peran keunggulan kompetitif dalam memoderasi …lib.unnes.ac.id/35811/1/7101415023_optimized.pdf ·...
Post on 06-Nov-2020
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERAN KEUNGGULAN KOMPETITIF DALAM
MEMODERASI KEMAMPUAN MANAJERIAL
DAN ORIENTASI PASAR TERHADAP KINERJA
USAHA INDUSTRI KECIL MENENGAH (IKM)
MEBEL DI KABUPATEN JEPARA
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Jihhan Riska Andriyanti
NIM 7101415023
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Jika Anda bekerja hanya untuk uang, Anda takkan pernah sukses. Tetapi jika
Anda mencintai apa yang Anda kerjakan dan selalu mengutamakan kepentingan
pelanggan, kesuksesan akan ada di tangan Anda. (Ray Kroc)
Persembahan
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Almamaterku Universitas Negeri Semarang
vi
PRAKATA
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Peran Keunggulan Kompetitif dalam Memoderasi Kemampuan Manajerial dan
Orientasi Pasar Terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil Menengah (IKM) Mebel
di Kabupaten Jepara”.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Penyusun menyadari bahwa penyusunan
skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, saran, dan kerjasama dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat, penyusun
menyampaikan ucapan terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada :
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi strata satu di
Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Heri Yanto, MBA., Ph.D., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Semarang yang telah memberi kesempatan kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan skripsi dan studi dengan baik.
3. Ahmad Nurkhin, S.Pd., M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin kepada
penyusun untuk melakukan penelitian.
vii
4. Dr. Kardoyo, M.Pd., Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan,
arahan dan motivasi yang sangat bermanfaat kepada penyusun selama
penyusunan skripsi.
5. Prof. Dr. Joko Widodo, M.Pd., Dosen wali yang senantiasa membimbing,
menasehati dan memberikan saran serta masukan kepada penyusun selama
menempuh pendidikan.
6. Dr.Widiyanto, MBA., M.M., Dosen penguji I yang telah memberikan saran
sehingga skripsi ini selesai.
7. Khasan Setiaji, S.Pd., M.Pd., Dosen penguji II yang telah memberikan saran
sehingga skripsi ini selesai.
8. Pengusaha dan pengrajin mebel di Kabupaten Jepara yang telah membantu
menjadi responden dalam penelitian ini.
9. Bapak, Ibu dan keluarga yang selalu mendoakan dan memberikan semangat
dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Sahabat dan teman-teman yang sudah banyak memberikan bantuan,
semangat, motivasi dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Ekonomi Koperasi A 2015 yang
selalu memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
Semarang, September 2019
Penyusun
viii
SARI
Andriyanti, Jihhan Riska. 2019. “Peran Keunggulan Kompetitif Dalam
Memoderasi Kemampuan Manajerial dan Orientasi Pasar Terhadap Kinerja
Usaha Industri Kecil Menengah (IKM) Mebel di Kabupaten Jepara”. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Dr. Kardoyo, M.Pd.
Kata Kunci: Kemampuan Manajerial, Orientasi Pasar, Keunggulan
Kompetitif, dan Kinerja Usaha.
Industri mebel di Jawa Tengah memiliki potensi yang cukup tinggi untuk
dikembangkan. Jepara merupakan salah satu kabupaten yang memiliki jumlah unit
usaha mebel terbanyak di Jawa Tengah dengan ciri khas nya yaitu seni ukir.
Namun dengan berjalannya waktu, jumlah unit usaha mebel di Jepara mengalami
penurunan di ikuti dengan penurunan jumlah produksi dan penjualan. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis keunggulan kompetitif dalam memoderasi
kemampuan manajerial dan orientasi pasar terhadap kinerja usaha Industri Kecil
Menengah (IKM) mebel di Kabupaten Jepara.
Populasi dalam penelitian ini adalah pengusaha mebel di Kabupaten Jepara
yang berjumlah 5.403 unit usaha mebel. Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah proportional random sampling dan
diperoleh sampel sebanyak 98 responden. Metode pengumpulan data dengan
menggunakan metode kuesioner. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik
deskriptif dan moderating regression analysis (MRA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh kemampuan
manajerial terhadap kinerja usaha sebesar 4,1%. Ada pengaruh orientasi pasar
terhadap kinerja usaha sebesar 15,3%. Keunggulan kompetitif memoderasi
kemampuan manajerial dan orientasi pasar terhadap kinerja usaha. Adapun
pengaruhnya positif dan signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
kemampuan manajerial terhadap kinerja usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara.
Terdapat pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja usaha IKM mebel di
Kabupaten Jepara. Keunggulan kompetitif memoderasi hubungan kemampuan
manajerial dan kinerja usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara. Keunggulan
kompetitif memoderasi hubungan orientasi pasar dan kinerja usaha IKM mebel di
Kabupaten Jepara. Saran yang dapat disampaikan yaitu pengusaha mebel
meningkatkan kemampuan manajerialnya dengan cara mengikuti pelatihan teknis
yang diadakan oleh pemerintah maupun forum pengusaha mebel di Kabupaten
Jepara. Pengusaha mencari pangsa pasar yang lebih luas dengan melakukan
kerjasama dengan perusahaan lain, mengikuti pameran atau expo mebel untuk
menambah relasi atau mitra usaha dan perusahaan perlu memiliki keunggulan
kompetitif seperti dalam hal menciptakan keunikan produk (seni ukir modern)
serta pengusaha dapat meningkatkan kreativitasnya seperti mampu mengolah
sampah kayu menjadi barang yang bernilai jual.
ix
ABSTRACT
Andriyanti, Jihhan Riska. 2019. “The Role of Competitive Advantage in
Moderating Managerial Ability and Market Orientation on the Performance of
Furniture Small and Medium Enterprises (SMEs) in Jepara Regency”. Final
Project. Economics Education Department. Faculty of Economics. Universitas
Negeri Semarang. Advisor: Dr. Kardoyo, M.Pd.
Keywords: Managerial Ability, Market Orientation, Competitive Advantage,
Firm Performance
The furniture industry in Central Java has a high enough potential to be
developed. Jepara is one of the districts that has the largest number of furniture
business units in Central Java with its distinctive characteristic of carving. But
over time, the number of furniture business units in Jepara has decreased,
followed by a decrease in production and sales. This study aims to analyze
competitive advantage in moderating managerial skills and market orientation
towards the performance of furniture Small and Medium Enterprises (SMEs) in
Jepara Regency.
The population in this study was a furniture entrepreneur in Jepara
Regency, totaling 5,403 furniture business units. The sampling technique used in
this study was proportional random sampling and obtained a sample of 98
respondents. Data collection method using the questionnaire method. The data
collected was analyzed with descriptive techniques and moderating regression
analysis (MRA).
The results showed that there was an influence of managerial ability on
business performance by 4.1%. There is an effect of market orientation on
business performance of 15.3%. Competitive advantage moderates managerial
skills and market orientation towards business performance. The positive and
significant effect.
Based on the results of the study it can be concluded that there is an
influence of managerial ability on the business performance of furniture SMIs in
Jepara Regency. There is an influence of market orientation on the performance of
the furniture SMI business in Jepara Regency. Competitive advantage moderates
the relationship between managerial ability and business performance of furniture
SMEs in Jepara Regency. Competitive advantage moderates the relationship
between market orientation and business performance of furniture SMIs in Jepara
Regency. The suggestion that can be delivered is that furniture entrepreneurs
improve their managerial skills by attending technical training organized by the
government and furniture entrepreneurs forums in Jepara Regency. Entrepreneurs
are looking for a wider market share by collaborating with other companies,
attending furniture exhibitions or expos to increase relations or business partners
and companies need to have competitive advantages such as in terms of creating
product uniqueness (modern carving) and entrepreneurs can increase their
creativity such as being able to process wood waste becomes valuable goods.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v
PRAKATA ............................................................................................................. vi
SARI ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Identifikasi masalah............................................................................. 11
1.3 Cakupan Masalah ................................................................................ 11
1.4 Perumusan Masalah............................................................................. 12
1.5 Tujuan Penelitan .................................................................................. 12
1.6 Kegunaan Penelitian ............................................................................ 13
1.7 Orisinalitas Penelitian ......................................................................... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN ..................... 14
2.1 Teori Resource Based-View (RBV) .................................................... 14
2.2 Teori Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage) .................... 17
2.3 Industri Kecil dan Menengah (IKM) ................................................... 18
2.3.1 Pengertian dan Kriteria IKM ................................................... 18
2.4 Kinerja Usaha ...................................................................................... 19
2.4.1 Pengertian Kinerja Usaha ........................................................ 19
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha ................. 20
2.4.3 Indikator Kinerja Usaha .......................................................... 21
xi
2.5 Kemampuan Manajerial ...................................................................... 22
2.5.1 Pengertian Kemampuan Manajerial ........................................ 22
2.5.2 Fungsi Manajemen .................................................................. 23
2.5.3 Indikator Kemampuan Manajerial ........................................... 24
2.6 Orientasi Pasar..................................................................................... 25
2.6.1 Pengertian Orientasi Pasar ....................................................... 25
2.6.2 Perbedaan Orientasi Pasar dan Orientasi Penjualan ................ 27
2.6.3 Indikator Orientasi Pasar ......................................................... 28
2.7 Keunggulan Kompetitif ....................................................................... 29
2.7.1 Pengertian Keunggulan Kompetitif ......................................... 30
2.7.2 Indikator Keunggulan Kompetitif ........................................... 30
2.8 Kajian Penelitian Terdahulu ................................................................ 32
2.9 Kerangka Berpikir ............................................................................... 36
2.10 Hipotesis Penelitian ............................................................................. 41
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 43
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ................................................................. 43
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .......................... 43
3.2.1 Populasi ................................................................................... 43
3.2.2 Sampel ..................................................................................... 44
3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel ................................................... 45
3.3 Variabel Penelitian .............................................................................. 46
3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 48
3.5 Uji Instrumen Penelitian...................................................................... 49
3.5.1 Uji Validitas ............................................................................ 49
3.5.2 Uji Reliabilitas ......................................................................... 53
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 54
3.6.1 Analisis Statistik Deskriptif ..................................................... 55
3.6.1.1 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kinerja Usaha .. 56
3.6.1.2 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Kemampuan
Manajerial .................................................................... 56
3.6.1.3 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Orientasi Pasar . 57
xii
3.6.1.4 Analisis Statistik Deskriptif Variabel Keunggulan
Kompetitif .................................................................... 57
3.6.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................... 58
3.6.2.1 Uji Normalitas ............................................................. 58
3.6.2.2 Uji Linearitas ............................................................... 59
3.6.2.3 Uji Multikolinearitas.................................................... 59
3.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas ................................................ 60
3.6.3 Analisis Variabel Moderasi ..................................................... 60
3.6.4 Uji Hipotesis ............................................................................ 62
3.6.4.1 Uji Pengaruh Langsung (Uji t) .................................... 62
3.6.4.2 Uji Pengaruh Moderating ............................................ 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 64
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 64
4.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ..................................................... 64
4.1.1.1 Deskripsi Variabel Kinerja Usaha ............................... 65
4.1.1.2 Deskripsi Variabel Kemampuan Manajerial ............... 68
4.1.1.3 Deskripsi Variabel Orientasi Pasar .............................. 70
4.1.1.4 Deskripsi Variabel Keunggulan Kompetitif ................ 73
4.1.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................... 75
4.1.2.1 Uji Normalitas ............................................................. 75
4.1.2.2 Uji Linearitas ............................................................... 76
4.1.2.3 Uji Multikolinearitas.................................................... 77
4.1.2.4 Uji Heteroskedastisitas ................................................ 78
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 85
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 93
5.1 Simpulan.............................................................................................. 93
5.2 Saran ................................................................................................... 93
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 95
LAMPIRAN ......................................................................................................... 100
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Perbandingan Jumlah Unit Usaha Mebel di Jawa Tengah Tahun 2018........ 2
1.2 Banyaknya Unit Usaha dan Tenaga Kerja Dirinci Menurut Jenis Industri
Kecil Menengah (IKM) di Kabupaten Jepara ............................................... 3
1.3 Perkembangan Industri Mebel Kabupaten Jepara ......................................... 5
1.4 Penjualan Mebel di Kabupaten Jepara .......................................................... 5
2.1 Perbedaan Orientasi Pasar dengan Orientasi Penjualan .............................. 28
3.1 Populasi Penelitian ...................................................................................... 44
3.2 Jumlah Sampel Penelitian ........................................................................... 46
3.3 Hasil Uji Validitas Kinerja Usaha ............................................................... 50
3.4 Hasil Uji Validitas Kemampuan Manajerial ............................................... 51
3.5 Hasil Uji Validitas Orientasi Pasar ............................................................. 52
3.6 Hasil Uji Validitas Keunggulan Kompetitif ................................................ 53
3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ................................................. 54
3.8 Jenjang Kriteria Variabel Kinerja Usaha .................................................... 56
3.9 Jenjang Kriteria Variabel Kemampuan Manajerial..................................... 57
3.10 Jenjang Kriteria Variabel Orientasi Pasar ................................................. 57
3.11 Jenjang Kriteria Variabel Keunggulan Kompetitif ................................... 58
4.1 Hasil Analisis Deskriptif ............................................................................. 64
4.2 Hasil Deskripsi Variabel Kinerja Usaha ..................................................... 65
4.3 Hasil Deskripsi Indikator Pertumbuhan Laba ............................................. 66
4.4 Hasil Deskripsi Indikator Pertumbuhan Penjualan ..................................... 67
4.5 Hasil Deskripsi Indikator Pertumbuhan Aset Tetap ................................... 67
4.6 Hasil Deskripsi Variabel Kemampuan Manajerial ..................................... 68
4.7 Hasil Deskripsi Indikator Kemampuan Teknis ........................................... 69
4.8 Hasil Deskripsi Indikator Keterampilan Manusiawi ................................... 69
4.9 Hasil Deskripsi Indikator Keterampilan Konseptual .................................. 70
4.10 Hasil Deskripsi Variabel Orientasi Pasar .................................................. 71
4.11 Hasil Deskripsi Indikator Orientasi Pelanggan ......................................... 71
xiv
4.12 Hasil Deskripsi Indikator Orientasi Pesaing ............................................. 72
4.13 Hasil Deskripsi Indikator Koordinasi Antar Fungsi ................................. 72
4.14 Hasil Deskripsi Variabel Keunggulan Kompetitif .................................... 73
4.15 Hasil Deskripsi Indikator Keunikan Produk ............................................. 74
4.16 Hasil Deskripsi Indikator Kualitas Produk ............................................... 74
4.17 Hasil Deskripsi Indikator Harga Kompetitif ............................................. 75
4.18 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogrov Smirnov Test dengan
Kinerja Usaha sebagai Variabel Dependen ................................................ 76
4.19 Hasil Uji Linearitas dengan Kinerja Usaha sebagai Variabel
Dependen................................................................................................... 77
4.20 Hasil Uji Multikolinearitas dengan Kinerja Usaha sebagai
Variabel Dependen ..................................................................................... 78
4.21 Hasil Uji Heteroskedastisias dengan Kiinerja Usaha sebagai
Variabel Dependen ..................................................................................... 79
4.22 Hasil Analisis Regresi Kemampuan Manajerial sebagai Variabel
Independen ............................................................................................... 79
4.23 Hasil Analisis Regresi Orientasi Pasar sebagai Variabel Independen ...... 80
4.24 Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA) ................................... 82
4.25 Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA) ................................... 83
4.26 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis ....................................................... 85
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Orientasi Pasar ............................................................................................ 26
2.2 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 41
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Transkip Hasil Wawancara .......................................................................... 101
2 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen Penelitian ..................................................... 102
3 Angket Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................................ 103
4 Daftar Nama Responden Uji Coba Instrumen ............................................. 109
5 Hasil Uji Validitas ........................................................................................ 110
6 Hasil Uji Reliabilitas .................................................................................... 114
7 Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian ..................................................................... 115
8 Kuesioner Penelitian .................................................................................... 116
9 Daftar Nama Responden Penelitian ............................................................. 122
10 Tabulasi Hasil Penelitian............................................................................ 125
11 Analisis Deskriptif ..................................................................................... 137
12 Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 143
13 Analisis Variabel Moderasi ........................................................................ 145
14 Surat Izin Penelitian ................................................................................... 148
15 Surat Diizinkan Penelitian ......................................................................... 149
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengembangan sektor industri menjadi sangat penting dalam mencapai
target pembangunan yang baik di negara berkembang seperti Indonesia, karena
sektor industri memiliki keterkaitan dengan sektor-sektor lain seperti sektor jasa,
perdagangan, dan sektor transportasi (kemenperin.go.id). Pengembangan yang
optimal akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menciptakan
lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan daerah.
Industri memiliki peran yang penting bagi perekonomian suatu negara,
tidak terkecuali Indonesia. Beberapa sektor industri juga merupakan sumber
utama pendapatan negara, dimana salah satunya adalah industri mebel atau
furniture kayu. Mengingat luasnya potensi hutan yang ada, tidak heran jika
banyak pengrajin mebel yang tersebar diberbagai wilayah di Indonesia. Furniture
Indonesia sendiri mempunyai ciri dan sifat khas yang jarang dimiliki oleh negara-
negara produsen furniture lainnya, salah satunya terletak pada sumber bahan baku
alami yang melimpah, dengan keberagaman corak dan desain yang berciri khas
lokal serta didukung oleh sumber daya manusia dan teknologi yang memadai
(kemendag.go.id). Selain itu, produk mebel Indonesia memiliki nilai keunggulan
pada daya saing dalam diferensiasi maupun harga, diferensiasi pada interior dan
eksterior mebel masih mengandalkan sentuhan seni ukir serta keberagaman jenis
kayu dan serat alam sehingga memberikan kesan desain unik.
2
Industri sendiri memiliki tujuan menghasilkan serta meningkatkan nilai
guna suatu barang atau jasa, meningkatkan keuntungan dan memperluas lapangan
pekerjaan. Pada era yang penuh dengan persaingan ini, maka sangatlah penting
bagi suatu industri untuk mampu mengembangkan industrinya agar tidak kalah
bersaing dan mampu bertahan untuk melangsungkan usahanya. Industri mebel
telah lama diakui sebagai industri padat karya yang mampu menyerap banyak
tenaga kerja (kemenperin.go.id). Seiring dengan perkembangan pasar industri
mebel kini diarahkan kepada penghasilan produk yang bernilai tinggi, berdaya
saing global dan berwawasan lingkungan.
Industri mebel di Jawa Tengah memiliki potensi yang cukup tinggi untuk
dikembangkan. Selain itu, produksi mebel telah dikenal sejak lama karena
kualitas, seni dan harganya yang kompetitif (kemendag.go.id). Pusat atau sentra
industri furniture di Jawa Tengah adalah Jepara, Semarang, dan Solo. Furniture
yang dihasilkan biasanya terbuat dari kayu padat dan rotan (HIMKI, 2018).
Tabel 1.1
Perbandingan Jumlah Unit Usaha Mebel di Jawa Tengah Tahun 2018
Kabupaten/Kota Jumlah Unit Usaha
Jepara 5.403
Semarang 54
Solo 61
Sumber : Data Sekunder, 2019
Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah unit usaha mebel di
Jawa Tengah yang paling banyak berada di Kabupaten Jepara. Jepara terkenal
menjadi daerah produksi furniture terbesar di Indonesia dengan memiliki ciri khas
nya yaitu seni ukir Jepara. Mebel ukir Jepara tidak hanya dikenal di Indonesia, di
kancah Internasional pun sudah banyak yang mengenal (APKJ, 2019). Mebel
3
Jepara sendiri merupakan industri kerajinan yang memiliki unit usaha paling
banyak dibandingkan IKM lain yang ada di Kabupaten Jepara. Berikut adalah data
jumlah unit usaha dan tenaga kerja pada industri kecil menengah yang ada di
Kabupaten Jepara.
Tabel 1.2
Banyaknya Unit Usaha dan Tenaga Kerja Dirinci Menurut Jenis Industri
Kecil Menengah (IKM) di Kabupaten Jepara
Jenis Industri Kecil Menengah (IKM) Unit Usaha
(unit)
Tenaga Kerja
(orang)
1. Furniture Kayu 5.403 76.401
2. Kerajinn Rotan 865 4.325
3. Tenun Ikat 715 10.725
4. Monel 396 1.216
5. Gerabah 125 483
6. Genteng 4.256 12.768
7. Rokok Kretek 27 1.167
8. Kerajinan Kayu 1.549 9.983
9. Makanan 2.889 13.647
10. Konveksi 2.007 11.351
11. Bordir 294 1.176
12. Mainan Anak 253 1.265
13. Kerajinan Simping 16 64
14. Kerajinan Kuningan 80 240
15. Gebyok 121 876
Jumlah 18.996 145.687
Sumber : Disperindag Kabupaten Jepara, 2018
Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa industri kecil menengah yang
paling banyak adalah industri furniture kayu yaitu sebanyak 5.403 unit usaha
dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak sebesar 76.401 orang. Penyerapan
tenaga kerja pada industri ini memang sangat tinggi dibandingkan dengan industri
kecil menengah yang lain, karena seperti yang kita tahu di Kabupaten Jepara
terkenal sebagai kota ukir dan produsen mebel. Banyak masyarakat yang
4
membuka usaha mebel, sehingga penyerapan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
industri ini tinggi.
Banyaknya unit usaha mebel di Kabupaten Jepara, menjadikan ketatnya
persaingan pasar bagi para pengusaha mebel Jepara. Mereka harus bersaing
dengan pesaing usaha disekitar lingkungan. Selain itu, mereka juga bersaing
dengan pendatang baru asing yang siap membuka usaha dengan skala besar. Saat
ini, produsen mebel skala kecil menengah mengalami persaingan dengan
pengusaha asing yang memiliki modal yang besar. Mereka melakukan Penanaman
Modal Asing (PMA) yang setiap tahunnya selalu meningkat. Besarnya PMA yang
datang menimbulkan trade off berupa terpinggirkannya pengrajin lokal yang
disebabkan karena para pengusaha asing dengan modal besar tersebut banyak
yang melakukan usaha dari hulu ke hilir (Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan, 2017).
Kinerja usaha akan digunakan untuk melihat apakah tujuan perusahaan
tersebut tercapai atau tidak dan juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
(Arafah, 2018:8). Kinerja usaha merupakan hasil dari kegiatan pemanfaatan
sumber daya pada usaha yang dapat diukur dengan beragam cara. Sitorus (Dalam
Soendoro, 2010) mengatakan bahwa kualitas kinerja perusahaan yang didukung
oleh pemahaman konsumen dan keunggulan produk menjadi faktor yang dapat
meningkatkan kesuksesan produk terkait dengan penciptaan nilai unggul bagi
konsumen. Untuk penciptaan nilai dan pertumbuhan kinerja perusahaan
tergantung pada responsif perusahaan.
5
Tabel 1.3
Perkembangan Industri Mebel Jepara
No. Indikator
Perkembangan
Satuan
Indikator
Tahun
2016 2017 2018
1 Tenaga Kerja Orang 77.187 75.641 76.401
2 Jumlah Unit Usaha Unit 5.993 5.873 5.403
Sumber : Disperindag Kabupaten Jepara, 2018
Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa perkembangan industri mebel di
Kabupaten Jepara mengalami fluktuasi kenaikan dan penurunan. Dari tahun 2016
ke 2017, jumlah tenaga kerja dan unit usaha mengalami penurunan. Namun di
tahun 2018 jumlah tenaga kerja mengalami kenaikan meski tidak sebanyak jumlah
tenaga kerja di tahun 2016, sedangkan jumlah unit usaha dari tahun ke tahun
mengalami penurunan. Hal ini menandakan bahwa kinerja usaha IKM mebel di
Kabupaten Jepara mengalami kemunduran.
Tabel 1.4
Penjualan Mebel di Kabupaten Jepara
Tahun Volume Penjualan (Unit/Set) Nilai Penjualan (Rupiah)
2014 2.931.305 1.987.046.836
2015 2.798.164 1.886.139.927
2016 2.484.037 1.691.359.384
Sumber : Disperindag Kabupaten Jepara 2018
Selain di lihat dari tenaga kerja dan jumlah unit usaha yang mengalami
penurunan, Tabel 1.4 menunjukkan penjualan mebel di Kabupaten Jepara
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Dari tahun 2014 ke 2015, volume
penjualan menurun sebesar 4,5% di sertai turunnya nilai penjualan sebesar 5,1%.
Tahun berikutnya dari 2015 ke 2016 mengalami penurunan lagi sebesar 11,2%
untuk volume penjualan dan nilai penjualan sebesar 11,4%. Timbulnya penurunan
yang terjadi menyebabkan masalah-masalah bagi pelaku maupun usaha IKM
6
mebel. Industri mebel di Kabupaten Jepara memang sudah terkenal baik di dalam
negeri maupun luar negeri. Namun demikian, sebagian industri mebel kecil dan
menengah mengalami kesulitan dalam memasarkan produk dan bersaing dengan
usaha sejenis. Sehingga seiring berjalannya waktu, industri kecil yang tidak
mampu bertahan dalam ketatnya persaingan dagang akan mengalami gulung tikar.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja usaha mebel adalah
kemampuan manajerial. Kemampuan manajerial merupakan faktor utama yang
harus dimiliki pengusaha untuk dapat menjalankan usahanya. Hal ini sesuai
dengan penelitian Anwar (2018:998) yang mengatakan bahwa mayoritas usaha
gagal pada tahap awal mereka terutama karena kurangnya kemampuan sumber
daya manusia. Kemampuan manajerial perusahaan disertai dengan responsif
terhadap peluang baru memiliki potensi untuk secara positif mempengaruhi
kinerja perusahaan (Zacca & Dayan, 2018). Kemampuan manajerial diarahkan
untuk mencapai kesesuaian antara strategi, organisasi, dan lingkungan, merupakan
kunci untuk penjaminan keberhasilan organisasi, Sirmon et al., (Dalam Garces,
2016:305). Hubungan antara kemampuan manajerial dan kinerja perusahaan
didukung oleh bukti yang menghubungkan keberhasilan usaha kecil dengan
kemampuan pemiliknya dan manajer.
Berdasarkan wawancara pada tanggal 9 Mei 2019 dengan bapak Suryadi
sebagai wakil ketua Asosiasi Pengrajin Kayu Jepara (APKJ) sekaligus pengusaha
IKM mebel mengatakan bahwa pengusaha mebel di Kabupaten Jepara sudah
mempunyai kemampuan manajerial yang baik. Para pengusaha mebel sudah
mampu untuk membuat berbagai jenis produk mebel seperti kursi, meja, almari,
7
dipan, dll dengan kualitas yang bagus. Selain itu para pengusaha juga mempunyai
kemampuan yang baik dalam komunikasi dengan karyawannya sehingga kegiatan
usaha dapat berjalan dengan baik sesuai tujuan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan Garces (2016:303) menunjukkan bahwa
pengaruh kemampuan manajerial terhadap kinerja usaha yaitu 4%. Di dukung
oleh penelitian yang dilakukan Zacca dan Dayan (2018) yang berjudul “Linking
Managerial Competence to Small Enterprise Performance Within The Dynamic
Capability Logic“ menunjukkan bahwa masih rendahnya pengaruh kemampuan
manajerial terhadap kinerja usaha sebesar 6% dibandingkan orientasi
kewirausahaan 23%. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti dan Murwatiningsih
(2016:125) yang berjudul “Pengaruh Kemampuan Manajemen dan Karakteristik
Usaha terhadap Kinerja Usaha UKM Olahan Produk Salak di Kabupaten
Banjarnegara” menunjukkan hasil yang rendah dari variabel kemampuan
manajerial terhadap kinerja usaha sebesar 1,3% dibandingkan variabel
karakteristik usaha sebesar 9,6%. Sedangkan penelitian Nur (2014:8) menyatakan
bahwa variabel kemampuan manajerial berpengaruh tetapi tidak signifikan
terhadap kinerja usaha.
Selain faktor internal kemampuan manajerial, orientasi pasar yang baik
telah diakui sebagai pendorong utama dalam meningkatkan kinerja usaha
(Mamun, 2018:135). Organisasi yang berfokus pada pelanggan dan pasar akan
berusaha mempertahankan dan meningkatkan kemampuan mereka untuk nilai
unggul (Appiah & Amoako, 2016). Orientasi pasar berfokus pada pasar yang
mencakup pelanggan dan faktor yang mempengaruhinya. Indikator orientasi pasar
8
menurut Wahyudin (2015:80) adalah orientasi pelanggan yaitu kesediaan
perusahaan untuk memahami kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Orientasi
pesaing yaitu kesediaan perusahaan untuk memantau strategi yang diterapkan
pesaing. Informasi pasar yaitu upaya perusahaan untuk menemukan informasi
tentang kondisi pasar.
Berdasakan data dari Disperindag (2019) menunjukkan bahwa jumlah
ekspor dan pesanan lokal mebel dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2018
mengalami peningkatan. Jumlah ekspor mebel dan pesanan lokal pada tahun 2017
sebanyak 4.158.259 bh/set dan pada tahun 2018 sebanyak 4.200.032 bh/set. Hal
ini menunjukan bahwa perusahaan mampu untuk memasarkan produk ke berbagai
daerah hingga ke mancanegara.
Beberapa penelitian yang membahas orientasi pasar menyatakan bahwa
orientasi pasar memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja usaha, dalam hal
berbagai pertumbuhan, penjualan, dan laba (Long, 2013). Orientasi pasar yang
kuat juga menyiratkan tingkat minat yang tinggi untuk menemukan peluang dan
pasar baru, sehingga orientasi pasar memiliki pengaruh yang signifikan (Reijonen
et al., 2014). Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Arafah (2018:8)
yang menyatakan bahwa orientasi pasar dapat secara signifikan meningkatkan
kinerja perusahaan. Penelitian lain yang dilakukan Mamun, dkk (2018:133)
dengan Judul ”Effect of Entrepreneurial and Market Orientation on Consumer
Engagement and Performance of Manufacturing SMEs”, bertujuan untuk menguji
pengaruh orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan terhadap keterlibatan
konsumen dan kinerja manufaktur usaha kecil dan menengah (UKM) di bawah
9
premis teori pandangan berbasis sumber daya (RBV). Hasil penelitian
menunjukkan keterlibatan konsumen adalah yang paling berkontributor penting
(31%), diikuti oleh orientasi kewirausahaan (12,6%) dan orientasi pasar (9,2%).
Sedangkan Buli (2017) dalam penelitiannya yang berjudul, “Entrepreneurial
Orientation, Market Orientation and Performance of SMEs in The Manufacturing
Industry: Evidence From Ethiopian Enterprises” mengatakan hasil dari studi
empiris menunjukkan bahwa keberhasilan dalam kinerja usaha daya saing UKM
manufaktur sangat dipengaruhi oleh orientasi pasar mereka sebesar 12%. Namun,
terdapat reseacrh gap dengan penelitian yang dilakukan oleh Kajalo (2015) dan
Mahmoud (2018) yang menyatakan bahwa orientasi pasar tidak berhubungan
signifikan terhadap kinerja usaha.
Sehubungan dengan beberapa hasil penelitian, menunjukkan bahwa masih
rendahnya pengaruh kedua variabel dalam meningkatkan kinerja usaha, dan masih
adanya perbedaan hasil penelitian antara penelitian yang satu dengan penelitian
yang lain. Oleh karena itu peneliti memberikan variabel moderasi untuk
menjawab masalah perbedaan hasil penelitian tersebut. Variabel moderasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel keunggulan kompetitif. Menurut
Saiman (2015:124) keunggulan kompetitif adalah suatu manfaat yang ada ketika
suatu usaha mempunyai dan menghasilkan produk dan atau jasa yang dilihat dari
pasar targetnya lebih baik dibandingkan dengan para kompetitor. Keunggulan
kompetitif sangat erat hubungannya dengan kinerja usaha. Daya saing sangat
dibutuhkan sebagai salah satu wujud evaluasi dan memotivasi peningkatan kinerja
(Handriani, 2011:20).
10
Semakin ketat persaingan yang dihadapi, perusahaan harus fleksibel,
kreatif, dan inovatif. Sehingga dalam menghadapi persaingan yang efektif dan
efisien perusahaan dituntut memiliki keunggulan kompetitif yang tidak mudah
ditiru, tahan lama, dan menarik (Paramita, 2015:124). Budaya perusahaan yang
menekankan pentingnya perusahaan memperhatikan pasar (market-oriented) akan
mengarah pada penguatan keunggulan kompetitif perusahaan (Wahyudin,
2015:80). Selain itu sejalan dengan pernyataan Yacob et al., (2017), bahwa
perusahaan yang mampu menciptakan keunggulan kompetitif akan memiliki
kekuatan untuk bersaing dengan perusahaan lain karena produknya tetap diminati
oleh pelanggan. Hasil studi ini memiliki kesamaan dan memperkuat penelitian
sebelumnya Budiastuti & Versia (2011:286), Tobing et al., (2018) bahwa
keunggulan bersaing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja usaha.
Penelitian Anwar (2018:998) yang berjudul “Networking and new
venture’s performance: mediating role of competitive advantage“ menunjukkan
bahwa keunggulan kompetitif adalah mediator kuat antara jejaring keuangan dan
kinerja usaha, serta antara jaringan bisnis dan kinerja usaha baru. Selain itu,
penelitian Asyhari (2018:123) yang berjudul “Peran Mediasi Keunggulan
Kompetitif Pada Faktor Determinan Kinerja Bisnis UKM di Sentra Tenun Batik
di Jawa Tengah” menunjukkan bahwa kemampuan UKM menciptakan
keunggulan bersaing melalui strategi diferensiasi, durabilitas, imitabilitas, dan
biaya kompetitif terbukti berperan nyata dalam mewujudkan pencapaian kinerja
usaha.
11
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang melakukan penelitian terkait
kinerja usaha dengan variabel yang mempunyai besaran pengaruh yang berbeda-
beda dan adanya research gap, serta berdasarkan latar belakang yang ada maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peran Keunggulan
Kompetitif Dalam Memoderasi Kemampuan Manajerial dan Orientasi Pasar
Terhadap Kinerja Usaha Industri Kecil Menengah (IKM) Mebel di Kabupaten
Jepara”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi
permasalahan yang ada antara lain :
1. Sektor industri mebel merupakan sektor unggulan di Kabupaten Jepara yang
memiliki ciri khas mebel ukir, namun belum dapat berkembang secara
optimal khususnya bagi pengusaha IKM mebel.
2. Terjadinya penurunan jumlah unit usaha mebel setiap tahunnya dan tenaga
kerja mengalami fluktuasi kenaikan dan penurunan di sektor mebel.
3. Orientasi pasar pengusaha mebel Jepara sudah baik, namun masih harus
bersaing ketat dengan pengusaha mebel di lingkungan sekitar dan para
pendatang baru asing yang siap membuka usaha dengan skala besar.
4. Adanya perbedaan hasil penelitian terdahulu.
1.3 Cakupan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka peneliti perlu
membuat batasan masalah. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas masalah yang
akan diteliti dan mendapatkan tingkat kedalaman penelitian secara maksimal.
12
Cakupan masalah dalam penelitian ini adalah meneliti kinerja usaha IKM mebel
di Kabupaten Jepara. Kemampuan manajerial, orientasi pasar sebagai variabel
independen dan keunggulan kompetitif sebagai variabel moderasi.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat di rumuskan beberapa
permasalahan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Adakah pengaruh kemampuan manajerial terhadap kinerja usaha IKM mebel
di Kabupaten Jepara?
2. Adakah pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja usaha IKM mebel di
Kabupaten Jepara?
3. Apakah keunggulan kompetitif memoderasi kemampuan manajerial terhadap
kinerja usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara?
4. Apakah keunggulan kompetitif memoderasi orientasi pasar terhadap kinerja
usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh kemampuan manajerial terhadap kinerja usaha IKM
mebel di Kabupaten Jepara.
2. Menganalisis pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja usaha IKM mebel di
Kabupaten Jepara.
3. Menganalisis keunggulan kompetitif dalam memoderasi kemampuan
manajerial terhadap kinerja usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara.
4. Menganalisis keunggulan kompetitif dalam memoderasi orientasi pasar
terhadap kinerja usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara.
13
1.6 Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
perkembangan industri mebel di Kabupaten Jepara, memberikan
sumbangan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian
baik secara teoritis maupun praktis.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian di bidang industri
serta dapat digunakan sebagai referensi maupun pembanding untuk
penelitian selanjutnya, baik dalam model, cara analisis maupun hasilnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya
mengembangkan sektor industri di Kabupaten Jepara, khususnya industri mebel
menengah ke bawah. Bagi instansi terkait, dapat menjadi tambahan masukan dan
saran yang bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan
untuk memecahkan masalah serta memberikan informasi dan gambaran kepada
masyarakat maupun peneliti lain sebagai penelitian lebih lanjut.
1.7 Orisinalitas Penelitian
Dalam penelitian ini, beberapa faktor yang menjadi penentu kinerja usaha
yang diteliti adalah kemampuan manajerial, orientasi pasar, dan keunggulan
kompetitif. Orisinalitas penelitian ini adalah memasukkan variabel moderasi
(keunggulan kompetitif) di antara variabel independen (kemampuan manajerial
dan orientasi pasar) dan variabel dependen (kinerja usaha).
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Teori Kinerja Resource-Based View (RBV)
Suatu perusahaan pada umumnya akan memiliki kemampuan di atas
kinerja para pesaingnya bila mampu menerapkan konsep Resource-Based View
(RBV). Hal tersebut dikarenakan perusahaan lebih fokus dalam mengidentifikasi
dan mengelola potensi sumber daya yang dimiliki, sehingga memiliki keunggulan
bersaing dalam jangka panjang.
Menurut Barney (1991), teori RBV menyatakan bahwa perusahaan
menggunakan kompetensi termasuk sumber daya berwujud dan tidak berwujud
untuk mengembangkan dan memodifikasi strategi mereka untuk mendapatkan
keunggulan kompetitif yang pada gilirannya menghasilkan kinerja yang unggul di
atas pesaing industri besar. Barney (dalam Arafah, 2018:8) juga menyatakan
bahwa ada hubungan positif yang sangat kuat antara kinerja usaha dan
keunggulan kompetitif. Artinya, semakin kuat keunggulan kompetitif perusahaan,
semakin baik kinerja suatu perusahaan. Sebaliknya, semakin lemah keunggulan
kompetitif yang dimilikinya, semakin buruk kinerja usaha.
Keunggulan kompetitif berkaitan dengan cara perusahaan memilih dan
menerapkan strategi generik ke dalam praktik. Semua bagian yang ada dalam
perusahaan baik dalam bentuk sumber daya maupun kegiatan dapat menjadi
keunggulan kompetitif (Arafah, 2018:8). Teece et al (1997) berpendapat bahwa
peningkatan keunggulan bersaing memungkinkan perusahaan memperoleh kinerja
15
unggul pada jangka waktu tertentu melalui keunggulan bersaing dari sumber daya
strategis perusahaan.
Pandangan mengenai teori RBV berusaha untuk menjelaskan sumber
keberhasilan organisasi jangka panjang. Pandangan RBV meluas tidak hanya
berkenaan dengan sumber daya (aset) tetapi juga kompetensi organisasi
(Henderson dan Cockburn, 1994). Pandangan berbasis sumber daya atau RBV
telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir untuk lebih menjelaskan
bagaimana sumber daya dan kompetensi memungkinkan perusahaan untuk
mendapatkan kinerja yang baik dari waktu ke waktu. Konsep RBV dimaknai
cukup beragam, tapi pada hakekatnya RBV merupakan suatu pendekatan klasik
dalam manajemen strategis yang berkaitan dengan masalah kompetensi dan
sumber daya perusahaan.
Sumber daya mengacu pada aset atau input yang dimiliki organisasi untuk
melakukan produksi. Sumber daya dapat didefinisikan sebagai faktor tidak
berwujud dan berwujud yang mampu dikendalikan perusahaan (Amit and
Schoemaker 1993:35). Agar memiliki sumber daya beragam dan heterogen,
perusahaan harus mendapatkan dan mengembangkannya. Sumber daya tidak
berwujud termasuk kemampuan dan aset termasuk pengetahuan, keterampilan,
reputasi, dan kemampuan manajerial (Barney, 1991; Hall, 1992). Selain itu, teori
RBV mengungkapkan keyakinan bahwa berbagai sumber daya dalam suatu
organisasi termasuk sumber daya manusia, menghasilkan karakter unik dan
menciptakan keunggulan kompetitif. Selain itu, literatur tentang manajemen
sumber daya (HRM) telah menunjukkan dampak bahwa keterampilan karyawan,
16
motivasi, kepuasan, dan cara pekerjaan terstruktur, dapat meningkatkan
pertumbuhan perusahaan atau kinerja (Delaney dan Huselid, 1996).
Sedangkan sebuah kompetensi organisasi mengacu pada kompetensi
organisasi untuk melakukan serangkaian tugas yang terkoordinasi, dengan
memanfaatkan sumber daya organisasi untuk mencapai hasil akhir tertentu
(Muharam, 2017). Kompetensi cenderung muncul atau berkembang seiring
berjalannya waktu ketika perusahaan mengambil tindakan untuk membangun
sumber daya strategisnya. Kompetensi itu penting karena merupakan cara yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menangkap nilai potensial yang ditawarkan dari
sumber daya yang dimiliki. Kompetensi dibutuhkan untuk menggabungkan,
mengelola, dan mengeksploitasi sumber daya dengan cara memberikan nilai
tambah kepada pelanggan dan menciptakan keunggulan dibandingkan pesaing
(Chi, 1994). Orientasi pasar menjadi bagian penting bagi perusahaan dalam
meningkatkan persaingan global dan perubahan kebutuhan pelanggan. Perusahaan
yang menerapkan orientasi pasar memiliki kelebihan dalam hal pengetahuan
pelanggan. Kelebihan ini dapat digunakan sebagai sumber untuk menciptakan
produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan (Arafah, 2018:9).
Budaya perusahaan yang menekankan pentingnya perusahaan memperhatikan
pasar (market-oriented) akan mengarah pada penguatan keunggulan kompetitif
perusahaan (Wahyudin, 2015:80). Orientasi pasar akan memotivasi karyawan
untuk berinovasi dan meningkatkan kinerja bisnisnya. Untuk memahami
kebutuhan dan keinginan pelanggan terlebih dahulu diawali upaya mencari
informasi dari sumber eksternal dan melakukan akuisisi informasi dan
17
pengetahuan. Ketika perusahaan memiliki kompetensi memanfaatkan sumber
internal perusahaan dan memanfaatkan peluang eksternal, melakukan kolaborasi
antara perilaku stratejik internal dan lingkungan eksternal, mengkonfigurasi
sumber daya dan proses, maka tercipta produk inovatif yang akan meningkatkan
kinerja bisnisnya (Chang dan Li, 2015). Sehingga orientasi pasar dinilai sebagai
salah satu kompetensi yang berpotensi menciptakan keunggulan kompetitif.
Ketika penekanan utama strategi pemasaran adalah pada penciptaan nilai
bagi pelanggan, pemahaman tentang sumber daya dari perspektif pelanggan
menjadi sangat penting. Pengaruh langsung hubungan antara sumber daya (aset)
dan kompetensi menunjukkan atribut yang diinginkan untuk menjadi titik fokus
RBV.
2.2 Teori Keunggulan Kompetitif (Competitive Advantage)
Teori ini dipopulerkan oleh Porter (1980) yang mengemukakan bahwa
perusahaan harus menciptakan daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-
menawar yang kuat (bargaining power) dalam persaingan (Suryana, 2006:169).
Perusahaan kecil memiliki keunggulan kompetitif jika pelanggannya memperoleh
kesan bahwa produk atau jasa lebih baik daripada produk atau jasa pesaing
(Zimmerer, 2008:380).
Daya saing sangat dibutuhkan sebagai salah satu wujud evaluasi dan
memotivasi peningkatan kinerja (Handriani, 2011:20). Keunggulan bersaing akan
bertambah bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki kemampuan inti, yaitu: (1)
merupakan sumber keunggulan kompetitif, (2) memiliki potensial aplikasi yang
luas, dan (3) sukar untuk ditiru oleh pesaing. Selain kemampuan inti, terdapat
18
pasar, pertautan dengan pelanggan , dan keterikatan dengan saluran pemasaran
(Kotler, 2000:50).
2.3 Industri Kecil dan Menengah (IKM)
2.3.1 Pengertian dan Kriteria IKM
Ada beberapa sumber yang mengkategorikan Industri Kecil Menengah
(IKM) sebagai berikut:
a. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan IKM sebagai berikut:
1) Industri kecil yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan atau
barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya,
yang memiliki tenaga kerja sebanyak 5-19 orang.
2) Industri menengah yaitu suatu kegiatan ekonomi yang melakukan
kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi/setengah jadi dan
atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi
nilainya, yang memiliki tenaga kerja sebanyak 20-99 orang.
b. Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)
Disperindag mendefinisikan IKM sebagai berikut:
1) Industri kecil adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang lebih
tinggi untuk penggunaannya dan memiliki nilai investasi antara
Rp.5.000.000,- sampai Rp.200.000.000,- tidak termasuk tanah dan
bangunan usaha.
19
2) Industri menengah adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
mentah, bahan setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang lebih
tinggi untuk penggunaannya dan memiliki nilai investasi antara
Rp.200.000.000,- sampai 10 miliyar, tidak termasuk tanah dan bangunan
usaha.
2.4 Kinerja Usaha
2.4.1 Pengertian Kinerja Usaha
Performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi
kerja. Kinerja memiliki makna lebih luas, bukan hanya sebagai hasil kerja tetapi
bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang
mempunyai hubungan kuat untuk tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen
dan memberikan kontribusi ekonomi, Armstrong dan Baron (dalam Wibowo,
2016:2). Sedangkan menurut Gibson, dkk (dalam Wibowo, 2016:2) menyatakan
bahwa kinerja adalah hasil dari pekerjaan yang berkaitan dengan tujuan organisasi
seperti kualitas, efisiensi dan kriteria lain dari efektivitas. Wibowo (2016:75)
mengatakan bahwa kinerja yang efektif dalam pekerjaan adalah hasil dari
melakukan sesuatu hal yang benar pada waktu yang tepat atau hal yang benar
untuk pekerjaan spesifik pada waktu yang spesifik.
Menurut Ningsih (2018:13) kinerja usaha adalah keberhasilan yang dicapai
oleh seseorang atau kelompok orang selama periode waktu tertentu, dimana
dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Kinerja suatu bisnis akan digunakan untuk melihat apakah perusahaan tersebut
20
tujuan tercapai atau tidak dan juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
(Arafah, 2018:8).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja
usaha adalah suatu ukuran prestasi usaha yang dapat dilihat dari keberhasilan nya
dalam mencapai tujuan perusahaan dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi
ke depan.
2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Usaha
Pelaksanaan kinerja akan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
yang bersumber dari pekerja sendiri maupun yang bersumber dari organisasi.
Menurut satelite model (dalam Wibowo, 2016:83), kinerja diperoleh dari
terjadinya integrasi dari faktor-faktor yaitu: (a) pengetahuan, (b) sumber daya
bukan manusia, (c) posisi strategis, (d) proses sumber daya manusia, dan (e)
struktur. Adapun penjelasan dari masing-masing faktor sebagai berikut:
a. Faktor pengetahuan meliputi masalah-masalah teknis, administratif, proses
kemanusiaan dan sistem.
b. Sumber daya nonmanusia meliputi peralatan, pabrik, lingkungan kerja,
teknologi, kapital, dan dana yang dapat dipergunakan.
c. Posisi strategis meliputi masalah bisnis atau pasar, kebijakan sosial, sumber
daya manusia, dan perubahan lingkungan.
d. Proses kemanusiaan terdiri dari nilai, sikap, norma, dan interaksi.
e. Struktur mencakup masalah organisasi, sistem manajemen, sistem informasi,
dan fleksibilitas.
21
Sedangkan menurut Armstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2016:84)
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu (a) personal factor,(b) leadership
factor,(c) team factor, (d) system factor, (e) contextual/ situational factor. Adapun
penjelasan dari masing-masing faktor sebagai berikut:
a. Personal factor. Faktor individu berkaitan dengan keahlian, motivasi,
komitmen, dll.
b. Leadership factor. Faktor kepemimpinan berkaitan dengan kualitas dukungan
dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, manajer, atau ketua kelompok
kerja.
c. Team factor. Faktor kelompok/rekan kerja berkaitan dengan kualitas
dukungan yang diberikan oleh rekan kerja.
d. System factor. Faktor sistem berkaitan dengan sistem/metode kerja yang ada
dan fasilitas yang disediakan oleh organisasi.
e. Contextual/ situational factor. Faktor situasi berkaitan dengan tekanan dan
perubahan lingkungan, baik lingkungan internal maupun eksternal.
2.4.3 Indikator Kinerja Usaha
Indikator kinerja merupakan aspek-aspek yang menjadi ukuran dalam
penilaian kinerja. Menurut Maskur (2017:120) indikator kinerja usaha ada 3 yaitu
(a) pertumbuhan laba, (b) pertumbuhan penjualan, dan (c) pertumbuhan aset tetap.
Adapun penjelasan dari masing-masing indikator sebagai berikut:
a. Pertumbuhan laba. Meningkatnya laba usaha salah satunya di tandai dengan
kenaikan jumlah permintaan dari barang yang dihasilkan. Permintaan dan
22
penjualan produk yang meningkat dapat mempengaruhi pertumbuhan laba
dan berdampak pada kinerja usaha yang dijalani.
b. Pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan adalah besaran kenaikan
penjualan yang dicapai perusahaan dari tahun ke tahun.
c. Pertumbuhan aset tetap. Kepemilikan aset sebuah perusahaan akan
berdampak bagi kinerja usaha. Usaha yang memiliki aset pendukung yang
lengkap dalam menghasilkan produk yang berkualitas akan membantu dalam
mengembangkan perusahaan.
Berdasarkan indikator yang dikemukakan Maskur (2017:120) dalam
mengukur hasil kinerja usaha, maka dalam penelitian ini variabel kinerja usaha
menggunakan 3 indikator menurut Maskur (2017:120) yaitu (a) pertumbuhan
laba, (b) pertumbuhan penjualan, dan (c) pertumbuhan aset tetap.
2.5 Kemampuan Manajerial
2.5.1 Pengertian Kemampuan Manajerial
Kemampuan adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan atau
tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap
kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut (Wibowo, 2016:271). Sedangkan
manajerial merupakan kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan
pengelolaan, pengawasan, dan mengembangkan orang (Wibowo, 2016:277).
Kemampuan manajerial terkait dengan kemampuan seseorang dalam kapasitasnya
sebagai manajer untuk mampu melakukan fungsi-fungsi manajemen (Sudarmanto,
2015:143). Kemampuan manajerial merupakan modal utama yang harus dimiliki
23
oleh seorang pengusaha agar dalam mengelola perusahaan dapat memberikan
hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan manajerial yaitu kemampuan yang dimiliki individu dalam mengelola
perusahaan yang dilandasi dengan keterampilan, pengetahuan, serta fungsi
manajemen yang baik.
2.5.2 Fungsi Manajemen
Terry, Georgy (2001:9) menyatakan manajer dalam melakukan
pekerjaannya harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu, yang dinamakan
fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari: planning, organizing, staffing,
motivating, controlling.
a. Perencanaan (planning) : menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai
selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat
mencapai tujuan-tujuan itu.
b. Pengorganisasian (organizing) : mengelompokkan dan menentukan berbagai
kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan itu.
c. Kepegawaian (staffing) : menentukan keperluan sumber daya manusia,
pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja.
d. Motivasi (motivating) : mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia
kearah tujuan-tujuan.
24
e. Pengendalian (controlling) : mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan,
menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan korektif
dimana perlu.
2.5.3 Indikator Kemampuan Manajerial
Menurut Robert L. Katz (dalam Stoner & Wankel, 2003) membagi
kemampuan manajerial menjadi tiga bagian, yaitu : (a) keterampilan teknis, (b)
keterampilan manusiawi, dan (c) keterampilan konseptual. Adapun penjelasan
dari masing-masing indikator sebagai berikut:
a. Keterampilan teknis adalah kemampuan untuk menggunakan pengetahuan,
metode, prosedur, teknik dan akal yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
spesifik yang diperoleh lewat pengalaman, pendidikan, dan pelatihan.
b. Keterampilan manusiawi adalah kemampuan untuk bekerja, memahami, dan
memotivasi orang lain, baik sebagai perorangan maupun sebagai kelompok.
c. Ketrampilan konseptual adalah kemampuan mental untuk mengkoordinasikan
dan memadukan semua kepentingan dan kegiatan organisasi.
Berdasarkan indikator yang dikemukakan Robert L. Katz dalam mengukur
kemampuan manajerial, maka dalam penelitian ini variabel kemampuan
manajerial menggunakan tiga indikator menurut Robert L. Katz (dalam Stoner &
Wankel, 2003) yaitu (a) keterampilan teknis, (b) keterampilan manusiawi, dan (c)
keterampilan konseptual.
25
2.6 Orientasi Pasar
2.6.1 Pengertian Orientasi Pasar
Konsep pemasaran adalah sederhana dan secara instuisi merupakan filosofi
yang menarik. Konsep pemasaran mengenal bahwa tidak adanya alasan mengapa
konsumen harus membeli suatu produk yang ditawarkan oleh suatu organisasi,
sekalipun produk pesaing, melainkan mereka akan memilih produk dan jasa mana
yang paling memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka (Lamb et al, 2001:8).
Perusahaan yang mengadopsi dan mengimplementasikan konsep pemasaran
setuju dengan orientasi pasar. Saat ini, beberapa perusahaan berhasil mencapai
keunggulan bersaingnya dari fokus keluar dan berorientasi ke pasar.
Orientasi pasar menjadi bagian penting bagi perusahaan dalam
meningkatkan persaingan global dan perubahan kebutuhan pelanggan. Memahami
arena persaingan serta kekuatan dan kelemahan para kompetitior merupakan
komponen yang penting dari orientasi pasar (Lamb et al, 2001:9). Orientasi pasar
yang kuat di perusahaan bisa memberikan penawaran dan memberikan kepuasan
yang lebih baik kepada pembeli serta perusahaan akan memperoleh hasil yang
lebih besar atas penawaran yang diberikan (Prapiani, 2014:16). Penekanan utama
dalam orientasi pasar adalah pada penetapan sasaran konsumen strategis dan
pembangunann organisasi yang memfokuskan pada konsumen. Sudut pandang
orientasi pasar adalah memberikan dasar persaingan yang lebih menjanjikan
dalam lingkungan bisnis masa kini daripada organisasi berfokus pada orientasi ke
dalam (Cravens, 1996:22).
26
Beberapa pakar telah menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang
menganut konsep pemasaran mencapai kinerja yang lebih baik. Sumiati (2015:36)
menyatakan bahwa sebuah perusahaan yang berorientasi pasar adalah perusahaan
yang mengembangkan pemahaman yang lebih baik di keseluruhan organisasi
tentang kebutuhan konsumen sehingga dapat menciptakan consumer value,
mengembangkan yang lebih baik tentang kekuatan dan kelemahan pesaing
sehingga menciptakan strategi pasar.
Narver (1990) menyatakan bahwa orientasi pasar sebagai budaya
organisasi yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan perilaku-perilaku
yang dibutuhkan untuk menciptakan superior value bagi pembeli dan
menghasilkan superior performance bagi perusahaan. Narver (1990:23) menarik
kesimpulan bahwa orientasi pasar terdiri dari tiga komponen perilaku yaitu
orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan koordinasi antar fungsi yang mengarah
pada dua keputusan yaitu long term focus dan profitabilitas. Konsepsi orientasi
pasar digambarkan dalam sebuah equilateral trinangle sebagai berikut:
Gambar 2.1 Konsepsi Orientasi Pasar
Sumber : Narver (1990:23)
Long Term
Profit Focus
Customer Orientation
Competitor
Orientation
Interfungtional
Coordination
27
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa kinerja perusahaan (profitabilitas dan
fokus jangka panjang) dihasilkan dan ditingkatkan melalui pemusatan perhatian
pada ketiga komponen orientasi pasar (orientasi pelanggan, orientasi pesaing, dan
koordinasi antar fungsi).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
orientasi pasar adalah budaya organisasi yang menerjemahkan konsep pemasaran
dalam memahami kebutuhan pasar, khususnya pelanggan dan memahami area
persaingan melalui informasi tentang pasar.
2.6.2 Perbedaan Orientasi Pasar dengan Orientasi Penjualan
Banyak orang berfikir bahwa pemasaran dan penjualan itu sama, atau
pemasaran sama dengan penjualan dan periklanan. Lamb et al (2001:6)
mengatakan bahwa pemasaran terdiri dari semua aktifitas di atas dan bahkan lebih
dari itu. Perbedaan antara orientasi pasar dan orientasi penjualan sangatlah besar.
Lamb et al (2001:11) membandingkan dua orientasi ini dalam lima karakteristik
sebagai berikut:
28
Tabel 2.1
Perbedaan Orientasi Pasar dengan Orientasi Penjualan
Sumber: Lamb et al (2001:11)
2.6.3 Indikator Orientasi Pasar
Narver dan Slater (1990:45) menyimpulkan bahwa orientasi pasar
terbentuk dari tiga komponen perilaku, yaitu: (a) orientasi terhadap konsumen, (b)
orientasi terhadap kompetitor/pesaing, dan (c) koordinasi antar fungsi dalam
organisasi. Adapun penjelasan dari masing-masing indikator sebagai berikut:
a. Orientasi konsumen/pelanggan. Orientasi terhadap konsumen atau pelanggan
adalah pemahaman yang cukup tentang pasar target suatu perusahaan dalam
rangka memberikan nilai superior yang berkesinambungan.
b. Orientasi pesaing. Bagaimana organisasi memanfaatkan pengetahuan tentang
strategi, kekuatan dan kelemahan pesaing serta menyebarkan informasi
mengenai perusahaan pesaing.
Fokus
Organisasi Bisnis
Produk
ditujukan ke-
Sasaran
utama
Cara mencapai
sasaran
Orientasi
Pasar
Ke luar,
didasarkan
pada
kebutuhan
dan pilihan
konsumen
Memuaskan
kebutuhan
dan keinginan
konsumen
dan nilai yang
tinggi
Kelompok
orang
tertentu
Laba
melalui
kepuasan
konsumen
Melalui
Koordinas
pemasaran dan
aktivitas antara
fungsi-fungsi
Orientasi
Penjualan
Ke dalam,
didasarkan
pada
keinginan
organisasi
Menjual
produk dan
jasa
Setiap Orang Laba
melalui
volume
penjualan
yang
maksimal
Terutama
melalui promosi
intensif
29
c. Koordinasi antar fungsi. Kemampuan perusahaan mengumpulkan informasi
dari pelanggan dan informasi pesaing untuk kemudian mampu menyelaraskan
keduanya dalam menentukan strategi yang baru.
Sedangkan menurut Wahyudin (2015:80) orientasi pasar dapat diukur
menggunakan tiga indikator yaitu:
a. Orientasi pelanggan. Kesediaan perusahaan untuk memahami kebutuhan dan
keinginan pelanggannya.
b. Orientasi pesaing. Kesediaan perusahaan untuk memantau strategi yang
diterapkan.
c. Informasi pasar. Upaya perusahaan untuk menemukan informasi tentang
kondisi pasar industri.
Berdasarkan indikator yang dikemukakan menurut beberapa ahli dalam
mengukur orientasi pasar, maka dalam penelitian ini variabel orientasi pasar
menggunakan tiga indikator menurut Narver dan Slater (1990:45) dan Wahyudin
(2015:80) yaitu (a) orientasi pelanggan, (b) orientasi pesaing, dan (c) koordinasi
antar fungsi.
2.7 Keunggulan Kompetitif
Suatu perusahaan dikatakan mempunyai competitive advantage terhadap
lainnya sampai pada tingkatan bahwa pelanggan merasa produk atau jasanya lebih
unggul daripada produk atau jasa perusahaan lainnya. Persaingan bisnis yang
begitu ketat menuntut perusahaan memiliki keunggulan kompetitif untuk bisa
bertahan lama dari para pesaing.
30
2.7.1 Pengertian Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah suatu manfaat yang ada ketika suatu usaha
mempunyai dan menghasilkan produk dan atau jasa yang dilihat dari pasar
targetnya lebih baik dibandingkan dengan para kompetitor (Saiman, 2015:124).
Keunggulan kompetitif dapat dicapai melalui fokus pada pelanggan, pencapaian
kualitas, integritas dan tanggung jawab, inovasi dan kreativitas, dan produksi
rendah biaya (Saiman, 2015:74). Sedangkan menurut Kotler dan Armstrong
(2015) keunggulan kompetitif adalah keunggulan pesaing yang diperoleh dengan
menawarkan nilai lebih rendah maupun dengan memberikan manfaat lebih besar
karena harganya lebih tinggi. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif
akan menjadi pemimpin dalam pasarnya serta dapat mencapai laba di atas rata-
rata (Zimmerer, 2008:116).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keunggulan
kompetitif merupakan kemampuan superior perusahaan dalam memenangkan
persaingan dengan menciptakan suatu keunikan/kekhasan usaha, harga yang
berbeda dengan tetap memperhatikan kualitas produk, dan mampu mengerti
kebutuhan pelanggan.
2.7.2 Indikator Keunggulan Kompetitif
Ada beberapa pendapat mengenai indikator yang mengukur keunggulan
kompetitif. Menurut Saiman (2015) indikator keunggulan kompetitif meliputi (a)
harga atau nilai, (b) menyenangkan konsumen, (c) pengalaman konsumen, (d)
atribut produk yang dapat di catat, (e) keistimewaan layanan yang baik. Adapun
penjelasan dari masing-masing indikator sebagai berikut:
31
a. Harga atau nilai
Mampu menghasilkan produk atau jasa dengan biaya rendah terhadap produk
pesaing. Selain itu juga dapat ditambahkan produk atau jasa memiliki nilai
lebih (kualitas) dari pada pesaing.
b. Menyenangkan konsumen
Menyenangkan konsumen dari berbagai aspek seperti kualitas produk atau
jasa yang bermutu dan memberikan kepuasan.
c. Pengalaman konsumen
Pengusaha harus memberikan pengalaman yang paling menyenangkan atau
memuaskan bagi para pemangku kepentingan, terlebih para konsumen dan
pelanggan. Pengalaman yang baik akan dikenang sepanjang masa, bahkan
sering akan ditularkan kepada konsumen lain dan sebaliknya.
d. Atribut produk yang dapat di catat
Pengusaha harus mencatat atribut produk agar produk atau jasa dapat
ditingkatkan dari atribut sebelumnya. Selain itu baik konsumen maupun para
pegawai mampu mengenali seluruh atribut produk atau jasa kita.
e. Keistimewaan layanan yang baik
Pengusaha harus memberikan pelayanan yang beda dari yang lain agar para
konsumen loyal pada perusahaan kita.
Pendapat lain dari Irfanunnisa dkk, (2013) mengenai indikator yang
digunakan dalam pengukuran keunggulan kompetitif adalah sebagai berikut:
a. Keunikan produk, adalah keunikan produk perusahaan yang memadukan nilai
seni dengan selera pelanggan.
32
b. Kualitas produk, adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan.
c. Harga kompetitif, adalah kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan harga
produknya dengan harga umum di pasaran.
Berdasarkan indikator yang dikemukakan menurut beberapa ahli dalam
mengukur keunggulan kompetitif, maka dalam penelitian ini variabel keunggulan
kompetitif menggunakan tiga indikator menurut Irfanunnisa dkk, (2013) yaitu (a)
keunikan produk, (b) kualitas produk, dan (c) harga kompetitif.
2.8 Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kinerja usaha dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya seperti kemampuan manajerial, orientasi pasar, dan
keunggulan kompetitif telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.
Penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
Mamun, dkk (2018:133) dengan judul Effect of Entrepreneurial and
Market Orientation on Consumer Engagement and Performance of
Manufacturing SMEs bertujuan untuk menguji pengaruh orientasi kewirausahaan
dan orientasi pasar terhadap keterlibatan konsumen dan kinerja manufaktur usaha
kecil dan menengah (UKM) di bawah premis teori pandangan berbasis sumber
daya (RBV). Variabel independen dalam penelitian ini yaitu orientasi
kewirausahaan dan orientasi pasar sedangkan variabel dependen adalah kinerja
manufaktur usaha kecil dan menengah (UKM) dan variabel mediasi yaitu
33
keterlibatan konsumen. Penelitian ini mengadopsi desain cross-sectional dan data
kuantitatif dikumpulkan dari 360 manufaktur UKM di Semenanjung Malaysia.
UKM dipilih menggunakan metode multi-stage sampling berstrata dari total
37.861 UKM manufaktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi pasar
memiliki efek positif yang signifikan terhadap keterlibatan konsumen. Temuan
juga mengungkapkan mediasi parsial keterlibatan konsumen antara orientasi pasar
terhadap kinerja.
Arafah, W. (2018:8) dengan judul The Influence of Market Orientation
and Product Innovation on the Competitive Advantage and Its Implication toward
Small and Medium Enterprises (UKM) Performance bertujuan untuk menguji
pengaruh orientasi pasar dan inovasi produk terhadap keunggulan kompetitif.
Kemudian pengaruh orientasi pasar, inovasi produk dan keunggulan kompetitif
terhadap kinerja UKM. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu orientasi
pasar dan inovasi produk, sedangkan variabel dependen adalah kinerja UKM dan
variabel mediasi yaitu keunggulan kompetitif. Penelitian ini menggunakan desain
eksploratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi pasar memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan kompetitif. Orientasi pasar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja UKM. Keunggulan kompetitif
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja UKM. Variabel dominan yang
mempengaruhi kinerja UKM adalah keunggulan bersaing dengan nilai koefisien
regresi 0,47.
Sreckovic (2018:807) dengan judul The Performance Effect of Network
and Managerial Capabilities of Entrepreneurial Firms bertujuan untuk menguji
34
pengaruh kemampuan jaringan dan kemampuan manajerial terhadap kinerja
kewirausahaan yang dimoderasi ketidakpastian lingkungan. Variabel independen
dalam penelitian ini yaitu kemampuan jaringan dan kemampuan manajerial
sedangkan variabel dependen adalah kinerja kewirausahaan dan variabel moderasi
yaitu ketidakpastian lingkungan. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu dengan metode kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
manajerial memiliki efek signifikan dan positif pada kinerja usaha dan
ketidakpastian lingkungan secara positif memoderasi kemampuan manajerial pada
kinerja usaha pengembangan real estat, sedangkan tidak memoderasi pengaruh
kemampuan manajerial pada kinerja usaha arsitektur.
Buli (2017) dengan judul Entrepreneurial Orientation, Market Orientation
and Performance of SMEs in the Manufacturing Industry: Evidence from
Ethiopian Enterprises bertujuan untuk menguji pengaruh orientasi kewirausahaan
dan orientasi pasar terhadap kinerja unggul UKM manufaktur. Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu orientasi kewirausahaan dan orientasi pasar
sedangkan variabel dependen adalah kinerja unggul UKM manufaktur. Metode
analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan
linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi pasar memiliki
pengaruh positif terhadap kinerja bisnis UKM manufaktur.
Sutapa et al (2017) dengan judul The Role of Market Orientation, Creativy
and Innovation in Creating Competitive Advantages and Creative Industry
Performance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi pasar secara
signifikan mempengaruhi inovasi dan kinerja dan keunggulan kompetitif
35
berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.
Thurasamy, dkk (2016) dengan judul The Effect of Market Orientation as
a Mediating Variabel in the Relationship between Entrepreneurial Orientation
and SMEs Performance. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orientasi pasar
berhubungan positif terhadap kinerja usaha dan orientasi pasar memediasi
hubungan orientasi kewirausahaan terhadap kinerja usaha.
Kajalo (2015) dengan judul Market Orientation, Entrepreneurial
Orientation and Business Performance Among Small Retailers bertujuan untuk
memahami dan menentukan sejauh mana orientasi pasar dan orientasi
kewirausahaan mempengaruhi kinerja perusahaan secara langsung, dan sejauh
mana orientasi pasar dan orientasi kewirausahaan terhubung ke kinerja melalui
kemampuan pemasaran. Model konseptual yang dikembangkan diuji
menggunakan pemodelan persamaan struktural (SEM) menggunakan sampel dari
202 pengecer kecil. Hasil dari model SEM menunjukkan bahwa baik orientasi
pasar dan orientasi kewirausahaan bertindak sebagai dasar untuk meningkatkan
kinerja bisnis di kalangan pengecer kecil. Orientasi pasar tidak berhubungan
signifikan terhadap kinerja.
Setiawan (2013) dengan judul Pengaruh Orientasi Pasar, Budaya
Organisasi, dan Orientasi Kewirausahaan terhadap KinerjaUsaha (Studi pada
Usaha Kecil Pengolahan di Kota Palembang). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa orientasi pasar berpengaruh signifikan terhadap kinerja usaha.
Setyanti, dkk (2013) dengan judul Innovation Role in Mediating the Effect
of Entrepreneurship Orientation, Management Capabilities and Knowledge
36
Sharing Toward Business Performance : Study at Batik SMEs in East Java
Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan manajerial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha.
Mahmoud (2018) dengan judul Market Orientation and Business
Performance among SMEs in Ghana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
orientasi pasar tidak berhubungan signifikan terhadap kinerja usaha.
2.9 Kerangka Berpikir
Sugiyono (2016:91) menyatakan bahwa kerangka berpikir yang baik akan
menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Pertautan
antar variabel tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma
penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus
didasarkan pada kerangka berpikir. Berdasarkan teori pendukung, maka kerangka
berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Pengaruh Kemampuan Manajerial terhadap Kinerja Usaha
Kemampuan manajerial merupakan modal utama yang harus dimiliki oleh
seorang pengusaha agar dalam mengelola perusahaan dapat memberikan hasil
yang optimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Menurut Sudarmanto
(2015:143) kemampuan manajerial terkait dengan kemampuan seseorang dalam
kapasitasnya sebagai manajer untuk mampu melakukan fungsi-fungsi manajemen.
Georgy Terry menyatakan fungsi-fungsi manajemen meliputi : planning,
organizing, actuating, controlling dengan akronim POAC.
Teori RBV menyatakan bahwa sumber daya mengacu pada aset atau input
yang dimiliki organisasi untuk melakukan produksi. Agar memiliki sumber daya
37
beragam dan heterogen, perusahaan harus mendapatkan dan mengembangkannya.
Sumber daya tidak berwujud termasuk kemampuan dan aset termasuk
pengetahuan, keterampilan, reputasi, dan kemampuan manajerial (Barney, 1991;
Hall, 1992). Selain itu, literatur tentang manajemen sumber daya (HRM) telah
menunjukkan dampak bahwa keterampilan karyawan, motivasi, kepuasan, dan
cara pekerjaan terstruktur, dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan atau
kinerja.
Hubungan antara kemampuan manajerial dan kinerja perusahaan didukung
oleh bukti yang menghubungkan keberhasilan usaha kecil dengan kemampuan
pemiliknya dan manajer. Sreckovic (2018:807) mengatakan kemampuan
manajerial memiliki efek signifikan dan positif pada kinerja usaha. Sejalan
dengan penelitian Garces (2016:303) mengatakan kemampuan manajerial
memiliki pengaruh yang positif meskipun masih rendah dibanding variabel lain.
Di dukung oleh penelitian yang dilakukan Zacca dan Dayan (2018) yang berjudul
“Linking Managerial Competence to Small Enterprise Performance Within The
Dynamic Capability Logic“ menunjukkan bahwa masih rendahnya pengaruh
kemampuan manajerial (6%) terhadap kinerja usaha dibandingkan orientasi
kewirausahaan (23%).
2. Pengaruh Orientasi Pasar terhadap Kinerja Usaha
Orientasi pasar menjadi bagian penting bagi perusahaan dalam
meningkatkan persaingan global dan perubahan kebutuhan pelanggan. Orientasi
pasar yang kuat di perusahaan bisa memberikan penawaran dan memberikan
38
kepuasan yang lebih baik kepada pembeli serta perusahaan akan memperoleh
hasil yang lebih besar atas penawaran yang diberikan (Prapiani, 2014:16).
Pandangan berbasis sumber daya atau RBV telah berkembang dalam
beberapa tahun terakhir untuk lebih menjelaskan bagaimana sumber daya dan
kompetensi memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan kinerja yang baik dari
waktu ke waktu. Kompetensi cenderung muncul atau berkembang seiring
berjalannya waktu ketika perusahaan mengambil tindakan untuk membangun
sumber daya strategisnya. Kompetensi itu penting karena merupakan cara yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menangkap nilai potensial yang ditawarkan dari
sumber daya yang dimiliki. Kompetensi dibutuhkan untuk menggabungkan,
mengelola, dan mengeksploitasi sumber daya dengan cara memberikan nilai
tambah kepada pelanggan dan menciptakan keunggulan dibandingkan pesaing
(Chi, 1994). Nilai tambah pelanggan tersebut dapat di masukkan ke dalam
orientasi pasar. Orientasi pasar menjadi bagian penting bagi perusahaan dalam
meningkatkan persaingan global dan perubahan kebutuhan pelanggan. Perusahaan
yang menerapkan orientasi pasar memiliki kelebihan dalam hal pengetahuan
pelanggan. Orientasi pasar akan memotivasi karyawan untuk berinovasi dan
meningkatkan kinerja bisnisnya.
Beberapa penelitian yang membahas orientasi pasar menyatakan bahwa
orientasi pasar memiliki pengaruh yang signifikan pada kinerja usaha, dalam hal
berbagai pertumbuhan, penjualan, dan laba (Long, 2013). Buli (2017) dalam
penelitiannya,“Entrepreneurial Orientation, Market Orientation and Performance
of SMEs in The Manufacturing Industry: Evidence From Ethiopian Enterprises”
39
mengatakan hasil dari studi empiris menunjukkan bahwa keberhasilan dalam
kinerja usaha daya saing UKM manufaktur sangat dipengaruhi oleh orientasi
pasar mereka. Di dukung oleh penelitian yang dilakukan Mamun, dkk (2018:133)
dengan Judul ”Effect of Entrepreneurial and Market Orientation on Consumer
Engagement and Performance of Manufacturing SMEs”, menunjukkan adanya
keterlibatan orientasi pasar terhadap kinerja usaha.
3. Keunggulan Kompetitif Memoderasi Kemampuan Manajerial terhadap
Kinerja Usaha
Keunggulan kompetitif adalah suatu manfaat yang ada ketika suatu usaha
mempunyai dan menghasilkan produk dan atau jasa yang dilihat dari pasar
targetnya lebih baik dibandingkan dengan para kompetitor (Saiman, 2015:124).
Menurut Barney (dalam Arafah, 2018:8) ada hubungan positif yang sangat kuat
antara kinerja usaha dan keunggulan kompetitif. Artinya, semakin kuat
keunggulan kompetitif perusahaan, semakin baik kinerja suatu perusahaan.
Sebaliknya, semakin lemah keunggulan kompetitif yang dimilikinya, semakin
buruk kinerja usaha.
Teori RBV mengungkapkan keyakinan bahwa berbagai sumber daya
dalam suatu organisasi termasuk sumber daya manusia, menghasilkan karakter
unik dan menciptakan keunggulan kompetitif. Kemampuan manajerial merupakan
modal utama yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha agar dalam mengelola
perusahaan dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan
pesaing lain, akan memenangkan persaingan pasar. Untuk dapat memiliki
40
keunggulan kompetitif diperlukan kemampuan lebih dalam mengelola
perusahaan.
4. Keunggulan Kompetitif Memoderasi Orientasi Pasar terhadap Kinerja
Usaha
Keunggulan kompetitif berkaitan dengan cara perusahaan memilih dan
menerapkan strategi generik ke dalam praktik. Semua bagian yang ada dalam
perusahaan baik dalam bentuk sumber daya maupun kompetensi dapat menjadi
keunggulan kompetitif (Arafah, 2018:8).
Sebuah kompetensi organisasi mengacu pada kompetensi organisasi untuk
melakukan serangkaian tugas yang terkoordinasi, dengan memanfaatkan sumber
daya organisasi untuk mencapai hasil akhir tertentu (Muharam, 2017).
Kompetensi itu penting karena merupakan cara yang dilakukan oleh perusahaan
untuk menangkap nilai potensial yang ditawarkan dari sumber daya yang dimiliki.
Ketika perusahaan memiliki kompetensi memanfaatkan sumber internal
perusahaan dan memanfaatkan peluang eksternal, melakukan kolaborasi antara
perilaku strategik internal dan lingkungan eksternal, mengkonfigurasi sumber
daya dan proses, maka tercipta produk inovatif yang akan meningkatkan kinerja
bisnisnya (Chang dan Li, 2015).
Orientasi pasar menjadi bagian penting bagi perusahaan dalam
meningkatkan persaingan global dan perubahan kebutuhan pelanggan. Perusahaan
yang menerapkan orientasi pasar memiliki kelebihan dalam hal pengetahuan
pelanggan. Budaya perusahaan yang menekankan pentingnya perusahaan
memperhatikan pasar (market-oriented) akan mengarah pada penguatan
41
keunggulan kompetitif perusahaan (Wahyudin, 2015:80). Orientasi pasar akan
memotivasi karyawan untuk berinovasi dan meningkatkan kinerja bisnisnya.
Berdasarkan uraian di atas terdapat variabel independen yaitu kemampuan
manajerial dan orientasi pasar. Variabel dependen yaitu kinerja usaha dan variabel
moderasi yaitu keunggulan kompetitif. Kerangka berpikir penelitian ini dapat
digambarkan seperti berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
2.10 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teoritis yang berhubungan dengan permasalahan diatas,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
Kemampuan Manajerial
1. Keterampilan teknis
2. Keterampilan manusiawi
3. Keterampilan konseptual
Orientasi Pasar
1. Orientasi pelanggan
2. Orientasi pesaing
3. Koordinasi antar fungsi
Kinerja Usaha
1. Pertumbuhan laba
2. Pertumbuhan penjualan
3. Pertumbuhan aset tetap
Keunggulan Kompetitif
1. Keunikan produk
2. Kualitas produk
3. Harga kompetitif
Ha 3
Ha 4
42
1. Ada pengaruh kemampuan manajerial terhadap kinerja usaha IKM mebel di
Kabupaten Jepara
2. Ada pengaruh orientasi pasar terhadap kinerja usaha IKM mebel di
Kabupaten Jepara
3. Keunggulan kompetitif memoderasi kemampuan manajerial terhadap kinerja
usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara
4. Keunggulan kompetitif memoderasi orientasi pasar terhadap kinerja usaha
IKM mebel di Kabupaten Jepara.
93
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam
bab IV maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kemampuan manajerial mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka
kinerja usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara mengalami peningkatan
sebesar 0,244.
2. Orientasi pasar mengalami kenaikan sebesar satu satuan, maka kinerja
usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara mengalami peningkatan sebesar
0,365.
3. Keunggulan kompetitif mampu memoderasi kemampuan manajerial
terhadap kinerja usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara sebesar 9%.
4. Keunggulan kompetitif mampu memoderasi orientasi pasar terhadap
kinerja usaha IKM mebel di Kabupaten Jepara sebesar 25,6%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini dapat dituliskan beberapa
saran demi upaya meningkatkan kinerja usaha IKM mebel yaitu sebagai berikut:
1. Supaya kinerja usaha mebel naik, maka pengusaha mebel meningkatkan
kemampuan manajerialnya dengan cara mengikuti pelatihan teknis yang
diadakan oleh pemerintah maupun forum pengusaha mebel di Kabupaten
Jepara.
94
2. Untuk variabel orientasi pasar supaya kinerja usaha meningkat, maka
pengusaha sebaiknya mencari pangsa pasar yang lebih luas dengan
melakukan kerjasama dengan perusahaan lain, mengikuti pameran atau
expo mebel untuk menambah relasi atau mitra usaha.
3. Untuk meningkatkan kinerja usaha, perusahaan perlu memiliki
keunggulan kompetitif dalam hal kemampuan manajerial seperti
menciptakan keunikan produk (seni ukir modern) dan mengolah sampah
kayu menjadi barang yang bernilai jual.
4. Untuk meningkatkan kinerja usaha, perusahaan perlu memiliki
keunggulan kompetitif dalam hal orientasi pasar seperti mampu menerima
segala permintaan pesanan mebel sesuai dengan yang di harapkan
pelanggan.
95
DAFTAR PUSTAKA
Amit, R., & Schoemaker, P.J.H. (1993). “Strategic Assets and Organizational
Rent”. Strategic Management Journal. 14, 33-46.
Anwar, M., Atiq U.R., & Syed Z.A.S. (2018). “Networking and New Venture’s
Performance: Mediating Role of Competitive Advantage”. International
Journal of Emerging Markets. 13(5), 998-1025.
Appiah & Amoako. (2016). “The Execution of Marketing Strategies in a
Developing Economy”. African Journal of Economic and Management
Studies. 7(1), 9-29.
Arafah, W., Hendry H., & Hamdy H. (2018). “The Influence of Market
Orientation and Product Innovation on the Competitive Advantage and
Its Implication toward Small and Medium Enterprises (UKM)
Performance”. International Journal of Science and Engineering
Discovery. 4(8), 08-21.
Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktis).
Jakarta: Rineka Cipta.
Armstrong, Kotler. (2015). Marketing an Introducing Prentice Hall Twelfth
Edition. England: Pearson Education, Inc.
Asosiasi Pengrajin Kayu Jepara (APKJ). (2018). Jepara.
Astuti, W., & Murwatiningsih. (2016). “Pengaruh Kemampuan Manajemen dan
Karakteristik Usaha Terhadap Kinerja Usaha UKM Olahan Produk Salak
di Kabupaten Banjarnegara”. Management Analysis Journal. 5(2), 123-
127.
Asyhari, Sri, H.P., & Dian, M.K. (2018). “Peran Mediasi Keunggulan Kompetitif
pada Faktor Determinan Kinerja Bisnis UKM di Sentra Tenun Batik di
Jawa Tengah”. Jurnal Siasat Bisnis. 22(2), 111-131.
Badan Pusat Statistik. (2018a). Kabupaten Jepara Dalam Angka 2018.
https://jeparakab.bps.go.id/publication/2018/08/21/21931f0de5b1f015b7
31360d/Kabupaten-jepara-dalam-angka-2018.html. (diakses tanggal 5
April 2019)
--------------------------- (2018b). Kota Semarang Dalam Angka 2018.
https://semarangkota.bps.go.id/publication/2018/08/16/eebfdda3a016d15
bd59c4d78/kota-semarang-dalam-angka-2018.html. (diakses tanggal 5
April 2019)
96
--------------------------- (2018c). Kota Surakarta Dalam Angka 2018.
https://surakartakota.bps.go.id/publication/2018/08/16/c3a56b56c074228
d1b0e90e0/kota-surakarta-dalam-angka-2018.html. (diakses tanggal 5
April 2019)
Barney, Jay B. (1991). “Firm Resources and Sustained Competitive Advantage”.
Journal of Management. 17(1), 99-120.
Budiastuti, D., & Versia. (2011). “Pengaruh Kapabilitas Terhadap Keunggulan
Kompetitif dan Dampaknya Terhadap Kinerja Perusahaan pada PT Adi
Cipta Makassar”. Binus Business Review. 2(1), 286-292.
Buli, Bereket Mamo. (2017). “Entrepreneurial Orientation, Market Orientation
and Performance of SMEs in The Manufacturing Industry: Evidence
From Ethiopian Enterprises”. Management Research Review. 40(3).
Chang, A.C., & Li, P. (2015). “Is Economics Research Replicable? Sixty
Published Papers from Thirteen Journals Say “Usually Not”. Finance
and Economics Discussion Series. pp 83.
Cravens, David W. (1996). Pemasaran Strategis. Jakarta: Erlangga.
Delaney, T.J., & Huselid, M.A. (1996). “The Impact of Human Resource
Management Practices on Perceptions of Organizational Performance”.
The Academy of Management Journal. 39(4), 949-969.
Disperindag Kabupaten Jepara. (2018)
Garcés et al. (2016). “Management Capability and Performance in Spanish
Family Firms”. Academia Revista Latinoamericana de Administración.
29(3), 303-325.
Terry, Georgy R. (2013). Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 21. Semarang: Universitas Diponegoro.
Handriani, Eka. (2010). “Analisis Faktor Daya Saing di Kabupaten Semarang”.
Jurnal Dinamika Manajemen. 2(1), 17-25.
Henderson, R., & Cockburn, I. (1994). “Measuring Competence? Exploring Firm
Effects In Pharmaceutical Research”. Strategic Management Journal.
15, 63-84.
Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI). (2018). Jepara.
97
Irfanunnisa, Hartanty, & Ratnawati, A. (2013). “Peningkatan Kinerja Pemasaran
Melalui Optimalisasi Keunggulan Bersaing”. EKOBIS. 14(2), 72-89.
Kajalo, S. & Lindblom, A. (2015). “Market Orientation, Entrepreneurial
Orientation and Business Performance Among Small Retailers”.
International Journal of Retail & Distribution Management. 43(7).
https://doi.org/10.1108/IJRDM-04-2014-0044
Kementerian Perindustrian. (2018). Perkembangan Sektor Industri. Jakarta:
kemenperin.go.id
Kotler, P. (2002). Manajemen Pemasaran edisi Milinium I. Jakarta: PT.
Prenhallindo.
Lamb et al. (2001). Pemasaran Edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Long, HC. (2013). “Relationship Between Orientation Learning, Market
Orientation, Entrepreneurial Orientation, and Company Performance
Vietnam Marketing Corporate Communication”. Philippines
Management Review. 20, 37-46.
Mamun, Abdullah Al, et al. (2018). “Effect of Entrepreneurial and Market
Orientation on Consumer Engagement and Performance of
Manufacturing SMEs”. Management Research Review. 41(1), 133-147.
Mahmoud, M. A. (2018). “Market Orientation and Business Performance among
SMEs in Ghana”. International Business Research. 4(1), 241-251.
Maskur. (2017). “Pengaruh Kemampuan Manajemen Terhadap Kinerja Industri
Kecil Menengah (IKM) Sasirangan di Provinsi Kalimantan Selatan”.
Jurnal Komunikasi, Bisnis, dan Manajemen. 4(2), 115-131.
Muharam, D.R. (2017). “Penerapan Konsep Resources-Based View (RBV)
Dalam Upaya Mempertahankan Keunggulan Bersaing Perusahaan”.
Jurnal Ilmu Administrasi. 14(1), 82-95.
Narver, J.C. & Slater, S.F. (1990). “The of Effect Market Orientation on Business
Profitability”. Journal of Marketing. 54(4), 20-35.
Ningsih, Devi Ratna. (2018). “Determinan Kinerja Bisnis Industri Kecil dan
Menengah (IKM) Tenun Ikat Kabupaten Jepara”. Economic Education
Analysis Journal. 3(1), 1-17.
Nur, Nofal. (2014). “Entrepreneurship Orientation, Market Orientation, Business
Strategy, Management Capabilities on Business Performance; Study at
Small and Medium Enterprise Printing in Kendari”. International
Journal of Business and Management Invention. 3(12).
98
Paramita. (2015). “Pengaruh Kompetensi Individu, Orientasi Kewirausahaan, dan
Pesaing dalam Mencapai Keunggulan Bersaing melalui Kualitas Produk
Studi pada UKM Furniture di Kota Semarang”. DeReMa Jurnal
Manajemen. 10(1), 124-137.
Parnell, J.A., Long, Z. & Lester, D. (2015). “Competitive Strategy, Capabilities
and Uncertainty in Small and Medium Sized Enterprises (SMEs) in
China and the United States”. Management Decision. 53(2), 402-431.
Reijonen et al., (2014). “Are Growth-Oriented SMEs more Likely to Adopt
Market and Brand Orientations?”. Journal of Small Business and
Enterprise Development. 21(2), 250-264.
Saiman, Leonardus. (2015). Kewirausahaan Teori Praktik dan Kasus-Kasus.
Jakarta: Salemba Empat.
Salim, Zamroni & Ernawati M. (2017). Info Komoditi Furnitur. Jakarta: Badan
Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia
Soendoro, H. (2010). “Pengaruh Orientasi Pasar dan Strategik Generic Terhadap
Kinerja Perusahaan Perhotelan dalam Lingkungan Pemasaran yang
Berubah. Studi Empiric pada Industri Hotel Non Bintang di Daerah
Istimewa Yogyakarta”. Jurnal Eksekutif. 3(3).
Sreckovic, Marijana. (2018). “The Performance Effect of Network and
Managerial Capabilities of Entrepreneurial Firms”. Small Bus Econ. 50,
807-824.
Stoner, James A.F., & Wankel, Charles. (2003). Perencanaan dan Pengambilan
Keputusan Dalam Manajemen. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudarmanto. (2015). Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: PT. Tarsito.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan (Metode Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Suryana. (2006). Kewirausahaan (Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju
Sukses). Jakarta: Salemba Empat.
99
Sutapa. (2017). “The Role of Market Orientation, Creativity and Innovation in
Creating Competitive Advantages and Creative Industry Performance”.
Jurnal Dinamika Manajemen. 8(2), 152-166.
Teece D.J., Pisano G., & Amy Shuen. (1997). “Dynamic Capabilities and
Strategic Management”. Strategic Management Journal. 18(7), 509-533.
Trihendradi. (2013). Step by Step IBM SPSS 21 : Analisis Data Statistik.
Yogyakarta: Andi Publisher.
Tobing, D.S.K., Fathorazz, M., & Wulandari, G.A. (2018). “Mapping the
Competitive Advantage of SMEs in East Java, Indonesia”. Jurnal
Dinamika Manajemen, 9(1), 23-32. doi: 10.15294/jdm.v9i1.14649.
Wahyudin, Nanang. (2015). “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Keunggulan Bersaing Untuk Meningkatkan Kinerja Perguruan Tinggi
Swasta (PTS) pada Sekolah Tinggi dan Akademi di Semarang”. Holistic
Journal of Management Research. 3(2), 77-93.
Wibowo. (2016). Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajawali Pers.
Yacob, S., Octavia, A., Mayrina, & Hasan, H. (2017). “Do Really Social
Commerce Creating For Competitive Advantage On Small Medium
Enterprises (SMEs) Business Performance?: Evidence From Jambi,
Indonesia”. Paper presented at the The Sixth International Conference
on Entrepreneurship and Business Management.
Zacca, Robert & Mumin Dayan. (2018). “Linking Managerial Competence to
Small Enterprise Performance Within the Dynamic Capability Logic”.
Journal of Small Business and Enterprise Development.
Zimmerer, T.W., Norman, M.S., & Dong, W. (2008). Kewirausahaan dan
Manajemen Usaha Kecil. Jakarta: Salemba Empat.
top related