peranan taman pendidikan al-qur'an (tpa ... taman pendidikan al-qur'an (tpa) terhadap...
Post on 11-Apr-2018
246 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KONTRIBUSI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN
(TPA) TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH DALAM HAL BACA-TULIS
AL-QUR'AN (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota
Tangerang Selatan, Propinsi Banten)
Di susun oleh:
W I N D I NIM: 104011000040
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2009 M / 1430 H
KONTRIBUSI TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN
(TPA) TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SEKOLAH DALAM HAL BACA-TULIS
AL-QUR'AN (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mancapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd.I)
Oleh:
W I N D I NIM: 104011000040
Pembimbing:
Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag NIP: 150 228 871
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2009 M / 1430 H
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : WINDI
NIM : 104011000040
Tempat/Tanggal Lahir : Tangerang, 17 Juli 1985
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : "Kontribusi Taman Pendidikan Al-Qur'an
(TPA) Terhadap Pencapaian Kompetensi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah Dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an"
(Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung,
Kec. Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan).
Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggungjawab penuh secara akademis atas apa yang saya
tulis.
Demikian pernyataan ini saya buat, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Jakarta, 29 Juni 2009 Mahasiswa Ybs,
W I N D I
NIM: 104011000040
ABSTRAKSI
WINDI, 2009. "Kontribusi Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an" (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan). Di bawah bimbingan Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag. Fokus studi ini adalah ada atau tidaknya kontribusi yang diberikan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah terutama pada kemampuan baca-tulis al-Qur'an. Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan VI yang ikut pendidikan di TPA dengan yang tidak ikut pendidikan di TPA. Kemudian, instrument yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah berupa test, yang terdiri dari test tertulis (kemampuan pengetahuan baca-tulis al-Qur'an), test menulis huruf al-Qur'an dan test membaca al-Qur'an. Hasil yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam pada TPA, pada dasarnya tidak jauh berbeda Sekolah Dasar, yang berbeda hanya persiapan dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pada sekolah dasar, guru menggunakan metode yang bersifat klasikal, karena terbatasnya waktu. Sedangkan, guru TPA menggunakan metode dengan memberikan perhatian dan pembelajaran pada tiap-tiap anak (individu) secara langsung, sehingga terlihat jelas bahwa pembelajaran pada TPA lebih optimal dan efektif dalam penyampaian materi pembelajarannya. Kemudian, mengenai hasil belajar terlihat dengan jelas perbedaan antara siswa yang mengikuti pendidikan pada TPA dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan di TPA. Perbedaan tersebut terjadi pada semua penilaian, baik kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran tentang baca-tulis al-Qur'an, kemampuan menulis al-Qur'an maupun kemampuan mereka dalam membaca al-Qur'an. Siswa yang mengikuti pendidikan pada TPA tentu lebih menguasai (unggul) kemampuannya dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan pada TPA. Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah Pendidikan Agama Islam harus lebih diutamakan disamping pendidikan yang lainnya, kususnya mengenai pemahaman dalam baca-tulis al-Qur'an. Oleh karena itu, TPA sebagai tempat pendidikan non formal, tempat belajar baca-tulis al-Qur'an, hendaknya tidak dipandang "sebelah mata", karena keberadaannya dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah, terutama pada kemampuan baca-tulis al-Qur'an.
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul: "Kontribusi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an" (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten) diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada, 29 Juni 2009 dihadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S 1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 29 Juni 2009
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal Tanda Tangan
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dr. H. Abdul Fattah Wibisono, MA NIP. 19580112 198803 1 002
02 Juli 2009
………………
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Program Studi) Drs. Sapiuddin Siddiq, M. Ag NIP. 19670328 200003 1 001
30 Juni 2009
………………
Penguji I Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag NIP. 19470717 196608 2 001
30 Juni 2009
………………
Penguji II, Drs. Sapiuddin Siddiq, M. Ag NIP. 19670328 200003 1 001
30 Juni 2009
………………
Mengetahui, Dekan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP. 19531018 198203 1 001
Kerangka Berpikir
Berdasarkan teori dan konsep yang telah penulis uraikan di atas, maka perlu
dirumuskan sebuah kerangka berpikir yang akan penulis gunakan dalam
penelitian ini. Hal ini, diharapkan agar pembahasan dalam penelitian ini sesuai
dengan kaidah yang memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah karya ilmiah.
Sesuai dengan tema yang dibahas dalam penelitian ini, maka dapat diketahui
bahwa pembelajaran atau pengajaran sangat menentukan akan keberhasilan dari
proses pendidikan seorang siswa, sebagai peserta didik, dimanapun dan kapanpun
dia menempuh pendidikan serta pada setiap jenjang pendidikan apapun,
khususnya dalam pendidikan agama Islam.
Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran Islam luar sekolah atau dapat disebut juga sebagai pendidikan non
formal untuk anak-anak usia SD (usia 7-12 tahun), yang mendidik santri agar
mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid
sebagai target pokoknya.
Secara psikologis, usia kelompok Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah
Dasar (SD) cukup kondusif untuk menerima bimbingan membaca dan menghafal
al-Qur'an, serta penanaman nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Seiring
dengan itu, suasana belajar dan proses pembelajarannya disesuaikan dengan dunia
anak-anak dan karakteristik kepribadian yang senang bermain. Pilihan istilah
"taman" untuk nama unit atau lembaga tersebut adalah untuk mengacu pada asas
psikologis atau psiko-sosial, karena "taman" merupakan tempat yang kondusif
untuk bermain atau dapat juga dikatakan sebagai tempat yang menyenangkan.
Pembelajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dari segi materi
atau muatan pengajaran, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan materi atau
muatan pengajaran yang ada pada tatanan Sekolah Dasar (SD) atau pada sekolah
formal, bahkan lebih banyak muatan materi agamanya dibandingkan dengan
pendidikan agama yang ada pada tatanan Sekolah Dasar (SD) atau sekolah formal
lainnya. Materi pengajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) terbatas pada
pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan.
Terutama untuk pengajaran yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara
tuntas melalui pendidikan di sekolah formal. Misalnya, baca-tulis al-Qur'an,
praktek shalat, hafalan ayat-ayat al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah
akhlak, pengetahuan keislaman dan lain sebagainya.
Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada dasarnya adalah untuk
membantu peran orang tua selaku pendidik dan pengajar dirumah, serta
membantu peran guru-guru selaku pengajar di sekolah. Selain itu, keberadaan
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) juga dimaksudkan untuk mendukung dan
membantu program atau usaha pemerintah menuju tercapainya tujuan Pendidikan
Nasional, khususnya dalam sisi penanaman akidah serta pengembangan iman dan
takwa juga budi pekerti yang baik (akhlakul karimah).
Melihat kenyataan yang ada, bahwa pembelajaran Pendidikan Agama Islam
yang ada pada tatanan sekolah formal dirasa sangat kurang, dari segi materi atau
waktu yang disediakan, maka cukup strategis apabila peserta didik juga mengikuti
proses pembelajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) untuk dapat
menambah serta memperdalam materi Pendidikan Agama Islam.
Segala komponen yang terdapat dalam Pendidikan Agama Islam, baik yang
bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik, akan menentukan keberhasilan
para siswa dalam mencapai prestasi demi prestasi didalam pendidikannya juga
dalam kehidupannya, khususnya Pendidikan Agama Islam yang sesuai dengan
syari'at Islam itu sendiri.
Jadi, berdasarkan kesimpulan tersebut, apabila pelaksanaan pembelajaran
pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) berjalan dengan baik serta diikuti oleh
peserta didik, maka akan terlihat dengan jelas bahwa keberadaan Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPA) dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap
prestasi Pendidikan Agama Islam siswa di sekolah formal.
KATA PENGANTAR
بسم اهللا الرحمن الرحيم
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan kita taufik, hidayah, inayah dan nikmat serta segala-galanya kepada
kita semua, sehingga dengan kekuatan dan ridha dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan dan
tersampaikan kepada junjungan kita, Baginda Nabi Muhammad SAW, sebagai
suri teladan dan tokoh idola yang paling sempurna bagi kita semua.
Sejak penulis belajar di Jurusan/Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, hingga penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini, betapa banyak
bantuan dan sumbangan, baik moril maupun materil, yang telah penulis terima
dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini perkenankanlah penulis dari lubuk hati
yang paling dalam menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan sekretaris Jurusan/Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang selalu memberikan bimbingan spirit kepada
penulis dalam menyelesaikan kuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag., sebagai dosen pembimbing
skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan kepada
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-
besarnya dan merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi
penulis bisa berada di bawah bimbingan beliau.
4. Ibu Een Sukaenah, Kepala Sekolah SDN 02 Pondok Pucung dan Bapak
Nasuha, S. Pd.I, Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam SDN 02 Pondok
Pucung, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
i
penelitian serta meluangkan waktu dan memberikan kemudahan dalam
melaksanakan penelitian.
5. Perpustakaan Umum serta Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan bantuan berupa bahan-bahan yang menjadi referensi dalam
penulisan skripsi ini.
6. Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua
penulis yang tercinta, Ayahanda H. Irham Muhur (Alm) dan Ibunda Armanah
yang senantiasa menjaga, membimbing dan memotivasi penulis dengan tulus
serta selalu mendo’akan agar penulis sukses dalam segala hal. Ananda sadar
semua yang telah Ayah dan Ibu berikan tidak akan dapat terganti dengan
apapun di dunia ini.
7. Suami tercinta, Dhonny Setiawan, SHI, yang selalu menemani, memotivasi
dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas
perhatian, kesabaran serta kasih sayangnya selama ini, mudah-mudahan Allah
selalu merahmati dan meridhoi langkah kehidupan kita.
8. Buah hati tersayang, Ananda Raisa Suci Ramadhani Setiawan, yang selalu
menjadi penyemangat penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini, do’a
mamah selalu menyertai perjalanan hidupmu sayang.
9. Kakak-kakak (Murnih, Rita, Muryati, Wandi), adik-adik (Muhariya dan Ella)
dan keponakan tercinta, yang telah menghilangkan kepenatan dan rasa stres
penulis dengan semua canda, kasih sayang dan kebersamaan kalian, terima
kasih atas perhatian, dukungan dan do'anya.
10. Sahabat-sahabat penulis, diantaranya Idham Kholid, S. Sos.I yang sudah
memfasilitasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, Jami',
Diyanti, Indah, Novi, Nurrahmah, Yoni dan semua teman-teman seperjuangan
PAI angkatan 2004, serta sahabat-sahabat lainnya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, terima kasih atas dukungan dan do'anya, kalian semua
yang terhebat dalam hidup ini.
ii
Selain itu, tidak lupa penulis menyampaikan permohonan maaf apabila
dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan, karena
penulis sadar bahwa tulisan ini masih jauh daripada kesempurnaan. Kritik dan
saran sangatlah penulis harapkan. Akhirnya, segala kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT dan mudah-mudahan semua yang telah penulis lakukan mendapat
ridha dari Allah SWT, semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Jakarta, 29 Juni 2009 M
6 Rajab 1430 H
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….
i
iv
vii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………........... 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………..
B. Identifikasi Masalah ……………………………………
C. Pembatasan Masalah …………………………………..
D. Perumusan Masalah ……………………………………
E. Tujuan Penelitian ………………………………………
F. Manfaat Penelitian ……………………………………..
1
7
7
8
8
9
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENGAJARAN
AL-QUR'AN TINGKAT DASAR DAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM ………………………………………..
A. Pengajaran Al-Qur'an Tingkat Dasar …………………..
1. Pengertian Pengajaran Al-Qur'an …………………..
2. Tujuan Pengajaran Al-Qur'an ………………………
3. Model-model Pengajaran Al-Qur'an ……………….
B. Pendidikan Agama Islam…………………………….…
1. Pengertian dan Aspek-aspek Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam…………………………...
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam …………………..
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam……………………
C. Kerangka Berpikir …………………………………….
10
10
10
12
14
27
27
35
41
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………
A. Tujuan Penelitian……………………………………….
46
46
iv
B. Unit Analisis …………………………………………...
C. Metode Penelitian ……………………………………..
D. Variabel Penelitian ……………………………………..
E. Populasi dan Sampel …………………………………...
F. Teknik Pengumpulan Data ……………………………..
G. Teknik Pengolahan dan Analisis ……………………….
1. Tahap Pengolahan Data ……………………………
2. Tahap Pengorganisasian Data ……………………...
3. Tahap Analisis Data ……………………………….
46
47
47
48
48
51
51
51
51
BAB IV HASIL PENELITIAN ……………………………………
A. Gambaran Umum SDN 02 Pondok Pucung ……………
1. Sejarah Singkat dan Perkembangannya……….........
2. Visi, Misi dan Tujuan ……………………………....
3. Keadaan Guru dan Siswa ……………………….....
4. Sarana dan Prasarana ………………….…………..
B. Kontribusi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)
Terhadap Pencapaian Kompetensi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar ………........
C. Studi Komparasi Kompetensi Dasar Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dasar dengan Kompetensi Dasar
Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan Al-
Qur'an (TPA) ………………………………………….
D. Analisis Perbandingan Hasil Belajar Pemahaman,
Menulis dan Membaca Al-Qur'an ………………..…….
1. Hasil Test Tulis teori Baca-Tulis Al-Qur'an………..
2. Hasil Test Menulis Huruf Al-Qur'an………………..
3. Hasil Test Membaca Al-Qur'an……………………..
53
53
53
54
56
58
59
60
61
62
67
76
BAB V PENUTUP …………………………………………..........
A. Kesimpulan…………………………………………….
B. Saran-saran…………………………………………….
81
81
82
v
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….. 84
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………. 87
vi
DAFTAR TABEL Halaman
1. Kompetensi Dasar Umum dan Materi Pendidikan Agama Islam di
tingkat Sekolah Dasar (SD)……………………………………………
2. Kisi-kisi instrument penelitian berupa test tulis, menulis dan lisan
Kontribusi Taman pendidikan Al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian
Kompetensi Pengajaran Pendidikan Agama Islam di
Sekolah………….....................................................................................
3. Keadaan Dewan Guru SDN 02 Pondok Pucung Tahun Ajaran 2008-
2009 Berdasarkan Jenis kelamin dan Jabatan…………………………..
4. Keadaan siswa SDN 02 Pondok Pucung Tahun Ajaran 2008-
2009……..................................................................................................
5. Sarana dan prasarana yang terdapat di SDN 02 Pondok
Pucung…………………………………………………………………
6. Hasil atau Nilai Test Tertulis Responden tentang Pemahaman Siswa-
siswi mengenai Materi Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung ……………………………...
7. Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test
Tertulis Responden tentang Pemahaman Siswa-siswi mengenai Materi
Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02
Pondok Pucung…………………………………………………………
8. Perbedaan antara Fo dengan Ft …………………………………...........
9. Perhitungan untuk memperoleh Harga Kai Kuadrat pada Test
Tertulis…………………………………………………………………
10. Hasil atau Nilai Test Menulis Kembali Potongan Ayat Al-Qur'an pada
Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok
Pucung…………………………………………………………………..
11. Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test
Menulis atau Menyalin kembali Potongan Ayat Al-Qur'an pada Bidang
Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok
Pucung…………………………………………………………………
31
49
57
58
59
62
64
64
65
67
68
vii
12. Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi
yang diharapkan/frekuensi Teoritis (ft) pada test
menulis……………………………….…………………………………
13. Perhitungan untuk memperoleh Harga Kai Kuadrat pada test
menulis………………………………………………………………….
14. Hasil atau Nilai Test Menulis Imla Huruf al-Qur'an…………………....
15. Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai test
Menulis Imla Huruf al-Qur'an ………………………………………….
16. Perbedaan Fo dengan Ft ……………………………………………......
17. Perhitungan untuk memperoleh harga Hitung Kai Kuadrat…………….
18. Hasil atau Nilai Test Tertulis Responden tentang kemampuan Siswa-
siswi mengenai Materi Membaca Al-Qur'an pada Bidang Studi
Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok
Pucung…………………………………………………………………
19. Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test
Kemampuan membaca Al-Qur'an Responden Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam di SDN 02 Pondok
Pucung…………………………………………………………………
20. Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi
yang diharapkan/frekuensi Teoritis (ft) pada test membaca al-
Qur'an…………………………………………………………………
21. Perhitungan untuk memperoleh harga Kai Kuadrat pada test membaca
al- Qur'an………………………………………………………………
69
69
71
73
73
74
76
77
78
78
viii
ABSTRAKSI
WINDI, 2009. "Kontribusi Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah" (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan). Di bawah bimbingan Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag. Fokus studi ini adalah ada atau tidaknya kontribusi yang diberikan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah terutama pada kemampuan baca-tulis al-Qur'an. Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif, yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan VI yang ikut pendidikan di TPA dengan yang tidak ikut pendidikan di TPA. Kemudian, instrument yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini adalah berupa test, yang terdiri dari test tertulis (kemampuan pengetahuan baca-tulis al-Qur'an), test menulis huruf al-Qur'an dan test membaca al-Qur'an. Hasil yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam pada TPA, pada dasarnya tidak jauh berbeda Sekolah Dasar, yang berbeda hanya persiapan dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Pada sekolah dasar, guru menggunakan metode yang bersifat klasikal, karena terbatasnya waktu. Sedangkan, guru TPA menggunakan metode dengan memberikan perhatian dan pembelajaran pada tiap-tiap anak (individu) secara langsung, sehingga terlihat jelas bahwa pembelajaran pada TPA lebih optimal dan efektif dalam penyampaian materi pembelajarannya. Kemudian, mengenai hasil belajar terlihat dengan jelas perbedaan antara siswa yang mengikuti pendidikan pada TPA dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan di TPA. Perbedaan tersebut terjadi pada semua penilaian, baik kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran tentang baca-tulis al-Qur'an, kemampuan menulis al-Qur'an maupun kemampuan mereka dalam membaca al-Qur'an. Siswa yang mengikuti pendidikan pada TPA tentu lebih menguasai (unggul) kemampuannya dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan pada TPA. Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini adalah Pendidikan Agama Islam harus lebih diutamakan disamping pendidikan yang lainnya, kususnya mengenai pemahaman dalam baca-tulis al-Qur'an. Oleh karena itu, TPA sebagai tempat pendidikan non formal, tempat belajar baca-tulis al-Qur'an, hendaknya tidak dipandang "sebelah mata", karena keberadaannya dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah, terutama pada kemampuan baca-tulis al-Qur'an.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu aktifitas untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan
tidak hanya berlangsung didalam kelas, akan tetapi juga berlangsung diluar kelas.
Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi mencangkup pula pendidikan
yang bersifat non formal.
Tugas manusia tidak selalu meningkatan kecerdasan, melainkan juga
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia.
Pendidikan mempunyai fungsi dan peran yang besar dalam segi kehidupan
manusia, terlebih lagi pendidikan agama yang tentunya mempunyai pengaruh
yang sangat besar daripada pendidikan yang lain pada umumnya, apa lagi yang
hanya menitik beratkan pada aspek kognitif semata.1
Pendidikan agama Islam di Indonesia mendapat tempat yang layak serta
perhatian yang serius dari masyarakat dan pemerintah mulai sejak taman kanak-
kanak sampai dengan perguruan tinggi. Dan pendidikan agama merupakan mata
pelajaran yang paling penting atau pokok di sekolah. Ini menunjukkan pentingnya
kedudukan pendidikan agama di sekolah dan didalam kehidupan masyarakat pada
umumnya.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa Pendidikan Nasional
bertujuan memcerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memililki pengetahuan dan keterampilan,
1 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-II, h. 149.
1
2
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri dan
bertanggungjawab kemasyarakatan dan kebangsaan.2
Dari tujuan pendidikan nasional di atas, ditegaskan bahwa salah satu ciri
manusia Indonesia yang menjadi tujuan pendidikan nasional ialah manusia yang
beriman dan bertakwa. Agar beriman dan bertakwa ini dapat terwujud, mutlak
diperlukan adanya pendidikan keimanan dan ketakwaan. Dan itulah pendidikan
agama.
Tujuan Pendidikan Nasional tersebut, menempati hirerarki tertinggi jika
dilihat dari taksonomi tujuan pendidikan. Ibarat sebuah pohon dimana tujuan
pendidikan nasional sebagai batangnya, sedangkan tujuan kelembagaan
(institusional) dan tujuan pengajaran (kurikuler) adalah sebagai cabang dan
rantingnya.
Dengan demikian, antara tujuan pendidikan nasional dan tujuan
pendidikan institusional serta tujuan kurikuler mempunyai unsur-unsur
persenyawaan yang berhubungan dan sinkron antara satu sama lain. Dalam
hubungan ini, salah satu unsur yang mengedepan dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional adalah tentang cita-cita terbentuknya manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Hal ini, menunjukkan pentingnya pendidikan agama pada tiap lembaga
pendidikan di Indonesia baik pada pendidikan yang bersifat formal (pendidikan
sekolah) maupun pada pendidikan non formal (pendidikan diluar sekolah).
Dengan mengacu pada rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka
adanya penyelenggaraan pendidikan TK/TP al-Qur'an dapat dikatakan sebagai sub
sistem dari pendidikan nasional yang mengandung nilai strategi tersendiri dalam
upaya mengkondisikan kepribadian anak dalam mencapai tujuan pendidikan
nasional. Pada waktu yang sama adalah memperkuat proses belajar mengajar pada
pendidikan formal dalam sisi pendidikan keagamaan yang pada umumnya kurang
2 Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 8-9.
3
begitu intensif diterima oleh anak didik, baik di tingkat TK maupun ditingkat
Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI).3
Hal ini, dilakukan karena umat Islam di Indonesia mengalami tantangan
keadaan. Yang dimaksud dengan tantangan keadaan adalah kenyataan obyektif
umat Islam Indonesia yang mengandung sisi-sisi negatif dan kelemahan-
kelemahan tertentu yang harus segera diatasi, dimana kemunculan dan keberadaan
TK/TP al-Qur'an merupakan salah satu alternatif dan langkah terobosan yang
harus dikembangkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Tantangan keadaan ini, terbatas pada bidang pendidikan dan moral
keagamaan, sebagai suatu penomena sosial budaya dan kultural, yang tentu saja
tidak terlepas kaitannya dengan masalah sosial lainnya. Tantangan dalam bidang
pendidikan dan moral keagamaan umat Islam tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tantangan Internal
Tantangan Internal yang cenderung meningkat dan merata di mana-
mana, antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatnya angka kebodohan Umat Islam (terutama generasi mudanya)
dalam hal membaca Al-Qur'an. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain sebagai berikut:
1) Lemahnya perhatian orang tua dalam membimbing putra-putrinya
secara langsung. Khususnya dalam pengajaran baca tulis huruf al-
Qur'an. Hal ini ditandai dengan menghilangnya tradisi pengajian sore,
yang dahulu, ketika bangsa kita belum memasuki era pertelevisian,
tradisi pengajian sore itu semarak dimana-mana, seperti dimasjid-
masjid, musholah-musholah atau surau-surau, bahkan dirumah-rumah
dengan tntunan langsung dari orang tuanya masing-masing. Kini
tradisi mengaji dan budaya khataman al-Qur'an itu dewasa ini nyaris
tergusur dan tergeser budaya baru yang tidak menentu. Daya tarik
tontonan televisi lebih kuat dari pada daya tarik mengaji. Akibatnya,
3 Tasyrifin Karim, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, (Jakarta: LPPTKA
BKPRMI Pusat, 2004), h. 26-28.
4
tidak sedikit para remaja, pelajar dan anak-anak muslim yang merasa
"asing" terhadap kitab sucinya sendiri.
2) Lemahnya sistem pendidikan agama pada jalur pendidikan formal.
3) Kelemahan pendidikan agama pada jalur formal ini antara lain karena
sempitnya jam pelajaran sementara bahan pengajarannya cukup luas.
Di SD misalnya, untuk kelas I, II,III hanya 2 jam (2x40 menit) dan
untuk kelas IV, V dan VI ditambah I jam menjadi 3 jam (dalam satu
minggu). Dalam penerapan kurikulum Pendidikan Dasar 9 tahun
(mulai tahun 1994/1995), hanyalah 2 jam untuk semua tingkatan. Dan
kelemahan lainnya adalah dalam segi pendekatan kegiatan belajar-
mengajarnya yang bersifat klasikal (1 orang guru menghadapi puluhan
murid), dengan lebih sering menggunakan metode ceramah.
Akibatnya, Pendidikan Agama itu nilainya merosot menjadi sekedar
'Pengetahuan Agama' yang bersifat kering. Aspek keterampilan agama
dengan target agar tamat SD, si anak bias mengaji dan taat shalat,
sangat tipis kemungkinannya, sebab untuk keterampilan baca tulis Al-
Qur'an menuntut adanya pendekatan khusus yang sifatnya individunya
(Pendekatan Privat).4
b. Melemahnya pertahanan dan ketahanan umat Islam dalam menghadapi
serangan budaya luar, khususnya budaya Barat yang sekuler itu, dari hari
kehari semakin gencar dan semakin canggih, melalui berbagai media,
televisi, video, radio, majalah, tabloid, buku-buku, dan lain-lain. Dalam
kondisi umat Islam yang masih lemah dalam penguasaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi informasi,
sementara keakraban dan keterikatannya terhadap Al-Qur'an pun masih
lemah, maka kondisi demikian dapat membuat umat Islam menjadi obyek
serangan budaya Barat yang notabene didominasi oleh kaum Yahudi dan
Nasrani. Namun demikian, sesuai sunnatullah, di tengah-tengah mayoritas
umat yang masih terbelenggu oleh kejahilan dirinya itu, sudah mulai
4 Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA al-
Qur'an, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, 1996), cet. Ke-III, h. 8-10.
5
nampak adanya gerakan-gerakan perbaikan yang dipelopori oleh para
ulama dan cendekiawan muslim, yang dalam terpojokannya oleh serangan
budaya luar itu mereka bertahan pada tembok-tembok pertahanan
akidahnya, lalu bangkit mengadakan perlawanan dan berusaha merebut
senjata IPTEK melalui proses alih teknologi dan lain sebagainya.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan yang bersifat eksternal ini adalah berupa gerakan pemikiran
dan aksi. Aksi yang bersifat kultural maupun sturktural yang berasal dari
kelompok yang berpijak pada basis pemikiran non Islam, yang secara
langsung maupun tidak langsung telah menjadikan umat Islam sebagai sasaran
gempuran mereka.
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) adalah lembaga Pendidikan luar
sekolah (non formal), jenis keagamaan. Oleh karenanya, muatan pengajarannya
lebih menekankan aspek keagamaan dengan mengacu pada sumber utamanya,
yaitu Al-Qur'an dan As-sunnah. Hal itu pun diatasi dan disesuaikan dengan taraf
perkembangan anak, yaitu untuk kelompok Taman Kanak-kanak Al-Qur'an
(TKA) untuk anak usia 4-6 tahun, sedangkan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)
untuk anak usia 7-12 tahun (usia SD/MI). Dengan demikian, porsi pengajaran
tertentu yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui
pendidikan sekolah formal. Misalnya, pengajaran baca tulis Al-Qur'an, pengajaran
shalat, hafalan ayat-ayat Al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak
dan sejenisnya.5
Pertumbuhan dan perkembangan Taman Pendidikan Al-Qur'an cukup
pesat dan semarak di seluruh tanah air. Hal itu, menunjukkan adanya sambutan
dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan juga menunjukan kepedulian
umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai keimanan dan ketakwaan
(IMTAQ) bagi generasi mendatang. Keberadaan dan pertumbuhan unit-unit
5 As'ad Humam, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an (M3A) , (Yogyakarta: Balai Peneliian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an LPTQ Nasional, 2001), cet. Ke-XII, h. 7.
6
pendidikan non formal jenis keagamaan itupun cukup strategis jika dilihat dari
tuntutan pembangunan bangsa yang menempatkan asas keimanan dan ketakwaan
sebagai asas utamanya, disamping asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK).
Dalam sisi yang lebih operasional lagi keberadaan TPA dapat dikatakan
sangat mendukung yaitu dalam rangka memberikan dukungan nyata atas
keputusan Pemerintah tentang pentingnya pengentasan buta aksara dan buta
makna Al-Qur'an, dalam rangka Penghayatan dan Pengamalan Al-Qur'an dalam
kehidupan sehari-hari. Serta pusat kegiatan yang dilakukan dimasjid, mushalah,
majlis ta'lim dan lain sebagainya. Hal itu, dilakukan untuk memakmurkan masjid
sebagai pusat ibadah, dan pusat kebudayaan Islam.
Al-Qur'an mempunyai pengaruh yang besar terhadap jiwa manusia secara
umum al-Qur'an mampu menggetarkan, menawan dan memasuki lorong-
lorongnya apabila jiwa manusia semakin bersih, maka pengaruhnya juga semakin
besar. Sementara jiwa anak-anak jauh lebih besar daripada jenjang usia manusia
yang lain, fitrahnya suci dan setan tak luput tatkala berhadapan dengannya.
Oleh karena itu, kiranya tepat apabila keberadaan Taman Kanak-kanak Al-
Qur'an (TKA) dan atau Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) menjadi penting
sebagai usaha untuk memperkuat proses belajar mengajar pada pendidikan formal
dalam sisi pendidikan keagamaan yang pada umumnya kurang begitu intensif
diterima oleh anak didik, baik di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) maupun
ditingkat Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Berdasarkan deksripsi di atas, maka penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul "PERANAN TAMAN PENDIDIKAN AL-
QUR'AN (TPA) DALAM MENDUKUNG PENGAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kecamatan
Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Propinsi Banten) ".
B. Identifikasi Masalah
Untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis akan mengidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
7
1. Peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan.
2. Taman Kanak-kanak (TKA) atau Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) adalah
lembaga pendidikan dan pengajaran Al-Qur'an luar sekolah (non formal)
untuk anak usia TK (4-6 tahun) dan atau SD (7-12 tahun). Taman Pendidikan
Al-Qur'an dan As-Sunnah.
3. Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan
kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu upaya dengan
ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam,
serta bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Agama
Islam salah satu mata pelajaran penting yang diberikan di pendidikan formal.
C. Pembatasan Masalah
Untuk mempermudah penelitian yang akan dilakukan dan mempertajam
permasalahan yang akan dibahas, maka penulis membatasi permasalahan tersebut
pada Peran Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dalam mendukung pengajaran
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pondok Pucung,
Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, dengan
spesifikasinya sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pondok Pucung,
Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
2. Siswa yang menjadi obyek penelitian adalah siswa kelas 5 dan 6 SDN 02
Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka pokok permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
"Bagaimanakah peran Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dalam
mendukung pengajaran Pendidikan Agama Islam?".
E. Tujuan Penelitian
8
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) merupakan lembaga pendidikan non
formal yang setara dengan SD atau MI. Maka, diharapkan keberadaan Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA) mampu mendukung pengajaran Pendidikan Agama
Islam pada kurikulum pendidikan formal. Adapun tujuan dilaksanakannya
penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN
02 Pondok Pucung.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa SDN 02 Pondok Pucung yang
melalui TPA pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
3. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa SDN 02 Pondok Pucung yang tidak
melalui TPA pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan pendukung prestasi belajar
siswa SDN 02 Pondok Pucung dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam.
5. Untuk mengetahui peran Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dalam
mendukung pengajaran Pendidikan Agama Islam.
F. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas
bahwa keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) sebagai lembaga
pendidikan non formal dapat mendukung pengajaran Pendidikan Agama Islam
pada kurikulum pendidikan formal.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah ilmu pengetahuan bagi
dunia pendidikan pada umumnya dan bagi siapa saja yang membutuhkannya
pada khususnya.
9
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini, terdiri dari enam bab
diantaranya adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis tentang Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan
Pendidikan Agama Islam. Sub pertama, membahas tentang Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPA), meliputi pembehasan tentang
Pengertian Taman Pendidikan al-Qur'an, Visi dan Misi Taman
Pendidikan al-Qur'an, serta Tujuan Pendidikan dan Pengejaran
10
Taman Pendidikan al-Qur'an. Dan sub kedua, membahas tentang
Pendidikan Agama Islam, meliputi pembahasan Pengertian
Pendidikan Agama Islam, Dasar Pendidikan Agama Islam, Tujuan
Pendidikan Agama Islam, dan Fungsi Pendidikan Agama Islam.
BAB III Metodologi Penelitian, meliputi pembahasan tentang Metode
Pembahasan, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.
BAB IV Gambaran Umum Lokasi Penelitian, meliputi pembahasan tentang
Sejarah dan Letak Geografis, Keadaan Guru, Keadaan Siswa dan
Jumlah Kelas, Sarana dan Pra Sarana, Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung, Kelurahan Pondok
Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Propinsi
Banten.
BAB V Peranan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) sebagai Pendukung
Pengajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung.
Meliputi pembahasan tentang Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung, Prestasi Belajar Siswa
SDN 02 Pondok Pucung yang melalui TPA pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam, Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok
Pucung yang tidak Melalui TPA pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam, Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Prestasi
Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung dalam Pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
BAB VI Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran-saran, dimana pada
bagian akhir terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
11
REFERENSI
Humam, As'ad, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan
Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an (M3A), (Yogyakarta: Balai
Peneliian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an
LPTQ Nasional, 2001), cet. Ke-XII.
12
Karim, Tasyrifin, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta:
LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004.
Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA
al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, 1996, cet. Ke-III.
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendidikan
Islam Depag RI, 2006.
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995, cet. Ke-II.
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN
DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Taman Pendidikan Al-Qur'an
1. Pengertian Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)
Taman Pendidikan al-Qur'an adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran Islam luar sekolah atau dapat disebut juga sebagai pendidikan non
formal untuk anak-anak usia SD (usia 7-12 tahun), yang mendidik santri agar
mampu membaca al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid
sebagai target pokoknya.6
Secara psikologis, usia kelompok Taman Kanak-kanak (TK) dan
Sekolah Dasar (SD) cukup kondusif untuk menerima bimbingan membaca dan
menghafal al-Qur'an, serta penanaman nilai-nilai yang terkandung
didalamnya. Seiring dengan itu, suasana belajar dan proses pembelajarannya
disesuaikan dengan dunia anak-anak dan karakteristik kepribadian yang
senang bermain. Pilihan istilah taman untuk nama unit atau lembaga tersebut
adalah untuk mengacu pada asas psikologis atau psiko-sosial, karena "taman"
merupakan tempat yang kondusif untuk bermain atau dapat juga dikatakan
sebagai tempat yang menyenangkan.
Materi (muatan) pengajaran pada Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)
terbatas pada pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan
keagamaan. Terutama untuk pengajaran yang kurang memungkinkan dapat
tercapai secara tuntas melalui pendidikan di sekolah formal. Misalnya, baca-
tulis al-Qur'an, praktek shalat, hafalan ayat-ayat al-Qur'an, do'a-do'a harian,
penanaman akidah akhlak dan lain sebagainya.
Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada dasarnya adalah
untuk membantu peran orang tua selaku pendidik dan pengajar dirumah, serta
membantu peran guru-guru selaku pengajar di sekolah. Selain itu, keberadaan
6 Chairani Idris dan Tasyrifin Karim, PedomanPembinaan dan Pengembangan TKA/TPA,
(Jakarta: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TKA BKPRMI, 1995), h. 2.
14
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) juga dimaksudkan untuk mendukung dan
membantu program atau usaha pemerintah menuju tercapainya tujuan
Pendidikan nasional, khususnya dalam sisi penanaman akidah serta
pengembangan iman dan takwa juga budi pekerti yang baik (akhlakul
karimah). Serta dalam rangka mengantisipasi buta huruf al-Qur'an dan sebagai
pengamalan daripada perintah Allah swt, dalam surat al-Alaq ayat 1-5;
Artinya: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah, yang mengajar dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui". (QS. Al-Alaq; 1-5)
2. Visi dan Misi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)
Salah satu visi daripada Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada
dasarnya tercermin dari motto lembaga tersebut, yaitu menyiapkan generasi
qur'ani menyongsong masa depan gemilang.
Sedangkan misi daripada Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) adalah
bersifat dwi tunggal, yaitu misi pendidikan dan misi dakwah Islamiyah.
Selaku pembawa misi pendidikan, Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) tampil
berdampingan dengan pendidikan formal, yaitu pendidikan yang sederajat
dengan pendidikan SD atau MI yang segala sesuatunya diatur oleh
pemerintah. Sedangkan, selaku pembawa misi dakwah, lembaga yang bersifat
non formal ini diharapkan dapat menjadi pemantap atau penunjang misi
pendidikan keagamaan (Islam) dalam kurikulum pendidikan formal yang
porsinya dipandang kurang.
3. Tujuan Pendidikan dan Pengajaran Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)
Secara kelembagaan, tujuan daripada adanya Taman Pendidikan Al-
Qur'an (TPA) diantaranya adalah sebagai berikut:
15
a. membantu mengembangkan potensi anak kearah pembentukan sikap,
pengetahuan dan keterampilan keagaam, melalui pendekatan yang
disesuaikan dengan lingkungan dan taraf perkembangan anak berdasarkan
tuntunan ajaran al-Qur'an dan sunah rasul.
b. Mempersiapkan anak agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan
dan keterampilan keagamaan yang telah dimilikinya melalui program
pendidikan lanjutan.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiaannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya
peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses
pendidikan.
Pendidikan dapat dikatakan sebagai ilmu yang sistematis atau
pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode-metode
pengajaran, pengawasan dan bimbingan murid didalam arti luas digantikan
dengan istilah pendidikan.7
Sedangkan, agama Islam secara etimologis dapat diartikan dengan
kekuasaan, hukum, syara', undang-undang atau penghisaban. Dengan kata
lain, Islam adalah tatanan Ilahi yang selain dijadikan oleh Allah SWT sebagai
penutup segala syari'at, juga sebagai tatanan kehidupan yang paripurna dan
meliputi seluruh aspeknya.8
Jadi, yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah usaha
untuk menyiapkan peserta didik meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan
latihan untuk mewujudkan pribadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada
7 Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Malang: Usaha
Nasional, 1981), Cet. Ke-3, h. 3. 8 Abdurrahman An-Nawawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam
Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung: CV. Diponegoro Darul Fikr, 1996), h. 33.
16
Allah SWT agar tercapai kehidupan yang sejahtera dan bahagia di dunia dan
akhirat.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar
sesuatu tersebut berdiri dengan kokoh atau kuat. Demikian pula dalam
Pendidikan Agama Islam harus ada dasar agar dapat tegak dan kokoh serta
tidak akan mudah roboh karena angin kencang berupa ideology yang muncul,
baik sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Secara garis besar, dasar Pendidikan agama Islam dapat terbagi
menjadi tiga, yaitu diantaranya adalah al-Qur'an, as-Sunnah dan Undang-
undang yang berlaku di negara kita.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan akan dicapai setelah suatu
usaha atau kegiatan selesai dilaksanakan. Tujuan pendidikan berisi nilai-nilai
ideal yang hendak dicapai setelah seseorang menyelesaikan pendidikan pada
suatu lembaga pendidikan tertentu, serta berfungsi memberikan arah terhadap
pelaksanaan pendidikan, sehingga diharapkan akan terhindar dari segala
bentuk penyimpangan dan tindakan yang kurang efektif dalam pelaksanaan
pendidikan.
Secara garis besar, tujuan daripada Pendidikan Agama Islam adalah
mendidik anak-anak, pemuda-pemudi atau orang dewasa, supaya menjadi
seorang muslim sejati, beriman teguh, beamal soleh dan berakhlak mulia,
sehingga ia menjadi anggota yang sanggup hidup di atas kaki sendiri,
mengabdi kepada Allah SWT dan berbakti kepada bangsa dan Negara, bahkan
sesame umat manusia.9
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam, sebagai salah salah satu bidang yang
masuk dalam kurikulum pendidikan pada sekolah formal, mempunyai tiga
fungsi, diantaranya:
9 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1992), cet. Ke-17, h. 13.
17
a. menanamtumbuhkan rasa keimanan yang kuat.
b. Menanamkembangkan kebiasaan (habbit vorming) dalam melakukan amal
ibadah, amal soleh dan akhlak mulia.
c. Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai
anugerah Allah SWT kepada manusia.
Fungsi Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam pada pendidikan
formal ini, sebagai suatu keseluruhan yang dapat dipandang sebagai
penjabaran dari fungsi pendidikan dan pengajaran agama Islam di sekolah,
karenanya secara keseluruhan itu pun merupakan fungsi pendidikan dan
pengajaran agama Islam disekolah-sekolah umum yang disesuaikan dengan
takaran atau tingkatannya.10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Pembahasan
Penelitian ini pada dasarnya bersifat kuantitatif. Untuk memperoleh data
yang lengkap dan objektif serta dalam rangka mendukung penelitian ini, maka
peneliti melakukan beberapa langkah penelitian, diantaranya meliputi:
1. Penelitian Kepustakaan (library research), yaitu penelitian dengan cara
mengumpulkan dan menelaah dari beberapa literatur buku-buku ilmiah dan
sumber-sumber lainnya yang memiliki relevansi dengan objek penelitian ini,
sebagai factor penunjang yang melandasi dasar-dasar teoritis (sebagai data
sekunder) dan kamus-kamus atau buku ensiklopedia dan lain-lain sebagainya
(sebagai data tersier).
10 Zakiah daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Akasara,
1995), cet. Ke-1, h. 174-175.
18
2. Penelitian lapangan (field research), yaitu mengumpulkan data dengan cara
peneliti terjun dan mengamati langsung ke lokasi penelitian (sebagai data
primer).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penilitian ini adalah siswa-siswi SDN 02 Pondok Pucung.
Namun, mengingat jumlah populasi tersebut sangat banyak, maka sampel yang
diambil dalam penelitian ini hanya diambil dari siswa-siswi dari kelas 5 dan 6 di
sekolah tersebut. Penelitian ini didasarkan pada satu pertimbangan bahwa
diharapkan siswa-siswi yang menjadi responden tersebut dapat memberikan
penilaian atau jawaban yang obyektif terhadap masalah yang akan dibahas. Dalam
penentuan sampel ini, akan dipilih secara acak (random sampling) sebanyak 40%
(40 orang) dari jumlah siswa kelas 5 dan 6. Dengan ketentuan sebagian siswa
yang melalui TPA dan sebagian lagi siswa yang tidak melalui TPA.
C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data informasi yang obyektif, serta mencapai
arah dan sasaran yang diinginkan, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan
sebagai berikut :
1. Questioner atau angket, yaitu teknik pengumpulan data secara tertulis dengan
cara mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden dengan disediakan
alternative jawaban dan responden diminta untuk memilih salah satu jawqban-
jawaban yang telah disediakan.
2. Interview atau wawancara, yaitu suatu proses tanya jawab lisan, dalam mana
dua orang atau lebih berhadapan secara langsung, artinya dalam hal ini adalah
percakapan yang diarahkan kepada masalah tertentu atau pusat perhatian
untuk mendapatkan informasi secara mendalam dan tuntas. Untuk dapat
19
memperoleh data yang dimaksud, peneliti melakukan wawancara dengan
Kepala Sekolah dan guru Agama di sekolah tersebut.
3. Observasi, yaitu proses penelitian atau usaha mendapatkan data secara
mendalam yang berkaitan dengan judul penelitian, dengan menggunakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan. Metode ini dimaksudkan untuk
mendapatkan data yang jelas dan akurat mengenai gambaran umum dan
kondisi lapangan penelitian. Dalam hal ini, di SDN 02 Pondok Pucung.
D. Teknik Analisa Data
Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut akan dianalisis secara
kuantitatif dan akan disajikan dalam variasi bentuk table persentase (%), dengan
menggunakan metode induktif, yaitu penulis menggunakan data yang bersifat
khusus untuk kemudian ditarik atau disimpulkan pada data yang bersifat umum.
Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah total prsentase, yaitu:
Rumus = P = F x100
N
Keterangan:
P = Prosentase (hasil yang didapat) N = Jumlah responden (jawaban)
F = Frekuensi
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. Ke-II, 1995.
Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989. Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 1995. 1 Syamsuddin, MZ. Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA
al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, cet. Ke-III, 1996.
_____, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta: LPPTKA
BKPRMI DKI JAYA, cet. Ke-III, 1998.
Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhori. Shoheh al-Bukhori bi Khasyiyati
al-Sanadi, Beirut: Daar Nahl al-Nail, tth.
20
Idris, Chairani, dkk. PedomanPembinaan dan Pengembangan TKA/TPA, Jakarta:
Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TKA BKPRMI, 1995.
Tim Dosen IKIP Malang. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Malang: Usaha
Nasional,Cet. Ke-3, 1981.
An-Nawawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam
Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung: CV. Diponegoro Darul
Fikr, 1996.
Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya
Agung,cet. Ke-17, 1992.
Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Akasara, cet. Ke-1, 1995.
_____, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. Ke-3, 1996.
Zaini, Syahminan, Drs., Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, Jakarta: kalam
Mulia, cet. Ke-1, 1986.
OUT LINE
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
G. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG TAMAN PENDIDIKAN
AL-QUR'AN (TPA) DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA)
1. Pengertian Taman Pendidikan al-Qur'an
2. Visi dan Misi Taman Pendidikan al-Qur'an
21
3. Tujuan Pendidikan dan Pengejaran Taman Pendidikan al-
Qur'an
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pegertian Pendidikan Agama Islam
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Populasi dan Sampel Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Teknik Analisis Data
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah dan Letak Geografis
B. Keadaan Guru
C. Keadaan Siswa dan Jumlah Kelas
D. Sarana dan Pra Sarana
E. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok
Pucung
BAB V PERAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN (TPA)
SEBAGAI PENDUKUNG PENGAJARAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM DI SDN 05 PONDOK PUCUNG
A. Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SDN 02
Pondok Pucung
B. Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung Yang Melalui
TPA pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
C. Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung yang tidak
Melalui TPA pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam
D. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Prestasi Belajar
Siswa SDN 02 Pondok Pucung dalam Pelajaran Pendidikan
Agama Islam
22
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA SEMENTARA
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. Ke-II, 1995.
Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989. Undang-undang Sistem Pendidikan
Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 1995. 1 Syamsuddin, MZ. Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA
al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, cet. Ke-III, 1996.
_____, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta: LPPTKA
BKPRMI DKI JAYA, cet. Ke-III, 1998.
Abu Abdillah Muhammad Ibn Ismail al-Bukhori. Shoheh al-Bukhori bi Khasyiyati
al-Sanadi, Beirut: Daar Nahl al-Nail, tth.
23
Idris, Chairani, dkk. PedomanPembinaan dan Pengembangan TKA/TPA, Jakarta:
Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TKA BKPRMI, 1995.
Tim Dosen IKIP Malang. Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Malang: Usaha
Nasional,Cet. Ke-3, 1981.
An-Nawawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam
Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung: CV. Diponegoro Darul
Fikr, 1996.
Yunus, Mahmud. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya
Agung,cet. Ke-17, 1992.
Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi
Akasara, cet. Ke-1, 1995.
_____, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, cet. Ke-3, 1996.
Zaini, Syahminan, Drs., Prinsip-prinsip Dasar Pendidikan Islam, Jakarta: kalam
Mulia, cet. Ke-1, 1986.
24
PERANAN TAMAN PENDIDIKAN AL-QUR'AN (TPA)
DALAM MENDUKUNG PENGAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Studi Kasus di SDN 02 Pondok Pucung, Kec. Pondok Aren, Kab. Tangerang)
Tugas ini dibuat sebagai pengganti UAS pada Mata Kuliah Seminar Proposal Skripsi
Dosen Pembimbing: Drs. Rusydi Zakariya
Di buat oleh:
W I N D I
NIM: 104011000040
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
25
JAKARTA 2007 M / 1428 H
DAFTAR PUSTAKA
Abu Daud, Sunan Abu Daud, Kairo: Daar al-Hadist, 1980.
An-Nawawi, Abdurrahman, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam dalam
Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, Bandung: CV. Diponegoro
Darul Fikr, 1996.
Al-Toumy al-Syaibany, Falsafat Pendidikan Islam (terjemahan), Hasan
Langgulung dari falsafah al-Tarbiyah al-Islamiyyah, Jakarta: Bulan
Bintang, 1979.
Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1996, cet. Ke-3.
--------------, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Akasara,
1995, cet. Ke-1.
Humam, As'ad, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan
Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an (M3A), Yogyakarta: Balai
Peneliian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an
LPTQ Nasional, 2001, cet. Ke-12.
26
Idris, Chairani, dan Tasyrifin Karim, PedomanPembinaan dan Pengembangan
TKA/TPA, Jakarta: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan TKA
BKPRMI, 1995.
Karim, Tasyrifin, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta:
LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004.
Nasution, Harun, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 2001,
cet. Ke-2.
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997,
cet. Ke-1.
Rachman Shaleh, Abdul, Pendidikan Agama dan Keagamaan (Visi, Misi, dan
Aksi), Jakarta: PT. Gemawindu pancaperkasa, 2000, cet. Ke-1.
Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA
al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, 1996, cet. Ke-3.
--------------, dkk, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta:
LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004.
Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, Malang: Usaha
Nasional, 1981, Cet. Ke-3.
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999, cet.
Ke-2.
--------------, dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001,
cet. Ke-2.
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendidikan
Islam Depag RI, 2006.
Yunus, Mahmud, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: PT.
Hidakarya Agung, 1990, cet. Ke-3.
--------------, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: PT. Hidakarya Agung,
1992, cet. Ke-17.
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu aktifitas untuk mengembangkan seluruh aspek
kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain, pendidikan
tidak hanya berlangsung di dalam kelas, akan tetapi juga berlangsung di luar
kelas. Pendidikan tidak hanya bersifat formal, akan tetapi mencakup pula
pendidikan yang bersifat non formal.
Tugas manusia tidak hanya meningkatkan kecerdasan, melainkan juga
mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia. Oleh karena itu, pendidikan
merupakan sarana utama untuk mengembangkan kepribadian setiap manusia.
Pendidikan mempunyai fungsi dan peran yang besar dalam segi kehidupan
manusia, terlebih lagi pendidikan agama yang tentunya mempunyai pengaruh
yang sangat besar daripada pendidikan yang lain pada umumnya, apa lagi yang
hanya menitik beratkan pada aspek kognitif semata.1
Pendidikan agama Islam di Indonesia mendapat tempat yang layak serta
perhatian yang serius dari masyarakat dan pemerintah mulai sejak taman kanak-
kanak sampai dengan perguruan tinggi. Dan pendidikan agama merupakan mata
pelajaran yang paling penting atau pokok di sekolah. Ini menunjukkan pentingnya
kedudukan pendidikan agama di sekolah dan di dalam kehidupan masyarakat pada
umumnya.
1 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-II, h. 149.
1
2
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, memililki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, mandiri dan bertanggungjawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.2
Dari tujuan Pendidikan Nasional di atas, ditegaskan bahwa salah satu ciri
manusia Indonesia yang menjadi tujuan pendidikan nasional ialah manusia yang
beriman dan bertakwa. Agar beriman dan bertakwa ini dapat terwujud, mutlak
diperlukan adanya pendidikan keimanan dan ketakwaan. Dan itulah pendidikan
agama.
Tujuan Pendidikan Nasional tersebut, menempati hirarki tertinggi jika dilihat
dari taksonomi tujuan pendidikan. Ibarat sebuah pohon dimana tujuan pendidikan
nasional sebagai batangnya, sedangkan tujuan kelembagaan (institusional) dan
tujuan pengajaran (kurikuler) adalah sebagai cabang dan rantingnya.
Dengan demikian, antara tujuan pendidikan nasional dan tujuan pendidikan
institusional serta tujuan kurikuler mempunyai unsur-unsur persenyawaan yang
berhubungan dan sinkron antara satu sama lain. Dalam hubungan ini, salah satu
unsur yang mengedepan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional adalah
tentang cita-cita terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
Hal ini, menunjukkan pentingnya pendidikan agama pada tiap lembaga
pendidikan di Indonesia baik pada pendidikan formal (pendidikan sekolah)
maupun pada pendidikan non formal (pendidikan diluar sekolah).
Dengan mengacu pada rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka
adanya penyelenggaraan pendidikan TK/TP al-Qur'an dapat dikatakan sebagai sub
sistem dari pendidikan nasional yang mengandung nilai strategi tersendiri dalam
upaya mengkondisikan kepribadian anak dalam mencapai tujuan pendidikan
2 Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 8-9.
3
nasional. Pada waktu yang sama adalah memperkuat proses belajar mengajar pada
pendidikan formal dalam sisi pendidikan keagamaan yang pada umumnya kurang
begitu intensif diterima oleh anak didik, baik di tingkat TK, tingkat Sekolah Dasar
(SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI).3
Hal ini, dilakukan karena umat Islam di Indonesia mengalami tantangan
keadaan. Yang dimaksud dengan tantangan keadaan adalah kenyataan obyektif
umat Islam Indonesia yang mengandung sisi-sisi negatif dan kelemahan-
kelemahan tertentu yang harus segera diatasi, dimana kemunculan dan keberadaan
TK/TP al-Qur'an merupakan salah satu alternatif dan langkah terobosan yang
harus dikembangkan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Tantangan keadaan ini, terbatas pada bidang pendidikan dan moral
keagamaan, sebagai suatu penomena sosial budaya dan kultural, yang tentu saja
tidak terlepas kaitannya dengan masalah sosial lainnya. Tantangan dalam bidang
pendidikan dan moral keagamaan umat Islam tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tantangan Internal
Tantangan Internal yang cenderung meningkat dan merata di mana-mana,
antara lain sebagai berikut:
a. Meningkatnya angka ketidakmampuan Umat Islam (terutama generasi
mudanya) dalam hal membaca Al-Qur'an. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
1) Lemahnya perhatian orang tua dalam membimbing putra-putrinya
secara langsung. Khususnya dalam pengajaran baca tulis huruf al-
Qur'an. Hal ini ditandai dengan menghilangnya tradisi pengajian sore,
yang dahulu, ketika bangsa kita belum memasuki era pertelevisian,
tradisi pengajian sore itu semarak dimana-mana, seperti dimasjid-
masjid, musholah-musholah atau surau-surau, bahkan dirumah-rumah
dengan tntunan langsung dari orang tuanya masing-masing. Kini
tradisi mengaji dan budaya khataman al-Qur'an itu dewasa ini nyaris
tergusur dan tergeser budaya baru yang tidak menentu. Daya tarik
3 Tasyrifin Karim, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, (Jakarta: LPPTKA
BKPRMI Pusat, 2004), h. 26-28.
4
tontonan televisi lebih kuat dari pada daya tarik mengaji. Akibatnya,
tidak sedikit para remaja, pelajar dan anak-anak muslim yang merasa
"asing" terhadap kitab sucinya sendiri.
2) Lemahnya sistem pendidikan agama pada jalur pendidikan formal.
3) Kelemahan pendidikan agama pada jalur pendidikan formal ini antara
lain karena terbatasnya jam pelajaran sementara bahan pengajarannya
cukup luas. Di SD misalnya, untuk kelas I, II,III hanya 2 jam (2x40
menit) dan untuk kelas IV, V dan VI ditambah I jam menjadi 3 jam
(dalam satu minggu). Dalam penerapan kurikulum Pendidikan Dasar 9
tahun (mulai tahun 1994/1995), hanyalah 2 jam untuk semua
tingkatan. Dan kelemahan lainnya adalah dalam segi pendekatan
kegiatan belajar-mengajarnya yang bersifat klasikal (1 orang guru
menghadapi puluhan murid), dengan lebih sering menggunakan
metode ceramah. Akibatnya, Pendidikan Agama itu nilainya merosot
menjadi sekedar 'Pengetahuan Agama' yang bersifat kering. Aspek
keterampilan agama dengan target agar tamat SD, si anak bias mengaji
dan taat shalat, sangat tipis kemungkinannya, sebab untuk
keterampilan baca tulis Al-Qur'an menuntut adanya pendekatan khusus
yang sifatnya individu (Pendekatan Privat).4
b. Melemahnya pertahanan dan ketahanan umat Islam dalam menghadapi
serangan budaya luar, khususnya budaya Barat yang sekuler itu, dari hari
kehari semakin gencar dan semakin canggih, melalui berbagai media,
televisi, video, radio, majalah, tabloid, buku-buku, dan lain-lain. Dalam
kondisi umat Islam yang masih lemah dalam penguasaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), khususnya teknologi informasi,
sementara keakraban dan keterikatannya terhadap Al-Qur'an pun masih
lemah, maka kondisi demikian dapat membuat umat Islam menjadi obyek
serangan budaya Barat yang notabenenya didominasi oleh kaum Yahudi
dan Nasrani. Namun demikian, sesuai sunnatullah, di tengah-tengah
4 Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA al-
Qur'an, (Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, 1996), cet. Ke-III, h. 8-10.
5
mayoritas umat yang masih terbelenggu oleh kejahilan dirinya itu, sudah
mulai nampak adanya gerakan-gerakan perbaikan yang dipelopori oleh
para ulama dan cendekiawan muslim, yang dalam terpojokannya oleh
serangan budaya luar itu mereka bertahan pada tembok-tembok pertahanan
akidahnya, lalu bangkit mengadakan perlawanan dan berusaha merebut
senjata IPTEK melalui proses alih teknologi dan lain sebagainya.
2. Tantangan Eksternal
Tantangan yang bersifat eksternal ini adalah berupa gerakan pemikiran
dan aksi. Aksi yang bersifat kultural maupun sturktural yang berasal dari
kelompok yang berpijak pada basis pemikiran non Islam, yang secara
langsung maupun tidak langsung telah menjadikan umat Islam sebagai sasaran
gempuran mereka.
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) adalah lembaga Pendidikan luar sekolah
(non formal), jenis keagamaan. Oleh karenanya, muatan pengajarannya lebih
menekankan aspek keagamaan dengan mengacu pada sumber utamanya, yaitu Al-
Qur'an dan As-sunnah. Hal itu pun diatasi dan disesuaikan dengan taraf
perkembangan anak, yaitu untuk kelompok Taman Kanak-kanak Al-Qur'an
(TKA) untuk anak usia 4-6 tahun, sedangkan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA)
untuk anak usia 7-12 tahun (usia SD/MI). Dengan demikian, porsi pengajaran
tertentu yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui
pendidikan sekolah formal. Misalnya, pengajaran baca tulis Al-Qur'an, pengajaran
shalat, hafalan ayat-ayat Al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak
dan sejenisnya.5
Pertumbuhan dan perkembangan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) cukup
pesat dan semarak di seluruh tanah air. Hal itu, menunjukkan adanya sambutan
dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan juga menunjukan kepedulian
umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai keimanan dan ketakwaan
(IMTAQ) bagi generasi mendatang. Keberadaan dan pertumbuhan unit-unit
5 As'ad Humam, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an (M3A), (Yogyakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an LPTQ Nasional, 2001), cet. Ke-XII, h. 7.
6
pendidikan non formal jenis keagamaan itupun cukup strategis jika dilihat dari
tuntutan pembangunan bangsa yang menempatkan asas keimanan dan ketakwaan
sebagai asas utamanya, disamping asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK).
Dalam sisi yang lebih operasional lagi keberadaan TPA dapat dikatakan
sangat mendukung, yaitu dalam rangka memberikan dukungan nyata atas
keputusan Pemerintah tentang pentingnya pengentasan buta aksara dan buta
makna Al-Qur'an, sebagai wujud Penghayatan dan Pengamalan Al-Qur'an dalam
kehidupan sehari-hari. Serta pusat kegiatan yang dilakukan dimasjid, mushalah,
majlis ta'lim dan lain sebagainya. Hal itu, dilakukan untuk memakmurkan masjid
sebagai pusat ibadah dan pusat kebudayaan Islam.
Al-Qur'an mempunyai pengaruh yang besar terhadap jiwa manusia, secara
umum al-Qur'an mampu menggetarkan, menawan dan memasuki lorong-
lorongnya yang apabila jiwa manusia semakin bersih, maka pengaruhnya juga
semakin besar. Sementara jiwa anak-anak jauh lebih besar daripada jenjang usia
manusia yang lain, fitrahnya suci dan setan tak luput tatkala berhadapan
dengannya.
Oleh karena itu, kiranya tepat apabila keberadaan Taman Kanak-kanak Al-
Qur'an (TKA) dan atau Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) menjadi penting
sebagai usaha untuk memperkuat proses belajar mengajar pada pendidikan formal
dalam sisi pendidikan keagamaan yang pada umumnya kurang begitu intensif
diterima oleh anak didik, baik di tingkat Taman Kanak-kanak (TK) maupun
ditingkat Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Berdasarkan deksripsi di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul "KONTRIBUSI TAMAN PENDIDIKAN AL-
QUR'AN (TPA) TERHADAP PENCAPAIAN KOMPETENSI
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
DALAM HAL BACA-TULIS AL-QUR'AN (Studi Kasus di SDN 02 Pondok
Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Propinsi
Banten) ".
7
B. Identifikasi Masalah
Untuk mempermudah penelitian ini, maka penulis akan mengidentifikasi
beberapa masalah sebagai berikut:
1. Di SDN 02 Pondok Pucung masih banyak ditemukan sistem pengajaran
Pendidikan Agama Islam yang kurang memadai dan belum mampu
menciptakan suasana belajar yang kondusif, seperti metode pengajaran yang
bersefat monoton atau teoritis ditingkat Sekolah Dasar (pendidikan formal).
2. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung kurang
memadai, sehingga tidak efektif atau kurang optimal, dalam arti belum
optimal dalam mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan
dalam kurikulum nasional. Hal ini, salah satunya disebabkan kurangnya
jumlah jam pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut.
3. Masih banyak guru Pendidikan Agama Islam yang mengajar di Sekolah Dasar
(SDN 02 Pondok Pucung) menggunakan metode pembelajaran yang kurang
praktis, sehingga materi pelajaran dirasa kurang menarik dan tidak membekas
dalam jiwa peserta didik.
4. Kurang memadainya sarana dan prasarana yang mendukung terlaksananya
program pengajaran Pendidikan Agama Islam yang lebih optimal atau
inovatif, seperti tidak adanya masjid atau musholah, tidak memadainya media
visual atau audio visual dan lain sebagainya.
5. Adanya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi
Penddikan Agama Islam di sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Dari sekian banyak permasalahan yang telah diidentifikasi, maka penulis
memfokuskan kajian terhadap:
1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah yang kurang memadai
dalam hal terbatasnya jumlah jam pelajaran, sehingga tidak efektif dan kurang
optimal dalam pencapaian tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan pada pembelajaran al-Qur'an di
8
Sekolah Dasar. Aspek yang dikaji adalah kompetensi dan indikatornya, materi
yang disiapkan serta hasil belajar siswa.
2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi Pendidikan
Agama Islam di sekolah, dalam hal ini difokuskan pada Kompetensi
Pengajaran Pendidikan Agama Islam, tentang materi baca-tulis al-Qur'an yang
diajarkan di Sekolah Dasar.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di
atas, maka untuk membahas permasalahan tersebut, berikut penulis
mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Kontribusi apa saja yang dapat diberikan oleh Taman Pendidikan al-Qur'an
(TPA) dalam menunjang pencapaian kompetensi Pendidikan Agama Islam di
sekolah?
2. Bagaimana Kompetensi Dasar pembelajaran Pendidikan Agama Islam
ditingkat Sekolah Dasar (SD) dengan Kompetensi Dasar pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA)?
3. Adakah perbedaan hasil belajar siswa yang mengikuti pendidikan di Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPA) dengan yang tidak mengikuti pendidikan di
Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA)?
E. Tujuan Penelitian
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) merupakan lembaga pendidikan non
formal yang setara dengan SD atau MI. Maka, diharapkan keberadaan Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA) mampu mendukung dan dapat memberikan
kontribusi pada pencapaian kompetensi pengajaran Pendidikan Agama Islam
dalam kurikulum pendidikan formal. Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian
ini, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kompetensi dan materi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam ditingkat Sekolah Dasar serta kompetensi dan materi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA).
9
2. Untuk mengetahui keterkaitan antara Pendidikan Agama Islam di tingkat
Sekolah Dasar dengan Pendidikan Agama Islam di Taman Pendidikan al-
Qur'an (TPA).
3. Untuk mengetahui prestasi hasil belajar siswa SDN 02 Pondok Pucung yang
mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dengan yang
tidak mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA).
4. Untuk memperoleh gambaran kontribusi apa saja yang dapat diberikan oleh
Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dalam menunjang pencapaian kompetensi
Pendidikan Agama Islam di sekolah.
F. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat luas
bahwa keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) sebagai lembaga
pendidikan non formal dapat mendukung serta memberikan kuntribusi yang
besar dalam mencapai kompetensi pengajaran Pendidikan Agama Islam pada
kurikulum pendidikan formal.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi khazanah ilmu pengetahuan bagi
dunia pendidikan pada umumnya dan bagi siapa saja yang membutuhkannya
pada khususnya.
10
G. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini, terdiri dari enam bab
diantaranya adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang meliputi: Latar Belakang Masalah, Identifikasi
Masalah, Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis tentang Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan
Pendidikan Agama Islam. Sub pertama, membahas tentang Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPA), meliputi pembehasan tentang
Pengertian Taman Pendidikan al-Qur'an, Visi dan Misi Taman
Pendidikan al-Qur'an, serta Tujuan Pendidikan dan Pengejaran
Taman Pendidikan al-Qur'an. Dan sub kedua, membahas tentang
Pendidikan Agama Islam, meliputi pembahasan Pengertian
11
Pendidikan Agama Islam, Dasar Pendidikan Agama Islam, Tujuan
Pendidikan Agama Islam, dan Fungsi Pendidikan Agama Islam.
BAB III Metodologi Penelitian, meliputi pembahasan tentang Metode
Pembahasan, Populasi dan Sampel Penelitian, Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.
BAB IV Gambaran Umum Lokasi Penelitian, meliputi pembahasan tentang
Sejarah dan Letak Geografis, Keadaan Guru, Keadaan Siswa dan
Jumlah Kelas, Sarana dan Pra Sarana, Kurikulum Pendidikan
Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung, Kelurahan Pondok
Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Tangerang, Propinsi
Banten.
BAB V Peranan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) sebagai Pendukung
Pengajaran Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung.
Meliputi pembahasan tentang Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung, Prestasi Belajar Siswa
SDN 02 Pondok Pucung yang melalui TPA pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam, Prestasi Belajar Siswa SDN 02 Pondok
Pucung yang tidak Melalui TPA pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam, Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Prestasi
Belajar Siswa SDN 02 Pondok Pucung dalam Pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
BAB VI Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran-saran, dimana pada
bagian akhir terdapat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENGAJARAN AL-QUR'AN
TINGKAT DASAR DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
A. PENGAJARAN AL-QUR'AN TINGKAT DASAR
1. Pengertian Pengajaran Al-Qur'an
Lembaga pendidikan umum yang bernaung di bawah Depertemen
Pendidikan dan Kebudayaan telah menempatkan Pendidikan Agama Islam
sebagai salah satu mata pelajaran pokok diberbagai jenjang pendidikan, dan
salah satu materi atau bahan yang dipelajari dalam pendidikan agama Islam
adalah baca-tulis al-Qur'an. Materi tersebut dianggap sangat penting untuk
diberikan kepada siswa, karena al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang
perlu untuk dipelajari, dihayati dan dipahami untuk menjadi pedoman hidup
bagi setiap orang Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian al-Qur'an berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi
adalah masdar dari kata " ر أق " seimbang dengan kata ال نفع yang berarti
bacaan berbicara tentang apa yang tertulis padanya atau melihat dan
menelaahnya. Dalam pengertian ini kata ران ر berarti ق وءمق itu berbentuk
isim maf'ul, dari kata رأ -Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al 1.ق
Qur'an:
1 Ismail Muhammad Syah, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), Cet. 2,
h. 23.
10
11
Artinya: "Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu". (QS. Al-Qiyaamah; 17-18)
Sedangkan, menurut ta'rif yang diberikan olah Ahli Ushul, diantaranya
adalah:
صحف المنزل على محمد القرأن هوآال م اهللا ي الم المكتوب ف
وم ة المخت دوء بالفاتح ا بالتواترالمب باللسان العربي المنقول الين
بالناس المتعبد بتالوته"Kitab al-Qur'an adalah Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis dalam mushaf, yang berbahasa Arab, yang telah dinukilkan (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir, yang dimulai dengan surah al-Fatihah, diakhiri dengan surah an-Naash, yang dipandang pembacanya suatu ibadah".2
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa al-Qur'an adalah
kumpulan wahyu atau firman Allah SWT, yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai pedoman bagi umat manusia
untuk mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
Selanjutnya, Dra. Zuhairini, berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
istilah mengajar memiliki arti memberikan pengetahuan kepada anak, agar
mereka dapat mengetahui peristiwa-peristiwa, hukum-hukum ataupun proses
dari pengetahuan.3
2 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1999), Cet. 6,
h. 188. 3 Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet.
8, h. 27.
12
Pengajaran dapat juga dikatakan sebagai proses belajar-mengajar yang
didalamnya terdiri dari guru, murid, materi atau kurikulum, metode,
lingkungan belajar dan tujuan yang hendak dicapai.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengajaran al-
Qur'an adalah suatu usaha memberikan ilmu pengetahuan tentang al-Qur'an,
baik cara membaca, menulis, memahami kandungannya, secara lengkap dan
sempurna, dengan tujuan supaya al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam yang
menjadi pedoman dalam kehidupan dapat dibaca, dipahami serta diamalkan
dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku sehingga
dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, al-Qur'an
yang selama ini terkesan hanya sebagai bahan pengajian yang secara rutin
dibaca melalui pengajaran, agar dapat ditingkatkan menjadi bahan kajian yang
menjadi acuan sikap seorang muslim dalam mengimplementasikan ajaran-
ajaran yang terkandung didalamnya.
2. Tujuan Pengajaran Al-Qur'an
Tujuan artinya ada sesuatu yang dituju, yaitu sesuatu yang hendak
dicapai dengan melalui proses atau kegiatan. Tujuan juga dapat dipahami
suatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau suatu kegiatan selesai.
Tujuan dalam proses pengajaran dalam pendidikan merupakan suatu yang
mutlak adanya, karena pekerjaan yang dilakukan tanpa adanya tujuan yang
jelas akan menimbulkan suatu ketidakpastian dalam prosesnya.
Tujuan pengajaran al-Qur'an menurut Prof. Dr. Mahmud Yunus,
diantaranya sebagai berikut4:
a. Agar para peserta didik dapat membaca al-Qur'an dengan fasih dan benar
menurut ilmu tajwid.
b. Agar peserta didik dapat membiasakan membaca al-Qur'an dalam
kehidupannya sehari-hari.
4 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hida Karya Agung,
1990), Cet. 20, h. 91.
13
c. Memperkaya perbendaharaan kata-kata dan kalimat yang indah serta
menarik hati.
Selain itu, Ramlan Mardjoned berpendapat bahwa tujuan mempelajari al-
Qur'an diantaranya adalah5:
1) Agar pereserta didik mampu membaca al-Qur'an dengan benar dan lancar
sesuai dengan ilmu tajwid.
2) Agar peserta didik dapat menguasai secara fasih dan benar, huruf al-
Qur'an, sejumlah ayat-ayat pilihan, dan atau sejumlah surat-surat pilihan.
Tidak hanya itu, tujuan umum dari pengajaran al-Qur'an adalah membaca,
memahami, menghayati, mengamalkan untuk selanjutnya juga untuk
didakwahkan atau disampaikan kepada orang lain.6
Dari tujuan yang telah dikemukakan tersebut, maka pada akhirnya
diharapkan para siswa atau santri yang mempelajari al-Qur'an mampu
membaca, menulis, menghafal bahkan mengartikan serta memahami isi
daripada kandungan al-Qur'an.
Selain itu, pengajaran al-Qur’an juga bertujuan untuk tertanamnya rasa
keimanan dan ketakwaan serta kecintaan pada diri anak didik terhadap kitab
suci al-Qur'an dan menjadi pedoman hidupnya. Dengan rasa cinta tersebut,
diharapkan anak didik memiliki keinginan keras untuk menyelami dan
mempelajari kedalaman makna yang terkandung dalam al-Qur'an yang
selanjutnya dapat diamalkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Tujuan yang paling prinsipil daripada pengajaran al-Qur'an adalah untuk
beribadah kepada Allah SWT dan ini selaras dengan tujuan utama
diciptakannya manusia. Sebagaimana Allah SWT telah berfirman dalam al-
Qur'an:
5 Ramlan Mardjoned, Akhlak Belajar dan Mengajar al-Qur'an, (Jakarta: LPPTKA-
BKPRMI, 1994), Cet. I, h. 155. 6 Abdul Mujib Ismail dan Maria Ulfa Nawawi, Pedoman Ilmu Tajwid, (Surabaya: Karya
Abditama, 1995), h. 1.
14
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". (QS. Adz Dzariyaat; 51)
3. Model-model Pengajaran Al-Qur'an
Setiap mukmin yang mempercayai al-Qur'an mempunyai kewajiban dan
tanggungjawab terhadap kitab sucinya itu. Diantara kewajiban dan
tanggungjawab itu ialah mempelajari dan mengajarkannya, belajar dan
mengajarkan al-Qur'an itu adalah kewajiban suci dan mulia. Sebagaimana
rasulullah saw telah bersabda: "Sebaik-baik kamu adalah orang yang
mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya".
Jadi, belajar al-Qur'an merupakan kewajiban yang utama bagi setiap
mukmin dan begitu pula mengajarkannya. Belajar al-Qur'an itu dapat dibagi
kepada beberapa tingkatan, yaitu belajar membaca sampai lancar dan baik
menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam qiraat dan tajwid, belajar arti dan
maksudnya, dan terakhir belajar menghafalnya diluar kepala, sebagaimana
yang dikerjakan oleh para sahabat di masa Rasulullah saw sampai pula pada
masa sekarang ini dibeberapa Negara Islam.
Ada beberapa keistimewaan, yang membuat pelajaran membaca al-
Qur'an menempati suatu ilmu tersendiri yang dipelajari secara khusus,
diantaranya sebagai berikut7:
a. Al-Qur'an adalah Kalamullah (wahyu Allah) yang dibukukan, kemurnian
dan eksistensinya dijamin pemeliharaannyaoleh Allah sendiri.
b. Al-Qur'an itu diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara bertahap,
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan pikiran, diterima oleh Nabi
dengan perasaan yang khusus.
c. Al-Qur'an mengandung ajaran yang bersifat universal, berlaku pada segala
tempat dan situasi, menjadi pedoman sepanjang zaman.
d. Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang tidak dapat
ditandingi, baik dari segi isi, susunan kalimat dan keabadian berlakunya.
7 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet. 1, h. 89-90.
15
e. Kemurnian dan keaslian al-Qur'an terjamin dengan pemeliharaan Allah
sendiri.
f. Ajaran yang dikandung oleh al-Qur'an, secara umum dan prinsip, meliputi
seluruh aspek kehidupan.
g. Membaca al-Qur'an (walaupun belum mengerti terjemahannya), dinilai
sebagai suatu ibadah.
h. Kebenaran yang dibawa oleh al-Qur'an bersifat mutlak, tidak diragukan
dan tidak meragukan.
Selain hal itu, al-Qur'an juga merupakan ilmu teoritis, ia menjadi
pengetahuan yang bersifat keterampilan dan seni. Apalagi dengan adanya
hadis Nabi yang mengatakan bahwa bukanlah termasuk golongan kami orang
yang tidak melagukan al-Qur'an. Walaupun hal tersebut belum termasuk
anjuran wajib, namun cukup mempengaruhi orang Islam untuk
mempelajarinya.
Oleh karena itu, banyak para ahli yang melahirkan ilmu tajwid, ilmu
qira'at, ilmu nagham, ilmu makhraj dan lain sebagainya. Setiap orang ingin
berlomba membaca al-Qur'an dengan baik dan benar. Bahkan, pengajian anak-
anak pun sudah lama membudaya dalam masyarakat Islam. Hanya saja, sistem
dan caranya perlu dikembangkan lagi sesuai dengan perkembangan model-
model atau pola mengajarkan berbagai macam mata pelajaran. Model-model
pengajaran al-Qur'an itu perlu diperbaharui dan dikembangkan, karena
dibutuhkan oleh masyarakat Islam. Adapun isi pengajaran al-Qur'an itu
meliputi8:
1) Pengenalan huruf Hijaiyah, yaitu huruf Arab dari Alif ( ا ) sampai Ya (ي).
2) Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyyah dan sifat-sifatnya yang
dibicarakan dalam Ilmu makhraj.
3) Membentuk dan fungsi tanda baca, seperti syakal, syiddah, tanda panjang
(mad), tanwin dan sebagainya.
8 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus…, h. 91.
16
4) Bentuk dan berfungsi tanda berhenti (waqof), seperti waqof mutlak, waqof
jawaz dan sebagainya.
5) Cara membaca, melakukan dengan bermacam-macam irama dan
bermacam-macam qira'at serta naghom.
6) Adabut tilawah, yang berisi tatacara dan etika membaca Al-Qur'an sesuai
dengan fungsi membaca itu sebagai ibadah.
Adapun perkembangan pengajaran di Indonesia, dalam madrasah-
madrasah yang modern, seperti yang didirikan oleh kelompok organisasi NU
dan Muhamadiyah, pengajaran membaca al-Qur'an ini sudah diatur lebih
sempurna. Anak-anak diajarkan membaca huruf Arab dan dilatih
membunyikan ayat-ayat al-Qur'an dengan lafal atau bacaan yang baik.
Dalam waktu terakhir ini banyak perkumpulan-perkumpulan Islam sudah
menciptakan sendiri kitab-kitab pelajaran membaca al-Qur'an dengan sistem
atau model pengajaran yang baik, kebanyakan dengan memperhatikan contoh-
contoh pelajaran dari Mesir.9
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian model yaitu pola
(contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.10 Jadi,
dapat dikatakan bahwa model artinya "acuan" yang teratur berfikir baik-baik
untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya. Model
mengajar bermakna sebagai acuan kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh
guru dalam menyampaikan materi pelajaran ciri perkembangan murid-
muridnya, dan suasana alam sekitarnya juga tujuan mengajarkan murid-
muridnya untuk mencapai proses belajar yang diinginkan, serta perubahan
yang dikehendaki pada tingkah laku mereka. Selanjutnya, menolong mereka
memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, minat dan nilai-
nilai yang diinginkan.
Dalam pengajaran membaca al-Qur'an ini, ada beberapa sistem atau
model yang ada, serta berkembang di Indonesia. Para Ulama banyak yang
9 Abu Bakar Saleh, Sejarah al-Qur'an, (Solo: CV. Ramadhani, 1989), Cet. VII, h. 238. 10 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 751.
17
menciptakan model belajar membaca al-Qur'an dengan cepat. Sampai saat ini
setidaknya telah lahir kurang lebih 20 model, sebagian diantaranya11:
a) Model Bagdadiyah.
b) Model Hattaiyah di Riau.
c) Model al-Barqi di Surabaya.
d) Model Qira'ati di Semarang.
e) Model Iqra' di Yogyakarta.
f) Model Tunjuk Silang.
g) Model al-Banjari di Banjarmasin.
h) Model SAS (Struktural Analitik Sintetik) di Jawa Timur.
i) Model Tomak Alam di Sumatra Barat.
j) Dan lain-lain.
Model-model tersebut adalah hasil penelitian dari Litbang Departemen
Agama pada bulan Januari Tahun 1994. Model al-Barqi biasanya lebih tepat
digunakan secara klasikal dan dapat masuk dalam kegiatan Intrakulikuler.
Adapun model SAS (Struktural Analitik Sintetik), Iqra' dan al-Banjari
dapat digunakan dalam kelompok kecil dengan sistem tutorial, sehingga
pelaksanaanya lebih tepat diluar kulikuler. Namun, model Iqra' pada akhirnya
lebih banyak dipakai karena lebih mudah dan lebih cepat berhasil. Model ini
ditemukan oleh KH. As'ad Humam (1933-1996), pendiri Persatuan Pengajian
Anak-anak Kota Gede dan sekitarnya.12
Dalam upaya mencari model belajar dan mengajar membaca al-Qur'an,
berbagai buku menawarkan cara-cara baru, antara lain model Bagdadiyah,
model Tunjuk Silang, metode SAS (Struktural Analitik Sintetik), model
Qira'ati, model al-Barqi', model Iqra' dan lain sebagainya. Berikut akan
penulis jelaskan secara singkat beberapa model yang telah disebutkan tersebut.
1. Model Bagdadiyah
11 Hasan Muarif Ambari dan Taufik Abdullah, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar
Baru Van Hoeve, 1996), Jilid 2, h. 391. 12 Hasan Muarif Ambari dan taufik Abdullah, Ensiklopedia… , h. 219-220.
18
Dalam dunia pengajaran al-Qur'an di Indonesia, telah lama dikenal
cara belajar membaca al-Qur'an melalui turutan. Turutan adalah bagian al-
Qur'an Juz ke-30, yang bagian awalnya diberikan tuntunan cara membaca
al-Qur'an. Cara membaca yang diperkenalkan dalam turutan dikalangan
guru mengaji atau mengajar al-Qur'an, disebut Kaidah Bagdadiyah.
Penggunaan turutan sebagai tahap awal mengaji sudah digunakan cukup
lama, cara ini cukup berhasil dan banyak memberi manfaat. Hal ini,
terbukti dan mayoritas generasi lama yang kini mampu membaca al-
Qur'an adalah dari penggunaan Kaidah Bagdadiyah, hanya saja
penggunaan kaidah tersebut diperlukan waktu yang relatif lama.
Kaidah Bagdadiyah adalah suatu kadiah yang membahas tentang
metode mengajarkan membaca al-Qur'an secara modern yang mempunyai
sistematika yang rapih.
Model ini mempunyai banyak manfaat dan cocok digunakan untuk
tingkat dasar yang belum dapat membaca al-Qur'an sama sekali.
Disamping itu, harus disertai dengan kerjasama antara guru dan murid.
Sistematika pengajaran Kaidah Bagdadiyah, adalah sebagai berikut:
1. Memperkenalkan dan mengahafal huruf-huruf Hijaiyah menurut
urutan abjad sebagai 30 aksara dalam bentuk dasar tanpa diberi
syakal (tanda baca). Seperti:
ي, ...., خ, ح, ج, ث, ت, ب, ا2. Memperkenalkan Huruf Hijaiyah dalam bentuk dasar dengan harakat
fathah serta latihan mengucapkannya untuk masing-masing huruf,
seperti:
ي, ...., خ, ح, ج, ث, ت, ب, ا3. Memperkenalkan dan latihan mengucapkan huruf-huruf hijaiyah
dalam bentuk dasar dengan tiga macam syakal, fathah, kasrah dan
dhommah, seperti:
...., ت ت ت, ب ب ب, ا ا ا
19
4. Memperkenalkan dan menghafal huruf-huruf hijaiyah dalam bentuk
dasar dengan tanda Tanwin (fathatain, kasrahtain dan dhomatain),
seperti:
...., ت ت ت, ب ب ب, ا ا ا5. Memperkenalkan dan melatih ucapan Lam Alif yang bertasdid
dengan harakat fathah sebanyak 26 ucapan, seperti:
... مال – ضال – جال –تال 6. Mengenalkan dan melatih ucapan Nun Sakinah yang bertanda Tasdid
dengan Kasrah dan Mad Ya sebanyak 28 ucapan, seperti:
... ضني – د ني – خني – جني – بني–إني 7. Memperkenalkan dan latihan membaca huruf Illat yang terletak
sesudah bermacam-macam huruf. Jumlah latihan 6 x 28 = 168
ucapan, seperti:
... جين – جون – جون – ان جان – أين –ن أو–ابن 8. Latihan mengucapkan kata-kata yang mengandung dua macam huruf
illat dalam satu kata, seperti:
– هو – طاظوا – راهو – رى – ذى – دو –خو
...هي
9. Latihan mengucapkan kata-kata yang berakhir dengan "Kum" ( م آ ).
Jumlah latihan 28 x 5 = 140 ucapan, seperti:
... شأن – دون – بين –انكم 10. Latihan mengucapkan kata-kata Arab yang dimulai dengan huruf
berharakat dhommah sebanyak 12 kata, seperti:
...قتل – غفر –رفع – ذآر –آتب
20
11. Latihan mengucap kata-kata yang berakhir dengan huruf bertanda
tanwin fathah sebanyak 28 kata, seperti:
... آامال – نافال – رافعا –امنا 12. Latihan mengucap kata-kata yang berakhir dengan huruf bertanda
tanwin dhommah sebanyak 52 kali, seperti:
... سميع – با ئس – غفر –امن 13. Latihan mengucapkan kata-kata yang Nun Jama' sebanyak 32 kali,
seperti:
... تعلمون – خا لصين –امنين 14. Latihan mengucapkan huruf mati, dengan kata-kata sebanyak 27 kali,
seperti:
... اهوا – اطوا –بوا ا–ائوا 15. Latihan membaca kata-kata dan ungkapan yang berdapat dalam al-
Qur'an, sebanyak 120 kali, seperti:
... تفعلون – تشكرون –تسمعون 16. Latihan membaca kalimat-kalimat dalam bahasa Arab sebanyak 3
halaman. Seperti:
منت بااهللا وبااليوم اآلخرأ17. Latihan membaca al-Qur'an Surat al-Fatihah dan Juz Amma.
2. Model Tunjuk Silang
Model ini dirintis oleh Drs. Jalaluddin, yaitu: "suatu model
pengajaran membaca al-Qur'an dengan identifikasi huruf dan bunyi
hijaiyyah melalui huruf latin, dengan pertimbangan bahwa sekarang huruf
21
latin lebih memasyarakat, terutama dikalangan para pelajar di kota
besar".13
Dikatakan model pengajaran tunjuk silang karena menggunakan
model atau sistem abjad berbahasa latin-Arab. al-Qur'an yang tertulis
dalam huruf dan bahasa Arab ditulis dengan huruf latin akan tampak
semacam persilangan letak huruf yang saling tunjuk silang itu serupa tanda
silang (X), karena:
a. Huruf awal pada huruf al-Qur'an yang terletak di kanan ditulis huruf
awal latinnya, tetapi letaknya dikiri.
b. Huruf akhir pada huruf al-Qur'an ditulis dengan huruf latin, tapi
letaknya berbeda tempat, yaitu pada huruf al-Qur'an dikiri dan latin
dikanan.
c. Jika huruf yang saling tunjuk silang tersebut dihubungkan dengan garis
lurus, maka terlukis garis silang, seperti:
Huruf al-Qur'an : Huruf akhir : Huruf awal
2 1
Huruf latin : Huruf awal : Huruf akhir
1 2
Contoh:
سبح هللا
Sabbaha Lillahi
3. Model SAS (Sintetis Analitis Sistem)
Model pengajaran SAS (Sintesis Analitis Sistem), mengandung
maksud diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan dan pengamatan keseluruhan (struktural) secara sepihak.
13 Jalaluddin, Metode Tunjuk Silang, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 5.
22
2. Pengenalan dan pengamatan lebih jauh (analitik) sampai bagian-
bagian.
3. Pengenalan dan pengamatan mendalam (sintetik) sehingga dapat
memahami.
Dilihat dari segi penerapannya pendekatan yang digunakan dalam
model SAS ini, adalah pendekatan struktural yang dijabarkan melalui
analisa dan sintesa, sehingga struktur tersebut dapat dipahami dan
dihayati. Jadi, keseluruhan pendekatan struktur dan analisa sintesa itulah
yang disebut dengan model SAS atau dengan kata lain, model SAS berarti
cara penyampaian bahan pelajaran kepada orang lain dan guru
menganalisa serta mensintesakan struktur bahan pelajaran dalam
pencapaian tujuan pengajaran. Buku pelajaran yang dapat dipergunakan,
dengan memilih buku-buku yang berisi alif-bata, seperti juz amma dan
beberapa buku pelajaran al-Qur'an yang sudah banyak disusun. Yang
terpenting untuk pertama kali adalah pengenalan huruf dengan bunyinya
yang tepat.14
Adapun cara menganalisa dan mensintesa struktur contohnya yang
terdiri atas kalimat:
اهللا آبر اهللا اآبر
ا ل ل ه ا ك ب راهللا اآبر اهللا اآبر
Dengan melihat struktural kalimat atau kata lebih dulu, kemudian
secara bertahap menganalisanya sehingga menjadi huruf Hijaiyyah.
Selanjutnya, huruf hijaiyyah tersebut disintesakan kembali sehingga
menjadi struktur kalimat atau kata semula. Dengan cara belajar dan
mengajar yang demikian, maka anak-anak sekaligus mengenal huruf awal,
14 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), Cet. I, h. 93.
23
tengah, akhir dan hijaiyyah, serta dapat membandingkan bentuk huruf-
huruf yang dimaksud.
Penggunaan model SAS ini, dikembangkan pelaksanaannya oleh
proyek pembinaan Pendidikan Dasar (P3D) serta oleh P2SD Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Model ini tidak dikembangkan
dimasyarakat, selain karena hanya diterapkan dilembaga formal, juga
karena agak sulit dicerna oleh anak-anak usia SD, apalagi anak yang
belum sekolah.
4. Model Qira'ati
Model ini dirintis oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi dari Semarang.
Beliau adalah pelopor pertama berdirinya TK al-Qur'an di Indonesia yang
pada perkembangan selanjutnya tumbuh menjamur dimasyarakat.
Hal yang perlu diketahui dalam model ini, adalah:
1. Buku pegangan dalam pengajarannya terdiri dari VI jilid.
2. Setiap kelas didisi oleh 20 orang murid dengan seorang guru khusus,
jilid satu setiap kelas terdiri dari 15 murid.
3. Mengajar jilid satu dan dua sebaiknya perorangan, seorang demi
seorang membaca dihadapan guru dengan tidak dituntun, sedangkan
yang lainnya belajar menulis.
4. Mengajar jilid tiga sampai jilid terakhir termasuk membaca al-Qur'an,
sebaiknya secara klasikal. Namun, setiap murid diberi kesempatan
membaca sekedar dua atau tiga baris untuk mengetahui kemampuan
baca, baik pelajaran buku atau pelajaran membaca al-Qur'an.
5. Murid diperbolehkan melanjutkan ke jilid berikutnya, jika mampu
membaca dengan baik dan lancar tanpa ada kesalahan.
6. Pelajaran shalat dan do'a diberikan menjelang usai pelajaran.
Model ini sifatnya bukan mengajar, namun mendorong kemampuan
siswa atau santri dengan menganggap mereka telah memiliki persiapan
pengetahuan yang ada. Murid membuka-buka buku dan membacanya
sendiri dari jilid satu sampai akhir. Model ini dianggap sebagai permulaan
24
belajar mengajar membaca al-Qur'an yang dilengkapi dengan bacaan
tajwid, untuk anak umur lima atau enam tahun dan Insya Allah setelah
umur 10 tahun mereka akan dapat membaca al-Qur'an dengan baik dan
benar.15
Model pengajaran drill banyak tersirat dalam penggunaan metode
Qira'ati ini, adapun yang secara khusus menggunakan metode ini adalah
pada pelajaran ghorib, ilmu tajwid dan hafalan-hafalan al-Qur'an, seperti
hafalan bacaan shalat, surat-surat pendek, hadist dan do'a, mufradat bahasa
Arab dan lain sebagainya.
5. Model al-Barqi
Model ini juga sifatnya sama dengan model Qira'ati, yaitu bukan
mengajar akan tetapi mendorong, sehingga guru hanya Tut Wuri
Handayani, dengan menganggap murid telah memiliki persiapan dengan
pengetahuan yang tersedia. Murid membuka atau melihat alat peraga
(papan tulis, dll), tidak dalam keadaan kosong. Karena sudah punya
persiapan, maka murid tinggal membaca, memisahkan, memilih dan
memadu sendiri, dengan begitu akan terlihat jelas bahwa santri atau murid
tampak cerdas. Karena itulah, maka model al-Barqy dengan model yang
digunakan didalamnya memenuhi syarat untuk disebut dengan sebutan
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang tepat digunakan untuk tingkat
pendidikan SD/MI, SMP/Mts, bahkan untuk anak-anak SMA, cukup dari 6
jam.16
6. Model Iqra'
Model Iqra' adalah model cara cepat belajar membaca al-Qur'an yang
terdiri dari beberapa jilid, yaitu dari jilid satu sampai dengan jilid enam
dan dilengkapi dnegan buku model tajwid praktis yang disusun secara
sistematis, dimulai dari hal-hal yang dianggap sederhana, meningkat tahap
15 Ahmad al-Wafa Wajih, Makalah Metode Qira'ati, (Gresik: ttp, 1996), h. 21-27. 16 Muhadjir Sulthon, al-Barqi, (Surabaya: Pena Suci, 1992), h. vi-viii.
25
demi tahap sehingga terasa ringan bagi yang mempelajarinya, sejak usia
balita sampai manula mampu membaca al-Qur'an dalam waktu yang relatif
singkat, menjadi lebih mudah, cepat, efisien dan efektif.
Model iqra' mempunyai beberapa kekhususan, diantaranya adalah
sebagai berikut17:
1. Bacaan langsung tanpa dieja.
2. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), yang belajar adalah santri bukan
guru, sehingga santri harus didorong untuk aktif dan guru sifatnya
hanya membimbing saja.
3. Privat, artinya santri dalam membaca al-Qur'an harus berhadapan
langsung dengan gurunya.
4. Modul, yaitu santri dalam menyelesaikan materi iqra' tergantung
kemampuan dan usaha sendiri.
5. Asistensi, yaitu jika terpaksa kekurangan guru, maka menunjuk siswa
yang terpilih yang sudah mampu atau memiliki kemampuan yang lebih
diantara yang lainnya untuk menjadi asisten penyimak terhadap siswa
yang masih kurang cara membacanya.
6. Praktis, yaitu tujuan utama belajar dan mengajar al-Qur'an ini dalah
santri bias membaca al-Qur'an dengan mudah dan tepat.
7. Sistematis, artinya disusun secara lengkap dan sempurna sera
terencana dengan komposisi huruf yang seimbang.
8. Variatif, yaitu disusun secara berjilid, yang terdiri dari jilid satu sampai
jilid enam dengan symbol warna-warni yang harmonis.
9. Komunikatif, artinya ungkapan kata rambu-rambu pentunjuk akrab
dengan pembaca, sehingga menyenangkan bagi yang mempelajarinya.
10. Fleksibel, artinya iqra' dapat dipelajari oleh anak usisa pendidikan TK,
SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA, mahasiswa bahkan orang-orang tua
(manula) dan lain sebagainya.
17 As'ad Humam, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca,
Menulis dan Memahami al-Qur'an, (Yogyakarta: LPTQ Nasional, 2001), Cet. 12, h. 97-98.
26
Model ini, adalah model pengajaran yang paling umum dan banyak
digunakan di Indonesia. Lembaga Badan Komunikasi Pemuda Remaja
Masjid Indonesia (BKPRMI), dengan cepat mengangkat model atau sistem
buku IQRA' dengan menggerakkan Pemuda Remaja Masjid di seluruh
Indonesia menjadikan Musholah atau Masjid sebagai pusat Pendidikan dan
Pengajaran al-Qur'an. Selain itu, dikembangkan pula model belajar-
mengajar al-Qur'an dengan cara bermain, bercerita dan menyanyi (BCM).
Dengan begitu, perpaduan antara metode CBSA dan BCM, akan dapat
mengembangkan gerakkan aktif pisik santri dengan bermain dan
bernyanyi yang dapat menimbulkan suasana gembira dan tidak
membosankan. Sedangkan, metode cerita dari guru, akan dapat melatih
santri "aktif mendengar, menyimak, menyimpulkan dan mengungkapkan
sesuatu dengan baik", serta membina suasana komunikasi dalam ukhuwah
dan silaturrahim.18
Dari semua model-model pengajaran yang ada tersebut, ruang lingkup
pengajaran membaca Al-Qur'an ini, lebih banyak berisi pengajaran
keterampilan khusus yang berkaitan dengan teori belajar banyak latihan
(metode drill), pembiasaan, bimbingan dan keteladanan.19
Demikian, sekilas tentang perkembangan model-model pengajaran al-
Qur'an dengan berbagai sistem yang ada dan diterapkan di Indonesia, sebagai
bukti bahwa berbagai upaya telah dilakukan oleh para ulama dan pemerintah
untuk menumbuhkan kecintaan generasi muda kepada al-Qur'an, sekaligus
bertujuan mengentaskan buta huruf al-Qur'an dikalangan masyarakat,
khususnya umat Islam.
B. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian dan Aspek-aspek Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
18 Ramlan Mardjoned, Akhlak Belajar dan Mengajar al-Qur'an, (Jakarta: LPPTKA-
BKPRMI, 1994), Cet. 1, h. 156-158. 19 Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN
Press, tth), h. 89-92.
27
Istilah pendidikan bermula dari bahasa Yunani, yaitu paedagogle, yang
berati bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan education yang berarti
pengembangan atau bimbingan, sedangkan dalam bahasa Arab istilah ini
sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.20
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiaannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya
peradaban suatu masyarakat, didalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses
pendidikan.
Kata pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.21
Sedangkan, pengertian agama Islam, secara etimologis dapat diartikan
dengan kekuasaan, hukum, syara', undang-undang atau penghisaban. Dengan
kata lain, Islam adalah tatanan Ilahi yang selain dijadikan oleh Allah SWT
sebagai penutup segala syari'at, juga sebagai tatanan kehidupan yang
paripurna dan meliputi seluruh aspeknya.
Jadi, apabila kata pendidikan dan agama Islam digabungkan, maka yang
dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah usaha untuk menyiapkan
peserta didik meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama
Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan untuk mewujudkan
pribadi muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT agar tercapai
kehidupan yang sejahtera dan bahagia di dunia dan akhirat.
20 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Cet. III, h. 1. 21 Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 3.
28
Dr. Yusuf al-Qardhawi memberikan pengertian Pendidikan Agama
Islam, sebagai berikut:
Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena Pendidikan Agama Islam menyiapkan manusia untuk hidup, baik dalam dan perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikkan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.22
Dari penjelasan yang telah penulis paparkan tersebut, dapat diambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah
usaha yang diarahkan pada pembentukkan kepribadian anak yang sesuai
dengan ajaran agama Islam atau suatu upaya dengan ajaran Islam, memikir,
memutuskan dan berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, serta
bertanggungjawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.23
Selanjutnya, aspek-aspek pembelajaran dalam pengajaran Pendidikan
Agama Islam, kompetensi yang hendak dicapai, sebagaimana termaktub
dalam kurikulum tahun 2004, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Mengamalkan ajaran al-Qur'an dan al-Hadist dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menerapkan akidah Islam dalam kehidupan sehari-hari.
c. Menerapkan akhlakul karimah (akhlak yang mulia) dan menghindari
akhlak tercela dalam kehidupan segari-hari.
d. Menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari.
e. Mengambil manfaat dari sejarah Islam tentang keadaan masyarakat
Madinah sebelum dan sesudah Islam datang dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagaimana diketahui, bahwa seiring dengan terjadinya pembaharuan
atau perubahan dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional, yaitu dengan
dikeluarkannya Undang-Uandang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan dengan diberlakukannya sistem
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), inti ajaran pokok agama
Islam diantaranya meliputi24:
22 Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta: PT.
Logos Wacana Ilmu, 1998), Cet. 1, h. 5. 23 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. II, h. 152. 24 Depertemen Pendidikan nasional, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
29
1) Masalah keimanan (akidah), yaitu bersifat i'tiqad batin, mengajarkan
keesaan Allah, Esa sebagai Tuhan yang menciptakan, mengatur dan
meniadakan alam ini.
2) Masalah keislaman (syari'ah), yaitu berhubungan dengan amal lahir dalam
rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna mengatur
hubungan antara manusia dengan Tuhan dan mengatur pergaulan hidup
dan kehidupan manusia.
3) Masalah Ihsan (akhlak), yaitu suatu amalan yang bersikap pelengkap atau
penyempurna bagi kedua amal di atas dan yang mengajarkan tentang tata
cara pergaulan hidup manusia.
Ketiga ajaran pokok tersebut, kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun
iman, rukun Islam dan akhlak, serta dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan
agama, diantaranya yaitu tauhid, fikih, dan akhlak.
Ketiga kelompok ilmu tersebut, kemudian dilengkapi dengan
pembahasan dasar hukum Islam yaitu al-Qur'an dan al-Hadist, serta ditambah
lagi dengan sejarah Islam (tarikh Islam), sehingga secara berurutan:
a) Al-Qur'an
b) Hadist
c) Akidah
d) Akhlak
e) Fikih
f) Tarikh Islam
Adapun sistematika pengajaran dan teknik penyajiannya diserahkan
kepada kebijakkan masing-masing pendidik, dengan memperhatikan bahan
atau materi dan waktu yang tersedia sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan. Cara penyajiannya tidak selalu harus terpisah-pisah, akan tetapi
bisa secara korelasi dan bahkan apabila memungkinkan diberikan secara
integrated kepada mata pelajaran lain, atau dengan metode proyek (unit).
Pada tingkat dasar, seperti halnya pada Taman Kanak-kanak, materi
Pendidikan Agama Islam bertujuan menanamkan pengenalan kepada Tuhan
30
Yang Maha Esa dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup menurut agama
dengan perkembangan hidup, materi biasanya meliputi:
1. Mengenalkan ke-Esaan dan keagungan Tuhan.
2. Mengenalkan bahwa Allah Maha Pengasih dan Penyayang.
3. Pengenalan suasana keagamaan melalui tempat-tempat ibadah, permainan,
nyanyian dan tari-tarian.
4. Membiasakan hidup sesuai dengan tuntunan agama.
Sedangkan, pada tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
materi pelajaran pendidikan agama Islam, meliputi masalah keyakinan, budi
pekerti, ibadah dan amalan dalam pergaulan hidup, baik sebagai individu
maupun anggota masyarakat. Hal tersebut, didasarkan pada kemampuan-
kemampuan yang tercantum dalam komponen Kemampuan Dasar yang
merupakan penjabaran dari kompetensi dasar umum yang harus dicapai di
tingkat Sekolah Dasar (SD), yaitu:
a. Beriman kepada Allah SWT dan lima rukun iman yang lainnya dengan
mengetahui fungsi serta terefleksi dalam sikap, perilaku, dan akhlak
peserta didik dalam dimensi vertikal maupun horisontal.
b. Dapat membaca al-Qur'an surat-surat pilihan dengan baik dan benar,
menyalin dan mengartikannya.
c. Mampu beribadah dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan syari'at
Islam, terutama ibadah mahdhah.
d. Dapat meneladani sikap, sifat dan kepribadian Rasulallah SAW serta
khulafaur Rasyidin.
Berikut akan penulis jabarkan pembagian materi mengenai pelajaran
pendidikan agama Islam ditingkat Sekolah Dasar (SD). Atau, lebih jelas lagi
kompetensi dasar tersebut, dapat dirinci menjadi kompetensi kelas dan
dikelompokkan berdasarkan aspek-aspek pembelajarannya, seperti terangkum
dalam materi al-Qur'an, keimanan, akhlak, fiqih atau ibadah dan tarikh, yang
sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) untuk Sekolah
Dasar (SD) sebagaimana tergambar pada tabel berikut:
31
Tabel 1. 1 Kompetensi Dasar Umum dan Materi Pendidikan Agama Islam
di tingkat Sekolah Dasar (SD)
Kelas I Aspek Pembelajaran Kompetensi Dasar
Al-Qur'an 1. Melafalkan QS Al Fatihah dengan lancar 2. Menghafalkan QS Al Kausar dengan lancar 3. Menghafal QS An Nasr dengan lancar 4. Menghafal QS Al Asr dengan lancer
Akidah
1. Menunjukkan kekuasaan Allah SWT melalui ciptaan-Nya
2. Menyebutkan enam Rukun Iman 3. Menghafalkan Rukun Iman 4. Melafalkan syahadat tauhid dan syahadat rasul 5. Mengartikan dua kalimat syahadat 6. Menghafkan dua kalimat syahadat
Akhlak
1. Membiasakan perilaku jujur 2. Membiasakan perilaku tanggung jawab 3. Membiasakan perilaku hidup bersih 4. Membiasakan perilaku disiplin 5. Menampilkan perilaku rajin 6. Menampilkan perilaku tolong-menolong 7. Menampilkan perilaku hormat terhadap orangtua 8. Menampilkan adab makan dan minum 9. Menampilkan adab belajar
Fiqih
1. Menjelaskan pengertian bersuci 2. Mencontoh tata cara bersuci 3. Menirukan ucapan Rukun Islam 4. Menghafal Rukun Islam 5. Menyebutkan tata cara berwudu 6. Mempraktikkan tata cara berwudu
Tarikh - Kelas II
Aspek Pembelajaran Kompetensi Dasar
Al-Qur'an 1. Mengenal huruf Hijaiah 2. Mengenal tanda baca (harakat) 3. Membaca huruf Hijaiah bersambu-ng 4. Membaca huruf Hijaiah bersambu-ng
Akidah 1. Menyebutkan lima dari Asmaul Husna 2. Mengartikan lima dari Asmaul Husna 3. Menyebutkan lima dari Asmaul Husna 4. Mengartikan Asmaul Husna
Akhlak
1. Menampilkan perilaku rendah hati 2. Menampilkan perilaku hidup sederhana 3. Menampilkan adab buang air besar dan kecil 4. Mencontoh perilaku hormat dan santun kepada
orangtua dan guru
32
5. Menampilkan perilaku sopan dan santun kepada tetangga
Fiqih
1. Membiasakan wudu dengan tertib 2. Membaca doa setelah berwudu 3. Melafalkan bacaan salat 4. Menghafalkan bacaan salat 5. Membiasakan salat secara tertib 6. Mempraktikkan salat secara tertib
Tarikh - Kelas III
Aspek Pembelajaran Kompetensi Dasar
Al-Qur'an 1. Membaca kalimat dalam Alquran 2. Menulis kalimat dalam Alquran 3. Membaca huruf-huruf Alquran 4. Menulis huruf Alquran
Akidah 1. Menyebutkan lima sifat wajib Allah SWT 2. Mengartikan lima sifat wajib bagi Allah SWT 3. Menyebutkan sifat mustahil Allah SWT 4. Mengartikan sifat mustahil Allah SWT
Akhlak
1. Menampilkan perilaku percaya diri 2. Menampilkan perilaku tekun 3. Menampilkan perilaku hemat 4. Menampilkan perilaku setia kawan 5. Menampilkan perilaku kerja keras 6. Menampilkan perilaku penyayang terhadap hewan 7. Menampilkan perilaku penyayang terhadap
lingkungan
Fiqih 1. Menghafal bacaan salat 2. Menampilkan keserasian gerakan dan bacaan salat3. Melakukan salat fardu 4. Mempraktikkan salat fardu
Tarikh - Kelas IV
Aspek Pembelajaran Kompetensi Dasar
Al-Qur'an
1. Membaca surah Al Fatihah dengan lancar 2. Membaca surah Al Ikhlas dengan lancar 3. Membaca surah Al Kausar dengan lancar 4. Membaca surah An Nasr dengan lancar 5. Membaca surah Al Asr dengan lancer
Akidah
1. Menyebutkan sifat jaiz Allah SWT 2. Mengartikan sifat jaiz Allah SWT 3. Menjelaskan pengertian malaikat 4. Menyebutkan nama-nama malaikat 5. Menyebutkan tugas-tugas malaikat
Akhlak 1. Menceritakan kisah Nabi Adam AS 2. Menceritakan kisah kelahiran Nabi Muhammad
SAW
33
3. Menceritakan perilaku masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW
4. Meneladani perilaku taubatnya Nabi Adam AS 5. Meneladani perilaku masa kanak-kanak Nabi
Muhammad SAW 6. Menceritakan kisah Nabi Ibrahim AS 7. Menceritakan kisah Nabi Ismail AS 8. Meneladani perilaku Nabi Ibrahim AS 9. Meneladani perilaku Nabi Ismail AS
Fiqih
1. Menyebutkan rukun salat 2. Menyebutkan sunah salat 3. Menyebutkan syarat sah dan syarat wajib salat 4. Menyebutkan hal-hal yang membatalkan salat 5. Melaksanakan zikir setelah salat 6. Membaca doa setelah salat
Tarikh - Kelas V
Aspek Pembelajaran Kompetensi Dasar
Al-Qur'an 1. Mengartikan QS Al Lahab dan Al Kafirun 2. Membaca QS Al Ma`un dan Al Fil 3. Mengartikan QS Al Ma`un dan Al Fil
Akidah
1. Menyebutkan nama-nama kitab Allah SWT 2. Menyebutkan nama-nama Rasul yang menerima
kitab-kitab Allah SWT 3. Menjelaskan Alquran sebagai kitab suci terakhir 4. Menyebutkan nama-nama Rasul Allah SWT 5. Menybutkan nama-nama Rasul Ulul Azmi dari
para Rasul 6. Membedakan Nabi dan Rasul
Akhlak
1. Meneladani perilaku Nabi Ayyub AS 2. Meneladani perilaku Nabi Musa AS 3. Meneladani perilaku Nabi Isa AS 4. Meneladani perilaku Khlaifah Abu Bakar RA 5. Meneladani perilaku Umar bin Khattab RA
Fiqih
1. Melakukan azan dan iqamah sebelum salat dengan benar
2. Menyebutkan ketentuan-ketentuan puasa Ramadan
3. Menyebutkan himah puasa
Tarikh
1. Menceritakan kisah Nabi Ayyub AS 2. Menceritakan kisah Nabi Musa As 3. Menceritakan kisah Nabi Isa As 4. Menceritakan kisah Khlaifah Abu Bakar RA 5. Menceritakan kisah Khalifah Umar bin Khattab
RA Kelas VI
Aspek Pembelajaran Kompetensi Dasar
Al-Qur'an 1. Membaca QS Al Qadr dan Al ‘Alaq ayat 1-5 2. Mengartikan QS Al Qadr dan Al ‘Alaq ayat 1-5
34
3. Membaca QS Al Maidah ayat 3 dan Surah Al Hujurat ayat 13
4. Mengartikan Surah Al Maidah ayat 3 dan Surah
Al Hujurat ayat 13
Akidah
1. Menyebutkan nama-nama hari akhir 2. Menjelaskan tanda-tanda hari akhir 3. Menunjukkan contoh-contoh qada’ dan qadar 4. Menunjukkan keyakinan terhadap qada’ dan
qadar
Akhlak
1. Menghindari perilaku dengki seperti Abu Lahab dan Abu Jahal
2. Meneladani perilaku kegigihan perjuangan kaum Muhajirin dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan peserta didik
Fiqih 1. Melaksanakan tarawih di bulan Ramadan 2. Melaksanakan tadarus Alquran 3. Menyebutkan macam-macam zakat 4. Menyebutkan ketentuan zakat fitrah
Tarikh 1. Menceritakan perilaku Musailamah Abu Jahal dan
Abu Lahab 2. Menceritakan perjuangan kaum Muhajirin 3. Menceritakan perjuangan kaum ansar
Sumber: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Depertemen Pendidikan Nasional
Demikianlah muatan materi yang terdapat pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam ditingkat Sekolah Dasar (SD) dalam sekolah formal, sesuai
dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku. Adapun
materi pendidikan agama Islam pada lembaga non formal, dalam hal ini di
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), sebagai salah satu bentuk institusi yang
menjadi sorotan pada penelitian ini, materi (muatan) pengajarannya secara
khusus mengembangkan pada pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan
keterampilan keagamaan. Terutama untuk pengajaran yang kurang
memungkinkan dapat tercapai secara tuntas melalui pendidikan di sekolah
formal. Misalnya, baca-tulis al-Qur'an, praktek shalat, hafalan ayat-ayat al-
Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman akidah akhlak dan lain sebagainya.
Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada dasarnya adalah
untuk membantu peran orang tua selaku pendidik dan pengajar dirumah, serta
membantu peran guru-guru selaku pengajar di sekolah. Selain itu, keberadaan
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) juga dimaksudkan untuk mendukung dan
membantu program atau usaha pemerintah menuju tercapainya tujuan
35
Pendidikan Nasional, khususnya dalam sisi penanaman akidah serta
pengembangan iman dan takwa juga budi pekerti yang baik (akhlakul
karimah).
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan akan dicapai setelah suatu usaha
atau kegiatan selesai dilaksanakan. Tujuan pendidikan berisi nilai-nilai ideal
yang hendak dicapai setelah seseorang menyelesaikan pendidikan pada suatu
lembaga pendidikan tertentu, serta berfungsi memberikan arah terhadap
pelaksanaan pendidikan, sehingga diharapkan akan terhindar dari segala
bentuk penyimpangan dan tindakan yang kurang efektif dalam pelaksanaan
pendidikan.
Secara garis besar, tujuan daripada Pendidikan Agama Islam adalah
mendidik anak-anak, pemuda-pemudi atau orang dewasa, supaya menjadi
seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal soleh dan berakhlak mulia,
sehingga ia menjadi anggota yang sanggup hidup di atas kaki sendiri,
mengabdi kepada Allah SWT dan berbakti kepada bangsa dan Negara, bahkan
sesama umat manusia.
Jika dilihat dari ilmu pendidikan teoritis, tujuan pendidikan ditempuh
secara bertingkat, yang dijadikan batas sasaran kemampuan yang harus
dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu dengan tujuan untuk
mempermudah proses kependidikan melalui tahapan yang makin meningkat
kearah tujuan akhir.
Berikut akan penulis paparkan tentang beberapa tujuan daripada
pendidikan, diantaranya25:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan yang hendak dicapai dengan sumua
kegiatan pendidikan. Tujuan umum itu, meliputi seluruh aspek
25 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Akasara, 2004), Cet. V, h. 30-
33.
36
kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan
dan pandangan. Tujuan umum pendidikan agama Islam membentuk
kepribadian seseorang menjadi 'Insan Kamil", yaitu manusia utuh rohani
dan jasmani, seimbang dunia akhirat karena takwanya kepada Allah SWT.
Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan
Pendidikan Nasional negara tempat pendidikan itu dilaksanakan dan harus
dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan tersebut.
Tujuan Pendidikan Nasional dirumuskan berdasarkan pandangan
hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila, saehingga diharapkan lembaga
pendidikan Islam di Indonesia dapat melahirkan manusia muslim yang
berpancasila.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dikatakan bahwa Pendidikan
Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya yakni manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, memililki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap, mandiri dan bertanggungjawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.26
Dari tujuan pendidikan nasional di atas, ditegaskan bahwa salah satu
ciri manusia Indonesia yang menjadi tujuan pendidikan nasional ialah
manusia yang beriman dan bertakwa. Agar beriman dan bertakwa ini dapat
terwujud, mutlak diperlukan adanya pendidikan keimanan dan ketakwaan.
Dan itulah pendidikan agama Islam.
b. Tujuan Akhir
Pendidikan agama Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan
akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula.
26 Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006), h. 8-9.
37
Tujuan umum yang berbentuk insan kamil dengan pola takwa dapat
mengalami perubahan yang naik-turun, bertambah dan berkurang dalam
perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat
mempengaruhinya karena itulah pendidikan agama Islam itu berlaku
selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan,
memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.
Orang yang sudah takwa dalam bentuk insan kamil, masih perlu
mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan
penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur
dan berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam
pendidikan formal.
Tujuan akhir pendidikan agama Islam itu sendiri, dapat dipahami
dalam firman Allah sebagai berikut:
☺
Artinya: "Wahai orang-orang yangberiman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa; dan janganlah sekali-kali kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (menurut ajaran Islam)". (QS. Ali Imran; 102)
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang
merupakan ujung daripada takwa sebagai akhir dari proses hidup jelas
berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang
dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan Kamil yang mati dan akan
menghadap Allah merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan agama
Islam.
c. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik
diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu
kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan
instruksional yang dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan
38
khusus (TIU dan TIK) dapat dianggap sebagai tujuan sementara dengan
sifat yang agak berbeda.
Pada tujuan sementara bentuk insan kamil dengan pola takwa sudah
terlihat meskipun dalam bentuk yang sederhana, sekurang-kurangnya
beberapa cirri pokok sudah terlihat pada pribadi anak didik. Tujuan
pendidikan agama Islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran yang pada
tingkat paling rendah mungkin merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin
tinggi tingkat pendidikannya, maka semakin besar bentuk lingkarannya.
Tetapi sejak dari tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk
lingkarannya sudah harus terlihat.
Sejak tingkat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD),
gambaran daripada insan kamil itu hendaknya sudah terlihat. Dengan kata
lain, bentuk insan kamil dengan pola takwa itu harus terlihat dalam semua
bentuk pola pendidikan agama Islam. Karena itu, setiap lembaga
pendidikan Islam harus dapat merumuskan tujuan pendidikan Agama
Islam sesuai dengan tingkat pendidikannya. Sebagai contoh, hal ini berarti
tujuan pendidikan agama Islam di tingkat madrasah Tsanawiyah berbeda
dengan tujuan di tingkat madrasah Aliyah dan tentu saja berbeda dengan
di SMTP. Meskipun demikian, polanya sama, yaitu takwa dibentuknya
sama, yaitu insan kamil. Yang berbeda hanya bobot dan mutunya saja.
d. Tujuan Oprasional
Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan
sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan
dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan
mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan
formal, tujuan operasional ini disebut juga dengan tujuan instruksional
yang selanjutnya dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan
tujuan instruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini
merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit-unit kegiatan
pengajaran.
39
Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik
suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih
ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk tingkat yang
paling rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilanlah yang
ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancar
mengucapkan, mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah
soal kecil. Dalam hal ini, terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah,
seperti bacaan dan kaifiyat shalat, akhlak dan tingkah laku. Pada masa
permulaan yang penting adalah anak didik mampu dan terampil berbuat,
baik itu perbuatan lidah (ucapan) ataupun perbuatan anggota badan
lainnya. Kemampuan dan keterampilan yang dituntut pada anak didik,
merupakan sebagian kemampuan dan keterampilan insan kamil dalam
ukuran anak, yang menuju pada bentuk insane kamil yang semakin
sempurna (meningkat). Anak harus sudah terampil melakukan ibadah
(sekurang-kurangnya ibadah wajib), meskipun ia belum memahami dan
menghayati ibadah tersebut.
Dalam buku karangannya yang lain, Prof. Zakiah Daradjat, juga
memberikan penjabaran bahwa tujuan pendidikan identik dengan tujuan
hidup, yaitu tujuan yang paling prinsipil adalah untuk beribadah kepada Allah
SWT dan ini selaras dengan tujuan utama diciptakannya manusia.
Sebagaimana Allah SWT telah berrfirman dalam al-Qur'an:
⌦
Artinya: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku". (QS. Adz Dzariyaat; 51)
Menghambakan diri kepada Allah untuk mencari keridhaan Ilahi,
merupakan tujuan umum dari risalah. Dengan demikian, hal tersebut juga
merupakan tujuan umum yang hendak dicapai oleh pendidikan dan pengajaran
agama Islam. Pendidikan Agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang
40
bertitikkan pada tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, sehingga
tercapai semua hubungan, baik antara manusia dengan Tuhannya maupun
hubungan antara manusia dengan sesamanya.Perwujudan ketiga aspek itu,
dalam diri manusia hanya dimungkinkan dengan penguasaan ilmu, tanpa ilmu
berarti seseorang itu belum siap atau belum patut untuk menyandang gelar
"Hamba Allah". 27
Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa tujuan Pendidikan Agama
Islam adalah agar peserta didik memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan
agama dan kebudayaan Islam, sehingga dapat membentuk dirinya menjadi
hamba Allah untuk mencapai keridhaan-Nya, dalam kehidupan dunia dam
akhirat.
Selain tujuan di atas, ada beberapa pendapat yang mengemukakan
tentang tujuan Pendidikan Agama Islam, diantaranya sebagai berikut:
1) Menurut Prof. Dr. Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, tujuan daripada Pendidikan
Agama Islam, diantaranya adalah28:
a) Untuk membantu pembentukkan akhlak yang mulia.
b) Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
c) Menumbuhkan roh ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan
memuaskan keinginan hati untuk mengetahui (curiosity) dan
memungkinkan ia mengkaji ilmu sekedar sebagai ilmu.
d) Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis dan perusahaan
supaya ia dapat menguasai profesi tertentu, teknik tertentu dan
perusahaan tertentu agar ia dapat memperoleh rezeki yang baik dan
mulia disamping memelihara segi kerohanian dan keagamaan.
2) Menurut Hasan Langgulung, tujuan Pendidikan Agama Islam harus
mampu mengakomodasikan tiga fungsi utama dari agama29, yaitu
diantaranya:
27 Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi
Akasara, 1995), Cet. 1, h. 155-157. 28 Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam II, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), Cet. II,
h. 50-51. Lihat juga, Mohd. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987), Cet. V, h. 1-4.
41
a) Fungsi spiritual, yaitu yang berkaitan dengan akidah dan iman.
b) Fungsi psikologis, yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku individual
termasuk nilai-nilai akhlak yang mengangkat derajat manusia kederajat
yang lebih sempurna.
c) Fungsi sosial, yaitu yang berkaitan dengan aturan-aturan yang
menghubungkan manusia dengan manusia lain atau masyarakat,
dimana masing-masing dari hak-hak dan tanggungjawabnya untuk
menyusun masyarakat yang harmonis dan seimbang.
Dari berbagai tujuan yang telah dipaparkan di atas, secara garis besar
dapat disimpulkan, bahwa tujuan daripada pendidikan agama Islam adalah
mendidik anak-anak, pemuda-pemudi atau orang dewasa, supaya menjadi
seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal shaleh dan berakhlak mulia,
sehingga ia menjadi seorang yang mampu hidup di atas kaki sendiri, mengabdi
kepada Allah SWT dan berbakti kepada kedua orang tua, agama, bangsa dan
negara, bahkan kepada sesama umat manusia.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam, sebagai salah satu bidang yang masuk
dalam kurikulum pendidikan pada sekolah formal, mempunyai tiga fungsi,
diantaranya:
a. Menanamtumbuhkan rasa keimanan yang kuat.
b. Menanamkembangkan kebiasaan (habbit vorming) dalam melakukan amal
ibadah, amal soleh dan akhlak mulia.
c. Menumbuhkembangkan semangat untuk mengolah alam sekitar sebagai
anugerah Allah SWT kepada manusia.
Fungsi Pendidikan dan Pengajaran Agama Islam pada pendidikan formal
ini, sebagai suatu keseluruhan yang dapat dipandang sebagai penjabaran dari
fungsi pendidikan dan pengajaran agama Islam di sekolah, karenanya secara
keseluruhan itu pun merupakan fungsi pendidikan dan pengajaran agama
29 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), Cet. 1, h. 46. Lihat juga, Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka alhusna, 1988), Cet. II, h. 305-309.
42
Islam disekolah-sekolah umum yang disesuaikan dengan takaran atau
tingkatannya.30
C. KERANGKA BERPIKIR
Salah satu unsur yang dikedepankan dalam rumusan tujuan pendidikan
nasional adalah tentang cita-cita terbentuknya manusia Indonesia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia,
menunjukkan pentingnya pendidikan agama pada tiap lembaga pendidikan di
Indonesia.
Hal ini, dikarenakan umat Islam di Indonesia mengalami tantangan
keadaan. Tantangan keadaan ini, terbatas pada bidang pendidikan dan moral
keagamaan, sebagai suatu penomena sosial budaya dan kultural, yang tentu
saja tidak terlepas kaitannya dengan masalah sosial lainnya. Tantangan
tersebut diantaranya adalah tantangan internal, yaitu meningkatnya angka
"ketidakmampuan" Umat Islam (terutama generasi mudanya) dalam hal
membaca Al-Qur'an yang disebabkan oleh lemahnya perhatian orang tua
dalam membimbing putra-putrinya secara langsung dan lemahnya sistem
Pendidikan Agama Islam pada jalur pendidikan formal dikarenakan
terbatasnya atau sedikitnya jam pelajaran, sementara bahan pengajarannya
cukup luas, serta melemahnya pertahanan dan ketahanan umat Islam dalam
menghadapi 'serangan' budaya luar (Barat) yang sekuler melalui teknologi
yang disalah gunakan. Kemudian, tantangan eksternal yang berupa gerakan
pemikiran dan aksi. Aksi yang bersifat kultural maupun sturktural yang
berasal dari kelompok yang berpijak pada basis pemikiran non Islam, yang
secara langsung maupun tidak langsung telah menjadikan umat Islam sebagai
sasaran gempuran mereka.
Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) adalah lembaga pendidikan dan
pengajaran Islam luar sekolah (non formal) untuk anak-anak usia TK/SD (usia
30 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Akasara,
1995), cet. Ke-1, h. 174-175.
43
4-12 tahun), yang mendidik santri agar mampu membaca al-Qur'an dengan
baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid sebagai target pokoknya.
Pembelajaran pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dari segi
materi atau muatan pengajaran, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan
materi atau muatan pengajaran yang ada pada tatanan Sekolah Dasar (SD) atau
pada sekolah formal, bahkan lebih banyak muatan materi agamanya
dibandingkan dengan pendidikan agama yang ada pada tatanan Sekolah Dasar
(SD) atau sekolah formal lainnya. Materi pengajaran pada Taman Pendidikan
al-Qur'an (TPA) secara khusus mengembangkan materi pembelajaran pada
pemberian bekal dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan keagamaan.
Terutama untuk pengajaran yang kurang memungkinkan dapat tercapai secara
tuntas melalui pendidikan di sekolah formal. Misalnya, baca-tulis al-Qur'an,
praktek shalat, hafalan ayat-ayat al-Qur'an, do'a-do'a harian, penanaman
akidah akhlak, pengetahuan keislaman dan lain sebagainya.
Melihat kenyataan yang ada, bahwa pembelajaran Pendidikan Agama
Islam yang ada pada tatanan sekolah formal dirasa sangat kurang, dari segi
materi atau waktu yang disediakan, sebagaimana telah dijabarkan di atas,
bahwa terbatasnya jam pelajaran yang ada disekolah formal, sementara bahan
pengajarannya cukup luas. Di SD misalnya, hanya 2 jam pelajaran (2x40
menit) dalam satu minggu. Selain itu, dalam segi pendekatan kegiatan belajar-
mengajarnya yang bersifat klasikal (1 orang guru menghadapi puluhan murid),
dengan lebih sering menggunakan metode ceramah. Akibatnya, Pendidikan
Agama itu nilainya merosot menjadi sekedar 'Pengetahuan Agama' yang
bersifat kering. Sehingga, aspek keterampilan agama dengan target agar tamat
SD, si anak bisa mengaji dan taat shalat, sangat tipis kemungkinannya, sebab
untuk keterampilan baca tulis Al-Qur'an menuntut adanya pendekatan khusus
yang sifatnya individunya (Pendekatan Privat). Maka, cukup strategis apabila
peserta didik juga mengikuti proses pembelajaran pada Taman Pendidikan al-
Qur'an (TPA) untuk dapat menambah serta memperdalam materi Pendidikan
Agama Islam pada sekolah formal.
44
Keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada dasarnya adalah
untuk membantu peran orang tua selaku pendidik dan pengajar dirumah, serta
membantu peran guru-guru selaku pengajar di sekolah. Selain itu, juga
dimaksudkan untuk mendukung dan membantu program atau usaha
pemerintah menuju tercapainya tujuan Pendidikan Nasional, khususnya dalam
sisi penanaman akidah serta pengembangan iman dan takwa juga budi pekerti
yang baik (akhlakul karimah).
Jadi, berdasarkan kesimpulan tersebut, apabila pelaksanaan pembelajaran
pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) berjalan dengan baik serta diikuti
oleh peserta didik, terutama dalam hal pembelajaran al-Qur'an, dimana Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPA) mempunyai kelebihan-kelebihan diantaranya
waktu belajar yang lebih banyak dan berjenjang serta curahan perhatian para
pengajar yang langsung diberikan pada tiap-tiap anak (individu) tidak seperti
di sekolah formal yang mengajar secara keseluruhan artinya tidak malatih
anak satu persatu, terlebih dalam aspek baca-tulis al-Qur'an, maka akan
terlihat dengan jelas bahwa keberadaan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA)
lebih optimal dan efektif dalam penyampaian materi pembelajaran agama
Islam, khususnya al-Qur'an, serta dapat memberikan kontribusi yang positif
terhadap kompetensi pengajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah formal.
Berikut, akan penulis gambarkan bagan pembahasan tentang Kontribusi
Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) terhadap Pencapaian Kompetensi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah;
Komptensi PAI
Tujuan PAI
45
Tantangan Internal Tantangan Eksternal
Sekolah Formal
TPA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi yang berjudul Kontribusi Taman Pendidikan Al-
Qur'an (TPA) terhadap pencapaian Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di Sekolah Dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an ini, penulis akan menjelaskan
hal-hal yang berkaitan dengan penulisan skripsi tersebut, diantaranya sebagai
berikut:
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada Kontribusi yang
signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap
pencapaian Kompetensi Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an.
B. Unit Analisis
Unit analisis merupakan satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek
penelitian. Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V dan
kelas VI SDN 02 Pondok Pucung, sedangkan yang menjadi objek dalam
penelitian ini adalah Kontribusi Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap
pencapaian Kompetensi Dasar Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
Dalam Hal Baca-Tulis Al-Qur'an.
Penelitian ini dilakukan di SDN 02 Pondok Pucung beralamat di Kelurahan
Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten. Alasan peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut, hal ini
46
47
didasarkan pada informasi dan hasil pengamatan yang telah penulis peroleh dan
lakukan, bahwa disekolah tersebut terjadi perbedaan nilai hasil belajar yang cukup
signifikan, khususnya dalam hal baca-tulis al-Qur'an antara siswa-siswi yang
mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dengan yang tidak.
Penelitian dilakukan selama 3 bulan, terhitung mulai pada bulan Februari
sampai dengan April 2009. Sedangkan, pengambilan data primer, yaitu
pengukuran langsung terhadap responden untuk variabel bebas dilaksanakan pada
bulan Maret 2009.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan kontribusi Taman Pendidikan
Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran pendidikan
Agama Islam di sekolah dalam hal baca-tulis al-Qur'an, melalui pengolahan data
yang diperoleh untuk kemudian dilaporkan sebagaimana adanya, dengan memilih
objek penelitian yaitu siswa Sekolah Dasar kelas V dan kelas VI yang masih aktif
sebanyak 20 orang, dengan ketentuan 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan
di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) dan 10 orang siswa yang tidak mengikuti
pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) di SDN 02 Pondok Pucung
untuk kemudian dikaji secara mendalam.
D. Variabel Penelitian
Variebel Penelitian dapat dikatakan sebagai segala sesuatu yang dapat
dijadikan objek pengamatan dalam penelitian. Penelitian ini terdiri dari dua buah
variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat, diantaranya:
1. Variabel bebas, dengan menggunakan symbol (X), yaitu Kontribusi Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA).
2. Variabel terikat, dengan menggunakan symbol (Y), yaitu Pencapaian
Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama islam di Sekolah.
48
Setelah diperoleh data dari masing-masing variabel tersebut, kemudian
keduanya dianalisis dengan menggunakan rumus statistik untuk mengetahui
seberapa besar pengaruhnya variabel (X) terhadap variabel (Y).
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang
lingkup dan waktu yang kita tentukan atau populasi juga dapat diartikan sebagai
keseluruhan objek dalam penelitian. Sedangkan, sampel adalah sebagian atau
wakil dari pada populasi yang sedang diteliti.1
Populasi dalam penilitian ini adalah siswa-siswi kelas V dan VI di SDN 02
Pondok Pucung, yang terbagi menjadi 4 lokal kelas, dengan jumlah siswa
seluruhnya 126 orang. Mengingat jumlah populasi tersebut cukup banyak, maka
peneliti menggunakan cluster sample atau sample kelompok dengan siswa yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 20 orang (kelas V
berjumlah 10 orang dan kelas VI berjumlah 10 orang), dengan ketentuan dari tiap-
tiap kelas tersebut diambil masing-masing 5 orang adalah siswa yang mengikuti
pelajaran di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan 5 orang lagi adalah siswa
yang tidak mengikuti pelajaran di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), jadi
jumlah seluruh sampel adalah masing-masing 10 orang siswa yang mengikuti
pelajaran di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan 10 orang lagi adalah siswa
yang tidak mengikuti pelajaran di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), dengan
begitu diharapkan siswa-siswi yang menjadi responden tersebut dapat
memberikan penilaian atau jawaban yang obyektif terhadap masalah yang akan
dibahas.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data-data informasi yang obyektif, serta mencapai arah
dan sasaran yang diinginkan, maka teknik pengumpulan data yang dilakukan
sebagai berikut :
1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, h. 130-131.
49
1. Kuesioner atau angket, yaitu teknik pengumpulan data secara tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal lain yang ia ketahui2, dengan cara
mengajukan pertanyaan tertulis kepada responden dengan disediakan alternatif
jawaban dan responden diminta untuk memilih salah satu jawaban-jawaban
yang telah disediakan, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat pemahaman mereka terhadap materi Pelajaran Pendidikan Agama
pertanyaan yang fokus pada
den untuk mengetahui
riabel. Adapun kisi-kisi instrument dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Kon ian Kompetensi Pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah
N Jumlah Item
Nomor
Islam.
2. Test Tertulis, yaitu pertanyaan-pertanyaan secara tertulis yang pada setiap
itemnya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban. Untuk mendapatkan data,
penulis memberikan pertanyaan kepada responden yang menjadi sampel
dalam penelitian ini sebanyak 20 item
pembelajaran tentang baca-tulis al-Qur'an.
3. Test Menulis dan Lisan, yaitu pertanyaan-pertanyaan yang dibuat secara
tertulis maupun lisan yang diberikan kepada respon
tingkat kemampuan menulis dan membaca al-Qur'an.
Dalam metode test, peneliti menggunakan instrument berupa test atau soal-
soal test. Soal test terdiri dari banyak butir test (item) yang masing-masing
mengukur suatu jenis va
Tabel 3. 1
Kisi-kisi instrument penelitian berupa test tulis, menulis dan lisan tribusi Taman pendidikan Al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapa
o. Dimensi Indikator Item Menyebutkan letak atau urutan huruf hijaiyah
2 1, 2 1. Test Tertulis
an huruf 5 3, 4, 6, 7, 9
Menulis atau menyambung atau memisahk
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, h. 151.
50
hijaiyah Cara penulisan lafadz bacaan (arab) yang 2 5, 13 benar Menentukan huruf yang dibaca panjang 3 8, 11, 12 atau pendek Menentukan hukum bacaan (Ilmu Tajwid) 2 10, 20
Melanjutkan potongan ayat al- 2 14, 17 Qur'an Mengartikan ayat al- 1 15 Qur'an Menyebutkan letak atau urutan surat dan 2 16, 18 ayat al-Qur'an Menentukan jumlah 1 19 huruf hijaiyah
2. Tes Menulis tongan - - Menulis/menyalin kembali poayat al-Qur'an
3. Membaca tongan
ayat al-Qur'an - - Test Membaca po
4. Interview atau wawancara, yaitu alat informasi dengan cara mengajukan
sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama
dari interviu adalah kontak langsung dengan tatap muka antara pencari
informasi (interviewer) dengan sumber informasi (interviewee).3 Artinya
dalam hal ini adalah percakapan yang diarahkan kepada masalah tertentu atau
pusat perhatian untuk mendapatkan informasi secara mendalam dan tuntas.
Untuk dapat memperoleh data yang dimaksud, peneliti melakukan wawancara
mendapatkan data yang jelas dan akurat mengenai gambaran umum dan
dengan guru Agama (bidang studi) di sekolah tersebut.
5. Observasi, yaitu proses penelitian atau usaha mendapatkan data secara
mendalam yang berkaitan dengan judul penelitian, dengan menggunakan
pengamatan secara teliti serta pencatatan. Metode ini dimaksudkan untuk
3 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet.
Ke-4, h. 165.
51
kondisi lapangan penelitian. Dalam hal ini, di SDN 02 Pondok Pucung,
Kecamatan Pondok Aren.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis data
1. Tahap Pengolahan Data
Data-data yang telah diperoleh, kemudian akan diproses melalui beberapa
tahapan. Adapun dalam tahap pengolahan data, peulis melakukan tahapan-
hatapan sebagai berikut:
a. Edditing, yaitu kegiatan mempelajari kembali berkas-berkas data yang
telah terkumpul sehingga keseluruhan berkas data itu dapat diketahui,
kemudian dapat disiapkan untuk diproses berikutnya.
b. Tabulating, yaitu mentabulasikan atau memindahkan jawaban-jawaban
responden ke dalam tabel.
c. Coding, yaitu mengklasifikasikan hasil jawaban responden menurut
macamnya dengan membuat kode-kode tertentu.
2. Tahap Pengorganisasian Data
Pengorganisasian data, yaitu tahap pengelompokkan data yang dilakukan
dengan cara berikut:
a. Menyusun nilai hasil tes belajar siswa tentang materi penelitian yang
dibahas.
b. Membuat tabulasi atau menyusun data kedalam bentuk tabel.
3. Tahap Analisis Data
Analisa data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih
mudah dibaca. Berdasarkan jenis data yang terkumpul, maka teknik yang
digunakan adalah teknik analisis komparasional, dengan menggunakan rumus
stastistik "Kai Kuadrat" atau "Chi Square Test", yaitu teknik analisis
komparasional yang mendasarkan diri pada perbedaan frekuensi dari data
52
yang sedang diselidiki.4 Kegunaan daripada rumus statistik tersebut adalah
untuk mencari atau menentukan harga Kai Kuadrat yang diperoleh dari data
responden yang telah didapatkan. Adapun rumus perhitungannya adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
X2 = Harga Kai Kuadrat
fo = Frekuensi yang diobservasi
( fo –ft )2
X2 = ∑ ft ft = Frekuensi teoritis
Setelah diperoleh angka harga Kai Kuadrat, maka selanjutnya dilakukan
interpetasi secara sederhana (kasar), yaitu dengan mencocokkan hasil
penelitian atau angka harga Kai Kuadrat yang didapat dengan harga Kai
Kuadrat yang tercantum pada Tabel Harga Kai Kuadrat, maka prosedur yang
dilalui adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan (membuat) Hipotesis alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil atau
Hipotesis Nol (Ho).
b. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah dirumuskan
tersebut, dengan jalan membandingkan besarnya harga Kai Kuadrat yang
telah diperoleh dalam proses perhitungan dengan besarnya harga Kai
Kuadrat yang tercantum dalam Tabel Harga kai Kuadrat, dengan terlebih
dahulu mencari derajat kebebasannya (db) atau degrees of freedom-nya
(df). Adapun rumusnya sebagai berikut:
df = (c – 1)(r – 1)
4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
2007), h. 287.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SD Negeri 02 Pondok Pucung
1. Sejarah Singkat dan Perkembangannya
Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Pondok Pucung beralamat di Jalan
Kampung Utan No. 28 RT. 05/03, Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Pondok
Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dengan Nomor Statistik/NSS
101020418027. Letaknya yang srategis, berada ditengah-tengah lingkungan
masyarakat yang padat jumlah penduduknya dan akses jalan yang mudah
dijangkau, membuat sekolah ini menjadi pusat perhatian para orang tua yang ingin
menyekolahkan anak-anaknya.
Sejak berdiri pada tahun 19781 sampai dengan tahun 2008/2009 yang
sekarang berada di bawah pimpinan Ibu Een Sukaenah, S. Pd, SDN 02 Pondok
Pucung telah menamatkan alumni sebanyak 25 angkatan, mereka sebagian besar
melanjutkan ke Tingkat SMP dan MTs maupun Pondok Pesantren, baik negeri
maupun swasta.
Keberhasilan pendidikan merupakan tanggungjawab pemerintah, masyarakat
dan keluarga. Berarti penyelenggaraan pendidikan tidak hanya dilaksankan oleh
satu pihak, melainkan secara bersama-sama dilaksanakan oleh tiga unsur tersebut,
masing-masing berperan sesuai dengan fungsinya.
1 Een Sukaenah, Kepala sekolah SDN 02 Pondok Pucung, Wawancara Pribadi, (Pondok
Pucung, 8 Juni 2009).
53
54
Sebagai sekolah negeri, SDN 02 Pondok Pucung yang merupakan mitra
pemerintah atau patner dalam menyelenggarakan sistem pendidikan membantu
program pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Prioritas pembangunan pendidikan diarahkan untuk membantu program
pemerintah, yaitu memberikan kesempatan belajar yang saat ini salah satu
realisasinya adalah pelaksaan wajib belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
Dalam rangka menyukseskan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9
Tahun, meningkatkan daya tampung siswa dan meningkatkan kualitas lulusan
perlu didukung oleh sarana belajar yang representatif untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar.
2. Visi, Misi dan Tujuan
a. Visi
Visi sekolah SDN 02 Pondok Pucung yaitu "Unggul dalam prestasi
bidang akademik dan non akademik, kreatif, inovatif, dan mandiri yang
berwawasan global dengan dilandasi Iman dan Taqwa (IMTAQ) dan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di Kecamatan Pondok Aren tahun
2012".
b. Misi
Adapun Misi SDN 02 Pondok Pucung, yaitu :
1. Membekali siswa dalam bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap
sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan dan tuntutan
kebutuhan perkembangan zaman.
2. Menanamkan keyakinan atau akidah melalui pengalaman ajaran
agama.
3. Menjalin kerjasama yang harmonis antara warga sekolah dan
lingkungan.
4. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan.
5. Meningkatkan administrasi atau manajemen pendidikan yang berbasis
sekolah dan masyarakat.
55
6. Mengembangkan minat baca kepada anak didik dan orang tua murid
serta mengembangkan olahraga atau kesenian.
7. Memberikan pelatihan-pelatihan kepada guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme.
8. Menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat, indah, nyaman, aman
dan harmonis.2
c. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan Umum SDN 02 Pondok Pucung dalam penyelenggaraan
pendidikan adalah meletakkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus SDN 02 Pondok Pucung, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a) Meraih prestasi akademik maupun non akademik, minimal tingkat
kecamatan.
b) Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknoligi sebagai
bekal untuk melanjutkan kejenjang sekolah yang lebih tinggi.
c) Mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan
kegiatan pembinaan.
d) Menjadi sekolah pelopor dan penggerak dilingkungan masyarakat.
e) Menjadi sekolah yang diminati masyarakat.3
Disamping memperhatikan karakteristik anak usia Sekolah
Dasar (SD), implikasi pendidikan dapat pula bertolak dari kebutuhan
peserta didik. Pemaknaan kebutuhan SD dapat diidentifikasi dari
tugas-tugas perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan adalah
tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari
kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia
2 Dokumetasi Sekolah SDN 02 Pondok Pucung Tahun 2008-2009. 3 Dokumetasi Sekolah SDN 02 Pondok Pucung Tahun 2008-2009.
56
dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut
menimbulkan rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya.
Jadi, tujuan utama SDN 02 Pondok Pucung adalah menciptakan
dan mempersiapkan generasi yang mandiri dengan dibekali sejumlah
pengetahuan dasar, nilai-nilai religius dan keterampilan untuk hidup
sebagai upaya pengembangan potensi jasmani dan rohani peserta didik
agar dapat melaksanakan tugas, baik tugas yang diberikan oleh guru
maupun oleh masyarakat pada umumnya.
3. Keadaan Guru dan Siswa
Kemajuan sekolah tidak hanya dilihat dari gedung yang mewah, sarana dan
pra sarana yang memadai, akan tetapi juga dapat dilihat dari kualitas dan kuantitas
para siswa serta dewan guru yang mengikuti dan atau menyelenggarakan
pendidikan di sekolah tersebut.
Berikut akan penulis gambarkan tentang keadaan Dewan Guru dan siswa
yang ada di SDN 02 Pondok Pucung.
a. Keadaan Dewan Guru
Guru adalah tenaga pendidik profesional yang menjalankan tugas sesuai
dengan bidangnya. Guru yang memberikan ilmu pengetahuan, kemampuan
serta pengalamannya untuk pengembangan potensi peserta didik.
Guru merupakan profesi atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus
sebagai seorang guru, seperti misalnya mendidik, mengajar dan melatih.
Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup,
kemudian mengajar berarti meneruskan dan mengajarkan ilmu pengetahuan
dan melatih, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-
keterampilan yang dimilki oleh para siswa.
Di SDN 02 Pondok Pucung, jumlah tenaga pendidik yang sedang
menjalankan tugas sesuai dengan bidangnya berjumlah 20 orang, diantaranya
1 orang sebagai Kepala Sekolah, 10 orang sebagai guru kelas, dan 7 orang
57
sebagai guru bidang studi, yang terdiri dari bidang studi Pendidikan Jasmani,
Pendidikan Agama Islam, Bahasa Asing, Komputer, Kesenian dan Muatan
Lokal (Mulok).
Secara lebih rinci, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. 1
Kondisi Dewan Guru SDN 02 Pondok Pucung berdasarkan Jabatan dan Jenis kelamin
Jenis kelamin No. Jabatan L P Jumlah
1. Kepala Sekolah - 1 1
2. Guru Kelas 5 5 10
3. Guru Bidang Studi 3 4 7
4. Staf Tata Usaha (TU) - 1 1
5. Penjaga Sekolah 1 - 1
JUMLAH 9 11 20 Sumber: Data diperoleh dari dokumentasi sekolah
Selain guru, aktivitas pendidikan disekolah ini juga dibantu oleh 1 orang
pegawai yang bertugas sebagai staf Tata Usaha (TU) dan 1 orang lagi bertugas
sebagai penjaga sekolah.
Latar belakang pendidikan mereka pun berbeda-beda, diantaranya 12
orang berpendidikan Strata 1 (S. 1), 5 orang berpendidikan Diploma-II (D. II),
2 orang berpendidikan SMA dan 1 orang lagi berpendidikan SD.
b. Keadaan Siswa
Peserta didik atau yang lebih dikenal dengan sebutan siswa atau murid
adalah warga masyarakat yang memerlukan bantuan untuk pengembangan diri
dan potensinya melalui program pembelajaran formal disekolah untuk
pendidikan tigkat dasar, sebagaimana dimasa pertumbuhan dan
perkembangannya untuk dipersiapkan kepribadiannya dengan mempelajari
sejumlah pengetahuan dasar, baca-tulis, berhitung dan dasar-dasar ilmu
pengetahuan, budi pekerti serta seni-budaya.
58
Peserta didik pada SDN 02 Pondok Pucung pada Tahun Ajaran
2008/2009 berjumlah 443 siswa, jumlah tersebut terdistribusi pada kelas 1
sampai dengan kelas VI, yang masing-masing kelas memiliki 2 rombongan
belajar.
Adapun keadaan siswa yang ada di SDN 02 Pondok Pucung dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Keadaan siswa SDN 02 Pondok Pucung Tahun Ajaran 2008-2009
Jenis kelamin Kelas L P Jumlah
I 55 38 93
II 48 37 85
II 33 37 70
IV 35 34 69
V 35 30 65
VI 31 30 61
JUMLAH 237 206 443 Sumber: Data diperoleh dari dokumentasi sekolah
Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa jumlah siswa laki-laki lebih
banyak dari pada siswa perempuan.
4. Sarana dan Prasarana
Sarana belajar adalah alat pendukung pendidik berupa benda yang diperlukan
dalam kegiatan belajar mengajar agar kegiatan belajar mengajar (KBM) dapat
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Keberhasilan suatu proses belajar mengajar tidak akan terlepas dari
keberadaan sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh sekolah. Sarana
dan prasarana juga merupakan faktor pendukung daripada keberhasilan
pendidikan.
Menurut hasil pengamatan penulis, sarana dan prasarana yang ada di SDN 02
Pondok Pucung sudah cukup memadai untuk dapat menunjang kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung disekolah tersebut.
59
Tabel 4.3 Sarana dan prasarana yang terdapat di SDN 02 Pondok Pucung
No. Sarana dan prasarana Jumlah
1. Ruang Belajar 6 buah
2. Ruang Kepala Sekolah 1 buah
3. Ruang Guru 1 buah
4. Ruang Perpustakaan 1 buah
5. Ruang Labolatorium Komputer 1 buah
6. Ruang Koperasi 1 buah
7. Ruang Kantin 1 buah
8. Lapangan Olah Raga 1 buah
9. Rumah Dinas Kepala Sekolah 1 buah
10. Ruang UKS 1 buah
11. Gudang 1 buah
12. Ruang Ibadah 1 buah
13. WC 3 buah Sumber: Data diperoleh dari dokumentasi sekolah
B. Kontribusi Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) Terhadap Pencapaian
Kompetensi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar
Dari apa yang telah penulis paparkan, tentu memberikan jawaban yang
sangat jelas bahwa keberadaan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar. Hal serupa juga sejalan dengan
penjelasan yang telah diberikan oleh Nasuha, S. Ag, selaku guru bidang studi
Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung, yang mengatakan bahwa
dari sebagian siswa-siswi yang mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan Al-
Qur'an (TPA) tentu mempunyai kemampuan pemahaman yang lebih dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dibandingkan dengan siswa-siswi yang tidak
60
mengikutinya, karena para siswa-siswi yang mengikuti pendidikan di taman
pendidikan Al-Qur'an (TPA) lebih memiliki wawasan keagamaan yang lebih luas
terlebih lagi dalam hal mempelajari, membaca dan menulis materi al-Qur'an, yang
tentunya sangat membantu sekali dalam proses belajar-mengajar.4
Kontribusi yang diberikan oleh Taman pendidikan al-Qur'an (TPA) terhadap
pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dasar,
diantaranya:
1. Materi pengajaran al-Qur'an yang lebih dominant di TPA membuat siswa
lebih cepat dalam hal kemampuan baca-tulis al-Qur'an.
2. Metode pengajaran TPA yang memberikan perhatian langsung pada tiap-tiap
siswa (individu), membuat siswa lebih jelas dan paham dalam belajar.
3. Waktu yang lebih banyak, sehingga membuat proses belajar mengajar di TPA
lebih fokus.
C. Studi Komparasi Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam (PAI) di
Sekolah Dasar dan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Taman Pendidikan al-
Qur'an (TPA)
Penelitian ini difokuskan pada kemampuan baca-tulis al-Qur'an. Dalam hal
ini, kajiannya diambil dari materi silabus bidang studi Pendidikan Agama Islam
(PAI) pada Sekolah Dasar, aspek al-Qur'an, khususnya pada kelas V dan kelas VI.
Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar pada
kelas V, diantaranya siswa diharapkan mampu mambaca dan mengartikan QS. Al-
Lahab, QS. Al-Kafirun, QS. Al-Ma'un dan QS. Al-Fiil. Sedangkan, pada kelas VI,
diantaranya siswa diharapkan mampu membaca dan mengartikan QS. Al-Qadr,
QS. Al-Alaq' ayat 1-5, QS. Al-Maidah ayat 3 dan QS. Al-Hujurat ayat 13. Selain
itu, dalam pembelajarannya siswa juga diharapkan mampu memahami dan
menerapkan kaidah-kaidah ilmu tajwidnya.
4 Nasuha, Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam SDN 02 Pondok Pucung,
Wawancara Pribadi, (Pondok Pucung, 14 April 2009).
61
Kemudian, Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam (PAI) yang terdapat
pada Taman Pendidikan al-Qur'an, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan
Kompetensi Dasar yang ada di Sekolah Dasar, yang berbeda hanya persiapan dan
metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Pada sekolah dasar, guru bidang studi hanya mempersiapkan meteri sesuai
dengan apa yang akan dipelajari dari Lembar Kerja Siswa (LKS) dan buku
penunjang lainnya, metode yang digunakan juga hanya bersifat klasikal, karena
terbatasnya waktu. Sedangkan, guru Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA)
menggunakan metode dengan memberikan perhatian dan pembelajaran pada tiap-
tiap anak (individu) secara langsung, sehingga terlihat jelas bahwa pembelajaran
pada Taman pendidikan al-Qur'an (TPA) lebih optimal dan efektif dalam
penyampaian materi pembelajarannya.
D. Analisis Perbandingan Hasil Belajar Pemahaman, Menulis dan membaca
AL-Qur'an
Untuk membandingkan hasil belajar pemahaman, menulis dan membaca al-
Qur'an siswa SDN 02 Pondok Pucung, penulis melakukan test terhadap 20 orang
siswa yang terdapat pada kelas V dan kelas VI, dengan ketentuan 10 orang siswa
yang mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an dan 10 orang siswa
yang tidak mengikuti pendidikan Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA). Adapun
instrument yang penulis gunakan dalam pengambilan data adalah berupa test,
yang terdiri dari:
1. Test Tertulis, yaitu untuk menguji kemampuan atau penguasaan pengetahuan
baca-tulis al-Qur'an dalam bentuk soal pilihan ganda yang seluruhnya
berjumlah 20 butir soal (item). Adapun instrument terlampir.
2. Test Menulis, yaitu mencangkup menulis ulang huruf-huruf atau potongan
ayat-ayat al-Qur'an dan juga imla,
3. Test Membaca, yaitu mencangkup kemampuan mereka dalam membaca al-
Qur'an, sesuai dengan makharijul huruf dan kaidah-kaidah ilmu tajwidnya
(panjang-pendeknya).
62
Dari hasil penelusuran tentang masalah yang dibahas dalam penelitian ini,
didapat hasil nilai tentang kemampuan siswa dalam memahami materi al-Qur'an
yang diambil dari materi pelajaran Pendidikan Agama Islam yang terdapat pada
silabus, yang diketahui dari angket test yang dibagikan dan dikerjakan oleh
responden. Dari hasil tersebut, kemudian penulis mendata hasilnya dengan
menggolongkannya pada hasil atau nilai yang berada di atas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) dan hasil atau nilai yang berada di bawah Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah SDN
02 Pondok Pucung dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) bidang studi
pendidikan Agama Islam disekolah tersebut, sebesar 70. Adapun hasilnya adalah
sebagai berikut:
a). Test Tulis Teori Baca-Tulis al-Qur'an
Tabel 4.4 Hasil atau Nilai Test Tertulis Responden tentang Pemahaman Siswa mengenai
Materi Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung
Hasil Test
Klasifikasi Siswa
Nilai di atas KKM
(70)
Nilai di bawah
KKM (70) TOTAL
Siswa yang ikut TPA 8 2 10
Siswa yang tidak ikut TPA 2 8 10
JUMLAH 10 10 20 Sumber: Data diperoleh dari hasil angket test yang dibagikan kepada responden
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa 10 orang siswa yang mengikuti
pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), 8 orang diantaranya
mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) pada bidang studi
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah ditentukan oleh guru PAI di sekolah
tersebut, yaitu sebesar 70, dan 2 orang diataranya memperoleh nilai di bawah
KKM.
Kemudian, dari 10 orang siswa yang tidak mengikuti pendidikan di Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA), 2 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas
63
Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), dan 8 orang diataranya memperoleh nilai di
bawah KKM.
Tabel 4.4 tersebut, menjelaskan bahwa 10 orang (50 %) responden,
memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditetapkan oleh Guru bidang studi
Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. Sedangkan, sisanya
sejumlah 10 orang (50 %) responden, memperoleh nilai di bawah KKM.
Jika faktor keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan al-
Qur'an tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian mereka mengenai pemahaman
tentang materi baca-tulis al-Qur'an yang ada pada materi bidang studi Pendidikan
Agama Islam, maka yang menjadi harapan penulis adalah bahwa presentase
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dan di bawah KKM disetiap golongan
siswa, akan sama dengan persentase yang bersangkutan di dalam sampel secara
keseluruhan. Dalam hal ini, secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah
10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di Taman pendidikan Al-Qur'an, akan
terdapat sejumlah:
1) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di bawah KKM.
Untuk siswa yang tidak mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-
Qur'an (TPA), secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang
diantara mereka, akan terdapat sejumlah:
1) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di bawah KKM.
Frekuensi yang diharapkan muncul (fh) atau expected frequency (fe) disebut
frekuensi teoritis (theoretical frequency = ft), apabila disajikan dalam bentuk
tabel, maka akan diperoleh data sebagai berikut:
64
Tabel 4.5 Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Tertulis
Responden tentang Pemahaman Siswa-siswi mengenai Materi Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
di SDN 02 Pondok Pucung
Hasil Test
Klasifikasi Siswa
Nilai di atas KKM
(70)
Nilai di bawah
KKM (70) TOTAL
(1) (2) Siswa yang ikut TPA
5 5 10
(3) (4) Siswa yang tidak ikut TPA
5 5 10
JUMLAH 10 10 20
Jika dibandingkan antara tabel 4.4 dengan table 4.5, kedua tebel tersebut
masing-masing mempunyai 4 buah sel, yaitu sel nomor 1, 2, 3 dan 4. Perbedaan
yang dijumpai antara frekuensi observasi dengan frekuensi yang diharapkan
(frekuensi teoritis) dari masing-masing sel pada kedua tebel tersebut, adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6 Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi yang
diharapkan/frekuensi Teoritis (ft)
Nomor Sel
Frekuensi yang diobservasi (fo)
Frekuensi Teoritis (ft)
Beda/selisih antara fo dan ft
(fo–ft) 1 8 5 3
2 2 5 - 3
3 2 5 - 3
4 8 5 3
TOTAL 20 = N 20 = N 0
Kalau saja frekuensi yang diobservasi sama dengan frekuensi teoritis, maka
selisih antara frekuensi yang diobservasi dengan frekuensi teoritis tersebut pasti
sama dengan nol. Dalam keadaan demikian, dapat dikatakan bahwa antara dua
65
golongan siswa-siswi itu tidak terdapat perbedaan mengenai pemahaman mereka
tentang materi baca-tulis Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam.
Karena itu, dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil nilai test yang diperoleh
tidak ada hubungannya dengan keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA); atau dengan kata lain tidak adanya kontribusi yang
diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian
kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar.
Sebaliknya, jika terdapat perbedaan antara frekuensi yang diamati dengan
frekuensi teoritisnya, maka dapat disimpulkan perbedaan hasil nilai test yang
diperoleh ada hubungannya dengan keikutsertaan mereka pada pendidikan di
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA); atau dengan kata lain adanya kontribusi
yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian
kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar.
Ada kemungkinan perbedaan itu sedikit (kecil) sekali atau banyak (besar)
sekali. Untuk menentukannya, maka diperlukan Teknik Analisis Komparasional
berupa Test Kai Kuadrat atau Test Kai Pangkat Dua.
Jika diamati kolom ke-empat tabel 4.6, yaitu selisih atau beda antara Fo dan
ft = (fo–ft), maka apabila (fo–ft) itu dijumlahkan hasilnya pasti sama dengan nol.
Karena itu, ∑ (fo–ft) tidak dapat penulis gunakan sebagai ukuran untuk
menentukan ada atau tidaknya perbedaan yang berarti. Maka, (fo–ft) yang ada
pada kolom ke-empat tabel 4.6 masing-masing dikuadratkan terlebih dahulu;
setelah itu dijumlah, sehingga diperoleh ∑ (fo–ft)2. Setelah (fo–ft) dikuadratkan,
pada akhirnya dibagi dengan frekuensi teoritis (ft) dan dijumlahkan. Sehingga,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. 7 Perhitungan untuk memperoleh Harga Kai Kuadrat
(fo–ft)2 Sel Fo ft (fo–ft) (fo–ft)2 ft
1 2 3 4
8 2 2 8
5 5 5 5
3 - 3 - 3 3
9 9 9 9
1,8 1,8 1,8 1,8
(fo–ft)2 TOTAL 20 = N 20 = N 0 = ∑(fo–ft) ∑ = ft = 7,2 = X2
66
Sebelum nilai Kai Kuadrat yang penulis dapat dibandingkan dengan harga
Kritik Kai Kuadrat, terlebih dahulu ditetapkan degrees of freedomnya (df) atau
derajat kebebasannya (db) atau sama dengan hasil perkalian antara; banyaknya
kolom dikurangi 1 (yaitu c–1) dengan banyaknya jalur yang terdapat di tebel
perhitungan dikurangi 1 (yaitu r-1) atau lebih singkatnya df atau db = (c–1) (r–1).
Dari data yang ada, maka diperoleh c = 2 dan r = 2. Dengan demikian, df
atau db sebesar; (2–1) (2–1) = 1. Jika penulis menggunakan taraf signifikansi 5 %
pada table Nilai Harga kai Kuadrat, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat
sebesar 3,841, sedangkan apabila penulis menggunakan taraf signifikansi 1 %,
maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 6,635.
Untuk selanjutnya, penulis akan memberikan interpretasi terhadap Kai
Kuadrat yang telah diperoleh, yaitu dengan merumuskan terlebih dahulu Hipotesis
Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho) sebagai berikut:
Ha : "Terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan
Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam Hal Baca-Tulis
Al-Qur'an".
Ho : "Tidak adanya kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam Hal
Baca-Tulis Al-Qur'an ".
Dengan memperhatikan dan membandingkan besarnya harga Kai Kuadrat
hasil perhitungan (X2o) dan harga-harga Kai Kuadrat yang tercantum pada tebel 4.
7, ternyata terdapat X2o adalah jauh lebih besar daripada X2
t, yaitu: 3,841 < 7,2 >
6,635. Dengan demikian, karena X2o lebih besar daripada X2
t, maka dapat
dinyatakan bahwa perbedaan antara fo dengan ft itu adalah perbedaan yang berarti
atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan). Dengan demikian, Hipotesis Nihil
(Ho) ditolak; berarti terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi
67
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal test
tertulis.
b). Test Menulis Huruf al-Qur'an
Tabel 4.8 Hasil atau Nilai Test Menulis Kembali Potongan Ayat Al-Qur'an pada Bidang
Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung
Hasil Test
Klasifikasi Siswa
Nilai di atas KKM
(70)
Nilai di bawah
KKM (70) TOTAL
Siswa yang ikut TPA 9 1 10
Siswa yang tidak ikut TPA 7 3 10
JUMLAH 16 4 20 Sumber: Data diperoleh dari hasil angket test yang dibagikan kepada responden
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa 10 orang siswa yang mengikuti
pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), 9 orang diantaranya
mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), dan 1 orang
diataranya memperoleh nilai di bawah KKM.
Kemudian, dari 10 orang siswa yang tidak mengikuti pendidikan di taman
pendidikan Al-Qur'an (TPA), 7 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas
Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), dan 3 orang diataranya memperoleh nilai di
bawah KKM.
Tabel 4.8 tersebut, menjelaskan 16 orang (80 %) dari keseluruhan responden,
memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditetapkan oleh guru bidang studi
Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. Sedangkan, sisanya
sejumlah 4 orang (20 %) dari keseluruhan responden, memperoleh nilai di bawah
KKM.
Jika faktor keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan al-
Qur'an tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian mereka mengenai test menulis
atau menyalin kembali potongan ayat al-Qur'an yang ada pada materi bidang studi
Pendidikan Agama Islam, maka yang menjadi harapan penulis adalah bahwa
68
presentase siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dan di bawah KKM disetiap
golongan siswa, akan sama dengan persentase yang bersangkutan di dalam sampel
secara keseluruhan. Dalam hal ini, secara teoritis penulis mengharapkan dari
sejumlah 10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di Taman pendidikan Al-
Qur'an, akan terdapat sejumlah:
1) 80 % diantaranya (yaitu 8 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2) 20 % diantaranya (yaitu 2 orang) memperoleh nilai di bawah KKM.
Untuk siswa yang tidak mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-
Qur'an (TPA), secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang
diantara mereka, akan terdapat sejumlah:
1) 80 % diantaranya (yaitu 8 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2) 20 % diantaranya (yaitu 2 orang) memperoleh nilai di bawah KKM.
Frekuensi yang diharapkan muncul (fh) atau expected frequency (fe) disebut
frekuensi teoritis (theoretical frequency = ft), apabila disajikan dalam bentuk
tabel, maka akan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.9
Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Menulis atau Menyalin kembali Potongan Ayat Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan
Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung
Hasil Test
Klasifikasi Siswa
Nilai di atas KKM
(70)
Nilai di bawah
KKM (70) TOTAL
(1) (2) Siswa yang ikut TPA
8 2 10
(3) (4) Siswa yang tidak ikut TPA
8 2 10
JUMLAH 10 10 20
Jika dibandingkan antara tabel 4.8 dengan tabel 4.9, kedua tebel tersebut
masing-masing mempunyai 4 buah sel, yaitu sel nomor 1, 2, 3 dan 4. Perbedaan
yang dijumpai antara frekuensi observasi dengan frekuensi yang diharapkan
69
(frekuensi teoritis) dari masing-masing sel pada kedua tebel tersebut, adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.10 Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi yang
diharapkan/frekuensi Teoritis (ft)
Nomor Sel
Frekuensi yang diobservasi (fo)
Frekuensi Teoritis (ft)
Beda/selisih antara fo dan ft
(fo–ft) 1 9 8 1
2 1 2 - 1
3 7 8 - 1
4 3 2 1
TOTAL 20 = N 20 = N 0
Jika diamati kolom ke-empat tabel 4.10, yaitu selisih atau beda antara Fo dan
ft = (fo–ft), maka apabila (fo–ft) itu dijumlahkan hasilnya pasti sama dengan nol.
Karena itu, ∑ (fo–ft) tidak dapat penulis gunakan sebagai ukuran untuk
menentukan ada atau tidaknya perbedaan yang berarti. Maka, (fo–ft) yang ada
pada kolom ke-empat tabel 4.10 masing-masing dikuadratkan terlebih dahulu;
setelah itu dijumlah, sehingga diperoleh ∑ (fo–ft)2. Setelah (fo–ft) dikuadratkan,
pada akhirnya dibagi dengan frekuensi teoritis (ft) dan dijumlahkan. Sehingga,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. 11 Perhitungan untuk memperoleh Harga Kai Kuadrat
(fo–ft)2
Sel Fo Ft (fo–ft) (fo–ft)2 ft 1 2 3 4
9 1 7 3
8 2 8 2
1 - 1 - 1 1
1 1 1 1
0,125 0,5
0,125 0,5
(fo – ft)2 TOTAL 20 = N 20 = N 0 = ∑(fo – ft) ∑ = ft = 1,25 = X2
Sebelum nilai Kai Kuadrat yang penulis dapat dibandingkan dengan harga
Kritik Kai Kuadrat, terlebih dahulu ditetapkan degrees of freedomnya (df) atau
70
derajat kebebasannya (db) atau sama dengan hasil perkalian antara; banyaknya
kolom dikurangi 1 (yaitu c–1) dengan banyaknya jalur yang terdapat di tebel
perhitungan dikurangi 1 (yaitu r-1) atau lebih singkatnya df atau db = (c–1) (r–1).
Dari data yang ada, maka diperoleh c = 2 dan r = 2. Dengan demikian, df
atau db sebesar; (2–1) (2–1) = 1. Jika penulis menggunakan taraf signifikansi 5 %
pada table Nilai Harga kai Kuadrat, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat
sebesar 3,841, sedangkan apabila penulis menggunakan taraf signifikansi 1 %,
maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 6,635.
Untuk selanjutnya, penulis akan memberikan interpretasi terhadap Kai
Kuadrat yang telah diperoleh, yaitu dengan merumuskan terlebih dahulu Hipotesis
Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho) sebagai berikut:
Ha : "Terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan
Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal menulis atau
menyalin kembali potongan ayat Al-Qur'an".
Ho : "Tidak adanya kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal
menulis atau menyalin kembali potongan ayat al-Qur'an".
Dengan memperhatikan dan membandingkan besarnya harga Kai Kuadrat
hasil perhitungan (X2o) dan harga-harga Kai Kuadrat yang tercantum pada tebel 4.
11, ternyata terdapat X2o adalah jauh lebih kecil daripada X2
t, yaitu: 3,841 > 1,25
< 6,635. Dengan demikian, karena X2o lebih kecil daripada X2
t, maka dapat
dinyatakan bahwa perbedaan antara fo dengan ft itu adalah perbedaan yang tidak
berarti atau perbedaan yang tidak meyakinkan (signifikan). Dengan demikian,
Hipotesis Alternatif (Ha) ditolak; berarti tidak terdapat kontribusi yang signifikan
yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian
kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam
hal test menulis huruf al-Qur'an.
71
Akan tetapi, jika test tersebut dilakukan dengan cara imla, ternyata hasilnya
berbeda dengan hasil test menyalin huruf al-Qur'an di atas, siswa yang ikut Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPA) lebih unggul daripada siswa yang tidak ikut TPA.
Berarti dalam hal ini, Hipotesis Nihil (Ho) ditolak; dan Hipotesis Alternatif (Ha)
yang diterima, berarti terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal test
menulis huruf al-Qur'an. Berikut akan penulis paparkan hasil test imla;
Tabel 4.12
Hasil atau Nilai Test Menulis Imla Huruf Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
di SDN 02 Pondok Pucung
Hasil Test
Klasifikasi Siswa
Nilai di atas KKM
(70)
Nilai di bawah
KKM (70) TOTAL
Siswa yang ikut TPA 9 1 10
Siswa yang tidak ikut TPA 1 9 10
JUMLAH 10 10 20 Sumber: Data diperoleh dari hasil angket test yang dibagikan kepada responden
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa 10 orang siswa yang mengikuti
pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), 9 orang diantaranya
mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) pada bidang studi
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah ditentukan oleh guru PAI di sekolah
tersebut, yaitu sebesar 70, dan 1 orang diataranya memperoleh nilai di bawah
KKM.
Kemudian, dari 10 orang siswa yang tidak mengikuti pendidikan di Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA), 1 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas
Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), dan 9 orang diataranya memperoleh nilai di
bawah KKM.
Tabel 4.12 tersebut, menjelaskan bahwa 10 orang (50 %) responden,
memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditetapkan oleh Guru bidang studi
72
Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. Sedangkan, sisanya
sejumlah 10 orang (50 %) responden, memperoleh nilai di bawah KKM.
Jika faktor keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan al-
Qur'an tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian mereka mengenai pemahaman
tentang materi baca-tulis al-Qur'an yang ada pada materi bidang studi Pendidikan
Agama Islam, maka yang menjadi harapan penulis adalah bahwa presentase
siswa yang memperoleh nilai di atas KKM dan di bawah KKM disetiap golongan
siswa, akan sama dengan persentase yang bersangkutan di dalam sampel secara
keseluruhan. Dalam hal ini, secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah
10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di Taman pendidikan Al-Qur'an, akan
terdapat sejumlah:
1) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di bawah KKM.
Untuk siswa yang tidak mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan Al-
Qur'an (TPA), secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang
diantara mereka, akan terdapat sejumlah:
1) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2) 50 % diantaranya (yaitu 5 orang) memperoleh nilai di bawah KKM.
Frekuensi yang diharapkan muncul (fh) atau expected frequency (fe) disebut
frekuensi teoritis (theoretical frequency = ft), apabila disajikan dalam bentuk
tabel, maka akan diperoleh data sebagai berikut:
73
Tabel 4.13 Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Imla Menulis
Huruf Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung
Hasil Test
Klasifikasi Siswa
Nilai di atas KKM
(70)
Nilai di bawah
KKM (70) TOTAL
(1) (2) Siswa yang ikut TPA
5 5 10
(3) (4) Siswa yang tidak ikut TPA
5 5 10
JUMLAH 10 10 20
Jika dibandingkan antara tabel 4.12 dengan table 4.13, kedua tebel tersebut
masing-masing mempunyai 4 buah sel, yaitu sel nomor 1, 2, 3 dan 4. Perbedaan
yang dijumpai antara frekuensi observasi dengan frekuensi yang diharapkan
(frekuensi teoritis) dari masing-masing sel pada kedua tebel tersebut, adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.14 Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi yang
diharapkan/frekuensi Teoritis (ft)
Nomor Sel
Frekuensi yang diobservasi (fo)
Frekuensi Teoritis (ft)
Beda/selisih antara fo dan ft
(fo–ft) 1 9 5 4
2 1 5 - 4
3 1 5 - 4
4 9 5 4
TOTAL 20 = N 20 = N 0
Kalau saja frekuensi yang diobservasi sama dengan frekuensi teoritis, maka
selisih antara frekuensi yang diobservasi dengan frekuensi teoritis tersebut pasti
sama dengan nol. Dalam keadaan demikian, dapat dikatakan bahwa antara dua
golongan siswa-siswi itu tidak terdapat perbedaan mengenai pemahaman mereka
74
tentang materi baca-tulis Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam.
Karena itu, dapat disimpulkan bahwa perbedaan hasil nilai test yang diperoleh
tidak ada hubungannya dengan keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA); atau dengan kata lain tidak adanya kontribusi yang
diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian
kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar.
Sebaliknya, jika terdapat perbedaan antara frekuensi yang diamati dengan
frekuensi teoritisnya, maka dapat disimpulkan perbedaan hasil nilai test yang
diperoleh ada hubungannya dengan keikutsertaan mereka pada pendidikan di
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA); atau dengan kata lain adanya kontribusi
yang diberikan oleh Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian
kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar.
Ada kemungkinan perbedaan itu sedikit (kecil) sekali atau banyak (besar)
sekali. Untuk menentukannya, maka diperlukan Teknik Analisis Komparasional
berupa Test Kai Kuadrat atau Test Kai Pangkat Dua.
Jika diamati kolom ke-empat tabel 4.14, yaitu selisih atau beda antara Fo dan
ft = (fo–ft), maka apabila (fo–ft) itu dijumlahkan hasilnya pasti sama dengan nol.
Karena itu, ∑ (fo–ft) tidak dapat penulis gunakan sebagai ukuran untuk
menentukan ada atau tidaknya perbedaan yang berarti. Maka, (fo–ft) yang ada
pada kolom ke-empat tabel 4.14 masing-masing dikuadratkan terlebih dahulu;
setelah itu dijumlah, sehingga diperoleh ∑ (fo–ft)2. setelah (fo–ft) dikuadratkan,
pada akhirnya dibagi dengan frekuensi teoritis (ft) dan dijumlahkan. Sehingga,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. 15 Perhitungan untuk memperoleh Harga Kai Kuadrat
(fo–ft)2
Sel Fo ft (fo–ft) (fo–ft)2 ft 1 2 3 4
9 1 1 9
5 5 5 5
4 - 4 - 4 4
16 16 16 16
3,2 3,2 3,2 3,2
(fo–ft)2 TOTAL 20 = N 20 = N 0 = ∑(fo–ft) ∑ = ft = 12,8 = X2
75
Sebelum nilai Kai Kuadrat yang penulis dapat dibandingkan dengan harga
Kritik Kai Kuadrat, terlebih dahulu ditetapkan degrees of freedomnya (df) atau
derajat kebebasannya (db) atau sama dengan hasil perkalian antara; banyaknya
kolom dikurangi 1 (yaitu c–1) dengan banyaknya jalur yang terdapat di tebel
perhitungan dikurangi 1 (yaitu r-1) atau lebih singkatnya df atau db = (c–1) (r–1).
Dari data yang ada, maka diperoleh c = 2 dan r = 2. Dengan demikian, df
atau db sebesar; (2–1) (2–1) = 1. Jika penulis menggunakan taraf signifikansi 5 %
pada table Nilai Harga kai Kuadrat, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat
sebesar 3,841, sedangkan apabila penulis menggunakan taraf signifikansi 1 %,
maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 6,635.
Untuk selanjutnya, penulis akan memberikan interpretasi terhadap Kai
Kuadrat yang telah diperoleh, yaitu dengan merumuskan terlebih dahulu Hipotesis
Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho) sebagai berikut:
Ha : "Terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan
Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dalam Hal Baca-Tulis Al-
Qur'an".
Ho : "Tidak adanya kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dalam Hal Baca-
Tulis Al-Qur'an ".
Dengan memperhatikan dan membandingkan besarnya harga Kai Kuadrat
hasil perhitungan (X2o) dan harga-harga Kai Kuadrat yang tercantum pada tebel 4.
7, ternyata terdapat X2o adalah jauh lebih besar daripada X2
t, yaitu: 3,841 < 12,8 >
6,635. Dengan demikian, karena X2o lebih besar daripada X2
t, maka dapat
dinyatakan bahwa perbedaan antara fo dengan ft itu adalah perbedaan yang berarti
atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan). Dengan demikian, Hipotesis Nihil
(Ho) ditolak; berarti terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi
76
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal test
menulis imla huruf al-Qur'an.
c). Test Membaca Al-Qur'an
Tabel 4.16
Hasil atau Nilai Test Tertulis Responden tentang Kemampuan Siswa mengenai Materi Membaca Al-Qur'an pada Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SDN
02 Pondok Pucung
Hasil Test
Klasifikasi Siswa
Nilai di atas KKM
(70)
Nilai di bawah
KKM (70) TOTAL
Siswa yang ikut TPA 7 3 10
Siswa yang tidak ikut TPA 1 9 10
JUMLAH 8 12 20 Sumber: Data diperoleh dari hasil test yang dilakukan secara langsung kepada responden
Dari tabel tersebut, diketahui bahwa 10 orang siswa yang mengikuti
pendidikan di taman pendidikan Al-Qur'an (TPA), 7 orang diantaranya
mendapatkan nilai di atas Kriteria ketuntasan Minimal (KKM) pada bidang studi
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang telah ditentukan oleh guru PAI di sekolah
tersebut, yaitu sebesar 70, dan 3 orang diataranya memperoleh nilai di bawah
KKM.
Kemudian, dari 10 orang siswa yang tidak mengikuti pendidikan di taman
pendidikan Al-Qur'an (TPA), 1 orang diantaranya mendapatkan nilai di atas
Kriteria ketuntasan Minimal (KKM), dan 9 orang diataranya memperoleh nilai di
bawah KKM.
Tabel 4.12 tersebut, menjelaskan bahwa 8 orang (40 %) dari keseluruhan
responden, memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditetapkan oleh guru bidang
studi Pendidikan Agama Islam di SDN 02 Pondok Pucung. Sedangkan, sisanya
sejumlah 12 orang (60 %) dari keseluruhan responden, memperoleh nilai di bawah
KKM.
77
Jika faktor keikutsertaan mereka pada pendidikan di Taman Pendidikan al-
Qur'an tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian atas kemampuan mereka dalam
hal membaca al-Qur'an yang ada pada materi bidang studi Pendidikan Agama
Islam, maka yang menjadi harapan penulis adalah bahwa presentase siswa-siswi
yang memperoleh nilai di atas KKM dan di bawah KKM disetiap golongan siswa,
akan sama dengan persentase yang bersangkutan di dalam sampel secara
keseluruhan. Dalam hal ini, secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah
10 orang siswa yang mengikuti pendidikan di Taman Pendidikan Al-Qur'an, akan
terdapat sejumlah:
1) 40 % diantaranya (yaitu 4 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2) 60 % diantaranya (yaitu 6 orang) memperoleh nilai di bawah KKM.
Untuk siswa yang tidak mengikuti pendidikan di taman pendidikan Al-
Qur'an (TPA), secara teoritis penulis mengharapkan dari sejumlah 10 orang
diantara mereka, akan terdapat sejumlah:
1) 40 % diantaranya (yaitu 4 orang) memperoleh nilai di atas KKM,
2) 60 % diantaranya (yaitu 6 orang) memperoleh nilai di bawah KKM.
Frekuensi yang diharapkan muncul (fh) atau expected frequency (fe) disebut
frekuensi teoritis (theoretical frequency = ft), apabila disajikan dalam bentuk
tabel, maka akan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.17
Frekuensi yang diharapkan Muncul tentang Hasil atau Nilai Test Kemampuan membaca Al-Qur'an Responden Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
di SDN 02 Pondok Pucung
Hasil Test
Klasifikasi Siswa
Nilai di atas KKM
(70)
Nilai di bawah
KKM (70) TOTAL
(1) (2) Siswa yang ikut TPA
4 6 10
(3) (4) Siswa yang tidak ikut TPA
4 6 10
JUMLAH 8 12 20
78
Jika dibandingkan antara tabel 4.12 dengan table 4.13, kedua tebel tersebut
masing-masing mempunyai 4 buah sel, yaitu sel nomor 1, 2, 3 dan 4. Perbedaan
yang dijumpai antara frekuensi observasi dengan frekuensi yang diharapkan
(frekuensi teoritis) dari masing-masing sel pada kedua tebel tersebut, adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.18 Perbedaan antara Frekuensi yang diobservasi (fo) dengan Frekuensi yang
diharapkan/frekuensi Teoritis (ft)
Nomor Sel
Frekuensi yang diobservasi (fo)
Frekuensi Teoritis (ft)
Beda/selisih antara fo dan ft
(fo–ft) 1 7 4 3
2 3 6 - 3
3 1 4 - 3
4 9 6 3
TOTAL 20 = N 20 = N 0
Jika diamati kolom ke-empat tabel 4.18, yaitu selisih atau beda antara Fo dan
ft = (fo–ft), maka apabila (fo–ft) itu dijumlahkan hasilnya pasti sama dengan nol.
Karena itu, ∑ (fo–ft) tidak dapat penulis gunakan sebagai ukuran untuk
menentukan ada atau tidaknya perbedaan yang berarti. Maka, (fo–ft) yang ada
pada kolom ke-empat tabel 4.18 masing-masing dikuadratkan terlebih dahulu;
setelah itu dijumlah, sehingga diperoleh ∑ (fo–ft)2. Setelah (fo–ft) dikuadratkan,
pada akhirnya dibagi dengan frekuensi teoritis (ft) dan dijumlahkan. Sehingga,
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4. 19 Perhitungan untuk memperoleh harga Kai Kuadrat
(fo – ft)2
Sel Fo Ft (fo – ft) (fo – ft)2 ft 1 2 3 4
7 3 1 9
4 6 4 6
3 - 3 - 3 3
9 9 9 9
2,25 1,5
2,25 1,5
(fo – ft)2 TOTAL 20 = N 20 = N 0 = ∑(fo – ft) ∑ = Ft = 7,5 = X2
79
Sebelum nilai Kai Kuadrat yang penulis dapat dibandingkan dengan harga
Kritik Kai Kuadrat, terlebih dahulu ditetapkan degrees of freedomnya (df) atau
derajat kebebasannya (db) atau sama dengan hasil perkalian antara; banyaknya
kolom dikurangi 1 (yaitu c–1) dengan banyaknya jalur yang terdapat di tebel
perhitungan dikurangi 1 (yaitu r-1) atau lebih singkatnya df atau db = (c–1) (r–1).
Dari data yang ada, maka diperoleh c = 2 dan r = 2. Dengan demikian, df
atau db sebesar; (2–1) (2–1) = 1. Jika penulis menggunakan taraf signifikansi 5 %
pada tabel Nilai Harga kai Kuadrat, maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat
sebesar 3,841, sedangkan apabila penulis menggunakan taraf signifikansi 1 %,
maka akan diperoleh harga Kai Kuadrat sebesar 6,635.
Untuk selanjutnya, penulis akan memberikan interpretasi terhadap Kai
Kuadrat yang telah diperoleh, yaitu dengan merumuskan terlebih dahulu Hipotesis
Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nihil (Ho) sebagai berikut:
Ha : "Terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman Pendidikan
Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar khususnya dalam hal
membaca al-Qur'an".
Ho : "Tidak adanya kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh Taman
Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar khususnya
dalam hal membaca al-Qur'an ".
Dengan memperhatikan dan membandingkan besarnya harga Kai Kuadrat
hasil perhitungan (X2o) dan harga-harga Kai Kuadrat yang tercantum pada tebel 4.
7, ternyata terdapat X2o adalah jauh lebih besar daripada X2
t, yaitu: 3,841 < 7,5 >
6,635. Dengan demikian, karena X2o lebih besar daripada X2
t, maka dapat
dinyatakan bahwa perbedaan antara fo dengan ft itu adalah perbedaan yang berarti
atau perbedaan yang meyakinkan (signifikan). Dengan demikian, Hipotesis Nihil
(Ho) ditolak; berarti terdapat kontribusi yang signifikan yang diberikan oleh
Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) terhadap pencapaian kompetensi
80
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar dalam hal test
membaca al-Qur'an.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai jawaban dari perumusan masalah dalam penelitian yang telah
penulis lakukan, akhirnya penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kontribusi yang diberikan oleh Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) terhadap
pencapaian kompetensi pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah
dalam hal baca-tulis al-Qur'an, diantaranya:
a. Materi pengajaran al-Qur'an yang lebih dominant di TPA membuat siswa
lebih cepat dalam hal kemampuan baca-tulis al-Qur'an.
b. Metode pengajaran TPA yang memberikan perhatian langsung pada tiap-
tiap siswa (individu), membuat siswa lebih jelas dan paham dalam belajar.
c. Waktu yang lebih banyak, sehingga membuat proses belajar mengajar di
TPA lebih fokus.
2. Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam pada Taman Pendidikan al-
Qur'an (TPA), pada dasarnya tidak jauh berbeda Sekolah Dasar, yang berbeda
hanya persiapan dan metode yang digunakan oleh guru dalam proses belajar
mengajar. Pada sekolah dasar, guru menggunakan metode yang bersifat
klasikal, karena terbatasnya waktu. Sedangkan, guru TPA menggunakan
metode dengan memberikan perhatian dan pembelajaran pada tiap-tiap anak
(individu) secara langsung, sehingga terlihat jelas bahwa pembelajaran pada
81
Taman pendidikan al-Qur'an (TPA) lebih optimal dan efektif dalam
penyampaian materi pembelajarannya.
3. Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka terlihat dengan jelas
perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pendidikan pada Taman
Pendidikan al-Qur'an (TPA) dengan siswa yang tidak mengikuti pendidikan
pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA). Perbedaan tersebut terjadi pada
semua penilaian, baik kemampuan mereka dalam memahami materi pelajaran
tentang baca-tulis al-Qur'an, kemampuan menulis al-Qur'an maupun
kemampuan mereka dalam membaca al-Qur'an. Siswa yang mengikuti
pendidikan pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) tentu lebih menguasai
(unggul) kemampuannya dibandingkan dengan siswa yang tidak mengikuti
pendidikan pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA).
B. Saran-saran
1. Kepada masyarakat Indonesia, khususnya yang beragama Islam, diharapkan
tidak memandang rendah keberadaan dari Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA),
sehingga berpendapat bahwa mendaftarkan putra-putrinya untuk mengikuti
pendidikan di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) adalah hal yang sia-sia.
2. Kepada Pemerintah, diharapkan dapat memperhatikan keberadaan Pendidikan
pada Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA), agar penyelenggaraan pendidikan
dapat berjalan dengan baik, yaitu dengan cara memberikan bantuan baik
dalam hal sarana dan prasarana yang digunakan dalam proses belajar-
mengajar.
3. Kepada orang tua, diharapkan dapat lebih mengutamakan perhatiannya dalam
hal pendidikan agama kepada putra-putrinya, khususnya dalam hal
pemahaman mengenai al-Qur'an dan agama Islam, serta dapat memberikan
motivasi kepada putra-putrinya agar dapat mengikuti proses pendidikan di
Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA).
4. Kepada guru bidang studi Pendidikan Agama Islam, agar lebih memberikan
bimbingan keagamaan dengan semaksimal mungkin kepada peserta didik,
82
sehingga diharapkan kompetensi pembelajaran dari materi yang ada dapat
tercapai dengan baik.
5. Kepada siswa, agar dapat mempergunakan waktu belajar dengan sebaik-
baiknya, selain mengikuti proses belajar mengajar di sekolah, alangkah
baiknya ditambah dengan mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar diluar
sekolah, seperti di Taman Pendidikan al-Qur'an (TPA) untuk menambah
pemahaman khususnya dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam.
83
DAFTAR PUSTAKA
Al-Abrasyi, Mohd. Athiyah, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Agama islam, Jakarta: PT. Bulan Bintang, Cet. V, 1987.
Ambari, Hasan Muarif, dan Taufik Abdullah, Ensiklopedia Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jilid 2, 1996.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. XIII, 2006.
Ash-Shiddieqy, Hasbi, Pengantar Hukum Islam, Jakarta: Bulan Bintang, Cet. VI, 1999.
Azra, Azyumardi, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, Cet. 1, 1998.
Daradjat, Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Akasara, Cet. 1, 1995.
______, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Akasara, Cet. V, 2004.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
______, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Een Sukaenah, Kepala Sekolah SDN 02 Pondok Pucung, Wawancara Pribadi, (Pondok Pucung, 8 Juni 2009).
Humam, As'ad, dkk, Pedoman Pengelolaan, Pembinaan dan Pengembangan Membaca, Menulis dan Memahami al-Qur'an (M3A), Yogyakarta, Balai Peneliian dan Pengembangan Sistem Pengajaran Baca Tulis al-Qur'an LPTQ Nasional, Cet. Ke-XII, 2001.
Ismail, Abdul Mujib, dan Maria Ulfa Nawawi, Pedoman Ilmu Tajwid, Surabaya,
Karya Abditama, 1995.
84
Jalaluddin, Metode Tunjuk Silang, Jakarta: Kalam Mulia, 1998.
Karim, Tasyrifin, Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKA/TPA, Jakarta: LPPTKA BKPRMI Pusat, 2004.
Langgulung, Hasan, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka alhusna, Cet. II, 1988.
Mardjoned, Ramlan, Akhlak Belajar dan Mengajar al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA-BKPRMI, Cet. 1, 1994.
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. 1, 1997.
Nasuha, Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam SDN 02 Pondok Pucung, Wawancara Pribadi, (Pondok Pucung, 14 April 2009).
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. III, 2002.
Saleh, Abu Bakar, Sejarah al-Qur'an, Solo: CV. Ramadhani, Cet. VII, 1989.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007.
Sulthon, Muhadjir, al-Barqi, Surabaya: Pena Suci, 1992.
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. IV, 2004.
Suralaga, Fadilah, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Press, tth.
Syah, Ismail Muhammad, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 1992.
Syamsuddin. MZ, Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Penelolaan TKA/TPA al-Qur'an, Jakarta: LPPTKA BKPRMI DKI JAYA, Cet. III, 1996.
85
Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam II, Bandung: CV Pustaka Setia, Cet. II, 1999.
Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam Depag RI, 2006.
Wajih, Ahmad al-Wafa, Makalah Metode Qira'ati, Gresik: ttp, 1996.
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1991.
Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Hida Karya Agung, Cet. XX, 1990.
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, Cet. VIII, 1983.
______, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. II, 1995.
top related