peranan muli mekhanai dalam acara adat …digilib.unila.ac.id/23802/19/skripsi tanpa bab...
Post on 14-Mar-2019
257 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERANAN MULI MEKHANAI DALAM ACARA ADAT PERKAWINAN
LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON SUKADANAHAM
KECAMATAN TANJUNG KARANG BARAT
KOTA BANDAR LAMPUNG
(SKRIPSI)
Oleh
FLOWRY FIRMAINTEN PUTRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
PERANAN MULI MEKHANAI PADA ACARA ADAT PERKAWINANLAMPUNG SAIBATIN DI KELURAHAN SUKADANAHAM
KECAMATAN TANJUNGKARANG BARATKOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
Flowry Firmainten Putri
Bagi masyarakat Lampung, perkawinan bukan semata-mata urusan individumelainkan juga menjadi urusan kerabat dan masyarakat adat. Masing-masingkedudukan dalam kekerabatan orang Lampung memiliki peranan sendiri dalammenyelenggarakan acara adat perkawinan. Peranan yang dilakukan semata-matauntuk membantu sahibul hajat dalam mempersiapkan suatu acara adatperkawinan. Salah satu kelompok adat masyarakat Lampung Saibatin adalah mulimekhanai.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan mulimekhanai pada acara adat perkawinan Lampung Saibatin di KelurahanSukdanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung tahun 2016.Tujuan penelitan adalah untuk mengetahui peranan apa saja yang dilakukan olehmuli mekhanai pada acara adat perkawinan Lampung Saibatin di KelurahanSukadanaham Tanjung Karang Barat Bandar Lampung. Metode yang digunakanadalah Metode Deskriptif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknikobservasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa seiring perkembanganzaman peranan muli mekhanai pada acara adat perkawinan Lampung Saibatin diKelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampungmenglami perubahan. Sejak zaman dahulu muli mekhanai berperan sebagaipembantu umum yang mengerjakan tugas sebagai berikut; nutu gakhepung,tandang, nyekak hebos, mengumpulkan peralatan masak, membuat dekorasikelasa, dan memasak kue dan buasakh-asakhan. Saat ini semua peranan tersebuttelah mengalami perubahan, muli mekhanai sekarang berperan sebagai pembantuumum pada acara perkawinan adat Lampung saibatin mengerjakan tugas sebagaiberitu merangkai janur, membersihkan peralatan makan, membawa hidangan kemeja saji, menjadi panitia, menjadi MC. Selain melakukan tugas sebagai
pembantu umum muli mekhanai juga berkewajiban memeriahkan acara adatperkawinan dengan mengadakan acara bujang gadis yang merupakan acarahiburan. Acara bujang gadis juga mengalami perubahan, dulu acara ini berupaacara hiburan yang menampilkan kesenian tradisional berupa tarian dan musik,juga kegiatan sekhuakhian dan juga jaga damar, yang bertujuan sebagaia ajangperkeanalan bagi muda-mudi. Sekarang ini ini acara bujang gadis yangdiselengarakan berupa kegiatan lempar selendang, dan tujuan acara ini sebagaihiburan baik untuk muli mekhanai dan juga masyarakat sekitar.
PERANAN MULI MEKHANAI DALAM ACARA ADAT PERKAWINANLAMPUNG SAIBATIN DI KELURAHAN SUKADANAHAM
KECAMATAN TANJUNG KARANG BARATKOTA BANDAR LAMPUNG
Oleh
FLOWRY FIRMAINTEN PUTRI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan SejarahJurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Bandar Lampung, Lampung pada
tanggal 12 Desember 1993. Merupakan anak sulung dari bapak
Firdinan Nazarudin dan ibu Maryamah. Memiliki seorang
saudara laki-laki.
Pendidikan yang telah dilalui. Pada tahun 1997 penulis sekolah
di TK AISYIYAH. Pada tahun 1998 penulis sekolah di tingkan kanak-kanak di TK
Kartika Jaya II-6 Bandar Lampung. Pada tahun 1999 bersekolah di SD Kartika Jaya
II-5 Bandar Lampung hingga selesai pada tahun 2006. Jenjang Sekolah Menengah
Pertama penulis mengenyam pendidikan di SMP N 25 Bandar Lampung pada tahun
2006-2008. Pada jenjang Sekolah Menengah Atas penulis bersekolah di SMA YP
UNILA di tahun 2008-2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa FKIP Program
Studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung pada tahun 2011 melalui tes SMPTN
tertulis.
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur teramat dalam kepadaAllah Swt, kupersembahkan karya ini kepada:
Ibu yang sangat aku sayangi yang selalu berjuang,memotivasi, mengarahkan dan mendoakan anak-anaknya
menjadi manusia yang sukses dimasa depan.Ayah dan adikku yang juga aku sayangi yang selalu
menjadi laki-laki sigap untukku.
Motto
If you don’t try you’ll never knowJika tidak kau coba, kau takkan pernah tahu
(fix you - coldplay).
Be true to who you areJadilah diri mu
(who you are - Jessie J)
If you can dream it, you can do itBila bisa memimpikannya, maka bisa mewujudkannya
(Walt Disney)
SANWACANA
Assalamualikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karna atas rahmat, karunia dan
hidayah-Nya skripsi ini dapat di selesaikan. Skripsi dengan judul: “Peranan Muli
Mekhnai Dalam Acra Adat Perkawinan Lampung Saibatin Di Kelurahan
Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung”
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan di
Universitas Lampung
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, saran serta
motivasi dari berbagai pihik. Oleh karna itu pada kesempatan ini penilis
mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum, Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, Wakil Dekan Akademik Dan Kerjasama
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
3. Bapak Drs. H. Buchori Asyik, M.Si, Wakil Dekan Nidang Keuangan,
Umum dan Kepegawaian Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
4. Bapak Drs. Supriyadi, M.Pd, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dan
Alumni Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung
6. Bapak Drs. Syaful M,M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Social Fakultas Keguruan
Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
7. Bapak Drs. Wakidi, M.Hum selaku pembimbing akademik sekaligus
pembimbing utama yang telah membimbing dan memotivasi penulis.
8. Bapak Drs. Maskun, M.H selaku pembimbing kedua yang telah
membimbing dan memberikan arahan pada penulis.
9. Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum selaku pembahas utama yang telah
memberikan masukan dan saran kepada penulis
10. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para
pendidik di Universitas Lampung yang telah banyak memberikan ilmu
pengetahuannya kepada penulis.
11. Bapak Ari/ Ayah Batin selaku Saibatin di kelurahan Sukadanaham, yang
telah memberi banyak pengetahuan mengenai adat Lampung kepada
penulis.
12. Seluruh perangkat kelurahan di Kelurahan Sukadanaham, khususnya
Bapak Khoirul Efendi yang telah membantu penulis memperoleh data
mengenai kelurahan Sukadanaham
13. Bapak Firdinan Nazarudin yang telah membantu penulis dalam
memperoleh data penelitian.
14. Saudara Sariah Harahap, sebagai moderator pada seminar proposal
penulis, terima kasih banyak atas semuanya.
15. Sahabat-sahabat penulis: Eni Gustina, Bella Adistya Radini, Hamdana
Fitri dan Mukfliyance Iklima Putri (Yakuza sisters) yang selalu memberi
dorongan, pakasaan, semangat, dan petuah kepada penulis.
16. Teman-teman karib penulis selama kuliah di Prodi Pendidikan Sejarah:
Desy Miranda, Eka Setyo Rini, Lusia Dwi Indriati dan Windri Hartika,
atas segala masa dengan berbagai rasa yang kita lalui selama 4 tahun lebih
ini. Beruntung punya teman-teman yang peduli dan selalu memberikan
semangat seperti kalian.
17. Seluruh teman-teman angkatan 2011 baik kelas ganjil dan genap, yang
menjadi teman seperjuangan dari mulai keakraban sampai masa-masa
menunggu dilorong gedung I. Serta kakak-kakak tingkat dan adik-adik
tingkat.
18. Imam Ma’ruf atas waktu dan pengorbanannya. You’re worth more than
everything. Terima kasih.
19. Teman-teman semasa KKN (BB-rangers) terimakasih atas
kebersamaannya, dan motivasinya. selama 3 bulan tinggal bersama
ngobrol, tuker pikiran, sharing tentang hobi, meski jarang banget ketemu
semoga kita menjadi ranger-ranger tangguh yang dapat survive dalam
kehidupan.
20. Bapak Hj. Nazarudin (Alm.) terimakasih telah menjadi datuk penulis,
semua kerabat datuk sangat membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
21. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sampai terselesaikan
penulisan skripsi ini.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, serta
berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis, amin
Bandar Lampung, Febuari 2016
Penulis
Flowry Firmainten Putri
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR LAMPIRAN iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Tujuan, Kegunaan, dan Ruang Lingkup Penelitian .................................. 4
1. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
2. 4Kegunaan Penelitian .......................................................................... 4
3. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan pustaka .......................................................................................... 6
1. Konsep Peranan .................................................................................... 6
2. Konsep Muli Mekhanai ........................................................................ 8
3. Konsep Perkawinan .............................................................................. 9
4. Konsep Perkawinan Adat Lampung Saibatin ....................................... 10
5. Konsep Peranan Muli Mekhanai dalam acara adat Perkawinan
Lampung Saibatin ................................................................................ 16
6. Konsep Saibatin .................................................................................... 22
B. Kerangka Pikir ............................................................................................ 23
C. Paradigma ................................................................................................... 25
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian ..................................................................................... 26
B. Fokus Penelitian ........................................................................................ 27
C. Lokasi Penelitian ...................................................................................... 28
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............................ 28
E. Teknik Penentuan Informan ...................................................................... 30
F. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 31
1. Teknik Observasi ................................................................................. 31
2. Teknik Wawancara .............................................................................. 32
3. Teknik Dokumentasi ........................................................................... 33
G. Teknik Analisis Data ................................................................................ 33
1. Reduksi Data ..................................................................................... 33
2. Display (Penyajian Data) .................................................................. 34
3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan ............................................... 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ............................................................................................................ 36
1. Gambaran Umum Kelurahan Sukadanaham ........................................ 36
1.1 Sejarah Umum Kelurahan Sukadanaham ................................... 36
1.2 Letak Dan Kondisi Geografi Kelurahan Sukadanaham .............. 38
1.3 Topografi Kelurahan Sukadanaham ........................................... 39
1.4 Kependudukan ........................................................................... 40
2. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................................ 45
2.1 Peranan Muli Mekhanai Pada Acara Perkawinan Adat
Lampung Saibatin Di Kelurahan Sukadanaham ......................... 45
2.1.1 Peranan Muli Mekhanai Pada Persiapan Acara Adat
Perkawinan Lampung Saibatin Di Kelurahan
Sukadanaham .................................................................. 45
2.1.2 Peranan Muli Mekhanai Pada Pelaksanaan Acara Adat
Perkawinan Lampung Saibatin Di Kelurahan
Sukadanaham .................................................................. 49
2.1.3 Peranan Muli Mekhanai Pada Penutupan Acara Adat
Perkawinan Lampung Saibatin Di Kelurahan
Sukadanaham .................................................................. 51
2.2 Perubahan Peranan Muli Mekhanai Pada Acara Perkawinan Adat
Lampung Saibatin Di Kelurahan Sukadanaham ..................................... 52
3. Pembahasan .......................................................................................... 56
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................................. 63
B Saran ............................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin.....................................................................412. Jumlah penduduk berdasarkan umur ................................................................................413. Jumlah penduduk berdasarkan agama................................................................................424. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan ............................................................435. Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian..............................................................446. Tabel perbandingan peranan muli mekhanai sebagai pembantu umum.............................547. Tabel perbandingan acara bujang gadis .............................................................................568. Tabel peranan muli mekhanai pada acara perkawinan adat Lampung...............................58
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Pedoman wawancara..................................................................................................71
2. Identitas responden ...................................................................................................75
3. Komisi pembimbing...................................................................................................76
4. Surat izin penelitian ..................................................................................................77
5. Surat keterangan dari kelurahan.................................................................................78
6. Peta kelurahan............................................................................................................79
7. Foto-foto ...................................................................................................................80
8. Daftar istilah .............................................................................................................85
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak kebudayaan. Ada lebih
dari 300 suku bangsa yang tersebar di negara Indonesia. Bentuk negara yang
kepulauan dengan keadaan alam yang berbeda-beda di setiap daerah,
membuat masyarakat Indonesia berkembang dengan berbagai kebudayaan
yang berbeda dan khas. Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia
yang juga memiliki kebudayaan yang khas.
Masyarakat adat Lampung sendiri terbagi menjadi dua masyarakat adat
(jurai) yakni jurai pepadun dan jurai saibatin. Meskipun sama-sama
masyarakat Lampung namun terdapat beberapa perbedaan dan salah satunya
yang mencolok adalah dari segi bahasa. Masyarakat Lampung jurai pepadun
berbahasa Lampung dengan dialek O/Nyow dan masyarakat Lampung jurai
saibatin berbahasa Lampung dengan dialek A/Api.
Saat ini masyarakat Lampung baik jurai saibatin maupun jurai pepadun
keduanya hidup berbaur dengan masyarakat pendatang dari luar provinsi
Lampung. Namun, umumnya masyarakat jurai pepadun dan saibatin
2
memiliki kecendrungan dalam memilih daerah sebagai pemukiman.
Masyarakat Lampung jurai pepadun cenderung bermukim di daerah dataran
rendah dan di sepanjang aliran sungai yang mengarah ke Laut Jawa seperti
daerah Lampung Utara, Lampung Tengah, Lampung Timur. Sedangkan
masyarakat Lampung jurai Saibatin mendiami daerah pesisir Lampung dan di
sepanjang sungai yang bermuara ke Samudera Hindia seperti Lampung Barat,
Pesisir Barat, Lampung Selatan.
Kehidupan masyarakat Lampung umunya berpedoman pada prinsip yang
disebut dengan pi-il pesenggiri, meskipun di zaman sekarang sudah jarang
masyarakat Lampung yang masih berpedoman pi-il pesenggiri. Pi-il berarti
pendirian yang harus di pertahankan. pesenggiri pada dasarnya
mengutamakan harga diri. Piil pesenggiri masih sangat kental di kalangan
masyarakat Lampung Pepadun, namun tidak bagi masyarakat Lampung
Saibatin hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari budaya dan pandangan
hidup islam derta kemajuan zaman. Terdapat lima prinsip dari pi-il pesenggiri
yakni (1) pesenggiri (2) juluk buadek (3) nemui nyimah (4) nengah nyepur (5)
sakai sembayan.
Perkawinan bukan semata-mata urusan individu melainkan juga menjadi
urusan kerabat dan masyarakat adat (Hadikusuma, 1989:142). Masyarakat
adat Lampung akan membantu mempersiapkan suatu acara adat perkawinan
secara bergotong royong, hal ini merupakan salah satu bentuk prilaku
3
masyarakat Lampung yang berpedoman pada piil pesenggirih, yaitu sakai
sembayan.
Kelurahan Sukadanaham merupakan salah satu kelurahan di Bandar
Lampung yang mayoritas penduduknya bersuku Lampung Saibatin.
Masyarakat Lampung di Sukadanaham masih menjalakan tata cara adat,
seperti pada acara perkawinan. Sampai saat ini masyarakat adat Lampung
Saibatin di Kelurahan Sukadanaham masih bergotong royong mempersiapkan
segala kebutuhan yang diperlukan pada acara adat perkawinan.
Salah satu kelompok adat yang turut berpartisipasi dalam acara adat
perkawinan adalah muli mekhanai. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Bapak Isa, pada 18 September 2015 beliau mengatakan bahwa kelompok muli
mekhanai ini terdiri dari anggota bujangan dan gadis yang memiliki peranan
dalam upacara adat perkawinan.
Pada saat ini peranan muli mekhanai dalam acara perkawinan adat lampung
saibatin di kelurahan Sukadanaham menurut keterangan Bapak Firdinan
peranan tersebut tidak lagi dilakuan seperti dahulu kala tetapi telah terjadi
perubahan-perubahan (wawancara Bapak Firdinan, 27 September 2015).
Karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan mendeskripsikan mengenai
peranan muli mekhanai dalam acara adat perkawinan Lampung Saibatin di
Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung
tahun 2016.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah “ bagaimana peranan muli mekhanai pada acara adat perkawinan
Lampung Saibatin di Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang
Barat Kota Bandar Lampung tahun 2016”
C. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peranan muli
mekhanai pada acara perkawinan Lampung Saibatin di Kelurahan
Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung.
2. Kegunaan Penelitian
2.1 Bagi peneliti, menambah wawasan, ilmu pengetahuan, pengalaman
dan informasi mengenai peranan muli mekhanai di Kelurahan
Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung.
2.2 Bagi masyarakat Lampung, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi mengenai peranan muli mekhanai dalam acara adat
perkawinan Lampung Saibatin di Kelurahan Sukadanaham
Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung.
5
2.3 Bagi warga Kelurahan Sukadanaham, penelitian ini dapat dijadikan
bahan bacaan yang mengulas mengenai peranan muli mekhanai dalam
acara adat perkawinan Lampung Saibatin di Kelurahan Sukadanaham
Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung.
3. Ruang Lingkup Penelitian
3.1 Objek Penelitian :
3.2 Subjek Penelitian :
3.3 Tempat Penelitian :
3.4 Tahun Penelitian :
3.5 Bidang Ilmu :
Peranan Muli Mekhanai Pada Acara Adat
Perkawinan Lampung
Muli Mekhanai Dan Masyarakat Adat
Lampung Saibatin
Kelurahan Sukadanaham Tanjung Karang
Barat Bandar Lampung
2015-2016
Antropologi Sosal
REFERENSI
Hilman Hadikusuma, 1989 Masyarakat dan Adat Lampung. Bandung. Mandar maju Bandung
halaman 142
BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA
A. Tinjauan Pustaka
1. Konsep Peranan
Peranan erat kaitannya dengan status dan juga pranata, sebelum menjelaskan
peranan sebaiknya menjelaskan mengenai pranata dan status terlebih dulu.
Sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat-istiadat dan norma yang
mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi
berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam masyarakat, disebut pranata
(Koentjaraningrat, 2009:132). Singkatnya pranata merupakan suatu norma yang
mengatur tingkah laku seseorang dalam masyarakat.
Status merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat, pada kedudukan
itulah masyarakat bertindak menurut norma-norma khusus dari pranata tertentu
(Koentjaraningrat, 2009:138). Peranan adalah tingkah laku individu yang
mementaskan suatu kedudukan tertentu (Koentjaraningrat, 2009:138). Dengan
kata lain peranan merupakan suatu tingkah laku/perilaku seseorang sesuai dengan
norma dan adat-istiadat dalam suatu kedudukan di masyarakat.
7
Menurut Soerjono Soekanto peranan merupakan suatu aspek dinamis dari suatu
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya, maka dia menjalankan peran (Soekanto,1982:241).
Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur perilaku seseorang. Soerjono
Soekanto dalam bukunya, Sosiologi Suatu Pengantar menuliskan juga bahwa
peranan mencangkup tiga hal yaitu;
“1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atautempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakanrangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalamkehidupan kemasyarakatan.2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan olehindividu dalam masyarakat sebagai organisasi3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang pentingbagi struktur social masyarakat” (Soekanto,1982:243-244).
Menurut Paul B Horton dan Chester L Hunt menjelaskan bahwa yang dimaksud
peran adalah
“Perilaku yang diharapkan kepada seseorang yang memiliki status. Dalammempelajari peran setidaknya melibatkan dua aspek : (1) kita harusmelaksanakan kewajiban dan menuntut hak-hak suatu peran. (2) kitaharus memiliki sikap, perasaaan, dan harapan-harapan sesuai denganperan tersebut” (Horton dan Hunt, 1984:118).
Dari pendapat ahli di atas, maka pengertian peranan adalah suatu sikap dan
perilaku/ tingkah laku berdasarkan norma-norma yang beralaku yang dilakukan
seseorang baik secara individu maupun kelompok dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan kedudukannya di masyarakat. Dalam penelitian ini peranan yang
dimaksud berupa tugas-tugas yang dikerjakan oleh muli mekhanai pada acara
adat perkawinan Lampung saibatin berdasarkan kedudukannya dalam masyarakat
Adat Lampung saibatin.
8
2. Konsep muli mekhanai
Masyarakat adat Lampung jurai pepadun maupun jurai saibatin dikelompokan
berdasarkan kedudukan seseorang di dalam adat. Pegelompokan tersebut bersifat
tradisional yang dilihat dari kedudukan tugas dan kewajiban mereka masing-
masing (Hadikusuma , 1996:178).
Dalam buku Pola Perkawinan Saibatin dituliskan;
“Urutan pengelompokan dalam hal ini bedakan antara kerabat wanita, yangsudah berkeluarga dan yang belum berkeluarga, berikut urutanpengkelompokan masayarakat adat: (a) Tuha Raja, (b) Bebai Mirul (c)Lakau-Menginyan (d) Adik Wari (e) Apak Kemaman (f) Lebu Kelama (g)Kenubi-Binulung (h) Muli-Mekhanai (i) Bebai Sanak” (Imron, 2009: 24).
Dalam bahasa daerah Lampung, muli berarti gadis dan mekhanai berarti bujang.
Menurut Hilman Hadikusuma anak-anak dikatakan dewasa, mekhanai nyakak
atau muli nyakak setelah ia berumur lima belas tahun, dengan begitu mereka pun
sah menjadi bujang dan gadis adat sehingga dapat mengikuti acara-acara adat
(Hadikusuma, 1996:178).
Muli mekhanai ini masing-masing memiliki pemimpin. Pemimpin para mekhanai
disebut kepala bujang dan pemimpin para gadis disebut kepala muli. Tugas
kepala gadis dan kepala bujang adalah sebagai penghubung jika ada yang ingin
berkenalan di desa tersebut (Imron, 2005: 97).
Seseorang akan dikatakan muli (gadis) dan mekhanai (bujang) adat sampai
akhirnya berkeluarga menurut peraturan hukum adat setempat. Perkawinan yang
dilaksanakan di luar adat tidak akan mengubah kedudukan seseorang pemuda
9
untuk tidak menjadi mekhanai lagi, sesuai hukum adat (Hilman
Hadikusuma,1996:178).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat diberi pengertian bahwa muli
mekhanai adalah sebutan bagi gadis dan bujang adat Lampung. Seseorang sah
menjadi bujang/gadis adat pada saat umur lima belas tahun sampai akhirnya
berkeluarga. Dalam masyarakat lampung muli mekhanai juga merupakan suatu
kedudukan secara adat, yang juga memiliki tugas-tugas dalam acara adat seperti
acara perkawinan. Dalam satu kampung muli mekhanai dipimpin oleh satu kepala
bujang dan satu kepala gadis.
3. Konsep Perkawinan
Perkawinan adalah suatu peralihan yang terpenting pada life-cycle dari semua
manusia di seluruh dunia adalah saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke
tingkat hidup berkeluarga (Koentjaraningrat, 1982:90).
Menurut Keesing (dalam Imron 2005:2) menjelaskan bahwa
“perkawinan berfungsi untuk (a) mengatur hubungan seksual, (b)menentukan kedudukan sosial individu-individu dan keanggotaan merekadalam kelompok, (c) menentukan hak-hak dan kepentingan-kepentinganyang sah, (d) menghubungkan individu-individu dengan kelompok-kelompok kekerabatan di luar kelompoknya sendiri, (e) menciptakan unit-unit ekononomi rumah tangga, dan (f) merupakan instrumen hubunganpolitik antar individu dan kelompok” (Imron,2005: 2).
Perkawinan menurut hukum adat tidak semata-mata berarti suatu ikatan antara
seorang pria dan wanita sebagai suami istri untuk mendapatkan keturunan dan
10
membangun serta membina kehidupan keluarga rumah tangga, tetapi juga berarti
suatu hubungan hukum yang menyangkut para anggota kerabat dari pihak istri
dan dari pihak suami (Hadikusuma, 1995:70).
Berdasarkan konsep tersebut dapat dikatakan bahwa perkawinan adalah suatu
tahapan penting bagi manusia. Perkawinan mengikat hubungan lelaki dan
perempuan sebagai satu keluarga secara sah. Namun, perkawinan tidak hanya
mengikat laki-laki dan perempuan sebagai suami-istri melainkan juga mengikat
keluarga laki-laki dan keluarga perempuan sebagai satu keluarga besar.
4. Konsep Adat Perkawinan Lampung Saibatin
Adat perkawinan adalah merupakan upacara perkawinan menurut tata cara aturan
adat tertentu (Ariyono Suyono, 1985 : 315). Mulanya perkawinan secara adat
bagi orang Lampung baik itu jurai pepadun maupun saibatin, keduanya
menggunakan pola perkawinan bujujogh. Bujujogh merupakan suatu cara
pelaksanaan perkawinan, yang juga menentuakn status perkawinan itu sendiri
yakni perempuan mengikuti laki-laki sampai akhir hayatnya dengan kata lain
pihak lelaki yang menentukan garis keturunan (patrilinear).
Akan tetapi, khususnya pada suku Lampung Saibatin, adat perkawinan tidak
hanya dilakukan secara bujujogh tetapi juga dengan cara semanda. Perkawinan
semanda merupakan cara perkawinan yang diadopsi dari adat Minangkabau,
dimana segala sesuatu dihitung dari garis keturunan ibu atau wanita (Imron,
11
2005:61). Perkawinan semanda dilakukan hanya apabila sebuah keluarga tidak
memiliki anak laki-laki.
Adat perkawinan Lampung baik Pepadun maupun Saibatin dalam
menyelenggarakan pesta adat perkawinan dapat menyelenggarakan pesta yang
megah dan mewah sesuai dengan norma dan nilai adat Lampung, maupun secara
sederhana.
“bentuk upacara perkawinan adatnya bermacam-macam dan bertingkat-tingkat, yang di zaman dahulu berdasarkan tingkat kepunyimbangan.Namun dimasa sekarang telah berubah, tergantung pada keinginan, dankemampuan keluarga yang akan menyelenggarakannya dengan memintapersetujuan kepunyimbangan yang ada” (Hadikusuma,1989:144).
Dalam upacara adat perkawinan Lampung Saibatin ada dua pesta adat, yaitu
nayuh balak dan bedu’a di lamban (Imron, 2005: 51).
a. Nayuh balak adalah acara perkawinan besar-besaran yangdilaksanakan tujuh hari tujuh malam dengan menyembelih tujuh ekorkerbau. Pelaksanaan nayuh balak diputuskan pada rapat adat atauprowatin atas permintaan dan usul dari kesepakatan keluarga laki-laki. Rapat ini diadakan sebulan sebelum hari perkawinan.
b. Bedu’a di lamban adalah acara perkawinan adat yang sederhana.Acara dilakukan di dalam rumah sehingga tidak memerlukan tarup.Tradisi adat yang dilaksanakan pun sedikit. (Imron, 2005: 51)
Proses adat perkawinan Lampung Saibatin umumnya dilaksanakan sesuai dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut;
a. SembambanganSembambangan adalah melarikan gadis dari rumahnya, dan barudikatakan sembambangan apabila ada surat dan peninggalan sebagaitanda gadis tersebut melaksanakan proses sembambangan.
b. Ngembekhi tahuNgembekhi tahu adalah pemberitahuan dari pihak keluarga bujangkepada keluarga gadis, yang intinya memberitahu keluarga gadis
12
kalau anak gadisnya sudah berada di tempat bujang yang menjadipilihannya. Pemberitahuan ini akan dilaksanakan setelah gadis sudahberada dirumah bujang.
c. Nyeluk atau nyusul tapakNyeluk atau nyusul tapak berupa pihak adat gadis datang ketempatbujang, dengan maksud untuk menemui gadis tersebut, untukmemastikan apakah gadis tersebut yakin melakukan sembambanganini atas kemauannya sendiri bukan karna paksaan bujang.
d. NgelakauNgelakau merupakan kunjungan bujang ke rumah keluarga gadis,dengan maksud untuk menghibur keluarga tersebut agar tidak merasakehilangan anaknya, dan untuk lebih mengenal satu samalain
e. Mufakat adatMufakat adat merupakan pertemuan antara utusan adat dan pemimpinadat dari kedua belah pihak, untuk membicarakan pernikahan, uangpernikahan dan juga gelar yang akan didapatkan.
f. DeduwayanDeduwayan merupakan acara arak-arakan pengantik perempuan yangdilakukan sehari sebelum hari pernikahan. Deduway dimaksudkansebagai mandi atau bersih-bersih yang biasanya dilakukan disungai/kali. Tradisi ini dilakukan pada sore hari.
g. Akhak-akhakanArak-arakan merupakan prosesi adat yang dilaksanakan sebelum akadnikah , dimana pengantin pria akan di arak dari rumah kerabat menujurumahnya yang merupakan tempat acara pernikahannya berlangsung.
h. ButamatButamat merupakan kegiatan membaca kitab suci Al-Qur’an yangdilakukan kebayan selagi akhak-akhakan berlangsung.
I. Buka pintuSetelah pengantin pria sampai di rumahnya, maka terlebih dulu diaharus melewati penunggu pintu. Pengantin pria yang dikawal olehorang yang akan membuka pintu. Kemudia penjaga dan pembukapintu akan saling berbalas pantun.
i. NgadokNgadok atau pemberian gelar adalah sebagai pertanda bahwa priatersebut sudah dinikahkan dengan menggelar acara adat. Adok/gelarini merupakan tambahan nama panggilan setelah nikah. Adok inidiberikan sebagai panggilannya dalam adat lampung.
13
j. Niyuh/manjau pedomNiyuh merupakan acara berkunjung kerumah pengantin perempuan,dimana pengantin lelaki di antarkan oleh kerabatnya yang kemudianmenginap untuk beberaa hari. (dokumen adat di Desa Olok Gading)
Namun, proses pelaksanaan adat perkawinan tersebut sekarang sudah mengalami
beberapa pengurangan (wawancara Bapak Ari,29 September 2015). Berikut
adalah prosesi adat perkawinan lampung yang masih dilakukan hingga sekarang;
a. Mufakad adat
Mufakad adat atau rapat adat atau juga disebut dengan rapat perwatin di daerah
lain. Merupakan tahap pertama suatu acara adat perkawinan dilaksanakan.
Mufakad adat sendiri merupakan rapat antara tetua adat, perwatin, saihibul hajat
dan pangeran yang merupakan seorang pemimpin kebuwayan pada masyarakat
suku Lampung. Mufakad adat ini dilakukan jauh hari sebelum hari perkawinan,
biasanya sebulan atau setengah bulan sebelum hari perkawinan. Mufakad adat
bertujuan untuk menentukan tanggal atau hari perkawinan, adok atau gelar untuk
pengantin dan sekaligus pembentukan panitia acara adat perkawinan dan pesta
perkawinan (wawancara Bapak Firdinan, 23 Desember 2016).
b. Deduwayan
Deduwayan adalah suatu tradisi arak-arakan pengantin wanita, yang dilakukan
sehari sebelum perkawianan diselenggarakan. Mulanya deduawayan merupakan
tradisi mengantarkan pengantin wanita untuk mandi membersihkan diri di sungai
pada sore hari (wawancara Ibu Romlah,24 Desember 2015). Deduwayan
sekarang dilakukan pada siang hari, pengantin wanita akan diarak dari rumah
14
menuju ke tanah lapang, dan sesampainya di sana sang pengantin wanita akan
dipercantik, namun secara simbolis dalam hal ini pengantin hanya akan
dicipratkan air beberapa kali setelah itu akan dirias agar terkesan cantik. Dalam
tradisi deduwayan ini, pengantin akan diarak oleh kurang lebih 20 orang yang
memiliki tempat dan fungsinya masing-masing, keduapuluh orang tersebut tidak
asal dipilih begitu saja, karna terdapat ketentuan adat untuk memilihnya dan hal
tersebut dibahas ketika mufakad atau rapat adat berlangsung (wawancara Bapak
Ari,29 Desember 2015).
c. Akhak-akhakan
Akhak-akhakan atau arak-arakan merupakan suatu tradisi yang masih dilakukan
hingga sekarang dalam acara adat perkawinan lampung. Pada tradisi arak-arakan
ini, hanya pengantin pria saja yang akan diarak, karna sebelumnya pengantin
waniti sudah. Akhak-akhakan ini di lakukan pada hari perkawinan, tepatnya
setelah kedua mempelai sah menjadi suami-istri. Bila pada pengantin wanita
diarak dari rumah menuju suatu tempat, pada arak-arakan penganti lelaki ini
justru sebaliknya. Biasanya arak-arakan ini dimulai dari rumah kerabat dekat dari
pengantin laki-laki menuju rumahnya yang merupakan tempat acara perkawinan
berlangsung (wawancara Bapak Ari,29 Desember 2015)
d. Ngadok
Ngadok atau pemberian gelar adat, merupakan suatu tradisi yang yang tidak data
lepas dari acara perkawinan masyarakat Lampung yang dilakukan secara adat.
15
Pemberian gelar adat dilakukan setelah arak-arakan selesai dan acara pesta
perkawinan secara resmi dibuka oleh MC. Suatu gelar adat menentukan
kedudukan sesorang dalam adat. Biasanya yang membacakan gelar adat dari
pengantin adalah seorang perwatin atau juga seorang tetua adat (wawancara
Bapak Firdinan, 23 Desember 2015)
e. Niyuh/ manjau pedom
Niyuh atau manjau pedom merupakan tradisi dimana kedua mempelai dan
keluarga dari pengantin pria mengunjungi keluarga pengantin wanita dan
menginap untuk beberapa hari disana. Hal ini dilakukan agar kedua keluarga
dapat lebih mengenal dan dekat satu sama lain. Tradisi ini biasanya dilakukan
seminggu setelah acara perkawinan selesai diselenggarakan (wawancara Bapak
Ari,29 Desember 2015).
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat diberi pengertian bahwa adat
perkawinan Lampung, memiliki pengertian perkawinan yang diselenggarakan
berdasarkan tata cara adat yang ada di daerah Lampung. Dalam melaksanakan
upacara adat perkawinan lampung dapat di laksanakan dengan dua cara yakni
dengan cara besar-besaran dan dengann secara sederhana. Dalam masyarakat
Lampung Saibatin itu disebut dengan Nayuh Balak dan Bedu’a di lamban.
Umumnya Nayuh Balak hanya diselenggarakan oleh Saibatin saja. Pelaksanaan
Perkawinan di Kelurahan Sukadanaham sendiri baik diselenggarakan secara
besarbesaran maupun sederhana. Prosesi adat perkawinan yang dilakukan
16
sekarang ini adalah melaksanakan mufakat adat, deduaian, arak-arakan, ngadok
dan niyuh/manjau pedom.
5. Konsep Peran Muli Mekhanai dalam Acara Adat PerkawinanLampung Saibatin
Dalam melaksanakan suatu acara adat, khususnya perkawinan, maka di minta
ataupun tidak kerabat maupun kelompok adat akan turut serta agar suatu
perkawinan adat dapat dilaksanakan dengan baik. Pada masyarakat Lampung
peran-peran kerabat maupun kelompok adat pada acara perkawinan adat sudah
diatur berdasarkan ketentuan adat.
Muli mekhanai merupakan suatu kelompok adat dalam tatanan masyarakat
Lampung. Dalam pesta adat khususnya muli mekhanai memiliki tugasnya sendiri,
berupa kewajiban-kewajiban yang harus di lakukan berdasarkan nilai-nilai adat.
Tugas muli mekhanai adalah untuk membantu pemangku adat dalam
melaksanakan suatu acara adat.
Seperti yang ditulis Hilman Hadikusuma dalam buku adat istiadat daerah
lampung
“Kelompok muli mekhanai ini terdiri dari anggota bujangan dan gadisdimana peranan mereka dalam upacara adat mempunyai lapangantersendiri. Mereka adalah pembantu-pembantu umum danberkewajiban memeriahkan upacara adat menurut tata cara tradisional.Sebagai contoh melaksanakan pertemuan bujang dan gadis, beramai-ramai dimalam hari dengan melaksanakan seni tari, seni suara sertaaktivitas lain disamping melaksanakan tugas-tugas membantumempersiapkan peralatan dan hal-hal lainnya” (Hadikusuma1996:188).
17
Tiga hari sebelum acara adat perkawinan diselenggarakan, seluruh kerabat akan
menjalankan perannya masing-masing dengan kesadaran sendiri sesuai dengan
kedudukannya dalam kelompok adat. Sejak tiga hari sebelum acara
diselenggarakan, Muli mekhanai akan melakukan serangkaina kegiatan seperti,
tandang, nutu gakhepung, nyekak bias/hebos. Setelah acara adat perkawinan
selesai, muli mekhanai akan melakukan kegiatan yang disebut buasakh-asakhan
(Sabarudin Sa, 2012:167). Berdasarkan dokumen adat berikut adalah pengertian
dari tandang, nutu gakhepung, nyekak bias/hebos dan buasakh-asakhan:
Tandang adalah kegiatan bujang gadis ke hutan untuk mencari
sayur-sayuran untuk dimasak pada acara pernikahan
Nutu gakhepung adalah atau numbuk tepung merupakan kegiatan
gadis dan bujang lampung untuk menumbuk tepung dalam rangkaian
membuat kue. Mereka menumbuk saling berhadapan sehingga dapat
berbicara satu sama lain.
Nyekak bias/hebos adalah merupakan kegiatan menyobek daun
pisang dan enau sebagai bungkus kue yang akan dimasak esok
harinya.
Buasakh-asakhan adalah merupakan kegiatan bujang gadis untuk
membersihkan peralatan yang telah digunakan saat pesta di kali atau
sungai. Kegiatan ini dilakukan sehari setelah acara perkawinan
selesai.
18
Pada persiapan acara adat perkawinan, khususnya di kelurahan Sukadanaham,
muli mekhanai mengerjakan tugas-tugasnya sebagai pembantu umum yaitu
sebagai berikut;
a. Mengumpulkan peralatan masak
Setelah musyawarah adat dilakukan dan hari perkawinan sudah di
tentukan maka semua masyarakat adat khususnya di Sukadanaham akan
menjalankan perannya masing-masing dalam mempersiapkan acara adat
perkawinan tersebut sesuai dengan ketententuan adat. Muli mekhanai pun
akan mengerjakan tugasnya sebagai pembantu umum, dan hal yang
pertama yang dilakukan oleh muli mekhanai adalah mengumpulkan
peralatan masak. Seorang bebai mirul akan meminta muli mekhanai untuk
mengambil peralatan masak kerumah-rumah yang sudah ditentukan.
Peratan masak yang diambil seperti kuali, panci, baskom, langseng, dan
lain sebagainya berbagai ukuran. Muli mekhanai melakukan hal ini karna
hidangan yang akan di masak bervariasi dan dalam jumlah banyak dan
biasanya saibul hajat tidak memiliki perlengkapan dapur yang lengkap
ataupun ada peralatan yang kurang. Kegiatan ini dilakukan muli mekhanai
4 atau 5 hari menjelang pelaksanaan acara adat perkawinan (wawancara
Ibu Romlah, Desember 2015).
b. Tandang
Setelah peralatan masak selanjutnya muli mekhanai akan melakukan
tandang. Tandang merupakan kegiatan bujang gadis ke hutan untuk
mencari sayur-sayuran untuk dimasak pada acara pernikahan dan
19
dedaunan yang akan digunakan sebagai bungkus kue. Sambil mencari
mereka bersenda gurau dan ada pula yang mengutarakan isi hatinnya.
c. Nutu ghakhepung
Nutu ghakhepung atau numbuk tepung merupakan kegiatan gadis dan
bujang lampung untuk menumbuk tepung dalam rangkaian membuat kue.
Tepung tersebut akan digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatan
kue. Mereka menumbunk saling berhadapan sehingga dapat berbicara satu
sama lain.
d. Nyekak hebos
Nyekak hebos merupakan kegiatan menyobek daun pisang dan enau
sebagai bungkus kue yang akan dimasak esok harinya.
e. Membuat kue
Membuat kue-kue tradisional adalah tugas yang harus di lakukan oleh
muli mekhanai, dalam tugas ini ibu-ibu tidak bertanggung jawab ataupun
ikut membantu. Kue-kue yang dibuat atara lain kue cucur,wajik, apem,
juwadah dan juga bubur ketan. Kue-kue yang dimasak pun akan di bagi
menjadi hak milik muli mekhanai dan bagi tuan rumah. Kue-kue tersebut
dihindangkan pada saat acara malam bujang gadis (wawancara Bapak Ari,
2015). Membuat kue juga dapat dikatakan dengan nyelimpok seperti yang
dikatakan dalam buku pola perkawinan saibatin;
“di hari H minus 3 acara membuat kue adat atau nyelimpok, seluruhwarga bebai atau perempuan, gadis bujang, diundang ke rumah
20
keluarga pengantin untuk bergotong royong membuat kue adat sepertiJuwadah, cucur, wajik, dan apem. Acara ini di koordinasi oleh bebaimirul atau istri para punyimbang” (Imron, 2005:52).
f. Membuat dekorasi
Muli mekhanai membuat dekorasi pada malam hari setelah mereka selesai
dengan tugasnya dalam rangkaian membuat kue. Dekorasi yang dibuat
berupa hiasan-hiasan yang akan di temple pada tenda/ tarub. Hiasan
tersebut biasanya berupa hiasan dari dun kelapa ataupun kertas warna-
warni, ada pula yang berupa tulisan yang terbuat dari stereoform biasa di
pajang di pintu masuk, adapula yang membuat janur sebagai tanda acara
perkawinan (wawancara Bapak Firdinan, Desember 2015).
g. Mendirikan tarub/ kelasa
Setiap acara perkawinan pasti terdapat tarub yang dirikan sebagai tempat
teduh yang dapat menampung tamu undangan di luar ruangan dalam
jumlah tertentu. Mendirikan tarup atau kelasa adalah tugas yang
dikerjakan oleh kelomapok bapak-bapak atau lakau-mengiyan, namun
muli mekhanai pun turut membantu dalam mendirikan tarup serta
menyusun kursi-kursi untuk tamu undangan (wawancara Bapak Firdinan,
Desember 2015). Kelasa selain digunakan sebagai tempat yang
menampung tamu undangan juga digunakan sebagai tempat
dilaksanakannya acara malam bujang gadis, yang diadakan pada malam
sebelum hari perkawinan dilaksanakan.
21
h. Buasak-asakhan Tugas sebagai pembantu umum juga masih dilakoni oleh
muli mekhanai setelah acara perkawinan selesai, pada penutupan acara
perkawinan tugas yang harus dilakukan muli mekhanai adalah Buasakh-
asakhan. Buasakh-asakhan merupakan kegiatan membersihkan peralatan
yang digunakan saat pesta sebelum dikembalikan pada pemiliknya,
buasakh-asakhan dilakukan di kali atau sungai. Setelah selesai melakukan
buasakh-asakhan maka selesai pula peran muli mekhanai pada acara adat
perkawinan Lampung saibatin.
Pada acara adat perkawinan Lampung saibatin di kelurahan Sukadanaham,
peranan muli mekhanai tidak terletak pada saat pelaksanaan acara perkawinan,
melainkan pada hari sebelum hari perkawinan atau pada persiapan acara
perkawinan dan sesudah adat adat perkawinan dilaksanakan atau penutup acara
perkawinan (wawancara Bapak Firdinan,23 Desember 2015). Selain mengerjakan
tugas-tugas pembantu umum, muli mekhanai juga mengadakan suatu acara
bujang gadis yang diselenggarkan pada malam sebelum pelaksanaan acara
perkawinan dan setelah pelaksanaan acara perkawinan. acara bujang gadis berupa
acara sekhuakhian dan jaga damar. Bagi masyarakat setempat acara tersebut
merupakan acara hiburan, bagi muli mekhanai acara tersebuta adalah acara
perkenalan dan juga wadah pergaulan (wawancara Ibu Weli. September 2015).
Dapat disimpulkan bahwa peran muli mekhanai dalam acara adat perkawinan
masyarakat lampung saibatin yakni mereka berkewajiban membantu saihibul
hajat dengan melakukan tugas seperti tadang, nutu gakhepung, nyekak bias dan
hebos, membuat kue dan buasakh-asakhan. Muli mekhanai dapat mengelar acara
22
bujang gadis seperti sekhuakhian dan jaga damar, acara tersebut hanya dapat
diadakan pada acara adat seperti perkawinan. acara bujang gadis merupakan
acara hiburan untuk masyarakat dan juga kelompok bujang gadis, dan untuk
bujang gadis acara tersebut merupakana ajang pergaulan.
6. Konsep Saibatin
Saibatin bila diartikan dari bahasa Lampung ke bahasa Indonesia, Sai berarti
satu, batin berarti jiwa. Jadi diartikan satu jiwa atau satu batin. Menurut M.
Ikhwan Lampung Saibatin berarti dari kelompok suku bangsa Peminggir
Melinting atau Rajabasa, Peminggir Teluk, Peminggir Semaka, Peminggir Sekala
Berak Ranau, Komering Dan Kayu Agung (Ikhwan, 1996: 19).
Adat istiadat Saibatin menentukan orang tidak dapat menaikan status adatnya
walaupun memiliki potensi seperti kekayaan, kharisma, dan lain-lain. Kedudukan
adat yang dikenal dengan punyimbang hanya didapat seseorang keturunan.
Aplikasi satu batin ini dalam adat, bermakna kepemimpinan secara genalogis
yang tidak bisa dipindahkan kepada gennya orang yang lain. Jadi kepemimpinan
atau kepunyimbangan tidak pernah berpindah ke gen lain apalagi kesuku lain
(Imron, 2005: 100).
Saibatin merupakan salah satu suku asli Lampung yang mendiami daerah
disepanjang pesisir Lampung. Saibatin disini berarti kepemimpinan, dan hanya
didapatkan berdasarkan keturunan. Gelar yang didapat masyarakat lampung
saibatin tidak dapat dibeli dengan apapun atau bersifat mutlak.
23
B. Kerangka pikir
Dalam acara adat perkawinan Lampung saibatin di Kelurahan Sukadanaham
Tanjung Karang Barat Bandar Lampung, muli mekhanai memiliki peranannya
sendiri. Peranan muli mekhanai pada acara adat perkawinan yakni mengerjakan
tugas-tugas sebagai pembantu umum dan juga memeriahkan acara adat. Muli
mekhanai berperan disetiap tahapan acara perkawinan seperti persiapan,
pelaksanaan dan juga penutupan acara adat perkawinan.
Persiapan acara adat perkawinan dilakukan tiga hari sebelum hari pelaksanaan
perkawinan. Pada persiapan ini muli mekhanai beberapa tugas yakni mencari
perlatan masak, mencari sayuran dan daun untuk membungkus kue atau tandang,
menumbuk tepung, nyobek daun pisang dan enau, memasak kue atau dikenal
dengan istilah nyelimpok, membuat dekorasi dan membantu mendirikan kelasa.
Pada pelaksanaan acara muli mekhanai tidak berperan banyak. Sehari setelah
acara selesai pada penutupana acara muli mekhanai akan melakukan tugasnya
untuk mencuci peralatan yang dipakai pada acara, seperti tikar dan peralatan
masak.
Selain menjadi pembantu umum dalam persiapan acara hingga selesai, muli
mekhanai juga berkewajiban memeriahkan acara adat dengan tata cara tradisonal,
dalam hal ini muli mekhanai mengadakan acara bujang gadis di malam hari. Bagi
muli mekhanai acara bujang gadis tersebut merupakan tempat bagi muli
mekhanai bergaul dan bagi masyarakat sekitar merupakan acara hiburan.
24
Peranan tersebut dilakukan oleh muli mekhanai sejak zaman dahulu, di zaman
sekarang yang segala sesuatunya dikerjakan dengan cara yang lebih simple dan
cendrung meninggalkan tata cara tradisional. Hal tersebut juga berdampak pada
tugas-tugas yang dilakukan muli mekhaai dalam melakoni peranannya sebagai
pembantu-pembantu umum dan juga menyebabkan perubahan pada acara malam
bujang gadis. Sekarang ini, tahun 2016 muli mekhanai lebih berperan pada
persiapan acara dan juga pelaksanaan acara adat perkawinan, berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya muli mekhanai tidak berperan pada pelaksanaan acara
perkawinan melainkan pada penutupan atau setelah pelaksanaan acara.
25
C. Paragdima
: garis hubungan
: garis peran
Acara Adat Perkawinan Lampung Saibatin Di KelurahanSukadanaham
Persiapan acara adat Pelaksanaan acara adat Selesai acara adat
Peranan Muli Mekhanai Pada Acara AdatPerkawinan Adat
REFERENSI
Koentjaranigrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta. Halaman 132
Koentjaranigrat. Ibid . halaman 138
Soejono Seokanto. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. Pt Raja grafindo Persada. halaman
241
Soejono Seokanto. Ibid. halaman 243-244
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi. Jakarta. PT. Gelora Asara Pratama
.halaman 118
Hilman Hadikusuma, 1996 Adat Istiadat Daerah Lampung, Lampung. Kanwil Depdikbud
Lampung. halaman 178
Ali Imron, 2005 Pola Perkawinan Saibatin, lampung. Univrsitas lampung. halaman 97
Hilman Hadikusuma. Op cit, halaman 178
Hilman Hadikusuma. Loc cit halaman 188
Sabarudin Sa. 2012. Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin/Pesisir. Jakarta. Buletin Way
Lima Manjau Jakarta. Halaman 167
Koentjaraningrat. 1982.Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta.Dian Rakyat. halaman 90
Ali Imron, Op cit, halaman 2
Hilman Hadikusuma. 1995. Hukum Perkawian Adat. Bandung. Aditya Bakti halaman 70
Ariyono Soeyono.1985.Kamus Antropologi. CV. Jakarta .Akademika Presindo. Halaman 315
Hilman Hadikusuma, 1989 Masyarakat Dan Adat Lampung, Bandung. Mandar maju bandung
halaman 144
Ali Imron, Op cit, halaman 51
M. Ikhwan , 1996.Wujud, Arti Dab Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan Lama Dan Asli Bagi
Masyarakat Lampung. Lampung. Depdikbud provinsi lampung. halaman 19
Ali Imron, Loc cit, halaman 100
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode menurut Maryaeni merupakan cara yang ditempuh peneliti dalam
menemukan pemahaman sejalan dengan fokus tujuan yang di tetapkan (Maryaeni,
2005:58). Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode
deskriptif. Menurut Sumadi Suryabrata secara harfiah metode penelitian deskriptif
adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai
situasi-situasi atau kejadian-kejadian secara sistematis, faktual dan akurat
(Suryabrata, 1983:18)
Menurut Handari Nawawi dan Mimi Martini metode penelitian deskiptif yaitu
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta
yang tampak atau sebagai mana adanya (Nawawi,1994:73) Metode penelitian
deskriptif merumuskan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat
penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha
27
mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa
memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Noor, 2012: 34).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, metode penelitian deskriptif merupakan
metode yang digunakan untuk menggambarkan, melukiskan dan mendeskripsikan
suatu objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang akurat sesuai dengan apa yang
sebenarnya terjadi di lapangan. Peneliti menggunakan metode deskriptif untuk
menjelaskan/mendeskripsikan dan menggambarkan peranan muli mekhanai di
Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung
B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian atau sering juga disebut batasan terhadap apa yang menjadi
permasalahan dan yang akan diteliti oleh peneliti. Fokus penelitian memberikan
kemudahan untuk membatasi memperoleh data yang dibutuhkan di lapangan. Fokus
penelitian bersifat tentatif dimana dapat berubah-ubah sesuai dengan situasi dan latar
penelitian hal tersebut yang menyebabkan fokus penelitian fungsi yang sangat
penting untuk mengarahkan penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus
penelitian adalah peranan muli mekhanai pada acara adat perkawinan Lampung
Saibatin di Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar
Lampung.
28
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang
Barat Kota Bandar Lampung. Peneliti memiliki alasan sendiri memilih Kelurahan
Sukadaham ini sebagai tempat penelitian. Kelurahan Sukadanaham merupakan salah
satu Kelurahan/ desa di Bandar Lampung dengan penduduk yang mayoritas bersuku
lampung.
Masyarakat Lampung di Kelurahan Sukadanaham pada dasarnya masih menjalankan
tradisi-tradisi nenek moyang dan masih menjaga norma dan adat. Namun, pada
pelaksanaannya sekarang tradisi-tradisi tersebut disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Kelompok masyarakat adat Lampung Saibatin di kelurahan ini masih
menjalankan perannaya masing-masing meski pada praktiknya sudah bergeser dari
yang seharusnya.
D. Variable Penelitian Dan Definisi Oprasiona
1. Variable Penelitian
Variabel penelitian menurut Husni Usman dan Purnomo Satiady Akbar dalam
buku penelitian terapan, yaitu merupakan himpunan beberapa gejala yang
berfungsi sama dalam suatu masalah. (Usman dan Satiady Akbar, 2008:49)
sedangkan menurut Hadari Nawawi, variabel merupakan himpunan sejumlah
29
gejala yang dimiliki beberapa aspek atau unsur didalamnya, yang dapat
bersumber dari kondisi objek penelitian, tetapi dapat pula berada di luar dan
berpengaruh pada objek penelitian (Nawawi, 1994:55).
Berdasarkan konsep tersebut variable adalah sesuatu gejala dalam suatu
masalah yang akan dijadikan sebagai objek penelitian. Oleh karna itu, variable
dalam penelitian ini merupakan variable tunggal, yakni mengenai peranan muli
mekhanai dalam pesta adat perkawinan Lampung Saibatin di Kelurahan
Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung.
2. Definisi Oprasional Variable
Defininisi oprasional adalah suatu definisi yang diberikan pada suatu variable
atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan
ataupun memberikan suatu oprasional yang di perlukan untuk mengukur
konstrak atau variable tersebut (nazir, 1985:162)
Oprasional variable merupakan suatu cara pengukuran suatu variable dengan
cara memberikan arti. Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain,
definisi operasional variabel adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana
cara mengukur suatu variabel (singarimbun dan efendi, 1989:46).
30
Dengan demikian, definisi oprasional variable yaitu suatu petunjuk yang
memberitahukan cara mengukur suatu variable dengan cara memberi arti atau
menspesifikan kegiatan agar mudah untuk di teliti.
E. Teknik Penentuan Informan
Informan adalah orang yang memberikan informasi (Arikunto, 2010:188). Informan
adalah orang yang mempunyai banyak pengetahuan tentang latar belakang penelitian
dan bersedia untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang
penelitian (Moleong, 1998:90). Informan merupakan sumber data dalam penelitian
dengan menggunakan pendekatan kualitatif.
Teknik penentuan informan yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
snowball sampling. Snowball dapat diartikan sebagai bola atau gumpalan salju yang
bergulir dari puncak gunung es yang makin lama makin cepat dan bertambah
banyak. Dalam konteks ini snowball sampling diartikan memilih sumber informasi
mulai dari sedikit kemudian makin lama makin banyak sumber informasinya, sampai
akhirnya benar-benar dapat diketahui apa yang ingin diketahui dalam konteksnya
(Muri Yusuf, 2014:369)
Menurut Subagyo snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan
bantuan key-informan, dan dari key-informan inilah akan berkembang sesuai
31
petunjuknya. Dalam hal ini peneliti hanya mengungkapkan kriteria sebagai
persyaratan untuk dijadikan sampel (Subagyo, 2006: 31).
Untuk menentukan informan yang akan dijadikan sumber data dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik snowball sampling. Melalui teknik snowball subjek
atau sampel dipilih berdasarkan orang ke orang yang sesuai dengan penelitian untuk
di wawancarai. Teknik ini melibatkan beberapa informan yang berhubungan dengan
peneliti. Nantinya informan ini akan menghubungkan peneliti dengan orang-orang
dalam jaringan sosialnya yang cocok dijadikan sebagai narasumber penelitian,
demikian seterusnya.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Teknik Observasi
Istilah observasi berasal dari Bahasa Latin yang berarti memperhatikan dan
mengikuti. Memperhatikan dan mengikuti berarti mengamati dengan teliti dan
sistematis sasaran perilaku yang dituju, diarahkan pada kegiatan memperhatikan
secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut sehingga diperoleh data atau
fakta yang berhubungan dengan masalah yang dikaji.
Observasi sebagai pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis
mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan
32
pencatatan (Subagyo, 2006:63). Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk
melihat atau mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan
berkembang dan kemudian dapat dilakukan penilaian atas perubahan tersebut.
Observasi dilakukan dengan tujuan agar peneliti mendapatkan data secara
langsung dengan mudah melalui pengamatan. Pada penelitian ini peneliti
menggunakan teknik observasi partisipant.
2. Teknik Wawancara
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara adalah suatu kejadian atau
suatu proses interaksi antara pewawancara dan sumber informasi atau orang yang
diwawancarai melalui komunikasi langsung ( Muri Yusuf, 2014:372)
Menurut Maryaeni, wawancara merupakan salah satu cara pengambilan data
yang dilakukan melalui komunikasi lisan dalam bentuk terstruktur, semi
terstruktur dan tak berstruktur (Maryaeni, 2012:70).
Teknik wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
terencana tidak terstruktur. Wawancara terencana tidak berstuktur adalah apabila
peneliti/pewawancara menyusun rencana wawancara yang mantap, tetapi tidak
menggunakan format dan urutan baku (Muri Yusuf, 2014:377).
33
3. Teknik Dokumentasi
Dokumen merupakan cacatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah
berlalu. Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengumpulan
data melalui dokumen-dokumen (Usman Dan Satiady Akbar, 2008 :69).
Dokumen dapat berbentuk teks tertulis, artefak, gambar maupun foto. Dokumen
tertulis juga dapat berupa sejarah kehidupan (life-histories), biografi, karya
tulis, dan cerita (Muri Yusuf, 2014:371).
G. Teknik Analisis Data
Menurut Nazir, teknik analisis data merupakan suatu teknik yang mengelompokkan,
membuat suatu manipulasi serta menyingatkan data sehingga mudah dicerna (Nazir,
1985: 219). Dalam mengadakan analisis data perlu diingat bahwa data yang
diperoleh hanya menambah keterangan terhadap masalah yang ingin dipecahkan.
Informasi merupakan data yang dapat menjawab sebagian dari masalah yang diteliti.
Data yang terdapat pada penelitian ini merupakan data kualitatif, sehingga analisis
data yang digunakan berupa teknik analisis data kualitatif
1. Reduksi data
Reduksi data meliputi proses penataan data mentah, yaitu catatan lapangan,
rekaman maupun dokumen. Pemilihan didasarkan pada hasil penulisan ulang,
transkripsi, maupun memo dan catatan reflektif saat peneliti mengumpulkan
34
data. Pada tahap reduksi data ini, peneliti akan memilah secara teliti data
yang dapat dan tidak dapat dijadikan sebagai landasan utama sebelum
disajikan dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap
ini sebagai berikut:
a. Mengumpulkan data jumlah penduduk kelurahan Sukadanaham
b. Memilah penduduk kelurahan Sukadanaham yang berdasarkan suku
c. Penelitian difokuskan pada suku Lampung Saibatin di kelurahan
Sukadanaham
d. Mengumpulkan informasi mengenai muli mekhanai dan perannya padda
acara perkawinan adat Lampung saibatin dari tokoh adat dan masyarakat
di kelurahan Sukadanaham
2. Display (penyajian data)
Penyajian data dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil temuan dari kegiatan
wawancara terhadap informan serta menampilkan dokumen sebagai
penunjang data. Langkah-langkah yang digunakan pada tahap ini sebagai
berikut:
a. Mencari informasi mengenai peranan muli mekhanai dalam acara adat
perkawinan Lampung Saibatin di Kelurahan Sukadanaham
35
b. Mengamati peranan muli mekhanai saat akan diselenggarakan acara adat
perkawinan Lampung Saibatin di Kelurahan Sukadanaham.
3. Verifikasi dan penarikan kesimpulan
Verifikasi dan penarikan kesimpulan merupakan tahapan penulisan ulang,
Pada tahapan ini penarikan kesimpulan dilakukan secara cermat dengan
melakukan verifikasi berupa tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan
sehingga data yang ada dapat teruji kebenarannya. Hasil wawancara (data)
dari informan kemudian ditarik kesimpulannya (sesuai dengan masalah dan
tujuan penelitian) sehingga jelas maknanya. Langkah-langkah yang
digunakan pada tahap ini sebagai berikut:
a. Menggabungkan hasil wawancara dengan data yang diperoleh di
lapangan mengenai peranan muli mekhanai pada acara adat perkawinan di
Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar
Lampug
b. Mendeskripsikan peranan muli mekhanai pada acara adat perkawinan di
Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar
Lampug.
REFERENSI
Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebudayaan.Bumi Aksara. Jakarta. Halaman 58
Sumadi Suryabarata.1983.Metodologi Penelitian.Rajawali.Jakarta halaman 18
Handari Nawawi. 1994. Penelitian terapan. Gajahmada; University halaman 73
Juliansyah Noor. 2011. Metodelogi Penelitian. Jakarta. Prenada media grup halaman 34
Husni Usman dan Purnomo Setiady Akbar. 2008. Metodeligi Penelitian Sosial. Jakarta. PT Bumi
Aksara. Halaman 49
Moh. Nazir. 1985. Motode Penelitian. Jakarta. PT Ghalia inndonesia. Halaman 162
Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, metode penelitian survey. Jakarta. Jakarta LP3ES.
Halaman 46
Suharsimi Arikunto. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta.
Halaman 188
Lexy J. Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.Remaja Rosdakarya. Bandung
halaman 90
A. Muri Yusuf. 2014. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabugan.Jakarta. PRENADAMEDIA GROUP halaman 369
P. Joko Subagyo, 2006. Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Rineka Cipta.
Jakarta. Halaman 31
P. Joko Subagyo . Loc cit. halaman 63
A. Muri Yusuf. Op cit, halaman 372
Maryaeni. Op cit. halaman 70
A. Muri Yusuf. Loc cit. halaman 377
Husni Usman dan Purnomo Setiady Akbar. Op cit. halaman 69
A. Muri Yusuf. Loc cit. halaman 371
Moh. Nazir. Op cit. Halaman 2
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahawa peranan muli
mekhanai pada acara adat perkawinan Lampung Saibatin di Kelurahan
Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang Barat Bandar Lampung pada saat ini
mengalami perubahan. Peranan muli mekhanai pada saat ini adalah sebagai
berikut;
1. Tahap Persiapan
Pada tahap perseiapan muli mekhani berperan sebagai pembantu umum
dengan melakukan tugas-tugas antara lain; membuat janur kuning,
membersihkan peralatan makan seperti, piring, gelas dan sendok-garpu. Pada
tahap persiapan muli mekhanai juga mengadakan acara bujang gadis yang
merupakan acara hiburan yaitu acara lempar selendang.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada pelaksanaan perkawinan muli mekhanai berperan sebagai panitia pesta
perkawinan. Muli mekhanai tergabung dalam beberapa kepanitian yakni
panitia penerimatamu, panitia keamanan dan panitia konsumsi, dalam
65
keadaan tertentu baik muli ataupun mekhanai berperan sebagai MC. Sebelum
acara dimulai muli mekhanai juga bertugas untuk membawakan makanan
dari dapur ke meja prasmanan.
Peranan muli mekhanai pada acara perkawinan adat Lampung saibatin yang
dikerjakan sekarang tidak sama dengan peranan muli mekhanai yang dilakukan
dulu. Perubahan peranan muli mekhanai pada acara adat perkawinan lampung
saibatin disebabkan oleh kemajuan zaman. Perubahan peranan yang dimaksud
berupa perubhan pada tugas-tugas yang dilakukan muli mekhanai baik sebagai
pembantu umum maupun memeriahkan acara adat. zaman semakin maju maka
pemikiran dan kebutuhan manusia pun semakin berkembang. Tugas-tugas muli
mekhanai yang dulu pun tidak dikerjakan lagi karena ada pilihan yang lebih
mudah yang dapat menggantikan tugas tersebut. Tugas seperti mencari sayur
mayor (tandang), menumbuk tepung (nutu gakhepung), menyobek daun (nyekak
hebos) dan memasak kue tidak lagi dikerjakan oleh muli mekhanai, tujuan
memngerjakan tugas tersebut adalah untuk membantu ibu-ibu membuat kue dan
memasak, namun saat ini kue yang sudah jadi bisa didapatkan di pasar maupun
bahan-bahan masakan seperti sayuran bahkan untuk beberapa orang urusan
konsumsi acara perkawinan diserakan pada jasa ketring. tugas mengumpulkan
peralatan masak, buasakh-asakhan juga tidak diperlukan lagi karena masyarakat
umumnya menggunakan jasa EO dan jasa ketering.
Sedangkan tugas muli mekhanai yang berkewajiban memeriahkan acara adat
menurut tata cara tradisional pun tergeserkan, dalam hal ini memeriahkan acara
66
adat menurut tata cara tradisional yaitu dengan mengadakan acara hiburan atau
acara bujang gadis yang pada zaman dulu menampilkan kesenian tradisional, jaga
damar dan sekhuakhian namun sekarang acara hiburan berupa acara lempar
selendang yang diiringin dengan musik remix.
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan penilitian, membahas dan mengambil kesimpulan
hasil penelitian, ada beberapa saran yang diberikan oleh penulis sebagai berikut:
1. Kepada masyarakat Kelurahan Sukadanaham Kecamatan Tanjung Karang
Barat Kota Bandar Lampung saya menyarankan agar tetap menjaga dan
melestarikan adat istiadat peninggalan leluhur. Umumnya pada tata cara adat
perkawinan, hususnya pada peran muli mekhanai, agar peran yang masih ada
ini tetap dilakukan sehingga tidak hilang begitu saja akibat tergerus perubahan
zaman.
2. Kepada generasi muda saya berpesan untuk dapat lebih mencintai kebudayaan
lokal dengan begitu pasti akan timbul rasa untuk melestarikannya. Meski
banyaknya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia jangan biarkan budaya
sendiri hilang,
3. Kepada tokoh adat, tokoh pemuda, dan masyarakat umum agar dapat
melestarikan budaya khususnya budaya Lampung baik kesenian dan juga
tradisi adat. Meski sangat mencintai daerah dan budaya Lampung tetaplah
67
menunjukan toleransi kepada suku lain sehingga tidak ada timbul
perselisiahan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta.PT. Rineka cipta
Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Lampung. Bandung. Mandarmaju Bandung
_________________. 1995. Hukum Perkawian Adat. Bandung. Aditya Bakti
_________________. 1996. Adat Istiadat Daerah Lampung. Lampung. KanwilDepdikbud.
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi. Jakarta. PT. Gelora AsaraPratama
Ikhwan, Muhammad. 1996. Wujud, Arti dan Fungsi Puncak-Puncak KebudayaanLama dan Asli Bagi Masyarakat Lampung. Lampung.Depdikbud Provinsi Lampung
Imron, Ali. 2005. Pola Perkawinan Lampung Saibatin. Bandar lampung. UniversitasLampung
Koentjaraningrat. 1982. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta. Dian Rakyat
_____________. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta
Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta. Bumi Aksara
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya
Nawawi, Handari. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada
Nazir, Mohammad. 1985. Metode Penelitian. Jakarta. PT. Ghalia Indonesia
Noor, Juliansyah. 2011. Metodelogi Penelitian; skripsi, tesis, disertasi dan karyailmiah. Jakarta. Perdana media grup
Sa, Sabarudin. 2012. Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin/Peseisir. Jakarta.Buletin way lima manjau Jakarta
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. Metode Penelitian Survey. Jakarta. JakartaLP3ES
Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta. PT. Raja GrafindoPersada
Soeyono, Ariyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta. CV. Jakarta AkademikaPresindo
Subagyo, P. Joko 2006. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta.Rineka Cipta
Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodelogi Penelitian. Jakarta. Rajawali
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & PenelitianGabugan. Jakarta. PRENADAMEDIA GROUP
top related