pengembangan model pemasaran bibit karet rakyat …
Post on 30-Oct-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
155
PENGEMBANGAN MODEL PEMASARAN BIBIT KARET RAKYAT
BERBASIS KEPUASAN PETANI KARET RAKYAT
DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN
Penulis
Wani Fitriah1, Omar Hendro2
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis U.M.Palembang
E-mail: wanifitriah61@gmail.com & omarhendro@ymail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengembangan Model Pemasaran Bibit
Karet Rakyat Berbasis Kepuasan Petani Karet Rakyat di Kabupaten Musi Banyuasin.
Desain penelitian ini adalah penelitian asosiatif dengan menghubungkan antar variabel.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dan melalui
pengujian validitas dan reliabilitas. Uji data yang digunakan untuk mengetahui
karakteristik data yaitu uji normalitas dan uji linearitas. Uji model yang digunakan
terdiri dari uji multikolineritas dan uji heterodekasitas, dibantu alat analisis SPSS for
windows versi 22 dengan tingkat signifikant α adaah 0,05. Hasil pengujian analisis jalur
(path analysis) menunjukkan Penjual danpembeli bibit karet rakyat (responden)
memiliki innovation driven yang relatif rendah. Nilai rerata responden terhadap item
pertanyaan konstruk market center di bawah nilai median kisaran teoritis, ini berarti
secara umum responden mempunyai relatif tidak berminat dengan adanya market
center. Penjual dan pembeli bibit karet rakyat (responden) belum merasa perlu untuk
memasuki jangkauan pasar yang lebih luas (hanya memenuhi pasar lokal), sehingga
standar nasional belum mereka lakukan.
Kata Kunci : innovation driven, market centerdan kepuasan.
1. PENDAHULUAN
Tanaman karet merupakan tanaman
tahunan dengan siklus hidup relatif lama
(25-30 tahun), waktu yang diperlukan
tanaman karet siap sadap juga relatif lama
yaitu, hampir lima tahun. Karena itu,
pemilihan bahan tanam atau bibit
merupakan faktor yang pertama dan
utama dalam usaha agrobisnis ini.
Penggunaan bibit yang baik dan benar
menjadi sangat penting apabila terjadi
kesalahan dalam memilih bibit dapat
mengakibatkan kegagalan dalam satu
siklus hidupnya.
Keadaan pasar yang berlaku kini
bukan lagi pasar penjual, tetapi menjadi
pasar pembeli dimana penjual yang
mencari pembeli.Konsumen dalam hal ini
adalah raja yang harus dilayani dengan
baik.Secara umum perusahaan
menerapkan strategi bisnis kombinasi
antara strategi ofensif dan defensif.
Dimana strategi ofensif perlu ditujukan
untuk meraih atau memperoleh konsumen
baru, sedangkan untuk meningkatkan
pangsa pasar dan strategi defensif
berusaha untuk mengurangi kemungkinan
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
156
customer exit dan beralihnya konsumen
dari perusahaan.
Strategi kepuasan konsumen
menyebabkan para pesaing harus berusaha
keras dan melakukan biaya yang tinggi
dalam usaha merebut konsumen suatu
perusahaan.Dampak kepuasan konsumen
terhadap loyalitas konsumen dan
pembelian ulang berbeda-beda setiap
perusahaan. Karena konsumen puas belum
berarti mereka puas, akan tetapi konsumen
yang puas akan cenderung menjadi
konsumen yang loyal. Kepuasan
konsumen dipengaruhi dua variabel
utama, yaitu Expectations dan Perceived
Performance, bila Perceived Performance
melebihi Expectations, maka konsumen
mendapatkan kepuasan, akhirnya akan
menciptakan loyalitas konsumen
(Tjiptono, 2000:41).
Hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan pelayanan adalah mendengar
suara konsumen, hal ini berarti perusahaan
harus melakukan interaksi dengan
konsumen dengan maksud untuk
memperoleh umpan balik (feed back)
berapa tanggapan konsumen tentang
sarana dan prasarana yang berhubungan
dengan pelayanan yan diberikan sebagai
kontrol dan ukuran keberhasilan.
Adapun cara untuk mendapatkan
umpan balik disini diantaranya dapat
dilakukan dengan penerapan sistem
keluhan dan saran atau dengan survei
loyalitas pembelian maka keluhan atau
ketidakpuasan konsumen tersebut dapat
segera diambil dan ditentukan solusi yang
terbaik oleh perusahaan.
Replanting tanaman karet di
Sumatera Selatan relatif tinggi sehingga di
butuhkan sumber bibit yang baru untuk
penanaman ulang diperkirakan sebanyak
20.000 ha per tahun dengan kebutuhan
bibit tanaman yang bermutu tinggi dan
siap tanam dilahan. Belum lagi ditambah
pembukaan lahan baru sebesar 10.000 ha
per tahun, sehingga untuk mencukupi
kebutuhan akan bibit tanaman karet
tersebut perlu diperhatikan khusus
mengenai bahan tanam karet berupa
batang atas dan batang bawah sebagai
pembibitan awal untuk perbanyakan
(Disbun Sumsel, 2006).
Sumatera Selatan memiliki luas
lahan perkebunan karet mencapai 622.686
ha, perkebunan rakyat sebesar 614.021
ha,perkebunan swasta sebesar 24.007 ha
dan perkebunan negara sebesar21.741 ha.
Perkebunan rakyat sumsel menghasilkan
840.000 ton tidak sesuai dengan luas
lahan perkebunan karet yang ada. Faktor
utama penyebabnya adalah bahan tanam
yang digunakan oleh karet rakyat berbeda
dengan perkebunan besar, ditambah
dengan kurang intensifnya pemeliharaan
yang diterapkan pada perkebunan rakyat.
Dengan berbagai prediksi potensi
ketersediaan dan konsumsi karet alam
dunia masa depan karet alam masih cukup
cerah, terlebih jika dilihat dari pesatnya
perkembangan industri otomotif di negara
China yang memerlukan pasokan karet
alam cukup besar, dengan kondisi
demikian pemerintah Sumatera Selatan
perlu memperhatikan sektor perkebunan
karet, bagaimana perkebunan karet
tersebut bisa menghasilkan getah karet
yang berlimpah maka program
peremajaan bisa dilakukan pemerintah
dengan revitalisasi perkebunan yang bisa
meningkatkan produktivitas dan
kesejahteraan rakyat (Potensi Sumber
Daya Alam Sumatera Selatan, 2012).
Petani berpeluang untuk menambah
sumber pendapatannya, melalui usaha
pembibitan karet secara mandiri.
Pemenuhan ketersediaan bibit karet saat
dibutuhkan para petani menjadi hal
penting untuk proses penanaman di lahan
baru ataupun lahan lama, reflanting
(peremajaan). Proses penanaman akan
terganggu jika bibit karet saat dibutuhkan
tidak tersedia tepat waktu. Solusi terbaik
adalah mencari penyedia bibit karet yang
mampu memenuhi kebutuhan dan
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
157
keinginan petani. Sehingga mereka
merasa puas terhadap bibit yang diterima.
Situasi seperti ini menuntut kejelian
usaha pembibitan karet dengan melihat
pergeseran dan perubahan keinginan serta
kebutuhan para petani karet membuat
usaha pembibitan karet kewalahan dalam
menyusun strategi pemasaran yang
efektif, namun efisien.Dimana kepuasan
petani pembeli bibit sangat diutamakan
sehingga dapat memperoleh keuntungan
yang diharapkan untuk membiayai
kelangsungan usaha pembibitan.
Peningkatan kualitas produk tidak
bisa hanya mengandalkan sumber daya
alam dan lingkungan alam yang melimpah
tetapi juga sumber daya manusia yang
berkualitas, penciptaan teknologi dan
metode terbaru serta pengembangan
industri dalam berinovasi. Menurut Zuhal
(Sidang Kabinet, 03 April 2013) sudah
saatnya merubah paradigma shallow
investment dengan eksploitasi sumberdaya
alam, minimum value added dan
sumberdaya manusia murah atau yang
disebut natural resource driven economic
menjadi deep investment dengan
ekploitasi knowledge, maksimum transfer
teknologi, serta skillful and educated work
forces atau disebut dengan innovation
driven economic.
Kabupaten Musi Banyuasin
merupakan daerah yang cukup dominan
masyarakatnya berkebun karet.Luas lahan
perkebunan karet rakyat, tentunya juga
dituntut ketersediaan bibit karet yang
mereka butuhkan.Peluang inilah
dimanfaatkan oleh petani untuk juga
membuka usaha pembibitan. Hal ini
dilakukan untuk menambah pendapatan
dari usahatani pokok mereka.
Berdasarkan latar belakang inilah
maka peneliti bermaksud untuk
melakukan penelitian mengenai
Pengembangan Model Pemasaran Bibit
Karet Rakyat Berbasis Kepuasan
Petani Karet Rakyat di Kabupaten
Musi Banyuasin.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Beberapa ahli memberikan
bermacam-macam definisi tentang
pemasaran antara lain :
a) Pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial yang didalamnya
individu dan kelompok mendapatkan
apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, mempertukarkan produk
yang bernilai dengan pihak lain (
Kotler, 1997 : 8).
b) Pemasaran adalah sistem kelas
keseluruhan dari kegiatan bisnis atau
yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan
dan mendistribusikan barang dan jasa
yang memuaskan kebutuhan baik
kepada pembeli yang ada maupun
pembeli potensial (Swastha et. al.,
2000).
Dari definisi di atas dapatlah
diterangkan bahwa arti pemasaran jauh
lebih luas daripada arti
penjualan.Pemasaran mencakup usaha
perusahaan yang dimulai dengan
mengidentifisir kebutuhan konsumen yang
perlu dipuaskan, menentukan produk yang
hendak diproduksi, menentukan harga
produk yang sesuai, menentukan cara-cara
promosi dan penyaluran atau penjualan
produk tersebut.Jadi kegiatan pemasaran
adalah kegiatan-kegiatan yang saling
berhubungan sebagai suatu sistem.
Kegiatan-kegiatan tersebut
beroperasi di dalam suatu lingkungan
yang terus-menerus berkembang sebagai
konsekuensi sosial dari perusahaan, tetapi
juga dibatasi oleh sumber-sumber dari
perusahaan itu sendiri dan peraturan-
peraturan yang ada. Bagi pemasaran,
perubahan lingkungan dapat merupakan
tantangan-tantangan baru yang
memerlukan tanggapan dan cara
penyelesaian yang baru pula, atau
sebaliknya dapat berupa suatu peluang
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
158
atau kesempatan mengembangkan
usahanya.
Jangkauan pemasaran sangat luas,
berbagai tahap kegiatan harus dilalui oleh
barang dan jasa sebelum sampai ke tangan
konsumen, sehingga ruang lingkup
kegiatan yang luas itu disederhanakan
menjadi 4 (empat) kebijakan pemasaran
yang lazim disebut sebagai bauran
pemasaran (marketing-mix) atau 4P dalam
pemasaran terdiri dari 4 (empat)
komponen adalah produk (product), harga
(price), distribusi (place) dan promosi
(promotion).
Bila perusahaan menginginkan
untuk memperoleh keberhasilan dalam
mempengaruhi tanggapan konsumen di
segmen pasar tertentu, maka perusahaan
harus merumuskan kombinasi aspek-
aspek strategi pemasaran tersebut dengan
tepat dan mempergunakan teknik-teknik
pemasaran yang sesuai dengan perilaku
konsumennya. Oleh sebab itu perumusan
strategi marketing mix sangat ditentukan
karakteristik segmen pasarnya, yaitu
menyangkut perilaku konsumen dan
proses pembeliannya. Karakteristik pasar
ini tercermin dari 6 O dari suatu
pembelian sabagai hasil analisis perilaku
konsumen di segmen pasar tertentu.
Gambar 2.1 Hubungan 6 O dan 4 P
Sumber : Swastha dan Handoko (2000)
2.1.2 Konsep Pemasaran
Pengusaha yang sudah mulai
mengenal bahwa pemasaran merupakan
faktor penting untuk mencapai sukses
bagi perusahaan-perusahaan, akan
mengetahui adanya cara dan falsafah baru
yang terlibat didalamnya. Cara dan
falsafah baru ini disebut konsep
pemasaran (marketing consep). Menurut
Swastha (1979 : 17) “ Konsep pemasaran
adalah sebuah falsafah bisnis yang
menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat ekonomi dan
sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan “. Sedangkan definisi lain
menyatakan bahwa konsep pemasaran
adalah menjadi lebih efektif daripada para
pesaing dalam memadukan kegiatan
Price :
1. Tingkat
harga
2. Potongan
harga
3. Syarat-
syarat
pembayara
n
4. dll
Product : 1. Kualitas
2. Merek
3. Pembung-
kusan
4. dll
Segmen pasar
yang dituju
(Target Pasar)
1. Occupants 2. Obyects
3. Occasions
4. Organization
5. Objectives
6. Operations.
Promotion :
1. Periklanan
2. Personal selling
3. Promosi
penjualan
4. Publisitas.
Place :
1. Saluran distribusi
2. Lokasi penjualan
3. Pengangkutan
4. dll
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
159
pemasaran guna menetapkan dan
memuaskan kebutuhan dan keinginan
pasar sasaran (Kotler, 1997 : 17).
Konsep ini menganut pandangan
dari luar ke dalam.Ia mulai dengan pasar
yang didefinisikan dengan baik,
memusatkan perhatian pada kebutuhan
konsumen, memadukan semua kegiatan
yang akan mempengaruhi konsumen dan
menghasilkan laba melalui pemuasan
konsumen.
2.1.3 Pasar
Pada dasarnya pasar adalah tempat
pertemuan antara penjual dengan
pembeli.Atau pasar adalah daerah atau
tempat (area) yang di dalamnya terdapat
kekuatan-kekuatan permintaan dan
penawaran yang saling bertemu untuk
membentuk suatu harga.Pasar dapat pula
diartikan sebagai suatu kelompok orang-
orang yang diorganisasikan untuk
melakukan tawar-menawar (dan
melakukan tempat bagi penawaran dan
permintaan) sehingga dengan demikian
terbentuk harga.Pengertian pertama
disebut pengertian konkret, sedangkan
yang kedua disebut pengertian abstrak.
Kedua pengertian diatas dianggap
masih sempit dan kurang lengkap,
sehingga Stanton (1996 : 10)
mengemukakan pengertian yang lain
tentang pasar ini, yakni : pasar adalah
orang-orang yang mempunyai keinginan
untuk puas, uang untuk berbelanja dan
kemauan untuk membelanjakannya. Jadi
dalam pengertian tersebut terdapat tiga
faktor utama yang menunjang terjadinya
pasar yaitu orang dengan segala
keinginannya, daya beli mereka
(konsumen), dan tingkah laku dalam
pembelian mereka (konsumen).
2.1.4 Segmentasi Pasar
Pasar terdiri dari banyak sekali
konsumen yang berbeda dalam beberapa
hal, misalnya keinginan, kamampuan
keuangan, lokasi, sikap pembelian dan
praktek-praktek pembeliannya.Tujuan
dari segmentasi pasar adalah untuk
menentukan perbedaan-perbedaan di
antara pembeli, yang mungkin
mengakibatkan preferensi (pemilihan)
barang-barang yang mereka inginkan itu
juga berbeda-beda.Disebabkan adanya
perbedaan-perbedaan dalam daya beli
(pendapatan), suku, agama, pendidikan,
daerah dan sebagainya, maka pengusaha
perlu membedakan kebutuhan-kebutuhan
dan keinginan konsumen dengan
mengelompokkan pasar (market
segmentation).
Dengan penjelasan di atas, dapat
dirumuskan segmentasi pasar adalah
pembagian daripada pasar secara
keseluruhan ke dalam kelompok-
kelompok untuk penyesuaian yang lebih
tepat dan konkret dari suatu produk,
sesuai dengan keinginan, kebutuhan serta
karakteristik konsumen.
Beberapa variabel utama untuk
mensegmentasikan pasar adalah :
a) Segmentasi geografis ini didasarkan
atas daerah di mana para pengusaha
membedakan secara teliti, kira-kira
daerah mana yang bisa memberikan
keuntungan.
b) Segmentasi demografis ini
dimaksudkan untuk membedakan
berbagai macam kelompok atas dasar
keadaan suatu masyarakat yang
berubah seperti misalnya,
pengelompokkan dalam bidang umur,
jenis kelamin, pendapatan,
pendidikan, agama dan jabatan.
c) Segmentasi psikografis ini
dimaksudkan untuk membedakan
berbagai macam kebutuhan konsumen
seperti misalnya, kelas sosial, gaya
hidup dan kepribadian.
2.1.5 Pengertian Kualitas
Meskipun tidak ada pengertian
mengenai kualitas yang diterima secara
universal, dari pengertian-pengertian yang
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
160
ada terdapat beberapa kesamaan, yaitu
dalam elemen-elemen sebagai berikut :
a) Kualitas meliputi usaha memenuhi
atau melebihi harapan pelanggan.
b) Kualitas mencangkup produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan.
c) Kualitas merupakan kondisi yang
selalu berubah (misalnya apa yang
dianggap merupakan kualitas saat ini
mungkin dianggap kurang berkualitas
pada masa mendatang).
Dengan berdasarkan elemen-elemen
tersebut dapat diambil pengertian bahwa
kualitas merupakan suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, jasa,
manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan
(Goetsch et. al., 2002 : 4).
Deming menyatakan bahwa kualitas
merupakan suatu tingkat yang dapat
diprediksi dari keseragaman dan
ketergantungan pada biaya yang rendah
dan sesuai dengan pasar.
2.1.6 Dimensi Kualitas Layanan
Kualitas layanan dapat dikatakan
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan konsumen serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengembangi
harapan konsumen. Tjiptono (2000 : 61)
menyatakan harapan konsumen
merupakan keyakinan konsumen sebelum
mencoba atau membeli suatu produk,
yang dijadikan acuan dalam menilai
kinerja produk tersebut. Tjiptono (2000 :
27-28) berhasil mengidentifikasi lima
kelompok karakteristik yang digunakan
oleh para konsumen dalam mengevaluasi
kualitas jasa atau produk adalah sebagai
berikut :
a) Bukti langsung (tangibles), meliputi
fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai,
dan sarana komunikasi.
b) Kehandalan (reliability), yaitu
kemampuan memberikan pelayanan
yang dijanjikan dengan segera dan
memuaskan.
c) Daya tanggap (responsiveness), yaitu
respon atau kesigapan karyawan
dalam membantu konsumen dan
memberikan pelayanan yang cepat dan
tanggap.
d) Jaminan (assurance), meliputi
kemampuan karyawan atas :
pengetahuan tentang produk secara
tepat, perhatian dan kesopanan,
keterampilan dalam memberikan
informasi, dan menanamkan
kepercayaan konsumen terhadap
perusahaan.
e) Perhatian (emphaty), yaitu perhatian
secara individual yang diberikan
perusahaan kepada konsumen seperti
kemudahan untuk menghubungi
perusahaan, kemampuan karyawan
berkomunikasi dengan baik, dan
memahami kebutuhan para konsumen.
2.1.7 Pengertian Kepuasan Konsumen
Dari keseluruhan kegiatan yang
dilakukan oleh sebuah perusahaan, pada
akhirnya akan bermuara pada nilai yang
akan diberikan oleh konsumen mengenai
kepuasan yang dirasakan. Kepuasan
adalah perasaan senang atau kecewa
seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi atau
kesannya terhadap kinerja (atau hasil)
suatu produk dan harapan-harapannya
(Kotler, 2002 : 42).
Dari definisi di atas, kepuasan
merupakan fungsi dari persepsi atau kesan
atas kinerja dan harapan. Jika kinerja
dibawah harapan, pelanggan tidak puas
dan sebaliknya jika kinerja memenuhi dan
melebihi harapan maka konsumen akan
merasa puas. Apabila perusahaan
memfokuskan pada kepuasan tinggi maka
para konsumen yang kepuasannya hanya
pas, akan mudah untuk berubah pikiran
bila mendapat tawaran yang lebih baik.
Sedangkan konsumen yang amat puas
lebih sukar untuk mengubah
pilihannya.Kepuasan tinggi atau
kesenangan yang tinggi menciptakan
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
161
kelekatan emosional terhadap merek
tertentu, bukan hanya kesukaan atau
preferensi rasional dan hasilnya adalah
kesetiaan konsumen yang tinggi.
Menurut Kotler (2002 : 158) dalam
menentukan tingkat kepuasan konsumen,
terdapat lima faktor utama yang harus
diperhatikan oleh perusahaan yaitu :
a) Kualitas Produk
Konsumen akan merasa puas bila
hasil evaluasi mereka menunjukan
bahwa produk yang mereka gunakan
berkualitas.
b) Kualitas Pelayanan
Terutama untuk industri jasa,
konsumen akan merasa puas bila
mereka mendapatkan pelayanan yang
baik atau yang sesuai dengan yang
diharapkan.
c) Emosional
Konsumen akan merasa bangga dan
mendapatkan keyakinan bahwa orang
lain akan kagum terhadap dia bila
menggunakan produk dengan merek
tertentu yang cenderung mempunyai
tingkat kepuasan yang lebih tinggi.
d) Harga
Produk yang mempunyai kualitas
yang sama tetapi menetapkan harga
yang relatif murah akan memberikan
nilai yamg lebih tinggi kepada
konsumennya.
e) Biaya
Konsumen yang tidak perlu
mengeluarkan biaya tambahan atau
tidak perlu membuang waktu untuk
mendapatkan suatu produk atau jasa
cenderung puas terhadap produk atau
jasa itu.
2.1.8 Pengukuran Kepuasan Konsumen
Beberapa macam metode dalam
pengukuran kepuasan konsumen adalah
sebagai berikut (Kotler, 1997 : 93-96) :
a) Sistem keluhan dan saran
Organisasi yang berpusat konsumen
memberikan kesempatan yang luas
kepada para konsumennya untuk
menyampaikan saran dan keluhan,
misalnya dengan menyediakan kotak
saran, kartu komentar dan customer
hot lines.
b) Ghost shopping
Salah satu untuk memperoleh
gambaran mengenai konsumen
adalah dengan memperkerjakan
beberapa orang berperan atau
bersikap sebagai konsumen potensial
produk perusahaan dan pesaing.
Kemudian mereka melaporkan
mengenai kekuatan dan kelemahan
produk perusahaan dan pesaing
berdasar pengalaman mereka dalam
pembelian produk tersebut.
c) Lost customer analysis
Perusahaan sebaiknya menghubungi
konsumen yang telah berhenti
membeli atau yang telah pindah
pemasok agar dapat memahami
mengapa hal itu terjadi dan
mengambil kebijakan perbaikan
selanjutnya.
d) Survei kepuasan konsumen
Melalui survei, perusahaan akan
memperoleh tanggapan dan umpan
balik. Secara langsung dari konsumen
serta juga memberikan tanda (signal)
positif bahwa perusahaan menaruh
perhatian terhadap para
konsumennya.
2.2 Penelitian Sebelumnya
Syahzal (2008) dengan judul
“Model Pemasaran Produk Pertanian
Berbasis Agribisnis Sebagai Upaya
Percepatan Pertumbuhan Ekonomi
Pedesaan”.Hasil penelitiannya,
pertamapengembangan sektor pertanian
ke depan masih ditemui beberapa
kendala, terutama dalam pengembangan
sistem pertanian yang berbasiskan
agribisnis dan agroindustri.Kedua, petani
menghadapi beberapa kendala untuk
memasarkan produk pertanian. Ketiga,
guna meningkatkan kesejahteraan
masyarakat petani perlu dibangun
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
162
kemitraan usaha yang berbasis agribisnis.
Kemitraan usaha tersebut harus
melibatkan lembaga ekonomi masyarakat
(koperasi), lembaga perkreditan,
pengusaha tani (petani), dan
pengusaha.Keempat,koperasi berbasis
agribisnis harus dapat menunjang
berkembangnya subsistem agribisnis
(perdagangan sarana produksi pertanian,
kegiatan usaha tani, pengolahan hasil
pertanian, jasa layanan pendukung),
penyedia informasi pasar bagi anggota,
dapat menerapkan tekonologi pertanian,
dan pelaku utama kegiatan agroindustri.
Nusantoro (2011) dengan judul
“Model Pengembangan Produk Unggulan
Daerah Melalui Pendekatan Klaster di
Provinsi Lampung.” Hasil penelitian
pertama, strategi pengembangan
perekonomian daerah dapat di tempuh
antara lain dengan pengembangan pruduk
unggulan daerah melalui pendekatan
kelembagaan lokal pendukung,
pengembangan kompetensi lokal. Kedua,
pengembangan perekonomian berbasis
bahan baku setempat, atau pengembangan
teknologi tepat guna dan bersifat spesifik
lokasi (klaster). Kelembagaan ekonomi
berarti tidak membatasi diri dalam arti
sektor tertentu atau kelompok masyarakat
tertentu. Ketiga, terdapat tiga pilar utama
kelembagaan sebagai pendukung
kehidupan masyarakat di daerah
yaitu,kelembagaan yang hidup dan telah
diterima oleh komunitas lokal atau
tradisional (voluntary sector),
kelembagaan pasar (private sector), dan
kelembagaan politik dalam pengambilan
keputusan di tingkat publik (public
sector).
Amalia (2013) dengan judul
“Sistem Pemasaran Karet Rakyat Di
Provinsi Jambi Dengan Pendekatan
Struktur, Perilaku, dan Kinerja Pasar”.
Hasil penelitianmenunjukkan bahwa
konsentrasi rasio empat Perusahaan
terbesar (CR4) di tingkat pabrik crumb
rubber sebesar 75,70%. Karakteristik
struktur pasar menunjukkan bahwa pasar
terkonsentrasi dengan tingkat persaingan
yang kecil. Struktur pasar yang terbentuk
mengarah pada struktur pasar oligopoli
dan terdapat lembaga pemasaran yang
dominan dalam proses penentuan harga,
yaitu pabrik crumb rubber. Hasil
penelitian ini juga menemukan bahwa
integrasi pasar vertikal menunjukkan
bahwa harga karet ditingkat petani tidak
terintegrasi dengan harga ditingkat
pedagang pengumpul desa, pedagang
pengumpul kecamatan, pedagang besar
provinsi dan pabrik crumb rubber baik
dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Hal ini menunjukkan bahwa
dalam proses penentuan harga petani
cenderung Sebagai Penerima Harga.
Chairil Anwar (2007) dengan judul
“Perkembangan Pasar Dan Prospek
Agribisnis Karet di Indonesia”. Hasil
penelitian Pengembangan agribisnis karet
di Indonesia perlu dilakukan dengan
cermat dengan m elalui perencanaan dan
persiapan yang matang, antara lain
dengan penyedian kredit peremajaan yang
layak untuk karet rakyat, penyedian bahan
tanam karet klon unggul dengan persiapan
1-1,5 tahun sebelumnya, pola kemitraan
peremajaan, aspek produksi, pengolahan
dan pemasaran dengan perkebunan besar
negara/swasta. Pada tingkat kebijakan
nasional perlu adanya lembaga (dewan
komoditas/karet) yang membantu
pengembangan industri karet di Indonesia
dalam semua aspek, mulai dari produksi,
pengolahan bahan baku, industri produk
karet, serta pemasaran karet dan produk
karet.Pada tingkat implementasi perlu
organisasi pelaksana yang kompeten dan
aturan main yang jelas, dalam hal ini
tentunya juga terkait dengan adanya
otonomi daerah dan perlunya
partsipasi/komitmen yang kuat dari
petani/pekebun karet.
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
163
2.3 Kerangka Pemikiran.
Sugiyono (2016:88) kerangka
berpikir adalah model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai suatu masalah yang penting.
Kerangka pemikiran berikut ini
menjelaskan Pengembangan Model
Pemasaran Bibit Karet Rakyat Berbasis
Kepuasan Petani Karet Rakyat di
Kabupaten Musi Banyuasin
Kerangka pemikiran ini melalui 2
(dua) pencapaian tahapan penelitian.
Tahap pertama adalah tahap sekarang
yang dilakukan oleh peneliti. Setelah
tercapainya tahapan pertama, peneliti
akan melanjutkan penelitian tahap 2
(dua), yang merupakan implementasi
pengembangan model pemasaran bibit
karet rakyat yang berbasis kepuasan
petani karet rakyat.
Gambar. 2.2 Kerangka Pemikiran
TAHAP I
Tahap Awal
Tujuan Penelitian
Analisis situasi unit usaha
produk khas daerah dengan
meneliti kekuatan,
kelemahan, harapan dan
ancaman.
Menentukan segmentasi pasar dengan meneliti:
faktor demografi, geografi, psikografi, perilaku
dan faktor eksternal serta internal dan menentukan
target pasar serta posisi bibt karet rakyat melalui
differensiasi produk.
Merancang strategi pemasaran, strategi relasi dan
pengembangan program pemasaran melalui 4P
yaitu product, place, placement,
promotion,merancang pengembangan SDM dan
Operasional yang inovatif dan kreatif
Pencapaian Tahapan
Tujuan Penelitian Target/Hasil Pencapaian
Tujuan Penelitian
TAHAP II
Tahap Lanjut
Tujuan Penelitian
Mengembangkan model pemasaran bibit karet
rakyat berbasis kepuasan petani karet rakyat
PengujianValiditas dan
Efektivitas Pengembangan
model pemasaran bibit
karet rakyat berbasis
kepuasan petani karet
rakyat.
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
164
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran,
maka hipotesis :
H1: Diduga terdapat pengaruh
Pengembangan Model Pemasaran
Bibit Karet Rakyat secara bersama-
sama terhadap Kepuasan Petani
Karet Rakyat di Kabupaten Musi
Banyuasin
H2: Diduga terdapat pengaruh
Pengembangan Model Pemasaran
Bibit Karet Rakyat secara parsial
terhadap Kepuasan Petani Karet
Rakyat di Kabupaten Musi
Banyuasin
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan waktu penelitian.
Lokasi penelitian ini di Kecamatan
Sekayu, Babat Toman, Plakat Tinggi dan
Kecamatan Sungai Lais Kabupaten Musi
Banyuasin.Sebagai objek penelitian ini
penjual dan pembeli bibit karet petani
karet di lokasi tersebut.Penelitian ini
dilakukan mulai Maret –November 2018.
3.2 Sumber dan Teknik Pengumpulan
Data.
Sugiyono (2015:137) adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah
data primer dan data sekunder.Metode
Pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan membagikan kuisioner
berupa pertanyaan dengan indikator dari
masing-masing variabel.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah
penjual dan pembeli bibit karet rakyat di
Kabupaten Musi Banyuasin Sumatera
Selatan jumlahnya tidak diketahui secara
pasti (infinite). Tehnik pengambilan
sampel menggunakan tehnik Purposive
Sampling yaitu pengambilan sampel
secara sengaja karena sesuai dengan
tujuan penelitian, dalam penelitian ini
yaitu penjual dan pembeli bibit karet
rakyat yang tersebar di wilayah
Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Plakat
Tinggi dan Kecamatan Sungai Lais.
Jumlah responden yang dipakai untuk
pengolahan data dalam penelitian ini
sebanyak 97 orang penjual dan 97 orang
pembeli.
3.4 Teknik Analisis Data
3.4.1 Uji Instrumen Penelitian
Valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2013 :
172). Semakin tinggi akurasi suatu alat
ukur, maka alat ukur tersebut semakin
mengenai sasaran, atau semakin
menunjukan apa yang seharusnya diukur.
Uji validitas dapat dilakukan dengan
mengkolerasi skor tiap butir dengan skor
total yang merupakan tiap skor butir
dengan rumus Product Moment (Ridwan,
2010 : 109). Kaidah keputusan :
a) Jika r hitung > r Tabel product
moment, data tersebut valid.
b) Jika r hitung ≤ r Tabel product
moment, data tersebut tidak valid.
Reliabilitas adalah untuk
mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten, apabila
dilakukan pengukuran berulangkali
terhadap gejala dan alat ukur yang sama
(Siregar, 2013 : 55). Pengukuran
reliabilitas intrumen dianalisis dengan
metode alpa cronbach. Apabila Alpa
Cronbach > standar 0,70, maka instrumen
dinyatakan reliable (Ridwan, 2010 : 99).
3.4.2 Uji Asumsi Klasik.
Uji kelayakan model dibuktikan
dengan menggunakan uji asumsi klasik
yang terdiri dari tahap-tahap pengujian
seperti, uji normalitas, uji
multikolinearitas dan uji autokorelasi.
3.4.3 Analisis Statistik.
Pengujian hipotesis, melihat
hubungan antara variabel-variabel bebas
dengan variabel terikat dengan
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
165
menggunakan model Structural Equation Modeling (SEM).
3.5 Definisi Operasional Variabel.
Tabel 3.1
Variabel, Definisi variabel dan Indikator penelitian untuk Pembeli
Variabel Indikator Item per-
tanyaan
Skala
Analisis situasi
1.lingkungan internal
1 sd 5
O
R
D
I
N
A
L
2.lingkungan eksternal 6 sd 11
Ekonomi berbasis inovasi
(Innovation Driven Economic )
1.produk
2.teknologi.
3.pelatihan.
1 sd 6
Pasar terpusat (market centre)
1.kualitas dan kuantitas
2.persaingan.
3.memudahkan pembeli.
4.aman dan nyaman
5.meningkatkan penjualan
1 sd 7
Sumber : Pemikiran Peneliti berdasarkan Teori-teori.
Tabel 3.2
Variabel, Definisi variabel dan Indikator penelitian untuk Penjual
Variabel Indikator Item per-
tanyaan
Skala
Analisis situasi
1.lingkungan internal 1 sd 7
O
R
D
I
N
A
L
2.lingkungan eksternal 8 sd 14
Strategi segmentasi pasar 1.wilayah pemasaran
2.demografi.
3.gaya hidup pembeli.
4.manfaat produk
5.kunjungan pembeli
1 sd 9
Strategi pasar 1.strategi masa yad terpusat
2. strategi masa yad berbeda
3.keunggulan bersaing.
4.bauran pemasran.
5.kemitraan
5.pelatihan
6.teknologi
1 sd 10
Ekonomi berbasis inovasi (
Innovation Driven Economic )
1.produk
2.teknologi.
3.pelatihan.
1 sd 6
Pasar terpusat (market centre)
1.kualitas dan kuantitas
2.persaingan.
3.memudahkan pembeli.
4.aman dan nyaman
5.meningkatkan penjualan
1 sd 7
Sumber :Pemikiran Peneliti berdasarkan Teori-teori.
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
166
4. PEMBAHASAN
4.1Gambaran Umum Objek Penelitian.
Sebagai objek penelitian ini penjual
dan pembeli bibit karet petani karet di
Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Plakat
Tinggi dan Kecamatan Sungai Lais
Kabupaten Musi Banyuasin.Penelitian ini
akan memberikan gambaran
pertamakualitas layanan pembibitan
terhadap kepuasan petani pada usaha
petani pembibitan karet di Musi
Banyuasin. Kedua, faktor dominan
variabel kualitas layanan pembibitan yang
mempengaruhi kepuasan petani. Jumlah
responden yang dipakai untuk pengolahan
data dalam penelitian ini sebanyak 97
orang penjual dan 97 orang pembeli bibit
karet rakyat petani karet rakyat di
Kecamatan Sekayu, Babat Toman, Plakat
Tinggi dan Kecamatan Sungai Lais
Kabupaten Musi Banyuasin.
4.2 Pengembangan model pemasaran
bibit karet berbasis Kepuasan Petani
Karet Rakyat dari penjual bibit karet.
Berdasarkan analisis Structural
Equation Modeling (SEM) yang
dilakukan maka terbentuk pengembangan
model pemasaran bibit karet berbasis
innovation driven untuk memasuki pasar
terpusat ( market center ) dari sisi penjual
pada gambar sebagai berikut :
Gambar 4.1 Structural Equation
Modeling (SEM) Pengembangan Model
Pemasaran produk khas daerah berbasis
innovation driven untuk memasuki pasar
terpusat ( market center ) untuk
responden penjual karet.
Sumber: Data Olahan
Tabel. 4.1 Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Est SE CR P L
Inovation
_Driven
Lingkungan
_Internal .227 .099 2.303 .021
Inovation
_Driven
Lingkungan
_Eksternal .113 .098 1.155 .248
market
_centre
Lingkungan
_Internal -.021 .076 -.276 .782
market
_centre
Lingkungan
_Eksternal .106 .083 1.267 .205
market _centre
Inovation _Driven
.297 .128 1.326 .020
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
167
Faktor internal berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap Inovation
Driven, dengan koefisien jalur 0,227 dan
nilai probabiliti = 0,021, lebih kecil dari
standar p-value = 0,05. Faktor internal
berpengaruh secara negatif dan tidak
signifikan terhadap Market Center,
dengan koefisien jalur -0,021, nilai
probabiliti = 0,782, lebih besar dari
standar p-value = 0,05. Sedangkan
Inovation Driven berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Market Center,
dengan koefisien jalur 0,297, nilai
probabiliti = 0,02, lebih kecil standar p-
value = 0,05.
Faktor eksternal berpengaruh secara
positif dan tidak signifikan terhadap
Inovation Driven, dengan koefisien jalur
0,113 nilai probabiliti = 0,248, lebih besar
standar p-value = 0,05. Faktor eksternal
berpengaruh secara positif dan tidak
signifikan terhadap Market Center,
dengan koefisien jalur 0,106, nilai
probabiliti = 0,205, lebih besar dari
standar p-value = 0,05.
4.3 Pengembangan model pemasaran
bibit karet berbasis Kepuasan Petani
Karet Rakyat dari pembeli bibit karet. Berdasarkan analisis Structural
Equation Modeling (SEM) yang
dilakukan maka terbentuk pengembangan
model pemasaran bibit karet berbasis
innovation driven untuk memasuki pasar
terpusat ( market center ) dari sisi
pembeli pada gambar sebagai berikut :
Gambar. 4.2 Structural Equation
Modeling (SEM) Pengembangan Model
Pemasaran produk khas daerah berbasis
innovation driven untuk memasuki pasar
terpusat (market center ) untuk responden
pembeli karet.
Sumber: Data Olahan.
Tabel. 4.2Regression Weights: (Group number 1 - Default model) Est SE CR P L
Inovation
_Driven
Lingkungan
_Internal
.315 .091 3.451 ***
Inovation
_Driven
Lingkungan
_Eksternal
.249 .075 3.330 ***
market _centre
Lingkungan_Internal
.002 .265 .008 .993
market Lingkungan .177 .211 .837 .403
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
168
_centre _Eksternal
market _centre
Inovation _Driven
1.074 .861 1.248 .212
Faktor internal berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap Inovation
Driven, dengan koefisien jalur 0,315 dan
nilai probabiliti = 0,000, lebih kecil dari
standar p-value = 0,05. Faktor internal
berpengaruh secara positif dan tidak
signifikan terhadap Market Center,
dengan koefisien jalur 0,002, nilai
probabiliti = 0,993, lebih besar dari
standar p-value = 0,05. Sedangkan
Inovation Driven berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Market Center,
dengan koefisien jalur 1,074, nilai
probabiliti = 0,212, lebih besar standar p-
value = 0,05.
Faktor eksternal berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap Inovation
Driven, dengan koefisien jalur 0,249 nilai
probabiliti = 0,000, lebih kecil standar p-
value = 0,05. Faktor eksternal
berpengaruh secara positif dan tidak
signifikan terhadap Market Center,
dengan koefisien jalur 0,177, nilai
probabiliti = 0,404, lebih besar dari
standar p-value = 0,05.
Salah satu kendala terbesar dalam
memulai dan menjalankan suatu bisnis
adalah ketakutan akan ketidakmampuan
menguasai pasar. Padahal ide-ide kreatif
yang didukung dengan ketersediaan
sumber daya bisa menjadi salah satu
dukungan bagi bisnis untuk menguasai
pasar.
Aplikasi inovasi dapat
menghasilkan produk yang memiliki daya
saing yang lebih tinggi, berupa
peningkatan kualitas produk, perbaikan
desain produk, atau peningkatan efisiensi
produksi.Salah satu pengaruh nyata
aplikasi inovasi dalam sistem produksi
ialah peningkatan efisiensi produksi yang
berarti bahwa bibit karet dapat diproduksi
dengan biaya yang lebih murah, sehingga
harga jual produk lebih rendah.Melalui
aplikasi inovasi, suatu produk dapat
dibuat beragam dan unik sehingga
menciptakan trend preferensi baru di
pasar. Penerapan inovasi tanpa
memperhatikan kebutuhan pelanggan
produk akan gagal ketika dipasarkan
4.3 Pengaruh variabel strategi segmentasi
pasar (SSP), strategi pemasaran (SP),
melalui innovation driven (ID) terhadap
market center (MC).
Berdasarkan tabel statistik
deskriptif, nilai rerata responden terhadap
item pertanyaan konstruk strategi
pemasaran diatas nilai median kisaran
teoritis, sehingga dapat disimpulkan
bahwa secara umum responden memiliki
strategi pemasaran yang tinggi. Nilai
rerata responden terhadap item
pertanyaan konstruk pengembangan
sumber daya manusia diatas nilai median
kisaran teoritis, sehingga dapat
disimpulkan secara umum responden
memiliki pengembangan sumber daya
manusia yang tinggi
Nilai rerata responden terhadap item
pertanyaan konstruk manajemen
operasional diatas nilai median kisaran
teoritis, sehingga dapat disimpulkan
bahwa secara umum responden memiliki
pengembangan sumber daya manusia
yang tinggi.Nilai rerata responden
terhadap item pertanyaan konstruk
innovation driven diatas nilai median
kisaran teoritis, sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara umum
responden memiliki innovation driven
yang tinggi. Nilai rerata responden
terhadap item pertanyaan konstruk market
center diatas nilai median kisaran teoritis,
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
169
umum responden memiliki market center
yang tinggi
Gambar. 4.3. Structural Equation
Modeling (SEM) Flow chart Penilaian
Outer Louding variabel strategi
segmentasi pasar (SSP), strategi
pemasaran (SP), melalui innovation
driven (ID) terhadap market center (MC).
Penilaian Outer Louding.
Sumber: Data Olahan
Tabel. 4.3
Flow Chart Penilaian Outer Loading Regression Weights: (Group number 1 - Default
model)
Estimate S.E. C.R. P Label
Inovation_Driven <--- Segmentasi_Pasar .362 .097 3.750 ***
Inovation_Driven <--- Strategi_Pasar -.066 .112 -.588 .557
Market_Center <--- Segmentasi_Pasar .085 .067 1.271 .204
Market_Center <--- Strategi_Pasar .271 .119 2.273 .023
Market_Center <--- Inovation_Driven .173 .107 1.611 .107
S.S.P_9 <--- Segmentasi_Pasar 1.000
S.S.P_8 <--- Segmentasi_Pasar .891 .125 7.146 ***
S.S.P_7 <--- Segmentasi_Pasar 1.178 .113 10.438 ***
S.S.P_6 <--- Segmentasi_Pasar 1.159 .114 10.138 ***
S.S.P_5 <--- Segmentasi_Pasar 1.033 .116 8.904 ***
S.S.P_4 <--- Segmentasi_Pasar .947 .117 8.113 ***
S.S.P_3 <--- Segmentasi_Pasar 1.105 .113 9.755 ***
S.S.P_2 <--- Segmentasi_Pasar 1.190 .113 10.515 ***
S.S.P_1 <--- Segmentasi_Pasar 1.047 .113 9.243 ***
S.P_10 <--- Strategi_Pasar 1.000
S.P_9 <--- Strategi_Pasar .788 .259 3.042 .002
S.P_8 <--- Strategi_Pasar 1.053 .288 3.655 ***
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
170
Estimate S.E. C.R. P Label
S.P_7 <--- Strategi_Pasar 1.598 .356 4.494 ***
S.P_6 <--- Strategi_Pasar 1.418 .342 4.148 ***
S.P_5 <--- Strategi_Pasar 1.458 .348 4.188 ***
S.P_4 <--- Strategi_Pasar 1.667 .373 4.463 ***
S.P_3 <--- Strategi_Pasar 1.013 .279 3.637 ***
S.P_2 <--- Strategi_Pasar 1.249 .304 4.111 ***
S.P_1 <--- Strategi_Pasar 1.086 .287 3.788 ***
I.D_1 <--- Inovation_Driven 1.000
I.D_2 <--- Inovation_Driven 1.257 .274 4.580 ***
I.D_3 <--- Inovation_Driven 1.400 .287 4.879 ***
I.D_4 <--- Inovation_Driven 1.680 .320 5.245 ***
I.D_5 <--- Inovation_Driven 1.656 .315 5.259 ***
I.D_6 <--- Inovation_Driven 1.004 .248 4.043 ***
M.C_1 <--- Market_Center 1.000
M.C_2 <--- Market_Center .938 .314 2.985 .003
M.C_3 <--- Market_Center 1.333 .323 4.127 ***
M.C_4 <--- Market_Center 1.142 .334 3.417 ***
M.C_5 <--- Market_Center .981 .315 3.117 .002
M.C_6 <--- Market_Center 2.065 .449 4.597 ***
M.C_7 <--- Market_Center 2.001 .434 4.614 ***
Sumber: Data Olahan
Model struktural pada gambar di
atas digunakan sebagai dasar menguji
pengaruh variabel strategi segmentasi
pasar (SSP), strategi pemasaran (SP),
melalui innovation driven (ID), sehingga
berpengaruh terhadap market center
(MC).
Variabel strategi segmentasi pasar
(SSP) memiliki 9 indikator. Pada
indikator variabel indikator strategi
segmentasi pasar (SSP) pada kolom
estimate tidak memiliki memiliki nilai
indikator dibawah 0,5 sehingga untuk
variabel strategi segmentasi pasar (SSP)
memiliki 9 indikator telah memenuhi
persyaratan validitas.
Variabel strategi pemasaran (SP)
memiliki 10 indikator. Pada indikator
variabel indikator strategi pemasaran (SP)
pada kolom estimate tidak memiliki nilai
indikator dibawah 0,5 sehingga untuk
variabel strategi pemasaran (SP) memiliki
10 indikator telah memenuhi persyaratan
validitas.
Variabel Innovation Driven (ID)
memiliki 6 indikator. Pada indikator
variabel indikator Innovation Driven (ID)
pada kolom estimate tidak memiliki nilai
indikator di bawah 0,5sehingga untuk
variabel Innovation Driven (ID) memiliki
6 indikator telah memenuhi persyaratan
validitas.
Variabel Market Center (MC)
memiliki 7 indikator. Pada indikator
variabel indikator Market Center (MC)
pada kolom estimate tidak memiliki nilai
indikator dibawah 0,5 sehingga untuk
variabel Market Center (MC) memiliki 7
indikator telah memenuhi persyaratan
validitas.
4.4 Efektivitasstrategi segmentasi pasar
(SSP), strategi pemasaran (SP), melalui
innovation driven (ID) terhadap market
center (MC).
Berdasarkan analisis Structural
Equation Modeling (SEM) yang
dilakukan maka penilaian
efektivitasstrategi segmentasi pasar
(SSP), strategi pemasaran (SP), melalui
innovation driven (ID) terhadap market
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
171
center (MC) pada gambar sebagai
berikut :
Gambar. 4.4 Structural Equation
Modeling (SEM) penilaian
efektivitasstrategi segmentasi pasar
(SSP), strategi pemasaran (SP), melalui
innovation driven (ID) terhadap market
center (MC).
Sumber: data Olahan
Tabel. 4.4 Squared Multiple Correlations: (Group number 1 - Default model)
Estimate
Inovation_Driven
.287
Market_Center
.167
M.C_7
.863
M.C_6
.841
M.C_5
.175
M.C_4
.221
M.C_3
.458
M.C_2
.150
M.C_1
.227
I.D_6
.264
I.D_5
.747
I.D_4
.716
I.D_3
.546
I.D_2
.443
I.D_1
.267
S.P_1
.315
S.P_2
.432
S.P_3
.280
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
172
Estimate
S.P_4
.636
S.P_5
.452
S.P_6
.437
S.P_7
.645
S.P_8
.261
S.P_9
.148
S.P_10
.210
S.S.P_1
.709
S.S.P_2
.860
S.S.P_3
.770
S.S.P_4
.576
S.S.P_5
.669
S.S.P_6
.813
S.S.P_7
.848
S.S.P_8
.467
S.S.P_9
.599
Sumber: data Olahan
Model struktural pada tabel di atas
digunakan sebagai dasar menguji seberapa
besar kontribusi (koefisien determinasi /
R2) setiap indikator terhadap variabel
penelitian dengan melihat nilai Squared
Multiple Correlations setiap indikator
dengan menggunakan ukuran standar
efektif adalah 0,70 atau 70%. Variabel
strategi segmentasi pasar (SSP), strategi
pemasaran (SP), melalui innovation
driven (ID), sehingga berpengaruh
terhadap market center (MC).
Variabel strategi segmentasi pasar
(SSP) memiliki 9 indikator.Nilai yang
sangat tidak efektif terdapat pada
indikator S.S.P_4.S.S.P_5, S.S.P_8,
S.S.P_9 karena pada indikator ini
merupakan pertanyaan mengenai
pasar.Responden penelitian ini sebagian
besar memiliki jangkauan pasar lokal
dibandingkan pasar nasional yang tampak
pada tabel profil responden.Hal ini
menyebabkan rerata tingkat efektivitas
variabel standar pemasaran menjadi
rendah yaitu sebesar 53% terhadap
innovation driven.
Variabel strategi pemasaran (SP)
memiliki 10 indikator. Seluruh indikator
memiliki nilai efektivitas dibawah 70%.
Hal ini disebabkan UMKM lebih memilih
pelatihan sesuai dengan kondisi lapangan,
tanpa memperhatikan suatu standar
ataupun bantuan pihak lain. Pendidikan
terakhir responden sebagian besar terdapat
pada SLTA yang tampak pada tabel profil
responden sehingga kurangnya kesadaran
untuk meningkatkan pengembangan
sumberdaya manusia melalui pelatihan-
pelatihan yang memiliki standar tertentu.
Strategi masa yang akan datang untuk
pasar terpusat, lokasi berbeda, keunggulan
bersaing, bauran pemasran, kemitraan,
pelatihan dan teknologi sehingga banyak
membutuhkan pengembangan sumberdaya
manusia. Nilai yang sangat tidak efektif
terdapat pada indikator B4 karena terkait
standar produk seperti dijelaskan pada
variabel strategi pemasaran.Hal ini
menyebabkan semakin menurunnya
tingkat efektivitas variabel pengembangan
sumber daya manusia yaitu sebesar -4%
terhadap innovation driven.
Variabel innovation driven memiliki
6 indikator.Pada variabel ini hanya
terdapat 2 indikator memiliki nilai
efektivitas yang tinggi (lebih dari 70%),
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
173
yaitu I.D_4 dan I.D_5, sisanya indikator
variabel tidak efektif.Hal ini
menyebabkan innovation driven tingkat
efektivitas yang relatif rendah, yaitu
sebesar 41% terhadap market
center.Responden dalam penelitian ini
dapat dianggap tidak memiliki innovation
driven sehingga market center menjadi
relatif tidak efektif, yaitu sebesar
41%.Berdasarkan pembahasan ini,
variabel memiliki tingkat efektifitas yang
rendah banyak disebabkan jangkauan
pasar.
5. KESIMPULAN
Penjual dan pembeli bibit karet
rakyat (responden) memiliki innovation
driven yang relatif rendah. Nilai rerata
responden terhadap item pertanyaan
konstruk market center dibawah nilai
median kisaran teoritis, ini berarti secara
umum responden mempunyai relatif tidak
berminat dengan adanya market center.
kemudian Penjual danpembeli bibit karet
rakyat (responden) belum merasa perlu
untuk memasuki jangkauan pasar yang
lebih luas (hanya memenuhi pasar lokal),
sehingga standar nasional belum mereka
lakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Cravens, David W. 2007.Strategic
Marketing, 6th ed., McGraw-Hill
Companies, Inc., Boston.
Dawes, John. 2006. “The Relationship
between Subjective and Objective
Company Performance Measures in
Market Orientation Research :
Further Empirical Evidence”.
Marketing Bulletin, Vol. 10, p. 65-
75.
Kotler, Philip. 2009. Marketing
Management : Analysis, Planning,
Implementation, and Control. 8th
ed., Prentice-Hall International.
Inc., New Jersey.
McDaniel, Stephen W. & James W.
Kolari. 2007. “Marketing Strategy
Implications of the Miles and Snow
Strategic Typology”. Journal of
Marketing.Vol. 51.p.19-30.
Narver, John C. & Stanley F. Slater. 2008.
“The Effect of Market Orientation
on Business Profitability”. Journal
of Marketing.October. p. 20-35.
Pawitra, Teddy. 2009. Pemasaran :
Dimensi Falsafah, Disiplin, dan
Keahlian, Sekolah Tinggi
Manajemen Prasetia Mulya. Jakarta.
Riamaryani. 2011. Market Driven PT
Sinar Sosro. Jurnal
ekonomi.September. p. 12-13
Soekidjo Notoatmodjo.2009.
Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Rineka Cipta. Jakarta
Syahzal (2008).Model Pemasaran Produk
Pertanian Berbasis Agribisnis
Sebagai Upaya Percepatan
Pertumbuhan Ekonomi Pedesaan.
Lembaga Penelitian Universitas
Riau, Pekanbaru.
Almasdi Syahza1 Lembaga Penelitian
Universitas Riau, Pekanbaru E-mail:
asyahza@yahoo.co.id website:
http://almasdi.unri.ac.id
Jawoto Nusantoro. (2011). Model
Pengembangan Produk Unggulan
Daerah Melalui Pendekatan Klaster
Di Provinsi Lampung Fakultas
Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Metro. Seminar
Nasional Ilmu Ekonomi
TerapanFakultas Ekonomi
UNIMUS 2011
Jurnal Adminika Volume 5. No. 1, Januari - Juli 2019 ISSN : 2442-3343
174
Dwi Nurul Amalia • Rita Nurmalina •
Amzul Rifin (2006). Sistem
Pemasaran Karet Rakyat di Provinsi
Jambi Dengan Pendekatan Struktur,
Perilaku, Dan Kinerja Pasar Article
Journal of Industrial and Beverage
Crops •
Chairi Anwar (2013).Perkembangan Pasar
Dan Prospek Agribisnis Karet di
Indonesia. disampaikan pada
Lokakarya Budidaya Tanaman
Karet, pada tanggal 4-6 September
2006 di Medan, diselenggarakan
oleh Balai Penelitian Sungei Putih,
Pusat Penelitian Karet.
top related