pengaruh tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak serta perubahan
Post on 17-Jan-2017
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN, PEMERIKSAAN PAJAK
SERTA PERUBAHAN PENGHASILAN KENA PAJAK TERHADAP
PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB
PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA SURAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk
Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
ICHWANUL KAMILA
NIM. F0306099
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRAK
PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN, PEMERIKSAAN PAJAK
SERTA PERUBAHAN PENGHASILAN KENA PAJAK TERHADAP
PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA
KPP PRATAMA SURAKARTA
OLEH:
ICHWANUL KAMILA
NIM. F 0306099
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat
kepatuhan, pemeriksaan pajak, serta perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP
Pratama Surakarta dengan jumlah sampel penelitian 310 Wajib Pajak Orang
Pribadi yang diperoleh dengan purposive sampling selama periode Maret-April
2009. Untuk tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan alat analisis regresi
berganda dengan bantuan software komputer untuk statistik SPSS versi 16.0.
Pengujian dan analisis data yang dilakukan meliputi uji asumsi klasik
terdiri dari normalitas data, autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas
serta pengujian hipotesis. Analisis data menunjukkan bahwa asumsi klasik untuk
model regresi yang digunakan terpenuhi dan menunjukkan bahwa kepatuhan
Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan pajak
penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi, begitu pula untuk pemeriksaan pajak dan
perubahan Penghasilan Kena Pajak berpengaruh terhadap peningkatan
penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Hasil ini
mengindikasikan bahwa seluruh hiptesis penelitian diterima atau didukung.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang dapat berpengaruh pada hasil
penelitian. Penelitian ini hanya dilakukan pada Wajib Pajak Orang Pribadi
sehingga tidak dapat diperbandingkan dengan Wajib Pajak Badan. Selain itu,
penelitian ini hanya menggunakan periode pengambilan sampel satu bulan
sebelum dan sesudah batas penyampaian Surat Pemberitahuan pajak tahunan serta
hanya menggunakan empat variabel penelitian.
Key words: Tingkat kepatuhan, Perubahan Penghasilan Kena Pajak,
Pemeriksaan pajak, Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi,
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Twenty years from now, you will be more disappointed by
the things you did not do than by the things you did do. So,
throw off the bowlines, Sail away from the safe harbour,
Catch the trade winds in your sails.
Explore, Dream, Discover
(Mark Twain)
Hiduplah sedemikian rupa seolah-olah akan mati besok.
Belajarlah seolah-olah kau hidup selamanya
(Mahatma Gandhi)
Keberhasilan susungguhnya adalah mengatasi rasa takut
akan ketidak-berhasilan
(Paul Sweeny)
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini ku persembahkan
untuk:
1. Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan nikmat Nya.
2. Papa dan Mamaku tersayang atas
segala doa, pengorbanan, cinta
dan kasih sayangnya, tanpa kalian
aku bukanlah apa-apa di dunia
ini.
3. Kakakku tersayang atas segala
dukungan dan motivasinya untukku.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
4. Wangsit Nugrohomakasih untuk
tiap waktu yang kita lewati
bersama hingga detik ini.
5. Almamaterku tercinta Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas
Maret.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi Rabbilalamin Puji syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala kasih dan karunia yang dilimpahkan Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pengaruh Tingkat Kepatuhan,
Pemeriksaan Pajak, Perubahan Penghasilan Kena Pajak serta Perubahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak
Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama Surakarta.
Skripsi ini disusun guna memenuhi tugas dan persyaratan dalam meraih
gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya doa, bantuan,
dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
2. Drs. Jaka Winarna, MSi, Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Dra. Evi Gantyowati, MSi, Ak. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Sri Suranta, SE, MSi, Ak. selaku pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktunya dengan sabar guna memberikan bimbingan dan saran
yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi ini.
5. Dra. Muthmainah, MSi, Ak. selaku pembimbing akademik.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta atas pelayanan yang telah diberikan.
7. Papa, mama dan kakakku tersayang yang selalu memberikan doa, dukungan,
dan motivasi dalam hidupku.
8. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya pembaca yang membutuhkan informasi yang berkaitan dengan skripsi
ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Surakarta, Agustus 2010
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....... i
ABSTRAK ..... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI . iv
HALAMAN MOTO ...... v
PERSEMBAHAN .. vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ...... ix
DAFTAR TABEL . xii
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB I PENDAHULUAN ....... 1
A. Latar Belakang Masalah ...... 1
B. Perumusan Masalah .... 6
C. Tujuan Penelitian .... 7
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
D. Manfaat Penelitian ...... 7
E. Sistematika Penulisan . 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 10
A. Pengertian Pajak ........ 10
B. Tin
gkat Kepatuhan 13
C. Pemeriksaan Pajak 16
D. Penghasilan Kena Pajak (PhKP) ... 20
E. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) .... 21
F. Penerimaan Pajak .. 23
G. Penelitian Terdahulu . 24
H. Kerangka Teoritis . 25
I. Hip
otesis ... 26
BAB III METODA PENELITIAN ... 30
A. Desain Penelitian .. 30
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .. 30
C. Data dan Sumber Data . 32
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 33
E. Metode Analisis Data .... 36
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Hasil Pengumpulan Data .... 43
B. Analisis Deskriptif . 43
C. Pengujian Asumsi Klasik ... 46
D. Pengujian Hipotesis .... 50
E. Pembahasan Hasil Penelitian . 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58
A. Kesimpulan .... 58
B. Keterbatasan Penelitian .. 69
C. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA .. 62
LAMPIRAN .... 64
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel IV. 1 Hasil Uji Statistik
Deskriptif41
2. Tabel IV.2 Hasil Uji Normalitas
Data.43
3. Tabel IV.3 Hasil Uji Normalitas Data
Setelah Outlier....44
4. Tabel IV.4 Hasil Uji
Multikolinieritas.45
5. Tabel IV.5 Hasil Uji
Autokorelasi...46
6. Tabel IV.6 Hasil Uji
Heterokedastisitas..46
7. Tabel IV.7 Hasil Analisis Regresi
Ganda47
8. Tabel IV. 8 Hasil Uji
F.49
9. Tabel IV. 9 Hasil Uji
t..50
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran....26
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berpedoman pada APBN, pemerintah memenuhi kebutuhan dana dengan
mengandalkan dua sumber pokok, yaitu sumber dana luar negeri dan sumber dana
dalam negeri. Sumber dana luar negeri misalnya pinjaman luar negeri dan hibah
(grant), sedangkan sumber dana dalam negeri misalnya penjualan migas dan non
migas serta pajak. Untuk menjadi bangsa yang mandiri, pemerintah terus
mengoptimalkan sumber dana dalam negeri.
Perkembangan pajak merupakan komponen utama penerimaan dalam
negeri. Hal ini nampak dari terus meningkatnya proporsi penerimaan pajak
terhadap total APBN. Pajak memberikan kontribusi sebesar 80 persen dari seluruh
penerimaan negara. Langkah pemerintah untuk meningkatkan penerimaan dari
sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi perpajakan secara
menyeluruh pada tahun 1983, dan sejak saat itulah, Indonesia menganut sistem
self assesment. Penerapan self assesment system akan efektif apabila kondisi
kepatuhan sukarela (voluntary compliance) pada masyarakat telah terbentuk
(Darmayanti, 2004). Kenyataan yang ada di Indonesia menunjukkan tingkat
kepatuhan masih rendah, hal ini bisa dilihat dari belum optimalnya penerimaan
pajak yang tercermin perbandingan tax ratio di Negara Asia tahun 2002 yaitu
sebesar 13% (Nasucha, 2004:6).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dalam official assessment system tanggung jawab pemungutan terletak
sepenuhnya pada penguasa pemerintah, sedangkan dalam self assessment system
Wajib Pajak diberi kepercayaan penuh untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar atau menyetor dan melaporkan besarnya pajak yang terhutang sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan. Nampak jelas disini bahwa dalam self assessment system Wajib Pajak
lebih dipandang sebagai subjek bukan sebagai objek pajak.
Sebagai konsekuensi dari perubahan ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
berkewajiban untuk melakukan pelayanan, pengawasan, pembinaan, dan
penerapan sanksi pajak. Untuk mewujudkan self assessment system dituntut
kepatuhan Wajib Pajak itu sendiri. Kenyataannya belum semua potensi pajak
yang ada dapat digali, sebab masih banyak Wajib Pajak yang belum memiliki
kesadaran akan betapa pentingnya pemenuhan kewajiban perpajakan baik bagi
negara maupun bagi mereka sendiri sebagai warga negara yang baik. Dalam
kondisi tersebut keberadaan self assessment system memungkinkan Wajib Pajak
untuk melakukan kecurangan pajak. Tanpa adanya penelitian dan pemeriksaan
pajak serta tidak adanya ketegasan dari instansi pajak, maka ketidakpatuhan
Wajib Pajak tersebut dapat berkembang sedemikian rupa sehingga bisa mencapai
suatu tingkat dimana sistem perpajakan akan menjadi lumpuh.
Untuk menjaga agar Wajib Pajak tetap berada dalam koridor peraturan
perpajakan, maka diantisipasi dengan melakukan pemeriksaan terhadap Wajib
Pajak yang memenuhi kriteria untuk diperiksa. Sebagaimana telah diatur dalam
salah satu ketentuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
direvisi oleh Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 dan direvisi kembali oleh
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, yaitu dalam Pasal 29 ayat (1) bahwa Direktur Jenderal Pajak
berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dan
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan. Penelitian Salip dan Wato (2006) menyimpulkan bahwa
dengan pemeriksaan pajak akan mendorong timbulnya kepatuhan Wajib Pajak,
sehingga akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak yang pada akhirnya pajak yang dibayarkan Wajib Pajak akan
masuk dalam kas negara.
Bagi Kantor Pelayanan Pajak, penerimaan pajak apapun jenisnya baik itu
Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, dan jenis pajak lainnya yang
diterima sangat tergantung pada tingkat kepatuhan Wajib Pajak baik dalam
melaporkan dan melunasi pajaknya. Dengan demikian, pemeriksaan pajak
merupakan pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap mematuhi kewajibannya. Dari
sekian banyak jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan (PPh) merupakan harapan
pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik dari jumlah penerimaan
maupun dari segi Wajib Pajak yang membayarnya.
Untuk mencapai target pajak, perlu ditumbuhkan terus-menerus kesadaran
dan kepatuhan masyarakat Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban pajak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Mengingat kesadaran dan kepatuhan Wajib Pajak
merupakan faktor penting bagi peningkatan penerimaan pajak, maka perlu secara
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
intensif dikaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak,
khususnya Wajib Pajak Orang Pribadi.
Penelitian mengenai kepatuhan pajak sudah dilakukan oleh beberapa
dengan menggunakan kerangka model Theory of Planned Behavior (TPB) untuk
menjelaskan perilaku kepatuhan pajak Wajib Pajak Orang Pribadi (Bobek, 2003).
Model TPB yang digunakan dalam penelitian memberikan penjelasan yang
signifikan, bahwa perilaku tidak patuh (noncompliance) Wajib Pajak sangat
dipengaruhi oleh variabel sikap, norma subyektif, dan kontrol keperilakuan yang
dipersepsikan. Bradley (1994) dan Siahaan (2005) melakukan penelitian
kepatuhan Wajib Pajak Badan dengan responden tax professional. Penelitian
keduanya bukan merupakan penelitian perilaku. Tax professional adalah orang
profesional di perusahaan yang ahli di bidang perpajakan. Oleh karena itu, untuk
menjelaskan perilaku Wajib Pajak Badan yang dalam hal ini diwakili oleh tax
professional perlu menggunakan teori perilaku individu dan perilaku organisasi.
Sementara itu, Salip dan Wato (2006) menguji pengaruh pemeriksaan
pajak terhadap peneriman negara dengan bukti empiris bahwa pemeriksaan pajak
yang dilakukakan oleh Kantor Pelayanan Pajak berpengaruh positif terhadap
penerimaan negara. Dengan adanya pemeriksaan pajak dapat meningkatkan
penerimaan negara dari sektor pajak. Suryadi (2006) menguji hubungan kausal
kesadaran, pelayanan, kepatuhan Wajib Pajak dan pengaruhnya terhadap kinerja
penerimaan pajak dengan bukti empiris bahwa kesadaran, pelayanan dan
kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh terhadap kinerja penerimaan pajak.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Agusti dan Herawaty (2009) menguji pengaruh tingkat kepatuhan Wajib
Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh
pemeriksaan pajak. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh tingkat
kepatuhan Wajib Pajak Badan terhadap peningkatan penerimaan pajak yang
dimoderasi oleh pemeriksaan pajak. Sampel penelitian yaitu Wajib Pajak Badan
pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Grogol Petamburan.
Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian terdahulu Agusti dan
Herawaty (2009) dengan perbedaan pada variabel penelitian dan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini. Agusti dan Herawaty (2009) menggunakan satu
variabel independen berupa tingkat kepatuhan guna mengetahui peningkatan
penerimaan pajak dengan pemerikasaan pajak sebagai variable moderating,
sementara itu penelitian ini menggunakan tiga variabel independen yang terdiri
dari tingkat kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan pajak dan perubahan
Penghasilan Kena Pajak. Selain variabel penelitian, perbedaan penelitian ini
dengan penelitian Agusti dan Herawaty (2009) adalah sampel penelitian
sebelumnya menggunakan sampel Wajib Pajak Badan, sedangkan penelitian ini
menggunakan sampel Wajib Pajak Orang Pribadi.
Dengan melihat fenomena tersebut, maka penulis terdorong untuk menguji
dengan daerah dan populasi yang berbeda terhadap pengaruh tingkat kepatuhan,
pemeriksaan pajak, serta perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap peningkatan
penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi dengan judul penelitian
PENGARUH TINGKAT KEPATUHAN, PEMERIKSAAN PAJAK,
SERTA PERUBAHAN PENGHASILAN KENA PAJAK TERHADAP
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK
ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA SURAKARTA.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah seperti berikut ini.
1. Apakah terdapat pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surakarta?
2. Apakah terdapat pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan
penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta?
3. Apakah terdapat pengaruh perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap
peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah apa yang ingin dicapai dengan penelitian
tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan seperti berikut ini.
1. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh tingkat kepatuhan Wajib
Orang Pribadi terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Surakarta.
2. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh tingkat pemeriksaan
pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Pratama Surakarta.
3. Untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh perubahan Penghasilan
Kena Pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
Seorang peneliti memiliki tujuan untuk mendapatkan manfaat yang
terwujud dari penelitiannya tersebut baik bagi diri sendiri pada khususnya maupun
orang lain pada umumnya. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah seperti
berikut ini.
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Surakarta
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Kantor
Pelayanan Pajak Pratama dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib
Pajak Orang Pribadi khususnya dan Wajib Pajak lainnya dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya untuk meningkatkan penerimaan negara dari
sektor pajak.
2. Bagi Masyarakat Umum
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai satu alat atau media dalam
memahami perpajakan di Indonesia terutama manfaat pajak sebagai salah
satu sumber penerimaan negara untuk pendanaan pembangunan nasional.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
3. Bagi Penelitian berikutnya
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dan landasan penelitian
untuk penelitian berikutnya terutama penelitian terkait perpajakan di
Indonesia.
E. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini dipaparkan dengan sistematika sebagai berikut ini.
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tinjauan pustaka yang memberi penjelasan
terkait tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, perubahan
Penghasilan Kena Pajak serta penerimaan pajak penghasilan orang
pribadi. Bab ini juga menguraikan review atas hasil penelitan
terdahulu yang terkait dengan kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan,
Penghasilan Kena Pajak serta penerimaan pajak dan kemudian
penentuan hipotesis serta kerangka pikir penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan ruang lingkup penelitian, populasi dan
pemilihan sampel, pengumpulan data dan pengukuran variabel, dan
prosedur analisis yang terdiri atas analisis regresi berganda beserta
kriteria pengambilan simpulan atas pengujian yang dilakukan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB IV : ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai hasil pemilihan sampel, hasil
pengambilan data, deskripsi data penelitian, hasil analisis data
penelitian, hasil pengujian hipotesis, dan interpretasi data serta
pembahasan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis.
BAB V : PENUTUP
Bab ini menguraikan kesimpulan hasil penelitian, keterbatasan
penelitian, dan saran serta implikasi hasil penelitian baik bagi
pihak yang terkait dengan penelitian.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pajak
Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang utama. Semakin hari
peranan penerimaan pajak bagi pembiayaan pengeluaran umum/negara
semakin besar. Beberapa ahli memberikan batasan mengenai pengertian pajak,
diantaranya dikemukakan Suandy (2002: 2) bahwa pajak adalah peralihan
kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran
rutin dan surplus nya digunakan untuk public saving yang merupakan
sumber utama untuk membiayai public investment. Sementara itu, Waluyo
(2006) mengutip definisi pajak yang dikemukan oleh Seligman bahwa:
Tax is compulsary contribution from the person, to the government to
depray the expenses incurred in the common interest of all, without
reference to special benefit conferred.
Smeets dalam buku De Economische Betekenis Belastingen yang
diterjemahkan oleh Waluyo (2006: 2) pajak adalah prestasi kepada pemerintah
yang terutang melalui norma umum dan yang dapat dipaksakannya tanpa
adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual
dimaksudkan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Menurut Andriani yang dikutip Brotodiharjo (2006) mendefinisikan
pajak sebagai berikut:
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan
pemerintahan.
Atas dasar beberapa pengertian pajak di atas, maka dapat diketahui ciri-
ciri yang melekat pada pengertian pajak sebagai berikut ini.
1. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya
yang sifatnya dapat dipaksakan.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukkannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment.
5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.
Selain itu menurut Suandy (2002), pajak memiliki beberapa fungsi
seperti berikut ini.
1. Fungsi financial, yaitu memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas
negara, dengan tujuan untuk mebiayai pengeluaran-pengeluaran negara.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2. Fungsi mengatur, yaitu pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur
masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan
tertentu.
3. Fungsi menanggung inflasi.
4. Fungsi sebagai retribusi pendapatan.
Terkait dengan pemungutan pajak, Waluyo (2006) membagi 3 sistem
pemungutan pajak menjadi seperti berikut ini.
1. Official Assessment System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang.
2. Self Assessment System
Sistem ini merupakan pemungutan pajak yang memberi wewenang,
kepercayaan, tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang
harus dibayar.
3. Withholding System
Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pengertian Wajib Pajak
adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban
perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu. Dengan
demikian Wajib Pajak dibedakan menjadi berikut ini.
1. Wajib Pajak Orang Pribadi baik usahawan maupun non-usahawan.
2. Wajib Pajak Badan, yang meliputi perseroan terbatas (PT), perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi,
dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi sosial politik
atau orang yang sejenis, lembaga, badan usaha tetap dan banyak badan
lainnya.
3. Pemungut atau pemotong pajak yang ditunjuk oleh pemerintah misalnya
bendaharawan pemerintah atau Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
(KPKN).
B. Tingkat Kepatuhan
Kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dengan aturan yang telah ditetapkan.
Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara perilaku individu
kelompok dan organisasi (Gibson et al., dalam Suranto, 2001). Motivasi yang
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dimiliki seseorang sangat terpengaruh oleh faktor lingkungannya, baik internal
maupun eksternal.
Sistem pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia saat ini menuntut
Wajib Pajak untuk turut aktif dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.
Sistem pemungutan yang berlaku adalah self assesment system, dimana Wajib
Pajak bertanggung jawab menetapkan sendiri kewajiban perpajakannya dan
kemudian secara akurat dan tepat waktu membayar serta melaporkan pajaknya
tersebut. Oleh karena itu, kesadaran dan kepatuhan subjek pajak sangat
diperlukan guna meningkatkan penerimaan penerimaan pajak (Suryadi, 2006).
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
235/KMK.03/2003 tanggal 3 Juni 2003, Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai
Wajib Pajak patuh bila memenuhi kriteria :
1. Kriteria Umum
a) Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan
dalam 2 (dua) tahun terakhir.
b) Dalam tahun terakhr, penyampaian SPT masa yag terlambat tidak lebih
dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut.
c) SPT masa yang terlambat sebagaimana yang dimaksudkan dalam poin
a dan b telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian
SPT masa-masa pajak berikutnya.
d) Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semu jenis pajak :
i. Kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda
pembayaran pajak
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
ii. Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang
diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir.
e) Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana
dibidang perpajakan. Yang termasuk sebagai tindak pidana dibidang
perpajakan adalah tindak pidana yang sesuai dengan pasal 39 Undang-
undang KUP yaitu :
i. Tidak mendaftarkan diri atau menyalahgunakan atau
menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak
ii. Tidak menyampaikan SPT
iii. Menyampaikan SPT dan atau keterangan yang isinya tidak benar
atau tidak lengkap
iv. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan
v. Memperlihatkan pembukuan atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan pada saat pemeriksaan
vi. Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan catatan atau dokumen lainnya untuk
kepentingan pemeriksaan
vii. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
2. Kriteria Khusus
a) Bagi Wajib Pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit dalam 2
(dua) tahun terakhir
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
i. Menyelenggarakan pembukuan sesuai ketentuan pasal 28 UU No.
6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan
yang terakhir kali diubah dnegan UU No. 16 Tahun 2000
ii. Apabila pernah dilakukan pemeriksaan koreksi fiscal yang
dilakukan pemeriksaan pajak untuk setiap jenis pajak yang terutang
tidak lebih dari 10%
b) Bagi Wajib Pajak yang laporan keuangannya diaudit
i. Laporan keuangan yang diaudit oleh akuntan public atau badan
pengawasan keuangan harus dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian
tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiscal
ii. Laporan keuangan yang diaudit harus memenuhi syarat :
a) Disusun dalam bentuk panjang (Long Term Report).
Menyajikan rincian tiap-tiap pos secara lengkap dan jelas
setidaknya ada uraian untuk masing-masing pos khususnya
untuk pos yang sifatnya material.
b) Menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiscal.
Dari sekian banyak jenis pajak yang ada, Pajak Penghasilan (PPh)
merupakan harapan pemerintah untuk setiap tahunnya bertambah besar, baik
dari jumlah penerimaan maupun dari segi Wajib Pajak yang membayarnya.
Pajak Penghasilan merupakan jenis pajak subjektif yang kewajiban pajaknya
melekat pada subjek pajak yang bersangkutan, artinya kewajiban pajak
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
tersebut dimaksudkan untuk tidak dilimpahkan kepada subjek pajak lainnya.
Pajak Penghasilan dikenakan terhadap subjek pajak berkenaan dengan
penghasilan yang diterimanya atau diperolehnya dalam tahun pajak. Alat yang
sering digunakan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak adalah ketepatan
waktu pelaporan SPT. Surat Pemberitahuan (SPT) merupakan dokumen yang
menjadi alat kerjasama antara Wajib Pajak dan administrasi pajak, yang
memuat data yang diperlukan untuk menetapkan secara tepat jumlah pajak
yang terutang. Pengertian SPT dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor
28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah
surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan
pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan atau ketentuan
perundang-undangan perpajakan.
Sesuai dengan prinsip self assesment system, Wajib Pajak harus
melaporkan pajak masa dan pajak tahunannya. SPT Masa adalah SPT untuk
suatu masa pajak, sedangkan SPT Tahunan merupakan SPT untuk suatu
Tahun Pajak atau bagian tahun pajak. Batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan (SPT) adalah seperti berikut ini.
1. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari
setelah akhir Masa Pajak.
2. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.
3. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan pajak penghasilan Wajib
Pajak Badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) tidak disampaikan dalam jangka
waktu yang telah ditetapkan, maka Wajib Pajak akan dikenai sanksi
administrasi berupa denda seperti berikut ini.
1. Denda sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
2. Denda sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan (SPT) lainnya.
3. Denda sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan.
4. Denda sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat
Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi.
Di dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan, terdapat informasi
mengenai jumlah PPh Terutang yang dapat menjadi dasar untuk mengetahui
besarnya peningkatan penerimaan pajak tiap tahunnya. Sehingga, semakin
patuh Wajib Pajak melaporkan SPT tahunannya, maka peningkatan
penerimaan pajak akan dapat direalisasikan (Agusti dan Herawaty, 2009).
C. Pemeriksaan Pajak
Sejalan dengan berlakunya self assessment system, peranan dan
kejujuran Wajib Pajak semakin mutlak diperlukan. Diberlakukannya sistem
ini, Wajib Pajak diharapkan dapat melaksanakan seluruh kewajiban
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
perpajakan dan melaporkannya dengan benar pada Kantor Pelayanan Pajak di
tempat Wajib Pajak terdaftar. Sebagai konsekuensinya, Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) dituntut untuk selalu melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap Wajib Pajak. Salah satu bentuk pengawasan tersebut adalah melalui
pemeriksaan. Sebagaimana telah diatur dalam salah satu ketentuan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagimana telah direvisi oleh Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2000 dan direvisi kembali oleh Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan yaitu dalam
pasal 29 ayat (1) bahwa Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Mengacu pada Pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan mengenai
pengertian pemeriksaan adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan tujuan dari
pemeriksaan yaitu menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dalam rangka memberikan kepastian hukum, keadilan dan pembinaan kepada
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Wajib Pajak serta tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak terdapat dua jenis
pemeriksaan yang dilakukan, yaitu seperti berikut ini.
1. Pemeriksaan Kantor adalah pemeriksaan yang dilakukan di Kantor
Direktorat Jenderal Pajak.
2. Pemeriksaan Lapangan adalah pemeriksaan yang dilakukan di tempat
kedudukan, tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, tempat tinggal
Wajib Pajak atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal
Pajak.
Prakteknya hampir semua sistem perpajakan di dunia mengatur
kemungkinan dapat dilakukan penelitian dan pemeriksaan laporan perpajakan
Wajib Pajak, yang nantinya akan dapat mengungkap seberapa besar
kekeliruan maupun penyimpangan yang ada. Namun, karena keterbatasan
sumber daya manusia atau tenaga pemeriksa di Direktorat Jenderal Pajak,
maka pemeriksaan tidak dapat dilakukan terhadap semua Wajib Pajak.
Pemeriksaan hanya dilakukan terhadap laporan perpajakan Wajib Pajak yang
memiliki kriteria tertentu. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
199/PMK.03/2007 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak, kriteria pemeriksaan
pajak untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak dilakukan dalam hal-hal sebagai berikut ini.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar,
termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan
pajak, pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis
pemeriksaan lapangan.
2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang menyatakan rugi, pemeriksaan
dengan kriteria ini telah dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan.
3. Tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan tetapi
melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Teguran,
pemeriksaan dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan
lapangan.
4. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran
atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya, pemeriksaan
dengan kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan.
5. Menyampaikan Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi
berdasarkan hasil analisis risiko (risk based selection) mengindikasi
adanya kewajiban perpajakan Wajib Pajak yang tidak dipenuhi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, pemeriksaan dengan
kriteria ini dilakukan dengan jenis pemeriksaan lapangan.
Menurut Salip dan Wato (2006) pemeriksaan pajak secara nominal
telah meningkatkan penerimaan pajak, namun peningkatan tersebut tidak
diikuti oleh peningkatan yang signifikan pada rata-rata rasio laba sebelum
pajak terhadap penjualan (EBT) dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan
rasio Pajak Penghasilan Badan terhadap penjualan. Penelitian yang dilakukan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Gunadi (2005) mengenai jumlah tambahan penerimaan pajak dari aktivitas
pemeriksaan pajak menunjukkan hasil yang meningkat yaitu 8%, 11%, dan
13% untuk tahun 2001 sampai 2003.
Tujuan akhir dari pemeriksaan di atas diharapkan dapat meningkatkan
kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga
akan berdampak pada peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan
Pajak yang pada akhirnya pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak akan
masuk dalam kas negara. Dengan demikian, pemeriksaan pajak merupakan
pagar penjaga agar Wajib Pajak tetap mematuhi kewajibannya.
D. Penghasilan Kena Pajak (PhKP)
Pemerintah sebagai regulator pajak senantiasa melakukan usaha untuk
dapat meningkatkan penerimaan pajak negara sebagai salah satu sumber
penerimaan negara. Salah satu upaya yang dilakukan memotivasi Wajib Pajak
Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dalam melakukan kewajiban
pajaknya. Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan memotivasi Wajib
Pajak untuk membayarkan pajak terutangnya tepat waktu.
Dasar perhitungan untuk menentukan besarnya Pajak Pernghasilan
yang terutang adalah Penghasilan Kena Pajak. Khusus untuk Wajib Pajak
Orang Pribadi, dalam mendapatkan Penghasilan Kena Pajak harus terlebih
dahulu Penghasilan Neto setelah Koreksi dikurangi dengan Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP). Untuk menghitung Pajak Penghasilan yang terutang yaitu
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dengan mengalikan Tarif Pajak dengan Penghasilan Kena Pajak. Tarif yang
digunakan dapat mengikuti antara lain:
1. Tarif umum yaitu tarif pajak yang ditunjukkan dalam Pasal 17 (lapisan
tarif) Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2. Tarif Khusus yaitu tarif pajak yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah biasanya ditunjukkan pada penghasilan tertentu
3. Tarif sesuai undang-undang yaitu selain tarif sesuai Pasal 17 Undang-
Undang PPh yang disebutkan dalam Pasal 23 Undang-Undang PPh
ditetapkan dengan tarif 15% juga tarif Pasal 26 Undang-Undang PPh
ditetapkan dengan tarif 20%.
Guna mewujudkan self assessment system, peranan dan kejujuran
Wajib Pajak semakin mutlak diperlukan. Wajib Pajak diharapkan dapat
melaksanakan seluruh kewajiban perpajakan dan melaporkannya dengan
benar pada Kantor Pelayanan Pajak di tempat Wajib Pajak terdaftar termasuk
Penghasilan Kena Pajak. Sehingga semakin besar nilai Penghasilan Kena
Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak maka akan membuat penerimaan
pajak meningkat.
E. Penerimaan Pajak
Peran pajak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Indonesia terus meningkat terhadap seluruh pendapatan negara. Dalam APBN
tahun anggaran 2002, target penerimaan yang berasal dari pajak untuk tahun
anggaran 2002 sampai dengan 2005 terus meningkat. Peningkatan penerimaan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pajak merupakan bentuk tanggungjawab sosial negara dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Langkah pemerintah untuk meningkatkan
penerimaan dari sektor perpajakan dimulai dengan melakukan reformasi
perpajakan secara menyeluruh pada tahun 1983 hingga saat ini, dan sejak saat
itulah, Indonesia menganut sistem self assesment. Hasil dari reformasi
perpajakan yang dilakukan menunjukkan peningkatan penerimaan pajak yang
signifikan setiap tahunnya. Pada awal reformasi perpajakan (tahun 1983),
peranan pajak bagi negara melalui kontribusi di APBN masih di bawah 20%
per tahun. Setelah dilakukan reformasi perpajakan, peranannya meningkat
terus menjadi di atas 20% hingga mencapai 75% tiap tahun. Oleh karena itu,
peranan pemerintah melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi terus
dilakukan khususnya pajak Penghasilan (PPh). Mengingat porsi Pajak
Penghasilan (PPh) terhadap keseluruhan penerimaan pajak pemerintah masih
terbilang rendah dibandingkan pajak lainnya.
F. Penelitian Terdahulu
Studi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agusti dan
Herawaty (2009) dalam Pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan
terhadap peningkatan penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan
pajak mengungkapkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak Badan dan
Penghasilan Kena Pajak memberikan pengaruh terhadap peningkatan
penerimaan pajak. Jadi semakin patuh Wajib Pajak Badan melaporkan dan
melunasi kewajiban perpajakannya serta semakin besar Penghasilan Kena
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Pajaknya maka penerimaan pajak pada KPP akan meningkat. Dalam
penelitian ini juga menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak adalah masalah
dalam peningkatan penerimaan pajak. Variabel dalam penelitian ini yaitu
tingkat kepatuhan Wajib Pajak, Penghasilan Kena Pajak, pemeriksaan pajak
dan penerimaan pajak. Penelitian yang dilakukan Agusti dan Herawaty (2009)
mengambil sampel Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Grogol Petamburan.
Penelitian lain yang dilakukan Salip dan Wato (2006) dalam
Pengaruh Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak mengungkapkan
bahwa pemeriksaan pajak secara nominal telah meningkatkan penerimaan
pajak. Namun, peningkatan tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang
signifikan pada rata-rata rasio laba sebelum pajak terhadap penjualan (EBT)
dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan rasio Pajak Penghasilan Badan
terhadap penjualan. Sampel yang digunakan dalam penelitian Salip dan Wato
(2006) adalah Wajib Pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Jakarta Kebon Jeruk.
G. Kerangka Teoritis
Untuk menunjukkan arah dari penyusunan penelitian ini serta
mempermudah dalam pemahaman dan penganalisaan dari masalah yang
dihadapi, maka diperlukan suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan
gambaran tahap-tahap pemikiran untuk mencapai suatu kesimpulan. Adapun
kerangka pemikiran pada penelitian ini adalah:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
H1
H3
H2
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar II. 1 Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis
Menurut Sekaran (2006: 135) hipotesis adalah suatu hubungan yang
diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan
dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Maksud diuji disini adalah dengan
pernyataan tersebut memungkinkan pengumpulan data yang dapat digunakan
untuk membuktikan atau menjelaskan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-
kondisi yang diamati, dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah peneliti
selanjutnya. Mengembangkan penelitian Agusti dan Herawaty (2009), maka
hipotesis dalam penelitian ini dipaparkan dengan penjelasan sebagai berikut.
Kepatuhan memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela merupakan
tulang punggung self assesment system, dimana Wajib Pajak bertanggung jawab
menetapkan sendiri kewajiban perpajakannya dan kemudian secara akurat dan
tepat waktu membayar serta melaporkan pajaknya tersebut. Oleh karena itu,
kesadaran dan kepatuhan subjek pajak sangat diperlukan. Alat yang sering
Pemeriksaan Pajak
Kepatuhan Wajib Pajak
Perubahan Penghasilan Kena
Pajak
Peningkatan
Penerimaan Pajak
Penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
digunakan untuk menilai kepatuhan Wajib Pajak adalah ketepatan waktu
pelaporan SPT. SPT yang disampaikan oleh Wajib Pajak berupa informasi
mengenai jumlah PPh Terutang yang dapat menjadi dasar untuk mengetahui
besarnya peningkatan penerimaan pajak tiap tahunnya. Semakin patuh Wajib
Pajak melaporkan SPT tahunannya, maka peningkatan penerimaan pajak akan
dapat direalisasikan. Penelitian Suryadi (2006) menyimpulkan bahwa kepatuhan
Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penerimaan pajak. Menurut
Agusty dan Herawaty (2009) bahwa semakin patuh Wajib Pajak Badan
melaporkan dan melunasi kewajiban perpajakannya maka penerimaan pajak akan
meningkat.
Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis pertama dalam penelitian ini
dapat dirumuskan seperti berikut ini:
H1 = Terdapat pengaruh tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak.
Sistem self assessment yang dianut dalam Sistem Perpajakan Indonesia
sekarang ini menuntut Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk selalu melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap Wajib Pajak. Salah satu bentuk pengawasan
tersebut adalah melalui pemeriksaan. Dengan dilakukannya pemeriksaan,
diharapkan Wajib Pajak akan semakin patuh dalam melaporkan dan melunasi
kewajiban perpajakannya sehingga akan meningkatkan penerimaan pajak.
Menurut Salip dan Wato (2006) pemeriksaan pajak secara nominal telah
meningkatkan penerimaan pajak, namun peningkatan tersebut tidak diikuti oleh
peningkatan yang signifikan pada rata-rata rasio laba sebelum pajak terhadap
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
penjualan (EBT) dan rata-rata penerimaan pajak berdasarkan rasio Pajak
Penghasilan Badan terhadap penjualan. Menurut Gunadi (2005) menganalisis
mengenai jumlah tambahan penerimaan pajak dari aktivitas pemeriksaan pajak
menunjukkan hasil yang meningkat yaitu 8%, 11%, dan 13% untuk tahun 2001
sampai 2003.
Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis kedua dalam penelitian ini
dapat dinyatakan seperti berikut ini:
H2 = Terdapat pengaruh pemeriksaan pajak terhadap peningkatan
penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak.
Berbagai upaya dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) untuk
memotivasi Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Wajib Badan dalam melakukan
kewajiban pajaknya. Salah satu upaya yang dilakukan memotivasi Wajib Pajak
Orang Pribadi maupun Wajib Pajak Badan dalam melakukan kewajiban pajaknya.
Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan memotivasi Wajib Pajak untuk
membayarkan pajak terutangnya tepat waktu. Dasar perhitungan untuk
menentukan besarnya Pajak Pernghasilan yang terutang adalah Penghasilan Kena
Pajak. Menurut Agusty dan Herawaty (2009) bahwa semakin besar Penghasilan
Kena Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak, semakin besar peningkatan
penerimaan pajak.
Atas dasar paparan di atas, maka hipotesis penelitian ketiga dalam
penelitian ini dapat dirumuskan seperti berikut ini:
H3 = Terdapat pengaruh perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap
peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian empiris yang menguji
tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak serta perubahan Penghasilan Kena Pajak
terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Dilihat dari sisi dimensi waktunya penelitian ini termasuk dalam kategori
penelitian cross sectional, yaitu sebuah penelitian yang menggunakan data yang
hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau
bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran, 2006: 177).
Penelitian cross sectional juga melibatkan banyak sampel.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal
minat yang ingin peneliti investigasi (Sekaran, 2006: 121). Penelitian ini
dilakukan dengan mengambil populasi Wajib Pajak di Surakarta. Wajib Pajak
yang dimaksud di sini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) Surakarta.
Sampel (sample) adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya
hendak diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasinya
(Djarwanto dan Pangestu Subagyo, 1998: 107). Sampel ditentukan dengan non
probability sampling method karena pengambilan sampel non probability
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
merupakan satu-satunya alternatif yang cocok (feasible) apabila populasi total
tidak tersedia atau tidak diketahui peneliti.
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan purposive sampling dengan tipe judgment sampling.
Purposive sampling merupakan pengambilan sampel penelitian yang terbatas pada
jenis orang tertentu yang dapat memberikan informasi yang diinginkan, dengan
alasan karena mereka adalah satu-satunya yang memilikinya atau memenuhi
beberapa kriteria yang ditentukan oleh peneliti (Sekaran, 2006: 123). Adapun
judgment sampling adalah cara pengambilan sampel dimana subyek dipandang
mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian (Sekaran, 2006:
123). Kriteria yang digunakan dalam pengambilan sampel penelitian adalah
seperti berikut ini.
1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Surakarta tahun 2008.
2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pajak Tahunan dalam rentang waktu 1 Maret 2009 sampai dengan 31
April 2009.
3. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan nilai PPh terutang dan
Penghasilan Kena Pajak tidak sebesar Rp. 0 (nol).
4. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melaporkan peningkatan jumlah PPh
terutang tahun 2008 atas tahun 2007.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
C. Data dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu informasi yang diperoleh
dari pihak lain (Sekaran, 2006). Alasan menggunakan data sekunder dengan
pertimbangan bahwa data ini mempunyai validitas data yang dijamin oleh pihak
lain sehingga handal untuk digunakan dalam penelitian. Adapun data tersebut
terdiri dari data sebagai berikut ini.
1. Data Wajib Pajak Orang Pribadi 2007 dan 2008 yang menyampaikan SPT
selama kurun waktu 1 Maret 2009 sampai dengan 31 April 2009.
2. Data tanggal penyampaian SPT Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP
Pratama Surakarta selama kurun waktu 1 Maret 2009 sampai dengan 31
April 2009.
3. Data pemeriksaan oleh fiskus pajak pada KPP Pratama Surakarta selama
kurun waktu 1 Maret 2009 sampai dengan 31 April 2009.
4. Data jumlah Penghasilan Kena Pajak dan pajak terutang oleh Wajib Pajak
Orang Pribadi yang menjadi sampel penelitian.
Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendapatkan informasi yang dibutuhkan yang kemudian dikumpulkan sebagai
bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan
cara dokumentasi yaitu merupakan pengumpulan data dengan cara meminta data
yang telah ada sebelumnya (Djarwanto dan Pangestu Subagyo, 1998: 23).
Dokumentasi dikumpulkan terkait dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian
pada KPP Pratama Surakarta.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dalam penelitian ini meliputi variabel-variabel
penelitian yang terdiri dari variabel independen dan variabel dependen. Variabel
independen merupakan variabel yang keberadaannya tidak dipengaruhi oleh
variabel lain dan sebaliknya mempengaruhi variabel dependen. Variabel dependen
merupakan variabel yang keberadaannya dipengaruhi oleh variabel lainnya.
Untuk memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih baik, maka
berikut ini akan disampaikan beberapa definisi operasional dari masing-masing
variabel yang berkaitan dan akan dibahas dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. Variabel dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah peningkatan penerimaan pajak
orang pribadi. Variabel ini merupakan kenaikan atau peningkatan jumlah
penerimaan negara yang berasal dari sektor pajak jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yang diukur dari selisih PPh Terutang. Variabel ini diukur
dengan logaritma natural peningkatan penerimaan PPh terutang tahun 2008
dan 2007.
2. Variabel independen
a. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam penelitian ini
dinyatakan dengan waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Pajak
Tahunan. Alat ukur yang digunakan adalah waktu penyampaian SPT
Tahunan, dimana data yang digunakan adalah jumlah selisih hari dari
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
tanggal pelaporan terhadap tanggal batas akhir pelaporan tanggal 31
Maret. Atas dasar tanggal penyampaian SPT tahunan tersebut, kemudian
ditentukan nilai variabel dengan dummy variabel. Untuk pelaporan yang
dilakukan sebelum batas akhir, diberikan tanda skor 0 dan untuk pelaporan
setelah batas akhir pelaporan diberikan tanda skor 1. Penelitian ini
menggunakan batasan waktu penyampaian untuk mengukur kepatuhan
adalah satu bulan sebelum tanggal batas akhir penyampaian yaitu 31 Maret
dan satu bulan setelah batas akhir penyampaian SPT tahunan.
b. Pemeriksaan Pajak
Pemeriksaan pajak yang merupakan serangkaian kegiatan untuk mencari,
mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Ada beberapa kriteria seorang Wajib Pajak yang akan
diperiksa, antara lain seperti berikut ini.
1) SPT yang dilaporkan menyatakan lebih bayar (wajib diperiksa).
2) SPT tidak atau terlambat disampaikan.
3) SPT memenuhi kriteria yang ditentukan Direktur Jenderal Pajak
untuk diperiksa.
Penelitian ini menggunakan dummy variable untuk ukuran pemeriksaan
pajak. Apabila sampel penelitian Wajib Pajak Orang Pribadi diperiksa oleh
petugas pajak karena salah satu kriteria pemeriksan di atas diberi angka 1
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dan apabila Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjadi sampel penelitian ini
tidak diperiksa oleh petugas pajak diberi angka 0.
c. Perubahan Penghasilan Kena Pajak (PhKP)
Merupakan selisih antara jumlah Penghasilan Kena Pajak atas Wajib Pajak
Orang Pribadi tahun sebelumnya dan Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak
Orang Pribadi pada tahun berikutnya sebagaimana terlaporkan dalam SPT
tahunan. Dalam penelitian ini perubahan Penghasilan Kena Pajak
ditentukan berdasarkan selisih Penghasilan Kena Pajak tahun 2007 dan
Penghasilan Kena Pajak tahun 2008 sebagaimana tercantum dalam SPT
tahunan 2007 dan 2008. Variabel ini diukur dengan logaritma natural dari
selisih Penghasilan Kena Pajak tahun 2008 dan tahun 2007.
E. Metoda Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
regresi berganda. Dalam melakukan analisi regresi berganda, terlebih dahulu
dilakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari: normlitas data, asumsi
heteroskedastisitas, asumsi autokorelasi, dan asumsi multikolinearitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
dengan membagi model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal (Ghozali, 2005). Untuk menguji normalitas, peneliti
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria pengujian yang digunakan
adalah nilai p-value. apabila nilai -value > 0,05, maka dapat dinyatakan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
bahwa data berdistribusi normal, dan apabila jika -value < 0.05, maka dapat
dinyatakan bahwa data tidak berdistribusi normal.
2. Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara independen. Jika
variabel independen saling korelasi, maka variabel-variabel ini tidak
orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai
korelasi antar sesama variabel sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinieritas di dalam model, peneliti akan melihat Tolerence
dan Variance Inflation Factors (VIF) dengan alat bantu program Statistical
Product and Service Solution (SPSS).
Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang
tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerence yang rendah
sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerence). Nilai cut off
yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
Tolerence < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10. Bila ternyata dalam model
terdapat multikolinieritas, peneliti akan mengatasi hal tersebut dengan
transformasi variabel. Transformasi variabel merupakan salah satu cara
mengurangi hubungan linier di antara variabel independen. Transformasi
dapat dilakukan dalam bentuk logaritma natural dan bentuk first difference
atau delta (Ghozali, 2005).
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3. Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sam lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena gangguan
pada individu atau kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data
cross section (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena
gangguan pada observasi yang berbeda berasal dari individu atau kelompok
yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi (Ghozali, 2005).
Pengujian ada tidaknya masalah autokorelasi, peneliti akan
menggunakan uji Durbin-Watson dengan alat bantu SPSS. Menurut Ghozali
(2005), jika du < d
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
4. Pengujian Heteroskedaktisitas
Uji heterokedaktisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heterokedastisitas. Sebuah model regresi yang baik adalah model
regresi yang mempunyai data yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Kebanyakan data cross section mengandung situasi
heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai
ukuran (kecil, sedang, atau besar) (Ghozali, 2005). Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heterokedastisitas dalam model, peneliti akan menggunakan uji
Glejser dengan bantuan program SPSS. Apabila koefisien parameter beta >
0.05 maka tidak ada masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2005). Jika ternyata
dalam model terdapat heteroskedastisitas, maka cara memperbaiki dapat
dilakukan:
a. Transformasi dalam bentuk model regresi dengan membagi model
regresi dengan salah satu variabel independen yang digunakan dalam
model tersebut.
b. Transformasi logaritma.
5. Pengujian Hipotesis
Sesuai dengan kerangka pemikiran dan pengajuan hipotesis di atas
maka hipotesis akan diuji dengan persamaan regresi seperti berikut ini:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
PPJ = 0 + 1 KPTH + 2 PMRKS + 3 PPKP +
Notasi:
PPJ = Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan
KPTH = Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
PMRKS = Pemeriksaan Pajak
PPKP = Perubahan Penghasilan Kena Pajak.
0 = konstanta
1 3 = koefisien regresi
= error term
Adapun langkah-langkah pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat
dipaparkan seperti berikut ini:
a. Pengujian Parameter Regresi Simultan (Signifikansi-F)
Pengujian ini untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan
layak (fit) untuk melakukan pengujian hipotesis dalam penelitian ini.
Pengujian ini dilakukan dnegan alat bantu program SPSS versi 16.0.
Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut ini:
1) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila -value < 0.05 atau bila
nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti model regresi
dalam penelitian ini tidak layak (fit) untuk digunakan dalam
penelitian.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila -value > 0.05 atau bila
nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti model regresi
dalam penelitian ini layak (fit) untuk digunakan dalam penelitian.
b. Pengujian Parameter Regresi Parsial (Signifikansi-t )
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
individual mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel
independen lainnya konstan. Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut
ini.
1) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila -value > 0.05 atau bila nilai
signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen
secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila -value < 0.05 atau bila nilai
signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen
secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.
c. Pengujian Ketepatan Perkiraan (R2)
Pengujian ini untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel independen. Tingkat ketepatan regresi
dinyatakan dalam koefisien determinasi majemuk (R2) yang nilainya
antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam
suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik
menggunakan nilai adjusted R2.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Bab ini bertujuan untuk mengungkap hasil analisis data penelitian dan
pembahasannya. Penjelasan pada bab ini akan difokuskan pada bab IV (empat)
dalam sub bahasan, yaitu hasil pengumpulan data, analisis deskriptif, pengujian
asumsi klasik, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian.
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini bertujuan memberikan bukti empiris pengaruh tingkat
kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan pajak serta perubahan Penghasilan Kena
Pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang
Pribadi. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data Surat
Pemberitahuan (SPT) tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Pratama
Surakarta yang dilaporkan atau disampaikan selama kurun waktu 1 Maret 2009
sampai dengan 31 April 2009. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya, diperoleh sampel penelitian sejumlah 310 SPT tahunan Wajib Pajak
Orang Pribadi.
B. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif memberikan gambaran umum mengenai variabel
penelitian data kuantitatif kepatuhan Wajib Pajak, pemeriksaan pajak, perubahan
Penghasilan Kena Pajak serta peningkatan penerimaan pajak yang dihitung dari
Surat Pemberitahuan Pajak Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjadi sampel
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
dalam penelitian. Gambaran data yang dimaksud terdiri dari nilai maximum, nilai
minimum dan nilai mean serta standar deviation data penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini. Gambaran mengenai data penelitian yang dimaksud dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel IV. 1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Variable N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KPTH 310 0,00 1,00 0,1677 0,37424
PMRKS 310 0,00 1,00 0,1871 0,39062
LN_PPKP 310 13,65 16,91 16,0254 0,42613
LN_PPJ 310 10,99 16,10 13,6875 0,66147
Valid N (listwise) 310
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Notasi:
KPTH = Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak
PMRKS = Pemeriksaan Pajak
LN_PPKP = Logaritma Natural Perubahan Penghasilan Kena Pajak
LN_PPJ = Logaritma Natural Peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan
Tabel di atas menunjukkan untuk Wajib Pajak Orang Pribadi yang
terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP Pratama) dan menjadi sampel
dalam penelitian ini memiliki rata-rata nilai LN_PPKP sebesar 16,0254, nilai
minimum sebesar 13,65 dan nilai maksimum sebesar 16,91 serta nilai standar
deviasi sebesar 0,42613 sehingga dapat dinyatakan bahwa data LN_PPKP
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
berkisar diantara 16,45153 sampai dengan 15,59927. Rata-rata nilai PPJ sebesar
13,6907, nilai minimum sebesar 10,99 dan nilai maksimum sebesar 16,10 dan
dengan standar deviasi sebesar 0,66054 maka distribusi atau penyebaran data
LN_PPJ adalah berkisar antara 14,35124 sampai dengan 13,03016. Rata-rata nilai
PMRKS sebesar 0,1871, nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar
1,00. Rata-rata nilai KPTH sebesar 0,1677, nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai
maksimum sebesar 1,00. Kedua variabel ini merupakan variabel dummy yang
menggunakan skala 1 dan 0 sehingga nilai maksimum kedua variabel ini adalah 1
dan nilai minimumnya adalah sebesar 0.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear
berganda (multiple regression model) untuk menguji pengaruh tingkat kepatuhan
Wajib Pajak, pemeriksaan pajak serta perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Namun
sebelum pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan model regresi
berganda tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
normalitas data, autokorelasi dan heteroskedastisitas serta multikolinieritas.
C. Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi dengan
signifikan dan representatif jika model regresi tersebut tidak menyimpang dari
asumsi dasar klasik regresi berupa: normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas
dan multikolinearitas.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-
Smirnov terhadap data residual regresi dan dilakukan dengan program SPSS
Release 16.0. Hasil pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov dapat
dilihat pada Lampiran. Secara ringkas ditunjukkan tabel berikut ini.
Tabel IV. 2
Hasil Uji Normalitas Data
Unstandardized
Residual
N 310
Normal Parametersa Mean 0,0000000
Std. Deviation 0,54078533
Most Extreme Differences Absolute 0,151
Positive 0,123
Negative -0,151
Kolmogorov-Smirnov Z 2,657
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov di atas menunjukkan
bahwa nilai asymp sig. sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 5%, maka dapat
dinyatakan bahwa data memiliki sebaran yang tidak normal. Oleh karena itu
dilakukan proses outlier data dengan mengeluarkan data ekstrim berdasarkan
nilai Z score. Setelah dilakukan proses outlier diperoleh 198 data yang berarti
terdapat 112 data ekstrim yang dikeluarkan dari data penelitian dalam
pengujian normalitas. Berikut ini disajikan hasil uji normalitas setelah outlier
data penelitian.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel IV. 3
Hasil Uji Normalitas Data Setelah Outlier
Unstandardized
Residual
N 198
Normal Parametersa Mean 0,0000000
Std. Deviation 0,47970504
Most Extreme Differences Absolute 0,070
Positive 0,061
Negative -0,070
Kolmogorov-Smirnov Z 0,982
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,290
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan residual dengan data
setelah proses outlier dapat diketahui nilai asymp sig sebesar 0,290 yang lebih
besar dari tingkat signifikansi penelitian 5%, maka dapat dinyatakan bahwa
seluruh data memiliki sebaran data normal.
2. Uji Multikoliniearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terdapat
korelasi antara variabel independen atau korelasi antar variabel independennya
rendah. Keberadaan multikolinieritas di deteksi dengan Varians Inflating
Factor (VIF) dan Tolerance. Kriteria untuk dapat dinyatakan tidak terjadi
gejala multikolineritas adalah apabila nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan
nilai VIF lebih kecil dari 10. Hasil uji multikolinieritas tersaji pada tabel
berikut ini.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Tabel IV. 4
Hasil Uji Multikolinieritas
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil uji multikolinearitas di atas menunjukkan bahwa semua variabel
independen memiliki nilai tolerance lebih dari 0,1 (10%), artinya tidak ada
korelasi antar variabel bebas yang nilainya lebih dari 90%. Hasil perhitungan
juga menunjukkan bahwa semua variabel bebas memiliki VIF kurang dari 10.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas dalam model
regresi yang digunakan. Hasil uji multikolinieritas selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjuk pada hubungan yang terjadi antara anggota-
anggota dari serangkaian observasi yang terletak berderetan secara series
dalam bentuk waktu (untuk time series) atau hubungan antara tempat yang
berdekatan (cross sectional). Uji autokorelasi menggunakan uji Durbin
Watson (D-W) dan tabel yang digunakan adalah berdasarkan jumlah variabel
bebas dan jumlah sampel. Dalam penelitian ini variabel bebas terdiri dari 4
variabel dengan jumlah sampel 198 pengamatan, maka nilai tabel DL adalah
1,728 dan DU sebesar 1,810. Hasil uji autokorelasi dengan menggunakan
Durbin Watson (D-W) test memperoleh nilai D-W sebesar 1,860. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut:
Variabel Tolerance VIF Keterangan
LN_PPKP 0,886 1,129 Tidak terdapat multikolinieritas
PMRKS 0,856 1,168 Tidak terdapat multikolinieritas
KPTH 0,815 1,227 Tidak terdapat multikolinieritas
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel IV. 5
Hasil Uji Autokorelasi
Variabel D-W Du0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas
LN_PPKP 0,028 p>0,05 Tidak terjadi heterokedastisitas Sumber: Hasil Pengolahan Data
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Tabel uji heteroskedastisitas di atas menunjukkan bahwa tidak ada
gangguan heteroskedastisitas yang terjadi dalam proses estimasi parameter
model penduga yang mana nilai sign untuk semua variabel independen yang
digunakan lebih besar dari 0,05. Jadi secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas dalam penelitian ini. Hasil
perhitunganan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
ganda, yaitu untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Perhitungan analisis regresi ganda dilakukan dengan
bantuan komputer Program SPSS for Windows Release 16.0, hasil analisis
yang diperoleh adalah seperti tabel berikut ini:
Tabel IV. 7
Hasil Analisis Regresi Ganda
Variabel Koefisien thitung Sign.
Konstanta 4,126 2,964 0,003
LN_PPKP 0,584 6,695 0,000*
PMRKS 0,175 2,048 0,042**
KPTH 0,639 7,679 0,000*
R2 0,504
Adjusted R2
0,494
Fhitung 49,116 0,000*
Sumber: Hasil Pengolahan Data *signifikan pada tingkat signifikansi 5%
**signifikan pada tingkat signifikansi 10%
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Hasil analisis regresi di atas menjadi dasar penyusunan persamaan
model regresi berganda dalam penelitian sebagai berikut ini.
PPJ = 4,126 + 0,584 (PPKP) + 0,175 (PMRKS) + 0,639 (KPTH)
Dari persamaan regresi tersebut angka koefisien menunjukkan
hasil yang dapat dijelaskan seperti berikut ini.
a. Nilai koefisien tingkat kepatuhan Wajib Pajak bernilai positif
sebesar 0,639 adalah signifikan dengan nilai p
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
1. Uji Parameter Regresi Simultan (Signifikansi-F)
Uji signifiansi-F ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara
simultan variabel independen tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, serta
perubahan Penghasilan Kena Pajak terhadap peningkatan penerimaan
pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Hasil uji signifikansi-F
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV. 8
Hasil Uji F
Sig (P-Value) Kriteria Pegujian Keterangan
0,000 P
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
secara simultan atau secara bersama-sama terhadap peningkatan
penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Hasil uji signifikansi-t dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel IV. 9
Hasil Uji t
Variabel thitung Sig.
Konstanta 2,964 0,003
LN_PPKP 6,695 0,000*
PMRKS 2,048 0,042**
KPTH 7,679 0,000*
Sumber: Hasil Pengolahan Data *Signifikan pada 5 %
**Signifikan pada 10%
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi menyatakan prosentase total variasi dari
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen dalam
model. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1. Apabila R
2 mendekati 1, ini
menunjukkan bahwa variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh
variasi variabel independen. Sebaliknya jika nilai R2 mendekati 0, maka
variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variabel
independen.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Berdasarkan hasil pengujian dengan analisis regresi ganda yang
telah dilaksanakan diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,482 (Lampiran),
sehingga dapat dikatakan bahwa hasil pengujian yang dilakukan
memberikan hasil yang Goodness of fit. Nilai koefisien determinasi
bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa hanya 48,2 % variasi dari
peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
dapat dijelaskan oleh variabel tingkat kepatuhan, pemeriksaan pajak, serta
perubahan Penghasilan Kena Pajak, sedangkan sisanya sebesar 50,6%
dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan Wajib Pajak
berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi. Hasil regresi memperoleh nilai thitung sebesar 7,679 signifikan
pada taraf signifikansi 5% dan hipotesis pertama dalam penelitian diterima
atau didukung dengan koefisien regresi positif sebesar 0,639. Artinya
kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan penerimaan
pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi secara signifikan. Semakin
tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaksanakan
kewajiban pajaknya semakin besar probabilitas untuk terjadi peningkatan
penerimaan pajak negara. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agusti dan Herawaty (2009) yang
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat kepatuhan Wajib Pajak
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
terhadap peningkatan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
(KPP Pratama) Grogol Petamburan.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak
berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak
Orang Pribadi. Hasil regresi memperoleh nilai thitung sebesar 2,048 diterima
pada taraf signifikansi 10% dan hiptesis kedua dalam penelitian diterima atau
didukung dengan tanda koefisien regresi positif sehingga semakin tinggi
frekuensi pemeriksaan pajak oleh petugas pajak semakin tinggi pula
probabilitas peningkatan penerimaan pajak negara. Artinya tinggi rendahnya
pemeriksaan pajak yang dilakukan membuat penerimaan pajak penghasilan
Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP
Pratama) meningkat. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gunadi (2006) yang menyimpulkan analisa jumlah tambahan
penerimaan pajak dari aktivitas pemeriksaan menunjukkan hasil yang
meningkat. Penelitian Salip et al., (2006) menunjukkan bahwa pemeriksaan
pajak meningkatkan penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
Jakarta Kebon Jeruk.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan Penghasilan Kena
Pajak berpengaruh terhadap peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi. Hasil regresi memperoleh nilai thitung sebesar 6,695
diterima pada taraf signifikansi 5% dan hiptesis ketiga diterima dengan tanda
koefisien regresi positif. Artinya semakin besar perubahan nilai Penghasilan
Kena Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi maka akan
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
membuat penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
meningkat. Dalam perhitungan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi, Penghasilan
Kena Pajak merupakan dasar pengenaan pajak yang akan dikalikan dengan
tarif PPh Wajib Pajak Orang Pribadi. Hasil penelitian ini konsisten dengan
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agusti dan Herawaty (2009)
yang menunjukkan bahwa Penghasilan Kena Pajak mempunyai pengaruh yang
signifikan dan positif terhadap peningkatan penerimaan pajak.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini bertujuan menjelaskan kesimpulan yang selanjutnya diikuti dengan
keterbatasan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan. Hal ini bertujuan
untuk menjelaskan hasil analisis data yang telah dilakukan sesuai permasalahan
yang dirumuskan sehingga menjadi bahan masukkan bagi pihak-pihak yang
terkait.
A. Kesimpulan
Hasil analisis yang telah dilakukan menjadi dasar bagi penulis untuk
menarik kesimpulan yang dapat dinyatakan sebagai berikut ini.
1. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak berpengaruh positif terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi.
Artinya semakin tinggi tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaporkan SPT tepat waktu dapat meningkatan penerimaan pajak
penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi secara signifikan.
2. Pemeriksaan pajak berpengaruh positif terhadap peningkatan
penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi sehingga
dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi tingkat atau frekuensi
pemeriksaan pajak yang dilakukan membuat penerimaan pajak
penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama (KPP Pratama) meningkat secara signifikan.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Perubahan Penghasilan Kena Pajak berpengaruh positif terhadap
peningkatan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi
yang dapat disimpulkan bahwa semakin besar perubahan nilai
Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan oleh Wajib Pajak Orang
Pribadi maka akan membuat penerimaan pajak penghasilan Wajib
Pajak Orang Pribadi meningkat secara signifikan.
B. Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, di antaranya
seperti berikut ini.
1. Peneliti ini hanya meneliti pada data Wajib Pajak Orang Pribadi, hal
ini dimungkinkan untuk penelitian berikutnya menggunakan Wajib
Pajak Badan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
2. Periode pengamatan yang relatif pendek karena peneliti hanya
menggunakan data untuk tahun pajak 2007 dan 2008 dan
menggunakan periode pengambilan sampel dua bulan per 1 Maret
sampai dengan 31 April 2009.
3. Penelitian ini hanya menggunakan tiga variabel independen yang
dipertimbangkan dapat mempengaruhi peningkatan penerimaan pajak
yang mana dua dari tiga variabel yang digunakan menggunakan
dummy variable yaitu tingkat kepatuhan dan pemeriksaan pajak.
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
C. Saran
Kesimpulan dan keterbatasan di atas menjadi dasar alasan bagi penulis
top related