penyalahgunaan narkotika oleh anak (putusan nomor...
Post on 09-Feb-2021
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK
(Putusan Nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan Nomor 13/Pid.Sus/2018/PN.Btl)
SKRIPSI
DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK
MEMENUHI SEBAGAI SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU
DALAM ILMU HUKUM
OLEH:
IRIS INDIRA MURTI
16340069
PEMBIMBING:
Prof. Drs. H. Ratno Lukito, M.A., DCL.
PRODI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2020
-
ABSTRAK
Kepala Badan Narkotika Nasioal (BNN) Komisaris Jenderal Polisi Heru Winarko
menyebut, penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja makin meningkat. Peningkatan
yang terjadi sebesar 24 hingga 28 persen remaja yang menggunakan narkotika. Hasil
penelitian beberapa tahun lalu, milenial atau generasi muda hanya sebesar 20 persen dan
sekarang 24-28 persen yang mana kebanyakan penggunanya adalah anak-anak dan
remaja. Berdasarkan data BNN tersebut dapat dilihat penyebaran narkotika pada kalangan
Anak-Anak sudah kian berkembang, kenyataan tersebut sangat mengkhawatirkan karena
anak-anak adalah generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang, anak-anak
memerlukan pembinaan dan perlindungan khusus. Dalam hal ini Hakim mempunyai peran
yang penting untuk memutuskan perkara, demi kelangsungan hidup dan masa depan
Anak, karena sepenuhnya Anak yang melakukan perkara tindak pidana jiwanya belum
berkembang dan masih labil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja
pertimbangan yang digunakan oleh Hakim dan bagaimana kecenderungan Hakim dalam
menjatuhkan sanksi terhadap Anak pelaku penyalahgunaan narkotika berdasarkan
putusan nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan nomor 13/Pid.Sus/2018/PN.Btl.
Jenis penelitian ini adalah penelitian doktrinal dengan pendekatan yuridis
normatif. Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif analitik. Pengumpulan
data dilakukan penyusun dengan studi pustaka dan studi lapangan. Teori yang digunakan
untuk menganalisis adalah teori kekuasaan kehakiman dan teori pemidanaan.
Hasil penelitian menjelaskan Hakim menimbang dari dua kategori yaitu
pertimbangan yuridis dan non yuridis atau yang sering disebut sosiologis. Hakim juga
mempertimbangkan berdasarkan umur pelaku Anak dan hasil laporan penelitian
kemasyarakatan. Selanjutnya berdasarkan wawancara terhadap Hakim yang terkait
ditemukan selama ini kecenderungan Hakim dalam mejatuhkan sanksi terhadap anak
pelaku penyalahgunaan nerkotika berupa pidana penjara tanpa mempertimbangkan
adanya sanksi tindakan berupa rehabilitasi.
Kata kunci: Penyalahgunaan Narkotika, Pertimbangan Hakim, Sanksi Pidana
-
ABSTRACT
Head of the National Narcotics Agency (BNN) Commissioner General of Police
Heru Winarko said, the abuse of narcotics among adolescents is increasing. Where there
is an increase of 24 to 28 teenagers who use narcotics. The results of the study a few years
ago, millennial or young generation was only 20 percent and now 24-28 percent of which
most users are children and adolescents. Based on the BNN data, it can be seen that the
spread of narcotics among children is growing, this reality is very worrying because
children are the next generation of the nation in the future, children need special guidance
and protection. In this case the Judge has an important role to decide the case, for the
survival and future of the child, because the child who fully commits a crime has not yet
developed and is still unstable. This study aims to find out what are the considerations
used by the Judge and how the tendency of the Judge to impose sanctions on children who
abuse narcotics based on decision number 12 / Pid.Sus / 2018 / PN.Btl and number 13 /
Pid.Sus / 2018 / PN. Btl.
This type of research is a doctrinal research with a normative juridical approach.
The data analysis method used is descriptive analytic. Data collection was carried out by
compilers with literature and field studies. The theory used to analyze is the theory of
judicial power and criminal theory.
The results of the study explained that the Judges considered two categories,
namely juridical and non-juridical considerations or what is often called sociological. The
judge also considers based on the age of the child offender and the results of the social
research report. Furthermore, based on interviews with related judges it was found that so
far the tendency of Judges to impose sanctions on children who abuse the nerkotika in the
form of imprisonment without considering sanctions in the form of rehabilitation.
Keywords: Narcotics Abuse, Judge Considerations, Criminal Sanctions
-
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
Hal : Skripsi Saudari Iris Indira Murti
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga
Di Yogyakarta
Assalamu’alaikum wr. wb.
Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan
perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi
Saudara:
Nama : Iris Indira Murti
NIM : 16340069
Judul Skripsi : PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK (Putusan
Nomor 12/Pid.Sus-Anak/2018/PN.Btl dan nomor 13/Pid.Sus-
Anak/2018/PN.Btl)
Sudah dapat diajukan kepada Prodi Ilmu Hukum Fakultas Syari’ah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana strata satu dalam Ilmu Hukum.
Dengan ini kami mengharap agar skripsi atau tugas akhir Saudara tersebut di atas dapat
segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Yogyakarta, 29 Mei 2020 M.
Pembimbing
Prof. Drs. H. Ratno Lukito, M.A., DCL.
NIP. 19680322 199303 1 001
-
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
Jl. Marsda Adisucipto Telp. (0274) 512840 Fax. (0274) 545614 Yogyakarta 55281
PENGESAHAN TUGAS AKHIR
Nomor : B-544/Un.02/DS/PP.00.9/06/2020
Tugas Akhir dengan judul : PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK (PUTUSAN
NOMOR 12/PID.SUS ANAK/2018/PN.BTL DAN NOMOR
13/PID.SUS ANAK/2018/PN.BTL)
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
Nama : IRIS INDIRA MURTI
Nomor Induk Mahasiswa 16340069
Telah diujikan pada : Jumat, 05 Juni 2020
Nilai ujian Tugas Akhir : A-
dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
TIM UJIAN TUGAS AKHIR
Ketua Sidang
Prof. Drs. H. Ratno Lukito, M.A., DCL. SIGNED
Valid ID: 5edd921239d67
Valid ID:5edba53aac60a
Penguji I
Dr. H. Ahmad Bahiej, S.H., M.Hum.
SIGNED
Valid ID: 5edfaf5fbe8dd
Penguji II
Faisal Luqman Hakim, S.H., M.Hum.
SIGNED
Valid ID: 5edfb075bc0ad
Yogyakarta, 05 Juni 2020
UIN Sunan Kalijaga
Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum
Dr. H. Agus Moh. Najib, S.Ag., M.Ag. SIGNED
-
vi
PERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIARISME
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Iris Indira Murti
NIM : 16340069
Prodi : Ilmu Hukum
Fakultas : Syari’ah dan Hukum
Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian/karya saya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya,
dan bebas dari plagiarisme. Jika di kemudian hari terbukti bukan karya sendiri atau
melakukan plagiasi maka saya siap ditindak sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
Yogyakarta, 29 Mei 2020
Saya yang menyatakan,
Iris Indira Murti
NIM: 16340069
-
vii
MOTTO
“If you can dream it, you can do it” - Walt Disney
Success isn’t given it’s earned.
-
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT dan Shalawat serta salam tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW.
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Kedua orangtua saya, Bapak Paimin Somo Wijoyo yang senantiasa memberikan
nasihat dan dukungan dengan penuh cinta kasih kepada Penyusun.
Ibu Linda Sari Daulay yang senantiasa menemani Penyusun dalam menyelesaikan
skripsi ini dan selalu mendoakan Penyusun.
Kepada abang dan kakak-kakak saya yang senantiasa mendukung dan memberi
semangat kepada Penyusun.
Sahabat-sahabatku Mutiara Riza Mawardah, Fitriyanti Nur Rochmah, Dwi Ratna
Ningsih yang senantiasa menemani dan mendukung dalam segala hal, semoga
kesuksesan dan keberkahan senantiasa membersamai kita.
Skripsi ini saya persembahkan juga kepada diri saya yang akhirnya telah
memenuhi tanggungjawab dengan menyelesaikan skripsi ini ditengah pandemi
COVID-19.
-
ix
KATA PENGANTAR
ْحمِ ِللِِِِبْسمِِ ِحْيِمِنِِالرَّ الرَّ
ُ د ا َرُسْوُل هللِ، َوالصاالَة َوالساالَُم َعلَى أَْشَرفِ اْلَحْمدُ َرِبِّ اْلعَالَِمْيَن، أَْشَهدُ أَْن الَ إِلَهَ ااِلا هللُ َو أَْشَهدُ أَنا ُمَحما
ابَْعد اأْلَْنبِيَاِء َواْلُمْرَسِلْيَن َوَعلَى اَِلِه َوَصْحبِِه أَْجَمِعْيَن، أَما
Segala puji dan syukur Penyusun haturkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya sehinggga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
OLEH ANAK (Putusan Nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan Nomor
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl)”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umatnya.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai Strata 1 Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Syari’ah dan Hukum
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tersusunnya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan bantuan
berbagai pihak.Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan
terima kasih. Dalam skripsi ini pihak-pihak tersebut adalah:
1. Dr. Phil. Sahiron, M.A. selaku Plt. Rektor Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
2. Bapak Dr. H. Agus Moh. Najib, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah
dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Faisal Luqman Hakim, S.H., M.Hum.., selaku Ketua Prodi Ilmu Hukum
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
4. Prof. Drs. H. Ratno Lukito, M.A., DCL., selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga dan pemikiran untuk memberikan
bimbingan, dukungan, kritik dan saran kepada penyusun selama proses
penyusunan skripsi ini.
-
x
5. Seluruh Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu dan banyak pengalaman kepada saya, terkhusus
dosen Program Studi Ilmu Hukum.
6. Hakim Agus Supriyono, SH., selaku Hakim yang menangani perkara
penyalahgunaan narkotika oleh anak, beserta staf pegawai Pengadilan Negeri
Bantul yang telah membantu penyusun dalam melakukan penelitian penulisan
skripsi ini.
7. Seluruh karyawan Tata Usaha Fakultas Syari’ah dan Hukum yang telah
membantu saya dalam urusan administrasi akademik perkuliahan saya.
8. Untuk Fitriyanti Nur Rochmah, Mutiara Riza Mawardah dan Dwi Ratna
Ningsih terimakasih selalu menemani Peyusun dari semester satu hingga
sampai saat ini, dan terimakasih karena telah menemani penyusun dalam
melakukan penelitian, sehingga bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.
9. Untuk teman seperjuanganku Iin, Hana dan Lisa terimakasih senantiasa
mendukung dan membantu Penyusun, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan skripsi.
10. Untuk teman-temanku Nabilla, Rifa dan Lia terimakasih telah memberikan
semangat dan motivasi kepada penyusun.
11. Terimakasih untuk teman-teman KKN 117 di Klepu Anggi, Nanda, Endah,
Afka, Ahmad, Fais dan Huda yang telah menemani dalam menyelesaikan
proker dan hidup bersama selama 2 bulan.
12. Keluarga besar Program Studi Ilmu Hukum 2016, terimakasih atas cerita dan
pengalamannya selama menjalani perkuliahan selama ini.
Semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan balasan yang terbaik
oleh Allah SWT. Penyusun menyadari bahwa, karya tulis ilmiah ini tidak luput dari
kesalahan dan masih banyak kekurangan. Penyusun berharap karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi pembacanya dan dapat dijadikan sumber referensi bagi yang
membutuhkan, Amiin.
-
xi
Yogyakarta, 29 Mei 2020
Penyusun,
Iris Indira Murti
NIM. 16340069
-
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ v
MOTTO ................................................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................................ 6
D. Telaah pustaka .................................................................................... 7
E. Kerangka Teoritik ............................................................................... 15
F. Metode Penelitian ............................................................................... 24
G. Sistematika Pembahasan ..................................................................... 27
BAB II TINJAUAN UMUM TINDAK PIDANA NARKOTIKA YANG
DILAKUKAN OLEH ANAK .................................................................. 29
A. Tinjauan Umum Tindak Pidana .......................................................... 29
1. Pengertian Tindak Pidana ............................................................. 29
2. Unsur-unsur Tindak Pidana .......................................................... 30
B. Tujuan Pemidanaan ............................................................................. 34
-
xiii
C. Tinjauan Umum Narkotika ................................................................ 35
1. Pengertian Narkotika .................................................................... 35
2. Penggolongan narkotika ............................................................... 37
3. Bentuk-bentuk tindak pidana narkotika ........................................ 46
4. Unsur-unsur tindak pidana narkotika ............................................ 49
5. Pengertian tindak pidana penyalahgunaan narkotika .................... 52
D. Tinjauan Umum Anak ......................................................................... 53
1. Pengertian Anak ............................................................................ 53
2. Peradilan Terhadap Anak .............................................................. 53
E. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Menjatuhkan Putusan ............... 57
1. Pertimbangan Yuridis ................................................................... 58
2. Pertimbangan Non yuridis ............................................................ 60
F. Sistem Dua Jalur (Double Track System) ........................................... 62
BAB III POSISI KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK
PUTUSAN NOMOR: 12/PID.SUS/2018/PN.BTL DAN NOMOR:
13/PID.SUS/2018/PN.BTL ....................................................................... 66
A. Kronologi Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Putusan Nomor
: 12/pid.Ss/2018/Pn.Btl ....................................................................... 66
B. Kronologi Kasus Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak Putusan Nomor
: 13/Pid.Sus-Anak/2018/Pn.Btl ........................................................... 72
BAB IV ANALISIS KASUS PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH
ANAK PUTUSAN NOMOR : 12/PID.SUS/2018/PN.BTL DAN NOMOR
: 13/PID.SUS/2018/PN.BTL ..................................................................... 81
A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana
Terhadap Anak Sebagai Pelaku Penyalahgunaaan Narkotika
Berdasarkan Putusan Nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl Dan Nomor
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl ...................................................................... 81
B. Kecenderungan Hakim Dalam Menjatuhkan Sanksi Terhadap Tindak
Pidana Narkotika Yang Dilakukan Oleh Anak Berdasarkan Putusan
-
xiv
Nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl Dan Nomor 13/Pid.Sus/2018/PN.Btl
........................................................................................................... 92
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 100
A. Kesimpulan ....................................................................................... 100
B. Saran ................................................................................................. 104
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 105
LAMPIRAN
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkotika adalah problematika yang sudah tidak asing
lagi di telinga masyarakat Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman,
peredaran narkotika di Indonesia terus berkembang. Seperti diketahui narkotika
saat ini sangat mudah untuk didapatkan, dengan adanya perkembangan internet
membuat transaksi narkotika lebih mudah tanpa harus adanya tatap muka secara
langsung antara penjual dan pembeli. Selain peredarannya yang terus
berkembang, pelaku penyalahgunaan narkotika pun juga berkembang. Pelaku
penyalahgunaan narkotika tidak saja mereka yang telah dewasa namun telah
meluas keseluruh lapisan masyarakat mulai dari pelajar, mahasiswa, wiraswasta,
pejabat, dan lain sebagainya.
Menurut data penyalahgunaan narkotika yang merujuk pada data Badan
Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2018, prevalensi angka penyalahgunaan
narkoba di kalangan pelajar di 13 ibu kota provinsi di Indonesia mencapai angka
3,2 persen atau setara dengan 2,29 juta orang. Sementara, pada 2017, BNN
mencatat angka prevalensi penyalahgunaan narkotika sebesar 1,77 persen atau
setara 3.376.115 orang pada rentang usia 10-59 tahun. Penyalahgunaan
narkotika meningkat dengan menggunakan teknologi internet untuk
perdagangan gelap narkotika. Nilai transaksi maupun jenis yang diperdagangkan
-
2
juga meningkat.1 Menurut data hasil survei Badan Nasional Narkotika,
Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup mengkhawatirkan terhadap
permasalahan narkotika.
Kepala Badan Narkotika Nasioal (BNN) Komisaris Jenderal Polisi Heru
Winarko menyebut, penyalahgunaan narkotika di kalangan remaja makin
meningkat. Terjadi peningkatan sebesar 24 hingga 28 persen remaja yang
menggunakan narkotika. Hasil penelitian beberapa tahun lalu, milenial atau
generasi muda hanya sebesar 20 persen dan sekarang 24-28 persen yang mana
kebanyakan penggunanya adalah Anak-Anak dan remaja.2 Berdasarkan data
BNN tersebut dapat dilihat bahwa penyebaran narkotika pada kalangan Anak-
Anak sudah kian berkembang, kenyataan tersebut sangat mengkhawatirkan
karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa dimasa yang akan datang
anak-anak memerlukan pembinaan dan perlindungan khusus. Anak pada
umumnya memiliki rasa keingintahuan yang besar, sehingga sesuatu hal yang
baru ingin dicoba tanpa menyadari akibat dari hal baru tersebut mengarah
kepada kebaikan atau sebaliknya. Dalam menghadapi dan menanggulangi
perbuatan dan tingkah laku Anak-Anak, perlu dipertimbangkan kedudukan
Anak dengan segala ciri dan sifat khasnya. Walaupun Anak dapat menentukan
sendiri langkah perbuatannya berdasarkan fikiran, perasaan dan kehendaknya,
tetapi disekitarnya dapat mempengaruhi perilakunya.
1“Badan Narkotika Nasional”, https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-
meningkat/, diakses Tanggal 15 Oktober 2019 Pukul 14.00. 2“Badan Narkotika Nasional”, https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-
meningkat/, diakses Tanggal 5 Mei 2020 Pukul 20.00.
https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/
-
3
Anak dalam konteks hukum merupakan sebagai subjek hukum, jadi dapat
disimpulkan bahwa Anak dapat bertanggungjawab akan tindak pidana yang
dilakukannya. Tetapi, dalam hal ini Anak tidak dapat disamakan dengan orang
dewasa dalam hal pertanggungjawaban pidana, dikarenakan dalam hal ini Anak
dalam status hukumnya tergolong tidak mampu atau masih dibawah umur.
Didalam konteks Anak yang masih dibawah umur, menurut Undang-Undang
No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, disebutkan bahwa
dalam perkara Anak batas usianya yaitu yang telah mencapai usia 12 tahun tetapi
belum mencapai usia 18 tahun dan belum pernah menikah.3 Maka mengenai itu,
pemberlakuan hukumnya haruslah dibedakan dengan orang dewasa. Hal itu juga
menjadi kewenangan sistem hukum nasional Indonesia untuk meletakkan hak-
hak Anak yang dimulai dari sistematika yang mendasar dalam Hukum
Perlindungan Anak.
Dengan adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang sistem
Peradilan Pidana Anak, maka memberikan landasan hukum yang kuat untuk
membedakan perlakuan terhadap Anak yang berhadapan dengan hukum.
Perlakuan hukum pada Anak dibawah umur pada perkara penyalahgunaan
narkotika sudah selayaknya mendapatkan perhatian khusus dari aparat penegak
hukum dalam memproses dan memutuskan keputusan yang akan diambil untuk
mengatur dan mengembalikan masa depan Anak sebagai warga negara yang
bertanggungjawab dalam masyarakat. Usaha menangani perkara Anak terutama
bagi para Hakim diperlukan perhatian khusus. Pemeriksaanya atau perlakuannya
3 Pasal 1 Angka 3.
-
4
tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Hakim dalam pemeriksaan awal di
persidangan harus mempertimbangkan apakah Anak akan ditahan atau tidak.
Pertimbangan mengenai apakah Anak masih sekolah atau tidak dan apakah
orang tuanya masih mampu mendidik Anak dan menghadirkan Anak di
persidangan dan berbuat baik selama sidang berlangsung. Hal ini untuk tetap
memberi kesempatan Anak mendapatkan pendidikan yang baik dan tidak
terganggu dengan jalannya persidangan.4 Jangan sampai, hal ini mengakibatkan
Anak tersebut terganggu pertumbuhan dan perkembangannya.
Dalam hal ini Hakim mempunyai peran yang penting untuk memutuskan
perkara ini, demi kelangsungan hidup dan masa depan Anak tersebut, karena
sepenuhnya Anak yang melakukan perkara tindak pidana jiwanya belum
berkembang dan masih labil. Keadaan keluarga yang tidak normal seperti broken
home dan gejala keluarga seperti broken home semu yang pada kenyataanya
kedua orang tuanya masih utuh, tetapi karena masing –masing anggota keluarga
(ayah dan ibu) mempunyai kesibukan masing-masing sehingga orang tua tidak
sempat memberikan perhatiannya terhadap pendidikan dan perkembangan
Anaknya.5 Dalam hal ini Anak kurang pengawasan dari orangtuanya sehingga
Anak bertindak dan bergaul diluar batas wajar sehingga menyebabkan
penyimpangan-penyimpangan perilaku dan berakhir dengan perbuatan tindak
pidana yang dilakukan oleh Anak tersebut.
4 Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia (Medan: RefikaAditama, 2009), hlm.
133. 5 Wagiati Soetodjo, Hukum Pidana Anak (Bandung: Refika Aditama,2006), hlm.21.
-
5
Menyikapi hal tersebut Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama
dengan Sekretariat Mahkamah Agung, Kementerian Hukum dan HAM,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian
Republik Indonesia menyelenggarakan penandatanganan peraturan bersama
terkait penanganan pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika ke
dalam lembaga rehabilitasi. Karena hukuman bagi pecandu dan korban
penyalahgunaan narkotika disepakati berupa pidana rehabilitasi.
Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka Penyusun tertarik
melakukan penelitian terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh
Anak berdasarkan putusan nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan nomor
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl. Pelaku Anak pada kedua putusan tersebut merupakan
teman sepermainan yang sama-sama terjerat kasus narkotika. Pada putusan
nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl sebelumnya pelaku Anak pernah dihukum
pidana penjara selama 6 (enam) bulan di LPKA Wonosari dan sekarang Anak
kembali terjerat dengan kasus yang sama yaitu penyalahgunaan narkotika. Pada
kedua putusan tersebut kedua pelaku Anak dijerat sebagai pengedar dengan
Pasal 112 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Padahal
berdasarkan keterangan kedua pelaku Anak mereka menjelaskan bahwa mereka
juga menggunakan lintingan rokok yang berisi tembakau Gorilla, bahkan pada
putusan nomor 13/Pid.Sus/2018/PN.Btl pelaku Anak telah menggunakan
lintingan tersebut sebanyak 10 (sepuluh) linting. Kemudian pada kedua putusan
tersebut Hakim menjatuhkan sanksi dengan tidak menyertakan rehabilitasi, yang
mana berdasarkan Pasal 54 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
-
6
Narkotika rehabilitasi merupakan hal yang wajib untuk diberikan kepada
pecandu dan pengguna narkotika. Oleh karenanya Penyusun ingin mengkaji apa
saja pertimbangan yang digunakan Hakim dan bagaimana kecenderungan
Hakim dalam menjatuhkan sanksi terhadap Anak sebagai pelaku
penyalahgunaan narkotika. Penyusun mengangkat judul skripsi yaitu :
PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH ANAK (Putusan Nomor
12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan Nomor 13/Pid.Sus/2018/PN.Btl).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penyusun
merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi
pidana terhadap Anak sebagai pelaku penyalahgunaaan narkotika
berdasarkan putusan nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan nomor
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl?
2. Bagaimana kecenderungan Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana
terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh Anak berdasarkan
putusan nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan nomor
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl?
C. Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi
terhadap Anak sebagai pelaku penyalahgunaaan narkotika berdasarkan
-
7
putusan nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan nomor
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl.
b. Untuk mengetahui sanksi apa yang cenderungan Hakim jatuhkan kepada
Anak pelaku penyalahgunaan narkotika berdasarkan putusan nomor
12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan nomor 13/Pid.Sus/2018/Pn.Btl.
2. Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kegunaan teoritis
Diharapakan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang hukum pada
umumnya dan ilmu hukum pada khusunya tindak pidana narkotika yang
dilakukan oleh Anak dibawah umur.
b. Keguaan praktis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
penegak hukum dalam praktik mengambil keputusan atau kebijakan dalam
menangani masalah tindak pidana narkotika.
D. Telaah pustaka
Dalam melakukan penelitian ini, sebelumnya Penyusun telah melakukan
penelusuran terhadap beberapa karya ilmiah yang memiliki relevansi dengan
tema penelitian ini. Adapun beberapa karya ilmiah tersebut antara lain:
Karya Lina Muakhiroh, dalam skripsi nya yang berjudul “Sanksi
Pengguna Narkotika Oleh Anak (Studi Kasus Putusan di Pengadilan Negeri
-
8
Yogyakarta Tahun 2002)”6 yang mana skripsi ini menganalisis bagaiamana
sanksi terhadap pengguna narkotika oleh Anak di Pengadilan Negeri Yogyakarta
tahun 2002. Adapun yang mejadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaiamana putusan, dasar hukum dan pertimbangan Pengadilan Negeri
Yogyakarta terhadap pengguna narkotika oleh Anak tahun 2002. Untuk
menjawab pertanyaan diatas penulis menggunakan metode penelitian lapangan
yaitu dengan mengumpulkan data, dokumentasi dan interview, untuk dapat
menganalisa pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman terhadap
pengguna narkotika oleh Anak tahun 2002. Adapun hasil dari penelitian ini,
bahwa pengguna narkotika oleh Anak yang diputus oleh Pengadilan Negeri
Yogyakarta yaitu terbukti secara sah melanggar hukum telah menggunakan
narkotika untuk diri sendiri, sesuai dengan pasal 28 huruf a UU No. 22 tentang
narkotika Jo pasal 55 (1) ke-1 KUHP dengan putusan No.1/Pid.B.An/2002/PN.
Yogyakarta dengan pidana masing-masing selama 8 bulan. Setelah mempelajari
skripsi tersebut, Penyusun berpendapat bahwa pembahasan pada skripsi ini tidak
hanya terpacu pada hukum pidana positif saja melainkan penulis juga
menjadikan hukum pidana Islam sebagai pembanding dalam mengkaji skripsi
tersebut, tentunya hal ini jelas berbeda dengan skripsi Penyusun. Penyusun
mengkaji hanya menggunakan hukum pidana positif saja tidak membandingkan
dengan hukum pidana Islam.
6 Lina Munakhiroh, “Sanksi Pengguna Narkotika Oleh Anak (Studi Kasus Putusan di
Pengadilan Negeri Yogyakarta Tahun 2002)”, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2008.
-
9
Kemudian Penyusun juga menjadikan makalah milik Nashriana Dosen
Universitas Sriwijaya yang berjudul, “Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan
Putusan Pidana Penjara terhadap Anak Pelaku Penyalahgunaan Narkoba”7
sebagai telaah pustaka. Penelitian ini bermaksud untuk menjawab apa yang
menjadi pertimbangan hakim sehingga menjatuhkan pidana penjara, dan upaya
apa yang dapat dilakukan agar hakim lebih mengedepankan putusan yang
bersifat mengobati (rehabilitasi) dibanding dengan pidana penjara. Metode
pendekatan yang digunakan untuk menjawab masalah ini yaitu yuridis normatif
dan menggunakan bahan-bahan hukum sebagai sumber datanya. Kemudian dari
hasil penelitian didapatkan bahwa dari pertimbangan hakim dalam putusan
nomor 1457/Pid.B/2009,PN.PLG yang menyangkut faktor yang memberatkan
yang menyatakan bahwa seusia Anak telah mengetahui dan mengkonsumsi
Narkoba, tidak dapat ditarik sebagai latar belakang sehingga Anak tersebut
dijatuhkan pidana penjara. Hakim seharusnya lebih menggali secara mendalam
dengan bantuan dari Penelitian Kemasyarakatan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan, mengapa Anak tersebut melakukan penggunaan narkoba.
Akan lebih bijak kalau hakim justru menekankan pada hal-hal yang meringankan
seperti yang terumus dalam putusan, sebagai dasar hakim untuk memberikan
reaksi yang bukan sanksi pidana tetapi berupa pemberian hak rehabilitasi, seperti
yang diharapkan oleh BNN dan masyarakat umum Karena itu upaya yang dapat
dilakukan dapat dilihat dari sudut yuridis dan non yuridis. Dari sudut yuridis
7 Nashriana, “Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Penjara
terhadap Anak Pelaku Penyalahgunaan Narkoba”, Makalah Universitas Sriwijaya 2010.
-
10
perlu dilakukan pembaharuan hukum pidana terutama penambahan sanksi
Tindakan berupa rehabilitasi dalam undang-undang terkait dan hak rehabilitasi
yang juga diberikan terhadap pengguna dan bukan hanya kepada pecandu. Selain
juga pada diri hakim diharapkan untuk lebih bijak dan lebih berani dalam
memberikan sanksi selain daripada yang dirumuskan dalam undang-undang
(sebagai ujud pengaruh dari aliran positivisme/legalistik), atas dasar demi
keadilan dan kepentingan Anak pengguna narkoba. Berdasarkan hal tersebut
sudah terlihat jelas perbedaan dengan skripsi yang Penyusun kaji, dimana
Penyusun mengkaji untuk mengetahui bagaimana kecenderungan Hakim dalam
menjatuhkan sanksi pidana terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan
oleh Anak berdasarkan putusan nomor 12/pid.sus/2018/pn.btl dan nomor
13/pid.sus/2018/pn.btl.
Selanjutnya skripsi Sarah Maulidiyanti yang berjudul, “Penegakan Hukum
terhadap Penyalahgunaan Narkotika yang Dilakukan oleh Anak (Analisis
Putusan PN Depok Nomor : 336/Pid.Sus/2013/PN.Dpk)8 dimana dalam skripsi
ini penulis mengangkat masalah terkait penerapan hukum terhadap proses
peradilan dalam putusan perkara (nomor : 336/Pid.Sus/2013/PN.Dpk). Metode
yang digunakan dalam menganalisis putusan ini menggunakan metode
peninjauan pustakaan dengan beberapa metode primer yaitu dengan beberapa
buku seperti putusan Nomor 336/Pid.Sus/2013/PN.DPK dan buku-buku yang
terkait dengan judul penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkotika oleh
8 Sarah Maulidiyanti, “Penegakan Hukum terhadap Penyalahgunaan Narkotika yang
Dilakukan oleh Anak (Analisis Putusan PN Depok Nomor: 336/Pid.Sus/2013/PN.Dpk)”, Skripsi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
11
Anak. Penulis menyimpulkan bahwasanya penerapan hukuman bagi pelaku
penyalahgunaan narkotika, yang terdapat dalam Undang-undang nomor 35
tahun 2009, pidana diberikan pada pasal 114 ayat 1 (satu) ancaman pidananya
minimal 5 (lima) tahun dan maksimal adalah 20 (dua puluh) tahun, namun jika
dikaitkan dengan Undang-undang perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 Jo
nomor 35 tahun 2014. Sedangkan putusan pengadilan negeri Depok Nomor
336/Pid.Sus/2013/PN.DPK. Jika dilihat dari analisis melalui hukum positif maka
penjatuhan pidana yang diputuskan hakim sudah sesuai, karena Anak tersebut
masih dibawah umur, akan tetapi hemat penulis seharusnya JPU juga
melampirkan pasal 54 dan 127 UU Nomor 35 tahun 2009 karena terdakwa pada
saat itu hanya sebgai korban dari penyalahgunaan narkotika yaitu hanya sekedar
konsumsi saja sesuai yang terjadi pada kronologi kasus. Menurut hemat penulis
juga putusan belum sesuai dengan SPPA (sistem peradilan Anak) Undang-
undang 32 tahun 2002 Jo Undang-undang nomor 11 tahun 2012 karena ketika
hukum acara pidana terjadi Anak tersebut di persidangkan dengan sidang
terbuka sesuai Undang-undang nomor dan peradilan di lakukan dengan majelis
yang seharusnya dilakukan dengan hakim tunggal sesuai dengan pasal pasal 44
ayat 1 dan 2 Undang-undang No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak dan melanggar UU Pasal 54 UU Nomor 11 Tahun 2012 (SPPA)
sistem peradilan pidana Anak. Terlihat jelas bahwa pada pokoknya skirpsi ini
mengkaji terkait penerapan proses peradilan terhadap penyalahgunaan narkotika
yang dilakukan oleh Anak, dimana hal ini berbeda dengan yang dikaji oleh
Penyusun.
-
12
Skripsi yang berjudul, “Analisis Yuridis Putusan Hakim Terhadap
Perkara Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak” yaitu karya
Raynaldo Wendell9. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaturan Hukum mengenai tindak pidana narkotika di Indonesia, bagaimana
pertimbangan Hakim terhadap Anak dalam tindak pidana penyalahgunaan
narkotika, dan bagaimana analisis yuridis terhadap keputusan Hakim terkait.
Adapun hasil dari penelitian ini dimana penulis menyimpulkan pengaturan
tindak pidana narkotika secara tegas diatur di dalam UU No.35 Tahun 2009.
Bentuk proses pemidanaan terhadap perkara terdakwa dalam sistem peradilan
pidana secara tegas diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Hakim dalam hal ini telah menerapkan
pasal-pasal yang terdapat di dalam Sistem Peradilan Pidana Anak. Di samping
itu, penerapan sanksi pidana di dalam perkara terdakwa Anak
Nomor.15/Pid.Sus.Anak/2016/PN Dps dalam hal ini sudah sesuai dengan
menjatuhkan pidana penjara kepada Anak, dikarenakan tidak ditemukannya
alasan pembenar dan pemaaf sehingga terdakwa Anak harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Hal ini juga sudah sesuai dengan
teori pemidanaan yaitu Teori Detterence (Pencegahan), guna untuk mencegah
terdakwa Anak mengulangi perbuatannya tersebut dan ancaman kepada
masyarakat guna tidak berbuat seperti yang dilakukan terdakwa Anak.
9 Raynaldo Wendell, “Analisis Yuridis Putusan Hakim Terhadap Perkara Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak”, Skripsi Universitas Sumatera Utara Medan, 2019.
-
13
Penyusun juga mengangkat skripsi milik Andi Dipo Alam dan Meylani
Putri Utami yang mana pada masing-masing skripsi ini memiliki judul yang
sama hanya studi putusan nya yang berbeda, yaitu dengan skripsi yang berjudul,
“Tinjauan Yuridis Terhadap Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak (Studi
Kasus Putusan Pengadilan Negeri Makasar)”.10 Kedua skripsi ini juga memiliki
kesamaan tujuan penelitian, yaitu bertujuan untuk mengetahui penerapan
Hukum Pidana Materiil terhadap penyalahgunaan narkotika oleh Anak pada
putusan di pengadilan Makasar dan untuk mengetahui pertimbangan Hakim
dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap Anak sebagai pelaku. Dari masing-
masing penelitian yang dilakukan, penulis mendapatkan hasil sebagai berikut,
1). Penerapan hukum pidana materiil oleh Hakim telah tepat dengan
terpenuhinya unsur-unsur Pasal yang didakwakan Penuntut Umum telah
terbukti dengan dinyatakan terdakwa secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana penyalahgunaan narkotika. 2). Adapun pertimbangan
hukum oleh Hakim dalam menjatuhkan putusan karya milik Andi Dipo Alam
telah sesuai berdasarkan alat bukti keterangan saksi, keterangan terdakwa dan
barang bukti yang diperoleh serta pendapat dan saran dari petugas Bapas
Makassar. Majelis Hakim berdasarkan fakta-fakta dipersidangan menilai
terdakwa dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya memberikan
keringanan hukuman kepada terdakwa dengan menerapkan pidana minimum
terhadap Anak yang terlibat penyalahgunaan narkotika. Kemudian
10 Andi Dipo Alam dan Meylani Putri Utami, “Tinjauan Yuridis Terhadap
Penyalahgunaan Narkotika Oleh Anak (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Makasar)”, Skripsi
Universitas Hasanuddin Makassar.
-
14
pertimbangan hukum Hakim dalam menjatuhkan putusan karya Meylani Putri
Utami telah sesuai berdasarkan pertimbangan yuridis normatif dan sosiologis
dan dengan melihat alat-alat bukti yang sah. Majelis Hakim berdasarkan fakta-
fakta di persidangan menilai bahwa terdakwa dapat mempertanggungjawabkan
perbuatannya dengan pertimbangan bahwa pada saat melakukan perbuatannya
terdakwa sadar akan akibat yang ditimbulkannya dan tidak mengurungkan
niatnya, pelaku dalam melakukan perbuatannya dalam keadaan sehat dan cakap
untuk mempertimbangkan unsur melawan hukum, serta tidak adanya alasan
penghapusan pidana.
Relevansi skripsi milik Raynaldo Wendell, Andi Dipo Alam dan Meylani
Putri Utami dengan penelitian yang dilakukan Penyusun adalah sama-sama
membahas tentang penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh Anak.
Kemudian perbedaan ketiga skripsi tersebut dengan penelitian Penyusun yaitu
Penyusun mengkaji untuk mengetahui bagaimana kecenderungan Hakim dalam
menjatuhkan sanksi pidana terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan
oleh Anak.
Adapun karya Muhammad Deniardi dalam tesis nya yang berjudul,
“Penerapan Double Track System Dalam Pemidanaan Anak”11 dimana tesis ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis sejauh mana kecenderungan
Hakim menerapkan double track system yang dianut oleh Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, mengingat terhadap Anak
11 Muhammad Deniardi, “Penerapan Double Track System Dalam Pemidanaan Anak”,
Tesis program pasca sarjana Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
-
15
pelaku tindak pidana berdasarkan undang-undang tersebut terdapat pilihan
sanksi yaitu pidana atau tindakan yang menempatkan kedua sanksi tersebut pada
posisi sejajar dalam kebijakan yudikatif. Di samping itu juga penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis hal-hal apakah yang menjadi
dasar pertimbangan Hakim dalam menentukan sanksi pidana atau sanksi
tindakan terhadap terdakwa Anak. Berdasarkan hal tersebut tentunya jauh
berbeda dengan skripsi yang Penyusun kaji, dimana Penyusun mengkaji untuk
mengetahui bagaimana kecenderungan Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana
terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh Anak.
Setelah memaparkan beberapa karya ilmiah diatas, maka dalam penelitian
ini Penyusun akan mengkaji mengenai seperti apa pertimbangan Hakim dalam
menjatuhkan sanksi terhadap Anak sebagai pelaku penyalahgunaaan narkotika
dan sejauh mana kecenderungan Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana
terhadap penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh Anak berdasarkan
Putusan Nomor: 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan Putusan Nomor:
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl.
E. Kerangka Teoritik
1. Teori Kekuasaan Kehakiman
Pemahaman atas kekuasaan kehakiman yang merdeka, tidak lepas dari
prinsip pemisahan kekuasaan yang telah dikemukakan oleh John Locke dan
Montesqueiu. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin sikap tidak memihak, adil,
jujur atau netral. Apabila kebebasan penjatuhan putusan tidak dimiliki oleh
-
16
kekuasaan kehakiman, maka dapat dipastikan tidak akan ada sikap netral,
terutama dalam sengketa antara wakil rakyat dan rakyat.12
Kekuasaan kehakiman merupakan badan yang menentukan isi dan
kekuatan kaidah-kaidah hukum positif dalam konkretisasi oleh hakim melalui
putusan-putusannya. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-
undangan yang diciptakan dalam suatu Negara, dalam usaha menjamin
keselamatan masyarakat menuju kesejahteraan rakyat, peraturan-peraturan
tersebut tidak ada artinya, apabila tidak ada kekuasaan kehakiman yang bebas
yang diwujudkan dalam bentuk peradilan yang bebas dan tidak memihak,
sebagai salah satu unsur negara hukum. Sebagai pelaksana dari kekuasaan
kehakiman adalah hakim, yang mempunyai kewenangan dalam memberi isi dan
kekuatan kepada norma-norma hukum dalam peraturan perundang-undangan
yang berlaku, dan hal ini dilakukan oleh hakim melalui putusannya.13
Salah satu ciri dari Negara hukum adalah terdapat suatu kemerdekaan
hakim yang bebas, tidak memihak dan tidak dipengaruhi oleh Kekuasaan
Legislatif dan Eksekutif. Kebebasan hakim tersebut tidak dapat diartikan bahwa
hakim dapat melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap suatu perkara
yang sedang ditanganinya, akan tetapi hakim tetap terikat pada peraturan hukum
yang ada.
12 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum
Progresif,(Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 102.
13 Arbijoto, Refleksi terhadap Manusia sebagai Homo Religious, Jakarta: Pusdiklat
MA RI, 2000, hlm. 7.
-
17
Hakim berbeda dengan pejabat-pejabat yang lain, ia harus benar-benar
menguasai hukum, bukan sekedar mengandalkan kejujuran dan kemauan
baiknya. Wirjono Prodjodikoro berpendapat bahwa14, perbedaan antara
pengadilan dan instansi-instansi lain ialah, bahwa pengadilan dalam melakukan
tugasnya sehari-hari selalu secara positif dan aktif memperhatikan dan
melaksAnakan macam-macam peraturan hukum yang berlaku dalam suatu
Negara. Di bidang hukum pidana hakim bertugas menerapkan apa in concreto
ada oleh seorang terdakwa dilakukan suatu perbuatan melanggar hukum pidana.
Untuk menetapkan ini oleh hakim harus dinyatakan secara tepat Hukum Pidana
yang mana telah dilanggar.
Dalam pemeriksaan di sidang pengadilan, hakim yang memimpin jalannya
persidangan harus aktif bertanya dan memberi kesempatan kepada pihak
terdakwa yang diwakili oleh penasihat hukumnya untuk bertanya kepada saksi-
saksi, begitu pula kepada penuntut umum. Dengan demikian diharapkan
kebenaran materil akan terungkap, dan hakimlah yang bertanggung jawab atas
segala yang diputuskannya. Masalah kebebasan hakim perlu dihubungkan
dengan masalah bagaimana hakim dapat menemukan hukum berdasarkan
keyakinannya dalam menangani suatu perkara. Kebebasan hakim dalam
menemukan hukum tidaklah berarti ia menciptakan hukum. Tetapi untuk
menemukan hukum, hakim dapat bercermin pada yurisprudensi dan pendapat
ahli hukum terkenal yang biasa disebut dengan doktrin.
14 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, (Bandung: Refika
Aditama, 2003), hlm. 26-27.
-
18
Menurut Andi Hamzah bahwa, dalam hal ini, hakim tidak memihak
diartikan tidak berat sebelah dalam pertimbangan dan penilaiannya. Hakim tidak
memihak berarti juga bahwa hakim itu tidak menjalankan perintah dari
pemerintah. Bahkan jika harus demikian, menurut hukum hakim dapat
memutuskan menghukum pemerintah, misalnya tentang keharusan ganti
kerugian yang tercantum dalam KUHAP.15
Hakim dalam mengadili perkara-perkara yang dihadapinya maka hakim
akan bertindak sebagai berikut:
a. Dalam kasus yang hukumnya atau Undang-Undangnya sudah jelas tinggal
menerapkan saja hukumnya.
b. Dalam kasus dimana hukumnya tidak atau belum jelas maka hakim akan
menafsirkan hukum atau Undang-Undang melalui cara/metoda penafsiran
yang lazim berlaku dalam ilmu hukum.
c. Dalam kasus yang belum ada Undang-Undang/hukum tertulis yang
mengaturnya, maka hakim harus menemukan hukumnya dengan menggali
dan mengikuti nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat.
Pada akhirnya hakim harus memutuskah perkara yang diadilinya semata-
mata berdasarkan hukum, kebenaran dan keadilan dengan tiada membeda-
bedakan orang dengan berbagai resiko yang dihadapinya. Agar supaya putusan
hakim diambil secara adil dan obyektif berdasarkan hukum, kebenaran dan
keadilan, maka selain pemeriksaan harus dilakukan dalam sidang yang terbuka
untuk umum (kecuali Undang-Undang menentukan lain), juga hakim wajib
15 Andi Hamzah, Asas-asas Hukum Pidana, (Bandung: Rineka Cipta, 2008), hlm. 91.
-
19
membuat pertimbangan-pertimbangan hukum yang dipergunakan untuk
memutus perkaranya.
2. Teori Pemidanaan.
Sanksi Pidana adalah suatu hukuman sebab akibat, sebab adalah kasusnya
dan akibat adalah hukumannya, orang yang terkena akibat akan memperoleh
sanksi baik masuk penjara ataupun terkena hukuman lain dari pihak berwajib.
Negara dalam menjatuhkan sanksi pidana haruslah menjamin kemerdekaan
individu dan menjaga supaya pribadi manusia tetap dihormati. Oleh karena itu
pemidanaan harus mempunyai tujuan dan fungsi yang dapat menjaga
keseimbangan individu dengan kepentingan masyarakat untuk mencapai
kesejahteraan bersama.16
Menurut Satochid Kartanegara dan pendapat-pendapat para ahli hukum
terkemuka dalam hukum pidana, mengemukakan teori pemidanaan atau
penghukuman dalam hukum pidana dikenal ada tiga aliran yaitu:
a. Absolut atau vergeldings theorieen (vergelden/imbalan)
Aliran ini mengajarkan dasar daripada pemidanaan harus dicari pada
kejahatan itu sendiri untuk menunjukkan kejahatan itu sebagai dasar
hubungan yang dianggap sebagai pembalasan, imbalan (velgelding) terhadap
orang yang melakukan perbuatan jahat.
Teori ini memberikan statement bahwa penjatuhan pidana semata-mata
karena seseorang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana.
Pidana merupakan akibat mutlak yang harus ada sebagai suatu pembalasan
16 Ibid, hlm. 48
-
20
kepada orang yang telah melakukan kejahatan. Adapun yang menjadi dasar
pembenarannya dari penjatuhan pidana itu terletak pada adanya kejahatan
itu sendiri, oleh karena itu pidana mempunyai fungsi untuk menghilangkan
kejahatan tersebut.
Menurut Johanes Andenaes, mengatakan bahwa tujuan utama dari pidana
adalah untuk memuaskan tuntutan keadilan (to satesfy the claims of justice),
sedangkan pengaruh-pengaruh lainnya yang menguntungkan adalah hal
sekunder jadi menurutnya bahwa pidana yang dijatuhkan semata-mata untuk
mencari keadilan dengan melakukan pembalasan.17
Tokoh lain yang menganut teori absolut ini adalah Hegel, ia berpendapat
bahwa pidana merupakan suatu keharusan logis sebagai konsekuensi dari
adanya kejahatan. Kejahatan adalah pengingkaran terhadap ketertiban
hukum suatu negara yang merupakan perwujudan dari cita-cita susila, maka
pidana merupakan suatu pembalasan. Lebih lanjut Hegel mengatakan bahwa
tindak pidana itu harus ditiadakan dengan melakukan pemidanaan sebagai
suatu pembalasan yang seimbang dengan beratnya perbuatan yang
dilakukan.
Hugo de Groot dengan mengikuti pendapat dari Phitagoras, menuliskan
bahwa kita tidak seharusnya menjatuhkan suatu pidana karena seseorang
telah melakukan kejahatan, akan tetapi untuk mencegah supaya orang jangan
melakukan kejahatan lagi.18
17Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung. 1998),
hlm. 11. 18Djoko Prakoso, Hukum Penitensir Di Indonesia, (Bandung: Armico, 1988), hlm. 20.
-
21
b. Relatif atau doel theorieen (doel/maksud, tujuan)
Dalam ajaran ini yang dianggap sebagai dasar hukum dari pemidanaan
adalah bukan velgelding, akan tetapi tujuan (doel) dari pidana itu. Jadi aliran
ini menyandarkan hukuman pada maksud dan tujuan pemidanaan itu, artinya
teori ini mencari manfaat daripada pemidanaan
Menurut teori ini penjatuhan pidana bukanlah sekedar untuk melakukan
pembalasan atau pengimbalan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai
tetapi hanya sebagai sarana melindungi kepentingan masyarakat. Lebih
lanjut teori ini menjelaskan bahwa tujuan dari penjatuhan pidana adalah
sebagai berikut:
1) Teori menakutkan yaitu tujuan dari pidana itu adalah untuk menakut-
nakuti seseorang, sehingga tidak melakukan tindak pidana baik terhadap
pelaku itu sendiri maupun terhadap masyarakat (preventif umum).
2) Teori memperbaiki yaitu bahwa dengan menjatuhkan pidana akan
mendidik para pelaku tindak pidana sehingga menjadi orang yang baik
dalam masyarakat (preventif khusus).19
Sedangkan prevensi khusus, dimaksudkan bahwa pidana adalah
pembaharuan yang esensi dari pidana itu sendiri. Sedangkan fungsi
perlindungan dalam teori memperbaiki dapat berupa pidana pencabutan
kebebasan selama beberapa waktu. Dengan demikian masyarakat akan
terhindar dari kejahatan yang akan terjadi. Oleh karena itu pemidanaan harus
memberikan pendidikan dan bekal untuk tujuan kemasyarakatan.
19 Ruslan Saleh, Stelsel Pidana Indonesia, (Jakarta: Aksara Baru, 1983), hlm. 26.
-
22
Menurut pandangan modern, prevensi sebagai tujuan dari pidana adalah
merupakan sasaran utama yang akan dicapai sebab itu tujuan pidana
dimaksudkan untuk kepembinaan atau perawatan bagi terpidana, artinya
dengan penjatuhan pidana itu terpidana harus dibina sehingga setelah selesai
menjalani pidananya, ia akan menjadi orang yang lebih baik dari sebelum
menjalani pidana.20
c. Vereningings theorieen (teori gabungan)
Teori ini sebagai reaksi dari teori sebelumnnya yang kurang dapat
memuaskan menjawab mengenai hakikat dari tujuan pemidanaan. Menurut
ajaran teori ini dasar hukum dari pemidanaan adalah terletak pada kejahatan
itu sendiri, yaitu pembalasan atau siksaan, akan tetapi di samping itu
diakuinya pula sebagai dasar pemidanaan itu adalah tujuan daripada
hukum.21 Tokoh utama yang mengajukan teori gabungan ini adalah
Pellegrino Rossi (1787-1848). Teori ini berakar pada pemikiran yang
bersifat kontradiktif antara teori absolut dengan teori relatif. Teori gabungan
berusaha menjelaskan dan memberikan dasar pembenaran tentang
pemidanaan dari berbagai sudut pandang yaitu:
1) Dalam rangka menentukan benar dan atau tidaknya asas pembalasan,
mensyaratkan agar setiap kesalahan harus dibalas dengan kesalahan,
maka terhadap mereka telah meninjau tentang pentingnya suatu pidana
dari sudut kebutuhan masyarakat dan asas kebenaran.
20 Djoko Prakoso, Hukum Penitensir Di Indonesia, (Bandung: Armico, 1988), hlm. 23. 21 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana Bagian Satu, (Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa),
hlm. 56.
-
23
2) Suatu tindak pidana menimbulkan hak bagi negara untuk menjatuhkan
pidana dan pemidanaan merupakan suatu kewajiban apabila telah
memiliki tujuan yang dikehendaki.
3) Dasar pembenaran dari pidana terletak pada faktor tujuan yakni
mempertahankan tertib hukum.22
Kedua teori diatas, dapat menjadi dasar Penyusun dalam
menganalisis permasalahan yang dikaji oleh Penyusun. Teori kekuasaan
kehakiman dapat membantu Penyusun untuk membedah sejauh mana
Hakim dalam memberikan pertimbangan terhadap kasus penyalahgunaan
narkotika yang dilakukan oleh Anak berdasarkan putusan nomor
12/pid.sus/2018/pn.btl dan nomor 13/pid.sus/2018/pn.btl. Selanjutnya
apabila dikaitkan teori pemidanaan dengan permasalahan yang Penyusun
kaji, maka dapat diketahui kecenderungan Hakim selama ini dalam
menjatuhkan sanksi pidana terhadap penyalahgunaan narkotika yang
dilakukan oleh Anak adalah berupa sanksi pidana penjara. Penyusun
memandang kecenderungan Hakim selama ini dalam menjatuhkan sanksi
berupa pidana penjara, merupakan reaksi terhadap teori tujuan pemidanaan
yaitu teori relatif atau disebut juga dengan teori tujuan. Pada kedua putusan
tersebut, bahwa pelaku saat melakukan tindak pidana merupakan Anak yang
masih dibawah umur, sehingga tujuan pemidanaan dari kedua putusan
bukan semata-mata karena telah dilakukannya kejahatan, melainkan harus
22 Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, (Bandung: 1998),
hlm. 19.
-
24
dipersoalkan pula manfaat suatu pidana dimasa
depan, baik bagi si penjahat maupun masyarakat. Sanksi pidana tersebut
ditekankan pada tujuannya, yakni untuk mencegah agar orang tidak
melakukan kejahatan, bukan bertujuan untuk pemuasan balas dendam atas
keadilan. Dengan sanksi pidana yang dijatuhkan, diharapkan dapat
membuat Anak merasa takut akan akibat yang timbul dari perbuatannya
sehingga Anak tidak mengulangi melakukan penyalahgunaan narkotika.
Dampak lebih luasnya lagi, bahwa dengan adanya pidana penjara yang
dijatuhkan terhadap Anak diharapkan dapat menjadi ancaman yang
menakutkan bagi seluruh masyarakat untuk tidak melakukan
penyalahgunaan narkotika seperti yang dilakukan kedua Anak tersebut.
F. Metode Penelitian
Untuk mencapai apa yang diharapkan dengan baik, penulis menggunakan
metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah penelitian doktrinal.
Penelitian hukum doktrinal (black-letter law) adalah penelitian yang
memfokuskan penelitiannya pada hukum itu sendiri sebagai kaidah yang berdiri
sendiri, yang dapat ditelusuri melalui teks-teks hukum dan statuta-statuta,
dengan sedikit (bahkan ‘tanpa’) referensi terhadap disiplin ilmu lainnya.
Sedangkan yang kedua adalah ‘hukum dalam konteks’ (law in context) 7 yang
-
25
muncul dan berkembang di sekitar akhir tahun 1960-an. Penelitian hukum
doktrinal hanya berfokus pada hukum di buku (law in books).23
Adapun usaha dalam mendapatkan data primer dilakukan dengan terjun
langsung ke lapangan (Pengadilan Negeri Bantul) dengan melakukan
wawancara secara langsung kepada hakim.
2. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik, yaitu suatu penelitian yang
berusaha mendeskripsikan dan menguraikan suatu gejala, peristiwa, dan
kejadian yang terjadi. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan
antar peneliti dan informan, serta objek dan subjek penelitian.24
3. Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Yuridis-
Normatif. Pendekatan ini berguna untuk mendekati masalah yang dikaji dengan
menggunakan dasar perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
4. Sumber data
a. Data primer
1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
23 Sulistyowati Irianto, Praktik Penelitian Hukum: Perspektif Sosiolegal in Metode Penelitian
Hukum: Konstelasi & Refleksi, ed. Sulistyowati Irianto and Shidarta, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2011). 24 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,
(Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 3.
-
26
2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.
3) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman.
5) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
6) Wawancara Hakim yang menangani perkara pidana Nomor:
12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan Nomor: 13/Pid.Sus/2018/PN.Btl.
b. Data sekunder
1) Buku-buku tentang metode penelitian, hukum pidana, penyalahgunaan
narkotika, kekuasaan kehakiman, dan perlindungan hukum terhadap
korban penyalahgunaan narkoika.
2) Skripsi dan thesis.
3) Website resmi yang berhubungan dengan tindak pidana
penyalahgunaan narkotika.
5. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut :
a. Studi pustaka (library research)
Serangkaian kegiatan berupa membaca, mencatat, serta mengutip dari
buku-buku dan informasi yang berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan.
b. Studi lapangan (field research)
-
27
Studi ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh data primer yang
dilakukan dengan melalui rangkaian kegiatan, antara lain melalui
penelitian lapangan, wawancara dengan hakim yang menangani perkara
pidana Nomor: 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan Nomor:
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan dokumentasi melalui pengambilan gambar.
6. Teknik Analisis Data
Tahap pengolahan data dalam penelitian ini meliputi identifikasi data,
yaitu mencari data yang diperoleh untuk disesuaikan dengan pembahasan yang
akan dilakukan dengan menelaah peraturan, buku atau artikel yang berkaitan
dengan judul atau masalah. Selanjutnya klasifikasi data, yaitu hasil identifikasi
data yang diklasifikasi atau dikelompokkan sehingga diperoleh data yang benar-
benar objektif. Dan yang terakhir penyusunan data, yaitu menyusun data
menurut sistematika yang telah ditetapkan dalam penelitian sehingga
memudahkan peneliti dalam menginterpretasikan data.
Analisis data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu
analisis kualitatif yang dipergunakan untuk aspek-aspek normatif (yuridis)
melalui metode yang bersifat deskriptif analisis, yaitu menguraikan gambaran
dari data yang diperoleh dan menghubungkan satu sama lain untuk mendapatkan
suatu kesimpulan umum. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui serta
diperoleh kesimpulan induktif, yaitu cara berpikir dalam mengambil kesimpulan
secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.
G. Sistematika Pembahasan
-
28
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal, maka dalam penelitian
ini penulisannya dilakukan secara runtut dan sistematis. Adapun sistematika
pembahasan skripsi ini terbagi dalam lima bab, yakni sebagai berikut :
Bab pertama, berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah dengan memaparkan gagasan-gagasan, selanjutnya dari gagasan-
gagasan tersebut muncul adanya permasalahan yang dituangkan dalam beberapa
pokok rumusan masalah. Kemudian terdapat kerangka teoritik yang berfungsi
sebagai landasan penulis dalam membangun ide, konsep serta teori-teori yang
berhubungan dengan penelitian skripsi, dilanjut dengan metode penelitian yang
menjelaskan tentang bagaimana penulis mengemas skripsi ini yang berkaitan
dengan data-data. Terakhir adalah sistematika pembahasan yang memaparkan
mengenai struktur dari skripsi yang akan dibahas kemudian agar pembaca tidak
kesulitan dalam mencari informasi.
Bab kedua, dalam pembahasan bab ini memuat penjelasan terkait tinjauan
umum mengenai tindak pidana, tujuan pemidanaan, tinjauan umum narkotika,
tinjauan umum Anak, pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusan
dan sistem dua jalur (double track system).
Bab ketiga, dalam pembahasan bab ini memuat penjelasan mengenai
gambaran umum dan kedudukan terkait perkara Nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl
(narkotika) dan Nomor 13/Pid.Sus/2018/PN.Btl (narkotika).
Bab keempat, dalam bab ini menguraikan analisis data berdasarkan hasil
dari penelitian dan pembahasan terhadap permasalahan dalam penelitian yang
-
29
menjelaskan tentang putusan hakim terkait kasus tindak pidana penyalahgunaan
narkotika oleh Anak.
Bab kelima, dalam bab ini memuat tentang kesimpulan yang merupakan
jawaban dari pokok permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini dan memuat
saran-saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.
-
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pemaparan di atas, maka penyusun dapat menyimpulkan
pembahasan sebagai berikut:
1. Pada putusan nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan nomor
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl, dalam menimbang Hakim menggunakan dasar
pertimbangan secara yuridis dan non yuridis atau yang sering disebut
sosiologis. Penyusun menilai, dalam proses menjatuhkan putusan
Hakim sudah tepat dengan menimbang berdasarkan pertimbangan
secara yuridis dan non yuridis. Pertimbangan yuridis Hakim pada
putusan nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan nomor
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl menimbang berdasarkan fakta hukum yang
terungkap dalam persidangan bahwa kedua Anak tersebut telah terbukti
dan terpenuhi semua unsur pasal yang didakwa oleh Penuntut Umum,
yaitu Pasal 112 Ayat (1) Undang–Undang RI Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika Jo.Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 41 Tahun
2017 Tentang Perubahan Golongan Narkotika. Sehingga tepatlah pada
putusan nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl menyatakan Anak telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
“Memiliki Dan Menyimpan Narkotika Golongan I Berupa Tembakau
Gorilla Yang Mengandung Senyawa Sintetis Ab-Fubinaca”. Begitu pula
pada putusan nomor 13/Pid.Sus/2018/PN.Btl yang menyatakan Anak
-
31
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana “Tanpa Hak Dan Melawan Hukum Menyimpan Narkotika
Golongan I Berupa Tembakau Gorilla Yang Mengandung Senyawa
Sintetis Ab-Fubinaca”.
Selanjutnya mengenai dasar pertimbangan hakim secara non yuridis.
Hakim menimbang berdasarkan keadaan yang memberatkan dan
meringankan. pada kedua putusan tersebut terdapat keadaan yang
bertolak belakang, yang mana pada putusan nomor
12/Pid.Sus/2018/PN.Btl si pelaku Anak sebelumnya sudah pernah
dihukum dengan kasus yang sama. Sedangkan pada putusan nomor
13/Pid.Sus/2018/PN.Btl si pelaku Anak belum pernah dihukum.
Selanjutnya Hakim juga mempertimbangkan usia Anak, yang mana
pada putusan nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl pelaku Anak saat
melakukan tindak pidana statusnya masih dalam kategori Anak,
dikarenakan dilihat dari umur Anak masih berumur 17 (tujuh belas)
tahun belum berusia 18 tahun dan merupakan Anak dari pasangan suami
istri Sugeng Riyadi Dengan Ngadinah sesuai dengan Kutipan Akta
Kelahiran No 5049/A/2000 yang diterbitkan di Bantul tertanggal 30
September 2000. Oleh karena itu, syarat pelaku Anak dalam kategori
Anak dibawah umur telah terpenuhi. Kemudian pada putusan nomor
13/Pid.Sus-Anak/2018/PN.Btl pelaku Anak termasuk dalam kategori
Anak dibawah umur, dengan bukti Akta kelahiran atas nama Anak No.
4310/A/2001 tertanggal 24 Juli 2001 yang dikeluarkan oleh Dinas
-
32
Pendaftaran Penduduk Kabupaten Bantul menerangkan bahwa Anak
tersebut lahir di Bantul pada tanggal 17 Juli 2001, sehingga pada saat
kejadian Anak berumur 16 (enam belas) tahun dan masih duduk di kelas
3 SMP Muhammadiyah Bantul.
2. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh penyusun kepada
Hakim Agus Supriyono, SH selaku hakim anggota di persidangan
terkait putusan nomor 12/Pid.Sus/2018/PN.Btl dan nomor 13/Pid.Sus-
Anak/2018/PN.Btl. Hakim mengatakan, bahwa selama ini dalam
menangani kasus penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh Anak,
Hakim cenderung menjatuhkan sanksi pidana saja berupa pidana
penjara tanpa mempertimbangkan sanksi tindakan berupa rehabilitasi.
Penyusun memandang kecenderungan Hakim selama ini dalam
menjatuhkan sanksi berupa pidana penjara terhadap Anak pelaku
penyalahgunaan narkotika, ini dianggap sebagai reaksi terhadap teori
tujuan pemidanaan yaitu teori relatif. Kedua pelaku Anak tersebut
merupakan Anak yang masih dibawah umur, sehingga tujuan
pemidanaan dari kedua putusan tersebut harus melihat pula manfaat
suatu pidana dimasa depan, baik bagi si Anak maupun masyarakat.
Sanksi pidana tersebut ditekankan pada tujuannya, yakni untuk
mencegah agar orang tidak melakukan kejahatan. Dengan sanksi pidana
yang dijatuhkan, diharapkan dapat membuat Anak merasa takut
sehingga Anak tidak akan mengulangi melakukan penyalahgunaan
narkotika. Dampak lebih luasnya lagi, dengan adanya pidana penjara
-
33
yang dijatuhkan terhadap Anak diharapkan dapat menjadi ancaman
yang menakutkan bagi seluruh masyarakat untuk tidak melakukan
tindak pidana yang sama. Penyusun berpendapat pidana penjara yang
dijatuhkan kepada Anak sudah tepat, agar memberikan rasa takut
kepada Anak dan juga kepada orang lain atau masyarakat agar tidak
melakukan perbuatan yang sama. Namun, untuk membebaskan Anak
dari narkotika diperlukan tindakan rehabilitasi agar Anak sembuh secara
fisik dan tidak mencari narkotika lagi. Saran Penyusun seharusnya
Hakim lebih mengutamakan memberikan sanksi pidana dan tindakan,
penyusun rasa akan lebih efektif dalam menimbulkan rasa takut dan
membuat mereka tidak mengulangi lagi memakai narkotika. Adapun
yang dimaksud dengan model double track system (sistem dua jalur)
yaitu model pemberian sanksi pidana dengan menggunakan dua macam
sanksi pidana yang terdiri dari pidana dan tindakan yang penerapannya
dapat di alternatifkan atau dikumulatifkan. Double track system tidak
sepenuhnya memakai satu diantara dua jenis sanksi itu. Pada double
track system perumusan sanksi terhadap penyalahgunaan narkotika
merupakan kebijakan hukum pidana dalam formulasi ketentuan-
ketentuan yang mengatur mengenai sanksi yang diberikan kepada
pelaku penyalahgunaan narkotika, yaitu berupa sanksi pidana dan sanksi
tindakan mengingat pelaku penyalahgunaan narkotika memiliki posisi
yang sedikit berbeda dengan pelaku tindak pidana lainnya. Menurut
Penyusun sanksi pidana yang dijatuhkan kepada Anak berupa menjalani
-
34
masa hukuman dalam penjara, sedangkan disisi lain sanksi tindakan
yang diberikan kepada Anak berupa pengobatan dan/atau perawatan
yang diselenggarakan dalam bentuk fasilitas rehabilitasi. Dari sudut
double track system kesetaraan kedudukan sanksi pidana dan sanksi
tindakan sangat bermanfaat untuk memaksimalkan penggunaan kedua
jenis sanksi tersebut secara tepat dan proporsional, sehingga kedua Anak
tersebut tidak akan mengulangi tindak pidana setelah selesai nya
menjalani masa hukumannya.
B. Saran
Adapun dalam penelitian ini, Penyusun memberikan saran, yakni
hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana hendaknya lebih mengedepankan
kepentingan Anak. Sehingga dalam prosesnya Anak pelaku
penyalahgunaan narkotika benar-benar tidak mengulangi tindak pidana
yang sama dan Anak terbebas dari narkotika. Nantinya setelah Anak
menyeselaikan masa hukumannya Anak dapat menjalan kembali fungsi
sosial di masyarakat.
-
35
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan:
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Undang-Undangan Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Buku :
Ilyas, Amir, Asas-asas Hukum Pidana, Memahami Tindak Pidana dan
Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan,
Yogyakarta: Rangkang Education, 2012.
Hamzah Andi, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, Edisi
Kedua, 2008.
Hamzah Andi, Asas-asas Hukum Pidana, Bandung: Rineka Cipta, 2008.
Gosita Arif, Masalah Perlindungan Anak, Jakarta: Akademika Presindo,1985.
Prakoso Djoko, Hukum Penitensir Di Indonesia, Bandung: Armico, 1988.
E. Utrecht, Hukum Pidana I, Jakarta:Universitas Jakarta, 1958.
E. Utrecht dalam M.Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana (Ide Dasar
Double Track System dan Implementasinya), Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002.
Geogrge B. Vold dalam M.Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana (Ide
Dasar Double Track System dan Implementasinya), Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002.
-
36
Sangka Hari, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Bandung: Mandar
Maju, 2003.
Rawls John, A Theory of Justice, London: Oxford University press, yang sudah
diterjemahkan dalam bahasa indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru
Prasetyo, Teori Keadilan, Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Juliana Lisa FR dan Nengah Sutrisna W. Narkoba, dan Gangguan Jiwa,
Yogyakarta: Nuha medika, 2013.
Kartonegoro, Diktat Kuliah Hukum Pidana, Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa, t.t.
Mulyadi Lilik. Hukum Acara Pidana Normatif, Teoretis, Praktik, Dan
Permasalahannya, Alumni, Bandung, 2007.
Mulyadi Lilik . Kekuasaan Kehakiman, Surabaya: Bina Ilmu, 2007.
Gutom Maidin. Perlindungan Hukum terhadap Anak dalam Sistem Peradilan
Pidana Anak di Indonesia, Bandung: Refika Aditama, 2014.
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia, Medan: RefikaAditama,2009.
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Moh. Taufik Makaro. Tindak Pidana Narkotika, Bogor: Ghala Indonesia, 2005.
Muladi dan Barda Nawawi Arif, Teori-teori dan Kebijakan Pidana, Bandung :
1998.
Pedoman Praktik Peradilan Perdata dan Pidana, Cet. Ke-2 Yogyakarta: Suka
Press, 2013.
Saleh Ruslan, Stelsel Pidana Indonesia, Jakarta: Aksara Baru, 1983.
Muhammad Rusli, Hukum Acara Pidana kontemporer, Jakarta: Citra Aditya, 2007.
Sudarto. Hukum dan Hukum Pidana, Bandung: Alumni. 1986.
-
37
Sudarto dalam M.Sholehuddin, Sistem Sanksi dalam Hukum Pidana (Ide Dasar
Double Track System dan Implementasinya), Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2002.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif,
Bandung: Alfabeta, 2009.
Irianto Sulistyowati, Praktik Penelitian Hukum: Perspektif Sosiolegal in Metode
Penelitian Hukum: Konstelasi & Refleksi, ed. Sulistyowati Irianto and
Shidarta, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2011.
Soetodjo Wagiati, Hukum Pidana Anak, Bandung: Refika Aditama, 2006.
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Refika
Aditama, 2003.
Skripsi :
Lina Munakhiroh, “Sanksi Pengguna Narkotika Oleh Anak (Studi Kasus Putusan
di Pengadilan Negeri Yogyakarta Tahun 2002)”, Skripsi Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008.
Nashriana, “Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Penjara
terhadap Anak Pelaku Penyalahgunaan Narkoba”, Makalah Universitas
Sriwijaya.
Sarah Maulidiyanti, “Penegakan Hukum terhadap Penyalahgunaan Narkotika yang
Dilakukan oleh Anak (Analisis Putusan PN Depok Nomor :
336/Pid.Sus/2013/PN.Dpk)”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
-
38
Muhammad Alvin Khoiru, “Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana
Penyalahgunaan Narkotika oleh Anak dibawah Umur di Kota
Yogyakarta Tahun 2014”, Skripsi Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Thesis :
Muhammad Deniardi, “Penerapan Double Track System Dalam Pemidanaan
Anak”, Tesis program pasca sarjana Universitas Hasanuddin Makassar
2013.
Internet :
“Badan Narkotika Nasional”, https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-
remaja-meningkat/, akses 15 Oktober 2019 Pukul 14.00 WIB.
https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/https://bnn.go.id/penggunaan-narkotika-kalangan-remaja-meningkat/
-
39
LAMPIRAN
-
40
-
41
-
42
-
43
-
44
-
45
-
46
-
47
-
48
-
49
CURRICULUM VITAE
Data Pribadi
Nama : Iris Indira Murti
Tempat Tanggal Lahir: Sekadau, 21 Januari 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dero Rt/Rw 01/14 Condongcatur Depok Sleman
E-mail : indirairis1998@gmail.com
Latar Belakang Pendidikan
Formal:
2004 – 2010 : SD N Perumnas Condongcatur Depok Sleman
2010 – 2013 : SMP Muhammadiyah 2 Depok
2013 – 2016 : MAN Yogyakarta I
Demikian Curriculum Vitae ini saya buat dengan sebenar-benarnya, semoga dapat
digunakan sebagaimana mestinya.
Hormat Saya,
Iris Indira Murti
HALAMAN SAMPULABSTRAKABSTRACTSURAT PERSETUJUAN SKRIPSIPENGESAHAN TUGAS AKHIRPERNYATAAN KEASLIAN DAN BEBAS PLAGIARISMEMOTTOHALAMAN PERSEMBAHANKATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahB. Rumusan MasalahC. Tujuan dan KegunaanD. Telaah pustakaE. Kerangka TeoritikF. Metode PenelitianG. Sistematika Pembahasan
BAB V PENUTUPA. KesimpulanB. Saran
DAFTAR PUSTAKALAMPIRANCURRICULUM VITAE
top related