunakan skala
Likert dengan lima pilihan jawaban.
Untuk kepentingan analisa, maka masing-masing pilihan jawaban diberi
skor sebagai berikut :
1. Jawaban Sangat Setuju / Selalu diberi skor = 5
2. Jawaban Setuju / Sering diberi skor = 4
3. Jawaban Ragu-ragu / Kadang-kadang diberi skor = 3
4. Jawaban Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah diberi skor = 2
5. Jawaban Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah diberi skor = 1
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :
a. Peranan orangtua sebagai varibel bebas yang diukur lewat :
- Perhatian orangtua dalam proses belajar anak
- Perhatian orangtua terhadap prestasi belajar anak
- Peran orangtua dalam membiayai sekolah anak
- Sangsi yang diberikan orangtua ketika prestasi belajar anak jelek
- Perhatian orangtua terhadap rencana anak setelah lulus SLTA
- Kesanggupan orangtua untuk membiayai kuliah anaknya
b. Keputusan siswa untuk mengambil pendidikan lanjutan sebagai variabel
tergantungnya, yang diukur melalui :
- Perhatian siswa terhadap perlunya memikirkan kuliah sejak awal
- Rencana siswa setelah lulus SLTA
- Tanggapan siswa terhadap persyaratan minimal Diploma bagi pelamar kerja
F. Teknik Analisa Data
Teknik analisa yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Analisa Korelasi
Santoso (2002:149) mengatakan bahwa tujuan analisa korelasi ini adalah “
ingin mengetahui apakah diantara dua variabel terdapat hubungan, dan jika ada
hubungan, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut “. Jika
besarnya korelasi > 0,5 maka berarti memang terdapat hubungan (korelasi) yang kuat
antara dua variabel tersebut.
Signifikansi hasil korelasi, apabila terdapat hipotesis :
H0 = Tidak ada hubungan (korelasi) antara variabel peran orangtua dan variabel
keputusan siswa untuk mengambil pendidikan lanjutan
H1 = Ada hubungan (korelasi) antara variabel peran orangtua dan variabel keputusan
siswa untuk mengambil pendidikan lanjutan
maka dasar pengambilan keputusan (berdasarkan probabilitas) :
Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
b. Analisa Regresi
Analisa regresi ini adalah bertujuan untuk memprediksi seberapa jauh
pengaruh variabel satu kepada variabel yang lain ketika ada hubungan (korelasi)
antara dua variabel. Disebutkan oleh Santoso (2002:163) bahwa tujuan dari analisa
regresi ini adalah “ memprediksi besar variabel tergantung dengan menggunakan data
variabel bebas yang sudah diketahui jumlahnya “.
c. Uji Normalitas
Hal ini untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependent, variabel independent atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah
tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan :
- Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
d. Heteroskedastisitas
Hal ini untuk mengetahui dalam model regresi terdapat heteroskedastisitas
atau tidak, karena model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Deteksi terjadinya heteroskedastisitas adalah dengan memperhatikan ada-tidaknya
pola tertentu pada grafiknya.
- Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu
pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
telah terjadi heteroskedastisitas.
- Jika tidak ada pola yang jelas, serta ttitik-titik menyebar diatas dan dibawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas
Untuk kepentingan analisa sebagaimana tersebut diatas, digunakan alat
bantu program SPSS ( Statistical Product and Service Solutions ) versi 11.0.
BAB IVPENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
a. Karakteristik responden berdasar Jenis kelamin
Dari jumlah responden sebanyak 100 siswa, diperoleh data mengenai
karakteristik responden berdasar dari jenis kelamin sebagaimana terlihat dalam Tabel
1 berikut :
Tabel 1Data Responden Berdasar Jenis Kelamin
Jenis KelaminJumlah
RespondenProsentase ( % )
Laki-laki 47 47%Perempuan 53 53%
Total 100 100%
Dari Tabel 1 diatas diketahui bahwa :
- Responden Laki-laki berjumlah 47, atau sejumlah 47 % dari total jumlah
responden
- Responden Perempuan berjumlah 53, atau sejumlah 53 % dari total jumlah
responden
b. Karakteristik responden berdasar kelas
Sedangkan karakteristik responden berdasarkan kelas sebagaimana
ditunjukkan oleh table 2 berikut :
Tabel 2Data Responden Berdasarkan Kelas
Kelas Jumlah Responden Prosentase ( % )Satu 33 33%Dua 36 36%Tiga 31 31%Total 100 100%
Dari Tabel 2 tersebut diketahui bahwa :
- Responden dari kelas satu berjumlah 33 atau sebesar 33 % dari total responden
- Responden dari kelas dua berjumlah 36 atau sebesar 36 % dari total jumlah
responden
- Responden dari kelas tiga berjumlah 31 atau sebesar 31 % dari total jumlah
responden
B. Data hasil penelitian mengenai peran orangtua
Tabel 3
Data Hasil Penelitian Mengenai Peran Orangtua
Pertanyaan Nomor Jawaban Responden
Jumlah Responden Prosentase
1 Sangat Setuju / Selalu 16 16%Setuju / Sering 40 40%Ragu-ragu / Kadang-kadang 19 19%Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah 17 17%Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah 8 8%Jumlah 100 100%
2 Sangat Setuju / Selalu 29 29%Setuju / Sering 38 38%Ragu-ragu / Kadang-kadang 24 24%Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah 6 6%
Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah 3 3%Jumlah 100 100%
3 Sangat Setuju / Selalu 44 44%Setuju / Sering 30 30%Ragu-ragu / Kadang-kadang 20 20%Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah 3 3%Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah 3 3%Jumlah 100 100%
4 Sangat Setuju / Selalu 41 41%Setuju / Sering 34 34%Ragu-ragu / Kadang-kadang 16 16%Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah 9 9%Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah 0 0%Jumlah 100 100%
5 Sangat Setuju / Selalu 32 32%Setuju / Sering 43 43%Ragu-ragu / Kadang-kadang 19 19%Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah 6 6%Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah 0 0%Jumlah 100 100%
6 Sangat Setuju / Selalu 17 17%Setuju / Sering 47 47%Ragu-ragu / Kadang-kadang 26 26%Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah 6 6%Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah 4 4%Jumlah 100 100%
Dari tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa :
- Untuk pertanyaan nomor satu yang menanyakan mengenai perhatian orangtua
terhadap proses belajar anak, didapatkan 16 responden menjawab Selalu, 40
responden menjawab Sering, 19 responden menjawab Kadang-kadang, 17
responden menjawab Hampir Tidak Pernah, dan 8 responden menjawab Tidak
Pernah.
- Untuk pertanyaan nomor 2 yang menanyakan tentang perhatian orangtua terhadap
prestasi belajar anak, didapatkan 29 responden menjawab Sangat Setuju, 38
responden menjawab Setuju, 24 responden menjawab Ragu-ragu, 6 responden
menjawab Tidak Setuju, dan 3 responden menjawab Sangat Tidak Setuju.
- Untuk pertanyaan nomor 3 yang menanyakan tentang peran orangtua dalam
membiayai sekolah anak, diadapatkan 44 responden menjawab Selalu, 30
responden menjawab Sering, 20 responden menjawab Kadang-kadang, 3
responden menjawab Hampir Tidak Pernah, dan 3 responden menjawab Tidak
Pernah.
- Untuk pertanyaan nomor 4 yang menanyakan mengenai sangsi yang diberikan
orangtua ketika prestasi belajar anak jelek, didapatkan 41 responden menjawab
Sangat Setuju, 34 responden menjawab Setuju, 16 responden menjawab Ragu-
ragu, 9 responden menjawab Tidak Setuju, dan tidak ada satupun responden yang
menjawab Sangat Tidak Setuju.
- Untuk pertanyaan nomor 5 yang menanyakan mengenai perhatian orangtua
terhadap rencana anak setelah lulus SLTA, didapatkan 32 responden menjawab
Sangat Setuju, 43 responden menjawab Setuju, 19 responden menjawab Ragu-
ragu, dan 6 responden menjawab Tidak Setuju.
- Untuk pertanyaan nomor 6 yang menanyakan mengenai pernyataan kesanggupan
orangtua untuk membiayai kuliah anaknya, didapatkan 17 responden menjawab
Selalu, 47 responden menjawab Sering, 26 responden menjawab Kadang-kadang,
6 responden menjawab Hampir Tidak Pernah, dan 4 responden menjawab Tidak
Pernah.
Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 ( Jawaban Responden Mengenai
Peran Orangtua )
C. Data hasil penelitian mengenai keputusan siswa untuk mengambil pendidikan
lanjutan
Tabel 4
Data Hasil Penelitian Mengenai Keputusan Siswa untuk Mengambil
Pendidikan Lanjutan
Pertanyaan Nomor Jawaban Responden
Jumlah Responden Prosentase
7 Sangat Setuju / Selalu 16 16%Setuju / Sering 40 40%Ragu-ragu / Kadang-kadang 19 19%Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah 17 17%Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah 8 8%Jumlah 100 100%
8 Sangat Setuju / Selalu 29 29%Setuju / Sering 38 38%
Ragu-ragu / Kadang-kadang 24 24%Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah 6 6%Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah 3 3%Jumlah 100 100%
9 Sangat Setuju / Selalu 44 44%Setuju / Sering 30 30%Ragu-ragu / Kadang-kadang 20 20%Tidak Setuju / Hampir Tidak Pernah 3 3%Sangat Tidak Setuju / Tidak Pernah 3 3%Jumlah 100 100%
Dari Tabel 3 diatas, dapat diketahui bahwa :
- Untuk pertanyaan nomor tujuh yang menanyakan perhatian siswa terhadap
perlunya memikirkan kuliah sejak awal, didapatkan sebanyak 16 menjawab
Sangat Setuju, 40 responden menjawab Setuju, 19 responden menjawab Ragu-
ragu, 17 responden menjawab Tidak Setuju, dan sebanyak 8 responden yang
menyatakan Sangat Tidak Setuju.
- Untuk pertanyaan nomor delapan yang menanyakan rencana siswa setelah lulus
SLTA, didapatkan sebanyak 29 responden menjawab Selalu, 38 responden
menjawab Sering, 24 responden menjawab Kadang-kadang, 6 responden
menjawab Hampir Tidak Pernah, dan sebanyak 3 responden menjawab Tidak
Pernah.
- Untuk pertanyaan nomor 9 yang menanyakan mengenai tanggapan siswa terhadap
persyaratan minimal Diploma bagi pelamar kerja, didapatkan sebanyak 44
responden menjawab Sangat Setuju, 30 responden menjawab Setuju, 20
responden menjawab Ragu-ragu,3 responden menjawab Tidak Setuju, dan 3
responden menjawab Sangat Tidak Setuju.
Data selengkapnya bisa dilihat pada Lampiran 5 (Jawaban Responden Mengenai
Keputusan Siswa Untuk Mengambil Pendidikan Lanjutan).
D. Data jumlah hasil penelitian mengenai peran orangtua dan jumlah hasil
penelitian mengenai keputusan siswa untuk mengambil pendidikan lanjutan
bagi masing-masing responden
Tabel 5
Jumlah Hasil Penelitian Mengenai Peran Orangtua Dan Jumlah Hasil
Penelitian Mengenai Keputusan Siswa Untuk Mengambil Pendidikan
Lanjutan Bagi Masing-Masing Responden
No Jumlah Skor Peran OrangtuaJumlah Skor Keputusan
Siswa1 26 142 26 133 21 94 22 85 20 96 25 137 28 138 20 119 23 1110 25 1511 26 1312 20 813 17 714 21 12
15 21 1316 20 1117 16 718 23 1119 17 820 27 1321 25 1422 25 1123 23 1324 25 1225 26 1526 21 1027 22 1128 21 1029 25 1330 22 1231 28 1432 26 1433 26 1334 21 935 22 836 20 937 25 1338 28 1339 20 1140 23 1141 25 1542 26 1343 20 844 17 745 21 1246 21 1347 20 1148 16 749 23 1150 17 851 27 13
52 25 1453 25 1154 23 1355 25 1256 26 1557 21 1058 22 1159 21 1060 25 1361 22 1262 28 1463 27 1464 26 1365 21 966 22 867 20 968 26 1369 28 1370 21 1171 23 1172 28 1573 25 1374 22 875 19 776 23 1277 24 1378 21 1179 18 780 23 1181 17 882 27 1383 26 1484 22 1185 26 1386 26 1287 28 1588 24 10
89 23 1190 20 1091 25 1392 24 1293 28 1494 27 1495 26 1396 21 997 20 898 22 999 22 8100 22 9
E. Pembahasan
F. Analisa Korelasi
Dari Lampiran 1 terlihat bahwa, antara variabel peran orangtua dan
keputusan siswa didapat angka 0,840. Hal ini berarti :
- Arah korelasi positif, atau semakin kuat peran orangtua, maka akan semakin
berpengaruh yang lebih kuat pula terhadap keputusan siswa
- Besar korelasi yang sejumlah 0,840 menunjukkan variabel peran orangtua
berkorelasi kuat dengan keputusan siswa (karena besar korelasi >0,5).
Signifikansi hasil korelasi, jika uji dilakukan dua sisi dan pengambilan
keputusan didasarkan pada probabilitas :
- Jika probabilitas >0,05 maka tidak terdapat hubungan antara dua variabel
- Jika probabilitas <0,05 maka terdapat hubungan antara dua variabel
Didapatkan angka probabilitas sebesar 0,000 maka dinyatakan bahwa
variabel peran orangtua memang signifikan berkorelasi dengan variabel keputusan
siswa. (Karena 0,000 < 0,05).
Dari hasil analisis diatas, menunjukkan bahwa adanya hipotesa yang
menyatakan : peran orangtua mempunyai hubungan/korelasi yang signifikan dengan
keputusan siswa SLTA untuk mengambil pendidikan lanjutan adalah bisa diterima
dan benar adanya.
G. Analisa Regresi
Dari Lampiran 2 model Summary didapatkan :
- Angka R sebesar 0,840 menunjukkan bahwa korelasi/hubungan antara peran
orangtua dan keputusan siswa adalah kuat
- Angka R Square atau koefisien determinasi adalah 0,706 (berasal dari 0,8402),
menunjukkan bahwa 70,6 % peran orangtua mampu mempengaruhi keputusan
siswa, sedangkan sisanya 29,40% (dari 100%-70,6 %) dipengaruhi oleh variabel
lain.
Koefisien regresi di table Coefficients sebesar 0,623 menyatakan bahwa
setiap peningkatan 1 satuan peran orangtua akan meningkatkan keputusan siswa
sebesar 62,3 %. Pada kolom Significance, variabel peran orangtua dan konstanta
mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05, hal ini berarti bahwa peran orangtua
memang berpengaruh secara siginifikan terhadap keputusan siswa.
Dari hasil analisis regresi diatas, menunjukkan bahwa hipotesa : peran
orangtua berpengaruh secara kuat/dominan terhadap keputusan siswa untuk
mengambil pendidikan lanjutan adalah bisa diterima dan benar adanya.
H. Uji Normalitas
Sebagaimana terlihat dalam grafik Normal P-P plot of Regression
Standardized Residual dilampiran 3, bahwa terlihat titik-titik menyebar disekitar garis
diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi
tersebut layak dipakai untuk prediksi keputusan siswa berdasarkan masukan variabel
peran orangtua
iv. Heteroskedastisitas
Dari grafik Scatterplot di lampiran 3 terlihat titik-titik menyebar secara
acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik diatas
maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk
memprediksi keputusan siswa berdasarkan masukan variabel peran orangtua.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pengolahan dan analisa data dengan teknik analisa yang
telah ditetapkan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
I. Peran orangtua mempunyai hubungan / korelasi yang signifikan dengan
keputusan siswa untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih
tinggi (kuliah).
J. Pengaruh peran orangtua ternyata sangat kuat atau dominan terhadap
keputusan siswa untuk mengambil pendidikan lanjutan setelah lulus SLTA.
B. Saran
Sehubungan dengan permasalahan dan kesimpulan yang ada, maka berikut
ini akan disampaikan beberapa saran.
K. Setelah diketahui bahwa peran orangtua mempunyai hubungan yang nyata
(signifikan) dan pengaruh yang kuat terhadap keputusan yang dibuat oleh
anak untuk mengambil pendidikan lanjutan setelah lulus SLTA, maka
hendaknya orangtua lebih memperhatikan lagi proses dan prestasi belajar
anaknya, memperhatikan keinginan anak setelah lulus SLTA dan tentunya
yang paling penting adalah menyiapkan biaya bagi pendidikan anaknya.
L. Bagi sisi anak, hendaknya sejak jauh hari menyiapkan diri sebagus mungkin
dengan menggali minat dan kemampuan yang dimiliki untuk bisa tercapainya
pendidikan lanjutan yang paling baik.
DAFTAR PUSTAKA
Barnadib, Imam, 1983, Pemikiran Tentang Pendidikan Baru, Yogyakarta, Andi Offset
Noesjirwan, Ny. Joesoef, 1979, Perkembangan Anak Dan Remaja, Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Santoso, Singgih, 2002, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Jakarta, PT. Elex Media Komputindo
Siagian, S.P., 1981, Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan, Jakarta, Gunung Agung
Sugiyono, 1997, Metode Penelitian Administrasi, Bandung, Alfabeta
Supranto, Johannes, 1991, Teknik Pengambilan Keputusan, Jakarta, PT. Rineka Cipta
Suryabrata, Sumadi, 1990, Psikologi Pendidikan, Jakarta, CV. Rajawali
Usman, Husein dan Purnomo Setiady Akbar, 2003, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta, PT. Bumi Aksara
top related