pengelolaan taman bacaan masyarakat di warung baca lebak wangi, rumah baca kwartet, dan rumah baca...
Post on 27-Jul-2015
5.761 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT DI WARUNG BACA LEBAK WANGI, RUMAH BACA KWARTET, DAN
RUMAH BACA ZHAFFA
RABIA ADAWIAH 1215041044
Teknologi Pendidikan
Skripsi yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2008
LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
NAMA TANDA TANGAN TANGGAL
Dra. Jeni Adria Jahja, M.Si.(Pembimbing I) ................................... ………………..
Prof. Dr. B.P Sitepu. M. A. (Pembimbing II) .................................. ………………..
Mengetahui, Ketua Jurusan Teknologi Pendidikan
( Dra. Dewi Salma Prawiradilaga, M.Sc ) NIP. 131.285.496
i
ABSTRAK RABIA ADAWIAH. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Skripsi. Jakarta: Program Studi Teknologi Pendidikan, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, 2009.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas pengelolaan taman bacaan masyarakat yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa yang dilihat pada tahap perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan.
Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini tidak ada usaha apapun untuk merubah atau merekayasa keadaan tempat penelitian. Penelitian tidak menggunakan hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti, yaitu pengelolaan taman bacaan masyarakat. Jika ditinjau berdasarkan ruang lingkupnya, penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus. Oleh karena penelitian ini dilakukan terhadap tiga taman bacaan masyarakat, maka pendekatan penelitian yang digunakan termasuk ke dalam pendekatan multiple case study. Data diperoleh dari dokumen dan pengelola di tiap-tiap tempat penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik wawancara dan observasi, serta dokumentasi untuk memperoleh data penunjang. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen pedoman wawancara dan lembar observasi.
Hasil penelitian ini hanya berlaku terhadap ketiga taman bacaan masyarakat yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan untuk taman bacaan masyarakat yang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelola di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa melakukan kegiatan pengelolaan taman bacaan masyarakat meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan pada tiap-tiap taman bacaan masyarakat memiliki persamaan dan perbedaan.
Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar berupa lingkungan yang dapat mencapai tujuannya jika dengan maksimal sehingga dapat menjadi wadah untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang kuat untuk membentuk masyarakat pembelajar. Oleh karena itu disarankan kepada pengelola Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa perlu untuk terus mengupayakan perbaikan pelaksanaan kegiatan agar dapat mengoptimalkan kegiatan pelayanannya.
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING i
ABSTRAK ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 14
C. Pembatasan Masalah 15
D. Perumusan Masalah 15
E. Tujuan Penelitian 16
F. Kegunaan Penelitian 17
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Hakikat Minat Baca Masyarakat
1. Pengertian Membaca 19
2. Tujuan Membaca 21
3. Manfaat Membaca 22
4. Pengertian Minat Baca 23
iii
B. Hakikat Taman Bacaan Masyarakat
1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat 26
2. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat 28
3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat 29
4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat 30
5. Peran Taman Bacaan Masyarakat 30
6. Taman Bacaan Masyarakat sebagai Sumber Belajar 32
C. Hakikat Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
1. Pengertian Pengelolaan 36
2. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat 39
D. Kajian Penelitian yang Relevan 61
E. Kerangka Berfikir 63
BAB III METODOLOGI PENELTIAN
A. Tujuan Penelitian 68
B. Tempat dan Waktu Penelitian 68
C. Metode Penelitian 69
D. Sumber Data 70
E. Tekhnik Pengumpulan Data 71
F. Instrumen Penelitian 71
G. Tekhnik Analisis Data 72
iv
v
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 73
B. Analisis Data 129
C. Keterbatasan Penelitian 169
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan 170
B. Implikasi 172
C. Saran 173
DAFTAR PUSTAKA 174
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan dan atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan datang. Peranan peserta didik dalam kehidupan
masyarakat, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat,
merupakan hasil (output) dari sistem dan fungsi pendidikan. Pada hakikatnya
pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, meningkatkan
mutu kehidupan, dan martabat manusia baik individu maupun sosial.
Pendidikan berfungsi sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia
yang modern guna menghadapi perkembangan zaman di masa mendatang.
Suatu bangsa yang maju dan modern, ditandai oleh sikap menjunjung
tinggi profesionalisme, menghargai prestasi, efisiensi, memiliki etos kerja,
berdisiplin serta memiliki kesadaran pemanfaatan waktu untuk kegiatan
produktif, sadar Iptek dan senantiasa memperbaharui diri melalui belajar.
Salah satu sarana belajar yang paling efektif adalah dengan membaca.
Oleh karena perubahan zaman yang cepat seperti sekarang ini, tanpa
membaca, masyarakat akan semakin tertinggal oleh kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tidak setiap orang harus menguasai teknologi,
setidaknya mengetahui perkembangannya, supaya tidak hidup dalam
2
keterasingan akibat miskin informasi yang berkembang di sekitarnya. Dan
untuk mengetahui perkembangan tersebut, masyarakat tidak cukup hanya
melalui menonton tayangan-tayangan televisi dan media elektronik lainnya.
Melalui membaca seseorang bisa menjelajahi batas-batas ruang dan
waktu. Peristiwa-peristiwa yang jauh terjadinya di masa lampau bisa diketahui
melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang terjadi di berbagai tempat di
dunia ini bisa diketahui melalui membaca. Dengan demikian, membaca
mempunyai kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Apa
yang diketahui orang melalui kegiatan membaca pada hakekatnya adalah
informasi. Artinya dengan membaca seseorang mendapatkan sejumlah
informasi yang dalam kadar tertentu bisa mempengaruhi sikap dan
pandangan-pandangannya tentang perilaku kehidupannya.
Melalui membaca seseorang dapat menemukan sejumlah informasi
yang bisa menjadikannya banyak tahu. Dari hasil kegiatan tersebut
memungkinkan seseorang untuk berusaha menghubungkan konsep yang
satu dengan yang lainnya sehingga menjadi rangkaian konsep yang
mempunyai arti bagi dirinya, yang pada akhirnya menambah kekayaan
informasi yang sudah dimilikinya.
Penambahan informasi yang kaya tersebut dapat dilakukan dengan
membaca berbagai bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan. Dari sini
timbul minat untuk menambah informasi untuk kepentingan kehidupannya,
yakni melalui membaca. Konsep minat membaca secara umum, dapat
3
dideskripsikan sebagai suatu perhatian yang terus-menerus dari seseorang
terhadap kegiatan membaca karena adanya harapan mendapatkan manfaat
dari kegiatan membaca tersebut. Minat baca itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai suatu sikap seseorang untuk mencurahkan perhatian akan sikap
ingin tahu yang intelektual dan bijaksana, disertai dengan usaha konstan
untuk menggali bidang-bidang pengetahuan (informasi) yang baru, dan
adanya kesediaan untuk menyediakan waktu guna melakukan kegiatan
tersebut. Dari pemahaman akan minat baca seperti itu, maka minat baca
diawali dari melakukan kegiatan membaca, kemudian menjadi minat
membaca, dan minat tersebut menjadi suatu kebiasaan untuk menggemari
kegiatan membaca, yang kemudian mengkristal menjadi budaya membaca.
Budaya membaca sangat erat kaitannya dengan kemampuan membaca.
Artinya, hanya masyarakat yang memiliki kemampuan membaca yang tinggi
yang mampu menerapkan pola budaya baca sebagai bagian terpenting yang
mampu menuntun kehidupan masyarakat.
Tingkat minat baca masyarakat Indonesia sendiri masih rendah.
Bahkan, kegiatan membaca buku belum dianggap sebagai suatu kebutuhan
dalam hidup. Kenyataan ini tentunya memprihatinkan, karena minat
membaca yang identik dengan minat belajar menjadi kemampuan dasar yang
sangat penting. Pengalaman pembangunan negara-negara maju
membuktikan bahwa tingkat kemajuan yang dicapai suatu bangsa mayoritas
4
ditentukan oleh keberhasilan bangsa itu dalam meningkatkan kualitas sumber
daya manusia dan kualitas seluruh masyarakatnya.
Ada beberapa hambatan yang menyebabkan minat membaca
masyarakat Indonesia hingga kini belum berkembang sebagaimana yang
diharapkan. Salah satunya, karena pesatnya perkembangan budaya media
elektronik, terutama televisi dan sarana hiburan lainnya, seperti bioskop,
taman hiburan, mall, dan yang lainnya, masih sangat digemari masyarakat
pada umumnya. Bagi masyarakat yang masih berorientasi pada nilai-nilai
kebersamaan, seperti menonton TV, yang pada umumnya tidak dilakukan
sendirian, lebih menyenangkan dan mengasyikkan dari pada membaca, yang
biasanya dilakukan secara individual.
Hambatan yang lain ialah masih kurangnya minat terhadap bahan
bacaan seperti koran, majalah, dan buku-buku. Masyarakat umumnya lebih
cenderung untuk memilih bahan bacaan komik yang menarik untuk di baca.
Permasalahan yang muncul disini adalah bagaimana agar buku-buku yang
mendidik juga menjadi menarik untuk dibaca. Selain itu, kegemaran
membaca juga berkaitan dengan lemahnya kemampuan dalam bidang
ekonomi. Rendahnya kemampuan ekonomi (pendapatan) masyarakat kita
sering membuat masyarakat kurang mampu menjangkau atau membeli buku-
buku dan kepustakaan lainnya yang dirasa cukup tinggi. Dengan demikian,
kebutuhan akan memperoleh bahan bacaan ditempatkan dalam prioritas
bawah.
5
Karena itu, upaya untuk menumbuhkembangkan gemar membaca
harus dimulai dari usaha dalam meniadakan kendala utama yang
menyebabkan orang tidak mampu atau malas membaca. Maka, metode
dalam menggalakkan minat baca pada masyarakat juga perlu diubah, agar
masyarakat dapat berminat melakukan kegiatan membaca. Kegiatan
membaca harus menjadi suatu kegiatan yang menyenangkan dan murah.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu wadah atau tempat yang dapat menjadi
sarana membaca yang dapat menarik perhatian masyarakat.
Dalam rangka mencapai masyarakat belajar (learning society)
diperlukan adanya kebebasan kepada warga masyarakat untuk belajar apa
saja yang diminati dan dibutuhkan. Sesuai dengan prinsip pembelajaran
seumur hidup, warga masyarakat harus memiliki kesempatan dan kebebasan
untuk memperoleh pembelajaran dari mana saja, dan kapan saja. Untuk
mewujudkan prinsip bahwa pendidikan adalah untuk semua serta pendidikan
berlangsung sepanjang hayat, diperlukan adanya sumber-sumber belajar
dalam jumlah dan mutu yang memadai sehingga setiap orang dapat dengan
mudah memperoleh kesempatan belajar mengembangkan potensi diri dan
lingkungannya. Tersedianya sumber-sumber belajar tersebut akan
mendorong serta mempercepat terwujudnya masyarakat belajar (learning
society) yang merupakan jembatan menuju masyarakat yang adil, makmur,
sejahtera, dan berakhlak.
6
Salah satu upaya masyarakat, secara perseorangan atau bersama-
sama/kolektif, dalam usaha pengembangan budaya baca sebagai wujud
keikutsertaannya dalam penyelenggaraan pendidikan ialah dengan
menyediakan sumber belajar dalam bentuk taman bacaan di tengah
masyarakat. Upaya ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dengan membaca,
masyarakat memperoleh informasi yang dapat mengubah prinsip/prilaku,
kemudian membentuk pola pikir (mind set) yang memotivasi prilaku yang
dapat meningkatkan kualitas hidupnya secara jasmani dan rohani. Dengan
demikian, masyarakat belajar dan terpelajar yang diinginkan akan terbangun
melalui masyarakat gemar membaca (reading society).
Sumber belajar dalam bentuk taman bacaan ini tumbuh di tengah-
tengah masyarakat dengan berbagai kegiatan dan mutu pelayanan yang
kalau dikembangkan secara terencana, sistematis, dan sistemik dapat
berfungsi secara potensial memberikan kemudahan belajar kepada semua
kalangan masyarakat. Sumber belajar yang menyentuh kehidupan berbagai
kalangan masyarakat, termasuk masyarakat kalangan bawah atau pinggiran,
tentu sangat diperlukan untuk mendorong terwujudnya masyarakat belajar
sepanjang hayat secara meluas. Sumber belajar seperti itu juga diperlukan
oleh aksarawan baru dan anggota masyarakat lainnya agar berpengetahuan,
berketerampilan, dan berbudaya maju.
Dalam kawasan Teknologi Pendidikan, ada sumber belajar.
AECT(1997) memberikan definisi bahwa sumber belajar adalah berbagai
7
atau semua sumber baik yang berupa data, orang, dan wujud tertentu yang
dapat digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun
secara terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam mencapai tujuan
belajarnya. Dalam bukunya, Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber belajar
(1986), menurut Mudhoffir Sumber belajar ada enam, yaitu: pesan, orang,
bahan, alat, teknik dan lingkungan.
Pesan didefinisikan sebagai ajaran/informasi yang diteruskan oleh
komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Semua bidang studi
atau mata pelajaran adalah termasuk pesan.
Sumber belajar berupa Orang didefinisikan sebagai manusia yang
bertindak sebagai penyimpan, pengolah dan penyaji pesan. Yang termasuk
ke dalam sumber belajar Orang adalah Guru Pembina, guru pembimbing,
tutor, murid, pemain, pembicara.
Sumber belajar berupa bahan adalah sesuatu (media atau software)
yang mengandung pesan untuk disajikan, melalui penggunaan alat maupun
oleh dirinya sendiri. Sumber belajar berupa bahan bisa berupa Transparansi,
bingkai, film, film rangkai, audio tape, buku, majalah, bahan pengajaran
terprogram, dan lain lain.
Sumber belajar berupa Alat diartikan oleh Mudhoffir sebagai sesuatu
(biasa pula disebut hardware atau perangkat keras) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan. Yang termasuk ke
8
dalam sumber belajar berupa alat yaitu: proyektor bingkai film rangkai, film,
overhead, pesawat radio, pesawat TV, komputer, dan lain lain.
Sumber belajar berupa Teknik didefinisikan sebagai prosedur rutin
atau acuan yang disiapkan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang dan
lingkungan untuk menyampaikan pesan. Yang termasuk di dalam sumber
belajar berupa Teknik antara lain: pengajaran terprogram, belajar sendiri,
mastery learning, discovery learning, simulasi, permainan, demonstrasi,
kuliah, ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain-lain.
Sumber belajar berupa Lingkungan adalah situasi sekitar di mana
pesan diterima. Lingkungan dibedakan menjadi dua jenis yaitu lingkungan
fisik dan lingkungan non fisik. Contoh Lingkungan fisik: gedung sekolah,
perpustakaan, laboratorium, pusat sarana belajar, studio, auditorium,
museum, taman, dan lain-lain. Contoh Lingkungan non fisik: penerangan,
sirkulasi udara, dan lain-lain.
Berdasarkan pengertian sumber belajar diatas, dapat disimpulkan
bahwa Taman Bacaan Masyarakat merupakan salah satu sumber belajar.
TBM merupakan salah satu lingkungan fisik yang dapat dijadikan sumber
belajar. Taman Bacaan Masyarakat (TBM) merupakan sumber belajar
pendidikan yang nonformal, khususnya dalam peningkatan minat membaca.
Upaya ini dilakukan dengan memberikan layanan pendidikan nonformal bagi
komunitas (sekelompok masyarakat). Karena sasarannya merupakan
kelompok masyarakat sekitar, maka TBM lebih bersifat umum dibandingkan
9
dengan Perpustakaan. Sampai dengan tahun 2007 berdasarkan Direktori
TBM di Direktorat Pendidikan Masyarakat, Ditjen Pendidikan Nonformal dan
Informal, terdapat 1.029 TBM yang tersebar di 30 Propinsi, dengan jumlah
yang bervariasi antarpropinsi. Di samping jumlah TBM tersebut, diyakini
masih terdapat lebih banyak TBM lain yang belum terdata.
Taman Bacaan Masyarakat merupakan wadah membaca yang
suasananya didesain terbuka seperti taman atau halaman rumah dan bahan
bacaannya bersifat ringan, praktis sesuai dengan kebutuhan komunitas.
Koleksi bahan bacaan di Perpustakaan lebih bersifat akademis dan
ditempatkan pada ruangan tertutup. Dengan konsep ini, TBM diasumsikan
sebagai tempat membaca yang santai, tidak seperti Perpustakaan yang lebih
terkesan serius.
TBM memberikan pelayanan yang lebih luas dari sekedar pelayanan
perpustakaan. Perpustakaan hanya melayani kegiatan peminjaman dan
membaca, sedangkan TBM memberikan pelayanan yang lain seperti
mengadakan kegiatan berdiskusi dan mempraktekkan isi buku bacaan yang
bersifat lifeskills, memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat sekitar, berkolaborasi dengan kegiatan ekonomi, melakukan
promosi bahan bacaan dan TBM itu sendiri. Oleh karena itu, TBM merupakan
wadah pembelajaran yang bersifat praktis.
Sebagai wadah yang menyediakan bahan bacaan yang didirikan oleh
masyarakat di suatu kelompok masyarakat, TBM mendukung pengembangan
10
budaya baca di kelompok masyarakat tersebut. Melalui TBM, masyarakat
dapat mengembangkan budaya baca dan peningkatan produktifitas, sehingga
dapat tercipta masyarakat yang candu belajar serta mampu meningkatkan
kemampuannya secara mandiri. Penyediaan bahan bacaan dan program di
TBM ditentukan berdasarkan kebutuhan informasi masyarakat sekitar.
Artinya, TBM sebagai salah satu wadah yang berfungsi untuk menyampaikan
informasi atau pesan kepada masyarakat melalui bahan bacaan dan
pembelajaran. Keberadaan pengelola TBM yang bertindak sebagai fasilitator,
penyimpan, pengolah dan penyaji pesan yang berinteraksi langsung dengan
warga baca atau pengunjung TBM.
Sebagai satuan pembelajaran dalam pendidikan nonformal, TBM
memiliki program-program literasi yang menarik sekaligus mendidik untuk
merebut perhatian masyarakat. TBM melakukan metode dalam
menggalakkan minat baca pada masyarakat yang berbeda dengan
pendidikan formal. Agar kegiatan pembelajaran menjadi sesuatu yang
menyenangkan, berbagai program diselenggarakan, mulai dari storytelling,
pelatihan menulis, diskusi tentang buku bacaan dan lainnya. Mendukung
metode belajar yang nyaman dan menyenangkan tersebut, lingkungan
belajar di TBM dibuat berbeda dengan satuan pendidikan lainnya. Unsur
lingkungan sangat mempengaruhi kenyamanan dalam proses pembelajaran.
Penataan ruang yang sejuk, suhu udara yang tidak terlalu panas hingga
pemandangan yang asri menjadi kelebihan yang dimiliki TBM. TBM didirikan
11
di sejumlah wilayah pedesaan dan perkotaan guna merangsang minat baca
masyarakat, khususnya masyarakat dari kalangan menengah ke bawah. TBM
didirikan disekitar tempat tinggal penduduk, di sentra pelayanan publik,
seperti di kantor-kantor pelayanan, di tempat-tempat menunggu, dan lainnya.
Namun, kondisi TBM yang ada selama ini masih menghadapi berbagai
kendala untuk benar-benar menjadi sebuah media pembelajaran sepanjang
hayat bagi seluruh lapisan masyarakat. Secara umum, kondisi
sarana/prasarana, jumlah dan jenis bahan bacaan, profesionalisme
pengelolaan, mutu layanan, dan jaringan kerja kemitraan di TBM selama ini
masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Jika TBM diharapkan menjadi
sebuah pusat belajar dan pembelajaran yang bermutu maka diperlukan
kegiatan pengelolaan yang sesuai dengan peran dan fungsinya yang ideal
sehingga pemanfaatan TBM sebagai salah satu sumber belajar di
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan minat baca masyarakat
dapat dicapai. Hal tersebutlah yang terjadi di Warung Baca Lebak Wangi,
Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Ketiganya merupakan
komunitas yang menjalankan fungsi sebagai Taman Bacaan Masyarakat,
namun dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan ketiganya memiliki pola
dan cara yang tidak sama.
Warung Baca Lebak Wangi yang biasanya disingkat dan dikenal oleh
masyarakat sekitar desa Kampung Saja dengan Warabal, merupakan suatu
taman bacaan masyarakat memiliki kegiatan layanan yang unik untuk
12
menarik perhatian pengunjung dengan berbagai macam kegiatan edukatif
yang diperuntukkan bagi masyakarat berbagai tingkat usia di Desa Kampung
Saja, Parung Bogor. TBM ini memiliki kegiatan layanan yang unik yaitu
melakukan kegiatan layanan dengan cara rutin berkeliling dari kampung ke
kampung, meminjamkan buku koleksinya secara gratis. Kegiatan berkeliling
dilakukan sembari menjual jamu keliling dan bersepeda keliling oleh
pendirinya, Ibu Kiswanti. Ibu Kiswanti merupakan pendiri sekaligus salah
seorang relawan di Warabal yang berprofesi sebagai penjual jamu dengan
pendidikan terakhir lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. TBM ini telah
didirikan sejak tahun 2003 dan berlokasi di rumah tinggal Ibu Kiswanti.
Taman Bacaan Masyarakat Kwartet atau sering disebut dengan istilah
Rumah Baca Kwartet atau RBK juga memiliki keunikan atas fasilitas atau
layanan yang disediakan. Selain bahan bacaan, Rumah Baca Kuartet juga
melayani jasa peminjaman film-film dokumenter dan menerima pesanan
kliping pers dan segala informasi yang dibutuhkan masyarakat sekitar TBM
secara khusus dan masyarakat Kelurahan Cibubur secara umum. Hal
tersebut sesuai dengan misi para pendiri mempunyai 4 misi yang sama untuk
menjadikan Rumah Baca Kuartet sebagai wadah interaksi para pencinta
dunia perbukuan lintas generasi, pusat mencari informasi bagi mereka yang
membutuhkan, tempat berkreasi, menumpahkan segala karya dalam bentuk
apapun, dan tempat rekreasi dan hiburan yang mendidik. TBM ini didirikan
pada tahun 2005 oleh Edi Dimyati seorang pustakawan sebuah perusahaan
13
swasta di Jakarta. TBM ini didirikan di halaman rumah milik relawan RBK,
Sigit salah seorang warga Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Taman Bacaan
Zhaffa atau Rumah Baca Zhaffa berdiri pada tanggal 24 Agustus 2008.
Penggagasnya adalah Yudy Hartanto salah seorang pustakawan sebuah
perusahaan di Jakarta dan lokasi Rumah Baca Zhaffa ini didirikan
dirumahnya sendiri. Rumah Baca Zhaffa merupakan sebuah taman bacaan
gratis yang ditujukan bagi kalangan anak-anak dan umum yang jauh dari
akses bahan bacaan untuk seluruh kalangan masyarakat secara umum, dan
masyarakat kelurahan Manggarai secara khususnya. Ketiga komunitas diatas
memiliki keunikan dan karakteristik yang berbeda. Dari ketiga Taman Bacaan
Masyarakat tersebut memiliki perbedaan. Baik karakter komunitas
masyarakat, latar belakang pendidikan dan profesi pendiri, dan jangka waktu
berdirinya yang berbeda satu sama lainnya. Namun, ketiga taman bacaan
tersebut mampu menarik pengunjung yang banyak.
Oleh karena itu upaya yang dilakukan tidak hanya pada
penyelenggaraan taman bacaan di desa ataupun kota, tetapi bagaimana
pengelolaan taman bacaan itu dapat menampilkan sesuatu yang atraktif
kepada masyarakat untuk rajin berkunjung. Hingga pada tujuan akhir TBM
dapat terwujud, bahwa membaca dapat menjadi candu bagi masyarakat.
Berdasarkan relevansinya dengan bidang garapan Teknologi Pendidikan dan
diperkuat dengan kesadaran akan pentingnya Taman Bacaan Masyarakat
sebagai upaya pemecahan masalah belajar di masyarakat menjadi menarik
14
perhatian untuk mengetahui bagaimana gambaran kegiatan pengelolaan
Taman Bacaan Masyarakat.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, permasalahan yang ada dalam penelitian ini dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Apakah rencana program kegiatan pembelajaran di Taman Bacaan
Masyarakat sudah sesuai dengan karakteristik pengguna?
2. Bagaimana pengembangan bahan koleksi di Taman Bacaan Masyarakat
agar dapat meningkatkan minat masyarakat?
3. Apakah pemanfaatan Taman Bacaan Masyarakat sebagai sumber belajar
masyarakat sudah efektif?
4. Bagaimana relevansi pengembangan bahan bacaan di Taman Bacaan
Masyarakat dengan kebutuhan masyarakat?
5. Bagaimana Efektifitas pengembangan Taman Bacaan Masyarakat dapat
meningkatkan minat baca masyarakat?
6. Bagaimanakah pengelolaan yang dilakukan di Taman Bacaan
Masyarakat?
15
C. PEMBATASAN MASALAH
Oleh karena luasnya masalah yang telah diidentifikasi, sedangkan
keterbatasan peneliti dari segi kemampuan, waktu, dana dan tenaga, maka
peneliti memfokuskan pada satu masalah yang telah diidentifikasi yaitu,
“bagaimanakah pengelolaan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi,
Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?”.
Saat ini Taman Bacaan Masyarakat yang ada di Indonesia jumlahnya
sangat banyak. Untuk memperoleh data mengenai Taman Bacaan
Masyarakat yang fokus dan lebih mendalam, maka perlu dibatasi masalah
dan tempat penelitian. Oleh karena itu penelitian ini hanya berfokus dilakukan
pada tiga Taman Bacaan Masyarakat yang dipilih dan tidak memberikan
perwakilan untuk TBM yang lainnya. Adapun Taman Bacaan Masyarakat
yang akan diteliti yaitu, Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet,
dan Rumah Baca Zhaffa.
D. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
“Bagaimanakah pengelolaan di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca
Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?”
16
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi di awal, peneliti
mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan pengelolaan
taman bacaan masyarakat, yaitu:
1. Bagaimana perencanaan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi,
Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?
2. Bagaimanak pengorganisasian yang dilakukan di Warung Baca Lebak
Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?
3. Bagaimanak pengarahan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi,
Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?
4. Bagaimana pengawasan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi,
Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian
yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana pengelolaan yang
dilakukan di Warabal, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa.
Berdasarkan data yang diperoleh maka akan dapat diidentifikasikan baik
perbedaan dan persamaan kegiatan pengelolaan yang dilakukan di ketiga
Taman Bacaan Masyarakat tersebut. Oleh karena itu, dapat diidentifikasikan
keunggulan dan kelemahan bagi ketiga Taman Bacaan Masyarakat.
17
F. KEGUNAAN PENELITIAN
Dengan menggambarkan pengelolan Taman Bacaan Masyarakat,
penelitian ini diharapkan dapat menambah kekayaan ilmu secara teoritis bagi
Jurusan Teknologi Pendidikan. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan
atau studi pendahuluan untuk penelitian lebih lanjut, dalam kawasan
penelitian pengelolaan sumber belajar di masyarakat. Penelitian ini juga
dapat digunakan oleh para praktisi pendidikan sebagai bahan studi
pendahuluan untuk menyusun model pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat.
Adapun kegunaan praktis dari penelitian ini antara lain meliputi pihak-
pihak yaitu :
1. Peneliti.
Penelitian ini dapat dijadikan wadah aktualisasi diri dalam
mengembangkan potensi dan minat peneliti, menambah dan memperluas
wawasan dan pengetahuan mengenai sumber belajar berupa lingkungan,
khususnya Taman Bacaan Masyarakat.
2. Pengelola Taman Bacaan Masyarakat.
a) Mengetahui model atau contoh pengelolaan yang dilakukan di Taman
Bacaan Masyarakat lainnya.
b) Mengetahui kekurangan serta keunggulan terhadap kegiatan
pengelolaan di Taman Bacaan Masyarakat.
18
c) Mengetahui keunggulan dari pengelolaan yang dilakukan di TBM
lainnya, sebagai bahan rekomendasi untuk diterapkan bagi Taman
Bacaan Masyarakat.
3. Masyarakat.
Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan yang dapat menambah
pengetahuan tentang pengelolaan salah satu sumber belajar berupa
lingkungan, khusunya Taman Bacaan Masyarakat.
4. Pemerintah.
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui gambaran kegiatan
pengelolaan salah satu sumber belajar masyarakat khususnya Taman
Bacaan Masyarakat. oleh karena itu, dapat dijadikan sebagai referensi
bagi pemerintah untuk mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh
masyarakat dalam upaya pemeliharaan dan pengembangan minat dan
kemampuan baca masyarakat.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
Agar pemanfaatan sumber belajar dapat mencapai tujuan yang
diharapkan, maka tiap-tiap sumber belajar penting untuk dikelola dengan
baik, sehingga sumber belajar dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran secara efektif dan efisien. Taman Bacaan Masyarakat adala
salah satu sumber belajar. Taman Bacaan Masyarakat adalah salah satu
sumber belajar yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan minat
baca masyarakat. Kajian teori mencakup: (1) Hakikat minat baca; (2) Hakikat
taman bacaan masyarakat; dan (3) Hakikat pengelolaan taman bacaan
masyarakat.
A. HAKIKAT MINAT BACA
1. Pengertian Membaca
Membaca berasal dari kata dasar baca yang artinya memahami arti
tulisan. Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk
mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa membaca, manusia dapat
dikatakan tidak bisa hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup manusia
sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dan untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan itu, salah satunya dengan cara membaca.
Dalam definisi yang sederhana, membaca diartikan sebagai kegiatan
19
melisankan kata-kata atau paparan tertulis1. Definisi ini lebih tepat
mengartikannya di dalam kondisi seorang anak yang baru belajar membaca
pada tingkat pendidikan usia dini. Mengeja satu persatu huruf demi huruf.
Apabila anak tersebut telah mampu melafalkan kata-kata sederhana dengan
benar, maka anak tersebut dapat dikatakan sudah dapat membaca.
Telah dietahui secara umum, bahwa setiap kata mempunyai makna
tertentu. Dalam definisi yang lain, merupuskan, membaca adalah kegiatan
yang dilakukan untuk memahami setiap kata2. Dengan demikian membaca
bukan hanya sekedar melafalkan bunyi huruf dengan benar, tapi juga
memperoleh makna atau arti dari suatu kata yang dilambangkan oleh huruf-
huruf. Definisi lebih lengkap dirumuskan oleh Tampubolon3:
Membaca pada hakikatnya adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. dikatakan kegiatan fisik, karena bagian tubuh, khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental, karena bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan terlibat didalamnya. Dari rumusan tentang membaca diatas terlihat bahwa mambaca
merupakan aktivitas yang melibatkan aspek fisik dan mental. Jadi, membaca
tidak hanya mengenal dan melafalkan huruf saja. Membaca juga melibatkan
peranan otak dalam memaknai kata-kata. Berdasarkan pemaparan diatas
dapat dipahami bahwa membaca tidak hanya membutuhkan mata sebagai
1 Ibrahim Bafadal, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara,1992), hal. 192. 2 Ibid., hal. 192. 3 D.P. Tampubolon, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada Anak (Bandung: Angkasa, 1998), hal. 41.
20
alat indra yang berperan, namun juga membutuhkan kemampuan untuk
mengenal huruf, memahami makna dari kata-kata. Artinya di dalam kegiatan
membaca juga ada proses berfikir. Dalam proses berfikir, kegiatan membaca
juga melibatkan peranan ingatan dan persepsi.
Dari uraian mengenai definisi-definisi membaca diatas, data ditarik
benang merah mengenai kegiatan membaca. Membaca adalah kegiatan fisik
dan mental yang melibatkan indra penglihatan yaitu mata, dan kemampuan
berfikir untuk mempersepsikan kata, mengingatnya, dan akhirnya
memahaminya. Oleh karena itu, membaca merupakan proses yang rumit.
2. Tujuan Membaca
Sesuatu kegiatan yang akan dilakukan memerlukan tujuan. Secara
umum, tujuan membaca adalah untuk mendapatkan informasi. Adapun tujuan
membaca yang lebih rinci dikemukakan oleh Gray dan Rogers dalam
Mudjito4 antara lain:
a. Mengisi waktu luang; b. Mengetahui hal-hal aktual yag terjadi di lingkungannya; c. Memuaskan pribadi yang bersangkutan; d. Memenuhi tuntutan praktis kehidupan sehari-hari; e. Meningkatkan minat terhadap sesuatu lebih lanjut; f. Meningkatkan pengembangan diri sendiri; g. Memuaskan tuntutan intelektual; h. Memuaskan tuntutan spiritual.
4 Mudjito, Pembinaan Minat Baca (Jakarta: Karunika UT, 1993) , hal. 62-63.
21
Dari uraian diatas, seseorang membaca berdasarkan tujuan tertentu.
Seseorang membaca dengan tujuan mengisi waktu luang adalah membaca
untuk memperoleh kesenangan (rekreatif). Membaca untuk mengetahui hal-
hal aktual yang terjadi di lingkungannya adalah kegiatan membaca untuk
mmeperbaharui informasi yang telah diterima sebelumnya.
3. Manfaat Membaca
Juel mengungkapkan bahwa hasil akhir dari proses membaca adalah
seseorang mampu membuat intisari dari bacaan.5 Intisari dari sebuah bahan
bacaan merupakan informasi yang dapat digunakan seseorang untuk
mempelajari sesuatu hal. Sehingga, semakin banyak seseorang membaca,
maka akan semakin banyak informasi yang akan diperoleh. Dari pemaparan
tersebut, maka jelaslah bahwa dengan membaca seseorang akan
mendapatkan manfaat dalam memperoleh informasi serta dapat
mengembangkan pengetahuannya.
Ada banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan
membaca. Beberapa manfaat membaca menurut Jordan E. Ayan6,
diantaranya adalah :
5 Universitas Unika, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan, hal. 1., 2008 (http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf). 6 Hernowo, Quantum Reading: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munsulnya Potensi Membaca, (Bandung: Mizan Learning Center, 2003), hal. 36.
22
1) Membaca dapat menambah kosakata dan pengetahuan akan tata bahasa dan sintaksis.
2) Banyak buku yang mengajak untuk berintrospeksi dan melontarkan pertanyaan serius mengenai nilai, perasaan, dan hubungan kita dengan orang lain.
3) Membaca dapat memicu Imajinasi.
Manfaat mambaca memang tidak dapat dielakkan lagi, karena
membaca merupakan kegiatan yang penting dan bermanfaat. Dengan
banyaknya manfaat akan membaca, maka dapat diyakini bahwa membaca
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting.
4. Pengertian Minat Baca
Secara umum minat dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan
yang menyebabkan seseorang berusaha untuk mencari ataupun mencoba
aktivitas-aktivitas dalam bidang tertentu. Sutarno NS mendefinisikan minat
sebagai berikut:
Minat seseorang terhadap sesuatu adalah kecenderungan hati yang tinggi, gairah, atau keinginan seseorang tersebut terhadap sesuatu7. Dari uraian tentang minat di atas, dapat disimpulkan bahwa minat
adalah tingkat kesenangan yang kuat (excitement) dari seseorang dalam
melakukan suatu kegiatan yang dipilih karena kegiatan tersebut
menyenangkan dan memberi nilai baginya.
7 Sutarno NS, Perpustakaan Dan Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hal. 19
23
Pengertian lain tentang minat, yaitu dari sdut pandang Tampubolon,
yaitu minat merupakan perpaduan keinginan dan kemauan yang berkembang
jika ada motivasi8. Tampubolon mengartikan bahwa seseorang berminat
karena adanya motivasi. Misalnya saja seseorang yang memiliki keinginan
untuk membaca buku di perpustakaan. Namun, karena ia tidak menemukan
buku yang menarik untuk dibaca, maka dia tidak termotivasi. Akibatnya,
keinginannya untuk membaca tidak berkembang menjadi minat. Dari contoh
tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivas adalah daya penggerak minat.
Jika dilihat dari aspek emosi, minat juga sering dilihat melalui ukuran
senang tidaknya melakukan sesuatu9. Melihat definisi diatas, kesenangan
merupakan unsur yang dominan dalam pembentukan minat. Berminat
terhadap sesuatu, berarti memiliki kesenangan terhadap sesuatu itu pula.
Tetapi minat tidak sama dengan kesenangan. Kesenangan sifatnya
sementara, sedangkan minat cenderung menetap.
Minat baca merupakan perhatian, gairah, dan keinginan siswa pada
kegiatan membaca. Kegiatan membaca ini dipilih atas dasar pengalaman,
yang dipelajarinya bahwa membaca itu penting dan sesuai bagi dirinya,
menarik, memuaskan atau menyenangkan keinginan atau kebutuhannya,
sehingga dapat melahirkan usaha dan tindakan aktif untuk membaca yang
akan bersifat menetap menjadi suatu kebiasaan membaca. Berdasarkan
8 Tampubolon, op. cit., hal. 41. 9 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Grasindo, 1996), hal.188
24
pendapat Kartono, ada tiga aspek minat membaca, meliputi aspek kognitif
(pengetahuan), aspek afektif (perasaan), dan aspek konatif (kemauan) 10.
Lebih lanjut, Kartono menyebutkan bahwa aspek kognitif minat baca
ditunjukkan oleh dua hal yaitu pengetahuan tentang perlunya membaca dan
Keyakinan tentang keuntungan kegiatan membaca. Pengetahuan tentang
perlunya membaca ditunjukkan dengan adanya pengetahuan mengenai
perlunya membaca untuk memperoleh wawasan baru, pengetahuan baru,
keterampilan baru, dan hiburan. Sedangkan keyakinan tentang keuntungan
kegiatan membaca, antara lain: membaca sebagai kegiatan yang menarik,
menyenangkan, dan memuaskan.
Aspek afektif minat baca ditunjukkan oleh dua hal yaitu perasaan
tertarik untuk membaca dan Perasaan senang membaca. Perasaan tertarik
untuk membaca, yaitu memperhatikan segala hal yang berhubungan dengan
bacaan dan mengunjungi tempat-tempat yang menyediakan buku bacaan.
Sedangkan perasaan senang membaca, yaitu ditunjukkan dengan tidak
merasa bosan membaca, menghayati isi bacaan, dan mendiskusikan isi
bacaan dengan orang lain. Aspek konatif minat baca ditunjukkan oleh dua hal
yaitu kecenderungan membaca dan Kebiasaan membaca. Kecenderungan
membaca, yaitu mempunyai rasa ingin tahu membaca dan memilih kegiatan
membaca dibandingkan dengan kegiatan lain. Sedangkan kebiasaan
10 Kartini Kartono, Psikologi Umum, (Jakarta: CV. Mandar Maju, 1990), hlm. 120.
25
membaca, dapat ditunjukkan dengan melakukan kegiatan membaca di waktu
luang dan menyediakan waktu khusus untuk membaca.
Akhirnya, dari uraian paparan keseluruhan mengenai membaca dan
minat diatas dapat disimpulkan bahwa minat baca merupakan tingkat
kesenangan yang kuat (excitement) dalam melakukan kegiatan membaca
yang dipilihnya karena kegiatan membaca tersebut menyenangkan dan
memberi nilai kepadanya. Kesenangan seseorang membaca bahan bacaan
berdasar pada faktor kemenarikan. Baik dari segi fisik bahan bacaan, tingkat
penting tidaknya bahan bacan bagi seseorang, maupun selera seseorang.
B. HAKIKAT TAMAN BACAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Taman Bacaan Masyarakat
Program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) telah dimulai sejak tahun
1992/1993. Kehadiran TBM merupakan pembaharuan dari Taman Pustaka
Rakyat (TPR) yang didirikan oleh Pendidikan Masyarakat. TBM adalah
sebuah lembaga yang menyediakan berbagai jenis bahan belajar yang
dibutuhkan oleh masyarakat, sebagai tempat penyelenggaraan pembinaan
kemampuan membaca dan belajar, sekaligus sebagai tempat untuk
mendapatkan informasi bagi masyarakat11. TBM merupakan wadah yang
mampu menyediakan berbagai bahan belajar yang dibutuhkan masyarakat.
11 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat,
(Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006) h. 1.
26
Lebih dari itu, TBM dapat pula didefinisikan sebagai tempat penyelenggaraan
pembinaan kemampuan membaca, tempat penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran serta tempat untuk mendapatkan berbagai informasi yang
diperlukan masyarakat.
Dalam buku Pedoman Pengelolaan TBM yang diterbitkan Direktorat
Pendidikan Masyarakat disebutkan bahwa definisi Taman Bacaan
Masyarakat adalah sebagai sebuah tempat/wadah yang didirikan dan dikelola
baik masyarakat maupun pemerintah untuk memberikan akses layanan
bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai sarana pembelajaran seumur
hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat di sekitar Taman
Bacaan Masyarakat (TBM)12. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa
TBM merupakan suatu lembaga atau organisasi yang dapat dikelola oleh
pemerintah ataupun masyarakat. Definisi tersebut juga mendefinisikan TBM
sebagai sumber belajar yang bertujuan untuk memberikan kesempatan setiap
individu untuk dapat belajar sepanjang hayat. Oleh karena itu, TBM dapat
dimanfaatkan oleh semua pebelajar dari golongan masyarakat yang berbeda
baik secara sosial, ekonomi, gender, lokasi tempat tinggal, dan tingkat
kemampuan intelektual, serta kondisi fisik lainnya.
Berdasarkan kedua definisi diatas, dapat disimpulkan definisi Taman
Bacaan Masyarakat. Definisi Taman Bacaan Masyarakat di dalam penelitian
ini adalah salah satu sumber belajar yang menyediakan berbagai bahan 12 Ibid., hal. 9-10.
27
kebutuhan belajar dalam rangka menyelenggarakan pembinaan kemampuan
membaca, memberikan informasi yang dibutuhkan masyarakat, dan
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran sepanjang hayat.
2. Tujuan Taman Bacaan Masyarakat
Segala sesuatu memerlukan tujuan. Begitu juga dengan TBM sebagai
salah satu sumber belajar yang penting di masyarakat memiliki tujuan.
Adapun tujuan didirikannya TBM adalah untuk13 :
a) Membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga
tercipta masyarakat yang cerdas yang selalu mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
b) Menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat.
c) Mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam
Pemberantasan Buta Aksara sehingga tidak menjadi buta aksara
kembali.
Dari uraian mengenai tujuan diatas, terlihat bahwa keberadaan Taman
Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar yang sangat penting. karena
TBM tidak hanya sebagai tempat untuk membaca namun, juga tempat untuk
kegiatan pembelajaran.
13 Ibid., hal. 1.
28
3. Fungsi Taman Bacaan Masyarakat
Dalam memenuhi peranannya sebagai sumber belajar yang dapat
memfasilitasi pembelajaran seumur hidup, Taman Bacaan Masyarakat (TBM)
memiliki fungsi sebagai berikut14 :
a) Sarana pembelajaran bagi masyarakat;
b) Sarana hiburan (rekreasi) dan pemanfaatan waktu yang efektif dengan
memanfaatkan bahan-bahan bacaan dan sumber informasi lain
sehingga warga masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan
informasi baru guna meningkatkan kehidupan mereka;
c) Sarana informasi berupa buku dan bahan bacaan lain yang sesuai
dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat.
Dari uraian diatas, Taman Bacaan Masyarakat menjalankan tiga jenis
fungsi. Fungsi tersebut terdiri dari fungsi pembelajaran, hiburan, dan
informasi. TBM menyelenggarakan kegiatan pelayanannya yang bervariasi.
Ada banyak nama yang digunakan untuk TBM, misalnya Rumah Baca,
Pondok Baca, Perahu Baca, Kapal Baca, Warung Baca. Namun, pada
hakikatnya kesemua lembaga atau organisasi tersebut melakukan fungsi
yang sama dengan TBM.
14 Ibid., hal.2.
29
4. Manfaat Taman Bacaan Masyarakat
TBM dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya dalam15 :
a) Menumbuhkan minat, kecintaan, dan kegemaran membaca;
b) Memperkaya pengalaman belajar dan pengetahuan bagi masyarakat;
c) Menumbuhkan kegiatan belajar mandiri;
d) Membantu pengembangan kecakapan membaca;
e) Menambah wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
f) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat.
Selain memberikan kemudahan mendapatkan bahan bacaan yang
diperlukan masyarakat, TBM juga melakukan berbagai kegiatan untuk
menumbuhkembangkan minat dan kegemaran membaca. Apabila dapat
melaksanakan fungsinya dengan baik.
5. Peran Taman Bacaan Masyarakat
Agar dapat meningkatkan minat dan budaya baca, TBM memiliki peran
sebagai berikut :
a) TBM berperan sebagai tempat layanan informasi
Agar TBM dikunjungi oleh masyarakat sekitar TBM harus menjadi
tempat layanan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar melalui
media bahan bacaan yang tersedia. Sesuai dengan peran tersebut maka 15 Ibid., hal. 2.
30
TBM harus berisi berbagai jenis media seperti buku, audio, audio visual
gerak, leaflet, booklet, atau bahan bacaan praktis lainnya yang dapat
memberi informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar TBM. Dengan
demikian di TBM perlu memprioritaskan bahan bacaan yang menyajikan
informasi umum yang sangat diperlukan masyarakat.
b) TBM berperan sebagai tempat untuk memperluas wawasan dan
pengetahuan
Sesuai dengan peran tersebut maka TBM harusnya menyediakan
berbagai bahan bacaan baik koran, majalah, tabloid, buku otobiografi, kamus,
ensiklopedia, buku tentang berbagai budaya nusantara, buku-buku
ensiklopedia dan sebagainya. Selain itu TBM juga harusnya memiliki bahan
bacaan ilmu pengetahuan praktis (yang bersifat aplikatif), serta buku
pelajaran untuk membantu anak-anak yang sekolah tetapi tidak memiliki
buku.
c) TBM berperan sebagai tempat hiburan yang edukatif
Sesuai dengan peran tersebut maka TBM baiknya dirancang dan
dibuat sedemikian rupa sehingga orang yang belajar merasa senang dan
nyaman. Oleh karena itu, TBM juga menyediakan bahan bacaan yang
bersifat humoris atau bahan bacaan yang bersifat dagelan/cerita, novel,
komik, dan sebagainya.
31
d) TBM berperan sebagai pembinaan watak dan moral
TBM dapat menjadi tempat pembinaan watak dan moral apabila berisi
bahan bacaan yang terkait dengan ilmu dan pengetahuan tentang psikologis,
agama, sejarah, otobiografi tokoh/negarawan/ artis, pengalaman hidup
seseorang, dan sebagainya.
e) TBM berperan sebagai tempat belajar keterampilan
Untuk dapat memfasilitasi masyarakat yang akan belajar keterampilan
TBM perlu menyediakan bahan bacaan baik berbagai keterampilan yang
bersifat praktis baik pertukangan, pertanian, peternakan, elektronika, dan
sebagainya.
6. Taman Bacaan Sebagai Sumber Belajar
Teknologi Pendidikan merupakan pemecahan masalah-masalah yang
menyangkut semua aspek pembelajaran manusia, agar kegiatan belajar
menjadi bertujuan dan terkontrol. Hal ini dijelaskan dalam definisi Teknologi
Pendidikan (1977), sebagai berikut :
Educational technology is a complex, integrated process, involving people, procedures, ideas, devices and organization, for analizing problems and devising, implementing, evaluating and managing solutions to those problems, involved in all aspects of human learning16.
16 Alan Januszewski, Educational Technology: The Development of A Concept, (Englewood: Libraries Unlimited, 2001), hal. 78
32
Sumber belajar merupakan salah satu hal penting dalam pemecahan
masalah. Di dalam Teknologi Pendidikan, pemecahan masalah berupa
desain, pemilihan, dan pemanfaatan sumber belajar. Lebih lanjut,
Januszewski mengidentifikasikan sumber belajar sebagai Pesan, Orang,
Materi, Alat, Tekhnik, dan Lingkungan. Sumber belajar yang dimanfaatkan
dalam sistem pendidikan adalah sumber belajar yang tidak didesain untuk
kepentingan pembelajaran atau sumber belajar by utilization. Sedangkan
sumber belajar yang didesain untuk tujuan pembelajaran adalah sumber
belajar by design.
Menurut AECT (Association For Educational Communication and
Technology) sebagaimana dikutip oleh Soeharto (1995), Learning resources
(for Educational Technology) all of the resources (data, people, and things)
which may be used by the learner in isolation or in combination, usualy in an
formal manner, to fasilitate learning; they include messages, people,
materials, devices, techniques, and settings17.
Dari definisi diatas dapat terlihat bahwa sumber belajar bukan hanya
terbatas pada bahan dan alat yang digunakan dalam proses belajar-
pembelajaran. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan
untuk membantu individu untuk belajar dan menampilkan kompetensinya.
Sumber belajar tersebut dapat berupa pesan, manusia, material (media-
software), peralatan (media-hardware), teknik (metode) dan lingkungan. 17 Karti Soeharto, Teknologi Pembelajaran, (Surabaya: SIC,1995), hal. 73
33
Menurut Edgar Dale, sumber belajar merupakan suatu hal yang
pernah dialami dan dapat menimbulkan peristiwa belajar pada diri seseorang.
Sebagaimana yang dikutip oleh Arsyad (2002), bahwa sumber belajar
merupakan pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni
seluas kehidupan mencakup segala sesuatu yang dapat dialami dan dapat
menimbulkan peristiwa belajar18. Sumber belajar dalam pengertian tersebut
menjadi sangat luas maknanya, karena segala sesuatu yang di alami
dianggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman
yang menyebabkan belajar.
Sebagaimana diketahui bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Sumber belajar bukan hanya
berupa benda yang dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi sumber belajar
juga bisa berupa pengalaman, dimana pengalaman merupakan sesuatu yang
tidak dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi hanya dapat dirasakan.
Melalui sebuah pengalaman yang pernah dialami oleh seseorang di masa
lampau bisa memberikan suatu pengetahuan baru, pengalaman tersebut
tidak harus berasal dari suatu hal yang dialaminya sendiri, tetapi bisa melalui
pengalaman yang dialami oleh orang lain. Membaca buku atau bahan bacaan
adalah salah satu contohnya. Melalui membaca buku seseorang bisa
menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di 18 Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 3
34
masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang
terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui melalui membaca buku
atau bahan bacaan.
Merujuk pada beberapa pengertian mengenai sumber belajar yang
dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa sumber belajar adalah
segala sesuatu yang ada di luar diri seseorang dan memiliki unsur daya tarik
yang dirancang atau dimanfaatkan untuk memfasilitasi dan memudahkan
terjadinya proses belajar sehingga memungkinkan pebelajar untuk
menampilkan potensinya secara mandiri. Daya tarik merupakan suatu unsur
yang digunakan agar dapat terjadi perubahan dalam diri seseorang dengan
keinginan yang muncul dari dalam dirinya sendiri tanpa adanya suatu
keterpaksaan selama proses belajar tersebut berlangsung. Perubahan dalam
proses belajar, dapat berupa dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti
menjadi mengerti, dan dari tidak bisa menjadi bisa. Berbagai sumber yang
dipergunakan untuk keperluan belajar dapat berupa pesan, bahan, alat,
orang, lingkungan, teknik atau pun pengalaman.
Pemanfaatan sumber belajar tersebut dapat dilakukan secara
individual atau berkelompok dan terpisah maupun mengkombinasikan
beberapa sumber. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, maka sumber
belajar perlu dikelola. Salah satu sumber belajar yang dimanfaatkan dan
perlu dikelola adalah taman bacaan masyarakat. Dalam kedudukannya
sebagai sebuah sumber belajar, bila dilihat dari dari bentuknya sekaligus
35
merujuk pada AECT, Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar
berupa lingkungan yang ada di masyarakat. Sedangkan bila kita melihat asal
usulnya, Taman Bacaan Masyarakat dapat dikelompokan menjadi sumber
belajar by design, karena taman bacaan masyarakat dengan sengaja
dirancang untuk memenuhi tujuan pembelajaran tertentu.
C. HAKIKAT PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT
1. Pengertian Pengelolaan
Pengelolaan merupakan salah satu bidang garapan Teknologi
Pendidikan. Teknologi Pendidikan sebagai suatu konsep terdiri dari sejumlah
gagasan dan rujukan. Adapun gagasan yang ingin diwujudkan adalah agar
setiap individu dapat berkembang semaksimal mungkin dengan jalan
memanfaatkan teknologi sedemikian rupa hingga selaras dengan
perkembangan masyarakat dan lingkungan19. Dalam definisi Teknologi
Pendidikan tahun 2004, pengelolaan dirumuskan sebagai salah satu
kawasan kegiatan teknologi pendidikan. Association for Educational
Communications and Technology (1994)20 mendefiniskan Teknologi
Pendidikan sebagai berikut:
19 Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hal. 132. 20 Barbara Seels & Rita Richey, Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya, diterjemahkan oleh Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo (Alm), dan Yusufhadi Miarso, (Washington DC: AECT, 1994), hal. 10.
36
Teknologi Pendidikan adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian proses dan sumber untuk belajar.
Definisi tersebut menjelaskan bahwa pengelolaan menjadi salah satu
rujukan dari konsep Teknologi Pendidikan yang diperoleh secara sintesis dari
gejala yang diamati dan kecenderungan yang ada, antara lain21 :
a) Adanya orang-orang belajar yang belum cukup memperoleh perhatian tentang kebutuhannya, kondisinya, dan tujuannya.
b) Adanya si belajar yang tidak cukup memperoleh pendidikan dari sumber-sumber sedekala (tradisional), dna karena itu perlu dikembangkan dan digunakan sumber-sumber baru.
c) Adanya sumber-sumber baru berupa: orang (penulis buku ajar, pembuat media instruksional, dan sebagainya), pesan (yang tertulis dalam buku, tersaji dalam media, dan sebagainya), pesan (yang tertulis dalam buku, tersaji dalam media, dan sebagainya), alat (pesawat televisi, komputer, dan sebagainya), cara-cara tertentu dalam memanfaatkan orang, pesan, bahan dan alat, serta lingkungan tempat proses itu berlangsung.
d) Adanya kegiatan yang bersistem dalam mengembangkan sumber-sumber belajar itu yang bertolak dari landasan teori tertentu dan hasil penelitian, yang kemudian dirancang, dipilih, diproduksi, disajikan, digunakan, disebarkan, dinilai, dan disempurnakan.
e) Adanya pengelolaan atas: kegiatan belajar yang memanfaatkan berbagai sumber, kegiatan manghasilkan dan atau memilih sumber belajar, serta orang dan lembaga yang terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Hal ini dilakukan agar kegiatan lebih berdaya guna, berhasil guna, dan produktif.
Berdasarkan konsep Teknologi Pendidikan seperti diuraikan diatas,
dapat disimpulkan bahwa pengelolaan menjadi salah satu pemecahan
masalah-masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
Tujuannya adalah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif
dan efisien dalam proses pengadaan dan pemakaian sumber belajar.
21 Miarso, op. cit., hal. 133.
37
Sejalan dengan pemikiran tersebut, Ivor Davies menyebutkan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola (pembelajar) agar
proses pembelajaran menjadi efektif22 :
a) Merencanakan tujuan belajar; b) Mengorganisasikan sumber belajar, sehingga dalam mewujudkan
tujuan belajar dengan cara yang paling efektif, efisien, dan ekonomis;
c) Memimpin untuk memotivasikan, mendorong, dan menstimulasikan murid-muridnya, sehingga mereka akan siap untuk mewujudkan tujuan belajar;
d) Mengawasi apakah fungsinya dalam mengorganisasikan dan memimpin telah berhasil dalam mewujudkan tujuan belajar yang telah dirumuskan.
Dari uraian diatas, terlihat bahwa pengelolaan yang berkaitan dengan
pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang pengelola.
Kegiatan tersebut diawali dengan merencanakan, dilanjutkan dengan
mengorganisasikan, kemudian memimpin, sampai melakukan pengawasan
terhadap kegiatan yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
Seels and Richey juga mengungkapkan bahwa pengelolaan meliputi
pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian, dan supervisi23. Lebih lanjut,
pengelolaan dalam bidang garapan Teknologi Pendidikan terdiri dari empat
22 Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Penerjemah: Sudarsono Sudirjo, dkk, (Jakarta: Rajawali, 1991), hal. 35-36. 23 Barbara Seels & Rita Richey, op. cit., hal. 54.
38
kategori, yaitu: pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem
penyampaian, dan pengelolaan infomasi.
Melengkapi kedua pendapat diatas, Koontz dan O’Donnell dalam
bukunya The Principal of Management: An Analysis of Managerial Function,
sebagaimana dikutip oleh Abdul Rahman Saleh dan Fahidin24 menyebutkan
bahwa fungsi pengelolaan ada lima yaitu: Planning (Perencaan), Organizing
(Pengorganisasian), Staffing (Penyusunan Staf), Directing (Pengarahan), dan
Controlling (Pengendalian).
Berdasarkan pemaparan beberapa teori baik dalam bidang ilmu
Teknologi Pendidikan dan Ilmu Perpustakaan, dapat ditarik benang merah
bahwa pengelolaan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk
mencapai tujuan yang teleh ditetapkan dengan menggunakan sumber-
sumber yang ada secara efektif dan efisien. Usaha sadar tersebut dilakukan
dengan melalui proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan.
2. Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
Dalam upaya mewujudkan masyarakat belajar (learning community)
harus diciptakan kondisi sedemikian rupa yang memungkinkan pemelajar
memiliki pengalaman belajar baik melalui sumber belajar yang dirancang (by
24 Abdul Rahman Saleh & Fahidin, Manajemen Perpustakaan Perguruan Tinggi, (Jakarta: Universitas Terbuka, Dpdikbud, 1995 ), hal. 3.
39
design) maupun yang dimanfaatkan (by utilization) untuk keperluan
pembelajaran. Salah satu sumber belajar yang dirancang untuk keperluan
pembelajaran nonformal adalah Taman Bacaan Masyarakat (TBM).
TBM sejenis dengan perpustakaan umum, namun sasarannya lebih
diperuntukkan untuk komunitas kelompok. Komunitas kelompok sasaran TBM
yang satu bebeda dengan TBM lainnya. Adapun peranan TBM adalah
sebagai berikut:
TBM yang diselenggarakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat bertujuan untuk memberi kemudahan akses kepada warga masyarakat untuk memperoleh bahan bacaan. Di samping itu, TBM berperan dalam meningkatkan minat baca, menumbuhkan budaya baca, dan cinta buku bagi warga belajar dan masyarakat. Secara khusus TBM dimaksudkan untuk mendukung gerakan pemberantasan buta aksara yang antara lain karena kurangnya sarana yang memungkinkan para aksarawan baru dapat memelihara dan meningkatkan kemampuan baca tulisnya. Di samping itu, TBM juga ditujukan untuk memperluas akses dalam memberikan kesempatan kepada masyarakat mendapatkan layanan pendidikan. 25
Berdasarkan kutipan diatas, dapat disadari pentingnya fungsi TBM
dalam menyediakan koleksi baik berupa bahan bacaan maupun jenis lain
yang berguna bagi warga masyarakat, maka diperlukan pengelolaan yang
baik dan memadai agar fungsi Taman Bacaan Masyarakat dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengelola
TBM diarahkan pada penguasaan beberapa aspek kompetensi yang
diperlukan untuk pengelolaan TBM. Kompetensi mengelola adalah salah satu
25 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Naskah AkademikPengelola Taman Bacaan Masyarakat (TBM), (Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hal. 7
40
aspek penting dalam pengelolaan TBM. Kompetensi pengelolaan terdiri dari
kemampuan dalam merencanakan program TBM, mengorganisasikan
sumber daya TBM, mengarahkan pelaksanaan program TBM,
mengendalikan pelaksanaan program TBM, dan mengevaluasi26. kompetensi
inilah yang harus dipenuhi dalam kegiatan mengelola TBM. Kegiatan
mengelola TBM merupakan sebuah rangkaian aktivitas yang harus dilakukan
oleh seorang pengelola, dimana rangkaian aktivitas tersebut dimaksudkan
sebagai fungsi pengelolaan TBM.
Berdasarkan kajian sebelumnya, telah di ketahui bahwa pengelolaan
merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang
teleh ditetapkan dengan menggunakan sumber-sumber yang ada secara
efektif dan efisien melalui proses kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Maka, dapat dirumuskan bahwa proses
pengelolaan TBM yang harus dilaksanakan yaitu melalui fungsi-fungsi
pengelolaan yang terdiri dari Perencanaan TBM, Pengorganisasian TBM,
Pengarahan TBM, dan Pengawasan TBM.
a) Perencanaan
Sebelum seorang pengelola dapat melakukan kegiatan
mengorganisasi, mengarahkan dan mengawasi, mereka haruslah membuat
rencana yang memberikan tujuan dan arah organisasi. Perencanaan adalah 26 Ibid., hal. 13
41
pemilihan dan penetapan kegiatan, selanjutnya apa yang harus dilakukan,
kapan, bagaimana dan oleh siapa27.
Berbagai definisi mengenai fungsi perencaan dalam pengelolaan
diberikan oleh para praktisi. Mulai dari yang paling mendasar, dikemukakan
oleh William Herbert Newman (1957), Planning is deciding in advance what is
to be done28. Ia mendefinisikan bahwa perencanaan adalah penentuan
terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan. Untuk menentukan apa saja yang
diperlukan sebelum melakukan fungsi selanjutnya, dapat diperoleh dengan
menjawab pertanyaan yang menjadi unsur esensi dalam perencanaan,
sebagaimana diungkapkan oleh Manullang29 :
a. Tindakan apa yang harus dikerjakan? b. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan? c. Di manakah tindakan itu harus dilaksanakan? d. Kapankah tindakan itu dilaksanakan? e. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu? f. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu?
Menurut Manullang, dalam kegiatan perencanaan, pengelola
menentukan jawaban keenam unsur tersebut sebagai penuntun dalam
kegiatan pengelolaan selanjutnya. Berdasarkan definisi fungsi perencanaan
tersebut bahwa perencanaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh suatu
organisasi untuk menentukan apa yang harus dilakukan, mengapa, kapan, 27 Ritha F. Dalimunthe, Keterkaitan Antar Penelitian Manajemen Dengan Pendidikan Dan Pengembangan Ilmu Manajemen. Universitas Sumatra Utara DIgital Library, 2003. (http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha1.pdf) 28 William Herbert Newman dikutip langsung oleh Manullang, Dasar-dasar Manajemen (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), hal. 39. 29 Manullang, Dasar-dasar Manajemen, (Yogyakarta: gadjah Mada University Press, 2006), hal. 41.
42
dimana, bagaimana, dan oleh siapa, yang akan dikerjakan di masa depan
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah diinginkan. Oleh karena itu,
perencanaan dapat didefinisikan sebagai tahap menentukan apa yang akan
dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan dilakukannya, dan siapa yang
akan melakukannya.
Berdasarkan teori diatas, kegiatan-kegiatan perencanaan yang
dilakukan pengelola TBM adalah dengan menetapkan kegiatan yang akan
dilakukan, menetapkan tempat atau lokasi, menetapkan waktu kegiatan atau
penjadwalan, menetapkan siapa yang melakukan atau pelaku kegiatan, dan
menentukan bagaimana atau dengan cara yang dipilih untuk mencapai tujuan
TBM.
Abdul Rahman Saleh & Fahidin mengungkapkan bahwa perencanaan
merupakan suatu proses yang terus menerus dan merupakan suatu siklus
yang sangat penting untuk dipahami30. Dalam konteks ini, perencanaan
didefinisikan sebagai suatu siklus yang berkesinambungan, dan tidak bersifat
permanen. Artinya, perencanaan selalu dapat direvisi dan dikontrol. Adapun
siklus perencaan tersebut terdiri dari (1) menentukan kebutuhan, (2)
menentukan tujuan, (3) menentukan sasaran, (4) menentukan metode/cara
mencapai sasaran, (5) pengujian cara yang dipilih, (6) simulasi, (7) memilih
cara, (8) implementasi, dan (9) monitoring.
30 Abdul Rahman Saleh & Fahidin, op. cit., hal, 28.
43
Kesembilan tahapan yang merupakan siklus perencaan merupakan
hal yang harus dilakukan oleh sebuah perpustakaan. TBM dan perpustakaan
memiliki hubungan yang erat dalam kegiatan pengelolaan, namun kegiatan
pengelolaan di TBM tidak sama persis dengan konsep pengelolaan
perpustakaan diatas. Oleh karena itu, dapat diambil benang merah
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Manullang dan Abdul rahman
Saleh & Fahidin, bahwa perencanaan yang dilakukan di TBM dapat dilakukan
dengan mengikuti siklus perencanaan perpustakaan yang mencakup
perencanaan terhadap kebutuhan TBM, merencanaka sasaran dan
merencanakan metode serta menjawab keenam unsur apa yang harus
dilakukan, mengapa, kapan, dimana, bagaimana, dan oleh siapa.
1) Merencanakan kebutuhan TBM
Adapun kegiatan perencaaan TBM yang pertama dimulai dengan
menentukan kebutuhan. Selayaknya di perpustakaan, di TBM pun ditentukan
kebutuhan terlebih dahulu dengan user study atau studi pemakai. Dari study
user ini akan diidentifikasi kebutuhan pemakai TBM, baik kebutuhan bahan
bacaan maupun kebutuhan layanan, serta kebutuhan pekerjaan di TBM.
2) Merencanakan Tujuan TBM
Tahap selanjutnya adalah menentukan tujuan TBM. Telah disinggung
dalam hakikat sebelumnya bahwa tujuan TBM adalah sebagai wadah
kegiatan belajar masyarakat, khususnya dalam upaya membangkitkan dan
meningkatkan minat baca masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang
44
cerdas yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tujuan TBM tersebut hendaknya harus selalu disadari, dihayati dan
diimplementasikan oleh seluruh anggota TBM.
3) Merencanakan Sasaran dan Metode
Langkah selanjutnya adalah menentukan sasaran atau target
kemudian menentukan metode yang akan dipakai untuk mencapai tujuan
sasaran tersebut. Adapun perencanaan terhadap metode yang akan
digunakan dalam TBM berkaitan dengan kondisi TBM yang bersangkutan.
Metode yang dipilih dilakukan untuk meninjau TBM dilihat dari komponen-
komponen TBM. Adapun komponen penting setiap TBM yaitu lokasi, sumber
daya manusia, organisasi dan manajemen, sarana dan prasarana, layanan
dan promosi, dan anggaran31. berdasarkan pedoman tersebut, komponen
yang ditinjau dengan menggunakan sasaran dan metode yang telah
direncanakan adalah lokasi, sumber daya manusia, dokumen keorganisasian
dana manajemen, sarana dan prasarana, layanan, serta anggaran.
Dalam merencanakan lokasi TBM, perlu diperhatikan sasaran pemakai
TBM. Tony Simbolon, Taman Bacaan Masyarakat seyogyanya berada di32:
a) Desa atau kelurahan yang dikelola oleh kantor desa atau kelurahan, khususnya yang belum memiliki fasilitas akses layanan
31 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat (Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006), hal. 20. 32 Tony Simbolon, Pengembangan Budaya Baca Melalui Taman Bacaan Masyarakat, (Jakarta: PT Ryan Eka Mandiri, 2007), hal. 69-70.
45
bahan bacaan seperti toko buku, rental buku/bahan bacaan, atau perpustakaan.
b) Di kota, di sentra layanan masyarakat (fasilitas umum), atau ditempat-tempat mastarakat berkumpul dan menunggu seperti, pembayaran telepon, listrik, terminal, penjara, bandara, dll.
c) Tempat TBM yang mudah dilihat dan dijangkau.
Dalam merencanakan sumber daya manusia TBM, ditentukan berapa
jumlah tenaga yang dibutuhkan dan proses rekruitmen tenaga pengelola
TBM. Mengenai berapa jumlah tenaga pengelola TBM belum ditentukan
jumlah yang baku. Di dalam buku pedoman penyelenggaraan TBM, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan sumber daya
manusia, yang pertama yaitu komposisi pengelola TBM. Komposisi pengelola
TBM, baik pimpinan maupun staff, disesuaikan dengan volume dan beban
kerja/kegiatan dan juga anggaran33. Hal tersebut menandakan bahwa belum
adanya ketentuan mengenai jumlah tenaga pengelola TBM. Lebih lanjut,
tertera di dalam pedoman penyelenggaraan TBM, hal kedua yang harus
diperhatikan dalam rangka meningkatkan wawasan dan keterampilan
pengelolaan TBM maka setiap pengelola diberi kesempatan untuk mengikuti
pendidikan dan latihan yang terkait dengan penyelenggaraan TBM. Hal ketiga
yang harus diperhatikan yaitu kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja TBM.
Kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja TBM disesuaikan dengan kebutuhan
dan ketersediaan tenaga setempat. Selain tenaga tetap, pengelola TBM
33 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman Bacaan Masyarakat, hal. 34.
46
dapat diperoleh dengan cara memberdayakan orang muda atau tokoh
masyarakat setempat sebagai relawan.
Dalam merencanakan sarana dan prasarana TBM, ditentukan sarana
dan prasarana yang dibutuhkan oleh setiap TBM. Tony Simbolon
mengungkapkan bahwa TBM yang baik seharusnya memiliki sarana sebagai
berikut34 :
a) Ruang baca baik indoor (tertutup) maupun outoor (terbuka/taman), ruang display, ruang pembelajaran/kegiatan, ruang administrasi yang memadai.
b) Koleksi bahan bacaan yang bervariasi dan sesuai dan berguna serta dibutuhkan masyarakat yang ditata sehingga mudah dilihat dan dicari.
c) Kursi/bangku dan meja baca baik di indoor maupun outdoor. d) Memiliki WC dan alat komunikasi.
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat berpengaruh
dalam mendirikan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), karena tanpa adanya
perencanaan sarana dan prasarana seperti gedung yang permanen, koleksi
yang memadai serta sarana lain seperti rak-rak buku, meja baca dan lain-lain
kalau tidak terpenuhi maka pengguna jasa tersebut tidak akan tertarik untuk
mengunjunginya. Untuk membuat TBM yang menarik dapat direncanakan
pengadaan sarana dna prasarana dengan mencoba beberapa hal berbeda
yang sesuai dengan karakteristik sasarannya, tentunya untuk menambah
semarak TBM dan menarik masyarakat untuk mengunjunginya.
34 Tony Simbolon, op. cit., hal. 70.
47
Dalam merencankaan layanan TBM, perlu diperhatikan beberapa
aspek yang berkaitan dengan pelayanan di TBM. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam memberikan pelayanan TBM yang baik sebagai berikut35
:
a) Suasana TBM yang hendaknya diatur sedemikian rupa agar menarik dan menyenangkan pengunjung. Keadaannya juga harus dijaga agar tetap bersih, sejuk, rapi dan nyaman, termasuk peralatan/perlengkapan lain supaya ditata dengan rapi sehingga pengunjung merasa senang berada di ruangan atau di sekitar TBM.
acaan
tuan dari petugas.
emanfaatkan
mlah pinjaman, sanksi pelanggaran.
a TBM. h) Sistem Peminjaman (Sirkulasi) TBM ditentukan menggunakan
diperlukan kemampuan wirausaha bagi pengelola untuk selalu kreatif
b) Tenaga Pelayanan yang melayani pengguna TBM perlu ditentukan berapa jumlah dan apa saja kualifikasinya.
c) Sistem Layanan yang digunakan TBM, apakah menggunakan sistem pelayanan terbuka sehingga pengunjung/ pengguna dapat masuk ke ruang baca untuk memilih dan mengambil bahan bsendiri dari rak, atau sistem pelayanan tertutup dimana penunjung/pengguna dapat meminta ban
d) Jenis kegiatan yang diselenggarakan disesuaikan dengan kebutuhan sasarna atau pemakai TBM.
e) Peraturan dan Tata Tertib TBM dibuat oleh pengelola TBM meliputi keanggotaan pemakai (siapa saja yang dapat mTBM), hari dan Jam Buka TBM, lama dan Waktu Peminjaman bahan bacaan, ju
f) Pendaftaran Anggota pengguna TBM, perlu ditentukan persyaratannya.
g) Kartu Anggota, diperlukan untuk membedakan anggota TBM dengan bukan anggot
sistem pinjamannya.
Dalam merencanakan anggaran TBM, ditentukan bagaimana
pengelompokkan anggaran, sumber anggaran yang merupakan asal
pendanaan, dan komposisi anggaran. Dalam menentukan rencana anggaran,
35 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, hal.17
48
memperoleh tambahan penghasilan bagi operasional TBM sehingga TBM
dapt mandiri.
b) Pengorganisasian TBM
Istilah Pengorganisasian secara umum memiliki dua pengertian.
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok
fungsional. Sedangkan dalam pengertian yang lain, pengorganisasian
dimaksudkan sebagai proses pengorganisasian. Dalam kajian teori ini, akan
dibahas pengorganisasian dengan pengertian yang kedua.
Hani Handoko mendefinisikan pengorganisasian sebagai proses untuk
merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta membagi
tugas-tugas atau pekerjaan diantara para anggota organisasi dapat dicapai
dengan efisien36. Menurut definisi diatas, pengorganisasian merupakan
proses atau alur kegiatan yang didasarkan pada struktur organisasi,
kemudian mengelompokkan dan mengatur tugas atau pekerjaan anggota
organisasi, membagi tugas atau pekerjaan anggota organisasi. Setelah
merencanakan mengenai rekruitment anggota organisasi melalui kualifikasi
dan kompetensinya, maka anggota organisasi tersebut dikelompokkan tugas
atau pekerjaannya berdasarkan kemampuannya.
Melengkapi definisi diatas, Yayat mendefinisikan pengorganisasian
(Organizing) ialah fungsi manajemen yang berhubungan dengan pembagian 36 T. Hani Handoko, Manajemen (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000), hal.168.
49
tugas, siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab pada siapa37.
Dalam definisi ini, terlihat adanya pembagian tanggung jawab diantara
sesama anggota organisasi. Pembagian tanggung jawab mengenai tugas
atau pekerjaan ini dilakukan untuk memudahkan para anggota organisasi
melakukan pekerjaan lebih mudah dan terorganisasi.
Berdasarkan kedua definisi pengorganisasian diatas, dapat
disimpulkan bahwa Pengorganisasian adalah proses yang didasarkan pada
struktur organisasi dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan dikelompokkan
berdasarkan kemampuan anggotanya, serta diatur mengenai pembagian
tanggung jawabnya di kalangan anggota organisasi, dengan efisien dan
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakkan
sebagai suatu kesatuan yang utuh dan bulat dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Kepala TBM
Bidang Administrasi Teknis
Bidang Layanan Pembaca
Gambar 1: Struktur Organisasi Taman Bacaan Masyarakat
37 Yayat, Modul Manajemen Umum Dan Bidang-bidang Manajemen: Mata Pelajaran Ekonomi Kelas II, 2007. (http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=11&fname=eko206_07.htm)
50
Struktur organisasi tersebut bukanlah struktur organisasi yang baku
dan menjadi standar untuk setiap TBM. Karena struktur organisasi di TBM
dapat dikembangkan sesuai kebutuhan dan kondisi TBM.
Taman Bacaan Masyarakat adalah lembaga yang menyediakan
berbagai jenis bahan belajar yang dibutuhkan oleh masyarakat sebagai
tempat penyelenggaraan pembinaan kemampuan membaca dan belajar,
sekaligus sebagai tempat untuk mendapatkan informasi bagi masyarakat,
oleh karena itu proses pengorganisasian TBM juga diikuti dengan kesesuaian
kebutuhan masyarakat pengguna TBM. Adapun mengenai pembagian tugas
atau pekerjaan anggota organisasi TBM sebagai berikut38 :
1) Kepala TBM mempunyai tugas-tugas sebagai berikut: a. Memimpin TBM; b. Menyusun dan menetapkan program TBM; c. Mengembangkan dan memajukan TBM; d. Melakukan kerjasama antar TBM maupun perpustakaan atau
institusi lain (pemerintah dna swasta); e. Mengkordinasikan dan mengawasi/mengontrol pelaksanaan
tugas administrasi/pengolahan dan tugas-tugas layanan. 2) Bidang Administrasi dan Tekhnis mempunyai tugas-tugas berikut :
a. Mengurus kegiatan administrasi dan surat-menyurat, b. Melaksanakan pengembangan koleksi, c. Mengadakan pemilihan dan pengadaan bahan pustaka, d. Melaksanakan pengolahan bahan pustaka, e. Pemeliharaan koleksi bahan pustaka, f. Membuat laporan administrasi dan teknis.
3) Bidang Layanan Pembaca mempunyai tugas sebagai berikut : a. Menata koleksi secara sistematis, b. Mempersiapkan dan mengatur tata tertib layanan; c. Melaksanakan/menyelenggarakan layanan; d. Melaksanakan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka;
38 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat , hal. 3.
51
e. Melaksanakan administrasi keanggotaan; f. Membuat laporan pelayanan dan penggunaan koleksi TBM.
Sedangkan mengenai pembagian tanggung jawab di kalangan
anggota pengelola TBM dapat diketahui dari ada atau tidaknya struktur
organisasi pengelola TBM. Berdasarkan bagan struktur tersebut, dapat
menggambarkan bagaimana pembagian tanggung jawab di TBM itu sendiri.
Dengan melihat tugas-tugas yang harus dilakukan oleh anggota
organisasi TBM, maka terdapat tugas-tugas pengelolaan TBM yang harus
dilakukan oleh pengelola di dalam tahapan pengorganisasian TBM. Tugas-
tugas yang harus dilakukan oleh pengelola adalah usaha-usaha yang harus
dilakukan dalam rangka melakukan pengelolaan TBM. Tugas-tugas tersebut
terangkum dalam kegiatan pengolahan bahan koleksi TBM agar memberikan
kemudahan terhadap pelaksaaan kegiatan pelayanan di TBM. Tahapan
kegiatan pengolahan bahan koleksi di TBM sesuai dengan Pedoman
Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat meliputi kegiatan registrasi atau
pencatatan bahan koleksi (inventarisasi), katalogisasi yang terdiri dari
katalogisasi deskriptif dan klasifikasi, memberi kelengkapan buku,
penyusunan buku di rak.
Sejalan dengan uraian pedoman pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat diatas Ibrahim Bafadal menambahkan proses pengolahan koleksi
dilakukan melalui tahapan pengadaan, klasifikasi, katalogisasi, serta
52
pengaturan dan pemeliharaan koleksi39. Perbedaan diantara kedua tahapan
yang ada yaitu pada tahap awal dan tahap akhir proses pengolahan. Uraian
kedua lebih lengkap karena menjelaskan proses pengolahan koleksi hingga
tahap pemeliharaan. Sedangkan pada tahap awal pengolahan, kegiatan
pengadaan bahan koleksi sudah dilakukan dalam tahapan perencanaan.
Oleh karena itu kedua tahapan tersebut sejalan dan saling melengkapi.
Berdasarkan uraian diatas, pengolahan koleksi di TBM terdiri dari
tahapan pengadaan, registrasi atau pencatatan bahan koleksi (inventarisasi),
klasifikasi, katalogisasi, memberi kelengkapan buku, penyusunan buku di rak
pemeliharaan koleksi TBM. Pengolahan diawali dengan pencatatan atau
registrasi masing-masing jenis bahan pustaka/bacaan dengan menggunakan
Daftar Buku atau Buku Induk untuk bahan pustaka yang berupa buku, Kartu
Majalah untuk majalah dan Kartu Surat Kabar untuk surat kabar, sedangkan
leaflet dan pamphlet tidak perlu diregistrasi. Setelah koleksi diregistrasi,
kemudian dikelompokkan menurut subjeknya menggunakan angka atau
simbol tertentu sesuai skema atau sistem klasifikasi yang digunakan. Tahap
ini disebut juga dengan proses katalogisasi deskriptif. Setelah dikatalogisasi
deskriptif, koleksi dideskripsikan menurut data bibliografisnya, seperti
pengarang, judul, nama penerbit, tahun terbit, serta jumlah halaman. Data
tersebut beserta nomor klasifikasi dan tajuk subjek kemudian diformulasikan
ke dalam kartu katalog. Kemudian setiap buku diberi label nomor panggil (call 39 Ibrahim Bafadal, op.cit., hal. 27
53
number) yang diperlukan untuk menentukan posisi atau letak buku di rak.
Label nomor panggil direkatkan pada punggung buku. Setelah itu, agar
pengguna TBM lebih mudah menemukan buku yang dibutuhkannya di rak,
setiap buku yang sudah ada label nomor panggilnya juga diberi label
berwarna sesuai dengan kelompok subjeknya.
Koleksi juga perlu dilengkapi dengan kartu buku, kantong kartu buku,
dan lembar tanggal kembali. Kartu buku berfungsi sebagai kartu kendali buku
yang dipinjamkan kepada pengguna/anggota. Ketika bukunya dipinjamkan,
kartu buku diisi nomor anggota, nama anggota serta tanggal kapan harus
dikembalikan. Kantong kartu buku berfungsi untuk meletakkan buku ketika
buku sedang tidak dipinjam oleh anggota TBM. perlengkapan terakhir untuk
sebuah buku yang perlu disiapkan sebelum buku diletakkan dalam rak adalah
lembar/slip tanggal kembali yang berfungsi untuk mengingatkan peminjam
kapan buku tersebut harus dikembalikan. Lembar tanggal kembali ini
direkatkan pada halaman terakhir atau dibagian dalam cover buku di atas
kantong kartu buku.
Setelah seluruh proses sebelumnya telah selesai, maka buku/koleksi
disusun sesuai pada sistem yang tetap (konsisten), maksudnya agar pemakai
dapat dengan mudah menemukan dan memanfaatkan bahan bacaan yang
dibutuhkan. Selain, menyusun buku/koleksi di rak, kegiatan pengolahan
koleksi juga termasuk memelihara buku dengan cara memberikan sampul
54
buku dan memperbaiki buku-buku yang rusak misalnya menjilid kembali,
mengganti halaman yang rusak atau hilang dan sebagainya.
c) Pengarahan
Pengarahan merupakan tindak lanjut dari fungsi-fungi manajemen
sebelumnya, yaitu perencanaan dan pengorganisasian. Pengarahan dalam
bahasa Inggris berarti directing, yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia sebagai ‘memimpin’, atau ‘mengarahkan’. Siswanto memberikan
batasan secara umum mengenai pengarahan sebagai suatu proses
pembimbingan, pemberian petunjuk, dan instruksi kepada bawahan agar
mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan40. Pengarahan
berarti menentukan bawahan tentang apa yang harus mereka kerjakan atau
tidak boleh dikerjakan. Dalam pengertian ini, kegiatan pengarahan dapat
dilakukan dengan memberikan perintah, petunjuk (orientasi) dari atas atau
pimpinan kepada orang-orang yang dipimpinnya atau di bawahnya, untuk
melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan tertentu,
baik secara lisan maupun tulisan berupa peraturan dan tata tertib.
Mengarahkan atau memberikan arahan merupakan suatu fungsi
pengelolaan yang kompleks, dimana tujuannya untuk mempengaruhi
karyawan agar mau melaksanakan tugas-tugas secara efektif dan efisien,
40 Siswanto, Pengantar Manajemen, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hal. 111.
55
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Sebagaimana diungkapkan oleh
Abdul Rahman Saleh dan Fahidin41 :
Tujuan utama fungsi memimpin adalah untuk menciptakan kerja sama yang lebih efisien, mengembangkan kemampuan dan keterampilan anggota serta menumbuhkan perasaan untuk menyukai pekerjaan yang dilakukan.
Melihat definisi diatas, dapat diketahui bahwa keberasilan untuk
memenuhi tujuan tersebut sangat bergantung kepada kemampuan para
pemimpin. Dalam manajemen modern, para pengelola menambahkan
pendekatan lain sebagai pendorong atau motivator. Oleh karena itu,
pengarahan berkenaan dengan cara bagaimana pengelola dapat memotivasi
para bawahannya agar pelaksanaan kegiatan dan kepuasan kerja mereka
meningkat. Pengarahan diawali dengan motivasi, karena para pengelola tidak
dapat mengarahkan kecuali bawahan dimotivasi untuk bersedia
mengikutinya.
Berdasarkan kedua teori diatas, pengarahan merupakan aspek
hubungan manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat bawahan untuk
bersedia memahami dan menyumbangkan tenaga dan fikirannya secara
efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan. Dalam pengelolaan,
pengarahan ini bersifat sangat komplek, karena disamping menyangkut orang
perorang, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari masing-masing
mereka. Dalam melaksanakan fungsi pengarahan yang menyangkut pada
41 Rahman Saleh & Fahidin, op. cit., hal. 98.
56
hubungan atara pengelola dan karyawan, dapat dilakukan dengan cara
memberikan orientasi mengenai informasi atau petunjuk yang perlu diketahui
karyawan agar tugasnya dapat dilakukan dengan baik. Dalam proses
pengarahan, pemimpin juga harus membangun komunikasi yang baik dengan
para karyawannya. Bagi para karyawan, untuk melaksanakan tugas-tugas
dengan baik dipengaruhi oleh cara pengelola dalam mempengaruhi orientasi
tugas. Misalnya dengan memberi motivasi agar mereka bekerja dengan
semangat tinggi. Oleh karena itu, perlu disadari pentingnya pengelola dalam
menjalankan fungsi kegiatan pengarahan dalam bentuk memberikan orientasi
tugas, komunikasi, dan motivasi kepada para karyawannya.
Berdasarkan kajian teorits mengenai pengarahan sebelumnya, jika
dikaitkan dengan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat, maka dapat dapat
diambil benang merah bahwa kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan
pengelola TBM dalam menjalankan fungsi pengarahan, dapat dilakukan
dengan cara memberikan orientasi untuk menyampaikan informasi atau
petunjuk yang perlu diketahui oleh pengelola/pengurus TBM agar tugasnya
dapat dilakukan dengan baik, membangun komunikasi yang baik diantara
para pengelola, pengurus dan anggota, serta memberi motivasi agar
pengelola/pengurus/relawan TBM dapat melaksanakan tugas dengan
semangat tinggi. Oleh karena itu, di dalam proses pengelolaan Taman
Bacaan Masyarakat bahwa pengelola TBM dalam menjalankan fungsi
57
kegiatan pengarahan perlu dilakukan kegiatan memberikan orientasi,
komunikasi, dan motivasi kepada para pegawai maupun relawan TBM.
d) Pengawasan
Pengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin
organisasi pengelolaan tercapai. Hal ini dilakukan dengan cara membuat
kegiatan-kegiatan sesuai dengan yang direncanakan. Beberapa pakar telah
menguraikan pengertian penagawasan dari berbagai sudut pandang
berbeda. Definisi pengawasan secara sederhana dikemukakan oleh Murdick
bahwa pengawasan diperlukan untuk melihat sejauh mana hasil tercapai42.
Menurut definisi ini pengawasan merupakan proses dasar yang secara
essensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan luasnya suatu organisasi.
Hal ini dikarenakan bahwa ketercapaian tujuan dari organisasi merupakan
prinsip dasar dari pengelolaan itu sendiri.
Lebih rinci mengenai definisi dan proses pengawasan yang
dikemukakan oleh Robert J. Mockler, berikut ini telah memperjelas unsur-
unsur esensial proses pengawasan43 :
Pengawasan manajemen adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan
42 Nanang Fatah, Landasan Manajamen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 101. 43 Robert J. Mockler sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko, Manajemen, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1995), hal. 360-361.
58
mengukur penyimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
Dari definisi pengawasan diatas, dapat dilihat bahwa fungsi
pengawasan didasarkan pada fungsi perencanaan. Di dalam definisi tersebut
dijelaskan bahwa pengawasan merupakan suatu proses yang
berkesinambungan. Proses pengawasan yang dimaksud terdiri dari lima
tahap. Tahap-tahapnya adalah (1) Penetapan standar pelaksanaan, (2)
penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, (3) pengukuran pelaksanaan
kegiatan nyata, (4) pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan
penganalisaan penyimpangan-penyimpangan, dan (5) pengambilan tindakan
koreksi bila perlu.
Penetapan standar pelaksanaan merupakan satuan pengukuran yang
dapat digunakan sebagai patokan untuk menilaian hasil-hasil. Penetapan
standar pelaksanaan di TBM terdiri dari: (1) standar fisik, yaitu ketentuan
mengenai relawan di TBM, ketentuan mengenai jumlah koleksi di TBM, (2)
standar moneter yaitu ketentuan pengenai biaya pembelian bahan koleksi,
ketentuan biaya operasianal TBM, (3) standar waktu yaitu jadwal kegiatan
pelayanan TBM. Selain itu standar kualitatif juga diperlukan dalam proses
pengawasan. Standar kualitatif TBM misalnya ketentuan mengenai adanya
keriteria kesehatan relawan TBM, sikap kerjasama yang dimiliki antara
relawan TBM, dan standar berpakaian relawan TBM.
59
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan diperlukan sebagai cara
untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Dalam tahap ini perlu
ditetapkan berapa kali pengawasan harus dilakukan, apakah setiap jam,
harian, mingguan, atau bulanan. Dalam bentuk apa pengukuran tersebut
dilaksanakan, apakah dalam bentuk laporan tertulis, inspeksi visual, atau
melalui media tertentu. Siapa saja yang akan terlibat dalam pelaksanaan
pengawasan.
Setelah frekuensi dan sistem pengawasan ditentukan, pengukuran
pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus
menerus. Berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu: (1)
pengamatan atau obervasi, (2) laporan-laporan, (3) metode-metode otomatis,
dan (4) inspeksi, pengujian (test), atau dengan pengambilan sampel.
Tahap selanjutnya adalah membandingkan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
Penyimpangan yang ada harus dianalisa untuk menentukan mengapa
standar tidak dapat dicapai.
Bila hasil analisa menunjukkan upaya perbaikan, tindakan tersebut
harus diambil. Upaya perbaikan dapat diambil dalam berbagai bentuk yaitu:
(1) mengubah standar awal, (2) mengubah pengukuran pelaksanaan, (3)
mengubah cara analisa dan mengintepretasikan penyimpangan-
penyimpangan.
60
Berdasarkan kajian teori diatas, pengawasan merupakan suatu usaha
yang tersusun secara sistematis dan berkesinambungan yang digunakan
pengelola melalui penetapan standar pelaksanaan, penentuan pengukuran
pelaksanaan kegiatan, pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata,
pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan
penyimpangan-penyimpangan, dan pengambilan tindakan koreksi, untuk
mengetahui efektifitas dan efisiensi sumber daya yang digunakan untuk
mencapai tujuan organisasi yang diinginkan.
Usaha diatas merupakan kegiatan-kegiatan yang essensial bagi setiap
organisasi, termasuk Taman Bacaan Masyarakat. Oleh karena itu, TBM
sebagai suatu organisasi yang juga merupakan sumber belajar berupa
lingkungan, perlu diketahui bagaimana efektivitas dan efisiensi
pendayagunaan sumber dalam pencapaian tujuannya, dengan menerapkan
tahapan-tahapan proses pengawasan TBM yang terdiri dari penetapan
peraturan mengenai pelaksanaan TBM, penentuan metode pengukuran
pelaksanaan kegiatan TBM, melakukan pengukuran pelaksanaan kegiatan di
TBM, menganalisa penyimpangan yang ada di dalam pelaksanaan TBM, dan
melakukan upaya perbaikan untuk TBM.
C. KAJIAN HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Untuk menunjang penelitian ini, maka diperlukan hasil penelitian yang
relevan dengan tema atau judul penelitian yang akan dilakukan. Belum
61
adanya penelitian studi kasus berganda mengenai pengelolaan taman
bacaan masyarakat yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya dalam upaya
melihat perbandingan pengelolaan di tiga TBM sebagai sumber belajar,
merupakan salah satu keterbatasan dalam penelitian ini. Penelitian tentang
Taman Bacaan Masyarakat yang diperoleh peneliti adalah mengenai
penggunaan taman bacaan masyarakat di wilayah Jakarta Timur.
Penelitian ini merupakan skripsi yang disusun oleh salah satu
mahasiswi Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Jakarta Cika Tri
Damayanti, dengan Judul Taman Bacaan Masyarakat Sebagai Sumber
Belajar (Studi Deskriptf Penggunaan TBM di Wilayah Jakarta Timur).
Penelitian tersebut dilaksanakan di 10 Taman Bacaan Masyarakat yang
berfokus pada wilayah Kotamadya Jakarta Timur dan dilakukan pada bulan
Juli sampai dengan bulan Februari 2005.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana TBM yang ada di
Wilayah Jakarta Timur digunakan sebagai sumber belajar bagi warga belajar,
pengelola, maupun masyarakat yang berada di lingkungan TBM. Penelitian
ini melibatkan 10 pengelola TBM yang mewakili 30 TBM yang saat itu ada di
wilayah Jakarta Timur, sebagai responen penelitian. Data dijaring dengan
melakukan kegiatan obervasi dan penyebaran angket.
Data mengenai penggunaan TBM sebagai sumber belajar diukur
melalui lima dimensi yaitu (1) Dimensi ruang serta sarana TBM, (2) Dimensi
penataan dan koleksi buku, (3) Dimensi tenaga pengelola, (4) Dimensi
62
anggaran, dan (5) Dimensi keterlibatan masyarakat. Berdasarkan hasil
analisis data yang telah dikumpulkan, peneliti mengambil kesimpulan bahwa
Taman Bacaan Masyarakat di wilayah Jakarta Timur belum berfungsi sebagai
sumber belajar. Kesimpulan tersebut dapat dilihat dari adanya pengelolaan
yang kurang pada TBM wilayah Jakarta Timur, yang ditunjukkan dengan
belum efektifnya jumlah petugas pada tiap-tiap TBM, fasilitas kartu peminjam
kartu anggota & formulir anggota yang belum tersedia, serta pelatihan
perpustakaan bagi petugas dan pengelola belum terlaksana seluruhnya.
D. KERANGKA BERFIKIR
Sebagaimana diketahui bahwa belajar pada hakikatnya adalah proses
perubahan tingkah laku ke arah yang lebih sempurna sesuai dengan tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya. Sumber belajar bukan hanya
berupa benda yang dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi sumber belajar
juga bisa berupa pengalaman, dimana pengalaman merupakan sesuatu yang
tidak dapat dilihat, diraba, dan disentuh, tetapi hanya dapat dirasakan.
Melalui sebuah pengalaman yang pernah dialami oleh seseorang di masa
lampau bisa memberikan suatu pengetahuan baru, pengalaman tersebut
tidak harus berasal dari suatu hal yang dialaminya sendiri, tetapi bisa melalui
pengalaman yang dialami oleh orang lain. Membaca buku atau bahan bacaan
adalah salah satu contohnya. Melalui membaca buku seseorang bisa
menjelajahi batas-batas ruang dan waktu. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di
63
masa lampau bisa diketahui melalui membaca. Demikian pula peristiwa yang
terjadi di berbagai tempat di dunia ini bisa diketahui melalui membaca buku
atau bahan bacaan.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di luar diri seseorang
dan memiliki unsur daya tarik yang dirancang atau dimanfaatkan untuk
memfasilitasi dan memudahkan terjadinya proses belajar sehingga
memungkinkan pebelajar untuk menampilkan potensinya secara mandiri.
Perubahan dalam proses belajar, dapat berupa dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak bisa menjadi bisa.
Berbagai sumber yang dipergunakan untuk keperluan belajar dapat berupa
pesan, bahan, alat, orang, lingkungan, teknik atau pun pengalaman.
Pemanfaatan sumber belajar tersebut dapat dilakukan secara individual atau
berkelompok dan terpisah maupun mengkombinasikan beberapa sumber.
Agar dapat dimanfaatkan secara optimal, maka sumber belajar perlu dikelola.
Salah satu sumber belajar yang dimanfaatkan dan perlu dikelola adalah
taman bacaan masyarakat.
Dalam kedudukannya sebagai sebuah sumber belajar, bila dilihat dari
dari bentuknya sekaligus merujuk pada AECT, Taman Bacaan Masyarakat
(TBM) merupakan sumber belajar berupa lingkungan yang ada di
masyarakat. Sedangkan bila kita melihat asal usulnya, Taman Bacaan
Masyarakat dapat dikelompokan menjadi sumber belajar by design, karena
64
taman bacaan masyarakat dengan sengaja dirancang untuk memenuhi
tujuan pembelajaran tertentu.
Taman Bacaan Masyarakat adalah sebagai sebuah tempat/wadah
yang didirikan dan dikelola baik masyarakat maupun pemerintah untuk
memberikan akses layanan bahan bacaan bagi masyarakat sekitar sebagai
sarana pembelajaran seumur hidup dalam rangka peningkatan kualitas hidup
masyarakat di sekitar TBM.
TBM merupakan sumber belajar pendidikan yang nonformal,
khususnya dalam peningkatan minat membaca. Upaya ini dilakukan dengan
memberikan layanan pendidikan nonformal bagi komunitas (sekelompok
masyarakat). Sebagai wadah yang menyediakan bahan bacaan yang
didirikan oleh masyarakat di suatu kelompok masyarakat, Pada hakikatnya
semuanya melakukan fungsi Taman Bacaan Masyarakat. TBM memiliki
fungsi sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat; sarana hiburan
(rekreasi) dan pemanfaatan waktu yang efektif dengan memanfaatkan bahan-
bahan bacaan dan sumber informasi lain sehingga warga masyarakat dapat
memperoleh pengetahuan dan informasi baru guna meningkatkan kehidupan
mereka; serta sarana informasi sebagai sarana penyedia berupa buku dan
bahan bacaan lain yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan
masyarakat setempat.
Mengingat pentingnya Taman Bacaan Masyarakat (TBM) sebagai
upaya pemecahan masalah belajar di masyarakat, maka fungsi dan tujuan
65
harus tercapai demi terwujudnya TBM menjadi sebuah sumber pembelajaran
sepanjang hayat bagi seluruh lapisan masyarakat. Agar mencapai fungsi
tujuannya sebagai sumber belajar maka diperlukan pengelolaan yang baik
dan memadai agar fungsi TBM dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pengelolaan merupakan salah satu bidang garapan Teknologi
Pendidikan. Pengelolaan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan
untuk mencapai tujuan yang teleh ditetapkan dengan menggunakan sumber-
sumber yang ada secara efektif dan efisien. Untuk mencapai pengelolaan
yang efektif dan efisien, maka pengelola TBM diarahkan pada penguasaan
beberapa aspek komponen pengelolaan yang diperlukan untuk pengelolaan
TBM. Komponen pengelolaan TBM terdiri dari Perencanaan TBM,
Pengorganisasian TBM, Pengarahan TBM, dan Pengawasan TBM.
Dalam kompenen perencanaan, meliputi perencanaan kebutuhan
TBM, merencanaka Tujuan TBM, merencanakan sasaran dan metode yang
sesuai dengan sasaran TBM. Perencaaan kebutuhan TBM meliputi
kebutuhan bahan bacaan, kebutuhan layanan, serta kebutuhan pekerjaan.
Perencanaan metode Taman Bacaan Masyarakat (TBM) meliputi lokasi,
sumber daya manusia, sarana dan prasarana, layanan, serta anggaran.
Komponen selanjutnya dalam pengelolaan TBM adalah
pengorganisasian. Dalam kompenen Pengorganisasian TBM, meliputi
struktur organisasi pengelola, penentuan tugas pengelola, pembagian tugas
pengelola, dan penolahan koleksi TBM.
66
67
Komponen selanjutnya dalam pengelolaan TBM adalah pengarahan
Dalam kompenen pengarahan TBM, meliputi orientasi tugas; perintah untuk
melakukan atau mengulang suatu kegiatan, komunikasi, dan motivasi.
Komponen selanjutnya dalam pengelolaan TBM adalah pengawasan.
Dalam kompenen pengawasan TBM, meliputi standar pelaksanaan kegiatan
TBM, penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan TBM, pengukuran
pelaksanaan kegiatan TBM, analisa penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi di TBM, dan pengambilan upaya perbaikan terhadap penyimpangan.
Berdasarkan penjelasan mengenai komponen-komponen pengelolaan
TBM atas, dapat digunakan untuk menggambarkan atau mendeksripsikan
tentang kegiatan pengelolaan TBM. Taman bacaan Masyarakat yang ada
sangat banyak jenis dan jumlahnya. Namun, dalam pelaksanaan pengelolaan
memiliki pola dan cara yang tidak sama.
Berdasarkan komponen-komponen pengelolaan TBM yang telah
dijelaskan sebelumnya, dapat digunakan untuk menggambarkan atau
mendeksripsikan tentang kegiatan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
yang meliputi merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan
pengawasan.
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai bagaimana pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat di Warung
Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana
pengelolaan yang dilihat dari tahap :
1. Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat,
2. Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat,
3. Pengarahan Taman Bacaan Masyarakat,
4. Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat.
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di tiga Taman Bacaan Masyarakaat, yaitu :
1. Warung Baca Lebak Wangi, Jl. Kamboja No. 71, Desa Pamegar Sari,
Parung – Bogor.
2. Rumah Baca Kwartet, Jl. Taruna Jaya, Gg. Karya Bakti No.04, Cibubur
– Jakarta Timur.
3. Rumah Baca Zhaffa, Jl. Menara Air VII No. 43 Kelurahan Manggarai,
Jakarta Selatan.
69
Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan, yaitu dari bulan November
2008 sampai dengan bulan Januari 2009
C. METODE PENELITIAN
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini termasuk ke
dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat
penelitian dilakukan1. Dalam penelitian ini nantinya akan dijelaskan secara
jelas dan teliti serta sistematis mengenai variabel yang diteliti tanpa mencari
hubungan antar variabel tersebut. Jadi, tidak ada usaha apapun untuk
merubah atau merekayasa keadaan di tempat penelitian dilakukann.
Penelitian ini juga tidak menguji hipotesa atau tidak menggunakan hipotesa,
melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan
variabel-variabel yang diteliti2.
Jika ditinjau berdasarkan ruang lingkupnya, penelitian ini
menggunakan pendekatan studi kasus. Oleh karena penelitian ini dilakukan
terhadap tiga taman bacaan masyarakat yang memiliki situasi dan kondisi
yang berbeda, maka digunakan pendekatan multiple case studies. Studi
kasus bertujuan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan sekarang, dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu,
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineke Cipta, 2000), hal. 309. 2 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal (Jakarta: Bumi Aksara. 2006), hal. 26.
70
kelompok, dan lembaga atau masyarakat3. Ditinjau dari wilayahnya, maka
penelitian studi kasus hanya meliputi daerah atau subjek yang sangat sempit,
tetapi ditinjau dari sifat penelitian, studi kasus lebih mendalam.
Hasil penelitian ini nantinya tidak dapat digeneralisasikan ke tempat
lain karena hasil penelitian hanya berlaku pada situasi dan kondisi yang ada
pada waktu penelitian dilakukan. Dengan kata lain, hasil penelitian ini hanya
akan berlaku bagi ketiga taman bacaan masyarakat yang diteliti dan tidak
dapat digeneralisasikan untuk taman bacaan masyarakat yang lain.
D. SUMBER DATA
Objek penelitian dalam penelitian ini ialah taman bacaan masyarakat
dilihat dari pengelolaannya yang terdiri dari tahap perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Sedangkan sumber data
yang digunakan untuk memperoleh data-data tentang pengelolaan taman
bacaan masyarakat adalah dokumen-dokumen dan pengelola yang ada di
Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa
yang terdiri dari kepala TBM, Bidang Administrasi dan Tekhnis, dan Bidang
Layanan Pembaca.
3 Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hal. 46
71
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Dalam melakukan penelitian diperlukan metode yang tepat, tekhnik
yang tepat, serta alat pengumpul data yang relevan. Dengan demikian, maka
akan mungkin diperolehnya data yang objektif. Pada penelitian ini tekhnik
pengumpulan data dilakukan melalui studi wawancara dan observasi untuk
memperoleh data primer, serta dokumentasi untuk memperoleh data
sekunder.
Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dari pengelola ketiga
TBM, dan studi dokumen dilakukan untuk memperoleh data Warung Baca
Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa dalam bentuk
dokumen. sedangkan observasi dilakukan untuk memperoleh data yang
akurat tentang proses pengelolaan di ketiga TBM serta daapt digunakan
untuk meyakinkan kebenaran data yang diperoleh melalui studi dokumen dan
wawancara. Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan secara pasif,
yaitu peneliti datang ke tempat kegiatan tetapi tidak ikut terlibat dalam
kegiatan tersebut.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sebagai alat
ukur dalam mengumpulkan data adalah format studi dokumen untuk studi
dokumen, lembar ceklis untuk observasi, dan pedoman wawancara untuk
wawancara. Format studi dokumen berisi pentunjuk mengenai dokumen-
72
dokumen TBM yang harus dilihat peneliti. Sama halnya dengan format
dokumen, lembar ceklis berisi hal-hal yang harus diamati langsung oleh
peneliti. Pedoman wawancara yang akan digunakan berbentuk semi
terstruktur kemudian satu persatu diperdalam untuk merinci keterangan lebih
lanjut. Dengan demikian, jawaban yang diperoleh nantinya akan lengkap dan
mendalam.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui
tahapan-tahapan yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur dalam
penelitian. Data yang telah diperoleh dengan studi observasi, wawancara,
dan dokumentasi, akan dikelompokkan berdasarkan ketiga objek penelitian.
Kemudian akan dianalisis dengan cara menarik kesimpulan berdasarkan
aspek perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan antara
ketiga objek. Analisis data akan disajikan dengan deskriptif. Sehingga akan
didapat gambaran tentang pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan di Warung
Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kwartet, dan Rumah Baca Zhaffa.
1
B. ANALISIS DATA
Setelah deskripsi data diatas, akan diuraikan analisis data yang
diperoleh di ktiga Taman Bacaan Masyarakat, yaitu Warung Baca Lebak
Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Secara umum,
kegiatan Pengelolaan di ketiga TBM tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 4.1 Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat
Taman Bacaan Masyarakat No. Sub Variabel
Warabal Kuartet Zhaffa
1. Perencanaan TBM √ √ √ 2. Pengorganisasian TBM √ X √ 3. Pengarahan TBM √ √ √ 4. Pengawasan TBM √ √ √
Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan
Dari tabel Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat diatas, terlihat
persamaan dan perbedaan tahapan-tahapan pengelolaan yang sudah
dilakukan pada tiap-tiap TBM. Diantara ketiga TBM, hanya Rumah Baca
Kuartet yang melakukan seluruh tahapan pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan. Dari ketiga TBM yang diteliti, hanya Rumah Baca Kuartet yang
melakukan pengelolaan tidak melakukan tahapan pengarahan. Persamaan.
2
Sedangkan Warung Baca lebak Wangi dan Rumah Baca Zhaffa melakukan
seluruh tahapan pengelolaan Taman Bacaan Masyaraakt. Namun, pada
pelaksanaan pada tiap-tiap tahapan pengelolaan yang dilakukan terdapat
persamaan dan perbedaan yang lebih spesifik. Persamaan dan perbedaan
tersebut disajikan dalam analisis yang disertai tabel tahap-tahap pengelolaan
berdasarkan urutan tahapan pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat yang
terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.
1. Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan
perencanaan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal),
Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4.2 Perencanaan Taman Bacaan Masyarakat
Taman Bacaan Masyarakat
No. Indikator Warabal RBK RBZ
1. Perencanaan kebutuhan pengguna TBM √ √ √
2. Perencanaan tujuan TBM √ √ √
3. Perencanaan lokasi TBM X X X
4. Perencanaan sumber daya manusia TBM X X √
5. Perencanaan organisasi dan manajemen TBM √ √ √
3
6. Perencanaan ruangan TBM √ √ X
7. Perencanaan koleksi TBM √ √ √
8. Perencanaan perlengkapan TBM √ √ √
9. Perencanaan layanan TBM √ √ √
10. Perencanaan sosialisasi TBM √ √ √
11. Perencanaan anggaran TBM X X X
Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan
Dari tabel diatas terdapat beberapa persamaan dan perbedaan
langkah langkah di dalam melakukan tahapan perencanaan Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) yang meliputi merencanakan kebutuhan pengguna TBM,
merencanakan tujuan TBM, merencanakan lokasi TBM, merencanakan
sumber daya manusia TBM, merencanakan organisasi dan manajemen TBM,
merencanakan ruangan TBM, merencanakan koleksi TBM, merencanakan
perlengkapan TBM, merencanakan layanan TBM, merencanakan sosialisasi
TBM, merencanakan hubungan kemitraan TBM, dan merencanakan
anggaran TBM.
a) Perencanaan kebutuhan pengguna TBM
Dari Tabel 4.2 pada poin 1, terlihat bahwa Warung Baca Lebak Wangi
(Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) telah
4
malakukan perencanaan sasaran pengguna. Sasaran pengguna Warabal
adalah seluruh warga pemukiman Kampung Saja, Desa Pamegar Sari,
Parung Bogor. Sasaran pengguna RBK adalah seluruh warga pemukiman
RW 05, Kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Sasaran pengguna Rumah Baca
Zhaffa (RBZ) adalah seluruh warga pemukiman Kelurahan Manggarai,
Jakarta Selatan. Dari persamaan tersebut, pengelola pada tiap-tiap TBM
telah melakukan identifikasi terhadap sasaran penggunanya. Hal tersebut
menandakan bahwa pengelola pada ketiga TBM telah mengetahui
pentingnya melakukan identifikasi sasaran pengguna, yaitu untuk
memudahkan pengelola dalam merencanakan kegiatan dan bahan bacaan
apa saja yang perlu untuk diadakan di TBM.
Walaupun ketiganya sudah melakukan identifikasi terhadap sasaran
pengguna, namun ketiganya mengidentifikasi sasaran pengguna yang
berbeda satu sama lainnya. Perbedaan identifikasi sasaran pengguna TBM
satu sama lain dikarenakan TBM merupakan suatu komunitas. Dimana
setiap TBM memiliki ciri khusus yaitu masyarakat yang menjadi penggunanya
berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, baik Warabal, RBK, dan RBZ
memliki sasaran pengguna yang bebeda satu sama lain, karena merupakan
tiga komunitas yang berbeda.
Selain itu, ketiga TBM juga sudah melakukan identifikasi kebutuhan
penggunanya, walaupun dengan cara yang berbeda-beda. Melihat
kenyataan tersebut, masing-masing pengelola TBM, sudah mengetahui
5
manfaatnya melakukan identifikasi kebutuhan pengguna dalam rangka
mewujudkan fungsi TBM itu sendiri, yaitu untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat. Hal tersebut disebabkan oleh faktor pendidikan yang dimiliki
pengelola. Pengelola Rumah Baca Kuartet dan Pengelola Rumah Baca
Zhaffa memiliki bekal ilmu perpustakaan dan keduanya juga berprofesi
sebagai librarian atau kepustakawanan. Namun faktor pendidikan
kepustakaan tidak dimiliki oleh pengelola Warabal yang berpendidikan akhir
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan berprofesi sebagai penjual
jamu. Berbeda dengan yang lainnya, pengelola Warabal melakukan
identifikasi kebutuhan pengguna dengan tujuan untuk mewujudkan keinginan
pribadinya yaitu mengetahui bahan bacaan dan kegiatan pembelajaran apa
saja yang dibutuhkan oleh warga kampung disekitarnya agar ia dapat
berusaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan akan pendidikan, khususnya
bahan bacaan untuk warga kampung yang secara ekonomi termasuk
kedalam ekonomi lemah.
Walaupun ketiganya sudah melakukan identifikasi terhadap kebutuhan
pengguna, namun masing-masing TBM melakukan identifikasi kebutuhan
pengguna dengan cara yang berbeda-beda. Pengelola Warabal melakukan
kegiatan mengelilingi kampung dan berkunjung ke sekolah-sekolah.
Pengelola RBK melakukan kegiatan pengamatan langsung da melibatkan diri
pada kegiatan-kegiatan yang diminati oleh warga. Pengelola RBK melakukan
identifikasi terhadap perencanaan kebutuhan warga dengan menampung
6
ide-ide yang berasal dari warga. Perbedaan ketiga TBM dalam
mengidentifikasi kebutuhan penggunanya dikarenakan perbedaan dari ketiga
karakteristik masyarakat pengguna yang berbeda-beda. Karakteristik
masyarakat pengguna Warabal merupakan masyarakat didaerah pedesaan
yang letak rumahnya berjauhan satu sama lainnya. Selain itu sifat masing-
masing individu di kampung tersebut cenderung tertutup. Oleh karena itu,
pendiri Warabal melakukan kegiatan berkeliling kampung terlebih dahulu
agar dapat mengidentifikasi kebutuhan penggunanya. Sedangkan
karakteristik dari pengguna kedua TBM lainnya cenderung terbuka karena
termasuk kedalam karakter masyarakat urban atau perkotaan. Oleh karena
itu, mudah saja bagi pendiri RBK untuk melihat langsung minat para
penggunanya dengan melihat kegiatan yang diminati warga. Begitu juga
dengan pendiri RBK, dipengaruhi dengan keterlibatannya dalam kegiatan
Karang Taruna khususnya ketika melakukan identifikasi kebutuhan
memperoleh dukungan dari para sukarelawan Karang Taruna.
Melalui proses kegiatan identifikasi dan mengetahui apa saja
kebutuhan sasaran pengguna, berarti pengelola pada tiap-tiap Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) sudah melakukan tahapan perencanaan TBM.
Maka, pengelola ketiga TBM dapat merumuskan tujuan yang akan dicapai
oleh Warabal, Rumah Baca Zhaffa, dan Rumah Baca Kuartet sesuai dengan
kebutuhan penggunanya. Sudah dilakukannya kegiatan merencanakan
kebutuhan pengguna di Warabal, RBK, dan RBZ, menandakan tujuan yang
7
akan dicapai oleh masing-masing TBM menjadi tepat guna bagi masyarakat.
Oleh karena itu, pengelola telah melakukan tahapan perencanaan kebutuhan
pengguna di warabal, RBK, dan RBZ sesuai dengan sebagai mana mestinya.
b) Perencanaan tujuan TBM
Dari Tabel 4.2 pada poin 2, terlihat bahwa Warung Baca Lebak Wangi
(Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) telah
melakukan perencanaan tujuan. Tujuan Warung Baca Lebak Wangi terdiri
dari dua, yaitu yang pertama menjadi tempat membaca yang tidak hanya
sekedar tempat membaca, namun juga tempat untuk mengembangkan
kemampuan, bakat dan kreatifitas warga kampung. Tujuan yang kedua
menjadi tempat kegiatan pembelajaran masyarakat dengan biaya yang
murah. Tujuan Rumah Baca Kuartet yaitu menyediakan tempat untuk
membaca, menulis, dan kegiatan hiburan edukatif lainnya secara gratis, yang
dibutuhkan anak-anak khususnya dan warga masyarakat secara umumnya.
Tujuan Rumah Baca Kuartet terdiri dari empat tujuan, yaitu
(1) Wadah interaksi para pecinta dunia perbukuan lintas generasi.
(2) Pusat informasi bagi mereka yang membutuhkan.
(3) Tempat berkreasi, menumpahkan segala karya dalam bentuk
apapun.
(4) Tempat rekreasi dan hiburan yang mendidik.
8
Sudah dilakukannya perencanaan tujuan, menandakan Pengelola
masing-masing Taman Bacaan Masyarakat (TBM) mengetahui pentingnya
tujuaan TBM sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan pada
tahapan selanjutnya. Tujuan Ketiga TBM yang sudah dirumuskan berbeda
satu sama lain. Perbedaan pengelola dalam merumuskan tujuan TBM sangat
dipengaruhi dengan kebutuhan pengguna yang sudah diidentifikasi
sebelumnya. Kebutuhan akan pengguna TBM yang berbeda-beda, membuat
tujuan masing-masing TBM berbeda pula, karena tujuan dirumuskan
berdasarkan identifikasi kebutuhan pengguna.
Dari ketiga TBM, hanya Rumah Baca Kuartet (RBK) yang sudah
merumuskan tujuannya ke dalam dokumen. Berbeda dengan kedua TBM
lainnya, RBK sudah menuliskan tujuan ke dalam dokumen karena
mengetahui pentingnya tujuan TBM untuk diketahui dan dipahami bersama-
sama dengan para pengguna. Hal tersebut terlihat dengan adanya rumusan
tujuan RBK di dalam buku keanggotaan. Sedangkan pengelola Warung Baca
Lebak Wangi dan Rumah Baca Zhaffa belum merumuskan tujuannya secara
tertulis. Walaupun keduanya belum merumuskan tujuan secara tertulis,
namun alasan pengelola kedua TBM tersebut berbeda. Pengelola Warabal
beranggapan bahwa tujuan Warabal hanya perlu diketahui oleh pengelolanya
sendiri. Sedangkan pengelola RBZ belum merumuskan tujuan secara tertulis
karena sampai pada waktu data ini diperoleh, RBZ belum memiliki dokumen
resmi mengenai pengelolaan TBM. Ada dua faktor yang menjadi penyebab
9
perbedaan mengenai belum dituliskannya rumusan tujuan TBM ke dalam
dokumen. Selain dipengaruhi faktor perbedaan pendidikan diantara
pengelola, faktor lama berdirinya TBM juga mempengaruhi. Diantara ketiga
TBM yang diteliti, Rumah baca Zhaffa merupakan TBM yang paling baru
berdiri. Sampai pada waktu data penelitian ini diperoleh, RBZ belum
menuliskan rumusan TBM di dalam dokumen karena baru berjalan selama 3
bulan.
Dengan sudah dirumuskannya tujuan, tiap-tiap TBM memiliki acuan
yang pasti dalam pelaksanaan kegiatan. Berdasarkan kajian teori pada bab
sebelumnya, telah diketahui bahwa perumusan tujuan diperlukan sebagai
acuan untuk mengetahui keberhasilan TBM. Sehingga akan memudahkan
pengelola untuk mengukur sejauh mana keberhasilan TBM telah tercapai.
Adanya acuan untuk kegiatan pengukuran terkait dalam proses pengawasan.
Oleh karena ketiga TBM sudah merumuskan tujuan yang hendak dicapai,
ketiga TBM seharusnya tidak ada kesulitan yang berarti dalam melakukan
kegiatan pengawasan. Selain itu, tujuan juga penting untuk diketahui oleh
para pengguna TBM lainnya agar tujuan disadari dan dihayati oleh seluruh
anggota TBM demi tercapainya tujuan TBM dengan efektif dan efisien.
Dituliskannya rumusan tujuan RBK di dalam buku keanggotaan adalah salah
satu cara agar tujuan TBM dapat disadari dan dihayati adalah dengan
menuliskannya ke dalam dokumentasi dan menginformasikannya kepada
10
seluruh anggota. Belum dirumuskannya tujuan secara tertulis menjadi
kelemahan Warabal dan RBK.
Sudah dirumuskannya tujuan di Warabal, Rumah Baca Kuartet, dan
Rumah Baca Zhaffa, menandakan bahwa masing-masing TBM sudah
memiliki acuan dasar untuk melakukan tahapan pengelolaan selanjutnya.
walaupun sudah dirumuskan, namun sebaiknya tujuan tetap dituliskan ke
dalam dokumen untuk memudahkan pengelola melakukan pengukuran untuk
proses pengawasan.
c) Perencanaan lokasi TBM
Dari Tabel 4.2 pada poin 3, terlihat bahwa baik Warung Baca Lebak
Wangi (Warabal), Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa
(RBZ) tidak melakukan perencanaan terhadap lokasi TBM. Hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor dana yang tidak mencukupi untuk menyewa tempat
atau lokasi strategis. Baik, pengelola Warabal, RBK tidak mempunyai cukup
dana untuk menyewa tempat yang strategis. Berbeda dengan kedua TBM
yang memiliki kelemahan dalam faktor dana, pengelola RBZ memiliki
hambatan dalam memperoleh izin dari pemerintah kelurahan Manggarai
untuk meminjam ataupun menyewa kantor kelurahan untuk mendirikan TBM
disana. Masing-masing pengelola diketiga TBM memilih rumah tinggal untuk
lokasi TBM. Lokasi yang dipilih berbeda satu sama lainnya. Hal ini
disebabkan karena perbedaan identifikasi pengguna TBM. Untuk
11
memudahkan pengguna mengakses ketiga TBM, maka pengelola masing-
masing pengelola TBM memilih lokasi TBM yang berada di dekat atau
disekitar penggunanya. Warung Baca Lebak Wangi mengidentifikasi sasaran
penggunanya adalah warga Kampung Saja, lokasi Warabal di rumah tinggal
salah satu pengelola, Ibu Kiswanti, di Kampung Saja, Parung Bogor. Rumah
Baca Kuartet mengidentifikasi sasaran penggunanya adalah masyarakat
kelurahan Cibubur, Lokasi Rumah baca Kuartet ditempatkan di halaman
rumah salah satu pengelola, Sigit, di Jl. Taruna Jaya, Gg Karya Bakti,
RT02/RW 05, kelurahan Cibubur, Jakarta Timur. Rumah Baca Zhaffa
mengidentifikasi sasaran penggunanya adalah masyarakat kelurahan
Manggarai, Lokasi Rumah Baca Zhaffa ditempatkan di teras rumah tinggal
pengelola, Yudi hartanto, di Jl. Menara Air RT07/RW11 No.43 Kelurahan
Manggarai, Jakarta Selatan.
Ketiga TBM memilih lokasi dengan dana yang mudah untuk dijangkau
pengelola. Walaupun masing-masing TBM berlokasi di rumah, namun tetap
tidak ada kesulitan bagi para pengguna untuk mengakses lokasi TBM.
Perencanaan terhadap lokasi penting untuk memudahkan par a pengunjung
mengakses lokasi TBM. selain itu juga untuk kenyamanan prara pengunjung
ke TBM dan menghilangkan rasa keengganan karena TBM berada di dalam
tempat tinggal warga.
d) Perencanaan sumber daya manusia TBM
12
Dari Tabel 4.2 pada poin 4, terdapat persamaan diantara Warung
Baca Lebak Wangi dan Rumah Baca Kartet yaitu tidak melakukan
perencanaan terhadap sumber daya manusia. Hal tersebut dikarenakan
kedua pengelola beranggapan bahwa siapa saja dapat berpartisipasi dalam
mengelola TBM. Selama ini, RBK dan Warabal dikelola oleh para
sukarelawan yang merupakan warga sekitar TBM. Namun, RBK memiliki
karakteristik pengelola yang berbeda. Sukarelawan yang terlibat dalam
kegiatan mengelola TBM di Rumah Baca Kuartet adalah anak-anak yang
masih mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar. Sukarelawan anak-anak ini
sama sekali tidak memiliki pendidikan mengenai kepustakaan sebelumnya.
Justru dengan ikut membantu mengelola Rumah Baca Kuartet tersebut,
anak-anak di daerah kelurahan Cibubur memperoleh kesempatan untuk
belajar bagaimana mengelola Taman Bacaan Masyarakat. sedangkan
sukarelawan yang terlibat dalam mengelola Warung Baca Lebak Wangi
merupakan remaja yang tinggal di Kampung Saja. Sebagian sukarelawan
ada yang bersekolah, tetapi ada juga yang belum bersekolah.
Berbeda dengan kedua TBM diatas, Rumah Baca Zhaffa sudah
melakukan perencanaan terhadap sumber daya manusia. Pengelola sudah
menentukan kriteria, dan jumlah yang dibutuhkan untuk mengelola RBZ.
Kriteria untuk menjadi pengelola di RBZ yaitu memiliki karakter yang senang
dengan anak-anak, suka membaca, berjiwa sosial tanpa pamrih, mau bekerja
keras. Kriteria untuk menjadi pengelola di TBM sebenarnya memang harus
13
ditentukan agar pengelola TBM memiliki kesesuaian dengan karakteristik
penggunanya.
e) Perencanaan organisasi dan manajemen TBM
Dari Tabel 4.2 pada poin 5, terlihat persamaan yang ada diantara
ketiga TBM. Baik Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan
Rumah Baca Zhaffa sudah membuat dokumen mengenai organisasi dan
menajemen TBM. Perbedaan dialakukan pengelola ketiga TBM adalah
dokumen apa saja yang sudah mereka rencanakan. Dokumen yang saat ini
dimiliki Warabal yaitu susunan organisasi, pembagian jadwal kegiatan
pembelajaran, dan daftar relawan yang mengadakan kegiatan pembelajaran.
Dokumen yang saat ini dimiliki RBK yaitu dokumen mengenai tim
kepengurusan, daftar inventaris perlengkapan, daftar inventaris bahan
koleksi, dokumen kegiatan yang sudah dilakukan, buku anggota, dan kartu
anggota. Dokumen yang saat ini dimiliki RBZ yaitu daftar inventaris
perlengkapan, daftar inventaris bahan koleksi, daftar sukarelawan yang
berasal dari remaja karang taruna, kegiatan yang sudah dilakukan, daftar
jejaring (kerja sama) dengan instansi lainnya, dan dokumen mengenai sistem
pelaporan.
Ketiga TBM sudah melakukan perencanaan dokumen organisasi dan
manajemen TBM. Hal tersebut disebabkan karena faktor pengetahuan
masing-masing pengelola TBM. Ketiganya telah menyadari pentingnya
14
memiliki dokumen mengenai organisasi dan manajemen TBM. Walaupun ada
perbedaan faktor pendidikan diantara ketiga pengelola, tampaknya tidak
mempengaruhi pengelola dalam merencanakan dokumen organisasi dan
manajemen TBM. Pengaruh dari perbedaaan faktor tersebut justru terlihat
dari kelengkapan dokumen organisasi dan manajemen yang dimiliki tiap-tiap
TBM. Warung Baca Lebak Wangi memliki dokumen mengenai organisasi dan
manajemen yang paling minim. Hal ini menjadi kelemahan bagi Warabal.
Dokumen mengenai organisasi dan manajemen sangat diperlukan
dalam proses mencari jejaring atau dalam mengadakan hubungan kerja
sama. Kelengkapan dokumen-dokumen tersebut juga menjadi syarat yang
penting dalam proses pengajuan dana kepada pemerintah untuk
pengembangan TBM. pentingnya akan kelengkapan dokumen TBM disadari
secara sebenar-benarnya oleh pengelola Rumah Baca Kuartet. Pengelola
RBK merencanakan dokumen organisasi dan manajemen lebih lengkap
dibanding Warabal. Meskipun Rumah Baca zhaffa adalah TBM yang paling
terakhir berdiri, namun RBZ memiliki kelengkapan dokumen yang sama
lengkapnya dengan Rumah Baca Kuartet. hal tersebut karena kedua
pengelola memiliki ilmu pendidikan perpustakaan dan berprofesi sebagai
pustakawan. Walaupun pengelola Warabal memiliki perbedaan dalam faktor
pendidikan dan profesi dengan pengelola di RBK dan RBZ, sebaiknya
kelengkapan dokumen mengenai organisasi dan manajemen tetap perlu
untuk dipenuhi. Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa sudah
15
merencanakan kelengkapan dokumen yang berhubungan dengan organisasi
dan manajemen, maka kedua TBM sudah melakukan tahapan perencanaan
dokumen organisasi dan manajemen TBM sebagaimana mestinya.
f) Perencanaan ruangan TBM
Dari tabel 4.2 poin 6 diatas, terlihat bahwa Warabal dan Kuartet sudah
melakukan perencanaan ruangan dengan dipengaruhi adanya faktor dana.
Walaupun, faktor dana menjadi kendala dalam perencanaan lokasi, tetapi
tidak mempengaruhi dalam proses perencanaan ruangan. Ruangan indoor
yang saat ini menjadi ruangan kegiatan pembelajaran, sekaligus ruangan
display dan baca marupakan hasil sumbangan masyrakat. Sedangkan untuk
merencanakan ruangan yang telah didesain outdoor, pengelola Kuartet
mengajukan bantuan dana kepada salah satu perusahaan swasta. Hal
tersebut dilakukan karena lokasi Kuartet hanya berawal dari halaman rumah
yang kosong. Sedangkan Rumah Baca Zhaffa tidak melakukan perencanaan
ruangan karena ruangan di Zhaffa terdiri dari ruang teras rumah dan ruang
tamu rumah salah satu pengelola Kuartet. Walaupun ketiga TBM menemukan
hambatan dalam merencanakan ruangan namun, pengelola pada masing-
masing TBM memperhatikan faktor kenyamanan untuk pengguna.
g) Perencanaan koleksi TBM
16
Dari tabel 4.2 poin 7 diatas, terlihat bahwa tiap-tiap TBM sudah
merencanakan jenis bahan koleksinya. Pentingnya perencanaan bahan
koleksi sangat terkait dengan kebutuhan pengguna. Hal itu disadari betul oleh
pengelola pada tiap-tiap TBM. Bahan koleksi yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna akan menarik minat pengguna untuk berkunjung dan membaca
bahan koleksi yang disediakan di TBM. Walaupun diantara ketiganya memiliki
persamaan sudah melakukan perencanaan terhadap bahan koleksi, tetap
terdapat perbedaan mengenai jenis bahan koleksinya. Warung Baca Lebak
Wangi belum merencanakan jenis bahan koleksi audio visual, hanya bahan
bacaan saja, sedangkan pengelola Rumah Baca Zhaffa dan Rumah Baca
Kuartet sudah merencanakan jenis bahan koleksi audio visual. Selain itu
ketiga TBM juga sudah melakukan rencana terhadap pengadaan, dan
pengolahan bahan koleksi secara manual. Proses pengadaan di ketiga TBM
bersumber dari penggalangan dana masyarakat, koleksi pribadi pendiri,
donasi dan pembelian. Perbedaan koleksi tersebut terkait dengan perbedaan
sasaran penggunanya. Perbedaan sasaran pengguna akan mempengaruhi
kebutuhan pengguna TBM. perbedaan itu juga yang mempengaruhi
perencanaan bahan koleksi TBM. Dengan sudah direncanakannya bahan
koleksi di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah
Baca Zhaffa, menandakan bahwa ketiganya sudah melakukan tahap
perencanaan terhadap bahan koleksi TBM.
17
h) Perencanaan perlengkapan TBM
Dari tabel 4.2 poin 8 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM sudah
melakukan perencanaan terhadap perlengkapan TBM. pentingnya
perencanaan terhadap perlengkapan sangat terkait dengan fungsinya
sebagai pelengkap bahan koleksi di TBM diperhatikan oleh pengelola pada
ketiga TBM. Namun perlengkapan apa saja yang ada di tiap-tiap TBM
berbeda satu sama lain. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor kreatifitas
pengelola untuk melengkapi TBM dengan perlengkapan yang dapat
menambah minat pengunjung untuk membaca dan ikut serta dalam berbagai
kegiatan yang dilakukan di TBM. Perlengkapan yang ada di Warung Baca
Lebak Wangi sangat beragam. Terdiri dari rak buku, peralatan untuk
menjahit, peralatan menulis, perangkat komputer, peralatan memasak, dan
meja untuk belajar. Perlengkapan yang ada di Rumah Baca Kuartet terdiri
dari rak buku, rak majalah, televisi, VDC Player dan poster. Sedangkan
perlengkapan yang ada di Rumah Baca Zhaffa yaitu rak buku, meja, kursi,
karpet puzzle, DVD player, dan Televisi. Rak buku direncanakan untuk
memajang bahan bacaan. Pengelola pada tiap-tiap TBM sudah sudah
memiliki perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan TBM. Hal
tersebut menandakan bahwa ketiga TBM sudah melakukan tahapan
perencanaan perlengkapan TBM.
i) Perencanaan kegiatan layanan TBM
18
Dari tabel 4.2 poin 9 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM sudah
merencanakan kegiatan layanan untuk membaca dan peminjaman. Diantara
ketiga TBM tersebut, tidak ada perbedaan mengenai kegiatan membaca,
namun terdapat perbedaan dalam kegiatan pemeinjaman. Hal tersebut
dikarenakan adanya perbedaan peraturan mengenai kegiatan peminjaman
pada tiap-tiap TBM. Di Warung Baca Lebak Wangi tidak ada peraturan
mengenai batas buku yang boleh dipinjam. Ada satu ketentuan yang harus
dilakukan pengunjung untuk meminjam buku, yaitu menjadi anggota Warung
Baca Lebak Wangi. Untuk menjadi anggota Warung Baca Lebak Wangi tidak
ada kriteria atau persyaratan, cukup mengisi lembar mengenai data pribadi.
Hal tersebut dilakukan untuk melengkapi keanggotaan Warabal. Lembar data
pribadi berisi data mengenai alamat, sekolah, kelas, umur, dan foto diri. Tidak
adanya buku peminjaman menjadi satu kelemahan bagi Rumah Baca
Kuartet. Setiap pengunjung bebas meminjam buku tanpa harus mencatat
terlebih dahulu di buku peminjaman. Kelemahan tersebut bisa menjadi
kendala bagi pengelola dalam melakukan pengawasan khususnya terhadap
bahan koleksi di Rumah Baca Zhaffa. Walau begitu, peminjam tetap harus
menjadi anggota Rumah Baca Kuartet terlebih dahulu. Di Rumah Baca Zhaffa
proses peminjaman dan pengembalian buku memiliki keunikan tersendiri.
Setiap pengunjung mencatat sendiri di buku peminjaman tanpa adanya
pengawasan langsung dari pengelola. Hal tersebut sengaja diterapkan
pengelola untuk mengajarkan rasa tanggung jawab kepada pengunjung.
19
Sama halnya dengan Rumah Baca Kuartet, pengujung yang meninjam buku
di Rumah Baca Zhaffa harus menjadi anggota terlebih dahulu. Dalam
merencanakan kegiatan peminjaman di TBM, perlu diperhatikan mengenai
batas-batas peminjaman. Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa
menerapkan batas lamanya peminjaman dan batas jumlah buku yang
dipinjam. Batas-batas seperti itu tidak diterapkan oleh pengelola Warung
Baca Lebak Wangi. Hal tersebut sengaja oleh pengelola untuk memberikan
kesempatan kepada pengguna untuk membaca dan meminjam buku
sebanyak-banyaknya.
Selain kegiatan membaca dan meminjam buku, baik Warung Baca
lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa merencanakan
kegiatan layanan diluar kegiatan membaca dan meminjam buku. Kegiatan
tersebut tidak sama antara ketiga TBM. Warung Baca Lebak Wangi
merencanakan kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan di Warabal disesuaikan dengan kebutuhan warga Kampung. Hal
tersebut dilakukan guna memenuhi kebutuhan pendidikan warga Kampung
yang tidak dapat menjangkau pendidikan formal sekaligus agar warga
semakin berminat untuk membaca buku yang ada di Warabal. Rencana
kegiatan yang dilakukan oleh pengelola Warabal adalah salah satu wujud
bahwa Warung Baca Lebak Wangi merupakan sumber belajar yang
dibutuhkan oleh komunintas Kampung Saja. Oleh karena pengelola pada
tiap-tiap TBM telah merencanakan kegiatan layanan, maka ketiga TBM sudah
20
melakukan tahapan perencanaan kegiatan layanan dengan sebagaimana
mestinya.
j) Perencanaan sosialisasi TBM
Dari tabel 4.2 poin 10 diatas, terlihat bahwa ketiga TBM masing-
masing sudah merencanakan sosialisasi TBM. Salah satu tahapan penting
yang harus dilakukan oleh pengelola, yaitu mensosialisasikan keberadaan
Taman Bacaan Masyarakat sudah dilaukukan di Warung Baca Lebak Wangi,
Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa. namun, pengelola pada tiap-ti
TBM melakukannyadengan cara yang berbeda-beda. Warabal yaitu melalui
kegiatan penyebaran brosur. Selain itu, sosialisasi juga dilakukan melalui
media elektronik melalui kegiatan liputan oleh stasiun televisi swasta dan
cyber news. Sosialisasi yang dilakukan oleh pengelola Kuartet melalui media
cetak dilakukan dengan menyebarkan pamflet, kartu nama, dan brosur.
Sedangkan melalui media elektronik dilakukan melalui kegiatan penyebaran
alamat blog, jejaring sosial, dan kegiatan liputan oleh stasiun televisi swasta.
Sosialisasi yang dilakukan oleh pengelola Rumah Baca Zhaffa melalui
kegiatan penyebaran pampflet dan menyebar alamat blog, dan dan melalui
kegiatan liputan oleh stasiun televisi swasta. Diantaranya Rumah Baca
Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa memanfaatkan media website berupa blog
untuk mensosiaslisasikan keberadaan masing-masing TBM, dan hanya
Rumah Baca Kuartet yang melakukan sosialisasi dengan memanfaatkan
21
jejaring sosial online seperti Facebook, Friendster, dan Multiply. Perbedaan
ini jelas menjadi keunggulan yang dimiliki Rumah Baca Kuartet dibanding
kedua TBM lainnya.
Proses tahapan perencanaan sosialisasi TBM sebaiknya juga
dilakukan melalui hubungan kemitraan ataupun jejaring. Diantara ketiga TBM
sudah menjalin hubungan kerja sama dan kemitraan. Warabal melakukan
hubungan kemitraan dengan penerbit buku swasta. Begitu pula dengan
Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa. ketiganya juga menjalin
hubungan kerja sama dengan berbagai media guna mensosialisasikan
keberadaan masing-masing TBM. Ketiga TBM sudah melakukan sosialisasi
dan menjalin hubungan kerja sama atau kemitraan, maka ketiga TBM, yaitu
Waraung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa
sudah melakukan proses tahapan perencanaan sosialisasi TBM dengan
sebagaimana mestinya.
k) Perencanaan anggaran TBM
Dari tabel 4.2 poin 11 diatas, terlihat bahwa diantara ketiga TBM yaitu
Warabal dan Kuartet tidak melakukan perencanaan dana TBM, sedangkan
Rumah Baca Zhaffa melakukan rencana dana. Pengelola Warabal tidak
pernah melakukan rencana dana baik untuk operasional pengelolaan TBM,
maupun rencana dana untuk melakukan kegiatan. Dana untuk operasional
pengelolaan TBM diperoleh melalui dana pribadi pengelola. Dana tersebut
22
adalah hasil yang diperoleh pengelola selama melakukan pekarjaannya, yaitu
menjual jamu dan membuka toko kelontong diteras rumahnya. Dana pribadi
tersebut ia gunakan untuk membeli dan memelihara buku-buku dan membuat
kliping yang ada di TBM. sedangkan untuk dana kegiatan yang dilakukan di
TBM berasal dari penggalangan dana yang dilakukan secara mandiri oleh
warga kampung. Selin itu dana untuk kegiatan TBM juga diperoleh dari hasil
penjualan produk-produk hasil karya yang dibuat oleh pengguna TBM. hasil
karya tersebut adalah hasil produk dari kegiatan pembelajaran ayng
dilakukan di Warabal, seperti baju-baju yang dibuat oleh warga kampung
yang mengikuti kegiatan belajar menjahit. Oleh karena itu, pengelola TBM
merasa tidak perlu untuk melakukan perencanaan dana TBM. Pengelola
Rumah Baca Kuartet juga tidka melakukan perencanaan terhadap dana.
Karena selama ini pengelola menggunkan dana yang berasal dari pengelola
pribadi dan hasil penjualan pernak-pernik dan voucher pulsa. Keuntungan
yang diperoleh dari usaha tersebut langsung dialokasikan untuk dana
operasional TBM. Sedangkan untuk melakukan kegiatan TBM, Rumah Baca
Kuartet selalu menjalin hubungan kerja sama atau kemitraan. Kebutuhan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan tidak ditanggung oleh Rumah Baca
Kuartet, melainkan ditanggung oleh jejaringnya, termasuk dana. Hal tersebut
disebabkan karena pengelola tidak ingin masyarakat membayar terlebih
dahulu untuk ikut serta dalam kegiatan hiburan edukatif yang dilakukan di
Rumah Baca Kuartet. hal ini tentu saja menjadi keunggulan yang dimiliki
23
Kuartet. meskipun tidak memiliki anggaran dana, namun Rumah Baca
Kuartet tidak pernah mengadakan penggalangan dana di masyarakat.
namun, Rumah Baca Kuartet juga tidak menolak jika ada masyarakat atau
warga yang ingin memberikan sumbangan untuk dana operasional dan
kegiatan. Diantara ketiga TBM, hanya Rumah Baca Zhaffa yang melakukan
rencana dana TBM. Namun, perencanaan dana tersebut hanya dilakukan jika
ada kegiatan yang akan dilakukan. Sedangkan untuk dana operasional tidak
memiliki anggaran dana. Dana yang dipeoleh Rumah Baca Zhaffa juga
berasal dari pengelola pribadi dan sumbangan masyarakat. Proses tahapan
perencanaan dana TBM ini hanya dilakukan oleh Rumah Baca Zhaffa.
Seharusnya Perencaaan dana ini penting bagi Warabal dan Rumah Baca
Kuartet untuk menjadi acuan dalam pengawasan dan agar memudahkan
pengelola dalam mengalokasikan dana secara tepat guna.
2. Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan
pengorganisasian yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal),
Rumah Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di
bawah ini.
Tabel 4. 3 Pengorganisasian Taman Bacaan Masyarakat
No Indikator Taman Bacaan Masyarakat
24
. Warabal Kuartet Zhaffa
1. Menyusun struktur organisasi TBM X X X
2. Menentukan pengelola TBM X X X
3. Membagi tugas pengelola TBM √ X √
Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan
Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkah-
langkah yang dilakukan dalam tahapan pengorganisasian Taman Bacaan
Masyarakat yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu menyusun struktur
organisasi, menentukan pengelola, dan membagi tugas pengelola Taman
Bacaan Masyarakat.
a) Menyusun struktur organisasi TBM
Dari tabel 4. 3 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM tidak ada
satupun yang membuat struktur organisasi. Pegelola Warabal menyadari
pentingnya pembagian tanggung jawab, hal tersebut dapat terlihat dengan
adanya susunan organisasi yang sudah menerangkan adanya pembagian
tugas diantara sukarelawan warabal. Namun, didalam susunan organisasi
belum terlihat adanya bagan dan kepala bidang pelayanan. Hal tersebut
dilakukan karena susunan organisasi tersebut baru saja dibuat dan
pembagia tugasnya belum dilaksanakan dengan baik oleh seluruh relawan
25
yang selama ini melakukan pengelolaan dengan tugas merangkap. Sama
halnya dengan Warabal, Rumah Baca Kuartet sudah memiliki susunan
kepengurusan meski belum terlihat adanya pembagian tugas. Tugas
pengelolaan tetap dilakukan secara merangkap. Hal tersebut dikarenakan
keterbatasan jumlah sukarelawan. Namun, sudah dibentuk tim kepengurusan
yang disebut dengan Kuartet Kru. Kuartet kru terdiri dari enam sukarelawan
anak-anak anggota Rumah Baca Kuartet itu sendiri. Berbeda halnya dengan
kedua TBM lainnya, Rumah Baca Zhaffa tidak terlihat sama sekali adanya
susunan organisasi dan pembagian tugas. Hal itu disebabkan Rumah Baca
Zhaffa hanya dikelola oleh satu orang saja. Walaupun ketiganya belum
melakukan tahapan pembuatan struktur organisasi, sebaiknya ketiganya
senantiasa berupaya untuk efektifitas dan efisiensi kegiatan
pengorganisasian di tiap-tiap TBM.
b) Menentukan pengelola TBM
Dari tabel 4. 3 poin 2, terlihat bahwa ketiga TBM tidak melakukan
langkah menentukan pengelola TBM. Kesesuaian kebutuhan TBM dengan
sumber daya manusianya, terlihat dengan adanya proses pemilihan atau
menentuan pengelola TBM. Penentuan seorang pengelola dengan tugas
yang dijalankannya terkait erat dengan efektifitas pengelolaan TBM. namun,
hal tersebut delum disadari betul oleh pengelola Warabal, Kuartet, dan
Zhaffa. ketiganya tidak ada yang melakukan proses pemilihan dan penentuan
26
sukarelawan TBM. Hal tersebut disebabkan karena masing-masing pengelola
TBM merupakan tenaga sukarelawan dan tidak ada ketentuan dan pemilihan
untuk menjadi sukarelawan pada masing-masing TBM. namun, begitu
sebagai wadah informal yang berfungsi untuk meningkatkan peneliharaan
minat baca di masyarakat, yang memiliki fungsi untuk kegiatan pelayanan
dan kegiatan lkepustakaan, hendaknya penentuan pengelola TBM dilakukan
untuk memperoleh sumber daya manusia yang cocok dan sesuai dengan
kebutuhan TBM dan karakteristik Masyarakat komunitas itu sendiri.
c) Membagi tugas pengelola TBM
Dari tabel 4. 3 poin 3, terlihat bahwa ketiga TBM sudah melakukan
langkah pembagian tugas pengelola. Walaupun ketiganya belum melakukan
pembuatan strutur organisasi dan proses penentuan pengelola TBM, namun
proses pebagian tugas sudah ada diantara sukarelawan di Warabal dan
sukarelawan di Zhaffa. Pembagian tugas di Warabal terdiri dari pembagian
tugas organisasi dan embagian tugas untuk kegiatan pembalajaran.
Pembagian tugas untuk kegiatan pembelajaran dilakukan guna efektifitas dan
efiensi kegiatan layanan tersebut, karena jumlah pengelola di Warabal hanya
satu orang, akan sangat melelahkan dan tidak efektif jika kegiatan layanan
pembelajaran yang dilakukan sudah terdiri dari beberapa bidang ilmu dan
tingkatan. Akan lebih baik bagi sebuah TBM, jika memiliki satu orang
sukarelawan yang memang berprofesi atau berhubungan dengan bidang ilmu
27
pembalajran yang akan diajarnya. Misalnya saja untuk melaksanakan
kegiatan layanan pembalajaran komputer, paling tidak membutuhkah seorang
sukarelawan yang mampu dan memahami penggunaan komputer. Hal itulah
yang dilakukan diWarabal. Uniknya, pembagian tugas tersebut diprakarsai
oleh para sukarelawan itu sendiri. Berbeda dengan proses pembagian tugas
diantara sukarelawan di Zhaffa. pembagian tugas dilakukan oleh pengelola
dan sukarelawan di dalam sebuah pertemuan untuk pengarahan kegiatan
layanan hiburna edukatif yang akan dilakukan di Zhaffa. pembagian tugas
dilakukan sebelum pengelola mmeberikan araha mengenai pelaksanaan
tugas. Oleh karena itu, pembagian tugas untuk sebuah kegiatan pelayanan
pembelajaran berbeda dengan pembagain tugas untuk kegiatan pelayanan
lainnya. Maka, tidak ada pembagian tugas yang tetap diantara para
sukarelawan seperti yang ada di Warung Baca Lebak Wangi. Tidak
dilakukannya pembagian tugas diantara para sukarelawan menjadi
kelemahan bagi Kuartet diantara kedua TBM lainnya. pembagian tugas
diantara para sukarelawan penting untuk dilakukan agar sukarelawan tidak
merasa tugas yang harus dilakukan terasa berat. Terlebih lagi sukarelawan di
Kuartet adalah anak-anak. Memberikan mereka satu tanggung jawab untuk
melakukan satu tugas, mungkin bisa jadi satu proses pendidikan tanggung
jawab kepada anak-anak sukarelawan. Oleh karena itu, sebaiknya pengelola
di Rumah Baca Kuartet melakukan proses pembgaian tugas diantara para
sukarelawannya.
28
3. Pengarahan Taman Bacaan Masyarakat
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan
pengarahan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah
Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 4 Pengarahan Taman Bacaan Masyarakat
Taman Bacaan Masyarakat No. Indikator
Warabal Kuartet Zhaffa
1. Memberikan pengarahan tugas pengelola TBM X √ √
2. Mengadakan Komunikasi diantara pengelola TBM √ √ √
3. Memberikan Motivasi kepada pengelola TBM √ √ √
Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan
Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkah-
langkah yang dilakukan dalam tahapan pengarahan Taman Bacaan
Masyarakat yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu memberikan
pengarahan tugas pengelola, mengadakan komunikasi diantara pengelola,
dan memberikan Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat.
a) Memberikan pengarahan tugas pengelola TBM
29
Dari tabel 4. 4 poin 1, terlihat bahwa diantara Rumah Baca Kuartet dan
Rumah Baca Zhaffa terdapat persamaan. Persamaan diantara Kuartet dan
Zhaffa menandakan bahwa kedua TBM tersebut memperhatikan pentingnya
pengarahan tugas untuk para sukarelawan. Hal tersebut dilakukan agar
kegiatan pengelolaan dilakukan dengan arahan yang benar, yaitu mencapai
tujuan TBM. sedangkan pengelola di warabal tidak melakukan pengarahan.
Pengelola menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada para
sukarelawan dalam melaksanakan tugasnya. Hal tersebut disebakan karena
pengelola Warabal menginginkan kreatifitas dan kemampuan dari masing-
masing pengelola dala melakukan tugasnya dalam kegiatan pelayanan
pembelajaran di Warabal. Hal ini sangat kontras bila dibandingkan dengan
proses pengarahan yang dilakukan di Kuartet. proses pengarahan dilakukan
selama pelaksanaan berlangsung. Hal ini disebabkan karena sukarelawan
Kuartet merupakan anak-anak yang masih mmebutuhkan bimbingan untuk
melakukan tugasnya. Pengarahan tugas untuk para sukarelawan juga
dilakukan di Rumah Baca Zhaffa. berbeda dengan Kuartet, pengelola Zhaffa
hanya memberikan pengarahan sebelum pelaksanaan. Sedangkan ketika
pelaksaan, tidak ada lagi proses pengarahan. Hal tersebut disebabkan
karena pengelola menganggap para sukarelawan adalah orang dewasa yang
sudah memahami pengelolaan TBM dan sudah dapat memahami betul
tujuan TBM. oleh karena itu, hanya Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa yang
30
sudah melakukan proses tahapan pemberian pengarahan tugas kepada para
pengelola sebagaimana mestinya.
b) Mengadakan Komunikasi diantara pengelola TBM
Dari tabel 4. 4 poin 2, terlihat bahwa diantara Warabal, Rumah Baca
Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa terdapat persamaan adanya komunikasi
diantara pengelola TBM. Menciptakan komunikasi yang baik diantara
pengelola dan pengurus (sukarelawan) maupun dengan anggota TBM
adalah salah satu tahapan ayng penting dalam keberhasilan pengelolaan
TBM. karena komunikasi diperlukan dalam proses penyampian pesan, baik
untuk melakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasin, pengarahan dan
pengawasan. Hal tersebut telah diketahui dengan benar oleh pengelola pada
tia-tiap TBM yang diteliti. Walaupun demikian, bentuk-bentuk komunikasi
dan media yang dimanfaatkan oleh pengelola, pengurus dan pengguna untuk
berkomunikasi berbeda pada tiap-tiap TBM. pengelola Warung Baca Lebak
Wangi mengadakan diskusi ketika sebelum kegiatan dilaksanakan dan
setelah kegiatan dilaksanakan. Dikusi tersebut tidak dijadwalkan secara rutin.
Walaupun begitu, proses komunikasi juga terlihat dengan adanya papan
yang dipasang di dinding halaman Warabal. Papan tersebut dimaksudkan
untuk memudahkan komunikasi diantara pengelola, pengurus, dan anggota.
pengelola Rumah Baca Kuartet mengadakan rapat pendiri Rumah Baca
Kuartet secara rutin. Rapat tersebut dijadwalkan setiap akhir minggu.
31
Selain itu, komunikasi juga ditunjang dengan megadakan komunikasi
melalui media elektronik. Media komunikasi yang ada di RBK yaitu melalui
blog, dan jejaring sosial. pengelola RBZ mengadakan rapat pengelola secara
rutin untuk mengadakan komunikasi antara sesama pengelola. Rapat
tersebut dilakukan setiap bulan. Komunikasi seluruh pengelola juga ditunjang
melalui media elektronik seperti blog, email, dan SMS. Melalui media
komunikasi tersebut juga dapat dimanfaatkan para pengelola untuk
berinteraksi dengan pengguna TBM, untuk menjalain komunikasi dengan
para donatur bahan bacaan, maupun dengan masyarakat luas yang ingin
menjadi anggota maupun untuk megadakan hubungan kerja sama. Selain
itu, media komunikasi juga digunakan pengelola sebagai media untuk
mensosialisasikan TBM kepada masyarakat luas.
c) Memberikan Motivasi kepada pengelola TBM
Dari tabel 4. 4 poin 2, terlihat bahwa diantara Warabal, Rumah Baca
Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa terdapat persamaan adanya pemberian
motivasi untuk pengelola TBM. Agar para sukarelawan mau dan bersedia
bekerja sama dan produktif untuk mencapai tujuan TBM, maka pengelola
harus dapat memberikan motivasi kepada para sukarelawan. Oleh karena
itu, pengelola harus peka terhadap kebutuhan para sukarelawan. Masing-
masing pengelola sudah memotivasi para sukarelawannya dengan cara
masing-masing. Wlapun Pengelola Warabal, kuartet dan Zhaffa
32
menggunakan cara yang berbeda dalam memotivasi para relawan. Warung
Baca Lebak Wangi memotivasi dengan cara memberikan nasihat secara
personal kepada para pengelola yaitu nasihat-nasihat. Sedangkan Rumah
baca Kuartet memotivasi pengelola dengan melibatkan para pustakawan cilik
dalam kegiatan hiburan edukatif yang menyenangkan. Pengelola Rumah
Baca Zhaffa yang memotivasi para sukarelawannya dengan memberikan
reward yang berarti. Maka itu, pengelola Warabal, Kuartet dan Rumah Baca
Zhaffa telah melakukan tahapan pemberian motivasi kepada para
sukarelawan TBM.
4. Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya, maka terlihat kegiatan
pengawasan yang dilakukan di Warung Baca Lebak Wangi (Warabal), Rumah
Baca Kuartet (RBK), dan Rumah Baca Zhaffa (RBZ) pada tabel di bawah ini.
Tabel 4. 5 Pengawasan Taman Bacaan Masyarakat
Taman Bacaan Masyarakat No. Indikator
Warabal Kuartet Zhaffa
33
1. Menetapkan standar fisik pelaksanaan TBM X X X
2. Menetapkan standar kualitatif pelaksanaan TBM X X X
3. Menetapkan standar waktu pelaksanaan TBM √ √ √
4. Menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan TBM X √ √
5. Menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM √ √ √
6. Menentukan pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM X X X
7. Mengukur pelaksanaan kegiatan TBM √ √ √
8. Menganalisa penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan TBM
√ √ √
9. Mengambil tindakan koreksi yang perlu untuk pelaksanaan TBM √ √ √
Keterangan: √ = dilakukan X = tidak dilakukan
Dari tabel diatas terlihat ada persamaan dan ada perbedaan langkah-
langkah yang dilakukan dalam tahapan pengawasan Taman Bacaan
Masyarakat yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu menetapkan ketentuan
fisik pelaksanaan, menetapkan ketentuan kualittaif pelaksanaan, menetapkan
peraturan waktu pelaksanaan, menentukan frekuensi pengukuran
pelaksanaan, menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan, menentukan
pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan, mengukur pelaksanaan
34
kegiatan, menganalisa penyimpangan pelaksanaan, dan mengambil upaya
perbaikan untuk pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat.
a) Menetapkan ketentuan fisik pelaksanaan TBM
Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak
menentukan ketentuan fisik dalam pelaksanaan TBM. hal ini disebabkan
karena pengelola ingin menerapkan peraturan selonggar-longgarnya agar
sluruh anggota merasa nyaman selama berkunjung. Namun, mengingat
pentingnya keberadaan dan ketercapian tujuan TBM bagi masyarakat secara
luas, sebaiknya pengelola TBM menetapkan ketentuan fisik pelaksanaan
TBM. Jika, pegelola memiliki keterbatasan dalam menentukan ketentuan fisik
TBM, pengelola dapat mengikuti ketentuan kualitatif berdasarkan buku
pedoman Taman Bacaan Masyarakat.
b) Menetapkan ketentuan kualittaif pelaksanaan TBM
Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak
menentukan ketentuan kualitatif dalam pelaksanaan TBM. hal ini disebabkan
karena pengelola ingin menerapkan peraturan selonggar-longgarnya agar
sluruh anggota merasa nyaman selama berkunjung. Namun, mengingat
pentingnya keberadaan dan ketercapian tujuan TBM bagi masyarakat secara
luas, sebaiknya pengelola TBM menetapkan ketentuan kualitatif pelaksanaan
TBM. Jika, pegelola memiliki keterbatasan dalam menentukan ketentuan
35
kualitatif, pengelola dapat mengikuti ketentuan kualitatif berdasarkan buku
pedoman Taman Bacaan Masyarakat.
c) Menetapkan peraturan waktu pelaksanaan TBM
Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara tiga TBM terdapat
persamaan. Ketiga TBM sudah mempunyai peraturan mengenai waktu
pelaksanaan di TBM. Namun, tidak ada peraturan jam buka dan jam tutup
yang pasti di Warabal. Namun, ada ketentuan mengenai waktu pelaksanaan
kegiatan pembelajaran di Warabal. Sedangkan di Rumah Baca Kuartet dan
Rumah baca Zhaffa terdapat peraturan mengenai jam buka dan tutup TBM.
peraturan mengenai waktu jam buka dan tutup Kuartet yaitu setiap hari, buka
pada pukul 08.00 WIB dan tutup pada pukul 21.00 WIB. peraturan waktu jam
buka dan tutup Rumah Baca Zhaffa jam 16.00 -21 .00 WIB. Dengan adanya
ketentuan dan peraturan mengenai waktu pelaksanaan di Warabal, Kuartet,
dan Zhaffa, maka pengelola di ketiga TBM sudah melakukan tahapan
penentaan ketentuan waktu pelaksanaan TBM.
d) Menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan TBM
Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM, hanya
Warabal saja yang tidak menentukan frekuensi pengukuran pelaksanaan
36
TBM. hal ini disebabkan karena pelaksanaan pengukuran dilakukan secara
personal oleh pengelola Warabal saja, sehingga pengukuran bisa dilakukan
kapan saja. Berbeda halnya dengan Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa yang
sudah menentukan frekuensi kegiatan pengukuran pelaksanaan TBM.
Frekuensi yang sudah ditetapkan oleh pengelola hendaknya selalu dilakukan
dengan teratur dan terus menerus. Dengan sudah ditentukannya frekuensi
kegiatan pengukuran terhadap pelaksanaan di Kuartet dan Warabal, mala
kedua TBM ini sudah melakukan tahapan penentuan frekuensi kegiatan
pengukuran pelaksanaan TBM dengan sebagaimana mestinya.
e) Menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM
Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa terlihat bahwa pengelola pada
tiap-tiap TBM sudah menentukan bentuk pengukuran pelaksanaan TBM.
Bentuk pengukuran yang digunakan pengelola di ketiga TBM tidak ada
perbedaan. Setiap pengelola melakukan pengukuran melalui pengamatan
langsung. Mengingat terbatasnya jumlah pengelola pada tiap-tiap TBM akan
menyulitkan pengelola dalam melakukan kegiatan pengukuran melalui
pengamatan langsung. Karena itu memungkinkan adanya pengamatan yang
luput dari pengelola TBM. Pengukuran melalui pengamatan langsung itu
sendiri memiliki keterbatasan. Namun, bagi pengelola di warabal, Kuartet,
dan Zhaffa, bentuk pengukuran memalui cara itulah yang paling
memungkinkan untuk dilakukan.
37
f) Menentukan pihak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM
Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa pengelola di tiga TBM tidak
menentukan piak-piak yang terlibat dalam pengukuran pelaksanaan TBM. hal
ini disebabkan karena pengelola melakukan kegiatan pengukuran pelaksaan
secara mandiri. Namun, mengingat pentingnya keberadaan dan ketercapian
tujuan TBM bagi masyarakat secara luas, sebaiknya pengelola TBM
melakukan kerja sama dalam melakukan pengukuran agar hasil pengukuran
lebih objektif dan akurat. Hal ini tentu saja lebih memudahkan pengelola
dalam menentukan tindakan perbaikan apa yang harus dilakukan.
g) Mengukur pelaksanaan kegiatan TBM
Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa Masing-masing pengelola
melakukan kegiatan pengukuran ayng berbeda satu sama lain. Kegiatan
mengukur kegiatan nyata pelaksanaan TBM dilakukan secara personal oleh
pengelola Warung Baca Lebak Wangi. Dengan melihat apakah tujuan TBM
sudah tercapai atau belum. kegiatan mengukur kegiatan nyata pelaksanaan
TBM dilakukan secara personal oleh pengelola Warung Baca Lebak Wangi.
Pengukuran kegiatan pelaksanaan di RBZ dilakukan dengan melihat
berdasarkan pada besar kecilnya partisipasi anggota dan masyarakat yang
terlibat dalam kegiatan tersebut. Oleh karena pengelola pada tiap-tiap TBM
telah melakukan kegiatan pengukuran maka, tahapan pengkuruan
38
pelaksanaan TBM sudah dilakukan di Warabal, Rumah Baca Kuartet dan
Rumah Baca Zhaffa.
h) Menganalisa penyimpangan dalam pelaksanaan TBM
Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM memiliki
persamaan yaitu tidak melakukan analisa pemyimpangan-penyimpangan
yang terjadi dalam pelaksanaan TBM. walau begitu, setiap pengelola tetap
melakukan analisa terhadap kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam
mencapai tujuan tiap-tiap TBM. kesulitan dan hamabatan yang dihadapi
pengelola di setiap TBM berbeda satu sama lainnya. hal tersebut
dipengaruhi oleh perbedaan komunitas atau masyarakat, dan perbedaan
kegiatan pelayanan yang dilakukan pada tiap-tiap TBM. Walaupun begitu,
analisa penyimpangan tetap harus dilakukan untuk meminimalisir hambatan
dan kselitan agar dapat lebih mudah mencapai tujuan TBM. Oleh karena
kegiatan analisa penyimpangan dalam pelaksanaan tidak dilakukan, maka
pengelola di Warabal, Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Kuartet
hendaknya melakukan kegiatan penyimpangan dengan menyesuaikan hasil
pengukuran dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan yang ada di di tiap-
tiap TBM. Namun, apabila TBM belum atau tidak memiliki ketentuan atau
peraturan tertentu, sebaiknya pengelola menyesuaikan hasil pengukuran
dengan ketentuan yang sudah ada di dalalm buku pedoman pengelolaan
TBM.
39
i) Mengambil upaya perbaikan untuk pelaksanaan TBM
Dari tabel 4. 5 poin 1, terlihat bahwa diantara ketiga TBM memiliki
persamaan yaitu sudah melakukan upaya perbaikan untuk elaksanaan TBM.
Walau begitu, setiap pengelola di ketiga TBM melakukan upaya-upaya yang
berbeda satu sama lainnya. hal tersebut didasari pada perbedaan hambatan
dan kesulitan ayng dihadapi pada masing-masing TBM. Upaya yang sudah
dilakukan pengelola Warabal terkait masalah keterbatasan ruanganyaitu
dengan menambah ruangan untuk kegiatan pembelajaran. Pengelola juga
melakukan upaya untuk memperbaiki tahapan proses perencanaan kegiatan.
Proses perencanaan kegiatan dilakukan secara musyawarah dengan seluruh
komunitas Warabal. Hal tersebut juga dilakukan untuk membelajarkan
masyarakat komunitas Warabal agar masing-masing individu mau bertukar
fikiran dan mengeluarkan pendapat. Upaya yang sudah dilakukan pengelola
Kuartet adalah pengadaan pojok usaha berupa penjualan pernak-pernik dan
penjualan voucher pulsa untuk menambah pemasukan dana Kuartet. Selain
itu, pengelola juga mengajarkan anak-anak disekitar Kuartet agar berani
untuk berbicara adan mengembangkan bakatnya. Salah satu contohnya
adalah dengan dibentuknya Group Musik Roma Merana. Kelompok musik
tersebut memang sengaja diadakan untuk membelajarkan anak-anak agar
mau berani menunjukkan dan mengembangkan bakatnya. Upaya yang sudah
dilakukan pengelola Rumah Baca Zhaffa yaitu memasang tenda jalanan yang
40
ditempatkan di depan halaman Rumah Baca Kuartet agar dapat
dimanfaatkan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembelajaran
ataupun hiburan edukatif. Oleh karena pengelola di ketiga TBM telah
melakukan upaya perbaikan, maka pengelola di Warabal, Rumah Baca
Kuartet dan Rumah Baca Kuartet telah melakukan tahapan pengembilan
upaya perbaikan untuk pelaksanaan TBM dengan sebagaimana mestinya.
C. KETERBATASAN PENELITIAN.
Penelitian dapat dikatakan masih jauh dari sempurna. Walaupun
semaksimal mungkin penelitian ini dilakukan namun terdapat beberapa
keterbatasan sebagai berikut:
1. Penelitian multi case study ini hanya dilakukan oleh satu peneliti saja.
Padahal untuk mendapatkan kelengkapan dan kedalaman data,
peneltian ini seharusnya dilakukan oleh sebuah kelompok peneliti.
2. Analisis data penelitian masih kurang komprehensif karena banyaknya
aspek yang diteliti.
3. Teori mengenai pengelolaan taman bacaan masyarakat dalam
peneltian ini merupakan adaptasi dari teori pengelolaan perpustakaan,
sehingga masih perlu diperkaya.
170
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil penelitian dapat digambarkan bahwa pengelola di Warung Baca
Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa melakukan
pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan pengelolaan yang
dilakukan adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan. Berikut ini adalah rincian hasil penelitian yang menggambarkan
bagaimana kegiatan pengelolaan dilakukan pada tiap-tiap tahapannya.
1. Perencanaan
Tahapan perencanaan yang dilakukan Warung Baca Lebak Wangi
adalah merencanaan kebutuhan pengguna, merencanaan tujuan,
merencanaan dokumen organisasi dan manajemen, merencanaan ruangan,
merencanaan koleksi, merencanaan perlengkapan, merencanaan kegiatan
layanan, dan merencanaan sosialisasi Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan
perencanaan yang dilakukan Rumah Baca Kuartet adalah merencanaan
kebutuhan pengguna, merencanaan tujuan, merencanaan dokumen
organisasi dan manajemen, merencanaan koleksi, merencanaan
perlengkapan, merencanaan kegiatan layanan, dan merencanaan sosialisasi
171
Taman Bacaan Masyarakat. Sedangkan tahapan perencanaan yang
dilakukan Rumah Baca Zhaffa adalah merencanaan kebutuhan pengguna,
merencanaan tujuan, merencanaan sumber daya manusia, merencanaan
dokumen organisasi dan manajemen, merencanaan koleksi, merencanaan
perlengkapan, merencanaan kegiatan layanan, dan merencanaan sosialisasi,
dan merencanakan dana Taman Bacaan Masyarakat. Dari seluruh tahapan
perencanaan Taman Bacaan Masyarakat, ketiga TBM melakukan hampir
seluruh tahapan perencanaan. Warung Baca Lebak Wangi melakukan
tahapan perencanaan yang sama dengan Rumah Baca Kuartet.
2. Pengorganisasian
Tahapan pengorganisasian yang dilakukan Warung Baca lebak Wangi
adalah melakukan pembagian tugas pengelola dan melakukan pengelolan
koleksi Taman Bacaan Masyarakat. Rumah Baca Kuartet hanya melakukan
pengolahan bahan koleksi pada tahapan pengorganisasian. Dari seluruh
tahapan Warung Baca lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca
Zhaffa memiliki persamaan yaitu melakukan tahapan pengolahan koleksi
TBM.
3. Pengarahan
Tahapan pengarahan yang dilakukan Warung Baca Lebak Wangi
adalah mengadakan Komunikasi diantara pengelola, dan memberikan
172
Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan pengarahan
yang dilakukan Rumah Baca Kuartet adalah memberikan pengarahan tugas
pengelola, mengadakan Komunikasi diantara pengelola, dan memberikan
Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat. Tahapan pengarahan
yang dilakukan Rumah Baca Zhaffa adalah memberikan pengarahan tugas
pengelola, mengadakan Komunikasi diantara pengelola, dan memberikan
Motivasi kepada pengelola Taman Bacaan Masyarakat. Dari seluruh tahapan
pengarahan, hanya Rumah Baca Kuartet dan Rumah Baca Zhaffa yang
melakukan seluruh tahapan pengarahan.
4. Pengawasan
Tahapan pengawasan yang dilakukan Warung Baca Lebak Wangi
adalah menetapkan peraturan waktu pelaksanaan, menentukan bentuk
pengukuran pelaksanaan, mengukur pelaksanaan kegiatan, menganalisa
penyimpangan pelaksanaan, dan mengambil upaya perbaikan untuk
pelaksanaan Taman Bacaan Masyarakat.
Dari rincian tahapan pengelolaan yang dilakukan ketiga Taman
Bacaan Masyarakat, tidak ada Taman Bacaan Masyarakat yang melakukan
tahapan pengelolaan yang benar-benar sama. Persamaan tahapan
pegelolaan yang paling banyak yaitu antara Rumah Baca Kuartet dan Rumah
Baca Zhaffa. Sedangkan perbedaan tahapan pangelolaan yang paling
banyak yaitu antara Warung Baca Lebak Wangi dan Rumah Baca Zhaffa.
173
B. IMPLIKASI
Hasil penelitian ini memberikan implikasi tidak hanya pada pengelola
di Warung Baca Lebak Wangi, Rumah Baca Kuartet, dan Rumah Baca
Zhaffa. Namun juga bagi pihak-pihak yang memiliki keterkaitan di dalamnya,
seperti yang dijabarkan pada uraian di bawah ini.
Hasil penelitian ini memberikan gambaran deskripsi mengenai tahapan
pengelolaan yang dilakukan Warung Baca lebak Wangi, Rumah Baca
Kuartet, dan Rumah Baca Zhaffa. Dari pembahasan mengenai hasil
penelitian yang diperoleh, telah diketahui bahwa ketiga Taman Bacaan
Masyarakat sudah melakukan mngeidentifikasi kebutuhan pengguna.
Kebuthan pengguna pada masing-masing Taman Bacaan berbeda satu sama
lainnya, maka ketiga Taman Bacaan Masyarakat melakukan tahap –tahap
pengelolaan dengan cara yang berbeda pula.
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui adanya keunggulan dan
kelemahan pada tahap-tahap pengelolaan yang dilakukan di ketiga Taman
Bacaan Masyarakat. Hal tersebut terlihat dengan adanya perbedaan tahapan
pengelolaan yang sudah dilakukan pada satu Taman Bacaan Masyarakat,
sedangkan tahapan tersebut tidak dilakukan pada kedua Taman Bacaan
Masyarakat lainnya. Oleh karena itu pada masing-masing Taman Bacaan
Masyarakat dapat terlihat kelemahan dan keunggulan mengenai kegiatan
pengelolaan yang dilakukan pada ketiga Taman Bacaan Masyarakat.
Taman Bacaan Masyarakat merupakan sumber belajar berupa
174
lingkungan yang dapat mencapai tujuannya jika dengan maksimal sehingga
dapat menjadi wadah untuk mengembangkan minat dan budaya baca yang
kuat untuk membentuk masyarakat pembelajar. Hasil penelitian ini
memberikan contoh upaya pemecahan masalah pembelajaran khususnya
dalam meningkatkan minat baca masyarakat.
C. SARAN
Sejalan dengan kesimpulan dan implikasi dari hasil perolehan data di
dalam penelitian ini maka secara umum peneliti menyarankan kepada peneliti
lain yang berminat untuk melakukan kajian sumber belajar khususnya tentang
taman bacaan masyarakat, maka penelitian ini dapat dilanjutkan untuk
pengembangan model atau desain pengelolaan taman bacaan masyarakat.
Selain itu juga disarankan kepada pemrintah akan perlunya peran aktif
pemerintah untuk memfasilitasi dan membina tumbuh berkembangnya
Taman Bacaan Masyarakat, khususnya mengenai pembinaan sumber daya
manusia TBM dan bantuan dana untuk biaya pengelolaan TBM.
Secara khusus, peneliti menyarankan kepada pengelola pada tiap-tiap
Taman Bacaan Masyarakat untuk terus mengupayakan perbaikan
pelaksanaan kegiatan. agar dapat mengoptimalkan keunggulan. Selain itu,
pengelola juga diharapkan agar dapat meminimalisir kelemahan dalam
melakukan kegiatan pengelolaan. Adapun saran yang diberikan untuk ketiga
Taman Bacaan Masyarakat yaitu:
175
1. Disarankan untuk ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar lebih
mengoptimalkan pengelolaan terhadap sumber daya manusia TBM dan
lebih memperhatikan mengenai tata letak ruangan dana keadaan lokasi
TBM.
2. Disarankan kepada ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar
lebih memperhatikan pengadaan stuktur organisasi, uraian kerja (jobdesk)
secara sederhana dan tertulis.
3. Disarankan kepada ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar
lebih memperhatikan akan adanya ketentuan mengenai jadwal atau
peraturan jam kerja bagi para pengurus atau sukarelawan dalam rangka
memaksimalkan kegiatan pelayanan pada masing-masing TBM.
4. Disarankan kepada ketiga pengelola Taman Bacaan Masyarakat agar
lebih memperhatikan pentingnya dokumen mengenai kegiatan
pengawasan. Keberadaan dokumen yang memuat kegiatan pengawasan
sangat penting untuk pengembangan Taman Bacaan Masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Alan Januszewski, Educational Technology: The Development of A Concept. Englewood: Libraries Unlimited, 2001
Arsyad, Azhar, Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002 Bafadal, Ibrahim, Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara,
1992 Davies, Ivor K, Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali, 1991 Fatah, Nanang, Landasan Manajamen Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2004 Handoko, T Hani, Manajemen. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2000 Hernowo, Quantum Reading,: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk
Merangsang Munsulnya Potensi Membaca. Bandung: Mizan Learning Center, 2003
Kartono, Kartini, Psikologi Umum. Jakarta: CV. Mandar Maju, 1990 Manullang, Dasar-dasar Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2006 Miarso, Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada
Media, 2004 Mudjito, Pembinaan Minat Baca. Jakarta: Karunika UT, 1993s Tampubolon, D.P, Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca Pada
Anak. Bandung: Angkasa, 1998 Saleh, Abdul Rahman dan Fahidin, Manajemen Perpustakaan Perguruan
Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1995 Seels and Richey, Teknologi Pembelajaran: Definisi dan Kawasannya,
Washington DC: AECT, 1994
175
176
Simbolon, Tony, Pengembangan Budaya Baca Melalui Taman Bacaan Masyarakat. Jakarta: PT Ryan Eka Mandiri, 2007
Siswanto, Pengantar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006 Soeharto, Karti, Teknologi Pembelajaran. Surabaya: SIC,1995 Sutarno, NS, Perpustakaan Dan Masyarakat. akarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2003 Winkel, W.S, Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo, 1996 Direktorat Pendidikan Masyarakat, Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan
Masyarakat, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Panduan Penyelenggaraan Taman
Bacaan Masyarakat. Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2006
Direktorat Pendidikan Masyarakat, Naskah AkademikPengelola Taman
Bacaan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, 2008
Universitas Sumatra Utara DIgital Library, Keterkaitan Antar Penelitian
Manajemen Dengan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Manajemen, 2003 (http://library.usu.ac.id/download/fe/manajemen-ritha1.pdf)
Universitas Unika, Pengaruh Keterlibatan Orang Tua terhadap Minat
Membaca Anak Ditinjau dari Pendekatan Stres Lingkungan, 2008 (http://www.unika.ac.id/fakultas/psikologi/artikel/ss-1.pdf)
Yayat, Modul Manajemen Umum Dan Bidang-bidang Manajemen: Mata
Pelajaran Ekonomi Kelas II, 2007 (http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=11&fname=eko206_07.htm)
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
LAMPIRAN 2
INSTRUMEN PENELITIAN SEBELUM DIUJICOBA
LAMPIRAN 3
INSTRUMEN PENELITIAN SETELAH DIUJICOBA
LAMPIRAN 4
HASIL PEROLEHAN DATA DOKUMEN TAMAN BACAAN MASYARAKAT
MELALUI STUDI OBSERVASI
LAMPIRAN 5
HASIL PEROLEHAN DATA WAWANCARA PENGELOLA TAMAN BACAAN
MASYARAKAT MELALUI WAWANCARA
LAMPIRAN 6
HASIL PEROLEHAN DATA GAMBAR TAMAN BACAAN MASYARAKAT
MELALUI STUDI DOKUMENTASI
LAMPIRAN 7
MATRIKS HASIL PEROLEHAN DATA PENGELOLAAN TAMAN BACAAN
MASYARAKAT MELALUI STUDI OBERVASI DAN DOKUMENTASI
top related