peran k.h ahmad dahlan dalam …mulai berkembang sejak masuknya islam ke nusantara namun demikian...
Post on 03-Feb-2018
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERAN K.H AHMAD DAHLAN DALAM PEMBENTUKAN SEKOLAHMUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA TAHUN 1911-1922
(Skripsi)
Oleh
MAYA PUTRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
PERAN K.H AHMAD DAHLAN DALAM PEMBENTUKAN SEKOLAH
MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA TAHUN 1911-1922.
Oleh :
Maya Putri
Islam diperkirakan memiliki kontak Indonesia dengan Islam sudah terjadi sejak
abad 7 M salah satu saluranya adalah pendidikan. Salah satu tokoh perjuang
pendidikan islam adalah K.H Ahmad Dahlan Perjuangangan tak kenal lelahnya
menghasilkan sebuah sekolah bernama Muhammadiyah di Yogyakarta.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Apa sajakah peran normatif K.H Ahmad Dahlan dalam pembentukan sekolah
Muhammadiyah di Yogyakrtaa Tahun 1911- 1922?. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui, memaparkan dan menjelaskan apa sajakah peran
normatif K.H Ahmad Dahlan dalam pembentukan sekolah Muhammadiyah di
Yogyakrta Tahun 1911- 1922. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode historis dengn teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
teknik kepustakaan dan dokumentasi. Teknik analisis data, digunakan teknik
analisis data kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai Peran K.H
Ahmad Dahlan dalam pembentukan sekolah Muhammdiyah di Yogyakarta tahun
1911-1922, dapat dijelaskan bahwa usaha awal K.H Ahmad Dahlan dimulai
dengan membentuk lembaga pada tahun 1911. K.H Ahmad Dahlan membentuk
sekolah dengan sistem klasikal. Kemudian beliau mengubah tujuan pendidikan
sekolah Muhammadiyah memiliki tujuan sejak dibentuk pada tahun 1911 dan
tahun 1912 mengalami perubahan. K.H Ahmad Dahlan mengubah kurikulum
menjadi kurikulum yang mengabungkan Gubermen dan pesantren dimana mata
pelajaran agama islam dimuat kedalam sekolah tersebut dan akhirnya menjadi
percontohan dalam mata pelajaran secara umum seperti sekarang. Dapat
disimpulkan, peran normatif yang dilakukan K.H Ahmad Dahlan sangatlah besar
sebagai pembentuk sekolah Muhhamdiyah di Yogyakarta tahun 1911-1922.
PERAN K.H AHMAD DAHLAN DALAM PEMBENTUKAN SEKOLAHMUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA TAHUN 1911-1922
(Skripsi)
Oleh
MAYA PUTRI
Pada
Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bumi Kabupaten Lampung Utara, pada tanggal 30 Mei
1995, dari pasangan Bapak Muhlisin dan Ibu Nur Aisah. Penulis merupakan anak
tunggal.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri I Sindang Sari pada
tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kota Bumi pada tahun 2010,
dan kemudian Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Kota Bumi pada tahun 2013.
Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur SBMPTN.
Pada bulan September –Oktober 2016, penulis melaksanakan KKN Terintegrasi di
Dusun Sidorejo Kabupaten Lampung Tengah. Penulis melaksanakan PPL di SMA
Negeri 1 Bangunrejo.
MOTTO
“BERDOALAH KEPADA-KU NISCAYA AKAN
KUPERKENANKAN BAGIMU” (AL-MUKMIN 60)
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah, atas rahmat dan segala nikmat yang tak terhitung…Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW…
Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai tanda bakti dan cintakasihku kepada:
Yang tercinta ibuku Nur Aisah dan ayahku Muhlisin yang telah mendidik danmembesarkan ku dengan segala doa terbaik. Terimakasih yang tak terhingga atas segalakesabaran dan limpahan kasih sayang mu. Terimaksih selalu menguatkanku, mendukungsegala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian;
Keluarga besar Sahieb yang selalu meberikan motivasi, semangat, doa dan selalumenyayangiku serta seluruh keluarga besarku;
Para pendidikku, Dosen dan Guruku;
Almamater tercinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Dengan segala bentuk kerendahan hati, penantian panjang dan perjuangan yang
selalu dihiasi dengan pasang surutnya sebuah semangat demi sebuah harapan dan
tanggung jawab untuk mengemban amanah dari orang tua dan orang-orang
terdekat yang selalu menantikan keberhasilanku, maka tidak ada kata yang pantas
untuk ditulis oleh penulis selain kata ucapan penuh rasa syukur
Alhamdulillahirobbil’ aalamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Peran K.H Ahmad Dahlan Dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di
Yogyakarta Tahun 1911-1922” penulis selesaikan sebagai salah satu syarat untuk
meraih Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan,
dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
yang setulusnya kepada:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung;
6. Bapak Drs. Syaiful M, M.Si., Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; dan
sebagai pembahas seminar serta penguji pengganti yang telah
memberikan saran dan nasehat yang bermanfaat bagi penulis demi
terselesaikannya skripsi ini
7. Bapak Drs. Wakidi, M.HUM. Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah
dan pembimbing I yang dengan ikhlas dalam memberikan arahan,
masukan, motivasi dan bimbingannya dengan baik kepada penulis selama
menyelesaikan skripsi ini
8. Bapak Muhammad Basri S.Pd, M.Pd., Dosen Program Studi Pendidikan
Sejarah dan pembimbing II yang dengan ikhlas dalam memberikan
arahan, masukan, motivasi dan bimbingannya dengan baik kepada penulis
selama menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak Drs. Maskun M.H, Selaku pembahas skripsi saya terimakasih atas
masukan yang bapak berikan kepada saya, motivasi dan bimbingannya
dengan baik kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
10. Drs. Ali Imron, M.Hum, Ibu Dr. Risma Sinaga, M.Hum, Bapak Drs.
Tantowi, M.S, Ibu Yustina Sri Ekwandari S.Pd, M.Hum, Bapak Suparman
Arif, S.Pd, M.Pd, Ibu Myristika Imanita S.Pd, M.Pd dan Bpk Cherry
Saputra S.Pd, M.Pd, Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah yang
penulis banggakan dan pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan
dan pengalaman berharga kepada penulis selama menjadi mahasiswa di
Program Studi Pendidikan Sejarah.
11. Teman-teman seperjuanganku angkatan 2013, teruntuk Cici Putri Febriani,
Fuji Salimah, Lesi Yusna Meda, Sarah Dhiba, Septi Mukti terimakasih
untuk semua bantuan, kekeluargaan dan keceriaan selama ini, kalian yang
selalu ada untukku
12. Adik kecil yang banyak membirikan dukungan dan doa Gita Yulistia
terimakasih atas semua nya;
13. Semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan skripsi.
Terimakasih atas bantuan serta ketulusan hati kalian semua semoga menjadi
amal ibadah dan mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap
skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 2017
Penulis,
Maya Putri
NPM 13130330353
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ............. .......................................................... 5
1.3 Pembatasan Masalah........................................................................ 6
1.4 Rumusan Masalah...................... ..................................................... 6
1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
1.6 Kegunaan Penelitian......................................................................... 6
1.7 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................ 7
II TINJAUAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA 2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8
2.1.1 Konsep Peran............................................................................... 8
2.1.2 Konsep Pembentukan Sekolah Muhammadiyah.......................... 9
2.2 Kerangka Pikir. ................................................................................ 10
2.3 Paradigma ......................................................................................... 11
III METODE PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian……………………………………………………12
3.2. Langkah-langkah Dalam Penelitian Sejarah…………...………..….13
3.3. Variable Penelitian dan Overasional Variable…….....………...…….15
3.3.1.Variable Penelitian…………..…………..……………………..…15
3.3.2 Definisi Operasional Variable……………………………….........15
3.4 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………..17
3.4.1. Teknik Kepustakaan………………………………………….17
3.4.2. Teknik Dokumentasi………………………………………….18
3.5. Teknik Analisis Data………………………………………………..20
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Hasil ...................................................................................................... 22
4.1.1 Gambaran Umum Situasi Pendidikan Di Yogyakarta ................ 22
4.1. 2. Biografi K. H Ahmad Dahlan……………………………….....26
4.2 Deskripsi Data Peran Normatif K.H Ahmad ....................................... 32
Dahlan Dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah…….….........32
4.2.1 Membentuk Sekolah Muhammadiyah ……………………....32
4.2.2 Membentuk Tujuan Sekolah Muhammadiyah…………….....43
4.2.3 Mengubah Kurikulum ............................................................. 47
4. 3 Pembahasan .......................................................................................... 56
4.3.1 Peran Normatif K.H Ahmad Dahlan Dalam Pembentukan
Sekolah Muhammadiyah Di Yogayakarta
Tahun 1911-1922 ................................................................... 56
V KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan .......................................................................................... 62
5. 2 Saran ................................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Mata Pelajaran Sekolah Muhammadiyah………………53
Tabel 2. Daftar Rincian Belajar Pada Sekolah Muhammadiyah………...55
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Acc Judul………………………………………………..65
2.Surat Izin Pembahas……………………………………………66
3.Surat Izin Permohonan Penelitian…………………………..….67
5.Surat Izin Penelitian…………………………………………….68
6.Foto K.H Ahmad Dahlan……………………………………….69
7.Foto Kepengurusan Muhammadiyah…………………………...69
8.Gambar Siswa-siswi Sekolah Muhammadiyah…………………70
9.Surat Izin Pembentukan Muhammadiyah………………………71
10. Surat Izin Perluasan Sekolah Muhammadiyah………………..72
11.Surat Izin Pengubahn Anggaran Dasar Muhammadiyah………73
1
BAB IPENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Berita masuk Islam ke nusantara telah diberitakan sejak Marco Polo singgah di
kota Perlak dan menerangkan bahwa sebagian besar penduduknya telah beragama
Islam dari sekian perkiraan, diperkirakan bahwa kontak Indonesia dengan Islam
sudah terjadi sejak abad 7 M. Para saudagar muslim sampai di kepulauan
Indonesia untuk berdagang sejak abad ke 7 M dan Marco Polo yang datang pada
tahun 1292 telah melihat perkembangan Islam yang mantap di Indonesia ini
menandakan bahwa Islam telah berkembang dengan pesat sejak abad 13 .
“Daerah yang pada mulainya dimasuki oleh Islam adalah Aceh.DatangnyaIslam ke Indonesia pada adab ke-13 dilakukan secara damai, dapat dilihat darijalur perdagangan,dakwah, ajaran tasawuf, tarekat, serta jalur kesenian danpendidikan semuanya merupakan pendukung cepatnya proses masuk danberkembangnya Islam di Indonesia” (Rofi. 2016: 2).
Salah satu saluran penyebaran adalah pendidikan dimana, dari sisi kesejarahanya,
Islam memiliki dua sistem pendidikan yaitu sistem pendidikan tradisional dan
sistem pendidikan moderan. Dalam sistem pendidikan tradisional pesantren
merupakan ciri khasnya sementara dalam sistem pendidikan moderan Madrasah
merupakan penannda ke moderanan dalam pendidikan Islam.
Sistem pendidikan pada masa tersebut pun sama dengan sistem pendidikan di
India dimana sistem Guru-kaula. Sistem Guru-kaula ini sama dengan sistem
2
pendidikan asrama, para murid pada masa tersebut berdiam diri ditempat guru dan
istri guru disamakan dengan ibu.
Pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam tertua, pesantren sendiri
mulai berkembang sejak masuknya Islam ke nusantara namun demikian pesantren
kala itu masih banyak yang belum mampu bertahan dan belum jelas sistem
pendidikan sehingga pesantren tersebut dianggap spekulatif dan diragukan.
Sehingga pesantren sendiri baru bisa terdekteksi bukti peninggalanya sejak abad
ke-18. “Pesantren tertua yang diketahui tahun berdirinya adalah pesantren
Tegalsari di Ponorogo, Jawa Timur. Pesantren ini didirikan oleh Sultan Paku
Buwono II pada tahun 1742 sebagi tanda terimakasih kepada Kyai Hasan Basari.
Paku Buwono II juga membangun asrama dan masjid untuk santri”
(Poesponegoro. 2008:193).
Sistem pengajaran pada masa tersebut mengunakan sistem Sorogan dan
Bandongan atau weton. Perlahan namun pasti terjadi perubahan dalam lembaga
maupun sistem pendidikan Islam di Indonesia sistem yang awalnya hanya sistem
sederhana dengan arahan ke Hindu-Budha berubah seiring perubahan-perubahan
yang terjadi dalam pendidikan Islam di Timur-tengah dan Mesir. “Perubahan
sistem dan lembaga tersebut berubah kedalam arahan Madrasah. Dalam catatan
sejarah Madrasah tertua tercatat di Sumatra Barat didirikan oleh Syekh Abdullah
Ahmad tahun 1909 dengan nama Madrasah Adabiah” ( Djumhur, 1976:159-160).
Islam nusantara sempat mengalami kesulitan dalam berkembang takkala Belanda
datang kenusantara, Belanda datang dengan misi 3 G yaitu Gold, glory dan gosper
Belanda yang datang dengan tujuan salah satunya penyebaran agama Kristiani.“
3
Sejauh Islam dianggap anti colonial, kaum priyayi lebih mengembangkan agama
yang bersifat kejawen dari pada memilih menjadi santri. Ketakutan Belanda
terhadap orang-orang yang bersifat condong ke Islam mempengaruhi struktur dan
kepegawai masyarakat pribumi” (Departemen pendidkan dan kebudayaan,
1993;69).
Belanda yang mempersulit ruang gerak Islampun menimbulkan banyak
pertentangan diberbagai kalangan terlebih Belanda pun berusaha memperslit rung
lingkup pendidikan Islam. Pada masa tersebut Belanda berusaha dengan sekuat
tenaga memasukan unsure-unsur kebaratan kedalam kehidupan masyarakat
Indonesia terutama kepada kaum terpelajar. Meskipun demikian beberapa wilayah
di Jawa justru terlebih dahulu mengenal sistem pendidikan dengan tata cara sistem
kerajaan salah satunya Yogyakarta.
Yogyakarta Propinsi dengan sejarah panjang dan pendidikan yang mempuni
menujukan bahwa sejarah propinsi tersebut tidaklah sederhana. Ciri khas dari
propinsi Daerah istimewa Yogyakarka adalah pendidikan . Sejarah mencatat sejak
lama pendidikan merupakan pionir dari proinsi tersebut. “Setelah kraton (istana
raja) Yogyakarta didirikan dengan lengkap yaitu Pada Tahun Jawa 1682 atau
1757 M. Sejak itulah didalam istana (kraton) Yogyakarta berdiri sebuah bangunan
sekolah yang dinamakan sekolah Tamanan” (Anshoriy Ch. 2010: 26).
Namun, sekolah tersebut hanya membahas mengenai tata cara dalam
penembangan lagu jawa, sejarah keraton , kesustraan Jawa, tata negara, Undang-
Undang sepuluh, dan Hukum. Belum membahas mengenai Islam dalam lingkup
4
pendidikan dan ilmu pengetahuan umum sehingga sekolah tersebut pun hanya
berlaku bagi kaum bangsawan keraton Yogyakarta saja.
Pendidikan Islam seperti pada umumnya di daerah lain baru dimulai di
Yogyakarta pada abad akhir abad ke 19 dan awal abad ke-20 dimana ketika
pendidikan bersifat tradisional dengan rujukan utama Pesantren mulai terdekteksi
keberadaanya di Yogyakarta.
Dimulai dengan K.H Ahmad Dahlan membentuk sebuah surau di tahun 1899 di
Kauman Yogyakarta namun, sayangnya surau tersebut dianggap mengalami
penyimpangan hingga, suarau tersebut dirubuhkan. Meskipun sebenarnya arah
kiblat suarau K.H Aahmad Dahlan itu benar dan sesuai dengan ilmu Falaq yang
didapakanya.
“Pendidikan pesantrean tertua ditemuakan di Yogyakarta telah ada sejaktahun 1910. Pondok pesantren Al-Munawwir didirikan oleh KH.M.Moenawwir, pada tanggal 15 November 1910 M. Pondok pesantren Al-Munawwir terletak di dusun Panggungharjo, kecamatan Sewon, KabupatenBantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta” (Mutaalimah. 2003: 4).
Berdasarkan uraian waktu maka inilah sarana pendidikan islam tertua di
Yogyakarta. Dimana pendidikan kala itu masih tradisional dan hanya
memprioritaskan pembelajaran pendidikan Al-Quran dan pengajaran Al-Quran,
sedangkan kitab kuning sebagai penyempura pembelajaran Al-Quran.
Setelah bertahun-tahun dalam kondisi keterpurukan akhirnya seorang tokoh
Belanda Van Deventer meminta Belanda mengemukan rasa balas budi mereka
terhadap Indonesia dengan mencetuskan Politik Etis yang dilakukan tahun 1898
“Dibawah Politik Etis, Educatie (pendidikan), Erigatie(irigasi), dan
Imigratie(imigrasi) dari ketiga program tersebut pendidikan dianggap sebagai hal
5
yang paling esensial. Datangnya era Etis ini Juga membuka era baru perlakuanya
terhadap Islam” (Latif. 2005: 81).
Berkat politik etis tersebut kondisi masyarakat di Jawa mulai mengenal
pendidikan, kaum-kaum terpelajar tersebut mengembangkan perkumpulan dan
hasilnya adalah berdirinya Budi Utomo sebagai kebangkitan nasional bangsa
Indonesia berkat kekuatanya dalam pelawan terhadap penjajahan, berdirilah
beberapa cabang Budi Utomo diseluruh nusantara salah satunya berdiri di
Yogyakarta. Dari Budi Utomolah timbul sosok seorang Ahmad Dahlan seorang
pengajar yang memperjuangkan pembentukan sekolah Islam baru di Yogyakarta.
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai kondisi masyarakat Islam Yogyakarta
kala itu serta latar belakang yang mempengaruhi peran yang dilakukan oleh K.H.
Ahmad Dahlan peneliti tertarik menulis skripsi dengan judul “Peran K.H Ahmad
Dahlan Dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun
1911-1922”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah pada penelitian ini
adalah:
1. Peran Normatif K.H Ahmad Dahlan dalam Pembentukan Sekolah
Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922.
2. Peran Ideal K.H Ahmad Dahlan dalam Pembentukan Sekolah
Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922.
6
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas agar pembahasan penelitian tidak terlalu
luas kemudian peneliti membatasi masalah pada:
“Peran Normatif K.H Ahmad Dahlan dalam Pembentukan Sekolah
Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922” .
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: “Apa sajakah peran normatif yang dilakukan K.H Ahmad Dahlan dalam
Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922?
1.5 . Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa sajakah Peran normatif yang
dilakukan K.H Ahmad Dahlan dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di
Yogyakarta Tahun 1911-1922.
1.6 . Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapakan memberikan manfaat kepada peneliti maupun pada
pihak-pihak yang membutuhkan dengan bertambahnya wawasan ilmu
pengetahuan mengenai bagaimanakah Peran normatif yang dilakukan K.H
Ahmad Dahlan dalam Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta
Tahun 1911-1922
7
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah K.H Ahmad Dahlan.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Peran K.H Ahmad Dahlan dalam
Pembentukan Sekolah Muhammadiyah Di Yogyakarta Tahun 1911-1922.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian dalam penelitian ini adalah perpustakaan Unila dan
perpustakaan daerah Lampung.
4. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dalam penelitian ini adalah tahun 2016-2017
5. Kosentrasi Ilmu
Kosentrasi Ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu Sejarah.
REFERENSI
Ahmad, Rofi. 2016. Jejak-Jejak Islam. Jakarta: Bunyan. Hal: 2.
Marwati Poeponegoro, Djoened. 2008. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka. Hal : 193.
Djumhur. 1976. Sejarah Pendidikan Indonesia. Bandung : CV. Ilmu Bandung Hal: 159- 160.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1993. Sejarah Daerah IstimewaYogyakarta. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal: 69.
Ansoriy Cn, HM. Nasruddin. 2010. Matahari Pembaharuan. Yogyakarta : JBPublisher. Hal : 26.
Mutaalimah. 2003. Perkembangan pesantren Krapyak. Yogyakarta: UIN SunanKalijaga Yogyakarta. Hal : 4.
Yudi, Latief. 2005. Muslim Intelegensi dan Kekuasaan ( The Muslim intelegensiand power in the 20th Century Indonesia). Bandung : Mizan. Hal: 81.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR DAN PARADIGMA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Peran
Makna peran yang dijelaskan dalam Status, Kedudukan dan Peran dalam
masyarakat, dapat dijelaskan melalui beberapa cara, yaitu pertama penjelasan
histories. Menurut penjelasan histories, konsep peran semula dipinjam dari
kalangan yang memiliki hubungan erat dengan drama atau teater yang hidup
subur pada zaman yunani kuno atau romawi. Dalam hal ini, peran berarti karakter
yang disandang atau dibawakan oleh seorang actor dalam sebuah pentas dengan
lakon tertentu. Kedua, pengertian peran menurut ilmu sosial. Peran dalam ilmu
sosial berarti suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki jabatan
tertentu, seseorang dapat memainkan fungsinya karena posisi yang didudukinya
tersebut. (Djamarah. 1997: 31).
Menurut Bruce J. Cohen dalam bukunya sosiologi suatu pengantar peran
dibedakan menjadi dua kategori, pertama peran nyata (enacted role) atau peran
normatif yaitu keadaan sesungguhnya dari seseorang dalam menjalankan peranan
tertentu. Kedua adalah peran yang dianjurkan (prescribe role) atau peran ideal
9
yaitu peran yang diharapkan oleh masyarakat agar menggunakan cara-cara yang
sesuai dengan yang mereka harapkan (Cohen. 1992: 80).
Dalam penelitian ini konsep peran merujuk kepada peran tokoh agama sekaligus
pendidik dalam melakukan modernisasi pendidikan agama secara nyata dimana
K.H Ahmad Dahlan menjalankan peranya sebagi seorang pendidik dan juga
seorang ahli agama secara bersamaan. Dalam sistem keagamaan peran tokoh
agama sering lebih luas dan tidak mencakup peribadatan, pengkajian kitab tetapi
juga pencatatan pengambangan dan pemeliharaan sesuatu yang bernilai baik milik
pribadi ataupun milik negara untuk ditempatkan bagi kebutuhan keagamaan apa
bila dikaitan dengan konsep peran normatif tokoh agama dan pendidik ini adalah
bagaimana sikap atau perilaku K.H Ahmad dahlan dalam melaksanakan tugas
sesuai keadaan nyatanya kondisi pendidikan saat itu di Yogyakarta.
2.1.2 Konsep Pembentukan Sekolah Muhammadiyah
Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi kedua (1997:747) kata pembentukan
mempunya arti sebagai proses, cara atau pembuatan bentuk sesuatu.
Sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar mengajar serta tempat untuk
memberi dan menerima pelajaran ( Daryanto. 1997: 544). Sedangkan menurut
Wayne dalam buku Soebagio Admodiwiro sekolah adalah sistem interaksi sosial
atau organisasi keseluruhan terdiri atas interaksi peribadi terkait bersama dalam
suatu hubungan organik (2000 :37)
10
Muhammadiyah secara bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu Muhammad yang
mengarah kepada nabi Muhammad SAW. Kemudian ditambah ya yang
dinishabkan yang artinya mensejeniskan. Muhammadiyah berarti pengikut nabi
Muhammad ( Suara Muhammadiyah. 2015. 2)
Berdasarkan beberapa teori di atas maka dapat disimpulkan pengerian dari
pembentukan sekolah Muhammadiyah adalah proses dari pembuatan lembaga
atau organisasi untuk belajar mengajar serta tempat untuk memberi dan menerima
pelajaran yang berlandaskan dengan Muhammad SAW dan para anggotanya
merupakan pengikut Nabi Muhammad SAW.
2.2. Kerangka Pikir
K.H Ahmad Dahlan merupakan seorang sosok pendidik sekaligus seorang pionir
dari sebuah proses pembentukan sekolah Muhamamdiyah . Cara pandangnya
dalam melaksanakan pendidikan dimulai dari organisasi Budi Utomo dimana ia
mulai tertarik untuk melaksanakan pembelajaran yang berbeda. Di organisasi
inilah ia mulai melaksanakan peran normatifnya sehingga dapat dikatakan K.H
Ahmad Dahlan melakukan perubahan sesuai dengan dalam melakukan tuntunan
Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan, di Yogyakarta secara total dengan
kesunguhan dalam melaksanakanya. Sekolah yang awalnya hanya merupakan
pesantren diubah menjadi madrasah dengan tujuan yang berdasarkan Islam dan
kurikulum yang memadukan islam dan sekolah barat berbeda dengan sekolah
barat dan pesantren pada umumnya.
11
2.3. Paradigma
Keterangan :
X : Peran K.H Ahmad Dahlan
Y : Pembentukan Sekolah Muhammadiyah
: Garis Hasil
X Y
REFERENSI
Syaiful Djamarah, Bahri. 1997. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.Hal : 31.
Cohen. J, Bruce. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 80.
Depdikbud. 1997.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Hal :747
Daryanto. 1997.Media Pembelajaran. Yogyakarta :Gava Media. Hal : 544.
Admodiwiro, Soebagio. 2000. Managemant Pendidikan . Jakarta: PT.Airdadizya.Hal. 37.
Suara Muahmmadiyah. 2015. Definisi Muhammadiyah. Yogyakarta: SuaraMuahmmadiyah. Hal 2.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Metode Yang Digunakan
Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan
dan kegunaan tertentu. Di dalam sebuah penelitian, metode merupakan faktor
penting untuk memecahkan masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu
penelitian sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian historis.
Metode penelitian historis adalah prosedur pemecahan masalah denganmenggunakan data masa lalu atau peninggalan-peninggalan, baik untukmemahami kejadian atau suatu keadaan yang berlangsung pada masa laluterlepas dari keadaan masa sekarang maupun untuk memehami kejadianatau keadaan masa lalu, selanjutnya kerap kali juga hasilnya dapatdipergunakan untuk meramalkan kejadian atau keadaan masa yang akandatang (Nawawi,. 2001: 79).
Tujuan dari Penelitian Historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau
secara sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, memverifikasikan,
mensistesiskan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan
yang kuat. “dalam penelitian historis” tergantung kepada dua macam data, yaitu
data skunder dan data primer. Data primer dari sumber primer, yaitu peneliti
secara langsung melakukan observasi atau penyaksian kejadian-kejadian yang
dituliskan. Dapat disimpulkan bahwa setiap penelitian, harus dilihat sifat-sifat
13
penelitian yang dipakai. Dengan demikian sifat Penelitian Historis adalah sifat
data yang ditentukan oleh sumber yang diperoleh seperti data primer dan data
sekunder.
3.2 Langkah-langkah Penelitian Historis.
Langkah-langkah penelitian historis dapat dikatakan merupakan tahapan-tahapan
dalam melakukan penelitian guna mempermudah penulisan historis.
Menurut Nugroho Notosusanto, langkah - langkah dalam penelitian historismeliputi :
1. Heuristik yaitu pengumpulan sumber-sumber data2. Kritik yaitu menyelidiki keaslian dan kesahihan sumber-sumber data
yang di dapat,3. Interpretasi yaitu merangkai berbagai sumber-sumber data yang telah
di kritik menjadi satu kesatuan yang mampu menerangkan objekpenelitian
4. Historiografi yaitu tahap penulisan hasil penelitian (Notosusanto,1948:11).
1. Heuristik dilakukan untuk mencari dan menemukan menemukan sumber
data, yang ada sumber sejarah yang akan memberikan keyakinan dan
kebenaran akan gejara peristiwa sejarah, sehingga dapat menghilangkan
keraguan atau perselisihan pada penilaian kebenaran akan suatu peristiwa.
Sehubungan dengan penyusunan karya ilmiah ini penulis mencari sumber
data dari buku-buku literatur dan dokumen-dokumen terkait dengan judul
yang akan diajukan. Pencarian sumber-sumber tersebut dilakukan dengan
mendatangi perpustakaan Universitas Lampung dan perpustakaan daerah
Propinsi Lampung terlebih dahulu.
14
2. Kritik, setelah sumber data-data telah ditemukan dilakukan kritik
pengujian dengan menggunakan kritik yaitu kritik ekstern dan intern.
Kritik ekstern ini menyangkut bahasa dokumen-dokumennya, biografi
maupun kalau ada dokumen misalnya, diteliti apakah dokumen itu
memang yang kita kehendaki, apakah palsu atau asli. Menilai isinya itu
dilakukan dengan kritik intern untuk memastikan apakah hasil dari data-
data tersebur dapat digunakan. Dalam tindakan ini penulis melakukan
kritik terhadap dokumen, biografi maupaun sumber lainya guna
memastikan keaslian dari data-data yang berkaitan dengan K.H Ahmad
Dahlan.
3. Interpretasi setelah penulis melakukan langkah ke dua, yaitu kritik
terhadap sumber data, kemudian terkumpul fakta-fakta, maka langkah
berikutnya adalah langkah interpretasi atau penafsiran fakta-fakta sejarah.
Dalam menginterpretasikan fakta sejarah dalam rangkaian suatu kesatuan
yang harmonis dapat dipercaya dan masuk akal.
4. Historiografi, sebagai langkah terakhir dalam penggunaan metode historis
adalah historiogarafi, yang dimaksudkan disini penulisan serangkaian
fakta-fakta yang berhubungan dengan Peran K.H Ahmad Dahlan dalam
Pembentukan Sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta Tahun 1911-1922.
(Kartono, 1986 ; 225).
15
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasi Variable
3.3.1. Variable Penelitian
Variabel penelitian ini merupakan konsep dari gejala yang bervariasi yaitu objek
penelitian. Menurut Hadari Nawawi, variabel adalah himpunan sejumlah gejala
yang memiliki beberapa aspek atau unsur di dalamnya yang dapat bersumber dari
kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan berpengaruh pada
objek penelitian ( Nawawi. 1996. 55).
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat dikatakan bahwa variabel adalah segala
sesuatu yang berhubungan dengan obyek yang menjadi bahan penelitian. Dalam
penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel tunggal dengan fokus
penelitian pada apa saja Peran K.H Ahmad Dahlan dalam modernisasi penidikan
Islam di Yogyakarta.
3.3.2 Definisi Operasional Variable
Menurut Sumadi Suryabrata, definisi opersional variabel adalah definisi yang
didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan, dapat diamati dan diobservasi
(Suryabrata. 1983 : 83). Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi definisi
Operasional Variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel atau memberi petunjuk pelaksanaan bagaimana
caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun. 1991 : 46).
Dengan demikian maka definisi operasional variabel adalah suatu petunjuk yang
memberitahukan cara mengukur suatu variabel dengan cara memberikan arti atau
16
menspesifikasikan kegiatan agar mudah diteliti. Definisi operasional variabel pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Peran
Peran dibedakan menjadi dua kategori, pertama peran nyata (enacted role)
atau peran normatif yaitu keadaan sesungguhnya dari seseorang dalam
menjalankan peranan tertentu. Kedua adalah peran yang dianjurkan
(prescribe role) atau peran ideal yaitu peran yang diharapkan oleh
masyarakat agar menggunakan cara-cara yang sesuai dengan yang mereka
harapkan (Cohen. 1992: 80). Peran yang dilakukan oleh K.H Ahamd
Dahlan disini merupakan peran nyata atau normatif beliau dalam
melakukan pembentukan sekolah Muhammadiyah di Yogyakarta.
B. Pembentukan Sekolah Muhammadiyah
pembentukan sekolah Muhammadiyah adalah proses dari pembuatan
lembaga atau organisasi untuk belajar mengajar serta tempat untuk
memberi dan menerima pelajaran yang berlandaskan dengan Muhammad
SAW dan para anggotanya merupakan pengikut Nabi Muhammad SAW.
Dalam kaitanya dengan K.H Ahmad Dahlan dalam pembentukan sekolah
Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1911-1922 merupakan hasil buat
pikirnya akan perkembangan pendidikan islam di Yogyakarta guna
menjadikan umat Islam berjalan sesuai tuntunan Al-Quran dan sunah.
17
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan sumber guna memperkaya data. Selain itu hasil dan kesimpulan
yang akan menjadi rancu apabila pengumpulan data dilakukan tidak dengan benar.
Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan masalah yang akan di
bahas maka penulis menggunakan tambahan teknik pengumpulan data sebagai
berikut :
3.4.1 Teknik Kepustakaan
Untuk menambah wawasan dalam mencari dan menambahkan sumber diperlukan
metode tambahan dalam mencari data sehingga, diperlukankanlah teknik
tambahan yaitu teknik kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Selain itu seorang peneliti dapat
memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya
dengan penelitiannya. dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan
pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang
peneliti menetapkan topic penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan
kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam
pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari
kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh
dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-
sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dan lain-lain).
18
3.4.2 Teknik Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data oleh peneliti dengan cara meng-
umpulkan dokumen-dokumen dari sumber terpercaya yang mengetahui tentang
narasumber, misal LSM. “Metode dokumentasi menurut Arikunto (2006:231)
yaitu mencari data mengenai variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.
Meleong (dalam Herdiansyah, 2010: 143) mengemukakan dua bentuk dokumen
yang dapat dijadikan bahan dalam studi dokumentasi, yaitu:
1. Dokumen harian
Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis
tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Tujuan dari dokumentasi ini
adalah untuk memperoleh sudut pandang orisinal dari kejadian situai nyata.
Terdapat tiga dokumentasi pribadi yang umum digunakan, yaitu:
a.Catatan harian (diary)
Diary berisi beragam aktivitas dan kegiatan termasuk juga unsur perasaan.
b. Surat Pribadi
Surat pribadi (tertulis pada kertas), e-mail, dan obrolan dapat dijadikan sebagai
materi dalam analisis dokumen dengan syarat, peneliti mendapat izin dari orang
yang bersangkutan.
c.Autobiografi
19
Autobiografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas gabungan tiga kata,
yaitu auto (sendiri), bios (hidup), dan grapein (menulis). Didefinisikan
autobiografi adalah tulisan atau pernyataan mengalami pengalaman hidup.
2. Dokumen Resmi
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambar mengenai aktivitas,
keterlibatan individu pada suatu komnitas tertentu dalam setting social.Menurut
Meleong dokumen resmi dapat dibagi kedalam dua bagian. Pertama dokumen
internal, yaitu dapat berupa catatan, seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan
suatu lembaga, system yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan
pimpinan, dan lain sebagainya.
Kedua, dokumentasi eksternal yaitu dapat berupa bahan-bahan informasi yang
dihasilkan oleh suatu lembaga social, seperti majalah, koran, bulletin, surat
pernyataan, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa seorang peneliti dalam mengumpulkan data
tidak hanya terbatas pada literatur tetapi juga melalui tetapi juga melalui
pembuktian atau m cari data lain yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar, majalah, prasati, notulen rapat, lengger, agenda, gambar arkeologi dan lain
sebagainya.
20
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis
deskriktif kualitatif. Definisi kualitatif adalah data yang berupa informasi, uraian
dalam bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk
mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga
memperoleh gambaran baru atau memuatkan suatu gambaran yang sudah ada dan
sebaliknya (Subagyo. 2006 : 106).
Dimana teknik analisis dalam penelitian ini merupakan bahan utama penelitian-
penelitian ilmu-ilmu sosial
yang berupa fenomena-fenomena dan kasus-kasus dalam bentuk laporan dan
karangan sejarawan, sehingga memerlukan pemikiran yang teliti dalam
menyelesaikan masalah penelitian dan mendapatkan kesimpulan.
Model ini ada 4 komponen analisis yaitu: pengumpulan data, Klarifikasi data,
pengolongan data, dan penyimpulan data. Langkah-langkah analisis data yang
harus ditempuh adalah:
1. Penyusunan data
Pemyusunan data dilakukan untuk mempermudah penelitian terhadap
semua data yang dibutuhkan. Selanjutnya dilakukan seleksi data atas yang
diperoleh dan menyusunya.
21
2. Klarifikasi data
Klarifikasi ini merupakan usaha mengolongkan data berdasarkan kategori
tertentu. Pengolongan ini disesuaikan berdasrkan sub-sub permasalahan
berdasarkan analisis data yang terkaandung dalam permasalahan ini.
3. Pengolongan data
Setelah data diperoleh kemudian diselesi dengan mengunakan teknik
analisis kualitatif. Mengolongkan data berarti menyaring data dan
mengatur data yang masuk. Di maksudkan semua riset akan dilanjutkan ke
taraf interfensi maka penganalisaan, penginterpretasian dan penaarikan
kesimpulan harus melewati tahap pengelolahan data.
4. Penyimpulan data
Sebagai langkah akhir dalam penelitian adalah suatu kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk laporan. (Ali, 1998:152).
REFERENSI
Hadari, Nawawi,. 2001. Metodelogi Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gajah Mada.Hal : 79.
Nugroho, Notosusanto. 1948. Masalah Penelitian Sejarah Kontenforer. YayasanPenerit UI. Hal 11.
Kartini, Kartono. 1986. Psikologi Abnormal. Bandun: Mandan Maju. Hal : 225.
Hadari, Nawawi. 1996. Penelitian Terapan. Yogyakarta : Gajah Mada. Hal : 55.
Sumadi, Suryabrata. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada. Hal : 83.
Masri, Singarimbun. 1995. Metodelogi Penelitian Surve. Jakarta : LP3S. Hal : 46.
Cohen. J, Bruce. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 80.
Yusran, Asmuni. 1996. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan PembaharuanDunia Islam. Jakarta : Raja Grafindo. Hal : 1.
Zakiah, Daradjat. 1978. Islam dan peranan Problem Remaja Di Indonesia.Jakarta: Bulan Bintang. Hal : 87.
Suharsimi, Arikanto. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka Cipta.
Haris, Herdiansyah. 2010. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Jakarta : SalembaHumanika. Hal : 143.
Joko, Subagyo. Metodelogi Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta : RinekaCipta. Hal : 152.
Muhammad, Ali. 1998. Strategi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Angkasa. Hal :152.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa,
peran normative K.H Ahmad Dahlan dalam pembentukan sekolah
Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1911-1922 dialah sebagai berikut:
1. Membentuk lembaga sekolah Muhammadiyah yang pada mulanya
lembaga pendidikan Islam di Yogyakarta merupakan Pesantren yang
muncul sejak abad 11-12 dan menyerupai lembaga pendidikan di
Timur-Tengah. Hingga akhirnya K.H Ahmad Dahlan membentuk
lembaga Sekolah Muhammadiyah yang mengunkan sistem Klasikal
dan menempati sebuah ruangan, kursi dan meja serta alat bantu
pendukung lainnya selayaknya kelas pada sekolah umum. Setelah 22
tahun wafatnya K.H Ahmad Dahlan tepatnya 22 Desember 1945
akhirnya Madrasah serupa sekolah K.H Ahmad Dahlan dimasukan
kedalam lembaga resmi sekolah di Indonesia .
2. K.H Ahmad Dahlan membentuk tujuan sekolah Muhammadiyah yang
pada awanya tidak tertulis dan belum memiliki bukti otentik untuk
sebuah sekolah yang memiliki tujuan sebagai sasaran dalam
63
pembelajaran di sekolah Muhammadiyah sejak awal tujuan memang
mengarah kepada kepentingan agama Islam tujuan sejak di bentuk
tahun 1911 dan akhirnya teracatat secara resmi paska mengalami
perubahan pada tahun 1912 dan tujuan sekolah Madrasah sejenis
Muhammadiyah akhirnya disamakan sejak tahun 1987 .
3. K.H ahmad Dahlan memodernisasikan Kurikulum. Kurikulum yang
terdapat di pesantren pada awalnya hanya memandang pada aspek trio
komponen yaitu imam, islam dan ihsan berbeda dengan yang
dilakukan oleh K.H Ahmad Dahlan yang mengubah kurikulum
berdasarkan perkembangan zaman dimana mengabungkan kurikulum
Guberman dan kurikulum pesantren hingga menghasilakn Ismuba.
Sistem pendidikan islam yang ada pada masa ini merupakan hasil dari
percontohan sekolah Muhammadiyah yang dibentuk oleh K.H Ahmad
Dahlan. Pada tahun 1973 pendidikan keagamaan resmi masuk
kesekolah umum.
Berdasarkan perjuangannya, atas jasanya terhadap bangsa ini dalam
perkembangan pendidikan maka menteri pendidikan pengetahuan dan kebudayaan
mengirim surat dengan No. 56693/S pada 8 september 1961 kepada Presiden
Republik Indonesia supaya K.H Ahamd Dahlan diangkat menjadi Pahlawan
Nasional. Pernyataan ini diperkuat oleh Menteri Kesejahteraan Sosial dan Menteri
Pertama. Tiga bulan kemudian Presiden Republik Indonesia dengan surat
keputusan No.567 tahun 1961, bertepatan 27 Desember 1961, menetapkan K.H
Ahmad Dahlan sebagai pahlawan Nasional
64
5.2. SARAN
Sejarah merupakan cerminan masa lalu yang menjadikan Indonesia sebagai
negara yang mampu mengahrgai jasa-jasa pahlawanya memberikan pelajaran
tersendiri untuk bangsa Indonesia. Kebodohan akan keterbelakangan pendidikan
mengajarkan kita untuk menjadi sebuah bangsa yang mampu memperjuangkan
pendidikan untuk semua kaum baik kaum pria maupun kaum wanita. Belajar dari
K.H Ahmad Dahlan yang melakuakn pengembangan pendidikan bukan hanya
kepada pria namun juga kepada wanita ia tidak mengenal gender, suku bahkan
agama, K.H Ahmad Dahlan menjadi contoh bagaimana ia memandang semua
umat sama tampa pembeda.
Hingga akhir hayatnya K.H Ahmad Dahlan masih mementingkan pendidikan
untuk semua kaum bahkan dia menjadikan Muhamamdiyah sebagi wasiat
terakhirnya.
Oleh sebab itu, penulis memberikan saran antara lain:
1. Untuk seluruh generasi penerus bangsa Indonesia, baik kaum muda
maupun kaum tua untuk terus menghargai sejarah perjuangan bangsanya.
Dengan terus mengisi kemerderdekaan bangsa ini dengan penuh tanggung
jawab sebagai warga negara yang tunduk pada UUD dan Pancasila.
2. Menjalankan dan mengamalkan isi pancasila dalam kehidupan sehari hari
3. Mempelajari sejarah perjuangan bangsa Indonesia pada umumnya dan
sejarah daerah masing-masing khususnya karena tidak akan ada persatuan
di Indonesia tanpa adanya perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh
tiap-tiap daerah
65
4. Menghargai jasa para pahlawan dan pejuang yang telah mempertaruhkan
hidupnya untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia
5. Hendaknya tiap-tiap individu yang mempelajari sejarah bangsa baik
sejarah nasional ataupun lokal mampu mengambil dan mengaplikasikan
nilai nilai perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
6. Meperjuangkan pendidikan untuk semua pihak.
7. Membangun toleransi antar umat beragama serta menyamaratakan semua
umat tampa membedakan suku, jender, sosial bahkan latar belakang untuk
melakuakn sebuah hubungan yang baik.
.
Daftar Pustaka
Adi, Nugroho. 2010. K. H Ahmad Dahlan : Biografi Singkat 1869-1923. Yogyakarta : GarasiHouse of Book. Hal : 21.
Ali, Muhammad. 1998. Strategi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Angkasa.
Anshoriy, HM. Nasruddin. Ch. 2008. Matahari Perbaharuan.Yogyakarta: Jogja Bangkit
publisher.
Amir, Hamza Wirzokusanto. 1968. Pembaharuan Dan Pengajaran Pendidikan Islam. Malang.Ken Mutia
Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres.
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakrta: Rineka Cipta.
Asmuni,Yusran. 1996. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Dunia Islam
(Dirasah Islam). Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Cohen, Bruje J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Departemen pendidkan dan kebudayaan. 1993. Sejarah Sosial. Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jakarta; Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.
Djamarah, Syiful Bahri. 1997. Srategi Belajar Mengajar. Jakarta.PT : Rineka Cipta..
Drajat, Zakiyah. 1978. Membina Nilai-nilai Moral. Jakarta: Bulan Bintang.
Djoened, Marwati Poeponegoro. 2008. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hal :193.
Djumhur, 1976. Sejarah Pendidikan. Bandug: CV. Ilmu Bandung.
Kutoyo, Sutrisno. 1998: Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Perserikatan Muhammadiyah. Jakarta:
Balai Pustaka.
Mulkhan, Abdul Munir. 1990. K.H Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah. Jakarta: IKAPI.
. 2010. Kiyai Ahmad Dahlan : Jejak Pembaharuan Sosial dan Kemanusiaan : KadoSatu Abad Muhammadiyah. Jakarta : Gudang Press.
. 1990. Pemikiran K.H Ahmad Dahlan Dalam Perspektif Perubahan Sosial. Jakarta :Bumi Ngkasa.
Miles dan Huberman. 1992. Anaisis Data Kulaitatif. Jakarta:UI Press..
Moleong. 2000. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja.
Muhammadiyah, PP. 1986. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah. Yogyakarta :
Muhammadiyah.
Nasir, Bactiar. 2012. Anda Bertanya kami Menjawab. Jakarta: Gema Insani Press.
Nashir, Haedar. 2016. Ideologi Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Nasution, S. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: BumiAngkasa.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Notosusanto, Nugroho . 1948 : Norma-norma Dalam Pemikiran dan Penulisan Sejarah. Jakarta:
Departeman Pertahanan dan Keamanan.
Ruswan Toyib. 1999. Pemikiran Pendidikan Islam. Semarang: Iain Wali Songo Semarang.
Rofi,Sopiyan. 2016. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: DEEPUBLISH.
Singarimbun, Merode Penelitian. 1991. Yogyakarta :LP3S
Syukur ,Djunaidi dalam skipsi Mutaalimah. 2003. Hal.Sejarah perkembangan PP Al-Munawir.
PP. Krapyak Yogyakarta.Yogyakarta: Pengurus Pusat PP Krapyak Yogyakarta.
Soekanto, Soejono. 2010. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pres..
Subagyo, Joko. 2006. Metodelogi Penelitian Dalam Teori dan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono . 2013. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Syaifuallah. 1997. Gerakan Politik Muhammadiyah dalam Masyumi. Jakarta : Pustaka Utama
Pius A. Purtanto. 1994. Kamus Ilmiah Popular. Surabaya: Arkola.
Pradjokusumo, H.N. 1987. Muhammadiyaah Pendidikan Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta:
A.B.N Jakarta
Yudi Latif. 2005. Muslim Intelegent dan Kuasa. Bandung: Nizam.
top related