pengembangan nilai -...
Post on 06-Feb-2018
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGEMBANGAN NILAI – NILAI KECERDASANSPIRITUAL ANAK JALANAN MELALUI PEMBINAAN
KEAGAMAAN DI YAYASAN RUMAH BELAJARKELUARGA ANAK LANGIT TANGERANG
Skripsi :
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial ( S. Sos )
Oleh :
NIDA ULYANAH
1112052000020
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 2016 M/ 1438 H
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta
alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia.
Alhamdulillah wa syukurillah berkat rahmat dan anugrah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengembangan
Nilai-Nilai Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan Melalui Pembinaan Keagamaan Di
Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang’’.
Selanjutnya, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada kedua orang
tua penulis Ayahanda H. Muhammad Dzariyat dan Ibunda Hj. Asiah Nihlah yang
selama ini telah memberikan penulis dukungan baik dari segi moril maupun
materil, yang senantiasa ridho dengan langkah penulis, yang tak letih berdo’a di
setiap penghujung malam, dan tak habis membagi cinta dan kasih sayangnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mwngucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, baik moril maupun
materil, khususnya kepada :
1. Dr. H. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto, M. Ed selaku Wadek I dan sebagai pembimbing
pembuatan skripsi ini, Dr. Hj. Roudhonah, M. Ag selaku Wadek II. Dr.
Suhaimi, M.Si selaku Wadek III.
iii
2. Dra. Rini Laini Prihatini, M.Si selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam, sekaligus selaku Dosen Penasehat Akademik yang
dengan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis
sehingga terselesaikannya skripsi ini. Dan untuk Ir. Noor Bekti Negoro,
SE, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
3. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan banyak ilmu kepada penulis
4. Seluruh staf petugas Perpustakaan baik Perpustakaan Umum Maupun
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Keluarga Besar Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit, Pimpinan
beserta para Tutor lainnya, para anak didik dan seluruh yang banyak
membantu penulis dalam penelitian ini sehingga dapat berjalan dengan
baik.
6. Untuk keluarga besar orang tua tercinta H. Muhammad Dzariyat dan Hj.
Asiah Nihlah, kakak Ulfah Alawiyah dan Suami, adik Ahmad Naufal
Anwari dan Abdullah Zacky, Serta para saudara-saudara penulis yang
senantiasa mendukung dan memberikan banyak pelajaran hidup untuk
penulis dan semoga selalu dalam rahmat dan ridho Allah.
7. Untuk Sahabat HITZ tercinta (Sofet,Adhiya,Fikri, Uppy, Via, dan juga
Firda), serta sahabat tercinta juga The Cablak’s (Indri, Rere, Bydah, Lia,
Izzati, Rizky, Imam, Macky), serta teman –teman BPI angkatan 2012
lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu terimakasih buat
sharingnya dalam proses skripsi ini.
iv
Terakhir kepada semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu
persatu yang telah ikut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Dengan
tidak mengurangi rasa hormat kami pada kalian semua, penulis mengucapkan
banyak terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan yang terbaik untuk kita
semua.
Akhirnya kepada-Nyalah penulis serahkan segala urusan ini. Penulis
berharapa agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menambah
wawasan serta pengetahuan walaupun belum sepenuhnya optimal.
Tangerang, 29 September 2016
PENULIS
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ……………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ...……………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI ...………………………………………………………………..... v
DAFTAR TABEL……………..……………………………………………… viii
BABI PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .……………………………... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .……………………………………. 9
D. Metodologi Penelitian ...……………………………………………. 10
E. Tinjauan Pustaka ...…………………………………………………. 15
F. Sistematika Penulisan ...……………………………………………. 18
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembinaan Keagamaan …………………………………………….. 20
1. Pengertian Pembinaan ………………………………………….. 20
2. Pengertian Keagamaan …………………………………………. 21
3. Pengertian Pembinaan Keagamaan …………………………….. 24
vi
56
4. Ruang Lingkup Pembinaan Keagamaan .………………………. 25
5. Materi Pembinaan keagamaan ………………………………..... 28
B. Kecerdasan Spititual ……………………………………………...... 30
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ...……………………………... 30
2. Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Islam ...…………..…..... 33
3. Nilai-nilai Kecerdasan Spiritual. ..……………………………… 35
C. Anak Jalanan ...………………………………………………….….. 39
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Berdirinya ……………………………………………….… 44
B. Visi, Misi, Tujuan ………………………………………………….. 46
C. Program dan Muatan Kurikulum ……………….………………….. 47
D. Struktur Organisasi ……………………………………………….... 49
E. Waktu Pembinaan ………………………………………………….. 49
F. Kegiatan Lembaga ...……………………………………………….. 50
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
A. Identitas Informan ………………………………………………….. 53
B. Analisis Hasil Temuan ……………………………………………... 56
1. Analisis Pengembangan Nilai-nilai Kecerdaan Spiritual AnakJalanan Melalui Pembinaan Keagamaan di Yayasan RumahBelajar Keluarga Anak Langit Tangerang..….………………….
a. Pembinaan Ilmu Fiqih ..…………………………………….. 57
b. Pembinaan Ilmu Tajwid ..……………………………….….. 59
c. Pembinaan Ilmu Akhlak ..…………………...……………… 62
vii
67
d. Pembinaan Ilmu Ibadah .……………………………………. 63
e. Pembinaan Ilmu Tauhid atau Aqidah .……………………… 65
2. Analisis Pengembangan Nilai-nilai Kecerdaan Spiritual AnakJalanan Melalui Pembinaan Keagamaan di Yayasan RumahBelajar Keluarga Anak Langit Tangerang…………...…………..
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...………………………………………………………. 75
B. Saran …………………………………………………………...…… 77
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..…... 78
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
viii
Tabel 1 Cabang Ilmu Agama Yange di Ajarkan di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit Tangerang………………………………….......31
Tabel 2 Sajian Pembelajaran di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak LangitTangerang…………………………………………………..…………. 57
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Agustus 2016
Nida Ulyanah
PENGEMBANGAN NILAI – NILAI KECERDASAN SPIRITUALANAK JALANAN MELALUI PEMBINAAN KEAGAMAAN
DI YAYASAN RUMAH BELAJAR KELUARGA ANAK LANGITTANGERANG
SkripsiDiajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial ( S. Sos )
Oleh :
Nida Ulyanah
1112052000020
Pembimbing :
Suparto, M.Ed, Ph.D
NIP : 197103301998031004
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAMFAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA 1436 H/ 2016 M.
i
ABSTRAK
Nida Ulyanah, Nim. 1112052000020, Judul Pengembangan Nilai-Nilai KecerdasanSpiritual Anak Jalanan Melalui Pembinaan Keagamaan Di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit Tangerang, dibawah bimbingan Suparto, M.Ed, Ph.D,
Anak jalanan merupakan anak-anak yang sebagian waktunya mereka gunakan di jalanatau tempat-tempat umum lainnya baik untuk mencari nafkah maupun berkeliaran. Tidak sedikitmasyarakat yang beranggapan serta menilai anak jalanan itu memiliki latar belakang yangkurang baik untuk lingkungannya dan dapat memicu timbulnya perbuatan atau perilakukurang baik dan menyimpang. Maka dibutuhkanlah penyesuaian diri bagi mereka para anakjalanan dengan begitu perlu adanya pembinaan agama itu, agar seseorang dapat memberikannasehat atau memberikan bimbingan kepada anak jalanan tersebut, supaya mereka dapatmemahami tentang hal-hal yang baik yang terdapat di masyarakat atau lingkungan tempatmereka tinggal. Untuk Membangun kesadaran bagi generasi bukanlah hal yang gampanguntuk tercapai secara maksimal, tetapi dalam pembinaan kesadaran yang menjadi hal pokokuntuk dibangun. Kesadaran hendaknya disertai niat untuk mengintensifkan pemilikan nilai-nilai dari pada yang sudah dimiliki, sebab dengan cara tersebut akan mampu mewujudkanpemeliharaan yang dinamis dan berkesinambungan.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengarahkan anak jalanan agar dapat mengenalkecerdasan spiritual lebih mendalam melalui membinaan keagaman untuk dapatmeningkatkan nilai-nilai kecerdasan spiritual yang disampaikan oleh para pembina dan dapatdiaplikasikan pada anak jalanan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian maka perlu adanya pembinaan agama yang dilakukan agar dapatmengembangan nilai-nilai kecerdasan spiritual anak jalan, melalui teori Danah Zohar dan IanMarshal (2002) bahwa yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untukmenghadapi prilaku hidup dalam konteks yang lebih luas serta makna untuk memaknai hidupyang sesungguhnya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif,dengan desain deskriptif yaitu penelitian yang menggunakan teknik analisa datanya berupakata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Semua data tersebut menjadi kunci terhadap apayang sudah diteliti.Subjek dalam penelitian ini adalah Pemimpin di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit, Pembina Agama dan tiga anak jalanan sedangkan objek dalampenelitian ini adalah kegiatan pembinaan kegiatan dalam mengembangkan nilai-nilaikecerdasan spiritual bagi anak jalanan. Dalam pengambilan informan peneliti menggunakanteknik deskriptif. Adapun teknik analisa data yang digunakan reduksi, penyajian data danpenarikan kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini adalah Pengembangan Nilai-Nilai Kecerdasan SspiritualAnak Jalanan Melalui Pembinaan Keagamaan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga AnakLangit berperan sebagai fasilitator, sebagai penyedia informasi, dan sebagai motivator.Penelitian ini membahas Aspek kecerdasan spiritual dalam konsep pembinaan keagamaanuntuk meningkatkan kualitas moral dan ibadah serta nilai-nilai kecerdasan spiritual kepadapara anak jalanan.Pembinaan keagamaan yang dilakukan di Anak Langit melalui pembinaanmengenai Ilmu Fiqih, Ilmu Akhlak, Ilmu Tajwid, Ilmu Ibadah, dan juga Ilmu Tauhid yangdidalamnya terdapat pembekalan diri dalam kecerdasan spiritual untuk membentuk akhlakulkarimah. Pembinaan keagamaan diberikan agar berpengaruh pada pribadinya dari mulaiprilaku, kesehatan dan keimanannya, serta kewajiban yang berpengaruh pada diri anak didiktersebut.
ii
Kata kunci: Pembinaan Agama, Kecerdasan Spiritual, Anak Jalanan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama merupakan aturan-aturan perundang-undangan yang datangnya
dari Tuhan diturunkan kepada manusia sebagai pedoman hidup di dunia akhirat
agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan juga di akhirat.1
Agama juga dianggap sebagai suatu jalan hidup bagi manusia (way of life)
serta menuntun manusia agar hidupnya tidak kacau. Agama berfungsi untuk
memelihara integritas manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan
hubungannya dengan sesama dan dengan alam yang mengitarinya.2
Kehidupan beragama salah satu diantara sekian banyak sektor harus
mendapatkan perhatian besar bagi bangsa dibandingkan dengan sektor kehidupan
yang lain. Sebab pencapaian pembangunan bangsa yang bermoral dan beradab
sangat ditentukan dari aspek kehidupan agama, terutama dalam hal pembinaan
bagi generasi muda.
Emile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang
terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal
yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus
1 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’rif, (Bandung,1989), h. 128.
2 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta (Jakarta, 1997), h. 58.
2
meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang
sempurna kesuciannya.3
Masyarakat perlu adanya pembinaan agama karena untuk mengatur dan
membimbing masyarakat dari permasalahan yang terjadi diantaranya yaitu anak
jalanan, banyak menghabiskan sebagian besar waktunya mencari nafkah dijalanan
dan di tempat umum lainnya. Umumnya anak jalanan memiliki latar belakang
keluarga yang komplek dengan tingkat kesulitan yang tentu saja berbeda. Latar
belakang keluarga mereka diantara lain berasal dari:
1. Status hubungan kekeluargaan anak dan orang tua tidak jelas, artinya anak
lahir di luar nikah.
2. Keluarga miskin atau ekonomi yang lemah sehingga mereka menjadi
“tulang punggung ekonomi” keluarga bahkan ada yang secara sengaja
dieksploitasi.
3. Keluarga broken home kedua orang tua tidak ada atau tidak berfungsi
selayaknya orang tua atau salah satu dari keduanya tidak berfungsi
selayaknya orang tua.4
Melihat kondisi tersebut sangatlah diperlukan tanggapan masyarakat untuk
peduli terhadap anak jalanan, karena tidak sedikit masyarakat yang beranggapan
serta menilai anak jalanan itu memiliki latar belakang yang kurang baik untuk
lingkungannya dan dapat memicu timbulnya perbuatan atau perilaku kurang baik
dan menyimpang yang dapat melanggar aturan serta norma-norma yang terdapat
3 https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120604003621AAavYyG di ambilpada 3 agustus 2016 pukul 21.46
4 Soekarso Ekodjatmiko, Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus AnakJalanan, (Bandung :Depdiknas, 2007), h. 5
3
di tempat tersebut. Salah satu contohnya adalah anak jalanan yang meminta uang
atau mengamen secara paksa yang dengan perilaku begitu sangat mengganggu
masyarakat. Untuk itu, dibutuhkanlah penyesuaian diri bagi mereka para anak
jalanan, maka dengan begitu perlu adanya pembinaan agama itu, agar seseorang
dapat memberikan nasehat atau memberikan bimbingan kepada anak jalanan
tersebut, supaya mereka dapat memahami tentang hal-hal yang baik yang terdapat
di masyarakat atau lingkungan tempat mereka tinggal.
Membangun kesadaran bagi generasi bukanlah hal yang gampang untuk
tercapai secara maksimal, tetapi dalam pembinaan kesadaran yang menjadi hal
pokok untuk dibangun. Kesadaran hendaknya disertai niat untuk mengintensifkan
pemilikan nilai-nilai dari pada yang sudah dimiliki, sebab dengan cara tersebut
akan mampu mewujudkan pemeliharaan yang dinamis dan berkesinambungan.5
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, bahwa pembinaan berarti usaha,
tindakan dan kegiatan yang diadakan secara berdayaguna dan berhasil agar
memperoleh hasil yang lebih baik.6
Kecerdasan Spiritual ada pada bagian diri manusia yang paling dalam,
berhubungan dengan kearifan diluar ego atau pikiran sadar. Kecerdasan Spiritual
adalah kecerdasan yang dengannya kita tidak hanya mengakui nilai-nilai yang
ada, tetapi juga secara kreatif menemukan nilai-nilai baru. Kecerdasan Spiritual
adalah sebuah pemahaman yang mendalam dan intuitif akan makna dan nilai.
Kecerdasan Spiritual adalah hati nurani yang mampu membuatsesuatu menjadi
5 Abdul Mujib, Nuansa-Nuansa Psikologi Islam (Cet, I; Jakarta: PT Raja GrafindoPersada, 2001), h. 199.
6 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, BalaiPustaka (Jakarta :1990), h. 37.
4
lebih sadar tentang gambaran besar atau gambaran menyeluruh tentang diri
sendiri, jagad raya dan kedudukan.7 Sebagaiman Allah SWT berfirman dalam
Surah Al-Maidah ayat 8 :
Artinya : “ Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan)
shalat mereka menjadikan buah ejekan dan permainan. Yang demikian
itu adalah karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau
menggunakan akal”. (Q.S Al-Maidah : 58).8
Jenis-jenis kecerdasan pada diri seseorang sangat beragam seiring dengan
kemampuan atau potensi yang ada pada dirinya, di antaranya yaitu kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan moral, kecerdasan spiritual. Setiap
manusia diharapkan mampu menggunakan semua kecerdasannya yang memang
Allah SWT anugrahkan. Manusia sendiri dianugrahi Allah dengan kecerdasan
qalbiyah yang mana kecerdasan ini untuk mengenali kalbu dan aktivitas-
aktivitasnya untuk membina hubungan dengan Tuhannya.
Pembinaan yang bercorak keagamaan atau keislaman akan selalu
bertumpu pada dua aspek, yaitu aspek spiritual dan aspek material. Aspek spiritual
ditekankan pada pembentukan kondisi batiniah yang mampu mewujudkan suatu
7 Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung, Alfateba, 2005). Cet. I h. 209.8 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Khat Madinah, (Bandung :
Syamil Cipta Media, 2005), h. 170.
5
ketentraman dan kedamaian di dalamnya.9 Dan dari sinilah memunculkan
kesadaran untuk mencari nilai-nilai yang mulia dan bermartabat yang harus
dimilikinya sebagai bekal hidup dan harus mampu dilakukan dan dikembangkan
dalam kehidupan sehari-harinya.
Upaya pembinaan terhadap anak jalanan bukan tidak pernah dilakukan.
Pemda DKI Jakarta misalnya, sejak tahun 1998 telah mencanangkan program
rumah singgah. Dimana bagi mereka disediakan rumah penampungan dan
pendidikan. Akan tetapi, pendekatan yang cenderung represif dan tidak
integrative, ditunjang dengan watak dasar anak jalanan yang tidak efektif,
sehinnga mndorong anak jalanan tidak betah ringgal dirumah singgah. Selain
pemerintah, beberapa LSM juga berfokus pada masalah ini kebanyakan bergerak
dibidang pendidikan alternative bagi anak jalanan. Kendali demikian, dibanding
jumlah anak jalanan yang terus meningkat, daya serap LSM yang sangat terbatas
sungguh tidak memadai. Belum lagi munculnya indikasi “komersialisasi” anak
jalanan oleh beberapa LSM yang kurang bertanggung jawab dan hanya
berorientasi pada profil semata.10
Penanganan masalah anak jalanan sesungguhnya bukan saja menjadi
tanggung jawab salah satu pihak saja tetapi merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah, LSM, akademisi dan masyarakat, secara keseluruhan.
Persoalannya adalah, selama ini aksi-aksi penanganan anak jalanan masih
dilakukan secara sporadic, sektoral dan temporal serta kurang terencana dan
9 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya : Usaha Nasional, 1984), h. 6810 https://www.scribd.com/doc/47249677/Makalah-Tentang-Anak-Jalanan diambil pada
hari selasa pukul 17.58
6
terintigrasi secara baik. Akibatnya efektivitas penanganan menjadi tidak
maksimal.
Komunitas anak langit adalah tempat yang memberikan sarana belajar,
kreasi seni dan juga kreatifitas lainnya yang sama dengan sekolah lain. Ini
merupakan komunitas kreatif karya anak bangsa yaitu sekolah alternatif yang
mempunyai model pendidikan yang berbeda dengan lembaga pendidikan lain
pada umumnya. Dan yang lebih menarik nya disini adalah adanya kerjasama dari
beberapa Instansi lembaga dalam membantu proses kegiatan belajar mengajar di
komunitas anak langit tersebut.
Komunitas Anak Langit adalah sebuah organisasi sosial yang bertujuan
untuk berkumpulnya anak-anak jalanan serta tidak mampu. Mereka tidak hanya
singgah, di Keluarga Anak Langit diberikan pendidikan dan aktivitas rutin secara
berkala.
Di Keluarga Anak Langit, anak-anak jalanan mengembangkan kreativitas
dan belajar berbagai macam ilmu, seperti pelajaran yang dipelajari di sekolah
formal, bahkan mereka juga diajarkan keterampilan seperti bertani, bercocok
tanam, berternak, menyablon dan memperbaiki mesin.Tidak sedikit sekarang
penghuni anak langit yang sudah mengenyam pendidikan formal, bahkan ada
yang sampai merasakan bangku universitas. Pucuk masa depan pun tersingkap
tahap demi tahap.11
11 https://tangerangonline.id/2016/04/03/di-komunitas-anak-langit-kota-tangerang-anak-jalanan-berani-raih-mimpi/ diambil pada hari selasa pukul 17.31
7
Komunitas anak langit dibentuk oleh beberapa orang dengan latar
belakang yang berberbeda. Di tempat inilah, para anak jalanan lantas berani
meraih mimpi dengan terus mengembangkan kreativitas dan kemampuan.
Menurut Mukmin Kusnendar yang merupakan Ketua di Yayasan Rumah
Belajar Keluarga Anak Langit, memaparkan tujuan dibentuknya Komunitas anak
langit ini, dan semua kegiatan yang ada di Rumah belajar anak langit ini.
“Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ini dibentuk dengan tujuan untuk
bermain dan belajar untuk anak-anak jalanan yang singgah di sini. Mereka bebas
untuk melakukan segala hal sesuai dengan apa yang mereka inginkan asal perilaku
mereka tetap dijaga,” 12
Dari tempat tersebut penulis banyak sekali melihat potensi serta
kemampuan produktif para anak didik di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit tersebut serta para tenaga pengajarnya yang juga memiliki rasa untuk
membangun serta membimbing anak jalanan melalui pembinaan agama untuk
membangun nilai-nilai islami yang dapat mereka ajarkan di komunitas anak
langit. Dari bukti-bukti inilah yang membuat penulis tertarik untuk
mengangkatnya sebagai judul skripsi dengan judul “ Pengembangan Nilai-nilai
Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan Melalui Pembinaan Keagamaan Di
Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit- Tangerang”.
12 Wawancara pribaadi dengan Bapak Mukmin Kusnendar, di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit pada hari Selasa tanggal 9 Agustus 2016 pukul 08.00 WIB.
8
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah agar lebih fokus, terarah
dan juga jelas. Maka batasannya dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Kecerdasan spiritual yang dimaksud disini adalah Anak Jalanan yang
mampu mengaktualisasikan nilai ilahiyah sebagai aktifitasnya dalam
kehidupan sehari-hari, mempertahankan keyakinan,memenuhi
kewajiban agama, serta dapat memaknai arti kehidupan yang
sesungguhnya.
b. Pembinaan keagamaan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi
pembinaan spiritual yang meliputi Ilmu Fiqih, Akhlak, Tauhid dan
Akidah, Ibadah, dan juga Ilmu Tajwid.
c. Fokus penelitian ini ada pada prilaku (sikap) Anak Jalanan yang
terdapat di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang
setelah mendapatkan pembinaan keagamaan.
2. Rumusan Masalah
a. Apa saja pembinaan keagamaan yang dilakukan dalam
mengembangkan nilai kecerdasan spiritual di Yayasan Rumah Belajar
Keluarga Anak Langit Tangerang?
b. Bagaimana cara mengembangkan nila-nilai kecerdasan spiritual
terhadap Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengarahkan anak jalanan agar
dapat mengenal kecerdasan spiritual lebih mendalam melalui pembinaan
agama yang disampaikan oleh para pembina dan dapat diaplikasikan pada
anak jalanan dalam kehidupan sehari-hari dan juga untuk dapat
mengetahui pembinaan keagamaan yang dilakukan di Yayasan Rumah
Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
Dengan penelitian ini diharapkan menambah dan memperkaya teori-
teori yang berkaitan dengan pembinaan keagamaan yang terdapat di
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Khususnya dan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi pada umumnya.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan, memberikan masukan dan dorongan dalam
pengetahuan anak didik, lalu dijadikan acuan untuk memberikan
partisipasi bagi lembaga dalam pengetahuan agama dan menambahkan
informasi dan pengetahuan tentang pembinaan keagamaan bagi mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam serta dapat memperkaya keperpustakaan bagi akademik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10
D. Metodologi Penelitian
1. Metode dan Jenis Penelitian
Penelitian yang penulis gunakan yaitu jenis kualitatif dengan desain
penelitiannya menggunakan jenis penelitian desain purposive yang bertujuan
untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan
data.
Dalam buku metode penelitian kualitatif, Badgan dan taylor
mendefinisikan, metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptiif berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-
orang dan prilaku yang diamati.13
Penelitian deskriptif berbeda dengan penelitian eksploratif. Penelitian
eksploratif belum memiliki variable yang menjadi fokus pengamatan, karena
penelitian belum banyak memperoleh informasi tentang gejala keagamaan
tersebut. Sedangkan penelitian deskriptif sudah memiliki variable yang
menjadi fokus pengamatan.14
penelitian deskriptif ialah sebuah penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan gejala social, politik, ekonomi, dan budaya. Dalam penelitian
agama, penelitian deskriptif berusaha menggambarkan suatu gejala
keagamaan.15
13 Lexy J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. RemajaRosdakarya,1993), h. 3
14 M. Sayiti Ali, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori dan Praktek).(Jakarta :PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 22
15 Msthufu, Metodologi Penelitian Agama (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2006), h.29
11
Dalam pendekatan kualitatif agama sebagai pedoman bagi kehidupan
masyarakat hanya mencangkup dan terpusat pada penyajian untuk pemenuhan
kebutuhan hidup yang sangat integrative. Karena itu agama berfungsi sebagai
pedoman moral dan etika yang terwujud dalam nilai-nilai budaya.
2. Subjek dan objek penelitian
a. Subjek penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini penulis menetapkan beberapa
kriteria tertentu dalam menentukan subjek penelitian yaitu seorang Ketua
Yayasan karena merupakan orang pertama yang mengetahui asal usul
berdirinya Yayasan Rumah Belajar Anak Langit Tangerang, seorang
Pembina karena merupakan tenaga pengajar dibidang keagamaan yang
sesuai dengan fokus penelitian, dan tiga orang anak didik yang masuk
dalam kategori :
1) Children on the street
Yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi –
sebagai pekerja anak di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan
yang kuat dengan orangtua mereka. Sebagian penghasilan
mereka dijalankan pada kategori ini adalah untuk
membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya
karena beban atau tekanan kemiskinan yang mesti di tanggung
tidak dapat diselesaikan sendiri oleh kedua orang tuanya.
2) Children of the street
12
Yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh
dijalankan, baik secara social maupun ekonomi. Beberapa
diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang
tuanya, tetapi frekwensi pertemuan mereka tidak menentu.
Banyak diantara mereka adalah anak-anak yang karena suatu
sebab biasanya kekerasan atau lari dari rumah.
3) Children from family of the street
Yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup
dijalanan. Meski anak-anak ini mempunyai hubungan
kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombang-
ambing dari satu tempat ke tempat yang lai dengan segala
resikonya. Salah satu cirri penting dari kategori ini adalah
pemampangan kehidupan jalanan sejak masih bayi bahkan sejak
masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan
mudah ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-
rumah liar sepanjang rel kereta api dan pinggiran sungai walau
secara kwantitatif jumlahnya belum diketahui secara pasti.16
b. Objek Penelitian
Objek penelitian terhadap Pembangan nilai-nilai kecerdasan spiritual
anak jalanan melalui pembinaan keagamaan di Yayasan Rumah Belajar
Keluarga Anak Langit Tangerang.
16 http://www.kompasiana.com/deirradesu/pendidikanjalanan_54f6b36ca3331104568b468bdiambil pada hari rabu pukul 22.15
13
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural
setting (kondisi yang alamiyah), sumber data primer, dan pengumpulan data
lebih banyak pada observasi berperan serta (participation observation),
wawancara mendalam (indepeth interview) dan dan dokumentasi.17 Berikut ini
adalah teknik pengumpulan data yang akan peneliti lakukan dalam penelitian
ini diantaranya :
a. Pengamatan/ Observasi
Pengamatan dalam istilah sederhana adalah proses dimana peneliti
terlibat langsung didalam objek penelitian. Pengamatan dapat
dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan
dalam pengamatan ini adalah lembar pengamatan, ceklist, cacatan
kejadian, dan lain-lain. Observasi adalah pencatatan dan pengamatan
dengan sistematis terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.18
Yang penulis amati dalam penelitian ini keberadaan tempat, bentuk
kegiatan dan para anak didik yang terdapat disana.
b. Wawancara
Wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis
sifatnya. Karena bentuknya berasal dari komunikasi verbal antara
peneliti dan responden.19 Data dikumpulkan melalui wawancara
mendalam para subjek penelitian dan wawancara juga bertujuan untuk
17 Djam’an satori dan Aan Komariyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung :Alfabeta,2010), h.146
18 Dedy Mulyana, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Rosdakarya,2002), h. 146
19 Sanafiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi(Jakarta : Rajawali Pers, 1995), h. 39
14
mengkuatkan data yang sebelumnya telah didapat dan diperoleh.
penulis melakukan wawancara dengan pengurus yang pertama yaitu
ketua di Komunitas Anak Langit Tangerang, kedua pembina serta 3
anak didik yang terdapat di Komunitas Anak Langit Tangerang.
c. Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode-metode lain, dokumentasi adalah
merupakan satu metode pengumpulan data kualitatif dengan melihat
dan menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri
atau orang lain tentang subjek tersebut.
Tujuannya untuk mendapatkan informasi yang mendukung analisis
dan interpretasi data. Dokumen bisa berbentuk dokumen publik atau
dokumen pribadi.
4. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton, adalah proses mengatur uraian data.
Mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.20
Dalam analisis data yang telah terkumpul untuk dianalisis, peneliti melakukan
dengan analisis deskriptif interpretative, yaitu dengan menganalisis setiap data
atau fakta yang ditemukan lebih dekat, mendalam, mengakar dan menyeluruh.
5. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi pada Tepian Kali
Cisadane Jl. Akses Tanah Gocap Karawaci Ilir Kecamatan Karawaci
20 Lexy J. Moeleng, Metode Penelitian Kualitatif (Bnadung : PT. Remaja Rosdakarya,1993), h.103
15
Kota Tangerang 15116 Telp. +62 857 7599 2111. Waktu penelitian
dimulai pada bulan Agustusr (tanggal 2) 2016 dan berakhir pada bulan
September (tanggal 5) 2016.
6. Teknis Penulisan
Adapun teknik penulisan yang dijadikan pedoman penulis dalam
metode penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku pedoman penulisan
skripsi, tesis dan disertasu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan tinjauan ke perpustakaan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan mencari dan mencari penelitian sebelum nya
khususnya skripsi sebagai berikut :
Tita Ernawati, dengan judul “Efektifitas Penyuluhan Agama Dalam
Mengebangkan Kecerdasan Spiritual Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya
Wanita Mulya Jaya Jakarta” Hasil kesimpulan ini berisi tingkat spiritual pada diri
seseorang dapat berbeda-beda tergantung bagaimana pendekatan yang digunakan
kepada siswi. Tingkat efektif pada penyuluhan agama dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual wanita tuna susila yang dilakukan panti social karya wanita
Jakarta tergolong dalam kategori kurang efektif dengan skor perolehan mean
93.6667. kekurangan dalam skripsi ini adalah dipengaruhi pada variabel materi
yang disebutkan penulis yang disampaikan oleh penyuluh disesuaikan dengan
kemampuan mereka dengan latar belakang pendidikan yang rendah maka mereka
16
kurang memahami materi yang diberikan oleh penyuluh serta mereka kurang
mengaplikasikannya kedalam kehidupan sehari-hari.21
Mumun Mulyana, dengan judul “ Upaya Pembinaan Agama dalam
Meningkatkan Pengetahuan Ibadah Shalat di SDN Kunciran 4 Pinang Kota
Tangerang”. Hasil kesimpulan ini berisi materi yang sesuai dengan tujuan yang
ingin diharapkan adapun metode yang digunakan para pembimbing dengan
menggunakan metode Tanya jawab, metode ceramah zdikir dan bimbingan belajar
Al-Qur’an berisi mengenai pengetahuan ibadah shalat. Dengan menjadikan ibadah
itu sebagai perbuatan yang mengasikkan dan menyenangkan, sehingga para
peserta bimbingan akan merasa mudah dalam memahami dan mempraktekkannya.
Kekurangan pada skripsi ini adalah pembimbing dituntut untuk memberikan
perhatian yang dalam kepada peserta bimbingannya, yang membedakan dari
skripsi ini lebih menekannkan dalam metode penyampaian terhadap anak
didiknya.22
Ruslan Habibi, dengan judul, “ Penerapan Metode Bimbingan Dalam
Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-qur’an Anak Usia 8-15 Tahun di Panti
Sosial Asuhan Rabbani Parung Bogor”. Hasil kesimpulan ini berisi tentang
metode bimbingannya dalam menghafal Al-qur’an serta mendidik anak dalam
meningkatkan kemampuan membaca Al-qur’an dan dalam penerapannya untuk
meningkatkan kemampuan menghafal Al-qur’an di panti asuhan Rabbani parung
bogor menggunakan dua bentuk metode bimbingan, metode bimbingan kelompok
21 Tita Ernawati, dengan judul “Efektifitas Penyuluhan Agama Dalam MengebangkanKecerdasan Spiritual Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Jakarta”,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
22 Mumun Mulyana, dengan judul “ Upaya Pembinaan Agama dalam MeningkatkanPengetahuan Ibadah Shalat di SDN Kunciran 4 Pinang Kota Tangerang”, Universitas IslamNegeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
17
dengan melalui kegiatan kelompok seperti, training dakwah, tahfidz dan takrir Al-
qur’an serta belajar kelompok. Kekurangan pada skripsi ini adalah terlalu
berfokus terhadap individu sehingga membatasi peneliti dalam skripsinya karena
terlalu berfokus pada kelompok.23
Ina Nurul Lestari, dengan judul skripsi “Pelaksanaan Bimbingan Agama
Dalam Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam Depok”.
Penelitian ini menjelaskan proses pelaksanaan bimbingan agama yang dilakukan
dalam upaya meningkatkan kecerdasan spiritual anak di sekolah alam depok.
Kekurangan pada skripsi ini adalah terlalu menekankan pada metode yang
digunakan pada saat proses kegiatan bimbingan agama dalam meningkatkan
kecerdasan kecerdasan spiritual.24
Mulia Rahmawati, dengan judul skripsi “Upaya Peningkatan Kinerja
Pegawai Melalui Pelaksanaan Bina Mental dan Spiritual di Kantor Pemerintah
Daerah (PEMDA) Kabupaten Tangerang”. Skripsi ini menjelaskan tentang upaya
peningkatan kinerja pegawai melalui pelaksanaan bina mental dan spiritual.
Dengan kata lain, bina mental dan spiritual disini hanya sebagai upaya
peningkatan kinerja pegawai. Selain itu, skripsi ini juga membahas bagaimana
pengaruh bina mental dan spiritual terhadap kinerja pegawai. Kekurangan pada
23 Ruslan Habibi, dengan judul, “ Penarapan Metode Bimbingan Dalam MeningkatkanKemampuan Menghafal Al-qur’an Anak Usia 8-15 Tahun di Panti Sosial Asuhan Rabbani ParungBogor”, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
24 Ina Nurul Lestari, dengan judul skripsi “Pelaksanaan Bimbingan Agama DalamMeningkatkan Kecerdasan Spiritual Anak di Sekolah Alam Depok”, Universitas Islam NegeriSyarif Hidayatullah Jakarta.
18
skripsi ini adalah tidak menjelaskan dengan jelas metode yang digunakan dalam
pelaksanaan dan pengamalan dari spiritual itu sendiri.25
Berbeda dengan beberapa peneliti sebelumnya, penulis lebih berfokus pada
pembinaan keagamaan dalam mengembangkan nilai-nilai kecerdasan spiritual,
karena peserta didik sendiri kurang mengerti terhadap pengetahuan agama islam.
F. Sistematika Penulisan
Unruk memudahkan serta teraturnya skripsi ini serta memberikan
gambaran yang jelas dan juga lebih terarah mengenai pokok permasalahan yang
ada dalam skripsi ini, maka peneliti mengelompokkan lima bab pembahasan, yaitu
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN Bab ini Penulis Pembahas Tentang
Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan juga Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka
dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI Bab ini meliputi Pengertian
Pembinaan, Pengertian Agama, Pengertian Pembinaan
Agama dan Ruang Lingkup Pembinaan Agama, Metode
Pembinaan Keagamaan, Pengertian Kecerdasan Spiritual,
Kecerdasan Spiritual Pandangan Islam dan Anak Jalanan.
BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan sejarah
berdirinya Komunitas Anak Langit Tangerang,Visi dan
25 Mulia Rahmawati, dengan judul skripsi “Upaya Peningkatan Kinerja Pegawai MelaluiPelaksanaan Bina Mental dan Spiritual di Kantor Pemerintah Daerah (PEMDA) KabupatenTangerang”, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
19
Misi, Program dan Muatan Kurikulum, Struktur Organisasi,
serta kegiatan yang terdapat di Komunitas Anak Langit
Tangerang.
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISA Bab ini tanda tangan
identifikasi informan melingkupi Pemimpin Komunitas
Anak Langit Pembimbing atau Pengajar, dan Anak Didik
yang ditelitinya dan Memberikan hasil dari penelitian ini
dengan bentuk Pengembangan Nilai-nilai Kecerdasan
Spiritual Melalui Pembinaan Keagamaan.
BAB V PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang
berisi Kesimpulan dan juga Saran.
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembinaan Keagamaan
1. Pengertian Pembinaan
Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai pembinaan keagamaan,
maka perlu kiranya dikemukakan pengertian pembinaan itu sendiri,
diantaranya:
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bahwa pembinaan berarti
usaha, tindakan dan kegiatan yang diadakan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.1
b. Menurut Masdar Helmy Pembinaan mengenai segala ikhtiar atau
usaha-usaha, tindakan serta kegiatan yang ditunjukkan untuk
meningkatkan kualitas beragama baik dalam bidang peribadatan,
bidang akhlak, dan bidang kemasyarakatan.2
c. Menurut Hendyat Soetopo dan Wanty Soemanto yaitu Pembinaan
juga dapat berarti suatu kegiatan yang mempertahankan dan
menyempurnakan apa yang telah ada sesuai dengan yang diharapkan.3
1 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, BalaiPustaka, Jakarta, 1990, hlm. 37
2 Masdar Helmy, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semaranag : DiesNatalies,IAIN Walisongo Semarang, 1971 ), h. 31
3 Hendyat Soetopo dan Wanty Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum,Bina Aksara, Jakarta, 1982, hlm. 43
21
Dari definisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa pembinaan adalah
suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan apa yang
sudah ada kepada yang lebih baik (sempurna) baik dengan melalui
pemeliharaan dan bimbingan terhadap apa yang sudah ada (yang sudah
dimiliki). Serta juga dengan mendapatkan hal yang belum dimilikinya yaitu
pengetahuan dan kecakapan yang baru.
Pembangunan di bidang agama diarahkan agar semakin tertata
kehidupan beragama yang harmonis, semarak dan mendalam serta ditujukan
pada peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Terpeliharanya kemantapan kerukunan hidup umat beragama dan
bermasyarakat dan berkualitas dalam meningkatkan kesadaran dan peran
serta akan tanggung jawab terhadap perkembangan akhlak serta secara
bersama-sama memperkokoh kesadaran spiritual, moral dan etika bangsa
dalam pelaksanaan pembangunan nasional, peningkatan pelayanan, sarana
dan prasarana kehidupan beragama. Dimaksudkan untuk lebih memperdalam
pengalaman ajaran dan nilai-nilai agama untuk membentuk akhlak mulia,
sehingga mampu menjawab tantangan masa depan.
2. Pengertian Keagamaan
Agama berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya tidak kacau, diambil
dari dua suku kata “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau. Secara
22
lengkapnya agama adalah peraturan yang mengatur manusia agar tidak
kacau.4
Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba agama adalah aturan dari
Tuhan Yang Maha Esa, untuk petunjuk kepada manusia agar dapat selamat
dan sejahtera atau bahagia hidupnya di dunia dan akhirat dengan petunjuk-
petunjuk serta pekerjaan nabi-nabi beserta kitab-kitabNya.5
Dari segi agama kebahasaan islam berasal dari Bahasa Arab, yaitu dari
kata salima yang mengandung arti selamat, sentosa, dan damai. Dari kata
salima selanjutnya diubah menjadi bentuk aslama yang berserah diri masuk
dalam kedamaian.
Kata aslama yang artinya memelihara dalam keadaan selamat sentosa
dan berarti pula menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Kata aslama
itulah yang menjadi kata islam yang mengandung arti segala arti yang
terkandung dalam arti pokoknya. Oleh sebab itu, orang yang berserah diri,
patuh, dan taat itulah disebut sebagai orang muslim. Orang yang demikian
berarti telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri, dan patuh kepada
Allah SWT. Orang tersebut selanjutnya akan dijamin keselamatannya di
dunia dan di akhirat.
Dengan demikian, secara istilah islam adalah nama bagi suatu agama
yang bersal dari Allah SWT. Nama islam itu kemudian memiliki perbedaan
4 Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm. 215 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al Ma’arif, Bandung,
1989, hlm. 128
23
yang luar biasa dengan agama lainnya. Kata islam tidak mempunyai
hubungan dengan orang tertentu atau dari golongan manusia bahkan dari
suatu negeri.
Sebagaimana Firman Allah SWT :
ن م إال أوتوا الكتاب ین الذ تلف ا اخ م م و ال س اإل ند هللا ع ین الد یا إن لم بغ ھم الع اء ا ج د م بع
ن م و ساببینھم ریع الح س هللا فإن بآیات هللا فر یك
Artinya : “ sesungguhnya agama yang di ridhai disisi Allah
hanyalah agama Islam, tiada berselisih orang orang yang telah
diberi Al-kitab kecuali sesudah dating pengetahuan kepada mereka,
karena kedengkian yang ada diantara mereka. Barang siapa yang
kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesunnguhnya Allah sangat
cepat hisab-Nya”. (Q.S Ali-Imron ayat 19).6
Agama sebagai refleksi atas cara beragama tidak hanya terbatas pada
kepercayaan saja tetapi juga merefleksi dan perwujudan-perwujudan tindakan
kolektifitas umat, bangunan perubahan. Perwujudan-perwujudan tersebut
keluar sebagai bentuk dari pengungkapan cara beragama sehingga agama dan
arti umum dapat diuraikan menjadi beberapa unsur atau dimensi religiusitas.
Dengan kata lain agama pada dasarnya berfungsi sebagai alat pengatur
untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam hubungan dengan Tuhan
dan hubungan dengan alam yang mengitarinya, agama merupakan firman
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Khat Madinah,(Bandung : Syamil Cipta Media, 2005), h. 401
24
Tuhan yang diwahyukan kepada utusan-Nya untuk disampaikan kepada
umat.
3. Pengertian Pembinaan Keagamaan
Pembinaan keagamaan ialah membimbing, mengarahkan, atau
membangun nilai-nilai yang sangat penting dan beragama bagi manusia yaitu
nilai-nilai keagamaan berupa ajaran-ajaran agama kepada orang lain,
sehingga menjadi pedoman bagi tingkah laku keagamaan bagi oerang
tersebut. Pembinaan agama merupakan proses masukan seperangkat
keyakinan atau keimanan yang dipercayai kebenarannya mengenai segala
sesuatu yang berkaitan dengan ajaran atau paham agama terhadap orang lain.7
Pembinaan agama merupakan usaha seseorang untuk dapat memberikan
arahan atau bimbingan dalam bersikap dan juga berfikir sehingga dapat
diarahkan kejalan yang benar serta sesuai dengan ajaran-ajaran yang sudah
ditetapkan oleh agama islam.
Pada kebudayaan kuno keberagamaan diangkap suatu Yang biasa,
spontan, dan vital. Kehidupan sendirilah yang membuka pintu kearah
religiusitas. Perlunya pengalaman religius dan bentuk bagaimanapun juga
dapat disangkal. Dari lain pihak terdengar dari orang beriman sendiri bahwa
7 Djamaluddin Anchok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam, ( Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2001 ), Cet. Ke-4, h. 77
25
pengalaman religius tidak mencukupi untuk mempertanggung jawabkan iman
mereka.8
Jadi pembinaan keagamaan yang dimaksud disini adalah suatu usaha
atau kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pengalaman atau
pelaksanaan ajaran agama islam agar mencapai kesuksesan. Pembinaan
keagamaan juga merupakan pendidikan islam yang sama membimbing, serta
mendidik kearah yang lebih baik.
4. Ruang Lingkup Pembinaan Keagamaan
Pada pembahasan ini penulis ingin memberikan pemahaman yang lebih
dalam lagi, yang masing-masing mempunyai cara untuk melakukan
pembinaan diantaranya :
1. Pembinaan keagamaan dalam Keluarga
Islam mengajarkan bahwa pendidikan itu berlangsung seumur
hidup, dari buaian sampai ke liang lahat. Karena pembinaan dan
pendidikan anak dalam keluarga adalah awal dari suatu usaha untuk
mendidik anak untuk menjadi manusia yang bertaqwa, cerdas, dan
trampil. Maka hal ini menempati posisi kunci yang sangat penting dan
mendasar serta menjadi pondasi penyangga anak selanjutnya.
Dalam hal ini hubungan diantara sesama anggota keluarga sangat
mempengaruhi jiwa anak. Hubungan yang serasi, penuh perhatian dan
8 Nico Syukur Oaster, Pengalaman dan Motivasi Beragama ( Kanisius : Jakarta,1982), Cet. KE-V, H. 21
26
kasih sayang yang akan membawa kepada kepribadian yang tenang,
terbuka, dan mudah dididik karena ia mendapatkan kesempatan untuk
tumbuh dan berkembang.9
Untuk membina keimanan dan keislaman anak, Abdullah Ulwani
meletakkan tanggung jawab pendidikan anak pada orang tua atau Ibu
Bapaknya yang meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Memberi petunjuk, mengajari agar beriman kepada Allah dengan
jalan merenungkan dan memikirkan ciptaan-Nya (Bumi, Langit,
dan isinya).
b. Menanamkan dalam jiwanya kekhusuan, bertaqwa dan beibadah
kepada Allah melalui sholat dan melatih tingkah laku dengan rasa
haru dan menangis disaat mendengar suara Al-Qur’an.
c. Mendidik anak untuk dekat kepada Allah disetiap kegiatan dan
situasi. Melatih bahwa Allah selalu mengawasi, melihat, dan
mengetahui rahsia.
2. Pembinaan agama di Sekolah
Sekolah adalah sebagai pembantu kegiatan pendidikan anak, yang
dalam banyak hal melebihi pendidikan dalam keluarga, terutama dari
segi cangkupan ilmu pengetahuan yang diajarkannya. Karena sekolah
9 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pembelajaran Agama Islam, (JakartaBumi Aksara, 1995),h. 12
27
juga merupakan pelengkap dari pendidikan dalam keluarga. Sekolah
betul-betul merupakan dasar pembinaan anak.
Apabila pembinaan anak terlaksana dengan baik, maka sianak akan
memasuki masa remaja dengan mudah dan membina masa remaja itu
tidak akan mengalami kesusahan. Akan tapi jika anak kurang bernasib
baik, dimana pembinaan pribadi di rumah tidak terlaksana dan
disekolah kurang membantu, maka ia akan menghadapi masa remaja
yang sulit dan pembinaan pribadinya akan sangat sukar. Fungsi
sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada
anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama dilingkungan
keluarga, atau membentuk keagamaan pada diri anak agar menerima
pendidikan agama yang diberikan.10
3. Pembinaan agama dalam Masyarakat
keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarpun turut andil dalam
pembinaan anak. Pembinaan agama yang diberikan oleh keluarga
sebagai dasar utama, sedangkan sekolah menjadi sangat penting untuk
memenuhi kekurangan maupun keluarga dalam mendidik anak.
Kebudayaan hidup yang semakin kompleks, mental anak untuk
mengetahui berbagai macam hal penemuan ilmiah dan agama, maka
perlu kerjasama antar keluarga dan sekolah serta masyarakat untuk
10 Djalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002),h.217
28
mengarahkan ke hal yang positif. Sehingga mampu mengenal makna
kehidupan yang sebenarnya.
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga,
keserasian antara ketiga lapangan pembinaan ini akan memberi
dampak yang positif bagi perkembangan anak termasuk dalam
pembentukan jiwa keagamaan mereka. Seperti diketahui bahwa dalam
keadaan yang ideal, pertumbuhan seseorang akan memiliki
kepribadian yang integrasi dalam berbagai aspek, mencangkup fisik,
psikis, moral dan spiritual. Dalam hal ini masyarakat mempunyai
pengaruh yang sangat besar, menyangkut hal-hal sebagai konsekuensi
interaksi sebagai berikut :
a) Anak akan mendapatkan pengalaman langsung setelah
memperhatikan (mengamati) apa yang terjadi pada masyarakat.
b) Membina anak-anak itu berasal dari masyarakat dan akan kembali
ke masyarakat.
c) Masyarakat dapat menjadi sumber pengetahuan.
5. Materi Pembinaan Keagamaan
Berikut adalah beberapa cabang Pembinaan Ilmu Agama yang diajarkan
di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit :
29
Tabel 2.1 Berikut adalah beberapa cabang Pembinaan Ilmu Agama yang
diajarkan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
No. Nama Keterangan
1. Ilmu Fiqih Adalah Ilmu untuk mengetahui hukum Allah yang
berhubungan dengan segala amaliah mukallaf baik
yang wajib, sunnah, mubah, makruh mapun yang
haram yang digali dari dalil-dalil yang jelas. Ilmu
Fiqih Meliputi tata cara Thaharah (bersuci).
2
.
Ilmu Aqidah /
Tauhid
Adalah Ilmu yang mengajarkan manusia mengenai
kepercayaan yang pasti dan wajib dimiliki oleh setiap
manusia. Ilmu Aqidah atau Tauhid membahas
tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan
keimanan terutama yang menyangkut masalah ke
Maha Esa-an Allah.
3. Ilmu Akhlak Adalah Ilmu yang mengajarkan manusia untuk dapat
berperangai, berbudi pekerti, tigkah laku dan tabi’at.
4. Ilmu Ibadah Adalah Ilmu dari sambungan dari pada Ilmu akhlak
dimana semuanya membahas tentang tingkah laku
serta cara-cara untuk beribadah kepada Tuhan sesuai
dengan akidah yang kita yakini, seperti Sholat,zakat,
puasa dan ibadah-ibadah lainnya.
30
No. Nama Keterangan
5. Ilmu Tajwid Adalah Ilmu yang membahas tentang bagaimana cara
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai
dengan tuntunan sunnah Rasulullah SAW.
6. Kecerdasan Spiritual
a. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Secara konseptual kecerdasan spiritual terdiri dari gabungan kata
kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yaitu
sempurna perkembangan akal budi untuk berfikir dan mengerti.11
Sedangkan spiritual berasal dari kata spirit yang berasal dari bahasa latin
yaitu spritus yang berarti nafas. Dalam istilah modern mengacu kepada
energi batin yang non jasmani meliputi emosi dan karakter.12 Dalam
kamus psikologi spirit adalah suatu zat atau makhluk immaterial,
biasanya bersifat ketuhanan menurut aslinya, yang diberi sifat dari
banyak ciri karakteristik manusia, kekuatan, tenaga, semangat, vitalitas
energi disposisi, moral dan motivasi.13
11 Departemen Pendidikan & Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakara: Balai Pustaka, 1993) cet. Ke-2, h. 186
12 Toni Buzan, Kekuatan ESQ : 10 Langkah Mendapatkan Kecerdasan EmosionalSpiritual, terjemahan Ana Budi Kuswandi, (Indonesia :PT Pustaka Delapratosa, 2003)cet. Ke-1, h21
13 Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta : Rajawali Pres, 1989) cet. Ke-1,h.480
31
Dengan demikian dapat dimaknai bahwa yang dimaksud dengan
kecerdasan spiritual adalah kemampuan yang sempurna dari
perkembangan akal budi untuk memikirkan hal-hal diluar alam materi
yang bersifat ketuhanan yang memancarkan energi batin untuk
memotivasi lahirnya ibadah dan moral.
Danah Zohar dan Ian Marshal mengatakan bahwa :
“Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi prilaku
atau hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa hidup seseorang lebih bermakna bila
dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan
untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif bahkan SQ merupakan
kecerdasan tertinggi manusia”.14
Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan yang paling tinggi, bahkan berdasarkan inilah yang
dipandang berperan memfungsikan dari kecerdasan IQ dan EQ. Sebelum
kecerdasan ini ditemukan, sehingga muncullah suatu paradigma
dimasyarakat bahwa otak itu adalah segala-galanya, padahal nyatanya
tidaklah demikian.
Selanjutnya Ary Ginanjar Agustin mendefinisikan bahwa kecerdasan
spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah pada setiap
prilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang
14 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi &Spiritual ESQ, (Jakarta : Agra, 2001) cet. Ke-1, h. 57
32
bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya (hanif), dan memiliki pola
pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah.15
Dengan demikian berarti orang yang cerdas secara spiritual adalah
orang yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai ilahiyah sebagai
manifestasi dari aktifitasnya dqlam kehidupan sehari-hari dan berupaya
mempertahankan keharmonisan dan keselarasan dalam kehidupannya,
sebagai wujud dari pengalamannya terhadap tuntutan fitrahnya sebagai
makhluk yang memiliki ketergantungan terhadap kekuatan yang berada
diluar jangkauan dirinya yaitu Sang maha Pencipta.
Kebutuhan akan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan
keyakinan, mengembalikan keyakinan, memenuhi kewajiban agama,
serta untuk menyeimbangkan kemampuan intelektual dan emosional
yang dimiliki seseorang. Sehingga dengan kemmapuan ini akan
mewujudkan pribadi manusia seutuhnya.
Untuk keperluan itu perlu kiranya Allah mengutus Rasul yaitu
Muhammad SAW, sebagaimana yang disebutkan didalam firmannya
Q.S. Al-Jumu’ah, 62 ; 2 :
15 Ary Ginanjar Agustian. Op, cit. h.57
33
Artinya: “Dialah yang mengutus seorang rasul kepada kaum
yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri yang
membacakan kepada mereka ayat-ayatnya, mensucikan (jiwa)
mereka dan mengajarkan mereka kitab dan hikmah (sunnah),
meskipun sebelumnya mereka benar-benar dalam kesesatan
yang nyata”.16
b. Kecerdasan Spiritual dalam Perspektif Islam
Spiritual dalam pandangan islam ialah identik dengan kecerdasan
ruhaniyah yang pada dasarnya tahap pencerdasan ruh ini dapat kita mulai
sejak pra kehamilan, kemudia kita teruskan pada saat kehamilan, dan
dapat terus kita bangun sejak balita hingga dewasa.
Namun dalam memahami spiritual ini, sains pun tidak bisa berdiri
sendiri. Sains tetap membutuhkan instrumen-instrumen, lantaran “ lain
dari yang kelihatan” atau yang luar biasa. Ada dua instrumen yang lazim
digunakan dalam dunia spiritual ini yang satu bersifat kolektif dan
lainnya bersifat privasi. Yang bersifat kolektif itu bagi suku, masyarakat,
peradaban, atau tradisi adalah instrumen wahyu yang ada dalam teks
suci, sedangkan bagi masyarakat yang tidak kenal baca tulis (primitif),
instrumen yang digunakan adalah mitos yang termuat dalam legenda-
legenda mereka. Jika seseorang dibesarkan dalam tradisi tulis baca yang
mengajarkan gambaran antropomorfis Tuhan yang berasal dari teks-teks
16 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Khat Madinah,(Bandung : Syamil Cipta Media, 2005), h. 553
34
suci, ia niscaya menganggap kebenaran sebagai sesuatu yang muncul
dari pemahaman alam bawah sadarnya tentang teladan-teladan spiritual.
Ini terjadi karena pada akhirnya petualangan manusia, ternyata roh
(dimensi ilahiyah yang terdapat dalam finalitas transpersonal Tuhan)
adalah identik.17
Dari penjelasan ini, dapat dipahami bahwa spiritulaitas adalah bagian
dari tasawuf yang mengharapkan lahirnya kesadaran pribadi akan
hakikat diri yang sesungguhnya. Manusia itu adalah “serpihan” ilahi
sebenarnya. Artinya semakin disadari dan dihayati hakikat diri, semakin
tahu dan kenal akan Tuhan. Meghadirkan Tuhan kedalam setiap diri
memang sangat tidak rasional menurut pandangan ilmiyah, tetapi hal itu
harus didorong oleh keyakinan yang dalam bahwa seluruh aktifitas
adalah gerakan kekuatan yang ditransfer-Nya (dari kekuatan absolut).
Setiap manusia yang memiliki kemampuan transendental, maka
kehidupannya adalah jelmaan dari hidup-Nya. Sehingga disanalah
kepantasan manusia menyandang gelar makhluk mulia yang dibekali
dengan pengalaman suci dan fitrah beragama semenjak ia dari
kandungan ibunya.
Maka makna hidup manusia dengan demikian terletak pada tingkat
spritualtas yang dimilikinya. Ada sebagian manusia berpendapat bahwa
yang dicapai dalam proses pembinaan spiritualitas tersebut itulah Tuhan
yang sebenarnya. Bahkan sebagai tenaga penggerak untuk
17 Sayyed Hossein Nasr, Antara Tuhan, Manusia dan Alam : Jembatan Filosofisdan Religius Menuju Puncak Spiritual, terjemahan oleh Ali Noer Zaman, (Yogyakarta :IRCisoD, 2003)cet. Ke-1, h.10
35
membentangkan celah dari masa lalu ke masa depan, merupakan bagian
dari proses yang berlangsung selama miliyaran tahun dan masih
berlangsung hingga sekarang yang dengan itu alam semesta membentuk
debu-bintang menjadi manusia. Perencanaan alam semesta adalah
menyadari akan pengaruh pada penyingkapan penciptaan. Jika
perubahan kuantum dalam kesadaran semacam itu banar-benar terjadi,
itu akan mewakili kemenangan heroik atas determinisme, bukan atas
alam, melainkan batasan-batasan pikiran sendiri yang mencegah untuk
bekerja secara selaras dengan alam semesta.
c. Nilai- nilai Kecerdasan Spiritual
Manusia yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik akan
memiliki hubungan yang kuat dengan Allah, sehingga akan berdampak
pula kepada kepandaian dia dalam berinteraksi dengan manusia, karena
dibantu oleh Allah yaitu hati manusia dijadikan cenderung kepada-
Nya.18
Firman Allah dalam surah Fushshilat ayat 33 :
18 Mas Udik Abdullah, Meledakkan ISEQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal,(Jakarta : Zikrul Hakim, 2005)cet. Ke-1, h.181
36
Artinya : “ Siapakah yang lebih baik dari perkataan orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal saleh, dan berkata :
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.19
Dari keterangan diatas dapat diketahui bahwa kondisi spiritual
seseorang berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam menjalani
kehidupan ini. Jika spiritualnya baik, maka ia menjadi orang yang cerdas
dalam kehidupan. Untuk itu yang terbaik bagi kita adalah memperbaiki
hubungan kita kepada Allah yaitu dengan cara meningkatkan taqwa dan
menyempurnakan tawaqal serta memurnikan pengabdian kita kepada-
Nya.20
Dari keterangan diatas dapat penulis ungkapkan bahwa ada beberapa
nilai-nilai yang terdapat didalam kecerdasan spiritual diantaranya :
1. Mendidik Hati Menjadi Benar. Pendidikan sejati adalah pendidikan
hati, karena pendidikan hati tidak saja menekankan segi-segi
pengetahuan kognitif intelektual saja tetapi juga menumbuhkan segi-
segi kualitas psikomotorik dan kesadaran spiritual yang reflektif
dalam kehidupan sehari-hari.21
2. Kecerdasan spiritual dapat mengantarkan kepada kesuksesan.22
Seperti hal Rasulullah SAW, sebagai seseorang yang terkenal
19 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Khat Madinah,(Bandung : Syamil Cipta Media, 2005), h. 481
20 Mas Udik Abdullah, Meledakkan ISEQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal,(Jakarta : Zikrul Hakim, 2005)cet. Ke-1, h.182
21 Sukidi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004)cet. Ke-2,h. 28.
22 Mas Udik Abdullah, Meledakkan ISEQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal,(Jakarta : Zikrul Hakim, 2005)cet. Ke-1, h.24
37
seorang yang ummi tidak bisa baca tulis, namun beliau adalah ornag
yang paling sukses dalam hidupnya. Beliau bisa melaksanakan
semua yang menjadi tugas dan kewajibannya dengan baik. Hal ini
semuanya karena akal dan hati beliau mengikuti bimbingan dan
petunjuk Allah yang diturunkan kepadanya. Setiap langkah yang
hendak ditempuhnya, selalu disesuaikan dengan wahyu yang
diterimanya, sehingga selalu berakhir dengan kesuksesan yang
gilang-gemilang.
3. Kecerdasan spiritual dapat membuat manusia memiliki hubungan
yang kuat dengan Tuhannya. Ini akan berdampak pada kepandaian
dia berinteraksi dengan manusia lainnya, akrena dibantu oleh Allah
yaitu hati manusia dijadikan cenderung kepada-Nya. Jadi kondisi
spiritual seseorang itu berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam
menjadi orang yang paling cerdas dalam kehidupannya.
4. Kecerdasan Spiritual membimbing kita untuk meraih kebahagiaan
hidup hakiki. Hidup bahagia menjadi tujuan hidup kita semua,
hampir tanpa kecuali. Maka dengan itu ada tiga kunci yang harus kita
perhatikan dalam meraih kebahagiaan. Serta berbuat kebajikan dan
berbudi pekerti luhur dapat membawa kita pada kebenaran dan
kebahagiaan hidup. Hidup dengan cinta dan kasih sayang akan
mengantarkan kita pada kebajikan yang menjadikan kita lebih
bahagia.
5. Kecerdasan Spiritual mengarahkan hidup kita untuk selalu
berhubungan dengan kebermaknaan hidup agar hidup kita menjadi
38
lebih bermakna.23 Danah Zohar dan Ian Marshall (2000),
menggambarkan orang yang memiliki kecerdasan spiritual (SQ)
sebagai orang yang ammpu bersikap fleksbel, mampu beradaptasi
secara spontan dan aktif, mempunyai komitmen dan bertindak penuh
tanggung jawab.
6. Dengan menggunakan kecerdasan spiritual, dalam pengambilan
keputusan cenderung akan melahirkan keputusan yang terbaik, yaitu
keputusan spiritual. Keputusan spiritual itu adalah keputusan yang
diambil dengan mengedepankan sifat-sifat ilahiyah dan menuju
kesabaran mengikuti Allah Ash-Shabuur atau tetap mengikuti suara
hati untuk memberi atau taqorub kepada Al-Wahab dan tetap
menyayangi, menuju sifat Allah Ar-Rahim.24
7. Kecerdasan Spiritual merupakan landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, dan kecerdasan spiritual ini
adalah kecerdasan tertinggi manusia.25 Artinya IQ memang penting
kehadirannya dalam kehidupan manusia, yaitu agar manusia
memanfaatkan teknologi demi efisiensi dan efektifitas, juga peran
EQ yang memang juga begitu penting dalam membangun hubungan
antara manusia yang efektif sekaligus perannya dalam meningkatkan
kinerja, namun tanpa SQ yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran,
maka keberhasilan itu hanyalah akan menghasilkan hilter-hilter atau
fir’aun kecil dimuka bumi.
23 Monty P. Satiadarma & Fidelis E. Waruwu, OP. Cit,. h.48.24 Ary Ginanjar Agustian, Op. Cit,. h.162.25 Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan Kecerdasan spiritual dalam
berfikir integralistik dan holistic untuk memaknai kehidupan (Bandung : Mizan, 2002),h. 3
39
Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdaan spiritual itu selain bisa
membawa seseorang kepuncak kesuksesan dan memperoleh ketentraman
diri, juga bisa melahirkan karakter-karakter yang mulia didalam diri
manusia.
d. Anak Jalanan
Menurut Departemen Sosial RI , Anak jalanan adalah anak yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan
hidup sehari-hari di jalanan, baik untuk mencari nafkah atau
berkeliaran di jalan dan tempat-tempat umum lainnya. Anak jalanan
mempunyai ciri-ciri, berusia antara 5 sampai dengan 18 tahun,
melakukan kegiatan atau berkeliaran di jalanan, penampilannya
kebanyakan kusam dan pakaian tidak terurus, mobilitasnya tinggi.26
Pengertian anak jalanan telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli.
Secara khusus, anak jalanan menurut PBB adalah anak yang
menghabiskan sebagian waktunya dijalanan untuk bekerja, bermain
ataupun melakukan aktifitas lain.27
Selain itu, Direktorat Kesejahteran Anak, Keluarga dan Lanjut
Usia, Departemen Sosial memaparkan bahwa anak jalanan adalah
anak yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mencari
nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya,
26Acuan Pelaksanaan Pelayanan Sosial Pembinaan Anak Jalanan, Dinas SosialProvinsi DKI Jakarta Tahun 2003
27 Sirait, 2006, dalam Ranesi, anak Jalanan, http:www.anjal.ranesi.or.id diperolehpada 28 Juli 2016 pukul 20.19
40
usia mereka berkisar dari 6 tahun sampain 18 tahun. Adapun waktu
yang dihabiskan di jalan lebih dari 4 jam dalam satu hari. Pada dasarnya
anak jalanan menghabiskan waktunya di jalan demi mencari nafkah,
baik dengan kerelaan hati maupun dengan paksaan orang tuanya.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak
jalanan adalah anak-anak yang sebagian waktunya mereka gunakan
di jalan atau tempat-tempat umum lainnya baik untuk mencari
nafkah maupun berkeliaran. Dalam mencari nafkah, ada beberapa anak
yang rela melakukan kegiatan mencari nafkah di jalanan dengan
kesadaran sendiri, namun banyak pula anak-anak yang dipaksa untuk
bekerja di jalan (mengemis, mengamen, menjadi penyemir sepatu,
dan lain-lain) oleh orang-orang di sekitar mereka, entah itu orang tua
atau pihak keluarga lain, dengan alasan ekonomi keluarga yang rendah.
Ciri-ciri anak jalanan adalah anak yang berusia 6 – 18 tahun, berada di
jalanan lebih dari 4 jam dalam satu hari, melakukan kegiatan atau
berkeliaran di jalanan, penampilannya kebanyakan kusam dan pakaian
tidak terurus, dan mobilitasnya tinggi.28
Anak jalanan merupakan istilah yang mengacu pada anak-anak yang
melakukan kegiatan ekonomi di jalanan, namun masih memiliki
hubungan dengan keluarganya, namun hingga saat ini belum ada
pengertian yang dapat menjadi acuan . Pengertian lainnya dari Soedijarto
(1998), anak jalanan itu berusia di antara tujuh hingga lima belas tahun
28http://www.kompasiana.com/deirradesu/pendidikanjalanan_54f6b36ca3331104568b468b diambil pada hari rabu pukul 22.15
41
yang mana mereka memilih untuk mencari penghasilan di jalanan, yang
tidak jarang menimbulkan konflik ketenangan, ketentraman dan
kenyamanan orang lain di sekitarnya, serta tidak jarang membahayakan
dirinya sendiri. Di Indonesia terutama di kota-kota besar anak jalanan
sering kali dapat kita temui sedang mengamen, mengemis, berjualan
maupun berkumpul dengan teman-temannya. Pada tahun 2006 terdapat
78,96 juta anak di bawah usia 18 tahun, 35,5% dari total seluruh
penduduk Indonesia. Sebanyak 40% atau 33,16 juta diantaranya tinggal
di perkotaan dan 45,8 juta sisanya tinggal di perdesaan. Menurut laporan
Depsos pada tahun 2004, sebanyak 3.308.642 anak termasuk ke dalam
kategori anak terlantar.29
Berdasarkan hasil kajian lapangan, secara garis besar anak jalanan
dibedakan dalam tiga kelompok :30
1. Children on the street
Yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi – sebagai
pekerja anak di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat
dengan orangtua mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalankan
pada kategori ini adalah untuk membantu memperkuat
penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau tekanan
kemiskinan yang mesti di tanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
kedua orang tuanya.
29http://www.kompasiana.com/deirradesu/pendidikananakjalanan_54f6b36ca3331104568b468b diambil pada hari rabu pukul 23.14
30 http://dokumen.tips/documents/karya-tulis-anak-jalanan.html diambil pada harirabu pukul 00.30
42
2. Children of the street
Yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh dijalankan, baik
secara social maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih
mempunyai hubungan dengan orang tuanya, tetapi frekwensi
pertemuan mereka tidak menentu. Banyak diantara mereka adalah anak-
anak yang karena suatu sebab biasanya kekerasan atau lari dari rumah.
3. Children from family of the street
Yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan.
Meski anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup
kuat, tetapi hidup mereka terombang-ambing dari satu tempat ke tempat
yang lai dengan segala resikonya. Salah satu cirri penting dari kategori
ini adalah pemampangan kehidupan jalanan sejak masih bayi bahkan
sejak masih dalam kandungan. Di Indonesia kategori ini dengan mudah
ditemui di berbagai kolong jembatan, rumah-rumah liar
sepanjang rel kereta api dan pinggiran sungai walau secara kwantitatif
jumlahnya belum diketahui secara pasti.
Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas generasi bangsa
(termasuk didalamnya anak jalanan) tidak dapat dilepaskan dari upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan khususnya
anak yang diwarnai dengan upaya pendalaman di bidang pendidikan,
kesehatan, keagamaan, budaya yang mampu meningkatkan kreativitas
keimanan, intelektualitas, disiplin, etos kerja dan keterampilan kerja.31
31 Anak Jalanan Di Indonesia : Permasalahan dan penanganannya, BadanKesejahteraan Sosial Nasional, Jakarta Tahun 2000.
43
Di sisi lain stabilitas nasional adalah gambaran tentang keaadan yang
mantap, stabil dan seimbang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Dengan ditanganinya dengan baik masalah anak jalanan
akan memperkuat sendi-sendi kesejahteraan social serta stabilitas
nasional kita di masa yang akan datang.
44
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Sejarah Beririnya Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Tidak semua anak lahir dalam keberuntungan, banyak diantaranya yang
harus kehilangan waktunya untuk bersekolah karena ikut membantu orang tuanya
untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama bahkan ada yang harus berjuang
sendirian. Anak Langit, bertekad untuk memberikan pendidikan baik formal
maupun non formal untuk anak anak jalanan, supaya biarpun mereka punya
banyak keterbatasan mereka bisa meraih mimpinya masing masing.1
Nama Anak Langit diambil dari nama seorang pemuda di Yaman Uwais
Al-Qarny pada zaman Rasulullah, pemuda yang begitu taat dengan ajaran agama
walaupun keadaanya sangat terpuruk sehingga dikenal oleh rasulullah dan para
penduduk langit.2
Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit adalah sebuah organisasi
sosial yang bertujuan untuk berkumpulnya anak-anak jalanan serta tidak mampu.
Mereka tidak hanya singgah, di Keluarga Anak Langit diberikan pendidikan dan
aktivitas rutin secara berkala.
Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit dibentuk bersama oleh
beberapa orang dengan latar belakang yang berbeda. Namun, mereka memiliki
1 AD/ ART Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tahun 2010.2 2 Hasil Wawancara Pribadi dengan ka Jhon di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit Tangerang pada hari selasa tanggal 9 Agustus 2016 pukul 11.00 WIB.
45
satu visi untuk membentuk komunitas ini. Mereka membentuk komunitas anak
langit dengan maksud sebagai tempat untuk bermain dan belajar untuk anak-anak
yang singgah di sini. Anak-anak bebas melakukan apa saja sesuai dengan apa
yang mereka inginkan asal perilaku mereka tetap dijaga. Mereka belajar mengenai
sopan santun, agama, kemandirian dan beberapa pelajaran yang ada disekolah.
Anak-anak diajarkan pula berkreatifitas sesuai dengan imajinasi mereka. Oleh
karena itu, mereka diharapkan menjadi pribadi yang terampil, cerdas, mandiri,
kreatif dan berakhlak mulia.3
Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ini berdiri pada tahun
2004, namun setelah meranjak pada tahun ke dua yaitu tahun 2006 anak-anak
yang terdapat di sana bukan hanya anak jalanan saja namun juga anak-anak
lainnya yang berasal dari keluarga kurang mampu, anak-anak disana tidak lagi
dinamai anak jalanan melainkan dengan sebutan Anak Bangsa.
Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ini membuktikan bahwa
anak jalanan juga bisa berkarya, mereka telah menunjukkannya, tidak sperti
pandangan sebagian besar masyarakat yang mungkin mengidentikkan anak
jalanan dengan kriminalitas. Komunitas Keluarga Anak Langit ini juga dapat
menjadi suatu tempat positif bagi anak-anak jalanan agar mereka tidak terjerumus
ke kehidupan yang akan merusak mereka ke depanya. Semoga akan ada Keluarga
Anak Langit lainnya di Indonesia.4
3 Hasil Wawancara Pribadi dengan ka Jhon di Yayasan Rumah Belajar Keluarga AnakLangit Tangerang pada hari selasa tanggal 9 Agustus 2016 pukul 11.00 WIB.
4 Hasil observasi penelitian saat mengunjungi lokasi Yayasan Rumah Belajar KeluargaAnak Langit, pada hari Rabu tanggal 1 juni 2016 pukul 08.30 WIB.
46
B. Visi, Misi dan Tujuan Lembaga
Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit adalah sekolah alternatif
yang memiliki model pendidikan yang berbeda dengan lembaga pendidikan pada
umumnya. Model pendidikan dibangun dan diperkuat oleh suasana dan
lingkungan belajar yang nyaman, aman dan menyenangkan baik untuk anak-anak
jalanan yang putus sekolah pada usia SD, SMP, dan SMA maupun pada anak-
anak yang kurang mampu.
Keberadaan Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit merupakan
bagian dari impian dan harapan masyarakat yang memiliki komitmen kuat untuk
menjadikan pendidikan sebagai gerakan sosial yang kreatif, terarah dan
berkelanjutan.
a. Visi :
Visi Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit untuk
menyelenggarakan bantuan atau kegiatan sosial dan kemanusiaan
berlandaskan prinsip non-partisan, jujur, independen, mandiri, dan
profesional, serta menjunjung tinggi etika dan semangat kebersamaan.
b. Misi :
1. Memberikan fasilitas dan sarana yang aman dan nyaman bagi anak
putus sekolah dalam memenui haknya atas pendidikan.
47
2. Melakukan kegiatan pembelajaran dan pengembangan program yang
berorientasi pada pengembangan keterampilan berfikir, keterampilan
sosial, dan juga keterampilan umum.
3. Menanamkan dan mengembangkan sikap percaya diri.
4. Menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang bersifat mutual.
5. Membangun sistem yang transparan dan jelas.
c. Tujuan Lembaga
Dalam komunitas ini memiliki sebuah tujuan yaitu menjadikan “anjal”
sebagai anak Indonesia yang cerdas, kreatif, mandiri, dan berbudi mulia.
Sehingga tidak lagi sebagai “anjal” yang males-malesan yang hanya
bertumpu pada rasa kasihan dari orang lain atau pengguna jalan, akan
tetapi menjadikan masyarakat bangga pada mereka sebagai “anjal” yang
memiliki prestasi. Banyak sekali kegiatan yang diadakan di dalam
komunitas ini untuk dapat mengasah kreativitas dan pemikiran anak
jalanan untuk bisa meraih mimpinya.
C. Program dan Muatan Kurikulum
Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan pasal 6 ayat (1) menyatakan bahwa struktur dan muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
meliputi 5 kelompok mata pelajaran sebagai berikut :
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
48
Tabel 3.2 Sajian Pelajaran di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit Tangerang
No Mata PelajaranKelompok Belajar
PAUD SD SMP SMA
1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Tulis Arab dan Latin
3. Pendidikan Baca Iqra, Juz ‘Ama
dan Al-Qur’an
4. Pendidikan kewarganegaraan
5. Bahasa Indonesia
6. Bahasa Inggris
7. Matematika
8. Ilmu Pengetahuan Alam
9. Ilmu Pengetahuan Sosial
10. Seni Budaya
11. Pendidikan Jasmani Olah Raga dan
Kesehatan
12. Tekhnologi Informasi dan
Komunikasi
13. Muatan Lokal :
Pendidikan Lingkungan
Kehidupan
Pendidikan Pengembangan
dan Keterampilan
Pendidikan Seni dan Sastra
14. Pengembangan Diri
JUMLAH 9 14 14 14
49
D. Struktur Organisasi
Berikut adalah struktur yang terdapat di Yayasan Rumah Belajar Keluarga
Anak Langit :
1. Dewan Pembina : Bambang Kurniawan S.Sos M.Si
2. Dewan Pengurus : Herdy Aswarudin S.Ag
3. Dewan Pengawas : Harun H.S
A. Ketua : Mukmin Kusnendar
B. Sekretaris : Sultan Nasir MK
C. Bendahara : Violine Hangreidatu
PKSA : Imam
Pendidikan : Tajuddin
Beasiswa : Fika Kinanti
Kreatif & Art : Rudi
E. Waktu Pembinaan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Tangerang
Waktu pembinaan yang dilakukan oleh para tutor di Yayasan Rumah
Belajar Keluarga Anak Langit adalah sebagai berikut :
1. Selasa : Pukul 15.30 – 17.00 WIB
2. Rabu : Pukul 18.00 – 20.00 WIB
3. Sabtu : Pukul 09.30 – 11.00 WIB
50
F. Kegiatan Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Berdasarkan hasil observasi peneliti di Yayasan Rumah Belajar Keluarga
Anak Langit yaitu Kegiatan dan Muatan lokal merupakan kegiatan kulikuler
untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak sesuai menjadi bagian
dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata
pelajaran tersendiri. Karena muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga
Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit harus mengembangkan standar
kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.
Selanjutnya penulis juga melihat anak-anak di sana bebas melakukan apa
saja sesuai dengan apa yang mereka inginkan asal perilaku mereka tetap dijaga.
Mereka belajar mengenai sopan santun, agama, kemandirian dan beberapa
pelajaran yang ada disekolah. Anak-anak diajarkan pula berkreatifitas sesuai
dengan imajinasi mereka. Oleh karena itu, mereka diharapkan menjadi pribadi
yang terampil, cerdas, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia.5
Di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit, anak-anak jalanan
yang ditampung diajarkan berbagai macam ilmu, seperti pelajaran yang dipelajari
disekolah-sekolah formal, bahkan mereka juga diajarkan keterampilan kerja
seperti bertani, bercocok tanam, berternak, menyablon dan bahkan memperbaiki
mesin. Mereka yang ditampung disini, selalu diasah potensi, kreativitas, dan
kemampuanya untuk lebih maju di masa depan kelak. Konsep yang dimiliki
5 Hasil Observasi Penulis Ketika Mengunjungi tempat belajar di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit Tangerang pada hari minggu tanggal 6 Agustus 2016 pukul 16.00 WIB
51
komunitas ini sangatlah sederhana, mereka dibebaskan untuk melakukan kegiatan
belajar baik di dalam maupun di luar ruangan untuk meraih mimpi dan cita-cita
yang mereka miliki.6
Berbagai macam hasil kesenian yang sudah mereka hasilkan dan hasil
tersebut mereka jual. Hasil kesenian yang mereka hasilkan berupa lukisan, kaos,
dan ada juga pajangan robot yang mereka buat dari barang-barang bekas seperti
galon, telepon bekas, dan barang bekas lainya dan mereka juga memiliki kesenian
musik yang bagus yang dinamakan perkusi yang semua alat-alatnya berasal dari
barang-barang bekas seperti drum bekas, gallon bekas, dan lainnya.
Pengembangan diri merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kebutuhan, minat dan juga bakatnya. Kegiatan pengembangan
diri dibawah bimbingan konselor, guru, atau ketenagakerjaan pendidikan yang
dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakulikuler. Kegiatan pengembangan
diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang
berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan
pengembangan bakat dan minat peserta didik. Pengembangan diri di Yayasan
Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang meliputi program sebagai
berikut : Teater, Musik, Menulis, Melukis, Ricycle, Kesenian, Olah raga,
Menyanyi, Menjahit, dan Bela diri.
6 Hasil Observasi Penulis Ketika Mengunjungi tempat belajar di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit Tangerang pada hari minggu tanggal 6 Agustus 2016 pukul 16.00 WIB
52
Di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ini membuktikan
bahwa anak jalanan juga bisa berkarya, mereka telah menunjukkannya,
tidak sperti pandangan sebagian besar masyarakat yang mungkin
mengidentikkan anak jalanan dengan kriminalitas. Komunitas Keluarga
Anak Langit ini juga dapat menjadi suatu tempat positif bagi anak-anak
jalanan agar mereka tidak terjerumus ke kehidupan yang akan merusak
mereka ke depanya.7
7 Hasil Observasi Penulis Ketika Mengunjungi tempat belajar di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit Tangerang pada hari minggu tanggal 12 Agustus 2016 pukul 10.00
53
BAB IV
TEMUAN DATA DAN ANALISIS PENELITIAN
A. Identitas Informan
Melihat Kondisi Sekarang yang dilakukan oleh anak jalanan banyak yang
meresahkan masyarakat, maka pendamping pendidikan bagi mereka sangatlah
penting, pendamping pendidikan itu bertujuan untuk membimbing cara prilaku,
berfikir dan bertindak. Diketahui dalam temuan data ini penulis memaparkan hasil
wawancara dengan ketua lembaga, tutor. Serta anak didik yang menjadi subjek
dalam penelitian ini.
Berikut ini identitas informan dalam penelitian yang penulis lakukan :
1. Mukmin kusnendar (45 Tahun)
Bapak Mukmin kusnendar lahir di Cianjur, namun merantau ke
Tangerang tepatnya di cikokol Banten sampai sekarang. Beliau merupakan
salah satu dari pendiri di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Tangerang atas kerja kerasnya dengan tujuan memberikan kesempatan
belajar bagi anak-anak jalanan dan anak-anak putus sekolah terhadap
permasalahan yang dihadapi masing-masing anak yang mengalaminya.
Berawal dari hal inilah beliau beserta teman-temannya yang lain
membangun Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit untuk
melanjutkan pendidikan anak-anak jalanan dan anak-anak yang putus
sekolah untuk bisa bersekolah kembali seperti biasanya dan memberikan
54
pengajaran ilmu agama karena lemahnya ilmu pengetahuan agama yang
mereka miliki. Atas dasar keprihatinan ini beliau beserta teman-temannya
tepat pada tahun 2004 terdorong untuk membentuk program pembinaan
bagi anak jalanan, anak-anak kurang mampu dan sekitarnya untuk
membangun Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit.1
2. Tadjudin (37 Tahun)
Bapak Tadjudin adalah sebagai tutor (pengajar) dalam bidang
pendidikan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit. Beliau
adalah anak pertama dari enam bersaudara tempat tinngal beliau
sebelumnya adalah di daerah pasar lama tangerang, tetapi karena sekarang
sudah menikah dan mempunyai satu orang anak yang berumur lima tahun,
jadi beliau pindah bermukim di daerah ciledug. Cukup lama beliau
mengajar dibidang keagamaan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit yaitu antara lima sampai enam tahun, beliau juga ikut memajukan
Yayasan Anak Langit dan berpartisipasi dalam kegiatan yang sudah dibuat
di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit yang membantu dalam
kegiatan belajar mengajar khususnya dibidang keagamaan dan ilmu umum
lainnya. Tutor-tutor lainnya pun ikut membantu dalam hal ini, agar para
anak didik bersemangat dan berkelanjutan bahkan anak didik mendapatkan
prestasi dari Kota Tangerang atas kerja keras dari para pendamping serta
pendidik yang sudah berusaha untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.2
1 Wawancara pribadi dengan Bapak Mukmin Kusnendar, di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit pada hari selasa tanggal 9 Agustus 2016 pukul 08.00 WIB.
2 Wawancara pribadi dengan Bapak Tadjudin, di Yayasan Rumah Belajar KeluargaAnak Langit, hari senin tanggal 15 Agustus 2016 pukul 17.00 WIB
55
Dan anak didik (anak jalanan) yang merupakan sasaran dan subjek
penelitian ini secara individu maupun kelompok. Dan anak didik tersebut
merupakan sasaran untuk diberikan bimbingan dari bentuk agama, pembelajaran
umum serta ketrampilan lainnya yang dimana masing-masing penulis ambil satu
sampel yaitu Children on the street, Children of the street, dan Children from
family of the street.
a. Iwan S (15 Tahun)
Lahir di Tangerang, dari umur 5 tahun ia sudah tinggal bersama
dengan nenek nya karena ibunya telah wafat dan juga ayahnya yang
sampai sekarang ia tidak tahu keberadaannya dimana. Ia adalah anak ke 2
dari 3 bersaudara. Kini ia berusia 15 tahun dan dari sejak umur 5 tahun itu
lah ia diajak oleh teman-temannya yang sudah ada di Anak Langit untuk
ikut di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit, sekarang ia sudah
tinggal menetap di anak langit bersama dengan teman-teman lainnya.3
b. Fitriani (14 Tahun)
Lahir di Tangerang, ia selalu aktif mengikuti kegiatan di Yayasan
Rumah Belajar Keluarga Anak Langit, ia adalah anak pertama dari dua
bersaudara, ayahnya bekerja sebagai pencari cacing dan ibunya sebagai
ibu rumah tangga, namun karena ekonomi yang kurang mendukung ia pun
harus rela hidup dengan berpindah-pindah tempat karena orang tuanya
tidak memiliki lahan tempat tinggal yang bisa mereka mukimi, ia sudah
3Wawancara dengan para Anak didik yang terdapat di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit Tangerang pada Hari Selasa tanggal 16 Agustus 2016 pukul 10.30.
56
berada di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit sejak tahun 2012
silam.4
c. Aldi (20 Tahun)
Lahir di Tangerang, sekarang ia berusia 20 tahun ia adalah salah
satu anak didik yang ikut di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit sejak tahun 2004, sebelum berada di Anak Langit kegiatan sehari-
harinya adalah mengamen, lalu bertemulah dengan salah satu mahasiswa
UNPAM dan kemudian ia diajak untuk ikut ke Anak langit dan sampai
saat ini ia menetap dan tinggal di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit tersebut.5
B. Analisi dan Hasil
1. Analisis Pegembangan Nilai-nilai kecerdasan Spiritual Anak Jalanan
Melalui Pembinaan Keagamaan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga
Anak Langit
Dalam penelitian ini, penulis mencatat dan juga mepaparkan
tentang pembinaan keagamaan yang dilakukan selama di tempat
penelitian. Pembinaan keagamaan di Anak Langit tidak hanya berkaitan
ibadah, pembelajaran mengenai pembacaan dan menulis ayat suci Al-
Qur’an, tetapi juga memiliki penekanan terhadap pembentukan akhlakul
4 Wawancara dengan para Anak didik yang terdapat di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit Tangerang pada Hari Selasa tanggal 16 Agustus 2016 pukul 10.30.
5 Wawancara dengan para Anak didik yang terdapat di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit Tangerang pada Hari Selasa tanggal 16 Agustus 2016 pukul 10.30.
57
karimah. Hal ini senada dengan pernyataan salah satu pendiri Yayasan
Rumah Belajar Keluarga Anak Langit itu sendri bahwa yang terpenting
adalah meningkatkan kecerdasan spiritual pembinaan keagamaan tidak
boleh putus adalah anak memahami esensi dari setiap materi keagamaan
yang dipelajarinya. Misalnya pembinaan tentang shalat tidak hanya
sekedar memahami sebagai bentuk ritual semata.
Berikut ini kegiatan yang diberikan oleh tutor kepada anak jalanan
yang penulis teliti di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit :
1) Pembinaan Ilmu Fiqih
Pembinaan tentang ilmu Fiqih adalah meliputi tentang tata
cara berwudhu dan shalat merupakan salah satu bentuk pembinaan
keagamaan yang diberikan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga
Anak Langit. Tentu saja karena subjek belajar atau anak didik di
sini mayoritas adalah anak-anak jalanan, maka pemberian
bimbingan tentang berwudhu dan shalatpun tidaklah mudah,
apalagi hanya beberapa orang saja dari mereka yang bisa membaca
huruf arab. Artinya, ini akan sangan menyulitkan tutor dalam
pemberian bacaan dan do’a-do’a dalam shalat.
Hasil observasi penulis yaitu pada awalnya pembinaan
tentang tata cara berwudhu terhadap anak jalanan di Yayasan
tersebut hanya sekedar diajarkan tentang cara berwudhu saja tidak
dengan menggunakan do’a-do’a yang dibaca dalam berwudhu serta
sunnah dalam berwudhu, namun dengan adanya pembinaan ini
anak didik disana kemudian diajarkan bagaimana cara berwudhu
58
yang baik dan benar, anggota-anggota tubuh mana yang harus
dibasuh ketika berwudhu, tetapi juga dibimbing batasan-batasan
yang harus dibasuh, berikut do’a sebelum dan sesudah berwudhu,
berikut pemahaman tentang rukun wudhu.6
Karena dalam agama diajarkan untuk bersuci dahulu
sebelum melakukan ibadah shalat, sebagaimana Allah SWT.
Berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 6:
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki”.7
Tentu saja pada hal ini tidaklah mudah, karena berkaitan
dengan mayoritas dari anak Yayasan Rumah Belajar Keluarga
Anak Langit yang belum bisa membaca huruf arab. Oleh karena
itu, penulis berupaya mencari metode-metode yang tepat untuk
diterapkan dalam proses pembinaan berwudhu ataupun shalat.
Misalnya, anak-anak yang belum mengenal huruf arab metode
yang digunakan adalah hafalan, dalam hal ini titik tekanannya
6 Hasil Observasi Penulis ketika mengunjungi tempat belajar diYayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit pada hari minggu tanggal 2Agustus 2016 pukul 16.00.
7 Departemen Agama R.I Al-Qur’an dan Terjemahnya, Depok : CVPenerbit Al-Qur’an terkemuka 2009), h. 54
59
adalah pada kemampuan anak dalam menghafal. Contohnya
dengan menayangkan video-video tentang pembelajaran berwudhu
atau dengan mendengarkan bacaan-bacaan dan do’a-do’a dalam
shalat atau berwudhu.8
Dari kesimpulan ini para anak jalanan mengikuti yang
membinaan mulai dari bersuci maka anakk-anak tahu bahwa
pentingnya sebelum menjalankan ibadah yang dikerjakan sebab
bersuci itu sangatlah penting. Selanjutnya penulis memaparkan
tentang ibadah shalat yang diberikan oleh para tutor (pembina).
Terhadap metode yang disampaikan oleh tutor selain
dengan hafalan yang bentuknya dengan video atau gambar, tutor
menerapkan metode praktek shalat, yang langsung dalam
penerapan shalat yang bertujuan agar anak didik lebih mengingat
shalat dan cepat tanggap dalam shalat.
2) Pembinaan Ilmu Tajwid
Materi pembekalan tentang membaca dan menulis ayat Al-
Qur’an merupakan bagian dari pembinaan Ilmu Tajwid. Pembina
atau tutor menyediakan alat bacaan dan alat tulis dari pengenalan
huruf hijaiyah, tanda bacaan dan juga tajwidnya. Dari hasil
observasi yang dilakukan oleh penulis metode yang dilakukan tutor
adalah hanya sekedar membaca dan juga tanya jawab, tidak
diperkenalkan secara mendalam karena yang paling utama adalah
8 Hasil Observasi Penulis ketika mengunjungi tempat belajar diYayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit pada hari minggu tanggal 6Agustus 2016 pukul 16.00.
60
anak jalanan dapat membaca al-Qur’an, namun kemudian penulis
membantu mengenalkan huruf-huruf dan tanda bacaannya setelah
itu memberikan intruksi apabila menunjukkan salah satu huruf
hijaiyah maka semua mengikutinya dengan seksama dan
menjawabnya dengan suara yang lantang dan berani dengan
menggunakan metode permainan yang dimana semua anak didik
diberikan tugas untuk mencari huruf-huruf hijaiyah yang
disembunyikan dan anak didik diberikan waktu yang telah
ditentukan.9
Sebagian metode tersebut, lebih mengingatkan terhadap
kognitif anak masalahnya seusia anak-anak lebih cepat dengan
permainan sehingga mereka semakin bersemangat untuk belajar
dan menambah ilmu pengetahuan mereka. Lalu bagi tutor sendiri
lebih mudah untuk menerangkannya bagi anak jalanan, dari mulai
yang belum mengenal huruf sama sekali hingga tahu dan hafal
serta memahami huruf dan tanda dalam bacaannya.10
Setelah itu tentang penulisan ayat Al-Qur’an, disetiap anak
jalanan diberikan alat tulis untuk mengikuti tutor menulis di papan
tulus dari huruf satu persatu sampai tulisan sambung. Metode tulis
ini mengingatkan bagi anak didik terhadap ucapannya dan
mengenal huruf dan tanda baca yang dibacanya. Berikut
9 Hasil Observasi Penulis ketika mengunjungi tempat belajar diYayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit pada hari minggu tanggal 6Agustus 2016 pukul 16.00.
10 Hasil obeservasi penulis ketika mengunjungi Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit pada hari 12 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB.
61
wawancara penulis dengan salah satu anak didik di Yayasan
Rumah Belajar Keluarga Anak Langit berkata:
“ kami sangat senang sekali berada di Yayasan Rumah
Belajar Keluarga Anak Langit, disini kami diberi kesempatan
belajar dan menulis, mulai dari menulis bahasa arab sampai
dengan menulis tulisan biasa, kami diajarkan pula membaca agar
kami bisa membaca, kami sangat senang dengan yang diajarkan
oleh kakak-kakak kami disini mereka mengajari kami dengan
ikhlas dan sepenuh hati”.11
Kemudian penulis memberikan kesempatan anak jalanan
untuk rajin menulis agar mudah untuk terbiasa.mulai dari menulis
arab sampai dengan tulisan biasa, kemudian anak jalanan juga
diberikan bekal tulisan yang bersifat seni yang tulisannya lebih
bagus dan indah lagi.
Adapun dari para tutor menggunakan model pembinaan
yang memungkinkan peserta didik menjadi subjek belajar yang
dinamis dan menunjukkan partisipasi secara lugas dalam suasana
belajarnya. Ini salah satu karakteristik pembinaan yaitu dengan
11 Wawancara dengan salah satu anak didik yang diajarkan olehPembina agama di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit pada hariselasa tanggal 16 Agustus 2016 pukul 13.00.
62
adanya perubahan sikap dan prilaku positif dalam meningkatkan
pengetahuan, keterampilan dan kompetensi lainnya.12
3) Pembinaan Ilmu Akhlak
Pada Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
pembinaan ilmu akhlak adalah pembinaan yang wajib dilakukan
karena dengan tutor mengajarkan pembinaan ilmu akhlak maka
akan mempengaruhi sifat, prilaku dan tingkah laku anak jalanan
baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Ilmu akhlak
sangatlah penting untuk dipelajari dikarnakan akhlak merupakan
ilmu yang mengajarkan tata krama bersikap terhadap lingkungan.
Yang dimaksud dengan ilmu akhlak itu sendiri adalah Ilmu yang
mengajarkan manusia untuk dapat berperangai, berbudi pekerti, tingkah
laku dan tabi’at. Allah SWT berfirman di dalam Surah Al-Ahzab ayat 21:
Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri
tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang
mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”.13
12 Hasil Observasi Penulis ketika mengunjungi tempat belajar diYayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit pada hari minggu tanggal 6Agustus 2016 pukul 16.30.
13 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi KhatMadinah, (Bandung : Syamil Cipta Media, 2005), h. 670.
63
Di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit memang
sudah mengajarkan bagaimana cara bersikap yang baik terhadap sesama,
yaitu menghormati yang tua serta menyayangi yang lebih muda,
diajarkan pula untuk saling menyayangi sesama, menyayangi semua
ciptaan Allah baik yang ada darat, laut, maupun diudara.14
4) Pembinaan Ilmu Ibadah
Dalam prakteknya tutor memberikan simulasi gerakan
terhadap anak didik agar anak tersebut mengikuti gerakan shalat
yang tutor ajarkan, selain dengan gerakan anak jalanan diberikan
pemahaman tentang bacaan-bacaan shalat dari mulai niat shalat
sampai dengan salam, secara disiplin dan tertib. Setelah itu
pembinaan ibadah shalat yang dilakukan membahas tentang ibadah
shalat fardhu dan juga shalat sunnah lainnya. Diantaranya shalat
subuh, zhuhur, maghrib, sampai dengan isya dan disertakan dengan
shlat sunnah seperti hajat, tahajud, dhuha, dan lainnya. Adapun
pembinaan yang dilakukan pembinaan ibadah shalat dengan
metode hafalan dan praktek.15
Yang dimaksud dalam pembinaan agama disini bukan
hanya difokuskan kepada pembinaan ibadah yang berupa gerakan
fisik saja, namun semua kegiatan yang menghasilkan nilai ibadah
14 Hasil Observasi Penulis ketika mengunjungi tempat belajar diYayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit pada hari minggu tanggal 6Agustus 2016 pukul 16.30.
15 Hasil obeservasi penulis ketika mengunjungi Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit pada hari 7 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB.
64
diajarkan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Tangerang.
Sebelum para anak jalanan diberi tahu tentang syarat,
rukun, dan hal-hal yang membatalkan shalat, yang menjadi dasar
bagi anak-anak didik mengenal tentang shalat, kemudian
dikenalkan mengenai bacaan-bacaan niat shalat diantaranya shalat
wajib dan shlat sunnah sampai dengan salam, selesai itu dikenalkan
gerakan shalat dari mulai takbiratul Ihrom, ruku’, i’tidal, sujud,
duduk dianata dua sujud, sampai tahiyat akhir dari setiap gerakan
tersebut dibarengi oleh do’a- do’anya. Dari praktek ini setiap
peserta didik melakukannya dengan sepenuh hati dan semangat,
selanjutnya penuis membantu meberikan bacaan-bacaan pilihan
surah-surah ketika shalat, mulai dari ayat-ayat yang pendek sampai
dengan ayat-ayat yang panjang.16
Kemudian penulis memberikan motivasi tersendiri bagi
anak didik yang memiliki keterbatasan dari pengenalan shalat
sampai anak-anak juga bersemangat sehingga keberadaan
pembinaan shalat yang dilakukan disesuaikan mulai dari tingkatan
umur dan tingkatan sekolah bagi PAUD, SD, SMP, dan juga SMA
dipisahkan agar lebih optimal dan teratur. Selain itu tutor memiliki
metode-metode tersendiri dari kedua tingkatan tersebut ada yang
16 Hasil obeservasi penulis ketika mengunjungi Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit pada hari 7 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB.
65
dengan praktek dan ada juga dengan gambar yang diberikan
kepada masing-masik anak didiknya.
Dari analisis penulis bahwa metode yang digunakan para
tutor atau pembina lebih efektif dan berguna sekali bagi anak
jalanan karena hampir dari sekian anak didik hampir hafal dan
mengerti tentang ibadah shalat, dari mulai niat sampai salam.
Namun sebagai anak didik juga memiliki keterbatasan dalam
membaca do’a-do’a dan ayat Al-Qur’an maka penulis juga
memberikan atau mengajarinya agar lebih baik dan bisa dalam
pengucapan lafalnya. Penulis menemukan dalam prakteknya shalat
ini ada kemudahan pada peserta didik mengingat dalam bacaan dan
gerakan dalam 3 kali pertemuan, pertama pengenalan tentang
sholat, kedua memberikan materi tentang shalat dan yang ketiga
langsung kepada praktek dan bacaan shalat.17
5) Pembinaan Ilmu Tauhid atau Aqidah
Allah SWT berfirman didalam Surah Al-Anbiya’ ayat 25 :
سول ر ن م قبلك ن لنا م س ا أر م بدون و أنا فاع إلھ إال ي إلیھ أنھ ال نوح إال
Artinya : “ Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun
sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya “
Bahwasahnya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku,
maka sembahlah olehmu sekalaian akan Aku ’’.
17 Hasil obeservasi penulis ketika mengunjungi Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit pada hari 7 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB.
66
Pendidikan berawal dari keyakinan atau ajaran agama yang
didalam islam di sebut Akidah Tauhid yang dengan memiliki itu
seseorang bisa terbebas dari perbuatan yang menyalahi. Kemudian
akidah tauhid itu selalu dipupuk oleh ibadah yang teratur untuk
menjaga agar kedisiplinan diri tetap mapan yakni sebagai modal
dasar melaksanakan amal ma'ruf nahi munkar, dan modal utama
merebut keberhasilan di segala bidang.
Asas-asas pembinaan akidah yang lain adalah:
a. Pendidikan kalimat tauhid kepada anak.
b. Mencintai Allah Swt dan merasa diawasi oleh-Nya.
c. Memohon pertolongan kepada-Nya serta beriman kepada
Qadha dan Qadhar.
d. Mencintai Rasulullah Saw dan keluarga Rasul.
e. Mengajarkan Al-Quran kepada anak.
f. Mendidik keteguhan dalam akidah dan bersedia bekorban
karena Agamanya.
Para tutor Selalu mengingatkan betapa pentingnya
mempelajari Ilmu Akidah kepada seluruh anak didiknya, karena
dengan memberikan keyakinan serta keimanan yang kuat maka
sudah tertanam pula sifat ketauhidan dalam diri anak untuk meng-
Esa kan Allah dari sejak dini.18
18Wawancara dengan Bapak Tadjudin sebagai salah satu Pembina di YayasanRumah Belajar Keluarga Anak Langit pada hari selasa tanggal 16 Agustus 2016 pukul 13.00.
67
2. Hasil Pengembangan Nilai-nilai Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan
Melalui Pembinaan Keagamaan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga
Anak Langit
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi prilaku atau hidup
kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
hidup seseorang lebih bermakna bila dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah
landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif bahkan SQ
merupakan kecerdasan tertinggi manusia.19. Kondisi spiritual seseorang berpengaruh
terhadap kemudahan dalam menjalani kehidupan. Jika spiritualnya baik, maka akan
menjadi orang yang cerdas dalam kehidupan. Untuk itu yang terbaik bagi kita adalah
memperbaiki hubungan kita kepada Allah yaitu dengan cara meningkatkan taqwa dan
menyempurnakan tawaqal serta memurnikan pengabdian kita kepada-Nya.
Keinginan mempertahankan keyakinan dalam diri bahwa kehidupan ini
ada yang mengatur dan mengendalikannya, itupun cabang dari spiritualitas.
Pengabdian diri seutuhnya terhadap ilahi merupakan hasil dari kerja keras
spiritual yang membumi pada setiap jiwa. Dengan demikian penulis
berkesimpulan bahwa spiritualitas menjadi pusat aktifitas setiap manusia.
Segala prilaku pada akhirnya harus dipersepsikan sebagai serpihan
spiritualitas, baik maupun jahat. Hanya saja evaluasi baik dan jahat itu dengan
sendirinya akan terkontaminasi oleh prilaku sosiologis suatu masyarakat,
sehingga serpihan spiritual akan mengerucut dan mengumpul dalam
kehidupan manusia. Maka, yang baik disuatu tempat tertentu belum tentu baik
19 Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi &Spiritual ESQ, (Jakarta : Agra, 2001) cet. Ke-1, h. 57
68
ditempat lain. Lantaran semua ini historis dan sosiologis manusia memiliki
serpihan ( pengalaman suci ) yang berbeda-beda pula.
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshal (2002) 20 Kecerdasan spiritual yaitu
merupakan landasan kecerdasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ
secara efektif dan kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan tertinggi manusia.
Kecerdasan spiritual bagi pembelajaran yang disampaikan oleh tutor ialah agar
anak jalanan dapat memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dengan cara
lebih giat dan tekun dalam mempelajari semua ilmu terkhusus untu ilmu
agama karena dapat berpengaruh juga dalam perbuatannya kearah yang lebih
baik lagi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Ka Urik ( Tajuddin ) :
“Saya berharap semoga dengan adanya pembinaan agama yang rutindilakukan oleh anak-anak disini dapat menjadi bekal mereka nanti hidupdimasyarakat serta anak-anak akan semagian giat untuk mau belajar agamalebih dalam lagi.”21
Dengan penerapan model pembelajarana agama yang menitik beratkan
pada pemahaman dan kontekstual, tentu saja sistem yang seperti ini memiliki
harapan tidak hanya sekedar memahami materi pembelajaran yang diberikan,
namun juga berdampak baik terhadap kepribadian dan perubahan prilaku anak
jalanan, baik dalam tata cara beribadah, sikapnya terhadap diri sendiri dan
lingkungan sekitarnya.
20 Danah & Marshal, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam BerfikirIntegralistik dan Holistic untuk memaknai Kehidupan, (Bandung : Mizan 2002) h, 23
21Wawancara dengan ka Urik selaku Pembina keagamaan di Yayasan RumahBelajar Keluarga Anak Langit Tangerang pada hari selasa tanggal 16 Agustus 2016 pukul09.00 WIB
69
Dalam pembinaan Ilmu Fiqih, cara bersuci yang diberikan di Yayasan
Rumah Belajar Keluarga Anak Langit tidak sekedar agar anak jalanan
memahami tata cara berwudhu, tetapi juga melatih kedisiplinan dan komitmen
terhadap aturan. Tentu saja, untuk memasuki tahap bagaimana berwudhu bisa
melatih kedisiplinan dan komitmen anak didik ini tidak lepas dari aturan-
aturan yang diterapkan oleh tutor agama. Sebagaimana diungkapkan oleh
fitriani :
“semakin kesini saya semakin sadar ka kalo mempelajari ilmu fiqihsecara mendalam itu sangat perlu, terkhusus untuk diri saya pribadi karenasaya juga perempuan saya jadi banyak sekali ternyata manfaat yang sayarasakan.”22
Dengan ini dapat dikatahkan bahwa anak-anak yang berada di Yayasan
Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang mampu melatih kedisiplinan
sesuai dengan pembinaan yang telah diajarkan disana.
Dalam pembinaan Ilmu Ibadah misalnya, tutor dan sistem KBM Anak
Langit selalu memberhentikan semua aktifitas termasuk KMB ketika
terdengar suara lantunan adzan dan menyuruh semua anak didik untuk
langsung mengambil wudhu dan melaksanakan shalat. Dengan sistem KMB
yang seperti ini melatih kedisiplinan anak dalam beribadah yang berdampak
pada pembentukan kepribadian anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga anak-anak terbiasa melakukannya dan perubahan-perubahan lainnya
yang bisa dilihat dalam sikap anak jalanan. Ini juga dapat membawa dampak
baik bagi kehidupan kedepannya. Hal senada juga diucapkan oleh ka jhon :
22Wawancara dengan fitriani salah satu anak didik yang ada di Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit Tangerang pada hari selasa tanggal 16 Agustus pukul 11.00 WIB
70
“Dengan adanya kedisiplinan seperti ini maka akan menjadi hal yangbaik yang akan jadi kebiasaan tersendiri bagi anak-anak disini untuk tidakmeninggalkan kewajiban shalat dan menunaikan tepat pada waktunya, karenahal ini akan berpengaruh pula pada sikap dan pola prilakunya.”
Dalam pelaksanaan pembinaan shalat dalam mengembangkan nilai-
nilai kecerdasan spiritual di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit,
memiliki hasil dalam hal sehari-hari diantaranya :
a) anak didik lebih mengenal Allah SWT dan selalu merasa diawasi
sehingga takut akan berbuat dosa dan hal-hal yang dilarang oleh
Allah.
b) anak didik dari sikap, prilaku dan ucapannya lebih terjaga serta
selalu mencerminkan nilai agama dan moral yang baik
dilingkungan sekitarnya.
c) anak didik jadi saling menyayangi, saling menghormati, saling
menolong serta peduli terhadap sesama teman dan sekitarnya.
d) anak-anak didik juga memiliki jiwa yang besar dalam meraih
masa depan dan memiliki rasa empati yang tinggi terhadap
sesama anak jalanan lainnya. sebagaimana yang diungkapkan
oleh iwan :
“aku dulu sebelum disini jarang sholat ka, semau aku aja,alhamdulillah semakin aku belajar banyak disini aku jaditambah banyak pelajarang yang didapet, ya salah satu nya initentang sholat, karena memahami sholat itu sangat penting jadiaku harus bener-bener paham apa yang udah diajarin tentangsolat untuk kebaikan aku.”23
23 Wawancara dengan Iwan salah satu anak didik yang ada di Yayasan RumahBelajar Keluarga Anak Langit Tangerang pada hari selasa tanggal 16 Agustus pukul13.00WIB
71
Menurut Mas Udik Abdullah (2005)24 salah satu nilai kecerdasan yang
terkandung adalah Kecerdasan spiritual dapat mengantarkan kepada kesuksesan.
Seperti hal Rasulullah SAW, sebagai seseorang yang terkenal seorang yang ummi
tidak bisa baca tulis, namun beliau adalah ornag yang paling sukses dalam
hidupnya. Beliau bisa melaksanakan semua yang menjadi tugas dan kewajibannya
dengan baik. Hal ini semuanya karena akal dan hati beliau mengikuti bimbingan
dan petunjuk Allah yang diturunkan kepadanya. Setiap langkah yang hendak
ditempuhnya, selalu disesuaikan dengan wahyu yang diterimanya, sehingga selalu
berakhir dengan kesuksesan yang gilang-gemilang.
Dalam Pembinaan dalam Ilmu Akhlak misalnya, membentuk
kepribadian anak jalanan, Membiasakana anak-anak melakukan hal-hal yang
positif seperti membantu sesama, bersikap dan bertingkah laku baik cukup
membantu Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit dalam melatih
kedisiplinan anak dalam menghargai semua kegiatan yang diterapkan Yayasan
Rumah Belajar Keluarga Anak Langit, termasuk komitmen mereka dalam
mengikuti pembelajaran. Di Yayasan ini pembinaan akhlak memanglah sangat
diutamakan karena harus ditanamkan sejak dini bagaimana cara berakhlak
dengan baik dengan Tuhan, manusia, maupun dengan alam. Karena dengan
begitu jika sudah ditanamkan nilai akhlak yang baik maka akan lebih mudah
untuk mengarahkan anak-anak disana pada hal-hal yang berkaitan dengan
kreatifitas dan seni. Seperti yang dikatan oleh ka Urik :
24 Mas Udik Abdullah, Meledakkan ISEQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal,(Jakarta : Zikrul Hakim, 2005)cet. Ke-1, h.24
72
“kami sangat berharap sekali anak-anak didik kami disini mewariskanakhlak teladan Rasulullah, menanamkan dalam dirinya akhlak yang dimilikirasulullah, karena dengan begitu akan terbentuk lah akhlak yang baik jugadalam dirinya sendiri, karena anak-anak disini adalah calon generasi penerusbangsa yang harus kita jaga dengan baik dan itu adalah tugas kitabersama.”25
Menurut Sukidi (2004)26 nilai yang terkandung dalam kecerdasan
spiritual diantaranya adalah mendidik hati agar menjadi benar. Karena
pendidikan sejati adalah pendidikan hati, dan pendidikan hati tidak saja
menekankan segi-segi pengetahuan kognitif intelektual melainkan dari segi
kualitas psikomotorik dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya dengan adanya
Pembinaan Ilmu Aqidah dan Tauhid juga diajarkan bagaimana para anak
jalanan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit dikenalkan tentang
keEsaan Allah, mengenal sifat-sifat yang Wajib, Mustahil serta yang Jaiz bagi
Allah. Para anak didik juga dikenalkan lebih mendalam mengenai ilmu
tentang ketauhidan karena dengan begitu akan dapat menanamkan keimanan
yang kokoh dan juga dapat mendidik hati menjadi benar-benar bersih pada
setiap diri anak jalanan.27
Penanaman nilai-nilai diatas bisa dilihat juga dalam pembinaan Ilmu
Tajwid yaitu dengan mengaji di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit tidak hanya melatih kefashihan dan kemampuan anak jalanan dalam
membaca Al-Qur’an, tapi juga tutor selalu berusaha memberikan penjelasan
dan pemahaman terkait setiap ayat yang dibaca anak dan maknanya dalam
25 Wawancara dengan ka Urik selaku Pembina keagamaan di Yayasan RumahBelajar Keluarga Anak Langit Tangerang pada hari selasa tanggal 16 Agustus 2016 pukul09.00 WIB
26 Sukidi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004) cet.Ke-2, h. 28
27 Hasil obeservasi penulis ketika mengunjungi Yayasan Rumah BelajarKeluarga Anak Langit pada hari 7 Agustus 2016 pukul 10.00 WIB
73
kehidupan sehari-hari. Dengan pola pembinaan yang seperti ini, mereka tidak
hanya sekedar memiliki kemampuan ilmu dunia saja tapi juga memahami dan
mampu mengerti Ilmu Agama dan pesan dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-harinya.
Menurut Sayyed Hossein Nasr (2003)28 Jika seseorang dibesarkan dalam
tradisi tulis baca yang mengajarkan gambaran antropomorfis Tuhan yang berasal dari
teks-teks suci, ia niscaya menganggap kebenaran sebagai sesuatu yang muncul dari
pemahaman alam bawah sadarnya tentang teladan-teladan spiritual. Ini terjadi karena
pada akhirnya petualangan manusia, ternyata roh (dimensi ilahiyah yang terdapat
dalam finalitas transpersonal Tuhan) adalah identik. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh iwan :
“saya merasa beruntung sekali dengan seringnya kami diajarkan ilmutajwid sehingga kami dapat membaca al-qur’an dengan baik dan benar danitu dapat membuat hati saya tergerak lagi untuk dapat terus beljar Ilmu Al-qur’an.”29
Adapun hasil dari nilai-nilai pengembangan kecerdasan spiritual
yang dilakukan terhadap anak jalanan, yaitu : anak jalanan yang pempunyai
kecerdasan spiritual mampu mengaktualisasikan nilai-nilai ilahiyah kedalam
diri mereka dan selalu menjalankan semua perintah Allah dan menjahui semua
larangannya dari mulai beribadah baik itu yang wajib maupun yang sunnah
sampai dengan berprilaku baik, memiliki hubungan atau ikatan yang kuat
dengan Tuhan dan juga terhadap sesama, anak jalanan mulai bisa mengambil
keputusan dengan bijak sehingga menghasilkan keputusan yang terbaik, dan
28 Sayyed Hossein Nasr, Antara Tuhan, Manusia dan Alam : Jembatan Filosofisdan Religius Menuju Puncak Spiritual, terjemahan oleh Ali Noer Zaman, (Yogyakarta :IRCisoD, 2003)cet. Ke-1, h.10
29 Wawancara dengan Iwan salah satu anak didik yang ada di Yayasan RumahBelajar Keluarga Anak Langit Tangerang pada hari selasa tanggal 16 Agustus pukul13.00WIB
74
juga dapat mengaplikasikan kecerdasan baik itu (EQ, IQ, dan SQ) secara
maksimal,selalu memegang amanah karena dari sekian banyak anak jalanan
yang ada di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit mereka
memahami,mengikuti dan juga menjalankan yang diarahkan oleh pembimbing
sehingga bermanfaat untuk dirinya sendiri, teman dan sekitarnya serta dapat
mengantarkan anak jalanan kepada kehidupan yang lebih baik lagi.
77
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah penulis melakukan penelitian yang berjudul tentang
Pengembangan Nilai-nilai Kecerdasan Spiritual Anak Jalanan Melalui Pembinaan
Keagamaan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit melalui pendidikan
non formal yang dilaksanakan di lembaga Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit, akhirnya diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pembinaan keagamaan diberikan kepada anak jalanan agar
berpengaruh pada pribadinya dari mulai prilaku, kesehatan dan juga
keimanannya, bukan hanya sekedar ritual semata tetapi kewajiban
yang berpengaruh pada diri anak jalanan tersebut. Dengan penerapan
model pembelajarana agama yang menitik beratkan pada pemahaman
dan kontekstual, tentu saja sistem pembinaan yang seperti ini memiliki
harapan tidak hanya sekedar memahami materi pembinaan yang
diberikan, tapi juga berdampak baik terhadap kepribadian dan
perubahan prilaku anak-anak, baik dalam tata cara beribadah, sikapnya
terhadap diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
2. Anak jalanan yang pempunyai kecerdasan spiritual selalu menjalankan
semua perintah Allah dan menjahui semua larangannya dari mulai
beribadah sampai dengan berprilaku baik, memiliki hubungan atau
ikatan yang kuat dengan Tuhan dan juga terhadap sesama, anak jalanan
mulai bisa mengambil keputusan dengan bijak sehingga menghasilkan
76
keputusan yang terbaik, dan juga dapat mengaplikasikan kecerdasan
baik itu (EQ, IQ, dan SQ) secara maksimal,selalu memegang amanah
karena dari sekian banyak anak jalanan yang ada di Yayasan Rumah
Belajar Keluarga Anak Langit mereka memahami,mengikuti dan juga
menjalankan yang diarahkan oleh pembimbing sehingga bermanfaat
untuk dirinya sendiri, teman dan sekitarnya serta dapat mengantarkan
anak jalanan kepada kehidupan yang lebih baik lagi.
77
Saran
Kepada para anak didik (anak jalanan) agar bisa memanfaatkan waktunya
agar terus mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Yayasan Rumah Belajar
Keluarga Anak Langit dan terus memotivasi diri, teman dan lingkungan agar
selalu menambah wawasan agama, sosial, budaya dan lainnya yang selalu
berkelanjutan dan konsisten.
Bagi Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit diharapkan selalu
membina, memberi dan bekali ilmu agama khususnya bagi anak didik dan
sekitarnya. Karena dengan kesabaran, kegigihan serta keyakinan akan menjadikan
anak didik mandiri dan berakhlak islami yang merupakan langkah positif dan
menjadi tujuan bersama.
Kepada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah diharapkan memberi
dukungan baik materil maupun non materil bagi anak-anak jalanan dalam bentuk
kegiatan belajar mengajar dan diberikan fasilitas yang mendukung agar anak-anak
jalanan dan anak lainnya bisa seperti anak-anak yang bisa sekolah serta dapat
mencerdaskan anak bangsa kita.
78
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mas Udik, Meledakkan ISEQ dengan Langkah Taqwa dan Tawakal,(Jakarta : Zikrul Hakim, 2005).
Agustian, Ary, Ginanjar Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi danSpiritual ESQ, ( Jakarta : Agra, 2001).
Ali, M. Sayuti, Metodologi Penelitian Agama (Pendekatan Teori dan Praktek),(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,2002).
Anak Jalanan Di Indonesia : Permasalahan dan Penanganannya, BadanKesejahteraan Sosial Nasional, Jakarta Tahun 2000.
Anchok, Djamaludin dan Fuat Nashori Surso, Psikologi Islam, (Yogyakarta :Pustaka Pelajar, 2001).
Basyiruni Ustman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta : CiputatPres, 2002).
B. Sandjajaj dan Albertus Heriyanto, Panduan Penelitian, (Jakarta :PrestasiPustaka), 2006.
Burhan Arif, Pengantar Metode Kualitatif, (Surabaya : Usaha Nasional: 1992).
Buzan, Toni, Kekuatan ESQ : 10 Langkah Mendapatkan Kecerdasan EmosionalSpiritual, terjemahan Ana Budi Kuswandi, (Indonesia :PT PustakaDelapratosa, 2003).
Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta : Rajawali Pres, 1989).
Dadang Ahmad, Metode Penelitian Agama (Pustaka Setia : Bandung, 2000).
Darajat, Zakiyah, DKK, Metodik Khusus Pembelajaran Agama Islam, (JakartaBumi Aksara, 1995).
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (BalaiPustaka Jakarta :1990).
_________________________________, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakara:Balai Pustaka, 1993).
Departeman Agama Republik Indonesia, Pola Pembinaan Mahasiswa IAIN,(Jakarta : 1979).
Djalaluddi, Psikologi Agama ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002).
79
D. Marimba, Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’rif, (Bandung,1989).
Efendi, Agus, Revolusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung, Alfabeta, 2005).
Ekodjatmiko, Soekarso Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Layanan KhususAnak Jalanan, (Bandung :Depdiknas, 2007).
Faisal, Sanafiah, Format-format Penelitian Sosial, Dasar-dasar dan Aplikasi(Jakarta : Rajawali Pers, 1995).
Helmy, Masdar, Peranan Dakwah dalam Pembinaan Umat, (Semarag : DiesNatalies, IAIN Walisongo Semarang, 1971).
Ihsan, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta (Jakarta, 1997).
Khan, Pir Vilayat, Membangkitkan Kesadaran Spiritualitas, Terjemahan RahmainAstuti, ( Bandung : Pustaka Hidayah, 2002).
Lahmuddinn, Nasution, Fiqih Ibadah (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2009).
Monty P.Satiadarma & Fidelis E. Waruwu, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta :Pustaka Populer Obor, 2003).
Masthufu, Metodologi Penelitian Agama (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada2006).
Mulyana, Dedy, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Rosdakarya,2002).
Moeloeng, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. RemajaRosdakarya, 1993).
Nasr, Sayyed Hossein, Antara Tuhan dengan Manusia dan Alam : JembatanFilosofis dan Religius Menuju Puncak Spiritual, terjemahan Oleh AliNoer Zaman, (Yogyakarta : IRCisoD, 2003).
Oaster, Nico Syukur, Pengalaman dan Motivasi Beragama (Kanisius : Jakarta ,1982).
Sukidi, Kecerdasan Spiritual, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2004).
Sudjana, Nana, Dasar-dasar Proses Mengajar (Jakarta : Mizan, 2001).
Soetopo, Hidayat dan Wanty Soemanto, Pembinaan dan PengembanganKurikulum, (Bina Aksara, Jakarta, 1982).
Simanjuntak dan I.L. Pasaribu, Didatik dan Metodik, (Bandung : Tarsito, 1986).
80
Satori, Djam’an dan Aan Komariyah, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung:Alfabeta, 2010).
Syukur, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah dan Konseling Dalam Islam(Surabaya : Al-Ikhlas, 1983).
Tasmara, Toto, Kecerdasan Rohaniyah Transendental Intelegensi, (Depok : GemaInsani Pers, 2003).
Zohar, Danah dan Ian Marshall, SQ Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalamBerfikir Integralistik dan Holistic untuk Memaknai Kehidupan,(Bandung : Mizan 2002).
Gambar 1.1 Ruang Belajar Kegiatan Yayasan Belajar Keluarga AnakLangit Tangerang
Gambar 1.2 wawancara Dengan ka Jhon (Bapak Mukmin Kusnendar)
Gambar 2.3 Wawancara dengan Aldi
Gambar 2.4 Wawancara dengan ka urik (Tajuddin)
Gambar 3.5 Wawancara dengan Iwan
Gambar 3.6 Kegiatan Mingguan Anak Langit
Gambar 4.7 Kegiatan Sholat Berjamaah Anak Langit
Gambar 4.8 Kegiatan Pembinaan Keagamaan Anak Langit
Wawancara dengan pembinaan agama (tutor) di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit
Nama : Tadjudin
Lokasi : Pinggir Kali Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Hari/ tanggal : Senin, 15 Agustus 2016
Pukul :17.00 WIB
1. Bagaimana terbentuknya kegiatan Pembelajaran agama yang diselenggarakan di
Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ?
Kegiatan pembinaan ini dilakukan berdasarkan keprihatinan kami terhadap anak
jalanan khususnya yang mayoritas kurang dalam pehamaman agama, maka dengan
begitu diadakanlah kegiatan keagamaan seperti iini karena menurut kami anak-anak
jalanan sangatlah membutuhkan pendidikan agama karena supaya mereka paham dan
tahu betul bahwa tidak hanya kebutuhan di dunia tetapi juga kebutuhan di akhirat
sangatlah penting. Kami juga melakukan pendekatan-pendekatan khusus terhadap anak
jalanan agar menarik minat mereka dalam mengajarkan ilmu agama tersebut.
2. Materi apa saja yang anda berikan kepada anak didik di tempat ini ?
Materi yang diberikan oleh para tutor di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit adalah mengenai tentang ibadah sehari-hari terlebih dahulu seperti whudu dan
shalat karena kami haruslah menanamkan ilmu tauhid dahulu terhadap mereka agar
mereka memahami makna untuk apa dan untuk siapa mereka hidup, maka setelah itu
kami mengajarkan ilmu-ilmu lainnya seperti yang diajarkan disekolah serta kami pula
mengajarkan cara berakhlak dan bersikap dengan baik agar kelak mereka terbiasa
dimana pun mereka berada.
3. Sudah berapa lama kegiatan pembelajaran agama dilaksanakan ?
Kegiatan belajar mengajar mengenai agama ini sudah dilakukan dari awal
terbentuknya Yayasan Anak Langit ini kurang lebih 8 tahun sudah, karena tujuan kami
memang adalah menanamkan dasar-dasar agama terlibih dahulu terhadap diri mereka.
4. Menurut anda seberapa pentingnya pembelajaran agama untuk anak didik di Yayasan
Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ?
Pembelajaran agama sangatlah penting karena belajar ilmu agama merupakan
pokok atau dasar bagi anak-anak jalanan supaya anak jalanan tersebut mempunyai
bekal untuk pribadinya sendiri dan menjadikan dirinya berakhlak baik, bersikap positif
serta menjadi anak yang lebih baik lagi dengan menjalankan perintah Allah dengan
sebaik-baiknya dan menjauhkan larangannya serta agar bermanfaat untuk dirinya
sendiri dan juga orang lain.
5. Menurut bapak Tadjudin bagaimana dengan perubahan yang terlihat setelah bapak
ajarkan?
Awalnya mereka sangat susah diajak belajar dan memahami ilmu agama karena
yang ada dipikiran mereka adalah mencari uang, uang, dan uang, namun sekarang
mereka sudah mulai termotivasi atas dirinya dan kemauan teman-temannya karena
mereka sudah mulai merasa nyaman dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar agama
dan Alhamdulillah sangat terlihat perubahan yang signifikan dengan terbuktinya
prestasi-prestasi yang mampu diraih.
Wawancara dengan Anak Didik di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Nama : Fitriani
Lokasi : Pinggir Kali Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Hari/ tanggal : Selasa, 16 Agustus 2016
Pukul :11.30 WIB
1. Sudah berapa lama adik berada di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ini ?
Aku sudah ada disini kurang lebih 5 tahunan kak.
2. Pelajaran apa saja yang adik dapatkan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
?
Banyak banget ka pelajaran yang aku dapetin disini, mulai dari belajar ricycle,
belajar seni sampe belajar ngaji bareng anak- anak disini.
3. Menurut adik yang dimaksud dengan ibadah itu seperti apa ?
Menurut aku ibadah itu ya sholat ka, berbuat baik, yang pastinya mengerjakan
smua perintah Allah dan ngejahuin yang dilarang sama Allah ka.
4. Adakah yang dapat dirasakan adik setelah setelah diberikan pembinaan atau pengajaran
keagamaan oleh tutor di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ?
Banyak banget ka yang aku rasain setelah berada disini, aku jadi bisa baca bisa
nulis bisa ngaji dan yang pastinya aku jadi punya banyak temen disini.
5. Menurut adik apakah yang di lakukan tutor sesuai dengan keinginan adik ?
Iyaa ka sesuai dengan keinginan aku, semuanya enak banget cara ngajar kakak-
kakaknya juga enak bikin aku nyaman.
Wawancara dengan Anak Didik di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Nama : Iwan S
Lokasi : Pinggir Kali Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Hari/ tanggal : Selasa, 16 Agustus 2016
Pukul :11.30 WIB
1. Sudah berapa lama adik berada di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ini ?
Saya sudah berada di tempat ini dari tahun 2009 ka, ya kira2 8 tahunan ada kali
ya ka..
2. Pelajaran apa saja yang adik dapatkan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
?
Kalo ditanya pelajaran apasaja yang saya dapetin disini banyak banget ka, ya
pokoknya saya dapetin banyak banget pelajaran setelah saya tinggal disini mulai dari
belajar yg umum disekolah sampe dengan belajar ngaji disini semuanya ada.
3. Menurut adik yang dimaksud dengan ibadah itu seperti apa ?
Kalo ditanya ibadah , ya menurut aku ibadah itu ya sholat ka, berbuat baik sama
senyumkan juga termasuk ibadah ka.
4. Adakah yang dapat dirasakan adik setelah setelah diberikan pembinaan atau pengajaran
keagamaan oleh tutor di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ?
Banyak ka, aku dari engga tahu apa-apa disini sampe akhirnya aku diajarin sama
kakak-kakaknya sampe tahu, dari aku ga bisa baca tulis sampe aku bisa, ya banyak ka
pokoknya.
5. Menurut adik apakah yang di lakukan tutor sesuai dengan keinginan adik ?
Sesuai ga sesuai juga si kaa, ada enak ada engganya ya namanya juga belajarkan
ka engga semuanya enak, tapi aku seneng ada disini karena banyak temen.
Wawancara dengan Anak Didik di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Nama : Aldy Renaldy
Lokasi : Pinggir Kali Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Hari/ tanggal : Selasa, 16 Agustus 2016
Pukul :11.30 WIB
1. Sudah berapa lama adik berada di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ini ?
Saya udah lama banget ka ada disini, dari tahun 2004 aku udah ikut disini sampe
sekarang.
2. Pelajaran apa saja yang adik dapatkan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
?
Disini aku diajarin baca tulis, nagaji, sholat, puasa dan hal-hal yang ga aku tau
sebelumnya, karena aku awalnya ngamen aku ngerasa beruntung banget bisa tinggal
disini.
3. Menurut adik yang dimaksud dengan ibadah itu seperti apa ?
Harus rajin shalat, kita itu harus shalat kalo ga sholat itu berarti bukan orang
islam..
4. Adakah yang dapat dirasakan adik setelah setelah diberikan pembinaan atau pengajaran
keagamaan oleh tutor di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ?
Saya dulu ga kenal ibadah ka ga kenal sholat, sampe akhirnya aku disini diajarin
baca dan nulis sampe bisa sholat, yang jelas saya mau bisa jadi orang pinter ka.
5. Menurut adik apakah yang di lakukan tutor sesuai dengan keinginan adik ?
Sesuai dong ka, karen aku ngerasa asik diajarin sama kakak-kakak disini ga
ngebosenin belajarnya jadi aku suka.
Wawancara dengan pembinaan agama (tutor) di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak
Langit
Nama : Mukmin Kusnendar ( ka Jhon )
Lokasi : Pinggir Kali Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Hari/ tanggal : Selasa, 16 Agustus 2016
Pukul :11.00 WIB
1. Bagaimana sejarah terbentuknya Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit
Tangerang ?
Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ini terbentuk karena adanya niat
yang tulus dari para pendiri yayasan ini, karena landasan sosial juga yaitu rasa
kepedulian yang tinggi terhadap anak jalanan khusus nya yang terletak di sekitar
kawasan pinggiran sungai Cisadane dan Karawaci. Dengan niat yang sungguh-sungguh
tersebut maka dibangunlah yayasan ini sejak tahun 2007 sekaligus bertujuan agar dapat
membantu dan meningkatkan kualitas belajar anak jalanan serta mendapatkan
pendidikan yang layak.
2. Apa saja pengajaran yang disampaikan kepada anak jalanan (anak didik ) ?
Banyak sekali yang diajarkan tutor disini, tidak hanya mengenai pembenaan
agama saja namun diberikan juga pembinaan untuk pelajaran umumnya dan juga cara
mengembangkan bakat mereka, walaupun memang kita disini terfokus untuk menanmkan
nilai agama terlebih dahulu untuk menjadi bekal anak-anak kelak.
3. Sudah berapa lama kegiatan belajar mengajar ini berjalan serta apa yang dilakukan
pengajar dengan anak didik disini ?
Klo sudah berapa lamanya kita disini lumayan lama karena yayasan anak langit
ini berdiri sejak tahun 2007 hingga sekarang.
4. Kegitatan apa saja yang diberikankepada anak didik disini dalam pembekalan kegiatan
keagamaan di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit ?
Pengajaran ilmu agama yang diberikan disini macam-macam mulai dari belajar
mengenal Allah sampe dengan belajar sholat, baca Al-qur’an dan juga ibadah-ibadah
lainnya.
5. Apa prestasi yang sudah diraih pada anak didik selama berada di Yayasan Rumah Belajar
Keluarga Anak Langit ?
Alhamdulillah, banyak sekali prestasi yang sudah di dapat oleh yayasan anak
langit disini mulai dari tingkat kelurahan, kota, sampai dengan tingkat nasional. Seperti
lomba merakit robot dari barang-barang bekas, lomba menari, lomba mendayung, lomba
pramuka dan banyak lagi.
PEDOMAN OBSERVASI
Tanggal : Selasa, 16 Agustus 2016
Jam : 11.00 WIB
Wawancara ke : 1
Tempat : Saung Pinggir kali di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang
Catatan Lapangan :
1. Kondisi tempat wawancara ( Suara,cuaca, dan kehadiran pihak lain ) :
Hari itu cuaca sangat cerah ditambah dengan ramai nya suara anak-anak disana yang
sedang bermain bersama dengan teman-temannya. Suara tersebut menjadi cukup samar
karena suara riang anak-anak bermain, sehingga ka jhon harus sedikit meningkatkan
volume suaranya agar dapat terdengar jelas. Ka jhon memang merupakan orang yang
gemar sekali bercerita jadi hal tersebut memudahkan penulis untuk dapat menggali info
lebih mendalam mengenai Yayasan tersebut, ka jhon dengan santai menceritkan
pengalamannya dengan sangat koperatif.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Ka jhon bertubuh sedikit gempal, berkulit sawo matang, berkepala botak, murah senyum.
Saat wawancaara ka jhon menggunakan kaos hitam lengan pendek dan menggunakan
celana loreng-loreng hitam hijau, sandal jepit berwarna hitam merah.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara, intonasi,
penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, kontak mata,
keterbukaan subyek, dll ) :
Ka jhon merupakan orang yang sangat asik untuk diajak berbicara, tanpa harus memulai
lebih dulu beliau langsung memulai bercerita dengan semangat, sesekali ka jhon melihat
ke sekitar halaman Yayasan Anak Langit yang dipenuhi oleh anak-anak didik yang
sedang asik bermain dengan teman-teman lainnya, ka jhon juga sangat senang
menceritakan kegiatan yang dilakukan di Yayasan Anak Langit tersebut, ka jhon pun tak
segan mengenalkan penulis dengan para pembina (tutor) dan juga anak-anak yang ada
disana.
4. Gangguan atau habatan selama wawancara :
a. Ka jhon sesekali meninggalkan peneliti karena ada beberapa keperluan yang
dilakukan di ruangan pribadi milik beliau.
b. Sesekali bunyi handphone yang berasal dari handphone ka jhon agak sedikit
mengganggu proses wawancara dengan peneliti.
5. Catatan khusus selama wawancara :
a. Ka Jhon menyarankan peneliti untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan di
Yayasan tersebut.
b. Berusaha untuk mengajak peneliti masuk kedalam alur cerita yang disampaikan.
PEDOMAN OBSERVASI
Tanggal : Minggu, 14 Agustus 2016
Jam : 17.00 WIB
Wawancara ke : 2
Tempat : Saung Pinggir kali di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang
Catatan Lapangan :
1. Kondisi tempat wawancara ( Suara,cuaca, dan kehadiran pihak lain ) :
Sore itu cuaca agak sedikit mendung, namun Alhamdulillah tidak turun hujan tetapi
karena angin pada sore itu lumayan kencang jadi banyak sampah yang berserakkan
disekitar halaman Yayasan. Intonasi suaranya sangat lantang karena memang ka urik
adalah orang yang sangat antusias dalam menyampaikan cerita kepada peneliti, sangat
terlihat dari bicaranya yang lugas dan mendalam tentang fokus penelitian, sesekali ada
teman ka urik yang ikut bergabung bersama untuk saling berbagi cerita.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Ka Urik berbadan cukup tinggi, kira-kira 170 cm dengan badan agak kurus lengkap
dengan sawo matangnya, penampilannya sangat sederhana hanya mengenakan kaos
berwarna pink lengan pendek, celana levis selutut dan sandal slop berwarna biru tua.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara, intonasi,
penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, kontak mata,
keterbukaan subyek, dll ) :
Ka Urik sangat bersemangat sekali dalam menyampaikan informasi banyak sekali pesan
yang disampaikan melalui gerakan oleh ka Urik diantaranya kontak mata yang jelas
kepada peneliti, menyilang kaki, meletakkan rokok di tangan kiri dan kopi di tangan
kanan. Sangat bersemangat sekali ka Urik melihat anak-anak yang sedang bermain
mobil-mobilan dan juga tebak-tebakan dihalaman Yayasan.
4. Gangguan atau habatan selama wawancara :
a. Adanya beberapa anggota Yayasan yang minta bantuan ka Urik sehingga ka Urik
beberapa kali meninggalakan peneliti.
b. Angin kencang selama wawancara yang banyak menghamburkan sampah
dedaunan yang sedikit mengganggu proses wawancara.
5. Catatan khusus selama wawancara :
a. menyarankan peneliti untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan di Yayasan
tersebut.
b. Berusaha untuk mengajak peneliti masuk kedalam alur cerita yang disampaikan.
PEDOMAN OBSERVASI
Tanggal : Selasa, 16 Agustus 2016
Jam : 11.30 WIB
Wawancara ke : 3
Tempat : Pinggir kali di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang
Catatan Lapangan :
1. Kondisi tempat wawancara ( Suara,cuaca, dan kehadiran pihak lain ) :
Suasana pada hari itu sangat cerah sekali sehingga membuat peneliti sangat bersemangat.
Siang itu Fitriani baru saja sampai karena baru pulang dari sekolahnya, dia tidak sendiri
melainkan bersama dua orang temannya yang mengenakan seragam yang sama yaitu
putih biru. Peneliti mengajak Fitriani bercengkrama yang berkaitan dengan focus
penelitian dan dia pun dapat meresponnya dengan baik. Fitriani sempat membuat peneliti
bertanya berulang karena suaranya yang ringan dan bersikap malu-malu dalam bercerita,
tapi itu tidak mengganggu secara konten pada fokus penelitian.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Fitriani berbadan mungil, untuk seukurannya ia terbilang kecil, ia menggunakan sragam
sekolah putih lengan panjang, kerudung putih, dan juga rok panjang berwarna biru,
wajahnya juga agak sedikit lelah mungkin karena wawancara dilakukan pada saat fitriani
baru pulang sekolah.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara, intonasi,
penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, kontak mata,
keterbukaan subyek, dll ) :
Tangan Fitriani tidak mau diam, selalu saja membenahi kerudung yang mudah tertiup
angina, sesekali ia justru mengalihkan pembicaraan pada keadaan sekitar, seperti cuaca,
angina yang kencang dan hujan yang sering turun akhir-akhir ini. Sikapnya sopan
meskipun sesekali disela-sela wawancara justru ia balik bertanya pada peneliti, seperti
penelitian untuk apa, laporan pada penelitian ini diserahkan kepada siapa sampa asal
sekolah peneliti. Terlebih saat peneliti memberitahu bahwa peneliti berasal dari
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ia punya keinginan untuk dapat
melanjutkan kuliah disana.
4. Gangguan atau habatan selama wawancara :
Fitriani seringkali mengalihkan pembicaraan peneliti pada objek pembicaraan yang ia
suka seperti mata pelajaran yang ia gemari disekolahnya. Peneliti mencoba mengikuti
arah pembicaraannya sambil berusaha mengembalikan topik pembicaraan pada fokus
penelitian. Inilah yang jadi hambatan peneliti saat melakukan reduksi data. Peneliti harus
mendengarkan ulang rekaman dengan pertanyaan agar dapat berurutan.
5. Catatan khusus selama wawancara :
a. Angina yang kencang membuat peneliti sesekali kehilangan fokus karena
hambatan tersebut.
b. Informan memberitahukan semoga apa yang ia berikan kepada peneliti dapat
bermanfaat untuk kedepannya.
PEDOMAN OBSERVASI
Tanggal : Selasa, 16 Agustus 2016
Jam : 13.00 WIB
Wawancara ke : 5
Tempat : Pinggir kali di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang
Catatan Lapangan :
1. Kondisi tempat wawancara ( Suara,cuaca, dan kehadiran pihak lain ) :
Pada siang hari itu sangat terik sekali, suasana dilingkungan yayasan juga mulai sepi,
mungkin karena siang hari yang terik ditambah adanya beberapa anak-anak diYayasan
tersebut yang sekolah dengan jadwal masuk siang, jadi menambah sepi lingkungan
sekitar. Pada waktu itu peneliti menunggu iwan yang sedang bersiap-siap mengganti
pakaian sekolah dengan pakaian santai karena kondisi pada saat wawancara adalah pada
jam 1 siang dimana iwan baru saja sampai di Yayasan tersebut. Awalnya ia datang
bersama dengan seorang temannya namun tak lama temannya balik dan tidak terlalu lama
disana.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Tinggi sedang, berkulit sawo matang, dengan kelopak mata yang berwarna sedikit
kecoklatan, memakai kaos hitam lengan pendeng dengan paduan celana levis hitam
panjang dan sandal gunung berwarna hitam.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara, intonasi,
penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, kontak mata,
keterbukaan subyek, dll ) :
Untuk anak seumurannya iwan termasuk anak yang pandai dalam berkomunikasi. Ia juga
termasuk anak yang beruntung karena dapat bersekolah hingga sampai saat ini
dikarenakan kondisi ekonomi keluarga yang tidak memungkinkanuntuk ia bersekolah. Ia
sangan antusias dalam menjawab pertanyaan peneliti, ia selalu menjawabnya dengan
gambling, seakan sedang menyampaikan keresahannya lengkap dengan kontak mata yang
tak pernah lepas dari interviwer yang membuat suasana semakin interaktif.
4. Gangguan atau habatan selama wawancara :
Dari sisi personal relative tidak ada hambatan, hanya saja iwan sering keluar dari fokus
penelitian, jadi tugas tersendiri pagi peneliti saat proses penyesuaian data.
5. Catatan khusus selama wawancara :
a. Informan sangat koperatif saat wawancara
b. Terkadang informan menjawab dengan suara pelan yang tidak terlalu terdengar
oleh peneliti.
PEDOMAN OBSERVASI
Tanggal : Selasa, 16 Agustus 2016
Jam : 15.00 WIB
Wawancara ke : 4
Tempat : Pinggir kali di Yayasan Rumah Belajar Keluarga Anak Langit Tangerang
Catatan Lapangan :
1. Kondisi tempat wawancara ( Suara,cuaca, dan kehadiran pihak lain ) :
Pada siang menjelang sore hari itu suasananya sangat nyaman sekali, dikarenakan tempat
wawancara yang dipenuhi pepohonan yang rindang ditambah suara-suara air dari kali
cisadane yang bisa langsung kita lihat ketika berada di Yayasan tersebut. Pada saat itu
aldy sedang ada kerjaan dengan salah satu Pembina di sana, namun peneliti tidak
menunggu terlalu lama karena ketika telah selesai aldy langsung menemui peneliti
dengan sigap untuk dapat diwawancarai.
2. Gambaran fisik dan penampilan subyek :
Aldy memiliki tinggi badan kira-kira 165 cm, berkulit gelap, dengan rambut ikal,
mengenakan sweter berwarna hijau, dengan celana abu-abu panjang dan menggunakan
sandal jepit berwarna merah. Agak sedikit cadel dan ramah senyum.
3. Ringkasan sikap Informan selama jalannya wawancara (volume suara, intonasi,
penekanan kata, gerak tubuh, antusiasme, sikap kepada interviewer, kontak mata,
keterbukaan subyek, dll ) :
Selama proses wawancara aldy menceritakan dengan sangat antusias sehingga membuat
peneliti bersemangat untuk menggali informasi lebih mendalam, selama proses
wawancara aldy beberapa kali membenarkan posisi duduknya yang dirasa kurang
nyaman, sampai-sampai ia berdiri membetulkan kursi yang digunakannya ketika
wawancara untuk memperbaiki posisi duduknya, ia bertanya untuk apa ia dimintai
wawancara dan mengapa ia yang dipilih untuk wawancara tersebut.
4. Gangguan atau habatan selama wawancara :
Karena aldy dalam berbicara kurang jelas dalam melafalkan huruf R, jadi peneliti sedikit
kesulitan dan beberapa kali meminta aldy mengulang pembicaraan untuk memperjelas
pemahaman yang dimaksud.
5. Catatan khusus selama wawancara :
a. Aldy menceritakan keluh kesahnya selama berada di Yayasan tersebut sehingga
membuat peneliti semakin penasaran dengannya.
b. Aldy juga berharap semoga Yayasan Anak Langit dapat menjadikan anak-anak
jalanan disana menjadi anak yang berhasil dan berguna untuk bangsa dan Negara.
top related