pengaruh sektor perdagangan luar negeri terhadap … · 2018. 10. 5. · sedang berkembang dalam...
Post on 16-Dec-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI
PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA
JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410
Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: lpmtl@stmt-trisakti.ac.id, Website: www.stmt-trisakti.ac.id
Judul Penelitian
PENGARUH SEKTOR PERDAGANGAN LUAR NEGERI
TERHADAP AKTIVITAS EKONOMI INDONESIA
O
l
e
h
AMRIZAL
Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti
Jakarta, Maret 2002
2
KATA PENGANTAR
Membuat Karya Ilmiah atau melakukan penelitian sudah merupakan tugas pokok
yang harus dilakukan oleh staf pengajar suatu perguruan tinggi. Tugas ini dibuat dalam
rangka penyesuaian/persyaratan pengusulan Akreditasi Dosen atau jenjang kepangkatan
pada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPOR TRISAKTI (STMT TRISAKTI)
Jakarta. Meskipun tugas ini sepertinya tidak lebih dari hanya sekedar suatu persyaratan
saja, namun penulis telah berfikir berkali-kali tentang isi tulisan singkat “Jurnal” yang
dibuat ini harus benar-benar dikaji secara ilmiah pula sesuai dengan namanya, dan inipun
sebatas kemampuan yang penulis miliki hingga saat ini.
Alasan lain kenapa karya ilmiah ini harus dibuat demikian adalah
berkemungkinan kalau sekarang batas kemampuan penulis hanya sebatas yang mampu
penulis buat seperti ini, maka mungkin suatu saat tulisan singkat “Jurnal” ini bisa lebih
disempurnakan kearah pendewasaan secara “up to data” untuk disajikan secara umum
melalui Jurnal-jurnal ekonomi, mediamasa dan lain sebagainya. Agaknya tidaklah terlalu
berkelebihan kalau penulis katakan bahwa data yang digunakan bukanlah data main-
mainan, akan tetapi merupakan data resmi publikasi pemerintah sesungguhnya serta
badan-badan resmi pemerintah dan lainnya, yang telah menghimpun: Data-data Makro
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia dari masa kemasa dengan rentang waktu tahun
1960-2006 seperti: Pendapatan Nasional Indonesia, APBN, Neraca Pembayaran,
Kependudukan dan Tenaga Kerja dan lain sebagainya.
Kemudian sebagai upaya menjaga keilmiahan sajian tulisan singkat “Jurnal” yang
penulis buat ini diperlukan wadah akurasi “Ilmu Ekonomi Terapan” sebagai
penuntun/pembanding, yaitu suatu wadah yang mencontohkan berbagai corak maupun
topik bahasan tulisan para ahli ekonomi papan atas menampilkan karya ilmiahnya
melalui berbagai Jurnal ekonomi domestik maupun asing. Tulisan singkat “Jurnal” ini
belum pernah diterbitkan dan hanya digunakan sebagai publikasi kepustakaan STMT
TRISAKTI agar dapat dibaca oleh mahasiswa atau pembaca ilmiah lainya yang
barangkali punya kepentingan sama dengan penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ketua STMT
TRISAKTI Husni Hasan, A.MTrU, S.Sos, MM, bapak Puket I STMT TRISAKTI
H. Andri Warman, BSc, S.Sos.,MM dan Civitas Akademika lainnya STMT Trisakti
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Tidak terlupa salam
yang istimewa terhadap fihak DIKTI/Kopertis Wilayah III Jakarta tempat tujuan
penyesuaian/pengusulan Akreditasi Penulis untuk kedua kalinya, dan berbagai fihak yang
telah disibukkan atas penyesuaian/pengusulan akreditasi ini, demikian dan terima kasih.
Jakarta, Maret 2002
( Amrizal )
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1. PENDAHULUAN
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Perdagangan Luar Negeri dan Pembangunan
2.2. Pengaruh Strategi Industrialisasi Terhadap Pola
Hubungan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi
2.3. Beberapa Bukti Empiris
3. KERANGKA ANALISA DAN METODOLOGI
3.1. Kerangka Pembentukan Model
3.2. Metodologi
3.3. Model Empiris
3.4. Data
4. PENEMUAN EMPIRIS
5. KESIMPULAN
DAFTAR BACAAN
LAMPIRAN
4
1. PENDAHULUAN
Tidak dapat disangkal bahwa peranan ekspor dalam pertumbuhan ekonomi
sebuah negara sedang berkembang seperti Indonesia adalah penting sekali. Pertumbuhan
jumlah ekspor tidak saja berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan devisa negara
yang sangat dibutuhkan oleh peningkatan kapasitas produksi dalam negeri tetapi juga
meningkatkan kapasitas produksi nyata (riil) yang dihasilkan didalam negeri. Sekaligus
juga situasi tersebut akan mempunyai dampak terhadap perluasan kesempatan kerja.
Selama dua dasawarsa yang telah lalu pertumbuhan ekonomi dan ekspor
Indonesia masing-masing mencapai 5,7 dan 7 persen setahun. Sementara itu bagian
ekspor di dalam Produk Domestik Bruto juga mengalami peningkatan. Semua ini
mengandung implikasi bahwa ekspor mempunyai dampak yang positif terhadap
pertumbuhan ekonoomi Indonesia, walaupun selama periode yang bersangkutan
kebijaksanaan perdagangan yang dianutnya lebih dominan berorientasi terhadap pasar
dalam negeri (inward-looking) daripada terhadap pasar luar negeri (outward-looking).
Padahal proteksi yang diberikan dalam kebijaksanaan inward-looking terhadap
sektor manufaktur pengganti impor tidak konsisten dengan usaha pengembangan ekspor.
Tambahan pula beberapa penelitian telah menemukan bahwa pada negara-negara
berkembang yang menganut kebijaksanaan dengan orientasi ekspor terdapat
kecenderungan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibanding dengan negara-negara
berkembang yang berorientasi terhadap pasar dalam negeri.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki bentuk hubungan antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama periode 1969-1996. Selama periode ini,
Indonesia dinilai sebagai negara yang menganut kebijaksanaan inward looking.
Pembahasan dalam bagian selanjutnya adalah merupakan tinjauan kepustakaan mengenai
perdagangan pembangunan pada umumnya serta ekspor dan pertumbuhan ekonomi pada
khususnya. Pada bahagian tiga akan diturunkan model yang menjelaskan bagaimana
ekspor dan pertumbuhan ekonomi saling berhubungan secara teoritis dan dikemukakan
pula data yang dipakai untuk pengujian. Hasil pengujian dan analisanya dikemukakan
pada bahagian ke empat serta bahagian kelima adalah merupakan kesimpulan.
2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Perdagangan Luar Negeri dan Pembangunan
Para ahli ekonomi klasik dan neo-klasik mempunyai keyakinan bahwa dengan
membuka diri secara bebas terhadap perdagangan luar negeri suatu negara akan bisa
mencapai tujuan dalam pembangunan (Meier, 1968). Pada abad ke 19, perdagangan luar
negeri sudah membuktikan peranannya yang sangat penting dalam pembangunan negara-
negara yang kini sudah maju (Kindleberger, 1977). Karena itu Robertson menyatakan
bahwa perdagangan luar negeri tidak hanya merupakan alat untuk meningkatkan
effisiensi produksi, tetapi juga sebagai mesin pertumbuhan ekonomi (Robertson, 1949).
5
Kini kemampuan sektor perdagangan luar negeri sebagai mesin pertumbuhan
ekonomi bagi negara-negara yang sekarang sedang berkembang sudah mulai diragukan.
Hal ini disebabkan karena banyaknya hambatan-hambatan yang dihadapi negara-negara
sedang berkembang dalam usaha perluasan perdagangan luar negeri mereka (Maizels,
1970). Hambatan-hambatan dalam perluasan perdagangan ekspor bagi negara-negara
berkembang dapat disebabkan oleh faktor eksternal dan faktor internal.
Hambatan eksternal merupakan faktor yang berasal dari negara maju sebagai
produk-produk yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang yang tercermin dalam
berkurangnya permintaan (demand-deficiency). Sedangkan hambatan internal merupakan
faktor yang terdapat di dalam negara-negara berkembang sendiri yang tercermin dalam
kekurangan produksi dan penawaran. Keberhasilan dalam mengatasi hambatan-hambatan
tersebut akan menentukan kemampuan perdagangan luar negeri untuk bertindak sebagai
mesin penggerak pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang.
Menurut Nurkse terdapat enam faktor eksternal yang merupakan penghambat ekspor
dari negara-negara yang sedang berkembang (Nurkse, 1959). Faktor-faktor tersebut
antara lain adalah :
(1) Pergeseran komposisi produk sektor industri di negara-negara maju dari industri-
industri ringan menuju industri berat yang sedikit membutuhkan bahan mentah dari
negara-negara berkembang.
(2) Peningkatan peranan sektor jasa dalam output negara maju hingga menyebabkan
berkurangnya permintaan terhadap barang mentah.
(3) Elastisitas pendapatan terhadap produk pertanian cenderung lebih rendah daripada
terhadap produk manufaktur:
(4) Kebijaksanaan proteksionis yang diterapkan negara maju terhadap produk pertanian.
(5) Skala keuntungan yang besar telah tercapai dalam industri yang memakai bahan baku
hasil alam.
(6) Kecenderungan pemakaian bahan sintetik dan buatan lainnya sebagai pengganti
bahan mentah hasil alam.
Hadirnya faktor-faktor penghambat bagi negara berkembang dalam memperluas
perdagangan ekspor dan ditambah dengan posisi yang labil sebagai eksportir produk
primer menyebabkan sukarnya menggerakkan pembangunan ekonomi dengan mesin
perdagangan luar negeri, kecuali kalau mereka mempercepat proses industralisasi
(Prebish, 1964). Karena keadaan yang dihadapi sekarang menguntungkan bagi produk
manufaktur dibanding produk pertanian. Ternyata tidak akan banyak membawa
keuntungan bagi negara primer, sedangkan elastisitas harga dan pendapatan terhadap
permintaan barang-barang hasil industri adalah lebih tinggi baik untuk ekspor maupun
untuk pasaran dalam negeri. (Thirwall, 1978).
6
Disamping faktor-faktor eksternal di atas, juga terdapat faktor-faktor internal
negara berkembang sendiri yang menjadi penghambat pertumbuhan ekspor mereka.
Sebenarnya harga barang-barang ekspor dari negara berkembang meningkat lebih cepat
dibanding dengan harga barang-barang negara maju untuk ekspor mereka (Cairncross,
1960). Hal ini menggambarkan rendahnya elastisitas penawaran barang-barang hasil
pertanian dari negara berkembang. Keadaan semakin buruk dengan adanya kebijaksanaan
yang lebih memusatkan diri kepada industrialisasi dari pada mengembangkan
pembangunan pertanian.
Pemusatan investasi, studi kelayakan dan insentif pajak demi pembangunan
industri banyak mengorbankan dan mengabaikan pengembangan sektor pertanian dan
ekspor komoditi tradisional hingga ekspor menjadi terhambat. Kalau hambatan-hambatan
demikian dapat diatasi, maka tidak akan diragukan lagi bahwa perdagangan luar negeri
akan dapat berkerja kembali sebagai mesin pertumbuhan ekonomi negara-negara
berkembang (Cairncross, 1960).
2.2. Pengaruh Strategi Industrialisasi Terhadap Pola
Hubungan Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi
Sebenarnya industrialisasi bukanlah penghambat pertumbuhan ekspor, tetapi
strategi yang dipilih negara berkembang untuk industralisasi mempunyai pengaruh
terhadap pertumbuhan ekspor yang selanjutnya akan membawa dampak terhadap
pertumbuhan ekonomi. Dalam melaksanakan industrialisasi negara berkembang dapat
memilih dua strategi. Pertama, adalah strategi yang berorientasi terhadap pemenuhan
permintaan dalam negeri dengan substitusi impor. Strategi ini dikenal dengan strategi
inward-looking. Kedua, adalah strategi yang berorientasi terhadap pasar luar negeri yang
lazim dikenal sebagai export-oriented atau outward-looking strategy. Setiap strategi akan
mempunyai dampak yang berbeda terhadap pola hubungan antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi.
Strategi inward-looking pada awal penerapannya merupakan akibat dari
pertumbuhan impor yang cepat di negara-negara berkembang. Hal ini membuktikan
terdapatnya pasar di dalam negeri. (Hirschman, 1958). Proses industrialisasi melalui
penggantian impor memberikan kesempatan kepada negara berkembang bagi
peningkatan pengetahuan teknis, pendidikan kota, dinamisme dan kemandirian. Hal ini
semuanya muncul bersama dengan peradaban kota dan keuntungan ekonomi Marshalian.
(Singer, 1964).
Faktor utama yang mendorong strategi inward-looking dengan substitusi impor
meliputi kesulitan dalam neraca pembayaran, perang, pertumbuhan pendapatan dan
kebijaksanaan pembangunan yang ketat (Hirschman, 1968). Prospek ekspor yang suram
juga telah mendorong negara berkembang untuk melaksanakan strategi substitusi impor.
7
Disamping faktor pendorong seperti diatas, banyak pula keberatan-keberatan yang
dilontarkan terhadap strategi substitusi impor. Dikatakan bahwa strategi substitusi impor
dapat mengalihkan sumber daya dari sektor ekspor (Balasa, 1973). Kebijaksanaan tarif
dan nilai tukar valuta asing yang dilakukan untuk menopang program substitusi impor
juga mengurangi ekspor. Ini berarti bahwa substitusi impor sendirian saja adalah sia-sia
dan tidak efektif bagi negara berkembang (Johnson, 1966). Dengan pertimbangan
demikian, maka jelaslah bahwa strategi substitusi impor perlu diiringi dengan suatu
strategi promosi ekspor dalam rangka industrialisasi.
Strategi substitusi impor mengandung pengaruh negatif terhadap sektor ekspor
melalui kebijaksanaan proteksi, baik dengan tarif atau jasa non-tarif. Peningkatan
proteksi, terhadap industri dalam negeri yang menyaingi impor berarti impor semakin
mendapat pembatasan dan pengendalian, membuat industri pengganti impor semakin
menarik bagi penanaman modal baik asing maupun domestik dan semakin mengarahkan
pemakaian sumber-sember ekonomi ke sektor yang dilindungi. Tetapi tindakan-tindakan
demikian merupakan rintangan bagi pengembangan potensi ekspor komoditi manufaktur
(Gorden, 1980).
Pembatasan impor membuat kegiatan produksi yang bersaingan dengan impor
menjadi lebih menarik dari mengalihkan sumber dari kegiatan lain, termasuk juga
kegiatan yang mempunyai potensi ekspor ke sektor yang dilindungi. Industri manufaktur
yang sesungguhnya bisa berproduksi untuk pasar dalam negeri dan pasar luar negeri
akan memusatkan perhatian dan usaha lebih banyak kepada kegiatan yang mendapat
perlindungan dari pembatasan impor daripada berproduksi untuk pasar luar negeri yang
tidak mendapat perlindungan dari persaingan dunia.
Pengurangan impor berarti menghindari diri dari kemungkinan kurs mata uang
asing mengalami depresi yang berarti pula mengurangi daya saing bagi komoditi ekspor.
Sistem tarif atau kuota menghambat ekspor jika pembatasan impor melalui input-input
yang diperlukan dalam produksi barang ekspor. Karena pembatasan impor membuat
input-input tersebut semakin langka hingga harganya meningkat di dalam negeri yang
menyebabkan kenaikan dalam biaya produksi barang-barang ekspor. Dalam hal ini
proteksi bagi kegiatan industri pengganti impor merupakan ancaman bagi kegiatan
produksi barang-barang ekspor.
Disamping memberikan rintangan terhadap kegiatan produksi ekspor, proteksi
terhadap industri pengganti impor juga memiliki beberapa bias yang tidak dikehendaki
(Corden, 1980). Pertama, manfaat yang bisa diperoleh dari keuntungan komparatif
menjadi lenyap di dalam sektor industri. Jika suatu insentif diberikan terhadap penjualan
pada pasar dalam negeri dan luar negeri, maka negara akan mengekspor barang yang
cocok dengan faktor produksi yang dimiliki, apakah padat karya atau karena alasan-
alasan historis lainnya. Pendapatan dari hasil ekspor akan dipakai untuk membayar impor
barang yang tidak cocok untuk diproduksi di dalam negeri. Kedua, hilangnya kesempatan
untuk memanfaatkan keuntungan skala ekonomi.
8
Skala produksi yang dilindungi dibatasi oleh pasar dalam negeri yang sempit dan
sangat kecil. Bagi industri yang mementingkan skala produksi, benar-benar perlu
melakukan ekspor, sejak dari awal sudah mendapatkan rintangan. Pasar dalam negeri
akan dipenuhi oleh banyak jenis barang yang dihasilkan dengan skala kecil. Akhirnya,
spesialisasi dalam rangka industrialisasi menjadi terhambat. Berbeda dengan strategi
inward-looking, strategi outward-looking dikembangkan untuk memaksimumkan
keuntungan dari pasaran ekspor (Keesing, 1967).
Strategi ini mendorong spesialisasi sesuai dengan keuntungan komparatif,
memberikan insentif bagi spesialisasi intra-industri dan partisipasi dalam pembagian
proses produksi internasional. Produsen dalam negeri dihadapkan kepada persaingan
dunia dengan jalan memberikan kesempatan yang sama terhadap produsen dalam negeri
dan produsen asing pada pasar lokal dan bagi produsen dalam negeri pada pasar lokal dan
pasar luar negeri (Balasa, 1973).
Para pendukung strategi outward-looking percaya bahwa ekspor mempunyai masa
depan yang cerah. Dinyatakan bahwa biaya insentif terhadap ekspor mempunyai distorsi
yang lebih kecil dibandingkan dengan yang dikeluarkan untuk substitusi impor.
Sementara prestasi pertumbuhan ekonomi negara-negara yang mempunyai orientasi
ekspor adalah lebih memuaskan dibanding dengan negara-negara yang mempunyai
orientasi pasar lokal (Bhagwati, 1973).
Selanjutnya dinyatakan pula bahwa (1) biaya promosi ekspor adalah lebih nyata
bagi pembeli kebijaksanaan dibanding biaya substitusi impor; (2) banyak bukti dari
penelitian yang menunjukkan mahalnya biaya intervensi langsung; (3) kedudukan
monopoli merupakan penyebab pertumbuhan produktivitas yang rendah pada industri
yang baru bangun di negara-negara berkembang, dan (4) suatu strategi orientasi ekspor
lebih tepat untuk mencapai keuntungan skala ekonomis dibanding suatu strategi substitusi
impor yang pada umumnya dibatasi oleh ukuran pasar dalam negeri.
Dalam kerangka hubungan antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi telah
dikembangkan sebuah model yang disebut dengan export-led growth (Kindleberger,
1962). Dalam model ini, ekspor dipandang sebagai sebuah sektor yang mampu
memimpin dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Kegiatan dan peningkatan ekspor
merupakan suatu insentif bagi pemunculan dan perluasan kegiatan lain. Pertumbuhan
ekspor menimbulkan permintaan baru di negara-negara pengekspor, baik bagi input
dalam perluasan produksi fisik maupun sebagai hasil peningkatan pendapatan faktor-
faktor produksi. Perluasan ekspor mempu menghasilkan pertumbuhan ekonomi melalui
dorongan bagi perubahan teknologi dan investasi, atau melalui rangsangan permintaan
terhadap sektor lain.
Dikalangan para ahli ekonomi terdapat berbagai interprestasi mengenai cara kerja
mekanisme export-led growth. Kindleberger membedakan hubungan ekspor dan
pertumbuhan ekonomi dalam empat kasus. Pertama, dalam kasus full-employment, suatu
perubahan yang menguntungkan pada permintaan di luar negeri, atau suatu innovasi yang
menguntungkan biaya dalam negeri, dapat memperluas ekspor, memperbaiki nilai tukar
9
perdagangan atau meningkatkan keuntungan dari perdagangan. Kedua, dalam kasus
unemployment atau under-employment, perluasan ekspor menarik sumber dari sektor
dimana pemanfaatan kurang dan produktivitas rendah ke sektor yang lebih produktif.
Ketiga, dalam kasus industri yang mempunyai kurva biaya yang menurun (decreasing
costs curves), pasar ekspor memungkinkan pengurangan biaya real, atau menaikan
pendapatan real. Keempat, dalam kasus adanya perbaikan teknologi, perluasan ekspor
bisa memberikan tekanan kepada sumber-sumber dalam negeri dan mengarah kepada
innovasi yang menurunkan biaya.
Selanjutnya Myint menafsirkan export-led growth dengan penunjuk kepada
hipotesa yang menyatakan bahwa perluasan ekspor adalah penyebab pembangunan
ekonomi (Mynt, 1979). Mekanisme export-led growth berorientasi dalam tiga bentuk :
(1) perluasan ekspor akan meningkatkan keuntungan langsung dari perdagangan dam
membantu kelancaran pembangunan ekonomi; (2) ekspor memberikan kontribusi
terhadap pembangunan ekonomiterutama melalui penyediaan devisa bagi negara-negara
berkembang untuk pembelian barang modal dan input lainnya dari luar negeri; (3)
perdagangan yang lebih bebas dan perluasan ekspor secara tidak langsung memberikan
pengaruh terhadap efisiensi produktif di dalam negeri seperti pengaruh edukatif suatu
perekonomian terbuka, mempermudah penyebaran kebutuhan-kebutuhan dan kegiatan
baru, teknologi baru dan organisasi ekonomi yang baru.
Penjelasan bagi export-led growth juga diamati dari dampak ekspor terhadap
investasi dan tabungan. Lamfalussy menyatakan bahwa pembangunan ekspor yang pesat
akan meningkatkan rasio investasi dan tabungan dan yang kemudian lebih banyak dari
pada yang terdahulu. (Lamfalussy, 1963). Dengan demikian kapasitas dan produktivitas
akan berkembang lebih cepat tanpa menimbulkan suatu proses inflasi.
Pada lain pihak, suatu negara dengan pertumbuhan ekspor yang lambat akan
berakhir dengan kurangnya investasi dan lebih kurang lagi tabungan. Hal ini
menimbulkan pertumbuhan lambat dengan inflasi dan tekanan yang terus menerus
terhadap neraca pembayaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kecenderungan peningkatan
ekspor, sebagai faedah persaingan akan meningkatkan bagian keuntungan dalam
pendapatan nasional dibandingkan dengan negara yang perkembangan ekspornya lambat.
Selanjutnya hal ini akan membawa peningkatan rasio investasi.
Karena kecenderungan menabung dari keuntungan perusahaan jauh lebih besar
dari kecenderungan menabung bagian dari pendapatan pribadi, maka rasio tabungan juga
mengalami peningkatan. Kedua perubahan ini diperlukan secara serentak untuk mencapai
pertumbuhan dan surplus perdagangan yang lebih cepat. Rasio investasi harus meningkat
guna mempercepat pembentukan modal, laju pertumbuhan modal dan laju pertumbuhan
produktivitas. Sementara rasio tabungan harus meningkat paling sedikit sebanyak rasio
investasi agar neraca pembayaran tidak memburuk.
Menurut Kindleberger, ekspor juga diharapkan untuk merangsang pertumbuhan
ekonomi, mesti terdapat pembentukan modal, perubahan teknologi, dan reallokasi
sumber-sumber. Dengan adanya proses ini makin besar keuntungan-keuntungan dari
10
perdagangan, maka makin cepat dan makin pasti munculnya pertumbuhan. Untuk suatu
tingkat keuntungan perdagangan, makin banyak pembentukan modal, perubahan teknik
dan transformasi, makin baik. Bagaimanapun, besarnya potensi keuntungan perdagangan,
tetapi tidak ada kemampuan untuk memanfaatkan, atau kapasitas besar tanpa keuntungan
perdagangan, tidak akan banyak membantu.
2.3. Beberapa Bukti Empiris
Penelitian mengenai hubungan ekspor dan pertumbuhan ekonomi telah banyak
dilakukan. Biasanya penelitian-penelitian tersebut memanfaatkan data cross-section dan
data time-series. Namun terdapat pula pemanfaatan bentuk kombinasi kedua jenis data
tersebut.
Emery melakukan penelitian untuk menguji hipotesa yang menyatakan bahwa
terdapat suatu bentuk hubungan kausal antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (Emery,
1967). Dinyatakan bahwa hubungan tersebut lebih banyak bersifat saling tergantung dari
pada sebab akibat. Walaupun, sebagian besar adalah kenaikan ekspor yang lebih
mendorong suatu kenaikan dalam pertumbuhan ekonomi dibanding sebaliknya. Korelasi
berganda dan persamaan regresi sederha dihitung dengan memakai data untuk
sekelompok 50 negara mengenai pertumbuhan pendapata per kapita, ekspor dan neraca
perdagangan selama 1953-1963.
Ekspor dan GNP ditemukan mempunyai hubungan yang sangat berarti. Penemuan
juga memperlihatkan bahwa untuk setiap 2,5 % kenaikan ekspor, pendapatan real per
kapita meningkat dengan 1 %. Dengan demikian disimpulkan bahwa pertumbuhan ekspor
yang relatif tinggi mungkin membawa pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi pula.
Karena itu, kebijaksanaan yang merangsang dan mendorong ekspor perlu diambil untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi.
Syron dan Walsh melakukan analisa lebih lanjut terhadap penelitian emery.
Mereka membedakan ke-50 negara sampel menjadi negara maju dan negara kurang
maju. Penemuan mereka menyatakan bahwa hubungan antara ekspor dan tingkat
pertumbuhan ekonomi adalah lebih besar bagi negara maju dibanding negara kurang
maju. Hasil yang hampir sama juga dilaporkan dari penelitian Maizels (1968), Lubitze
(1973) dan Michaely (1977).
Selanjutnya, penelitian yang memakai data time series juga dilakukan oleh
Maizels (1968). Penemuannya menyatakan pula bahwa pertumbuhan output dan
pertumbuhan ekspor mempunyai hubungan yang kuat. Sebaliknya penelitian Healy yang
meliputi 8 negara Asia selama periode 1950-1969 tidak mampu membuktikan hubungan
yang kuat antara ekspor pertumbuhan ekonomi, kecuali untuk Malaysia dan Sri Lanka
(Healy, 1973)
Menurut Voivodas, penelitian empiris yang telah dilakukan terdahulu hanya
memusatkan perhatian mengenai eksistensi suatu bentuk hubungan yang positif antara
11
ekspor dan pertumbuhan ekonomi, bukan menjelaskan hubungan-hubungan dalam urutan
penyebab (Voivodas, 1973). Ia berusaha menjelaskan hubungan ekspor yang langsung
terhadap perekonomian keseluruhan melalui impor barang modal dan investasi.
Pengujian berdasarkan analisa regresi sederhana dilakukan terhadap setiap hubungan.
Pertama sekali, laju pertumbuhan ekonomi diregresikan dengan proporsi ekspor dalam
Produk Domestik Bruto (GDP).
Hubungan ekspor terhadap perekonomian lainnya diperkirakan dengan
melakukan regresi: (1) proporsi impor barang modal dalam produk Domestik Bruto
terhadap proporsi ekspor dalam Produk Domestik Bruto, (2) proporsi investasi dalam
Produk Domestik Bruto terhadap proporsi ekspor dalam produk Domestik Bruto. Dengan
memakai pocled data dari 22 sampel negara-negara kurang maju. Voivodas menemukan
terdapatnya suatu hubungan positif yang berarti antara proporsi ekspor dalam Produk
Domestik Bruto dan laju pertumbuhan ekonomi. Ekspor dan Investasi mempunyai
hubungan negatif yang lemah, tetapi ditemukan suatu hubungan yang kuat antara ekspor
dan impor barang modal untuk menjamin suatu pengaruh positif ekspor terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Sebenarnya penelitian Vovodas masih belum memperlihatkan hubungan kausatif
antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi. Mulai dengan kerangka teori yang sama, Chen
mengemukakan pemakaian sebuah model persamaan simultan untuk memperlihatkan
hubungan kausal mekanisme export-led growth (Chen, 1979). Dalam hal ini
dikemukakan bahwa (1) pendapatan mempunyai hubungan dengan investasi dan ekspor
atau hanya dengan ekspor saja, (2) impor barang modal mempunyai hubungan dengan
pendapatan dan ekspor atau hanya dengan ekspor, dan (3) investasi mempunyai
hubungan dengan impor barang modal.
Dalam sistem persamaan ini, pendapatan impor barang modal dan investasi
penelitian vivodas masih belum memperlihatkan hubungan kausatif antara ekspor dan
pertumbuhan ekonomi. Mulai dari kerangka teori yang sama, Chen mengemukakan
pemakaian sebuah model persamaan simultan untuk memperlihatkan hubungan kausal
mekanisme export-led grouth (Chen, 1979). Dalam hal ini dikemukan bahwa (1)
Pendapatan mempunyai hubungan dengan investasi dan ekspor atau hanya dengan ekspor
saja, (2) impor barang modal mempunyai hubungan dengan pendapatan dan ekspor atau
hanya dengan ekspor, dan (3) investasi mempunyai hubungan dengan impor barang
modal.
Pendapatan. impor barang modal dan investasi adalah variabel-variabel eksogen.
Chen melakukan pengujian secara statistik hipotesanya dengan memakai data time series
dari Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Taiwan. Penemuan Chen
mendukung hipotesa hubungan yang langsung dalam proses export-led, kecuali untuk
Jepang. Penelitian terdahulu mengenai ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia telah
dilakukan oleh Healy (1973) untuk periode 1950-1969 dan kemudian oleh Hasanuddin
(1977) untuk periode 1960-1973. Penelitian terdahulu tidak menemukan hubungan yang
kuat antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi, sedangkan penelitian terakhir menemukan
hal yang sebaliknya. Kedua studi telah mampu memperlihatkan hubungan antara ekspor
12
dan pertumbuhan ekonomi, namun belum mampu memperlihatkan dampak ekspor
terhadap perekonomian secara keseluruhan melalui peranan ekspor dalam membiayai
impor barang modal yang diperlukan investasi dalam negeri bagi proses pertumbuhan
ekonomi. Penelitaian ini akan berusaha mengisi celah demikian.
3. KERANGKA ANALISA DAN METODOLOGI
3.1. Kerangka Pembentukan Model
Dalam teori Makro modern Keynes yang oleh Harrod-Domar dimana hubungan
antara perubahan pendapatan dengan investasi ditulis sebagai berikut:
Yt = 1/k It ( 1 )
dimana Yt adalah pendapatan nasional pada periode t, sedangkan It = Kt atau
Investasi sama dengan perubahan stok modal dan k = ICOR. Sementara itu dalam
model Keynes bahwa tabungan yang dihubungkan dengan pendapatan ditulis dalam
bentuk fungsi seperti:
St = s Yt ( 2 )
dimana St adalah tabungan tahun t, sedangkan s adalah Marginal Propensity to Save
(MPS) atau sering disebut sebagai hasrat menabung rata-rata dan marginal.
Sebagaimana halnya model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar yang terutama
menghubungkan Investasi dengan pendapatan, maka perluasan model ini juga bisa
dilakukan terhadap fungsi-fungsi lain seperti perdangan luar negeri seperti Ekspor dan
Impor serta yang lainya. Namun untuk memasukan Impor perlu terlebih dahudu
membedakan antara Impor modal dengan Impor bukan modal. Diasumsi bahwa kenaikan
Impor dapat menaikan pendapatan, yaitu karena impor tersebut mengandung barang
modal dan oleh karenanya Impor barang modal menaikan Investasi dan ditulis
M't = c It ( 3 )
sedangkan Impor bukan barang modal yang merupakan fungsi dari pendapatan dan dapat
ditulis sebagai:
M"t = m Yt ( 4 )
dimana M" adalah Impor bukan barang modal dan m sering disebut sebagai Marginal
Propensity to Impor ( MPM ) atau hasrat marginal dan rata-rata mengimpor bukan barang
modal. Kalau saja dihubungkan kedua persamaan (3) dan persamaan (4) adalah sebagai
Mt = M't + M"t ( 5 )
13
dimana Mt adalah Total Impor. Selanjutnya sektor perdagangan luar negeri seperti
Ekspor diasumsikan sebagai varibel eksogen ( exogeneous variable ) yang ditulis sebagai:
Xt = X0 ( 1 + x )t ( 6 )
dimana persamaan (6) merupakan laju pertumbuhan ekspor selama periode t. Sementara
itu hubungan antara investasi dengan pendapatan yang ditulis dalam bentuk fungsi
sebagai:
It = b Yt ( 7 )
dimana b adalah Marginal Propensity to Invest ( MPI) atau disebut sebagai hasrat rata-
rata dan marginal berinvestasi.
Kondisi Equilibrium perekonomian menyatakan bahwa Aggregate Demand sama
dengan Aggregate Supply ( A = Y ) dan dihubungkan dengan beberapa persamaan diatas,
maka secara menyeluruh dapat ditulis sebagai berikut:
A = Y ( 8 )
Ct + It + Gt + ( Xt - Mt ) = Y = Ct + St + ( Tt - Rt ) ( 9 )
It - St = Mt - Xt ( 10 )
It - St = ( M't + M"t ) - Xt ( 11 )
b Yt - s Yt = M't + m Yt - Xt ( 12 )
M't = b Yt - m Yt - s Yt + Xt ( 13 )
M't = ( b - m - s ) Yt + Xt ( 14 )
c It = ( b - m - s ) Yt + Xt ( 15 )
It = [( b - m - s )/c] Yt + 1/c Xt ( 16 )
dengan mensubsitusikan persamaan (16) kedalam persamaan (1) serta membagi kedua
ruas kiri dan kanan dengan Yt sehingga diperoleh:
Yt/Yt = ( b - m - s ) / ck + 1/c ( Xt/Yt ) ( 17 )
persamaan (17) menyatakan adanya hubungan antara ekspor dengan pertumbuhan
ekonomi, dan sampai berapa jauhnya hubungan tersebut maka perlu kiranya diestimasi
secara statistik.
Khususnya persamaan (14), (16) dan (17) yang didalam bentuk fungsi secara
statistik dapat ditulis sebagai berikut:
M't = f ( Yt , Xt , Ui ) ( 18 )
It = f ( Xt , Ui ) ( 19 )
Yt = f ( Xt , Ui ) ( 20 )
ketiga persamaan (18), (19) dan (20) memperlihatkan pengaruh Ekspor masing-masing
terhadap impor barang modal, investasi dan pendapatan nasional. Untuk tujuan menjejaki
perluasan ekspor sampai kepada pertumbuhan ekonomi, maka perlu dirumuskan sebuah
14
model persamaan simultan sederhana. Model tersebut merupakan sebuah sistim
persamaan yang terdiri dari suatu persamaan pendapatan, persamaan impor barang modal
dan sebuah persamaan investasi.
Dalam persamaan pendapatan, dimana pendapatan dihubungkan dengan investasi
dan ekspor atau hanya dengan ekspor saja seperti:
Yt = f ( It , Xt , Yt-1 , Ui ) ( 21 )
atau Yt = f ( Xt , Yt-1 , Ui ) ( 22 )
Pada persamaan impor barang modal, dimana impor barang modal dihubungkan dengan
pendapatan dan ekspor atau hanya dengan ekspor saja seperti berikut:
M't = f ( Yt , Xt , M't , Ui ) ( 23 )
atau M't = f ( Xt , M't-1 , Ui ) ( 24 )
3.2. Metodologi
Persamaan (21) - (24) merupakan sebuah sistim persamaan Yt, M't dan It adalah
variabel variabel endogen. Sedangkan Yt-1 , Xt , Mt-1 adalah variabel-variabel eksogen.
Sedangkan Yt-1, Xt, M't-1 adalah variabel-variabel eksogen. Semua persamaan memenuhi
persyaratan identifikasi. Metodologi yang dipakai dalam pengujian persamaan-persamaan
diatas adalah dengan memakai metode kuadrat terkecil dua terhadap (two stage least
squares atau 2 SLS). Nama 2 SLS diberikan karena kuadrat terkecil sederhana, OLS,
dipakai 2 kali di dalam prosedur pengujian.
Pada tahap pertama, variabel endogen diregressikan terhadap variabel-variabel
eksogen untuk memperoleh bentuk reduced dari model. Kemudian, nilai-nilai yang
ditaksir dari persamaan tersebut digunakan untuk menciptakan sebuah variabel baru yang
menggantikan variabel endogen yang sekarang di dalam persamaan yang asli. Pada tahap
kedua dilakukan kembali pengujian dengan memakai perumusan yang baru tersebut.
Prosedur demikian terlihat banyak memakan waktu. Namun tersedianya program
komputer untuk 2 SLS merupakan kemudahan bagi pengujian. Dengan program tersebut
hasil regressi dapat langsung diperoleh untuk persamaan struktural tanpa menaksir
terlebih dulu bentuk reduced dengan metode OLS. Persamaan simultan dalam penelitian
ini memiliki hipotesa: (1) investasi dan ekspor atau ekspor saja mempunyai pengaruh
positif terhadap pendapatan, (2) pendapatan dan ekspor atau ekspor saja mempunyai
pengaruh positif terhadap impor barang modal, dan (3) impor barang modal mempunyai
pengaruh positif terhadap investasi.
Sistem persamaan ini menjelaskan bahwa peranan perluasan ekspor di dalam
pertumbuhan ekonomi terletak pada kontribusinya dalam membiayai impor barang modal
yang karena pengaruhnya yang signifikan terhadap investasi dalam negeri adalah perlu
bagi pertumbuhan ekonomi yang cepat. Pemasukan lagged dependent variable sebagau
suatu tambahan bariabel penjelas dalam setiap persamaan adalah berdasarkan pada
15
spesifikasi model penyesuaian partial dari Narlove mengenai distributed lag adalah
sebagai berikut:
Model penyesuaian partial Nerlove dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut: Bila
Y tergantung pada I, lalu terdapat nilai Y yang diharapkan dalam periode t, katakan Y*
yang tergantung pada nilai x dalam periode t, x, umpamanya:
Y*t = a + b Xt + Xt ( i )
Oleh karena Y*t tidak dapat diamati secara langsung, sehingga Nerlove merumuskan
hipotesa yang lazim disebut sebagai hipotesa penyesuaian seperti berikut:
Yt - Y2-1 = d ( Y*t - Yt-1 ) ( ii )
dimana d adalah koefisien, 1/d memberikan period yang dikehendaki bagi penyelesaian
proses penyesuaian. Dengan memasukan persamaan (i) kedalam persamaan (ii), maka
diperoleh:
Yt - Yt-1 = d ( a + b Xt + Xt ) - Yt-1 ( iii )
Yt = (da) + (db) Xt + (1-d) Yt + (d Xt) ( iv )
3.3. Model Empiris
Untuk melakukan estimasi empiris, salah satu spesifikasi yang mungkin dari persamaan
(21)-(24) adalah dalam bentuk liner sederhana seperti berikut:
Yt = a0 + a1 It + a2 Xt + a3 Yt-1 ( 25 )
Yt = a'0 + a'2 Xt + a'3 Yt-1 ( 26 )
Mt = b0 + b1 Yt + b2 Xt + b3 M't-1 ( 27 )
Mt = b'0 + b'2 Xt + b'3 M't-1 ( 28 )
It = c0 + c1 Mt + c2 It-1 ( 29 )
Spesifikasi lainya yang penting adalah dalam bentul Logaritma Natural linier seperti
sebagai berikut:
Ln Yt = Ln A0 + A1 Ln It + A2 Ln Xt + A3 Ln Yt-1 ( 30 )
Ln Yt = Ln A'0 + A'2 Ln Xt + A'3 Ln Yt-1 ( 31 )
Ln Mt = Ln B0 + B1 Ln Yt + B2 Ln Xt + B3 Ln M't-1 ( 32 )
Ln Mt = Ln B'0 + B'2 Ln Xt + B'3 Ln M't-1 ( 33 )
Ln It = Ln C0 + C1 Ln Mt + c2 Ln It-1 ( 34 )
3.4. Data
Estimasi model persamaan simultan dalam penelitian ini akan memanfaatkan data
time-series untuk Indonesia selama periode 1969 -1996. Data yang akan dipakai bagi
estimasi tersebut terlihat pada tabel 1. yang meliputi produk domestik bruto (Y),
16
pembentukan modal domestik bruto (I), impor barang-barang modal (M') dan ekspor (X).
Semua data dinyatakan dalam milyar rupiah berdasarkan harga konstan tahun 1993.
4. PENEMUAN EMPIRIS
Hasil regresi dari model export-led growth yang dikemukakan disajikan pada
Tabel 3 berikut. Koefisien penentuan persamaan (R2) untuk seluruh persamaan adalah
cukup tinggi yang memperlihatkan kemampuan penjelasan yang baik (a good fit).
Sementara kehadiran korelasi serial dapat pula ditolak.
Persamaan (3.1) menghubungkan produk domestik bruto (Yt) dengan investasi (It)
dan ekspor (Xt). Hubungan antara produk domestik bruto dan investasi yang diharapkan
adalah positif, tetapi hasil empiris menunjukkan bahwa produk domestik bruto
mempunyai hubungan yang negatif dengan investasi. Namun demikian, hubungan kedua
variabel tidaklah signifikan satu sama lain.
Produk domestik bruto dan ekspor juga tidak memperlihatkan hubungan yang
signifikan, tetapi bentuk hubungannya adalah positif. Ini berarti sesuai dengan yang
diharapkan. Walaupun variabel investasi dikeluarkan dari persamaan seperti pada
persamaan (3.2), namun hubungan antara ekspor dan produk domestik bruto tidaklah
memperlihatkan perbaikan secara berarti.
Persamaan (3.3) memperlihatkan pengaruh produk domestik bruto (Yt) dan
ekspor (Xt) terhadap impor barang modal (M't). Penemuan memperlihatkan hasil yang
sesuai dengan yang diharapkan Produk Domestik Bruto dan ekspor mempunyai
hubungan yang positif dengan impor barang modal. Pengaruh ekspor adalah besar
terhadap impor barang modal daripada pengaruh produk domestik bruto. Pada tingkat
pengujian 55, pengaruh ekspor terhadap impor barang modal adalah sangat berarti.
Sementara pengaruh produk domestik bruto tidak bearti pada taraf uji yang sama.
Bila produk domestik bruto dikeluarkan seperti pada persamaan (3.4) maka
pengaruh ekspor terhadap impor barang modal terlihat semakin berarti. Hal ini
merupakan refleksi bagi peranan ekspor yang cukup penting dalam membiayai impor
barang modal. Keperluan impor barang modal bagi investasi dalam negeri terbukti dari
persamaan (3.5) yang memperlihatkan pengaruh impor barang modal terhadap investasi
dalam negeri. Sesuai dengan harapan, hubungan kedua variabel adalah positif. Namun
tidak cukup kuat pada taraf uji 5 %.
Pengujian model persamaan simultan dalam bentuk natural logarithmic ternyata
memperlihatkan hasil yang lebih baik untuk mendukung pengaruh ekspor yang positif
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian berarti bahwa rangsangan ekspor
terhadap pertumbuhan ekonomi tidaklah konstan sepanjang tahun. Koefisien regresi dari
hasil persamaan bentuk logarithmic langsung menunjukkan elastisitas antara variabel-
variabel yang diamati.
Tabel 1 : REALISASI PENGGUNAAN PRODUK DOMESTIK BRUTO, TAHUN 1969-1996 ( Dalam Milyar Rupiah, Atas Dasar Harga Konstan 1993 )
Ko ns ums i Inves tas i Tabungan Luar Negeri PDB^* PDB PNB Pajak Penyusutan PNN
Kons tan Kons tan Tidak
Tahun Rumah Pemerintah Jumlah Masyarakat Pemerintah Jumlah Masyarakat Pemerintah Jumlah Ekspo r Impor Impor Impor Xt-M t Pendapatan '93=100 '93=100 Lang -
Tangga To tal Barang Barang To tal Neto sung
NonModal Modal Neto
1969 44155 4409 .6 48565 2996 .7 2987.3 5984 19576 683 .5 20260 20120 2643 .0 3200 .9 5843 .9 14276 1309 .1 6 8 8 2 4 68824 70133 1616 .7 3431 65086
1970 44 9 84 5154 .1 50138 4077.7 3881.3 7959 22547 1301.4 23848 22493 2294 .8 4309 .3 6604 .1 15889 1242 .7 73986 73986 75228 1714 .1 3688 .4 69826
1971 46191 5520 .5 51712 5421.7 4224 .1 9645.8 25755 1702 .6 27458 25425 2393 .3 5219 .1 7612 .4 17812 1033 .9 79170 79170 80204 1920 .6 3945.8 74337
1972 47003 5974 .2 52977 5828 .1 5654 .7 11483 30744 2903 .2 33647 30838 2243 .2 6430 .0 8673 .2 22164 -41.9 8 6 6 2 4 86624 86582 2112 4317 80153
1973 50408 7626 .2 58034 6998 .2 6442 .9 13441 34744 3642 .9 38387 36574 2569 .4 9058 .9 11628 24946 -645.6 96421 96421 95775 2383 .8 4807.6 88584
1974 57332 6827.4 64159 6700 .8 9321.7 16023 32472 7151.2 39623 38972 6802 .9 8567.8 15371 23601 -2375 103783 103783 101408 2317.9 5174 .5 93915
1975 6 082 1 88 9 9 69720 6308 .5 12052 18360 31400 7827.6 39228 38030 7230 .1 9932 .7 17163 20868 -2374 108948 108948 106574 3210 .8 4993 .8 98370
1976 62970 9550 .8 72521 3988 .5 15474 19463 34322 9608 .4 43930 44506 9187.8 10850 .7 20039 24467 -1041 116451 116451 115410 2841.5 5911.5 106657
1977 65336 11144 76480 8189 .1 14370 22560 41098 9233 .8 50332 48702 9964 .4 10965.3 20930 27773 -2282 126812 126812 124530 5382 .4 4124 .3 115023
1978 71922 13082 85004 11852 14106 25958 43181 8399 .6 51581 49201 12298 .9 11279 .3 23578 25623 -3057 136585 136585 133528 3483 .6 6833 .6 123211
1979 83 4 24 14326 97749 8917.2 18188 27105 35436 11939 47375 49139 16737.6 12131.3 28869 20270 -5086 145124 145124 140038 4120 .6 7288 .1 128630
1980 101438 12671 114108 11465 20758 32223 29826 15533 45359 46370 22149 .3 11084 .2 33234 13136 -5966 159467 159467 153501 4527.9 7978 140995
1981 115499 17478 132977 13738 22074 35811 22195 16651 38846 45261 29710 .5 12515.9 42226 3034 .6 -4629 171823 171823 167194 4170 .3 8609 .9 154413
1982 127303 18917 146221 18747 21717 40465 17727 15999 33725 38953 31602 .0 14089 .9 45692 -6739 -7899 179946 179946 172047 4542 8803 .7 158701
1983 122095 18734 140830 2 0262 2 3369 43630 28310 14214 42524 41399 36806 .5 14519 .5 51326 -9927 -6650 174533 183353 176703 4840 .5 9172 .8 162690
1984 125293 19374 144667 19304 21701 41005 36919 14123 51042 44108 32179 .1 15292 .4 47472 -3363 -7852 182308 195709 187857 5260 9790 .9 172806
1985 124844 20854 145698 21914 2 2048 43962 41843 13003 54846 40666 35588 .2 14388 .6 49977 -9311 -7880 180349 200544 192665 6119 .8 10033 176512
1986 128827 21434 150261 30819 17190 48009 52461 9753 .4 62214 46852 36768 .8 15291.1 52060 -5208 -7701 193062 212475 204775 7056 .4 10630 187088
1987 134966 21398 156364 33180 17462 50642 58387 7848 .1 66235 53699 35166 .1 17922 .1 53088 610 .3 -8696 207616 222599 213903 9644 .8 11136 193122
1988 141934 23018 164952 3 6022 20457 56479 66935 4117.3 71052 54268 19323 .5 # # # # # 43164 11104 -6792 232534 236004 229212 13870 11800 203542
1989 148783 25433 174216 40672 23353 64025 68511 10875 79386 59937 # # # # # 24740 .5 48967 10971 -7226 249211 253602 246376 17696 12666 216015
1990 162207 2 6 2 4 9 188456 47979 25377 73356 65336 18176 83512 60208 34868 .1 25416 .2 60284 -76 .6 -8347 261735 271968 263621 17869 13328 232425
1991 176722 2 8 0 9 4 204816 4 8634 29508 78142 68754 17301 86055 72177 45281.9 25146 .8 70429 1748 .4 -8714 284706 290871 282156 17792 14553 249811
1992 183047 29732 212779 4 9944 32058 82002 78701 18179 96881 82761 48763 .1 # # # # # 75052 7709 -79832 3 0 2 4 8 9 309659 229827 19656 -54512 264683
1993 192958 29757 222715 58239 2 8428 86667 91238 15823 107061 88231 53817.8 24565.2 78383 9847.9 -12553 319230 329776 317223 21171 16489 279563
1994 20 8 062 3 0 4 4 3 238505 70113 28477 98589 95400 20736 116136 97002 69841.5 24449 .5 94291 2711.1 -39730 339805 354641 314911 -6894 17732 304073
1995 2 3 424 5 30851 265096 87214 25173 112386 102639 16058 118696 104492 89164 .2 24870 .4 114035 -9543 -11924 367940 383792 371869 23210 19190 329469
1996 259719 31681 291401 102670 2 6028 128699 104949 18069 123018 112391 96796 .4 25066 .4 121863 -9471 -12487 410628 414419 401932 22173 20721 359038
Sumber : Republik Indonesia, Nota Keuangan Dan RAPBN Tahun 1988/1989; Bank Indonesia, Statistik Ekonomi-Keuangan Indonesia,
beberapa tahun penerbitan; BiPS , Pendapatan Nasional Indonesia ( Tabel-Tabel Pokok ), Tahun 1983 s/d 1996.
*). Tidak Termasuk Perubahan Stok.
Tabel 2. HASIL REGRESI MODEL PERSAMAAN SIMULTAN "EXPORT-LED GROWTH
Bentuk Hasil Estimasi "Two Stage Square ( 2 SLS )"
Persamaan SE R2 F D-W
Yt = 42841.04 + 1.926376 It - 0.07962 Xt - 0.380433 Yt-1 6643.025 0.995955 30.77734 0.00516
S(ai): ( 0.253511 ) ( 0.178768 ) ( 0.075693 )
t(ai): (7.598779 ) ( -0.44539 ) ( 5.025999 )
Yt = 4504.389 + 0.616681 Xt + 0.876000 Yt-1 12012.04 0.986224 5.727200 0.972545
S(a'i): ( 0.277556) ( 0.069474)
t(a'i): ( 2.221821 ) ( 12.60873)
Mt = -17140.9 + 0.438049 Yt - 0.03688 Xt - 1.55593 M't-1 4827.06 0.979103 5.856719 0.948763
S(bi): ( 0.438049 ) ( 0.123359 ) ( 0.372286 )
t(bi): ( 10.01731 ) ( -2.29896 ) ( -4.17940 )
Mt = -20108.1 + 0.889951 Xt + 1.187061 M't-1 10765.38 0.891731 0.658900 0.382158
S(b'i): ( 0.181964 ) ( 0.562511)
t(b'i): ( 4.890810 ) ( 2.110289 )
It = 276.7932 + 0.118891 Mt + 0.975998 It-1 2767.676 0.993586 12.39271 1.036265
S(ci): ( 0.093310 ) ( 0.097323 )
t(ci): ( 1.274154 ) ( 10.02837 )
Ln Yt = Ln 4.947985 + 0.618966 Ln It + 0.078199 Ln Xt - 0.01949 Ln Yt-1 0.040934 0.994533 22.73945 0.000165 S(Ai): ( 0.025605 ) ( 0.048427 ) ( 0.004224 )
t(Ai): ( 24.17352 ) (1.614786 ) ( -4.61306 )
Ln Yt = Ln -0.03042 + 1.117352 Ln Xt + 0.00295 Ln Yt-1 0.20193 0.861440 4.97367 0.210433
S(A'i): ( 0.110004) ( 0.020332 ) t(A'i): ( 10.15735 ) ( 0.145170 )
Ln Mt = Ln -8.04183 + 1.749303 Ln Yt - 0.28191 Ln Xt + 0.042084 Ln M't-1 0.170543 0.965518 224.0051 0.508581
S(Bi): ( 0.169064) ( 0.211558 ) ( 0.022572 )
t(Bi): (10.34698 ) ( -1.33257 ) ( 1.864414 )
Ln Mt = Ln -7.96020 + 1.655622 Ln Xt + 0.054039 Ln M't-1 0.390481 0.811702 3.44858 0.252251
S(B'i): ( 0.225410 ) ( 0.051615 ) t(B'i): ( 7.344905 ) ( 1.046968 )
Ln It = Ln 0.735697 + 0.913327 Ln Mt + 0.021148 Ln It-1 0.128345 0.977976 55.0626 0.480212
S(Ci): ( 0.040137) ( 0.016400 )
t(Ci): ( 22.75495 ) ( 1.289447 )
Sumber: Data Sekunder, diolah oleh penulis menggunakan Lotus 1-2-3 smartsuite Milennium Edition V 9.5
Catatan: - Angka dalam kurung masing-masing merupakan Standar Deviasi dan Ttest
- Kehadiran Korelasi Serial ditolak dengan nilai Statistik t dipakai untuk
menguji korelasi serial, karena adanya logged dependent variable dalam
semua persamaan. Nilai Statistik t kira-kira sama dengan 1-1/2 D ( dimana,
D = Durbin-Watson Test ).
19
Persamaan (3.7) memperlihatkan pengaruh positif ekspor terhadap pertumbuhan
ekonomi, yang berarti pada taraf uji 5 %. Peningkatan ekspor sebesar 10 % akan
membawa peningkatan produk domestik bruto sebesar 1,17 % seperti terbukti dari
koefisien regressi. Pemasukan variabel pembentukan modal dalam negeri bruto seperti
dalam persamaan (3.6) tidak memperlihatkan hubungan yang semakin baik antara ekspor
dan pertumbuhan ekonomi.
Kekuatan hubungan impor barang modal dengan produk domestik bruto dan
ekspor tidak semakin baik dalam bentuk logarithmic seperti terbukti dari persamaan
(3.8). Pengaruh ekspor terhadap impor barang modal pembalik dengan dikeluarkannya
variabel produk domestik bruto seperti pada persamaan (3.9). Hubungan kedua variabel
ternyata sangat berarti pada taraf uji 5 %. Elastisitas ekspor terhadap impor barang modal
menunjukkan bahwa dengan peningkatan ekspor sebesar 10 % maka akan meningkatkan
impor barang modal sebesar 13,52 %
Keperluan impor barang modal bagi investasi dalam negeri makin jelas dari
persamaan (3.10). Pengaruh impor barang modal terhadap investasi dalam negeri sangat
berarti pada taraf uji 3 %. Koefisien regressi menunjukkan pengaruh impor barang modal
yang inelastis terhadap investasi dalam negeri. Kenaikan sebesar 10 % dalam impor
barang modal akan membawa pengaruh atas kenaikan sebesar 8,34 % dalam investasi
dalam negeri.
5. KESIMPULAN
Penemuan penelitian ini memberikan dukungan bagi pengaruh ekspor terhadap
pertumbuhan ekonomi (export-led growth). Pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan
ekspor tidaklah konstan sepanjang tahun. Karena ternyata hanya estimasi model dalam
bentuk natural logarithmic yang memperlihatkan pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan
ekonomi yang sangat berarti.
Struktur pasar dan komoditi ekspor Indonesia merupakan refleksi dari pola hubungan
antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Selama periode yang dicakup
dalam penelitian ini minyak bumi mempunyai peranan yang sangat dominan nilainya
dalam total ekspor. Sementara pasarnya tergantung kepada negara-negara industri maju
yang merupakan supplier barang-barang modal.Hasil empiris memperlihatkan bahwa
impor barang modal sangat tergantung kepada prestasi ekspor. Hal ini sekali lagi
merupakan refleksi ekspor minyak Indonesia selama dasawarsa 1970-an.
Hubungan positif yang berarti antara impor barang modal dan prestasi ekspor juga
merupakan refleksi besarnya kebutuhan akan barang modal. Karena itu impor barang
modal tidak dapat dihindari dalam rangka menopang proses pertumbuhan ekonomi. Ini
berarti bahwa kenaikan impor barang modal yang cepat harus diikuti oleh perkembangan
perluasan ekspor cepat pula.
20
Selanjutnya, penemuan empiris menunjukkan bahwa investasi dalam negeri
tergantung pada impor barang modal. Namun pengaruh impor barang modal terhadap
investasi dalam negeri tidaklah positif dan tidak kuat. Implikasi dari penemuan ini adalah
bahwa pengaruh impor barang modal terhadap pertumbuhan ekonomi bukanlah melalui
investasi, tetapi melalui faktor penentu pertumbuhan lainnya seperti kemajuan teknik dan
allikasi sumber daya.
Selama periode 1969-1986 Indonesia menganut strategi inward-looking dalam
kebijaksanaan pembangunannya dan setelah devaluasi rupiah september 1986 dan sampai
tahun 1996 maka orientasi yang dianut mulai terfokus kepada Outward-looking dan
kemampuan ekspor untuk meningkatkan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi serta
sebagai sumber pembentukan modal atau investasi juga tidak begitu menggebirakan.
Namun demikian, tidak pula dapat dikatakan bahwa strategi inward-looking adalah
konsisten dengan usaha pengembangan ekspor mengingat besar dan dominannya peranan
ekspor minyak bumi.
Ekspor minyak bumi telah menjadi penggerak utama proses pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Sedangkan ekspor primer di luar minyak bumi tidak berkembang
seperti diharapkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pengaruh ekspor yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi belumlah merupakan hasil dari kebijaksanaan ekonomi yang
konsisten, tetapi sebagai prestasi ekspor minyak bumi yang perkembangganya tidak
memerlukan sejenis stategi yang bergerak export oriented.
Ekspor akan tetap memberikan rangsangan yang berarti bagi pertumbuhan
ekonomi yang berarti bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia, sepanjang permintaan
ekspor minyak bumi masih kuat, suatu pergeseran kebijaksanaan ke arah outward-
looking tidak demikian deperlukan. Karena kekuatan cadangan devisa hasil ekspor
minyak masih akan mampu menopang kegiatan industri pengganti impor yang
berorientasi terhadap pasar dalam negeri. Sementara keadaan permintaan ekspor minyak
yang melemah merupakan lampu merah bagi pergeseran kebijaksanaan ke arah yang
mampu menggerakkan secara pesat pertumbuhan ekspor di luar minyak bumi, terutama
barang-barang manufaktur sesuai dengan keuntungan komparatif berdasarkan faktor
produksi yang dimiliki.
DAFTAR BACAAN
Balassa, Bela., "Trade Policies in Developing Countries", AER, (May,1951).
Bhagwati, J.N., and A.O. Krueger, "Exchange Control, Liberalization and Economic
Development", AER, Vol. 63, (May, 1973).
Cairncrass, A.K., "International Trade and Economic Development", Kyklos, Vol. 13,
(1960).
Chen, E.K.Y., Hyper-Growth in Asian Countries, (New York : Holmes & Meier
Publisher, Inc., 1979).
21
Corden,W.M., "Trade Policies", in John Cody, Helen Hughes David Wall, Policies for
Industrial Progress in Developing Countries, (New York : Oxford University
Press, 1980).
Emery, R.F., "The Relation of Exports and economic Growth", Kyklos, No.2, (1967).
Gujarati, Damodar, Basic Econometrics, International Student Edition, (Tokyo: McGraw-
Hill Kogakusha Ltd., 1978).
Hasanuddin, D., Foregn Trade Economic Development : The Case of Indonesia, 1960 -
1973, (Diliman : University of The Philippines School of Economics, 1977).
Healey, D., "Foreign Capital and Exports in Economic Development : The Experience of
Eight Asian Countries", Economic Record, (September Press, 1973).
_________,"The Political Economy of Import-Substituting Industrialization", The
Quarterly Journal, (June, 1967).
Kindleberger, C.P., "Foereign Trade and Economic Growth : Lesson from Britain and
France, 1913-1950", The Economic History Review, Second Series, Vol. XIV. 2,
(1961).
Kindleberger.C.P., "Foreign Trade and the National Economic (New Haven, Conn. : Yale
University Press, 1966).
_____________and Bruce Herrick, Economic Development, Third Edition, (New York :
Mc Graw Hill, 1977).
Lamfalussy, A., The United Kingdon and the Six, (London : Mac Millan and Company
Ltd,. 1963).
Lubitz, R., "Export-Led Growth in Industrial Countries"', Kyklos, No.2, (1973).
Maizels, A., Export and Economic Growth of Developing Countries, (London:
Cambridge University Press, 1968).
________, "Growth and Trade, (London : Cambridge University).
Meier, Gerald, The International Economics of Development : Theory and Policy, (New
York : Harjur-Row, 1968).
Michaely, M., "Exports and Growth : An Empirical Investigation", Jorunal Of
Development Economics (4,1977).
Mynt, H., "The Classical Theory of International Trade and the underdeveloped
Countries", The Economic Journal, (Juni, 1958).
________,"Exports and Economic Development of Press Developed Countries", dalam
Irma Adelman (ed), Economic Growth and Resources, (London : The MacMillan
Press Ltd., 1979).
Nurkse, R., "Patterns of Trade and Development", (Stockholm : The Wicksey Lecture
Society, 1959).
Prebisch, R., "Toward a New Policy for Development", Report by the Secretary Genzral
of UNCTAD, UN,1964)
Robertson, D.H., "The Future of International Trade", Reprintedin American Econmic
Association, Readings in the Theory of International Trade,(1949).
Severn, A.K., "Exports and economic Growth: Comment", Kyklos, (No.3, 1968).
Singer, H.M., "International Development", Growth and change, (New York : McGraw
Hill, 1964).
Syrin, F.R., and B.M. Walsh, "The Relation of Exports and Economic Growth: A Note",
Kyklos, No.3, (1968).
22
Lampiran 1: PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI, IMPOR, IMPOR BARANG
MODAL DAN EKSPOR DI INDONESIA, TAHUN 1969-1996
( Dalam Milyar Rupiah, 1993 = 100 )
Tahun Yt It Mt M't Xt Yt-1 It-1 M't-1
1969 68824.2 5984 5843.9 3200.9 20119.6 0 0 0
1970 73985.5 7959 6604.1 4309.3 22493 68824.2 5984 3200.9
1971 79169.9 9645.8 7612.4 5219.1 25424.6 73985.5 7959 4309.3
1972 86623.9 11482.8 8673.2 6430.0 30837.5 79169.9 9645.8 5219.1
1973 96421 13441.1 11628.3 9058.9 36574 86623.9 11482.8 6430.0
1974 103783 16022.5 15370.7 8567.8 38971.6 96421 13441.1 9058.9
1975 108948 18360.2 17162.8 9932.7 38030.4 103783 16022.5 8567.8
1976 116451 19462.9 20038.5 10850.7 44505.8 108948 18360.2 9932.7
1977 126812 22559.5 20929.7 10965.3 48702.4 116451 19462.9 10850.7
1978 136585 25957.6 23578.2 11279.3 49201.3 126812 22559.5 10965.3
1979 145124 27104.8 28868.9 12131.3 49139.3 136585 25957.6 11279.3
1980 159467 32223.1 33233.5 11084.2 46369.5 145124 27104.8 12131.3
1981 171823 35811.4 42226.4 12515.9 45261 159467 32223.1 11084.2
1982 179946 40464.6 45691.9 14089.9 38952.7 171823 35811.4 12515.9
1983 183353 43630.2 51326 14519.5 41398.9 179946 40464.6 14089.9
1984 195709 41004.9 47471.5 15292.4 44108.1 183353 43630.2 14519.5
1985 200544 43961.6 49976.8 14388.6 40665.8 195709 41004.9 15292.4
1986 212475 48008.9 52059.9 15291.1 46852.1 200544 43961.6 14388.6
1987 222599 50642.4 53088.2 17922.1 53698.5 212475 48008.9 15291.1
1988 236004 56478.6 43164.1 23840.6 54268.2 222599 50642.4 17922.1
1989 253602 64024.9 48966.7 24740.5 59937.3 236004 56478.6 23840.6
1990 271968 73355.6 60284.3 25416.2 60207.7 253602 64024.9 24740.5
1991 290871 78142 70428.7 25146.8 72177.1 271968 73355.6 25416.2
1992 309659 82001.5 75052.4 26289.3 82761.4 290871 78142 25146.8
1993 329776 86667.3 78383 24565.2 88230.9 309659 82001.5 26289.3
1994 354641 98589 94291 24449.5 97002.1 329776 86667.3 24565.2
1995 383792 112386 114035 24870.4 104492 354641 98589 24449.5
1996 414419 128699 121863 25066.4 112391 383792 112386 24870.4
Sumber: Diolah oleh penulis menggunakan Lotus 1-2-3 smartsuite
Milennium Edition V 9.5 dari Data Tabel 1
23
Lampiran 2 : PRODUK DOMESTIK BRUTO, INVESTASI, IMPOR, IMPOR BARANG
MODAL DAN EKSPOR DI INDONESIA TAHUN 1969-1996
{ [ Rp.Milyar ( Dalam Logaritma ), 1993 =100 ] }
Tahun Ln Yt Ln It Ln Mt Ln M't Ln Xt Ln Yt-1 Ln It-1 Ln M't-1
1969 11.139 8.697 8.673 8.071 9.909 0 0 0
1970 11.212 8.982 8.795 8.369 10.021 11.139 8.697 8.071
1971 11.279 9.174 8.938 8.560 10.143 11.212 8.982 8.369
1972 11.369 9.349 9.068 8.769 10.336 11.279 9.174 8.560
1973 11.476 9.506 9.361 9.112 10.507 11.369 9.349 8.769
1974 11.550 9.682 9.640 9.056 10.571 11.476 9.506 9.112
1975 11.599 9.818 9.750 9.204 10.546 11.550 9.682 9.056
1976 11.665 9.876 9.905 9.292 10.703 11.599 9.818 9.204
1977 11.750 10.024 9.949 9.302 10.793 11.665 9.876 9.292
1978 11.825 10.164 10.068 9.331 10.804 11.750 10.024 9.302
1979 11.885 10.207 10.271 9.404 10.802 11.825 10.164 9.331
1980 11.980 10.380 10.411 9.313 10.744 11.885 10.207 9.404
1981 12.054 10.486 10.651 9.435 10.720 11.980 10.380 9.313
1982 12.100 10.608 10.730 9.553 10.570 12.054 10.486 9.435
1983 12.119 10.684 10.846 9.583 10.631 12.100 10.608 9.553
1984 12.184 10.621 10.768 9.635 10.694 12.119 10.684 9.583
1985 12.209 10.691 10.819 9.574 10.613 12.184 10.621 9.635
1986 12.267 10.779 10.860 9.635 10.755 12.209 10.691 9.574
1987 12.313 10.833 10.880 9.794 10.891 12.267 10.779 9.635
1988 12.372 10.942 10.673 10.079 10.902 12.313 10.833 9.794
1989 12.444 11.067 10.799 10.116 11.001 12.372 10.942 10.079
1990 12.513 11.203 11.007 10.143 11.006 12.444 11.067 10.116
1991 12.581 11.266 11.162 10.132 11.187 12.513 11.203 10.143
1992 12.643 11.314 11.226 10.177 11.324 12.581 11.266 10.132
1993 12.706 11.370 11.269 10.109 11.388 12.643 11.314 10.177
1994 12.779 11.499 11.454 10.104 11.482 12.706 11.370 10.109
1995 12.858 11.630 11.644 10.121 11.557 12.779 11.499 10.104
1996 12.935 11.765 11.711 10.129 11.630 12.858 11.630 10.121
Sumber: Diolah oleh penulis menggunakan Lotus 1-2-3 smartsuite
Milennium Edition V 9.5 dari Data Lampiran 1
24
Lampiran 3 : HASIL PERHITUNGAN KUNTITATIF PENGUJIAN EMPIRIS
Hasil Estimasi Fungsi Regresi ( Regression Functions ) "ORDINARY LEAST SQUARE METHOD"
Fungsi: Yt = f ( It , Xt , Yt-1 , Ei ) Fungsi: Yt = f ( Xt , Yt-1 , Ei )
Regression Output: Regression Output:
Constant 42841 Constant 4504.4
Std Err of Y Est 6643 Std Err of Y Est 12012
R Squared 0.996 R Squared 0.9862
No. of Observations 28 No. of Observations 28
Degrees of Freedom 24 Degrees of Freedom 25
X Coefficient(s) 1.9264 -0.08 0.3804 X Coefficient(s) 0.6167 0.876
Std Err of Coef. 0.2535 0.1788 0.0757 Std Err of Coef. 0.2776 0.0695
T-test (DF = 24) 7.5988 -0.445 5.026 T-test (DF = 25) 2.2218 12.609
Fungsi: Mt = f ( Yt , Xt , M't-1 , Ei ) Fungsi: Mt = f ( Xt , M't-1 , Ei )
Regression Output: Regression Output:
Constant -17141 Constant -20108
Std Err of Y Est 4827.1 Std Err of Y Est 10765
R Squared 0.9791 R Squared 0.8917
No. of Observations 28 No. of Observations 28
Degrees of Freedom 24 Degrees of Freedom 25
X Coefficient(s) 0.438 -0.037 -1.556 X Coefficient(s) 0.89 1.1871
Std Err of Coef. 0.0437 0.1234 0.3723 Std Err of Coef. 0.182 0.5625
T-test (DF = 24) 10.017 -0.299 -4.179 T-test (DF = 25) 4.8908 2.1103
Fungsi: It = f ( Mt , It-1 , Ei )
Regression Output:
Constant 296.79
Std Err of Y Est 2767.7
R Squared 0.9936
No. of Observations 28
Degrees of Freedom 25
X Coefficient(s) 0.1189 0.976
Std Err of Coef. 0.0933 0.0973
T-test (DF = 25) 1.2742 10.028
Sumber: Diperhitungkan oleh penulis menggunakan Lotus 1-2-3 smartsuite Milennium Edition V 9.5 dari Data Lampiran 1
25
Lampiran 4 : HASIL PERHITUNGAN KUANTITATIF PEGUJIAN EMPIRIS
Hasil Estimasi Fungsi Regresi ( Regression Functions ) "ORDINARY LEAST SQUARE"
Fungsi: Ln Yt = f ( Ln It , Ln Xt , Ln Yt-1 , Ei ) Fungsi: Ln Yt = f ( Ln Xt , Ln Yt-1 , Ei )
Regression Output: Regression Output:
Constant 4.978 Constant -0.03
Std Err of Y Est 0.0409 Std Err of Y Est 0.2019
R Squared 0.9945 R Squared 0.8614
No. of Observations 28 No. of Observations 28
Degrees of Freedom 24 Degrees of Freedom 25
X Coefficient(s) 0.619 0.0782 -0.019 X Coefficient(s) 1.1174 0.003
Std Err of Coef. 0.0256 0.0484 0.0042 Std Err of Coef. 0.11 0.0203
T-test (DF = 24) 24.174 1.6148 -4.613 T-test (DF = 25) 10.157 0.1452
Fungsi: Ln Mt = f ( Ln Yt , Ln Xt , Ln M't-1 , Ei ) Fungsi: Ln Mt = f ( Ln Xt , Ln M't-1 , Ei )
Regression Output: Regression Output:
Constant -8.042 Constant -7.96
Std Err of Y Est 0.1705 Std Err of Y Est 0.3905
R Squared 0.9655 R Squared 0.8117
No. of Observations 28 No. of Observations 28
Degrees of Freedom 24 Degrees of Freedom 25
X Coefficient(s) 1.7493 -0.282 0.0421 X Coefficient(s) 1.6556 0.054
Std Err of Coef. 0.1691 0.2116 0.0226 Std Err of Coef. 0.2254 0.0516
T-test (DF = 24) 10.347 -1.333 1.8644 T-test (DF = 25) 7.3449 1.047
Fungsi: Ln It = f ( Ln Mt , Ln It-1 , Ei )
Regression Output:
Constant 0.7357
Std Err of Y Est 0.1283
R Squared 0.978
No. of Observations 28
Degrees of Freedom 25
X Coefficient(s) 0.9133 0.0211
Std Err of Coef. 0.0401 0.0164
T-test (DF = 25) 22.755 1.2894
Sumber: Diperhitungkan oleh penulis menggunakan Lotus 1-2-3 smartsuite Milennium Edition V 9.5 dari Data Lampiran 2
------+++++------
26
Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:
27
Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:
Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN
JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN
PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil
Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL
& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi
10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.
Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah
DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016
12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN
TRANSPORTASI 2014 s/d 2017
I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta
Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:
02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang
004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen
005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia
006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994
007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia
008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia
010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri
011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan
012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth
013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan
014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat
015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995
016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan
017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen
019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan
020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi
021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka
022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi
023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka
024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas
026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan
028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana
029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
28
004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara
031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth
034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif
035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen
036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan
037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen
038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia
039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan
040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)
041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka
042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)
043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia
044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal
046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana
047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor)
048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana
049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia
050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi
051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera
052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan
054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada
Kemampuan Sendiri
055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan
056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan
057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi
058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional
059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat
061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi
Aliran Dana Luar Negeri
062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan
005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi
065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi
066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi
067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan
068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro
069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional
070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro
071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro
073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial
074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial
29
II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi
Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Hasil Estimasi
File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Non-Estimasi
File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi
Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi
File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA
Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA
Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL
ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation
Result Function (242 halaman)
008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan
080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun
081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia
009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA
083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-
STATE GROWTH
084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai
085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber
Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off
010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010
Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010
Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
30
011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010
Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna
Kendaraan Pribadi Dan Umum
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)
File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010
atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)
File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010
atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung
Pandang
012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011
Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan
File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011
Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan
File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011
Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia
File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011
Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik
File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia
File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik
File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau
File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik
File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011
Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara
File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011
Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri
File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011
Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik
File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011
Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional
31
10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009
Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil
Pribadi Di Jakarta
File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010
Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi
Dan Umum
File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010
Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI
File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010
Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-
UJUNG PANDANG
File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016
Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute
JAKARTA-UJUNG PANDANG
014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014
Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA
File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014
Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API
INDONESIA
File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014
Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN
PENERBANGAN DOMESTIK
015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,
Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017
Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan
Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara
File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017
Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA
LUAR NEGERI
32
III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017
File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015
Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017
Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015
Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017
Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey
Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt
135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h
137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h
138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h
139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h
141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h
33
12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014
Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015
Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016
Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017
Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017
Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017
Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
34
Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan
didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN
ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan
keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.
KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah
dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai
MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar
mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN
TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan
juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai
bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah
Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF
(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya
bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan
dalam sebuah Daftar Harga).
Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),
sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan
ilmiah yang disusun oleh Amrizal.
Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal
ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar
TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:
Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari
Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)
keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),
cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut
ke dalam Google.
Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah
files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat
tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......
-------- Jakarta, 14 September 2017--------
top related