peraturan kepala badan nasional penanggulangan...
Post on 12-Sep-2019
15 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERATURAN KEPALA
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN TERORISME
NOMOR : PER - 03/K.BNPT/1/ 2017
TENTANG
PEDOMAN UMUM
FORUM KOORDINASI PENCEGAHAN TERORISME
DI DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN
TERORISME
Menimbang: bahwa dengan terbentuknya Forum
Koordinasi Pencegahan Terorisme di daerah
perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme tentang
Pedoman Umum Forum Koordinasi
Pencegahan Terorisme di Daerah.
1
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002
tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun Nomor 4168);
2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003
tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun
2002 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 45, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun Nomor 4284);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
2
Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah dua kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004
tentang Tentara Nasional Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 127, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun Nomor 4439);
6. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 46 Tahun 2010 tentang Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Negara Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2012;
7. Peraturan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme Nomor PER-
01/K.BNPT/10/2010 tentang Organisasi dan
3
Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme;
8. Keputusan Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme Nomor KEP-
02/K.BNPT/1/2012 tentang Pembentukan
Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme
(FKPT) di Daerah.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PEDOMAN UMUM FORUM KOORDINASI
PENCEGAHAN TERORISME DI DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah
adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan di tingkat Provinsi, atau
4
Bupati/Walikota sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan di tingkat Kabupaten/Kota.
3. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, selanjutnya
disebut BNPT, adalah Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian, berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Presiden yang dibentuk dalam rangka
menjalankan tugas dan fungsi penanggulangan terorisme. 4. Terorisme adalah setiap orang yang dengan sengaja
menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap
orang secara meluas atau menimbulkan korban yang
bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan
atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau
mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap
obyek-obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup
atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana
dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun. 5. Tindak pidana terorisme adalah segala perbuatan yang
memenuhi unsur-unsur tindak pidana terorisme. 6. Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme yang
selanjutnya disebut FKPT adalah organisasi yang
dibentuk oleh BNPT di tingkat daerah sebagai mitra
strategis BNPT dalam melaksanakan tugas koordinasi
5
pencegahan terorisme di daerah berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
7. Pencegahan terorisme adalah upaya-upaya yang
dilakukan dalam rangka mencegah penyebaran ideologi
radikal terorisme melalui berbagai strategi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. 8. Sistem siaga dini (early warning system) adalah upaya
preventif untuk mencegah terjadinya penyebaran paham
dan aksi terorisme yang mengancam masyarakat. 9. Kearifan lokal adalah seperangkat nilai dalam wujud
gagasan, pandangan, dan norma yang bersifat luhur,
bijaksana, dan baik yang hidup dan berkembang dalam
kehidupan bermasyarakat di daerah.
BAB II
VISI, MISI, DAN TUJUAN
Pasal 2
Visi FKPT adalah tumbuhnya kesadaran masyarakat di
daerah tentang ancaman dan bahaya terorisme dengan
berbasis pada nilai kearifan lokal guna mewujudkan
masyarakat Indonesia yang damai.
6
Pasal 3
Misi FKPT:
1. Meningkatkan daya tangkal masyarakat dalam
menghadapi ancaman penyebaran ideologi radikal
terorisme; 2. Menggugah kesadaran masyarakat melawan ancaman
terorisme di daerah secara berkelanjutan, terukur, dan
sesuai dengan kearifan lokal; 3. Meningkatkan kesadaran dan kewaspadaan dini
masyarakat di daerah melalui penanaman dan
pengamalan empat konsensus dasar kebangsaan yang
terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka
Tunggal Ika; 4. Mengembangkan kearifan lokal budaya di daerah yang
majemuk sebagai kekuatan untuk menghadapi ancaman
radikalisme dan terorisme.
Pasal 4
Tujuan FKPT adalah:
1. Membantu BNPT dalam melakukan koordinasi dengan
para pemangku kepentingan di daerah dalam rangka
pencegahan terorisme; 2. Melaksanakan kegiatan pencegahan terorisme dengan
melibatkan berbagai unsur masyarakat dan pemangku
kepentingan di daerah;
7
3. Mewujudkan masyarakat yang sadar terhadap ancaman
dan bahaya terorisme dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara; 4. Memberikan pemahaman kepada masyarakat akan
bahaya penyebaran ideologi radikalisme dan terorisme; 5. Mencegah berkembangnya paham radikal terorisme di
daerah.
BAB III
KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS, DAN TANGGUNG
JAWAB
Pasal 5
1. FKPT merupakan unsur dari Satuan Tugas Pencegahan
BNPT yang berkedudukan di ibukota Provinsi dan bila
diperlukan, BNPT dapat membentuk FKPT di tingkat
Kabupaten/Kota. 2. Pengurus FKPT dibentuk, dilantik, dan dikukuhkan oleh
Kepala BNPT.
Pasal 6
FKPT mempunyai fungsi sebagai wadah partisipasi
masyarakat di daerah dalam membangun sinergi dengan
BNPT melaksanakan koordinasi, program serta kegiatan
pencegahan terorisme di seluruh daerah di Indonesia.
8
Pasal 7
1. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6, FKPT mempunyai tugas:
a. Melaksanakan kebijakan, strategi, rencana, dan
program kegiatan pencegahan terorisme di daerah;
b. Menyebarluaskan kontra propaganda ideologi radikal
di daerah;
c. Menggalang sikap proaktif masyarakat untuk terlibat
pencegahan terorisme di daerah;
d. Melakukan upaya rehabilitasi, reedukasi, dan
resosialisasi dalam rangka deradikalisasi;
e. Mengkoordinasikan kegiatan pencegahan terorisme di
daerah;
f. Melakukan koordinasi dengan para pemangku
kepentingan di daerah dalam rangka pencegahan
terorisme. 2. Pelaksanaan kebijakan, strategi, rencana, dan program
pencegahan terorisme sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 huruf a disesuaikan dengan kearifan lokal (local
wisdom) masyarakat setempat. 3. Penyebarluasan kontra propaganda ideologi radikal
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf b dilakukan
melalui media massa, media sosial, dan media lainnya
dengan memperhatikan karakter agama, sosial budaya,
ekonomi, dan adat dari masyarakat setempat.
9
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7, FKPT dapat melakukan: 1. Penelitian tentang potensi radikal terorisme;
2. Pembuatan peta sistem siaga dini bahaya terorisme;
3. Pengembangan potensi positif dan kreatif untuk pemuda
dan perempuan;
4. Edukasi anti radikalisme dan terorisme kepada semua
elemen masyarakat di daerah dan pengembangan
kreativitasnya dari berbagai perspektif; 5. Literasi media kontra-ideologi radikal melalui media
massa, media sosial dan media lainnya;
6. Advokasi kepada masyarakat yang menjadi korban aksi
terorisme;
7. Pembinaan terhadap napi teroris, mantan napi teroris,
keluarga, dan jaringannya;
8. Pembinaan terhadap orang/kelompok potensi radikal
terorisme.
Pasal 9
1. Dalam setiap pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 dan Pasal 8, FKPT bertanggung jawab
kepada Kepala BNPT melalui koordinasi Deputi Bidang
Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT; 2. FKPT wajib berkoordinasi dengan forum komunikasi
pimpinan daerah setempat.
10
BAB IV
ORGANISASI
Bagian Kesatu
Sifat
Pasal 10
FKPT secara institusi, dan pengurusnya tidak berafiliasi
dengan partai politik apapun, bersifat koordinatif, non-profit,
independen, dan sukarela.
Bagian Kedua
Struktur dan Organisasi
Pasal 11
1. Struktur Organisasi FKPT terdiri atas:
a. Pembina;
b. Penasihat;
c. Pengurus terdiri atas:
1) Ketua;
2) Sekretaris;
3) Bendahara;
4) Ketua-ketua bidang:
a) Agama, Pendidikan, dan Dakwah;
b) Ekonomi, Sosial Budaya, dan Hukum;
c) Media Massa, Hubungan Masyarakat, dan
Sosialisasi;
11
d) Pemuda dan Perempuan;
e) Pengkajian dan Penelitian.
2. Pembina FKPT sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf a dijabat oleh Kepala BNPT yang dalam
pelaksanaannya dilimpahkan kepada Deputi Bidang
Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT. 3. Penasihat FKPT sebagaimana dimaksud pada ayat 1
huruf b adalah Forum Koordinasi Pimpinan Daerah
setempat. 4. Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas
kepengurusan FKPT dapat mengangkat staf sekretariat
sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang staf.
Bagian Ketiga
Tugas dan Fungsi Organisasi
Pembina
Pasal 12
1. Pembina mempunyai fungsi pengarahan umum dan
supervisi atas setiap kegiatan pencegahan terorisme,
melakukan koordinasi dalam penyusunan kebijakan dan
strategi pencegahan terorisme di tingkat pusat dan
daerah, serta melakukan monitoring dan evaluasi
kelembagaan FKPT.
12
2. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Pembina mempunyai tugas:
a. Mengangkat, melantik, mengukuhkan, dan
memberhentikan Pengurus setelah
mempertimbangkan saran dari Deputi Bidang
Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi;
b. Melakukan koordinasi dalam penyusunan kebijakan
dan strategi pencegahan terorisme;
c. Melakukan monitoring dan evaluasi kelembagaan
FKPT; dan
d. Membekukan FKPT setelah mempertimbangkan
evaluasi dari Deputi Bidang Pencegahan,
Perlindungan, dan Deradikalisasi.
Penasihat
Pasal 13
1. Penasihat mempunyai fungsi memberikan masukan atas
program dan kegiatan pencegahan terorisme sesuai
dengan karakteristik wilayah masing-masing. 2. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Penasihat mempunyai tugas:
a. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan kebijakan
pencegahan terorisme di daerahnya;
b. Melakukan pembinaan kelembagaan FKPT di
daerahnya;
13
c. Memberikan saran baik diminta maupun tidak kepada
FKPT dalam rangka pencegahan terorisme di
daerahnya.
Ketua
Pasal 14
1. Ketua mempunyai fungsi sebagai penanggung jawab
FKPT. 2. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Ketua mempunyai tugas:
a. Melakukan koordinasi dalam melaksanakan kebijakan
dan strategi pencegahan terorisme sesuai dengan
kearifan lokal;
b. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan
pencegahan terorisme dengan mempertimbangkan
karakter wilayah masing-masing;
c. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan edukasi
anti radikalisme dan terorisme kepada semua elemen
masyarakat di daerah dan pengembangan
kreatifitasnya dari berbagai perspektif;
d. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan kegiatan
diseminasi kontra-ideologi radikal melalui media
massa, media sosial dan media lainnya;
e. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan pendidikan
kontra ideologi radikal terorisme dan pengembangan
14
potensi positif dan kreatif untuk pemuda dan
perempuan;
f. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan penelitian
tentang potensi gerakan dan aksi terorisme;
g. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan advokasi
kepada masyarakat yang menjadi korban aksi
terorisme;
h. Melakukan koordinasi dalam pelaksanaan pembinaan
terhadap narapidana terorisme, mantan narapidana
terorisme, keluarga, dan jaringannya;
i. Melakukan koordinasi dalam pembuatan peta sistem
siaga dini bahaya terorisme; dan
j. Melakukan koordinasi dalam pembentukan satuan
tugas-satuan tugas dalam pencegahan terorisme
sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangan
penasihat serta persetujuan pembina.
Sekretaris
Pasal 15
1. Sekretaris mempunyai fungsi penyelenggaraan kegiatan
kesekretariatan, pelaporan atas kegiatan yang dilakukan
oleh FKPT; 2. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Sekretaris mempunyai tugas:
15
a. Mengkoordinasikan rencana program kegiatan
tahunan;
b. Menjalankan tertib administrasi dan kearsipan; dan
c. Mengkoordinasikan pelaporan kegiatan.
Bendahara
Pasal 16
1. Bendahara mempunyai fungsi penyelenggaraan
manajemen keuangan dan pelaporan keuangan atas
kegiatan yang dilakukan oleh FKPT sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. 2. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Dalam Bendahara mempunyai tugas:
a. Menyusun rencana anggaran belanja;
b. Menjalankan tertib keuangan; dan
c. Menyusun laporan keuangan;
Ketua Bidang
Pasal 17
1. Ketua Bidang Agama, Pendidikan, dan Dakwah
mempunyai fungsi penyelenggaraan kegiatan
pencegahan terorisme melalui pendekatan agama dan
pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik dan
kearifan lokal.
16
2. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Ketua Bidang Agama, Pendidikan dan
Dakwah mempunyai tugas:
a. Melaksanakan koordinasi dengan pemangku
kepentingan bidang Agama, Pendidikan dan Dakwah.
b. Melaksanakan pembinaan keagamaan kepada
masyarakat umum tentang anti radikalisme dan
terorisme.
c. Melaksanakan pembinaan keagamaan kepada
narapidana terorisme, mantan narapidana terorisme,
keluarga, jaringan, dan orang/kelompok potensi
radikal terorisme.
Pasal 18
1. Ketua Bidang Ekonomi, Sosial Budaya dan Hukum
mempunyai fungsi penyelenggaraan kegiatan
pencegahan terorisme melalui pendekatan ekonomi,
sosial budaya, dan hukum dengan mempertimbangkan
karakteristik dan kearifan lokal. 2. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Ketua Bidang Ekonomi, Sosial Budaya, dan
Hukum mempunyai tugas:
a. Melaksanakan koordinasi dengan pemangku
kepentingan bidang pemberdayaan ekonomi, sosial
budaya, dan hukum.
17
b. Melaksanakan kegiatan pemberdayaan ekonomi
terutama bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP)
kasus terorisme, mantan narapidana terorisme,
keluarga, jaringan, dan orang/kelompok potensial
radikal terorisme.
c. Melaksanakan kegiatan penguatan kesetiakawanan
sosial dan pengembangan budaya anti kekerasan.
d. Melaksanakan kegiatan penyadaran hukum kepada
mantan anggota jaringan dan narapidana terorisme,
serta masyarakat.
Pasal 19
1. Ketua Bidang Media Massa, Hubungan Masyarakat, dan
Sosialisasi mempunyai fungsi penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan pencegahan terorisme melalui media
massa pers dan media sosial dan media keagamaan
baik cetak, elektronik maupun online dengan
mempertimbangkan karakteristik dan kearifan lokal. 2. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Ketua Bidang Media Massa, Hubungan
Masyarakat dan Sosialisasi mempunyai tugas:
a. Melaksanakan koordinasi dengan pemangku
kepentingan bidang media massa dan hubungan
masyarakat.
18
b. Melaksanakan kegiatan kontra propaganda radikal
terorisme di media massa, media sosial, dan media
lainnya;
c. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan kampanye
publik anti ideologi radikal dan aksi terorisme secara
berkelanjutan dan terarah melalui media massa, baik
cetak, elektronik maupun online; dan
d. Melibatkan secara aktif media massa, media sosial,
dan lembaga-lembaga penyiaran terkait lainnya.
Pasal 20
1. Ketua Bidang Pemuda dan Perempuan mempunyai fungsi
penyelenggaraan kegiatan pencegahan terorisme yang
menitikberatkan pada pelibatan pemuda dan perempuan. 2. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Ketua Bidang Pemberdayaan Pemuda dan
Perempuan melakukan fungsi sebagai berikut:
a. Melaksanakan koordinasi dengan pemangku
kepentingan bidang pemuda dan perempuan;
b. Melaksanakan kegiatan pencegahan terorisme
dengan cara melibatkan secara aktif pemuda dan
perempuan; serta
c. Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan kampanye
publik yang berkenaan dengan pemuda dan
perempuan;
19
Pasal 21
Ketua Bidang Pengkajian dan Penelitian mempunyai fungsi
penyelenggaraan kegiatan pencegahan terorisme melalui
pengkajian dan penelitian akademik.
1. Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, Ketua Bidang Pengkajian dan Penelitian
mempunyai tugas:
a. Melaksanakan koordinasi dengan pemangku
kepentingan bidang pengkajian dan penelitian;
b. Melaksanakan kegiatan pengkajian dan penelitian
tentang potensi radikalisme dan terorisme;
c. Memetakan potensi radikalisme dan terorisme yang
komprehensif menyangkut paham tokoh, organisasi,
dan gerakan di daerahnya;
d. Melaksanakan monitoring atas penyebaran paham
atau tulisan yang berkaitan dengan radikalisme dan
terorisme di daerahnya;
e. Menyusun indeks radikalisme di daerahnya;
f. Melaksanakan pengkajian dan penelitian tentang
dampak kegiatan pencegahan terorisme di daerah
terhadap meningkatnya daya tangkal masyarakat.
20
BAB V
MEKANISME KEPENGURUSAN FKPT
Pasal 22
Pengurus FKPT terdiri atas unsur organisasi masyarakat
(ormas), organisasi profesional, pemimpin atau pemuka
agama, akademisi, jurnalis, dan unsur Pemerintah Daerah.
1. Pengurus FKPT dipilih dengan mempertimbangkan asas
keterbukaan, asas akuntabilitas, dan asas kepatutan. 2. Pengurus FKPT harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Warga Negara Indonesia;
b. Sehat jasmani dan rohani;
c. Berkelakuan baik;
d. Berusia minimal 25 (dua puluh lima) tahun dan
maksimal 65 (enam puluh lima) tahun;
e. Memiliki rasa nasionalisme yang tinggi;
f. Memiliki pengetahuan akademis yang memadai atau
pengalaman dan keinginan kuat dalam pencegahan
terorisme;
g. Memiliki integritas tinggi;
h. Non-partisan dan independen (tidak terdaftar sebagai
pengurus atau anggota dari partai politik);
i. Berdomisili di daerah yang bersangkutan, dibuktikan
dengan identitas tanda pengenal yang sah menurut
hukum;
21
j. Tidak sedang menjalani proses hukum dengan status
tersangka. 3. Pemilihan Ketua dilakukan dengan cara musyawarah
mufakat melalui formatur yang telah ditunjuk oleh BNPT,
terdiri atas unsur perwakilan BNPT, FKPT (1 orang),
Pemerintah Daerah, Aparatur Keamanan, dan Tokoh
Masyarakat, dengan mempertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan formal;
b. Independensi;
c. Pengaruh sosial keagamaan/kemasyarakatan;
d. Pengalaman dan kecakapan dalam hal-hal yang
berkenaan dengan pencegahan terorisme di wilayah
masing-masing;
e. Kemampuan mengambil keputusan yang tepat dan
cepat;
f. Ketersediaan waktu dan tenaga untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan FKPT. 4. Pemilihan Sekretaris dilakukan dengan cara sebagaimana
diatur dalam ayat 3 (tiga), dengan mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan formal;
b. Pengalaman dan kecakapan dalam hal-hal yang
berkenaan administrasi dan ketatausahaan;
c. Kemampuan organisasi dan manajerial;
d. Ketersediaan waktu dan tenaga untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan FKPT.
22
5. Pemilihan Bendahara dilakukan dengan cara sebagaimana
diatur dalam ayat 3 (tiga), dengan mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan formal ekonomi dan atau
berpengalaman di bidang keuangan;
b. Pengalaman dan kecakapan dalam hal-hal yang
berkenaan tertib keuangan;
c. Ketersediaan waktu dan tenaga untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan FKPT. 6. Pemilihan Ketua Bidang Agama, Pendidikan, dan
Dakwah dilakukan dengan cara sebagaimana diatur dalam
ayat 3 (tiga), dengan mempertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut;
a. Tingkat pendidikan formal;
b. Pengaruh sosial keagamaan di masyarakat;
c. Pengalaman dan kecakapan dalam berdialog,
berdiskusi, dan berdakwah;
d. Ketersediaan waktu dan tenaga untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan FKPT. 7. Pemilihan Ketua Bidang Ekonomi, Sosial Budaya, dan
Hukum dilakukan dengan cara sebagaimana diatur dalam
ayat 3 (tiga), dengan mempertimbangkan beberapa hal
sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan formal;
b. Pengaruh dalam bidang pemberdayaan ekonomi,
sosial budaya, dan hukum;
23
c. Pengalaman dan kecakapan dalam hal yang
menyangkut pemberdayaan ekonomi, sosial budaya
dan hukum;
d. Ketersediaan waktu dan tenaga untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan FKPT. 8. Pemilihan Ketua Bidang Media Massa, Hubungan
Masyarakat dan Sosialisasi dilakukan dengan cara
sebagaimana diatur dalam ayat 3 (tiga), dengan
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan formal;
b. Memiliki kompetensi di bidang media massa,
kehumasan dan sosialisasi;
c. Ketersediaan waktu dan tenaga untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan FKPT. 9. Pemilihan Ketua Bidang Pemuda dan Perempuan
dilakukan dengan cara sebagaimana diatur dalam ayat 3
(tiga), dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Tingkat pendidikan formal;
b. Pengaruh dalam bidang pemberdayaan pemuda dan
perempuan;
c. Pengalaman dan kecakapan dalam hal yang
menyangkut diskursus gender dalam kaitannya
dengan pemikiran dan aksi terorisme;
d. Ketersediaan waktu dan tenaga untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan FKPT.
24
10. Pemilihan Ketua Bidang Pengkajian dan Penelitian
dilakukan dengan cara sebagaimana diatur dalam ayat 3
(tiga), dengan mempertimbangkan beberapa hal sebagai
berikut:
a. Tingkat pendidikan formal magister;
b. Pengaruh dan otoritas dalam bidang pengkajian dan
penelitian sosial keagamaan;
c. Pengalaman dan kecakapan dalam hal yang
menyangkut pengkajian dan penelitian terutama
tentang terorisme dan gerakan radikal;
d. Ketersediaan waktu dan tenaga untuk berpartisipasi
aktif dalam kegiatan FKPT.
BAB VI
MASA JABATAN DAN PERGANTIAN PENGURUS
Pasal 23
1. Masa jabatan kepengurusan FKPT setiap periode adalah
2 (dua) tahun. 2. Kepengurusan FKPT dapat dijabat maksimal 2 (dua)
periode berdasarkan kriteria sesuai pasal 22 ayat 2 dan
sesuai hasil pemilihan.
Pasal 24
1. Pergantian ketua dan anggota pengurus FKPT dilakukan
karena satu atau beberapa alasan sebagai berikut:
25
a. Meninggal dunia;
b. Diberhentikan dari kepengurusan;
c. Mengundurkan diri atas kemauan sendiri;
d. Berhalangan tetap;
e. Keterbatasan fisik yang tidak mungkin untuk
melaksanakan tugas-tugasnya;
f. Sedang menjalani proses hukum dengan status
tersangka atau telah mendapat putusan pengadilan
yang berkekuatan hukum tetap; 2. Dalam hal pemberhentian dari kepengurusan sesuai
dengan ayat 1 huruf b, bahwa seorang pengurus dapat
diberhentikan dengan alasan sebagai berikut:
a. Dipandang tidak dapat memenuhi kewajiban dan/atau
kepatutan sebagai pengurus FKPT;
b. Melakukan tindakan tercela;
c. Melakukan penyalahgunaan wewenang, dana, dan
sarana, atau fasilitas FKPT;
d. Mempergunakan FKPT sebagai alat/sarana untuk
kepentingan pribadi dan kelompok;
e. Terlibat dalam kepengurusan dan/atau anggota partai
politik, dan/atau organisasi yang secara hukum
terlarang. 3. Dalam hal penggantian satu atau beberapa anggota
pengurus FKPT, maka FKPT dapat memohon kepada
BNPT untuk menunjuk personel sebagai pengurus
baru/pengganti;
26
4. Jika dalam waktu 30 hari setelah permohonan penunjukan
pengurus baru/pengganti, BNPT belum menunjuk personel
sebagai pengurus baru/pengganti, maka FKPT dapat
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. FKPT dapat berkoordinasi dan meminta pertimbangan
dari penasihat tentang usulan personel sebagai
pengurus baru/pengganti;
b. FPKT dapat mengadakan rapat bersama seluruh
pengurus untuk membahas dan mengusulkan kepada
BNPT tentang personel yang ditunjuk sebagai
pengurus baru/pengganti.
c. Usulan penunjukan personel sebagai pengurus
baru/pengganti dilampiri dengan daftar hadir rapat,
notulensi rapat, berita acara, dan Daftar Riwayat
Hidup personel yang diusulkan tersebut.
BAB VII
TATA KERJA
Pasal 25
1. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, setiap
pengurus FKPT harus menjunjung tinggi Hak Asasi
Manusia (HAM) dan hukum serta bersifat persuasif
dengan memegang teguh prinsip-prinsip sebagai berikut;
27
a. Berdasarkan ketentuan peraturan perundangan yang
berlaku;
b. Tidak menggunakan kekerasan atau pemaksaan
pribadi/organisasi untuk tujuan tertentu; 2. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya setiap
pengurus FKPT wajib menerapkan prinsip koordinasi,
integrasi dan sinkronisasi, baik di lingkungan satuan
FKPT maupun dengan instansi terkait, dan senantiasa
dikonsultasikan kepada Forum Koordinasi Pimpinan
Daerah dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab
serta melaporkannya kepada BNPT.
Tata Kerja Internal
Pasal 26
Setiap unsur di lingkungan FKPT dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, efisiensi, transparansi, dan akuntabel.
Tata Kerja FKPT dengan BNPT
Pasal 27
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta dalam
melaksanakan program kegiatan pencegahan terorisme di
daerah wajib melakukan koordinasi langsung dengan BNPT
melalui Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan
28
Deradikalisasi secara intensif, berkesinambungan, dan
melaporkan secara berkala.
Tata Kerja FKPT dengan Pemerintah Daerah
Pasal 28
Setiap FKPT dalam melaksanakan program kegiatan
pencegahan terorisme wajib melakukan koordinasi
langsung dengan Pemerintah Daerah beserta unsur-
unsurnya secara intensif, berkesinambungan, dan
melaporkannya kepada BNPT.
BAB VIII
KERJASAMA
Prinsip-Prinsip Umum Kerjasama
Pasal 29
1. FKPT dapat menjalin kerjasama dengan institusi atau
lembaga lain baik di tingkat lokal, nasional maupun
internasional. 2. Kerjasama dilaksanakan oleh FKPT dengan tujuan untuk
meningkatkan koordinasi, efisiensi, efektivitas,
produktivitas, kreativitas, inovasi, mutu, dan relevansi
dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan
pencegahan terorisme.
29
3. Kerjasama dilaksanakan FKPT berdasarkan prinsip:
a. Tidak melanggar peraturan perundang-undangan dan
norma yang berlaku;
b. Saling menghormati;
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi koordinasi dan
pelaksanaan program kegiatan pencegahan terorisme;
d. Mempertimbangkan keberagaman kultur yang bersifat
lintas daerah.
4. Kerjasama yang dilakukan dapat berbentuk:
a. Penelitian, pelatihan, seminar, sosialisasi, pembinaan
dan pelayanan kepada masyarakat yang berkaitan
dengan pencegahan terorisme di wilayah masing-
masing;
b. Penugasan bersama;
c. Pemanfaatan berbagai sumber daya bersama;
d. Pemagangan;
e. Bentuk-bentuk lain yang dianggap perlu dan sesuai
ketentuan yang berlaku. 5. Kerjasama dapat dilaksanakan sepanjang tidak
mengganggu tugas dan fungsi FKPT serta mendapat
persetujuan BNPT.
30
BAB IX
SARANA DAN PRASARANA
Prinsip-Prinsip Umum Sarana dan Prasarana
Pasal 30
1. Pengelolaan sarana dan prasarana yang diperoleh baik
dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
diatur dan ditetapkan oleh Ketua FKPT dengan
sepengetahuan BNPT. 2. Pengelolaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana
diarahkan untuk mendukung kelancaran di dalam
penyelenggaraan dan peningkatan kualitas lembaga dan
program kegiatan pencegahan terorisme di wilayah
masing-masing. 3. Penambahan dan/atau penggantian sarana dan
prasarana disesuaikan dengan perkembangan lembaga,
dan dengan kebutuhan dan perkembangan keadaan
dengan sepengetahuan BNPT. 4. Penambahan dan/atau penggantian sarana dan
prasarana FKPT dicatat dalam daftar inventaris. 5. Pedoman perencanaan dan pengendalian sarana dan
prasarana diatur di dalam peraturan tersendiri.
31
Kesekretariatan
Pasal 31
Dalam menjalankan tugas-tugas kepengurusan, FKPT
mendapatkan dukungan administrasi dan mendapatkan
fasilitasi dari BNPT.
BAB X
PEMBIAYAAN
Prinsip-Prinsip Umum Pembiayaan
Pasal 32
1. Pembiayaan FKPT bersumber dari BNPT, Pemerintah
Daerah, serta bantuan pihak lain (lokal, nasional maupun
internasional) yang tidak mengikat.
a. Pembiayaan yang bersumber dari BNPT, wajib
dipertanggungjawabkan kepada BNPT berdasarkan
kaidah-kaidah pertanggungjawaban penggunaan
keuangan negara;
b. Pembiayaan yang bersumber dari Pemerintah Daerah
wajib dipertanggungjawabkan kepada Pemerintah
Daerah berdasarkan kaidah-kaidah
pertanggungjawaban penggunaan keuangan yang
berlaku di daerah tersebut dan melaporkannya
kepada BNPT secara tertulis.
32
c. Pembiayaan yang bersumber dari instansi lain (selain
BNPT dan Pemerintah Daerah) wajib
dipertanggungjawabkan kepada instansi tersebut
berdasarkan kaidah-kaidah pertanggungjawaban
penggunaan keuangan yang berlaku di instansi yang
bersangkutan dan melaporkannya kepada BNPT
secara tertulis; 2. Penggunaan dana sebagaimana dimaksud ayat 1
dipertanggungjawabkan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. 3. Kewenangan penerimaan, penyimpanan, dan
penggunaan dana serta pembukuan keuangan
ditentukan dan ditetapkan oleh Ketua FKPT di daerah
masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
BAB XI
ATURAN PERALIHAN
Pasal 33
1. Keterlibatan FKPT dalam pencegahan terorisme sesuai
dengan kebijakan dan strategi pencegahan terorisme
serta mengikuti kegiatan penanggulangan terorisme
lainnya;
33
2. Aturan peralihan mengenai periode kepengurusan,
batasan umur, dan kriteria pengurus FKPT mulai berlaku
setelah masa jabatan dinyatakan berakhir.
Pasal 34
1. Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini akan
ditetapkan oleh Kepala BNPT dengan pertimbangan dari
Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan
Deradikalisasi BNPT. 2. Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Bogor
Pada Tanggal : 17 Januari 2017
KEPALA BADAN NASIONAL
PENANGGULANGAN TERORISME
TTD
DRS. SUHARDI ALIUS, M.H.
34
top related