pengembangan ekonomi wilayah dengan klasterisasi industri...
Post on 21-Jan-2020
6 Views
Preview:
TRANSCRIPT
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8
1
Abstrak—Kerusakan hutan di Indonesia seiring
beerkembangnya modernisasi dan industrialisasi semakin
menghawatirkan. Industri kertas yang berbahan baku serat
kayu turut berperan dalam kerusakan hutan sehingga perlu
penerapan simbiosis industri dengan industri gula untuk
pemanfaatan bahan baku alternatif berupa bagasse. Selama ini,
pengembangan simbiosis antara industri gula dan kertas yang
terjadi belum memunculkan suatu kerja sama yang terbentuk
dalam sebuah cluster industri. Cluster industri sangat mampu
menunjang kinerja industri-industri di dalamnya karena
memiliki suatu ikatan kerja sama dalam berbagai aspek industri
maupun kewilayahannya sehingga adanya cluster akan mampu
meningkatkan ekonomi wilayah.
Tahapan analisa dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif
terhadap teori cluster dan kondisi eksisiting untuk menganalisa
faktor dalam pembentukan cluster industri kertas, analisa
program linier untuk menentukan simbiosis optimal antara
industri kertas dan gula, serta analisa deskriptif untuk
pembentukan cluster yang berpotensi untuk dikembangkan
untuk mengembangkan ekonomi di wilayah-wilayah di Jawa
Timur.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat lima cluster industri
kertas yang terbentuk dengan wilayah inti di Surabaya,
Mojokerto, Malang, Probolinggo, dan Banyuwangi. Cluster yang
berpotensi untuk dikembangkan adalah cluster yang berpusat di
Surabaya dan Mojokerto. Dengan mengembangkan kedua
cluster tersebut dapat menggenjot peranan subsektor industri
kertas dan barang cetakan pada PDRB wilayah terutama di
Kabupaten Mojokerto dan Sidoarjo
Kata Kunci— cluster industri, ekonomi wilayah, program
linier, simbiosis industri.
I. PENDAHULUAN
UTAN di Indonesia merupakan paru-paru dunia yang
dapat menyerap karbon dan menyediakan oksigen bagi
kehidupan di muka bumi ini. Namun seiring berjalannya
waktu dan modernisasi, kerusakan hutan di Indonesia semakin
bertambah. Fungsi hutan sebagai penyimpan air tanah akan
terganggu akibat terjadinya perusakan hutan yang terus-
menerus. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali
selama puluhan tahun menyebabkan terjadinya penyusutan
hutan tropis secara besar-besaran. Pada peringatan Hari
Lingkungan Hidup Sedunia di Istana Negara, Jakarta, 7 Juni
2011, Mentri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta
mengatakan bahwa Laju kerusakan hutan belum sebanding
dengan laju pemulihannya. Kerusakan hutan sekitar 0,7 juta
hektar per tahun di Indonesia, sedangkan kemampuan
pemulihan lahan yang telah rusak masih sekitar 0,5 juta hektar
per tahun. Kerusakan tersebut mengurangi layanan hutan bagi
kehidupan seperti menata siklus air, tempat beradanya
keanekaragaman hayati, dan memitigasi perubahan iklim [1].
Industri kertas yang berbahan baku serat kayu turut berperan
dalam kerusakan hutan sehingga perlu penerapan simbiosis
industri dengan industri gula untuk pemanfaatan bahan baku
alternatif berupa bagasse
Pulp diproduksi dari bahan baku yang mengandung
selulosa. Ampas tebu (bagase), limbah dari batang tebu setelah
dilakukan pengempaan dan pemerasan, secara umum
mempunyai sifat serat yang hampir sama dengan sifat serat
kayu daun lebar [2]. Komponen utama ampas tebu terdiri dari
serat sekitar 43-52%, dan padatan terlarut 2-3%. Panjang serat
1,43 mm dan nisbah antara panjang serat dangan diameter
138,43 [2]. Oleh karena itu ampas tebu memenuhi syarat
tersebut untuk menjadi alternatif sebagai bahan baku
pembuatan pulp dan kertas.
Jawa Timur yang merupakan provinsi terluas di Pulau Jawa
serta salah satu provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di
Indonesia memiliki 8 pabrik kertas dan 28 pabrik gula yang
tersebar. Banyaknya jumlah pabrik gula di Jawa Timur
menunjukkan bahwa provinsi ini menghasilkan ampas tebu
dalam jumlah besar. Diperkirakan setiap Ha tanaman tebu
yang digunakan sebagai bahan baku industri gula
menghasilkan 100 ton bagasse atau ampas tebu. Menurut
Dinas Perkebunan Jawa Timur tahun 2011, saat ini Jawa
Timur memiliki 31 pabrik gula dengan potensi bagasse
sebesar 19.339.600 ton/tahun. Sebesar 60% ampas tebu yang
dihasilkan pabrik gula digunakan lagi untuk bahan bakar
pabrik dan industri kecil lain sehingga di Jawa Timur
diperkirakan terdapat 7.735.840 ton ampas tebu yang masih
belum dimanfaatkan.
Kelimpahan bahan baku ampas tebu di Jawa Timur, kondisi
hutan Indonesia yang semakin memprihatinkan, serta
dukungan pemerintah dalam meningkatkan orientasi
Pengambangan Ekonomi Wilayah dengan
Klasterisasi Industri Kertas Berdasar Potensi
Simbiosis Industri Kertas dan Gula di Jawa
Timur Ryska Z. Nendiardhina dan Eko B. Santoso
Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: ekobudis@hotmail.com
H
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8
2
penggunaan bahan baku nonkayu pada industri kertas
memunculkan potensi yang tinggi dalam penerapan simbiosis
industri gula dan kertas di Jawa Timur. Penerapan simbiosis
industri gula dan kertas ini akan membentuk cluster-cluster
industri yang melibatkan antar wilayah di Jawa Timur
sehingga perlu ditentukan pembentukan cluster-cluster yang
tepat untuk optimasi aliran barang.
Keberadaan cluster industri kertas ini dapat meningkatkan
pendapatan subsektor industri kertas dan barang cetakan yang
merupakan subsektor dari industri pengolahan dalam PDRB
daerah karena pengembangan industri di suatu wilayah akan
sejalan dengan pengembangan ekonomi wilayah tersebut [3].
Dengan demikian, pembentukan cluster industri kertas yang
optimal dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah-
wilayah yang terlibat dalam cluster tersebut.
Peranan industri dalam pertumbuhan wilayah secara jelas
dikemukakan oleh Yeates dan Gardner, bahwa kegiatan
industri merupakan salah satu faktor penting dalam
mekanism\e perkembangan dan pertumbuhan wilayah. Hal ini
disebabkan adanya efek multiplier dan inovasi yang
ditiimbulkan oleh kegiatan industri yang berinteraksi dengan
potensi dan kendala yang dimiliki wilayah [4]. Seorang pakar
ekonomi Rusia, Rostow, juga mengatakan bahwa tahap tinggal
landas dalam pembangunan ekonomi ditandai oleh
pertumbuhan yang pesat pada satu atau beberapa sektor
industri [5].
Simbiosis industri merupakan suatu bentuk kerja sama
diantara industri-industri yang berbeda. Bentuk kerja sama ini
dapat meningkatkan keuntungan masing-masing industri dan
pada akhirnya berdampak positif pada lingkungan. Dalam
proses simbiosis ini limbah suatu industri diolah menjadi
bahan baku industri lain [3]. Simbiosis industri merupakan
suatu kerjasama antar industri yang bertujuan untuk
mengefisiensi pemanfaatan sumber daya, serta meningkatkan
kualitas ekonomi dan lingkungan. Adanya pertukaran material
yang meminimalisir penggunaan energi dan bahan baku dalam
simbiosis industri dapat meminimalisir sampah/limbah,
membangun suatu ekonomi berkelanjutan, serta
pengembangan ekologi dan hubungan sosial [6].
Cluster merupakan konsentrasi geografis perusahaan dan
institusi yang saling berhubungan pada sektor tertentu. Cluster
mencakup berbagai industri terkait dan institusi lainnya [7].
Porter mengonsep cluster dengan memodelkan efek dari
lingkungan bisnis lokal dalam kompetensi, dan letak geografis
dalam suatu model diamond. Model diamond menerkankan
bagaimana elemen yang berbeda bergabung untuk
menghasilkan suatu lingkungan bisnis yang dinamis dan
sangat kompetitif. Keempan elemen dalam Diamond Model
adalah factor (input) condition, demand condition, related and
supporting industries, serta context for firm strategy and
rivalry. Keempat elemen dalam Diamond Model tersebut akan
memperkuat cluster dan mendorong aanya inovasi [8].
Penelitian ini bertujuan untuk membentuk cluster industri
kertas yang berpotensi untuk meningkatkan ekonomi wilayah
Jawa Timur dengan meninjau teori cluster Porter.
II. METODE PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tiga sasaran. Sasaran pertama yaitu
teridentifikasinya faktor penentu terbentuknya cluster antara
industri gula dan industri kertas di Jawa Timur telah tercapai
dengan melakukan sintesa teori. Berikut teknik analisa data
untuk sasaran-sasaran selanjutnya:
1) Analisa faktor-faktor penentu terbentuknya cluster
industri kertas berdasar potensi simbiosis industri kertas
dan gula di Jawa Timur. Analisa faktor-faktor penentu
terbentuknya cluster industri kertas berdasar potensi
simbiosis industri kertas dan gula di Jawa Timur
dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
dimana variabel yang didapatkan dari hasil kajian pustaka
akan dikaitkan dengan teori-teori yang mendukung serta
kondisi eksisting yang ada.
2) Teriditentifikasinya industri-industri gula dan kertas yang
dapat bersimbiosis di Jawa Timur. Penentuan cluster-
cluster simbiosis industri gula dan kertas di Jawa Timur
dilakukan dengan analisa biaya transportasi minimum
dengan mempertimbangkan ketersediaan ampas tebu oleh
industri gula dan kebutuhan bahan baku industri kertas
sehingga tidak dapat dilakukan dengan analisa cluster.
Alat analisa yang digunakan untuk mencapai biaya
transportasi minimum pada tiap-tiap cluster adalah
Program Linier. Setiap simbiosis industri terdiri dari satu
industri kertas dan beberapa industri gula. Anggota
industri gula pada tiap-tiap simbiosis ditentukan dengan
menghitung biaya transportasi minimum terhadap setiap
industri kertas dengan mempertimbangkan kemampuan
penyediaan ampas tebu dari masing-masing industri gula
tersebut. Output yang dihasilkan dengan analisa ini adalah
proporsi ampas tebu dari industri gula ke industri kertas
yang dijadikan obyek, jumlah industri gula yang dapat
bersimbiosis dengan industri kertas tersebut, serta biaya
transportasi minimum. Dengan demikian, hasil yang
didapat adalah biaya transportasi minimum, jumlah
industri gula beserta proporsi ampas tebu masing-masing
industri gula yang dapat bersimbiosis dengan industri
kertas.
3) Pembentukan cluster industri kertas di masing-masing
wilayah dilakukan dengan analisa deskriptif terhadap teori
cluster Porter yang disesuaikan dengan kondisi eksisting
wilayah-wilayah anggota cluster hingga ditemukan
karakteristik dari masing-masing cluster. Dari
karakteristik masing-masing cluster yang telah
teridentifikasi dapat diketahui cluster-cluster industri
kertas yang berpotensi untuk dikembangkan di Jawa
Timur.
III. HASIL DAN DISKUSI
A. Analisa Faktor Pembentukan Cluster Industri Kertas di Jawa Timur
Analisa faktor-faktor penentu terbentuknya cluster industri
kertas berdasar potensi simbiosis industri kertas dan gula di
Jawa Timur dilakukan dengan menggunakan metode
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8
3
deskriptif dimana variabel yang didapatkan dari hasil kajian
pustaka akan dikaitkan dengan teori-teori yang mendukung.
Berdasar analisa deskriptif yang telah dilakukan, maka faktor-
faktor dalam penelitian ini adalah
B. Identifikasi Industri-industri Gula dan Kertas yang Dapat
Bersimbiosis dalam Satu Cluster di Jawa Timur
Untuk menentukan industri kertas dan industri gula mana
sajakah yang diletakkan dalam satu cluster dilakukan analisa
optimalisasi biaya transportasi dengan menggunakan metode
Linear Programming melalui Ms.Excel. Faktor yang
digunakan adalah faktor penentu anggota cluster industri
kertas yang di dalamnya terdapat variabel jarak dan berat
muatan. Tujuan dari Linear Programming ini adalah
menentukan industri kertas dan industri gula yang dapat
bekerjasama dalam suatu cluster dengan mempertimbangkan
biaya transportasi yang minimum. Dengan demikian, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnyan pada metode penelitian,
fungsi tujuan dari Linear Programming dalam penelitian ini
adalah koefisien biaya transportasi yang didapat dari hasil kali
jarak dan berat muatan (dalam hal ini berat bagasse yang
diangkut). Berdasar hasil analisa, kerja sama antara industri
kertas dan industri gula di Jawa Timur yang paling optimal
dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
C. Pembentukan Cluster-cluster Industri Kertas yang
Berpotensi Untuk Dikembangkan di Jawa Timur
Menurut Porter (1998) Cluster merupakan konsentrasi
geografis perusahaan dan institusi yang saling berhubungan
pada sektor tertentu. Dalam penelitian ini cluster yang akan
dibentuk adalah cluster industri kertas di mana terdapat wilaya
inti, yaitu wilayah tempat industri kertas berada, dan wilayah
pemasok yang memasok bahan baku industri kertas bagasse.
Berikut wilayah-wilayah cluster yang terbentuk:
Tabel 1.
Faktor dalam Penelitian
No Faktor Komponen Faktor
Faktor-faktor Penentu Anggota Utama Cluster Industri Kertas
1. Faktor kedekatan industri
kertas dan industri gula
Jarak industri-industri gula terdekat
dengan industri kertas
2. Faktor besar kebutuhan
bagasse oleh industri
kertas
Besarnya bagasse yang dibutuhkan
industri kertas menurut kapasitas
produksinya
3. Faktor besar ketersediaan
bagasse oleh industri gula
Besarnya bagasse yang dapat
dikeluarkan industri gula untuk
industri kertas
Faktor-faktor Pembentuk Cluster Industri Kertas
1. Faktor tersedianya
jaringan jalan arteri antar
wilayah dalam satu cluster
Adanya jaringan jalan arteri yang
menghubungkan suatu wilayah
dengan wilayah lain dalam satu
cluster.
1. Faktor tingginya
ketersediaan sumber daya
manusia berkualitas
Banyaknya masyarakat usia
produktif di wilayah anggota
cluster.
Tingginya prosentase lulusan
masyarakat di wilayah anggota
cluster
Tingginya prosentase masyarakat
melek huruf di wilayah anggota
cluster
2. Faktor banyaknya industri
terkait dan pendukung
Banyaknya penyedia bahan baku
industri gula berupa tebu di suatu
cluster
Banyaknya industri penerima output
industri kertas di suatu cluster
Faktor Pendukung Keberadaan Cluster Industri Kertas
1. Faktor peran pemerintah Peran pemerintah yang dapat
dilakukan untuk mendukung cluster
Sumber: Hasil analisa 2012
Tabel 2.
Industri Kertas dan Industri Gula Pemasok Bagasse Berdasar Hasil Analisa
Industri
Kertas
Lokasi
Industri
Kertas
Industri Gula
Lokasi
Industri
Gula
PT Surabaya
Agung
Industri Pulp
dan Kertas
Surabaya PG Gempolkerep
PG Lestari
PG Soedhono
PG Purwodadi
Mojokerto
Nganjuk
Ngawi
Magetan
PT Adiprima
Suraprinta
Mojokerto PG Watoetoelis
PG Gempolkrep
Sidoarjo
Mojokerto
PT Suparma Surabaya PG Toelangan
PG Kedawoeng
PG Wonolangan
Sidoarjo
Pasuruan
Probolinggo
PT Ekamas
Fortuna
Malang PG Kebonagung Malang
PT Pabrik
Kertas
Indonesia
Mojokerto PG Kremboong
PG Djombang Baroe
PG Tjoekir
PG Lestari
PG Meritjan
PG Pesantren Baru
PG Redjosarie
PG Pagottan
PG Kanigoro
Sidoarjo
Jombang
Jombang
Nganjuk
Kediri
Kediri
Magetan
Madiun
Madiun
PT Kertas
Leces
Probolinggo PG Djatiroto
PG Wonolangan
PG Gending
PG Padjarakan
Lumajang
Probolinggo
Probolinggo
Probolinggo
PT Tjiwi
Kimia
Mojokerto PG Meritjan
PGPesantren Baru
PG Ngadiredjo
PG Modjo
Panggoong
PG Djatiroto
PG Semboro
PG Kebonagung
Kediri
Kediri
Kediri
Tulungagung
Lumajang
Jember
Malang
PT Kertas
Basuki
Rachmat
Banyuwangi PG Assembagoes
PG Pradjekan
Situbondo
Bondowoso
Sumber: Hasil analisa 2012
Tabel 3
Wilayah Cluster Industri Kertas di Jawa Timur
N
o.
Wilayah
Inti
Wilayah
Pemasok
N
o
.
Wilayah Inti Wilayah
Pemasok
1. Surabaya Sidoarjo Nganjuk
Mojokerto Magetan
Pasuruan Madiun
Probolinggo Jember
Nganjuk Lumajang
Ngawi Malang
Magetan 3
.
Malang Malang
2. Mojokerto Mojokerto 4
.
Probolinggo Probolinggo
Sidoarjo Lumajang
Jombang 5
.
Banyuwangi Situbondo
Kediri Bondowoso
Tulungagung
Sumber: Hasil analisa 2012
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8
4
Porter mengonsep cluster dengan memodelkan efek dari
lingkungan bisnis lokal dalam kompetensi, dan letak geografis
dalam suatu model diamond. Model diamond menerkankan
bagaimana elemen yang berbeda bergabung untuk
menghasilkan suatu lingkungan bisnis yang dinamis dan
sangat kompetitif. Dalam penelitian ini, cluster-cluster yang
dibentuk kemudiana diidentifikasi karakteristiknya menurut
faktor-faktor pembentuk dan faktor pendukung cluster yang
sudah ditentukan sebelumnya sehingga dapat diketahui
cluster-cluster industri kertas yang berpotensi untuk
dikembangkan. Berikut secara garis besar karakteristik
masing-masing cluster:
1) Karakteristik Cluster I:
a) Tersedia jaringan jalan arteri yang menghubungkan
antar wilayah anggota cluster
b) Terdapat masyarakat berusia produktif sebanyak
6.693.227 jiwa.
c) Memiliki banyak wilayah yang lebih dari 40%
penduduknya lulusan SMA dan PT dan dua wilayah
yang di bawah 20%
d) Sebagian besar wilayah lebih dari 90% penduduk usia
sepuluh tahun ke atasnya memiliki kemampuan baca
tulis (kecuali 2 kabupaten)
e) Setiap wilayah memiliki perkebunan tebu
f) Banyak terdapat industri penerima output industri
kertas
2) Karakteristik Cluster II:
a) Tersedia jaringan jalan arteri yang menghubungkan
antar wilayah anggota cluster
b) Terdapat masyarakat berusia produktif sebanyak
10.862.501 jiwa
c) Memiliki banyak wilayah yang lebih dari 40%
penduduknya lulusan SMA dan PT dan empat
wilayah yang di bawah 20%
d) Sebagian besar wilayah lebih dari 90% penduduk usia
sepuluh tahun ke atasnya memiliki kemampuan baca
tulis (kecuali 3 kabupaten)
e) Setiap wilayah memiliki perkebunan tebu .
f) Banyak terdapat industri penerima output industri
kertas
3) Karakteristik Cluster III:
a) Tersedia jaringan jalan arteri yang menghubungkan
antar wilayah anggota cluster
b) Terdapat masyarakat berusia produktif sebanyak
2.202.260 jiwa
c) Kurang dari 20% masyarakat Kab. Malang yang
menamatkan pendidikan hingga SMA dan PT (lebih
dari 50% wilayah)
d) Seluruh wilayah lebih dari 90% penduduk usia
sepuluh tahun ke atasnya memiliki kemampuan baca
tulis
e) Setiap wilayah memiliki perkebunan tebu
f) Terdapat lebih dari sepuluh industri penerima output
industri kertas
4) Karakteristik Cluster IV:
a) Tersedia jaringan jalan arteri yang menghubungkan
antar wilayah anggota cluster
b) Terdapat masyarakat berusia produktif sebanyak
1.598.636 jiwa
c) Hanya Kota Probolinggo yang di atas 20%
masyarakatnya menamatkan pendidikan hingga SMA
dan PT
d) Hanya Kota Probolinggo yang memiliki penduduk di
atas sepuluh tahun yang memiliki kemampuan baca
tulis di atas 90%
e) Setiap wilayah memiliki perkebunan tebu
f) Hanya terdapat satu industri penerima output industri
kertas
5) Karakteristik Cluster V:
a) Tersedia jaringan jalan arteri yang menghubungkan
antar wilayah anggota cluster
b) Terdapat masyarakat berusia produktif sebanyak
1.992.845 jiwa
c) Prosentase masyarakat yang lulus SMA dan
Perguruan Tinggi pada semua wilayah anggota
cluster kurang dari 20%.
d) Penduduk berusia sepuluh tahun ke atas yang
memiliki kemampuan baca tulis tidak mencapai
angka 90%
e) Setiap wilayah memiliki perkebunan tebu
f) Terdapat kurang dari sepuluh industri penerima
output industri kertas
Berdasar karakteristik masing-masing cluster industri kertas
di atas, dapat diidentifikasi bahwa cluster yang berpotensi
untuk dikembangkan di Jawa Timur adala Cluster I yang
berpusat di Surabaya, dan Cluster II yang berpusat di
Mojokerto. Berikut peranan subsektor industri kertas dan
barang cetakan terhadap PDRB wilayah pada masing-masing
cluster:
1) Peran Subsektor Industri Kertas dan Barang Cetakan
terhadap PDRB Wilayah di Cluster I.
Cluster I memiliki Kabupaten Mojokerto dan Sidoarjo
yang peran subsektor industri kertas dan barang
cetakannterhadap PDRB wilayahnya masuk dalam tiga
besar di Provinsi Jawa Timur. Dengan mengembangkan
Cluster I, maka akan semakin memperkuat peran
subsektor industri kertas dan barang cetakan di wilayah
Mojokerto dan Sidoarjo. Selain itu, pengembangan
Cluster I juga akan menggenjot peranan subsektor industri
kertas dan barang cetakan yang masih rendah di wilayah-
Tabel 4
Prosentase Subsektor Industri Kertas dan Barang Cetakan
terhadap PDRB Wilayah pada Cluster I
Wilayah (%)
Kota Surabaya 2,45
Kab. Sidoarjo 22,17
Kab. Mojokerto 10,61
Kota Mojokerto 1,44
Kab. Pasuruan 2,72
Kota Pasuruan 0,13
Kab. Probolinggo 7,35
Kota Probolinggo 0,01
Kab. Nganjuk 2,00
Kab. Ngawi 0,07
Sumber: PDRB Kabupaten/Kota Jawa Timur Atas Harga
Berlaku 2010
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8
5
wilayah seperti Kota Pasuruan, Kota Probolinggo, dan
Kabupaten Ngawi.
2) Peran Subsektor Industri Kertas dan Barang Cetakan
terhadap PDRB Wilayah di Cluster II.
Seperti halnya Cluster I, Cluster II memiliki Kabupaten
Mojokerto dan Sidoarjo yang peran subsektor industri
kertas dan barang cetakannterhadap PDRB wilayahnya
masuk dalam tiga besar di Provinsi Jawa Timur. Dengan
mengembangkan Cluster I, maka akan semakin
memperkuat peran subsektor industri kertas dan barang
cetakan di wilayah Mojokerto dan Sidoarjo. Selain itu,
pengembangan Cluster I juga akan menggenjot peranan
subsektor industri kertas dan barang cetakan yang masih
rendah di sebagian besar wilayah lain yang masih
tergolong rendah.
IV. KESIMPULAN
Berdasar hasil analisa dan pembahasan yang telah
dilakukan, penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan,
yaitu:
6) Berdasar analisa deskriptif, terdapat faktor-faktor yang
dalam penelitian ini yaitu:
a) Faktor-faktor penentu anggota utama cluster industri
kertas yang terdiri dari faktor kedekatan industri
kertas dan industri gula, faktor besar kebutuhan
bagasse oleh industri kertas, faktor besar ketersediaan
bagasse oleh industri gula.
b) Faktor-faktor pembentuk cluster industri kertas yang
terdiri dari faktor tersedianya jaringan jalan arteri
antar wilayah dalam satu cluster, faktor tingginya
ketersediaan sumber daya manusia berkualitas, faktor
banyaknya industri terkait dan pendukung.
c) Faktor pendukung keberadaan cluster industri kertas
yang terdiri dari faktor peran pemerintah.
7) Berdasar analisa program linier, didapat simbiosis antara
industri kertas dan gula yang paling optimal, yaitu:
a) Industri kertas yang terletak di Surabaya bersimbiosis
dengan industri gula di Sidoarjo, Mojokerto,
Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk, Ngawi, dan
Magetan.
b) Industri kertas yang terletak di Mojokerto
bersimbiosis dengan industri gula di Sidoarjo,
Mojokerto, Jombang, Kediri, Madiun, Nganjuk,
Ngawi, dan Magetan.
c) Industri kertas yang terletak di Malang bersimbiosis
dengan industri gula di Malang
d) Industri kertas yang terletak di Probolinggo
bersimbiosis dengan industri gula di Probolingo dan
Lumajang.
d) Industri kertas yang terletak di Banyuwangi
bersimbiosis dengan industri gula di Situbondo dan
Bondowoso.
8) Berdasar analisa deskriptif, terbentuk 5 cluter industri
kertas yang berpusat di Surabaya, Mojokerto, Malang,
Probolinggo dan Banyuwangi. Cluster yang berpotensi
untuk dikembangkan adalah cluster yang berpusat di
Surabaya dan Mojokerto. Dengan mengembangkan kedua
cluster tersebut dapat menggenjot peranan subsektor
industri kertas dan barang cetakan pada PDRB wilayah
terutama di Kabupaten Mojokerto dan Sidoarjo yang
kontribusi subsektor tersebut terhadap wilayahnya
termasuk tiga besar di Jawa Timur.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan banyak terima kasih pada Allah SWT
atas karunia-Nya, Dr. Ir. Eko B. Santoso, Lic. Rer. Reg. yang
telah membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan
penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada
keluarga, seluruh dosen dan staf Perencanaan Wilayah dan
Kota ITS, Wongkito 2008, BPS Jawa Timur, Disperindag
Jawa Timur.
DAFTAR PUSTAKA
[1] G. M. Hatta. (2011, Juni 7), “Laporan Menteri LH Menyambut
Peringatan HLH 2011”. Diakses pada 9 Januari 2012 pukul 00.10 WIB
dari:
http://wwwnew.menlh.go.id/home/index.php?option=com_content&vie
w=article&id=5060%3Alaporan-menlh-menyambumbut-peringatan-hlh-
2011&catid=43%3Aberita&Itemid=73&lang=id
[2] I. B. W. Baskoro. “Pengaruh Antrakinon-Soda Terhadap Sifat-Sifat Pulp
Ampas Tebu dan Jerami”. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor (1986).
[3] D. Swantomo. “Kajian Penerapan Ekologi Industri di Indonesia”. Batan:
STTN (2007).
[4] A. S. M. Arifin. “Dampak Pengembangan Kegiatan Industri Terhadap
Pengembangan Perekonomian Pedesaan”. ITB. Bandung (1997)
[5] M. L. Jhingan. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Diterjemahkan
oleh D. Guritno. Rajawali Press. Jakarta (1988).
[6] E. A. Lowe. “Eco-industrial Park Handbook for Asian Developing
Countries”. A Report to Asian Development Bank, Environment
Department, Indigo Development, Oakland, CA (2001).
[7] M.E. Porter. “Clusters and the New Economics of Competition”,
Harvard Business Review, (1998, November-December). 77-90
[8] M.E. Porter. “The Competitive Advantage of Nations”. New York; The
Free Press (1990).
Tabel 5
Prosentase Subsektor Industri Kertas dan Barang Cetakan
terhadap PDRB Wilayah pada Cluster II
Wilayah (%)
Kab. Mojokerto 10,61
Kota Mojokerto 1,44
Kab. Sidoarjo 22,17
Kab.Jombang 0,97
Kab. Kediri 3,82
Kota Kediri 0,01
Kab. Tulungagung 2,08
Kab. Nganjuk 2,00
Kab. Magetan 0,07
Kab. Madiun 0,03
Kota Madiun 0,44
Kab. Jember 0,84
Kab. Lumajang 1,07
Kab. Malang 1,45
Kota Malang 0,40
Sumber: PDRB Kabupaten/Kota Jawa Timur Atas Harga Berlaku 2010
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8
6
LAMPIRAN
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8
7
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-8
8
top related