pengaruh self esteem terhadap orientasi pilihanrepository.unib.ac.id/14145/1/skripsi topan.pdf ·...
Post on 18-Sep-2019
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
“PENGARUH SELF ESTEEM TERHADAP ORIENTASI PILIHAN
PROFESI AKUNTAN”
SKRIPSI
Oleh :
Topan Hidayat
(C1C011016)
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2016
iv
“PENGARUH SELF ESTEEM TERHADAP ORIENTASI PILIHAN
PROFESI AKUNTAN”.
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Bengkulu
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Menyelesaikan Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh :
Topan Hidayat
(C1C011016)
UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2016
v
v
v
Motto
“Menjadi orang yang bermanfaat bagi sesamanya demi menggapai ridho
Allah SWT.”
“Jika kamu tidak bisa menjadi buah seperti yang banyak orang sukai, maka
jadilah akar yang selalu mencari air dan mencakar tanah agar buah yang
orang inginkan selalu ada dan bisa dinikmati.”
“Pendidikan melahirkan orang berilmu, tetapi agama melahirkan orang
berakhlak.”(Ibn Khaldun)
Orang yang berbakat bisa pergi jauh, tapi orang yang berusaha akan pergi
kemana saja.
Selagi peluang belum mencapai 0%, kesempatan berhasil masih ada.
Persembahan
Rasa syukur yang selalu ku ucapkan dalam setiap sujud dan doaku tak kan cukup membalas semua nikmat dan karunia yang Kau berikan padaku Ya Rabb….cukuplah Allah dan Rasul-Nya bagiku....
Skripsi ini ku persembahkan untuk kedua orang tua ku tercinta….mamaku Linda Yati wanita terhebat yang telah melahirkanku dan papaku Almutohirin lelaki terkuat dalam hidupku….begitu banyak yang telah mereka persembahkan untukku….kasih sayang, pengorbanan, perhatian, kesabaran, doa, ketulusan dan dukungan…. semuanya tak terhitung dan semuanya sungguh berharga dalam kehidupanku….mereka yang telah menginspirasiku untuk selalu lakukan yang terbaik….semoga Allah selalu menguatkanku untuk senantiasa berbakti kepada kalian “Rabbighfirlii wa li walidayya”.
Untuk abangku tercinta, Guslimadhaniyang telah membiayai keperluan kuliah semoga
karirnya lancar dan segera menikah dan adikku tersayang Muhammad Sabri (SMPN02) tingkatkan lagi prestasinya dan terus belajar…. Saudaraku yang telah membuat hidupku ramai, penuh warna, bahagia dan lebih berarti serta melatih diriku untuk selalu bersabar….bersabar menghadapi karakter-karakter unik kalian….Aku sangat cinta dan sangat menyayangi kalian dinda….serta tidak lupa untuk seluruh keluarga besarku, nenek-nenek ku dan almarhum mbah serta semuanya yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu....
Penyempurna Agamaku….
Agama, Bangsa dan Negara serta Almamaterku….
vi
SPECIAL THANKS TO
Teman-teman seangkatan seperjuangan Akuntansi A 2011 (Clan A 11) Adit, Viktor, Arif, Riko, Effryan, Bulan, Vicky, Inasa, Dipli, Arumi, dan yang lainnya serta bima, fani terima kasih atas bantuan dan kenangannya selama ini, senang sekali bisa bertemu & berkenalan dengan kalian semua.
Pacarku Maya Puspita Sari yang telah merawat dan memberi perhatian dan dukungank. Sohib-sohib ku yang selalu kumpul bersama Rian, Aman,Wira, Ravi, Ardi, Ame’, Effron, Andre,
Habibi, Eko, Ruffran Hady, Agung Pamuji, dll. Teman-teman angkatan 2011 & keluarga gedung K Akuntansi Unib. Pak Eddy, Pak Madani, Bunda Lisa, buk Fenny, buk Nikmah terima kasih atas pengalaman,
nasehat, motivasi, bimbingan dan bantuannya selama kuliah.
Orang-orang yang datang dan pergi dalam hidupku.
vii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa skrispi dengan judul :
PENGARUH SELF ESTEEM TERHADAP ORIENTASI PILIHAN
PROFESI AKUNTAN
Yang diajukan untuk diuji pada tanggal januari 2016, adalah hasil karya saya.
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak
terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari peulis lain, yang saya akui
seolah olah sebagai tulisan saya sendiri, dan tidak terdapat bagian atas keseluruhan
tulisan yang saya salin, tiru atau saya ambil dari tulisan orang lain tanpa
memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja atau tidak dengan
ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tuisan saya
sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin
atau meniru tulisan orang lain seolah – olah hasil pemikiran saya sendiri berarti
gelar sarjana dan ijazah yang diberikan oleh universitas batal saya terima.
Bengkulu, Januari 2016
Yang membuat pernyataan,
Topan Hidayat
viii
“THE EFFECT OF SELF-ESTEEM TO THE ORIENTATION OF THE
SELECTION OF THE ACCOUNTING PROFESSION”
by
Topan Hidayat 1)
Lisa Martiah Nila Puspita2)
Abstract
This study aims to determine the accounting profession chosen by students in
terms of self esteem owned. This study uses a quantitative approach which involves
the use of statistical analysis. This study uses primary data, a tool used in this
research is multinomial logistic regression with the help of SPSS version 18.
the results showed self esteem affect the orientation of the selection of the
accounting profession. Self esteem of students who chose the profession as an
accountant educator is the highest. Self-esteem of students who choose the
government accounting profession is the second highest. Self esteem of students
who choose the profession of accounting firms is the third highest. Fourth place is
the highest self-esteem of students who chose the profession as a public accountant,
and lastly the fifth highest self-esteem are students who choose the profession as a
forensic accountant.
Keywords : selfesteem, forensic accountants, public accountants, government
accountants, company accountant, accountanteducators
1) Candidate for Bachelor of Economics (Accounting) University of Bengkulu
2) Supervisor
ix
“PENGARUH SELF ESTEEM TERHADAP ORIENTASI PILIHAN
PROFESI AKUNTAN”
Oleh
Topan Hidayat 1)
Lisa Martiah Nila Puspita, SE., M.Si., Ak, CA2)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profesi akuntan yang dipilih oleh
mahasiswa ditinjau dari self esteem yang dimiliki. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif yang melibatkan penggunaan analisis statistik. Penelitian ini
menggunakan data primer, alat yang digunakan dalam penenlitian ini adalah regresi
multinomial logistik dengan bantuan spss versi 18.
Hasil menunjukkan Self esteem mempengaruhi orientasi pemilihan profesi
akuntansi. Self esteem mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan pendidik
adalah yang tertinggi. Self esteem mahasiswa yang memilih profesi akuntan
pemerintah adalah yang tertinggi kedua. Self esteem mahasiswa yang memilih
profesi akuntan perusahaan adalah yang tertinggi ketiga. Tempat keempat tertinggi
adalah Self esteem mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, dan
terakhir kelima tertinggi adalah Self esteem maha siswa yang memilih profesi
sebagai akuntan forensik.
Kata kunci : self esteem, akuntan forensik, akuntan publik, akuntan pemerintah,
akuntan perusahaan, akuntan pendidik.
1) Calon Sarjana Ekonomi (Akuntansi) Universitas Bengkulu
2) Dosen Pembimbing
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWTyang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Self Esteem Terhadap Orientasi Pilihan Profesi
Akuntan”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (SE) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Bengkulu. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis telah dibantu oleh berbagai
pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah dan Ibu tercinta dan tersayang yang telah bekerja keras, membimbing
dan selalu mendo’akan anakmu serta abang dan adikku Guslimadhani dan
Muhammad Sabri serta keluarga besarku.
2. Bunda Lisa Martiah Nila Puspita, SE, M.Si, Ak, CA selaku pembimbing
skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, masukan, arahan dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.
3. Dewan penguji bapak Darman Usman, SE, MM, CPA, ibu Fenny Marietza,
SE, M.Ak, ibu Fitrawati Ilyas, SE, M.Bus, CPA. Bapak Madani Hatta, SE,
M.Si.
4. Bapak Eddy Suranta SE, M.Si, Ak, CA, Bapak Madani Hatta, SE, M.Si, Ak,
CA, dan Ibu Halimatusyadiah, SE, M.Si, Ak yang selalu memberi masukan
dan motivasi.
5. Bapak Fadli, SE, M.Si, Ak, CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu.
6. Bapak Prof. Lizar Alfansi, SE, MBA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Bengkulu.
7. Bapak Dr. Ridwan Nurazi, SE, M.Sc, Ak selaku Rektor Universitas
Bengkulu.
8. Ibu Fenny Marietza, SE, M.Ak selaku dosen pembimbing akademik.
xi
9. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Bengkulu khususnya dosen jurusan Akuntansi Universitas
Bengkulu yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masihbanyak kekurangan
diberbagai aspek yang memerlukan penyempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.Dan
semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak
terkait.
Bengkulu, Januari2016
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL SKRIPSI .................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 6
1.5 Batasan Masalah ...................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 8
2.1 Teori Motivasi Maslow ........................................................... 8
2.2 Profesi Akuntan ....................................................................... 10
2.3 Self Esteem .............................................................................. 15
2.3.1 Pengertian Self Esteem .................................................. 15
2.3.2 Aspek-Aspek Self Esteem .............................................. 18
2.3.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Self Esteem ........... 20
2.3.4 Karakteristik Individu Berdasarkan Self Esteem Yang
Dimiliki .......................................................................... 21
2.4 Penelitian Terdahulu ................................................................ 23
9
2.5 Kerangka Penelitian ................................................................ 25
2.6 Hipotesis .................................................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 27
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................ 27
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................ 27
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ....................... 29
3.3.1 Orientasi Pilihan Profesi Akuntan Skala Nominal .......... 30
3.3.2 Self Esteem...................................................................... 30
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................... 30
3.5 Metode Analisis Data ............................................................... 31
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ............................................ 31
3.5.2 Uji Kualitas Data ............................................................ 31
3.5.2.1 Uji Validitas ......................................................... 31
3.5.2.2 Uji Reliabilitas ...................................................... 32
3.5.3 Uji Keseluruhan Model .................................................. 32
3.5.4 Uji Koefisien Determinan .............................................. 33
3.6 Uji Hipotesis ............................................................................ 33
3.6.1 Uji Parsial ...................................................................... 33
3.6.2 Uji Parameter Estimates ................................................ 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 36
4.1 Hasil ........................................................................................ 36
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ........................................... 36
4.1.2 Uji Kualitas Data ........................................................... 39
4.1.2.1 Uji Validitas ......................................................... 39
4.1.2.2 Uji Reliabilitas ...................................................... 39
4.1.3 Uji Keseluruhan Model .................................................. 40
4.1.4 Uji Koefisien Determinan .............................................. 40
4.1.5 Uji Hipotesis .................................................................. 41
4.1.5.1 Uji Parsial ............................................................. 41
4.1.5.2 Parameter Estimates ............................................. 42
10
4.2 Pembahasan ....................................................................... 46
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 50
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 50
5.2 Implikasi Penelitian ........................................................... 51
5.3 Keterbatasan Penelitian ..................................................... 51
5.4 Saran .................................................................................. 51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ xvii
LAMPIRAN .............................................................................................. xviii
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian.........................................................................
26
9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.......................................................................23
Tabel 3.1 Jumlah Populasi..............................................................................28
Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Profesi Akuntan...............................................36
Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Self Esteem.......................................................37
Tabel 4.3 Deskripsi Statistik Self Esteem........................................................37
Tabel 4.4 Karakteristik Responden.................................................................48
Tabel 4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas...........................................................39
Tabel 4.6 Uji OverallModel Fit......................................................................40
Tabel 4.7 Uji Koefisien Determinan................................................................41
Tabel 4.8 Uji Parsial.........................................................................................41
Tabel 4.9 Parameter Estimates........................................................................42
10
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Koesioner
Lampiran 2 Data Responden
Lampiran 3 Hasil Statistik Deskriptif
Lampiran 4 Hasil Uji Kualitas Data
Lampiran 5 Hasil Uji Keseluruhan Model
Lampiran 6 Hasil Uji Koefisien Determinan
Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesa
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai manusia tentu menginginkan kehidupan yang layak bagi dirinya.
Keinginan untuk dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan baik menjadi
motivasi tersendiri bagi setiap orang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.
Demikian juga halnya mahasiswa akuntansi yang juga termasuk dalam angkatan
kerja yang siap terjun kedunia kerja dengan memilih pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan dan motivasi yang dimilikinya.
Pemilihan sebuah profesi bagi mahasiswa akuntansi adalah tahap awal dari
pembentukan karir. Setelah berhasil menyelesaikan masa perkuliahan, lulusan
akuntansi tidak tertutup pada profesi akuntansi saja, banyak faktor yang melatar
belakanginya. Secara umum sarjana ekonomi akuntansi yang telah menyelesaikan
pendidikan strata satu memiliki alternatif pilihan karir yaitu dapat langsung bekerja
sebagai karyawan perusahaan, instansi pemerintah maupun berwirausaha atau bisa
melanjutkan pendidikan strata dua serta bisa melanjutkan pendidikan untuk menjadi
akuntan publik. Menurut S. R (2000) profesi akuntan di Indonesia dapat
dikelompokkan dalam 5 jenis yaitu akuntan forensik, akuntan publik, akuntan
pemerintah, akuntan intern, dan akuntan pendidik.
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas,
termasuk auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum didalam atau
diluar pengadilan (Tuanakotta, 2010:4). Akuntansi forensik juga disebut sebagai
audit forensik. Purjono (2012) juga menjelaskan auditor forensik pertama kali harus
mempertimbangkan apakah ia memiliki keahlian dan pengalaman yang dibutuhkan
2
untuk menerima pekerjaan tersebut karena audit forensik memerlukan pengetahuan
tentang investigasi frauddan pengetahuan tentang hukum secara luas dan
mendalam.
Akuntan publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, adalah seseorang yang
telah memperoleh izin untuk memberikan jasa akuntan publik. Kantor akuntan
publik yang selanjutnya disingkat KAP, adalah badan usaha yang didirikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapat izin usaha
berdasarkan UU No. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik.
Akuntan perusahaan adalah akuntan yang berkerja dalam suatu perusahaan.
Tugas-tugas yang dikerjakan dapat berupa penyusunan sistem akuntansi,
penyusunnan laporan keuangan, penyusunan anggaran, menangani malah
perusahaan (Soemarso, 2004). Akuntan pemerintah adalah akuntan profesional
yang bekerja di instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang dimaksudkan
adalah departemen seperti Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) dan Direktoral Jendral Pajak (Soemarso,
2004).
Akuntan pendidik melaksanakan proses penciptaan profesional, baik profesi
akuntan publik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah. Seiring dengan
perkembangan perekonomian yang pesat, maka dibutuhkan akuntan yang
semakin banyak pula. Dalam konteks permasalahan inilah diperlukan
pemenuhan kebutuhan akan tenaga akuntan pendidik. Akuntan pendidik dalam
melaksanakan tugasnya berpedoman kepada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu
pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (Setiyani, 2005)
3
Profesi akuntan, biasanya hanya terpusat pada laporan keuangan. Semua
informasi akuntansi yang dihasilkan, ada manusia yang membuatnya. Manusia atau
individu mempunyai sikap dalam memilih pekerjaan yang dilakukan serta ingin
penghargaan dari yang dilakukan. Penghargaan yang diberikan dapat
mempengaruhi prilaku dari manusia dalam proses menghasilkan suatu output
akuntansi. Penghargaan positif yang diterima seperti sanjungan, insentif, dan lain-
lain dapat menaikkan kebanggaan tersediri serta memandang positif terhadap diri
sendiri dan dijadikan sebagai motivator untuk melakukan lebih baik lagi.
Sebaliknya penghargaan negatif akan berdampak pada prilaku penerima dimana
akan bersikap pesimis dan berfikir negatif terhadap diri sendiri. Fenomena tersebut
akan mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri secara positif atau negatif yang
sering disebut dengan self esteem. Self esteem merupakan suatu keyakinan menilai
diri sendiri berdasarkan evaluasi diri secara keseluruhan self esteem yang tinggi
dimana individu melihat dirinya berharga, mampu dan dapat diterima. Sebaliknya
self esteem rendah tidak merasa baik dengan dirinya sendiri (Kreitner dan Kinicki,
2003:165).
Self esteem menunjukan keputusan yang diambil seseorang apakah ia
menilai dirinya secara negatif, positif, atau netral yang ditempatkan dalam suatu
wadah konsep diri. Konsep diri merupakan susunan kesadaran individu mengenai
keterlibatan khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung
atau dalam suatu komunitas yang terorganisir (Ahmadi, 2011). Keterlibatan
individu dalam hubungan sosial dalam suatu organisasi atau perusahaan baik yang
berorientasi laba maupun non laba akan mempengaruhi kinerja yanng dicapai.
Contoh karyawan yang dilibatkan berpartisipasi dalam menyusun anggaran, dia
4
akan merasa dirinya sangat berharga serta akan mengeluarkan segala potensi yang
dimilikinya. Hal ini dapat dikatakan bahwa individu yang memiliki self esteem
(harga diri) rendah akan mempengaruhi kinerjanya, karena Self esteemmengacu
pada bagaimana seseorang secara subjektif menilai dirinya sendiri, kemampuan
serta potensi yang dimilikinya. Seseorang dengan self esteem yang tinggi akan
selalu meningkatkan kinerjanya dengan seluruh kemampuan dan potensi yang
dimilkinya. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Donald et.al (2004:1) yang
mengatakan bahwa self esteem terbukti mempengaruhi kinerja karyawan. Individu
dengan tingkat self esteem yang tinggi akan memilki kinerja yang lebih baik
dibandingkan dengan individu dengan tingkat self esteem yang rendah, sebab
dengan sifat yang dimilikinya, individu merasa dituntut untuk menjalankan tugas
dengan sebaik-baiknya.
Menurut teori motivasi Maslow mengatakan bahwa manusia termotivasi
oleh suatu keinginan untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang ada dalam diri
seseorang. Adapun kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, rasa aman,
sosial, pengahargaan dan aktualisasi diri (Gitosudarmo dan Sudita, 1997). Secara
singkat bahwasanya setiap manusia membutuhkan penghargaan atas dirinya oleh
orang lain baik dapat berupa rasa dihormati,diharga atas prestasi, atau pengakuan
terhadap kemampuan yang dimiliki yang dapat membuat dirinya berharga. Tak
terkecuali mahasiswa, khususnya mahasiswa akuntansi yang merupakan sumber
daya tenaga akuntan profesional. mahasiswa memilih jurusan akuntasi memiliki
motivasi tersendiri seperti dikatakan oleh Fauziah (2008) bahwa mahasiswa
akuntansi termotivasi oleh anggapan akuntan dimasa akan datang sangat
dibutuhkan oleh banyak organisasi dan perusahaan, khususnya di Indonesia. Maka
5
dari itu penulis berpendapat bahwasanya mahasiswa akuntansi merasa bangga jika
berkarir menjadi tenaga akuntan. Dengan kata lain mahasiswa akuntansi dalam
proses mencari suatu penghargaan dan status untuk dirinya seperti teori motivasi
yang dicetuskan oleh Maslow yang mengatakan bahwa individu memilki kebutuhan
akan penghargaan dan status (esteemdan status) dimana individu perlu memiliki,
menerima, dan berbagi sentimen. Individu perlu merasakan bahwa dirinya
berharga, merasakan juga bahwa orang lain memandang dirinya berharga (status),
dan percaya bahwa orang lain juga berharga (Davis & Newstrom, 1985).
Penelitian sejenis juga telah dilakukan oleh Oktavia (2005) dengan judul
penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Memotivasi Pemilihan Karir bagi
Mahasiswa Akuntansi, serta penelitian yang dilakukan oleh Adilia (2010) dengan
judul Hubungan Self Esteemdengan Optimisme Meraih Kesuksesan Karir pada
Mahasiswa. Profesi akuntan yang beragam tentu akan menyebabkan mahasiswa
memiliki pilihan yang beragam pula, oleh karena itu penulis menggunakan variabel
self esteem sebagai variabel independen untuk melihat profesi akuntan yang akan
dipilih pada kondisi mahasiswa memiliki self esteem yang tinggi dan mahasiswa
yang memiliki self esteem yang rendah. Dari uraian tersebut penulis melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Self Esteem Terhadap Orientasi Pilihan
Profesi Akuntan”.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan bagaimana
pengaruhself esteem dengan orientasi profesi akuntan?
6
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhself
esteemdengan orientasi profesi akuntan.
1.4 Manfaat Penelitian
1) Akdemisi
Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya, serta dapat memberikan wacana bagi perkembangan studi
akuntansi.
2) Bagi penulis
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat sebagai wahana
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh diperguruan tinggi serta
menambah wawasan dan pengalaman.
3) Untuk entitas terkait.
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi sehingga pihak organisasi dapat
memahami apa yang dapat dijadikan motivasi bagi calon karyawan maupun
karyawan yang telah diperkerjakan selain motivasi dari segi materi sehingga
pihak organisasi dapat mengeluarkan potensi maksimal dari calon karyawan
maupun karyawan yang telah dipekerjakan.
1.5 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya berfokus pada
mahasiswa jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu
agar tidak melenceng dari topik penelitian serta memudahkan dalam pencarian data
yang dibutuhkan.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Motivasi Maslow
Gitosudarmo dan Sudita (1997:29-32) mengatakan Teori motivasi pada
dasarnya dibedakan menjadi dua yaitu teori kepuasan (content theories) dan teori
proses (process theories). Teori kepuasaan tentang motivasi yang berkaitan dengan
faktor yang ada dalam diri seseorang yang memotivasinya. Teori kepuasaan
berkaitan dengan faktor-faktor yang membangkitkan atau memulai prilaku.
Terdapat empat teori yang termasuk kedalam teori kepuasaan antara lain : teori
hirarki kebutuhan, teori ERG, teori dua faktor, dan teori kebutuhan akan prestasi.
Teori hirarki kebutuhan yang dicetuskan oleh Maslow mengatakan bahwa manusia
ditempatkan kerjanya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk memuaskan sejumlah
kebutuhan yang ada dalam diri seseorang. Teori ini dilandaskan pada tiga asumsi
dasar sebagai berikut :
1. Kebutuhan manusia tersusun dalam suatu hirarki, mulai dari hirarki
kebutuhan yang paling dasarsampai kebutuhan yang komplek atau paling
tinggi tingkatannya.
2. Keinginan untuk memenuhi kebuthan dapat mempengaruhi perilaku
seseorang, dimana hanya kebutuhan yang belum terpuaskan dapat
menggerakkan perilaku. Kebutuhan yang telah terpuaskan tidak dapat
berfungsi sebagai motivator.
3. Kebutuhan yang lebih tinggi berfungsi sebagai motivator apabila kebutuhan
yang hirarkinya lebih rendah paling tidak telah terpuaskan secara minimal.
8
Atas dasar asumsi diatas, hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow adalah
sebagai berikut:
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan fiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang
paling dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti
makanan, minuman, perumahan,oksigen, tidur, sex, dan lain-lain.
2. Kebutuhan Rasa Aman (Security Needs)
Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul
kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan rasa
aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan
kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya, dan jaminan akan hari tua
pada saat tidak lagi bekerja.
3. Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara
minimal akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan persahabatan,
afiliasi, dan interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi
akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang
kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan lain sebagainya.
4. Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs)
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati,
dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian
seseorang serta efektivitas kerja seseorang.
9
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs)
Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang
paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan akan
potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan
kemampuan, keahlian, dan potensi yang dimilki seseorang. Aktualisasi diri
merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dan tidak pernah
terpuaskan. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri cenderung potensinya
meningkat karena orang mengaktualisasi perilakunya. Seseorang yang
dominan oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang
menantang keahlian dan kemampuannya.
Maslow mengatakan (Davis & Newstrom, 1985: 70) bahwa hanya terdapat
tiga kebutuhan tingkat tinggi yaitu kebuthan tingkat ketiga menyangkut
kepemilikan dan keterlibatan sosial, kebutuhan keempat mencakup kebutuhan
akan penghargaan dan status (esteem and status) yang perlu dimiliki, menerima,
dan berbagi sentimen. Individu perlu merasakan bahwa dirinya berharga,
merasakan juga bahwa orang lain memandang dirinya berharga, dan percaya orang
lain juga berharga. Kebutuhan pada tingkat keliama yaitu perwujudan diri, yang
berarti menjadi segala yang dengannya seseorang mampu menjadikannya.
2.2 Profesi Akuntan
Regar (1993:2) mengatakan bahwa menurut pendidikannya, keahlian dari
akuntan adalah bidang akuntansi dan pemeriksaan keuangan atau auditing.
Menurut Weygant, Kieso, dan Kimmnel (2011) profesi akuntan dapat
dikelompokkan dalam jenis yaitu akuntan publik, akuntan pemerintah, akuntan
intern, akuntan forensik dan akuntan pendidik.
10
1. Akuntan Publik
Akuntan publik sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, adalah seseorang yang
telah memperoleh izin untuk memberikan jasa akuntan publik. Kantor akuntan
publik yang selanjutnya disingkat KAP, adalah badan usaha yang didirikan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan mendapat izin usaha
berdasarkan UU No. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik.
Mulyadi (2002) mengatakan Seseorang yang memasuki profesi sebagai
akuntan publik, ia harus terlebih dahulu mencari pengalaman profesi dibawah
pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Disamping sebagai
pelatihan teknis yang mempunyai arti pula bahwa akuntan harus mengikuti
perkembangan yang terjadi didunia usaha dan profesinya. Menurut Pasal 6 UU
No. 5 tahun 2011 tentang akuntan publik, untuk mendapatkan izin menjadi
akuntan publik, seseorang harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1) Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang
sah.
2) Berpengalaman praktik memberikan jasa akuntan publik
3) Berdomisili diwilayah NKRI
4) Memilki NPWP
5) Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin
akuntan publik
11
6) Tidak perrnah terpidana yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap karen melakukan tindak kejahatan yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih
7) Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan
oleh Menteri
8) Tidak berada dalam pengampuan.
Berikut ini adalah jenjang karir akuntan publik (Mulyadi, 2002):
1 Auditor Junior. Bertugas melaksanakan prosedur audit secara rinci,
membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang
telah dilaksanakan.
2 Auditor Senior, bertugas untuk melaksanakan audit dan bertanggung
jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan
rencana, mengarahkan, dan mereview pekerjaan auditor junior.
3 Manager, merupakan pengawas audit yang bertugas membantu auditor
senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit: mereview
kertas kerja, laporan audit, dan menajemen letter.
4 Partner, bertanggung jawab atas hubungan dengan klien, dan
bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai auditing.
2. Akuntan Perusahaan
Soemarso (2004)mengatakan akuntan perusahaan adalah akuntan
yang bekerja dalam suatu perusahaan. tugas-tugas yang dikerjakan dapat
berupa penyusunan system akuntansi, penyusunan laporan akuntansi
kepada menajemen, penyusunan anggaran, menangani masalah
perusahaan dan melakukan pemeriksaan intern. Adapun jenjang karir
12
akuntan perusahaan pada bisnis dan industri di Amerika Serikat adalah
sebagai berikut :
a. Junior accountant. Merupakan Entry level karir pada profesi akuntan
perusahaan.
b. Senior accountant, merupakan jenjang karir seorang akuntan yang
bekerja pada perusahaan setelah berpengalaman sebagai Junior
accountant.
c. Corporate Controler, merupakan jenjang karir seorang akuntan setelah
melaksanakan fungsi sebagai Senior accountant.
d. Chief Finance Officer, merupakan karir puncak pada bidang akuntansi
perusahaan. posisi ini didapat setelah masa kerja minimum sepuluh
tahun.
3. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan
pemerintah. Badan-badan pemerintah disini adalah seperti departemen-
departemen. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Dirjen pajak (Soemarso, 2004)
4. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah profesi akuntan yang memberikan jasa berupa
pelayanan pendidikan akuntansi kepada masyarakat melalui lembaga –
lembaga pelayanan yang ada, yang berguna untuk melahirkan akuntan-
akuntan yang terampil dan peofesional. Profesi akuntansi pendidik sangat di
butuhkan bagi kemajuan profesi akuntansi itu sendiri, karena ditangan mereka
para calon-calon akuntan dididik.Akuntan pendidik harus dapat melakukan
13
transfer knowladge kepada mahasiswanya, memiliki tinggkat yang tinggi dan
menguasi pengetahuan bisnis dan akuntansi, tekhnologi informasi dan mampu
mengembangkan pengetahuanya melalui pendidikan.
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 46
(2) menjelaskan bahwa dosen harus memiliki kualifikasi akademik minimum
lulusan program magister untuk program diploma atau program sarjana dan
lulusan program doktor untuk program pascasarjana. Jadi, calon akuntan
pendidik setelah menyelesaikan program S1-nya dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang S2 atau S3 pada universitas yang terakreditasi.
Adapun jenjang karir Akuntan Pendidik sebagai berikut:
1. Asisten ahli, merupakan jabatan dosen setingkat di bawah jabatan lektor.
2. Lektor, merupakan jabatan dosen setingkat di bawah jabatan lector
kepala.
3. Lektor kepala, merupakan jabatan dosen setingkat di bawah jabatan
profesor.
4. Profesor, merupakan jabatan akademik tertinggi pada satuan pendidikan
tinggi yang mempunyai kewenangan membimbing calon doktor. Profesor
memiliki kewajiban khusus menulis buku dan karya ilmiah yang
disebarluaskan kepada masyarakat.
5. Akuntan Forensik
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin akuntansi dalam arti luas,
termasuk auditing pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum didalam
atau diluar pengadilan (Tuanakotta, 2010:4). Akuntansi forensik juga disebut
sebagai audit forensik. Menurut Wiratmaja (2010) audit forensik merupakan
14
suatu pengujian mengenai bukti atas suatu pernyataan atau pengungkapan
informasi keuangan untuk menentukan keterkaitan dengan ukuran-ukuran
standar yang memadai untuk kebutuhan pembuktian dipengadilan.
Purjono (2012) juga menjelaskan auditor forensik pertama kali harus
mempertimbangkan apakah ia memiliki keahlian dan pengalaman yang
dibutuhkan untuk menerima pekerjaan tersebut karena audit forensik
memerlukan pengetahuan tentang investigasi frauddan pengetahuan tentang
hukum secara luas dan mendalam. Tahap perencanaan merupakan tahap kedua
setelah penerimaan tugas. Tahap ini mengindentifikasi jenis fraudyang terjadi,
seberapa lama fraud berlangsung, siapa pelaku, dan kualifikasi kerugian
financialyang diderita klien. Auditor mempertimbangkan cara terbaik
mendapatkan bukti dan memberikan saran untuk pencegahan terjadinya fraud
tersebut.
2.3 Self Esteem
2.3.1 Pengertian Self Esteem
Menurut Minchinton (1993) Self esteem adalah penilaian terhadap diri sendiri.
Merupakan tolak ukur harga diri individu sebagai seorang manusia, berdasarkan
pada kemampuan penerimaan diri dan prilaku sendiri atau tidak. dapat
dideskripsikan sebagai penghormatan terhadap diri sendiri atau perasaan mengenai
diri yang didasarkan pada keyakinan mengenai apa dan siapa diri kita sebenarnya.
Harga diri (self esteem) adalah hal menyukai diri. Ini bukan hanya sekedar suatu
kesombongan atau keangkuhan sebagaimana orang yang tersinggung “harga
dirinya” tapi percaya pada diri dan tindakan diri sendiri, atau nilai-nilai yang
diberikan kepada diri sendiri tentang emosi, fisikal, dan spritual. Hal ini
memungkinkan self esteem mampu memberikan sumbangan bermakna bagi proses
15
kehidupan individu selanjutnya, maupun bagi perkembangan pribadi yang normal
dan sehat.
Yovita (2008) mengatakan self esteem ditinjau dari kondisinya dibedakan
dalam 2 (dua) kondisi yaiu strong (kuat) dan weak (lemah). Ciri-ciri orang yang
memiliki self esteem yang kuat adalah sebagai berikut :
a. Self confidence (percaya diri) yaitu menghadapi segala sesuatu dengan
penuh percaya diri dan tidak mudah putus asa, menyadari sepenuhnya
kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri. Rasa percaya diri
dimanfaatkan untuk bisa mengatasi segala permasalahan yang muncul
sehingga tidak mudah putus asa dan bila berhasil juga tidak besar kepala.
b. Goal Oriented (mengacu hasil akhir) yaitu ketika ingin melaksankan
sesuatu selalu memikirkan langkah yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan dengan memikirkan segala konsekuensi yang diperkirakan akan
muncul serta memiliki alternatif lainnya untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Appreciative (mengahargai) yaitu merasa cukup dan selalu bisa menghargai
yang ada disekelilingnya serta dapat membagi kesenangan dengan orang
lain.
d. Contented (puas/senang) merupakan bisa menerima apa adanya dengan
segala kelebihan dan kelemahannya serta mempunyai toleransi yang tinggi
atas kelemahan orang lain dan mau belajar dari orang lain.
Seseorang yang mempunyai self esteem yang kuat akan mampu membangun
relasi yang baik dan sehat dengan orang lain, bersikap sopan dan menjadikan
dirinya orang yang berhasil.
Ciri-ciri orang yang memiliki self esteem lemah (weak) adalah :
16
a. Critical (selalu mencela) yaitu selalu mencela orang lain, banyak
keinginannya dan sering kali tidak terpenuhi, senang memperbesar masalah-
masalah kecil dan sering kali tidak mengakui kelemahan.
b. Self- Centred (mementingkan diri sendiri) yaitu memiliki sifat egois, tidak
peduli dengan kebutuhan dan perasaan orang lain, segala sesuatu berpusat
pada diri sendiri, tidak ada tenggang rasa dengan lainnya yang akhirnya
berakibat bisa menjadi frustasi.
c. Cynical(sinis/suka mengolok-olok) yaitu senang meledek orang lain dengan
omongan yang sinis, sering mensalahartikan pemikiran, kegiatan, kebaikan,
serta niat baik orang lain.
d. Diffident (malu-malu) yaitu menyangkal atas semua kelemahan yang
dimiliki, tidak pernah bisa membuktikan kelebihan dan sering kali gagal
dalam melakukan sesuatu.
Self esteem dapat menjadi sumber yang berfungsi mengatur hubungan sosial
individu. Terakhir,self esteem diselidiki sebagai penahan (tenaga) diri yang
menyediakan perlindungan diri terhadap pengalaman yang berbahaya atau
menyakitkan.Self esteem sebagai motif diri, motif diri memberikan suatu standar
petunjuk dalam berprilaku.
2.3.2 Aspek-Aspek Self Esteem
Menurut Minchinton (1993) mengatakan Self esteem bukanlah sifat atau aspek
tunggal saja, melainkan sebuah kombinasi dari beragam sifat dan prilaku.
Minchinton menjabarkan tiga aspek self esteem, yaitu perasaan mengenai diri
sendiri, perasaan terhadap hidup, serta hubungan dengan orang lain.
1. Perasaan mengenai diri sendiri.
17
Seseorang haruslah menerima dirinya secara penuh, apa adanya.
Mampu menilai diri sendiri sebagai seorang manusia. Dengan begitu,
perasaannya tentang dirinya sendiri tidak bergantung pada kondisi
eksternal. Apa pun yang terjadi dapat merasa nyaman dengan diri sendiri
dan dapat menilai keunikan yang ada didalam diri tanpa menghiraukan
karakter atau kemampuan yang dimiliki atau tidak.
Seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi dapat menghormati
dirinya dan memiliki keyakinan penuh bahwa diri kita adalah sesosok yang
penting, dan apapun itu jika tidak berlaku bagi orang lain, setidaknya
berlaku bagi diri kita sendiri. Selain itu juga dapat memaklumi dan
memaafkan diri sendiri, atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan
yang dimiliki. Individu yang memiliki harga diri yang tinggi juga mampu
menghargai nilai personal mereka sebagai seorang individu, sehingga
mereka tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain. Mereka tidak
akan merasa lebih baik ketika mereka dipuji atau merasa buruk ketika
mereka di kritisi. Perasaan baik mengenai diri sendiri tidak bergantung pada
kondisi luar. Seseorang dengan harga diri tinggi memegang kendali atas
emosinya sendiri. Sebaliknya, keadaan yang buruk dapat mempengaruhi
perasaan seseorang dengan self esteem rendah, akibatnya suasana hatinya
(mood) pun menurun.
2. Perasaan terhadap Hidup.
Perasaan terhadap hidup berarti menerima tanggung jawab atas
sebagian hidup yang dijalaninya. Maksudnya, seseorang dengan self esteem
tinggi akan menerima realita dengan lapang dada dan tidak menyalahkan
18
keadaan hidup ini (atau orang lain) atas segala masalah yang dihadapinya.
Ia sadar bahwa semuanya itu terjadi dengan pilihan dan keputusannya
sendiri, bukan karena faktor eksternal. Karena itu, ia pun akan membangun
harapan atau cita-cita secara realistis sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Perasaan seseorang terhadap hidup juga menentukan apakah ia akan
menganggap sebuah masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan bagus
untuk mengembangkan diri. Selain itu, seseorang denganself esteem tinggi
juga tidak berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada.
Sebaliknya, ia akan dengan mudah menyesuaikan diri dengan keadaan.
3. Hubungan dengan Orang Lain.
Seseorang dengan toleransi dan penghargaan yang sama terhadap
semua orang berarti memiliki self esteem yang bagus. Ia percaya bahwa
setiap orang, termasuk dirinya, mempunyai hak yang sama dan patut
dihormati. Karena itu, seseorang denganself esteem tinggi mampu
memandang hubungannya dengan orang lain secara lebih bijaksana. Saat
seseorang merasa nyaman dengan dirinya sendiri, ia pun akan menghormati
orang lain sebagaimana adanya mereka. Ia tidak akan memaksakan
kehendak atau nilai-nilai kepada orang lain karena ia tidak membutuhkan
penerimaan dari orang tersebut agar ia merasa berharga. Mereka memiliki
pemikiran yang masuk akal, dapat menerima kekurangan orang lain,
berwatak tenang, fleksibel, dan bertanggung jawab dalam menjalin
hubungan dengan orang lain. Memandang tiap orang secara sama dan dapat
menghormati orang lain tanpa pandang bulu.
19
2.3.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self Esteem
1) Faktor jenis kelamin
Simon & Rosenberg mengatakan bahwa pengaruh jenis kelamin
pada individu salah satunya pertumbuhan fisik yang diakibatkan masa
pubertas. Diamana perempuan cenderung lebih memperhatikan perubahan
fisiknya dan penerimaan sebaya (Steinberg, 2002) .
2) Kondisi Fisik
Coopersmith (1967) menemukan adanya hubungan yang konsisten
antara daya tarik fisik dan tinggi badan dengan harga diri. individu dengan
kondisi fisik yang menarik cenderung memiliki harga diri yang lebih baik
dibandingkan dengan kondisi fisik yang kurang menarik(Adilia ,2010).
3) Lingkungan Keluarga
Peran keluarga sangat menentukan bagi perkembangan harga diri
anak. Dalam keluarga, seorang anak untuk pertama kalinya mengenal orang
tua yang mendidik dan membesarkankannya serta sebagai dasar untuk
bersosialisasi dalam lingkungan yang lebih besar. Keluarga harus
menemukan suatu kondisi dasar untuk mencapai perkembangan harga diri
anak yang baik.
4) Lingkungan Sosial.
Pembentukan harga diri dimulai dari seseorang yang menyadari
dirinya berharga atau tidak. Hal ini merupakan hasil dari proses
lingkungan, penghargaan, penerimaan dan perlakuan orang lain terhadap
dirinya. Termasuk penerimaan dari teman dekat, mereka bahkan mau
melepaskan prinsip yang dipegang agar diterima oleh teman dekatnya.
20
Dengan kata lain individu tersebut mau berbuat hal yang sama dengan apa
yang dilakukan oleh teman dekatnya agar diterima dan diakui walau pun
yang dilakukan tersebut adalah hal yang negatif.
2.3.4 Karakteristik Individu Berdasarkan Self Esteem Yang Dimiliki
Minchinton (1993) menjelaskan sekurang-kurangnya terdapat beberapa
karakteristik individu ditinjau dari tinggi rendahnya atau positif negatifnya self
esteem, yaitu:
a. Karakteristik individu dengan self esteem tinggi.
1) Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi, ia akan memiliki ciri-
ciri seperti: dapat menerima dan mengapresiasikan dirinya sendiri
dalam kondisi apapun, merasa nyaman dengan keadaan dirinya,
berprasangka baik terhadap dirinya sendiri, jika tidak bagi orang lain,
setidaknya bagi diri nya sendiri serta memiliki kontrol emosi yang baik
dan terbebas dari perasaan yang tidak menyenangkan, kemarahan,
ketakutan, kesedihan dan rasa bersalah.
2) Seseorang yang memiliki self esteem yang tinggi memiliki suatu
keyakinan bahwa ia memiliki rasa bertanggung jawab dan merasa
mampu mengontrol setiap bagian kehidupannya.
3) Tingginya self esteem dapat terlihat dari bagaimana cara seseorang
dalam bentuk rasa penghormatan, toleransi, kerja sama dan saling
memiliki antara satu dengan yang lain.
4) Seseorang dengan self esteemyang tinggi dapat merancang,
merencanakan, dan merealisasikan segala sesuatu yang diharapkan atau
menjadi tujuan hidupnya secara optimal.
21
b. Karakteristik individu dengan self esteem yang rendah.
1) Seseorang dengan self esteem yang rendah meyakini bahwa dirinya
memiliki kemampuan instrinsik yang kecil, meragukan kemampuan
dirinya, merasa bahwa keberhasilan yang diperolehnya merupakan
sebuah prestasinya, selalu takut untuk mencoba segala sesuatu dan
memiliki kontrol emosi yang buruk, merasa tidak bahagia, tertekan serta
merasa bahwa dirinya tidak berarti atau sia-sia.
2) Seseorang dengan self esteem yang rendah merasa bahwa kehidupan ini
berada di luar kontrol dan tanggung jawab dirinya dan berjalan begitu
saja, terkadang merasa lemah dan merasa di bawah kontrol atau kendali
orang lain.
3) Seseorang yang memiliki self esteem yang rendah tidak dapat merasakan
arti pentingnya hubungan interpersonal, bersikap tidak toleran, kurang
dapat bekerja sama, dan kurang rasa memiliki antara satu sama lainnya.
4) Seseorang dengan self esteem yang rendah juga kurang dapat
merancang, merencanakan, dan merealisasikan segala sesuatu yang
diharapkan atau menjadi tujuan hidupnya secara optimal.
Individu dengan self esteem yang tinggi akan lebih mudah beradaptasi dengan
lingkungan mereka, karena mereka dapat mengekspresikan diri dengan baik dalam
lingkungan dimana mereka berada. Lain halnya dengan individu yang memiliki
self esteem rendah, mereka dikatakan kurang dapat mengekspresikan diri dengan
baik dan sangat tergantung dengan lingkungan mereka. Kebanyakan dari mereka
merasa takut akan mengalami kegagalan dalam mengadakan hubungan sosial
22
dengan orang lain dalam lingkungan mereka karenanya secara pasif selalu
mengikuti apa yang ada dalam lingkungan.
2.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penulis Tahun Judul Hasil
1 Muharnia Dewi
Adilia
2010 Hubungan Self
Esteem Dengan
Optimisme Meraih
Kesuksesan Karir
Pada Mahasiswa
terdapat korelasi
antara self esteem
dengan optimisme
mahasiswa dalam
menghadapi
kesusksesan karirnya
2 Melani Oktavia 2005 Analisis Faktor-
Faktor yang
Memotivasi Pilihan
Karir Bagi
Mahasiswa
Akuntansi
Faktor-faktor yang
memotivasi
pemilihan karir
mahasiswa akuntansi
dimulai dari : nilai
intrisik profesi,
pengetahuan
mengenai
keuntungan,
fleksibelitas profesi,
peluang, kerja dan
persepsi
pengorbanan suatu
profesi. Berjumlah
101 responden
memilih profesi
sebagai akuntan
publik, 35 orang
memilih akuntan
intern, 15 orang
memilih akuntan
pemerintah, 4 orang
memilih akuntan
pendidik.
3 Jadongan Sijabat 2004 Perbedaan Faktor-
Faktor yang
Memperngaruhi
dalam Pemilihan
Profesi Akuntan
Publik dan Non
Akuntan Publik.
Mahasiswa memilih
profesi akuntan publi
lebih
mempertimbangkan
penghasilan awal,
penghasilan jangka
pendek,pelatihan
profesional.
Sedangkan non
23
akuntan publik lebih
mempertimbangkan
nilai intrisik
pekerjaan. Faktor
pertimbangan pasar
tidak menunjukan
adanya perbedaan
antara mahasiswa
yang memilih
profesi akuntan
publik dengan non
akuntan publik.
4 Hiras Pasaribu &
Indra
Kusumawardhani
2013 Analisis Perbedaan
Persepsi Mahasiswa
Akuntansi Yang
Mempengaruhi
Pilihan Karir
terdapat perbedaan
persepsi
mahasiswa akuntansi
semester awal dan
semester akhir yang
dilihat dari
keinginan
karir akuntan yang
ditinjau dari gaji
atau penghargaan
finansial, pelatihan
profesional,
pengakuan
profesional, nilai-
nilai sosial,
lingkungan kerja,
dan
personalitas. Dalam
hal pertimbangan
pasar kerja
disimpulkan tidak
terdapat
perbedaan
pandangan
mahasiswa akuntansi
semester awal dan
semester akhir.
2.5 Kerangka Penelitian
24
Self esteem adalah kemampuan seseorang untuk menilai dan memberi
penghargaan atas dirinya sendiri. Mahasiswa dipandang telah memiliki kematangan
dalam berfikir dan mengambil keputusan mengenai profesi yang akan dijalani di
masa depan. Dengan self esteem yang tinggi dapat mempengaruhi keputusan dalam
menentukan profesi yang dipilih, jika seseorang memilki self esteem yang tinggi ia
akan berfikir ia mampu melaksanakan tugas dari profesi tersebut sehingga dalam
menentukan profesi yang diambil tidak dipengaruhi oleh orang lain dengan kata
lain benar-benar mengusai bidang profesi tersebut serta individu menggambarkan
dirinya secara positif dan bangga akan pekerjaan tersebut. Individu yang memiliki
self esteem yang rendah memiliki rasa pesimis dan cenderung ragu-ragu dalam
menentukan profesi atau karir masa depannya. Self esteem yang tinggi
menimbulkan rasa optimis dalam melakukan berbagai hal.
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Profesi Akuntan : 1. Akuntan publik 2. Akuntan intern 3. Akuntan
pemerintah 4. Akuntan
pendidik
Self Esteem
25
2.6 Hipotesis
H0: Tidak ada pengaruh antara self esteem tehadap orientasi pilihan profesi
akuntan.
Ha: Ada pengaruh antara self esteem terhadap orientasi pilihan profesi akuntan.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah peneltian deskriptif kuantitatif. Menurut Sekaran
(2006) penelitian deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan mampu menjelaskan
karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi. Tujuannya adalah
memberikan kepada peneliti sebuah riwayat atau untuk menggambarkan aspek
yang relevan dengan fenomena perhatian dari perspektif seseorang, organisasi,
orientasi industri atau lainnya.Sedangkanpenelitian eksploratori merupakan
penelitian yang bertujuan menghimpun informasi awal yang akan membantu upaya
menetapkan masalah dan merumuskan hipotesis.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa jurusan akuntansi strata satu (S1) Fakultas Ekonomis dan Bisnis
Universitas Bengkulu. Adapun rincian populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Jumlah Populasi
Angkatan Jumlah Mahasiswa
2011 12
2012 135
Jumlah 147
Sumber :Arsip Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2015).
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 jurusan
akuntansi tingkat akhir yang belum pernah bekerja, sehingga mereka diharapkan
27
telah mendapatkan berbagai informasi mengenai profesi bagi sarjana akuntansi dan
merencanakan profesi yang akan dipilih setelah menyelesaikan studinya. Selain itu,
mahasiswa tingkat akhir yang telah melewati mata kuliah Auditing 1 dan Auditing
2, alasannya karena mahasiswa yang telah mengambil mata kuliah Auditing dinilai
cukup mengetahui tentang tugas dan tanggung jawab berbagai profesi akuntan.
Besarnya jumlah sampel yang digunakan didasarkan pada teori slovin yang
dijabarkan dengan rumus sebagai berikut :
𝒏 =𝐍
𝟏 + 𝐍 𝐞𝟐
Dimana:
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran Populasi
e = Taraf Kesalahan (error) sebesar 0,1 (10%)
Dari rumus diatas dapat ditarik sampel yang digunakan dengan rincian sebagai
berikut :
𝒏 =𝐍
𝟏 + 𝐍 𝐞𝟐
𝒏 =𝟏𝟒𝟕
𝟏 + 𝟏𝟒𝟕 (𝟎. 𝟏)𝟐
𝒏 =𝟏𝟒𝟕
𝟐. 𝟒𝟕
𝒏 = 𝟓𝟗. 𝟓 = 59
Dengan demikian, sampel yang digunakan dalam penelitian ini minimal sebesar 59
orang. Namun untuk mengantisipasi koesioner yang tidak kembali atau cacat, maka
koesioner yang didistribusikan adalah berjumlah 60 orang.
28
3.3 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel adalah penentuan variabel sehingga menjadi
variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang
digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan variabel sehingga
memungkinkan peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan
cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran variabel yang lebih baik.
Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
3.3.1 Orientasi Pilihan Profesi Akuntan Skala Nominal
Orientasi pilihan profesi akuntan (Y) merupakan variabel dependen yang
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel orientasi pilihan profesi
akuntan terdiri dari akuntan forensik, akuntan publik, akuntan pemerintah,
akuntan perusahaan, dan akuntan pendidik. untuk mengukur variabel dependen
menggunakan simbol “1” untuk mahasiswa yang memilih akuntan forensik,
“2” untuk mahasiswa yang memilih akuntan publik, “3” untuk mahasiswa yang
memilih akuntan pemerintah, “4” untuk mahasiswa yang memilih akuntan
perusahaan, “5” untuk mahasiswa yang memilih akuntan pendidik.
3.3.2 Self Esteem
Variabel self esteem (X) yaitu variabel yang menjadi penyebab
berubahnya variabel dependen (Y). Self esteemmerupakan tolak ukur harga diri
seseorang sebagai seorang manusia, berdasarkan pada kemampuan penerimaan
diri dan prilaku sendiri atau tidak. Intrumen untuk self esteem menggunakan
skala Rosenberg dan diukur dengan skala likert 1-7 dimana poin tujuh (7)
29
menunjukkan bahwa self esteem seseorang sangat tinggi, sampai poin satu (1)
yang menunjukkan self esteem seseorang sangat rendah.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa S1 Akuntansi Universitas
Bengkulu yangsedang berada di tingkat akhir. Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dengan cara menyebarkan kuesioner secara langsung setelah
perkuliahan selesai.Angket (kuesioner) merupakan suatu teknik pengumpulan data
dan informasi dengan memakai daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menggunakan teknik Simple Random
Sampling yakni proses pemilihan sampel dimana seluruh anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih yang akan dipilih secara random
(acak). Data dari hasil penyebaran kuesioner kepada responden akan diolah dan
diseleksi kembali sesuai kebutuhan peneliti.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam
bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diiterpretasikan. Analisis
deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum dari semua variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, dengan melihat tabel statistik
deskriptif yang menunjukkan hasil pengukuran mean, nilai minimal dan
maksimal serta standar deviasi semua variabel tersebut.
3.5.2 Uji Kualitas Data
30
3.5.2.1 Uji Validitas
Menurut Ghozali (2013) uji validitas digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang
akan diukur oleh kuesioner tersebut. Mengukur validitas dapat dilakukan
dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan total skor
konstruk atau variabel. Uji signifikansi dilakukan dengan melihat nilai
signifikansi correlation pada taraf signifikansi 0,05. Artinya suatu item
dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total.
3.5.2.2 Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2013) Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Kuesioner self esteem dikatakan reliabel atau handal, jika
jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Kuesioner self esteemreliabilitasnya diukur dengan uji
statistik Cronbach Alpha.Kuesioner self esteem dikatakan reliabel jika
nilai Cronbach Alpha > 0,6.
3.5.3 Uji Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Penilaian keseluruhan model ditunjukkan dengan Log Likelihood
value (nilai -2LogL), yaitu dengan cara membandingkan antara nilai -
2LogL pada intercept only, dimana model hanya memasukkan konstanta,
dengan nilai -2LogL final, dimana model memasukkan konstanta dan
variabel bebas juga variabel kontrol. Apabila nilai -2LogL final > nilai -
2LogL intercept only, hal ini menunjukkan model regresi yang semakin
baik. Log Likelihood pada regresi logistik mirip dengan pengertian “Sum
31
of Square Error” pada model regresi, sehingga penurunan Log
Likelihood menunjukkan model regresi yang semakin baik (Ghozali,
2013).
3.5.4 Uji Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.
Koefisien determinasi pada regresi logistik dapat dilihat pada nilai
Nagelkerke R Square dan Cox & Snell R Square. Nilai Nagelkerke R
Squaredan Cox & Snell R Square diinterpretasikan seperti R Square pada
regresi berganda (Ghozali, 2013).
3.6 Uji Hipotesis
3.6.1 Uji parsial
Uji parsial merupakan pengujian yang dilakukan untuk uji signifikan
tiap-tiap parameter.
H0 : βij = 0 untuk suatu i dan j tertentu; i =1, ......, p;j = 0,1,....,q
H1 : βij ≠ 0
Statistik uji yang digunakan adalah :
βj
W =
SE(βj)E
Dimana βj adalah penaksiran parameter βj dan SE (βj) adalah penduga
standart error dari βj, p adalah banyaknya variabel prediktor. H0 ditolak jika
nilai statistik uji W ≥ Zα/2 dan jika p-value ≤ α (0.05) yang berarti berpengaruh
terhadap variabel respon.
3.6.2 Uji Parameter Estimates
32
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi logistik
(logistik regression) karena variabel dependen maupun variabel independen dalam
model regresi tidak selalu bersifat kuantitatif, tetapi dapat pula bersifat
kualitatif.Variabel kualitatif ini sering disebut sebaga variabel buatan atau variabel
dummy. Variabel kualitatif biasanya menunjukkan ada tidaknya kualitas suatu
atribut.
Ghozali (2013) mengungkapkan bahwa analisis regresi logistik digunakan
untuk mengetahui satu variabel independen atau lebih (X) terhadap satu variabel
dependen (Y), dimana variabel independen merupakan data interval atau rasio dan
variabel dependen merupakan data nominal (kategorik) dimana tidak ada tersirat
makna pemeringkatan atau variabel yang lebih baik diantara 5 pilihan variabel yang
digunakan. Dalam teknik analisis, tidak perlu melakukan uji normalitas data
karenaregresi logistik tidak memerlukan asumsi normalitas pada variabel bebasnya.
Pengujian hipotesis dapat dilihat melalui koefisien regresi. Koefisien regresi
dari tiap variabel-variabel yang diuji menunjukkan bentuk hubungan antara
variabel. Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai
probabilitas (sig) dengan tingkat signifikansi ().
Dalam melakukan analisis dan uji hipotesis, prosedur yang dilakukan dibantu
dengan menggunakan program komputer yaitu SPSS for Windows. Untuk
menentukan penerimaan atau penolakan hipotesis didasarkan pada tingkat
signifikansi () 0,05 (5%) dengan kriteria:
1. Apabila nilai signifikan (Sig.) > tingkat signifikansi (), maka H0
diterima atau Ha ditolak.
33
2. Apabila nilai signifikan (Sig.) < tingkat signifikansi (), maka H0 ditolak
atau Ha diterima.
Adapun perumusan yang dibentuk adalah sebagai berikut:
Log Y = β0+β1X1+e
Dimana :
Y = Pemilihan profesi profesi akuntan (Y=1 akuntan forensik, Y= 2 akuntan
publik, Y= 3 akuntan pemerintah, Y = 4 akuntan perusahaan, Y= 5
akuntan pendidik)
X1 = Self esteem
β0 = Parameter model
β1 = Koefisien regresi
e = error
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
34
4.1 Hasil
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif memberikan gambaran umum dari semua variabel
penelitian yang digunakan. Hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Deskriptif Variabel Profesi Akuntan
Variabel N %
Kategori Akuntan Forensik 8 10,0
Akuntan Publik 23 28,8
Akuntan Pemerintah 15 18,8
Akuntan Perusahaan 30 37,5
Akuntan Pendidik 4 5,0
Total 80 100
Sumber : Data Diolah, 2015
Pada tabel 4.1 diatas menunjukkan data yang digunakan valid serta tidak ada data
yang hilang, dari 5 variabel profesi akuntan, mahasiswa yang memilih profesi
sebagai akuntan forensik berjumlah 8 orang atau 10% dari total sampel yang
digunakan. Mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik berjumlah 23
orang atau 28,8% dari total sampel yang digunakan. Mahasiswa yang memilih
profesi sebagai akuntan pemerintah berjumlah 15 orang atau 18,8% dari total
sampel yang digunakan. Mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan
perusahaan berjumlah 30 orang atau 37,5% dari total sampel yang digunakan.
Mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan pendidik berjumlah 4 orang atau
5% dari total sampel yang digunakan.
Tabel 4.2
Deskriptif Variabel Self Esteem
35
Variabel Rentang
Teoritis
Rentang
Aktual
Mean
Teoritis
Mean
Aktual
Standar
Deviasi
Self
Esteem
9 -63 11-62 36 47,17 15,023
Sumber :Data Diolah, 2015
Hasil pengujian analisis deskriptif sel esteem yang disajikan pada tabel 4.2
diatas diketahui bahwa mean aktual sebesar 47,17 lebih tinggi dari mean teoritisnya
sebesar 36, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan self esteem mahasiswa
program studi S1 akuntansi di Universitas Bengkulu tinggi. Berikut self esteem
mahasiswa yang memilih profesi akuntan yang diinginkan :
Tabel 4.3
Deskriptif Variabel Self esteem
Variabel
N
Rentang Aktual
Mean
Standar
Deviasi Minimum Maksimum
Akuntan Forensik 8 11 60 31,12 20,691
Akuntan Publik 23 11 60 46,39 16,423
Akuntan Pemerintah 15 16 61 47,67 15,582
Akuntan Perusahaan 30 18 62 51,20 9,707
Akuntan Pendidik 4 46 59 51,75 6,292
Sumber : Data Diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui self esteem mahasiswa yang memilih
profesi akuntan akuntan publik memiliki mean aktual sebesar 46,39, akuntan
pemerintah memiliki mean aktual sebesar 47,67, akuntan perusahaan memiliki
mean aktual sebesar 51,20, dan akuntan pendidik memiliki mean aktual sebesar
51,75 lebih tinggi dari nilai mean teoritis. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa
memiliki harga diri dan keyakinan yang tinggi untuk memilih profesi sebagai
akuntan publik, akuntan pemerintah, akuntan perusahaan, dan akuntan pendidik.
self esteem mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan forensik memiliki
mean aktual sebesar 31,12 lebih rendah dari mean teoritis. Hal ini berarti bahwa
mahasiswa tidak memiliki harga diri dan keyakinan yang tinggi untuk memilih
profesi sebagai akuntan forensik.
36
4.1.2 Karakteristik Responden
Tabel berikut menunjukkan karakteristik responden yang digunakan dalam
penelitian ini, responden dikelompokkan kedalam 3 macam yaitu berdasarkan usia,
semester, dan jenis kelamin :
Tabel 4.4
Karakteristik Responden
Frekuensi %
Semester 9 26 32,5
7 54 67,5
Usia 23 10 12,5
22 17 21,3
21 33 41,3
20 20 25,0
Gender Laki-laki 38 47,5
Perempuan 42 52,5
Total 80 100
Sumber : Data Diolah, 2015
Dari tebel 4.4 diatas diketahui mahasiswa yang berada pada semester 9
berjumlah 26 orang atau sekitar 32,5% dari total responden dan semester 7
berjumlah 54 orang atau sebesar 67,5% dari total responden. Usia mahasiswa yang
berumur 23 tahun berrjumlah 10 orang atau 12,5% dari total responden, usia 22
tahun berjumlah 17 orang atau 21,3% dari total reponden, usia 21 tahun berjumlah
33 orang 41,3% dari total responden, dan usia 20 tahun berjumlah 20 orang atau
25,0% dari total responden. Mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah
38 orang atau 47,5% dari total responden dan mahasiswa yang berjenis kelamin
perempuan berjumlah 42 orang atau 53,5% dari total responden.
4.2 Uji Kualitas Data
4.2.1 Uji Validitas
37
Uji validitas digunakan untuk menguji sejauh mana ketepatan alat ukur
dapat mengungkapkan konsep gejala atau kejadian yang diukur. Mengukur
validitas dapat dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan
dengan total skor kontruk atau variabel dengan tingkat signifikan correlation 0,05
atau 5%. Hasil pengujian validitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.5
Uji Validitas dan Reliabilitas
Nilai Sig
Valid 0,743-0,958 0,000
Cronbach Alpha 0,954
Sumber : Data Diolah, 2015
Pengujian validitas dan realibilitas menggunakan 10 pertanyaan. Hasil pengujian
menunjukkan hanya 9 pertanyaan yang dapat digunakan dikarenakan pertanyaan
ke-10 memiliki nilai butir pertanyaan yang tidak berkorelasi dengan nilai butir
pertanyaaan lainnya, hanya berkorelasi dengan butir pertanyaan ke-9.
Dari tabel 4.5 diatas diketahui nilai total skor kontruk memiliki rentang nilai
antara 0,0743-0,958 dengan signifikansi korelasi sebesar 0,000, sehingga dapat
disimpulkan bahwa indikator pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini valid
untuk mengukur variabel.
4.2.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kehandalan suatu kuesioner
yang digunakan. Suatu kuesioner yang digunakan handal jika nilai kuesioner self
esteem memiliki nilai cronbach alpha > 0,6. Dalam penelitian ini hasil uji
reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.5 memiliki nilai cronbach alpha indikator
pertanyaan variabel self esteem lebih besar dari 0,6 yaitu sebesar 0,954. Hal ini
38
menjelaskan bahwa hasil data dari kuesioner yang digunakan adalah reliabel atau
dapat dipercaya.
4.3 Uji Keseluruhan Model
Uji keseluruhan model dilakukan dengan melihat nilai Likelihood. Jika
terjadi penurunan dari angka -2 Loglihood pada moddel final, maka model yang
digunkan lebih baik atau layak digunakan. Hasil penilaian Overall Model Fit dapat
dilihat pada pengujian model fitting information berikut :
Tabel 4.6
Uji Overall Model Fit Model Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood Chi-Square Df Sig.
Intercept Only 149,246
Final 138,965 10,281 4 0,036
Sumber : Data Diolah, 2015
Pada tabel diatas diketahui adanya penurunan nilai -2 Loglihood awal (intercept
only) 149,246 menjadi -2 Loglihood final sebesar 138,965. Penurunan nilai ini
menunjukkan bahwa model fit dengan data dengan nilai chi-square sebesar 10,281
yang dihasilkan dari penurunan -2 loglihood dengan Df sebesar 4 dan tingkat
sugnifikansi sebesar 0,036. Nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka
disimpulkan bahwa self esteem berpengaruh signifikan terhadap orientasi pilihan
profesi akuntan.
4.4 Uji Koefisien Determinan
Pengujian koefisien deterrminan dilakukan untuk menguji goodness of
fitdari model regresi. Nilai statistik R-Square pada analisis multinomial logistik
dilihat pada nilai Pseudo-Square, Cox and Snell, Nagelkerke dan McFadden berikut
ini :
Tabel 4.7
39
Uji Koefisien Determinan (R2)
Cox and Snell 0,121
Nagelkerke 0,128
McFadden 0,045
Sumber : Data Diolah, 2015
Nilai koefisien Cox and Snell sebesar 0,121, nilai McFadden sebesar 0,045
dan nilai koefisien Nagelkerke pada tabel R-Square sebesar 0,128 yang berarti
sebesar 12,8% orientasi pilihan profesi akuntan dipengaruhi oleh self esteem,
sisanya sebesar 87,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar dari variabel dalam
penelitian ini.
4.5 Uji Hipotesis
4.5.1 Uji Parsial
Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan < 0,05, maka secara parsiaal
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji parsial dapat
diketahui dengan melihat hasil uji likelihood ratio test sebagai berikut.
Tabel 4.8
Uji Parsial Effect Model Fitting
Criteria Likelihood Ratio Tests
-2 Log
Likelihood of
Reduced
Model Chi-Square df Sig.
Intercept 145,404 6,440 4 0,169
SE 149,246 10,281 4 0,036
Sumber : Data Diolah, 2015
Hasil perhitungan multinomial logistik melalui likelihood ratio
testmenunjukkan bahwa variabel independen self esteem secara statistik
mempengaruhi variabel dependen (orientasi pilihan profesi akuntan). Hal ini
ditunjukkan dari nilai signifikansi probabilitas variabel self esteemlebih kecil dari
alpha 0,05 yaitu 0,036. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel self
40
esteem secara statistik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengambilan
keputusan mahasiswa dalam menentukan profesi akuntan.
4.5.2 Uji Parameter Estimates
Tabel 4.9
Parameter Estimates
*Reference Category
Sumber : Data Diolah, 2015
Pengujian parameter estimates digunakan untuk mengetahui hubungan
antar variabelyang digunakan. Hasil pengujian parameter estimates pada kelompok
1 dengan akuntan forensik sebagai referensi kategori menunjukkan nilai B yang
positif, dapat disimpulkan bahwa, semakin tinggi kecenderungan mahasiswa
memilih profesi sebagai akuntan forensik dalam kondisi self esteem yang tinggi,
semakin tinggi pula kecenderungan mahasiswa memilih profesi sebagai akuntan
publik, akuntan pemerintah, akuntan perusahaan, dan akuntan pendidik serta
memiliki perbedaan yang signifikan yang ditunjukkan dengan nilai self esteem
mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan pemerintah,
akuntan perusahaan < 0,05 (5%) dan tidak memiliki perbedaan yang sigifikan
dengan mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan pendidik ditunjukkan
dengan nilai signifikan akuntan pendidik > 0,005 (5%). Hasil pengujian
menunjukkan nilai exp (B) profesi akuntan publik sebesar 1,051, akuntan
pemerintah sebesar 1,057, akuntan perusahaan sebesar 1,080, akuntan pendidik
B Sig Exp(B) B Sig Exp(B) B Sig Exp(B) B Sig Exp(B) B Sig Exp(B)
Akuntan Forensik * * * -0,049 0,041 0,952 -0,055 0,04 0,946 -0,08 0,003 0,926 -0,082 0,116 0,922
Akuntan Publik 0,049 0,041 1,051 * * * -0,006 0,797 0,994 -0,03 0,202 0,973 -0,032 0,517 0,968
Akuntan Pemerintah 0,055 0,040 1,057 0,006 0,797 1,006 * * * -0,02 0,375 0,979 -0,026 0,605 0,974
Akuntan Perusahaan 0,077 0,003 1,080 0,027 0,202 1,028 0,022 0,375 1,022 * * * -0,005 0,926 0,995
Akuntan Pendidik 0,082 0,116 1,085 0,032 0,517 1,033 0,026 0,605 1,027 0,005 0,926 1,005 * * *
KATEGORIKelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5
41
sebesar 1,085. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam kondisi self esteem tinggi,
probabilitas kecenderungan mahasiwa memilih profesi sebagai akuntan publik
sebesar 1,051 kali lipat, akuntan pemerintah sebesar 1,057 kali lipat, akuntan
perusahaan sebesar 1,080 kali lipat, dan akuntan pendidik sebesar 1,085 kali lipat
dibandingkan dengan mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan forensik .
Hasil pengujian parameter estimates pada kelompok 2 dengan akuntan
publik sebagai referensi kategori menunjukkan nilai B yang positif dengan
mahasiswa yang memilih profesi akuntan pemerintah, akuntan perusahaan, dan
akuntan pendidik. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kecenderungan mahasiswa
memilih profesi sebagai akuntan publik dalam kondisi self esteem yang tinggi maka
semakin tinggi kecenderungan mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan
pemerintah, akuntan perusahaan, dan akuntan pendidik. Self esteem mahasiswa
yang memilih profesi sebagai akuntan publik tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dengan self esteem mahasiswa yang memilih profesi sebagai
akuntanpemerintah, akuntan perusahaan, dan akuntan pendidik, hal ini diketahui
dari dari nilai signifikansi profesi akuntan pemerintah, akuntan perusahaan, dan
akuntan pendidik > 0,05 atau 5%. Hasil pengujian menunjukkan Nilai exp (B)
profesi akuntan forensik sebesar 0,952, profesi akuntan pemerintah sebesar 1,006,
profesi akuntan perusahaan sebesar 1,028, profesi akuntan pendidik sebesar 1,033.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam kondisi self esteem yang tinggi,
probabilitas kecenderungan mahasiswa memilih profesi sebagai akuntan forensik
sebesar 0,952 , profesi akuntan pemerintah sebesar 1,006 kali lipat, profesi akuntan
perusahaan sebesar 1,028 kali lipat, profesi akuntan pendidik sebesar 1,033 kali
42
lipat dibandingkan dengan mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan
publik.
Pengujian parameter estimates pada kelompok 3 dengan akuntan
pemerintah sebagai refensi kategori menunjukkan Nilai B yang negatif dengan
mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan forensik dan profesi akuntan
publik, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kecenderungan mahasiswa
yang memilih profesi sebagai akuntan forensik dan profesi akuntan publik dalam
kondisi self esteem yang tinggi, semakin tinggi pula kecenderungan mahasiswa
memilih profesi sebagai akuntan pemerintah. Hasil pengujian menunjukkan nilai B
yang positif dengan mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan perusahaan
dan profesi akuntan pendidik, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
kecenderungan mahasiswa memilih profesi sebagai akuntan pemerintah dalam
kondisi self esteem yang tinggi, semakin tinggi pula kecenderungan mahasiswa
memilih profesi sebagai akuntan perusahaan dan profesi akuntan pendidik. Self
esteem mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan pemerintah tidak
memiliki perbedaan yang signifikan dengan mahasiswa yang memilih profesi
sebagai akuntan publik, akuntan perusahaan, dan akuntan pendidik ditunjukkan
dengan nilai signifikansi > 0,05 (5%). Hasil pengujian menunjukkan nilai exp (B)
profesi akuntan forensik sebesar 0,946, profesi akuntan publik sebesar 0,994,
profesi akuntan perusahaan sebesar 1,022, profesi akuntan pendidik sebesar 1,027.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam kondisi self esteem tinggi, probabilitas
kecenderungan mahasiswa memilih profesi sebagai akuntan forensik sebesar 0,946
kali lipat, profesi akuntan publik sebesar 0,994kali lipat, profesi akuntan perusahaan
sebesar 1,022kali lipat, profesi akuntan pendidik sebesar 1,027kali lipat
43
dibandingkan dengan mahasiswa yang mahasiswa yang memilih profesi sebagai
akuntan pemerintah.
Pengujian parameter estimates pada kelompok 4 dengan profesi akuntan
perusahaan sebagai referensi kategori menunjukkan nilai B yang negatif dengan
mahasiswa yang memilih profesi akuntan forensik, profesi akuntan publik, dan
profesi akuntan pemerintah, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
kecenderungan mahasiswa memilih profesi akuntan forensik, profesi akuntan
publik dan profesi akuntan pemerintah dalam kondisi self esteem yang tinggi,
semakin tinggi pula kecenderungan mahasiswa yang memilih profesi sebagai
akuntan perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan nilai B yang positif dengan
mahasiswa yang profesi akuntan pendidik, maka dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi mahasiswa memilih profesi akuntan perusahaan dalam kondisi self esteem
tinggi, semakin tinggi pula mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan
pendidik. Hasil pengujian menunjukkan nilai exp (B) ) profesi akuntan forensik
sebesar 0,926, profesi akuntan publik sebesar 0,973, profesi akuntan pemerintah
sebesar 0,979, profesi akuntan pendidik sebesar 1,005. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa dalam kondisi self esteem tinggi, probabilitas kecenderungan mahasiswa
yang memilih profesi akuntan forensik sebesar 0,926 kali lipat, profesi akuntan
publik sebesar 0,973kali lipat, profesi akuntan pemerintah sebesar 0,979kali lipat,
profesi akuntan pendidik sebesar 1,005 kali lipat dibandingkan dengan mahasiswa
yang memilih profesi sebagai akuntan perusahaan.
Pengujian parameter estimates pada kelompok 5 dengan profesi akuntan
pendidik sebagai referensi kategori menujukkan nilai B yang negatif dengan
mahasiswa yang memilih profesi akuntan forensik, profesi akuntan publik, profesi
44
akuntan pemerintah, profesi akuntan perusahaan, maka dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi kecenderungan mahasiswa yang memilih profesi akuntan forensik,
profesi akuntan publik, profesi akuntan pemerintah, profesi akuntan perusahaan
dalam kondisi self esteem yang tinggi, semakin tinggi pula kecenderungan
mahasiswa memilih profesi sebagai akuntan pendidik. Hasil pengujian
menunjukkan nilai exp (B) profesi akuntan forensik sebesar 0,922, profesi akuntan
publiksebesar 0,968, profesi akuntan pemerintah sebesar 0,974, profesi akuntan
perusahaan sebesar 0,995. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam kondisi self
esteem tinggi, probabilitas kecenderungan mahasiswa memilih profesi akuntan
forensik sebesar 0,922 kali lipat, profesi akuntan publiksebesar 0,968kali lipat,
profesi akuntan pemerintah sebesar 0,974kali lipat, profesi akuntan perusahaan
sebesar 0,995kali lipat dibandingkan dengan mahasiswa yang memilih profesi
sebagai akuntan pendidik.
4.6 Pembahasan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa self esteem mahasiswa yang
memilih profesi sebagai akuntan pendidik lebih tinggi dibandingkan self esteem
mahasiswa yang memilih profesi akuntan lainnya. Mahasiswa memiliki beberapa
faktor yang memungkinkan dalam memilih profesi sebagai akuntan pendidik yang
dapat menaikkan prestise dirinya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Widyasari
(2010) yang meneliti mahasiswa Universitas Diponegoro dan UNIKA
Soegijapranata pada tahun 2010 menyebutkan mahasiswa Universitas Diponegoro
dan UNIKA Soegijapranata memiliki persepsi bahwa profesi akuntan pendidik bisa
melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi dan mendapatkan gelar sampai
tertinggi seperti profesor, dengan memperoleh gelar tertinggi akan merasa dihargai
45
oleh orang lain. Maslow mengatakan bahwa individu membutuhkan akan
penghargaan dan status, serta juga profesi akuntan pendidik keamanan kerja lebih
terjamin dimungkinkan jauh dari PHK dan tunjangan hari tua sehingga mahasiswa
beranggapan bahwa memilih profesi sebagai akuntan pendidik lebih aman
dibandingkan dengan profesi akuntan lainnya. Dilihat dari budaya bengkulu,
masyarakat bengkulu bangga jika bekerja sebagai pegawai negri, menjadi pegawai
negeri sipil memberikan kebanggaan tersendiri bagi mereka.
Self esteem mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan perusahaan
merupakan yang tertinggi kedua. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan alasan
mahasiswa termotivasi memilih profesi sebagai akuntan perusahaan seperti yang
disebutkan dalam penelitian Pasaribu (2013) bahwa profesi akuntan perusahaan
memberikan gaji awal yang tinggi serta kenaikan gaji yang lebih cepat . Demikian
mahasiswa beranggapan bahwa dengan bekerja sebagai akuntan perusahaan maka
kebutuhan dasar akan dapat terpenuhi sesegera mungkin.
Mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan pemerintah merupakan
profesi dengan self esteem mahasiswa tertinggi ketiga. Hal yang mungkin menjadi
pertimbangan mahasiswa dalam memilih profesi sebagi akuntan pemerintah sama
halnya dengan mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan pendidik seperti
penelitian yang dilakukan oleh Sylviana (2013) yang meneliti mahasiswa akuntansi
Universitas Semarang menyebutkan bahwa mahasiswa beranggapan bekerja
sebagai akuntan pemerintah dana pensiun, sehingga mahasiswa tidak merasa
khawatir dengan kehidupan dimasa tua ketika sudah tidak bekerja lagi selain itu
penelitian Widyasari (2010) menyebutkan bahwa profesi akuntan pemerintah
memberikan kesempatan untuk bekerja dengan ahli dibidang lainnya, dengan
46
demikian bekerja sebagai akuntan pemerintah bisa menjadi tempat aktualisasi diri,
individu dapat menunjukkan kemampuan, keahlian, dan potensi yang dimilikinya.
Pada urutan keempat profesi akuntan yang dipilih oleh mahasiswa pada
kondisi self esteem tinggi adalah akuntan publik. Penyebab yang mungkin menjadi
pertimbangan oleh mahasiswa adalah anggapan mahasiswa itu sendiri tentang
akuntan publik, Fauziah (2008) mengatakan dalam penelitiannya pada mahasiswa
Universitas Brawijaya bahwa mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan
publik beranggapan profesi akuntan publik merupakan profesi yang bergengsi
tinggi, pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan publik sering berhadapan dengan
berbagai macam jenis klien dan melakukan pertemuan dengan klien diluar kantor
sehingga memberikan kebanggaan tersendiri, selain itu Pasaribu (2013)
mengatakan profesi akuntan publik memberikan kesempatan untuk berkembang
ketimbang dengan profesi akuntan lainnya.
Self esteem mahasiswa yang terendah adalah self esteem mahasiswa yang
memilih profesi sebagai akuntan forensik. Penyebab yang mungkin adalah
pengetahuan mahasiswa S1 akuntansi di Universitas Bengkulu tentang profesi
akuntan forensik yang minim, mengingat bahwa mata kuliah yang diberikan
merupakan mata kuliah pilihan, sehingga banyak mahasiswa yang lebih memilih
mata kuliah lain sesuai dengan peminatannya, selain itu profesi akuntan forensik
dalam menyelesaikan pekerjaannya tidak hanya membutuhkan pengetahuan ilmu
akuntansi saja, tapi juga membutuhkan pengetahuan ilmu hukum secara luas.
BAB V
PENUTUP
47
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa self esteem
berpengaruh terhadap profesi akuntan yang dipilih oleh mahasiswa S1 reguler di
Universitas Bengkulu. Dalam kondisi self esteem tinggi pada mahasiswa S1
Akuntansi di Universitas Bengkulu, mahasiswa memilih profesi sebagai akuntan
pendidik sebagai pilihan utama dengan nilai rata-rata self esteem tertinggi. Self
esteem mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan perusahaan merupakan
yang tertinggi kedua. Mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan pemerintah
merupakan profesi dengan self esteem mahasiswa tertinggi ketiga. Pada urutan
keempat profesi akuntan yang dipilih oleh mahasiswa pada kondisi self esteem
tinggi adalah akuntan publik. Self esteem mahasiswa yang terendah adalah self
esteem mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan forensik.
Ditinjau dari self esteemyang dimiliki mahasiswa S1 akuntansi yang
memilih profesi sebagai akuntan forensik memiliki perbedaan yang signifikan
dengan mahasiswa yang memilih profesi sebagai akuntan publik, akuntan
pemerintah, akuntan perusahaan dan tidak signifikan dengan mahasiswa yang
memilih profesi sebagai akuntan pendidik, serta mahasiswa yang memilih profesi
sebagai akuntan publik, akuntan pemerintah, akuntan perusahaan, serta akuntan
pendidik tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Dari hasil pengujian parameter
estimates menunjukkan bahwa dalam kondisi self esteem yang tinggi pada
mahasiswa, semakin tinggi kecenderungan mahasiswa memilih profesi sebagai
akuntan forensik, akuntan publik, akuntan pemerintah dan akun perusahaan
semakin tinggi pula kecenderungan mahasiswa memilih profesi sebagai akuntan
pendidik
48
5.2 Implikasi Penelitian
Dari hasil penelitian, untuk meningkatkan self esteem mahasiswa S1
Akuntansi reguler di Universitas Bengkulu dapat dilakukan dengan membuat
kurikulum pendidikan tidak hanya teori saja, akan tetapi juga melakukan praktik
dilapangan secara langsung, seperti praktik audit disuatu perusahaan yang bekerja
sama dengan pihak Universitas Bengkulu, sehingga mahasiswa mendapat
pengalaman, dan kemampuan lebih dibandingkan dengan hanya belajar teori serta
mendapat keyakinan diri setelah lulus. Selain itu dapat juga menambah peminatan
yang ada seperti membuka peminatan akuntansi forensik.
5.3 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data yang hanya
menggambarkan pengetahuan sekilas mahasiswa terhadap profesi akuntan yang
dipilih, data yang diperoleh tidak dapat menggambarkan bahwa mahasiswa yang
menjadi responden benar-benar memahami profesi akuntan yang diinginkan.
5.4 Saran
Adapun saran yang diberikan untuk penelitian berikutnya dengan topik
yang sama adalah sebagai berikut :
1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan pertanyaan tertutup
dan pertanyaan terbuka serta data wawancara sebagai instrumen penelitian,
agar penelitian yang lebih lengkapdan pengaruh bias tidak dapat diukur.
2. Menggunakan responden dari seluruh universitas yang ada di Bengkulu baik
negeri maupun swasta agar hasil penelitian dapat digenaralisasikan secara
luas.
49
DAFTAR PUSTAKA
Adilia, Muharnia Dewi. 2010. “Hubungan Self Esteem Dengan Optimisme Meraih
Kesuksesan Karir Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta”.Skripsi Tidak Dipublikasikan. UIN Syarif
Hidayahtullah. Jakarta.
50
Ahmadi, Dadi. 2011. “Pemaknaan Hakikat diri Akuntan Publik”. Mimbar, Vol.
XXVII, No. 2 (Desember 2011): 167-172.
Chirdiansyah, Yoesdhita Agisio.2008. “Perbedaan Persepsi, Motivasi, dan Minat
Mahasiswa Akuntansi Universitas Brawijaya Atas PemilihanBidang Kerja
Setelah Menjadi Sarjana Akuntansi”. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Universitas Brawijaya.
Donald, G. Gardner, Linn Van Dyne, & Jon L. Pierce. 2004. “The Effect of Pay
Level on Organization-Based Self Esteem& Performance: A Fild Study”.
Journal of Occupational and Organizational Psycology, Vol. 77, pp. 307-
322.
Davis, Keith, John W. Newstrom. 1985. “Human Behavior At Work:
Organizational Behavior. Seventh Edition. Alih Bahasa: Agus Dharma,
S.H., M.Ed. Jakarta: Erlangga.
Fauziah, Meylina Winda. 2008. “Analisi Pandangan Mahasiswa Akuntansi Tentang
Faktor-faktor yang Mempengaruhi dalam Pemilihan Karir Sebagai Akuntan
Publik dan Non Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi
S1 Universitas Brawijaya)”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas
Brawijaya.
Gitosudarmo, Indriyo, I Nyoman Sudita. 1997. “Perilaku Keorganisasian, Edisi
Pertama”. Yogkarta : BPFE.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. “Bersiap Diri Menyambut Pasar Tunggal
ASEAN”.
http://www.iaiglobal.or.id/v02/berita/detail.php?catid&id=617/diakses
pada 20 Mei 2015.
Kreitner, Robert and Angelo Kinicki. 2003. “Perilaku Organisasi, Edisi Pertama”.
Jakarta : Salemba Empat.
Nadlari. Jauhari T.M. 2015. “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor
Yang Membedakan Pemilihan Karir”. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Universitas Pendidikan Ganesha. Singaraja
Weygant, Jerry J, Donald E. Kieso, Paul D. Kimmel. 2011. “Finacial Accounting :
IFRS Edition”. Hoboken : John Wiley & son, inc.
Mulyadi. 2002.”Auditing”. Edisi Enam. Jakarta: Salemba Empat.
Minchinton, J. 1993. “Maximum Self EsteeM : The Hand Book for Reclaiming Your
Sense of self Worth”. Kuala Lumpur : Golden Books Center Sdn, Bhd.
51
Oktavia, Melani. 2005. “Analisis Faktor-Faktor Yang Memotivasi Pemilihan Karir Bagi
Mahasiswa Akuntansi”. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Universitas
Widyatama. Bandung.
Pasaribu, Hiras & Indra Kusumawardhani. 2013. “Analisis Perbedaan Persepsi
Akuntansi Yang Mempengaruhi Pilihan Karir”. Jurnal Akuntansi, Vol. 2,
No. 1 Oktober 2013:18-35.
Purjono.2012.Peranan Audit Forensikdalam Pemberantasan Korupsi di
Lingkungan Instansi Pemerintah “Suatu Tinjauan Teoritis”. Widyaiswara
Pusdiklar Bea dan Cukai.http://www.bppk.depkeu.go.id (diakses 21
september 2015).
Republik Indonesia. 2011. Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 : Tentang Akuntan
Publik.
Republik Indonesia. 2005. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 26 Ayat 2 : Tentang
Guru Dan Dosen
Regar, Moenaf. H. 1993. Mengenal Profesi Akuntan dan Memahami Laporannya. Bumi
Aksara : Jakarta
Soemarso, S. R . 2004. “Akuntansi Suatu Pengantar”. Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat.
Setiyani, Rediana. 2005. “Faktor-Faktor Yang Membedakan Mahasiswa Akuntansi
Dalam Memilih Profesi Sebagai Akuntan Publik dan Non Akuntan Publik.
(Studi empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Perguruan Tinggi Negri di Pulau
Jawa)”.Tesis, Program Studi Magister Sains UNDIP.
Sijabat, Jadongan. 2004. “Perbedaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dalam
Pemilihan Profesi Akuntan Publik dan Non Akuntan Publik”. Tesis Tidak
Dipublikasikan. Universitas Dipenogoro. Semarang.
Steinberg, L. 2002. “Adolescence, Fith Edition. New York : Mc. Graw-Hill Colage
.
Sylviana, Netty, Nina Ernawati, Ardiani Ika Sulistyawati. 2013. “Persepsi
Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemilihan Karir”. Jurnal Dinamika Akuntansi. Vol 5, No 2, September
2013.
Tuanakotta, Theodorus M.2010. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif. Jakarta:
Salemba Empat.
Widyasari, Yuanita. 2010. “Persepsi Mahasiswa Akuntansi Mengenai Faktor-Faktor Yang
Membedakan Pemilihan Karir”. Skripsi Tidak Dipublikasikan, Universitas
Diponegoro. Semarang.
Wiratmaja, I Dewa Nyoman. 2010. “Akuntansi Forensik Dalam Upaya
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”. (online). Karya Ilmiah yang Tidak
Dipublikasikan, Universitas Udayana.Vol. 5, No. 2
52
Yovita, Fanny. 2008. “Pengaruh Self Esteem dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Individual Pada Karyawan PT. Raja Besi. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Universitas Katolik Soegijapranata. Semarang.
top related