penjadwalan proyek pembangunan gedung kantor notaris
Post on 05-Nov-2021
37 Views
Preview:
TRANSCRIPT
92. IESM Journal, Vol. 1 No.2 Agustus 2019 ISSN :2656-4300
Penjadwalan Proyek Pembangunan Gedung Kantor
Notaris Menggunakan Metode CPM Dan PERT
Wica Tiara, Marwan
Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer
Universitas Potensi Utama Medan
Jl. KL. Yos Sudarso Km. 6,5 No 3A Tanjung Mulia Medan
Wicatiara85@Gmail@.com, marwan2192@gmail.com
Abstrak
Perencanaan dan pengendalian suatu proyek memiliki peran yang sangat penting dalam
keberhasilan suatu pelaksanaan proyek. Dalam pelaksanaan proyek sering dihadapi
berbagai kendala, misalnya perencanaan yang kurang matang , serta pengendalian yang
kurang efektif sehingga dapat menyebabkan keterlambatan dan menurunya suatu kualitas
sehingga kegiatan suatu proyek menjadi tidak efisien. Dalam pelaksanaannya,
keterlambatan waktu dalam penyelesaian suatu proyek yang telah disepakati maka akan
mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian. Adapun untuk pelaksanaan suatu proyek
tersebut memerlukan perencanaan proyek yang optimal dengan menggunakan metode
CPM dan PERT.
Kata Kunci : penjadwalan, CPM, PERT
Abstact
Planning and controlling a project has a very important role in the success of a project
implementation. In project implementation, various obstacles are often encountered, such
as inadequate planning and ineffective control which can cause delays and a decrease in
quality so that the activities of a project become inefficient. In its implementation, the time
delay in completing an agreed project will result in the company experiencing losses. As
for the implementation of a project, it requires optimal project planning using the CPM
and PERT methods. By comparing the results of these methods, it can produce a faster and
more accurate project completion duration.
Keywords: scheduling, CPM, PERT
I. PENDAHULUAN
Industri konstruksi mempunyai peran penting dan strategis dalam mendukung pertumbuhan
dan perkembangan berbagai bidang dalam pembangunan. Perkembangan industri konstruksi
berhubungan erat dengan pelaksanaan pembangunan di segala bidang. Mengingat akan peran
tersebut maka jasa konstruksi harus terus mengembangkan peran dalam pembangunan.
Jadwal merupakan salah satu parameter yang menjadi tolak ukur keberhasilan suatu proyek
konstruksi, disamping anggaran dan mutu. Penjadwalan perlu diperhatikan dalam manajemen
proyek untuk menentukan durasi maupun urutan kegiatan proyek, sehingga terbentuklah
penjadwalan yang logis dan realistis. Pada umumnya, penjadwalan proyek menggunakan estimasi
durasi yang pasti. Namun, banyak faktor ketidakpastian (uncertainty) sehingga durasi masing-
masing kegiatan tidak dapat ditentukan dengan pasti. Faktor penyebab ketidakpastian durasi
tersebut diantaranya adalah produktivitas pekerja, cuaca dan lain-lain.
Selama ini PT. Anugrah merupakan salah satu jasa konstruksi yang mengerjakan proyek
Wika, Penjadwalan Pembangunan Proyek Gedung…93
gedung, kantor notaris. Dalam usahanya PT. Anugrah ini belum menggunakan metode digram
network dalam menentukan waktu yang dibutuhkan. Perusahaan ini hanya menggunakan cara yang
manual atau berdasarkan pengalaman untuk menentukan waktu atau durasi yang dibutuhkan.
Permasalahan yang terjadi di PT. ANUGRAH adalah ketidaksesuaian jadwal yang telah
direncanakan dengan progrest yang dihasilkan. Perusahaan ini sering kali mendapatkan masalah
dalam waktu penyelesaian proyek karena waktu penyelesaian tidak sesuai dengan waktu yang telah
disepakati sebelumnya. Hal ini akan berdampak buruk bagi perusahaan diantaranya memperburuk
image perusahaan yang terkesan yang tidak mampu menyelesaikan proyek sesuai kontrak yang
sudah disepakati. Selain itu perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak dengan tidak
ketepatannya dalam menyelesaikan suatu proyek pembangunan.
Maka dari itu tujuan penelitian ini untuk menganalisis jadwal proyek menggunakan metode
CPM (Critical Path Method) dan PERT ( Project Evaluation And Review Technique) sehingga
dapat mengetahui berapa lama suatu proyek dapat diselesaikan dengan optimal.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kegiatan – kegiatan kritis dalam suatu proyek
pembangunan gedung kantor notaris menggunakan metode CPM dan PERT. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data mengenai proyek dan hubungan ketergantungan antar kegiatan
yang diperoleh secara langsung maupun wawancara dan survei awal dengan pihak yang berkaitan
di Pt. ANUGRAH. Gambar 1 merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini.
Gambar 1. Metode penelitian
94. IESM Journal, Vol. 1 No.2 Agustus 2019 ISSN :2656-4300
Metode CPM adalah dengan memperinci setiap aktivitas, kemudian tahap selanjutnya adalah
mentukan urutan ketergantungan antara kegiatan satu dengan kegiatan yang lain, karena dalam
pembuatan jaringan kerja menggunakan metode CPM harus diketahui kegiatan yang mendahului,
karena kegiatan yang akan datang bisa dikerjakan setelah kegiatan sebelumnya selesai.
Metode jaringan untuk penjadwalan proyek yang dikenal dengan sebagai metode PERT ini
untuk pertama kali dikembangkan pada tahun 1957 pleh kantor khusus angkatan taut yang bekerja
sama dengan Booz, Allen, dan Hamilton. Langkah pertama dalam penyusunan jaringan kerja
menggunakan metode PERT menetukan perkiraan durasi optimis (a) dan durasi pesimis (b) dari
setiap aktivitas berdasarkan durasi yang ada (m). Tahap selanjutnya adalah dengan menghitung
waktu yang diharapkan (Te).
Setelah membuat estimasi waktu maka dicari nilai te (waktu yang diharapkan) dengan
menggunakan rumus :
Te = 𝑎 +𝑎 (𝑚)+𝑏
6
Dimana :
Te : waktu diharapkan
a : waktu optimis
b : waktu pesimis
m : waktu paling mungkin
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Data Pengamatan
Untuk menganalisa masalah data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jadwal kegiatan
atau WBS, durasi aktivitas, penentuan waktu optimis dan pesimis, realistis, dari penyelesaian suatu
kontruksi. Seluruh data tersebut akan digunakan untuk membuat jaringan kerja.
3.1.1. Work Break Down Structure (WBS)
Work Break Down Structure (WBS) atau pengelompokan jaringan adalah suatu metode
pengorganisasian proyek menjadi pelaporan hierarkis. WBS digunakan untuk melakukan
breakdown atau memecahkan tiap proses pekerjaan menjadi lebih detail.
Tabel 1. Work Breakdown Structure
No. Keterangan
1 Pekerjaan Pematangan Lahan
2 Pekerjaan Penggalian Tanah
3 Pekerjaan besi
4 Pekerjaan Pondasi
5 Pekerjaan Beton
6 Pekerjaan Saluran
7 Pekerjaan Atap dan Kusen
8 Pekerjaan Instalasi Listrik
9 Pekerjaan Plafon
10 Finishing
Wika, Penjadwalan Pembangunan Proyek Gedung…95
Tabel 2. Durasi setiap pekerjaan
No. Keterangan Aktivitas Time
1 Pematangan Lahan A 7
2 Pek. Penggalian Tanah B 18
3 Pekerjaan Besi C 22
4 Pekerjaan Pondasi D 24
5 Pekerjaan Beton E 24
6 Pekerjaan Saluran F 12
7 Pekerjaan Atap dan Kusen G 12
8 Pekerjaan Instalasi Listrik H 20
9 Pekerjaan Plafon I 10
10 Finishing J 20
Total 162
Tabel 3. Anggaran Biaya Setiap Proses
No. Keterangan Volume Satuan Harga Total Harga
1 Pekerjaan Pematangan
Lahan
1 Unit 21.500.000 21.500.000
2 Pek. Penggalian Tanah 48 M2 280.000 13.440.000
3 Pekerjaan Besi 20 M3 300.000 60.000.000
4 Pekerjaan Pondasi 24 M3 2.800.000 67.200.000
5 Pekerjaan Beton 320 M2 80.000 25.600.000
6 Pekerjaan Saluran 4 M2 1.200.000 4. 800.000
7 Pekerjaan Atap dan Kusen 108 M2 400.000 43.200.000
8 Pekerjaan Instalasi listrik 70 Titik 180.000 12.600.000
9 Pekerjaan Plafon 192 M2 170.000 32.640.000
10 Finishing 1 Unit 62.500.000 62.500.000
Total 343.480.000
96. IESM Journal, Vol. 1 No.2 Agustus 2019 ISSN :2656-4300
3.2. Pengolahan Data
Seluruh data yang telah diperoleh akan digunakan untuk membuat jaringan kerja yang akan
menggambarkan rangkaian kegiatan kontruksi mulai dari persiapan hingga berlangsungnya
kegiatan. Pembuatan jaringan kerja ini menggunakan metode CPM dan PERT untuk mengetahui
durasi total dari masing- masing metode yang digunakan.
3.2.1. Metode CPM
Selanjutnya akan diperlukan pengembangan jadwal rencana kerja menjadi jadwal yang
terperinci. Pengembangan jadwal rencana kerja harus mampu mengatasi kemungkinan munculnya
permasalahan dan hambatan, termasuk perhitungan jalan keluaranya.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam pembuatan jaringan kerja dengan
mernggunakan metode CPM adalah dengan memperinci setiap aktivitas, kemudian tahap
selanjutnya adalah mentukan urutan ketergantungan antara kegiatan satu dengan kegiatan yang
lain, karena dalam pembuatan jaringan kerja menggunakan metode CPM harus diketahui kegiatan
yang mendahului, karena kegiatan yang akan datang bisa dikerjakan setelah kegiatan sebelumnya
selesai, untuk data urutan kegiatan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data Urutan Kegiatan
Tabel 4 diatas menunjukkan urutan kegiatan, durasi waktu dan kegiatan yang
mendahului untuk selanjutnya akan membentuk jaringan kerja seperti yang terlihat pada
gambar 2 berikut :
No
.
Keterangan Aktivitas Prodecessors Duration
1 Pematangan Lahan A - 7
2 Pekerjaan Penggalian Tanah B A 18
3 Pekerjaan Besi C B 22
4 Pekerjaan Pondasi D C 24
5 Pek. Beton E D 24
6 Pekerjaan saluran F D 12
7 Pekerjaan Atap dan Kusen G E, F 12
8 Pekerjaan Instalasi H G 20
9 Pekerjaan Plafon I H 10
10 Finishing J E, I 20
Total Hari Kerja 162
Wika, Penjadwalan Pembangunan Proyek Gedung…97
Gambar 2 Jaringan Kerja
Dengan ada perencanaan yang baik diharapkan waktu penyelesaian suatu proyek dapat
sesuai dengan target waktu yang diharapkan. Selain itu dengan adanya perencanaan yang baik
diharapkan proyek dikerjakan dengan biaya yang efisien dan kualitas yang sesuai dengan yang
diharapkan.
Mengacu pada network diagram diatas, maka langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur, perhitungan maju dilakukan untuk
mengetahui Earliest Star (ES) dan Earliest Finish (EF) sedangkan perhitungan mundur akan
mengetahui Lates Star (LS) dan Lates Finish (LF). Waktu selesai paling awal suatu kegiatan
adalah sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah kurun waktu kegiatan yang bersangkutan.
EF=ES + D (durasi) atau EF (k-l) = ES (k-l) + D (durasi).
Dari network yang telah dibuat seperti pada gambar 2 kemudian dilakukan hitungan maju
dan hitungan mundur seperti pada gambar 3 dibawah ini :
Duration/durasi aktifitas
Gambar 3 Hitungan Maju dan Hitungan Mundur Metode CPM
98. IESM Journal, Vol. 1 No.2 Agustus 2019 ISSN :2656-4300
Tabel 5. Hasil Perhitungan ES-EF dan LS-LF
Dari tabel diatas dapat diketahui aktivutas yang termasuk ke dalam jalur kritis pada
kegiatan A, B, C, D, E, G, H, I, J, kemudian data tersebut akan dipindahkan kedalam diagram
network yang telah disesuaikan dengan hasil yang telah diperoleh, berikut gambar diagram.
Duration/durasi aktifitas
Gambar 4 Jalur Kritis Metode CPM
No.
Aktivity
Prodecessors
Duration
Early Latest
Slack
Keterangan
ES
EF
LS
LF
1 A - 7 0 7 0 7 0 Kritis
2 B A 18 7 25 7 25 0 Kritis
3 C B 22 25 47 25 47 0 Kritis
4 D C 24 47 71 47 71 0 Kritis
5 E D 24 71 95 71 95 0 Kritis
6 F D 12 71 83 83 95 12 Tidak Kritis
7 G E,F 12 95 107 95 107 0 Kritis
8 H G 20 107 127 107 127 0 Kritis
9 I H 10 127 137 127 137 0 Kritis
10 J E,I 20 137 157 137 157 0 Kritis
Wika, Penjadwalan Pembangunan Proyek Gedung…99
4.2.2. Metode PERT
Metode jaringan untuk penjadwalan proyek yang dikenal dengan sebagai metode PERT
ini untuk pertama kali dikembangkan pada tahun 1957 pleh kantor khusus angkatan taut yang
bekerja sama dengan Booz, Allen, dan Hamilton. Langkah pertama dalam penyusunan jaringan
kerja menggunakan metode PERT menetukan perkiraan durasi optimis (a) dan durasi pesimis (b)
dari setiap aktivitas berdasarkan durasi yang ada (m). Tahap selanjutnya adalah dengan
menghitung waktu yang diharapkan (Te), seperti tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6. Estimasi waktu pada metode PERT
No.
Aktivity
Prodece
Optimis
(a)
Realistis
(m)
Pesimis
(b)
1 A - 5 7 10
2 B A 12 18 20
3 C B 20 22 24
4 D C 22 24 28
5 E D 22 24 28
6 F D 8 12 15
7 G E,F 9 12 16
8 H G 18 20 22
9 I H 8 10 12
10 J E,I 17 20 22
Perhitungan waktu penyelesaian menggunakan metode PERT dilakukan dengan
hitungan maju dan mundur. Hitungan maju untuk mengetahui waktu setelah kegiatan paling awal.
Hasil perhitungan maju yaitu ES dan EF. Hitungan mundur untuk mengetahui wakktu mulai
kegitan paling akhir tanpa menunda kurun waktu penyelesaian kegiatan secara keseluruhan.
Setelah membuat estimasi waktu maka dicari nilai te (waktu yang diharapkan), maka didapatkan
nilai te untuk masing –masing kegiatan dalam bentuk tabel dibawah ini :
100. IESM Journal, Vol. 1 No.2 Agustus 2019 ISSN :2656-4300
Tabel 7 Nilai waktu yang diharapkan
No. Aktivity Keterangan Te
1
A
Pematangan Lahan
7.17
2 B Pekerjaan Penggalian
Tanah
17.33
3 C Pekerjaan Besi 22
4 D Pekerjaan Pondasi 24.33
5 E Pekerjaan Beton 24.33
6 F Pekerjaan Saluran 11.83
7
G
Pekerjaan Atap dan
Kusen
12.17
8 H Pekerjaan Instalasi 20
9 I Pekerjaan Plafon 10
10 J Finishing 19.83
Berdasaarkan network pada tabel diatas, selanjutnya dilakukan hitungan maju dan hitungan
mundur seperti tabel 8 berikut ini :
Tabel 8 Hasil Perhitungan Metode PERT
No.
Aktivity
Duration
Early Latest
Slack
Standard
Deviation
Keterangan
ES
EF
LS
LF
1 A 7.17 0 7.17 0 7.17 0 0.83 Kritis
2 B 17.33 7.17 24.5 7.17 24.5 0 1.33 Kritis
3 C 22 24.5 46.5 24.5 46.5 0 0.67 Kritis
4 D 24.33 46.5 70.83 46.5 70.83 0 1 Kritis
5 E 24.33 70.83 95.17 70.83 95.17 0 1 Kritis
6 F 11.83 70.83 82.67 83.33 95.17 12.5 1.17 Tidak Kritis
7 G 12.17 95.17 107.33 95.17 107.33 0 1.17 Kritis
8 H 20 107.33 127.33 107.33 127.33 0 0.67 Kritis
9 I 10 127.33 137.33 127.33 137.33 0 0.67 Kritis
10 J 19.83 137.33 157.17 137.33
157.17
0 0.83 Kritis
Wika, Penjadwalan Pembangunan Proyek Gedung…101
Kemudian gambar diagram jaringan kerja dari hasil analisa penjadwalan dengan metode
PERT dengan nilai te sebagai durasi yang digunakan dalam perhitungan, maka akan diketahui
penyelesaian proyek (te) selama 156 hari dan diperoleh jalur kritis pada diagram jaringan kerja
pada kegiatan A, B, C, D,E,G,H,I,J.
Duration/durasi aktifitas
Gambar 5 Hitungan Maju dan Mundur Metode PERT
4.3. Biaya Percepatan Pada Jalur Kitis Metode CPM
Total biaya normal penyelesaian kontruksi sebanyak Rp. 343. 480. 000,- dengan durasi 162
hari. Perhitungan crashing hampir selalu berati peningkatan biaya, pertambahan biaya yang
diakibatkan percepatan waktu adalah jumlah biaya langsung untuk menyelesaikan atau
melaksanakan kegiatan dengan durasi yang dipercepat.
Biaya Percepatan = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑥 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
102. IESM Journal, Vol. 1 No.2 Agustus 2019 ISSN :2656-4300
Tabel 9 Anggaran Biaya Normal Pada Titik Kritis
No. Aktivitas Durasi Kritis Anggaran Biaya Normal
Pada Jalur Kritis
1 A 7 Rp 21.500.000
2 B 18 Rp 13.440.000
3 C 22 Rp 60.000.000
4 D 24 Rp 67.200.000
5 E 24 Rp 25.600.000
6 G 12 Rp 43.200.000
7 H 20 Rp 12.600.000
8 I 10 Rp 32.640.000
9 J 20 Rp 62.500.000
Total 150 Rp 328.680.000
IV. KESIMPULAN
Dari pengolahan data sebelumnya diperoleh bahwa data yang telah dikumpulkan layak
untuk diolah dalam proses pengolahan data. Dengan memperoleh hasil dari perhitungana
menggunakan metode CPM dan PERT :
1. Perhitungan CPM diperoleh waktu pengerjaan proyek selama 150 hari dan jalur kritisnya
adalah A, B, D, E, G, H, I, J.
2. Perhitungan dengan menggunakan metode PERT diperoleh waktu pengerjaan proyek
selama 156 hari dan jalur kritisnya adalah A, B, C, D, E, G, I, J.
Dilihat Dari hasil pengolahan data lalu dibandingkan kedua metode tersebut terdapat
perbedaan hasil penyelesaian untuk pengerjaan proyek pembangunan tersebut, perbedaan
tersebut dilihat dari hasil total durasi yang dibutuhkan dalam proses pembangunan.
Total durasi yang dibutuhkan dalam penyelesaian pembangunan gedung kantor notaris
menggunakan metode CPM yaitu selama 150 hari, sedangkan menggunakan metode PERT
yaitu penyelesaiannya selama 156 hari. Artinya teknik perhitungan menggunakan metode
CPM lebih cepat 6 hari dibandingkan dengan teknik perhitungan metode PERT.
3. Maka untuk tahap mempercepat pejadwalan digunakan hasil perhitungan dengan
menggunakan metode CPM karena memiliki total durasi paling cepat.
V. SARAN
Adapun saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut :
1. Agar tidak terjadi kemunduran waktu pengerjaan proyek, maka pekerjaan yang diluar jalur
kritis harus dikontrol agar pekerjaan tidak tertunda.
2. Sebaiknya disetiap pengerjaan proyek harus menggunakan metode, agar penjadwalan dan
Wika, Penjadwalan Pembangunan Proyek Gedung…103
pembiayaan dapat terperinci dengan maksimal.
3. Sebagai supervaisor seharusnya lebih berhati-hati dalam menentukan waktu perkiraan jadwal
proyek, sebaiknya harus lebih detail meliat kegiatan proyek agar penyelesaian tepat pada
waktu yang paling optimal.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Agyei, Wallace.2015. Project Planning And Scheduling Using PERT And CPM
Techniques With Linier Programming : Case Study. International Journal Of Scientific &
Technology Research. 4(8).222-227.
[2] Chatwal.2014. Aplication of project scheduling in a bottling unit startup using CPM and
PERT techniques. International journal of advanced research in engineering and applied
science. Vol 3, No.6.
[3] Soeharto, Imam.2001. Manajemen Proyek Dari Konseptual Sampai Operasi.Jakarta:
Erlangga.
[4] Setiawati, S. (2017). Penerapan Metode CPM Dan PERT Pada Penjadwalan Proyek Konstruksi (Studi Kasus: Rehabilitasi/Perbaikan Dan Peningkatan Infrastruktur Irigasi Daerah Lintas Kabupaten/Kota DI Pekan Dolok). Jurnal Teknik Sipil USU, 6(1).
[5] Abdurrasyid, A., Luqman, L., Haris, A., & Indrianto, I. (2019). Implementasi Metode PERT dan CPM pada Sistem Informasi Manajemen Proyek Pembangunan Kapal. Khazanah Informatika: Jurnal Ilmu Komputer dan Informatika, 5(1), 28-36.
[6] Julkarnaen, T. I., Herlina, L., & Kulsum, K. (2015). Analisa Perbaikan Penjadwalan Perakitan Panel Listrik Dengan Metode CPM dan PERT (Studi Kasus: PT. Mega Karya Engineering). Jurnal Teknik Industri Untirta, 3(1).
[7] Khoiroh, S. M. (2018). Mengoptimalkan Crashing Project Pemasangan Saluran Rumah Di Perumahan X Dengan Pendekatan Cpm-Pert. Heuristic, 15(01).
top related