perbedaan laju alir, nilai ph, dan kapasitas buffer saliva ... · hormon estrogen dan progesteron...
Post on 27-Dec-2019
29 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Universitas Sumatera Utara
Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id
Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana
2018
Perbedaan Laju Alir, Nilai pH, dan
Kapasitas Buffer Saliva Antara Wanita
Pengguna Kontrasepsi Suntik dan AKDR
Savira, Muthia
Univesitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/8356
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PERBEDAAN LAJU ALIR, NILAI pH, DAN KAPASITAS
BUFFER SALIVA ANTARA WANITA PENGGUNA
KONTRASEPSI SUNTIK DAN AKDR
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
Syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
MUTHIA SAVIRA
NIM: 140600046
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
Universitas Sumatera Utara
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Biologi Oral
Tahun 2018
Muthia Savira
Perbedaan Laju Alir, Nilai pH, dan Kapasitas Buffer Saliva Antara Wanita
Pengguna Kontrasepsi Suntik dan AKDR
x+ 44 halaman
Kontrasepsi suntik dan AKDR merupakan program yang sangat berhasil di
Indonesia karena kerja yang efektif untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adanya
hormon estrogen dan progesteron yang terkandung pada kontrasepsi suntik
menyebabkan perubahan hormonal dalam tubuh yang akan mengakibatkan
berubahnya laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui rata-rata dan menganalisa hubungan laju alir, pH dan kapasitas buffer
saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR. Metode penelitian yang
digunakan adalah analitik observasional dengan rancangan cross-sectional.
Pengambilan stimulated saliva dengan metode spitting pada 22 subjek yaitu 11
wanita pengguna kontrasepsi suntik dan 11 wanita pengguna AKDR. Pengukuran laju
alir saliva menggunakan timbangan digital, sedangkan pengukuran pH dan kapasitas
buffer saliva menggunakan GC Saliva Check Buffer. Data dianalisis menggunakan uji
T tidak berpasangan dan uji Korelasi Pearson. Uji T tidak berpasangan menunjukkan
rata-rata laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik
adalah 2,10 ± 0,75 ml/menit; 7,63 ± 0,12; dan 8,09 ± 1,97 sedangkan pada pengguna
AKDR adalah 2,26 ± 0,46 ml/menit; 7,32 ± 0,82; dan 6,90 ± 3,52. Uji Korelasi
Pearson didapati pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara laju alir dan pH dengan r=0,56 dan r=0,32 juga tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara laju alir dan kapasitas buffer dengan r=-0,10 dan
r=0,19. Tidak terdapat hubungan signifikan antara pH dan kapasitas buffer pada
pengguna kontrasepsi suntik dengan r=-0,09 tetapi pengguna AKDR terdapat
Universitas Sumatera Utara
hubungan yang signifikan dengan r=0,67. Kesimpulan penelitian ini tidak terdapat
perbedaan signifikan dari laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada pengguna
kontrasepsi suntik dan AKDR sehingga tidak memengaruhi laju alir, pH dan
kapasitas buffer saliva penggunanya.
Kata kunci: Kontrasepsi, Laju alir saliva, pH saliva, Kapasitas buffer saliva
Daftar Pustaka: 40 (1991-2017)
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 29 Agustus 2018
Pembimbing: Tanda Tangan,
Yumi Lindawati, drg., M.DSc ..........……………….
NIP. 19810329 200912 2 004
Universitas Sumatera Utara
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan penguji
pada tanggal 29 Agustus 2018
TIM PENGUJI
Ketua : Yumi Lindawati, drg., M.DSc
Anggota : 1. Dr. Ameta Primasari, drg., M.DSc., M.Kes
2. Minasari, drg., MM
Universitas Sumatera Utara
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,
skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada kedua orangtua tercinta, H. Syahyunan, S.E, M.Si dan Hj.
Yelnawati serta abang tersayang Yogie Pratama, S.T yang telah memberikan segala
yang dibutuhkan penulis mulai dari semangat dan motivasi hingga kasih sayang dan
do’a yang tiada putus-putusnya. Dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih kepada Yumi Lindawati, drg., M.DSc selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, serta pikirannya dengan sabar dalam
memberikan bimbingan, saran, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing akademis yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan akademis.
2. Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc, M.Kes selaku Ketua Departemen
Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Minasari, drg., MM., Lisna Unita, drg., M.Kes, Yendriwati, drg., M.Kes,
Rehulina Ginting, drg., M.Si selaku staf pengajar Departemen Biologi Oral serta Ibu
Ngaisah dan Kak Dani selaku staf pegawai Departemen Biologi Oral Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi saran, masukan,
dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Biologi Oral yaitu
Almida Purnama Nst, Mahfira, Syakinah, Afifah, Nurul Arbi, Ester, Rebecca,
Universitas Sumatera Utara
v
Christine, Qistina, Fatin, Ridho, Robby, Admen, Hanif atas dukungan dan
bantuannya selama pengerjaan skripsi.
5. Sahabat terbaik penulis yaitu Aprillia Kusuma, Dhaifina Mazaya, Sabrina
Chairunnisa, Annisa Hafiza, Yenisa Amenta, Destrie Cindy, Nabhila Nst, Siti Afrah,
Intan Dyahtami, Nichy Rilinda, Mahfira Ramadhani serta seluruh teman-teman
angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang senantiasa memberikan
semangat, dukungan dan membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki
menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran, kritik yang membangun untuk
menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian hari. Akhirnya penulis
mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan
pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi USU, pengembangan ilmu
kedokteran gigi, dan masyarakat.
Medan, 29 Agustus 2018
Penulis
Muthia Savira
NIM. 140600046
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ........................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian......................................................................... 3
1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................................... 3
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5
2.1 Kontrasepsi .................................................................................... 5
2.1.1 Kontrasepsi Hormonal ................................................................ 5
2.1.1.1 Kontrasepsi Suntikan ................................................................ 6
2.1.1.2 Kontrasepsi Pil .......................................................................... 7
2.1.1.3 Kontrasepsi Implan ................................................................... 8
2.1.2 Kontrasepsi Non Hormonal ........................................................ 8
2.1.2.1 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) ................................. 8
2.1.2.2 Kondom .................................................................................... 9
2.1.2.3 Tubektomi (MOW) ................................................................... 9
2.1.2.4 Vasektomi (MOP) .................................................................... 9
2.2 Saliva ............................................................................................. 9
Universitas Sumatera Utara
vii
2.2.1 Anatomi Kelenjar Saliva ............................................................. 10
2.2.2 Komposisi dan Fungsi Saliva ..................................................... 12
2.2.3 Laju Alir Saliva ........................................................................... 13
2.2.4 pH Saliva ..................................................................................... 13
2.2.5 Kapasitas Buffer Saliva ............................................................... 13
2.2.6 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Saliva .................................. 14
2.3 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Rongga Mulut .......... 15
2.4 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Laju Alir, pH,
dan Kapasitas Buffer Saliva........................................................... 16
2.5 Landasan Teori .............................................................................. 17
2.6 Kerangka Teori .............................................................................. 19
2.7 Kerangka Konsep .......................................................................... 20
BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 21
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................... 21
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 21
3.2.1 Tempat Penelitian ............................................................................ 21
3.2.2 Waktu Penelitian .............................................................................. 21
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 21
3.3.1 Populasi ............................................................................................ 21
3.3.2 Sampel ............................................................................................. 22
3.3.3 Besar Sampel ................................................................................... 22
3.4 Kriteria Sampel .................................................................................. 23
3.4.1 Kriteria Inklusi ................................................................................. 23
3.4.2 Kriteria Eksklusi .............................................................................. 23
3.5 Variabel Penelitian ............................................................................. 23
3.5.1 Variabel Bebas ................................................................................. 23
3.5.2 Variabel Tergantung ........................................................................ 23
3.5.3 Variabel Terkendali ......................................................................... 24
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ............................................................... 24
3.6 Definisi Operasional ........................................................................... 24
3.7 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 25
3.7.1 Alat Penelitian .................................................................................. 25
3.7.2 Bahan Penelitian .............................................................................. 25
3.8 Prosedur Penelitian ............................................................................. 26
3.8.1 Pengisian Kuesioner dan Pemberian Informed Consent .................. 26
3.8.2 Stimulasi Saliva ............................................................................... 26
3.8.3 Pengumpulan Saliva ........................................................................ 27
3.8.4 Pengukuran Laju Alir Saliva ............................................................ 27
Universitas Sumatera Utara
viii
3.8.5 Pengukuran pH Saliva ..................................................................... 27
3.8.6 Pengukuran Kapasitas Buffer Saliva ................................................ 28
3.9 Pengolahan dan Analisa Data ............................................................. 28
3.10 Etika Penelitian ................................................................................ 29
3.11 Alur Penelitian ................................................................................. 30
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................................ 31
BAB 5 PEMBAHASAN ...................................................................................... 34
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 39
6.1 Kesimpulan......................................................................................... 39
6.2 Saran ................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 41
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil analisis perbedaan rata-rata laju alir, pH dan kapasitas
buffer saliva pada kontrasepsi suntik dan AKDR ..................................... 32
2. Hasil analisis hubungan laju alir dan pH saliva pada kontrasepsi
suntik dan AKDR ...................................................................................... 32
3. Hasil analisis hubungan laju alir dan kapasitas buffer saliva
pada kontrasepsi suntik dan AKDR .......................................................... 33
4. Hasil analisis hubungan ph dan kapasitas buffer saliva pada
kontrasepsi suntik dan AKDR .................................................................. 33
Universitas Sumatera Utara
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Anatomi Kelenjar Saliva ........................................................................... 11
2. GC Saliva Check Buffer ............................................................................ 26
3. pH Strip dan pH Indikator ......................................................................... 27
4. Nilai pH Indikator ..................................................................................... 27
5. Buffer Test Pad dan Pipet Tetes ................................................................ 28
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Skema Alur Pikir
2. Skema Alur Penelitian
3. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent)
5. Kuesioner
6. Lembar Pengamatan Sampel
7. Surat Persetujuan Komisi Etik
8. Lembar Hasil Penelitian
9. Lembar Pengolahan Data
Universitas Sumatera Utara
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Program Keluarga Berencana dinilai sebagai program yang sangat berhasil di
Indonesia.1
Telah diperkenalkan bermacam-macam alat kontrasepsi antara lain
kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Kontrasepsi adalah segala macam alat atau
cara yang digunakan oleh satu pihak atau kedua belah pihak untuk menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel sperma dan sel telur
yang sudah matang.2 Hartanto (2013) menyatakan umur 20-35 tahun merupakan
periode umur untuk menjarangkan kehamilan sedangkan umur >35 tahun merupakan
periode sebaiknya untuk mengakhiri kesuburan.3
Pada tahun 2011, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) memprioritaskan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
sebagai strategi dalam meningkatkan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP).
AKDR dianggap efektif karena merupakan kontrasepsi jangka panjang yang ideal
dalam menjarangkan kehamilan.4
Dari data Statistik Rutin BKKBN tahun 2017
diperoleh data bahwa peserta keluarga berencana (KB) yang baru menggunakan
kontrasepsi di Sumatera Utara pada tahun 2016 sebanyak 350.481 peserta, apabila
dilihat dari metode kontrasepsi maka persentasinya adalah 40.032 peserta kondom
(11,42%), 100.581 peserta pil (28,70%), 119.723 peserta suntik (34,15%), 19.930
peserta Intra Uterine Device (IUD) (5,70%), 56.952 peserta implan (16,25%), 11.087
peserta Medis Operatif Wanita (MOW) (3,16%), 2.176 peserta Medis Operatif Pria
(MOP) (0,62%). Menurut data tersebut dapat dilihat bahwa peserta suntik menduduki
peringkat pertama diikuti pil dan implan.5
Kontrasepsi suntik di Indonesia semakin banyak dipakai karena kerjanya yang
efektif, pemakaiannya yang praktis, dan harganya relatif murah dan aman.6
Penggunaan kontrasepsi suntik dapat mengubah kadar kortisol saliva. Perubahan
kadar kortisol saliva memengaruhi fungsi dari sel ataupun jaringan dari kelenjar
Universitas Sumatera Utara
2
saliva sehingga akan mengubah jumlah sekresi saliva. Hal ini akan mengakibatkan
berubahnya laju alir, pH, dan kapasitas buffer saliva. Sauer (2000) mengemukakan
bahwa kenaikan pH dapat terjadi bila ada kenaikan sekresi saliva karena kenaikan
jumlah ion bikarbonat berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva.1
Saliva adalah cairan biologis yang berfungsi melindungi jaringan di dalam
rongga mulut seperti lubrikasi elemen gigi geligi, pengaruh buffer, agregasi bakteri
yang dapat menghambat kolonisasi mikroorganisme, aktivitas antibakterial,
pencernaan, retensi kelembaban, dan pembersihan makanan. Fungsi perlindungan ini
dipengaruhi oleh perubahan yang berhubungan dengan komposisi maupun viskositas,
derajat keasaman, laju aliran, volume, kapasitas buffer dan susunan ion serta protein
saliva.7,8
Stimulasi, psikis, irama siang dan malam, penyakit sistemik tertentu, usia,
medikasi, dan perubahan hormonal merupakan hal yang berpengaruh terhadap sekresi
saliva. Perubahan hormonal terjadi pada saat wanita mengalami menstruasi,
kehamilan, pubertas dan adanya penggunaan kontrasepsi.9
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui efek perubahan hormonal
setelah pemakaian kontrasepsi hormonal. Penelitian Handajani dkk (2010)
menyatakan pemakaian kontrasepsi hormonal jenis pil dan suntik dapat
mengakibatkan peningkatan nilai pH dan volume saliva pada wanita pemakainya.1
Penelitian Hamrun dkk (2016) menyatakan terdapat perbedaan status pH dan volume
saliva pada pengguna kontrasepsi pil, suntik, implan dan kontrol dimana pengguna
kontrasepsi pil memiliki nilai rata-rata pH dan volume saliva yang tertinggi bila
dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi suntik, implan dan kontrol.10
Sedangkan
penelitian Senawa dkk (2015) menyatakan aliran saliva pengguna kontrasepsi suntik
di Kelurahan Banjer Kecamatan Tikala Kota Manado dikategorikan normal dengan
risiko karies sedang.11
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, peneliti ingin melakukan
penelitian cross sectional study untuk meneliti lebih lanjut mengenai perbedaan laju
alir, nilai pH, dan kapasitas buffer saliva antara wanita pengguna kontrasepsi suntik
dan AKDR.
Universitas Sumatera Utara
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa rata-rata nilai laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada
pengguna kontrasepsi suntik?
2. Berapa rata-rata nilai laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada
pengguna AKDR?
3. Apakah ada hubungan laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada
pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui rata-rata nilai laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva
pada pengguna kontrasepsi suntik.
2. Untuk mengetahui rata-rata nilai laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva
pada pengguna AKDR.
3. Untuk menganalisa hubungan laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada
pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
1.4 Hipotesis Penelitian
H1= Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan dari laju alir, pH dan
kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
H2 = Terdapat hubungan yang signifikan terhadap laju alir, pH dan kapasitas
buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Sebagai data awal pengaruh kontrasepsi suntik dan AKDR terhadap laju
alir, nilai pH, dan kapasitas buffer saliva untuk perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran gigi, khususnya Biologi Oral.
Universitas Sumatera Utara
4
2. Sebagai data dan informasi mengenai efek kontrasepsi suntik dan AKDR
terhadap laju alir, nilai pH, dan kapasitas buffer saliva.
1.5.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini akan memberikan masukan bagi tenaga kesehatan gigi
tentang laju alir, nilai pH, dan kapasitas buffer saliva serta efeknya terhadap rongga
mulut pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
Universitas Sumatera Utara
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kontrasepsi
Kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan oleh satu
pihak atau kedua belah pihak untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) yang sudah matang.
Manfaatnya yaitu mencegah terjadinya kematian, mengurangi angka kesakitan ibu
dan anak, mengatur kelahiran anak sesuai yang diinginkan dan dapat menghindari
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.2
Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada, kontrasepsi ideal
harus memenuhi syarat yaitu, dapat dipercaya, tidak menimbulkan efek yang
mengganggu kesehatan, daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan, tidak
menimbulkan gangguan sewaktu berhubungan atau koitus, mudah pelaksanaannya,
murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, dan dapat
diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan.6
Secara garis besar, kontrasepsi dibagi menjadi kontrasepsi hormonal dan non
hormonal. Dimana kontrasepsi hormonal terdiri dari kontrasepsi suntik, pil dan
implan sedangkan kontrasepsi non hormonal terdiri dari kontrasepsi mekanik
(kondom, alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)), dan kontrasepsi mantap (tubektomi
(MOW), vasektomi (MOP)).
2.1 Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
(mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi
progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada suntikan atau injeksi
dan pil. Sedangkan kontrasepsi hormonal yang berisi progesteron terdapat pada
suntik, pil dan implan. Kontrasepsi hormonal mempengaruhi ovulasi, implantasi,
transportasi gamet, fungsi korpus luteum dan lendir serviks.12
Universitas Sumatera Utara
6
Mekanisme kerja estrogen adalah menghambat implantasi blastocyst karena
endometrium abnormal, transportasi gamet atau ovum dipercepat karena efek
hormonal pada sekresi dan peristaltic tuba dan kontraktilitas uterus, luteolysis
(degenerasi dari korpus luteum) sehingga yang menyebabkan dilepaskannya jaringan
endometrium dan penurunan kadar progesteron serum yang selanjutnya mencegah
implantasi normal. Mekanisme kerja progesteron adalah menghambat ovulasi,
mencegah implantasi, memperlambat transportasi gamet atau ovum, dalam pemberian
jangka panjang progesteron saja mungkin menyebabkan fungsi korpus luteum tidak
adekuat, lendir serviks yang kental setelah 48 jam pemberian progesteron
menyebabkan motilitas dan daya penetrasi spermatozoa terhambat.12
2.1.1.1 Kontrasepsi Suntikan
Kontrasepsi suntikan adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan penyuntikan
sebagai usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan melalui suntikan hormonal.
Kontrasepsi hormonal jenis KB suntikan di Indonesia semakin banyak dipakai karena
kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, dan harganya relatif murah dan
aman. Kontrasepsi suntik memiliki efektifitas yang tinggi bila penyuntikan dilakukan
secara teratur dan sesuai jadwal yang telah ditentukan.6 Jenis kontrasepsi suntik:
1. Suntikan progestin saja12
a. DMPA (Depot Medroxyprogesterone Asetat) atau Depo Provera, diberikan
sekali setiap 3 bulan dengan dosis 150 mg. Disuntikkan secara intramuskular di
daerah bokong.
b. NET-EN (Norethindrone enanthate) atau Noristerat, diberikan dalam dosis
200 mg sekali setiap 8 minggu atau 6 bulan pertama, kemudian selanjutnya setiap 12
minggu.
Efek samping: meningkat atau menurunnya berat badan, gangguan haid
(amenorea dan perdarahan), sakit kepala, kembung, depresi, perubahan mood,
amenorea.12,13
Universitas Sumatera Utara
7
2. Suntikan kombinasi12
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg DMPA dan 5 mg Estradiol Sipionat
yang diberikan injeksi intramuskular sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg NET-EN
dan 5 mg Estradiol Valerat diberikan dengan injeksi intramuskular sebulan sekali.
Efek samping: amenorea, mual, pusing, muntah, perdarahan atau spotting.12
2.1.1.2 Kontrasepsi Pil
Jenis kontrasepsi pil:
1. Pil Oral Kombinasi
Pil kombinasi mengandung hormon estrogen dan progesteron.12
Mencegah
kehamilan dengan cara menghambat ovulasi, membuat endometrium tidak
mendukung untuk implantasi dan membuat lendir serviks tidak dapat ditembus oleh
sperma.13
Jenisnya:12
a. Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen atau progesteron (E/P) dalam dosis yang sama dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif.
b. Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen atau progesteron (E/P) dalam dua dosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
c. Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen atau progesteron (E/P) dalam tiga dosis yang berbeda dan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
Efek samping: amenorea (tidak ada perdarahan), mual, pusing atau muntah
(akibat reaksi anafilaktik); perdarahan atau spotting.12
2. Mini Pil
Mini pil hanya mengandung progesteron dan digunakan oleh perempuan yang
ingin menggunakan kontrasepsi oral tetapi tetap menyusui atau untuk perempuan
yang harus menghindari estrogen oleh sebab apapun.12
Efek samping berupa kista
Universitas Sumatera Utara
8
ovarium fungsional, nyeri tekan payudara, kembung, depresi, fluktuasi berat badan,
mual, pendarahan tidak teratur, amenorea.13
2.1.1.3 Kontrasepsi Implan
Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah kontrasepsi yang
diinsersikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas atau di
bawah siku melalui inisisi tunggal dalam bentuk kipas. Jenis implan:12
1. Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm dan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dengan lama kerja
5 tahun.
2. Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang 4 cm dan
diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg Etonogestrel dengan lama kerja 3 tahun.
3. Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Lenovogestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Efek samping: nyeri, gatal atau infeksi pada tempat pemasangan, sakit kepala,
mual, perubahan mood, perubahan berat badan, jerawat, rambut rontok, vaginitis.13
2.2 Kontrasepsi Non Hormonal
Kontrasepsi non hormonal merupakan berbagai macam metode untuk
mencegah kehamilan yang dibagi menjadi kontrasepsi mekanik (alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR), kondom), dan kontrasepsi mantap (tubektomi (MOW),
vasektomi (MOP)).
2.1.2.1 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Jenis AKDR:12
1. Un-Medicated devices: Generasi pertama seperti Lippes Loop, Margulies
coil, dll.
2. Medicated devices: Generasi kedua
a. Yang mengandung logam yaitu: AKDR-CU generasi pertama seperti: CuT-
200 (Tatum T), Cu-7 (Gravigard), MLCu-250
Universitas Sumatera Utara
9
b. AKDR-CU generasi kedua seperti: CuT-380A (ParaGard), CuT-380Ag,
CuT-220C, Nova-T, Delta-T, MLCu-375.
AKDR segera efektif setelah pemasangan, dan hanya ada 1 kegagalan dalam
125-170 kehamilan. Efek samping: amenorea, kejang, perdarahan vagina yang hebat
dan tidak teratur, benang hilang, adanya pengeluaran cairan dari vagina, peningkatan
risiko infeksi panggul, perforasi uterus, usus, dan kandung kemih.12
2.1.2.2 Kondom
Kondom dibuat dari selubung lateks yang dipasang dan membungkus
keseluruhan panjang penis yang ereksi. Kondom merupakan barang disposal, hanya
boleh sekali pakai. Kondom bekerja sebagai sawar yang mencegah pertemuan sperma
dan ovum.13
2.1.2.3 Tubektomi (MOW)
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan kesuburan.
Jenisnya adalah Minilaparatomi dan Laparaskopi. Cara kerjanya dengan menutup
atau oklusi tuba falopii (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga
spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum.12
2.1.2.4 Vasektomi (MOP)
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentian kapasitas reproduksi
pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma
terhambat dan proses fertilisasi tidak terjadi.12
2.2 Saliva
Saliva adalah cairan sekresi eksokrin di dalam mulut yang berkontak dengan
mukosa dan gigi, berasal terutama dari tiga pasang kelenjar saliva mayor dan kelenjar
saliva minor pada mukosa oral. Berdasarkan sumbernya ada dua jenis saliva yaitu
saliva glandular yang berasal dari kelenjar saliva dan whole saliva. Whole saliva
adalah campuran cairan yang berasal dari kelenjar saliva, sulkus gingival, transudat
Universitas Sumatera Utara
10
mukosa oral, mucus dari rongga hidung dan faring, bakteri oral, sisa makanan, epitel
yang terdeskuamasi, sel darah serta sebagian kecil obat-obatan dan produk kimia.
Berdasarkan stimulasi, ada dua jenis saliva yaitu unstimulated saliva dan stimulated
saliva. Unstimulated saliva adalah saliva yang dihasilkan dalam keadaan istirahat
tanpa stimulasi eksogen atau farmakologis, yang memiliki aliran yang kecil namun
kontinu. Stimulated saliva adalah saliva yang dihasilkan karena stimulasi mekanik,
gustatori, olfaktori, atau stimulus farmakologis.14
2.2.1 Anatomi Kelenjar Saliva
Saliva diprodukasi oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor yaitu parotid,
submandibular, dan sublingual beserta kelenjar saliva minor yang tersebar dibawah
epitelium oral. Tiap kelenjar terhadap total volume berkontribusi sebanyak 30% dari
kelenjar parotid, 60% dari kelenjar submandibular, 5% dari kelenjar sublingual dan
5% dari kelenjar minor.14
Kelenjar parotid adalah kelenjar saliva terbesar, dengan berat antara 15-30
gram dan berukuran 6x3 cm. Volume kelenjar parotid 2,5 kali lebih besar daripada
kelenjar mandibula dan 8 kali lebih besar dibandingkan dengan kelenjar sublingual.
Saliva dari kelenjar parotid berhubungan dengan rongga mulut melalui duktus
ekskretori yang disebut Stensen’s ducts yang bermuara didaerah setinggi molar dua
atas.14
Kelenjar submandibula terletak di segitiga submandibular yang terdiri dari
bagian anterior dan posterior M. Digastricus dan tepi inferior mandibula. Beratnya
sekitar 7-15 gram. Duktus kelenjar submandibula bermuara di duktus Warthon yang
terletak di dasar mulut pada kedua sisi frenulum lingualis.14
Kelenjar saliva yang berukuran paling kecil adalah kelenjar sublingual dengan
berat antara 2-4 gram yang terletak di dalam dasar mulut antara mandibula dan M.
Genioglossus dan terdapat drainase 10 duktus kecil yang disebut ducts of Rivinus.
Pada umumnya, beberapa duktus di anterior menyatu membentuk satu duktus yang
lebih besar yaitu duktus Bartholin.14
Universitas Sumatera Utara
11
Kelenjar saliva minor terletak di submukosal dibawah lamina propria dan
paling banyak ditemukan di bibir, lidah, mukosa pipi, palatum, tonsil, supraglotis,
dan sinus paranasal. Terdapat 600-1000 kelenjar saliva minor berukuran 1-5 mm pada
rongga mulut sampai orofaring.14
Kelenjar parotid merupakan kelenjar serous, kelenjar submandibular disebut
kelenjar seromucous yang terdiri dari 10% sel mucous dan 90% serous, dan kelenjar
sublingual dan kelenjar minor adalah kelenjar mucous.14
Kelenjar saliva dipersarafi oleh sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis
melalui refleks saliva. Saraf simpatis menginervasi kelenjar parotis, submandibularis
sedangkan saraf parasimpatis menginervasi ketiga kelenjar saliva mayor dan kelenjar
saliva minor yang berada di palatum. Saraf parasimpatis dimediatori oleh agen
cholinergic dan sistem saraf simpatis dimediatori oleh agen adrenergic (α dan β
adrenergic). Saraf simpatis menyebabkan pelepasan noradrenalin sehingga saliva
yang disekresikan bersifat kental dengan konsentrasi protein yang tinggi. Saraf
parasimpatis menyebabkan pelepasan asetilkolin dari ujung saraf postganglionic
perifer sehingga saliva yang disekresikan bersifat encer dang mengandung banyak
amilase dengan jumlah musin yang sedikit.14
Gambar 1. Anatomi kelenjar saliva
14
Universitas Sumatera Utara
12
2.2.2 Komposisi dan Fungsi Saliva
Saliva merupakan cairan yang disekresikan oleh kelenjar saliva yang menjaga
kelembaban rongga mulut.15
Saliva terdiri dari 99% air dan 1 % komponen organik,
anorganik serta ion. Ion-ion yang penting dalam saliva adalah kation Na+ dan K
+,
anion Cl- serta bikarbonat (HCO3
-).
7 Komponen organik saliva yaitu musin,
laktoferin, glikoprotein, Ig A, kallikrein, lisozim, peroksidase, tiosianat, ptialin atau
amilase, maltase dan lipase.8,15
Komponen anorganik saliva yaitu sodium, chloride,
potasium, kalsium, bikarbonat, fosfat, amonia, magnesium, flour dan yodium.15
Komposisi saliva di rongga mulut ditentukan oleh tingkatan sekresi dari sel
acinar ke sistem duktus yang menyebabkan peningkatan konsentrasi garam dan
osmolaritas seiring dengan peningkatan laju aliran saliva. Komponen saliva berperan
penting dalam menjalankan fungsi-fungsi saliva.14
Saliva memiliki beberapa fungsi, salah satu diantaranya adalah meningkatkan
sensitivitas pengecapan, terbentuk di dalam sel acini dan bersifat isotonik. Ketika
saliva mengalir melalui duktus, konsentrasi saliva akan berubah menjadi hipotonik.
Konsentrasi hipotonik saliva akan melarutkan substansial yang menyebabkan
gustatory buds menerima rasa atau aroma yang berbeda.9 Saliva memiliki kandungan
protein berupa musin yang berperan sebagai pelumas, mencegah dehidrasi dan
menjaga viskoelastisitas saliva serta kandungan enzim ptialin untuk memecah
karbohidrat menjadi maltosa, maltotriosa dan dekstrin sehingga saliva membantu
dalam proses pencernaan.7,9
Saliva bekerja sebagai pelumas pada lidah yang
membantu fungsi berbicara.15
Saliva juga berperan dalam pembentukan bolus
makanan.16
Saliva berperan sebagai sistem buffer dengan menjaga agar pH rongga
mulut tetap netral dan mencegah kolonisasi mikroorganisme patogen. Saliva menjaga
integritas enamel dengan berperan dalam proses demineralisasi dan remineralisasi
enamel dengan menjaga kestabilan hidroksiapatit enamel yang dapat membebaskan
ion kalsium, fosfat dan fluoride.9
Universitas Sumatera Utara
13
2.2.3 Laju Alir Saliva
Laju aliran saliva adalah parameter yang menentukan normal, tinggi, rendah
atau sangat rendahnya aliran saliva yang dinyatakan dalam satuan ml/menit. Pada
individu dewasa sehat, laju aliran normal saliva yang distimulasi adalah 1-3 ml/menit,
laju aliran yang lambat adalah 0,7-1 ml/menit, dan hiposalivasi apabila laju aliran
saliva kurang dari 0,7 ml/menit. Laju aliran normal saliva non stimulasi adalah 0,25-
0,35 ml/menit, laju aliran yang rendah adalah 0,1-0,25 ml/menit dan hiposalivasi
apabila laju aliran saliva adalah kurang dari 0,1 ml/menit.9,14
Stimulasi terhadap
kelenjar saliva dapat berupa rangsangan olfaktorius, melihat dan memikirkan
makanan, rangsangan mekanis, kimiawi, neuronal, dan rasa sakit.1
Stimulasi, psikis,
irama siang dan malam, penyakit sistemik tertentu, usia, medikasi, dan perubahan
hormonal merupakan hal yang berpengaruh terhadap sekresi saliva.9
2.2.4 pH Saliva
Derajat keasaman (pH) saliva normal berkisar 6-7 dan bervariasi tergantung
kecepatan aliran saliva. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan
pada pH saliva antara lain rata-rata kecepatan aliran saliva, mikroorganisme rongga
mulut, dan kapasitas buffer saliva.10
Saliva berkontribusi untuk mempertahankan pH
dengan dua mekanisme. Pertama, alir saliva menghilangkan karbohidrat yang dapat
dimetabolisme oleh bakteri dan menghilangkan asam yang dihasilkan oleh bakteri.
Kedua, keasaman dari minuman dan makanan, serta dari aktivitas bakteri, dinetralkan
oleh aktivitas buffer saliva.17
2.2.5 Kapasitas Buffer Saliva
Kapasitas buffer saliva sangat penting dalam menjaga pH saliva dan plak.
Kapasitas buffer stimulated dan unstimulated saliva meliputi 3 sistem. Sistem buffer
yang paling penting adalah asam karbonat/bikarbonat, sistem buffer kedua adalah
sistem phosphatase dan sistem buffer yang ketiga adalah sistem protein. Karena
bikarbonat adalah penentu utama kapasitas buffer, terdapat hubungan antara pH,
tingkat sekresi dan kapasitas buffer saliva.14
Universitas Sumatera Utara
14
2.2.6 Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Saliva
1. Ritme biologis (irama sirkadian dan irama circannual)
Laju aliran saliva mencapai puncaknya pada akhir sore hari kemudian turun
menjadi hampir nol saat tidur. Komposisi saliva yang tidak konstan berhubungan
dengan siklus sirkadian. Irama circannual juga mempengaruhi sekresi saliva. Di
musim panas volume saliva lebih rendah sementara di musim dingin volume saliva
berada pada puncak sekresi.9
2. Penggunaan obat
Beberapa jenis obat terutama yang memiliki efek antikolinergik (antidepresan,
anxiolytics, antipsikotik, anthistamin, dan antihipertensi) dapat menyebabkan
penurunan laju aliran saliva.9
3. Stimulasi psikis, mekanis, neuronal
Memikirkan makanan atau melihat makanan merupakan stimulasi psikis yang
cukup lemah dalam merangsang aliran saliva pada manusia.8
Stimulasi mekanis
misalnya adalah gerakan mengunyah. Ketika seseorang mengunyah sesuatu bahkan
tanpa adanya tambahan rasa, kelenjar saliva akan terangsang sehingga laju aliran
saliva meningkat. Stimulasi neuronal merupakan rangsang yang datang memengaruhi
saraf simpatis dan parasimpatis1, contohnya pada hormon leptin, insulin, GLP-1
memodulasi pengecapan di rongga mulut.18
4. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik dapat mengubah sekresi saliva dan menyebabkan perubahan
komposisi saliva seperti immunoglobulin, hormon, protein dan elektrolit. Intensnya
sebuah aktivitas meningkatkan level α-amilase dan elektrolit saliva.9
5. Diet dan asupan makanan
Diet kaya karbohidrat dapat menurunkan kapasitas buffer, sedangkan diet
kaya sayuran dan protein dapat meningkatkan kapasitas buffer. Makanan sebagai
stimulus sekretori, sebuah studi baru-baru ini menguji efek dari tujuh makanan, dan
menunjukkan bahwa makanan yang paling hambar sekalipun menghasilkan 43% dari
laju aliran maksimal saliva yang dihasilkan oleh rangsangan asam sitrat 5%.9
Universitas Sumatera Utara
15
6. Usia
Studi histologis kelenjar saliva telah menunjukkan terdapat penurunan
proporsi sel sekretori terhadap usia, selain itu diduga adanya kelebihan jaringan
sekretori. Namun, sebagian besar orang usia lanjut mengkonsumsi obat-obatan,
dimana semakin besar konsumsi obat-obatan, maka semakin besar pula dampak yang
ditimbulkan terhadap sekresi saliva yang akan berakibat pada menurunnya laju aliran
saliva.9
7. Perubahan hormonal
Perubahan hormonal terjadi pada saat wanita mengalami menstruasi,
kehamilan19
, menyusui20
dan adanya penggunaan kontrasepsi. Hormon dapat
mempengaruhi laju alir saliva dan komposisinya dengan beraksi langsung pada asinus
atau elemen duktus kelenjar saliva misalnya hormon seks pada wanita menopause
menyebabkan penurunan laju alir saliva.9
8. Kondisi emosional
Polimpung (2013) menemukan adanya hubungan dan pengaruh yang
signifikan antara stres, depresi, dan kecemasan terhadap volume saliva yaitu dengan
meningkatnya stres, depresi, dan kecemasan akan menyebabkan penurunan volume
saliva. Hal ini disebabkan oleh keadaan emosional dari sistem saraf otonom dan
menghalangi sistem saraf simpatis dalam sekresi saliva.21
Kondisi emosional subjek
bisa diketahui dengan menggunakan Andrews’s Faces Scale yang terdiri dari tujuh
poin wajah yang berbeda. Setiap gambar terdiri dari lingkaran dengan mata yang
tidak berubah dan mulut yang berbentuk dari setengah lingkaran tersenyum sampai
setengah lingkaran bersedih.22
2.3 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Rongga Mulut
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu alat kontrasepsi yang digunakan
sebagian besar para akseptor keluarga berencana (KB). Efek samping kontrasepsi
hormonal dapat berupa gejala subjektif maupun objektif yang bisa bersifat lokal
maupun sistematis. Penambahan estrogen dan progesteron yang terkandung dalam
kontrasepsi hormonal akan mengubah keadaan hormon pada jaringan periodontal
Universitas Sumatera Utara
16
yang dapat menyebabkan inflamasi pada gingiva. Hormon estrogen dan progesteron
memiliki reseptor pada gingiva wanita, dalam sirkulasi hormon ini akan diubah oleh
sistem enzim steroid menjadi bentuk lebih aktif yang dapat meningkatkan sintesa
prostaglandin sehingga menyebabkan vasodilatasi vaskular dan proliferasi jaringan
ikat pada lamia propia gingiva yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan
cairan krevikuler gingiva dan gingivitis.23
Pada kondisi periodontal wanita, laporan klinis yang telah dilakukan selama
satu abad didapatkan terjadi peningkatan prevalensi terhadap penyakit gingiva yang
disebabkan oleh peningkatan kadar plasma dalam hormon seks, dimana 50% wanita
pengguna kontrasepsi hormonal selama 12 bulan dilaporkan mengalami kenaikan
volume cairan eksudat gingiva dibanding wanita yang tidak menggunakan
kontrasepsi.24
Caranza mengemukakan kontrasepsi hormonal memperparah respon
gingiva terhadap faktor lokal. Setelah pemakaian kontrasepsi hormonal lebih dari
1,5tahun, didapat adanya peningkatan kerusakan jaringan periodontal.25
2.4 Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Laju Alir, pH, dan
Kapasitas Buffer Saliva
Kandungan estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi
hormonal diduga berperan dalam peningkatan kadar kortisol saliva.1,10
Kortisol
dihasilkan oleh kelenjar adrenal, dilepaskan pada aliran darah tepi dan dikontrol
produksinya oleh sistem umpan balik yang kompleks pada
jalurhypothalamicpituitaryadrenal (HPA) axis. Kortisol berikatan dengan
glucocorticoid receptor (GR) yang didistribusikan secara luas dalam otak, termasuk
prefrontal cortex (PCF) dan dengan afinitas yang tinggi terhadap mineralocorticoid
receptor (MR) yang terdapat dalam jumlah banyak di limbic areas. Kortisol juga
dapat mempengaruhi beberapa sistem neurotransmitter catecholaminergic seperti
adrenergic, dopaminergic, serotonergic melalui mekanisme rapid nongenomic.
Aktivitas sekretori pada glandula salivarius diinervasi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis. Saraf parasimpatis dimediatori oleh agen cholinergic dan sistem saraf
simpatis dimediatori oleh agen adrenergic, baik α maupun β adrenergic. Peningkatan
Universitas Sumatera Utara
17
kortisol akan mempengaruhi aktivitas saraf simpatis melalui reseptor α dan β
adrenergic untuk meningkatkan sekresi saliva yang kaya protein.1,26
Saliva memiliki beberapa fungsi penting dengan fungsi utama membantu
proses pencernaan, penelanan, pelarutan, pemisahan makanan, pelumas, aksi
pembersihan, proses bicara dan sistem buffer.7,8,9
Sauer menyebutkan bahwa
peningkatan pH berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva. Kenaikan pH juga
dapat terjadi bila ada peningkatan jumlah ion bikarbonat. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kandungan estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi hormonal
akan mempengaruhi peningkatan jumlah kortisol dalam saliva. Kortisol akan
mempengaruhi sistem saraf simpatis melalui reseptor α dan β adrenergic sehingga
menyebabkan peningkatan sekresi saliva yang berujung pada peningkatan volume
saliva. Peningkatan kecepatan sekresi saliva akan berakibat pada peningkatan jumlah
bikarbonat yang pada akhirnya juga meningkatkan pH saliva.1
2.5 Landasan Teori
Saliva adalah cairan biologis dan diagnostik dalam rongga mulut, terdiri atas
campuran dari kelenjar saliva mayor dan minor. Seluruh kelenjar saliva terdiri atas
unit produksi yang disebut asinar (asinar singular). Asinar terdiri atas sel parenkim
yang menghasilkan cairan seperti serum. Suplai darah ke kelenjar saliva tinggi karena
produksi saliva berasal dari sirkulasi darah kemudian cairan ini melewati struktur
tubular dimana unsur-unsur nya akan dibuang dan ditambahkan pada sekresi.27
Komposisi saliva 99% air, sisa 1% terdiri atas ion-ion dan unsur organik. Ion-
ion penting dalam saliva adalah kation Na+ dan K
+, anion Cl
- dan bikarbonat (HCO3
-).
Elektrolit lainnya yang terdapat pada saliva adalah kalsium fosfat, fluoride, tiosianat,
magnesium, sulfat dan yodium.7
Saliva memainkan peran kunci dalam lubrikasi, pengunyahan, persepsi rasa,
pencegahan infeksi rongga mulut dan karies gigi. Saliva normal berguna dalam
menjaga kesehatan rongga mulut. Fungsi saliva utama manusia yang berhubungan
dengan gigi adalah perlindungan, secara fisik dan biokimia. Ada juga fungsi
tambahan lainnya seperti fungsi antimikroba.16
Universitas Sumatera Utara
18
Stimulasi, psikis, irama siang dan malam, penyakit sistemik tertentu, usia,
medikasi, dan perubahan hormonal merupakan hal yang berpengaruh terhadap sekresi
saliva. Perubahan hormonal terjadi pada saat wanita mengalami menstruasi,
kehamilan, pubertas dan adanya penggunaan kontrasepsi.9
Kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan oleh satu
pihak atau kedua belah pihak untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan sel sperma dan sel telur yang sudah matang.2
Kontrasepsi
terbagi menjadi kontrasepsi hormonal dan non hormonal. Dimana kontrasepsi
hormonal terdiri dari kontrasepsi suntik, pil dan implan sedangkan kontrasepsi non
hormonal terdiri dari kontrasepsi mekanik (kondom, alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR)), dan kontrasepsi mantap (tubektomi (MOW), vasektomi (MOP)).
Kontrasepsi hormonal jenis suntik merupakan salah satu alat kontrasepsi yang banyak
disukai oleh para peserta keluarga berencana di Indonesia karena kerjanya yang
efektif, pemakaiannya yang praktis, dan harganya relatif murah dan aman.6
Kandungan estrogen dan progesteron pada pengguna kontrasepsi hormonal
akan merangsang hipotalamus dan mengaktifkan hipofisis anterior. Dimana
hipotalamus berfungsi sebagai penghubung penting antara sistem saraf otonom dan
endokrin. Hipofisis anterior akan mengeluarkan hormon Adrenocorticotropic
Hormone (ACTH) merangsang sekresi kortisol oleh kelenjar adrenal.26
Peningkatan kortisol akan mempengaruhi sistem saraf otonom simpatis
melalui reseptor α dan β adrenergic untuk meningkatkan sekresi saliva yang kental
dengan konsentrasi protein yang tinggi. Sauer menyebutkan bahwa peningkatan pH
berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva. Peningkatan kecepatan sekresi
saliva akan berakibat pada peningkatan jumlah bikarbonat yang pada akhirnya
mengakibatkan berubahnya pH, laju alir, dan kapasitas buffer saliva.1
Universitas Sumatera Utara
19
2.6 Kerangka Teori
Kontrasepsi Saliva
Anatomi Komposisi
dan Fungsi
Suntik AKDR
Persarafan Saliva
pH Laju Aliran
Kapasitas Buffer
- Hormon Estrogen
- Hormon Progesteron
Parasimpatis Simpatis
Perubahan Sekresi Saliva
α dan β adrenergic
Hipotalamus
Hipofisis Anterior
Kelenjar Adrenal
Hormon Kortisol Cholinergic
Kelenjar
Saliva Mayor
Kelenjar
Saliva Minor
Universitas Sumatera Utara
20
2.7 Kerangka Konsep
H1 = Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan dari laju alir, pH dan
kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
H2 = Terdapat hubungan yang signifikan terhadap laju alir, pH dan kapasitas
buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
Kontrasepsi
Non Hormonal Hormonal
Pil Suntik Implan Alat Kontrasepsi
Dalam Rahim
(AKDR)
- Kondom
- Tubektomi
- Vasektomi
- Hormon Estrogen
- Hormon Progesteron
Rongga Mulut
Saliva
pH Laju Aliran
Kapasitas Buffer
Kapasitas Buffer
Universitas Sumatera Utara
21
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik
observasional, dengan rancangan cross-sectional yaitu penelitian yang mempelajari
hubungan faktor risiko dan efek dengan cara tiap subjek hanya diobservasi satu kali,
dan pengukuran variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel tergantung
dilakukan pada saat yang sama.28
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Pengambilan dan pengukuran sampel dilakukan di Klinik Pratama Grace di
Jalan Sidodadi No.38 Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang diperlukan adalah kurang lebih 9 bulan yaitu mulai
dari Desember 2017 sampai Agustus 2018. Kegiatan berupa pengumpulan referensi,
pembuatan proposal yang dilakukan pada bulan Desember 2017 sampai Februari
2018, pengumpulan sampel yang kemudian dilakukan penelitian pada bulan Maret
sampai April 2018, analisis data, penulisan hasil, dan pembahasan hasil penelitian
dilakukan pada bulan April sampai Agustus 2018.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah wanita pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR
di Klinik Pratama Grace.
Universitas Sumatera Utara
22
3.3.2 Sampel
Sampel penelitian diperoleh menggunakan purposive sampling yaitu wanita
pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR di Klinik Pratama Grace yang dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
3.3.3 Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus, yaitu:29
Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal
σ = Standar deviasi
Zα = Deviat baku alfa. Nilai Zα yang digunakan adalah 5% (maka Zα adalah 1,96)
Zβ = Deviat baku beta. Nilai Zβ yang digunakan adalah 10% (maka Zβ adalah 1,282)
µ1 - µ2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna yang ditentukan oleh peneliti
(nilai selisih minimal rerata adalah 27%)
Perhitungan:
n = 9,71
Jumlah sampel untuk tiap kelompok adalah 9,71 orang. Untuk menghindari
sampel drop out,sampel tiap kelompok dibulatkan menjadi 11 orang. Jadi jumlah
sampel untuk 2 kelompok (wanita pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR) adalah
22 orang.
Universitas Sumatera Utara
23
3.4 Kriteria Sampel
3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Wanita.
2. Usia 20-40 tahun.
3. Menggunakan kontrasepsi suntik atau AKDR lebih dari 3 bulan.
4. Subjek bersedia untuk berpatisipasi dalam penelitian.
5. Kesehatan umum subjek baik.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Menderita penyakit sistemik.
2. Menjalani perawatan orthodonti.
3. Menjalani perawatan radioterapi.
4. Menggunakan gigi palsu.
5. Mengalami menstruasi.
6. Sedang dalam masa menyusui.
7. Perokok, penyirih, peminum alkohol.
8. Mengonsumsi obat yang dapat mempengaruhi laju alir, pH dan kapasitas
buffer (antihipertensi, antidepresan, antihistamin, dll).
9. Subjek tidak bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas
Wanita pengguna kontrasepsi suntik atau AKDR.
3.5.2 Variabel Tergantung
1. Laju alir saliva.
2. pH saliva.
3. Kapasitas buffer saliva.
Universitas Sumatera Utara
24
3.5.3 Variabel Terkendali
1. Wanita pengguna kontrasepsi suntik atau AKDR yang berusia 20-40
tahun.
2. Subjek diintruksikan untuk tidak makan dan minum 60 menit sebelum
pengambilan saliva.
3. Pengambilan stimulated saliva dengan metode spitting.
3.5.4 Variabel Tidak Terkendali
1. Diet.
2. Aktivitas fisik.
3. Kondisi emosional.
4. Oral hygiene.
3.6 Definisi Operasional
1. Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi hormonal yang mengandung
hormon estrogen dan progesteron sintetik yang disuntikkan secara intramuskular.
2. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau yang dikenal IUD atau
Spiral adalah kontrasepsi non hormonal yang dimasukkan ke dalam rahim.
3. Laju alir saliva adalah jumlah saliva yang dikeluarkan dalam satuan
volume (ml) dalam setiap satuan waktu (menit) yaitu ml/menit. Laju aliran normal
saliva yang distimulasi adalah 1-3 ml/menit, laju aliran yang lambat adalah 0,7-1
ml/menit, dan hiposalivasi apabila laju aliran saliva kurang dari 0,7 ml/menit.
4. pH saliva adalah nilai derajat keasaman saliva yang diukur dengan
menggunakan indikator pH saliva berdasarkan indikator GC Saliva Check Buffer.
Hasil ukur 5,0-5,8 menunjukkan kondisi saliva sangat asam, 6,0-6,6 menunjukkan
kondisi saliva asam, 6,8-7,8 menunjukkan kondisi saliva normal.
5. Kapasitas buffer saliva adalah gambaran kapasitas buffer pada rongga
mulut yang diukur dengan menggunakan indikator kapasitas buffer saliva
berdasarkan indikator GC Saliva Check Buffer. Hasil ukur 0-5 poin menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
25
kapasitas buffer sangat rendah, 6-9 poin menunjukkan kapasitas buffer rendah, 10-12
poin menunjukkan kapasitas buffer normal.
6. Metode spitting adalah metode pengambilan saliva dimana subjek
membiarkan saliva tergenang dalam mulut tanpa ditelan kemudian meludahkannya ke
dalam wadah penampungan tiap 60 detik selama 2 menit.
7. Stimulated saliva adalah mengumpulkan saliva yang distimulasi dengan
mengunyah paraffin wax.
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat Penelitian
1. GC Saliva Check Buffer
2. Label pot atau wadah sampel
3. Kertas tissue
4. Pipet tetes
5. Lembar penelitian dan informed consent
6. Handscoon
7. Masker
8. Stopwatch
9. Label Nama
10. Cooler box
3.7.2 Bahan Penelitian
1. Saliva sebagai bahan pemeriksaan
2. Paraffin wax
3. Dry ice
Universitas Sumatera Utara
26
Gambar 2. GC Saliva Check Buffer
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Pengisian Kuesioner dan Pemberian Informed Consent
Penelitian dilakukan terhadap wanita pengguna kontrasepsi suntik dan
AKDR. Pemilihan subjek penelitian dilakukan melalui wawancara langsung
mengenai identitas subjek dengan bantuan kuesioner terhadap para subjek. Subjek
yang terpilih diberi penjelasan terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur
penelitian yang akan dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi
dalam penelitian maka subjek diminta menandatangani lembar informed consent.
3.8.2 Stimulasi Saliva
Stimulasi saliva dapat dilakukan dengan pergerakan oral seperti mengunyah
paraffin wax. Sebelum menstimulasi saliva, subjek diminta untuk berkumur dengan
air mineral yang berguna untuk menghilangkan debris. Setelah itu, subjek
diinstruksikan untuk duduk tenang dengan posisi tegak lalu subjek diminta
mengunyah paraffin wax untuk menstimulasi saliva selama 2 menit.
Universitas Sumatera Utara
27
3.8.3 Pengumpulan Saliva
Pengumpulan stimulated saliva dilakukan dengan metode spitting. Metode
spitting dilakukan dengan membiarkan saliva terkumpul di dasar mulut, lalu subjek
meludah ke wadah atau pot saliva yang tersedia setiap 60 detik atau pada saat subjek
akan menelan saliva yang terkumpul didalam mulut. Subjek diinstruksikan sedikit
menundukkan kepala pada saat pengumpulan saliva. Pengumpulan saliva dilakukan
selama 2 menit, dengan interval meludah ke wadah atau pot saliva setiap 60 detik
sekali.
3.8.3 Pengukuran Laju Alir Saliva
Pengukuran laju alir saliva dilakukan dengan cara penimbangan. Berat pot
atau wadah saliva ditimbang sebelum pengumpulan saliva dilakukan. Setelah saliva
terkumpul di pot atau wadah saliva, dilakukan penimbangan dan dikurangkan dengan
hasil penimbangan pot atau wadah saliva sebelum pengumpulan saliva. Hasil yang
diperoleh dibagi dengan lama waktu saliva dikumpulkan (2 menit) dan dicatat dalam
satuan ml/menit.
3.8.4 Pengukuran pH Saliva
pH saliva adalah angka derajat keasaman saliva yang ditentukan dengan
menggunakan indikator pH saliva berdasarkan indikator GC Saliva Check Buffer.
Hasil ukur 5,0-5,8 akan menunjukkan kondisi yang sangat asam, 6,0-6,6 akan
menunjukkan kondisi yang asam, dan 6,8-7,8 akan menunjukkan saliva yang normal,
skala ukur pH saliva adalah secara ordinal.
Gambar 3. pH strip dan Gambar 4. Nilai pH indikator
pH indikator
Universitas Sumatera Utara
28
3.8.5 Pengukuran Kapasitas Buffer Saliva
Pengukuran kapasitas buffer dilakukan dengan menggunakan buffer strip yang
terdapat pada GC Saliva Check Buffer. Buka buffer strip dari pembungkus foil dan
letakkan di atas tissueabsorben dengan sisi test menghadap keatas. Gunakan pipet
tetes, sedot saliva secukupnya dari wadah pengumpulan saliva, teteskan satu tetes
pada setiap pad (satu strip terdapat 3 pad). Segera miringkan test strip 900 agar sisa
saliva tersedot tissue absorben. Pemeriksaan dilakukan segera setelah terjadi
perubahan warna kemudian dicatat.
Gambar 5. Buffer test pad dan pipet tetes
Hasilnya dihitung dengan menambahkan poin sesuai dengan warna akhir
setiap pad: hijau 4 poin; biru kehijauan 3 poin, biru 2 poin, merah kebiruan 1 poin,
merah 0 poin. Semua poin dihitung dan hasilnya ditentukan: 0-5 poin adalah
kemampuan buffer sangat rendah, 6-9 poin adalah rendah, 10-12 poin adalah normal
atau tinggi.
3.9 Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah diperoleh dianalisa menggunakan sistem SPSS versi 20.
Gambaran statistik meliputi laju alir, pH, dan kapasitas buffer saliva dalam saliva
yang distimulasi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi suntik dan AKDR. Uji
normalitas dilakukan terlebih dahulu terhadap data yg diperoleh dengan uji Saphiro-
Wilk. Apabila data yang dianalisis terdistribusi normal dilakukan uji T tidak
berpasangan, sedangkan jika data tidak terdistribusi normal dilakukan uji Mann-
Whitney untuk mendapatkan hasil perbedaan rata-rata variabel yang diteliti yaitu laju
Universitas Sumatera Utara
29
alir, pH, dan kapasitas buffer saliva pada wanita yang menggunakan kontrasepsi
suntik dan AKDR dan menggunakan uji Korelasi Pearson untuk mengetahui
hubungan laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi suntik dan AKDR. Tingkat signifikan yang diinginkan adalah p < 0,05.
3.10 Etika Penelitian
Etika penelitian mencakup:
1. Lembar persetujuan (informed consent)
Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan
kepada subjek kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang
akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal lain yang berkaitan
dengan penelitian.
2. Ethical Clearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada
Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat nasional.
Universitas Sumatera Utara
30
3.11 Alur penelitian
Mencari subjek berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dari
populasi penelitian
Memberikan informed consent kepada subjek yang terpilih untuk
meminta kesediaan subjek berpartisipasi dalam penelitian dengan
memberikan lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian dan
lembar persetujuan
Stimulated saliva dikumpulkan dengan metode spitting. Subjek
diinstruksikan untuk duduk tenang dikursi dengan meludahkan
saliva ke dalam pot saliva
Pengukuran laju alir saliva menggunakan timbangan digital lalu
pengukuran pH dan kapasitas buffer saliva menggunakan GC
Saliva Check Buffer
Pengumpulan data
Analisis data
Kesimpulan
Subjek mengisi kuesioner
Populasi
Persiapan penelitian
Universitas Sumatera Utara
31
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-April 2018 di Klinik Pratama Grace
Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara, pengisian kuesioner dan pemeriksaan yang dilakukan
secara langsung oleh peneliti terhadap subjek penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada 22 orang yang dipilih sesuai dengan kriteria
inklusi dan eksklusi, terdiri atas 11 wanita pengguna kontrasepsi suntik dan 11 wanita
pengguna AKDR. Jumlah subjek penelitian yang berumur 20-25 tahun sebanyak 1
orang (4,5%), 26-31 tahun sebanyak 5 orang (22,7%), 32-37 tahun sebanyak 10 orang
(45,5%), dan 38-42 tahun sebanyak 6 orang (27,3%). Seluruh subjek penelitian
berhasil mengikuti kegiatan penelitian ini hingga selesai. Subjek penelitian hanya
diperiksa satu kali saja pada saat tertentu dan data hasil penelitian akan langsung
dicatat.
Tabel 1 menunjukkan perbedaan rata-rata laju alir, pH dan kapasitas buffer
saliva. Rata-rata laju alir saliva pada pengguna AKDR lebih tinggi yaitu 2,26 ± 0,46
ml/menit daripada rata-rata laju alir saliva pada pengguna kontrasepsi suntik yaitu
2,10 ± 0,75 ml/menit dengan kategori laju alir saliva normal (1-3 ml/menit) pada
kedua pengguna kontrasepsi. Secara statistik, perbedaan tersebut tidak signifikan
(p>0,05). Perbedaan rata-rata pH saliva pada pengguna kontrasepsi suntik lebih tinggi
yaitu 7,63 ± 0,12 daripada rata-rata pH saliva pada pengguna AKDR yaitu 7,32 ±
0,82 dengan kategori pH saliva normal (6,8-7,8) pada kedua pengguna kontrasepsi.
Perbedaan ini juga tidak signifikan secara statistik (p>0,05). Perbedaan rata-rata
kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik lebih tinggi yaitu 8,09 ±
1,97 daripada rata-rata kapasitas buffer saliva pada pengguna AKDR yaitu 6,90 ±
3,52 dengan kategori kapasitas buffer saliva rendah (6-9) pada kedua pengguna
kontrasepsi. Secara statistik, perbedaan kapasitas buffer saliva ini juga tidak
signifikan (p>0,05).
Universitas Sumatera Utara
32
Tabel 1. Hasil Analisis Perbedaan Rata-Rata Laju Alir, pH dan Kapasitas Buffer
Saliva Pada Kontrasepsi Suntik (n=11) dan AKDR (n=11).
No. Variabel Kontrasepsi Signifikansi
(p) Suntik AKDR
1. Laju Alir (ml/menit) 2,10 ± 0,75 2,26 ± 0,46 0,57
2. pH 7,63 ± 0,12 7,32 ± 0,82 0,97
3. Kapasitas Buffer 8,09 ± 1,97 6,90 ± 3,52 0,34
Keterangan: Uji T tidak berpasangan dengan signifikansi p<0,05
Uji Mann-Whitney dengan signifikansi p<0,05
Tabel 2 menunjukkan hubungan laju alir dan pH saliva pada kontrasepsi
suntik dan AKDR. Korelasi Pearson antara laju alir dan pH saliva kontrasepsi suntik
menunjukkan nilai yang tidak signifikan (p>0,05) dengan tipe korelasi positif sedang
(r = +0,56) yang berarti kecenderungan laju alir saliva yang meningkat akan
menyebabkan peningkatan pH saliva. Korelasi Pearson antara laju alir dan pH saliva
AKDR menunjukkan nilai yang tidak signifikan (p>0,05) dengan tipe korelasi positif
rendah (r = +0,32) yang berarti kecenderungan laju alir saliva yang meningkat akan
menyebabkan peningkatan pH saliva.
Tabel 2. Hasil Analisis Hubungan Laju Alir dan pH Saliva Pada Kontrasepsi Suntik
dan AKDR.
Variabel
Kontrasepsi
Suntik AKDR
r p r p
Laju Alir – pH Saliva 0,56 0,06 0,32 0,32
Keterangan: Uji Korelasi Pearson dengan signifikansi p<0,05
Tabel 3 menunjukkan hubungan laju alir dan kapasitas buffer saliva pada
kontrasepsi suntik dan AKDR. Korelasi Pearson antara laju alir dan kapasitas buffer
saliva kontrasepsi suntik menunjukkan nilai yang tidak signifikan (p>0,05) dengan
tipe korelasi negatif sangat rendah (r = -0,10) yang berarti kecenderungan laju alir
saliva yang meningkat akan menyebabkan penurunan kapasitas buffer saliva. Korelasi
Pearson antara laju alir dan kapasitas buffer saliva AKDR menunjukkan nilai yang
Universitas Sumatera Utara
33
tidak signifikan (p>0,05) dengan tipe korelasi positif sangat rendah (r = +0,19) yang
berarti kecenderungan laju alir saliva yang meningkat akan menyebabkan
peningkatan kapasitas buffer saliva.
Tabel 3. Hasil Analisis Hubungan Laju Alir dan Kapasitas Buffer Saliva Pada
Kontrasepsi Suntik dan AKDR.
Variabel
Kontrasepsi
Suntik AKDR
r p r p
Laju Alir – Kapasitas
Buffer Saliva -0,10 0,75 0,19 0,55
Keterangan: Uji Korelasi Pearson dengan signifikansi p<0,05
Tabel 4 menunjukkan hubungan pH dan kapasitas buffer saliva pada
kontrasepsi suntik dan AKDR. Korelasi Pearson antara pH dan kapasitas buffer saliva
kontrasepsi suntik menunjukkan nilai yang tidak signifikan (p>0,05) dengan tipe
korelasi negatif sangat rendah (r = -0,09) yang berarti kecenderungan pH saliva yang
meningkat akan menyebabkan penurunan kapasitas buffer saliva. Korelasi Pearson
antara pH dan kapasitas buffer saliva AKDR menunjukkan nilai yang signifikan
(p<0,05) dengan tipe korelasi positif sedang (r = +0,67) yang berarti kecenderungan
pH saliva yang meningkat akan menyebabkan peningkatan kapasitas buffer saliva.
Tabel 4. Hasil Analisis Hubungan pH dan Kapasitas Buffer Saliva Pada Kontrasepsi
Suntik dan AKDR.
Variabel
Kontrasepsi
Suntik AKDR
r p r p
pH - Kapasitas Buffer
Saliva -0,09 0,77 0,67 0,02*
Keterangan: *Uji Korelasi Pearson dengan signifikansi p<0,05
Universitas Sumatera Utara
34
BAB 5
PEMBAHASAN
Data hasil penelitian dari perbedaan laju alir, nilai pH, dan kapasitas buffer
saliva antara wanita pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR diuji dengan Saphiro-
Wilk sebagai uji normalitas data, kemudian dilanjutkan dengan analisa berdasarkan
uji T tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan rata-rata laju
alir, pH dan kapasitas buffer saliva sedangkan uji korelasi Pearson untuk melihat
hubungan laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva.
Pada penelitian ini didapatkan perbedaan rata-rata laju aliran saliva pada
pengguna AKDR lebih tinggi yaitu 2,26 ± 0,46 ml/menit daripada rata rata laju aliran
saliva pada pengguna kontrasepsi suntik yaitu 2,10 ± 0,75 ml/menit (Tabel 1). Hasil
analisis statistik pada penelitian ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata
yang signifikan dari laju alir saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR
(p=0,57). Kategori rata-rata laju aliran saliva yang didapat pada penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Handajani (2010), Senawa (2015) dan Hamrun (2016) yang
menunjukkan rata-rata laju aliran saliva pengguna kontrasepsi suntik berada dalam
kategori normal (1-3 ml/menit) dengan nilai rata-rata 1,41 ± 0,45 ml/menit, 1,10
ml/menit, menit dan 0,93 ml/menit.1,10,11
Nilai rata-rata laju aliran saliva pada
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian sebelumnya karena perbedaan cara
pengambilan laju aliran saliva, dimana pada penelitian ini menggunakan metode
spitting distimulasi dengan paraffin wax sedangkan pada penelitian sebelumnya
menggunakan metode draining tidak distimulasi. Wong (2008) menyatakan bahwa
hasil pengambilan sampel laju aliran saliva dengan menggunakan metode spitting
lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan metode draining dimana pernyataan
tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini.30
Pengunyahan paraffin wax merupakan
salah satu stimulus mekanis yang akan merangsang pusat saliva di otak untuk
mensekresikan saliva. Reseptor-reseptor dalam rongga mulut baik kemoreseptor dan
reseptor tekan akan merespon adanya stimulasi dalam rongga mulut. Reseptor-
Universitas Sumatera Utara
35
reseptor ini kemudian menghasilkan impuls serat-serat saraf aferen membawa
informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva selanjutnya mengirim
impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi
saliva.31
Rata-rata laju aliran saliva pada AKDR lebih tinggi daripada rata-rata laju
aliran saliva pada pengguna kontrasepsi suntik kemungkinan disebabkan oleh
pengaruh kondisi psikologis subjek karena efek samping yang dirasakan. Kusuma N
(2016) menyatakan metode kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan risiko 4,05 kali
untuk mengalami keluhan kesehatan subjektif dibandingkan dengan metode
kontrasepsi non hormonal, dimana subjek dengan lama pemakaian kontrasepsi ≤5
tahun dapat meningkatkan risiko 7,82 kali untuk mengalami keluhan kesehatan
subjektif dibandingkan lama pemakaian kontrasepsi >5 tahun.32
Penelitian yang
dilakukan Ratrianto (2014) menyatakan adanya hubungan antara efek samping
kontrasepsi dengan skor kecemasan akseptor kontrasepsi suntik, dimana 39,2%
subjek mengalami efek samping kontrasepsi suntik seperti peningkatan berat badan,
gangguan haid, dan osteoporosis merasakan kecemasan.33
Hasil penelitian Polimpung
(2013) menemukan adanya hubungan dan pengaruh yang signifikan antara stres,
depresi, dan kecemasan terhadap volume saliva yaitu dengan meningkatnya stres,
depresi, dan kecemasan akan menyebabkan penurunan volume saliva. Hal ini
disebabkan oleh keadaan emosional dari sistem saraf otonom dan menghalangi sistem
saraf simpatis dalam sekresi saliva.21
Tetapi pada penelitian ini, peneliti tidak
mempertimbangkan kondisi psikologis subjek dengan lama pemakaian kontrasepsi
yang mana hal ini merupakan kekurangan peneliti pada penelitian ini.
Pada perbedaan rata-rata pH saliva pada pengguna kontrasepsi suntik lebih
tinggi yaitu 7,63 ± 0,12 daripada rata-rata pH saliva pada pengguna AKDR yaitu 7,32
± 0,82 dengan hasil analisis tidak terdapat perbedaan signifikan (p=0,97). Sedangkan
perbedaan rata-rata kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik lebih
tinggi yaitu 8,09 ± 1,97 daripada rata-rata kapasitas buffer saliva pada pengguna
AKDR yaitu 6,90 ± 3,52 (Tabel 1). Kategori rata-rata pH saliva yang didapat pada
penelitian ini sama dengan hasil penelitian Handajani (2010) yaitu normal (6,8-7,8)
Universitas Sumatera Utara
36
dengan nilai rata-rata 6,92 ± 0,18. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan pada pH saliva antara lain rata-rata kecepatan aliran saliva, mikoorganisme
rongga mulut, dan kapasitas buffer saliva.10
Peningkatan aliran saliva yang terjadi karena rangsangan mekanik, kimiawi,
neural, psikis dan patologis akan meningkatkan susunan kuantitatif dan kualitatif
elektrolit dalam saliva sehingga mempengaruhi kapasitas buffer dan pH saliva,
dimana pada penelitian ini dirangsang secara mekanik dengan pengunyahan permen
karet paraffin. Andayani (2016) menyatakan bahwa kecepatan aliran saliva
terstimulasi dengan pengunyahan permen karet paraffin menunjukkan peningkatan,
sehingga dapat disimpulkan nilai pH terstimulasi juga meningkat.34
Hubungan laju alir dan pH saliva pada kontrasepsi suntik adalah korelasi
positif sedang (r = +0,56) dengan p = 0,06 > 0,05 dan hubungan laju alir dan pH
saliva pada AKDR adalah korelasi positif rendah (r = +0,32) dengan p = 0,32 > 0,05
dimana laju alir saliva meningkat, maka pH saliva cenderung meningkat dengan
hubungan yang terjadi antara laju alir dan pH saliva tidak signifikan (Tabel 2). Sauer
(2000) mengemukakakan bahwa kenaikan pH dapat terjadi bila ada kenaikan sekresi
saliva karena adanya peningkatan bikarbonat yang berbanding lurus dengan
kecepatan sekresi saliva.1
Hubungan laju alir dan kapasitas buffer saliva pada kontrasepsi suntik adalah
korelasi negatif sangat rendah (r = -0,10) dengan p = 0,75 > 0,05 dimana laju alir
saliva meningkat, maka kapasitas buffer saliva cenderung menurun dengan hubungan
yang terjadi tidak signifikan. Hubungan laju alir dan kapasitas buffer saliva AKDR
adalah korelasi positif sangat rendah (r = +0,19) dengan p = 0,55 > 0,05 dimana laju
alir saliva meningkat, maka kapasitas buffer saliva cenderung meningkat dengan
hubungan yang terjadi tidak signifikan (Tabel 3). Indriana (2011) mengemukakan
kapasitas buffer saliva tergantung pada konsentrasi bikarbonat hal itu berkorelasi
dengan laju aliran saliva, pada saat laju aliran saliva menurun cenderung untuk
menurunkan kapasitas buffer.35
Hubungan pH dan kapasitas buffer saliva pada kontrasepsi suntik adalah
korelasi negatif sangat rendah (r = -0,09) dengan p = 0,77 > 0,05 dimana pH saliva
Universitas Sumatera Utara
37
meningkat, maka kapasitas buffer saliva cenderung menurun dengan hubungan yang
terjadi tidak signifikan. Hubungan pH dan kapasitas buffer saliva AKDR adalah
korelasi positif sedang (r = +0,67) dengan p = 0,02 < 0,05 dimana pH saliva
meningkat, maka kapasitas buffer saliva cenderung meningkat dengan hubungan yang
terjadi signifikan (Tabel 4). Kapasitas buffer saliva tergantung pada kadar ion
bikarbonat, ion fosfat dan protein. Ion bikarbonat (HCO3-) merupakan komponen
utama buffer yang efektif menjaga pH saliva tetap normal. Karena bikarbonat adalah
penentu utama kapasitas buffer maka terdapat hubungan antara pH, tingkat sekresi
dan kapasitas buffer saliva.14
Naveen dkk (2013) menyatakan bahwa terdapat penurunan pada pH dan
kapasitas bufer saliva karena menurunnya konsentrasi ion plasma HCO3- dan
peningkatan konsentrasi α-amilase.36
Pernyataan Naveen dkk (2013) diperkuat
dengan hasil penelitian Handajani (2014) menunjukkan kadar α-amilase saliva
meningkat pada wanita pemakai kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal diduga
dapat mempengaruhi sistem saraf autonom (ANS), sedangkan ANS memainkan peran
yang kuat dalam sekresi α-amilase saliva (SAA), dengan kontribusinya melalui
mekanisme α dan β-adrenergik. Keadaan tersebut juga diketahui pada manusia bahwa
keadaan pubertas, kehamilan dan kontrasepsi hormonal dapat ditandai adanya
peningkatan kadar hormon steroid dalam plasma selanjutnya dapat dideteksi di dalam
cairan sulkus gingival dan saliva. Mekanisme efek kontrasepsi hormonal terhadap
peningkatan kadar α-amilase saliva diduga karena pada pemakai kontrasepsi
hormonal terjadi peningkatan kadar kortisol. Peningkatan kortisol ini diduga
mempengaruhi sistem saraf simpatis melalui reseptor α dan β-adrenergik untuk
meningkatkan sekresi saliva. α-amilase diproduksi oleh sel-sel asinar serous dari
kelenjar parotis dan submandibularis. Protein tersebut merupakan protein saliva
utama yang tampak sebagai sejumlah isoenzim. α-amilase saliva berperan penting
dalam kolonisasi dan metabolisme Streptococcus, yang mengarah pada pembentukan
plak dan karies karena α-amilase saliva telah diidentifikasi membentuk aquired
pellicle pada permukaan gigi, sehingga dapat bertindak sebagai reseptor untuk adesi
mikroorganisme pada permukaan gigi. Meningkatnya kecenderungan aktivitas enzim
Universitas Sumatera Utara
38
ini dapat menyebabkan substitusi mikroorganisme meningkat dan pH saliva
berkurang.37
Kapasitas buffer saliva terutama ditentukan oleh kandungan bikarbonat,
sedangkan fosfat, protein, ammonia dan urea merupakan tambahan sekunder pada
kapasitas buffer. Bikarbonat merupakan komponen organik utama dalam saliva yang
berpengaruh terhadap peningkatan pH. Kemampuan buffer saliva ditentukan oleh
85% konsentrasi bikarbonat, 14% ditentukan oleh konsentrasi fosfat dan 1% oleh
protein saliva.38
Penurunan pH yang terjadi dikaitkan dengan efek hormon
progesteron, dimana progesteron meningkatkan sensitivitas sistem respirasi terhadap
CO2 sehingga terjadi hiperventilasi ringan. Untuk menjaga keseimbangan asam basa
di dalam tubuh, ginjal menurunkan nilai ambang bikarbonat plasma sehingga terjadi
perubahan kapasitas buffer di seluruh cairan tubuh, termasuk saliva sehinga terjadi
penurunan pH dan kapasitas buffer saliva.39
pH dan kapasitas buffer saliva dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang
disebabkan oleh irama cyrcadian, diet dan rangsangan terhadap perangsangan
kecepatan sekresi saliva. Diet yang memengaruhi kapasitas buffer saliva adalah diet
kaya karbohidrat karena mampu menurunkan kapasitas buffer saliva dengan
meningkatkan metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri rongga mulut,
sedangkan diet kaya serat dan diet kaya protein mempunyai efek meningkatkan buffer
saliva dimana protein sebagai sumber makanan bakteri meningkatkan sekresi zat-zat
basa seperti amonia. Kekurangan peneliti pada penelitian ini tidak menanyakan
kepada subjek berkaitan dengan diet, sedangkan diet merupakan salah satu faktor
yang memengaruhi pH dan kapasitas buffer saliva.40
Hipotesis penelitian mengenai perbedaan rata-rata laju alir, pH dan kapasitas
buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR (Tabel 1) ditolak karena
tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Walaupun ada perubahan terhadap nilai
rata-rata laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik
dan AKDR, namun secara statistik perbedaan tersebut tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
39
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada pengguna kontrasepsi suntik rata-rata laju alir saliva yaitu 2,10 ± 0,75
ml/menit, pH saliva yaitu 7,63 ± 0,12, kapasitas buffer saliva yaitu 8,09 ± 1,97. Pada
pengguna AKDR rata-rata laju alir saliva yaitu 2,26 ± 0,46 ml/menit, pH saliva yaitu
7,32 ± 0,82, kapasitas buffer saliva yaitu 6,90 ± 3,52. Berdasarkan hasil uji statisktik
menggunakan uji T tidak berpasangan tidak terdapat perbedaan rata-rata yang
signifikan dari laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi
suntik dan AKDR (p>0,05).
2. Hubungan laju alir dan pH saliva pada pengguna kontrasepsi suntik
memiliki korelasi positif sedang, sedangkan pada AKDR memiliki korelasi positif
rendah. Secara statistik, tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap laju alir
dan pH saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
3. Hubungan laju alir dan kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi
suntik memiliki korelasi negatif sangat rendah, sedangkan pada AKDR memiliki
korelasi positif sangat rendah. Secara statistik, tidak terdapat hubungan yang
signifikan terhadap laju alir dan kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi
suntik dan AKDR.
4. Hubungan pH dan kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik
memiliki korelasi negatif sangat rendah, sedangkan pada AKDR memiliki korelasi
positif sedang. Secara statistik, tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap pH
dan kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan terdapat hubungan
yang signifikan pada pengguna AKDR.
Universitas Sumatera Utara
40
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disarankan:
1. Penelitian lebih lanjut mengenai perbedan laju alir, pH dan kapasitas buffer
saliva antara wanita pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR dengan melihat lama
pemakaian kontrasepsi.
2. Penelitian lebih lanjut mengenai perbedan laju alir, pH dan kapasitas buffer
saliva antara wanita pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR dengan
mempertimbangkan asupan makanan (diet) subjek penelitian dan makanan yang
dikonsumsi subjek sebelum pengambilan sampel saliva.
Universitas Sumatera Utara
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Handajani J, Puspita RM, Amelia R. Pemakaian kontrasepsi pil dan suntik
menaikkan pH dan volume saliva. dentika Dent J 2010; 15(1): 1-5.
2. Sety LM. Jenis pemakaian kontrasepsi hormonal dan gangguan menstruasi di
wilayah kerja puskesmas. Jurnal Kesehatan 2014; 5(1): 60-6.
3. Adiesti F. Hubungan usia dengan pemilihan kontrasepsi suntik tahun 2016 di bps
“farida yuliani, s.st. m.kes.” desa gayaman moyoanyar-mojokerto. Prosiding
Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Mojokerto, 2017;
1: 282-7.
4. Puspitasari D, Winarni E. Policy brief 3: kajian implementasi kebijakan
penggunaan kontrasepsi IUD. Pusat Penelitian dan Pengembagan KB-KS
BKKBN 2011: 1-3.
5. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI 2017. Data dan informasi
profil kesehatan indonesia 2017. Jakarta; 2017; 85.
6. Darmawati. Faktor-faktor yang mempengaruhi wanita usia subur memilih
kontrasepsi suntik. Idea Nursing Journal 2017; 2(3): 153-8.
7. Berkovitz B, Moxham B, Linden R, Sloan A. Master dentistry.3rd ed. London:
Elsevier, 2011: 79-82.
8. Holsinger FC, Bui DT. Anatomy, function, and evaluation of the salivary glands.
Salivary Glands Disorder, 2007: 11-2.
9. Almeida PDV, Gregio AMT, Machado MAN, at al. Saliva composition and
functions: a comprehensive review. J Contemp Dent Pract 2008; 9(3): 2-10.
10. Hamrun N, Fitriani, Amalia R. Gambaran status gingiva, kebersihan mulut, pH,
dan volume saliva pada pemakai kontrasepsi hormonal di kecamatan
mappakasunggu kabupaten takalar. Jurnal PDGI 2016; 65(3): 78-82.
11. Senawa WA, Wowor VNS, Juliatri. Penilaian risiko karies melalui pemeriksan
aliran dan kekentalan saliva pada pengguna kontrasepsi suntik di kelurahan banjer
kecamatan tikala. Jurnal e-Gigi 2015; 3(1):162-9.
Universitas Sumatera Utara
42
12. Pinem S. Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: CV Trans Info Media,
2009: 255-6, 263, 269, 274-6, 280, 282, 287, 292, 297.
13. Everett S. Kontrasepsi dan kesehatan seksual reproduktif. Alih bahasa: Nike
Budhi S. Jakarta: EGC, 2007: 59, 119, 170, 184.
14. Kasuma N. Fisiologi dan patofisiologi saliva. Padang: Andalas University Press,
2015: 1-19.
15. Jose M. Essentials of oral biology. New Delhi: CBS Publishers, 2010: 284-7.
16. Lingström P, Moynihan P. Nutrition, saliva, and oral health. Elsevier. 2003;
19(6): 567-9.
17. Baliga S, Muglikar S, Kale R. Salivary pH: a diagnostic biomarker. J Indian Soc
Periodontol 2013; 17(4): 461-5.
18. Zolotukhin S. Metabolic hormones in saliva: origins and functions. Oral Dis
2013; 19(3): 219-29.
19. Grover MC, More VP, Singh N, Grover S. Crosstalk between hormones and oral
health in the mid-life of woman: a comprehensive review. J Int Soc Prevent
Communit Dent 2014; 4(4):5-10.
20. Rahmanisa S. Steroid sex hormone and it’s implementation to reproductive
function. JUKE 2014; 4(7): 97-105.
21. Polimpung JAF, Pratiwi R. Pengaruh stres, depresi, dan kecemasan terhadap
volume saliva pada mahasiswa preklinik fakultas kedokteran gigi universitas
hasanuddin. Makassar Dental Journal 2013; 2(3): 114-8.
22. McDowell I. Measuring health: a guide to rating scales and questionnaires. 3rd
ed.
New York: Oxford University Press, Inc; 2006: 578-9.
23. Putri RME, Restadiamawati. Pengaruh pemakaian kontrasepsi pil oral kombinasi
terhadap pH dan volume saliva serta angka leukosit cairan sulkus gingiva. MMM
2015; 4(2):130-43.
24. Guncu GN, Tozum TF. Effects of endogenous sex hormones on the
periodontium-review of literarure. Australian Dental Journal 2005; 50(3): 138-45.
25. Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s clinical
periodontology. 12th
ed. St. Louis: Elsevier Saunders; 2015: 189.
Universitas Sumatera Utara
43
26. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 8th
ed. Jakarta: EGC; 2014:
705-14, 736-47.
27. Creanor S. Essential clinical oral biology. West Sunsex: John Wiley & Sons Ltd;
2016: 100.
28. Nugrahaeni DK. Konsep dasar epidemiologi. Jakarta: EGC; 2011: 136.
29. Noor NN. Epidemiologi. Ed 2. Jakarta: Rineka Cipta, 2014: 208-9.
30. Wong DT. Salivary diagnostic. USA: Willey-Blackwell; 2008: 39-42.
31. Hervina. Peningkatan kadar bikarbonat (HCO3-) saliva akibat stimulasi mekanis
dan kimia. Dalam: Universitas Mahasaraswati Press. Prosiding Seminar Nasional
Hasil Penelitian Inovasi IPTEKS Perguruan TInggi Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat. Denpasar, 2016: 37-43..
32. Kusuma N. Hubungan antara metode dan lama pemakaian dengan keluhan
kesehatan subyektif pada akseptor. Jurnal Berkala Epidemiologi 2016; 4(2): 164-
75.
33. Ratrianto WE. Hubungan antara efek samping kb dengan skor kecemasan
akseptor kb suntik 3 bulan di puskesmas kebonsari madiun. Naskah Publikasi
Universitas Muhammadiyah Surkarta. Surakarta 2014.
34. Andayani R, Sunnati, Sholiha A. Perbedaan laju aliran saliva terstimulasi antara
pengunyahan parafin wax dengan permen karet xylitol pada pasien terindikasi
gerd. J Odonto Dent 2016; 3(2): 105-10.
35. Indriana T. Perbedaan laju aliran saliva dan pH karena pengaruh stimulus kimiawi
dan mekanis. J Kedokt Meditek 2011; 17 (44): 1-5.
36. Naveen S, Asha ML, Shubha G, Bajoria AA, Jose AA. Salivary flow rate, pH and
buffering capacity in pregnant and non pregnant women – a comparative study.
JNDA 2013; 13(2): 84-9.
37. Handajani J, Puspita RM, Amelia R. Kontrasepsi hormonal meningkatkan kadar
α-amylase saliva. Maj Ked Gi 2014; 21(1): 39-46.
38. Suryadinata A. Kadar bikarbonat saliva penderita karies dan bebas karies. Saintis
2012; 1(1): 35-42.
Universitas Sumatera Utara
44
39. Assandi P. Hubungan pH saliva dengan karies pada kehamilan trimester pertama
dan kedua. Jurnal Media Medika Muda 2013; 2(1).
40. Amarongen, A.V.N. Ludah dan kelenjar ludah arti bagi kesehatan gigi. Cetakan
ke 2. Diterjemahkan Abyono R dan Suryo S. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press, 1991: 20.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1: SKEMA ALUR PIKIR
1. Kontrasepsi adalah segala macam alat atau cara yang digunakan oleh satu
pihak atau kedua belah pihak untuk menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan sel sperma dan sel telur yang sudah
matang. (Handajani J, 2010)
2. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
memprioritaskan penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
sebagai strategi dalam meningkatkan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
(MKJP). AKDR dianggap efektif karena merupakan kontrasepsi jangka
panjang yang ideal dalam menjarangkan kehamilan. (Puspitasari D, 2011)
3. Menurut data Statistik Rutin BKKBN tahun 2017 diperoleh data bahwa
peserta keluarga berencana (KB) yang baru menggunakan kontrasepsi di
Sumatera Utara pada tahun 2016 peserta suntik menduduki peringkat
pertama sebanyak 119.723 peserta (34,15%). (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2017)
4. Penggunaan kontrasepsi hormonal dapat mengubah kadar kortisol saliva.
Perubahan kadar kortisol saliva memengaruhi fungsi dari sel ataupun
jaringan dari kelenjar saliva sehingga akan mengubah jumlah sekresi saliva.
Hal ini akan mengakibatkan berubahnya laju alir, pH, dan kapasitas buffer
saliva. (Handajani J, 2010)
5. Stimulasi, psikis, irama siang dan malam, penyakit sistemik tertentu, usia,
medikasi, dan perubahan hormonal merupakan hal yang berpengaruh
terhadap sekresi saliva. Perubahan hormonal terjadi pada saat wanita
mengalami menstruasi, kehamilan, pubertas dan adanya penggunaan
kontrasepsi. (Almeida, 2008)
Universitas Sumatera Utara
Rumusan Masalah
1. Berapa rata-rata nilai laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada pengguna
kontrasepsi suntik?
2. Berapa rata-rata nilai laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada pengguna
AKDR?
3. Apakah ada hubungan laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada pengguna
kontrasepsi suntik dan AKDR?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui rata-rata nilai laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada
pengguna kontrasepsi suntik.
2. Untuk mengetahui rata-rata nilai laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada
pengguna AKDR.
3. Untuk menganalisa hubungan laju alir, pH dan kapasitas buffer saliva pada
pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
Hipotesa Penelitian
H1 = Terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan dari laju alir, pH dan
kapasitas buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
H2 = Terdapat hubungan yang signifikan terhadap laju alir, pH dan kapasitas
buffer saliva pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
1. Sebagai data awal pengaruh kontrasepsi suntik dan AKDR terhadap laju alir,
nilai pH, dan kapasitas buffer saliva untuk perkembangan ilmu pengetahuan
kedokteran gigi, khususnya Biologi Oral.
2. Sebagai data dan informasi mengenai efek kontrasepsi suntik dan AKDR
terhadap laju alir, nilai pH, dan kapasitas buffer saliva.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini akan memberikan masukan bagi tenaga kesehatan gigi
tentang laju alir, nilai pH, dan kapasitas buffer saliva serta efeknya terhadap
rongga mulut pada pengguna kontrasepsi suntik dan AKDR.
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2: SKEMA ALUR PENELITIAN
Populasi
Mencari subjek berdasarkan
kriteria inklusi dan eksklusi
dari populasi penelitian
Subjek mengisi kuesioner
Memberikan informed
consent kepada subjek yang
terpilih untuk meminta
kesediaan subjek
berpartisipasi dalam
penelitian dengan
memberikan lembar
penjelasan kepada calon
subjek penelitian dan lembar
persetujuan
Persiapan penelitian
Pengambilan sampel saliva
Universitas Sumatera Utara
Pengukuran laju alir, pH dan
kapasitas buffer saliva
Pengumpulan data
Analisis data
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3:
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Kepada Yth:
Saudari/ Ibu,
Bersama ini saya, Muthia Savira yang sedang menjalani program pendidikan
sarjana pada Fakultas Kedokteran Gigi USU, memohon kesediaan saudari/ ibu untuk
berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul “PERBEDAAN LAJU
ALIR, VOLUME, NILAI pH, dan KAPASITAS BUFFER SALIVA ANTARA
WANITA PENGGUNA KONTRASEPSI HORMONAL dan NON
HORMONAL”
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaandarilaju alir,
volume, pH dan kapasitas buffer air liur pada pengguna kontrasepsi hormonal dan
non hormonal.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi mengenai efek
kontrasepsi hormonal dan non hormonal terhadap laju alir, volume, nilai pH, dan
kapasitas buffer air liur.
Laju aliran air liur merupakan parameter yang menggambarkan normal,
tinggi, rendah atau sangat rendahnya aliran air liur yang dinyatakan dalam satuan
ml/menit. Perubahan laju alir air liur dapat menyebabkan perubahan pH dan kapasitas
buffer yang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah perubahan
hormonal dikarenakan pemakaian kontrasepsi hormonal. Perubahan laju alir air liur
akibat pemakaian kontrasepsi hormonal memengaruhi ada atau tidaknya gangguan
fungsi air liur dalam mulut.
Proses penelitian memerlukan kerjasama yang baik dari saudari/ ibu untuk
meluangkan sedikit waktunya. Dalam penelitian ini saudari/ibu akan melakukan :
1. Wawancara dan pengisian kuesioner.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengisian lembar persetujuan (informed consent).
3. Mengunyah permen karet paraffin dan melakukan pengambilan air liur.
Adapun ketidaknyamanan saudari/ibu yang dialami dalam prosedur penelitian
yaitu rasa tidak nyaman saat mengunyah permen karet paraffin dan pengambilan air
liur. Keuntungan menjadi subjek penelitian yaitu mengetahui efek kontrasepsi
hormonal dan non hormonal terhadap laju alir, volume, nilai pH, dan kapasitas buffer
pada air liur saudari/ ibu.
Partisipasi saudari/ibu bersifat sukarela tanpa paksaan. Setiap data yang ada
dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan penelitian.
Untuk penelitian ini, saudari/ibu tidak dikenakan biaya apapun. Bila saudari/ ibu
membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya :
Nama : Muthia Savira
Alamat : Jl. Karya Jaya Komp. Kencana Asri Blok 1 No. 54 Medan
No, HP : 0811602704
Jika saudari/ibu bersedia, Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian
terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat
ketersediaan tersebut tidak mengikat dan saudari/ibu dapat mengundurkan diri dari
penelitian ini selama penelitian berlangsung.
Terimakasih saya ucapkan kepada saudari/ibu yang telah ikut berpartisipasi
pada penelitian ini. Keikutsertaan saudari/ibu dalam penelitian ini akan
menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Medan, Maret 2018
Peneliti,
Muthia Savira
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4:
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama :
Usia :
Alamat :
No. Telp/HP :
Setelah mendapatkan penjelasan tentang penelitian ini,
JudulPenelitian : Perbedaan Laju Alir, Volume, Nilai pH, dan Kapasitas
Buffer Saliva Antara Wanita Pengguna Kontrasepsi
Hormonal dan Non Hormonal
Nama Peneliti : Muthia Savira
NIM : 140600046
Fakultas : Fakultas Kedokteran Gigi USU
Dengan ini saya mengakui bahwa saya memahami sepenuhnya tentang penelitian ini,
dan bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela, tanpa paksaan. Saya
mengerti bahwa saya telah dijamin terhadap setiap kerugian yang timbul. Nama saya
tidak akan diumumkan dan akan diperlakukan secara rahasia oleh peneliti.
Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat digunakan sepenuhnya.
Medan, ..... Maret 2018
Yang Menyetujui,
( )
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5: KUESIONER
DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBEDAAN LAJU ALIR, VOLUME, NILAI pH, DAN KAPASITAS
BUFFER SALIVA ANTARA WANITAPENGGUNA KONTRASEPSI
HORMONAL DAN NON HORMONAL
No :
Tanggal :
Nama :
Usia :
Alamat :
No. Telp/HP :
Kondisi Emosional :
Sumber: McDowell, 2006.
Keterangan:
Poin 1, 2, dan 3 menunjukkan perasaan positif seperti bahagia, gembira, sehat.
Poin 4 menunjukkan diantara perasaan positif maupun negatif seperti tidak
bahagia ataupun sedih.
Poin 5, 6, dan 7 menunjukkan perasaan negatif seperti sedih, murung, sakit.
Universitas Sumatera Utara
1. Apakah anda menggunakan kontrasepsi?
a. Ya
b. Tidak
2. Kontrasepsi jenis apa yang anda gunakan?
a. Kontrasepsi Suntik
b. IUD / Spiral / Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
3. Berapa lama anda sudah menggunakan kontrasepsi?
a. Lebih dari 3 bulan
b. Kurang dari 3 bulan
4. Apakah anda sedang mengalami menstruasi?
a. Ya
b. Tidak
5. Apakah anda dalam masa menyusui bayi anda?
a. Ya
b. Tidak
6. Apakah anda memiliki penyakit sistemik (mis: gula, darah tinggi) ?
a. Ya, sebutkan:
b. Tidak
7. Apakah anda mengonsumsi obat-obatan secara rutin (mis:obat antihistamin,
obat antihipertensi, obat antidepresan)?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anda menggunakan gigi palsu?
a. Ya
b. Tidak
9. Apakah anda merokok?
a. Ya
b. Tidak
Universitas Sumatera Utara
10. Apakahandamenyirih?
a. Ya
b. Tidak
11. Apakah anda peminum alkohol?
a. Ya
b. Tidak
Berdasarkan jawaban dari pertanyaan diatas, maka subjek dapat dijadikan sebagai
sampel penelitian. (Ya/Tidak)
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6: LEMBAR PENGAMATAN SAMPEL
DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBEDAAN LAJU ALIR, VOLUME, NILAI pH, DAN KAPASITAS
BUFFER SALIVA ANTARA WANITAPENGGUNA KONTRASEPSI
HORMONAL DAN NON HORMONAL
No :
Tanggal :
A. Identitas Pasien
Nama :
Usia :
Alamat :
No Telp/HP :
B. Pemeriksaan Saliva
1. Laju alir saliva
Kriteria laju alir saliva yang distimulasi:
Kriteria Laju alir saliva (ml/ menit)
Normal 1-3
Rendah 0,7-1
Hiposalivasi <0,7
Laju alir saliva sampel : ml/ menit
Kriteria pada sampel : Normal/ Rendah/ Hiposalivasi
Universitas Sumatera Utara
2. Volume saliva
Volume saliva sampel : __________ml/hari
Kriteria pada sampel : Normal/Rendah/Hiposalivasi
3. pH saliva
Nilai pH :
Kriteria Nilai pH
Normal 6,8-7,8
Asam 6,0-6,6
Sangat Asam 5,0-5,8
Nilai pH pada sampel :
Kriteria pada sampel : Normal/ Asam/ Sangat Asam
4. Kapasitas buffer saliva
Kriteria kapasitas buffersaliva:
a. Hijau = 4 point
b. Biru kehijauan = 3 point
c. Biru = 2 point
d. Merah kebiruan = 1 point
e. Merah = 0 point
Hasil pengukuran berdasarkan indikator GC Saliva Check Buffer(perjumlahan
dari 3 pad pada strip buffer).
Kriteria Kapasitas Buffer
Sangat Rendah 0-5
Rendah 6-9
Normal 10-12
Kapasitas buffer pada sampel :
Kriteria pada sampel : Sangat Rendah/ Rendah/ Normal
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 8: LEMBAR HASIL PENELITIAN
No. Kontrasepsi Usia Laju Alir
(ml/menit) pH Kapasitas Buffer
1 Suntik 36 tahun Normal (1) Normal (7.6) Rendah (9)
2 Suntik 34 tahun Normal (1) Normal (7.6) Rendah (9)
3 Suntik 28 tahun Normal (2) Normal (7.6) Rendah (7)
4 Suntik 27 tahun Normal (2,5) Normal (7.8) Rendah (8)
5 Suntik 30 tahun Normal (3) Normal (7.8) Rendah (8)
6 Suntik 25 tahun Normal (3) Normal (7.8) Rendah (7)
7 Suntik 40 tahun Normal (2) Normal (7.6) Normal (11)
8 Suntik 30 tahun Normal (2,5) Normal (7.6) Sangat Rendah
(4)
9 Suntik 33 tahun Normal (1,5) Normal (7.6) Rendah (7)
10 Suntik 36 tahun Normal (1,7) Normal (7.4) Rendah (8)
11 Suntik 36 tahun Normal (3) Normal (7.6) Normal (11)
12 AKDR 29 tahun Normal (2) Normal (7,8) Normal (12)
13 AKDR 40 tahun Normal (1,7) Normal (7,8) Rendah (8)
14 AKDR 33 tahun Normal (3) Normal (7,8) Rendah (6)
15 AKDR 40 tahun Normal (2) Normal (7,6) Sangat Rendah
(4)
16 AKDR 39 tahun Normal (3) Normal (7,6) Normal (11)
17 AKDR 40 tahun Normal (2,5) Asam (6,4) Sangat Rendah
(4)
18 AKDR 39 tahun Normal (2,5) Normal (7,8) Rendah (9)
19 AKDR 37 tahun Normal (2) Normal (7,6) Normal (11)
20 AKDR 36 tahun Normal (2) Normal (7,2) Sangat Rendah
(5)
21 AKDR 33 tahun Normal (1,7) Sangat Asam
(5,2)
Sangat Rendah
(1)
22 AKDR 34 tahun Normal (2,5) Normal (7,8) Sangat Rendah
(5)
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN 9: LEMBAR PENGOLAHAN DATA
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
:Laju Alir Kontrasepsi .154 11 .200* .904 11 .206
Laju Alir Kontrasepsi Hormonal .154 11 .200* .904 11 .206
Laju Alir Kontrasepsi Non Hormonal .260 11 .036 .878 11 .097
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Diketahui:
Data laju alir kontrasepsi hormonal dan non hormonal terdistribusi normal
dimana nilai pada Sig. Saphiro Wilk (jumlah sampel <50) adalah >0,05
sehingga uji yang dipakai selanjutnya adalah uji T-independent.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pH Kontrasepsi .346 11 .001 .774 11 .004
pH Kontrasepsi Hormonal .346 11 .001 .774 11 .004
pH Kontrasepsi Non Hormonal .357 11 .000 .653 11 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Diketahui:
Data pH kontrasepsi hormonal dan non hormonal tidak terdistribusi normal
dimana nilai pada Sig. Saphiro Wilk (jumlah sampel <50) adalah <0,05
sehingga uji yang dipakai selanjutnya adalah uji Mann-Whitney.
Universitas Sumatera Utara
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kapasitas Buffer Kontrasepsi .199 11 .200* .921 11 .323
Kapasitas Buffer Kontrasepsi
Hormonal
.199 11 .200* .921 11 .323
Kapasitas Buffer Kontrasepsi Non
Hormonal
.160 11 .200* .942 11 .540
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Diketahui:
Data kapasitas buffer kontrasepsi hormonal dan non hormonal terdistribusi
normal dimana nilai pada Sig. Saphiro Wilk (jumlah sampel <50) adalah
>0,05 sehingga uji yang dipakai selanjutnya adalah uji T-independent.
UJI T TIDAK BERPASANGAN
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
:Laju Alir
Kontrasepsi
Hormonal 11 2.1091 .75559 .22782
Non Hormonal 11 2.2636 .46534 .14031
Diketahui:
Rata-rata laju alir saliva pada hormonal 2,10 dengan standar deviasi 0,75.
Sementara rata-rata laju alir saliva pada non hormonal 2,26 dengan standar
deviasi 0,46.
Universitas Sumatera Utara
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
95%
Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Laju Alir
Kontrasepsi
Equal
variances
assumed
3.265 .086 -.578 20 .570 -
.15455
.26756 -
.71266
.40357
Equal
variances
not
assumed
-.578 16.632 .571 -
.15455
.26756 -
.71999
.41090
Diketahui:
Diketahui nilai p untuk laju alir saliva adalah p = 0,57 > 0,05, maka tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dari laju alir saliva kontrasepsi hormonal
dan non hormonal.
Group Statistics
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Kapasitas Buffer
Kontrasepsi
Hormonal 11 8.0909 1.97254 .59474
Non Hormonal 11 6.9091 3.53425 1.06562
Diketahui:
Rata-rata kapasitas buffer saliva pada hormonal 8,09 dengan standar deviasi
1,97. Sementara rata-rata kapasitas buffer saliva pada non hormonal 6,90
dengan standar deviasi 3,52.
Universitas Sumatera Utara
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. T df Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Kapasitas
Buffer
Kontrasepsi
Equal
variances
assumed
6.404 .020 .968 20 .344 1.1818
2
1.2203
5
-
1.36379
3.7274
3
Equal
variances
not
assumed
.968 15.6
79
.348 1.1818
2
1.2203
5
-
1.40952
3.7731
6
Diketahui:
Nilai p untuk kapasitas buffer saliva adalah p = 0,34 > 0,05, maka tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dari kapasitas buffer saliva kontrasepsi
hormonal dan non hormonal.
UJI MANN-WHITNEY
Descriptives
Statistic Std. Error
pH Kontrasepsi
Mean 7.6364 .03636
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 7.5553
Upper Bound 7.7174
5% Trimmed Mean 7.6404
Median 7.6000
Variance .015
Std. Deviation .12060
Minimum 7.40
Universitas Sumatera Utara
Maximum 7.80
Range .40
Interquartile Range .20
Skewness -.028 .661
Kurtosis .412 1.279
pH Kontrasepsi
Hormonal
Mean 7.6364 .03636
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 7.5553
Upper Bound 7.7174
5% Trimmed Mean 7.6404
Median 7.6000
Variance .015
Std. Deviation .12060
Minimum 7.40
Maximum 7.80
Range .40
Interquartile Range .20
Skewness -.028 .661
Kurtosis .412 1.279
pH Kontrasepsi Non
Hormonal
Mean 7.3273 .24757
95% Confidence
Interval for Mean
Lower Bound 6.7757
Upper Bound 7.8789
5% Trimmed Mean 7.4192
Median 7.6000
Variance .674
Std. Deviation .82109
Minimum 5.20
Maximum 7.80
Range 2.60
Interquartile Range .60
Skewness -2.172 .661
Kurtosis 4.499 1.279
Diketahui:
Rata-rata pH saliva pada hormonal 7,63 dengan standar deviasi 0,12.
Sementara rata-rata pH saliva pada non hormonal 7,32 dengan standar deviasi
0,82.
Universitas Sumatera Utara
Test Statisticsa
pH Kontrasepsi
Mann-Whitney U 60.000
Wilcoxon W 126.000
Z -.035
Asymp. Sig. (2-tailed) .972
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000b
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
Diketahui:
Nilai p untuk pH saliva adalah p = 0,97 > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan
yang signifikan dari pH saliva kontrasepsi hormonal dan non hormonal.
UJI KORELASI PEARSON
Correlations
Laju Alir
Kontrasepsi
Hormonal
pH
Kontrasepsi
Hormonal
Laju Alir Kontrasepsi
Hormonal
Pearson Correlation 1 .567
Sig. (2-tailed) .069
N 11 11
pH Kontrasepsi
Hormonal
Pearson Correlation .567 1
Sig. (2-tailed) .069
N 11 11
Diketahui:
Korelasi laju alir – pH kontrasepsi hormonal adalah r = 0,56 dengan p = 0,69
> 0,05 maka korelasi berbanding lurus dengan tidak terdapat hubungan yang
signifikan dari laju alir dan pH saliva kontrasepsi hormonal.
Universitas Sumatera Utara
Correlations
Laju Alir
Kontrasepsi
Hormonal
Kapasitas
Buffer
Kontrasepsi
Hormonal
Laju Alir Kontrasepsi
Hormonal
Pearson Correlation 1 -.108
Sig. (2-tailed) .752
N 11 11
Kapasitas Buffer
Kontrasepsi
Hormonal
Pearson Correlation -.108 1
Sig. (2-tailed) .752
N 11 11
Diketahui:
Korelasi laju alir – kapasitas buffer kontrasepsi hormonal adalah r = -0,10
dengan p = 0,75 > 0,05 maka korelasi berlawanan arah dengan tidak terdapat
hubungan yang signifikan dari laju alir dan kapasitas buffer saliva kontrasepsi
hormonal.
Correlations
pH
Kontrasepsi
Hormonal
Kapasitas
Buffer
Kontrasepsi
Hormonal
pH Kontrasepsi
Hormonal
Pearson Correlation 1 -.099
Sig. (2-tailed) .771
N 11 11
Kapasitas Buffer
Kontrasepsi
Hormonal
Pearson Correlation -.099 1
Sig. (2-tailed) .771
N 11 11
Diketahui:
Korelasi pH – kapasitas buffer kontrasepsi hormonal adalah r = -0,09 dengan
p = 0,77 > 0,05 maka korelasi berlawanan arah dengan tidak terdapat
hubungan yang signifikan dari pH dan kapasitas buffer saliva kontrasepsi
hormonal.
Universitas Sumatera Utara
Correlations
Laju Alir
Kontrasepsi
Non
Hormonal
pH
Kontrasepsi
Non
Hormonal
Laju Alir Kontrasepsi
Non Hormonal
Pearson Correlation 1 .327
Sig. (2-tailed) .326
N 11 11
pH Kontrasepsi Non
Hormonal
Pearson Correlation .327 1
Sig. (2-tailed) .326
N 11 11
Diketahui:
Korelasi laju alir – pH kontrasepsi non hormonal adalah r = 0,32 dengan p =
0,32 > 0,05 maka korelasi berbanding lurus dengan tidak terdapat hubungan
yang signifikan dari laju alir dan pH saliva kontrasepsi non hormonal.
Correlations
Laju Alir
Kontrasepsi
Non
Hormonal
Kapasitas
Buffer
Kontrasepsi
Non
Hormonal
Laju Alir Kontrasepsi
Non Hormonal
Pearson Correlation 1 .198
Sig. (2-tailed) .559
N 11 11
Kapasitas Buffer
Kontrasepsi Non
Hormonal
Pearson Correlation .198 1
Sig. (2-tailed) .559
N 11 11
Diketahui:
Korelasi laju alir – kapasitas buffer kontrasepsi non hormonal adalah r = 0,19
dengan p = 0,55 > 0,05 maka korelasi berbanding lurus dengan tidak terdapat
hubungan yang signifikan dari laju alir dan kapasitas buffer saliva kontrasepsi
non hormonal.
Universitas Sumatera Utara
Correlations
pH
Kontrasepsi
Non
Hormonal
Kapasitas
Buffer
Kontrasepsi
Non
Hormonal
pH Kontrasepsi Non
Hormonal
Pearson Correlation 1 .673*
Sig. (2-tailed) .023
N 11 11
Kapasitas Buffer
Kontrasepsi Non
Hormonal
Pearson Correlation .673* 1
Sig. (2-tailed) .023
N 11 11
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Diketahui:
Korelasi pH – kapasitas buffer kontrasepsi non hormonal adalah r = 0,67
dengan p = 0,02 < 0,05 maka korelasi berbanding lurus dengan terdapat
hubungan yang signifikan dari pH dan kapasitas buffer saliva kontrasepsi non
hormonal.
Universitas Sumatera Utara
top related