penjelasan atas nomor 02 tahun 2013 tentang … · arahan pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan...
Post on 25-Apr-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
~ 1 ~
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGBALAI
NOMOR 02 TAHUN 2013
TENTANG
RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA TANJUNGBALAI
TAHUN 2013 – 2033
I. UMUM
Sesuai amanat Pasal 11 ayat (1) UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
disebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten / Kota dalam penyelenggaraan penataan ruang
memiliki wewenang, meliputi:
a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang
b. Wilayah Kabupaten/Kota dan kawasan strategis Kabupaten/Kota.
c. Pelaksanaan penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota
d. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis Kabupaten/Kota.
e. Kerja sama penataan ruang antar Kabupaten/Kota.
Disamping itu, sesuai dengan Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, disebutkan bahwa pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih besar di dalam
pelaksanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya yang tersedia di wilayahnya dengan
tetap memelihara dan menjaga keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan sesuai
dengan peraturan yang berlaku termasuk juga di dalamnya mengenai penataan ruang. Wewenang
pemerintah daerah dalam hal penataan ruang adalah menyelenggarakan penataan ruang
daerahnya yang didalamnya terdapat unsur perencanaan, pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang.
Rencana tata ruang disusun sebagai acuan/pegangan dalam pembangunan wilayah.
Produk rencana tata ruang harus dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan
daerah dan telah menjadi hasil kesepakatan semua stakeholders di daerah. Dokumen Rencana
Tata Ruang sangat berpengaruh terhadap keterpaduan pelaksanaan program pembangunan di
daerah serta menjadi pertimbangan investor untuk mengembangkan kegiatannya terkait jaminan
kepastian hukum.
~ 2 ~
Melalui penetapan Peraturan Daerah tentang RTRW Kota Tanjungbalai diharapkan
seluruh program pembangunan dapat mengacu pada Perda dimaksud sehingga tercipta penataan
ruang yang tertib yang menjamin keberlanjutan pembangunan di wilayah Kota Tanjungbalai pada
masa yang akan datang.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 4
Tujuan penataan ruang wilayah Kota Tanjungbalai mencerminkan keterpaduan pembangunan antar sektor, antar kecamatan, dan antar pemangku kepentingan. Di masa yang akan datang tujuan penataan ruang Kota Tanjungbalai tidak akan terlepas dari peran, fungsi, dan kedudukannya dalam lingkup wilayah yang lebih luas. Untuk mendukung pengembangan peran dan fungsi Kota Tanjungbalai sebagai salah satu pengembangan pelabuhan nasional di Provinsi Sumatera Utara, maka tujuan penataan ruang Kota Tanjungbalai, yaitu mewujudkan Kota Tanjungbalai sebagai kota tepian sungai dengan perdagangan dan jasa serta industri berskala regional yang religius nyaman, aman, produktif dan berkelanjutan.
Pasal 5
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota ditetapkan untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kota sesuai dengan visi dan misi pembangunan wilayah kota Tanjungbalai.
Yang dimaksud dengan kebijakan penataan ruang wilayah Kota adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar dalam pemanfaatan ruang darat, laut dan udara termasuk ruang didalam bumi untuk mencapai tujuan penataan ruang.
~ 3 ~
Pasal 6
Yang dimaksud dengan Strategi Penataan Ruang wilayah kota adalah langkah-langkah operasional pelaksanaan kebijakan penataan ruang.
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Yang dimaksud dengan rencana struktur ruang adalah gambaran struktur ruang yang dikehendaki untuk dicapai yang mencakup struktur ruang yang ada dan yang akan dikembangkan.
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 17
Sistem Pusat Pelayanan Kota disusun secara hirarki menurut fungsi dan besarannya sehingga pengembangannya dapat dilakukan berdasarkan penilaian kondisi sekarang dan perkembangan di masa yang akan dating sehingga terwujud pelayanan prasarana dan sarana yang efektif dan efisien.
~ 4 ~
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 18
Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disingkat PPK adalah pusat kegiatan utama (hierarki pertama) di kawasan yang memiliki fungsi utama sebagai pendorong perkembangan pertumbuhan kawasan.
Pasal 19
Sub Pusat Pelayanan Kota yang selanjutnya disingkat SPPK adalah pusat kegiatan hierarki kedua di kawasan yang keberadaannya untuk mendukung perkembangan pusat kegiatan primer.
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas
Pasal 30
Ayat (1)
~ 5 ~
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
a. Terminal Penumpang Tipe B dengan fungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalam provinsi dan angkutan kota.
b. Terminal Penumpang Tipe C dengan fungsi untuk melayani kendaraan umum angkutan kota.
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
a. Yang dimaksud alur pelayaran adalah bagian dari perairan baik yang alami maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari.
~ 6 ~
b. Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Sistem jaringan telekomunikasi meliputi jaringan tetap yang terdiri dari jaringan tetap lokal, sambungan langsung jarak jauh, sambungan internasional dan sambungan tertutup serta jaringan bergerak yang terdiri dari jaringan bergerak terestrial, seluler dan satelit, dimaksudkan untuk menciptakan sebuah sistem telekomunikasi yang handal, memiliki jangkauan yang luas dan merata.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
~ 7 ~
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 40
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
~ 8 ~
Pasal 44
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 47
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 48
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 49
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
~ 9 ~
Pasal 50
Ayat (1)
a. Kawasan lindung dapat diterapkan untuk mengatasi dan mengantisipasi ancaman kerusakan lingkungan saat ini dan masa yang akan dating akibat kurangnya kemampuan perlindungan wilayah yang ada.
b. Kawasan budidaya menggambarkan kegiatan dominan yang berkembang di dalam kawasan tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 51
Ayat (1)
a. Kawasan perlindungan setempat berupa kawasan sempadan sungai terdiri atas kawasan sempadan sungai tidak bertanggul, kawasan sempadan sungai bertanggul, dan kawasan sempadan sungai yang berada di kawasan perumahan.
b. Kawasan suaka alam dan cagar budaya meliputi : kawasan perdagangan, kawasan bangunan tua berupa bangunan yang berusia lebih dari 50 (limapuluh) tahun dan kawasan stasiun kereta api.
c. Kawasan rawan bencana alam berupa kawasan rawan banjir.
d. Cukup jelas
Pasal 52
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 53
Cukup jelas
~ 10 ~
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 55
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 56
Cukup jelas
Pasal 57
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Cukup jelas
Pasal 60
Cukup jelas
Pasal 61
Cukup jelas
Pasal 62
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
~ 11 ~
Pasal 63
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 64
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 68
Cukup jelas
Pasal 69
Cukup jelas
Pasal 70
Ayat (1)
Kawasan peruntukan pariwisata dikembangkan untuk menyelenggarakan jasa pariwisata atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.
Ayat (2)
Cukup jelas
~ 12 ~
Pasal 71
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 72
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 73
Ayat (1)
Kawasan peruntukan pertanian dikembangkan untuk menjaga keberlangsungan ketersediaan pangan dan lahan pertanian.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 74
Ayat (1)
Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal bertujuan untuk memberikan ruang yang khusus disediakan untuk menampung pedagang kaki lima di pusat-pusat perdagangan dengan lokasi yang sesuai dengan karakteristik pedagang kaki lima.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 75
Ayat (1)
Kawasan peruntukan perikanan meliputi upaya untuk pengembangan hasil perikanan laut dengan memperhatikan daya dukung dan ketersediaan potensi sumber daya pada kawasan-kawasan dimaksud. Kawasan peruntukan perikanan berupa kawasan perikanan budidaya.
Ayat (2)
Cukup jelas
~ 13 ~
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 76
Ayat (1)
Kawasan strategis ditetapkan pada bagian wilayah kota dengan prioritas pengembangan, karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup pertumbuhan kota.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 77
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 78
Cukup jelas
Pasal 79
Ayat (1)
Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan ke dalam indikasi program utama penataan/pengembangan kota dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (duapuluh) tahun.
Ayat (2)
a. Indikasi program utama menggambarkan kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan rencana struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Selain itu juga terdapat kegiatan lain, baik yang dilaksanakan sebelumnya, bersamaan dengan, maupun sesudahnya yang tidak disebutkan dalam Peraturan Daerah ini.
b. Cukup jelas
c. Cukup jelas
~ 14 ~
d. Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 80
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 81
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 82
Cukup jelas
Pasal 83
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
~ 15 ~
Pasal 84
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 85
Ayat (1)
Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah daerah digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang diselenggarakan melalui: ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan pemberian insentif dan disinsentif dan arahan sanksi.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 86
Ayat (1)
Peraturan zonasi pada dasarnya berisikan ketentuan umum kegiatan yang diperbolehkan, diperbolehkan dengan syarat dan kegiatan yang tidak diperbolehkan untuk dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang. Ketentuan-ketentuan tersebut koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang nyaman, produktif dan berkelanjutan. Dengan demikian, peraturan zonasi digunakan sebagai pedoman bagi Pengendalian pemanfaatan ruang.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
~ 16 ~
Pasal 87
Cukup jelas
Pasal 88
Cukup jelas
Pasal 89
Cukup jelas
Pasal 90
Cukup jelas
Pasal 91
Cukup jelas
Pasal 92
Cukup jelas
Pasal 93
Cukup jelas
Pasal 94
Cukup jelas
Pasal 95
Cukup jelas
Pasal 96
Cukup jelas
Pasal 97
Cukup jelas
Pasal 98
Cukup jelas
Pasal 99
Cukup jelas
Pasal 100
Cukup jelas
Pasal 101
Cukup jelas
Pasal 102
Cukup jelas
Pasal 103
Ayat (1)
~ 17 ~
Yang dimaksud dengan perizinan merupakan acuan bagi pejabat yang berwenang dalam pemberian izin pemanfaatan ruang berdasarkan rencana struktur dan pola ruang yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah yang harus dimiliki sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud antara lain berupa izin prinsip, izin lokasi, izin peruntukan penggunaan tanah, izin mendirikan bangunan, izin/persetujuan penerbitan hak atas tanah ke BPN, izin/persetujuan perpanjangan hak atas tanah ke BPN, izin/persetujuan peralihan hak atas tanah ke BPN, izin pematangan lahan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 104
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 105
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
~ 18 ~
Pasal 106
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
Cukup jelas
Ayat (11)
Cukup jelas
Pasal 107
Cukup jelas
Pasal 108
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
~ 19 ~
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Ayat (8)
Cukup jelas
Ayat (9)
Cukup jelas
Ayat (10)
Cukup jelas
Pasal 109
Cukup jelas
Pasal 110
Cukup jelas
Pasal 111
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata ruang.
Yang dimaksud dengan disinsentif merupakan arahan yang selalu mempersulit munculnya pemanfaatan ruang yang tidaka sesuai atau tidak sejalan dengan rencana tata ruang yang ada.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 112
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
~ 20 ~
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 113
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 114
Ayat (1)
Arahan sanksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 85 ayat (2) huruf d meliputi arahan dalam bentuk sanksi pidana dan sanksi administrasi terhadap pelanggaran penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 115
Cukup jelas
Pasal 116
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
~ 21 ~
Pasal 117
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 118
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 119
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
~ 22 ~
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 120
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 121
Cukup jelas
Pasal 122
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 123
Ayat (1)
Cukup jelas
~ 23 ~
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 124
Cukup jelas
Pasal 125
Cukup jelas
Pasal 126
Cukup jelas
Pasal 127
Cukup jelas
Pasal 128
Cukup jelas
Pasal 129
Cukup jelas
Pasal 130
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 131
Cukup jelas
Pasal 132
Cukup jelas
Pasal 133
Cukup jelas
Pasal 134
Ayat (1)
Cukup jelas
~ 24 ~
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 135
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 136
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 137
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 138
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
top related