perbandingan tingkat efisiensi bank umum...
Post on 30-Jun-2020
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM
SYARIAH DI ASIA TENGGARA DENGAN METODE DATA
ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
MAHATIR ILHAM MUHAMAD
NIM. 11150850000022
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
ii
PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM DI ASIA
TENGGARA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
MAHATIR ILHAM MUHAMAD
NIM. 11150850000065
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing
Ay Maryani, S.E., M.Si.
NIDN. 2019057902
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari Kamis, 11 April 2019 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa/i:
1. Nama : Mahatir Ilham Muhamad
2. NIM : 11150850000022
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Perbandingan Efisiensi Bank Umum Syariah di
Asia Tenggara dengan Metode Data Envelopment
Analysis
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta
kemampuan yang bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka
diputuskan bahwa mahasiswa/i tersebut dinyatakan LULUS dengan diberi
kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 10 April 2019
1. Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., M.B.A. ( )
NIP. 197410182014112001 Dosen Penguji I
2. Muhammad Fadlillah Fauzukhaq, M.A., Ph.D. ( )
NIDN. 0304027901 Dosen Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari Kamis, Juni 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa :
Nama : Mahatir Ilham Muhamad
NIM : 11150850000022
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul : Perbandingan tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah di
Asia Tenggara dengan metode Data Envelopment Analysis
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juni 2019
1. Cut Erika Ananda Fatimah, S.E., M.BA. (____________________)
NIP. 197410182014112001 Ketua
2. Ay Maryani, S.E., M.Si (____________________)
NIDN. 2019057902 Sekretaris
3. Ay Maryani, S.E., M.Si (____________________)
NIDN. 2019057902 Pembimbing I
4. Riris Aishah Prasetyowati, S.E., MM. (____________________)
NIDN. 0421046805 Penguji Ahli
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mahatir Ilham Muhamad
NIM : 11150850000022
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jika dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bahwa saya melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, Juni 2019
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Mahatir Ilham Muhamad
Alamat Asal : Jalan Cipanas Puncak Cianjur, Rt 06 Rw 02 Ds.
Sindang Jaya Kec. Cipanas Kab. Cianjur Prov.
Jawabarat, 43253
Alamat Sekarang : Gg Bunin Rt 03 Rw 05 Kel. Cireundeu Kec.
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Banten, 15416
Telepon : +6281252586825
Email : mahatirilham@gmail.com
Tempat, Tanggal Lahir : Cianjur, 14 Oktober 1995
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
B. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
Nama : H. Misar,S.Pd.
Pendidikan Terakhir : Sarjana (S1)
2. Ibu
Nama : Hj. Rini Nila Susanti, S.Pd.
Pendidikan Terakhir : Sarjana (S1)
C. PENDIDIKAN FORMAL
Pendidikan Nama Lembaga Wilayah Tahun
Masuk
Tahun
Keluar
SD SDN Lokasari Cianjur 2002 2008
SMP/SMA Pondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo 2008 2014
S1 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Tangerang
Selatan 2015 2019
D. PENDIDIKAN INFORMAL
Lembaga Jenis Pelatihan Kota Tahun
Pelatihan
PMDG Kursus pembina Mahir tingkat
Dasar (KMD) Ponorogo 2012
PMDG Kursus pembina Mahir tingkat
Lanjutan (KML) Ponorogo 2013
vii
HMJ
Perbankan
Syariah
Pelatihan Bisnis Kreatif Tangerang
Selatan 2015
Kopma UIN
Jakarta Pelatihan Desain Grafis
Tangerang
Selatan 2016
Kopma UIN
Jakarta
DikSar Kop DikMen Kop DikJut
Kop
Tangerang
Selatan
2015-
2017
E. PENGALAMAN ORGANISASI
Lembaga/Institusi Tahun
Ketua Bag. Pengajaran OPPM 2013
Sekretaris KMI PMDG Campus 5 2014-2015
Kemahasiswaan HMJ Perbankan Syariah 2016-2017
Staf Admin Kopma UIN Jakarta 2016-2017
Sekor Sosgam DEMA FEB UIN Jakarta 2017-2018
Ketua Bidang 4 HMJ Perbankan Syariah 2018-2019
Div. Logistik BAWASLU UIN Jakarta 2018-2019
viii
THE COMPARISON OF EFFICIENCY LEVEL OF ISLAMIC BANKS IN
ASEAN WITH DATA ENVELOPMENT ANALYSIS METHOD (DEA)
ABSTRACT
This research was to determine whether there are difference between of the
efficiency level of Islamic Commercial Banks in Southeast Asia with a period of
2013-2017. The variables in this research consisted of input variables and output
variables. Fixed Assets, Labor Costs, and Third Party Funds are included in the
input variables. While Total Financing, Other Operating Income, and Financial
Investment are included in the output variables. This research was using data from
financial statements published on the official websites of each Islamic banking. The
research sample consisted of 7 Islamic banks consisting of 2 Islamic banks in
Indonesia, 2 Islamic banks in Malaysia, 1 Islamic bank in Brunei Darussalam, 1
Islamic bank in the Philippines and 1 Islamic bank in Thailand. The method used
to measure the level of efficiency in this research is Data Envelopment Analysis.
The Kolmogorov-Smirnov test was used to test data normality and test hypotheses
using Kruskal-Wallis. The results found statistical results of Islamic Commercial
Banks in Malaysia and the Philippines were more efficient compared to Islamic
Commercial Banks in the other three countries, to according to the CRS, VRS and
Scale assumptions. As for the average that values optimum efficiency on Islamic
Commercial Banks in Malaysia and the Philippines are Maybank Islamic Berhad,
CIMB Islamic Berhad and Al Amanah Islamic Bank based on CRS, VRS, and Scale
assumptions at 100%, followed by Islamic Commercial Banks in Indonesia, namely
Bank Muamalat Indonesia is 99.48%, and Bank Mandiri Syariah is 99.41%, then,
Islamic Commercial Banks in Thailand, namely Islamic Bank of Thailand is
99.20%, while the lowest is the Islamic Bank of Brunei Darussalam which gets an
average value of 98.25%. However, the results of this research indicate that there is
no significant difference between the level of efficiency of Islamic banking in
Southeast Asia. Therefore, it can be said that the level of efficiency of Islamic
banking in Southeast Asia is almost the same.
Keywords: DEA, Islamic Commercial Bank efficiency level, Comparative
analysis, Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Philippines,
Thailand.
ix
PERBANDINGAN TINGKAT EFISIENSI BANK UMUM SYARIAH DI
ASIA TENGGARA DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT
ANALYSIS (DEA)
ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis perbandingan tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di
Asia Tenggara dengan rentang waktu tahun 2013-2017. Adapun variabel-variabel
dalam penelitian ini terdiri dari variabel input dan variabel output. Aset Tetap,
Biaya Tenaga Kerja, dan Dana Pihak Ketiga termasuk dalam variable input.
Sedangkan Total Pembiayaan, Pendapatan Operasional Lainnya, dan Investasi
Finansial termasuk dalam veriabel output. Penelitian ini menggunakan data dari
laporan keuangan yang dipublikasikan pada situs website resmi masing-masing
perbankan syariah. Sampel penelitian ini berjumlah 7 bank syariah yang terdiri dari
2 bank syariah di Indonesia, 2 bank syariah di Malaysia, 1 bank syariah di Brunei
Darussalam, 1 bank syariah di Filipina dan 1 bank syariah di Thailand. Metode yang
digunakan untuk pengukuran tingkat efisiensi pada penelitian ini adalah Data
Envelopment Analysis (DEA). Pengujian Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk
pengujian normalitas data dan pengujian hipotesis menggunakan Kruskal-Wallis.
Hasil penelitian menunjukan hasil statistik BUS di Malaysia dan Filipina lebih
efisien dibandingkan dengan BUS di ketiga negara lainnya, baik menurut asumsi
CRS, VRS dan Scale. Adapun secara rata-rata yang mencapai nilai efisiensi
optimum pada BUS di Malaysia dan Filipina adalah Maybank Islamic Berhad,
CIMB Islamic Berhad dan Al Amanah Islamic Bank baik berdasarkan asumsi CRS,
VRS, dan Scale yaitu pada titik 100%, dikuti oleh BUS di Indonesia yaitu Bank
Muamalat Indonesia sebesar 99.48%, dan Bank Mandiri Syariah sebesar 99.41%,
selanjutnya, BUS di Thailand yaitu, Islamic Bank of Thailand sebesar 99.20%,
sedangkan yang paling terendah adalah Bank Islam Brunei Darussalam yang
mendapat nilai rata-rata sebesar 98.25%. Meskipun begitu, hasil penelitian ini
menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi
perbankan syariah di Asia Tenggara. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
tingkat efisiensi perbankan syariah di Asia Tenggara hampir sama.
Kata Kunci : Data Envelopment Analysis (DEA), Tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah, Analisis komparatif, Indonesia, Malaysia, Brunei
Darussalam, Filipina, Thailand.
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan segala
nikmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul “Perbandingan Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah
di Asia Tenggara dengan Metode Data Envelopmet Analysis (DEA)”. Shalawat
dan salam peneliti sanjung tinggikan kepada nabi Muhammad salllallahu wassalam
yang telah membawa cahaya dari zaman jahiliyah ke zaman yang terang benderang
seperti saat ini yaitu adanya ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupan
manusia.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan kali ini, peneliti menyampaikan terimakasih
atas bantuan, saran, bimbingan, dukungan, semangat dan doa, baik langsung
maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Ibu Hj. Rini Nilai Susanti, S.Pd. yang selalu
memberikan doa, mendukung peneliti baik secara material maupun
nonmaterial, dan Bapak H. Misar, S.Pd yang selalu menjadi semangat dan
motivasi peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Saudara tercinta, Mahamuiz Ilham Muhamad yang selalu memberikan
semangat dan dukungan untuk mendapatkan gelar sarjana.
3. Segenap keluarga besar peneliti yang yang selalu memberikan dukungan
kepada peneliti untuk menyelesaikan studi.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi.
5. Ibu Ay Maryani, S.E, M.Si., selaku Dosen Penasehat Akademis sekaligus
Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan arahan serta bimbingan
baik dari aspek keilmuan maupun keorganisasian yang sangat berarti sejak
awal masuk perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini.
xi
6. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA., selaku Ketua Jurusan dan Ibu
Yuke Rahmawati, M.A., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu pemenuhan berkas-berkas administrasi peneliti.
7. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berharga bagi peneliti selama perkuliahan.
8. Seluruh jajaran karyawan dan staff di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah melayani dan membantu peneliti selama perkuliahan.
9. Sahabat-sahabatku, Kosan Pisangan, Taufik, Agung dan Syafruddin, atas
waktu yang telah kita habiskan bersama dan telah memberikan banyak suka
duka bersama selama di kosan dan di kampus.
10. Teman peneliti, Naurah, Rahmad, Miftah, Halid dan Aisyah yang bersedia
meluangkan waktu untuk membantu peneliti selama revisian skripsi hingga
larut malam.
11. Kak Erna yang telah sabar mengajari peneliti membuat skripsi bab per bab
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
12. Sahabat-sahabatku, Fiqi, Nae, Ayu, Karin, Arif, Afif, Teteh, Isal, Tegek,
Sule, Sandi, Om, Alysha, Zen, Caca, dan Arul yang selalu memberikan
dukungan dan doa
13. Teman-teman Perbankan Syariah 2015 kelas A dan B, atas kebersamaan
selama 4 tahun mulai dari belajar bersama, ujian bersama, diskusi bersama
hingga mengerjakan skripsi ini.
14. Teman-teman HMJ Perbankan Syariah, Kopma Uin Jakarta, DEMA FEB,
dan Patwa Suci Uin Jakarta yang selalu memberikan banyak pembelajaran
berorganisasi, pengalaman hidup, kekompakan, serta suka duka selama
menjabat di organisasi hingga penyelesaian skripsi ini.
15. Teman-teman KKN EPIC 038 Fadly, Fiji, Puput, Khansa, Aisyah, Roy,
Hesti, Rusdi, Ica, Anis, Wahyu, Pia, Novi, Aljabar, Anna, Aryo dan Faqih
yang telah memeberikan pengalaman berharga selama satu bulan di desa
Buaran Bambu.
xii
16. Teman Tadabur Alam, Wildan, Alfi, Lutfi, Derry, Anjas dan Iskandar, yang
memberikan kebahagiaan, kebersamaan, dan motivasi hidup untuk menjadi
orang sukses dunia akhirat.
17. Teman-teman Alumni PMDG, Farabi, Ayyub, Irfan, Fuad, Rifqi, Nurul, dan
Faishol yang selalu ada menemani dan mendukung peneliti dalam setiap
kegiatan.
18. Teman-teman Syahida Inn Fitness Center, Tarmidzi, Rayen, Bank Obi,
Bang Yusuf, dan Bang Fadhil yang telah memberikan pengalaman berharga
bagi peneliti.
19. Serta seluruh pihak yang telah membantu peneliti baik selama masa
perkuliahan sampai pengerjaan skripsi yang tidak dapat peneliti sebut satu
persatu. Semoga Allah membalas kebaikan kalian semua. Aamiin.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki peneliti. Oleh sebab
itu, peneliti mengharapakan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk
pencapaian yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Jakarta, Juni 2019
Mahatir Ilham Muhamad
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... vi
ABSTRACT.................................................................................................................... viii
ABSTRAK ........................................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI................................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xv
DAFTAR GRAFIK ......................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................ xviii
BAB I ................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 8
C. Batasan Masalah..................................................................................................... 8
D. Rumusan Masalah .................................................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................................................. 9
F. Tinjauan Penelitian Kajian Terdahulu .................................................................. 10
BAB II ............................................................................................................................. 14
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................... 14
A. TEORI TERKAIT DENGAN VARIABEL PENELITIAN .................................. 14
1. Bank Syariah .................................................................................................... 14
2. Kinerja Keuangan Bank ................................................................................... 19
3. Efisiensi ............................................................................................................ 22
B. KETERKAITAN HUBUNGAN VARIABEL INPUT DAN OUTPUT ............... 28
C. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................................ 29
D. HIPOTESIS .......................................................................................................... 31
BAB III ............................................................................................................................ 32
METODE PENELITIAN ................................................................................................. 32
A. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 32
xiv
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................. 34
C. Sumber Data ......................................................................................................... 34
D. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 35
1. Data (variable) .................................................................................................. 35
2. Software ........................................................................................................... 37
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................... 37
F. Teknik Pengolahan Data ...................................................................................... 38
1. Mengukur Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA) ...................... 38
2. Uji Normalitas Data (Kolmogrov-Smirnov Test) .............................................. 42
3. Uji Beda ........................................................................................................... 43
BAB IV ............................................................................................................................ 46
TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 46
A. TEMUAN HASIL PENELTIAN ......................................................................... 46
A. Gambaran Objek Penelitian .............................................................................. 46
B. Statistik Deskriptif............................................................................................ 58
B. Hasil Analisis Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis ........................... 64
C. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov ....................................................... 84
D. Hasil Uji Beda Nonparametrik Kruskal-Wallis ................................................ 85
B. PEMBAHASAN .................................................................................................. 87
1. Analisis Efisiensi BUS di ASEAN ................................................................... 87
2. Analisis Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN............... 87
BAB V ............................................................................................................................. 89
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................................ 89
A. KESIMPULAN .................................................................................................... 89
B. SARAN ................................................................................................................ 89
1. BAGI PRAKTISI ............................................................................................. 90
2. BAGI AKADEMISI ......................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................................... 98
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Review Penelitian Terdahulu ................................................................ 11
Tabel 1.2 Lanjutan ................................................................................................ 12
Tabel 1 3 Lanjutan ................................................................................................ 13
Tabel 3.1 Kriteria Penentuan Sampel.................................................................... 33
Tabel 3.2 Spesifikasi Variabel Input dan Variabel Output Dalam Penelitian....... 35
Tabel 3.3 Instrumen Operasional Variabel Penelitian .......................................... 37
Tabel 3.4 Pengukuran Efisiensi dengan Menggunakan 1 Input dan 1 Output
................................................................................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 4.01Statistik Deskriptif Variabel Perbankan Syariah di ASEAN Periode
2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar) .................................................. 58
Tabel 4.02 BUS di ASEAN yang mencapai Efisiensi Optimum dengan metode
DEA .................................................................................................... 65
Tabel 4.03 Tingkat Efisiensi BUS di ASEAN ...................................................... 66
Tabel 4.04 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Syariah Mandiri (%) .................... 67
Tabel 4.05 Target Efisiensi BSM 2016 ................................................................. 68
Tabel 4.06 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Muamalat Indonesia (%) ............. 70
Tabel 4.07 Target Efisiensi BMI 2016 .................................................................. 71
Tabel 4.08 Nilai Efisiensi Asumsi VRS MayBank Islamic Behrad (%)............... 72
Tabel 4.09 Target Efisiensi Maybank IB 2016 ..................................................... 73
Tabel 4.10 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank CIMB Islamic Behrad (%) ........... 74
Tabel 4.11 Target Efisiensi CIMB IB 2016 .......................................................... 75
Tabel 4.12 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BIDB (%) .............................................. 75
Tabel 4.13 Target Efisiensi BIDB 2016 ................................................................ 76
Tabel 4.14 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Al Amanah IB (%) ................................ 78
Tabel 4.15 Target Efisiensi Al Amanah IB 2016 .................................................. 79
Tabel 4.16 Nilai Efisiensi Asumsi VRS IB Thailand (%) .................................... 79
Tabel 4.17 Target Efisiensi IB Thailand 2015 ...................................................... 80
Tabel 4.18 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ................... 85
Tabel 4.19 Uji beda Kruskal Wallis ...................................................................... 86
Tabel 4.20 Uji beda Kruskal Wallis ...................................................................... 86
xvi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Presentase Aset Perbankan Syariah menurut negara di dunia ............... 3
Grafik 4.01 Pergerakan Biaya Tenaga Kerja Perbankan Syariah di ASEAN
periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar) ................................... 60
Grafik 4.02 Pergerakan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di ASEAN periode
2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar) ................................................ 61
Grafik 4.03 Pergerakan Aset Tetap Perbankan Syariah di ASEAN periode 2013-
2017 (Dalam Ribu US Dollar) ......................................................... 61
Grafik 4.04 Pergerakan Total Pembiayaan Perbankan Syariah di ASEAN periode
2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar) ................................................ 62
Grafik 4.05 Pergerakan Pendapatan Operasional Lainnya Perbankan Syariah di
ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar) .................... 63
Grafik 4.06 Pergerakan Investasi Finansial Syariah di ASEAN periode 2013-2017
(Dalam Ribu US Dollar) .................................................................. 64
Grafik 4.07 Tingkat Efisiensi Rata-rata BUS di ASEAN asumsi CRS, VRS, dan
Scale Efficiency ............................................................................... 66
Grafik 4.08 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Bank Syariah
Mandiri (BSM) ................................................................................ 68
Grafik 4.09 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Bank Syariah
Mandiri (BSM) ................................................................................ 70
Grafik 4.10 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS MayBank
Islamic Berhad ................................................................................. 73
Grafik 4.11 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Bank CIMB
Islamic Berhad ................................................................................. 74
Grafik 4.12 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Bank Islam
Brunei Darussalam ........................................................................... 76
Grafik 4.13 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Al Amanah
Islamic Bank .................................................................................... 78
xvii
Grafik 4.14 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Islamic Bank of
Thailand ........................................................................................... 80
Grafik 4.15 Total Potential Improvment BUS di Asia Tenggara.......................... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Alur Operasional Bank Syariah........................................................ 18
Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 30
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Sekunder Sebelum di Olah...................................................... 99
Lampiran 2 : Hasil Efisiensi DEA Asumsi CRS ................................................. 101
Lampiran 3 : Hasil Efisiensi DEA Asumsi VRS ................................................ 104
Lampiran 4 : Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS ........................... 107
Lampiran 5 : Hasil Pengujian Normalitas Data .................................................. 110
Lampiran 6 : Hasil Pengujian beda Kruskal Wallis ............................................ 110
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan ASEAN kembali
menegaskan komitmen untuk mengimplementasikan integrasi keuangan di
kawasan sesuai kerangka masyarakat ekonomi ASEAN 2025. “Bank Indonesia
mendukung rencana aksi strategis untuk menciptakan sektor keuangan kawasan
yang stabil, terintegrasi, dan inklusif”, demikian disampaikan Gubernur Bank
Indonesia Agus D.W. Martowardojo usai menghadiri pertemuan tahunan tingkat
Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan ASEAN Ke-4 yang dilaksanakan
pada 6 April 2018 di Singapura (www.bi.go.id)
Inisiatif integrasi keuangan di sektor perbankan, asuransi, dan pasar modal
yang ditempuh makin meningkatkan arus perdagangan dan investasi anatara negara
ASEAN, untuk menjaga ketahanan kawasan dalam menghadapi risiko cyber yang
semakin meluas serta menghadapi tantangan inovasi jasa keuangan yang baru pada
inklusi keuangan dan sistem pembayaran, sehingga meningkatkan kesadaran serta
kapabilitas masing-masing negara anggota sehingga mampu secara efektif
memfasilitasi perkembangan teknologi keuangan secara bertahap ( Martowardojo,
2018)
Kesepakatan ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) yang
akan dilaksanakan pada Tahun 2020 akan mengubah tatanan hukum Perbankan
Indonesia. UU No: 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU No: 10
Tahun 1998 Tentang Perbankan dianggap tidak dapat lagi digunakan sebagai
payung hukum untuk mengatur perubahan aktivitas perbankan Indonesia,
khususnya untuk memanfaatkan peluang bersaing dengan Bank-bank dari negara
ASEAN yang akan beroperasi di Indonesia (Handayani & Abubakar, 2016)
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan
penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara
keuangan. Hal ini dikarenakan perbankan merupakan salah satu dari sistem
keuangan yang berfungsi sebagai Financial Intermediary, yaitu suatu lembaga
2
yang mempunyai peran untuk mempertemukan antara pemilik dan pengguna
dana. Oleh karena itu, kegiatan bank harus berjalan secara efisien pada skala makro
maupun mikro (Neldawati, 2018).
Perbankan syariah di dunia berawal dari berdirinya Mit Ghamr local Saving
Bank pada tahun 1963. Kemudian bank komersial pertama yang membuka layanan
syariah ialah Dubai Islamic Bank pada tahun 1975. Di Asia Tenggara sendiri bank
syariah pertama ialah Bank Islam Malaysia Berhad di Malaysia pada tahun 1983
(Ascarya, 2005).
Dalam perkembangan keuangan syariah dunia, Kawasan Asia Tenggara
yang tergabung dalam organisasi ASEAN (Association of Southeast Asian Nation)
yang dibentuk pada tahun 1976 (Winantyo dkk., 2008: 1) juga ikut berkontribusi
dalam memajukan keuangan dan perbankan syariah dunia. Hal ini sejalan dengan
yang dikatakan oleh Ali Rama (2015) bahwa kawasan Asia Tenggara saat ini
berkembang untuk menjadi pusat keuangan dan perbankan syariah dunia.
Pertumbuhan yang signifikan pada industri perbankan syariah pada dekade
ini pun mengalami perkembangan yang pesat di kawasan Asia Tenggara, seiring
dengan perkembangan perekonomian global dan juga dipengaruhi oleh politik,
budaya, geografis, pertahanan dan keamanan (Wibowo, 2015). ASEAN (The
Association of Southeast Asian Nations) memperlihatkan pertumbuhan ekonomi
paling stabil diantara kawasan lainnya, Keadaan ini menunjukkan keberhasilan
ASEAN sebagai komunitas regional yang mampu menggalang dan
memantapkan stabilitas di kawasan (Widyawati, 2018).
Sementara itu, terdapatnya kesenjangan pada perkembangan Perbankan
Syariah di Asia Tenggara. Kualitas perkembangan di negara-negara ASEAN
tersebut tidak sama dan terdapat perbedaan jarak yang cukup signifikan di antara
negara-negara ASEAN (Rama, 2015). Hal ini sejalan dengan data yang diperoleh
dari IFSI berikut ini.
3
Sumber: Islamic Financial Service Industry 2017 (data diolah)
Berdasarkan grafik 1.1 terlihat bahwa saat ini, persentase aset perbankan
syariah di dunia yang terbesar adalah negara Iran sebesar 33%. Kemudian diikuti
oleh Saudi Arabia sebesar 20,6%. Untuk negara-negara ASEAN terdapat Malaysia
dengan peringkat ketiga sebesar 9,3%. Kemudian Indonesia sebesar 1,6% dengan
peringkat kesepuluh dan Brunei Darussalam sebesar 0,5 % dengan posisi ketujuh
belas. Dalam grafik tersebut jelas terlihat bahwa negara ASEAN yang tidak semua
negaranya memiliki penduduk dengan mayoritas muslim, memberikan kontribusi
yang cukup besar kepada perbankan syariah di dunia. Meskipun demikian, seperti
yang telah dikatakan sebelumnya bahwa perkembangan tersebut tidak merata
diantara negara-negara di ASEAN. Kontribusi terbesar di berikan oleh Malaysia
kemudian baru Indonesia, lalu Brunei Darussalam. Menurut Rama (2015)
perbedaan yang cukup signifikan ini terjadi karena perbedaan regulasi di negara-
negara tersebut. Hal tersebut dapat menjadi kendala untuk integrasi keuangan
syariah di negara ASEAN nantinya (Rama, 2015).
Semakin berkembangnya perbankan syariah menyebabkan meningkatnya
tingkat kompetisi antar bank, khususnya setelah krisis ekonomi melanda. Karena
Grafik 1.1 Presentase Aset Perbankan Syariah menurut negara di dunia
4
itu, penghitungan tingkat efisiensi perbankan menjadi perlu untuk dilakukan karena
efisiensi merupakan salah satu gambaran dari kinerja perusahaan.
Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 telah mengakibatkan
berbagai Lembaga keuangan global mengalami kerugian dan kebangkrutan.
Kondisi kebangkrutan dan kerugian tersebut, memberikan dampak yang cukup
mengkhawatirkan dalam industri perbankan di seluruh dunia, tidak terkecuali
industri perbankan di Indonesia. Kondisi bank konvensional di Indonesia
terpengaruh krisis keuangan global yang terjadi tahun 2008 sedangkan bank syariah
di Indonesia cenderung resisten (Faiz, 2010).
Sistem perbankan syariah lebih stabil dibandingkan dengan bank
konvensional dalam menghadapi krisis keuangan global. Sistem keuangan syariah
yang tidak mengenal bunga menjadikan bank syariah mampu bertahan dari
fluktuatif tingkat bunga yang disebabkan oleh turunnya nilai rupiah akibat
langkanya dolar dipasar. Selain itu, kinerja keuangan bank syariah dibandingkan
bank konvensional menunjukan kondisi keungan yang konsisten dan stabil.
(Sudarsono, 2009).
Ketahanan perbankan menunjukkan adanya perbedaan dalam kinerja
perbankan. Kinerja perbankan yang sehat dapat dilihat dari efektifitas dan efisiensi
dalam penggunaan input-output bank syariah. (Huri dan Susilowati, 2004).
Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada
merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi
dilakukan, lembaga keuangan dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan
tingkat output yang optimal dengan input yang ada atau dengan cara mendapatkan
tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Bank syariah yang
memenuhi persyaratan perbankan memiliki tujuan dan modus operasional yang
berbeda dari bank konvensional, juga memiliki karakteristik yang berbeda sehingga
berpotensi mempengaruhi output operasi (Majid, 2006).
Persaingan yang ketat antar bank Syariah menuntut untuk memiliki asset
yang besar, market share yang tinggi, maupun meningkatnya perekonomian
masyarakat melalui pemberian pembiayaan yang dapat diakses oleh kalangan
menengah kebawah, dan tidak dapat dipungkiri supaya menjadi lembaga yang
efisien.
5
Efisiensi sendiri sering kali di definisikan dengan doing the thing right atau
melakukan sesuatu dengan benar. Hal ini dikaitkan dengan cara suatu perusahaan,
dalam hal ini perbankan syariah untuk mencapai tujuannya. Untuk itu, efisiensi
biasanya berkaitan dengan cara perusahaan untuk menekan biaya agar mendapatkan
keuntungan yang maksimal. Hal ini sesuai dengan teori produsen yakni
memaksimalkan keuntungan dengan meminimalisasi biaya. Dalam perbankan
syariah, semakin tinggi profit dan semakin rendah biaya yang dikeluarkan maka
efisiensi bank syariah akan semakin baik (Rusydiana, 2018).
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah indikator penting dalam melihat
kemampuan bank syariah untuk bertahan dan menghadapi persaingan industri
perbankan di Indonesia. Efisiensi dalam perbankan juga merupakan salah satu
parameter kinerja yang cukup popular, banyak digunakan karena merupakan
jawaban atas kesulitas-kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja
perbankan. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang
ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan.. Dengan diidentifikasikannya
alokasi input dan output, dapat dianalisa lebih jauh untuk melihat penyebab ketidak
efisienan. (Gumilar dan Komariyah, 2011).
Bank yang lebih efisien diharapkan akan memperoleh keuntungan optimal,
memperoleh dana pinjaman yang lebih banyak, dan kualitas layanan yang lebih
baik kepada nasabah. Masalah efisiensi perbankan merupakan hal yang penting
pada saat ini maupun di masa mendatang, hal ini disebabkan oleh kompetisi yang
bertambah ketat, permasalahan yang timbul sebagai akibat berkurangnya sumber
daya, dan meningkatnya standar kepuasan nasabah. Keadaan ini menempatkan
efisiensi sebagai isu penting dalam dunia perbankan. Informasi yang diperoleh dari
pengukuran efisiensi perbankan sangat berguna untuk kebijakan pemerintah yang
berkaitan langsung dengan deregulasi perbankan seperti merger, identifikasi
struktur pasar, mengarahkan isu-isu penelitian tentang efisiensi industri baik
tentang ranking maupun metode yang digunakan, atau meningkatkan kinerja
manajerial berdasarkan pada pengalaman keberhasilan maupun pengalaman akan
kegagalan. (Suliyanto dan Jati, 2014:298)
Pada awalnya metode pengukuran tingkat kesehatan suatu perusahaan
menggunakan metode CAMELS. Pada metode tersebut terdapat enam komponen
6
yang menjadi sumber perhitungan dan membentuk satu kesatuan nilai dalam
menggambarkan tingkat kesehatan suatu bank. Salah satu komponen dari metode
perhitungan tersebut adalah komponen Earning yang di dalamnya terdapat rasio
BOPO. Namun pada metode CAMELS bobot perhitungan tingkat efisiensi hanya
sebesar 5%, melihat urgensitas dari pengukuran tingkat efisiensi dalam
menggambarkan kinerja suatu bank. (Firdaus dan Hosen, 2013:170).
Guna mengatasi kekurangan yang ada pada analisis rasio dalam mengukur
kinerja bank terutama dalam bidang efisiensi, maka pendekatan frontier
dikembangkan untuk mengukur tingkat efisiensi perusahaan dalam hal ini adalah
bank. Salah satu pendekatan frontier yang digunakan untuk menghitung efisiensi
bank ialah Data Envelopment Analysis (DEA).
Data Envelopment Analysis menghitung nilai efisiensi untuk seluruh unit
bank-bank syariah. Data Envelopment Analysis merupakan prosedur yang
dirancang khusus untuk mengukur nilai efisiensi yang menggunakan banyak input
dan banyak output, dimana penggabungan input dan output tersebut tidak dapat
dilakukan. Metode ini memiliki keuntungan dibandingkan dengan metode
parametrik. Keuntungannya adalah kita dapat mengidentifikasi unit yang digunakan
sebagai referensi. (Fidaus dan Hosen, 2013:169)
Terdapat perbedaan hasil beberapa penelitian tentang Efisiensi yang
menggunakan metode SFA dengan metode DEA, yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Yulis Pramita Sari pada tahun 2016 dengan judul “Analisis Efisiensi
Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2012-2015: Metode Stohastic Frontier
Approach (SFA) dan Data Envelopment Analysis (DEA) serta pengaruhnya
terhadap kinerja profitabilitas” menunjukan rata-rata nilai efisiensi metode SFA
dan DEA dari kelima BUS hanya menunjukan nilai masing-masing sebesar 62,97%
dan 80,06%. Pada metode SFA tidak ada BUS yang mencapai tingkat Efisiensi
100%, sedangkan pada metode DEA terdapat dua BUS yang mencapai tingkat
efisiensi 100%, yaitu Bank Muamalat Indonesia dan Bank Panin Syariah. Pengaruh
variable input dan output tiap bank berbeda-beda terhadap nilai efisiensinya.
Ketidakefisienan pada beberapa bank dapat berasal dari variable input dan variable
output.
7
Norlina Kadri, Rossazana Ab-Rahim, & Dyg Siti Zahrah Abg-Abdillah
pada tahun 2016 dengan topik penelitian “The Efficiency Performance of Global
Islamic Banks” Hasil empiris menunjukkan bahwa selama periode penelitian,
efisiensi teknis murni melebihi efisiensi skala di sektor perbankan Islam global
yang menyiratkan bahwa bank syariah efisien manajerial sumber daya mereka;
Rahmat Hidayat pada tahun 2014 dengan topik penelitian “Efisiensi
Perbankan Syariah: Teori dan Praktik” Berdasarkan DEA, jumlah bank dari BUS
yang efisien sebanyak 92%, dan UUS 46%. Hal ini memberikan gambaran bahwa
mayoritas perbankan dari kelompok BUS memiliki tingkat efisiensi lebih tinggi
dibandingkan dengan UUS. Berdasarkan SFA, tingkat efisiensi perbankan syariah
rata-rata 65.7%, oleh sebab itu, untuk meningkatkan peringkat nilai efisiensinya
maka perbankan syariah harus mengurangi biaya sebesar 34.3%.Berdasarkan hasil
output model penentu efisiensi disimpulkan bahwa pembiayaan merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap efisiensi;
Abdul Wahab, Muhammad Nadratuzzaman Hosen, & Syafaat Muhari pada
tahun 2014 melakukan penelitian dengan topik penelitian “Komparasi Efisiensi
Teknis BUK dan BUS di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis
(DEA)” Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata efisiensi BUK lebih baik
dibandingkan BUS dengan 10 Bank Konvensional dan 10 Bank Syariah terbesar di
Indonesia yang dijadikan sampel dari tahun 2010-2012.
Data Envelopment Analysis mempunyai beberapa keuntungan
dibandingkan dengan teknik parametrik. Dalam mengukur efisiensi, DEA
mengidentifikasi unit yang digunakan sebagai referensi yang dapat membantu
untuk mencari penyebab dan jalan keluar dari inefisiensi, yang merupakan
keuntungan utama dalam aplikasi manajerial. (Henderson et al, 1989)
Tidak seperti SFA, Data Envelopment Analysis tidak memerlukan
hubungan fungsi tertentu antar output dan input produksi ataupun asumsi dari
distribusi error. DEA juga membolehkan penggunaan banyak input dan output.
Dibandingkan SFA, DEA juga menghasilkan informasi detail nilai efisiensi unit,
tidak hanya relative terhadap garis frontier efisiensi, tetapi juga terhadap unit efisien
tertentu yang lebih spesifik yang bisa dijadikan role model atau pembanding
(Hawdon, 2003).
8
Penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi yang mana
pendekatan ini unggul dalam mengevaluasi pentingnya efisiensi frontier terhadap
profitabilitas institusi keuangan karena minimisasi total cost diperlukan untuk
memaksimumkan profit dan bukan hanya meminimumkan biaya produksi itu
sendiri. Variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah Dana Pihak
Ketiga, Beban Tenaga Kerja, dan Aset Tetap, adapun untuk variabel outputnya
adalah Total Pembiayaan, Pendapatan Lainnya, dan Investasi Finansial.
Berdasarkan latar belakang diatas penelitian terkait perbandingan tingkat
efisiensi antar bank umum syariah di Asia Tenggara sangat penting untuk diteliti
mengingat potensi Kawasan ini pada tahun 2030 yang bisa menjadi kiblat bagi
ekonomi syariah di dunia. Selain itu, peran perbankan syariah dalam menjaga
efisiensi dan kestabilannya dapat mendukung keuangan syariah secara umum dan
menjadikan perekonomian global yang berkualitas. Untuk itulah peneliti
memandang penting untuk meneliti lebih jauh mengenai efisiensi perbankan
syariah ini dengan mengangkat judul penelitian “Perbandingan Efisiensi Bank
Umum Syariah di Asia Tenggara.”
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Persaingan yang sangat ketat antar Bank Umum Syariah.
2. Bank Syariah cenderung resisten dalam menghadapi krisis keuangan
global pada tahun 2008.
3. Beberapa metode pengukuran efisiensi bank menunjukan hasil yang
berbeda.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan untuk menghindari perluasan topik
yang dibahas agar penelitian yang dicapai lebih terarah. Penelitian ini dibatasi
pada:
1. Variable input untuk mengukur kinerja efisiensi yang digunakan
adalah Total Asset, Biaya Tenaga Kerja, dan Dana Pihak Ketiga,
sedangkan untuk variable output yang digunakan adalah Total
Pembiayaan, Pendapatan Operasional, dan Investasi Finansial.
9
2. Pengukuran efisiensi dengan menggunakan metode non parametrik
yaitu, Data Envelopment Analysis (DEA)
3. Menggunakan Uji Beda untuk melihat perbedaan tingkat efisiensi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat efisiensi pada Bank Umum Syariah di Asia
Tenggara dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis
(DEA)?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi
pada Bank Umum Syariah di Asia Tenggara?
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Untuk menguji tingkat efisiensi Bank Umum Syariah di Asia
Tenggara.
b. Untuk menguji perbandingan tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah di Asia Tenggara.
2. Manfaat Penelitian
Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian
ini adalah:
1. Kontribusi Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan tambahan
pengetahuan mengenai kinerja perbankan, khususnya
tentang efisiensi keuangan bank syariah di Asia Tenggara,
serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama
di bangku perkuliahan.
b. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan
kepustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan
10
pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya dengan
permasalahan yang sejenis.
2. Kontirbusi Praktisi
a. Bagi Bank
Dapat digunakan untuk mengetahui kinerja bank
tertutama pada efisiensi keuangan bank sehingga bisa
menjadi salah satu pedoman bagi manajer dalam
mengambil keputusan di masa mendatang.
b. Bagi Nasabah
Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan kinerja bank
syariah dalam menjalankan usahanya, serta dapat dijadikan
pilihan dalam hal penitipan dana, pengelolaan dana, dan
pembiayaan yang tepat.
c. Bagi Pemerintah
Dapat digunakan tolak ukur perbandingan dengan
negara lain sehingga bisa menjadi salah satu pembelajaran
bagi pihak pemerintah agar dapat menjadikan perbankan
syariah yang lebih maju dan dapat bersaing secara global.
F. Tinjauan Penelitian Kajian Terdahulu
Penelitian ini merupakan pembaharuan dan research ulang penelitian
mengenai tingkat efisiensi bank syariah secara global maupun nasional yang
berkisar dari tahun 2013 sampai dengan 2016. Berikut ini adalah penelitian
mengenai efisiensi bank syariah yang telah banyak dilakukan pada bank-bank
syariah maupun bank-bank konvensional baik domestik maupun luar negeri:
11
Tabel 1.1 Review Penelitian Terdahulu
No
Nama
Peneliti dan
Tahun
Penelitian
Judul Penelitian
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1
Muhammad
Faza
Firdaus dan
Muhamad
Nadratuzza-
man Hosen
(2013)
"Efisiensi Bank
Umum Syariah
mengguna-kan
Pendekatan Two
Stage Data
Envelopment
Analysis"
Data
Envelopment
Analysis (DEA)
pada First Stage
Variabel Input:
DPK (I1), total
aset (I2), dan
biaya tenaga kerja
(I3).
Variabel Output:
pembiayaan (O1)
dan pendapatan
operasional (O2).
Variabel Input: Aset
Tetap.
Variabel Output:
Investasi Financial.
Penelitian ini memberikan beberapa hasil temuan,
pertama, secara umum tingkat efisiensi 10
(sepuluh) Bank Umum Syariah memiliki trend yang
fluktuatif selama waktu penelitian. Secara individu,
Bank Muamalat Indonesia memiliki tingkat
efisiensi rata-rata yang paling tinggi dengan score
93,82 dan Bank Victoria Syariah dengan rata-rata
tingkat efisiensi paling rendah dengan score 72.12.
Kedua, dengan aplikasi model Tobit disimpulkan
bahwa variabel Cabang Bank, Non Performing
Financing (NPF), dan Capital Adequacy Ratio
(CAR) memiliki pengaruh negatif dan signifikan
terhadap tingkat efisiensi bank. Sedangkan pada
variabel Aset Retun On Asset (ROA), Return On
Equity (ROE) memiliki pengaruh positif dan
signifikan.
Bersambung ke halaman selanjutnya
12
Tabel 1.2 Lanjutan
No Nama &
Tahun Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2
Abdul
Wahab,
Muhammad
Nadratuzza-
man Hosen,
& Syafaat
Muhari
(2014)
"Komparasi
Efisiensi Teknis
BUK dan BUS di
Indonesia dengan
Metode Data
Envelopment
Analysis (DEA)"
DEA dengan
Variabel Input:
DPK, BTK dan
Aset Tetap.
Variabel Output:
Total Kredit dan
Pendapatan
Lainnya.
Variabel Ouput:
Investasi Financial.
Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata
efisiensi BUK lebih baik dibandingkan BUS
dengan 10 Bank Konvensional dan 10 Bank Syariah
terbesar di Indonesia yang dijadikan sampel dari
tahun 2010-2012. Dari aspek Profitabilitas, BOPO
berpengaruh negatif, NPL berpengaruh negatif,
LDR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROE
BUK tetapi berpengaruh positif signifikan terhadap
ROA BUS
3
Rahmat
Hidayat
(2014)
“Efisiensi
Perbankan
Syariah: Teori
dan Praktik”
DEA dengan
Variabel Input:
DPK, BTK dan
Aset Tetap.
Variabel Output:
Total Kredit dan
Surat Berharga
Variabel Output:
Investasi Financial
Berdasarkan DEA, jumlah bank dari BUS yang
efisien sebanyak 92%, dan UUS 46%. Hal ini
memberikan gambaran bahwa mayoritas perbankan
dari kelompok BUS memiliki tingkat efisiensi lebih
tinggi dibandingkan dengan UUS. Berdasarkan
SFA, tingkat efisiensi perbankan syariah rata-rata
65.7%, oleh sebab itu, untuk meningkatkan
peringkat nilai efisiensinya maka perbankan syariah
harus mengurangi biaya sebesar 34.3%.
Berdasarkan hasil output model penentu efisiensi
disimpulkan bahwa pembiayaan merupakan
variabel yang paling berpengaruh terhadap
efisiensi.
Bersambung ke halaman selanjutnya
13
Tabel 1 3 Lanjutan
No Nama
&Tahun Judul Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4
Solihin,
Noer Azam
Achsani, &
Imam T.
Saptono
(2016)
"The Islamic
Banking and The
Economic
Integration in
ASEAN"
DEA
Variabel Input:
Total Deposit,
Kewajiban ke
bank Lain, dan
Biaya Opex
Variabel Output:
Pembiayaan
Produktif (seluruh
financing, dan
investasi),
Penempatan pada
Bank Lain, dan
Surat Berharga
Variabel Input: Aset
Tetap.
Variabel Output:
Pendapatan Lainnya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data tahunan dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2013. Data ini mencakup 32 bank syariah di
ASEAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
gabungan bank memiliki nilai yang paling efisien
dalam periode observasi. Efisiensi perbankan
syariah rata-rata di Indonesia, pada pendekatan
intermediasi, lebih rendah dari rata-rata ASEAN.
Penentu efisiensi Perbankan Islam di ASEAN,
hasilnya menunjukkan faktor-faktor yang paling
berpengaruh terhadap efisiensi perbankan syariah
di Indoneisa adalah ukuran total dari bank atau aset,
OPEX/OR, dan Pasar Power
5
Norlina
Kadri,
Rossazana
Ab-Rahim,
& Dyg Siti
Zahrah
Abg-
Abdillah
(2016)
"The Efficiency
Performance of
Global Islamic
Banks"
DEA, dengan
Variabel Input:
BTK, Fixed
Assets, Deposits
Variabel Output:
Total Asets,
Interest Income,
Interest Expense,
Non-Interest
Income
Variabel Output:
Total Kredit dan
Investasi Financial
Penelitian ini menggunakan sampel 14 negara yaitu
Bahrain, Bangladesh, Iran, Yordania, Kuwait,
Lebanon, Malaysia, Pakistan, Qatar, Saudi, Tunisia,
Turki, UEA, dan Yaman selama periode 2004-2011
dengan 44 bank syariah terlibat. Hasil empiris
menunjukkan bahwa selama periode penelitian,
efisiensi teknis murni melebihi efisiensi skala di
sektor perbankan Islam global yang menyiratkan
bahwa bank syariah efisien manajerial sumber daya
mereka
Sumber: Jurnal-jurnal terdahulu dan telaah peneliti
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI TERKAIT DENGAN VARIABEL PENELITIAN
1. Bank Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah pada
Pasal 1 disebutkan bahwa definisi perbankan syariah adalah segala sesuatu
yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup
kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Adapun menurut Sadi (2015:36) bank syariah sendiri
memiliki pengertian yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat berdasarkan prinsip syariah .
Latumaerissa (2011, 331) menyatakan bahwa bank syariah merupakan
bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, yang memberikan
alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat
dan Bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi investasi
beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam
berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
keuangan.
Menurut Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio,
bank Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-
ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata cara
bermuamalah secara Islam. Dalam tata cara bermuamalah itu dijauhi
praktik-praktik yang mengandung unur-unsur riba untuk diisi dengan
kegiatan-kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan
perdagangan (Usman, 2012:33-34).
b. Fungsi Bank Syariah
Berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah di
Pasal 4, disebutkan bahwa bank syariah wajib menjalankan fungsi
15
menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Selain menjalankan
fungsinya sebagai lembaga intermediasi, ada berbagai macam fungsi yang
dapat dijalankan oleh bank syariah. Bank syariah setidaknya memiliki
empat fungsi, yaitu sebagai fungsi manajer investasi, fungsi investor, fungsi
sosial, dan fungsi jasa keuangan (Yaya et al, 2014:48-50).
c. Konsep Dasar Transaksi Bank Syariah
Bank syariah dalam menjalankan transaksi-transaksinya memiliki
konsep dasar yaitu (Rodoni dan Hamid, 2008:21-22):
1) Efisiensi, mengacu pada prinsip saling tolong menolong untuk berikhtiar
dengan tujuan mencapai laba sebesar mungkin dan biaya yang
dikeluarkan selayaknya.
2) Keadilan, mengacu pada hubungan yang tidak menzalimi (menganiaya),
saling ikhlas mengikhlaskan antara pihak-pihak yang terlibat dengan
persetujuan yang adil tentang proporsi bagi hasil, baik untung maupun
rugi.
3) Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan
nasehat untuk saling meningkatkan produktvitas.
d. Produk dan Jasa Perbankan Syariah
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat
dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu:
1) Produk Penghimpunan Dana (Funding)
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan,
dan deposito. Prinsip operasional syariah yang dapat diterapkan dalam
penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadi’ah dan Mudharabah.
(Karim, 2014:107)
Pada dasarnya, penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank terdiri
dari dua unsur yaitu simpanan dan investasi. Simpanan merupakan dana
yang dipercayakan oleh nasabah kepada bank syariah dan/atau UUS
berdasarkan akad Wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dalam bentuk giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. Investasi merupakan dana yang dipercayakan
oleh nasabah kepada bank syariah dan/atau UUS berdasarkan akad
16
Mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dalam bentuk deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu. (Soemitra, 2009:74)
2) Produk Penyaluran Dana (Financing)
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar
produk penyaluran dana terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: pembiayaan dengan prinsip jual
beli ditujukan untuk memiliki barang, pembiayaan dengan prinsip sewa
ditujukan untuk mendapatkan jasa, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan
barang dan jasa sekaligus, pembiayaan dengan akad pelengkap ditujukan
untuk memperlancar pembiayaan dengan menggunakan tiga prinsip di
atas. (Karim, 2014:97)
a) Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ini dilaksanakan sehubungan
dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of
property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi
bagian harga atas barang yang dijual. (Karim, 2014:98)
Pembiayaan dengan pola jual beli ini dapat dibedakan menjadi
tiga bagian akad yaitu Murabahah, Salam, dan Isthisna’. (Soemitra,
2009:79-81)
b) Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil ini dilaksanakan
sehubungan dengan adanya kerja sama yang ditujukan guna
mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Tingkat keuntungan bank
ditentukan dan besarnya keuntungan usaha sesuai dengan prinsip bagi
hasil. Pada pembiayaan dengan prinsip bagi hasil, keuntungan
ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di muka. (Karim,
2014:98)
17
Pembiayaan dengan pola bagi hasil ini dapat dibedakan menjadi
dua bagian akad yaitu Mudharabah dan Musyarakah. (Soemitra,
2009:81-83)
c) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa
Pembiayaan dengan prinsip sewa ini dilandasi dengan adanya
perpindahan manfaat. Jadi, pada dasarnya prinsip sewa sama saja
dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek
transaksinya. Bila pada prinsip jual beli objek transaksinya adalah
barang, maka pada prinsip sewa objek transaksinya adalah jasa. Tingkat
keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas
barang yang dijual. (Karim, 2014:101)
Pembiayaan dengan pola sewa ini dapat dibedakan menjadi dua
bagian akad yaitu Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bittamlik. (Soemitra,
2009:85-86)
d) Pembiayaan dengan Prinsip Akad Pelengkap
Dalam rangka mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya
diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan
untuk mencari keuntungan tapi ditujukan untuk mempermudah
pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak ditujukan untuk mencari
keuntungan, dalam akad pelengkap ini dibolehkan untuk meminta
pengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini.
Besarnya pengganti biaya ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar-
benar timbul. (Karim, 2014:105).
Pembiayaan dengan akad pelengkap ini dapat dibedakan menjadi
beberapa bagian yaitu Qardh, Hawalah, dan Multijasa. (Soemitra,
2009:84-87).
3) Jasa Perbankan
Selain menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari
(penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) dengan
pihak yang kelebihan dana surplus unit), bank syariah dapat pula
melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan
imbalan berupa sewa atau keuntungan. (Karim, 2014:112).
18
Beberapa produk jasa keuangan di perbankan syariah adalah
penukaran valuta asing (sharf), penyewaan kotak simpanan (safe deposit
box) dan jasa tatalaksana administrasi dokumen (custodian), pembukuan
L/C, inkaso, dan transfer uang (Soemitra, 2009:90-91).
e. Alur Operasional Bank Syariah
Secara umum, alur operasional bank syariah tercermin pada gambar di
bawah ini yaitu sebagai berikut:
Sumber: (Wiroso, 2011:112)
Adapun penjelasan dari gambar di atas dapat dijabarkan sebagai berikut
(Wiroso, 2011:113-115):
1) Penghimpunan dana bank syariah, yang diperhatikan bukan nama
produknya, namun prinsip syariah yang dipergunakan. Selain itu, bank
syariah juga mempunyai sumber dana lain yang berasal dari modal sendiri.
Semua penghimpunan dana atau sumber dana tersebut dicampur menjadi
satu, dalam bentuk pooling dana. Dalam penghimpunan dana inilah bank
syariah sangat berperan sebagai manager investasi dari pemilik dana yang
dihimpun, khususnya pemilik dana mudharabah, karena hasil pemilik
Gambar 2. 1 Alur Operasional Bank Syariah
19
dana mudharabah tergantung pada hasil usaha pengelolaan dana yang
dilakukan oleh bank syariah.
2) Dana bank syariah yang dihimpun, kemudian disalurkan dengan pola-pola
penyaluran dana yang dibenarkan oleh syariah. Oleh karena dana bank
syariah dicampur menjadi satu dalam bentuk pooling dana, maka dalam
penyaluran tersebut tidak diketahui dengan jelas sumber dananya dari
prinsip wadi’ah atau mudharabah atau dari sumber dana modal sendiri.
3) Atas penyaluran dana tersebut akan diperoleh pendapatan yaitu margin,
bagi hasil, atau ujroh yang merupakan pendapatan operasi utama, yang
nantinya akan dibagihasilkan atau yang termasuk pada unsur pembagian
hasil usaha (profit distribution). Selain itu, bank syariah juga memperoleh
pendapatan operasi lainnya yang berasal dari pendapatan jasa perbankan
yang merupakan pendapatan sepenuhnya milik bank syariah.
4) Lalu dari pendapatan operasi utama yang penerimaannya benar-benar
terjadi (cash basis) inilah yang akan dibagihasilkan antara pemilik dana
dan pengelola dana. Secara prinsip pendapatan yang akan dibagihasilkan
antara pemilik dana dengan pengelola dana adalah pendapatan dari
penyaluran dana yang sumber dananya berasal dari mudharabah
mutlaqah.
5) Pendapatan bank syariah tidak hanya dari bagian pendapatan pengelolaan
dana mudharabah saja, tetapi ada pendapatan-pendapatan lainnya yang
menjadi hak sepenuhnya bagi bank syariah, dimana pendapatan-
pendapatan tersebut tidak dibagihasilkan antara pemilik dan pengelola
dana (bank). Pendapatan tersebut antara lain pendapatan yang berasal dari
fee base income, fee pembayaran payroll dan fee lain dari jasa layanan
yang diberikan oleh bank syariah. (Wiroso, 2011:113-115).
2. Kinerja Keuangan Bank
a. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana
20
maupun penyaluran dana, yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas. (Jumingan, 2006:239)
Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai
perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan perusahaan tersebut. (Sutrisno, 2009:53)
Kinerja keuangan merupakan gambaran dari pencapaian
keberhasilan perusahaan dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai
atas berbagai aktivitas yang telah dilakukan. Dapat dijelaskan bahwa
kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi,
2012:2).
Peneliti berpendapat kinerja keuangan adalah gambaran yang
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan yang dihasilkan dari analisis
terhadap kondisi keuangan dengan alat-alat analisis keuangan.
b. Pengukuran Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan berkaitan erat dengan pengukuran dan
penilaian kinerja. Pengukuran kinerja (performing measurement) adalah
kualifikasi dan efisiensi serta efektivitas perusahaan dalam pengoperasian
bisnis selama periode akuntansi. Adapun penilaian kinerja menurut
Srimindarti (2006:34) adalah penentuan efektivitas operasional,
organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya secara periodik.
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan
perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian
secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur,
menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu.
21
c. Alat Ukur Kinerja Keuangan
Alat ukur untuk menganalisis dan mengukur kinerja perusahaan
dengan menggunakan data-data keuangan perusahaan yaitu dengan
menggunakan rasio keuangan. Rasio Keuangan dibagi menjadi empat :
A. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan (laba). Dengan menggunakan rasio ini Anda
dapat mengetahui kelangsungan hidup perusahaan (going concern).
B. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban finansial jangka pendeknya, seperti membayar gaji, utang
yang jatuh tempo, biaya operasional, dan lainnya.
C. Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi semua kewajibannya baik jangka panjang maupun jangka
pendek jika perusahaan dilikuidasi. Jadi perusahaan yang solvable
belum tentu tidak likuid (ilikuid), dan perusahaan yang tidak solvable
juga belum tentu ilikuid. Perusahaan yang tidak mempunyai aktiva
yang cukup untuk membayar utang biasanya disebut dengan
perusahaan yang unsolvable.
D. Rasio Aktivitas
Mengukur tingkat penggunaan aktiva atau kekayaan perusahaan
kepada Anda. Caranya adalah dengan melihat beberapa aset, kemudian
menentukan berapa tingkat aktivitas pada aktiva-aktiva pada kegiatan
tertentu. Setelah itu, akan mengetahui aktiva mana yang produktif dan
aktiva mana yang kurang produktif. Sehingga selanjutnya dapat
memutuskan alokasi dana yang lebih besar untuk aktiva yang produktif.
d. Alat Analisis Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.
Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi
(Jumingan, 2006:242):
22
a) Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik
analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode
atau lebih dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah
(absolut) maupun dalam persentase (relatif).
b) Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan
kenaikan atau penurunan.
c) Analisis Persentase per-Komponen (common size), merupakan
teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-
masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
d) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik
analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal
kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan.
e) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan
kas pada suatu periode waktu tertentu.
f) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan
untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca
maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara
simultan.
g) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.
h) Analisis Break Event, merupakan teknik analisis untuk mengetahui
tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak
mengalami kerugian.
3. Efisiensi
a. Pengertian Efisiensi
Menurut Wirapati dalam (The Liang Gie, 1967:26), efisiensi adalah
usaha mencapai prestasi yang sebesar-besarnya dengan menggunakan
kemungkinan-kemungkinan yang tersedia seperti material, mesin dan
manusia dalam tempo sependek-pendeknya, di dalam keadaan yang nyata
23
tanpa menggangu keseimbangan antara faktor-faktor tujuan, alat, tenaga dan
waktu. (Syamsi, 2007:4).
Efisiensi menurut Ghiselli dan Brown adalah the term efficiency has a
very definition. It is expressed as the ratio of output to input. Istilah efisiensi
yang dimaksud Ghiselli dan Brown menunjukkan adanya perbandingan
antara keluaran (output) dan masukan (input). (Syamsi, 2007:7).
Efisiensi merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan
dengan benar atau dalam pandangan matematika didefinisikan sebagai
perhitungan rasio output (keluaran) dan atau input (masuk) atau jumlah
keluaran yang dihasilkan dari suatu input yang digunakan. (Muharam dan
Puvitasari, 2007:85).
Bagi peneliti Efisiensi adalah kemampuan untuk menggunakan input
yang minim agar dapat menghasilkan output yang maksimal.
b. Konsep Efisiensi dalam Perspektif Islam
Dari sudut pandang ekonomi Islam, konsep efisiensi sejalan dengan
prinsip syariah yang bertujuan untuk mencapai dan menjaga Maqashid
Syariah yaitu terpeliharanya al-maal (Sari dan Suprayogi, 2015:677). Konsep
efisiensi pada dasarnya adalah menghindari segala bentuk pemborosan
sebagaimana terkandung dalam surat Al-Israa’ ayat 26-27:
ر ت بذيرا وءات ذا ٱلقرب حقهۥ وٱلمسكني وٱبن ٱلسب ٢٦يل ول ت بذ
ن ٱلشيطني وكان ٱلشيطن لرب هۦ كفور رين كان وا إخو ٢٧ا إن ٱلمبذ
Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga keluarga yang dekat akan
haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan
janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S. Al-Israa : 26-27)
Makna kata boros pada ayat di atas berasal dari kata tabdzir yang
merupakan kata kerja (fi’il) dari kata sifat (isim) mubadzir yang oleh Imam
Syafi’i diartikan sebagai membelanjakan harta tidak pada jalannya. Lebih
lanjut dijelaskan oleh Mujahid bahwa walaupun seluruh harta dihabiskan
24
untuk jalan yang benar, maka tidak dikategorikan sebagai mubadzir.
Sebaliknya, walaupun hanya segantang padi tapi digunakan untuk hal yang
tidak benar maka hal itu disebut dengan mubadzir. (Hamka, 2007:48)
Berdasarkan konsep di atas, maka konsep efisiensi pada bank syariah
merujuk pada keharusan manajemen bank untuk bisa mengelola
pengeluaran untuk pos-pos penggerak biaya dengan cara yang tepat guna
dan benar, hemat, layak, dan wajar. (Sari dan Suprayogi, 2015:678)
c. Konsep Efisiensi Perbankan
Konsep efisiensi pertama kali diperkenalkan oleh Farrel (1957) yang
merupakan tindak lanjut dari model yang diajukan oleh Debreu (1951) dan
Koopmans (1951). Farrel (1957) mengemukakan bahwa efisiensi
perusahaan atau bank terdiri dari tiga komponen, yaitu (Abidin dan Endri,
2009:22):
1) Efisiensi Teknis
Efisiensi ini mencerminkan kemampuan untuk memproduksi
output semaksimal mungkin dari input yang ada. Efisien secara
teknis bukan berarti efisien dalam hal efisiensi harga atau alokatif.
2) Efisiensi Alokatif/Harga
Allocative efficiency menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menggunakan input dalam proporsi yang optimal yang juga
memasukkan perhitungan biaya. Decision Making Unit (DMU)
dianggap efisien alokatif, jika DMU menghasilkan outputnya
dengan biaya seminimal mungkin dengan menggunakan minimal
input.
3) Efisiensi Ekonomis
Kedua komponen efisiensi teknis dan alokatif kemudian
dikombinasikan untuk menghasilkan ukuran efisiensi total atau
efisiensi ekonomis (economic efficiency).
d. Teknik Pengukuran Efisiensi
Secara umum, ada dua pendekatan untuk mengukur tingkat
efisiensi perbankan yaitu pendekatan financial ratio dan pendekatan
operating research yaitu sebagai berikut (Hidayat, 2014:69-73):
25
1) Pendekatan Financial Ratio
Pendekatan ini mengukur tingkat efisiensi dengan merujuk
pada kinerja keungan, seperti: pengukuran Return On Asset (ROA),
Return On Equity (ROE), dan Beban Operasional/Pendapatan
Operasional (BOPO).
2) Pendekatan Operating Research
Pendekatan ini didasarkan pada frontier atau batasan.
Pendekatan ini semakin popular diterapkan untuk mengukur tingkat
efisiensi, karena frontier didasarkan pada perilaku institusi, dalam
hal ini bagaimana pihak institusi memaksimalkan input ataupun
dengan meminimalkan output. Oleh karenanya, deviasi dari frontier
dapat diinterpretasikan sebagai ukuran dari efisiensi, yang
merupakan standar kondisi optimal yang mungkin dicapai. (Fauzi,
2014:126)
Dari pendekatan frontier inilah kemudian pengukuran efisiensi
terbagi kepada dua macam pendekatan pengukuran, yaitu (Fauzi,
2014:127):
a) Parametrik terdiri dari Stochastic Frontier Approach (SFA),
Thick Frontier Approach (TFA), Distribution Free Approach
(DFA).
b) Non-Parametrik terdiri dari Data Envelopment Analysis
(DEA), Free Disposal Hull (FDH).
DEA adalah analisa non-parametrik yang merupakan
pengembangan dari matematika linear programming untuk mengukur
tingkat efisiensi dari Unit Kegiatan Ekonomi (UKE) relatif terhadap
(UKE) yang sejenis ketika semua unit-unit ini berada pada atau di bawah
“kurva” efisiensi frontiernya. Teknik DEA pertama kali diperkenalkan
oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes (1978), berdasarkan penyelidikan
Farrell (1957). Teknik ini sangat populer sebagai alat manajemen
(management tool), serta paling banyak dipergunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi. DEA juga merupakan sebuah teknik yang unggul dalam
mengukur tingkat efisiensi teknik secara total (overall). Sejak pertengahan
26
tahun 1980-an, teknik non parametrik DEA telah banyak digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi industri perbankan dan secara luas
diaplikasikan dalam menilai kinerja usaha, sekolah, rumah sakit,
perbankan dan perencanaan produksi. (Hidayat, 2014:72-73)
DEA memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri, keunggulan
DEA adalah dapat menangani pengukuran efisiensi secara relatif beberapa
UKE sejenis dengan menggunakan banyak input dan output, DEA tidak
perlu mencari asumsi bentuk fungsi hubungan antara variabel input dan
output dari UKE sejenis yang akan diukur efisiensinya, UKE-UKE
dibandingkan secara langsung dengan sesamanya, faktor input dan output
dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda tanpa perlu melakukan
perubahan satuan dari kedua variabel tersebut. Adapun kelemahan yang
dimiliki oleh DEA yaitu DEA hanya menunjukkan perbandingan baik
buruk apa yang telah dilakukan sebuah UKE dibandingkan dengan
sekumpuan UKE sejenis (relatif), DEA merupakan teknik non parametrik
sehingga sulit dilakukan uji hipotesis statistik, DEA merupakan sebuah
exctreme point technique kesalahan-kesalahan pengukuran dapat
mengakibatkan masalah yang signifkan. (Muharam dan Pusvitasari,
2007:93-94)
e. Model Pengukuran Efisiensi DEA
Pada pengukuran tingkat efisiensi menggunakan Data
Envelopment Analysis (DEA) terdapat 2 model yang digunakan dalam
menganalisis efisiensi suatu Unit Kegiatan Ekonomi (UKE), yaitu model
dengan asumsi constant return to scale (CRS) dan model dengan asumsi
variable return to scale (VRS). (Firdaus dan Hossen, 2013:175)
Model yang pertama kali dikembangkan adalah model dengan
asumsi constant return to scale (CRS) atau biasa disebut model CCR
(Charnes-Cooper-Rhodes). Dalam model constant return to scale setiap
UKE akan dibandingkan dengan seluruh UKE yang ada di sampel dengan
asumsi bahwa kondisi internal dan eksternal UKE adalah sama. Menurut
Charnes, Cooper, dan Rhodes model ini dapat menunjukkan technical
efficiency secara keseluruhan atau nilai dari profit efficiency untuk setiap
27
UKE. Dalam persamaan CCR, dapat diterangkan bahwa nilai/score
efisiensi teknis didapatkan dengan perbandingan antara rasio output
terhadap rasio inputnya. Melalui persamaan CCR, dapat disimpulkan
bahwa bank dikatakan efisien apabila memiliki angka rasio mendekati 1
atau 100 persen, sebaliknya jika mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank
semakin rendah. Dalam persamaan CCR juga dijelaskan bahwa fungsi
tujuan dari persamaan tersebut adalah memaksimalkan output dengan
fungsi kendala bahwa nilai input sama dengan satu, sehingga nilai output
yang dikurangi nilai input nilainya kurang atau sama dengan 0. Hal itu
berarti semua bank akan berada atau di bawah tingkat efisiensi teknis.
(Firdaus dan Hossen, 2013:175)
Model kedua yang dikembangkan dalam pengukuran tingkat
efisiensi adalah model dengan asumsi variable return to scale (VRS) atau
biasa disebut dengan model BCC (Bankers-Charnes-Cooper). Dalam
model ini diasumsikan bahwa kondisi semua UKE tidak sama atau dapat
dikatakan bahwa tidak semua UKE beroperasi secara optimal. Persaingan
tidak sempurna, kendala keuangan dan sebagainya mungkin menyebabkan
sebuah perusahaan tidak beroperasi pada skala yang optimal. Model
matematika dengan pendekatan VRS didapat melalui modifikasi dari
model dengan pendekatan CRS dan tetap berpedoman pada model
matematika umum DEA sebagai persamaan dalam mengukur tingkat
efisiensi teknis. (Firdaus dan Hossen, 2013:175)
f. Hubungan Input dan Output
Menurut Hadad et al., (2003:3), konsep-konsep yang digunakan
dalam mendefinisikan hubungan input output dalam tingkah laku dari
institusi finansial pada metode parametrik maupun nonparametrik adalah
sebagai berikut:
1) Pendekatan Produksi (The Production Approach)
Pendekatan produksi melihat institusi finansial sebagai produser
dari akun deposit (deposit accounts) and kredit pinjaman (loans);
mendefinisikan output sebagai jumlah dari akun-akun tersebut atau
dari transaksi-transaksi yang terkait. Input-input dalam kasus ini
28
dihitung sebagai jumlah dari tenaga kerja, pengeluaran modal pada
aset-aset tetap (fixed assets) and material lainnya.
2) Pendekatan Intermediasi (The Intermediation Approach)
Pendekatan intermediasi memandang sebuah institusi finansial
sebagai intermediator yaitu merubah dan mentransfer aset-aset
finansial dari unit-unit surplus menjadi unit-unit defisit. Dalam hal ini
input-input institusional seperti biaya tenaga kerja, modal dan
pembayaran bunga pada deposit, dengan output yang diukur dalam
bentuk kredit pinjaman (loans) dan investasi finansial (financial
investments).
3) Pendekatan Asset (The Asset Approach)
Pendekatan asset yang memvisualisasikan fungsi primer sebuah
institusi finansial sebagai pencipta kredit pinjaman (loans); dekat
sekali dengan pendekatan intermediasi, dimana output benar-benar
didefinisikan dalam bentuk aset-aset.
B. KETERKAITAN HUBUNGAN VARIABEL INPUT DAN OUTPUT
Menurut Berger dan Humphrey (1997) dalam (Muharram dan
Pusvitasari, 2007) menyatakan bahwa pendekatan intermediasi merupakan
pendekatan yang lebih tepat untuk mengevaluasi kinerja lembaga keuangan
secara umum karena karakteristik lembaga keuangan sebagai financial
intermediation yang menghimpun dana dari surplus unit dan menyalurkan
kepada deficit unit. Dengan menggunakan pendekatan intermediasi ini juga
diharapkan dapat menggambarkan fungsi perbankan yang sesungguhnya.
Alasan lainnya, karena dalam praktik pendekatan intermediasi merupakan
pendekatan yang paling banyak digunakan untuk mengukur efisiensi.
(Hidayat, 2014:102). Ditambahkan menurut Iqbal dan Molyneux (2005),
pendekatan intermediasi lebih unggul untuk mengevaluasi frontier efficiency
dalam profitabilitas lembaga keuangan, karena meminimisasi total biaya dan
bukan hanya biaya produksi, hal ini diperlukan untuk memaksimumkan
keuntungan.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti menggunakan
pendekatan intermediasi dalam menganalisis efisiensi menggunakan Data
29
Envelopment Analysis (DEA). Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
dalam tinjauan teori terkait hubungan input dan output dalam Hadad, Santoso,
Ilyas, & Mardanugraha (2003:3), disebutkan bahwa variabel input-input
institusional yaitu biaya tenaga kerja, modal dan pembayaran bunga pada
deposit, sedangkan output yang diukur bisa dalam bentuk kredit pinjaman
(loans) dan investasi finansial (financial investments). Namun, variabel-
variabel yang digunakan dalam menganalisis perbandingan tingkat efisiensi
pada bank ini mengacu kepada penelitian yang dilakukan oleh Norlina Kadri,
Rossazana Ab-Rahim, dan Dyg Siti Zahrah Abg-Abdillah (2016), Rahmat
Hidayat (2014) dan Abdul Wahab, Muhammad Nadratuzzaman Hosen, &
Syafaat Muhari (2013) dengan sedikit modifikasi dimana variabel outputnya
ditambahkan investasi finansial, sehingga variabel input yang digunakan
adalah dana pihak ketiga, aset tetap, dan biaya tenaga kerja, sedangkan
outputnya terdiri dari pembiayaan, pendapatan lainnya, dan investasi
finansial.
C. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan frontier yaitu
metode nonparametrik Data Envelopment Analysis (DEA). Setelah
menentukan tingkat efisiensi dengan metode DEA dan didapatkan juga
variabel yang belum mencapai nilai efisiensi optimum (potential
improvment, kemudian dilakukan uji normalitas data dengan Kolmogrov-
smirnov untuk mengetahui normal tidaknya distribusi data yang digunakan.
Jika data terdistribusi normal, maka uji yang digunakan adalah Uji ANOVA,
sedangkan jika data tidak terdistribusi normal, maka uji yang digunakan
adalah Uji Kruskal-Wallis.
Hubungan alur berpikir dalam analis yang akan diteliti oleh peneliti
dapat dilihat berikut ini:
30
Hasil dan
Interpretasi
Penelitian
Kesimpulan dan
Rekomendasi
Penelitian
(Jika Data
terdistribusi
tidak Normal)
(Jika Data
terdistribusi
Normal)
Uji Normalitas Data dengan
Kolmogrov-smirnov
Uji ANOVA Uji Kruskal
Wallis
Laporan Keuangan
Pertahun Bank Umum
Syariah di Asia Tenggara
periode Tahun 2012-
Variabel Input:
1. Dana Pihak Ketiga
2. Aset Tetap 3. Biaya Tenaga Kerja
Variabel Output:
1. Pembiayaan
2. Pendapatan Operasional
Lainnya 3. Investasi Finansial
Pengukuran Efisiensi Menggunakan Metode
Data Envelopment Analysis (DEA) dengan
Pendekatan Intermediasi
Asumsi VRS Asumsi CRS
Scale Efficiency Potential
Improvement
masing-masing
BUS
Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran
31
D. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan suatu penjelasan sementara tentanng perilaku,
fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi yang
merupakan pernyataan peneliti tentang hubungan antara variabel-variabel dalam
penelitian. Dengan kata lain, hipotesi merupakan jawaban sementara yang
disusun oleh peneliti, yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui penelitian
yang akan dilakukan. (Sugiyono, 2015:88)
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran di atas,
maka hipotesis yang dapat dirumuskan menjadi beberapa hipotesis yaitu sebagai
berikut:
1. Uji Beda (One Way ANOVA dan Kruskal Wallis)
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai efisiensi pada
BUS di Asia Tenggara.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan dari nilai efisiensi pada BUS
di Asia Tenggara.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Jenis penelitian ini berdasarkan tingkat eksplanasinya yaitu penelitian
komparatif. Penelitian komparatif merupakan bentuk atau metode penelitian
yang dilakukan untuk membandingkan suatu variabel (Supriyanto,
2009:117), adapun yang termasuk dalam penelitian komparatif yaitu
membandingkan nilai efisiensi BUS di Asia Tenggara.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
2015, 363). Sedangkan Arikunto berpendapat populasi adalah keseluruhan
dari subjek penelitian. Jadi yang dimaksud populasi adalah individu yang
memiliki sifat yang sama walaupun presentasi kesamaan itu sedikit, atau
seluruh individu yang akan dijadikan sebagai objek penelitian (Arikunto,
2013, 173).
Sampel dapat diartikan suatu bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh pupulasi. (Sugiyono, 2015, 363). Dalam penelitian ini metode
yang digunakan untuk menentukan sampel adalah metode purposive
sampling yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Adapun kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
A. Bank Umum Syariah yang beroperasi di Asia Tenggara, yaitu di
Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, dan Filipina.
B. Berperingkat top 2 yang memiliki nilai aset tertinggi pada Bank
Umum Syariah di negaranya masing-masing per Desember 2017.
C. Laporan keuangan Bank Syariah dapat di akses melalui website
perusahaan.
D. Menyajikan laporan keuangan selama periode pengamatan 2013-2017
dan telah dipublikasikan di website resmi bank umum syariah yang
bersangkutan.
33
E. Tidak memiliki nilai atau bobot negatif pada variabel input dan output
di dalam laporan keuangan, hal ini merupakan syarat analisis efisiensi
dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA).
Berdasarkan kriteria diatas, maka proses pengambilan data dapat dilihat
dalam table berikut.
Tabel 3. 1 Kriteria Penentuan Sampel
No Keterangan Jumlah observasi
1
Bank Umum syariah yang
terdapat di ASEAN, yaitu
Indonesia, Malaysia, Brunei
Darussalam, Thailand, dan
Filipina.
13+16+2+1+1=
33 Bank Syariah
2
BUS berperingkat top 2 yang
memiliki nilai asset tertinggi di
masing-masing negara per
Desember 2017
8 Bank Syariah
3
BUS yang mempublikasikan
Laporan Keuangan Tahunan di
Website resminya.
35 Laporan Keuangan
Tahunan (7 Bank syariah
x 5 Tahun)
4
BUS yang menyajikan Laporan
Keuangan Tahunan sesuai periode
pengamatan 2013-2017
35 Laporan
5
Tidak memiliki nilai atau bobot
negatif pada variabel input dan
output di dalam laporan keuangan.
7 Bank Syariah
Bedasarkan kriteria yang telah di tetapkan, maka diambilah 7 sampel
penelitian yang dapat mewakili Bank Umum Syariah di ASEAN yang terdiri
dari Indonesia (Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia) dan
Malaysia (Maybank Islamic Berhad dan CIMB Islamic Berhad), Brunei
Darusalam (Bank Islam Brunei Darusalam), Filipina (Al Amanah Islamic
Bank), dan Thailand (Islamic Bank of Thailand). Untuk Filipina dan Thailand
hanya memiliki satu Bank Syariah di negaranya, namun Brunei Darusalam
34
walaupun terdapat dua Bank Syariah di negaranya hanya satu yang
mempublikasikan Laporan Keuagan Tahunannya. Dari 33 Bank Syariah yang
terdapat di ASEAN peneliti hanya memperoleh sampel sebanyak 7 Bank
Syariah dengan 35 Laporan Keuangan Tahunan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat atau objek untuk diadakan suatu
penelitian. Lokasi penelitian adalah Website Bank Syariah di Asia Tenggara
yang memiliki kriteria sampel untuk dilakukan penelitian. Penelitian ini
dilakukan dalam waktu 8 bulan yaitu bulan Januari 2019 sampai bulan
September 2019.
C. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan sumber data dalam bentuk data sekunder.
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen (Sugiyono,
2014, 137). Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa Laporan
Tahunan (Annual Report) dan Laporan keuangan tahunan (Financial Report)
yang diterbitkan dan dipublikasikan di website resmi masing-masing Bank
Umum Syariah di Asia Tenggara.
Menurut (Purhantara, 2010, 80), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh peneliti berkaitan dengan data sekunder, terutama berkaitan
dengan keakurasian data. Adapun langkah yang perlu peneliti tempuh untuk
mendapatkan data yang akurat adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan data yang tersedia menjawab masalah atau pertanyaan
(kesesuaian dengan pentanyaan penelitian).
2. Kesesuaian antara periode waktu tersedianya data dengan periode
waktu yang diinginkan dalam penelitian.
3. Kesesuaian antara populasi data yang ada dengan populasi yang
menjadi perhatian peneliti.
4. Relevansi dan konsistensi unit ukur yang digunakan
5. Biaya yang dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder
6. Kemungkinan biasa yang ditimbulkan oleh data sekunder.
35
7. Dapat atau tidaknya dilakukan pengujian terhadap akurasi
pengumpulan data.
Tabel 3. 2 Spesifikasi Variabel Input dan Variabel Output Dalam Penelitian
Variabel Input Sumber
(I1) Dana Pihak Ketiga Neraca
(I2) Aset Tetap Neraca
(I3) Beban Tenaga Kerja Laporan Laba Rugi
Variabel Output Sumber
(O1) Total Pembiayaan Neraca
(O2) Pendapatan Operasional Lainnya Laporan Laba Rugi
(O3) Investasi Finansial Neraca
Sumber: Hidayat (2014), diubah sesuai penelitian peneliti
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 2 intstrumen yang di gunakan oleh
peneliti. Adapun instrument tersebut adalah sebagai berikut :
1. Data (variable)
Pengukuran efisiensi memerlukan variable input dan output yang
dapat digunakan untuk mengukur kinerja efisiensi dalam penelitian ini :
a) Variabel Input
Variabel input merupakan variabel yang digunakan untuk
mengetahui efisiensi suatu entitas dimana variabel input adalah variabel
yang mempengaruhi variabel output. Variabel input yang digunakan
dalam penelitian ini sebanyak tiga variabel yaitu sebagai berikut:
1) Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat
luas yang jumlahnya tidak terbatas sesuai dengan kemampuan bank
menyerap dana. Adapun sumber dana ini berasal dari deposan
rekening tabungan, giro, maupun deposito. (Iskandar, 2013:141)
2) Aset Tetap
Aset tetap atau fixed asset merupakan harta tetap perusahaan
yaitu kekayaan yang bersifat permanen yang memiliki umur
kegunaan jangka panjang atau mempunyai umum ekonomis lebih
36
dari satu tahun. Adapun yang termasuk dalam aset tetap adalah
tanah, bangunan, gedung, kendaraan, dan inventaris. (Iskandar,
2013:480)
3) Biaya Tenaga Kerja
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan sendiri, maupun masyarakat. Adapun beban tenaga kerja
itu sendiri adalah pengeluaran seperti direct cost maupun indirect
cost yang digunakan untuk membayar seluruh pegawai perusahaan
(bank) yang terdiri dari biaya personalia. (Hidayat, 2014:105-106)
b) Variabel Output
Variabel output adalah variabel yang menjadi pusat perhatian.
Variabel output yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
1) Total Pembiayaan
Menurut Antonio, (2001:160) pembiayaan adalah pemberian
fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak
yang merupakan defisit unit.
2) Pendapatan Operasional Lainnya
Pendapatan Operasional Lainnya merupakan kenaikan
manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus
kas masuk yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanam modal. Dengan kata lain pendapatan
operasional lainnya adalah sumber penghasilan lainnya yang
diterima oleh bank atas jasa yang telah diberikan kepada nasabahnya
(Iskandar, 2013:480). Adapun sumber dari pendapatan operasional
lainnya adalah pendapatan yang bukan berasal dari usaha pokok
bank seperti pendapatan biaya administrasi (fee based income),
penjualan aset tetap/inventaris dan lain-lain. (Iskandar, 2013:462)
37
3) Investasi Finansial
Investasi Finansial atau Portfolio Investment adalah komitmen
untuk mengikatkan aset pada surat-surat berharga (securities), yang
diterbitkan oleh penerbitnya, dimana surat berharga adalah
instrumen lembaga keuangan atau perusahaan untuk berinvestasi.
(Iskandar, 2013:335)
2. Software
Software analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah software
DEA Frontier untuk mengestimasi bobot efisiensi pada DEA dengan bantuan
Microsoft Excel, dan SPSS 25.00 untuk uji normalitas data & uji beda,
Tabel 3. 3 Instrumen Operasional Variabel Penelitian
Variabel Pengukuran Skala
Dana Pihak Ketiga
(Hidayat, 2014)
Giro, Tabungan, dan Deposito
pada Laporan Neraca Nominal
Aset Tetap (Hidayat,
2014)
Aset Tetap pada Laporan
Neraca Nominal
Biaya Tenaga Kerja
(Hidayat, 2014)
Biaya Tenaga Kerja atau Biaya
Personel pada Laporan Laba
Rugi
Nominal
Pembiayaan,
(Hidayat, 2014)
Total Pembiayaan, termasuk
pembiayaan Mudharabah dan
Musyarakah, Piutang
Murabahah, Salam, Istishna
dan Ijarah, dan Pinjaman
Qardh pada Laporan Neraca
Nominal
Pendapatan
Operasional Lainnya
(Hidayat, 2014),
(Muhari, 2013)
Total Pendapatan biaya
administrasi, Penjualan
Inventaris, dll. pada Laporan
Laba Rugi.
Nominal
Investasi Financial
(Saptono, 2016)
Pendapatan dari surat berharga
pada Laporan Neraca Nominal
E. Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang
38
telah tersusun dalam data dokumkenter yang dipublikasikan dan tidak
dipublikasikan. (Indriyanto dan Suporno, 2002, 147)
Adapun data-data yang diolah oleh peneliti bersumber dari sebagai
berikut:
1. Literatur Kepustakaan
Data penelitian diambil dari literature seperti buku, jurnal, majalah,
makalah, modul, dan website perusahaan yang berkaitan dengan
permasalahan yang akan diteliti.
2. Internet (Internet Research)
Penelitian ini menggunakan data tambahan dari internet
dikarenakan kurang memadainya data dari beberapa sumber lainnya
karena perkembangan ilmu pengetahuan.
F. Teknik Pengolahan Data
1. Mengukur Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA)
DEA adalah teknik pemrograman linier untuk meneliti kinerja unit
pembuat keputusan (Decision Making Unit/DMU) atau suatu bank dalam
suatu industri beroperasi dalam hubungannya dengan bank lain dalam sampel.
Teknik ini membuat kumpulan batas (frontier set) perbankan yang efisien dan
membandingkannya dengan perbankan lain yang tidak efisien. Hal ini
dilakukan untuk membat skor (nilai) efisiensi. Selanjutnya, skor efisiensi
bank dibatasi antara 0 dan 1, yang mana bank yang paling efisien mempunyai
skor 1 dan bank yang paling tidak efisien dengan skor 1 tidak perlu
menghasilkan output maksimum daripada input yang ada. Bank tersebut
cukup menghasilkan “best practice level of output” di antara bank lain dalam
sampel. Pendekatan yang biasa digunakan dalam pengukuran efisiensi adalah
penggunaan rasio output atas input, seperti persamaan 3.1 (Hidayat, 2014:99)
Dalam pendekatan DEA, pemrograman linier digunakan untuk
memaksimalkan nisbah antara input dan output. Demikian pula untuk DMU’s
industri perbankan syariah. Untuk DMU’s dalam industri perbankan syariah
Efisiensi = Output
Input
(3.1)
39
(yang menjadi objek penelitian), seluruh sampel input dan output masing-
masing dinotasikan oleh ‘n’ dan ‘m’, yang mana n adalah input, m adalah
output, lalu efisiensi masing-masing bank dihitung melalui persamaan berikut
ini: (Hidayat, 2014:99)
𝒆 s = ∑ 𝒖𝒊 𝒚𝒊𝒔
𝒎𝒊=𝟏
∑ 𝒗𝒋𝒏𝒋=𝟏 𝒙𝒋𝒔
untuk i = 1,.., m dan j = 1,...., n. (3.2)
Keterangan:
yis : jumlah output ke-i yang dihasilkan oleh bank ke-s
xjs : jumlah input ke-j yang dihasilkan oleh bank ke-s
ui : pemberat (weight) output
vj : pemberat (weight) input
Nisbah efisiensi (es) dalam persamaan (3.2) kemudian dimaksimumkan
untuk memilih pemberat optimum dengan:
∑ 𝒖𝒊 𝒚𝒊𝒓
𝒎𝒊=𝟏
∑ 𝒗𝒋𝒏𝒋=𝟏 𝒙𝒋𝒓
Subject to ≤ 1, untuk r = 1,..,n dan ui dan vj ≥ 0 (3.3)
Ketidaksamaan persamaan (3.2) menjamin nisbah efisiensi menjadi
sekurang-kurangnya persamaan (3.1) dan ketidaksamaan persamaan (3.3)
menjamin bahwa pemberatnya positif. Charnes, Cooper, dan Rhodes (1978)
menyatakan bahwa bagian pemograman linier ini dapat diubah menjadi
pemograman linier biasa (ordinasry linier program) sebagai berikut:
𝑒𝑠 = ∑ 𝑢𝑖 𝑦𝑖𝑠
𝑚
𝑖=1
∑ 𝑢𝑖 𝑦𝑖𝑠
𝑚
𝑖=1
− ∑ 𝑢𝑗 𝑦𝑖𝑟
𝑚
𝑗=1
∑ 𝑢𝑗 𝑥𝑖𝑠
𝑚
𝑗=1
Dengan cara yang sama pemograman linier dapat diubah menjadi dwi
masalah:
𝜀𝑠
Maximuze
Subject to
≤ 0, r = 1,..,n;
(3.4)
= 1 dan ui dan uj ≥ 0
Maximuze
Subject to
(3.5)
= 1 dan ui dan uj ≥ 0
40
∑ 𝜑𝑟 𝑦𝑖𝑟
𝑛
𝑟=1
≥ 𝑦𝑖𝑠,𝑖 = 1, … , 𝑚;
𝜀𝑠 𝑥𝑖𝑠 − ∑ ∅𝑟 𝑥𝑖𝑟 𝑛𝑟=1 ≥ 0, 𝑗 = 1, … , 𝑛; ∅𝑟 ≥
0,dan 0 ≤ εs ≤ 1
dengan εs adalah total nilai (skor) efisiensi teknik daripada bank ke-s,
yang mana nilai 1 menandakan titik batas. Persamaan pemograman linier
persamaan (4) dan (5) mengasumsikan constant return to scale (CRS). Batas
(garis) efisiensi dapat dilihat sebagai sempadan OC seperti yang ditujukan
dalam Gambar 3.1. oleh sebab itu, bank yang berada di batas (garis) tersebut
ialah efisien berdasarkan definisi Farrel (1957). Bank ke-s beralokasi di sisi
kanan daripada batas atau bank yang tidak efisien digambarkan sebagai titik
point S dalam Gambar 3.1. keseluruhan efisiensi teknik (εs) kemudian
dihitung dengan nisbah dari AQ/AS. Dengan demikian bank ke-s harus
dikurangi (1- εs) dari input untuk mencapai efisiensi di titik Q. (Hidayat,
2014:99-100)
Sumber: (Hidayat, 2014:101)
Jika masalah pada pemograman linier (4) dan (5) dapat diselesaikan
dengan menambah hambatan (restriction) 𝜑𝑟𝑠 dari 1 ke n sama dengan 1,
maka ada dua pengukuran efisiensi yaitu variable returns to scale (VRS)
yang dapat ditunjukkan oleh Gambar 3.1 sebagai VV’; dan pure technical
effeciency (PTE) yang ditunjukkan oleh ARAS = ps bagi bank ke-s pada titik
S. Ini berarti bahwa scale effeciency dihitung oleh Õs = s/ps. Kemudian,
Gambar 3. 1 Pengukuran Efisiensi dengan menggunakan 1 Input dan 1 Output
41
pecahan daripada pengurangan keluaran (output lost) yang disebabkan scale
effeciency dapat diukur sebagai (1- Õs). (Hidayat, 2014:101)
Scale effeciency sama dengan 1 apabila dan hanya jika teknologi
menunjukkan CRS atau titik B dalam Gambar 3.1. meskipun demikian, scale
effeciency dapat terjadi disebabkan oleh adanya kenaikan (increasing/irs)
atau penurunan (decreasing/drs) return to scale. Untuk memperoleh kedua
hasil tersebut, penyelesaian daripada persamaan pemograman linier (4) dan
(5) harus dibatasi dengan penjumlahan ∅𝑟 dari 1 ke n kurang dari atau sama
dengan 1 (≤ 1) dalam hal mana penyelesaian gambar (pictorical solution)
dapat ditunjukkan sebagai OBV’. Pengukuran efisiensi dengan menggunakan
metodologi ini bagi bank ke-s pada titik S adalah ∅𝑠 = (AQ/AS) yang juga
sama dengan s. Oleh karena itu decreasing diperoleh dengan Õs = ∅𝑠 dan
increasing terjadi apabila Õs ≠ ∅𝑠 dengan demikian efisiensi terjadi apabila
Õs = ∅𝑠 = s = 1. (Hidayat, 2014:102)
Pada DEA, organisasi atau objek yang diteliti disebut DMU (Decision
Making Unit). Inti dari DEA adalah menentukan bobot (weighted) atau
timbangan untuk setiap input dan output DMU. Secara umum DMU dianggap
sebagai entitas yang bertanggung jawab untuk mengubah input menjadi
output dan kinerjanya harus dievaluasi. Dalam aplikasi manajerial, DMU
dapat mencakup bank, department store dan supermarket, dan diperluas ke
pabrik mobil, rumah sakit, sekolah, perpustakaan umum dan sebagainya.
Dalam mengamankan perbandingan relatif, sekelompok DMU digunakan
untuk mengevaluasi satu sama lain dengan masing-masing DMU yang
memiliki tingkat kebebasan manajerial tertentu dalam pengambilan
keputusan. (Cooper, Seiford, & Tone, 2007:22)
Misalkan ada n DMU: DMU1, DMU2, ..., dan DMUke-n. Beberapa item
input dan output yang umum untuk masing-masing j = l, ..., n, DMU dipilih
sebagai berikut (Cooper, Seiford, & Tone, 2007:22):
a. Data numerik tersedia untuk setiap input dan output, dengan data
diasumsikan positif untuk semua DMU.
42
b. Item (input, output dan pilihan DMU) harus mencerminkan kepentingan
analis atau manajer dalam komponen yang akan masuk ke dalam evaluasi
efisiensi relatif DMU.
c. Pada prinsipnya, jumlah input yang lebih kecil lebih baik dan jumlah
output yang lebih besar lebih disukai sehingga nilai efisiensi harus
mencerminkan prinsip-prinsip ini.
d. Unit pengukuran input dan output yang berbeda tidak perlu kongruen.
Beberapa mungkin melibatkan jumlah orang, atau area lantai, uang yang
dikeluarkan, dan lain-lain.
Analisis DEA pada awalnya digunakan untuk mengatasi kekurangan
analisis rasio dan regresi berganda, dimana DEA dapat mengukur efisiensi
relatif suatu DMU (Decision Making Unit) dengan menggunakan input dan
output lebih dari satu. Efisiensi relatif suatu DMU adalah efisiensi suatu
DMU dibanding dengan DMU lain dalam sampel yang menggunakan jenis
input dan output yang sama. DEA memformulasikan DMU sebagai program
linear fraksional untuk mencari solusi, apabila model tersebut
ditransformasikan ke dalam program linear dengan nilai bobot dari input dan
output. (Sutawijaya & Lestari, 2009:78).
Suatu DMU dikatakan efisien secara relatif apabila nilai dualnya sama
dengan 1 (nilai efisiensi 100 persen). Sebaliknya apabila nilai dualnya kurang
dari 1, maka DMU bersangkutan dianggap tidak efisien secara relatif atau
mengalami inefisiensi. (Huri & Susilowati, 2004:66).
Di samping mengukur tingkat efisiensi relatif suatu DMU terhadap
DMU dalam kelompoknya. DEA juga dapat melihat sumber ketidakefisienan
dengan ukuran peningkatan potensial (potential improvement) dari masing-
masing input dan output (Endri, 2011:76).
2. Uji Normalitas Data (Kolmogrov-Smirnov Test)
Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel
independen bila datanya berbentuk ordinal yang telah tersuun pada tabel
distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan kelas-kelas interval.
43
(Sugiyono, 2015:198). Dengan kata lain, uji normalitas dapat digunakan
untuk menguji kenormalan dari suatu data.
Rumus untuk menghitung uji normalitas Kolmogrov Smirnov ini adalah
sebagai berikut (Sugiyono, 2015:198):
D = maksimum [Sn1(x) – Sn2(x)] (3.6)
Uji Kolmogrov Smirnov ini dilakukan dengan membuat hipotesis:
• H0: Data residual berdistribusi normal
Jika hasil Uji Kolmogrov Smirnov menunjukkan nilai probabilitas tidak
signifikan yaitu di atas 0.05, maka hipotesis nol diterima yang berarti data
residual terdistribusi normal.
• H1: Data residual tidak terdistribusi normal.
Jika hasil Uji Kolmogrov Smirnov menunjukkan nilai probabilitas
signifikan yaitu di bawah atau sama dengan 0.05 maka hipotesis nol
ditolak yang berarti data residual tidak terdistribusi normal.
3. Uji Beda
a. Uji One Way ANOVA
Uji ANOVA atau One Way ANOVA adalah uji yang digunakan
untuk menguji rata-rata/pengaruh perlakuan dari suatu percobaan yang
menggunakan satu faktor, di mana satu faktor tersebut memiliki tiga atau
lebih kelompok. (Siregar, 2015). One Way ANOVA merupakan pengujian
hipotesis komparatif untuk data berjenis interval/rasio, dengan k sampel
(lebih dari dua sampel) yang berkorelasi dengan satu faktor yang
mempengaruhi.
Asumsi yang digunakan untuk menerapkan metode ini adalah
(Siregar, 2015):
1. Data dari sampel berjenis interval atau rasio
2. Sampel yang akan diuji lebih dari dua populasi (sampel)
3. Sampel yang akan diuji terdistribusi norma
4. Varian setiap populasi sama.
Rumus perhitungan uji ANOVA menggunakan Uji F adalah sebagai
berikut.
44
1. Jika F-hitung < F-tabel Maka H0 diterima dan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan di antara sampel
2. Jika F-hitung > F-tabel Maka H0 ditolak dan terdapat
perbedaan yang signifikan di antara sampel
Atau jika menggunakan nilai signifikansi:
1. Jika p value > 0,05 ( ) Maka H0 diterima dan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
2. Jika p value < 0,05 ( ) Maka H0 ditolak dan terdapat
perbedaan yang signifikan.
b) Uji Kruskal-Wallis
Uji ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif
antara k sampel independen untuk data yang bersifat ordinal (Sugiyono,
2007). Menurut Siregar (2015) Uji peringkat Kruskal-Wallis
diperkenalkan oleh W.H Kruskal dan Wallis pada 1952, yang merupakan
turunan dari uji Wilcoxon dengan kriteria lebih dari dua sampel bebas. Uji
ini juga merupakan perluasan dari Uji Mann-Whitney U-Test yang hanya
bisa membandingkan 2 sampel independen. Uji Kruskal-Wallis
merupakan uji non parametrik, untuk itu uji ini dilakukan sebagai alternatif
apabila data tidak terdistribusi normal.
Asumsi yang digunakan untuk menerapkan metode ini adalah
(Siregar, 2015):
1) Data merupakan sampel acak hasil pengamatan
2) Populasi (sampel) tidak terdistribusi tertentu
3) Jumlah sampel tidak besar
4) Skala pengukuran yang dipakai ordinal
5) Ketiga sampel tidak saling memengaruhi
6) Variabel yang diamati yaitu variabel acak kontinu.
Rumus yang digunakan untuk pengujian adalah:
𝐻 =12
𝑁(𝑁 + 1)∑
𝑅𝑗2
𝑛𝑗
𝑘
𝑗=1
− 3(𝑁 + 1)
45
Dimana:
N = Banyak baris dan tabel
k = Banyak kolom
Rj = Jumlah ranking dalam kolom
Kriteria pengujian efisiensi adalah sebagai berikut.
1. Jika H-hitung > X2tabel Maka H0 diterima dan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan di antara sampel
2. Jika H-hitung < X2tabel Maka H0 ditolak dan terdapat
perbedaan yang signifikan di antara sampel
Atau jika menggunakan nilai signifikansi:
1. Jika p value > 0,05 ( ) Maka H0 diterima dan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
2. Jika p value < 0,05 ( ) Maka H0 ditolak dan terdapat
perbedaan yang signifikan.
46
BAB IV
TEMUAN HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. TEMUAN HASIL PENELTIAN
A. Gambaran Objek Penelitian
ASEAN (Association of Southeast Asian Nation) adalah asosiasi
atau organisasi yang terdiri atas negara-negara di kawasan asia tenggara yaitu
di antaranya Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei
Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. (Setnas ASEAN,
2019). Selama dua dekade terakhir sejak keuangan Asia krisis, negara-negara
Asia Tenggara telah membuat langkah positif dalam meningkatkan efisiensi
dan kesehatan lembaga keuangan mereka (MIFC, 2015). Dengan populasi
gabungan lebih dari 620 juta dan ekonomi senilai USD 2,6 triliun, Tenggara
Asia diperkirakan akan menjadi wilayah ekonomi terbesar kelima di dunia
pada tahun 2020 (ICD, 2017).
Sementara itu, wilayah Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah
dengan populasi muslim terbesar di dunia. Sebanyak tiga dari lima negara
dalam penelitian ini merupakan negara dengan mayoritas penduduk yang
muslim. Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Malaysia dan Brunei
Darussalam. Selain itu, penduduk muslim juga terdapat di negara-negara
lainnya di Asia Tenggara, meskipun tidak menjadi mayoritas di negara-
negara tersebut. Menurut Public Life Project (2011) dalam Fakhrunnas
(2017) populasi muslim di Asia Tenggara pada 2010 sudah mencapai
angka 257,7 juta penduduk. Hal ini merupakan peluang yang sangat baik bagi
industri keuangan syariah untuk terus berkembang di ASEAN.
Dengan ekonomi yang meningkat, kemudian diikuti dengan peluang
populasi muslim yang jumlahnya cukup besar membuat industri keuangan
syariah di ASEAN mulai menjadi perhatian, terlebih sekarang ASEAN
menjadi salah satu kelompok negara dengan industri keuangan syariah
terbesar di dunia setelah GCC (Gulf Cooperation Countries) dan MENA
(Middle East and North Africa Region). Menurut ICD Thompson Reuters
(2017), wilayah Asia Tenggara dengan ASEAN di dalamnya berada pada
47
peringkat ketiga di dunia untuk urutan total aset bank syariah setelah GCC
dan MENA pada 2016. Total aset bank syariah di ASEAN adalah U$D
200.242 juta dengan bank syariah berjumlah 81 bank. Hal tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Sumber: ICD Thompson Reuters, Annual Development Effectiveness Report 2017, diolah peneliti
Berdasarkan Grafik 4. 1 tersebut di atas, total aset perbankan
syariah terbesar di dunia adalah pada kelompok GCC sebesar USD
795.673 juta. Urutan selanjutnya adalah MENA (Selain dari GCC) sebesar
USD 511.254 juta. Kemudian urutan ketiga adalah Asia Tenggara yang di
dalamnya termasuk ASEAN yaitu sebesar USD 200,242 Juta. Hal ini
menjadikan peluang yang baik bagi industri perbankan syariah di ASEAN.
Oleh karena itu, perkembangan terhadap industri keuangan syariah,
khususnya perbankan syariah harus terus ditingkatkan guna mencapai
perekonomian yang semakin baik di ASEAN. Untuk perkembangan masing-
masing perbankan syariah di ASEAN adalah sebagai berikut.
1. Indonesia
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia
mempunyai potensi besar menjadi pusat pengembangan industri keuangan
syariah. Dalam beberapa tahun terakhir, industri keuangan syariah di
Indonesia telah menunjukkan perkembangan yang positif. Posisi Indonesia
Grafik 4.0 1 Tolak Aset Perbankan Syariah Berdasarkan Regional (Dalam Juta USD)
48
pada industri keuangan syariah di pasar global juga meningkat sebagai negara
yang diakui di antara negara-negara lainnya seperti negara-negara GCC,
MENA dan Malaysia. Berdasarkan laporan ICD-Thomson Reuters (2017)
Indonesia menempati posisi ke-7 dari total aset keuangan syariah dunia
dengan total aset USD 81 miliar, meningkat dari posisi sebelumnya yang
menempati posisi ke-9 pada laporan yang sama tahun sebelumnya.
Dalam 5 tahun terakhir, sektor jasa keuangan syariah Indonesia
mencatatkan perkembangan yang semakin baik. Kesadaran masyarakat
terhadap keuangan syariah pun semakin meningkat. Menurut Laporan
Perkembangan Keuangan Syariah Indonesia (LPKSI) (2017) industri
keuangan syariah Indonesia tumbuh sebesar 26,97% pada tahun 2017. Nilai
aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk kapitalisasi saham syariah)
telah mencapai Rp1.133,71 triliun atau sekitar USD 83,68 miliar. Dalam
industri perbankan syariah khususnya, Indonesia yang terdiri dari 13 BUS, 21
UUS, dan 167 BPRS tercatat sebagai salah satu dari 10 besar negara dengan
aset perbankan syariah terbesar dunia, dengan total aset perbankan syariah
mencapai Rp435,02 triliun atau USD 26 miliar pada tahun 2017. Meskipun
sedikit mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2016, kinerja perbankan
syariah yang ditunjukkan oleh rasio keuangan utama, menunjukkan
perbaikan. Pertumbuhan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan yang
disalurkan juga masih terjaga. Pertumbuhan aset perbankan syariah pada
tahun 2017 berdampak kepada meningkatnya market share perbankan
syariah terhadap perbankan nasional. Market share perbankan syariah
tahun 2017 sebesar 5,78%, meningkat 0,45% dibandingkan dengan tahun
2016 yang mencapai 5,34%. Hal ini juga dipengaruhi oleh pertumbuhan
perbankan nasional yang lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan
aset perbankan syariah. Dalam industri perbankan syariah, terdapat 2 (dua)
BUS yang memiliki aset terbesar yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM) dan
Bank Muamalat Indonesia (BMI). Pada Desember 2017, total aset
kedua BUS mencapai Rp.149,63 triliun atau mencapai 34,39% dari total aset
perbankan syariah yang mencapai Rp. Rp435,02.-.
a. Bank Syariah Mandiri
49
PT Bank Syariah Mandiri mulai resmi diluncurkan pada hari Senin
tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah
Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi idealisme usaha dengan nilai-
nilai spiritual. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sungguh merupakan hikmah
sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Setelah
diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan
krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah
memunculkan bermacam-macam perbedaan negatif yang sangat hebat di
kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi
tersebut, industri perbankan nasional dipindahkan oleh bank konvensional.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian besar bank-bank di Indonesia
(www.syariahmandiri.co.id).
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
disokong oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
Negara dan PT Mahkota Prestasi juga menghadapi krisis. BSB berusaha
keluar dari tantangan tersebut dengan melakukan merger dengan beberapa
bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan,
pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang
Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru
bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan
penggabungan ini juga mencari dan menetapkan PT Bank Mandiri
(Persero) Tbk. sebagai pemilik kontribusi baru BSB. Sebagai tindak lanjut
dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan penilaian serta membentuk
Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk
mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank
Mandiri, sebagai respons atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang
memberikan peluang bank umum untuk melakukan transaksi syariah (dual
banking system). Per Desember 2017 Bank Syariah Mandiri memiliki 737
kantor layanan di seluruh Indonesia, dengan akses lebih dari 196.000 jaringan
ATM (www.syariahmandiri.co.id).
b. Bank Muamalat Indonesia
50
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merupakan Bank Syariah pertama di
Indonesia yang didirikan pada 1 November 1991 atau 24 Rabi’us Tsani 1412
H. Pendirian Bank Muamalat Indonesia digagas oleh Majelis Ulama
Indonesia (MUI), Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan
pengusaha muslim yang kemudian mendapat dukungan dari Pemerintah
Republik Indonesia. Sejak resmi beroperasi pada 1 Mei 1992 atau 27 Syawal
1412 H, Bank Muamalat Indonesia terus berinovasi dan mengeluarkan
produk- produk keuangan syariah seperti Asuransi Syariah (Asuransi
Takaful), Dana Pensiun Lembaga Keuangan Muamalat (DPLK Muamalat)
dan multifinance syariah (Al-Ijarah Indonesia Finance), Shar-e, Shar-e Gold
Debit Visa serta layanan e-channel seperti internet banking, mobile banking,
ATM, dan cash management. Seluruh produk-produk tersebut menjadi pionir
produk syariah di Indonesia dan menjadi tonggak sejarah penting di industri
perbankan syariah (www.bankmuamalat.co.id).
Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat Indonesia mendapatkan izin
sebagai Bank Devisa dan terdaftar sebagai perusahaan publik yang tidak
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2003, BMI melakukan
Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu (HMETD) sebanyak 5 (lima) kali dan merupakan lembaga perbankan
pertama di Indonesia yang mengeluarkan Sukuk Subordinasi Mudharabah.
Hingga saat ini, Bank telah memiliki 325 kantor layanan termasuk 1 (satu)
kantor cabang di Malaysia. Operasional Bank juga didukung oleh jaringan
layanan yang luas berupa 710 unit ATM Muamalat, 120.000 jaringan ATM
Bersama dan ATM Prima, serta lebih dari 11.000 jaringan ATM di Malaysia
melalui Malaysia Electronic Payment (MEPS). (www.bankmuamalat.co.id).
2. Malaysia
Malaysia merupakan salah satu negara dengan industri keuangan yang
paling maju di dunia bersama dengan Iran dan Saudi Arabia. Perbankan
syariah di Malaysia adalah yang paling maju di Asia didukung oleh hukum
dan peraturan yang kuat, lingkungan dan infrastruktur pendukung lainnya.
Untuk lebih meningkatkan perbankan undang-undang industri, Malaysia
51
telah memberlakukan baru UU komprehensif, UU Jasa Keuangan Islam yang
telah berlaku sejak Juni
2013. (2) Industri perbankan syariah di Malaysia telah maju secara
signifikan selama bertahun-tahun. Dari pangsa pasar 5,3% pada tahun 2000,
pembiayaan syariah sekarang menyumbang 34,9% dari total pinjaman dan
pembiayaan. Bank syariah di Malaysia juga menawarkan berbagai produk
yang kompetitif dan inovatif. Pada tahun 2017, bank syariah mencatat laba
sebelum pajak yang lebih tinggi RM6,7 miliar (2016: RM5,6 miliar). Ini
terutama didorong oleh peningkatan pendapatan pembiayaan bersih yang
berasal dari jangka waktu pembiayaan untuk pembelian properti.
Pengembalian aset dan ekuitas stabil masing-masing sebesar 1,1% dan 14,3%
(2016: 1% dan 13,1%) (Financial Stability and Payment Systems Report,
2017).
Selain itu, Malaysia telah menerbitkan manual pendidik tentang standar
Syariah dan persyaratan operasional. Negara itu menawarkan sekitar 40
sertifikat dalam keuangan Islam yang berfokus pada bidang- bidang termasuk
perbankan syariah, keuangan syariah, audit syariah, pasar modal syariah dan
hukum syariah. (ICD-Thomson Reuters Islamic Finance Development
Report, 2017).
Perbankan syariah di Malaysia sendiri terdiri atas 16 Bank Syariah,
yaitu Affin Islamic Bank, Al Rajhi Islamic Bank, Allliance Islamic Bank,
AmBank Islamic Behard, Bank Islam Malaysia Berhad, Bank Muamalat
Malaysia Berhad, CIMB Islamic Berhad, HSBC Amanah, Hong Leong
Islamic Bank, Kuwait Finance House Berhad, MBSB Bank Berhad,
Maybank, OCBC Al Amin, Public Islamic Bank, RHB Islamic Bank dan
Standard Chartered Saadiq Berhad. Di antara ke-enam belas bank tersebut,
dua bank syariah dengan total aset tertinggi di Malaysia adalah Maybank
Islamic Berhad dan CIMB Islamic Berhad.
a. Maybank Islamic Berhad
Maybank Islamic Berhad, yang merupakan anak perusahaan dari
Maybank adalah pemain perbankan syariah terbesar di kawasan Asia
Pasifik. Ini bertujuan untuk memenuhi perkembangan yang menantang di
52
dunia Perbankan syariah dan tentunya akan memenuhi kebutuhan keuangan
syariah dengan berbagai produk dan layanannya. Maybank didirikan pada 31
Mei dan mulai beroperasi di Kuala Lumpur pada 12 September. Maybank
merupakan singkatan dari Malayan Finance Corporation (kemudian
Maybank Finance) didirikan, perusahaan keuangan yang sepenuhnya
dimiliki bank pertama. Pada 17 Februari, Maybank mendaftar di Bursa Efek
Kuala Lumpur (Sekarang Bursa Malaysia). Pada 1974, Maybank Islamic
Berhad merupakan Pertama yang memperkenalkan skema kredit pedesaan
dan dua tahun kemudian menjadi bank pertama yang memperkenalkan
layanan perbankan bus seluler. Tahun 1978, Pelopor dalam komputerisasi
operasi perbankan di Malaysia. Kemudian dua tahun selanjutnya, Maybank
meluncurkan kartu kredit pertamanya - kartu Maybank Visa Classic
(www.maybank2u.com.my).
Tahun 2013, Maybank adalah bank ASEAN pertama yang mengadopsi
Microsoft Windows 8 platform untuk aplikasi mobile banking
perusahaannya, Maybank2E- Uang Tunai Regional. Maybank meluncurkan
rencana terkait investasi pertamanya, Edisi Mewah, rencana asuransi
terkait investasi tertutup premium tunggal di Malaysia untuk menawarkan
kombinasi perlindungan asuransi dan investasi untuk pasar barang mewah.
Maybank JUGA meluncurkan Maybank2u Pay, yang lainnya pertama oleh
bank di Malaysia. Pembayaran Maybank2u adalah gateway pembayaran
untuk memudahkan pembelian di toko blog, tidak hanya menawarkan cepat
dan aman transaksi, tetapi juga belanja online yang nyaman dan dapat
diandalkan pengalaman. (www.maybank2u.com.my).
b. CIMB Islamic Berhad
CIMB Islamic Berhad adalah waralaba layanan perbankan dan
keuangan syariah global dari CIMB Group. CIMB berkantor pusat di Kuala
Lumpur, Malaysia dan menawarkan perbankan konsumen, perbankan
grosir, produk dan layanan manajemen aset yang mematuhi prinsip-prinsip
Syariah. CIMB Islamic Berhad adalah bagian dari grup perbankan terbesar
kelima di ASEAN, dengan lebih dari 39.000 staf di 15 negara di ASEAN,
Asia dan sekitarnya. Hal ini memungkinkan CIMB Islamic Berhad untuk
53
menyediakan berbagai macam produk dan layanan kepada pelanggan
komersial, perusahaan, dan institusi di seluruh ASEAN, Timur Tengah, Asia
Selatan, Asia Utara, dan pusat keuangan internasional utama. Produk dan
operasi CIMB Islamic Berhad dikelola dengan sangat ketat dengan prinsip-
prinsip Syariah di bawah bimbingan Komite Syariah CIMB, yang terdiri dari
para cendekiawan Islam terkemuka di dunia (www.cimbislamic.com).
CIMB Islamic Bank diluncurkan oleh Tan Sri Dato 'Seri Dr Zeti Akthar
Aziz, Gubernur Bank Negara Malaysia pada 2 Juni 2003. Kemudian pada
2005 CIMB Islamic Bank bergabung dengan Commerce Tijari Bank pada
6 Juni 2005. Setahun kemudian, CIMB Group memulai latihan rebranding
dan CIMB Islamic diganti merek dan meluncurkan logo baru berwarna hijau.
Pada tahun yang sama, jendela CIMB Islamic dimulai di Singapura. Pada
2008 CIMB bermitra dengan Principal Financial Group (PFG) untuk
mendirikan usaha patungan dalam pengelolaan dana syariah. Berbasis di
Kuala Lumpur, CIMB-Principal Islamic Asset Management adalah unit
manajemen dana Syariah global PFG yang memanfaatkan kredensial kuat
CIMB Islamic Bank untuk memanfaatkan selera institusional global yang
berkembang untuk investasi yang sesuai dengan Syariah. Di Indonesia, Niaga
Syariah dan Lippo Salam bergabung menjadi CIMB Niaga Syariah. Setelah
dua tahun, CIMB Islamic Bank memodifikasi logo CIMB Islamic Bank yang
sekarang berwarna merah. Pendapatan CIMB Islamic menembus angka RM1
miliar untuk pertama kalinya. Pada 2013, CIMB Islamic menutup tahun
sebagai bank syariah terbesar kedua di ASEAN dengan aset
(www.cimbislamic.com).
3. Brunei Darussalam (Bank Islam Brunei Darussalam)
Brunei merupakan salah satu negara mayoritas muslim lainnya di
ASEAN memiliki pasar aset perbankan syariah US $ 6,3 miliar (World Bank
Group, 2017). Dari total bank di Brunei Darussalam, Bank Islam Brunei
(BIB) dan Tabung Amanah Islam Brunei (TAIB) adalah satu-satunya bank
yang menawarkan layanan perbankan syariah. Pada awal 1990-an fasilitas
perbankan syariah baru tersedia. Bank Islam pertama muncul dengan
54
pelantikan TAIB pada tahun 1992. Pembentukan awal TAIB adalah sebagai
dana perwalian yang Fungsi utamanya adalah menyediakan fasilitas bagi
umat Islam untuk berziarah Mekah. Bank Islam kedua, BIB, didirikan pada
tahun 1993 untuk menyediakan Muslim dengan fasilitas perbankan
syariah terutama dalam perdagangan dan komersial keuangan. Pada 1992 dan
1997, setoran nasabah BIB telah tumbuh luar biasa dari sekitar BND 386 juta
hingga sekitar BND782 juta. (Ebrahim dan Joo, 2001).
Saat ini, BIBD merupakan bank terbesar Brunei dan lembaga keuangan
syariah unggulan, dibentuk pada 2005 melalui penggabungan Bank Islam
Brunei dan Bank Pembangunan Islam Brunei. Ini adalah lembaga keuangan
yang diakui secara internasional yang diatur oleh praktik terbaik global di
bawah bimbingan tim manajemen yang berpengalaman. BIBD
berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dari semua lapisan
masyarakat melalui inovasi layanan, produk dan teknologi yang
berkelanjutan. Sebagai bank Islam andalan Brunei dan penyedia layanan
keuangan terbesar, dengan sekitar 900 karyawan dan aset senilai B $ 9,5
miliar yang dikelola, BIBD melayani lebih dari 200.000 pelanggan, yang
meliputi klien ritel, perusahaan, dan internasional. Berkantor pusat di Bandar
Seri Begawan, BIBD memiliki enam belas cabang di lokasi strategis di empat
distrik Brunei dan jaringan ATM terbesar di negara ini, melayani lebih dari
seperempat populasi Brunei. Berkat kehadiran BIBD di seluruh negeri,
BIBD memiliki pusat kontak terbesar di Brunei bersama dengan
kemampuan solusi seperti internet dan mobile banking (www.bibd.com.bn).
4. Filipina (Amanah Islamic Bank Filipina)
Keuangan syariah menjadi salah satu prioritas negara Filipina dalam
Rencana Pembangunan Filipina 2011-2016. Minat dalam mengembangkan
keuangan syariah di Filipina ditunjukkan dalam beberapa tahun terakhir oleh
Pemerintah, legislator dan sektor swasta didorong oleh empat faktor utama.
Faktor pertama adalah keinginan untuk menjawab kebutuhan populasi
Muslim Filipina. Faktor kedua adalah integrasi ASEAN. Sebagai anggota
ASEAN dan tetangga Indonesia dan Malaysia, Filipina berupaya memperluas
55
hubungan ekonomi dengan negara-negara tetangga dan melihat pasar Halal
regional dan global dan pembiayaan terkait sebagai hal yang penting
komponen strategi integrasi ASEAN-nya. Faktor ketiga adalah peluang untuk
memanfaatkan keuangan internasional pasar untuk mobilisasi sumber daya
dan diversifikasi investasi melalui pasar Sukuk dan ekuitas. Dan yang
keempat adalah kebutuhan untuk menemukan solusi bagi Bank Al Amanah -
bank syariah yang terdapat catatan kinerja yang buruk. (Mylenko dan Iqbal,
2017).
Pada tahun 1972, Keputusan Presiden No. 264 menciptakan Bank
Islam Amanah dengan kapitalisasi awal 50 Juta peso. Dimaksudkan untuk
menjadi bank pembangunan, ia menginvestasikan 75% dari total dana
pinjamannya untuk menyediakan, antara lain, fasilitas kredit jangka
menengah dan panjang yang wajar untuk masyarakat provinsi yang
didominasi Muslim di Cotabato, Cotabato Selatan, Lanao del Sur, Lanao del
Norte, Sulu, Basilan, Zamboanga del Norte, Zamboanga del Sur dan Palawan.
Pada tahun 1974, Keputusan Presiden No. 542 mengulangi arahan Bank
untuk mengadopsi "prinsip tanpa bunga" dalam prinsip perbankan dan
kemitraan Islam. Namun, kurangnya pengakuan dan dukungan perbankan
syariah di Negara tersebut membuat Bank kurang kompetitif dalam
perbankan konvensional yang dominan di Negara tersebut. Pada tahun
1990, Bank menjadi Bank Universal melalui berlakunya Undang-Undang
Republik No. 6848, atau dikenal sebagai Piagam Bank Investasi Islam Al-
Amanah Filipina, dengan modal saham resmi 1 miliar peso yang terdiri dari
10 juta saham biasa. Tujuan utamanya adalah untuk berpartisipasi dalam
pengembangan sosial-ekonomi Daerah Otonomi Muslim Mindanao dengan
mempromosikan dan memanfaatkan perbankan syariah, pembiayaan dan
investasi dalam usaha pertanian, komersial dan industri di Daerah Otonomi
Muslim Mindanao. Pada tahun 2008, Bank Investasi Islam Al-Amanah
Filipina menjadi anak perusahaan dari Bank Pembangunan Filipina, yang
memiliki 99,9% dari modal sahamnya, yang memperkenalkan logo dan nama
tag saat ini. "Bank Islam Amanah" (www.amanahbank.gov.ph).
56
Populasi Muslim saat ini di Filipina mencapai 5-11% 3 dari total
populasi sekitar 100 juta. Sekitar 60 persen Muslim tinggal di Mindanao
dan pulau-pulau terdekat. Otonomi Wilayah di Muslim Mindanao, dengan
populasi 3,3 juta, adalah wilayah mayoritas Muslim. Meskipun, Filipina
adalah salah satu negara paling awal yang memperkenalkan lembaga
perbankan syariah yakni tahun 1973, namun tidak ada infrastruktur
pendukung yang dikembangkan sejak saat itu. (Mylenko dan Iqbal, 2017).
Oleh karena itu, sebuah pembaharuan dalam keuangan syariah sangat
dibutuhkan di negara ini.
5. Thailand (Islamic Bank of Thailand)
Bagi negara-negara mayoritas Islam seperti Malaysia, Indonesia dan
Timur Tengah, keuangan syariah dilihat sebagai sesuatu yang umum, namun
ini baru untuk negara yang bukan mayoritas Islam. Arab Saudi adalah
pemain perbankan syariah terbesar di dunia dalam hal volume dana dan
memiliki lembaga keuangan syariah terbesar di dunia. Sementara itu, pasar
modal Islam Malaysia telah melampaui RM 1 triliun (US $ 327 miliar) dan
menyebarkan pengaruhnya di seluruh wilayah Asia Tenggara termasuk
Thailand (Pooprasert dan Chaiyasri, 2012). Di Thailand dan di mana sebagian
besar negara di mana umat Islam adalah minoritas, keuangan syariah
mungkin kedengarannya tidak begitu akrab. Secara umum, ketika
orang Thailand memandang dunia Islam, mereka belum terlalu
memperhatikan sektor keuangannya.
Gagasan mendirikan Bank Islam di Thailand muncul dari kebutuhan
populasi Muslim akan layanan keuangan yang mematuhi prinsip Syariah,
terutama yang berada di tiga provinsi selatan negara itu (Narathiwat, Pattani
dan Yala). Pada tahun 1998 pemerintah mendorong pengembangan sistem
perbankan syariah untuk memfasilitasi Muslim Thailand dalam melakukan
transaksi perbankan sesuai dengan prinsip syariah. Karena pemerintah
bermaksud untuk mendirikan Bank Islam di bawah yurisdiksi pemerintah
dengan perangkat hukumnya sendiri, Departemen Keuangan kemudian
ditugaskan untuk merancang “The Islamic Bank of Thailand Act”, yang
57
kemudian disetujui oleh parlemen pada Oktober 2002. Islamic Bank of
Thailand didirikan di bawah Islamic Bank of Thailand Act
2002 dan diatur oleh Departemen Keuangan. Bank mulai beroperasi
pada Juni 2003 dengan modal disetor 1 miliar Baht dan memiliki kantor
pusat, yang juga merupakan cabang pertama, di Klongton. Bank terus
membuka cabang terutama di Bangkok dan provinsi Selatan dan memiliki
total 9 cabang pada akhir 2005. Perluasan bisnis Bank berlanjut melalui
akuisisi Layanan Perbankan Syariah dari Krung Thai Bank PCL pada
November 2005 di bawah kebijakan pemerintah. Ini meningkatkan jumlah
cabang dari 18 menjadi 27. Pada Agustus 2005, Bank memindahkan kantor
pusatnya dari Klongton ke area bisnis utama, Asoke, untuk memfasilitasi
pertumbuhan bisnis dan meningkatkan efisiensi operasi
(www.ibank.co.th/2010).
IBank Thailand hanya berfokus pada segmentasi pasar Muslim selama
tahap awal operasi. Namun, IBank Thailand melihat peluang untuk
memperluas layanan perbankan Syariah ke masyarakat umum, kemudian
menciptakan dan mengembangkan produk yang lebih inovatif dan
kompetitif, sambil memulai latihan rebranding untuk memberikan layanan
terbaik kepada pelanggan, juga dengan mempromosikan budaya etis,
tanggung jawab sosial, prinsip Islam dan tata kelola yang baik melalui
kerangka kerja operasional. Pada bulan Oktober 2007, Departemen Keuangan
menjadi pemegang saham utama IBank. Saat ini, IBank Thailand memiliki
108 cabang di seluruh negeri (www.ibank.co.th/2010).
6. Negara Anggota ASEAN Lainnya
Pada negara anggota ASEAN lainnya, seperti Singapura, Vietnam,
Laos, Myanmar, dan Kamboja belum terdapat perbankan syariah yang bisa
dijadikan untuk sampel penelitian ini. Belum pesatnya industri keuangan
syariah di negara-negara ini disebabkan karena populasi muslim di negara
tersebut tidak menjadi mayoritas layaknya Indonesia, Malaysia dan Brunei.
Selain itu, kurangnya pengetahuan dari warga negara tersebut mengenai
industri keuangan syariah pun masih minim, juga dukungan pemerintah yang
58
belum maksimal. Akan tetapi, beberapa negara sudah mencoba ikut andil
dalam industri keuangan syariah. Di Singapura misalnya, sebelumnya telah
ada Islamic Bank of ASIA, akan tetapi anak perusahaan DBS Holdings ini
telah ditutup pada 2015 karena kalah bersaing dengan bank lainnya.
Meskipun demikian, Singapura masih turut andil dalam penerbitan sukuk
sebagai bagian dari industri syariah. Sementara itu, Vietnam Myanmar dan
Kamboja juga mulai meningkat kesadarannya mengenai industri keuangan
syariah.
B. Statistik Deskriptif
Sebelum mengukur tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN,
terlebih dahulu menentukan variabel yang digunakan. Untuk efisiensi,
variabel input yang digunakan dalam penelitian ini adalah Biaya Tenaga
Kerja, DPK dan Aset Tetap. Untuk variabel outputnya adalah Total
Pembiayaan, Pendapatan Operasional Lainnya, dan Investasi Finansial.
Untuk hasil analisis statistik deskriptif variabel yang digunakan dalam
penelitian ini, dapat dilihat sebagai berikut:
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah peneliti dengan
menggunakan kurs US Dollar 28 Agustus 2019
Variabel Mean Max Min Std. Dev
Biaya
Tenaga
Kerja
146,656.74 880,452.17 7,303.32 263,787.18
Dana Pihak
Ketiga 9,318,964.04 37,472,886.49 2,784,697.35 9,715,188.72
Aset Tetap 250,569.22 2,078,233.41 3,976.30 461,291.95
Total
Pembiayaan 7,897,257.68 38,405,849.53 1,400,077.79 9,902,601.38
Pendapatan
Operasional
Lainnya
190,405.53 769,427.96 958.64 241,967.41
Investasi
Finansial 685,597.61 2,341,707.11 22,036.01 705,042.36
Tabel 4.0 1Statistik Deskriptif Variabel Perbankan Syariah di ASEAN Periode
2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
59
Berdasarkan tabel di atas, nilai standar deviasi setiap variabel yang
digunakan dalam penelitian ini cukup tinggi. Hal tersebut berarti bahwa nilai
variabel-variabel tersebut dari Perbankan Syariah di ASEAN pada periode
2013-2017 bervariasi. Biaya tenaga kerja memiliki nilai rata-ratanya adalah
U$D 146,656.74 ribu. Kemudian untuk nilai tertinggi dan terendahnya
masing-masing sebesar U$D 880,452.17 ribu dan U$D 7,303.32 ribu. Untuk
Dana Pihak Ketiga (DPK) nilai rata-ratanya adalah U$D 9,318,964.04 ribu.
Selanjutnya untuk nilai tertinggi dan terendahnya masing-masing sebesar
U$D 37,472,886.49 ribu dan U$D 2,784,697.35 ribu. Sementara itu, untuk
Aset Tetap, nilai rata-ratanya adalah U$D 250,569.22 ribu. Kemudian untuk
nilai tertinggi dan terendahnya masing-masing sebesar U$D 2,078,233.41
ribu dan U$D 3,976.30 ribu. Variabel output dalam perhitungan efisiensi nilai
rata-rata Total Pembiayaan adalah U$D 7,897,257.68 ribu. Selanjutnya untuk
nilai tertinggi dan terendahnya masing-masing sebesar U$D 38,405,849.53
ribu dan U$D 1,400,077.79 ribu. Untuk Pendapatan Operasional Lainnya nilai
rata-ratanya adalah U$D 190,405.53 ribu. Selanjutnya untuk nilai tertinggi
dan terendahnya masing-masing sebesar U$D 769,427.96 ribu dan U$D
958.64 ribu. Sementara itu, untuk Investasi Finansial, nilai rata-ratanya adalah
U$D 685,597.61 ribu. Kemudian untuk nilai tertinggi dan terendahnya
masing-masing sebesar U$D 2,341,707.11 ribu dan U$D 22,036.01 ribu.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, variasi nilai Biaya Tenaga
Kerja, DPK, Aset Tetap, Total Pembiayaan, Pendapatan Operasional
Lainnya dan Investasi Finansial perbankan syariah di ASEAN pada periode
2013-2017 sangat bervariasi. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi yang
tinggi dari setiap variabel. Selain itu juga dapat terlihat dari nilai minimum
dan maksimum yang rentang atau jaraknya cukup jauh antara satu sama
lain. Variasi tersebut disebabkan karena perbedaan mata uang yang
berbeda setiap negara, meskipun telah disamakan dengan menggunakan
mata uang Dolar Amerika. Sedangkan untuk nilai rata- rata setiap variabel
menunjukan angka yang masih wajar. Untuk lebih jelasnya, deskripsi per
variabel yang digunakan adalah sebagai berikut.
60
A. BIAYA TENAGA KERJA
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 28 Agustus 2019
Keterangan:
BSM: Bank Syariah Mandiri CIMB IB: CIMB Islamic Berhad
BMI: Bank Muamalat Indonesia BIBD: Bank Islam Brunei Darussalam
MIB: Maybank Islamic Berhad IB Thailand: Islamic Bank of Thailand
Berdasarkan Grafik di atas, menggambarkan pergerakan Biaya Tenaga
Kerja pada Perbankan Syariah di ASEAN selama 2013-2017 sangat
bervariasi. Jumlah Biaya Tenaga Kerja tertinggi adalah pada Amanah Islamic
Bank Filipina tahun 2017. Sementara itu, untuk yang terendah adalah pada
CIMB Islamic Berhad tahun 2017. Kemudian untuk rata- rata tertinggi adalah
pada Amanah Islamic Bank Filipina dengan mencapai 880,452.17 ribu US
dollar. Selanjutnya, untuk keenam bank sisanya memiliki selisih yang tidak
jauh berbeda, dengan rata-rata terendah oleh CIMB Islamic Berhad. Dari
grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa Biaya Tenaga Kerja perbankan
syariah di ASEAN cederung meningkat, kecuali pada CIMB Islamic
Berhad, dan IB Thailand.
0,00
200.000,00
400.000,00
600.000,00
800.000,00
1.000.000,00
BSM BMI MIB CIMB IB BIBD AL
Amanah
IB
Thailand
Biaya Tenaga Kerja
2013 2014 2015 2016 2017
Grafik 4.02 Pergerakan Biaya Tenaga Kerja Perbankan Syariah di
ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
61
B. DANA PIHAK KETIGA
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah
peneliti dengan menggunakan kurs US Dollar 28 Agustus 2019
Berdasarkan Grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan Dana Pihak
Ketiga pada Perbankan Syariah di ASEAN selama 2013-2017 sangat
bervariasi. Jumlah Dana Pihak Ketiga tertinggi adalah pada Maybank
Islamic Berhad tahun 2017. Sementara itu, untuk yang terendah adalah
pada Islamic Bank of Thailand tahun 2017 lalu diikuti dengan CIMB
Islamic Berhad. Selanjutnya, untuk kelima bank sisanya memiliki selisih
yang tidak jauh berbeda. Kemudian untuk rata- rata terendah adalah pada
Islamic Bank of Thailand.
C. ASET TETAP
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah peneliti
dengan menggunakan kurs US Dollar 28 Agustus 2019
0,00
5.000.000,00
10.000.000,00
15.000.000,00
20.000.000,00
25.000.000,00
30.000.000,00
35.000.000,00
40.000.000,00
BSM BMI MIB CIMB
IB
BIBD AL
Amanah
IB
Thailand
Dana Pihak Ketiga
2013 2014 2015 2016 2017
0,00
500.000,00
1.000.000,00
1.500.000,00
2.000.000,00
2.500.000,00
BSM BMI MIB CIMB IB BIBD AL
Amanah
IB
Thailand
Aset Tetap
2013 2014 2015 2016 2017
Grafik 4.03 Pergerakan Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah
di ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
Grafik 4.04 Pergerakan Aset Tetap Perbankan Syariah di ASEAN
periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
62
Berdasarkan Grafik di atas, terlihat bahwa jumlah Aset Tetap
tertinggi adalah pada Maybank Islamic Berhad tahun 2013. Sementara itu,
untuk yang terendah adalah pada CIMB Islamic Berhad tahun 2015.
Kemudian untuk rata-rata tertinggi adalah pada Maybank Islamic Berhad.
Selanjutnya, untuk keenam bank sisanya memiliki selisih yang tidak jauh
berbeda, dengan rata-rata terendah oleh Bank Islam Brunei Darussalam. Dari
grafik tersebut juga dapat terlihat bahwa Asert Tetap perbankan syariah di
ASEAN cenderung fluktuatif, namun tidak terlihat jarak yang jauh kecuali
pada Maybank Islamic Berhad dengan penurunan yang cukup jauh pada
2014.
D. TOTAL PEMBIAYAAN
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah peneliti
dengan menggunakan kurs US Dollar 28 Agustus 2019
Berdasarkan Grafik di atas, terlihat bahwa terlihat bahwa Total
Pembiayaan perbankan Syariah di ASEAN bersifat variatif dan cenderung
meningkat, kecuali AIBF, IBT dan BMI. Total Pembiayaan tertinggi
adalah pada Maybank Islami Berhad tahun 2017. Sementara itu, untuk yang
terendah adalah pada Islamic Bank of Thailand tahun 2017. Kemudian untuk
rata-rata tertinggi adalah pada Maybank Islamic Berhad lalu diikuti oleh
CIMB Islamic Berhad. Selanjutnya untuk kelima bank sisanya memiliki
0,00
5.000.000,00
10.000.000,00
15.000.000,00
20.000.000,00
25.000.000,00
30.000.000,00
35.000.000,00
40.000.000,00
45.000.000,00
Total Pembiayaan
2013
2014
2015
2016
2017
Grafik 4.05 Pergerakan Total Pembiayaan Perbankan Syariah
di ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
63
selisih yang tidak jauh berbeda, dengan rata-rata terendah oleh Bank Syariah
Mandiri.
E. PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah peneliti
dengan menggunakan kurs US Dollar 28 Agustus 2019
Berdasarkan Grafik di atas, terlihat bahwa terlihat bahwa Total
Pendapatan Operasional Lainnya perbankan Syariah di ASEAN bersifat
fluktuatif. Pendapatan Operasional Lainnya tertinggi adalah pada CIMB
Islamic Berhad tahun 2017. Sementara itu, untuk yang terendah adalah pada
Islamic Bank of Thailand tahun 2015. Kemudian untuk rata-rata tertinggi
adalah pada Maybank Islamic Berhad lalu diikuti oleh CIMB Islamic Berhad
dan diikuti oleh Al Amanah IB. Selanjutnya untuk keempat bank sisanya
memiliki selisih yang tidak jauh berbeda, dengan rata-rata terendah oleh
Bank Syariah Mandiri.
0,00
100.000,00
200.000,00
300.000,00
400.000,00
500.000,00
600.000,00
700.000,00
800.000,00
900.000,00
BSM BMI MIB CIMB IB BIBD AL
Amanah
IB Thailand
Pendapatan Operasional Lainnya
2013 2014 2015 2016 2017
Grafik 4.0 6 Pergerakan Pendapatan Operasional Lainnya Perbankan
Syariah di ASEAN periode 2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
64
F. INVESTASI FINANSIAL
Sumber: Website resmi masing-masing bank syariah, data diolah peneliti
dengan menggunakan kurs US Dollar 28 Agustus 2019
Berdasarkan Grafik di atas, terlihat bahwa terlihat bahwa Investasi
Finansial perbankan Syariah di ASEAN bersifat variatif. Investasi
Finansial tertinggi adalah pada Maybank Islami Berhad tahun 2017.
Sementara itu, untuk yang terendah adalah pada Al Amanah IB tahun 2014.
Kemudian untuk rata-rata tertinggi adalah pada Maybank Islamic Berhad
lalu diikuti oleh CIMB Islamic Berhad. Selanjutnya untuk kelima bank
sisanya memiliki selisih yang tidak jauh berbeda, dengan rata-rata terendah
oleh Al Amanah IB.
B. Hasil Analisis Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis
1. Tingkat Efisiensi Bank Umum Syariah Di ASEAN
Berdasarkan data tahunan BUS di ASEAN yang menjadi objek
penelitian ini pada tahun 2013 sampai dengan tahun 2017, diperoleh hasil
perhitungan tingkat efisiensi dengan metode Data Envelompent Analysis
menggunakan asumsi CRS (Constant Return Scale), asumsi VRS (Variabel
Return Scale), dan Scale Efficiency.
Berdasarkan pendekatan asumsi CRS, bank yang mencapai efisien
optimum sangat sedikit apabila dibandingkan dengan yang tidak efisien, atau
dengan kata lain lebih mudah memperoleh bank yang tidak efisien daripada
yang efisien. Adapun dengan pendekatan asumsi VRS, bank yang efisien
lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah bank yang tidak efisien. Untuk
lebih mudah melihat perbedaan efisiensi dengan dua asumsi tersebut, dapat
0,00
500.000,00
1.000.000,00
1.500.000,00
2.000.000,00
2.500.000,00
BSM BMI MIB CIMB
IB
BIBD AL
Amanah
IB
Thailand
Investasi Finansial
2013 2014 2015 2016 2017
Grafik 4.0 7 Pergerakan Investasi Finansial Syariah di ASEAN periode
2013-2017 (Dalam Ribu US Dollar)
65
dilihat pada tabel dibawah yaitu tabel yang menggambarkan bank yang
mencapai efisiensi optimum selama periode penelitian dengan asumsi CRS
dan VRS.
Berdasarkan tabel, jumlah bank umum syariah di ASEAN yang
mempunyai tingkat efisiensi terendah (berdasarkan asumsi CRS) terjadi pada
tahun 2016, dimana hanya 4 dari 7 BUS dalam penelitian ini yang mencapai
tingkat efisiensi optimum. Lalu, jumlah bank yang mencapai efisiensi
optimum terbanyak terjadi pada tahun 2013 dan tahun 2017.
Adapun untuk pendekatan asumsi VRS, jumlah bank umum syariah di
Indonesia yang mempunyai tingkat efisiensi terendah terjadi pada tahun 2016
yaitu hanya 4 BUS hasil ini sama dengan asumsi CRS. Lalu, jumlah bank
yang mencapai efisiensi optimum terbanyak terjadi pada tahun 2013, 2014
dan 2017.
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Keterangan*:
1: Bank Syariah Mandiri 5: Bank Islam Brunei Darussalam
2: Bank Muamalat Indonesia 6: Al Amanah Islamic Bank
3: MayBank Islamic Berhad 7: Islamic Bank of Thailand
4: CIMB Islamic Berhad
Berdasarkan tabel diatas, peneliti membuat rata-rata bagi ke-7 BUS
selama periode penelitian. Berikut ini hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi
BUS di ASEAN dengan asumsi CRS, VRS, dan Scale Efficiency:
Periode Kode Bank
CRS* Jumlah
Bank Periode
Kode Bank
VRS* Jumlah
Bank
2013 1,2,3,4,5,6,7 7 2013 1,2,3,4,5,6,7 7
2014 1,2,3,4,5,6 6 2014 1,2,3,4,5,6,7 7
2015 1,2,3,4,5,6 6 2015 1,2,3,4,5,6 6
2016 3,4,6,7 4 2016 3,4,6,7 4
2017 1,2,3,4,5,6,7 7 2017 1,2,3,4,5,6,7 7
Tabel 4.0 2 BUS di ASEAN yang mencapai Efisiensi Optimum dengan metode
DEA
66
Tabel 4.0 3 Tingkat Efisiensi BUS di ASEAN
Bank CRS VRS Scale Efficiency
Bank Syariah Mandiri 99.12% 99.18% 99.94%
Bank Muamalat Indonesia 99.23% 99.79% 99.43%
MayBank Islamic Berhad 100.00% 100.00% 100.00%
CIMB Islamic Berhad 100.00% 100.00% 100.00%
Bank Islam Brunei Darussalam 97.38% 97.77% 99.60%
Al Amanah Islamic Bank 100.00% 100.00% 100.00%
Islamic Bank of Thailand 98.81% 99.39% 99.41%
Average 99.22% 99.45% 99.77%
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 3 BUS dalam penelitian ini yang
mencapai efisiensi optimum baik berdasarkan asumsi CRS, VRS, maupun
Scale. Adapun yang paling mendekati efisiensi optimum adalah Bank
Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri baik berdasarkan asumsi
CRS, VRS, dan Scale yaitu pada titik 99%, sedangkan yang paling terendah
adalah Bank Bank Islam Brunei Darussalam yang mendapat nilai di bawah
99%
.
Sumber: Data diolah oleh peneliti
Berdasarkan grafik di atas, tingkat efisiensi yang dimiliki oleh Bank
Umum Syariah dalam penelitian ini berada pada posisi yang hampir sama.
MayBank, CIMB, dan Al Amanah memiliki tingkat efisiensi optimum, hanya
96,00%96,50%97,00%97,50%98,00%98,50%99,00%99,50%
100,00%
Tingkat Efisiensi BUS di ASEAN
CRS VRS Scale
Grafik 4.0 8 Tingkat Efisiensi Rata-rata BUS di ASEAN asumsi CRS, VRS, dan
Scale Efficiency
67
Bank Bank Islam Brunei Darussalam saja yang nilainya berkisar pada angka
97% (asumsi CRS), sedangkan ketiga bank lainnya berada pada posisi di atas
98%. Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi, asumsi VRS mendapatkan nilai
rata-rata efisiensi lebih tinggi dari asumsi CRS, maka dari itu peneliti
menggunakan hasil asumsi VRS sebagai objek penelitian.
Berikut ini akan dibahas hasil pengukuran tingkat efisiensi Bank Umum
Syariah di ASEAN secara individu dengan pendekatan intermediasi
menggunakan Model BBC dengan asumsi VRS (Variabel Return Scale).
a. Bank Syariah Mandiri
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank Syariah Mandiri:
Tabel 4.0 4 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Syariah Mandiri (%)
PERIODE NILAI EFISIENSI
2013 100.00
2014 100.00
2015 100.00
2016 95.92
2017 100.00
TOTAL 495.92
RATA-RATA 99.18
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2013, 2014, 2015 nilai efisiensi
mencapai maksimum diperoleh oleh Bank Syariah Mandiri. Namun, pada
tahun 2016, nilai efisiensinya hanya mencapai 95.92%, terjadi penurunan
efisiensi dari tahun sebelumnya sebesar 4.08%.. Namun, di tahun selanjutnya
yaitu tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 100.00%. Setelah tiga
tahun berturut-turut mencapai tingakat efesiensi optimum, pada tahun 2016
Bank Syariah Mandiri mengalami inefisiensi, akhirnya pada tahun 2017 Bank
Syariah Mandiri mencapai nilai efisiensi 100%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank Syariah Mandiri selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik
diatas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank Syariah Mandiri
(BSM) mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun 2013 sampai dengan
68
2015 mencapai tingkat optimum, kemudian pada tahun 2016 mengalami
penurunan, dan pada 2017 meningkat hingga mencapai efisiensi optimum.
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Akan dijelaskan mengenai keadaan inefisien Bank Syariah Mandiri
pada tahun 2016:
Tabel 4.0 5 Target Efisiensi BSM 2016
Efficiency Variable Actual Target To Gain Achieved
Bank
Syariah
Mandiri
2016
95.92%
Inp
ut
BTK 1,485,175 1,406,456 5.60% 94.40%
DPK 69,999,843 67,143,554 4.25% 95.75%
Aset Tetap 973,273 887,786 9.63% 90.37%
Outp
ut
Pendapatan
Lainnya 860,071 1,036,895 17.05% 82.95%
Pembiayaan 52,837,460 52,837,460 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 6,435,380 6,435,380 0.00% 100.00%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, Bank Syariah Mandiri pada tahun 2016
mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 95.92% dibandingkan dengan
tahun lainnya pada periode penelitian ini. Semua variabel input mengalami
inefisiensi, dan hanya satu variabel output yang mengalami inefsiensi yaitu
Pendapatan Lainnya. Beban Tenaga Kerja atau BTK tingkat efisiennya hanya
mencapai 94.40% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 5.60%.
Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai Rp1,485,175 juta.
Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam BTK, padahal hanya
100,00% 100,00% 100,00%
95,92%
100,00%
93,00%
94,00%
95,00%
96,00%
97,00%
98,00%
99,00%
100,00%
101,00%
2013 2014 2015 2016 2017
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Bank Syariah Mandiri (BSM)
Grafik 4.0 9 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Syariah Mandiri (BSM)
69
dengan Rp1,406,456 juta saja, variabel BTK sudah dapat mencapai efisiensi
optimum.
Pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya mencapai 90.37%
dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan perbaikan
dengan cara menurunkannya sebesar 9.63%. Aset tetap yang dimiliki oleh
Bank Syariah Mandiri mencapai Rp973,273 juta. Aset tetap ini juga
mengalami pemborosan, karena hanya dengan Rp887,786 juta saja, variabel
aset tetap sudah dapat mencapai nilai efisiensi yang optimum.
Pada variabel DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan nilai
95.75%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK dengan cara
menurunkan sebesar 4.25%. Hal ini mengindikasikan DPK yang dihimpun
oleh Bank Syariah Mandiri melebihi target dan tidak disertai dengan
penyaluran kepada nasabah pihak ketiga sehingga tidak bisa mencapai
efisiensi secara optimum. Implementasi DPK yang dihimpun mencapai
Rp69,999,843 juta, sedangkan target yang disarankan agar mencapai efisiensi
optimum adalah sebesar Rp67,143,554 juta.
Variabel output yaitu Pendapatan Lainnya juga mengalami inefisiensi
dengan nilai 82.95%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel
Pendapatan Lainnya dengan cara menaikkan sebesar 17.05%. Hal ini
mengindikasikan pendapatan lainnya masih kurang dari target yang
seharusnya dicapai oleh Bank Syariah Mandiri. Implementasi pendapatan
lainnya hanya mencapai Rp860,071 juta saja, oleh karena itu Bank Syariah
Mandiri harus menaikkan pendapatan lainnya menjadi Rp1,036,895 juta, agar
dapar mencapai efisiensi yang optimum.
b. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank Muamalat Indonesia:
70
Tabel 4.0 6 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank Muamalat Indonesia (%)
PERIODE NILAI EFISIENSI
2013 100.00
2014 100.00
2015 100.00
2016 98.95
2017 100.00
TOTAL 498.95
RATA-RATA 99.79
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2013, 2014, 2015 nilai efisiensi
mencapai maksimum diperoleh oleh Muamalat Indonesia. Namun, pada
tahun 2016, nilai efisiensinya hanya mencapai 98.95%, terjadi penurunan
efisiensi dari tahun sebelumnya sebesar 1.05%.. Namun, di tahun selanjutnya
yaitu tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 100.00%. Setelah tiga
tahun berturut-turut mencapai tingakat efesiensi optimum, pada tahun 2016
Bank Muamalat Indonesia mengalami inefisiensi, akhirnya pada tahun 2017
Bank Muamalat Indonesia mencapai nilai efisiensi 100%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank Muamalat Indonesia selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik
diatas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Muamalat Indonesia (BMI)
mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun 2013 sampai dengan 2015
mencapai tingkat optimum, kemudian pada tahun 2016 mengalami
penurunan, dan pada 2017 meningkat hingga mencapai efisiensi optimum.
100,00%100,00% 100,00%
98,95%
100,00%
98,00%
98,50%
99,00%
99,50%
100,00%
100,50%
2013 2014 2015 2016 2017
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Grafik 4.0 10 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi
VRS Bank Syariah Mandiri (BSM)
71
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Akan dijelaskan mengenai keadaan inefisien Bank Muamalat Indonesia
pada tahun 2016:
Tabel 4.0 7 Target Efisiensi BMI 2016
Efficiency Variable Actual Target To Gain Achieved
Bank
Muamalat
Indonesia
2016
98.95%
Inp
ut BTK 880,811 857,371 2.73% 97.27%
DPK 48,332,326 47,824,276 1.06% 98.94%
Aset Tetap 2,638,164 2,321,275 13.65% 86.35%
Outp
ut
Pendapatan
Lainnya 324,813 336,942 3.60% 96.40%
Pembiayaan 38,370,896 38,370,896 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 3,831,311 3,831,311 0.00% 100.00%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, Bank Muamalat Indonesia pada tahun 2016
mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 98.95% dibandingkan dengan
tahun lainnya pada periode penelitian ini. Semua variabel input mengalami
inefisiensi, dan hanya satu variabel output yang mengalami inefsiensi yaitu
Pendapatan Lainnya. Beban Tenaga Kerja atau BTK tingkat efisiennya hanya
mencapai 97.27% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 2.73%.
Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai Rp880,811 juta.
Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam BTK, padahal hanya
dengan Rp857,371 juta saja, variabel BTK sudah dapat mencapai efisiensi
optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya mencapai
86.35% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan
perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 13.65%. Aset tetap yang
dimiliki oleh Bank Muamalat Indonesia mencapai Rp2,638,164 juta. Aset
tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan Rp2,321,275 juta
saja, variabel aset tetap sudah dapat mencapai nilai efisiensi yang optimum.
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan nilai
98.94%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK dengan cara
72
menurunkan sebesar 1.06%. Hal ini mengindikasikan DPK yang dihimpun
oleh Bank Muamalat Indonesia melebihi target dan tidak disertai dengan
penyaluran kepada nasabah pihak ketiga sehingga tidak bisa mencapai
efisiensi secara optimum. Implementasi DPK yang dihimpun mencapai
Rp48,332,326 juta, sedangkan target yang disarankan agar mencapai efisiensi
optimum adalah sebesar Rp47,824,276 juta.
Adapun untuk variabel output yaitu Pendapatan Lainnya juga
mengalami inefisiensi dengan nilai 96.40%, maka dari itu diperlukan
perbaikan pada variabel Pendapatan Lainnya dengan cara menaikkan sebesar
3.60%. Hal ini mengindikasikan pendapatan lainnya masih kurang dari target
yang seharusnya dicapai oleh Bank Muamalat Indonesia. Implementasi
pendapatan lainnya hanya mencapai Rp324,813 juta saja, oleh karena itu
Bank Muamalat Indonesia harus menaikkan pendapatan lainnya menjadi
Rp336,942 juta, agar dapar mencapai efisiensi yang optimum.
c. Maybank Islamic Berhad
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) MayBank Islamic Berhad:
Tabel 4.0 8 Nilai Efisiensi Asumsi VRS MayBank Islamic Behrad (%)
PERIODE NILAI EFISIENSI
2013 100.00
2014 100.00
2015 100.00
2016 100.00
2017 100.00
TOTAL 500.00
RATA-RATA 100.00
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, tingkat efisiensi pada MayBank Islamic
Berhad mencapai nilai optimum dari tahun 2013 sampai tahun 2017.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi MayBank Islamic Berhad selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik
73
diatas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi MayBank Islamic Berhad
menunjukan konsistensi terhadap tingkat efisiensi yang optimal.
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Dengan optimumnya tingkat efisien MayBank Islamic Berhad tidak
terdapat variable yang menunjukan pemborosan ataupun variable yang
kurang dari target untuk mencapai tingkat efisiensi yang optimum.
Tabel 4.0 9 Target Efisiensi Maybank IB 2016
Efficiency Variable
Actual Target To
Gain Achieved
Maybank
Islamic
Berhad
2016
100.00%
Inp
ut BTK 40,880 40,880 0 100.00%
DPK 136,946,498 136,946,498 0 100.00%
Aset Tetap 4,506,551 4,506,551 0 100.00%
Outp
ut
Pendapatan
Lainnya 300,509 300,509 0 100.00%
Pembiayaan 148,523,310 148,523,310 0 100.00%
Investasi
Finansial 8,719,654 8,719,654 0 100.00%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
d. CIMB Islamic Berhad
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank CIMB Islamic Berhad:
100% 100% 100% 100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2013 2014 2015 2016 2017
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
MayBank Islamic Berhad
Grafik 4.11 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi
VRS MayBank Islamic Berhad
74
Tabel 4.10 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Bank CIMB Islamic Behrad (%)
PERIODE NILAI EFISIENSI
2013 100.00
2014 100.00
2015 100.00
2016 100.00
2017 100.00
TOTAL 500.00
RATA-RATA 100.00
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, tingkat efisiensi pada Bank CIMB Islamic
Berhad mencapai nilai optimum dari tahun 2013 sampai tahun 2017.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank CIMB Islamic Berhad selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik
diatas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank CIMB Islamic
Berhad menunjukan konsistensi terhadap tingkat efisiensi yang optimal.
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Dengan optimumnya tingkat efisien Bank CIMB Islamic Berhad tidak
terdapat variable yang menunjukan pemborosan ataupun variable yang
kurang dari target untuk mencapai tingkat efisiensi yang optimum.
100% 100% 100% 100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2013 2014 2015 2016 2017
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Bank CIMB Islamic Berhad
Grafik 4.1 1 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS Bank
CIMB Islamic Berhad
75
Tabel 4.1 1 Target Efisiensi CIMB IB 2016
Efficiency Variable Actual Target To
Gain Achieved
CIMB
Islamic
Berhad
2016
100.00%
Inp
ut BTK 34,108 34,108 0 100.00%
DPK 52,754,396 52,754,396 0 100.00%
Aset Tetap 883,378 883,378 0 100.00% O
utp
ut
Pendapatan
Lainnya 2,704,520 2,704,520 0 100.00%
Pembiayaan 47,172,873 47,172,873 0 100.00%
Investasi
Finansial 4,955,682 4,955,682 0 100.00%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
e. Bank Islam Brunei Darussalam
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Bank Islam Brunei Darussalam:
Tabel 4.1 2 Nilai Efisiensi Asumsi VRS BIDB (%)
PERIODE NILAI EFISIENSI
2013 100.00
2014 100.00
2015 100.00
2016 88.85
2017 100.00
TOTAL 488.85
RATA-RATA 97.77
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2013, 2014, 2015 nilai efisiensi
mencapai maksimum diperoleh oleh Bank Islam Brunei Darussalam. Namun,
pada tahun 2016, nilai efisiensinya hanya mencapai 88.85%, terjadi
penurunan efisiensi dari tahun sebelumnya sebesar 11.15%.. Namun, di tahun
selanjutnya yaitu tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 100.00%.
Setelah tiga tahun berturut-turut mencapai tingakat efesiensi optimum, pada
tahun 2016 Bank Islam Brunei Darussalam mengalami inefisiensi, akhirnya
pada tahun 2017 Bank Islam Brunei Darussalam mencapai nilai efisiensi
100%.
76
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank Islam Brunei Darussalam
Indonesia selama periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik diatas.
Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank
Islam Brunei Darussalam mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun
2013 sampai dengan 2015 mencapai tingkat optimum, kemudian pada tahun
2016 mengalami penurunan, dan pada 2017 meningkat hingga mencapai
efisiensi optimum.
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank
islam Brunei Darussalam mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun
2013 sampai dengan 2015 konsisten mencapai tingkat optimum, kemudian
pada tahun 2016 mengalami penurunan dan pada tahun 2017 meningkat
hingga mencapai efisiensi optimum.
Tabel 4.1 3 Target Efisiensi BIDB 2016
Efficiency Variable Actual Target To Gain Achieved
Bank Islam
Brunei
Darussalam
2016
88.85%
Inp
ut BTK 54,310 48,256 12.55% 87.45%
DPK 7,114,615 5,348,246 33.03% 66.97%
Aset Tetap 47,955 34,359 39.57% 60.43%
Outp
ut
Pendapatan
Lainnya 68,677 87,567 21.57% 78.43%
Pembiayaan 2,602,613 2,602,613 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 874,068 874,068 0.00% 100.00%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, Bank Islam Brunei Darussalam pada tahun
2016 mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 88.85% dibandingkan
100,00% 100,00% 100,00%
88,85%
100,00%
80,00%
85,00%
90,00%
95,00%
100,00%
105,00%
2013 2014 2015 2016 2017
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Bank Islam Brunei Darussalam
Grafik 4.1 2 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Bank Islam Brunei Darussalam
77
dengan tahun lainnya pada periode penelitian ini. Semua variabel input
mengalami inefisiensi, dan hanya satu variabel output yang mengalami
inefsiensi yaitu Pendapatan Lainnya. Beban Tenaga Kerja atau BTK tingkat
efisiennya hanya mencapai 87.45% dan untuk mencapai nilai efisiensi
optimum, perlu dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar
12.55%. Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai
B$54,310 ribu. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam
BTK, padahal hanya dengan B$48,256 ribu saja, variabel BTK sudah dapat
mencapai efisiensi optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya mencapai
60.43% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan
perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 39.57%. Aset tetap yang
dimiliki oleh Bank Islam Brunei Darussalam mencapai B$47,955 ribu. Aset
tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan B$34,359 ribu
saja, variabel aset tetap sudah dapat mencapai nilai efisiensi yang optimum.
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan nilai
66.97%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK dengan cara
menurunkan sebesar 33.03%. Hal ini mengindikasikan DPK yang dihimpun
oleh Bank Islam Brunei Darussalam melebihi target dan tidak disertai dengan
penyaluran kepada nasabah pihak ketiga sehingga tidak bisa mencapai
efisiensi secara optimum. Implementasi DPK yang dihimpun mencapai
B$7,114,615 ribu, sedangkan target yang disarankan agar mencapai efisiensi
optimum adalah sebesar B$5,348,246 ribu.
Adapun untuk variabel output yaitu Pendapatan Lainnya juga
mengalami inefisiensi dengan nilai 78.43%, maka dari itu diperlukan
perbaikan pada variabel Pendapatan Lainnya dengan cara menaikkan sebesar
21.57%. Hal ini mengindikasikan pendapatan lainnya masih kurang dari
target yang seharusnya dicapai oleh Islam Brunei Darussalam. Implementasi
pendapatan lainnya hanya mencapai B$68,677 ribu saja, oleh karena itu
BIDB harus menaikkan pendapatan lainnya menjadi B$87,567 ribu, agar
dapar mencapai efisiensi yang optimum.
78
f. Al Amanah Islamic Bank
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Al Amanah Islamic Bank:
Tabel 4.1 4 Nilai Efisiensi Asumsi VRS Al Amanah IB (%)
PERIODE NILAI EFISIENSI
2013 100.00
2014 100.00
2015 100.00
2016 100.00
2017 100.00
TOTAL 500.00
RATA-RATA 100.00
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, tingkat efisiensi pada Al Amanah Islamic
Bank mencapai nilai optimum dari tahun 2013 sampai tahun 2017.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Bank CIMB Islamic Berhad selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik
diatas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Bank CIMB Islamic
Berhad menunjukan konsistensi terhadap tingkat efisiensi yang optimal.
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan grafik diatas tingkat efisien Al Amanah Islamic Bank tidak
terdapat variable yang menunjukan pemborosan ataupun variable yang
kurang dari target untuk mencapai tingkat efisiensi yang optimum.
100% 100% 100% 100% 100%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
2013 2014 2015 2016 2017
Tingkat Efisiensi Asumsi VRS
Al Amanah Islamic Bank
Grafik 4.1 3 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi
VRS Al Amanah Islamic Bank
79
Tabel 4.1 5 Target Efisiensi Al Amanah IB 2016
Efficiency Variable
Actual Target To
Gain Achieved
Al
Amanah
Islamic
Bank
2016
100.00%
Inp
ut BTK 41,867,017 41,867,017 0 100.00%
DPK 304,622,249 304,622,249 0 100.00%
Aset Tetap 6,440,300 6,440,300 0 100.00% O
utp
ut
Pendapatan
Lainnya 27,490,254 27,490,254 0 100.00%
Pembiayaan 179,878,102 179,878,102 0 100.00%
Investasi
Finansial 2,750,500 2,750,500 0 100.00%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
g. Islamic Bank Of Thailand
Berikut ini adalah hasil olah data rata-rata tingkat efisiensi dengan
asumsi VRS (Variabel Return Scale) Islamic Bank of Thailand:
Tabel 4.1 6 Nilai Efisiensi Asumsi VRS IB Thailand (%)
PERIODE NILAI EFISIENSI
2013 100.00
2014 100.00
2015 96.95
2016 100.00
2017 100.00
TOTAL 496.95
RATA-RATA 99.39
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Berdasarkan tabel di atas, pada tahun 2013, dan 2014 nilai efisiensi
mencapai maksimum diperoleh oleh Islamic Bank of Thailand. Namun, pada
tahun 2015, nilai efisiensinya hanya mencapai 96.95%, terjadi penurunan
efisiensi dari tahun sebelumnya sebesar 3.05%.. Namun, di tahun selanjutnya
yaitu tahun 2016 mengalami peningkatan menjadi 100.00%. Setelah dua
tahun berturut-turut mencapai tingkat efesiensi optimum, pada tahun 2015
Islamic Bank of Thailand mengalami inefisiensi, akhirnya pada tahun 2016
dan 2017 Islamic Bank of Thailand mencapai nilai efisiensi 100%.
Pergerakan tingkat rata-rata efisiensi Islamic Bank of Thailand selama
periode penelitian ini dapat dilihat pada grafik diatas. Berdasarkan grafik
80
diatas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Islamic Bank of Thailand
mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun 2013 sampai dengan 2014
mencapai tingkat optimum, kemudian pada tahun 2015 mengalami
penurunan, dan pada 2016 samapi 2017 meningkat hingga mencapai efisiensi
optimum.
Sumber: DEA Frontier, data diolah oleh peneliti
Dari grafik di atas, terlihat bahwa pergerakan tingkat efisiensi Islamic
Bank of Thailand mengalami fluktuasi turun dan naik. Pada tahun 2013
sampai dengan 2014 konsisten mencapai tingkat optimum, kemudian pada
tahun 2015 mengalami penurunan dan pada tahun 2016 sampai 2017
meningkat hingga mencapai efisiensi optimum.
Tabel 4.1 7 Target Efisiensi IB Thailand 2015
Efficiency Variable Actual Target To Gain Achieved
Islamic
Bank of
Thailand
2015
96.95%
Inp
ut
BTK 980,076 950,192 3.15% 96.85%
DPK 99,530,203 96,495,359 3.15% 96.85%
Aset Tetap 1,087,773 955,926 13.79% 86.21%
Outp
ut
Pendapatan
Lainnya 29,344 46,909 37.44% 62.56%
Pembiayaan 98,720,637 98,720,637 0.00% 100.00%
Investasi
Finansial 9,594,738 12,148,772 21.02% 78.98%
Sumber: DEA Frontier Asumsi VRS, data diolah oleh peneliti
100,00% 100,00%
96,95%
100,00% 100,00%
95,00%
95,50%
96,00%
96,50%
97,00%
97,50%
98,00%
98,50%
99,00%
99,50%
100,00%
100,50%
2013 2014 2015 2016 2017
NILAI EFISIENSI
Grafik 4.1 4 Pergerakan Rata-rata Tahunan Efisiensi Asumsi VRS
Islamic Bank of Thailand
81
Berdasarkan tabel di atas, Islamic Bank of Thailand pada tahun 2015
mengalami inefisiensi terendah yaitu sebesar 96.95% dibandingkan dengan
tahun lainnya pada periode penelitian ini. Semua variabel input mengalami
inefisiensi, dan dua variabel output yang mengalami inefsiensi kecuali
pembiayaan. Beban Tenaga Kerja atau BTK tingkat efisiennya hanya
mencapai 96.85% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu
dilakukan perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 3.15%.
Implementasi anggaran untuk BTK cukup tinggi mencapai 980,076 ribu Bhat.
Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemborosan dalam BTK, padahal hanya
dengan 950,192 ribu Baht saja, variabel BTK sudah dapat mencapai efisiensi
optimum.
Adapun pencapaian efisiensi pada variabel aset tetap hanya mencapai
86.21% dan untuk mencapai nilai efisiensi optimum, perlu dilakukan
perbaikan dengan cara menurunkannya sebesar 13.79%. Aset tetap yang
dimiliki oleh Islamic Bank of Thailand mencapai 1,087,773 ribu Baht. Aset
tetap ini juga mengalami pemborosan, karena hanya dengan 955,926 ribu
Baht, variabel aset tetap sudah dapat mencapai nilai efisiensi yang optimum.
Begitu pula dengan DPK yang juga mengalami inefisiensi, dengan nilai
96.85%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel DPK dengan cara
menurunkan sebesar 3.15%. Hal ini mengindikasikan DPK yang dihimpun
oleh Islamic Bank of Thailand melebihi target dan tidak disertai dengan
penyaluran kepada nasabah pihak ketiga sehingga tidak bisa mencapai
efisiensi secara optimum. Implementasi DPK yang dihimpun mencapai
99,530,203 ribu Baht, sedangkan target yang disarankan agar mencapai
efisiensi optimum adalah sebesar 96,495,359 ribu Baht.
Adapun untuk variabel output yaitu pendapatan lainnya juga
mengalami inefisiensi dengan nilai 62.56%, maka dari itu diperlukan
perbaikan pada variabel pendapatan lainnya dengan cara menaikkan sebesar
37.44%. Hal ini mengindikasikan pendapatan lainnya masih kurang dari
target yang seharusnya dicapai oleh Islamic Bank of Thailand. Implementasi
pendapatan lainnya hanya mencapai 29,344 ribu Baht saja, oleh karena itu
82
Islamic Bank of Thailand harus menaikkan pendapatan lainnya menjadi
46,909 ribu Baht, agar dapar mencapai efisiensi yang optimum.
Variabel investasi finansial juga mengalami inefisiensi dengan nilai
78.98%, maka dari itu diperlukan perbaikan pada variabel investasi finansial
dengan cara menaikkan sebesar 21.02%. Hal ini mengindikasikan dana yang
disalurkan oleh Islamic Bank of Thailand ke sektor invetasi finansial belum
mencapai target sehingga tidak bisa mencapai efisiensi secara optimum.
Implementasi investasi finansial hanya mencapai 9,594,738 ribu Baht saja,
oleh karena itu Islamic Bank of Thailand harus menaikkan investasi
finansialnya menjadi 12,148,772ribu Baht, agar dapar mencapai efisiensi
yang optimum.
2. Total Potential Improvement BUS di ASEAN
Hasil perhitungan DEA juga memperlihatkan potential improvement
yang dapat dilakukan oleh bank-bank yang belum beroperasi secara efisien.
Berdasarkan pendekatan intermediasi yang berorientasi input, maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas bank syariah di Asia Tenggara harus
mengurangi jumlah total inputnya, sekaligus meningkatkan outputnya untuk
menghasilkan output yang ideal oleh DMU pada tahun-tahun tersebut.
Berikut ini penyebab inefisiensi pada BUS yang berada di Indonesia
dan Pakistan yang akan dijadikan perbandingan bagi kedua negara tersebut:
Sumber: Data diolah dari Target Input Oriented DEA Frontier
Berdasarkan grafik di atas, total improvment (variabel yang perlu
mendapatkan perbaikan) terdapat pada variable input dan variabel output.
4,23%3,77%
13,05%
0,00%14,94%
10,97%
BUS DI ASEANBeban Tenaga Kerja Dana Pihak Ketiga
Aset tetap Total Pembiayaan
Pendapatan Operasional Lainnya Investasi Finansial
Grafik 4.1 5 Total Potential Improvment BUS di Asia Tenggara
83
Variabel input meliputi Beban Tenaga Kerja, Dana Pihak Ketiga, dan Aset
Tetap. Adapun untuk variabel output yang perlu mendapatkan perhatian
adalah Pendapatan Lainnya, dan Investasi Finansial.
Di ASEAN, variabel yang menjadi penyebab inefisiensi terbesar adalah
Pendapatan Operasional Lainnya yaitu sebesar 14.94% dan Aset Tetap
sebesar 13.05%, sedangkan variabel yang efisien adalah Pembiayaan yang
hanya sebesar 0.00%.
Membengkaknya Beban Tenaga Kerja diakibatkan adanya agresifitas
ekspansif Bank Umum Syariah. Ketika ekspansi, tentu membuka kantor
cabang baru dan akhirnya terjadi peningkatan jumlah SDM. Ketika jumlah
SDM meningkat, tentunya cost pun ikut meningkat. Belum lagi, cost of
training dan pendidikan bagi SDM menjadi ikut membengkak, karena
minimnya jumlah SDM Syariah dari sisi supply namun demand dari industri
syariah yang meningkat (ekspansifitas). Manajemen bank syariah perlu
adanya terobosan baru, misalnya untuk menghemat Beban Tenaga Kerja
namun tetap efektif. Ketika SDM mencapai efisien dan efektif, bukan hal
yang tidak mungkin target efisiensi Beban Tenaga Kerja yang masih kurang
sebesar 4.23% bisa tercapai.
Masih kurangnya efisiensi pendapatan lainnya yang berasal dari fee
based income perlu mendapat perhatian yang harus dilakukan. Hanya saja
persoalannya apabila masih terkait dengan rencana investasi tentu menjadi
kendala tersendiri. Misalnya saja feee based income diperoleh dari layanan
jasa ATM. Maka sepanjang ATMnya tidak bertambah akan sulit. Tetapi,
celakanya menambah ATM juga berarti mengeluarkan sejumlah biaya yang
tidak sedikit. Meningkatkan fee based income harus tetap memperhatikan
input output ratio. Pada umumnya peningkatan fee based income selalu
berkaitan dengan penggunaan teknologi yang mampu meningkatkan
pelayanan kepada nasabahnya. Jadi sebenarnya peluang peningkatan fee
based income hanya akan lebih banyak dimanfaatkan oleh sejumlah bank
yang secara teknologi sudah maju.
Aset tetap yang berlebih, hal ini terjadi bukan hal yang tidak mungkin
karena adanya ekspansifitas tinggi. Pembangunan cabang baru, kendaraan
84
operasional, mesin ATM, dan sebagainya, menambah daftar panjang
inefisiensi dari segi Aset Tetap yang berlebih. Sebenarnya hal ini bisa diatasi
atau diminimalisir melalui kerjasama yang apik dengan bank konvensional
induknya untuk menekan cost of fixed asset, misalnya dengan optimalisasi
office channeling, strategi ATM bersama, atau dengan terobosan baru yaitu
branchless banking dimana cabang tanpa kantor berbentuk fisik. Selain bisa
menghemat biaya fixed asset, Bank Umum Syariah pun bisa menjangkau
lebih dekat dengan calon nasabah, khususnya nasabah unbankable sehingga
bisa tercapainya financial inclusion.
C. Hasil Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov
Setelah didapatkan hasil efisiensi dari masing-masing BUS di Asia
Tenggara, maka selanjutnya dilakukan pengujian statistik untuk mengetahui
ada tidaknya signifikansi perbedaan antara tingkat efisiensi di Asia tenggara.
Namun, sebelum itu, hal pertama yang harus dilakukan adalah dengan
menguji data hasil analisis DEA dengan pengujian statistik yaitu Uji
Normalitas Kolmogrov Smirnov, agar dapat diketahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Apabila data terdistribusi normal, maka
pengujian statistik untuk uji bedanya menggunakan Uji ANOVA one way.
Apabila data tidak terdistribusi normal, maka pengujian statistik untuk uji
bedanya menggunakan Uji Kruskal Wallis.
Uji Kolmogrov smirnov ini dilakukan dengan membuat hipotesis :
1. H0 : Data residual terdistribusi normal
Jika hasil uji menunjukan nilai probablilitas tidak signifikan yaitu
diatas 0.05, maka hipotesis nol diterima yang berarti data residual
terdistribusi normal.
2. H1 : Data residual tidak terdistribusi normal
Jika hasil uji menunjukan nilai probablilitas signifikan yaitu
dibawah atau sama dengan 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang
berarti data residual tidak terdistribusi normal.
Adapun hasil pengolahan menggunakan program SPSS 25.0 didapatkan
hasil analisis data sebagai berikut:
85
Tabel 4.18 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Sumber: Data diolah dari SPSS 25.0
Berdasarkan tabel diatas, Uji Normalitas Data denngan Kolmogrov
Smirnov di atas, menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.000.
Maka H0 ditolak dan data efisiensi tersebut tidak terdistribusi normal, karena
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0.05. Oleh sebab itu, pengujian statistik untuk
signifikansi perbedaan pada penelitian ini dilakukan dengan uji Kruskal
Wallis.
D. Hasil Uji Beda Nonparametrik Kruskal-Wallis Berdasarkan uji normalitas Kolmogorov Smirnov yang telah dilakukan
sebelumnya, data efisiensi tidak terdistribusi normal. Untuk itu, uji beda
yang digunakan adalah Uji Kruskal-Wallis. Uji beda merupakan pengujian
yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan di
antara sampel yang ada. Uji Kruskal-Wallis adalah uji nonparametrik yang
digunakan untuk membedakan lebih dari dua sampel yang ada.
Uji Kruskal Wallis ini dilakukan dengan membuat hipotesis :
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai efisiensi pada
BUS di ASEAN
Jika hasil uji menunjukan nilai probablilitas tidak signifikan yaitu
diatas 0.05, maka hipotesis nol diterima yang berarti tidak terdapat
perbedaan yang signifikan.
Efisiensi
N 35
Normal Parametersa,b Mean .9945
Std. Deviation .02034
Most Extreme Differences
Absolute .493
Positive .393
Negative -.493
Test Statistic .493
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
86
2. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan nilai efisiensi pada BUS
di ASEAN
Jika hasil uji menunjukan nilai probablilitas signifikan yaitu
dibawah atau sama dengan 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang
berarti terdapat perbedaan yang signifikan.
Berikut adalah hasil uji Kruskal-Wallis untuk data efisiensi perbankan
syariah di ASEAN secara simultan:
Tabel 4.19 Uji beda Kruskal Wallis
Sumber: Data diolah dari SPSS 25.0
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai Asymp. Sig = 0,770 > nilai
signifikansi (α = 0.05). Maka H0 diterima dan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN.
Berikut adalah hasil uji Kruskal-Wallis untuk data efisiensi perbankan
syariah di ASEAN secara parsial:
Tabel 4.10 Uji beda Kruskal Wallis
Test Statisticsa,b
Efisiensi_
2013
Efisiensi_
2014
Efisiensi_
2015
Efisiensi_
2016
Efisiensi
_2017
Kruskal-Wallis H .000 .000 6.000 6.000 .000
df 6 6 6 6 6
Asymp. Sig. 1.000 1.000 .423 .423 1.000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Bank_Syariah
Sumber: Data diolah dari SPSS 25.0
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa nilai Asymp. Sig seluruh
periode pada penelitian ini lebih dari nilai signifikansi (α = 0.05). Maka H0
Test Statisticsa,b
Efisiensi
Kruskal-Wallis H 3.306
df 6
Asymp. Sig. .770
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: BS
87
diterima dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat efisiensi
perbankan syariah di ASEAN.
B. PEMBAHASAN
1. Analisis Efisiensi BUS di ASEAN
Berdasarkan hasil penelitian, BUS di Malaysia dan Philipina lebih
efisien dibandingkan dengan BUS di Indonesia, Brunei Darussalam, dan
Thailand baik menurut asumsi CRS, VRS, dan Scale,. Adapun secara rata-rata
yang mencapai nilai efisiensi optimum pada BUS di ASEAN adalah Maybank
Islamic Berhad, CIMB Islamic Berhad dan Al Amanah Islamic Bank baik
berdasarkan asumsi CRS, VRS, dan Scale yaitu pada titik 100%, sedangkan
yang paling terendah adalah Bank Islam Brunei Darussalam yang mendapat
nilai rata-rata di bawah 99%.
Hasil perhitungan DEA juga memperlihatkan potential improvement
yang dapat dilakukan oleh bank-bank yang belum beroperasi secara efisien.
Berdasarkan pendekatan intermediasi yang berorientasi input, maka dapat
disimpulkan bahwa mayoritas bank syariah di negara ASEAN harus
mengurangi jumlah total inputnya, sekaligus meningkatkan outputnya untuk
menghasilkan output yang ideal oleh DMU pada tahun-tahun tersebut.
Di Asia Tenggara, variabel Input yang menjadi penyebab inefisiensi
terbesar adalah Beban Tenaga Kerja yaitu sebesar 4.23% Dana Pihak Ketiga
yaitu sebesar 3.77% dan Aset Tetap sebesar 12.20%, sedangkan variabel
output yang inefisien adalah Pendapatan Operasional Lainnya sebesar
14.94% dan Investasi Finansial sebesar 10.97%. Kemudian, variable yang
efisien hanya Total Pembiayaan yaitu sebesar 0.00%.
Bahwa hasil ini dibuat proporsional dengan menggunakan metode non
parametrik menggambarkan secara garis besar mengenai tingkat efisiensi
Bank Umum Syariah di Asia Tenggara.
2. Analisis Perbedaan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di ASEAN
Dalam melihat perbedaan efisiensi di antara perbankan Syariah di
ASEAN periode 2013-2017, peneliti menggunakan uji beda Kruskal- Wallis
terhadap tujuh bank syariah di lima negara yang termasuk dalam anggota
ASEAN, meliputi Indonesia (Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat
88
Indonesia), Malaysia (Maybank Islamic Berhad dan CIMB Islamic Berhad),
Brunei Darussalam (Bank Islam Brunei Darussalam), Filipina (Amanah
Islamic Bank Filipina), dan Thailand (Islamic Bank of Thailand).
Berdasarkan Uji Kruskal-Wallis tersebut, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN. Hal ini
disebabkan karena tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN cenderung
pada level yang sangat baik, dan beberapa bank mencapai nilai 1 yang
dinilai sebagai efisiensi maksimum. Hal ini membuat perbedaan efisiensi di
antara bank-bank syariah tersebut tidak signifikan.
Penulis tidak dapat membandingkan hasil uji Kruskal-Wallis pada
bagian pembahasan. Akan tetapi, peneliti menemukan beberapa penelitian
yang masih berkaitan dengan uji beda pada efisiensi ini. Beberapa penelitian
yang membandingkan efisiensi perbankan syariah Indonesia dan Malaysia
telah dilakukan sebelumnya, mengingat kedua negara ini yang menjadi leader
dalam industri perbankan syariah di ASEAN. Yulita dan Rizal (2017)
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara efisiensi
dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA) perbankan syariah di
Indonesia dan Malaysia pada 2006-2014. Begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Maulidiyah dan Laila (2016), uji Mann Whitney yang
dilakukan membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara efisiensi dengan metode DEA pada perbankan syariah di Indonesia dan
Malaysia periode 2010-2014. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara tingkat
efisiensi perbankan syariah di ASEAN.
89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat
efisiensi Bank Umum Syariah di Asia Tenggara selama periode 2013-2017
dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis berdasarkan
asumsi CRS, VRS dan juga Scale Efficiency. Penelitian ini menggunakan 7
sampel BUS di Asia Tenggara pada tahun 2013-2017. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dibahas pada bab IV, adapun kesimpulan yang didapat
pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian, BUS di Malaysia dan Philipina lebih
efisien dibandingkan dengan BUS di Indonesia, Brunei Darussalam dan
Thailand baik menurut asumsi CRS, VRS dan Scale. Adapun secara
rata-rata yang mencapai nilai efisiensi optimum pada BUS di Malaysia
dan Philipina adalah Maybank Islamic Berhad, CIMB Islamic Berhad
dan Al Amanah Islamic Bank dikategorikan baik berdasarkan asumsi
CRS, VRS dan Scale yaitu pada titik 100%, dikuti oleh BUS di
Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia sebesar 99.48%, dan Bank
Mandiri Syariah sebesar 99.41%, lalu BUS di Thailand yaitu, Islamic
Bank of Thailand sebesar 99.20%, sedangkan yang paling terendah
adalah Bank Islam Brunei Darussalam yang mendapat nilai rata-rata di
bawah 98.25%.
2. Analisis statistik menggunakan uji beda Kruskal-Wallis
menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
tingkat efisiensi perbankan syariah di ASEAN dengan nilai Asymp.
Sig = 0,770.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka peneliti mencoba mengemukakan saran yang dapat
bermanfaat, diantaranya sebagai berikut:
90
1. BAGI PRAKTISI
a) Perbankan Syariah
1. Kebijakan ekspansifitas yang agresif di tengah masih minimnya
tingkat aset Bank Umum Syariah bisa membuat inefisiensi pada
entitas tersebut, oleh karenanya perlu adanya kontrol dan strategi
yang baik dari internal bank.
2. Perlu adanya strategi marketing dan inovasi produk yang kompetitif
baik dari produk penghimpunan dana maupun dari produk
penyaluran dana agar bisa bersaing, dengan penguatan kerjasama
yang baik antara internal bank, DSN-MUI, dan regulator.
3. Beban personalia yang menjadi penyebab utama dalam inefisiensi
Bank Umum Syariah, hal ini perlu adanya strategi dalam manajemen
SDM, seperti menerapkan AO Multispesialisasi. Selain itu, perlu
melakukan penghematan, dari transformasi ke digital, core banking,
dan sebagainya. Ini memang upaya yang tidak bisa sesaat karena
perkembangan teknologi yang sangat cepat, sehingga perbankan
syariah juga dituntut harus sustainable.
4. Untuk mengatasi fixed asset yang membengkak, hal ini bisa
diterapkan strategi branchless banking, sehingga selain
meningkatkan efisiensi, bank dapat efektif dalam penyaluran
pembiayaan bagi nasabah yang unbankable. Selain itu, penguatan
kerjasama office channeling maupun teknologi perbankannya untuk
menekan cost of fixed asset bisa menjadi solusi. Tentu hal ini perlu
dukungan kebijakan supervisi dari regulator agar bisa berjalan
dengan baik.
5. Peningkatan teknologi pun juga menjadi perhatian penting bagi bank
syariah di era milenium ini, karena penggunaan teknologi menjadi
hal yang dimanfaatkan beberapa bank untuk meningkatkan
pendapatan operasional lainnya. Khususnya yang berasal dari fee
based income perlu mendapat perhatian yang harus dilakukan terkait
dengan input output ratio. Pada umumnya peningkatan fee based
91
income selalu berkaitan dengan penggunaan teknologi yang mampu
meningkatkan pelayanan kepada nasabahnya. Jadi, sebenarnya
peluang peningkatan fee based income hanya akan lebih banyak
dimanfaatkan oleh sejumlah bank yang secara teknologi sudah maju.
Adapun cara lain yang dapat digunakan dengan melakukan joint atau
sharing operation. Dalam bidang ATM penggunaan fasilitas VSAT
dan disaster recovery center dapat dilakukan secara bersama-sama.
b) Pemerintah
1). Bagi pemerintah, diharapkan dapat memberikan dukungan yang
maksimal terhadap industry keuangan syariah, khususnya
perbankan syariah. Dukungan tersebut bisa diberikan dalam hal
kebijakan yang membantu dan tidak mempersulit industri terkait
namun tetap dapat dipantau dengan baik. Hal ini akan sangat
mendukung sektor perbankan syariah, terlebih untuk negara-
negaram yang bukan mayoritas muslim di ASEAN, seperti
Thailand dan Filipina. Bagi negara-negara tersebut, dukungan
pemerintah dapat sangat membantu kelangsungan perbankan
syariah di negara tersebut, sehingga perbankan syariah di negara
tersebut pun dapat lebih efisien dan stabil.
2). Sebaiknya pemerintah juga dapat meningkatkan literasi keuangan
syariah pada masyarakat atau penduduknya. Baik di negara
mayoritas muslim, ataupun di negara minoritas muslim,
ketidaktahuan masyarakat menjadi alasan untuk tidak berhubungan
dengan perbankan syariah. Apabila minat masyarakat terhadap
perbankan syariah tinggi, maka akan dapat meningkatkan efisiensi
dan stabilitas perbankan syariah, khususnya di ASEAN.
3). Pemerintah sebaiknya lebih ketat dalam menjaga kepatuhan
syariah. Bila di Indonesia terdapat Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI), maka akan sangat baik jika bias menjadi pelopor untuk
negara-negara minoritas muslim di ASEAN lainnya.
92
4). Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat memiliki koordinasi
yang baik dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan industri
perbankan syariah ini. Koordinasi yang baik juga dapat mendukung
keberlangsungan, efisiensi serta stabilitas perbankan syariah di
ASEAN.
2. BAGI AKADEMISI
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
mengenai kinerja perbankan, khususnya tentang efisiensi keuangan
bank syariah di Asia Tenggara bagi peneliti maupun bagi peneliti
selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan
kepustakaan dan dapat digunakan sebagai bahan kajian dan
pengembangan penelitian-penelitian selanjutnya dengan permasalahan
yang sejenis.
2. Adapun bagi peneliti selanjutnya sebaiknya objek pada penelitian ini
tidak hanya menggunakan tujuh Bank Umum Syariah bisa juga
ditambah menjadi sepuluh atau lebih Bank Umum Syariah. Begitu pula
dengan periode penelitian juga dapat diperbaharui agar hasil yang
diperoleh dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan
dengan penelitian ini. Begitu pula compare dengan negara lain bahkan
kalau bisa objek penelitiannya se-Asia supaya lebih komprehensif.
Selain itu, alat analisisnya bisa menggunakan metode analisis yang
bersifat parametrik misalnya metode Stochatic Frontier Analysis (SFA).
Dengan metode analisis ini, peneliti dapat menganalisis efisiensi bank
syariah dengan menggunakan pendekatan efisiensi biaya, sehingga
diperoleh tingkat efisiensi berdasarkan biaya yang dikeluarkan oleh
bank. Adapun untuk two stage-nya, bisa menggunakan metode analisis
Regresi Tobit, yaitu untuk melihat faktor-faktor lingkungan (eksternal)
apa saja yang mempengaruhi nilai efisiensi, sehingga bisa didapatkan
hasil penelitian yang lebih komprehensif mengenai efisiensi bank
syariah.
93
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal., dan Endri. 2009. "Kinerja Efisiensi Teknis Bank Pembangunan
Daerah: Pendekatan Data Envelopment Analysis (Dea)". Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan, Vol. Ii, No. 1, 21-29.
Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001. Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek. Gema
Insani Press: Jakarta.
Arikunto, S (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
:RinekaCipta.
Ascarya dan Yumanita, Diana. 2005. Bank Syariah : Gambaran Umum. Pusat
Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia. Jakarta.
Bakti, Nurimansyah Setivia. (2017). Analisis Dpk, Car, Roa, Dan Npf Terhadap
Pembiayaan Pada Perbankan Syariah. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, Vol.
17 No 2.
Berger, Allen N., dan Humphrey, David B. 1997. "Efficiency Of Financial
Institutions: International Survey And Directions For Future Research".
European Journal Of Operational Research.
Endri. 2011. Evaluasi Efisiensi Teknis Perbankan di Indonesia:Aplikasi Two-Stage
Data EnvelopmentAnalysis. Paper pada Forum Riset Perbankan SyariahIV.
DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia(IAEI) dan Bank Indonesia.
Epstein Mk, Henderson Jc (1989). Data Envelopment Analysis For Managerial
Control And Diagnosis. Decis. Sci., 20(1):
Fahmi, Irham. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Alfabeta. Bandung
Faiz, Ihda A. (2010), “Ketahanan Kredit Perbankan Syariah Terhadap Krisis
Keuangan Global”, Jurnal Ekonomi Islam. La Riba. Vol/Iv/02/2010
Fauzi, Ahmad. 2014. "Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Bprs) Indonesia: Apakah
Efisien Dalam Profitabilitas Operasional?" Forum Riset Keuangan Syariah
2014, Hal. 215.
Firdaus, Muhammad Faza. dan Hosen, Muhamad Nadratuzzaman. 2013. “Efisiensi
Bank Umum Syariah Menggunakan Pendekatan Two-Stage Data
94
Envelopment Analysis”. Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan Edisi
Oktober 2013. 167-188.
Gumilar, Ivan Dan Komariyah, Siti. 2011. Pengaruh Efisiensi Kinerja Dengan
Metode Stochastic Frontier Approach Pada Perbankan Syariah. Jurnal
Manajemen Dan Bisnis, Vol. 7 No. 2, Januari 2011
Hadad, M. D., Santoso, W., Ilyas, D., & Mardanugraha, E. 2003. "Analisis Efisensi
Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Nonparametrik Data
Envelopment Analysis (Dea)." Biro Stabilitas Sistem Keuangan Bank
Indonesia Research Paper, No. 7/5
Hamka. (2007). Tafsir Al-Azhar Juz Xv. Jakarta:
Handayani, Tri dan Lastuti Abubakar. (2016). Implikasi Kesepakatan ASEAN
Banking Integration Framework (ABIF) terhadap Pembaharuan Hukum
Perbankan Indonesia. Jurnal Rechtidee Unpad, Vol. 11 No. 2.
Hawdon, J. E., Ryan, J. And Griffin, S. P. 2003. Policing Tactics And Perceptions
Of Police Legitimacy. Police Quarterly, 6(4)
Hidayat, Rahmat. 2011. "Kajian Efisiensi Perbankan Syariah Di Indonesia". Media
Riset Bisnis & Manajemen Vol. 11, No. 1, April.
Hidayat, Rahmat. 2014. Efisiensi Perbankan Syariah: Teori Dan Praktik. Bekasi:
Gramata Publishing
Huri, Mumu Daman dan Susilowati (2004), “Pengukuran Efisiensi Relatif Dan
Emiten Perbankan”, Jurnal Ekonomi.
Indriyantoro, N. dan B. Supomo. (2002). Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
Iqbal, M., Molyneux, P. (2005), Thirty Years Of Islamic Banking History,
Performance And Prospects. Printed In Great Britain By Antony Rowe Ltd,
Chippenham And Eastbourne.
Iskandar, S. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: PT.Semesta Asa
Bersama.
Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Pt Bumi Aksara.
Karim, Adiwarman. 2014. Bank Islam: Analisis Fiqh Dan Keuangan. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
95
Kadri, Norlina., Ar-Rahim,Rossazana., Abdillah, Siti Zahrah. 2016. The Efficiency
performance of Global Islamic Banks. Journal UNIMAS Review of
Accounting and Finance Vo.1 Nol. 1.
Kartika, R.D. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Klien
Melakukan Pergantian Kantor Akuntan Publik (Auditor Changes). Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. 2006
Latumaerissa, Julius R. (2011). Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : Pt
Raja Grafindo Persada
Majid, Mariani Abdul (2008). “Efficiency In Islamic And Conventional Banking:
An International Comparison” Aston Academy Research
Martowardojo, Agus. (2018). Negara-negara ASEAN Kembali Menegaskan
Komitmen Integrasi Keuangan di Kawasan. Di download www.bi.go.id
Muharam, Harum., dan Pusvitasari, Rizki. 2007. "Analisis Perbandingan Efisiensi
Bank Syariah Di Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Analysis".
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam.
Neldawati, Rika. (2018). Perbandingan Kinerja Bank Syariah San Abnk
Konvensional. Jurnal Development, Vol 6 No 1.
Purhantara, Wahyu. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Rama, Ali (2015), Analisis Deskriptif Perkembangan Perbankan Syariah Di Asi
Tenggara. The Journal Of Tauhidinomics, Vol. 1 No 2
Rusydiana,Aam Slamet (2018) Efisiensi Dan Stabilitas Bank Umum Syariah Di
Indonesia. Akuntabilitas Vol 11 No 2
Rodoni, Ahmad., dan Hamid, Abdul. 2008. Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:
Zikrul Hakim.
Sadi, Muhammad. 2015. Konsep Hukum Perbankan Syariah: Pola Relasi Sebagai
Institusi Intermediasi Dan Agen Investasi. Malang: Setara Press.
Sari, Ditta Feicyllia., & Suprayogi, Noven. 2015. "Membandingkan Efisiensi
Pembiayaan Bank Umum Syariah Dan Bank Umum Konvensional Di
Indonesia Dengan Metode Data Envelopment Anaysis (Dea)". Jestt Vol. 2,
No. 8, 673-688.
96
Siregar, Syofian, 2015. Statistika Terapan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: PT
Kharisma Putra Utama.
Soemitra, Andri. 2009. Bank Dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana.
Srimindarti, C. 2006. Balanced Scorecard Sebagai Alternatif Untuk Mengukur
Kinerja. Semarang: Stie Stikubank.
Sudarsono, Heri. 2008. Bank & Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi Dan
Ilustrasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Sugiyono. 2015. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suliyanto & Jati, D. P. (2014). Perbandingan Efisiensi Bank Perkreditan Rakyat
Dan Bank Umum Dengan Data Envelopment Analysis. Jurnal Keuangan
Dan Perbankan, Vol. 18, No. 2 Mei: 297-306.
Supriyanto. 2009. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta: PT Indeks.
Sutawijaya, A. Lestari. dan Etty, P. 2009. Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia
Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Volume 10 (1).
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori, Konsep, Dan Aplikasi. Yogyakarta:
Ekonisia.
Syamsi, Ibnu. 2007. Efisiensi, Sistem, Dan Prosedur Kerja. Jakarta: Pt. Bumi
Aksara.
Undang- Undang Republik Indonesia No 21 Tahun 2008
Usman, Rachmadi. 2012. Aspek Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia. Jakarta:
Sinar.
Vivin, Yenni Annor Dan Budi Wahono. (2017) Analisi Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah Dengan Bank Umu Konvensional Di
Indonesia. Jurnal Riset Dan Manajemen.
Wibowo, Susanto. (2015). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah Dengan Metode Camels Di Asean (Studi Komparasi Indonesia,
Malaysia Dan Thailand. Jurnal Of Research In Economics And Management,
Vol 15 No 1
97
Widyawati, Wiwik Dan Musdholifah .(2018). Analisis Komparatif Tingkat
Kesehatan Perbankan Dengan Metode Camels Di Asean. Jurnal Ilmu
Manajemen, Vol. 6 No 4
Winantyo, R. Dkk. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Kelompok Kompas Gramedia
Wiroso. 2011. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: Lpfe Usakti.
Yaya, R., Martawireja, A. E., & Abdurahim, A. 2014. Akuntansi Perbankan
Syariah: Teori Dan Praktik Kontemporer. Jakarta: Salemba Empat
https://www.webekper.files.wordpress.com/2F2017/10/frontier-dan-dea.pdf
diakses pada tanggal 10 Juni 2019
https://webekper.files.wordpress.com/2017/10/frontier-dan-dea.pdf diakses pada
tanggal 8 april 2019.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=
rja&uact=8&ved=2ahUKEwjw3aii6b7jAhUv6XMBHeFkBPkQFjAKegQIB
RAC&url=https%3A%2F%2Fwebekper.files.wordpress.com%2F2017%2F
10%2Ffrontier-dan-dea.pdf&usg=AOvVaw1iAAuPa4UHfv0drJYEnFRY
diakses pada tanggal 5 maret 2019
https://equilibriumsolution2013.wordpress.com/2016/08/07/tutorial-menjalankan-
software-deap/ diakses pada tanggal 30 maret 2019
http://www.amanahbank.gov.ph/ diakses pada tanggal 23 Januari 2019
http://www.bibd.com.bn/ diakses pada tanggal 21 Januari 2019
https://www.ibank.co.th/2010/ diakses pada tanggal 13 Maret 2019
http://www.bankmuamalat.co.id/ diakses pada tanggal 21 April 2019
https://www.bi.go.id/ diakses pada tanggal 22 Desember 2018
https://www.cimbislamic.com/ diakses pada tanggal 14 April 2019
https://www.maybank2u.com.my/ diakses pada tanggal 14 April 2019
https://www.setnas-asean.id/ diakses pada tanggal 30 April 2019
https://www.syariahmandiri.co.id/ diakses pada tanggal 22 Desember 2018
98
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Lampiran:
1. Data Sekunder Sebelum Diolah
2. Hasil Efisiensi DEA CRS – (Sumber: DEAFrontier)
3. Hasil Efisiensi DEA VRS – (Sumber: DEAFrontier)
4. Target to Optimum Efficient DEA – VRS (Sumber: DEAFrontier)
5. Hasil Pengujian Normalitas Data
6. Hasil Pengujian Kruskal Wallis
99
Lampiran 1 : Data Sekunder Sebelum di Olah
Indonesia (dalam Jutaan Rupiah)
Bank Tahun PM PL IF BTK DPK AT
BSM 2013 48,669,398 1,193,419 1,373,650 1,192,403 56,474,678 787,871
BSM 2014 46,576,875 1,002,553 1,722,438 1,359,776 59,851,848 725,405
BSM 2015 48,486,706 938,859 7,575,001 1,370,215 62,146,802 1,124,136
BSM 2016 52,837,460 860,071 6,435,380 1,485,175 69,999,843 973,273
BSM 2017 57,977,439 943,252 10,235,644 1,599,262 77,966,205 881,504
BMI 2013 40,922,616 441,960 3,601,092 754,059 46,952,819 868,255
BMI 2014 41,613,619 313,515 4,922,225 858,067 55,048,109 2,297,070
BMI 2015 38,825,318 311,894 4,504,594 924,521 50,372,870 2,394,218
BMI 2016 38,370,896 324,813 3,831,312 880,812 48,332,326 2,638,165
BMI 2017 39,964,561 476,126 3,820,522 802,493 52,587,640 2,653,439
Malaysia (dalam Jutaan Ringgit)
Bank Tahun PM PL IF BTK DPK AT
Maybank 2013 86,136 287 8,935 33 116,389 8,770
Maybank 2014 107,729 247 9,247 40 126,169 2,525
Maybank 2015 130,166 321 9,328 40 127,131 3,674
Maybank 2016 148,523 301 8,720 41 136,946 4,507
Maybank 2017 162,073 255 9,882 41 158,136 6,691
CIMB 2013 35,073 2,277 1,890 84 38,467 283
CIMB 2014 36,300 2,249 2,645 72 41,328 101
CIMB 2015 40,325 2,464 3,591 72 44,248 17
CIMB 2016 47,173 2,705 4,956 34 52,754 883
CIMB 2017 57,551 3,247 6,656 31 64,910 604
Brunei Darussalam (dalam Jutaan Dollar Brunei)
Bank Tahun PM PL IF BTK DPK AT
BIBD 2013 2,262 44 758 44 4,369 32
BIBD 2014 2,815 108 847 48 5,405 31
BIBD 2015 2,426 195 668 50 5,243 47
BIBD 2016 2,603 69 874 54 7,115 48
BIBD 2017 2,639 114 1,242 60 7,435 50
100
Filipina (dalam Jutaan Peso)
Bank Tahun PM PL IF BTK DPK AT
AL Amanah 2013 215,690 9,397 1,160 37,971 244,466 10,686
AL Amanah 2014 185,503 29,475 1,151 36,741 294,071 9,383
AL Amanah 2015 189,158 31,070 1,151 40,301 402,290 6,965
AL Amanah 2016 179,878 27,490 2,751 41,867 304,622 6,440
AL Amanah 2017 201,923 27,108 2,751 45,968 463,486 4,906
Thailand (dalam Jutaan Baht)
Bank Tahun PM PL IF BTK DPK AT
IB Thailand 2013 108,257 59 12,774 1,335 99,894 1,183
IB Thailand 2014 110,314 30 10,805 1,040 111,855 1,193
IB Thailand 2015 98,721 29 9,595 980 99,530 1,088
IB Thailand 2016 91,944 40 11,813 696 93,498 797
IB Thailand 2017 42,856 59 3,880 663 85,240 475
101
A. Bank Syariah Mandiri
B. Bank Muamalat Indonesia
Inputs Outputs
Biaya TK Pendapatan Operasional Lainnya
DPK Total Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Financial
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 BSM2013 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2013
2 BSM2014 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2014
3 BSM2015 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2015
4 BSM2016 0.95624 1.016Decreasing 0.362 BSM2013 0.284 BSM2015 0.370 BSM2017
5 BSM2017 1.00000 1.000 Constant 1.000 BSM2017
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 BMI2013 1.00000 1.000 Constant 1.000 BMI2013
2 BMI2014 1.00000 1.000 Constant 1.000 BMI2014
3 BMI2015 1.00000 1.000 Constant 1.000 BMI2015
4 BMI2016 0.96127 0.959Increasing 0.541 BMI2013 0.418 BMI2015 0.370 BSM2017
5 BMI2017 1.00000 1.000 Constant 1.000 BMI2017
Lampiran 2 : Hasil Efisiensi DEA Asumsi CRS
102
C. Maybank Islamic Behad
D. CIMB Islamic Berhad
E. Bank Islam Brunei Darussalam
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 MayBank2013 1.00000 1.000 Constant 1.000 MayBank2013
2 MayBank2014 1.00000 1.000 Constant 1.000 MayBank2014
3 MayBank2015 1.00000 1.000 Constant 1.000 MayBank2015
4 MayBank2016 1.00000 1.000 Constant 1.000 MayBank2016
5 MayBank2017 1.00000 1.000 Constant 1.000 MayBank2017
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 CIMB2013 1.00000 1.000 Constant 1.000 CIMB2013
2 CIMB2014 1.00000 1.000 Constant 1.000 CIMB2014
3 CIMB2015 1.00000 1.000 Constant 1.000 CIMB2015
4 CIMB2016 1.00000 1.000 Constant 1.000 CIMB2016
5 CIMB2017 1.00000 1.000 Constant 1.000 CIMB2017
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 BIBD2013 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIBD2013
2 BIBD2014 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIBD2014
3 BIBD2015 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIBD2015
4 BIBD2016 0.86897 0.937 Increasing 0.734 BIBD2014 0.203BIBD2017
5 BIBD2017 1.00000 1.000 Constant 1.000 BIBD2017
103
F. Al Amanah IB
G. IB Thailand
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 AlAmanah2013 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlAmanah2013
2 AlAmanah2014 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlAmanah2014
3 AlAmanah2015 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlAmanah2015
4 AlAmanah2016 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlAmanah2016
5 AlAmanah2017 1.00000 1.000 Constant 1.000 AlAmanah2017
Input-Oriented
CRS Sum of Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency lambdas RTS with Benchmarks
1 IBThailand2013 1.00000 1.000 Constant 1.000IBThailand2013
2 IBThailand2014 0.97184 1.139 Decreasing 0.341IBThailand2013 0.799IBThailand2016
3 IBThailand2015 0.96855 1.004 Decreasing 0.391IBThailand2013 0.613IBThailand2016
4 IBThailand2016 1.00000 1.000 Constant 1.000IBThailand2016
5 IBThailand2017 1.00000 1.000 Constant 1.000IBThailand2017
104
A. Bank Syariah Mandiri
B. Bank Muamalat Indonesia
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BMI2013 1.00000 1.000 BMI2013
2 BMI2014 1.00000 1.000 BMI2014
3 BMI2015 1.00000 1.000 BMI2015
4 BMI2016 0.98949 0.745 BMI2013 0.255 BMI2015
5 BMI2017 1.00000 1.000 BMI2017
Inputs Outputs
Biaya TK Pendapatan Operasional Lainnya
DPK Total Pembiayaan
Aset Tetap Investasi Financial
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BSM2013 1.00000 1.000 BSM2013
2 BSM2014 1.00000 1.000 BSM2014
3 BSM2015 1.00000 1.000 BSM2015
4 BSM2016 0.95920 0.377 BSM2013 0.172 BSM2015 0.451 BSM2017
5 BSM2017 1.00000 1.000 BSM2017
Lampiran 3 : Hasil Efisiensi DEA Asumsi VRS
105
C. Maybank Islamic Berhad
D. CIMB Islamic Berhad
E. Bank Islam Brunei Darussalam
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 MayBank2013 1.00000 1.000 MayBank2013
2 MayBank2014 1.00000 1.000 MayBank2014
3 MayBank2015 1.00000 1.000 MayBank2015
4 MayBank2016 1.00000 1.000 MayBank2016
5 MayBank2017 1.00000 1.000 MayBank2017
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 CIMB2013 1.00000 1.000 CIMB2013
2 CIMB2014 1.00000 1.000 CIMB2014
3 CIMB2015 1.00000 1.000 CIMB2015
4 CIMB2016 1.00000 1.000 CIMB2016
5 CIMB2017 1.00000 1.000 CIMB2017
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 BIBD2013 1.00000 1.000 BIBD2013
2 BIBD2014 1.00000 1.000 BIBD2014
3 BIBD2015 1.00000 1.000 BIBD2015
4 BIBD2016 0.88852 0.338 BIBD2013 0.517 BIBD2014 0.145 BIBD2017
5 BIBD2017 1.00000 1.000 BIBD2017
106
F. Al Amanah Islamic Bank
G. Islamic Bank of Thailand
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 AlAmanah2013 1.00000 1.000 AlAmanah2013
2 AlAmanah2014 1.00000 1.000 AlAmanah2014
3 AlAmanah2015 1.00000 1.000 AlAmanah2015
4 AlAmanah2016 1.00000 1.000 AlAmanah2016
5 AlAmanah2017 1.00000 1.000 AlAmanah2017
Input-Oriented
VRS Optimal Lambdas
DMU No. DMU Name Efficiency with Benchmarks
1 IBThailand2013 1.00000 1.000 IBThailand2013
2 IBThailand2014 1.00000 1.000 IBThailand2014
3 IBThailand2015 0.96951 0.381 IBThailand2013 0.031 IBThailand2014 0.588 IBThailand2016
4 IBThailand2016 1.00000 1.000 IBThailand2016
5 IBThailand2017 1.00000 1.000 IBThailand2017
107
Lampiran 4 : Target to Optimum Efficient DEA asumsi VRS
A. Bank Syariah Mandiri
B. Bank Muamalat Indonesia
C. Maybank Islamic Berhad
Input-Oriented
VRS Model Target
Efficient Input Target Efficient Output Target
DMU No. DMU Name Biaya TK DPK Aset Tetap Pendapatan Operasional LainnyaTotal Pembiayaan Investasi Financial
1 BSM2013 1,192,402,774 56,474,678,066 787,871,084 48,669,398,189 1,193,418,733 1,373,649,604
2 BSM2014 1,359,776,221 59,851,848,105 725,404,520 46,576,875,053 1,002,552,855 1,722,438,073
3 BSM2015 1,370,214,647 62,146,802,159 1,124,136,356 48,486,705,626 938,859,244 7,575,000,735
4 BSM2016 1,406,456,385 67,143,554,064 887,786,021 52,837,460,058 1,036,895,433 6,435,379,918
5 BSM2017 1,599,262,000 77,966,205,000 881,504,000 57,977,439,000 943,252,000 10,235,644,000
Efficient Input Target Efficient Output Target
DMU No. DMU Name Biaya TK DPK Aset Tetap Pendapatan Operasional LainnyaTotal Pembiayaan Investasi Financial
1 BMI2013 754,058,623 46,952,819,494 868,254,573 441,960,363 40,922,616,337 3,601,092,103
2 BMI2014 858,067,414 55,048,109,428 2,297,070,118 313,514,925 41,613,618,814 4,922,225,165
3 BMI2015 924,521,476 50,372,869,934 2,394,218,133 311,893,892 38,825,318,016 4,504,593,754
4 BMI2016 857,371,077 47,824,276,344 2,321,274,973 336,942,420 38,370,896,244 3,831,311,720
5 BMI2017 802,492,698 52,587,640,199 2,653,438,931 476,126,287 39,964,560,634 3,820,521,866
Efficient Input Target Efficient Output Target
DMU No. DMU Name Biaya TK DPK Aset Tetap Pendapatan Operasional LainnyaTotal Pembiayaan Investasi Financial
1 MayBank2013 32,929 116,388,914 8,770,145 286,572 86,135,734 8,935,209
2 MayBank2014 40,125 126,168,730 2,524,593 247,273 107,729,239 9,247,496
3 MayBank2015 39,545 127,130,788 3,673,991 320,681 130,166,349 9,327,813
4 MayBank2016 40,880 136,946,498 4,506,551 300,509 148,523,310 8,719,654
5 MayBank2017 40,779 158,135,581 6,690,982 254,683 162,072,685 9,882,004
108
D. CIMB Islamic Berhad
E. Bank Islam Brunei Darussalam
F. Al Amanah Islamic Bank
Efficient Input Target Efficient Output Target
DMU No. DMU Name Biaya TK DPK Aset Tetap Pendapatan Operasional LainnyaTotal PembiayaanInvestasi Financial
1 CIMB2013 84,398 38,466,874 283,094 2,277,266 35,072,564 1,890,303
2 CIMB2014 72,306 41,328,044 101,374 2,249,260 36,299,580 2,644,934
3 CIMB2015 72,161 44,247,880 169,780 2,463,760 40,325,440 3,590,590
4 CIMB2016 34,108 52,754,396 883,378 2,704,520 47,172,873 4,955,682
5 CIMB2017 30,820 64,910,083 604,089 3,246,986 57,551,408 6,655,997
Efficient Input Target Efficient Output Target
DMU No. DMU Name Biaya TK DPK Aset Tetap Pendapatan Operasional LainnyaTotal PembiayaanInvestasi Financial
1 BIBD2013 44,096 4,369,163 32,097 44,430 2,262,151 757,802
2 BIBD2014 47,780 5,404,718 31,353 108,475 2,815,031 847,133
3 BIBD2015 50,016 5,242,793 46,641 195,128 2,425,531 667,510
4 BIBD2016 48,256 5,348,246 34,359 87,567 2,602,613 874,068
5 BIBD2017 59,677 7,434,748 50,392 113,659 2,639,100 1,242,084
Efficient Input Target Efficient Output Target
DMU No. DMU Name Biaya TK DPK Aset Tetap Pendapatan Operasional LainnyaTotal PembiayaanInvestasi Financial
1 AlAmanah2013 37,971,063 244,466,100 10,685,532 9,396,830 215,690,312 1,160,150
2 AlAmanah2014 36,741,455 294,070,770 9,382,742 29,474,780 185,502,746 1,150,500
3 AlAmanah2015 40,300,710 402,290,169 6,965,485 31,069,855 189,158,090 1,150,500
4 AlAmanah2016 41,867,017 304,622,249 6,440,300 27,490,254 179,878,102 2,750,500
5 AlAmanah2017 45,968,408 463,486,027 4,906,199 27,107,709 201,923,201 2,750,500
109
G. Islamic Bank of Thailand
Efficient Input Target Efficient Output Target
DMU No. DMU Name Biaya TK DPK Aset Tetap Pendapatan Operasional LainnyaTotal PembiayaanInvestasi Financial
1 IBThailand2013 1,334,927 99,893,739 1,182,921 58,544 108,257,223 12,774,131
2 IBThailand2014 1,040,306 111,855,445 1,192,586 30,335 110,314,177 10,804,952
3 IBThailand2015 950,192 96,495,359 955,926 46,909 98,720,637 12,148,772
4 IBThailand2016 696,371 93,498,081 796,656 40,234 91,943,692 11,813,488
5 IBThailand2017 663,411 85,239,586 474,686 58,544 42,856,381 3,880,051
110
Lampiran 5 : Hasil Pengujian Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Efisiensi
N 35
Normal Parametersa,b Mean .9945
Std. Deviation .02034
Most Extreme Differences Absolute .493
Positive .393
Negative -.493
Test Statistic .493
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Lampiran 6 : Hasil Pengujian beda Kruskal Wallis
Test Statisticsa,b
Efisiensi
Kruskal-Wallis H 3.306
df 6
Asymp. Sig. .770
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: BS
Test Statisticsa,b
Efisiensi_
2013
Efisiensi_
2014
Efisiensi_
2015
Efisiensi_
2016
Efisiensi_
2017
Kruskal-Wallis H .000 .000 6.000 6.000 .000
df 6 6 6 6 6
Asymp. Sig. 1.000 1.000 .423 .423 1.000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Bank_Syariah
top related