penggunaan alat bukti keterangan ahli oleh hakim .../penggu… · penggunaan alat bukti keterangan...
Post on 18-Nov-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN ALAT BUKTI KETERANGAN AHLI
OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI SEMARANG
DALAM MEMERIKSA DAN MEMUTUS TINDAK PIDANA TERORISME
DENGAN TERDAKWA AGUNG PRABOWO
(STUDI PUTUSAN NOMOR 84/PID/B/2007 PN SMG)
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1
dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh
Yudha Alifan Risqhi
NIM. E 1106076
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
PENGGUNAAN ALAT BUKTI KETERANGAN AHLI
OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI SEMARANG
DALAM MEMERIKSA DAN MEMUTUS TINDAK PIDANA TERORISME
DENGAN TERDAKWA AGUNG PRABOWO
(STUDI PUTUSAN NOMOR 84/PID/B/2007 PN SMG)
Oleh
Yudha Alifan Risqhi
NIM. E 1106076
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum
(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 27 September 2010
Dosen Pembimbing
Kristiyadi, S.H., M.Hum
NIP. 1958122519860111001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum (Skripsi)
PENGGUNAAN ALAT BUKTI KETERANGAN AHLI
OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI SEMARANG
DALAM MEMERIKSA DAN MEMUTUS TINDAK PIDANA TERORISME
DENGAN TERDAKWA AGUNG PRABOWO
(STUDI PUTUSAN NOMOR 84/PID/B/2007 PN SMG)
Oleh
Yudha Alifan Risqhi
NIM. E 1106076
Telah diterima dan dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi )
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 12 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
1. EDY HERDYANTO, S.H., M.H. : ……………………………...
Ketua
2. BAMBANG SANTOSO, S.H., M.Hum : ………………………….......
Sekretaris
3. KRISTIYADI, S.H., M.Hum : ……………………………...
Anggota
MENGETAHUI
Dekan,
Mohammad Jamin, S.H, M.Hum
NIP : 196109301986011001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Yudha Alifan Risqhi
NIM : E1106076
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
PENGGUNAAN ALAT BUKTI KETERANGAN AHLI OLEH HAKIM
PENGADILAN NEGERI SEMARANG DALAM MEMERIKSA DAN
MEMUTUS TINDAK PIDANA TERORISME DENGAN TERDAKWA
AGUNG PRABOWO (STUDI PUTUSAN NOMOR 84/PID/B/2007 PN SMG)
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan
hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan
gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 12 Oktober 2010
yang membuat pernyataan
Yudha Alifan Risqhi
NIM. E1106076
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah kaadaan yang ada pada diri mereka
sendiri ”
( Ar-Ra’d : 6)
“Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita
miliki, tetapi kita selalu menyesali apa yang belum kita capai”
(Schopenhauer)
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah
gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”
(Confusius)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan segala cinta dan
hidayahNya untukku,
2. Nabi Muhammad SAW yang akan kita nantikan safaatnya
kelak…
3. Kedua orang tuaku Bapak Sugeng Sudarno dan Ibu Tutik
Utami yang tanpa henti-hentinya telah mendukung,
mendidik, mendoakan dan memberikan seluruh kasih
sayangnya untukku, tanpa beliau berdua saya tidak akan
bisa menjadi seperti ini,
4. Diriku sendiri yang telah berhasil untuk menghadapi dan
menjalani semuanya,
5. Kedua adik-adikku tersayang Oyik dan Yaya
6. Semua sahabatku, di kost AN Nur, di kampus love U
all……
7. Almamaterku, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Yudha Alifan Risqhi, E 1106076. 2010. PENGGUNAAN ALAT BUKTI KETERANGAN AHLI OLEH HAKIM PENGADILAN NEGERI SEMARANG DALAM MEMERIKSA DAN MEMUTUS TINDAK PIDANA TERORISME DENGAN TERDAKWA AGUNG PRABOWO (STUDI PUTUSAN NOMOR 84/PID/B/2007 PN SMG). Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menjawab mengenai penggunaan alat bukti dan kekuatan pembuktian keterangan ahli oleh Hakim Pengadilan Negeri Semarang dalam memeriksa dan memutus Tindak Pidana Terorisme dengan terdakwa Agung Prabowo studi Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG.
Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang bersifat deskriptif dengan mengunakan data primer dan data sekunder, dimana Penulis mengumpulkan data-data yang diperoleh di Pengadilan Negeri Semarang secara langsung dari Hakim melalui melalui wawancara serta studi dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui studi kepustakaan baik berupa buku-buku, dan dokumen serta studi lapangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban mengenai penggunaan alat bukti keterangan ahli sebagai salah satu alat bukti yang sah menurut KUHAP dan sejauh mana kekuatan alat bukti keterangan ahli tersebut dalam suatu perkara pidana terorisme oleh Hakim Pengadilan Negeri Semarang. Dimana dalam suatu kasus tindak pidana, pada proses pembuktiannya memerlukan kehadiran seorang ahli untuk memberikan keterangannya di muka sidang untuk membuat terang suatu perkara.
Penulis menarik kesimpulan bahwa keterangan ahli digunakan oleh hakim untuk membantu hakim dalam menyelesaikan suatu perkara. Dimana hakim dapat memperoleh pangetahuan yang lebih mendalam mengenai sesuatu hal yang dimiliki dari seorang ahli untuk membuat terang suatu perkara dan sebagai bahan pertimbangan bagi hakim untuk mengambil putusan.
Kekuatan pembuktian keterangan ahli ini bersifat bebas dan tidak mengikat hakim untuk menggunakannya apabila keterangan ahli tersebut bertentangan dengan keyakinan hakim. Hakim bebas menilai dan tidak terikat pada keterangan yang diberikan oleh seorang ahli. Dalam hal ini hakim masih membutuhkan alat bukti lain untuk mendapatkan kebenaran yang sesungguhnya. Berdasarkan keterangan ahli yang disampaikan oleh saksi ahli di persidangan dengan terdakwa Mohammad Agung Prabowo alias Maxfiderman alias Ahmad alias Agung alias Kalingga alias Bebek2an alias Maxhazer ternyata hakim dalam memutuskan terdakwa, hakim yakin terhadap keterangan yang diberikan oleh saksi ahli. Hal ini dapat dilihat adanya pengaruh alat bukti keterangan ahli terhadap kebebasan hakim di dalam menjatuhkan keputusannya terhadap terdakwa yang dapat dilihat pada pertimbangan-pertimbangan hakim.
Kata Kunci : Keterangan Ahli, Hakim, Terorisme
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Yudha Alifan Risqhi, E 1106076. 2010. The use of expert information evidence by the judge of Semarang First Instance Court in hearing and deciding the terrorism criminal action with Agung Prabowo as the accused (a study on verdict Number 84/PID/B/2009 PN SMG). Law Faculty of Surakarta Sebelas Maret University.
This research aims to study and to answer about the use of evidence and the strength of expert information authentication by the Judge of Semarang First Instance Court in hearing and deciding the terrorism criminal action with Agung Prabowo as the accused, a Study on Verdict Number 84/PID/B/2009 PN SMG.
This research is an empirical research that is descriptive in nature using primary and secondary data in which the writer collects the data obtained in Semarang First Instance Court directly from the Judge through the interview as well as documentary study. Technique of collecting data used was library study from both books and documents as well as field study. The objective of study is to obtain the answer about the use of expert information evidence as one of legal evidence according to the Penal Code and the extent to which the strength of such expert information evidence is in a terrorism criminal action by the Judge of Semarang First Instance Court. In a criminal action case, in the authentication process it is required an expert’s presence to give his/her information before the trial to make a case clear.
The writer concludes that the expert information is used by judge to help him/her in resolving a case. In this case, the judge can obtain deeper knowledge about something an expert has to make a case clear and as the consideration for the judge to make decision.
The strength of this expert information authentication is free and not binding nature for the judge using it if such expert information is contradicted with the judge’s conviction. The judge freely assesses and is not bond to the information given by an expert. In this case, the judge still needs other evidence to get the actual truth. Based on the expert information conveyed by the expert witness in the trial with Mohammad Agung Prabowo alias Mafiderman alias Ahmad alias Agung alias Kalingga alias Bebek2an alias Maxhazer as the accused, the judge, in fact, in deciding the case, believes in the information provide by the expert witness. It can be seen from the effect of expert information evidence on the judge’s discretion in sentencing the punishment to the accused that can be seen from the judge’s rationales.
Keywords: Expert Witness, Judge, Terrorism
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya yang telah diberikan kepada Penulis, sehingga Penulis
mampu menyelesaikan tugas penulisan hukum dengan judul ”PENGGUNAAN
ALAT BUKTI KETERANGAN AHLI OLEH HAKIM PENGADILAN
NEGERI SEMARANG DALAM MEMERIKSA DAN MEMUTUS TINDAK
PIDANA TERORISME DENGAN TERDAKWA AGUNG PRABOWO
(STUDI PUTUSAN NOMOR 84/PID/B/2007 PNSMG)”
Penulisan hukum ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam
memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan hukum ini atas bantuan,
bimbingan, petunjuk, serta dukungan moral dan spiritual dari berbagai pihak.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. DR. Dr. Syamsulhadi, SpKj selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret.
2. Bapak Moh. Jamin, S.H, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret.
3. Bapak Edy Herdyanto, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Acara.
4. Bapak Kristiyadi, S.H, M.Hum selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing Penulis dalam menyelesaikan Penulisan Hukum ini.
5. Bapak Bambang Santoso, S.H, M.H, selaku dosen Hukum acara pidana
yang telah memberikan dasar-dasar hukum acara pidana.
6. Bapak Prasetyo Hadi P, S.H., M.S. selaku Pembantu Dekan I yang telah
memberi ijin kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian yang
berkaitan dengan penulisan hukum ini.
7. Ibu Siti Warsini S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik Penulis yang
dengan sabar membimbing selama Penulis menempuh studi di Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
atas segala bimbingannya terhadap seluruh mahasiswa termasuk Penulis
selama Penulis menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
9. Seluruh karyawan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah banyak membantu segala kepentingan Penulis selama Penulis
menempuh study di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
10. Bapak Sucipto, SH. MH selaku Hakim di Pengadilan Negeri Semarang yang
telah membantu Penulis dalam pengumpulan data yang Penulis butuhkan.
11. Kedua orang tuaku Bapak Sugeng Sudarno dan Ibu Tutik Utami yang telah
memberikan doa, bimbingan serta kasih sayang dan mengajarkan Penulis
untuk selalu yakin dengan kemampuan diri sendiri.
12. Keluarga Besar Penulis yang telah memberikan perhatian dan dukungan
baik moril maupun materiil.
13. Teman-teman kuliah seperjuanganku Abi, Budi, Jeffry, Anung, Rodhi,
Bayu, Cahyadi, Rinaldi, Pras, Qnoy, Lucky, Prima yang telah membantu
selama kuliah, menyelesaiankan skripsi dan mengisi hari-hari ku dengan
candatawa baik dikampus maupun diluar kampus dan seluruh teman-teman
Angkatan 2006 FH UNS yang tak dapat ku sebutkan satu persatu yang telah
mengisi hari-hari Penulis selama ini hingga lebih berwarna dan berarti.
14. Sahabatku Taufik Wibowo, terimakasih sudah menemani Penulis selama
melakukan Penelitian di Pengadilan Negeri Semarang.
15. Seluruh Staf dan Karyawan Pengadilan Negeri Semarang yang telah
membantu penulis dalam mengumpulkan data.
16. Pasukan pengaman parkiran FH UNS Pak Wardi, Mas Wahyono, Mas Didit,
Mas Eko dan Mas Bimo yang selalu setia bercanda gurau dengan penulis.
17. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam terselesainya penulisan
hukum ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI………………………….. . iii
HALAMAN PERNYATAAN……………………………………… iv
HALAMAN MOTTO………………………………………………. v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………. vi
ABSTRAK…………………………………………………………. . vii
KATA PENGANTAR……………..……………………………….. ix
DAFTAR ISI………………………………………………………... xi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………..………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian………………………………… 7
D. Manfaat Penelitian……………………………….. 8
E. Metode Penelitian………………………………... 9
F. Sistematika Penulisan Hukum…………………… 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori…………………………………… 15
1. Tinjauan Umum Tentang Alat Bukti
a. Pengertian Alat Bukti…………………... 15
b. Alat Bukti dalam Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Tindak Pidana Terorisme………………… 16
c. Alat Bukti dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana……………………. 17
2. Tinjauan Umum Tentang Keterangan Ahli
a. Pengertian Keterangan Ahli
Sebagai Alat Bukti………………………. 18
b. Tata Cara Pemberian Keterangan Ahli…... 19
c. Nilai Kekuatan Pembuktian Keterangan
Ahli………………………………………. 21
d. Kewajiban Ahli…………………………… 23
e. Sanksi Terhadap Keterangan Ahli………... 24
3. Tinjauan Umum Tentang Hakim
a. Pengertian Hakim………………………… 25
b. Kewajiban Hakim………………………… 25
4. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana
Terorisme
a. Pengertian Terorisme…………………….. 26
b. Dampak Terorisme………………………. 27
c. Unsur-unsur Tindak Pidana Terorisme…... 28
5. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim
a. Pengertian Putusan Hakim……………….. 30
b. Macam-macam Putusan………………….. 30
c. Hak Terdakwa terhadap putusan hakim….. 31
B. Kerangka Pemikiran………………………………... 33
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penggunaan Alat Bukti Keterangan Ahli Oleh Hakim
Pengadilan Negeri Semarang Dalam Memeriksa
Dan Memutus Tindak Pidana Terorisme
Dengan Terdakwa Agung Prabowo
Studi Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG…... 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
1. Uraian Tindak Pidana
a. Identitas Terdakwa………………………. 35
b. Kasus Posisi………………………………. 35
c. Masa Penahanan Terdakwa………………. 37
d. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum…………. 37
e. Pemeriksaan Barang Bukti……………….. 38
f. Pemeriksaan Saksi-saksi………………….. 39
g. Pemeriksaan Keterangan Ahli……………. 43
h. Keterangan Terdakwa……………………. 48
i. Fakta-fakta di Persidangan………………. 49
j. Pertimbangan Hakim……………………... 50
k. Hal-hal yang memberatkan dan
meringankan bagi Terdakwa……………... 54
l. Putusan Hakim…………………………… 54
2. Pembahasan mengenai penggunaan alat bukti
keterangan ahli oleh Hakim Pengadilan Negeri
Semarang dalam memeriksa dan memutus
tindak pidana terorisme dengan terdakwa
Agung Prabowo studi Putusan Nomor
84/PID/B/2007 PN SMG……………………… 56
B. Kekuatan Pembuktian Keterangan Ahli Oleh Hakim
Pengadilan Negeri Semarang dalam Memeriksa
dan Memutus Tindak Pidana Terorisme
dengan Terdakwa Agung Prabowo
Studi Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG…... 63
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan…………………………………………… 66
B. Saran……………………………………………….. 68
DAFTAR PUSTAKA………………………………….. 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
LAMPIRAN……………………………………………. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR L/AMPIRAN
Lampiran I Surat Ijin Penelitian
Lampiran II Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran III Berkas Putusan Tindak Pidana Terorisme dengan
Nomor Perkara No. 84/PID/B/2007 PN SMG
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hukum itu ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa,
yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat
yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, dan karena itu
harus ditaati oleh masyarakat. Kedudukan hukum di Indonesia
memang strategis, sebab norma-norma ini yang menentukan
eksistensi Indonesia sebagai negara hukum. Negara hukum menjadi
cermin masyarakat yang idealnya menginginkan kehidupan yang
serba teratur, tertib, dan saling menjaga tegaknya masing-masing hak
di antara sesama anggota masyarakat (Abdul Wahid, 2004:3).
Hak untuk hidup adalah hak asasi yang paling dasar bagi
seluruh manusia. Hak hidup merupakan bagian dari hak asasi yang
memiliki sifat tidak dapat ditawar lagi. Artinya, hak ini mutlak harus
dimiliki setiap orang, karena tanpa adanya hak untuk hidup, maka
tidak ada hak-hak asasi lainnya. Hak tersebut juga
menandakan setiap orang memiliki hak untuk hidup dan tidak ada
orang lain yang berhak untuk mengambil hak hidupnya (Muladi,
2002:5).
Melalui produk hukum yang diberlakukan yang kemudian
menjadi hukum positif, negara mempunyai kewajiban untuk
melindungi harkat dan martabat manusia. Hak asasi manusia, seperti
hak bebas dari ketakutan, hak untuk dilindungi jiwa dan nyawanya,
dan hak-hak lainnya menjadi tanggungjawab negara untuk
menghormatinya. Bentuk penghormatan dan perlindungan yang harus
diberikan oleh negara adalah berupa penegakan hukum terhadap
setiap perbuatan yang dikategorikan kejahatan. Salah satu jenis
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
kejahatan yang secara istimewa harus menjadi obyek penegakan
hukum adalah kejahatan terorisme.
Kejahatan terorisme sebagai bentuk tindak pidana luar biasa
atau istimewa nampak dari beberapa indikator sebagai berikut :
1. Membahayakan nilai-nilai hak asasi manusia yang absolute
(nyawa, bebas dari rasa takut dan sebagainya);
2. Serangan terorisme bersifat random, indiscriminate and non
selective yang kemungkinan menimpa orang-orang yang
tidak bersalah;
3. Selalu mengandung unsur-unsur kekerasan, ancaman
kekerasan, dan intimidasi pada penduduk sipil dan
menimbulkan rasa takut yang bersifat luas;
4. Kemungkinan keterkaitannya dengan kejahatan terorganisasi,
bahkan kejahatan transnasional terorganisasi;
5. Kemungkinan digunakan teknologi canggih seperti senjata
kimia, biologi, bahkan nuklir (King Faisal Sulaiman,
2007:29).
Untuk mencegah dan menanggulangi segala bentuk tindakan dan
kegiatan teroris, pemerintah Indonesia menyikapi fenomena terorisme
secara arif, menganalisis berbagai aspek kehidupan bangsa saat ini,
guna memerangi aksi terorisme, bersama dunia internasional. Dengan
memanfaatkan kemampuan teknologi modern saat ini teroris dapat
menghancurkan sasaran dari jarak jauh, seperti telepon genggam atau
bom bunuh diri seperti yang terjadi baru-baru ini di Hotel JW Marriot
dan Hotel Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009 lalu.
Kejahatan terorisme sebagai kejahatan luar biasa dan kejahatan
kemanusiaan telah diatur oleh Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Dalam menangani
persoalan terorisme merupakan suatu yang amat kompleks dan
problematik. Terorisme memang merupakan kejahatan terhadap
kemanusiaan dan salah satu bentuk gangguan keamanan dalam negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Karena itu, hal tersebut harus ditanggulangi melalui law enforcement
atau penegakan hukum oleh aparat kepolisian dan bukan melalui
military enforcement. Ini sesuai dengan kaidah Indonesia sebagai
negara hukum. Yang jadi persoalan ialah, sejak peledakan bom di
Hotel JW Marriott dan The Ritz Carlton di Kuningan, Jakarta, pada
17 Juli 2009, berbagai pihak merasa bahwa terorisme tidak cukup
hanya ditangani oleh polisi dan mereka berlomba- lomba untuk ikut
serta untuk menanganinya.
Era baru penanganan terorisme memang menjadi keniscayaan.
Terorisme bukan hanya tindakan, melainkan juga pikiran dan ideologi
yang mendasarinya. Karena itu semua pihak dari jajaran Kesatuan
Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Linmas) di bawah
Departemen Dalam Negeri perlu lebih aktif lagi ikut serta membina
masyarakat agar tidak mudah tergoda menjadi anggota baru kelompok
terorisme. Ini terus berlangsung ke bawah dari tingkat pusat ke
daerah, bahkan sampai ke tingkat rukun tetangga. Jajaran instansi lain
seperti Imigrasi, Bea Cukai, Badan Pengawasan Obat dan Makanan,
pengawasan bahan-bahan kimia, bahkan sampai ke ilmuwan fisika,
kimia, dan ilmu-ilmu sosial juga memegang peran penting dalam
penanganan terorisme secara terpadu. Dalam kaitan ini, koordinasi
yang baik merupakan kata kunci dari penanganan terorisme. Rumusan
penanganan terorisme bukan lagi milik saya atau tugas saya dan
karena itu orang lain tak boleh ikut campur, melainkan bagaimana
mengurangi ego sektoral dan mulai mau bekerja sama dan
berkoordinasi (Ikrar Nusa Bhakti, 2009).
Dalam kasus terorisme pembuktian merupakan titik sentral
masalah yang memegang peranan dalam proses pemeriksaan perkara
dalam sidang pengadilan. Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan
yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang
dibenarkan Undang-Undang untuk membuktikan kesalahan yang
didakwakan kepada terdakwa (M. Yahya Harahap, 2003: 273). Alat-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
alat bukti yang tersedia menurut undang-undang sangat relative,
kesaksian diberikan oleh manusia mempunyai sifat pembuktian yang
menempati titik sentral dalam hukum acara pidana. Adapun tujuan
dari pembuktian adalah untuk mencari dan menempatkan kebenaran
materiil dan bukanlah untuk mencari kesalahan orang lain. Pada
perkembangannya, alat bukti sebagaimana yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana tidak lagi dapat mengakomodir
perkembangan teknologi informasi, hal ini menimbulkan
permasalahan baru. Salah satu masalah yang muncul akibat
perkembangan teknologi informasi adalah lahirnya suatu bentuk
kejahatan baru dengan memanfaatkan teknologi informsi dan
komunikasi yang sering disebut dengan cyber terrorism.
Proses globalisasi dan perkembangan budaya, kemajuan
teknologi persenjataan, kemajuan teknologi informasi dan
telekomunikasi memicu semakin berkembangnya bentuk-bentuk
terorisme, khusunya kejahatan cyber terrorism. Kesulitan
mendefinisikan terorisme berimplikasi pada sulitnya menjawab
apakah yang dimaksud dengan cyber terrorism. Dalam Undang-
Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme tidak disebutkan secara eksplisit apa yang dimaksud
dengan cyber terrorism. Dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 15
tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme hanya
disebutkan alat bukti elektronik sebagai alat bukti yang sah.
Informasi yang dikirimkan, diterima atau disimpan secara elektronik
dengan alat optik atau yang serupa dengan itu, dan data yang
merekam secara elektronik merupakan alat bukti.
Keterangan ahli menjadi signifikan penggunaannya jika jaksa
mengajukan alat bukti elektronik untuk membuktikan kesalahan
pelaku cyber terrorism. Peran keterangan ahli disini adalah untuk
memberikan suatu penjelasan didalam persidangan bahwa dokumen
atau data elektronik yang diajukan adalah sah dan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dipertanggungjawabkan secara hukum. Hal ini diperlukan karena
terkadang dalam praktiknya, para pelaku cyber terrorism dapat
menghapus atau menyembunyikan aksi mereka agar tidak terdeteksi
oleh aparat penegak hukum.
Keterangan ahli ini tidak terbatas hanya pada operator
laboratorium forensik komunikasi, lebih luas lagi melibatkan ahli-ahli
dalam berbagai bidang antara lain ahli dalam teknologi informasi,
mendesain internet, program-program jaringan komputer serta ahli
dalam bidang enkripsi atau password atau pengamanan jaringan
komputer. Kombinasi dari fakta-fakta yang didapat dari laboratorium
forensik dan opini para saksi ahli diharapkan dapat membantu para
penyidik dalam proses penyidikan, dimana produk hasil penyidikan
tersebut dapat diterima oleh jaksa penuntut umum dan hakim.
Peranan seorang ahli dalam cyber terrorism merupakan sesuatu yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi mengingat pembuktian dengan alat bukti
elektronik masih sangat riskan penggunaannya di depan sidang
pengadilan. Di sinilah pentingnya kedudukan seorang ahli, yaitu
memberikan keyakinan kepada hakim (Didik M. Arief Mansur &
Elisatris Gultom, 2009:116-117).
Didalam proses pembuktian saksi ahli dalam perkara tindak
pidana terorisme yang dilakukan oleh Agung Prabowo ini dilakukan
demi kepentingan hakim Pengadilan Negeri Semarang yang harus
memutuskan perkara tindak pidana terorisme. Keterangan ahli
mempunyai tujuan untuk memberikan keyakinan pada hakim dalam
memberikan keterangan yang subjektif serta tidak memihak, maka
keterangan ahli sering dipergunakan untuk membuktikan suatu
perkara yang belum pasti kebenarannya. Dalam praktek,
dimungkinkan keterangan ahli dipergunakan untuk memperkuat
pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas, maka penulis
tertarik untuk menelitinya dan menyusunnya kedalam penulisan
hukum dengan judul :
“PENGGUNAAN ALAT BUKTI KETERANGAN AHLI OLEH
HAKIM PENGADILAN NEGERI SEMARANG DALAM
MEMERIKSA DAN MEMUTUS TINDAK PIDANA TERORISME
DENGAN TERDAKWA AGUNG PRABOWO STUDI PUTUSAN
NOMOR 84/PID/B/2007 PN SMG”
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk dapat memperjelas tentang permasalahan yang ada agar
pembahasannya lebih terarah dan sesuai dengan tujuan serta sasaran
yang diharapkan, maka penting sekali adanya perumusan masalah
yang akan dibahas.
Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
mempermudah penulis dalam membatasi masalah yang akan diteliti
sehingga tujuan dan sasaran yang akan dicapai menjadi jelas, terarah
dan mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Adapun perumusan
masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana penggunaan alat bukti keterangan ahli oleh Hakim
Pengadilan Negeri Semarang dalam memeriksa dan memutus
Tindak Pidana Terorisme dengan terdakwa Agung Prabowo studi
Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG?
2. Bagaimana kekuatan pembuktian keterangan ahli oleh Hakim
Pengadilan Negeri Semarang dalam memeriksa dan memutus
Tindak Pidana Terorisme dengan terdakwa Agung Prabowo studi
Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. TUJUAN PENELITIAN
Dalam suatu penelitian ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai
oleh peneliti. Tujuan ini tidak lepas dari permasalahan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan Obyektif
a. Untuk mengetahui penggunaan alat bukti keterangan ahli oleh
Hakim Pengadilan Negeri Semarang dalam memeriksa dan
memutus Tindak Pidana Terorisme dengan terdakwa Agung
Prabowo studi Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG.
b. Untuk mengetahui kekuatan pembuktian keterangan ahli oleh
Hakim Pengadilan Negeri Semarang dalam memeriksa dan
memutus Tindak Pidana Terorisme dengan terdakwa Agung
Prabowo studi Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG.
2. Tujuan Subyektif
a. Untuk memperluas pengetahuan dan pengalaman aspek hukum
di dalam teori dan praktek dalam lapangan hukum khususnya
tentang penggunaan alat bukti keterangan ahli oleh Hakim
Pengadilan Negeri Semarang dalam memeriksa dan memutus
Tindak Pidana Terorisme dengan terdakwa Agung Prabowo studi
Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG.
b. Untuk memperoleh jawaban mengenai penggunaan alat bukti
keterangan ahli sebagai salah satu alat bukti yang sah menurut
KUHAP dan sejauh mana kekuatan alat bukti keterangan ahli
tersebut dalam suatu perkara tindak pidana terorisme oleh
Hakim Pengadilan Negeri Semarang. Dimana dalam suatu kasus
tindak pidana, pada proses pembuktiannya memerlukan
kehadiran seorang ahli untuk memberikan keterangannya di
muka sidang untuk membuat terang suatu perkara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
c. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama
dalam penyusunan penulisan hukum guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang Ilmu
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Merupakan salah satu sarana bagi penulis untuk mengumpulkan
data sebagai bahan penyusunan skripsi guna memenuhi salah
satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di bidang Ilmu
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu
pengetahuan hukum pada umumnya dan khususnya hukum
pidana di Indonesia, serta dapat menambah literatur dan bahan-
bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melakukan
dan penelitian lebih lanjut.
c. Untuk membentuk sarjana hukum yang mempunyai kemampuan
tidak hanya sekadar menjadi teknisi hukum saja, tetapi juga
sebagai orang yang dapat mengaplikasikan kemampuan ilmiah
dan daya nalarnya dalam memecahkan aneka persoalan hukum
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan
mengatisipasi berbagai kemungkinan perubahan yang akan
terjadi di masa mendatang.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
b. Dengan penulisan skripsi ini diharapkan dapat meningkatkan
dan mengembangkan kemampuan penulis dalam bidang hukum
sebagai bekal untuk terjun ke dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
E. METODE PENELITIAN
Metodologi dalam pelaksanaan suatu penelitian adalah suatu
persoalan pokok yang cukup menentukan, metodologi merupakan
suatu unsur yang mutlak harus ada di dalam penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan (Soerjono Soekanto, 1986:7).
Metode penelitian ini bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji kebenaran maupun ketidakbenaran dari
suatu pengetahuan tentang penggunaan alat bukti keterangan ahli oleh
Hakim Pengadilan Negeri Semarang dalam memeriksa dan memutus
Tindak Pidana Terorisme dengan terdakwa Agung Prabowo studi
Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini dapat dijelakan sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian empiris. Penelitian
empiris yaitu penelitian yang berguna untuk menemukan teori-
teori mengenai proses terjadinya dan mengenai proses
bekerjanya hukum didalam masyarakat.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini adalah termasuk dalam jenis penelitian
Deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Soerjono Soekanto
adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data
yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-
gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama mempertegas
hipotesa-hipotesa agar dapat membantu memperkuat teori-teori
lama atau dalam kerangka penyusunan teori-teori baru.
(Soerjono Soekanto, 2001:10).
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini dimaksudkan
untuk memberikan data yang seteliti mungkin, sistematis dan
menyeluruh tentang penggunaan alat bukti keterangan ahli oleh
Hakim Pengadilan Negeri Semarang dalam memeriksa dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
memutus Tindak Pidana Terorisme dengan terdakwa Agung
Prabowo studi Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG.
3. Lokasi Penelitian
Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka penulis
melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di Pengaadilan
Negeri Semarang. Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah
dengan pertimbangan bahwa di Pengadilan Negeri Semarang
tersedia data yang penulis gunakan untuk penyusunan penelitian
hukum ini, yaitu tentang penggunaan alat bukti keterangan ahli
oleh Hakim Pengadilan Negeri Semarang dalam memeriksa dan
memutus Tindak Pidana Terorisme dengan terdakwa Agung
Prabowo studi Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG.
4. Jenis dan Sumber Data
Secara umum didalam penelitian biasanya dibedakan
antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan
dari bahan-bahan pustaka. Yang diperoleh dari masyarakat
dinamakan data primer, sedangkan yang diperoleh dari bahan-
bahan pustaka dinamakan data sekunder. (Soerjono Soekanto,
2001:51).
Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah data primer dan sekunder.
a. Data Primer
Data Primer adalah sejumlah keterangan atau fakta
yang diperoleh secara langsung melalui penelitian
lapangan, baik dengan wawancara dan observasi
terhadap responden dalam penelitian.
b. Data Sekunder
Data Sekunder adalah sejumlah keterangan atau
fakta yang diperoleh secara tidak langsung tetapi
melalui penelitian kepustakaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Sumber Data adalah tempat ditemukan data. Adapun
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber
data primer yaitu di Pengadilan Negeri Semarang, dan sumber
data sekunder, yaitu :
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer adalah bahan hukum atau
bahan pustaka yang mempunyai kekuatan mengikat
secara yuridis. Dalam hal ini yang penulis gunakan
adalah :
1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP);
3) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme;
4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman;
5) Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu hasil karya dari
kalangan hukum, hasil-hasil penelitian, artikel koran dan
internet serta bahan lain yang berkaitan dengan pokok
bahasan.
c. Bahan Hukum Tersier atau Penunjang
Bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan
petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer
dan bahan hukum sekunder, misalnya bahan dari media
internet, kamus, ensiklopedia dan sebaginya. (Soerjono
Soekanto, 1986:52).
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan melakukan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a. Data Primer
Untuk memperoleh data primer adalah dengan cara
wawancara. Dalam penelitian ini penulis akan secara
langsung mewawancarai Hakim Pengadilan Negeri
Semarang. Dalam penelitian ini yang menjadi responden
adalah Bapak Sucipto, S.H., M.H. selaku hakim yang
memeriksa dan memutus Tindak Pidana Terorisme dengan
terdakwa Agung Prabowo.
b. Data Sekunder
Untuk memperoleh data sekunder adalah dengan
studi kepustakaan dengan mengumpulkan data-data dan
bahan-bahan hukum dari peraturan perundang-undangan,
buku-buku, artikel, dan sumber-sumber tertulis lainnya
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisa data kualitatif,
yaitu dengan mengumpulkan data yang diperoleh,
mengidentifikasikan, mengklarifikasikan, menghubungkan
dengan teori literatur yang mendukung masalah kemudian
menarik kesimpulan dengan analisa kualitatif. Analisa kualitatif
sesuai dengan definisi adalah suatu cara penelitian yang
menghasilkan data deskriptif analisa, yaitu yang dinyatakan oleh
responden secara tertulis atau lisan serta juga tingkah laku yang
nyata, yang diteliti dengan mempelajari sebagai suatu yang
utuh. (Soerjono Soekanto, 1998:32).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
F. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM
Untuk memberi gambaran secara menyeluruh mengenai
sistematika penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam
penulisan hukum maka penulis menggunakan sistematika penulisan
hukum. Adapun sistematika penulisan hukum ini terdiri dari empat
bab yang tiap-tiap bab terbagi dalam sub-sub bagian yang
dimaksudkan untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan
hasil penelitian ini. Sistematika penulisan hukum tersebut adalah
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metodologi penelitian dan
sistematika penulisan hukum.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi tentang kerangka teori dan
kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori berisi
tentang tinjauan umum tentang alat bukti, tinjauan
umum tentang keterangan ahli, tinjauan umum
tentang hakim, tinjauan umum tentang tindak
pidana terorisme, tinjauan umum tentang putusan
hakim.
BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis membahas dan menjawab
permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya
yaitu bagaimana penggunaan alat bukti dan
kekuatan pembuktian keterangan ahli oleh Hakim
Pengadilan Negeri Semarang dalam memeriksa dan
memutus Tindak Pidana Terorisme dengan
terdakwa Agung Prabowo studi Putusan Nomor
84/PID/B/2007 PN SMG.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
BAB IV : PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari jawaban
permasalahan yang menjadi obyek penelitian dan
saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Alat Bukti
a. Pengertian Alat Bukti
Alat bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya
dengan suatu perbuatan, dimana dengan alat-alat bukti tersebut
dapat diperguanakan sebagai bahan pembuktian guna
keyakinan hakim atas kebenarannya suatu tindak pidana yang
telah dilakukan oleh terdakwa.
Sebagaimana yang diuraikan terdahulu, Pasal 184 ayat
(1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana telah
menentukan secara limitatif alat bukti yang sah menurut
undang-undang. Di luar alat bukti itu, tidak dibenarkan
dipergunakan untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Ketua
sidang, Penuntut Umum, terdakwa atau penasihat hukum,
terikat dan terbatas hanya diperbolehkan mempergunakan alat-
alat bukti itu saja. Mereka tidak leluasa mempergunakan alat
bukti yang dikehendakinya di luar alat bukti yang ditentukan
Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana. Yang dinilai sebagai alat bukti, dan yang dibenarkan
mempunyai “kekuatan pembuktian” hanya terbatas kepada
alat-alat bukti itu saja. Pembuktian dengan alat bukti di luar
jenis alat bukti yang disebut pada Pasal 184 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, tidak mempunyai nilai
serta tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang mengikat.
(M. Yahya Harahap, 2003 : 285).
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Alat Bukti dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme
Dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan lainnya
maka Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Perpu Nomor 1 tahun
2002 bersinggungan dengan Kitab Undang-undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP). Terhadap KUHAP, Undang-undang
ini telah memperluas pengertian tentang alat bukti, khususnya
yang berkaitan dengan alat bukti secara elektronik atau
fotokopi, serta dalam rekaman atau informasi lainnya yang
dapat dilihat, didengar atau dibaca dengan atau tanpa bantuan
suatu sarana. Hal ini secara tegas diatur dalam Pasal 27
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003. Alat Bukti
pemeriksaan tindak pidana terorisme meliputi :
1) Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Hukum Acara
Pidana;
2) Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik
dengan alat optic, atau yang serupa dengan itu ; dan
3) Data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca,
dan/atau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau
tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas
kertas, benda fisik apapun selain kertas, atau yang terekam
secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada :
a) Tulisan, suara, atau gambar ;
b) Peta, rancangan, foto atau sejenisnya ;
c) Huruf, tanda, angka, simbol, atau perforasi yang
memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang
mampu membaca atau memahaminya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
c. Alat Bukti dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Penggunaan alat bukti berupa data elektronik sebagaimana
diatur dalam Pasal 27 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme tersebut telah
menyimpang dan memperluas alat bukti sebagaimana yang
terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Alat bukti yang dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, meliputi :
1) Keterangan saksi,
2) Keterangan ahli,
3) Surat,
4) Petunjuk, dan
5) Keterangan terdakwa.
Perluasan alat bukti berupa informasi secara elektronik
maupun rekaman data elektronik dan sebagaimananya, kurang
tepat kalau diartikan sebagai bentuk penambahan dari alat bukti
yang telah diatur dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana. Idealnya perluasan alat bukti ini
dimaknai sekedar sebagai bentuk perluasan dari alat bukti
petunjuk an sich. Hal ini mengingat informasi secara elektronik
maupun rekaman data dan sebagainya itu hingga saat ini masih
menjadi hal yang agak polemik.
Di dalam penelitian ini penulis hanya akan menguraikan
alat bukti Keterangan ahli, baik yang berhubungan dengan
penerapan alat-alat bukti itu maupun yang berhubungan dengan
kekuatan pembuktian yang melekat pada setiap alat bukti
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2. Tinjauan Umum Tentang Keterangan Ahli
Sebagaimana halnya dengan Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (KUHAP), Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana menetapkan, keterangan ahli sebagai alat
bukti yang sah. Malah tempatnya diletakkan pada urutan kedua
sesudah alat bukti keterangan saksi. Melihat letak urutannya,
pembuat undang-undang menilainya sebagai salah satu alat bukti
yang penting artinya dalam pemeriksaan perkara pidana.
Menempatkan keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah, dapat
dicatat sebagai salah satu kemajuan dalam pembaruan hukum.
Mungkin pembuat Undang-Undang menyadari, sudah tak dapat
dipungkiri lagi, pada saat perkembangan ilmu dan teknologi,
keterangan ahli memegang peranan dalam penyelesaian kasus
pidana. Perkembangan ilmu dan teknologi sedikit banyak
membawa dampak terhadap kualitas metode kejahatan, memaksa
kita untuk mengimbanginya dengan kualitas dan metode
pembuktian yang memerlukan pengetahuan dan keahlian. (M.
Yahya Harahab, 2003 : 295)
a. Pengertian Keterangan Ahli Sebagai Alat Bukti
Keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah menurut
undang-undang, hanya diatur dalam satu pasal saja pada
Bagian Keempat, Bab XVI sebagaimana yang dirumuskan
dalam Pasal 186 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Akibatnya kalau hanya bertitik tolak pada pasal dan penjelasan
Pasal 186 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana saja,
sama sekali tidak memberi pengertian apa-apa kepada kita.
Untuk mencari dan menemukan pengertian yang lebih luas,
tidak dapat hanya bertumpu berlandaskan pasal dan penjelasan
pasal 186. Terpaksa mencari dan menghubungkannya dari
beberapa ketentuan yang terpencar dalam Pasal-Pasal Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, mulai dari Pasal 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
angka 28, Pasal 120, Pasal 133, Pasal 179, dan Pasal 180.
Dengan jalan merangkai Pasal-Pasal itu baru jelas arti dan
seluk beluk pemeriksaan keterangan ahli.
Hal ini sudah diterangkan satu persatu pada saat
menguraikan hal yang bersangkutan dengan Pasal-Pasal di
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut.
Sedang apa yang dirumuskan pada Pasal 186 Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana khusus mengatur masalah
keterangan ahli ditinjau dari segi alat bukti dan pembuktian.
Untuk menguatkan pendapat di atas mari kita baca bunyi Pasal
186 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tersebut :
“Keterangan ahli ialah apa yang seseorang ahli nyatakan di
sidang pengadilan”. Hanya itu saja rumusannya dan tidak
dirinci lagi dalam pasal-pasal berikutnya, sehingga Pasal 186
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana sebagai ketentuan
yang mengatur keterangan ahli dari sudut pembuktian, benar-
benar merupakan Pasal tunggal yang berdiri sendiri.
b. Tata Cara Pemberian Keterangan Ahli
Pada pemeriksaan penyidikan demi untuk kepentingan
peradilan, penyidik berwenang mengajukan permintaan
keterangan seorang ahli. Hal ini ditegaskan pada Pasal 133
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yang memberi
wewenang kepada penyidik mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter
maupun ahli lainnya, jika keterangan ahli sangat diperlukan
untuk kepentingan peradilan. Kalau keterangan ahli bersifat
“diminta”, ahli tersebut membuat “laporan” sesuai dengan
yang dikehendaki penyidik.
Laporan keterangan ahli dimasukkan dalam berita acara
penyidikan. Hal ini ditegaskan dalam penjelasan Pasal 186
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Keterangan ahli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu
bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah waktu ia
menerima jabatan atau pekerjaan.
Dari ketentuan Pasal 133 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana dihubungkan dengan penjelasan Pasal 186 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, jenis dan tata cara
pemberian keterangan ahli sebagai alat bukti yang dapat
melalui prosedur sebagai berikut :
1) Keterangan ahli yang diminta penyidik pada taraf
pemeriksaan penyidikan ;
a) Pada saat penyidikan demi untuk kepentingan
peradilan, penyidik meminta keterangan ahli yaitu
dilakukan “secara tertulis” dengan menyebut secara
tegas untuk hal apa pemeriksaan ahli itu dilakukan.
b) Atas permintaan penyidik, ahli yang bersangkutan
membuat “laporan”, laporan bisa berupa “surat
keterangan” yang lazim disebut “visum et repertum”.
c) Dengan tata cara dan bentuk laporan ahli, keterangan
yang dituangkan dalam laporaan atau visum et repertum
mempunyai sifat dan nilai sebagai “alat bukti yang sah”
menurut undang-undang.
2) Keterangan ahli yang diminta dan diberikan di sidang.
a) Apabila dianggap perlu dan dikehendaki baik oleh
ketua sidang karena jabatan, maupun atas permintaan
penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum, dapat
meminta pemeriksaan keterangan ahli dalam
pemeriksaan di sidang pengadilan.
b) Keterangan ahli menurut tata cara ini berbentuk
“keterangan lisan” dan “secara langsung” diberikan
dalam pemeriksaan di sidang pengadilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c) Bentuk keterangan lisan secara langsung dicatat dalam
“berita acara” pemeriksaan sidang pengadilan oleh
panitera.
d) Ahli yang memberi keterangan lebih dulu
“mengucapkan sumpah” atau janji sebelum memberikan
keterangan.
e) Dengan dipenuhinya tata cara dan bentuk keterangan
yang demikian dalam pemeriksaan di sidang
pengadilan, bentuk keterangan ahli tersebut menjadi
“alat bukti yang sah” menurut undang-undang, dan
sekaligus mempunyai kekuatan pembuktian.
c. Nilai Kekuatan Pembuktian Keterangan Ahli.
Mengenai nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada
alat bukti keterangan ahli. Pada prinsipnya alat bukti
keterangan ahli tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang
mengikat dan menentukan. Dengan demikian nilai kekuatan
pembuktian keterangan ahli sama halnya dengan nilai kekuatan
pembuktian yang melekat pada alat bukti keterangan saksi.
Oleh karena itu, nilai kekuatan pembuktian yang melekat pada
alat bukti keterangan ahli adalah:
a) Mempunyai nilai kekuatan pembuktian “bebas” atau
“vrij bewijskrcht”.
Di dalam dirinya tidak melekat nilai kekuatan
pembuktian yang sempurna dan menentukan. Terserah
pada penilaian hakim. Hakim bebas menilai dan tidak
terikat kepadanya. Tidak ada keharusan bagi hakim
untuk mesti menerima kebenaran keterangan ahli.
Tetapi seperti apa yang telah diutarakan, Hakim dalam
mempergunakan wewenang kebebasan dalam penilaian
pembuktian, harus benar-benar bertanggung jawab,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
atas landasan moral demi terwujudnya kebenaran sejati
dan demi tegaknya hukum serta kepastian hukum.
b) Sesuai dengan prinsip minimum pembuktian yang
diatur dalam Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana, keterangan ahli yang berdiri sendiri saja
tanpa didukung oleh salah satu alat bukti yang lain,
tidak cukup dan tidak memadai membuktikan
kesalahan terdakwa. Apalagi jika Pasal 183 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana dihubungkan
dengan ketentuan Pasal 185 ayat (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana yang menegaskan,
seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan
kesalahan terdakwa. Prinsip ini pun berlaku untuk alat
bukti keterangan ahli. Bahwa keterangan seorang ahli
saja tidak cukup membuktikan kesalahan terdakwa.
Oleh karena itu, agar keterangan ahli dapat dianggap
cukup membuktikan kesalahan terdakwa harus disertai
dengan alat bukti lain.
Keterangan ahli sebagai alat bukti pada umumnya, tidak
menyangkut pokok perkara pidana yang diperiksa. Sifatnya
lebih ditujukan untuk menjelaskan sesuatu hal yang kurang
terang tentang sesuatu hal atau keadaan. Dalam keadaan
tertentu keterangan beberapa orang ahli dapat dinilai sebagai
dua atau beberapa alat bukti yang dapat dianggap memenuhi
prinsip minimum pembuktian yang ditentukan Pasal 183 Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Oleh karena itu, dua
atau lebih alat bukti keterangan ahli dapat dinilai merupakan
dua atau beberapa alat bukti, yang harus dinilai telah cukup
membuktikan kesalahan terdakwa.
Sering penyidik dan di dalam persidangan menghadapi
jalan buntu untuk menemukan alat bukti saksi, dan terpaksa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
lari mencari alat bukti keterangan ahli. Apabila demikian
halnya, penyidik atau pengadilan harus berhati-hati. Jangan
hanya mengumpulkan dan minta keterangan dari para ahli yang
mempunyai keahlian di bidang yang sama. Nilai pembuktian
mereka akan tetap dianggap satu saja apabila yang mereka
terangkan hanya tentang suatu keadaan yang serupa.
Maka diusahakan minta keterangan dari beberapa ahli
yang berbeda bidang keahliannya, sehingga apa yang mereka
terangkan adalah mengenai hal atau keadaan yang berbeda.
Jika demikian halnya, barulah keterangan ahli yang berbeda
bidang keahliannya, dapat dinilai sebagai alat bukti yang
masing-masing berdiri sendiri. Dan dapat dinilai telah
memenuhi prinsip batas minimum pembuktian yang mampu
atau memadai membuktikan kesalahan terdakwa.
d. Kewajiban Ahli
Kewajiban seorang ahli adalah bahwa keterangan yang ia
berikan baik lisan maupun tertulis harus diteguhkan dengan
sumpah, yaitu ahli bersumpah untuk menerangkan apa yang
benar menurut pengetahuan atau keahlian mereka. Sedangkan
bagi seorang saksi, ia bersumpah menerangkan hanya yang
benar tidak lain dari pada yang benar yaitu apa yang ia lihat, ia
alami, dan ia dengar sendiri. Fungsi sumpah di sini adalah
untuk objektifitas keterangan, sehingga dalam hal ahli dibawah
sumpah dan ia kemudian tidak melaksanakan kewajibannya
maka ia dapat dikenakan sanksi hukum (S.M. Amin, 1971:
93).
Dapat disimpulkan bahwa seseorang yang dipanggil
sebagai saksi atau keterangan ahli maka kewajiban yang harus
dilakukan yaitu:
a) Kewajiban untuk menghadap di persidangan
pengadilan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b) Kewajiban untuk bersumpah;
c) Kewajiban untuk memberi keterangan (Djoko Prakoso,
I Ketut Murtika, 1986: 62).
e. Sanksi Terhadap Keterangan Ahli
Sanksi akan dikenakan kepada seoarang ahli apabila ia
tidak memenuhi panggilan dari pengadilan. Menjadi saksi
adalah kewajiban hukum bagi setiap orang, jadi apabila
seorang ahli yang diminta untuk menghadap dipersidangan
sehubungan dengan kepentingan perkara, ia wajib datang untuk
didengar keterangannya sebagai ahli. Bila ia telah dipanggil
dengan sah dan secara wajar, akan tetapi ia tidak hadir tanpa
alasan yang jelas dan sah, maka pengadilan dengan suatu
penetapan dapat menghadapkannya agar hadir.
Apabila ahli tersebut enggan atau menolak dan sengaja
tidak hadir memenuhi kewajibannya menurut undang-undang
sebagai seorang ahli dalam perkara pidana atau perkara-
perkara lainnya, maka ia dapat dikenakan ancaman pidana atau
dalam perkara lain, maka ia dapat dituntut dan dikenakan
ancaman pidana, hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 224
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana “barang siapa dipanggil
sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi suatu kewajiban yang menurut
undang-undang selaku demikian harus dipenuhinya, diancam:
Ke-1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara
paling lama sembilan bulan;
Ke-2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling
lama enam bulan.
Bila ia dengan sengaja tidak menuruti perintah atau
permintaan yang dilakukan menurut undang-undang sebagai
suatu kewajiban baginya, maka ahli itu dapat diancam oleh
Pasal 216 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Dapat ditarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
suatu kesimpulan bahwa hakim berwenang untuk memanggil
dan mendengarkan keterangan dari ahli di muka sidang,
apabila ia berpendapat bahwa keterangan tersebut diperlukan
untuk menjernihkan permasalahan yang ada didalam
persidangan.
Dan apabila hakim setuju, pendapat ahli tersebut dapat
diambil alih oleh hakim dan dianggap sebagai pendapatnya
sendiri. Jadi hakim bebas menilai terhadap keterangan ahli
tersebut. Apabila keterangan ahli disetujui dan diyakini oleh
hakim, lalu diambil alih menjadi pendapat hakim itu sendiri,
sehingga dapat dijadikan dasar pemutus. Sehingga keterangan
ahli sebagai alat bukti yang sah menurut Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana tidak dapat diabaikan atau
dikesampingkan.
3. Tinjauan Umum Tentang Hakim
a. Pengertian Hakim
Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai
jabatan fungsional. Seorang hakim haruslah independen, tidak
memihak kepada siapapun juga walaupun itu keluarganya,
kalau sudah dalam sidang semuanya diperlakukan sama. Hakim
juga adalah pejabat yang melaksanakan tugas kekuasaan
kehakiman yang syarat dan tata cara pengangkatan,
pemberhetian dan pelaksanaan tugasnya ditentukan oleh
undang-undang. Menurut Pasal 19 Undang-Undang No. 48
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Hakim adalah
pejabat negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang
diatur dalam undang-undang.
b. Kewajiban Hakim
Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan mempunyai
kewajiban yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
1) Menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum
yang hidup di masyarakat.
Dalam masyarakat yang masih mengenal hukum
tidak tertulis, serta berada dalam masa pergolakan dan
peralihan. Hakim merupakan perumus dan penggali dari
nilai-nilai hukum yang hidup dikalangan rakyat. Untuk itu
ia harus terjun ke tangah-tengah masyarakat untuk
mengenal, merasakan, dan mampu menyelami perasaan
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.
Dengan demikian hakim dapat memberikan keputusan yang
sesuai dengan hukum dan rasa keadilan masyarakat.
2) Hakim wajib memperhatikan sifat-sifat baik dan buruk dari
tertuduh dalam menentukan dan mempertimbangkan berat
ringannya pidana.
Sifat-sifat yang jahat maupun yang baik dari
tertuduh wajib diperhatikan Hakim dalam
mempertimbangkan pidana yang akan dijatuhkan.
Keadaan-keadaan pribadi seseorang perlu diperhitungkan
untuk memberikan pidana yang setimpal dan seadil-
adilnya. Keadaan pribadi tersebut dapat diperoleh dari
keterangan orang-orang dari lingkungannya, rukun
tetangganya, dokter ahli jiwa dan sebagainya.
4. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Terorisme
a. Pengertian Terorisme
Terorisme ternyata mempunyai pengertian yang sangat
majemuk atau multi-interpretatif. Mengingat begitu
kompleksnya kejahatan terorisme, hingga saat ini belum dapat
ditemukan rumusan pengertian mengenai terorisme yang dapat
berlaku secara universal. Terorisme dapat dibedakan menjadi
kata “teror” dan “isme” (paham). Kata “teror” dalam Kamus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Bahasa Indonesia berarti kekejaman, tindak kekerasan dan
kengerian. Sementara itu dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia W.J S. Purwadarminta dikatakan bahwa terorisme
adalah praktek-praktek tindakan teror, penggunaan kekerasan
untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai sesuatu
(terutama tujuan politik). Dalam Kamus Hukum, “teror”
diartikan sebagai perbuatan sewenang-wenang yang kejam dan
bengis, usaha menciptakan ketakutan, kengerian, dan
kekejaman oleh seseorang atau golongan dengan maksud
tujuan tertentu.
Sedangkan “terorisme” adalah suatu penggunaan
kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai suatu tujuan tertentu terutama tujuan politik dan
tindakan-tindakan keras yang dipraktekkan oleh pihak tertentu.
Menurut konvensi PBB tahun 1939, terorisme adalah segala
bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada
negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap
orang-orang tertentu atau kelompok orang atau masyarakat
luas.
b. Dampak Terorisme
Sebagai bangsa yang beradab dan umat beragama, kita
tentu saja menolak aksi terorisme tersebut. Terorisme apapun
bentuknya, jelas tidak dilegitimasi oleh hukum apapun di dunia
ini. Bahaya teror dan terorisme sesunggungnya adalah bahaya
universal dan global yang tanpa mengenal batas-batas geo-
politik bahkan batas suatu negara. Terorisme menjadi bahaya
dan tantangan bersama umat manusia di dunia ini. Kejadian
yang signifikan dari tragedi bom Bali, 12 Oktober 2002, adalah
menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda lainnya.
Tragedi ini mengakibatkan kegoncangan sosial dan instabilitas
politik serta keamanan dalam negeri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Dampak lain adalah aspek ekonomi Indonesia yaitu
terpukulnya industri pariwisata yang merupakan sumber devisa
negara Indonesia. Disamping itu, iklim daya tarik investasi
baru dan masa depan ekonomi bangsa Indonesia juga
mengalami gangguan yang serius. Tragedi ini juga
menimbulkan berbagai krisis politik dan keamanan nasional
bangsa Indonesia. Atas dasar sejumlah dampak tersebut,
pemerintah Indonesia kemudian memberlakukan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme dan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Pemberlakuan Perpu Nomor 1 Tahun 2002 pada
peristiwa peledakan bom bali, 12 Oktober 2002. Pada 4 April
2003, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2002 telah disahkan menjadi Undang-Undang Nomor
15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme.
c. Unsur-unsur Tindak Pidana Terorisme
Menurut Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Bab I Ketentuan
Umum, Pasal 1 ayat 1, Tindak Pidana Terorisme adalah segala
perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Mengenai
perbuatan apa saja yang dikategorikan ke dalam Tindak Pidana
Terorisme, diatur dalam ketentuan pada Bab III (Tindak Pidana
Terorisme), Pasal 6, 7, bahwa setiap orang dipidana karena
melakukan Tindak Pidana Terorisme, jika:
1) Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau
rasa takut terhadap orang secara meluas atau
menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
cara merampas kemerdekaan atau menghilangkan
nyawa dan harta benda orang lain atau
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan
hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional
(Pasal 6) ;
2) Dengan sengaja menggunakan kekerasan atau
ancaman kekerasan bermaksud untuk menimbulkan
suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara
meluas atau menimbulkan korban yang bersifat
massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau
menghilangkan nyawa dan harta benda orang lain
atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran
terhadap obyek-obyek vital yang strategis atau
lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas
internasional (Pasal 7).
Seseorang juga dianggap melakukan Tindak Pidana
Terorisme, berdasarkan ketentuan pasal 8, 9, 10, 11 dan 12
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2003 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme. Dari beberapa definisi yang
dikemukakan oleh banyak pihak, yang menjadi ciri dari suatu
Tindak Pidana Terorisme adalah:
1) Adanya rencana untuk melaksanakan tindakan
tersebut.
2) Dilakukan oleh suatu kelompok tertentu.
3) Menggunakan kekerasan.
4) Mengambil korban dari masyarakat sipil, dengan
maksud mengintimidasi pemerintah.
5) Dilakukan untuk mencapai pemenuhan atas tujuan
tertentu dari pelaku, yang dapat berupa motif sosial,
politik ataupun agama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
5. Tinjauan Umum Tentang Putusan Hakim
a. Pengertian Putusan Hakim
Putusan hakim merupakan pernyataan hakim yang
diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa
pemidanaan atau bebas, atau lepas dari segala tuntutan hukum
dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
b. Macam-Macam Putusan
Dalam penjatuhan putusan pengadilan, ada 3 (tiga)
kemungkinan:
1) Pemidanaan atau penjatuhan pidana dan atau tata
tertib.
Putusan pemidanaan dijatuhkan, apabila
pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah
melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya, maka pengadilan akan menjatuhkan
pidana.
2) Putusan Bebas.
Putusan bebas dijatuhkan apabila pengadilan
berpendapat bahwa dari hasil pemeriksaan di
pengadilan, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang
didakwakan kepadanya tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan.
3) Putusan lepas dari segala tuntutan hukum.
Putusan lepas dari segala tuntutan hukum
dijatuhkan apabila perbuatan yang didakwakan
kepada terdakwa terbukti, tapi perbuatan itu tidak
merupakan suatu tindak pidana (Andi Hamzah,
2000:280).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Terhadap putusan-putusan dari pengadilan tersebut,
jaksa penuntut umum dan penasehat hukum mempunyai opsi-
opsi yang dapat dilontarkan. Antara lain:
1) Banding : apabila putusan pengadilan kurang dari
½ dari tuntutan jaksa penuntut umum, atau kurang
dari ¾ tuntutan jaksa penuntut umum untuk kasus-
kasus tertentu seperti, korupsi, penyuapan,
pemerkosaan, dll.
2) Pikir-pikir : dilakukan apabila jaksa penuntut
umum masih dalam keraguan apakah perlu menerima
atau melakukan upaya hukum selamjutnya.
3) Menerima : dilakukan apabila putusan pengadilan
lebih dari ½ tuntutan jaksa penuntut umum atau lebih
dari ¾ tuntutan jaksa penuntut umum untuk kasus-
kasus tertentu seperti, korupsi, penyuapan,
pemerkosaan, dll, dan putusan tersebut dirasa telah
memenuhi rasa keadilan masyarakat.
c. Hak Terdakwa terhadap putusan hakim :
1) Hak segera menerima atau segera menolak putusan ;
2) Hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima
atau menolak putusan, dalam tenggang waktu yang
ditentukan yaitu tujuh hari sesudah putusan dijatuhkan atau
setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak
hadir (Pasal 196 ayat (3) jo. Pasal 233 ayat (2) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana) ;
3) Hak minta penangguhan pelaksanaan putusan dalam
tenggang waktu yang ditentukan oleh Undang-Undang
untuk dapat mengajukan grasi, dalam hal ia menerima
putusan (Pasal 196 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana jo. Undang-Undang Grasi) ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
4) Hak minta banding dalam tenggang waktu tujuh hari setelah
putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan
kepada terdakwa yang tidak hadir sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 196 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum
Acara Pidana (Pasal 196 ayat (3) Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana jo. Pasal 233 ayat (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana) ;
5) Hak segera mencabut peryataan sebagaimana dimaksud
pada butir a (menolak putusan) dalam waktu seperti
ditentukan dalam Pasal 235 ayat (1) Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yang menyatakan bahwa selama
perkara banding belum diputus oleh pengadilan tinggi,
permintaan banding dapat dicabut sewaktu-waktu dan
dalam hal sudah dicabut, permintaan banding dalam perkara
itu tidak boleh diajukan lagi (Pasal 196 ayat (3) Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
B. Kerangka Pemikiran
Gambar I : Kerangka Pemikiran
Tindak Pidana Terorisme
Dilakukan oleh Agung Prabowo
Pemeriksaan di Pengadilan
Negeri Semarang
Pemeriksaan Alat Bukti
Penggunaan Alat Bukti
Keterangan Ahli
Kekuatan Pembuktian
Putusan Hakim Pengadilan
Negeri Semarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Keterangan :
Dalam proses pemeriksaan perkara tindak pidana di pengadilan
negeri akan melalui berbagai tahap pemeriksaan, salah satu
diantaranya adalah pemeriksaan alat bukti (pembuktian). Pembuktian
dalam hal ini dimaksudkan untuk membuktikan dakwaan oleh jaksa
penuntut umum terhadap terdakwa, apakah terdakwa terbukti telah
melakukan sebuah tindak pidana atau tidak. Proses pemeriksaan alat
bukti (pembuktian) dalam tindak pidana terorisme yang dilakukan oleh
Agung Prabowo dalam penulisan ini untuk membuktikan apakah
Agung Prabowo terbukti melakukan tindak pidana terorisme atau tidak.
Dalam penulisan ini akan menganalisis tentang penggunaan alat bukti
keterangan ahli oleh hakim Pengadilan Negeri Semarang dalam
memeriksa dan memutus tindak pidana terorisme.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. PENGGUNAAN ALAT BUKTI KETERANGAN AHLI OLEH HAKIM
PENGADILAN NEGERI SEMARANG DALAM MEMERIKSA DAN
MEMUTUS TINDAK PIDANA TERORISME DENGAN TERDAKWA
AGUNG PRABOWO STUDI PUTUSAN NOMOR 84/PID/B/2007 PN
SMG
1. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan di Pengadilan Negeri
Semarang maka penulis kemukakan hasil penelitian mengenai uraian
tindak pidana dengan urutan sebagai berikut :
a. Identitas Terdakwa
1) Nama : Mohammad Agung Prabowo alias
Maxfiderman alias Ahmad alias
Agung alias Kalingga alias
Bebek2an alias Maxhazer.
2) Tempat Lahir : Kudus
3) Umur/ Tanggal Lahir : 24 Tahun / 11 Desember 1982
4) Jenis Kelamin : Laki-laki
5) Kebangsaan : Indonesia
6) Agama : Islam
7) Pekerjaan : -
8) Tempat Tinggal : Gg. Pangeran Cendono RT. 04/05
Dawe, Kudus, Jawa Tengah
9) Pendidikan : Mahasiswa Fakultas Teknik
Universitas Semarang.
b. Kasus Posisi
1) Situs www.anshar.net yang dibuat bulan Juni-Agustus 2005 atas
permintaan Noordin M Top berisi tentang penjelasan soal jihad
yang diyakini oleh kelompok Noordin M Top dan Dr. Azahari.
Halaman depannya bergambar dua pucuk senapan dan granat.
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Situs tersebut menerangkan bagaimana cara kerja teroris
mengebom. Dalam pemaparan, dijelaskan perumpamaan tempat
keramaian, seperti kawasan wisata, mal, restoran dan jalan tol.
Lokasi yang dicontohkan adalah beberapa tempat keramaian di
Jakarta. Tidak hanya cara peledakan bom, situs tersebut
mengulas pula cara penembakan dan penyerangan dengan
granat.
2) Berdasarkan penyelidikan kepolisian, polisi akhirnya
menangkap dua tersangka cyberterorism, yang selama ini
membantu pengelolaan jaringan terorisme melalui internet.
Keduanya adalah Agung Setyadi dan Mohammad Agung
Prabowo di Semarang, Jawa Tengah, yang ditangkap pada 12
Agustus dan 16 Agustus 2006. Fokus pada penulisan ini adalah
pada kasus M. Agung Prabowo yang terbukti membuat Website
www.anshar.net.
3) Sebagai Mahasiswa Fakultas Teknik Elektro Universitas
Semarang, yang mampu melakukan carding, cracking, dan
hacking, Agung Prabowo merupakan pihak yang selama ini
banyak memberikan bimbingan teknologi kepada Agung
Setyadi dan Abdul Aziz alias Qital (tersangka Bom Bali II).
4) Agung diduga membantu Imam yang diawali dari chatting di
provider MiRC melalui channel #cafeislam dan #ahlussunah
dengan Imam.
5) Agung Prabowo berperan pula dalam penggarapan situs
www.anshar.net, yang didesain Qital atas permintaan Noordin
M Top.
6) Agung Prabowo mendaftarkan hosting situs www.anshar.net di
www.openhosting.co.uk (Inggris) dengan biaya 300
poundsterling atas permintaan Qital.
7) Agung Prabowo lalu mendaftarkan domainnya di
www.joker.com (Jerman) dengan biaya 60 dollar Amerika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
8) Atas kemampuan carding, cracking, dan hacking, Agung
Prabowo diduga membantu terorisme mendapatkan dana,
sehingga pencarian dana untuk terorisme beralih ke cara dengan
menggunakan cyber crime.
c. Masa Penahanan Terdakwa
1) Penyidik, tanggal : 19 Agustus 2006 No.Pol :
SP.Han/51/XIII/2006/Dit.H.Eksus, sejak tanggal 19 Agustus
2006 sampai dengan 19 Desember 2006
2) Penuntut Umum, tanggal 15 Desember 2006 No :
PRINT.400/0.3.10/EP.2/XII/2006, sejak tanggal 15 Desember
2006 sampai dengan 13 Februari 2007
3) Hakim Pengadilan Negeri Semarang, tanggal 30 Januari 2007
No : 126/Pen.Pid/H/2007/PN.Smg, sejak tanggal 30 Januari
2007 sampai dengan 01 Maret 2007
4) Perpanjangan Wakil Ketua Pengadilan Negeri Semarang,
tanggal 21 Februari 2007 No : 154/Pen.Pid/K/2007/PN.Smg,
sejak tanggal 02 Maret 2007 sampai dengan 20 April 2007
5) Perpanjangan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi ke-I, tanggal 23
April 2007 Nomor : 260/Pen.Pid/2007/PT.Smg, sejak tanggal 01
Mei 2007 sampai dengan 30 Mei 2007
6) Perpanjangan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi ke-II, tanggal 21
Mei 2007 Nomor : 299/Pen.Pid/2007/PT.Smg, sejak tanggal 31
Mei 2007 sampai dengan tanggal 29 Juni 2007.
d. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Terdakwa diajukan ke Persidangan karena telah didakwa
melakukan perbuatan pidana sebagaimana tersebut dalam surat
dakwaan Jaksa Penuntut Umum sebagai berikut:
1) Terdakwa telah melanggar Pasal 15 Peraturan pemerintah
Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme jo. Pasal 1 Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme, menjadi Undang-undang.
2) Terdakwa telah melanggar Pasal 13 huruf c Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme jo. Pasal 1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme, menjadi Undang-undang.
e. Pemeriksaan Barang Bukti
Bahwa telah diperlihatkan barang bukti berupa :
1) Digital MP3 player merk genesis dengan kapasitas 256 MB
warna hitam.
2) Bluetooth USB warna hitam.
3) Telephon seluler merk Sony Ericsson T 610 warna biru imei
35198800695471-4.
4) SIM Card IM3 nomor 6221114060561805 nomor telephon
+62815640555516.
5) SIM Card Matrik warna biru dengan kapasitas 64 KB Nomor
8962010000009541959 nomor telephon +628157702037.
6) 1 (satu) unit hard disk merek Seagate tipe barracuda ATA IV,
model ST 3200 11 A, kapasitas 20 GB, nomor seri 3HT4HM8,
dikembalikan kepada Penyidik untuk perkembangan lebih
lanjut.
7) 1 (satu) buah kotak CD, Dirampas untuk dimusnakan.
8) 2 (dua) buku tabungan mahasiswa Bank BNI atas nama
MOHAMMAD AGUNG PRABOWO nomor 3317310-2,
Dikembalikan kepada Terdakwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
f. Pemeriksaan Saksi-saksi
Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Semarang terhadap
tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa MOHAMMAD
AGUNG PRABOWO dalam kasus Tindak Pidana Terorisme
menghadirkan beberapa saksi-saksi yang dimintai keterangannya
sehubungan dengan tindak pidana tersebut untuk menjelaskan
apakah benar terdakwa telah melakukan tindak pidana Terorisme.
Saksi-saksi yang dihadirkan di persidangan yaitu:
1) Saksi Abdul Azis alias Ja’far alias Qital
a) Bahwa saksi mengetahui kalau Terdakwa Konsultan IT,
maka saksi meminta tolong kepada Terdakwa untuk
mendaftarkan Domain dan Hosting Situs
WWW.ANSHAR.NET
b) Bahwa setelah situs / website www.anshar.net online / bisa
tayang selanjutnya saksi meminta kepada Terdakwa supaya
“ ftp account “ dari domain dan hosting yang berupa
“USERNAME” dan Password dari situs www.anshar.net
diserahkan kepada saksi.
c) Bahwa selanjutnya Terdakwa menyerahkan “ ftp account “
pada saksi melalui chatting di Channel “ AHLUSUNNAH “
kemudian saksi mengganti passwordnya, perkembangan
selaanjutnya Terdakwa tidak bisa mengetahui isi Situs
“www.anshar.net”
2) Saksi Andi Jati Tristiyanto
a) Bahwa saksi teman kuliah Terdakwa, teman kost dan teman
sekampung.
b) Bahwa saksi tahu dan mengerti kalau Terdakwa pandai
dalam bidang Internet, Terdakwa juga sebagai jasa
Konsultan, sering menerima pesanan dari orang.
c) Bahwa saksi pada bulan Nopember 2005, mengetahui dari
“Koran Tempo“ kalau Qital adalah orang yang ditangkap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Polisi, terkait dengan peledekan Bom Bali ke-2 dengan
nama lengkap ABDUL AZIS Alias QITAL dan saksi
mengetahui ada peledakan Bom Bali 2 dari Situs
www.anshar.net.
3) Saksi Juli Pangestuti
a) Bahwa saksi kenal dengan Terdakwa, karena Terdakwa
sebagai Mahasiswa USM, dan Terdakwa sering
menggunakan Warnet di USM karena saksi penjaga warnet
tersebut.
b) Bahwa saksi mengetahui Terdakwa melakukan chatting
memakai nick name Maxfiderman, karena Terdakwa
terdaftar menjadi anggota di warnet dengan menggunakan
alias Maxfiderman.
4) Saksi Febby Firmansyah Isran, S.T.
a) Bahwa saksi merupakan korban bom JW. Marriot karena
saksi bekerja di hotel tersebut.
b) Bahwa saksi melihat tampilan website www.anshar.net
setelah adanya peristiwa Bom Bali 2 yaitu kira-kira pada
bulan Nopember 2005 sebanyak 2 kali yaitu yang pertama
setelah adanya penayangan di media elektronik televisi pada
stasiun Metro TV dalam acara E LIVE STYLE yang
disiarkan pada malam hari yang saat itu saksi melihat di
rumah, dan yang kedua melihat di komputer di kantornya
karena penasaran.
c) Bahwa isi dari situs yang ditayangkan tersebut adalah peta-
peta / tempat-tempat yang akan menjadi sasaran
pengeboman / penembakan, cara-cara pengeboman /
penembakan dari kelompaok teroris.
5) Saksi Vivi Normasari
a) Bahwa benar saksi merupakan korban bom hotel JW
Marriot.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b) Bahwa menurut saksi isi dari situs yang ditayangkan
tersebut merupakan terorisme gaya baru berisi cara-cara
seseorang akan melakukan teror seperti penembakan pada
tempat-tempat tertentu antara lain sasaran di perempatan
jalan, tempat-tempat hiburan seperti Citos, Planet
Hollywood, Kem Chick Supermarket, parkiran gedung,
Shooping Center, hotel dan pusat pameran.
c) Bahwa dampak setelah melihat isi situs website tersebut,
saksi merasa resah dan membuat rasa takut serta trauma
apalagi yang dijadikan sasaran adalah tempat yang sering
dilalui maupun dikunjungi.
6) Saksi Zamri
a) Bahwa saksi adalah Penyidik Muda Unit V IT & CC Dit. II
Eksus Bareskrim Polri yang telah melakukan penangkapan
terhadap diri Terdakwa.
b) Bahwa alasan penagkapan terhadap Terdakwa karena
pengembangan kasus bom Bali ke-2 dengan terdakwa
ABDUL AZIS alias QITAL saksi melakukan penelusuran
situs www.anshar.net selama 10 bulan dengan metode
pelacakan dengan teknologi (recovery).
c) Bahwa setelah terdaftar dan situs www.anshar.net online
terjadilah peledakan Bom Bali ke-2.
7) Saksi Eddy Hartono
a) Bahwa saksi bekerja di TIKI sebagai Operator IT.
b) Bahwa sesuai dengan permintaan Penyidik Densus 88 yang
datang ke kantor TIKI pada tanggal 2 Mei 2005 maka
dibuka data yang ada di komputer kantornya yang antara
lain didapat data pengiriman paket atas nama pengirim yaitu
ANISA LD yang pengirimannya dilakukan pada tanggal 2
Mei jam 12:26:32 dari TIKI Semarang Jl. Thamrin No.92
dengan tujuan Sdr. BENNY IRAWAN dengan alamat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Perum Lapas Kelas II A Denpasar No. 15 Jl. Gunung
Tangkuban Perahu Kuta Bali.
c) Bahwa sesuai dengan pengakuan pengiriman bahwa barang
yang dikirim tersebut adalah Notebook.
8) Saksi Ari Herawan
a) Bahwa benar saksi bekerja di TIKI sebagai Teller / Kasir.
b) Bahwa benar ada pengiriman paket yang dikirim oleh
seseorang laki-laki dengan nama pengirim ANISA LD pada
tanggal 2 Mei 2005 dari TIKI Semarang Jl. Thamrin No.92
dengan tujuan Sdr. BENNY IRAWAN dengan alamat
Perum Lapas Kelas II A Denpasar No. 15 Jl. Gunung
Tangkuban Perahu Kuta Bali.
c) Bahwa dari pengakuan pengirim barang, barang yang
dikirim adalah Notebook dan saksi ketemu langsung dengan
pengirim akan tetapi saksi lupa ciri-ciri dari laki-laki
pengirim barang tersebut.
9) Saksi Agung Setyadi alias Pakne alias Salafuljihad
a) Bahwa saksi sebagai Dosen yang mengajar bidang
Teknologi Informasi khususnya D3 Teknik Komputer
UNISBANK.
b) Bahwa saksi kenal dengan terdakwa sekitar akhir bulan
Maret 2005 di serambi Masjid USM Jl. Soekarno Hatta
Semarang dan yang mengenalkan adalah Al-Irhab melalui
chatting di #cafeislam.
c) Bahwa saksi chatting dengan terdakwa dengan materi
pembicaraan berkisar masalah Internet, teknologi masa kini,
dan soal HP.
10) Saksi AKP. Trikuncoro
a) Bahwa saksi adalah anggota POLRI Dit. Reskrim Polda
Bali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
b) Bahwa saksi mengerti sehubungan dengan telah terjadinya
peristiwa Pidana Terorisme peledakan Bom di Raja’s Bar &
Restaurant RAJA’S Jln. Kuta Squre No. 13-14-15 Kec.
Kuta Kab. Badung serta di Café Nyoman Jimbaran, Kuta
Badung dan Café Menege Jimbaran Kuta Kab. Badung.
c) Bahwa pada hari sabtu, tanggal 1 Oktober 2005, saat saksi
sedang melaksanakan tugas jaga di ruang siaga Dit.
Reskrim Polda Bali bersama 5 orang Anggota sejak pukul
08.00 Wita, ada telpon dari masyarakat bahwa ada Bom
meledak di Raja’s Bar & Restaurant Kec. Kuta Kab.
Badung, namun sebelum berangkat ke TKP ada telpon lagi
bahwa di Café Nyoman Jimbaran, Kuta Badung dan Café
Menege Jimbaran-Badung juga ada ledakan Bom.
g. Pemeriksaan Keterangan Ahli
Pengertian keterangan ahli paling awal dapat ditemukan
pada ketentuan umum KUHAP yang menjelaskan: “Keterangan ahli
adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang
suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan”.
Apabila hanya melihat definisi yang diberikan dalam Pasal 1
angka 28 KUHAP ini, tidak akan memberikan kejelasan mengenai
keterangan ahli sesungguhnya. Oleh sebab itu, Pasal 1 angka 28
KUHAP ini harus dikaitkan dengan pasal lainnya yang menjelaskan
tentang keterangan ahli, antara lain Pasal 120, Pasal 132 ayat (1),
Pasal 133, Pasal 179, Pasal 180 dan Pasal 186 KUHAP.
Sering terjadi salah paham dikalangan masyarakat dengan
menyebut kehadiran seorang ahli di persidangan adalah sebagai saksi
ahli. Ini adalah sesuatu yang keliru, karena terkesan menyamakan
antara saksi dengan ahli, sesungguhnya keduanya sangat berbeda.
Terdapat faktor yang membedakan antara keterangan saksi dengan
keterangan ahli. Keterangan saksi diberikan berdasarkan apa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
saksi lihat, saksi dengar dan saksi alami sendiri serta menyebut
alasan pengetahuannya itu, sedangkan keterangan ahli diberikan
berdasarkan pengetahuan si ahli tersebut.
Kembali pada kasus Agung Prabowo. Kasus Agung Prabowo
ini merupakan kasus yang cukup kompleks karena secara langsung
menyangkut beberapa aspek kehidupan bermasyarakat, yaitu aspek
hukum, aspek sosial, aspek psikologis dan aspek informasi teknologi
(IT). Disebabkan keterkaitan kasus Agung Prabowo ini dengan
berbagai aspek kehidupan bermasyarkat, tentunya penyelesaian kasus
ini tidak hanya murni menggunakan disiplin ilmu hukum belaka,
tetapi harus juga melibatkan disiplin ilmu lain yang terkait dengan
aspek lainnya dalam kasus ini.
Pada penyelesaian kasus ini terdapat tiga orang ahli dari
disiplin ilmu yang berbeda. Mereka adalah Prof. Dr. Sarlito Wirawan
seorang Guru Besar dari Universitas Indonesia dalam bidang
Psikologi, berikutnya adalah Ir. Budi Rahardjo, Msc. Ph.D berprofesi
sebagai Dosen ITB bidang Teknik Elektro dan Informatika yang
dalam dunia IT di Indonesia dan luar negeri sudah diakui
keahliannya, dan yang terakhir adalah Prof. Dr. Romli Atsasmita,
S.H, LL.M., seorang Dosen Universitas Padjajaran yang merupakan
ahli dalam bidang Ilmu Hukum. Berikut adalah pokok keterangan
ahli yang mereka berikan :
1) Prof. Dr. Sarlito Wirawan
a) Ahli merupakan Guru Besar UI bidang Psikologi.
b) Bahwa benar seseorang melihat gambar yang terdapat
dalam Website anshar.net tersebut dapat menimbulkan rasa
takut dan memiliki arti perihal ancaman kekerasan.
c) Bahwa gambar dalam tampilan Website www.anshar.net
tidak ada makna lain kecuali untuk menimbulkan situasi
yang menakutkan yaitu mengandung suatu ancaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kekerasan atau bahaya yang tidak dapat diatasi oleh orang
yang bersangkutan sehingga akan menimbulkan rasa takut.
d) Ahli menjelaskan isi Website anshar.net menimbulkan suatu
rasa takut, yaitu suatu keadaan emosi yang timbul ketika
seseorang melihat gambar tersebut.
e) Ahli menjelaskan rasa takut memiliki tiga kategori,
pertama yaitu takut dengan ciri objek yang ditakuti ada,
alasan jelas dan bahaya jelas. Kedua adalah fobia, dimana
objek yang ditakuti ada, tetapi alasan ketakutan tersebut
tidak diketahui. Ketiga adalah cemas, dimana objek yang
ditakuti tidak jelas dan bahaya serta alasan tidak jelas.
Sehingga gambar-gambar tersebut masuk kategori takut
kemudian berlanjut ke cemas.
2) Ir. Budi Raharjo, M.Sc, Ph.D
a) Bahwa saksi adalah dosen ITB bidang Teknik Elektro dan
Informatika.
b) Untuk membuat Website dilakukan beberapa tahap:
(1) Membuat design yang berisi tulisan dan gambar;
(2) Menempatkan design tersebut di sebuah server yang
terhubung ke Internet, untuk servernya dapat dilakukan
dengan menempatkan server yang dimiliki sendiri di
sebuah provider atau Internet Service Provider (ISP)
atau dengan menyewa tempat yang sudah disediakan
oleh Web hosting yang menyediakan layanan gratis
dan layanan berbayar.
c) Pendaftaran tersebut dapat dilakukan oleh siapa saja selama
pendaftar tersebut memiliki kartu kredit untuk mendaftar.
Biasanya, pendaftaran tidak melakukan verifikasi terhadap
pendaftar sepanjang domain yang terpilih tersedia. Akan
tetapi, nama domain tersebut kemudian diarahkan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
server yang memberikan layanan Webhosting, seperti
www.anshar.net diarahkan pada server openhosting.co.uk.
d) Dalam hal pembayaran, penyedia layanan tidak
memerdulikan lokasi fisik dari user karena proses dilakukan
melalui Internet. Contoh, dapat dimungkinkan user berasal
dari Indonesia dan penyedia layanan dari Inggris atau
Amerika. Penyedia layanan tersebut dapat pula
mengabaikan asal dari kartu kredit, maksudnya, penyedia
layanan tidak memerdulikan apakah kartu kredit itu milik
yang bersangkutan atau hasil carding.
e) Ahli menjelaskan bahwa Website yang masih up to date
maupun yang sudah di downkan atau tidak dapat diakses
lagi masih dapat diketahui siapa dan darimana pembuatnya
tergantung kepada ketersediaan catatan atau log file.
Contohnya, ketika file yang berisi design Web di upload ke
Webhosting dengan menggunakan ftp atau fitur upload dari
Webhosting, aktifitas tersebut dicatat oleh server
Webhosting. Log tersebut dapat memberikan informasi asal
nomor IP dari pembuat situs Web serta nomor IP tersebut
dapat ditelusuri ISP yang digunakan oleh pembuat situs
Web. Berdasarkan ISP, dapat diketahui pengguna nomor IP
pada saat upload. Cara lain yang dapat digunakan adalah
dengan melihat data pendaftar domain, apabila pendaftar
tersebut menggunakan data yang tidak palsu maka dapat
diketahui pendaftar domain tersebut, yang kemungkinan
berkaitan dengan pemilik situs Web.
f) Menurut Ahli, dokumen atau file yang tersimpan di dalam
sebuah hard disk dapat diperoleh kembali dengan berbagai
cara tergantung pada kondisi hard disk. Untuk berkas yang
belum terhapus, tentunya, berkas tersebut masih tersedia,
sedangkan untuk berkas yang sudah terhapus sebenarnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
berkas tersebut masih tersimpan di hard disk, hanya indeks
dari berkas tersebut dihapuskan dari catalog daftar isi
sehingga seolah-olah berkas sudah tidak terdapat di hard
disk walaupun sebenarnya berkas tersebut masih tersimpan
bahkan mem-format hard disk pun masih meninggalkan
berkas dalam hard disk.
g) Dapat dikatakan bahwa di dalam hard disk seringkali masih
terdapat sisa log dari aktifitas user, seperti situs Web yang
dikunjungi ataupun file yang didownload. Biasanya Web
browser memiliki direktori cache yang berfungsi untuk
menampung sementara situs yang dikunjungi. Tujuan
direktori cache atau temporary directory adalah untuk
mempercepat proses browsing.
3) Prof. Dr. Romli Atmasasmita, SH, L.LM
a) Ahli memberi keterangan kalau M. Agung Prabowo
memenuhi unsur pelaku tindak pidana dalam arti luas. Hal
tersebut merujuk pada kalimat “setiap orang yang dengan
sengaja memberi bantuan atau kemudahan...”
b) Saksi merupakan dosen di Universitas Padjajaran, jurusan
hukum. Menurut Ahli, perbuatan Agung mendaftarkan
domain dan hosting, memindahkan penghostingan Website
www.anshar.net serta tidak melaporkan kepada pihak
berwajib termasuk dalam perbuatan menyembunyikan
informasi sebagaimana diatur dalam Pasal 13 huruf c Perpu
Nomor 1 Tahun 2002 sebagaimana telah ditetapkan sebagai
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003. Alasannya,
pengalihan hosting internet oleh Agung merupakan upaya
untuk menyesatkan informasi dengan tujuan untuk
menghindarkan diri dari tertangkapnya pelaku oleh petugas
hukum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
c) Upaya tersebut dilakukan mengingat himbauan polisi untuk
menyerahkan diri telah ditayangkan dalam media TV secara
luas kepada masyarakat.
h. Keterangan Terdakwa
Setelah mendengar keterangan dari saksi-saksi tersebut, maka
selanjutnya akan dihadapkan Terdakwa untuk memberikan
keterangannya sehubungan dengan tindak pidana yang telah ia
lakukan, yaitu sebagai berikut:
1) Bahwa pada akhir bulan Juli atau awal Agustus 2005,
Terdakwa dengan menggunakan nama (nick name)
Maxfiderman melakukan chating dengan seseorang yang
menggunakan nama (nick name) Qital alias Abdul Aziz,
seseorang guru komputer di SMA Al Irsyad Pekalongan.
2) Bahwa dalam chating, Qital (saksi Abdul Aziz) meminta
tolong kepada Terdakwa untuk membeli domain dan
hosting website / situs www.anshar.net
3) Bahwa selanjutnya Terdakwa mendaftarkan kepada
penyedia jasa domain www.joker.com dan penyedia jasa
hosting www.openhosting.co.uk
4) Bahwa pada sekitar bulan Nopember 2005, Terdakwa baru
mengetahui dari media masa cetak dan elektronika bahwa
ternyata website www.anshar.net merupakan situs teroris
yang dapat menimbulkan ketakutan dan rasa terancam bagi
publik yang mengaksesnya.
5) Bahwa agar website www.anshar.net tersebut tidak diakses
oleh publik dan demi keamanan Negara, Terdakwa
mengalihkan nama servernya ke ns.Israel.webhosting.com
dan ns2.Israel.webhosting.com
6) Bahwa Terdakwa tidak melaporkan hal tersebut karena
pembuat website www.anshar.net yang kemudian diketahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
bernama Abdul Aziz telah tertangkap oleh pihak yang
berwajib.
i. Fakta-fakta di Persidangan
1) Bahwa pada akhir bulan Juli atau Agustus awal tahun 2005,
saksi Abdul Aziz (Qital) mendapat tugas dari Noordin M. Top
untuk membuat situs/website, maka saksi Abdul Aziz mencari
orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat
situs/webite melalui chatting di Internet.
2) Bahwa saksi Abdul Aziz dari chatting berkonsultasi dengan
Maxfiderman (Terdakwa) lalu Qital meminta tolong kepada
Maxfiderman untuk pembelian domain dan hosting, kemudian
Terdakwa menanyakan kepada Qital situs apa, dan dijawab situs
Jihad dan pada waktu itu saksi Abdul Aziz/Qital juga tidak
menjelaskan untuk siapa dan apa content dari situs tersebut.
3) Bahwa atas permintaan Qital, pada sekitar bulan Agustus 2005
Terdakwa mendaftarkan domain dan hosting dengan
menggunakan kartu kredit yang diperolehnya dari Qital (adapun
domainnya didaftarkan di www.joker.com dan hostingnya di
www.openhosting.co.uk
4) Bahwa selanjutnya passwordnya diserahkan kepada Qital dan
setelah itu Terdakwa tidak mengetahui apa isi / content dari situs
www.anshar.net tersebut.
5) Bahwa saksi Abdul Aziz (Qital) yang kemudian merubah atau
mengganti passwordnya dan yang membuat content / isi atau
tampilan dalam situs tersebut adalah saksi Abdul Aziz sendiri
yang bahan-bahannya diterima langsung dari Noordin M. Top
dan yang sudah terpublikasikan (dapat diakses oleh publik)
antara lain content askariyah yang berisi tentang takting dan
strategi perang berupa peta-peta / gambar-gambar jalan,
menyerang mobil / menembak mobil, content kajian Manhaj
yang berisi tentang Wasiat Muchlas alias Ali Gufron, dan ulama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Timur Tengah diantaranya Abdullah Azzam, Umar bin Suif,
content hukum Jihad dan content Wacana antara lain masalah
JIL (Jaringan Islam Liberal).
6) Bahwa tampilan gambar-gambar dalam website www.anshar.net
tersebut dapat menimbulkan rasa takut bagi public yang
mengaksesnya dan bagi saksi-saksi yang mempunyai
pengalaman menjadi korban peledakan bom di JW. Marriot pada
tanggal 5 Agustus 2003 menimbulkan rasa trauma seperti akan
dijadikan sasaran lagi.
7) Bahwa pada sekitar bulan Nopember 2005, Terdakwa baru
mengetahui dari media masa cetak dan elektronika bahwa
ternyata website www.anshar.net merupakan situs teroris yang
dapat menimbulkan ketakutan dan rasa terancam bagi publik
yang mengaksesnya.
8) Bahwa agar website www.anshar.net tersebut tidak dapat
diakses lagi oleh publik dan demi keamanan Negara, maka
Terdakwa mengalihkan nama servernya ke NS.Israel
webhosting.com dan NS2.Israelwebhosting.com
9) Bahwa Terdakwa tidak melaporkan hal tersebut karena pembuat
website www.anshar.net yang kemudian diketahui bernama
Abdul Aziz telah tertangkap oleh pihak yang berwajib.
10) Bahwa saksi Komisaris Polisi Zamri yang melakukan
penangkapan Terhadap terdakwa antara lain menerangkan
bahwa terdakwa adalah orang yang dimanfaatkan oleh
kelompok teroris Noordin M. Top karena kemampuannya
dibidang teknologi dan informatika.
j. Pertimbangan Hakim Mengenai Tindak Pidana Terorisme di
Pengadilan Negeri Semarang dengan nomor perkara NO.
84/PID/B/2007 PN SMG sebagai terdakwa MOHAMMAD AGUNG
PRABOWO
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Terdakwa didakwa dengan bentuk dakwaan alternatif yaitu
kesatu perbuatan Terdakwa telah melanggar Pasal 15 Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme jo. Pasal 1
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme,
menjadi Undang-Undang.
Atau kedua perbuatan Terdakwa telah melanggar Pasal 13
huruf c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme jo.
Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme, menjadi Undang-Undang.
Dakwaan alternatif merupakan dakwaan yang memberikan
pilihan kepada Majelis Hakim untuk menentukan dakwaan mana
yang tepat dikenakan kepada Terdakwa sehubungan dengan tindak
pidana yang dilakukan. Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap
dipersidangan maka menurut hemat Majelis Hakim dakwaan yang
tepat dikenakan kepada Terdakwa adalah dakwaan alternatif kedua,
dengan pertimbangan sebagai berikut :
1) Bahwa dakwaan alternatif kedua melanggar ketentuan Pasal 13
huruf c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme jo. Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi Undang-
Undang yang menyatakan bahwa “ setiap orang yang dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
sengaja memberikan bantuan atau kemudahan terhadap pelaku
tindak pidana terorisme, dengan :
a. …………….
b. …………….
c. Menyembunyikan informasi tentang tindak pidana terorisme,”
2) Bahwa dalam penjelasan atas Pasal 13 tersebut dikatakan bahwa
yang dimaksud dengan “bantuan” adalah tindakan memberikan
bantuan baik sebelum maupun pada saat tindak pidana
dilakukan.
3) Yang dimaksud dengan “kemudahan” adalah tindakan
memberikan bantuan setelah tindak pidana dilakukan.
4) Bahwa perbuatan Terdakwa mendaftarkan domain dan hosting
situs / website www.anshar.net tersebut menurut pendapat
Majelis Hakim bukan merupakan perbuatan menyembunyikan
informasi tentang tindak pidana terorisme karena hal itu sudah
lazim dan bebas dilakukan oleh siapa saja yang terjadi didunia
maya, apalagi Terdakwa sendiri tidak mengetahui informasi apa
yang akan ditampilakan atau apa yang menjadi content / isi dari
situs itu.
5) Bahwa perbuatan Terdakwa mengalihkan nama server website
www.anshar.net ke Israel dan tidak melaporkan perbuatannya
tersebut kepada pihak yang berwajib padahal sudah mengetahui
bahwa website www.anshar.net merupakan situs teroris,
menurut hemat Majelis Hakim merupakan perbuatan
menyembunyikan informasi tentang tindak pidana terorisme,
dengan alasan sebagai berikut :
a) Bahwa Terdakwa seharusnya mengetahui bahwa segala
informasi yang berkaitan dengan terorisme adalah sangat
dibutuhkan oleh yang berwajib dalam rangka memburu dan
menangkap tersangka teroris.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
b) Bahwa Terdakwa seharusnya melaporkan perbuatannya
tersebut kepada pihak yang berwajib segera setelah ia
mengetahui bahwa website / situs www.anshar.net yang
didaftarkannya dan kemudian name servernya dialihkannya
ke Israel adalah situs teroris.
c) Bahwa saksi ahli Prof. Dr. Ramli Atmasasmita, SH. L.LM,
ahli hukum pidana Universitas Padjajaran Bandung
berpendapat bahwa perbuatan Terdakwa mendaftarkan
domain dan hosting, dan memindahkan penghostingan
Website www.anshar.net serta tidak melaporkan kepada
pihak Kepolisian termasuk perbuatan menyembunyikan
informasi sebagaimana diatur dalam Pasal 13 huruf c
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2002 sebagaimana telah ditetapkan sebagai Undang-
undang Nomor 15 Tahun 2003 karena pengalihan hosting
internet oleh Terdakwa merupakan upaya untuk
menghindarkan diri dari tertangkapnya pelaku oleh petugas
hukum apalagi himbauan dari Polisi untuk menyerahkan
diri telah ditayangkan dalam media TV secara luas kepada
masyarakat.
6) Bahwa Majelis dapat menerima dan menyetujui pendapat ahli
Prof. Dr. Ramli Atmasasmita, SH. L.LM, bahwa perbuatan
Terdakwa merupakan perbuatan menyembunyikan informasi
tentang tindak pidana terorisme, sepanjang Terdakwa sudah
mengetahui bahwa situs / website www.anshar.net adalah situs
teroris dan ternyata Terdakwa tidak melaporkan perbuatannya
itu kepada pihak yang berwajib.
7) Bahwa perbuatan Terdakwa telah memenuhi dan sesuai rumusan
delik yang didakwakan kepadanya dalam dakwaan alternatif
kedua, sehingga dakwaan kedua telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bahwa Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
yang diatur dan diancam pidana menurut ketentuan Pasal 13
huruf c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Terorisme jo. Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi Undang-
Undang.
k. Hal-hal yang memberatkan dan meringankan bagi Terdakwa
1) Hal yang memberatkan:
Bahwa Terdakwa seharusnya melaporkan perbuatannya kepada
pihak yang berwajib segera setelah ia mengetahui bahwa situs
www.anshar.net yang domain dan hostingnya didaftarkan
kemudian name servernya dialihkannya tersebut adalah situs
teroris, karena segala informasi yang berkaitan dengan terorisme
adalah sangat dibutuhkan oleh pihak yang berwajib dalam
rangka memburu dan menangkap tersangka teroris Noordin M.
Top dan kelompok / jaringannya yang hingga kini belum
tertangkap.
2) Hal yang meringankan:
a) Bahwa Terdakwa berlaku sopan dipersidangan.
b) Bahwa Terdakwa mengaku terus terang atas perbuatannya.
c) Bahwa Terdakwa belum pernah dipidana.
d) Bahwa Terdakwa masih berusia muda dan sebagai
mahasiswa masih ada kesempatan untuk menyelesaikan
studinya.
l. Putusan Hakim Mengenai Tindak Pidana Terorisme di Pengadilan
Negeri Semarang dengan nomor perkara NO. 84/PID/B/2007 PN
SMG sebagai terdakwa MOHAMMAD AGUNG PRABOWO
1) Menyatakan Terdakwa MOHAMMAD AGUNG PRABOWO
alias MAXFIDERMAN alias AHMAD alias AGUNG alias
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
KALINGGA alias BEBEK2AN alias MAXHAZER tersebut
diatas terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana “ dengan sengaja memberikan kemudahan
terhadap pelaku tindak pidana terorisme “
2) Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada Terdakwa tersebut
dengan pidana penjara selama 3 (tahun)
3) Menetapkan masa Terdakwa menjalani tahanan dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan
4) Menetapkan agar Terdakwa tetap berada dalam tahanan
5) Memerintahkan agar barang bukti berupa :
a) Digital MP3 player merk genesis dengan kapasitas 256 MB
warna hitam.
b) Bluetooth USB warna hitam.
c) Telephon seluler merk Sony Ericsson T 610 warna biru imei
35198800695471-4.
d) SIM Card IM3 nomor 6221114060561805 nomor telephon
+62815640555516.
e) SIM Card Matrik warna biru dengan kapasitas 64 KB
Nomor 8962010000009541959 nomor telephon
+628157702037.
f) 1 (satu) unit hard disk merek Seagate tipe barracuda ATA
IV, model ST 3200 11 A, kapasitas 20 GB, nomor seri
3HT4HM8, dikembalikan kepada Penyidik.
g) 1 (satu) buah kotak CD.
h) (dua) buku tabungan mahasiswa Bank BNI atas nama
MOHAMMAD AGUNG PRABOWO nomor 3317310-2,
Dikembalikan kepada Terdakwa
6) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara
sebesar Rp.2.500, 00 (dua ribu lima ratus rupiah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Pembahasan Mengenai Penggunaan Alat Bukti Keterangan Ahli oleh
Hakim Pengadilan Negeri Semarang Dalam Memeriksa dan Memutus
Tindak Pidana Terorisme dengan Terdakwa AGUNG PRABOWO Studi
Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG.
Alat bukti keterangan ahli di dalam suatu pemeriksaan sidang
pengadilan, Ahli dapat diajukan oleh Penuntut Umum, Terdakwa atau
Penasehat Hukum, dan dapat pula diajukan oleh Hakim ketua sidang.
Hakim ketua sidang “karena jabatannya” dapat meminta keterangan dari
seorang ahli. Hal ini merupakan salah satu perbedaan antara pengajuan
seorang saksi dengan ahli, walaupun ketentuan yang berlaku bagi saksi
barlaku juga bagi ahli. Dalam pemeriksaan terhadap saksi hanya dapat
diajukan oleh Penuntut Umum, Terdakwa atau Penasehat Hukum,
sedangkan Hakim ketua sidang tidak dapat mengajukan seorang saksi
karena jabatannya. Sesuai dengan ketentuan Pasal 180 KUHAP ayat (1),
yaitu dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya pesoalan yang
timbul di sidang pengadilan, Hakim ketua sidang dapat meminta
keterangan ahli dan dapat juga meminta agar diajukan barang baru oleh
yang berkepentingan. Hakim berwenang karena jabatannya
mendatangkan seorang ahli untuk diminta keteranganya dimuka sidang
pengadilan.
Sanksi akan dikenakan kepada seoarang ahli apabila ia tidak
memenuhi panggilan dari pengadilan. Menjadi saksi adalah kewajiban
hukum bagi setiap orang, jadi apabila seorang ahli yang diminta untuk
menghadap dipersidangan sehubungan dengan kepentingan perkara, ia
wajib datang untuk didengar keterangannya sebagai ahli. Bila ia telah
dipanggil dengan sah dan secara wajar, akan tetapi ia tidak hadir tanpa
alasan yang jelas dan sah, maka pengadilan dengan suatu penetapan
dapat menghadapkannya agar hadir.
Apabila ahli tersebut enggan atau menolak dan sengaja tidak hadir
memenuhi kewajibannya menurut undang-undang sebagai seorang ahli
dalam perkara pidana atau perkara-perkara lainnya, maka ia dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dikenakan ancaman pidana atau dalam perkara lain, maka ia dapat
dituntut dan dikenakan ancaman pidana, hal ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 224 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana “barang siapa dipanggil
sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut Undang-Undang dengan
sengaja tidak memenuhi suatu kewajiban yang menurut Undang-Undang
selaku demikian harus dipenuhinya, diancam:
Ke-1. dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan;
Ke-2. dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam
bulan.
Bila ia dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan
yang dilakukan menurut Undang-Undang sebagai suatu kewajiban
baginya, maka ahli itu dapat diancam oleh Pasal 216 Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana. Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hakim
berwenang untuk memanggil dan mendengarkan keterangan dari ahli di
muka sidang, apabila ia berpendapat bahwa keterangan tersebut
diperlukan untuk menjernihkan permasalahan yang ada didalam
persidangan.
Dan apabila hakim setuju, pendapat ahli tersebut dapat diambil alih
oleh hakim dan dianggap sebagai pendapatnya sendiri. Jadi hakim bebas
menilai terhadap keterangan ahli tersebut. Apabila keterangan ahli
disetujui dan diyakini oleh hakim, lalu diambil alih menjadi pendapat
hakim itu sendiri, sehingga dapat dijadikan dasar pemutus. Sehingga
keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana tidak dapat diabaikan atau
dikesampingkan.
Keterangan ahli sebagai alat bukti pada umumnya, tidak
menyangkut pokok perkara pidana yang diperiksa. Sifatnya lebih
ditujukan untuk menjelaskan sesuatu hal yang kurang terang tentang
sesuatu hal atau keadaan. Dalam keadaan tertentu keterangan beberapa
orang ahli dapat dinilai sebagai dua atau beberapa alat bukti yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
dianggap memenuhi prinsip minimum pembuktian yang ditentukan Pasal
183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Oleh karena itu, dua
atau lebih alat bukti keterangan ahli dapat dinilai merupakan dua atau
beberapa alat bukti, yang harus dinilai telah cukup membuktikan
kesalahan terdakwa.
Kasus Agung Prabowo ini merupakan kasus yang cukup kompleks
karena secara langsung menyangkut beberapa aspek kehidupan
bermasyarakat, yaitu aspek hukum, aspek sosial, aspek psikologis dan
aspek informasi teknologi (IT). Disebabkan keterkaitan kasus Agung
Prabowo ini dengan berbagai aspek kehidupan bermasyarkat, tentunya
penyelesaian kasus ini tidak hanya murni menggunakan disiplin ilmu
hukum belaka, tetapi harus juga melibatkan disiplin ilmu lain yang
terkait dengan aspek lainnya dalam kasus ini.
Pada penyelesaian kasus ini terdapat tiga orang ahli dari disiplin
ilmu yang berbeda. Mereka adalah Prof. Dr. Sarlito Wirawan seorang
Guru Besar dari Universitas Indonesia dalam bidang Psikologi, memberi
keterangan bahwa benar seseorang melihat gambar yang terdapat dalam
Website anshar.net tersebut dapat menimbulkan rasa takut dan memiliki
arti perihal ancaman kekerasan. Ahli menjelaskan rasa takut memiliki
tiga kategori, pertama yaitu takut dengan ciri objek yang ditakuti ada,
alasan jelas dan bahaya jelas. Kedua adalah fobia, dimana objek yang
ditakuti ada, tetapi alasan ketakutan tersebut tidak diketahui. Ketiga
adalah cemas, dimana objek yang ditakuti tidak jelas dan bahaya serta
alasan tidak jelas. Sehingga gambar-gambar tersebut masuk kategori
takut kemudian berlanjut ke cemas.
Berikutnya adalah Ir. Budi Rahardjo, Msc. Ph.D berprofesi sebagai
Dosen ITB bidang Teknik Elektro dan Informatika yang dalam dunia IT
di Indonesia dan luar negeri sudah diakui keahliannya, memberi
keterangan tentang proses pembuatan website. Dan yang terakhir adalah
Prof. Dr. Romli Atsasmita, S. H., LL.M., seorang Dosen Universitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Padjajaran yang merupakan ahli dalam bidang Ilmu Hukum. Berikut
adalah pokok keterangan ahli yang mereka berikan.
Dalam kasus ini Terdakwa didakwa dengan bentuk dakwaan
alternatif yaitu kesatu perbuatan Terdakwa telah melanggar Pasal 15
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme jo. Pasal 1 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi Undang-
Undang. Atau kedua perbuatan Terdakwa telah melanggar Pasal 13 huruf
c Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme jo. Pasal 1 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, menjadi Undang-
Undang.
Dakwaan alternatif merupakan dakwaan yang memberikan pilihan
kepada Majelis Hakim untuk menentukan dakwaan mana yang tepat
dikenakan kepada Terdakwa sehubungan dengan tindak pidana yang
dilakukan. Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan maka
menurut hemat Majelis Hakim dakwaan yang tepat dikenakan kepada
Terdakwa adalah dakwaan alternatif kedua, karena memenuhi unsur-
unsur didalam ketentuan Pasal 13 huruf c Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme jo. Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme, menjadi Undang-Undang yang menyatakan
bahwa “setiap orang yang dengan sengaja memberikan bantuan atau
kemudahan terhadap pelaku tindak pidana terorisme, dengan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
a. . …………….
b. ……………...
c. Menyembunyikan informasi tentang tindak pidana
terorisme,”
Dalam penjelasan atas Pasal 13 tersebut dikatakan bahwa yang
dimaksud dengan “bantuan” adalah tindakan memberikan bantuan baik
sebelum maupun pada saat tindak pidana dilakukan. Yang dimaksud
dengan “kemudahan” adalah tindakan memberikan bantuan setelah
tindak pidana dilakukan.
Perbuatan Terdakwa mendaftarkan domain dan hosting situs /
website www.anshar.net tersebut menurut pendapat Majelis Hakim
bukan merupakan perbuatan menyembunyikan informasi tentang tindak
pidana terorisme karena hal itu sudah lazim dan bebas dilakukan oleh
siapa saja yang terjadi didunia maya, apalagi Terdakwa sendiri tidak
mengetahui informasi apa yang akan ditampilakan atau apa yang menjadi
content / isi dari situs itu.
Yang dimaksud menyembunyikan informasi tentang tindak pidana
terorisme adalah perbuatan Terdakwa mengalihkan nama server website
www.anshar.net ke Israel dan tidak melaporkan perbuatannya tersebut
kepada pihak yang berwajib padahal sudah mengetahui bahwa website
www.anshar.net merupakan situs teroris.
Disini jelas sesuai dengan pendapat ahli Prof. Dr. Ramli
Atmasasmita, SH. L.LM, yang menyatakan bahwa perbuatan Terdakwa
merupakan perbuatan menyembunyikan informasi tentang tindak pidana
terorisme, sepanjang Terdakwa sudah mengetaahui bahwa situs / website
www.anshar.net adalah situs teroris dan ternyata Terdakwa tidak
melaporkan perbuatannya itu kepada pihak yang berwajib.
Penggunaan alat bukti keterangan ahli digunakan hakim dalam
memutus suatu perkara untuk memberikan pertimbangan berdasarkan
ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh ahli tersebut tentang pengetahuan,
keahliannya, pengalaman, latihan, pendidikan khusus yang memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
syarat atau kriteria untuk menjadi seorang ahli tentang hal yang berkaitan
dengan keterangannya. Keterangan tersebut dapat diutarakan dimuka
sidang atau dilakukan pada saat pemeriksaan dalam bentuk suatu laporan
sesuai dengan sumpah jabatan yang ia ucapkan pada saat menerima
jabatan/pekerjaan tersebut sesuai dengan Pasal 161 ayat (1) KUHAP.
Keterangan ahli ini diberikan oleh seseorang yang ahli dalam bidangnya
dan mengetahui mengenai seluk-beluk terhadap persoalan tindak pidana.
Dalam penelitian ini, penulis lebih memfokuskan pada tindak pidana
terorisme dan keterangan ahli disini didapat dari seorang yang juga
merangkap sebagai saksi. Keterangan yang diberikan oleh ahli ini,
sifatnya untuk membantu hakim dalam menentukan nilai-nilai terhadap
suatu kasus yang dihadapi dari suatu permasalahan dan keterangan ahli
yang didapat pada kasus yang penulis teliti disini juga diperuntukan
memberikan fakta yang sebenarnya dalam kehidupan nyata.
Keterangan yang diberikan ahli ini tidak dapat berdiri sendiri,
keberadaannya harus diikuti oleh alat-alat bukti lainnya seperti
keterangan saksi, bukti surat, petunjuk lainnya dan keterangan terdakwa.
Keterangan ahli ini digunakan oleh hakim untuk dijadikan bahan
pertimbangan dalam membuat putusan. Keterangan yang diberikan oleh
seorang ahli bukan hanya berorientasi demi keilmuan, keterangan
keahlian yang mereka berikan juga demi keadilan. Keterangan tersebut
harus difokuskan dengan perkara yang sedang diperiksa. Memberikan
keterangan dalam pemeriksaan pengadilan merupakan kewajiban bagi
seorang ahli. Seorang ahli yang dipanggil untuk menghadiri persidangan
untuk didengar keterangannya sebagi ahi tidak dapat menolak sepanjang
hal itu tidak bertentangan dengan ketentuan Pasal 168 atau Pasal 170
KUHAP. Ahli dapat meminta untuk dibebaskan dari kewajiban untuk
memberikan keterangannya sebagi ahli, apabila jabatan atau
pekerjaannya diwajibkan untuk menyimpan rahasia.
Keterangan ahli itu digunakan oleh hakim untuk membantu hakim
agar lebih jelas menemukan nilai-nilai yang benar tentang sesuatu yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tidak diketahui oleh hakim. Tetapi keterangan tersebut tidak mutlak
digunakan, karena suatu keterangan yang sesungguhnya itu adalah
berdasarkan keterangan saksi, keterangan terdakwa, bukti surat dan bukti
lainnya yang mendukung. Keterangan ahli hanyalah suatu bukti
tambahan saja yang dimintakan keterangannya oleh hakim.
Sering terjadi salah paham dikalangan masyarakat dengan
menyebut kehadiran seorang ahli di persidangan adalah sebagai saksi
ahli. Ini adalah sesuatu yang keliru, karena terkesan menyamakan antara
saksi dengan ahli, sesungguhnya keduanya sangat berbeda. Terdapat
faktor yang membedakan antara keterangan saksi dengan keterangan ahli.
Keterangan saksi diberikan berdasarkan apa yang saksi lihat, saksi
dengar dan saksi alami sendiri serta menyebut alasan pengetahuannya itu,
sedangkan keterangan ahli diberikan berdasarkan pengetahuan si ahli
tersebut dan berbicara mengenai fakta-fakta yang ada dalam kasus, tetapi
hanya menyampaikan ilmu pengetahuannya kepada hakim. Realisasi
penggunaan keterangan ahli oleh Hakim Pengadilan Negeri Semarang
dalam hal pelaksanaan pemeriksaan terhadap seorang ahli tersebut dapat
dikatakan tidak pernah terdapat adanya penyimpangan. Karena
penggunaan alat bukti keterangan ahli ini sesuai dengan penilaian hakim
apakah keterangan yang dikemukakannya itu dapat dipakai atau tidak
oleh hakim dalam memutus suatu perkara.
Apabila ada ketidak singkronan terhadap keterangan ahli tersebut
maka tidak ada sanksi yang mengancamnya. Karena penyampaian
keterangan tersebut berdasarkan kemampuan atau keahlian yang dimilki
oleh ahli tersebut. Oleh karena itu tidak dapat dikatakan jika keterangan
ahli tesebut dianggap keterangan palsu, tidak ada ukuran bahwa
keterangan yang diungkapkan oleh ahli merupakan keterangan palsu.
Apabila hakim tidak menghendaki atau ragu-ragu terhadap keterangan
yang diberikan oleh ahli di dalam persidangan tersebut maka hakim tidak
akan menggunakan keterangan tersebut. Karena alat bukti keterangan
ahli ini dapat dikesampingkan bila dianggap tidak relevan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
B. KEKUATAN PEMBUKTIAN KETERANGAN AHLI OLEH HAKIM
PENGADILAN NEGERI SEMARANG DALAM MEMERIKSA DAN
MEMUTUS TINDAK PIDANA TERORISME DENGAN TERDAKWA
AGUNG PRABOWO STUDI PUTUSAN NOMOR 84/PID/B/2007 PN
SMG
Pada prinsipnya alat bukti keterangan ahli tidak mempunyai kekuatan
pembuktian yang mengikat dan menentukan. Dengan demikian nilai kekuatan
pembuktian keterangan ahli sama halnya dengan nilai kekuatan pembuktian
yang melekat pada alat bukti keterangan saksi. Oleh karena itu, nilai kekuatan
pembuktian yang melekat pada alat bukti keterangan ahli adalah:
a. Mempunyai nilai kekuatan pembuktian “bebas” atau “vrij bewijskrcht”.
Di dalam dirinya tidak melekat nilai kekuatan pembuktian yang
sempurna dan menentukan. Terserah pada penilaian hakim. Hakim bebas
menilai dan tidak terikat kepadanya. Tidak ada keharusan bagi hakim
untuk mesti menerima kebenaran keterangan ahli. Tetapi seperti apa yang
telah diutarakan, Hakim dalam mempergunakan wewenang kebebasan
dalam penilaian pembuktian, harus benar-benar bertanggung jawab, atas
landasan moral demi terwujudnya kebenaran sejati dan demi tegaknya
hukum serta kepastian hukum.
b. Sesuai dengan prinsip minimum pembuktian yang diatur dalam Pasal 183
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, keterangan ahli yang
berdiri sendiri saja tanpa didukung oleh salah satu alat bukti yang lain,
tidak cukup dan tidak memadai membuktikan kesalahan terdakwa.
Apalagi jika Pasal 183 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
dihubungkan dengan ketentuan Pasal 185 ayat (2) Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana yang menegaskan, seorang saksi saja tidak cukup
untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Prinsip ini pun berlaku untuk
alat bukti keterangan ahli. Bahwa keterangan seorang ahli saja tidak
cukup membuktikan kesalahan terdakwa. Oleh karena itu, agar
keterangan ahli dapat dianggap cukup membuktikan kesalahan terdakwa
harus disertai dengan alat bukti lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Keterangan ahli sebagai alat bukti pada umumnya, tidak menyangkut
pokok perkara pidana yang diperiksa. Sifatnya lebih ditujukan untuk
menjelaskan sesuatu hal yang kurang terang tentang sesuatu hal atau keadaan.
Dalam keadaan tertentu keterangan beberapa orang ahli dapat dinilai sebagai
dua atau beberapa alat bukti yang dapat dianggap memenuhi prinsip
minimum pembuktian yang ditentukan Pasal 183 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana. Oleh karena itu, dua atau lebih alat bukti keterangan
ahli dapat dinilai merupakan dua atau beberapa alat bukti, yang harus dinilai
telah cukup membuktikan kesalahan terdakwa.
Sering penyidik dan di dalam persidangan menghadapi jalan buntu
untuk menemukan alat bukti saksi, dan terpaksa lari mencari alat bukti
keterangan ahli. Apabila demikian halnya, penyidik atau pengadilan harus
berhati-hati. Jangan hanya mengumpulkan dan minta keterangan dari para
ahli yang mempunyai keahlian di bidang yang sama. Nilai pembuktian
mereka akan tetap dianggap satu saja apabila yang mereka terangkan hanya
tentang suatu keadaan yang serupa. Maka diusahakan minta keterangan dari
beberapa ahli yang berbeda bidang keahliannya, sehingga apa yang mereka
terangkan adalah mengenai hal atau keadaan yang berbeda. Jika demikian
halnya, barulah keterangan ahli yang berbeda bidang keahliannya, dapat
dinilai sebagai alat bukti yang masing-masing berdiri sendiri. Dan dapat
dinilai telah memenuhi prinsip batas minimum pembuktian yang mampu atau
memadai membuktikan kesalahan terdakwa.
Kekuatan hukum penggunaan alat bukti keterangan ahli dalam tindak
pidana terorisme yang digunakan oleh Hakim Pengadilan Negeri Semarang
ini penggunaannya tidak mutlak mengikat dan dapat dikesampingkan
sepenuhnya bila menggangap keterangan tersebut tidak berkenan menurut
pandangan hakim. Keefektifitasan penggunaan alat bukti keterangan ahli
dalam pembuktian dipersidangan itu relative, tergantung pada kualitas ahli
yang dibutuhkan tetapi untuk bidang diluar pengetahuan hakim cukup efektif.
Tetapi disini hakim tidak terikat dengan keterangan yang diutarakan oleh ahli
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
tersebut. Bahwa hakim mempunyai keyakinan tersendiri terhadap keterangan
yang diberikan oleh ahli tersebut, hakim akan menilai apakah keterangan
tersebut relevan atau tidak. Jika oleh hakim keterangan tersebut tidak relevan
maka hakim tidak akan memakainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB IV
PENUTUP
Dari pembahasan yang telah diuraikan penulis pada bab-bab terdahulu,
berikut ini akan disampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan pembahasan
penulisan hukum ini:
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan
pada Bab III, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan alat bukti keterangan ahli oleh Hakim Pengadilan Negeri
Semarang dalam memeriksa dan memutus Tindak Pidana Terorisme dengan
terdakwa Agung Prabowo studi Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG.
Keterangan yang disampaikan oleh ahli dirasa penting karena hakim
bukanlah orang yang ahli dalam segala hal. Hakim mungkin akan menemui
persoalan yang tidak dapat dipecahkan berdasarkan ilmu yang dimilikinya.
Pada proses pembuktian terhadap seorang ahli yang memberikan
keterangannya dipersidangan lebih mendapat perhatian khusus dan lebih
baik lagi. Keterangan ahli digunakan oleh hakim untuk membantu hakim
dalam menyelesaikan suatu perkara. Dimana hakim dapat memperoleh
pangetahuan yang lebih mendalam mengenai sesuatu hal yang dimiliki dari
seorang ahli untuk membuat terang suatu perkara dan sebagai bahan
pertimbangan bagi hakim untuk mengambil putusan.
Alat bukti keterangan ahli dipergunakan oleh Hakim Pengadilan
Negeri Semarang dengan maksud untuk membuat terang suatu perkara.
Penggunaan alat bukti keterangan ahli ini sangat intensif, dimana dalam
proses pembuktian perkara pidana adalah dengan maksud agar hakim
memperoleh pangetahuan yang lebih mendalam mengenai sesuatu hal yang
dimiliki oleh seorang ahli untuk membuat terang suatu perkara.
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
2. Kekuatan pembuktian keterangan ahli oleh Hakim Pengadilan Negeri
Semarang dalam memeriksa dan memutus Tindak Pidana Terorisme dengan
terdakwa Agung Prabowo studi Putusan Nomor 84/PID/B/2007 PN SMG.
Kekuatan pembuktian keterangan ahli ini bersifat bebas dan tidak
mengikat hakim untuk menggunakannya apabila keterangan ahli tersebut
bertentangan dengan keyakinan hakim. Hakim bebas menilai dan tidak
terikat pada keterangan yang diberikan oleh seorang ahli. Dalam hal ini
hakim masih membutuhkan alat bukti lain untuk mendapatkan kebenaran
yang sesungguhnya. Berdasarkan keterangan ahli yang disampaikan oleh
saksi ahli di persidangan dengan terdakwa MOHAMMAD AGUNG
PRABOWO alias Maxfiderman alias Ahmad alias Agung alias Kalingga
alias Bebek2an alias Maxhazer ternyata hakim dalam memutuskan
terdakwa, hakim yakin terhadap keterangan yang diberikan oleh saksi ahli.
Hal ini dapat dilihat adanya pengaruh alat bukti keterangan ahli terhadap
kebebasan hakim di dalam menjatuhkan keputusannya terhadap terdakwa
yang dapat dilihat pada pertimbangan-pertimbangan hakim.
Keterangan ahli sebagai salah satu alat bukti dalam KUHAP sifatnya
tidak mengikat Hakim Pengadilan Negeri Semarang, karena Hakim tidak
hanya menggunakan alat bukti keterangan ahli sebagi satu-satunya alat bukti
untuk menjatuhkan putusan kepada terdakwa. Hal ini sesuai dengan Pasal
183 KUHAP, yaitu bahwa Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya. Alat bukti keterangan
ahli ini kaberadaannya dapat dikesampingkn oleh Hakim, jadi tidak
sepenuhnya mengikat Hakim.
Alat bukti keterangan ahli ini tidak dapat berdiri sendiri, namun harus
didukung dengan alat-alat bukti lain seperti yang tercantum dalam Pasal 184
KUHAP. Kekuatan alat bukti keterangan ahli ini mempunyai nilai yang
sama dengan kekuatan alat bukti yang lain sehingga tidak ada pembedaan
antara alat bukti yang satu dengan yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
B. SARAN
Sebagai pelengkap dalam penulisan hukum (skripsi) ini maka penulis
akan menyumbangkan beberapa pemikiran-pemukiran yang berupa saran
yaitu:
1. Kepada hakim, diharapkan memanggil ahli apabila memang benar-
benar dibutuhkan untuk memperjelas suatu perkara atau kasus dalam
pemeriksaan di persidangan. Seperti pada kasus atau perkara Tindak
Pidana Terorisme dengan terdakwa Agung Prabowo ini. Diharapkan
pula hakim untuk menanyai ahli secara mendetail lagi tentang hal-hal
yang berkenan dengan kasus atau perkara tersebut. Tentu saja
keterangan yang diberikan oleh ahli adalah mengenai hal-hal yang
diketahui sesuai dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki ahli tersebut.
2. Hakim diharapkan dapat memberikan putusan yang seadil-adilnya,
pertimbangan hakim dalam suatu putusan yang mengandung
penghukuman terdakwa harus ditujukan terhadap hal-hal terbuktinya
peristiwa tindak pidana yang dituduhkan kepada terdakwa, hakim harus
meneliti dengan cermat dan sungguh-sungguh guna mendapatkan
kebenaran sesuai dengan keyakinanya.
top related