peran yayasan griya yatim dan dhuafa dalam...
Post on 07-Mar-2019
232 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA DALAM
PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PENDIDIKAN
KETERAMPILAN DI BEKASI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk memenuhi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.I)
Oleh:
Fikri Dzulkarnain
1110054000032
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
1PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DHUAFA DALAM
PEMBERDAYAAN KAUM DHUAFA MELALUI PENDIDIKANKETERAMPILAN DI BBKASI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial lslam
(S.Kom.I)
Oleh:
FIKRI DZULKARNAINNIM. 1110054000032
Di bawahbimbingan,
NrP. 19710520 199903 2 002
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435Hl20l4l{
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PERAN YAYASAN GRIYA YATIM DAN DI{UAFA
DALAM PEMBERDAYAAN KA{.TM DHUAFA MELALUI PENDIDIKAN
KETERAMPILAN DI BEKASI telah diujikan dalam Sidang Munaqosah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada kamis, 1B
september 2014 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu sarat memeperoleh gelar
Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
Islam. .
J akarta, 2 I September 201 4
Sidano Mrrnannsvah
M. Hr-rdri. MANrpliffioo lee8o3
Anggota
1 003
NrP.19671126 t99603 2 001
Penguji I
f;*Yt^lNurul Hldhvati. M.PdNrP. 19690322199603 2 001
19710s20 199903 2 002
10520 199903 2042
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh ge;ar Sarjana Strata I di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 04 September 2014
Fikri Dzulkarnain
i
ABSTRAK
Fikri Dzulkarnain
Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum
Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan Di Bekasi.
Kaum dhuafa sebagai bagian Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS) yang senantiasa untuk ditangani bersama dan harus dicari jalan
keluarnya. Program pemerintah dicanangkan dengan mendirikan lembaga-
lembaga, seperti rumah singgah dan lain-lain. Kesenjangan sosial menjadi faktor
utama, oleh sebab itu pembangunan harus bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat atas pemenuhan sandang, pangan, dan papan. Dengan demikian
kehadiran lembaga sosial menjadi penting sebagai penengah antara pemerintah
dan masyarakat (kaum dhuafa).
Tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui peran Yayasan Griya
Yatim dan Dhuafa dalam berbagai upayanya untuk memberikan harapan-harapan
kepada anak yatim dan kaum dhuafa. Strategi pelaksanaan pemberdayaan melalui
pendidikan dan keterampilaan. Tujuan lain untuk mengetahui metode pendidikan
nonformal bagi kaum dhuafa yang berdampak pada kemandirian ekonomi, sosial,
dan masyarakat. Selain itu, adalah untuk mengetahui tindakan atau sikap kaum
dhuafa dalam menerima program pemberdayaan oleh Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa.
Metodologi penelitian karya ilmiah ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Dengan analisis deskriptif yang didapatkan dari data-data yang telah
berhasil diolah secara sistematis baik berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari
orang dan prilaku yang dapat diamati. Subjek penelitian adalah orang yang dapat
memberikan informasi. Adapun yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian
ini adalah masyarakat dan pengelola Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.
Sedangkan objeknya adalah tentang peran dari Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian yang penulis temukan terkait dengan Peran Yayasan Griya
Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan melalui pendidikan adalah Yayasan
Griya Yatim dan Dhuafa berperan sebagai mediator, fasilitator, pendidik,
sekaligus sebagai perwakilan bagi kaum dhuafa yang mengupayakan dapat
membangun hidup mereka secara mandiri.
Dengan demikian, Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam
Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan adalah untuk
mengupayakan kaum dhuafa memiliki kemandirian dalam membangun,
mengembangkan, dan membina kehidupannya secara responsif (tanggung jawab)
terhadap problem sosial apapun yang tengah mereka hadapi.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah member
nikmat islam, iman, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyeleaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam tidak lupa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan pengikutnya.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna,
sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik. Namun pasti ada
kekurangan dan kelemahan baik dari isi atau teknik penyusunannya. Dengan
demikian, penulis membuka diri untuk menerima masukan dan kritik demi perbaikan
skripsi dan diri penulis sendiri sebagai bahan evaluasi dan intropeksi diri sekarang
dan dimasa yang akan dating.
Berkat keridhoan Allah SWT semata akhirnya penyusunan skripsi ini dapat
selesai. Serta tak lupa penulis menyampaikan ungkapan terimakasih kepada semua
pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi, arahan terhadap penyusunan skripsi
ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu wati Nilamsari, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam.
iii
3. Bapak Muhammad Hudri, MA, selaku Sekertaris Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam.
4. Ibu Wati Nilamsari M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan
sabar membimbing penulis dan senantiasa menyediakan waktunya ditengah
kesibukannya memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Seluruh dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalankan perkuliahan.
6. Orang tua tercinta, Ayahanda H. Abdul Aziz, S.Ag dan Ibunda Hj. Muslimah,
S.Pdi, yang selalu memberikan kasih sayang yang tak terhingga sepanjang
hayatku, serta selalu mendoakan dan memberikan semangat tanpa henti
kepada penulis.
7. Kepada ketiga adikku, Husni Syahrizal (cus), Ahmad Bahraysi (brew), dan
Afifuroihan (sipit) yang selalu menjadi penyemangatku.
8. Yang tersayang Lisa Farial S.Psi yang selalu mendampingi, membantu, dan
memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.
9. Kepada Kang Iing yang selalu mendoakan saya siang dan malam, sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
10. Kepada sahabat yang paling setia Sri Rahmayani yang sudah mau meluangkan
waktunya sehingga proses sidang penulis berjalan dengan lancer.
11. Sahabat dan temen-temen seperjuangn di Jurusan PMI angkatan 2010 yang
selalu menemani, membantu, dan memberikan dukungan kepada penulis.
iv
12. kepada Bapak Tarjuni, Bapak Nasrullah, Bapak Pardinal, Bapak Dani, Dll
selaku Pimpinan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, Staf, dan Pendamping
Anak-anak Binaan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa yang tidak saya
sebutkan satu persatu namanya. Terimakasih atas dukungan semangatnya dan
berterima kasih sudah banyak meluangkan waktu untuk memberikan
pengetahuan yang terkait dengan skripsi ini.
13. Kepada pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu penulis selama
menyelesaikan skripsi ini.
14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Akhir kata, karena keterbatasan wawasan pengetahuan, dan pengalaman maka
kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat. Amien.
Ciputat, 04 September 2014
Fikri Dzulkarnain
,
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 5
D. Metodologi Penelitian ............................................................... 7
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 15
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 16
BAB II TINJAUAN TEORITIS ................................................................ 18
A. Peran .......................................................................................... 18
Pengertian Peran…. ................................................................... 18
B. Pemberdayaan............................................................................ 19
1. Pengertian Pemberdayaan ................................................... 20
2. Tahapan-tahapan Pemberdayaan ......................................... 25
3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan ....................................... 27
C. Dhu’afa ...................................................................................... 28
1. Pengertian Dhu’afa .............................................................. 28
2. Pengertian Fakir dan Miskin ............................................... 31
D. Pendidikan ................................................................................. 35
1. Pengertian Pendidikan ......................................................... 35
2. Jenis-jenis Pendidikan ......................................................... 37
E. Keterampilan ............................................................................. 38
1. Pengertian Keterampilan ..................................................... 38
2. Jenis-jenis Keterampilan ..................................................... 40
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN GRIYA YATIM DAN
DHUAFA ........................................................................................ 42
A. Profil Yayasan GriyaYatim dan Dhuafa .................................... 42
1. Sejarah Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa .......................... 42
2. Visi Misi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ....................... 46
3. Letak Geografis Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ............ 46
4. Program Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ........................ 46
B. Struktur Pengurus Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ............... 50
BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN .......................................................... 51
A. Kewajiban-kewajiban/tugas utama Yayasan Griya Yatim dan
vi
Dhuafa Dalam pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui
Pendidikan
Keterampilan ............................................................................. 51
B. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam
Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan 56
C. Harapan Kaum Dhuafa dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa
Melalui Pendidikan Keterampilan ............................................. 61
D. Kesesuaian Antara Kewajiban/Tugas dan Harapan Yayasan
Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa
Melalui Pendidikan Keterampilan ............................................. 64
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 66
A. Kesimpulan ................................................................................ 66
B. Saran .......................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai salah satu bagian dari negara berkembang, Indonesia tidak
pernah terlepas dari berbagai krisis yang ada. Sadar akan hal tersebut,
Indonesia berupaya untuk berbenah diri mewujudkan perubahan nyata melalui
suatu pembangunan. Pembangunan yang dimaksud adalah dengan membentuk
suatu interaksi dari semua faktor yang ada di dalam masyarakat, baik faktor
ekonomi maupun faktor manusia.
Menurut pandangan para ahli tentang sumber daya manusia, masalah
kualitas menjadi hal yang sangat diprioritaskan dibanding kuantitas.
Membicarakan tingkat kualitas manusia, seyogyanya ada dua hal yang harus
dibedakan satu dengan yang lainnya. Dua komponen kualitas manusia ini yang
pertama, tingkat keterampilan atau keahlian, dalam hal ini kaitannya dengan
pendidikan, training. Kedua, usaha kerja dan etika kerja/budaya kerja, dalam
hal ini kaitannya dengan prinsip moral kemasyarakatan dan merupakan
warisan budaya yang diturunkan dari generasi ke generasi.1
Untuk mendapatkan manusia yang berkualitas, salah satu cara yang
bisa ditempuh adalah dengan melakukan pemberdayaan terhadap manusia-
manusia tersebut melalui pendidikan keterampilan. Dengan pendidikan
keterampilan, masyarakat dibekali pengetahuan dan sikap yang diperlukan
sehingga masyarakat dapat melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas
1Didik J. Rachbini, Pembagunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia. (PT. Grasindo,
Anggota IKAPI, Jakarta, 2001), h. 114.
2
hidup dalam mewujudkan suatu pembangunan.
Pemberdayaan melalui pendidikan keterampilan menekankan
pentingnya suatu proses edukatif dalam melengkapi masyarakat untuk
meningkatkan keberdayaan mereka. Pendidikan adalah permasalahan besar
yang menyangkut nasib dan masa depan bangsa. Karena itu, tuntutan
reformasi politik, ekonomi, sosial, hak azasi manusia, sistem pemerintahan
dan agrarian tidak akan membuahkan hasil yang baik tanpa reformasi sistem
pendidikan. Krisis multidimensi yang melanda Negara dan bangsa Indonesia
ini, tidak hanya disebabkan oleh krisis ekonomi, sosial dan politik, melainkan
juga oleh krisis pada sistem pendidikan.
Melalui pendidikan, masyarakat dibekali pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperlukan, sehingga masyarakat menjadi tahu, mengerti,
dapat melakukan dan mau melakukan sesuatu untuk peningkatan kualitas
hidup. Perubahan perilaku ini apabila dipadukan dengan sumber daya alam
yang tersedia, akan melahirkan perilaku baru yang disebut partisipasi.
Partisipasi ini akan merangsang masyarakat untuk lebih aktif dan kreatif
melaksanakan pembangunan yang terarah dan berencana terutama dalam
meningkatkan pendapatan income generating, serta membuka lapangan kerja
baru employment generating untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat.2
Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada
masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Maka pemberdayaan menunjuk
pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan
2Mangatas Tampubolon, Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru Manajemen
Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad ke-21. (Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka
Utama, 2001), h. 28.
3
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat
fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memilki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.3
Pemberdayaan dan partisipasi merupakan hal yang menjadi pusat
perhatian dalam proses pembangunan belakangan ini di berbagai negara.
Kemiskinan yang terus melanda dan menggerus kehidupan umat manusia
akibat resesi internasional yang terus bergulir dan proses restrukturisasi, agen-
agen nasional-internasional, serta negara-negara setempat menunjukan
perhatian yang sangat besar terhadap strategi partisipasi masyarakat sebagai
sarana percepatan proses pembangunan. Karena itu, perlu ditekankan
peningkatan tentang pentingnya pendekatan alternatif berupa pendekatan
pembangunan yang diawali oleh proses pemberdayaan masyarakat lokal.4
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di
tengah-tengah masyarakat, khususnya di Negara-negara berkembang.5
Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai kalangan baik para
akademisi maupun para praktisi. Persoalan yang serius yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini adalah perekonomian yang lemah.6 Kemiskinan bukan
karena mereka tidak rasional, atau karena mereka memang mempunyai
kebudayaan miskin, atau karena mereka memang mempunyai budaya miskin
3Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis
pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (PT. Refika Aditama, 2005), h. 60 4Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama
Press, 2010), h. 4. 5Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, kajian strategis
pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial. (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005),
h. 131 6Adyaksa Dault, Islam dan Nasionalisme (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 86.
4
(the culture of poverty) atau karena mereka kurang motivasi berprestasi dan
kewiraswastaan, atau bahkan karena etos kerja yang lemah.7 Masyarakat
miskin atau yang biasa disebut kaum dhu‟afa yang ada di Indonesia,
merupakan bagian dari komponen masyarakat yang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dengan komponen masyarakat yang lainnya yang tidak
boleh dimarjinalkan.
Berangkat dari permasalahan tersebut maka diperlukanlah suatu usaha
sadar dari segolongan masyarakat yang peduli akan kesejahteraan mereka
dengan membentuk suatu organisasi, atau biasa disebut yayasan. Yayasan
merupakan salah satu sarana yang sangat efektif dalam menjawab
permasalahan di atas. Yayasan dapat mengadakan kegiatan yang mengarah
pada berbagai bentuk bimbingan, termasuk didalamnya bimbingan pendidikan
keterampilan. Hal ini sangat diperlukan, sehingga mereka bisa tetap
mendapatkan sesuatu yang memang dibutuhkan dalam mencapai
kesejahteraan dikemudian hari.
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa adalah lembaga sosial yang
menjembatani kepedulian para dermawan kepada anak yatim dan kaum dhuafa
untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui pendidikan keterampilan.
Sasaran yang dituju adalah para dhuafa untuk mengembangkan usaha kecil
mereka.
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa adalah lembaga sosial terdepan
dalam mewujudkan masa depan yatim dan dhuafa. Sebagai lembaga sosial
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa memiliki berbagai macam program
diantaranya program pendidikan, program sosial, program pemberdayaan,
7Azyurmardi Azra, Bederma Untuk Semua, (Jakarta: Teraju, 2003). h. 9.
5
program kemanusiaan, program wakaf, dan program aqiqah dan qurban.
Untuk lebih mengetahui seberapa jauh peran Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa dalam peningkatan pemberdayaan kaum dhu‟afa, maka penulis
menuangkan bahasan ini dalam sebuah skripsi dengan judul: Peran Yayasan
Griya Yatim dan Dhuafa dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa melalui
pendidikan keterampilan Di Bekasi.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis membatasi masalah
pada pendidikan keterampilan yang dilakukan oleh Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa di Bekasi.
Berdasarkan batasan masalah di atas, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana tugas utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam
pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi?
2. Bagaimana harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam
pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi?
3. Bagaimana harapan kaum dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa
melalui pendidikan keterampilan di Bekasi?
4. Bagaimana keterkaitan antara tugas utama dan harapan Yayasan Griya
Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan
keterampilan di Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan tersebut, maka tujuan penelitian ini
6
adalah:
a. Untuk mengetahui tugas utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di
Bekasi.
b. Untuk mengetahui harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam
pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan keterampilan di
Bekasi.
c. Untuk mengetahui harapan kaum dhuafa dalam pemberdayaan kaum
dhuafa melalui pendidikan keterampilan di Bekasi.
d. Untuk mengetahui keterkaitan antara tugas utama dan harapan
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa
melalui pendidikan keterampilan di Bekasi.
2. Manfaat Penelitian
Terkait dengan tujuan di atas, maka penelitian ini memiliki manfaat
sebagai berikut:
a. Manfaat Akademis.
1) Penelitian ini sebagai persyaratan tugas akhir dan memperoleh
kesarjanaan (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2) Menambah khazanah keilmuan, khususnya memperkaya tipe-tipe
pengembangan masyarakat.
b. Manfaat Praktis: Dengan penelitian ini diharapkan akan mampu
membangun sebuah paradigma baru tentang disiplin pengembangan
masyarakat.
7
D. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah suatu cara kerja untuk memahami objek
penelitian dalam rangka menemukan, menguji terhadap suatu kebenaran atau
pengetahuan. Dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan penelitian
Kualitatif. Menurut Tailor sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J Moleong
adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati.8
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh penulis termasuk dalam
pendekatan penelitian kualitatif, pendekatan kualitatif ini digunakan
karena beberapa pertimbangan, yaitu bersifat luwes, tidak terlalu rinci,
tidak lazim mendefinisikan suatu konsep serta memberi kemungkinan bagi
perubahan-perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar,
menarik dan unik bermakna dilapangan.9
Penulis memilih pendekatan kualitatif dalam melakukan penelitian
karena berharap dengan menggunakan pendekatan kualitatif, didapatkan
hasil penelitian yang menyajikan data yang akurat dan digambarkan secara
jelas dari kondisi sebenarnya.
2. Jenis Penelitian
Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah Dekriptif.
Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bukan angka-angka. Dengan demikian laporan penelitian akan
8Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif: edisi revisi, (Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya, 2012) Cet. Ke-30. h. 4. 9 Burhan Bungin. Analisa Data Penelitian Kualitatif. (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003). Cet Ke-2. h. 39.
8
berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara catatan lapangan,
catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya.10
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah menunjuk pada orang/individu atau
kelompok yang dijadikan unit atau satuan (kasus) yang diteliti.11
Adapun
yang dijadikan sumber informasi dalam penelitian ini adalah masyarakat
dan pengelola Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.
Sedangkan objeknya adalah tentang peran dari Yayasan Griya
Yatim dan Dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui pendidikan
keterampilan. Artinya Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa sangat
menentukan bagi anak-anak yatim dan kaum dhuafa untuk meningkatkan
kualitas hidupnya.
4. Sumber Data
Sumber data penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Sumber data primer, merupakan data yang diperoleh dari Yayasan
Griya Yatim dan Dhuafa yang berkaitan tentang kegiatan
pemberdayaan kaum dhu‟afa.
b. Sumber data sekunder, merupakan data-data yang diperoleh dari buku-
buku, majalah, dokumen-dokumen maupun dari benda-benda tertulis
yang berhubungan dengan penelitian ini.
10
Ibid. h. 39 11
Sanapiah Fisal. Format-format Penelitian Sosial. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005). H. 109.
9
5. Teknik Penentuan Subyek Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, teknik penentuan
subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi yang didasarkan atas
tujuan atau pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti dalam
sampling ini peneliti berusaha menguji pertimbangan-pertimbangannya
untuk dapat memasukkan unsur yang dianggap khusus dari suatu populasi
dimana peneliti mencari informasi.12
Peneliti memperoleh 4 (empat) orang yang akan diwawancarai,
untuk memperoleh sampelnya berdasarkan susunan masing-masing tingkat
jabatan. Adapun informasi yang diperoleh adalah mengenai Peran Yayasan
Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui
Pendidikan keterampilan. Untuk data pendukung, peneliti mewawancarai 2
(dua) orang anak binaan, untuk memperoleh 2 (dua) anak binaan, peneliti
memperoleh sampelnya berdasarkan susunan tingkat usia dan pendidikan
terakhir. Adapun informasi yang diperoleh menegenai proses resosialisasi
dan harapan kaum dhuafa dalam pemberdayaan kaum dhuafa melalui
pendidikan keterampilan.
Berdasarkan pada kontek tersebut, maka peneliti memilih subyek-
subyek penelitian diantaranya:
Tabel 1
Subyek Penelitian
No Subyek Informasi yang Dicari Jumlah
12
Jusuf Soewadji, Metodologi Penelitian Sosial. (Jakarta: Jurusan Sosiologi. 2003). Cet
Ke-1. h. 100.
10
1 Yayasan Griya
Yatim dan Dhuafa
Gambaran yayasan griya Yatim
dan dhuafa, latar belakang sejarah
beririnya Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa, pelaksanaan pembelajaran,
strategi pemberdayaan, faktor
penghambat dan pendukung
1
2. Pembina/Tutor Pelaksanaan pemberdayaan, faktor
penghambat dan faktor pendukung,
hasil yang dicapai, evaluasi
pembelajaran
1
3. Staf Yayasan Gambaran yayasam, latar belakang
sejarah yayasan, strategi
pemberdayaan, serta dokumentasi
2
4. Kaum Dhuafa
Yayazan Griya
Yatim dan Dhuafa
Pelaksanaan pemberdayaan, faktor
penghambat dan pendukug, hasil
yang dicapai
2
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh
kebenaran yang dipandang ilmiah dalam melakukan sebuah penelitian.
Ada beberapa hal yang peneliti lakukan dalam pencarian data, yaitu:
a. Observasi. Adalah merupakan teknik untuk menambah kecermatan
pengamatan atas beberapa fenomena yang terjadi terhadap subjek
penelitian dilapangan. Menurut E.C Wragg menjelaskan bahwa
observasi yaitu pengamatan secara sistematis dan analisa yang
memegang peranan penting untuk meramalkan tingkah laku sosial,
sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan peristiwa lainnya
11
menjadi jelas.13
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode observasi
untuk mengamati semua hal yang berhubungan dengan subjek
penelitian dilapangan. Yaitu masyarakat serta Yyasan Griya Yatim dan
Dhuafa.
b. Wawancara. Adalah merupakan suatu alat pengumpulam informasi
langsung tentang beberapa jenis data.14
Selain itu wawancara juga
sebagai salah satu bagian terpenting dalam setiap survai.15
Dalam
penelitian ini penulis akan mewawancarai pembina yayasan, pengurus
yayasan, staf yayasan dan beberapa peserta program guna memperoleh
data dan informasi tentang Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa terhadap
masalah yang diteliti. Peneliti mengadakan Tanya jawab yang
berkenaan dengan peran dan pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu‟afa
melalui pendidikan keterampilan di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
dengan pihak-pihak yang terkait.
c. Dokumentasi. Yaitu peneliti mengumpulkan, membaca dan
mempelajari berbagai macam bentuk data tertulis yang ada di lapangan
serta data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan bahan analisa
untuk hasil dalam penelitian ini. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data yang telah didokumentasikan dalam buku dan
majalah. Agenda kegiatan Yayasan, Rancangan Program (jangka
panjang dan jangka pendek) Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, Foto,
Akta Notaris, dan lain-lain.
13
Nurul Hidayati S. Ag, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan Kualitatif,
(Jakarta: Lembaga Penelitian dan UIN Jakarta Press, 2006) Cet. Ke-1, h. 8. 14
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jogjakarta: Andi Offset, 1983), h. 49. 15
Masri Singarimbun, Metodologi Penelitian Survai, (Jakarta: LP3S, 2012), h. 207.
12
7. Analisis Data
Analisis data adalah menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber dengan hasil yang diperoleh pengamatan peneliti secara
langsung di lapangan. Analisis data adalah proses penyusunan data agar
bisa ditafsirkan dan memberikan makna. Model analisis yang dipakai
dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. Hal ini didasarkan
atas pertimbangan bahwa sasaran penelitian ini adalah kegiatan analisis
data meliputi kegiatan reduksi data, reduksi yaitu menganalisa sesuatu
secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya atau menjelaskan tahap akhir
dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sederhana.16
8. Teknik Keabsahan Data
Teknik Keabsahan Data, Data yang telah digali, dikumpulkan dan
dicatat dalam kegiatan penelitian. Untuk menjaga keabsahan data dalam
penelitian ini diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang
digunakan untuk menjaga keabsahan adalah sebagai berikut:
a. Kriterium Kredibilitas/Kepercayaan
Fungsi kriterium kredibilitas ini adalah untuk melaksanakan
inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya
dapat dicapai, kemudian mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-
hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan
ganda yang sedang diteliti.
Kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan.
1) Ketekunan pengamatan
Dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
16
A. Pius Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola,
1994), Cet. Ke-1.
13
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu dalam
penelitian ini dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
Dengan kata lain, peneliti mengadakan pengamatan kepada
subyek penelitian yaitu, pembina yayasan, pengurus yayasan, staf
yayasan dan beberapa peserta program pemberdayaan. Sehingga
data yang didapat benar-benar valid, objektif, dan saling
mendukung untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (triangulasi).
2) Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Salah satu
teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah teknik triangulasi dengan sumber, triangulasi dengan
sumber akan digunakan untuk membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui
waktu dan alat yang berbeda. Hal ini akan dilakukan dengan jalan:
a) membandingkan data hasil wawancara dengan pengamatan di
lapangan, misalnya peneliti membandingkan hasil wawancara
subyek penelitian dengan hasil temuan pengamatan lapangan
tentang program Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.
b) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang lain, misalnya peneliti
14
membandingkan jawaban yang diberikan oleh Pembina, pengurus,
staf yayasan dengan jawaban wawancara dari peserta program
pemberdayaan di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.
c) membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Wawancara
tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data tersebut.17
b. Kriterium Kepastian
Mengutip pendapat Scriven, yang menyatakan bahwa masih
ada unsur „kualitas‟ yang melekat pada konsep objektif, dalam hal ini
dapat digali dari pengertian bahwa sesuatu objektifitas berarti dapat
dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Dari sisi peneliti dapat
membuktikan bahwa data-data ini terpercaya. Keterpercayaan ini
didasarkan pada hasil data-data yang diperoleh dari hasil wawancara
dan observasi terhadap subjek penelitian.18
9. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhitung mulai april 2014 sampai dengan
September 2014. Adapun lokasi penelitiannya di Yayasan Griya Yatim
dan Dhuafa yang beralamatkan di perum kranggan permai jl. Merak raya
Blok AP 1/8 Rt 001/105 kelurahan jatisampurna Bekasi.
Untuk penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada
buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Jakarta yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)
17
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, (Jakarta:UIN Press), h. 74 18
Farida Yusuf Taybnafis, Evaluasi Program, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000). h. 166.
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan I Tahun 2007. Lokasi penelitian
itu sendiri akan dilakukan di Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa di Bekasi.
E. Tinjaun Pustaka
Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail, penulis berusaha
melakukan kajian terhadap beberapa pustaka ataupun karya ilmiah yang
relevan dengan topik penulisan karya ilmiah ini. Dalam penulisan karya ilmiah
ini, penulis membandingkan isi skripsi nya dengan skripsi milik orang lain
yang isinya hampir menyerupai. Adapun tinjaun pustaka dalam penulisan
skripsi ini penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Peran Yayasan
Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Pendidikan
Keterampilan Di Kelurahan Rawa Badak Utara, Kecamatan Koja, Jakarta
Utara” 2010, yang disusun Ari Kurniawan. Skripsi yang membahas tentang
pemberdayaan anak jalanan melalui pendidikan, yayasan kumala berperan
sebagai mediator, fasilitator, pendidik, sekaligus sebagai perwakilan bagi anak
jalanan yang mengupayakan anak jalanan dapat membangun hidup mereka
secara mandiri. Untuk membedakan skripsi penulis dengan skripsi milik orang
lain terdapat pada subjek penelitian serta perannya dalam memberdayakan
kaum dhuafa.
Skripsi kedua, penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Peran
Suku Dinas Sosial Jakarta Utara Dalam Peningkatan Kesejahteraan Warga
Masyarakat melalui Program Keluarga Harapan di Kelurahan Koja Jakarta
Utara Tahun Pelaksanaan 2011-2012” 2012, yang disusun Hidmatullah.
Skripsi yang membahas tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat
melalui program keluarga harapan (PKH) yang diadakan oleh pemerintah
16
dapat membantu masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan atau
RTSM mendapatkan kehidupan yang lebih baik karena mereka dapat
menyekolahkan anaknya dengan dana yang diberikan oleh pemerintah. Untuk
membedakan skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat pada
subjek penelitian serta perannya dalam memberdayakan kaum dhuafa.
Skripsi ketiga, penulis menggunakan skripsi yang berjudul “Peran
Sekolah Alam Kandank Jurank Doank Dalam Pengembangan Kreativitas
Anak Di Kelurahan Jurang Mangu” yang disusun oleh Trijadi Risnanto.
Skripsi ini membahas tentang Peran Sekolah Alam Kandang Jurank Doank
dalam pengembangan kreativitas anak. Salah satu langkah menyelamatkan
generasi penerus bangsa ini adalah dengan membekali mental anak-anak
dengan pendidikan yang memiliki nilai tepat guna dan langsung pada sasaran.
Yaitu dengan memberikan mereka keleluasaan untuk berkreativitas setinggi
dan sebanyak mungkin tanpa mengekang mereka dengan peraturan yang kaku.
Untuk membedakan skripsi penulis dengan skripsi milik orang lain terdapat
pada subjek penelitian serta perannya dalam memberdayakan kaum dhuafa.
F. Sistematika Penulisan
Guna memudahkan pembahasan dan penulisan hasil penelitian ini,
maka penulis berusaha membuat sistematika khusus dengan jalan
mengelompokkan berdasarkan kesamaan dan hubungan masalah yang ada.
Sistematika skripsi ini dalam penulisannya akan dibagi menjadi 5 (lima) bab,
dan masing-masing bab akan dibagi menjadi sub-sub bab, yaitu sebagai
berikut:
BAB I Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
17
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan
sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan teoritis tentang peranan, dhua‟afa, pemberdayaan,
terdiri dari beberapa sub, pengertian peranan, tinjauan
sosiologis tentang peranan, pengertian dhu‟afa, ruang lingkup
dhu‟afa. Sub berikutnya pengertian tentang pemeberdayaan.
Langkah-langkah pemberdayaan kaum dhu‟afa.
BAB III Gambaran umum tentang Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
dengan uraian latar belakang berdirinya yayasan, struktur
organisasi, tujuan berdirinya yayasan dan program-
programYayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Sub berikutnya
bentuk pemberdayaan kaum dhu‟afa yang di lakukan
diYayasan Griya Yatim dan Dhuafa serta hambatan yang
dihadapi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam pelaksanaan
pemberdayaan kaum dhu‟afa.
BAB IV Peranan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam
pemberdayaan kaum dhu‟afa yang terdiri dari beberapa sub.
Apa saja kegiatan yang di lakukan oleh Yayasan Griya Yatim
dan Dhuafa,bagaimana kegiatan tersebut dapat di laksanakan,
hambatan yang dihadapi yayasan, dan sejauh mana kegiatan
pemberdayaan memberi manfaat bagi masyarakat.
BAB V Penutup, dalam hal ini berisikan kesimpulan dan saran-saran.
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Peran
Pengertian Peran
Peran (role) merupakan istilah sosiologi yang mengandung pengertian
yang memiliki aspek dinamis (kedudukan dan status). Apabila seorang atau
(lembaga) melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya
maka dia menjalankan suatu peranan.1 Peranan mencakup 3 (tiga) hal:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.2
Pengertian peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus
dilaksanakan. Peranan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan.3 Dengan kata lain,
seseorang dikatakan dapat memainkan peranannya apabila mempunyai status
dalam masyarakat.
Tidak sekedar memiliki status, namun seseorang tersebut harus dapat
menjalankan harapan-harapan masyarakat. Seperti yang dikatakan Gross
1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005) Cet. Ke-38, h. 243. 2Ibid, h. 244.
3Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4. Ed. Ke-3. h. 854.
19
Mason dan A.W Eachern sebagaimana dikutip oleh David Barry
mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan
pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Menurutnya pula
bahwa harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma
sosial.4 Berdasarkan hal tersebut maka norma-norma sosial dan harapan-
harapan yang dimaksud ditentukan oleh masyrakat.
Didalam peranannya terdapat dua macam harapan yaitu: pertama,
harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran. Kedua, harapan-
harapan yang dimiliki oleh pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari
pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang
berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-
kewajibannya.5
Dapat disimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan berperan apabila
telah memiliki status. Di dalam status tersebut terdapat tugas-tugas yang
sebelumnya disusun berdasarkan harapan-harapannya, namun harus sesuai
dengan harapan masyarakat.
B. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan yang memiliki arti sangat luas tersebut memberikan
keleluasaan dalam pemahaman dan juga pemilihan model pelaksananya
sehingga variasi di tingkat lokalitas sangat mungkin terjadi. Konsep partisipasi
dalam pembangunan di Indonesia mempunyai tantangan yang sangat besar.
Model pembangunan yang telah kita jalani selama ini tidak memberikan
kesempatan pada lahirnya partisipasi masyarakat. Oleh karenanya diperlukan
4 N.Grass W.S Massan dan A.W MC Eachern, Exploration Role Analiysis dalam David
Barry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet, Ke-3,
h. 99. 5 Ibid, h. 104.
20
upaya membangkitkan partisipasi masyarakat tersebut. Solusi yang bisa
dilakukan adalah dengan memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat
akan berpartisipasi secara langsung terhadap pembangunan.
Masyarakat sebagai sebuah tempat bersama, yakni sebuah wilayah
geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di
daerah perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. Masyarakat
sebagai kepentingan bersama, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan
kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada
masyarakat etnis minoritas atau kepentingan bersama berdasarkan identifikasi
kebutuhan tertentu seperti halnya pada kasus para orang tua yang memiliki
anak dengan kebutuhan pendidikan dan keterampilan yang minim.
Masyarakat dalam konteks pemberdayaan masyarakat adalah
masyarakat atau community dalam bahasa inggris atau juga komunitas. Secara
etimologis community berasal dari communitat yang berakar pada communete
atau common.6 Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki rasa satu
kesatuan satu sama lain dikarenakan adanya interaksi untuk saling berbagi
identitas, kepentingan-kepentingan yang sama, perasaan memiliki, dan
biasanya berada di dalam satu tempat yang sama.
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
proses, cara, serta perbuatan memberdayakan.7
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata Power (kekuasaan atau keberdayaan).
6 H. Roesmidi, dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Sumedang:
ALQAPRINT, 2006), Cet. Ke-1, h. 4. 7 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4 Ed. Ke-3 h. 242.
21
Karenanya ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai
kekuasaan. Kekuasaan sering kali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk
membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan terlepas dari
keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa
kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Kekuasaan senantiasa
hadir dalam konteks relasi sosial, karena itu kekuasaan dan hubungan
kekuasaan dapat berubah, dengan pemahaman seperti ini, pemberdayaan
sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang
bermakna.8
Menurut Gunawan Sumodiningrat pemberdayaan adalah upaya
untuk membangun daya yang dimiliki dhua’afa dengan mendorong,
memberikan motivasi, serta berupaya untuk mengembangkannya.9
Selaras dengan pengertian di atas Shardlow melihat bahwa
berbagai pengertian yang ada mengenai pemberdayaan pada intinya
membahasa bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha
mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
memebentuk masa depan sesuai dengan keinginana mereka. Dalam
kesimpulannya Shardlow menggambarkan bahwa pemberdayaan sebagai
suatu gagasan tidaklah jauh berbeda dengan gagasan Blesek yang dikenal
di bidang pendidikan ilmu kesejahteraan sosial dengan nama Self
Determination, yang dikenal sebagai salah satu prinsip dasar dalam bidang
pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial. Prinsip ini pada intinya
8 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis
pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial (Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 57. 9 Gunawan Sumodiningrat, Pembangunan Daerah dan Pengembangan Masyarakat,
(Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997), h. 165.
22
mendorong klien untuk menentukan sendiri apayang harus ia lakukan
dalam kaitannya dengan upaya mengatasi permasalahan yang ia hadapi
sehingga klien mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam
membentuk hari depannya.10
Selanjutnya Kartasasmita dalam buku sosiologi pedesaan yang
ditulis oleh Syamsir Salam menegaskan, bahwa pemberdayaan sebagai
strategi pembangunan adalah upaya untuk membangun daya dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya. Memberdayakan
masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan
diri dari perangkat kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain,
memberdayakan adalah memampukan dan mendirikan masyarakat.11
Sesuai dengan pemberdayaan kaum dhu’afa pada tulisan ini
pemberdayaan adalah usaha untuk meningkatkan harkat dan martabat
kaum dhuafa untuk melepaskan diri dari ketidakberdayaan agar
mempunyai kemampuan dan kemandirian untuk menjalani hidup yang
lebih baik lagi, sehingga mereka dapar hidup normal ditengah-tengah
masyarakat.
Menurut Ife Pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni
kekuasaan dan kelompok lemah, kekuasaan di sini diartikan bukan hanya
menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan
atau penguasaan klien atas:
10
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: FEUI Press, 2001), h. 33. 11
Syamsir salam, Sosiologi Pedsaan, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2008), h. 234.
23
a. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup yaitu
kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya
hidup, tempat tinggal dan pekerjaan.
b. Pendefinisian kebutuhan yaitu kemampuan menentukan kebutuhan
selaras dengan aspirasi dan keinginannya.
c. Ide atau gagasan yaitu kemampuan untuk mengekspresikan dan
menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas
tanpa tekanan.
d. Lembaga-lembaga yaitu kemampuan menjangkau, menggunakan dan
mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga
kesejahteraan sosial, pendidikan dan kesehatan.
e. Sumber-sumber yaitu kemampuan memobilisasi sumber-sumber
formal, informal dan kemasyarakatan.
f. Aktivitas ekonomi yaitu kemampuan memanfaatkan dan mengelola
mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.
g. Reproduksi yaitu kemampuan dalam kaitannya denga proses kelahiran,
perawatan fisik, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.
Pemberdayaan masyarakat sering dipahami sebagai perwujudan
dari pengembangan masyarakat yang lahir dari tradisi pendidikan massa
(Mass Education) dan berbasis pada bidang pekerjaan sosial, serta
memiliki kemiripan cakupan dengan pendidikan luar sekolah, namun
pengembangan masyarakat berkembang menjadi disiplin ilmu mandiri.12
Menurut Suhartini pemberdayaan biasanya menggunakan strategi
bottom up. Artinya, masyarakat sejak awal dilibatkan dalam proses
12
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis
pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial(Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 59.
24
perencanaan sampai pada pelaksanaan, dengan demikian disamping
menjadi objek, masyarakat juga menajdi subjek dan pelaku pembangunan
yang merupakan bagian dari proses perubahan sosial.13
Menurut beberapa ahli dalam Edi Suharto pemberdayaan bertujuan
untuk:
a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang
yang lemah atau tidak beruntung.
b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan
mempengaruhi terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga
yang mempengaruhi kehidupannya.
c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali
kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.
d. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi dan
komunitas diarahkan agar mampu menguasai/berkuasa atas
kehidupannya.14
Dari berbagai pengertian yang ada, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya yang
dilakukan untuk membuat masyarakat semakin berdaya dengan melibatkan
masyarakat sebagai subjek sehingga mereka mempunyai kekuatan dengan
cara mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, yang dapat
dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan agar mempunyai modal untuk
hidup mandiri.
13
Rr. Suhartini, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT. LKis Pelangi
Aksara, 2005), Cet. Ke-1, h. 133. 14
Edi Suharto,Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis
pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial(Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 58.
25
2. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Ada beberapa tahapan dalam proses pemberdayaan masyarakat
diantaranya adalah:
a. Tahap Persiapan. Tahap ini meliputi persiapan petugas (community
worker) dengan tujuan supaya ada kesamaan persepsi antara anggota
agen perubahan (agent of change) mengenai pendekatan apa yang
dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat.
b. Assesment. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap masalah dan
sumber daya yang dimiliki klien/masyarakat, assessment ini dapat juga
dilakukan dengan menggunakan penilaian SWOT, strength/kekuatan,
weaknes/kelemahan, opportunity/kesempatan dan threat/tantangan.
c. Tahapan Perencanaan Program. Pada tahap ini agen perubahan
mencoba melibatkan masyarakat untuk memahami masalah yang
mereka hadapi dan berusaha mencari solusi terhadap masalah tersebut.
d. Tahap Formulasi Aksi. Dalam tahap ini agen perubahan membantu
kelompok masyarakat untuk menentukan program dan kegiatan yang
akan mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
Formulasi rencana aksi dirumuskan oleh petugas dengan masyarakat.
e. Tahap Pelaksanaan Program/kegiatan. Pada tahap ini agen perubahan
membantu kelompok masyarakat dalam melaksanakan program yang
telah direncanakan.
f. Tahap Evaluasi. Pada tahap ini agen perubahan bersama peserta dari
kelompok masyarakat melakukan pengawasan terhadap program-
program yang sudah dilaksanakan dan mengawasinya.
g. Tahap Terminasi. Pada tahap ini dilakukan pemutusan hubungan kerja
secara resmi antara pekerja sosial dengan masyarakat. Tahap terminasi
26
pada program pemberdayaan dilakukan di akhir kegiatan berupa focus
group discussion sebagai program evaluasi terhadap seluruh kegiatan.15
Selaras dengan tahapan pemberdayaan diatas Suhartini membagi
tahapan pemberdayaan kedalam enam tahapan yaitu:
a. Membantu masyarakat dalam menemukan masalah.
b. Melakukan analisis/kajian terhadap permasalahan tersebut secara
mandiri/partisipatif. Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara curah
pendapat, membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan mengadakan
pertemuan warga secara periodik/terus menerus.
c. Melakukan skala prioritas, dalam arti memilih dan memilih tiap
masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan.
d. Mencari cara penyelesaian masalah yang sedang dihadapi antara lain
dengan pendekatan sosio-kultural yang ada dalam masyarakat.
e. Melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang
sedang dihadapi.
f. Mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk
dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.16
Lebih spesifik kepada pemberdayaan kaum dhu’afa menurut Asep
Usman Ismail dikutip dari bukunya Isbandi mengambarakan 5 tahapan
utama; pertama, menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan
dan pengalaman yang tidak memberdayakan. Kedua, mendiskusikan alasan
mengapa terjadi pemberdayaan dan pentidakberdayaan. Ketiga,
15
Isbandi Rukminto Adi, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas, (Jakarta: FEUI Press, 2003), h. 244. 16
Rr. Suhartini, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: PT. LKis Pelangi
Aksara, 2005), Cet. Ke-1, h. 135.
27
mengidentifikasikan suatu masalah atau projek pemberdayaan. Keempat,
mengidentifikasikan basis daya yang bermakna bagi pemberdayaan. Kelima,
mengembangkan rencana-rencana aksi pemberdayaan dan
mengimplementasikannya.17
3. Tujuan dan Proses Pemberdayaan.
Tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mendirikan masyarakat
atau membangun masyarakat untuk memajukan diri kearah yang lebih baik
secara berkesinambungan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat
adalah upaya memperluas pilihan bagi masyarakat yang berarti masyarakat
diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya.18
Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan
masyarakat khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan,
baik karena internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena
eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil).19
Proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan. Pertama,
proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau
mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan kepada
masyarakat agar individu yang bersangkutan menjadi lebih berdaya
(survival of the fittes). Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya
membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian
mereka melalui organisasi. Kecenderungan atau proses yang pertama
tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna
17
Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa,
(Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.10. 18
Agus Ahmad Syafe’i, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung:
Gerbang Masyarakat Baru, 2001), h. 39. 19
Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,kajian strategis
pembangunan kesejahteraan sosial dan pekerjaan sosial(Bandung: Rafika Aditama, 2005), h. 60.
28
pemberdayaan. Kedua, atau kecenderungan sekunder, menekankan pada
proses menstimulasi, mendorong, atau memotivasi agar individu
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Diantara kedua proses
tersebut saling terkait. Agar kecenderungan primer dapat terwujud,
seringkali harus melalui kecenderungan sekunder terlebih dahulu.20
C. Pengertian Dhuafa, Fakir dan Miskin
1. Pengertian Dhuafa.
Perkataan dhu’afa dalam kosa kata Al-Qur’an merupakan bentuk
jamak dari kata dha’if. Kata ini berasal dari kata dhu’afa, yadh’ufu,
dhu’fan atau dha’fan yang secara umum mengandung dua pengertian,
lemah dan berlipat ganda. Tentu saja yang dimaksudkan dalam konteks
pembahasan ini dhu’afa secara literal berarti orang-orang yang lemah.
Menurut Al-Ashfahani perkataan dhu’fu merupakan lawan dari quwwah
yang berarti kuat. Kemudian menurut imam khalil, pakar ilmu nahwu,
istilah dhu’fu biasanya dimaksudkan untuk menunjukkan lemah fisik,
sedangkan dha’fu biasanya digunakan untuk menunjukkan lemah akal.
Sejalan dengan penjelasan di atas, Al-Raghib Al-Ashfahani
didalam kitab Mufradat Alfadah Al-Qur’an ketika menjelaskan makna
dan maksud istilah dhi’af-an pada surat annisa ayat 9 sebagai berikut:
20
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama
Press, 2010), Cet. Ke-5 h. 43.
29
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Dari ayat di atas bahwa istilah dhi’af-an memiliki beberapa
pengertian:
Pertama, dha’if al-jism yakni lemah secara fisik. Maksudnya,
bahwa orang-orang beriman tidak boleh membiarkan anak-anak mereka
memiliki fisik, tubuh, atau badan yang lemah. Bagi orang Islam, makanan
yang bergizi itu selain memenuhi gizi yang seimbang sebagaimana
dirumuskan dalam prinsip empat sehat lima sempurna, tetapi juga harus
memperhatikan syarat halalan thayibba, yakni halal secara ilmu fikih dan
berkualitas bagi kesehatan tubuh.21
Sejalan dengan ini Sajogyo
menjelaskan seseorang belum dikatakan sejahtera jika belum mencukupi
standar protein dan kalori tertentu, sedang menurut BPS kebutuhan
minimum untuk hidup di ukur dengan pengeluaran untuk makanan setara
2.100 kalori perkapita perhari.22
Kedua, dha’if fi al-aqly yakni lemah secara intelektual. Sebenarnya
setiap anak memiliki potensi kecerdasan yang hampir sama. Misalnya
kelemahan intelektual anak-anak pada umumnya tidak terletak pada
potensi anak itu sendiri, tetapi terletak pada kemampuan orang tua, guru,
dan orang dewasa disekitar kehidupan anak-anak dalam mengembangkan
potensi kecerdasan mereka.
21
Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa,
(Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.19. 22
Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta: IMPAC,
1999), h. 10
30
Ketiga, dha’if al-hali lemah karena keadaan sosial ekonomi yang
dihadapinya. Adapun yang dimaksud dengan kelemahan yang ketiga ini
adalah sebagai berikut: (1) kelemahan itu tidak berkenaan dengan fisik,
keterampilan hidup dan kecerdasan, tetapi berkenaan dengan kemampuan
untuk mendapat informasi dan peluang pengembangan diri. (2)
kelemahan itu berkenaan dengan kemiskinan dan masalah-masalah sosial.
Anak-anak yatim dari lingkungan masyarakat fakir miskin yang cerdas
dan memiliki keinginan untuk maju termasuk salah satu contoh
kelemahan bemtuk ketiga. Seorang muslim selain diperintahkan agar
senantiasa meningkatkan ketakwaannya kepada Allah, juga sangat
ditekankan agar tidak membiarkan generasi yang lemah dilingkungan
terdekatnya, terutama kaum dhu’afa seperti anak yatim, fakir miskin, anak
jalanan, dan anak-anak terlantar, serta orang-orang dari keluarga yang
termasuk penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Dapat disimpulkan menurut al-ashfahani, pengertian dhu’afa yang
berakar dari kata dha’afa membentuk kata dhu’afa dengan segala
perubahannya di dalam Al-Qur’an mengandung pengertian lemah: lemah
secara fisik, lemah kedudukan, lemah ekonomi, lemah akal dan
ilmu/kurang pendidikan, lemah iman/keyakinan, dan lemah jiwa.
Istilah dhu’afa ini antara lain ditemukan pada ayat Al-Qur’an, yang
mengandung pengertian lemah fisik, baik karena belum cukup umur,
lanjut usia maupun karena faktor kwalitas kesehatan.23
23
Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa,
(Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.18-19.
31
Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah,
orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa
yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah
dan Rasul-Nya. tidak ada jalan sedikitpun untuk menyalahkan orang-
orang yang berbuat baik. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang,
2. Pengertian Fakir dan Miskin
Berkenaan dengan fenomena kemiskinan, Al-Qur’an menyebut
istilah miskin dalam bentuk tunggal sebanyak 11 kali dan menyebutnya
dalam bentuk jamak, masakin sebanyak 12 kali. Jadi secara keseluruhan
Al-Qur’an menyebut istilah miskin sebanyak 23 kali. Dilihat dari segi
kebahasaannya istilah miskin berasal dari kata kerja sakana, yang akar
hurufnya terdiri atas s-k-n. perkataan sakana mengandung arti diam,
tetap, jumud, dan statis. Al-ashfahani mendefinisikan miskin adalah
seorang yang tidak memiliki apapun.
Istilah miskin menggambarkan akibat dari keadaan diri seseorang
atau sekelompok orang yang lemah. Ketika seseorang itu tidak berhasil
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, yakni potensi
kecerdasan, mental dan keterampilan, maka keadaan itu akan berakibat
langsung pada kemiskinan, yakni ketidakmampuan mendapatkan,
memiliki dan mengakses sumber-sumber rizki sehingga ia tidak memiliki
sesuatu apapununtuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Orang miskin
memiliki tenaga untuk bekerja, tetapi ia tidak melatih dan membiasakan
dirinya untuk menjadi pekerja yang terampil. Orang miskin juga memiliki
32
potensi untuk mengembangkan dirtinya tetapi tidak berhasil menjadi
pekerja yang ulet. Mereka memilih pola hidup sakana yang berarti diam,
jumud dan statis tidak mengembangkan skill atau keterampilan dan
keahlian dalam hidupnya karena malas. Akibatnya miskin.24
Namun menurut Gunawan Sumodiningrat dalam bukunya
kemiskinan teori, fakta dan kebijakan, penyebab kemiskinan tidak hanya
disebabkan karena seseorang diam, apatis, malas dan tidak
mengembangkan skillnya yang di istilahkan dengan kemiskinan
cultural/culture of poverty, akan tetapi juga seseorang menjadi miskin
karena lebih bersifat hambatan kelembagaan atau strukturnya memang
bisa menghambat seseorang untuk meraih kesempatan-kesempatannya
sehingga masyarakat tidak dapat ikut menggunakan sumber-sumber
pendapatan yang sebenarnya tersedia bagi mereka.25
Menurut Tadjuddin
Noer Effendi kemiskinan ini meliputi kekurangan fasilitas pemukiman
yang sehat, kekurangan pendidikan, kekurangan komunikasi dengan dunai
sekitarnya, kekurangan perlindungan dari hukum dan pemerintah.26
Selanjutnya Sajogyo dalam Mustofa (2010) menggunakan satuan
kilogram beras ekuivalen untuk menetukan criteria batas garis kemiskinan
penduduk.
a. Sangat Miskin
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka
yang mempunyai penghasilan di bawah setara dengan 240 kg beras
24
Ibid, h. 20. 25
Gunawan Sumodiningrat, Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan, (Jakarta: IMPAC,
1999), h. 16. 26
Tadjuddin Noer Effendi, Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan Kemiskinan,
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993), h. 203.
33
ekuivalen setiap orang dalam setahun untuk penduduk yang hidup di
perdesaan, dan mereka yang berpenghasilan setara dengan 360 kg
beras untuk penduduk yang tinggal di perkotaan.
b. Miskin.
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka
yang mempunyai penghasilan setara dengan 240 kg beras sampai 320
kg beras per tahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka
yang berpenghasilan setara dengan 360 kg beras sampai 480 kg beras
pertahun untuk penduduk yang tinggal di kota.
c. Hampir Cukup.
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka
yang mempunyai penghasilan setara 320 kg beras sampai 480 kg
beras pertahun untuk penduduk yang tinggal di desa, dan mereka yng
mempunyai penghasilan setara 480 kg beras sampai 720 kg beras
pertahun untuk penduduk yang tinggal di kota.
d. Cukup.
Penduduk yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka
yang mempunyai penghasilan setara dengan lebih dari 480 kg beras
setiap orang selama setahun di daerah perdesaan, dan mereka yang
mempunyai penghasilan setara 720 kg beras setiap orang selama
setahun untuk daerah perkotaan.27
Sementara itu, istilah di dalam bahasa Indonesia berasal dari kosa
kata bahasa arab faqir dalam bentuk tunggal dan fuqara’ dalam bentuk
jamak yang secara kebahasaan, menurut Al-Raghib Al-Ashfahani,
27
Mustofa, Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program Laboratorium Skill (Lab
Skill) Di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok, (Skripsi S1 Dakwah dan Komunikasi, Universitas
Islam Negeri Jakarta, 2010), h. 30.
34
memiliki empat pengertian. Pertama, perkataan fakir berarti orang yang
membutuhkan Allah. Kebutuhan ini merupakan eksistensial yang
berkenaandengan eksistensi manusia, yakni bahwa setiap manusia secara
universal membutuhkan allah sebagaiman dinyatakan di dalam ayat
berikut:
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah
yang Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
Kedua, perkataan faqir berarti membutuhkan. Dalam pengertian bahwa
setiap orang membutuhkan makanan dan minuman serta kebutuhan fisik-
biologis lainnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Ketiga,
perkataan faqir berarti tidak memiliki, tidak mengakses, dan tidak
mendapatkan Sembilan bahan pokok (sembako) untuk memenuhi
kebutuhan hidup setiap hari sehingga ia menjadi faqir, yakni
membutuhkan pertolongan dan bantuan dari yang memiliki kemampuan.
Keempat, perkataan faqir berarti faqir al-nafs, yakni jiwa yang tidak
memiliki, tidak mengakses, dan tidak mendapatkan siraman rohani untuk
pengayaan batin.28
Para ulama fikih seperti Imam Hanfi berpendapat bahwa fakir
adalah orang yang tidak memiliki penghasilan tetap dan tidak ada yang
memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Sementara itu Imam Syafi’I
berpendapat bahwa fakir adalah orang yang tidak dapat mencukupi
kebutuhan dasar. Sementara itu, oarng miskin adalah orang yang memiliki
28
Asep Usman Ismail, dkk, Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan Dhua’afa,
(Jakarta: Dakwah Press, 2008), Cet. Ke-1, h.20-21.
35
pekerjaan tetap tetapi penghasilannya tidak dapat memenuhi
kebutuhannya sehari-hari.29
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah fakir dan
miskin pada dasarnya sama yakni seseorang yang tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya karena keterbatasan mereka. Namun antara
fakir dan miskin ada derajat yang membedakan yakni istilah fakir lebih
rendah derajatnya dibandingkan dengan istilah miskin.
D. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Arti pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.30
Sementara itu, dalam Undang -
undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.31
29
Hasan Shadili, (ed), Fakir Dalam Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus, jilid 7,
(Jakarta: PT ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), h. 3977. 30
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4 Ed. Ke-3 h. 263. 31
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
(Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003), Cet. Ke-1 h. 50.
36
Beberapa ahli pendidikan mendefinisikan pendidikan, sebagai
berikut:
a. Menurut M. Arifin bahwa pendidikan adalah usaha orang dewasa
secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadiannya
serta kemampuan dasar didik, baik dalam pendidikan formal maupun
non formal.32
b. Menurut Zuhairini bahwa pendidikan adalah usaha manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan.33
c. S.A. Branata, dkk pendidikan ialah usaha yang sengaja diadakan, baik
langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu
anak dalam perkembngannya mencapai kedewasaan.34
Defines pendidkan tersebut sejalan dengan GBHN (Garis-garis besar
Haluan Negara) dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.
Menurut GBHN (Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1973) dikatakan
bahwa: pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur hidup. Menurut ketentuan umum, Bab 1
Pasal 1 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun
1989, menjelaskan bahwa: pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan
atau latihan bagi perannya di masa yang akan datang.
32
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan agama, Lingkungan Sekolah dan Orang
Tua Murid, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990), h. 14. 33
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. Ke-11, h. 150. 34
M. Alisuf Sabri,Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2005), Cet. Ke-1,
h. 6.
37
Dengan demikian dalam prakteknya usaha pendidikan atau usaha
sadar untuk membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak didik
tersebut harus dilakukan melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan atau
pembiasaan dan diarahkan dalam rangka mengembangkan kepribadian dan
kemampuan peserta didik ke tingkat kedewasaan dan hal ini dilakukan di
dalam atau di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.35
2. Jenis-jenis Pendidikan.
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan (pasal 1, ayat 9).
Dan pada pasal 15 dijelaskan jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan
khusus.
Berdasarkan penjelasan UU SISDIKNAS Nomor 20 tahun 2003,
pengertian jenis-jenis pendidikan tersebut sebagai berikut:
a. Pendidikan umum merupakan pendidikan dasar dan menengah yang
mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan peserta didik
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
b. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu.
c. Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana
dan pascasarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin
ilmu pengetahuan tertentu.
35
M. Alisuf Sabri,Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 2005), Cet. Ke-1,
h. 7.
38
d. Pendidikan profesi merupakan pendidikan tinggi setelah prigram
sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memilih pekerjaan
dengan persyaratan keahlian khusus.
e. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan
peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan
tertentu maksimal setara dengan program sarjana.
f. Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan dasar, menengah, dan
tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan
peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan tentang ajaran agama
dan atau menjadi ahli ilmu agama.36
g. Pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk
peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang memiliki
kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa
satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.
E. Keterampilan
1. Pengertian Keterampilan
Menurut Kamus Besar Bahasa Imdonesia, Keterampilan berasal
dari kata terampil yang berarti kecakapan dalam menyelesaikan tugas.37
Menurut W. Gulo keterampilan tidak mungkin berkembang kalau tidak
didukung oleh sikap, kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan
pribadi yang unik, dimana aspek rohaniah, mental intelektual dan fisik
merupakan satuan kesatuan yang utuh.38
Dari pendapat Gulo dapat
36
Ibid, h. 98. 37
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. Ke-4 Ed. Ke-3 h. 1180. 38
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grafindo, 2002), h. 51.
39
diketahui bahwa suatu keterampilan tidak akan terwujud tanpa adanya
kemauan, sikap dan pengetahuan yang dimiliki seseorang, sehingga aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik sebenarnya adalah satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan dari diri seseorang.
Keterampilan sangat erat kaitannya dengan sumber daya manusia.
The Liang Gie mengemukakan pengertian keterampilan sebagai berikut:
keterampilan adalah kegiatan mengusai sesuatu keterampilan dengan
tambahan bahwa mempelajari keterampilan harus dibarengi dengan
kegiatan praktik, berlatih, dan mengulang-ulang suatu kerja. Seseorang
yang memahami semua asas, metode pengetahuan dan teori dan mampu
melaksanakan praktis adalah orang yang memiliki keterampilan.39
Dengan memerhatikan konsep keterampilan menurut The Liang
Gie di atas dapat dikemukakan bahwa keterampilan merupakan suatu
pemahaman seseorang akan suatu metode, cara dan teknik, serta
pengetahuan dan teori dan seseorang tersebut dapat mempraktikkannya
dalam kehidupan sehari-hari atau dalam organisasi atau lembaga tertentu
yang dapat menunjukkan kalau seseorang itu mempunyai keterampilan.
Menurut Littre di dalam buku Maurice Duvenger, bahwa
pengertian keterampilan adalah sebagai proses kolektif dari suatau
kemahiran atau manufaktur khusus.40
Maksudnya keterampilan dengan
berbagai penemuan yang direncanakan manusia dengan menggunakan
alat-alat, mesin dan sebagainya yang memberikan peserta penguasaan
terhadap materi yang diberikan.
39
Drs Syarif Makmur, Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas Organisasi:
Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2008), h. 70. 40
Maurice Duvenger, Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakidae (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007), h. 79.
40
Menurut Syamsuar Mochtar, keterampilan adalah cara memandang
siswa serta kegiatannya sebagai manusia seutuhnya, yang diterjemahkan
dalam kegiatan belajar-mengajar yang memerhatikan perkembangan
pengetahuan, nilai hidup serta sikap, perasaan, dan keterampilan sabagai
satu kesatuan baik berupa tujuan maupun sekaligus bentuk pelatihannya,
yang akhirnya semua kegiatan belajar dan hasilnya tersebut tampak dalam
bentuk kreativitas.41
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa hakekat pendidikan
keterampilan atau life skill merupakan upaya untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan kemampuan yang memungkinkan peserta dapat
belajar hidup mandiri dalam melaksanakan keterampilan.
2. Jenis-jenis Keterampilan.
Mengenai keterampilan menurut Sardiman A.M dalam Ari
Kurniawan ada dua jenis keterampilan umumnya meliputi:
a. Keterampilan Jasmani, yaitu keterampilan yang dapat dilihat dan
diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak atau
penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar.
b. Keterampilan Rohani, yaitu ketereampilan yang menyangkut
persoalan-persoalan penghayatan, keterampilan berfikir serta
kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan masalah atau
konsep.42
41
Drs. A. Samana, Mpd, Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1992), h. 111.
42 Ari Kurniawan, Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui
Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara Kecamatan Koja Jakarta Utara, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 53.
41
Pekerja sosial dan praktisi perubahan sosial memahami bahwa
keterampilan (skill) adalah sebuah kemampuan untuk melakukan sesuatu
dengan baik. Karena itu keterampilan dan keahlian berkembang secara
terus-menerus dan mengalami pengulangan. Skill adalah kemampuan
tentang bagaimana dan apa saja yang dikerjakan. Skill memerlukan
perhatian yang sangat serius dari peserta didik, akan tetapi mengalami
(melihat) sendiri secara langsung merupakan hal yang lebih penting. Guru
terbaik adalah pengalaman sepanjang hidup, dan kesalahan yang segera
diperbaiki merupakan perbaikan diri yang luar biasa. 43
43
Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Humaniora Utama
Press, 2010), Cet. Ke-5 h. 29-30.
42
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Profil Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
1. Sejarah Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Berawal dari rasa galau beberapa founding father yayasan GYD
melihat kondisi anak-anak yang terpaksa putus sekolah atau tidak sekolah
sama sekali karena harus bekerja untuk menyambung hidupnya di daerah
kampung Dadap, pemukiman kumuh persis ditengah-tengah megahnya
perumahan Bumi Serpong Damai. Setelah beberapa kali mengadakan
pertemuan, dibentuklah lembaga sosial yang concern pada masalah sosial
khususnya anak-anak. Dengan menempati sebuah rumah di Jl. Magnolia 1
sektor 1.2 BSD yang digunakan juga sebagai asrama yatim dan dhuafa
terbentuklah organisasi sosial yang bernama Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa.
Pada awal berdirinya, GYD dengan 6 orang karyawan menampung
9 orang anak yang tinggal diasrama dan membina sekitar 15 anak yang
semuanya berasal dari kampung Dadap. Karena dukungan masyarakat
yang terus meluas mendorong dilakukannya pengelolaan organisasi ini
lebih baik dirintislah program beasiswa pendidikan yatim dan dhuafa,
santunan kesehatan, layanan donasi barang layak pakai dan lain-lain.
Animo masyarakat pada perlunya organisasi kemanusiaan ternyata
cukup besar. Masyarakat memandang penting misi sosial ini diteruskan
bahkan untuk kiprah yang lebih luas. Hanya berselang beberapa bulan,
tepatnya bulan agustus 2009 asrama kedua di Jl. Elang Raya-Bintaro jaya
43
dibuka. Pada akhir tahun 2009 GYD telah membina lebih dari 100 anak.
Pertumbuhan asrama meningkat. Kantor pelayanan dibuka
didaerah bintaro. Ekspansi mulai melebar ke Jakarta dan Bekasi dengan
dibukanya asrama ketiga di Cibubur Jakarta timur dan asrama keempat di
Kranggan Bekasi. Dimulainya pembangunan sistem teknologi informasi
untuk peningkatan mutu pelayanan. Hampir seluruh kantor cabang telah
tersambung secara online. Website Error! Hyperlink reference not valid.
disempurnakan, menggantikan alamat situs sebelumnya di
www.griyayatim.org.
Menjelang akhir tahun 2010, renegarasi puncak pimpinan
diestafetkan dari Adi Prabowo beralih ke Haryono. Babak sejarah baru
dimulai, GYD melakukan serangkaian adaptasi dan perubahan terkait visi,
misi, dan value yang menjadi budaya di GYD. Pembelajaran untuk
menjadi organisasi yang amanah dan professional terus dilakukan, salah
satunya dengan penguatan program-program peningkatan kualitas sumber
daya manusia melalui pelatihan, training, seminar, dan lain-lain. Pada
akhir tahun 2010 GYD membina lebih dari 800 binaan yang terdiri dari
anak yatim dan dhuafa, janda tua dan lansia serta mengasuh ±50 anak yang
tinggal diseluruh asrama yatim dan dhuafanya.
Implementasi program GYD mulai difokuskan hingga mengerucut
pada lima induk yaitu pendidikan, sosial, pemberdayaan, kemanusiaan dan
lingkungan. Daerah yang ada disekitar asrama GYD difokuskan untuk
penyaluran yang terintegrasi dibidang pendidikan, sosial, kesehatan,
pelatihan keterampilan dan pemberdayaan ekonomi secara terpadu.
44
Dengan bantuan koordinator mustahik sebagai pendamping. KBA
(komunitas berbasis asrama) menjadi pusat penyaluran program sehingga
lebih terukur dan terkontrol. Pada peringatan Milad kedua tanggal 9 juni
2011, Griya Yatim dan Dhuafa melaunching logo dan identitas barunya
menggantikan logo sebelumnya.
Atas inovasi yang dilakukan dalam pola mengasuh dan
memberdayakan anak yatim dan dhuafa, GYD mendapat pengakuan dari
museum rekor Indonesia (MURI) sebagai lembaga sosial pertama di dunia
yang menggunakan kartu ATM dalam menyalurkan bantuan kepada
penerima manfaatnya. Sebagai lembaga yang mengusung misi amanah dan
professional, atas inisiatif sendiri GYD juga telah diaudit oleh institusi
akuntan publik dan pada audit perdananya ini GYD berhasil memperoleh
predikat “wajar tanpa pengecualian”.
GYD bertekad agar di tahun ini dan seterusnya keberadaannya
dapat dirasakan oleh masyarakat Indonesia termasuk dengan pembukaan
jaringan atau asrama dan kantor pelayanan di 10 propinsi. Dengan
keyakinan kuat untuk bisa memberikan manfaat yang semakin besar, GYD
berdaya upaya untuk menjadi organisasi dhuafa meraih masa depannya
yang lebihbaik.1
Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa mempunyai maksud dan tujuan
dibidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Untuk mencapai maksud
dan tujuan tersebut yayasan menjalankan kegiatan sebagai berikut:
1 Buku Profil Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa.
45
a. Di bidang Sosial, diantaranya:
1) Menyediakan fasilitas pelayanan bagi panti asuhan, panti jompo,
dan panti werda.
2) Mendirikan rumah sakit, poliklinik, dan laboratorium.
3) Mengadakan studi banding.
b. Di bidang Kemanusiaan, diantaranya:
1) Memberikan bantuan kepada anak-anak yatim piatu, fakir miskin,
korban bencana alam, dan pengungsi.
2) Mendirikan dan menyelenggarakan rumah singgah dan rumah
duka.
3) Menjalankan kegiatan dalam rangka perlindungan hak asasi
manusia dan pelestarian lingkungan hidup.
4) Memberikan bantuan dalam bentuk pengobatan, perawatan,
penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
5) Memberikan bantuan kepada, penyuluhan, bimbingan serta
kegiatan yang terkait untuk rehabilitasi narkoba.
6) Memberikan bantuan kepada tuna wisma, fakir miskin, dan
gelandangan.
7) Memberikan perlindungan kepada konsumen.
8) Melestariakan lingkungan hidup.
c. Di bidang Keagamaan, diantaranya:
1) Menyelenggarakan kelompok bimbingan haji dan umroh.
2) Mendirikan saran ibadah.
3) Melaksanakan syiar keagamaan melalui buku-buku rohani, kaset,
46
majalah-majalah, buletin-buletin, dan bacaan-bacaan rohani yang
tidak dapat diperjualbelikan.
4) Studi banding keagamaan.
2. Visi Misi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.
a. Visi
Menjadi organisasi sosial terdepan dalam mewujudkan masa
depan yatim dan dhuafa.
b. Misi
1) Pemberdayaan potensi Yatim dan Dhuafa
2) Menjadi fasilitator yang memiliki integritas
3) Menjadi organisasi yang professional dan modern
4) Menjadi organisasi yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup.2
3. Letak Geografis.
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa berlokasi di perum kranggan
permai jl. Merak raya Blok AP 1/8 Rt 001/105 kelurahan jatisampurna
Bekasi Telepon 021-85532234, website www.griyayatim.com secara
geografis lokasi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa sangat strategis.
Letaknya tidak jauh dari jalan raya, sehingga mudah diakses bagi seluruh
karyawan dan para donatur.
4. Program Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.
a. Program Pendidikan
1) Gema (Generasi Mandiri Yatim Dhuafa)
Merupakan program pembinaan yang dikhususkan kepada
anak-anak yatim maupun dhuafa yang tinggal di asrama-asrama
GYD. Pembinaan ini meliputi pembinaan di bidang agama,
2 AKTA NOTARIS Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa.
47
akademis maupun pelatihan life skill, tujuan dari pembinaan ini
adalah agar mereka menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.
2) Basis (Beasiswa Untuk Berprestasi)
Merupakan program beasiswa yang diberikan kepada anak
yatim dan dhuafa berprestasi baik yang tinggal di asrama (mukim)
maupun yang tidak tinggal di asrama (non mukim).
3) Segar (Sekolah Gratis Bagi Anak Yatim dan Dhuafa)
Merupakan program santunan pendidikan (penuh) yang
diberikan kepada anak-anak asuh yatim maupun dhuafa dalam
bentuk biaya sekolah maupun perlengkapan sekolah, saat ini
program SEGAR baru diperuntukkan untuk anak usia sekolah dari
jenjang SD sampai SMP.
b. Program Sosial
1) Si Balap (Donasi Barang Layak Pakai)
Merupakan program santunan berupa barang-barang layak
pakai seperti komputer, perangkat elektronik, buku-buku, mainan
anak-anak dan lain-lain.
2) Bendistore (Bekas Namun Trendi)
Unit usaha sosial yang menerima dan memasarkan barang-
barang bekas bernilai yang diperoleh dari donasi para donatur
termasuk titipan dari para pemilik barang yang menitipkan
barangnya untuk dipasarkan melalui gerai bendistore. Hasil
penjualan barang-barang bekas akan disalurkan kepada yang
kurang beruntung melalui program kemanusiaan, kesehatan, dan
pendidikan.
48
3) Sempati (Santunan Peduli Anak Yatim Dhuafa non Panti)
Merupakan program santunan regular tiap bulan yang diberikan
kepada anak-anak yatim dan dhuafa yang tidak tinggal di asrama
(non mukim).
4) Kasifa (Kotak Solidaritas Yatim dan Dhuafa)
Merupakan program santunan melalui kotak amal yang
ditempatkan di tempat-tempat umum seperti tempat perbelanjaan,
toko, rumah makan, kantor, dan lain-lain.
5) Bina Lansia
Merupakan program sosial Griya Yatim dalam pembinaan dan
santunan kepada para Dhuafa lanjut usia.
c. Program Pemberdayaan
1) Pekan (Pelatihan Keterampilan Untuk Anak Yatim dan Dhuafa)
Merupakan program pembinaan dalam bentuk pelatihan life
skill seperti teknisi komputer, HP, sepeda motor, kursus menjahit,
merangkai bunga, dan lain-lain. Program ini diperuntukkan bagi
anak-anak yatim maupun dhuafa yang sudah remaja baik yang
tinggal diasrama maupun tidak tinggal diasrama.
2) Si Mantap (Aksi Dhuafa Mandiri Bangkit dan Produktif)
Merupakan program pemberdayaan ekonomi yang dilakukan
oleh Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dengan sasaran bunda
yatim dan para dhuafa untuk mengembangkan usaha kecil mereka.
Program ini berbentuk pemberian modal usaha dan pelatihan
keterampilan kewirausahaan.
49
3) Smart Leadership Center
Merupakan program pelatihan dan pengembangan sumber daya
manusia yang sasarannya adalah remaja-remaja dhuafa dari umur
13 tahun.
d. Program Kemanusiaan.
1) GDR (GriyaYatim Disaster Relief)
Merupakan program kemanusiaan Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa yang dikhususkan untuk anak-anak yatim dan dhuafa di
daerah bencana karena saat ini Indonesia masih menjadi salah satu
Negara yang sangat rawan terhadap bencana.
2) GYD Sehat
Merupakan program sosial Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
yang dikhususkan bagi keluarga dhuafa. Program ini berbentuk
pemeriksaan kesehatan, pengobatan gratis, dan penyuluhan
kesehatan bagi yang memerlukan.
3) GYD Hijau
Merupakan program yang ditujukan kepada segenap karyawan
dan anak-anak asuh yang tinggal diasrama sebagai bentuk
komitmen GYD terhadap upaya pelestarian lingkungan. Program
ini bukan saja diberlakukan dalam lingkungan GYD saja tetapi
juga diberlakukan diluar lingkungan GYD.
e. Program Wakaf
Wakaf LEC (Life Skill dan Education Center)
50
Merupakan program wakaf untuk pembebasan dan pembangunan
fasilitas life skill dan education center beserta asrama yatim dan
dhuafa. Lokasi pembebasan Jl. Rawa buntu Blok Y No. 3 BSD sektor
1.2.
B. Struktur Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa memiliki struktur kepengurusan
agar program yang ada di yayasan bisa berjalan dengan baik. Struktur
yayasan terdiri dari: Pembina, Dewan Syaraiah, Ketua Yayasan,
Sekretaris, Bendahara, HRD, Funding, Humas, Operational, dan Wakaf.
Gambar 1
Struktur Organisasi Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Sumber: Buku Profil Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
51
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa merupakan lembaga sosial yang ingin
menjadi organisasi terbaik dalam pengasuhan dan pemberdayaan anak yatim dan
kaum dhuafa, oleh karena itu Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa menjembatani
kepedulian para dermawan kepada anak-anak yatim dan dhuafa melalui program
pendidikan dan keterampilan untuk membantu mewujudkan harapan-harapan
mereka. Program tersebut akan diuraikan dan dianalisa dari hasil observasi oleh
penulis sebagai berikut.
A. Tugas Utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan
Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan.
Tidak semua orang mempunyai nasib yang sama, ada di antara kita
orang-orang yang memiliki nasib di bawah kemampuan untuk mencapai
kelayakan hidup yaitu anak-anak yatim dan kaum dhuafa. Yatim dan dhuafa
merupakan masalah sosial yang harus kita selesaikan bersama. Salah satu
solusinya adalah memberdayakan mereka sehingga mereka mampu untuk
mandiri dengan bekal pendidikan dan keterampilan yang dapat mereka
manfaatkan sebagai bekal hidup di masa depan.
Kaum dhuafa berhak untuk mendapatkan perhatian dari pemerintah
dan lingkungan sekitar sebab masalah ini membutuhkan solusi yang sangat
efektif bagi pertumbuhan hidup mereka khususnya dalam hal bidang
pendidikan, mental, dan keterampilan. Oleh sebab itu kami tidak hanya
memberikan bantuan materi, kami juga memperhatikan hal-hal yang sangat
dibutuhkan oleh mereka anak-anak yatim dan dhuafa.
52
Hal ini diungkapkan oleh Bapak Tarjuni: Dalam program-
program kami di antaranya yaitu sekolah gratis dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan, memberikan beasiswa kepada
anak-anak yang berprestasi, program GEMA (Generasi Mandiri
Yatim Dhuafa) yang ada di lingkungan asrama saja, sedangkan untuk
keterampilannya kami menyelenggarakan program PEKAN
(Pelatihan Keterampilan Untuk Anak Yatim dan Dhuafa), masih ada
juga seperti pelatihan bengkel, dan tata boga.1
Apa yang dikatakan Bapak Tarjuni tentang program dan kegiatan
yayasan sesuai dengan pengamatan penulis dilapangan yaitu adanya sekolah
gratis, program beasiswa, program pelatihan keterampilan, serta pelatihan
bengkel dan tata boga, sehingga data yang diperoleh benar-benar valid.
Kaum dhuafa di masing-masing daerah memang merupakan masalah
yang sangat butuh perhatian, kaum dhuafa ini mempunyai berbagai macam
masalah yang berbeda-beda.
Sebab pemicu ketidakmampuan mereka dalam hal materi bukan hanya
berdasarkan atas pengangguran belaka, melainkan ada banyak faktor penyebab
yang menjadikan mereka tidak mampu menopang kebutuhan hidup mereka.
Tugas utama yang dilakukan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
terhadap anak-anak yatim dan kaum dhuafa diantaranya:
1. Pendidikan Formal
Tugas ini merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah
laku bagi anak-anak yatim yatim dan kaum dhuafa dalam usaha
mendewasakan melalui upaya pengejaran dan pelatihan.
2. Pendidikan Non Formal
Tugas ini memberikan sebuah pelatihan keterampilan yang
1 Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20
Mei 2014 di kantor yayasan GYD
53
ada diyayasan seperti smart leadership, pelatihan handphone, serta
pelatihan otomotif, sehingg anak-anak mempunyai keahlian dalam
dirinya.
3. Melatih Bakat
Tugas ini melatih kepada anak-anak agar bakat yang ada
dalam dirinya bisa keluar untuk menjadi keahlian bagi dirinya,
sehingga dapat mereka manfaatkan sebagai bekal hidup di masa
depan.
4. Kesadaran Sosial
Tugas ini mendidik anak-anak untuk mempunyai jiwa
sosial atau saling membantu kepada sesama dengan cara
menanamkan nilai-nilai kebersamaan, yakni saling tolong
menolong, saling toleransi, serta saling menyayangi.
Untuk menangani masalah sosial ini Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
melakukan suatu studi yang cermat, melalui pengkajian yang mantap sehingga
program yayasan dalam pemberdayaan anak-anak yatim dan dhuafa dapat
memiliki efektifitas yang tepat, yaitu melalui tahap pendataan pedagang-
pedagang kecil melalui program warung binaan sehingga yayasan GYD dapat
membina warung-warung kecil kemudian diberikan modal dengan tetap
adanya kontrol dari yayasan.
Di samping yayasan GYD melakukan pendataan para pedagang kecil
untuk diberikaan binaan dan modal tambahan, yayasan pun melihat tingkatan
umur anak yatim dan dhuafa. Apabila usia mereka adalah usia lingkup
pendidikan, maka yayasan GYD akan memberdayakannya melalui pendidikan
54
dengan mengikutsertakan dalam pendidikan formal yang ada di lingkungan
masyarakat, dan bagi mereka yang sudah mencapai usia dewasa, maka
yayasan GYD memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan supaya mereka
dapat menghasilkan income untuk memenuhi kehidupan mereka masing.
Inilah pemberdayaan yang dilakukan yayasan GYD dalam membantu kaum
anak yatim dan dhuafa, yang pada akhirnya mengarah kepada kemandirian.
Tujuan yayasan GYD dalam pemberdayaan anak-anak yatim dan
dhuafa ini mengarah kepada kemandirian, sebab pemberdayaan jika tidak
sampai kepada tingkat kemandirian, maka tidak berhasil disebut sebagai
pemberdayaan seperti yang dipaparkan oleh Wakil Ketua yayasan GYD,
Bapak Tarjuni ;
Pemberdayaan kaum dhuafa adalah memberikan pembekalan
diri yang tujuan akhirnya adalah kemandirian, jadi pemberdayaan
kalau tidak ada kemandirian bukan disebut dengan pemberdayaan,
optimalisasinya adalah dengan cara membina, mendidik sampai
menghasilkan kemandirian, jadi tujuan akhirnya adalah kemandirian.2
Pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa dalam pendidikan yang
dilakukan oleh yayasan GYD diantaranya adalah memberikan mereka
keterampilan melalui pelatihan-pelatihan seperti pelatihan memasak bagi ibu-
ibu agar kiranya mereka mampu untuk membuat kue yang hasilnya akan dijual
sebagai sumber penghasilan, ada pula melalui pelatihan teknisi HP, pelatihan
montir otomotif yang bekerja sama dengan AHAS di Solo selama 3 bulan,
kemudian mereka yang telah mengikuti pelatihan keterampilan tersebut dapat
diberdayakan sesuai keahlian yang telah mereka peroleh dari pelatihan
tersebut. Hal ini dipaparkan oleh salah satu staff yayasan Griya Anak Yatim
2Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20
mei 2014 di kantor yayasan GYD
55
dan Dhuafa, bapak Nasrullah. Beliau mengatakan :
Dalam pemeberdayaan anak yatim dan dhuafa, kami
mengadakan program PEKAN ( pelatihan Keterampilan untuk Anak
Yatim dan Dhuafa) dalam proses pemberdayaan ini kita sudah banyak
mengadakan pelatihan, kita pernah mengadakan pelatihan memasak
bagi kaum ibu, latihan memasak ini bukan hanya untuk sekedar
memasak konsumsi diri sendiri, namun memasak yang produktif yang
dapat menjadi sumber penghasilan bagi mereka. Kami juga
mengadakan pelatihan teknisi HP bagi para remaja yang baru saja
putus sekolah agar mereka mempunyai keterampilan. Dan yang pernah
kami lakukan juga adalah pelatihan montir yang bekerja sama dengan
AHAS di Solo selama 3 bulan. Anak-anak asuh kita berdayakan
sebagai montir dengan rekomendasi dari AHAS sendiri.3
Apa yang dikatakan Bapak Nasrulloh yang menjadi faktor penghambat
yaitu motivasi dari anak-anak yatim dan kaum dhuafa yang minim ini sesuai
dengan jawaban Yusron sebagai peserta program yang mengataka faktor
penghambatnya yaitu datang dari diri sendiri yang terkadang malas. Kriteria
anak asuh dan sasaran pemberdayaan yayasan GYD adalah mereka anak-anak
yatim, kaum dhuafa, kaum lansia, dan bahkan ada juga bayi yang mereka
rawat dengan baik. Namun yang diprioritaskan adalah para remaja demi
menggali potensi mereka.
Pemberdayaan yang dilakukan yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
melalui pendidikan, pelatihan ketrampilan, dan pembinaan usaha sekaligus
pemberian modal usaha tambahan, diharapkan dapat meningkatkan
kesejahteraan anak yatim dan kaum dhuafa menuju kemandirian ekonomi,
sikap, dan kreatifitas. Dengan demikian apa yang dicita-citakan yayasan GYD
sejak tahun 2008 untuk menjadi organisasi sosial terdepan dalam mewujudkan
masa depan anak yatim dan dhuafa dengan memberdayakan, memfasilitasi
3Wawancara pribadi dengan Staff Operational ManajerYayasan GriyaYatim dan Dhuafa.
Kamis, 22 Mei 2014 di kantorYayasan GYD.
56
yang memiliki integritas, menjadi organisasi yang profesional dan modern,
dan peduli dengan lingkungan hidup dapat tercapai secara maksimal.
B. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum
Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan.
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, dalam perannya sebagai organisasi
sosial untuk membangun masa depan anak yatim dan dhuafa menyadari betapa
pentingnya kerjasama dengan berbagai pihak untuk menggali potensi anak
asuh yayasan melalui program pendidikan dan keterampilan.
Dalam hal harapan pelaksanaan pemberdayaan anak yatim dan dhuafa
yayasan griya yatim dan dhuafa melakukan upaya-upaya tertentu untuk
membentuk karakter mereka agar memperoleh pemahaman dan kemampuan
pengembangan diri dalam kehidupan bermasyarakat. Anak yatim dan dhuafa
yang semula dipandang lemah oleh masyarakat umum, apabila tidak ditangani
secara efisien akan menjadi individu-individu yang tidak dihargai dan
dipandang sebelah mata. Oleh sebab itu yayasan Griya yatim dan dhuafa
melakukan pemberdayaan bagi mereka dengan mendorong serta memotivasi
anak asuh agar memiliki kesadaran masa depan dan kesadaran diri terhadap
potensi yang mereka miliki.
Berdasarkan tugas utama Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa mempunyai
harapan kepada anak-anak yatim dan kaum dhuafa diantaranya:
1. Terbentuknya Karakter
Dengan terbentuknya karakter mereka mampu memperoleh
pemahaman dan kemampuan pengembangan diri dalam kehidupan
57
bermasyarakat sehingga tidak dipandang sebelah mata oleh
masyarakat.
2. Mempunyai Keterampilan.
Dengan mempunyai keterampilan mereka mampu bersaing
khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan tekhnologi, sehingga
mereka bisa menjalankan kehidupannya dengan mandiri.
3. Mengembangkan Bakat.
Dengan bakat yang sudah dimiliki dalam dirinya mereka
bisa mengembangkan bakat yang lainya sehingga persaingan hidup
yang begitu komplek bisa mereka hadapi dengan baik untuk
kehidupannya.
Dalam usahanya yayasan Griya Yatim dan Dhuafa ingin membangun
sekolah yang berbasisi Life Skill yang secara konsepnya berbeda karena
sekolah ini diharapkan akan menciptakan alumni-alumni yang sudah siap untuk
diberdayakan sesuai potensinya masing-masing sesuai dengan kurikulum
international. Hal ini diungkapkan oleh bapak Nasrullah sebagai staff yayasan.
Beliau mengatakan ;
Strategi pemberdayaan griya yatim dan dhuafa saat ini adalah di
bidang pendidikan dan keterampilan lebih kepada pelatihan-pelatihan
untuk anak-anak kita yang memang pada saat ini kita sedang fokus, di
awal 2013 kemarin, kita mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang
cenderung konsepnya adalah memberikan pelatihan life skill kepada
mereka. Sekolah itu memang betul-betul mengarahkan mereka kepada
ketrempilan dan tidak otoriter, justru kita menggali potensi yang perlu
digali dari mereka.4
4Wawancara pribadi dengan Staff Operational Manajer Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa. Kamis, 22 mei 2014 di kantor yayasan GYD.
58
Yayasan griya yatim dan dhuafa dalam hal ini ingin membentuk anak
yatim dan dhuafa sebagai anak binaan yang memiliki keterampilan dan potensi
bagi kehidupan mereka di masa depan. Bahkan tidak hanya kepada anak yatim
dan dhuafa saja, yayasan griya yatim dan dhuafa melakukan pendataan
pedagang-pedagang kecil yang nantinya akan diberikan pelatihan dan
tambahan modal usaha agar lebih maju dalam bidang perekonomiannya.
Sebagai mana yang telah diungkapkan oleh Bapak Tarjuni selaku wakil ketua
yayasan:
Strategi pelaksanaan pemberdayaan awal mulanya kita mendata
para pedagang kecil melalui program warung binaan sehingga kita bisa
membina warung-warung kecil kemudian kita berikan modal dengan
adanya pengontrolan dari pihak kami.5
Selain dari pada itu strategi yang dilakukan griya anak yatim dan
dhuafa adalah memberikan pendidikan mendasar tentang keagamaan, yang
mana anak asuh diberikan kegiatan beribadah seperti adanya pengajian Al-
Qur’an setiap subuh agar mereka mengenal kitab suci agama Islam sebagai
pedoman dalam hidupnya, mereka diajak untuk bermuhasabah (Introsfeksi diri)
agar terbangun sebuah kesadaran yang tinggi akan pentingnya hidup dan
menjadi individu yang bermanfaat, sebab tumbuhnya rasa syukur yang
mendalam dalam diri mereka, yayasan juga mempunyai program pelatihan
khitobah (pelatihan Da’i) agar sekiranya ketika mereka hidup di masyarakat
tidak hanya bergelut dengan ekonomi, namun setidaknya mereka mampu
menjadi kader-kader Islam masa depan.
Banyak strategi yang dilakukan yayasan griya anak yatim dan dhuafa
5Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20
mei 2014 di kantor yayasan GYD.
59
ini sebagai bekal mereka baik dalam pembangunan mental maupun daya saing
kehidupan modern yang luar biasa, yayasan GYD berharap dengan adanya
pemberdayaan ini anak-anak asuh yayasan dapat menjadi manusia yang
bermanfaat bagi dirinya, keluarga, dan masyrakat lingkungan sekitar. Dan hal
ini sudah terbukti dengan adanya beberapa event kejuaraan yang telah diraih
oleh anak asuh dari yayasan ini, diantaranya yaitu meraih kejuaraan MTQ se-
DKI Jakarta tingkat SD dan pernah meraih kejuaraan olimpiade matematika
tingkat Nasional, dan juga pernah menjuarai perlombaan menggambar
terfavorit di sekolah Jepang.
Pendampingan merupakan salah satu diantara strategi pemberdayaan
juga bagi yayasan griya yatim dan dhuafa. Dalam pendampingan yayasan
setidaknya menyiapkan 3 tutor bagi setiap asrama yang terdiri dari internal
GYD diantaranya ketua asrama, Ibu asrama, dan cutomer servis, dan yayasan
juga mengadakan kerjasama dengan para mahasiswa khususnya yang ingin
mengabdikan diri untuk berbagi ilmu kepada anak asuh di yayasan. Hal ini
diceritakan oleh Bapak Tarjuni:
Kami mengadakan pendampingan bagi bagi anak yatim dan
dhuafa yang tinggal di asrama dengan tutor minimal 3 orang setiap
asrama, yang terdiri dari ketua asrama, ibu asrama, dan cutomer servis,
selain dari pada itu kami juga bekerjasama dengan para mahasiswa
yang ingin mengabdikan diri untuk mengajar dan berbagi ilmu kepada
anak-anak asuh kami.6
Semua strategi yang dupayakan oleh yayasan GYD bertujuan kepada
pendidikan, sosial, dan pemberdayaan, tujuan dari masing-masing program
adalah memberikan spirit motivasi dan mencapai kemanfaatan sesuai dengan
6Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa, 20
mei 2014 di kantor yayasan GYD.
60
slogan yayasan GYD yaitu Care and Integrity. Yang mana slogan yang mereka
usung adalah masa depan mereka adalah tanggungjawab kami. Slogan ini
mendorong kepada yayasan griya anak yatim dan dhuafa untuk melakukan
pendidikan, pembinaan, dan pemberdayaan dengan sebenar-benarnya agar
tercapai sebuah kemandirian dengan mental iman yang sangat kuat, menjadi
individu yang disebutkan dalam sebuah hadits Nabi, bahwa sebaik-baik
manusia adalah orang yang memberikan manfaat baik bagi orang lain, cerdas,
maju, disiplin, dan mandiri.
Pelaksanaan program pemberdayaan ini dilakukan dengan metode
klasical yaitu pembelajaran materi di dalam kelas, dan yang terpenting setelah
itu adalah praktek langsung terjun ke lapang untuk pemantapan penguasaan
keterampilan. Hal ini juga disebutkan oleh Bapak Tarjuni:
Pelaksanaan program ini ada beberapa metode, yang pertama
dengan metode klasical artinya para anak asuh diberikan materi di
dalam ruangan kelas, dan yang ke dua yaitu dengan metode praktek di
lapangan.7
Pembelajaran, pelatihan, praktek, dan penggalian potensi yang
dilakukan yayasan griya yatim dan dhuafa adalah wujud dari kepedulian sosial
dan religi, sebab tidak hanya memberikan keterampilan semata, di yayasan
griya anak yatim dan dhuafa ini, mereka sebagai anak asuh dibina ilmu agama
agar bukan hanya menjadi orang yang bernilai secara duniawi, namun juga
sebagai nilai ibdah mereka kepada Allah SWT dalam jangka panjang.
7Wawancara pribadi dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa. Selasa 20
mei 2014 dikantor yayasan GYD.
61
C. Harapan Kaum Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui
Pendidikan Keterampilan.
Perkembangan berbagai aspek semakin maju, terutama dalam bidang
ilmu pengetahuan dan teknologi, pertumbuhan penduduk yang pesat dengan
semakin bertambahnya angka Natalitas (Kelahiran) yang semakin tahun
semakin bertambah sehingga populasi penduduk menjadi bertambah yang
mengakibatkan kepada persaingan usaha, ekonomi, lahan pekerjaan dan
sarana pendidikan yang semakin terlihat komersil yang mengakibatkan
banyak diantara masyarakat yang lemah untuk mengikuti perkembangan
tersebut. Dengan adanya hal yang terjadi saat ini yaitu jumlah anak yatim dan
dhuafa yang putus sekolah, tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran), dan
miskin, akibat tidak meratanya kesejahteraan ekonomi, mahalnya biaya
pendidikan yang menyebabkan mereka tak berdaya di tengah-tengah
kemajuan ekonomi dan teknologi. Adanya hal tersebut menjadi sebuah
dorongan berdirinya yayasan griya anak yatim dan dhuafa yang menjadi
harapan bagi kaum dhuafa serta ingin ikut berperan dalam mengatasi masalah
tersebut dengan program pemberdayaan.
Sebuah pemberdayaan tentu membutuhkan banyak perangkat untuk
menopang berjalanannya berbagai program, wadah, dan sistem. Oleh sebab
itu setiap elemen masyarakat dan lingkungan sekitar perlu menyadari akan
pentingnya hal tersebut agar ikut serta dalam melaksanakan pemberdayaan
bersama yayasan. Namun tidak terlepas dari itu yayasan adalah tempat di
mana aspek-aspek urgen masuk di dalamnya dan siap untuk dikelola agar
segala amanah dapat diemban dengan sebaik-baiknya terutama amanah para
donatur yang telah berpartisipasi dalam pendanaan, penyediaan alat-alat dan
sumbang saran kepada yayasan griya yatim dan dhuafa.
62
Peran Yayasan griya anak yatim dan dhuafa adalah sebagai jembatan
atau fasilitator untuk menggali potensi dari mereka, memberikan pembekalan
pendidikan formal dan agama, juga memberikan pelatihan keterampilan
sebagai bekal kemandirian secara ekonomi.
Yayasan griya anak yatim dan dhuafa juga sebagai wadah penyalur
dana dari para donatur yang ingin menyumbangkan sebagian hartanya bagi
anak yatim dan dhuafa yang kemudian dikelola dengan sebaik-baiknya oleh
yayasan dengan kadar yang sesuai dan tepat untuk pelaksanaan-pelaksanaan
pendidikan, pelatihan-pelatihan, dan untuk pemberian modal tambahan bagi
mereka pedagang-pedagang kecil yang telah mengikuti pembinaan.
Paparan ini diungkapkan oleh bapak pardinal selaku staff yayasan
griya yatim dan dhuafa, beliau mengatakan:
Peran kami adalah sebagai jembatan untuk menyampaikan
amanah dari para donatur sekaligus penyelenggara pendidikan dan
pemberdayaan bagi anak yatim dan dhuafa dengan merancang
program-program yang menunjang demi kemndirian mereka dalam
kehidupan masa depan dan bermasyarakat.8
Dalam mendidik anak asuh yayasan griya yatim dan dhuafa senantiasa
membina dengan pendekatan yang baik dan kekeluargaan, sehingga para
pendidik di yayasan griya yatim dan dhuafa dapat berperan sebagai keluarga
mereka yang yatim dan sebagai sahabat bagi mereka kaum-kaum dhuafa.
Memelihara keakraban, selalu berusaha agar dapat menjadi tauladan, saling
berbagi cerita kehidupan agar menjadi penggugah motivasi mereka dalam
memandang masa depan yang lebih baik.
Peranan yayasan tidak hanya sebagai fasilitator, namun juga sebagai
mitra untuk membina akhlak yang baik, sehingga benar-benar adanya
perubahan sikap pada anak asuh. Hal ini dilakukan dengan kedisiplinan
8Wawancara pribadi dengan Staff Junior Manajer Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa.
Selasa 20 mei 2014 dikantor yayasan GYD.
63
ibadah, pengenalan agama, dan memperdalam isi kandungan Al-Qur’an. Agar
mereka mempunyai pondasi iman yang kuat dan menghiasi dirinya dengan
sikap-sikap sesuai norma agama dan sosial.
Untuk mengetahui hasil dari upaya yayasan untuk mendidik dan
memberdayakan yaitu diadakannya evaluasi dan pengkajian kasus dalam
mengetahui tindakan dan perubahan pada setiap anak asuh dan peserta
binaan.
Hasil yang telah dicapai berkat peran yayasan diantaranya adanya
perubahan yang signifikan pada sikap anak-anak asuh yang semakin
menyadari akan pentingnya bekal ilmu dan keterampilan untuk hidup di masa
depan, bahkan sudah ada yang dapat mengabdikan diri di yayasan sebagai IT
yang membantu berjalannya manajemen yayasan dalam pengolahan data. Ada
juga yang telah berprestasi dalam hal pendidikan seperti telah meraih
kejuaraan pada berbagai perlombaan, yang mana ini akan menjadi fokus
yayasan untuk mengembangkan potensi mereka khususnya dalam bidang
pendidikan supaya nantinya mereka juga dapat mengabdi di yayasan untuk
berbagi ilmu dan pengalamannya. Hal ini diceritakan oleh Bapak Tarjuni :
Peran kami dalam mendidik, melatih, dan memberikan
tambahan modal alhamdulilah menuai hasil yang baik. Ada beberapa
anak asuh yang saat ini sudah membantu kami dalam bidang IT,
pada tahun ini ada 3 anak asuh yang semuanya perempuan, mereka
telah memberikan kebanggaan bagi kami dan mengabdikan diri di
tempat mereka tumbuh dan dewasa.9
Semua itu merupakan proses dan hasil dari pemberdayaan yang
9WawancarapribadidenganWakilKetuaYayasanGriyaYatimdanDhuafa.Selasa, 20 mei
2014 dikantoryayasan GYD.
64
dilakukan oleh yayasan griya yatim dan dhuafa sebagai fasilitator dan
pendamping bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan dan mental mereka.
D. Kesesuaian Antara Kewajiban/Tugas dan Harapan Yayasan Griya Yatim
dan Dhuafa Dalam Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan
Keterampilan.
Dari penelitian yang telah dilakukan penulis, tugas yang dilakukan
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa kepada kaum dhuafa dengan memberikan
bantuan materi, serta memperhatikan hal-hal yang sangat dibutuhkan oleh
mereka anak yatim dan kaum dhuafa khususnya dalam hal bidang pendidikan,
mental, dan keterampilan. Bidang tersebut sangat memberi harapan kepada
anak yatim dan kaum dhuafa, dengan bekal pendidikan diharapkan agar
mereka mempunyai masa depan yang lebih baik. Adapun harapan yayasan
kepada kaum dhuafa agar mereka mempunyai karakter untuk memperoleh
pemahaman dan kemampuan pengembangan diri dalam kehidupan
bermasyarakat.
Begitu juga kaum dhuafa terhadap yayasan griya yatim dan dhuafa
dalam program pendidikan keterampilan, yaitu memberikan pendidikan yang
berperan sebagai keluarga mereka yang yatim dan sebagai sahabat bagi
mereka kaum-kaum dhuafa, memelihara keakraban dengan mereka, selalu
berusaha agar dapat menjadi tauladan, saling berbagi cerita kehidupan agar
menjadi penggugah motivasi mereka dalam memandang masa yang lebih
baik.
Dengan demikian keterkaitan antara tugas dan harapan yayasan serta
harapan kaum dhuafa dalam program pendidikan keterampilan menunjukkan
65
bahwa yayasan griya yatim dan dhuafa telah menjalankan peranannya dengan
baik, sehingga ada keterkaitan antara kewajiaban/tugas dan harapan yang
dilakukan yayasan griya yatim dan dhuafa, serta harapan kaum dhuafa.
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam menjalankan tugas dan kewajiban
mengacu pada program yang telah dibuat, sehingga program-program
tersebut sesuai dengan kebutuhan para kaum dhuafa sebagai bekal mereka
untuk hidup bermasyarakat dan menatap masa depan.
Anak-anak yatim dan kaum dhuafa merasa senang dengan program
yang diberikan yayasan, namun hal ini bahwa ketidaksesuaian antara yayasan
dengan kaum dhuafa sangat kecil, karena apabila terjadi ketidaksesuaian yang
menjadi penghambat dalam program yang dilakukan yayasan kepada kaum
dhuafa, maka yayasan cepat mengambil sikap dengan melakukan
pembicaraan dengan anak-anak yatim dan kaum dhuafa dan selanjutnya
yayasan mengadakan rapat guna menyelesaikan masalah sacara bersama-
sama.
Maka dari itu Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa Dalam
Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan Keterampilan menurut
pengamatan penulis, telah melakukan tugas dan kewajiban sebagai lembaga
sosial yang profesional, sehingga memberikan harapan penuh kepada anak-
anak yatim dan kaum dhuafa untuk masa depan mereka yang lebih baik.
66
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Keawjiban dan tugas yang dilakukan oleh Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa dalam hal memberdayakan kaum dhuafa dengan menyediakan
pendidikan formal maupun non formal, melatih bakat dan keterampilan
kaum dhuafa, meningkatkan kesadaran sosial dan agama. Keterasingan
kaum dhuafa dari hal-hal demikianlah yang melatarbelakangi yayasan
griya yatim dan dhuafa untuk lebih memerankan tugas dan kewajiban
sebagai media (fasilitator) dalam mengakomodasi kebutuhan bagi masa
depan kaum dhuafa.
2. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa terhadap kaum dhuafa dalam
pendidikan dan keterampilan di yayasan griya yatim dan dhuafa adalah
merupakan program pendidikan alternative untuk pemberdayaan kaum
dhuafa yang tidak mampu dalam hal ekonomi, pendidikan, dan sosial. Hal
inilah yang membuat yayasan griya yatim dan dhuafa memberikan
bimbingan (pemberdayaan) terhadap kreatifitas pendidikan dan
keterampilan kaum dhuafa, dalam mengembangkan bakat, menyalurkan,
dan meningkatkan kapasitas intelektualnya masing-masing.
3. Harapan kaum dhuafa terhadap Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalam
program pendidikan keterampilan adalah dalam mendidik senantiasa
membina dengan pendekatan yang baik dan kekeluargaan, sehingga para
67
pendidik dapat berperan sebagai keluarga serta memelihara keakraban dan
selalu berusaha menjadi tauladan serta saling berbagi cerita kehidupan
agar menjadi penggugah motivasi dalam memandang masa depan yang
lebih baik.
4. Menunjukkan bahwa yayasan griya yatim dan dhuafa telah menjalankan
perannya dengan baik, sehingga terdapat kesesuaian antara peran yayasan
dan harapan yayasan serta harapan kaum dhuafa dalam program
pendidikan keterampilan. Program tersebut memang dibutuhkan oleh
kaum dhuafa sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat dan menatap masa
depan. Oleh karena itu kewajiban/tugas dan harapan yayasan tidak
mengalami hambatan yang begitu besar yang berdampak pada
ketidaksesuaian, karena tugas dan kewajiban yang diberikan oleh yayasan
sesuai dengan harapan dan kebutuhan anak-anak yatim dan kaum dhuafa.
B. Saran
1. Kepada Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa lebih meningkatkan
profesionalisme tugas/kewajiban dalam memberikan pendidikan
keterampilan kepada kaum dhuafa dalam pelatihan-pelatihan atau
penataran-penataran yang bersifat mendidik atau keilmuan, sehingga
yayasan yang professional dan berkualitas akan membantu menghasilkan
output yang baik.
2. Harapan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa terhadap kaum dhuafa yaitu
agar pendidikan keterampilan yang diberikan kepada kaum dhuafa dapat
memberikan perubahan sikap dan mental, sehingga para kaum dhuafa
setelah menjalani pendidikan keterampilan mampu bersaing dalam
68
kehidupan sehari-harinya.
3. Hendaknya Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa selalu memperhatikan para
kaum dhuafa dan juga fasilitas-fasilitas yang ada di yayasan dapat
dibenahi dan ditambah serta agar program bisa berjalan dengan baik.
4. Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa agar selalu menjaga dan memperhatikan
tugas dan kewajiban dalam memberikan pendidikan, sehingga harapan
yayasan dan harapan kaum dhuafa dapat tetap terjaga kebersamaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Adam Kuper, Jessika Kuper. enslikopedia Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008.
Ahmad Syafe’I, Agus. Manajemen Pengembangan Masyarakat Gerbang
Masyarakat Baru. Bandung: Gerbang Masyarakat Baru, 2001.
Arifin, M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan agama, Lingkungan Sekolah dan
Orang Tua Murid. Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990.
Azra, Azyurmardi. Bederma Untuk Semua. Jakarta: Teraju, 2003.
Bungin. Burhan. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
Center for Quality Development and Assurance (CeQDA) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN
Jakarta. Jakarta: CeQDA, 2007.
Dault, Adiyaksa. Islam dan Nasionalisme. Jakarta: Yadaul, 2003.
Duvenger, Maurice. Sosiologi Politik, Penerjemah Daniel Dhakidae. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007.
Effendi, Tadjuddin Noer. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan
Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993.
Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grafindo, 2002.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Offset, 1983.
Hidayati. Nurul S. Ag, Metodologi Penelitian Dakwah dengan Pendekatan
Kualitatif, Jakarta: Lembaga Penelitian dan UIN Jakarta Press, 2006.
Hikmat, Hari. Strategi Pemberdayaan Masyaraka. Bandung: Humaniora Utama
Press, 2010.
Kurniawan, Ari. Peran Yayasan Kumala Dalam Pemberdayaan Anak Jalanan
Melalui Pendidikan Keterampilan di Kelurahan Rawa Badak Utara
Kecamatan Koja Jakarta Utara, Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.
Makmur, Drs. Syarif. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Efektivitas
Organisasi: Kajian Penyelenggaraan Pemerintah Desa. Jakarta: PT Raja
Grafindo, 2008.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:PT. Remaja Rosda
Karya, 2012.
Mustofa, Pemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Program Laboratorium Skill (Lab
Skill) Di Yayasan Bina Insan Mandiri Depok. Skripsi S1 Dakwah dan
Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2010.
N.Grass W.S Massan dan A.W MC Eachern. Exploration Role Analiysis dalam
David Barry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1995
Partanto, Pius A dan Al-Barry. Dahlan M. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola, 1994.
Pusat Bahasa Departemen pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka, 2007.
Rachibi, Didik J. Pembangunan Ekonomi dan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT. Grasindo. Anggota Ikapi, 2001.
Roesmidi, H dan Risyanti, Riza. Pemberdayaan Masyarakat. Sumedang:
ALQAPRINT, 2006.
Rukminto Adi, Isbandi. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. 2001.
Sabri, M. Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Dasar/Ajar
Atas Biaya Dipa UIN Syarif Hidayatullah, 2005.
Salam, Syamsir. Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah, 2008.
Shadili, Hasan, (ed). Fakir Dalam Ensiklopedia Indonesia Edisi Khusus, jilid 7.
Jakarta: PT ichtiar Baru Van Hoeve, 2001.
Samana, Mpd, Drs. A. Sistem Pengajaran Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI) dan Pertimbangan Metodologisnya. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1992.
Singarimbun, Masri. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: LP3S, 1989.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada. 2005.
Suhartini, Rr, Halim, Imam Khambali, Abdul Basyid. Model-model
Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: PT . LKiS Pelangi Aksara. 2005.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: PT.
Refika Aditama, 2005.
Sumodiningrat, Gunawan. Pembangunan Daerah dan Pengembangan
Masyarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwarna, 1997.
...................., Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. Jakarta: IMPAC, 1999.
Soewadji. Jusuf Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Jurusan Sosiologi. 2003.
Tampubolon, Mangatas. Perguruan Tinggi Bermutu, Paradigma Baru
Manajemen Pendidikan Tinggi Menghadapi Tantangan Abad Ke-21.
Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama, 2001.
Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta:
UIN Press, 2013.
Usman, Husaini dan Setiadi Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara,1998.
Usman Ismail, Asep dkk. Pengamalan Al-Qur’an Tentang Pemberdayaan
Dhuafa. Jakarta: Dakwah Press, 2008.
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003.
Yusuf Taybnafis. Farida. Evaluasi Program, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Sumber Lain
Tim Penyusun. Majalah Jendela Info, Satukan Hati Lebih Peduli. Tanggerang:
Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa, 2014.
Tim Penyusun. Profil, Care & integrity. Tanggerang: Yayasan Griya Yatim dan
Dhuafa, 2009.
Instrumen Wawancara Dengan Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa
Nama :
Jabatan :
Tgl/hari/tempat wawancara :
1. Bagaimana sejarah berdirinya yayasan griya yatim dan dhu’afa?
2. Apa menjadi tujuan utama yayasan griya yatim dan dhu’afa?
3. Apa yang menjadi visi dan misi yayasan griya yatim dan dhu’afa?
4. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik
yang mukim maupun non mukim?
5. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama?
6. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhu’afa?
7. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut?
8. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak?
9. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa ?
10. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhu’afa?
11. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhu’afa?
12. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu’afa?
13. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan
umurnya?
14. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhu’afa?
15. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhu’afa dalam aspek
kognitif?
16. Apa perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik?
Instrumen Wawancara Dengan Staf Yayasan Griya Yatim dan Dhu’afa
Nama :
Jabatan :
Tgl/hari/tempat wawancara :
1. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik
yang mukim maupun non mukim?
2. Apakah ada kriteria/syarat khusus bagi anak-anak yang tinggal disisni?
3. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama?
4. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di yayasan griya yatim dan dhu’afa?
5. Apa tujuan program dan kegiatan yayasan griya yatim dan dhu’afa?
6. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak?
7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya
dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?
8. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan
keterampilan?
9. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan
keterampilan?
10. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu’afa khususnya
dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?
11. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya
khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?
12. Apa hasil yang dicapai anak-anak selama melaksanakan program
pendidikan/pelatihan keterampilan?
13. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhu’afa dalam aspek
kognitif?
14. Apakah ada perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik selama
melaksanakan program pendidikan/pelatihan keterampilan?
Instrumen Wawancara dengan Tutor/Pendamping
Nama :
Jabatan :
Tgl/hari/tempat :
1. Sudah berapa lama bapak/ibu di yayasan griya yatim dan dhu’afa?
2. Bagaimana metode pembelajaran yang diterapkan?
3. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik
yang mukim maupun non mukim?
4. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhu’afa?
5. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut?
6. Apa dan bagaimana pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak/ibu?
7. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhu’afa menurut bapak/ibu?
8. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhu’afa melalui
pendidikan/pelatihan keterampilan ?
9. Apakah pendidikan/pelatihan keterampilan ini berpengaruh buat anak-anak?
10. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhu’afa?
11. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhu’afa?
12. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhu’afa?
13. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan
umurnya?
14. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhu’afa melalui
pendidikan/pelatihan keterampilan?
15. Bagaimana perkembangan mereka dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik?
16. Apa harapan bapak/ibu terhadap anak-anak didik kedepannya dengan adanya
pendidikan/pelatihan keterampilan?
Instrumen Wawancara dengan Anak Binaan
Nama :
Jabatan :
Tgl/hari/tempat :
1. Sudah berapa lama kamu tinggal disini?
2. Tau yayasan ini dari siapa?
3. Kamu asalnya dari mana?
4. Orang tua kamu masih ada? Dan tinggal dimana?
5. kamu sebelum tinggal di yayasan tinggalnya dimana?
6. Apa kegiatan kamu sebelum di yayasan?
7. Bagaiman menurut kamu dengan adanya pemberdayaan ini?
8. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selain sekolah?
9. Bagaimana kegiatan pendidikan yang diberikan yayasan?
10. Menurut kamu bagaimana pelaksanaan kegiatan di yayasan?
11. Apa saja yang menjadi faktor penghamabat dalam pelaksanaan kegiatan?
12. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan?
13. Selama kamu tinggal di yayasan ada kemajuan/perubahan tidak?
14. Apa hasil yang dicapai program tersebut?
15. Apa rencana kamu setelah keluar dari sini?
Hasil Wawancara dengan Wakil Ketua Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Nama : Bpk Tarjuni
Jabatan : Wakil Direksi
Tgl/hari/tempat : 20 mei 2014, selasa, kantor yayasan
1. Bagaimana sejarah singkat berdirinya yayasan griya yatim dan dhuafa?
Sejarah singkatnya bermula tahun 2008 itu dulunya itu bernama lembaga
yayasan biasa lalu kita pisah di tahun 2009 dengan nama yayasan griya
yatim dan dhuafa, awal mulanya di tahun 2008-2009 kita melihat
keterbelakangan anak-anak yang ada dikampung dadap dibelakang BSD,
banyak sekali yang putus sekolah, pertama kalinya 5 anak asuh kemudian
berkembang jadi 15 anak, pada tahun 2009 kita buka di bintaro berganti
nama dan berganti logo yang tadinya warna hijau gambar pelangi menjadi
gambar rumah dan ada tulisan GYD nya.
2. Apa yang menjadi tujuan utama yayasan griya yatim dan dhuafa?
Tujuan awalnya adalah sosial, kita ingin memberikan yang terbaik dan
bermanfaat kepada masyarakat khususnya masyarakat sekitar, karena
ditengah-tengah perumahan elit masih ada anak-anak yang putus sekolah
karena keterbatasan mereka, lalu kita masukkan program-program salah
satunya program pemberdayaan.
3. Apa yang menjadi visi dan misi yayasan griya yatim dan dhuafa?
Yaitu dengan menjadi organisasi sosial terdepan untuk mewujudkan masa
depan yatim dan dhuafa, misinya ada 4 poin yang pertama pemberdayaan
potensi yatim dan dhuafa, kedua menjadi fasilitator yang memiliki integritas,
ketiga menjadi organisasi yang professional dan modern, keempat menjadi
organisasi yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup.
4. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik
yang mukim maupun non mukim?
Kalau untuk data yang sementara saya dapat ini sekitar 800 yang non mukim
sedangkan 230 yang mukim.
5. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama?
Kalau untuk tutor setiap asrama ± 3 yang dari internal GYD diantaranya
ketua asrama. Ibu asrama, dan customer servis, disana kita juga mengadakan
kerja sama kepada mahasiswa-mahasiswa khususnya yang memang mau
mengabdikan dirinya untuk berbagi ilmu kepada anak-anak
6. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa?
Kalau dipendidikan kita ada beberapa program diantaranya sekolah gratis
kemudian basis memberikan beasiswa kepada anak-anak yang berprestasi
kemudian gema (generasi mandiri yatim dhuafa) yang ada dilingkungan
asrama saja, sedangkan untuk keterampilannya kita ada program pekan
(pelatihan keterampilan untuk anak yatim dan dhuafa), lalu ada program si
mantap (aksi dhuafa mandiri bangkit dan produktif), masih ada lagi pelatihan
yang lain seperti pelatihan bengkel, pelatihan tata boga, ini salah satu bentuk
pelatihan yang sudah berjalan.
7. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut?
Program besar kita ada pendidikan, sosial, pemberdayaan, kemanusiaan, dan
kesehatan, tujuan masing-masing program itu dengan hadirnya GYD
memberikan spirit dan manfaat kepada umat sesuai dengan slogan kita care
and integrity, salah satu jargon kita adalah masa depan mereka adalah
tanggung jawab kami, intinya kalau kita mengambil pepatah dari bahasa
arab sebaik-baiknya manusia yang bisa memberikan manfaat kepada yang
lainnya.
8. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak?
Pemberdayaan kaum dhuafa adalah memberikan pembekalan diri yang
tujuan akhirnya adalah kemandirian, jadi pemberdayaan kalau tidak ada
kemandirian bukan disebut dengan pemberdayaan, optimalisasinya adalah
dengan cara membina, mendidik sampai menghasilkan kemandirian, jadi
tujuan akhirnya adalah kemandirian.
9. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa?
Pelaksanaan program ada beberapa pelaksanaan yang pertama dengan
metode klasikal artinya dengan pembelajaran dikelas, yang kedua dengan
metode praktek artinya langsung terjun kelapangan.
10. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhuafa?
Salah satu faktor penghambat yaitu orang-orang yang tidak bertanggung
jawab seperti orang-orang yang kita beri modal tidak dimanfaatkan dengan
baik, disini lah penghambatnya oleh karena itu kita akan memperbaiki system
pemberian modal, jadi sebelum kita memberikan pemberdayaan modal
kepada mustahik adanya peraturan yang akan kita tentukan sehingga tidak
terulang lagi kejadian seperti itu.
11. Apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan
kaum dhuafa?
Faktor pendukungnya dipemberdayaan ini adalah peran aktif masyarakat,
dari masyarakat itu kan ada yang bagus dan ada yang tidak bagus, salah satu
masyarakat yang bagus ini bisa jadi faktor pendukung kita terhadap
program-program kita sehingga bisa memberikan yang terbaik, system
kontroling juga tetap jalan ini juga bisa mendukung dari pemberdayaan itu
sendiri, dengan kontroling yang bejalan baik para penerima modal yang baik
bisa menghasilkan kebutuhan mereka sendiri.
12. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa?
Strategi pelaksanaan pemberdayaan awal mulanya kita mendata para
pedagang-pedagang kecil melalui program warung binaan sehingga kita bisa
membina warung-warung kecil kemudian kita berikan modal dengan tetap
mengontrol.
13. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan
umurnya?
Sasaran pemberdayaan adalah kaum dhuafa sasaran umurnya sampai
menikah sampai mempunyai usaha sendiri, untuk anak-anak yang bujangan
adanya pelatihan keterampilan pemberdayaan dengan cara melatih mereka
untuk berwirausaha, untuk anak-anak yang diasramakan mulai usia SD
sampai SMP kelas 1 itu baru masuk diasrama, adapun untuk biaya
pendidikan sampai kuliah tetap kita biayai.
14. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhuafa?
Ada beberapa warung yang sudah bisa mandiri, bisa dilihat ada beberapa
alfa mart dan indomart dikampung-kampung dia masih bisa eksis untuk tetap
menjalankan usaha warungnya.
15. Bagaiman peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhuafa dalam aspek
kognitif?
Peran yayasan sangat besar untuk pemberdayaan kaum dhuafa sampai hari
ini masih ada program yang kita rencanakan
16. Apa perubahan yang bapak ketaahui dari anak-anak didik?
Perubahan dari anak-anak didik itu Alhamdulillah signifikan karena kami
tahu dari beberapa anak itu mulai masuk sampai sekarang yang bisa
membantu kami diyayasan, sekarang dia menjadi IT di sini, tahun ini ada 3
perempuan semua, secara garis besar bisa memberikan kebanggaan untuk
yayasan khususnya kami disini
Hasil Wawancara dengan Staff Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Nama : Bpk Nasrulloh
Jabatan : Operational Manager
Tgl/hari/tempat : 22 mei 2014, kamis di kantor yayasan
1. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik
yang mukim maupun non mukim?
Kalau penerima manfaat kita dari semenjak kita berdiri itu sudah lebih dari
20 ribu tapi kalau yang saat ini yang masih rutin yang mendapatkan
pendidikan keasramaan maupun non asrama ± sekitar 1000 anak saat ini
karena jumlah ini akan bertambah terus dengan seiring perkembangan kita
maka seiring itu pula lah penerima manfaat kita akan terus bertambah
2. Apakah ada kriteria/syarat khusus bagi anak-anak yang tinggal disini?
Ada karena kita ada standarisasinya terutama khususnya anak asuh yang
mukim, yang pertama kalau diasrama memang kita batasi kuantitinya jadi
persentasinya 60% untuk anak yatim piatu sedangkan 40% dhuafa, yang
kedua untuk anak asuh yang di mukimkan terutama penerimaannya maksimal
SMP kelas 1 atau umur 13 tahun jadi anak yang masuk ke dalam asrama
minimal umurnya di bawah 13 tahun artinya kalau di atas 13 tahun kita bisa
terima berarti dia non mukim, karena usia dibawah 13 tahun karakteristik
mereka masih bisa dibentuk dan lebih mudah untuk diarahkan dari pada anak
SMP yang sudah di atas kelas 2 karena mereka sudah terlalu banyak
terkontaminasi dengan lingkungan
3. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama?
Minimal untuk dicabang selalu kita siapkan untuk mereka 2 orang
pendamping diantaranya ada kepala asrama dan ibu asrama, mereka yang
kita percaya untuk betul-betul menjadi orang tua asuh pengganti yang
cenderung mereka tidak punya orang tua baik bapak maupun ibu, mereka
menggantikan posisi orang tua anak-anak di asrama, kalau tenaga pengajar
biasanya kita menggunakan tenaga pengajar dari eksternal artinya dari
lingkungan setempat misalnya untuk anak-anak les kita menggunakan guru-
guru les dari lingkungan sekitar asrama untuk membantu kepala asrama atau
ibu asrama
4. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa?
Kalau sarana dan prasarana sebetulnya kita cenderung ingin memenuhi
semua kebutuhan yang memang dibutuhkan oleh anak-anak khususnya
kebutuhan untuk pendidikan jadi kebutuhan apapun kita akan penuhi tapi
kalau standarisasi biasanya kita untuk perkakas alat elektronik kita penuhi
kebutuhannya. Anak-anak asuh kita yang di asrama semua kebutuhannya dari
sandang,pangan dan papan kita penuhi tanpa ada pungutan biaya apapun
5. Apa tujuan program dan kegiatan yayasan griya yatim dan dhuafa?
Kalau tujuan program kita melihat dari visi misi adalah menjadi organisasi
sosial terdepan dalam mewujudkan masa depan yatim dan dhuafa artinya
setiap apapun kegiatan yang kita kaitkan dengan masyarakat baik
masyarakat yang mau mendonasikannya ataukah mereka yang menerima
manfaat tujuannya adalah ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anak
binaan kita karena mereka yang tadinya menerima manfaat, justru nantinya
akan memberikan manfaat untuk orang-orang lain, makanya kita selalu
berkelanjutan programnya, artinya setelah menjalankan program-program
yang ada atau anak-anak binaan sudah mencapai tingkat SMA dan
seterusnya, kita ada program beasiswa ini semua diperuntukkan anak-anak
baik yang mukim maupun non mukim, setelah anak binaan selesai kuliah ada
yang namanya program SI MANTAP (aksi dhuafa mandiri bangkit dan
produktif) untuk usaha atau kami sedang menyiapkan LEC (life skill &
education center) untuk memberikan kemandirian untuk mereka.
6. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak?
Pemberdayaan menurut saya untuk kaum dhuafa adalah bagaimana kita
sebagai organisasi sosial yang peduli terhadap kaum-kaum dhuafa dan
khususnya anak-anak yatim, kita memberikan kemampuan untuk mereka atau
memberdayakan apa yang ada dalam diri mereka untuk betul-betul bisa
bangkit potensinya dan bisa menjadi sesuatu yang bisa menanggung
kehidupan mereka dan bisa menjadi sesuatu yang membanggakan buat
mereka
7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa khususnya
dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?
Kita ada yang namanay program PEKAN (pelatihan keterampilan untuk anak
yatim dan dhuafa) dalam proses pemberdayaan ini kita sudah banyak
pelatihan yang kita gulirkan, dulu pernah ada yang namanya pelatihan
memasak buat kaum dhuafa khususnya dari orang-orang tua anak yang kita
asuh mereka yang cenderung tidak mampu kita berikan pelatihan memasak,
pelatihan memasak bukan saja hanya bisa memasak di dapur tetapi memasak
yang produktif misalkan membuat kue, kemudian kita juga pernah melakukan
pelatihan teknisi HP buat kaum dhuafa khususnya bagi mereka-mereka yang
cenderung pengangguran atau mereka-mereka yang anak remaja yang baru
putus sekolah yang statusnya memang membutuhkan, sehingga selesai
pelatihan tersebut mereka sudah memiliki keahlian dan mereka bisa berusaha
di teknisi HP, terakhir yang belum lama ini kita pelatihan montir bekerjasama
dengan AHAS di solo itu selama 3 bulan jadi anak-anak asuh kita montirkan
dan keluar mereka sudah siap menjadi montir-montir handal, itu dengan
rekomendasi dari AHAS sendiri.
8. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan
keterampilan?
Kalau faktor penghambat sebetulnya yang paling menghambat adalah waktu,
saat ini memang kita sudah punya rencana kedepan kita akan mendirikan
LEC (life skill &education center) untuk menjadi pusat pelatihan karena kita
akan memberikan pelatihan dengan konsen, kalau seandainya kita melakukan
pelatihan teknisi handphone hanya waktu sebulan tentu akan berbeda dengan
pelatihan yang kita berikan waktu selama 3 bulan otomatis matengnya akan
berbeda jadi artinya materi yang diberikan akan full dan bisa diterima
dengan matang dari pada waktu yang hanya sedikit, selebihnya yang menjadi
kendala adalah motivasi dari mereka yang membutuhkan keahlian, terkadang
motivasi mereka sangat minim sekali sehingga kita betul-betul harus bekerja
ekstra keras untuk memberikan motivasi, bukan hanya memberikan pelatihan
kepada mereka jadi kita juga harus memberikan motivasi buat mereka untuk
bisa berubah.
9. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaa program
pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan
keterampilan?
Kalau faktor pendukung Alhamdulillah kita banyak, yang petama tentu dari
para pendonor kita, mereka yang support kita untuk memberikan rizkinya
kepada orang-orang yang membutuhkan, dan pendonor juga selalu
membantu aktivitas kegiatan kita, Alhamdulillah kita juga banyak mitra-mitra
GYD untuk melaksanakan kegiatan pelatihan sehingga kita bisa dengan
perencanaan waktu yang singkat bisa melaksanakan pelatihan dengan baik.
10. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa khususnya
dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?
Strategi pemberdayaan GYD saat ini dibidang pendidikan dan keterampilan
lebih kepada memberikan pelatihan-pelatihan untuk anak-anak binaan kita
yang memang saat ini kita sedang focus, diawal tauhun 2013 kemaren kita
akhirnya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang cenderung sekolah
SMP yang konsepnya adalah lebih kepada memberikan pelatihan life skill
kepada mereka, sekolah itu memang betul-betul mengarahkan mereka kepada
life skill walau hanya SMP, strategi kita cenderung anak-anak SMP kita
mempunyai potensi memang kadang-kadang potensi itu kurang digali dan
kurang diarahkan, makanya salah satu strategi kita adalah membuat lembaga
pendidikan sendiri yang konsen memberikan life skill kepada mereka, sekolah
ini didirikan konsepnya memang berbeda karena khusus yatim dan dhuafa
makanya sekolah ini yang kurikulumnya menganut kurikulum internasional
jadi disana sekolahnya bilingual kita tidak menerapkan monsep yang otoriter
justru kita menggali potensi mereka.
11. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya
khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?
Kalau siapa saja yang menjadi batasan kita sebetulnya hampir semua lini kta
ambil terutama dari usia SD tapi tidak menutup kemungkinan kalau pun ada
bayi kita tetap terima dan kita rawat dengan sebaik-baiknya, kalau dari
program pemberdayaan batasan umurnya mulai remaja karena untuk
menggali potensi mereka, tapi kalau batasan sampai ketingkat lansia pun ada
pemberdayaannya, semua sasaran kita untuk yatim dan dhuafa, karena
mereka yang berhak menerima.
12. Apa hasil yang dicapai anak-anak selama melaksanakan program
pendidikan/pelatihan keterampilan?
Kalau saat ini banyak prestasi-prestasi yang sudah di capai oleh anak-anak
kita, salah satunya kita pernah ada anak asuh kita menjadi juara MTQ se
DKI tapi tingkat SD dan pernah juga ada anak asuh kita juara olimpiade
matematika tingkat nasional, dan kita juga pernah menjadi juara
menggambar terfavorit di sekolah jepang
13. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhuafa dalam aspek
kognitif?
Peran yayasan GYD hanya menjadi fasilitator yang menghubungkan antara
mereka orang-orang yang dengan mereka yang cenderung membutuhkan,
selebihnya potensi itu ada di diri mereka kita hanya memberikan fasilitas dan
arahan
14. Apakah ada perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik selama
melaksanakan program pendidikan/pelatihan keterampilan?
Kalau perubahan pasti ada, sebetulnya perubahan itu mau ataupun tidak dia
pasti akan berubah, perubahannya ada positif dan negatifnya, perubahannya
variatif kalau anak baru cenderung yang tinggal di asrama mereka akan tidak
betah karena kebiasaan mereka dirumah bebas ketika tinggal diasrama akan
di ajarkan disiplin, bagaiman menghargai, bagaimana mencintai, mencintai
lingkungan atau mencintai sesama, jadwal mereka pun harus teratur, itu akan
berbeda dengan menyalahi kebiasaan mereka maka cenderung akan tidak
betah, tapi hal itu menjadi hal yang lumrah untuk belajar, cenderung ketika
merka nanti sudah sekian waktu sebetulnya mereka sudah nyaman karena
mereka sudah terbiasa dengan aktivitas yang rapi, aktivitas yang rutin, jadi
perubahan itu pasti ada, kalau yang saya fahami cenderung semua rata-rata
positif
Hasil Wawancara Dengan Staff Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Nama : Bpk Pardinal
Jabatan : Junior Manajer
Tgl/hari/tempat : 20 mei 2014, selasa, kantor yayasan
1. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik
yang mukim maupun non mukim?
Kalau untuk data yang sementara saya dapat ini sekitar 800 yang non mukim
sedangkan 230 yang mukim.
2. Apakah ada kriteria/syarat khusus bagi anak yang tinggal disini?
Kalau untuk yang mukim yatim kriterianya ada surat keterangan,
bahwasanya pihak sanak saudaranya, walinya, atau neneknya, bersedia untuk
menitipkan anak tersebut untuk tinggal di GYD dan diberikan sepenuhnya
untuk mengenai masalah pendidikan dan pengasuhannya kepada GYD.
Sedangkan yang non mukim kita hanya menyediakan sebuah formulir, dari
formulir tersebut menceritakan status anak yatim dan dhuafa jadi nanti ada
lampiran keterangan dari almarhum atau kaum dhuafa itu memiliki sepreti
surat keterangan yang menerangkan bahwa anak itu tidak mampu.
3. Berapa jumlah tutor/pendamping anak-anak disetiap asrama?
Kalau untuk tutor setiap asrama ± 3 yang dari internal GYD diantaranya
ketua asrama. Ibu asrama, dan customer servis, disana kita juga mengadakan
kerja sama kepada mahasiswa-mahasiswa khususnya yang memang mau
mengabdikan dirinya untuk berbagi ilmu kepada anak-anak
4. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa?
Kalau untuk sarana ada tempat belajar, ruang belajar, ruang sholat, kamar
tidur, dan kamar mandi sedangkan prasarananya mereka diberikan
kelengkapan belajar dan fasilitas untuk menunjang kegiatan mereka.
5. Apa tujuan program dan kegiatan yayasan griya yatim dan dhuafa?
Garis besarnya kita mempunyai program khususnya anak-anak untuk
mendapatkan pendidikan untuk menunjang kehidupan mereka kedepannya
agar menjadi lebih baik.
6. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak?
Kalau untuk pemberdayaan kita lihat level tingkatan umur, kalau untuk anak-
anak pemberdayaannya kita ikut sertakan mereka dalam pendidikan formal
yang ada di masyarakat, sedangkan pemberdayaan yang kategorinya lansia
mereka kita berdayakan untuk menjalankan program-program yang mampu
untuk mengasah skill mereka sehingga dengan menjalankan program tersebut
mereka bisa menghasilkan income bagi diri mereka sendiri.
7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa khususnya
dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?
Kalau untuk dibidang pendidikan sementara ini kita masih banyak belajar
khususnya dimanajemen karena memang jejaring asrama kita banyak
berpencar sehingga kita tidak mungkin juga untuk merekrut mereka untuk
sekolah di cordova Islamic school, alhamdulillah GYD sudah memiliki
sekolah terbuka untuk yatim dan dhuafa, sebagian anak-anak kita yang
tingkatan smp kita sekolahkan disana kita juga sudah memulai fokus untuk
lebih meningkatkan taraf kehidupan mereka melalui pendidikan.
8. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibadang pendidikan/pelatihan
keterampilan?
Kalau faktor penghambat biasanya ada saja kalau sudah masuk ke dalam hal
teknis, mau itu dari tenaga pengajarnya, mau itu dari perlengkapan, legalitas,
dari pengurusan izn-izin, anak-anak itu sendiri dalam pendaftarannya,
harapanya kita bisa bersinergi dengan universitas ataupun sekolah-sekolah
negeri atau pun guru-guru, untuk bisa bergabung di GYD, khususnya
dibidang pendidikan.
9. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhuafa khususnya dibidang pendidikan/pelatihan
keterampilan?
Faktor pendukungnya kita sudah memiliki tempat yang sudah bisa kita pakai,
tetapi sekarang ini statusnya masih sewa, karena kita punya program LEC
(life skill & education center) dari beberapa bulan ini kita mengadakan rapat
dari beberapa direksi untuk segera membangun sehingga kedepannya kita
tidak usah lagi untuk sewa tempat
10. Bagaimana strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa khususnya
dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?
Untuk masalah strategi pemberdayaan kita tinggal lihat komunitas, misalnya
satu wilayah itu kita bisa gali potensi dari diri mereka masing-masing
masyarakat dalam keja tim dalam menjalankan pemberdayaan pengelolaan
limbah sampah menjadi lebih bermanfaat sehingga biasa dijual seperti
kerajinan tangan jadi kita tinggal lihat potensinya atau kita kasih modal
untuk mereka berwirausaha
11. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan umurnya
khususnya dibidang pendidikan/pelatihan keterampilan?
Kalau untuk batasan umur kita ada ketentuan batasan umur mulai masuk
jenjang 7 tahun keatas, maksimal tinkatan kelas 6 SD jadi kalau mereka
terlalu kecil pun agak sulit, karena kepala asrama pun punya tugas untuk
memberikan pelatihan-pelatihan kepada anak-anak yang ada diasrama, kalau
dia sudah besar masuk asramanya agak sulit juga untuk mendidik
karakternya. Sasaran pemberdayaannya kita ambil dari warga sekitar
asrama atau dari tinkat kelurahan maupun tingkat kecamatan.
12. Apa hasil yang dicapai anak-anak selama melaksanakan program
pendidikan/pelatihan keterampilan?
Hasilnya kita bisa menetaskan anak-anak yang berkualitas yang nantinya
mereka bisa kita libatkan untuk fokus kedepanya dalam bidang pendidikan,
dengan kata lain bisa diajak kerja sama.
13. Bagaimana peran yayasan dalam pemberdayaan kaum dhuafa dalam aspek
kognitif?
Kita sebagai jembatan untuk menyampaikan amanah donatur yang sifatnya
fasilitator jadi kita buatkan programnya atau pun kita lihat dari potensinya
sehingga kita bisa menjalankan program-program yang ada.
14. Apakah ada perubahan yang bapak ketahui dari anak-anak didik selama
melaksanakan program pendidikan/pelatihan keterampilan?
Pastinya ada, mudah-mudahan nanti mereka bisa timbul keahlian tapi kami
tetap upayakan apa yang mereka sukai
Hasil Wawancara Dengan Tutor/Pendamping Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Nama : Bpk Dani Milar Suryana
Jabatan : Tutor/Pendamping
Tgl/hari/tempat : 27 mei 2014, selasa di asrama
1. Sudah berapa lama bapak di yayasan Griya Yatim dan dhuafa?
Saya di yayasan griya yatim dan dhuafa mulai dari tahun 2011 sampai
sekarang, jadi sudah hampir 3 tahun.
2. Bagaimana metode pembelajaran yang di terapkan?
Kalau untuk penerapan pembelajaran kita ada semacam SOP, untuk
metodenya kita menggunakan semi boarding atau boarding intermodal,
artinya setengah pembelajaran agama dan setengah lagi pembelajaran
umum, untuk kesehariannya mulai sehabis sholat shubuh ada hafalan al-
qur’an surat-surat pendek dan tadarrus setelah itu mereka mempersiapkan
diri untuk sekolah, setelah pulang sekolah mereka makan siang dan tidur
siang sampai ashar, setelah sholat ashar berjamaah mereka setoran ayat
yang sudah mereka hafalkan sampai menjelang magrib, lalu mereka
mempersiapkan diri untuk sholat magrib berjamaah, setelah sholat maghrib
mereka ada latihan pidato sampai isya, lalu mereka makan malam di
lanjutkan belajar untuk pelajaran sekolah sampai jam 9, terkadang juga ada
qiyamul lail tetapi waktunya tidak tentu, terkadang juga ada muhasabah.
3. Berapa jumlah keseluruhan anak yang mendapatkan pendidikan disini baik
yang mukim maupun non mukim?
Seluruhnya ada 8 anak ini yang mukim, untuk yang non mukim disini banyak
ada yang masuk dalam pemutihan, jadi setiap tahun kita ada pemutihan
gunanya untuk memfilter mereka karena setiap tahun mereka naik ke jenjang
berikutnya ini yang selalu kita control untuk non mukim, sekarang ini untuk
yang non mukim ada sekitar 43 anak.
4. Apa saja program dan kegiatan yang ada di yayasan griya yatim dan dhuafa?
Kalau untuk program keasramaan lumayan ada banyak karena GYD ini
programnya berbasis keasramaan, jadi semua program yang ada
dijalankannya di asrama, untuk mengontrol program berjalan dengan baik
atau tidak itu dari pusat tetapi untuk realisasi lebih banyaknya di asrama,
programnya itu ada pemberdayaan, pendidikan, kesehatan, dan kemanusiaan.
5. Apa tujuan program dan kegiatan tersebut?
Tujuannya Cuma satu sesuai dengan visi dan misi yaitu mengembangkan
potensi anak-anak. Jadi bakat anak-anak kita salurkan melalui program, kita
tidak hanya memberikan kegiatan formal saja seperti sekolah.
6. Bagaimana pemberdayaan kaum dhuafa menurut bapak?
Kalau menurut saya pemberdayaan di GYD ini cukup efektif, jadi kita
memang focus di pendidikan mereka lalu bakat mereka dengan cara
memberikan motivasi agar mereka bisa berprestasi di sekolah, selain itu juga
kita selingi dengan pendidikan keterampilan, oleh karena itu kita di asrama
ada program smart leadership ini mencakup latihan kepemimpinan,
entrepreneur, jadi artinya ini kompetisi untuk anak-anak.
7. Bagaimana pelaksanaan program pemberdayaan kaum dhuafa melalui
pendidikan/pelatihan keterampilan?
Kalau untuk pendidikan keterampilan disini kita sering mengadakan program
pekan, disini kita sertakan juga anak-anak asrama, misalnya waktu kita
mengadakan pelatihan handphone, pelatihan otomotif, ini tujuannya untuk
menciptakan anak-anak mempunyai keahlian dan menciptakan karakter
seperti outbond.
8. Apakah pendidikan/pelatihan keterampilan ini berpengaruh buat anak-anak?
Kalau berpengaruh pastinya berpengaruh, karena itu bisa kita lihat melalui
prestasi mereka jadi ini sedikit banyak berpengaruh, lalu melalui keseharian
mereka seperti sikapnya dan ibadahnya.
9. Apa saja yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program
pemberdayaan kaum dhuafa?
Kalau faktor penghambatnya pastinya ada, Cuma secara garis besarnya
untuk penghambat banyak sekali, tetapi kalau dilihat dari lembaga
pendidikannya tidak ada karena lembaga selalu memotivasi dan memberikan
fasilitas yang dibutuhkan, justru dari anak-anaknya sendiri yang males, jadi
selalu memberikan motivasi untuk tetap semangat dalam belajarnya,
mempunyai prestasi, dan mempunyai sikap serta karakter yang islami.
10. Apa saja yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program pemberdayaan
kaum dhuafa?
Kalau faktor pendukung terutama pendidikannya di GYD banyak, dari segi
finansialnya, fasilitasnya, seperti buku-buku ilmu pengetahuan dari para
donatur (ensiklopedia).
11. Bagaiman strategi pelaksanaan pemberdayaan kaum dhuafa?
Kalau strategi untuk diasrama sebenarnya pintar-pintar kita aja melihat
kondisinya, yang pertama memang kita bagaimana menciptakan kondisi yang
kondusif untuk diasrama dan diluar asrama, seperti keluarga jadi kita sama
anak-anak tidak ada pemisah dengan sebuah status anak-anak, terkadang
anak-anak juga minder dengan keadaannya, setelah kondisinya sudah
kondusif maka anak-anak mudah untuk kita arahkan.
12. Siapa saja yang menjadi sasaran pemberdayaan serta berapa batasan
umurnya?
Untuk pemberdayaan sebetulnya kita tidak ada batasannya soalnya dari
program-program yang ada yang sudah berjalan mulai dari SD sampai
Lansia semua ada programnya, contoh untuk yang lansia ada namanya
program bunda berdaya dengan bina lansia program ini memberikan
keterampilan untuk para lansia agar mereka bisa menghasilkan sesuatu untuk
mereka sendiri meskipun mereka tidak bisa bekerja, untuk batasan umur
ruang lingkupnya yatim dan dhuafa dikhususkan untuk anak-anak.
13. Apa hasil yang dicapai dari pemberdayaan kaum dhuafa melalui
pendidikan/pelatihan keterampilan?
Hasil yang dicapai dari anak-anak yang pertama mereka berprestasi
disekolahnya, seperti bisa mendapatkan ranking satu, lalu ada yang membuat
puisi dan dicetak dimedia lokal, ada yang juara taekwondo sekota madya,
ada yang juara 2 lomba tahfidz, itulah hasil-hasil yang diraih selama ini.
14. Bagaiman perkembangan mereka dalam aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik?
Perekembangannya selama ada diasrama bisa dikatakan naik turun namanya
juga anak-anak, kadang semangat untuk belajar kadang juga males untuk
belajar, disekolah pun prestasinya menurun, jadi perkembangannya tidak
bisa diprediksi, tetapi kalau dari sisi agama perkembangannya meningkat
karena mereka sehari-hari harus melakukan aktivitas keagamaan.
15. Apa harapan bapak terhadap anak-anak didik kedepannya dengan adanya
pendidikan/pelatihan keterampilan?
Harapannya anak-anak bisa menjadi anak yang sholeh, bermanfaat untuk
bangsa dan agama, kalau sudah keluar dari sini mempunyai karakter yang
islami, mempunyai keterampilan yang mumpuni.
Hasil Wawancara Dengan Anak Binaan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Nama : Yusron
Jabatan : Anak Binaan
Tgl/hari/tempat : 13 juli 2014, minggu di asrama
1. Sudah berapa kamu tinggal disini?
5 tahun
2. Sekarang kamu kelas berapa?
Kelas 6 SD, ketika masuk yayasan ini kelas 1 SD
3. Tau yayasan ini dari siapa?
Dari saudara
4. Kamu asalnya dari mana?
Dari medan
5. Orang tua kamu masih ada? Dan tinggal dimana?
Kalau bapak sudah tidak ada, tapi kalau ibu masih ada sekarang tinggal di
depok.
6. Kamu sebelum tinggal di yayasan ini tinggal dimana?
Tidak tau karena masih kecil,masih tinggal sama ibu.
7. Apa kegiatan kamu sebelum di yayasan?
Hanya bermain seperti anak-anak pada umumnya.
8. Bagaimana menurut kamu dengan adanya pemberdayaan ini?
Dengan adanya pemberdayaan di yayasan ini saya sangat terbantu untuk
menunjang kehidupan saya yang lebih baik lagi.
9. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selain sekolah?
Kegiatan pramuka
10. Bagaimana kegiatan pendidikan yang di berikan yayasan?
Selama saya mengikuti kegiatan pendidikan di yayasan saya merasa nyaman,
banyak juga pendidikan agama yang diberikan oleh yayasan.
11. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan?
Faktor penghambatnya datang dari diri sendiri yang terkadang merasakan
malas.
12. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan?
Dengan adanya buku-buku pengetahuan di asrama saya jadi bisa belajar,
dan ada teman-teman juga sedang belajar jadi saya ikut belajar.
13. Selama kamu tinggal di yayasan ada kemajuan/perubahan tidak?
Ada salah satunya saya bisa mandiri.
14. Apa rencana kamu setelah keluar dari sini?
Melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi, setelah itu baru membantu oarng
tua.
Hasil Wawancara dengan Anak Binaan Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa
Nama : Reza
Jabatan : Anak Binaan
Tgl/hari/tempat : 13 juli 2014, minggu di asrama
1. Sudah berapa kamu tinggal disni?
Saya tinggal disini sudah 4 tahun, dari kelas 5 SD sampai sekarang kelas 2
smp.
2. Tau yayasan ini dari siapa?
Dari saudara
3. Kamu asalnya dari mana?
Saya asalnya dari padang.
4. Orang tua kamu masih ada?
Sudah tidak ada orang tua, karena meninggal.
5. Kamu sebelum tinggal di yayasan tinggalnya dimana?
Tinggal bareng sama paman di kalibata.
6. Apa kegiatan kamu sebelum tinggal di yayasan?
Cuma sekolah saja.
7. Bagaimana menurut kamu dengan adanya pemberdayaan ini?
Baik serta mendidik dan sangat membantu untuk menggali keahlian saya.
8. Kegiatan apa saja yang kamu ikuti selain sekolah?
Kegiatan ekstrakulikuler seperti marawis, futsal, dan pencak silat.
9. Bagaimana kegiatan pendidikan yang diberikan yayasan?
Pendidikan yang ada di yayasan berbeda dengan yang disekolah, di yayasan
saya diberikan pendidikan keislaman serta contoh-contoh yang baik didalam
islam
10. Menurut kamu bagaimana pelaksanaan kegiatan di yayasan?
Dalam melaksanakan kegiatan saya merasa ikhlas karena dilaksanakan
bersama-sama dengan teman-teman untuk lebih baik lagi buat kedepannya.
11. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan kegiatan?
Faktor penghambatnya adalah ketika saya menginginkan sesuatu tidak ada,
artinya ketika belajar ada yang belum faham tidak ada yang mengajari saya
jadi merasa malas, serta kurangnya pendamping.
12. Dan apa saja yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan?
Kalau dari faktor pendukung saya merasa punya orang tua, dan untuk belajar
pun banyak yang memberikan bantuan berupa buku-buku dari para donator.
13. Selama kamu tinggal diyayasan ada kemajuan/perubahan tidak?
Pasti ada seperti bisa membaca al-qur’an, hafalannya juga bertambah, rajin
sholat.
14. Apa hasil yang dicapai program tersebut?
Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan saya mendapatkan peringkat 5
besar.
15. Apa rencana kamu setelah keluar dari sini?
Saya mau sukses serta menjadi anak yang sholeh karena semua kebaikan ada
di anak sholeh, kalau orang sholeh pasti jujur, disipilin dan akhlaknya baik
serta bisa dipercaya oleh masyarakat, saya ingin melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi.
Kepada Yang Terhormat:Ketua Dewan Pertimbangan SkripsiUIN Syarif Hidayatullah JakartaDiTempat
As s amu' al ai kuml{aw ahmatull ahiWab ar akatuh
Salam sejahtera saya sampaikan, semoga Bapak / lbu dalam lindungan allah SWT,sefta selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, selanjutnya saya yang bertandatanagn di bawah ini:
NornorLampiranPerihal
Nama
NIM
'.: "'' Semester
: Istimewa: 1 Berkas: Pengajuan Judul Skripsi
Jakafta, 02 April2014.
Nt , e (e (t* t1|t
Fikri Dzulkarnain
1 1 1 0054000032
VIII (Delapan)
Fakultas/Jurusan : Ilmu Dakwah Ilmu Komunikasi/Pengembangan Masyarakat Islam
Bermaksud mengajukan .iudul skripsi dengan judul, Peran Yayasan Griya Yatimdan Dhuafa Melalaui Pendidikan Keterampilan di Bekasi proposal ini selanjutnyadiharapakan dapat dilanjutkan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S. Sos. I dalam
.ienjang Strata I di UIN Syarif Hidayatullah lakarta.
Dengan ini saya lampirkan:
1. Outline2. Proposal Skripsi3. Daftar Pustaka Sementara
Demikianlah pemberitahuan ini saya sampaikan, atas segala perhatian BapaVlbu saya
ucapkan terima kasih.
W as,s amu' al ai kumW arr ahmat ull ahiWab ar akatuh
Mengetahui,
IsmetFirdausM.Si.NrP. 1s0411196
PenasihatAkademik, Pemohon,
I 1 1 0054000032
'. KEMEI{TEIi.IAI\ AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UN)SYARIF HIDAYATULI,AI.I JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASIJl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2lndonesia
Teiepon/Fax : (021) 7 432728 I 7 4t 03580Website: rvru'.fdkuiqiakarta.ac.id, E-mail : datsyatt@k rU-qiakarta.ac.id
X &EWWbr
www w
NomorLampiranHal
: Un.0 l/F5/Pp.00.e/ Zl4fnoru J akarta, !--f]lvIar et 20 I 4:
'. lzinPenelidian (Sliripsi)
Kepada Yth,Kepala yayasan Griya Yatim & DhuafaJl. Kasuari Raya Blok B 9 HD 8A-II Sektor 9Bintaro Tangerang Selatandi
Tempat
As s al amu' al ai kunt Lltr. Wb.
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif IlidayatullahJakarta menerangkan bahwa:
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan/KonsentrasiAlamatTelp.
Tembusan :
1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ka/Sekprodi Pengembangan Masyarakat Islarn
Fikri Dzulkarnain1 1 1 00s4000032Bekasi, l0 Juni 1988VIII (Delapan)Pengernbangan Masyarakat islam (PMI)Jl. Caman Raya RT 07101Jatibening Pondok Gede.0838732526s3
adalah benar mahasiswa Fakultas Ihntr Dakwah dan Ilmu Komunikasi UINSyarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalamrangka penulisan skripsi berjudul "Peran Yayasan Griya \Yatim dan Dhuafa diBekasi dalam Pemberdayaan Kaum dhuafa di Bekasi".
sehu$ungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/lbu/sdr. dapatmenerima/rnengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud. '.
Demikian, atas kerjasama dan bantuarnya kami mengucapkan terirna lcasih.
l4/ssalamu'alaikum Wr.Wb. -.ri:::.r',^..
Subhan, MAr10 199303 1 004
KBMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NBGERI (UTN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 154 l2 lndonesiaWebsite: wwv. filkuiniakarla.ac. id
Telepon/Fax : (021) 7432728 I 74703580E*ail
Nomor : Un.01/F5 lPP.00.91366012014Lamp :1(satu)bundelHal : Bimbingan Skripsi
NamaNomor PokokJurusanSemesterTelp.Judul Skripsi
Tembusan:1. Dekan2. Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Jakarta, 10 April2014
I(epada Yth.Wati Nilamsario M.Si.Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan olehmahasiswa Fakr-rltas Dakwah dan llmu Komurrikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagaiberikut,
: Fikri Dzulkarnain: 1 I 10054000032
Pengembangan Masyarakat IslamVIII (Delapan)083873252653Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa melalui PendidikanI(eterampilan di Bekasi.
I(ami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 bulan dari tanggal 06 Maret s.d. 06September 2014.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr. Wb.
I Dekan Bidang Akademik
004
an. Dekan,
**:.11-'#lt,,.".. E;-!0r",j.,,.,k_ KEMENTERIAN AGAMA,.', " _*.-,, *, , UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)I w;" vraWW.r.&*" !i fu Mffi&A \& i SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA'- .".'.^'.-.^...""--*} FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
.ll. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 IndonesiaWebsite: rvrw,.filkrrin iakarta.ac.id
Telepon/Fax : (021) 7 432728 I 7 17 0358AE-mail : dakwah@fdk.uiniakarta.ac.id
NomorLampiranHal
Hari/TanggalWaktuTempat
Tembusan1. Dekan2. Kasubbag. UmumFakultas Dakwah dan llmu KomunikasiAjkd/Mr
NamaTempat Tanggal lahirNIMJUt ui)dl I
Judul Skripsi
Keterampilan di Bekasi
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada :
Ketua/PengujiSekretarisPengujiPengujiPembimbing
Fikri DzulkarnainBekasi, 10 Juni 19881 1 1 0054000032Pengembangan Masyarakat lslam (PMl)
Peran Yayasan Griya Yatim dan Dhuafa dalamemberdayaan Kaum Dhuafa Melalui Pendidikan
: Un.01iFSlPP 00 s/ 1/Vtzou: 1(satu) Berkas Skripsi: Ujian Skripsi
Kepada Yth. :
1. Wati Nilamsari, M.Si2. M. Hudri, MA3. Nurul Hidayati, M.Pd4. Nasichah, MA5. Wati lililamsari, M.Sidi
Jakarta, i fSeptember 201 4
Jakarta
Assal a m u' al a i ku m Wr. Wh.
Dekan Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakartamenunjuk Bapak/lbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswali di Fakultas Dakwah danllmu Komunikasi,
: Kamis, 1B September2014: Pk. 10.00 s.d. 11.00 WIB: Ruang Munaqasah (Lantai 78)
Untuk menunjang kelancaran ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskahskripsi yang akan diujikan, g u na dipelajari/d iteliti sebagaimana mestinya.
Demikian penunjukan ini di sampaikan. Atas perhatian Bapakllbu, kami ucapkanterima kasih
Wassalam,
Drd. Ma ah TasyrifatunNIP. I 198703 2 001
care & integritg...
SK.Men Huk & Ham. AHU-2494.AH.01.04Jh 2009
STURKTUR YAYASAN
GRIYA YATIM & DHUAFA
ta,
2,1,
Z
L222'l,2'1.,r
2,r'lt,
2'/77,.,/,
aea,l22,1'rl22,/,,1,
2,r27,l,l,l22,l2'ilaa2,,l,,
,1,
222a,
2'l,r,t
u'l,t,,
2,l
I2
ltI7,t7
"it7,t
'"t'rI7,1T4I;r'r.,1
'tt2,4
/'t?IL222,l,4
v,2,:l,tl22uft7,r
2,,r
?.,t
ftta7l2,,
2,r,1
22,r
27ul2a
"112,,n'1,,l2
DF,PARTEMEN HLIK{JM DAN HAK AIiAST MANUSIA RNPUBLIK INDONESiIANIRAKTORAT JNNDERAT, ADMINISTRATiI HUKTJM I-]MLIM
KIFLiTIJSAN MENTERI HUKUM T}AN HAK ASASI MANI,ISIA REPLJBI.,IK INI}ONNSIANOMOR : AHt.r-2494.A l-1.0 1 .04.]'ahun.2{}09
l'llh{T'ANC
PF:l']fi l.SA l"l Ahi YAYA SAN
MENTERI HTJKI.JM DAN HAK ASASI MANIISIN RF"FLIBI,IK IhIDONF,SIA.
\{ent-raca : Surat permch*nan dari Notaris Nyonya Gerda Joice t.usia. Sf{ nr}mor I lSiSK-NtlT'/Vlf/2009 tanggal 2l Juli 2009 perihal perrn*honan pengesahan vayasan .v-angtliterima tanggal CI4 Agustus 20{ig:
\'lenirnbarlc : Ilahwa setelah dilakukan penelitian ferhadap Akta Pendirian yayirsa* yans disampaikan kepada Departernert Hukum llan l{ak Asasi Manusia. akta tersehut tetahrnemenuhi syarat sebagaimatta diatur dalanr peraturan perundang-nndangan. seliinggadapat disahkan;
\lenuingat : i . lJndang-unclang Nonror tf, T'ahun 2001 tentanr Yavasan { [.embaran NegaraR.epublik lndonesia 'l-ahun ?fl0l Nomor I I l. 'famtrahan L.embaran l.JegarnRepublik lndonesia Ncntor 4132) .iuncto linclang-undang Repuhlik lndonesiaNomcr 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas l.Jndang-undans Nomor 16 T'ahun2001 tentanu Yayasan (l-crnbaran Negara Repirblik Indonssia T'ahun ?004 NomorI 15.
'I'anrbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410):
:- Peraturan Pernerintah Republik !ndonesia Nomor {ri J'ahun 200S fentangPelaksanaan Undang-e.rnclang tentang Yavasan {Lembaran Negara Republiklndonesia Tahttn :i108 h/amor 134. Tambahan l,enrbaran Negara Repub{itilndonesia Nornor 4894):
MRMUTT]SKAN\'lenetapkan :
PI,RI'AMA : Memberikan Pengesahan Akra pendirian :
KFD{JA
YAYASAN CRIYA YATIM DAN DtJA'T.'Ai:,ltlWP : ? l. I 00.477.5-4 | t.000
berkedudlrkan di Kota 1'artger*ng Selatan. sesuai clengan Akta Nornor 09 tanggal {,}4
Juni 2S09 yang dibuat oleh Notaris N3ranya fierd* Joice l_usia. SFI trerkeduclukan diKabupaten ?'angerang.
: Keputusan ini mulai trerlaku sejak tanggal ditetapkari.
A.n. MENTERI H{"JKLr
Ditetapkan di .lakartapada tanggal 07 Agusfus 2009
HAK ASASI MANTiSIA RTIPIIBLIK IND{)NESIAADMINIS"I'RASI HI.]KI.JM TIM{ iM
ANA t"{ARIAT,i
ll. BARI .4/l:D" Sll.
DIREK
1q4q0103 tq??f|:i I n{llMH
DEPARTEIT{EN KEUANGAI{ R.I.DIREKTORAT JENDERAL PAJAKKAI\ITOR WILAYAHKANTOR PELAYAFIAN PAJAK
:KANW1L D]P SANTEN:PRATAMA SERPONGJL. RAYA SERPONG BLOK 4CI5 SEKTOR 8 NO.4BSD STRPONG 15310
SUBAI KE'T EBA!-\|.GAN _T.F&DAETABNomor : PEM-ooogs2oER,/wPJ.08/Kp-o3o3,/2oo9
Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UU No. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagatmana telah diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2000 dan Keputusan DirekturJenderal Pajak Nomor KEP-1731PJ./20A4 dengan ini diterangkan bahwa:
1. Nama
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (ltPWP)
3. Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU)
4. Alamat
5. Merk/Akronim6. Status Modal
7. Status Usaha
8. Kewajiban Pajak
telah terdaftar pada tata usaha kami.
Dengan terbitnya surat ini, maka dalammencantumkan NPWP sejak tanggal: 12
YAY GRIYA YAT]M DAN DUAFA
21.100.477.5-411.00085310 - JASA KTGIATAN SOSIAL DI DALAM PAf{TI
]1. MAGNOLIA I BLOK A NO. 24 RT OO4 RW OO4 KELUR.AI-*AI'-I
RAWA BUNTU KECAMATAN SERPONG TANGERANG BANTEilt
SWASTA
Pusat
lF ppn Pasal 25
17 Pprr Pasal 4{2)
ll PPfr Pasal ].9
ff PPtr Pasal 29
ff ppn Pasal 21
F ppn Pasal 15
F ppn
F'pptr
FT pptr
Pasal
Pasal
Pasal
23
22
rangka memenuhiluni 2009
hak dan kewajiban perpajakan, wajih
SERPONG, 12 luni 2009A.n.Kepala Kantor
Kepala Seksi PelaYanan
SIANA- TTCIUNA 5${A!48RA, 5ENIP 060064402
Register : 170267998KP.PDlP.4.2-O0
ry$ffi{pffi
I4#c#ie
$
ffi*
ql"ft\b- -rfdFtt- "#**,.,.*#s*L8-#xst*,qftp\\lg.fr tlt\* -rt
a
L*#
$qfhx
d[l*,cqJFrLJ*A4ffiffi.ffi
F-,d3*cF*ffi
flftr*r#fqLd
,*
F€
3*
ffi.qfryf{ffittr#
f,
!r,ir"
w!*r
#
ffir*f*hqrr
Frhlr*rf-W,re
*
.t?ri*
rnbd/?itun\."f,ftndr{'ttr*r$Jfl#
fr€d {q&
[ ,r lcr
-4f f sl
&-" LJl-#7
Etr-f
d"tp#fi $#*hlntrr $t$,ndrryHH4'{tr *'**
xf,t+ 4h. rf
f
{},otd*€tb:fr3
sc
x*
tr3,* l*
*#t' rtb,sF dlmi
t** r.$
fl3*p#o,ts{Lt".$,{flry#df
.,&
i**Co?
top related