perbaikan dan perakitan varietas unggul tanaman wijen ... akhir... · parameter pengamatan meliputi...
Post on 17-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Laporan Akhir
Perbaikan dan Perakitan Varietas Unggul Tanaman Wijen(Sesamum indicum L.)
PROGRAM INSENTIF TERAPAN
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Nagara Ristek danTeknologi Nomor. 194/M/Kp/X/2008,
Nomor Kontrak: 018/RT/D.PSIPTN/Insentif/PPK/I/2009,Tanggal 20 Januari 2009
UNIVERSITAS MERDEKA MADIUNJl. Serayu, Po Box 12 Madiun 63137
Telepon. (0351) 495551. Fax. (0351) 49705810 Nopember 2009
2
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KEMAJUAN
Judul : Perbaikan dan Perakitan Varietas UnggulTanaman Wijen (Sesamum Indicum L.).
Program : Penelitian Riset Terapan
Bidang : Ketahanan Pangan
Pelaku/Peneliti Utama : Ir. Luluk Sulistiyo Budi, MP
Jenis Kelamin : Laki-laki
Lama Kegiatan/Riset : 3 Tahun
Tahun Mulai : 2007/Tahun ketiga (2009)
Total Biaya : Rp. 150.000.000,-Nomor: .018/RT/D.PSIPTN/Insentif/PPK/I/2009,tanggal 20 Januari 2009
Mengetahui,Pimpinan Unit Pelaksana RisetAn. Ketua LPPM Universitas
Merdeka MadiunKetua Pusat Penelitian
(Dr. Subadi,SH,Mhum.)NiP. 010.060
Madiun, 10 Nopember 2009Pelaku/ Peneliti Utama
(Dr.Ir. Luluk Sulistiyo Budi, MP)NIP/NIK 050 044
3
1. AbstrakVarietas unggul tanaman wijen dapat dihasilkan melalui perbaikan dan
perakitan varietas, yaitu melalui persilangan-persilangan dari galur-galur
murni varietas lokal hasil karakterisasi dan evaluasi yang secara
agronomis memiliki sifat-sifat unggul penting Tahapan penelitian meliputi
persilangan beberapa galur dengan sifat-sifat unggul tertentu, yang
selanjutnya dilakukan seleksi, pemurnian serta uji stabilitas / uji
multilokasi. Penelitian ini menggunakan wijen jenis lokal hasil seleksi
yang di ambil dari 8 daerah sentra pengembangan yang masing-masing
memiliki sifat agronomis unggul yang berbeda. Hasil penelitian adalah
memperoleh jenis wijen dengan karakteristik yang lebih baik dari jenis-
jenis yang ada dan disebut dengan varietas unggul serta dapat digunakan
untuk mengatasi rendahnya produksi tanaman wijen di Indonesia saat
ini. Metode penelitian mengunakan persilangan konvensional, seleksi
massa (5 sampai 6 kali masa tanam sampai tanaman homosigot) serta
uji stabilitas atau uji multi lokasi. Parameter pengamatan meliputi seleksi
terhadap sifat-sifat agronomis yang di utamakan, respon seleksi dan
kemajuan homozigotnya. Hasil penelitian tahun kedua menunjukkan
respon seleksi nilai positif, sehingga dilanjutkan untuk tahun ketiga.
Tahun ketiga ini dilakukan seleksi 2 generasi untuk meningkatkan
keunggulan sifatnya dan diakhiri dengan uji stabilitas atau uji multilokasi.
Bahan tanam pada tahun ketigalah 4 trihibrid yaitu A2(A3.3*7),
M2(A4.12*9), N(B4.12*9), dan B2( C2.8*9) dan 4 hibrid yaitu L(D2.8),
F(A5.3), H2(B5.13) dan C1(C1.9). Hasil seleksi pada tahun ketiga tahap
pertama terpilih 6 yaitu L(D2.8), F(A5.7), H2(B5.13), M2(A4.12*9),
N(B4.12*9), dan B2(C2.8*9). Sedangkan hasil seleksi tahap kedua
diperoleh 4 galur yaitu L(D2.8), H2(B5.13), M2(A4.12*9) dan B2(C2.8*9)
masing masing memiliki karakteristik yang tertentu yang lebih baik yaitu
produksi tinggidan seragam. Empat galur tersebut dapat disebut sebagai
4
varietas baru ini diharapkan diperoleh galur stabil dengan keunggulan
masing-masing.
2. Pendahuluan
Wijen ( Sesamun indicum L. ), saat ini dapat diunggulkan sebagai
komoditas perkebunan potensial, karena memiliki nilai ekonomi tinggi dan
multi guna, yaitu penghasil minyak nabati berkadar lemak jenuh rendah dan
pendukung aneka industri (farmasi, kosmetik, antioksidan) dan menghasilkan
minyak makan yang kaya akan gizi (Rismunandar, 1976).
Indonesia, pada tahun 1988 pernah melakukan ekspor wijen ke
Malaysia dan Singapura, namun tahun-tahun berikutnya semakin turun, hal
ini disebabkan oleh produksi dalam negeri yang belum mencukupi
kebutuhan, sehingga peluang ekspor belum optimal, bahkan negara kita
justru menjadi pengimpor wijen (Rukmana,1998).
Kenyataan ini terjadi karena tanaman wijen sebagian besar masih
diusahakan dalam skala terbatas yaitu sebagai tanaman sela di antara
palawija, dan menggunakan benih yang asal-usulnya tidak jelas, akibatnya
rata-rata produksi dalam negeri masih rendah yaitu 400 kg/ha (Soenardi,
1996). Sedangkan rata-rata produksi wijen di Amerika Serikat berkisar
antara 900kg – 2240 kg/ha ( Godin dan Spenley ,1971)
Kendala pengembangan tanaman wijen di Indonesia adalah
produktivitasnya yang masih rendah sebagai akibat dari terbatasnya varietas
unggul yang beredar. Oleh karena itu program pemuliaan merupakan solusi
utama yang harus dilakukan dan skala prioritas program pemuliaan tanaman
wijen diarahkan untuk mendapatkan varietas yang berdaya hasil tinggi (> 1
ton/ ha). Agar program pemuliaan dapat terlaksana harus didukung oleh
tersedianya variasi plasma nutfah dalam jumlah yang banyak, sehingga
mudah dalam merakit varietas unggul baru dengan sifat-sifat yang di
inginkan.
Sehubungan dengan hal tersebut Budi (1993, 2003) telah melakukan
penelitian tahap awal berupa ekplorasi dan inventarisasi plasma nutfah
melalui identifikasi sifat agronomis varietas lokal dari beberapa daerah
5
sentra pengembangan dan dilanjutkan dengan karakterisasi dan evaluasi
terhadap sifat-sifat morfologis yang potensial
Selanjutnya Budi (2004) telah melakukan penelitian tahap berikutnya
dan penting dilakukan, yaitu pemurnian terhadap jenis-jenis lokal yang
potensial untuk menghasilkan galur-galur murni sebagai perbendaharaan
plasma nutfah dan sebagai tetua dalam perakitan varietas unggul baru.
Tanpa adanya galur-galur murni (pemurnian) maka perakitan varietas
unggul tidak mungkin dapat dilakukan, dengan kata lain tidak mungkin
memperoleh varietas baru. Langkah selanjutnya adalah melakukan
perbaikan melalui perakitan varietas yaitu melakukan persilangan antar
galur murni (tetua) dan atau menggabungkan sifat-sifat agronomis yang
diinginkan dengan menggunakan galur-galur murni dengan sifat-sifat
agronomis unggul yang dimilikinya. Hibrid hasil persilangan ini selanjutnya
dapat disilangkan lagi dengan galur lain atau langsung dilakukan seleksi
untuk pemurnian jenis dan atau memperoleh keunggulan homozigot.
Ruang lingkup.Perbaikan varietas dengan perakitan atau persilangan secara
konvensional menggunakan hibrid terpilih hasil silangan tahap sebelumnya
dengan galur tetua terpilih, serta melakukan seleksi atau pemurnian dan uji
multilokasi khususnya terhadap kegenjahan, ketahanan kekeringan dan
produksi yang tinggi.
Tujuan Umum RisetTujuan khusus penelitian ini adalah melakukan perakitan dengan
persilangan tetua-tetua yang memiliki sifat-sifat unggul dengan maksud
menggabungkan sifat-sifat yang dikehendaki untuk menghasilkan keturunan
yang lebih baik dari kedua tetuanya yang disebut sebagai varietas baru hasil
persilangan. Dengan asumsi bahwa setiap tanaman yang berkembangbiak
secara generatif sangat memungkinkan terjadinya penggabungan sifat
6
dengan cara melakukan persilangan sebagaimana yang telah dilakukan
tanaman-tanaman lainnya.
Hasil Penelitian ini dimaksudkan untuk menambah jumlah varietas yang
telah dihasilkan oleh Ballitas berupa varietas introduksi dari Australia dan
India yang telah di uji multilokasi di beberapa daerah di Indonesia. Penelitian
dilakukan dengan memanfaatkan potensi plasma nutfah yang ada di sentra
pengembangan dalam negeri yang telah diusahakan sejak puluhan tahun
yang lalu. Dengan demikian jelas bahwa terdapat perbedaan ruang lingkup
riset yang ada.
3. Perumusan Masalah.Masalah perakitan varietas yang paling penting adalah:
1. Pemilihan tetua, untuk itu terdapat beberapa tetua dengan
karakteristik yang jelas akan digunakan sebagai tetua.Hibrid terpilih
selanjutnya dapat disilangkan lagi untuk menambah kenggulan sifat
atau langsung diseleksi.
2. Seleksi selama segregasi, terhadap segregan dihibrid atau trihibrid
terpilih, menggunakan metode yang tepat dan mudah dilaksanakan di
lapangan.
3. Pemurnian, menggunakan metode Seleksi Massa pemurnian dapat
dilakukan dengan baik, teknik pemurnian dengan menghilangkan
tanaman yang tidak memenuhi kriteria dan mengambil tanaman-
tanaman terbaik untuk di murnikan kembali.
4. Uji stabilitas, menggunakan uji multi lokasi diharapkan dapat
memperoleh tanaman yang memiliki tingkat stabilitas tinggi. Teknik
yang dilakukan adalah menghitung tingkat stabilitasnya dari beberapa
lokasi penanaman.
7
4. MetodologiTempat dan Waktu
Pelaksanaan penelitian di lahan kering tadah tujan di Desa Saradan
Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Propinsi Jawa Timur, pada masa
tanam Musim Hujan (periode I = Pebruari-Mei), dan Musim Kemarau I
(periode II = Mei– September) dan Kemarau III (periode September-
Nopember).
Bahan dan AlatBahan penelitian adalah biji tanaman wijen hasil persilangan tahun
pertama sebanyak 4 trihibrid dan 8 hibrid (F2) (Tabel 1), pupuk organik (
pupuk kandang ) dan pupuk an organik Nitrogen (UREA), Poshpor (TSP) dan
Kalium (KCL). Tahun ketiga merupakan tahap lanjutan kegiatan tahun
kedua, sehingga menggunakan bahan tanam hasil tahun kedua dan
dilakukan seleksi lanjutan hasil persilangan terhadap hibrid-hibrid terpilih
baik dari dua tetua ataupun tiga tetua.
Tabel 1. Bahan tanam penelitian tahun ketiga tahap pertamaNo Biji Wijen Keterangan
1 A2(A3.3*7)
Trihibrid2 N(B4.12*9)
3 M2(A4.12*9)
4 B2( C2.8*9)
5 C1(C1.9)
Hibrid6 F(A5.3)
7 H2(B5.13)
8 L(D2.8)
Kegiatan Tahap 2 Kegiatan Tahap 3Kegiatan Tahap 1
NopOktSepAgstJuliJuniMeiAMretPebr
Waktu Pelaksanaan Penelitian
8
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat pengolah tanah,
alat tanam, alat pemeliharan, alat ukur panjang, tebal, berat (timbangan ),
dan layar jemur, pinset, plastik, petridis, guntung, kaca pembesar, label dan
buku dokumen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Seleksi secara cermat untuk memilih keturunan mana yang memiliki
sifat sebagaimana yang diharapkan. Parameter pengamatan
berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif, khususnya yang berkaitan
dengan kegenjahan, ketahanan kekeringan dan produksi yang tinggi
2. Pemurnian dilakukan dengan metode seleksi Massa yaitu metode
pemurnian tanaman menyerbuk sendiri dengan cara seleksi tanaman,
dimana sifat-sifat yang di inginkan diambil dan membuang sifat-sifat
yang tidak dikehendaki. Biji yang memiliki sifat-sifat yang
dikehendaki ditanam kembali dan diseleksi sampai dengan tanaman
homosigot
5. Rancangan (Design) RisetRancangan penelitian yang digunakan :
1. Metode seleksi dilakukan dengan mengamati parameter kualitatif dan
kuantitatif terhadap karakteristik yang diharapkan dengan mengambil
10 % Individu terbaik dari masing-masing keturunan F1 dan F2 dari
persilangan. Metode ini dimaksudkan untuk efisiensi dan mengetahui
meningkatkan nilai respon seleksi.
2. Metode Pemurnian menggunakan Metode Seleksi terhadap segregan
hasil semua persilangan. Metode ini dilakukan karena tanaman wijen
adalah tanaman menyerbuk sendiri maka metode ini adalah yang
paling tepat yaitu menggunakan seleksi massa.
Terdapat 3 (tiga) sifat yang diharapkan yaitu kegenjahan, tahan
kekeringan dan produksi tinggi.
a. Melakukan penanaman biji hasil persilangan tahun pertama dan hasil
seleksi biji hibrid terpilih sesuai kultur teknis.
9
b. Penanaman dilakukan pada lokasi yang memiliki jarak yang
memenuhi persyaratan (terisolasi) agar terhindar terjadinya
persilangan alami.
c. Melakukan seleksi terhadap tanaman terpilih dengan metode seleksi
massa dengan membuang tanaman yang tidak dikehendaki.
d. Melakukan evaluasi secara kuantitatif terhadap kemajuan sifat yaitu
dengan menghitung nilai respon seleksi.
Tahapan-tahapan penelitian secara sederhana sebagaimana Gambar 1
berikut:
Gambar 1. Bagan alir tahapan penelitian
Varietas unggulMulti lokasi
rt glpesifik lokasi
SILANG TRIHIBRID
TETUA
PERSILANGAN ANTAR TETUA TERPIILIH
F-1
SELEKSI
SELEKSI
SELEKSI
SELEKSI
SELEKSI
SELEKSI
SELEKSI
SELEKSI
SELEKSI SELEKSI
SELEKSI
Uji multi lokasi / Uji stabilitas
SELEKSI
Varietas unggulStabil
Tahun I.I
Tahun I.2
Tahun II.1
Tahun II.2
Tahun II.3
Tahun III.1
Tahun III.2
Tahun III.3
10
Gambar 3. Petak Percobaan
C2G7 A3G7
C1B5A5
B4G9A4G9
A3
80 m 80 m
80 m80 m 80m
80m
80 m 80 m80m80 m Tanaman Non Wijen
Tanaman Non Wijen
Tanaman Non WijenTanaman Non Wijen
Tanaman Non Wijen
Gambar2 : Layout Penelitian tahun ketiga
11
Pelaksanaan PenelitianPelaksanaan penelitian diawali dengan pembukaan lahan dengan
menghilangkan sisa- sisa tanaman dan memberi batas lahan yang
digunakan untuk percobaan. Dilanjutkan dengan pengolahan tanah dengan
menggunakan cangkul atau gancu sedalam 25 cm dan tanah dibiarkan agar
mendapat sinar matahari selama 7 hari. Dilakukan pemerataan lahan dan
menghancurkan tanah disertai dengan pemberian pupuk kandang sehinga
siap untuk ditanami.
Penanaman dilakukan setelah tanah disiram hingga basah untuk
menciptakan tanah yang gembur. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal
dengan jarak tanam 80 x 50 cm dengan 3-4 biji tiap lubang tanam.Antar
petak tanaman berjarak minimal 80 m terpisah antara segregan tepilih.
Penyulaman dilakukan pada lubang yang tidak tumbuh kecambah 4 hari
setelah tanam dengan menggunakan biji lain yang sejenis. Penjarangan
dilakukan pada umur 2 minggu dengan menyisakan 2 tanaman tiap lubang
dengan cara memotong batang tanaman tepat diatas tanah terhadap
tanaman yang pertumbuhannya kurang baik. Pemupukan dilakukan dengan
SP 36 1 kali saat tanam, Urea 3 kali yaitu saat tanam 1/3 bagian, 1/3 umur
15 hari dan 1/3 umur 30 hari. Kalium diberikan bersama sama pada
pemupukan Nitrogen ke 2.
Pengairan dilakukan jika tanaman memerlukan air, tetapi tanaman
wijen tidak banyak memerlukan air karena kelebihan air tanaman akan
mengakibatkan tanaman peka terhadap serangan hama dan penyakit.
Panen dilakukan setelah tanaman menunjukkan jumlah polong yang
menguning sebanyak 80 % dan daun utama telah menguning serta daun
atas telah rontok. Pada varietas tertentu terdapat bercak- bercak coklat pada
polong, batang dan cabang. Pengendalian terhadap hama dan penyakit
dilakukan dengan cara pengendalian hama dan terpadu.
Seleksi dilakukan terhadap kriteria yang telah ditentukan dengan
membuang jenis-jenis inferior, sehingga pada akhir panen tinggal tanaman
yang potensial memiliki sifat harapan.
12
6. Hasil PenelitianA. Hasil penelitian tahun ketiga merupakan hasil seleksi untuk memurnikan
tanaman hibrid, seleksi dilakukan terhadap tanaman yang sesuai dengan
sifat yang diinginkan, yaitu parameter produksi tanaman meliputi, tinggi
tanaman, jumlah cabang, jumlah kotak , dan jumlah polong. Adapun nilai
rata-rata hasil pengamatan tahap I, II dan multilokasi selengkapnya
disajikan pada Tabel 2,3 dan 5.
Tabel 2. Nilai rata-rata pengamatan tahun kedua tahap IGenotipe Jumlah Cabang Jumlah kotak Tinggi tanaman Jumlah polong
A2(A3.3*7) 4.53 ab 4.00 a 97.98 ab 79.80 aN(B4.12*9) 5.11 bc 4.40 ab 99.67 ab 97.67 ab
M2(A4.12*9) 5.18 bc 6.44 d 87.07 ab 103.31 abB2( C2.8*9) 5.31 cd 4.39 ab 106.67 cd 114.58 ab
C1(C1.9) 3.93 a 4.96 bc 92.53 ab 103.33 abF(A5.3) 4.73 b 6.44 d 97.07 abc 106.49 ab
H2(B5.13) 5.07 bc 6.78 d 95.13 ab 113.27 abL(D2.8) 6.67 cd 4 a 113.78 d 129.16 b
Keterangan Angka-angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidakbeda nyata berdasarkan uji Duncan 0.5%
Hasil seleksi tahap pertama, maka memilih galur terbaik, maka dilakukan
penanaman untuk tahun ketiga tahap kedua, sebanyak enam galur yaitu :
N(B4.12*9), M2(A4.12*9), B2( C2.8*9), H2(B5.13), F(A5.3) dan L(D2.8).
Analisis yang dilakukan terhadap nilai respon seleksi untuk mengetahui
kemajuan sifat yang diharapkan. Hasil nilai respon seleksi untuk semua sifat
adalah positif, kecuali bentuk polong untuk genotipe L(D2.8) yaitu hasilnya
adalah 0 (nol). Hasil analisis respon seleksi selengkapnya sebagaimana pada Tabel 3.
Th3.1 Th3.2 R Th3.1 Th3.2 R Th3.1 Th3.2 R Th3.1 Th3.2 R Th3.1 Th3.2 R
N(B4.12*9) 4.5 5.1 12.5 4.4 4.9 9.5 99.7 113.0 11.8 97.7 113.0 13.6 1.4 1.4 0.7M2(A4.12*9) 5.2 5.2 0.4 6.4 6.6 2.7 87.1 111.0 21.6 103.3 154.0 32.9 1.4 1.5 5.5B2( C2.8*9) 5.1 5.3 3.6 4.4 5.1 13.9 106.7 135.0 21.0 114.6 164.0 30.1 1.5 1.6 2.4
F(A5.3) 4.5 4.7 4.2 6.4 6.8 4.7 97.1 154.0 37.0 106.5 163.0 34.7 1.3 1.3 0.8H2(B5.13) 4.4 5.1 12.8 6.8 6.9 2.0 95.1 165.0 42.3 113.3 165.0 31.4 1.5 1.5 0.5L(D2.8) 6.6 6.7 0.7 4.0 4.0 0.0 113.8 165.0 31.0 129.2 146.0 11.5 1.4 1.4 1.2
Keterangan
GenotipeJumlah Cabang Jumlah kotak Tinggi tanaman Jumlah polong Produksi
Angka-angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan tidak beda nyataberdasarkan uji Duncan 0.5%
Tabel. 3 Respon seleksi tanaman pada tahun ketiga tahap 1 dan 2
13
Selanjutnya dilakukan uji multilokasi terhadap galur terpilih dilakukan pada empat
galur yaitu M2(A4.12*9), B2( C2.8*9), H2(B5.13), dan L(D2.8. Hal ini dilakukan
karena beberapa sifat utamanya memenuhi harapan. Sifat unggul yang
dimaksud adalah sebagaimana pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Sasaran sifat yang diharapkanNo Hasil
KeturunanKeterangan
Sasaran sifat1H2(B5.13) 1. Produksi tinggi (p)
2. Tahan kekeringan (t)
3. Genjah (90-100 hr)
B2( C2.8*9)
2 M2(A4.12*9)1. Produksi tinggi (p)
2. Tahan kering (t)
3 L(D2.8)1. Produksi Tinggi (p)
2. Genjah (g)
B. Hasil ujimultilokasi terhadap galur terpilih hanya dapat dilakukan satu
periode penanaman. Hasil uji multilokasi terhadap empat galur terpilih
disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai rata-rata pengamatan tahun ketiga tahap II
GenotipeJumlahCabang
Jumlahkotak
Tinggitanaman
Jumlahpolong
Produksi
M2(A4.12*9) 9.73 b 4.60 b 145.40 a 196.00 a 1.34 a
B2( C2.8*9) 4.93 a 6.80 c 166.33 c 204.53 ab 1.52 b
H2(B5.13) 7.13 b 6.80 c 156.33 b 223.07 b 1.46 b
L(D2.8) 9.80 b 4.00 a 146.87 ab 227.80 ab 1.41 ab
Keterangan Angka-angka yang didampingi huruf yang sama menunjukkan
tidak beda nyata berdasarkan uji Duncan 0.5%
14
Penampilan beberapa vigor tanaman sebagaimana pada Gambar 4 berikut:
Gambar 4. Empat vigor tanaman hasil penelitian
M2 :A4 (12*G9) L :D2 (G8*G5)
H2 :B5 (G13*G5) B2 :C2 (G8*G9)
15
7. Kesimpulan.Berdasarkan hasil penelitian tiga tahap seleksi dapat ditarik
kesimpulan bahwa;
1. Hasil tahun ketiga ini masih menunjukkan adanya peningkatan sifat
keunggulannya (nilai respon seleksi dan positif), kecuali pada
parameter jumlah kotak pada L.
2. Galur terpilih hasil seleksi adalah L(D2.8), H2(B5.13), M2(A4.12*9)
dan B2(C2.8*9), diman galur-galur tersebut mempunyai produksi > 1
ton perhektar atau tepatnya antara 1,3 -1,5 ton /hektar sehingga
termasuk varietas unggul.
3. Galur-galur tersebut dapat diupayakan untuk diuslkan mendapatkan
perlindungan varietas.
Gambar 5. Empat macam warna biji tanaman hasil penelitian
H2
B2 L
M2
16
8. DAFTAR PUSTAKA
Abajoglou, K. 1981. “Sesame breeding At The Cotton Research Intitute inGreece.” Dalam Sesame Status And Improvement. Proc. Of ExcpertConsultation. 8-12 Desember 1980. FAO. Rome. Italy. P. 132-133.
Budi, L.S. 1993. Seleksi sifat unggul beberapa Varietas Lokal sebagai tetuadalam Program Perbaikan Varietas Tanaman Wijen (Sesamumindicum L.). Fakultas Pertanian. Universitas Merdeka Madiun
…………..2003. Identifikasi Sifat Agronomis Plasma Nutfah Tanaman Wijen.(Sesamum indicum L.). Thesis Program Pascasarjana Unej.Jember.
…………..2004. Karakterisasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif PlasmaNutfah Wijen ( Sesamum indicum L.). Agritek, Vol 22, Edisi 2. Hal25-30.
Beech, D.F. 1981. Sesame: “Sesame Agronomic Approach To YealdImprovement”. Dalam Sesame Status And Improvement. Proc. OfExcpert Consultation. 8-12 Desember 1980. FAO. Rome. Italy. P.121-126.
Godin,V.J. and P.C. Spensley. 1971. TPI Crop and Product Digest. The TropicalProducts Institute. Foereign and Commenwealth Office (132-137).London WC IX SLU, England.
Heyne, K. 1987. Tanaman Berguna Indonesia III. Terjemahan BadanLitbang Kehutanan. Jakarta: Yayasan Saranawanajaya. P. 1747-1751.
Minantyorini dan Zuraida, N. 1996. Karakterisasi Sifat-Sifat Morfologi danAgronomis Plasma Nutfah Ubi Jalar. Prosiding , Makalah SeminarHasil Penelitian Plasma Nutfah Pertanian , Bogor, 13 Maret 1996.
Ochse, JJ. MJ. Soule. MJ. Dijkmn. C. Wehlburg. 1961. “Tropical andSubtropical Agriculture”. Volume II. The Mac Millan Company. NewYork. P. 1089-1093.
Poespodarsono, S. 1986. Pemuliaan Tanaman I. Malang : DepartemenPendidikan dan Kebudayaan . Fakultas Pertanian, UniversitasBrawijaya Malang
Rismunandar, 1976. Bertanam Wijen. Penerbit Terate. Bandung
Rukmana, R.1998. Budidaya Wijen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
17
Sudjana, A. 1988. Pelestarian dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Jagung.Disampaikan pada Kursus Pemanfaatan dan Pelestarian PlasmaNutfah Jagung 19 p
Suprijono. 1996. Pemuliaan Tanaman Wijen. Balai Penelitian Tembakau danSerat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Malang.Monograf BALITTAS NO 2.
Tjitrosoepomo, G. 1987. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta. Gadjah MadaUniversity Press
Vanrheenen, H.A. 1981.” Genetik Resources of Sesame in Africa: Collection andExploration.” Dalam Dalam Sesame Status And Improvement. Proc.Of Excpert Consultation. 8-12 Desember 1980. FAO. Rome. Italy. P.170-173.
Weiss, A.A. 1971. Castor, Sesame, and Safflower. Leonard Hill, London: p.311-519.
Lampiran-lampiranLampiran 1a. Personil Pelaksana Penelitian (Peneliti dan teknis)
No a. Nama Lengkapb. Bidang Keahlianc. Tugas Penelitian
a.Gelarkesarjanaan
b. Pendidikanakhir
Alokasiwaktu(jam/minggu)
Unit Kerja
1 a. Luluk SulkistiyoBudi
b. AgronomispesifikasiPemuliaanTanaman
c. Koodinator,Persilangan danseleksi
a. MP, Irb. S2
15 FakultasPertanianUnmer
2 a. Sukarb. Sistem Pertanianc. Penanaman dan
analisis data
a. Dr, Irb. S3
10 FakultasPertanianUnmer
3a. Wuryantorob. Agronomi/pemulia
anc. Seleksi dan
pemurnian
a. MP. Ir.b. S2
10 FakultasPertanianUnmer
18
1b. Tenaga Teknisi
No a. Nama Lengkapb. Bidang Keahlianc.Tugas Penelitian
a. Gelarkesarjanaan
b. Pendidikanakhir
Alokasiwaktu(jam/minggu)
Unit Kerja
1 a. DiyahNurhayati
b. Agronomic. persilangan
a. SPb. S1
15 Lab. FakultasPertanian Unmer
2 a. Hari Martonob .Agronomic. Seleksi
a. SPb. S1
15 KebunPercobaanFakultasPertanian
3 a. Arif Dwiyantob .Agronomic. Seleksi
c. SPd. S1
15 KebunPercobaanFakultasPertanian
1
Lampiran 2. Karakteristik galur terpilih
No Karakter B2 (C2.8*9) M2(A4.12*9) H2(B5.13) L(D2.8)
1 Jenis Wijen Putih Wijen hitam Wijen hitam Wijen coklat
2 Warna biji Putih Hitam Coklat Tua Coklat
3 Warna Daun Hijau tua dan tebal Hijau muda Hijau tua Hijau muda
4 Warna Bunga Putih kekuningan Putih kekuningan Putih
kekuningan
Putih
kekuningan
5 Habitus Bercabang Bercabang Bercabang Bercabang
6 Jumlah cabang (rata-rata) 2-8 6-14 8 - 16 8 -16
7 Tinggi Tanaman 135-190 134-165 135-170 125-170
8 Jumlah Ruang Polong 4-8 4-6 6-8 4
9 Jumlah polong perpohon 80-250 60-220 80-330 100-400
10 Jumlah biji/polong 90-100 86-100 97-103 75-89
11 Bobot 100 biji 3.2 2.8 2.9 2.72
12 Umur panen 110 hari 90 hari 98 hari 90 hari
13 Adaptasi Tahan kering Tahan kering Tahan kering Tahan kering
14 Ketahanan terhadap penyakit Belum diuji Belum diuji Belum diuji Belum diuji
top related