perbedaan penguasaan konsep sistem indera · pdf fileproses belajar mengajar terjadi bila ada...
Post on 06-Feb-2018
279 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA ANTARA
SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE BRAINSTORMING
DAN METODE TANYA JAWAB
(Eksperimen di MTs Darul Abror Bekasi)
Disusun oleh:
IIS NURAISIYYAH
NIM: 102016023897
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M/1429 H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi suatu negara,
karena pendidikan memiliki andil yang besar terhadap kemajuan bangsa baik secara
ekonomi maupun sosial. Hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, isinya yaitu pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
dimasa yang akan datang. Peserta didik yang dimaksud adalah anggota masyarakat yang
berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.1
Diharapkan dengan pendidikan subyek pembangunan (manusia) dididik, dibina,
dan dikembangkan potensi-potensi yang ada padanya dengan tujuan terbentuknya
subyek-subyek pembangunan yang berkepribadian utuh. Kualitas pendidikan sangat
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia karena pendidikan merupakan salah satu
sarana meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia.2
Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru memegang peranan yang
menentukan, karena bagaimanapun keadaan anak didik, maka pada akhirnya tergantung
pada guru dalam memanfaatkan kemampuan yang ada. Dalam hal ini guru mempunyai
peranan sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi bagi peserta didik
agar mencapai tujuan yang diharapkan.3 Semua hal tersebut sangat menentukan terhadap
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dengan adanya perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pembelajaran..
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa dan
komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
belajar.4 Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya
1 Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003, Tentang Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Bandung:
Fermana, 2006), h. 65 2 Nancy Susianna, Jurnal Pendidikan: Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Sebagai Wahana Pendidikan siswa SLTP (Bandung: Seminar Nasional
Pendidikan Matematika dan IPA, 2004), h. 1 3 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.53
4 Nuryani R, Srategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2005), h. 7
situasi belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Mengajar
pada hakikatnya adalah menyediakan kondisi yang seoptimal mungkin agar terjadi proses
belajar mengajar yang selalu kondusif.5
Proses belajar mengajar terjadi bila ada interaksi antara guru dan siswa, guru
mengajar dan siswa belajar. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan
belajar siswa diantaranya faktor eksternal dan internal siswa6. Salah satu faktor eksternal
yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah pemilihan dan
penggunaan metode mengajar.7
Metode mengajar dapat membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran
sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu
guru hendaknya mampu menerapkan metode yang sesuai dan tepat sebagai upaya
mancapai keberhasilan pembelajaran.
Banyak alternatif metode pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru,
namun pada prinsipnya tidak ada satu pun metode pembelajaran yang lebih baik daripada
metode yang lain. Tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kekuatan tidak dapat
dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap
bidang studi yang diajarkan.8 Untuk itu, sebaiknya guru memilih metode pembelajaran
yang tepat yang akan digunakan untuk suatu pokok bahasan.
Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan
hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran.9
Dalam hal ini, pemilihannya harus mengacu pada kriteria: menunjang pencapaian tujuan
khusus pembelajaran, sesuai dengan peristiwa pembelajaran yang akan dilaksanakan,
karakteristik materi yang akan disajikan, karakteristik siswa, alokasi waktu yang tersedia,
sarana dan prasarananya memungkinkan, besar kecilnya kelas, dan kemampuan guru.10
5 Albertus Sinaga, Jurnal Pendidikan :Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa SMU,
(Jakarta:Gema Pendidikan, Maret 1997), h.17 6 Laila Hayati, dan Nani Kurniati, Jurnal Kependidikan: Tingkat Penguasaan siswa Pada Pokok
Bahasan Notasi Sigma, Barisan Bilangan dan Deret di Kelas I F SMUN 2 Mataram, (Jurnal Kependidikan, Vol.
4, No.1, Mei 2005), h.71 7 Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa
Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal
Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 85 8Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta: Depag, 2001), h. 91 9 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit., h. 88
10 Suharjo Dwijosumarto, Jurnal Pendidikan: Penggunaan Multi Metode dan Metode Ganda Dalam
Proses Pembelajaran Mata Kuliah Kewiraan, (Jakarta: Ilmu Pendidikan, Tahun 27, No. 1, Januari 2000), h. 110
Disamping Faktor metode, faktor siswa juga tidak kalah penting dalam menentukan
pencapaian keberhasilan belajar. Pada umumnya siswa cenderung enggan untuk
mengikuti pelajaran karena cara penyajian yang terkadang berkesan membosankan. Salah
satu penyebabnya adalah tidak adanya variasi dalam pembelajaran yang dapat membuat
anak tertarik untuk belajar atau dengan istilah lain penggunaan metode yang kurang tepat.
Dewasa ini, masalah pembaruan pendidikan seperti perubahan kurikulum
merupakan masalah bagi setiap disiplin ilmu atau bidang studi yang dipergunakan sebagai
alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Biologi sebagai salah satu dari disiplin ilmu
tersebut juga ikut menanggung masalah tersebut, yang berarti pendidikan biologi harus
mampu mengarahkan subyek belajar menjadi manusia-manusia yang berpribadi utuh.
Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan guru dapat memberi dorongan yang
lebih berarti dalam penguasaan konsep siswa. Perbedaan strategi mengajar
mengakibatkan perbedaan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Tentunya hal ini akan
mengakibatkan perbedaan prestasi belajar siswa.
Sebenarnya seorang guru yang kreatif dan inovatif tidak akan kesulitan dalam
menentukan metode mengajar, walaupun fasilitas sekolah kurang memadai, namun
bukanlah suatu hambatan yang besar bagi terlaksananya proses pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif. Efektif yang dimaksud ialah agar apa yang diajarkan
kepada siswa bukan hanya dapat diserap atau dihapal saja untuk beberapa saat,
tetapi harus dapat dikembangkan juga melalui daya pikirnya.
Penerapan suatu strategi dan metode dalam pembelajaran biologi adalah merupakan
hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa secara konstruktif dan
mengarah pada penguasaan materi.11
Dalam pengajaran disekolah, materi pelajaran dapat
disampaikan dengan memberi atau menjawab pertanyaan- pertanyaan siswa dan dapat
pula dengan meminta pendapat-pendapat dari hal yang telah diketahui siswa. Diantara
berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses pengajaran, diantaranya
adalah metode brainstorming dan metode tanya jawab.
11
Frida Maryati. H. Yusuf, Jurnal Penelitian dan Pendidikan: Upaya Pengingkatan Hasil Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Biologi Melalui Metode Resitasi, (Gorontalo: Lembaga Penelitian Institut Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Tahun IV, Edisi 8, Maret 2003 ), h. 92
Metode Brainstorming atau curah pendapat adalah proses penyampaian sebanyak-
banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik
terhadap gagasan-gagasan yang muncul.12
Pemberian pendapat dalam pemecahan
masalah dapat dilakukan secara deduktif, yaitu dari konsep-konsep yang umum menuju
konsep-konsep yang lebih khusus. Pemecahan masalah secara kreatif akan lebih
memperkanya pengalaman siswa, dalam hal ini siswa dapat menghubungkan ide
atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Siswa tidak hanya akan saling
melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan saling mengisi.
Dalam brainstorming siswa diperbolehkan mengemukakan gagasan apa saja yang
muncul dari pikiran masing-masing, tidak dibenarkan adanya kritik , karena adanya kritik
dapat merintangi gagasan yang akan keluar. Dengan evaluasi dapat disimpulkan suatu
jawaban dari berbagai pendapat yang diperoleh. Salah satu kelemahan metode
brainstorming adalah guru kurang memberi waktu cukup untuk berpikir dengan
baik.13
Adapun metode tanya jawab adalah cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk
pertanyan dari guru yang harus dijawab siswa atau sebaliknya ; baik secara lisan maupun
tulisan.14
Metode ini dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah
disampaikan dalam proses pembelajaran sebelumnya. Metode ini lebih
menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang sedang
atau telah dipelajari.
Salah satu kelemahan metode tanya jawab adalah dapat menimbulkan
penyimpangan dari persoalan pokok. Lebih-lebih, jika siswa-siswa memberi jawaban atau
mengajukan masalah yang dapat mengundang keributan teman lainnya yang menyimpang
dari pokok pembicaraan atau pokok permasalahan.15
Dengan membandingkan kedua metode yaitu metode brainstorming dan metode
tanya jawab, diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena metode
brainstorming adalah metode yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa
melalui daya pikir kreatifnya terhadap konsep yang diajarkan, sehingga mereka akan
12
Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan
Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159 13
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 75 14
Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993),
h. 106 15
Albertus Sinaga, op. cit., h. 18
memiliki serta menyimpan konsep tersebut dengan lebih baik, namun tidak semua siswa
mampu mengemukakan pendapat sehingga kadang-kadang dalam berbicara hanya di
monopoli oleh siswa yang pandai saja, selain itu keterbatasan waktu terkadang menjadi
kendala dalam mengemukakan pendapat.
Sedangkan metode tanya jawab membantu tumbuhnya perhatian siswa terhadap
pelajaran. Metode ini menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk
menguasi konsep yang diajarkan, namun dalam metode tanya jawab siswa terkadang
merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya yang akibatnya
siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal, selain itu sukar untuk membuat
pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan pemahaman siswa.
Dengan membandingkan kedua metode di atas terhadap penguasaan konsep,
seorang guru diharapkan dapat menggunakan metode yang tepat, yaitu metode
brainstorming atau tanya jawab sebagai metode yang digunakan untuk memudahkan
penguasan konsep siswa.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dapat
diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dalam
pelajaran biologi?
2. Metode pembelajaran apakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa
dalam pelajaran biologi?
3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pembelajaran dengan metode
brainstorming dan metode tanya jawab?
4. Apakah metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat mempengaruhi
penguasaan konsep siswa dalam pelajaran biologi?
5. Bagaimanakah perbedaan peningkatan penguasan konsep siswa yang
menggunakan metode brainstorming, dengan metode tanya jawab?
6. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode
brainstorming dengan metode tanya jawab?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam skripsi ini dan luasnya
permasalahan yang hendak dibahas, serta untuk lebih terarahnya penelitian ini,
maka masalah hanya dibatasi pada pengaruh metode mengajar brainstorming dan
metode tanya jawab terhadap penguasan konsep siswa kelas II MTs Darul Abror
Bekasi. Penguasaan konsep siswa dibatasi pada nilai ulangan kelas II semester 2
konsep sistem indera pada manusia.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: “ Apakah terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa yang diberikan
pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab
pada siswa MTs Darul Abror Bekasi ? ”.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk memberikan manfaat kepada semua pihak yang
terkait langsung dalam dunia pendidikan, terutama bagi:
1. Kepala sekolah, sebagai informasi untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan
biologi.
2. Guru-guru biologi, informasi ini dapat dijadikan suatu referensi dan masukan dalam
memilih dan memberlakukan metode mengajar yang lebih efektif dalam pelajaran
biologi, terutama pada konsep sistem indera.
3. Siswa, memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan pemikiran
intelektual siswa, untuk dapat mengaplikasikan keilmuannya didalam kehidupan
bermasyarakat serta dapat bersosialisasi dengan baik di dalam kehidupan sosialnya
sebagai wujud dalam pembangunan bangsa dan negara di segala aspek kehidupan.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi teoretis
1. Hakikat Metode Mengajar
Metode mengajar berasal dari dua kata yaitu metode dan mengajar, metode dapat
diartikan Sebagai cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.16
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan.17 Sedangkan mengajar menurut Alvin W. Howard yang dikutip Roestiyah
adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong atau membimbing seseorang untuk
mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitudes, ideals atau cita-cita,
appreciation atau penghargaan dan knowledge.18
Metode mengajar adalah teknik guru dalam menyampaikan informasi karena minat,
taraf intelegensi dan daya perhatian dari setiap kelas berbeda, maka guru harus dapat
menggunakan metode mengajar yang berbeda dengan bijaksana.19
Metode mengajar menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono adalah bagian dari perangkat
alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Dan karena strategi
belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar, maka
metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.20
Menurut Tayar Yusuf dalam bukunya Ilmu Praktik Mengajar mengatakan, metode
mengajar adalah suatu cara tertentu yang tepat dan serasi untuk menyajikan materi
pelajaran, sehingga tercapai tujuan pelajaran, dimana murid-murid dapat merasa mudah
menerima/mengerti sehingga tidak terlalu memusingkan (memberati) pikiran mereka.
Kegiatan guru dalam hal ini adalah berdasarkan prinsip-prinsip ilmu jiwa, pendidikan,
sosiologi dan sebagainya.21
16 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.149 17 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), edisi ke-2, h.. 652 18
Roestiyah N. K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.15 19
Penggunaan metode Mengajar yang Berbeda, http://www.sabda.org/ pepak/pustaka/ 020163, 2002. 12 Maret 2007
20 JJ. Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), Cet-3,
h.3 21
Tayar Yusuf, Ilmu Praktik Mengajar, (Bandung: PT Alma’arif, 1986), Cet-1, h.50
Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran adalah cara atau strategi
yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam
konteks transfer of knowledge dan transfer of values.22
Dalam buku Strategi Belajar Mengajar, Ahmadi dan Prasetya mengatakan, metode
mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual atau secara
kelompok/klasikal, agar palajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh
siswa dengan baik.23
Dalam hal ini metode mengajar adalah sebagai alat untuk
pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar
semakin berhasillah pencapaian tujuan belajar mengajar.
Menurut Slameto metode mengajar adalah cara atau jalan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Dalam mencapai tujuan, terbuka kemungkinan memilih berbagai metode
yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan kemampuan guru yang
bersangkutan.24
Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka penulis menyimpulkan, metode
mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang
menciptakan interaksi edukatif antara guru dan siswa, suasana belajar dan pelajar
yang memberi respon terhadap usaha guru tersebut sehingga tujuan pembelajaran
dapat tercapai.
a. Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar
Penggunanan metode belajar harus dipilih dan digunakan dengan tepat agar dapat
terjadi interaksi aktif dari warga belajar.25
Menurut Winarno Surakhmad seperti
dikutip Bahri Djamarah, banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
mengajar diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Tujuan dengan berbagai jenis dan
fungsinya; 2) Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya; 3) Situasi dengan
22
Wahdi Sayuti, Model Pembelajaran Konstruktivisme, Jurnal Kependidikan, keislaman dan
Kebudayaan, (Jakarta: Didaktika Islamika, 2000, Vol. VI), h.119 23 Abu Ahmadi, dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.
52 24
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 90
25 Suharjo Dwijosumarto, Jurnal Pendidikan: Penggunaan Multimetode dan Metode Ganda Dalam
Proses Pembelajaran Matakuliah Kewiraan, (Surabaya: Ftp Universitas Negeri Surabaya 2000, Th. 27, No.
I,),h. 110
berbagai keadaannya; 4) Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya; 5)
Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.26
a. Metode Brainstorming
1) Pengertian Metode Brainstorming
Brainstorming atau curah pendapat atau sumbang saran merupakan teknik
yang dikembangkan oleh Osborn yang dapat diterapkan untuk memecahkan suatu
masalah dalam kelompok kecil (sekitar 8 sampai 10 orang) dengan menggali
gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. 27 Dalam kelompok
kecil ini seorang anak dipilih untuk berperan sebagai ketua dan siswa lain bertugas
mencatat semua gagasan yang muncul.
Dasar penggunaan metode curah gagasan atau brainstorming adalah bahwa
kelompok dapat mengajukan usul lebih banyak dibandingkan anggota secara
individual.28
Teknik ini terdiri dari dua tahap , yaitu tahap identifikasi gagasan dan
tahap evaluasi gagasan.29
Menurut Martinis, metode brainstorming adalah metode yang merangsang
berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang
disampaikan oleh siswa. Akan tetapi guru dapat menggambarkan bahwa yang
diminta adalah buah pikiran dengan alasan-alasan yang rasional.30
Roestiyah dalam bukunya mengatakan, brainstorming adalah suatu teknik
atau cara mengajar dengan melontarkan suatu masalah, kemudian siswa menjawab
atau menyatakan pendapat sehingga mungkin masalah tersebut berkembang
menjadi masalah baru atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk
mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat
singkat.31
26
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), h. 184 27 . C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia,
1999), h.103 28
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: Depag, 2001), h. 128 29
Atwi Suparman (ed), Model-Model Pembelajaran Interaktif, (Jakarta: STIA LAN press, 2003), h.153 30
Martinis Yamin, Startegi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2003),
h. 74 31
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)., h. 73
Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran brainstormig
atau curah gagasan merupakan langkah eksplorasi dan inventarisasi ide melalui
curah pendapat tentang topik tertentu dengan bebas tanpa seleksi.32
Prinsip
yang dianut oleh metode brainstorming adalah menunda memberi penilaian
sampai semua gagasan selesai dilontarkan.33 Setelah semua ide-ide kreatif itu
selesai dikemukakan, kemudian diadakann suatu evaluasi untuk melihat ide-ide
kretif mana yang nilai paling sesuai dalam rangka penyelesaian permasalahan.
Senada dengan hal diatas menurut pendapat Ratu dalam tulisannya pada
jurnal kejuruan teknik mesin mengatakan bahwa brainstorming adalah proses
penyampaian sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara
bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasan-gagasan yang muncul.34
Dengan menunda adanya kritik diharapkan dapat menggali gagasan-gagasan
sebanyak mungkin dari semua siswa.
Brainstorming merupakan salah satu teknik untuk merangsang munculnya
pemikiran-pemikiran kreatif terutama dalam usaha pemecahan masalah.
Selanjutnya menurut Ratu teknik kreatif ini dilaksanakan dengan memberikan
rangsangan (stimulus) untuk memberikan kondisi yang membangkitkan tanggapan
(respon) berupa ide-ide kreatif. Rangsangan yang diberikan dapat berupa
pertanyaan untuk tugas pemecahan masalah atau tugas melakukan kegiatan.35
Dalam buku Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Sujana mengatakan
curah pendapat atau brainstorming adalah teknik pembelajaran yang dilakukan
dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang pengetahuan dan
pengalaman yang berbeda-beda.36
Menurut Slameto Brainstorming ialah semacam cara pemecahan masalah
dimana siswa mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang
terpikirkan. Tidak ada kritik, Evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan
kemudian.37
32 Wahdi Sayuti, Op. cit., h.122 33 Atwi Suparman, Op. cit., h. 154 34
Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan
Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159 35
Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 36
H. D. Sujana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2001), h.
86 37
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Op. cit., h. 106
Dari berbagai pendapat para ahli mengenai brainstorming, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa brainstorming atau curah gagasan adalah
pemberian materi pelajaran dengan memperoleh pendapat atau ide-ide dari
siswa dengan bebas tanpa seleksi yang akan menunjang daya pikir kreatifnya
dan akan lebih memperkaya pengalaman siswa, dalam hal ini dapat
menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhasil, siswa tidak
hanya akan saling melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan
saling mengisi.
2) Tujuan Metode Brainstorming
Menurut Roestiyah, tujuan brainstorming adalah untuk mengurus habis, apa
yang dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan
guru ke kelas tersebut.38
Sedangkan menurut Ratu, tujuan brainstorming adalah untuk menghasilkan
kuantitas ide yang sebesar-besarnya, tanpa harus memeperhatikan kualitasnya.
Dalam kurun waktu tertentu diharapkan ide-ide akan muncul.39 Bagi setiap jumlah
ide yang diungkapkan pada satu kurun waktu tersebut berbeda-beda. Selain jumlah
ide berbeda kualitas ide pun berbeda.
Menurut Slameto, metode brainstorming digunakan untuk: a)
Mengembangkan pikiran yang kreatif; b) merangsang partisipasi siswa; c) Pada
waktu mencari kemungkinan pemecahan masalah; d) Berhubungan dengan
metode lainnya; e) Untuk membangkitkan pendapat-pendapat baru; f) Untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.40
Dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Interaktif Afwi Suparman
mengatakan bahwa metode Brainstorming diharapkan dapat melatih peserta untuk
mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasi mereka dan
melatih daya kreativitas berfikir peserta.41
3) Tahapan Metode Brainstorming
Brainstorming mempunyai tahapan atau langkah-langkah pokok,
yaitu:
38
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.74 39
Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 40
Slameto, Op. cit., h. 106 41
Atwi Suparman, Op. cit., h. 154
1) Guru menentukan topik bahasan.
Sebelum menentukan topik, terlebih dahulu guru menjelaskan pokok-
pokok penting materi pelajaran.
2) Ajaklah siswa umtuk mengungkapkan pandangan atau ide mereka yang
berhubungan dengan topik yang akan dibahas.
Guru memberi masalah pada siswa sesuai dengan topik atau materi yang
diajarkan dan siswa diberi waktu memikirkan pemecahan masalah tersebut
dan memberikan pendapatrnya bila diminta oleh guru.
3) Catat semua respon siswa yang muncul.
Guru turut membimbing dalam memperoleh jawaban dari siswa, namun
selama berlangsung pencetusan gagasan, kritik tidak dibenarkan dan siswa
tidak perlu mempersoalkan timbulnya ide yang tampak sama, karena
menghambat spontanitas pencetusan ide.
4) Setelah itu guru membahas satu persatu respon yang muncul.42
Guru mengevaluasi dan merangkum hasil dari jawaban pada kegiatan
tersebut dengan ceramah.
4) Kelebihan dan kekurangan metode brainstorming
1) Metode Brainstorming dipakai karena memiliki beberapa kelebihan
seperti:
a) Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat.
b) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.
c) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan
dengan masalah yang diberikan oleh guru.
d) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.
e) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai
atau dari guru.
f) Terjadi persaingan yang sehat.
g) Anak-anak merasa bebas dan gembira.
h) Suasana demokrasi dan disiplin ditumbuhkan.43
42
Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 122. 43
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h. 74
2) Adapun kekurangan dari metode brainstorming yang perlu diatasi adalah:
a) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk
berpikir dengan baik.
b) Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan.
c) Kadang-kadang berbicara hanya dimonopoli oleh anak yang pandai
saja.
d) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan
kesimpulan.
e) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah.
f) Tidak menjamin pemecahan masalah.
g) Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan .44
b. Metode Tanya Jawab
1) Pengertian Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian bahan pengajaran dengan jalan
mengajukan pertanyaan dengan meksud untuk mendapatkan jawaban lisan atau
berupa tindakan sebagai terhadap peertanyaan yang diajukan guru atau instruktur
kepada siswa atau sebaliknya sebagai upaya untuk melengkapi atau memperdalam
penguasaan bahan guna pencapaian tujuan pengajaran.45
Metode tanya jawab menurut Roestiyah adalah suatu teknik untuk memberi
motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama
mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu,
siswa menjawab.46
Selanjutnya menurut Roestiyah Tanya jawab dapat membantu
tumbuhnya perhatian siswa terhadap pelajaran, serta mengembangkan
kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya, sehingga
pengetahuannya menjadi fungsional.47
Menurut Lalu Muhammad Metode tanya jawab adalah cara menyajikan
bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab siswa atau
44
Ibid.., h. 75 45
Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Op. cit.., h.113 46
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.129 47
Ibid., h.130
sebaliknya, baik secara lisan maupun tulisan.48
Metode tanya jawab juga
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan pelajar, bisa pula
pelajar bertanya dan guru mrnjawab. Hunungan antara guru dan pelajar
merupakan hubungan timbal balik secara langsung.49
Sedangkan Wahdi Sayuti mengemukakan bahwa metode pembelajaran tanya
jawab merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dugunakan oleh
guru dalam proses pembelajaran di kelas. Secara umum, metode ini dapat
digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan dalam proses
pembelajaran sebelumnya.50
Dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya
mengatakan, metode tanya jawab adalah suatu metode di dalam pendidikan dan
pengajaran di mana guru bertanya, sedangkan murid-murid menjawab tentang
bahan materi yang ingin diperolehnya.51
Sedangkan menurut Syaiful Bahri metode tanya jawab adalah suatu cara
penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh
anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangkan keterampilan
mengamati, interprestasi, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan,
dan mengkomunikasikan.52
Dari berbagai pendapat para ahli tentang metode tanya jawab, maka penulis
menyimpulkan bahwa metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran
melalui berbagai bentuk pertanyaan, dari atau kepada siswa, sehingga terjadi
komunikasi langsung dua arah antara guru dan murid. Metode ini dapat digunakan
untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan
2) Tujuan Metode Tanya Jawab
Menurut Lalu Muhammad, tujuan dari metode tanya jawab adalah:
1) Untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran dalam ingatan, pengungkapan
perasaan dan sikap siswa.
48
Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993),
h. 106 49
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit, h. 107 50
Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 121 51
Abu Ahmadi, dan joko Tri Prasetya, Op. cit., h. 56 52
Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit., h. 203
2) Untuk mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematus, logis dan menuju
pemecahan masalah.
3) Untuk memberi tekanan perhatian bagian-bagian penting dari materi pelajaran.
4) Untuk memperkuat korelasi antara pertanyaan dengan jawabannya.
5) Membiasakan siswa mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawaban yang
benar atau tepat dalam rangjka kelanjutan belajarnya.53
Menurut Roestiyah penggunaan metode tanya jawab baik untuk maksud-
maksud yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran
atau apa yang dibaca, dengan dibantu Tanya jawab siswa akan tersusun jalan
pikirannya sehingga mencapai perumusan yang baik dan tepat, membantu
tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran, meneliti kemampuan atau daya
tangkap siswa untuk dapat memahami bacaan, dan mengetahui juga apakah
siswa mendengarkan dengan baik.54
Sedangkan menurut Slameto, metode tanya jawab digunakan bila:
1) Mengulangi pelajaran yang lalu untuk mengaitkan dengan pelajaran yang
baru.
2) Anda ingin mengikutsertakan siswa secara aktif dalam pengajaran.
3) Anda ingin menuntun pengamatan dan pemmikiran siswa.
4) Materi pelajaran berupa fakta dan informasi yang umum dan mudah diacak
melalui berbagai sumber.55
Pertanyaan dapat menjadi alat guru untuk merangsang kegiatan berpikir
siswa. Guru dapat juga menggunakan jawaban siswa untuk mengecek efektifitas
pengajarannya yang sedang berlangsung. Pertanyaan juga dapat berfungsi
sebagai pengatur, pertanyaan mengecek efektifitas pengajarannya yang sedang
berlangsung. Selain itu pertanyaan juga dapat berfungsi sebagai pengatur,
pertanyaan yang diajukan sebelum ceramah atau demontrasi dimulai dapat
53
Lalu Muhammad Azhar, Op. cit., h.106 54
Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h. 130 55
Slameto Op. cit, h. 113
membantu siswa memusatkan perhatiannya pada hal-hal penting.56
Oleh karena
itu aspek tehnik dari pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar
dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajar.
3) Jenis-Jenis Pertanyaan
Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono, dalam buku Proses Belajar Mengajar.
Menggolongkan tiga jenis pertanyaan sebagai berikut:
1) Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya
a) Pertanyaan permintaan (compliance question)
b) Pertanyaan retorik (rhetorical question)
c) Pertanyaan mengarah atau menuntun (prompting question)
d) Pertanyaan menggali (probing question)
2) Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom
a) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question)
b) Pertanyaan pemahaman (comprehension question)
c) Pertanyaan penerapan (application question)
e) Pertanyaan analisis (analysis question)
f) Pertanyaan sintesis (synthesis question)
g) Pertanyaan evaluasi (evaluation question)
3) Jenis-jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran
(1) Pertanyaan sempit (narrow question)
(a) Pertanyaan sempit informasi langsung:
(b) Pertanyaan sempit memusat:
(2) Pertanyaan Luas (broad question)
(a) Pertanyaan luas terbuka
(b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question) .57
4) Tahapan Metode Tanya Jawab
Adapun tahapan atau langkah-langkah metode tanya jawab adalah sebagai
berikut:
56
W. James Popham, Eva L. Baker (Amirul Hadi, dkk), Teknik Mengajar secara sistematis, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2001) h. 89 57
JJ. Hasibuan, Moedjiono, Op. cit., h. 15
1) Persiapan.
a) Menentukan topik
b) Merumuskan tujuan ( TIK )
c) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang tepat sesuai dengan TIK
d) Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan diajukan
siswa.
2) Pelaksanaan
a) Menjelaskan TIK yang akan dicapai
b) Mengkomunikasikan penggunaan metode tanya jawab (murid tidak hanya
bertanya tetapi juga menjawab pertanyaan guru atau siswa yamg lain).
c) Guru memberikan permasalahan sebagai bahan persepsi.
d) Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.
e) Guru memberikan limit waktu (tempo) yng cukup untuk siswa menyusun/
memikirkan jawaban yang sistematis.
f) Memelihara ketenangan suasana tanya jawab.
g) Guru mengusahakan pemerataan giliran bertanya/ menjawab.58
5) Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya jawab
Dalam pelaksanaannya metode tanya jawab memiliki kelebihan dan
kekurangan.
1) Adapun kelebihannya adalah:
a) Lebih mengaktifkan anak didik dibandingkan dengan metode ceramah.
b) Anak akan lebih cepat mengerti, karena memberi kesempatan kepada anak
didik untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas/ dimengerti sehingga
guru dapat menjelaskan kembali.
c) Mengetahui perbedaan pendapat antara anak didik dan guru, dan akan
memebawa kearah suatu diskusi.
d) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik.
2) Sedangkan kelemahan dari metode tanya jawab adalah:
a) Mudah menyimpang dari pokok persoalan.
b) Dapat menimbulkan beberapa masah baru.
58
Lalu Muhammad Azhar, Op. cit., h.108
c) Anak didik terkadang merasa takut untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan kepadanya.
d) Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan
pemahaman anak didik.59
2.Hakikat Penguasaan Konsep Sistem Indera
a. Penguasaan konsep
Penguasaan konsep terdiri dari dua kata yaitu penguasaan dan konsep.
Penguasaan diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan
(pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya).60 Sedangkan konsep merupakan suatu
abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari
sekelompok obyek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda
atau fenomena di alam yang membedakan dari kelompok lainnya.61
Menurut Amien yang dikutip Yuni dan Adi konsep adalah suatu gagasan atau
ide yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan yang dapat
digeneralisasikan. Suatu konsep dikatakan objektif jika dapat dikonfirmasikan
dengan kenyataannya, artinya simbol yang ada dalam konsep tersebut dapat
ditelusuri keberadannya dialam nyata.62
Menurut Rosser yang dikutip Dahar, dikatakan bahwa, konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-
kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama.63
Selanjutnya Dahar menjelaskan pembentukan konsep merupakan suatu bentuk
belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam bentuk primitif, yang
melibatkian proses-proses psikologi seperti analisis diskriminatif, abstaksi,
diferensiasi, pembentukan (generation) hipotesis dan pengujian (testing), dan
generalisasi.64
Sedangkan menurut Bell yang dikutip Abidin Konsep adalah suatu ide atau
gagasan abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengklasifikasikan obyek-
59 Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit., h. 203 60 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h.534 61
Nuryani. R. Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Malang: UM Press,2005 ), h.51 62
Yuni Tri Hewindati, dan Adi Suryanto, Jurnal Pendidikan: Pemahaman Murid Sekolah Dasar Terhadap Konsep IPA Berbasis BIologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi,, (Universitas Terbuka:
Jurnal pendidikan. Vol, No. I, Maret 2004), hal.63 63
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h.80 64
Ibid, h.81
obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu dan memungkinkan pula untuk menentukan
apakah obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan contoh atau
bukan contoh dari gagasan tersebut.65
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konsep merupakan ide atau pengertian
yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.66 Tafsiran atau pengertian seseorang
terhadap suatu konsep disebut konsepsi. Setiap konsep tidak berdiri sendiri,
melainkan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain, semua konsep tersebut
bersama-sama membentuk semacam jaringan pengetahuan dalam pikiran manusia.
Semakin lengkap jaringan konsep tersebut dalam struktur kognitif seseorang semakin
besar kemungkinannya dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan.67
Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Dalam proses ini seseorang
mengabstraksikan atribut-atribut tertentu yang sama dari berbagai stimulus yang
diberikan . Stimulus – stimulus tersebut dapat berupa pemberian contoh-contoh dari
sesuatu yang dikonsepkan. Sedangkan asimilasi konsep bersifat deduktif.68
Dengan
terkonsepnya rangsangan oleh individu dengan baik diharapkan individu akan lebih
mudah mememori dan memunculkan kembali rangsangan tersebut dalam bentuk
konsep pada situasi dan kondisi yang lain.69
Adapun manfaat konsep menurut S. Nasution adalah membebaskan individu dari
pengaruh stimulus yang spesifik dan dapat menggunakannya dalam segala macam
situasi dan stimulus yang mengandung konsep itu.70
Selanjutnya menurut Nasution mempelajari konsep berbeda dengan belajar
hubungan stimulus dan respon karena yang terakhir ini bertalian erat dengan bentuk
fisik tertentu, sedangkan konsep sudah lepas sama sekali dari bentuk atau kesamaan
65
Zainal Abidin, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran: Pemahaman Konseptual dan Proses Dalam
Belajar Matematika, (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Tahun 17, No. 2, 2 Agustus 2004), h. 59 66
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h. 520 67
Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa
Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal
Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 86 68
Zainal Abidin, Op. cit., h. 60 69
Sutarto, Jurnal Pendididkan dan Kebudayaan: Buku Ajar Fisika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Tahun 11, No. 54, Mei 2005), h. 332 70
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,
1997), h. 164
fisik. Misalnya konsep “sudut “ tidak terikat pada sudut obyek tertentu, akan tetapi
dikenal dalam setiap benda.71
Tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa, tergantung pada
kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa.72 Sesuai dengan
taksonomi Bloom dalam ranah kognitif yang meliputi 6 tingkat, yaitu:
1) Pengetahuan, pengenalan, yaitu dapat mengenal, mengingat dan mereproduksi
bahan pengetahuan atau pelajaran yang pernah diberikan.
2) Pemahaman, yaitu memahami materi atau gagasan yang diberikan. Siswa tahu
apa yang disampaikan dan dapat menggunakan materi atau gagasan yang
diberikan, tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihat
implikasinya.
3) Penerapan, yaitu menggunakan hal-hal abstrak dalam situasi yang khusus dan
konkret.
4) Analisis, yaitu menguraikan suatu materi atau bahan yang diberikan menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga kedudukan atau hubungan antarunsur
atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas.
5) Sintesis, yaitu menghimpun atau menyusun unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga membentuk keseluruhan; proses bekerja dengan bahan-bahan, unsur-
unsur, dan menyusun atau menggabungkannya menjadi pola atau struktur
tertentu.
6) Evaluasi, yaitu memberikan pertimbangan mengenai nilai dari bahan dan
metode-metode untuk tujuan tertentu. Biasanya dengan menggunakan patokan
atau tolok ukur penilaian. Patokan ini dapat diberikan oleh guru atau ditentukan
sendiri oleh siswa.73
Pendekatan-pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses
perolehan konsep-konsep, pada sifat dari konsep-konsep, dan pada bagaimana
konsep-konsep itu disajikan dalam stuktur kognitif.74
Berdasarkan pendapat para ahli dan uraian tentang penguasaan konsep, maka
penulis menyimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah pemahaman atau
71
S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 164
72 Ratna Wilis Dahar, Op. cit., h. 91
73 S. C. Utami Munandar, Op. cit., h.120
74 Ratna Wilis Dahar, Op. cit., h. 84
kesanggupan siswa terhadap suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada
pengalaman tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan. abstraksi yang
menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek
dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di
alam yang membedakan dari kelompok lainnya yang didasarkan pada pengalaman
tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan dan diukur melalui tingkat
perkembangan kognitif siswa sesuai dengan klasifikasi Bloom.
b. Sistem Indera
Sistem dapat diartikan sebagai hirargi tertinggi susunan stuktur dan fungsi
tubuh.75 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur
yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.76
Sedangkan indera merupakan reseptor rangsang. Selain itu indera juga dapat
diartikan sebagai alat untuk merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba,
dan merasakan sesuatu secara naluri (intuitif).77
Macam indera sesuai dengan
macam stiumulus di alam: raba fisik, raba suhu panas/dingin, raba arus angin/air,
bau, kecap, bunyi, keseimbangan, nyeri dan cahaya.78
Sistem indera merupakan alat untuk mengenal dunia luar. Alat indera
mempunyai lima indera yang dikenal dengan panca indera, alat indera pada
manusia dilengkapi dengan bagian –bagian yang berfungsi untuk menerima
rangsangan dari luar, dan saraf-saraf pembawa rangsang ke saraf pusat ( otak ).
Alat indera manusia dapat berfungsi dengan sempurna apabila:
1. Saraf –saraf yang berfungsi membawa rangsang ke sumsum saraf pusat bekerja
dengan baik.
2. Otak sebagai pusat pengolah rangsang bekerja dengan sempurna.
3. Secara anatomi alat-alat indera tidak mempunyai kelainan bentuk dan fungsinya.
Adapun lima alat indera manusia tersebut adalah:
1) Mata (indera penglihat), peka terhadap cahaya.
Bagian-bagian mata yaitu:
a) Bagian depan bola mata
75
Wildan Yatim, Kamus Biologi, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 1999), Edisi I, h. 793 76
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h 950 77
Ibid., h. 377 78
Ibid, h. 470
Terdiri atas: alis, kelopak mata, dan kelenjar air mata. Bola mata
direkatkan pada dinding sebelah dalam rongga mata oleh tiga pasang otot,
yang juga berfungsi menggerakan bola mata. Otot-otot tersebut yaitu:
(1) Otot yang menggerakan bola mata lurus atas dan lurus bawah.
(2) Otot yang menggerakan bola mata lurus dalam dan lurus luar.
(3) Otot yang menggerakan bola mata miring atas dan miring bawah.
b) Bola mata terdiri dari tiga lapisan yaitu:
(1) Lapiasan luar (Sklera), berwarna putih.
Bagian sklera memebentuk kornea, yan berfungsi untuk memerima
cahaya yang masuk ke mata. Kornea dilindungi selaput tipis yamg
disebut konjungtiva.
(2) Lapisan tengah, berwarna gelap banyak mengandung pembuluh darah,
dan berfungsi untuk menyerap cahaya serta mengurangi cahaya yang
memantul disekitar mata bagian dalam. Dibagian ini juga terdapat iris,
pupil, dan lensa mata.
(3) Lapisan dalam (Retina) atau selaput jala.
Retina mengandung reseptor yang peka terhadap cahaya. Pada retina
terdapat bintik kuning dan bintik buta.
Proses Melihat
Suatu benda dapat dilihat jika ada cahaya. Cahaya dipantulkan benda→
mata→ Kornea→ Pupil→ Lensa mata→ Retina→ Saraf mata→
Diterjemahkan oleh pusat penglihatan di otak→ Melihat.
Gangguan-gangguan pada Mata
Gangguan atau kelainan pada mata diantaranya adalah: Rabun jauh
(miopi), rabun dekat (hipermetropi), rabun jauh dan dekat (presbiopi),
Astigmatisme (silindris), rabun senja, katarak, dan buta warna.
2) Telinga (indera pendengar)
Telinga manusia terdiri atas:
a. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga dan gendang telinga.
Telinga luar berfungsi untuk menangkap dan tempat masuknya gelombang
bunyi
b. Telinga tengah terdiri dari pembuluh Eustachius dan tulang-tulang
pendengaran yaitu tulang martil, tulang landasan dan tulang sanggurdi.
Telinga tengah berfungsi dalam menghantarkan getaran ke telinga bagian
dalam
c. Telinga dalam terdiri dari rumah siput atau koklea,dua lubang berselaput yaitu
tingkap jorong dan tingkap bundar, dan alat keseimbangan berupa tiga buah
saluran setengah lingkaran.
Proses Mendengar
Gelombang bunyi ditangkap dan dikumpulkan oleh daun telinga→ Saluran
telinga→ Menggetarkan gendang telinga→ Tulang martil→ Tulang
landasan→ Tulang sanggurdi→ Tingkap jorong→ Cairan limfa didalam
rumah siput bergetar→ Merangsang ujung-ujung urat saraf→ Saraf
pendengaran→ Pusat pendengaran di otak→ Mendengar.
Gangguan-gangguan pada Telinga
Gangguan pada telinga dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu gangguan
penghantaran bunyi dan gangguan saraf. Gangguan atuau kelainan pada
telinga diantaranya adalah: Otosklerosis yaitu kelainan pada tulang sanggurdi
dan Presbikus yaitu gangguan yang disebabkan oleh.penuaan yang
mengakibatkan rusaknya sel saraf pada telinga.
3) Lidah (indera pengecap)
Zat yang dapat dikecap lidah adalah zat kimia yang berupa larutan. Ujung-
ujung saraf pengecap berkelompok membentuk kuncup pengecap. Ada kuncup
pengecap yang peka terhadap rasa manis, asin, asam dan pahit. Kuncup-kuncup
pengecap berkumpul pada bagian tertentu dari lidah. Ujung lidah peka terhadap
rasa manis dan asin, tepi lidah peka terhadap rasa asam dan pangkal lidah peka
terhadap rasa pahit.
Gangguan pada indera pengecap dapat bersifat sementara, misalnya pada
saat makan atau minum sesuatu yang panas atau dingin lidah akan mati rasa
beberapa saat dan bersifat permanen misalnya rusaknya jaringan saraf yang
berhubungan dengan indera pengecap di otak.
4) Hidung (indera pencium)
Dalam rongga hidung bagian atas terdapat serabut-serabut saraf pembau
dengan sel-sel pembau di ujungnya. Serabut-serabut saraf itu bergabung menjadi
urat saraf pembau yang menuju kepusat pembau di otak. Sel-sel pembau menuju
rambut-rambut halus di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi
sebagai pelembab.
Sel-sel pembau peka terhadap zat kimia beruapa gas. Sewaktu menarik
napas, udara masuk kedalam rongga hidung. Zat kimia yang ada didalam udara
akan dilarutkan pada selaput lendir, kemudian dibawa oleh saraf pembau ke
otak, sehingga rangsangan bau dapat diterima.
5) Kulit (indera peraba)
Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan melindungi seliruh tubuh.
Kulit berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, tempat menyimpan cadangan
makanan/lemak, melindungi tubuh dari gesekan, penyinaran, panas, zat kimia,
dan kuman, juga berfungsi sebagau indera peraba. Selain itu kulit juga berfungsi
sebagai alat pengeluaran
Sel-sel saraf peraba tersebar diseluruh permukan kulit, bagian tubuh yang
peka terhadap sentuhan adalah ujung jari, telapak tangan dan telapak kaki. Saraf
peraba dapat merasakan permukaan halus dan kasar. Kulit terdiri dari lapisan
epidermis (kulit ari) dan lapisan dermis (kulit jangat).
3. Penelitian yang Relevan
Dari hasil penelitian yang relevan tentang brainstorming dan tanya jawab dalam
pembelajaran yang dilakukan oleh Ratu Amelia, menunjukkan bahwa terdapat
pertumbuhan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan
metode brainstrorming. Pertumbuhan kreativitas dimulai dengan pertumbuhan unsur
kelancaran dan keluwesan berpikir diikuti dengan pertumbuhan unsur kepekaan terhadap
masalalah.
Hasil penelitian Syahrudin, menunjukkan bahwa brainstorming sebagai tekhnik untuk
pelatihan berfikir divergen mampu meningkatkan kreativitas dan dapat memberikan
pengalaman dan pengembangan pemikiran bagi individu yang bersangkutan dalam
mencoba menyelesaikan masalah. Selanjutnya menurut penelitian Wiwik, menunjukkan
metode pembelajaran brainstrorming mempunyai hubungan yang bermakna terhadap
peningkatan pengetahuan siswa.
Sedangkan hasil penelitian mengenai tanya jawab yang dilakukan oleh Albertus sinaga
menunjukkan metode tanya jawab sesuai untuk diterapkan dalam pengajaran berbicara
karena waktu siswa bertanya guru dapat mendengar dengan seksama bagaimana cara siswa
untuk menyampaikan permasalahan nya, dengan demikian guru terus-menerus memantau
perkembangan berbicara siswa. Jika terdapat kesalahan dan kejanggalan guru dapat
memperbaikinya .
Metode barainstrorming dan tanya jawab dapat melatih keterampilan berbicara siswa
karena metode brainstrorming dan tanya jawab dapat melatih keberanian berpikir,
menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk menguasai konsep yang
diajarkan sehingga dapat memudahkan penguasaan konsep siswa dalam proses belajar
mengajar.
B. Kerangka Berpikir
Dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah
pemilihan metode mengajar. Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat
mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Banyak sekali metode-metode
mengajar yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah
metode brainstorming dan metode tanya jawab.
Biologi merupakan ilmu moderat dan strategis yang terletak diantara ilmu-ilmu sosial,
psikologi, dan ilmu-ilmu alam. Melalui mata pelajaran ini, peserta didik dikembangkan
sikap ilmiahnya. Dengan belajar biologi berarti berupaya mengenali proses kehidupan
nyata di lingkungan, mengenali diri sendiri sebagai makhluk hidup, dan diharapkan
bermanfaat untuk peningkatan kualitas dan kelulushidupan manusia dan lingkungannya.
Secara umum, tujuan pengajaran adalah pengetahuan yang disampaikan dapat
dipahami oleh siswa. Dengan demikian, mengajar yang baik itu dapat terjadi jika terdapat
peningkatan penguasaan konsep siswa. Hal itu dapat dipenuhi salah satunya dengan
penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yang menimbulkan
perbedaan hasil belajar yang berarti bagi proses pembelajaran tersebut.
Brainstorming adalah salah satu metode pengajaran yang menekankan kepada siswa
untuk berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu tujuan metode ini
adalah melatih siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya
imajinasi mereka dan melatih daya kreativitas berfikir siswa. Salah satu kelemahan dari
metode ini adalah kurangnya waktu yang diberikan untuk siswa memikirkan pemecahan
masalah yang diberikan.
Sedangkan metode tanya jawab adalah metode yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung antara guru dan siswa, sehingga guru dapat melakukan penilaian
langsung sejauh mana perkembangan aspek kognitif dan afektif siswa. Metode tanya
jawab memiliki kelemahan diantaranya kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian
siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan sasaran
yang dibicarakan.
Dalam metode brainstorming, siswa dituntut untuk berpikir kreatif dan logis terutama
dalam usaha pemecahan masalah dari konsep yang diajarkan. Siswa di rangsang untuk
mengemukakan pendapat sehingga mereka memperoleh pengalaman langsung dari daya
pikir kreatifnya yang akibatnya akan meningkatkan siswa dalam menerima pelajaran.
Dengan demikian, wajarlah bila mereka akan memiliki serta menyimpan konsep tersebut
dengan lebih baik.
Sedangkan dalam metode tanya jawab lebih mengedepankan aspek ingatan, selain itu
terkadang siswa merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya
yang akibatnya siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal. Dengan demikian
metode brainstorming diharapkan dapat lebih meningkatkan penguasan konsep siswa di
bandingkan dengan metode tanya jawab.
Berdasarkan teori maupun pendapat mengenai metode belajar brainstorming, metode
tanya jawab dan penguasaan konsep, maka dapat dikatakan bahwa dalam belajar
khususnya biologi diperlukan penggunaan metode belajar yang tepat. Salah satu cara
untuk memilih metode yang tepat adalah dengan membandingkan metode yang ada
terhadap peningkatan penguasaan konsep yang diperoleh siswa.
Metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat digunakan dalam upaya
pencapaian penguasaan konsep siswa yang dapat diukur melalui 3 ranah yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi salah satu metode yang
menyenangkan dan membawa peserta didik kearah pembelajaran yang kreatif serta hasil
pembelajaran yang optimal.
Pada kegiatan brainstorming siswa berperan aktif untuk mengemukakan pendapatnya
dari konsep yang telah mereka pelajari sebelumnya, metode ini merangsang siswa untuk
berpikir kreatif dengan aktifnya siswa dalam kegiatan brainstrorming dan tanya jawa
maka pembelajaran akan lebih bermakna sehingga diharapkan akan terdapat perbedaan
penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstrorming dengan metode
tanya jawab. Penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstrorming lebih
tinggi dibandingkan penguasaan konsep siswa yang mnggunakan metode tanya jawab
C. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis
yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
Ho: Tidak terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera siswa yang diajar dengan
metode brainstorming dan metode tanya jawab.
Ha: Terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera siswa yang diajar dengan
metode brainstorming dan metode tanya jawab. Penguasaan konsep siswa yang
menggunakan metode brainstorming lebih tinggi dibandingkan dengan penguasaan
konsep siswa yang menggunakan metode tanya jawab.
Adapun pengujian hipotesis struktural yang digunakan adalah sebagai berikut:
Ho : µA = µB
H1 : µA > µB
Keterangan :
µA = Rata-rata penguasaan konsep sistem indera siswa dengan metode
brainstorming.
µB = Rata-rata penguasaan konsep sistem indera siswa dengan metode tanya
jawab.
Apabila µA > µB maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti hipotesis diterima.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep antara siswa
yang diajar dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab.
B. Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2007. Sedangkan
sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah MTs Darul Abror Jatiraden, Bekasi.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah quasi experiment (eksperimen semu),
karena kelompok-kelompok yang terpilih masih dapat berhubungan dan berada pada
keadaan apa adanya, sehingga peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel
bebasnya. Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua variabel yaitu:
1. Variabel terikat adalah penguasaan konsep sistem indera.
2. Variabel bebas adalah pengajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan
metode tanya jawab.
Eksperimen dilakukan pada dua kelompok, terhadap keduanya diberi tes awal (pre test),
kemudian kelompok A diberi pengajaran dengan metode brainstorming dan kelompok B
diberi pengajaran dengan metode tanya jawab. Setelah itu diberi tes akhir (post test). Hasil
dari tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok diperbandingkan. Desain yang
digunakan adalah pre test post control group design, dengan mempetimbangkan bahwa
melakukan penelitian murni pada
penelitian lapangan hampir tidak mungkin dan sulit untuk memenuhi kriteria alokasi
perlakuan subjek secara random. Desain penelitian dapat divisualisasikan sebagai berikut:
Tabel I
Desain penelitian
Kelompok Pre test Perlakuan Post test
A O1 Xa O2
B O3 Xb O4
Keterangan:
O1: Adalah tes awal pada kelompok A
O3: Adalah tes awal pada kelompok B
Xa: Kelompok yang diberi perlakuan metode mengajar brainstorming
Xb: Kelompok yang diberi perlakuan metode mengajar tanya jawab
O2: Tes akhir pada kelompok A
O4: Tes akhir pada kelompok B
D. Populasi Dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi adalah siswa MTs Darul Abror Jati Raden Bekasi.
Sedangkan sampelnya adalah siswa kelas II. Adapun teknik pemilihan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu penentuan kelas
yang akan dijadikan penelitian berdasarkan kebijakan dan kemudahan pihak sekolah serta
dukungan dari guru mata pelajaran biologi kelas II.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian diartikan sebagai alat untuk mengukur variabel-variabel
pelelitian. Dan selanjutnya dijadikan alat bantu didalam metode pengumpulan data.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes sebelum dan sesudah
penerapan pengajaran dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab pada kedua
kelas eksperimen. Tes yang digunakan adalah tes objektif dengan 4 alternatif jawaban.
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah dalam penyusunan instrumen
yaitu:
1. Penyusunan Soal
Penyusunan soal untuk menentukan penguasaan konsep siswa yang dilakukan
berdasarkan pada Kurikulum KBK. Soal dalam bentuk objektif (pilihan ganda)
dengan jumlah option sebanyak 4 option yaitu a, b, c, dan d. Dengan konsep sistem
indera.
Pada penelitian ini, ranah yang diukur adalah ranah kognitif yang meliputi aspek
ingatan, pemahaman, dan aplikasi. Dalam pemberian skor akan mendapatkan nilai 1
jika benar dan 0 jika salah.
2. Uji Coba
Soal yang telah dibuat akan diujicobakan pada siswa diluar objek penelitian. 44
siswa sebagai sampel acak dengan mengerjakan tes sebanyak 40 soal, agar dapat
diketahui validitas dan reliabilitasnya.
F. Variabel Penelitian
Dalam setiap penelitian, maka ada yang menjadi variabel penelitian, variabel adalah
konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.79
1. Variabel Penguasaan konsep (Y)
a. Definisi Konseptual
Penguasaan konsep adalah pemahaman pengetahuan yang menggambarkan
ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek baik merupakan
suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di alam yang membedakan dari
kelompok lainnya.
b. Definisi Operasional
Penguasaan konsep dapat diukur melalui penguasaan kurikulum materi sistem
indera yang sesuai dengan standar kompetensi, yaitu siswa mampu
mendeskripsikan alat indera pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan
yang meliputi : 1) Menunjukan bagian-bagian alat indera dan fungsinya. 2)
Mendata contoh kelainan dan penyakit pada alat indera yang biasa dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya. Penguasaan konsep biologi untuk
SLTP diukur berdasarkan pada domain kognitif melalui 3 ranah yaitu pengetahuan
(C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3).
c. Kisi-kisi Penguasaan Konsep
Tabel 2
Kisi-Kisi Penguasaan Konsep Biologi Berdasarkan Aspek Kognitif
79
Moh Nasir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999) h. 149
Konsep (PB/SPB) Tingkat Pengetahuan dan Nomor Butir
Jumlah
C1 C2 C3 JMLH %
Sistem Indera Pada
Manusia
a. Alat indera 2 1 2 8,7%
b. Mata 15, 19 8, 10, 26 6, 9 7 30,4%
c. Telinga 12, 17, 32 25, 28 22 6 26,1%
d. Hidung 35 34 2 8,7%
e. Lidah
f. Kulit
38
24, 31, 36
37
40
3
3
13%
13%
Total & Persen 8 11 4 23 100%
34,8% 47,8% 17,4% 100%
d. Kalibrasi instrumen
1). Analisis Validitas
Sebuah tes disebut valid apabila tes itu tepat mengukur apa yang hendak
diukur. Validitas yang diukur dalam penelitian ini adalah validitas isi.
Validitas isi secara mendasar adalah merupakan suatu pendapat, baik pendapat
sendiri ataupun pendapat beberapa orang lain.80
Tes dikatakan memiliki
validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan
materi atau isi pelajaran yang diberikan. Pengujian validitas instrumen ini
menggunakan uji validitas butir, dengan menggunakan point biserial
corelation, yaitu teknik analisis yang biasa dipergunakan untuk mencari
korelasi antara dua variabel.81
Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
80
Moh. Nasir, Op. cit., h.175 81
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2004), h. 257
Q
P
SD
MMr
t
tp
pbi
−=
Dimana N
XtMt
∑= dan
22
tN
Xt
N
XtSD
−=∑∑
Sedangkan dalam menentukan mean peserta tes yang menjawab benar, maka
digunakan persamaan:
Mp = benar menjawab yang tespeserta nggiskor tertijumlah
benar menjawab yang peserta skor totaljumlah
Keterangan:
rpbi : koefisien korelasi point biserial yang melambangkan
kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II
Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee
Mt : skor rata-rata dari skor total (mean total)
SDt : deviasi standar dari skor total
P : proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir
item yang sedang diuji validitas itemnya.
q : proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item
yang sedang diuji validitas itemnya.
Setelah didapatkan hasil, maka ditentukan nilai validitas dengan
mengkonsultasikan pada tabel korelasi product momen yaitu dengan melihat
derajat kebebasannya (n - nr). Jika r hitung > r tabel maka item soal tersebut
bersifat valid, dan jika r hitung < r tabel maka item soal tersebut bersifat tidak
valid.
Dari hasil uji coba yang akan dilaksanakan soal-soal yang tidak baik
disesuaikan dengan butir-butir soal yang terdapat dalam tujuan instruksional
khusus (TIK). Setelah dilakukan penyesuaian ternyata seluruh TIK telah
terwakili oleh soal-soal tersebut sehingga soal-soal tersebut telah memenuhi
validitas isi. Instrumen penguasaan konsep ini terdiri dari 40 soal terdapat 23
soal (57,5%) soal dengan validitas baik dengan nomor 1, 2, 6, 8, 9, 10, 12, 15,
17, 19, 22, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 34, 35, 36, 37,38, 40 dan 17 soal (42,5%)
yaitu dengan nomor 3, 4, 5, 7, 11, 13, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 27, 29, 30, 33, 39
dengan validitas buruk.82
2). Analisis Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur gejala pada waktu yang berlainan
senantiasa menunjukan hasil yang sama. Reliabilitas sangat dibutuhkan untuk
mendukung terbentuknya validitas sebuah tes reliabel, tetapi tidak valid.
Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.
Untuk menentukan reliabilitas instrumen digunakan rumus Kuder-
Richardson (KR-20), yaitu:
⋅−
=
∑2
ii
2
11St
qpSt
1-n
nr
Keterangan:
r11 : koefisien reliabilitas tes
n : banyaknya butir soal
St2 : varian total
∑pi.qi : jumlah dari hasil perkalian antara pi dengan qi
Dimana St2 adalah:
82
Perhitungan lengkap pada lampiran 4 hal. 89
N
xtSt
2
2 ∑= dan ∑xt2 adalah:
2
22
N
XtXtxt
−=∑∑ ∑
Setelah didapatkan hasil, maka ditentukan nilai reliabilitas dengan
mengkonsultasikan pada koefisien reliabilitas tes sebagai berikut:
0,91 – 1,00 : sangat tinggi
0,71 – 0,90 : tinggi
0,41 – 0,70 : cukup
0,21 – 0,40 : rendah
< 0,20 : sangat rendah.
Dari hasil uji coba yang telah dilaksanakan, telah diketahui tingkat
reliabilitas dari soal yang tersebut yaitu sebesar 0,75. Nilai tersebut telah
memenuhi syarat reliabilitas yang tinggi.83
2. Variabel Metode Pembelajaran (X)
a. Metode Brainstorming
1) Definisi Konseptual
Metode brainstorming diartikan sebagai metode mengajar yang
memungkinkan siswa menyampaikan sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan
suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasan-
gagasan yang muncul.
2) Definisi Operasional
Dalam metode brainstorming langkah pertama guru memberikan materi
pelajaran kemudian siswa diberi masalah dan waktu untuk memikirkan
pemecahan masalah tersebut dan memberikan pendapatnya bila diminta oleh guru,
setelah semua siswa selesai mengemukakan pendapatnya kemudian guru
mengevaluasi dan merangkum hasil dari jawaban siswa dan membahasnya dengan
ceramah.
b. Metode tanya jawab
1) Definisi Konseptual
Metode tanya jawab diartikan sebagai metode penyampaian pesan
pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa
83
Lampiran 5 hal 91
memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan
guru yang menjawab pertanyaan.
2) Definisi Operasional
Dalam metode tanya jawab guru memulai dengan memberikan materi
pelajaran kemudian siswa dipersilahkan bertanya atau sebaliknya guru yang
bertanya dan siswa menjawab. Dengan tanya jawab guru dapat mengukur sejauh
mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabilitas maka peneliti melakukan
beberapa hal dalam melakukan pengumpulan data yang mendukung, diantaranya:
1. Penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengadakan kajian terhadap buku-buku serta
hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.
2. Penelitian lapangan, yaitu dengan memberi soal biologi di Mts Darul Abror, Jatiraden,
Bekasi dengan tes objektif pilihan ganda dengan pokok bahasan sistem indera pada
manusia. Dilakukan untuk mengetahui hasil penguasaan konsep sebagai variabel yang
akan diteliti.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Persyaratan Analisis
Analisis data yang digunakan ,meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Secara rinci dijabarkan sebagai berikut :
A. Uji Normalitas
Untuk uji normalitas, analisis data dilakukan dengan menggunakan uji
normalitas chi kuadrat (x2). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh berasal dari populasi distribusi normal atau tidak, dengan taraf
signifikan 5% dan 1%. Adapun kriterianya sebagai berikut:
xo2<xt2 = Data berdisrtibusi normal
xo2>xt2 = Data berdistribusi tidak normal
Adapun rumus chi kuadrat untuk uji normalitas adalah:
X2
( )Ei
Ei−∑=
Oi
Keterangan:
Oi : Frekuensi pada sampel
Ei : Frekuensi teoritik
B. Uji Homogenitas
Untuk uji homogenitas, analisa data dilakukan dengan menguji homogenitas
dua varians. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh homogen atau tidak, terhadap dua kelompok perlakuan, dengan taraf
signifikan 5% dan 1%. Adapun kriterianya sebagai berikut:
- F hitung < F tabel = Variabel data homogen
- F hitung > F tabel = Variabel data tidak homogen
Adapun rumusnya sebagai berikut:
2
B
2
A
S
SF =
Keterangan:
SA2 : varians terbesar
SB2 : varians terkecil
2. Uji Hipotesis
Data yang didapat yaitu hasil belajar masing-masing sampel berdasarkan tes yang
dilakukan akan diuji hipotesis dengan uji “t” yaitu salah satu tes yang dipergunakan
untuk menguji kebenaran hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah
yang diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.84 supaya diketahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara siswa
yang diajar dengan metode brainstorming dengan siswa yang diajar dengan
menggunakan metode tanya jawab. Adapun rumus uji “t” adalah:
[ ]11
2
)1()1(t +
−+
−+−
−=
yx nn
synsxn
YX
84
Ibid., h. 278
Keterangan:
X : Nilai rata-rata kelas eksperimen
Y : Nilai rata-rata kelas kontrol
Sx : Simpangan baku kelas eksperimen
Sy : Simpangan baku kelas kontrol
nx : Jumlah sample kelas eksperimen
ny : Jumlah sample kelas kontrol
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pembelajaran dengan konsep
sistem indera pada manusia. Penulis memberikan perlakuan yang berbeda di dua kelas
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Abror Bekasi dengan sampel kelas II. Penulis
mengambil sampel dua kelas yaitu kelas II A berjumlah 39 orang dan kelas II B
berjumlah 39 orang. Sampel diambil dengan menggunakan tekhnik purposive
sampling (pengambilan sampel nonrandom berdasarkan tujuan). Penulis mengajar
langsung di kedua kelas tersebut dengan perlakuan/penerapan metode berbeda dan
diamati oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Adapun konsep yang dipelajari adalah
konsep sistem indera pada manusia.
Perlakuan yang diberikan pada kedua kelas eksperimen berupa perbedaan
penggunaan metode pembelajaran. Pada kelas II A sebagai kelas eksperimen dengan
penggunaan metode brainstorming dan kelas II B sebagai kelas eksperimen dengan
penggunaan metode tanya jawab. Pada pengumpulan data penguasaan konsep, penulis
menggunakan tes biologi pada konsep sistem indera pada manusia. Tes ini mencakup
pemberian pre-test dan post-test yang disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada
kurikulum yang berbasis kompetensi.
Sebelum pemberian perlakukan pada kedua kelas, penulis memberikan pretest
untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang konsep sistem indera pada manusia.
Soal terdiri atas 23 butir pilihan ganda dengan 4 (empat) alternatif jawaban. Setelah
memberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelas. Penulis memberikan tes
(posttest ) dengan soal yang sama pada pretest. Soal yang diberikan, sebelumnya telah
diuji validitasnya dan reliabilitasnya. Jadi, tes yang diberikan kepada kedua sampel
merupakan tes dengan soal-soal yang valid dan reliabel.
Dalam penelitian ini penulis memberikan pre-test dan post-test dengan tujuan untuk
mengetahui bagaimana perbedaan penguasaan konsep siswa pada konsep sistem indera
pada menusia sebelun dan sesudah penggunaan metode brainstorming dan metode tanya
jawab
Berikut ini disajikan data dari dua kelompok subyek penelitian yang diambil dari
pretest dan posttest
1. Nilai Pre-test Pada Konsep Sistem Indera Pada Manusia Pada Kelompok
Brainstorming dan Tanya Jawab
a. Nilai Pre-test Pada Kelompok Brainstorming
Berdasarkan hasil Pre-test kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran
brainstorming pada konsep sistem indera pada manusia diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 3
Deskrpsi Data Pre-test Kelompok Brainstorming
Deskripsi Nilai
Nilai minimum 25
Nilai maksimum 60
Range 35
Rata-rata 49,51
Median 51,86
Modus 53,7
Simpangan baku 9,09
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa
pada pretest ini sebesar 60 dan skor terendah diperoleh 25 sehingga diperoleh rentang 35.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 49,51, nilai tengah sebesar 51,86 dan
skor dengan frekuensi terbesar 53,7.
Setelah diperoleh rentang skor sebesar 35 dengan banyaknya kelas interval 6 dan
panjang kelas interval 6, maka tabel distribusi frekuensai pretest kelompok
brainstorming adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Pre-test Kelompok Brainstorming
Interval F X fX X2
Batas
Nyata
Bawah
Batas
Nyata
Atas
Fka Fkb
Frekuensi
Relatif
( % )
25-30 3 27,5 82,5 756,25 24,5 34,5 39 3 5,13
31-36 0 33,5 0 1122,25 30,5 37,5 36 3 0
37-42 6 39,5 237 1560,25 36,5 43,5 36 9 17,95
43-48 2 45,5 91 2070,25 42,5 49,5 30- 0 5,13
49-54 15 51,5 772,5 2652,25 48,5 54,5 28 26 38,46
55-60 13 57,5 747,5 3306,25 54,5 60,5 13 39 7,69
39 1930,5 100%
Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dibuat histogram sebagai berikut :
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Bb
Frekuensi relatif
30,524,5 36,542,5 48,5 54,5
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi
Pre-test Kelompok Brainstorming
Dari histogram di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai
biologi antara 49-54 yaitu sebanyak 15 siswa atau sebesar 38,46 %. Nilai tertinggi
antara 55-60 sebanyak 13 siswa atau sebesar 7,69 %. Sedangkan nilai terendah
terletak antara 25-30 sebanyak 3 siswa atau sebesar 5,13 %
b. Nilai Pre-test Pada Kelompok Tanya Jawab
Dari Perhitungan, data penelitian ini data nilai pre-test kelompok eksperimen
kelompok tanya jawab dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 7
Deskripsi Data Pretest Kelompok Tanya Jawab
Deskripsi Nilai
Nilai minimum 25
Nilai maksimum 65
Range 40
Rata-rata 44,12
Median 48,75
Modus 36,5
Simpangan Baku 11,23
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
siswa pada tes hasil belajar biologi ini sebesar 65 dan skor terendah diperoleh 25
sehingga diperoleh rentang 40. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar
44,12 nilai tengah sebesar 48,75 dan skor dengan frekuensi terbesar 36,5.
Untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai pretest ditunjukkan dalam tabel
frekuensi dan gambar dibawah ini :
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Tanya Jawab
Interval f X fX X2
Batas
Nyata
Bawah
Batas
Nyata
Atas
fka fkb
Frekuensi
Relatif
(% )
25-30 6 27,5 165 756,25 24,5 30,5 39 6 15,38 %
31-36 0 33,5 0 0 30,5 36,5 33 6 0 %
37-42 13 39,5 513,5 1560,25 36,5 42,5 33 19 33,3 %
43-48 0 45,5 0 0 42,5 48,5 20 19 0 %
49-54 12 51,5 618 2625,25 48,5 54,5 20 31 30,7 %7
55-60 4 57,5 230 3306,25 54,5 60,5 8 35 10,26 %
61-66 4 48,5 194 2352,25 60,5 66,5 4 39 10,26 %
36 1720,5 10600,25 100 %
0
2
4
6
8
10
12
14
Batas Nyata
bawah
Frekuensi
Absolut
24,5 30,5 36,5 42,548,554,560,5
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi
Pretest Kelompok Tanya Jawab
Berdasarkan grafik histogram diatas terlihat, bahwa sebagian besar siswa
memperoleh nilai biologi antara 37 - 42 yaitu sebanyak 13 siswa atau sebesar 33,33
%. Nilai tertinggi terletak antara 61 - 66 sebanyak 4 siswa atau sebesar 10,26 %,
sedangkan nilai terendah terletak antara 25-30 sebanyak 6 siswa atau sebesar 15,38 %.
2. Nilai Post-testt Pada Konsep Sistem Indera Pada Manusia Pada Kelompok
Brainstorming dan Tanya Jawab
a. Nilai Post-test pada Kelompok Brainstorming
Dari perhitungan dalam penelitian ini data nilai post-test kelompok eksperimen
brainstorming dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 5
Deskripsi Post-test Kelompok Brainstorming
Deskripsi Nilai
Nilai minimum 45
Nilai maksimum 80
Range 35
Rata-rata 67,35
Median 70,95
Modus 72,7
Simpangan baku 7,18
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
siswa pada tes hasil belajar biologi ini sebesar 80 dan skor terendah diperoleh 45
sehingga diperoleh rentang 35. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar
67,35, nilai tengah sebesar 70,95 dan skor dengan frekuensi terbesar 72,7.
Setelah diperoleh rentang skor sebesar 35 dengan banyaknya kelas interval 6 dan
panjang kelas interval 6, maka untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai post-test
ditunjukkan dalam tabel frekuensi dan gambar dibawah ini:
Tabel 6
Distribus Frekuensi Kelompok Post-test Kelompok Brainstorming
Interval F X fX X2
Batas
Nyata
Bawah
Batas
Nyata
Atas Fka fkb
Frekuensi
Relatif
(% )
45-50 3 47,5 142,5 2256,25 44,5 50,5 39 3 7,69 %
51-56 1 53,5 53,5 2862,25 50,5 56,5 36 4 2,56 %
57-62 8 59,5 476 3540,25 56,5 62,5 35 12 20,51 %
63-68 3 65,5 196,5 4290,25 62,5 68,5 27 15 7,69 %
69-74 17 71,5 1215,5 1215,5 68,5 74,5 24 32 43,59 %
75-80 7 77,5 542,5 542,5 74,5 80,5 7 39 17,95 %
39 2626,5 24067,5 100 %
Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dibuat histogram sebagai berikut :
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Batas NyataBawah
Frekuensi
Absolut
44,5 50,5 56,562,5 68,5 74,5
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi
Posttest Kelompok Brainstorming
Dari histogram di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai
biologi antara 69-74 yaitu sebanyak 17 siswa atau sebesar 43,59% . Nilai tertinggi
terletak antara 75-80 sebanyak 7 siswa atau sebesar 17,95%. Sedangkan nilai terendah
terletak antara 45-50 sebanyak 3 siswa atau sebesar 7,69%.
b. Nilai Post-test pada Kelompok Tanya Jawab
Dari data hasil/nilai siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode tanya
jawab pada konsep sistem indera diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 9
Deskripsi Post-test Kelompok Tanya Jawab
Deskripsi Nilai
Nilai minimum 30
Nilai maksimum 80
Range 50
Rata-rata 65,9
Median 77
Modus 71,68
Simpangan baku 9,96
Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh
siswa pada post-test ini sebesar 80 dan skor terendah diperoleh 30 sehingga diperoleh
rentang 50. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 65,9, nilai tengah
sebesar 77 dan skor dengan frekuensi terbesar (modus) 71,68.
Setelah diperoleh rentang skor sebesar 50 dengan banyaknya kelas interval 7 dan
panjang kelas interval 8, maka tabel distribusi frekuensi hasil belajar kelompok tanya
jawab adalah sebagai berikut :
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Post-test Kelompok Tanya Jawab
Interval f X fX X2
Batas
Nyata
Bawah
Batas
Nyata
Atas
fka fkb
Frekuensi
Relatif
(%)
30-37 1 33,5 33,5 1122,25 29,5 37,5 39 1 2,56 %
38-45 1 41,5 41,5 1722,25 37,5 45,5 38 2 2,56 %
46-53 3 49,5 148,5 2450,25 45,5 53,5 37 5 7,69 %
54-61 7 57,5 402,5 3306,25 53,5 61,5 34 12 17,95 %
62-69 8 65,5 402,5 4290,25 61,5 69,5 27 20 20,51 %
70-77 16 73,5 524 5402,25 69,5 77,5 19 36 41,03 %
78-85 3 81,5 1176 6642,25 77,5 85,5 3 39 7,69 %
2445 24935,25 100%
Dari tabel distribusi frekuensi di atas , dapat dibuat histogram sebagai berikut :
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Batas Nyata
Bawah
Frekuensi
Absolut
29,5 61,5 69,5 77,537,545,553,5
Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi
Post-test Kelompok Tanya Jawab
Dari histogram di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai
Biologi sebesar 70-77 yaitu msebanyak 16 siswa atau sebesar 41,03%. Nilai tertinggi
terletak antara 75-85 sebanyak 3 siswa atau sebesar 7,69%, sedangkan nilai terendah
terletak antara 30-77 sebanyak 1 siswa atau sebesar 2,56%.
Tabel 11
Resume Dua Kelompok Pre-test dan Post-test
Jumlah Metode Brainstorming Metode Tanya Jawab
Pretest 1910 1815
Posttest 2610 2500
Gain 700 760
B. Pengujian Prasyarat Analisis
1. Normalitas
Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas skor hasil belajar dilakukan dengan uji
Liliefors.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan uji normalitas pretest dan posttest pada
kelompok brainstorming adalah sebagai berikut:
Lo ( Lhitung ) pre-test = 0,0300
Lo ( Lhitung ) post-test = 0,02833
Ltabel pada ά =0,05 = 0,1419
N (jumlah sample ) = 39
Dari data di atas diketahui bahwa Lo pretes dan posttest < Ltabel maka hipotesis
nol (Ho) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data sampel kelompok
brainstorming berdistribusi normal.
Sedangkan hasil yang diperoleh dari perhitungan uji normalitas pretest dan post-
test pada kelompok tanya jawab adalah sebagai berikut :
Lo ( Lhitung ) pre-test = 0,0006
Lo (Lhitung) post-test = 0,0183
Ltabel pada ά =0,05 = 0,1419
N (jumlah sample) = 39
Oleh karena itu Lo pretest dan posttest < L tabel., dapat disimpulkan bahwa data
sampel kelompok tanya jawab berdistribusi normal.
Tabel 12
Hasil uji Normalitas dengan uji Lielifors
Lo ( Lhitung) Ltabel Kesimpulan
db Kelompok
brainstorming
Kelompok Tanya
Jawab
Pretest Posttest pretest posttest 0,05
0,0300 0,02833 0,0006 0,0183
0,1419 Ho diterima
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas kedua kelompok dilakukan dengan uji Fisher. Hasil Yang
diperoleh dari perhitungan Uji homogenitas data sebagai berikut :
Fhitung pretest kedua kelompok = 1,5267
Fhitung posttest kedua kelompok = 1,4931
F0,05 (38:38) = 1,71
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol (Ho)
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua sampel bersifat homogen.
Tabel 13
Perhitungan Uji Homogenitas
Ά Kelompok Fhitung Ftabel Keputusan
Pretest 1,5267
0,05 Posttest 1,4931
1,71
Data
berdistribusi
normal
Sedangkan hasil yang diperoleh dari hasil perhitungan uji homogenitas pre-test
dan post-test brainstorming dan tanya jawab adalah sebagai berikut :
Fhitung pre-test brainstorming = 1,089
Fhitung post-test tanya jawab = 1,27
F0,05 (38:38) = 1,71
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol (Ho)
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel
mempunyai varians yang sama.
Tabel 14
Hasil Uji Homogenitas
Kelompok N Fhitung Ftabel Kesimpulan
Pre-test
Brainstorming Post-test
1,089
Pre-test
Tanya jawab
Post-test
1,27 1,71 Kedua data
homogen
C. Pengujian Hipotesis
Setelah melakukan pengujian prasyarat analisis (normalitas dan homogenitas),
diketahui bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan bersifat homogen. Karena
kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen, maka hipotesis penelitian diuji
dengan menggunakan “t” test. “t” test yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh
metode pembelajaran Brainstorming dan metode tanya jawab terhadap penguasaan
konsep sistem indera pada manusia dengan membandingkan hasil pretest dan posttest
pada masing-masing kelompok.
Dari hasil perhitungan, diperoleh t hitung untuk membandingkan pretest dan
posttest pada kelompok Brainstorming sebesar 11,58. Sedangkan t hitung untuk
membandingkan pretest dan posttest pada kelompok tanya jawab sebesar 11,398. Dengan
db sebesar 38 dan taraf signifikansi 0,05, maka t tabel diperoleh sebesar 2,02. Karena
thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan terdapat peningkatan penguasaan konsep sistem
indera pada manusia sebelum dan sesudah pembelajaran dilaksanakan pada kedua
kelompok.
Pengujian hipotesis selanjutnya adalah membandingkan hasil posttest kedua
kelompok. Berdasarkan perhitungan uji “t” test dapat dilihat bahwa t hitung < t tabel, untuk
posttest kedua kelompok. Karena t hitung sebesar 1,29 sedangkan pada taraf signifikan
0,05 dengan derajat kebebasan (dk)= 76 (39+39-2) maka didapat harga t tabel sebesar
1,99. Karena t hitung lebih kecil daripada t tabel (1,29 < 1,99) berarti hipotesis penelitian
(Ha) ditolak dan hipotesis nol (Ho) diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep sistem indera siswa
yang menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab.
Tabel 15
Pengujian Hipotesis dengan “t”test
Kelompok Jumlah Df X thitung ttabel Keputusan
Brainstorming
Tanya Jawab
NA =39
NB =39
76 XA= 66,79
XB = 64,62
1,29 1,99 Ha ditolak
D. Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis
Dari perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas dari kelompok brainstorming
dan kelompok tanya jawab dapat disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut dalam
sebaran normal dan homogen. Uji normalitas diperlukan peneliti untuk melihat
penyebaran data, sedangkan uji homogenitas diperlukan untuk beberapa sampel, yakni
seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.
Dari hasil perhitungan gain diketahui bahwa peningkatan penguasaan konsep sistem
indera siswa pre-test dan post-test kelompok eksperimen yang menggunakan metode
brainstorming memiliki skor 11,58, sedangkan kelompok eksperimen yang menggunakan
metode tanya jawab memiliki skor 11,398 setelah dibandingkan dengan jumlah siswa
masing-masing kelompok yaitu 39, maka db = 38 sehingga t tabel (0,05) = 2,02. Dengan
demikian dapat disimpulkan adanya peningkatan yang signifikan antara pre-test dan post-
test masing-masing kelompok, namun hal tersebut belum dapat membuktikan adanya
perbedaan penguasaan konsep siswa.
Kemudian perbedaan yang ada dianalisis dengan menggunakan uji-t. Dari hasil
perhitungan didapat harga t hitung sebesar 1,29 sedangkan harga t tabel sebesar 1,99.
Setelah harga t hitung dibandingkan dengan harga t tabel pada taraf signifikan 5% maka
dapat diketahui bahwa t hitung < t tabel, (1,29< 1,99), sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis Ha ditolak.
Dengan ditolaknya hipotesis Ha dan diterimanya hipotesis nol (Ho) dari hasil
pengujian hipotesis “t” tes pada taraf signifikan 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep sistem indera siswa yang
menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Penulis telah membahas sebelumnya bahwa penulis terjun langsung ke kelas dalam
menerapkan metode pembelajaran dan diamati oleh guru bidang studi yang bersangkutan.
Berdasarkan pengamatan guru bidang studi biologi, penulis telah menerapkan metode
pembelajaran di kedua kelas dengan perlakuan/perhatian yang sama sesuai dengan
metode pembelajarannya masing-masing. Jadi, hasil/penguasaan konsep siswa pada
konsep sistem indera pada manusia bukan karena perlakuan/perhatian yang berbeda dari
peneliti tetapi karena perbedaan penerapan metode pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai rata-rata kedua kelompok siswa pada
konsep sistem indera pada manusia, terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstorming dan
metode tanya jawab meskipun terjadi perbedaan perlakuan.
Tidak berhasilnya pengujian hipotesis disebabkan karena pada kedua kelas
dilaksanakan pembelajaran dengan metode yang mengutamakan kemampuan berbicara,
dimana, pada kelompok I diberikan metode brainstrorming dan pada kelompok II
diberikan metode tanya jawab.
Pada kedua metode ini, siswa sama-sama dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.
Pada metode brainstrorming siswa dilibatkan secara aktif untuk menyatakan
pendapatnya, berfikir cepat dan tersusun logis. Sedangkan pada metode tanya jawab
siswa dilibatkan secara aktif untuk menyusun dan menjawab pertanyaan yang sesuai
dengan konsep yang telah diberikan. Tetapi hal ini tidak membuat siswa terampil dalam
berbicara karena siswa yang kurang selalu ketinggalan, bahkan terkadang berbicara hanya
dimonopoli oleh siswa yang pandai saja.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah kemampuan awal siswa yang tidak
merata bahkan cenderung kurang yang dapat dilihat dari hasil pre-test yang masih sangat
rendah, selain itu keterbatasan waktu yang hanya 4 kali pertemuan tidak mencukupi untuk
siswa mengemukakan pendapat dalam brainstorming dan tanya jawab. Hal lain yang
berpengaruh adalah siswa sulit mendisiplinkan diri dalam waktu belajar, mereka lebih
suka bercanda sehingga siswa sulit berkonsentrasi dalam belajar.
Menurut Mardiyati (2001) Brainstorming sebagai teknik untuk pelatihan berfikir
divergen mampu meningkatkan kreativitas dan dapat memberikan pengalaman dan
pengembangan pemikiran bagi individu yang bersangkutan dalam mencoba
menyelesaikan masalah. Selanjutnya menurut penelitian Norlita (2002), menunjukkan
metode pembelajaran brainstrorming mempunyai hubungan yang bermakna terhadap
peningkatan pengetahuan siswa.
Sedangkan mengenai metode tanya jawab menurut Sinaga (1997) Metode tanya
jawab sesuai untuk diterapkan dalam pengajaran berbicara karena waktu siswa bertanya
guru dapat mendengar dengan seksama bagaimana cara siswa mendengarkan
permasalahannya. Kemudian menurut Gangel (2006) Pengajaran dalam bentuk tanya
jawab akan memberi kesempatan kepada murid-murid untuk mereflesikan keingintahuan
dan kebutuhan akan informasi yang lebih lengkap. Pada saat yang sama dengan meminta
jawaban atas kunci pertanyaan, guru bisa mengetahui kemajuan kelas tersebut.
Kedua metode ini dapat memotivasi siswa untuk berfikir aktif dan mengembangkan
kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya, sehingga
pengetahuan menjadi lebih fungsional. Pada metode brainstrorming dan tanya jawab
kedua-duannya (guru dan murid) menjadi lebih berminat dalam sains. Mereka mampu
berpartisipasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka sendiri. Metode ini mengajak
siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Sasaran utama dari metode ini adalah agar
siswa aktif berpartisipasi, menemukan atau membangun gagasan konsep dalam sains.
Dengan metode brainstrorming dan tanya jawab diharapkan siswa dapat menambah
cakrawala pemikirannya, mengarahkan dan memperluas minat, dan dapat menghargai
pendapat orang lain. Dengan melaksanakan kedua metode ini akan lebih memahami
konsep yang mereka pelajari sehingga akan menghasilkan penguasaan konsep yang baik
pada siswa.
Harapan awal bahwa dengan metode brainstrorming siswa lebih berminat dalam
kegiatan belajar mengajar dan mempunyai hasil belajar yang lebih baik dari siswa yang
menggunakan metode tanya jawab ternyata belum terwujud dalam penelitian ini. Untuk
itu diperlukan penelitian lebih lanjut sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
F. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 1 bulan, penulis
mengakui bahwa ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang perlu diperhatikan
diantaranya:
1. Kemampuan siswa yang tidak merata dalam mengemukakan pemikiranya, sehingga
dalam berbicara banyak dimonopoli oleh siswa yang pandai saja
2. Keterbatasan waktu yang diberikan pihak sekolah, sehingga dalam proses curah
gagasan dan tanya jawab tidak lebih rinci.
3. Terkadang masalah berkembang ke arah yang tidak diharapkan, sehingga
menyimpang dari pokok pembahasan
4. Keterbatasan peneliti dalam mengkondisikan siswa didalam kelas.
5. Tidak dibuatnya lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru/peneliti
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Berdasarkan hasil perhitungan post-test, kelompok yang menggunakan metode
brainstorming memberikan hasil yang lebih baik, terbukti dengan rata-rata sebesar
66,79 dibanding dengan kelompok yang menggunakan metode tanya jawab dengan
rata-rata 64,10 meskipun perbedaan tersebut tidaklah terlalu besar.
2. Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji-t, ternyata tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep siswa pada kelompok yang
menggunakan metode brainstorming dan kelompok yang menggunakan metode tanya
jawab.
3. Terdapat pengaruh yang positif antara pembelajaran yang menggunakan metode
Brainstorming dan metode tanya jawab terhadap penguasaan konsep siswa pada
konsep sistem indera pada manusia meskipun tidak signifikan .
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran yang diajukan adalah sebagai
berikut :
1. Memiliki waktu untuk penelitian lebih panjang
2. Menerapkan pembelajaran dengan metode brainstorming dan tanya jawab tidak hanya
pada konsep sistem indera pada manusia tapi pada konsep-konsep biologi lain.
3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan pengembangan instrumen, sehingga
instrumen tidak hanya mengukur pada domain kognitif tingkat pengetahuan,
pemahaman, dan aplikasi, tetapi dilanjutkan pada tingkat analisis, sintesis, dan
evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal, Pemahaman Konseptual dan proses dalam belajar Matematika. Jurnal :
Pendidikan dan Pembelajaran, 2004.
Ahmadi, Abu, H dan Prasetia, Tri Joko, Strategi Belajar Mengajar,.Bandung: Pustaka Setia,
1997.
Avianti, Amilia, Ratu, Proses Penumbuhan Kretifitas Pembuatan program CNC dengan
Metode Brainstormin, Jurnal Kejuruan Tehnik Mesin. Vol.
1.Jakarta: FT- UNJ, 2003.
Dj Jamarah, Bahri, Syaiful,Guru dan Anak Didik dalam Instraksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Dahar, Wilis, Ratna, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga Dekdikbud, 1995.
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ke – 2. Jakarta: Balai Pustaka,
1996.
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan
Agama islam., Jakarta: Depag, 2001.
Dwijosumarto, Suharjo. 2000, Penggunaan Multi Metode dan Metode Ganda dalam Proses
Pembalajaran Mata Kuliah Kewiraan, Jurnal Ilmu
Pendidikan, Tahun 27, No. 1.
Moedjiono, Hasibuan, JJ, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda kary
Karya,1998.
Hayati, Laila, dan Kurniati, Nani. 2005, Tingkat Penguasaan Pada Pokok bahasan
Notasi Sigma, Barisan Bilangan dan Deret di Kelas 1F SMUN 2 Mataram. Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 1.
Http\\ www//.sabda.org / pepak / pustaka / 020163
Maryati, Frida dan Yusuf, H. 2003, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Biologi Melalui Metode Resitasi, Jurnal penelitian dan
Pendidikan.Gororntalo: Lembaga Penelitian Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, tahun IV, Edisi 8.
Muhaemin. 2006, Upaya Meningkatkan pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa Kelas II
Semester Ganjil SMA Al- Kautsar TP 2004\ 2005 MelaluiPendekatan PetaKonsep, Jurnal
Pendidikan Vol. 4, No. 1. Jakarta: Jurnal Pendidikan Pengajaran.
Muhammad, Lalu, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya: Usaha Nasional,1993
Munandar, Utami, S. C, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah,Jakarta:
Gramedia, 1999
Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.
Nasution, S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara,
1997.
Nasir. Moh, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999
N. K. Roestiyah., Didaktika Metodik, Jakarta: Bina Aksara, 1986
N. K. Roestuyah, Masalah- Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1986
N. K roestiyah, Strategi Belajar Mengajar., Jakarta: Rineka Cipta,1998.
Popham, James, W, Tehnik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
R. Nuryani, Strategi Belajar Mengajar Biologi, . Malang: UM. Press.
Sayuti, Wahdi, Model Pembalajaran Konstrukativisme. Jurnal Kependidikan, Keislaman dan
Kebudayan. Jakarta: Didaktika Islamika, 2000.
Sinaga, Albertus, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa SMU, No.3. Jurnal
Pendidikan. Jakarta: Gema Pendidikan, 1997.
Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS)., Jakarta: Bumi
Aksara, 1991.
Sujana, H. D., Metode dan Tekhnik Pembelajaran Partisipatif, Bandung : Falah Production,
2001.
Suryosubroto, B., Proses Belajar mengajar di Sekolah.,Jakarta : Rineka Cipta, 1997.
Sutarto. Buku Ajar Fisika (BAF ) dengan Tugas Analisis Foto denganKejadianFisika
.(AFKF ) sebagai Alat Bantu Penguasaan konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan
, Tahun 11, No. 54.
Sabri, Alisuf, H. M, Pengantar Ilmu pendidikan, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005.
Suparman, Atwi, Model-Model Pembelajaran Interaktif, Jakarta : STIA LAN Press, 2003.
Susianna, Nancy, Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk
Meningkatkan Penguasaan konsep Sebagai Wahana pendidikan Siswa SLTP.Jurnal
pendidikan. Bandung : Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA,2004.
Tri, Yuni. dan Suryanto, Adi. 2004. Pemahaman murid Sekolah Dasar Terhadap konsep IPA
Berbasis Biologi. Junal Pendidikan. Universitas Terbuka : Jurnal Pendidikan . Vol, No. 1.
Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran berbasis Kompetensi, Jakarta : Gaung Persada Press,
2003.
Yatim, Wildan, Kamus Biologi, Jakarta : Yayasan obor Indonesia, 1999.
Yusuf, Tayar, Ilmu Praktik Mengajar, Bandung : PT Alma’arif, 1986.
Lampiran 7
Distribusi frekuensi pretest
Kelompok Brainstorming
1. Banyaknya Data (n) = 39
2. Distribusi Frekuensi =
25 30 30 40 40 40 40 40 40 45
45 50 50 50 50 50 50 50 50 50
50 50 50 50 50 50 55 55 55 60
60 60 60 60 60 60 60 60 60
3. Rentang Data (R) = data terbesar – data terkecil
= 60 - 25
= 35
4. Banyaknya Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 39
= 6,250 ���� 6
5. Panjang Kelas Interval (i) = R
K
= 35 6,250
= 5,6 ���� 6
Tabel 16
Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Brainstorming
fKa fKb Frekuensi
Interval
f X FX X2 Batas
Nyata
Bawah
Batas
Nyata
Atas
Absolut Relatif
( % )
25-30 3 27,5 82,5 756,25 24,5 34,5 39 3 3 7,69 %
31-36 0 33,5 0 1122,25 30,5 37,5 36 3 0 0%
37-42 6 39,5 237 1560,25 36,5 43,5 36 9 6 15,38 %
43-48 2 45,5 91 2070,25 42,5 49,5 30 11 2 5,13 %
49-54 15 51,5 772,5 2652,25 48,5 54,5 28 26 15 38,46 %
55-60 13 57,5 747,5 3306,25 54,5 60,5 13 39 13 33,33 %
36 1930,5 11467,5 36 100 %
6. Mean ∑∑
=f
Xf
= 1930,5 39
= 49
7. Modus xifbfa
faL
+=
7,53
2,55,48
6213
135,48
=
+=
+= x
Median xifi
fkbNL )
21(
−+=
86,51
615
)1139.21(5,48
=
−+= x
Kelompok Tanya Jawab
1. Banyaknya Data (n) = 39
2. Distribusi Frekuensi =
25 25 30 30 30 30 40 40 40 40
40 40 40 40 40 40 40 40 40 50
50 50 50 50 50 50 50 50 50 50
50 60 60 60 60 65 65 65 65
3. Rentang Data (R) = data terbesar – data terkecil
= 65-25
= 40
4. Banyaknya Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 39
= 6,250 ���� 7
5. Panjang Kelas Interval (i) = R
K
= 40
6,250
= 6,4 ���� 6
Tabel 17
Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Tanya Jawab
fKa fKb Frekuensi Interval f X fX X2 Batas
Nyata
Bawah
Batas
Nyata
Atas
Absolut Relatif
( % )
25-30 6 27,5 165 756,25 24,25 30,5 39 6 6 15,38
31-36 0 33,5 0 0 30,5 36,5 33 6 0 0
37-42 13 39,5 513,5 1560,25 36,5 42,5 33 19 13 33,33
43-48 0 45,5 0 0 42,5 48,5 20 19 0 0
49-54 12 51,5 618 2625,25 48,5 54,5 20 31 12 30,77
55-60 4 57,5 230 3306,25 54,5 60,5 8 35 4 10,26
61-66 4 48,5 194 2352,25 60,5 66,5 4 39 4 10,26
36 1720,5 10600,25 100 %
8. Mean ∑∑
=f
Xf
= 1720
39
= 44,12
9. Modus ifbfa
faL ×
++=
5,36
600
05,36
=
×+
+=
10. Median = L + (1/2. N – Fkb ) x i
Fi
= 48,5 + (1/2.39 – 19 ) x 6
12
= 48,5 + 0,25
=48,75
Lampiran 8
Distribusi frekuensi Posttest
Kelompok Brainstorming
11. Banyaknya Data (n) = 39
12. Distribusi Frekuensi =
45 50 50 55 60 60 60 60 60 60
60 60 65 65 65 70 70 70 70 70
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
70 70 75 75 75 75 80 80 80
13. Rentang Data (R) = data terbesar – data terkecil
= 80 - 45
= 35
14. Banyaknya Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 39
= 6,250 ���� 6
15. Panjang Kelas Interval (i) = R K
= 35
6,250
=5,6 � 6
Tabel 18
Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Brainstorming
16. Mean ∑∑
=f
Xf
= 2626,5
39
= 67,35
17. Modus ifbfa
faL ×
++=
= 68,5 + 7 x 6
7+3
= 72,7
18. Median L + (1/2. N – Fkb ) x i
Fi
= 69,5 + ( ½.39 – 16 ) x 16
16
= 69,5 + 1,45 = 70,95
fKa fKb Frekuensi
Interval f X fX X2
Batas
Nyata
Bawah
Batas
Nyata
Atas
Absolut Relatif
(%)
45-50 3 47,5 142,5 2256,25 44,5 50,5 39 3 3 7,69 %
51-56 1 53,5 53,5 2862,25 50,5 56,5 36 4 1 2,56 %
57-62 8 59,5 476 3540,25 56,5 62,5 35 12 8 20,51 %
63-68 3 65,5 196,5 4290,25 62,5 68,5 27 15 3 7,69 %
69-74 17 71,5 1215,5 5112,25 68,5 74,5 24 32 17 43,59 %
75-80 7 77,5 542,5 6006,25 74,5 80,5 7 39 7 17,95 %
39 2626,5 24067,5 39 100 %
Kelompok Tanya Jawab
6. Banyaknya Data (n) = 39
7. Distribusi Frekuensi =
30 40 50 50 50 60 60 60 60 60
60 60 65 65 65 65 65 65 65 65
70 70 70 70 70 70 70 70 70 70
70 70 70 70 70 70 80 80 80
8. Rentang Data (R) = data terbesar – data terkecil
= 80 - 30
= 50
9. Banyaknya Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 39
= 6,250 ���� 7
10. Panjang Kelas Interval (i) = R
K
= 50
6,250
= 8
Tabel 19
Distribusi Frekuensi Posttestt Kelompok Tanya Jawab
19. Mean ∑∑
=f
Xf
= 2570,5
39
= 65,9
20. Modus ifbfa
faL ×
++=
= 69,5 + 3 x 8
3 + 8
= 69,5 + 2,18
= 71,68
21. Median ifbfa
faL ×
++=
= 69,5 + ( ½. 39 – 12 ) x 8
8
= 69,5 + 7,5
= 77
fKa fKb Frekuensi
Interval f X fX X2
Batas
Nyata
Bawah
Batas
Nyata
Atas
Absolut Relatif
(%)
30-37 1 33,5 33,5 1122,25 29,5 37,5 39 1 1 2,56 %
38-45 1 41,5 41,5 1722,25 37,5 45,5 38 2 1 2,56 %
46-53 3 49,5 148,5 2450,25 45,5 53,5 37 5 3 7,69 %
54-61 7 57,5 402,5 3306,25 53,5 61,5 34 12 7 17,95 %
62-69 8 65,5 524 4290,25 61,5 69,5 27 20 8 20,51 %
70-77 16 73,5 1176 5402,25 69,5 77,5 19 36 16 41,03 %
78-85 3 81,5 2445 6642,25 77,5 85,5 3 39 3 7,69 %
39 2570,5 24935,75 39 100 %
Lampiran 9
Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kelompok Brainstorming
Tabel 20
Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Pretest
X f xi2 f.xi f.xi
2
35 1 625 25 625
30 2 900 60 1800
40 6 1600 240 9600
45 2 2025 90 4050
50 15 2500 750 37500
55 3 3025 165 9075
60 10 3600 600 3600
39 1930 98650
Rerata (X) ∑∑
=fi
fxi
= 1930
39
= 49,49
Varians S12 =N.∑fx i
2 - (∑ f.xi)
2
n ( n-1 )
= 39 x 98650 – ( 1930 )2
39 ( 38 )
= 3847350- 3724900
1482
= 122450
1482
S1 624831,82=
= 9,0898
Tabel 21
Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Posttest
xi f xi2 f.xi f.xi
2
45 1 2025 45 2025
50 2 2500 100 5000
55 1 3025 55 3025
60 8 3600 480 28800
65 3 4225 195 12675
70 17 4900 1190 83300
75 4 5625 300 22500
80 3 6400 240 19200
39 2605 176525
Rerata (X) ∑∑
=fi
fxi
= 2605
39
= 66,79
Varians S12 = N.∑fx i
2 -(∑ f.xi)
2
n ( n -1 )
= 39 x 176525 - ( 2605 )2
39 ( 38 )
= 6884475 - 6786025
1482
= 98450
1482
S1 430499,66=
= 8,15
Lampiran 11
Uji Normalitas Kelas Brainstorming
Tabel 22
Uji Normalitas pretest
xi f Zn Z Z Tabel F ( Z ) S ( Z ) F (Z ) – S ( Z )
25 1 1 - 2,69 0,4964 0,0036 0,0256 - 0,022
30 2 3 - 2,14 0,4838 0,0162 0,0769 - 0,0607
40 6 9 - 1,04 0,3508 0,1492 0,2308 - 0,0816
45 2 11 - 0,49 0,1879 0,3121 0,2821 0,0300
50 15 26 0,056 0,0239 0,50234 0,6667 - 0,161431
55 3 29 0,606 0,2291 0,7491 0,7436 - 0,0145
60 10 39 1,16 0,3770 0,8770 1,000 - 0,12300
Lo = 0,0300
Z S
xx −=
14,2
09,9
49,4930
−=
−=
F (Z) = Apabila Zi < 0 = 0,5 – Z tabel
Apabila Zi > 0 = 0,5 + Z tabel
S (Z) 39
3==n
Zn
Ltabel = 1419,039
886,0==
Karena Lo ≤ L (0,0300 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal.
Tabel 23
Uji Normalitas Posttest
xi f Zn Z Z Tabel F ( Z ) S ( Z ) F (Z ) – S ( Z )
45 1 1 - 2,67 0,4962 0,0038 0,0256 - 0,0218
50 2 3 - 2,06 0,4808 0,0192 0,0769 - 0,0577
55 1 4 - 1,45 0,4265 0,0735 0,1026 - 0,291
60 8 12 - 0,83 0,2967 0,2033 0,3077 -0,1044
65 3 15 - 0,22 0,0871 0,4129 0,3846 0,0283
70 17 32 0,39 0,1517 0,6517 0,8205 - 0,1688
75 4 36 1,01 0,3438 0,8438 0,9231 - 0,0793
80 3 39 1,62 0,4474 0,9474 1,0000 -0,0526
39 Lo= 0,0283
Z S
xx −=
67,2
15,8
79,6645
−=
−=
F (Z) = Apabila Zi < 0 = 0,5 – Z tabel
Apabila Zi > 0 = 0,5 + Z tabel
S (Z) 39
1==n
Zn
Ltabel 1419,039
886,0==
Karena Lo ≤ L (0,0283 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal.
Lampiran 10
Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kelompok Tanya Jawab
Tabel 24
Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Pretest
x f Xi2 f.xi f.xi
2
25 2 625 50 1250
30 4 900 120 3600
40 13 1600 520 20800
50 12 2500 600 30000
60 4 3600 240 14400
65 4 4225 260 16900
39 1760 86950
Rerata (X) ∑∑
=fi
fxi
39
1790=
= 45,897
Varians S12 = N.∑fx i
2 -(∑ f.xi)
2
n ( n -1 )
= 39x86950- ( 1790 )2
39 (38)
= 3391050- 3204100
1482
S1 14709,126=
= 11,23
Tabel 25
Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Posttest
xi f Xi2 f.xi f.xi
2
30 1 900 30 900
40 1 1600 40 1600
50 3 2500 150 7500
60 7 3600 420 25200
65 8 4225 520 33800
70 16 4900 1120 78400
80 3 6400 240 19200
39 2520 166600
Rerata (X) ∑∑
=fi
fxi
39
2520=
=64,62
Varians S12 = N.∑fx i
2 -(∑ f.xi)
2
n ( n -1 )
= 39. 166600 – (2520)2
39(39-1)
= 6497400 - 6350400
1482
= 99,190283
S1 190283,99=
= 9,96
Uji Normalitas Kelas Tanya Jawab
Tabel 26
Uji Normalitas pretest
xi F Zn Z Z tabel F ( Z ) S ( Z ) F (Z ) – S ( Z )
25 2 2 -1,84 0,4671 0,0329 0,0512 -00183
30 4 6 -1,397 0,4756 0,0244 0 1538 -0,1294
40 13 19 -0,51 0,1915 0,3085 0,4872 -0,1787
50 12 31 0,38 0,1480 0,6480 0,7940 -0,0969
60 4 35 1,27 0,3980 0,8980 0,8974 0,0006
65 4 39 1,72 0,4564 0,9564 1,0000 -0,0436
36 Lo = 0,0006
Z S
xx −=
= 25 - 45,897
11,23
= - 1,84
F (Z) = Apabila Zi < 0 maka; 0,5 – Z tabel
Apabila Zi > 0 maka ; 0,5 + Z tabel
S (Z) 39
1==n
Zn
Ltabel 1419,039
886,0==
Karena Lo ≤ L (0,0006 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal.
Tabel 27
Uji Normalitas Posttest
xi f Zn Z Z Tabel F ( Z ) S ( Z ) F (Z ) – S ( Z )
30 1 1 - 3,48 0,4997 0,0003 0,0256 - 0,0253
40 1 2 - 2,47 0,4939 0,0066 0,0512 - 0,0446
50 3 5 - 1,47 0,4292 0,0708 0,1282 - 0,0574
60 7 12 - 0,46 0,1772 0,3228 0,3077 0,0151
65 8 20 0,04 0,0160 0,5160 0,5128 0,0032
70 16 36 0,54 0,2054 0,7054 0,9230 - 0,2176
80 3 39 1,54 0,4382 0,9382 1,0000 - 0,0618
Lo = 0,0151
Z S
xx −=
48,3
96,9
62,6430
−=
−=
F (Z) = Apabila Zi < 0 maka; 0,5 – Z tabel
Apabila Zi > 0 maka ; 0,5 + Z tabel
S (Z) 39
1==n
Zn
Ltabel 1419,039
886,0==
Karena Lo ≤ L (0,0151 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal
Tabel 28
Perhitungan “t “ test pada kelompok kontrol
Subyek Pre-test Post-test Gain (d )
(post-test-
Pre-test
Xd
(d-Md )
Xd2
1 30 70 40 20,52 421,0704
2 40 80 40 20,52 421,0704
3 65 70 15 -4,48 20,0704
4 65 65 0 0 0
5 50 70 20 0,52 0,2704
6 30 60 30 10,52 110,6704
7 25 70 45 -4,48 20,0704
8 40 50 10 -9,48 89,8704
9 30 70 40 20,52 421,0704
10 50 60 10 -9,48 89,8704
11 50 70 20 0,52 0,2704
12 60 60 0 0,52 0
13 30 50 20 -14,48 0,2704
14 25 30 5 20,52 209,6704
15 40 80 40 5,52 421,0704
16 40 65 25 0 30,4704
17 60 60 0 -14,48 0
18 60 65 5 10,52 209,6704
19 70 40 30 -9,48 110,6704
20 40 50 10 5,52 89,8704
21 40 65 25 10,52 30,4704
22 40 70 30 0,52 110,6704
23 50 70 20 -4,48 0,2704
24 50 65 15 -9,48 20,0704
25 50 60 10 -9,48 -89,8704
26 60 70 10 -9,48 -89,0704
27 50 60 10 20,52 -89,0704
28 40 80 0 -14,48 421,0704
29 65 70 5 10,52 -209,6704
30 40 70 30 10,52 110,6704
31 40 70 30 14,48 110,6704
32 65 70 5 14,48 209,6704
33 50 65 15 -4,48 -20,0704
34 40 60 20 0,52 0,2704
35 40 50 10 -9,48 -89,8704
36 50 65 15 -4,48 -20,0704
37 50 70 20 0,52 0,2704
38 40 65 25 5,52 30,4704
39 50 70 20 0,52 0,2704
N = 39 1815 X=46,54
2500 X=64,10
760 ∑Xd2=4314,7344
Md = ∑ d = 760
N 39
T =
Md_______-
√ ∑ Xd2
N (N-1 )
T = 19,48
√ 4314,73 39 (39-1 )
Lampiran 14
Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kedua Kelompok
Subyek
Pre-test Post-test Gain (d) ( Post-
test- Pre-test
Xd
(d-Md )
Xd2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji
Fisher. Rumus yang digunakan adalah:
F hitung = S12
= terbesar
S12 terkecil
Dimana :
S2
)1(
)( 11
−=
−∑nn
fxfxn
1. Hipotesis
Ho : Data memiliki varians homogen
Ha : Data tidak memiliki varians homogen
2. Kriteria Pengujian
a. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen
b. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varians kedua populasi tidak
homogen
3. Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil)
db1 = n - 1 = 39 – 1 = 38
db2 = n – 1 = 39 – 1 = 38
4. Tentukan nilai F hitung
Berdasarkan tabel uji homogenitas diperoleh S12 = 126,14709 dan diperoleh S2
2 =
82,624831 sehingga dengan menggunakan rumus diatas diperoleh :
F hitung = S12
= 126,14709 = 1,5267
S12
82,624831
5. Tentukan nilai F tabel
Untuk db penyebut 38 dan db pembilang 38 (0,05:38:38) tidak terdapat pada F tabel, maka
digunakan db pembilang dan penyebut yang terdekat, yaitu db penyebut 38 dan db
pembilang 40 (0,05: 38,40) adapun F tabel dengan db penyebut 38 dan db pembilang 40
pada taraf signifikan 5 % adalah 1,71.
Karena F hitung < Ftabel (1,5267<1,71), ini artinya Ho diterima, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.
Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kedua Kelompok
Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji
Fisher. Rumus yang digunakan adalah:
F hitung = S12
= terbesar
S12 terkecil
Dimana :
S2
)1(
)( 11
−=
−∑nn
fxfxn
1. Hipotesis
Ho : Data memiliki varians homogen
Ha : Data tidak memiliki varians homogen
2. Kriteria Pengujian
a. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi
homogen
b. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varians kedua populasi tidak
homogen
3. Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil)
db1 = n - 1 = 39 – 1 = 38
db2 = n – 1 = 39 – 1 = 38
4. Tentukan nilai F hitung
Berdasarkan tabel uji homogenitas diperoleh S12 = 126,14709 dan diperoleh S2
2 =
82,624831 sehingga dengan menggunakan rumus diatas diperoleh :
F hitung = S12
= 99,190283 = 1,4931
S12 66,430499
5. Tentukan nilai F tabel
Untuk db penyebut 38 dan db pembilang 38 (0,05:38:38) tidak terdapat pada F tabel,
maka digunakan db pembilang dan penyebut yang terdekat, yaitu db penyebut 38 dan
db pembilang 40 pada taraf signifikan 5 % adalah 1,71.
Karena F hitung < Ftabel (1,5267 < 1,71), ini artinya Ho diterima, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.
Lampiran 14
Tabel 28
Perhitungan “t “ test pada kelompok Tanya Jawab
Subyek Pre-test Post-test Gain (d )
(post-test-
Pre-test
Xd
(d-Md )
Xd2
1 30 70 40 20,52 421,0704
2 40 80 40 20,52 421,0704
3 65 70 15 -4,48 20,0704
4 65 65 0 0 0
5 50 70 20 0,52 0,2704
6 30 60 30 10,52 110,6704
7 25 70 45 -4,48 20,0704
8 40 50 10 -9,48 89,8704
9 30 70 40 20,52 421,0704
10 50 60 10 -9,48 89,8704
11 50 70 20 0,52 0,2704
12 60 60 0 0,52 0
13 30 50 20 -14,48 0,2704
14 25 30 5 20,52 209,6704
15 40 80 40 5,52 421,0704
16 40 65 25 0 30,4704
17 60 60 0 -14,48 0
18 60 65 5 10,52 209,6704
19 70 40 30 -9,48 110,6704
20 40 50 10 5,52 89,8704
21 40 65 25 10,52 30,4704
22 40 70 30 0,52 110,6704
23 50 70 20 -4,48 0,2704
24 50 65 15 -9,48 20,0704
25 50 60 10 -9,48 -89,8704
26 60 70 10 -9,48 -89,0704
27 50 60 10 20,52 -89,0704
28 40 80 0 -14,48 421,0704
29 65 70 5 10,52 -209,6704
30 40 70 30 10,52 110,6704
31 40 70 30 14,48 110,6704
32 65 70 5 14,48 209,6704
33 50 65 15 -4,48 -20,0704
34 40 60 20 0,52 0,2704
35 40 50 10 -9,48 -89,8704
36 50 65 15 -4,48 -20,0704
37 50 70 20 0,52 0,2704
38 40 65 25 5,52 30,4704
39 50 70 20 0,52 0,2704
N = 39 1815 X=46,54
2500 X=64,10
760 ∑Xd2=4314,7344
Md 49,1939
760===
∑N
d
t
)1( −
=
∑NN
Xd
Md t
1482
7344,4314
49,19=
t
)139(39
7344,4314
49,19
−
=
∑ t
911,2
49,19=
t
)38(39
7344,4314
49,19= t 398,11
71,1
49,19==
db = 39 -1 = 38
t tabel (ά = 0,05) = 2,02
Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep
sistem indera pada manusia sebelum dan sesudah pembelajaran yang signifikan.
Lampiran 15
Tabel 29
Perhitungan “t “ test pada kelompok Brainstorming
Subyek Pre-test Post-test Gain (d )
(post-test-
Pre-test
Xd
(d-Md )
Xd2
1 60 65 5 -12,95 167,7025
2 50 80 30 12,05 145,2025
3 50 70 20 2,05 4,2025
4 50 70 20 2,05 4,2025
5 50 60 10 -7,95 63,2025
6 40 70 30 12,05 145,2025
7 55 75 20 2,05 4,2025
8 30 70 40 22,05 486,2025
9 40 70 30 12,05 145,2025
10 60 70 10 -7,95 63,2025
11 60 70 10 -7,95 63,2025
12 60 70 10 -7,95 63,2025
13 25 70 45 27,05 731,7025
14 40 50 10 -7,95 63,2025
15 50 75 25 7,05 49,7025
16 50 70 20 2,05 4,2025
17 60 60 0 0 0
18 60 75 15 -2,95 8,7025
19 55 70 15 -2,95 8,7025
20 50 60 10 -7,95 63,2025
21 60 75 15 -2,95 8,7025
22 50 60 10 -7,95 63,2025
23 50 70 20 2,05 4,2025
24 50 60 10 -7,95 63,2025
25 30 55 25 7,05 49,7025
26 40 70 30 12,05 145,2025
27 50 75 25 7,05 49,7025
28 60 80 20 2,05 4,2025
29 50 70 20 2,05 4,2025
30 50 60 10 -7,95 63,2025
31 50 65 15 -2,95 8,7025
32 60 65 5 -12,95 167,7025
33 40 50 10 -7,95 63,2025
34 55 70 15 -2,95 8,7025
35 40 60 20 2,05 4,2025
36 45 70 25 7,05 49,7025
37 40 45 5 -12,95 167,7025
38 50 60 10 -7,95 63,2025
39 45 80 35 17,05 290,7025
N = 39 1910 2610 700 ∑Xd2= 3561,7425
X=49,49 X=66,79
Md 95,1739
700===
∑N
d
t
)1( −
=
∑NN
Xd
Md t
1482
7425,3561
95,17=
t
)139(39
7425,3561
95,17
−
=
∑ t
4033,2
95,17=
t
)38(39
7425,3561
95,17
∑= t 58,11
5502,1
95,17==
db = 39 -1 = 38
t tabel (ά = 0,05) = 2,02
Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep
sistem indera pada manusia sebelum dan sesudah pembelajaran yang signifikan.
Lampiran 16
Perhitungan Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam perhitungan ini menggunakan “t” test, berikut langkah-langkah
perhitungannya :
a. Merumuskan hipotesis
Ho : µ1 = µ2
Ha : µ1 > µ2
b. Menentukan kriteria pengujian
Jika thitung < ttabel,, maka terima Ho
Jika thitung > ttabel,, maka tolak Ho
c. Menentukan uji statistik
S2 total = (n1-1) S12 + (n2-1) S2
2
(n1 + n2 - 2)
8103909,82
8103909,82
76
58971,6293
76
23075,376935896,2524
)13939(
190283,99)139(430499,66)139(
=
=
=
+=
−+
−+−=
S = 9,10
t
2
11
1
21
nnS
XX
+
−=
29,1
093,2
69,2
)23,0(10,9
69,2
39
210,9
69,2
39
1
39
110,9
10,6479,66
=
=
=
=
+
−=
Setelah thitung diperoleh, kemudian menentukan ttabel dengan berkonsultasi pada tabel
“t”. Dengan df sebesar 76 maka diperoleh t tabel pada taraf signifikan 5% sebesar
1,99.
d. Melakukan pengambilan kesimpulan
Karena didapat thitung < ttabel (1,29 < 1,99 ) , maka hipotesis nihil diterima dan hipotesis
alternatif ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode
pembelajaran brainstorming dan metode pembelajaran tanya jawab terhadap
penguasaan konsep siswa.
Lampiran 13
Perhitungan Uji Homogenitas Varian Kelompok Brainstorming
A. Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Indera pada Manusia
X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)2
35 1 -14,49 209,9601 209,9601
30 2 -19,49 379,8601 759,7202
40 6 -9,49 90,0601 540,3606
45 2 -4,49 20,1601 40,3202
50 15 0,51 0,2601 3,9015
55 3 5,51 30,3601 91,0803
60 10 10,51 110,4601 1104,601
Jumlah 2749,9439
( )1-n
)(S
22
XXf −=
( )39,72
1-39
9439,2749
=
=
B. Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem indera pada Manusia
X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)
2
45 1 -21,79 474,8041 474,8041
50 2 -16,79 281,9041 563,8082
55 1 -11,78 139,0041 139,0041
60 8 -6,79 46,1041 368,8328
65 3 -1,79 3,2041 9,6123
70 17 3,21 10,3041 175,1697
75 4 8,21 67,4041 269,6164
80 3 13,21 174,5041 523,5123
Jumlah 2524,3599
( )1-n
)(S
22
XXf −=
( )43,66
1-39
3599,2524
=
=
1. Ho = Variansi populasi homogen
Ha = variansi populasi tidak homogen
2. Jumlah sampel
na = 39
nb = 39
3. Derajat kebebasan
Pembilang dk = n – 1 = 39 – 1 = 38
Penyebut dk = n – 1 = 39 – 1 = 38
4. F hitung
ecilVarianterk
esarVarianterb==
2
B
2
A
S
SF
= 72,37 66,43
= 1,089
5. Dengan demikian = 1,089 sedangkan untuk dk penyebut 38 dan dk pembilang 38 pada
taraf signifikan = 0,05 dari tabel distribi\usi F tidak dapat maka diambil yang terdekat
yaitu dk penyebut 38 dan dk pembilang 40.
Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05, dk= 38,40) adalah 1,71
Diketahui harga Fhit = 1,089 dan Ftab = 1,71 karena F hit < F tab maka Ho diterima
yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama.
Perhitungan Uji Homogenitas Varian Kelompok Tanya Jawab
A. Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Indera pada Manusia
X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)
2
25 2 -20,897 436,684609 873,369218
30 4 -15,897 252,714609 1010,85844
40 13 -5,897 34,774609 452, 069917
50 12 4,103 16,834069 202, 015309
60 4 14,103 198,894609 795,578436
65 4 19,103 364,924609 1459,69844
Jumlah 4793,58977
( )1-n
)(S
22
XXf −=
( )15,126
1-39
58977,4793
=
=
B. Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem indera pada Manusia
X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)2
30 1 -34,62 1198,5444 1198,5444
40 1 -24,62 606,1444 606,1444
50 3 -14,62 213,7444 641,2332
60 7 4,62 21,3444 149,4108
65 8 0,38 0,1444 1,1552
70 16 5,38 28,9444 463,1104
80 3 15,38 236,5444 709,6332
Jumlah 3769,2316
( )1-n
)(S
22
XXf −=
( )19,99
1-39
2316,3769
=
=
1. Ho = Variansi populasi homogen
Ha = variansi populasi tidak homogen
2. Jumlah sampel
na = 39
nb = 39
3. Derajat kebebasan
Pembilang dk = n – 1 = 39 – 1 = 38
Penyebut dk = n – 1 = 39 – 1 = 38
4. F hitung
ecilVarianterk
esarVarianterb==
2
B
2
A
S
SF
= 126,14709
99,19
= 1,27
5. Dengan demikian = 1,27 sedangkan untuk dk penyebut 38 dan dk pembilang 38 pada
taraf signifikan = 0,05 dari tabel distribi\usi F tidak dapat maka diambil yang terdekat
yaitu dk penyebut 38 dan dk pembilang 40.
Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05, dk= 38,40) adalah 1,71
Diketahui harga Fhit = 1,27 dan Ftab = 1,71 karena F hit < F tab maka Ho diterima
yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama
top related