pengaruh reformasi birokrasi perpajakan … · tidak dapat penulis sebutkan satu per satu demi...
Post on 28-Mar-2019
217 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
PENGARUH REFORMASI BIROKRASI PERPAJAKAN
TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA
SURAKARTA
Tugas Akhir
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Disusun Oleh :
Puspa Tantri Estuningsih
NIM. F3408068
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Nabi SAW bersabda, “ Janganlah engkau enggan untuk berdoa, karena tiada
seorang pun yang celaka karena berdoa”.
(HR. Ibnu Hiban, Hakim, Dhiya’ dari Anas bin Malik ra.)
Cinta terbesar dan cinta hakiki bagi orang yang beriman ialah cinta kepada
Allah. Sehingga cinta kepada Allah-lah yang seharusnya menjadi motivator
terbesar dan tidak terbatas.
(Rahmat)
Jika Anda menginginkan sesuatu yang belum pernah anda miliki, Anda harus
bersedia melakukan sesuatu yang belum pernah Anda lakukan.
(Thomas Jefferson)
Karya ini dipersembahkan kepada:
§ Bapak Ibuku tercinta
§ Kakakku tersayang, saudara-saudara
§ Seseorang yang selalu mendukungku
§ Sahabat-sahabat ku
§ Almamaterku
§ Semua yang mengenalku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Tugas Akhir ini dalam rangka memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi Program Studi Perpajakan
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun judul yang penulis ambil dalam
penyusunan Tugas Akhir ini adalah “PENGARUH REFORMASI BIROKRASI
PERPAJAKAN TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DI KPP PRATAMA
SURAKARTA“.
Penyusunan Tugas Akhir ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa
dukungan dan kerjasama dari semua pihak. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ini.
1. ALLAH SWT yang selalu memberikan kemudahan, kesehatan, keselamatan
dan kemampuan kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si., Ak. Selaku Ketua Program Diploma
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Sri Suranta, SE., M.Si., Ak., BKP. selaku Ketua Program Studi
Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
5. Bapak Anas Wibawa, S.E., M.si., Ak. selaku pembimbing Tugas Akhir yang
telah mengarahkan dan memberikan motivasi secara penuh selama
berlangsungnya penyusunan Tugas Akhir.
6. Bapak Usman, Bapak Junaedi, dan Mas Aat serta keluarga besar KPP
Pratama Surakarta yang telah membantu penulis dalam penyediaan data dan
memberikan ilmu-ilmu dan pengalaman yang sangat bernilai.
7. Bapak Sutanto dan Ibu Sri Lestari atas doa, semangat, dan kasih sayangnya
yang tiada henti bagi penulis.
8. Kakak ku Aryo Budi Satriyo atas doa, motivasi, dan kasih sayangnya.
9. Mas Deni, Mas Andi maturnuwun untuk doa, dukungan dan bantuannya
selama ini.
10. Keluarga besar Sukasdi dan keluarga besar Mitrosaroyo untuk doa, dukungan
dan kasih sayangnya.
11. Wahyu Aji Saputro seseorang yang selalu ada di hati ku terimakasih untuk
doa, waktu, dukungan, kesabarannya, cinta dan kasih sayangnya.
12. Sahabat-sahabatku ”cah grupis” kagem Vina, Tika, Presella, Ita, Alyin, Dita,
Sheila yang selalu memberikan canda dan hiburan kepada penulis.
13. Sahabat ku Nurul, Ratih, Yuniar, Evi, Corima, Melti, Tenta, Wildan yang
sudah memberikan persahabatan terindah.
14. Teman-teman seperjuangan, almamater Diploma III Perpajakan angkatan
2008.
15. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam bentuk apapun yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu demi terselesainya laporan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Namun demikian penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan penulis, untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun akan penulis terima dengan senang hati.
Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Hanya kepada ALLAH SWT kita memohon dan semoga amal kita semua
mendapat balasan yang setimpal dari ALLAH SWT. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surakarta, 23 Mei 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK....................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL....................... .................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Perusahaan ......................................................... 1
B. Latar Belakang Masalah .................................................................. 17
C. Rumusan Masalah ........................................................................... 20
D. Tujuan Penelitian............................................................................. 21
E. Manfaat Penelitian........................................................................... 21
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 22
BAB II. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Landasan Teori ................................................................................ 25
1. Pajak Secara Umum.................................................................... 25
2. Unsur Pajak................................................................................. 27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
3. Fungsi Pajak................................................................................ 28
4. Sistem Pemungutan Pajak........................................................... 28
5. Pembagian Pajak......................................................................... 30
6. Tarif Pajak .................................................................................. 31
7. Reformasi Birokrasi.................................................................... 33
B. Pembahasan Masalah....................................................................... 42
1. Perbandingan realisasi dan target penerimaan pajak di KPP
Pratama Surakarta sebelum dan sesudah Reformasi Birokrasi... 42
2. Kelebihan dan kekurangan pengaruh Reformasi Birokrasi
Perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama
Surakarta...................................................................................... 48
BAB III. TEMUAN
A. Kelebihan......................................................................................... 50
B. Kelemahan....................................................................................... 51
BAB IV. PENUTUP
A. Simpulan.......................................................................................... 52
B. Rekomendasi ................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
II.1 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi ............. 32
II.2 Efektivitas Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Jenis-jenis
Pajaknya dari tahun 2007-2010............................................................ 43
II.3 Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Total
Penerimaan Pajak dari tahun 2006-2010.............................................. 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
I.1 Struktur Organisasi KPP PRATAMA Surakarta.................................... 7
II.2 Grafik Pertumbuhan Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Total
Penerimaan Pajak dari tahun 2006-2010 ................................................ 48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) merupakan salah satu instansi di bawah
Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang memiliki posisi yang sangat
strategis dalam pencapaian penerimaan negara yang dituangkan dalam Anggaran
Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).
Untuk mengkoordinasikan pelaksanaan tugas di daerah, dibentuk beberapa
kantor Inspektorat Daerah Pajak yaitu di Jakarta dan beberapa daerah seperti di
Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Indonesia Timur. Inspektorat Daerah ini
kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak (Kantor Wilayah) seperti yang ada
sekarang ini.
Sebagai instansi yang berperan sebagai pengelola penerimaan negara di sektor
perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak mempunyai sasaran berperan dalam
peningkatan penerimaan negara dan pengamanan keuangan negara dengan tetap
mempertimbangkan perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat.
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta
Sebelum Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta telah ada sejak lama dengan
berbagai nama dan istilah. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
berlokasi di Jalan Kyai Haji Agus Salim Nomor 1 Surakarta 57147, Telepon
(0271) 717522/ 718400/ 720821, Faximile (0271) 728436, Homepage DJP:
www.pajak.go.id.
Sebelum tahun 1966, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta
berstatus sebagai Kantor Dinas Luar Tingkat I (KDL Tk. I) Surakarta dibawah
wewenang wilayah kerja dari Kantor Inspeksi Keuangan Yogyakarta. Pada
tahun 1966 karena semakin banyaknya jumlah Wajib Pajak dan jumlah
penerimaan pajak, Kantor Dinas Luar (KDL Tk. I) Surakarta ditingkatkan
menjadi Kantor Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi
diantaranya KDL Tk. I Klaten. Pada tanggal 1 April 1989 berdasarkan
Keputusan Presiden Nomor: 276/ KMK.01/ 1989 tentang organisasi dan tata
kerja Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Surakarta dipecah
menjadi:
a. Kantor Pelayanan Pajak Surakarta Tipe B dengan wilayah kerja sebagai
berikut:
1) Kotamadya Surakarta
2) Kabupaten Karanganyar
3) Kabupaten Surakarta
b. Kantor Pelayanan Pajak Klaten dengan wilayah kerja sebagai berikut:
1) Kota Administrasi Klaten
2) Kota Boyolali
3) Kabupaten Sukoharjo
4) Kabupaten Wonogiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Unit Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (UPP) Surakarta tipe B, dengan
wilayah kerja seeks-Karesidenan Surakarta (wilayah kerja Kantor
Inspeksi Pajak Surakarta).
Pada tahun 1994 semua istilah Kantor Inspeksi Pajak Surakarta
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 94/
KMK.01/ 1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja DJP
berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Surakarta type A dengan wilayah
kerja yang meliputi Kotamadya Surakarta, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten
Boyolali, dan Kabupaten Sragen.
Sehubungan dengan reorganisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak,
KPP Surakarta telah berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Surakarta. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta dibentuk berdasarkan
keputusan Direktur Jenderal Pajak Kep-141/ PJ/ 2007 yang ditetapkan pada
tanggal 3 Oktober 2007 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja, dan Saat
Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II dan Kantor
Palayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di lingkungan Kantor
Wilayah DJP Jawa Tengah I Kantor Wilayah DJP Jawa Tengah II, Kantor Wilayah
DJP Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Surakarta
mulai beroperasi tahun 30 Oktober 2007 dan sampai saat ini KPP Pratama
Surakarta sudah meliputi wilayah kerja 5 kecamatan yaitu: Laweyan, Jebres,
Serengan, Pasar Kliwon dan Banjarsari.
Pembentukan KPP Pratama, merupakan bagian dari program reformasi
birokrasi perpajakan yang sifatnya komprehensif dan telah berjalan sejak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
tahun 2002 ditandai dengan terbentuknya Kantor Wilayah (Kanwil) dan Kantor
Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar. Pembentukan KPP Pratama lanjutan
dilandasi oleh terbitnya SE-19/ PJ/ 2007 tanggal 13 April 2007 tentang
Persiapan Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern pada Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
Pembentukan Kantor Palayanan Pajak Pratama di Seluruh Indonesa tahun
2007-2008. Perubahan yang dilakukan meliputi struktur organisasi, proses
bisnis, teknologi informasi dan komunikasi, sarana dan prasarana serta
manajemen sumber daya manusia. Perbaikan dalam struktur DJP terefleksi pada
karakter kantor modern antara lain adanya Account Representative untuk
pelayanan Kepada Wajib Pajak, penerapan Kode Etik Pegawai yang diawasi
oleh komite kode etik pegawai, dan sistem penggajian yang lebih baik.
2. Tugas Pokok Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
Melaksanakan pelayanan, pengawasan administrative, dan pemeriksaan
sederhana terhadap wajib pajak dalam bidang Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak
Langsung Lainnya dalam wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan,
pengamatan potensi perpajakan, dan ekstensifikasi wajib pajak.
b. Penelitian dan penatausahaan surat pemberitahuan tahunan, surat
pemberitahuan masa serta berkas wajib pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Pengawasan pembayaran masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung
Lainnya.
d. Penatausahaan piutang pajak, penerimaan penagihan, penyelesaian
keberatan, penatausahaan banding, dan penyelesaian restitusi Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.
e. Pemeriksaan sederhana dan penerapan sanksi perpajakan.
f. Penerbitan surat ketetapan pajak.
g. Pembetulan surat ketetapan pajak.
h. Pengurangan sanksi pajak.
i. Penyuluhan dan konsultasi perpajakan.
j. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
4. Visi dan Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
Visi
Dalam menjalankan tugas-tugasnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Pratama Surakarta mengacu pada visi Direktorat Jenderal Pajak yaitu “Menjadi
institusi pemerintah yang menyelenggarakan system administrasi perpajakan
modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan
profesionalisme yang tinggi”.
Misi
Misi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta yaitu “Menghimpun
penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang Perpajakan yang mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien”.
Nilai
“Profesionalisme Integritas Teamwork Inovasi”
5. Tujuan
Tujuan yang akan dicapai KPP Pratama Surakarta adalah mengoptimalkan
penerimaan pajak di Kota Solo.
6. Struktur Organisasi
Dalam setiap instansi baik pemerintah maupun swasta perlu ditetapkan
adanya struktur organisasi. Pengertian struktur organisasi itu sendiri adalah
kerangka antar hubungan satuan-satuan orang yang ada didalamnya terdapat
pejabat, tugas dan tanggungjawab yang masing-masing mempunyai peranan
tertentu dalam kesatuan yang utuh.
Adapun kegunaan struktur organisasi untuk mengatasi status dan kedudukan
pegawai serta struktur organisasi juga menetapkan kelancaran jalannya
pelaksanaan proses pekerjaan masing-masing karyawan mengetahui benar
tugas yang dibebankan dan mereka mampu mengerjakan pekerjaan itu sampai
selesai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Gambar I.1
STRUKTUR ORGANISASI KPP PRATAMA SURAKARTA
Kepala Kantor
Kelompok Fungsional
Pemeriksa
Seksi
Ekstensifikasi
Seksi
PDI
Seksi
Pelayanan
Seksi
Penagihan
Seksi
Pemeriksaan
Seksi
Waskon IV
Seksi
Waskon III
Seksi
Waskon II
Seksi
Waskon I
Subbag Umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
7. Deskripsi Jabatan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama merupakan penggabungan tiga jenis unit
kantor yang berbeda yakni gabungan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP),
Kantor Pelayanan Bumi dan Bangunan (KPPBB) dan Karikpa (Kantor
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak) dengan masing-masing seksi kedalam
seksi-seksi yang baru sebagai berikut:
a. Sub Bagian Umum
Melaksanakan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah
tangga. Dengan rincian sebagai berikut:
1) Menerima dokumen, memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Sub
Bagian Umum serta penyampaian dokumen di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Surakarta.
2) Mengajukan pengajuan kesehatan pegawai, pengurusan gaji, TKPKN,
SPJ, pengajuan uang makan PNS, pemberhentian gaji dan TKPKN.
3) Melaksanakan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan, serta
pengambilan sumpah PNS (Pegawai Negeri Sipil).
4) Membuat kartu tanda pengenal pemeriksa, menerbitkan izin melanjutkan
pendidikan di luar kedinasan, mengajukan usul peserta pendidikan di
luar negeri
5) Laporan perkawinan pertama pegawai, pengajuan usul permohonan
pension janda/ duda, pengajuan usul permohonan berhenti bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
xxi
sebagai PNS atas permintaan sendiri, dan pengajuan usul pengangkatan
bendahara.
6) Menyusun RKAKL, laporan bulanan konversi energi, laporan berkala,
laporan tahunan, laporan atau daftar realisasi anggaran, laporan
SAKPA tingkat satuan kerja atau UAKPA (Unit Akuntansi Kuasa Pengguna
Anggaran).
7) Permohonan uang duka meninggal, permohonan kartu tanda asuransi,
dan Taspen mekanisme pembayaran anggaran belanja.
8) Melakukan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung (LS)
kepada rekanan.
9) Permintaan dan pembayaran lembur pegawai.
10) Melaksanakan penutupan buku kas umum, penerimaan inventaris dari
rekanan/ pihak lain, pelaksanaan penghapusan barang milik Negara
dengan lelang pada unit Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Surakarta.
11) Pemusnahan dokumen, serta penyusunan tanggapan/ tindak lanjut
terhadap Surat Hasil Pemeriksaan (SHP) atau Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) dari Itjen DepKeu/ BPK/ BPKP/ Unit Fungsional Pemeriksa
Lainnya.
b. Seksi Pelayanan
Melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,
pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
xxii
penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta
melakukan kerjasama perpajakan. Dengan rincian sebagai berikut:
1) Penatausahaan surat, dokumen masuk, dokumen WP, laporan WP pada
tempat tata cara pendaftaran NPWP, penghapusan NPWP, perubahan
identitas WP, serta pemberitahuan penggunaan norma penghitungan.
2) Menyelesaikan permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)
dan pencabutan PKP.
3) Menyelesaikan pemindahan WP dan PKP di KPP lama.
4) Menyelesaikan pemindahan WP dan PKP di KPP baru.
5) Menerima dan mengolah SPT Tahunan PPh dan SPT Masa.
6) Menyelesaikan permohonan perpanjangan waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh, cetak salinan dan pembetulan SPPT atau SKP atau STP.
7) Menerbitkan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan Tahunan, serta
Surat Ketetapan Pajak (SKP).
8) Meneliti hasil keluaran berupa SPPT/ STP/ DHKP/ DHR.
9) Meminjamkan atau mengirimkan berkas.
10) Melaksanakan pemenuhan konfirmasi dan klarifikasi.
11) Menyelesaikan permohonan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata
uang dollar Amerika Serikat.
12) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk
perwakilan Negara Asing dan badan-badan Internasional serta pejabat
atau tenaga ahlinya.
13) Menyampaikan permintaan revaluasi aktiva tetap dari WP ke Kantor
Wilayah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
xxiii
14) Melayani permintaan penetapan sebagai daerah terpencil.
15) Menyisihkan anak berkas WP yang tahun/ masa pajaknya telah
melampaui 10 tahun.
c. Seksi Pusat Data dan Informasi (PDI)
Melakukan pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan
potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen
perpajakan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi
e-SPT, dan e-filling serta penyiapan laporan kerja. Dengan rincian
sebagai berikut:
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk serta alat keterangan
seksi PDI.
2) Menyusun rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak,
perkembangan ekonomi dan keuangan.
3) Pembentukan dan pemanfaatan bank data.
4) Membuat dan menyampaikan Surat Perhitungan (SPH) ke KPP lain.
5) Meminjamkan berkas data atau alat keterangan kepada seksi terkait.
6) Penatausahaan pnerimaan PBB Non Elektronik.
7) Membuat laporan penerimaan PBB atau BPHTB, serta menyelesaikan
pembagian hasilnya.
d. Seksi Ekstensifikasi
Merupakan peralihan dari Seksi Pendataan dan Penilaian pada KPPBB,
serta menindaklanjuti data yang belum memiliki NPWP untuk dihimbau agar
segera memiliki NPWP. Dengan rincian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiv
xxiv
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Ekstensifikasi.
2) Pendaftaran obyek pajak baru baik dengan penelitian kantor maupun
lapangan.
3) Menerbitkan Surat Himbauan untuk ber-NPWP, dan daftar nominatif untuk
usulan SP3 PSL Ekstensifikasi.
4) Mencari data dari pihak ketiga dalam pembentukan/ pemutakhiran bank
data perpajakan , serta data potensi perpajakan dalam monografi
fiskal.
5) Melaksanakan penilaian individual obyek PBB dan memelihara data
obyek dan subyek PBB.
6) Membuat Daftar Biaya Komponen Bangunan (DBKB) dan pembentukan atau
penyempurnaan ZNT atau NIR.
7) Menyelesaikan permohonan penundaan pengembalian SPOP, permohonan
surat keterangan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP), dan mutasi sebagian
ataupun seluruh obyek dan subyek PBB.
e. Waskon (Pengawasan dan Konsultasi)
Secara umum memberikan pelayanan kepada WP yang berupa bimbingan
atau penyuluhan. selain itu ada tugas pengawasan yang berupa kepatuhan
pembayaran dan pelaporan, juga melakukan penggalian potensi berdasar
hasil pengawasan dan bimbingan. Berdasarkan wilayah di kota Surakarta,
maka Seksi Waskon di KPP Pratama Surakarta ini dibagi menjadi 4 :
1) Waskon I untuk wilayah Kecamatan Laweyan
2) Waskon II untuk wilayah Kecamatan Jebres
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxv
xxv
3) Waskon III untuk wilayah Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon
4) Waskon IV untuk wilayah Kecamatan Banjarsari
Waskon mempunyai rincian tugas sebagai berikut:
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Pengawasan dan
Konsultasi, serta menyusun estimasi penerimaan pajak per-WP.
2) Menyelesaikan permohonan keberatan, pembetulan ketetapan,
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi PPh, PPN dan PPnBM
di KPP.
3) Menyelesaikan permohonan pengurangan atau pembatalan ketetapan
pajak yang tidak benar PPh, PPN dan PPnBM di KPP.
4) Menyelesaikan permohonan pengurangan/ penghapusan sanksi
administrasi PBB, perubahan metode pembukuan.
5) Melayani permintaan perubahan tahun buku pertama, pemusatan PPN,
permohonan Surat Keterangan Fiskal WP Non Bursa.
6) Menyelesaikan pemberian ijin pembubuhan tanda bea materai lunas baik
dengan mesin teraan materai, teknologi percetakan, maupun dengan
sistem komputerisasi.
7) Menyelesaikan permohonan penambahan deposito baik dengan mesin
teraan materai teknologi percetakan, maupun dengan sistem
komputerisasi.
8) Menetapkan angsuran PPh Pasal 25 WP Bank, sewa guna usaha dengan
hak opsi, BUMN dan BUMD serta menetapkan WP patuh.
9) Membuat surat pemberitahuan perubahan besarnya angsuran PPh Pasal
25 (dinamisasi), SPMKP atau SPMIB yang hilang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvi
xxvi
10) Melaksanakan putusan gugatan atau banding, ekualisasi, penelitian
dan analisis kepatuhan material WP.
11) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP), Surat
Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB), Surat Tagihan Pajak (STP),
SKPKB/ SKPKBT/ STB, Surat Ketetapan Pajak PBB, teguran pengembalian
SPOP, surat himbauan pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT), serta
menerbitkan penggantian SPMKP atau SPMIB karena lewat waktu atau
daluwarsa, rusak atau salah baik yang telah didistribusikan maupun
yang belum didistribusikan.
12) Menyelesaikan permohonan penggunaan nilai buku dalam
penggabungan, pengambilalihan atau pemekaran usaha.
f. Seksi Pemeriksaan
Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan
aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pelaksana
Pajak (SP3), serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya. Dengan
rincian sebagai berikut:
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Pemeriksaan.
2) Menyelesaikan Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan PPh lebih bayar,
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PPN dan PPnBM selain
WP patuh.
3) Menyelesaikan usulan pemeriksaan dan pemeriksaan bukti permulaan.
4) Melaksanakan pemeriksaan kantor dan lapangan.
5) Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan Nota Perhitungan.
g. Seksi Penagihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxvii
xxvii
Melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan
angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan pengahapusan
piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan. Dengan
rincian sebagai berikut:
1) Memproses dan penatausahaan dokumen masuk di Seksi Penagihan, Surat
Ketetapan Pajak (SKP), Surat Tagihan Pajak beserta bukti
pembayarannya, Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/ Putusan
Banding/ Pengurangan/ Pembatalan Ketetapan Pajak, dan Surat
Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasipada
Seksi Penagihan.
2) Menjawab konfirmasi data tunggakan pajak WP.
3) Menyelesaikan permohonan penundaan pembayaran pajak dan usulan
pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak.
4) Penagihan pajak seketika dan sekaligus.
5) Menghapus piutang pajak.
6) Menerbitkan Surat Teguran Pajak (STP) bunga penagihan, Surat Teguran
Penagihan, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan
(SPMP), dan Surat Keputusan Pencabutan Sita.
7) Pemindahan berkas dari KPP ke KPP lainnya.
8) Membuat usulan pencegahan dan penyanderaan terhadap WP tertentu.
9) Melaksanakan lelang dan menyelesaikan permohonan pembatalan
lelang.
10) Membuat laporan Seksi Penagihan ke Kantor Wilayah.
11) Menyelesaikan permohonan mengangsur pembayaran pajak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxviii
xxviii
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Negara Republik Indonesia merupakan Negara hukum yang berdasarkan UUD 1945
dan Pancasila, yang dalam perkembangannya telah menghasilkan kemajuan dan
pembangunan untuk seluruh rakyat Indonesia. Pelaksanaan pembangunan di
Indonesia selain bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, juga untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila, sebagai
dasar Negara. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang
sangat potensial. Selain karena jumlahnya yang relatif stabil tetapi juga
merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan
Negara. Upaya yang dilakukan pemerintah dalam menghimpun penerimaan Negara
dari sektor pajak agar penerimaan pajak lebih maksimal adalah dengan
pembaharuan peraturan, kebijakan, dan administrasi perpajakannya. Oleh karena
itu Direktorat Jenderal Pajak harus mengupayakan suatu perubahan untuk
menjawab tantangan dalam mengamankan penerimaan negara dari sektor pajak.
Langkah awal yang dilakukan Pemerintah untuk meningkatkan peran pajak
sebagai sumber penerimaan Negara adalah dengan melakukan pembaharuan sistem
perpajakan nasional atau lebih dikenal dengan reformasi pajak (tax reform)
yang mulai dicanangkan sejak tahun 1984. Perubahan ini mutlak harus dilakukan
karena beberapa masalah yang dialami oleh birokrasi pemerintahan di Indonesia
sampai dengan saat ini.
Menurut Sukamdani (2010: 2) permasalahan birokrasi saat ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxix
xxix
1. Rendahnya kualitas SDM yang meliputi mayoritas aparat birokrasi.
2. Disiplin, semangat kerja dan kesadaran atas tugas serta tanggung jawab
yang rendah.
3. Kurang memahami fokus tujuan dari tugasnya, banyak yang berprinsip “yang
penting prosesnya benar tapi tidak peduli bila tujuannya tidak tercapai”.
4. Lemahnya fungsi koordinasi.
5. Organisasi birokrasi sangat gemuk dan memakan anggaran yang besar.
6. Masih tingginya budaya korupsi.
7. Pemahaman yang rendah atas tugasnya sebagai Pelayan Publik.
Buruknya citra aparat pajak di masa lalu dan belum tampaknya upaya nyata
Direktorat Jenderal Pajak untuk membenahi citra pajak/ aparat pajak yang
bobrok dan korup membuat agenda perubahan di Direktorat Jenderal Pajak
menjadi agenda yang mendesak. Perubahan ini diharapkan dapat mengubah
persepsi umum tentang pajak yang masih negatif, seperti mengurus pajak
berbelit-belit, perhitungan nilai pajak tidak transparan dan aparat pajak mudah
disuap (KOMPAS, 26-11-2005).
Perubahan ini juga diharapkan dapat meningkatkan kontribusi penerimaan pajak
dalam APBN dan meningkatkan tax ratio (perbandingan penerimaan pajak dengan
Pendapatan Domestik Bruto suatu negara). Perubahan ini diwujudkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak melalui program Reformasi Birokrasi di bidang
perpajakan. Program ini merupakan wujud nyata dari komitmen Direktorat Jenderal
Pajak dalam melanjutkan agenda reformasi ke arah yang lebih baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxx
xxx
Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/ KMK.01/ 2007 dilakukan
penyempurnaan program reformasi birokrasi melalui pencanangan program utama
reformasi birokrasi yang mencakup:
1. Penataan Organisasi, meliputi: modernisasi organisasi, pemisahan,
penggabungan, dan penajaman fungsi organisasi;
2. Perbaikan Proses Bisnis, meliputi: analisis dan evaluasi jabatan, analisis
beban kerja, dan penyusunan Standar Prosedur Operasi (SOP); dan
3. Peningkatan Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), meliputi:
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi,
pembangunan assessment center, penyusunan pola mutasi, peningkatan
disiplin, dan pengintegrasian Sistem Informasi Manajemen SDM.
Hal mendasar dalam reformasi birokrasi di bidang perpajakan ini adalah
terjadinya perubahan paradigma perpajakan. Dari semula berbasis jenis pajak,
sehingga terkesan ada dikotomi, menjadi berbasis fungsi yang lebih
mengedepankan aspek pelayanan kepada masyarakat. Kemudian didukung juga
dengan adanya fungsi pengawasan melalui pemeriksaan dan penagihan pajak.
Program reformasi birokrasi di bidang perpajakan dilakukan untuk mencapai
empat sasaran utama. Pertama, optimalisasi penerimaan yang berkeadilan yaitu
perluasan tax base, minimalisasi tax gap dan stimulus fiskal. Kedua,
peningkatan kepatuhan sukarela yaitu melalui pemberian pelayanan prima dan
penegakkan hukum yang konsisten. Ketiga, efisiensi administrasi, yaitu
penerapan sistem dan administrasi yang handal dan pemanfaatan teknologi tepat
guna. Terakhir, terbentuknya citra yang baik dan kepercayaan masyarakat yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxi
xxxi
tinggi yaitu kapasitas SDM di bidang perpajakan yang profesional, budaya
organisasi yang kondusif dan pelaksanaan good governance.
Reformasi birokrasi dapat dikatakan sebagai sebuah komitmen dari pemerintah
untuk memperbaiki administrasi pemerintahannya dan komitmen dari organisasi yang
terlibat di dalamnya untuk meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kepada
Wajib Pajak sebagai konsumen. Jika kualitas organisasi Direktorat Jenderal
Pajak sudah ditingkatkan, maka kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak
diharapkan akan meningkat pula sehingga kinerja Direktorat Jenderal Pajak
sebagai sebuah organisasi akan semakin positif.
Sehubungan dengan agenda reformasi birokrasi ini, penulis tertarik untuk
meneliti sejauh mana pelaksanaan reformasi birokrasi yang telah digulirkan oleh
Direktorat Jenderal Pajak, serta berusaha untuk menelaah hubungannya
terhadap Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta
sebagai salah satu kantor yang menerapkan program reformasi birokrasi
perpajakan. Dengan latar belakang tersebut, penulis mengambil judul
“Pengaruh Reformasi Birokrasi Perpajakan terhadap Penerimaan Pajak di KPP
Pratama Surakarta”.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan di atas, maka
penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana perbandingan realisasi dan target penerimaan pajak di KPP Pratama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxii
xxxii
Surakarta sebelum dan sesudah reformasi birokrasi perpajakan?
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pengaruh reformasi birokrasi
perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta?
D. TUJUAN PENELITIAN
Secara khusus sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah di atas,
maka penelitian ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui perbandingan realisasi dan target penerimaan pajak di KPP
Pratama Surakarta sebelum dan sesudah reformasi birokrasi.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pengaruh reformasi birokrasi
perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta.
E. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi penulis, penulis melakukan penelitian ini adalah dalam rangka untuk
memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai derajat Ahli Madya Program
Studi Diploma III Perpajakan.
2. Menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan realita didunia kerja.
3. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai ilmu perpajakan khususnya
tentang reformasi birokrasi perpajakan.
4. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan dan
sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.
5. Bagi fakultas, dapat menambah koleksi perbendaharaan di perpustakaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiii
xxxiii
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
a. Desain Penelitian
Desain penelitian berupa studi kasus yang dilakukan dengan membuat
analisis dan deskripsi yang terbatas pada kasus pengaruh reformasi
perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta.
b. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah KPP Pratama Surakarta. Alasan
dipilihnya KPP Pratama Surakarta sebagai objek penelitian, karena penulis
pernah mengadakan penelitian dan magang kerja di instansi tersebut. Dan juga
karena objek tersebut memiliki potensi yang tinggi untuk penerimaan pajaknya.
c. Sumber Data
Menurut Loefland dalam bukunya Moleong (2002: 112) menyatakan bahwa
“Sumber data yang pertama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan yang selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-
lain”.
a. Sumber Data berasal dari:
1) Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek yang
diteliti mengenai data-data yang berhubungan langsung dengan
peneliti, target, dan realisasi penerimaan pajak di Kota Surakarta.
2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxiv
xxxiv
dengan mempelajari buku-buku, literatur, makalah, Undang-undang
Perpajakan yang berlaku dan buku-buku yang terkait dengan
penulisan.
b. Sumber Data diambil dari:
1) Informan yaitu orang yang dipandang mengetahui permasalahan
yang akan dikaji dan bersedia memberikan informasi.
2) Dokumen merupakan sumber data yang memiliki posisi penting dalam
penelitian kualitatif. Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda
yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas, tetapi juga berupa
gambaran atau benda peninggalan yang berhubungan dengan suatu
peristiwa tertentu.
d. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi/ pengamatan
Dalam penelitian melalui pengamatan ini diadakan langsung ke lokasi
penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas atas penelitian yang
penulis bahas di Kota Surakarta.
b. Interview/ wawancara
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara mendalam
dengan pertanyaan yang bersifat open-minded.
c. Studi Pustaka
Pada tahap ini langkah yang dilakukan adalah pengumpulan data lewat
penelaahan kepustakaan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxv
xxxv
beberapa referensi. Referensi diperoleh dari data-data tertulis dan
tercetak yang relevan seperti buku-buku dan Tugas Akhir sebelumnya yang
relevan dan ada kaitanya dengan objek penelitian.
e. Analisis Penelitian
a. Data Kualitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan
gambar.
b. Data Kuantitatif yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk angka atau data
kualitatif yang diangkakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvi
xxxvi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-
undang sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara
langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai
kesejahteraan umum. Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara
di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang merupakan salah
satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Departemen Keuangan
Republik Indonesia.
Para ahli mengemukakan batasan-batasan atau definisi tentang “pajak”
diantaranya adalah :
a. Menurut Rochmat Soemitro, didalam bukunya Mardiasmo (2008: 1)
mendefinisikan pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa
timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang
digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian
dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut: Pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxvii
xxxvii
pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang
merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.
b. Menurut P. J. A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak
mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang
gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
c. Menurut Sommerfeld Ray M., Anderson Herschel M., & Brock Horace R,
pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu tanpa mendapat
imbalan yang langsung dan proporsional agar pemerintah dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
d. Sedangkan Pajak menurut Pasal 1 UU No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah "kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”
2. Unsur Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxviii
xxxviii
Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak dapat ditarik
kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak antara
lain sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur
dalam undang-undang."
b. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (kontraprestasi perseorangan) yang
dapat ditunjukkan secara langsung. Misalnya, orang yang taat membayar
pajak kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya
dengan orang yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
c. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.
d. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila
wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
e. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi kas Negara/
Anggaran Negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan
penyelenggaraan pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi
dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
3. Fungsi Pajak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxxix
xxxix
Karena peranan pajak sangatlah besar, maka pajak memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Fungsi Anggaran
Pajak sebagai sumber pendapatan negara berfungsi untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran negara. Misalnya untuk menjalankan tugas-
tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan.
b. Fungsi Mengatur
Pajak sebagai alat untuk mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak agar dapat mencapai tujuan.
c. Fungsi Stabilitas
Pajak sebagai sumber dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat
dikendalikan.
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan
Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai
semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan
sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
4. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assesment System
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xl
xl
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak
yang harus dibayar (pajak yang terutang) oleh sesesorang.
Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada
fiskus.
2) Wajib Pajak bersifat pasif.
3) Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
b. Self Assesment System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
Wajib Pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya:
1) Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada Wajib
Pajak sendiri.
2) Wajib Pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan
melaporkan sendiri pajak yang terutang.
3) Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi.
c. With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
Ciri-cirinya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xli
xli
Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang pada pihak ketiga,
pihak selain fiskus dan Wajib Pajak.
5. Pembagian Pajak
Pembagian pajak dapat dilakukan berdasarkan golongan, wewenang
pemungutan, maupun sifatnya (Prakosa: 2003). Adapun penjelasannya
sebagai berikut:
a. Pembagian pajak berdasarkan golongannya dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1) Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri
oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dialihkan kepada
pihak lain.
2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan
atau digeser kepada pihak lain sehingga sering disebut sebagai pajak
tidak langsung.
b. Pembagian pajak berdasarkan wewenang pemungutnya, dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1) Pajak Pusat/ Negara adalah pajak yang wewenang pemungutnya ada
pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh
Departemen Keuangan melalui Direktorat Jenderal Pajak.
2) Pajak Daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada
pemerintahan daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas
Pendapatan Daerah.
Pajak Daerah terdiri atas:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlii
xlii
a) Pajak Propinsi: Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas
Air, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air, dan Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.
b) Pajak Kabupaten/ Kota: Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Pengambilan Bahan Galian Golongan C, Pajak Parkir, Pajak lain-
lain.
c. Pembagian pajak berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1) Pajak Subyektif adalah pajak yang memperhatikan kondisi atau
keadaan Wajib Pajak.
2) Pajak Obyektif adalah pajak yang pada awalnya memperhatikan obyek
yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru
mencari subyeknya baikorang pribadi maupun badan.
6. Tarif Pajak
Menurut Suandy (2002: 71) ada empat macam tarif pajak, yaitu:
a. Tarif sebanding/ proposional
Tarif berupa persentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proposional
terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
b. Tarif tetap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliii
xliii
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.
c. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang
dikenai pajak semakin besar.
Contoh: pasal 17 Undang-undang Pajak penghasilan
Tabel II. 1 Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Wajib Pajak Orang Pribadi
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 5 % Di atas Rp. 50.000.000,00 s.d Rp. 250.000.000,00 15 % Di atas Rp. 250.000.000,00 s.d Rp. 500.000.000,00 25 % Di atas Rp. 500.000.000,00 30 %
Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi:
1) Tarif progresif progresif: kenaikan persentase semakin besar,
2) Tarif progresif tetap: kenaikan persentase tetap, dan
3) Tarif progresif degresif: kenaikan persentase semakin kecil.
d. Tarif degresif
Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar.
7. Reformasi Birokrasi
a. Pengertian Reformasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xliv
xliv
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 939) “Reformasi
adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan bidang sosial,
politik, atau agama dalam suatu masyarakat atau negara”.
Reformasi berarti perubahan ke arah yang lebih baik untuk
keperluan masa depan dengan menghentikan penyimpangan-
penyimpangan dan praktik yang salah dengan memperkenalkan
prosedur yang lebih baik. Reformasi merupakan suatu perombakan
menyeluruh dari suatu sistem kehidupan dalam aspek politik,
ekonomi, hukum, sosial atau bidang pendidikan. Reformasi juga
berarti memperbaiki, membenarkan, menyempurnakan dengan
membuat sesuatu yang salah menjadi benar. Oleh karena itu,
reformasi berimplikasi pada mengubah sesuatu untuk menghilangkan
yang tidak sempurna menjadi lebih sempurna seperti melalui
perubahan kebijakan institusional. Karakteristik yang
melatarbelakangi reformasi dalam suatu bidang tertentu diantaranya
adanya keadaan yang tidak memuaskan pada masa yang lalu,
keinginan untuk memperbaikinya pada masa yang akan datang,
adanya perubahan besar-besaran, adanya orang yang melakukan,
adanya pemikiran atau ide-ide baru, adanya sistem dalam suatu
institusi tertentu baik dalam skala kecil seperti sekolah maupun skala
besar seperti negara sekalipun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlv
xlv
Dalam proses mengusahakan reformasi ini, bukan berarti tidak ada
hambatan atau tantangan. Hambatan atau tantangan ini dapat terjadi
baik secara internal maupun eksternal. Dalam internal oganisasi,
sangat dimungkinkan sebagian dari anggota organisasi merasa bahwa
nilai-nilai lama tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Hal tersebut
normal dan sangat manusiawi. Pro dan kontra terhadap budaya
baru yang dikembangkan sangatlah wajar. Akan tetapi, apabila ada
rasa nostalgia tentang budaya lama dari sebagian anggota organisasi,
sesungguhnya hal tersebut merupakan sinyal ketidaksetujuan terhadap
budaya organisasi yang sedang dikembangkan. Apabila diantara
pihak-pihak yang tidak setuju akan perubahan bertemu dan
membicarakan tentang kelebihan-kelebihan nilai budaya lama, maka
“Underground Culture” sedang berkembang. Seandainya budaya
tersembunyi terus berkembang, dan kelompok-kelompok tertentu
merasa nyaman terhadap penyimpangan tersebut. Akibatnya akan
tumbuh budaya campuran yang kontraproduktif terhadap tujuan
organisasi.
Hal yang penting dalam proses perubahan budaya organisasi
adalah pimpinan harus dapat mengidentifikasi perubahan mana yang
kiranya akseptabel, karena apabila terjadi situasi dimana perubahan
organisasi merupakan satu-satunya jalan, akan mengakibatkan
“culture shock” yang membawa dampak ketidaknyamanan bagi
sebagian anggota organisasi . Pola penanganan perubahan budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvi
xlvi
bersifat situasional, disesuaikan dengan iklim organisasi, dan tidak
dapat diseragamkan.
b. Pengertian Birokrasi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 156) birokrasi
yaitu:
1) Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena
telah berpegang pada hiearki dan jenjang jabatan.
2) Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta menurut
tata aturan yang banyak liku-likunya.
Ranadireksa (2007: 244) mengemukakan bahwa:
“Birokrasi adalah susunan jabatan yang bertingkat-tingkat dengan
pengangkatan yang bebas dari pengaruh pihak lain, dengan tingkat
keahlian tertentu, hak dan kekuasaannya ditetapkan dengan teliti”.
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pemerintahan, birokrasi
sebagai ujung tombak pelaksana pelayanan publik mencakup berbagai
program pembangunan dan kebijaksanaan pemerintah. Akan tetapi dalam
kenyataannya, birokrasi yang dimaksudkan untuk melaksanakan tugas-
tugas umum pemerintahan dan pembangunan tersebut, seringkali
mendapatkan kesan berbeda dari pandangan masyarakat. Birokrasi dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pelayanan publik sering
terkesan panjang dan berbelit-belit. Akibatnya, birokrasi selalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlvii
xlvii
mendapatkan citra negatif yang kontraproduktif bagi perkembangan
birokrasi itu sendiri (terutama dalam hal pelayanan publik).
Ada beberapa perubahan yang harus dilakukan untuk
menanggulangi kesan buruk birokrasi yang telah ada selama ini,
menurut Suryono (2007: 19) yaitu:
1) Birokrasi harus lebih mengutamakan sifat pendekatan tugas yang
diarahkan pada aspek pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta
menghindarkan kesan pendekatan kekuasaan dan kewenangan.
2) Birokrasi perlu melakukan penyempurnaan organisasi yang bercirikan
organisasi modern, ramping, efektif, dan efisien yang mampu
membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak
perlu ditangani (termasuk membagi tugas-tugas yang dapat diserahkan
kepada masyarakat).
3) Birokrasi harus mampu dan mau melakukan perubahan sistem dan
prosedur kerjanya yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi
modern, yaitu pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap
mempertahankan kualitas, efesiensi biaya, dan ketepatan waktu.
Birokrasi harus memposisikan diri sebagai fasilitator pelayan publik
yang berperan sebagai agen pembaharu (agent of change)
pembangunan.
4) Birokrasi harus mampu dan mau melakukan transformasi diri dari
birokrasi yang kinerjanya kaku menjadi organisasi birokrasi yang
strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel, dan responsif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlviii
xlviii
c. Reformasi Birokrasi
Menurut http://www.kejaksaan.go.id/, Reformasi Birokrasi pada
hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaruan dan
perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan,
terutama menyangkut aspek-aspek sebagai berikut :
1) Kelembagaan (organisasi)
2) Ketatalaksanaan (business process)
3) Sumber daya manusia aparatur
Reformasi birokrasi menjadi usaha mendesak mengingat
implikasinya yang begitu luas bagi masyarakat dan negara. Perlu
usaha-usaha serius agar pembaharuan birokrasi menjadi lancar dan
berkelanjutan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang perlu
ditempuh untuk menuju reformasi birokrasi.
Langkah-langkah internal:
1) Meluruskan orientasi
Reformasi birokrasi harus berorientasi pada demokratisasi dan bukan
pada kekuasaan. Perubahan birokrasi harus mengarah pada amanah
rakyat karena reformasi birokrasi harus bermuara pada pelayanan
masyarakat.
2) Memperkuat komitmen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xlix
xlix
Tekad birokrat untuk berubah harus ditumbuhkan. Ini prasyarat
penting, karena tanpa disertai tekad yang kuat dari birokrat untuk
berubah maka reformasi birokrasi akan menghadapi banyak kendala.
Untuk memperkuat tekad perubahan di kalangan birokrat perlu ada
stimulus, seperti peningkatan kesejahteraan akan tetapi pada saat
yang sama tidak memberikan ampun bagi mereka yang membuat kesalahan
atau bekerja tidak benar.
3) Membangun kultur baru
Kultur birokrasi kita begitu buruk, konotasi negatif seperti
mekanisme dan prosedur kerja yang berbelit-belit serta
penyalahgunaan status perlu dirubah. Sebagai perubahannya yaitu
melakukan pembenahan kultur dan etika birokrasi dengan konsep
transparansi, melayani secara terbuka, dan jelas kode etiknya.
4) Rasionalisasi
Struktur kelembagaan birokrasi cenderung gemuk dan tidak efisien.
Rasionalisasi kelembagaan dan personalia menjadi penting
dilakukan agar birokrasi menjadi ramping dan lincah dalam
menyelesaikan permasalahan serta dalam menyesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat, termasuk kemajuan
teknologi informasi.
5) Memperkuat payung hukum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
l
l
Upaya reformasi birokrasi perlu dilandasi dengan aturan hukum
yang jelas. Aturan hukum yang jelas bisa menjadi koridor dalam
menjalankan perubahan- perubahan .
6) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia
Semua upaya reformasi birokrasi tidak akan memberikan hasil yang
optimal tanpa disertai sumber daya manusia yang handal dan
profesional.
Langkah-langkah eksternal:
1) Komitmen dan keteladanan elit politik
Reformasi birokrasi merupakan pekerjaan besar karena menyangkut
sistem besar negara yang mengalami tradisi buruk untuk kurun yang
cukup lama. Untuk memutus tradisi lama dan menciptakan tatanan dan
tradisi baru, perlu kepemimpinan yang kuat dan yang patut diteladani.
Kepemimpinan yang kuat berarti hadirnya pemimpin-pemimpin yang
berani dan tegas dalam membuat keputusan. Sedangkan keteladanan
adalah keberanian memberikan contoh kepada bawahan dan masyarakat.
2) Pengawasan masyarakat
Reformasi birokrasi akan berdampak langsung pada masyarakat,
karena peran birokrasi yang utama adalah memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Pada tataran ini masyarakat dapat dilibatkan untuk
mengawasi kinerja birokrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
li
li
Seiring dengan program reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh
pemerintah sejak tahun 2002 Direktorat Jenderal Pajak menjadi salah satu
pilot project (program percontohan) untuk menjalankan agen dan perubahan
ini. Reformasi birokrasi yang dilaksanakan di Departemen (sekarang
Kementerian) Keuangan Republik Indonesia populer dengan istilah
modernisasi. Modernisasi ini ditandai dengan pembentukan Kantor Pelayanan
Pajak Wajib Pajak Besar yang melayani kewajiban perpajakan untuk Wajib
Pajak pembayar pajak terbesar di Indonesia. Sejak tahun 2007, secara
bertahap dilakukan modernisasi secara menyeluruh pada seluruh Kantor
Pelayanan Pajak yang ada di Indonesia. Modernisasi bukan hanya dilakukan
atas sistem pelayanan, tetapi juga secara menyeluruh, termasuk sistem
manajemen Sumber Daya Manusia.
Reformasi birokrasi di Kementerian Keuangan sebagaimana dinyatakan dalam
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/ KMK.01/ 2007 tentang Reformasi
Birokrasi Departemen Keuangan, dilakukan penyempurnaan program reformasi
birokrasi melalui pencanangan program utama sebagai berikut:
a. Penataan Organisasi, meliputi: modernisasi organisasi, pemisahan,
penggabungan, dan penajaman fungsi organisasi;
b. Perbaikan Proses Bisnis, meliputi: analisis dan evaluasi jabatan,
analisis beban kerja, dan penyusunan Standar Operasi Prosedur (SOP);
dan
c. Peningkatan Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), meliputi:
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lii
lii
pembangunan assessment center, penyusunan pola mutasi, peningkatan
disiplin, dan pengintegrasian Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya
Manusia.
Konsep modernisasi pajak adalah pelayanan prima dan pengawasan intensif
dengan pelaksanaan good governance. Tujuannya, meningkatkan kepatuhan
pajak juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap administrasi
perpajakan, serta produktivitas pegawai pajak yang tinggi.
Hal yang mendasar dalam modernisasi pajak adalah terjadinya perubahan
paradigma perpajakan. Dari semula berbasis jenis pajak, sehingga terkesan
ada dikotomi, menjadi berbasis fungsi. Lebih mengedepankan aspek pelayanan
kepada masyarakat. Kemudian didukung oleh fungsi pengawasan,
pemeriksaan, maupun penagihan pajak.
Pembenahan sistem pengelolaan dan manajemen SDM di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak ini diharapkan dapat mengoptimalkan program
penataan organisasi dan penyempurnaan proses bisnis yang menjadi bagian
dari tiga pilar utama Reformasi Birokrasi di Direktorat Jenderal Pajak.
Direktorat Jenderal Pajak merencanakan mengimplementasikan program
modernisasi perpajakan secara komprehensif yang mencakup semua lini
operasi organisasi secara nasional.
Selain modernisasi di bidang business process yang mencakup
penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan, sistem pengawasan, sistem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liii
liii
pelayanan, serta sistem penyuluhan, Direktorat Jenderal Pajak juga telah
menyempurnakan program modernisasi melalui bidang teknologi informasi. Hal
tersebut mencakup peluncuran produk-produk e-system, yaitu e-registration
(pendaftaran NPWP secara online), MP3 (Monitoring Pelaporan Pembayaran
Pajak), e-filing (pelaporan SPT secara online), dan pengembangan Sistem
Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP). Selain itu juga tersedia sistem
informasi terpadu atau Integrated Information System yang dapat diakses
melalui situs www.pajak.go.id.
Modernisasi dapat dikatakan sebagai sebuah komitmen, dalam hal ini adalah
komitmen dari pemerintah sendiri untuk memperbaiki administrasi
kepemerintahannya dan komitmen dari sumber daya yang terlibat untuk
meningkatkan kinerja dan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak sebagai
konsumen. Jika kualitas sumber daya sudah ditingkatkan, maka secara siklus
iklim pelayanan akan positif sehingga kinerja Direktorat Jenderal Pajak
sebagai sebuah organisasi akan semakin baik.
B. PEMBAHASAN MASALAH
1. Untuk mengetahui perbandingan realisasi dan target penerimaan pajak di KPP
Pratama Surakarta sebelum dan sesudah Reformasi Birokrasi
Reformasi Birokrasi Perpajakan merupakan suatu sistem yang dicetuskan
oleh pemerintah yang pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
liv
liv
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan
pemerintahan. Reformasi Birokrasi Perpajakan sudah dicanangkan sejak lama
tetapi baru dilaksanakan pada tahun 2007. Salah satu KPP Pratama yang
terkena dampak dari perubahan sistem ini adalah KPP Pratama Surakarta
dimana KPP Pratama di kota Solo ini mempunyai peningkatan penerimaan pajak
yang sangat signifikan setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan. Maka
dari itu untuk mengetahui perbandingan antara realisasi dan target
penerimaan pajak baik sebelum reformasi maupun setelah reformasi birokrasi
perpajakan yaitu:
a. Rumus untuk mengetahui tingkat efektivitas penerimaan pajak:
b. Rumus untuk mengetahui tingkat pertumbuhan penerimaan pajak (Halim,
2004):
Keterangan:
r = Laju Pertumbuhan
pt = Realisasi penerimaan Pajak tahun berikutnya
po = Realisasi Penerimaan Pajak tahun sebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lv
lv
Berikut adalah tabel perbandingan penerimaan pajak yang ada di KPP
Pratama Surakarta sebelum dan setelah reformasi birokrasi perpajakan.
Tabel II.2
Efektivitas Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Jenis-jenis Pajaknya dari tahun 2007-2010
(dalam Rupiah)
a. PPH
Tahun Target Realisasi Efektivitas
(%)
2007 337.380.268.031 267.259.922.919 79,22
2008 325.862.846.057 321.289.687.287 98,60
2009 346.315.388.302 359.865.369.377 103,91
2010 409.059.269.449 400.062.048.835 97,80
Berdasar data diatas dapat dilihat bahwa tingkat efektivitas penerimaan
PPH di KPP Pratama Surakarta belum efektif setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan tidak semua target penerimaan PPH yang telah ditetapkan
dapat tercapai, hanya pada tahun 2009 saja target penerimaan PPH dapat
tercapai dikarenakan efektivitas penerimaan PPH telah efektif yaitu
sebesar 103,91% yang berarti telah melampaui target yang ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvi
lvi
Untuk target penerimaan PPH yang tidak tercapai misal pada tahun 2007
efektivitas penerimaan PPH hanya sebesar 79,22%, . Pada tahun 2008
efektivitas penerimaan PPH juga belum efektif karena efektivitasnya
sebesar 98,60%. Dan pada tahun 2010 efektivitas penerimaan PPH juga
belum efektif karena efektivitasnya sebesar 97,80%.
b. PPN dan PPnBM
Tahun Target Realisasi Efektivitas
(%)
2007 143.964.528.467 149.606.922.568 103,92
2008 187.565.540.420 158.505.745.364 84,51
2009 186.844.111.162 166.575.827.878 89,15
2010 246.794.133.780 163.518.678.447 66,26
Berdasar data diatas penerimaan PPN dan PPnBM dapat dikatakan tidak
stabil. Pada tahun 2007 target telah tercapai yaitu sebesar 103,92% akan
tetapi secara umum dari tahun 2008 sampai tahun 2010 malah sebaliknya
target tidak dapat tercapai. Bahkan pada tahun 2010 terjadi penurunan
sebesar Rp 3.057.149.431,- atau 22,89% dari realisasi di tahun 2009.
Penurunan terjadi disebabkan karena tidak meningkatnya volume tingkat
penjualan baik penjualan berupa barang maupun jasa di Kota Solo pada
tahun 2010.
c. PBB dan BPHTB
Tahun Target Realisasi Efektivitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lvii
lvii
(%)
2007
2008
-
64.025.655.000
-
60.853.382.314
-
95,05
2009 75.087.137.000 75.179.040.812 100,12
2010 81.838.013.212 86.115.353.243 105,23
Berdasar data diatas PBB dan BPHTB di Kota Solo selalu mengalami
peningkatan realisasi setiap tahunnya. Dapat dilihat setiap tahun target
yang ditetapkan selalu tercapai. Hanya pada tahun 2008 saja yang
targetnya tidak tercapai karena hanya sebesar 95,05%. Tetapi secara umum
realisasi PBB dan BPHTB di Kota Solo terus meningkat. Banyaknya
pembangunan berupa gedung-gedung bertingkat seperti mall, apartemen
dan gedung perkantoran menjadi salah satu faktornya.
d. Pendapatan atas Pajak Lainnya
Tahun Target Realisasi Efektivitas
(%)
2007 21.719.913.500 18.502.523.206 85,19
2008 16.680.633.571 19.270.704.516 115,53
2009 17.140.054.318 20.105.177.168 117,30
2010 24.589.695.795 21.549.903.724 87,64
Berdasar data diatas Pendapatan atas Pajak Lainnya di Kota Solo
tingkat efektivitasnya tidak tercapai. Misal pada tahun 2007 belum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lviii
lviii
tercapai karena efektivitasnya hanya sebesar 85,19% dan tahun 2010
target juga tidak tercapai dan hanya sebesar 87,64%. Akan tetapi pada
tahun 2008 target dapat tercapai yaitu target yang ditetapkan sebesar Rp
16.680.633.571,- menjadi realisasinya sebesar Rp 19.270.704.516,- atau
115,53% . Pada tahun 2009 telah melampaui target sebesar 117,30%.
Faktor yang mempengaruhi tidak stabilnya Pajak Lainnya yaitu setiap
tahun mungkin transaksi keuangan yang dilakukan tidak tentu atau
berubah-ubah. Seperti penjualan bea materai. Bea materai tidak selalu
digunakan hanya apabila ada pembuatan perjanjian, kontrak, dan surat
pernyataan yang bersifat resmi saja baru digunakan.
Dari semua penjelasan-penjelasan diatas serta perbandingan antara
realisasi dengan target dari tahun ke tahun berdasar jenis pajaknya maka
dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surakarta secara umum setelah adanya Reformasi Birokrasi
Perpajakan mengalami peningkatan penerimaan pajaknya.
Tabel II.3
Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak di Kota Surakarta berdasar Total Penerimaan Pajak dari tahun 2006-2010
(dalam Rupiah)
Tahun
Realisasi Tahun ke-n
(Pt)
Realisasi Tahun Sebelumnya
(Po)
Pt-Po r
2006 439.636.237.380 - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lix
lix
2007 435.369.368.694 439.636.237.380 - 4.266.868.700 - 0,97%
2008 559.919.519.481 435.369.368.694 124.550.150.787 28,61%
2009 621.725.415.235 559.919.519.481 61.805.895.754 11,04%
2010 671.245.984.249 621.725.415.235 49.520.569.014 7,97%
Berdasar data diatas tingkat pertumbuhan penerimaan pajak di Kota
Solo dari tahun ke tahun secara umum juga mengalami peningkatan. Misal
pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu
sebesar Rp 559.919.519.481,- atau 28,61%. Tahun 2009 juga mengalami
peningkatan tetapi tidak setinggi tahun 2008 yaitu sebesar Rp
621.725.415.235,- atau 11,04%. Tahun 2010 pun juga mengalami
peningkatan tetapi peningkatan tersebut juga hanya sebesar Rp
671.245.984.249,- atau 7,97% dibanding dengan realisasi tahun
sebelumnya yang sebesar Rp 621.725.415.235,-. Sedangkan pada tahun
2007 justru mengalami penurunan yang drastis bahkan hingga
menyebabkan minus di tahun tersebut. Laju pertumbuhan di tahun 2007
sangat rendah yaitu sebesar -0,97% hal ini disebabkan tidak tercapainya
realisasi PPH Pasal Final dan Fiskal Luar Negeri dengan targetnya yang
ternyata mempunyai selisih sebesar Rp 90.049.506.864,-.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lx
lx
Gambar II.2
Grafik Pertumbuhan Penerimaan Pajak di Kota Surakarta
berdasar Total Penerimaan Pajak dari tahun 2006-2010
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pengaruh Reformasi Birokrasi
Perpajakan terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta.
Reformasi Birokrasi Perpajakan pada hakikatnya merupakan upaya untuk
melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem
penyelenggaraan pemerintahan. KPP Pratama Surakarta salah satu KPP
Pratama yang telah melakukan pembaharuan tersebut. Pada awalnya yang
semula berbasis jenis pajak sekarang berubah menjadi berbasis fungsi yaitu
seperti fungsi pengawasan dan konsultasi, pemeriksaan, maupun penagihan
pajak. Sistem ini lebih mengedepankan aspek pelayanan sehingga lebih
mempermudah masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxi
lxi
a. Kelebihan:
1) Dengan adanya perubahan fungsi yang awalnya berdasar jenis pajak
sekarang menjadi fungsi pengawasan dan konsultasi, pemeriksaan,
ekstensifikasi maupun penagihan pajak, maka kinerja pegawai dapat
terorganisir dan tertata dengan baik.
2) Setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan pertumbuhan
penerimaan pajak di KPP Pratama Surakarta secara umum meningkat.
3) Jika ada pegawai atau oknum-oknum tertentu yang ingin melakukan
kecurangan-kecurangan akan terdeteksi oleh sistem.
b. Kekurangan:
1) Ada beberapa pegawai tidak mau mengikuti perubahan/ reformasi yang
telah ditetapkan pemerintah, sehingga pelaksanaan sistem Reformasi
Birokrasi Perpajakan tidak terlaksana secara optimal.
2) Sumber daya manusia di Direktorat Jenderal Pajak masih banyak yang
tidak siap untuk di asah keterampilannya terutama untuk masalah
Teknologi Informasi (TI).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxii
lxii
BAB III
TEMUAN
Berdasarkan pembahasan mengenai Pengaruh Reformasi Birokrasi Perpajakan
terhadap Penerimaan Pajak di KPP Pratama Surakarta, maka penulis dapat
mengemukakan beberapa kelebihan dan kelemahan yang ada pada pembahasan
tersebut. Adapum kelebihan dan kelemahan tersebut adalah sebagai berikut:
A. KELEBIHAN
1. Dengan adanya perubahan fungsi yang awalnya berdasar jenis pajak sekarang
menjadi fungsi pengawasan dan konsultasi, pemeriksaan, ekstensifikasi
maupun penagihan pajak, maka kinerja pegawai pajak lebih dapat terorganisir
dan tertata dengan baik karena penanganan berdasarkan fungsi.
2. Setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan pertumbuhan penerimaan pajak
di KPP Pratama Surakarta secara umum meningkat.
3. Jika ada pegawai atau oknum-oknum tertentu yang ingin melakukan
kecurangan-kecurangan akan terdeteksi oleh system dan dengan adanya
Direktorat Khusus yang memberikan pengawasan kepada pegawai yaitu Direktorat
Jenderal Pajak KITSDA (Kepatuhan Internal dan Transformasi Sumber Daya
Aparatur).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiii
lxiii
B. KELEMAHAN
1. Ada beberapa pegawai yang masih memiliki pola pikir dan moral yang kurang
baik, sehingga masih berusaha mencari celah dari sistem yang telah
diperbaharui sekarang ini. Hal ini menjadikan pelaksanaan sistem Reformasi
Birokrasi Perpajakan tidak terlaksana secara optimal.
2. Sumber Daya Manusia (SDM) di Direktorat Jenderal Pajak masih banyak yang
tidak siap untuk di asah keterampilannya terutama untuk masalah Teknologi
Informasi (TI). Dalam masalah ini banyak SDM yang merupakan generasi tua
yang tidak mau tahu/ tidak mau belajar lagi karena mereka merasa sebentar
lagi akan pensiun.
3. Penggunaan sistem komputerisasi yang berbasis jaringan tidak didukung
dengan tersedianya batewith yang optimal dan kadang sering terjadi gangguan
pada saat sibuk lalu komputer menjadi lelet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxiv
lxiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxv
lxv
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surakarta maka Pengaruh Reformasi Birokrasi Perpajakan terhadap
Penerimaan Pajak di KPP Pratama Surakarta dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Setelah adanya Reformasi Birokrasi Perpajakan pertumbuhan penerimaan pajak
di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta selalu mengalami peningkatan,
tapi keadaan tersebut tidak selalu terjadi tergantung dari target yang
ditentukan Kantor Pusat dan juga kondisi sektor ekonomi Wajib Pajak Di Kota
Solo.
2. Sistem Reformasi Birokrasi Perpajakan mempermudah para pegawai untuk
melaksanakan tugas-tugas perpajakan serta tanggung jawabnya dalam
melayani kepentingan masyarakat yang sudah tercantum di SOP (Standar
Operasi Prosedur) dan Sistem penyelesai kegiatan melalui aplikasi
perpajakan.
3. Penerimaan pajak dari PBB dan BPHTB tiap tahunnya selalu mengalami
peningkatan, sedangkan untuk penerimaan pajak dari PPH, PPN dan PPnBM,
serta Pendapatan atas Pajak Lainnya berfluktuasi terjadinya dari kondisi
sektor ekonomi yang ada di Kota Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvi
lxvi
B. REKOMENDASI
Berdasarkan pada kelemahan-kelemahan yang dibuat oleh penulis maka
penulis memberikan saran dan rekomendasi yang diharapkan dapat memperbaiki
dan meningkatkan penerimaan pajak di Kota Surakarta, yaitu:
1. Memberikan pengarahan-pengarahan secara intensif dan persuasif kepada
pegawai-pegawai yang tidak ingin mengikuti perubahan/ reformasi sehingga para
pegawai mengerti dengan apa yang digulirkan pemerintah tentang Reformasi
Birokrasi Perpajakan.
2. Pegawai yang masih belum bisa mengoperasikan komputer dengan benar diberi
pelatihan secara khusus.
3. Untuk menghindari trouble dalam hal penggunaan komputer atau internet
sebaiknya ada penambahan fasilitas seperti ada tambahan bathwith dan
komputer yang mempunyai spesifikasi lebih baik.
4. Memberian insentif khusus terhadap pegawai yang mampu meningkatkan
penerimaan pajak setinggi-tingginya agar meningkatkan motivasi kerja pegawai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxvii
lxvii
DAFTAR PUSTAKA
Balai Pustaka. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional.
Halim, Abdul. 2004. Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: AMP YKPN.
http://www.kejaksaan.go.id/. Pengertian Reformasi Birokrasi. Tgl 10 April
2011.
http://www.pajak.go.id/. Direktorat Jenderal Pajak. Tgl 10 April 2011.
http://www.wploan.com/. Pengertian Pajak. Tgl 10 April 2011.
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/KMK.01/2007 tentang Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan
KOMPAS, 26-11-2005
Mardiasmo. 2008. Perpajakan Edisi Revisi 2008. Yogyakarta: Andi Offset.
Moleong, L. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remadja
Rosda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lxviii
lxviii
Prakosa, Bambang. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah (Edisi Revisi). Yogyakarta: UII Press.
Ranadireksa, Hendarmin. 2007. Dinamika Konstitusi Indonesia. Jakarta:
Fokusmedia.
Suandi, Erly. 2002. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Sukamdani. 2010. Pedoman Umum Reformasi Birokrasi. Jakarta: UI.
Suryono, Agus. 2007. Budaya Birokrasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Leutica.
Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara
perpajakan
top related