pengaruh program pengembangan usaha agribisnis … · 10. pimpinan dan staf departemen agribisnis...
Post on 22-Mar-2019
236 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS
PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI
(Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon,
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
ANGGA SUANGGANA
H 34067002
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
iii
PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS
PEDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI
(Studi Pada di Gapoktan Rukun Makmur, Desa Cibitung Kulon
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)
SKRIPSI
ANGGA SUANGGANA
H34067002
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
ANGGA SUANGGANA. Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi, (Studi Pada Gapoktan
Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor (Di bawah Bimbingan DWI RACHMINA).
Pertanian merupakan basis dasar dari kemajuan dan kesejahteraan bangsa. Hal ini
dikarenakan kebutuhan bangsa akan ketahanan pangan secara mandiri yaitu dari sektor
pertanian. Permasalahan kemiskinan saat ini selalu terkait dengan sektor pertanian,
terutama sektor pertanian di wilayah perdesaan. Keterbatasan akses informasi dan
teknologi menjadi masalah yang serius bagi petani untuk mengetahui bagaimana
mengakses modal dalam rangka pemenuhan kebutuhan usahatani. Peran organisasi tani di
tingkat desa sangat erat dengan akses permodalan. Oleh karena itu, diperlukan organisasi
tani yang kuat, terarah dan memiliki manajemen SDM yang bisa dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan permasalahan yang terjadi tersebut pemerintah melalui Kementrian Pertanian
mencanangkan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang
merupakan program revitalisasi pertanian Presiden Republik Indonesia pada tahun 2008.
Program ini bertujuan untuk membantu mengurangi tingkat kemiskinan dan menciptakan
lapangan pekerjaan di perdesaan serta membantu penguatan modal dalam kegiatan usaha
di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Kehadiran program
PUAP diharapkan dapat mengatasi masalah kesulitan modal yang dihadapi petani.
Pada awal dicanangkan program PUAP, Provinsi Jawa Barat mendapatkan jatah 17
kabupaten dan 2 kota dengan jumlah Gapoktan sebanyak 529 desa. Kabupaten Bogor
adalah salah satu daerah yang menerima dana Bantuan Langsung Mandiri PUAP yang
tersebar di 10 kecamatan dan 25 desa. Kecamatan Pamijahan mendapatkan dana PUAP di
lima desa potensi salah satu adalah Desa Cibitung Kulon yang merupakan daerah sentra
tanaman pangan di kecamatan ini yang menerima dana PUAP sebesar 100 juta dan
penghasil padi sebagai produk andalannya. Gapoktan ini mengalokasikan 90 persen dana
PUAP untuk sektor tanaman padi terutama budidayanya.
Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Rukun Makmur desa Cibitung Kulon
Kecamatan Pamijahan. Pengumpulan data dilaksanakan pada Juni 2009 hingga Agustus
2009. Responden penelitian adalah para petani padi yang merupakan anggota penerima
dana BLM-PUAP sebanyak 30 responden. Metode penelitian yang digunakan adalah
pendapatan usahatani dan perhitungan uji t statistik.
Gapoktan di Desa Cibitung Kulon ini merupakan lembaga desa yang telah ada
sebelum program PUAP dicanangkan oleh Pemerintah. Karakteristik Gapoktan ini adalah
sebagai lembaga desa yang memiliki struktur organisasi seperti ketua, sekretaris,
bendahara dan seksi-seksi di unit usaha. Seksi usaha yang dimiliki Gapoktan ini baru
berjumlah dua diantaranya unit usaha simpan pinjam dan unit usaha sembako.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani padi di Desa Cibitung Kulon
menunjukkan bahwa pelaksanaan program PUAP pada dasarnya memberikan pengaruh
positif terhadap peningkatan pendapatan atas biaya total usahatani padi sebelum dan
sesudah adanya program PUAP. Produksi rata-rata yang dihasilkan petani meningkat dari
4.181 kilogram/hektar Per musim sebelum adanya PUAP menjadi 4.580 kilogram/hektar
Per musim setelah mengikuti program PUAP. Penerimaan rata-rata petani atas biaya total
sebelum adanya PUAP adalah sebesar Rp.9.198.200,00/hektar Per musim dan sesudah
adanya PUAP sebesar Rp.10.067.200,00/hektar Per musim. Sedangkan pendapatan rata-
rata atas biaya tunai adalah Rp.2.315.029,00/hektar Per musim dan pendapatan rata-rata
atas biaya total sebelum adanya program PUAP Rp.261.672,00/hektar Per musim. Begitu
juga pendapatan rata-rata atas biaya tunai setelah adanya program PUAP naik menjadi
Rp.2.845.594,00/hektar Per musim dan pendapatan rata-rata atas biaya total sebesar
Rp.1.565.037,00/hektar Per musim. Jika dilihat dari perbandingan pendapatan terdapat
kenaikan rata-rata sebesar 83,23 persen untuk pendapatan total dan 22,92 persen atas
pendapatan tunai.
Sesuai dengan analisis imbangan penerimaan dan biaya usahatani padi yang
diusahakan oleh petani responden menunjukkan bahwa usahatani ini memiliki penerimaan
yang lebih besar dibandingkan biaya usahatani. Hal ini ditunjukkan oleh nilai R/C rasio
yang lebih dari satu yang artinya setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan maka akan
memberikan penerimaan lebih dari satu satuan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai sebelum
PUAP adalah 1,34, artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan menerima sebesar
Rp.1,34. Sementara itu R/C atas biaya tunai setelah PUAP sebesar Rp1,39 yang berarti ada
kenaikan nilai rasio sebesar 0,06.
Sementara apabila nilai R/C rasio ditambahkan biaya yang diperhitungkan sebagai
komponen total biaya maka R/C rasio sebelum adanya PUAP sebesar Rp.1,03 naik
menjadi Rp.1,18 setelah adanya PUAP artinya walaupun sebelum ada PUAP, petani
responden sudah mendapatkan keuntungan akan tetapi setelah adanya PUAP bertambah
lagi keuntungannya walaupun dalam biaya tunai mengalami kenaikan 4,32 persen dan
biaya total kenaikan sebesar 15,04 persen.
Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired test) terhadap pendapatan bersih
responden sebelum mengikuti program PUAP dan pendapatan bersih responden sesudah
mengikuti program diperoleh Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,00000293 (2.93). Nilai hasil
perhitungan tersebut secara nyata masih lebih kecil dari pada level of significant (α) yakni
digunakan yakni 0,05 atau t-hitung (nilai mutlak) ± 1,98 > t-table 1,645. Hal ini dapat
ditarik kesimpulan untuk menolak H0 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan
pendapatan antara sebelum dan sesudah mengikuti program PUAP. Dengan demikian
secara nyata terdapat perbedaan pendapatan antara sebelum dan sesudah mengikuti
program PUAP.
Sosialisasi secara lengkap dan menyeluruh kepada anggota baru yang dinilai masih
kurang dikarenakan kesibukan pengurus Gapoktan dengan cara mengundang petugas
penyuluh lapang (PPL) dan Penyelia Mitra Tani (PMT). Desain program akan lebih baik
jika dilakukan dan diikuti program pengembangan SDM terutama anggota Gapoktan usia
produktif.Implementasi program PUAP akan lebih riil terlihat apabila bentuk pinjaman
diberikan berupa pembelian benih unggul yang langsung dibagikan ke anggota sesuai nilai
pinjaman dan sarana produksi diadakan secara kolektif dalam rangka efektivitas harga beli
yang lebih murah. Mendirikan sejumlah unit-unit usaha bersama yang terkait dengan
pengadaan bahan-bahan pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan input pertanian,
sehingga petani tidak perlu lagi memberli keluar desa.
PENGARUH PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS
PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI
(Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon,
Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)
ANGGA SUANGGANA
H 34067002
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisinis Perdesaan
(PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani Padi. (Studi Pada
Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon, Kecamatan
Pamijahan, Kabupaten Bogor)
Nama : Angga Suanggana
NIM : H 34067002
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Ir. Dwi Rachmina, MS
NIP. 1963 1227 199003 2 001
Mengetahui
Ketua Departemen
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Kelulusan :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Usahatani
Petani Padi” Studi pada Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung Kulon Kecamatan
Pamijahan Kabupaten Bogor adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Oktober 2011
Angga Suanggana
H 34067002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat pada tanggal 29 November
1984. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Endang
Suherlan dan ibu Teti Elawati yang bertempat di Kelurahan Cilangkap, Kecamatan
Cimanggis Kota Depok.
Penulis memulai jenjang pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Cilangkap, Kota
Depok dan lulus pada tahun 1997. Pendidikan tingkat lanjutan menengah pertama dapat
diselesaikan penulis pada tahun 2000 di SLTP Negeri 2 Cibinong. Pendidikan menengah
atas dapat diselesaikan penulis pada tahun 2003 di SMU Negeri 2 Cibinong Kabupaten
Bogor. Pada tahun yang sama penulis diterima di program Diploma III Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.. Berselang enam bulan penulis
melanjutkan kuliah di Program Penyelenggaraan Khusus Agribisnis.
Selama menjadi mahasiswa, Selama kuliah penulis aktif sebagai pengurus Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM IPB tahun 2003-2005 dan pengurus aktif KAMMI
Daerah Bogor tahun 2005-2007.Setelah lulus dari Diploma III, penulis kemudian aktif
pada organisasi kemasyarkatan (ormas) Perhimpunan Petani dan Nelayan Sejahtera
Indonesia (PPNSI) sebagai Ketua Bidang Jaringan dan Advokasi di lingkup Kabupaten
Bogor hingga saat ini. Dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan seperti menjadi
Ka.Departemen Sumberdaya Manusia (SDM) di Forum Komunikasi Manajemen
Agribisnis (FK MAB). Pada saat kuliah di Ekstensi Agribisnis, penulis aktif di KAMUS
(Keluarga Muslim Ekstensi Agribisnis) sebagai Kordinator Bidang Sumber Daya Manusia
(SDM).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala
kasih sayang, rahmat, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pengaruh Program Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) Terhadap
Pendapatan Petani Padi Desa Cibitung Kulon (Studi Pada Gapoktan Rukun Makmur Desa
Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor).
Skripsi ini menganalisis pengaruh program PUAP terhadap pendapatan usahatani
petani padi di Desa Cibitung Kulon pada tahun 2008. Selain itu juga, skripsi ini
menganalisis pelaksanaan program PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung
Kulon pada tahun 2008. Sehingga harapannya dapat dihasilkan rekomendasi dan saran
untuk kemajuan sektor pertanian khususnya pada subsistem on farm.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih terdapat
kekurangan dan keterbatasan serta kendala-kendala yang dihadapi. Maka dari itu, penulis
mengharapkan saran dan masukan yang membangun guna untuk penyempurnaan skripsi
ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Oktober 2011
Angga Suanggana
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Ibu Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu
dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Bpk Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen evaluator proposal penelitian yang telah
meluangkan waktu serta memberikan kritik dan saran demi keberhasilan penelitian.
3. Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS atas kesediaannya menjadi Dosen penguji utama.
Terima kasih atas koreksi dan saran yang telah diberikan.
4. Ibu Dr. Ir Netti Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen penguji komisi
pendidikan. Terima kasih atas koreksi dan saran yang telah diberikan
5. Ayahanda, Ibunda dan adik-adikku yang selalu kucintai, terima kasih atas segala
dorongan, kasih sayang, perhatian, semangat dan doa yang terus mengalir tanpa batas
ruang dan waktu.
6. Saudari Yunita Zebua yang telah meluangkan waktunya menjadi pembahas pada saat
seminar.
7. Pihak Pengurus Gapoktan Rukun Makmur (Pak Samsudin, Pak H.Cucun dkk), PPL
Pak Jasiman, Perangkat Desa Cibitung Kulon atas waktu, kesempatan, informasi dan
dukungan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
8. Dinas pertanian dan Staf Bidang Informasi Departemen Pertanian RI atas kerelaannya
untuk memberikan data dan informasi.
9. Kordinator Pengelola Program, dan Staf Program Studi Agribisnis Penyelenggaran
Khusus IPB Baranang Siang Bogor.
10. Pimpinan dan staf Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
11. Saudara-saudara ceria di Keluarga Muslim Ekstensi yang telah memberikan motivasi
dan nasehat baiknya, KAMMI Daerah Bogor 2006-2010, PPNSI Kabupaten Bogor,
Team Futsal Agribisnis dan Ekstensi Agribisnis dan Manajemen semoga ukhuwah kita
tetap terjaga.
12. Teman-teman satu ukhuwah DKM YPM Darussaalam Kaltim Prima Coal (KPC), Ust.
Andi dan Ust Mafruhin di Sangatta Kabupaten Kutai Timur Kalimatan Timur.
13. Pengurus Kebun (Manager) dan Rekan staf di Bukit Permata Estate (BPE) PT Telen
Teladan Prima Group.
14. Rekan-rekan mahasiswa AGB esktensi angkatan 1, 2 dan 3 yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
Pada akhirnya, hanya Allah-lah yang akan membalas segala kebaikan kalian. Semoga
kebaikan yang telah saudara perbuat diganti dengan pahala yang berlipat. Amin.
Bogor, Oktober 2011
Angga Suanggana
iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... x
I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ................................................................ 8
1.5 Ruang Lingkup ........................................................................ 8
II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9 2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian ....... 9
2.1.1 Tujuan PUAP .................................................................. 12
2.1.2 Sasaran PUAP ................................................................ 12
2.2 Kelembagaan dan Peran Kelembagaan ..................................... 12
2.3 Gabungan Kelompok Tani ........................................................ 14
2.4 Kelompok Tani ....................................................................... 14
2.5 Pengertian Kredit ..................................................................... 15
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................. 16
III KERANGKA PEMIKIRAN ...................................................... 20 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 20
3.1.1 Konsep Usahatani .......................................................... 20
3.1.2 Pendapatan Usahatani ...................................................... 23
3.1.3 Imbangan Penerimaan dan Biaya ..................................... 26
3.1.4 Evaluasi Program PUAP .................................................. 27
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 28
IV METODE PENELITIAN ............................................................ 31 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 31
4.2 Data dan Instrumentasi ............................................................ 31
4.3 Metode Pengumulan Data ........................................................ 32
4.4 Metode Pengambilan Sampel ................................................... 32
4.5 Metode Pengolahan Data ......................................................... 33
4.5.1 Indentifikasi Karakteristik Gapoktan .............................. 34
4.5.2 Analisis Kinerja Gapoktan .............................................. 34
4.5.3 Analisis Pendapatan Usahatani ........................................ 35
4.5.4 Analisis R/C Rasio .......................................................... 36
v
4.5.3 Uji t berpasangan (paired t-test) ..................................... 37
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ........................ 38
5.1 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kabupaten Bogor ......... 38
5.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ............................................ 40
5.3 Potensi Pertanian Budidaya (On Farm) dan Non Budidaya
(Of Farm) ............................................................................... 41
5.4 Lokasi Petani Peserta Program PUAP .................................... 43
VI HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................... 46 6.1 Karakteristik Petani Responden Gapoktan ................................ 46
6.1.1 Status Usahatani Tanaman Pangan (Padi) Petani
Responden ..................................................................... 47
6.1.2 Usia Petani Responden .................................................... 48
6.1.3 Tingkat Pendidikan Petani Responden ............................. 49
6.1.4 Status Kepemilikan Lahan Petani Responden .................. 51
6.1.5 Pengalaman Usahatani Petani Responden ........................ 52
6.2 Kegiatan Usahatani Tanaman Pangan (Padi) di Lokasi
Penelitian ................................................................................ 53
6.2.1 Pengolahan Lahan .......................................................... 54
6.2.2 Penyemaian Benih ......................................................... 56
6.2.3 Penanaman ..................................................................... 56
6.2.4 Pemupukan .................................................................... 57
6.2.5 Pengairan ....................................................................... 58
6.2.6 Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit ..................... 58
6.2.7 Panen dan Pasca Panen ................................................... 59
6.3 Penilaian Pelaksanaan Menyalurkan Dana BLM-PUAP
Berdasarkan Pihak Penyalur .................................................... 59
6.3.1 Realisasi dan Jangkauan Pinjaman BLM-PUAP ............. 61
6.3.2 Presentase Tunggakan .................................................... 64
6.4 Penilaian Penyaluran Dana Bantuan Langsung Mandiri PUAP
Berdasarkan Kriteria Pihak Pengguna (Petani) ........................ 67
6.4.1 Persyaratan Awal Pinjaman . ........................................... 68
6.4.2 Prosedur Peminjaman ..................................................... 68
6.4.3 Biaya Administrasi ........................................................ 70
6.4.4 Tingkat Bunga ................................................................ 70
6.5 Pengaruh PUAP dilihat dari Pendapatan Usahatani ................ 72
6.5.1 Penggunaan Dana BLM PUAP ....................................... 72
6.5.2 Analisis Usahatani Padi Sebelum dan Setelah PUAP ...... 74
6.5.2.1 Pengadaan Input ................................................. 74
6.5.2.2 Ouput Usahatani .................................................. 77
6.6 Pendapatan Anggota Gapoktan Sebelum dan Setelah PUAP ... 79
6.7 Analisis R/C Rasio Sebelum dan Setelah Program PUAP ........ 82
6.8 Hasil Uji-t Berpasangan (paired t-test) Terhadap Perbedaan
Pendapatan ............................................................................. 84
vi
VII KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 88 8.1 Kesimpulan .............................................................................. 88
8.2 Saran ....................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 90
LAMPIRAN ............................................................................................ 92
vii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Persentase PDB Sektoral terhadap PDB Nasional tahun 2008-2010 .... 1
2. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin Perdesaan dan Perkotaan di
Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2010 ............................................... 2
3. Daftar Desa Penerima Dana PUAP Di Kota dan Kabupaten Propinsi
Jawa Barat Tahun 2008 ...................................................................... 5
4. Luas Panen, Hasil per Hektare dan Produksi Padi Sawah di Pamijahan
Tahun 2008 ....................................................................................... 44
5. Perkembangan Jumlah Anggota Gapoktan Rukun Makmur Sebelum
dan Setelah Program PUAP ................................................................ 46
6. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Status Lahan
Usahatani Tanaman Padi Di Kecamatan Pamijahan Tahun 2009 ......... 48
7. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Usia ................ 49
8. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 50
9. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan Di
Kecamatan Pamijahan Tahun 2009 .................................................... 51
10. Jumah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Di
Kecamatan Pamijahan Tahun 2009 .................................................... 52
11. Perbandingan Kebutuhan Rata-rata Tenaga Kerja Terhadap Luas
Lahan Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP per Hektar per
Musim ............................................................................................... 54
12. Alokasi Bantuan Langsung Mandiri PUAP di Kecamatan Pamijahan
Tahun 2008 ....................................................................................... 60
viii
13. Realisasi Tahap Pencairan Dana BLM PUAP Gapoktan Rukun
Makmur Tahun 2008 ......................................................................... 61
14. Realisasi Penerima dana PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Desa
Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan 2009 ...................................... 62
15. Pelaksanaan Tahap Pencairan Dana BLM PUAP Gapoktan Rukun
Makmur Tahun 2009 .......................................................................... 63
16. Rata-rata Jumlah Penggunaan Dosis Pupuk Oleh Petani Sebelum dan
Sesudah Adanya PUAP ...................................................................... 75
17. Perbandingan Penggunaan Pupuk Per Hektar Di Gapoktan Rukun
Makmur Sebelum Dan Setelah Adanya PUAP ................................... 75
18. Rata-rata Nilai Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Padi di Desa
Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan ............................................... 76
19. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian pada Usahatani Petani
Reesponden Gapoktan Rukun Makmur per Tahun .............................. 77
20. Rata-rata Peningkatan Produksi Usahatani Padi Petani Responden
Sebelum dan Sesudah Adanya PUAP ................................................. 78
21. Rata-rata Pendapatan Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya
Program PUAP .................................................................................. 79
22. Perbandingan Nilai R/C rasio Sebelum dan Setelah Adanya Progam
PUAP ............................................................................................... 83
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Skema Pola Dasar Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan ..... 11
2. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional ............................... 30
3. Tanggapan Responden Terhadap PUAP Tahun 2008 ..................... 64
4. Tanggapan Responden Terhadap Bunga Pinjaman yang
Berlakukan oleh LKM ................................................................... 69
5. Tanggapan Responden Terhadap Prosedur Peminjaman ................ 71
6. Mekanisme Pencairan Dana BLM PUAP ....................................... 71
7. Pengalokasian Penggunaan Dana BLM PUAP Tahun 2008 ........... 73
x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Pengaruh Sektor Lapangan Usaha Terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Nasional 2008-2010 ............................................................... 90
2. Peta Kesesuaian Lahan Pertanian dan Tata Rencana Ruang Wilayah
Komoditi Pertanian di Kabupaten Bogor ............................................ ...... 91
3. Produksi Dan Luas Lahan Padi Per Kecamatan Di Kabupaten Bogor
Tahun 2008-2009 ............................................................................. ...... 92
4. Produktivitas Panen Tanaman Pangan Padi di Provinsi Jawa Barat
pada Tahun 2011 ............................................................................... ...... 93
5. Struktur Organisasi Gapoktan Rukun Makmur dan LKM .................. ...... 94
6. Karakteristik Responden Penelitian PUAP ......................................... 95
7. Hasil Uji t Berpasangan Perbedaan Pendapatan Sebelum Dan Setelah
Adanya Program PUAP Permusim Perhektar .................................... 96
8. Alokasi Dana BLM PUAP Menurut Sektor Usaha ........................... 97
9. Formulir Program Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) .................... 98
10. Perbandingan Produksi Beras Nasional 2008-2011 ........................... 99
11. Rata-rata Pendapatan Usahatani Sebelum dan Setelah Adanya
Program PUAP ................................................................................. .... 100
12. Perbandingan Komoditi Luas Lahan dan Produksi Tanaman Pangan
Nasional Tahun 2008-2011 .............................................................. .... 101
13. Perbandingan Kebutuhan Rata-rata Tenaga Kerja terhadap Luas
Lahan Sebelum dan Setelah Adanya PUAP ...................................... .... 102
14. Perbandingan Komoditi Luas Lahan dan Produksi Tanaman Pangan
Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2011 ........................................ .... 103
xi
15. Data Penerimaan Rata-rata Gapoktan Rukun Makmur Sebelum dan
Setelah Adanya Program PUAP ........................................................ .... 104
16. Data Input Produksi Rata-rata Gapoktan Rukun Makmur Sebelum
dan Setelah Adanya Program PUAP ................................................. ... 105
17. Data Input Produksi Rata-rata Gapoktan Rukun Makmur Setelah
Adanya Program PUAP ................................................................... .... 106
18. Rata-rata Petani Biaya Tunai dan Biaya Total Gapoktan Rukun
Makmur Sebelum Adanya PUAP ...................................................... 107
19. Rata-rata Petani Biaya Tunai dan Biaya Total Gapoktan Rukun
Makmur Setelah Adanya PUAP ........................................................ 108
20. Rata-rata Pendapatan Usahatani Atas Biaya Tunai dan Biaya Total
Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP ................................... 109
I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kemiskinan merupakan permasalahan yang banyak dihadapi oleh setiap
negara di dunia. Sektor pertanian salah satu sektor lapangan usaha yang selalu
diindentikan dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Kemiskinan yang terjadi
di sektor pertanian pada umumnya ada di wilayah perdesaan, hal ini dikarenakan
wilayah perdesaan adalah daerah yang kurang akses informasi dan teknologi.
Selain itu, daerah perdesaan mengalami pembangunan yang tidak maju tidak
demikian seperti di wilayah perkotaan.
Kontribusi sektor pertanian dalam penyerapan lapangan kerja dan
pengurangan kemiskinan menduduki urutan kedua terbesar setelah sektor industri
pengolahan. Kontribusi sebesar 15,8 persen pada tahun 2009 menjadi 16,1 persen
pada tahun 2010 merupakan hasil nyata bahwa pertanian memberikan pengaruh
positif pada perkembangan ekonomi mikro dan pendapatan masyarakat menengah
ke bawah. Pada Tabel 1 dapat dilihat perkembangan kontribusi sektor lapangan
usaha pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional dari tahun ke
tahun.
Tabel 1. Kontribusi Sektor Lapangan Usaha terhadap Produk Domestik Bruto
Nasional 2008-2010 (Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha Tahun Laju
(%) 2008 % 2009 % 2010* %
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan dan Perikanan
549.452 15,0 659.675 15,8 760.792 16,1 3,56
Pertambangan dan Penggalian 401.898 11,0 428.216 10,3 519.896 11,0 0,30
Industri Pengolahan 1.011.427 27,6 1.098.575 26,4 1.175.011 24,9 -5,16
Listrik, Gas & Air Bersih 30.201 0,8 34.832 0,8 37.472 0,8 -1,93
Konstruksi 303.573 8,3 406.369 9,8 480.996 10,2 10,97
Perdagangan, Hotel &
Restoran
509.257 13,9 548.493 13,2 660.518 14,0 0,37
Pengangkutan dan
Komunikasi
227.158 6,2 260.522 6,3 296.088 6,3 0,46
Keuangan, Real Estate & Jasa
Perusahaan
270.749 7,4 300.555 7,2 331.396 7,0 -2,65
Jasa-jasa 356.803 9,7 425.589 10,2 465.605 9,8 0,61
Produk Domestik Bruto 3.660.520 100,0 4.162.727 100,0 4.727.775 100,0
Sumber : BPS, 2010 (diolah)
Ket: *sementara
2
Dari Tabel 1 dapat dilihat kenaikan sektor lapangan usaha pertanian
mengalami kenaikan terus dari tahun 2008 ke tahun 2010 dengan laju rata-rata
sebesar 3,56 persen pertahun. Hal ini membuktikan bahwa sektor pertanian
merupakan sektor lapangan usaha yang masih menjadi pilihan utama oleh
masyarakat Indonesia dalam mencari pekerjaan khususnya wilayah perdesaan.
Secara implisit dapat dijelaskan bahwa tingkat produktivitas yang rendah serta
penerimaan pendapatan yang sangat rendah terjadi di sektor pertanian juga turut
mempengaruhi penggunaan tenaga kerja di sektor usaha masing-masing, sehingga
yang terjadi adalah peningkatan jumlah penduduk miskin baik di kota maupun di
desa.
Hasil perhitungan jumlah penduduk miskin di Indonesia yang dilakukan
oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Tabel 2 menunjukkan jumlah penduduk
miskin dari tahun ke tahun baik di kota maupun di desa terus menurun. Pada
Provinsi Jawa Barat tahun 2008-2010 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin
dari 5,322 juta menjadi 4,774 juta jiwa yang sebagian besar penduduk miskin
banyak terdapat di wilayah perdesaan sebesar 51 persen.
Tabel 2. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Jawa Barat Tahun
2008-2010
No Tahun
Jumlah Penduduk
Miskin (000)
% Penurunan
Penduduk Miskin
Garis
Kemiskinan
P1*
(%)
P2**
(%)
Kota Desa K+D K+D (%) K+D (Rp) K+D K+D
1 2008 2.617 2.705 5.322 13 176.216 2,17 0,6
2 2009 2.531 2.452 4.984 12 191.985 1,95 0,50
3 2010 2.351 2.423 4.774 11,3 201.138 1.93 0.52
Rata-rata 2.499 2.527 5.027 12,08 189.780 2,06 0,54
Sumber : BPS (2010)
Keterangan : *indeks kedalaman kemiskinan
**indeks keparahan kemiskinan
Dilihat dari sisi mata pencaharian penduduk desa, dapat dikatakan kemiskinan
masih mayoritas terjadi pada penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor
pertanian. Pada umumnya masalah kemiskinan sangat erat dengan hubungannya dengan
pertanian. Menurut Hakim (2008)1, beberapa masalah pertanian yang dimaksud
yaitu pertama, sebagian besar petani Indonesia sulit untuk mengadopsi teknologi
1 Lukman Hakim .2008. Kelembagaan & Kemiskinan Indonesia .http://www.google.com//kelembagaan//html. (20
Agustus 2011)
3
sederhana untuk meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Tidak sedikit
petani yang masih menggunakan cara-cara tradisional. Hal ini berkaitan dengan
keterbatasan ruang gerak petani terhadap fasilitas yang dimiliki sehingga
membuat petani menjadi tertutup dan lambat dalam merespon perubahan yang
terjadi di dunia luar. Kedua, petani mengalami keterbatasan pada akses informasi
pertanian.
Adanya penguasaan informasi oleh sebagian kecil pelaku pasar komoditas
pertanian menjadikan petani semakin tersudut. Terlihat dari realitas ketidaktahuan
petani akan adanya HPP (Harga Pembelian Pemerintah) dan pembelian oleh
oknum terhadap hasil pertanian dibawah harga yang ditentukan oleh pemerintah,
sehingga tidak sedikit dari petani yang tidak memperoleh keuntungan dari hasil
pertaniannya bahkan mengalami kerugian. Oleh sebab itu, untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya sebagian besar petani Indonesia tidak mengandalkan dari
sektor pertanian, tetapi dari luar sektor petanian seperti kerja sampingan buruh
pabrik, kuli bangunan dan lain sebagainya.
Ketiga, petani memiliki kendala atas sumberdaya manusia yang dimiliki.
Terlihat dari rendahnya pendidikan yang dimiliki petani. Ini terjadi karena masih
adanya stigma atau pandangan yang berkembang di tengah masyarakat bahwa
menjadi petani adalah karena pilihan terakhir dikarenakan tidak memperoleh
tempat di sektor lain. Faktor penyebab lainnya adalah pemerintah yang berpihak
pada sektor industri dari pada sektor pertanian yang berdampak pada semakin
menyempitnya lahan yang dimiliki oleh petani akibat konversi lahan menjadi
lahan industri maupun pemukiman. Keempat, masalah paling dasar bagi sebagian
besar petani Indonesia adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para
petani. Masalah modal tersebut diantaranya adalah sebagian besar petani
mengalami kekurangan modal untuk berusaha dan memenuhi kebutuhan
hidupnya, belum adanya asuransi pertanian masih adanya praktek sistem ijon dan
sistem perbankan yang kurang peduli kepada petani2.
Jika di dalami lagi permasalahan yang dihadapi petani adalah kekurangan
modal untuk membeli input produksi pertanian. Peran kelompok tani sebagai
lembaga desa yang mengayomi atau menyediakan sarana produksi pertanian perlu
2 Apriyantono, A. 2004 Pembangunan Pertanian di Indonesia.http://www.pdfgeni.com//pertanian
indonesia.html. [17 April 2009].
4
mendapat dukungan dari semua pihak terutama pemerintah. Kemampuan petani
dalam mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas karena lembaga
keuangan perbankan dan non perbankan menerapkan prinsip 5-C (Character,
Collateral, Capacity, Capital dan Condition) dalam menilai usaha pertanian yang
tidak semua persyaratan yang diminta dapat dipenuhi oleh petani.
Secara umum, usaha di sektor pertanian masih dianggap beresiko tinggi,
sedangkan skim kredit masih terbatas untuk usaha produksi, belum menyentuh
kegiatan pra dan pasca produksi dan sampai saat ini belum berkembangnya
lembaga penjamin serta belum adanya lembaga keuangan khusus yang menangani
sektor pertanian (Syahyuti, 2007). Dalam rangka menanggulangi permasalahan
tersebut, Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono telah mencanangkan program
Revitalisasi Pertanian pada tanggal 11 Juni 2005 dengan program-program utama
antara lain: Program Peningkatan Ketahanan Pangan, Pengembangan Agribisnis,
Peningkatan Kesejahteraan Petani serta Pengembangan Sumberdaya dan
Pemantapan Pemanfaatannya, baik di bidang perikanan maupun kehutanan yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan.
Salah satu program jangka menengah (2005-2009) yang dicanangkan
Kementerian Pertanian RI adalah memfokuskan pada pembangunan pertanian
perdesaan. Langkah yang ditempuh adalah melalui pendekatan pengembangan
usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan. Melalui
Keputusan Menteri Pertanian (KEPMENTAN) Nomor PERMENTAN Nomor
09/Permentan/OT.140/2/2011 dibentuk tim Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP).
Program PUAP merupakan program terobosan Departemen Pertanian
untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, sekaligus
mengurangi kesenjangan pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar
sub sektor. PUAP berbentuk fasilitasi bantuan modal usaha petani anggota baik
petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani. Program
PUAP memiliki tujuan antara lain: (1) Untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan
pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan usaha agribisnis
di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah. (2) Meningkatkan kemampuan
pelaku usaha agribisnis, pengurus Gapoktan, penyuluh dan penyelia mitra tani. (3)
5
Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis. (4) Meningkatkan fungsi kelembagaan
ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses
ke permodalan.
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dicanangkan
pada tahun 2008. Melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebagai
pelaksana langsung program PUAP diharapkan dana Bantuan Langsung Mandiri
(BLM) bisa tersalurkan dengan tepat sasaran. Penyaluran dana ini difokuskan
pada daerah-daerah tertinggal yang memiliki potensi pertanian agribisnis.
Berdasarkan kebijakan teknis program PUAP, sebaran lokasi PUAP
meliputi 33 provinsi, 379 kabupaten atau kota, 1.834 kecamatan miskin dan
10.524 desa miskin. Salah satu provinsi yang menerima PUAP adalah Provinsi
Jawa Barat. Provinsi ini merupakan daerah penghasil beras terbesar nasional
(Lampiran2). Jumlah kuota untuk Jawa Barat adalah sebanyak 529 desa yang
terbagi dalam 17 kabupaten dan 2 kota3. Adapun kabupaten dan kota yang
mendapatkan program PUAP dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Daftar Desa Penerima Dana PUAP Di Kota dan Kabupaten Provinsi
Jawa Barat Tahun 2008
No Nama Kabupaten/Kota Jumlah
No Nama
Kabupaten/Kota
Jumlah
Kec Desa Kec Desa
1 Kabupaten Bandung 16 25 11 Kota Banjar 1 6
2 Kabupaten Bandung Barat 6 30 12 Kota Depok 5 6
3 Kabupaten Bekasi 5 20 13 Kabupaten Kuningan 11 33
4 Kabupaten Bogor 10 25 14 Kabupaten Majalengka 11 35
5 Kabupaten Ciamis 11 29 15 Kabupaten Purwakarta 4 20
6 Kabupaten Cianjur 11 35 16 Kabupaten Subang 14 35
7 Kabupaten Cirebon 11 35 17 Kabupaten Sukabumi 17 35
8 Kabupaten Garut 12 35 18 Kabupaten Sumedang 13 35
9 Kabupaten Indramayu 8 35 19 Kabupaten Tasikmalaya 9 20
10 Kabupaten Karawang 11 35
Jumlah 101 304 Jumlah 85 225
Rata-rata 10 30 Rata-rata 9 25 Sumber: Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Deptan (PUAP), 2008
3
Departemen Pertanian.2008. Petunjuk Teknis PUAP.
6
I.2 Perumusan Masalah
Permodalan dan akses informasi merupakan permasalahan yang dihadapi
petani di perdesaan. Sumber modal yang bisa di dapat dari lembaga bank dan non
bank belum bisa di akses dengan mudah oleh petani dikarenakan keterbatasan dan
ketidaktahuan yang dimiliki petani. Petani sebagai debitor dan bank sebagai
kreditur tidak memiliki titik temu atau kesepakatan dikarenakan pihak debitur
tidak memiliki agunan atau jaminan yang jelas untuk mengajukan kredit
pinjaman.
Di sisi debitor, karakteristik dari sebagian besar petani yakni masih belum
menjalankan bisnisnya dengan prinsip-prinsip manajemen modern, tidak atau
belum memiliki badan usaha resmi, keterbatasan aset yang dimiliki, memiliki
lahan yang sempit, bermodal rendah, minim teknologi serta jumlah tenaga kerja
yang banyak. Sementara itu, di sisi kreditor sebagai lembaga pemodal menuntut
adanya kegiatan bisnis yang dijalankan dengan prinsip-prinsip manajemen
modern, izin resmi serta adanya jaminan.
Keterbatasan petani dalam mengakses sumber modal makin menguatkan
petani mengalami beragam tekanan, baik tekanan ekonomi maupun tekanan
sosial. Tekanan ekonomi berhubungan langsung dalam pengadaan sarana produksi
meliputi bibit, pupuk maupun obat-obatan dan kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Sementara itu tekanan sosial lebih bersifat kepada penilaian
sebagian besar masyarakat di luar petani yang menilai bahwa petani itu
terbelakang dan tertinggal karena tidak mempunyai keinginan untuk maju. Ini
yang menyebabkan sebagian besar petani mengalami kemunduran dan
kemiskinan. Kemiskinan yang terjadi banyak terdapat di perdesaan karena
sebagian besar petani berada di wilayah desa.
Tahun 2008 program PUAP di Provinsi Jawa Barat khususnya di
Kabupaten Bogor telah dilaksanakan dengan jumlah dana yang diterima sebesar
100 juta tiap desa miskin (Lampiran ). Salah satu kecamatan yang menerima dana
PUAP adalah Kecamatan Pamijahan yang terdiri dari Desa Cibitung Kulon, Desa
Cibitung Wetan, Desa Gunung Picung, Desa Gunung Bunder 1 dan 2.
Pemanfaatan dana PUAP dialokasikan untuk pembelian sarana produksi kegiatan
pertanian yang meliputi pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan dan lain sebagainya
7
serta juga digunakan untuk simpan pinjam. Namun pemanfaatan dana tersebut
dikhawatirkan digunakan oleh petani tidak pada tempatnya atau terjadi
penyimpangan penggunaan dana tersebut.
Pelaksanaan program PUAP pada tahun 2008 merupakan pelaksanaan
program perdana yang dicanangkan oleh Kementerian Pertanian RI. Oleh sebab
itu dalam pelaksanaannya masih jauh dari sempurna, karena diperlukan sosialisasi
dan penjelasan yang utuh mengenai programini kepada petani desa yang minim
pendidikan sehingga masih banyak perbaikan, saran maupun masukan yang
berguna bagi pelaksanaan program ini pada periode selanjutnya. Hal inilah yang
mendorong untuk lebih dikaji bagaimana pelaksanaan program ini. Dengan
bantuan langsung berupa modal bergulir sebesar 100 juta per desa per Gapoktan
diharapkan wilayah perdesaan akan semakin maju, timbul lapangan kerja di desa
dan tidak ada lagi warga desa yang melakukan urbanisasi menuju perkotaan dan
lebih memilih membangun desanya secara bersama-sama.
Daerah yang dikaji adalah Desa Cibitung Kulon di Kecamatan Pamijahan.
Desa ini memiliki sistem irigasi yang baik dan potensi menghasilkan produksi
padi yang unggul dibandingkan desa-desa yang lainnya. Selain itu, Desa Cibitung
Kulon mengalokasi 94 persen dana BLM PUAP untuk kegiatan usahatani padi.
Hal inilah yang menjadi alasan pemilihan tempat penelitian dilakukan. Lokasi
desa yang terletak dibawah kaki gunung Salak menjadikan desa ini tidak pernah
mengalami kekeringan atau kekurangan air.
Dari 40 kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor, Kecamatan Pamijahan
merupakan penghasil tanaman pangan padi terbesar yaitu rata-rata 28 ton pada
tahun 2008 dan naik menjadi 33 ton pada tahun 2009. Produktivitas meningkat
pada tahun 2008 sebesar 4,372 ton/ha menjadi 4,67 ton/ha pada tahun 2009. Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Pamijahan memiliki potensi
pertanian sektor tanaman pangan padi yang dapat terus ditingkat terlebih lagi
dengan masuknya program PUAP di beberapa desa di wilayah kecamatan
tersebut.
Kehadiran program PUAP dapat memberikan dampak positif bagi
kesejahteraan petani karena program ini pada dasarnya memberikan bantuan
penguatan modal bagi petani. Bantuan modal usaha yang disalurkan melalui
8
Gapoktan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha yang mendukung
pendapatan rumah tangga petani sehingga meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Berdasarkan hal tersebut menarik untuk diteiliti apakah program PUAP di
Kabupaten Bogor telah mampu membantu masalah permodalan petani. Rumusan
masalah yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana pelaksanaan program PUAP di Desa Cibitung Kulon Kecamatan
Pamijahan Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana pengaruh dari program PUAP terhadap pendapatan petani padi
sebagai peserta program PUAP di Kecamatan Pamijahan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis pelaksanaan program PUAP di Desa Cibitung Kulon
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor?
2. Menganalisis pengaruh program PUAP terhadap pendapatan petani padi
sebelum dengan sesudah mengikuti program PUAP di Desa Cibitung Kulon
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari Penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat memberikan wawasan dan ilmu
pengetahuan terutama mengenai program-program yang diberikan oleh
Departemen Pertanian.
2. Bagi pembaca dan peneliti lain, dapat berguna sebagai informasi dan bahan
rujukan untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
3. Bagi pemerintah, sebagai bahan masukan dan evaluasi kepada Departemen
Pertanian agar bisa maksimal dalam melakukan sosialisasi mengenai
programnya kepada masyarakat.
4. Bagi masyarakat Kecamatan Pamijahan khususnya petani yang menjadi
peserta program PUAP sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan
usahanya dibidang agribisnis on farm khususnya tanaman pangan
9
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini melingkupi pengaruh program PUAP yang dinilai dengan
pendapatan usahatani padi dimana respondennya adalah petani Gapoktan Rukun
Makmur penerima dana BLM PUAP tahun 2008. Gapoktan yang diteliti adalah
Gapoktan yang berada di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan. Penelitian
memfokuskan pada perubahan pendapatan petani sebelum menerima dana PUAP
dengan pendapatan petani setelah menerima PUAP serta pelaksanaan program
PUAP di Gapoktan Rukun Makmur.
9
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Bentuk Bantuan Modal pada Pertanian
Bentuk program bantuan penguatan modal yang diperuntukkan bagi petani
pertama kali pada tahun 1964 dengan nama Bimbingan Masal (BIMAS). Tujuan
dibentuknya program tersebut adalah untuk meningkatkan produksi, penggunaan
teknologi baru dalam usahatani dan peningkatan produksi pangan secara nasional
(Sagala 2010).
Kemudian pada tahun 1985, kredit BIMAS dihentikan dan diganti dengan
Kredit Usaha Tani (KUT) sebagai penyempurnaan dalam sistem kredit massal
BIMAS, dimana pola penyaluran yang digunakan pada saat itu adalah melalui
Koperasi Unit Desa (KUD). Sejalan dengan perkembangannya dari tahun ke tahun
ternyata pola demikian banyak menemui kesulitan terutama dalam penyaluran
kredit. Hal ini diakibatkan tunggakan pada musim sebelumnya sangat tinggi dan
dalam kenyataannya banyak kelompok tani di wilayah KUD yang tidak menerima
dana tersebut, padahal mereka memiliki kemampuan untuk melunasinya.
Setelah sepuluh tahun berjalan akhirnya pada tahun 1995 KUT mengalami
perubahan dari pemerintah dengan mencanangkan skim kredit KUT pola khusus.
Pada pola ini, kelompok tani langsung menerima dana dari Bank pelaksana bukan
melalui KUD. Sepanjang perkembangan sistem baru tersebut, ternyata terjadi
penunggakan yang besar dibeberapa daerah dikarenakan anjloknya harga gabah
yang diterima petanni, faktor bencana alam, dan penyimpangan yang terjadi
dalam proses penyaluran serta pemanfaatan dana tersebut. Salah satunya adalah
pengalihan dana KUT yang seharusnya untuk usahatani kemudian dialihkan untuk
keperluan konsumsi rumah tangga atau pembiayaan anak sekolah.
Program yang selanjutnya adalah program penguatan modal dengan nama
Kredit Ketahanan Pangan (KKP). Program ini diperkenalkan pada bulan Oktober
2000 sebagai pengganti KUT. Tujuannya adalah untuk meningkatkan ketahanan
pangan nasional dan pendapatan petani yang sasarannya untuk fasilitas modal
usahatani tanaman pangan (padi dan palawija), tebu, peternakan, perikanan dan
pengadaan pangan (Sagala 2010). Skim program ini pengaturannya adalah melalui
10
Bank pelaksana yang disalurkan melalui koperasi dan atau kelompok tani yang
selanjutnya disalurkan kepada anggotanya langsung.
Pengajuan untuk memperoleh dana tersebut dilakukan melalui Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Pengajuan ini dapat berbentuk proposal
usaha yang selanjutnya dilakukan pemberian kredit. Dalam upaya untuk
meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam berusaha, pemerintah melalui
Departemen Pertanian tahun 2002 mengeluarkan kebijakan baru berupa program
fasilitas Bantuan Langsung Tunai (BLM). Program ini diarahkan untuk kegiatan
ekonomi produktif, bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan
sosial ekonomi, bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung
penguatan proses kegiatan sosial ekonomi secara berkelanjutan melalui penguatan
kelompok masyarakat dan unit pengelola keuangan dan bantuan sistem pelaporan
untuk mendukung pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif.
Pada tahun 2008 dengan adanya kepemimpinan baru di pemerintahan,
maka pemerintah melalui Departemen Pertanian mencanangkan program jangka
menengah yang diberi nama Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan yang
bertujuan untuk penguatan modal yang diberikan serta pelatihan kepada anggota
atau pengurus kelompok tani. PUAP merupakan bagian dari pelaksanaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau disingkat PNPM
Mandiri. Melalui bantuan modal usaha yang diiringi dengan adanya pelatihan
langsung dilapangan diharapkan dapat menumbuhkembangkan usaha agribisnis
potensi pertanian desa baik off farm atau on farm.
PNPM Mandiri ini adalah program pemberdayaan masyarakat yang
ditujukan untuk mengurangi kemiskinan sdan meningkatkan kesempatan kerja
khususnya di wilayah perdesaan. Kebijakan dari program PUAP diwujudkan
dengan penerapan pola bentuk fasilitas bantuan modal usaha untuk petani
anggota, baik petani pemilik, penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani.
Dalam operasional penyaluran dana PUAP dilakukan dengan memberikan
kewenangan kepada Gapoktan sebagai pelaksana langsung penyaluran dana
kepada anggota. Gapoktan ini didampingi oleh tenaga penyuluh pendamping
ditingkat kecamatan dan penyelia mitra tani ditingkat kabupaten atau kota.
11
Kegiatan tahap pertama program PUAP adalah pendidikan dan pelatihan
(Diklat) terpadu dari Departemen Pertanian (Deptan), adapun dana hibah
merupakan pelengkap atau penunjang bagi kelancaran program tersebut. Pada
tahap ini terdiri dari tiga aspek yaitu diklat kepemimpinan, diklat kewirausahaan
dan diklat manajemen. Diklat kepemimpinan diberikan kepada ketua kelompok
dan anggota gabungan kelompok tani dalam mengelola dan mengarahkan para
petani yang menjadi anggota kelompok. Diklat kewirausahaan meliputi
pengembangan keterampilan usaha pengolahan hasil tani agar menjadi produk
yang bisa memberikan nilai tambah bagi petani tersebut. Selain itu diklat ini juga
mengembangkan sikap kreatif dan inovatif yang bisa menumbuhkan ide-ide yang
peluang usaha yang lain bagi petani.
Dana hibah yang digulirkan pada program PUAP ini merupakan sarana
untuk menunjang program tersebut agar berjalan dengan baik. Dana Bantuan
Langsung Masyarakat (BLM) ditujukan untuk memberikan modal kepada
kelompok tani. Arus sirkulasi perputaran uang diharapkan dapat berputar secara
merata kepada setiap anggota kelompok tani. Dengan dana yang diberikan ini
diharapkan Gapoktan atau Poktan memiliki Unit Usaha Otonom yang dikelola
secara mandiri dan bertanggungjawab. Adapun skema dari pola dasar PUAP dapat
dilihat pada Gambar 1
Gambar 1. Skema Pola Dasar PUAP
Sumber : Pedoman Dasar PUAP, 2008
DIKLAT
1. KEPEMIMPINAN
2. KEWIRAUSAHAAN
3. MANAJEMEN
KOMITE
PENGARAH
USAHA PRODUKTIF PETANI
GAPOKTAN
PENDAMPING
POLA DASAR PUAP
BANTUAN LANGSUNG
MASYARAKAT (BLM)
Rencana
Usaha
Bersama
(RUB)
PENYELIA MITRA TANI
POKTAN
12
2.2 Tujuan dan Sasaran Program PUAP
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) mempunyai
tujuan utama sebagaimana tercantum pada pedoman umum PUAP adalah untuki :
1. Mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan
potensi wilayah;
2. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan,
Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani;
3. Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis.
4. Meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau
mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan
Selain tujuan program PUAP juga memiliki sasaran program. Adapun sasaran
yang ingin diharapaka dari program PUAP ini adalah :
1. Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin/ tertinggal sesuai
dengan potensi pertanian desa;
2. Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang dimiliki dan dikelola oleh
petani;
3. Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani/peternak
(pemilik dan atau penggarap) skala kecil, buruh tani; dan
4. Berkembangnya usaha pelaku agribisnis yang mempunyai usaha harian,
mingguan, maupun musiman
2.3 Kelembagaan dan Peran Kelembagaan
Menurut Mubyarto (1989), yang dimaksud lembaga adalah organisasi atau
kaedah-kaedah baik formal maupun informal yang mengatur perilaku dan
tindakan anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan-kegiatan rutin sehari-
hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu.
Kelembagaan mempunyai pengertian sebagai wadah dan sebagai norma.
Lembaga atau institusi adalah seperangkat aturan, prosedur, norma perilaku
13
individual dan sangat penting artinya bagi pengembangan pertanian. Pada
dasarnya kelembagaan mempunyai dua pengertian yaitu: kelembagaan sebagai
suatu aturan main (rule of the game) dalam interaksi personal dan kelembagaan
sebagai suatu organisasi yang memiliki hirarki (Hayami dan Kikuchi, 1987)3.
Kelembagaan sebagai aturan main diartikan sebagai sekumpulan aturan baik
formal maupun informal, tertulis maupun tidak tertulis mengenai tata hubungan
manusia dan lingkungannya yang menyangkut hak-hak dan perlindungan serta
tanggung jawabnya.
Lembaga perdesaan diperlukan untuk merangsang energi sosial pada
masyarakat, akan tetapi dapat juga dijadikan sebagai tempat untuk membangun
pembangunan di tingkat desa. Sesuai dengan terobosan yang telah dilakukan
Kementerian Pertanian Republik Indonesia untuk membuat suatu kelembagaan di
tingkat perdesaan yaitu Gabungan Kelompok Tani disingkat Gapoktan yang
terdiri dari beberapa kelompok tani (Poktan). Kelembagaan perdesaan sangat
dibutuhkan dalam rangka pemberdayaan masyarakat di desa yang memiliki
potensi untuk maju. Dengan adanya kelembagaan perdesaan, informasi dan
teknologi baru dapat diterima petani dengan baik, serta pemasaran hasil produksi
petani akan lebih mempunyai harga jual yang tinggi, hal ini dikarenakan jaringan
yang kuat antar sesama kelompok tani yang saling bekerja sama.
Terkait dengan komunitas perdesaan, maka terdapat beberapa unit sosial
(kelompok, kelembagaan dan organisasi) yang merupakan aset untuk dapat
dikembangkan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Pengembangan
kelembagaan di tingkat lokal dapat dilakukan dengan sistem jejaring kerjasama
yang setara dan saling menguntungkan.
Menurut Sagala, (2010), kelembagaan di perdesaan dapat dibagi ke dalam
dua kelompok yaitu: pertama, lembaga formal seperti pemerintah desa, BPD dan
KUD. Kedua, kelembagaan tradisional atau lokal yang merupakan kelembagaan
yang tumbuh dari dalam komunitas itu sendiri. Biasanya kelembagaan ini
berwujud nilai-nilai, kebiasan-kebiasan dan cara-cara hidup yang telah lama hidup
dalam komunitas seperti kebiasaan gotong-royong, simpan pinjam, arisan,
lumbung paceklik dan lain sebagainya
3Dalam Baga, dkk 2008. Diktat Kuliah Koperasi dan Kelembagaan Agribisnis.
14
2.3 Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Kelompok Tani (Poktan)
Menurut Kementerian Pertanian (2008), mendefinisikan Gabungan
Kelompok tani sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan
bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan
terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah administratif desa atau berada
dalam satu wilayah aliran irigasi petak perairan tersier.
Menurut Syahyuti (2007), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa
kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan
bagi anggotanya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelankangi oleh kenyataan
kelemahan ekstabilitas petani terhadap berbagai kelembagaan layanan usaha,
misalnya lemah terhadap masalah keuangan, pemasaran, penyedia sarana produksi
pertanian dan sumber informasi. Akan tetapi lembaga ini diarahkan sebagai
sebuah kelembagaan ekonomi yang didalamnya bisa dibentuk unit-unit usaha
yang dapat bergerak secara mandiri untuk kemajuan bersama.
Menurut Kementerian Pertanian (2008), kelompok tani diartikan sebagai
kumpulan orang-orang tani atau petani yang terdiri dari petani dewasa (pria atau
wanita) maupun petani taruna (pemuda dan pemudi), yang terkait secara informal
dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama,
kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber
daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.
Dalam pengembangannya, kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan
selama ini petani banyak mendapat subsidi dari pemerintah seperti bibit, benih,
dan yang saat ini diberikan oleh pemerintah adalah Program Pengembangan
Usaha Agribisnis (PUAP). Dana BLM PUAP diberikan berupa kredit pertanian,
dimana dana tersebut diberikan kepada petani dengan syaray yang mudah seperti
bunga yang rendah, kredit tanpa agunan dan sebagainya yang selama ini
mempersulit permodalan petani.
2.4 Pengertian Kredit
Kredit sangat dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan pembangunan
ekonomi. Pembangunan ekonomi mempunyai tiga komponen penting, yaitu
pertumbuhan, perubahan struktur ekonomi dan pengurangan jumlah kemiskinan.
15
Pertumbuhan ekonomi ditunjukan oleh adanya peningkatan produksi
(output). Peningkatan produksi hanya dapat dicapai dengan cara menambah
jumlah input atau dengan cara menerapkan teknologi baru serta penanganan
produk secara tepat waktu, cara dan dosis. Penambahan input, penangan produk
yang tepat dan cepat serta penerapan teknologi baru akan selalu diikuti dengan
penambahan modal. Dalam hal, pelaksanaan pembangunan berarti pula
peningkatan penggunaan modal secara tepat dan efektif. Penggunaan modal ini
berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman (kredit), akan tetapi dikarenakan
keterbatasan modal yang dimiliki maka dibutuhkan modal pinjaman yang tepat
waktu guna menjaga input agar memiliki produktivitas yang maksimal.
Berdasarkan Undang-undang No,10 tahun 1998 yang merupakan
perubahan dari Undang-undang No.8 tahun 1992, kredit adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak meminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga pinjaman.
Berdasarkan jenis kepentingannya, kredit dapat dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu kredit produksi dan kredit konsumsi. Kredit produksi diberikan
kepada peminjam untuk membiayai kegiatan usaha yang besifat produtif,
sedangkan kredit konsumsi diberikan kepada peminjam yang kekurangan dana
untuk membiayai konsumsi keluarga seperti biaya anak sekolah.
Menurut Suyatno (2006), didalam transaksi kredit terdapat unsur-unsur
kredit, yaitu :
1. Kepercayaan
Merupakan keyakinan dari pihak pemberi kredit bahwa prestasi yang
diberikan baik dalam bentuk uang dan barang atau jasa akan benar-benar
diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu pada masa yang akan
datang. Kepercayaan ini timbul karena sebelumnya pihak pemberi kredit telah
melakukan penyelidikan dan analisa terhadap kemampuan dan kemaun calon
nasabah dalam membayar kembali kredit yang akan disalurkan.
2. Suatu masa akan memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontra prestasi
yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini
16
terkandung pengertian nilai uang, yaitu nilai uang yang ada sekarang lebih
tinggi nilainya dari uang yang akan diterimanya kembali pada masa yang
akan datang.
3. Degree of Risk
Suatu tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari jangka waktu
yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontra prestasi yang akan
diterimanya pada masa yang akan datang. Semakin lama jangka waktu kredit
yang diberikan semakin tinggi resiko yang dihadapinya karena dalam waktu
tersebut terdapat juga unsur ketidakpastian yang tidak diperhitungkan.
Keadaan inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko yang lahirnya
yang bernama jaminan.
4. Prestasi atau Objek Kredit
Pemberian kredit tidak hanya diberikan dalam bentuk uang, akan tetapi juga
dapat diberikan dalam bentuk barang dan jasa, namun dapat dinilai dalam
bentuk uang. Dalam prakteknya transaksi kredit pada umumnya adalah
menyangkut uang.
2.6 Penelitian Terdahulu Mengenai Program Bantuan Penguatan Modal
Bergulir
Sejak pemerintahan pada zaman orde baru dulu juga telah meluncurkan
kredit program yang diawali dengan kredit Bimas guna mendukung ketersediaan
modal petani. Dalam perkembangannya model program kredit pertanian ini telah
mengalami perubahan, baik yang terkait dengan prosedur penyaluran, besaran dan
bentuk kredit, bunga kredit maupun tenggang waktu pengembalian. Pemerintah
selama ini sudah memberikan bantuan modal bergulir yang sudah berjalan
diantaranya : (1) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM); (2) Bantuan Pinjaman
Langsung Masyarakat (BPLM); (3) Kredit Ketahanan Pangan (KKP); (4) Dana
Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP); (5) Kredit
Kepada Koperasi Primer untuk Anggota (KKPA). Dari program pemerintahan
tersebut telah dikaji dalam penelitian terdahulu yang telah diteliti oleh masing-
masing yaitu ; (1) Kasmadi (2005); (2) Filtra (2007); (3) Lubis (2005); Pertiwi
(2006); Tarmidi (2006); Ifan (2009); Yulistia (2010) dan Koko (2009).
17
Penelitian Koko (2009) mengenai Dampak Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaan Terhadap Kinerja Gapoktan dan Pendapatan Anggota
Gapoktan. Penelitian ini dilakukan dengan alat analisis pendapatan usahatani, uji
t-statistik, uji korelasi dan analisis R/C rasio. Berdasarkan hasil penelitian di tiga
Gapoktan dengan menggunakan uji korelasi, diperoleh hasil bahwa pengaruh
PUAP terhadap kinerja Gapoktan sebelum dan setelah adanya PUAP berdasarkan
indikator organisasi memiliki pengaruh positif terhadap kinerja Gapoktan itu
sendiri. Dari hasil penelitian tersebut mayoritas responden petani yang
menggunakan dana BLM-PUAP untuk menambah usahanya dan menyatakan
ingin melakukan peminjaman kembali karena merasakan manfaat langsung dari
pinjaman dana tersebut.
Dari hasil tersebut pendapatan anggota Gapoktan sebelum dan setelah
menerima BLM-PUAP mengalami perubahan peningkatan. Hal ini dibuktikan
melalui uji t-hitung terhadap perubahan pendapatan yang menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan nyata dari pendapatan responden petani sebelum dan setelah
adanya program PUAP.
Penelitian Sagala (2010), mengenai Dampak Program Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani Padi. Penelitian
ini dilakukan dengan alat analisis pendapatan usahatani, uji t-statistik, dan analisis
R/C rasio. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terjadi perubahan
pendapatan petani padi antara sebelum dan sesudah adanya program PUAP.
Hasil penelitian Pertiwi (2006) mengenai Pengaruh Kelompok Usaha
Bersama (KUB) pada program pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan
memberikan gambaran bahwa program-program yang digulirkan baik dalam
bentuk dana bantuan maupun pelatihan kepada masyarakat yang menekuni sektor
riil sangat diminati dan mendapatkan respon yang positif. Walaupun program ini
tidak berada pada sektor pertanian di perdesaan, akan tetapi persamaannya adalah
dari tujuan dana tersebut digulirkan. Dari program tersebut lapangan kerja tercipta
sehingga pengurangan pengangguran dan angka kemiskinan menjadi turun dengan
signifikan. Hanya saja dari program ini sistem pengawasan dan pengendalian
tidak sebaik dari program pemerintah yang sejenis.
18
Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarmidi (2006)
mengenai Pengaruh Pengelolaan Kredit Mikro Proyek Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Analisis Pendapatan Keluarga Miskin
memberikan pengertian bahwa kredit sebesar apapun yang diperuntukan bagi
warga miskin akan memperoleh respon yang positif. Dana yang bergulir tersebut
akan memberikan stimulus bagi warga miskin untuk memperkuat
perekonomiannya. Pemberian kredit mikro dengan melibatkan Bank BUMN akan
memberikan iklim usaha yang baik bagi dunia perbankan dan sektor ekonomi
mikro, sehingga perekonomian nasional perlahan akan naik.
Kelebihan dari kredit yang ditawarkan biasanya tidak memakai agunan
sehingga banyak warga yang menggunakan fasilitas tersebut. Akan tetapi yang
menjadi kekurangnya adalah tidak adanya pengawasan yang optimal dari tingkat
pusat ke daerah. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya kebocoran-kebocoran
dana di tengah prosesnya. Terlebih lagi dana tersebut hanya diperuntukan bagi
masyarakat miskin perkotaan yang kebanyakan bermata pencaharian sebagai
pedagang kecil. Pengucuran dana dilakukan melalui bank-bank BUMN yang
ditunjuk oleh pemerintah sehingga dalam hal ini pihak bank yang melakukan
pengawasan dan kontrol terhadap program pemerintah.
Penelitian Yulistia (2009) mengenai analisis pendapatan dan efisiensi
produksi belimbing dewa peserta primatani merupakan salah satu penelitian yang
menganalisis pengaruh peran program pemerintah dalam upaya meningkatkan
produktivitas pertanian di tingkat perdesaan. Penelitian tentang Primatani
memiliki kesamaan tujuan dalam aplikasi penerapan dilapangan yaitu melibatkan
semua aspek yang memiliki kepentingan bersama dalam hal memajukan pertanian
di Indonesia. Kemudian hal yang sama juga terjadi pada penelitian Ifan (2009)
mengenai Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)
merupakan program dari pemerintah yang memberikan pengaruh dari program-
program yang digulirkan oleh pemerintah pusat dalam rangka memberdayakan
ekonomi sektor mikro.
Dari penelitian terdahulu memiliki persamaan dan perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh
Program Pengembangan Usaha Agribisinis terhadap pendapat petani di Desa
19
Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Program ini merupakan
fasilitas terhadap permodalan petani dalam bentuk simpan pinjam yang disalurkan
melalui lembaga desa yaitu Gapoktan. Gapoktan sendiri mendirikan sebuah unit
lembaga keuangan mikro untuk fokus mengelola kredit tersebut. Alat analisis
yang digunakan yaitu analisis pendapatan usahatani untuk melihat pengaruh yang
timbul dari program PUAP sebelum dan setelah adanya program ini.
20
20
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja
penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam
menjawab dan memecahkan pokok permasalahan suatu penelitian percobaan
tertentu yang ilmiah.
3.1.1. Struktur Biaya
Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur
dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu. Komposisi biaya yang terjadi pada suatu usaha disebut
struktur biaya. Struktur biaya berdasarkan perilaku biaya yang dibedakan menjadi
biaya tetap dan biaya variabel (Mulyadi, 1999).
Perilaku biaya berhubungan dengan periode produksi. Dalam jangka
pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya
produksi yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang
diperoleh. Pengusaha harus tetap membayarnya berapapun jumlah komoditi yang
dihasilkan usahanya. Biaya tetap terdiri dari gaji tenaga kerja administrasi,
penyusutan kandang, penyusutan ternak dan lahan tempat pengelolaan ternak
yang dianggap sebagai biaya yang diperhitungkan sebagai sewa lahan.
Dalam jangka panjang, karena semua faktor produksi dianggap variabel,
maka biaya juga variabel. Artinya, besarnya biaya produksi dapat berubah apabila
skala usaha berubah. Biaya variabel terdiri dari biaya tenaga kerja langsung,
pakan, obat-obatan, dan penyusutan peralatan tidak tahan lama.
Konsep biaya jangka panjang diperlukan oleh pengusaha untuk
menentukan skala usaha dari suatu perusahaan. Pengusaha dapat menyesuaikan
besarnya skala usaha agar keuntungan yang diperoleh maksimal. Dalam membuat
keputusan jangka panjang, pengusaha harus mengetahui biaya produksi yang
minimum pada berbagai tingkat produksi. Biaya minimum perusahaan dalam
jangka panjang dapat diketahui dengan kurva biaya rata-rata jangka panjang.
21
Hernanto (1989) mengungkapkan bahwa biaya produksi dalam usahatani
dapat dibedakan :
1) Berdasarkan jumlah output yang dihasikan terdiri dari :
a) Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat
bangunan pertanian dan bunga pinjaman.
b) Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah
produksi, misalkan pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan biaya
tenaga kerja.
2) Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari :
a) Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai.
Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya
variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan
tenagan kerja luar keluarga. Biaya tunai berguna untuk melihat
pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani.
b) Biaya tunai (diperhitungkan) adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian,
sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga dalam keluarga (biaya
variabel). Biaya tidak tunai ini melihat bagaimana manajemen suatu
usahatani.
Menurut Suratiyah (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
biaya sangatlah kompleks. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi dibagi
ke dalam dua golongan sebagai berikut :
1) Faktor internal dan eksternal
Faktor internal antara lain umur petani, pendidikan, pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan
dan modal. Sementara itu, faktor eksternal yang mempengaruhi biaya
adalah input (ketersediaan dan harga) dan output (permintaan dan harga).
2) Faktor manajemen
Di samping faktor internal dan eksternal maka manajemen juga sangat
menentukan. Dengan faktor internal tertenu maka petani harus dapat
mengantisipasi faktor eksternal yang selalu berubah-ubah dan tidak
sepenuhnya dapat dikuasai. Petani harus dapat melaksanakan usahataninya
22
dengan sebaik-baiknya yaitu penggunaan faktor produksi dan tenaga kerja
secara efisien sehingga akan diperoleh manfaat yang setinggi-tingginya.
Dalam pelaksanaanny sangat diperlukan berbagai informasi tentang
kombinasi faktordan informasi harga baik harga faktor produksi maupun produk.
Dengan bekal informasi tersebut petani dapat segera mengantisipasi perubahan
yang ada agar tidak salah pilih dan merugi.
3.1.2 Konsep Usahatani.
Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan
efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang maksimal pada waktu tertentu
(Soekartawi 2002). Usahatani dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat
mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara tepat dan baik. Sedangkan
dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran
(output) yang melebihi masukan (input).
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di
tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh, tanah dan air,
perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah dan sebagainya (Mubyarto
1989). Pada hakekatnya dalam menjalankan usahatani sama dengan menjalankan
sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pertanian. Dilihat dari tujuannya yang
bersifat ekonomis artinya petani memproduksi hasil-hasil pertanian baik untuk
dijual maupun untuk konsumsi sendiri. Usahatani sebagai organisasi alam, kerja
dan modal yang ditunjukkan pada produksi di lapangan pertanian.
Organisasi ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh
seseorang atau sekumpulan orang, segolongan sosial yang terikat genologis,
teritorial sebagai pengelolanya (Hernanto 1989). Dalam usahatani petani biasanya
tidak terfokus dalam satu komoditi saja, pilihan biasanya ditunjukkan pada
komoditi yang menguntungkan. Dalam menentukan komoditi ini banyak faktor
yang mempengaruhi, antara lain keadaan fisik lahan, jaminan kelangsungan,
fluktuasi harga komoditi, modal yang dimiliki, teknologi yang dikuasai, musim
tanam dan pertimbangan ekonomis.
23
Usahatani yang dimaksud di atas antara lain meliputi : (a) adanya lahan,
tanah usahatani yang di atasnya tumbuh tanaman, ada tanah yang dibuat kolam
tambak, sawah dan tegalan, (b) ada bangunan yang berupa rumah petani, gudang,
kandang lantai jemur dan lain-lain, (c) ada alat-alat pertanian seperti cangkul,
garpu, linggis, sprayer, pencurahan, tenaga kerja untuk mengelola tanah untuk
menanam, memelihara dan lain-lain serta (d) ada petani yang menerapkan rencana
usahataninya, mengawasi jalannya usahatani dan menikmati hasil usahataninya
(Hernanto 1989).
Berusahatani merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh produk di
bidang pertanian yang pada akhirnya akan dinilai dari biaya yang dikeluarkan dan
penerimaan yang diperoleh. Selisih keduanya merupakan pendapatan dari
kegiatan usahanya. Karena dalam kegiatan itu petani yang bertindak sebagai
pengelola, pekerja, dan sebagai penanam modal pada usaha tersebut, maka
pendapatan itu digambarkan sebagai balas jasa dari kerjasama faktor-faktor
produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu. Analisis pendapatan usahatani
mempunyai kegunaan bagi petani maupun bagi pemilik faktor produksi, yaitu (1)
menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha, (2) menggambarkan
keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan.
Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan
pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili alam, unsur tenaga kerja
yang bertumpu pada anggota keluarga tani, unsur modal yang beraneka ragam
jenisnya dan unsur pengelolaan atau manajemen yang peranannya dibawakan oleh
seorang yang disebut petani (Hernanto 1989). Keempat unsur ini tidak dapat
dipisahkan karena kedudukannya dalam usahatani sama-sama penting.
Pengenalan dan pemahaman keempat unsur pokok tersebut diperlukan karena
berkaitan dengan kepemilikan dan penguasaan faktor produksi.
Ilmu yang mempelajari tentang usahatani dikenal dengan ilmu usahatani.
Menurut Soekartawi (1995) ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada di
lapangan pertanian secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh
keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau
produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya
24
bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang
melebihi masukan (input).
Hernanto (1989) berpendapat bahwa selalu ada empat unsur pokok dalam
usahatani atau sering juga disebut sebagai faktor-faktor produksi. Keempat unsur
tersebut antara lain adalah :
1) Lahan
Lahan merupakan faktor produksi yang mewakili unsur alam dan merupakan
jenis modal yang sangat penting. Lahan usahatani dapat berupa tanah
pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Lahan tersebut dapat diperoleh
dengan cara membuka lahan sendiri, membeli, menyewa, bagi hasil,
pemberian negara, warisan ataupun wakaf. Penggunaan lahan dapat
diusahakan secara monokultur maupun polikultur ataupun tumpangsari.
2) Tenaga kerja
Tenaga kerja dalam usahatani sangat diperlukan dalam menyelesaikan
berbagai macam kegiatan produksi. Jenis tenaga kerja manusia dibedakan
menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur,
pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam
seperti iklim dan kondisi lahan. Jika terjadi kekurangan tenaga kerja maka
petani mempekerjakan buruh yang berasal dari luar keluarga dengan member
balas jasa atau upah. Berdasarkan hal tersebut, menurut sumbernya tenaga
kerja dalam usahatani dapat berasal dari dalam dan luar keluarga.
3) Modal
Modal adalah faktor produksi dalam usahatani setelah lahan dan tenaga kerja.
Penggunaan modal berfungsi membantu meningkatkan produktivitas, baik
lahan maupun tenaga kerja untuk menciptakan kekayaan dan pendapatan
usahatani. Modal dalam suatu usahatani digunakan untuk membeli sarana
produksi serta pengeluaran selama kegiatan usahatani berlangsung. Sumber
modal diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, warisan, usaha lain
ataupun kontrak sewa.
4) Pengelolaan (manajemen) usahatani
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan,
mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang
25
dikuasainya dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan produksi pertanian
sebagaimana yang diharapkan. Manajemen merupakan tindakan manusia
(petani) dengan kemampuan dan keterampilannya mengkombinasikan faktor-
faktor produksi lahan, tenaga kerja dan modal dalam proses produksi
pertanian untuk tujuan menghasilkan barang-barang yang dibutuhkan secara
maksimum.
Untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil, maka pemahaman terhadap
prinsip teknik dan prinsip ekonomis menjadi syarat bagi seorang pengelola.
Pengenalan dan pemahaman prinsip teknik meliputi perilaku cabang usaha yang
diputuskan, perkembangan teknologi, tingkat teknologi yang dikuasai dan cara
budidaya atau alternatif lain berdasar pengalaman orang lain.
Pengenalan pemahaman prinsip ekonomis antara lain penentuan
perkembangan harga, kombinasi cabang harga, pemasaran hasil, pembiayaan
usahatani, penggolongan modal dan pendapatan serta ukuran-ukuran keberhasilan
yang lazim. Panduan penerapan kedua prinsip itu tercermin dari keputusan yang
diambil agar risiko tidak menjadi tanggungan si pengelola. Kesediaan risiko
sangat tergantung kepada tersedianya modal, status petani, umur, lingkungan
usaha, perubahan posisi, pendidikan dan pengalaman petani.
3.1.3 Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani adalah perkalian antara
produksi dengan harga jual, biaya usahatani adalah semua pengeluaran yang
dipergunakan dalam suatu usahatani.
Penerimaan usahatani disebut sebagai pendapatan kotor usahatani dan
selanjutnya dihitung dari jumlah produk dikalikan dengan harga per satuan atau
dapat dirumuskan :
TR = Y. Py di mana :
TR = Jumlah penerimaan
Y = Produk
Py = Harga produk per satuan
Secara khusus bagi petani, analisis pendapatan usahatani dapat
memberikan bantuan untuk mengukur tingkat keberhasilannya dalam usaha. Suatu
26
usahatani dapat dikatakan berhasil apabila situasi pendapatannya memenuhi
syarat: (1) cukup untuk membayar semua pembelian sarana produksi termasuk
biaya angkutan dan administrasi yang mungkin melekat pada pembelian tersebut,
(2) cukup untuk membayar bunga modal yang ditanamkan termasuk pembayaran
sewa tanah dan pembayaran dana depresiasi modal dan (3) cukup untuk
membayar upah tenaga kerja yang dibayar atau bentuk-bentuk upah lainnya untuk
tenaga kerja yang tidak diupah.
Dalam kaitan ukuran keberhasilan suatu usahatani yang ditentukan oleh
tingkat pendapatannya, lebih jauh menyatakan beberapa syarat minimal yang
harus dipenuhi. Syarat- syarat tersebut adalah : (1) usahatani harus dapat
menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar biaya semua alat-alat yang
diperlukan; (2) usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan yang dapat
dipergunakan untuk membayar bunga modal yang dipergunakan dalam usahatani
tersebut; (3) usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dalam
keluarganya yang dipergunakan dalam usahatani secara layak; (4) usahatani yang
bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula dan (5)
usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer (Sagala dalam
Hadisapoetro, 2010).
Petani yang rasional akan memilih cabang usaha yang pendapatannya
tinggi, sehingga dengan adanya perhitungan pendapatan suatu usahatani akan
membantu petani untuk menentukan pilihan cabang usaha mana yang lebih
menjanjikan pendapatan tinggi. Demikian juga halnya dengan petani gambir yang
akan memilih bentuk output yang mana yang menjanjikan keuntungan lebih besar.
Total pendapatan petani dapat bersumber dari pendapatan petani dari
usahataninya dan pendapatan petani dari luar usahataninya. Pendapatan petani
dari usahataninya adalah sebagian dari pendapatan kotor yang karena tenaga
keluarga dan kecakapannya memimpin usahanya dan sebagian bunga dari
kekayaannya sendiri yang telah dipergunakan di dalam usahataninya menjadi hak
dari keluarganya. Oleh karena itu, pendapatan petani dari usahataninya juga dapat
diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat luar
(Sagala dalam Hadisapoetra, 2010).
27
Analisis pendapatan tunai dan pendapatan total produksi usahatani
merupakan bentuk analisis dalam usahatani yang digunakan untuk melihat
keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan
finansial. Dalam analisis ini dilakukan dua pendekatan, yaitu perhitungan
pendapatan atas dasar biaya tunai dan perhitungan atas dasar biaya total (biaya
tunai dan biaya yang diperhitungkan)
Pengeluaran usahatani mencakup beberapa unsur seperti pembelian sarana
produksi, upah buruh tani, sewa ternak kerja atau traktor, sewa alat-alat, bangunan
dan lahan (apabila lahan bukan milik sendiri), pembelian alat-alat, perbaikan alat,
biaya pengangkutan, pembayaran angsuran pokok kredit dan bunganya,
pembayaran pajak dan sumbangan wajib lainnya, serta pengurangan nilai investasi
(penyusutan). Pengeluaran tersebut sering disebut sebagai pengeluaran usahatani
keluarga. Selain itu terdapat juga pengeluaran serperti nilai tenaga kerja keluarga
yang tidak dibayarkan serta bunga modal sendiri. Jumlah dari keduanya disebut
total pengeluaran usahatani. Berdasarkan cara perhitungan pendapatan usahatani,
dikenal dua jenis pendapatan, yaitu pendapatan bersih usahatani (net farm income)
dan pendapatan kotor (gross farm income).
Pendapatan bersih dihitung dari hasil pengurangan antara jumlah
penerimaan (total revenue) dengan jumlah biaya (total cost) yang dikeluarkan
dalam proses produksi. Dapat dikemukakan bahwa pendapatan bersih usahatani
merupakan keuntungan usahatani (profit) dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
π = TR − TC di mana :
π = Keuntungan (Pendapatan Usahatani)
TR = Total revenue
TC = Total cost
Menurut Soekartawati et al (1986), pendapatan kotor usahatani secara
operasional dapat dihitung. Pendapatan kotor untuk tanaman meliputi (1) nilai
hasil yang dijual, (2) nilai hasil yang dikonsumsi dalam rumah tangga petani, (3)
nilai hasil yang digunakan untuk bibit, (4) nilai hasil yang digunakan untuk
pembayaran, dan (5) nilai hasil yang masih disimpan. Pengeluaran usahatani
meliputi seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Biaya dapat
28
berwujud biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel adalah biaya faktor-
faktor produksi variabel yaitu faktor produksi yang terpakai proses produksi atau
habis terpakai dalam jangka waktu analisis usahatani. Data produksi meliputi hasil
(produksi) yang diperoleh dan yang diberikan kepada pihak lain karena jasanya
dalam kegiatan usahatani tersebut.
Biaya variabel sangat mempengaruhi jumlah produk yang dihasilkan.
Biaya tetap adalah biaya faktor-faktor produksi tetap yaitu faktor produksi yang
tidak habis terpakai dalam proses produksi atau tidak habis terpakai selama jangka
waktu analisis usahatani. Dalam analisis jangka panjang hampir tidak terdapat
biaya tetap karena semua faktor produksi bersifat variabel. Biaya tetap merupakan
biaya penyusutan alat-alat, sedangkan yang termasuk biaya variabel antara lain
biaya pupuk, pestisida, tenaga kerja harian dan biaya bibit. Jadi biaya tetap ini
tergantung pada besar-kecilnya produksi yang diperoleh.
Kesulitan dalam menghitung biaya usahatani biasanya timbul bila tanaman
yang diusahakan itu lebih dari satu komoditi, misalnya tanaman tumpangsari
jagung dan kedelai. Hal ini menyebabkan jumlah input yang dipakai tidak
diketahui persis diarahkan untuk tanaman jagung atau kedelai. Besaran
pendapatan yang diperoleh dari usahatani tergantung pada: luas lahan usahatani,
efisiensi kerja dan efisiensi produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan biaya yang telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan
menjadi dua yaitu pendapatan tunai dan pendapatan atas biaya total yang sering
disebut yang sering disebut sebagai pendapatan total.
Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan
matematika sebagai berikut:
Itunai = NP – BT
Itotal = NP – (BT+BD)
Keterangan:
Itunai = Tingkat Pendapatan Bersih Tunai
Itotal = Tingkat Pendapatan Bersih Total
NP = Nilai produk; Hasil Perkalian Jumlah Output Dengan Harga Satuan
BT = Biaya tunai
BD = Biaya diperhitungkan
29
3.1.4 Imbangan Penerimaan dan Biaya
Menurut Hernanto (1989), tingkat keuntungan relatif dari suatu kegiatan
usahatani berdasarkan perhitungan finansial dapat diketahui dengan melakukan
analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio). R/C rasio menunjukkan
berapa besarnya penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani untuk setiap
rupiah biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani. Apabila usahatani
memiliki nilai R/C rasio lebih besar dari satu dapat dikatakan menguntungkan.
Sebaliknya, apabila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu, berarti penerimaan biaya
satu satuan akan mengurangi penerimaan biaya satu satuan akan mengurangi
penerimaan sebesar satu satuan, atau dapat dikatakan bahwa usahatani tersebut
belum menguntungkan.
Sedangkan jika kegiatan usahatani memiliki nilai R/C rasio sama dengan
satu, maka kegiatan usahatani tersebut berada pada keuntungan normal. Artinya
setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan, maka kegiatan usaha mampu
menghasilkan manfaat bersih sebesar satu satuan atau dapat dikatakan impas.
3.1.5 Evaluasi Program PUAP
Keberhasilan program ini dalam rangka pemberdayaan potensi agribisnis
desa akan memberikan pengaruh berupa manfaat yang optimal terutama bagi
petani yang membudidayakan atau mengusahakan tanaman pangan padi. Oleh
karena itu, evaluasi terhadap pelaksanaan program ini perlu dilakukan untuk
memberikan masukan terhadap program PUAP lanjutan tahun ini. Adapun
indikator-indikator dari keberhasilan PUAP berdasarkan pedoman atau juknisnya
antara lain9:
1. Indikator keberhasilan output yaitu :
a. Tersalurkannya dana BLM-PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah
tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian; dan
b. Terlaksananya fasilitas Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia
Mitra Tani
2. Indikator keberhasilan outcome yaitu :
9 PSDM/Tim PUAP Pusat 2008, Pedoman PUAP
30
a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola
bantuan modal usaha untuk petani anggota baik pemilik, petani penggarap,
buruh tani maupun rumah tangga tani;
b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang
mendapatkan bantuan modal usaha;
c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (budidaya dan hilir) di
perdesaan; dan
d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani
dan rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.
3. Indikator benefit dan Impact antara lain :
a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di
lokasi desa peserta PUAP;
b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi yang dimiliki dan
dikelola oleh petani; dan
c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran
Berdasarkan dari indikator tersebut dapat dinilai keberhasilan program
PUAP dalam memberikan pengaruh terhadap pendapatan petani peserta. Dengan
digunakannya salah satu indikator keberhasilan, maka program PUAP
berpengaruh nyata terhadap peningkatan pendapatan petani peserta. Salah satu
yang menjadi indikator dari keberhasilan penerapan program PUAP adalah dapat
dilihat dari dimensi moneter yaitu pendapatan dan pengeluaran. Indikator yang
dimaksud adalah menilai tingkat pendapatan. Pemilihan indikator ini dengan
pertimbangan bahwa pendapatan merupakan salah satu parameter yang bisa
digunakan untuk menilai tingkat kesejahteraan seseorang.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan
salah satu program terobosan dari Departemen Pertanian yang menitikberatkan
pada pengembangan agribisnis dengan melihat pontensi komoditi yang dimiliki
desa peserta PUAP. Sejak februari 2008 program ini dirancang dengan tujuan
untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara yang memiliki lumbung pangan
mandiri, sehingga hal ini berdampak pada pengurangan penggunaan devisa akibat
31
dari impor beras atau bahan baku pertanian. Pada awal digulirkannya program
ditujukan untuk terlebih dahulu memberdayakan sektor on farm terlebih dahulu
dan dalam rangka mempertahankan predikat swasembada pangan tahun 2008, hal
ini dikarenakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang masih kekurangan
baik itu sektor pertanian dan peternakan.
Komoditi tanaman pangan merupakan sektor komoditi on farm yang
terbesar dibiayai oleh dana BLM PUAP terutama di wilayah Propinsi Jawa Barat.
Hal ini dikarenakan tanaman pangan merupakan komoditi yang menjadi prioritas
dari pemerintah untuk dapat dikembangkan yang dalam jangka panjangnya nanti
Indonesia tidak lagi menjadi importir bahan baku pertanian
Alokasi dana yang sebagian besar ditujukan untuk tanaman pangan, maka
dapat disimpulkan bahwa untuk wilayah Propinsi Jawa Barat, pemerintahan pusat
mempunyai tujuan untuk menjadikan propinsi ini sebagai lumbung pangan.
Dengan melihat dasar yang jelas tersebut, maka komoditi tanaman pangan dapat
menjadi indikator dari keberhasilan program PUAP dapat memberikan pengaruh
nyata terhadap pendapatan petani di desa.
Salah satu penilaian keberhasilan atau pengaruh dari program PUAP
adalah dengan melihat dari salah satu indikator yang diberikan oleh Departemen
Pertanian dalam pedoman PUAP yang diantaranya adalah adanya peningkatan
kesejahteraan atau pendapatan petani dari sebelum mendapatkan dana BLM
PUAP dengan pendapatan sesudah memperoleh dana BLM PUAP. Penilaian
keberhasilan ini adalah dengan mengambil sampel salah satu komoditi pertanian
yang mayoritas dibiayai PUAP yaitu tanaman pangan. Perbedaan mencolok dalam
melihat pengaruh program ini adalah tingkat hasil produktivitas padi yang
meningkat dari sebelum memperoleh dana ini.
32
Gambar 2. Bagan Alur Kerangka Pemikiran Operasional
Permasalahan pertanian di Perdesaan
1. SDM Petani
2. Kemampuan Permodalan
3. Akses Informasi
Pengaruh Keberhasilan Program
PUAP Terhadap Pendapatan Petani-
petani Tanaman Pangan (Padi)
Penyaluran melalui Gapoktan
dengan kredit PUAP
Program PUAP
1. Pengentasan Kemiskinan
2. Lapangan Kerja
3. Pemerataan Pembangunan di Desa
4. Penguatan Modal Usaha
Pendapatan Petani Padi
Setelah PUAP bergulir
Pelaksanaan Program PUAP dilihat dari
tingkat pendapatan dengan metode Analisis
Usahatani
Pendapatan petani padi
Sebelum PUAP bergulir
Lembaga Keuangan
Mikro Agribisnis
(LKMA) Rukun Makmur
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan
alasan bahwa lokasi tersebut adalah salah satu lokasi pengembangan pertanian
porduktif khususnya tanaman pangan yang menjadi andalan di Kabupaten Bogor.
Lokasi yang dipilih sebagai tempat penelitian mengenai Pengaruh Program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan
Usahatani Petani adalah Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan. Pemilihan
tempat penelitian tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan beberapa hal
diantaranya : (1). Kecamatan Pamijahan merupakan salah satu sentra penghasil
sentra tanaman pangan di Kabupaten Bogor, (2). Lokasi yang sangat strategis
dekat dengan pemerintah pusat ekonomi nasional ditambah dengan akses sarana
dan prasarana transportasi yang memadai, (3). Kecamatan ini merupakan salah
satu daerah pertama dalam penerima dana BLM PUAP sejak tahun 2008, (4).
Produktivitas tanaman pangan yang tinggi dibandingkan kecamatan lainnya, dan
(5). Letak lokasi yang dekat dengan sumber air sehingga sangat cocok untuk
budidaya tanaman pangan khususnya padi yang membutuhkan pasokan air yang
cukup.
Penelitian dilakukan dengan mengambil satu sampel desa dari lima desa
yang menjadi peserta program PUAP. Desa Cibitung Kulon dipilih dikarenakan
proporsi dari penggunaan dana BLM PUAP mayoritas untuk budidaya (on farm)
tanaman pangan khususnya padi. Pelaksanaan penelitian dilakukan sejak awal
penyusunan proposal hingga penyerahan skripsi terhitung dari Juni 2009 hingga
Agustus 2009.
4.2 Data dan Instrumentasi
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara mengumpulkan variabel-
variabel yang akan digunakan untuk estimasi, sedangkan data sekunder diperoleh
dari instansi-instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen
34
Pertanian Bidang Pembiayaan Agribisnis yang menangani program PUAP, Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Lembaga Swadaya Masyarakat yang
bergerak dibidang pertanian dan nelayan. Data primer diperoleh dari hasil
pengisian kuisioner dari Gapoktan dan wawancara dengan petugas lapang (PPL)
yang terkait.
4.3 Metode Pengumpulan Data.
Penelitian ini sendiri hanya dibatasi pada tiga jenis usaha budidaya
tanaman pangan (padi). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:
1. Desk Study; dimaksudkan untuk mengumpulkan berbagai literatur dan data-
data sekunder yang terkait dengan penelitian ini, baik dari laporan-laporan
hasil penelitian, artikel-artikel di berbagai surat kabar maupun hasil survey
yang pernah dilakukan sebelumnya.
2. Observasi (pengamatan); digunakan sebagai pelengkap untuk mengetahui
kondisi dan situasi pada lokasi penelitian.
3. Wawancara; dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara tertulis dari
responden sesuai dengan tujuan penelitian, dengan cara melakukan tanya
jawab secara langsung antara peneliti dengan responden maupun pihak terkait
untuk mencari data yang belum terjawab dalam kuesioner.
Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui metode sampling dengan
mengambil beberapa sampel atau contoh secara acak bertingkat (stratified random
sampling). Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah anggota kelompok
tani di Gapoktan Rukun Makmur yang mengikuti program PUAP yang terletak di
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Pengambilan sampel dilakukan dengan
cara melakukan wawancara dengan pihak Gapoktan yang ada di kecamatan atau
desa yang mengikuti atau menjadi peserta program PUAP. Data pendapatan
usahatani sebelum adanya program PUAP diperoleh pada musim tanam sebelum
realisasi dana PUAP cair.
4.4 Metode Pengambilan Sampel
Populasi penelitian ini merupakan peserta program PUAP yang terdiri dari
lima Poktan yang kemudian digabung menjadi Gapoktan yang jumlahnya
35
bervariasi antara tiga sampai lima orang per Poktan yang dijadikan sampel.
Namun, penentuan sampel yang akan diambil (purposive) ditentukan berdasarkan
kriteria: (1) merupakan anggota kelompok tani yang aktif, dan (2) mengangsur
cicilan pinjaman minimal lima kali (terjadi pengaliran dana). Jumlah keseluruhan
dalam pengambilan sampel sebanyak 30 orang petani dengan cadangan lima
orang. Jumlah kelompok tani yang tergabung dalam Gapoktan Rukun Makmur
berjumlah empat kelompok yang terdiri dari lima kampung atau rukun warga
(RW). Jumlah anggota dalam setiap kelompok tani bervariasi antara 30 sampai 70
orang. Sehingga jika dijumlahkan secara keseluruhan anggota kelompok tani
Rukun Makmur berjumlah 120-280 anggota. Penentuan jumlah sampel ini
didasarkan pada metode Gay yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang dinilai
cukup mewakili keseluruhan populasi yaitu minimal 10 persen dari total populasi
(Koko, 2009).
4.5 Metode Pengolahan Data.
4.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan dengan menggunakan data kualitatif yang
dikumpulkan dari literatur Departemen Pertanian program PUAP, pengamatan,
dan telaah pustaka. Data tersebut diinterprestasikan sehingga dapat menjadi acuan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan dengan jelas seperti apa program
PUAP yang telah digulirkan oleh Departemen Pertanian dan sudah sampai
sejauhmana program tersebut memberikan kontribusi kepada perkembangan
usaha petani miskin yang ada di perdesaan terutama di daerah Kabupaten Bogor.
Analisis ini digunakan untuk mengetahui prioritas alokasi penyaluran dana
PUAP. Dengan demikian dapat diketahui skala prioritas dari tujuan pengguliran
program PUAP untuk para petani miskin pemilik atau penggarap yang menjadi
anggota kelompok tani peserta program PUAP. Berdasarkan dari rancangan usaha
kelompok yang telah disusun oleh masing-masing kelompok tani yang kemudian
dirangkum dalam Rencana Usaha Bersama (RUB), maka dapat disimpulkan
bahwa sebagian besar dana BLM PUAP digunakan untuk membiayai proses
produksi tanaman pangan (padi) selama satu musim tanam.
36
4.5.2 Analisis Kinerja Gapoktan PUAP
Analisis ini dilihat dari kemampuannya mengelola dan menyalurkan dana
PUAP secara efektif berdasarkan kriteria penilaian dari Gapoktan sebagai
lembaga penyalur langsung dana pinjaman PUAP. Efektivitas penyaluran dana
PUAP dilihat dari beberapa tolak ukur yaitu: 1). Target dan Realisasi Pinjaman;
2). Jangkauan Pinjaman; 3). Persentase Tunggakan. Tolak ukur yang dinilai jika
dua dari tiga hal ini berjalan dengan baik, maka kinerja Gapoktan berhasil dalam
pelaksanaannya.
Penilaian terhadap kinerja Gapoktan juga dapat dilakukan dengan metode
deskriptif berdasarkan data yang didapat melalui hasil wawancara dengan
pengurus Gapoktan dan data-data sekunder yang didapatkan dari pihak terkait.
4.5.3 Analisis Pendapatan Usahatani
Analisis ini terdiri dari penerimaan, biaya, pendapatan, dan efisiensi
usahatani. Dengan menggunakan analisis ini dapat dilihat bagaimana perubahan
yang terjadi pada lahan yang digarap oleh petani kelompok maupun individu yang
telah mendapatkan dana stimulus PUAP dengan kondisi lahan yang belum
mendapatkan atau melaksanakan program PUAP. Dengan adanya program PUAP
yang terdiri dari berbagai macam konsep mulai dari peningkatan pengetahuan
petani melalui program pelatihan hingga program mengalokasikan sumber daya
dengan pengoptimalisasi lahan yang ada.
Penerimaan merupakan hasil kali jumlah produksi total dan harga jual per
satuan. Analisis penerimaan usahatani merupakan analisis penerimaan yang
diperoleh petani sebelum dikurangi biaya variabel atau tetap. Dari hasil yang
diterima oleh petani inilah yang menjadi salah satu indikator dari keefektivan dari
program PUAP tersebut. Aspek yang kedua adalah biaya yang merupakan
komponen penting dalam melakukan kegiatan usahatani. Biaya usahatani dapat
berbentuk biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya
yang dibayar dengan uang, komponen biaya tunai seperti biaya benih (kg), pupuk
37
kandang (karung/kg), pupuk TSP (kg), pupuk KCL (kg), pupuk urea (kg),
pestisida (kaleng/ml), dan Tenaga kerja (HOK).
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan biaya yang
telah dikeluarkan. Pendapatan usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan
atas seluruh biaya tunai yang disebut sebagai pendapatan tunai dan pendapatan
atas biaya total yang sering disebut sebagai pendapatan total.
Tingkat pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan
matematika sebagai berikut :
Itunai = NP - BT
Itotal = NP - (BT + BD)
Keterangan :
Itunai = Tingkat pendapatan bersih tunai
Itotal = Tingkat pendapatan bersih total
NP = Nilai produk, merupakan hasil perkalian jumlah output dengan
harga
BT = Biaya tunai
BD = Biaya diperhitungkan
Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya
pendapatan kerja petani dan modal. Komponen biaya diperhitungkan seperti sewa
lahan (ha) dan penyusutan peralatan (Rp/tahun). Aspek yang ketiga yaitu
pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui besar keuntungan yang
diperoleh dari usaha yang dilakukan (Hernanto,1989). Untuk menghitung
pendapatan usahatani dapat digunakan rumus:
Dimana : TR = Total Penerimaan
TC = Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan
4.5.4 Analisis R/C Ratio
Analisis ini digunakan untuk mengetahui rasio keuntungan antara
penerimaan dengan pengeluaran. Suatu usaha dikatakan efisien secara ekonomis
Pendapatan (π) = TR-TC
Pendapatan (π) = (P x Q) – (Biaya Tunai + Biaya Diperhitungkan)
38
apabila rasio output terhadap inputnya lebih menguntungkan dari usaha lain.
Return and Cost Ratio (R/C Ratio) merupakan perbandingan antara nilai output
dengan pengeluaran usahatani.
Rasio pendapatan terhadap biaya merupakan perbandingan antara total
penerimaan yang diperoleh dari setiap satuan uang yang dikeluarkan dalam proses
produksi usahatani. Analisis pendapatan dibagi menjadi dua yakni analisis
pendapatan atas biaya tunai dan analisis pendapatan atas biaya total. Menurut
Soeharjo dan Patong (1973), perhitungan R/C rasio diformulasikan sebagai
berikut:
(Rasio atas Biaya Total) BT
TPCR /
(Rasio atas Biaya Tunai) Bt
TPCR /
BT = Bt + Btt
Dimana: TP = Total Penerimaan Usahatani (Rp)
BT = Biaya Total (Rp)
Bt = Biaya Tunai (Rp)
Btt = Biaya tidak Tunai (Rp)
Konsep penarikan kesimpulan tentang efektivitas program PUAP
menggunakan penarikan kesimpulan yang didasarkan R/C rasio adalah :
1. Jika R/C rasio dari sebelum dan setelah adanya program PUAP mengalami
penurunan maka program PUAP tidak efektif.
2. Jika R/C rasio dari sebelum dan setelah adanya program PUAP mengalami
kenaikan maka program PUAP efektif.
4.5.5 Uji t berpasangan (paired t-test)
Analisis ini digunakan untuk menguji apakah terdapat perbedaan
pendapatan masyarakat pesisir setelah mengikuti program PUAP berdasarkan
hipotesis yang diajukan yaitu:
H0 : x2-x1 = 0
H1 : x2-x1 ≠ 0
39
H1 berarti terdapat perbedaan pendapatan antara sebelum dengan sesudah
mengikuti program PUAP
Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai P-
value dengan nilai α, yakni P-value < α, maka H0 ditolak. Nilai P-value diperoleh
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Aminah, 2008):
t-hitung =
n
Sd
d
dimana d = x1 – x2; d = ∑n
d; dan Sd =
( )
1
2
2
−
−∑∑
n
n
dd
dimana : n = jumlah sampel
x1 = pendapatan bersih sebelum
x2 = pendapatan bersih sesudah
Untuk batasan penerimaan dan penolakan H0 yang ingin diperoleh,
ditetapkan penggunaan selang kepercayaan pada α 0,05 dan apabila penerimaan <
t-tabel,db = n-1 sedangkan penolakan terjadi jika > t-tabel, db = n-1. Pengujian
alpha sebesar lima persen dalam uji statistic t-hitung sesuaidengan kebutuhan
penelitian yang juga didasarkan pada pernyataan Usman, dkk (2008), bahwa
dalam penelitian sosial, besarnya alpha tersebut tergantung kepada peneliti.
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Keadaan Umum, Geografis dan Iklim Kabupaten Bogor
Secara geografis Kabupaten Bogor terletak antara 6º18”0”-6º47”10”
Lintang Selatan dan 106º 23”45”- 107º 13”30” Bujur Timur, yang berdekatan
dengan Ibukota Negara sebagai pusat pemerintahan, jasa dan perdagangan dengan
aktifitas pembangunan yang cukup tinggi, memiliki luas ±298.838,304 ha, dengan
batasan wilayah sebagai berikut (Bapeda Kabupaten Bogor, 2007):
1. Sebelah Utara : Kab. Tangerang (Provinsi Banten), Kab/Kota Bekasi dan
Kota Depok;
2. Sebelah Barat : Kabupaten Lebak (Provinsi Banten);
3. Sebelah Timur : Kabupaten Karawang, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Purwakarta;
4. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur;
5. Bagian Tengah : Kota Bogor.
Secara administratif, Kabupaten Bogor terdiri dari 411 desa dan 17
kelurahan (428 desa/kelurahan), 3.639 RW dan 14.403 RT yang tercakup dalam
40 kecamatan4. Jumlah kecamatan sebanyak 40 tersebut merupakan jumlah
kumulatif setelah adanya hasil pemekaran lima Kecamatan di tahun 2005, yaitu
Kecamatan Leuwisadeng (pemekaran dari Kecamatan Leuwiliang), Kecamatan
Tanjungsari (pemekaran dari Kecamatan Cariu), Kecamatan Cigombong
(pemekaran dari Kecamatan Cijeruk), Kecamatan Tajurhalang (pemekaran dari
Kecamatan Bojonggede) dan Kecamatan Tenjolaya (pemekaran dari Kecamatan
Ciampea) (Lampiran 3). Selain itu, pada akhir tahun 2006 telah dibentuk pula
sebuah desa baru, yaitu Desa Wirajaya, sebagai hasil pemekaran dari Desa Curug
Kecamatan Jasinga5.
Kabupaten Bogor merupakan wilayah daratan dengan tipe morfologi
wilayah yang bervariasi, dari dataran yang relatif rendah di bagian Utara hingga
dataran tinggi di bagian Selatan, sehingga membentuk bentangan lereng yang
4RPJPD Kabupaten Bogor 2005-2025
5 Loc.it
39
menghadap ke utara, dengan klasifikasi keadaan morfologi wilayah serta
prosentasenya sebagai berikut6 :
a) Dataran rendah (15-100 m dpl) sekitar 29,28 persen, merupakan kategori
ekologi hilir;
b) Dataran bergelombang (100-500 m dpl) sekitar 42,62 persen, merupakan
kategori ekologi tengah;
c) Pegunungan (500-1.000 m dpl) sekitar 19,53 persen, merupakan kategori
ekologi hulu;
d) Pegunungan tinggi (1.000-2.000 m dpl) sekitar 8,43 persen, merupakan
kategori ekologi hulu;
e) Puncak-puncak gunung (2.000-2.500 m dpl) sekitar 0,22 persen, merupakan
kategori ekologi hulu;
Sedangkan untuk iklim di wilayah Kabupaten Bogor termasuk iklim tropis
sangat basah di bagian selatan dan iklim tropis basah di bagian utara, dengan rata-
rata curah hujan tahunan 2.500-5.000 mm/tahun, kecuali di wilayah bagian utara
dan sebagian kecil wilayah timur curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun. Suhu
rata-rata di wilayah Kabupaten Bogor adalah 20°-30°C, dengan rata-rata tahunan
sebesar 25°C serta kelembaban udara 70 persen. Kecepatan angin cukup rendah,
dengan rata-rata 1,2 m/detik dengan evaporasi di daerah terbuka rata-rata sebesar
146,2 mm/bulan.
Secara umum wilayah Bogor terbentuk oleh batuan vulkanik yang bersifat
piroklastik, yang berasal dari endapan (batuan sedimen) dua gunung berapi, yaitu
Gunung Pangrango (berupa batuan breksi tufaan/kpbb) dan Gunung Salak (berupa
aluvium/kal dan kipas aluvium/kpal). Endapan permukaan umumnya berupa
aluvial yang tersusun oleh tanah, pasir, dan kerikil hasil dari pelapukan endapan
(Lampiran 5). Bahan induk geologi tersebut menghasilkan tanah-tanah yang
relatif subur. Wilayah Kabupaten Bogor memiliki jenis tanah yang cukup subur
untuk kegiatan pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Jenis tanah di Kabupaten
Bogor terdiri dari 22 jenis tanah, dengan presentase terbesar adalah Asosiasi
Latosol Merah, Latosol Coklat Kemerahan dan Laterit Air Tanah sebesar 20,20
6Ibid, hal 40
40
persen (60.439.627 ha). Secara garis besar jenis tanah yang terdapat di wilayah
Kabupaten Bogor yaitu jenis Asosiasi, Latosol, Laterit, Kompleks dan Podsolik.
Kabupaten Bogor juga terdapat enam sungai yang melintasi diantaranya
DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Cisadane, DAS Ciliwung, DAS Kali
Bekasi dan DAS Citarum Hilir. Selain itu, kondisi morfologi Kabupaten Bogor
sebagian besar berupa dataran tinggi, perbukitan dan pegunungan dengan batuan
penyusunnya didominasi oleh hasil letusan gunung, yang terdiri dari andesit, tufa,
dan basalt. Gabungan batu tersebut termasuk dalam sifat jenis batuan relatif lulus
air dimana kemampuannya meresapkan air hujan tergolong besar. Jenis pelapukan
batuan ini relatif rawan terhadap gerakan tanah bila mendapatkan siraman curah
hujan yang tinggi. Selanjutnya, jenis tanah penutup didominasi oleh material
vulkanik lepas agak peka dan sangat peka terhadap erosi, antara lain Latosol,
Aluvial, Regosol, Podsolik dan Andosol. Dengan demikian beberapa wilayah
rawan terhadap tanah longsor.
5.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Bogor pada tahun 2006 menurut hasil Sensus
Daerah (SUSDA) sebanyak 4.215.585 jiwa dan pada tahun 2007 telah mencapai
4.237.962 jiwa (penyempurnaan hasil SUSDA melalui coklit, 2007) atau 10,32
persen dari jumlah penduduk Propinsi Jawa Barat (40.737.594 jiwa). Berarti
dalam lingkup Propinsi Jawa Barat, jumlah penduduk tersebut menempati urutan
kedua setelah Kabupaten Bandung (4.399.128 jiwa). Laju Pertumbuhan Penduduk
(LPP) Kabupaten Bogor tahun 2006-2007 adalah 0,53 persen, lebih rendah
dibandingkan dengan LPP tahun 2005-2006 yang mencapai 2,79 persen.
Sementara LPP selama periode 2000-2007, rata-rata mencapai 4 persen atau
masih berada diatas 2 persen per tahun. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya laju
pertumbuhan alami dan migrasi masuk ke Kabupaten Bogor.
Jumlah penduduk sebanyak 4.237.962 jiwa di atas, terdiri dari penduduk
Laki-laki sebanyak 2.178.831 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.059.131
jiwa atau rasio jenis kelamin (sex ratio) 105, artinya penduduk laki-laki lebih
banyak daripada penduduk Perempuan. Sementara itu, komposisi umur penduduk
Kabupaten Bogor pada tahun 2007, yaitu usia 0-14 tahun sebanyak 1.209.386
41
jiwa, usia 15-64 tahun sebanyak 2.871.380 jiwa, dan usia 65 tahun ke atas
sebanyak 157.196 jiwa. Dari komposisi umur tersebut, maka angka beban
ketergantungan (dependency ratio) mencapai 47,59 yang berarti diantara 100
orang penduduk usia produktif menanggung sebanyak 48 orang penduduk usia
non produktif.
Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bogor rata-rata 1.417 jiwa/ km²,
sementara tingkat kepadatan terendah adalah 306 jiwa/km², terdapat di kecamatan
Tanjungsari dan tingkat kepadatan tinggi yaitu 7.854 jiwa/km², terdapat di
kecamatan Ciomas. Data ini menunjukkan bahwa pada wilayah perkotaan tingkat
kepadatannya lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan, terutama yang
berbatasan langsung dengan Kota Depok dan Kota Bogor.
5.3 Potensi Pertanian On Farm dan Off Farm
Kabupaten Bogor merupakan wilayah yang kaya akan keanekaragaman
hayati. Hal ini dapat terlihat dari letak geografisnya yang dilalui oleh jalur
pegunungan yang kaya akan sumber mata air. Pertanian di Kabupaten Bogor
terdiri dari pertanian pangan, sayuran dan hortikultura dan perkebunan. Tanaman
pangan padi menyebar hampir di semua kecamatan, dengan variasi luasan yang
berbeda. Umumnya padi sawah menyebar di wilayah tengah dan utara, dimana
sudah tersedia irigasi, seperti di Rumpin, Cigudeg, Sukajaya, Pamijahan,
Cibungbulang, Ciampea, Caringin, Jonggol, Sukamakmur dan Cariu dan lainnya.
Tanaman padi gogo menyebar hanya di beberapa kecamatan dalam luasan
terbatas. Produktivitas tanaman padi sawah adalah berkisar empat sampai lima ton
per ha, sedangkan produktivitas padi gogo dua sampai tiga ton per Ha.
Produktivitas ini sebenarnya masih dapat ditingkatkan dengan memperbaiki
kondisi lingkungan, seperti menekan bahaya banjir, dan lain-lain dan perbaikan
manajemen usaha tani seperti pemberian pupuk tepat dosis dan waktu, penyediaan
modal, sarana dan prasarana seperti pembangunan pasar, gilingan padi, dan
seterusnya. Kendala penting tanaman padi sawah lainnya adalah luasan padi
sawah rata-rata adalah 6.720 m2 per keluarga petani. Dengan luasan kepemilikan
yang rendah ini maka penciptaan usaha selain bertani sawah harus dilakukan
terutama dari perikanan atau peternakan.
42
Daerah pertanian hortikultur seperti sayuran dan buah juga menyebar pada
hampir semua wilayah, tetapi konsentrasi komoditas tertentu hanya menyebar
pada wilayah tertentu. Tanaman jagung menyebar di kecamatan Darmaga,
Cisarua, Megamendung, Cileungsi, Klapanunggal, Rancabungur, Cibinong,
Ciseeng, Gunung Sindur dan Rumpin. Sedangkan tanaman kedelai menyebar
hanya di Tamansari, Kemang, Rancabungur dan Megamendung.
Situasi yang sama juga terjadi pada sayuran dan buah. Daerah sayuran
mendominasi terbatas pada beberapa kecamatan seperti Cisarua, Darmaga,
Leuwisadeng, Cigombong, sedangkan buah berasal dari Tanjungsari, Mekarsari,
Jasinga, Tajurhalang, dan lain-lain. Kendala utama dalam komoditas lahan kering
(semusim dan tahunan) adalah masih rendahnya produktivitas yang terkait dengan
manajemen usaha tani, dan pemasaran. Khususnya untuk tanaman buah,
sebenarnya ada varietas lokal yang sudah dikenal tetapi produksi masih rendah.
Upaya pengembangan komoditas bersifat lokal perlu dilakukan, karena
tanaman perkebunan relatif terbatas di Kabupaten Bogor, tetapi ada daerah utama
perkebunan penyebaran untuk teh di Ciawi, karet di Tanjungsari, dan kelapa sawit
di Kecamatan Leuwiliang, Leuwisadeng, Pamijahan, dan Rumpin. Tanaman
perkebunan ini secara keseluruhan terdapat pada lahan yang berkategori kelas tiga
dengan kendala utama pada kelerengan, sehingga degradasi lahan melalui proses
erosi dan penurunan kesuburan menjadi kendala utama.
Dari sisi luasan kawasan yang dapat dikembangkan untuk tanaman
perkebunan relatif terbatas (total sekitar 27.000 hektar), sehingga bentuk usaha
skala besar tidak dianjurkan, tetapi ke bentuk usaha perkebunan skala kecil dan
bekerjasama dengan usaha yang sudah besar. Kabupaten Bogor memiliki potensi
yang cukup baik di bidang peternakan. Perkembangan populasi ruminansia dan
unggas pada umumnya meningkat setiap tahun, terutama berkembang di Bogor
Barat dan Bogor Timur, yang didukung oleh sumber daya alamnyasebagai daerah
pertanian yang sangat sesuai untuk berkembangnya kegiatan usaha peternakan,
terutama dipandang dari segi ketersediaan pakan, dimana kegiatan usaha tersebut
merupakan kegiatan yang saling bersinergi.
Perkembangan usaha peternakan di Kabupaten Bogor sangat ditunjang
oleh lokasi yang strategis sebagai daerah yang berbatasan dengan ibu kota negara.
43
Berkembangnya industri hulu dan hilir di bidang peternakan serta keberadaan
Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian di Kabupaten Bogor sebagai sumber
informasi dan teknologi berpengaruh besar pada perilaku usaha peternak. Hal
tersebut di atas dapat merupakan suatu pendorong bagi calon investor untuk
membuka usaha peternakan di Kabupaten Bogor. Kenyataan di atas didukung
oleh data meningkatnya produksi peternakan berupa daging, telur dan susu.
Sedangkan pada sektor perikanan, Kabupaten Bogor cukup potensial
untuk dikembangkan, baik budidaya ikan hias, pembenihan maupun pembesaran
ikan konsumsi. Untuk ikan konsumsi antara lain : mas, lele, nila, gurame dan
patin, yang dapat dikembangkan hampir di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor.
Saat ini perkembangan usaha perikanan terutama di Bogor Barat dan sebagian
wilayah Bogor Tengah. Produksi ikan konsumsi diperoleh dari cabang usaha
Kolam Air Tenang 61,74 persen, Kolam Air Deras 27,89 persen, Perikanan
Sawah 6,84 persen, Jaring Apung 1,44 persen, Karamba 0,62 persen dan
Perikanan Tangkap di Perairan Umum 1,34 persen.
5.4 Lokasi Petani Peserta Program PUAP
Desa Cibitung Kulon merupakan salah satu daerah subur yang
menghasilkan produk pangan berupa beras yang paling besar di Kecamatan
Pamijahan. Jarak desa dengan ibukota kecamatan sekitar lima kilometer,
sedangkan untuk jarak dengan ibukota Kabupaten Bogor sekitar 20 kilometer.
Jumlah responden pada penelitian ini, sebanyak 30 responden anggota petani.
Selain penggunaan lahan untuk tanaman pangan (padi), biasanya petani melalukan
tumpang sari dengan hewan ternak atau tanaman pangan lainnya misal umbi-
umbian atau kacang-kacangan.
Tanaman pangan padi merupakan komoditi pertanian yang diusahakan
secara turun-temurun bahkan sudah menjadi tradisi yang dilestarikan oleh
penduduk Desa Cibitung Kulon. Oleh karena itu, musim tanam di daerah tersebut
tidak mengenal waktu dan bisa ditanami kapan saja dikarenakan debit air yang
lebih dari cukup. Kondisi letak yang berada di dataran sedang dan tinggi
menjadikan Desa Cibitung Kulon sangat subur dan menghasilkan produk padi
diatas rata-rata produksi desa lainnya. Pelestarian sumberdaya air di daerah sekitar
44
Desa Cibitung Kulon harus terus dijaga baik itu oleh warga sekitar maupun oleh
pemerintah daerah agar hasil yang diperoleh petani memuaskan.
Desa Cibitung Kulon terletak di kaki Gunung Salak-Halimun yang kaya
akan keanekaragaman hayati dan merupakan taman nasional yang dilindungi oleh
pemerintah daerah maupun pusat untuk dijaga kelestariannya. Oleh karena itu,
diperlukan komitmen dari warga sekitar untuk tidak tergoda dalam membiarkan
hilangnya lahan pertanian untuk kemudian dijadikan rumah-rumah wisata (villa),
karena dapat mengganggu sumber air yang berada di hulu sungai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor tahun
2008 luas panen, hasil dan produksi padi sawah di Kabupaten Bogor khususnya di
Kecamatan Pamijahan rata-rata diatas 5,5 ton per hektare di masing-masing desa.
Untuk lahan panen yang paling luas terdapat di Desa Ciasihan dengan 1.006
hektare, diikuti oleh desa Ciasmara, Gunung Sari dan Cibunian. Sedangkan untuk
desa Cibitung Kulon hasil panen per hektarnya menduduki urutan teratas 7,3
ton/ha (Tabel 4).
Tabel 4. Luas Panen, Hasil per Hektare dan Produksi Padi Sawah di Kecamatan
Pamijahan Tahun 2008
No Desa Luas Panen (ha) Hasil/ha (ton/ha) Produksi (ton)
1 Cibunian 698 5.6 3,908.8
2 Purwabakti 440 5.6 2,464.0
3 Ciasmara 976 6.1 5,953.6
4 Ciasihan 1,006 6.2 6,237.2
5 Gunung Sari 745 6.1 4,544.5
6 Gunung Bunder 2 335 6.4 2,144.0
7 Gunung Bunder 1 267 6.5 1,735.5
8 Cibening 334 5.8 1,937.2
9 Gunung Picung 325 5.9 1,917.5
10 Cibitung Kulon 434 7.3 3,168.2
11 Cibitung Wetan 408 5.6 2,284.8
12 Pamijahan 400 5.8 2,320.0
13 Pasarean 354 6.8 2,407.2
14 Gunung Menyan 278 5.1 1,417.8
15 Cimayang 273 5.9 1,617.0
Jumlah 7,273 6.0 44,057.3
Sumber : KCD Pertanian Kabupaten Bogor, 2008
45
Desa Cibitung Kulon merupakan salah satu desa yang menganggap bahwa
bertani merupakan kewajiban yang terus-menerus dijaga kelestariannya dan
diwariskan turun temurun. Hal ini mengakibatkan bertani menjadi suatu tradisi
dan budaya memang konsistensi masih berjalan sampai saat ini. Akan tetapi, bila
tidak dibentuk semangat dan cara bertani yang baik, tentunya akan memiliki
implikasi terhadap hasil panen yang terbatas. Dengan adanya program PUAP
diharapkan para petani di desa Cibitung Kulon dapat meningkatkan produktivitas
yang berimplikasi pada naiknya pendapatan usahatani petani anggota.
Kelestarian keanekaragaman hayati di Kabupaten Bogor akan berdampak
kepada hasil pertanian yang sangat membutuhkan pasokan air. Hal ini juga dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan petani yang berada disekitar kawasan taman
nasional Gunung Salak-Halimun. Selain potensi pertanian yang melimpah,
Kecamatan Pamijahan juga merupakan kawasan Wisata dan perkemahan bagi
masyarakat di Wilayah Jabodetabek sehingga pengelolaan dan pemeliharan taman
nasional perlu dilakukan secara teratur agar asset pemerintah daerah Kabupaten
Bogor dapat terjaga dan dapat memberikan kontribusi kepada pendapatan daerah
dan warganya.
VI. PENGARUH PROGRAM PUAP TERHADAP
PENDAPATAN USAHATANI PADI
6.1 Karakteristik Petani Responden Gapoktan Rukun Makmur
Sejak diresmikan pada Juni 2008 Gapoktan Rukun Makmur oleh Tim
PUAP Kabupaten Bogor anggota Gapoktan ini berjumlah 140 orang yang tersebar
di empat Kelompok Tani (Poktan) diantaranya Poktan Sayagi, Poktan Sawargi,
Poktan Rukun Makmur dan Poktan Berkah. Menurut data yang didapat dari
pengurus Gapoktan tersebut jumlah awalan anggota Gapoktan sekitar 40 orang
dan ketika PUAP sudah bergulir terjadi kenaikan menjadi 140 orang dalam jangka
waktu empat bulan. Jumlah anggota Gapoktan terus mengalami pertambahan
hingga kini berjumlah 223 orang yang tersebar di empat Poktan.
Data peningkatan jumlah anggota Gapoktan Rukun Makmur dapat dilihat
pada Tabel 5 dimana terjadi kenaikan jumlah anggota sebelum dan sesudah
adanya program PUAP.
Tabel 5. Perkembangan Jumlah Anggota Kelompok Tani Sebelum dan Sesudah
Adanya program PUAP di Gapoktan Rukun Makmur.
Kelompok Tani Sebelum PUAP
(orang)
Sesudah PUAP
(orang)
Perubahan
Anggota (%)
Berkah 17 28 64,7
Sawargi 30 46 53,3
Sayagi 20 36 80,1
Rukun Makmur 70 113 61,4
Total 140 223 64,8
Sumber : Gapoktan Rukun Makmur, 2009
Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan Rukun Makmur
perubahan jumlah anggota mengalami pertambahan yang cukup baik. Sejak awal
didirikan, Gapoktan merupakan lembaga yang tidak begitu diperhatikam oleh
masyarakat desa Cibitung Kulon. Akan tetapi sejak adanya program PUAP dan
telah terealisasi pencairan dana BLM PUAP secara bertahap dan setelah empat
bulan sudah berjalan mulai tampak hasil yang nyata dari program ini diantaranya
petani bisa lebih tepat waktu membeli sarana produksi usahataninya dengan
47
diberikan kemudahan berupa bunga yang ringan yang dibayarkan pada akhir
periode musim tanam.
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Cibitung Kulon
di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor yang berjumlah 30 orang responden
yang merupakan anggota Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Rukun Makmur
sejak tahun 2008. Jumlah responden tersebut dipilih secara acak (random
sampling) dengan melihat anggota Gapoktan yang merupakan anggota awal yang
menerima dana Bantuan Langsung Mandiri (BLM) PUAP sejak awal dana ini
digulirkan. Karakteristik dari responden penelitian merupakan petani yang
sebagian besar hanya memiliki lahan sebesar rata-rata sebesar 6.470 m2, sehingga
dengan demikian petani ini hanya petani kelas kecil menengah.
Kebutuhan petani akan pembiayaan lahan usahanya untuk menghasilkan
produktivitas hasil Gabah Kering Panen (GKP) merupakan dambaan setiap petani
yang tentunya berimplikasi pada peningkatan margin keuntungan atau pendapatan
petani. Oleh karena itu, penyebaran dana BLM PUAP harus tepat dan merata
dengan diikuti pengontrolan angsuran dari anggotanya. Karakteristik petani
responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, jumlah anggota keluarga, tingkat pengeluaran keluarga dan
pengalaman berusaha. Deskripsi karakteristik petani responden dilihat dari
beberapa kriteria diantaranya adalah status usahatani, usia petani, tingkat
pendidikan petani, status kepemilikan lahan dan pengalaman berusahatani.
6.1.1 Status Usahatani Petani Responden
Sebagian besar responden menganggap bahwa kegiatan bertani yang
mereka lakukan merupakan pekerjaan utama dan sisanya sekitar tiga responden
menganggap kegiatan bertani sebagai pekerjaan sampingan. Status lahan
usahatani dari petani responden peserta program PUAP sebagian besar merupakan
lahan milik sendiri. Sebanyak 90 persen responden adalah petani pemilik yang
bertani merupakan pekerjaan utama dan sisanya sekitar 10 persen merupakan
petani menyewa lahan yang hasil taninya nanti dibagi dengan perbandingan 60:40
kepada pemilik lahan (Tabel 6).
48
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari petani
responden menggantungkan hidupnya pada kegiatan usahatani padi sawah dan
menganggap usahatani padi masih memberikan keuntungan bagi petani di Desa
Cibitung Kulon.
Tabel 6. Karakteristik Petani Responden Penerima BLM-PUAP Berdasarkan
Status Mata Pencaharian Usahatani Padi di Gapoktan Rukun Makmur
No Status Usahatani Gapoktan Rukun
Makmur
Jumlah Petani Responden (orang)
Pekerjaan
Utama
Pekerjaan
Sampingan
1 Kelompok Tani Rukun Makmur 12 1
2 Kelompok Tani Sawargi 6 1
3 Kelompok Tani Sayagi 4 1
4 Kelompok Tani Berkah 5 -
Jumlah 27 3
Dari 30 orang responden yang berhasil diwawancarai menyatakan bertani
merupakan pekerjaan utama yang dilakukan secara turun-temurun dari orang tua.
Sedangkan sisanya sebanyak tiga menganggap bertani sebagai pekerjaan
sampingan karena pekerjaan utama responden adalah sebagai guru honorer, PNS
dan pedagang sarana produksi pertanian. Pekerjaan sampingan bertani dilakukan
apabila lahan yang dimiliki tidak sedang di sewa atau digadaikan kepada petani
penggarap.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara di lapangan,
tambahan pendapatan yang diperoleh responden dari pekerjaan utama mereka
sebagai guru honorer adalah sebesar Rp 150.000,- sampai Rp 300.000,- per bulan,
sedangkan untuk pedagang bisa mencapai Rp 1.000.000,- per bulan. Tambahan
pendapatan ini dapat mereka gunakan sebagai modal dalam menjalankan aktivitas
usahataninya untuk membeli sarana produksi pertanian yang dibutuhkan dan
kebutuhan rumah tangganya masing-masing.
6.1.2 Usia Petani Responden
Usia petani merupakan salah satu faktor terpenting dalam meningkatkan
produktivitas padi. Usia produktif memberikan pengaruh yang cukup kepada
keberlangsungan petani dalam menggarap lahannya. Selain itu juga, usia
49
produktif memberikan kemudahan bagi penyuluh untuk menyampaikan materi
menanam yang baik, dikarenakan tingkat pemahaman petani yang tidak cepat lupa
dalam menerima materi tersebut. Jumlah presentase petani responden program
PUAP disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Usia
No Usia Petani Responden (Tahun) Jumlah Petani
Responden Presentase (%)
1 ≤ 30 1 3.33
2 31-39 7 23.33
3 40-49 11 36.67
4 50-65 11 36.67
Jumlah 30 100.00
Berdasarkan hasil penelitian rata-rata petani berusia 45 tahun. Pembagian
usia responden dibagi menjadi empat kriteria satu responden berusia dibawah 30
tahun. Usia 31-39 tahun berjumlah tujuh orang atau 23,33 persen dan sebelas
orang berusia 40-49 tahun atau sebesar 36,67 persen. Sehingga jika dijumlahkan
petani responden yang berusia dibawah 50 tahun adalah 19 orang atau 63,33
persen. Sedangkan untuk usia diatas 50 tahun sebanyak 11 orang atau 36,67
persen. Namun faktor usia tidak membatasi para petani untuk melakukan kegiatan
usahatani. Hal ini terbukti dari jumlah responden yang berusia lanjut dan
tergolong bukan usia produktif tetapi masih mampu melakukan aktivitas
usahatani.
6.1.3 Tingkat Pendidikan Petani Responden
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam mengetahui aspek teori dan
teknis dalam memahami suatu persoalan terutama masalah mengenai ilmu
pertanian. Oleh karena itu diperlukan peran pendamping atau penyuluhan
terhadap petani dengan cara mentransfer ilmu-ilmu yang didapat kepada petani
agar dapat secara langsung di aplikasikan ke lahan pertanian.
Dari hasil kuisioner penelitian yang disebar dengan melakukan wawancara
dengan petani responden, menunjukkan bahwa petani yang berpendidikan Sarjana
atau Diploma hanya dua orang yang merupakan pengurus Gapoktan atau 6,67
50
persen. Responden yang berpendidikan sarjana merupakan pensiunan PNS Pemda
Bogor dan Kepala Sekolah SD. Tingkat pendidikan petani responden program
PUAP yaitu Sekolah Dasar (SD) sederajat sebanyak tujuh responden atau 23,33
persen, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sederajat sebanyak 18 orang
responden atau 60 persen dan sisanya Sekolah Menengah Umum (SMU) sederajat
sebanyak tiga orang atau 10 persen. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Petani
Responden
Jumlah Petani
Responden
Presentase
(%)
1 SD/Sederajat 7 23.33
2 SMP/Sederajat 18 60.00
3 SMU/Sederajat 3 10.00
4 Diploma/Sarjana 2 6.67
Jumlah 30 100.00
Berdasarkan tingkat pendidikan pada Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa
pendidikan tingkat SMP merupakan mayoritas dari petani responden yang
menjadi peserta program PUAP. Tingkat yang pendidikan menengah pertama
dapat dijadikan ukuran untuk bisa memahami suatu persoalan yang sulit dan
mudah menerima hal-hal yang rasional yang diberikan oleh penyuluh masing-
masing. Karakter tingkat pendidikan inilah yang dijadikan salah satu alasan
memilih tempat penelitian di Desa Cibitung Kulon ini.
Petani sebagai pengelola akan berhadapan dengan berbagai alternatif yang
harus diputuskan dan harus dipilih untuk diusahakan. Beberapa hal yang harus
diputuskan oleh petani diantaranya adalah menentukan cara-cara berproduksi,
menentukan cara-cara pembelian sarana produksi, menghadapi persoalan tentang
biaya, mengusahakan permodalan dan sebagainya. Jika petani responden memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi maka akan memudahkan mereka dalam
mengadopsi teknologi dan hal-hal baru dalam kegiatan usahatani yang dapat
meningkatkan produktivitas serta pendapatan usahatani. Selain itu, tingkat
pendidikan dan keterampilan serta pengalaman juga mempengaruhi petani dalam
proses pengambilan keputusan dalam kegiatan usahatani yang dijalankan.
51
6.1.4 Status Luas Lahan Milik Petani Responden
Semakin besar lahan yang dimiliki oleh petani akan semakin besar biaya
yang akan dikeluarkan. Selain itu jumlah tanaman padi yang ditanam juga akan
bertambah dan berimplikasi pada meningkatnya produksi padi serta bertambah
pula penghasilan bagi petani. Luas lahan yang menjadi milik petani responden
dibagi menjadi dua kategori atau golongan yaitu golongan luas lahan antara 0-0,5
hektar sebanyak 17 responden atau 56,67 persen dan golongan luas lahan diatas
0,5 hektar sebanyak 13 responden atau 43,33 persen (Lampiran 5). Selengkapnya
bisa dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Luasan Lahan
Padi yang Dimiliki Tahun 2009
No Rata-rata Status Kepemilikan
Petani Responden (ha)
Jumlah Petani Responden
(orang)
Presentase
(%)
1 0 - 0,5 Ha 17 56,67
2 > 0,5 Ha 13 43,33
Jumlah 30 100.00
Semakin luas lahan yang dimiliki oleh petani, maka kemungkinan akan
semakin banyak biaya dan jumlah gabah yang dihasilkan dari lahan tersebut. Luas
lahan yang dimiliki juga menggambarkan besarnya skala usahatani yang
dijalankan. Pada petani responden yang memiliki lahan sawah dibawah 0,25 ha,
umumnya bertani merupakan pekerjaan sampingan dikarenakan hasil yang
didapat tidak mencukupi jika tidak melakukan pekerjaan yang lainnya.
Responden petani yang memiliki luas lahan sempit umumnya memiliki
usaha lain yaitu dibidang peternakan, dagang dan jasa. Dikarenakan lahan yang
tidak begitu luas, terkadang lahan pertaniannya digunakan untuk beternak
kambing atau sapi sehingga alokasi pinjaman modal dari dana BLM PUAP lebih
digunakan untuk membeli pakan ternak tambahan atau mempersiapkan lahan
yang akan ditanami tanaman padi ketika hewan ternaknya sudah dijual.
52
6.1.5 Pengalaman Usahatani Petani Responden
Berdasarkan hasil wawancara melalui kuisioner dengan para responden
penerima BLM-PUAP dapat diinformasikan bahwa dari total 30 petani responden.
Semakin lama pengalaman berusahatani maka dapat dikatakan petani sudah
mengetahui dan sudah menguasai teknik berbudidaya dalam kegiatan usahatani
yang dijalankan. Namun juga tetap diperlukan pendampingan usaha berupa
pembinaan, pelatihan dan konsultasi pada petugas penyuluh lapangan untuk
membantu para petani menjalankan kegiatan usahataninya serta dapat membantu
mengatasi permasalahan di lapangan apabila para petani tidak mampu mengatasi
sendiri. Selain itu pendampingan juga dapat membantu petani dalam menyerap
informasi-informasi teknologi terbaru di bidang pertanian khususnya padi.
Tabel 10. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Di
Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor Tahun 2009
No Pengalaman Usahatani Petani
Responden (Tahun)
Jumlah Responden
(orang)
Presentase
(%)
1 ≤ 10 9 30.00
2 10-20 11 36.67
3 21-30 10 33.33
Jumlah 30 100.00
Tabel 10 menggambarkan pengalaman berusahatani dari petani peserta
program PUAP. Pengalaman berusahatani tidak bisa dikaitkan dengan tingkat
pendidikan atau status kepemilikan lahan. Pengalaman usahatani bisa dikaitkan
juga dengan usia dari petani responden. Pada umumnya pengalaman bertani
responden berkisar antara 11-29 tahun yaitu berjumlah 21 orang petani responden
yang terdiri dari 11 orang berpengalaman antara 10-20 tahun atau 36,67 persen
dan 10 orang petani berpengalaman antara 21-30 tahun atau sebesar sebesar 33,33
persen.
Lain halnya dengan pengalaman bertani yang dibawah 10 tahun sebanyak
sembilan orang atau sebesar 30 persen dari jumlah responden dan diantaranya
adalah guru atau PNS dan meneruskan usahatani orang tua yang sudah dilakukan
bertahun-tahun.
53
6.2 Kegiatan Usahatani Tanaman Padi di Lokasi Penelitian
Usahatani tanaman padi merupakan usaha yang paling banyak dilakukan
oleh petani di Indonesia. Menanam padi bagi petani merupakan usaha pokok yang
ditekuni sejak mereka dilahirkan, karena menanam padi bagi masyarakat Desa
Cibitung Kulon merupakan tradisi yang turun temurun.
Produktivitas padi di Kecamatan Pamijahan paling besar dibandingkan
dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Bogor. Hal ini dikarenakan kondisi alam
yang mendukung dan pasokan debit air yang lebih dari cukup sehingga hasil
panen per hektare bisa di atas rata-rata (Lampiran 4). Hasil yang didapat dari
panen padi tersebut masih bisa ditingkatkan apabila dilakukan penanganan yang
tepat dan akurat dalam memberikan pupuk dan pengolahan lahan sebelum
ditanami.
Pemberian nutrisi bagi tumbuhan dengan jadwal yang sesuai akan
menjadikan tanaman tumbuh subur. Pada dasarnya metode menanam padi yang
dilakukan oleh petani setelah mendapatkan dana BLM dan peserta program PUAP
dengan sebelum menjadi anggota dan sebelum mendapatkan dana PUAP sama
saja. Akan tetapi yang mempengaruhi faktor produktivitas panen padi meningkat
adalah pemberian nutrisi yang tepat waktu, faktor alam atau cuaca dan benih yang
tepat.
Dari ketiga faktor tersebut yang dapat memberikan pengaruh pada
produktivitas padi salah satunya adalah pemberian nutrisi yaitu pupuk yang tepat
waktu, tepat dosis dan tepat cara. Sebelum adanya program PUAP ini petani Desa
Cibitung Kulon merasa kebingungan untuk membeli pupuk sehingga pemupukan
yang seharusnya ≥ lima hari setelah masa tanam menjadi terlambat dikarenakan
kekurangan modal.
Dengan adanya penambahan modal usaha dari dana BLM PUAP petani
responden merasa terbantu dan dapat memberikan nutrisi dengan tepat waktu
sehingga hal ini berimplikasi pada produktivitas gabah yang meningkat. Pada
penggunaan rasio tenaga kerja terjadi perubahan hanya pada aktivitas pengolahan
lahan, dimana penggunaan tenaga kerja setelah adanya PUAP menggunakan
traktor sedangkan untuk sebelum adanya PUAP menggunakan tenaga kerja luar
keluarga. Pada Tabel 11 dapat dilihat perbedaan pemakaian tenaga kerja per
54
hektar setelah adanya PUAP berdasarkan luas lahan rata-rata yang dimiliki petani
responden yang pada proses pengolahan lahan umumnya memakai traktor.
Tabel 11. Perbandingan Kebutuhan Rata-rata Tenaga Kerja Terhadap Luas Lahan
Sebelum dan Setelah Adanya PUAP per hektar
Jenis Kegiatan
Budidaya
Tenaga Kerja Sebelum
PUAP (HOK)
Tenaga Kerja Setelah
PUAP (HOK)
LK DK LK DK
Pengolahan Lahan 17,52 25,76 - 2
Penyemaian Benih 5,04 5,46 5,04 5,46
Penanaman 32,68 9,58 32,68 9,58
Pemupukan 5,23 2,43 5,23 2,43
Pengendalian HPT 25,52 16,9 25,52 16,9
Panen 91,32 8 91,32 6
Total Rata-Rata 177,01 68,13 159,8 42,37
Sumber: Data primer, diolah
Ket: LK = Luar Keluarga, DK = Dalam Keluarga
Kebutuhan rata-rata tenaga kerja pada Tabel 11 sebelum dan setelah
adanya program PUAP hanya mengalami perubahan yang signifikan pada proses
pengolahan lahan. Hal ini dikarenakan proses pengolahan lahan menggunakan
traktor dan dibantu satu atau dua operator dari tenaga kerja dalam keluarga.
Penggunaan tenaga traktor untuk mengolah lahan bertujuan untuk
percepatan penanaman benih padi, sehingga waktu tanam bisa lebih cepat
dikerjakan. Selain cepat dan efektif penggunaan teknologi traktor diharapkan
mampu membuat petani merasa terbantu karena biaya yang dibebankan dikenakan
secara kolektif minimal satu hektar. Tenaga kerja yang tidak lagi mengolah lahan
berganti propesi menjadi produsen pupuk kandang (organik). Mereka mengolah
limbah kotoran hewan seperti kelinci, kambing maupun sapi sebagai pupuk
pengganti kimia. Limbah kotoran yang diolah menjadi pupuk kandang adalah
limbah padat (peses) dan cair (urine).
6.2.1 Pengolahan Lahan
Kegiatan penanaman padi sawah yang pertama adalah dimulai dari
menyiapkan lahan yang akan ditanam. Lahan yang sebelumnya telah ditanami
55
oleh tanaman padi dibiarkan selama satu bulan sambil terus dialirkan air, hal ini
dikarenakan untuk menggemburkan tanah sebelum dilakukan pembajakan.
Biasanya penggemburan lahan atau tanah pertanian dilakukan secara manual yaitu
menggunakan tenaga manusia atau hewan dan menggunakan traktor.
Umumnya biaya yang dikeluarkan untuk mengolah lahan hingga bisa
ditanami bervariasi. Untuk saat ini setelah adanya program PUAP proses
pengolahan lahan menggunakan tenaga traktor dengan biaya Rp.600.000,-/ha
sedangkan dengan menggunakan tenaga manusia atau hewan Rp.35.000,-/HOK
pria selama lima hingga enam hari. Efisiensi waktu menjadi pertimbangan petani
responden untuk memilih traktor dalam membajak sawahnya daripada
menggunakan tenaga hewan atau manusia. Karena pada dasarnya traktor juga
dikendarai oleh manusia sehingga biayanya menjadi efektif yang hanya
memerlukan waktu dua hari
Kebiasan untuk mengolah lahan di Desa Cibitung Kulon mengupah buruh
tani adalah dengan sistem bagi hasil atau yang mereka sebut paket, karena
dilakukan saat awal penanaman, perawatan hingga panen. Bagi hasil yang
dilakukan pada saat panen dimana gabah yang dihasilkan dibagi dengan
perbandingan empat banding satu (4:1), dimana ketika gabah yang dihasilkan
sebesar 100 kwintal akan dibagikan 80 kwintal untuk pemilik dan 20 kwintal
untuk penggarap dalam setiap 100 kwintal hasil panen.
Kegiatan pengolahan lahan saat sebelum adanya prorgam PUAP
melibatkan tenaga kerja dari dalam dan luar keluarga. Rata-rata penggunaan
tenaga kerja untuk kegiatan pengolahan lahan per hektar yang dilakukan sebanyak
dua kali dengan 25,76 HOK (Hari Orang Kerja) untuk tenaga kerja dalam
keluarga dan 17,52 HOK untuk tenaga kerja luar keluarga. Akan tetapi pada
umumnya pengolahan lahan di Desa Cibitung Kulon dilakukan menggunakan
traktor yang di sewa dari pengurus Gapoktan dengan pertimbangan cepat dan
kualitas yang dihasilkan lebih baik.
Pada kegiatan awal ini perlu penggunaan tenaga pria yang lebih banyak
dikarenakan penyiapan lahan yang cepat terdiri dari perbaikan pematang sawah,
perataan tanah, dan pembuatan parit disekitar pematang. Tenaga kerja pria dari
luar keluarga lebih banyak dari tenaga kerja dalam keluarga, dikarenakan tenaga
56
kerja dalam keluarga umumnya menggunakan anak-anak mereka yang bersekolah
pada pagi hingga sore hari.
6.2.2 Penyemaian Benih
Setelah dilakukan persiapan lahan maka dilakukan penyemaian benih yang
dilakukan oleh tenaga kerja dari dalam keluarga. Hal ini dikarenakan kegiatan ini
tidak terlalu sulit apabila dilakukan oleh keluarga sendiri. Kebutuhan rata-rata
tenaga kerja per hektarnya pada kegiatan usahatani penyemaian benih adalah 5,04
HOK tenaga kerja luar keluarga dan 5,46 HOK tenaga kerja dalam keluarga
Cara persemaian yang dilakukan di Desa Cibitung Kulon pada lahan basah
yang sudah diolah menggunakan traktor. Kegiatan selanjutnya adalah membuat
petak-petakan yang berukuran 3 x 2 m dan terletak dekat dengan aliran sumber
air. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyebaran dan pemindahan benih
pada saat benih akan siap ditanam. Umur benih yang siap ditanam yaitu benih
yang berumur lebih kurang 15 hari.
6.2.3 Penanaman
Jarak tanam padi adalah 20 x 20 cm, dilakukan secara lurus dan teratur.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan saat melakukan kegiatan penyiangan atau
perawatan dari rumput, hama dan gulma lainnya. Setelah penanaman selesai
sekitar 10 hari petakan sawah tidak digenangi air. Hal tersebut dimaksudkan untuk
memberi kesempatan kepada bibit padi yang telah ditanam dapat memperkuat
perakarannya dan merangsang tumbuhnya anakan padi
Dalam penanaman, petani biasa menggunakan dua hingga tiga bibit
perlubang tanam. Hal ini supaya persaingan bibit tidak terlalu banyak dalam
memperebutkan unsur hara, air dan sinar matahari. Selain itu juga dalam
menanam tidak terlalu dalam agar pada proses penyerapan air dan hara oleh akar
dalam tanam tidak terganggu.
Kebutuhan tenaga kerja rata-rata per hektarnya adalah 5,23 HOK untuk
tenaga kerja luar keluarga dan 2,43 HOK tenaga kerja dalam keluaga. Kebutuhan
tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan ini lebih kepada pengkordinasian kerja
di lapangan. Rasio ini didapat dari wawancara dengan petani responden dengan
57
alasan tenaga kerja keluarga hanya dibutuhkan untuk pengawasan atau koordinasi
di lapangan.
6.2.4 Pemupukan
Menyediakan kebutuhan hara dan nutrisi yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi dilakukan dengan kegiatan
pemupukan. Pupuk yang digunakan dalam satu kali musim tanam per hektar
adalah tiga kwintal per satu kali pemupukan dengan perincian satu kwintal urea,
1,5 kwintal proska/SP dan satu kwintal TSP. Pupuk NPK digunakan untuk
menambah dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Untuk pupuk tambahan dalam meningkatkan hasil panen petani biasanya
menggunakan pupuk organik (pupuk cair dan kandang atau air seni ternak). Untuk
mempertahankan ketersediaan hara di dalam tanah yang cukup optimal, maka
perlu dilakukan pengamatan pertumbuhan tanaman dan warna daun7. Pemupukan
yang dianjurkan oleh penyuluh adalah tiga kali yaitu saat umur 7-10 HST (hari
setelah tanam) dengan dosis urea 50-75kg/ha, Ponska/SP 100-150 kg/ha, dan
TSP/KCL 50 kg/ha. Pada usia ≤ 21 HST dilakukan pemupukan yang kedua
dengan dosis Urea 100-150 kg/ha.
Untuk pemupukan ketiga dilakukan pada usia tanam 30-40 HST dengan
dosis Urea 50-100 kg/ha dan KCL atau Proska 50-100 kg/ha). Waktu pemupukan
dilakukan pada pukul 10-11 siang hal ini dikarenakan untuk mencegah pupuk
menempel pada daun (masih basah) dan dapat menyebabkan daun padi terbakar
dan pupuk hilang atau hanyut terbawa air. Selain itu saluran air baik yang masuk
dan keluar petak sawah ditutup terlebih dahulu agar pupuk tidak terbuang.
Penutupan saluran irigasi dilakukan diatas jam 12 siang hingga sore hari.
Dari hasil wawancara dengan petani responden dosis pemberian pupuk
sebelum mendapatkan dana BLM PUAP dilakukan tidak teratur dan sering
terlambat. Hal ini dikarenakan ketersediaan modal yang kurang sehingga petani
harus mencari pinjaman bahkan melalui rentenir. Hal ini berimplikasi pada hasil
panen pada akhir musim dan margin pendapatan yang diperoleh kadangkala tidak
7Cara dan langkah mudah bertanam padi, Majalah Abdi Tani edisi 35 April-Juni 2009
58
sesuai yang diharapkan bahkan hanya cukup untuk modal menyiapkan musim
tanam berikutnya.
6.2.5 Pengairan Tanaman
Dalam sistem pengairan tanaman padi sawah di Desa Cibitung Kulon
dilakukan secara berundak atau sistem sengkedan yaitu memanfaatkan sifat air
yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah.
Kegiatan pangairan dilakukan untuk menjaga dan menyediakan kebutuhan air
bagi pertumbuhan tanaman padi yang memang sangat tergantung sekali dengan
air. Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah hingga usia 100 hari. Setelah diatas
tiga bulan barulah volume air dikurangi, karena akan memasuki persiapan masa
panen. Untuk tinggi air sebaiknya antara dua sampai lima sentimeter setelah
tanam dengan usia tanaman diatas 10 hari dengan kondisi air bersikulasi mengalir
sampai fase pembungaan. Petani responden biasanya melakukan pengairan pada
awal musim tanam ketika pertama kali bibit ditanam hingga tanaman berusia 100
hari.
6.2.6 Pengendalian Gulma, Hama dan Penyakit
Dalam budidaya tanaman padi sawah, selain hama dan penyakit, tanaman
pengganggu atau gulma perlu juga dikendalikan. Gulma secara langsung akan
berkompetisi dengan tanaman padi dalam pengambilan unsure hara, air,CO2, sinar
matahari dan ruang tumbuh. Hal ini menjadikan pertumbuhan tanaman tidak
optimal dan menghambat tumbuhnya bulir padi. Dalam penyiangan gulma di
lahan pertanaman padi, dapat dilakukan dengan manual dan dengan menggunakan
herbisida
Penyiangan secara manual dilakukan dengan mencabut gulma yang
tumbuh dan juga menggunakan alat yang disebut gosrok. Sedangkan penyiangan
dengan herbisida dilakukan dengan menyemprot tanaman pengganggu atau gulma
dengan bahan kimia yang selektif digunakan untuk mengendalikan gulma pada
lahan tanaman padi tersebut. Menurut hasil wawancara kepada responden, jumlah
rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan per hektarnya adalah 25,52 HOK dalam
keluarga dan 16,9 HOK luar keluarga.
59
6.2.7. Panen dan Pasca Panen
Saat memasuki tahap panen volume kadar air mulai dikurangi atau ketika
padi mulai berbuah dan warna hijau. Hal ini dikarenakan untuk menjaga agar bulir
padi tidak cepat membusuk. Prosen perubahan warna dari hijau menjadi kuning
sekitar 10-14 hari atau 40 hari dari fase pembungaan.
Penentuan waktu panen merupakan salah satu faktor penting dalam
kaitannya dengan kualitas gabah yang dihasilkan. Bila tanaman padi dipanen
terlalu awal maka akan banyak bulir padi yang masih berwarna hijau, akibatnya
kualitas gabah yang dihasilkan rendah, dan banyak bulir padi mengapung dan
beras kepala banyak yang patah. Sebaiknya bila tanaman dipanen terlambat maka
akan menurunkan hasil gabah karena banyak terjadi kerontokan gabah saat proses
pemanenan.
Kriteria pemanenan gabah yang ideal dapat dilakukan bila secara visual
kondisi tanaman telah 90 persen masak fisiologi, artinya 90 persen gabah telah
berwarna dari hijau menjadi kuning dan bila dihitung dari masa berbunga telah
mencapai 30-35 hari setelah proses pembungaan. Proses pasca penen dilakukan di
tempat atau di sawah. Hal ini dilakukan agar bulir padi tidak berkurang akibat
tersentuh atau tersenggol dikarenakan penumpukan yang kasar.
Setelah proses penggebutan atau memisahkan bulir dengan batang dan
daun padi. Gabah hasil panen kemudian dijemur selama dua atau tiga hari
tergantung pada kondisi cuaca hingga kadar air berkurangn dan kulit padi
mengering. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses penggilingan atau
pemisahan kulit dengan isinya (beras). Penyusutan dari bobot gabah menjadi
beras berkisar antara 20-30 persen dari bobot awal.
6.3 Penilaian Pelaksanaan Penyaluran Dana BLM-PUAP Berdasarkan Pihak
Penyalur
Salah satu keberhasilan pelaksanaan program PUAP adalah keberhasilan
penyaluran dana bantuan tersebut kepada petani anggota Gapoktan. Berdasarkan
kriteria pihak penyalur yakni Gapoktan dan berdasarkan penelitian terdahulu,
maka untuk menilai pelaksanaan tersebut. Berdasarkan kriteria pihak penyalur
60
yakni Gapoktan dan berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka untuk menilai
pelaksanaan penyaluran bantuan PUAP digunakan beberapa tolok ukur.
Ketika pertama kali digulirkan pada awal tahun 2008 oleh Kementrian
Pertanian, tujuan program PUAP ini adalah memberikan dana stimulus berupa
dana BLM yang sifatnya tambahan modal dan bergulir yang harus dikembalikan
dalam jangka waktu yang telah disepakati. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas tanaman padi dengan lahan yang terbatas. Selain itu diperlukan
kerjasama semua pihak agar pelaksanaan program PUAP ini dapat berjalan
dengan baik.
Pelaksanaan program PUAP di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor
pada tahun 2008 merupakan program perdana yang dilaksanakan oleh Kementrian
Pertanian RI. Program PUAP merupakan program pemberdayaan masyarakat
yang bertujuan Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan
untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Di Kecamatan Pamijahan
terdapat lima desa penerima dana BLM PUAP sama dengan di Kecamatan
Jasinga. Lima desa penerima PUAP mengalokasikan dana BLM PUAP sebagian
besar untuk sektor pertanian budidaya. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Alokasi Dana Bantuan Langsung Mandiri PUAP Di Kecamatan
Pamijahan Tahun 2008
No Gapoktan Jumlah Dana
Alokasi Dana BLM PUAP Persentase
Penggunaan
Dana (%) Budidaya Non Budidaya
1 Bina Sawargi 100.000.000,- 87.385.000,- 12.615.000,- 87,39
2 Rukun Makmur 100.000.000,- 94.000.000,- 6.000.000,- 94,00
3 Sumber Ubi 100.000.000,- 100.000.000,- - 100,00
4 Makmur Sari 100.000.000,- 75.000.000,- 25.000.000,- 75,00
5 Melati 100.000.000,- 97.000.000,- 3.000.000,- 97,00
Total 500.000.000,- 453.385.000,- 46.615.000,- 90,678
Sumber: Kementan, 2008
Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa sebagian besar penggunaan dana PUAP
digunakan untuk sektor pertanian budidaya yaitu sebesar 90,68 persen.
Keberhasilan pelaksanaan program ini ditentukan salah satunya oleh
terealisasinya penyaluran dana bantuan tersebut sesuai mekanisme yang berlaku.
61
Pihak penyalur dalam hal ini adalah Gapoktan dan berdasarkan hasil penelitian
terdahulu, maka untuk menilai pelaksanaan penyaluran bantuan PUAP yang baik
digunakan beberapa tolak ukur meliputi: 1) realisasi dan jangkauan pinjaman; 2)
persentase tunggakan.
6.3.1 Realisasi dan Jangkauan Pinjaman Bantuan Langsung Mandiri (BLM)
Perguliran dana BLM PUAP tahun 2008 dimulai pada bulan Maret 2009
sebesar Rp.20.000.000,- alokasi dana tersebut diperuntukkan untuk semua
anggota Gapoktan yang berjumlah 40 orang pada awal pembentukkan sesuai
dengan Rencana Usaha Kelompok (RUK) masing-masing kelompok tani.
Pelaksanaan tahap awal ini adalah untuk melihat partisipasi anggota dalam
mengembalikan pinjamannya. Sanksi bagi anggota yang tidak lancar untuk
membayar pinjaman akan berdampak pada anggota lainnya yang satu kelompok.
Hal ini dikarenakan, sistem yang telah disepakati yaitu angsuran salah satu
anggota harus ditanggung bersama.
Pada saat penelitian dilakukan, Gapoktan Rukun Makmur telah
merealisasikan pinjaman dana BLM PUAP kepada anggotanya sebanyak empat
kali. Pada tahap satu, jumlah dana yang direalisasikan mencapai Rp.20.000.000,-
kepada anggota penerima sebanyak 40 orang, tahap kedua juga telah terealisasi
sebanyak Rp.17.000.000,- kepada 34 orang anggota dan tahap ketiga sebanyak
Rp.30.000.000,- kepada 60 orang anggota serta tahap akhir mencapai
Rp.30.000.000,-. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Realisasi Dana BLM-PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Desa
Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan tahun 2009
No Bulan Realisasi Kisaran Pencairan (Rp) Realisasi (Rp)
1 Maret 2009 500.000,- 20.000.000,-
2 April 2009 500.000-700.000,- 17.000.000,-
3 Mei 2009 500.000,- 30.000.000,-
4 Agustus 2009 500.000-700.000,- 30.000.000,-
Total 97.000.000,-
Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa kisaran pencairan realisasi
dana BLM PUAP telah mencapai 97 persen dari jumlah dana PUAP yang
62
digulirkan yaitu Rp.100.000.000,00. Tahap realisasi pencairan berbeda-beda
dikarenakan Rencana Usaha Anggota (RUA) yang diajukan oleh masing-masing
anggota disetiap Kelompok Tani (Poktan) tidak sama dalam proses verifikasi
kelengkapan administrasi. Pada tahap pertama jumlah anggota yang menerima
dana BLM PUAP dialokasikan untuk masing-masing Poktan sebanyak 10 orang.
Kemudian pada tahap kedua disesuaikan kepada masing-masing Poktan untuk
bisa merancang rencana usaha anggotanya.
Pada tahap awal pencairan dana diberikan sebesar Rp.500.000,- kepada
masing-masing anggota sesuai RUA yang dibuat. Tujuan dari pembatasan
pinjaman ini adalah untuk pemerataan penyaluran pinjaman kepada semua
anggota. Hal ini bertujuan untuk memberikan rasa keadilan kepada masing-
masing Poktan. Kemudian pada tahap keempat pencairan diberikan apresiasi
kepada anggota yang mengembalikan pinjaman tepat waktu atau kurang dari
waktu yang disepakati dengan memperoleh pinjaman sebanyak Rp.700.000,-.
Permohonan pinjaman dana PUAP tertuang dalam RUK (Rencana Usaha
Kelompok). RUK yang telah dibuat oleh petani akan diajukan kepada pengurus
Gapoktan yang juga dibantu oleh PPL pendamping. Pemrosesan RUK meliputi
kelengkapan administratif dan teknis. Menurut pengurus Gapoktan sebagai pihak
penyalur, hal-hal yang menyebabkan RUK tersebut perlu diperbaiki kembali
seperti ketidaksesuaian tanda tangan, nama anggota yang tidak sesuai, pergantian
luas lahan, dan sebagainya. Hal tersebut tentunya dapat menghambat realisasi
pinjaman. Namun ketidaksesuaian tersebut bukan berarti membuat RUK yang
diajukan tidak direalisasikan, hanya saja pelaksanaan pencairan dan pinjaman
mengalami sedikit keterlambatan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Realisasi Penerima PUAP di Gapoktan Rukun Makmur Desa Cibitung
Kulon Kecamatan Pamijahan 2009
No Nama Kelompok Tani
(Poktan)
Kisaran Pencairan
(Rp)
Jumlah Anggota
Penerima PUAP (orang)
1 Rukun Makmur 43.900.000,- 81
2 Sawargi 19.700.000,- 37
3 Sayagi 17.300.000,- 33
4 Berkah 16.100.000,- 31
Total 97.000.000,- 182
63
Jangkauan realisasi penerima PUAP pada setiap anggota dimasing-masing
Poktan disesuaikan dengan jumlah anggota pada masing-masing Poktan.
Harapannya adalah masing-masing anggota Gapoktan memiliki kemampuan
mengelola dana BLM PUAP dalam mengembangkan kegiatan pertanian yang
pada akhirnya mampu mengembangkan kegiatan agribisnis yang berkelanjutan
Berdasarkan Tabel 14 diatas dapat diinformasikan bahwa Poktan Rukun Makmur
mendapat kisaran pencairan yang paling besar dibandingkan poktan yang lain. Hal ini
berdasarkan jumlah anggota dan kesiapan secara teknis mengenai persyaratan
admninstrasi dan komitmen pengembalian dana pinjaman yang tepat waktu sehingga
pengurus Gapoktan memberikan kepercayaan untuk meminjamkan dana tersebut pada
musim tanam berikutnya. Tahapan pencairan dana BLM PUAP Gapoktan Rukun
Makmur dapat dilihat Tabel 15.
Tabel 15. Pelaksanaan Tahap Pencairan Dana BLM PUAP Gapoktan Rukun
Makmur Tahun 2009
No Waktu Pencairan Penerima
(orang)
Kisaran
Pencairan (Rp)
Realisasi Dana yang
Disalurkan (Rp)
1 Maret 2009 (Tahap 1) 40 500.000,- 20.000.000,-
2 April 2009(Tahap 2) 34 500.000-700.000,- 37.000.000,-
3 Mei 2009(Tahap 3) 60 500.000,- 30.000.000,-
4 Juni 2009 - - -
5 Juli 2009 - - -
6 Agustus 2009 (Tahap 4) 48 500.000-700.000,- 30.000.000,-
7 September 2009 11 500.000,- 5.500.000,-
8 Oktober 2009 - - -
9 November 2009 - - -
10 Desember 2009 30 750.000,- 22.500.000,-
Total Penerima 223 Total Dana BLM 128.000.000,-
Sumber : Lembaga Keuangan Mandiri (LKM) Gapoktan Rukun Makmur, 2009
Jumlah anggota pada dari awal pembentukan Gapoktan hingga saat ini,
kian bertambah menjadi 223 orang dengan jumlah dana yang tersalurkan
mencapai Rp.128.000.000,-. Dari informasi Tabel 15 dapat diketahui bahwa
Gapoktan Rukun Makmur telah mencairkan atau merealisasikan dana BLM
PUAP sebanyak empat tahap yaitu bulan Maret, bulan April, bulan Mei dan
terakhir bulan Agustus tahun 2009. Pencairan bertahap ini dikarenakan faktor
64
teknis seperti kelengkapan administrasi, kecocokan lahan, tanda tangan dan lain
sebagainya.
Kemudian pada bulan September pengurus Gapoktan kembali
merealisasikan pinjaman kepada 11 orang anggota baru Gapoktan termasuk
anggota lama yang mengajukan rancangan usahanya kembali pada awal musim.
6.3.2 Persentase Tunggakan
Tunggakan pinjaman merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam
menentukan efektivitas penyaluran pinjaman. Apabila tingkat realisasi pinjaman
tercapai, frekuensi peminjaman meningkat dan jangkauan kredit meluas, namun
persentase tunggakan meningkat maka akan mempengaruhi keberhasilan simpan
pinjam tersebut. Oleh karena dana yang digulirkan bertahap dan harus memutar
secara merata serta semua anggota dapat merasakan manfaatnya, maka diperlukan
manajemen keuangan dan pendekatan untuk memberikan pengertian kepada
anggota betapa pentingnya dana tersebut untuk kesejahteraan bersama.
Penyaluran dilakukan berdasarkan pada musim tanam yaitu setiap empat
bulan sekali yang awalnya dilakukan pada awal bulan kelima. Kebutuhan petani
akan tambahan modal usaha adalah hal yang penting untuk meningkatkan
semangat petani dalam melakukan usahataninya. Dana tambahan modal tersebut
digunakan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan, pemupukan dan saat panen.
Tanggapan mengenai PUAP oleh responden dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Tanggapan Responden Terhadap Program PUAP, 2008
65
Dari Gambar 3 dapat diketahui bahwa 83 persen atau 25 orang
mengalokasikan dana BLM PUAP untuk tambahan modal usahatani padi, empat
orang atau 13,33 persen untuk pengembangan SDM seperti pelatihan petani, biaya
anak sekolah dan 3,33 persen untuk dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan
rumah tangga petani. Pemberian tambahan modal usaha bagi petani walaupun
tidak besar, memberikan dampak yang positif dikarenakan pemberian pupuk dan
perawatan yang tepat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden mengenai pelaksanaan
program PUAP, diketahui bahwa tujuan utama responden menjadi anggota
peserta program PUAP adalah untuk mendapatkan tambahan modal usaha,
kemudian pelatihan dan lain sebagainya. Petani anggota yang membayar
pinjaman dengan tepat waktu akan diberikan kemudahan untuk mendapatkan
pinjaman tahap selanjutnya, bahkan jumlah pinjamannya bisa dinaikkan.
Kenaikan jumlah pinjaman dari Rp.500.000,00 menjadi Rp.700.000,00
merupakan hasil musyawarah dengan anggota Poktan. Apresiasi dari pengurus
Gapoktan terhadap petani yang bisa dengan lancar dalam membayar angsuran
pinjaman akan menimbulkan dampak yang positif bagi kesejahteraan petani.
Alasan responden yang mayoritas kenapa tidak memilih pelatihan sebagai
opsinya adalah karena menganggap pelatihan bisa didapat dari pengalaman hidup.
Untuk responden yang terakhir menjawab tujuan mengikuti program PUAP hanya
untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga yang
akan dikembalikan pada awal bulan depan dikarenakan kebutuhan mendadak
tersebut itulah responden ini mengajukan pinjaman.
Lembaga Keuangan Mandiri (LKM) merupakan lembaga mandiri yang
dibentuk oleh pengurus Gapoktan untuk tujuan mengelola keuangan dari dana
BLM PUAP. Umumnya staf pengurus dari lembaga ini diberikan pelatihan
singkat dari Tim PUAP Kabupaten atau Penyelia Mitra Tani (PMT) mengenai
cara mengelola keuangan. Selain itu juga tingkat pendidikan dan pengalaman dari
staf dan manajer lembaga ini menjadi pertimbangan. Manajer LKM dan stafnya
memperoleh honor yang berasal dari bunga pinjaman setiap bulannya sesuai
kesepakatan musyawarah Gapoktan.
66
Honor untuk manajer dan stafnya ditetapkan sebesar Rp.250.000,-sampai
Rp.300.000,- setiap bulan. Jumlah personil yang mengelola keuangan ini adalah
lima orang terdiri dari manajer, kasir, pemasaran, pembinaan anggota dan
verifikasi. Manajer akan melakukan laporan kas setiap bulan sekali atau setiap
akhir musim tanam. Hal ini dikarenakan untuk mengetahui kondisi kas untuk
memutar dana tersebut kepada anggota yang lainnya.
Kemudahan yang digambarkan peserta program adalah waktu pencairan
yang singkat, syarat yang mudah untuk dipenuhi verifikasi yang tidak rumit dan
sistem tanggung renteng yang diberlakukan oleh LKM. Sedangkan kesulitannya
adalah waktu pedan sulitnya mengisi formulir PUAP yang harus diisi secara
lengkap. Biasanya hal tersebut terjadi pada responden yang tingkat pendidikannya
rendah.
Sesuai dengan sasaran dan tujuannya, yang menjadi peserta dari program
PUAP adalah masyarakat perdesaan yang memiliki usaha ekonomi produktif
khususnya dibidang pertanian budidaya. Untuk Kecamatan Pamijahan, dari hasil
identifikasi dan verifikasi dilapangan oleh pengurus Gapoktan dibantu PPL
setempat jumlah anggota Gapoktan yang telah menggunakan dana BLM PUAP
telah mencapai 223 anggota.
Selisih dari dana awal dengan akhir merupakan bunga yang ditetapkan
berdasarkan musyawarah Gapoktan yang dipergunakan untuk menambah kas
LKM. Bunga sebesar lima persen tersebut dialokasikan sebagai, simpanan pokok,
biaya administrasi dan dana cadangan apabila angsuran mengalami kemacetan
dalam pembayaran dan kemudian digulirkan kembali kepada anggota yang belum
mendapatkan pembiayaan.
Jenis usaha yang dibiayai pada awal dicairkan dana ini adalah untuk
tambahan modal petani anggota pada awal musim tanam. Dengan luas lahan rata-
rata yang dimiliki petani antara 6.470 m2 diharapkan produksi gabah yang
dihasilkan naik dan pendapatan petani meningkat. Mayoritas penggunaan dana
BLM PUAP adalah untuk penambahan modal sektor budidaya (on farm) yaitu
sebesar ≥ 90 persen. Sedangkan sebagian kecil hanya untuk usaha non budidaya
yaitu membeli pupuk, pestisida dan usaha yang bergerak dibidang penyediaan
produksi pertanian.
67
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa pada prinsipnya
program PUAP di Kabupaten Bogor khususnya di Kecamatan Pamijahan Desa
Cibitung Kulon sudah sesuai dengan indikator keberhasilan PUAP secara output
dan outcome yaitu tersalurkannya dan BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan
rumah tangga tani miskin dalam melakukan usaha produktif pertanian dan
meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola bantuan
modal usaha untuk petani baik pemilik, petani penggarap dan buruh tani
Selama waktu penelitian, peneliti melihat belum terjadi penunggakan
pengembalian pinjaman. Hal ini dikarenakan, penjualan hasil padi ditampung
langsung atau dikordinir oleh pengurus Gapoktan. Jadi pemotongan angsuran
pinjaman terjadi langsung saat transaksi penjualan gabah dan penggilingan.
Proses sosialisasi dan rasa segan anggota-anggota Poktan kepada pengurus
Gapoktan menjadi nilai lebih dari kelompok tani ini. Hal ini dilakukan dengan
cara mengadakan arisan atau silaturahmi dengan sesama anggota setiap dua kali
dalam sebulan, sehingga kebersamaan terus terjalin sekaligus mengontrol
pembayaran angsuran pinjaman atau mengingatkan kepada anggota.
6.4 Penilaian Penyaluran Dana BLM-PUAP Berdasarkan Kriteria Pihak
Pengguna (Petani)
Petani pemilik, petani penggarap, rumah tangga tani adalah kelompok
sasaran dalam pelaksanaan program PUAP. BLM PUAP merupakan program
bantuan yang diberikan kepada mereka melalui Gapoktan dengan tujuan agar
pendapatan mereka dapat meningkat. Penyaaluran BLM-PUAP bagi para petani
harus mengutamakan pelayanan yang baik. Pelayanan yang dimaksud adalah
begaimana bantuan tersebut dapat menjangkau para petani yang membutuhkan
dana tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu pola pelayanan penyaluran BLM-
PUAP yang diinginkan oleh kelompok sasaran tersebut sehingga penyaluran
BLM-PUAP efektif menurut petani pengguna. Penilaian penyaluran BLM-PUAP
dari sisi pengguna (petani) dapat dilihat dari faktor-faktor sebagai berikut yaitu
persyaratan awal, prosedur realisasi pinjaman, tingkat bunga, biaya administrasi,
pelayanan dan jarak atau lokasi
68
6.4.1 Persyaratan Awal
Secara umum persyaratan yang wajib dipenuhi oleh calon peminjam
adalah petani harus merupakan anggota resmi dan terdaftar di Gapoktan dan
bersedia membayar bunga pinjaman sebesar lima persen yang dibayar sekali pada
saat pengembalian pinjaman terakhir atau petani menjual hasilnya ke unit usaha
Gapoktan. Besar pinjaman maksimal Rp.500.000,00 dan membuat rincian
pembiayaan usahatani dalam satu musim dengan mengisi formulir yang
disediakan Gapoktan.
Untuk kelengkapan administrasi lainnya adalah fotocopy kartu keluarga,
kartu tanda penduduk, dan foto berukuran 2x3 cm sebanyak dua lembar. Menurut
anggota petani, syarat-syarat tersebut tidak terlalu memberatkan, hanya saja di
desa tersebut yang sulit mencari tempat fotocopy yang terdekat.
6.4.2 Prosedur Pinjaman
Tahapan yang harus dilalui mulai dari pertama kali mengajukan suatu
peinjaman hingga tahapan realisasi pinjaman. Para anggota kelompok tani yang
tergabung dalam Gapoktan harus menyusun Rencana Usaha Anggota (RUA) yang
kemudian dilanjutkan dengan membuat Rencana Usaha Kelompok. Penyusunan
proposal ini dibantu atau dikonsultasikan dengan PPL atau Penyelia Mitra Tani.
RUK yang sudah disusun telah disetujui oleh ketua kelompok dan PPL yang
kemudian disampaikan kepada pengurus Gapoktan.
Proses penilaian meliputi kelengkapan administrasi dan survey lapangan
mengenai lahan yang akan ditanam atau dijadikan usaha. Setelah disetujui
pengurus Gapoktan akan di salurkan dana tersebut kepada anggota melalui ketua
kelompok tani masing-masing. Berdasarkan wawancara dengan pengurus
Gapoktan jumlah peminjam satu kelompok di batasi maksimal 20 orang
Hal ini disebabkan belum pahamnya responden mengenai sistem yang
diterapkan oleh pihak pengurus dan juga sosialisasi yang kurang intensif saat
pertemuan rutinan. Tanggapan responden terhadap mengenai prosedur pinjaman
dapat dilihat pada Gambar 4
69
Gambar 4. Tanggapan Responden Terhadap Kemudahan Prosedur Peminjaman
Tanggapan responden terhadap prosedur cara mengajukan peminjaman,
sebanyak 56 persen atau 17 orang menyatakan prosedur peminjaman mudah, 27
persen atau delapan orang menyatakan cukup mudah, dan sisanya sebanyak lima
orang atau 17 persen menyatakan agak sulit. Agar pengembalian pinjaman dapat
berjalan lancar, pengurus dan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) melakukan
suatu fungsi kontrol. Selain kontrol sebelum peminjaman meliputi persyaratan
pinjaman, juga dilakukan kontrol pada waktu proses pengembalian pinjaman
tersebut. Pengontrolan pada saat pengembalian pinjaman oleh petani dilakukan
dengan mengadakan pertemuan akhir bulan guna membahas beragam dinamika
masalah pertanian di lapangan serta sekaligus mengumpulkan dana angsuran
pinjaman oleh petani yang meminjam.
Permohonan pinjaman dana PUAP tertuang dalam RUK (Rencana Usaha
Kelompok). RUK yang telah dibuat, oleh petani akan diajukan kepada pengurus
Gapoktan yang juga dibantu oleh PPL pendamping. Pemrosesan RUK meliputi
kelengkapan administratif dan teknis. Menurut pengurus Gapoktan sebagai pihak
penyalur, hal-hal yang menyebabkan RUK tersebut perlu diperbaiki kembali
seperti ketidaksesuaian tanda tangan, nama anggota yang tidak sesuai, pergantian
luas lahan, dan sebagainya. Hal tersebut tentunya dapat menghambat realisasi
pinjaman. Namun ketidaksesuaian tersebut bukan berarti membuat RUK yang
70
diajukan tidak direalisasikan, hanya saja pelaksanaan pencairan dan pinjaman
mengalami sedikit keterlambatan.
6.4.3 Biaya Administrasi
Beberapa hal yang perlu dipenuhi oleh petani dalam melengkapi
administrasi adalah fotocopy KTP, materai 3000 untuk perjanjian. Untuk proses
administrasi dikenakan biaya untuk calon peminjam sebesar Rp.25.000,- dengan
rincian iuran wajib Rp.15.000,- dan Rp.10.000,- diperuntukkan untuk pembelian
materai dan proses memfotocopy KTP dan formulir pendaftaran. Lamanya waktu
proses verifikasi paling lama tiga hari, hal ini dikarenakan pihak Gapoktan perlu
melakukan survey langsung ke lapangan untuk mengecek usaha yang akan
dibiayai oleh dana PUAP ini.
6.4.5 Tingkat Bunga
Tingkat bunga adalah bunga nominal dalam persen yang harus dibayar
peminjam berdasarkan perjanjiannya dengan yang meminjamkan. Tingkat bunga
yang dibebankan kepada petani sudah dimusyawarahkan dalam rapat Gapoktan.
Beban bunga ditetapkan sebesar lima persen per musim dan dibayarkan sekali saat
petani akan menjual hasil panen (Yarnen) kepada pengurus Gapoktan. Penetapan
tingkat suku bunga ini merupakan kesepakatan bersama antar anggota berdasarkan
hasil musyawarah mufakat. Alokasi bunga pinjaman tersbut diperuntukkan untuk
administrasi pembelian alat tulis kantor dan pembelian materai serta honor
pegawai LKM.
Tanggapan selanjutnya dari responden adalah dari sisi bunga pinjaman
yang diterapkan. Menurut hasil wawancara dengan responden menyatakan bunga
yang diberlakukan untuk pinjaman ini rendah bahkan ada yang menyatakan
cukup rendah. Hal ini dikarenakan dari bunga sebesar lima persen tersebut
setengahnya dialokasikan untuk simpanan pokok atau wajib yang akan
dikembalikan pada akhir tahun buku. Besarnya simpanan wajib adalah
Rp.10.000,00. Sebanyak 66.67 persen responden menganggap bahwa bunga
pinjaman rendah dan sisanya menyatakan cukup rendah (Gambar 5).
71
Gambar 5.Tanggapan Responden Terhadap Bunga Pinjaman yang Berlakukan oleh
LKM
Untuk proses pencairan dana dari Tim PUAP Pusat hingga sampai kepada
pihak Gapoktan melalui Bank pelaksana dapat dilihat pada Gambar 6 diagram
aliran dana BLM PUAP ke Gapoktan.
Gambar 6. Mekanisme pencairan dana BLM PUAP ke Gapoktan.
72
Pada tahap pencairan dari Departemen Pertanian ke rekening Gapoktan,
dokumen persyaratan harus terlebih dahulu dipenuhi. Kemudian setelah itu,
pengurus Gapoktan membentuk Lembaga Keuangan Mandiri Agribisnis (LKMA)
yang bertugas untuk mengelola pembiayaan kepada petani anggota. Mekanisme
penyaluran dari Gapoktan ke petani anggota peserta program PUAP dilakukan
dengan mengisi persyaratan diantaranya adalah mengisi formulir PUAP, foto coy
KTP, pas foto dan petani merupakan anggota terdaftar dan aktif di kelompok
taninya masing-masing.
Pengajuan dana pembiayaan dilakukan secara kolektif melalui masing-
masing ketua kelompoknya dengan batas minimal lima anggota. Setelah
melakukan pengajuan dan persyaratan telah terpenuhi maka pengurus Gapoktan
melalui manajer LKM melakukan verifikasi ke lapang tentang luas lahan yang
dimiliki. Untuk menjaga agar dana BLM PUAP bisa disalurkan kepada semua
anggota Gapoktan, pengurus menerapkan batas maksimal pembiayaan yaitu
sebesar Rp.500.000,-/petani.
Pola Grameen Bank (tanggung renteng) yang pernah diterapkan di Negara
Bangladesh oleh Prof. M. Nuh juga diterapkan oleh Gapoktan Rukun Makmur.
Pola ini menekankan kerjasama dan gotong-royong anggota dalam mengelola
pembayaran angsuran. Apabila salah satu anggota tidak sanggup membayar
angsuran atau pinjaman sesuai yang disepakati, maka pengurus LKM akan
memberikan sanksi kepada petani untuk tidak mendapatkan pinjaman tahap
berikutnya. Oleh karena itu, peran anggota lainnya dalam satu kelompok harus
dilakukan seperti menalangi atau membantu pembayaran pinjaman anggota
lainnya untuk kemudian bisa diberikan pinjaman pada tahap berikutnya.
6.5 Pengaruh PUAP dilihat dari Pendapatan Usahatani
6.5.1 Penggunaan Dana BLM PUAP
Suatu program akan menjadi sarana yang baik dan dapat membantu
penguatan modal apabila dilakukan secara tepat dari segi perencanaan, waktu,
kegunaan, sasaran dan prosedur. Apabila pemberian dana tersebut tidak tapat
sasaran maka akan berdampak negatif pada keberlanjutan program tersebut pada
73
periode tahun berikut. Alokasi tambahan modal ini bagi petani dimanfaatkan
untuk menambah biaya operasional seperti membeli pupuk, benih padi dan
penyemprotan hama.
Pemanfaatan dana BLM PUAP di Desa Cibitung Kulon sebagian besar
digunakan untuk simpan pinjam anggota yang melakukan usahatani padi sebagai
tambahan modal dan sisanya untuk pembelian sarana pendukung pertanian. Dari
hasil pengamatan dan wawancara dengan pengurus pembelian sarana pendukung
dilakukan untuk memperbaiki sarana kantor dan memfasiitasi petani untuk
membeli input-input pertanian seperti pupuk dan obat pertanian yang
pengadaannya tercantum pada Rencana Usaha Bersama (RUB) Gapoktan. Hal ini
dikarenakan petani ini memang memiliki usaha menyediakan keperluan petani
anggota lainnya sehingga harga yang ditawarkan lebih murah dan bisa dibayar
saat akhir musim tanam nanti.
Sebanyak 29 petani responden atau 96,67 persen mengalokasikan dana
BLM PUAP untuk menambah biaya usahatani. Begitu juga dengan perencanaan
yang tidak matang akan berimplikasi pada hasil akhir yang kurang memuaskan
dan hasil yang tidak maksimal. Sedangkan sisanya sebesar 3,33 persen atau satu
petani responden menggunakan dana tersebut untuk membeli pupuk, pestisida dan
alat pertanian lainnya.
Penggunaan dana BLM PUAP oleh petani responden di Desa Cibitung
Kulon Kecamatan Pamijahan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pengalokasian Penggunaan Dana BLM PUAP Tahun 2008
74
Sedangkan simpan pinjam diberikan senilai Rp.500.000,00 sebagi
pinjaman awal dan apresiasi akan diberikan jika petani mampu mengembalikan
tepat waktu adalah dengan memberikan tambahan pinjaman senilai Rp.700.000,00
pada tahap berikutnya. Dengan adanya BLM PUAP petani sawah terbantu untuk
pengadaan pembelian pupuk, bibit, sewa traktor maupun membayar biaya tenaga
kerja sehingga penangan pertanian bisa tepat waktu dan dosis.
Terlaksananya kegiatan produksi tepat waktu dapat menningkatkan
produksi seperti pemberian pupuk atau pengendalian gulma yang tepat waktu,
cara dan dosis yang benar akan menghilangkan kerugian. Dengan meningkatnya
produksi, maka nilai jual akan naik sesuai harga yang ditetapkan.
6.5.2 Analisis Usahatani Padi Sebelum dan Setelah Adanya PUAP
Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi usahatani
padi dikategorikan ke dalam biaya-biaya yang dibedakan menjadi biaya tunai dan
biaya yang diperhitungkan. Biaya yang tergolong biaya tunai meliputi biaya yang
dikeluarkan untuk pengadaan pupuk, pestisida, benih, dan biaya untuk membayar
tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Sedangkan untuk biaya yang diperhitungkan
adalah biaya yang dikeluarkan untuk membiayai tenaga kerja dalam keluarga
(TKDK) dan penyusutan alat-alat pertanian. Berikut penjelasan secara umum
mengenai penggunaan faktor produksi (input) dalam usahatani padi pada
Gapoktan Rukun Makmur.
6.5.2.1 Pengadaan Input
Input merupakan sumberdaya awal dari biaya tunai yang harus disediakan
bagi keberlangsungan produksi pertanian. Berdasarkan hasil wawancara dengan
petani responden, benih yang digunakan saat musim tanam 2009 hingga 2010
digunakan varietas IPB 2 Batola. Varietas padi ini selain tahan dengan penyakit
juga masa panennya pendek sehingga dalam waktu satu tahun bisa beberapa kali
menanam.
Benih tersebut diperoleh dengan harga Rp.6.000,00 per kilogram. Rata-
rata lahan yang dimiliki petani responden adalah 0,6470 hektar. Jumlah rata-rata
75
benih yang dibutuhkan petani sebelum adanya program PUAP adalah sekitar 29
kilogram per hektar dengan biaya yang dibutuhkan Rp.173.775,-.
Pupuk adalah hal yang terpenting dari produksi dan nutrisi wajib bagi
keberlangsungan produktivitas tanaman. Pupuk yang biasa digunakan oleh petani
Gapoktan Rukun Makmur adalah Pupuk Kandang, Urea, TSP, dan Ponska.
Pemberian nutrisi ini dilakukan dua kali dalam satu musim tanam. Pemupukan
yang rotasi tepat waktu dan dosis dapat meningkatkan produksi tanaman yang
cara aplikasinya disebar menggunakan tangan. Rata-rata penggunaan pupuk oleh
petani di empat kelompok tani sebelum dan setelah adanya PUAP disajikan pada
Tabel 16.
Tabel 16. Rata-rata Jumlah Penggunaan Dosis Pupuk Per Hektar Oleh Petani
Sebelum dan Setelah Adanya PUAP
Jenis Pupuk Satuan Sebelum PUAP Setelah PUAP
Pupuk Kandang Kg 220,4 375
Urea Kg 127,8 125,2
Ponska Kg 106,1 113,5
TSP Kg 102,1 98,7
Berdasarkan pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa penggunaan pupuk
mengalami perubahan untuk pupuk pada jenis urea dan pupuk kandang. Untuk
pupuk urea berubah dari 127,8 kg menjadi 125,2 kg atau turun 2 kg dan pupuk
kandang dari 220,4 kg menjadi 375 kg serta pupuk TSP turun dari 102,1 kg
menjadi 98,7 kg. Perubahan penggunaan pupuk ini dikarenakan adanya proses
sosialisasi dari penyuluh pendamping tentang pentingnya penggunaan pupuk
organik terutama pupuk kandang terhadap hasil produksi padi. Selain itu juga,
pupuk kandang ini merupakan hasil olahan limbah hewan yang diusahakan oleh
anggota Gapoktan Rukun Makmur pada sektor ternak yang tidak lagi bekerja
disawah.
Penggunaan pupuk kimia yang dianjurkan oleh dinas terkait atau penyuluh
lapang selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 17, dimana dosis rata-rata
perhektarnya lebih tinggi dari yang dianjurkan sehingga akan membuang biaya
pembelian pupuk yang seharusnya bisa dialokasikan pada input yang lainnya.
76
Tabel 17. Perbandingan Penggunaan Rata-rata Pupuk per Hektar di Gapoktan
Rukun Makmur Kecamatan Pamijahan
Jenis
Pupuk
Sebelum
PUAP
Anjuran Dinas
Pertanian Selisih (Kg)
Harga/Kg
(Rp)
Nilai
(Rp)
Urea 127,8 100 (-) 27,8 1.300 36.140
Ponska 106,1 100 (+) 6,1 1.800 10.980
TSP 102,1 100 (+) 2,1 1.600 3.360
Keterangan : (+) = Penggunaan pupuk belebih
(-) = Penggunaan pupuk kurang
Penggunaan dosis yang berlebih diakibatkan karena opini petani yaitu
semakin banyak di pupuk maka, produksi akan semakin meningkat. Perubahan
jumlah dosis pupuk yang digunakan oleh responden tidak menunjukkan
perubahan jumlah atau nilai dosis yang signifikan. Adanya perubahan penggunaan
pupuk dikarenakan sebagian petani memilih untuk merubah kombinasi
penggunaan dari pupuk urea dan TSP menjadi pupuk organik seperti pupuk
kandang padat dan cair.
Untuk pupuk kandang digunakan kotoran kelinci berikut air seninya,
dikarenakan banyak petani responden yang membudidayakan kelinci di
pekarangan rumahnya. Selain itu, hal tersebut juga sesuai arahan dari penyuluh
lapang dan Penyelia Mitra Tani setempat.
Dari Tabel 18 juga dapat dijelaskan bahwa penggunaan alat pertanian
adalah Rp.168.000,00. Nilai terbesar terdapat pada penggunaan knapsack sebesar
Rp.200.000,00 per unitnya. Para petani yang tergabung dalam anggota Gapoktan
di Desa Cibitung Kulon umumnya tidak selalu membeli alat pertanian setiap
musim tanam. Pertimbangannya adalah masih layaknya alat-alat tersebut untuk
digunakan kembali, sehingga yang diperhitungkan dalam analisis pendapatan
hanya nilai penyusutan dari penggunaan peralatan pertanian tersebut.
Sarana produksi yang lainnya adalah alat-alat pertanian seperti cangkul,
arit, parang, knapsack yang jumlahnya satu unit. Pada Tabel 15 disajikan
penggunaan peralatan pada usahatani padi di Desa Cibitung Kulon.
77
Tabel 18. Rata-rata Nilai Penggunaan Peralatan Pada Usahatani Padi di Desa
Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan
No Jenis Peralatan Jumlah yang dimiliki
(unit)
Harga/Unit
(Rp)
Nilai Ekonomis
(Rp)
1 Cangkul 1 45.000 45.000
2 Arit 2 20.000 40.000
3 Parang 2 24.500 49.000
4 Knapsack 0,17 200.000 34.000
168.000
Peralatan petani responden pada umumnya memiliki umur ekonomis satu
sampai lima tahun dan jumlah musim tanam dalam satu tahun sebanyak dua kali.
Penggunaan dana BLM PUAP tidak digunakan untuk membeli peralatan
pertanian tetapi hanya digunakan untuk membeli pupuk kimia, pupuk organik dan
pestisida. Perhitungan nilai penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus dan
hasil yang bisa dilihat pada Tabel 19 berikut formulasinya.
Penyusutan = txJumlahUnietahunusimdalamSisxJumlahMUmurEkonom
misNilaiEkono
Tabel 19. Nilai Penyusutan Peralatan Pertanian Pada Usahatani Petani Responden
Gapoktan Rukun Makmur per Tahun
No Jenis Peralatan Nilai Ekonomis
(Rp)
Umur Ekonomis
(Th)
Nilai Penyusutan
(Rp)
1 Cangkul 45.000 4 5.625,-
2 Arit 20.000 2 6.666,-
3 Parang 24.500 5 3.266,-
4 Knapsack 34.000 5 6.800,-
Jumlah 22.357,-
Berdasarkan data dari Tabel 19 diketahui bahwa nilai penyusutan
peralatan pertanian yang digunakan oleh petani responden yakni sebesar
Rp.22.357,00/musim tanam, terdiri dari nilai penyusutan cangkul sebesar
Rp.5.625,00, nilai arit Rp. 6.666,00; parang Rp.3.266,00; dan nilai dari knapsack
(semprotan) Rp.6.800,00.
Nilai penyusutan alat-alat pertanian sebelum dan setelah adanya program
PUAP tidak mengalami perubahan karena alat-alat pertanian tersebut sudah ada
ketika para petani memulai usahataninya. Biaya pengeluaran kembali akan
78
diperhitungkan apabila peralatan pertanian sudah tidak layak pakai lagi dan harus
digantikan dengan peralatan yang baru.
Menurut hasil wawancara dengan petani yang memiliki knapsack, alat ini
tidak selalu digunakan tergantung tingkat serangan hama penyakit yang
menyerang. Sedangkan cangkul juga hanya digunakan saat perawatan untuk
pengolahan awal digunakan traktor.
6.5.2.2 Output Usahatani
Output usahatani padi merupakan tolak ukur keberhasilan usahatani padi
yang dilihat dari produksi dan penerimaan yang diperoleh petani. Output ini
didapat dari wawancara dengan 30 responden petani anggota Gapoktan Rukun
Makmur. Rata-rata lahan yang dimiliki sekitar 0,6470 hektar. Rata-rata produksi
padi sebelum dengan sesudah adanya program PUAP disajikan pada Tabel 20.
Tabel 20. Rata-rata Produksi Per Hektar Usahatani Padi Petani Responden
Sebelum dan Sesudah Adanya PUAP
Jenis Input Satuan Nilai Rata-Rata
(Rp) Sebelum
Nilai Rata-Rata
(Rp) Setelah
Nilai Selisih
(Rp)
Produksi GKP Kg 4.181 4.576 395
Harga Gabah/Kg 2.200 2.200
Penerimaan Usahatani 9.198.200 10.067.200,00 869.000
Berdasarkan hasil wawancara dengan petani responden, sebagian hasil
produksi yang diperoleh adalah dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual. Akan tetapi
dalam perhitungan ini diasumsikan bahwa seluruh hasil produksi petani di jual
petani dengan harga yang telah disesuaikan dengan harga yang berlaku di tingkat
Kecamatan Pamijahan. Gabah kering panen yang sudah dipisahkan dengan batang
padi kemudian dijemur selama dua hari, kemudian dibawa ke tempat penggilingan
padi untuk ditimbang lalu digiling.
Berdasarkan data dari Tabel 20 di atas bahwa rata-rata produksi per hektar
gabah kering panen sebelum adanya PUAP yang peroleh petani responden adalah
4.180 kilogram per musim. Dengan harga gabah kering panen (HGP) yang
berlaku di petani adalah Rp.2.200,00 per kilogram, maka penerimaan total yang
didapat adalah sebesar Rp.9.198.200,00. Untuk produksi yang diperoleh setelah
79
adanya program PUAP yaitu 4.576 kilogram dengan rata-rata penerimaan total
sebesar Rp.10.067.200,00. Perubahan penerimaan ini dinilai positif bagi
pendapatan petani karena adanya peningkatan sebesarnya Rp.869.000,00.
Peningkatan hasil produksi ini tidak diikuti dengan peningkatan harga
produksi petani. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani adanya perubahan
tinggi rendahnya produksi dikarenakan hasil dari bimbingan penyuluhan yang
memberikan arahan tentang penggunaan dosis pupuk, cara penggunaan, dan
waktu pelaksanaan. Selain itu juga dikarenakan penggunaan pupuk organik. Dari
gambaran hasil peningkatan produksi telah menunjukkan manfaat adanya bantuan
dari program PUAP kepada petani.
6.6 Pendapatan Anggota Gapoktan Sebelum dan Setelah PUAP
Pendapatan yang digunakan dalam analisis adalah pendapatan usahatani
rata-rata yang diperoleh dengan cara mengurangkan penerimaan rata-rata dengan
biaya total rata-rata dan biaya tunai rata-rata yang dikeluarkan oleh petani
responden. Pendapatan atas biaya total lebih rendah daripada pendapatan atas
biaya tunai dikarenakan tidak dikurangi oleh biaya yang diperhitungkan. Pada
Tabel 21 disajikan kondisi pendapatan usahatani rata-rata sebelum dan setelah
adanya program PUAP. Pendapatan rata-rata usahatani petani responden yang
disajikan adalah data pada awal musim tanam 2009, yaitu pada saat melakukan
panen perdana pada bulan Juni 2009
Berdasarkan pada Tabel 21 dapat diketahui terjadi peningkatan
penerimaan usahatani berasal dari hasil kali antara jumlah produksi padi sawah
dengan harga jual perkilogramnya. Walaupun program ini baru berjalan satu
tahun namun dengan adanya pembinaan yang sistematis dapat menghasilkan
peningkatan produksi yang relatif besar yaitu terjadi peningkatan sebesar
Rp.869.000,00 atau 395 kilogram. Sebelum adanya program PUAP produksi rata-
rata yang diperoleh adalah sebesar 4.181 kilogram per hektar dalam bentuk Gabah
Kering Panen (GKP) dengan dikalikan harga Rp.2.200,00 perkilogram menjadi
sebesar Rp.9.198.200,00. Namun setelah adanya PUAP terjadi peningkatan
produksi rata-rata padi sawah yang diperoleh sebesar 4.576 kilogram per hektar,
sehingga diperoleh penerimaan rata-rata sebesar Rp.10.067.200,00.
80
Tabel 21. Pendapatan Usahatani Padi Rata-rata Sebelum dan Setelah Adanya
Program PUAP Per Hektar/Musim
Jenis Biaya Satuan
Fisik
Sebelum Setelah Selisih
Jumlah Rp Jumlah Rp
Produksi GKP Kg 4.181 4.576 395
Harga Gabah/Kg Rp 2.200,- 2.200,-
A.Penerimaan Usahatani Rp 9.198.200,- 10.067.200,- 869.000,-
B.Biaya Usahatani
B.1 Biaya Tunai
1.Benih @Rp.6.000 Kg 29 174.000,- 39,4 236.400,- 62.400,-
2.Pupuk
a. Pupuk kandang @Rp.90 Kg 220 19.836,- 375 33.750,- 13.914,-
b. Urea @ Rp.1.300 Kg 128 166.140,- 125 162.760,- -3.380,-
c. Ponska @ Rp.1.800 Kg 106 190.980,- 113,45 204.210,- 13.230,-
d. TSP @ Rp.1.600 Kg 102 163.360,- 99 157.840,- -5.520,-
3.Tenaga Kerja Luar Keluarga Hok 176,1 6.163.500,- 158,6 5.551.000,- -612.500,-
4.Sewa Traktor Rp 345.878,- 345.878,-
5.Angsuran Pinjaman Rp 525.000,- 525.000,-
6.Pestisida Padat Kg 2,10 5.355,- 1,87 4.769,- -587,-
Total Biaya Tunai Rp 6.883.171,- 7.221.607,- 338.436,-
B.2 Biaya Diperhitungkan
- Tenaga Kerja Dalam
Keluarga
HOK 67,7 2.031.000,- 41,94 1.258.200,- -772.800,-
- Penyusutan Alat Rp 22.357,- 22.357,- 0
Total Biaya Diperhitungkan Rp 2.053.357,- 1.280.557,- -772.800,-
C.Total Biaya Usahatani
(B1+B2)
Rp 8.936.528,- 8.502.164,- -434.365,-
D.Pendapatan Atas Biaya
Tunai (A-B1)
Rp 2.315.029,- 2.845.594,- 530.565,-
E.Pendapatan Atas Biaya
Total (A-C)
Rp 261.672,- 1.565.037,- 1.303.365,-
F.R/C Atas Biaya Tunai
(A/B1)
1,34 1,39 0,06
G.R/C Atas Biaya Total
(A/C)
1,03 1,18 0,15
Biaya yang dikeluarkan meliputi biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan yang jika dijumlah menjadi biaya total usahatani. Sedangkan
pendapatan tunai usahatani merupakan pengurangan antara penerimaan tunai
dengan total biaya tunai. Penerimaan usahatani adalah nilai produksi yang
diperoleh dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan usahatani merupakan hasil
perkalian antara jumlah produksi total padi sawah dengan harga jual dari hasil
produksi tersebut.
81
Biaya tunai usahatani terdiri dari pembelian pupuk, penyewaan traktor,
pembelian benih, pembayaran angsuran pinjaman, pembelian pestisida dan tenaga
kerja luar keluarga. Biaya tunai usahatani yang paling besar adalah pada tenaga
kerja luar keluarga. Sebelum adanya PUAP biaya tunai tenaga kerja luar keluarga
adalah Rp.6.163.500,00 dan setelah adanya PUAP mengalami penurunan sebesar
Rp.612.500,00 menjadi Rp.5.551.000,00. Penurunan biaya tunai tersebut
dikarenakan adanya pengalihan tenaga kerja pada kegiatan pengolahan lahan yang
menggunakan tenaga mesin (traktor).
Penggunaan traktor dan pembayaran biaya angsuran pinjaman turut
mempengaruhi peningkatan biaya tunai setelah adanya PUAP yang mengalami
kenaikan sebesar Rp.338.436,00. Biaya tunai sebelum adanya PUAP adalah
sebesar Rp.6.883.171, 00 menjadi Rp.7.221.607,00 setelah adanya program PUAP.
Selain biaya tunai terdapat biaya yang diperhitungkan. Biaya ini berpengaruh pada
pendapatan total usahatani. Total biaya yang diperhitungkan sebelum adanya
PUAP adalah sebesar Rp.2.053.357,00 dan setelah adanya PUAP sebesar Rp.
1.280.557,00 sehingga terjadi penurunan sebesar Rp.772.800,00. Dari biaya tunai
dan biaya diperhitungkan didapat total biaya usahatani sebesar Rp.8.936.528,00
sebelum adanya PUAP dan Rp.8.502.164,00 setelah adanya PUAP. Perbandingan
biaya total antara sebelum dan sesudah mengalami penurunan sebesar
Rp.434.365,00.
Pendapatan rata-rata atas biaya tunai sebelum dan setelah adanya PUAP
mengalami kenaikan dari Rp.2.315.029,00 menjadi Rp.2.845.594,00 sehingga
terdapat selisih kenaikan sebesar Rp.530.565,00. Kenaikan pendapatan ini
dikarenakan adanya kenaikan produksi GKP dan penurunan biaya tenaga kerja.
Pada pendapatan rata-rata atas biaya total sebelum dan setelah adanya
PUAP adalah sebesar Rp.261.672,00 dan Rp.1.565.037,00 sehingga terdapat
selisih kenaikan sebesar Rp.1.303.365,00. Untuk persentase kenaikan sebelum
dan setelah adanya program PUAP dapat dilihat pada Lampiran Peningkatan
pendapatan ini dikarenakan adanya penurunan biaya diperhitungkan akibat
pengurangan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga pada kegiatan pengolahan
lahan yang diganti dengan tenaga mesin.
82
Penurunan nilai volume tenaga kerja antara sebelum dengan setelah
adanya PUAP disebabkan oleh penggunaan traktor pada kegiatan pengolahan
lahan setelah adanya PUAP. Pengolahan lahan menggunakan traktor memberikan
pengaruh yang baik, sebab dapat menghemat waktu, tenaga kerja dan hasil yang
baik. Selain itu, mempercepat proses penyemaian benih dan proses usahatani
lainnya.
Biaya penggunaan traktor ini disewakan secara kolektif dengan rata-rata
per hektar membutuhkan biaya Rp.345.878,00. Penggunaan traktor ini dapat
menghemat biaya tenaga kerja hingga Rp.429.800,00 atau 9,78 persen. Untuk
biaya upah tenaga kerja pada kegiatan usahatani yang lainnya baik sebelum dan
setelah program PUAP tidak mengalami perubahan. Penambahan biaya lainnya
adalah angsuran pinjaman yang dibebankan untuk dibayar pada saat panen tiba
ditambahkan dengan bunga sebesar lima persen menjadi sebesar Rp.525.00,00.
Dikarenakan sebagian besar petani responden adalah pemilik lahan, maka
diperlukan peralatan untuk mendukung kegiatan usahatani. Peralatan pertanian
tersebut meliputi cangkul, arit, sabit, semprotan dan lain sebagainya yang
digunakan untuk perawatan dan panen dengan nilai penyusutan rata-rata sebesar
Rp.22.357,00. Peningkatan pendapatan usahatani padi merupakan salah satu
tujuan dari dilaksanakannya program PUAP, dengan harapan melalui peningkatan
pendapatan usahatani maka dapat membantu peningkatan kesejahteraan keluarga
petani. Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa pendapatan rata-rata usahatani padi
atas biaya total dengan luas lahan satu hektar mengalami peningkatan sebesar
69,22 persen. Namun persentase tersebut belum cukup untuk menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan secara nyata pada tingkat pendapatan sebelum dan setelah
memanfaatkan dana BLM-PUAP. Oleh karena itu dalam penelitian ini dilakukan
uji statistik t-hitung untuk data berpasangan
6.7 Analisis R/C Rasio Sebelum dan Setelah program PUAP
Hasil analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis)
usahatani padi yang diusahakan oleh petani responden menunjukkan bahwa
usahatani ini memiliki penerimaan yang lebih besar dibanding biaya usahatani.
Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai R/C rasio lebih besar dari satu. Artinya setiap
83
satu satuan biaya atau usahatani yang dikeluarkan menghasilkan penerimaan yang
lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Nilai R/C rasio atas biaya tunai
sebelum adanya program PUAP sebesar 1,34. Artinya setiap Rp 1 biaya yang
dikeluarkan pada usahatani dengan luas lahan satu hektar maka akan memberikan
penerimaan sebesar Rp.1,34. Sementara itu apabila memasukkan sejumlah biaya
yang diperhitungkan sebagai komponen biaya total, maka nilai R/C rasio sebesar
1,05. Rasio dengan nilai 1,05 berarti setiap pengeluaran biaya total sebesar Rp.1
akan memberikan penerimaan sebesar Rp.1,05 dengan luas lahan satu hektar.
Selanjutnya nilai R/C rasio dari usahatani padi atas biaya tunai setelah
adanya program PUAP sebesar 1,39. Artinya setiap pengeluaran biaya usahatani
sebesar Rp.1 akan didapat penerimaan sebesar Rp.1,39. Apabila memasukkan
biaya yang diperhitungkan sebagai komponen total biaya usahatani maka R/C
rasio yang dihasilkan sebesar 1,18 yang berarti setiap biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp.1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp.1,18
Berdasarkan hasil uraian diatas dapat diinformasikan bahwa nilai kedua
R/C rasio di atas baik sebelum dan setelah adanya program PUAP lebih besar dari
satu yang berarti dapat dikatakan bahwa usahatani di Gapoktan Rukun Makmur
Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan layak untuk diusahakan. Informasi
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Perbandingan R/C Rasio Sebelum dan Setelah Program PUAP
Jenis Input Biaya Nilai Rata-rata (Rp) Nilai Rata-rata (Rp)
R/C rasio Atas Biaya Tunai (A/B1) 1,34 1,39
R/C rasio Atas Biaya Total (A/C) 1,03 1,18
Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang positif
antara R/C rasio biaya tunai dengan R/C rasio biaya total. Adanya kenaikan R/C
rasio mengindikasikan bahwa usahatani yang dijalankan efektif dalam
menggunakan sumber daya atau faktor produksi yang ada. Selain itu nilai R/C
rasio biaya total yang lebih kecil dibandingkan dengan R/C rasio atas biaya tunai
karena pada R/C rasio biaya total disertakan biaya yang diperhitungkan, sehingga
hal tersebut mempengaruhi hasil akhir perhitungan R/C rasio atas biaya total.
84
Diketahui bahwa biaya yang diperhitungkan memiliki kontribusi yang cukup
besar terhadap biaya pengeluaran dalam usahatani padi di Gapoktan Rukun
Makmur Kecamatan Pamijahan.
Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa telah terjadi kenaikan R/C
rasio atas biaya tunai antara R/C rasio sebelum dengan setelah program PUAP
yaitu 1,34 menjadi 1,39. Begitu juga R/C rasio atas biaya total sebelum yaitu 1,03
menjadi 1,18 setelah adanya PUAP. Terjadinya kenaikan rasio penerimaan dan
biaya disebabkan adanya biaya sewa traktor dan angsuran pinjaman yang harus
dilunasi saat musim tanam berakhir atau pada saat panen.
Berdasarkan hasil pengujian t-hitung terhadap pendapatan usahatani atas
biaya tunai para responden sebelum dan setelah menerima BLM-PUAP diperoleh
nilai t-hitung sebesar │-1,98│. Nilai t-hitung ini lebih besar dari nilai t-tabel
(1,645). Menurut kriteria uji, jika t-hitung > t-tabel pada taraf nyata lima persen
(ά=0,05) maka tolak H0. Kesimpulan hasil pengujian diperoleh bahwa ada
perbedaan nyata terhadap pendapatan usahatani sebelum dan setelah memperoleh
BLM-PUAP. Selain dapat dilihat dari hasil pengujian t-hitung, kesimpulan juga
dapat diperoleh dengan melihat nilai signifikasi dari hasil pengujian yang telah
dilakukan. Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000.
Karena nilai signifikasi lebih kecil dari nilai alfa kepercayaan yakni 0,000 < 0,05,
maka tolak H0. Artinya adalah pendapatan usahatani sebelum dan setelah
memperoleh BLM-PUAP berbeda nyata. Hasil uji t berpasangan (paired t-test)
terhadap pendapatan bersih permusim petani responden dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa perbedaan pendapatan setelah
mengikuti program PUAP adalah perbedaan yang positif, dimana program PUAP
berhasil meningkatkan secara nyata pendapatan masyarakat desa peserta program
di Desa Cibitung Kulon Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor pada taraf
kesalahan < lima persen. Kesimpulan lainnya adalah meskipun terjadi
peningkatan biaya usaha rata-rata seluruh responden akibat krisis global dengan
pupuk dan obat-obatan naik ternyata mampu untuk meningkatkan pendapatan
rata-rata seluruh petani peserta PUAP permusimnya melalui subsidi mendidik
85
Pembayaran angsuran tersebut merupakan kesepakatan dari musyawarah
mufakat pengurus dengan anggota Gapoktan dengan bunga sebesar lima persen.
Peningkatan pendapatan yang diikuti dengan peningkatan biaya input yang
digunakan menyebabkan peningkatan kesejahteraan petani tidak dapat tercapai.
Salah satu tujuan utama yang terkait dengan pelaksanaan program PUAP adalah
peningkatan kesejahteraan petani yang dinilai dari peningkatan pendapatan petani.
Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan
pendapatan secara positif atau mengalami peningkatan yang masih kecil, namun
hal tersebut tidak mempengaruhi para responden dalam membayar angsuran
pinjaman dengan tepat waktu.
Kemampuan para petani penerima BLM-PUAP dalam mengembalikan
angsuran telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan dalam
mengatur keuangan usaha dan keluarga. Walaupun mereka belum bisa membuat
pembukuan secara mendetail dan teratur. Namun hal tersebut merupakan potensi
yang perlu ditingkatkan dan dijadikan dasar agar program PUAP di masa
mendatang dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan.
Kedepan pengurus Gapoktan dan penyuluh pertanian juga harus
menegaskan kembali kepada para petani atau anggota Gapoktan bahwa program
BLM-PUAP bukanlah program amal atau bantuan yang terkesan bagi-bagi uang.
Persepsi para petani harus mampu diubah dari pemikiran yang menganggap
bahwa mereka adalah objek yang harus dikasihani ke arah pemikiran yang
membuat mereka termotivasi untuk menjadi petani mandiri dan sejahtera.
Meninjau hal-hal yang telah diuraikan di atas, perlu dipertimbangkan pula peran
dari para penyuluh pertanian lapangan sangat diperlukan untuk memberikan
masukan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program PUAP ini.
Pertimbangan pentingnya penyuluh pendamping perlu ditingkatkan baik
kuantitas maupun kualitas sumberdaya manusianya adalah karena penyuluh
pendamping memiliki peran penting dalam menghubungkan dan mentransfer baik
ilmu, teknologi baru hingga pada pemberian pelatihan guna meningkatkan
keterampilan para petani. Selain itu dengan adanya penyuluh pertanian
pendamping yang ditempatkan di tiap desa atau Gapoktan akan memberikan efek
86
positif terhadap perkembangan Gapoktan sebagai lembaga sosial ekonomi
perdesaan.
Tujuan dari program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
adalah untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan
pengembangan kegiatan usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi
wilayah. Meningkatkan kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan,
Penyuluh dan Penyelia Mitra Tani. Memberdayakan kelembagaan petani dan
ekonomi perdesaan untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Terakhir
adalah untuk meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring
atau mitra lembaga keuangan dalam rangka akses ke permodalan.
Mekanisme pelaksanaan program PUAP ini dilakukan dengan beberapa
tahapan. Mulai dari tahap penyeleksian Gapoktan hingga pada pemantuan atau
pengawasan pelaksanaan penyaluran serta pemanfaatan dana bantuan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian ini, penyaluran BLM-PUAP di Gapoktan Rukun
Makmur Kecamatan Pamijahan ditunjukkan dari hasil nilai persentase tunggakan
yang tidak ada sama sekali, dikarenakan pembayaran pinjaman dilakukan saat
panen tiba.
Selain itu juga dinilai dari tingkat bunga yang relatif kecil bila
dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Hal tersebut yang membuat para
petani termotivasi untuk melakukan peminjaman kepada pengurus Gapoktan
masing-masing desa. Salah satu tujuan utama yang terkait dengan pelaksanaan
program PUAP adalah peningkatan kesejahteraan petani yang dinilai dari
peningkatan pendapatan petani. Walaupun dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa telah terjadi perubahan pendapatan secara positif atau mengalami
peningkatan yang masih kecil, namun hal tersebut tidak mempengaruhi para
responden dalam membayar angsuran pinjaman dengan tepat waktu.
Kemampuan para petani penerima BLM PUAP dalam mengembalikan
angsuran telah menunjukkan bahwa mereka memiliki kemampuan dalam
mengatur keuangan usaha dan keluarga. Walaupun mereka belum bisa membuat
pembukuan secara mendetail dan teratur. Namun hal tersebut merupakan potensi
yang perlu ditingkatkan dan dijadikan dasar agar program PUAP di masa
mendatang dapat terus dilaksanakan dan ditingkatkan. Kedepan pengurus
87
Gapoktan dan penyuluh pertanian juga harus menegaskan kembali kepada para
petani atau anggota Gapoktan bahwa program BLM-PUAP bukanlah program
amal atau bantuan yang terkesan bagi-bagi uang. Persepsi para petani harus
mampu diubah dari pemikiran yang menganggap bahwa mereka adalah objek
yang harus dikasihani ke arah pemikiran yang membuat mereka termotivasi untuk
menjadi petani mandiri dan sejahtera.
Meninjau hal-hal yang telah diuraikan di atas, perlu dipertimbangkan pula
peran dari para penyuluh pertanian lapangan sangat diperlukan untuk memberikan
masukan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program PUAP ini. Pertimbangan
pentingnya penyuluh pendamping perlu ditingkatkan baik kuantitas maupun
kualitas sumberdaya manusianya adalah karena penyuluh pendamping memiliki
peran penting dalam menghubungkan dan mentransfer baik ilmu, teknologi baru
hingga pada pemberian pelatihan guna meningkatkan keterampilan para petani.
Selain itu dengan adanya penyuluh pertanian pendamping yang ditempatkan di
tiap desa atau Gapoktan akan memberikan efek positif terhadap perkembangan
Gapoktan sebagai lembaga sosial ekonomi perdesaan.
Dalam pelaksanaan program PUAP evaluasi yang perlu dilakukan untuk
mengetahui pengaruh PUAP dapat membantu permodalan petani. Untuk evaluasi
program ini dapat dilihat berdasarkan desain dan implementasinya. Di nilai dari
desainnya, bantuan yang diberikan melalui Gapoktan dinilai memiliki desain yang
cukup baik, hanya saja perlu diberikan pemahaman dan sosialisasi yang sering
kepada anggota mengenai program PUAP yang jelas. Dari data pada Tabel 16
dapat dilihat bahwa dengan adanya program ini pendapatan petani meningkat,
tetapi biaya input yang digunakan juga meningkat.
Peningkatan biaya ini disebabkan adanya biaya angsuran pinjaman yang
dibayar tunai berikut bunganya sekali pada akhir panen. Hal ini bisa saja
dilakukan atau diterapkan, akan tetapi sebaiknya dicicil setiap bulan hingga saat
panen tiba satu selama empat bulan. Selain itu juga penerapan pembayaran
angsuran sekali pada saat panen perlu dikaji ulang ke efektivitasannya.
Dalam implementasi program PUAP di Gapoktan rukun makmur dinilai
cukup baik dan lancar mengenai pembayaran angsuran. Hal ini dikarenakan
Gapoktan Rukun Makmur menerapkan sistem “tanggung renteng” yaitu sistem
88
yang menanggung bersama pinjaman yang apabila salah satu anggota tidak
mampu membayar pinjaman, maka angsuran tersebut dibebankan secara merata
kepada anggota yang lainnya.
Selain itu juga, pihak Gapoktan melakukan survey lapangan langsung
kepada lahan yang akan digunakan anggota untuk melakukan usaha, agar dana
yang dicairkan benar-benar digunakan untuk usaha. Hal ini juga dibantu oleh
penyuluh setempat dan dilakukan pembinaan setiap bulan mengenai cara
pengelolaan lahan dan dana yang baik.
.
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Penggunaan tenaga kerja berkurang semenjak ada program PUAP terutama untuk
kegiatan usahatani pada pengolahan lahan dikarenakan menggunakan traktor sehingga
dapat mempercepat pengerjaan lahan untuk persiapan tanam benih dan bibit
2. Tahap realisasi pencairan dana BLM PUAP dilakukan secara bertahap yang
disesuaikan dengan kelengkapan aspek teknis rencana usaha yang dibuat anggota.
Persentase realisasi mencapai 97 persen dengan jumlah anggota penerima mencapai
182 jiwa yang terbagi kedalam empat kelompok tani.
3. Sebanyak 86 persen atau 24 responden menggunakan dana BLM PUAP sebagai
tambahan modal usahataninya. Pada proses pengajuan pinjaman sebanyak 56 persen
atau 17 orang menjawab mudah, 10 orang cukup mudah dan 3 orang menjawab sulit.
Tingkat bunga sebesar lima persen dibayarkan sekali pada saat angsuran terakhir yang
dibayarkan pada penjualan hasil panen.
4. Berdasarkan rasio penerimaan dan biaya diperoleh bahwa terjadi kenaikan rasio
pendapatan atas biaya tunai sebelum PUAP sebesar 1,03 menjadi 1,18 setelah adanya
PUAP. Begitu juga dengan rasio pendapatan atas biaya tunai dari 1,34 menjadi 1,39,
dengan demikian usahatani di Gapoktan Rukun Makmur efektif dan layak diusahakan
semenjak adanya program PUAP.
5. Produksi padi mengalami peningkatan sebesar 395 kilogram setelah adanya program
PUAP atau sebesar 9,45 persen, sehingga penerimaan naik sebesar Rp.869.000,00.
Kenaikan penerimaan diikuti kenaikan input biaya usahatani tunai sebesar
Rp.338.436,00 dikarenakan adanya biaya penggunaan traktor dan membayar angsuran
pinjaman berikut bunganya pada akhir masa panen.
6. Pendapatan atas biaya tunai naik yang sebelumnya Rp.2.315.029,00 menjadi
Rp.2.845.594,00 atau naik sebesar 22,92 persen. Sedangkan pendapatan atas biaya
total naik sebelumnya Rp.261.672,00 menjadi Rp.1.565.037,00 atau selisih positif
Rp.1.303.365,00
7. Berdasarkan R/C rasio dapat disimpulkan bahwa desain dan implementasi dari
program BLM-PUAP dinilai cukup efektif yaitu adanya kenaikan rasio penerimaan
atas biaya tunai sebelum dan setelah program PUAP sebesar 22,92 persen. Begitu
89
juga dengan pendapatan atas biaya total terjadi kenaikan sebesar 83,28 persen antara
sebelum dengan setelah program PUAP. Hal ini menunjukkan bahwa program BLM
PUAP ini belum efektif dalam pelaksanaan di Gapoktan Rukun Makmur.
8. Berdasarkan hasil uji t berpasangan (paired test) menunjukkan bahwa pendapatan
usahatani padi sebelum dan sesudah berbeda nyata. Artinya secara nyata program
PUAP berpengaruh terhadap pendapatan petani.
7.2. Saran
1. Sosialisasi secara lengkap dan menyeluruh kepada anggota baru yang dinilai masih
kurang dikarenakan kesibukan pengurus Gapoktan dengan cara mengundang petugas
penyuluh lapang (PPL) dan Penyelia Mitra Tani (PMT).
2. Desain program akan lebih baik jika dilakukan dan diikuti program pengembangan
SDM terutama anggota Gapoktan usia produktif.Implementasi program PUAP akan
lebih riil terlihat apabila bentuk pinjaman diberikan berupa pembelian benih unggul
yang langsung dibagikan ke anggota sesuai nilai pinjaman dan sarana produksi
diadakan secara kolektif dalam rangka efektivitas harga beli yang lebih murah.
3. Mendirikan sejumlah unit-unit usaha bersama yang terkait dengan pengadaan bahan-
bahan pertanian dalam rangka memenuhi kebutuhan input pertanian, sehingga petani
tidak perlu lagi memberli keluar desa.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar PS, Usman H. 1995. Pengantar Statistik. Bumi Aksara. Jakarta
Ariansyah, I. 2009. Pengaruh Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Pesisir (PEMP) Terhadap Pendapatan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. IPB
Badan Pusat Statistik. 2007. Kontribusi dan Nilai PDB Sektoral Pertanian pada
PDB Nasional. www.google.co.id (12 Juli 2009)
_________________. 2010. Produksi dan Luas Lahan Tanaman Pangan di
Provinsi Jawa Barat.www.google.com
Departemen Pertanian RI. 2008. Pedoman Umum Program Pengembangan Usaha
Agribisnis Perdesaaan (PUAP) 2008
Dewan Produksi Nasional RI. 1983. Konsep-konsep Manajemen Produktivitas di
Perusahaan. www.google.co.id/produktivitas. (15 Juli 2009)
Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bogor. 2008. Daftar Desa Sasaran
Program Pengembangan Usahaq Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Jiaravanon, Sumet. 2007. Masa Depan Agribisnis Indonesia dalam Perspektif
Seorang Praktisi. PT Charoen Pokphan Indonesia. Orasi Ilmiah.
Firdaus, M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. IPB Press.Bogor.
Abdi, MF. 2008. Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Manis Dengan Pola
Tanam Tumpangsari dan Monokultur. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB
Hernanto F. 1989. Ilimu Usahatani. Jakarta. Penebar Swadaya.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Proyek Peningkatan Perguruan
Tinggi. Institut Pertanian Bogor.
Mulyadi. 1999. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Penerbit STIE
YKPN. Yogyakarta.
Nisfiannoor. 2009. Pengantar Statistik. Jakarta: Salemba Humanika
Pertiwi, M. 2008. Pengaruh Program Kelompok Usaha Bersama (KUBE) dalam
memberdayakan Masyarakat Miskin Perkotaan. Skripsi. Fakultas Pertanian.
IPB
91
Prihandoko, K. 2009. Dampak Program PUAP Terhadap Kinerja Gapoktan.
Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB
Tarmidi. 2006. Efektifvitas Pengolahan Kredit Mikro Proyek Penanggulan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dan Analisis Pendapatan Keluarga Miskin.
Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB
Sagala, Z. 2010. Dampak Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) Terhadap Pendapatan Petani. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. IPB
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta. UI Press
_________.2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. Jakarta :
PT Rajawali Grafindo Persada.
_________.1993. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Jakarta:Raja Grafindo
Persada
_________.1990. Teori Ekonomi Produksi : dengan Pokok Bahasan Khusus
Fungsi Produksi Coob-Douglass. Jakarta: CV Rajawali
Soekartawi, Soeharjo A. Dillon JL. Hardaker JB.1986. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: UI Press
Suratiyah K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Syahyuti. 2007. Kebijakan Pengembangan Gabungan Kelompok Tani
(GAPOKTAN) Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perdesaan. Jurnal
Analisis Kebijakan Pertanian (Maret) : 15-35.
Umar, H. 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Yulistia, N. 2009. Analisis Pendapatan dan Efesiensi Produksi Usahatani
Belimbing Dewa Peserta Primatani di Kota Depok Jawa Barat. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB
90
Lampiran 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, 2008-2010 (Miliar Rupiah)
No Lapangan Usaha 2008 2009 2010*
I II III Total I II III Total I II III Total
1 Pertanian,
Peternakan,
Kehutanan dan
Perikanan
162.051 179.056 208.301 549.408 205.105 215.712 238.828 659.644 239.286 249.338 272.136 760.761
2 Pertambangan dan
Penggalian
122.567 137.708 141.590 401.865 131.217 141.966 155.013 428.196 165.358 174.443 180.073 519.874
3 Industri
Pengolahan
304.201 335.154 372.018 1.011.372 355.313 363.124 380.085 1.098.522 381.422 390.368 403.171 1.174.961
4 Listrik, Gas & Air
Bersih
9.504 10.182 10.513 30.199 11.184 11.786 11.862 34.831 11.619 12.679 13.173 37.471
5 Konstruksi 89.344 100.796 113.417 303.557 126.918 135.362 144.069 406.349 150.232 159.939 170.805 480.976
6 Perdagangan,
Hotel & Restoran
156.505 168.593 184.130 509.230 175.698 180.657 192.112 548.467 210.278 218.157 232.056 660.491
7 Pengangkutan dan
Komunikasi
72.166 73.779 81.200 227.145 83.818 86.049 90.642 260.510 93.431 97.802 104.843 296.076
8 Keuangan, Real
Estate & Jasa
Perusahaan
85.726 90.481 94.527 270.734 98.743 99.747 102.051 300.540 107.474 110.044 113.864 331.382
9 Jasa-jasa 108.791 125.620 122.373 356.783 129.124 151.303 145.141 425.568 139.164 162.060 164.361 465.585
Produk Domestik
Bruto
1.110.854 1.221.368 1.328.071 3.660.293 1.317.120 1.385.705 1.459.802 4.162.627 1.498.265 1.574.830 1.654.480 4.727.575
Keterangan : *Angka Sementara
91
Lampiran 2. Peta Kesesuaian Lahan Pertanian dan Tata Rencana Ruang Wilayah Komodit Pertanian di
Kabupaten Bogor
92
Lampiran 3. Produksi Dan Luas Lahan Padi Per Kecamatan Di Kabupaten Bogor
No Kecamatan
2008 2009
Produksi
(kg)
Luas Lahan
(m2)
Produktivitas
(Ton/Ha)
Produksi
(kg)
Luas
Lahan (m2)
Produktivitas
(Ton/Ha)
1 Nanggung 10.767 2.540 4,239 12.482 2.762 4,52
2 Leuwiliang 10.028 2.304 4,352 15.482 3.360 4,61
3 Leuwisadeng 9.910 2.259 4,387 10.840 2.308 4,70
4 Pamijahan 28.085 6.424 4,372 33.993 7.280 4,67
5 Cibungbulang 14.152 3.215 4,402 16.983 3.618 4,69
6 Ciampea 12.999 3.079 4,222 13.594 2.988 4,55
7 Tenjolaya 12.541 2.924 4,289 12.703 2.785 4,56
8 Dramaga 5.558 1.391 3,995 6.005 1.387 4,33
9 Ciomas 5.277 1.237 4,266 4.779 1.054 4,53
10 Tamansari 4.990 1.175 4,247 5.479 1.215 4,51
11 Cijeruk 5.185 1.221 4,247 5.412 1.201 4,51
12 Cigombong 4.384 1.056 4,151 4.964 1.121 4,43
13 Caringin 10.734 2.494 4,304 11.753 2.585 4,55
14 Ciawi 5.446 1.293 4,212 5.859 1.310 4,47
15 Cisarua 1.351 336 4,021 1.662 382 4,35
16 Megamendung 3.259 833 3,912 4.227 968 4,37
17 Sukaraja 462 109 4,236 796 177 4,50
18 Babakan Madang 350 85 4,120 1.943 438 4,44
19 Sukamakmur 15.930 3.840 4,148 24.280 5.298 4,58
20 Cariu 13.081 3.193 4,097 19.955 4.314 4,63
21 Tanjungsari 14.805 3.580 4,136 21.347 4.719 4,52
22 Jonggol 22.568 5.121 4,407 28.160 6.039 4,66
23 Cileungsi 6.071 1.434 4,233 6.072 1.348 4,50
24 Klapanunggal 5.495 1.364 4,029 5.091 1.182 4,31
25 Gunung Putri 1.700 410 4,145 404 92 4,39
26 Citeureup 612 147 4,165 2.116 465 4,55
27 Cibinong 2.266 537 4,220 641 144 4,45
28 Bojonggede 376 90 4,177 571 128 4,46
29 Tajurhalang 551 132 4,178 875 194 4,51
30 Kemang 1.514 362 4,182 1.514 331 4,58
31 Rancabungur 2.153 581 3,705 2.202 533 4,13
32 Parung 2.122 519 4,089 1.995 457 4,36
33 Ciseeng 5.194 1.232 4,216 5.284 1.184 4,46
34 Gunung Sindur 1.624 377 4,308 1.648 362 4,55
35 Rumpin 12.875 3.268 3,940 16.994 4.020 4,23
36 Cigudeg 13.949 3.214 4,340 20.162 4.308 4,68
37 Sukajaya 10.916 2.576 4,238 14.184 3.146 4,51
38 Jasinga 14.219 3.502 4,060 15.057 3.418 4,41
39 Tenjo 9.120 2.202 4,142 10.460 2.444 4,28
40 Parung Panjang 10.214 2.595 3,936 11.039 2.599 4,25
7.821 1.856 4 9.475 2.092 4,53
Sumber : KCD Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2009
93
Lampiran 4. Produktivitas Panen Tanaman Pangan Padi di Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2011
No Kabupaten/Kota Luas
Panen (Ha)
Hasil Per
Hektar(Ku/Ha)
Produksi
(Ton)
%
Produksi
% Luas
Panen 1 KAB BOGOR 89.006 59,6 530.506 4,71 4,67
2 KAB SUKABUMI 126.982 58,65 744.807 6,61 6,67
3 KAB CIANJUR 136.159 58,45 795.845 7,06 7,15
4 KAB BANDUNG 73.012 60,68 443.039 3,93 3,83
5 KAB GARUT 121.786 65,22 794.285 7,05 6,39
6 KAB TASIKMALAYA 131.989 62,81 829.065 7,36 6,93
7 KAB CIAMIS 114.833 62,37 716.171 6,35 6,03
8 KAB KUNINGAN 63.169 58,13 367.219 3,26 3,32
9 KAB CIREBON 88.664 57,46 509.458 4,52 4,65
10 KAB MAJALENGKA 101.108 56,58 572.039 5,08 5,31
11 KAB SUMEDANG 71.965 58,99 424.515 3,77 3,78
12 KAB INDRAMAYU 224.307 57,54 1.290.682 11,45 11,77
13 KAB SUBANG 166.674 54,56 909.356 8,07 8,75
14 KAB PURWAKARTA 37.610 58,48 219.961 1,95 1,97
15 KAB KARAWANG 184.627 59,68 1.101.896 9,78 9,69
16 KAB BEKASI 100.446 58,57 588.293 5,22 5,27
17 KAB BANDUNG BARAT 40.211 60,18 241.987 2,15 2,11
18 KOTA BOGOR 1.446 57,61 8.331 0,07 0,08
19 KOTA SUKABUMI 3.539 61,26 21.682 0,19 0,19
20 KOTA BANDUNG 1.492 54,72 8.164 0,07 0,08
21 KOTA CIREBON 729 57,22 4.171 0,04 0,04
22 KOTA BEKASI 965 57,87 5.585 0,05 0,05
23 KOTA DEPOK 817 58,97 4.818 0,04 0,04
24 KOTA CIMAHI 619 61,49 3.806 0,03 0,03
25 KOTA TASIKMALAYA 15.012 58,84 88.330 0,78 0,79
26 KOTA BANJAR 7.913 60,24 47.668 0,42 0,42
JUMLAH 1.941.329 1.536 11.436.334 100,00
Sumber : Kementrian Pertanian RI, 2010
94
Lampiran 5.
STRUKTUR ORGANISASI GABUNGAN KELOMPOK TANI (Gapoktan)
RUKUN MAKMUR DESA CIBITUNG KULON KECAMATAN PAMIJAHAN
STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS
(LKMA) RUKUN MAKMUR
MUSYAWARAH PETANI DESA CIBITUNG KULON
MEMBENTUK GAPOKTAN RUKUN MAKMUR
BENDAHARA
Samsudin Hanafi SEKRETARIS
Kosasih
KELOMPOK TANI
(Poktan) BERKAH
Misarja
KELOMPOK TANI
(Poktan) SAYAGI
Kosasih
KELOMPOK TANI
(Poktan) SAWARGI
M.Hatta
KELOMPOK TANI (Poktan)
RUKUN MAKMUR
H. Cucun R
ANGGOTA GABUNGAN KELOMPOK TANI (Gapoktan) RUKUN MAKMUR DESA
CIBITUNG KULON KECAMATAN PAMIJAHAN KABUPATEN BOGOR
KETUA GAPOKTAN
H.Cucun R
KASIR
Tina
PEMASARAN
Susanti
PEMBINAAN ANGGOTA
Kosasih
VERIFIKASI KELENGK.ADM
Encep N
MANAJER LKMA
Samsudin Hanafi
95
Lampiran 6. Karakteristik Responden Penelitian Dilihat dari Luas Lahan, Pendidikan, Status Lahan dan
Pengalaman Bertani Petani Responden.
No Nama Responden dan
Umur
Luas
Lahan (m2)
Pendidikan
Terakhir
Jenis
Kelamin
Status
Lahan
Pengalaman
Bertani
1 H.Cucun (45 tahun) 40.000 SLTA L Pemilik 18
2 Edi K (47 tahun) 7.636 SLTA L Pemilik 2
3 Usep R (32 tahun) 1.500 SMEA L Pemilik 2
4 Illis (55Tahun) 1.818 SD L Pemilik 3
5 Abdul R (53 tahun) 7.636 SD L Pemilik 4
6 Hayati (42 tahun) 2.200 SD P Pemilik 4
7 Misarja (65 tahun) 6.545 SD (kelas 4) L Pemilik 7
8 H. S. Hanafi (64 tahun) 2.500 STKIP L Pemilik 5
9 H.Kosasih (50 tahun) 10.000 SLTA L Pemilik 28
10 Yati N (26 tahun) 3.000 SMP P Penggarap 2
11 Yayah Sopiah (47 tahun) 5.000 SD P Penggarap 3
12 Entin Kartini (40 tahun) 4.900 SLTA P Pemilik 3
13 Neneng S (54 tahun) 3.000 SD P Pemilik 10
14 Nyai Iyat (45 tahun) 5.000 SD P Penggarap 3
15 Giyarti (32 tahun) 4.500 SD P Penggarap 5
16 Lilis R (36 tahun) 5.000 SMP P Pemilik 8
17 Ratna Komala (38 tahun) 4.745 SLTA P Pemilik 10
18 Jarnuji (60 tahun) 4.500 SD L Pemilik 10
19 Endoh M (35 tahun) 6.000 SLTA L Pemilik 7
20 Hj. Haya. N (45Tahun) 6.000 SLTA(Kelas1) P Pemilik 3
21 M. Hatta (48 tahun) 10.000 SD L Pemilik 27
22 Sunggono (58 tahun) 600 SLTA L Pemilik 3
23 Jasiman (55 tahun) 1.500 SLTA L Pemilik 15
24 H. Solahudin (55 tahun) 909 SD L Pemilik 20
25 Syamsudin Y (45 tahun) 4.000 SMP L Pemilik 11
26 Elo (40 tahun) 4.500 SD (Kelas 4) P Pemilik 15
27 Abdul Qodir (50 tahun) 5.000 SD L Pemilik 27
28 Roya Iskandar (42 Tahun) 5.000 SLTA L Pemilik 8
29 Encep (37 Tahun) 4.000 SLTA L Pemilik 5
30 Dede (43 Tahun) 4.500 SMP L Pemilik 13
Total luas lahan (m2) 194.091
Rata -rata luas lahan (m2) 6.470
Total luas lahan (ha) 19,4
96
Lampiran 7. Output Minitab Uji t-hitung Perubahan Pendapatan Paired T For Pendapatan Usahatani Padi
Responden Sebelum dan Setelah Memperoleh BLM-PUAP
————— 07/09/2011 9:05:28 ———————————————————— Welcome to Minitab, press F1 for help. Paired T-Test and CI: Penerimaan Sebelum; Penerimaan Setelah Paired T For Penerimaan Sebelum - Penerimaan Setelah N Mean StDev SE Mean Penerimaan Sebelum 30 5992090 7647362 1396211 Penerimaan Setelah 30 6560287 8412836 1535967 Difference 30 -568198 767772 140175 95% CI For Mean Difference: (-854888; -281507) T-Test of mean Difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -4,05 P-Value = 0,000 Paired T-Test and CI: pendapatan sebelum PUAP; pendapatan setelah PUAP Paired T for Pendapatan Sebelum PUAP - Pendapatan Setelah PUAP N Mean StDev SE Mean Pendapatan Sebelum 30 81685 267943 48920 Pendapatan Setelah 30 566636 1479275 270078 Difference 30 -484951 1339644 244584 95% CI For Mean Difference: (-985182; 15281) T-Test of Mean Difference = 0 (vs not = 0): T-Value = -1,98 P-Value = 0,057 Paired T-Test and CI: Tunai sebelum PUAP; Tunai Setelah PUAP Paired T for Tunai sebelum PUAP - Tunai Setelah PUAP N Mean StDev SE Mean Tunai Sebelum PU 30 1418492 1831715 334424 Tunai Setelah PU 30 1403464 2532680 462402 Difference 30 15027,8 705432,0 128793,7 95% CI for Mean Difference: (-248384,9; 278440,4) T-Test of Mean Difference = 0 (vs not = 0): T-Value = 0,12 P-Value = 0,908
97
Lampiran 8. Alokasi Dana BLM PUAP Menurut Sektor Usaha
(000)
No Kecamatan Gapoktan Rencana Usaha Bersama (RUB)
Total Total
% On farm (%) Off
farm
(%)
1 Jasinga
Bina Tani Mandiri 67.650 67,65 32.350 32,35 100.000 100
Harapan Jalan 100.000 100 0 0 100.000 100
Jujur sauyunan 48.000 48 52.000 52 100.000 100
Lesmar sukatani 40.000 40 60.000 60 100.000 100
Sari rasa 90.000 90 10.000 10 100.000 100
Sub Total 345.650 154.350
2 Pamijahan
Bina Sawargi 87.385 87,385 12.615 12,615 100.000 100
Makmur Sari 75.000 75 25.000 25 100.000 100
Melati 97.000 97 3.000 3 100.000 100
Rukun Makmur 94.000 94 6.000 6 100.000 100
Sumber Ubi 100.000 100 0 0 100.000 100
Sub Total 453.385 46.615
3 Leuwiliang
Harapan maju 67.000 67 33.000 33 100.000 100
Karya Guna 54.100 54,1 45.900 45,9 100.000 100
Tani Makmur 100.000 100 0 0 100.000 100
Rukun Tani 89.250 89,25 10.750 10,75 100.000 100
Sub Total 310.350 89.650
4 Sukamakmur Tani Mukti 100.000 100 0 0 100.000 100
5 Tenjo
Budaya Tani 92.000 92 8000 8 100.000 100
Sauyunan 95.200 95,2 4800 4,8 100.000 100
Tekad Tani 92.250 92,25 7750 7,75 100.000 100
Sub Total 279.450 20550
6 Jonggol Saluyu 100.000 100 0 0 100.000 100
7 Cisarua Bunga Wortel 92.000 92 8.000 8 100.000 100
8 Darmaga Mekarsari 73.995 73,995 26.005 26,005 100.000 100
9 Taman Sari Mekarsari 100.000 100 0 0 100.000 100
10 Leuwisadeng Tri Karya 86.120 86,12 13.880 13,88 100.000 100
11 Ranca Bungur Mitra Usaha 80.000 80 20.000 20 100.000 100
Total 2.020.950 379.050 2.400.000
98
Lampiran 9. FORMULIR PROGRAM USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)
NAMA GAPOKTAN :
DESA :…………….. KECAMATAN…………… KABUPATEN………….
PERMOHONAN PEMBIAYAAN
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama ..............................................................................................................................:
Tempat dan tgl lahir :
Agama ..............................................................................................................................:
Alamat Rumah :
Telp :
Pekerjaan :
Keanggotan : Kelompok Tani .............................. No Anggota
Dengan ini mengajukan permohonan fasilitas pembiayaan kepada Program PUAP Gapoktan ………………Desa Kecamatan
Dana Sebesar : Rp. .................................................. ( ................................................................ )
Jangka Waktu : ........................................................ bulan/minggu.
Untuk Keperluan :
Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan :
1. Foto copy KTP (suami, istri) dan Kartu Keluarga.
2. Persetujuan suami atau istri, atau orang tua bagi yang belum menikah ( usia > 17 tahun)
3. Rekomendasi dari Tim Pengarah Desa dan PPL sebagai berikut :
Rekomendasi Tim Pengarah Desa PUAP
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Yang bertanda tangan di bawah ini :
1. Nama :
Alamat : ..................................................... Telp :
Jabatan : Ketua Komite Pengarah Desa PUAP, Desa
2. Nama :
Alamat : ..................................................... Telp :
Jabatan : Penyuluh Pendamping Desa PUAP, Desa
Menyatakan bahwa nama tersebut di atas adalah anggota Gapoktan
Tercatat dalam keanggotaan kelompok tani .............................. …No……..dan berdasarkan pengamatan kami nama tersebut di atas
berkelakuan baik dan mempunyai usaha seperti usulan pembiayaan dan dapat melunasi angsuran pinjaman tepat waktu. Demikian
rekomendasi ini dibuat dengan sebenarnya. Setuju diberikan pinjaman sebesar Rp.
Dengan Cicilan ….Kali@Rp……………… ………….., …………..2009
Mengetahui,
Manager LKMA Ketua Penyuluh Pendamping Ketua
Kelompok Tani Tim Pengarah Desa
( ) ( ) ( ) ( )
99
Lampiran 10. Perbandingan Produksi Beras Nasional Tahun 2008-2011
Provinsi Tahun
Luas Panen(Ha) 2008-2011 Produksi(Ton) 2008-2011
NAD 293.323 348.429 352.520 349.787 1.242.374 1.504.982 1.571.134 1.582.468
Sumatera Utara 728.844 767.575 754.659 741.511 3.110.615 3.489.085 3.540.316 3.582.432
Sumatera barat 370.616 433.805 460.497 461.220 1.655.458 2.060.986 2.267.358 2.211.248
Riau 109.812 148.730 156.088 154.089 368.770 526.622 568.679 574.864
Jambi 137.698 154.788 153.897 160.487 496.952 641.617 660.636 628.828
Sumatera Selatan 435.989 741.447 769.478 770.233 1.564.819 3.080.366 3.437.579 3.272.451
Bengkulu 87.911 134.399 133.629 132.167 342.014 510.702 513.102 516.869
Lampung 398.924 567.950 590.609 590.304 1.739.764 2.649.176 2.818.490 2.807.791
Bangka Belitung 1.574 7.549 8.175 11.126 5.231 19.490 29.011 22.249
Kepulauan Riau 0 150 396 407 0 444 1.286 1.246
DKI Jakarta 3.357 2.258 2.015 2.099 16.886 12.057 11.321 11.164
Jawa Barat 1.728.945 1.950.895 2.037.763 1.941.329 8.897.551 11.186.501 11.436.334 11.737.683
Jawa Tengah 1.587.137 1.714.926 1.801.397 1.876.514 8.097.202 9.504.206 10.607.094 10.110.830
DI Yogyakarta 99.150 144.020 147.058 147.163 542.079 819.106 826.752 823.887
Jawa Timur 1.619.739 1.884.879 1.963.983 1.964.098 8.369.215 11.096.154 11.596.930 11.643.773
Banten 300.466 369.238 406.411 382.995 1.359.536 1.864.493 1.953.505 2.048.047
Bali 146.980 144.367 152.190 150.936 787.658 846.185 865.853 869.161
NTB 296.928 376.098 374.284 398.028 1.380.580 1.879.641 1.993.829 1.774.499
NTT 108.590 195.815 172.821 181.389 345.820 610.970 559.518 533.268
Kalimantan Barat 259.701 410.595 428.461 425.262 766.100 1.289.935 1.351.450 1.343.888
Kalimantan Tengah 92.795 208.358 247.064 212.976 248.242 561.694 585.482 648.872
Kalimantan Selatan 382.421 498.643 471.166 493.133 1.295.880 2.002.435 1.964.982 1.842.089
Kalimantan Timur 76.992 151.467 149.797 157.934 259.539 583.326 618.492 588.112
Sulawesi Utara 66.940 113.521 119.626 121.382 298.437 542.526 592.527 583.458
Sulawesi Tengah 142.912 214.805 202.312 210.433 512.916 968.394 971.362 931.379
Sulawesi Selatan 813.846 875.967 885.823 902.776 3.699.720 4.370.839 4.537.741 4.374.432
Sulawesi Tenggara 65.831 94.952 107.751 111.140 251.663 376.850 464.768 454.644
Gorontalo 35.035 49.137 45.937 55.083 157.538 257.485 297.396 253.563
Sulawesi Barat 0 6.725 75.923 79.552 0 318.233 380.419 362.900
Maluku 7.021 20.657 20.233 17.963 19.975 86.937 78.134 83.109
Maluku Utara 19.898 13.440 16.071 16.370 62.978 45.603 56.442 55.401
Papua Barat 0 10.487 9.464 9.570 0 37.360 34.271 34.254
Papua 0 25.467 26.686 29.237 0 95.666 115.131 102.610
Indonesia 10.419.375 12.842.739 13.244.184 13.258.693 47.895.512 63.840.066 66.411.469 67.307.324
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011
100
Lampiran 11. Rata-rata Pendapatan Usahatani Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP
Jenis Biaya Satuan
Fisik
Sebelum Setelah Selisih %
Kenaikan Jumlah Rp Jumlah Rp
Produksi GKP Kg 4.181 4.576 395 9,45
Harga Gabah/Kg Rp 2.200 2.200 0,00
A. Penerimaan Usahatani Rp 9.198.200 10.067.200 869.000 9,45
B. Biaya Usahatani
B.1 Biaya Tunai
1. Benih @Rp.6.000 Kg 29 174.000 39,4 236.400 62.400 35,86
2. Pupuk
a. Pupuk kandang @Rp.90 Kg 220 19.836 375 33.750 13.914 70,15
b. Urea @Rp.1.300 Kg 128 166.140 125 162.760 -3.380 -2,03
c. Ponska @Rp.1.800 Kg 106 190.980 113,45 204.210 13.230 6,93
d. TSP @Rp.1.600 Kg 102 163.360 99 157.840 -5.520 -3,38
3.Tenaga Kerja Luar Keluarga HOK 176,1 6.163.500 158,6 5.551.000 -612.500 -9,94
4.Sewa Traktor Rp 345.878 345.878
5.Angsuran Pinjaman 525.000 525.000
6.Pestisida Padat Kg 2,10 5.355 1,87 4.769 -587 -10,95
Total Biaya Tunai Rp 6.883.171 7.221.607 338.436 4,92
B.2 Biaya Diperhitungkan
- Tenaga Kerja Dalam Keluarga HOK 67,7 2.031.000 41,94 1.258.200 -772.800 -38,05
- Penyusutan Alat 22.357 22.357 0 0,00
Total Biaya Diperhitungkan 2.053.357 1.280.557 -772.800 -37,64
Total Biaya Tenaga Kerja
(LK & DK)
243,80 8.194.500 200,54 6.809.200 -1.385.300
C.Total Biaya Usahatani
(B1+B2)
8.936.528 8.502.164 -434.365 -4,86
D.Pendapatan Atas Biaya
Tunai (A-B1)
2.315.029 2.845.594 530.565 22,92
E.Pendapatan Atas Biaya
Total (A-C)
261.672 1.565.037 1.303.365 83,28
F.R/C Atas Biaya Tunai
(A/B1)
1,34 1,39 0,06 4,32
G.R/C Atas Biaya Total (A/C) 1,03 1,18 0,15 15,04
101
Lampiran 12. Perbandingan Komoditi Luas Lahan dan Produksi Tanaman Pangan Nasional Tahun 2008-2011
Jenis
Tanaman
Pangan
Tahun
2008 2009 2010 2011
Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
Padi 12.327.425 60.325.925 12.883.576 64.398.890 13.244.184 66.411.469 13.258.693 67.307.324
Jagung 4.001.724 16.317.252 4.160.659 17.629.748 4.143.246 18.364.430
4 068 776 17.925.467
Kedelai 590.956 775.710 722.791 974.512 661 711 908 111 666 702 934.003
Kacang Tanah 633.922 770.054 622.616 777.888 620 828 779 607 622 854 778.335
Kacang Hijau 278.137 298.059 288.206 314.486 258 529 292 084 268 161 304.169
Ubi Kayu 1.204.933 21.756.991 1 175.666 22.039.145 1 182 604 23 908
459 1 168 187 22.900.207
Ubi Jalar 174.561 1.881.761 183.874 2.057.913 181 048 2 050 805 182 320 2.080.853
Sumber : Kementrian Pertanian RI, 2010
102
Lampiran 13. Perbandingan Kebutuhan Rata-rata Tenaga Kerja terhadap Luas Lahan Sebelum dan Setelah
Adanya PUAP
Jenis Kegiatan
Budidaya
Tenaga Kerja Sebelum PUAP (HOK) Tenaga Kerja Setelah PUAP (HOK)
LK DK LK DK
Pengolahan Lahan 17,52 25,76 - 2
Penyemaian Benih 5,04 5,46 5,04 5,46
Penanaman 32,68 9,58 32,68 9,58
Pemupukan 5,23 2,43 5,23 2,43
Pengendalian HPT 25,52 16,9 25,52 16,9
Panen 91,32 8 91,32 6
Total Rata-Rata 177,01 68,13 159,8 42,37
103
Lampiran 14. Perbandingan Luas Lahan dan Produktivitas Tanaman Pangan Di Provinsi Jawa Barat Tahun
2008-2011
Jenis Tanaman
Pangan
Tahun
2008 2009 2010 2011
Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi Luas Panen Produksi
Padi 1.803.628 10.111.069 1.950.203 11.322.681 2.037.763 11.737.683 1.941.329 11.436.334
Jagung 118.976 639.822 136.707 787.599 153.778 923.962 147.496 915.183
10. Kedelai 23.810 32.921 41.775 60.257 36.700 55.823 37.022 57.446
11. Kacang Tanah 54.103 78.512 61.498 89.454 67.894 99.048 63.800 96.287
12. Kacang Hijau 11.606 12.187 13.978 16.195 12.866 14.624 13.659 15.776
13. Ubi Kayu 109.354 2.034.854 110.827 2.086.187 104.934 2.012.732 105.782 2.054.423
14. Ubi Jalar 27.252 376.490 33.387 469.646 30.071 43. 969 29.658 432.443
Sumber : Kementan, 2010
104
Lampiran 15. Data Output atau Penerimaan Rata –Rata Gapoktan Rukun Makmur Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP
Luas Lahan
Sebelum Sesudah
Selisih Selisih
Produksi (Kg) Produksi
(Ton)
Prod/Ha/Mus
im (Ton)
Harga
Jual
Penerimaa
n
Produksi
(Ton)
Prod/Ha/Musi
m (Ton) Harga Jual Penerimaan
40.000 4,00 17,16 4,290 2.200 37.752.000 18,88 4,719 2.200 41.527.200 3.775.200 1,72
7.636 0,76 3,16 4,140 2.200 6.955.233 3,40 4,451 2.200 7.476.876 521.642 0,24
1.500 0,15 0,61 4,060 2.200 1.339.800 0,72 4,799 2.200 1.583.644 243.844 0,11
1.818 0,18 0,71 3,930 2.200 1.571.998 0,76 4,183 2.200 1.673.078 101.079 0,05
7.636 0,76 3,31 4,340 2.200 7.291.235 3,56 4,658 2.200 7.824.953 533.718 0,24
2.200 0,22 0,95 4,300 2.200 2.081.200 0,99 4,521 2.200 2.187.966 106.766 0,05
6.545 0,65 2,78 4,240 2.200 6.105.605 3,02 4,617 2.200 6.649.004 543.399 0,25
2.500 0,25 1,03 4,105 2.200 2.257.750 1,13 4,516 2.200 2.483.525 225.775 0,10
10.000 1,00 3,94 3,940 2.200 8.668.000 4,33 4,334 2.200 9.534.800 866.800 0,39
3.000 0,30 1,31 4,370 2.200 2.884.200 1,44 4,807 2.200 3.172.620 288.420 0,13
5.000 0,50 2,04 4,080 2.200 4.488.000 2,24 4,488 2.200 4.936.800 448.800 0,20
4.900 0,49 2,07 4,230 2.200 4.559.940 2,28 4,653 2.200 5.015.934 455.994 0,21
30.000 3,00 12,27 4,090 2.200 26.994.000 13,50 4,499 2.200 29.693.400 2.699.400 1,23
5.000 0,50 2,12 4,230 2.200 4.653.000 2,33 4,653 2.200 5.118.300 465.300 0,21
4.500 0,45 1,89 4,210 2.200 4.167.900 2,08 4,631 2.200 4.584.690 416.790 0,19
5.000 0,50 2,16 4,320 2.200 4.752.000 2,38 4,752 2.200 5.227.200 475.200 0,22
4.745 0,47 1,98 4,170 2.200 4.353.485 2,18 4,587 2.200 4.788.834 435.349 0,20
4.500 0,45 1,89 4,200 2.200 4.158.000 2,08 4,620 2.200 4.573.800 415.800 0,19
6.000 0,60 2,60 4,340 2.200 5.728.800 2,86 4,774 2.200 6.301.680 572.880 0,26
6.000 0,60 2,62 4,360 2.200 5.755.200 2,88 4,796 2.200 6.330.720 575.520 0,26
10.000 1,00 4,30 4,300 2.200 9.460.000 4,70 4,696 2.200 10.330.320 870.320 0,40
600 0,06 0,27 4,500 2.200 594.000 0,30 4,950 2.200 653.400 59.400 0,03
1.500 0,15 0,57 3,780 2.200 1.247.400 0,62 4,158 2.200 1.372.140 124.740 0,06
909 0,09 0,32 3,540 2.200 707.999 0,36 3,936 2.200 787.295 79.296 0,04
4.000 0,40 1,65 4,120 2.200 3.625.600 1,77 4,425 2.200 3.893.894 268.294 0,12
4.500 0,45 1,97 4,370 2.200 4.326.300 2,11 4,689 2.200 4.642.120 315.820 0,14
5.000 0,50 2,01 4,020 2.200 4.422.000 2,21 4,422 2.200 4.864.200 442.200 0,20
600 0,06 0,24 3,920 2.200 517.440 0,26 4,312 2.200 569.184 51.744 0,02
4.000 0,40 1,77 4,420 2.200 3.889.600 1,91 4,782 2.200 4.208.547 318.947 0,14
4.500 0,45 2,03 4,500 2.200 4.455.000 2,18 4,851 2.200 4.802.490 347.490 0,16
105
Lampiran 16. Data Input Produksi Rata-rata Gapoktan Rukun Makmur Sebelum Adanya Program PUAP
Luas Lahan Benih
Kg/Ha
Pupuk
Kandang Kg/Ha
Pupuk
Urea Kg/Ha Ponska Kg/Ha TSP Kg/Ha
Pestisida
(Kg)
Penyusut
an Alat
Tenaga Kerja
M2 Ha LK DK Total Sewa
Traktor 40000 4,0000 208,0 900,0 225,0 500,0 125 460,0 115,0 452,0 113 13,20 89.428,0 709,2 273 982 2.484.000
7636 0,7636 39,7 171,8 225,0 100,8 132 80,2 105,0 77,9 102 2,52 17.072,7 135,39 52 187 474.220
1500 0,1500 7,8 33,0 220,0 18,0 120 16,8 112,0 14,9 99,6 0,50 3.353,6 26,595 10,2 36,8 93.150
1818 0,1818 9,5 40,0 220,0 20,9 115 20,9 115,0 17,9 98,7 0,60 4.064,9 32,236 12,4 44,6 112.909
7636 0,7636 39,7 171,8 225,0 102,3 134 84,0 110,0 77,9 102 2,52 17.072,7 135,39 52 187 474.220
2200 0,2200 11,4 51,7 235,0 27,1 123 22,4 102,0 22,0 100 0,73 4.918,5 39,006 15 54 136.620
6545 0,6545 34,0 147,3 225,0 81,3 124,25 65,5 100,0 67,4 103 2,16 14.633,7 116,05 44,6 161 406.473
2500 0,2500 13,0 52,5 210,0 30,3 121 25,8 103,0 25,1 100,5 0,83 5.589,3 44,325 17 61,4 155.250
10000 1,0000 52,0 215,0 215,0 131,0 131 108,0 108,0 103,3 103,25 3,30 22.357,0 177,3 68,1 245 621.000
3000 0,3000 15,6 60,0 200,0 52,5 175 33,0 110,0 30,7 102,3 0,99 6.707,1 53,19 20,4 73,6 186.300
5000 0,5000 26,0 87,5 175,0 61,1 122,25 56,1 112,3 50,8 101,5 1,65 11.178,5 88,65 34,1 123 310.500
4900 0,4900 25,5 105,4 215,0 64,7 132 46,7 95,3 49,1 100,3 1,62 10.954,9 86,877 33,4 120 304.290
3000 0,3000 15,6 69,6 232,0 36,0 120 30,3 101,0 30,2 100,6 0,99 67.071,0 531,9 204 736 186.300
5000 0,5000 26,0 112,5 225,0 61,0 122 50,1 100,3 51,2 102,4 1,65 11.178,5 88,65 34,1 123 310.500
4500 0,4500 23,4 94,5 210,0 63,9 142 46,4 103,0 46,6 103,5 1,49 10.060,7 79,785 30,7 110 279.450
5000 0,5000 26,0 118,5 237,0 65,5 131 56,5 113,0 51,1 102,25 1,65 11.178,5 88,65 34,1 123 310.500
4745 0,4745 24,7 130,5 275,0 59,3 125 49,4 104,0 47,6 100,26 1,57 10.609,4 84,137 32,3 116 294.69
4500 0,4500 23,4 81,0 180,0 55,5 123,25 50,4 112,0 45,2 100,42 1,49 10.060,7 79,785 30,7 110 279.450
6000 0,6000 31,2 111,0 185,0 80,4 134 66,0 110,0 61,4 102,25 1,98 13.414,2 106,38 40,9 147 372.600
6000 0,6000 31,2 141,0 235,0 75,0 125 60,6 101,0 61,4 102,25 1,98 13.414,2 106,38 40,9 147 372.600
10000 1,0000 52,0 233,0 233,0 130,0 130 105,0 105,0 100,3 100,25 3,30 22.357,0 177,3 68,1 245 621.000
600 0,0600 3,1 13,5 225,0 7,6 126,8 6,7 112,0 6,6 110 0,20 1.341,4 10,638 4,09 14,7 37.260
1500 0,1500 7,8 33,9 226,0 18,0 120 17,0 113,0 14,9 99,25 0,50 3.353,6 26,595 10,2 36,8 93.150
909 0,0909 4,7 20,3 223,0 11,4 125,5 9,4 103,0 9,0 98,76 0,30 2.032,5 16,118 6,19 22,3 56.454,
4000 0,4000 20,8 90,0 225,0 50,8 127 41,2 103,0 41,0 102,5 1,32 8.942,8 70,92 27,3 98,2 248.400,
4500 0,4500 23,4 90,0 200,0 51,8 115 45,9 102,0 46,2 102,6 1,49 10.060,7 79,785 30,7 110 279.450
5000 0,5000 26,0 107,5 215,0 62,5 125 52,0 104,0 50,1 100,2 1,65 11.178,5 88,65 34,1 123 310.500,
600 0,0600 3,1 13,0 216,0 7,7 127,8 5,7 95,5 6,6 110 0,20 1.341,4 10,638 4,09 14,7 37.260
4000 0,4000 20,8 90,0 225,0 49,6 124 44,8 112,0 39,5 98,8 1,32 8.942,8 70,92 27,3 98,2 248.400
4500 0,4500 23,4 114,3 254,0 60,8 135 45,6 101,3 45,0 99,9 1,49 10.060,7 79,785 30,7 110 279.450
Rata-rata 29,0 123,3 220,4 71,2 127,8 106,1 102,1 1,84 10.060 16,5 54,2 345.878
106
Lampiran 17. Data Input Produksi Rata-rata Gapoktan Rukun Makmur Setelah Adanya Program PUAP
Luas Lahan Benih
Kg/Ha
Pupuk
Kandang Kg/Ha
Pupuk
Urea Kg/Ha Ponska Kg/Ha TSP Kg/Ha
Pestisida
(Kg)
Tenaga Kerja
LK DK Total Sewa
40000 4,0000 282,7 1500,0 375,0 400,0 100,0 460,0 100,0 382,2 95,5 10,9 317,1 135,4 452,5 2.484.000,0
7636 0,7636 54,0 286,4 375,0 76,4 100,0 87,8 115,0 72,5 95,0 2,1 67,2 16,0 83,2 474.220,4
1500 0,1500 10,6 56,3 375,0 15,0 100,0 17,3 115,0 14,6 97,6 0,4 5,1 1,9 7,0 93.150,0
1818 0,1818 12,8 68,2 375,0 18,2 115,0 20,9 115,0 17,6 96,8 0,5 6,2 2,3 8,5 112.909,0
7636 0,7636 54,0 286,4 375,0 76,4 134,0 87,8 100,0 72,2 94,5 2,1 60,5 16,0 76,6 474.220,4
2200 0,2200 15,5 82,5 375,0 22,0 123,0 25,3 115,0 22,0 100,0 0,6 7,5 2,8 10,3 136.620,0
6545 0,6545 46,3 245,5 375,0 65,5 124,3 75,3 100,0 65,5 100,0 1,8 51,9 13,7 65,6 406.473,1
2500 0,2500 17,7 93,8 375,0 25,0 121,0 28,8 115,0 25,0 100,0 0,7 8,5 3,2 11,7 155.250,0
10000 1,0000 70,7 375,0 375,0 100,0 131,0 115,0 115,0 100,0 100,0 2,7 79,3 21,0 100,3 621.000,0
3000 0,3000 21,2 112,5 375,0 30,0 175,0 34,5 115,0 30,0 100,0 0,8 10,2 3,8 14,0 186.300,0
5000 0,5000 35,3 187,5 375,0 50,0 122,3 57,5 115,0 50,0 100,0 1,4 17,0 10,5 27,5 310.500,0
4900 0,4900 34,6 183,8 375,0 49,0 132,0 56,4 115,0 49,0 100,0 1,3 16,7 6,3 22,9 304.290,0
3000 0,3000 21,2 112,5 375,0 30,0 120,0 34,5 115,0 30,0 100,0 0,8 10,2 3,8 14,0 186.300,0
5000 0,5000 35,3 187,5 375,0 50,0 122,0 57,5 115,0 50,0 100,0 1,4 17,0 10,5 27,5 310.500,0
4500 0,4500 31,8 168,8 375,0 45,0 142,0 51,8 115,0 45,0 100,0 1,2 15,3 5,8 21,1 279.450,0
5000 0,5000 35,3 187,5 375,0 50,0 131,0 57,5 115,0 50,0 100,0 1,4 17,0 6,4 23,4 310500,0
4745 0,4745 33,5 178,0 375,0 47,5 125,0 54,6 115,0 47,5 100,0 1,3 16,1 6,1 22,2 294.693,1
4500 0,4500 31,8 168,8 375,0 45,0 123,3 51,8 115,0 45,0 100,0 1,2 15,3 5,8 21,1 279.450,0
6000 0,6000 42,4 225,0 375,0 60,0 134,0 69,0 115,0 60,0 100,0 1,6 47,6 12,6 60,2 372.600,0
6000 0,6000 42,4 225,0 375,0 60,0 125,0 69,0 115,0 60,0 100,0 1,6 47,6 12,6 60,2 372.600,0
10000 1,0000 70,7 375,0 375,0 100,0 130,0 115,0 115,0 100,0 100,0 2,7 79,3 21,0 100,3 621.000,0
600 0,0600 4,2 22,5 375,0 6,0 126,8 6,9 115,0 6,0 100,0 0,2 2,0 0,8 2,8 37.260,0
1500 0,1500 10,6 56,3 375,0 15,0 120,0 17,3 115,0 15,0 100,0 0,4 5,1 1,9 7,0 93.150,0
909 0,0909 6,4 34,1 375,0 9,1 125,5 10,5 115,0 9,1 100,0 0,2 3,1 1,2 4,3 56.454,5
4000 0,4000 28,3 150,0 375,0 40,0 127,0 46,0 115,0 37,8 94,6 1,1 13,6 5,1 18,7 248.400,0
4500 0,4500 31,8 168,8 375,0 45,0 115,0 51,8 115,0 43,9 97,6 1,2 15,3 5,8 21,1 279.450,0
5000 0,5000 35,3 187,5 375,0 50,0 125,0 57,5 115,0 46,8 93,7 1,4 17,0 6,4 23,4 310.500,0
600 0,0600 4,2 22,5 375,0 6,0 127,8 6,9 115,0 5,7 94,4 0,2 2,0 0,8 2,8 37.260,0
4000 0,4000 28,3 150,0 375,0 40,0 124,0 46,0 115,0 40,0 100,0 1,1 13,6 5,1 18,7 248.400,0
4500 0,4500 31,8 168,8 375,0 45,0 135,0 51,8 115,0 45,0 100,0 1,2 15,3 5,8 21,1 279.450,0
39,4 208,9 375,0 55,7 125,2 113,5 98,7 1,5 33,3 11,7 345.878,3
107
Lampiran 18. Rata-Rata Biaya Tunai dan Total Usahatani Petani Responden Di Gapoktan Rukun Makmur Setelah Adanya PUAP
(Rupiah)
Luas
Lahan
Harga
Benih
Harga
P.Kandang
Harga
P.Urea
Harga
P.Ponska Hargap.TSP
Harga
P.Pestisida
Tenaga Kerja Biaya
Total
Biaya
Tunai LK (Rp) DK (Rp) Total Sewa
Traktor
40.000 4 1.696.080 135.000 520.000 828.000 611.456 27.846 22.370.600 5.084.400 27.455.000 2.520.000 34.318.382 29.144.554
7.636 1 323.799 25.773 99.273 158.073 116.073 5.316 4.270.771 970.663 5.241.434 481.093 6.975.835 5.988.099
1.500 0 63.603 5.063 19.500 31.050 23.414 1.044 838.898 190.665 1.029.563 94.500 1.792.737 1.598.718
1.818 0 77.094 6.136 23.636 37.636 28.145 1.266 1.016.844 231.109 1.247.953 114.545 2.061.413 1.826.240
7.636 1 323.799 25.773 99.273 158.073 115.462 5.316 4.270.771 970.663 5.241.434 481.093 6.975.224 5.987.488
2.200 0 93.284 7.425 28.600 45.540 35.200 1.532 1.230.383 279.642 1.510.025 138.600 2.385.206 2.100.645
6.545 1 277.541 22.091 85.091 135.491 104.727 4.557 3.660.647 831.993 4.492.640 412.364 6.059.502 5.212.874
2.500 0 106.005 8.438 32.500 51.750 40.000 1.740 1.398.163 317.775 1.715.938 157.500 2.638.870 2.315.506
10.000 1 424.020 33.750 130.000 207.000 160.000 6.962 5.592.650 1.271.100 6.863.750 630.000 8.980.482 7.687.025
3.000 0 127.206 10.125 39.000 62.100 48.000 2.088 1.677.795 381.330 2.059.125 189.000 3.061.644 2.673.607
5.000 1 212.010 16.875 65.000 103.500 80.000 3.481 2.796.325 635.550 3.431.875 315.000 4.752.741 4.106.012
4.900 0 207.770 16.538 63.700 101.430 78.400 3.411 2.740.399 622.839 3.363.238 308.700 4.668.186 4.034.392
30.000 3 1.272.060 101.250 390.000 621.000 480.000 20.885 16.777.950 3.813.300 20.591.250 1.890.000 25.891.445 22.011.074
5.000 1 212.010 16.875 65.000 103.500 80.000 3.481 2.796.325 635.550 3.431.875 315.000 4.752.741 4.106.012
4.500 0 190.809 15.188 58.500 93.150 72.000 3.133 2.516.693 571.995 3.088.688 283.500 4.329.967 3.747.911
5.000 1 212.010 16.875 65.000 103.500 80.000 3.481 2.796.325 635.550 3.431.875 315.000 4.752.741 4.106.012
4.745 0 201.217 16.016 61.691 98.231 75.927 3.304 2.653.970 603.195 3.257.165 298.964 4.537.515 3.923.710
4.500 0 190.809 15.188 58.500 93.150 72.000 3.133 2.516.693 571.995 3.088.688 283.500 4.329.967 3.747.911
6.000 1 254.412 20.250 78.000 124.200 96.000 4.177 3.355.590 762.660 4.118.250 378.000 5.598.289 4.822.215
6.000 1 254.412 20.250 78.000 124.200 96.000 4.177 3.355.590 762.660 4.118.250 378.000 5.598.289 4.822.215
10.000 1 424.020 33.750 130.000 207.000 160.000 6.962 5.592.650 1.271.100 6.863.750 630.000 8.980.482 7.687.025
600 0 25.441 2.025 7.800 12.420 9.600 418 335.559 76.266 411.825 37.800 1.032.329 954.721
1.500 0 63.603 5.063 19.500 31.050 24.000 1.044 838.898 190.665 1.029.563 94.500 1.793.322 1.599.304
909 0 38.547 3.068 11.818 18.818 14.545 633 508.422 115.554 623.977 57.273 1.293.679 1.176.092
4.000 0 169.608 13.500 52.000 82.800 60.525 2.785 2.237.060 508.440 2.745.500 252.000 3.903.717 3.386.335
4.500 0 190.809 15.188 58.500 93.150 70.243 3.133 2.516.693 571.995 3.088.688 283.500 4.328.210 3.746.154
5.000 1 212.010 16.875 65.000 103.500 74.936 3.481 2.796.325 635.550 3.431.875 315.000 4.747.677 4.100.948
600 0 25.441 2.025 7.800 12.420 9.058 418 335.559 76.266 411.825 37.800 1.031.786 954.179
4.000 0 169.608 13.500 52.000 82.800 64.000 2.785 2.237.060 508.440 2.745.500 252.000 3.907.193 3.389.810
4.500 0 190.809 15.188 58.500 93.150 72.000 3.133 2.516.693 571.995 3.088.688 283.500 4.329.967 3.747.911
108
Lampiran 19. Rata-Rata Biaya Tunai dan Total Usahatani Petani Responden Di Gapoktan Rukun Makmur Sebelum Adanya PUAP
(Rupiah)
Luas Lahan Harga
Benih
Harga
P.Kandang
Harga
P.Urea
Harga
Ponska
Harga
P.TSP Harga
Pestisida
Tenaga Kerja Biaya
Total
Biaya
Tunai
Penyusutan
Alat M2 Ha LK (Rp) DK (Rp) Total
40.000 4 1.248.000 81.000 650.000 828.000 723.200 33.660 24.822.000 8.175.600 32.997.600 36.650.888 28.385.860 89.428
7.636 1 238.256 15.464 131.041 144.328 124.626 6.426 4.738.768 1.560.804 6.299.572 6.976.785 5.398.908 17.073
1.500 0 46.800 2.970 23.400 30.240 23.904 1.262 930.825 306.585 1.237.410 1.369.340 1.059.401 3.354
1.818 0 56.727 3.600 27.182 37.636 28.713 1.530 1.128.272 371.618 1.499.889 1.659.342 1.283.660 4.065
7.636 1 238.256 15.464 133.026 151.201 124.626 6.426 4.738.768 1.560.804 6.299.572 6.985.643 5.407.766 17.073
2.200 0 68.640 4.653 35.178 40.392 35.200 1.851 1.365.210 449.658 1.814.868 2.005.701 1.551.124 4.919
6.545 1 204.218 13.255 105.726 117.818 107.869 5.508 4.061.785 1.337.827 5.399.612 5.968.639 4.616.179 14.634
2.500 0 78.000 4.725 39.325 46.350 40.200 2.104 1.551.375 510.975 2.062.350 2.278.643 1.762.079 5.589
10.000 1 312.000 19.350 170.300 194.400 165.200 8.415 6.205.500 2.043.900 8.249.400 9.141.422 7.075.165 22.357
3.000 0 93.600 5.400 68.250 59.400 49.104 2.525 1.861.650 613.170 2.474.820 2.759.806 2.139.929 6.707
5.000 1 156.000 7.875 79.463 101.025 81.200 4.208 3.102.750 1.021.950 4.124.700 4.565.649 3.532.520 11.179
4.900 0 152.880 9.482 84.084 84.011 78.635 4.123 3.040.695 1.001.511 4.042.206 4.466.375 3.453.910 10.955
30.000 3 936.000 62.640 468.000 545.400 482.880 25.245 18.616.500 6.131.700 24.748.200 27.335.436 21.136.665 67.071
5.000 1 156.000 10.125 79.300 90.225 81.920 4.208 3.102.750 1.021.950 4.124.700 4.557.656 3.524.528 11.179
4.500 0 140.400 8.505 83.070 83.430 74.520 3.787 2.792.475 919.755 3.712.230 4.116.002 3.186.187 10.061
5.000 1 156.000 10.665 85.150 101.700 81.800 4.208 3.102.750 1.021.950 4.124.700 4.575.401 3.542.273 11.179
4.745 0 148.058 11.745 77.114 88.835 76.125 3.993 2.944.795 969.925 3.914.720 4.331.199 3.350.665 10.609
4.500 0 140.400 7.290 72.101 90.720 72.302 3.787 2.792.475 919.755 3.712.230 4.108.891 3.179.075 10.061
6.000 1 187.200 9.990 104.520 118.800 98.160 5.049 3.723.300 1.226.340 4.949.640 5.486.773 4.247.019 13.414
6.000 1 187.200 12.690 97.500 109.080 98.160 5.049 3.723.300 1.226.340 4.949.640 5.472.733 4.232.979 13.414
10.000 1 312.000 20.970 169.000 189.000 160.400 8.415 6.205.500 2.043.900 8.249.400 9.131.542 7.065.285 22.357
600 0 18.720 1.215 9.890 12.096 10.560 505 372.330 122.634 494.964 549.292 425.316 1.341
1.500 0 46.800 3.051 23.400 30.510 23.820 1.262 930.825 306.585 1.237.410 1.369.607 1.059.668 3.354
909 0 28.364 1.825 14.832 16.855 14.365 765 564.136 185.809 749.945 828.982 641.140 2.032
4.000 0 124.800 8.100 66.040 74.160 65.600 3.366 2.482.200 817.560 3.299.760 3.650.769 2.824.266 8.943
4.500 0 140.400 8.100 67.275 82.620 73.872 3.787 2.792.475 919.755 3.712.230 4.098.344 3.168.529 10.061
5.000 1 156.000 9.675 81.250 93.600 80.120 4.208 3.102.750 1.021.950 4.124.700 4.560.731 3.527.603 11.179
600 0 18.720 1.166 9.968 10.314 10.560 505 372.330 122.634 494.964 547.539 423.564 1.341
4.000 0 124.800 8.100 64.480 80.640 63.232 3.366 2.482.200 817.560 3.299.760 3.653.321 2.826.818 8.943
4.500 0 140.400 10.287 78.975 82.013 71.921 3.787 2.792.475 919.755 3.712.230 4.109.673 3.179.857 10.061
109
Lampiran 20. Rata-rata Pendapatan Usahatani Atas Biaya Tunai dan Total Sebelum dan Setelah Adanya Program PUAP
Luas
Laha
n
(Ha)
Sebelum Pendapatan
Sesudah Pendapatan
Selisih
Selisih
Produksi
(Kg)
Prod
uksi
(Ton)
Prod/Ha
/Musim
(Ton)
Harga
Jual
Penerimaa
n
Atas Biaya
Total
Atas Biaya
Tunai
Prod
uksi
(Ton)
Prod/Ha/
Musim
(Ton)
Harga
Jual
Penerimaa
n
Atas Biaya
Total
Atas Biaya
Tunai
4,00 17,1
6
4,290 2.200 37.752.000 1.101.112 9.366.140,0
0
18,8
8
4,719 2.200 41.527.200 7.208.818 12.382.646 3.775.200 1,72
0,76 3,16 4,140 2.200 6.955.233 -21.552 1.556.325,1
2
3,40 4,451 2.200 7.476.876 501.041 1.488.777 521.642 0,24
0,15 0,61 4,060 2.200 1.339.800 -29.540 280.399,00 0,72 4,799 2.200 1.583.644 -209.093 -15.074 243.844 0,11
0,18 0,71 3,930 2.200 1.571.998 -87.344 288.338,43 0,76 4,183 2.200 1.673.078 -388.335 -153.162 101.079 0,05
0,76 3,31 4,340 2.200 7.291.235 305.592 1.883.468,7
2
3,56 4,658 2.200 7.824.953 849.729 1.837.465 533.718 0,24
0,22 0,95 4,300 2.200 2.081.200 75.499 530.076,00 0,99 4,521 2.200 2.187.966 -197.240 87.321 106.766 0,05
0,65 2,78 4,240 2.200 6.105.605 136.966 1.489.426,0
9
3,02 4,617 2.200 6.649.004 589.502 1.436.130 543.399 0,25
0,25 1,03 4,105 2.200 2.257.750 -20.893 495.671,00 1,13 4,516 2.200 2.483.525 -155.345 168.019 225.775 0,10
1,00 3,94 3,940 2.200 8.668.000 -473.422 1.592.835,0
0
4,33 4,334 2.200 9.534.800 554.318 1.847.775 866.800 0,39
0,30 1,31 4,370 2.200 2.884.200 124.394 744.271,00 1,44 4,807 2.200 3.172.620 110.976 499.013 288.420 0,13
0,50 2,04 4,080 2.200 4.488.000 -77.649 955.480,00 2,24 4,488 2.200 4.936.800 184.059 830.788 448.800 0,20
0,49 2,07 4,230 2.200 4.559.940 93.565 1.106.030,0
0
2,28 4,653 2.200 5.015.934 347.748 981.542 455.994 0,21
3,00 12,2
7
4,090 2.200 26.994.000 -341.436 5.857.335,0
0
13,5
0
4,499 2.200 29.693.400 3.801.955 7.682.326 2.699.400 1,23
0,50 2,12 4,230 2.200 4.653.000 95.344 1.128.472,0
0
2,33 4,653 2.200 5.118.300 365.559 1.012.288 465.300 0,21
0,45 1,89 4,210 2.200 4.167.900 51.898 981.713,00 2,08 4,631 2.200 4.584.690 254.723 836.779 416.790 0,19
0,50 2,16 4,320 2.200 4.752.000 176.599 1.209.727,0
0
2,38 4,752 2.200 5.227.200 474.459 1.121.188 475.200 0,22
0,47 1,98 4,170 2.200 4.353.485 22.286 1.002.820,0
0
2,18 4,587 2.200 4.788.834 251.319 865.124 435.349 0,20
0,45 1,89 4,200 2.200 4.158.000 49.109 978.925,00 2,08 4,620 2.200 4.573.800 243.833 825.889 415.800 0,19
0,60 2,60 4,340 2.200 5.728.800 242.027 1.481.781,0
0
2,86 4,774 2.200 6.301.680 703.391 1.479.465 572.880 0,26
0,60 2,62 4,360 2.200 5.755.200 282.467 1.522.221,0
0
2,88 4,796 2.200 6.330.720 732.431 1.508.505 575.520 0,26
1,00 4,30 4,300 2.200 9.460.000 328.458 2.394.715,0
0
4,70 4,696 2.200 10.330.320 1.349.838 2.643.295 870.320 0,40
0,06 0,27 4,500 2.200 594.000 44.708 168.684,00 0,30 4,950 2.200 653.400 -378.929 -301.321 59.400 0,03
0,15 0,57 3,780 2.200 1.247.400 -122.207 187.732,00 0,62 4,158 2.200 1.372.140 -421.182 -227.164 124.740 0,06
0,09 0,32 3,540 2.200 707.999 -120.983 66.859,29 0,36 3,936 2.200 787.295 -506.384 -388.797 79.296 0,04
0,40 1,65 4,120 2.200 3.625.600 -25.169 801.334,00 1,77 4,425 2.200 3.893.894 -9.823 507.559 268.294 0,12
0,45 1,97 4,370 2.200 4.326.300 227.956 1.157.771,0
0
2,11 4,689 2.200 4.642.120 313.910 895.966 315.820 0,14
0,50 2,01 4,020 2.200 4.422.000 -138.731 894.397,00 2,21 4,422 2.200 4.864.200 116.523 763.252 442.200 0,20
0,06 0,24 3,920 2.200 517.440 -30.099 93.876,00 0,26 4,312 2.200 569.184 -462.602 -384.995 51.744 0,02
0,40 1,77 4,420 2.200 3.889.600 236.279 1.062.782,0
0
1,91 4,782 2.200 4.208.547 301.354 818.737 318.947 0,14
0,45 2,03 4,500 2.200 4.455.000 345.327 1.275.143,0
0
2,18 4,851 2.200 4.802.490 472.523 1.054.579 347.490 0,16
0,65 2,72 4,181
5.992.090 81.685 1.418.492 4,576 10.067
.029
6.560.287 568.198
110
top related