perbenihan akuakultur - djpb
Post on 27-Oct-2021
18 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PerbenihanAkuakultur
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn
2014
Perbenihan aKUaKULTUrii DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn iii
Judul Buku:
Perbenihan AkuakulturCopyright @2014
Pertama kali diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya
Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Gedung Menara 165 Lantai 23 Jalan Tb. Simatupang Kav. 1 Jakarta Selatan
PelindungSharif C. Sutardjo
Menteri Kelautan dan Perikanan
Pengarah1. Slamet Soebjakto
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya
2. Moh. Abduh Nurhidayat
Penanggung JawabDjumbuh Rukmono
Direktur Perbenihan
EditorAgung Witjaksono
PenyusunRokhmat M. Rofiq
PendukungRudi Hartono
Ris Dewi Nowita
Sampul & Tata LetakAry Kusnari
Hak cipta dilindungi oleh Undang-Undang
Dilarang mengutip, menyalin, memperbanyak, dan menyebarluaskan
sebagian maupun keseluruhan isi buku ini, dengan cara apapun,
tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta.
Perbenihan aKUaKULTUriv DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn vPerbenihan aKUaKULTUriv DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn v
Perbenihan aKUaKULTUrvi DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn vii
Prakata
Assalamualaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Program industrialisasi perikanan budidaya yang tengah
digalakkan oleh pemerintah ternyata mendapat sambutan
luar biasa dari seluruh pemangku kepentingan di bidang ini.
Hal tersebut tercermin begitu jelas dari peningkatan produksi setiap
tahun. Sebagai contoh, sepanjang 2012 lalu, produksi perikanan
budidaya mencapai 9,4 juta ton, naik dibanding produksi tahun
2011 sebesar 6,8 juta ton. Sementara pada 2013, produksi perikanan
budidaya meningkat menjadi 13,7 juta ton atau naik 36% dibanding
tahun sebelumnya. Adapun target produksi sebesar 14 juta ton di 2014
pun diyakini bakal terlampaui.
Tentu saja, peningkatan produksi perikanan budidaya
(akuakultur) ini merupakan buah manis dari kerjasama seluruh pihak
terkait, mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, pelaku
usaha, peneliti, hingga para pembudidaya. Keberhasilan tersebut juga
sekaligus menjadi penanda bahwa rantai produksi hulu-hilir industri
akuakultur semakin kuat. Artinya, kekuatan produksi ikan konsumsi di
tingkat hilir perikanan budidaya tak pelak ditopang sangat kokoh oleh
industri perbenihan di level paling hulu.
Mengapa demikian? Industri perbenihan dan pembesaran
ikan terjalin dalam mata rantai produksi yang terikat satu sama lain.
Maksudnya, besar-kecilnya produksi ikan konsumsi maupun ikan hias
tergantung pada produktivitas benih secara keseluruhan. Itu sebabnya,
untuk menunjang dan mendukung keberhasilan industrialisasi
perikanan budidaya—baik perbenihan ikan air tawar, ikan air payau
maupun ikan air laut, diperlukan benih unggul dalam jumlah yang
memadai dan berkesinambungan.
Nah, beberapa program dan kebijakan pun telah digalakkan
Perbenihan aKUaKULTUrvi DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn vii
Perbenihan aKUaKULTUrviii DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn ix
Daftar IsI
Prakata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Daftar Isi
BAgiAn i MEngEnAL USAhA PErBEnihAn Usaha Perbenihan Ikan A. Pusat Induk dan Benih B. Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) C.
BAgiAn ii TEknoLogi PErBEnihAn Teknologi Pembenihan Ikan Air Tawar A. Teknologi Pembenihan Ikan Air Payau B. Teknologi Pembenihan Ikan Air Laut C. Teknologi Pembibitan Rumput Laut D. Teknologi Penyediaan Pakan Benih E.
BAgiAn iii BEnih UnggUL Produksi Benih Unggul A. Distribusi Benih Unggul B. Pusat Benih Unggul C.
BAgiAn iV indUk UnggUL Produksi Induk Unggul A. Distribusi Induk Unggul B. Pusat Induk Unggul C.
BAgiAn V UniT PEMBEnihAn Unit Pembenihan Skala Kecil A. Unit Pembenihan Skala Besar B. Unit Pembenihan Bersertifikat C.
BAgiAn Vi kiSAh SUkSES UniT PEMBEnihAn Unit Pembenihan Rakyat (UPR) A. Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) B. Unit Pembenihan Skala Besar C. Unit Pembibitan Rumput Laut D.
Penutup direktur Perbenihan Pustaka
oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) guna memenuhi kebutuhan benih
ikan yang cukup, berkualitas dan berkelanjutan. Program tersebut
antara lain adalah penerapan teknologi dalam produksi benih
ikan. Toh, penerapan teknologi perbenihan sudah terbukti mampu
meningkatkan produksi benih secara nasional, bahkan membantu
para pembudidaya bibit ikan dalam menjalankan kegiatan produksi
yang efisien, murah, dan produktif.
Sementara kebijakan sertfikasi Cara Pembenihan Ikan yang
Baik (CPIB) selain menghasilkan benih unggul juga merupakan cara
efektif untuk meningkatkan daya saing produk benih ikan baik secara
nasional maupun global. Di pihak lain, pengembangan pusat induk
dan benih (Broodstock Center) di beberapa wilayah di Indonesia
turut membantu pasokan benih unggul dan berkelanjutan buat
para pembudidaya. Keseluruhan program tersebut terbukti berhasil
mendongkrak total produksi benih perikanan budidaya dari 87 miliar
ekor di 2012 menjadi 92 miliar ekor sepanjang 2013.
Apapun, buku “Perbenihan Akuakultur” ini sejatinya bisa
menjadi potret dari perkembangan dan kemajuan sektor perbenihan
selama ini. Paling tidak, buku yang sederhana ini mampu menjadi
sumber informasi atau rujukan seluruh pemangku kepentingan dalam
memahami secara lebih komprehensif terkait dengan produktivitas,
distribusi, penerapan teknologi, dan kisah sukses usaha perbenihan
nasional. Akhir kata, kami ucapkan selamat membaca dan menelusiri
substansi dari buku ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 17 Agustus 2014
Slamet Soebjakto
direktur Jenderal Perikanan Budidaya
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 1
MengenalUsaha PeMbenihan1
Perbenihan aKUaKULTUr2 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 3
kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahkan menjadi pilar penting
untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Akan tetapi, peningkatan produksi ikan di Indonesia tidak
bisa dilepaskan dari gerakan industrialisasi perikanan budidaya
yang dikomandoi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Di satu sisi, gerakan nasional yang secara teknis dilaksanakan oleh
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) itu telah terbukti
mampu mendorong para pembudidaya menggenjot produksinya.
Di lain pihak, industrialisasi sektor akuakultur tersebut juga mampu
memperkuat hulu-hilir produksi perikanan budidaya secara
keseluruhan.
Keberhasilan gerakan industrialisasi perikanan budidaya
sangat terkait dengan kekuatan dukungan di bagian hulu dari rantai
a. Usaha PerbenIhan Ikan
Perikanan budidaya (akuakultur) kini semakin berkembang di
Indonesia. Dari tahun ke tahun, produktivitasnya terus meningkat.
Sepanjang 2011 produksi perikanan budidaya menembus angka 6,8
juta ton. Kemudian meningkat menjadi 9,4 juta ton di tahun 2012.
Sementara pada 2013, produksi perikanan budidaya naik menjadi
13,7 juta ton dan di 2014 target produksi mencapai 14 juta ton.
Produksi perikanan budidaya yang mencapai belasan juta ton
per tahun dan akan terus bertambah tak pelak memberikan kontribusi
besar pada kebutuhan gizi masyarakat. Hal ini sejalan dengan naiknya
konsumsi ikan per kapita dari waktu ke waktu. Sehingga tak heran,
sektor perikanan semakin diakui berperan penting dalam memenuhi
Perbenihan aKUaKULTUr4 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 5
produksi. Adapun bagian hulu paling penting dan utama dalam
industri akuakultur di Tanah Air adalah sektor perbenihan. Bahkan,
perbenihan menjadi faktor penentu proses produksi perikanan
budidaya, baik budi daya air tawar, air payau, maupun air laut.
Itu sebabnya, untuk me nunjang dan mendukung ke berh-
asilan industrialisasi peri kanan budidaya, diperlukan induk dan
benih unggul dalam jumlah yang memadai dan ber kesinambungan.
Sehingga, ke tersediaan induk dan benih unggul perlu mendapatkan
per hatian khusus dari seluruh pihak terkait. Tentunya, peme nuhan
kebutuhan benih dan induk tersebut bukan hanya tugas pemerintah.
Pasalnya, pe merintah tidak dapat bekerja sendiri, sehingga perlu
adaya sinergi dan kerjasama dengan semua pemangku kepentingan
yang terlibat dalam sub sektor perbenihan perikanan.
Para pihak yang terkait langsung dengan industri perbenihan
dan mesti bekerjasama secara sinergis antara lain adalah pemerintah,
pengumpul induk, pemulia, unit pembenihan baik skala kecil maupun
skala besar dan juga para pembudidaya ikan. Sinergi antar pemangku
kepentingan ini niscaya bakal menunjang kegiatan produksi yang
tengah giat-giatnya dilakukan oleh para pelaku usaha budidaya ikan.
Berbeda dengan jenis bisnis akuakultur lainnya, usaha
perbenihan perikanan merupakan suatu usaha dengan perputaran
permodalan yang cepat. Dengan kebutuhan ukuran tebar benih yang
semakin besar, maka usaha perbenihan dapat dilakukan dengan
segmentasi usaha perbenihan. Ukuran tebar ikan yang semakin besar
akan mengurangi resiko kematian benih atau meningkatkan rasio
hidup ikan yang ditebar. Dengan demikian diharapkan hasil panen
Perbenihan aKUaKULTUr6 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 7
akan meningkat.
Yang tak kalah penting, kebutuhan beragam
ukuran bibit ikan bakal membuka segmentasi
usaha pembenihan mulai dari telur menjadi benih,
kemudian benih menjadi tokolan, bahkan sampai
tokolan menjadi ukuran siap tebar. Semakin banyak
segmentasi usaha pembenihan ikan akan semakin
banyak menyerap tenaga kerja dan mendorong
perekonomian di kawasan budidaya dan pada
gilirannya meningkatkan kesejahteraan pembenih
ikan.
b. PUsat InDUk Dan benIhGuna memenuhi induk dan benih unggul
dalam jumlah dan kualitas yang memadai,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB)
telah menerapkan strategi yang cukup jitu. Yakni,
pembangunan dan pengembangan pusat induk
dan benih (Broodstock Center) di beberapa wilayah
di Indonesia. Baik National Broodstock Center
(NBC) maupun Regional Broodstock Center (RBC)
bekerja secara bersama-sama mengumpulkan
induk dan benih alam dari berbagai lokasi, untuk
kemudian digunakan memproduksi calon induk
hasil budidaya melalui serangkaian metode dan
proses seleksi.
Adanya pusat induk dan benih ini terbukti
cukup berhasil untuk komoditas ikan lele, nila,
udang vaname dan kerapu. Bahkan rumput laut
Adanya pusat induk dan benih ini terbukti cukup berhasil untuk komoditas ikan lele, nila, udang vaname dan kerapu. Bahkan rumput laut melalui hasil kultur jaringan telah menghasilkan
bibit rumput laut yang unggul untuk dapat
dikembangkandi masyarakat.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 7
Perbenihan aKUaKULTUr8 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 9
melalui hasil kultur jaringan telah menghasilkan bibit rumput laut
yang unggul untuk dapat dikembangkan di masyarakat. Sehingga,
strategi ini juga akan diterapkan untuk komoditas lain seperti ikan
patin, gurame, udang windu dan yang lainnya.
Lalu, untuk menyebarluaskan atau mendistribusikan benih
unggul secara merata ke masyarakat, maka dikembangkan kawasan
perbenihan baik benih ikan air tawar, ikan air payau maupun ikan
air laut. Sebagai contoh pengembangan telur atau nauplii untuk
memenuhi kebutuhan telur kerapu dan juga nauplii udang. Kemudian
didukung dengan PL Center (Post Larva center) dan Benih Centre.
Pengembangan sentra-sentra ini, selain merupakan implementasi
dari segmentasi usaha pembenihan juga sekaligus membantu
distribusi benih unggul kepada masyarakat pembudidaya ikan, baik
skala kecil maupun skala besar.
Di lain pihak, Gerakan Penggunaan Induk Unggul (GAUL)
terus digalakkan untuk mengembangkan usaha budidaya ikan yang
berkelanjutan (sustainable). Pelaku usaha pembenihan ikan semakin
diberikan pemahaman bahwa penggunaan induk unggul mutlak
dilakukan untuk menghasilkan benih berkualitas. Pemenuhan
kebutuhan bibit berkualitas ini juga terus dilakukan melalui sentra
benih dan induk unggul yang sudah ada dan dibantu oleh balai-
balai benih yang tergabung dalam Jejaring Perbenihan Perikanan
Nasional.
Sederhananya, untuk memproduksi benih ikan unggul dalam
jumlah besar diperlukan industri perbenihan. Sedangkan untuk
mendukung industri perbenihan diperlukan revolusi perbenihan.
GAUL akan mendukung revolusi perbenihan ini agar penggunaan
induk ikan unggul semakin masif dan menjadi kebutuhan masyarakat
pembudidaya ikan secara nasional.
DJPB bekerja secara bersama-sama mengumpulkan induk dan benih alam dari berbagai lokasi, untuk kemudian digunakan memproduksi calon induk hasil budidaya melalui serangkaian metode dan proses seleksi.
Perbenihan aKUaKULTUr8
Perbenihan aKUaKULTUr10 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 11
C. Cara PembenIhan Ikan yang baIk (CPIb)
Direktorat Jenderal Pe-
ri kanan Budidaya telah mem-
bangun sebuah model dalam
upaya meningkatkan daya
saing industri benih ikan se-
cara nasional, yakni dengan pe-
nerapan Cara Pembenihan Ikan
yang Baik (CPIB). Penerapan
CPIB ini merupakan syarat mutlak
dalam menghasilkan benih ung-
gul dan juga mengelola induk
unggul. Dengan menerapkan
CPIB maka benih yang dihasilkan
merupakan benih berkualitas
yang akan dapat digunakan oleh
para pembudidaya yang juga
harus menerapkan Cara Bu-
didaya Ikan yang Baik (CBIB).
Kebijakan CPIB dan CBIB
ini merupakan integrasi hulu
dan hilir dalam sistem perikanan
budidaya nasional yang dikem-
bangkan DJPB. Input yang ba-
gus, proses yang sesuai aturan
akan menghasilkan output yang
Perbenihan aKUaKULTUr10
Perbenihan aKUaKULTUr12 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 13
induk, pemeriksaan kesehatan ikan, emeriksaan kualitas air, sampai
dengan panen dan pengemasan, mempunyai data rekaman selama
proses produksi, dan didampingi satu orang bersertifikat Manager
Pengendali Mutu (MPM) Perbenihan.
Di tengah ketatnya persaingan bisnis akuakultur di tingkat
global dan regional, apalagi memasuki ajang pasar bebas ASEAN
(Masyarakat Ekonomi ASEAN) tahun 2015, maka Indonesia harus
mampu swasembada benih dan induk nasional. Hal ini penting selain
untuk membendung penetrasi produk impor, juga untuk menghindari
masuknya penyakit dari negara lain. Swasembada benih dan induk ini
akan mudah dicapai, salah satunya dengan menerapkan CPIB. Jika
CPIB diterapkan secara masif, maka pada akhirnya, kebutuhan induk
dan benih berkualitas bakal tercukupi di seluruh Indonesia.
optimal dengan kualitas yang baik. Sertifikasi CPIB dan tentu CBIB ini
terus digalakkan untuk meningkatkan daya saing perikanan budidaya
menyambut persaingan global yang kian ketat. Produksi induk dan
benih unggul dengan sertifikasi ini tentu juga dimaksudkan untuk
mendukung semakin bergairahnya usaha budidaya ikan nasional.
Adapun syarat sertifikasi CPIB, antara lain surat keterangan dari
desa, lokasi bebas banjir dan cemaran, air tersedia sepanjang tahun
dan tidak tercemar (dibuktikan dengan hasil analisis laboratorium),
fasilitas unit lengkap (ada gudang, tempat pengemasan), menerapkan
biosecurity, pakan bersertifikat, atau melampirkan bahan/formula dan
menyerahkan sampel apabila menggunakan pakan buatan sendiri,
induk memiliki Surat Keterangan Asal (SKA), mempunyai Standard
Operasional Prosedur (SOP) dari pengolahan kolam, pengadaan
Perbenihan aKUaKULTUr14 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 15
TeknologiPeMbenihan2
Perbenihan aKUaKULTUr16 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 17
Karena itu, seleksi induk harus dilakukan secara teliti dan akurat
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Pemijahan dapat
dilakukan secara buatan melalui pemberian rangsangan hormon
untuk proses pematangan akhir gonad, pengurutan untuk proses
pengeluaran telur dan pembuahan dengan mencampur sperma dan
telur. Bahan yang digunakan merangsang ovulasi pada ikan patin yang
sudah dikenal seperti ovaprim, HCG dan hipofisa ikan mas.
Di lain pihak, standarisasi perbenihan diperlukan dalam
rangka penerapan sistem jaminan mutu. Penetapan standar yang
bertanggung jawab adalah Badan Standarisasi Nasional (BSN) melalui
proses perumusan standar menjadi Standar Nasional Indonesia (SNI)
yang diperlukan sebagai acuan dalam penerapan Cara Pembenihan
Ikan Yang Baik (CPIB) dan Sistem Mutu Perbenihan.
a. teknologI PembenIhan I kan aIr tawar
Penerapan teknologi dalam kegiatan pembenihan ikan
merupakan jawaban atas berbagai kendala yang dialami oleh para
pelaku usaha di sektor ini. Berbagai kendala tersebut antara lain bisa
datang dari musim yang kurang bersahabat, keterbatasan lahan,
problem genetika, rendahnya produktivitas, ataupun hama dan
penyakit. Penerapan teknologi dalam usaha pembenihan ini pada
gilirannya membantu para pembudidaya bibit ikan dalam menjalankan
kegiatan produksi yang efisien, murah, produktif dan berdaya saing.
Dalam budidaya ikan air tawar, teknologi seleksi induk
merupakan langkah awal dalam usaha pembenihan. Langkah ini
sangat menentukan keberhasilan pembenihan secara keseluruhan.
Perbenihan aKUaKULTUr18 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 19
a-1. InsemInasI bUatan
Proses inseminasi (pembuahan) buatan dilakukan dengan
cara mencampur telur dan sperma dengan larutan sodium 0,9%
dan diaduk secara perlahan menggunakan bulu ayam. Setelah
diaduk secara merata dan telur terbungkus oleh sperma, langkah
selanjutnya adalah pencampuran larutan tanah merah yang berguna
untuk menghilangkan daya rekat telur kemudian diaduk sempurna
hingga telur tidak menempel satu sama lain. Untuk menghilangkan
larutan tanah merah pada telur dilakukan beberapa kali pembilasan
menggunakan air bersih hingga telur bersih sempurna. Telur yang telah
bersih kemudian siap untuk dimasukan dalam corong penetasan.
a-2. PemelIharaan larva Dan benIh
Kegiatan pemeliharaan larva dan benih ikan, misalnya ikan
patin, sebaiknya dilakukan di dalam ruangan tertutup agar dapat
dijaga suhu airnya serta menghindari kontaminan yang dapat masuk
ke dalam media pemeliharaan larva. Wadah pemeliharaan larva dapat
terdiri dari berbagai macam jenis mulai dari akuarium, bak fiber, bak
semen maupun bak kayu. Padat tebar larva adalah sekitar 60-80 ekor/
liter. Larva dipelihara selama 15 hari, dimana larva ikan akan mencapai
ukuran tiga perempat inchii.
Kemudian larva ikan diberikan pakan naupli artemia dari umur
30 jam hingga 7 hari. Pada hari ke-8 hingga ke-15 larva diberi pakan
cacing sutra. Suhu optimal untuk pemeliharaan larva ikan patin adalah
antara 29-30 Derajad Celcius. Selama pemeliharaan larva dilakukan
Perbenihan aKUaKULTUr20 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 21
penyiponan sisa pakan dan kotoran secara rutin. Penambahan dan
pergantian air dapat dilakukan setelah 4 hari pemeliharaan dan
dilakukan secara rutin minimal setiap 2 hari sekali atau sesuai dengan
kebutuhan.
a-3. Pengelolaan Pakan
Larva ikan patin dapat diberikan pakan berupa nauplius artemia
setelah berumur 30-35 jam setelah menetas hingga larva berumur 7
hari. Frekwensi pemberian pakan berupa nauplius artemia sebanyak
5 kali dengan interval waktu 4 jam sekali. Pada hari ke-2 dan ke-3
sebaiknya frekwensi pemberian pakan ditingkatkan menjadi 6 kali
dengan interval waktu 4 jam sekali. Hal ini dikarenakan pada umur
tersebut tingkat kanibalisme larva tinggi, sedangkan pada hari ke-4
hingga hari ke-7 frekwensi pemberian pakan kembali diturunkan
menjadi 5 kali dengan interval waktu 4 jam sekali. Setelah berumur
lebih dari 7 hari larva diberikan pakan pengganti berupa cacing sutra
(tubifek). Cacing sutra yang diberikan harus dicincang terlebih dahulu
karena ukuran bukaan mulut larva yang masih terlalu kecil.
a-3-1. Cara PemberIan Pakan artemIa
Cyste artemia ditetaskan dengan cara perendaman dengan air
laut atau air garam dengan salinitas 20-30 ppt. Selama penetasan cyste
artemia pada corong penetasan diberikan aerasi kuat agar cyste dapat
teraduk dan tidak mengumpul di bawah corong penetasan artemia.
Cyste akan menetas sempurna dan siap untuk dipanen setelah 24-
28 jam. Cara penen nauplius artemia dengan mematikan aerasi atau
mengangkat selang aerasi kemudian diamkan selama 10 menit. Setelah
itu cangkang cyste artemia akan mengapung di permukaan nauplius
akan mengendap di dasar corong penetasan.
Pemanenan nauplius artemia adalah dengan mengambil
cangkang cyste artemia dengan menggunakan seser secara perlahan
agar tidak te ra duk. Cara lain adalah dengan menyipon nauplius
artemia dengan se lang kecil secara perlahan. Nauplius artemia
kemudian disaring dengan menggunakan saringan plankton atau
dengan kain mori. Setelah artemia disaring, dilakukan pembilasan
dengan menggunakan air tawar bersih. Nauplius artemia kemudian
dilarutan dalam air tawar dan ditebar pada media pemeliharaan larva
secara merata.
a-3-2. Cara PemberIan Pakan CaCIng sUtra
Pemberian cacing sutra pada masa peralihan pakan dari nauplius
artemia ke cacing sutra harus dicincang terlebih dahulu sampai halus.
Setelah cukup halus menggunakan saringan atau seser halus potongan
cacing tersebut dibilas dengan air sampai bersih. Potongan cacing
yang telah bersih dapat ditebarkan pada kolam pemeliharaan larva.
Dengan pertambahan umur ukuran ikan menjadi lebih besar sehingga
pemberian pakan cacing sutra tidak harus dicincang halus lagi, tetapi
cukup langsung diberikan.
Usaha pembenihan ikan patin cukup menguntungkan karena
memiliki perputaran produksi yang cukup cepat dimana larva satu
hari ikan patin sudah bisa terjual di pasaran yang hanya membutuhkan
waktu kurang lebih satu minggu. Hal ini menyebabkan banyak sekali
para pembenih melakukan usaha pembenihan ikan patin. Di samping
itu segmentasi usaha pembenihan ikan patin cukup banyak mulai dari
larva, benih tiga perempat inchi, benih 1 inchi, benih 1,5 inchi dan
terakhir benih 2–3 inchi yang digunakan untuk pembesaran.
Perbenihan aKUaKULTUr20 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 21
Perbenihan aKUaKULTUr22 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 23
b. teknologI PembenIhan Ikan aIr PayaU
Penerapan teknologi pada budidaya benih ikan air payau
dicontohkan pada ikan bandeng. Ikan bandeng termasuk dalam
famili Chanidae (milk fish) yaitu jenis ikan yang mempunyai bentuk
memanjang, padat, pipih (compress) dan oval. Pembenihan dimulai
dari seleksi induk yang bertujuan untuk memperbaiki genetik dari
induk ikan yang akan digunakan. Oleh karena itu dengan melakukan
seleksi ikan yang benar akan dapat memperbaiki genetik ikan tersebut
sehingga dapat melakukan pemuliaan ikan. Induk yang unggul akan
menurunkan sifat-sifatnya kepada keturunannya. Ciri-cirinya antara
lain bentuk normal, perbandingan panjang dan berat ideal, ukuran
kepala relatif kecil, di antara satu peranakan pertumbuhannya paling
cepat, susunan sisik teratur, licin, mengkilat, tidak ada luka, gerakan
lincah dan normal, dan berumur antara 4-5 tahun.
Perbenihan aKUaKULTUr22 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 23
Perbenihan aKUaKULTUr24 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 25
b-1. Proses PemIjahan Pada ikan bandeng, pemijahan dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu:
1. Pemijahan Alami
Ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5-3,0 a)
meter berbentuk bulat dilengkapi aerasi kuat menggunakan
“diffuser” sampai dasar bak serta ditutup dengan jaring.
Pergantian air minimal 150 % setiap hari.b)
Kepadatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air.c)
Pemijahan umumnya pada malam hari. Induk jantan d)
mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan telur
sehingga fertilisasi terjadi secara eksternal.
2. Pemijahan Buatan
Pemijahan buatan dilakukan melalui rangsangan hormonal. a)
Hormon berbentuk cair diberikan pada saat induk jantan
dan betina sudah matang gonad sedang hormon berbentuk
padat diberikan setiap bulan (implantasi).
Induk bandeng akan memijah setelah 2-15 kali implantasi b)
tergantung dari tingkat kematangan gonad. Hormonyang
digunakan untuk implantasi biasanya LHRH –a dan 17 alpha
methyltestoterone pada dosis masingmasing 100-200 mikron
per ekor induk (> 4 Kg beratnya).
Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter c)
lebih dari 750 mikron atau induk jantan yang mengandung
sperma tingkat tiga dapat dipercepat dengan penyuntikan
hormon LHRH-a pada dosis 5.000-10.000 IU per Kg berat
tubuh.
Perbenihan aKUaKULTUr24 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 25
Perbenihan aKUaKULTUr26 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 27
b-3. PemelIharaan larva Dan benIh
Air media pemeliharaan larva yang bebas dari pencemaran,
suhu 27-310C salinitas 30 ppt, pH 8 dan oksigen 5-7 ppm diisikan ke
dalam bak tidak kurang dari 100 cm yang sudah dipersiapkan dan
dilengkapi sistem aerasi dan batu aerasi dipasang dengan jarak antara
100 cm.
Larva umur 0-2 hari kebutuhan makanannya masih dipenuhi
oleh kuning telur sebagai cadangan makanannya. Hari kedua setelah
ditetaskan diberi pakan alami yaitu chlorella dan rotifera. Masa
pemeliharaan berlangsung 21-25 hari saat larva sudah berubah
b-2. Penetasan telUr
Telur bandeng yang dibuahi berwarna transparan, mengapung
pada permukaan. Sedangkan yang tidak terbuahi akan tenggelam dan
berwarna putih keruh. Untuk mempermudah dalam hal pengumpulan
terus, bak pemijahan dirancang dengan sistem pembuangan air
permukaan. Selama ini inkubasi telur harus diaerasi dengan cukup
sehingga telur mencapai tingkat embrio dan sebelum dipindahkan,
aerasi dihentikan. Setelah telur dipanen dilakukan desinfeksi dalam
larutan formain selama 10–15 menit untuk mencegah pertumbuhan
bakteri atau parasit.
Perbenihan aKUaKULTUr26 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 27
Perbenihan aKUaKULTUr28 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 29
menjadi nener. Pada hari ke nol telur-telur yang tidak menetes,
cangkang telur larva yang baru menetas perlu disipon sampai hari ke
8-10 larva dipelihara pada kondisi air stagnan dan setelah hari ke 10
dilakukan pergantian air 10% meningkat secara ber tahap sampai 100%
menjelang pa nen. Kepa datan telur yang ditebar pada bak penetasan
atau pemeliharaan larva yaitu sekitar 12 sampai 20 butir/liter air.
Untuk menjaga kualitas air media pemeliharaan agar tetap optimal
bagi pemeliharaan larva ikan bandeng yaitu dengan cara penyiponan,
pergantian air, dan sirkulasi air. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemberian pakan pada larva ikan bandeng antara lain jenis makanan,
kandungan gizi, jumlah pakan, waktu dan frekuensi serta cara
pemberian pakan. Pertumbuhan rata-rata panjang larva ikan bandeng
yang didapatkan yaitu rata-rata 5,0 sampai dengan 16,2 mm dari umur
1 sampai 25 hari.
C. teknologI PembenIhan Ikan aIr laUt
C-1. ProDUksI Calon InDUk UDang vanameI
Produksi calon induk udang vanamei (Litopenaeus Vannamei)
dengan sistem resirkulasi tertutup pada bak raceway memiliki
beberapa manfaat antara lain biosekuriti dan mengurangi resiko
kontaminasi air dari penyakit dan organisme pembawa penyakit.
Manfaat lain, sistem ini membuat kestabilan kualitas air lebih terjaga.
Sistem ini sangat bergantung kepada penggunaan probiotik untuk
mempertahankan kestabilan parameter kualitas airnya. Probiotik
diharapkan bisa menekan pertumbuhan bakteri baik dari lingkungan
maupun dalam saluran pencernaan yang akan membantu dalam
proses pencernaan dan penyerapan dalam usus sehingga diharapkan
semua nutrisi bisa terserap dan akan mempercepat pertumbuhan.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 29
Perbenihan aKUaKULTUr30 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 31
menunjukkan performa pertumbuhan selama 240 hari yang optimal:
nilai pertumbuhan harian (ADG) 0.16 g/hr, bobot akhir 39 g, SR akhir
29%. Selain itu, penerapan sistem tertutup dengan kualitas air yang
stabil: pH, salinitas, TAN, alkalinitas dan bahan organik dan penerapan
biosekuriti standar baku terbukti menjamin kualitas bebas virus calon
induk dari virus: WSSV, TSV, IMNV, dan IHHNV.
C-2. ProDUksI PenggelonDongan keraPU tIkUs
Model sistem resirkulasi tertutup pada produksi
penggelondongan kerapu tikus (Cromileptes Altivelis) memiliki
tujuan terkait tingkat kelangsungan hidup (SR) lebih besar dari
50%. Sasarannya adalah mendapatkan model yang efektif dalam
memproduksi benih kerapu tikus. Bahan yang digunakan adalah
benih kerapu tikus, pakan pendederan, probiotik dan vitamin C serta
menggunakan alat bak larva kapasitas 1,5 meter
kubik, protein skimmer, ultra violet, dan
pompa air laut.
Pada perekayasaan ini
parameter yang diamati adalah
kinerja kultur yang optimal dari
model sistem resirkulasi yang
meliputi tingkat kehidupan
(survival rate), pertumbuhan
benih yang tinggi dan
kualitas air yang
Kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan calon induk siap pijah
dengan berat ♀: 30-35 gram ♂: 25-30 gram.
Breeding Program (program pembenihan) yang dilakukan
pada tahap awal ini adalah melakukan cross breeding (kawin silang)
dan selektif breeding yang menerapkan seleksi individu. Dengan
data-data yang diperoleh dari hasil perekayasaan maupun hasil uji
multi lokasi di beberapa tempat, diperoleh data bahwa induk udang
vanamei yang dihasilkan oleh Tim Pemulia Broodstock Center
Udang Vanamei Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo ini
dapat menjadi induk alternatif sebagai pengganti induk vanamei
impor dan dapat menurunkan biaya produksi karena harganya jauh
lebih murah.
Hasil kegiatan rekayasa breeding program induk udang vanamei
telah menghasilkan satu varietas udang vanamei unggul yang
baru dan telah dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan pada
tanggal 23 Oktober 2009. Salah satu bagian penting dalam proses
tersebut adalah proses pemeliharaan calon induk itu sendiri dalam
bentuk perbanyakan (multiplikasi) dengan menggunakan teknologi
resirkulasi tertutup pada bak raceway.
Sistem resirkulasi tertutup pada bak raceaway menggunakan
prinsip biosecurity yang ketat untuk mencegah masuknya patogen.
Yang menjadi subjek pada sistem ini adalah benur PL10 sebanyak 180
ribu ekor dengan menggunakan bahan yaitu pakan, probiotik, kapur
(CaCo2), kaporit, air laut, air tawar dan vitamin C. Metodologi yang
digunakan adalah manajemen air, manajemen pakan, manajemen
kesehatan, dan aplikasi probiotik.
Berdasarkan data diketahui bahwa pada pemeliharaan
calon induk udang vanamei dengan sistem resirkulasi tertutup
Perbenihan aKUaKULTUr32 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 33
mendukung kehidupan benih selama perekayasaan berlangsung.
Secara keseluruhan penggunaan model sistem resirkulasi tertutup
berpengaruh positif terhadap survival rate dan pertumbuhan
benih ikan kerapu tikus. Sistem resirkulasi menunjukan kestabilan
kualitas air terutama kadar amoniak, nitrit, pH dan kadar oksigen,
dari analisa kandungan bakteri vibrio didapatkan data bahwa
penggunaan probiotik pada pemeliharaan larva kerapu tikus
berdampak positif.
Kandungan bakteri vibrio pada media pemeliharaan tiap
uji coba dapat tertekan dengan penambahan bakteri probiotik.
Semakin tinggi konsentrasi probiotik yang diberikan, kandungan
bakteri vibrio dalam media pemeliharaan semakin rendah. Kualitas
air dan kandungan bakteri selama perekayasaan berlangsung.
Kualitas air media pemeliharaan sangat berperan dalam
menunjang keberhasilan produksi benih kerapu tikus. Kualitas air
yang berperan terhadap kelangsungan hidup pada pertumbuhan
ikan kerapu tikus meliputi suhu air, oksigen terlarut, kadar garam,
pH air, amonia, dan nitrit.
Yang sangat berperan dan memerlukan perhatian khusus
dalam perekayaan model ini adalah suhu, oksigen terlarut, derajat
keasaman (pH), kandungan amonia dalam air, pertumbuhan dan
tingkat kelangsungan hidup (SR). Dalam perekayasaan model ini
didapatkan :
Telah meningkatkan SR sampai 91,20 % - 92,50 %1)
Penggunaan probiotik berpengaruh positif dalam pemeliharaan 2)
benih kerapu tikus yaitu dapat meningkatkan kualitas air media
pemeliharaan.
Bakteri probiotik dapat menekan populasi bakteri vibrio dalam 3)
media pemeliharaan larva kerapu tikus.
Perbenihan aKUaKULTUr32 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 33
Perbenihan aKUaKULTUr34 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 35
Teknologi resirkulasi tertutup pada bak raceway Teknologi resirkulasi tertutup pada bak raceway
Perbenihan aKUaKULTUr34 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 35
Perbenihan aKUaKULTUr36 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 37
Pembibittan rumput laut
Perbenihan aKUaKULTUr36 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 37
Perbenihan aKUaKULTUr38 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 39
D. teknologI PembIbItan rUmPUt laUt
D-1. kUltUr jarIngan
Tahapan Kultur Jaringan Rumput Laut:
Aklimatisasi indukan rumput laut di rumah kaca. 1)
Aklimatisasi ini dilakukan selama 1-2 minggu,
dalam aquarium dengan sistem resirkulasi
selama 1-2 minggu. Tujuan dari aklimatisasi ini
adalah untuk mengadaptasikan induk rumput
laut yang akan digunakan sebagai eksplan
dengan lingkungan yang baru, juga untuk
memisahkan induk dari kotoran yang dibawa
dari habitat asal.
Aklimatisasi indukan rumput laut di 2)
laboratorium. Rumput laut yang dikulturkan
pada media air laut steril di laboratorium.
Thallus dipilih yang masih muda, yaitu berwarna
hijau/coklat muda, bersih dari kotoran dan
epiphyt. Kultur rumput laut tersebut disimpan
pada rak kultur yang diberi penyinaran lampu
TL dengan intensitas cahaya 1500 lux. Lamanya
penyinaran diatur 12 jam menyala dan 12 jam
padam. Temperatur ruangan diatur antara 22-
25ºc dengan menggunakan AC. Media air laut
di ganti seminggu sekali dengan yang baru.
Aklimatisasi ini tidak perlu dilakukan apabila
aklimatisasi di rumah kaca dirasa sudah cukup.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 39
Perbenihan aKUaKULTUr40 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 41
Pemeliharaan eksplan dimedia padat. Eksplan ditanam di media 1)
agar yang telah diberi pupuk dan zat pengatur tumbuh. Setelah 2-4
bulan akan muncul kalus yang berupa serabut-serabut menyerupai
jamur yang disebut filamentaous callus. Penggantian media
dilakukan setiap 2 bulan. Selama masa penanaman, lampu tidak
dinyalakan.
Pemeliharaan eksplan di media cair. Gumpalan kalus-kalus yang 2)
muncul kemudian dipisahkan dari eksplan/thalus. Dengan cara
diiris tipis kemudian disub kultur dimedia padat selama 2 bulan.
Setelah menunjukkan terjadi pertumbuhan kalus embriogenik
(ciri-ciri kalus embriogenik adalah berwarna hijau atau hijau
kecoklatan, kalus remah mudah terpisah-pisah) disubkultur dalam
media cair yang telah diberi pupuk pes dan dishaker.
Sterilisasi eksplan rumput laut. Proses sterilisasi yang harus 3)
dilakukan adalah sebagai berikut:
Pemilihan dan pembersihan eksplan thallus rumput laut a)
kotoni.
Perendaman dalam larutan sabun;b)
Perendaman dalam betadin;c)
Perendaman dalam media antibiotik sambil dishaker sekitar 40 d)
- 48 jam;
Penanaman di media kultur untuk diamati kondisi eksplan e)
setelah sterilisasi dan persentase kontaminasi.
Selanjutnya dilakukan proses penanaman eksplan ke media PES
padat, dengan tahapan sebagai berikut:
Perbenihan aKUaKULTUr42 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 43
Gambar 1. Kultur dalam Media PES cair dan dishaker
Pada tahap ini muncul mikropopagul yang ditandai dengan
penebalan warna kalus, muncul titik-titik berwarna hijau tua atau
coklat tua, berbentuk oval atau bulat. Setelah dua bulan di media pes
cair, mikropropagule telah mengalami germinasi dimana selain telah
terbentuk “holdfast”,mikropropagul mulai membentuk tunas thalus
dengan panjang 2-5 mm. Percabangan pertama dari thalus mulai
terjadi setelah 3 bulan di media pes cair. Penggantian media dilakukan
1 bulan sekali.
Mikropropagul di media pes cair yang ditempatkan pada rotary
shaker, disubkultur ke botol ukuran 1 liter berisi 500 – 1000 ml media
pes cair. Kultur diberi aerasi dengan menggunakan aerator. Media
diganti dengan media yang baru seminggu sekali.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menumbuhkan
mikropropagul yang dihasil kan dari tahap sebelumnya menjadi
propagul atau thallus muda yang siap diaklimatisasi, dimana ukuran
panjang thalus antara 3-5 cm.
Perbenihan aKUaKULTUr44 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 45
aklImatIsasI rUmPUt laUt
Proses ini bertujuan untuk mengadap tasikan plantlet dari in vitro
ke lingkungan baru yaitu akuarium yang disimpan di dalam rumah
kaca. Dengan sistim resirkulasi, air laut dalam akuarium dialirkan ke
wadah filter yang terdiri dari lapisan kapas, arang aktif, karang dan
arang aktif, kemudian air dialirkan kembali dengan menggunakan
pompa dan pipa PVC ke akuarium tempat pemeliharaan rumput laut.
Akuarium juga dilengkapi de ngan aerator, dan pompa untuk membuat
arus buatan.
Gambar 2. Aklimatisasi rumput laut muda di rumah kaca
D-2. vegetatIf
Kultivasi secara vegetatif dapat menjamin preservasi dan
ketersediaan bibit. Bibit harus dipilih yang segar, Warna cerah, talus
keras, kenyal dan tidak layu. Bibit dipilih dari ujung talus yang masih
muda, bersih dari segala kotoran yang menempel.Yang diambil adalah
bagian ujung-ujungnya dan dipotong kira-kira sepanjang 10 – 20
cm. Dipilih bagian ujung tanaman karena bagian ini terdiri dari sel
dan jaringan muda sehingga akan memberikan pertumbuhan yang
optimal.
PenImbangan rUmPUt laUt
Dalam waktu 6 minggu, mikropropagul berkembang menjadi
propagul atau thalus muda. Perkembangan mikropropagul ditan dai
dengan meningkatnya panjang thalus hingga mencapai panjang 10-
15 mm, begitu pula diameter thalus menjadi lebih besar mencapai
1.5 mm. Laju pertumbuhan harian propagule selama 6 minggu dalam
kultur beraerasi mencapai 4.76 ± 0.58 % (rata-rata ± std.dev).
Perbenihan aKUaKULTUr46 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 47
Gambar 3. Euheuma cottoni, Eucheuma spinosum dan Eucheuma cottoni (sakul)
Syarat bibit unggul rumput laut metoda vegetatif memiliki kriteria
sebagai berikut:
Memiliki a) thallus bercabang banyak, rimbun dan runcing.
Thallusb) rumput laut secara morfologi sehat, bersih, segar dan
berwarna merah.
Bibit awal harus berumur antara 25 - 30 hari (untuk kotonic) ) dan 20
- 30 hari (untuk gracilaria).
Berat bibit antara 50 – 100 gr per rumpun, sebanyak 500 – 1.000 kg.d)
Thalluse) tidak berlendir, tidak rusak, tidak patah dan tidak berbau
busuk pada saat akan dilakukan penanaman awal (untuk rumput
laut cotonii). Batang thallus silindris, bersih, segar, keras, tidak
berlendir, tidak berbau amis dan tidak pucat (untuk rumput laut
graciliaria).
Thallusf) rumput laut bebas dari penyakit (bercak-bercak putih dan
terkelupas) dan biofouling (organism penempel).
Pangkal g) thallus sebaiknya tidak dijadikan bibit untuk diseleksi.
Pemotongan h) thallus sebaiknya menggunakan pisau yang tajam
agar struktur thallus tidak rusak.
Bentuk i) thallus proporsional antara besar dan panjangnya.
Bibit dengan percabangan banyak dan tumbuh memusat dari satu j)
bagian pangkal dan menyebar.
Bibit harus seragam dan tidak tercampur dengan jenis lain.k)
Perbenihan aKUaKULTUr48 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 49
Pengikatan bibitrumput laut
Perbenihan aKUaKULTUr48 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 49
Perbenihan aKUaKULTUr50 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 51
e. teknologI PenyeDIaan Pakan benIh
e-1. Pakan alamI/CaCIng sUtraUsaha pembenihan ikan kini semakin berkembang di
masyarakat. Seiring dengan itu kebutuhan pakan alami cacing sutra
cukup besar sehingga tidak dapat dipenuhi dari tangkapan alam.
Pembenih ikan lele dan ikan gurame di Yogyakarta, misalnya, setiap
harinya membutuhkan pakan alami cacing sutra sebesar 500-600
liter/hari. Melihat potensi tanah di Dusun Gancahan yang secara
alami bisa menghasilkan cacing pada beberapa tempat, maka Asosiasi
Cacing Sutra Yogyakarta (ACY) melalukan kegiatan yang bermanfaat
dimasyarakat yaitu budidaya cacing sutra dimana produksi yang dapat
dihasilkan oleh asosiasi sebanyak 125-150 liter/hari.
Usaha ini diharapkan dapat memenuhi ketersediaan pakan
alami bagi pembenihan lele dan gurame sepanjang tahun mengingat
kondisi saat ini pakan tersebut hanya dapat terpenuhi pada saat
Usaha budidaya cacing sutra ini diharapkan
dapat memenuhi ketersediaan pakan
alami bagi pembenihan lele dan gurame sepanjang tahun
mengingat kondisi saat ini pakan tersebut hanya
dapat terpenuhi pada saat musim kemarau yang ditangkap atau
dikumpulkan dari daerah pinggiran aliran sungai.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 51
Perbenihan aKUaKULTUr52 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 53
di Gancahan VII, Sidomulyo,
Godean, Sleman, Yoyakarta.
Lahan yang digunakan untuk
membudidayakan pakan alami
cacing sutra seluas 10.500
meter persegi dan dipasarkan
dengan harga Rp 12.000,-/liter.
Fasilitas yang digunakan
terdiri dari kolam permanen (terpal)
3 meter x 5 meter sebanyak 6 kolam sebagai tandon
air. Pemupukan kolam dengan pupuk organik kering dari kotoran ayam
atau burung puyuh (fermentasi) dan diisi air dari sumur bor selama
2-3 hari. Kemudian diberikan tetes tebu sebanyak 4 liter sambil air
dari kolam dialirkan lahan budidaya secara perlahan. Budidaya cacing
sutra pada luasan 300 meter persegi menghasilkan panen sebanyak 4-7
liter/hari, sehingga dari lahan 1 hektar baru dapat menghasilkan 125-
150 liter/hari. Pemanenan dilakukan setiap hari pada pagi hari dan
dipanen secara langsung pada tanah yang tampak banyak cacingnya,
kemudian dibiarkan selama 2 jam pada ember plastik agar cacing
terpisah dari substratnya (tanah yang menempel). Setelah bersih
cacing ditempatkan pada akuarium dengan aerasi (gambar) dan siap
dipasarkan.
e-2. Pakan bUatan/Pasta
Larva /benih ikan memiliki sistem percernaan yang berbeda
dengan ikan dewasa. Sistem percenakan benih ikan terbangun
secara bertahap sesuai dengan umur, dimulai semenjak yolkegg
habis dikonsumsi. Kondisi besarnya yolkegg berbeda dari satu
musim kemarau yang ditangkap atau dikumpulkan dari daerah
pinggiran aliran sungai. Pada saat musim hujan, cacing sutra hilang
terbawa arus aliran sungai. Dengan berjalannya budidaya pakan alami
untuk larva/benih ikan ini maka dapat memenuhi kebutuhan tanpa
ketidaktergantungan pada pabrik pakan sekaligus mendapatkan
keuntungan akan pakan murah dan berkualitas baik.
ACY telah memproduksi dengan kapasitas produksi mencapai
2 ton/hari dan mampu memenuhi kebutuhan pakan ikan alami
untuk keperluan 63 kelompok pembenih ikan lele dan gurame.
ACY beranggotakan sebanyak 45 orang yang berasal dari kota
Yogyakarta, kabupaten Kulon Progo, Sleman dan Bantul, berlokasi
Perbenihan aKUaKULTUr54 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 55
Alur pembuatan secara massal pakan pasta untuk larva/benih
ikan sebagai berikut:
jenis ikan ke ikan lain dan kecepatan perkembangan larva (embrio)
sangat dipengaruhi oleh temperatur air dan waktu. Perbedaan
sistem pencernakan ini menuntun ikan untuk mencari makanan
sesuai dengan kebutuhannya dan dituntun oleh insting akan
kebutuhan makan. Larva ikan cenderung memakan makanan alami
(phytoplankton, zooplankton) yang kaya akan enzyme merupakan
selective feeding secara alami.
Untuk memenuhi pakan benih dapat dilakukan dengan
pemberian pakan berupa pasta. Komposisi pakan buatan berupa pasta
didasarkan pada formulasi pakan larva dimana partikel penyusun diet
memiliki ukuran penyusun partikel yang halus dan mudah dicerna.
Komposisi diet terdiri dari protein, lemak, karbohidrat, asam amino,
asam lemak, vitamin dan mineral yang disesuaikan dengan kebutuhan
serta memiliki attractibility yang dikenal oleh indra larva/benih.
komPosIsI Pakan Pasta
no BAhAn inTi BAhAn TAMBAhAn
1 Telur Bebek Vit C
2 Telur Ayam ras Vit B12
3 gandum Vit Ad
4 Susu Skim Microalgae
5 Potato powder Attractant
6 Tepung kedelai Enzyme
7 Backing powder na-benzoat
8 Air Mineral mix
Gambar 5. Kemasan pakan pasta untuk larva/benih
Perbenihan aKUaKULTUr56 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 57
bibiTUnggUl3
Perbenihan aKUaKULTUr58 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 59
a. ProDUksI benIh UnggUl
Produksi benih ikan menjadi salah satu pilar industrialisasi
perikanan budidaya nasional. Melonjaknya produksi benih ikan air
tawar, ikan air payau dan ikan air laut menjadi prestasi di tingkat hulu
sektor perikanan budidaya (akuakultur). Juga, besarnya produktivitas
benih ini menjadi indikator positif bagi peningkatan produksi ikan
konsumsi yang pada gilirannya turut mendongkrak kesejahteraan
masyarakat, khususnya para pelaku usaha perikanan, baik skala besar
maupun skala kecil.
Keberadaan benih unggul di Indonesia tidak hanya terus
meningkat belakangan ini. Namun, capaiannya secara komulatif
melebihi target yang dicanangkan. Contohnya, pada tahun 2013,
secara akumulatif, produktivitas benih nasional 92,18 miliar ekor, jauh
lebih besar dari target yang dipatok sebesar 60,7 miliar ekor. Capaian
angka produksi benih 92,18 miliar ekor ini setara dengan 151,86% dari
target indikator kinerja jumlah benih dengan mutu terjamin sepanjang
2013.
tahUn 2012 tahUn 2013
92
.18
1.9
2287.258.199
Gambar 1.Realisasi Produksi Benih Tahun 2012-2013
Perbenihan aKUaKULTUr58 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 59
Perbenihan aKUaKULTUr60 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 61
a-1. benIh PatIn
Kendati secara akumulatif produksi benih ikan nasional
meningkat tajam, namun khusus untuk produksi benih ikan
patin memang mengalami pasang surut. Capaian produksi benih
patin dari tahun 2012 hingga 2013 mengalami penurunan yang
cukup signifikan yaitu pada tahun 2012 capaian produksi benih
patin sebesar 284,50% dan ditahun 2013 mengalami penurunan
mencapai 59,057%. Capaian produksi benih patin sebesar 816.768
ribu ekor dari jumlah 2.312.946 ribu ekor di tahun 2012.
tahUn 2012 tahUn 2013
2.3
21
.94
6 81
6.7
68
Gambar 2.Realisasi Produksi Benih Ikan Patin Tahun 2012-2013
Perbenihan aKUaKULTUr60 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 61
Perbenihan aKUaKULTUr62 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 63
tahUn 2012 tahUn 2013
11.502.620.000
20
.11
0.9
79
.00
0
Gambar 3.Realisasi Produksi Benih Ikan Lele Tahun 2012-2013
a-2. benIh leleCapaian produksi benih ikan lele jika dilihat dari prosentase
tahun 2012 - 2013 mengalami kenaikan yaitu tahun 2012 memiliki
capaian sebesar 298,77% dan tahun 2013 sebesar 348,45% dari
target. Dilihat dari jumlah benih yang diproduksi mengalami
peningkatan dari 11,50 miliar ekor di tahun 2012 menjadi 20,11
miliar ekor di tahun 2013.
Perbenihan aKUaKULTUr62 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 63
Perbenihan aKUaKULTUr64 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 65
a-3. benIh nIla
Produksi benih nila dari tahun 2012 hingga 2013 mengalami
penurunan yaitu pada tahun 2012 didapatkan capaian sebesar
342,59% dan di tahun 2013 didapatkan capaian sebesar 279,46%.
Sedangkan jumlah benih yang diproduksi mengalami peningkatan
dari 14,23 miliar ekor di tahun 2012 menjadi 15,09 miliar ekor di
tahun 2013.
tahUn 2012 tahUn 2013
15
.09
3.7
20
.00
0
14
.23
4.7
88
.00
0
Gambar 4.Realisasi Produksi Benih Ikan Nila Tahun 2012-2013
Perbenihan aKUaKULTUr64 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 65
Perbenihan aKUaKULTUr66 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 67
a-4. benIh mas
Capaian produksi benih ikan mas mengalami penurunan
produksi benih yang cukup signifikan yaitu pada tahun 2012
memiliki angka capaian sebesar 1.392,09% dan tahun 2012 menurun
menjadi 728,86%. Sedangkan capaian produksi benih ikan mas
tahun 2012 sudah mencapai 20.881.349 ribu ekor menurun menjadi
11.843.390 ribu ekor.
tahUn 2012 tahUn 2013
20
.88
1.3
49
11.843.390
Gambar 5.Realisasi Produksi Benih Ikan Mas Tahun 2012-2013
Perbenihan aKUaKULTUr66 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 67
Perbenihan aKUaKULTUr68 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 69
a-5. benIh gUrame
Produksi benih gurame tahun 2012 - 2013 menunjukkan
kinerja yang sangat bagus. Pada tahun 2012 produksi mencapai
698.468 ribu ekor atau sebesar 629,25% dari tahun sebelumnya.
Realisasi produksi benih gurame mengalami peningkatan pada
tahun 2013 sebesar 1.254.683 ribu ekor atau sebesar 1.081,62% dari
dibanding tahun sebelumnya.
tahUn 2012 tahUn 2013
1.2
54
.68
3
69
8.4
68
Gambar 6.Realisasi Produksi Ikan Gurame Tahun 2012-2013
Perbenihan aKUaKULTUr68 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 69
Perbenihan aKUaKULTUr70 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 71
a-6. benIh banDeng
Realisasi dan capaian produksi benih ikan bandeng dari
tahun 2012–2013 telah mengalami peningkatan, dimana pada
tahun 2012 mencapai sebesar 103,07% dan meningkat sebesar
135,81% di tahun 2013. Realisasi produksi benih pada tahun 2013
sebesar 2,5 miliar ekor di tahun 2012 dan meningkat sebesar 4,1
miliar ekor ditahun 2013.
tahUn 2012 tahUn 2013
4.1
01
.72
3.0
00
2.5
94
.47
5.0
00
Gambar 7.Realisasi Produksi Ikan Bandeng Tahun 2012-2013
Perbenihan aKUaKULTUr70 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 71
Perbenihan aKUaKULTUr72 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 73
tahUn 2012 tahUn 2013
8.8
95
.53
2
Gambar 8.Realisasi Produksi Benih Udang windu Tahun 2012-2013
7.3
99
.95
5
a-7. benIh UDang wInDU
Produksi benih udang windu pada tahun 2012 sebesar
8.895.532 ribu ekor dengan persentase 103,07% dari target,
menurun pada 2013 mencapai sebesar 7.399.955 ribu ekor dengan
persentase 78,05% dari target. Sedangkan capaian benih udang
windu pada tahun 2013 sebesar 7.399.955 ribu ekor.
Perbenihan aKUaKULTUr72 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 73
Perbenihan aKUaKULTUr74 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 75
a-8. benIh UDang vanameI
Capaian produksi benih jika dilihat dari prosentase tahun
2012-2013 mengalami peningkatan yaitu tahun 2012 memiliki
capaian sebesar 88,59% dan pada tahun 2013 mencapai 109,37%.
Sedangkan realisasi produksi benih untuk tahun 2012 ke tahun
2013 juga mengalami peningkatan dari 21,59 miliar ekor pada
tahun 2012 menjadi 31,37 miliar ekor pada tahun 2013.
tahUn 2012 tahUn 2013
21
.59
3.9
71
.00
0
31
.37
4.8
03
.00
0
Gambar 9.Realisasi Produksi Benih Udang Vanamei Tahun 2012-2013
Perbenihan aKUaKULTUr74 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 75
Perbenihan aKUaKULTUr76 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 77
a-9. benIh kakaP
Produksi benih kakap tahun 2012 sebesar 16.112.000 ekor,
meningkat pada tahun 2013 menjadi 163.502.000 ekor, sedangkan
capaian produksi benih kakap sampai dengan bulan Desember
tahun 2013 sebesar 908,34%.
tahUn 2012 tahUn 2013
16
3.5
02
.00
0
16
.11
2.0
00
Gambar 10.Realisasi Produksi Benih Ikan Kakap Tahun 2012-2013
Perbenihan aKUaKULTUr76 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 77
Perbenihan aKUaKULTUr78 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 79
a-10. benIh keraPU
Capaian produksi benih ikan kerapu tahun 2012 sebesar
18.221.000 ekor, dan pada tahun 2013 sebesar 20.467.000 ekor.
Sedangkan produksi benih ikan kerapu tahun 2013 sudah mancapai
55,31%. Pencapaian produksi benih kerapu pada tahun 2012-2013
mengalami penurunan.
tahUn 2012 tahUn 2013
18
.22
1.0
00
20
.46
7.0
00
Gambar 11.Realisasi Produksi Benih Ikan Kerapu Tahun 2012-2013
Perbenihan aKUaKULTUr78 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 79
Perbenihan aKUaKULTUr80 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 81
oleh Unit-Unit Pembenihan untuk proses pembesaran menjadi ikan
konsumsi dengan cara pengiriman benih dari suatu wilayah ke wilayah
lain. Pendistribusian benih dari pusat benih bermutu masing-masing
komoditas adalah sebagai berikut;
Produksi benih ikan mas dari Jawa Barat didistribusikan ke Provinsi 1)
Jambi, sedangkan yang berasal dari Jawa Timur didistribusikan ke
Bali dan Kalimantan.
Produksi benih ikan nila asal Jawa Barat didistribusikan ke Banten, 2)
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Sedangkan benih dari Jawa
Timur didistribusikan ke Bali dan Kalimantan.
Produksi benih ikan gurame dari Jawa Tengan didistribusikan 3)
ke Jawa Barat dan Jawa Timur, sedangkan benih dari Jawa Barat
didistribusikan ke Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan
Sulawesi Utara.
Produksi benih ikan lele asal Jawa Timur didistribusikan ke Bali, 4)
Kalimantan dan Palu. Sedangkan untuk daerah asal Jawa Barat
didistribusikan ke Banten.
Produksi benih ikan patin dari Jambi didistribusikan ke Riau dan 5)
Sumatera Selatan. Sedangkan benih ikan patin asal Jawa Barat
didistribusikan ke Jambi, Sumatera Selatan, Riau, Jawa Tengah dan
DI Yogyakarta.
C. PUsat benIh UnggUlDemi mendukung pemenuhan dan pemerataan benih bermutu,
Direktorat Perbenihan DJPB mengembangkan pusat-pusat benih
induk unggul, baik ikan air tawar, ikan air payau, maupun ikan air
laut. Untuk ikan air tawar, pusat-pusat benih yang dibudidayakan
Sebagai catatan, pencapaian target produksi benih bandeng
pada 2013 silam didukung melalui beberapa kegiatan Direktorat
Perbenihan DJPB antara lain:
Produksi induk unggul (pelepasan penilaian varietas unggul, a)
sosialisasi protokol induk, workshop jaringan pemuliaan dan
produksi induk, penyusunan draft peraturan permen tentang
penilaian pelepasan ikan, pembinaan dan pengembangan jaringan
produksi dan distribusi induk unggul, bantuan paket sarana
perbenihan).
Jumlah benih dengan mutu terjamin (forum perbenihan skala kecil, b)
koordinasi industrialisasi bandeng, penyusunan buku pembinaan
skala kecil, bantuan paket sarana perbenihan, temu koordinasi
perbenihan skala besar UPTD dan swasta, forum perbenihan,
peningkatan kerja UPTD, pembinaan perbenihan skala kecil ikan
air payau laut).
Pembenihan yang bersertifikat (harmonisasi dan standardisasi c)
CPIB).
Jumlah data informasi dan distribusi perbenihan (updating d)
dan pengisian data perbenihan, apresiasi dan pengawasan data
distribusi perbenihan, peningkatan evaluasi data perbenihan
daerah industrialisasi, penyusunan buku data produksi dan
distribusi perbenihan, penyusunan buku peta).
b. DIstrIbUsI benIh UnggUl
Produksi benih bermutu atau benih unggul diperoleh dari Pusat-
Pusat Benih Bermutu yang sudah ditetapkan oleh Menteri Kelautan
dan Perikanan Republik Indonesia. Benih bermutu dibutuhkan
Perbenihan aKUaKULTUr82 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 83
merupakan komoditas unggulan adalah ikan nila, lele, mas, gurame,
dan patin. Sementara untuk ikan air payau atau ikan air laut, pusat-
pusat benih yang dikembangkan mencakup komoditas ikan kakap,
bandeng, udang windu serta udang vanname.
Benih yang dihasilkan melalui proses produksi yang baik dan
benar dicirikan oleh beberapa karakteristik, antara lain pertumbuhan
cepat, seragam, sintasan tinggi, adaptif terhadap lingkungan
pembesaran, bebas terhadap parasit dan tahan terhadap penyakit,
efisien dalam menggunakan pakan serta tidak mengandung residu
bahan kimia dan obat-obatan yang dapat merugikan bagi manusia
dan lingkungan.
Perbenihan aKUaKULTUr82 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 83
Perbenihan aKUaKULTUr84 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 85
indUkUnggUl4
Perbenihan aKUaKULTUr86 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 87
a. ProDUksI InDUk UnggUl
Direktorat Perbenihan terus mengembangkan inovasi teknologi
dalam rangka menciptakan induk-induk unggul dengan proses
pemuliaan, domestikasi, introduksi dan rekayasa genetika. Hal ini
tentu dilakukan untuk mendukung upaya menyediakan induk unggul
yang mencukupi dan berkesinambungan. Produksi induk unggul
dilakukan oleh Broadstock Center yang tersebar di beberapa daerah.
Hasil dari pemuliaan tersebut berupa induk-induk ikan unggul dari
beberapa jenis.
Program pengelolaan induk ikan dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan operasional, yaitu:
Identifikasi potensi sumberdaya induk dan benih.a)
Penilaian pelepasan jenis dan/atau varietas ikan unggul.b)
Percepatan operasionalisasi dan produksi serta distribusi induk c)
unggul pada pusat induk dalam jaringan perbenihan.
Penyediaan induk unggul serta mendorong pendistribusian induk d)
unggul kepada seluruh stakeholder (pemangku kepentingan),
melalui Gerakan Penggunaan Induk Ikan Unggul (GAUL).
Penyusunan regulasi dan perbanyakan protokol induk ikan e)
unggul.
Perbenihan aKUaKULTUr88 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 89
Pembangunan /pengembangan Balai Benih Ikan (BBI) air tawar di a)
provinsi/kabupaten/kota, baik melalui Dekon maupun DAK hingga
saat ini 60% dari 660 unit BBI operasional.
Pembangunan/pengembangan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) b)
dan Balai Benih Udang (BBU) di provinsi/kabupaten/kota melalui
Dekon dan DAK, sebanyak 31 BBIP, yang terdiri dari 27 BBIP
Provinsi dan 4 BBIP Kabupaten, BBU 35 buah, yang terdiri dari 13
BBU Provinsi dan 22 BBU Kabupaten.
Pembenihan swasta, khususnya hatchery udang, saat ini ada 23 c)
unit hatchery swasta di 12 provinsi yang masih operasional. Kondisi
perbenihan udang swasta belum optimal seperti masa sebelumnya,
namun dengan keberhasilan pengembangan induk udang unggul
nasional udang vaname Nusantara-1 dan udang vaname Global-
gen dari swasta (PT. Komindo), usaha pembenihan udang nasional
Tabel 1. Produksi Induk Ikan Nasional Tahun 2013
NO KOMODITAS JUMLAH
1 Mas 393.054
2 Nila 6.518.969
3 Lele 9.442.984
4 Gurame 105.583
5 Patin 513.713
6 Bandeng 7.802
7 Kerapu 3.742
8 Kakap 5.080
9 U.Windu 259.793
10 U.Vaname 2.549.019
11 U.Galah 105.956
12 Lainnya 212.978
Jumlah 20.118.673
b. DIstrIbUsI InDUk UnggUlInduk unggul diperlukan untuk memenuhi sasaran produksi
perikanan budidaya. Keberadaan induk unggul jelas akan mendukung
terlaksananya industri perbenihan secara masif dan berkualitas. Hal
inilah yang sejalan dengan revolusi perbenihan. Revolusi perbenihan
diwujudkan dalam bentuk peremajaan induk unggul di masyarakat,
yakni pergantian induk-induk unggul yang telah tua dan kurang
produktif dengan induk-induk unggul yang produktif. Revolusi
perbenihan diwujudkan dalam bentuk Gerakan Penggunaan Induk
Ikan Unggul (GAUL).
Adapun keragaan unit pembenihan untuk memproduksi induk
unggul dan benih bermutu, baik yang dibangun oleh pemerintah pusat
maupun daerah sebagai berikut:
Perbenihan aKUaKULTUr90 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 91
induk unggul. Salah satu tugas jejaring pemuliaan dan produksi induk
unggul ini adalah melaksanakan National Broodstock Center (NBC)
dan Regional Broodstock Center (RBC).
Pelaksanaan NBC dan RBC bersama-sama tim ahli melakukan
pengumpulan induk dan benih alam dari berbagai lokasi. Masing-
masing NBC dan RBC diharapkan dapat mengumpulkan induk atau
calon induk dari lokasi yang berbeda. Lanjutan dari kegiatan ini adalah
memproduksi induk hasil budidaya melalui serangkaian metode dan
proses seleksi.
Direktorat Perbenihan DJPB membentuk dan mengembangkan
jejaring pemuliaan ikan yang salah satu tugasnya adalah
mengembangkan induk ikan jenis baru yang mempunyai sifat-sifat
unggul. Induk-induk unggul tersebut akan disebarluaskan balai-balai
benih ikan untuk menghasilkan benih ikan yang bermutu.
bangkit kembali.
Pembangunan untuk pengembangan pembenihan skala kecil d)
dilakukan melalui pemberdayaan Unit Pembenihan Rakyat (UPR)
dan Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) Kabupaten/Kota, baik
melalui paket bantuan langsung maupun bergulir.
C. PUsat InDUk UnggUlPusat Induk Unggul merupakan produsen induk dari unit
pembenihan milik pemerintah ataupun swasta yang telah menerapkan
standar operasional produksi yang dibuat oleh pemerintah dan telah
tersertifikasi serta melakukan proses penjualan induk ke pasar secara
mandiri. Melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
09/KEPMEN-KP/2014 telah dibentuk jejaring pemuliaan dan produksi
Perbenihan aKUaKULTUr92 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 93
UniTPeMbenihan5
Perbenihan aKUaKULTUr94 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 95
a. UnIt PembenIhan skala keCIl
Unit Pembenihan Skala Kecil terdiri dari Unit Pembenihan
Air Tawar (UPR) dan Unit Pembenihan Air Payau/Laut lebih dikenal
dengan Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT). Lebih jelasnya, Unit
Pembenihan Rakyat (UPR) merupakan unit pembenihan skala kecil
yang bidang usahanya khusus melakukan pembenihan ikan air tawar.
UPR mempunyai kriteria sebagai berikut:
Memiliki dan/atau mengelola lahan usaha pembenihan ikan.1)
Modal usaha < Rp 50 juta.2)
Merupakan unit pembenihan lengkap (memiliki induk) maupun 3)
unit pembenihan sepenggal (tanpa induk).
Produksi benih per tahun berkisar antara 50.000 – 2.000.000 ekor.4)
Memiliki tenaga kerja sebanyak 2 - 5 orang untuk UPR mandiri/5)
perorangan.
Komoditas yang dikembangkan adalah komoditas air tawar.6)
b. UnIt PembenIhan skala besarUnit Pembenihan Skala Besar dibedakan dengan Unit
Pembenihan Skala Kecil berdasarkan nomenklatur dan Tugas Pokok
dan fungsi Unit Pembenihan Skala Besar terdiri dari Unit Pembenihan
milik Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah dan Unit Pembenihan
milik swasta.
Sampai saat ini pembenihan skala besar ikan payau laut
dilakukan oleh pembenihan udang (hatchery udang vanamae) maupun
unit pembenihan ikan kerapu dan bandeng, diketahui perusahaan
pembenihan udang vanamae di Indonesia yang masih operasional
sekitar 57 perusahaan (hatchery). Perusahaan tersebut tersebar di
wilayah Lampung (5 perusahaan), Banten (8 perusahaan), Jawa
Barat (4 perusahaan), Jawa Timur/Tuban (7 perusahaan), Jawa Timur
Situbondo (24 perusahaan) dan Sulawesi Selatan (9 perusahaan).
Capaian unit-unit pembenihan skala besar yaitu UPTD dan
swasta ikan air tawar dan air payau operasional sampai tahun 2013.
Perbenihan aKUaKULTUr96 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 97
D. UnIt PembenIhan bersertIfIkatCara mengembangbiakan ikan dengan cara melakukan
manajemen induk, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva/
benih dalam lingkungan yang terkontrol, melalui penerapan teknologi
yang memenuhi persyaratan biosecurity, mampu telusur (traceability)
dan keamanan pangan (food safety) merupakan unit-unit pembenihan
bersertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB).
Perbenihan aKUaKULTUr96 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 97
Perbenihan aKUaKULTUr98 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 99
kisah sUksesPeMbenihan6
Perbenihan aKUaKULTUr100 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 101
a. UnIt PembenIhan rakyat (UPr)
a-1. UPr “DUmboys”
Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) “Dumboys” melaku-
kan kegiatan pembenihan lele dan sekaligus pembesarannya. Pok-
dakan ini berdiri pada tanggal 20 Juli 2006 dan diketuai oleh Suminto.
Kelompok ini termasuk dalam kategori kelas kelompok utama,
dengan jumlah anggota hingga saat ini mencapai 20 orang. Kelompok
“Dumboys” terletak di Desa Mandiraja Kulon RT 03/RW 01, Kecamatan
Mandiraja, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah.
Komoditas yang dibudidayakan oleh kelompok “Dumboys”
adalah ikan lele sangkuriang. Guna meningkatkan kualitas dan hasil
produksi benih lele, pada tahun 2011 unit pembenihan ini telah
disertifikasi dan sudah menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik
(CPIB). Hal ini dapat dilihat dari hasil produksi kelompok “Dumboys”
yang mengalami peningkatan selama 3 tahun terakhir, dengan produksi
benih rata-rata 2 juta ekor/bulan ukuran 1-3 cm. Ketersediaan induk
kelompok “Dumboys” sebanyak 360 ekor jantan dan betina dengan
rata-rata produktifitas 50.000 – 70.000 ekor / kg induk.
Pokdakan “Dumboys” melakukan sistem kerjasama kemitraan
dengan kelompok-kelompok pembenih ataupun pembudidaya
lainnya serta bekerjasama dengan koperasi Dinas Perikanan
Kabupaten Banjarnegara. Selain itu “Dumboys” telah diterima oleh
keberadaannya oleh Bank BRI, sehingga dapat mengakses pinjaman
modal usaha sebesar Rp 3,5 miliar. Beberapa prestasi berhasil diraih
oleh kelompok “Dumboys”, diantaranya adalah Juara I Penilaian
Kinerja Kelompok dan Kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya
Tingkat Nasional Tahun 2013.
Tujuan dibentuknya Pokdakan “Dumboys” antara lain:
Meningkatkan produksi lele.1)
Meningkatkan jumlah konsumsi ikan/orang.2)
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa 3)
Mandiraja Kulon.
Meningkatkan fungsi kelembagaan kelompok Dumboys, 4)
membangun kemitraan dengan lembaga keuangan dalam akses
permodalan usaha perikanan budidaya.
Perbenihan aKUaKULTUr102 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 103
a-2. UPr mUlyorejo I
Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mulyorejo I
merupakan kelompok Unit Pembenihan Rakyat (UPR) yang bergerak
dalam bidang pembenihan ikan lele. Kelompok Mulyorejo I didirikan
pada tanggal 15 Oktober 2009 dengan jumlah anggota 13 orang. Saat
ini jumlah anggota berkembang menjadi 90 orang dan termasuk
dalam kategori kelas kelompok utama. Kelompok Mulyorejo I terletak
di Desa Maguan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang, Provinsi
Jawa Timur.
UPR Mulyorejo I memiliki kolam pembenihan sebanyak 702
unit dengan luas 7.807 meter persegi. Komoditas yang dibudidayakan
adalah lele sangkuriang dengan produksi benih rata-rata 2,5 juta ekor/
1,5 bulan ukuran 1-3 cm. Ketersediaan induk kelompok ini mencapai
700 ekor jantan dan betina dengan rata-rata produktifitas UPR 30.000
– 50.000 ekor/kg induk. UPR Mulyorejo I telah disertifikasi CPIB
pada tahun 2011 dan sampai saat ini secara konsisten menerapkan
biosecurity dan kaidah-kaidah CPIB di dalam kegiaatan pembenihan.
Dampak dari penerapan sistem CPIB adalah meningkatnya produksi
benih selama kurun waktu 3 tahun terakhir.
Guna menunjang kegiatan pembenihan dan pembudidayaan,
kelompok Mulyorejo I menerapkan sistem kerjasama kemitraan
dengan pembeli benih ikan skala besar, dan toko pakan ikan. Selain
itu kolompok Mulyorejo I juga menjalin kemitraan dengan Bank BRI
sehingga mendapatkan kesempatan untuk mengakses dana pinjaman
modal usaha sebesar Rp 1,5 miliar.
Beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh kelompok Mulyorejo
I, di antaranya:
Juara I Lomba intensifikasi perikanan tingkat Kabupaten Malang 1)
untuk kategori kelompok UPR ikan lele pada tahun 2010
Juara I Lomba kelompok UPR Tingkat propinsi Jawa Timur2)
Juara II Penilaian Kinerja Kelompok dan Kelembagaan Bidang 3)
Perikanan Budidaya Tingkat Nasional Tahun 2013
Sampai saat ini merupakan penyumbang benih lele terbesar di 4)
Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Adapun tujuan dari pembentukan kelompok ini adalah:
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Desa Maguan.1)
Mengurangi angka kemiskinan di Desa Maguan.2)
Mengurangi Jumlah Pengangguran di Desa Maguan.3)
Meningkatkan hasil panen pada lahan perikanan khususnya air 4)
tawar.
Perbenihan aKUaKULTUr104 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 105
a-3. UPr tanggUak raPek
Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Tangguak Rapek
didirikan pada tanggal 12 Januari 2006, dan diketuai oleh Jama’an.
Anggota kelompok yang berjumlah 17 orang. Pokdakan ini termasuk
dalam kategori kelas kelompok lanjut yang berkedudukan di
Jorong Pincurang, Gadang Nagari Andaleh, Kecamatan Luak,
Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Komoditas
yang dibudidayakan adalah ikan gurame dengan produksi rata-rata
2.350.550 ekor/tahun. Ketersediaan Induk dari kelompok ini sebanyak
751 ekor jantan dan 407 ekor betina dengan rata-rata produktifitas
2.000 ekor benih/kg induk.
Kegiatan kelompok ini terbagi kedalam 3 kegiatan usaha, yakni
menjual telur, lalu menjual bibit ukuran 3-5 cm, dan menjual bibit 7-10
cm. Selain melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, kelompok
ini juga melakukan diversifikasi usaha yaitu melakukan ternak sapi.
Hasilnya hingga saat ini setiapanggota kelompok memiliki 1-3 ekor
sapi.
Unit Pembenihan Rakyat Tangguak Rapek belum disertifikasi,
namun dalam pengelolaan kegiatan pembenihannya kelompok
tersebut menerapkan CPIB. Penerapan sistem CPIB berdampak pada
peningkatan produksi benih dari tahun 2006 hingga tahun 2013. Oleh
karena itu untuk ke depannya kelompok Tangguak Rapek berencana
untuk melakukan sertifikasi CPIB.
Prestasi yang pernah dicapai oleh kelompok Tangguak Rapek,
di antaranya:
Juara II lomba masak gemar ikan tingkat Kabupaten Tahun 20081)
Juara III Lomba pokdakan tingkat Kabupaten Lima Puluh Kota 2)
Tahun 2010
Juara I Lomba Pokdakan UPR Tingkat Kabupaten Lima Puluh Kota 3)
Tahun 2012
Juara III Penilaian Kinerja Kelompok dan Kelembagaan Bidang 4)
Perikanan Budidaya Tingkat Nasional Tahun 2013
Sampai saat ini merupakan penyumbang benih gurame terbesar 5)
di Provinsi Sumatera Barat
Perbenihan aKUaKULTUr106 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 107
a-4. UPr jaya mUktI
Kelompok Pembudidaya Ikan
(Pokdakan) Jaya Mukti adalah kelompok
pembenih dan pembudidaya ikan mas,
nila dan lele yang berkedudukan di Desa
Kambitin Raya, Kecamatan Tanjung,
Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan
Selatan. Kelompok Jaya Mukti didirikan
pada tahun 1993 dengan jumlah anggota
11 orang. Seiring dengan berjalannya
waktu, pada tahun 2013 anggota kelompok
bertambah menjadi 23 orang yang diketuai
oleh Muhidin.
Kelompok Jaya Mukti termasuk dalam
kategori kelas kelompok madya. Pada awal
berdiri kelompok ini hanya mengembangkan
komoditas ikan mas, namun beberapa tahun
belakangan pembenihan dan pembesaran
ikan nila menjadi kegiatan usaha utama
kelompok ini.
Pokdakan ini sempat vakum
hingga tahun 2005. Stelah itu dilakukan
pembaharuan kelompok baik dari segi
struktur organisasi maupun rencana kerja.
Pembaharuan kelompok tersebut rupanya
menarik minat para pembenih lain untuk
bergabung kedalam kelompok jaya mukti.
Adapun rencana kerja kelompok jaya
mukti adalah:
Perbenihan aKUaKULTUr106
Perbenihan aKUaKULTUr108 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 109
Mengatur pola dan melakukan produksi benih bagi semua anggota 1)
ke lompok yang disesuaikan dengan waktu dan jumlah permintaan
pasar.
Menerapkan Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB), dalam 2)
proses produksi benih.
Mengatur pemasaran dan harga benih.3)
Menjalin kemitraan secara tertulis dengan pelaku usaha atau 4)
instansi terkait lainnya.
Luas lahan yang dimiliki oleh kelompok Jaya Mukti adalah
19,4 hektar dengan jumlah kolam ±197 buah. Sebagian besar kolam
yang dimiliki saat ini masih terbuat dari tanah. Induk-induk yang
digunakan berasal dari Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT)
Mandiangin, dengan rata – rata produksi telur untuk ikan gurame
adalah 10.000–20.000 butir/kg induk, dan produksi benih ikan nila
700.000–1.000.000 ekor/bulan.
Berikut adalah beberapa prestasi yang berhasil diraih oleh
kelompok Jaya Mukti :
Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Kab. 1)
Tabalolong, Tahun 2011
Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Prop. KalSel, 2)
Tahun 2011
Juara III Lomba Kinerja Kelembagaan Tingkat Nasional, Tahun 3)
2011
Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Kab. 4)
Tabalolong, Tahun 2012
Juara I Lomba Kelompok Budidaya Ikan Nila tingkat Prop. KalSel, 5)
Tahun 2012
Juara Harapan I Lomba Kinerja Kelembagaan Bidang Perikanan 6)
Budidaya Tingkat Nasional, Tahun 2013
a-5. UPr mItra tanI
Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Mitra Tani dibentuk
pada tanggal 5 Mei 2008, yang berkedudukan di Kampung Jampang
Pulo, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Provinsi
Jawa barat. Pada awal pembentukannya kelompok ini beranggotakan
15 orang pembenih lele dengan Nadi Heri sebagai ketuanya. Namun
seiring dengan berjalannya waktu hingga tahun 2013 anggota
kelompok sudah berjumlah 26 orang. Kelompok Mitra Tani termasuk
dalam kategori kelas kelompok madya yang telah dikukuhkan oleh
Bupati Bogor. Komoditas utama yang dibudidayakan oleh kelompok
Mitra Tani adalah ikan lele.
Perbenihan aKUaKULTUr110 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 111
Guna melaksanakan peran dan fungsinya
dalam mengembangkan usahanya, kelompok Mitra
Tani membuat visi, misi, dan motto. Visinya adalah
menjadikan kelompok Mitra Tani sebagai sentra
pembenihan lele di Kabupaten Bogor. Misinya adalah
meningkatkan kualitas dan kuantitas benih lele sehingga
dapat mensejahterakan anggota kelompok. Motto
Bersama dalam berkarya, berbagi dalam sejahtera.
Pokdakan Mitra Tani saat ini memiliki 301 kolam
yang terdiri dari 118 kolam pemijahan dan 183 kolam
pendederan pertama. Jumlah induk lele yang dimiliki
sebanyak 2.820 ekor, yang terdiri dari 970 ekor induk
jantan dan 1.850 ekor induk betina dengan jumlah
produksi benih lele rata – rata perbulannya mencapai
4.973.000 ekor. Secara bertahap jumlah produksi benih
lele di kelompok mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun.
Dalam upaya meningkatkan kegiatan dan
kelancaran pengembangan usaha, maka dilakukan
kerjasama kemitraan dengan pihak terkait, seperti:
Kerjasama dengan Koperasi Serba Usaha (KSU) 1)
UPP Mina Kahuripan (Penyediaan sarana produksi
perikanan berupa pakan, obat-obatan, dan lain-
lain).
Kerjasama dengan kelompok pembudidaya ikan lele 2)
sebagai penyedia benih.
Kerjasama dengan distributor pakan.3)
Kerja sama dengan STP Cikaret, untuk meningkatkan 4)
pengetahuan dan keterampilan budidaya ikan lele.
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 111
Perbenihan aKUaKULTUr112 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 113
b. hatChery skala rUmah tangga (hsrt)
b-1. hsrt sarI benUr
HSRT Sari Benur didirikan pada tahun 1992 oleh Sumarsono.
HSRT Sari Benur terletak di Desa Jatisari, Kecamatan Sluke, Kabupaten
Rembang, Provinsi Jawa Tengah. Awal pembentukan HSRT ini hanya
mempunyai 5 bak dengan kapasitas masing-masing bak 8 meter kubik.
Saat ini HSRT Sari Benur telah memiliki 28 bak yang memiliki fungsi
dan kegunaan berbeda-beda. Pada awal pendiriannya hingga tahun
2001 HSRT Sari Benur hanya memproduksi benur udang windu dan
vaname. Baru pada tahun 2002 memproduksi naupli udang windu.
Dalam menjalankan usahanya, HSRT Sari Benur bekerja sama
dalam beberapa bidang, di antaranya:
Perbenihan aKUaKULTUr112 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 113
Perbenihan aKUaKULTUr114 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 115
Bidang Pendidikan. HSRT Sari Benur merupakan Tempat Praktek
Kerja Lapangan atau penelitian bagi mahasiswa S1/ S2 dari Fakultas
Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro (UNDIP), tempat
Praktek Kerja mahasiswa Akademi Komunitas Negeri Rembang, dan
tempat Praktek Kerja Industri (Prakerin) bagi siswa SMKN 2 Rembang
dan SMKN 1 Jepara.
Bidang Teknologi. HSRT Sari Benur bekerja sama dengan CV.
Sri Putra Bakti dalam pembenihan udang dengan menggunakan
Probiotik SMS Migro Tambak dan SMS Migro Suplemen.
Saat ini HSRT Sari Benur memproduksi nauplius windu rata-
rata per bulan mencapai 350 juta ekor, dimana data produksi pada
tahun 2008 sebanyak 6,1 miliar ekor, 2009 sebanyak 5,4 miliar ekor,
2010 sebanyak 5,4 miliar ekor, 2011 sebanyak 5,3 miliar ekor dan pada
tahun 2012 sebanyak 5,1 miliar ekor. Daerah pemasaran nauplius
windu ini meliputi Rembang, Tuban, Lamongan, Situbondo, Pati,
Tegal, Balikpapan dan Tarakan.
Selama melakukan usaha pembenihan, HSRT Sari Benur telah
berhasil mendapatkan beberapa prestasi, di antaranya:
Juara Pertama Lomba Perikanan Budidaya Kategori Hatchery 1)
Skala Rumah Tangga Tingkat Kabupaten 2011.
Juara Pertama Lomba Perikanan Budidaya Kategori Hatchery Skala 2)
Rumah Tangga Tingkat Propinsi Jawa Tengah 2012.
Juara Pertama Lomba Kinerja Kelembagaan Bidang Perikanan 3)
Budidaya Tingkat Nasional, Tahun 2013.
b-2. hsrt sUmber makmUr
Kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Sumber Makmur
didirikan dari tahun 2008 dengan komoditas yang dibudidayakan
adalah udang vaname dan windu. Kelompok Sumber Makmur
yang juga HSRT ini berada di desa Tasikmadu, Kecamatan Palang,
Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Pada awal pendiriannya
jumlah anggota kelompok hanya 5 orang. Seiring berjalannya waktu
banyak pembenih lain yang melihat bahwa dengan berkelompok
mendatangkan manfaat terutama meningkatkan kesejahteraan
anggotanya. Saat ini anggota kelompok Sumber Makmur berjumlah
17 orang.
Guna meningkatkan produksi benur udang, maka kelompok
sumber makmur beralih dari penggunaan teknologi sederhana
menjadi teknologi yang telah ditetapkan dalam CPIB. Selain itu untuk
melakukan kontrol terhadap kegiatan usaha pembenihan, Kelompok
Sumber Makmur telah memiliki Manajer Pengendali Mutu (MPM)
yang berintegritas tinggi. Saat ini kelompok Sumber Makmur masuk
kedalam kategori kelas kelompok madya. Kegiatan berkelompok
dapat menjadi landasan usaha ekonomi produktif yang diharapkan
dapat menjadi salah satu alternatif solusi menyongsong pasar global.
Penerapan teknologi yang ramah lingkungan telah meningkatkan
produksi hasil pembenihan udang vaname. Dalam penerapan
teknologi untuk para anggota disesuaikan dengan kemampuan SDM
maupun fasilitas produksi/peralatan yang dimiliki.
Perbenihan aKUaKULTUr116 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 117
b-3. hsrt wInDU sehatI
Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) Windu Sehati
dibentuk pada tanggal 12 Maret 2008, dan berkedudukan di Desa
Mappakalompo, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, Provinsi
Sulawesi Selatan. Pembentukkan kelompok Windu Sehati yang
komoditas utamanya adalah udang windu dikarenakan salah satu
program pemerintah yang ingin membangkitkan kembali budidaya
udang di Sulawesi Selatan. Kelompok ini beranggotakan 8 orang
dengan Haruna sebagai ketuanya. Saat ini kelompok Windu Sehati
masuk dalam kategori kelas kelompok lanjutan.
Banyaknya HSRT di sekitar kelompok Windu Sehati yang
“gulung tikar” akibat terjadinya penurunan produksi yang disebabkan
oleh penyakit yang menyerang membuat kelompok ini memutuskan
untuk menerapkan CPIB dalam kegiatan usahanya. Baru pada tanggal
25 Juli 2011 kelompok ini melakukan sertifikasi CPIB. Luas total lahan
produksi Kelompok Windu Sehati adalah 0,3 hektar dengan produksi
rata–rata tiap tahun adalah 40 juta ekor.
Selama melakukan usaha pembenihan, Kelompok Windu
Sehati telah berhasil mendapatkan beberapa prestasi, di antaranya:
Juara I Kelompok HSRT se-Kabupaten Takalar, Tahun 2012.1)
Juara I Lomba Penilaian Kinerja HSRT Tingkat Provinsi Sulawesi 2)
Selatan, Tahun 2012
Juara III Lomba Kinerja Kelembagaan Bidang Perikanan Budidaya 3)
Tingkat Nasional, Tahun 2013.
b-4. hsrt UD. PUtra jaya manUnggal
UD. Putra Jaya Manunggal dibentuk pada tahun 2008, yang
berkedudukan di Jalan Pesisir, Desa Rajabasa, Kecamatan Rajabasa,
Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. UD. Putra Jaya
Manunggal dipimpin oleh Ujang Firman S. Dengan komuditas utama
dari kegiatan pembenihannya adalah benih ikan kerapu. Semakin
berkembangnya budidaya kerapu di Lampung membuat UD. Putra
Jaya Manunggal meningkatkan produksi benihnya, dari 34 bak
pada awal pendiriannya saat ini telah ada 63 bak dengan fungsi dan
kegunaan yang berbeda-beda. Luas lahan yang dimiliki UD. Putra Jaya
Manunggal seluas ±1.000 meter persegi dengan rata–rata produksi
tiap bulannya sebanyak 1 0.000 ekor (ukuran 5 cm).
Dalam rangka menjaga keamanan pangan dan kualitas benih
kerapu yang dihasilkan, maka UD. Putra Jaya Manunggal menerapkan
prinsip – prinsip CPIB dan telah melakukan sertifikasi pada tahun
2012. Sedangkan untuk melakukan uji kualitas benih dan air dilakukan
di laboratorium karantina ikan, SUCOFINDO dan BBPBL Lampung.
Perbenihan aKUaKULTUr118 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 119
b-5. hsrt Dewata laUt
Hatchery Skala Rumah Tangga
(HSRT) Dewata Laut merupakan
hatchery lengkap, karena dalam
operasionalnya di samping
memproduksi benih ikan bandeng,
kakap, kerapu juga memproduksi
telur ikan bandeng dengan jumlah
induk yang dimiliki sebanyak
900 ekor. Hatchery ini dipimpin
langsung oleh pemiliknya yang
bernama Sawit.
Adapun keragaan kapasitas
produksi hatchery ini mampu
menghasilkan benih ikan nener
5 juta per hari atau sekitar 1,8
miliar ekor per tahun, benih ikan
kerapu 12 juta ekor per tahun dan
12 juta ekor ikan kakap per tahun.
Sedangkan untuk produksi telur ikan
bandeng (nener) unit ini mampu
menghasilkan telur sekitar 30-40
kantong/hari setiap kantong sekitar
100.000 butir telur atau sekitar
3-4 juta telur per hari. Sedangkan
kapasitas bak yang tersedia untuk
unit ini sebanyak 32 kolam ukuran
3x3 meter dengan padat penebaran
sekitar 50.000 telur/bak.
Perbenihan aKUaKULTUr118 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 119
Perbenihan aKUaKULTUr120 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 121
C. UnIt PembenIhan skala besar
C-1. satker-PbIat ngrajek
Satuan Kerja Perbenihandan Budidaya Ikan Air Tawar (Satker-
PBIAT) Ngrajek, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, merupakan
salah satu dari 3 Satuan Kerja (Satker) pada Balai Perbenihan dan
Budidaya Ikan Air Tawar Dinas Kelautan Dan Perikanan Provinsi
Jawa Tengah. Dibangun pada tahun 1962 dan arealnya diperluas pada
tahun 1964 menjadi 5.3 hektar. Sumber air pengelolaannya berasal
dari 2 mata air (Mudal dan Combrang) yang ada di Desa Ngrajek dan
Desa Paremono, dengan debit mencapai 54 liter/detik pada daerah
hulu dan 5 liter/detik pada hilir. Luas areal Satker PBIAT Ngrajek
seluruhnya adalah 5,3 Ha yang terdiri dari 37.731,5 meter persegi area
perkolaman dan 15.047,5 meter persegi fasilitas bangunan. Tekstur
tanah di Satker-PBIAT Ngrajek adalah tipe tanah liat berpasir. Tipe
tanah ini mempunyai keuntungan yaitu bersifat kedap air dan tidak
mudah bersifat asam.
Satker-PBIAT Ngrajek dilengkapi dengan fasilitas pendukung
lainnya seperti laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan,
mushola, rumah dinas, dan rumah jaga. Orientasi awal dan masih
tetap menjadi andalan Satker-PBIAT Ngrajek hingga saat ini adalah
penyediaan benih dan calon induk ikan air tawar unggul ikan tawes
(Puntius javanicus), karper (Cyprinus carpio) merah Cangkringan
dan majalaya, lele dumbo (Clarias gariepienus), lele sangkuriang
(Clarias sp.), lele phyton (Clarias sp.), nila merah (Oreochromis sp),
nila Gift/hitam, grass carp (Ctenoparyngodon idellus) dan ikan patin
(Pangasius sp.).
Perbenihan aKUaKULTUr120 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 121
Perbenihan aKUaKULTUr122 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 123
Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP. 10/MEN/2012 Tanggal 2
Maret 2012 Tentang Jejaring Pemuliaan Ikan, Satker-PBIAT Ngrajek
merupakan salah satu anggota dari Pusat Pengembangan Induk Ikan
Lele Regional/Jejaring Pemuliaan Ikan Lele (Broodstock Center Lele)
dimana salah satu tugas pokoknya adalah perbanyakan Calon Induk
Ikan Lele Sangkuriang. Untuk kegiatan perbanyakan Calon Induk
Lele Sangkuriang yang dilakukan di Satker-PBIAT Ngrajek sesuai
dengan Protokol P 01 yang berlaku. Sedangkan Roadmap Broodstock
Lele Sangkuriang yang sudah dan akan dilakukan telah didiskusikan
dengan Tim Ahli Broodstock.
Dalam rangka mencapai target tersebut, Satker PBIAT
Ngrajek pada Tahun 2012 telah melakukan pemijahan Induk Lele
Sangkuriang pada Tanggal 17 Januari 2012 sebanyak 35 pasang. Selain
penerapan teknologi pemuliaan ikan untuk perbanyakan induk,
untuk meningkatkan dan mencegah penyakit yang mnenyerang
ikan budidaya dilakukan penggunaan vaksin. Salah satu vaksin
produksi Kementerian kelautan dan Perikanan yang digunakan yatu
vaksin Hydrovac untuk pencegahan serangan penyakit Aeromonas
hydrophyla. Vaksin ini bisa diaplikasikan/ diberikan melalui tiga
cara, yaitu melalui teknik rendam, lewat pakan/oral dan melalui
penyuntikan.
Selain memproduksi calon induk dan induk, Satker-PBIAT
Ngrajek juga memproduksi benih ikan yang didistribusikan di
daerah-daerah sekitar Ngrajek dan kabupaten se-Jawa Tengah. Untuk
kegiatan produksi benih unggul di Satker PBIAT Ngrajek dilakukan
teknik pemijahan sebagai berikut:
Pemijahan sistem suntik (induce breeding) dengan hormon 1)
ovaprim untuk merangsang percepatan kematangan gonad
dilakukakan pada jenis ikan tawes, karper dan lele.
Pemijahan secara masal dan alami dilakukan pada jenis ikan nila 2)
merah, nila gift dan ikan lele.
Salah satu tugas pokok dan fungsi Satker-PBIAT Ngrajek adalah
melaksanakan pembinaan teknis perbenihan dan budidaya. Oleh
karena itu Satker PBIAT Ngrajek melakukan kegiatan monitoring di
beberapa UPR di kabupaten se-Jawa Tengah, di antaranya Kabupaten
Boyolali, Kabupaten Kendal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Wonogiri,
Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Klaten. Monitoring
ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan
yang terjadi pada unit pembenihan masing-masing daerah dan
memberikan solusi untuk masalah yang dihadapi. Selain kegiatan
monitoring, Satker-PBIAT Ngrajek pun melakukan kegiatan magang
dan pelatihan bagi para pembudidaya/UPR dari kabupaten se-Jawa
Tengah.
Satker-PBIAT Ngrajek berperan dalam penerimaan Pendapatan
Asli Daerah Provinsi Jawa Tengah. Dari total target Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Balai Perbenihan dan Budidaya Ikan Air Tawar
Muntilan Tahun 2012 sebesar Rp 580.671.000, Satker-PBIAT Ngrajek
menyumbang PAD Tahun 2012 sebesar Rp 203.940.000 atau sekitar
35,12%.
Salah satu tuga pokok dan fungsi Satker-PBIAT Ngrajek
adalah melaksanakan pembinaan teknis perbenihan dan budidaya
ikan kepada siswa, mahasisiswa, pembudidaya ikan dan UPR yang
diberikan pada saat prakerin, PKL, penelitian, magang kerja dan
kunjungan lapangan/studi banding. Oleh karena itu, Satker-PBIAT
Ngrajek melakukan kerjasama dengan beberapa instansi sekolah dan
perguruan tinggi.
Perbenihan aKUaKULTUr124 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 125
Komoditas yang dikembangkan di BBI Kota Pariaman adalah ikan
lele, ikan nila, gurami dan ikan hias. Dalam mendukung tugas pokok
dan fungsi BBI yang salah satunya adalah pengendalian sumberdaya
ikan. Ada beberapa jenis ikan yang sudah mulai berkurang/langka di
perairan Kota Pariaman, salah satunya adalah ikan betok (punyu) dan
tawes (ikan pareh). Ikan tersebut dipelihara di BBI Kota Pariaman
untuk kemudian dicoba dalam pengembangbiakkannya.
Sesuai dengan mottonya yaitu melayani dan mensejahterakan,
BBI Kota Pariaman memberikan pelayanan gratis bagi masyarakat
yang ingin belajar pembenihan ikan, jenis pelayanan yang diberikan
antara lain:
Belajar pembenihan ikan.1)
Konsultasi pembenihan ikan.2)
Informasi pemasaran benih.3)
PKL/magang/penelitian/studi banding.4)
BBI Kota Pariaman merupakan Unit Pelaksana Teknis dari
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman. Struktur dan organisasi
UPT Balai Benih Ikan Kota Pariaman dibentuk berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Pariaman Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Kota Pariaman Nomor 4 Tahun 2011 dan Peraturan Walikota
Pariaman Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Nomenklatur, Jumlah dan
Jenis, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman Provinsi Sumatera
Barat. BBI Kota Pariaman dilengkapi dengan fasilitas bak untuk
domestikasi ikan langka dan peralatan pembenihan serta peralatan
laboratorium.
Struktur organisasi UPT Balai Benih Ikan, Dinas Kelautan dan
Perikanan Kota Pariaman dibentuk berdasarkan Peraturan Walikota
C-2. bbI kota ParIaman
Balai Benih Ikan (BBI) Kota Pariaman beralamat di Jalan Sentot
Alibasa, terletak dalam wilayah administrasi Kota Pariaman, Provinsi
Sumatera Barat. BBI ini secara geografis berada pada titik koordinat
0o36’57,84”S dan 100o08’20,84”E, berlokasi di perbatasan antara
kelurahan Jati Hilir dan Desa Jati Mudik Kecamatan Pariaman Tengah,
Kota Pariaman.
Visi BBI Kota Pariaman adalah terwujudnya BBI Kota Pariaman
sebagai sentra perdagangan benih ikan air tawar dan ikan hias
yang berwawasan aqua wisata tahun 2013. Misi BBI Kota Pariaman
adalah:
Meningkatkan produksi benih ikan air tawar (lele, nila dan gurame) 1)
sebagai komoditas unggulan Kota Pariaman.
Meningkatkan produksi ikan hias yang memilki nilai ekonomis 2)
dan menguntungkan untuk dibudidayakan.
Meningkatkan pemasaran benih ikan, melalui benih unggul.3)
Meningkatkan pemasaran ikan hias dengan pola kampanye gemar 4)
pelihara ikan hias dan membuka akses pasar lokal dan ekspor.
Meningkatkan pelayanan informasi dan teknologi bagi masyarakat 5)
Kota Pariaman.
Tugas pokok dan fungsi BBI Kota Pariaman adalah sebagai
berikut:
Transfer teknologi kepada UPR (Unit Pembenihan Rakyat).1)
Pembinaan UPR (Unit Pembenihan Rakyat).2)
Produksi induk dan benih bermutu.3)
Percobaan teknologi pembenihan.4)
Pengendalian dan pengawasan mutu induk dan benih ikan.5)
Pengendalian sumber daya ikan.6)
Sumber PAD (Pendapatan Asli Daerah7)
Perbenihan aKUaKULTUr126 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 127
C-4. UPbat PUnten
Unit Pengelola Budidaya Ikan Air Tawar (UPBAT) Punten
terletak di Jalan Mawar Putih Nomor 86, Kecamatan Sidomulyo, Kota
Batu, Jawa Timur. Lembaga ini merupakan salah satu unit kerja Dinas
Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur yang memiliki tugas
dan fungsi sebagai berikut:
Menyusun rencana dan pelaksanaan kegiatan budidaya/1)
pembenihan serta penyebaran teknologi budidaya ikan air tawar.
Pelaksanaan distribusi perbenihan dan budidaya perikanan air 2)
tawar.
Pelaksanaan pembinaan, pelatihan dan kaji terap teknologi 3)
perbenihan dan budidaya air tawar kepada pembudidaya serta
petugas teknis lapangan.
Pelaksanaan ketatausahaan dan rumah tangga.4)
Pelaksanaan tugas-tugas lain yang dari Kepala Dinas Perikanan 5)
dan Kelautan Provinsi Jawa Timur.
Keberhasilan pencapaian target dari rencana kerja yang telah
ditetapkan sangat bergantung pada beberapa faktor pendukung
diantaranya adalah fasilitas/sarana pokok penunjang produksi
seperti kolam/bak pemeliharaan yang berhubungan langsung dengan
komoditas yang dikembangkan
Ukuran kemampuan dan keberhasilan unit pembenihan dalam
beroperasional adalah seberapa besar produksi yang dihasilkan
dilihat dari kapasitas yang dimilikinya. Sehingga kemampuannya
mengoptimalkan kapasitas terpasang pada unit pembenihan tersebut
menjadi tolok ukur keberhasilannya.
Pariaman Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Nomenklatur, Jumlah dan
Jenis, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman.
C-3. bbI-Iat karang Intan
Balai Benih Ikan dan Induk Ikan Air Tawar (BBI-IAT) Karang
Intan merupakan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Selatan yang berperan
sebagai motor/penggerak dalam pengembangan kegiatan budidaya
perikanan air tawar di Kalimantan Selatan. Guna mewujudkan
berkembangnya usaha budidaya perikanan BBI-IAT berupaya keras
memenuhi kebutuhan akan ketersediaan induk unggul dan benih
ikan air tawar yang berkualitas sesuai dengan waktu dan tempat
kebutuhan.
Secara geografis BBI-IAT Karang Intan terletak di Desa
Pandak Daun, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, Provinsi
Kalimantan Selatan. Lokasi BBI terletas pada ketinggian 13 – 15 meter
di atas permukaan laut. Secara keseluruhan BBI-IAT Karang Intan
mempunyai luas areal sebesar 6,5 hektar yang terdiri dari 4,5 hektar
perkolaman dan 2 hektar bangunan. Suplai air berasal dari saluran
irigasi, terutama yang berada disekitar BBI-IAT Karang Intan. Kondisi
perairan cukup baik, hal ini dapat dilihat dengan berkembangnya
kolam-kolam perikanan yang diusahakan oleh masyarakat setempat
baik untuk usaha pembesaran maupun pembenihan. Sumber air
utama untuk irigasi adalah waduk Riam Kanan yang dialirkan melalui
saluran sekunder dan masuk keperkolaman BBI-IAT dengan kualitas
yang cukup baik. Setiap 3–4 bulan sekali dilakukan penurunan debit
air pada saluran sekunder tersebut dengan tujuan pembersihan
saluran dari gulma yang tumbuh didasar saluran.
Perbenihan aKUaKULTUr128 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 129
D. UnIt PembIbItan rUmPUt laUt
D-1. kelomPok majU bersama
Kelompok Maju Bersama didirikan pada tahun 2010, yang
berkedudukan di Dusun Lokok Kengkang, Desa Sukadana, Kecamatan
Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kelompok ini beranggotakan 10 orang, dengan ketua kelompoknya
adalah Rusni. Semakin meningkatnya kebutuhan bibit rumput laut
membuat peluang usaha baru. Hal ini direspon positif oleh kelompok
Maju Bersama dengan membuat kebun – kebun bibit rumput laut.
Kelompok Maju bersama masuk kedalam kategori kelas kelompok
pemula.
Pada tahun 2012 kelompok ini mendapat bantuan demplot
Kebun Bibit Rumput Laut dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
NTB yang bersumber dari dana APBDP TK.I TA. 2012. Hasilnya cukup
baik. Hal ini dilihat dari perkembangan bibit rumput laut yang cukup
baik dengan bibit rumput laut yang cukup adaptif untuk perairan
lombok utara. Pengaturan jadwal tanam menjadi kunci sukses dalam
usaha kebun bibit rumput laut ini. Dalam 1 siklus rata–rata kelompok
maju bersama memproduksi 5.000–7.000 kg bibit rumput laut basah.
D-2. kelomPok bIna sejahtera
Unit Pembibitan Rumput Laut Bina Sejahtera berkedudukan di
Jl. Binalatung RT 11, Kelurahan Pantai Amal, Kota Tarakan, Provinsi
Kalimantan Utara. Kelompok Bina Sejahtera merupakan kelompok
usaha rumput laut yang menjadi pembibit dan pembudidaya
sekaligus. Kelompok ini beranggotakan 10 orang dengan diketuai
oleh Bakri. Pembibitan rumput laut sangat berhasil hal ini dilihat dari
bibit awal yang ditanam sejumlah 15 kg, dipelihara selama 20 hari
bobotnya menjadi 150 kg.
Perbenihan aKUaKULTUr130 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 131
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas terbitnya buku “Perbenihan Akuakultur”. Buku
ini merupakan hasil kerjasama dari berbagai pihak terkait,
terutama yang berada dalam lingkup Kementerian Kelautan dan
Perikanan. Seluruh data, informasi, dan substansi di dalamnya
merupakan buah manis dari keterlibatan beberapa individu maupun
institusi yang turut serta berkontribusi dalam kegiatan produksi buku
tersebut.
Secara khusus, kami ucapkan terima kasih kepada Menteri
Kelautan dan Perikanan, Bapak Sharif C. Sutardjo selaku pelindung
dalam pembuatan buku ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan
kepada Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Bapak Slamet Soebjakto
yang bertindak sebagai pengarah dalam proses produksi buku. Juga,
kepada semua pihak, baik di lingkup KKP maupun di luar Kementerian,
yang tentu tidak bisa disebutkan satu per satu, kami ucapkan terima
kasih.
Buku ini memang sengaja disusun dalam bahasa dan penampilan
yang sederhana. Namun, di balik kesederhanaan itu tersaji substansi
mengenai industri perbenihan yang begitu komprehensif. Mulai
dari usaha perbenihan, teknologi perbenihan, benih unggul, induk
unggul, hingga kisah sukses para pelaku usaha di bidang perbenihan.
Kesederhanaan cara penyajian dan isi yang komprehensif tersebut
diharapkan dapat menjadikan buku ini sebagai sumber informasi
yang mudah dipahami oleh para pembaca.
Sektor perbenihan, sebagaimana kita ketahui, merupakan salah
satu ujung tombak dalam gerakan industrialisasi perikanan budidaya
secara nasional. Kegiatan produksi berikut turunannya tidak bisa
optimal tanpa dukungan industri benih yang maju dan berkualitas.
Di titik inilah, relevansi isi dari buku ini tergambar begitu jelas. Lewat
paparan di dalamnya, para pembaca bakal mendapat pengetahuan
dan informasi tentang data, terobosan, inovasi serta temuan teknologi
untuk diaplikasikan dalam meningkatkan produktivitas perbenihan
nasional.
Pada akhirnya, kami ucapkan selamat membaca dan menikmati
isi buku “Perbenihan Akuakultur” ini. Semoga seluruh pemangku
kepentingan dapat menjadikan risalah ini sebagai salah satu media
informasi yang berguna dalam rangka membangun sektor perbenihan
di Indonesia. Pada gilirannya, semoga industri perbenihan dan
perikanan budidaya secara umum semakin maju di masa mendatang.
Jakarta, 17 Agustus 2014
djumbuh rukmono
direktur Perbenihan
PenUtUP
Perbenihan aKUaKULTUr132 DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYADIREKTORAT PERbEnIhAn 133
Tim. 2011. Laporan Kinerja Direktorat Perbenihan. Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan
Budidya: Jakarta
Tim. 2011. Kawasan Percontohan Minapolitan Berbasis Perikanan
Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya: Jakarta
Tim. 2011. Minapolitan; Konsep, pengembangan Dan Aplikasinya
dalam Revitalisasi Perikana. Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya:
Jakarta
Tim. 2010. Prosiding Indonesian Aquaculture. Kementerian Kelautan
dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya: Jakarta
Tim. 2010. Laporan Penilaian Kinerja Kelembagaan Kelompok
Daftar PUstaka
Pembudidaya Ikan. Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya:
Jakarta
Tim. 2010. Pedoman Perencanaan Pengembangan Kawasan Perikanan
Budidaya (Minapolitan). Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya:
Jakarta
Tim. 2010. Penembangan Wirausaha Perikanan Budidaya. Kementerian
Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya: Jakarta
Tim. 2009. Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Departemen Kelautan
dan Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya:
Jakarta
Tim. 2008. Pembenihan Udang Vaname. Departemen Kelautan dan
Perikanan, Direktorat Jendral Perikanan Budidaya:
Jakarta
Tim. 2008. Teknologi Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan
Perikanan, Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan
Riset Kelautan dan Perikanan: Jakarta
Tim. 2008. Laporan pengembangan Nasional Seaweeds Center (NSC)
Lombok. Departemen Kelautan dan Perikanan, Pusat
Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset Kelautan dan
Perikanan: Jakarta
Tim. 2007. Analisa Data Kelautan Dan Perikanan. Departemen
Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya: Jakarta
Tim. 2007. Data dan Informasi Kelautan dan Perikanan. Departemen
Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya: Jakarta
Perbenihan aKUaKULTUr134 Perbenihan aKUaKULTUr134
top related