perbedaan pengaruh latihan depth jump dan box …/perbedaan...perbedaan pengaruh latihan depth jump...
Post on 05-Aug-2019
245 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DEPTH JUMP DAN BOX SKIP
TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN TENDANGAN PADA
PESILAT PUTRA PERGURUAN TAPAK SUCI PUTERA
MUHAMMADIYAH KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh :
SUGITO
K5607056
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DEPTH JUMP DAN BOX SKIP
TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN TENDANGAN PADA
PESILAT PUTRA PERGURUAN TAPAK SUCI PUTERA
MUHAMMADIYAH KABUPATEN KARANGANYAR
TAHUN 2012
Oleh :
SUGITO
K5607056
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juni 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
SUGITO
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(Q.S. Al-Insyiroh ayat 5- 6)
Barangsiapa yang memberi kemudahan kepada orang lain yang sedang mengalami
kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya dunia dan akhirat.
(H.R. Bukhari Muslim)
Allah pasti memberi yang terbaik untuk kita, meskipun yang terbaik tidak selamanya
indah untuk dijalani.
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukur kepada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
PIMDA 55 Tapak Suci Kabupaten Karanganyar
Bapak dan Ibu tercinta, sebagai tanda bakti dan hormatku
Saudara-saudaraku tersayang
Ninik Ambarini, istriku tercinta yang selalu memberi motivasi
Teman-teman ku Angkatan ’07 JPOK FKIP UNS
Almamater
ABSTRAK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Sugito. K5607056. PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN DEPTH JUMP DAN
BOX SKIP TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN TENDANGAN PADA
PESILAT PUTRA PERGURUAN TAPAK SUCI PUTERA MUHAMMADIYAH
KABUPATEN KARANGANYAR 2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk Mengetahui Pengaruh
perbedaan latihan depth jump dan box skip terhadap Peningkatan Kecepatan tendangan
pada pesilat putra perguruaan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten
Karanganyar Tahun 2012. 2) Untuk Mengetahui Latihan yang lebih baik pengaruhnya
antara latihan depth jump dan box skip terhadap peningkatan kecepatan tendangan pada
pesilat Putra Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasi dalam
penelitian adalah siswa putra perguruan tapak suci putera Muhammadiyah Karanganyar.
Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji t. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling .Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 40 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan
pengukuran kecepatan tendangan dengan melakukan tendangan selama 10 detik.
Hasil penelitian: hasil penelitian ini diperoleh nilai realibilitas tes awal
kecepatan tendangan adalah 0,911 dengan kategori tinggi sekali dan nilai realibilitas tes
akhir kecepatan tendangan sebesar 0,838 dengan kategori tinggi. Uji normalitas yang
dilakukan diperoleh nilai Lhitung pada tes awal kelompok 1, tes awal kelompok 2, tes
akhir kelompok 1, dan tes akhir kelompok 2 berdistribusi normal. Dari uji homogenitas
diperoleh nilai Lhitung dari tes awal dan tes akhir lebih kecil dari Ftabel, Karena Fhitung lebih
kecil dari Ftabel maka dapat disimpulkan bahwa K1 dan K2 memiliki varians yang
homogen. Berdasarkan uji t yang di lakukan bahwa nilai t yang di peroleh sebesar
1,196, dan t tabel dengan taraf signifikasi 5% dan n = 19 sebesar 2,093, karena thitung <
ttabel, maka dapat di simpulkan bahwa kelompok I dan 2 sebelum di beri perlakuan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil pengujian perbedaan dengan
analisis statistik t – tes antara kelompok I dan kelompok 2 diperoleh nilai sebesar 4,086
dan ttabel dengan signifikan 5% sebesar 2,093, karena t hitung > ttabel, maka di simpulkan
bahwa kelompok I dan kelompok 2 setelah di beri perlakuan terdapat perbedaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
signifikan. Berdasarkan hasil perhitungan prosentase peningkatan di ketahui bahwa
kelompok I memiliki peningkatan sebesar 25,648 sedangkan kelompok 2 memiliki
penimgkatan sebesar 20,512.
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh simpulan: 1) Ada perbedaan pengaruh
yang signifikan antara latihan depth jump dan latihan box skip terhadap peningkatan
kecepatan tendangan pada pesilat putra perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Kabupaten Karanganyar Tahun 2012, 2) Latihan depth jump memiliki pengaruh yang
lebih baik daripada latihan box skip terhadap peningkatan kecepatan tendangan pada
pesilat putra perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012.
Kata kunci: Latihan depth jump dan box skip, kecepatan tendangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
ABSTRACTION
Sugito. K5607056. DIFFERENCE of INFLUENCE of PRACTICE of
DEPTH JUMP AND BOX SKIP [of] TO MAKE-UP OF SPEED of KICK [of] [AT]
PESILAT PUTRA TEACHER of HOLY TREAD HAVE CHILD
MUHAMMADIYAH of REGENCY of KARANGANYAR 2012. Skripsi. Surakarta:
Faculty of Teachership and Science of Education of University Eleven March
Surakarta, June 2012.
Target of this Research shall be as follows 1) To Know Influence of difference
of practice of depth jump and box skip to Make-Up of Speed of kick of at pesilat putra
perguruaan of Holy Tread Have Child Muhammadiyah of Regency of Karanganyar of
Year 2012 2) To Know better Practice [of] [his/its] influence between practice of depth
jump and box skip to improvement of speed of kick of at pesilat Putra Teacher of Holy
Tread Have Child Muhammadiyah of Regency of Karanganyar of Year 2012.
This research use experiment research method. Population in research is holy
student putra tread teacher have child Muhammadiyah Karanganyar. Technique analysis
data used by using test t. Intake sampel technique used by is Purposive Sampling . Sum
up sample of at this research is 40 student. Technique of date collecting used [by] [is]
tes kick speed measurement and conducted is kick of during 10 second.
Result of research: result of this research is obtained by value realibilitas tes of
early kick speed is 0,911 with high category once and assess final realibilitas tes of kick
speed of equal to 0,838 with high category. Test normalitas conducted to be obtained by
value L count of at test of early group 1, test of early group 2, final tes of group 1, and
final test of group 2 have normal distribution to. From homogeneity test obtained by
value L count from test of early and final test smaller than F table, Because F count [of]
smaller than inferential F table hence that K1 and K2 own homogeneous varians.
Pursuant to test t which is in conducting that value t which is in obtaining equal to
1,196, and t is tables of with level signification 5% and n = 19 equal to 2,093, because t
count < t table, hence earn in concluding that group I and 2 before in giving treatment
do not there are difference which signification. Pursuant to difference examination
result with statistical analysis of t - test of between group I group and 2 obtained by
value of equal to 4,086 and t table by signification 5% equal to 2,093, because t
calculate > t table, hence in concluding that group I group and 2 after in giving
treatment of there are difference which signification. Pursuant to calculation
prosentation improvement result in knowing that group I own improvement of equal to
25,648 while group 2 owning improvement of equal to 20,512.
Pursuant to result of research in obtaining the node: 1) There is difference of
influence which signification of between practice of depth jump and practice of box
skip to improvement of speed of kick at pesilat putra teacher of Holy Tread Have Child
Muhammadiyah of Regency of Karanganyar of Year 2012, 2) practice of Depth jump
own influence which better than practice of box skip to improvement of speed of kick
of pesilat putra teacher of Holy Tread Have Child Muhammadiyah of Regency of
Karanganyar of Year 2012.
Keyword: Practice of Depth jump and box skip, kick speed
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................……………………………………………… i
PERYATAAN.............................................................................................. ii
PENGAJUAN ...............................……………………………………….. iii
PERSETUJUAN .........................………………………………………… iv
PENGESAHAN ..............................……………………………………… v
MOTTO .....................…………………………………………………….. vi
PERSEMBAHAN .............................……………………………………... vii
ABSTRAK………………………………………………………………… viii
DAFTAR ISI ......................................…………………………………….. x
DAFTAR TABEL ...................…………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR ...................................……………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..............................……………………………….. xiv
KATA PENGANTAR……………………………………………………., xv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 4
D. Perumusan Masalah ............................................................. 4
E. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 6
A. Tinjauan Pustaka ................................................................. 6
1. Pencak Silat .................................................................. 6
2. Hakekat Latihan ............................................................ 8
a. Pengertian Silat ........................................................ 8
b. Latihan Fisik ........................................................... 9
c. Prinsip-prinsip Latihan ............................................ 10
3. Hakekat Sistem Energi Pencak Silat ............................ 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
4. Kecepatan Reaksi .......................................................... 13
a. Pengertian Kecepatan Reaksi .................................. 13
b. Faktor-faktor yang Mempengarui Kecepatan Reaksi 14
5. Latihan Plyometric ........................................................ 17
a. Pengertian Plyometric .............................................. 17
b. Dasar-dasar Latihan Plyometric .............................. 17
c. Dosis Latihan Plyometric ........................................ 18
6. Latihan Depth Jump ...................................................... 19
7. Latihan Box Skip ............................................................ 21
B. Kerangka Pemikiran ............................................................ 22
C. Perumusan Hipotesis ........................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 24
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 24
B. Metode dan Rancangan Penelitian ..................................... 24
C. Variabel Penelitian .............................................................. 26
D. Definisi Operasional Variabel ............................................. 26
E. Populasi dan Sampel ........................................................... 27
F. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 27
G. Teknik Analisis Data ........................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 30
A. Deskripsi Data ..................................................................... 30
B. Uji Prasyarat Analisis Data ................................................ 31
C. Hasil Analisis Data .............................................................. 33
D. Pengujian Hipotesis ............................................................. 37
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ............................... 40
A. Simpulan .............................................................................. 40
B. Implikasi ............................................................................. 40
C. Saran .................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 42
LAMPIRAN …………………………………………………………….. 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Deskripsi Data Hasil Analisis Tes Peningkatan Kecepatan
Tendangan…………………………………………………………
Ringkasan Hasil Uji Reabilitas Data ……………………………..
Tabel Range Kategori Reabilitas …………………………………
Rangkuman hasil Analisis Data ………………………………….
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ………………………..
Rangkuman Hasil Perbedaan Tes Awal Pada K1 dan K2 ………..
Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Kelompok 1……………….
Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada
Kelompok 2 ………………………………………………………
Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara K1 dan K2
Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Panduan Peningkatan
Kecepatan Tendangan Dalam K1 dan K2……………………….
30
31
32
32
33
34
34
35
35
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Rangkaian Gerakan Depth Jump ………………………………
Rangkaian Gerakan Box Skip …………………………………
Dokumentasi Penelitian …………………………………….….
20
22
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Data Hasil Tes Awal Perolehan Kecepatan Tendangan………
Data Hasil Urutan Rangking pada Tes Awal…………………
Pengelompokan Sampel Dengan Teknik Ordinal Pairing…...
Data Hasil Tes Akhir Perolehan Tendangan………………….
Uji Realibilitas Hasil Tes Awal Peningkatan Kecepatan
Tendangan……………………………………………………
Uji Realibilitas Hasil Tes Akhir Peningkatan Kecepatan
Tendangan…………………………………………………….
Uji Normalitas Data dengan Metode Liliefors……………….
Uji Homogenitas Hasil Tes Awal Peningkatan Kecepatan
Tendangan K1 dan K2……………………………………….
Uji Perbedaan Data Tes Awal Peningkatan Kecepatan
Tendangan ……………………………………………………
Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Akhir K1………………..
Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Akhir K2………………..
Uji Perbedaan Data Tes Akhir Antara K1 Dan K2 ………….
Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Peningkatan
Kecepatan Tendangan Pada K1 ……………………………...
Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Peningkatan
Kecepatan Tendangan Pada K2 ……………………………...
Prosentase Peningkatan Kecepatan Tendangan Pada K1 dan
K2 ……………………………………………………………
Petunjuk Pelaksanaan Tes Tendangan ………………………
Program Latihan Depth Jump ……………………………….
Program Latihan Box Skip ……………………………………
Dokumentasi Penelitian ……………………………………...
44
45
46
47
48
51
54
56
58
60
62
64
65
66
68
69
70
71
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi
ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat
bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu
dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. H. Agustiyanta, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Tri Aprilijanto Utomo, M.Kes., sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan saran, sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Slamet Riyadi, S.Pd.,M.Or., sebagai pembimbing II yang telah memberikan
motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK Surakarta yang secara tulus memberikan ilmu
dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Ketua PIMDA 55 Tapak Suci Kab. Karanganyar yang telah memberikan ijin untuk
mengadakan penelitian di Perguruan yang dipimpin.
8. Siswa putra Tapak Suci Kab. Karanganyar yang telah bersedia menjadi sampel
penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan bagi para pembaca dalam olah raga bela diri.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan prestasi olahraga pencak silat Indonesia sangat pesat dan sudah
diakui dunia, sehingga dapat menyangkut nama baik bangsa dan negara Indonesia di
forum Internasional. Pesatnya prestasi olahraga ini, tentunya tidak lepas dari faktor-
faktor pendukung dalam pencapaian prestasi olahraga meliputi faktor dari atlet itu
sendiri dan faktor dari luar atlet.
Faktor yang dapat memacu perkembangan prestasi dalam olahraga diantaranya
adalah adanya peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan olahraga.
Peningkatan kualitas dalam pelatihan dan pembinaan olahraga tersebut dapat dicapai
dengan penerapan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi yang terkait dalam
pelatihan dan pembinaan olahraga. Upaya untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga,
harus melalui latihan yang dilakukan dengan pendekatan ilmiah terhadap ilmu-ilmu
yang terkait.
Dengan dukungan dari berbagai disiplin ilmu tersebut akan dapat dikembangkan
teori latihan yang baik, sehingga prestasi olahraga dapat ditingkatkan dengan baik.
Pencapaian prestasi tersebut tidak terlepas dari dukungan masyarakat dan insan
olahraga serta pakar di bidang olahraga. Prestasi pencak silat tidak dapat dicapai dengan
spekulatif, tetapi harus melalui latihan secara intensif dengan program latihan yang
benar. Latihan yang dilakukan tersebut tentunya harus bersifat khusus mengembangkan
komponen-komponen yang diperlukan dalam olaraga pencak silat.
Untuk mencapai prestasi dalam olahraga pencak silat, diperlukan berbagai
pertimbangan dan perhitungan serta analisis yang cermat, sebagai faktor-faktor penentu
dan penunjang prestasi tersebut dapat dijadikan dasar dalam penyusunan program. Salah
satu penunjang dalam prestasi pencak silat tersebut diantaranya adalah metode latihan.
Agar proses latihan yang dipergunakan untuk meningkatkan kualitas fisik tidak menyita
waktu yang juga dipergunakan untuk meningkatkan kualitas teknik dan taktik, maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
perlu pengembangan metode latihan. Melalui pengembangan metode latihan yang tepat,
diharapkan kualitas fisik dapat meningkat sejalan dengan peningkatannya kualitas
teknik dan psikis para pesilat secara signifikan pada akhir siklus makro yang dirancang.
Kemampuan kondisi fisik dapat ditingkatkan sesuai cabang olahraga masing-
masing. Dalam olahraga pencak silat, kecepatan merupakan kemampuan biomotorik
yang sangat penting untuk ditingkatkan. Dengan latihan fisik, khususnya pembebanan
secara alami maupun dimodifikasi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan fisik
atlet, khususnya kecepatan. Dengan kecepatan yang baik, akan meningkatkan kualitas
teknik bermain dalam pencak silat.
Dalam olahraga pencak silat seorang atlet dengan kecepatan tendangan tinggi
akan lebih menguntungkan karena akan mudah dalam menerapkan teknik dalam
pertandingan. Teknik tendangan dalam pencak silat sangat dipengaruhi oleh kualitas
otot tungkai dari pesilat. Untuk dapat melakukan teknik tendangan dengan baik
diperlukan unsur kekuatan dan kecepatan dari sekelompok otot yang mendukung
terhadap gerakan tendangan adalah otot tungkai. Oleh karena itu pemberian latihan
yang diterapkan kepada pesilat sangat tepat kalau mengutamakan pada otot tungkai,
dengan tidak mengesampingkan otot-otot yang lain. Salah satu jenis metode latihan
untuk meningkatkan kecepatan tendangan adalah dengan metode latihan plyometric.
Plyometric merupakan salah satu metode latihan yang sering digunakan oleh
para pelatih untuk meningkatkan kecepatan khususnya pada cabang olahraga pencak
silat. Dalam plyometric, beban yang digunakan sering dengan menggunakan beban
badan sendiri atau alat-alat yang dapat memberikan rangsangan pada otot. Dengan
latihan plyometric diperkirakan dapat menstimuli berbagai perubahan dalam system
neuromuskuler, memperbesar kemampuan kelompok-kelompok otot untuk memberikan
respon lebih cepat atau lebih kuat terhadap perubahan-perubahan yang ringan dan cepat
pada panjangnya otot. Salah satu ciri penting latihan plyometric adalah pengkondisian
system neuromuskuler sehingga memungkinkan adanya perubahan-perubahan arah
yang lebih cepat dan lebih kuat. Dengan mengurangi waktu yang diperlukan untuk
perubahan arah ini, maka kekuatan dan kecepatan dapat ditingkatkan.
Upaya untuk mempersiapkan kemampuan tersebut telah dipersiapkan oleh para
pelatih dengan berbagai bentuk yang telah dikembangkan. Namun untuk saat ini bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
latihan yang ada di Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten
Karanganyar kurang efektif untuk meningkatkan kecepatan tendangan . Oleh karena itu
perlu adanya penelitian yang dapat mempengaruhi masalah kecepatan tendangan pada
pesilat golongan pelajar putra, karena dari observasi yang dilakukan di Perguruan Tapak
Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar banyak pesilat putra yang masih
lemah kecepatan tendanganya, selain kurang efektifnya bentuk-bentuk latihan yang
diterapkan oleh pelatih Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten
Karanganyar, alat-alat yang dimiliki belum begitu memadai khususnya alat-alat yang
digunakan untuk latihan peningkatan kecepatan tendangan. Dari keadaan ini mencoba
menerapkan latihan dengan peralatan yang sederhana dan tidak memerlukan biaya yang
mahal untuk mendapatkannya, dan mudah diterapkan di setiap cabang latihan Tapak
Suci di Kabupaten Karanganyar yaitu dengan metode box skip dan depth jump, di mana
metode box skip bisa dilaksanakan atau diterapkan dengan bantuan kursi duduk siswa
yang terbuat dari kayu, sedangkan metode depth jump bisa dilaksanakan dengan
bantuan meja belajar siswa yang terbuat dari kayu. Dari kedua metode latihan ini dirasa
sangat cocok untuk diterapkan di Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Kabupaten Karanganyar yang hampir semua cabang latihannya berkembang di
Sekolahan baik negeri ataupun swasta, dengan keadaan yang seperti ini peralatan-
peralatan yang dibutuhkan untuk latihan box skip dan depth jump telah tersedia. Akan
tetapi dari kedua latihan tersebut belum diketahui mana yang lebih baik kaitannya
dengan kecepatan tendangan untuk pesilat, oleh karena itu perlu adanya penelitian.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini
mengambil judul, “Perbedaan Pengaruh Latihan Depth Jump dan Box Skip terhadap
Peningkatan kecepatan tendangan Pada Pesilat Putra Perguruan Tapak Suci Putera
Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar 2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Masih kurangnya variasi metode latihan dan juga kurangnya latihan kecepatan
tendangan yang mendukung kemampuan Pesilat Putra Perguran Tapak Suci Putera
Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar.
2. Kecepatan tendangan yang dimiliki Pesilat Putra Perguruan Tapak Suci Putera
Muhammadiyah Kabupaten karanganyar perlu ditingkatkan.
3. Belum diketahuinya latihan yang lebih baik dan efektif antara Latihan depth jump
dan box skip dalam peningkatan kecepatan tendangan.
4. Belum adanya peralatan-peralatan yang modern untuk latihan peningkatan
kecepatan.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang salah, masalah dalam penelitian ini perlu
dibatasi. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Kecepatan tendangan yang dimiliki Pesilat Putra Perguruaan Tapak Suci Putera
Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar Tahun 2012 perlu ditingkatkan.
2. Latihan depth jump Pesilat Putra Perguruaan Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Kabupaten karanganyar Tahun 2012.
3. Latihan box skip Pesilat Putra Perguruaan Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan
di atas, maka masalah yang ada dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh latihan depth jump dan box skip terhadap Peningkatan
Kecepatan tendangan pada Pesilat Putra Perguruaan Tapak Suci Putera
Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar Tahun 2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara latihan depth jump dan box skip
terhadap peningkatan Kecepatan tendangan pada Pesilat Putra Perguruan Tapak
Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar Tahun 2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai
tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh latihan depth jump dan box skip terhadap Kecepatan tendangan
pada Pesilat Putra Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten
Karanganyar Tahun 2012
2. Latihan yang lebih baik pengaruhnya antara latihan depth jump dan box skip
terhadap peningkatan Kecepatan tendangan pada Pesilat Putra Perguruan Tapak
Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam kepelatihan
olahraga khususnya dalam mengembangkan kemampuan Kecepatan tendangan. Di
samping itu masukan lain yang dapat diambil antara lain:
1. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan keolahragaan bagi peneliti maupun
Pesilat Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar
tentang manfaat latihan depth jump dan box skip, sehingga dapat meningkatkan
Kecepatan tendangan.
2. Dapat dijadikan pedoman bagi pembina atau Pelatih Pesilat Perguruan Tapak Suci
Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar untuk menentukan dan memilih
cara latihan yang lebih baik dan tepat dalam meningkatkan Kecepatan tendangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pencak Silat
Pencak silat pada dasarnya merupakan pembelaan diri dari insan Indonesia
untuk menghindari diri dari segala malapetaka. Berkaitan dengan pencak silat Sumarno
dkk. (1992: 194) menyatakan :
Pencak mempunyai pengertian sebagai gerak dasar beladiri yang terikat pada
peraturan dan digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukkan. Silat
mempunyai pengertian sebagai gerak beladiri yang sempurna, yang bersumber
pada kerokhanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan
bersama, menghindarkan diri dari bala atau bencana.
Sedangkan menurut Awan Hariono dan Siswantoyo (2008: 16) bahwa “Pencak
silat merupakan karakteristik budaya dan cerminan perilaku kehidupan bangsa
Indonesia yang bersifat turun temurun, hal ini di buktikan dengan cara alamiah manusia
untuk membela diri guna mempertahankan hidup.” berdasarkan pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa, pencak silat merupakan hasil budaya manusia Indonesia yang
mempunyai tujuan untuk membela dan mempertahankan diri dari segala marabahaya
untuk mencapai keselarasan dan keselamatan hidup dan meningkatkan rasa taqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Selain dari pengertian di atas bahwa pencak silat merupakan olahraga beladiri
yang di dalamnya terdapat beberapa aspek yang dikembangkan, dan salah satunya
pencak silat dikembangkan sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan.
Pertandingan pencak silat dikelompokkan menjadi beberapa kelas. Dalam hal ini,
menurut PP Munas IPSI (2003: 8)
Pembagian kelas untuk kategori tanding didasarkan pada berat badan dengan
penggolongan menurut umur dan jenis kelamin. Golongan remaja untuk putra
dan putri berumur 14 sampai dengan 17 tahun dnan golongan dewasa untuk
putra dan putri berumur 17 sampai dengan 35 tahun.
1) Golongan remaja putra dan putri terdiri atas 9 kelas yaitu:
(1) Kelas A di atas 39 s.d 42 kg
(2) Kelas B di atas 42 s.d 45 kg
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(3) Kelas C di atas 45 s.d 48 kg
(4) Kelas D di atas 48 s.d 51 kg
(5) Kelas E di atas 51 s.d 54 kg
(6) Kelas F di atas 54 s.d 57 kg
(7) Kelas G di atas 57 s.d 60 kg
(8) Kelas H di atas 60 s.d 63 kg
(9) Kelas I di atas 64 s.d 67 kg
2) Golongan dewasa putra dan putri terdiri atas 10 kelas sebagai berikut:
(1) Kelas A di atas 45 s.d 50 kg putra/putri
(2) Kelas B di atas 50 s.d 55 kg putra/putri
(3) Kelas C di atas 55 s.d 60 kg putra/putri
(4) Kelas D di atas 60 s.d 65 kg putra/putri
(5) Kelas E di atas 65 s.d 70 kg putra/putri
(6) Kelas F di atas 70 s.d 75 kg putra/putri
(7) Kelas G di atas 75 s.d 60 kg putra/putri
(8) Kelas H di atas 80 s.d 63 kg putra/putri
(9) Kelas I di atas 85 s.d 67 kg putra/putri
(10) Kelas J di atas 90 s.d 95 kg putra
Sedangkan peraturan pertandingan olahraga pencak silat sesuai PP munas (2003:
15-16) sebagai berikut:
1) Pesilat saling berhadapan dengan menggunakan unsur pembelaan dan
serangan pencak silat yaitu menangkis / mengelak, mengenakan sasaran dan
menjatuhkan lawan sesuai dengan kaidah – kaidah pencak silat serta
mematuhi larangan – larangan yang di tentukan
2) Serangan dan pembelaan yang di lakukan harus berpola dari sikap awal
pasang atau pola langkah, serta adanya koordinasi dalam melakukan
serangan dan pembelaan.
3) Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan
berbagai cara kearah sasaran sebanyak – banyaknya 4 jenis serangan, pesilat
yang melakukan rangkaian serang bela lebih dari 4 jenis akan diberhentikan
oleh wasit, serangan sejenis dengan mengunakan tangan yang dilakukan
secara beruntun dinilai satu serangan.
4) Serangan yang di nilai adalah serangan yang mengenai sasaran yang sah dan
di mulai dengan mengunakan sikap awal / pasang atsu pola langkah tidak
terhalang, mantap, bertenaga dan tersusun dalam koordinasi teknik serangan
yang baik.
Sesuai dengan PP Munas (2003:20) Penilaian yang berlaku adalah:
(1) Nilai 1:
(a) Serangan dengtan tangan yang masuk pada sasaran tanpa terhalang
oleh tangkisan, hindaran atau elakan lawan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
(2) Nilai 1 + 1 tangkisan, hindaran atau elakan yang berhasil memunahkan
serangan lawan disusul langsung oleh serangan dengan tangan yang
masuk pada sasaran.
(3) Nilai 2 serangan yang masuk dengan kaki yang masuk tanpa terhalang
oleh tangkisan, hindaran atau elakan lawan
(4) Nilai 1 + 2 tangkisan, hindaran atau elakan yang berhasil memunahkan
serangan lawan, disusul langsung oleh serangan dengan kaki yang
maasuk pada sasaran
(5) Nilai 3 teknik jatuhan yang berhasil menjatuhkan lawan
(6) Nilai 1 + 3 tangkisan, hindaran, elakan atau tangkapan yang
memunahkan serangan lawan disusul langsung oleh serangan dengan
teknik jatuhan yang berhasil menjatuhkan lawan.
Untuk mencapai prestasi dalam olahraga pencak silat diperlukan berbagai
pertimbangan dan perhitungan serta analisis yang cermat sebagai faktor-faktor penentu
dan penunjang prestasi tersebut dapat dijadikan dasar dalam menyusun program. Salah
satu penunjang dalam prestasi tersebut diantaranya adalah metode latihan yang
dilakukan teratur, terprogram dan terukur.
Pembinaan prestasi dalam cabang olahraga pencak silat harus melalui program
latihan yang terprogram, teratur dan terukur. Karena prestasi tidak dapat dicapai secara
spekulatif, tetapi harus dicapai melalui latihan secara sistematis artinya dilakukan secara
teratur latihan tersebut berlangsung beberapa kali dalam satu minggu, tergantung pada
standar atlet dan periode latihan (Nossek, 1995 : 2). Latihan yang dilakukan tersebut
tentunya harus bersifat khusus dan juga berdasarkan suatu sistem yang mengikuti
prinsip-prinsip latihan dan mengembangkan komponen-komponen yang diperlukan
dalam olahraga pencak silat.
2. Hakekat Latihan
a. Pengertian Latihan
Untuk menjelaskan apa sebenarnya latihan itu, akan dikemukakan beberapa
definisi latihan. Sudjarwo (1992: 11) mengemukakan bahwa, “Latihan adalah suatu
proses yang sistematis secara berulang-ulang, secara ajeg dengan selalu
memberikan peningkatan beban latihan”.
Definisi lain dikemukakan oleh Suharno HP (1985: 7) bahwa, “Latihan
adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mencapai mutu prestasi maksimal dengan memberi beban-beban fisik dan mental
yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang waktunya”. Sedangkan
Harsono (1989: 101) memberikan batasan sebagai berikut.
Training adalah proses yang sistematis dari berlatih atau bekerja, yang
dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian menambah beban
latihan atau pekerjaannya. Sistematis yang dimaksud adalah terencana
menurut jadwal, menurut pola dan sistem tertentu, metodis dari yang mudah
ke yang sukar, dari yang sederhana ke yang kompleks. Berulang-ulang
tujuannya agar gerakan yang sukar menjadi mudah, otomatis dan reflektif
pelaksanaannya. Kian hari kian bertambah beban maksudnya ialah setiap
kali secara periode setelah tiba saatnya ditambah bebannya.
Berdasarkan batasan-batasan latihan di atas dapat disimpulkan bahwa,
latihan secara sistematis dan kontinyu dilakukan secara terencana, menurut pola
dan sistem tertentu, menurut jadwal, teratur, metodis, dari yang mudah ke yang
lebih sukar, dari yang sederhana ke yang lebih rumit. Latihan berulang-ulang
adalah setiap elemen teknik harus diulang sesering mungkin agar gerakan yang
semula sukar dilakukan menjadi semakin mudah dan menjadi otomatis
pelaksanaannya sehingga semakin menghemat energi. Kian hari kian ditambah
beban latihannya maksudnya, segera setelah tiba saatnya beban latihan harus
ditambah atau ditingkatkan.
b. Latihan Fisik
Latihan fisik adalah latihan yang menekankan pada komponen kondisi fisik
tertentu guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dangsina Moeloek dan
Arjatmo Tjokronegoro (1984: 12) menyatakan latihan fisik adalah “suatu kegiatan
fisik menurut cara dan aturan tertentu yang mempunyai sasaran meningkatkan
efisiensi faal tubuh dan sebagai hasil akhir adalah kesegaran jasmani”. Menurut
Harsono (1988: 153) “latihan fisik merupakan usaha untuk
meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional sistem tubuh
sehingga mencapai prestasi yang lebih baik”. Menurut Andi Suhendro (1993: 3-5)
bahwa “latihan fisik adalah latihan yang ditujukan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kondisi seseorang. Latihan ini mencakup semua komponen kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
fisik antara lain kekuatan otot, daya tahan kardiovasculer, daya tahan otot,
kelincahan, kecepatan, power, stamina, kelentukan dan lain-lain”.
Pada prinsipnya latihan fisik merupakan salah satu unsur latihan olahraga
secara menyeluruh, yaitu untuk meningkatkan prestasi olahraga serta untuk
meningkatkan kesegaran jasmani. Dalam pelaksanaan latihan fisik dapat ditekankan
pada salah satu komponen kondisi fisik tertentu misalnya, power otot tungkai maka
latihan fisik harus ditekankan pada peningkatan unsur-unsur kondisi fisik power
otot tungkai. Latihan yang dilakukan harus bersifat khusus sesuai dengan
kharakteristik power yang melibatkan otot-otot tungkai.
c. Prinsip-prinsip Latihan
Dalam pelaksanaan latihan, baik atlet maupun pelatih harus memperhatikan
prinsip-prinsip latihan. Dengan mempertimbangkan prinsip latihan tersebut
diharapkan latihan yang dilakukan dapat meningkat dan tidak berakibat buruk baik
pada fisik maupun teknik atlet. Menurut A. Hamidsyah Noer (1996: 8-11) prinsip-
prinsip latihan dalam bidang olahraga meliputi : (1) Latihan-latihan yang dilakukan
hendaknya diulang-ulang, (2) Latihan yang diberikan harus cukup berat, (3)
Latihan yang diberikan harus cukup meningkat, (4) Latihan harus dilakukan secara
teratur dan (5) Kemampuan berprestasi. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip latihan
tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Latihan Harus Diulang-ulang
Mengulang-ulang terhadap bentuk gerakan yang dipelajari adalah sangat
penting untuk menguasai teknik suatu cabang olahraga atau meningkatkan
kemampuan fisik. Pengulangan gerakan hendaknya dilakukan dengan frekuensi
sebanyak banyaknya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermahir teknik yang
dipelajari menuju otomatimasi gerakan yang efektif dan efisien. Seperti
dikemukakan Sudjarjo (1993:44) bahwa, ”latihan teknik yang dilakukan secara
berulang ulang bertujuan untuk mengotomasisasikan gerakan sesuai dengan
teknik yang dikehendaki. Pada hakekatnya pengembangan teknik merupakan
bagian dari usaha meningkatkan ketrampilan menuju gerakan cermat, efisien
dan efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2) Latihan yang Diberikan harus Cukup Berat
Latihan yang diberikan harus cukup berat maksudnya adalah latihan
yang menekankan pada pembebanan latihan yang semakin berat atau prinsip
overload. Beban latihan yang diberikan harus cukup berat, yaitu di atas ambang
rangsang. Jika latihannya terlalu ringan, maka kemampuan tubuh tidak akan
meningkat. Dalam hal ini Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 131)
mengemukakan bahwa, “Kalau beban latihan terlalu ringan (di bawah ambang
rangsang), walaupun latihan sampai lelah, berulang-ulang dan dengan waktu
yang lama, peningkatan prestasi tidak akan terlalu tercapai.
3) Latihan Harus Cukup Meningkat
Pemberian beban latihan harus dilakukan secara bertahap yang kian hari
kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektivitas
kemampuan fisik atau teknik. Peningkatan beban latihan hendaknya disesuaikan
dengan tingkat kemampuan atlet serta ditingkatkan setahap demi setahap.
Apabila latihan diberikan secara cepat dengan peningkatan beban yang cepat
pula, maka akan mengakibatkan terjadinya kelainan di dalam tubuh serta
munculnya gejala-gejala overtraining. Seperti yang dikemukakan oleh Yusuf
Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 131), “Kalau bebannya terlalu berat,
maka perkembangan pun tidak akan mungkin karena tubuh tidak akan dapat
memberikan reaksi terhadap beban latihan yang terlalu berat tersebut. Hal ini
juga dapat mengakibatkan cedera atau overtraining”.
4) Latihan Harus Dilakukan Secara Teratur
Menurut Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 131) bahwa,
“Sistem faaliah tubuh membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan
rangsang-rangsang latihan (adaptasi). Adaptasi adalah penyesuaian fungsi dan
struktur organism atlit akibat beban latihan yang diberikan oleh pelatih”.
Latihan yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan membuat tubuh dapat
menyesuaikan diri kembali dengan alam sekitarnya secara teratur. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
adaptasi tubuh terhadap situasi latihan ini maka kemampuan tubuh akan
meningkat sesuai dengan rangsangan yang diberikan.
5) Kemampuan Berprestasi
.kemampuan berprestasi dipengaruhi oleh banyak faktor, A. Hamidsyah
Noer (1995: 11) menyatakan “kemampuan berprestasi di samping ditentukan
oleh faktor latihan juga ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, bakat dan
kemauan”. Perlu disadari bahwa prestasi yang akan dicapai seseorang
mempunyai batas-batas kemampuan tertentu, tetapi batas-batas kemampuan itu
sangat relatif jika pada suatu saat setelah menjalani latihan-latihan, atlet merasa
tidak ada kemajuan, hendaklah disadari bahwa prestasi yang dicapai sudah
hampir mendekati puncak. Prestasi yang hampir mencapai puncak memang
sangat lambat kemajuannya.
3. Hakekat Sistem Energi Pencak Silat
Pencak silat kategori tanding adalah pertandingan yang menampilkan dua orang
pesilat dari kubu yang berbeda dan keduanya saling berhadapan dengan menggunakan
unsur pembelaan dan serangan yaitu menangkis, mengelak, menyerang pada sasaran
yang telah ditentukan, serta menjatuhkan lawan menggunakan teknik dan taktik
bertanding, ketahanan stamina dan semangat juang menggunakan kaidah dan pola
langkah dengan memanfaatkan kekayaan teknik jurus mendapatkan nilai terbanyak
(Munas, 2007 : 3).
Menurut Awan Hariono (2006 : 30), rata-rata waktu kerja pada melakukan fight
dalam pertandingan pencak silat diperlukan waktu kira-kira selama 3-5 detik. Bila pada
serangan terakhir masing-masing pesilat melakukan 4 jenis serangan dan kaki tidak
dapat ditangkap oleh lawan, maka akumulasi waktu yang diperlukan selama proses
tersebut menjadi 10 detik, dengan demikian sistem energi yang diperlukan adalah sistem
energi anaerobik alaktik ATP-PC, sebab waktu kerja hanya memerlukan waktu
maksimal 10 detik. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri sistem energi anaerobik alaktik yaitu :
(1) intensitas kerja maksimal, (2) lama kerja 10 detik, (3) irama kerja eksplosif (4)
aktivitas menghasilkan adenosin diposphat (ADP + energi) (Suhadiyanto, 2005 : 35)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4. Kecepatan Reaksi
a. Pengertian Kecepatan Reaksi Kaki
Dalam banyak cabang olahraga seperti olahraga permainan, atletik, beladiri
kemampuan atlit untuk bereaksi menanggapi rangsangan yang diterima
membutuhkan reaksi yang cepat. Seperti melihat datangnya bola dari lawan pada
permainan bola voli, suara pistol dari starter pada lari cepat 100 meter, menendang
atau memukul lawan yang sedang bergerak. Kemampuan bereaksi dengan cepat
akan mempengaruhi penampilannya dalam bertanding atau berlomba.
Kecepatan reaksi pada dasarnya merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk menanggapi rangsangan yang diterima oleh indera. Semua informasi yang
diterima indera baik dari dalam atau dari luar disebut rangsangan. Berkaitan dengan
kecepatan reaksi Suharno HP. (1993 : 6) dalam seri bahan penataran pelatih tingkat
muda/madya menyatakan, “Kecepatan reaksi adalah waktu antara rangsangan dan
jawaban gerak pertama”. Menurut Iskandar Z. Sapoetra dkk., (1999 : 6) bahwa,
“Kecepatan reaksi adalah waktu yang dipergunakan antara munculnya suatu
stimulus atau rangsangan dengan mulainya suatu reaksi”. Menurut Slamet Widodo
(2005 : 81) bahwa, “Kecepatan reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera
bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat indera,
syaraf atau feeling lainnya, seperti mengantisipasi datangnya bola untuk ditangkap
atau dipukul”. Sedangkan Mulyono B. (2006 : 2) menyatakan, “Kecepatan reaksi
merupakan kemampuan seseorang bertindak secepatnya dalam menanggapi
rangsangan-rangsangan yang datang lewat indera, syaraf atau feeling lainnya”.
Berdasarkan pengertian kecepatan reaksi yang dikemukakan empat ahli
tersebut dapat disimpulkan, kecepatan reaksi merupakan waktu tersingkat yang
dikerahkan seseorang untuk melakukan gerakan setelah mendapat rangsangan.
Berdasarkan simpulan kecepatan reaksi tersebut dapat dirumuskan pengertian
kecepatan reaksi kaki yaitu, waktu yang tersingkat yang dilakukan kaki untuk
melakukan gerakan setelah mendapat rangsangan. Banyak cabang olahraga yang
membutuhkan kecepatan reaksi seperti dalam olahraga permainan, atletik maupun
olahraga beladiri seperti pencak silat. Gerakan-gerakan tendangan dalam pencak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
silat dibutuhkan kecepatan reaksi kaki yang baik, agar lawan tidak mampu
mengantisipasinya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi sangat berperan penting untuk mendukung kegiatan
olahraga. Kecepatan reaksi berperan untuk aktivitas yang membutuhkan gerak cepat
dalam waktu yang sesingkat mungkin. Kualitas kecepatran reaksi dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Suharno HP. (1993 : 47) faktor-faktor penentu kecepatan reaksi
antara lain : “(1) tergantung pada iritabilitas susunan syaraf, (2) daya orientasi
situasi yang dihadapi atlet, (3) ketajaman panca indera dalam menerima rangsangan
dan, (4) kecepatan gerak dan daya ledak atlet”. Pendapat lain dikemukakan A.
Hamdisyah Noer (1995 : 162) bahwa :
Faktor-faktor yang menentukan baik atau tidak reaction of speed seorang
atlet tergantung :
1) Kemampuan menempatkan diri pada posisi yang menguntugkan dalam
pertandingan dan kecepatan melihat perubahan situasi pertandingan.
2) Ketajaman panca indera.
3) Kemampuan skill yang dimiliki.
4) Kerja dari speed of movement menentukan baik atau tidaknya speed of reaction.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kecepatab reaksi
yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, iriabilitas susunan
syaraf, daya orientasi situasi yang dihadapi, ketajaman panca indera dalam
menerima rangsangan dan kecepatan gerak dan daya ledak atlet, kemampuan skill
dan kerja dari speed of movement. Faktor-faktor penentu baik tidaknya kecepatan
reaksi tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya. Jika faktor-faktor tersebut
dalam kondisi baik, maka kecepatan reaksi yang dimiliki juga baik. Namun
sebaliknya, jika faktor-faktor tersebut dalam kondisi kurang baik, maka kecepatan
reaksinya juga kurang baik. Untuk memperoleh kecepatan reaksi yang baik, maka
harus melakukan latihan yang baik dan teratur. Lebih lanjut, Suharno HP. (1993 :
49-50) memberikan beberapa contoh cara melatih kecepatan reaksi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
1) Dengan metode pertandingan yang harus selalu mengejar waktu secepat-
cepatnya dalam mereaksi suatu rangsangan.
2) Dengan permainan hijau hitam. Aba-aba mula-mula lambat, makin lama makin
cepat.
3) Mereaksi aba-aba/kode-kode lebih dari dua macam dari pelatih, dan harus
dikerjakan secepat-cepatnya.
4) Dalam waktu tertentu dapat merekasi bola yang dilempar sebanyak-banyaknya
dari pelatih.
5) Bertanding start dengan pistol, bermain dengan bola.
Kemampuan reaksi akan meningkat secara maksimal jika dilakukan latihan
secara sistematis dan kontinyu. Di samping itu juga harus diterapkan bentuk latihan
yang relevan. Depdiknas (2001 : 114) memberikan tips atau bentuk latihan untuk
meningkatkan kecepatan reaksi di antaranya, “(1) bergerak cepat ke depan, ke
belakang, ke samping kiri, ke samping kanan dengan memperhatikan gerakan
tangan pelatih, (2) lari dengan memperhatikan dan mendengarkan aba-aba peluit
(akustik) dan instruksi pelatih, (3) permainan hitam putih”. Latihan yang dilakukan
secara teratur dan terus menerus akan meningkatkan kecepatan reaksi. Dengan
meningkatnya kecepatan reaksi dapat mendukung aktivitas-aktivitas yang
membutuhkan gerakan yang cepat seperti gerakan lengan pada saat memukul.
c. Peranan Kecepatan Reaksi Kaki dengan Kecepatan Tendangan Pencak Silat
Kecepatan reaksi merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat
penting dalam olahraga beladiri seperti pencak silat, tinju, karate, yudo dan lain
sebagainya. Seperti dikemukakan Ismaryati (2006 : 73) bahwa, “Kecepatan reaksi
sangat besar peranannya pada cabang olahraga yang membutuhkan kecepatan,
misalnya dalam olahraga tinju, karakte, ski air, lari cepat dan lebih penting lagi pada
cabang olahraga yang membutuhkan keterampilan terbuka misalnya dalam gerakan-
gerakan bola basket, softball, tenis meja, tenis dan badminton”.
Dalam olahraga beladiri pencak silat, kecepatan reaksi sangat berperan
penting terutama untuk melakukan serangan, elakan, tangkisan. Demikian halnya
untuk melakukan serangan melalui tendangan, kecepatan reaksi kaki sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
berperan penting agar tendangan depan dapat dilakukan dengan cepat dan kuat. Hal
ini karena, kecepatan merupakan salah satu ciri dari olahraga beladiri pencak silat.
Seperti dikemukakan Sumarno dkk., (1992 : 198) bahwa, “Salah satu ciri-ciri dari
pencak silat yaitu mempergunakan kelentukan, kelincahan, kecepatan menggunakan
saat yang tepat dan sasaran yang tepat dengan gerakan yang cepat untuk menguasai
lawan, tidak menggunakan kekuatan”.
Pendapat tersebut menunjukkan, kecepatan reaksi sangat dibutuhkan dalam
olahraga beladiri pencak silat. Gerakan-gerakan serangan seperti tendangan harus
dilakukan dengan secepat mungkin. Tendangan yang dilakukan dengan cepat akan
menyulitkan lawan untuk mengantisipasinya. Oleh karena itu, pada saat melakukan
tendangan harus mengerahkan kecepatan reaksi kaki semaksimal mungkin pada
teknik yang benar. Tendangan yang dilakukan dengan cepat akan menyulitkan
lawan untuk mengelak atau menangkisnya.
5. Latihan Plyometric
a. Pengertian Pliometrik
Pengertian pliometrik menurut James C.Kadeliffe dan Robert C. Farentions
yang diterjemahkan oleh M. Furqon H. dan Muchsin Doewes (2002 : 2) adalah
sebagai berikut :
Asal istilah plyometrics diperkirakan dari bahasa Yunani “pleytheum”,
berarti “Memperbesar” atau “Meningkatkan” atau dari akar kata bahasa Yunani
“Plio” dan “Metric” masing-masing berarti “lebih banyak” dan “ukuran”. Sekarang
ini pliometrik mengacu pada latihan-latihan yang ditandai dengan kontraksi-
kontraksi otot yang kuat sebagai respon terhadap pembebanan yang cepat dan
dinamis, atau peregangan otot-otot yang terlibat.
Untuk memiliki daya ledak otot tungkai yang baik harus dilakukan dengan
latihan yang benar dan teratur secara kontinyu serta latihan tersebut harus benar-
benar melatih kemampuan daya ledak otot-otot tungkai. Salah satu metode latihan
yang dapat digunakan adalah latihan pliometrik.
b. Dasar-dasar Latihan Plyometric
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Menurut Chu D.A. (1992 : 1) “latihan Plyometric adalah latihan yang
dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan kemampuan atlet, merupakan
perpaduan latihan kecepatan dan kekuatan”. Perpaduan antara kekuatan dan
kecepatan merupakan perwujudan dari daya ledak otot. Oleh karena itu pliomerik
merupakan metode latihan yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan
daya ledak otot (eksplosif power).
Ciri khas dari latihan pliomerik adalah adanya peregangan awal
(prestretching) dan tegangan awal (pre-tension) pada saat melakukan kerja. Dari
uraian di atas dapat dikemukakan bahwa latihan pliomerik merupakan latihan yang
menjembatani antara kecepatan dan kekuatan. Tipe gerakan dalam pliomerik adalah
cepat, kuat, eksplosif, dan reaktif. Tipe-tipe seperti ini merupakan tipe dari
kemampuan daya ledak. Oleh karena itu latihan pliomerik merupakan latihan yang
sangat baik untuk meningkatkan daya ledak (power).
c. Dosis Latihan Plyometric
Pemberian dosis latihan harus direncanakan, disusun dan diprogramkan
dengan baik sehingga tujuan yang direncanakan dapat dicapai. Dalam pembuatan
program latihan, Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984 : 12-14)
menyebutkan, dalam pembuatan program latihan harus meliputi faktor-faktor
sebagai berikut : (a) tipe latihan, (b) intensitas latihan, (c) frekuensi latihan, dan (d)
lama latihan.
Selanjutnya menurut M. Sajoto (1995 : 33-35) dalam penyusunan program
latihan harus memperhatikan, (a) jumlah beban, (b) repetisi dan set, serta (c)
frekuensi dan lama latihan.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan program latihan
untuk latihan pliometrik antara lain intensitas latihan, repetisi dan set serta
frekuensi dan lama latihan.
1) Intensitas Latihan
Menurut M. Sajoto (1985 : 15) bahwa, “intensitas latihan adalah takaran
kesungguhan pengeluaran tenaga atlet dalam melakukan aktivitas jasmani”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Ukuran kesungguhan dalam pelaksanaan latihan merupakan bentuk dari
intensitas latihan.
Intensitas merupakan faktor yang penting dalam latihan pliometrik.
Pelaksanaan yang cepat dengan usaha yang maksimal adalah penting untuk
mendapat hasil yang optimal. Dengan demikian latihan Plyometric ini
dilaksanakan dalam intensitas yang tinggi. Hal ini sesuai pendapat Bompa (1994
: 42) yaitu bahwa latihan Plyometric dengan lompat-lompat memantul itu
dilakukan dengan “intensitas submaksimal”.
2) Repetisi dan Set
Menurut M. Sajoto (1995 : 34) bahwa, “reptisi adalah jumlah ulangan
mengangkat suatu beban, sedangkan set adalah suatu rangkaian kegiatan dari
repetisi”. Penentu jumlah repetisi dan set yang harus dilakukan dalam latihan
ditentukan dengan tepat.
Menurut Nosseck (1982 : 81) bahwa dosis latihan lompat untuk
meningkatkan power otot tungkai adalah dengan intensitas 30% - 50%
repetisinya 6 – 12, antara 4-6 seri, interval istirahat 2 – 5 menit dengan irama
latihan cepat dan eksplosif.
3) Frekuensi dan Lama Latihan
Frekuensi adalah jumlah beberapa kali latihan dilakukan tiap minggunya.
Lamanya latihan yaitu lama waktu yang diperlukan untuk melatih hingga terjadi
perubahan yang nyata. Menurut Mulyono B.A (1990 : 56) lamanya kegiatan
latihan hendaknya berada dalam kurun waktu antara 40 – 60 menit. Frekuensi
latihan seyogianya dilakukan 4 – 5 kali dalam seminggu. Oleh karena atlet yang
tidak berlatih selama 48 jam maka endurancenya sudah menurun.
6. Latihan Depth Jump
Latihan pliometrik dengan metode depth jump menurut M. Furqon H, dan
Muchsin Doewes (2002: 45) maksudnya yaitu “dalam melakukan gerakan loncatan
dengan didahului dari atas kotak atau bangku yang tingginya kira-kira 25-45 inci,
dengan melakukan pendaratan 2 kaki bersamaan tanpa ada gerakan meloncat, begitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kedua kaki menyentuh permukaan pendaratan baru dilaksanakan gerakan meloncat
dengan mengayunkan lengan ke atas dan membentangkan tubuh setigngi dan sejauh
mungkin “latihan ini harus dilaksanakan di permukaan pendaratan yang agak lunak,
seperti rumput atau matras gulat, untuk menghindari cidera atau kecelakaan dalam
latihan, depth jump sangat baik untuk otot-otot quadricept dan hip girdle, dan juga
untuk punggung bagian bawah serta hamstrings serta dapat diterapkan untuk berbagai
cabang olahraga karena menggunakan kekuatan dan kecepatan tungkai. Adapun
pelaksanaan latihan depth jump ini sebagai berikut: posisi awal dengan sikap berdiri
pada ujung kotak, dan ujung kaki menjulur keluar dan usahakan lutut agak ditekuk dan
lengan di samping badan dengan relaks jatuh dan turun dari kotak ke tanah, matras, dan
mendarat dengan kedua kaki dan lutut ditekuk untuk mengatasi goyangan pada saat
mendarat, setelah mendarat di tanah, segera mulai meloncat dengan mengayunkan
lengan ke atas dan membentangkan tubuh sejauh dan setinggi mungkin hingga 3-6 set
dengan latihan ini memerlukan intensitas dan kerja maksimum agar mencapai hasil
optimal. Waktu istirahat kira-kira 1 menit di antara loncatan.( Furqon, H, dan Muchsin
doewes, 2002 : 52)
Keuntungan dari metode latihan Depth jump ini adalah :
a. Dalam melaksanakannya siswa tidak akan merasa sulit karena meloncat dengan dua
kaki sebagai tumpuan
b. Loncatan akan lebih maksimal karena di dahului dengan awalan mendarat dari
kotak dan melakukan tolakan
c. Merupakan latihan kombinasi yang diawali dengan turun dari kotak atau bangku,
hal ini menjadikan otot tungkai lebih siap untuk melakukan gerakan.
Kerugian dari metode latihan Depth jump ini adalah :
a. Memerlukan waktu yang lama karena setiap kali loncatan harus terhenti, dan naik
ke atas kotak untuk melakukan pendaratan lalu mulai meloncat lagi
b. Memerlukan konsentrasi tinggi dan maksimal untuk mengatasi goyangan pada saat
pendaratan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Gambar 3. Latihan Depth Jump
(Furqon H dan Muchsin Doewes, 2002 : 45)
7. Latihan Box Skip
Latihan pliometrik dengan metode box skip menurut Furqon, H, dan Muchsin
doewes (2002: 52) maksudnya yaitu “dalam melakukan gerakan loncatan dengan
menggunakan 2-4 kotak dengan tinggi 12-24 inci, dengan awalan menumpukan satu
kaki ke kotak yang telah disiapkan, dan melakukan loncatan ke atas dengan ayunan
tangan setinggi mungkin dengan pendaratan 2 kaki tidak bersamaan dan melakukan
pengulangan dengan kaki yang bergantian”. Latihan ini dapat meningkatkan otot-otot
gulteals, gastrochemins, guadricept hamstrings, fuksor pinggul, otot-otot punggung
bagian bawah, dan perut. Adapun pelaksanaan latihan box skip ini adalah sebagai
berikut : posisi awal dengan berdiri menghadap ke kotak yang pertama dengan
meletakkan salah satu kaki ke kotak tersebut, dengan kedua lengan berada di samping
badan bahu condong ke depan sebagai keseimbangan dan pandangan ke depan dengan
penuh konsentrasi, melakukan ke atas dengan setinggi mungkin disertai dengan ayunan
tangan, dengan menggunakan satu kaki untuk tolakan dan 2 kaki untuk pendaratan,
begitu mendarat langsung meletakkan 1 kaki ke kotak 2, hingga selesai rangkaian
latihan tersebut, dengan tetap menjaga konsentrasi agar gerakan tetap cepat dan tenaga
maksimum dan usahakan mencapai ketinggian maksimum dan ada saat waktu melayang
di udara. Lakukan latihan ini 6 set. Jumlah loncatan melewati 4 kotak dan waktu
istirahat kira-kira 2 menit di antara set.( M. Furqon H, dan Muchsin Doewes, 2002 : 45)
Keuntungan dari metode latihan Box Skip ini adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
a. Dalam melaksanakannya siswa tidak terlalu sulit karena melompat dengan tidak
menggunakan awalan
b. Untuk melakukan tolakan tidak terlalu berat, karena didahului dengan meletakkan
salah satu kaki ke atas kotak
Kerugian dari metode latihan Box Skip ini adalah :
a. Lebih berkonsentrasi untuk mengganti kaki yang dijadikan tumpuan untuk
melompat, (menghindari 2 kali kaki yang sama dijadikan tumpuan)
b. Harus selalu sama setiap kaki yang dijadikan tumpuan agar hasil dari latihan ini
tidak mengalami perbedaan.
Gambar 2. Latihan Box Skip
(Furqon H dan Muchsin Doewes, 2002 : 52)
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan kajian pustaka yang telah diuraikan di atas maka
dapat diketahui kerangka pemikiran sebagai berikut:
1. Perbedaaan pengaruh latihan dengan metode Depth Jump dan Box Skip
Latihan dengan metode Box Skip merupakan salah satu bentuk latihan
pliometrik yang sederhana untuk meningkatkan kecepatan tendangan, karena para
pesilat akan lebih mudah untuk melakukan gerakan melompat setinggi-tingginya
dengan diawali salah satu kaki ditumpukan pada box atau kotak sebelum melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
lompatan. Sedangkan latihan dengan metode Depth Jump merupakan latihan
kombinasi untuk meningkatkan kecepatan tendangan dengan diawali turun dari
sebuah bangku, dilanjut melakukan loncatan setinggi-tingginya. Berdasarkan hal
tersebut, sudah jelas bahwa kedua latihan di atas mempunyai perbedaan, sehingga
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap pesilat dalam latihan peningkatan
kecepatan tendangan.
Ditinjau dari hal tersebut, latihan dengan metode Box Skip dan Depth Jump
juga memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda pula. Kelebihan dan
kelemahanyang berbeda dari kedua latihan tersebut telah diuraikan di atas dan
perbedaan-perbedaan tersebut tentunya akan menimbulkan pengaruh yang berbeda
terhadap peningkatan kecepatan tendangan.
2. Latihan Dept Jump lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan Kecepatan
tendangan
Berdasarkan perbedaan antara metode Box Skip dan Dept Jump
menunjukkan bahwa, metode latihan Dept Jump mempunyai pengaruh yang lebih
baik terhadap peningkatan kecepatan tendangan karena metode Depth Jump
didahului dengan gerakan turun dari bangku atau sejenisnya baru melakukan
loncatan gerakan meloncat dengan hal ini otot-otot tungkai akan lebih siap untuk
melakukan gerakan loncatan dengan setinggi-tingginya.
Berdasarkan hal tersebut diduga bahwa metode latihan Dept Jump memiliki
pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan kecepatan tendangan.
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, kajian pustaka dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh latihan depth jump dan box skip terhadap peningkatan
kecepatan tendangan pada pesilat putra perguruan Tapak Suci Putera
Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2. Latihan depth jump memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada latihan box skip
terhadap peningkatan kecepatan tendangan pada pesilat putra Perguruan Tapak
Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini di rencanakan di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar Jl. Brigjen
Slamet Riyadi No 12 Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan pada bulan Januari 2012 – Februari
2012. Sebanyak 18 kali latihan dengan tiga kali latihan dalam satu minggu, yaitu Senin,
Kamis dan Sabtu jam 16.00 WIB.
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Penelitian eksperimen
adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan perlakuan kepada subjek
yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui pengaruh perlakuan yang telah
diberikan. dalam hal ini Suharsimi Arikunto (1998 : 9) menyatakan bahwa; Eksperimen
adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat ( hubungan kausal) antara 2
faktor yang sengaja di timbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi
atau menyisihkan faktor – faktor lain yang bisa menganggu. Eksperimen selalu
dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat dari suatu perlakuan.
Adapun rancangan penelitian yaitu “Pretest Posstest Design”. Gambar
rancangan penelitian sebagai berikut:
Kel 1 – Treatment A – Posttest
S – Pretest – MSOP -
Kel 2 – Treatment B – Posttest
Keterangan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
P = Populasi
PS = Purposive Sampling
S = Sampel
Pretest = Tes awal dengan melakukan tendangan selama 10 detik
OP = Ordinal Pairing
Kel 1 = Kelompok 1
Kel 2 = Kelompok 2
Treatment A = Latihan Depth Jump
Treatment B = Latihan Box Skip
Posttest = Tes akhir dengan melakukan tendangan selama 10 detik
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada perolehan tendangan selama
10 detik pada tes awal. Setelah hasil tes awal dirangking, kemudian subyek yang
dimiliki prestasi setara dipasang-pasangkan ke dalam kelompok 1 dan kelompok 2,
dengan cara Ordinal Pairing. Dengan demikian kedua kelompok tersebut belum diberi
perlakuan merupakan kelompok yang sama. Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan,
maka hal ini dapat disebabkan oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Pembagian
kelompok dalam penelitian ini dengan cara Ordinal Pairing sebagai berikut :
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10 dan seterusnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
C. Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penelitian ini terdiri dari beberapa
variabel. Menurut Sugiyanto (1995 : 17) variabel adalah “konsep yang dapat diterapkan
dalam berbagai nilai yang berbeda”. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas :
1. Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah :
a. Latihan Depth Jump
b. Latihan Box Skip
2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah kecepatan tendangan.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Latihan Depth Jump adalah bentuk latihan untuk mengembangkan kecepatan dan
kekuatan yang pelaksanaannya dilakukan dengan didahului turun dari kotak atau
bangku dengan dua kaki bersamaan begitu kaki menyentuh lantai langsung
meloncat setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya.
2. Latihan Box Skip adalah bentuk latihan untuk mengembangkan kecepatan dan
kekuatan yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara salah satu kaki ditumpukan
di atas kotak kemudian melakukan lompatan setinggi-tingginya dan sejauh-jauhnya
dengan pendaratan dua kaki bersamaan dan dilanjutkan lompatan berikutnya
dengan tumpuan kaki yang bergantian.
3. Kecepatan tendangan adalah kemampuan otot-otot melakukan kerja atau gerakan
(menendang) secepat-cepatnya yang melibatkan otot tungkai sebagai penggerak
utama, dalam penelitian ini kecepatan tendangan diukur dengan melakukan
tendangan selam 10 detik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sutrisno Hadi (1989: 220) menyatakan bahwa, “Seluruh penduduk yang
dimaksud untuk diselidiki disebut populasi atau universum”. Dan populasi dalam
penelitian ini adalah Siswa Putra Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Karanganyar Tahun 2012 yang berjumlah 124 Siswa.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi, dalam penelitian ini 40 Siswa Putra
diambil untuk dijadikan sebagai sampelnya, untuk pengambilan sampel tersebut
menggunakan teknik Purposive Sampling. dengan kriteria yang di inginkan adalah
Siswa remaja dengan umur 14 hingga 17 tahun,tidak cacat, jaraknya dekat dengan
tempat penelitian, dan aktif dalam latihan, ada 40 siswa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes dan
pengukuran kecepatan tendangan menggunakan cara dengan melakukan tendangan
selama 10 detik. Petunjuk pelaksanaan tes terlampir.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Uji Reliabilitas
Tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam penelitian, dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas, dengan rumus sebagai berikut:
R = A
WA
MS
MSMS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Keterangan :
R = Koefisien reliabilitas
MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW = Jumlah rata-rata antar kelompok
b. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors dari
Sudjana (2002 : 466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai
berikut:
1) Pengamatan X1, X2, X3 dijadikan bilangan baku Z1, Z2, . . .Zn dengan
menggunakan rumus :
s
xxizi
Keterangan :
Xi = Dari variabel masing-masing sampel
X = Rata-rata
S = Simpangan Baku
2) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤ zi)
3) Selanjutnya dihitung proporsi z1,z2, . . . zn yang lebih kecil atau sama dengan z1.
Jika proporsi dinyatakan oleh : S (zi)
Maka S (zi) = n
ziyangzzzbanyaknya n ,... , 21
4) Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya
5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Sebutlah harga terbesar ini.
c. Uji Homogenitas
Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang lebih
besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi (1982 : 386)
rumusnya adalah :
ktSD
bsSDF dbvkdbvb 2
2
:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Keterangan :
Fdbvb:dbvk = Derajat kebebasan ke 1 dan ke 2
SD2bs = Standar Deviasi ke 1
SD2kt = Standar Deviasi ke 2
2. Uji Perbedaan
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan dari Sutrisno
Hadi (1995 : 457) sebagai berikut :
)1(
2
nn
d
Mdt
Keterangan :
t = Nilai uji perbedaan
Md = Mean perbedaan dari pasangan
Σd2 = Jumlah deviasi kuadrat tiap sampel dari mean perbedaan
N = Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut:
N
DM d
Keterangan :
D = Perbedaan masing-masing subyek
N = Jumlah pasangan
Untuk menghitung prosentase peningkatan kecepatan tendangan antara latihan
depth jump dan box skip menggunakan rumus sebagai berikut :
Prosentase Peningkatan = %100pretestmean
differentmean x
Mean different = mean posstest – mean pretest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini disajikan mengenai hasil penelitian beserta interpretasinya.
Penyajian hasil penelitian berdasarkan analisis statistik yang dilakukan pada tes awal
dan tes akhir pada peningkatan kecepatan tendangan pada Pesilat Putra Perguruan
Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar Tahun 2012. Berikut
disajikan dekripsi data, uji prasyarat analisis, hasil analisis data dan pengujian hipotesis.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil tes peningkatan kecepatan tendangan pada
Pesilat Putra Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012 yang dilakukan pada kelompok I (K1) dan kelompok II (K2) disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 1.Deskripsi Data Hasil Analisis Tes Peningkatan Kecepatan Tendangan pada
Pesilat Putra Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012 pada Kelompok I dan Kelompok II.
Kelompok Tes N Mean SD
Kelompok I (Depth jump) Awal 20 17,3 1,701
Akhir 20 22 2,00
Peningkatan 4,70
Kelompok II
(Box Skip)
Awal 20 17,55 1,761
Akhir 20 21,15 1,927
Peningkatan 3,60
Kelompok perlakuan dengan metode depth jump dan Box Skip memberikan
pengaruh terhadap peningkatan kecepatan tendangan pada Pesilat Putra Perguruan
Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar. Jika antara kelompok
siswa yang mendapat metode latihan depth jump dan metode latihan box skip
dibandingkan, maka dapat diketahui bahwa kelompok metode latihan depth jump
memiliki peningkatan kecepatan tendangan pada Pesilat Putra Perguruan Tapak Suci
Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar sebesar 1,1 lebih tinggi dari pada
kelompok metode latihan box skip. Gambaran nilai rata-rata peningkatan kecepatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
tendangan pada Pesilat Putra Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten
Karanganyar antara kelompok I (K1) dan kelompok II (K2) dapat dibuat histogram
perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
Gambar . Histogram Nilai Rata-Rata Peningkatan Kecepatan Tendangan pada
Pesilat Putra Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Kabupaten Karanganyar antara Kelompok Metode Latihan Depth
Jump dan Metode Latihan Box Skip
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis.Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan yaitu dengan uji realibilitas,
uji normalitas dan homogenitas.
1. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes peningkatan kecepatan tendangan
pada olahraga pencak silatk, dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitastes
awal dan tes akhir peningkatan kecepatan tendangan pada Pesilat Putra
Perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data
Hasil Tes Reliabilita Kategori
Tes Awal 0.911 Tinggi Sekali
Tes Akhir 0,838 Tinggi Sekali
Dari tabel di atas diketahui bahwa, nilai reliabilitas hasil tes awal adalah sebesar
0,911, dimana termasuk dalam kategori tinggi sekali. Adapun nilai reliabilitas
0
2
4
6
Pe
nin
gk
at
an
Kemampuan Kecepatan Tendangan
Column2 4.7 3.6
K1 K2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
hasil tes akhir adalah sebesar 0,838, dimana termasuk dalam kategori tinggi.
Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilitas tes tersebut, menggunakan
pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter, yang dikutip Mulyono B
(1992: 22) yaitu:
Tabel 3. Tabel Range Kategori Reliabilitas
Kategori Reliabilitas
Tinggi Sekali 0,90 – 1,00
Tinggi 0,80 – 0,89
Cukup 0,60 – 0,79
Kurang 0,40 – 0,69
Tidak Signifikan 0,00 – 0,39
2. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya.Uji
normalitas data penelitian ini digunakan metode Lilliefors. Hasil uji normalitas
data yang dilakukan pada tiap kelompok adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Rangkuman Hasil Analisis Data
Kelompok
Perlakuan
N M SD L hitung L tabel Kesimpulan
KI 20 17,30 1,701 0,0141 0,190 Berdistribusi Normal
KII 20 17,55 1,761 0,0013 0,190 Berdistribusi Normal
Sumber: Data primer yang diolah, 2012
Dari hasil normalitas yang dilakukan pada kelompok I (K1) diperoleh
nilai Lo = 0,0141. Dimana hasil tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan
pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,190.Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data K1 termasuk berdistribusi normal.Dari hasil normalitas yang
dilakukan pada Kelompok II (K2) diperoleh nilai Lo = 0,0013. Dimana hasil
tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan pada taraf signifikansi 5% yaitu
0,190.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data K2 juga termasuk
berdistribusi normal.
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari
kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians ,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
maka apa bila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan
tersebut disebabkan oleh perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas
data antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2)sebagai berikut:
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
Kelompok N SD2 Fhitung F tabel 5%
K1 20 4,71
1,598
2,04 K2 20 2,94
Sumber: Data primer yang diolah, 2012
Dari hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung = 1,598.
Sedangkan dengan db = 19 lawan 19 , angka Ft = 2,04. Ternyata nilai Fhitung=
lebih kecil dari Ft. Karena Fhitung < Ftabel maka hipotesis nol diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa K1 dan K2 memiliki varians yang
homogen.Dengan demikian apabila nantinya antara K1 dan K2 terdapat
perbedaan, perbedaan tersebut benar-benar karena adanya perbedaan rata-rata
nilai yang diperoleh.
C. Hasil Analisis Data
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian
diuji perbedaannya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui
perbedaan pada kedua kelompok tersebut, selama diberi perlakuan berangkat
dari keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara K1dan K2 sebelum
diberi adalah sebagai berikut:
Tabel 6. Rangkuman Hasil Perbedaan Tes Awal pada K1 dan K2
Kelompok N M Md t hitung t tabel 5%
K1 20 17,30
0,25
1,196
2,093 K2 20 17,55
Sumber: Data primer yang diolah, 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Dari uji t yang di lakukan dapat disimpulkan bahwa nilai t yang
diperoleh sebesar 1,196, sedangkan db = N – 1 = 20 – 1 = 19 dan taraf
signifikasi 5%, angka batas penolakan hipotesis nol dalam tabel t adalah 2,093.
Ternyata lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol. Dengan demikian
hipotesis nol diterima, yang berarti bahwa tidak terdapat berbedaaan yang
signifikan antara hasil tes awal kecepatan tendangan dalam olah raga pencak
silat pada kelompok 1 dan kelompok 2. Sehingga apabila setelah diberi
perlakuan terdapat perbedaan, maka perbedaan tersebut benar-benar dikarenakan
adanya perbedaan pengaruh perlakuan yang diberikan.
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan
Dalam penelitian ini subyek diberi perlakuan selama 6 minggu dengan
frekuensi 3 kali setiap minggu.Dalam hal ini K1 diberi latihan dengan metode
depth jump dan K2 diberi latihan dengan metode Box Skip, kemudian dilakukan
tes akhir. Dari hasil tes akhir pada masing-masing kelompok tersebut kemudian
dilakukan uji perbedaan, yang hasilnya adalah sebagai berikut:
a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu:
Tabel 7. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes
Tes N M Md t hitung t tabel 5%
Awal 20 17,30
4,70
19,421
2,093 Akhir 20 22
Sumber: Data primer yang diolah,2012
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 19,421, yang
ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 5% yaitu 2,093. Dengan
demikian hipotesis nol ditolak,yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akjir pada kelompok I. Dengan
demikian setelah mendapat perlakuan metode depth jump, terjadi
peningkatan kemampuan kecepatan tendangan pada pesilat putra perguruan
tapak suci putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar pada kelompok I
secara meyakinkan.
b. Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada Kelompok II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir Pada
Kelompok II
Tes N M Md t hitung t tabel 5%
Awal 20 17,55 3,6 18,274 2,093
Akhir 20 21,15
Sumber: Data primer yang diolah, 2012
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 18,274, yang
ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 5% yaitu 2,093. Dengan
demikian hipotesis nol ditolak,yang berarti bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara hasil tes awal dan hasil tes akhir pada kelompok II. Dengan
demikian setelah mendapat metode latihan box skip , terjadi peningkatan
kemampuan kecepatan tendangan dalam olahraga pencak silat pada
kelompok II secara meyakinkan.
c. Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara Pada Kelompok I dan Kelompok
II yaitu:
Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir Antara KI dan K2
Kelompok N M Md t hitung t tabel 5%
K I 20 22.00
3,6
4,086
2,093 K II 20 21,15
Sumber: Data primer yang diolah, 2012
Dari uji t yang dilakukan dapat diperoleh nilai t sebesar 4,086, yang
ternyata nilai tersebut lebih besar dari nilai t tabel 5% yaitu 2,093. Dengan
demikian hipotesis nol ditolak,yang berarti bahwa setelah diberi perlakuan
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada K I dan K II.
d. Perbedaan Persentase Peningkatan
Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki presentase
peningkatan yang lebih baik, diadakan perhitungan perbedaan persentase
peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan
kemampuan kecepatan tendangan pada pesilat putra perguruan Tapak Suci
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar dalam persen pada K I dan
KII adalah sebagai berikut:
Tabel 10.Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan
Kecepatan Tendangan pada Pesilat Putra Perguruan Tapak Suci
Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar dalam Persen K I
dan K II.
Kelompok N Mean
Pretest
Mean
Posttest
Md Persentase
Peningkatan
K I 20 17,30 22,00 4,45 25,648
K II 20 17,55 21,15 3,6 20,512
Sumber: Data primer yang diolah, 2012
Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa K I memiliki peningkatan
kecepatan tendangan dalam olahraga pencak silat sebesar
25,648%.Sedangkan K II memiliki kemampuan kecepatan tendangan pada
olahraga pencak silat sebesar 20,512% Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa K I memiliki persentase peningkatan kemampuan kecepatan
tendangan pada olahraga pencak silat lebih besar daripada K II. Gambaran
persentase peningkatan kemampuan kecepatan tendangan pada olahraga
pencak silat antara kelompok metode latihan depth jump dan box skip dapat
dibuat histogram perbandingan nilai-nilai sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Gambar 6. Histogram Persentase Peningkatan Kemampuan Kecepatan
Tendangan Antara Kelompok Metode Latihan Depth Jump dan Box Skip
D. Pembahasan dan Pengujian Hipotesis
1. Pembahasan Perbedaan Pengaruh Latihan depth jump dan box skip
Dari hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan, diperoleh
nilai t antara tes awal pada kelompok I dan kelompok II = 1,196, sedangkan ttabel =
2,093. Ternyata t yang diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol
diterima.Dengan demikian kelompok I dan kelompok II sebelum diberi perlakuan
dalam keadaan seimbang. Antara kelompok I dan kelompok II berangkat dari titik tolak
kemampuan kecepatan tendangan yang sama. Yang berarti apabila setelah diberi
perlakuan terdapat perbedaan, hal itu karena adanya perbedaan perlakuan yang
diberikan.
Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok I = 19,421. Sedangkan t
tabel = 2,093. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol
ditolak. Dengan demikian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1.Yang berarti kelompok I memiliki
peningkatan kemampuan kecepatan tendangan yang disebabkan metode pelatihan yang
diberikan, yaitu metode depth jump. Latihan dengan metode Depth Jump merupakan
latihan kombinasi untuk meningkatkan kecepatan tendangan dengan diawali turun dari
sebuah bangku, dilanjut melakukan loncatan setinggi-tingginya. Depth jump sangat baik
Peningkatan Kecepatan Tendangan
0.000%
5.000%
10.000%
15.000%
20.000%
25.000%
30.000%P
ers
en
tase
Pe
nin
gkat
an
Series 1 25.640% 20.512%
KI K II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
untuk otot-otot quadricept dan hip girdle, dan juga untuk punggung bagian bawah serta
hamstrings serta dapat diterapkan untuk berbagai cabang olahraga karena menggunakan
kekuatan dan kecepatan tungkai.. Dengan hal tersebut, maka dapat meningkatkan
kemampuan kecepatan tendangan pesilat.
Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok II = 18,274. Sedangkan t
tabel = 2,903. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok II. Yang berarti kelompok II memiliki
peningkatan kecepatan tendangan yang disebabkan oleh metode pelatihan yang
diberikan, yaitu metode box skip. Latihan dengan box skip merupakan salah satu bentuk
latihan pliometrik yang sederhana untuk meningkatkan kecepatan tendangan, karena
para pesilat akan lebih mudah untuk melakukan gerakan melompat setinggi-tingginya
dengan diawali salah satu kaki ditumpukan pada box atau kotak sebelum melakukan
lompatan. Latihan ini dapat meningkatkan otot-otot gulteals, gastrochemins, guadricept
hamstrings, fuksor pinggul, otot-otot punggung bagian bawah, dan perut. Adapun
pelaksanaan latihan box skip ini adalah sebagai berikut : posisi awal dengan berdiri
menghadap ke kotak yang pertama dengan meletakkan salah satu kaki ke kotak
tersebut, dengan kedua lengan berada di samping badan bahu condong ke depan sebagai
keseimbangan dan pandangan ke depan dengan penuh konsentrasi, melakukan lompatan
ke atas dengan setinggi mungkin disertai dengan ayunan tangan, dengan menggunakan
satu kaki untuk tolakan dan 2 kaki untuk pendaratan, begitu mendarat langsung
meletakkan 1 kaki ke kotak 2, hingga selesai rangkaian latihan tersebut, dengan tetap
menjaga konsentrasi agar gerakan tetap cepat dan tenaga maksimum dan usahakan
mencapai ketinggian maksimum dan ada saat waktu melayang di udara.
Dari hasil uji perbedaan yang dilakukan terhadap hasil tes akhir pada
kelompok I dan kelompok II, diperoleh nilai t sebesar 4,086 sedangkan t tabel = 2,903.
Ternyata t yang diperoleh lebih besar > t tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan selama 6
minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes akhir pada kelompok I dan
kelompok II. Karena sebelum diberi perlakuan kedua kelompok berangkat dari titik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tolak yang sama, maka perbedaan tersebut adalah karena perbedaan pengaruh dari
perlakuan yang diberikan.
Pengaruh suatu metode itu bersifat khusus, sehingga perbedaan karakteristik
latihan dapat menghasilkan pengaruh yang berbeda.Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh antara metode depth jump dan box skip
terhadap peningkatan kecepatan tendangan, dapat diterima.
2. Latihan Depth jump Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap peningkatan
kecepatan tendangan
Kelompok I yang diberikan metode depth jump memiliki nilai persentase
peningkatan kecepatan tendangan sebesar 25,648%. Sedangkan pada kelompok II yang
diberikan metode box skip memiliki peningkatan kecepatan tendangan sebesar
20,512%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok I memiliki persentase
peningkatan kemampuan kecepatan tendangan yang lebih besar dari kelompok II.
Metode latihan depth jump ternyata dapat memberikan rangsangan yang lebih efektif
untuk mengoreksi teknik kecepatan tendangan yang benar sehingga memberikan
rangsangan untuk pembentukan kecepatan tendangan yang lebih baik pada pesilat.
Pelaksanaan metode depth jump lebih mengoptimalkan intensitas dan kerja maksimum
sehingga memberikan hasil yang baik. Materi yang disampaikan memperlihatkan suatu
peristiwa teknik kecepatan tendangan secara berkesinambungan, menggambarkan
proses secara tepat yang dapat disaksikan berulang-ulang sehingga pesilat mampu
melihat serta mengkoreksi teknik kecepatan tendangan dengan benar. Dengan hal
tersebut, maka dapat meningkatkan kecepatan tendangan yang lebih baik dari pada
metode latihan box skip. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa, metode
latihan depth jump lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan kecepatan tendangan
pada pesilat putra perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten
Karanganyar Tahun 2012, dapat diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat
diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara latihan depth jump dan latihan box
skip terhadap peningkatan kecepatan tendangan pada pesilat putra perguruan Tapak
Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
2. Latihan depth jump memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada latihan box skip
terhadap peningkatan kecepatan tendangan pada pesilat putra perguruan Tapak Suci
Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar Tahun 2012.
B. IMPILIKASI
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa baik latihan depth jump
maupun latihan box skip. Kedua-duanya dapat meningkatkan kecepatan tendangan.
Namun besarnya peningkatan dari masing-masing bentuk metode dalam latihan tersebut
berbeda, hal ini dipengaruhi oleh karakteristik latihan yang diberikan.Tiap jenis metode
memiliki tipe kerja yang berbeda, perbedaan tipe kerja berpengaruh terhadap hasil
latihan.
Implikasi yang diberikan bahwa kecepatan tendangan dapat meningkat melalui
metode latihan yang diberikan, baik menggunakan latihan depth jump maupun dengan
latihan box skip. Dalam memberikan latihan tendangan khususnya untuk meningkatkan
kecepatan tendangan, Pembina harus memilih suatu bentuk tipe metode latihan yang
sesuai dengan strategi latihan teknik dasar yang bertujuan agar pemain dapat
menampilkan gerakan kecepatan tendangan dengan teknik yang benar. Dalam penelitian
ini ternyata latihan dengan latihan depth jump lebih sesuai untuk mengembangkan
penguasaan kecepatan tendangan yang lebih baik. Hal tersebut dapat menjadi dasar
pemikiran bagi para Pembina olahraga silat tentang metode yang tepat untuk
mengembangkan penguasaan tendangan yang baik sehingga kecepatan tendangan akan
meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
C. SARAN
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada para pengajar dan Pembina olahraga khususnya di olahraga
silat putra perguruan Tapak Suci Putera Muhammadiyah Kabupaten Karanganyar
Tahun 2012, disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam memilih jenis metode latihan, khususnya untuk mengembangkan kecepatan
tendangan yang baik, hendaknya pembina memilih metode yang merangsang atlet
agar teknik kecepatan tendangannya menjadi benar dan lebih baik.
2. Dalam upaya untuk meningkatkan kecepatan tendangan, khususnya untuk
menunjang peningkatan kecepatan tendangan maka perlu diperbanyak dengan
latihan depth jump.
top related