perbandingan kinerja keuangan bank pembangunan...
Post on 22-Nov-2020
2 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK PEMBANGUNAN
DAERAH (BPD) SYARIAH HASIL SPIN-OFF DAN HASIL KONVERSI
Oleh:
Riska Damayanti
NIM: 11160850000045
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
i
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK PEMBANGUNAN
DAERAH (BPD) SYARIAH HASIL SPIN-OFF DAN HASIL KONVERSI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Riska Damayanti
NIM: 11160850000045
Di Bawah Bimbingan
Riris Aishah Prasetyowati, S.E., M.M.
NIDN. 0421046805
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2020 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Rabu, 8 April 2020 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Riska Damayanti
2. NIM : 11160850000045
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah
(BPD) Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 April 2020
1. Ivalaili, M.I.E. (_____________________)
NIP. 19880318 201801 2 001 Penguji I
2. Muhammad Fadlillah Fauzukhaq, M.A., Ph.D. (_____________________)
NIDN. 0304027901 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 22 Juli 2020 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Riska Damayanti
2. NIM : 11160850000045
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah
(BPD) Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 22 Juli 2020
1. Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., M.B.A. (_____________________)
NIP. 19741018 201411 2 001 Ketua
2. Riris Aishah Prasetyowati, S.E., M.M. (_____________________)
NIDN. 0421046805 Sekretaris
3. Riris Aishah Prasetyowati, S.E., M.M. (_____________________)
NIDN. 0421046805 Pembimbing I
4. Umiyati, S.E.I., M.Si. (_____________________)
NIDN. 2020047903 Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Riska Damayanti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Desember 1998
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Zakaria I No. 29B RT.010/RW.005
Kel. Sukabumi Utara, Kec. Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Telepon : 089615458853
Email : riska.dmyntiii@gmail.com
Riwayat Pendidikan
2004-2010 : SDN Cijantra 1 Tangerang
2010-2013 : SMPN 1 Legok Tangerang
2013-2016 : SMKN 7 Kabupaten Tangerang (Jurusan Akuntansi)
2016-2020 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (S1 Perbankan Syariah)
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Rohani Islam (ROHIS) SMKN 7 Kab. Tanggerang (2014-2015)
2. Anggota Departemen Sosial dan Agama Himpunan Mahasiswa Jurusan
Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2017)
3. Anggota Divisi Pengembangan Sumber Daya Muslim Lembaga Dakwah
Kampus Syahid Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2017)
4. Koordinator Akhwat Divisi Pengembangan Sumber Daya Muslim Lembaga
Dakwah Kampus Syahid Fakultas Ekonomi dan Bisnis (2018)
5. Koordinator Akhwat Sub Bidang Pengembangan Sumber Daya Muslim
Kaderisasi Unit Kegiatan Mahasiswa Lembaga Dakwah Kampus Syahid
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2019)
vi
Pengalaman Kerja
1. Praktik Kerja Lapangan di Divisi Legal Consumer Kantor Pemasaran
Summarecon Serpong, PT. Serpong Cipta Kreasi (5 Januari-31 Maret 2015)
2. Praktik Kerja Lapangan di Departemen Pengembangan Pengawasan dan
Manajemen Krisis, Otoritas Jasa Keuangan (3-28 Februari 2020)
3. Pengajar dalam program Guru Excellent Yatim Sukses (GENIUS) Lembaga
Amil Zakat Nasional Yatim Mandiri Cabang Jakarta Barat (April 2019-April
2020)
vii
ABSTRACT
ABSTRACT
In the Act No. 21 of 2008 at Article 68 has mandated that conventional
commercial bank which having sharia business unit must to spin-off its sharia
business unit into sharia commercial bank with certain provisions. There are
obstacles for some sharia business unit that owned by the Regional Development
Bank (RDB) if they are going to spin-off, namely the assets limitedness of sharia
business unit and the capitals limitedness of parent bank to do capital
participation. Because that obstacles appear another alternative, namely
converting the parent bank into sharia commercial bank. This research aims to
compare the financial performance of Sharia RDB resulting from spin-off and
Sharia RDB resulting from conversion in terms of the financial ratios CAR, NPF,
ROA, NI, BOPO, and FDR. This research is conducted on Bank BJB Syariah as
sample of Sharia RDB resulting from spin-off, while Bank Aceh Syariah and Bank
NTB Syariah as samples of Sharia RDB resulting from conversion. This research
uses secondary data from quarterly financial report published by each bank
concerned during the period fourth quarter of 2018 until first quarter of 2020.
The analysis method is using Independent Samples T Test and Mann-Whitney
Test. Based the results of the mean value analysis show that the financial
performance of Sharia RDB resulting from conversion is better than Sharia RDB
resulting from spin-off in terms of the financial ratios CAR, NPF, ROA, NI,
BOPO, and FDR. This research also shows there are significant differences in the
financial performance of Sharia RDB resulting from spin-off and sharia RDB
resulting from conversion in terms financial ratios CAR, NPF, ROA, NI, BOPO,
and FDR. This research implies that the conversion options for RDB that having
sharia business unit worth for considering.
Keywords: Financial Performance, Sharia Regional Development Bank,
Spin-off, Conversion, Financial Ratio
viii
ABSTRAK
ABSTRAK
Dalam UU No. 21 Tahun 2008 pada Pasal 68 mengamanatkan bahwa BUK yang
memiliki UUS wajib melakukan pemisahan UUS menjadi BUS dengan ketentuan
tertentu. Terdapat kendala bagi beberapa UUS BPD jika akan melakukan spin-off
yaitu keterbatasan total aset UUS dan keterbatasan modal bank induk untuk
melakukan penyertaan modal. Dengan kendala tersebut melahirkan alternatif
lainnya yaitu melakukan konversi bank induk menjadi BUS. Penelitian ini
bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan
BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan CAR, NPF, ROA, NI,
BOPO, dan FDR. Penelitian ini dilakukan pada Bank BJB Syariah sebagai sampel
BPD Syariah hasil spin-off, sedangkan Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah
sebagai sampel BPD Syariah hasil konversi. Penelitian ini menggunakan data
sekunder dari laporan keuangan triwulanan yang dipublikasikan oleh masing-
masing bank yang bersangkutan selama periode triwulan IV tahun 2018 sampai
dengan triwulan I tahun 2020. Metode analisis yang digunakan adalah
Independent Samples T Test dan Mann-Whitney Test. Berdasarkan hasil analisis
nilai rata-rata menunjukkan bahwa kinerja keuangan BPD Syariah hasil konversi
lebih baik dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off ditinjau dari rasio
keuangan CAR, NPF, ROA, NI, BOPO, dan FDR. Hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan
BPD Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio
keuangan CAR, NPF, ROA, NI, BOPO, dan FDR. Penelitian ini
mengimplikasikan bahwa pilihan konversi bagi BPD yang memiliki UUS patut
untuk dipertimbangkan.
Kata kunci: Kinerja Keuangan, BPD Syariah, Spin-Off, Konversi, Rasio
Keuangan
ix
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim walhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji dan
syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia yang
tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat diiringi
salam senantiasa tercurah limpahkan kepada sang qudwah hasanah umat Islam
yakni baginda Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan para sahabatnya yang
telah berkorban demi tegaknya peradaban Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Skripsi dengan judul “Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pembangunan
Daerah (BPD) Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi” ini disusun untuk
memenuhi persyaratan guna meraih gelar Sarjana Ekonomi. Selama proses
penulisan skripsi ini, penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik berupa
do’a, motivasi, bantuan, arahan, dan bimbingan yang sangat berarti. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., sebagai
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta serta jajarannya yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.
2. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., M.B.A., sebagai Ketua Program Studi
Perbankan Syariah serta Ibu Yuke Rahmawati, S.Ag., M.A., sebagai
Sekretaris Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
banyak dukungan motivasi dan membantu dalam pemenuhan berkas-berkas
administrasi dan persetujuan proposal penelitian.
3. Ibu Riris Aishah Prasetyowati, S.E., M.M., sebagai Dosen Pembimbing
Skripsi, beliau yang dengan penuh kesabaran telah membimbing, memberikan
saran dan arahan terbaik, serta meluangkan waktunya untuk penulis sehingga
penulisan skripsi dapat selesai dengan baik. Semoga Allah SWT senantiasa
membalas kebaikan dan kemurahan hati ibu dengan pahala yang berlipat,
kesehatan, keberkahan rezeki, kebahagiaan, dan kemuliaan dunia dan akhirat.
x
4. Bapak Nurul Ichsan, M.A. sebagai Dosen Pembimbing Akademik pada masa
awal perkuliahan dan pada masa akhir perkuliahan digantikan oleh Bapak
Adhitya Ginanjar, S.E., M.Si., yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan
waktu luangnya untuk penulis dapat berkonsultasi perihal akademik dari awal
perkuliahan hingga akhir masa studi.
5. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
menyediakan berbagai sumber referensi serta fasilitas bagi para mahasiswa/i.
6. Seluruh Dosen Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat dengan penuh kesabaran selama penulis
menempuh pendidikan sebagai mahasiswi.
7. Seluruh Karyawan Bagian Akademik dan Umum Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan pelayanan administrasi dalam memenuhi segala keperluan
penulis selama menempuh pendidikan sebagai mahasiswi.
8. Kedua orang tua terkasih, Bapak Jumakir dan Ibu Samhati yang telah
memberikan dukungan moral maupun materiil, dan untaian do’a yang
senantiasa terpanjat untuk kebaikan dan kebahagiaan anak-anak tercinta.
Tulusnya kasih sayang dan dengan penuh kesabaran menghadapi segala sikap
anak-anaknya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kesehatan,
kebahagiaan dunia dan akhirat, dan dijadikannya dua insan mulia yang tinggi
derajat disisi-Nya hingga Allah ridakan surga baginya.
9. Kakak-kakak tersayang, Bambang Irawan, S.E., dan Syahrul Agustiawan,
serta adik tersayang, Aulia Rahmawati yang senantiasa tulus memberikan
dukungan dan do’a terbaik, serta rela berkorban waktu dan keringat untuk
membantu penulis dalam menjalankan proses pendidikan.
10. Keluarga besar Mahasiswa/i Program Studi Perbankan Syariah angkatan 2016,
khususnya Ainun Desti Riyani, Aisyah, Laras, Nailul Mubarokah, dan
Sulistiani, yang berjuang bersama dalam menempuh pendidikan ini dan selalu
membantu mengajarkan penulis ketika kesulitan dalam memahami dan
xi
mengerjakan tugas kuliah. Semoga ilmu yang diperoleh dapat menaikkan
derajat kemuliaan dan semakin mendekatkan teman-teman kepada Allah.
11. Keluarga besar Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid, khususnya
angkatan Al-A’raaf 2016. Mereka yang telah membersamai penulis untuk
berubah menjadi pribadi yang lebih dekat dengan Allah dan Rasul-Nya, serta
saling memberikan energi positif dan mengingatkan dalam kebaikan. Semoga
Allah kuatkan pundak teman-teman dalam menebar kebaikan, menjadi
golongan orang-orang yang dicintai-Nya, dan Allah perkenankan kita bersua
di surga-Nya.
12. Sahabat-sahabat “Ibunya Malika” yakni Anis Yulia, Atikah Ramadhani, Della
Aprilicia, Dwi Sarifathul Arnia, Endah Novianti, Ghina Ni’matul Fajriati, Priti
Garianti Mutayaqqizh, dan Syifa Fauziyyah yang selalu memberikan
dukungan motivasi dan do’a terbaiknya.
13. Sahabat-sahabat lingkaran cinta yakni Kakak YSY, Dwi, Asa, Euit, Wilda,
Zhilal, Tika, Yusti, Tria, Dian, dan Afra, yang selalu rindu untuk bersua
dengan mereka setiap pekannya dan selalu mendo’akan yang terbaik..
14. Teman-teman KKN 044 SAMESA, Indah, Zulfa, Asnah, Shifa, Kenia, Tiffani,
Dinda, Regita, Uyun, Kak Kirey, Bang Najeeb, Bang Abbas, Boby, Labib,
Ikhsan, Sultan, Darul, dan Adam, serta masyarakat Desa Neglasari, yang telah
memberikan pengalaman dan kesan yang sangat berharga bagi penulis selama
satu bulan penuh semasa KKN.
15. Seluruh pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah
membalas segala kebaikan kalian.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat, memperkaya khazanah
keilmuan dan dapat berkontribusi bagi perkembangan industri perbankan syariah.
Jakarta, 30 Juni 2020
Riska Damayanti
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .......................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ....................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRACT ...................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 16
C. Rumusan Masalah .................................................................................. 17
D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 18
E. Manfaat Penelitian.................................................................................. 18
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 20
A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian...................................................... 20
1. Kinerja Keuangan ............................................................................. 20
2. Rasio Keuangan ................................................................................ 22
xiii
a. Capital Adequacy Ratio (CAR) ................................................... 23
b. Non Performing Financing (NPF) ............................................... 25
c. Return On Asset (ROA) .............................................................. 27
d. Net Imbalan (NI) ......................................................................... 28
e. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) .... 30
f. Financing to Deposit Ratio (FDR) .............................................. 31
3. Spin-off ............................................................................................. 33
4. Konversi ........................................................................................... 42
5. Perbankan Syariah ............................................................................ 46
6. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Syariah ...................................... 52
B. Penelitian Terdahulu............................................................................... 53
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 66
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 68
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 71
A. Populasi dan Sampel .............................................................................. 71
B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 73
C. Data dan Sumber Data ............................................................................ 74
D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 74
E. Metode Analisis Data ............................................................................. 75
F. Definisi Operasional Variabel................................................................. 81
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 85
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 85
1. Bank BJB Syariah............................................................................. 85
2. Bank Aceh Syariah ........................................................................... 88
xiv
3. Bank NTB Syariah ........................................................................... 94
B. Temuan Hasil Penelitian ....................................................................... 100
1. Analisis Statistik Deskriptif ............................................................ 100
2. Uji Normalitas Data ....................................................................... 112
3. Uji Independent Samples T Test ..................................................... 115
4. Uji Mann-Whitney Test .................................................................. 118
C. Pembahasan ........................................................................................... 120
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)....................................................... 120
2. Non Performing Financing (NPF) .................................................. 121
3. Return On Asset (ROA) .................................................................. 122
4. Net Imbalan (NI) ............................................................................ 123
5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ........ 123
6. Financing to Deposit Ratio (FDR) .................................................. 124
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 126
A. Simpulan .............................................................................................. 126
B. Saran .................................................................................................... 127
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 129
LAMPIRAN .................................................................................................... 135
xv
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Tabel.1.1.Perkembangan Jumlah Perbankan Syariah di Indonesia ........................ 1
Tabel.1.2.Daftar Bank Umum Syariah di Indonesia .............................................. 5
Tabel.1.3.Daftar UUS, Total Aset UUS, Share Asset UUS, dan Total Modal Bank
Induknya Periode Triwulan IV Tahun 2019 ......................................................... 7
Tabel.1.4.Kinerja Keuangan BPD Syariah Hasil Spin-off dan BPD Syariah Hasil
Konversi Periode Triwulan IV Tahun 2018-Triwulan I Tahun 2020 ................... 13
Tabel.2.1.Kriteria Penilaian Peringkat CAR ....................................................... 25
Tabel.2.2.Kriteria Penilaian Peringkat NPF ........................................................ 27
Tabel.2.3.Kriteria Penilaian Peringkat ROA ....................................................... 28
Tabel.2.4.Kriteria Penilaian Peringkat BOPO ..................................................... 31
Tabel.2.5.Kriteria Penilaian Peringkat FDR ....................................................... 33
Tabel.2.6.Penelitian Terdahulu ........................................................................... 53
Tabel.3.1.Proses Pengambilan Sampel Penelitian ............................................... 72
Tabel.3.2.Sampel Penelitian ............................................................................... 73
Tabel.3.3.Definisi Operasional Variabel ............................................................. 81
Tabel.4.1.Perkembangan Total Aset, DPK, dan PYD pada Bank BJB Syariah
Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020 ....................................................... 88
Tabel.4.2.Perkembangan Total Aset, DPK, dan PYD pada Bank Aceh Syariah
Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020 ....................................................... 94
Tabel.4.3.Perkembangan Total Aset, DPK, dan PYD pada Bank NTB Syariah
Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020 ....................................................... 99
xvi
Tabel.4.4.CAR pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi Periode
Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020 .................................................................. 101
Tabel.4.5.NPF pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi Periode
Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020 .................................................................. 103
Tabel.4.6.ROA pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi Periode
Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020 .................................................................. 105
Tabel.4.7.NI pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi Periode
Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020 .................................................................. 107
Tabel.4.8.BOPO pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi Periode
Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020 .................................................................. 109
Tabel.4.9.FDR pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi Periode
Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020 .................................................................. 111
Tabel.4.10.Hasil Uji Normalitas Data............................................................... 113
Tabel.4.11.Hasil Uji Beda dengan Independent Samples T Test ........................ 116
Tabel.4.12.Hasil Uji Beda dengan Mann-Whitney Test ..................................... 119
xvii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
Gambar.2.1.Rumus Capital Adequacy Ratio (CAR) ........................................... 25
Gambar.2.2.Rumus Non Performing Financing (NPF) ....................................... 26
Gambar.2.3.Rumus Return On Asset (ROA) ...................................................... 28
Gambar.2.4.Rumus Net Imbalan (NI) ................................................................. 29
Gambar.2.5.Rumus Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) ........... 30
Gambar.2.6.Rumus Financing to Deposit Ratio (FDR) ...................................... 33
Gambar.2.7.Kerangka Pemikiran ....................................................................... 67
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian............................................................... 135
Lampiran 2: Statistik Deskriptif Data Variabel Penelitian ................................ 136
Lampiran 3: Hasil Uji Normalitas Data dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov
Test .................................................................................................................. 139
Lampiran 4: Hasil Uji Beda dengan Independent Samples T Test ..................... 140
Lampiran 5: Hasil Uji Beda dengan Mann-Whitney Test .................................. 141
1
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan lahirnya
bank syariah pertama di Indonesia yakni Bank Muamalat yang didirikan pada
1 November 1991 dan resmi beroperasi pada 1 Mei 1992. Regulator
memberikan ruang bagi perbankan syariah untuk mengembangkan bisnisnya
melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 dengan pengakuan sebagai
bank dengan prinsip bagi hasil. Potensi masyarakat Muslim di Indonesia
mendukung perkembangan perbankan syariah, terlebih setelah diberlakukan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menetapkan bahwa Indonesia
menganut dual banking system, dimana praktik konvensional dan praktik
syariah beroperasi beriringan. Bank-bank konvensional yang menguasai pasar
mulai melirik dan membuka unit usaha syariah.
Kemudian pada tahun 2008, regulator menerbitkan aturan khusus bagi
perbankan syariah melalui Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, yang menjadi cikal bakal pertumbuhan perbankan syariah
di Indonesia. Dengan adanya regulasi mandiri tersebut, eksistensi perbankan
syariah di Indonesia semakin menjadi kuat.
Tabel.1.1.Perkembangan Jumlah Perbankan Syariah di Indonesia
Tahun BUS UUS BPRS Jumlah
2007 3 26 114 143
2008 5 27 131 163
2
2009 6 25 138 169
2010 11 23 150 184
2011 11 24 155 190
2012 11 24 158 193
2013 11 23 163 197
2014 12 22 163 197
2015 12 22 163 197
2016 13 21 166 200
2017 13 21 167 201
2018 14 20 167 201
2019 14 20 164 198
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (Data diolah, 2020) (2020)
Perbankan syariah tumbuh dan berkembang dengan pesat. Dari tabel 1.1
menunjukkan pada tahun 2007, sebelum diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008, hanya terdapat tiga Bank Umum Syariah (BUS), dua
puluh enam Unit Usaha Syariah (UUS), dan 114 Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Kemudian pada tahun 2019 menjadi terdapat empat belas
BUS, dua puluh UUS, dan 164 BPRS.
Secara keseluruhan, perbankan syariah terus menunjukkan perkembangan
positif dengan total aset, Pembiayaan yang Disalurkan (PYD), dan Dana Pihak
Ketiga (DPK) yang terus bertumbuh pada setahun terakhir. Berdasarkan data
Statistik Perbankan Syariah yang dipublikasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
(OJK), total aset perbankan syariah pada tahun 2018 tercatat Rp489,69 triliun
dan pada tahun 2019 menjadi Rp538,32 triliun atau tumbuh 9,93%. PYD pada
tahun 2018 tercatat Rp329,28 triliun dan pada tahun 2019 menjadi Rp365,13
triliun atau tumbuh 10,89%. DPK pada tahun 2018 tercatat Rp379,96 triliun
dan pada tahun 2019 menjadi Rp425,29 triliun atau tumbuh 11,93%.
3
Data OJK periode Desember 2019 menunjukkan market share perbankan
syariah sebesar 6,17% dari industri perbankan nasional. Hal tersebut patut
disyukuri karena sektor perbankan syariah akhirnya keluar dari perangkap
pusaran 5%. Namun, level tersebut juga seharusnya segera dilampaui
mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk Muslim terbesar di
dunia. Segala upaya pun terus dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
market share perbankan syariah.
Dalam UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 68 ayat (1) mengamanatkan bahwa
dalam hal Bank Umum Konvensional (BUK) yang memiliki UUS yang nilai
asetnya telah mencapai paling sedikit 50% dari total nilai aset bank induknya
atau paling lambat lima belas tahun sejak berlakunya UU Perbankan Syariah,
maka BUK tersebut wajib melakukan pemisahan UUS tersebut menjadi BUS.
UU Perbankan Syariah mulai berlaku pada 16 Juli 2008. Hal ini berarti batas
waktu pemisahan (spin-off) UUS adalah pada Juli 2023. BUK yang tidak
melakukan spin-off maka akan dikenakan cabut izin usaha UUS dan wajib
menyelesaikan hak dan kewajiban UUS tersebut dalam jangka waktu satu
tahun sejak tanggal cabut izin usaha. (2008)
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh Al Arif (2017: 540) dengan
mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (Subarjo Joyosumarto), terdapat
beberapa alasan kebijakan spin-off ini dilakukan. Pertama, hal tersebut
dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan industri perbankan syariah
yang diukur melalui market share. Kedua, untuk meningkatkan independensi
bank anak perusahaan. Ketiga, untuk meningkatkan kinerja bank syariah hasil
4
spin-off. Keempat, untuk meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
syariah pada bank syariah.
Pada dasarnya perbankan syariah bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan,
dan pemerataan kesejahteraan rakyat dengan memegang teguh prinsip-prinsip
syariah secara menyeluruh (kaffah). Nilai menyeluruh tersebut sebagaimana
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 208 yaitu:
لم كا بين بعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو م فة ول تت يا أيها الذين آمنوا ادخلوا في الس
Yā ayyuhallażīna āmanudkhulụ fis-silmi kāffataw wa lā tattabi'ụ khuṭuwātisy-
syaiṭān, innahụ lakum 'aduwwum mubīn. (Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014)
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara
keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia
musuh yang nyata bagimu (Kementerian Agama Republik Indonesia,
2014:_32).
Pada tahun 2008 pun muncul tren pembentukan bank syariah melalui
mekanisme akuisisi dan konversi bank konvensional menjadi bank syariah.
Implementasinya dapat dilakukan melalui tiga pendekatan. Pertama, BUK
yang telah memiliki UUS mengakuisisi bank yang relatif kecil kemudian
mengonversinya menjadi bank syariah dan melepaskan serta menggabungkan
UUS yang dimilikinya dengan bank yang baru dikonversi tersebut. Kedua,
BUK yang belum memiliki UUS mengakuisisi bank yang relatif kecil dan
mengonversinya menjadi bank syariah. Ketiga, BUK melakukan spin-off
UUS dan dijadikan BUS tersendiri (Umam, 2009: 2).
5
Tabel.1.2.Daftar Bank Umum Syariah di Indonesia
No. Bank Umum Syariah
1. PT. Bank Aceh Syariah
2. PT. BPD Nusa Tenggara Barat Syariah
3. PT. Bank Muamalat Indonesia
4. PT. Bank Victoria Syariah
5. PT. Bank BRISyariah
6. PT. Bank Jabar Banten Syariah
7. PT. Bank BNI Syariah
8. PT. Bank Syariah Mandiri
9. PT. Bank Mega Syariah
10. PT. Bank Panin Dubai Syariah
11. PT. Bank Syariah Bukopin
12. PT. BCA Syariah
13. PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
14. PT. Maybank Syariah Indonesia
Sumber: Statistik Perbankan Syariah (2020)
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa saat ini terdapat empat belas BUS di
Indonesia. Dari empat belas BUS tersebut, terdapat satu bank yang sejak awal
berbentuk BUS yaitu Bank Muamalat Indonesia. Terdapat dua BUS yang
terbentuk melalui proses spin-off murni yaitu Bank BNI Syariah dan Bank
BJB Syariah. Terdapat tiga BUS yang terbentuk melalui proses akuisisi,
konversi, dan spin-off sekaligus. Pertama, Bank Syariah Bukopin yang
merupakan bank hasil akuisisi dan konversi Bank Persyarikatan Indonesia
serta spin-off UUS Bank Bukopin. Kedua, Bank BRISyariah yang merupakan
bank hasil akuisisi dan konversi Bank Jasa Arta serta spin-off UUS Bank BRI.
6
Ketiga, Bank BTPN Syariah yang merupakan bank hasil akuisisi dan konversi
Bank Sahabat Purba Danarta serta spin-off UUS Bank BTPN.
Terdapat empat BUS yang terbentuk melalui proses akuisisi dan konversi
menjadi bank syariah. Pertama, Bank Syariah Mandiri yang merupakan bank
hasil akuisisi dan konversi dari Bank Susila Bakti. Kedua, Bank Mega Syariah
yang merupakan bank hasil akuisisi dan konversi dari Bank Umum Tugu.
Ketiga, Bank Victoria Syariah yang merupakan bank hasil akuisisi dan
konversi dari Bank Swaguna. Keempat, Bank BCA Syariah yang merupakan
bank hasil akuisisi dan konversi dari Bank Utama Internasional Bank (Bank
UIB). Sedangkan empat BUS lainnya terbentuk dari yang sebelumnya bank
konvensional kemudian konversi menjadi bank syariah yaitu Bank Panin
Dubai Syariah, Bank Maybank Syariah Indonesia, Bank Aceh Syariah, dan
Bank NTB Syariah.
Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (2020: 2) menyatakan
bahwa konversi bank konvensional ke bank syariah ini bisa menjadi tren baru
terutama untuk BPD. Setelah Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah
resmi menjadi bank syariah, kemudian Bank Nagari dan Bank Riau Kepri
menyusul dimana sekarang sedang dalam proses konversi. Bank Bengkulu
juga sedang menjajaki untuk konversi. Sedangkan beberapa UUS yang
dimiliki oleh BPD di kawasan Kalimantan (BPD Kalsel, BPD Kaltim, dan
BPD Kalbar) saat ini sedang berusaha untuk memergerkan UUS mereka dan
kelak menjadi bank syariah sendiri.
7
Tabel.1.3.Daftar UUS, Total Aset UUS, Share Asset UUS, dan Total
Modal Bank Induknya Periode Triwulan IV Tahun 2019
No. Nama UUS
Total Aset
UUS
(dalam jutaan)
Share
Asset
UUS
Total Modal
Bank Induk
(dalam jutaan)
1. Bank Danamon Syariah Rp 5.101.252 3,00% Rp 33.445.305
2. Bank Permata Syariah Rp 21.921.965 13,60% Rp 23.136.836
3. Maybank Syariah Rp 32.620.819 21,09% Rp 23.594.673
4. CIMB Niaga Syariah Rp 42.492.745 15,56% Rp 42.809.769
5. OCBC NISP Syariah Rp 4.294.119 2,37% Rp 28.194.846
6. Bank Sinarmas Syariah Rp 5.201.374 14,23% Rp 5.702.574
7. Bank BTN Syariah Rp 28.385.675 9,10% Rp 23.350.625
8. Bank DKI Syariah Rp 6.190.261 11,13% Rp 8.008.469
9. Bank BPD DIY Syariah Rp 956.668 7,01% Rp 2.241.594
10. Bank Jateng Syariah Rp 5.736.732 7,99% Rp 7.115.602
11. Bank Jatim Syariah Rp 2.386.133 3,19% Rp 8.202.293
12. Bank Sumut Syariah Rp 3.105.622 9,77% Rp 4.019.496
13. Bank Jambi Syariah Rp 984.808 8,41% Rp 1.456.945
14. Bank Nagari Syariah Rp 1.734.969 7,07% Rp 2.982.521
15. Bank Riau Kepri Syariah Rp 3.009.290 11,71% Rp 2.896.700
16. Bank Sumsel Babel Syariah Rp 3.371.314 12,00% Rp 3.325.984
17. Bank Kalsel Syariah Rp 1.747.711 13,87% Rp 1.940.157
18. Bank Kalbar Syariah Rp 1.778.628 9,62% Rp 2.593.477
19. Bank Kaltimtara Syariah Rp 2.115.229 7,30% Rp 3.807.020
20. Bank Sulselbar Syariah Rp 1.383.124 6,19% Rp 3.226.270
Sumber: Laporan Publikasi Keuangan Triwulan IV Tahun 2019 Masing-
masing Bank Induk (Data diolah, 2020) (Otoritas Jasa Keuangan, 2020)
Tabel 1.3 menunjukkan bahwa jumlah UUS yang ada di Indonesia saat ini
sebanyak dua puluh UUS. Dari dua puluh UUS tersebut, terdapat enam UUS
8
Bank Umum Swasta Nasional (BUSN), satu UUS Bank Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), dan tiga belas UUS Bank Pembangunan Daerah (BPD).
Rachman (2019: 2) menyatakan bahwa UUS harus memiliki aset minimal
sebesar Rp3 triliun sebelum melakukan spin-off. Sementara jika melihat data
pada tabel 1.3 saat ini terdapat delapan UUS BPD yang total asetnya masih
dibawah Rp3 triliun. Bank tersebut adalah Bank BPD DIY Syariah, Bank
Jatim Syariah, Bank Jambi Syariah, Bank Nagari Syariah, Bank Kalsel
Syariah, Bank Kalbar Syariah, Bank Kaltimtara Syariah, dan Bank Sulselbar
Syariah.
Jika mengacu pada kriteria spin-off yang menyebutkan UUS dapat
melakukan spin-off apabila nilai asetnya telah mencapai paling sedikit 50%
dari total nilai aset bank induknya, maka menurut Haribowo (2017: 67) yang
melakukan penelitian terhadap UUS BPD dengan menggunakan metode
Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) menunjukkan bahwa
tidak ada UUS BPD yang nilai asetnya dapat mencapai 50% dari total nilai
aset bank induknya. Terlihat pada tabel 1.3 bahwa nilai aset UUS terhadap
total nilai aset bank induknya hingga tahun 2019 pun UUS BPD tidak ada
yang dapat mencapai 50%. Nilai aset UUS terhadap total nilai aset bank
induknya paling tinggi hanya sebesar 13,87% yang dimiliki oleh Bank Kalsel
Syariah.
Sebelum spin-off, bank induk harus menyediakan Rp500 miliar untuk
modal BUS hasil dari spin-off. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(POJK) Nomor 6/POJK.03/2016 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor
9
Berdasarkan Modal Inti Bank, pada Pasal 10 menyebutkan bahwa bagi BUK
kategori Bank Umum berdasarkan Kegiatan Usaha (BUKU) 2 dapat
melakukan penyertaan modal kepada BUS paling tinggi sebesar 20% dari
modal BUK tersebut. Hal ini berarti bagi BUK sebagai bank induk yang akan
melakukan pemisahan UUS menjadi BUS, modal minimum yang harus
dimiliki bank induk tersebut sebesar Rp2,5 triliun. Sementara jika melihat data
pada tabel 1 saat ini terdapat bank induk yang modalnya dibawah Rp2,5 triliun
yaitu bank yang berasal dari BPD seperti Bank BPD DIY, Bank Jambi, dan
Bank Kalsel. (Otoritas Jasa Keuangan, 2016)
Selain itu, berdasarkan POJK No. 36/POJK.03/2017 tentang Prinsip
Kehati-hatian dalam Kegiatan Penyertaan Modal, pada Pasal 10 menyebutkan
bahwa bank yang akan melakukan penyertaan modal wajib memiliki tingkat
kesehatan peringkat komposit satu atau dua selama empat periode penilaian
terakhir berturut-turut dalam hal calon Investee merupakan perusahaan baru. (2017)
Dengan kendala-kendala tersebut maka melahirkan alternatif lainnya yaitu
konversi bank induk menjadi bank umum syariah. Menurut Rachman
(2019:_1) keputusan spin-off atau konversi bagi UUS milik bank swasta
kemungkinan dapat berjalan dengan mulus karena komposisi pemegang
sahamnya yang homogen. Berbeda halnya dengan UUS BPD. Dengan
komposisi pemegang saham yang heterogen, manajemen UUS BPD harus
terlebih dahulu meyakinkan para pemegang saham sebelum akhirnya
menentukan pilihan.
10
Batas waktu spin-off UUS pun semakin dekat yaitu pada Juli 2023 atau
sekitar tiga tahun lagi, maka bank yang memiliki UUS khususnya bagi BPD
harus segera menentukan sikap untuk memilih spin-off atau konversi atau
alternatif lainnya dalam merespon amanat UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 68
tersebut.
Saat ini terdapat satu BPD Syariah hasil spin-off yaitu Bank BJB Syariah.
Awal adanya Bank BJB Syariah yakni pada 20 Mei 2000 dengan status
sebagai UUS. Setelah beroperasi selama sepuluh tahun, Rapat Umum
Pemegang Saham memutuskan untuk melakukan spin-off UUS Bank BJB
Syariah tersebut menjadi sebuah bank umum syariah. Secara resmi Bank BJB
Syariah berdiri pada 15 Januari 2010. Bank BJB syariah mulai beroperasi pada
6 Mei 2010 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/35/KEP.GBI/2010 tanggal 30 April 2010 tentang Pemberian Izin Usaha PT
Bank Jabar Banten Syariah (Bank BJB Syariah, 2020: 48).
Selain itu, saat ini terdapat dua BPD Syariah hasil konversi yaitu Bank
Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah. Bank Aceh melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah melalui UUS pada 5 November 2004. Rapat
Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 Mei 2015
memutuskan untuk konversi dari sistem konvensional menjadi sistem syariah
secara menyeluruh. Setelah melalui berbagai tahapan dan proses konversi
akhirnya Bank Aceh mendapatkan izin operasional konversi tersebut melalui
Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-
44/D.03/2016 tanggal 1 September 2016 tentang Pemberian Izin Perubahan
11
Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah PT
Bank Aceh Syariah. Perubahan sistem operasional menjadi berdasarkan
prinsip syariah secara resmi dilaksanakan pada 19 September 2016 pada
seluruh jaringan kantor Bank Aceh (Bank Aceh Syariah, 2020: 69-70).
Sedangkan pada Bank NTB menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah melalui UUS pada 9 Mei 2005. Rapat Umum Pemegang
Saham pada 31 Oktober 2016 memutuskan bahwa bank akan melakukan
konversi menjadi bank umum syariah. Setelah melalui berbagai tahapan dan
proses konversi akhirnya memperoleh izin operasional konversi tersebut
berdasarkan Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
Nomor KEP-145/D.03/2018 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan
Usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah tanggal 4
September 2018. Bank NTB Syariah secara resmi melakukan kegiatan
operasional berdasarkan prinsip syariah di seluruh jaringan kantornya pada 24
September 2018 (Bank NTB Syariah, 2020: 56-57).
Spin-off maupun konversi berpotensi untuk mendongkrak total aset
perbankan syariah. Namun ada hal yang perlu untuk diperhatikan yaitu
internal kinerja keuangan bank itu sendiri. Putri, dkk (2015: 28) menyatakan
bahwa kinerja bank adalah salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk
bisa terus bertahan hidup dan kinerja keuangan bank merupakan bagian dari
kinerja bank secara keseluruhan yang merupakan gambaran prestasi yang
dicapai bank dalam menjalankan operasionalnya, baik menyangkut aspek
12
keuangan, pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi,
maupun sumber daya manusia.
Selain itu, Agustin dan Darmawan (2018: 103) menyatakan bahwa salah
satu hal yang terpenting dalam menjaga keeksistensian suatu bank yaitu
adanya hasil yang maksimal dalam operasional bank yang dilihat dari
peningkatan kinerja keuangan yang dimiliki sebuah bank dibandingkan
dengan periode sebelumnya. Keadaaan kinerja keuangan digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajerial dari segala
aspek dalam dunia perbankan.
Kinerja keuangan bank merupakan gambaran hasil atau prestasi yang
dicapai oleh suatu bank dalam periode tertentu yang dapat mencerminkan
tingkat kesehatan bank tersebut. Untuk mengetahuinya, maka dapat dilakukan
penilaian dari data laporan keuangan yang dipublikasikan oleh suatu bank
secara periodik. Kinerja keuangan bank pada dasarnya dinilai dengan
pendekatan kuantitatif yang dapat dilakukan dengan analisis terhadap rasio
keuangan seperti Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Return On
Asset (ROA), Net Imbalan (NI), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), dan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Adapaun perkembangan kinerja keuangan pada BPD Syariah hasil spin-off
dan BPD Syariah hasil konversi selama periode triwulan IV tahun 2018
sampai dengan triwulan I tahun 2020 yaitu sebagai berikut:
13
Tabel.1.4.Kinerja Keuangan BPD Syariah Hasil Spin-off dan BPD Syariah
Hasil Konversi Periode Triwulan IV Tahun 2018-Triwulan I Tahun 2020
Periode CAR NPF ROA NI BOPO FDR
BPD Syariah Hasil Spin-off
Triwulan IV
Tahun 2018 16,43% 4,58% 0,54% 5,36% 94,66% 89,85%
Triwulan I
Tahun 2019 15,95% 4,49% 0,51% 6,27% 95,04% 93,83%
Triwulan II
Tahun 2019 16,30% 3,87% 0,45% 6,08% 95,46% 91,25%
Triwulan III
Tahun 2019 15,19% 4,03% 0,39% 5,91% 95,97% 91,84%
Triwulan IV
Tahun 2019 14,95% 3,54% 0,60% 5,83% 93,93% 93,53%
Triwulan I
Tahun 2020 15.68% 3.91% 0.47% 5.47% 95.09% 96.29%
BPD Syariah Hasil Konversi
Triwulan IV
Tahun 2018 27,55% 1,34% 2,15% 7,17% 82,98% 85,46%
Triwulan I
Tahun 2019 29,50% 1,84% 2,02% 6,88% 86,39% 70,46%
Triwulan II
Tahun 2019 26,63% 1,83% 2,36% 6,81% 81,42% 67,74%
Triwulan III
Tahun 2019 26,66% 1,77% 2,34% 6,79% 81,22% 71,14%
Triwulan IV
Tahun 2019 27,19% 1,33% 2,45% 6,62% 76,89% 75,27%
Triwulan I
Tahun 2020 27,40% 1,46% 1,69% 5,66% 82,44% 72,02%
Sumber: Laporan Triwulanan Masing-masing Bank (Data diolah, 2020)
Tabel 1.4 menunjukkan bahwa kinerja keuangan selama periode triwulan
IV tahun 2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 secara keseluruhan dari
rasio keuangan CAR, NPF, ROA, NI, BOPO, dan FDR pada BPD Syariah
hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi cenderung mengalami fluktuatif.
Fenomena mengenai spin-off maupun konversi pada suatu bank cukup
menjadi perhatian untuk dilakukan penelitian pada beberapa tahun terakhir. Al
14
Arif (2017: 549) menyatakan bahwa spin-off menurunkan pangsa pasar
perbankan syariah di Indonesia. Sihombing dan Yahya (2016: 135)
menyatakan bahwa spin-off tidak berdampak pada profitabilitas perbankan
syariah. Namun berbeda halnya menurut Ramdani (2015: 32) dan Hamid
(2015: 125) yang menyatakan bahwa spin-off berdampak signifikan terhadap
tingkat profitabilitas perbankan syariah.
Penelitian Al Arif (2015: 303) dan Al Arif, dkk (2018: 8) menemukan
bahwa spin-off menurunkan tingkat efisiensi perbankan syariah. Di sisi lain,
penelitian Sarifudin dan Faturohman (2017: 200) dan Pambuko (2019: 34)
menemukan bahwa bank syariah semakin efisien setelah melakukan spin-off.
Nasuha (2012: 257), Chotib dan Utami (2014: 106), dan Farida (2017: 13)
menunjukkan tidak terdapat perbedaan CAR dan ROA antara sebelum dan
sesudah spin-off sedangkan menurut Kuncoro dan Yulianto (2018: 311)
menunjukkan adanya perbedaan ROA antara sebelum dan sesudah spin-off.
Pada rasio NPF, menurut Nasuha (2012: 255) dan Farida (2017: 13)
menunjukkan adanya perbedaan NPF sedangkan Chotib dan Utami
(2014:_106) menunjukkan tidak terdapat perbedaan NPF antara sebelum dan
sesudah spin-off. Pada rasio BOPO, menurut Farida (2017: 13) serta Kuncoro
dan Yulianto (2018: 311) menunjukkan adanya perbedaan BOPO antara
sebelum dan sesudah spin-off. Pada rasio FDR, menurut Farida (2017: 13)
serta Kuncoro dan Yulianto (2018: 311) menunjukkan adanya perbedaan FDR
sedangkan Nasuha (2012: 257) serta Chotib dan Utami (2014:_106)
menunjukkan tidak terdapat perbedaan FDR antara sebelum dan sesudah spin-
15
off. Penelitian Hisyam dan Septiarini (2016: 872) menunjukkan tidak terdapat
perbedaan CAR, NPF, ROA, BOPO dan FDR antara bank syariah hasil spin-
off dan non spin-off.
Penelitian Rahmatullah, dkk (2018: 337) menemukan bahwa Bank NTB
dengan bisnis berbasis syariah menghasilkan lebih besar nilai dari bisnis inti
konvensional Bank NTB. Putranto (2018: 10) mengungkapkan bahwa yang
memotivasi Bank NTB untuk melakukan konversi menjadi bank syariah yakni
sosok kepemimpinan dari Kepala Daerah, perkembangan industri halal dan
adanya kewajiban mengenai pemisahan UUS menjadi BUS.
Farlian dan Nuraidar (2017: 48) serta Kismawadi dan Al Muddatstsir
(2018: 145) menyatakan bahwa sebagian besar stakeholder memiliki reaksi
yang positif atau mendukung atas keputusan Bank Aceh untuk melakukan
konversi menjadi bank syariah. Purwanto (2018: 6) menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan pada Pembiayaan dan DPK setelah Bank Aceh konversi
menjadi bank syariah. Assofia (2019: 63) menunjukkan bahwa kinerja
keuangan Bank Aceh setelah konversi menjadi bank syariah dari sisi
rentabilitas mendapat peringkat dua artinya rentabilitas memadai, laba
melebihi target dan mendukung pertumbuhan permodalan bank. Kinerja
keuangan Bank Aceh dari sisi permodalan juga mendapat peringkat dua
artinya bank memiliki kualitas dan kecukupan permodalan yang memadai
relatif terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan
yang kuat sesuai dengan karakteristik, skala usaha dan kompleksitas usaha
bank. Al Kautsar, dkk (2019: 564) menunjukkan bahwa tingkat risiko pada
16
Bank Aceh Syariah lebih rendah dibandingkan saat menjadi bank
konvensional. Di sisi lain, Siswantoro (2012:_55) menunjukkan bahwa dalam
jangka pendek, konversi tidak berpengaruh signifikan terhadap deposito, total
aset, jumlah cabang dan pegerakan saham. Meskipun demikian, bank-bank
tersebut memiliki prospek yang menjanjikan dengan menjalankan sistem
operasional berbasis syariah secara penuh.
Mengingat pentingnya penilaian kinerja keuangan guna menentukan
kebijakan atau keputusan yang akan dipilih dikemudian hari, maka penulis
tertarik melakukan penelitian untuk membandingkan kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi, sehingga melalui hasil
analisis tersebut dapat diketahui BPD Syariah dari hasil spin-off atau hasil
konversi yang kinerja keuangannya lebih baik sehingga dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi BPD yang memiliki UUS untuk menentukan pilihan yang
lebih baik. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian dengan judul
“Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dapat
diidentifikasikan adalah sebagai berikut:
1. Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia
tetapi market share perbankan syariah hingga tahun 2019, dua puluh
delapan tahun sejak berdirinya bank syariah pertama di Indonesia, hanya
mencapai 6,17% dari industri perbankan nasional sehingga membutuhkan
17
alat ungkit untuk mendongkrak market share perbankan syariah salah
satunya dengan mewajibkan pemisahan UUS menjadi BUS tersendiri.
2. Keterbatasan total aset yang dimiliki UUS BPD dan keterbatasan modal
bank induk untuk melakukan penyertaan modal jika UUS BPD melakukan
pemisahan (spin-off).
3. Komposisi pemegang saham yang heterogen pada UUS BPD
menyebabkan sulitnya menentukan keputusan dengan bulat.
4. Nilai aset UUS sampai saat ini tidak ada yang mencapai 50% dari total
nilai aset bank induknya dan semakin dekatnya batas waktu pemisahan
UUS menjadi BUS yang dapat dilakukan dengan cara spin-off atau
alternatif lainnya seperti konversi bank induk menjadi BUS, sehingga jika
UUS tidak melakukan pemisahan dari bank induknya maka akan
dikenakan sanksi berupa pencabutan izin usaha UUS.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka peneliti
merumuskan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off (Bank BJB
Syariah) dan BPD Syariah hasil konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank
NTB Syariah) ditinjau dari rasio keuangan CAR, NPF, ROA, NI, BOPO,
dan FDR?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah hasil
18
konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau dari rasio
keuangan CAR, NPF, ROA, NI, BOPO, dan FDR?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off
(Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah hasil konversi (Bank Aceh Syariah
dan Bank NTB Syariah) ditinjau dari rasio keuangan CAR, NPF, ROA,
NI, BOPO, dan FDR.
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja
keuangan BPD Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD
Syariah hasil konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah)
ditinjau dari rasio keuangan CAR, NPF, ROA, NI, BOPO, dan FDR.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi industri perbankan syariah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
informasi dan bahan pertimbangan khususnya bagi UUS BPD untuk
mengambil keputusan spin-off atau konversi, serta dapat memberikan
rekomendasi khususnya bagi BPD Syariah dalam mengambil kebijakan
untuk meningkatkan kinerja keuangannya sehingga industri perbankan
syariah di Indonesia dapat menjadi lebih baik.
19
2. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi
bagi penelitian sejenis dan dapat dijadikan sebagai perbandingan dari
penelitian yang telah ada atau penelitian yang akan dilakukan.
3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan mengenai perbankan syariah khususnya terkait kinerja keuangan
BPD Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi.
20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian
1. Kinerja Keuangan
Menurut Rudianto (2013:189) kinerja keuangan merupakan hasil atau
prestasi yang telah dicapai oleh manajemen dalam menjalankan fungsinya
mengelola aset perusahaan (dalam hal ini bank) secara efektif selama
periode tertentu. Menurut Jumingan (2014: 239) kinerja keuangan
merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan (dalam hal ini bank)
pada suatu periode tertentu menyangkut aspek penghimpunan dana
maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.
Menurut Fahmi (2012: 2) kinerja keuangan merupakan suatu analisis
yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan (dalam hal ini
bank) telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja bank merupakan
suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu bank yang dianalisis
dengan alat-alat analisis keuangan sehingga dapat diketahui mengenai baik
buruknya keadaan keuangan suatu bank yang mencerminkan prestasi kerja
dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan.
21
Putri, dkk (2015: 28) menyatakan bahwa kinerja bank adalah salah
satu faktor yang harus diperhatikan untuk bisa terus bertahan hidup dan
kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara
keseluruhan yang merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam
menjalankan operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan,
pemasaran, penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi, maupun
sumber daya manusia.
Agustin dan Darmawan (2018: 103) menyatakan bahwa salah satu hal
yang terpenting dalam menjaga keeksistensian suatu bank yaitu adanya
hasil yang maksimal dalam operasional bank yang dilihat dari peningkatan
kinerja keuangan yang dimiliki sebuah bank dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Keadaaan kinerja keuangan digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajerial dari segala aspek
dalam dunia perbankan.
Munawir (2008: 31) menyatakan bahwa tujuan dari penilaian kinerja
keuangan perusahaan (dalam hal ini bank) adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tingkat likuiditas yang menunjukkan kemampuan
suatu bank untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus
segera dipenuhi atau kemampuan suatu bank untuk memenuhi
keuangannya pada saat ditagih.
b. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas yang menunjukkan kemampuan
bank untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila bank tersebut
22
dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka
panjang.
c. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau sering disebut dengan
profitabilitas yang menunjukkan kemampuan bank untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu.
d. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha yang menunjukkan
kemampuan bank untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang
diukur dengan mempertimbangkan kemampuan bank untuk membayar
kembali hutang-hutangnya tepat pada waktunya serta kemampuan
membayar dividen secara teratur kepada para pemegang saham tanpa
mengalami hambatan atau krisis keuangan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja
keuangan memberikan penilaian yang dilakukan oleh manajemen atas
pengelolaan sumber daya yang dimiliki suatu bank. Kemudian,
manajemen bank dituntut untuk melakukan evaluasi dan tindakan
perbaikan atas kinerja keuangan bank yang kurang sehat atau tidak sehat.
Selain itu, kinerja keuangan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan atau keputusan yang akan dipilih.
2. Rasio Keuangan
Menurut James C. Van Horne dalam Kasmir (2019: 95) rasio
keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi
dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio
keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
23
perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan
perusahaan yang bersangkutan.
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka
yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka
dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu
komponen dengan komponen lainnya dalam satu laporan keuangan atau
antar komponen yang ada diantara laporan keuangan. Kemudian angka
yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode
maupun beberapa periode (Kasmir, 2019: 95).
Untuk mengetahui kinerja keuangan bank pada suatu periode tertentu
maka dapat dianalisis dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
suatu bank secara periodik. Kinerja keuangan bank pada dasarnya dinilai
dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan dengan penilaian terhadap
rasio keuangan. Dari hasil analisis rasio keuangan tersebut maka akan
dapat diketahui pula tingkat kesehatan pada bank tersebut.
Adapun rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Bachri, dkk (2013: 179) menyatakan bahwa modal merupakan
salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis
dan menampung risiko kerugian. Besarnya modal suatu bank akan
berpengaruh pada kemampuan suatu bank secara efisien menjalankan
kegiatannya dan dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat
24
terhadap kinerja bank. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari
besarnya dana giro, deposito, dan tabungan yang melebihi jumlah
setoran modal dari para pemegang sahamnya.
Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko. Semakin tinggi CAR maka semakin kuat
kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari setiap
pembiayaan atau aktiva produktif yang berisiko (Agustin &
Darmawan, 2018: 103).
Menurut Ikatan Bankir Indonesia dalam Janah dan Siregar
(2018:_624) rasio kecukupan modal bank atau CAR dimaksudkan
untuk menutupi potensi kerugian yang tidak terduga (unexpected loos)
dan sebagai cadangan pada saat terjadi krisis perbankan. Dendawijaya
(2009: 121) menyatakan bahwa rasio CAR memperlihatkan seberapa
jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (pembiayaan,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana dari
sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan
lain-lain. Rasio CAR ini juga digunakan untuk memenuhi keamanan
dan kesehatan bank dari sisi modal pemiliknya. Jika semakin tinggi
CAR, maka semakin baik kinerja bank tersebut.
Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK)
Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
25
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, faktor permodalan (capital)
dapat diukur dengan menggunakan Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum (KPMM) sebagai rasio kecukupan modal atau Capital
Adequacy Ratio (CAR) dengan rumus sebagai berikut:
Gambar.2.1.Rumus Capital Adequacy Ratio (CAR)
Jadi, CAR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kecukupan modal yang dimiliki oleh suatu bank dalam menunjang aset
bank tersebut yang mengandung risiko. Adapun klasifikasi kriteria
penilaian peringkat pada rasio CAR yaitu sebagai berikut:
Tabel.2.1.Kriteria Penilaian Peringkat CAR
Peringkat Kriteria Keterangan
1 CAR ≥ 12 % Sangat Baik
2 9% ≤ CAR < 12% Baik
3 8% ≤ CAR < 9% Cukup Baik
4 6% ≤ CAR < 8% Kurang Baik
5 CAR ≤ 6% Tidak Baik
Sumber: Kodifikasi PBI Kelembagaaan; Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank (Data diolah, 2020)
b. Non Performing Financing (NPF)
Dalam menjalankan bisnis perbankan yang penuh dengan risiko,
bank syariah juga tidak terlepas dari risiko pembiayaan bermasalah
CAR (KPMM) = Modal
Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) x 100%
26
atau non performing financing sehingga bank syariah perlu mengatur
strategi agar tingkat NPF di bank syariah tidak dalam kondisi yang
mengkhawatirkan. Risiko ini dapat terjadi akibat kegagalan atau
ketidakmampuan nasabah dalam pengembalian jumlah pinjaman yang
diterima dari bank syariah beserta bagi hasilnya sesuai dengan jangka
waktu yang telah dijadwalkan (Janah & Siregar, 2018: 625). Semakin
tinggi rasio NPF maka menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah
semakin buruk.
Rasio NPF diperoleh dengan membandingkan pembiayaan
bermasalah terhadap total pembiayaan. Berdasarkan SEOJK No.
10/SEOJK.03/2014, yang dimaksud dengan pembiayaan bermasalah
adalah pembiayaan kepada pihak ketiga bukan bank yang tergolong
kurang lancar, diragukan, dan macet. Sedangkan total pembiayaan
yang dimaksud adalah pembiayaan kepada pihak ketiga bukan bank.
Adapun rasio NPF dapat dirumuskan sebagai berikut: (2014)
Gambar.2.2.Rumus Non Performing Financing (NPF)
Jadi, rasio NPF merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh suatu bank syariah.
Adapun klasifikasi kriteria penilaian peringkat pada rasio NPF yaitu
sebagai berikut:
NPF = Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan x 100%
27
Tabel.2.2.Kriteria Penilaian Peringkat NPF
Peringkat Kriteria Keterangan
1 NPF < 2 % Sangat Baik
2 2% ≤ NPF < 5% Baik
3 5% ≤ NPF < 8% Cukup Baik
4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Baik
5 NPF ≥ 12% Tidak Baik
Sumber: Kodifikasi PBI Kelembagaaan; Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank (Data diolah, 2020)
c. Return On Asset (ROA)
Menurut Dendawijaya (2009: 119) rasio ROA digunakan untuk
mengukur profitabilitas bank karena Bank Indonesia (sekarang
Otoritas Jasa Keuangan) sebagai pembina dan pengawas Perbankan
lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan
aset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat.
Suwiknyo dalam Janah dan Siregar (2018: 625) menyatakan bahwa
rasio ROA adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam
mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset yang
menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi rasio ROA suatu bank
maka semakin tinggi pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank
syariah tersebut dan semakin baik posisi bank syariah tersebut dari segi
penggunaan aset.
Berdasarkan SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, rasio ROA diperoleh
dengan rumus sebagai berikut: (Otoritas Jasa Keuangan, 2014)
28
Gambar.2.3.Rumus Return On Asset (ROA)
Jadi, rasio ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba dari aset yang
dimiliki oleh bank tersebut. Adapun klasifikasi kriteria penilaian
peringkat pada rasio ROA yaitu sebagai berikut:
Tabel.2.3.Kriteria Penilaian Peringkat ROA
Peringkat Kriteria Keterangan
1 ROA > 1,5% Sangat Baik
2 1,25% ≤ ROA < 1,5% Baik
3 0,5% ≤ ROA < 1,25% Cukup Baik
4 0% ≤ ROA < 0,5% Kurang Baik
5 ROA ≤ 0% Tidak Baik
Sumber: Kodifikasi PBI Kelembagaaan; Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank (Data diolah, 2020)
d. Net Imbalan (NI)
Assofia (2019: 58) menyatakan bahwa rasio NI adalah rasio yang
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan
laba dengan cara membandingkan pendapatan penyaluran dana setelah
bagi hasil dikurangi imbalan dan bonus dengan rata-rata aktiva
produktif. Sehingga NI juga dapat digunakan untuk mengukur
rentabilitas (earnings) pada bank syariah. Semakin tinggi rasio NI
ROA = Laba Sebelum Pajak
Rata-rata Total Aset x 100%
29
maka mengindikasikan semakin baik kinerja keuangan pada bank
syariah tersebut ditinjau dari rasio NI.
Berdasarkan SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, yang dimaksud
dengan pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil dikurangi
imbalan dan bonus adalah pendapatan penyaluran dana setelah
dikurangi beban imbal hasil, imbalan, dan bonus (disetahunkan).
Pendapatan penyaluran dana meliputi seluruh pendapatan dari
penyaluran dana, sedangkan beban imbal hasil meliputi seluruh beban
bagi hasil, imbalan, dan bonus dari penghimpunan dana. Kemudian,
aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aset yang menghasilkan
bagi hasil, imbalan, dan bonus baik di neraca maupun pada Transaksi
Rekening Administratif (TRA) rata-rata aktiva produktif. (Otoritas Jasa Keuangan, 2014)
Berdasarkan SEOJK No. 10/SEOJK.03/2014, rasio NI diperoleh
dengan rumus sebagai berikut: (Otoritas Jasa Keuangan, 2014)
Gambar.2.4.Rumus Net Imbalan (NI)
Jadi, rasio NI merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur rentabilitas pada suatu bank syariah dengan cara
membandingkan pendapatan penyaluran dana setelah bagi hasil
dikurangi imbalan dan bonus terhadap rata-rata total aktiva produktif.
Dengan kata lain, rasio NI digunakan untuk mengukur pendapatan bagi
NI =
Pendapatan Penyaluran Dana Setelah Bagi Hasil –
(Imbalan dan Bonus)
Rata-rata Total Aktiva Produktif x 100%
30
hasil bersih yang mampu dihasilkan dari aktiva produktif yang dimiliki
oleh bank syariah tersebut.
e. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya
(Dendawijya, 2009: 98). Rasio BOPO yang sering disebut sebagai
rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya
operasional yang dikeluarkan suatu bank sehingga kemungkinan bank
tersebut dalam kondisi bermasalah itu kecil (Bachri, dkk, 2013: 180).
Rasio BOPO diperoleh dengan membandingkan beban operasional
terhadap pendapatan operasional. Berdasarkan SEOJK No.
10/SEOJK.03/2014, beban operasional tersebut adalah beban
operasional termasuk beban bagi dan bonus (disetahunkan). Sedangkan
pendapatan operasional yang dimaksud adalah pendapatan penyaluran
dana. Adapun rasio BOPO dapat dirumuskan sebagai berikut: (2014)
Gambar.2.5.Rumus Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO)
Jadi, rasio BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi pada suatu bank dan kemampuan
manajemen bank tersebut dalam mengendalikan biaya operasional
BOPO = Beban Operasional
Pendapatan Operasional x 100%
31
terhadap pendapatan operasional. Adapun klasifikasi kriteria penilaian
peringkat pada rasio BOPO yaitu sebagai berikut:
Tabel.2.4.Kriteria Penilaian Peringkat BOPO
Peringkat Kriteria Keterangan
1 BOPO ≤ 83% Sangat Baik
2 83% < BOPO ≤ 85% Baik
3 85% < BOPO ≤ 87% Cukup Baik
4 87% < BOPO ≤ 89% Kurang Baik
5 BOPO > 89% Tidak Baik
Sumber: Kodifikasi PBI Kelembagaaan; Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank (Data diolah, 2020)
f. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Bachri, dkk (2013: 180) menyatakan bahwa pengelolaan likuiditas
merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kegiatan operasional
bank, hal tersebut disebabkan karena dana yang dikelola bank sebagian
besar adalah dana dari masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan
dapat ditarik sewaktu-waktu. Menurut Agustin dan Darmawan
(2018:_103-104) rasio FDR mewakili faktor likuiditas pada suatu
bank, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank tersebut
mampu membayar hutang-hutangnya dan membayar kembali kepada
deposannya, serta dapat memenuhi permintaan pembiayaan yang
diajukan.
Likuiditas suatu bank dapat diukur dengan menggunakan Loan to
Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional. Dalam perbankan
32
syariah tidak dikenal istilah kredit (loan), namun perbankan syariah
menggunakan istilah pembiayaan (financing). Pada umumnya, konsep
yang sama ditunjukkan pada bank syariah dalam mengukur tingkat
likuiditas yaitu dengan menggunakan Financing to Deposit Ratio
(FDR) dengan cara membandingkan total pembiayaan terhadap total
dana pihak ketiga.
Dendawijya (2009: 116) menyatakan bahwa rasio FDR
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan
pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank
dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan
menguntungkan, namun hal ini terkait risiko apabila sewaktu-waktu
pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat
mengembalikan dana yang dipinjamnya. Semakin tinggi rasio FDR,
maka mengindikasikan bahwa semakin rendahnya tingkat likuiditas
pada bank syariah.
Rasio FDR diperoleh dengan membandingkan total pembiayaan
terhadap total dana pihak ketiga. Berdasarkan SEOJK No.
10/SEOJK.03/2014, total pembiayaan yang dimaksud adalah
pembiayaan kepada pihak ketiga bukan bank. Sedangkan total dana
pihak ketiga yang dimaksud adalah seluruh dana pihak ketiga bukan
bank berupa giro, tabungan, dan deposito. Rasio FDR dapat diperoleh
dengan rumus sebagai berikut: (2014)
33
Gambar.2.6.Rumus Financing to Deposit Ratio (FDR)
Jadi, rasio FDR adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas pada bank syariah dengan cara membandingkan total
pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah terhadap total dana
pihak ketiga. Adapun klasifikasi kriteria penilaian peringkat pada rasio
FDR yaitu sebagai berikut:
Tabel.2.5.Kriteria Penilaian Peringkat FDR
Peringkat Kriteria Keterangan
1 FDR ≤ 75% Sangat Baik
2 75% < FDR ≤ 85% Baik
3 85% < FDR ≤ 100% Cukup Baik
4 100% < FDR ≤ 120% Kurang Baik
5 FDR > 120% Tidak Baik
Sumber: Kodifikasi PBI Kelembagaaan; Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank (Data diolah, 2020)
3. Spin-off
Spin-off merupakan salah satu cara restrukturisasi pada perusahaan
yang dilakukan agar perusahaan tersebut dapat tetap beroperasi secara
efisien dan efektif. Restrukturisasi dilakukan dengan merombak secara
mendasar seluruh mata rantai bisnis perusahaan juga menyangkut usaha,
organisasi, manajemen, keuangan, maupun aspek hukumnya, yang
bertujuan untuk mencapai daya saing dan kompetisi baik tingkat nasional
FDR = Total Pembiayaan
Total Dana Pihak Ketiga x 100%
34
maupun internasional, Hal tersebut dilakukan tidak hanya untuk
menjadikan perusahaan tersebut tetap eksis, namun juga dapat memenuhi
tuntutan pasar. Terdapat beberapa alasan perusahaan melakukan
restrukturisasi yaitu alasan operasional, harga pasar saham di bawah
performance, persaingan global, perubahan peraturan, dan perubahan
teknologi (Umam & Antoni, 2015: 23).
Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas pada Pasal 1 angka 12, istilah spin-off disebut dengan pemisahan.
Menurut UU tersebut definisi pemisahan atau spin-off adalah perbuatan
hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan usaha yang
mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum
kepada dua perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan pasiva perseroan
beralih karena hukum kepada satu perseroan atau lebih.
Menurut Umam dan Antoni (2015: 22) pemisahan atau spin-off adalah
suatu tindakan hukum (corporate action) yang bertujuan untuk
memisahkan diri yang terjadi sebelumnya dalam suatu badan hukum
kemudian ia “memekarkan” atau “membelah diri” dengan pengakuan
hukum atas pemekaran atau “pembelahdiriannya” tersebut. Kondisi
pembelahdiriannya atau pemekaran badan hukum dalam bentuk perseroan
terbatas tersebut diawali dengan kehendak dari para pihak yang tertuang
dalam kesepakatan atau perjanjian yang dibuat oleh para pihak yang
memiliki kewenangan dalam organ perseroan tersebut.
35
Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah pada Pasal 1 angka 32, pemisahan atau spin-off yang dimaksud
dalam UU tersebut yaitu pemisahan usaha dari satu bank menjadi dua
badan usaha atau lebih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 11/10/PBI/2009
tentang Unit Usaha Syariah pada Pasal 1 angka 14, pemisahan (spin-off)
diartikan sebagai pemisahan usaha dari satu BUK menjadi dua badan
usaha atau lebih sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. (Bank Indonesia, 2009)
Pemisahan atau spin-off UUS telah diatur secara spesifik dalam Bab IX
Pasal 40 hingga Pasal 54 PBI No. 11/10/PBI/2009 tentang Unit Usaha
Syariah. Penjelasan poin-poin penting dari PBI tersebut yaitu sebagai
berikut:
a. Pemisahan Unit Usaha Syariah dari Bank Umum Konvensional
Seperti halnya pada UU No. 21 Tahun 2008, PBI No.
11/10/PBI/2009 juga membedakan pemisahan (spin-off) menjadi dua
macam yaitu pemisahan yang sifatnya wajib dan pemisahan yang
dilakukan secara sukarela. Pemisahan bersifat wajib sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 40 ayat (1) yaitu apabila: (Bank Indonesia, 2009)
1) nilai aset UUS telah mencapai 50% dari total nilai aset BUK
induknya; atau
2) paling lambat lima belas tahun sejak berlakunya Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
36
Pemisahan UUS dari BUK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu: (1) mendirikan BUS
baru; atau (2) mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS yang
telah ada. Pendirian BUS hasil pemisahan dapat dilakukan oleh satu
atau lebih BUK yang memiliki UUS, sedangkan pemisahan UUS
dengan cara pengalihan kepada BUS yang telah ada hanya dapat
dilakukan kepada BUS yang mempunyai hubungan kepemilikan
dengan BUK yang memiliki UUS (lihat Pasal 41 ayat (1), (2), dan (3)
PBI No. 11/10/PBI/2009). (Bank Indonesia, 2009)
BUS hasil pemisahan dan BUS penerima pemisahan harus
memenuhi paling kurang rasio KPMM minimal 8%. Kemudian dalam
hal pemisahan UUS mengakibatkan BUS hasil pemisahan atau BUS
penerima pemisahan memiliki rasio NPF netto lebih dari 5% dan/atau
mengakibatkan pelampauan Batas Maksimum Penyaluran Dana, maka
BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan tersebut wajib
menyelesaikannya dalam waktu satu tahun (lihat Pasal 41 ayat (4) dan
(5) PBI No. 11/10/PBI/2009). (Bank Indonesia, 2009)
Konsekuensi yuridis bagi BUK yang tidak melakukan pemisahan
UUS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (1) maka akan
dikenakan pencabutan izin usaha UUS. Kemudian BUK yang memiliki
UUS wajib menyelesaikan hak dan kewajiban UUS dalam jangka
waktu satu tahun terhitung sejak tanggal pencabutan izin usaha UUS.
Dengan dicabutnya izin usaha UUS, maka BUK yang memiliki UUS
37
dilarang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah,
kecuali dalam rangka penyelesaian hak dan kewajiban UUS (lihat
Pasal 43 ayat (1), (2), dan (3) PBI No. 11/10/PBI/2009). (2009)
BUK yang memiliki UUS wajib mengumumkan pencabutan izin
usaha UUS dalam surat kabar yang mempunyai peredaran nasional
paling lambat sepuluh hari terhitung sejak tanggal pencabutan izin
usaha UUS diberikan. Pengumuman wajib memuat paling kurang: (a)
penghentian kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah; dan (b)
penyelesaian seluruh hak dan kewajiban UUS. Penyelesaian seluruh
hak dan kewajiban UUS wajib dilaporkan oleh BUK yang memiliki
UUS paling lambat sepuluh hari setelah penyelesaian (lihat Pasal 44
ayat (1), (2), dan (3) PBI No. 11/10/PBI/2009). (Bank Indonesia, 2009)
b. Pemisahan Unit Usaha Syariah dengan Cara Pendirian Bank
Umum Syariah
Pendirian BUS hasil pemisahan hanya dapat dilakukan dengan izin
Bank Indonesia (sekarang Otoritas Jasa Keuangan). Modal disetor
pendirian BUS hasil pemisahan ditetapkan paling kurang sebesar
Rp500.000.000.000. Apabila jumlah modal yang disetor tidak
memenuhi ketentuan, maka penambahan atas kekurangan modal
disetor tersebut harus dilakukan dalam bentuk tunai dan/atau tanah dan
gedung yang akan digunakan untuk operasional BUS hasil pemisahan.
Modal yang disetor BUS hasil pemisahan wajib ditingkatkan secara
bertahap menjadi paling kurang sebesar Rp1.000.000.000.000 paling
38
lambat sepuluh tahun setelah izin usaha BUS diberikan (lihat Pasal 45
ayat (1), (2), (3), dan (4) PBI No. 11/10/PBI/2009). (Bank Indonesia, 2009)
Dalam Pasal 46 disebutkan bahwa pemberian izin pendirian BUS
hasil pemisahan dilakukan dalam dua tahap yaitu persetujuan prinsip
dan izin usaha. Pertama, persetujuan prinsip yaitu persetujuan untuk
melakukan persiapan pendirian BUS hasil pemisahan. Dalam Pasal 47
ayat (1) disebutkan bahwa permohonan persetujuan prinsip diajukan
oleh BUK yang memiliki UUS disertai dengan antara lain rancangan
akta pendirian BUS hasil pemisahan, yang memuat paling kurang:
1) nama dan tempat kedudukan BUS hasil pemisahan;
2) kegiatan usaha sebagai BUS sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
3) modal disetor paling kurang sebesar Rp500.000.000.000;
4) ketentuan syarat, jumlah, tugas, kewenangan, tanggung jawab,
serta hal lain yang menyangkut Dewan Komisaris, Direksi, dan
Dewan Pengawas Syariah (DPS) sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
5) ketentuan pengangkatan anggota Dewan Komisaris, anggota
Direksi, dan anggota DPS dengan memperoleh persetujuan Bank
Indonesia (sekarang Otoritas Jasa Keuangan) terlebih dahulu;
6) ketentuan rapat umum pemegang saham BUS yang menetapkan
tugas manajemen, remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi,
laporan pertanggungjawaban tahunan, penunjukan dan biaya jasa
39
akuntan publik, penggunaan laba, dan hal-hal lainnya yang
ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia (sekarang Otoritas Jasa
Keuangan); dan
7) ketentuan rapat umum pemegang saham yang harus dipimpin oleh
Presiden Komisaris atau Komisaris Utama. (Bank Indonesia, 2009)
BUK yang memiliki UUS yang mengajukan permohonan
persetujuan prinsip harus memberikan penjelasan mengenai
keseluruhan rencana pendirian BUS hasil pemisahan. Apabila dalam
jangka waktu enam bulan terhitung sejak tanggal persetujuan prinsip
diberikan, BUK yang telah mendapat izin prinsip belum mengajukan
izin usaha BUS hasil pemisahan, maka persetujuan prinsip yang telah
diberikan menjadi tidak berlaku (lihat Pasal 47 ayat (2) dan Pasal 48
ayat (1) PBI No. 11/10/PBI/2009). (Bank Indonesia, 2009)
BUK yang memiliki UUS wajib mengumumkan rencana
pengalihan hak dan kewajiban UUS dalam surat kabar yang memiliki
peredaran nasional paling lambat sepuluh hari sejak tanggal
persetujuan prinsip diberikan. Pengalihan hak dan kewajiban UUS
hanya dapat dilakukan apabila izin usaha BUS hasil pemisahan telah
diberikan (lihat Pasal 48 ayat (2) dan (3) PBI No. 11/10/PBI/2009).
Kedua, izin usaha yaitu izin yang diberikan setelah BUS hasil
pemisahan siap melakukan kegiatan operasional. Dalam Pasal 49
disebutkan bahwa permohonan izin usaha BUS hasil pemisahan
diajukan oleh BUK yang telah memperoleh persetujuan prinsip disertai
40
dengan antara lain akta pendirian BUS hasil pemisahan. Setelah
mendapatkan izin usaha, maka konsekuensi yuridisnya sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 50 yaitu sebagai berikut: (Bank Indonesia, 2009)
1) BUS hasil pemisahan wajib melakukan kegiatan usaha paling
lambat tiga puluh hari terhitung sejak tanggal izin usaha diberikan.
2) Pelaksanaan kegiatan usaha wajib dilaporkan paling lambat
sepuluh hari setelah tanggal pelaksanaan.
3) Apabila dalam jangka waktu tersebut, BUS hasil pemisahan belum
melakukan kegiatan usaha, maka izin usaha yang telah diberikan
akan ditinjau kembali.
4) Dalam hal izin usaha BUS hasil pemisahan dibatalkan, maka
seluruh kewajiban UUS wajib diselesaikan oleh BUK yang
memiliki UUS paling lambat satu tahun terhitung sejak tanggal izin
usaha BUS hasil pemisahan dibatalkan.
Kemudian BUK yang memiliki UUS wajib mengajukan
permohonan pencabutan izin usaha UUS paling lambat sepuluh hari
setelah hak dan kewajiban UUS dialihkan kepada BUS hasil
pemisahan (lihat Pasal 51 PBI No. 11/10/PBI/2009). (Bank Indonesia, 2009)
c. Pemisahan Unit Usaha Syariah dengan Cara Pengalihan Hak dan
Kewajiban kepada Bank Umum Syariah
Pengalihan hak dan kewajiban UUS kepada BUS penerima
pemisahan hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Bank Indonesia
(sekarang Otoritas Jasa Keuangan). Rencana pengalihan wajib
41
diumumkan oleh BUK yang memiliki UUS dalam surat kabar yang
memiliki peredaran nasional paling lambat sepuluh hari setelah tanggal
persetujuan (lihat Pasal 52 ayat (1) dan (2) PBI No. 11/10/PBI/2009).
Tata cara yang harus diperhatikan mengenai pemisahan UUS
dengan cara pengalihan hak dan kewajiban kepada BUS berdasarkan
Pasal 53 PBI No. 11/10/PBI/2009 yaitu sebagai berikut: (Bank Indonesia, 2009)
1) BUK yang memiliki UUS wajib mengalihkan hak dan kewajiban
UUS kepada BUS paling lambat tiga puluh hari setelah persetujuan
pengalihan diberikan.
2) Pelaksanaan pengalihan hak dan kewajiban UUS kepada BUS
penerima pemisahan wajib dilaporkan oleh BUK yang memiliki
UUS paling lambat sepuluh hari setelah tanggal pelaksanaan.
3) BUS penerima pemisahan wajib melaporkan kondisi keuangannya
setelah menerima pengalihan hak dan kewajiban UUS paling
lambat sepuluh hari setelah tanggal pelaksanaan.
4) Apabila dalam jangka waktu pengalihan hak dan kewajiban UUS
kepada BUS penerima pemisahan belum dilakukan, maka
persetujuan pengalihan yang telah diberikan akan ditinjau kembali.
5) Dalam hal persetujuan pengalihan dibatalkan, maka seluruh
kewajiban UUS wajib diselesaikan oleh BUK yang memiliki UUS
paling lambat satu tahun terhitung sejak tanggal persetujuan
pengalihan dibatalkan.
42
Sebagaimana pemisahan UUS dengan cara pendirian BUS baru,
pemisahan dengan cara pengalihan hak dan kewajiban kepada BUS
yang sudah ada juga harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana
tertuang dalam Pasal 54. Dalam Pasal tersebut menyebutkan bahwa
BUK yang memiliki UUS wajib mengajukan permohonan pencabutan
izin usaha UUS paling lambat sepuluh hari setelah hak dan kewajiban
UUS dialihkan kepada BUS.
4. Konversi
Konversi dalam hal ini adalah perubahan kegiatan usaha bank
konvensional menjadi bank syariah. Proses konversi secara teknis tidak
dijumpai dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, UU No. 10
Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan maupun UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
Ketentuan mengenai konversi secara teknis diatur dalam PBI No.
11/15/PBI/2009 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional
Menjadi Bank Syariah. Namun sejak fungsi, tugas, dan wewenang
pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan
beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan, ketentuan
mengenai konversi bank konvensional menjadi bank syariah kini diatur
dalam POJK No. 64/POJK.03/2016 tentang Perubahan Kegiatan Usaha
Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah.
Bank konvensional dapat melakukan perubahan kegiatan usaha
menjadi bank syariah. Perubahan kegiatan usaha bank konvensional
43
menjadi bank syariah dapat dilakukan pada: (a) Bank Umum
Konvensional menjadi Bank Umum Syariah; atau (b) BPR menjadi BPRS.
Bank syariah dilarang melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi bank
konvensional. Perubahan kegiatan usaha bank konvensional menjadi bank
syariah hanya dapat dilakukan dengan izin Otoritas Jasa Keuangan.
Pemberian izin dilakukan dalam bentuk izin perubahan kegiatan usaha
(lihat Pasal (2), (3), dan (4) POJK No. 64/POJK.03/2016). (Otoritas Jasa Keuangan, 2016)
Persyaratan umum perubahan kegiatan usaha disebutkan dalam Pasal 5
dan Pasal 6 yakni antara lain: (Otoritas Jasa Keuangan, 2016)
a. Rencana perubahan kegiatan usaha bank konvensional menjadi bank
syariah harus dicantumkan dalam rencana bisnis bank konvensional.
b. Bank konvensional yang akan melakukan perubahan kegiatan usaha
menjadi bank syariah harus:
1) menyesuaikan anggaran dasar;
2) memenuhi persyaratan permodalan;
3) menyesuaikan persyaratan Direksi dan Dewan Komisaris;
4) membentuk DPS; dan
5) menyajikan laporan keuangan awal sebagai sebuah Bank Syariah.
Kemudian persyaratan BUK yang akan melakukan perubahan kegiatan
usaha menjadi BUS disebutkan dalam Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10 yaitu
sebagai berikut: (Otoritas Jasa Keuangan, 2016)
a. BUK yang akan melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi BUS harus
memenuhi ketentuan mengenai permodalan BUS.
44
b. Direksi dan Dewan Komisaris BUS harus memenuhi ketentuan yang
mengatur mengenai BUS.
c. BUK yang akan melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi BUS harus
membentuk DPS. Calon anggota DPS harus memenuhi persyaratan DPS
sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai BUS.
Permohonan izin perubahan kegiatan usaha diajukan oleh bank
konvensional sebagaimana disebutkan dalam Pasal 14 disertai dengan
antara lain:
a. misi dan visi perubahan kegiatan usaha menjadi bank syariah;
b. rancangan perubahan anggaran dasar;
c. nama dan data identitas dari calon Pemegang Saham Pengendali (PSP),
calon anggota Direksi, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon
anggota DPS;
d. rencana bisnis bank syariah;
e. studi kelayakan mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi; dan
f. rencana penyelesaian hak dan kewajiban nasabah.
Selain itu, bank konvensional yang mengajukan permohonan izin
perubahan kegiatan usaha harus memberikan penjelasan mengenai
keseluruhan rencana perubahan kegiatan usaha menjadi bank syariah.
Bank konvensional yang telah mendapat izin perubahan kegiatan usaha
menjadi bank syariah wajib mencantumkan secara jelas kata “Syariah”
pada penulisan nama bank, dan logo iB pada formulir, warkat, produk,
kantor, dan jaringan kantor bank syariah. Bank konvensional yang telah
mendapat izin perubahan kegiatan usaha menjadi bank syariah wajib
45
melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah paling lambat
enam puluh hari terhitung sejak tanggal izin perubahan kegiatan usaha
diberikan. Apabila setelah jangka waktu tersebut bank syariah hasil
perubahan kegiatan usaha belum melaksanakan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah, maka izin perubahan kegiatan usaha yang
telah diberikan akan ditinjau kembali. Rencana pelaksanaan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah wajib diumumkan kepada masyarakat
paling lambat sepuluh hari sebelum tanggal pelaksanaan. Pelaksanaan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib dilaporkan paling lambat
sepuluh hari setelah tanggal pelaksanaan. Bank konvensional yang telah
mendapat izin perubahan kegiatan usaha menjadi bank syariah dilarang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional, kecuali dalam rangka
penyelesaian hak dan kewajiban dari kegiatan usaha secara konvensional.
Bank konvensional yang telah mendapat izin perubahan kegiatan usaha
menjadi bank syariah wajib menyelesaikan hak dan kewajiban dari
kegiatan usaha secara konvensional paling lambat satu tahun terhitung
sejak tanggal izin perubahan kegiatan usaha diberikan. Batas waktu
penyelesaian tersebut dapat diperpanjang dalam hal penyelesaian hak dan
kewajiban dari kegiatan usaha secara konvensional belum dapat
diselesaikan yang disebabkan oleh hal-hal yang tidak dapat dihindari
(force majeur) atau pertimbangan lain yang dapat diterima (lihat Pasal
(16), (17), dan (18) POJK No. 64/POJK.03/2016). (Otoritas Jasa Keuangan, 2016)
46
5. Perbankan Syariah
Dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 pada Pasal 1 ayat 1
menyebutkan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS),
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya. Kemudian, pada Pasal 1 ayat 7
menyebutkan bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS).
Adapun yang dimaksud dengan BUS, BPRS, dan UUS berdasarkan
UU No. 21 Tahun 2008 pada Pasal 1 ayat 8 menyebutkan bahwa BUS
adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Pada Pasal 1 ayat 9 menyebutkan bahwa BPRS adalah
bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa keuangan
dalam lalu lintas pembayaran. Pada Pasal 1 ayat 10 menyebutkan bahwa
UUS adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang
berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau unit kerja di kantor cabang
dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan
kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
47
Dalam UU No. 21 Tahun 2008 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa
perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Dalam mencapai tujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional, perbankan syariah tetap berpegang
pada prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten
(istiqamah).
Perbankan syariah didirikan salah satunya karena alasan filosofis
seperti pelarangan riba (Hisyam & Septiarini, 2016: 873). Pelarangan riba
dalam perbankan syariah ini sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-
Qur’an Surah Ali-‘Imran ayat 130 yaitu sebagai berikut:
ا أضع بو أيها ٱلذين ءامنوا ل تأكلوا ٱلر لعلكم تفلحون ي عفة وٱتقوا ٱلل ض فا م
Yā ayyuhallażīna āmanụ lā ta`kulur-ribā aḍ'āfam muḍā'afataw
wattaqullāha la'allakum tufliḥụn.
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung
(Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014: 66).
Selain itu, Allah SWT juga berfirman dalam Al-Qur’an Surah
Al-Baqarah ayat 278-279 yaitu sebagai berikut:
با إن كنتم مؤمنين وذروا ما بقي من الر فإن لم تفعلوا يا أيها الذين آمنوا اتقوا الل
ورسوله وإن تبتم فلكم رءوس أموالك م ل تظلمون ول تظلمون فأذنوا بحرب من الل
48
Yā ayyuhallażīna āmanuttaqullāha wa żarụ mā baqiya minar-ribā ing
kuntum mu`minīn. Fa il lam taf'alụ fa`żanụ biḥarbim minallāhi wa rasụlih,
wa in tubtum fa lakum ru`ụsu amwālikum, lā taẓlimụna wa lā tuẓlamụn. (2014)
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang beriman. Jika
kamu tidak melaksanakannya, maka umumkanlah perang dari Allah dan
Rasul-Nya. Tetapi jika kamu bertobat, maka kamu berhak atas pokok
hartamu. Kamu tidak berbuat zalim (merugikan) dan tidak dizalimi
(dirugikan) (Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014: 47).
Larangan riba juga ditemukan dalam hadis Rasulullah SAW. Bunyi
hadisnya yaitu sebagai berikut:
Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang menerima
riba, orang yang membayarnya, orang yang mencatatnya, dan dua orang
saksinya, kemudian beliau bersabda, “mereka itu semua sama (dalam
melakukan perbuatan dosa)” (HR. Muslim).
Berdasarkan hadis di atas, Allah melaknat semua pihak yang turut
serta dalam akad riba. Dia melaknat orang yang mengambil utang dengan
riba, orang yang memberi utang dengan riba, penulis yang mencatatnya,
dan saksi-saksinya. Konsekuensi atas orang-orang yang terlibat dalam
praktik riba adalah termasuk dosa besar (Nurhayati & Wasilah, 2015: 60).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, perbankan
syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah,
49
demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Yang dimaksud dengan
prinsip-prinsip tersebut yakni antara lain:
a. Prinsip Syariah yaitu kegiatan usaha perbankan syariah tidak
mengandung unsur:
1) riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah (batil) antara
lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama
kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan (fadhl), atau dalam
transaksi pinjam-meminjam yang mensyarakatkan nasabah
penerima fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi
pokok pinjaman karena berjalannya waktu (nasi’ah);
2) maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada sesuatu keadaan
yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan;
3) gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki,
tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada
saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah;
4) haram,yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau
5) zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak
lainnya.
b. Demokrasi ekonomi yaitu kegiatan ekonomi syariah yang mengandung
nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan.
c. Prinsip kehati-hatian yaitu pedoman pengelolaan bank yang wajib
dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, dan efisien
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
50
Menurut Sudarsono (2012: 45) fungsi dan peran bank syariah yang
diantaranya tercantum dalam pembukaan standar akuntansi yang
dikeluarkan oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic
Financial Institution (AAOIFI) adalah sebagai berikut:
a. Manajer investasi, maksudnya bank syariah dapat mengelola investasi
dana nasabah.
b. Investor, maksudnya bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, maksudnya bank
syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan atau jasa-jasa layanan
perbankan sebagaimana lazimnya.
d. Pelaksanaan kegiatan sosial, maksudnya sebagai ciri yang melekat
pada entitas keuangan syariah, bank syariah juga berfungsi sebagai
pengelola dana sosial untuk menghimpun dan menyalurkan zakat dan
dana sosial lainnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sudarsono (2012: 45) menyatakan bahwa bank syariah mempunyai
beberapa tujuan diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Mengarahkan kegiatan ekonomi untuk bermuamalah secara Islam,
khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan agar
terhindar dari praktik-praktik riba atau jenis-jenis usaha/perdagangan
lain yang mengandung unsur gharar (tipuan), dimana jenis-jenis usaha
tersebut selain dilarang dalam Islam, juga telah menimbulkan dampak
negatif terhadap kehidupan ekonomi rakyat.
51
b. Untuk menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi dengan jalan
meratakan pendapatan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi
kesenjangan yang amat besar antara pemilik modal dengan pihak yang
membutuhkan dana.
c. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan membuka
peluang berusaha yang lebih besar terutama kelompok miskin, yang
diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya
kemandirian usaha.
d. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah di dalam mengentaskan kemiskinan
ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan
dari siklus usaha yang lengkap seperti program pembinaan pengusaha
produsen, pembinaan pedagang perantara, program pembinaan
konsumen, program pengembangan modal kerja dan program
pengembangan usaha bersama.
e. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan aktivitas bank
syariah akan mampu menghindari pemanasan ekonomi diakibatkan
adanya inflasi dan menghindari persaingan yang tidak sehat antara
lembaga keuangan.
f. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank non-
syariah.
52
6. Bank Pembangunan Daerah (BPD) Syariah
Pengertian Bank Pembangunan Daerah menurut Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1962 adalah bank yang didirikan di daerah swatantra
tingkat I yang dimaksudkan untuk menyediakan pembiayaan bagi
pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah dalam rangka
pembangunan nasional semesta berencana. Untuk melaksanakan maksud
tersebut, bank memberikan pinjaman untuk keperluan investasi, perluasan
dan pembaruan proyek-proyek pembangunan daerah di daerah yang
bersangkutan, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan
campuran antara Pemerintah Daerah maupun yang diselenggarakan oleh
perusahan-perusahaan campuran antara Pemerintah Daerah dan Swasta.
Sehingga menurut Puspita dan Shofawati (2018: 807) tujuan awal
didirikannya BPD adalah untuk mengemban misi publik.
Menurut Hamudy dalam Cahyono dan Rani (2017: 20) BPD juga
memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai berikut:
a. Mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat;
b. Sebagai penyimpan kas daerah;
c. Sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD).
BPD berupaya menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit/pembiayaan
dalam melaksanakan tugasnya. Karena menguasai jaringan operasional di
daerah dan menguasai medan daerah, maka BPD bisa menjadi juara di
53
daerah. Selain itu, BPD juga memiliki ikatan emosional dengan kepala
daerah seperti Gubernur, Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah, Bupati, dan
Wali Kota dan tentu saja adanya kedekatan dengan masyarakat daerah
(Cahyono & Rani, 2017: 21).
BPD Syariah merupakan bank pembangunan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962, yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah. BPD Syariah
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bank pembangunan daerah
yang berjenis bank umum syariah.
B. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu mengenai kinerja
keuangan pada bank syariah hasil spin-off dan bank syariah hasil konversi.
Tabel.2.6.Penelitian Terdahulu
No. Judul Penulis
(Tahun) Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Dampak
Kebijakan
Spin-off
terhadap
Kinerja
Keuangan
Bank Syariah
Amalia
Nasuha
(2012)
Terdapat
perbedaan kinerja
pada variabel aset,
pembiayaan, DPK,
dan NPF antara
sebelum dan
sesudah spin-off.
Sedangkan
Meneliti
mengenai
kinerja
keuangan pada
bank syariah
hasil spin-off.
Dalam
penelitian ini
Dalam penelitian
ini menggunakan
variabel rasio
keuangan NI dan
BOPO. Metode
analisis data yang
digunakan pada
penelitian tersebut
54
variabel laba
bersih, CAR, FDR,
ROA, dan ROE
tidak menunjukkan
perbedaan kinerja
antara satu tahun
sebelum dan satu
tahun sesudah
spin-off.
sama-sama
menggunakan
variabel CAR,
NPF, FDR, dan
ROA, serta
sama-sama
menggunakan
sampel
penelitian bank
hasil spin-off
pada Bank BJB
Syariah.
adalah Wilcoxon
Match Pairs Test
sedangkan pada
penelitian ini
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test.
2. The
Conversion
Effects of
Islamic Unit to
Full Fledged
System Islamic
Banks in
Indonesia
Dodik
Siswantoro
(2012)
Dalam jangka
pendek, konversi
tidak berpengaruh
terhadap deposito,
total aset, jumlah
cabang dan
pegerakan saham,
meskipun
demikian, bank-
bank tersebut
memiliki prospek
Meneliti
mengenai
kinerja pada
bank yang
melakukan
konversi.
Dalam penelitian
tersebut
menggunakan
variabel total aset,
deposito,
pendapatan bersih,
jumlah kantor
cabang, dan harga
sama sedangkan
dalam penelitian
ini menggunakan
55
yang menjanjikan
saat menjalankan
sistem
operasional
berbasis syariah
secara penuh.
variabel CAR,
NPF, ROA, NI,
BOPO, dan FDR.
Metode analisis
data yang
digunakan pada
penelitian tersebut
adalah Wilcoxon
Test sedangkan
pada penelitian ini
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test.
3. Studi Kinerja
PT BNI
Syariah
Sesudah
Pemisahan
(Spin off) dari
PT Bank BNI
(Persero) Tbk
Achmad
Chotib dan
Wiwik
Utami
(2014)
Tidak terdapat
perbedaan pada
kinerja BNI
Syariah sebelum
dan sesudah spin-
off dari rasio
CAR, NPF, ROA,
ROE, dan FDR.
Meneliti
mengenai
kinerja
keuangan pada
bank syariah
hasil spin-off.
Dalam
penelitian ini
Metode analisis
data pada
penelitian tersebut
menggunakan
Paired Sample T
Test dan
Independent
Samples T Test
56
Sedangkan dari
NPM terdapat
perbedaan. Selain
itu, perbandingan
BNI Syariah dan
BJB Syariah
setelah spin-off
menunjukkan
tidak terdapat
perbedaan dari
rasio NPF, NPM,
ROA, dan ROE.
Sedangkan CAR
dan FDR
menunjukkan ada
perbedaan.
sama-sama
menggunakan
variabel rasio
keuangan CAR,
NPF, ROA, dan
FDR, serta
sama-sama
menggunakan
sampel
penelitian pada
Bank BJB
Syariah.
sedangkan pada
penelitian ini
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test. Dalam
penelitian ini
menggunakan
variabel rasio
keuangan NI dan
BOPO.
4. Analisis
Perbandingan
Kinerja
Keuangan
Bank Umum
Syariah Hasil
Spin-off dan
Saraya Izazi
Syarafina
Hisyam dan
Dina Fitrisia
Septiarini
(2016)
Pada rasio CAR,
NPF, ROA, BOPO
dan FDR
menunjukkan tidak
terdapat perbedaan
kinerja keuangan
bank umum
Variabel dalam
penelitian ini
sama-sama
menggunakan
variabel CAR,
NPF, ROA,
BOPO dan
Dalam penelitian
ini menggunakan
variabel NI. Objek
penelitian tersebut
adalah bank
syariah hasil spin-
off dan bank
57
Non Spin-off
Periode 2013-
2015
syariah hasil spin-
off dan non spin-
off.
FDR. Metode
analisis data
penelitian ini
sama-sama
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-
Whitney Test.
syariah hasil
akuisisi sedangkan
objek penelitian ini
adalah bank
syariah hasil spin-
off dan bank
syariah hasil
konversi.
5. Financial
Performance
Islamic
Banking Unit
in Indonesia: A
Comparative
Study Private
Banks and
Regional
Development
Banks
Hamdi
Agustin
(2016)
Kinerja UUS BPD
lebih baik dari
UUS bank swasta.
Variabel dummy
(DIBU), LDR, dan
CAR berpengaruh
positif terhadap
kinerja yang
diukur dengan
ROA. Variabel
Deposito
berpengaruh
negatif terhadap
kinerja yang
Meneliti
mengenai
kinerja
keuangan pada
BPD Syariah.
Penelitian
tersebut
sama-sama
menggunakan
variabel CAR,
NPF, ROA, dan
FDR.
Metode analisis
data pada
penelitian tersebut
menggunakan
regresi data panel
sedangkan pada
penelitian ini
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test. Objek
penelitian tersebut
adalah UUS BPD
58
diukur dengan
ROA. Variabel
Aset (SIZE) tidak
berpengaruh
terhadap kinerja
yang diukur
dengan ROA.
dan UUS bank
swasta sedangkan
objek penelitian ini
adalah BPD
Syariah hasil spin-
off dan hasil
konversi.
6. Analisis
Perbandingan
Kinerja
Keuangan
Perbankan
Syariah
Sebelum dan
Sesudah
Memisahkan
Diri (Spin-off)
pada PT Bank
BRI Syariah
Ummi Farida
(2017)
Pada rasio BOPO,
NPF, dan FDR
menunjukkan
adanya perbedaan
yang signifikan
pada Bank BRI
Syariah sebelum
dan sesudah spin-
off. Sedangkan
pada rasio CAR
dan ROA
menunjukkan tidak
terdapat perbedaan
yang signifikan.
Meneliti
mengenai
kinerja
keuangan pada
bank syariah
hasil spin-off.
Dalam
penelitian ini
sama-sama
menggunakan
variabel CAR,
NPF, ROA,
BOPO, dan
FDR.
Dalam penelitian
ini menggunakan
variabel NI.
Analisis data pada
penelitian tersebut
menggunakan
Paired Sample T
Test sedangkan
pada penelitian ini
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test.
7. Meretas Reaksi
Jalan Panjang
Talbani
Farlian dan
Sebagian besar
para pemangku
Meneliti
mengenai
Metode analisis
data pada
59
Bank Aceh
Konversi
Syariah
Nur Aidar
(2017)
kepentingan
memiliki reaksi
yang positif atau
mendukung atas
keputusan Bank
Aceh untuk
melakukan
konversi menjadi
Bank Aceh
Syariah secara
menyeluruh.
konversi salah
BPD yang
menjadi bank
umum syariah
yaitu Bank
Aceh Syariah.
penelitian tersebut
adalah deskriptif
kualitatif
sedangkan pada
penelitian
kuantitatif ini
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test. Dalam
penelitian ini
menggunakan
variabel CAR,
NPF, ROA, NI,
BOPO, dan FDR.
8. The Indonesian
Islamic Bank’s
Spin-off: A
Study in
Regional
Development
Banks
Ismawati
Haribowo
(2017)
Tidak ada satupun
UUS yang dimiliki
oleh BPD yang
total asetnya dapat
mencapai 50% dari
total aset bank
induknya.
Meneliti
mengenai
spin-off pada
BPD Syariah.
Metode analisis
data di penelitian
tersebut adalah
Autoregressive
Integrated Moving
Average (ARIMA),
simulasi, dan
60
deskriptif kualitatif
sedangkan pada
penelitian ini
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test.
9. Kinerja
Keuangan
Sesudah dan
Sebelum Spin-
off Unit Usaha
Syariah ke
Bank Umum
Syariah
Amin
Kuncoro dan
Heru
Yulianto
(2018)
Adanya perbedaan
kinerja keuangan
yang dilihat dari
rasio FDR, ROA,
dan BOPO antara
sebelum dan
sesudah spin-off.
Meneliti
mengenai
kinerja
keuangan pada
bank syariah
hasil spin-off.
Di penelitian ini
sama-sama
menggunakan
variabel FDR,
ROA, dan
BOPO.
Dalam penelitian
ini menggunakan
variabel rasio
keuangan CAR,
NPF, dan NI.
Selain itu, pada
penelitian ini tidak
hanya
menggunakan uji t
test, namun juga
dengan uji Mann-
Whitney Test.
10. Persepsi
Masyarakat
Tentang Akan
Early Ridho
Kismawadi
dan Uun
Masyarakat
mendukung Bank
Aceh untuk
Meneliti
mengenai
konversi salah
Metode analisis
data pada
penelitian tersebut
61
Dikonversikan
nya Bank
Konvensional
ke Bank
Syariah di
Aceh Studi
Kasus di Kota
Langsa
Dwi Al
Muddatstsir
(2018)
konversi menjadi
bank syariah.
Namun
masyarakat
berharap
Bank Aceh
Syariah dapat
memberikan
fasilitas yang
berkualitas sama
bahkan lebih baik
dibanding saat
menjadi bank
konvensional.
BPD yang
menjadi bank
umum syariah
yaitu Bank
Aceh Syariah.
adalah deskriptif
kualitatif
sedangkan pada
penelitian
kuantitatif ini
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test. Dalam
penelitian ini
menggunakan
variabel CAR,
NPF, ROA, NI,
BOPO, dan FDR.
11. Motivasi dan
Strategi
Konversi ke
Syariah Bank
Pembangunan
Daerah (Studi
Kasus BPD
NTB)
Abiyyu
Hanif
Putranto
(2018)
Motivasi Bank
NTB untuk
melakukan
konversi menjadi
bank syariah yaitu
kepemimpinan dari
Kepala Daerah,
perkembangan
Meneliti
mengenai
konversi salah
BPD yang
menjadi bank
umum syariah
yaitu Bank
NTB Syariah.
Penelitian tersebut
menggunakan
pendekatan
kualitatif dengan
menggunakan
metode analisis
miles dan
huberman
62
industri halal dan
adanya kewajiban
pemisahan UUS
menjadi BUS.
Strategi yang
dilakukan Bank
NTB yaitu
melakukan
training, OJT, dan
rekrutmen tenaga
ahli; bekerja sama
dengan konsultan
yang ahli
dibidangnya; dan
sosialisasi kepada
seluruh
stakeholder BPD
NTB.
sedangkan dalam
penelitian ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
menggunakan
metode analisis
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test. Dalam
penelitian ini
menggunakan
variabel CAR,
NPF, ROA, NI,
BOPO, dan FDR.
12. Fungsi
Intermediary
Bank Aceh
Setelah
Melakukan
Purwanto
(2018)
Terdapat
perbedaan yang
signifikan pada
Pembiayaan dan
DPK setelah
Meneliti
mengenai
konversi salah
BPD yang
menjadi bank
Metode analisis
data pada
penelitian tersebut
adalah Paired
Samples T Test
63
Konversi
Menjadi Bank
Umum Syariah
melakukan
konversi menjadi
Bank Aceh
Syariah.
umum syariah
yaitu Bank
Aceh Syariah.
sedangkan pada
penelitian ini
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test. Dalam
penelitian ini
menggunakan
variabel CAR,
NPF, ROA, NI,
BOPO, dan FDR.
13. Business
Analysis in
Conversion of
Regional
Development
Bank Into
Sharia
Banking: Case
Study In NTB
Province,
Indonesia
Hanif
Rahmatullah,
Rachmat
Sudarsono,
dan Ratna
Komara
(2018)
Dengan
menggunakan
Quantitative
Strategic Planning
Matrix (QSPM)
strategi terbaik
untuk Bank NTB
adalah untuk
konversi menjadi
bank berbasis
syariah. Bahkan
Meneliti
mengenai
konversi salah
BPD yang
menjadi bank
umum syariah
yaitu Bank
NTB Syariah.
Penelitian tersebut
menggunakan
pendekatan
manajerial dengan
metode perumusan
strategi QSPM dan
metode penilaian
bisnis
menggunakan
Dividend
Discounted Model
64
saat menggunakan
metode penilaian
bisnis, Bank NTB
dengan bisnis
berbasis syariah
menghasilkan
lebih besar nilai
dari bisnis inti
konvensional Bank
NTB yang ada.
sedangkan pada
penelitian ini
menggunakan
pendekatan
kuantitatif dengan
analisis
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test.
14. Analisis
Kinerja
Keuangan
Bank Aceh
Setelah
Konversi
Periode 2016-
2018
Berdasarkan
Peraturan
Otoritas Jasa
Keuangan
Nomor
Hanifa
Assofia
(2019)
Kinerja keuangan
Bank Aceh dari
sisi rentabilitas
mendapat
peringkat dua
artinya rentabilitas
memadai, laba
melebihi target dan
mendukung
pertumbuhan
permodalan bank.
Begitupun dari sisi
permodalan juga
Meneliti
mengenai
kinerja
keuangan salah
satu BPD yaitu
Bank Aceh
yang konversi
menjadi bank
umum syariah.
Sampel penelitian
ini tidak hanya
pada Bank Aceh
Syariah, namun
juga pada Bank
NTB Syariah
sebagai sampel
BPD Syariah hasil
konversi dan Bank
BJB Syariah
sebagai sampel
BPD Syariah hasil
spin-off.
65
8/POJK.03/
2014
mendapat
peringkat dua
artinya bank
memiliki kualitas
dan kecukupan
permodalan yang
memadai relatif
terhadap profil
risikonya, yang
disertai dengan
pengelolaan
permodalan yang
kuat sesuai dengan
karakteristik, skala
usaha, dan
kompleksitas
usaha bank.
15. Pengaruh
Konversi Bank
Konvensional
Menjadi Bank
Syariah
terhadap
Sinathrya
Al Kautsar,
Lusiana
Indra,
Taufan
Prasojo
Tingkat risiko
pada Bank Aceh
Syariah lebih
rendah dibanding
saat menjadi bank
konvensional.
Meneliti
mengenai
konversi yang
dilakukan oleh
salah satu BPD
yaitu Bank
Metode analisis
data yang
digunakan pada
penelitian tersebut
adalah Z-Score dan
Paired Samples T
66
Risiko
Kebangkrutan
Studi Kasus
pada Bank
Aceh
Wicaksono
S., dan
Dewi
Hanggraeni
(2019)
Aceh Syariah.
Penelitian ini
sama-sama
menggunakan
variabel ROA.
Test sedangkan
pada penelitian ini
menggunakan
Independent
Samples T Test
dan Mann-Whitney
Test. Dalam
penelitian ini
menggunakan
rasio CAR, NPF,
NI, BOPO, dan
FDR.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir menurut Uma Sekaran dalam Sugiyono (2014: 128)
adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan
berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting, jadi
dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang
melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang
paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu
bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.
Adapun kerangka pemikiran dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
67
Gambar.2.7.Kerangka Pemikiran
Kinerja Keuangan BPD Syariah
Hasil Spin-off (Bank BJB
Syariah)
Kinerja Keuangan BPD Syariah
Hasil Konversi (Bank Aceh
Syariah dan Bank NTB Syariah)
CAR NPF ROA NI BOPO FDR
Uji Normalitas Data
Data Berdistribusi Normal
Interpretasi
Kesimpulan
Data Tidak Berdistribusi Normal
Uji Beda
Independet Samples T Test
Uji Beda
Mann-Whitney Test
Beberapa UUS BPD mengalami berbagai kendala jika melakukan pemisahan (spin-off).
Sampai saat ini pun tidak ada UUS yang nilai asetnya mencapai 50% dari total nilai aset
bank induknya dan semakin dekatnya batas waktu pemisahan UUS menjadi BUS yang
dapat dilakukan dengan cara spin-off atau konversi, sehingga jika UUS tidak melakukan
pemisahan dari bank induknya maka akan dikenakan cabut izin usaha UUS.
Kinerja keuangan menurut Agustin dan Darmawan (2018) dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan di perbankan. Untuk mengukur kinerja
keuangan menurut Kasmir (2019) dapat dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan.
68
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris
yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat
dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian,
belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2014: 134).
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
H01 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan
BPD Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah
hasil konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau
dari rasio keuangan CAR.
Ha1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah hasil
konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau dari
rasio keuangan CAR.
2. Non Performing Financing (NPF)
H02 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan
BPD Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah
hasil konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau
dari rasio keuangan NPF.
69
Ha2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah hasil
konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau dari
rasio keuangan NPF.
3. Return On Asset (ROA)
H03 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan
BPD Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah
hasil konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau
dari rasio keuangan ROA.
Ha3 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah hasil
konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau dari
rasio keuangan ROA.
4. Net Imbalan (NI)
H04 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan
BPD Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah
hasil konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau
dari rasio keuangan NI.
Ha4 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah hasil
konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau dari
rasio keuangan NI.
70
5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
H05 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan
BPD Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah
hasil konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau
dari rasio keuangan BOPO.
Ha5 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah hasil
konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau dari
rasio keuangan BOPO.
6. Financing to Deposit Ratio (FDR)
H06 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan
BPD Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah
hasil konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau
dari rasio keuangan FDR.
Ha6 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off (Bank BJB Syariah) dan BPD Syariah hasil
konversi (Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah) ditinjau dari
rasio keuangan FDR.
71
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014: 148).
Dalam penelitian ini, populasi yang ditentukan adalah Bank Pembangunan
Daerah (BPD) Syariah yang berjenis Bank Umum Syariah yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan hingga triwulan I tahun 2020 yakni terdapat tiga BPD
Syariah. BPD Syariah tersebut antara lain Bank BJB Syariah, Bank Aceh
Syariah, dan Bank NTB Syariah.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2014: 149). Metode atau teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nonprobability sampling.
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014: 154). Dari berbagai jenis
teknik sampling nonprobability sampling, teknik penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sampling purposive. Sampling
purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2014: 156).
72
Adapun kriteria untuk penentuan sampel dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1. BPD Syariah yang berjenis Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas
Jasa Keuangan selama periode penelitian yaitu triwulan IV tahun 2018
sampai dengan triwulan I tahun 2020, tidak temasuk Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah (BPRS) dan Unit Usaha Syariah (UUS).
2. BPD Syariah yang menyajikan laporan keuangan triwulanan selama
periode penelitian yaitu triwulan IV tahun 2018 sampai dengan triwulan I
tahun 2020 dan telah dipublikasikan di website resmi masing-masing bank
maupun website resmi OJK.
3. BPD Syariah merupakan hasil spin-off.
4. BPD Syariah merupakan hasil konversi.
Berdasarkan kriteria tersebut, maka untuk gambaran proses pengambilian
sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.3.1.Proses Pengambilan Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Sampel
Penelitian
1. BPD Syariah yang berjenis Bank Umum Syariah
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan selama
periode penelitian yaitu triwulan IV tahun 2018
sampai dengan triwulan I tahun 2020,
tidak temasuk BPRS dan UUS.
3
73
2. BPD Syariah yang menyajikan laporan keuangan
triwulanan selama periode penelitian yaitu triwulan
IV tahun 2018 sampai dengan triwulan I tahun
2020 dan telah dipublikasikan di website resmi
masing-masing bank maupun website resmi OJK.
3
3. BPD Syariah merupakan hasil spin-off. 1
4. BPD Syariah merupakan hasil konversi. 2
Jumlah BPD Syariah sebagai sampel penelitian 3
Jumlah Data Penelitian (3 bank x 6 variabel x 6 triwulan) 108
Tabel 3.1 menunjukkan bahwa berdasarkan empat kriteria yang telah
ditentukan, maka terpilih tiga sampel penelitian yang mewakili. Adapun
sampel pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.3.2.Sampel Penelitian
No. Nama BPD Syariah Kategori Sampel
1. Bank BJB Syariah BPD Syariah hasil spin-off
2. Bank Aceh Syariah BPD Syariah hasil konversi
3. Bank NTB Syariah BPD Syariah hasil konversi
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa Bank BJB Syariah merupakan sampel BPD
Syariah hasil spin-off. Kemudian, Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah
merupakan sampel BPD Syariah hasil konversi.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada BPD Syariah hasil spin-off yaitu Bank BJB
Syariah dan BPD Syariah hasil konversi yaitu Bank Aceh Syariah dan Bank
74
NTB Syariah. Adapun waktu periode penelitian ini yaitu periode triwulan IV
tahun 2018 hingga triwulan I tahun 2020.
C. Data dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan data kuantitatif.
Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka-angka. Dalam
penelitian ini menggunakan data runtun waktu (time series) dengan periode
triwulanan yang diambil dari laporan rasio keuangan dalam laporan keuangan
triwulanan pada BPD Syariah yang bersangkutan yaitu berupa rasio keuangan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) atau Capital Adequacy
Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Return On Asset (ROA), Net
Imbalan (NI), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
dan Financing to Deposit Ratio (FDR) dengan rentang waktu dari triwulan IV
tahun 2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020.
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. Sumber
sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau dokumen (Sugiyono,
2014:_223). Sumber data sekunder yang digunakan pada penelitian ini berasal
dari laporan keuangan triwulanan yang dipublikasi melalui website resmi bank
yang menjadi sampel dalam penelitian ini yakni Bank BJB Syariah, Bank
Aceh Syariah, dan Bank NTB Syariah.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan cara untuk memperoleh
75
data pada tempat penelitian yang diperoleh melalui buku-buku, peraturan-
peraturan, atau laporan relevan yang ada pada objek penelitian. Data yang
diperoleh biasanya data sekunder. Dalam hal ini, data penelitian diperoleh dari
laporan keuangan triwulanan yang dipublikasi melalui website resmi bank
yang menjadi sampel dalam penelitian ini yakni Bank BJB Syariah, Bank
Aceh Syariah, dan Bank NTB Syariah.
Selain itu, peneliti juga melakukan studi kepustakaan (library research).
Studi kepustakaan bertujuan untuk memperoleh konsep dan landasan teori
dengan mengumpulkan dan membaca beberapa literatur berupa buku, jurnal
ilmiah, artikel, dan sejenisnya yang berkaitan dengan aspek yang diteliti dalam
penelitian ini.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian komparatif ini menggunakan
analisis statistik. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua tahap
yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial.
Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan bagaimana cara
mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau mengurai data sehingga
mudah dipahami (Siregar, 2017: 2). Salah satu cara yang dapat digunakan
dalam mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau mengurai data
yaitu dengan menentukan ukuran data seperti nilai terendah (minimum), nilai
tertinggi (maximum), dan nilai rata-rata (mean).
Statistik inferensial adalah serangkaian teknik yang digunakan untuk
menguji, menaksir, dan mengambil kesimpulan berdasarkan data yang
76
diperoleh dari sampel untuk menggambarkan karakteristik atau ciri dari suatu
populasi (Siregar, 2017: 2). Dalam praktiknya metode statistik inferensial itu
cukup beragam dan salah satu kriteria penting dalam pemilihan metode
statistik yang akan digunakan adalah melihat distribusi sebuah data. Jika data
variabel yang diuji berdistribusi normal maka data variabel tersebut dapat
dilakukan pengambilan keputusan dengan menggunakan metode statistik
parametrik. Namun jika data variabel tidak berdistribusi normal maka data
variabel tersebut tidak dapat dilakukan pengambilan keputusan dengan
menggunakan metode parametrik, melainkan menggunakan metode
nonparametrik (Santoso, 2018: 264). Statistik inferensial dalam penelitian ini
menggunakan analisis parametrik dengan uji Independent Samples T Test dan
analisis nonparametrik dengan uji Mann-Whitney Test dengan menggunakan
aplikasi IBM SPSS Statistics versi 22.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan bagaimana
cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau mengurai data
sehingga mudah dipahami (Siregar, 2017: 2). Statistik deskriptif dalam
penelitian ini menyajikan nilai terendah (minimum), nilai tertinggi
(maximum), dan nilai rata-rata (mean) dari masing-masing rasio keuangan
yang diujikan sebagai variabel penelitian yaitu CAR, NPF, ROA, NI,
BOPO, dan FDR yang dimiliki oleh BPD Syariah yang menjadi sampel
dalam penelitian ini selama periode triwulan IV tahun 2018 sampai dengan
triwulan I tahun 2020.
77
Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini akan memberikan
gambaran mengenai kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD
Syariah hasil konversi. Perbandingan kinerja keuangan antara BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ini akan terlihat
pada nilai rata-rata (mean) dari masing-masing rasio keuangan sebagai
indikator kinerja keuangan. Namun nilai rata-rata (mean) tersebut belum
dapat digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Oleh karena
itu diperlukan uji beda lebih lanjut dengan cara menyesuaikan distribusi
datanya.
2. Uji Normalitas Data
Pengujian asumsi distribusi normal bertujuan untuk mempelajari
apakah distribusi sampel yang terpilih berasal dari sebuah distribusi
populasi normal atau tak normal (Kadir, 2016: 143). Penggunaan statistika
inferensial terutama statistika parametrik mensyaratkan atau
mengasumsikan data berdistribusi normal. Oleh karena itu, analisis tentang
distribusi normal merupakan analisis pendahuluan dan menjadi prasyarat
apakah suatu teknik analisis statistika dapat digunakan untuk menguji
hipotesis. Jika seandainya dari hasil analisis ternyata data tidak
berdistribusi normal, dapat digunakan beberapa teknik analisis statistika
nonparametrik sebagai alternatif (Kadir, 2016: 144).
Uji normalitas data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Menurut Kadir (2016: 147) perumusan
78
hipotesis dalam pengujian normalitas data hasil penelitian dengan uji
Kolmogrov-Smirnov yaitu sebagai berikut:
H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.
Ha : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal.
Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas data yaitu:
a. Jika nilai asymp. sig. atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
sehingga data berdistribusi normal.
b. Jika nilai asymp. sig. atau probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
sehingga data tidak berdistribusi normal.
Jika dari hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test diketahui bahwa data berdistribusi
normal maka akan dilanjutkan pengujian hipotesis dengan menggunakan
analisis parametrik dengan uji Independent Samples T Test. Namun jika
hasil uji normalitas data diketahui bahwa data tidak berdistribusi normal
maka akan dilanjutkan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis
nonparametrik dengan uji Mann-Whitney Test.
3. Uji Independent Samples T Test
Santoso (2018: 273) menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan uji dua
sampel adalah ingin mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata (mean)
antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua sampelnya. Jadi, uji
Independent Sample T-Test merupakan analisis parametrik yang
digunakan untuk menguji apakah dua sampel yang independen atau tidak
berhubungan ini memiliki nilai rata-rata yang berbeda secara signifikan.
79
Uji t dua sampel dilakukan dalam dua tahapan. Tahap pertama adalah
menguji sama atau tidaknya varians dari dua populasi. Setelah itu, baru
dapat dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan rata-rata
populasi. Pada dasarnya uji t mensyaratkan adanya kesamaan varians dari
dua populasi yang diuji, namun jika asumsi tersebut tidak terpenuhi maka
SPSS akan menyediakan alternatif jawaban uji t yang lain (Santoso,
2018:_277).
Untuk mengetahui apakah ada kesamaan varians pada kedua populasi,
maka dapat dilakukan melaui uji F yang nilainya dapat dilihat pada
Levene’s test for Equality Variances pada hasil uji Independent Samples T
Test. Adapun hipotesis untuk pengujian varians yaitu sebagai berikut:
H0 : Kedua varians populasi adalah sama.
Ha : Kedua varians populasi adalah tidak sama.
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai sig. atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima sehingga
kedua varians sama.
b. Jika nilai sig. atau probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak sehingga kedua
varians tidak sama.
Jika kedua varians sama maka menggunakan dasar equal variance
assumed (diasumsikan kedua varian sama) untuk t hitung. Namun jika
kedua varians tidak sama maka menggunakan dasar equal variance not
assumed (diasumsikan kedua varians tidak sama) untuk t hitung.
80
Setelah uji asumsi kesamaan varians selesai, selanjutnya dilakukan
analisis dengan menggunakan uji t untuk mengetahui apakah rata-rata
kedua populasi berbeda secara signifikan. Adapun hipotesis uji
Independent Samples T Test dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari
suatu rasio keuangan.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari
suatu rasio keuangan.
Dasar pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:
a. Jika nilai sig. atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
b. Jika nilai sig. atau probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
4. Uji Mann-Whitney Test
Uji Mann-Whitney digunakan untuk menguji perbedaan dua sampel
bebas (independent). Uji Mann-Whitney (U) adalah uji nonparametrik
yang tergolong kuat sebagai pengganti uji t. Jika dalam statistik uji t
menguji parameter perbedaan dua rata-rata sampel yang asumsi distribusi
populasinya harus normal dan variansnya harus homogen, maka pada uji
Mann-Whitney asumsi normalitas dan homogenitas tidak diperlukan yang
penting level pengukurannya minimal ordinal dan variabel yang akan diuji
merupakan variabel kontinu (Kadir, 2016: 489).
81
Hipotesis yang digunakan pada uji Mann-Whitney Test dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari
suatu rasio keuangan.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari
suatu rasio keuangan.
Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika nilai sig. atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
b. Jika nilai sig. atau probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
F. Definisi Operasional Variabel
Definisi variabel menurut Sugiyono (2014: 95) adalah sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
Tabel.3.3.Definisi Operasional Variabel
No. Variabel Definisi
Operasional Pengukuran Variabel
Skala
Ukur
1. Capital
Adequacy
Ratio
Rasio yang
digunakan untuk
mengukur
Modal
Aset Tertimbang
Menurut Risiko (ATMR)
x 100%
Rasio
82
(CAR) kecukupan modal
yang dimiliki oleh
suatu bank dalam
menunjang aset bank
tersebut yang
mengandung risiko.
2. Non
Performing
Financing
(NPF)
Rasio yang
digunakan untuk
mengukur tingkat
pembiayaan
bermasalah yang
dihadapi oleh suatu
bank syariah.
Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan x 100%
Rasio
3. Return On
Asset
(ROA)
Rasio yang
digunakan untuk
mengukur
kemampuan suatu
bank dalam
menghasilkan laba
dari aset yang
dimiliki oleh bank
tersebut.
Laba Sebelum Pajak
Rata-rata Total Aset x 100%
Rasio
83
4. Net
Imbalan
(NI)
Rasio yang
digunakan untuk
mengukur
pendapatan bagi
hasil bersih yang
mampu dihasilkan
dari aktiva produktif
yang dimiliki oleh
bank syariah
tersebut.
Pendapatan Penyaluran Dana
Setelah Bagi Hasil –
(Imbalan dan Bonus)
Rata-rata Total Aktiva Produktif
x 100%
Rasio
5. Biaya
Operasiona
l terhadap
Pendapatan
Operasiona
l (BOPO)
Rasio yang
digunakan untuk
mengukur tingkat
efisiensi pada suatu
bank dan
kemampuan
manajemen bank
tersebut dalam
mengendalikan biaya
operasional terhadap
pendapatan
operasional.
Beban Operasional
Pendapatan Operasional x 100%
Rasio
84
6. Financing
to Deposit
Ratio
(FDR)
Rasio yang
digunakan untuk
mengukur tingkat
likuiditas pada bank
syariah dengan
membandingkan
total pembiayaan
yang disalurkan oleh
bank syariah
terhadap total dana
pihak ketiga.
Total Pembiayaan
Total Dana Pihak Ketiga x 100%
Rasio
85
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Bank BJB Syariah
Pendirian Bank BJB Syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit
Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk pada 20 Mei 2000. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh
keinginannya untuk menggunakan jasa perbankan syariah. (2020)
Setelah sepuluh tahun operasional Divisi/Unit Usaha syariah,
manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk
berpandangan perlu untuk mempercepat pertumbuhan usaha syariah dan
mendukung program Bank Indonesia yang menghendaki peningkatan
market share perbankan syariah. Oleh karena itu, dengan persetujuan
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Barat dan Banten Tbk memutuskan untuk menjadikan Divisi/Unit
Usaha Syariah menjadi Bank Umum Syariah. (2020)
Sebagai tindak lanjut keputusan RUPS tersebut maka pada 15 Januari
2010 didirikan Bank BJB Syariah. Bank tersebut didirikan berdasarkan
Akta Pendirian Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi dan
disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor AHU.04317.AH.01.01 tanggal 26 Januari 2010. Pada saat
86
pendirian tersebut, Bank BJB Syariah memiliki modal disetor sebesar
Rp500.000.000.000 dengan komposisi Pemegang saham PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk sebesar
Rp495.000.000.000 dan PT Banten Global Development sebesar
Rp5.000.000.000. (2020)
Surat Izin Usaha Nomor 12/629/DPbS diperoleh dari Bank Indonesia
pada 30 April 2010. Setelah itu, pada 6 Mei 2010 Bank BJB Syariah
memulai usahanya dengan terlebih dahulu dilaksanakan cut off dari
Divisi/Unit Usaha Syariah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten, Tbk yang menjadi cikal bakal Bank BJB syariah. (2020)
Berkat komitmen yang kuat dari Pemegang saham Bank BJB Syariah
maka dilakukan penambahan modal disetor pada 21 Juni 2011. PT Banten
Global Development menambahkan modal disetor sebesar
Rp7.000.000.000 sehingga total modal disetor Bank BJB Syariah menjadi
Rp507.000.000.000 dengan komposisi Pemegang saham PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk sebesar
Rp495.000.000.000 dan PT Banten Global Development sebesar
Rp.12.000.000.000. Langkah ini berdasarkan Akta Nomor 10
tentang penambahan modal disetor yang dibuat oleh Notaris Popy Kuntari
Sutresna dan disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Nomor AHU-AH.01.10-23713 tanggal 25 Juli 2011. (Bank BJB Syariah, 2020)
Pada 28 November 2018 berdasarkan Akta Nomor 080 perihal
Pelaksanaan Putusan Rapat Umum Pemegang Saham Lainnya Tahun 2018
87
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk dan PT
Banten Global Development selaku Pemegang saham kembali
menambahkan modal disetor. Total modal disetor Bank BJB Syariah
menjadi Rp1.510.890.123.995 dengan komposisi Pemegang saham PT
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk sebesar
Rp1.496.890.123.995 dan PT Banten Global Development sebesar
Rp14.000.000.000.
Akta Pendirian Bank BJB Syariah telah beberapa kali diubah dan
terakhir diubah dengan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham
Lainnya PT Bank Jabar Banten Syariah Nomor 080 tanggal 28 November
2018 yang dibuat di hadapan Notaris R. Tendy Suwarman, S.H. dan
disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor AHU-AH-01.03-0280781. Hal ini merupakan tindak lanjut
keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT Bank Pembangunan Daerah
Jawa Barat dan Banten selaku Pemegang Saham Pengendali. (Bank BJB Syariah, 2020)
Kantor Pusat Bank BJB Syariah berlokasi di Jalan Braga nomor 135
kota Bandung. Hingga akhir tahun 2019 Bank BJB Syariah memiliki
delapan Kantor Cabang, lima puluh lima Kantor Cabang Pembantu, dua
Kantor Kas, tiga Mobil Kas Keliling, empat Payment Point dan delapan
puluh dua Anjungan Tunai Mandiri (ATM) yang tersebar di Provinsi Jawa
Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Selain itu, Bank BJB Syariah juga
memiliki jaringan ATM Bersama yang tersebar di seluruh Indonesia.
(Bank BJB Syariah, 2020: 46-49).
88
Adapun perkembangan total aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan
yang disalurkan yang dimiliki oleh Bank BJB Syariah selama periode
triwulan IV tahun 2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 yaitu sebagai
berikut:
Tabel.4.1.Perkembangan Total Aset, DPK, dan PYD pada Bank BJB
Syariah Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020
Periode Total Aset
(dalam jutaan)
DPK
(dalam jutaan)
PYD
(dalam jutaan)
Triwulan IV Tahun 2018 Rp6.741.449 Rp5.182.147 Rp4.658.962
Triwulan I Tahun 2019 Rp6.636.490 Rp5.132.079 Rp4.818.063
Triwulan II Tahun 2019 Rp7.003.253 Rp5.524.338 Rp5.043.256
Triwulan III Tahun 2019 Rp7.321.301 Rp5.674.166 Rp5.213.008
Triwulan IV Tahun 2019 Rp7.723.202 Rp5.788.150 Rp5.415.364
Triwulan I Tahun 2020 Rp7.330.677 Rp5.593.292 Rp5.386.519
Sumber: Laporan Triwulanan Bank BJB Syariah (Data diolah, 2020) (2020)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa selama periode triwulan IV tahun 2018
sampai dengan triwulan I tahun 2020 secara umum total aset, dana pihak
ketiga, dan pembiayaan yang disalurkan yang dimiliki oleh Bank BJB
Syariah mengalami fluktuatif. Adapun hingga periode triwulan I tahun
2020 tercatat Bank BJB Syariah memiliki total aset mencapai Rp7,33
triliun, dana pihak ketiga mencapai Rp5,59 triliun dan pembiayaan yang
disalurkan mencapai Rp5,38 triliun.
2. Bank Aceh Syariah
Bank milik Pemerintah Daerah di Aceh didirikan atas prakarsa Dewan
Pemerintah Daerah Peralihan Provinsi Atjeh (sekarang disebut Pemerintah
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam). Setelah itu, persetujuan Dewan
89
Perwakilan Rakyat Daerah Peralihan Provinsi Aceh di Kutaraja (sekarang
Banda Aceh) pun didapatkan dengan Surat Keputusan Nomor 7/DPRD/5
tanggal 7 September 1957. Beberapa orang yang mewakili Pemerintah
Daerah menghadap Mula Pangihutan Tamboenan, wakil Notaris di
Kutaraja, untuk mendirikan suatu Bank dalam bentuk Perseroan Terbatas
yang bernama “PT Bank Kesejahteraan Atjeh, NV” dengan modal dasar
sebesar Rp25.000.000. (Bank Aceh Syariah, 2020)
Perubahan Akta dilakukan beberapa kali. Setelah itu, pada 2 Februari
1960 diperoleh izin pendirian dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 12096/BUM/II dan peengesahan bentuk hukum dengan Surat
Keputusan Menteri Kehakiman Nomor J.A.5/22/9 tanggal 18 Maret 1960.
PT Bank Kesejahteraan Aceh NV pada saat itu dipimpin oleh Teuku
Djafar sebagai Direktur dan Komisaris terdiri atas Teuku Soelaiman
Polem, Abdullah Bin Mohammad Hoesin dan Moehammad Sanusi.
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1962 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembangunan Daerah, semua Bank
milik Pemerintah Daerah yang sudah berdiri sebelumnya harus
menyesuaikan diri dengan UU tersebut. (Bank Aceh Syariah, 2020)
Untuk memenuhi ketentuan tersebut maka pada tahun 1963
Pemerintah Daerah Provinsi Daerah Istimewa Aceh membuat Peraturan
Daerah Nomor 12 Tahun 1963 sebagai landasan hukum berdirinya Bank
Pembangunan Daerah Istimewa Aceh. Dalam Peraturan Daerah (Perda)
tersebut ditegaskan bahwa maksud pendirian Bank Pembangunan Daerah
90
Istimewa Aceh adalah untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan
usaha-usaha pembangunan daerah dalam rangka pembangunan nasional
semesta berencana. (Bank Aceh Syariah, 2020)
Pada 7 April 1973 Gubernur Kepala Daerah Istimewa Aceh
mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 54/1973 tentang Penetapan
Pelaksanaan Pengalihan PT Bank Kesejahteraan Aceh NV menjadi Bank
Pembangunan Daerah Istimewa Aceh. Pada 6 Agustus 1973 secara resmi
peralihan status tersebut dilakukan baik dalam bentuk hukum, hak dan
kewajiban, dan sebagainya. Pada tanggal tersebut pun dianggap
sebagai hari lahirnya Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh. (2020)
Pemerintah Daerah telah melakukan beberapa kali perubahan Perda
untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas kepada Bank
Pembangunan Daerah Istimewa Aceh, yaitu mulai dari Perda Nomor 10
Tahun 1974, Perda Nomor 6 Tahun 1978, Perda Nomor 5 Tahun 1982,
Perda Nomor 8 Tahun 1988, Perda Nomor 3 Tahun 1993 dan terakhir
Perda Nomor 2 Tahun 1999 tanggal 2 Maret 1999 tentang Perubahan
Bentuk Badan Hukum Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh
menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh. Perda Nomor 2
Tahun 1999 tersebut pun telah disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 584.21.343 tanggal 31 Desember 1999. (2020)
Perubahan bentuk badan hukum dari Perusahaan Daerah menjadi
Perseroan Terbatas dilatarbelakangi keikutsertaan Bank Pembangunan
Daerah Istimewa Aceh dalam program rekapitalisasi, berupa peningkatan
91
permodalan bank yang ditetapkan melalui Keputusan Bersama Menteri
Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia Nomor 53/KMK.017/1999 dan
Nomor 31/12/KEP/GBI tanggal 8 Februari 1999 tentang Pelaksanaan
Program Rekapitalisasi Bank Umum. Kemudian keputusan tersebut
ditindaklanjuti dengan penandatanganan Perjanjian Rekapitalisasi antara
Pemerintah Republik Indonesia, Bank Indonesia, dan PT Bank BPD Aceh
di Jakarta pada tanggal 7 Mei 1999. (Bank Aceh Syariah, 2020)
Perubahan bentuk badan hukum menjadi Perseroan Terbatas
ditetapkan dengan Akta Notaris Husni Usman, S.H. Nomor 55 tanggal 21
April 1999 dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Istimewa Aceh
disingkat PT Bank BPD Aceh. Perubahan tersebut telah disahkan oleh
Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan Nomor C-8260
HT.01.01.TH.99 tanggal 6 Mei 1999. Dalam Akta Pendirian Perseroan
ditetapkan modal dasar PT Bank BPD Aceh sebesar Rp150 miliar. (2020)
Sesuai dengan Akta Notaris Husni Usman, S.H. Nomor 42 tanggal 30
Agustus 2003, modal dasar ditempatkan PT Bank BPD Aceh ditambah
menjadi Rp500 miliar. Kemudian sesuai Pernyataan Keputusan Rapat
Umum Pemegang Saham pada 15 Desember 2008 berdasarkan Akta
Nomor 10 tentang peningkatan modal dasar Perseroan yang dibuat oleh
Notaris Husni Usman maka PT Bank BPD Aceh kembali meningkatkan
modal dasar menjadi Rp1.500.000.000.000 dan melakukan perubahan
nama Perseroan menjadi PT Bank Aceh. Perubahan tersebut disahkan
dengan Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-
92
44411.AH.01.02 tanggal 9 September 2009. Perubahan nama menjadi PT
Bank Aceh juga telah disahkan dengan Keputusan Gubernur Bank
Indonesia Nomor 12/61/KEP.GBI/2010 tanggal 29 September 2010. (2020)
Bank menambahkan aktivitas perbankan syariah dalam aktivitas
komersialnya dengan membentuk Unit Usaha Syariah setelah diperoleh
izin pembukaan Kantor Cabang Syariah dengan diterimanya Surat Bank
Indonesia Nomor 6/4/Dpb/BNA tanggal 19 Oktober 2004. Kemudian pada
5 November 2004 secara resmi bank mulai melakukan kegiatan
operasional berdasarkan prinsip syariah tersebut. (2020)
Sejarah baru mulai diukir oleh Bank Aceh melalui hasil Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 25 Mei 2015 memutuskan
bahwa Bank Aceh melakukan perubahan kegiatan usaha dari sistem
konvensional menjadi sistem syariah seluruhnya. Setelah itu, proses
konversi pun dimulai dengan tim konversi Bank Aceh dengan diawasi oleh
OJK. Setelah melalui berbagai tahapan dan proses perizinan yang
disyaratkan oleh OJK akhirnya Bank Aceh mendapatkan izin operasional
konversi dari Dewan Komisioner OJK Pusat untuk perubahan kegiatan
usaha dari sistem konvensional ke sistem syariah secara menyeluruh. (2020)
Izin operasional konversi tersebut ditetapkan berdasarkan Keputusan
Dewan Komisioner OJK Nomor KEP-44/D.03/2016 tanggal 1 September
2016 Perihal Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum
Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah PT Bank Aceh Syariah yang
diserahkan langsung oleh Dewan Komisioner OJK kepada Gubernur
93
Aceh Zaini Abdullah melalui Kepala OJK Provinsi Aceh Ahmad Wijaya
Putra di Banda Aceh. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku bahwa
kegiatan operasional Bank Aceh Syariah dapat dilaksanakan setelah
diumumkan kepada masyarakat selambat-lambatnya sepuluh hari dari
pemberian izin usaha. Perubahan sistem operasional dilaksanakan pada 19
September 2016 secara serentak pada seluruh jaringan kantor Bank Aceh
Syariah. Sejak tanggal tersebut juga Bank Aceh Syariah telah dapat
melayani seluruh nasabah dan masyarakat dengan sistem syariah murni
mengutip Ketentuan PBI Nomor 11/15/PBI/2009. (Bank Aceh Syariah, 2020)
Konversi Bank Aceh menjadi Bank Aceh Syariah diharapkan dapat
membawa dampak positif pada seluruh aspek kehidupan ekonomi dan
sosial masyarakat. Dengan menjadi Bank Umum Syariah, Bank Aceh
Syariah bisa menjadi salah satu titik episentrum pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan daerah yang lebih optimal. (Bank Aceh Syariah, 2020)
Kantor Pusat Bank Aceh Syariah berlokasi di Jalan Mr. Mohd. Hasan
nomor 89 Batoh Banda Aceh. Hingga akhir tahun 2019 Bank Aceh
memiliki satu Kantor Pusat, dua puluh enam Kantor Cabang, sembilan
puluh Kantor Cabang Pembantu, dua puluh tujuh Kantor Kas, delapan
belas Payment Point, dua belas Mobil Kas Keliling, dan 295 ATM yang
tersebar dalam wilayah Provinsi Aceh dan kota Medan (Bank Aceh
Syariah, 2020: 67-70).
Adapun perkembangan total aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan
yang disalurkan yang dimiliki oleh Bank Aceh Syariah selama periode
94
triwulan IV tahun 2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 yaitu sebagai
berikut:
Tabel.4.2.Perkembangan Total Aset, DPK, dan PYD pada Bank Aceh
Syariah Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020
Periode Total Aset
(dalam jutaan) DPK
(dalam jutaan) PYD
(dalam jutaan)
Triwulan IV Tahun 2018 Rp23.095.159 Rp18.389.948 Rp13.236.773
Triwulan I Tahun 2019 Rp22.669.529 Rp19.493.518 Rp13.127.542
Triwulan II Tahun 2019 Rp26.118.327 Rp23.118.627 Rp13.186.152
Triwulan III Tahun 2019 Rp22.247.758 Rp19.084.053 Rp13.612.781
Triwulan IV Tahun 2019 Rp25.121.063 Rp20.924.597 Rp14.363.251
Triwulan I Tahun 2020 Rp22.989.667 Rp19.524.212 Rp14.402.038
Sumber: Laporan Triwulanan Bank Aceh Syariah (Data diolah, 2020)
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa selama periode triwulan IV tahun 2018
sampai dengan triwulan I tahun 2020 total aset dan dana pihak ketiga pada
Bank Aceh Syariah mengalami fluktuatif sedangkan pembiayaan yang
disalurkan secara umum mengalami peningkatan yang signifikan. Hanya
saja pembiayaan yang disalurkan pada periode triwulan I tahun 2019
sempat mengalami penurunan namun tidak signifikan. Hingga periode
triwulan I tahun 2020 tercatat Bank Aceh Syariah memiliki total aset
mencapai Rp22,98 triliun, dana pihak ketiga mencapai Rp19,52 triliun,
dan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp14,40 triliun.
3. Bank NTB Syariah
Bank NTB Syariah pertama kali didirikan sebagai Bank Pembangunan
Daerah Nusa Tenggara Barat (BPD NTB). BPD NTB merupakan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah
95
Provinsi Nusa Tenggara Barat bersama-sama dengan Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Kota se-Nusa Tenggara Barat dengan tujuan
untuk mengelola keuangan daerah, membantu dan mendorong
pertumbuhan perekonomian, dan pemerataan pembangunan daerah Nusa
Tenggara Barat. Inisiasi pendirian didasarkan kepada Peraturan Daerah
Nomor 6 Tahun 1963 dengan nama Bank Pembangunan Daerah Nusa
Tenggara Barat yang berbentuk Perusahaan Daerah dengan modal pertama
kali ditetapkan sebesar Rp60.000.000 dan mulai beroperasi pada tanggal 5
Juli 1964 di bidang perbankan konvensional. (Bank NTB Syariah, 2020)
Seiring dengan perkembangan usaha dan perubahan regulasi tentang
BUMD yang bergerak di bidang perbankan, BPD NTB melakukan
beberapa langkah strategis sebagai upaya untuk meningkatkan peran serta
dalam pembangunan perekonomian daerah, memperkuat daya saing,
memperluas wilayah usaha Bank dan layanan kepada Nasabah, serta
mengantisipasi perkembangan ekonomi nasional maupun global. BPD
NTB menambahkan modal dasar menjadi Rp6.000.000.000 sesuai Perda
Nomor 8 tahun 1984 tanggal 20 Oktober 1984 dan disahkan dengan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 584.62-546 tanggal 18 Juni
1985. Kemudian, BPD NTB melakukan penyesuaian status dari Bank
Pembangunan Daerah menjadi Perusahaan Daerah sesuai Perda Provinsi
Nusa Tenggara Barat Nomor 01 Tahun 1993 sebagai tindak lanjut
diterbitkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992. (Bank NTB Syariah, 2020)
96
Bank melakukan perubahan bentuk hukum dari Perusahaan Daerah
menjadi Perseroan Terbatas BPD NTB dan peningkatan permodalan Bank
menjadi Rp100.000.000.000 sesuai Perda Provinsi Nusa Tenggara Barat
Nomor 7 tahun 1999 tanggal 15 Februari 1999, disahkan dalam lembaran
Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 05 tanggal 21 April 1999
dan dituangkan dalam Akta Pendirian Perseroan Terbatas di hadapan
Notaris Samsaimun, SH pengganti Abdullah, SH. Selain itu juga telah
mendapatkan pengesahkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor C.8225.HT.01.01 Th.99
tanggal 5 Mei 1999. (Bank NTB Syariah, 2020)
Bank NTB menambahkan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah dengan membentuk Unit Usaha Syariah. Hal tersebut dituangkan
dalam Akta Notaris Abdullah, SH Nomor 24 tanggal 20 Oktober 2004 dan
disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor C-27471.HT.01.04. TH.2004 tanggal 3 November 2004.
Selanjutnya pada tanggal 9 Mei 2005 mendapatkan izin pembukaan
Kantor Cabang Syariah yang pertama berlokasi di Kota Selong Kabupaten
Lombok Timur oleh Bank Indonesia melalui Surat Persetujuan Nomor
7/16/DPwB2/IDwB2/Mtr. (Bank NTB Syariah, 2020)
Bank NTB menambahkan modal dasar menjadi Rp250.000.000.000
sesuai Keputusan RUPS PT Bank NTB dalam Notulen Notariil Pernyataan
Keputusan Pemegang Saham PT Bank NTB yang ditanda tangani pada
tanggal 5 Februari 2008 di hadapan Notaris Fikry Said, S.H. dan
97
dituangkan dalam Akta Perubahan Anggaran Dasar Nomor 3 tanggal 3
Maret 2008 dibuat di hadapan Notaris Fikry Said, S.H. dan disahkan
dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Has Asasi Manusia Nomor
AHU-30716 AH.01.02 tahun 2008 tanggal 6 Juni 2008. (Bank NTB Syariah, 2020)
Bank NTB kembali menambahkan modal dasar menjadi
Rp1.000.000.000.000 untuk memenuhi kebijakan Bank Indonesia tentang
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) mengenai Ketentuan Pemenuhan
Modal Minimum Bank (Capital Requirement) hingga tahun 2010 sesuai
surat Pernyataan keputusan Pemegang Saham PT Bank Pembangunan
Daerah Nusa Tenggara Barat yang ditandatangani pada tanggal 5
Desember 2011 yang dituangkan dalam Akta Perubahan Anggaran Dasar
Nomor 53 tanggal 9 Desember 2011 dan disahkan dengan Surat
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-
01707.AH.01.02 tahun 2012 tanggal 11 Januari 2012. (Bank NTB Syariah, 2020)
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Bank
Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat pada 13 Juni Tahun 2016 dan
31 Oktober 2016 memutuskan bahwa bank akan melakukan konversi
menjadi bank umum syariah dengan nama Bank NTB Syariah dan
melakukan perubahan modal dasar menjadi Rp2.500.000.000.000. Hal
tersebut dituangkan dalam Akta Pernyataan Keputusan RUPS PT Bank
NTB Nomor 14 tanggal 30 November 2016 di hadapan Notaris dan
Pejabat Pembuat Akta Abdullah, SH dan disahkan dengan Surat
98
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor AHU-AH.01.03-0115452 tanggal 23 Januari 2017. (2020)
Konversi Bank NTB menjadi Bank NTB Syariah ditetapkan melalui
Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 08 Tahun 2018
tentang Konversi PT Bank NTB menjadi Bank NTB Syariah dan
dituangkan dalam Akta Perubahan Anggaran Dasar Nomor 5 tanggal 21
Agustus 2018 dan disahkan dengan Surat Keputusan Menteri Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor AHU-0017252.AH.01.02
tanggal 23 Agustus 2018. Izin operasional konversi tersebut ditetapkan
berdasarkan Keputusan Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa
Keuangan Nomor Kep-145/D.03/2018 tentang Pemberian Izin Perubahan
Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah
tanggal 4 September 2018. Bank NTB Syariah secara resmi melakukan
kegiatan operasional berdasarkan prinsip-prinsip syariah secara
menyeluruh pada 24 September 2018. (Bank NTB Syariah, 2020)
Pendirian Bank NTB Syariah diharapkan dapat memberikan semangat
lebih untuk dapat terus menyediakan layanan kepada masyarakat dalam
transaksi perbankan syariah dan dapat meningkatkan perekonomian daerah
di Nusa Tenggara Barat. Bank NTB Syariah memiliki visi yaitu menjadi
Bank Syariah yang amanah, terkemuka, dan pilihan masyarakat. Visi ini
akan diwujudkan oleh bank dengan memberikan solusi keuangan yang
menyeluruh kepada nasabah sehingga bank dapat menjadi partner
keuangan nasabah sepanjang masa dan mencapai nilai tambah yang
99
bermanfaat bagi seluruh stakeholder yaitu nasabah, investor, karyawan,
komunitas, dan industri keuangan. (2020)
Kantor Pusat Bank NTB Syariah berlokasi di Jalan Pejanggik nomor
30 Kota Mataram. Hingga akhir tahun 2019 Bank NTB Syariah memiliki
satu Kantor Pusat, dua belas Kantor Cabang, dua puluh satu Kantor
Cabang Pembantu, empat Kantor Kas, empat Payment Point, dua Mobil
Kas Keliling dan 200 ATM yang tersebar diseluruh wilayah Provinsi Nusa
Tenggara Barat (Bank NTB Syariah, 2020: 54-57).
Adapun perkembangan total aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan
yang disalurkan yang dimiliki oleh Bank NTB Syariah selama periode
triwulan IV tahun 2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 yaitu sebagai
berikut:
Tabel.4.3.Perkembangan Total Aset, DPK, dan PYD pada Bank NTB
Syariah Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020
Periode Total Aset
(dalam jutaan) DPK
(dalam jutaan)
PYD
(dalam jutaan)
Triwulan IV Tahun 2018 Rp7.038.647 Rp4.921.382 Rp4.868.692
Triwulan I Tahun 2019 Rp8.361.225 Rp6.686.340 Rp4.918.856
Triwulan II Tahun 2019 Rp8.207.733 Rp6.467.511 Rp5.072.380
Triwulan III Tahun 2019 Rp9.293.616 Rp7.542.001 Rp5.350.236
Triwulan IV Tahun 2019 Rp8.640.305 Rp6.816.359 Rp5.582.097
Triwulan I Tahun 2020 Rp9.884.780 Rp8.064.773 Rp5.667.087
Sumber: Laporan Triwulanan Bank NTB Syariah (Data diolah, 2020)
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa selama periode triwulan IV tahun 2018
sampai dengan triwulan I tahun 2020 total aset dan dana pihak ketiga pada
Bank NTB Syariah mengalami fluktuatif sedangkan pembiayaan yang
100
disalurkan mengalami peningkatan yang signifikan. Adapun hingga
periode triwulan I tahun 2020 tercatat Bank NTB Syariah memiliki total
aset mencapai Rp9,88 triliun, dana pihak ketiga mencapai Rp8,06 triliun,
dan pembiayaan yang disalurkan mencapai Rp5,66 triliun.
B. Temuan Hasil Penelitian
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan bagaimana
cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau mengurai data
sehingga mudah dipahami (Siregar, 2017: 2). Cara yang dapat digunakan
dalam mengurai data yaitu dengan menentukan ukuran data seperti nilai
terendah (minimum), nilai tertinggi (maximum), dan nilai rata-rata (mean).
Berikut adalah statistik deskriptif kinerja keuangan BPD Syariah hasil
spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan CAR,
NPF, ROA, NI, BOPO, dan FDR.
a. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
Dalam menjalankan fungsinya, bank diharuskan untuk menjaga
rasio kecukupan modal atau CAR. Rasio CAR diukur dengan
membandingkan modal yang dimiliki oleh bank terhadap aset
tertimbang menurut risiko. Semakin besar rasio CAR pada suatu bank
maka semakin baik kinerja keuangan bank tersebut ditinjau dari rasio
CAR. Hal ini berkaitan dengan kemampuan modal bank tersebut
dalam menunjang aset yang mengandung risiko dan pemenuhan
ketentuan KPMM yang berlaku. Adapun perkembangan CAR pada
101
BDP Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi selama
periode triwulan IV tahun 2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.4.4.CAR pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil
Konversi Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 16,43% 19,67% 35,42%
Triwulan I Tahun 2019 15,95% 20,74% 38,25%
Triwulan II Tahun 2019 16,30% 18,83% 34,42%
Triwulan III Tahun 2019 15,19% 19,14% 34,17%
Triwulan IV Tahun 2019 14,95% 18,90% 35,47%
Triwulan I Tahun 2020 15,68% 19,16% 35,64%
Nilai Terendah (Minimum) 14,95% 18,83%
Nilai Tertinggi (Maximum) 16,43% 38,25%
Nilai Rata-Rata (Mean) 15,75% 27,48%
Sumber : Data sekunder diolah (2020) (2020) (2020)
Dari tabel 4.4 dapat diketahui selama periode triwulan IV tahun
2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 nilai terendah CAR pada
BPD Syariah hasil spin-off sebesar 14,95% yang terjadi pada triwulan
IV tahun 2019, sedangkan pada BPD Syariah hasil konversi sebesar
18,83% yang terjadi pada triwulan II tahun 2019. Dari hal tersebut
dapat diketahui pula bahwa nilai terendah CAR pada BPD Syariah
hasil konversi lebih besar dibandingkan dengan BPD Syariah hasil
spin-off.
102
Nilai tertinggi CAR pada BPD Syariah hasil spin-off sebesar
16,43% yang terjadi pada triwulan IV tahun 2018, sedangkan pada
BPD Syariah hasil konversi sebesar 38,25% yang terjadi pada triwulan
I tahun 2019. Dari hal tersebut dapat diketahui pula bahwa nilai
tertinggi CAR pada BPD Syariah hasil konversi lebih besar
dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off.
BPD Syariah hasil spin-off memiliki nilai rata-rata CAR sebesar
15,75% dan BPD Syariah hasil konversi memiliki nilai rata-rata CAR
sebesar 27,48% artinya nilai rata-rata CAR pada BPD Syariah hasil
konversi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata CAR pada
BPD Syariah hasil spin-off. Semakin besar nilai CAR maka semakin
baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BPD Syariah hasil konversi
memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan BPD
Syariah hasil spin-off ditinjau dari rasio CAR.
b. Variabel Non Performing Financing (NPF)
Rasio NPF merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat pembiayaan bermasalah yang dihadapi oleh bank syariah yang
bersangkutan. Rasio NPF diukur dengan membandingkan pembiayaan
bermasalah dengan total pembiayaan yang dimiliki oleh bank syariah
tersebut. Semakin kecil rasio NPF pada suatu bank maka semakin baik
kinerja keuangan bank tersebut ditinjau dari rasio NPF. Adapun
perkembangan NPF pada BDP Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah
103
hasil konversi selama periode triwulan IV tahun 2018 sampai dengan
triwulan I tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel.4.5.NPF pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil
Konversi Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 4,58% 1,04% 1,63%
Triwulan I Tahun 2019 4,49% 1,96% 1,72%
Triwulan II Tahun 2019 3,87% 1,97% 1,69%
Triwulan III Tahun 2019 4,03% 1,94% 1,59%
Triwulan IV Tahun 2019 3,54% 1,29% 1,36%
Triwulan I Tahun 2020 3,91% 1,48% 1,43%
Nilai Terendah (Minimum) 3,54% 1,04%
Nilai Tertinggi (Maximum) 4,58% 1,97%
Nilai Rata-Rata (Mean) 4,07% 1,59%
Sumber : Data sekunder diolah (2020) (2020) (2020)
Dari tabel 4.5 dapat diketahui selama periode triwulan IV tahun
2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 nilai terendah NPF pada
BPD Syariah hasil spin-off sebesar 3,54% yang terjadi pada triwulan
IV tahun 2019, sedangkan pada BPD Syariah hasil konversi sebesar
1,04% yang terjadi pada triwulan IV tahun 2018. Dari hal tersebut
dapat diketahui pula bahwa nilai terendah NPF pada BPD Syariah hasil
konversi lebih kecil dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off.
Nilai tertinggi NPF pada BPD Syariah hasil spin-off sebesar 4,58%
yang terjadi pada triwulan IV tahun 2018, sedangkan pada BPD
Syariah hasil konversi sebesar 1,97% yang terjadi pada triwulan II
104
tahun 2019. Dari hal tersebut dapat diketahui pula bahwa nilai tertinggi
NPF pada BPD Syariah hasil konversi lebih kecil dibandingkan
dengan BPD Syariah hasil spin-off.
BPD Syariah hasil spin-off memiliki nilai rata-rata sebesar 4,07%
sedangkan nilai rata-rata pada BPD Syariah hasil konversi sebesar
1,59% artinya nilai rata-rata NPF pada BPD Syariah hasil konversi
lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata NPF pada BPD Syariah
hasil spin-off. Semakin kecil nilai NPF maka semakin baik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa BPD Syariah hasil konversi memiliki kinerja
keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan BPD Syariah hasil
spin-off ditinjau dari rasio NPF.
c. Variabel Return On Asset (ROA)
Rasio ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu bank dalam menghasilkan laba dari aset yang
dimiliki oleh bank tersebut. Rasio ROA diukur dengan
membandingkan laba sebelum pajak terhadap rata-rata total aset yang
dimiliki oleh bank tersebut. Semakin besar rasio ROA maka semakin
baik kinerja keuangan bank tersebut ditinjau dari rasio ROA. Adapun
perkembangan ROA pada BDP Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah
hasil konversi selama periode triwulan IV tahun 2018 sampai dengan
triwulan I tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut:
105
Tabel.4.6.ROA pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil
Konversi Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 0,54% 2,38% 1,92%
Triwulan I Tahun 2019 0,51% 1,71% 2,32%
Triwulan II Tahun 2019 0,45% 2,32% 2,39%
Triwulan III Tahun 2019 0,39% 2,36% 2,32%
Triwulan IV Tahun 2019 0,60% 2,33% 2,56%
Triwulan I Tahun 2020 0,47% 1,58% 1,79%
Nilai Terendah (Minimum) 0,39% 1,58%
Nilai Tertinggi (Maximum) 0,60% 2,56%
Nilai Rata-Rata (Mean) 0,49% 2,17%
Sumber : Data sekunder diolah (2020) (2020) (2020)
Dari tabel 4.6 dapat diketahui selama periode triwulan IV tahun
2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 nilai terendah ROA pada
BPD Syariah hasil spin-off sebesar 0,39% yang terjadi pada triwulan
III tahun 2019, sedangkan pada BPD Syariah hasil konversi sebesar
1,58% yang terjadi pada triwulan I tahun 2020. Dari hal tersebut dapat
diketahui pula bahwa nilai terendah ROA pada BPD Syariah hasil
konversi lebih besar dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off.
Nilai tertinggi ROA pada BPD Syariah hasil spin-off sebesar
0,60% yang terjadi pada triwulan IV tahun 2019, sedangkan pada BPD
Syariah hasil konversi sebesar 2,56% yang juga terjadi pada triwulan
IV tahun 2019. Dari hal tersebut dapat diketahui pula bahwa nilai
106
tertinggi ROA pada BPD Syariah hasil konversi lebih besar
dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off.
BPD Syariah hasil spin-off memiliki nilai rata-rata ROA sebesar
0,49% dan BPD Syariah hasil konversi memiliki nilai rata-rata ROA
sebesar 2,17% artinya nilai rata-rata ROA pada BPD Syariah hasil
konversi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata ROA pada
BPD Syariah hasil spin-off. Semakin besar nilai ROA maka semakin
baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa BPD Syariah hasil konversi
memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan BPD
Syariah hasil spin-off ditinjau dari rasio ROA.
d. Variabel Net Imbalan (NI)
Rasio NI merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur rentabilitas pada suatu bank syariah. Rasio NI merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur pendapatan bagi hasil bersih
yang mampu dihasilkan dari aktiva produktif yang dimiliki oleh bank
syariah tersebut. Rasio NI diukur dengan membandingkan pendapatan
penyaluran dana setelah bagi hasil dikurangi imbalan dan bonus
terhadap total aktiva produktif. Semakin besar rasio NI maka semakin
baik kinerja keuangan bank tersebut ditinjau dari rasio NI. Adapun
perkembangan NI pada BDP Syariah hasil spin-off maupun hasil
konversi selama periode triwulan IV tahun 2018 sampai dengan
triwulan I tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut:
107
Tabel.4.7.NI pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil Konversi
Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 5,36% 7,72% 6,61%
Triwulan I Tahun 2019 6,27% 7,67% 6,09%
Triwulan II Tahun 2019 6,08% 7,65% 5,96%
Triwulan III Tahun 2019 5,91% 7,79% 5,79%
Triwulan IV Tahun 2019 5,83% 7,72% 5,51%
Triwulan I Tahun 2020 5,47% 7,12% 4,19%
Nilai Terendah (Minimum) 5,36% 4,19%
Nilai Tertinggi (Maximum) 6,27% 7,79%
Nilai Rata-Rata (Mean) 5,82% 6,65%
Sumber : Data sekunder diolah (2020) (2020) (2020)
Dari tabel 4.7 dapat diketahui selama periode triwulan IV tahun
2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 nilai terendah NI pada BPD
Syariah hasil spin-off sebesar 5,36% yang terjadi pada triwulan IV
tahun 2018, sedangkan pada BPD Syariah hasil konversi sebesar
4,19% yang terjadi pada triwulan I tahun 2020. Dari hal tersebut dapat
diketahui pula bahwa nilai terendah NI pada BPD Syariah hasil
konversi lebih besar dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off.
Nilai tertinggi NI pada BPD Syariah hasil spin-off sebesar 6,27%
yang terjadi pada triwulan I tahun 2019, sedangkan pada BPD Syariah
hasil konversi sebesar 7,79% yang terjadi pada triwulan III tahun 2019.
Dari hal tersebut dapat diketahui pula bahwa nilai tertinggi NI pada
108
BPD Syariah hasil konversi lebih besar dibandingkan dengan BPD
Syariah hasil spin-off.
BPD Syariah hasil spin-off memiliki nilai rata-rata NI sebesar
5,82% dan BPD Syariah hasil konversi memiliki nilai rata-rata NI
sebesar 6,65% artinya nilai rata-rata NI pada BPD Syariah hasil
konversi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata NI pada BPD
Syariah hasil spin-off. Semakin besar nilai NI maka semakin baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa BPD Syariah hasil konversi
memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan BPD
Syariah hasil spin-off ditinjau dari rasio NI.
e. Variabel Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO)
Rasio BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi pada suatu bank dan kemampuan manajemen bank
tersebut dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Rasio BOPO diukur dengan membandingkan beban
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio
BOPO maka semakin baik kinerja keuangan bank tersebut ditinjau dari
rasio BOPO. Adapun perkembangan BOPO pada BDP Syariah hasil
spin-off dan BPD Syariah hasil konversi selama periode triwulan IV
tahun 2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 dapat dilihat pada
tabel berikut:
109
Tabel.4.8.BOPO pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil
Konversi Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 94,66% 79,09% 86,86%
Triwulan I Tahun 2019 95,04% 89,11% 83,67%
Triwulan II Tahun 2019 95,46% 83,51% 79,33%
Triwulan III Tahun 2019 95,97% 82,82% 79,62%
Triwulan IV Tahun 2019 93,93% 76,95% 76,83%
Triwulan I Tahun 2020 95,09% 84,12% 80,76%
Nilai Terendah (Minimum) 93,93% 76,83%
Nilai Tertinggi (Maximum) 95,97% 89,11%
Nilai Rata-Rata (Mean) 95,03% 81,89%
Sumber : Data sekunder diolah (2020) (2020) (2020)
Dari tabel 4.8 dapat diketahui selama periode triwulan IV tahun
2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 nilai terendah BOPO pada
BPD Syariah hasil spin-off sebesar 93,93% yang terjadi pada triwulan
IV tahun 2019, sedangkan pada BPD Syariah hasil konversi sebesar
76,83% yang juga terjadi pada triwulan IV tahun 2019. Dari hal
tersebut dapat diketahui pula bahwa nilai terendah BOPO pada BPD
Syariah hasil konversi lebih kecil dibandingkan dengan BPD Syariah
hasil spin-off.
Nilai tertinggi BOPO pada BPD Syariah hasil spin-off sebesar
95,97% yang terjadi pada triwulan III tahun 2019, sedangkan pada
BPD Syariah hasil konversi sebesar 89,11% yang terjadi pada triwulan
I tahun 2019. Dari hal tersebut dapat diketahui pula bahwa nilai
110
tertinggi BOPO pada BPD Syariah hasil konversi lebih kecil
dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off.
BPD Syariah hasil spin-off memiliki nilai rata-rata sebesar 95,03%
sedangkan nilai rata-rata pada BPD Syariah hasil konversi sebesar
81,89% artinya nilai rata-rata BOPO pada BPD Syariah hasil konversi
lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata BOPO pada BPD
Syariah hasil spin-off. Semakin kecil nilai BOPO maka semakin baik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa BPD Syariah hasil konversi
memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan BPD
Syariah hasil spin-off ditinjau dari rasio BOPO.
f. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio FDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas pada bank syariah dengan membandingkan total
pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap total dana pihak
ketiga. Semakin kecil rasio FDR maka menunjukkan semakin baik
tingkat likuiditas pada bank tersebut sehingga semakin baik kinerja
keuangan bank tersebut ditinjau dari rasio FDR. Adapun perkembangan
FDR pada BDP Syariah hasil spin-off maupun hasil konversi periode
triwulan IV tahun 2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 dapat
dilihat pada tabel berikut:
111
Tabel.4.9.FDR pada BPD Syariah Hasil Spin-off dan Hasil
Konversi Periode Triwulan IV 2018-Triwulan I 2020
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 89,85% 71,98% 98,93%
Triwulan I Tahun 2019 93,83% 67,34% 73,57%
Triwulan II Tahun 2019 91,25% 57,04% 78,43%
Triwulan III Tahun 2019 91,84% 71,33% 70,94%
Triwulan IV Tahun 2019 93,53% 68,64% 81,89%
Triwulan I Tahun 2020 96,29% 73,77% 70,27%
Nilai Terendah (Minimum) 89,85% 57,04%
Nilai Tertinggi (Maximum) 96,29% 98,93%
Nilai Rata-Rata (Mean) 92,77% 73,68%
Sumber : Data sekunder diolah (2020) (2020) (2020)
Dari tabel 4.9 dapat diketahui selama periode triwulan IV tahun
2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020 nilai terendah FDR pada
BPD Syariah hasil spin-off sebesar 89,85% yang terjadi pada triwulan
IV tahun 2018, sedangkan pada BPD Syariah hasil konversi sebesar
57,04% yang terjadi pada triwulan II tahun 2019. Dari hal tersebut
dapat diketahui pula bahwa nilai terendah FDR pada BPD Syariah
hasil konversi lebih kecil dibandingkan dengan BPD Syariah hasil
spin-off.
Nilai tertinggi FDR pada BPD Syariah hasil spin-off sebesar
96,29% yang terjadi pada triwulan I tahun 2020, sedangkan pada BPD
Syariah hasil konversi sebesar 98,93% yang terjadi pada triwulan IV
tahun 2018. Dari hal tersebut dapat diketahui pula bahwa nilai tertinggi
112
FDR pada BPD Syariah hasil spin-off lebih kecil dibandingkan dengan
BPD Syariah hasil konversi.
BPD Syariah hasil spin-off memiliki nilai rata-rata sebesar 92,77%
sedangkan nilai rata-rata pada BPD Syariah hasil konversi sebesar
73,68% artinya nilai rata-rata FDR pada BPD Syariah hasil konversi
lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata FDR pada BPD Syariah
hasil spin-off. Semakin kecil nilai FDR maka semakin baik tingkat
likuiditas pada bank syariah tersebut. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa BPD Syariah hasil konversi memiliki kinerja keuangan yang
lebih baik dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off ditinjau
dari rasio FDR.
2. Uji Normalitas Data
Sebelum melakukan pengujian hipotesis perlu dilakukan uji normalitas
data untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak berdistribusi
normal. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan tingkat signifikan 5%.
Adapun perumusan hipotesis dalam pengujian normalitas data dengan
One Sample Kolmogorov-Smirnov Test dalam penelitian ini adalah:
H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas data ini adalah:
a. Jika nilai asymp. sig. atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima
sehingga data berdistribusi normal.
113
b. Jika nilai asymp. sig. atau probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak
sehingga data tidak berdistribusi normal.
Berikut ini adalah hasil uji normalitas data dengan menggunakan One
Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada rasio CAR, NPF, ROA, NI, BOPO, dan
FDR.
Tabel.4.10.Hasil Uji Normalitas Data
Sumber: Output IBM SPSS Statistics
Dari hasil uji normalitas data pada tabel 4.10 dapat diketahui bahwa:
a. Pada variabel CAR diperoleh nilai asymp. sig. sebesar 0,000 atau
dapat ditulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,000 < 0,05 maka
H0 ditolak. Dengan demikian, data variabel CAR tidak berdistribusi
normal.
b. Pada variabel NPF diperoleh nilai asymp. sig. sebesar 0,000 atau dapat
ditulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,000 < 0,05 maka H0
ditolak. Dengan demikian, data variabel NPF tidak berdistribusi
normal.
CAR NPF ROA NI BOPO FDR
N 18 18 18 18 18 18
Normal
Parameters
Mean .235728 .024178 .016078 .063744 .862678 .800400
Std.
Deviation .0890654 .0124306 .0085216 .0103218 .0707901 .1232097
Most Extreme
Differences
Absolute .291 .307 .243 .170 .194 .195
Positive .291 .307 .215 .164 .175 .195
Negative -.216 -.156 -.243 -.170 -.194 -.176
Test Statistic .291 .307 .243 .170 .194 .195
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .184 .072 .070
114
c. Pada variabel ROA diperoleh nilai nilai asymp. sig. sebesar 0,006 atau
dapat ditulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,006 < 0,05 maka
H0 ditolak. Dengan demikian, data variabel ROA tidak berdistribusi
normal.
d. Pada variabel NI diperoleh nilai nilai asymp. sig. sebesar 0,184 atau
dapat ditulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,184 > 0,05 maka
H0 diterima. Dengan demikian, data variabel NI berdistribusi normal.
e. Pada variabel BOPO diperoleh nilai nilai asymp. sig. sebesar 0,072
atau dapat ditulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,072 > 0,05
maka H0 diterima. Dengan demikian, data variabel BOPO berdistribusi
normal.
f. Pada variabel FDR diperoleh nilai asymp. sig. sebesar 0,070 atau dapat
ditulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,070 > 0,05 maka H0
diterima. Dengan demikian, data variabel FDR berdistribusi normal.
Uji normalitas ini digunakan untuk menentukan metode uji beda yang
akan digunakan pada masing-masing variabel. Jika data berdistribusi
normal, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis
parametrik dengan uji Independent Samples T Test. Namun jika data tidak
berdistribusi normal, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan analisis nonparametrik dengan uji Mann-Whitney Test.
Pengujian tersebut digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak
berhubungan (independent) yaitu antara BPD Syariah hasil spin-off dan
BPD Syariah hasil konversi.
115
3. Uji Independent Samples T Test
Uji Independent Samples T Test dilakukan pada variabel-variabel rasio
keuangan yang dari hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa data
rasio keuangan tersebut berdistribusi normal. Dari hasil uji normalitas data
dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang telah dilakukan
sebelumnya dapat diketahui bahwa data variabel rasio keuangan yang
berdistribusi normal adalah variabel NI, BOPO, dan FDR.
Adapun perumusan hipotesis Independent Samples T Test dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari
suatu rasio keuangan.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari
suatu rasio keuangan.
Dasar pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:
a. Jika nilai sig. atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
b. Jika nilai sig. atau probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
Berikut ini adalah hasil uji Independent Samples T Test pada variabel
NI, BOPO, dan FDR.
116
Tabel.4.11.Hasil Uji Beda dengan Independent Samples T Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NI Equal variances
assumed 7.917 .012 -1.698 16 .109 -.0083167 .0048966 -.0186970 .0020637
Equal variances
not assumed -2.289 14.337 .038 -.0083167 .0036335 -.0160927 -.0005407
BOPO Equal variances
assumed 10.358 .005 8.264 16 .000 .1313583 .0158956 .0976611 .1650556
Equal variances
not assumed 11.577 12.397 .000 .1313583 .0113463 .1067245 .1559921
FDR Equal variances
assumed 2.202 .157 4.556 16 .000 .1908750 .0418960 .1020594 .2796906
Equal variances
not assumed 6.302 13.085 .000 .1908750 .0302899 .1254806 .2562694
Sumber : Output IBM SPSS Statistics
Berdasarkan uji beda variabel NI dengan Independent Samples T Test
pada tabel 4.11 dapat dilihat hasil dari Levene’s Test for Equality of
Variances diperoleh nilai F hitung = 7,917 dan nilai sig. atau probabilitas
= 0,012 < α = 0,05 yang berarti asumsi kedua varians tidak sama. Karena
hasil tersebut menyatakan asumsi kedua varians tidak sama maka
digunakan hasil t-test for equality means dengan asumsi kedua varians
tidak sama (equal variances not assumed) sehingga diperoleh nilai t hitung
= -2,289 dan nilai sig. atau probabilitas = 0,038 < α = 0,05 maka hipotesis
keempat (H04) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD Syariah
117
hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan
NI.
Berdasarkan uji beda variabel BOPO dengan Independent Samples T
Test pada tabel 4.11 dapat dilihat hasil dari Levene’s Test for Equality of
Variances diperoleh nilai F hitung = 10,358 dan nilai sig. atau probabilitas
= 0,005 < α = 0,05 yang berarti asumsi kedua varians tidak sama. Karena
hasil tersebut menyatakan asumsi kedua varians tidak sama maka
digunakan hasil t-test for equality means dengan asumsi kedua varians
tidak sama (equal variances not assumed) sehingga diperoleh nilai t hitung
= 11,577 dan nilai sig. atau probabilitas = 0,000 < α = 0,05 maka hipotesis
kelima (H05) ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-
off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan BOPO.
Berdasarkan uji beda variabel FDR dengan Independent Samples T
Test pada tabel 4.11 dapat dilihat hasil dari Levene’s Test for Equality of
Variances diperoleh nilai F hitung = 2,202 dan nilai sig. atau probabilitas
= 0,157 > α = 0,05 yang berarti asumsi kedua varians sama. Karena hasil
tersebut menyatakan bahwa asumsi kedua varians sama maka digunakan
hasil t-test for equality means dengan asumsi kedua varians sama (equal
variances assumed) sehingga diperoleh nilai t hitung = 4,556 dan nilai sig.
atau probabilitas = 0,000 < α = 0,05 maka hipotesis keenam (H06) ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
118
signifikan pada kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD
Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan FDR.
4. Uji Mann-Whitney Test
Uji Mann-Whitney Test dilakukan pada variabel-variabel rasio
keuangan yang dari hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa data
rasio keuangan tersebut tidak berdistribusi normal. Dari hasil uji
normalitas dengan One Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang telah
dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa data variabel rasio keuangan
yang tidak berdistribusi normal adalah variabel CAR, NPF, dan ROA.
Adapun perumusan hipotesis Mann-Whitney Test dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari
suatu rasio keuangan.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari
suatu rasio keuangan.
Dasar pengambilan keputusan yaitu sebagai berikut:
a. Jika nilai sig. atau probabilitas > 0,05 maka H0 diterima.
b. Jika nilai sig. atau probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak.
Berikut ini adalah hasil uji Mann-Whitney Test pada variabel CAR,
NPF, dan ROA.
119
Tabel.4.12.Hasil Uji Beda dengan Mann-Whitney Test
CAR NPF ROA
Mann-Whitney U .000 .000 .000
Wilcoxon W 21.000 78.000 21.000
Z -3.372 -3.372 -3.379
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .001 .001
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000 .000 .000
Sumber: Output IBM SPSS Statistics
Berdasarkan uji beda variabel CAR dengan Mann-Whitney Test pada
tabel 4.12 dapat diketahui nilai asymp. sig. atau probabilitas = 0,001 < α =
0,05 maka hipotesis kesatu (H01) ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja
keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi
ditinjau dari rasio keuangan CAR.
Berdasarkan uji beda variabel NPF dengan Mann-Whitney Test pada
tabel 4.12 dapat diketahui nilai asymp. sig. atau probabilitas = 0,001 < α =
0,05 maka hipotesis kedua (H02) ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja
keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi
ditinjau dari rasio keuangan NPF.
Berdasarkan uji beda variabel ROA dengan Mann-Whitney Test pada
tabel 4.12 dapat diketahui nilai asymp. sig. atau probabilitas = 0,001 < α =
0,05 maka hipotesis ketiga (H03) ditolak. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kinerja
keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi
ditinjau dari rasio keuangan ROA.
120
C. Pembahasan
1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD
Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan CAR. Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hisyam dan
Septiarini (2016: 872) yang menyatakan bahwa pada rasio CAR tidak
terdapat perbedaan kinerja keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan
non spin-off. Selain itu, hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan
penelitian Nasuha (2012: 257), Chotib dan Utami (2014: 106), dan Farida
(2017: 13) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kinerja pada
variabel CAR dari objek penelitiannya.
Berdasarkan teori, semakin besar nilai dari rasio CAR, maka semakin
baik kemampuan bank dalam mengatasi kemungkinan risiko kerugian,
sehingga semakin baik kinerja keuangan bank tersebut ditinjau dari rasio
CAR. Rasio CAR pada BPD Syariah hasil konversi lebih baik
dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off karena selama periode
pengamatan rasio CAR pada BPD Syariah hasil konversi memiliki nilai
rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-
off. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan dalam pengelolaan modal
yang dimiliki guna menghadapi kemungkinan risiko kerugian pada BPD
Syariah hasil konversi lebih baik dibandingkan dengan BPD Syariah hasil
spin-off. Meskipun demikian, rasio CAR pada BPD Syariah hasil spin-off
121
dan BPD Syariah hasil konversi dapat dikatakan baik karena lebih dari
batas minimum yang ditentukan oleh OJK yaitu sebesar 8 %.
2. Non Performing Financing (NPF)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD
Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan NPF. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Nasuha (2012: 255) dan Farida (2017: 13)
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan kinerja pada variabel NPF
dari objek penelitiannya. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Chotib dan Utami (2014: 106) yang menyatakan bahwa tidak
terdapat perbedaan kinerja pada variabel NPF dari objek penelitiannya.
Selain itu, penelitian ini juga tidak sejalan dengan Hisyam dan Septiarini
(2016: 872) yang menyatakan bahwa pada rasio NPF tidak terdapat
perbedaan kinerja keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan non
spin-off.
Berdasarkan teori, semakin kecil nilai dari rasio NPF maka semakin
baik kualitas pembiayaan yang dimiliki oleh bank syariah tersebut
sehingga semakin baik kinerja keuangan bank tersebut ditinjau dari rasio
NPF. Rasio NPF pada BPD Syariah hasil konversi lebih baik
dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off karena selama periode
pengamatan rasio NPF pada BPD Syariah hasil konversi memiliki nilai
rata-rata yang lebih kecil dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off.
Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas pembiayaan pada BPD Syariah
122
hasil konversi lebih baik dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off.
Mengacu pada ketentuan OJK, rasio NPF pada BPD Syariah hasil spin-off
dan BPD Syariah hasil konversi termasuk baik karena kurang dari 5%.
3. Return On Asset (ROA)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD
Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan ROA. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Kuncoro dan Yulianto (2018: 311) yang
menunjukkan adanya perbedaan kinerja keuangan yang dilihat dari rasio
ROA dari objek penelitiannya. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan Nasuha (2012:_257), Chotib dan Utami (2014: 106), dan Farida
(2017: 13) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kinerja pada
variabel CAR dari objek penelitiannya. Selain itu, hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hisyam dan Septiarini
(2016: 872) yang menyatakan bahwa pada rasio ROA tidak terdapat
perbedaan kinerja keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan non
spin-off.
Berdasarkan teori, semakin besar nilai dari rasio ROA maka semakin
baik tingkat keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut sehingga semakin
baik kinerja keuangan bank tersebut ditinjau dari rasio ROA. Rasio ROA
pada BPD Syariah hasil konversi lebih baik dibandingkan dengan BPD
Syariah hasil spin-off karena selama periode pengamatan rasio ROA pada
BPD Syariah hasil konversi memiliki nilai rata-rata yang lebih besar
123
dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off. Hal ini mengindikasikan
bahwa kemampuan BPD Syariah hasil konversi lebih baik dibandingkan
dengan BPD Syariah hasil spin-off dalam hal mengelola aset untuk
meningkatkan pendapatannya atau menekan biaya sehingga dapat
meningkatkan labanya.
4. Net Imbalan (NI)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD
Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan NI. Berdasarkan teori,
semakin besar nilai dari rasio NI maka semakin baik rentabilitas pada bank
syariah tersebut sehingga semakin baik kinerja keuangan bank tersebut
ditinjau dari rasio NI. Rasio NI pada BPD Syariah hasil konversi lebih
baik dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off karena selama
periode pengmatan rasio NI pada BPD Syariah hasil konversi memiliki
nilai rata-rata yang lebih besar dibandingkan dengan BPD Syariah hasil
spin-off. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan BPD Syariah hasil
konversi lebih baik dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off
dalam hal mengelola aktiva produktif untuk meningkatkan pendapatan
bagi hasil bersihnya.
5. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD
Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan BOPO. Hasil penelitian
124
ini sejalan dengan penelitian Farida (2017: 13) serta Kuncoro dan Yulianto
(2018: 311) yang menunjukkan adanya perbedaan kinerja keuangan yang
dilihat dari rasio BOPO dari objek penelitiannya. Namun hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hisyam dan
Septiarini (2016: 872) yang menyatakan bahwa pada rasio BOPO tidak
terdapat perbedaan kinerja keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan
non spin-off.
Berdasarkan teori, semakin kecil nilai dari rasio BOPO maka semakin
baik tingkat efisiensi bank tersebut sehingga semakin baik kinerja
keuangan bank tersebut ditinjau dari rasio BOPO. Rasio BOPO pada BPD
Syariah hasil konversi lebih baik dibandingkan dengan BPD Syariah hasil
spin-off karena selama periode pengamatan rasio BOPO pada BPD
Syariah hasil konversi memiliki nilai rata-rata yang lebih kecil
dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat efisiensi pada BPD Syariah hasil konversi lebih baik
dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off dalam hal pengendalian
beban operasional terhadap pendapatan operasional guna menjaga tingkat
efisiensi dalam kegiatan operasionalnya.
6. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD
Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan FDR. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Farida (2017: 13) serta Kuncoro dan Yulianto
125
(2018: 311) yang menunjukkan adanya perbedaan kinerja keuangan yang
dilihat dari rasio FDR dari objek penelitiannya. Namun hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan Nasuha (2012: 257) serta Chotib dan Utami
(2014:_106) yang menyatakan tidak terdapat perbedaan kinerja pada
variabel FDR dari objek penelitiannya. Selain itu, hasil penelitian ini juga
tidak sejalan dengan penelitian Hisyam dan Septiarini (2016: 872) yang
menyatakan bahwa pada rasio FDR tidak terdapat perbedaan kinerja
keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan non spin-off.
Berdasarkan teori, semakin kecil nilai dari rasio FDR maka semakin
baik tingkat likuiditas pada bank syariah tersebut sehingga semakin baik
kinerja keuangan bank tersebut ditinjau dari rasio FDR. Rasio FDR pada
BPD Syariah hasil konversi lebih baik dibandingkan dengan BPD Syariah
hasil spin-off karena selama periode pengamatan rasio FDR pada BPD
Syariah hasil konversi memiliki nilai rata-rata yang lebih kecil
dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off. Hal ini mengindikasikan
bahwa tingkat likuiditas pada BPD Syariah hasil konversi lebih baik
dibandingkan dengan BPD Syariah hasil spin-off dalam hal pengelolaan
pembiayaan dan dana pihak ketiga sehingga dapat menjaga tingkat
likuiditasnya.
126
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan BPD
Syariah hasil spin-off dan BPD Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio
keuangan CAR, NPF, ROA, NI, BOPO, dan FDR. Penelitian ini dilakukan
pada Bank BJB Syariah sebagai sampel BPD Syariah hasil spin-off sedangkan
Bank Aceh Syariah dan Bank NTB Syariah sebagai sampel BPD Syariah hasil
konversi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan
triwulanan yang dipublikasikan oleh masing-masing bank yang bersangkutan
selama periode triwulan IV tahun 2018 sampai dengan triwulan I tahun 2020.
Berdasarkan pemaparan temuan penelitian dan pembahasan pada bab
sebelumnya maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Dari hasil analisis nilai rata-rata (mean) menunjukkan bahwa kinerja
keuangan BPD Syariah hasil konversi lebih baik dibandingkan dengan
BPD Syariah hasil spin-off ditinjau dari rasio keuangan CAR, NPF, ROA,
NI, BOPO, dan FDR.
2. Dari hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan pada kinerja keuangan BPD Syariah hasil spin-off dan BPD
Syariah hasil konversi ditinjau dari rasio keuangan CAR, NPF, ROA, NI,
BOPO, dan FDR.
127
B. Saran
Setelah melakukan penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat yang
disampaikan oleh penulis yaitu sebagai berikut:
1. Bagi BPD yang memiliki UUS, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan atau kebijakan
selanjutnya apabila ingin melakukan spin-off atau konversi. Pilihan
melakukan konversi menurut penulis patut untuk dipertimbangkan.
Mengingat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan
BPD Syariah hasil konversi lebih baik dibandingkan dengan kinerja
keuangan BPD Syariah hasil spin-off.
2. Bagi BPD Syariah, baik hasil spin-off maupun hasil konversi disarankan
dapat melakukan sinergi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk dapat
memaksimalkan kinerja keuangan menjadi lebih baik lagi. Membangun
sinergi BUMD dilakukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
dalam kegiatan pembangunan daerah, meningkatkan daya saing, dan
kapabilitas dari bank tersebut, sehingga dapat meningkatkan pula kinerja
keuangan bank yang bersangkutan. Selain itu, untuk BPD Syariah hasil
spin-off juga dapat melakukan sinergi perbankan dengan bank induknya,
terlebih telah diberlakukannya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
28/POJK.03/2019 tentang Sinergi Perbankan dalam Satu Kepemilikan
untuk Pengembangan Perbankan Syariah.
128
3. Bagi industri perbankan syariah pada umumnya, yang juga dapat
dilakukan oleh UUS BPD dan BPD Syariah, untuk meningkatkan kinerja
keuangannya disarankan dapat melakukan hal-hal berikut:
a. Mengembangkan fasilitas maupun produk dan layanan digital banking.
Kemudian, melakukan ekspansi bisnis yang terukur kepada segmen
digital banking tersebut.
b. Melakukan kerja sama dengan start-up financial technology (fintech),
online marketplace, maupun komunitas pebisnis online terutama
penjual produk halal dari kalangan muslim dengan meyakinkan
penggunaan bank syariah dalam transaksi (simpanan maupun
pinjaman) untuk menyempurnakan kehalalannya agar lebih berkah.
c. Meningkatkan keterampilan sumber daya manusia seperti marketing
online skill, service online skill, dan sebagainya dengan mengadakan
pelatihan yang dapat dilakukan secara offline maupun online.
d. Mengakselerasi digitalisasi UMKM dan melakukan pengembangan
bersama UMKM melalui inovasi sosial.
e. Mengintegrasikan dan mengoptimalkan keuangan sosial syariah seperti
Zakat, Infaq, Sedekah, dan Wakaf (ZISWAF) ke dalam operasional
dalam rangka menyediakan sistem jaminan sosial berbasis masyarakat.
4. Bagi penelitian selanjutnya, disarankan dapat menambah variabel
penelitian, memperpanjang periode penelitian, dan menambah/
memperbaharui sampel penelitian agar hasil yang diperoleh lebih dapat
menjelaskan fenomena yang terjadi berkaitan dengan penelitian ini.
129
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, H. (2016). Financial Performance Islamic Banking Unit in Indonesia: A
Comparative Study Private Banks and Regional Development Banks.
International Journal of Economics Research, 13 (4), 1399-1409.
Agustin, P. T., & Darmawan, A. (2018). Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Kinerja Keuangan Bank Syariah (Studi pada Bank Umum Syariah yang
Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Tahun 2014-
2016). Jurnal Administrasi Bisnis, 64 (1), 102-108.
Al Arif, M. N. (2015). Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat
Efisiensi pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia. Jurnal Keuangan
dan Perbankan, 19 (2), 295-304.
Al Arif, M. N. (2017). Spin-off and Market Share in the Indonesian Islamic
Banking Industry: A Difference in Difference Analysis. Management &
Marketing. Challenges for the Knowledge Society, 12 (4), 540-550.
Al Arif, M. N., Haribowo, I., & Suherlan, A. (2018). Spin-off Policy and
Efficiency in the Indonesian Islamic Banking Industry. Banks and Bank
Systems, 13 (1), 1-10.
Al Kautsar, S., Indra, L., Wicaksono S, T. P., & Hanggraeni, D. (2019). Pengaruh
Konversi Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah terhadap Risiko
Kebangkrutan Studi Kasus pada Bank Aceh. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana, 8 (6), 550-566.
Assofia, H. (2019). Analisis Kinerja Keuangan Bank Aceh Setelah Konversi
Periode 2016-2018 Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
8/POJK.03/2014. At-Tawassuth: Jurnal Ekonomi Islam, 4 (1), 43-65.
Bachri, S., Suhadak, & Saifi, M. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Kinerja Keuangan Bank Syariah. Jurnal Administrasi Bisnis, 5 (2), 177-
185.
Bank Aceh Syariah. (2020). Annual Report PT. Bank Aceh Syariah Tahun 2019.
Diunduh pada 29 Juni 2020, dari www.bankaceh.co.id/?p=4394.
130
Bank Aceh Syariah. (2020). Laporan Publikasi Triwulan. Diunduh pada 20 Mei
2020, dari www.bankaceh.co.id/?cat=8.
Bank BJB Syariah. (2020). Annual Report Bank BJB Syariah Tahun 2019.
Diunduh pada 3 Juni 2020, dari www.bjbsyariah.co.id/annual-report.
Bank BJB Syariah. (2020). Laporan Triwulanan. Diunduh pada 20 Mei 2020, dari
www.bjbsyariah.co.id/laporan-triwulanan.
Bank Indonesia. (2014). Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan:
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank. Diunduh pada 15 Maret 2020, dari
www.bi.go.id/id/peraturan/kodifikasi/bank/Pages/1.3.3.2.%20Penilaian%2
0Tingkat%20Kesehatan%20Bank.aspx.
Bank Indonesia. (2009). Peraturan Bank Indonesia No.11/10/PBI/2009 tentang
Unit Usaha Syariah. Diunduh pada 15 Maret 2020, dari
www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/pbi_111009.aspx.
Bank Indonesia. (2008). Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Diunduh pada 15 Maret 2020, dari
www.bi.go.id/id/tentang-bi/uu-bi/Contents/Default.aspx.
Bank NTB Syariah. (2020). Laporan Tahunan Bank NTB Syariah Tahun 2019.
Diunduh pada 16 Juni 2020, dari www.bankntbsyariah.co.id/Perusahaan/
laporan.
Bank NTB Syariah. (2020). Laporan Triwulan. Diunduh pada 20 Mei 2020, dari
www.bankntbsyariah.co.id/Perusahaan/laporan.
Cahyono, E. F., & Rani, L. N. (2017). Performa Efisiensi Teknis Unit Usaha
Syariah Bank Pembangunan Daerah di Pulau Sumatera. Jurnal Human
Falah, 4 (1), 19-33.
Chotib, A., & Utami, W. (2014). Studi Kinerja PT BNI Syariah Sesudah
Pemisahan (Spin off) dari PT Bank BNI (Persero) Tbk. Akuntabilitas:
Jurnal Ilmu Akuntansi, 7 (2), 94-108.
Dendawijya, L. (2009). Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Fahmi, I. (2012). Analisis Laporan Keuangan. Bandung: Alfabeta.
Farida, U. (2017). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
Sebelum dan Sesudah Memisahkan Diri (Spin-off) pada PT Bank BRI
131
Syariah. Diunduh pada 15 April 2020, dari eprints.iain-
surakarta.ac.id/2637.
Farlian, T., & Nuraidar. (2017). Meretas Reaksi Jalan Panjang Bank Aceh
Konversi Syariah. Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam, 3 (1), 39-50.
Hamid, A. (2015). The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on
Indonesian Islamic Banking Industry. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi
Syariah, 7 (1), 117-126.
Haribowo, I. (2017). The Indonesian Islamic Bank's Spin-off: A Study in
Regional Development Banks. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah,
9 (1), 53-68.
Hisyam, S. I., & Septiarini, D. F. (2016). Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah Hasil Spin off dan Non Spin off Periode
2013-2015. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 3 (11), 872-886.
Janah, N., & Siregar, P. A. (2018). Pengaruh Rasio Keuangan terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah Indonesia. At-Tawassuth: Jurnal
Ekonomi Islam, 3 (1), 621-641.
Jumingan. (2014). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kadir. (2016). Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan
Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Kasmir. (2019). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.
Kementerian Agama Republik Indonesia. (2014). Al-Qur'an Tajwid dan
Terjemahnya. Solo: Abyan.
Kismawadi, E. R., & Al Muddatstsir, D. U. (2018). Persepsi Masyarakat tentang
Akan Dikonversikannya Bank Konvensional ke Bank Syariah di Aceh
Studi Kasus di Kota Langsa. Ihtiyath: Jurnal Manajemen Keuangan
Syariah, 2 (2), 136-148.
Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah. (2020). INSIGHT - Edisi 8:
Trend Konversi ke Bank Syariah "Tingkatkan Efisiensi dan Produktivitas
Bisnis". Diunduh pada 15 Maret 2020, dari www.knks.go.id/satu-
pusatdata/7.
132
Kuncoro, A., & Yulianto, H. (2018). Kinerja Keuangan Sesudah dan Sebelum
Spin off Unit Usaha Syariah ke Bank Umum Syariah. Equilibrium: Jurnal
Ekonomi Syariah, 6 (2), 291-315.
Munawir, S. (2008). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Nasuha, A. (2012). Dampak Kebijakan Spin-off terhadap Kinerja Bank Syariah.
Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 4 (2), 241-258.
Nurhayati, S., & Wasilah. (2015). Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta:
Salemba Empat.
Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Laporan Publikasi Keuangan Perbankan.
Diunduh pada 15 Maret 2020, dari www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data
-dan-statistik/laporan-keuangan-perbankan/Default.aspx.
Otoritas Jasa Keuangan. (2017). POJK No. 36/POJK.03/2017. Diunduh pada 15
Maret 2020, dari www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-
ojk/Pages/POJK-tentang-Prinsip-Kehati-hatian-dalam-Kegiatan-
Penyertaan-Modal.aspx.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). POJK Nomor 6/POJK.03/2016. Diunduh pada 15
Maret 2020, dari www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-
ojk/Pages/pojk-kegiatan-usaha-dan-jaringan-kantor-berdasarkan-modal-
inti-bank.aspx.
Otoritas Jasa Keuangan. (2016). POJK Nomor 64/POJK.03/2016. Diunduh pada
15 Maret 2020, dari www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/regulasi-
perbankan-syariah/Pages/POJK-tentang-Perubahan-Kegiatan-Usaha-Bank-
Konvensional-Menjadi-Bank-Syariah.aspx.
Otoritas Jasa Keuangan. (2020). Statistik Perbankan Syariah. Diunduh pada 15
Maret 2020, dari www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/
statistik-perbankan-syariah/Default.aspx.
Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
10/SEOJK.03/2014. Diunduh pada 15 Maret 2020, dari www.ojk.go.id/id/
kanal/perbankan/regulasi/surat-edaran-ojk/Pages/surat-edaran-otoritas-
jasa-keuangan-nomor-10-seojk-03-2014.aspx.
133
Pambuko, Z. B. (2019). Kebijakan Spin-Off dan Efisiensi Perbankan Syariah di
Indonesia. Ihtifaz: Journal of Islamic Economics, Finance, and Banking, 2
(1), 21-38.
Purwanto. (2018). Fungsi Intermediary Bank Aceh Setelah Melakukan Konversi
Menjadi Bank Umum Syariah. Ihtifaz: Journal of Islamic Economics,
Finance and Banking, 1 (1), 1-7.
Puspita, H. S., & Shofawati, A. (2018). Determinan Tingkat Efisiensi Bank
Pembangunan Daerah (BPD) Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi
Syariah Teori dan Terapan, 5 (10), 800-815.
Putranto, A. H. (2018). Motivasi dan Strategi Konversi ke Syariah Bank
Pembangunan Daerah (Studi Kasus BPD NTB). Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 6 (2), 1-11.
Putri, Y. F., Fadah, I., & Endhiarto, T. (2015). Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank Konvensional dan Bank Syariah. Jurnal Ekonomi
Akuntansi dan Manajemen, 14 (1), 27-42.
Rachman, Y. (2019). Dilema Antara Spin Off atau Konversi. Diunduh pada 15
Maret 2020, dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia:
http://lppi.or.id/produk/riset.
Rahmatullah, H., Sudarsono, R., & Komara, R. (2018). Business Analysis in
Conversion of Regional Development Bank into Sharia Banking: Case
Study in NTB Province, Indonesia. International Journal of Economics,
Commerce and Management, 6 (2), 323-339.
Ramdani, A. (2015). Pengaruh Kebijakan Pemisahan terhadap Laba pada Bank
BNI Syariah. Etikonomi: Jurnal Ekonomi, 14 (1), 17-34.
Rudianto. (2013). Akuntansi Manajemen Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Strategis. Jakarta: Erlangga.
Santoso, S. (2018). Menguasai Statistik dengan SPSS 25. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Sarifudin, M., & Faturohman, T. (2017). Spin off Efficiency Analysis of
Indonesian Islamic Banks. Journal of Business and Management, 6 (2),
192-202.
134
Sihombing, N. H., & Yahya, M. R. (2016). Pengaruh Kebijakan Spin-off, Beban
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Dana Pihak Ketiga (DPK),
dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas Perbankan
Syariah di Indonesia. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, 1 (2),
127-137.
Siregar, S. (2017). Statistika Terapan untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana.
Siswantoro, D. (2012). The Conversion Effects of Islamic Unit to Full Fledged
System Islamic Banks in Indonesia. Australian Journal of Islamic Banking
and Finance, 1 (2), 55-63.
Sudarsono, H. (2012). Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan
Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Umam, K. (2009). Trend Pembentukan Bank Umum Syariah Pasca Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 2008 (Konsep, Regulasi, dan Implementasi).
Yogyakarta: UGM Press.
Umam, K., & Antoni, V. (2015). Corporate Action Pembentukan Bank Syariah
(Akuisisi, Konversi dan Spin Off). Yogyakarta: UGM Press.
135
LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian
BPD
Syariah Periode CAR NPF ROA NI BOPO FDR
Bank
BJB
Syariah
Triwulan IV
Tahun 2018 16,43% 4,58% 0,54% 5,36% 94,66% 89,85%
Triwulan I
Tahun 2019 15,95% 4,49% 0,51% 6,27% 95,04% 93,83%
Triwulan II
Tahun 2019 16,30% 3,87% 0,45% 6,08% 95,46% 91,25%
Triwulan III
Tahun 2019 15,19% 4,03% 0,39% 5,91% 95,97% 91,84%
Triwulan IV
Tahun 2019 14,95% 3,54% 0,60% 5,83% 93,93% 93,53%
Triwulan I
Tahun 2020 15,68% 3,91% 0,47% 5,47% 95,09% 96,29%
Bank
Aceh
Syariah
Triwulan IV
Tahun 2018 19,67% 1,04% 2,38% 7,72% 79,09% 71,98%
Triwulan I
Tahun 2019 20,74% 1,96% 1,71% 7,67% 89,11% 67,34%
Triwulan II
Tahun 2019 18,83% 1,97% 2,32% 7,65% 83,51% 57,04%
Triwulan III
Tahun 2019 19,14% 1,94% 2,36% 7,79% 82,82% 71,33%
Triwulan IV
Tahun 2019 18,90% 1,29% 2,33% 7,72% 76,95% 68,64%
Triwulan I
Tahun 2020 19,16% 1,48% 1,58% 7,12% 84,12% 73,77%
Bank
NTB
Syariah
Triwulan IV
Tahun 2018 35,42% 1,63% 1,92% 6,61% 86,86% 98,93%
Triwulan I
Tahun 2019 38,25% 1,72% 2,32% 6,09% 83,67% 73,57%
Triwulan II
Tahun 2019 34,42% 1,69% 2,39% 5,96% 79,33% 78,43%
Triwulan III
Tahun 2019 34,17% 1,59% 2,32% 5,79% 79,62% 70,94%
Triwulan IV
Tahun 2019 35,47% 1,36% 2,56% 5,51% 76,83% 81,89%
Triwulan I
Tahun 2020 35,64% 1,43% 1,79% 4,19% 80,76% 70,27%
136
Lampiran 2: Statistik Deskriptif Data Variabel Penelitian
A. Capital Adequacy Ratio (CAR)
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 16,43% 19,67% 35,42%
Triwulan I Tahun 2019 15,95% 20,74% 38,25%
Triwulan II Tahun 2019 16,30% 18,83% 34,42%
Triwulan III Tahun 2019 15,19% 19,14% 34,17%
Triwulan IV Tahun 2019 14,95% 18,90% 35,47%
Triwulan I Tahun 2020 15,68% 19,16% 35,64%
Nilai Terendah (Minimum) 14,95% 18,83%
Nilai Tertinggi (Maximum) 16,43% 38,25%
Nilai Rata-Rata (Mean) 15,75% 27,48%
B. Non Performing Financing (NPF)
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 4,58% 1,04% 1,63%
Triwulan I Tahun 2019 4,49% 1,96% 1,72%
Triwulan II Tahun 2019 3,87% 1,97% 1,69%
Triwulan III Tahun 2019 4,03% 1,94% 1,59%
Triwulan IV Tahun 2019 3,54% 1,29% 1,36%
Triwulan I Tahun 2020 3,91% 1,48% 1,43%
Nilai Terendah (Minimum) 3,54% 1,04%
Nilai Tertinggi (Maximum) 4,58% 1,97%
Nilai Rata-Rata (Mean) 4,07% 1,59%
137
C. Return On Asset (ROA)
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 0,54% 2,38% 1,92%
Triwulan I Tahun 2019 0,51% 1,71% 2,32%
Triwulan II Tahun 2019 0,45% 2,32% 2,39%
Triwulan III Tahun 2019 0,39% 2,36% 2,32%
Triwulan IV Tahun 2019 0,60% 2,33% 2,56%
Triwulan I Tahun 2020 0,47% 1,58% 1,79%
Nilai Terendah (Minimum) 0,39% 1,58%
Nilai Tertinggi (Maximum) 0,60% 2,56%
Nilai Rata-Rata (Mean) 0,49% 2,17%
D. Net Imbalan (NI)
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 5,36% 7,72% 6,61%
Triwulan I Tahun 2019 6,27% 7,67% 6,09%
Triwulan II Tahun 2019 6,08% 7,65% 5,96%
Triwulan III Tahun 2019 5,91% 7,79% 5,79%
Triwulan IV Tahun 2019 5,83% 7,72% 5,51%
Triwulan I Tahun 2020 5,47% 7,12% 4,19%
Nilai Terendah (Minimum) 5,36% 4,19%
Nilai Tertinggi (Maximum) 6,27% 7,79%
Nilai Rata-Rata (Mean) 5,82% 6,65%
138
E. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 94,66% 79,09% 86,86%
Triwulan I Tahun 2019 95,04% 89,11% 83,67%
Triwulan II Tahun 2019 95,46% 83,51% 79,33%
Triwulan III Tahun 2019 95,97% 82,82% 79,62%
Triwulan IV Tahun 2019 93,93% 76,95% 76,83%
Triwulan I Tahun 2020 95,09% 84,12% 80,76%
Nilai Terendah (Minimum) 93,93% 76,83%
Nilai Tertinggi (Maximum) 95,97% 89,11%
Nilai Rata-Rata (Mean) 95,03% 81,89%
F. Financing to Deposit Ratio (FDR)
BPD Syariah
Hasil Spin-off Hasil Konversi
Bank BJB
Syariah
Bank Aceh
Syariah
Bank NTB
Syariah
P
E
R
I
O
D
E
Triwulan IV Tahun 2018 89,85% 71,98% 98,93%
Triwulan I Tahun 2019 93,83% 67,34% 73,57%
Triwulan II Tahun 2019 91,25% 57,04% 78,43%
Triwulan III Tahun 2019 91,84% 71,33% 70,94%
Triwulan IV Tahun 2019 93,53% 68,64% 81,89%
Triwulan I Tahun 2020 96,29% 73,77% 70,27%
Nilai Terendah (Minimum) 89,85% 57,04%
Nilai Tertinggi (Maximum) 96,29% 98,93%
Nilai Rata-Rata (Mean) 92,77% 73,68%
139
Lampiran 3: Hasil Uji Normalitas Data dengan One Sample Kolmogorov-
Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
CAR NPF ROA NI BOPO FDR
N 18 18 18 18 18 18
Normal
Parametersa,b
Mean .235728 .024178 .016078 .063744 .862678 .800400
Std.
Deviation .0890654 .0124306 .0085216 .0103218 .0707901 .1232097
Most Extreme
Differences
Absolute .291 .307 .243 .170 .194 .195
Positive .291 .307 .215 .164 .175 .195
Negative -.216 -.156 -.243 -.170 -.194 -.176
Test Statistic .291 .307 .243 .170 .194 .195
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c .000c .006c .184c .072c .070c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
140
Lampiran 4: Hasil Uji Beda dengan Independent Samples T Test
Group Statistics
BPD_Syariah N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
NI Hasil Spin-off 6 .058200 .0034997 .0014288
Hasil Konversi 12 .066517 .0115730 .0033408
BOPO Hasil Spin-off 6 .950250 .0069555 .0028396
Hasil Konversi 12 .818892 .0380538 .0109852
FDR Hasil Spin-off 6 .927650 .0227126 .0092724
Hasil Konversi 12 .736775 .0998901 .0288358
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t Df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NI Equal variances
assumed 7.917 .012 -1.698 16 .109 -.0083167 .0048966 -.0186970 .0020637
Equal variances
not assumed -2.289 14.337 .038 -.0083167 .0036335 -.0160927 -.0005407
BOPO Equal variances
assumed 10.358 .005 8.264 16 .000 .1313583 .0158956 .0976611 .1650556
Equal variances
not assumed 11.577 12.397 .000 .1313583 .0113463 .1067245 .1559921
FDR Equal variances
assumed 2.202 .157 4.556 16 .000 .1908750 .0418960 .1020594 .2796906
Equal variances
not assumed 6.302 13.085 .000 .1908750 .0302899 .1254806 .2562694
141
Lampiran 5: Hasil Uji Beda dengan Mann-Whitney Test
Ranks
BPD_Syariah N Mean Rank Sum of Ranks
CAR Hasil Spin-off 6 3.50 21.00
Hasil Konversi 12 12.50 150.00
Total 18
NPF Hasil Spin-off 6 15.50 93.00
Hasil Konversi 12 6.50 78.00
Total 18
ROA Hasil Spin-off 6 3.50 21.00
Hasil Konversi 12 12.50 150.00
Total 18
Test Statisticsa
CAR NPF ROA
Mann-Whitney U .000 .000 .000
Wilcoxon W 21.000 78.000 21.000
Z -3.372 -3.372 -3.379
Asymp. Sig. (2-tailed) .001 .001 .001
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b .000b .000b
a. Grouping Variable: BPD_Syariah
b. Not corrected for ties.
top related